BAB V STRATEGI KOMUNIKASI RADIO SUARA SURABAYA … · 2017. 7. 27. · pun dari dulu target...
Transcript of BAB V STRATEGI KOMUNIKASI RADIO SUARA SURABAYA … · 2017. 7. 27. · pun dari dulu target...
40
BAB V
STRATEGI KOMUNIKASI RADIO SUARA SURABAYA
MENARIK MINAT ANAK MUDA
Penelitian ini berupaya untuk menjawab rumusan masalah Strategi
Komunikasi Radio Suara Surabaya menarik minat calon pendengar khususnya
kaum muda.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, pada bab ini peneliti akan
menjelaskan lebih dalam bagaimana strategi Radio Suara Surabaya menarik minat
pendengar khususnya kaum muda dan bagaimana keberhasilan strategi tersebut
serta faktor yang mempengaruhi yang akan dikaji lebih dalam dengan teori
strategi komunikasi Harold D. Lasswell.
Menurut Effendy, strategi komunikasi merupakan paduan dari
perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu
tujuan.1 Harold D. Lasswell menyatakan, cara yang terbaik untuk menerangkan
kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan ”Who Says What In Which
Channel To Whom With What Effect?”
Untuk strategi komunikasi, maka segala sesuatunya harus dipertautkan
dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan
dalam rumus Lasswell tersebut:
1. Who? (Siapakah komunikatornya)
2. Says what? (pesan apa yang dinyatakannya)
3. In which channel? (media apa yang digunakannya)
4. To whom? (siapa komunikannya)
5. With what effect? (efek apa yang diharapkan)
1 http://www.komunikasipraktis.com/2015/10/strategi-komunikasi-pengertian-dan.html diunduh
pada tanggal 28 September 2015 pukul 15.00
41
Pada bab ini akan membahas secara lebih mendetail tentang Radio Suara
Surabaya, bagaimana strategi Radio Suara Surabaya dapat mempertahankan
pendengar dan menarik calon pendengar khususnya anak muda. Pembahasan
tentang Radio Suara Surabaya ini berdasar hasil wawancara pada CEO Radio
Suara Surabaya Errol Jonathans, dan on air manager Iman Dwihartanto.
5.1 Sosok Utuh Radio Suara Surabaya
Radio Suara Surabaya adalah radio dengan format berita atau informasi.
Alasan Radio Suara Surabaya memilih informasi sebagai segmen atau formatnya
karena diawali pada tahun 1983 era FM pertama di Indonesia. Pada jaman itu
radio dominan AM, kemudian pendiri Suara Surabaya melihat bahwa radio
kebanyakan pada jaman itu disajikan untuk segmen anak muda sehingga isinya
semua hiburan , games, kuis , request. Ini disampaikan oleh Errol Jonathans
sebagai CEO Suara Surabaya Media dalam wawancara pada 9 Juni 2016.
“… Para pendiri Radio suara Surabaya kemudian
melihat kalau ikut masuk dalam segmen anak muda
pada saat itu, maka persaingannya akan luar biasa.
Karena Radio Suara Surabaya adalah radio swasta
maka income dari iklan, apabila Radio Suara
Surabaya ikut masuk kekelompok anak muda ini
maka ibarat kue, kue iklan yang diperebutkan itu
banyak kalo dibagi rata kita dapetnya kecil-kecil.
Lalu pada waktu itu father founder berpikir kenapa
nggak mengambil segmen yang juga potensial dan
iklan itu bakal besar. Diamatilah waktu itu ternyata
belum ada radio untuk orang dewasa, pada jaman itu.
Kebanyakan radio itu general jadi segmennya mulai
dari yang muda sampai yang tua tapi dominan itu
radio anak muda apalagi FM yang awal itu merasa ini
radionya anak muda. Kita masuklah ke yang dewasa
sehingga apa yang terjadi, kue iklan untuk dewasa
yang besar ini, oleh Radio Suara Surabaya makan
sendiri untuk jangka waktu yang cukup lama. Seingat
saya sekitar 10 tahunan baru muncul kompetiter dan
dari awal Radio Suara Surabaya memainkan
informasi sebagai pendekatan ke kelompok dewasa ,
karena kelompok dewasa sudah tidak membutuhkan
42
lagi yang request, games, dsb. Mereka membutuhkan
yang lebih educated, lebih informative, maka
kemasan Radio Suara Surabaya dari awal seperti itu
format kita langsung masuk ke format news. Nah dari
segmen ini produk iklan untuk segmen ini juga
banyak, bahkan kalau menurut saya mereka lebih
penting kenapa karena yang punya duit kan mereka,
kalo yang muda – muda kan masih minta duit orang
tua jadi decision makers untuk membeli produk yang
diiklankan itu kelompok dewasa ini lebih cepat.
Mereka memikirkan untuk mereka sendiri dan untuk
keluarganya kebutuhannya apa , sehingga itu yang
menjadi strategi dari Radio Suara Surabaya kenapa
dari awal kenapa kita ngga main ke anak
muda…”(Errol Jonathans, 9 Juni 2016, personal
interview)
Alasan Radio Suara Surabaya dari awal menjadikan radionya dengan
format news atau informasi karena sudah terlalu banyak radio dengan segmen
anak muda. Radio Suara Surabaya tidak takut bersaing, tapi untuk apa
mengeluarkan energi yang terlalu besar untuk fight, dengan sekian banyak radio
padahal ada market potensial yang tidak didapat dan itu yang kemudian membuat
Radio Suara Surabaya menjadi strong karena Radio Suara Surabaya itu adalah
menjadi pioneer, menjadi yang pertama selalu yang pertama menjadi bagian dari
history. Radio Suara Surabaya juga tidak ingin merebut market anak muda yang
sudah dipunyai oleh radio lain, karena harus keluar energi yang lebih besar untuk
mengalahkan itu. Lebih baik digunakan untuk new market yang juga potensial. 2
5.1.1 Strategi Radio Suara Surabaya Bertahan Ditengah Banyaknya
Persaingan Media.
Media massa mengalami perkembangan yang pesat saat ini. Media
massa yang dikenal oleh banyak orang adalah media cetak, seperti koran,
majalah, dan lain-lain serta media elektronik seperti televisi dan radio.
2 Hasil wawancara dengan Errol Jonathans sebagai CEO Radio Suara Surabaya, pada tanggal 9
Juni 2016
43
Media massa adalah sejumlah besar peralatan mekanik yang dikenal
sebagai alat-alat komunikasi (Wiryanto, 2004:2).
Media mengalami perkembangan yang maju dan menjadikan
Radio Suara Surabaya sebagai radio dengan format informasi harus bisa
bertahan ditengah persaingan media salah satunya radio itu sendiri.
Menurut Errol Jonathans selaku CEO Radio Suara Surabaya, cara Radio
Suara Surabaya agar bisa tetap bertahan ditengah banyaknya media
termasuk radio itu sendiri mengatakan bahwa :
“…Radio Suara Surabaya harus jelas pada sisi
segmentasi , segmen dewasa dan dewasa muda. Usia
25-45 tahun, mereka yang memiliki pendidikan
minimal pendidikan tinggi. Kalangan menengah –
atas. Secara psikografi mereka orang dalam kategori
information seeker (pencari informasi). Harus jelas
dulu sasarannya kesiapa. Untuk mencapai sasaran itu,
mendekatinya dengan format, Format yang dipilih
format station atau format radio, news dan interaktif
(basis) meskipun tajam pada news dan interaktif tetap
lagu menjadi bagian dari kebutuhan , berdasar survey
bahwa pendengar Radio Suara Surabaya dengan
segmentasi tersebut tetap membutuhkan lagu. Dalam
konteks persaingan, strategi persaingan yang terbaik
adalah memahami siapa sebetulnya target konsumen
kita bukan dalam patokan demografi seperti
umur,pendidikan, profesi, tingkat ekonomi, sosial dll.
Tetapi Radio Suara Surabaya harus tahu persis
sebetulnya kebutuhan mereka mendengarkan Radio
Suara Surabaya itu apa. Apa yang membuat mereka
ingin mendengarkan Radio Suara Surabaya tidak
dengan radio lain atau membutuhkan apa hingga
mereka mau akses ke Radio Suara Surabaya …”
(Errol Jonathans, 9 Juni 2016, personal interview)
Dari pernyataan tersebut, strategi yang paling baik untuk bersaing
dengan media lain sebagai radio yang memiliki format informasi adalah
dengan memahami target pendengar, kebutuhan pendengar mendengarkan
Radio Suara Surabaya dibandingkan dengan radio lain.
44
Walaupun dari dulu target pendengar Radio Suara Surabaya dari umur 25-
45 tahun tapi proses generasi beda. Ketika 25-45 tahun yang sekarang
sudah bukan lagi baby boomers jika membicarakan tentang macam-
macam generasi, tapi sudah masuk kedalam wilayah generasi x dan y.
Berbeda dengan umur 25-45 tahun pada jaman dulu. Yang berbeda
mindset, etos, lifestyle jadi harus tahu.3
Salah satu strategi yang dilakukan Radio Suara Surabaya untuk
mengetahui keinginan pendengar adalah dengan melakukan riset.
“…Radio Suara Surabaya harus banyak melakukan
riset. Terutama adalah audience riset. Ini adalah
strategi besar yang dilakukan oleh koorporasi Radio
Suara Surabaya. Berikutnya lagi yang paling konkrit
yang bisa Radio Suara Surabaya lakukan adalah kita
mau bikin apa mau memproduksi apa berdasarkan
riset tadi kemudian memahami untuk mencapai
segmen yang seperti ini, maka saya harus bikin
produk apa. Filosofinya adalah bikin apa yang
seharusnya kita bikin, jangan bikin apa yang kita
bisa. Kalo bikin yang kita bisa jangan jangan bikin
yang gitu-gitu terus akhirnya menjadi konvesional.
Tetapi apa yang harusnya kita bikin karna generasi
ini berubah terus. Sehingga kemudian strategi
programming di radio menyesuaikan dengan strategi-
strategi ini.Maka produksi siarannya kita buat yang
bisa dinikmati oleh the next generation atau incoming
consumer Radio Suara Surabaya.…” (Errol
Jonathans, 9 Juni 2016, personal interview)
Radio Suara Surabaya selalu melakukan perubahan sesuai dengan
generasi sekarang. Apa yang sebenarnya sudah masuk dalam kategori
segmen yang sekarang terutama pada segmen yang lebih muda sehingga
mulai dipikirkan mau membuat produk apa. Ini juga menyangkut pada sisi
komunikasinya gimana kemasannya seperti apa kemudian bagaimana bisa
mengukur efeknya , efektifitasnya seperti apa dan sebagainya. Jadi
pendengar Radio Suara Surabaya yang setia dari jaman dulu merasakan
3
Hasil wawancara dengan Errol Jonathans sebagai CEO Suara Surabaya Media, pada tanggal 9
Juni 2016
45
perubahan karena misalnya dari sisi informasinya isu-isunya, Radio Suara
Surabaya banyak angkat isu-isu mutakhir isu kontemporer semisal paling
gampang adalah online bisnis, e-commerce, bagaimana perkembangan
teknologi , bagaimana kehidupan masyarakat ini ditengah digitalisasi ,
kemudian bagaimana start up bussines itu mulai banyak dilakukan oleh
generasi-generasi yang lebih muda, jadi poinnya adalah isu-isu yang
kontemporer tapi ini penting diketahui oleh generasi yang tua. Generasi
yang tuapun bisa ikut berkomentar lewat interaktif. 4
Radio Suara Surabaya menjalankan 2 pendekatan utama yaitu
pendekatan dengan existing listeners dan juga untuk kaum muda atau new
listeners .
”… Yang pertama pendekatan kepada existing
listeners atau exsisting consumers kita yang
katakanlah sudah lebih dewasa. Lalu kita juga mesti
punya pendekatan untuk yang muda. Kemudian
Radio Suara Surabaya mengikat kedua kelompok
besar ini dengan satu sajian yang kemudian kita sebut
dengan informasi dan konsep interaktifnya, terutama
informasi yang paling mengikat pertama persoalan
traffic di Surabaya. 2 generasi atau 2 kelompok besar
ini sama sama membutuhkan informasi traffic, yang
kedua informasi kota. Apa yang terjadi di kota
termasuk isu-isu kantibmas. Isu-isu lokal yang
kemudian menjadi pengikat tetapi secara spesifik
tetap menggarap 2 kelompok besar ini. Kita
kepengen bahwa yang muda itu juga tertarik dengerin
persoalan orang-orang yang lebih dewasa tetapi
orang-orang dewasa juga tertarik dengan berita atau
persoalan anak-anak muda…”(Errol Jonathans, 9
Juni 2016, personal interview)
Dari pernyataan tersebut jelas bahwa walaupun Radio Suara
Surabaya sebagai radio dengan format berita atau informasi dan bukan
dengan format musik atau untuk anak muda, tetapi Radio Suara Surabaya
4
Hasil wawancara dengan Errol Jonathans sebagai CEO Suara Surabaya Media, pada tanggal 9
Juni 2016
46
tetap menjalankan pendekatan dengan anak muda sebagai incomers
listeners untuk menarik calon pendengar Radio Suara Surabaya.
Tanggapan Errol Jonathans selaku CEO Suara Surabaya Media,
dengan banyak pesaing media dan juga banyaknya radio competitor
adalah:
“…Cara kita bersaing, jadi bersaing tidak
memikirkan bersaing dengan koran mana radio mana
atau televisi mana, karna kita harus bersaing dengan
diri kita sendiri. Yang paling jadi masalah dari radio
yang selama ini saya amati adalah radio sulit untuk
mengubah dirinya, karena dari dulu gitu terus
modelnya. Radio lupa pendengar sudah ganti atau
ada potensi pendengar baru yang tidak bisa disajikan
dengan cara lama atau dengan model produk lama.
Karena itu yang paling sulit dalam mengelola sebuah
media adalah apakah dia mampu mengaktualkan
dirinya dari setiap jaman, dari setiap generasi. Kalau
saya hanya memikirkan radio pesaing atau media
pesaing yang lainnya maka saya tidak melakukan
perubahan apa apa di dalam. Dan kebanyakan kalau
kita amati mungkin anda juga bisa mengamati di
Magelang, Salatiga dimana mana radionya yang tidak
berubah, maka pendengarnya pergi karena sudah
tidak cocok, nah itu yang menjadi persoalan yang
terbesar. Persaingan itu bukan persaingan dengan
media lain tetapi bersaing dengan generasi
pendengar. Itu strategi Radio Suara Surabaya yang
itu berimplikasi internal , orang-orangku kan harus
diubah mindsetnya. Bayangkan penyiarku yang sudah
20 tahun, 15 tahun, dia ngga boleh siaran sekarang
dengan cara lama dia.kecuali kamu pensiun berhenti
sekarang karna kamu udah ngga cocok untuk
generasi kedepan. Jadi harus menyesuaikan ,isi
kepalamu ini harus diperkaya terus dan kamu harus
paham style yang sekarang. Harus menyesuaikan
dengan konsumen kita…” (Errol Jonathans, 9 Juni
2016, personal interview)
Radio harus bisa mengubah dirinya, bagaimana sebuah media
harus bisa mengikuti perkembangan dari setiap jaman dan generasi. Radio
47
harus bisa bersaing dengan generasi pendengar. Ini menjadi bagian dari
sekian banyak strategi Radio Suara Surabaya bisa bertahan ditengah
banyaknya media. Dari hasil wawancara tersebut, sebagai CEO Radio
Surabaya, Errol Jonathans harus mengubah mindset internal orang-orang
yang bekerja di Radio Suara Surabaya untuk mengikuti perkembangan
jaman dan generasi.
Cara Radio Suara Surabaya sendiri „mengubah dirinya‟ seperti
yang disampaikan Errol Jonathans yaitu:
“…yang pertama upgrade SDM. SDM harus terus
menerus di refresh , harus dilatih,diingatkan kembali
ya dibekali dengan isu-isu yang lebih mutakhir
.Kemudian langkah yang kita lakukan juga setelah
SDM itu adalah sinergi dengan teknologi dan itu
kemudian siaran Radio Suara Surabaya harus banyak
melakukan konvergensi entah itu dengan internet
atau dengan media sosial. Dan kemudian kita harus
bisa menampilkan wajah Suara Surabaya itu yang
sebenarnya radio itu dalam berbagai macam format
medium kalo di konvergensikan dengan internet,
tampilannya itu menjadi seperti apa. Bahkan
kemudian siaran sendiri sekarang sudah harus banyak
memperhatikan apa yang terjadi di facebook, twitter,
dan website Radio Suara Surabaya. Jadi kita harus
melakukan konvergensi itu dimana misalnya
pendengar radio juga akses internet dan media sosial ,
generasi yang lebih nyaman dengan media sosial dan
di internet itu juga tidak keberatan dengerin radio,
tarik menariknya itu kita mesti bikin sehingga
bagaimana menggarap isu ini secara integrative.
Karna anak muda sudah based on gadget semua
kemudian sudah basisnya sudah new media maka kita
harus menguasai new media ini yang bisa
diintregasikan dengan radio yang saya istilahkan
sebagai mainstream media bukan konvensional. Itu
langkah-langkah besar yang kita lakukan. Secara
produk Radio Suara Surabaya sekarang sudah punya
e100 di facebook, e100ss di twitter lalu Suara
Surabaya.net dan ini benar-benar diperhatikan betul
bagaimana ini juga bisa di cross di media-media yang
lain. Jadi kadang ada satu isu, kita garapnya sama-
48
sama. Tetapi dengan pendekatan yang harus sesuai
dengan karakterisitik masing-masing mediumnya…”
(Errol Jonathans, 9 Juni 2016, personal interview)
5.1.2 Problematik Empirik Radio Suara Surabaya
Problematik empirik menurut Errol Jonathans selaku CEO Radio
Suara Surabaya mengkhawatirkan kehilangan generasi pendengar
sehingga memiliki strategi untuk menarik minat kaum muda sebagai calon
pendengar Radio Suara Surabaya.
“…Filosofi yang saya terapkan dalam konteks
konsumen, saya sekarang mengistilahkan konsumen
bukan lagi pendengar karena ada yang mengakses ke
new media. Kalau mau lebih didetailkan yaitu
pendengar dan pengakses Suara Surabaya. Itu bagi
saya adalah keniscayaan kita harus berganti generasi
konsumen terutama itu keniscayaan. Karena saya
menganut faham kita mau jadi gerbong kereta api
atau mau jadi stasiunnya. Kalau saya jadi gerbong
kereta api maka gerbong kita ini tahun 1983. Maka
Radio Suara Surabaya akan menua bersama sama
dengan segmen ini. Terus didoain rame-rame karena
sudah mau berangkat semua meninggal udah berati
kita ikut mati karna pendengarku tambah lama
tambah tua yang tak pelihara. Saya berpikir kita harus
menjadi stasiun kereta apinya. Nah stasiun kereta api
ini menjadi antisipator untuk kereta api jaman , jaman
1980,1990, 2000, 2010, 2020 dan seterusnya. Kalau
yang di jaman 1980 kan kereta apinya masih kuno
stasiunnya kayak begini tapi ketika eranya kereta api
modern seperti kereta api peluru kayak di jepang kan
tidak bisa dengan model stasiun lama. Stasiunnya
yang harus di upgrade menyesuaikan dengan
teknologi kereta api, jadi sama artinya Radio Suara
Surabaya lah yang harus berubah terus menerus dari
waktu ke waktu. Sebagai stationnya. Lalu kita
melayani setiap kereta api dari jaman baru termasuk
penumpang dari jaman baru termasuk penumpang
dari jaman baru. Filosofinya menjadi gerbong kereta
api atau menjadi stasiun kereta api, Radio Suara
49
Surabaya memilih kita harus menjadi stasiun kereta
apinya. Yang saya pikirkan adalah Kehilangan
pendengar konsumen lama sudah menjadi sebuah
keniscayaan . tetapi berusaha untuk menggabungkan
kedua kelompok besar ini dalam satu benang merah
yang semaksimal mungkin keduanya bertahan
lama…” (Errol Jonathans, 9 Juni 2016, personal
interview)
Radio Suara Surabaya harus bisa melakukan proses regenerasi
konsumen. Melakukan regenerasi pendengar menjadi tuntuan mutlak
karena Radio Suara Surabaya harus mempunyai konsumen atau pendengar
baru selain merawat konsumen lama.
Walaupun Radio Suara Surabaya sebagai radio berformat news dan
bukan bersegmen untuk anak muda, tetapi Radio Suara Surabaya tetap
memiliki strategi untuk menarik minat anak muda, atau regenerasi
pendengar. Konsep anak muda atau target anak muda sendiri menurut
Errol Jonathans adalah anak muda yang berintelek, punya keinginan secara
karakter dewasa, yang sudah berpikir serius tentang masa depan,
menyesuaikan segmentasi yang sudah dewasa.
“…Konsep anak muda yang serius yang ,have fun,
yang masih mencari jati diri dsb. Kalau dari segi
umur yang sedang kuliah dan sudah setengah
perjalanan kuliahnya,karena mereka sudah lebih
dewasa, sudah tidak ke SMAnya. Ada juga anak
muda yang dibawah 20 tahunan tapi psikologinya
lebih matang, itu menjadi target saya juga. Jadi
poinnya saya akan melayani anak muda yang itu
sebenarnya sudah berpikir serius tentang diri mereka
bukan anak muda yang hura-hura. Karena kalau
melayani anak muda yang hura-hura, jatuhnya akan
ke radio remaja dan saya melayani yang anak muda.
Untuk umurnya 20-25 tahun. Sudah harus
mengenalkan, secondary Radio Suara Surabaya
adalah 20-25 dan 45 keatas, bagi anak muda penting
bagi saya minimal mungkin mereka tidak suka
mendengarkan Radio Suara Surabaya, kok lagunya
miskin sekali, dsb. Sangat tidak fun mendengarkan
50
Radio Suara Surabaya, ada beberapa yang
mengatakan terpaksa mendengarkan Radio Suara
Surabaya kalau ada macet. Setelah itu mereka
matikan ganti radio lain ngga masalah. Saya malah
bilang ke mereka kalau kamu sudah fanatic
mendengarkan Radio Suara Surabaya , kamu
kelainan jiwa berarti ada yang tidak beres dengan
otakmu, kamu mesti periksa karena kamu lebih tua
dari umurmu. Tapi kalau kamu lebih senang dengan
radio remaja ya karna memang itu umurmu. Tapi
mereka tahu, kalau butuh sesuatu yang lebih
informative kemana harus mencari. Karena itu saya
mulai mengenalkan ini lo Radio Suara Surabaya …”
(Errol Jonathans, 9 Juni 2016, personal interview)
Salah satu komponen Strategi Komunikasi menurut Harold D.
Lasswell adalah to whom (siapa komunikannya). Dalam penelitian ini anak
muda menjadi target komunikan, bagi Errol Jonathans, salah satu
pendekatan untuk memperkenalkan Radio Suara Surabaya kepada anak
muda , atau strategi Radio Suara Surabaya mendekati anak muda adalah
dengan dasar awal, anak muda tahu Radio Suara Surabaya, tahu kemana
harus mendengarkan Radio Suara Surabaya ketika mereka mencari
informasi, entah informasi lalu lintas, kemacetan, atau berita apapun, hal
tersebut sudah menjadi kunci awal menarik calon pendengar khususnya
anak muda.
5.1.3 Strategi Programming : Program On Air Radio Suara Surabaya
untuk Anak Muda.
Dalam bukunya Morrison (2008:218) mengangkat pendapat dari
Vane-Gross (1994) bahwa menentukan jenis program berarti menentukan
atau memilih daya tarik (appeal) dari suatu program. Adapun yang
dimaksud dengan daya tarik disini adalah bagaimana suatu program
mampu menarik audiennya. Menurut Vane-Gross: The programmers must
select the appeal through which the audience will be reached
51
(Programmer harus memilih daya tarik yang merupakan cara untuk
meraih audience).
Radio Suara Surabaya sebagai radio dengan format informasi atau
news memiliki Program Radio yang utama di Radio Suara Surabaya
adalah Kelana Kota. Kelana Kota adalah sebuah program mata acara,
program interaktif yang juga melibatkan dan mengundang keterlibatan
pendengar lewat telepon, lewat social media lewat SMS dan segala
macamnya yang dikelola setiap hari selama 24 jam, tapi dalam perjalanan
siaran Radio Suara Surabaya keseharian 24 jam, juga menyelenggarakan
program lain. Program utama yang lain adalah Jazz Traffic yang masih
dominan karena frekuensi siarannya setiap hari Senin sampai Kamis pukul
10-12 malam. Program Jazz Traffic ini masih dipertahankan karena
merupakan cikal bakal identitas Radio Suara Surabaya selain program
Kelana Kota. Pada prinsipnya nama program apapun di Radio Suara
Surabaya bahkan talkshow pariwara yang namanya traffic report tetap
masuk di Suara Surabaya dan menjadi handalan, karena dari hitungan
terakhir masih sekitar 80% telepon yang masuk ke Radio Suara Surabaya
sangat erat hubungannya dengan lalu lintas sisanya pelayanan masyarakat ,
pelayanan publik dan isu-isu yang lain-lain. Sehingga Radio Suara
Surabaya mengelola atau memberikan porsi dimanapun programnya
apapun programnya tetap melakukan traffic report. Selain itu ada
program-program regular yang disiarkan secara weekly. Perbedaan Kelana
Kota dan Jazz Traffic lebih pada konten materinya Kelana kota lagu-lagu
pop barat dan Indonesia sementara di Jazz Traffic lagu Jazz.5
Berangkat dari analisa memanfaatkan kecenderungan anak muda
untuk tampil. Radio Suara Surabaya adakan program untuk anak muda
yaitu Muda Tapi Luar Biasa dan Connected Generation supaya mereka
muncul tidak hanya di akun media sosial mereka seperti blog dan
sebagainya tapi juga di munculkan di Radio Suara Surabaya yang
5 Hasil wawancara dengan Iman Dwihartanto sebagai On Air Manager Radio Suara Surabaya,
pada tanggal 9 Juni 2016.
52
cakupannya juga tidak kalah luasnya sehingga mereka bisa menjangkau
teman-teman seusia sebaya kemudian dimunculkan isu-isu yang mungkin
menarik perhatian generasi muda yang lain sehingga bisa menjadi
inspirasi.6
“…Menyikapi perkembangan teknologi , Radio
Suara Surabaya sebagai sebuah radio yang peduli
terhadap perkembangan teknologi komunikasi itu
mau tidak mau harus mengikuti perkembangan dan
trend yang ada. Piranti yang lazim dan pada
umumnya dipakai oleh anak muda kita pakai,
misalnya Sosial media, twitter, Facebook, Whatsapp,
sms, telepon. Strategi untuk masuk ke dunia anak
muda atau menarik perhatian anak muda dari segi
pemograman, kita menampilkan materi yang ringan
misalnya info musik, juga menyajikan musik yang
update. Dari perspective programming pendekatan
paling gampang untuk menarik perhatian anak muda
atau incoming generation adalah lewat musik. Lewat
peminatan anak muda kita buatkan program
connected generation dan Muda Tapi Luar Biasa.
Program itu kita buat berlandaskan dari sebuah telaah
hasrat orang untuk tampil narsis selfie, jadi kita
berikan wadah kepada mereka untuk tampil ,
memunculkan kelompok mereka, komunitas mereka,
atau karya mereka dalam sebuah acara connected
generation dan muda tapi luar biasa…”
( Iman Dwihartanto, 9 Juni 2016, personal interview)
Informasi dan musik menjadi 2 bagian penting dalam program
Radio Suara Surabaya. Informasi harus dicari yang bersifat universal tapi
kemudian informasi yang spesifik.
“…Informasi universal dalam program Radio Radio
Suara Surabaya yaitu mempelajari sebetulnya setiap
orang umur berapapun butuh apa sebenernya, kalau
mau dengerin Radio Suara Surabaya tu butuh apanya,
maka kita mencari-cari dari riset-riset segala macam
dan mempelajari habit dari orang bahwa informasi
6
Hasil wawancara dengan Iman Dwihartanto sebagai On Air Manager Radio Suara Surabaya,
pada tanggal 9 Juni 2016.
53
yang paling ideal itu di radio itu apa. Kemudian
secara lebih spesifik saya harus mulai masuk kepada
program-program yang fokus. Kalau misalnya saya
mau nembak ke konsumen yang lebih muda maka
berarti saya harus punya program yang dedicated
untuk itu. Didedikasikan memang untuk anak muda.
Maka kemudian salah satu ikon yang paling dikenal
oleh Radio Suara Surabaya saat ini adalah Muda Tapi
Luar Biasa (MTLB)…” (Errol Jonathans, 9 Juni
2016, personal interview)
Muda Tapi Luar Biasa adalah salah satu program Radio Suara
Surabaya untuk anak muda. Karakternya adalah menampilkan anak-anak
muda atau isu-isu yang ada di anak-anak muda, yang itu mencerminkan
tentang kreativitas kemudian keberanian untuk mencoba sesuatu dan
dunia-dunia spesifik anak muda. Aktifitas dan kepentingan yang spesifik.
Lalu di program mini features MTLB mengangkat tentang anak-anak
muda yang melakukan prestasi dalam bidang-bidang yang selama ini
jarang kita tahu terutama generasi yang lebih tua, jadi misal start up
business dalam bidang apa atau punya prestasi dalam bidang olahraga,
pendidikan, atau yang lainnya yang menjadi bagian dari kegiatan anak
muda. Jadi dalam program ini, Radio Suara Surabaya menonjolkan tentang
anak muda, tetapi karakter dari MTLB adalah tentang keberanian dan
kreatifitas. Untuk dewasa, Radio Suara Surabaya juga punya program
yang lain, yang itu lebih menampilkan tentang pengalaman dan wisdom.
Tapi perbedaaan konkritnya orang-orang tua ini sekarang sudah tidak
seberani yang muda dalam memutuskan sesuatu banyak dipikir banyak
pertimbangan. Dua kutub ini berbeda sekali sehingga karakter anak muda
ditonjolkan, kemudian dikembangkan dalam talkshownya selama satu jam
54
seminggu sekali itu kemudian banyak mendalami tentang hal-hal yang
menjadi kepedulian , kepentingan dan kebutuhan dari anak-anak muda. 7
“…Dari kacamata programmer siaran atau program
untuk anak muda ini dibuat dikreasikan khusus dan
tidak setiap hari jadi topik yang diangkat juga harus
spesifik berbeda dengan program siarann Suara
Surabaya yang lainnya seperti kelana kota. Muda tapi
luar bisa dan Connected Generation sangat topical
dan khusus. Connected Generation topiknya bisa
tentang kumpulan orang , hobi, karya. MTLB lebih
spesifik lagi karna usianya sudah di patok muda 20
tahunan – 35 tahun kebawah. MTLB sosok
berprestasi dalam hal apapun misal kesenian,
olahraga, disiplin ilmu, iptek atau riset dan
sebagainya. Kita berangkat dengan menggunakan
istilah the voice to the voiceless beri suara pada
mereka yang ingin bersuara…”( Iman Dwihartanto, 9
Juni 2016, personal interview)
Radio Suara Surabaya pernah menghadirkan seorang tamu yang
bisa dibilang tidak memiliki prestasi akademik juga tidak punya prestasi
olahraga, kesenian, tapi dia berhasil mencatat sebuah terobosan dalam
dunia politik contohnya Bupati Trenggalek, Emil Dardak dan wakilnya,
Kang Ipin. Pada saat beliau tampil di pilkada dan terpilih beliau belum
punya kreasi apapun, beliau hanya muncul di pilkada dan muncul dengan
suara terbanyak itu sudah sebuah prestasi menurut Radio Suara Surabaya
sebagai sosok muda umurnya masih dibawah 25 tahun sudah terpilih
menjadi seorang bupati. Emill Dardak dan Kang Ipin diundang secara
terpisah dan tampilkan di MTLB keluarbiasaannya itu adalah karena dia
sosok muda yang berani masuk di dunia politik untuk membangun sebuah
wilayah daerah kota, daerah tapi belum punya karya pada daerah itu,
beliau hanya muncul di pilkada dan menang. Karena cangkupnya cukup
luas kita tidak membatasi.
7 Hasil wawancara dengan Errol Jonathans sebagai CEO Radio Suara Surabaya, pada tanggal 9
Juni 2016
55
Prestasi yang diangkat di MTLB tidak hanya prestasi akademik
tapi juga prestasi dibidang kemanusiaan, sosial. Untuk sumber dari MTLB
ini dari mulut ke mulut dari dinas sosial, kadang dari pemkot terkadang
ada usulan dari sosok-sosok komunitas. Tidak perlu juara, yang penting
sudah melakukan sesuatu untuk wilayahnya atau kota dimana dia tinggal,
itu prestasi.
Sedangkan untuk Connected Generation, diupayakan komunitas
yang berperestasi atau komunitas yang berbuat sesuatu bukan komunitas
yang setiap malam minggu nongkrong dipinggir jalan, yang ditampilkan
adalah komunitas yang bisa memberi inspirasi menggugah kepedulian
kepada khalayak. Radio Suara Surabaya pernah mengundang komunitas
superman dari Surabaya, collector boneka, gantungan kunci, baju
superman, dsb semua tentang superman. Ternyata komunitas superman di
Indonesia ada di semarang, Jakarta dan mereka kumpul, dan meraka setiap
kumpul pasti mengadakan kegiatan amal, tidak hanya sekedar kumpul,
makan-makan, pamer koleksi atau bahkan jualan dan hasilnya dipakai
untuk kemanusiaan. Kesulitan dari program ini adalah mencari orang,
mengsinkronkan jadwal antara jadwal tamu dengan jadwal radio, jadi
kalau tidak bisa tampilkan yang ini kita tampilkan topik yang berbeda lagi
tapi sama jadi kita putar mana yang fleksibel. 8
Selain On Air, ada juga kegiatan non air dari program untuk anak
muda MTLB. Untuk non air MTLB Suara Surabaya pernah mengundang
Raditya Dika, Daniel Mananta, pernah mengundang juga founder Kaskus
di Hall Suara Surabaya mengundang 500 orang. Sementara pada
kesempatan yang lain Radio Suara Surabaya juga membuat economi
outlook mengundang top bussines man Surabaya karna yang datang
pengamat ekonom acara untuk orang dewasa untuk eksekutif dan
sebagainya. 9
8Hasil wawancara dengan Iman Dwihartanto sebagai On Air Manager Radio Suara Surabaya, pada
tanggal 9 Juni 2016. 9Hasil wawancara dengan Errol Jonathans sebagai CEO Radio Suara Surabaya, pada tanggal 9
Juni 2016.
56
5.1.4 Strategi Komunikasi Radio Suara Surabaya Menarik Minat
Anak Muda
Selain lewat strategi programming untuk anak muda, strategi lain
dari Radio Suara Surabaya untuk menarik minat anak muda adalah
berbagai macam kegiatan non air untuk anak muda. Kegiatan non air itu
diantaranya Kunjungan, campus visit, memanfaatkan program seperti jazz
traffic festival , MLD Jazz untuk menghadirkan anak muda di acara non
airnya suara Surabaya.
“…Anak muda kita kenalin dulu. Mau tidak mau
diakui dari sejumlah kunjungan ke beberapa kampus
kalau kita bertanya siapa yang sering mendengarkan
Suara Surabaya itu sangat kurang dari 20%. Stretegi
spesifik seperti apa ya kita mau nggak mau eksis di
mereka kadang kita ganggu kenyamanan mereka
dengan info-info seputar mereka dari sisi hobi dan
sebagainya. Satu diantaranya menghadirkan sebuah
kegiatan non air kampung perubahan sekaligus
mengenalkan brand Suara Surabaya itu ada. Harus
melakukan inovasi lewat program dan juga konten
disiaran merupakan senjata paling penting dalam
suguhan mata acara . Menghadirkan info yang umum
menjadi kepentingan anak muda seperti teknologi,
trend gaya hidup dilingkungan muda seperti
makanan, sampai tempat hang out kita ekspos,
aktifitas mereka kita buat kita tarik ke siaran…”
( Iman Dwihartanto, 9 Juni 2016, personal interview)
Program non air lainnya adalah punya Surabaya Urban Culture
Festival untuk all people untuk brand awareness memelihara brand
positioning, ada Jazz Trafic Festival dan event-event yang lain.
“…Radio Suara Surabaya pernah membuat Tur
edukasi untuk anak SMP dan orang tua tidak boleh
ikut tapi sudah lama dan sudah tidak dilakukan lagi
karna anak-anak sekarang sudah beda. Sebenernya itu
57
adalah strategi pendekatan kepada orangtuanya. Tapi
itu adalah bagian dari pengenalan tentang Suara
Surabaya. Jadi minimal di top of mind mereka itu
ketika ditanya “tau suara surabaya” “tau” “dengerin”
“enggak” nggak papa. Makannya lalu di Suara
Surabaya ada banyak kunjungan anak TK, kita
terima. Anak TK – kelompok profesi. Penting
menerima kunjungan dari anak TK kalau gurunya
sampe memutuskan untuk kunjungan ke SS berati
ada something, minimal dari sisi gurunya. Kemudian
menyebarkan informasi atau knowledge kepada anak
yang lebih muda, ini lo Suara Surabaya, apasih
asiknya jadi penyiar. Kadang anak muda terutama
yang bermobil mereka akan sebel karna ketika di
mobil orang tuanya hanya mendengarkan SS untuk
mendapatkan informasi di jalan. Tapi mereka jadi tau
ada namanya Radio Suara Surabaya. Saya misalnya
pas ngajar di kuliah kuliah tamudi Surabaya terutama
untuk semester 1 saya tau ini pasti SMA banget, Saya
selalu bertanya “siapa yang tau Suara Surabaya”
banyak yang jawab tau, siapa yang mendengarkan
tinggal sedikit, tau SS darimana saya mulai gali,
banyak macam jawaban ada yang terpaksa
dengerin,soalnya semobil sama orang tua, atau di
rumah papa mama dengerin Suara Surabaya terus
lama lama terbiasa. Sebenernya ini bagian-bagian
untuk menebar benih. Panennya nanti, tetapi brand
awarennes sudah harus diberikan dari awal. Sehingga
saya tidak keberatan ketika saya diminta berbicara
kepada anak kelas 3 SMA yang mau masuk kuliah
supaya mereka sudah punya pilihan mau masuk ke
jurusan apa fakultas apa. Lalu dikenalkan beberapa
pengenalan profesi diantaranya adalah profesi media,
entah itu jurnalis atau broadcaster dsb. Saya menjadi
pembicara tentang dunia media massa dunia
radio,dunia jurnalis, broadcaster Itu menjadi sarana
bagi saya untuk mulai membangun bibit-bibit benih-
benih menarik calon pendengar. Saya mulai
menceritakan pengalaman-pengalaman saya,
keasikan menjadi orang media seperti apa, siapa
bilang orang media tidak bisa hidup, tidak bisa
menjadi profesi, mesti belajar apa mesti punya
kompetensi apa...” (Errol Jonathans, 9 Juni 2016,
personal interview)
58
Selain itu, Radio Suara Surabaya secara umum berbicara tentang
kekinian. Karena kekinian adalah bagian dari anak muda. Tapi bagi yang
dewasa kekinian juga harus tahu. Karena bagi mereka yang dewasa yang
sudah mempunyai anak harus paham kehidupan anak-anak mereka seperti
apa. Kekinian itu yang ditampilkan secara umum sehingga itu berlaku
untuk new consumers dan berlaku juga untuk orang-orang yang sudah
eksis sebagai pendengar Radio Suara Surabaya.
“…Radio Suara Surabaya itu harus ngomong sesuatu
yang akan terjadi kedepan dan orang belum bicara itu
sekarang. 2 tahun sebelum terjadinya MEA, Radio
Suara Surabaya sudah ngomongin itu tetapi banyak
orang yang belum care. Jadi Radio Suara Surabaya
harus antisipatif. Kita mesti pintar-pintar
menganalisa, membaca gejala jaman tanda-tanda
jaman apa yang akan terjadi 5 tahun kedepan 10
tahun kedepan, kota ini bakal kayak apa kehidupan
masyarakatnya kayak apa. Interaksi dengan dunia
luar itu kayak apa globalisasi implementasinya yang
sekarang itu kayak gimana dan mengikuti perilaku
baru ini setengah mati terutama untuk generasi tua
seperti saya begini. Saya harus tau, tim saya mesti
ngerti. Tugas saya adalah mengingatkan mereka
tentang ini terus walaupun secara technically, saya
sudah tidak menguasai lagi. Radio Suara Surabaya
kalau tidak ada disitu, game over. Makannya media
yang bagus itu adalah kalau dia mampu menjadi
trendsetter, bukan followers. Media ini akan
menciptakan followers-followers…” (Errol
Jonathans, 9 Juni 2016, personal interview)
Radio Suara Surabaya tidak mau terlalu memperbanyak program
untuk anak muda, karna nanti akan berkesan Radio Suara Surabaya
menjadi radio dengan format untuk anak muda. Lebih baik ditebar ke isu
jam yang lain seperti Kelana Kota dan program musik di Radio Suara
Surabaya dengan lagu update dan juga legendaris. Alasan Radio Suara
Surabaya play 1 jam hanya 2 lagu karena format Radio Suara Surabaya
59
yang memang adalah news dan interaktif dan ini yang menjadi kebutuhan
publik.
“…Dalam paradigma saya, radio bukan lagu. Harkat
radio yang terbesar dan juga dalam sejarah sudah
dibuktikan adalah bahwa informasi adalah yang bisa
mengangkat harkat radio karna di era dulu perang
dunia kedua radio menjadi sumber informasi untuk
peristiwa besar dan sampai hari ini radio masih
digunakan untuk informasi yang sifatnya strategis,
karena radio murah, radio sekarang sangat gampang
diakses tidak perlu pakai pesawat radio tapi cukup
dengan gadget, mau terrestrial, streaming atau pakai
aplikasi semua bisa jadi sekarang dengan radio jadi
lebih mudah. Dimanapun kapanpun siapapun
memudahkan radio hari ini, kemudian apa yang bisa
membuat radio menjadi penting adalah informasi.
Potensi terbesar radio bukan di lagu terutama untuk
sekarang, disini tempat orang bisa curhat, orang bisa
meminta bantuan orang lain, orang bisa membangun
network, bisa membangun gerakan. Kalau bicara
menggunakan text, limited. Karakteristik radio ini
yang menjadi kekuatannya. Kenapa Radio Suara
Surabaya menjadi sukses karena Radio Suara
Surabaya menjadi lembaga sosial bukan lagi radio
dalam pengertian yang sempit radio yang identik
dengan lagu. Sehingga sangat disayangkan jika radio
hanya digunakan untuk lagu. Radio Suara Surabaya
harus menampilkan what happening di dalam
kehidupan masyakat…” (Errol Jonathans, 9 Juni
2016, personal interview)
5.1.4.1 Radio Suara Surabaya dan Internet Sebagai Media
Sosial
Teknologi internet mengalami perkembangan terus menerus
dengan munculnya fasilitas untuk mengakses informasi.
Perkembangan terakhir adalah digunakannya sebagai media sosial
(social network) melalui Facebook, Twitter, Blog (My Space), Path,
Instagram dan masih banyak yang lainnya. Kenapa disebut media
sosial karena masalah sosial (interaksi sosial) yang dimediasi oleh
60
media. Darmastuti (Cangara, 2013:131) menyebutkan begitu bebasnya
penggunaan internet untuk jejaring sosial, sehingga melahirkan
sejumlah pengaruh pada perilaku manusia dalam berkomunikasi
maupun dalam hubungan antarmanusia. Internet membebaskan
informasi serta penggunanya adalah salah satu yang terkuat pada
tahun-tahun awal, dan dipandang sebagai dasar bagi sebuah batasan
baru. Gambaran tentang perbatasan baru itu menjadi metafora kuat
bagi apa yang David Silver sebut sebagai “popular cyberculture”
(budaya maya populer) yang merujuk pada periode pendidikan
kemasyarakatan atas populasi ke dalam daya pikat internet. (Holmes,
2012:103)
“…Keberadaan internet adalah sebuah
keberadaaan yang mau tidak mau kita harus ada
dan dari sisi produk, internet sebagai sebuah
outlet alternative untuk mereka yang tidak
mendengarkan radio, sebagai suplemen
komplementer. Pararel bersama sama kita treet
konsumen yang diradio seperti apa yang di
netizen seperti apa. Seperti dan E100 di
Facebook dan Twitter dan Youth SS fm yang
memang menggunakan bahasa yang agak anak
muda, lebih muda lebih alay. Kita buatkan acara
kita buatkan program untuk anak muda agar bisa
tampil. Karna sederhana prinsipnya Radio Suara
Surabaya kalo dari sisi kacamata siaran kami
berusaha sesuatu yang mungkin ideal banget ya,
kami berusaha memberikan suara kepada yang
tidak bisa bersuara. The voice to the voiceless.
Karna di Radio Suara Surabaya menggunakan
ranah publik kita harus memperlakukan mereka
sebagai orang yang layak ditampilkan. Mungkin
ini yang dimaksud idelalisme…”
( Iman Dwihartanto, 9 Juni 2016, personal interview)
Radio Suara Surabaya menjadikan internet sebagai salah
satu strategi untuk menarik pendengar seperti anak muda yang
61
sudah based on gadget dan tidak bisa lepas dengan internet. Seperti
penggunaan e100 di Facebook, @e100ss di twitter, dan khusus
untuk anak muda, Suara Surabaya media membuat twitter khusus
untuk anak muda dengan bahasa yang menyesuaikan anak muda
yaitu @Youthssfm.
Alasan radio harus berkonvergensi dengan media sosial,
untuk meningkatkan pendengar radio, radio mendapatkan nilai
tambah, menarik perhatian non-listener, karena cara masyarakat
berkomunikasi sudah berubah, dan meningkatkan pemasukan iklan
dari beragam media. Radio, web, dan media sosial harus saling
mendukung satu sama lain. Penyebaran informasi disesuaikan
dengan karakter masing-masing mediumnya.10
“…Jurnalisme Warga adalah alasan kenapa
Radio masih relevan. Saat radio berkonvergensi
dengan internet dan media sosial, dampaknya
akan jadi luar biasa lebih kuat…”(Errol
Jonathans, 9 Juni 2016, personal interview)
Gambar 8. Tampilan Twitter @youthssfm Suara Surabaya FM
Sumber: Radio Suara Surabaya,2016
10
Hasil wawancara dengan Eddy Prastyo New Media Manager Radio Suara Surabaya pada tanggal
9 Juni 2016.
62
Gambar 9. Tampilan Facebook Suara Surabaya FM
Sumber: Radio Suara Surabaya,2016
Gambar 10. Tampilan Twitter @e100ss Suara Surabaya FM
Sumber: Radio Suara Surabaya,2016
5.1.4.2. Strategi Komunikasi Khusus Radio Suara Surabaya
Menarik Minat Anak Muda
Radio Suara Surabaya memiliki strategi khusus menarik
minat anak muda, Strategi spesifik tersebut adalah harus selalu
mengamati tentang target orang muda ini.
“…Saya menganjurkan kepada teman-teman tidak
cukup dengan riset. Bisa saja secara formal kita
melakukan dengan riset tetapi saya meminta semua
orang di Radio Suara Surabaya terutama yang sangat
terkait dengan produksi, marketing, be there! gaul,
datanglah ketempat target orang-orang muda ini biasa
63
ngumpul biasa keliatan. Kadang mereka punya event
saya bilang “be there” datanglah kesana liat, pelajari
karakternya, apa yang biasa diomongin, gimana
tingkah lakunya kita mesti paham situasinya. Semua
aktifitas mereka, mereka nongkrong di kafe, mereka
buka ipad pasti selalu mencari kafe yang pake wifi.
Perilaku seperti itu tidak ada di generasi saya, jadi
kita mesti disana, bukan cuma dari riset. Ketika ada
event untuk anak muda , bazaar anak muda
pertunjukan music untuk anak muda amati perilaku
mereka lifestyle mereka, busana mereka gaya
hidupnya kayak apa pasti very different. Termasuk
saya sudah berani menyimpulkan orang tua seumur
saya tidak boleh sakit hati terhadap perilaku kelakuan
mereka yang sekarang ,dalam paradigm kita,dulu
diajarkan unggah-ungguh, anak sekarang tidak ada
yang unggah-ungguhnya seperti referensi saya, tapi
apakah itu mereka jadi kurang ajar, jangan jangan
nggak juga, cuma kita aja yang perilakunya ngga
sama. Buat mereka mungkin itu praktis dan tidak
bertele-tele. Perilaku anak muda sekarang yang mesti
kita pelajari “be there”. Penyiar-penyiarku yang top
yang senior anaknya sudah remaja semua mereka
juga harus tau. Jadikan anak-anakmu sebagai
laboratorium, pelajari. Jadi konsepnya bukan “just to
know tapi you have to be there”, sayapun melakukan
itu. Saya cari center-center anak muda itu dimana
sekali-kali saya nongkrong terutama Surabaya barat
itu paling banyak. Mungkin buat saya itu hedonis tapi
buat mereka itu adalah cara hidup mereka. Narsisme
itu saya harus belajar, saya harus bisa terima itu
bukan dengan sinisme, problemnya orang tua itu
penuh sinisme. Saya ngga bisa, ini konsumenku kalau
saya ingin SS longlife saya harus tau mereka, lalu
harus memikirkan supaya mereka happy bisa narsis
di SS itu kayak gimana pake sarana apa. Secara
spesifik semua orang di SS saya minta pada level
apapun pahami ini. Upayakan kita datang kesana
sendiri, kita harus punya inisiatif, selain secara
formal dengan riset, kalau riset hanya keluar analisa
dan angka. Tapi saya bilang kita bisa tau persis nggak
kayak gimana wujudnya. Jadi misal di Surabaya ada
pameran indie clothing, datanglah kesana apa
maksudnya indie clothing itu. Perusahaan tidak akan
64
memfasilitasi tapi harus inisiatif pribadi karna nanti
ukurannya gampang kok, kamu gaul atau enggak gitu
aja kamu cocok untuk Radio Suara Surabaya masa
depan atau tidak. Saya bilang, kamu tidak perlu untuk
mengubah kepribadianmu tau-tau perilakumu aneh
sepulang dari sana jadi aneh buat saya karna tidak
sesuai umurmu bergaya seperti anak muda itu anda
tidak perlu menjadi seperti itu. Kita adalah actor,
actor itu sekali kali diberi peran antagonis tapi kan
saya tidak perlu mengubah karakter dan kepribadian
saya menjadi seperti yang seperti yang saya
perankan. Sama halnya dengan broadcaster media
begitu, pelaku media juga sama buat saya…” (Errol
Jonathans, 9 Juni 2016, personal interview)
Selain program on-air dan non-air untuk anak muda, Radio
Suara Surabaya memiliki strategi khusus yaitu “be there”, yang
artinya orang-orang yang bekerja di Radio Suara Surabaya harus
datang langsung ke tempat anak muda biasanya berkumpul,
mengamati secara langsung tidak hanya dengan riset. Sehingga
mereka bisa mengetahui secara langsung apa yang sedang menjadi
trend anak muda saat ini. Sehingga tidak ketinggalan jaman atau
kurang update “kudet”. Bisa mengetahui apa yang diinginkan anak
muda mulai gaya hidup, keinginan dan yang menjadi kebutuhan
anak muda, sehingga dalam membuat program on-air atau non-air
tentang anak muda, Radio Suara Surabaya selalu update.
5.1.5 Media yang Digunakan Radio Suara Surabaya
Salah satu unsur strategi komunikasi menurut Lasswell adalah In
Which Channel? Wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari
komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) baik secara langsung
maupun tidak langsung (melalui media cetak/elektronik).11
11
http://www.komunikasipraktis.com/2015/10/strategi-komunikasi-pengertian-dan.html diunduh
pada tanggal 28 September 2015 pukul 15.00
65
Radio Suara Surabaya menggunakan banyak media untuk
menyampaikan pesan kepada pendengarnya. Media ini juga digunakan
Radio Suara Surabaya untuk menarik calon pendengar baru khususnya
anak muda. Media yang digunakan adalah Radio itu sendiri, website, free
magazine, media sosial seperti twitter dan facebook.
“…Untuk media sosial lain seperti instagram belum
karna Radio Suara Surabaya belum menemukan
formula yang cocok untuk radio seperti apa. Radio
Suara Surabaya tidak perlu menjadi yang pertama,
tetapi ketika Radio Suara Surabaya menggunakan
Facebook atau Twitter keliatan konvergensinya
dengan radio dan tu yang tidak ada di Facebook dan
twitter lain. Saya juga ingin instagram kita akan
masuk tetapi belum karna kita mesti menemukan
formula yang pas dalam konteks konvergensi. Karna
saya juga tetep mempertahankan media cetak karna
free magazinenya Radio Suara Surabaya juga banyak
yang butuh, ngga semua orang nyaman melihat layar
kecil seperti di gadget. Keunggulannya utama
magazine tidak perlu charging battery. Jadi kalau
membicarakan soal mainstream media itu berati
radio dan majalah. Untuk media baru berati website.
Media yang lebih baru lagi berati media sosial. Buat
kita punya media ini bukan berati semua berdiri
sendiri tetapi harus diintegrasikan, harus di
konvergensikan karna sangat disayangkan jika berdiri
sendiri padahal kalau bisa dijadikan satu luar biasa
walaupun nanti disamapikan dengan angle yang
berbeda dan tampilannya harus berbeda sesuai
dengan karakteristik medianya…” (Errol Jonathans, 9
Juni 2016, personal interview)
5.1.6 Efek yang Diharapkan Radio Suara Surabaya
Komponen terakhir srategi komunikasi menurut Lasswell adalah
With What Effect ? (dampak/efek) Dampak/ efek yang terjadi pada
66
komunikaan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber, seperti
perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan, dll.12
Jargon lama media , trilogy media adalah to inform, to educate,
and to entertain. Maka radio terutama untuk target anak muda ini tetap
harus punya pendekatan pada 3 fungsi besar ini walaupun ekspresinya
yang nanti harus menyesuaikan. Tetapi Suara Surabaya Media harus
menjadi sumber informasi terutama karena namanya Suara Surabaya dia
harus sungguh-sungguh menjadi representasi Surabaya. To educate, Radio
Suara Surabaya harus menjadi media tempat orang belajar bukan cuma
sekedar terinformasikan tetapi kita bisa belajar banyak hal dari
pengalaman orang lain dari berinteraksi mendengarkan interaktifnya orang
lain narasumber bicara dan sabagainya. To entertain bukan menghibur jadi
saya tidak mau terlalu sempit di hiburan tapi menyenangkan. Orang
senang mendengarkan Radio Suara Surabaya walaupun isinya hanya
membicarakan informasi saja, lagunya hanya 2 dalam satu jam tapi
menyenangkan mendengarkan Radio Suara Surabaya, tidak membosankan
tidak terdengar kuno, tetapi Radio Suara Surabaya update, Radio Suara
Surabaya sungguh-sungguh sesuai dengan jaman jadi menyenangkan.
Kalau pendengar mereka terinformasikan teredukasi dengan suasana yang
menyenangkan, tidak ada alasan untuk tidak mendengarkan Radio Suara
Surabaya. Ketiga trilogy ini penting, karna ini 3 fungsi yang harus
dijalankan oleh Suara Surabaya.
Efek yang terpenting adalah efek sosial dan efek bisnis. Radio
Suara Surabaya lembaga bisnis tetapi penggabungan bisnis dan sosial ini
tidak perlu dibenturkan harus di blending bahwa Radio Suara Surabaya itu
bisa terus besar dan berkembang manakala bisnisnya bagus karena kalau
bisnisnya terpuruk kita tidak bisa membuat produk yang baik. Produk
yang baik dibutuhkan bisnis yang baik. Bisnis yang baik membutuhkan
produk yang baik, ini akan menjadi sirkulasi produk kita terus bisa kita
12
http://www.komunikasipraktis.com/2015/10/strategi-komunikasi-pengertian-dan.html diunduh
pada tanggal 28 September 2015 pukul 14.30
67
perbaiki bisa perbaharui kalau bisnis baik. Karna bisnis yang baik itu juga
menyangkut tingkat ras, kepercayaan.13
“…Efek media yang saya harapkan itu Radio Suara
Surabaya tetap terpercaya kemudian Radio Suara
Surabaya menjadi kebutuhan menjadi bagian dari
kehidupan mereka. Anak anak mudapun juga harus
memiliki perasaan yang sama . Radio Suara Surabaya
tidak lagi menjadi bagian dari kehidupan mereka
berarti Radio Suara Surabaya gagal , walaupun tidak
sepanjang hari mendengarkan Radio Suara Surabaya
tapi mereka tahu ketika butuh sesuatu informasi
mereka harus aksesnya di Radio Suara Surabaya.
Seperti anda ingin apa anda tahu harus kemana.
Radio Suara Surabaya harus pada posisi yang disitu
butuh pertolongan, informasi telepon Radio Suara
Surabaya… (Errol Jonathans, 9 Juni 2016, personal
interview)
5.1.7 Radio dan Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi adalah kemudahan akses. Kemajuan
teknologi menyebabkan segala sesuatunya kini bisa dinikmati dari
genggaman tangan saja. Radio, Televisi, Koran, Cinema , semua sudah
bisa diakses melalui perangkat smartphone dan sejenisnya. Masalahnya,
sekarang tinggal apakah “sensasi rasa” dalam menikmati konten Radio,
Televisi, Koran, Cinema melalui genggaman tangan itu lebih baik / sama /
lebih buruk daripada ketika menikmati konten tersebut secara tradisionil?
Kehadiran sarana seperti gadget hanyalah mempermudah akses terhadap
konten. Tetapi bagaimana kualitas antara konten tersebut dengan
pendengar / pembaca / pemirsa / penonton, tentu saja tidak serta merta
menjadi baik. (Prayudha, 2013:185)
Teknologi menjadi bagian yang penting bagi sebuah radio. Kenapa
teknologi itu penting karena radio adalah teknologi. Jati diri radio adalah
teknologi. Radio berubah dan berkembang karena teknologinya berubah. 13
Hasil wawancara dengan Errol Jonathans sebagai CEO Suara Surabaya Media, pada tanggal 9
Juni 2016
68
“…Bagi saya keniscayaan radio itu sangat
dipengaruhi oleh teknologi . Untuk anak muda karena
kehidupan anak muda juga based on technology
maka otomatis radio terdampak, radio juga harus
menyesuaikan dengan platform teknologi yang
dipakai anak muda . Bahkan sebetulnya kehidupan
semua manusia jaman sekarang itu based on
technology . Kalau kita tidak mau menggunakan
teknologi berati kita akan hidup di masa lampau.
Perkembangan teknologinya berpengaruh dan itu
akan mengubah tata cara orang berkomunikasi dan
berinformasi…” (Errol Jonathans, 9 Juni 2016,
personal interview)
Radio adalah medium komunikasi dan informasi . Jika ternyata
teknologi mengubah tatacara, maka radio harus mengubah tata caranya
juga. Bahkan bukan sekedar tata cara tapi juga wujud produknya. Dulu
tidak ada konsep radio visual, radio hanya audio. Sekarang sudah muncul
radio visual . Teknologi memberikan peluang itu, dan kebutuhan audience
yang tidak cukup dengan audio mereka juga membutuhkan teksnya
gambarnya. Paling tidak itu yang memberikan keyakinan bahwa radio itu
menjadi update dan mengikuti perkembangan jaman.14
“…Saya tidak mau terlalu menggebu radio mengikuti
perkembangan jaman kalau hanya mengikuti
trendnya tidak ada gunanya. Tetapi yang esensial
buat saya adalah radio harus masuk kesana karna
itulah cara generasi baru cara masyarakat sekarang
mengakses radio. Kalau hanya mengikuti trend
teknologi belum tentu usefull tetapi yang saya harus
ikuti masyarakat ada di platform teknologi yang
mana sekarang. Yang untuk itu radio harus kesana
juga. Orang mulai berinteraktif dengan Radio Suara
Surabaya lewat media sosial, kirim gambar. Jangan
memusuhi teknologi baru, Jangan menganggap
teknologi baru sebagai ancaman. Sekarang
14
Hasil wawancara dengan Errol Jonathans sebagai CEO Suara Surabaya Media, pada tanggal 9
Juni 2016.
69
bagaimana caranya agar anak muda tidak keberatan
mendengarkan audionya di radio ketika anak muda
jaman sekarang lebih asik pada gadget dan internet,
karena gambar dan teks yang disukai anak muda
sering tidak cukup menjelaskan. Di teks dan gambar
tidak ada emosi. Emosi ada di suara. Saya
mempelajari riset-riset yang terbaru tentang gadget
secanggihnya gadget mayoritas tetap dipakai untuk
ngomong. Tetap untuk nelpon dan tidak semua
nyaman dengan teks kenapa karena emosi dalam
suara tidak dapat tergantikan dengan teks dan gambar
tapi teks dan gambar bisa melengkapi suara. Maka
perkembangan teknologi saat ini buat saya secara
poistif thinking mari kita lihat opportunitynya,
mengancam ? jelas mengancam karena ada hal yang
tidak ada di radio yang kita bisa dapatkan di gadget
ini. Karena karakter medianya. Ini radio bukan media
bergambar, jadi jangan bersaing dengan gambar. Tapi
bagaimana gambar itu menjadi bagian dari audio kita.
Jadi citizen journalism Radio Suara Surabaya saat ini
bukan hanya berbicara tapi ketika ada kejadian
mengirimkan gambar dan sudah menjadi habit saat
ini sehingga membantu tim di siaran dan penyiar juga
bisa mengomentari gambar yang dikirim oleh
konsumen Radio Suara Surabaya. Ini yang dimaksud
dengan konvergensi…” (Errol Jonathans, 9 Juni
2016, personal interview)
Bagi Errol Jonathans, teknologi baru akan menjadi ancaman bagi
Radio Suara Surabaya sebagai ancaman akan jadi ancaman jika dilihat
sebagai opportunity akan menjadi opportunity. Akan menjadi ancaman
jika gagal memanfatkan, namun sebaliknya, jika mampu memanfaatkan
itu maka akan menjadi peluang. Radio tidak bisa mengatakan kalau radio
yang paling penting. Internet dan media sosial tidak bisa mengatakan dia
yang paling penting, yang paling penting adalah bagaimana media bisa
70
menciptakan banyak outlet stand dengan memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing dengan fungsinya. 15
“…Kekuatan radio tidak bisa dikalahkan dengan
yang media lain. Tapi jangan radio secara bodoh
bersaing dengan televisi karena ingin menjelaskan
gambar secara jelas-jelasnya malah jadi ngga jelas
gambar yang paling enak ya liat ditelevisi. Tapi bagi
orang yang sedang driving tidak ada kesempatan
menonton TV. Tapi dengan radio orang bisa
mendengarkan radio dengan melakukan kegiatan lain
tanpa harus stay. Dengan kekurangan radio yang
hanya sekali dengar, seiring perkembangan teknologi
sekarang di Radio Suara Surabaya ada radio on
demand , kita bisa dengar lagi di website SS.
Teknologi hanya alat. Radio Suara Surabaya harus
masuk di alat itu kalau mau eksis. Itu semua ongkos
jelas itu ongkos makannya bisnisnya mesti bagus.
Jadi yang dilakukan oleh Radio Suara Surabaya itu
very complicated dibandingkan Radio yang lainnya.
Dan ini berpengaruh pada kualitas orang ada
beberapa orang yang susah berubah dia lebih asik di
radio , SDM saya…” (Errol Jonathans, 9 Juni 2016,
personal interview)
Paradigma kita harus luas terus harus terbuka terus seiring
perkembangan jaman. Radio pun harus berubah. Tapi jati diri radio yang
audio itu jangan dilemahkan. Karna audio radio lebih dahsyat dari
audionya TV karna TV sudah ada gambarnya. That is the power of radio,
tapi kelemahan radio tadi yang selintas, dulu teori radio yang tidak
terdokumentasi sekarang sudah diruntuhkan oleh radio on demand.
Kemudian radio pancarannya terbatas sekarang sudah diruntuhkan oleh
streaming. Sekarang sudah menjadi kekuatan karena radio sudah
15
Hasil wawancara dengan Errol Jonathans sebagai CEO Suara Surabaya Media, pada tanggal 9
Juni 2016.
71
streaming. Terutama mengikuti perkembangan teknologi yang
implementatif di dipakai publik. 16
“…Jika kita hanya mengikuti teknologi saja kadang
tidak sesuai dengan kebutuhan. Karna teknologi
kadang menawarkan sesuatu yang kadang publik
tidak pake. Kadang terlalu cepat teknologinya kan
lebih cepat dari publik ketika publik belum in disitu
kita sudah main disitu kan sia-sia .Jadi buat saya
poinnya kadang kita harus adaptif dengan teknologi
yang implementatif di publik…”(Errol Jonathans, 9
Juni 2016, personal interview)
5.1.8 Refleksi Hasil Penelitian
Dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa narasumber dari
Radio Suara Surabaya yaitu Errol Jonathans sebagai CEO Suara Surabaya
Media, Iman Dwihartanto sebagai On Air Manager Radio Suara Surabaya
dan Eddy Prastyo sebagai New Media Manager Radio Suara Surabaya,
Strategi Komunikasi yang dilakukan Radio Suara Surabaya untuk menarik
pendengar khususnya anak muda adalah dengan acara off air seperti
campus visit, Jazz Traffic Festival, MLD Jazz, kampung perubahan. untuk
menghadirkan anak muda di acara non air suara Surabaya. Cara Radio
Suara Surabaya mendekatkan diri dengan anak muda adalah dengan brand
awareness Radio Suara Surabaya kepada anak muda. Radio Suara
Surabaya harus eksis di anak muda dengan info seputar anak muda dari
hobi sampe yang menjadi gaya hidup anak muda. Radio Suara Surabaya
harus melakukan inovasi lewat program dan juga konten disiaran
merupakan senjata paling penting dalam suguhan mata acara .
Menghadirkan info yang umum menjadi kepentingan anak muda seperti
teknologi, trend gaya hidup dilingkungan muda. Strategi programming
16
Hasil wawancara dengan Errol Jonathans sebagai CEO Suara Surabaya Media, pada tanggal 9
Juni 2016
72
Radio Suara Surabaya adalah dengan membuat program Muda Tapi Luar
Biasa dan Connected Generation. Selain on-air dari program MTLB, ada
juga kegiatan non-air MTLB untuk menarik minat anak muda. Selain itu,
Radio Suara Surabaya juga memanfaatkan New Media untuk menarik
minat anak muda seperti Twitter @youthssfm, @e100ss dan e100
facebook Suara Surabaya.
Strategi spesifik Radio Suara Surabaya untuk menarik minat anak
muda adalah dengan selalu mengamati tentang target orang muda ini tidak
hanya dengan riset tetapi yang lebih penting adalah meminta semua orang
di Suara Surabaya terutama yang sangat terkait dengan produksi,
marketing, “be there!” gaul, harus datang ketempat target orang-orang
muda biasa berkumpul. Ketika ada event anak muda, harus mengamati
dan datang secara langsung , mengamati karakter, tingkah laku dan
situasinya untuk mengetahui apa yang sedang menjadi kebutuhan anak
muda. Radio Suara Surabaya harus mempelajari semua aktifitas anak
muda, sehingga Radio Suara Surabaya tidak ketinggalan informasi dan
tetap mengikuti kekinian. Jadi konsepnya bukan “just to know tapi you
have to be there.”