BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1....
Transcript of BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1....
347
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dalam upaya meningkatkan kinerja industri
kreatif fashion produk tekstil di Jawa Barat, maka dapat ditarik beberapa simpulan
sebagai berikut :
1. Berkaitan dengan kapabilitas dinamis, manajemen pengetahuan, modal
intelektual, kinerja inovasi dan kinerja perusahaan di industri kreatif fashion
produk tekstil di Provinsi Jawa Barat, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1.a. Kapabilitas dinamis sudah dimiliki oleh sebahagian besar perusahaan,
namun belum didayagunakan secara rutin, waktu pelaksanaan yang lama
dan output yang diharapkan belum sesuai keinginan perusahaan. Masih
perlu penguatan terhadap indikator-indikator kapabilitas dinamis
perusahaan, yaitu: perbandingan usaha dengan perusahan lain, diskusi
tentang permintaan pasar, memantau perubahan tren, kecepatan
penanganan perbedaan pendapat, penyelesaian ketidakpuasan pelanggan,
sistem penghargaan karyawan dan sistem pengendalian karyawan.
1.b. Manajemen pengetahuan sudah dilaksanakan di industri kreatif fashion
produk tekstil, meskipun belum menjadi kebiasaan rutin. Terkecuali untuk
indikator mendorong kegiatan berbagi pengetahuan yang sudah berjalan,
maka indikator-indikator manajemen pengetahuan lainnya masih perlu
penguatan lebih lanjut, yaitu: menghadiri acara pelatihan, pencarian
informasi dari sumber lainnya, melakukan uji coba, menggali
348
pengetahuan karyawan, menggunakan internet dan media sosial untuk
berbagi pengetahuan, pengetahuan dari kesalahan masa lalu, pengalaman
masa lalu untuk penyelesaian masalah, dan pengetahuan masa lalu untuk
menciptakan penghematan.
1.c. Sudah terdapat modal intelektual yang berpotensi untuk mendukung
kegiatan rutin perusahaan. Meskipun demikian, secara kualitas, intensitas
penggunaan dan kemampuannya menghasilkan output yang diinginkan
belum optimal, karena masih dibatasi beberapa kendala seperti rendahnya
pendidikan karyawan, keterampilan yang monoton, belum meluangkan
waktu secara khusus untuk membuat prosedur tertulis, kemitraan yang
terbatas, ketakutan terhadap resiko. Dengan demikian masih perlu
penguatan untuk indikator: pengalaman karyawan, keterampilan
karyawan, pendekatan baru dalam pemecahan masalah, kemampuan
menangani persoalan tidak terduga, prosedur tertulis, dokumentasi
informasi, kemitraan dengan pasar dan komersial, kemitraan dengan
sektor publik, kemitraan dengan asosiasi/komunitas, jumlah informasi,
keberanian mengambil risiko, kemampuan mengambil keputusan secara
tegas, dan kemampuan mengidentifikasi peluang bisnis baru.
1.d. Perusahaan pada industri kreatif fashion produk tekstil sudah merasakan
tuntutan untuk selalu berinovasi dari lingkungannya dan merespon dengan
cara ATM (amati-tiru-modifikasi) dari apa yang dilakukan pesaing,
mengikuti permintaan pemesan, atau mengikuti tren saat ini. Sehingga
industri kreatif fashion produk tekstil cenderung masih bertindak sebagai
349
pengikut/follower dari apa yang sudah dilakukan oleh pihak lain. Belum
terlihat upaya secara aktif menghasilkan inovasi sendiri yang bisa
memunculkan keunikan baik dari sisi produk dan estetika, proses,
pemasaran, dan organisasi. Oleh karena itu indikator-indikator kinerja
inovasi masih perlu penguatan lebih lanjut, yang meliputi: penggunaan
bahan baku baru, variasi tampilan produk baru, desain unik yang
dihasilkan, metode produksi baru, peralatan produksi baru, metode
logistik/distibusi/pengiriman produk baru, kemasan baru, metode
penempatan produk di saluran penjualan baru, media atau teknik promosi
baru, metode penetapan harga, pengaturan tanggungjawab dan
pengambilan keputusan, pengaturan hubungan eksternal.
1.e. Perusahaan pada industri kreatif fashion produk tekstil sudah menerima
manfaat hasil dari usaha yang dijalankan. Namun demikian penguatan
pada indikator: pertumbuhan pelanggan, kepuasan pelanggan,
pertumbuhan penjualan, pengematan biaya dan pertumbuhan laba, akan
meningkatkan capaian kinerja perusahaan kedepannya.
2. Kapabilitas dinamis dan manajemen pengetahuan secara bersama-sama
berperan dalam peningkatan kualitas modal intelektual. Namun secara parsial,
hanya manajemen pengetahuan yang memiliki peran yang signifikan terhadap
peningkatan kualitas modal intelektual. Hal ini menunjukkan bahwa jika
perusahaan mampu mengakuisisi dan mengembangkan pengetahuan baru,
mentransfer pengetahuan tersebut kepada anggota organisasi, dan kemudian
menggunakan pengetahuan tersebut untuk mengembangkan kompetensi
350
organisasi, maka kualitas modal intelektual baik modal manusia, modal
struktural, modal relasional dan modal kewirausahaan akan meningkat.
3. Kapabilitas dinamis, manajemen pengetahuan dan modal intelektual secara
bersama-sama dan secara parsial berperan dalam meningkatkan kinerja
inovasi. Peranan modal intelektual secara langsung dalam meningkatkan
kinerja inovasi, lebih besar daripada peranan manajemen pengetahuan dan
kapabilitas dinamis. Hal ini menandakan bahwa kemunculan inovasi-inovasi
baru di dalam perusahaan baik inovasi produk dan estetika, proses, pemasaran,
maupun organisasi, sangat dipengaruhi oleh stok pengetahuan yang ada di
dalam perusahaan tersebut. Meskipun perannya lebih kecil, manajemen
pengetahuan tetap diperlukan untuk meningkatkan kinerja inovasi. Demikian
juga dengan kapabilitas dinamis melalui penginderaan secara strategis,
pengambilan keputusan tepat waktu dan pengimplementasian perubahan tetap
berperan dalam memperkuat kinerja inovasi perusahaan.
4. Kapabilitas dinamis, manajemen pengetahuan, modal intelektual dan kinerja
inovasi secara bersama-sama berperan dalam memperkuat kinerja perusahaan.
Namun secara parsial, hanya kapabilitas dinamis dan kinerja inovasi yang
memiliki peran signifikan dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini
berarti bahwa jika perusahaan melakukan penginderaan secara strategis,
mengambil keputusan secara tepat waktu dan mampu mengimplementasikan
perubahan, maka akan mendorong pencapaian kinerja perusahaan baik dari
aspek pelanggan maupun keuangan. Demikian juga dengan inovasi produsk
351
dan estetika, proses, pemasaran dan organisasi yang dilakukan, akan
berdampak positif bagi peningkatan kinerja perusahaan.
5. Modal intelektual memediasi secara parsial pengaruh manajemen pengetahuan
terhadap kinerja inovasi. Hal ini menunjukkan bahwa jika perusahaan mampu
mengelola pengetahuan dengan cara mengakuisisi dan mengembangkan
pengetahuan baru, mentransfer pengetahuan tersebut kepada karyawan, dan
kemudian menggunakan pengetahuan tersebut, maka akan meningkatkan
kualitas modal manusia, modal struktural, modal relasional dan modal
kewirausahaan di dalam perusahaan. Selanjutnya akan berdampak juga pada
peningkatan inovasi produk dan estetika, proses, pemasaran, dan organisasi di
dalam perusahaan
6. Kapabilitas dinamis, manajemen pengetahuan dan modal intelektual secara
bersama-sama dan parsial berperan terhadap peningkatan kinerja perusahaan
melalui peningkatan kinerja inovasi. Secara parsial, modal intelektual
memiliki peran yang lebih besar dalam peningkatan kinerja perusahaan
melalui peningkatan kinerja inovasi dibandingkan peran manajemen
pengetahuan dan modal intelektual dalam meningkatkan kinerja perusahaan
melalui peningkatan kinerja inovasi. Hal ini menunjukkan arti penting modal
manusia, modal struktural, modal relasional dan modal kewirausahaan bagi
pertumbuhan kinerja perusahaan melalui peningkatan kinerja inovasi.
352
5.2. Saran
Berdasarkan beberapa simpulan di atas, maka beberapa saran yang dapat
diberikan oleh penelitian ini adalah sebagai berikut:
5.2.1. Saran Pengembangan Ilmu
a. Temuan pada penelitian ini, diharapkan dapat dipergunakan oleh
kalangan akademisi sebagai rujukan dalam melakukan pengembangan
penelitian yang berkaitan dengan industri kreatif fashion produk tekstil.
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai preposisi dalam menyusunan
kerangka pemikiran.
b. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat variabel-variabel lain
di luar variabel-variabel yang diteliti yang juga mempengaruhi modal
intelektual, kinerja inovasi dan kinerja perusahaan. Berdasarkan literatur
terdahulu, variabel-variabel seperti: pembelajaran organisasi, sistem
manajemen SDM, budaya organisasi adalah sebagai variabel yang
mempengaruhi modal intelektual. Kreativitas dan strategi pembelajaran,
budaya nasional, strategi inovasi, kepemimpinan kewirausahaan,
kapabilitas ambidekteritas, konfigurasi model bisnis dan identitas
perusahaan mempengaruhi kinerja inovasi. Sedangkan orientasi pasar dan
gaya kepemimpinan mempengaruhi kinerja perusahaan. Berdasarkan
wawancara juga ditemukan variabel kemampuan belajar karyawan, gaya
manajerial dan kepercayaan pemilik usaha yang diduga mempengaruhi
modal intelektual. Harga dan ketersediaan bahan baku, ketersediaan
modal dan peralatan kerja diduga mempengaruhi kinerja inovasi.
353
Sedangkan kinerja perusahaan diduga dipengaruhi perizinan pemerintah,
lokasi usaha dan kemampuan pemasaran. Oleh sebab itu penelitian
berikutnya disarankan untuk mengikutsertakan variabel-variabel lain
tersebut dalam penelitian lanjutan sehingga dapat memperluas
pemahaman terkait topik ini.
c. Penelitian ini menggunakan pemilik/pelaku usaha/direktur/manajer
perusahaan sebagai sumber informasi primer. Penelitian berikutnya bisa
juga menggali informasi dari sumber lainnya seperti : karyawan ataupun
pelanggan sehingga bisa memberikan gambaran yang lebih komprehensif
terhadap praktek-praktek ataupun capaian setiap variabel dalam penelitian
ini
d. Penelitian ini bersifat cross sectional. Penelitian selanjutnya bisa
melakukan pendekatan time series, sehingga pengaruh antar variabel yang
mungkin memakan waktu bisa teridentifikasi dengan lebih baik.
e. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa jawaban responden cenderung
mengarah ke nilai tengah/central tendency. Penyebab hal ini bisa karena
1.) responden yang terlibat dalam penelitian mayoritas berasal dari
perusahaan kecil, pendidikan formal SD/derajat atau tidak menamatkan
pendidikan formal, dan berusia 41-50 tahun, sehingga kemampuan
mereka memahami pertanyaan rendah, 2.) pertanyaan terdiri dari 5 skala
sehingga memancing responden untuk mengisi nilai tengah. Penelitian
yang akan datang disarankan menggunakan alat ukur dengan memberi
354
deskripsi untuk setiap pertanyannya, dan menghilangkan skala
sedang/cukup, sehingga bisa memperbaiki keterbatasan penelitian ini.
f. Penelitian selanjutnya bisa diperluas pada 15 subsektor industri kreatif
lainnya (kriya, kuliner, penerbitan, fotografi, musik, seni pertunjukan,
seni rupa, aplikasi dan game developer, arsitektur, televisi dan radio,
desain produk, periklanan, film/animasi/video, desain interior, dan desain
komunikasi visual), dengan model penelitian yang sama, ataupun model
penelitian yang diperluas sehingga bisa diperoleh sebuah gambaran
mekanisme keterkaitan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap
kinerja inovasi yang berdampak terhadap kinerja perusahaan di industri
kreatif.
5.2.2. Saran Praktis
Saran praktis penelitian ini terbagi dua yakni saran praktis bagi perusahaan
di industri kreatif dan saran bagi pemangku kepentingan.
1. Bagi Perusahaan di Industri Kreatif Fashion Produk Tekstil di provinsi
Jawa Barat
a. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kapabilitas dinamis berperan
langsung dalam penguatan kinerja inovasi. Disamping itu kapabilitas
dinamis juga berperan secara langsung, serta melalui kinerja inovasi dalam
peningkatan kinerja perusahaan. Namun demikian, kontribusi kapabilitas
dinamis pada industri fashion masih bisa ditingkatkan lebih jauh jika
355
capaian indikator-indikator kapabilitas dinamisnya bisa ditingkatkan lagi,
dengan cara:
i. Penginderaan strategis:
- perusahaan perlu melakukan perbandingan usaha / belajar kepada
perusahaan lain baik di dalam satu sentra industri maupun pada
sentra industri lainnya untuk melihat bagaimana perusahaan lain
tersebut mengelola sumber daya dan melakukan perencanaan
produksi, proses produksi sampai ke pemasaran produknya.
Sehingga perusahaan dapat menggunakan praktek-praktek perusahan
lain tersebut sebagai rujukan praktik terbaik (best practice). Hal ini
akan menguatkan indikator “perbandingan usaha dengan perusahaan
lain”.
- Perusahaan sebaiknya meningkatkan komunikasi secara internal
terkait permintaan pasar. Sehingga karyawan mengetahui target
seperti apa yang harus mereka capai baik dari segi biaya, mutu
maupun waktu. Hal ini akan memperkuat indikator “diskusi internal
tentang permintaan pasar”.
- Perusahaan perlu secara terus menerus memantau perkembangan
tren mode, baik secara langsung menghadiri acara pameran
busana/fashion, seperti pada acara rutin tahunan yang diadakan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan beserta Dekranasada (Dewan
Kerajinan Nasional Daerah) Jawa Barat, yakni “Jabar Ngagaya”,
ataupun yang diselenggarakan oleh Asosiasi Perancang dan
356
Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) berupa “Indonesia Fashion
Week”. Disamping itu perusahaan juga bisa memantau
perkembangan mode melalui media massa cetak/online dan media
sosial. Hal ini akan meningkatkan indikator “memantau perubahan
tren”.
ii. Pengambilan keputusan tepat waktu:
- perusahaan perlu meningkatkan kecepatan dalam hal penanganan
perbedaan pendapat. Dengan menyelesaikan perbedaan pendapat
secara cepat, perusahaan akan mampu menghasilkan barang atau
jasa dengan lebih cepat juga. Kemampuan itu bisa diperoleh
dengan mempelajari pola-pola manajemen konflik, teknik-teknik
pengambilan keputusan, dan prinsip-prinsip manajemen resiko.
Pembelajaran tersebut dapat diperoleh melalui pelatihan, membaca
literatur cetak seperti buku-buku, literatur online, ataupun dengan
mencari mentor bisnis. Hal ini akan menguatkan indikator
“kecepatan penanganan perbedaan pendapat”.
- Perusahaan sebaiknya menyelesaikan ketidakpuasan pelanggan
secara cepat. Perusahaan perlu menyadari bahwa kepuasan
pelanggan mempengaruhi pendapatan yang diraih. Untuk itu,
perusahaan perlu mengidentifikasi faktor-faktor kunci apa saja
yang menjadi harapan pelanggan. Lalu secara internal melihat
kemampuan perusahaan dalam memenuhi harapan tersebut.
Sehingga dapat dipetakan gap yang terjadi. Dari sekian banyak gap,
357
perusahaan perlu menentukan gap apa saja yang memiliki tingkat
urgency/dampak yang besar untuk dijadikan prioritas dalam
penyelesaian masalah. Dahulukanlah penyelesaian gap yang
berdampak besar. Hal ini akan menguatkan indikator “penyelesaian
ketidakpuasan pelanggan”.
iii. Implementasi perubahan:
- perlunya perusahaan memperbaiki sistem penghargaan/insentif
untuk memotivasi karyawan mematuhi ketentuan yang berlaku.
Mengingat standar gaji/insentif karyawan sudah terbentuk di
sentra industri, maka kompensasi terhadap karyawan bisa
diberikan dalam bentuk non moneter seperti pengakuan di depan
umum atas kontribusi karyawan, pemberian kepercayaan untuk
mengambil keputusan dalam lingkup tertentu, peluang untuk
mengikuti pelatihan ataupun kursus spesifik sesuai minat
karyawan, fleksibilitas waktu kerja, acara pertemuan keluarga /
family gathering atau olahraga, bantuan kebutuhan pendidikan
ataupun sunatan anak-anak karyawan. Hal ini akan menguatkan
indikator “sistem penghargaan karyawan”.
- Perusahaan juga perlu memperbaiki sistem pengendalian
karyawan untuk memastikan mereka berperilaku sesuai dengan
harapan perusahaan. Perusahaan perlu menciptakan aturan yang
disepakati bersama karyawan tentang bagaimana seharusnya
358
karyawan bertindak. Lalu aturan itu dijadikan sebagai standar
dalam penilaian kinerja pegawai. Untuk lebih memperkaya
pemahaman, pengusaha perlu mempelajari teknik-teknik
mengelola orang lain / managing others, manajemen kinerja, cara
memberi umpan balik serta bimbingan / coaching kepada
karyawan di tempat kerja. Teknik-teknik tersebut dapat dipelajari
melalui lembaga pelatihan, mentor bisnis, maupun dengan belajar
mandiri dari buku cetak ataupun online. Hal ini akan menguatkan
indikator “sistem pengendalian karyawan”.
b. Manajemen pengetahuan: berperan secara langsung dalam meningkatkan
kualitas modal intelektual dan kinerja inovasi, berperan dalam
meningkatkan kinerja inovasi melalui peningkatan modal intelektual. Serta
juga berperan dalam peningkatan kinerja perusahaan melalui kinerja
inovasi. Namun demikian, hasil penelitian ini menunjukkan indikator-
indikator manajemen pengetahuan masih bisa ditingkatkan lagi sehingga
bisa memberi kontribusi yang lebih besar terhadap modal intelektual,
kinerja inovasi dan kinerja perusahaan, melalui:
i. Penciptaan pengetahuan:
- perusahaan perlu lebih banyak menghadiri pelatihan yang
diselenggarakan pihak eksternal agar bisa memperoleh
pengetahuan baru sekaligus membangun jaringan dengan
359
perusahaan lain. Hal ini akan menguatkan indikator “menghadiri
acara pelatihan”.
- Perolehan pengetahuan baru juga bisa ditingkatkan dengan
membaca informasi dari media massa seperti televisi, koran dan
majalah baik yang online maupun yang tradisional. Sehingga
informasi tentang tren atau mode yang saat ini tengah disukai
pasar bisa diidentifikasi. Hal ini akan menguatkan indikator
“pencarian informasi dari sumber lainnya”.
- Perusahaan perlu mengkombinasikan pengetahuan yang
diperolehnya dari luar perusahaan dengan pengetahuan yang
sudah dimiliki selama ini melalui kegiatan uji coba pembuatan
produk. Sehingga perusahaan akan bisa menghasilkan
pengetahuan baru berdasarkan keberhasilan dan kegagalan dalam
uji coba produk tersebut. Oleh karena itu perusahaan tidak perlu
merasa takut dalam bereksperimen. Hal ini akan menguatkan
indikator “melakukan uji coba”.
ii. Transfer pengetahuan:
- perusahaan sebaiknya untuk secara aktif menggali pengetahuan
karyawan melalui proses diskusi dua arah di tempat kerja.
Karyawan bisa menjadi sumber pengetahuan bagi pengusaha
karena karyawanlah yang secara teknis melakukan proses
produksi dan pada kenyataanya tidak semua pengusaha paham
360
teknis pekerjaan. Hal ini akan menguatkan indikator : menggali
pengetahuan karyawan”.
- Perusahaan hendaknya mengefektifkan pemakaian teknologi
seperti internet dan media sosial untuk berbagi pengetahuan
dengan pihak internal maupun eksternal perusahaan. Berbagai
fitur seperti pembuatan grup online atau fanspage, ataupun
penggunaan aplikasi komunikasi seperti grup whatsapp dan
telegram dan bisa digunakan oleh perusahaan. Sehingga berbagi
pengetahuan tidak harus bertatap muka, melainkan memanfaatkan
teknologi yang sudah banyak dipakai saat ini. Hal ini
berkemungkinan akan lebih efektif dilakukan oleh
pengusaha/karyawan yang tergolong sebagai generasi Y
(kelahiran antara 1977-1997) dan generasi Z (kelahiran 1998-
2010) dan generasi Alpha (kelahiran 2011 dan sesudahnya),
karena mereka relatif lebih mampu mengeksplorasi teknologi
digital dengan baik. Sedangkan generasi yang tergolong sebagai
Baby Boomers (kelahiran sebelum tahun 1965) dan Generasi X
(kelahiran 1965-1969) perlu berkolaborasi dengan sebahagian
generasi X, Generasi Y, Generasi Z dan Generasi Alpha agar bisa
beradaptasi dengan kemajuan teknologi tersebut. Hal tersebut di
atas akan menguatkan indikator “menggunakan internet dan
media sosial untuk berbagi pengetahuan”.
361
iii. Aplikasi pengetahuan:
- perusahaan perlu belajar dan memanfaatkan kesalahan-kesalahan
yang mereka lakukan pada masa lalu untuk menjadi pelajaran dan
pengetahuan yang bisa dipakai pada masa sekarang dan akan
datang. Oleh karena itu perusahaan perlu secara kritis
mempertanyakan apa kesalahan masa lalu yang pernah mereka
lakukan, dan bagaimana agar tidak terulang pada masa sekarang.
Kekritisan dalam berfikir tersebut bisa dilatih dengan membuka
kran diskusi antar karyawan dan mendorong mereka untuk
menyampaikan pendapat secara terbuka. Hal ini akan menguatkan
indikator “pengetahuan dari kesalahan masa lalu”.
- Sama seperti indikator sebelumnya, penggunaan pengetahuan
yang diperoleh dari pengalaman pada masa lalu untuk
menyelesaikan masalah, akan efektif dilakukan jika perusahaan
memiliki kemampuan berfikir kritis terkait pelajaran yang bisa
diperolehnya dari masa lalu untuk menyelesaikan masalah saat
ini. Kekritisan berfikir bisa dibangun dengan mendorong
munculnya komunikasi terbuka antar semua pihak di dalam
organisasi. Hal ini akan memperkuat indikator “pengalaman
masa lalu untuk menyelesaikan masalah”
- Perusahaan perlu menggali pengalaman-pengalamannya selama
ini dan memanfaatkannya untuk mencari celah penghematan
biaya saat ini. Efiesiensi biaya bisa diciptakan jika perusahaan
362
memahamai struktur biaya dan mencari cara untuk menciptakan
penghematan-penghematan. Hal ini akan memperkuat indikator
“pengetahuan masa lalu untuk menciptakan penghematan”.
c. Modal intelektual berperan terhadap peningkatan kinerja inovasi yang
berimplikasi pada kinerja perusahaan. Modal intelektual juga memediasi
pengaruh manajemen pengetahuan terhadap kinerja inovasi. Agar
kontribusi modal intelektual bisa ditingkatkan, maka perusahaan perlu
memperbaiki indikator-indikator modal intelektual, seperti berikut ini:
i. Modal manusia:
- perusahaan sebaiknya meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan teknis karyawan melalui pemberian bimbingan
langsung di tempat kerja, ataupun menghadiri pelatihan yang
diberikan oleh lembaga pemerintah/BUMN. Hal tersebut akan
menguatkan indikator “pengalaman dan keterampilan karyawan”.
- Hendaknya perusahaan menumbuhkan kemampuan sumber daya
manusianya agar memiliki kemampuan menggunakan pendekatan
baru dalam pemecahan masalah dan menangani persoalan tidak
terduga. Untuk itu, perusahaan perlu mengajak karyawan untuk
berpartisipasi dalam pemecahan masalah yang ditemui. Selain itu,
perusahaan perlu juga mempelajari teknik-teknik pemecahan
masalah secara praktis dan teknik berfikir kreatif melalui lembaga
pelatihan ataupun buku-buku ataupun media online. Hal ini akan
363
menguatkan indikator “pendekatan baru dalam pemecahan
masalah”, dan “kemampuan menangani persoalan tidak terduga”
tersebut.
ii. Modal struktural:
- perusahaan perlu untuk membuat prosedur tertulis dan
mendokumentasikan pengetahuan yang dimiliki agar pengetahuan
itu tidak mudah hilang. Sekaligus hal ini dilakukan agar
pengusaha bisa lebih fokus kepada isu strategis. Karyawan bisa
mempelajari pengetahuan baru tanpa harus tergantung pada tacit
knowledge pengusaha. Apalagi jika ukuran perusahaan semakin
lama membesar sehingga rentang kendali semakin luas. Tindakan
tersebut perlu dilakukan untuk menguatkan indikator “prosedur
pembuatan tertulis dan dokumentasi informasi”.
iii. Modal relasional:
- Perusahan hendaklah memperkuat indikator “kemitraan dengan
pasar dan komersial (pelanggan, pemasok, perusahan distribusi,
perusahaan retail, dan perusahaan sejenis)” dan indikator “jumlah
informasi” melalui pembuatan kesepakatan kerjasama usaha
dengan perusahaan mitra. Misalnya melalui pembuatan
perjanjian/kontrak penyediaan bahan baku, perjanjian pengiriman
produk, perjanjian pemasaran dan lain sebagainya.
- perusahaan sebaiknya membuka diri dan mau terlibat di dalam
program-program yang dijalankan oleh sektor publik seperti
364
lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah, perguruan tinggi
dan BUMN. Perusahaan perlu memberikan masukan-masukan
yang membangun kepada sektor publik agar mampu memberikan
layanan dan program yang menjawab kebutuhan lapangan. Hal
tersebut di atas akan menyempurnakan indikator “kemitraan
dengan sektor publik” dan “jumlah informasi”.
- Selain itu, perusahaan perlu mengikuti acara berbagi
pengetahuan/knowledge sharing yang sering diadakan oleh
asosiasi dan komunitas sehingga perusahaan bisa memperoleh
pengetahuan-pengetahuan baru yang dimiliki oleh mitra usaha
tersebut. Disamping itu perusahaan juga bisa mencari mentor
yakni pengusaha yang sudah berhasil yang berasal dari
asosiasi/komunitas untuk mendukung peningkatan modal
relasional perusahaan. Hal ini akan memperkuat indikator
“kemitraan dengan asosiasi/komunitas” dan “jumlah informasi”
yang diperoleh..
iv. Modal kewirausahaan:
- perusahaan hendaknya mengikuti pelatihan, mencari mentor
bisnis ataupun banyak membaca buku terkait manajemen resiko,
pengambilan keputusan bisnis, ketajaman bisnis/business acumen
dan teknik berfikir kreatif. Hal ini menyangkut peningkatan
indikator “keberanian mengambil resiko”, “kemampuan
365
mengambil keputusan secara tegas” dan “kemampuan
mengidentifikasi peluang bisnis baru”.
d. Kinerja inovasi berkontribusi dalam mempengaruhi kinerja perusahaan
dan juga memediasi pengaruh kapabilitas dinamis, manajemen
pengetahuan dan modal intelektual dalam mempengaruhi kinerja
perusahaan. Peran kinerja inovasi bisa lebih ditingkatkan lagi melalui:
i. Inovasi produk dan estetika:
- perusahaan perlu berkreasi lebih banyak lagi menggunakan bahan
baku baru untuk menghasilkan produk fashion pakaian. Tantangan
yang dihadapi selama ini adalah bahan baku tekstil yang cenderung
susah diperoleh dan harganya pun berfluktuasi sesuai nilai tukar
rupiah ke dollar Amerika Serikat. Untuk dapat memperoleh bahan
baku baru tentu saja perusahaan perlu melakukan mencari
pengetahuan yang lebih banyak tentang bahan baku baru dan
melakukan uji coba secara internal. Namun jika kapasitas dan
kapabilitas internal tidak memadai, maka perusahaan perlu
berkolaborasi dengan lembaga riset pemerintah atau swasta
ataupun dengan perguruan tinggi untuk mencari alternatif lain
seperti pembuatan pakaian dari serat rami, pisang, ataupun enceng
gondok. Melalui hal tersebut, maka perusahaan akan memperkuat
indikator “penggunaan bahan baku baru”.
366
- Selain itu, perusahaan juga harus lebih memperbanyak variasi
tampilan produk, karena salah satu aspek terpenting dari industri
kreatif fashion adalah nilai estetika produk, lebih dari sekedar
fungsinya. Bagi perusahaan dengan pemilik usaha yang tergolong
sebagai generasi X, Y dan Z, ide tentang variasi tampilan produk
baru bisa dilihat melalui media internet, media massa cetak,
elektronik ataupun observasi secara langsung. Sementara bagi
generasi yang lebih senior, variasi tampilan produk bisa dilihat dari
media massa cetak, elektronik dan observasi pasar secara langsung.
Hal ini akan menguatkan indikator “variasi tampilan produk”.
- Sedangkan untuk memperkuat indikator “desain unik yang
dihasilkan”, perusahaan perlu meningkatkan keterampilan teknis
dan kreatifitas modal manusia untuk menghasilkan desain yang
bersifat unik. Hal ini dapat diperoleh antara lain dengan mengikuti
pelatihan teknis pembuatan produk, pelatihan teknik berfikir
kreatif, mengikuti ajang pameran atau peragaan busana serta bagi
sebahagian generasi X, generasi Y dan generasi Z bisa juga dengan
mencari informasi di jaringan internet.
ii. Inovasi proses:
- perusahaan perlu berkreasi, melakukan perbandingan usaha
dengan perusahaan lain, ataupun mengikuti pelatihan terkait
metode produksi baru yang bisa diaplikasikan di perusahaan. Hal
ini berarti perusahaan harus lebih terbuka terhadap kemungkinan
367
cara-cara baru yang berbeda dengan kultur produksi selama ini.
Melalui hal tersebut maka akan menguatkan indikator “metode
produksi baru”.
- Selain itu perusahaan juga perlu berinvestasi untuk menggunakan
peralatan produksi yang baru. Keterbatasan dana investasi tentu
saja bisa ditutupi dengan pinjaman dari lembaga keuangan
ataupun koperasi. Namun yang jadi penghalang selama ini adalah
perusahaan tidak cukup mengetahui cara memperoleh pinjaman,
tidak memiliki izin usaha resmi untuk pengurusan pinjaman,
proses birokrasi yang dirasakan rumit, ataupun ketakutan
pengusaha terlilit pinjaman. Untuk itu perusahaan perlu melihat
manfaat jangka panjang yang akan mereka peroleh melalui
pinjaman investasi yang dilakukan. Sehingga akan lebih
memotivasi untuk melakukan investasi dan mencari pembiayaan
yang sesuai. Hal ini akan menguatkan indikator “penggunaan
peralatan produksi baru”.
- Perusahaan juga perlu mencari alternatif metode
logistik/distribusi/pengiriman baru, sehingga bisa menghemat
biaya logistik. Perusahaan juga bisa menjalin kontrak jangka
panjang dengan pihak ketiga dengan klausul yang
mempertimbangkan sisi biaya, mutu dan waktu terbaik. Tindakan
ini akan menguatkan indikator penggunaan “metode
logistik/distribusi/pengiriman baru”.
368
iii. Inovasi pemasaran:
- Perusahaan perlu menciptakan kemasan yang menarik sehingga
produk yang dihasilkan lebih menjual. Sekarang ini cukup banyak
pelatihan ataupun sumber pengetahuan di internet/youtube yang
menyediakan informasi tentang cara packaging yang baik. Selain
itu ide tentang packaging juga bisa diperoleh dari konsultan
pemasaran. Hal ini akan memperkuat indikator “kemasan baru”.
- Perusahaan juga perlu melihat potensi penempatan produk di
saluran penjualan yang baru. Jika selama ini dilakukan penjualan
langsung ke pedagang perantara, maka dengan bantuan teknologi
perusahaan juga bisa masuk ke pedagang perantara yang lebih
kecil ataupun melakukan penjualan retail secara online. Hal ini
akan memperkuat indikator “metode penempatan produk di saluran
penjualan baru”.
- Perusahan perlu mempelajari penggunaan media promosi baru
seperti media pemasaran digital melalui media internet atau media
sosial. Perusahan juga dapat memperluas teknik promosi seperti
penggunaan dukungan model yang berasal dari tokoh/model
online. Selama ini penjualan didominasi dengan penjualan
tradisional langsung ke konsumen. Jika hal ini dilakukan, maka
akan menguatkan indikator penggunaan “media dan teknik
promosi baru”.
369
- Selain itu perusahaan juga perlu menggunakan metode penetapan
harga baru. Selama ini harga sudah terbentuk di pasar dan
perusahan cenderung mengikuti hal tersebut. Padahal dengan
inovasi/memberikan nilai tambah tertentu terhadap produk, maka
perusahan berpotensi untuk menjual produk dengan harga diatas
harga pasar. Oleh sebab itu diperlukan pengetahuan untuk
menetapkan harga baru di pasar yang bisa diperoleh dari pelatihan,
buku, maupun informasi online. Hal ini akan memperkuat indikator
“metode penetapan harga baru”.
iv. Inovasi organisasi:
- Jika ukuran perusahaan semakin besar, maka perusahaan perlu
mendelegasikan sebagian pengambilan keputusan kepada team
leader/koordinator di dalam organisasi. Sehingga
pengusaha/pemilik/direktur bisa lebih fokus ke persoalan lain yang
lebih strategis. Hal ini akan memperkuat indikator “pengaturan
tanggungjawab dan pengambilan keputusan”.
- Selain itu, perusahaan juga perlu berinovasi dengan membangun
aliansi dan kemitraan baru dengan pihak eksternal diluar kemitraan
yang sudah terjalin selama ini, dengan pendekatan model bisnis
baru diluar pendekatan tradisional yang sudah terbangun dengan
konsumen, pemasok ataupun komunitas, misalnya bermitra dengan
perusahaan teknologi sehingga perusahaan bisa memperbaiki akses
terhadap bahan baku, desain model maupun teknik produksi,
370
maupun pemasaran. Hal ini akan memperkuat indikator
“pengaturan hubungan eksternal”.
e. Kinerja perusahaan bisa lebih ditingkatkan lagi melalui:
i. Pelanggan:
- Perusahaan perlu memperkuat indikator “pertumbuhan
pelanggan” dengan cara mulai masuk ke perdagangan online.
Sehingga bisa menjangkau konsumen yang berada di daerah-
daerah Indonesia yang selama ini tidak bisa diakses melalui jalur
tradisional, dan bahkan bisa lebih jauh sampai ke luar negeri.
- Perusahan perlu memetakan produk dan layanan seperti apa saja
yang diinginkan pelanggan perusahaan. Berdasarkan hasil
pemetaan tersebut, maka perusahaan harus mencoba menyusun
perencanaan produksi dan layanan yang sesuai dengan harapan
pelanggan tersebut. Sehingga ketika produk dan layanan tersebut
disampaikan, bisa memuaskan pelanggan. Tindakan tersebut akan
meningkatkan indikator “kepuasan pelanggan”.
ii. Keuangan:
- Indikator “pertumbuhan penjualan” bisa dikuatkan dengan cara
memasuki segmen pasar baru, mencoba teknik pemasaran baru,
ataupun membangun pola kerjasama penyediaan barang dengan
konsumen tertentu.
371
- Perusahaan perlu mengevaluasi kembali data histori biaya untuk
kemudian membandingkan perencanaan biaya yang dilakukan
dengan penyimpangan yang terjadi. Perbedaan yang terjadi perlu
dianalisis penyebabnya sehingga kemudian bisa diambil tindakan
koreksi yang tepat. Perlu juga perusahaan mempelajari “dasar-
dasar manajemen biaya” agar bisa lebih memiliki wawasan terkait
tindakan yang perlu diambil. Hal ini akan memperkuat indikator
“penghematan biaya” dan “ pertumbuhan laba”
- Secara akuntansi, laba adalah selisih dari harga penjualan
dikurangi beban (biaya) produksi. Oleh karena itu, peningkatan
pada sisi penjualan dan penghematan dari sisi biaya sebenarnya
akan memperbesar laba. Dengan demikian, indikator
“pertumbuhan laba” terkait dengan penguatan pada dua indikator
keuangan lainnya.
2. Bagi Pengambil Kebijakan (Lembaga Pusat dan Daerah)
Pengambil kebijakan yang dimaksud pada penelitian ini adalah lembaga negara
yang berkepentingan terhadap kinerja industri fashion produk tekstil, meliputi:
Kementerian Perindustrian, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah,
Dinas Perindustrian/instansi beserta instansi vertikal Tingkat Propinsi serta
Kabupaten dan Kota, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah beserta
instansi vertikal Tingkat Propinsi serta Kabupaten dan Kota, serta Badan
Ekonomi Kreatif (Bekraf)
372
a. Lembaga pemerintah tersebut perlu melibatkan perusahaan-perusahaan di
industri kreatif fashion produk tekstil dalam menyusun program
pengembangan/pendampingan perusahaan. Masukan dari perusahaan
akan sangat berarti agar program yang disusun oleh lembaga-lembaga
tersebut benar-benar menjawab permasalahan lapangan.
b. Program pengembangan/pendampingan industri juga perlu dirancang
secara lebih berkesinambungan. Misalnya sesudah diberikan pelatihan in
class, perlu diikuti dengan kegiatan pendampingan lapangan selama
beberapa waktu tertentu. Sesudah terlihat kemajuan, maka kembali
diadakan program in class lanjutan. Lalu diikuti dengan pendampingan
lapangan lanjutan, dan seterusnya. Sehingga perkembangan perusahaan
yang didampingi lebih terpantau dan memberikan nilai bagi perusahaan
yang didampingi.
c. Terkait sulitnya memperoleh bahan baku baru untuk menghasilkan
produk fashion pakaian, maka lembaga riset pemerintah ataupun
perguruan tinggi perlu melakukan riset dan pengembangan bahan baku
pakaian alternatif dari serat alam lokal, seperti: rami, pisang ataupun
enceng gondok dan lain sebagainya. Pilihan lain adalah dengan
membangun sektor pertanian industri kapas. Tentu saja setiap alternatif
memerlukan analisis biaya dan manfaat serta manajemen resikonya.
Sehingga bisa mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor.
d. Lembaga pemerintah perlu lebih menyederhanakan proses perizinan
usaha. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa banyak
373
perusahaan yang tidak mengurus izin usaha resmi karena birokrasi yang
dirasakan terlalu rumit. Padahal perizinan usaha diperlukan jika
perusahaan membutuhkan dana investasi untuk membiayai kegiatan
investasi usaha.
e. Terkait dengan tantangan ke depan berupa revolusi industri 4.0 dan
society 5.0, maka:
membangun infrastruktur ICT ataupun memberi kemudahan akses
pembiayaan untuk melakukan investasi ICT di sentra-sentra industri
fashion produk tekstil.
pengambil kebijakan perlu memberikan pelatihan peningkatan
kapabilitas sumber daya manusia dalam pemanfaatan ICT terutama
pada topik-topik seperti: 1.) membangun akses terhadap pemasok
bahan baku nasional/regional ataupun global, 2.) membangun jaringan
/ network dengan komunitas, lembaga riset/perguruan tinggi,
konsumen dan pesaing, 3.) mencari ide / memprediksi tren ke depan,
4.) Membuat perencanaan bisnis, 5.) sharing pengetahuan secara
online, 6.) menyimpan pengetahuan ke cloud, 6.) membuat desain
produk berbasis teknologi digital, 7.) produksi berbasis teknologi, 9.)
mendesain merek/packaging produk secara digital, 10). melakukan
strategi marketing digital, 11). melakukan penjualan produk ke online
market place.
Sehubungan hal di atas, pengambil kebijakan perlu juga menentukan
siapa yang harus menjadi target penerima investasi infrastruktur
374
ataupun target peserta pelatihan peningkatan kapabilitas sumber daya
manusia dalam pemanfaatan ICT. Hal ini perlu dipertimbangkan
karena program-program tersebut memerlukan investasi biaya yang
cukup besar. Acuan yang bisa dipakai adalah model bisnis seperti apa
yang dijalankan oleh perusahaan pada industri kreatif fashion tersebut.
Misalnya, jika perusahaan memposisikan diri sebagai pemasok produk
kepada perusahaan retail, maka mereka tidak perlu menjadi target
untuk pelatihan penjualan produk ke online market place. Artinya,
program yang tepat hanya diberikan pada perusahaan yang tepat pula.