Bab v Tentang Umat Beriman Di Era Global

download Bab v Tentang Umat Beriman Di Era Global

of 32

Transcript of Bab v Tentang Umat Beriman Di Era Global

Pada bagian ini akan dibahas tema tentang umat beriman dan globalisasi serta fundamentalisme agama. Globalisasi di jaman ini menimbulkan perubahan besar dalam kehidupan masyarakat termasuk didalamnya agama dan orang-orang beragama. Bahwa bagi banyak orang globalisasi. Sebelumnya, tradisi budaya dan agama memberikan nilai-nilai mulia dan pegangan yang pasti untuk hidup. Karena kebingungan dan kekacauan itu orang beragama di masyarakat umumnya beraksi berbedabeda. Fundamentalisme agama merupakan bentuk reaksi pendewaan terhadap kekacauan dalam masyarakat dengan mendasarkan diri pada ajaran agamanya paling benar, pasti dan menyelesaikan masalah. Cita-citanya adalah menata ulang kehidupan beragama dan bermasyarakat menurut aturan-aturan agama atau kitab sucinya.

Kata globalisasi menunjukkan pada serangkaian proses-proses interaksi dan pertukaran antara manusia dan aliran barang (termasuk uang dan ide-ide) jadi interaksi dan pertukaran itu bisa berlangsung seluas dunia. Seolah-olah segala sesuatu terjadi disebuah tempat dan dalam tempo yang cepat itulah yang sering kali dimunculkan istilah kampung sejagad (global Village). Terjadinya globalisasi adalah teknologi, khususnya transportasi dan informasi dalam globalisasi neoliberal ini uang dan kecepatan menjadi ukuran utama keberhasilan hidup. Negara dengan aparat pemerintahnya tidak mampu membendung laju globalisasi pertukaran lintas batas hampir tidak bisa di kontrol.

Berlangsung antara tahun 1870-1914 atau sampai perang Dunia I di mulai dipakai mesin-mesin produksi.

Berlangsung antara tahun 1945-1982 dimana hubungan antara negara menjadi semakin erat.

Berlangsung antara tahun 1990- sekarang dimana teknologi informasi dan tranportasi menguasai jasad ini.

Coba kita perhatikan apa yang terjadi sekarang ini. Orang bisa mengelilingi dunia dengan pesawat jet mutakhir dalam beberapa jam. Di jaman globalisasi ini seolah-olah banyak orang dapat memperoleh segala sesuatu dengan mudah. Namun demikian di jaman globalisasi ini apakah jaman orang miskin di dunia ini menjadi lebih sedikit atau lebih banyak? Apakah kehidupan bersama di masa sekarang ini terasa lebih damai dan tentram? Ataukah sebaliknya justru kehidupan sekarang ini semakin keras dan menyengsarakan? Dalam perjalanan ini malah justru tampak tanda-tanda suram. Ada tiga masalah besar global, yaitu knflik kekerasan, ketidakadilan, dan kehancuran alam, ketiga masalah ini terjadi di tiga benua besar : Afrika, Asia, dan Amerika Latin yang dihuni oleh lebih dari 2/3 jumlah penduduk dunia.

Perang antar suku ataupun antar negara , konflik dan kekerasan antar kelompok bahkan antar agama sering terjadi Wilayah Timur Tengah, SemenanjungBalkan India, Paskita, Srilanka, Indonesia. Kemiskinan dan korban ketidakadilan juga paling mudah ditemukan dinegara-negara miskin. Sedangkan masalah ekologi memang mengancam seluruh penduduk di bumi.

Ada analisis yang sampai pada kesimpulan bahwa negara adidaya seperti Amerika serikat dan negara-negara maju seperti inggris, Jerman dan Jepang. Namun demikian persoalan sosial yang kompleks dan pelit yang terjadi sekarang ini harga bisa diatasi melalui solidaritas Internasional.

Jika ketiga masalah global itu tidak teratasi maka kehidupan dimuka bumi akan hancur. Oleh karena itu sitiap orang yang menghuni planet harap sadar dan terlibat dalam pengatasan ketiga masalah itu. Globalisasi memberikan berkah jika berbagai kekuatan, termasuk dari komunitas-komunitas dan agama-agama di bumi ini bekerja sama membangun solidaritas Universal dan agama-agama bumi ini bekerjasama membagun solidaritas universal . Agama mempunyai harapan kemasa depan yang lebih baik. Maka krisis dan berbagai masalah yang ada sekarang tidak mengecilkan hati orang-orang beragama, sebaliknya menantang mereka untuk mengatasinya.

Istilah

Fuudamentalisme itu sendiri muncul pertama kali di

kalangan orang-orang protestan konservatif di Amerika serikat pada tahun 1910-1915 dalam tulisan-tulisan yang berjudul the Fuudamentalisme. Fuudamentalisme umumnya dikaitkan dengan agama dalam agama fuudamentalisme berarti pandangan teologi atau ideologi atau penghayatan hidup yang mendasarkan diri pada kitab suci. Di dalam agama katolik dikelompokkan penganut Uskap Levebres di Prancis. Dalam agama protestan ada kelompok-kelompok yang bercorak biblistik (Bible / kitab suci mempunyai kebenaran harafiah yang mutlak).Di dalam agama Islam kelompok skriptucalisfik (Scriptura/kitab suci harus diterapkan secara harafiah), namun demikian kelompok fuudamentalisme tidak sama dengan sekelompok-kelompok revivalis (kebangkitan/

pembaruan).

1. Menolak penafsiran modern atas kitab suci, karena penafsiran- penafsiran modern lebih mendasarkan diri pada kajian historis dan pemikiran krisis. Misalnya tentang penciptaan dunia dan manusia menurut kitab suci itu benra, sedangkan teori evaluasi salah. 2. Menolak pandangan atau kepercayaan akan segala bentuk modernitas. Menurut kelompok fuudamentalisme, akan dan kebebasan manusia itu menyesatkan. Akal budi dipake untuk memecahkan masalah pelaksanaan ajaran Agama. Sedangkan penganut faham liberalisme melihat bahwa nilainilai kebebasan kemanusiaan, tidak penting apakah nilai-nilai itu dikatakan oleh agama atau tidak. 3. Menolak semua bentuk sinkretisme dan dialog antar umat beragama sinkrebisme beraksi mencampurkan ajaran-ajaran atau praktek keagamaan dan budaya. Dialog dan kerjasama antar umat beragama dianggap slukretis. 4. Bersifat ekslutif didalam kelompoknya sendiri dan tidak toleran terhadap pandangan yang berbeda. Maka kelompok fuudamentalis menolak pandangan pluralis dan segala bentuk diskusi untuk menemukan kesepahaman. Pembenaran dari atas pandangan dan tindakkannya diperoleh dari Agamanya atau Interpretasi tertentu atas ajaran agama, bukan dari kesepahaman bersama.

1. Fundamentalisme Protestan Klasik Kelompok ini menyakini bahwa asal-usul manusia itu seperti yang dikatakan oleh kitap suci. Fundamentalisme jenis bersifat non-politis, privatistik berarti menjauhi diri dari masyarakat. Privatistik berarti melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat menyendiri. Plestistik berarti mengejar kesalahan dan ketenangan hati 2. The Cristian Right, kelompok Prostestan di Amerika Serikat yang melawan bentuk-bentuk perilaku budaya liberal seperti pemujaan seks, aborsi, kebebasan mutlak, relativisme nilai. 3. Fundamentalisme Katolik Gerakan ini dianggap bahwa sebagai yang akan mengkudeta gereja katolik. Fundamentalisme katolik setia pada puas (pemimpin tertinggi dalam Gereja katolik) dan menggangap bahwa nilai tertinggi. Fundamentalisme katolik bersifat non-skripturalistik dan non-politis artinya tidak menerapkan kitab suci secara harafiah dan tidak terlibat dalam urusan politik.

4. Fundamentalisme Islam menggangap bahwa teks-teks Al-Quran dan tradisi suci yang di terapkan dalam kehidupan beragama di masyarakat. Mereka menolak modernisasi, terutama yang mencorak Barat, seperti kebebasan individu, Pluralitas nilai, Sekularisasi, Pendewaan Seks. Aturan keagamaan juga menjadi dasar undang-undang Negara atau peraturan publik. Pemikiran tentang demokrasi dan HAM di tolak. 5. Fundamentalisme Yahudi, misalnya pengikut Rabbi Mar Kahane yang memperjuangkan kembali kerajaan Daud.

Fundamentalisme agama sebenarnya juga memperlihatkan hal-hal yang baik, yaitu kesetiaan pada ajaran agama dan hukum Allah sebagaimana tertulis dalam kitab suci. Memang Allah adalah yang mutlak benar. Allah memberikan pewayuan kepada manusia melalui kitab suci. Tetapi manusia bisa salah. Pikiran, pandangan, penghayatan hidup dan keagamaan manusia bisa keliru.

Kelompok fundamentalisme sebagai manusia seharusnya sadar bahwa pandangan dan keyakinan mereka merupakan tafsiran manusia atas wahyu Allah dalam kitab suci. Misalnya nilai-nilai kemanusiaan, akal sehat, kerjasama dari tradisi budaya setempat. Sebaliknya mereka juga akan bersikap toleran dan baik jika menekan pembenarannya dalam agama atau kelompoknya.

Berbicara tentang tantangan umat beriman dewasa ini kiranya perlu mempertimbangkan keadaan masyarakat yang sebenarnya. Salah satu unsur yang terkena dampak kemajuan IPTEK adalah kehidupan beragama. Agama dan IPTEK yang selama berabad-abad tidak dipersoalkan, kini tiba-tiba di persoalkan. Diskusi atau tidak, masyarakat beragama sesungguhnya telah masuk dalam budaya sekuler zaman modern.

Dahulu orang melihat segala

fenomena alam hujan, gempa bumi,

gunung meletus, lumpur panas, angin taupan, tumbuh-tumbuhan, binatang dan segala macam yang ada di bumi mengandung unsur magis yangh berkaitan dengan hal-hal ilahi. tetapi kini masyarakat modern dengan optimis dapat menerangkan segala fenomena akan tersebut secara rinci, ilmiah dan rasional. Keberhasilan IPTEK dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi manusia menyadarkan manusia akan otonomi dan daya kemampuannya sendiri. Argumentasi inilah yang melahirkan sekularisme dan ateisme. Banyak yang menuding penyebab utama krisis agama (moral) adapin IPTEK hal ini memang ada benarnya. Sulit melakukan kepedulian sosial (keramahan, kedisiplinan,

kesantunan, dsb) diantara mahasiswa. Dalam membuat makalah banyak mahasiswa yang mengunakan bahasa gaul yang jauh dari tatanan bahasa yang baik dan benar. Motivasi mengikuti pendidikan agama hanya untuk memenuhi kewajiban / prestasi sungguh memperhatikan.

Sesungguhnya manusia adalah makhluk berevolusi dari abad ke abad manusia selalu dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan fundamental sehingga membedakannya dari binatang? Dengan segala kemampuan dan kecerdasannya,kesadaran manusia terus meningkat. Manusia sewaktu menyadari dirinya sendiri, memahami dunia sekitarnya. Manusia mulai belajar bahwa dirinya adalah sebagian dari alam dibumi yang berkembang paling tinggi. Manusia adalah puncak dan evaluasi alam. Manusia mampu melaksanakan apa yang ia mau. Pengetahuan agama dicari oleh manusia dengan budi dan hatinya. Agama bukan soal moral atau norma yang penuh dengan aturan dan kewajiban. Agama menyangkut seluruh hidup manusia, dengan segala segi-seginya : iman intelektual, moral, kitab, organisasi, sarana dan prasarana, serta kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan iman seseorang.

Contohnya perkara Galileo Galilea. Sebaliknya, mengandalkan IPTEK sebagai satu-satunya alat untuk kemajuan hidup manusia juga akan mengakibatkan penderitaan dan frustasi. Contohnya, sampai saat ini belum ilmu dan teknologi yang bisa menghentikan lumpur panas lapindo.

Sejak zaman Yunani kuno hingga zaman Modern, dari berbagai macam agama dan berbagai macam sudut pandangan, diperoleh suatu gambaran ideak tentang manusia : Filsafat menciptakan berbagai julukan untuk memperhatikan keunggulan yang menjadi ciri khas manusia . Animalrational (Aristoteles), animal sybolicum (Ernst Cossirer), insan kamil (Islam), ren (Konfusius), wong utomo (Jawa), homo faber (Kart Marx), homo religius (Rudolf otto), katolik (Ilmago Dei). Dunia adalah panggung sejarah manusia, yang di tandai oleh kegiatan-kegiatannya oleh kegagalan dan keberhasilannya, yang di kuasai sebagai ciptaan Allah. Menurut orang beriman, manusia diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk ikut menciptakan dan menyelamatkan dunia.

Dalam hidup yang konkret manusia juga terikat dengan dunia material. Ikatan itu bersifata membelenggu, tetapi sangat berpengaruh pada alam pemikiran dan cara bertindak seseorang. Bagaimana agama dapat tetap setia terhadap ajaran-ajarannya tetapi sekaligus juga tidak menjauhkan penganutnya dari nilai-nilai manusiawi dengan zamannya. Manusia perlu menggali ajaran-ajaran agama sesuai dengan konteks zaman sekarang sesuai dengan kondisi, situasi dan budaya setempat. Sebab hidup manusia tidak hanya ditentukan oleh iman, suara hati, akal budi, tata sosial, tata kerja, alam sekitar. Kitab suci menegaskan bukan setiap orang berseru kepadaku Tuhan akan masuk kedalam kerajaan surga, melainkan dia melakukan kehendak Bapakku yang ada di surga. Yang paling pokok adalah hidup menusia dengan segala seginya memang tidak mudah bagi kita, menemukan hidup yang kaya nilai-nilai manusiawi dalam masyarakat modern, yang penuh dengan budaya. Inilah tantangan bagi evaluasi pribadi manusia.

Iman adalah salah satu aspek dari agama, di samping aspek lainnya yaitu upacara-upacara/ ibadah, moral, Kitab suci. Menurut George Arthur Bultrict, iman adalah keyakinan terhadap yang mutlak atau yang trasenden dan hal-hal yang berkaitan dengan keyakinannya. Iman adalah menaruh kepercayaan kepada Allah dan utusan-utusannya, dengan menjawab kepada wahyu ilahi. Beriman berarti dengan bebas menyerahkan dirinya seluruhnya kepada Tuhan. Keyakinan itu berdasarkan suatu yang telah diketahui dan

dialaminya, maka tidak memerlukan bukti-bukti, keyakinan itu timbul karena pandangan transender) Konsili vatikan II menjelaskan : Allah berkenan mewahyukan dirinya dan memaklumkan rahasia kehendaknya. Jawaban atas wahyu itulah yang disebut iman. Inti pokok terhadap hubungan pribadi manusia dengan Allah bukan pada pengetahuan tentang Allah. tertentu yaitu teologi (kesadaran manusia terhadap yang

Isi iman menentukan cara berfikir dan bersikap bagi orang beriman contohnya, siapa Allah apa kehendaknya , apa hubungan manusia dengan Allah, apa hubungan Allah dengan dunia, untuk apa Allah menciptakan manusia, untuk apa Allah menciptakan manusia sebagai makhluk berjenis laki-laki dan perempuan. Kalau Allah yang diimani adalah maha adil, maka orang beriman tidak hanya tahu tentang keadilan, tetapi berbuat adil. Iman menyangkut hidup manusia seluruhnya : Cipta, rasa, kars, dan karya. Maka iman sekaligus bersifat afektif dan rasional suara hati adalah tempat manusia pribadi mendengar panggilan untuk berjumpa dan berhubungan dengan Allah secara pribadi. Maka iman tidak mungkin terjadi tanpa rasionalitas, artinya iman membutuhkan pemikiran yang kritis dan bertanggung jawabkan dalam perbuatan. Rasional iman pertama-tama menyangkut motivasi atau alasannya : mengapa orang percaya dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Iman bersifat rasional karna iman merupakan sifat penyerahan diri kepada Allah yang harus dipertanggung jawabkan dalam perbuatan.

Sebab kitab suci adalah kitab iaman, bukan buku ilmu pengetahuan yang wahyukan kitab suci adalah bahwa alam semesta dengan segala isinya berasal dari Allah dan bukan dari manusia. Kitab suci sebagai firman Allah. Artinya kita tidak bisa membatasi firman Allah yang tidak terbatas. Kitab suci merupakan firman Allah yang tertulis melalui perjalanan sejarah yang panjang dengan tetap terpelihara isinya. Sebeb akal budi manusia as batasnya. Keduannya, iman dan serius harus berjalan bersama-sama. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.

Agama bermulai dari suatu pengalaman religius, yaitu pengalaman yang membawa manusia tertarik dan ingin bersatu dengan Allah yang Trasender. Dalam arti konkretnya agama le4bih menunjukkan segi religiositas seseorang dari pada konsep teknis.

Iman tanpa perbuatan adalah mati, sia-sia. Agama adalah caranya pengungkapan iman. Konsili vatikan II menggungkapkan sikap manusia terhadap Allah juga tampak dalam sikap dan tanggung jawabnya terhadap alam semesta. Bila manusia menekuni pelbagai ilmu filsafat, serta ilmu matematika dan fisika. Artinya dengan mengembangkan IPTEK, manusia diangkat ke nilainilai kehidupan yang tinggi, yaitu kebenaran, kebaikan dan keadaan. Agama berhubungan erat dengan IPTEK oleh karena itu orang beriman meninjau dari adat-istiadatdan tradisi-tradisi para bangsa, dan kebijaksanaan dan ajaran mereka, dari kesenian dan ilmu pengetahuan mereka, dan mengatur hidup kristiani dengan saksama. Artinya agama tidak bertantangan dengan IPTEK dan justru agama membutuhkan IPTEK. Pertentangan agama dan IPTEK misalnya, untuk apa manusia hidup, untuk apa manusia memberi, untuk apa manusia mencintai, untuk apa manusia bertaubat. Artinya secara ilmiah, para selutis yang selalu mengandalkan IPTEK tidak dapat menggarap sikap moral (seperti kebebasan, hati nurani). Justru dengan mengembangkan IPTEK manusia ikut terlibat dalam pekerjaan Allah yang menyelamatkan dunia. Keduanya agama dan IPTEK harus saling berdialog dan saling kerja sama.

Peristiwa yang mereka alami hampir sama : hujan turun, matahari terbit dan tengelam, gempa bumi, banjir, tumbuhan berbunga dan berbuah ada suami dan istri dan kegagalan, dan kehidupan dan kematian, ada penderitaan dan kegembiraan dan sebagainya. Maka kurang tepat kalau masyarakat modern membanggakan rasionalitas sebagai monopoli zamannya. Perbedaan ini di anggap khayalan manusia dan sia-sia oleh manusia modern. Dengan IPTEK manusia modern dapat mengerti bahwa kehamilan terjadi karena persatuan sel telur dan sperma bukan karena faktor rohani. Agama sebagai tradisi sulit dipisahkan dari faktor human contruction yang dipengaruhi oleh perjalanan sejarah sosial-ekonomi-politik dan budaya yang amat panjang. Dengan demikian agama semakin bersifat konstekstua, universal, trasendetal dan inkuasif, sehingga bisa berjalan dan berkembang bersama IPTEK.

Bangsa kita sekarang ini sedang ini sedang mengalami krisis fundamental : dalam bidang ekonomi, ekologi, sosial dan politik secara global. Terlalu banyak jawaban klasik bagi tantangan-tantangan baru. Jutaan manusia bangsa kita menderita karena pengangguran, kemiskinan, kelaparan, dan kehancuran keluarga. Banyak orang mati, terbunuh dan dibunuh. Senada dengan

keprihatinan rajiu gandhi sebagaimana kita kutipkan diatas, kiranya bisa dikatakan secara afimatif. Sebuah kerasusankanya, karena musim saja ketidak harmonisan antara apa yang diajarkan agama dengan apa yang de facto dilakukan para pemeluknya. Karena permasalahannya sangat luas, saya mencoba

menyempitkannya dalam wacana etika global. Lebih sempit lagi sebatas apa yang ditunjukkan dalam Deklarasi menuju Etika Global pada sidang parlemen Agama-agama Dunia di Lhicago, 4 September 1993.

Etika GlobalHans Kung, seorang pemeriksa dari Jerman yang sangat berperan aktif dalam sidang Chicago, berkeyakinan bahwa dunia kita diami, supaya tetap survive, membutuhkan semacam konsensus berkenan dengan nilai0nilai etika dasar diantara umat manusia baik yang beragama maupun yang ridak. Apakah etika Global itu? Parlemen agama-agama dunia dalam deklarasi Chicago menyatukan bahwa yang dimaksud sebagai etika global telah konsensus fundamental atas apa yang dimaksud dengan nilai-nilai mendasar, dan sikap=sikap yang bersifat wajib dan mendasar, dan sikap-sikap yang bersifat pribadi. Apakah etika Global lantas menjadi / semacam agama baru? Etika global bukanlah suatu bentuk dominasi sebuah agama atas agamaagama yang lain. Etika global tidak mau menggantikan Taurat Musa, Sabda Bahagia baca : Injil, Al-Quran, ataupun Bhagayadgita, Sabda Buding maupun perkataan Confusius. Etika global, demikian kung, berusaha mencari dan menemukan apa yang nyata-nyata sudah bersifat umum pada agama-agama di dunia saat ini. Etika global berupaya mengemukan kembali apa yang sudah menjadi keyakinan bersama agama-agama di dunia dalam bidang etis. Sebaliknya, dengan etika global semua orang menyadari bahwa prinsip-prinsip etis tersebut secara inhenreu atau intinsik sudah menjadi mereka dengan bertindak sesuai dengannya, syukur lebih mengembangkannya.

Mengapa etika global mesti dibentuk melalui konsensusu antar agama-agama? Ini pertanyaan menarik. Dalam etika dasar magnis-suseno menunjukkan bahwa ada dua masalah dalam bidang moral agama yang tidak dapat di pecahkan tanpa menggunakan metode-metode etika. Yang pertama ialah masalah intepretasi atas perintah atau hukum sebagaimana termuat dalam wahyu (baca : kitab suci). Dan yang kedua mengenai bagaimana masalah-masalah aktual, yang tidak secara langsung di batas dalam wahyu, dapat juga di pecahkan dengan semangat agama yang bersangkutan. Masalah pertama bukan terletak pada wahyu atau kitab suci tetapi pada manusia yang menafsirkannya. Yakni metode-metode etika, untuk menemukan dan bagaimanakah pesan wahyu yang sebenarnya. Masalah kedua menyangkut bagaimana agama menanggapi masalahmasalah moral aktual. Saat bayi tabung atakonning, misalnya paling banter wahyu hanya memuat prinsip umum, dan inipun kerap kali dalam bentuk kiasan. Maka agar bisa membaca sikap yang bisa bertanggung jawabkan perlulah dipakai etika.

Jadi menurut Magniz-Suseno etika tidak bisa menggantikan agama, tetapi sekaligus juga tidak bertentangan dengannya. Justru dalam bidang etis inilah setiap orang bisa saling bertemu. Setidaknya ada dua alasan. Pertama, di banyak negara dimuka bumi ini agama masih merupakan kekuatan spiritual yang bisa mengubah wajah dunia menjadi lebih baik. Kedua, ada dimensi etis dalam agama-agama, yang bisa ditinjau dari sudut ajaran agama maupun etika. Kiranya alasan kedua inimerupakan ruang dialog antara mereka yang beragama dengan mereka yang mengklaem diri atheis, atau mereka tidak yang tidak melihat sistem kepercayaan mereka sebagai suatu agama.

Dalam deklarasinya, parlemen lebih lanjut menguraikan prinsipprinsip etika global macam apa yang bisa menjadi acuan bersama.

Keyakinan tersebut merupakan akumulasi keyakinan-keyakinan yang dipegang bersama, ialah bahwa semua orang tanpa kecuali bertanggung jawab untuk mengupayakan tatanan global yang lebih baik. Segala perbedaan tradisi religius kultural bukanlah alasan untuk menghentikan kerjasama menentang segala bentuk dehumanisasi. Mengingat deklarasi Hak Azasi Manusia yang di undangkan oleh PBB pada tahun 1948, parlemen berkehendak menegakkan dan memperdalamnya dari perspetif etis atas apa yang di deklarasikan pada tatanan hak tersebut yakni martabat intrinsik pribadi manusia, kemerdekaan dan equalitas solidaritas dan ketergantungan satu sama lain. Bahwa hak dan kemerdekaan mengandalkan adanya kesadaran akan tanggung jawab dan kewajiban, dan bahwa tanpa moralitas tidaklah bisa bertahan.

Parlemen menyadari bahwa kita semua tidak luput dari kesalahan. Tetapi persis karena kesadaran. Dan hal-hal inilah, dan juga keberanian untuk tidak menutup mata terhadap perbedaan yang ada, parlemen berkehendak mempertegas unsur-unsur etika global sebagaimana ditemukan dalam tradisi religius maupun etis. Menurut parlemen, ini ialah perubahan orientasi hidup batin, pertobatan hati umat manusia memang membutuhkan reformasi sosial dan ekologis. Namun, tidak kalau mendesak pembaharuan spritual. Namun, Might does not Make Right (kekuatan tidaklah membuat segala sesuatu halal) yakni jangan lakukan kepada orang lain apa yang engkau sendiri tidak menghendaki di perbuat atasmu. Inilah tatanan utama (the golden rule) dari prinsip inilah merekah keempat perintah bagi perilaku kita sebagaimana akan diuraikan di bawah ini.

i)

Komitmen terhadap budaya anti kekerasan dan hormat terhadap kehidupan. Parlemen mengajak semua untuk merenungkan satu perintah ini : jangan membunuh ! atau secara positif dunyatakan : hormatilah kehidupan ! Sebagaimana tidak seorangpun dan / atau tidak satu kelompokpun mewmiliki hak untuk diasingkan, dianiaya didiskriminasi demikian ajakan parlemen.

ii) Kemitmen

, terhadap budaya solidaritas dan keteraturan ekonomi.

Parlemen mengajak semua menyadari satu perintah ini : jangan mencuri! Atau secara positif dinyatakan : hidup dan bertindaklah dengan jujur dan adil, maka tidak seorang dan / kelompokpun berhak merampok ataupun memeras orang dan demikian keuntungannya sendiri atau kelompoknya. Tindak pencurian demi kelangsungannya hiduppun akan merambah di mana-mana. Tidak mungkin kedamaian global di ciptakan tanpa barengi oleh keadilan global. Dalam hal ini keterlibatan semua negara dan otoritas internasional di butuhkan. Kita mesti mengolah sikap saling hormat dan menghindari konsumerisme

iii) Komitmen terhadap budaya toleransi dan hidup penuh keberan (truthfullness). Parlemen mengajak semua untuk merenungkan satu perintah etis ini. Berbicara dan bertindaklah dalam kebenaran tak seorangpun, tak satu institusi pun (entah itu negara, entah agama) berhak untuk berdusta terhadap sesamanya. Parlemen mengingatkan bahwa tiada akan tercipta keadilan global. Jika tidak di barengi oleh kebenaran dan perikemanusiaan. There is no global justice without truthfulnese and humaneness. ketidakjujuran dan oportunisme mesti diganti dengan kebenaran. Kita mesti berkembang semakin hari menjadi orang yang patut dipercaya. iv) Komitmen terhadap equalitas (equal rights) dan kemitsaan (partnerhip). Parlemen mengajak semua untuk merenungkan satu perintah ini : jangan berbuat : sinah / secara positif dinyatakan : hormat dan kasihilah satu sama lain ! Takseorang pun berhak untuk menjadikan sesamanya objek seksual belaka atau menyesatkan dan mencengkeram sesamanya dalam dependensi seksual. Janganlah ada yang disesatkan ! Tidak akan pernah ada kemanusiaan yang otentik tanpa kemitraan yang sederajat.

Kehidupan perkawinan semestinya ditandai oleh kasih, kesetian dan ketetapan (permanehce) Anak-anak tak berhak atas pendidikan anak, dan dan

pemeliharaan. sebaliknya.

Orang tua

berhak

mengeksploitasi

Dalam hal ini pengalaman dalam keluarga menjadi basis utama untuk membangun hubungan antar bangsa dan antar agama.

Belajar dari pengalaman sejarah, parlemen mengingatkan bahwa bumi tidak bisa diubah menjadi lebih baik jika manusia tidak sampai kepada transformasi kesataran, baik dalam tataran hidup individual maupun hidup komunal. Parlemen juga menekankan betapa mendesaknya transformasi dalam bidang etika dan nialai. Sebagaimana tiap individu memiliki martabat dan hak asasi. Demikian setiap individupun memiliki tanggung jawab asasi mengapa? Karena setiap putusan dan tindakan, bahkan setiap keteledoran dan kegagalan, memiliki konsekuensi.

Dengan tetap realistis terhadap apa yang sudah bisa di capai parlemen mendesak agar hal-hal berikut lebih diperhatikan. Parlemen sungguh-sungguh mengajak semua penghuni Planet bumi untuk bersam-sama mengadakan tranfortasi kesadaran. Maka masing-masing hendak

menggusahakannya dalam tataran individual maupun komunal. Caranya ? Parlemen menyebut refleksi, meditasi, doa, berfikir positif. Bersama-sama kita bisa menggeser gunung-gemunung, demikian keyakinan seluruh parlemen. Karenanya seluruh peserta parlemen untuk mengembangkan etika global, pada usaha-usaha untuk saling memahami, pada uapaya memajukan cara hidup bersama yang berdampak baik bagi semakin banyak orang, yang membutuhkan perdamaian dan yang ramah terhadap ibu bumi.

Yang kerap menjadi pembahasan bahwa agama sebagai pembenaran bagi suatu kepentingan yang tidak agamawi, untuk itu kita sebagai manusia harus mempunyai moral, iman yang kuat dalam mengikuti tantangan hidup di era Global ini. Semakin banyak hal-hal baru yang muncul di dunia ini. Karena zaman era global yang semakin tinggi, membuat makin banyak tantangantantangan baru mulai dari perbedaan beragama sampai ke bidang ekonomi dan politik yang begitu meluas di muka bumi ini. Untuk itu tawaran etika global menunjukan pada suatu kriteria yang patut direnungkan oleh semua umat beragama. Kita tahu agama yang seperti membawa kita kedalam kehidupan yang lebih baik, dan kesalamatan, kesejahteraan dalam hidup kita.