BAB V TEMUAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/27642/8/T_PSN_1402519_Chapter5.pdf · BAHUGA LAMPUNG...
Transcript of BAB V TEMUAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/27642/8/T_PSN_1402519_Chapter5.pdf · BAHUGA LAMPUNG...
99 Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
BAB V
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan memaparkan beberapa hal yang terkait dengan pertanyaan pada
masalah peneliti/pengajaran. Pertama, akan disajikan pemaparan data dan
pembahasan mengenai desain pembelajaran yang ditempuh sebagai perencanaan
penguatan identitas budaya melalui pembelajaran tari melinting di SMKN 1 Buay
Bahuga, sesuai kebutuhan peserta didik yang dalam hal ini siswa kelas X TKJ. I.
Selanjutnya akan dilakukan pemaparan mengenai proses implementasi
pembelajaran tari melinting sebagai penguatan identitas budaya Lampung
berdasarkan desain pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya, hingga hasil
akhir yang akan diperoleh setelah melalui tahapan proses pembelajaran tersebut.
Penguatan identitas budaya melalui pembelajaran ini akan menggunakan
pendekatan kontekstual (CTL), yaitu sebuah pembelajaran yang berbasis situasi
nyata (real world learning). Pendekatan CTL sebagai landasan atau alat yang
akan digunakan dalam proses pembelajaran ini, dengan terlebih dahulu
menganalisis tari melinting. Tiga poin utama yang menjadi fokus adalah
mengidentifikasi gerak terlebih dahulu, mengkategorisasikan gerak, dan
selanjutnya menganalisis gerak. Ketiga poin tersebut akan dikupas menggunakan
teori folklor sehingga, menghasilkan esensi gerak sebagai penguatan identitas
budaya Lampung yang akan tercermin di dalam desain pembelajaran.
Penelitian ini menggunakan konsep pembelajaran kontekstual (CTL) yang
merupakan konsep belajar dalam membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat melalui pengguanan metode
Action Research (AR) dengan model Kemmis dan McTaggart. Hal tersebut
dilakukan sebagai upaya untuk memberikan dampak perubahan terhadap sikap
peserta didik yang harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
Pembelajaran dengan metode AR itu sendiri berangkat dari permasalahan yang
100
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
ada kemudian dianalisis mulai dari tahap perencanaan, tahap implementasi, tahap
pengembangan, dan tahap refleksi. Berdasarkan hasil temuan, peneliti/pengajaran
ini akan dilakukan sebanyak 4 kali siklus yang terdiri dari 4 kali pertemuan.
Banyaknya siklus yang digunakan dan lamanya proses penelitian disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik dan mengacu pada tujuan dari
penelitian itu sendiri. Selanjutnya akan di deskripsikan dengan detail secara
kualitatif.
A. SMKN 1 Buay Bahuga Lampung
1. Sejarah dan Struktur Organisasi
Peneliti/pengajaran ini dilakukan di SMKN 1 Buay Bahuga yang berada di Jl.
Simpang Empat Kebon Agung Kecamatan Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan
Provinsi Lampung. SMKN 1 Buay Bahuga merupakan sekolah yang berstatus
Negeri. SMKN 1 Buay Bahuga di dirikan pada tahun 2009 dengan kepala sekolah
bernama Imam Handoko S.Pd yang menjabat sejak awal sekolah tersebut di
dirikan hingga saat ini yaitu tahun 2016. Struktur organisasi SMKN 1 Buay
Bahuga yaitu:
101
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Bagan 5.1
Struktur Organisasi SMKN 1 Buay Bahuga
KETERANGAN
KTU :Kepala Tata Usaha WKS 1 :Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
WKS 2 :Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan WKS 3 :Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana prasarana
WKS 4 :Wakil Kepala Sekolah Bidang Dunia Industri/Usaha dan Hubungan
Masyarakat
RENBANG : Perancanaan dan Pengembangan KP TMO : Ketua Program Keahlian Teknik Otomotif
KP TKJ : Ketua Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan
SMKN 1 Buay Bahuga yang merupakan SMK Negri satu-satu yang berada di
kabupaten Way Kanan, merupakan sekolah yang memiliki daya saing tinggi
dengan sekolah menengah atas lainnya yang ada di kabupaten Way Kanan
tersebut. SMKN tersebut memiliki prestasi yang membanggakan baik dibidang
akademik maupun non akademik. Kepala sekolahnyapun sangat mendukung
KTU
WKS3 WKS4 WKS2 WKS1
KP OTO KP TKJ
G U R U WALI KELAS
RENBANG
BKK
KOMITE DU / DI KEPALA SEKOLAH
102
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
kegiatan-kegiatan tidak hanya di dalam kelas namun pula di luar kelas. SMKN 1
mengajarkan tari daerah pada saat pelajaran intrakurikuler dan juga
ekstrakurikuler, selain itu juga SMKN 1 Buay Bahuga telah memiliki sanggar seni
di sekolahnya. Meskipun demikian sanggar tersebut belum dapat dikelola dengan
cukup baik karena keterbatasan pengajar dan tempat laihan. Pembelajaran tari
melinting di SMKN 1 Buay Bahuga merupakan hal baru bagi siswa. Pembelajaran
ini diharapkan dapat menambah pengetahuan siswa dalam mempelajari jenis
tarian daerah Lampung tidak hanya bentuk gerak tetapi juga makna dan nilai
filosofi yang terkandung di dalamnya. sebagai wujud pemahaman akan identitas
budaya Lampung itu sendiri.
2. Visi Misi Strategi, Kurikulum, Peserta Didik
Visi
Menuju prestasi gemilang, menjadikan lulusan yang siap pakai dan
profesional berlandaskan iman dan taqwa
Misi
1) Mengembangkan kepribadian siswa secara utuh untuk menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa.
2) Mengembangkan kemampuan adaptasi terhadap perkembangan dan perubahan
dalam bidang iptek dan sosial kemasyarakatan.
3) Meningkatkan profesionalisme dengan mengefektifkan pembelajaran bagi
semua guru dan murid.
4) Menumbuh kembangkan sikap dan semangat keunggulan warga sekolah
dalam berkarya.
5) Memberi reward kepada siswa yang berprestasi.
6) Melengkapi sarana dan prasarana pendukung KBM.
103
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Strategi
1) Menyelenggarakan diklat program normatif dan adaptif dengan pendekatan
Pelatihan Berbasis Kompetensi dan Pembelajaran Tuntas.
2) Menyelenggarakan program diklat produktif yang mengacu pada standar
kompetensi dan prosedur kerja baku dan terukur dengan pendekatan
competency based training.
3) Menerapkan Menajemen Berbasis Sekolah secara konsisten yang transparan.
Saat ini SMKN 1 Buay Bahuga hanya memiliki dua jurusan yaitu
Keahlian Teknik Otomotif dan Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan,
sedangkan yang menjadi objek peneliti/pengajaran adalah siswa dari jurusan
Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan yaitu, siswa kelas X.TKJ I. SMKN 1
Buay Bahuga masih menggunakan kurikulum KTSP dan Standarisasi Isi
2006, dengan pendekatan (1) kurikulum muatan lokal, (2) kurikulum hasil
sinkronisasi program, dan (3) SKKNI.
SMKN 1 Buay Bahuga saat ini memiliki guru sebanyak 24 orang terdiri
dari 5 guru tetap/PNS, dan 19 guru tidak tetap/honorer. Adapun jumlah siswa
dalam satu kelas tersebut yaitu, 29 siswa terdiri dari 12 siswa putra dan 17
siswa putri. Eskul yang terdapat di sekolah ini cukup beragam diantaranya
yaitu, kesenian, pramuka, paskibra, rohis, marching band, dan olah raga.
3. Kondisi Siswa dan Pembelajaran Tari Di SMKN 1 Buay Bahuga Sebelum
Penelitian Tindakan
Seperti yang telah dipaparkan di dalam latar belakang bahwa kondisi siswa
SMKN 1 Buay Bahuga dalam lingkup interaksi sosial cenderung memiliki
beberapa kendala. Kendala tersebut berdasarkan latar belakang yang dimiliki
siswa. Keberagaman merupakan hal yang indah keberagaman juga merupakan
suatu hal yang harus dibanggakan karena dengan adanya keberagaman justru
membuktikan bahwa Indonesia memiliki kebudayaan yang beragam pula.
Meskipun demikian terdapat beberapa permasalahan di balik keberagaman
tersebut. Adanya ketidak nyamanan antar siswa untuk bergaul dengan siswa
104
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
di luar suku yang berbeda. SMKN1 Buay Bahuga terdiri dari beberapa suku
dan agama yaitu Lampung, Jawa, Sunda, Sumatera Selatan, Bali dan
sebagainya, agamanya yang dianut adalah Islam, hindu dan Kristen.
Meskipun berada di daerah Lampung namun siswa di SMKN 1 Buay bahuga
mayoritas didominasi oleh siswa di luar suku Lampung yaitu, suku Jawa.
Kendala yang dimaksud adalah siswa cenderung berkelompok dan tidak
ingin bergaul dengan suku yang berbeda. Meskipun tidak menimbulkan
konflik yang berarti di dalam lingkup pendidikan atau pada saat kegiatan
belajar mengajar namun, hal tersebut cukup nampak apabila kita amati lebih
lanjut, dan berdampak pada ketidak harmonisan antar siswa. Berdasarkan
hasil wawancara dengan beberapa guru dan siswa di bulan februari 2016,
diperoleh beberapa informasi bahwa siswa di luar suku Lampung
menganggap anak Lampung itu nakal dan suka mengganggu sehingga mereka
menghindari terjadinya konflik. Hal tersebut menjadi sebuah tradisi dan
kebiasaan yang salah, namun terus terjadi hingga saat ini. Ketika kita
menganalisis lebih dalam mengenai karakter masyarakat Lampung yang
terbuka dan berdasarkan pi’il pasenggeri atau harga diri tersebut
menyebabkan masyarakat, siswa, maupun anak-anak suku Lampung memiliki
karakter yang terkesan keras dan cenderung berbicara apa adanya. Sedangkan
siswa di luar suku Lampung seperti suku Jawa, Sunda lebih cenderung
tertutup dan menghindari konflik, namun berbeda dengan siswa yang bersuku
Bali. Hampir sama dengan siswa yang bersuku Lampung, masyarakat, siswa,
maupun anak-anak yang bersuku Bali juga cenderung memiliki karakter keras
dan pemberani, sehingga tidak jarang siswa antara suku Lampung dan Bali
kerap kali terjadi konflik. Tidak hanya di dalam lingkup pendidikan hal
tersebut juga kerap terjadi di dalam masyarakat. Permasalahan-permasalahan
kecil tidak jarang menyebabkan perang antar suku dan melibatkan kampung-
kampung sekitar. Dengan demikian secara tidak sadar siswa cenderung
mengalami penolakan untuk memahami dan mengenal kebudayaan di luar
kebudayaan aslinya, sehingga perlu adanya pembelajaran yang membantu
siswa untuk menjembatani permasalahan tersebut agar mau dan cinta akan
105
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
identitas kebudayaan Lampung tidak hanya untuk orang Lampung tetapi
untuk siswa di luar suku Lampung yang telah tinggal menetap dan bergenerasi
di bumi Lampung selayaknyalah hal tersebut harus dapat di pahami dengan
baik.
Dalam lingkup pendidikan pada saat proses belajar mengajar, guru
memberikan pelajaran tari berdasarkan kurikulum yang ada. Kendati
demikian pada saat proses pembelajaran tari guru hanya memberikan
pengetahuan yang berkenaan bentuk gerak dan musik saja. Tanpa
memperhatikan aspek lainnya seperti penjiwaan, makna dan nilai yang tersirat
di dalam tarian tersebut, serta penerapannya di dalam masyarakat. Pada saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung guru lebih banyak menyuruh siswa
untuk kreatif sendiri, menghafal gerak-gerak tari berdasarkan video yang di
putarkan. Keadaan tersebut terjadi dikarenakan keterbatasan kemampuan guru
dalam memberikan materi gerak dan makna gerak. Guru belum memiliki
kemampuan dan pengetahuan khusus tentang tari Lampung, dengan kata lain
SMKN 1 Buay Bahuga belum memiliki guru khusus Seni Budaya yang
memiliki ketrampilan khusus dibidangnya. Metode yang digunakan lebih
kepada metode ceramah saja.
Meskipun demikian siswa SMKN 1 Buay Bahuga khususnya kelas X TKJ.
1 memiliki minat yang cukup baik dalam mempelajari kesenian daerah
Lampung. Bila di lihat dari potensi yang dimiliki siswa, sebenarnya hampir
seluruh siswa SMKN 1 Buay Bahuga kususnya kelas X TKJ. 1 cukup aktif
dan terbuka. Pada awal kunjungan siswa terlihat cukup antusias dan terbuka
menerima kehadiran peneliti. Siswa juga cukup rensponsif menjawab
pertanyaan sederhana oleh peneliti yang notabene adalah orang asing.
Berdasarkan pengamatan ini, peneliti bermaksud untuk menerapkan sebuah
pemahaman filosofi akan makna dan nilai yang terdapat pada tari melinting
sebagai wujud penguatan identitas budaya. Kemampuan dan keinginan siswa
dalam menerima dan mempelajari kebudayaan di luar kebudayaan aslinya,
merupakan modal dasar yang harus terus dikembangkan.
106
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Untuk pembelajaran selanjutnya peneliti akan melibatkan seluruh siswa
dari kelas X TKJ.1 baik putra maupun putri sebagai subjek penelitian. Agar
seluruh siswa dapat memiliki pengalaman berproses dalam pembelajaran ini.
Berdasarkan pembicaraa dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran Seni
Budaya di SMKN 1 Buay Bahuga ini pada tanggal 4 Februari 2016 penguatan
identitas budaya melalui pembelajaran tari melinting dapat dimasukkan dalam
pembelajaran intra pada saat jam mata pelajaran Seni Budaya. Mata pelajaran
Seni Budaya berlangsung sebanyak dua kali dalam seminggu dengan jam 2 x
45 menit dalam satu kali pertemuannya yaitu, pada hari selasa dan jumat.
B. Desain Pembelajaran Tari Melinting sebagai Penguatan Identitas Budaya
di SMKN 1 Buay Bahuga Lampung
Desain pembelajaran merupakan sesuatu yang harus dipersiapkan sebelum
masuk pada tahap proses pembelajaran. Desain pembelajaran ini dibuat sesuai
dengan kebutuhan peserta didik yang diperoleh dari observasi, studi lapangan,
dan studi literatur. Pada bab I, peneliti/pengajar telah memaparkan masalah
dalam peneliti/pengajaran ini, dimana dengan kemajemukan masyarakat
Lampung sehingga perlu adanya identitas yang kuat agar kebudayaan asli
masyarakat Lampung tidak menjadi minoritas di tengah-tengah keberagaman
kebudayaan etnis luar Lampung yang ada. Selain itu penerapan di dalam
proses pembelajaran merupakan salah satu cara yang dapat digunakan,
mengingat latar belakang sekolah SMKN I Buay Bahuga terdiri dari siswa
yang beragam etnis dan dalam proses pelaksanaannya pembelajaran tari siswa
hanya sebatas diajarkan dari segi teksnya saja yaitu aspek wiraga dan wirama
dan tidak membahas aspek wirasa atau penjiwaan dan pemahaman lebih
lanjut pada wilayah konteksnya. Melalui proses pembelajaran ini siswa tidak
hanya di ajarkan bentuk dari ragam gerak tari melinting tersebut, tetapi juga
siswa di ajak untuk menganalisis dan memahami makna simbolik dan nilai-
nilai kearifan lokal yang terkandung di dalam tari etnis berdasarkan falsafah
ulun Lampung. Berbicara mengenai tari atau seni tari Milyartini (2002, hlm.
9.4) memaparkan seni tari di dalamnya tidak hanya semata-mata
107
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
menampilkan keindahan gerak saja seperti yang ditafsirkan orang selama ini,
melainkan terdapat hal-hal yang berhubungan dengan pengetahuan
pembentukan sikap dan latihan ketrampilan. Seni tari di dalamnya
mengandung nilai-nilai moral dan mental, sosial, fisik dan budaya, yang harus
dikembangkan pada diri siswa dalam satu kesatuan dan keseimbangan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dibutuhkan pembelajaran yang
sesuai, demi meningkatkan kualitas sistem pembelajaran seni budaya
berikutnya, khususnya seni tari.
Untuk menentukan desain pembelajaran yang akan diimplementasikan,
tentunya dapat dianalisis melalui komponen pembelajarannya selain siswa
dan guru atau pendidik dan peserta didik terdapat komponen penting lainnya
di dalam proses pembelajaran, seperti yang telah dipaparkan pada bab II oleh
Sanjaya (2009, hlm 204), yakni:
1. Tujuan
Tujuan merupakan komponen utama, segala proses yang akan dijalani
tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pembelajaran pada
setiap jenjang pendidikan akan berbeda-beda sesuai dengan tingkatan,
kemampuan, dan intelegensi pada setiap perkembangan siswa. Tujuan
yang diharapkan sejalan dengan sejumlah kompetensi yang tergambar baik
kompetensi dasar (KD) dan standar kompetensi (SK). Menurut W. Gulo
(2002) dalam Sanjaya (2009, hlm. 205) istilah kompetensi dipahami
sebagai kemampuan. Kemampuan tersebut berupa kemampuan yang
tampak dan tidak tampak. Kemampuan yang tampak disebut performance
(penampilan). Performance dapat terlihat dari tingkah laku yang dapat di
tunjukkan, sehingga dapat di amati, di lihat, dan di rasakan. Kemampuan
yang tidak tampak disebut juga kompetensi rasional, yang terkenal dalam
taksonomi Bloom sebagai kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kedua kompetensi ini saling terkait dan berhubungan. Pada pembelajaran
tari melinting di SMKN 1 Buay Bahuga, memiliki tujuan:
a. Agar siswa dapat memiliki kemampuan memahami tari melinting secara
teks dan konteksnya. Siswa dapat berapresiasi dan mengekspresikan seni
108
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
sesuai jenis dan perkembangan seni tari pada daerah Lampung dan tari-
tari lainnya. Dalam hal ini siswa SMKN 1 Buay Bahuga dilatih untuk
kreatif dalam berpikir dan mengidentifikasi jenis-jenis tarian yang mereka
ketahui yang berada di daerah Lampung. Siswa juga diberi pengetahuan
mengenai identitas budaya Lampung melalui tari melinting berdasarkan
falsafah yang dimiliki masyarakat Lampung. Selanjutnya
mengkategorisasikan dan menganalisis bentuk gerak, tampilan, dan
bentuk tari melinting yang ada di Lampung baik melalui video ataupun
praktik langsung. Sebagaimana langkah-langkah yang digunakan dalam
pendekatan Etnokoreologi;
b. Meningkatkan ketrampilan dasar bagi siswa. Ketrampilan tersebut berupa
materi gerak tari melinting yang merupakan gerak khas dan kemudian
diharapkan siswa mampu untuk mempraktekannya secara baik dan benar.
;
c. Siswa mampu memahami makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalam
tari melinting dan dapat mengkomunikasikannya. Hal tersebut dilakukan
menggunakan teori folklor dalam menganalisis gerak untuk menemukan
makna dan nilai-nilai simbolik yang terdapat di dalam tari melinting
berdasarkan karakter/ falsafah masyarakat Lampung.
Dari pembelajaran tersebut out put yang diharapkan adalah siswa tidak
hanya dapat memahami makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalam gerak
tari melinting namun juga terdapat perubahan tingkah laku yang baik.
Sehingga dampak negatif dari kemajemukan yang terjadi dimasyarakat dapat
diminimalisir. Siswa dapat menghargai dan memahami budaya setempat
Setelah siswa mampu memahami akan makna dan nilai tersebut, selanjutnya
diharapkan siswa dapat mentransfer/ mengimplementasikan di dalam
kehidupan sosial sehari-hari. Pada penelitian ini tari etnis yang dijadikan
materi ajar adalah tari melinting Lampung. Diharapkan out put tersebut dapat
membekali siswa dalam memahami nilai budaya masyarakat Lampung
sebagai bentuk penguatan identitasnya.
109
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
2. Isi/Materi
Isi/materi merupakan inti dari komponen pembelaran yang terjadi pada
proses pembelajaran. Penguasaan materi merupakan hal penting yang harus
dilakukan pendidik dalam hal ini guru. Dengan guru memahami secara detail
isi/materi yang akan diajarkan, akan menjadikan tujuan pembelajaran tersebut
terlaksana dengan baik. Pemberian materi harus disesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik. Mengingat peran dan tugas guru adalah sebagai
sumber belajar, kendatipun demikian guru bukanlah satu-satunya sumber
belajar karena sumber belajar dapat diperoleh dari manapun.
Dalam kegiatan pembelajaran siswa SMKN 1 Buay Bahuga diajarkan
bentuk gerak tari melinting, yang sebelumnya siswa telah di tontonkan
beberapa video yang berhubungan dengan tari melinting. Siswa terlebih
dahulu diajak untuk mengamati dari segi teksnya. Siswa juga diberikan
pengenalan mengenai ragam gerak khas tari melinting. Pemahaman akan
identitas budaya dijelaskan berdasarkan falsafah yang dimiliki masyarakat
Lampung. Kemudian masuk pada praktik ragam gerak. Pada saat siswa
mempraktikan bentuk ragam gerak, guru juga menjelaskan tentang makna dan
fungsi dari ragam gerak tersebut berdasarkan falsafah masyarakat Lampung.
Setelah guru menjelaskan mengenai makna dan nilai-nilai yang terkandung di
dalam ragam gerak tersebut, siswa diberikan kesempatan untuk
mengemukakan pendapat dan menyimpulkannya mengenai makna dan nilai-
nilai tersebut dalam kehidupan sosial. Cakupan materi ajar tidak hanya
wilayah teks saja namun juga konteksnya.
3. Metode
Keberhasilan dalam mencapai tujuan tentunya tidak terlepas dari metode
yang digunakan. Metode dapat diartikan pula sebagai cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan tujuan pembelajaran yang telah dirancang dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mewujudnya ketercapaian tujuan
pembelajaran. Metode juga dapat dikatakan sebagai sebuah strategi. Strategi
110
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
tersebut digunakan guru sebagai alat/media untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Guru harus dapat memilih metode
apakah yang tepat digunakan bagi peserta didik. Metode yang tepat
berpengaruh pada proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran di SMKN
1 Buay Bahuga peneliti/pengajar menggunakan metode pembelajaran CTL
kemudian pada praktiknya peneliti/pengajar menggunakan teknik demontrasi,
peniruan dan pelatihan. Alasan dipilihnya metode ini, karena pada pertemuan
pertama pendidik dirasa perlu memberikan wawasan dan pengetahuan yang
berkenaan dengan tari melinting. Adapun menurut Wina Sanjaya (2006) Gusti
(2012, hlm. 46 memaparkan bahwa, Contextual teaching and learning (CTL)
adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Pembelajarandengan metode CTL tersebut juga sesuai karena selain sesuai
dengan kondisi kehidupan nyata metode CTL juga mengarah pada
pemahaman makna yang sesuai dengan materi ajar dalam penelitian ini yaitu,
pembelajaran tari melinting dengan memahami makna dan nilai yang
terkandung di dalamnya berdasarkan falsafah orang Lampung yaitu nemui
nyimah dan nengah nyappur yang pada akhirnya berfungsi sebagai penguatan
identitas budaya. Dalam pembelajaran gerak tari peneliti menggunakan teknik
demonstrasi, dipilihnya demontrasi sebagai aplikasi pembelajaran gerak
dikarenakan siswa SMKN 1 Buay Bahuga khususnya siswa kelas X.TKJ 1
belum mengenal dan belum pernah menarikan tari melinting, sehingga
guru/peneliti haruslah memberikan contoh terlebih dahulu. Teknik ini dirasa
cocok digunakan bagi siswa yang pemula dalam menari. Setelah guru selesai
mendemontrasikan selanjutnya siswa meniru dan latihan.
4. Media
Gerlach dan Ely (1971) dalam Arsyad (2011, hlm. 3) mengatakan bahwa
media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau
111
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Dari pengertian di atas guru, teman,
buku-buku bacaan, dan lingkungan merupakan media pembelajaran. Secara
lebih terperinci Gerlach dan Ely dalam rusman (2012) dalam Kumala Sari
(2015, hlm.117) membagi media sebagai sumber belajar ini ke dalam lima
kategori, yaitu: (a) manusia dan benda nyata; (b) media visual proyeksi; (c)
media audio; (d) media cetak; (e) media display. Pada implementasi
pembelajaran penguatan identitas budaya melalui pembelajaran tari melinting
di SMKN 1 Buay Bahuga Lampung menggunakan beberapa media, seperti
manusia (pendidik) dalam hal ini peneliti/pengajar yang terjun langsung
dalam proses pembelajaran, media visual proyeksi dan media audio juga
digunakan berupa video tari melinting.
5. Evaluasi
Pada dasarnya sebuah pembelajaran dilakukan dengan tujuan terjadinya
sebuah perubahan prilaku. Perubahan tersebut dapat terlihat dan diamati baik
secara langsung maupun melalui pengukuran. Pada akhir proses pembelajaran
evaluasi menjadi point penting. Evaluasi tidak hanya melulu berdasarkan
penilaian hasil belajar, tetapi juga penilaian berdasarakan in put dan out put
dari proses pembelajarannya. Arifin (2013, hlm. 5) dalam bukunya yang
berjudul:”Evaluasi Pembelajaran”, memaparkan evaluasi adalah suatu proses
yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti)
dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka
pembuatan keputusan. Selanjutnya menurut Ningsing (2012, hlm. 124)
memaparkan bahwa dalam pelaksanaan evaluasi, beberapa komponen
evaluasi perlu diperhatikan, antara lain tujuan evaluasi, model dan jenis
evaluasi, objek evaluasi, instrumen evaluasi, sumber data, semuanya sudah
dipersiapkan pada tahap perencanaan evaluasi.
Terdapat tiga istilah yang acap kali digunakan dalam evaluasi, yaitu tes,
pengukuran, dan penilaian. Djemari Mardapi (1999) dalam Widoyoko (2009,
hlm. 4) memaparkan, tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya
112
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui alat untuk
mengumpulkan respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Tes
dapat dijadikan sebagai alat untuk mengumpulkan data, meskipun bukan cara
satu-satunya dalam memperoleh data. Selanjutnya menurut Oriondo (1998)
dalam Widoyoko (2009, hlm. 4) pengukuran dapat didefinisikan sebagai the
process by which information about the attributes or characteristics of thing
are determinied and differentiated. Dari konsep tersebut, sehingga
pengukuran dapat diartikan lebih luas dibandingkan tes. Karena, kita dapat
mengukur suatu objek tidak hanya melalui tes tetapi juga melalui pengamatan,
skala rating, dan dapat juga berupa data-data kuantitatif. Adapun Popham
(1955) dalam Widoyoko (2009, hlm. 4) mendefinisikan penilaian (assesment)
dalam konteks pendidikan sebagai sebuah usaha secara formal untuk
menentukan status siswa berkenaan dengan berbagai kepentingan pendidikan.
Kemudian evaluasi yang dilakukan pada peneliti/pengajaran ini yakni
pada saat siswa mengapresiasi sebuah karya seni dalam proses pembelajaran
berlangsung, pada saat praktek tari berlangsung, pada saat siswa memahami
nilai-nilai simbolik yang terdapat pada tari melinting tersebut, dan pada saat di
akhir peneliti/pengajaran dengan mengamati progres siswa dari awal
treatment hingga akhir, selain itu dapat juga melakukan post test berbentuk
angket pada siswa.
Setelah mengetahui komponen-komponen di dalam pembelajaran,
selanjutnya dengan menggunakan model pembelajaran Action Research
dengan paparan versi Mertler sesuai dengan sistem model pembelajaran
action research (AR), sebagaimana mengacu pada pembelajaran CTL serta
pendekatan Etnokoreologi dan teori Folklor yang telah dijabarkan pada bab II
dan III, maka tahap yang dilakukan dalam penelitian tindakan ini adalah
sebagai berikut. Penelitian ini akan dilakukan sebanyak empat kali siklus.
Masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Secara spesifik untuk
melihat, menanamkan, dan menguatkan identitas budaya melalui
pembelajaran tari melinting, siklus 1 dan siklus 2 lebih menekankan pada
pemahaman makna dan filosofi tari melinting berdasarkan falsafah ulun
113
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Lampung yaitu, nemui nyimah (sikap ramah). Siklus 3 dan 4 lebih
menekankan pada penanaman makna dan nilai fiosifi tari melinting
berdasarkan falsafah ulun Lampung yaitu, nengah nyappur (terbuka). Berikut
merupakan syntax pada siklus 1 sampai siklus 4.
Bagan 5.1
Syntax desain pembelajaran pada setiap siklus
(sumber: kreasi peneliti/pengajar, 2016)
Sesuai dengan paparan versi Mertler di dalam bab III langkah dan
tahapan yang dilakukan dalam penelitian tindakan ini adalah:
1. Tahap perencanaan
Langkah awal yang digunakan dalalm studi penelitian tindakan ini adalah
menentukan objek yang akan dipelajari secara persis. Tema-tema yang
digunakan merupakan tema-tema potensial yang berupa temuan yang
memancing minat dan rasa keingin tahuan siswa. Menurut Frangenkel &
Walen dalam Mertler (2011, hlm. 61) hal yang perlu dipahami bahwa tujuan
penelitian dalam penelitian tindakan adalah keinginan untuk membuat sesuatu
yang lebih baik, meningkatkan praktik spesifik tertentu, atau memperbaiki
Nemui nyimah
(Siklus 1)
Perencanaan
Pengambilan Tindakan
Pengembangan
Refleksi
114
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
sesuatu yang tidak berjalan semestinya. Oleh karena itu tujuan dari penelitian
harus diperhatikan dan di pahami dengan sebaik-baiknya.
Dari hasil observasi pada tanggal 2 Februari 2016 dan 4 Februari 2016 di
ketahui bahwa pembelajaran tari yang dilakukan di SMKN 1 Buay Bahuga ini
masih memakai metode terpusat guru sebagai model lebih tepatnya media
video yang digunakan, sementara siswa menirukan (imitasi) dari gerak yang
di lihat melalui video tari tersebut, sehingga siswa hanya menirukan tarian
yang sudah jadi, tanpa memahami secara spesifik bentuk tarian tersebut
(Kusmala Dewi dalam wawancara 4 Februari 2016). Selain itu guru juga
tidak menjelaskan mengenai pemahaman makna dan nilai pada tari yang di
ajarkan. Guru belum pernah memberikan pemahaman akan identitas budaya
ataupun keberagaman yang ada di Lampung. Sebenarnya guru berkeinginan
untuk mengajarkan atau memberikan pemahaman yang lebih mengenai tari
atau kebudayan yang diajarkan, namun dengan keterbatasan waktu dan
pemahaman guru sehingga hal tersebut menjadi sulit di lakukan. SMKN 1
Buay Bahuga juga belum memiliki guru mata pelajaran khusus yang berlatar
belakang Seni Budaya.
Menurut Cooper dalam sukadi (2009, hlm. 17), menyatakan empat
kompetensi guru. Yakni: (a) mempunyai pengetahuan tentang belajar dan
tingkah laku manusia, (b) mempunya pengetahuan dan menguasai bidang
studi yang dibinanya, (c) mempunyai sikap yang tepat untuk dirinya sendiri,
sekolah, teman sejawat dan bidang studi yang dibinanya, (d) mempunyai
ketrampilan teknik mengajar. Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa
kelas X, XI SMKN 1 Buay Bahuga, peneliti mendapat data bahwa
pembelajaran yang dilakukan adalah guru hanya mengajarankan tari
berdasarkan gerak dan iramanya saja (Suci dan Dimas dalam wawancara 10
Februari 2016). Guru tidak mengajarkan lebih lanjut mengenai kemampuan
penjiwaan ataupum pemahaman makna dan nilai yang terdapat di dalam
tarian tersebut. Guru juga tidak mengkaitkan pembelajaran tari dengan
pandangan hidup orang Lampung seperti falsafah yang dimilii oleh orang
Lampung.
115
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Hal ini yang mendasari peneliti untuk melakukan sebuah pembelajaran
yang tidak hanya memberikan pemahaman gerak tetapi juga mengkaitkan
hubungan makna dan nilai gerak pada filosofi yang di miliki oleh masyarakat
Lampung. Peneliti ingin mengajak siswa untuk bersama-sama memperoleh
“pengalaman” tidak hanya gerak tetapi pembelajaran tari yang lebih luas lagi.
Sehingga akan tercipata penguatan identitas budaya melalui pembelajaran tari
pada siswa yang beragam dengan terlebih dahulu memahami makna dan nilai
yang terkandung di dalam tarian tersebut dan dikaitkan pada filosofi yang
dimiliki oleh orang Lampung.
2. Tahap Pengambilan Tindakan
Langkah selanjutnya dalam proses tindakan adalah penetapan data spesifik
yang harus dikumpulkan berikut cara aktual pengumpulannya. Hal ini
memiliki keterkaitan antara pula antara instrument dan teknik-teknik
pengumpulan data lainnya yang dilakukan dalam proses penelitian. Untuk
melakukan perencanaan implementasi penguatan identitas budaya melalui
pembelajaran tari melinting, peneliti merancang beberapa hal diantaranya
merancang siklus, menyusun RPP (rancangan pelaksanaan pembelajaran),
mempersiapkan lembar observasi, pedoman wawancara, media pembelajaran,
alat dokumentasi berupa video dan kamera foto.
Pada saat observasi, tepatnya observasi kedua pada tanggal 4 Februari
2016, peneliti meminta ijin kepada kepala sekolah dan berdiskusi dengan guru
pengajar untuk mengatur jadwal penerapan penelitian. Berdasrkan kebijakna
sekolah proses penerapan pembelajaran (KBM) dilakukan pada saatn jam
pelajaran Seni Budaya yaitu hari Selasa jam ke 1 dan 2 dan hari Jumat jam ke
3 dan 4. Waktu pembelajaran berlangsung kurang lebih berkisar 2 x 45 menit.
Proses penelitian ini menggunakan metode action research (AR) yang
terdiri dari empat siklus yang terbagi menjadi empat kali pertemuan. Dalam
setiap siklus terdiri dari rencana pembelajaran, pelaksanaan, evaluasi, dan
refleksi. Secara singkat siklus tersebut sebagai berikut,
116
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Siklus 1 dan siklus 2 : Siswa memahami makna dan nilai yang terkandung di
dalam tari melinting berdasarkan falsafah nemui nyimah dan di
implementasikan di dalam ragam gerak tari melinting tersebut.
Siklus 3 dan siklus 4 : Siswa memahami makna dan nilai yang terkandung di
dalam tari melinting berdasarkan falsafah nengah nyappur dan di
implementasikan di dalam ragam gerak tari melinting tersebut.
Dalam siklus 1 peneliti terlebih dahulu mengawali dengan melakukan
pretest. Pretes dilakukan berupa pertanyaan-pertanyaan sederhana mengenai
pengetahuan falsafah, dan identitas budaya Lampung. Selain itu peneliti juga
menanyakan mengenai pemahaman siswa mengenai tari melinting dan tari-
tarian lainnya yang ada di provinsi Lampung. Selanjutnya peneliti
memberikan pemahaman tentang apa itu falsafah, apa itu identitas, dan
menjelaskan makna dan nilai yang terkandung di dalam tari melinting.
Sebagai stimulus digunakan rangsang auditif dan rangsang visual. Pada saat
menjelaskan tentang aspek-aspek tersebut peneliti menggunakan slide
mengenai gambar tari, gambar suasana perang antar suku di Lampung sebagai
pemahaman kesenjangan identitas, dan video tari melinting baik yang belum
mendapat pembaharuan dan tari melinting yang telah dibakukan.
Dalam siklus 2, 3, dan 4 peneliti tidak melakukan pretest lagi namun,
peneliti lebih menekankan pada penanaman makna dan nilai falsafah orang
Lampung sebagai bentuk penguatan identitas budaya pada siswa yang
beragam. Selain itu peneliti juga mengupas lebih dalam lagi mengenai tari
melinting itu sendiri dengan mengelompokkan beberapa ragam gerak yang
dirasa mewakili identitas budaya Lampung. Baik makna gerak ataupun
karakter dari gerak tersebut. Selanjutnya penjelasan mengenai makna dan
nilai di dalam tari melinting tersebut di jabarkan dengan mengaitkan antara
makna gerak, bentuk gerak, dan falsafah orang Lampung.
Peneliti menjelaskan tentang pi’il pasenggiri dengan salah satu unsur di
dalamnya yaitu nemui nyimah pada siklus 1 dan 2 yaitu pertemuan 1 dan 2,
kemudian nengah nyappur pada siklus 3 dan 4 yaitu pertemuan ke 3 dan 4.
Karakter dari nemui nyimah dan nengah nyappur tersebut disandingkan
117
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
dengan makna dan nilai di dalam tari melinting, yang pada akhirnya
mengarahkan pemahaman siswa akan pentingnya sebuah sikap toleransi,
solidaritas, sosialisasi dan saling menerima di dalam keberagaman.
Penjelasan mengenai makna dan nilai serta falsafah yang dikaitkan di
dalam identitas yang seharusnya ada di dalam diri masyarakat Lampung
tersebut terjadi pada setiap siklusnya yaitu, siklus 1 sampai dengan siklus 4.
Treatment yang digunakan pada setiap siklus sama hanya berbeda pada materi
ajar yang diberikan. Dari pembelajaran tersebut siswa dapat mengapresiasi
dengan berkomentar, berpendapat, sehingga terjadi diskusi aktif. Pada akhir
proses pembelajaran di dalam siklus satu guru dapat mengetahui ketercapaian
pemahaman identitas budaya dan perubahan sikap yang terjadi pada siswa
melalui lembar indikator penilaian sikap berdasarkan falsafah orang Lampung
dengan unsur nemui nyimah dan nengah nyappur, kemudian untuk
mengetahui perkembangan Visual Activies, Motor Activities, dan Emotional
Activities digunakan lembar indikator perolehan sikap.
Proses penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pelaksana tindakan. Dalam
menjalankan perannya, peneliti bertindak sebagai motivator dan fasilitator
bagi siswa. Dalam pelaksanaan di kelas, guru Seni Budaya di SMKN 1 Buay
Bahuga khususnya kelas X. TKJ 1 juga turut membantu mengarahkan siswa
dan turut membantu peneliti dalam melakukan proses pembelajaran.
Selanjutnya media pembelajaran merupakan salah satu alat untuk
menyampaikan materi kepada siswa. Media digunakan untuk membawa
informasi atau pesan pengajaran kepada siswa. Melalui media, pembelajaran
menjadi lebih menarik, interaktif dan menyenangkan. Gerlach dan Ely dalam
Fadilah (2012, hlm. 206) menyebutkan bahwa media adalah grafik, fotografi,
elektronik atau alat-alat menyajikan, memproses dan menjelaskan informasi
lisan dan visual. Untuk penguatan identitas budaya melalui pembelajaran tari
melinting di SMKN 1 Buay Bahuga Lampung peneliti mempersiapkan
beberapa media pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi dan keadaan
sekolah. Beberapa macam media yang digunakan adalah:
118
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
1. Media Visual, merupakan media yang hanya mengandalkan indra
penglihatan saja. Contoh media ini adalah media grafis (gambar) dan
media proyeksi pada (OHP, slide). Pada setiap siklusnya baik siklus 1 dan
siklus 2, siklus 3, dan siklus 4 peneliti menyampaikan materi
menggunakan power point berisi gambar-gambar tari-tarian daerah dan
gambar-gambar yang mengarah pada identitas budaya dan latar belakang
mengapa identitas budaya tersebut menjadi penting untuk dipelajari.
Sebagai pendukung digunakan player berupa laptop, pengeras suara dan
LCD. Melalui gambar-gambar realis yang ditampilkan tersebut, siswa
dapat melihat dan mendapat pengetahuan tentang materi yang sedang dan
akan dipelajarinya.
2. Media Audiovisual, merupakan media yang memiliki unsur suara dan
gambar yang bergerak. Pada siklus 1, peneliti menyampaikan bentuk
pertunjukan dari tari melinting , yang kemudian dari video tersebut siswa
dapat menganalisis lebih lanjut mengenai makna, nilai, dan karakter dari
tari melinting itu sendiri. Sebagai alat pendukung digunakan player berupa
laptop. Speaker sebagai pengeras suara, dan LCD.
Fraenkel dan Wallen dalam Mertler (2011, hlm. 65) mengajukan 3 (tiga)
kategori yang terkait dnegan teknik pengumpulan data dalam penelitian
tindakan. Pertama, peneliti dapat mengamati para partisipan yang terlibat
dalam proses pendidikan. Partisipan mencakup siswa, guru SMKN, kepala
sekolah, pihak penyelenggara sekolah dan orang tua. Saat melakukan
pengamatan peneliti berusaha memperoleh data semaksimal mungkin.
Sebagai penguat data, sehingga peneliti membuat catatan lapangan yang
digunakan untuk melukiskan peristiwa atau objek yang diamati dan didengar
secara detail.
Pendokumentasian dalam penelitian ini tidak hanya bertumpu pada saat
pembelajaran di dalam kelas saja, tetapi juga berkenaan dengan beberapa
kegiatan dan aktivitas siswa SMKN 1 Buay Bahuga yang lain, baik berupa
pembelajaran harian, dan interaksi siswa pada saat jam pelajaran usai.
Wawancara juga digunakan dalam mengumpulkan data dari para individu
119
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
yang terkait dengan penelitian. Dapat dilakukan secara lisan, maupun tertulis.
Peneliti melakukan wawancara dengan siswa, guru Seni Budaya , dan kepala
sekolah. Melalui kepala sekolah, peneliti dapat memperoleh informasi
berkenaan dengan profil SMKN 1 Buay Bahuga (sejarah, visi misi strategi,
program, agenda kegiatan, dan struktur organisasi). Untuk hal-hal yang
berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas peneliti dapat memperoleh
informasi dari guru Seni Budayanya langsung. Siswa sebagai subjek
penelitian merupakan responden yang menjadi sumber perolehan data utama
berkaitan dengan penguatan identitas budaya melalui pembelajaran tari
melinting, kegiatan tanya jawab yang terstruktur maupun tidak terstruktur
antara peneliti dan siswa dapat berada pada wilayah kreativitas, motivasi,
ekspresi, emosi dan ragam kegiatan lain secara langsung yang terjadi selama
proses belajar mengajar berlangsung.
3. Tahap pengembangan
Menurut Creswell dalam Mertler (2001:69) hal penting dari penyusunan
rencana aksi adalah keberadaan/ kemunculan pendekatan yang spesifik dan
kasat untuk mencoba beberapa gagasan baru sebagai sarana untuk
memecahkan permasalahan awal. Rencana aksi dapat dikatakan juga sebagai
strategi yang digunakan untuk mengimplementasikan hasil-hasil penelitian
tindakan. Selama proses ini dilakukan, efektivitas harus tetap diperhatikan,
dievaluasi dan direvisi.
Pada tahap ini penguatan identitas budaya melalui pembelajaran tari
melinting mulai diterapkan berdasarkan tema atau materinya. Pembelajaran
yang pada awalnya hanya berupa gerak dan musik pada tahap ini dilakukan
perbaiakan dalam sistematika pembelajaran tari. Siswa tidak hanya diajarkan
gerak dan musik, tetapi juga makna dan nilai yang terkandung di dalam gerak
tari tersebut, kemudian dikaitkan dengan falsafah nemui nyimah dan nengah
nyapur yang dimiliki orang Lampung. Pembelajaran terdiri dari 4 siklus.
Sejalan dengan proses yang dilakukan peneliti juga mempesiapkan properti
120
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
berupa kipas tari melinting yang dipergunakan sebagai penunjang dalam
pengaplikasian ragam gerak.
4. Tahap Refleksi
Tahap refleksi dilakukan pada setiap pertemuannya pada akhir kegiatan
pengamatan. Berfungsi untuk merangkum hasil penelitian, menciptakan
strategi untuk berbagi hasil penelitian dan meninjau seluruh proses penelitian.
Refleksi merupakan langkah penting di dalam sebuah penelitian tindakan,
karena pada bagian ini peneliti melakukan penganalisisan terhadap apa saja
yang telah dilakukan.
Dala tahap refleksi, peneliti mengemukakan kembali apa yang telah
terjadi kegiatan apa saja yang telah dilakukan, berupa kemajuan, kemunduran
atau faktor yang menghambat proses belajar mengajar. Selanjutnya peneliti
bersama observer mendiskusikan semua hal yang terjadi dalam proses
pembelajaran. Hasil diskusi saat refleksi dijadikan sebagai pedoman dalam
menentukan perencanaan untuk tahap pembelajaran selanjutnya. Berikut
merupakan desain pembelajaran pada setiap siklusnya.
Dalam penelitian ini proses kegiatan penelitian dapat di rangkum
menggunakan syntax-syntax. Berikut merupakan paparkan syntax dari desain
peneliti/pengajaran mengenai penguatan identitas budaya melalui pembelajaran
tari melinting di SMKN 1 Buay Bahuga Lampung secara umum sebagai berikut:
121
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Siklus 2 Siklus 3 Siklus 4
Syntax Desain Dari Penguatan Identitas
Budaya Melalui Pembelajaran Tari
Melinting Di SMKN 1 Buay Bahuga
Pertemuan II Pertemuan I Pertemuan III Pertemuan IV
Pretest
Berupa pemahaman
akan falsafah dan
identitas Lampung
Apresiasi menggunakan
visual dan audio visual
berupa fota (gambar) dan
video mengenai mengapa
identitas budaya
merupakan hal penting
pada masyarakat majemuk
dan pengenalan mengenai
bentuk tari melinting
Pemberian materi
mengenai identitas
budaya melalui
pengenalan bentuk ragam
gerak khas tari melinting
, pengkategorian gerak
dan makna, nilai
simbolik yang terdapat di
dalamnya berdasarkan
falsafah nemui nyimah
Siklus 1
Aplikasi
pemahaman
makna dan nilai
yang terkandung
di dalam tari
melinting melalui
praktik ragam
gerak
Pemberian materi
mengenai identitas
budaya melalui
pendekatan CTL dan
metode pembelajaran
AR dan praktik
bentuk ragam gerak
tari melinting sebagai
wujud pemahaman
akan nilai-nilai
simbolik yang
terdapat pada tari
melinting
Identifikasi tari
melinting dari segi
teks. Berfungsi untuk
memberikan
pemahaman akan
makna dan nilai pada
tari melinting dan
selanjutnya
mengkaitkannya
dengan falsafah
orang Lampung yaitu
nengah nyappur.
Pemberian materi
mengenai identitas
budaya melalui
pengenalan bentuk ragam
gerak khas tari melinting
dan makna, nilai simbolik
yang terdapat di
dalamnya berdasarkan
falsafah nengah nyappur
Pemberian materi
mengenai identitas
budaya melalui praktik
bentuk ragam gerak tari
melinting dan
pemahaman akan nilai-
nilai simbolik yang
terdapat pada tari
melinting Identifikasi tari melinting
dari segi teks. Berfungsi
untuk memberikan
pemahaman akan makna
dan nilai pada tari
melinting dan selanjutnya
mengkaitkannya dengan
falsafah orang Lampung
yaitu nemui nyimah.
Refleksi Diskusi
Posttest
dan
review
PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA
Refleksi
Refleksi Refleksi
122
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Bagan 5.1
Syntax desain pembelajaran secara umum
(sumber: kreasi peneliti/pengajar, 2016)
Berdasarkan syntax di atas dapat diketahu bahwa penguatan identitas budaya
melalui pembelajaran tari melinting terdiri dari 4 siklus dan 4 kali pertemuan,
sesuai dengan sistem model pembelajaran action research (AR) yang telah
dipaparkan sebelumnya. Sebagaimana mengacu pada pendekatan CTL serta
pendekatan Etnokoreologi dan teori folklor yang telah dijabarkan pada bab II dan
bab III. Pada pertemuan pertama peneliti/pengajaran diawali dengan pretest.
Pretest dilakukan secara lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada
tujuan pembelajaran. Berupa pertanyan mengenai identitas, falsafah yang dimiliki
orang Lampung, dan pengetahuan mengenai tari melinting. Selanjutnya masuk
pada tahap apresiasi menggunakan visual berupa gambar-gambar yang
merangsang pengetahuan berkenaan pentingnya sebuah identitas pada masyarakat
yang beragam dan audiovisual berupa video tari melinting. Tahap terakhir proses
pembelajaran pada pertemuan pertama yaitu siswa diajak untuk kreatif dan
mengidentifikasi tari melinting dari segi teksnya. Pada tahap ini siswa di putarkan
video tari melinting dan kemudian siswa diminta untuk mengamati bentuk gerak,
kostum, tampilan, jumlah penari dan sebagainya. Selanjutnya setelah siswa
mengamati dan menganalisis, siswa diminta untuk mengungkapkan pendapatnya
tentang apa yang telah mereka amati dan ketahui tentang tari melinting. Pada saat
siswa mengamati peneliti menjelaskan mengenai makna dan nilai yang
terkandung di dalam gerak tari melinting dan dikaitkan dengan falsafah dengan
unsur nemui nyimah. Dalam proses pembelajarannya peneliti menjelaskan secara
bertahap mulai dari apa itu identitas, apa itu budaya, apa itu masyarakat majemuk,
apa itu falsafah, apa itu nemui nyimah dan sebagainya. Tahap akhir pada
pertemuan pertama yaitu refleksi.
Pertemuan kedua, materi yang diberikan adalah kelanjutan dari pertemuan
pertama. Pertemuan pertama lebih kepada pemahaman akan identitas dan falsafah
nemui nyimah, sedangkan pada pertemuan yang kedua pemahaman akan makna,
123
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
nilai, falsafah nemui nyimah, serta identitas di aplikasikan pada gerak tari
melinting, dan sikap siswa saat mempraktikan gerak dan saat mengikuti kegiatan
pembelajar berlangsung. Proses pembelajaran diawali dengan pemahaman
kembali akan identitas budaya, falsafah, makna dan nilai. Kemudian pengenalan
ragam gerak tari melinting terlebih dahulu berdasarkan kategorisasi, selanjutnya
dari sekian ragam gerak putra dan ragam gerak putri dikelompokkan lagi pada
ragam gerak yang menjadi ciri khas dan memiliki nilai-nilai simbolik di
dalamnya. Pada bagian ini siswa diajarkan lebih mendalam terhadap kajian
konteks pada tari melinting, siswa juga diberikan pemahaman akan makna dan
nilai yang terdapat pada tari melinting berdasarkan falsafah masyarakat Lampung.
Setelah tahap pengenalan ragam gerak, masuk pada tahap demonstrasi gerak, guru
mendemontrasikan bentuk gerak tari melinting di depan kelas. Siswa
memperhatikan dan setelah guru mendemontrasikan siswa menirukan dan latihan
di ulangi berkali-kali bersama guru. Pada saat guru mendemonstrasikan gerak,
peneliti menjelaskan mengenai makna gerak dan kaitannya antara gerak dan
falsafah, kemudian peneliti bersama siswa menganalisis kira-kira nilai apa yang
terdapat di dalam ragam gerak tersebut. peneliti juga mengingatkan pada setiap
pertemuannya bahwa, aplikasi pemahaman akan nilai, makna, dan identitas
budaya di dalam tari melinting tidak hanya terjadi di dalam ruang kelas tetapi juga
diharapkan siswa mengaplikasikannya di dalam kehidupan sosial. Nemui nyimah
sendiri merupakan suatu sifat atau karakter masyarakat Lampung yang ramah dan
terbuka sehingga di harapkan terjadinya perubahan sikap sesuai dengan indikator
yang telah diberikan. Tahap akhir pada pertemuan kedua dilakukan refleksi.
Kemudian, pada hasil akhir untuk melihat ketercapaian siswa mengenai identitas
di dalam siklus 1 dan siklus 2 dapat di lihat dari indikator penilaian sikap
berdasarkan falsafah nemui nyimah dan indikator aktivitas siswa yaitu, visual
activities, motor activities, dan emotional activities.
Pertemuan ketiga merupakan masuk pada siklus 3. Awal proses pembelajaran
di dalam pertemuan ke tiga adalah mengidentifikasi tari melinting terlebih dahulu
dari segi teks. Berfungsi untuk memberikan pemahaman akan makna dan nilai
yang terdapat pada tari melinting. Pada pertemuan ketiga siswa sudah mulai
124
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
terbiasa memahami istilah-istilah yang terdapat pada tari melinting. Peneliti
memberikan pemahaman akan makna dan nilai-nilai simbolik yang terdapat pada
tari melinting berdasarkan falsafah nengah nyappur dalam masyarakat Lampung.
Sistematika pembelajaran pada pertemuan ketiga ini adalah pertama peneliti
memberikan pemahaman mengenai identitas meski pemahaman secara garis besar
telah diberikan pada pertemuan pertama namun, pada pertemuan ketiga identitas
yang dimaksud dikaitkan dengan falsafah nengah nyappur. Peneliti juga
menjelaskan mengenai apa itu nengah nyappur, dan mengapa hal tersebut dapat
dijadikan identitas bagi orang Lampung sendiri. Pada pertemuan kedua materi
mengenai pengkategorian gerak telah diberikan, namun diulas kembali pada
pertemuan ketiga mengenai pengkategorian gerak, maksud dari pengkategorian
gerak adalah pemilihan gerak-gerak yang terdapat pada tari melinting yang
menjadi ciri khas tari melinting itu sendiri. Selanjutnya di lakukan aplikasi gerak
dengan di awali guru mendemonstrasikan ragam gerak tari melinting di lanjutkan
dengan penjelasan mengenai makna dan nilai yang terkandung di dalamnya dan
hubungannya antara falsafah dengan unsur nengah nyappur. Setelah peneliti
mendemonstrasikan dan memberikan penjelasan secara bersama-sama guru dan
siswa mempraktikannya. Tahap akhir pada pertemuan ketiga yaitu refleksi.
Pertemuan keempat, merupakan akhir dari siklus 4. Pada pertemuan keempat
materi ajarnya adalah mengenai identitas budaya melalui pengenalan bentuk
ragam gerak khas tari melinting dan makna, nilai simbolik yang terdapat di
dalamnya berdasarkan falsafah nengah nyappur. Selanjutnya pengaplikasian di
dalam gerak tari melinting dengan pemberian materi mengenai identitas budaya
melalui demonstrasi dan praktik bentuk ragam gerak tari melinting dan
pemahaman akan nilai-nilai simbolik yang terdapat pada tari melinting. Setelah
serangkaian kegiatan pembelajaran dilakukan, selanjutnya dilakukan diskusi.
Meskipun demikian diskusi juga di lakukan pada setiap pertemuannya. Diskusi
pada pertemuan keempat berfungsi untuk membahas segala sesuatu yang terkait
dengan materi aja dari pertemuan pertama hingga pertemuan keempat. Siswa
diminta untuk meberikan pendapatnya dan melakukan tanya jawab berkaitan
materi ajar. Selanjutnya peneliti selalu mengingatkan agar siswa mengaplikasikan
125
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
pembelajaran tersebut di dalam kehidupan sehari-hari, agar antar siswa yang
beragam dapat membaur satu sama lainnya. Sehingga keberagaman yang ada akan
menjadi indah. Tahap akhir pada pertemuan keempat yaitu refleksi. Sebelumnya
peneliti juga memberiakan angket kepada siswa, berisi pertanyaan-pertanyaan
mengenai sejauh mana siswa memeroleh pemahaman akan materi ajar yang
diberikan. Angket tersebut berupa jawaban-jawaban singkat, yang kemudian di
analisis secara deskriptif dengan mengacu pada data yang diperoleh di setiap
pertemuannya.
C. Proses Penguatan Identitas Budaya Melalui Pembelajaran Tari Melinting
Di SMKN 1 Buay Bahuga
Penguatan identitas budaya melalui pembelajaran tari melinting dilakukan
sebanyak 4 kali siklus diamana yang terdiri dari 4 pertemuan. Bentuk kegiatan
yang dilakukan telah dipaparkan pada desain pembelajaran di atas. Kegiatan
tersebut merupakan satu rangkaian kegiatan yang dilakukan berdasarkan tahapan
dan saling berkesinambungan satu sama lainnya. Dalam proses penerapannya
harus sesuai dengan desain pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya.
Pembelajaran yang diberikan kepada siswa, diharapkan dapat memberikan
pemahaman kompleks dan mendalam dari segi teks dan konteks sebuah tari etnis
yaitu tari melinting berdasarkan falsafah orang Lampung, dan dapat di
aplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari.
Observasi pertama dilakukan pada tanggal 2 februari 2016. Dalam bab III
telah dijelaskan tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui lokasi,
persiapan yang akan dilakukan, bagaimana sistematika pelaksanaan pada saat pra
observasi hingga pelaksanaannya, siapa saja yang akan terlibat pada saat
pelaksanaan kegiatan tersebut, dan sebagainya yang berhubungan dengan data
peneliti/pengajaran yang dibutuhkan. Selain itu, observasi ini dilaksanakan untuk
mengetahui tentang hal yang berhubungan dengan tari melinting sebagai
penguatan identitas budaya. Pada hasil observasi dapat diketahui, bahwa belum
terdapat perubahan yang signifikan dalam pembelajaran seni tari, terutama tari
etnis yang merupakan refleksi penguatan identitas masyarakat Lampung.
126
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Pembelajaran masih berupa pemahaman dari segi teks tanpa menyentuh bagian
konteksnya. Materi yang diberikan guru masih sebatas gerak dengan iringan
musik, dan tidak memberikan pemahaman akan esensi makna dan nilai yang
terkandung di dalam tari melinting tersebut.
Kegiatan yang dilakukan peneliti/pengajar adalah menemui staf tata usaha
yang ada disana untuk menyampaikan maksud dan tujannya datang ke SMKN 1
Buay Bahuga. Maksud dari kedatangan ini adalah untuk menemui kepala sekolah
SMKN 1 Buay Bahuga, dengan prihal observasi untuk peneliti/pengajaran tesis.
Staf tata usaha mempersilahkan untuk menunggu sejenak, kemudian beliau
menuju ruang kepala sekolah untuk menyampaikan maksud dan tujuan calon
peneliti/pengajar tersebut kepada kepala sekolah. Saat bertemu kepala sekolah
terlebih dahulu saya selaku peneliti berkenalan dengan kepala sekolah, kemudian
menyampaikan maksud dan tujuan datang dan menemui Imam Handoko S.Pd
selaku kepala sekolah. Setelah berbincang-bincang ternyata beliau menyambut
baik dengan maksud tujuan datang untuk melakukan penelitian/pengajaran
mengenai penguatan identitas budaya melalui pembelajaran tari melinting. Kepala
sekolah mengizinkan untuk melakukan penelitian/pengajaran di SMKN 1 Buay
Bahuga. Pada observasi pertama calon peneliti diizinkan untuk melihat situasi dan
kondisi dari sekolah tersebut.
Selanjutnya peneliti/pengajar melakukan observasi kedua pada tanggal 4
februari 2016, tujuan observasi ini untuk mengetahui lebih mendalam mengenai
sasaran yang akan dijadikan objek peneliti. Sekaligus juga untuk menyerahkan
surat ijin penelitian dan penyesuaian jadwal kepada guru mata pelajaran Seni
Budayanya. Kegiatan awal kembali menemui staf tata usaha terlebih dahulu dan
menyerahkan surat penelitian. Kemudian surat tersebut di teruskan kepada kepala
sekolah, selanjutnya kepala sekolah mengajak untuk menemui guru seni budaya
yang mengajar dan sekaligus membina pembelajaran pengembangan diri atau
ekstrakurikuler tari di sekolah tersebut. Setelah bertemu dengan guru tersebut
kepala sekolah berbicara sejenak kepada guru untuk membantu membimbing
saya selaku peneliti dalam proses penelitian. Saya berkenalan dengan guru Seni
Budaya yang bernama Rita Kusmala Dewi S.Pd dan akrab di panggil ibu Rita.
127
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Setelah mengetahui secara langsung mengenai maksud dan tujuan saya berada dan
menemui beliau di SMKN 1 Buay Bahuga ini, selanjutnya ibu Rita menjelaskan
keadaan dan kondisi siswa yang ada disekolah tersebut, bagaimana situasi siswa,
situasi sekolah, dan kendala saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu ibu
Rita juga menginformasikan jadwal pembelajaran seni budaya yaitu pada hari
selasa dan jumat dengan waktu 2 x 45´.
Berikut merupakan tindakan yang akan dilakukan pada setiap siklusnya.
Tabel 5.1 Pembahasan Setiap Siklus Berdasarkan Penelitian Tindakan yang
Dilakukan Siklus Tujuan Materi Pembahasan
1 Siswa mendapat
pemahaman berkenaan
dengan identitas budaya
Lampung melalui
identifikasi tari melinting
berdasarkan teks dan
pembelajaran ragam
gerak tari melinting yaitu
sukhung sekapan, babar
kipas, dan melayang.
Pembelajaran tersebut
dikaitkan berdasarkan
makna, nilai dan falsafah
orang Lampung yaitu,
nemui nyimah dengan
indikator ramah,
toleransi, dan sopan.
Indikator tersebut
mengarah pada
perubahan karakter
pribadi siswa.
Pemahaman
mengenai
makna, nilai
berdasarkan
falsafah orang
lampung melalui
visual dan
audiovisual,
selanjutnya
dilakukan
pengelompokkan
dan pemilihan
ragam gerak
yang mewakili
identitas tari
melinting dan
identitas budaya
Lampung.
Melalui pembelajaran ragam gerak
tersebut siswa mendapat apresiasi
dan wawasan mengenai tari
melinting. Mengawali dengan
pemberian stimulus dan pemahaman
berkenaan apa itu identitas budaya,
apa itu keberagaman, apa itu falsafah
Lampung, apa itu nemui nyimah, dan
apa itu tari melinting. Siswa hanya
ditekankan pada pemahan teks tari
melinting melalui gambar dan video
yang ditampilkan.
Setelah pemahaman identitas
melalui identifikasi selanjutnya,
pemahaman mengenai gerak
berdasarkan gerak-gerak yang di
anggap mewakili identitas tari
melinting dan identitas budaya
Lampung. Adapun ragam gerak
tersebut yaitu, babar kipas, sukhung
sekapan, dan melayang. Melalui
pemahaman bentuk gerak siswa di
ajak untuk memahami makna dan
nilai di dalam tari melinting
berdasarkan falsafah nemui nyimah
dengan indikator ramah, toleransi,
dan sopan.
2 Siswa mendapat
pemahaman berkenaan
dengan identitas budaya
Lampung melalui
pembelajaran ragam
gerak tari melinting yaitu
sukhung sekapan, babar
kipas, dan melayang.
Pembelajaran tersebut
dikaitkan berdasarkan
makna, nilai dan falsafah
Aplikasi 3 ragam
gerak tari
melinting yang
telah
dikategorisasikan
dan menjadi
identitas tari
melinting
tersebut.
Melalui pembelajaran ragam gerak
tersebut siswa mendapat apresiasi
dan wawasan mengenai tari
melinting. Mengawali dengan
pemberian stimulus dan pemahaman
berkenaan apa itu identitas budaya,
apa itu keberagaman, apa itu falsafah
Lampung, apa itu nemui nyimah, dan
apa itu tari melinting. Siswa tidak
hanya memahami tari melinting dari
segi teks saja namun juga
128
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
orang Lampung yaitu,
nemui nyimah dengan
indikator ramah,
toleransi, dan sopan.
Kemudian, melihat
adakan perubahan yang
terjadi dari treatment
yang diberikan pada
siklus 1
konteksnya.
Setelah siswa memahami makna dan
nilai di dalam tari melinting
berdasarkan falsafah nemui nyimah
selanjunya diharapkan indikator
ramah, toleransi, dan sopan dapat
terlaksana dengan baik di dalam
perubahan sikap sebagai efek dari
pemahaman identitas budaya
3 Siswa mendapat
pemahaman berkenaan
dengan identitas budaya
Lampung melalui
pembelajaran ragam
gerak tari melinting yaitu
sukhung sekapan, babar
kipas, dan melayang.
Pembelajaran tersebut
dikaitkan berdasarkan
makna, nilai dan falsafah
orang Lampung yaitu,
nengah nyappur dengan
indikator senang
bersosialisasi dan
interaktif. Indikator
tersebut mengarah pada
perubahan karakter siswa
di dalam pembelajaran.
Aplikasi 3 ragam
gerak tari
melinting yang
telah
dikategorisasikan
yaitu, babar
kipas, sukhung
sekapan, dan
melayang
sehingga
berdampak pada
pemahaman
identitas budaya
melalui tari
melinting
tersebut.
Melalui pembelajaran ragam gerak
tersebut siswa mendapat apresiasi
dan wawasan mengenai tari
melinting. Mengawali dengan
pemberian stimulus dan pemahaman
berkenaan apa itu identitas budaya,
apa itu keberagaman, apa itu falsafah
Lampung, apa itu nengah nyappur,
dan apa itu tari melinting. Siswa
tidak hanya memahami tari
melinting dari segi teks saja namun
juga konteksnya.
Setelah siswa mampu
mengaplikasikan gerak tari melinting
tersebut dan memahami makna dan
nilai di dalamnya berdasarkan
falsafah nengah nyappur selanjutnya
dilakukan penekanan terhadap
aplikasi dari indikator senang
bersosialisai dan interatif.
4 Siswa mendapat
pemahaman berkenaan
dengan identitas budaya
Lampung melalui
pembelajaran ragam
gerak tari melinting yaitu
sukhung sekapan, babar
kipas, dan melayang.
Pembelajaran tersebut
dikaitkan berdasarkan
makna, nilai dan falsafah
orang Lampung yaitu,
nengah nyappur dengan
indikator senang
bersosialisasi dan
interaktif. Indikator
tersebut mengarah pada
perubahan karakter siswa
di dalam pembelajaran.
Aplikasi 3 ragam
gerak tari
melinting yang
telah
dikategorisasikan
yaitu, babar
kipas, sukhung
sekapan, dan
melayang
sehingga
berdampak pada
pemahaman
identitas budaya
melalui tari
melinting
tersebut.
Melalui pembelajaran ragam gerak
tersebut siswa mendapat apresiasi
dan wawasan mengenai tari
melinting. Mengawali dengan
pemberian stimulus dan pemahaman
berkenaan apa itu identitas budaya,
apa itu keberagaman, apa itu falsafah
Lampung, apa itu nengah nyappur,
dan apa itu tari melinting. Siswa
tidak hanya memahami tari
melinting dari segi teks saja namun
juga konteksnya.
Setelah siswa memahami makna dan
nilai di dalam tari melinting
berdasarkan falsafah nengah
nyappur selanjutnya diharapkan
indikator senang bersosialisai dan
interatif dapat terlaksana dengan
baik di dalam pemberalajaran
sebagai efek dari pemahaman
identitas budaya
Berikut merupakan deskripsi dari poses dan materi ajar yang diberikan pada
siklus 1 sampai dengan siklus 4.
129
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
a. Siklus 1 (Pertemuan 1)
Siklus 1, menggunakan metode Action Research dan pendekatan CTL di
dukung media pembelajaran baik visual maupun audio visual. Tujuan dari siklus 1
adalah untuk memberikan pengetahuan serta pemahaman mengenai identitas
budaya, keberagaman, dan falsafah orang Lampung. Pemahaman materi mengenai
lingkungan ini merupakan stimulus untuk siswa dalam melakukan kegiatan
pembelajaran tari yang berlandaskan akan penguatan identitas budaya. Rincian
kegian tersebuat adalah:
Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 18 Maret 2016 tepatnya pada hari
jumat jam ke 3 dan 4. Awal pertemuan langsung bertemu dengan ibu Rita selaku
guru mata pelajaran seni budaya. Saat proses peneliti/pengajaran ibu Rita akan
mendampingi saya selaku peneliti/pengajar di dalam kelas, dan ikut
memperhatikan proses pembelajarannya. Agar nantinya ketika proses
peneliti/pengajaran ini selesai dilakukan beliau dapat menerapkan metode dan
cara mengajar yang peneliti/pengajar lakukan. Untuk menciptakan iklim belajar
yang baik salah satunya dari tempat siswa belajar. Sebelum proses belajar
mengajar berlangsung peneliti terlebih dahulu menyiapkan ruang kelas yang
bersih dan tertata rapih. Menurut literature dan kajian pembentukan kelas yang
baik akan menentukan keaktifan peserta didik dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Selanjutnya terdapat 2 siswa dan satu guru mata pelajaran seni
budaya yang membantu peneliti untuk menata dan mebersihkan ruang kelas,
menyusun kursi-kursi, dan mempersiapkan laptop sebagai player dan LCD
proyektor untuk penayangan presentasi.
Langkah-langkah pembelajaran:
Tabel 5.2 Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan tahapan kegiatan pada
pertemuan pertama
No Kegiatan Aspek Materi Waktu 1. Kegiatan
Awal Nemui Nyimah: Ramah, Sopan, dan Bertoleransi
a. Pengenalan kepada peserta didik
3 menit
b. Mengecek kehadiran
2 menit
a. Berdo’a bersama 2 menit
130
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung
c. Memaparkan tujuan dari pembelajaran tari melinting sebagai implikasi dari penguatan identitas budaya Lampung
3 menit
b. Pretes (dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada siswa tentang sejauh mana kemampuan kognitif siswa terhadap identitas budaya, falsafah Lampung dan tari melinting)
10 menit
2. Kegiatan Inti
a. Apresiasi tari melinting menggunakan visual dan audio visual
15 menit
b. Siswa diberikan pemahaman mengenai falsafah nemui nyimah agar dapat mengaplikasikan sikap ramah, sopan, dan bertoleransi
20 menit
131
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
c. Identifikasi tari melinting berdasarkan teks dan memberikan pemahaman mengenai makna dan nilai yang terkandung di dalamnya berdasarkan falsafah nemui nyimah
20 menit
3. Kegiatan Ahir
a. Berdiskusi berkenaan dengan hasil identifikasi siswa terhadap tari melinting
5 menit
b. Guru dan siswa menyimpulkan tentang hasil pembelajaran pada hari ini
5 menit
c. Mengakhiri pertemuan, menginformasi-kan untuk pertemuan berikutnya, dan selanjutnya ditutup dengan doa bersama-sama dan salam.
5 menit
Kegiatan awal (20 menit)
Kegiatan awal merupakan tahap apresiasi yang tediri dari beberapa sub
pembahasan. Kegiatan ini diawali dengan peneliti/pengajar terlebih dahulu
mengkondisikan siswa dengan cara mengucapkan salam, memperkenalkan diri,
mengecek kehadiran siswa dan berdo’a bersama sebelum proses belajar
mengajar dimulai, kegiatan tersebut berlangsung selama 10 menit. Berdoa
132
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
merupakan salah satu sikap yang dilakukan untuk menanamkan indikator
toleransi antar siswa.
Peneliti mengucapkan salam kemudian menyapa siswa dengan ucapan
“halo selamat pagi” dan menanyakan kabar “apa kabar semua”? kepada seluruh
siswa. Pada awalnya siswa menjawab tidak serempak, lalu peneliti
mengucapkan sekali lagi, kemudian siswa menjawab dengan serempak dan
dengan intonasi lebih keras “selamat pagi bu” dan “baik”. Selanjutnya yaitu
perkenalan, peneliti melakukan perkenalan dengan siswa. Peneliti mengawali
dengan bertanya “apakah sudah ada yang mengenal ibu ini siapa”? siswa
menjawab “belum bu”, kemudian peneliti menyebutkan nama, dan
menjelaskan tujuan keberadaan di ruang kelas tersebut. Proses perkenalan dan
interaksi di awal pertemuan dapat dijadikan sebagai sikap penanaman
indikator ramah dan sopan kepada siswa. Melalui kegiatan apersepsi peneliti
dapat melihat respont siswa.
Kegiatan selanjutnya yaitu mengecek kehadiran siswa. Peneliti
memanggil satu persatu nama siswa berdasarkan data urutan nama di absensi
kelas. Pada saat mengecek kehadiran siswa dapat diketahui jumlah siswa yang
terdapat di kelas X.TKJ 1 ini ada 29 siswa. Pada pertemuan pertama hanya ada
27 siswa yang hadir, 1 dengan keterangan izin dan 1 dengan keterangan
dispensasi kegiatan lomba paskibra antar kabupaten. Pada saat perkenalan
dengan siswa diketahui bahwa dalam satu kelas tersebut terdiri dari siswa yang
bergam etnis dan didominasi oleh suku Jawa dengan jumlah 14 siswa,
Lampung 7 siswa, Sunda 3 siswa, Bali 2 siswa, dan Sumatera Selatan 3 siswa.
Pada pertemuan pertama ini dapat diketahui pula siswa dalam satu kelas ini
terdiri dari agama yang beragam dan didominasi dengan agama Islam dengan
jumlah 22 siswa, Kristen 5 siswa, dan Hindu 2 siswa. Tahapan selanjutnya
yaitu peneliti/pengajar menginformasikan atau mengarahkan siswa tentang apa
yang akan dipelajari pada proses pembelajaran kali ini. Sebelum
peneliti/pengajar menjelaskan lebih lanjut mengenai identitas budaya,
keberagaman, falsafah orang Lampung dan tari melinting terlebih dahulu
peneliti/pengajar melakukan pretest sederhana yang berupa pertanyaan-
133
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
pertanyaan yang berhubungan dengan tari melinting. Pretest juga dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan afektif dan kognitif siswa terhadap
identitas budaya, falsafah orang Lampung, keberagaman dan tari melinting.
Pretest dilakukan dengan bentuk pertanyaan sedehana dan jawaban yang
sederhana pula, namun karena pretest ini dilakukan secara langsung siswa juga
dapat menjelaskan alasan-alasan dari jawabannya tersebut. Terdapat tujuh
pertanyaan yang diberikan kepada siswa. Pertanyaan tersebut adalah;
1) “Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan identitas budaya?”.
Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban “Ya” sebanyak 7 siswa dan
jawaban “Tidak” sebanyak 20 siswa. Berdasarkan jawaban tersebut
diketahui bahwa siswa SMKN 1 Buay Bahuga kususnya siswa kelas X.
TKJ 1 ternyata belum memahami apa yang dimaksud dengan identitas
budaya. Jika pertanyaan tersebut di tekankan kembali siswa ada yang
menjawab identitas merupakan “pandang”, “cara”, “penentu”, dan
sebagainya. Dari jawaban-jawaban siswa tersebut dapat diketahui lebih
lanjut bahwa sesungguhnya siswa memahami apa itu identitas hanya saja
perlu adanya pengarahan lebih lanjut.
2) “Apakah anda mengetahui falsafah yang dimiliki oleh orang Lampung?”.
Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban “Ya” sebanyak 10 siswa dan
jawaban “Tidak” sebanyak 17 siswa. Berdasarkan jawaban tersebut
diketahui bahwa siswa SMKN 1 Buay Bahuga kususnya siswa kelas X.
TKJ 1, sebagian telah mengetahui apa itu falsafah orang Lampung. Ketika
di pahami kembali sesungguhnya bahwa siswa hanya memahami makna
dan filosofi mengenai pi’il pasenggiri namun, belum dapat menyebutkan
dengan baik unsur-unsur yang terdapat di dalam pi’il pasenggiri tersebut.
3) “Apakah anda pernah melihat/ menonton pertunjukan tari Lampung?”.
Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban “Ya” sebanyak 23 siswa dan
jawaban “Tidak” sebanyak 4 siswa. Berdasarkan jawaban tersebut
diketahui bahwa siswa SMKN 1 Buay Bahuga kususnya siswa kelas X.
TKJ I ternyata memiliki apresiasi yang cukup tinggi terhadap kesenian
daerah Lampung. Ketika mengulik lebih dalam diketahui beberapa tari
134
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
daerah Lampung seringkali dipentaskan di sekolah tersebut pada saat
perpisahan sekolah dan pada saat terdapat kunjungan-kunjungan bupati/
kepala dinas dalam acara-acara tertentu.
4) “Apakah anda mengetahui fungsi dan makna dan nilai yang terkandung
dari salah satu tarian Lampung yang anda tonton?”. Dari pertanyaan
tersebut diperoleh jawaban “Ya” sebanyak 7 siswa dan jawaban “Tidak”
sebanyak 20 siswa. berdasarkan jawaban tersebut dapat diketahui bahwa
siswa SMKN 1 Buay bahuga kususnya siswa kelas X. TKJ 1 hanya
mengetahui tari dari segi teksnya saja dan belum kepada wilayah
konteksnya. Dalam pembelajaran siswa hanya di ajarkan tari sebatas gerak
dan iringan musiknya saja.
5) “Apakah menurut anda penting untung mengetahui makna dan nilai yang
terdapat di dalam sebuah tari (tari etnis Lampung?”. Dari pertanyaan
tersebut diperoleh jawaban “Ya” sebanyak 6 siswa dan jawaban “Tidak”
sebanyak 19 siswa. Berdasarkan jawaban tersebut dapat diketahui bahwa
siswa SMKN 1 Buay Bahuga kususnya siswa kelas X. TKJ I menganggap
bahwa memahami tari dari segi teks sudah dirasa cukup tanpa memahami
wilayah konteksnya lebih dalam.
6) “Apakah anda pernah melihat/menonton pertunjukan tari melinting?”. Dari
pertanyaan tersebut diperoleh jawaban “Ya” sebanyak 7 siswa dan
jawaban “Tidak” sebanyak 18 siswa. Berdasarkan jawaban siswa tersebut,
ternyata terdapat ketidak sesuaian dengan jawaban pada pertanyaan
pertama. Siswa SMKN 1 Buay Bahuga kususnya siswa kelas X. TKJ 1
sudah cukup apresiatif terhadap tari etnis di daerah Lampung. Kendati
demikian keterbatasan kemampuan guru dan media yang membuat
pengetahuan siswa hanya terbatas. Siswa hanya mengetahui beberapa jenis
tari Lampung saja seperti tari sembah dan tari kreasi mulisiger yang sering
dipentaskan di sokolahnya.
7) “Apakah anda tertarik untuk mempelajari tari melinting?”. Dari pertanyaan
tersebut diperoleh jawaban “Ya” sebanyak 25 siswa dan jawaban “Tidak”
stidak ada. Berdasarkan jawaban tersebut dapat diketahui bahwa siswa
135
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
SMKN 1 Buay Bahuga kususnya siswa kelas X. TKJ.1 memiliki
ketertarikan dan rasa ingin tahu lebih terhadap tari etnis Lampung lainnya
yaitu tari melinting. Antusias siswa tercermin dari jawaban tersebut.
Berdasarkan hasil pretest dari pertanyaan-pertanyan di atas, kegiatan
apresiasi harus dilakukan sebagai stimulus siswa dan lebih mempersiapkan
siswa dalam poses pembelajaran nantinya. Dari pertanyaan dan jawaban
tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa sesungguhnya dapat mengetahui
apakah identitas budaya tersebut, hanya saja perlu adanya bimbingan dan
arahan bagi peneliti dan bagaimana agar identitas budaya tersebut mampu
diaplikasikan melalui sikap siswa dan tidak hanya sebatas memahami semata.
Tahap selanjutnya dari kegiatan apresiasi adalah peneliti/pengajar
memberikan sebuah wawasan mengenai tujuan dari sebuah pembelajaran yang
akan dilakukan. Pengajar menjelaskan mengapa mempelajari tari melinting itu
penting dan apa hubungannya antara tari melinting dan penguatan identitas
budaya. Diawali dengan menjelaskan bahwa budaya merupakan salah satu
cara yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi identitas seseorang atau
suatu masyarakat. Sedangkan tari merupakan wujud dari budaya. Oleh sebab
sebagai orang asli Lampung dan orang yang berasal dari suku luar Lampung
namun, kita sudah tinggal, menetap, dan hidup di Lampung selayaknya kita
harus memahami identitas masyarakat Lampung itu sendiri salah satunya
dengan mempelajari tari etnis daerah Lampung yaitu tari melinting.
Mempelajari tari etnis daerah Lampung berarti kita telah mengenali identitas
budaya Lampung. Peneliti juga menjelaskan bahwa pembelajaran tari yang
dimaksud bukanlah pembelajaran bentuk tari secara keseluruhan namun lebih
menekankan pada makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalam gerak tari
melinting tersebut. Mempelajari tari dari segi teks dan konteksnya.
Kegiatan Inti (55 menit)
Dalam kegiatan inti perubahan sikap yang akan diajarkan berdasarakan
indikator yaitu, ramah, sopan dan toleransi. Adapun kondisi yang terjadi pada
136
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
saat sebelum kegiatan inti dilakukan berdasarkan diberikan adalah siswa
cenderung cuek dengan sesama teman, benlum menunjukkan prilaku ramah
dan terbuka, serta masih individual. Masuk dalam materi diawali dengan
peneliti/pengajar menayangkan slide-slide yang berisi contoh-contoh gambar
mengenai konflik-konflik yang ada di daerah Lampung seperti perang antar
suku, antar kampung, dan sebagainya. Dari gambar tersebut peneliti
menjelaskan bahwa, mengapa di Lampung ini kerap kali terjadi konflik antar
suku? Siswa ada yang merespon “karena tidak saling menghargai bu” ya salah
satunya hal tersebut benar. “Mengapa tidak menghargai?” siswa yang bersuku
Jawa menjawab “karena orang Lampung tidak suka bu sama orang Jawa”
selanjutnya siswa yang bersuku Lampung menjawab, “karena orang Jawa suka
mencuri ayam-ayam kami bu, mereka juga suka menjelak-jelekkan kami
dibelakang”. Proses pembelajaran tersebut terasa begitu sensitif kemudian
peneliti menjelaskan bahwa masing-masing suku tidak memahami karakter
yang dimiliki, sehingga sering kali terjadi kesalah pahaman, sedikit saja ada
yang tidak sesuai akan memicu permasalahan besar.
Lebih lanjut peneliti memaparkan dan menjelaskan beberapa hal yang
terkait dengan indikator yaitu, perlu adanya pemahaman akan identitas
budaya, dimana identitas tersebut merupakan jati diri, kita harus dapat
menghargai dan toleransi antar sesama. Sebagaimana kita ketahui setiap
individu saja memiliki karakternya masing-masing, orang Jawa memiliki
karakter dan cara tersendiri, orang Lampung juga memiliki karakter dan
caranya tersendiri. Ketika kita memahami karakter masing-masing konflik-
konflik berkenaan kesalah pahaman akan lambat laun berkurang. Perlu adanya
komunikasi antar budaya. Komunikasi tersebut sebagai tindak lanjut sikap kita
dan cara kita terhadap orang lain seperti bagai mana untuk bersikap ramah dan
bagaimana untuk bersikap sopan tersebut. Komunikasi antar budaya tidak
dapat terlepas dari faktor-faktor budaya yang melekat pada diri individu.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks,
abstrak dan luas. Komunikasi antarbudaya dalam konteks ini menunjuk kepada
komunikasi antar etnis, dengan sub-sub budayanya. Ketika kita berada,
137
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
tinggal, hidup, bahkan menetap dan bergenerasi di salah satu daerah
selayaknyalah kita harus memahami karakter budaya yang dimiliki, agar kita
dapat menentukan cara bersikap, bertindak dan berprilaku. Sikap tersebut juga
terjadi sebaliknya bagi masyarakat asli Lampung yang tinggal pada kondisi
masyarakat yang beragam perlu adanya sikap terbuka sesuai dengan karakter
dan falsafah suku Lampung “nemui nyimah’ yaitu ramah dan terbuka agar
tidak semena-mena dan merasa paling tahu akan Lampung. Kemudian peneliti
bertanya,” apakah anak-anak mengerti mengapa memahami identitas budaya
itu pebting saat ini”?. Siswa menjawab “agar kita dapat menghargai
kebudayaan lainnya bu”.
Berdasarkan jawaban tersebut kemudian peneliti menampilkan foto-foto
berkenaan dengan konflik yang ada di daerah Lampung yang disebabkan
dengan kesalah pahaman ataupun kurangnya toleransi. Seperti perang
kampung, perkelahian antar pelajar, dan pembulian. Hal tersebut terjadi karena
satu sama lainnya tidak saling memahami dan menghargai. Sikap memahami,
menghargai tersebut harus dimulai dari memahami identitas budaya yang
dimiliki, agar rasa toleransi tersebut dapat terbentuk secara sendirinya.
Kemudian peneliti menjelaskan kepada siswa mengenai identitas orang
Lampung yang terdapat di dalam falsafahnya. “Jadi begini anak-anak, di
dalam falsafah orang Lampung itu memiliki beberapa unsur salah satu unsur di
dalamnya adalah nemui nyimah. “ apakah anak-anak mengetahui nemui
nyimah itu apa”? sebagian besar siswa menjawab “belum bu”, namun 1, 2
siswa ada yang menjawab. Peneliti kembali menjelaskan secara terperinci dan
memberikan beberapa contoh-cotoh kembali di dalam kehidupan sosial.
Setelah beberapa penjelasan mengenai identitas selanjutnya peneliti
menjelaskan mengenai falsafah yang dimiliki orang Lampung yaitu pi’il
pasenggiri dengan salah satu unsur di dalamnya yaitu nemui nyimah. Dalam
pengimplementasian falsafah Lampung dengan unsur nemui nyimah, guru
menjelaskan kepada siswa berkenaan sikap yang seharusnya dimiliki oleh
orang Lampung yaitu, dapat bersikap ramah, dengan cara menegur sesama
teman dan orang yang lebih tua ataupun lebih muda bukan hanya pada satu
138
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
suku, tetapi dengan suku yang berbeda. Sopan, artinya tidak mencela dan tidak
mengganggu teman sehingga teman yang lain merasa tidak nyaman, tidak
menggunakan kata-kata kasar, dan tidak bersikap acuh kepada teman.
Bertoleransi artinya siswa dapat menghargai pendapat temannya, berprilaku
yang tidak mementingkan individual. Lalu peneliti bertanya,”apakah anak-
anak bias bersikap demikian”? nah sikap yang demikian sejatinya terdapat
pada karakter nemui nyimah dan makna dan nilai yang terdapat pada tari
melinting. Anak-anak pada pertemuan kali ini kita akan mempraktikan
beberapa bentuk ragam gerak tari melinting, namun sebelumnya kita bersama-
sama mengidentifikasi tari melinting tersebut terlebih dahulu.
Proses pembelajaran selanjutnya adalah guru memutarkan video tari
melinting. Sebagaimana mengacu pada metode Action research dan
pembelajaran CTL media yang digunakan dalam proses pembelajaran ini yaitu
visual proyeksi dan juga audio berupa video tari melinting. Pada tahap ini
siswa berapresiasi dengan menonton video tersebut. Kegiatan ini dilakukan
masih di dalam kelas, guru menyajikan dua bentuk tampilan tari melinting
yang pertama tari melinting yang belum dibakukan dan yang kedua tari
melinting yang telah di bakukan oleh Taman Budaya Provinsi Lampung dan
dipakai hingga saat ini.
Foto 5.1
Siswa menonton video tari melinting
139
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
(Dok: Gatra Agnesia, 2016)
Foto 5.1 di atas menggambarkan situasi pembelajaran pada saat siswa
menonton video tari melinting. Kedua video tari melinting yang di putarkan
oleh peneliti/pengajar dianggap telah mewakili bentuk tari melinting dan
perubahannya hingga saat ini. Peneliti memutarkan 2 video tari melinting.
Pertama adalah video tari melinting yang belum di bakukan atau asli, dan yang
kedua adalah video tari melinting yang telah mengalami beberapa perubahan
dan di bakukan oleh Taman Budaya Provinsi Lampung. Perbedaan dan
perkembangan yang terdapat dalam video tersebut juga dapat memberikan
wawasan lebih kepada siswa terhadap perkembangan tari melinting itu sendiri.
Pada saat siswa menonton video tersebut peneliti/pengajar juga menjelaskan
beberapa hal yang terkait dengan fungsi, nilai-nilai kearifan lokal, makna dan
simbolik yang terkandung dalam gerak berdasarkan karakterisasi masyarakat
Lampung, meskipun demikian fokus dari pembelajaran pada pertemuan
pertama ini terletak pada pemahaman akan identitas budaya falsafah nemui
nyimah dan tari melinting berdasarkan teksnya.
Setelah siswa mengapresiasi seni tari melinting melalui video, tahap
selanjutnya yaitu identifikasi. Kegiatan identifikasi diawali dengan pembagian
kelompok menjadi empat kelompok. Masing-masing kelompok memiliki
tugasnya tersendiri dalam hal yang di identifikasi. Seperti kelompok I bertugas
mengamati gerak penari putra, kelompok II mengamati gerak penari putri,
kelompok III mengamati yang terkait dengan properti, rias dan busana,
kemudian kelompok IV mengamati pola lantai, musik dan waktu pertunjukan.
Dari pembagian kelompok ini peneliti dapat melihat sikap pribadi siswa
apakah iya sopan dengan temannya , apakah iya ramah, dan apakah iya
bertoleransi dalam pembagian tugas.
140
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Foto 5.2
Proses identifikasi video tari melinting
(Dok: Gatra Agnesia, 2016)
Gambar 5.2 merupakan kegiatan saat siswa mengidentifikasi tari melinting
secara berkelompok. Peneliti/pengajar tetap memberikan arahan kepada siswa
mengenai tugas masing-masing kelompok. Siswa terlihat ada yang sedang
mencatat ada pula yang dengan seksama memperhatikan video tari melinting
tersebut. Setelah siswa mengidentifikasi dilakukanlah diskusi dari hasil
identifikasi masing-masing kelompok tersebut. Fungsi dan tujuan dilakukan
diskusi adalah agar siswa pada kelompok lain juga saling memahami hasil dari
keseluruhan identifikasi seluruh kelompok. Selain itu peneliti/pengajar juga
dapat memberikan pemahaman lebih pada aspek-aspek yang tidak terjamah
saat siswa mengidentifikasi.
Kelompok I (satu) menjelaskan bahwa ragam gerak putra ternyata lebih
atraktif dibandingkan dengan ragam gerak putri. Pada video pertama yaitu
video yang di tarikan oleh penari-penari pria yang sudah berusia lanjut siswa
merasa kebingungan dalam mengidentifikasi geraknya. Alasan tersebut
mereka kemukakan karena terdapat ketidak jelasan bentuk ragam gerak yang
ditarikan, mungkin karena penarinya adalah pria dengan usia lanjut, sehingga
kemampuan dan keluwesan dalam menarikan tari melinting tersebut juga
sudah terlihat kurang baik. Meskipun demikian terdapat beberapa ragam gerak
141
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
yang masih dapat siswa identifikasi dengan baik seperti ragam gerak babar
kipas dan sukhung sekapan selain itu siswa juga menyebutkan jumlah penari
pria terdiri dari 4 orang penari dan video kedua terdiri dari 2 orang penari.
Pada video kedua yaitu video yang telah dibakukan oleh Taman Budaya
Provinsi Lampung, siswa mampu menunjukan dan membedakan bentuk ragam
gerak putra dengan baik. siswa juga mampu menyebutkan jumlah ragam gerak
putra yaitu 6 ragam gerak, meskipun demikian siswa belum mampu untuk
menjelaskan nama-nama dari setiap ragam gerak tersebut. Ketika diminta guru
untuk mempraktikan salah satu bentuk ragam gerak ada siswa yang dapat
melakukannya meski sangat sederhana. Kelompok satu memiliki ketelitian
yang cukup baik dalam mengidentifikasi gerak, hanya mereka banyak
mempertanyakan pembagian bentuk dari masing-masing gerak.
Kelompok II (dua) mengidentifikasi ragam gerak putri. Sama halnya
dengan kelompok pertama kelompok kedua juga merasa kesulitan untuk
mengidentifikasi bentuk gerak pada video pertama. Siswa menyebutkan pada
video pertama terdiri dari 4 orang penari dan video kedua juga terdiri dari 2
orang penari. Adapun untuk ragam gerak pada video pertama siswa hanya
mampu mengidentifikasi 4 ragam gerak yaitu ragam gerak sukhung sekapan,
ragam gerak babar kipas, ragam gerak sembah, dan ragam gerak melayang.
Sedangkan untuk video kedua siswa mampu mengidentifikasi secara baik 6
ragam gerak yaitu babar kipas, sukhung sekapan, timbangan, melayang,
nginyau bias, dan jong sembah. Siswa pada kelompok kedua juga belum
mengetahui nama dari setiap ragam gerak tersebut, sehingga guru dalam hal
ini peneliti/pengajar berperan untuk menjelaskan dan memberi arahan kepada
siswa.
Kelompok III (tiga) mengidentifikasi properti, rias dan busana. Siswa dapat
menyebutkan properti yang digunakan adalah kipas, selanjutnya siswa juga
mampu mengidentifikasi rias dan busana yang digunakan meski tidak
menggunakan nama-nama yang sesuai dengan istilah Lampung, siswa
menjelaskan mulai dari tatanan rambut penari putra dan putri, yaitu penari
putra menggunakan siger melinting dan penari putri menggunakan sanggul
142
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
malang dan cemara yang dililit melati serta menggunakan siger melinting yang
terdapat rumbai pada bagian depan siger. Pakaian dan asesoris pada video
pertama cukup sederhana tidak terlalu banyak menggunakan asesoris
khusunya asesoris tangan, sedangkan pada video kedua kelengkapan asesoris
lebih banyak. Video pertama properti kipas yang digunakan penari putra
adalah berwarna putih sedangkan penari putri adalah berwarna kuning. Untuk
video yang kedua properti kipas yang digunakan penari putra dan putri adalah
berwarna putih dan merah atau merah dan putih. Selanjutnya peneliti/pengajar
mencontohkan di depan kelas penggunaan properti kipas, bagaimana cara
bentuk dan memegang kipas yang benar. Agar pada saat praktik gerak
selanjutnya siswa sudah terbiasa menggunakan properti kipas tersebut, siswa
secara bergantian memegang kipas melinting dengan teknik yang benar yaitu
jari jempol, telunjuk, dan kelingking menahan kipas agar tetap berdiri
sedangkan jari tengah dan jari manis ditekuk sebagai pegangan kipas. Lihat
gambar 5.3 di bawah ini.
Foto 5.3
Praktik cara menggunakan kipas melinting dengan teknik yang benar
(Dok: Gatra Agnesia, 2016)
Kelompok IV (empat) mengidentifikasi bentuk pola lantai, musik, dan
waktu pertunjukan. Dari hasil identifikasi, siswa berpendapat bahwa pola
143
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
lantai penari putra lebih bervariasi di bandingkan dengan pola lantai penari
putri. Pola-pola yang terbentuk adalah pola horizontal, vertikal, zig-zag dan
sebagainya. Untuk musik iringan siswa berpendapat bahwa pola irama yang
ditabuh oleh pemusik cenderung sama dan berulang, hanya di beberapa bagian
tempo terdengar lebih lambat ataupun lebih cepat. Waktu yang dimaksud
terkait dengan durasi pada video pertama lebih lama karena musik yang
digunakan live, sedangkan untuk video tari yang kedua hanya berkisar 5-7
menit. Kemudian peneliti/pengajar menjelaskan untuk waktu pertunjukan
dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada, tergantung dari pada acara yang
berlangsung. Pada awalnya tari melinting di pentaskan di malam hari ketika
acara gawi adat saat pembukaan acara. Pada perkembangannya saat ini tari
melinting dapat dipentaskan kapan saja tergantung dengan kondisi yang ada.
Dari beberapa aspek kelompok empat cukup memahami struktur tari melinting
tersebut, sehingga guru tidak banyak menjelaskan lagi mengenai hal-hal yang
diidentifikasi oleh kelompok IV.
Setelah siswa berhasil mengidentifikasi tari melinting berdasarkan
kelompoknya. Selanjutnya secara terperinci peneliti menjabarkan dan
mengaitkan bentuk ragam gerak babar kipas, sukhung sekapan, melayang,
pada falsafah orang Lampung yaitu “nemui nyimah”. Bentuk gerak dan makna
gerak secara terperinci telah dijelaskan pada bab IV. Secara umum bentuk
gerak dan makna gerak di dalam tari melinting tersebut memiliki karakter yang
sesuai dengan karakter orang Lampung aslinya. Penari laki-laki lincah dan
trampil menggambarkan kesigapan dan tanggung jawab. Penari putri lemah
lembut, namun juga trampil. Pada pembelajaran ini nemui nyimah tidak hanya
di lihat dari pemahaman makna dan nilai tari melinting tetapi juga aktifitas
dan prilaku yang terjadi saat proses pembelajaran tersebut berlangsung.
Setelah siswa menjelaskan temuannya, guru dalam hal ini peneliti/pengajar
melakukan konfirmasi yaitu menjelaskan nama-nama ragam gerak yang
terdapat pada gerak putra maupun gerak putri yaitu terdiri dari babar kipas,
sukhung sekapan, salaman, suali, niti batang, timbangan, melayang, nginyau
bias, nginjak tahi manuk, nginjak lado dan jong sembah. Kemudian guru juga
144
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
menjelaskan di dalam video tersebut gerak satu dan gerak lainnya dapat di
kombinasikan sehingga terlihat gerak baru, padahal merupakan satu rangkaian
gerak. Pada proses mengidentifikasi sikap siswa yang tampak adalah saling
bertoleransi dengan berkelompok, sikap ramah yang ditunjukkan dengan
bertegur sapa.
Materi selanjutnya adalah pengkategorian gerak tari melinting dan
pemahaman makna, nilai simbolik yang terdapat di dalamnya berdasarkan
falsafah orang Lampung. Selanjutnya dari pengkategorian gerak tersebut
dilakukan praktik gerak. Terdapat tiga ragam gerak tari melinting yang
diajarkan berdasarkan pengkategorisasiannya yaitu ragam gerak babar kipas,
sukhung sekapan, dan melayang. Lalu bagaimana cara penanaman identitas
budaya tersebut melalui tari melinting?. Cara yang dilakukan adalah
menjelaskan mengenai bentuk gerak, makna gerak, berdasarkan makna-makna
dan nilai yang terdapat di dalam gerak tersebut, selanjutnya dikaitkan kembali
dengan karakter orang Lampung yang ramah dan terbuka kepada pendatang
atau tamu. Sikap sosialisasi , kegagahan, keanggunan, ramah, sopan, dan
sebagainya tercermin di dalam tari melinting.
Tahap selanjutnya yaitu kategorisasi khususnya kategorisasi dan analisis
gerak tari melinting. Sebagaimana langkah-langkah yang digunakan dalam
pendekatan Etnokoreologi dan juga teori Folklor, yang telah dipaparkan pada
tujuan pembelajaran sebelumnya. Adapun wilayah konteks yang menjadi
pembahasan pada siklus 1 ini adalah makna dan nilai-nilai simbolik yang
terdapat di dalam tari melinting yang terdapat di dalam gerak melinting
berdasarkan pola pikir, sikap serta filosofi masyarakat Lampung. Dalam
mengupas esensi gerak sebagai penguatan identitas budaya Lampung
digunakanlah teori Folklor dalam penjabarannya.
Peneliti menjelaskan secara terstruktur berkenaan pembelajaran tari
meliting. Pada dasarnya ragam gerak pada tari melinting tidaklah banyak,
namun karena antara gerak kaki dan gerak tangan memiliki istilah gerak
masing-masing, sehingga terkesan memiliki bentuk gerak yang cukup
bervariasi. Menggunakan pendekatan Etnokoreologi peneliti/pengajar
145
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
mengelompokkan ragam gerak tari melinting untuk putra dan putri menjadi 9
ragam gerak inti. Gerak tersebut adalah babar kipas, suali, sukhung sekapan,
salaman, niti batang, jong sembah, melayang, timbangan, dan nginyau bias.
Pada tahap awal peneliti/pengajar menjelaskan kepada siswa terlebih
dahulu mengenai nama-nama ke 9 ragam gerak yang akan dipelajari oleh
siswa. Setelah siswa mengetahui nama-nama dari setiap ragam gerak yang
akan di ajarkan, peneliti/pengajar juga menjelaskan bahwa dari ke 9 ragam
gerak tersebut dapat di kategorikan lagi menjadi 3 kategori gerak. Selanjutnya
peneliti/pengajar menjelaskan mengenai istilah gerak berpindah tempat
(locomotion), gerak murni (puremovement), dan gerak maknawi (gesture
movement). Cara agar siswa dapat mengelompokkan ragam gerak tersebut
adalah dengan cara siswa memahami terlebih dahulu bentuk ragam geraknya
melalui video. Dari kesembilan kategorisasi ragam gerak yang terdiri dari
gerak putra dan gerak putri tersebut, dipilihlah 3 ragam gerak tari melinting
yang dianggap sebagai identitas melinting dan karakter dari tari melinting itu
sendiri. Ragam gerak tersebut yaitu babar kipas, sukhung sekapan, dan
melayang. Ketiga ragam gerak ini akan terus di ajarkan pada setiap siklusnya
untuk melihat perubahan yang terjadi baik perubahan pemahaman identitas
budaya dan pembelajaran gerak tarinya.
Secara satu persatu peneliti/pengajar mempraktikan bentuk ke 3 ragam
gerak tersebut dan diikuti oleh siswa. Peneliti menjelaskan mengenai makan
dan nilai yang terkandung di dalam gerak babar kipas, sukhung sekapan, dan
melayang. Berdasarkan ragam gerak tersebut peneliti menjelaskan bahwa
karater yang terdapat di dalam tari melinting tersebut sangat mencerminkan
karakter orang Lampung. Penari laki-laki cenderung aktif dan penari
perempuan sesuai dengan kodrat kelembutannya. Nilai-nilai nemui nyimah
tersebut tercermin di dalam karakter masyarakat Lampung yang ramah dan
terbuka. Hal tersebut sesuai sehingga mengapa Lampung saat ini banyak di
diami oleh orang-orang di luar suku Lampung karna salah satunya beliau
merasa nyaman dengan penduduk asli Lampung. Sikap yang demikian yang
146
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
harus kita jaga hingga saat ini. Dengan demikian itulah mengapa kita perlu
mempelajaran tari melinting untuk memperkuat identitas budaya Lampung.
Pada praktik ragam geraknya siswa mengalami kesulitan, karena waktu
untuk praktik ragam gerak juga cukup terbatas, sehingga akan dilakukan
pengulangan pada siklus 2 berikutnya. Pemahaman akan identitas budaya
melalui falsafah orang Lampung nemui nyimah dengan indikator ramah,
sopan, dan toleransi sudah dapat teramati dengan baik, namun ketika dikaitkan
dengan praktik bentuk gerak siswa belum dapat memahami dengan cukup baik
hubungan bentuk gerak dan aplikasinya di dalam kehidupan.
Kegiatan penutup (15 menit)
Pada akhir pembelajaran sebelum peneliti/pengajar mengakhiri pertemuan
pertama ini, terlebih dahulu secara bersama peneliti/pengajar dan siswa
menyimpulkan beberapa hal yang sekiranya mampu di pahami siswa pada saat
proses belajar mengajar berlangsung. Tak lupa pula di lakukan tanya jawab
tentang kendala-kendala dan hal-hal yang tidak dimengerti saat proses
pembelajaran berlangsung. Kegiatan identifikasi ini berlangsung selama 10
menit, sehingga total pembelajaran pada pertemuan pertama adalah 2 x 45
menit. Pada akhir pembelajaran guru menginformasikan jadwal untuk
pertemuan berikutnya, dan selanjutnya ditutup dengan doa bersama-sama dan
salam.
Perubahan sikap yang nampak pada pertemuan pertama adalah siswa dapat
berinteraksi secara berkelompok dengan baik, 1-5 siswa ada yang berprilaku
aktif untuk bertanya namun sebagian lagi masih cenderung pasif dan rasa ingin
tahu yang kurang pada materi ajar yang diberikan. Siswa juga dapat berpilaku
sopan terhadap sesama teman dan guru ditunjukkan dengan bahasa
komunikasi yang baik, karena pada awalnya siswa tidak memiliki rasa takut
dan menghargai terhadap guru maupun sesama siswa, meskipun demikian hal
tersebut baru tampak di dalam proses pembelajarannya saja belum kepada
sikap siswa di luar kelas.
Refleksi pada pertemuan pertama
147
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
1. Siswa belum memahami secara baik apa itu identitas, apa itu falsafah, dan
apa itu nemui nyimah
2. Guru perlu menemukan strategi baru dalam merangsang siswa untuk aktif
di dalam kegiatan pembelajaran
3. Perhatian dan bimbingan perlu diberikan kepada seluruh siswa
4. Sudah nampak siswa memiliki karakter sopan, namun untuk ramah dan
bertoleransi belum teramati dengan cukup baik
5. Siswa sudah dapat mengidentifikasi tari melinting dengan cukup baik.
Namun, belum untuk pemahaman makna geraknya yaitu, gerak babar
kipas, sukhusng sekapan, dan melayang di dalam kehidupan sosial.
b. Siklus 2 (Pertemuan 2)
Pertemuan kedua merupakan kelanjutan dari siklus 1, sehingga treatment
yang diberikan cenderung sama dan hanya saja dibeberapa materi
mendapatkan tambahan. Sesuai dengan tujuan pembelajaran pada siklus 2
yaitu, siswa mendapat pemahaman berkenaan dengan identitas budaya
Lampung melalui pembelajaran ragam gerak tari melinting yaitu sukhung
sekapan, babar kipas, dan melayang. Pembelajaran tersebut dikaitkan
berdasarkan makna, nilai dan falsafah orang Lampung yaitu, nemui nyimah
dengan indikator ramah, toleransi, dan sopan. Kemudian, berdasarkan refleksi
pada siklus 1 sehingga peneliti memberikan sedikit perubahan terhadap
metode pembelajaran kepada siswa. Berikut merupakan langkah-langkah di
dalam pembelajaran siklus 2.
Tabel 5.3 Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan tahapan kegiatan pada
pertemuan kedua
No Kegiatan Aspek Materi Waktu 1. Kegiatan Awal Nemui Nyimah:
Ramah, Sopan, dan Bertoleransi
a. Mengecek kehadiran
3 menit
b. Berdo’a bersama sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung
2 menit
148
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
c. Memaparkan tujuan dari pembelajaran tari melinting sebagai implikasi dari penguatan identitas budaya Lampung dan mempraktikan bentuk ragam gerak yang di anggap mewakili identitas tari melinting yaitu, babar kipas, sukhung sekapan, dan melayang
5 menit
3. 2. Kegiatan Inti a. Pemberian materi pemahaman identitas budaya Lampung melalui pengkategorian gerak, makna, dan nilai yang terdapat di dalam tari melinting berdasarkan falsafah nemui nyimah
20 menit
b. Aplikasi pemahaman makna dan nilai yang terkandung di dalam tari melinting melalui praktik gerak, (babar kipas, sukhung sekapan, dan melayang)
25 menit
c. Pemahaman akan tari melinting dengan mengaplikasikan sikap ramah, sopan, dan bertoleransi
20 menit
149
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
3. Kegiatan Akhir
a. Berdiskusi berkenaan dengan praktek gerak dan pemahaman makna, nilai berdasarkan falsafah nengah nyappur
5 menit
b. Guru dan siswa menyimpulkan tentang hasil pembelajaran pada hari ini
5 menit
c. Mengakhiri pertemuan, menginformasi-kan untuk pertemuan berikutnya, dan selanjutnya ditutup dengan doa bersama-sama dan salam.
5 menit
Kegiatan Awal (10 menit)
Pada siklus 2, pembelajaran berlangsung pada hari selasa tanggal 22 maret
2016, jam ke 1 dan ke 2. Sebelum memulai pelajaran peneliti/pengajar terlebih
dahulu mengkondisikan kelas, agar siswa lebih fokus pada pembelajaran
nantinya seperti mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa dan tidak
lupa guru menanyakan kabar agar suasana belajar terlihat lebih santai. Pada
pertemuan kedua ini siswa terlihat hadir semua yang berjumlah 29 siswa.
Kegitan apersepsi ini berlangsung kurang lebih 10 menit. Berdoa bersama
merupakan cara yang dapat dilakukan dalam menanamkan sikap toleransi.
Saling bertegur sapa, mengucap salam dan menjawab salam dapat berfungsi
sebagai penanaman sikap ramah dan sopan terhadap sesama teman maupun
orang yang lebih tua.
Kegiatan Inti (65 menit)
Setelah peneliti melalukan apersepsi pada awal pertemuan, tidak lupa pula
peneliti menyampaikan materi yang akan diberikan pada pertemuan kedua kali
150
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
ini, dimana yang menjadi pembahasan adalah siswa mendapat pemahaman
berkenaan dengan identitas budaya Lampung melalui pembelajaran ragam
gerak tari melinting yaitu sukhung sekapan, babar kipas, dan melayang.
Pembelajaran tersebut dikaitkan berdasarkan makna, nilai dan falsafah orang
Lampung yaitu, nemui nyimah dengan indikator ramah, toleransi, dan sopan.
Berdasarkan indikator ramah, sopan, dan toleransi pada awal proses
belajar mengajar sudah nampak perubahan yang terjadi pada siswa.
Pembelajaran ini selalu mengarahkan siswa untuk saling berkomunikasi dan
berinteraksi dengan baik. Sehingga penanaman identitas budaya berdasarkan
falsafah nemui nyimah tersebut dapat tersampaikan dengan baik berdasarkan
indikator ramah, sopan, dan toleransi. Perubahan tersebut di antaranya dapat
terlihat dari cara siswa menjawab salam, berbicara dengan sesama teman,
bertukar posisi tempat latihan agar yang didepan bias merasakan posisi yang
ada di depan, bergantian properti, dan sebagainya.
Memasuki tahap penyampaian materi peneliti menanyakan kepada siswa
berupa pertanyaan-pertanyaan sederhana yaitu,” siapa yang berangkat
kesekolah tadi pagi bersama dengan temanya”? coba angkat tangan”!. Dari
pertanyaan tersebut sebagian siswa mengangakat tangan dengan serentak.
Selanjutnya peneliti menanyakan kembali,” apa yang kalian obrolkan
diperjalanan”? coba ceritakan kepada ibu”! . Sebagain siswa menjawab,”tidak
bahas apa-apa bu”, “ membahas PR ibu Kus bu”, “sudah mengerjakan tugas
bu Kus atau belum bu”, namun ada sebagian siswa pula yang menjawab
dengan nada bercanda,” achh ibu kepo dech”.
Berdasarkan pertanyaan-pertanyan tersebut peneliti ingin menangkap
sejauh mana siswa bersosialisasi dan berinteraksi dengan temannya.
Selanjutnya dengan pertanyaan dan jawaban yang diajukan tersebut peneliti
kembali menjelaskan makna dari identitas budaya Lampung dan falsafah yang
dimilikinya. Berdasarkan pertemuan pada siklus 1 sedikit banyak siswa sudah
memahami mengenai identitas budaya Lampung berdasarkan falsafah yang
dimilikinya.
151
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Secara sederhana agar mudah dipahami oleh siswa peneliti menjelaskan
bahwa falsafah tersebut merupakan sebuah pedoman atau aturan yang dimiliki
oleh masyarakat Lampung, falsafah juga dijadikan sebagai identitas dari orang
Lampung, nemui nyimah sendiri merupakan unsur di dalam falsafah tersebut
yaitu, sikap ramah terbuka kepada tamu atau kepada sesama masyarakat,
ataupun kepada orang yang lebih tua. Sehingga dengan mempelajari tari
melinting dan memahami makna dan nilai yang terkandung di dalam tarian
tersebut berdasarkan falsafah orang Lampung, berarti kita sudah mengetahui
apa itu identitas budaya Lampung yang pada akhirnya dapat tercermin dari
sikap secara pribadi dan prilaku kita terhadap sesama.
Selanjutnya selain memahami identitas budaya berdasarkan falsafah nemui
nyimah dengan inidikator ramah, sopan, dan toleransi. Siswa juga diminta
untuk trampil mempraktikannya sehingga pembelajaran ini akan menjangkau
ketiga ranah aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Proses pembelajaranyna
adalah pendekatan teks dan konteks pada setiap siklusnya. Materi selanjutnya
yang menjadi sub bahasan pada pertemuan kedua ini adalah mempraktikan
bentuk ragam gerak tari melinting serta pemahaman akan nilai-nilai simbolik
yang terdapat pada tari melinting tersebut. Ragam gerak tersebut adalah ragam
gerak yang telah dikategorikan dan dipilih pada siklus 1 yang dianggap
mewakili identitas tari melinting dan identitas budaya Lampung yaitu, babar
kipas, sukhung sekapan, dan melayang. Pada siklus 1 sudah dilakukan praktik
bentuk ragam gerak tersebut namun siswa belum dapat mempraktikannya
dengan cukup baik. Siswa juga belum dapat memahami makna dan nilai yang
terkandung di dalam gerak tari melinting tersebut berdasarkan falsafah orang
Lampung nemui nyimah dengan indikator ramah, sopan, dan toleransi.
Sebelum masuk pada praktik gerak tari melinting, terlebih dahulu peneliti
dan siswa bersama-sama melakukan peregangan yang dipimpin oleh guru
dalam hal ini peneliti/pengajar. Siswa diajak untuk melakukan peregangan
terlebih dahulu, selama kurang lebih 10 menit. Hal ini dilakukan agar tubuh
siswa tidak kaku dalam mempraktikan ragam gerak melinting, serta siswa
tidak mengalami keram. Alasan lain dilakukan peregangan adalah, karena
152
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
selama ini ketika guru bidang studi Seni Budaya yang mengajar di SMKN 1
Buay Bahuga, tidak pernah melakukan peregangan terlebih dahulu setiap
praktiknya. Sehingga tubuh siswa masih belum siap ketika melakukan proses
gerak dan hal tersebut yang menjadi salah satu sulitnya siswa mempraktikkan
ragam gerak yang diajarkan. Gerak-gerak peregangan yang diajarkan adalah
gerak-gerakan yang terfokus pada tangan khususnya pergelangan tangan
seperti gerak ukel dan ngecum, kemudian dilatih pula gerak yang berumpu
pada kaki atau kekuatan kaki seperti mendak dan berdiri pada tumpuan kaki
satu. Kegiatan tersebut dapat di lihat dari foto 5.4 dan 5.5 berikut.
Foto 5.4
Siswa melakukan peregangan gerak tangan ukel
(Dok: Gatra Agnesia, 2016)
153
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Foto 5.5
Siswa melakukan peregangan gerak tangan ngecum
(Dok: Gatra Agnesia, 2016)
Selanjutnya masuk pada tahap pemberian materi ragam gerak tari
melinting. Pada implementasinya, peneliti/pengajar memberikan materi bentuk
ragam gerak tari melinting bersamaan dengan penjelasaan berkenaan dengan
makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya berdasarkan falsafah
hidup masyarakat Lampung, sehingga teks dan konteks dapat dipahami oleh
siswa. Ragam gerak khas pertama yang diajarkan oleh peneliti/pengajar adalah
ragam gerak babar kipas yang masuk dalam kategori gerak berpindah tempat
(locomotion movement). Alasan diberikan gerak babar kipas terlebih dahulu
karena babar kipas merupakan bentuk ragam gerak yang digunakan terlebih
dahulu pada tari melinting, yaitu pada posisi awal penari berjalan masuk ke
panggung. Sebelum peneliti/pengajar mendemonstrasikan bentuk ragam gerak
babar kipas pertama-tama guru menjelaskan bahwa babar kipas merupakan
nama yang digunakan pada posisi gerak tangan, dengan bentuk gerak yaitu
dimana secara serentak kedua tangan memainkan kipas menutup dan
membuka. Gerak babar kipas dapat dikombinasikan dengan gerak kaki ayun
atau lampah. Bentuk gerak ayun adalah kaki kanan diangkat bersamaan
dengan gerak tangan sembah di depan dada, kemudian kaki kiri turun
bersamaan dengan gerak tangan ke samping badan. Begitu pula pada kaki kiri,
154
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
kaki kiri di angkat bersamaan gerak tangan sembah di depan dada, kaki kiri
turun bersamaan dengan gerak tangan kesamping badan.
Kemudian peneliti/pengajar mendemonstrasikan bentuk ragam gerak
tersebut menggunakan hitungan manual, dan siswa memperhatikan.
Selanjutnya secara bersama-sama siswa dan guru mempraktikan bentuk ragam
gerak babar kipas secara berulang-ulang, hingga siswa dirasa trampil
melakukannya. Berikut merupakan foto siswa sedang berlatih ragam gerak
babar kipas secara bersama-sama. Dalam foto terlihat siswa sudah mulai
dilatih untuk trampil dalam memegang properti kipas.
Foto 5.6
Praktik ragam gerak babar kipas dengan kaki gerak ayun
(Dok: Gatra Agnesia, 2016)
Ragam gerak selanjutnya yang diajarkan adalah sukhung sekapan dan
melayang. Peneliti/pengajar menjelaskan terlebih dahulu mengenai
kategorisasi gerak sukhung sekapan yang telah di kelompokan sebelumnya,
yaitu berada pada kategori gerak maknawi (gesture) dan melayang pada
kategori gerak murni (pure movement) dan ketika di gabungkan dengan gerak
kaki menjadi bentuk gerak berpindah (locomotion). Sukhung sekapan juga
merupakan bentuk ragam gerak yang terdapat pada ragam gerak putra maupun
putri, sedangkan melayang hanya terdapat pada ragam gerak putri. Meskipun
ragam gerak melayang hanya terdapat pada ragam gerak putri pemahaman
155
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
akan makna dan nilai juga harus dapat dipahami tidak hanya untuk siswa putri
tetapi yang putra juga. Pemaknaan dan pemahaman nilai-nilai yang terkandung
di dalam ragam gerak sukhung sekapan daan melayang berdasarkan unsur
falsafah nemui nyimah yaitu, Bentuk gerak sukhung sekapan dengan bentuk
gerakan mendorong tangan ke arah depan secara berlawanan. Dengan bentuk
gerak yang demikian hal tersebut seolah menggambarkan kegiatan-kegiatan
sehari-hari yang dilakukan masyarakat Lampung. Gerak mendorong ke arah
depan melambangkan kegiatan membuka pintu rumah di pagi hari untuk
mencari rejeki, dan gerakan tangan mendorong ke arah belakang seorang
melambangkan gerak tangan menutup pintu ketika sore hari setelah lelah
bekerja di luar rumah. Untuk gerak tangan melayang yaitu, gerak tangan ukel
kearah samping secara berlawanan secara filosofi tidak memiliki makna
khusus, namuan ketika dikaitkan dengan karakter wanita Lampung gerakkan
ini dapat melambangkan kelincahan dan ketrampilan wanita Lampung dalam
berprilaku dan melakukan pekerjaan apapun. Sedangkan ketika digabungkan
dengan betuk gerak kaki yaitu, injak lado ragam gerak melayang ini akan
terlihat syarat dengan makna yaitu sebuah kegiatan interaksi sosial yang cukup
kentara melalui cara mneginjak lada.
Setelah peneliti/pengajar menjelaskan makna dan nilai yang terdapat
dalam ragam gerak surung sekapan dan melayang, kemudian
peneliti/pengajar mempraktikkannya yang diikuti oleh siswa
mempraktikannya pula secara bersama-sama. Siswa juga dilatih untuk trampil
dalam menggunakan properti kipas melinting.
156
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Foto 5.7
Praktik ragam gerak babar kipas dengan kaki gerak ayun
(Dok: Gatra Agnesia, 2016)
Bentuk gerak itu sendiri merupakan gerakan tangan hitungan 1, 3, 5, 7
atau pada hitungan ganjil bentuk gerak yaitu tangan kanan didorong lurus ke
depan, tangan kiri tarik ke belakang tetap di depan dada, ragam gerak sukhung
sekapan dapat dilakukan pada level tinggi ataupun rendah (berdiri atau
duduk). Kemudian hitungan genap 2, 4, 6, 8, bentuk gerak yaitu tangan kiri
didorong lurus ke depan, tangan kanan tarik ke belakang tetap di depan dada
(dilakukan dengan posisi berdiri atau duduk). Ragam gerak sukhung sekapan
biasanya di kombinasikan dengan gerak kaki lapah ayun, yaitu gerak kaki
jalan di tempat yang diawali dengan kaki kanan terlebih dahulu.
Dalam proses pembelajarannya peneliti/pengajar menjelaskan mengenai
hubungan antar ragam gerak babar kipas dan sukhung sekapan dan melayang
dengan falsafah hidup masyarakat Lampung. Evaluasi yang dilakukan berupa
kemampuan siswa memahami dari pemberian materi pada pertemuan kedua.
Siswa ditunjuk secara acak untuk menjelaskan kembali apa itu ragam gerak
babar kipas dan skuhung sekapan, serta nilai-nilai apa sajakah yang terdapat
di dalamnya. Siswa-siswa yang di tunjuk tersebut bernama Ayu Elviana, Sela
Wati, Egik Ergianti, dan Tamrin. Dari keempat jawaban siswa tersebut dapat
157
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
disimpulkan bahwa, secara keseluruhan siswa cukup memahami materi yang
diberikan peneliti/pengajar pada pertemuan kedua ini. Hal tersebut terlihat saat
proses pembelajaran berlangsung dan saat evaluasi yaitu, ketika siswa
merespon dan memberi tanggapan dari pertanyaan yang diberikan, maupun
sikap siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung hingga akhir.
Kegiatan akhir (10 menit)
Kegiatan selanjutnya adalah secara bersama-sama guru dan siswa
berdiskusi dan menyimpulkan beberapa hal yang sekiranya mampu di pahami
siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
Foto 5.8
Kegiatan diskusi pada akhir siklus 2
(Dok: Gatra Agnesia, 2016)
Dalam proses pembelajaran pada siklus kedua ini, siswa dalam memahami
tari melinting berdasarkan teks dan konteksnya masih perlu adanya bimbingan
dan arahan. Saat proses pembelajaran berlangsung, peneliti/pengajar membuat
catatan yaitu, dari 29 siswa yang mengikuti proses latihan terdapat 19 siswa
yang terlihat aktif dan memiliki kemampuan yang cukup baik dalam
memahami tari melinting secara teks dan kontekstual. Siswa juga terlihat
trampil dalam mempraktikan ragam gerak babar kipas dan sukhung sekapan
tersebut. Namun terdapat 10 siswa yang ternyata sulit untuk menyerap materi
158
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
yang diberikan khususnya materi ketika mempraktikkan ragam gerak tersebut.
Dengan catatan yang didapat pada pertemuan kedua tersebut sehingga dapat
dijadikan acuan pada pembelajaran berikutnya agar siswa yang di rasa kurang,
mendapat perhatian khusus. Kegiatan pada pertemuan kedua ini berlangsung 2
x 45 menit. Pada akhir pembelajaran guru menginformasikan jadwal untuk
pertemuan berikutnya, dan selanjutnya ditutup dengan doa bersama-sama dan
salam.
Refleksi pada pertemuan kedua (siklus 2)
1. Dampak bagi siswa dari kontiniunitas pertemuan yang tersendat,
menjadikan penyampaian ulang materi pada pertemuan sebelumnya
2. Pemahaman siswa terhadap makna, nilai yang terkandung di dalam tari
melinting berdasarkan falsafah orang Lampung sudah cukup baik
ditunjukkan melalui sikap prilaku dan pemahaman terhadap materi ajar
meskipun masih butuh pendampingan
3. Perlu adanya pemberian stimulus lain (tidak hanya melalui video atau
gambar) melainkan dari beberapa aktivitas berdasarkan pengalaman siswa
berkenaan dengan pemahaman siswa terahadap identitas budaya
4. Perlu mengarahkan siswa kembali mengenai makna gerak dan bentuk
gerak tari melinting
5. Perlu mengarahkan siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam memahami
makna, nilai, berdasarkan falsafah nemui nyimah, sekaligus mampu
mengaplikasikannya di dalam gerak.
Siklus 2 merupakan pertemuan akhir dalam penanaman sikap ramah,
sopan, dan toleransi berdasarkan falsafah nemui nyimah. Perubahan sikap
yang dapat diamati adalah siswa sudah dapat bersikap ramah dan sopan,
ditandai dengan aktivitas siswa dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Siswa
juga suda dapat bertoleransi dengan satu dan yang lainnya ditandai dengan
ketidak protesan siswa saat pembagian kelompok dan saat praktik gerak siswa
secara bergantian menghitung tempo gerak secara manual, sehingga
terciptalah rasa kebersamaan antar siswa. Siswa juga sudah nampak berprilaku
159
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
aktif di dalam proses pembelajaran ditandai dengan seringnya siswa bertanya
dan memberikan pendapak. Peningkatan perubahan sikap yang terjadi padda
siswa dapat teramati melalui tabel observasi sikap berdasarkan indikatornya
dan tabel observasi aktifitas siswa saat pembelajaran.
Dari hasil refleksi pada pertemuan pertama (siklus1) dan pertemuan kedua
(siklus 2) peneliti atau observer menyimpulkan bahwa perlu dilakukan
tindakan selanjutnya guna mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam artian
pelaksanaan tindakan ini masih kurang menunjukkan peningkatan yang
signifikan terhadap pemahaman identitas budaya Lampung. Meskipun
demikian terjadi perubahan prilaku dan aktivitas siswa saat pembelajaran.
Siswa juga sudah banyak mengalami perubahan baik itu sikap ataupun prilaku
di dalam kelas dan sesama teman seperti bertegur sapa dengan bahasa yang
baik, tidak saling mengolok, dan dapat terjadi interaksi aktif saat siwa di
bentuk kelompok.
c. Siklus 3 (Pertemuan 3)
Dalam siklus 3 merupakan pembelajaran tari melinting berdasarkan makna
dan nilai yang dikaitkan berdasarkan falsafah orang Lampung yaitu nengah
nyappur dengan indikator senang bersosialisasi dan interaktif. Indikator
tersebut mengarah pada perubahan sikap siswa di dalam pembelajaran.
Tujuannya adalah agar siswa mampu berkomunikasi dan bergaul dengan
sesama teman dan tidak individualistis. Kemudian, berdasarkan refleksi pada
siklus 1 dan siklus 2 sehingga di buatlah langkah-langkah di dalam
pembelajaran dalam siklus 3 sebagai berikut.
Tabel 5.4 Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan tahapan kegiatan pada
pertemuan ketiga
No Kegiatan Aspek Materi Waktu
1. Kegiatan Awal Nengah Nyappur:
b. Mengecek kehadiran
3 menit
160
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Senang bersosialisasi dan interaktif
b. Berdo’a bersama sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung
2 menit
d. Memaparkan tujuan dari pembelajaran tari melinting sebagai implikasi dari penguatan identitas budaya Lampung dan mempraktikan bentuk ragam gerak yang di anggap mewakili identitas tari melinting yaitu, babar kipas, sukhung sekapan, dan melayang
5 menit
4. 2. Kegiatan Inti d. Pemberian materi pemahaman identitas budaya Lampung melalui pengkategorian gerak, makna, dan nilai yang terdapat di dalam tari melinting berdasarkan falsafah nemui nyimah
20 menit
e. Aplikasi pemahaman makna dan nilai yang terkandung di dalam tari melinting melalui praktik gerak, (babar kipas, sukhung sekapan, dan melayang)
25 menit
161
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
f. Pemahaman akan tari melinting dengan mengaplikasikan sikap senang bersosialisasi dan interaktif.
20 menit
3. Kegiatan Akhir
b. Berdiskusi berkenaan dengan praktek gerak dan pemahaman makna, nilai berdasarkan falsafah nengah nyappur
5 menit
b. Guru dan siswa menyimpulkan tentang hasil pembelajaran pada hari ini
5 menit
d. Mengakhiri pertemuan, menginformasi-kan untuk pertemuan berikutnya, dan selanjutnya ditutup dengan doa bersama-sama dan salam.
5 menit
Kegiatan Awal (10 menit)
Pertemuan ketiga berlangsung pada hari selasa tanggal 29 maret 2016, jam ke
1 dan ke 2. Seperti pada pertemuan pertama dan kedua sebelum memulai
pelajaran peneliti/pengajar terlebih dahulu mengkondisikan kelas, agar siswa lebih
fokus pada pembelajaran nantinya seperti mengucapkan salam, mengecek
kehadiran siswa dan tidak lupa peneliti/pengajar menanyakan kabar agar suasana
belajar terlihat lebih santai. Pada pertemuan ketiga siswa yang hadir berjumlah 27
siswa. Terdapat 2 siswa yang tidak hadir pada pertemuan ketiga ini yaitu 1 dengan
keterangan ijin dan 1 dengan keterangan sakit.
162
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Setelah peneliti/pengajar melalukan apersepsi selanjutnya, peneliti/pengajar
menyampaikan materi yang akan diberikan pada pertemuan ketiga, diantaranya
adalah mempraktikkan bentuk ragam gerak tari melinting, serta memahami
makna dan nilai-nilai simbolik yang terdapat pada gerak tari melinting
berdasarkan teks dan konteksnya dan evaluasi dari proses pembelajarannya.
Pemberian materi tersebut berdasarkan tujuan dari pembelajaran pada siklus 3
yaitu melalui pembelajaran ragam gerak tari melinting siswa memperoleh
apresiasi dan wawasan mengenai tari melinting. Mengawali dengan pemberian
stimulus dan pemahaman berkenaan apa itu identitas budaya, apa itu
keberagaman, apa itu falsafah Lampung, apa itu nengah nyappur, dan apa itu tari
melinting. Selanjutnya yaitu dilakukan praktik gerak tari melinting yaitu babar
kipas, sukhung sekapan, dan melayang dan juga memahami makna dan nilai di
dalamnya berdasarkan falsafah orang Lampung dalam hal ini, nengah nyappur
dan berdasarkan indikator senang bersosialisasi dan interaktif.
Pertemuan Inti (65 menit)
Pertemuan ketiga ataupun siklus tiga aspek yang menjadi indikator perubahan
sikap adalah senang bersosialisasi dan interaktif berdasarkan falsafah nengah
nyappur. Dalam aspek bersosialisasi siswa di dalam kelas X. TKJ.1 ini memang
hal-hal yang teramati sejak siklus 1 sampai dengan siklus 3 adalah siswa
cenderung berkelompok, siswa selalu duduk bersebelahan dengan teman
sepermainannya saja, siswa pada awalnya hanya mau berkelompok dengan teman
sesama satu suku saja, siswa juga enggan untuk sekedar mengobrol ataupun
bercanda dengan teman yang lainnya. Meski hal tersebut tidak menimbulkan
konflik yang berarti namun teramati dengan jelas bahwa siswa memang sudah
terbentuk karakternya untuk menghindar dengan teman-teman yang kurang dirasa
nyaman untuk bergaul dan berinteraksi.
Memasuki inti dari pembelajaran pada siklus 3 yaitu, peneliti dan siswa
mengidentifikasi pemahaman berkenaan tari melinting dari segi teks dan
konteksnya. Berupa pemahaman akan makna dan nilai pada tari melinting dan
selanjutnya mengkaitkannya dengan falsafah orang Lampung yaitu, nengah
nyapur.
163
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Peneliti menjelaskan apa makna dari nengah nyappur dan bagaimana
hubungannya di dalam identitas budaya. Mengawali dengan peneliti menceritakan
sejarah orang Lampung. Berdasarkan sejarah kemajemukan di provinsi Lampung
diawali pada tahun 1905 terjadinya transmigrasi yang diprakarsai oleh
kolonialisme belanda. Dari arus transmigrasi yang terjadi hingga dekade 80an
mengakibatkan daerah Lampung terdiri dari latar belakang suku yang beragam.
Keberagaman tersebut cukuplah mewarnai sebuah keindahan budaya. Selanjutnya
peneliti juga menjelaskan berkenaan dengan falsafah orang Lampung yaitu
nengah nyappur. Berdasarkan makna dari falsafah tersebut tidak heran jika
Lampung didiami oleh banyak suku lain, karena karakter masyarakat Lampung
asli adalah bersikap terbuka dan senang bersosialisasi dengan siapapun termasuk
tamu.
Lalu setelah penjelasan diatas, peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa
mengenai ,”apakah dampak negative dari keberagaman suku yang terjadi di
Lampung saat ini?” kira-kira apakah penduduk Lampung sampai saat ini sudah
memiliki sikap terbuka dan senang bersosialisasi”?. Siswa menjawab dengan
jawaban yang beragam, ada yang menjawab “tidak ada bu”, ada yang menjawab
“sering berantem bu”, ada yang menjawab “terjadi perang kampung bu”, dan
sebagainya. Untuk petanyaan kedua siswapun menjawab dengan jawaban
beragam sebagian siswa menjawab “sudah” sebagain lagi “belum”, dan sebagian
lagi “kadang-kadang bu”. Berdasarkan jawab tersebut peneliti memberikan
pemahaman kembali kepada siswa sehingga dari hasil pemahaman falsafah
Lampung nengah nyappur ini pada akhirnya siswa tidak hanya memahami secara
teori tetapi juga dapat mengaplikassikan dengan sikap senang bersosialisasi dan
interaktif.
Memasuki materi selanjutnya dari proses pembelajaran yaitu praktik bentuk
ragam gerak khas tari melinting. Pendekatan teks dilakukan agar siswa dapat
mengidentifikasi tari melinting dari beberapa aspek. Teks dan konteks tetap akan
menjadi fokus di dalam pembelajarannya. Materi tersebut menjadi sub bahasan
pada pertemuan ketiga adalah mendemonstrasikan dan mempraktikan bentuk
ragam gerak tari melinting serta pemahaman akan nilai-nilai simbolik yang
164
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
terdapat pada tari melinting tersebut. Sama halnya dengan pertemuan kedua saat
sebelum masuk pada praktik gerak tari melinting, terlebih dahulu peneliti/pengajar
dan siswa bersama-sama melakukan peregangan yang dipimpin oleh
peneliti/pengajar, selama kurang lebih 10 menit. Hal ini dilakukan agar siswa
dapat lebih siap menerima proses latihan gerak tari melinting. Gerak-gerak
peregangan yang diajarkan adalah gerak-gerakan yang terfokus pada tangan
khususnya pergelangan tangan seperti gerak ukel dan ngecum (dapat di lihat pada
foto 5.4 dan 5.5), kemudian dilatih pula gerak yang bertumpu pada kaki atau
kekuatan kaki seperti mendak dan berdiri pada tumpuan kaki satu.
Setelah melakukan peregangan peneliti/pengajar membagi siswa ke dalam 2
kelompok, yaitu kelompok putra dan kelompok putri. Tujuan dari pembagian
kelompok dapat mempermudah siswa dalam proses latihan geraknya. Selain itu
peneliti/pengajar akan lebih terfokus dan mudah membagi perhatian pada masing-
masing siswa. Adapun untuk materi gerak yang diberikan sama dengan materi
gerak pada siklus 1 dan siklus 2, yang membedakan adalah pada siklus 3 yang
menjadi pemahaman dan penanaman nilai falsafah orang Lampung yaitu nengah
nyappur dengan indikator senang bersosialisasi dan interaktif. Praktik bentuk
ragam gerak pada siklus ketiga akan dilakukan dengan detail dan menyesuaikan
dengan tempo hitungan manual. Siswa juga di tuntut untuk mandiri dalam
memahami makan dan nilai yang terkandung di dalam tari melinting dan juga
mandiri dalam praktik geraknya.
Tahap selanjutnya yaitu, peneliti/pengajar melakukan demonstrasi gerak.
Mengawali dengan kelompok putri terlebih dahulu. Ragam gerak yang akan di
ajarkan pada pertemuan ketiga adalah ragam gerak yang sama yang di ajarkan
pada siklus 1 dan siklus 2 yait, babar kipas, sukhung sekapan dan melayang.
Pertama peneliti/pengajar mempraktikkan ragam gerak babar kipas dan sukhung
sekapan terlebih dahulu, dan diikuti siswa mempraktikannya pula. Selanjutnya
peneliti/pengajar memberikan penjelasan mengenain makna dan nilai yang
terkandung berdasarkan falsafah masyarakat Lampung. Peneliti/ pengajar
menjelaskan bahwa babar kipas dan sukhung sekapan merupakan ragam gerak
yang ada pada penari putra maupun putri pada tari melinting. Ragam gerak ini
165
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
merupakan ragam gerak awal saat penari akan memasuki ruang pentas, selain itu
ragam gerak babar kipas dab sukhung sekapan juga digunakan sebagai gerak
berpindah di dalam tarian. Babar kipas berada pada kategori gerak berpindah
(locomotion) sedangkan sukhung sekapan berada pada kategori gerak maknawi
(gesture) dengan bentuk gerak statis dan tidak melakukan perpindahan posisi atau
berpindah pola lantai. Meskipun demikian tidak semua gerakan pada tari
melinting memiliki makna khusus, tetapi juga dapat berfungsi sebagai gerak
keindahan estetis di dalam tarian. Secara bersama-sama siswa dan guru dalam hal
ini peneliti/pengajar mempraktikan bentuk ragam gerak tersebut. Terdapat
beberapa permasalahan saat siswa mempraktikannya. Meskipun bentuk kedua
ragam gerak tersebut terbilang cukup sederhana namun, siswa cukup kesulitan
untuk menyesuaikan antara bentuk gerak tangan babar kipas dan gerak kaki
Lapah. Oleh sebab itu peneliti/pengajar mengajarkan satu demi satu, tahap demi
tahap dalam proses pembelajarannya. Diawali dengan gerak tangan, gerak kaki,
kemudian di kombinasikan kedua bentuk gerak tangan dan kaki dan terakhir
setelah siswa dirasa cukup mampu mempraktikan ragam gerak tersebut dengan
cukup baik, barulah siswa menggunakan properti kipas melinting.
Setelah siswa dirasa mulai dapat memahami dan dapat menyesuaikan antara
bentuk gerak tangan dan gerak kaki pada ragam gerak babar kipas dan sukhung
sekapan, materi selanjutnya guru mendemonstrasikan bentuk ragam gerak
melayang. Sama dengan proses pada ragam gerak sebelumnya terlebih dahulu
guru (peneliti/pengajar) mendemonstrasikan bentuk gerak melayang, dan siswa
memperhatikan. Kemudian peneliti/pengajar menjelaskan bahwa bentuk ragam
gerak melayang berada pada kategori gerak murni (pure movement). Bentuk
ragam gerak melayang sendiri biasanya di kombinasikan dengan bentuk ragam
gerak nginjak lado. Posisi badan tegak, kaki dirapatkan tangan kanan lurus ke
depan/sejajar perut, tangan kiri lurus ke belakang pergelangan tangan diputar
(ukel) ke arah dalam (dilakukan dengan posisi tangan dan arah badan yang
bergantian).
166
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Foto 5.7
Poses praktik ragam gerak melayang
(Dok: Gatra Agnesia, 2016)
Langkah selanjutnya dari praktik ketiga ragam gerak tersebut adalam
pemahaman makna dan nilai yang terdapat di dalamnya. Berdasarkan makna dan
nilai yang terkandung, selayaknya sikap senang bersosialisasi dan interaktif di
dalam hal apapun menjadi hal yang wajar dan memang seharusnya dimiliki olah
orang Lampung. Berdasarkan makna dan nilai serta kaitannya terhadap falsafah
nengah nyappur, ragam gerak babar kipas memiliki makna secara filosofi
melambangkan kegagahan dan kesigapan dalam mencari rejeki guna
kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Sukung sekapan memiliki makna sebagai
perlambangan kegiatan yang dijalankan sehari-hari yaitu, ketika membuka dan
menutup pintu rumah ketika akan mencari rejeki. Sedangkan ragam gerak
melayang tidak memiliki makna khusus, hanya sebagai keindahan estetis. Namun
demikin rangkaian ragam gerak melayang ini memiliki ragam gerak kaki berupa
ragam gerak injak lado (menginjak lada). Berdasarkan ketiga penjelasan diatas
lebih lanjut peneliti mengkaitkan kedalam lingkup sosial siswa. Salah satunya
dengan menceritakan bahwa, berdasarkan sejarah bahwa Lampung dahulu
merupakan penghasil rempah lada yang cukup baik. Wanita dan ibu-ibu bertugas
untuk membersihkan kulit lada dan bijinya dengan cara menginjak- injak lada
tersebut secara bersama-sama atau gotong royong. Dalam kegiatan yang demikian
167
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
perlu adanya sebuah interaksi sosial sehingga terciptalah gotong royong. Sikap
interaktif ditunjukan pula bahwa tidak hanya kaum laki-laki yang aktif bekerja
mencari rejeki di luar rumah, namun juga kaum perempuan ikut serta di dalamnya
dan tidak hanya tinggal diam saja.
Berdasarkan hal tersebut sikap senang bersosialisasi dan interaktif pada
siswa ditunjukkan pada saat pembagian kelompok siswa dapat membaur dengan
baik dan pada saat melakukan hitungan gerak secara manual di lakukan bersama-
sama. Siswa juga ikut aktif dalam mengarahkan sebagian teman yang tidak
mampu mempraktikan ragam gerak dengan baik. Sikap interaksi yang demikian
yang menjadi bahan pengamatan dna penilaian oleh peneliti. Selanjutnya falsafah
hidup orang Lampung yaitu nengah nyappur, tercermin di dalam ragam gerak
babar kipas. Ragam gerak babar kipas terdapat pada ragam gerak putra maupun
ragam geraka putri pada tari melinting. Sesuai dengan unsur nengah nyappur
dengan bentuk gerak babar kipas yang sederhana tetapi lincah dalam penggunaan
properti kipas, secara filosofi bagi masyarakat Lampung hal tersebut dapat
bermakna sebagai sebuah perlambangan kegagahan bagi putra maupun putri
Lampung. Selain itu pula dengan gerak babar kipas yang dapat berpindah-pindah
posisi, kemudian ayun di tempat dapat bermakna sebagai sebuah kesiapan dalam
mencari rejeki guna kesejahteraan dan kebahagiaan. Ragam gerak ini ada pada
ragam gerak putra dan putri dimana hal tersebut melambangkan bahwa di dalam
kehidupan sehari-hari tidak hanya pihak putra yang mencari rejeki namun, para
wanita juga harus trampil dan sigap dalam mencari rejeki demi kesejahteraan
bersama. Berdasarkan kesigapan, kelincahan baik putra maupun putri
melambangkan mobilitas penduduk Lampung yang dapat bergaul dengan siapa
saja.
Kegiatan akhir (10 menit)
Sama halnya dengan pertemuan kedua evaluasi yang dilakukan pada
pertemuan ketiga ini berupa kemampuan siswa siswa memahami dari pemberian
materi pada pertemuan ketiga. Peneliti/pengajar meminta siswa untuk
menjelaskan kembali apa itu ragam gerak sukhung sekapan, babar kipas, dan
168
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
melayang serta nilai-nilai apa sajakah yang terdapat di dalamnya. Masing-masing
kelompok diminta untuk menjelaskan. Kali ini peneliti/pengajar tidak menunjuk
langsung siswa, namun berdasarkan keberanian siswa. Hal tersebut dilakukan
untuk melihat sejauh mana siswa percaya diri dalam menjelaskan materi yang
diberikan. Ketika siswa sudah dapat percaya diri, maka materi yang diberikan
dapat di terima dengan baik oleh siswa. Ternyata tidak ada siswa yang menunjuk
tangan namun, secara bersama-sama siswa menjelaskan mengenai pemahaman
yang mereka dapat pada pertemuan ketiga ini. Siswa secara bersahut-sahutan
menjelaskan, dan dibantu oleh siswa yang lainnya. Dari jawaban-jawaban yang
dipaparkan oleh siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa, secara keseluruhan
siswa cukup memahami materi yang diberikan peneliti/pengajar pada pertemuan
ketiga ini. Hal tersebut terlihat saat proses pembelajaran berlangsung dan saat
evaluasi yaitu, ketika siswa merespon dan memberi tanggapan dari pertanyaan
yang di berikan.
Ada beberapa hal yang menjadi koreksi oleh peneliti/pengajar yang
diantaranya yaitu, siswa masih menggunakan hitungan lambat dan manual dalam
proses pembelajarannya. Siswa juga belum mampu menguasai teknik gerak yang
baik. Selain itu siswa juga masih belum dapat menyesuaikan dengan baik antara
bentuk gerak tangan, gerak kaki, dan properti kipas melinting menjadi satu
kesatuan gerak, sehingga memerlukan lebih banyak latihan lagi. Dalam perubahan
sikap siswa pada siklus 3 sudah dapat terlihat dengan cukup baik pada kegiatan di
dalam kelas.
Kegiatan selanjutnya adalah secara bersama-sama guru dan siswa
menyimpulkan beberapa hal yang sekiranya mampu dipahami siswa pada saat
proses belajar mengajar berlangsung. Dalam proses pembelajaran pada pertemuan
ketiga ini, siswa dalam memahami tari melinting berdasarkan teks dan konteksnya
dirasa sudah cukup baik meski di beberapa hal masih perlu adanya bimbingan dan
arahan. Saat proses pembelajaran berlangsung, peneliti/pengajar membuat catatan
yaitu, dari 27 siswa yang mengikuti proses latihan terdapat peningkatan bahwa
terdapat 25 siswa yang terlihat aktif dan memeliki kemampuan yang cukup baik
dalam memahami tari melinting secara teks dan kontekstual. Siswa juga terlihat
169
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
trampil dalam mempraktikan ragam gerak tersebut. Namun terdapat 2 siswa yang
kurang dengan baik mengikuti proses pembelajaran pada kali ini. Hal tersebut
diakibatkan karena memang salah satu siswa tersebut sedang sakit sehingga hanya
memperhatikan saja siswa yang lain dalam proses pembelajarannya dan terdapat
pula 1 siswa Laki-laki yang kurang ketertarikan ataupun minat dalam
pembelajaran tari melinting tersebut. Kegiatan pada pertemuan ketiga ini
berlangsung 2 x 45 menit. Pada akhir pembelajaran guru menginformasikan
jadwal untuk pertemuan berikutnya, tidak lupa peneliti/pengajar mengingatkan
agar siswa latihan di rumah baik secara berkelompok ataupun individu. Latihan
tersebut bertujuan agar siswa dapat menguasai bentuk ragam gerak yang telah
diberikan sebelumnya dengan cukup baik dan dapat menerima materi gerak untuk
berikutnya tanpa melupakan materi gerak yang telah diberikan sebelumnya.
Selanjutnya ditutup dengan doa bersama-sama dan salam.
Refleksi pada pertemuan ketiga (siklus 3)
1. Hasil pembelajara khususnya di dalam perubahan sikap sudah dapat
teramati dengan cukup baik
2. Siswa sudah mampu berinteraksi dan bekerja sama dengan baik
3. Perlu adanya kesabaran dan ketrampilan yang baik bagi siswa untuk dapat
mempraktikan ragam gerak babar kipas, sukhung sekapan, dan melayang
berdasarkan tempo dan teknik yang benar
4. Penanaman kepekaan ketukan kepada siswa ketika siswa melakukan
praktik gerak
5. Perlu adanya sikap saling menerima dan terbuka kepada sesama teman
ketika sebuah pembelajaran memerlukan kerja tim yang baik.
c. Siklus 4 (Pertemuan 4)
Pertemuan keempat dilaksanakan pada hari selasa tanggal 5 april 2016,
jam ke 1 dan ke 2. Pertemuan keempat merupakan siklus terakhir sekaligus
pertemuan terakhir dalam proses pebelajaran tari melinting sebagai penguatan
170
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
identitas budaya Lampung. Tujuan pembelajaran pada siklus 4 ini adalah
melalui pembelajaran ragam gerak tari melinting yaitu, babar kipas, sukhung
sekapan dan melayang siswa mendapat apresiasi dan wawasan mengenai tari
melinting. Mengawali dengan pemberian stimulus dan pemahaman berkenaan
apa itu identitas budaya, apa itu keberagaman, apa itu falsafah orang
Lampung, apa itu nengah nyappur, dan apa itu tari melinting. Siswa tidak
hanya memahami tari melinting dari segi teksnya saja tetapi juga konteksnya
setelah siswa memahami makna dan nilai di dalam tari melinting berdasarkan
falsafah orang Lampung yaitu nengah nyappur, selanjutnya melalui
pemahaman akan falsafah tersebut diharapkan indikator senang bersosialisasi
dan interaktif dapat terlaksana dengan baik di dalam pembelajaran sebagai
efek dari pemahaman identitas budaya. Materi pembelajaran yang diberikan
pada setiat siklusnya cenderung sama hanya saja tritmen dan target
pencapaian yang berbeda-beda, sebagai bentuk pengukuran pencapaian
keberhasilan siswa di dalam setiap siklusnya. Berikut merupakan tabel
langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan keempat.
Tabel 5.5 Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan tahapan kegiatan pada
pertemuan ketiga
No Kegiatan Aspek Materi Waktu
1. Kegiatan Awal Nengah Nyappur: Senang bersosialisasi dan interaktif
c. Mengecek kehadiran
3 menit
b. Berdo’a bersama sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung
2 menit
e. Memaparkan tujuan dari pembelajaran tari melinting sebagai implikasi dari penguatan identitas budaya Lampung dan mempraktikan bentuk ragam gerak yang di anggap mewakili identitas tari melinting yaitu,
5 menit
171
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
babar kipas, sukhung sekapan, dan melayang
5. 2. Kegiatan Inti g. Pemberian materi pemahaman identitas budaya Lampung melalui praktik gerak berdasarkan falsafah nengah nyappur
10 menit
h. Aplikasi pemahaman makna dan nilai yang terkandung di dalam tari melinting melalui praktik gerak, (babar kipas, sukhung sekapan, dan melayang)
20 menit
i. Pemahaman akan tari melinting dengan mengaplikasikan sikap senang bersosialisasi dan interaktif.
20 menit
3. Kegiatan Akhir
c. Berdiskusi berkenaan dengan praktek gerak dan pemahaman makna, nilai berdasarkan falsafah nengah nyappur
5 menit
b. Guru dan siswa menyimpulkan tentang hasil pembelajaran pada hari ini
5 menit
c. Posttest 10 menit e. Mengakhiri
pertemuan dan selanjutnya ditutup dengan doa bersama-sama dan salam.
5 menit
172
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Kegiatan Awal (10 menit)
Seperti pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga sebelum memulai
pelajaran guru terlebih dahulu mengkondisikan kelas, agar siswa lebih fokus
pada pembelajaran nantinya seperti mengucapkan salam, mengecek kehadiran
siswa dan tidak lupa guru menanyakan kabar agar suasana belajar terlihat
lebih santai. Pada pertemuan keempat ini siswa yang hadir berjumlah 29
siswa artinya seluruh siswa hadir pada pertemuan terakhir. Kegiatan pada
pertemuan keempat masih diawali dengan apersepsi yang dilanjutkan dengan
peneliti/pengajar menyampaikan materi yang akan diberikan pada siswa.
Kegiatan Inti (50 menit)
Pada pertemuan keempat materi yang diberikan adalah sama dengan
pertemuan ketiga dengan melanjutkan materi ragam gerak tari melinting.
Mendemonstrasikan dan mempraktikkan bentuk ragam gerak tari melinting,
serta memahami makna dan nilai-nilai simbolik yang terdapat pada gerak tari
melinting berdasarkan teks dan konteksnya, melakukan umpan balik sebagai
evaluasi terhadap implementasi pembelajaran yang telah dilaksanakan dan
melihat respon maupun tanggapan siswa mengenai pembelajaran tari
melinting sebagai penguatan identitas budaya Lampung yang telah mereka
lakukan. Ragam gerak yang diajarkan oleh peneliti/pengajar yaitu, sama
seperti pada pertemuan. Selanjutnya peneliti/pengajar dan siswa melakukan
diskusi tanya jawab tentang hal-hal yang terkait dengan pembelajaran tari
melinting. Selanjutnya pada akhir pertemuan dilakukan posttest. Posttest
berupa pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan dalam bentuk angket yang
disebarkan kepada siswa setelah pembelajaran dilakukan. Pertannyaan angket
berupa pertannyaan-pertanyaan yang ditanyakan pada saat pretest di
pertemuan awal dan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah kepada
perkembangan kemampuan siwa sebelum mendapat treatmen dan sesudah
mendapat treatment. Fungsi dari posttest tersebut adalah untuk melihat sejauh
mana keberhasilan pembelajaran dan sejauh mana siswa memahami sebelum
dan setelah pembelajaran diberikan.
173
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Materi yang menjadi sub bahasan pada pertemuan keempat adalah
mendemonstrasikan dan mempraktikan bentuk ragam gerak tari melinting
serta pemahaman akan nilai-nilai simbolik yang terdapat pada tari melinting
tersebut. Sama halnya dengan pertemuan kedua dan ketiga pada saat sebelum
masuk pada praktik gerak tari melinting, terlebih dahulu guru dalam hal ini
peneliti/pengajar dan siswa bersama-sama melakukan peregangan yang
dipimpin oleh peneliti/pengajar. Siswa diajak untuk melakukan peregangan
terlebih dahulu, selama kurang lebih 10 menit. Hal ini dilakukan agar siswa
dapat lebih siap menerima proses latihan gerak tari melinting. Gerak-gerak
peregangan yang di ajarkan adalah gerak-gerakan yang terfokus pada tangan
khususnya pergelangan tangan seperti gerak ukel dan ngecum, kemudian
dilatih pula gerak yang bertumpu pada kaki atau kekuatan kaki seperti mendak
dan berdiri pada tumpuan kaki satu. Tahap selanjutnya peneliti/pengajar
menjelaskan bahwa materi gerak yang akan diajarkan pada pertemuan
keempat merupakan pengulangan materi gerak pada tari melinting yang telah
diajarkan sebelumnya. Peneliti kemudian memberikan pertanyaan kepada
siswa berkenaan hal-hal yang ingin ditanyakan dan hal-hal yang dipahami
pada pertemuan sebelumnya, agar peneliti juga dapat mengukur sejauh mana
keterpahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan.
Dalam melihat adanya perubahan sikap maupun perubahan pengetahuan
di dalam pembelajaran peneliti kerap kali melakukan diskusi dan mengamati
siswa secara perorangan dengan memperhatikan beberapa aspek melalui tabel
observasi siswa. Untuk pemberian materi ragam gerak teknik atau metode
pembelajaran yang digunakan sama pada pertemuan sebelumnya. Metode
CTL digunakan untuk menjelaskan berkenaan makna dan nilai yang terdapat
di dalam tari melinting, dan aplikasi ragam geraknya menggunakan metode
praktik.
Peneliti/pengajaran ini disetiap akhir pembelajaran selalu dilakukan
diskusi berkenaan materi yang telah dipelajari. Kemudian pada pertemuan
keempat diskusi yang dilakukan guna membahas hal-hal yang berkaitan
dengan proses belajar mengajar dari awal pertemuan hingga akhir pertemuan.
174
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Diskusi ini juga dapat menjadi tolak ukur keberhasilan proses belajar
mengajar yang telah terjadi. Dalam diskusi akan dibahas atau direview
kembali materi sejak awal hingga akhir pertemuan. Peneliti/pengajar juga
mengajak siswa untuk mendiskusikan tentang penampilan gerak mereka pada
saat proses pembelajaran berlangsung untuk saling mengevaluasi, baik dari
segi kelebihan maupun kekurangan. Hal tersebut dilakukan agar siswa dapat
menganalisis dan berpikir kritis terhadap pembelajaran. Secara keseluruhan
pada saat diskusi juga terlihat siswa dapat memahami materi yang telah
diberikan setelah tahapan-tahapan pembelajaran telah dilalui. Diskusi berjalan
dengan aktif dan menyenangkan.
Peneliti/pengajar menekankan bahwa tari merupakan suatu wujud dari
budaya dan budaya adalah milik masyarakat yang menghasilkannya. Budaya
merupakan bentuk dari sebuah identitas suatu masyarakat. Mempelajari tari
etnis daerah Lampung berarti kita telah mengenali identitas budaya Lampung.
Kemudian peneliti bertanya kepada seluruh siswa,”lalu apa sajakah yang
dapat mencermikan identitas Lampung di dalam tari melinting tersebut”?.
Siswa menjawab dengan jawaban yang beragam ada yang menjawab dari
geraknya, kostumnya, nilai-nilai filosofis di dalam geraknya, tapisnya,
penarinya itu sendiri, dan sebagainya. Berdasarkan jawaban yang dipaparkan
siswa sebuah pemahaman tari secara teks dan konteks dirasa bermanfaat bagi
siswa. Pada akhirnya siswa tidak hanya memahami bentuk gerak tetapi juga
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, sehingga tujuan dari penguatan
identitas itu sendiri dapat tercapai berdasarkan indikator- indikatornya.
Pada akhirnya pembelajaran yang dilakukan kepada siswa dari pertemuan
pertama hingga pertemuan terakhir bukan hanya sebuah pemahaman bentuk
gerak dan makna gerak yang terdapat di dalamnya, tetapi juga sebuah
perubahan prilaku senang bersosialisasi ditunjukkan dengan tidak mengelu
saat pembagian kelompok, dan pembagian tugas setiap kelompoknya, siswa
juga sudah mulai interaktif dalam bersikap ataupun menerima materi ajar.
Berdasarkan karakteristik unsur falsafah nemui nyimah dan nengah
nyappur masyarakat Lampung dapat di lihat melalui tabel indikator
175
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
pencapaian maupun observasi aktivitas siswa pada pembahasan berikutnya.
Kemudian peneliti juga menjelaskan kepada siswa bahwa pada akhirnya
peneliti/pengajar ingin melihat sebuah ketercapaian proses belajar mengajar
yang telah dilakukan. Peneliti menjabarkan di dalam unsur nemui nyimah
siswa dikatakan baik jika siwa mampu memahami makna dan nilai yang
terkandung di dalam tari melinting pada saat proses belajar mengajar dan
dapat mengimplementasikannya di dalam kehidupan sosial mereka. Seperti
sebuah sikap ramah, sopan, dan toleransi. Adapun pada unsur nengah nyappur
siswa dikatakan baik jika siswa mampu memahami makna dan nilai yang
terkandung di dalam tari melinting pada saat proses belajar mengajar
berlangsung dan siswa mampu mengimplementsikannya di dalam kehidupan
sosial mereka. Seperti sebuah sikap suka bergaul kepada orang lain dan tidak
individualistis. Sikap-sikap tersebut terlihat pada saat proses kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Siswa dapat dengan ramah dan terbuka mengikuti
proses pembelajaran yang di ajarkan oleh pengajar/peneliti, siswa juga dapat
bertoleransi dengan baik jika diantara siswa ada yang belum dapat melakukan
praktik gerak dengan baik atau belum mengerti mengenai makna dna nilai
yang terdapat di dalam ragam gerak tersebut. Selanjutnya siswa juga dapat
bergaul dengan baik hal tersebut terlihat pada saat siswa dibagi kelompok
secara spontan siswa dapat membaur dengan baik bersama kelomponya.
Kegiatan akhir (25 menit)
Pada pertemuan keempat dan di akhir pembelajaran siswa diberikan
lembar angket sebagai posttest. Posttest dilakukan untuk melihat apakah ada
perubahan yang lebih baik dalam pemahaman materi penguatan identitas
budaya melalui pembelajaran tari melinting setelah melewati proses
pembelajaran. Pertanyaan yang diberikan di dalam posttest sebagian
merupakan pertanyaan-pertanyaan yang pernah diberikan disaat pretest dan
ada pula yang merupakan pertanyaan baru. Posttes ini berupa angket yang
berisi lembar pertanyaan, dengan jawaban singkat. Meskipun demikian pada
saat proses di setiap pertemuannya peneliti juga menganalisis dan memiliki
176
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
catatan khusus kepada siswa dan dideskripsikan secara kualitatif. Jawaban-
jawaban yang terdapat didalam angket hanya sebagai penguat dari proses
pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya. Pertanyaan tersebut sebagai
berikut:
1) Pertanyaan pertama yang di ajukan saat pretest dan kemudian ditanyakan
kembali saat posttest yaitu,“Apakah anda mengetahui fungsi dan makna
dari salah satu tarian Lampung yang anda tonton?”. Dari pertanyaan
tersebut diperoleh jawaban “Ya” sebanyak 5 siswa dan jawaban “Tidak”
sebanyak 20 siswa. Setelah dilakukan posttest diperoleh jawaban “Ya”
sebanyak 29 siswa, artinya seluruh siswa menjawab “Ya” dan terjadi
perubahan jawaban yang signifikan pada saat pretest dan posttest. Setelah
proses pembelajaran berlangsung siswa SMKN 1 Buay bahuga kususnya
siswa kelas X. TKJ I saat ini dapat mengetahui tari tidak hanya dari segi
teksnya saja tetapi juga wilayah konteksnya sudah mulai terjamah. Meski
pengetahuan meraka masih terbatas pada tari melinting saja.
2) Pertanyaan kedua yang ditanyakan saat pretest dan kemudian di tanyakan
kembali saat posttest yaitu,“Apakah menurut anda penting untung
mengetahui makna dan nilai yang terdapat di dalam sebuah tari (tari etnis
Lampung)?”. Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban “Ya” sebanyak 6
siswa dan jawaban “Tidak” sebanyak 19 siswa. Setelah dilakukan posttest
diiperoleh jawaban “Ya” sebanyak 19 siswa dan jawaban “Tidak”
sebanyak 10 siswa. Berdasarkan jawaban tersebut dan hasil observasi
dapat diketahui bahwa terjadinya perubahan pengetahuan siswa SMKN 1
Buay Bahuga kususnya siswa kelas X. TKJ I mengenai anggapan bahwa
memahami tari dari segi teks belumlah cukup tanpa memahami wilayah
konteksnya lebih dalam.
Pertanyaan berikutnya akan berbeda dengan pertanyaan pada saat
pretest, pertenyaan tersebut sebagai berikut:
3) “Apakah proses penguatan identitas budaya melalui pembelajaran tari
melinting ini menarik untuk diikuti?”. Dari pertanyaan tersebut diperoleh
jawaban “Ya” sebanyak 27 siswa dan jawaban “Tidak” sebanyak 2 siswa.
177
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan jawaban tersebut dan hasil observasi, terlihat bahwa siswa
SMKN 1 Buay Bahuga kususnya siswa kelas X. TKJ I dominan tertarik
untuk mengikuti pembelajarannya dan hanya terdapat 2 siswa yang tidak
tertarik. Hal tersebut sesuai dengan apa yang terjadi pada saat proses
pembelajaran berlangsung yang menjadi temuan langsung oleh
peneliti/pengajar. Peneliti/pengajar mencatat memang ada dua siswa yang
kurang tertarik untuk mempelajari tari.
4) “Apakah anda ingin mengetahui lebih dalam lagi mengenai tari melinting
dan penguatan identitas budaya?”. Dari pertanyaan tersebut diperoleh
jawaban “Ya” sebanyak 25 siswa dan jawaban “Tidak” tidak ada.
Berdasarkan jawaban tersebut dan hasil observasi dapat diketahui bahwa
siswa SMKN 1 Buay Bahuga kususnya siswa kelas X. TKJ.I memiliki
ketertarikan dan rasa ingin tahu lebih terhadap tari melinting dan
penguatan identitas budaya. Meskipun tidak semua siswa memiliki
ketertarikan dalam mempelajarai gerak tari atau teksnya, tetapi ternyata
seluruh siswa tertarik untuk mempelajari budayanya.
5) “ Apakah anda dapat memahami materi dan tujuan pembelajaran yang
disajikan?”. Jawaban “Ya” sebanyak 25 siswa dan jawaban “Tidak”
sebanyak 5 siswa. Berdasarkan jawaban tersebut dan hasil observasi
diketahui bahwa secara umum siswa memahami materi ajar dan tujuan
diselenggarakannya pembelajaran.
6) “Apakah anda mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan yang
berkenaan dengan indikator ketercapaian, seperti nemui nyimah yaitu sikap
ramah, sopan, dan toleransi, kemudian nengah nyappur yaitu, sikap senang
bersosialisassi dan interaktif ?”. Jawaban “Ya” sebanyak 8 siswa dan
Jawaban “Tidak” sebanyak 21 siswa. Berdasarkan jawaban tersebut dan
disesuaikan dengan data dari hasil observasi sejak awal hingga akhir,
memang telah terjadi peningkatan baik itu perubahan sikap dan perubahan
pengetahuan di dalam pembelajarannya.
7) “Apakah implementasi penguatan identitas budaya melalui pembelajaran
tari melinting ini dapat memotivasi anda dalam mengenal lebih jauh lagi
178
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
mengenai identitas budaya Lampung?”. Jawaban “Ya” diperoleh 29 siswa
dan yang menjawab “Tidak” tidak ada. Berdasarkan jawaban tersebut dan
hasil observasi sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ini dapat
memotivasi siswa dalam mengenal lebih jauh lagi mengenai identitas
budaya Lampung. Meskipun SMKN 1 Buay Bahuga kususnya siswa kelas
X. TKJ.I yang bersuku Lampung hanya 7 siswa dan didominasi suku Jawa,
Sunda, Bali, serta Sumatera Selatan namun, rasa ingin tahu terhadap
budaya etnis setempat cukup tinggi ditandai dengan seluruh siswa tidak
ada yang menjawab “Tidak”. Dengan demikian tujuan dari pembelajaran
inipun tercapat yaitu sebagi penguatan identitas budaya melalui
pembelajaran tari melinting.
Pada akhir pembelajaran sebelum peneliti mengakhiri penelitian dan
kegiatan belajar mengajar peneliti memberikan pesan dan kesan kepada siswa,
begitupun sebaliknya. Kegiatan akhir di tutup dengan salam dan dilanjutkan
untuk berfoto bersama baik dengan siswa dan guru Seni Budayanya.
Refleksi Pada Siklus 4 (Pertemuan 4)
1. Berdasarkan stimulus yang diberian dapat berpengaruh cepat kepada siswa
dalam memahami makna dan nilai yang terkandung di dalam tari
melinting dan juga implementasinya di dalam indikator nengah nyapur
yaiyu, sennqg bersosialisasi dan interaktif.
2. Berdasarkan metode pengajaran yang diberikan penggunaan tenaga dan
tempo dalam melakukan gerak tari dapa siswa lakukan dengan baik pada
akhir pertemuan
3. Siswa mampu mengembangkan gagasan dalam berpikir kreatif dan aktif di
dalam pembelajarannya.
4. Siswa sudah dapat mandiri dalam mempraktikan ragam gerak dan juga
sudah dapat menyesuaikan dengan tempo iringan, meski baru sebatas
hitungan manual.
D. Hasil Implementasi Penguatan Identitas Budaya Melalui Pembelajaran
179
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Tari Melinting Di SMKN 1 Buay Bahuga Lampung
Hasil implementasi merupakan umpan balik dari rangkaian proses
pembelajaran yang telah dilalui oleh peserta didik. Dari hasil ini dapat diketahui
keberhasilan suatu sistem pembelajaran dalam upaya memberikan perubahan baik
sikap, tingkah laku, dan pengetahuan ke arah yang lebih baik. Berdasarkan
temuan yang dipaparkan di atas, terlihat terjadi perubahan ke arah yang lebih baik
dalam memahami tari etnis setempat berdasarkan pemahaman teks dan
konteksnya sebagai penguatan identitas budaya. Berikut merupakan hasil
pembelajaran pada setiap siklusnya.
a. Siklus 1 (Pertemuan 1)
Dalam melihat ketercapaian hasil pada siklus pertama dan pada setiap
siklusnya digunakanlah instrument penilaian berupa tabel perubahan sikap
berdasarkan falsafah nemui nyimah dengan indikator ramah, toleransi dan
sopan. Selain itu digunakan pula penilaian berdasarkan lembar aktivitas
sisswa. Sebagai berikut;
Tabel 5.5 Format Penilaian Aspek Nemui Nyimah Dengan Indikator
Ramah, Toleransi, dan Sopan
No Nama Baik Cukup Kurang
1 Anindira Dina. F
2 Anita Dwi. S
3 Apip Ansyah
4 Ayu Elviana
5 Azean Ramadhani
6 Bowo
7 Devi Indriani
8 Dwi Setiowati
9 Egik Ergiyanti
10 Eka Savitri
11 Eko Pangestu. A
12 Elisabeth Novi
13 Herlina
14 Ibnu Khasan
15 Iti Kurniawati
16 Jayanti Eviana P
17 Kristianto
180
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
18 Nasrudin
19 Nurjanah
20 Prio Nugroho
21 Rina Wati
22 Rizki Nurkholis
23 Rofiul Kava
24 Sariyanto
25 Sela Wati
26 Suhartini
27 Syintia
28 Tamrin
29 Tina Wahyuni
JUMLAH 5 12 10
Dari tabel diatas dapat diketahui terdapat 5 siswa yang berada pada
kategori gerak baik, 12 siswa kategori cukup, dan 10 siswa kategori kurang
dengan total 27 siswa dikarenakan pada pertemuan pertama terdapat 2 siswa yang
tidak hadir di dalam proses belajar mengajar. Selanjutnya untuk mengukur
aktivitas siswa di dalam kelas dan saat proses belajar mengajar berlangsung
digunakanlah tabel lembar observasi aktivitas peserta didik pada siklus 1 sebagai
berikut:
Tabel 5.6 Format Penilaian Aktifitas Siswa Pada siklus 1
No. Jenis
Aktifitas Indikator
Skor
B C D
1. Visual
Activities
a. Jika semua siswa memerhatikan penjelasan yang
disampaikan oleh guru
b. Jika ada 6-10 siswa tidak menperatikan penjelasan
guru
c. Jika ada 10-15 siswa tidak menperhatikan penjelasan
guru
2. Motor
Activities
a. Jika semua siswa dapat memahami makna, nilai dan
mengaplikasikan filosofi tari melinting dan siswa
dapat mengimitasikan bentuk ragam gerak dengan
baik seperti yang disampaikan guru
b. Jika ada 6-10 siswa kurang dapat memahami makna,
nilai dan mengaplikasikan filososi tari melinting
dan juga mengimitasikan motif gerak dengan baik
seperti yang disampaikan guru
181
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
c. Jika ada 10-15 siswa kurang dapat memahami
makna, nilai dan mengaplikasikan filososi tari
melinting dan juga mengimitasikan motif gerak
dengan baik seperti yang disampaikan guru
3. Emotional
Activities
a. Jika semua siswa bersemangat dan antusias selama
proses penguatan identitas budaya melalui
pembelajaran tari melinting
b. Jika ada 6-10 siswa yang tidak bersemangat dan
antusias selama proses penguatan identitas budaya
melalui pembelajaran tari melinting
c. Jika ada 10-15 siswa yang tidak bersemangat dan
antusias selama proses penguatan identitas budaya
melalui pembelajaran tari melinting
b. Siklus 2 (Pertemuan 2)
Dalam melihat ketercapaian hasil pada setiap siklusnya digunakanlah
instrument penilaian berupa tabel perubahan sikap berdasarkan falsafah
nemui nyimah dengan indikator ramah, toleransi dan sopan. Selain itu
digunakan pula penilaian berdasarkan lembar aktivitas siswa. Hasil akhir dari
ketercapaian perubahan sikap dan aktivitas siswa pada siklus kedua
merupakan data akhir dari aspek pemahaman makna dan nilai tari melinting
berdasarkan falsafah nemui nyimah tersebut. Penjabarannya sebagai berikut;
Tabel 5. 7 Format Penilaian Aspek Nemui Nyimah Dengan Indikator
Ramah, Toleransi, dan Sopan.
No Nama Baik Cukup Kurang
1 Anindira Dina. F
2 Anita Dwi. S
3 Apip Ansyah
4 Ayu Elviana
5 Azean Ramadhani
6 Bowo
7 Devi Indriani
8 Dwi Setiowati
9 Egik Ergiyanti
10 Eka Savitri
11 Eko Pangestu. A
12 Elisabeth Novi
13 Herlina
182
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
14 Ibnu Khasan
15 Iti Kurniawati
16 Jayanti Eviana P
17 Kristianto
18 Nasrudin
19 Nurjanah
20 Prio Nugroho
21 Rina Wati
22 Rizki Nurkholis
23 Rofiul Kava
24 Sariyanto
25 Sela Wati
26 Suhartini
27 Syintia
28 Tamrin
29 Tina Wahyuni
JUMLAH 9 13 7
Selanjutnya untuk mengukur aktivitas siswa di dalam kelas dan saat proses
belajar mengajar berlangsung digunakanlah tabel lembar observasi aktivitas
peserta didik pada siklus 1 sebagai berikut:
Tabel 5.8 Format Penilaian Aktifitas Siswa Pada Siklus 2
No. Jenis
Aktifitas Indikator
Skor
B C D
1. Visual
Activies
a. Jika semua siswa memerhatikan penjelasan yang
disampaikan oleh guru
b. Jika ada 6-10 siswa tidak menperatikan penjelasan
guru
c. Jika ada 10-15 siswa tidak menperhatikan
penjelasan guru
2. Motor
Activities
a. Jika semua siswa dapat memahami makna, nilai
dan mengaplikasikan filosofi tari melinting dan
siswa dapat mengimitasikan bentuk ragam gerak
dengan baik seperti yang disampaikan guru
b. Jika ada 6-10 siswa kurang dapat memahami
makna, nilai dan mengaplikasikan filososi tari
melinting dan juga mengimitasikan motif gerak
dengan baik seperti yang disampaikan guru
c. Jika ada 10-15 siswa kurang dapat memahami
makna, nilai dan mengaplikasikan filososi tari
melinting dan juga mengimitasikan motif gerak
183
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
dengan baik seperti yang disampaikan guru
3. Emotional
Activities
a. Jika semua siswa bersemangat dan antusias selama
proses penguatan identitas budaya melalui
pembelajaran tari melinting
b. Jika ada 6-10 siswa yang tidak bersemangat dan
antusias selama proses penguatan identitas budaya
melalui pembelajaran tari melinting
c. Jika ada 10-15 siswa yang tidak bersemangat dan
antusias selama proses penguatan identitas budaya
melalui pembelajaran tari melinting
Evaluasi Siklus 1 dan siklus 2
Dalam siklus 1 dan siklus 2 sama-sama mengidentifikasi pengutan
identitas budaya melalui falsafah orang Lampung yaitu nemui nyimah dengan
indikator ramah, sopan, dan toleransi. Berdasarkan treatmen yang di lakukan
pada siklus 1 dan siklus 2 terdapat perubahan dan perkembangan dari
treatment yang dilakukan. Perubahan tersebut terjadi pada sikap lahir secara
pribadi dan prilaku.
Berdasarkan hasil penilaian ketercapaian identitas orang Lampung unsur
falsafah nemui nyimah dengan indikator ramah, sopan, dan toleransi adalah
dari tabel 5.5 diperoleh hasil terdapat 5 siswa yang berada pada kategori
“baik”, 12 siswa berada pada kategori “cukup”, dan 10 siswa berada pada
kategori “kurang”, dengan total siswa hadir sebanyak 27 siswa. Sedangkan
pada tabel 5.7 diketahui terdapat 9 siswa berada pada kategori “baik”, 13
siswa berada pada kategori “cukup”, dan 7 siswa berada pada kategori
“kurang”, dengan total siswa hadir sebanyak 29 siswa. Dari hasil ketercapaian
pada siklus 1 tabel 5.5 dan siklus 2 tabel 5.7 terjadi perubahan pemahaman
identitas budaya berdasarkan indikator ramah, sopan, dan toleransi. Meskipun
demikian perubahan tersebut bukanlah perubahan yang drastis tetapi
perubahan yang bertahap karena kenaikan jumlah pada setiap aspek
indikatornya tidak begitu signifikan.
Dari tabel 5.6 berupa aktivitas siswa pada siklus 1 dapat diketahui di
dalam siklus 1 pada aspek Visual Activies siswa berada pada kategori C
(cukup) dikarenakan terdapat 6-10 siswa tidak menperatikan penjelasan saat
184
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
peneliti menjelaskan mengenai materi yang sedang di berikan, sedangkan
siswa yang lainnya memperhatikan. Selanjutnya pada aspek Motor Activities
siswa berada pada kategori D (Kurang) dikarenakan ada 10-15 siswa kurang
dapat memahami makna, nilai dan mengaplikasikan filososi tari melinting
dan juga mengimitasikan motif gerak dengan baik seperti yang disampaikan
guru, sedangkan siswa yang lainnya dapat memahami dan mengaplikasikan
dengan baik. Kemudian pada aspek Emotional Activities siswa berada pada
kategori C (cukup) dikarenakan terdapat 6-10 siswa yang tidak bersemangat
dan antusias selama proses penguatan identitas budaya melalui pembelajaran
tari melinting, sedangkan siswa yang lainnya bersemangat dan antusias.
Dari tabel 5.8 berdasarkan aktivitas siswa di atas dapat diketahui di dalam
siklus dua pada aspek Visual Activies siswa berada pada kategori C (cukup)
dikarenakan terdapat 6-10 siswa tidak menperatikan penjelasan saat peneliti
menjelaskan mengenai materi yang sedang di berikan. Selanjutnya pada aspek
Motor Activities siswa berada pada kategori C (Cukup) dikarenakan 6-10
siswa kurang dapat memahami makna, nilai dan mengaplikasikan filososi tari
melinting dan juga mengimitasikan motif gerak dengan baik seperti yang
disampaikan guru. Kemudian pada aspek Emotional Activities siswa berada
pada kategori C (cukup) dikarenakan terdapat 6-10 siswa yang tidak
bersemangat dan antusias selama proses penguatan identitas budaya melalui
pembelajaran tari melinting. Berdasarkan presentase siklus 1 dan 2
diperolehlah peningkatan sebagai berikut ;
Baik = 19% - 31%
Cukup = 44% - 45%
Kurang = 37% - 24%
185
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
c. Siklus 3 (Pertemuan 3)
Dalam siklus 3 melihat ketercapaian hasil pada siklus setiap siklusnya
digunakanlah instrument penilaian berupa tabel perubahan sikap berdasarkan
falsafah nengah nyappur dengan indikator senang bersosialisasi dan interaktif.
Selain itu digunakan pula penilaian berdasarkan lembar aktivitas siswa.
Sebagai berikut;
Tabel 5.9 Format Penilaian Aspek Nengah Nyappur Dengan Indikator
Senang Bersosialisasi dan Interaktif
No Nama Baik Cukup Kurang
1 Anindira Dina. F
2 Anita Dwi. S
3 Apip Ansyah
4 Ayu Elviana
5 Azean Ramadhani
6 Bowo
7 Devi Indriani
8 Dwi Setiowati
9 Egik Ergiyanti
10 Eka Savitri
11 Eko Pangestu. A
12 Elisabeth Novi
Baik Cukup Kurang
Pertemuan 1 5 12 10
Pertemuan 2 9 13 7
02468
101214
Grafik Total Penilaian Aspek Nemui
Nyimah Pada Siklus 1 dan 2
Pertemuan 1 Pertemuan 2
186
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
13 Herlina
14 Ibnu Khasan
15 Iti Kurniawati
16 Jayanti Eviana P
17 Kristianto
18 Nasrudin
19 Nurjanah
20 Prio Nugroho
21 Rina Wati
22 Rizki Nurkholis
23 Rofiul Kava
24 Sariyanto
25 Sela Wati
26 Suhartini
27 Syintia
28 Tamrin
29 Tina Wahyuni
JUMLAH 8 8 11
Dari tabel diatas dapat diketahui terdapat 8 siswa yang berada pada
kategori gerak baik, 8 siswa kategori cukup, dan 11 siswa kategori kurang dengan
total 27 siswa dikarenakan pada pertemuan pertama terdapat 2 siswa yang tidak
hadir di dalam proses belajar mengajar. Selanjutnya untuk mengukur aktivitas
siswa di dalam kelas dan saat proses belajar mengajar berlangsung digunakanlah
tabel lembar observasi aktivitas peserta didik pada siklus 3 sebagai berikut:
Tabel 5.10 Format Penilaian Aktifitas Siswa siklus 3
No. Jenis
Aktivitas Indikator
Skor
B C D
4. Visual
Activies
d. Jika semua siswa memerhatikan penjelasan yang
disampaikan oleh guru
e. Jika ada 6-10 siswa tidak menperatikan penjelasan
guru
f. Jika ada 10-15 siswa tidak menperhatikan penjelasan
guru
5. Motor
Activities
d. Jika semua siswa dapat memahami makna, nilai dan
mengaplikasikan filosofi tari melinting dan siswa
dapat mengimitasikan bentuk ragam gerak dengan
baik seperti yang disampaikan guru
e. Jika ada 6-10 siswa kurang dapat memahami makna,
187
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
nilai dan mengaplikasikan filososi tari melinting
dan juga mengimitasikan motif gerak dengan baik
seperti yang disampaikan guru
f. Jika ada 10-15 siswa kurang dapat memahami
makna, nilai dan mengaplikasikan filososi tari
melinting dan juga mengimitasikan motif gerak
dengan baik seperti yang disampaikan guru
6. Emotional
Activities
d. Jika semua siswa bersemangat dan antusias selama
proses penguatan identitas budaya melalui
pembelajaran tari melinting
e. Jika ada 6-10 siswa yang tidak bersemangat dan
antusias selama proses penguatan identitas budaya
melalui pembelajaran tari melinting
f. Jika ada 10-15 siswa yang tidak bersemangat dan
antusias selama proses penguatan identitas budaya
melalui pembelajaran tari melinting
d. Siklus 4 (Pertemuan 4)
Dalam melihat ketercapaian hasil pada setiap siklusnya digunakanlah
instrument penilaian berupa tabel perubahan sikap berdasarkan falsafah
nengah nyappur dengan indikator senang bersosialisasi dan interaktif. Selain
itu digunakan pula penilaian berdasarkan lembar aktivitas siswa. Hasil akhir
dari ketercapaian perubahan sikap dan aktivitas siswa pada siklus empat
merupakan data akhir dari aspek pemahaman makna dan nilai tari melinting
berdasarkan falsafah nengah nyappur. Penjabarannya sebagai berikut;
Tabel 5.11 Format Penilaian Aspek Nengah Nyappur Dengan Indikator
Senang Bersosialisasi dan Interaktif
No Nama Baik Cukup Kurang
1 Anindira Dina. F
2 Anita Dwi. S
3 Apip Ansyah
4 Ayu Elviana
5 Azean Ramadhani
6 Bowo
7 Devi Indriani
8 Dwi Setiowati
9 Egik Ergiyanti
10 Eka Savitri
11 Eko Pangestu. A
188
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
12 Elisabeth Novi
13 Herlina
14 Ibnu Khasan
15 Iti Kurniawati
16 Jayanti Eviana P
17 Kristianto
18 Nasrudin
19 Nurjanah
20 Prio Nugroho
21 Rina Wati
22 Rizki Nurkholis
23 Rofiul Kava
24 Sariyanto
25 Sela Wati
26 Suhartini
27 Syintia
28 Tamrin
29 Tina Wahyuni
JUMLAH 15 8 6
Selanjutnya untuk mengukur aktivitas siswa di dalam kelas dan saat proses
belajar mengajar berlangsung digunakanlah tabel lembar observasi aktivitas
peserta didik pada siklus 1 sebagai berikut:
Tabel 5.12 Format Penilaian Aktifitas Siswa
No. Jenis
Aktifitas Indikator
Skor
B C D
4. Visual
Activies
d. Jika semua siswa memerhatikan penjelasan yang
disampaikan oleh guru
e. Jika ada 6-10 siswa tidak menperatikan penjelasan
guru
f. Jika ada 10-15 siswa tidak menperhatikan
penjelasan guru
5. Motor
Activities
d. Jika semua siswa dapat memahami makna, nilai
dan mengaplikasikan filosofi tari melinting dan
siswa dapat mengimitasikan bentuk ragam gerak
dengan baik seperti yang disampaikan guru
e. Jika ada 6-10 siswa kurang dapat memahami
makna, nilai dan mengaplikasikan filososi tari
melinting dan juga mengimitasikan motif gerak
189
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
dengan baik seperti yang disampaikan guru
f. Jika ada 10-15 siswa kurang dapat memahami
makna, nilai dan mengaplikasikan filososi tari
melinting dan juga mengimitasikan motif gerak
dengan baik seperti yang disampaikan guru
6. Emotional
Activities
d. Jika semua siswa bersemangat dan antusias selama
proses penguatan identitas budaya melalui
pembelajaran tari melinting
e. Jika ada 6-10 siswa yang tidak bersemangat dan
antusias selama proses penguatan identitas budaya
melalui pembelajaran tari melinting
f. Jika ada 10-15 siswa yang tidak bersemangat dan
antusias selama proses penguatan identitas budaya
melalui pembelajaran tari melinting
Evaluasi Siklus 3 dan siklus 4
Dalam siklus 3 dan siklus 4 sama-sama mengidentifikasi pengutan
identitas budaya melalui falsafah orang Lampung yaitu nengah nyappur
dengan indikator senang bersosialisasi dan interaktif. Berdasarkan tritmen
yang di lakukan pada siklus 3 dan siklus 4 terdapat perubahan dan
perkembangan dari treatment yang dilakukan. Perubahan tersebut terjadi pada
sikap lahir secara pribadi dan prilaku.
Berdasarkan hasil penilaian ketercapaian identitas orang Lampung unsur
falsafah nengah nyappur dengan indikator senang bersosialisasi dan interaktif
adalah dari tabel 5.9 diperoleh hasil terdapat 8 siswa yang berada pada
kategori “baik”, 8 siswa berada pada kategori “cukup”, dan 11 siswa berada
pada kategori “kurang”, dengan total siswa hadir sebanyak 27 siswa.
Sedangkan pada tabel 5.11 diketajui terdapat 15 siswa berada pada kategori
“baik”, 8 siswa berada pada kategori “cukup”, dan 6 siswa berada pada
kategori “kurang”, dengan total siswa hadir sebanyak 29 siswa. Dari hasil
ketercapaian pada siklus 3 tabel 5.9 dan siklus 4 tabel 5.11 terjadi perubahan
pemahaman identitas budaya berdasarkan indikator senang bersosialisasi dan
interaktif. Perubahan yang terjadi pada siklus 3 dan siklu 4 merupakan
perubahan yang cukup drastis, hal tersebut dapat terjadi karena siswa sudah
dapat memahami baik itu makna dan nilai yang terdapat di dalam tari
melinting berdasarkan falsafah nengah nyappur, selain itu pada siklus 4 siswa
190
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
sudah dapat secara mandiri mempraktikan ketiga ragam gerak yang diajarkan,
sehingga terjadi progress yang cukup baik pada pemahaman identitas dan
perubahan sikap siswa. Berdasarkan presentase siklus 1 dan 2 diperolehlah
peningkatan yaitu,
Baik = 29% - 52%
Cukup = 30% - 27%
Kurang = 41% - 21%
Secara terperinci perubahan pada setiap siklusnya dapat tergambar di
dalam grafik sebagai berikut;
Kemudian berdasarkan data sari tabel 5.10 berupa aktivitas siswa pada
siklus 3 dapat diketahui di dalam siklus 3 pada aspek Visual Activies siswa
berada pada kategori B (Baik) dikarenakan seluruh siswa memerhatikan
penjelasan yang disampaikan oleh guru dalam hal ini peneliti. Selanjutnya
pada aspek Motor Activities siswa berada pada kategori C (Cukup)
dikarenakan ada 6-10 siswa kurang dapat memahami makna, nilai dan
mengaplikasikan filososi tari melinting dan juga mengimitasikan motif gerak
dengan baik seperti yang disampaikan guru, sedangkan siswa yang lainnya
dapat memahami dan mengaplikasikan dengan baik. Kemudian pada aspek
Emotional Activities siswa berada pada kategori B (Baik) dikarenakan semua
0
5
10
15
Baik Cukup Kurang
Pertemuan 3 8 8 11
Pertemuan 4 15 8 6
Grafik Total Penilaian Aspek Nengah Nyappur Pada Siklus 3 dan 4
Pertemuan 3 Pertemuan 4
191
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
siswa bersemangat dan antusias selama proses penguatan identitas budaya
melalui pembelajaran tari melinting.
Dari tabel 5.12 berdasarkan aktivitas siswa di atas dapat diketahui di
dalam siklus dua pada aspek Visual Activies siswa berada pada kategori B
(Baik) dikarenakan semua siswa memerhatikan penjelasan yang disampaikan
oleh guru. Selanjutnya pada aspek Motor Activities siswa berada pada kategori
B (Baik) dikarenakan semua siswa dapat memahami makna, nilai, dan
mengaplikasikan filosofi tari melinting dan siswa dapat mengimitasikan
bentuk gerak yang diajarkan dengan baik seperti yang diajarkan guru dalam
hal ini peneliti. Kemudian pada aspek Emotional Activities siswa berada pada
kategori B (Baik) dikarenakan semua siswa bersemangat dan antusias selama
proses penguatan idenitas budaya melalui pembelajaran tari melinting. Secara
terperinci perubahan pada setiap siklusnya dapat tergambar di dalam grafik
dengan perhitungan sekala 5 yaitu baik = 4, cukup = 3, dan kurang = 2 sebagai
berikut;
Siklus 1; 2; 17%
Siklus 2; 3; 25%
Siklus 3; 3; 25%
Siklus 4; 4; 33%
Visual Activities
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Siklus 4
192
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan grafik aktivitas siswa diatas dapat diketahui bahwa dalam
ketiga aspek diatas yaitu siklus1 terkait dengan siklus 2 dengan indikator ramah,
sopan, dan bertoleransi. Adapaun siklus 3 terkait dengan siklus 4 dengan indikator
senang bersosialisasi dan interaktif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan aktivitas siswa pada setiap siklusnya.
Siklus 1; 2; 17%
Siklus 2; 3; 25%
Siklus 3; 3; 25%
Siklus 4; 4; 33%
Motor Activities
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Siklus 4
Siklus 1; 3; 21%
Siklus 2; 4; 29% Siklus 3; 3; 21%
Siklus 4; 4; 29%
Emotional Activities
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Siklus 4
193
Gatra Agnesia, 2016 PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PEMBELAJARAN TARI MELINTING DI SMKN 1 BUAY BAHUGA LAMPUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu