BAB v-Sejarah Deptan

download BAB v-Sejarah Deptan

of 17

Transcript of BAB v-Sejarah Deptan

  • 7/29/2019 BAB v-Sejarah Deptan

    1/17

    BAB V

    HASIL KELUARAN DEPARTEMEN PERTANIAN

    Apabila pada tahun 1905, Departemen Pertanian dibentuk berdasarkan pemikiran

    bahwa telah waktunya ada suatu lembaga pemerintahan yang perlu diadakan untuk

    mengurus secara khusus tentang masalah dan usaha memajukan pertanian rakyat. Untuk

    memperoleh kewenangan agar kegiatan pertanian rakyat mendapat perhatian dan

    ditingkatkan kemajuannya, maka diperlukan kelembagaan baru yaitu Departemen Pertanian.

    Langkah-langkah yang dimaksud tadi adalah segala usaha yang ditujukan untuk :

    1. Menyelenggarakan pendidikan pertanian

    2. Menyelenggarakan pelatihan dan penyuluhan pertanian

    3. Menyebarluaskan benih dan bibit yang baik.

    Pada awal dibentuknya departemen, sudah terasa kurangnya tenaga-tenaga

    pelaksananya. Jauh sebelum departemen dibentuk, kegiatan usaha memajukan pertanian

    rakyat ditangani oleh pamong praja sehingga timbul anggapan pada waktu itu bahwa

    memajukan pertanian rakyat masih harus tetap ditangani oleh pihak pamong praja. Namun

    diakui bahwa pamong praja menguasai berbagai bidang dalam pemerintahan tetapi pada

    umumnya mereka sama sekali tidak memiliki pengetahuan teknis di bidang pertanian.

    Langkah-langkah rencana pembangunan pertanian yang hendak disusun oleh Departemen

    Pertanian sudah mulai diawali lebih dahulu oleh Kebun Raya Bogor sewaktu membangun

    kebun Budidaya Tanaman (Kultuur Tuin) di Cikeumeuh Bogor pada tahun 1876 yang

    mempunyai 3 fungsi yaitu pendidikan, penyuluhan, dan penelitian/penyelidikan pertanian.

    A. Menyelenggarakan Pendidikan Pertanian

    A.1. Sebelum Dibentuk Departemen Pertanian

    Pada tanggal 1 Nopember 1876, Kebun Raya Bogor dibawah pimpinan Dr. R.H.C.C.

    Scheffer (1868-1880) telah membuka Sekolah Pertanian Bagian-B di Cikeumeuh-Bogor.

    Sekolah ini menerima murid dari golongan remaja pribumi lulusan Sekolah Dasar Bumiputera

    Kelas Dua (Inlandsche School Tweede Klasse). Lama pendidikan 3 tahun dengan

    menggunakan bahasa pengantar bahasa Melayu. Siswa lulusan Sekolah Pertanian ini

    dipersiapkan untuk menduduki jabatan di pemerintahan sebagai pemuka pribumi, dengan

    32

  • 7/29/2019 BAB v-Sejarah Deptan

    2/17

    demikian diharapkan mereka mampu memberikan cara membudidayakan pertanian kepada

    penduduk pribumi dengan lebih baik. Sayang sekali, Sekolah pertanian ini harus ditutup

    karena bencana kebakaran gedung sekolah pada tahun 1884. Di samping Sekolah

    Pertanian Bagian-B, Kebun Raya juga membuka Sekolah Pertanian Bagian A pada tahun1878 yang diperuntukkan bagi murid dari golongan keturunan Belanda/Eropa. Pendidikan

    berlangsung selama 3 tahun dengan menggunakan bahasa pengantar bahasa Belanda,

    murid yang diterima adalah lulusan Sekolah Rendah Eropa (Europeesche Lager School =

    ELS) dan setelah lulus mereka dipersiapkan sebagai pegawai untuk keperluan dinas pada

    pamong praja.

    Pada tahun 1900, Kebun Raya Bogor mendirikan

    Kursus Pendidikan Hortikultura bagi remaja keturunan Belanda.

    Kebun Raya kemudian mendirikan pula Kursus Pendidikan

    Pertanian (1901) dan Kursus Pendidikan Perkebunan (1902).

    Semua kegiatan pendidikan kursus tersebut berlangsung

    selama 3 tahun dan muridnya berasal dari para remaja

    keturunan Eropa atau dikenal Indo Belanda. Murid yang

    diterima adalah lulusan ELS dan setelah lulus diharapkan

    mereka dapat menjalankan usaha pertanian skala kecil secara

    mandiri atau diperkerjakan sebagai Sinder Kebun pada

    perusahaan perkebunan besar milik Swasta atau Partikulir.

    Tahun 1907, Kursus Hortikultura (1900), Kursus Pertanian

    (1901), dan Kursus Perkebunan (1902) disatukan menjadi lembaga kursus baru yaitu Kursus

    Pertanian dan Hortikultura (Land en Tuinbouw Cursus) dan kemudian berkembang menjadi

    Sekolah Pertanian Menengah (Cultuur School = CS) pada tahun 1911 dengan menggunakan

    lokasi di Kebun Budidaya Cikeumeuh-Bogor.

    Atas perintah Gubernur Jenderal dengan mendapat dukungan dari Departemen

    Pendidikan Agama dan Kerajinan, Perkumpulan Masyarakat Pertanian dan Perkebunan,Kamar Dagang dan Kerajinan, pada tahun 1903 Kebun Raya Bogor mendirikan Sekolah

    Pertanian (Landbouw School = LS) dengan mengambil tempat di bangunan Kebun Raya

    Bogor. Sekolah Pertanian ini mempunyai dua bentuk, yaitu Sekolah Pertanian Dua Tahun

    (LS-2 tahun) dan Sekolah Pertanian Tiga Tahun atau LS-3 Tahun. Lembaga Sekolah

    Pertanian Tiga Tahun menerima murid golongan Eropa yang telah lulus HBS-3 tahun dengan

    33

    DR. RHCC Scheffer

  • 7/29/2019 BAB v-Sejarah Deptan

    3/17

    lama pendidikan 3 tahun. Setelah lulus mereka bekerja di perkebunan besar milik bangsa

    Eropa. Sedangkan lembaga LS-2 tahun menerima murid pribumi lulusan Siswa Kelas III dari

    Sekolah Pamong Praja (OSVIA) atau lulusan Sekolah Guru (Kweek School) yaitu lembaga

    pendidikan yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Belanda. Setelah lulus dari LS-2Tahun, kepada mereka dipekerjakan sebagai pegawai pamong praja. Lembaga LS-3 Tahun

    dan LS-2 Tahun ini pada tahun 1913 disatukan dan ditingkatkan menjadi Middelbare

    Landbouw School(MLS) yaitu lembaga pendidikan pertanian tingkat menengah atas.

    A.2. Setelah Berdiri Departemen Pertanian

    Tersedianya tenaga pertanian yang cukup memadai sangat diperlukan oleh

    Departemen Pertanian dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas yang harus

    dilaksanakannya. Berbagai upaya kemudian dilakukan dengan menambah berbagaiketenagaan kerja pertanian dari berbagai jenis dan tingkat pendidikan kejuruan pertanian

    untuk segera diwujudkan oleh Departemen Pertanian. Departemen ini pada 1 Januari 1911

    mengalami reorganisasi menjadi Departemen Pertanian, Perindustrian dan Perdagangan.

    Pada tahun 1934 mengalami reorganisasi kembali menjadi Departemen Perekonomian.

    Pada tahun 1907, Departemen Pertanian mendirikan Kursus Pendidikan Kedokteran

    Hewan (Cursus tot opleiding van Inlandsche Veearten). Kursus kedokteran hewan bagi

    pribumi ini, pada mulanya merupakan jurusan dari Sekolah Pertanian yang didirikan tahun

    1903. Pada tahun pertama (1907), Sekolah menerima siswa Kelas-I dan sekaligus Kelas II

    yang berasal dari siswa Kelas-I Sekolah Pertanian yang masih ke Kelas-II. Pada tahun 1910,

    Kursus Pendidikan Kedokteran Hewan ditingkatkan menjadi Sekolah Kedokteran Hewan

    dengan lama pendidikan 4 tahun. Sekolah menerima murid disamping remaja pribumi juga

    menerima remaja keturunan Eropa atau Indo-Belanda. Sebagai persyaratan siswa adalah

    remaja lulusan HBS-3 tahun, lulusan Siswa Kelas III dari Sekolah Pamong Praja (Opleidings

    School voor Inlandsche Ambtenaren = OSVIA) atau lulusan Sekolah Guru (Kweek School)

    yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Belanda. Setelah lulus, mereka dipekerjakan

    sebagai dokter hewan pribumi.

    Tahun 1911, Departemen Pertanian Perindustrian dan Perdagangan melakukan

    reorganisasi Kursus Pendidikan Perkebunan dan Pertanian (Opleiding Cursus voor Tuin en

    Landbouw) menjadi lembaga pendidikan baru dengan nama Cultuur School (CS) yaitu

    Sekolah Pertanian Menengah Tingkat Pertama, atau secara umum disebut Sekolah

    34

  • 7/29/2019 BAB v-Sejarah Deptan

    4/17

    Pertanian Menengah (SPM). Para siswa CS ini kebanyakan berasal dari pemuda keturunan

    Eropa lulusan ELS. Lembaga pendidikan CS juga menerima siswa golongan pribumi yang

    telah lulus Sekolah Raja (Hoofdens School), HCS (Hollandsch Chineesche School) dan HIS

    (Hollandsche Inlandsche School) yaitu lembaga-lembaga Sekolah Dasar Tujuh Tahun yang

    menggunakan bahasa pengantar bahasa Belanda. Untuk dapat diterima sebagai Siswa CS,

    maka para lulusan ELS, HCS, HIS atau HS harus lulus seleksi Calon Pegawai Rendah (Klein

    Ambtenaar) pada tahun 1914, lembaga CS dipindahkan dari Bogor ke Sukabumi, dan tahun

    1918 dibuka CS di Malang-Jawa Timur. Dalam perkembangannya, CS mempunyai 4 jurusan,

    yaitu : Jurusan Kehutanan (A), Jurusan Perkebunan (B), Jurusan Pengamat Pertanian (C),

    dan Jurusan D untuk Pengamat Perkebunan. Dalam rangka menjaga mutu pendidikan,

    maka penyelenggaraan CS di Sukabumi diarahkan pada Jurusan A (Kehutanan) dan Jurusan

    B (Perkebunan). Sedangkan CS di Malang menangani Jurusan C (Pengamat Pertanian) dan

    Jurusan D (Pengamat Perkebunan). Para lulusan CS dapat dipekerjakan sebagai teknisi

    kehutanan dan perkebunan besar, pengamat pertanian rakyat, dan pengamat perkebunan

    rakyat.

    Tahun 1913, Departemen Pertanian Perindustrian dan Perdagangan melakukan

    reorganisasi Sekolah Pertanian (Landbouw School, 1903) menjadi Sekolah Pertanian Tingkat

    35

    Gedung Cultuur School Sukabumi

  • 7/29/2019 BAB v-Sejarah Deptan

    5/17

    Menengah Atas (Middelbare Landbouw School, MLS). Sekolah ini menerima siswa dari

    segala bangsa untuk mendapat kesempatan belajar di lapangan pertanian yang sama. Para

    lulusan dari golongan pribumi disediakan jabatan sebagai guru pertanian/penyuluh pertanian,

    pembantu pemangku hutan, atau pegawai pada Dinas Perkreditan Rakyat. Persyaratan

    masuk MLS adalah calon siswa yang telah lulus HBS-3 Tahun, OSVIA, dan lulusan Sekolah

    Guru (Kweek School), MULO Bagian B, VC (Voorbereidende Cursus), dan Cultuur School

    (CS). Lembaga pendidikan VCdidirikan tahun 1914 adalah Sekolah Persiapan masuk MLS,

    yang muridnya berasal dari lulusan ELS, HIS atau HCS dengan mendapat pendidikan

    selama 3 tahun sebelum diperkenankan masuk MLS. Lembaga pendidikan VC ini pada

    tahun 1920 ditutup. Pada tahun 1937, Departemen Perekonomian, sebagai hasil

    reorganisasi dari Departemen Pertanian Perindustrian Dan Perdagangan, memutuskan untuk

    memisahkan lembaga MLS menjadi 2 kelembagaan pendidikan yaitu MLS dan MBS

    (Middelbare Boschbouw School) atau Sekolah Kehutanan Menengah Atas.

    Dalam usaha memajukan pendidikan bagi masyarakat tani dan pertanian rakyat, pada

    tahun 1911 Departemen Pertanian Kerajinan Dan Perdagangan mengangkat H.C.H. de Bie

    sebagai Inspektur Pendidikan Pertanian Rakyat (Inspecteur van het Inlandsch Landbouw

    Onderwijs). Setelah melakukan konsultasi dan peninjauan ke lapangan, dengan berbagai

    pihak yang terkait, kemudian Inspektur menetapkan 2 pendekatan dalam upaya

    menyelenggarakan pendidikan bagi petani, yaitu pendekatan langsung dan tak langsung.

    Pendekatan langsung dilaksanakan melalui kegiatan penyuluhan pertanian, sementara itu

    36

    Gedung MLS Bogor

  • 7/29/2019 BAB v-Sejarah Deptan

    6/17

    pendekatan tak langsung melalui jalur Sekolah Pertanian Rendah. Lembaga pendidikan

    Sekolah Pertanian Rendah (SPR) menerima murid lulusan Sekolah Desa (Volks School),

    yaitu Sekolah Dasar-3 Tahun. Lama pendidikan di SPR adalah 2 tahun di bidang pertanian

    dengan menerima murid yang telah berusia 12 hingga 16 tahun. Pada tahun 1912 telah

    37

    Gedung SPR Soreang, Bandung

    Kegiatan belajar mengajar di SPR Soreang, Bandung

  • 7/29/2019 BAB v-Sejarah Deptan

    7/17

    dibuka Sekolah Pertanian Rendah (SPR) di Wonosobo dan Soreang-Bandung. Kemudian

    pada tahun 1913 di Purworejo, Plumbon-Cirebon, Wuluadeg-Yogyakarta. Tahun 1914, SPR

    dibuka di Lawang Pasuruan, Biureun-Pidie, Tondano-Minahasa, Pasirhalang-Sukabumi,

    Tanjungsari-Sumedang, Tegalgondo-Surakarta, dan Temon-Yogyakarta. Tahun 1915, SPRdibuka di Purwokerto, Tanjungagung-Bengkulu, Wonorejo-Tulungagung, Majalengka, Muara

    Enim-Palembang, Pariaman, dan Kepanjen-Malang. Setelah lulus dari SPR, mereka bekerja

    sebagai Asisten praktek guru pertanian, pengusaha tani mandiri, kader tani desa, pegawai

    pemerintah atau swasta, mandor kebon, pegawai desa dan mantri tani. Lembaga pendidikan

    SPR ada yang dikelola oleh pemerintah Belanda, pemerintah Swapraja, dan pemerintah

    daerah setempat, dan badan swasta. Mulai tahun 1921, sebagian dari SPR mengalami

    perubahan menjadi Sekolah Usahatani (Landbouw Bedrijf Schoolen). Pada tahun 1929 telah

    ada 9 buah Sekolah Usahatani (SUT), yaitu 7 SUTdi Jawa dan 2 buah SUTdi luar Jawa.

    B. Menyelenggarakan Pelatihan Dan Penyuluhan Pertanian

    Dengan dibentuknya Dinas Penyuluhan Pertanian tahun 1910, dan Inspeksi

    Pendidikan Pertanian Rakyat pada tahun 1911 kemudian keberadaan kelembagaan

    penyuluhan dan kegiatan penyuluhan pertanian mulai dikembangkan. Dalam

    mengembangkan penyuluhan pertanian, sebagai usaha pendidikan luar sekolah

    dilaksanakan dengan jalan memberikan kursus-kursus tani, pelatihan pertanian, dan

    pembentukan kelompok-kelompok tani.

    Penyelenggaraan tambahan pelajaran pertanian bagi murid Sekolah Desa (Volks

    School, SD-3 Tahun) telah dimulai pada tahun 1913, kepada murid Kelas-II dan Kelas-III di

    Sukoharjo dan Grobogan-Jawa Tengah. Pelajaran pertanian diberikan selama satu jam tiap

    minggu meliputi ilmu tumbuhan seperti sistem perakaran, morfologi dan fisiologi tumbuhan

    serta pelajaran praktek memberikan pupuk tanaman. Setiap Sekolah Desa yang

    diikutsertakan dalam proyek pendidikan pertanian mendapat lahan seluas 2 bau (1,6 Ha)

    dimana pekerjaan berat seperti pengolahan tanah dikerjakan oleh tenaga kasar (kuli) yang

    berasal dari desa yang bersangkutan dengan mendapat bayaran. Sedangkan pekerjaan

    ringan seperti menanam dan memelihara tanaman dikerjakan sendiri oleh para murid

    sekolah. Sementara itu, pengajaran pertanian di Ciawi Gebang-Jawa Barat, murid Sekolah

    Desa mendapat pelajaran langsung di lahan pertanian. Para murid diharapkan memperoleh

    bahan pelajaran yang langsung dapat diamati baik mengenai tanaman yang dibudidayakan

    maupun tumbuhan pengganggunya. Dengan cara demikian, para murid dibangkitkan dan

    38

  • 7/29/2019 BAB v-Sejarah Deptan

    8/17

    dirangsang minat dan kecintaannya terhadap pertanian. Model seperti inilah yang menjadi

    tujuan dan proyek percobaan pendidikan pertanian di Sekolah-sekolah desa.

    Di desa Kemirirejo-Magelang, pada tahun 1913 telah diadakan temu lapang yang

    dihadiri oleh Kepala Desa, para Camat, para Bupati sewilayah Karesidenan Kedu, serta para

    siswa Sekolah Calon Pegawai Bumiputra (Opleiding School van Inlandsche Ambtenaren)

    dalam rangka menyaksikan hasil panen percobaan penanaman padi varitas baru.

    Di wilayah Yogyakarta, Surakarta, dan Kedu telah disebarkan beberapa jenis

    lembaran media cetak mengenai hasil percobaan budidaya tanaman penting yang dapat

    diterapkan di lahan petani. Lembaran media cetak antara lain berisi pengetahuan hama tikus

    disertai dengan cara pengendaliannya serta cara membudidayakan tanaman padi yang

    disusun oleh seorang guru pertanian (landbouw leraar) lulusan MLS Bogor. Khusus

    mengenai tulisan tentang budidaya padi, oleh penyusunnya dibuat dalam bentuk tembang

    atau nyanyian Jawa agar mudah merakyat.

    Di wilayah kerja seorang guru pertanian di Lawang-Pasuruan pada tahun 1915 telah

    diselenggarakan kursus pertanian bagi para guru Sekolah Desa di wilayah kerja Penilik

    Sekolah Kepanjen-Malang. Kursus diberikan selama 2 jam setiap minggu di bidang

    pengajaran budidaya tanaman umum, morfologi tumbuhan, pengolahan tanah, pemupukan,

    dan bidang pengajaran lain yang dianggap penting bagi para peserta kursus. Kursus serupa

    dilaksanakan di Muaraenim dengan peserta dari para calon mantri pertanian yang berasal

    dari wilayah Palembang dan Bengkulu.

    Pada tahun 1921, Van der Stock sebagai Inspektur Pendidikan Pertanian dari

    Departemen Pertanian, Perindustrian Dan Perdagangan ditunjuk menjadi anggota Majelis

    Pendidikan (Onderwijsraad) yang berada di bawah naungan Departemen Pendidikan Dan

    Agama (Departement van Onderwijs en Eeredienst). Majelis ini diberi tugas untuk

    memberikan saran guna memperbaiki pendidikan dan pengajaran di Indonesia. Sebagai

    anggota majelis, Van der Stockmengusulkan untuk mengkaryakan beberapa guru pertanian

    dari Departemen Pertanian Perindustrian Dan Perdagangan kepada Departemen Pendidikan

    Dan Agama dengan tugas untuk mengajarkan pertanian di Sekolah-Sekolah Guru Normal

    (Normaal School). Lembaga Sekolah Guru Normal adalah lembaga pendidikan yang

    menerima Calon Murid lulusan Sekolah Dasar Lima Tahun (SD-5 Tahun) dengan lama

    pendidikannya 4 tahun serta menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah. Proyek

    39

  • 7/29/2019 BAB v-Sejarah Deptan

    9/17

    kerjasama ini direncanakan untuk menangani 7 buah Sekolah Guru Normal Jurusan

    Pertanian. Lulusan sekolah guru ini akan diangkat sebagai Guru Bantu Pertanian yang akan

    ditugaskan untuk mengajar bidang pertanian bagi murid Sekolah Desa.

    Pada tahun 1921, pemerintah Hindia Belanda menetapkan bahwa para lulusan MLS-

    Bogor yang dipersiapkan untuk bekerja di Dinas Penyuluhan Pertanian perlu mendapat

    pelatihan selama satu tahun dengan cara melakukan praktek usahatani di kebun bibit Muara-

    Bogor. Kepada setiap calon pendidik pertanian (adspirant landbouw leraar) disediakan lahan

    seluas 2 Ha untuk dikelola dan dikerjakan sendiri. Pemerintah membantu menyediakan

    sarana dan perlengkapan untuk pengelolaan usahatani beserta tenaga kasar yang

    diperlukan. Mulai tahun 1925, istilah guru pertanian (landbouw leraar) diganti menjadi

    penasehat pertanian (landbouw consulent). Pada tahun 1927, pemerintah mendirikan

    Lembaga Pendidikan Usahatani Pancasan-Bogor sebagai tempat untuk mendidik dan

    melatih para calon Ajun Konsulen Pertanian. Pada tahun 1928, Lembaga Pendidikan

    Usahatani ini menempati bangunan dan tempat tinggal bekas usaha penggilingan padi milik

    swasta di Ciomas yang kemudian diperluas dengan lahan seluas 25 Ha pada tahun 1929

    sebagai sarana praktek usahatani.

    Atas prakarsa pimpinan Jawatan Pertanian Rakyat (Landbouw Voorlichtings Dienst =

    LVD) Kabupaten Jember-Jawa Timur yaitu Bapak Soeparman lulusan MLS 1922, pada tahun

    1932 berdiri organisasi tani disebut Kring Tani. Lembaga Kring Tani ialah suatu bentuk

    lembaga kelompok tani yang telah menunjukkan kesediaannya untuk mengadakan usaha

    bersama dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan hidup keluarganya. Pada awalnya,

    banyak orang beranggapan bahwa Kring Tani hanya sebuah kelompok pendengar (Studie

    Club) atau sekelompok tani yang sering mengikuti kursus. Memang pada mulanya Kring

    Tani berdiri, banyak urusan yang caranya mirip dengan apa yang nampak dalam kegiatan

    Studie Club. Namun sebenarnya mereka merupakan sekelompok tani yang sedang

    mengikuti dan mengadakan tindakan bersama di bidang usaha pertanian. Tindakan usaha

    bersama yang tadinya hanya merupakan perbaikan teknis pertanian kemudian meningkatpada soal-soal yang bersifat ekonomi, sosial, pendidikan pertanian lainnya. Pembentukan

    Kring Tani hanyalah merupakan suatu cara bekerja, yaitu suatu langkah usaha yang bersifat

    penyuluhan pertanian. Meskipun pembentukan Kring Tani pada dasarnya harus

    diselenggarakan oleh orang-orang tani sendiri, namun pada permulannya Jawatan Pertanian

    Rakyat tidak jarang terpaksa memegang peranan penting. Kring Tani adalah faktor yang

    40

  • 7/29/2019 BAB v-Sejarah Deptan

    10/17

  • 7/29/2019 BAB v-Sejarah Deptan

    11/17

    lainnya dan tanaman perdagangan/industri yang juga mulai dikembangkan secara lebih luas

    kepada petani-petani pribumi.

    Guna meningkatkan produksi bahan pangan dan tanaman perdagangan maka

    sejumlah jenis tanaman dari luar negeri didatangkan ke Indonesia. Sebagian dari tanaman

    luar negeri tersebut dimuliakan jenisnya melalui perkawinan silang antara tanaman luar

    negeri dengan tanaman asli Indonesia yang dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian Pertanian

    (Algemeen Proefstation voorde Landbouw) yang telah didirikan di Bogor pada tahun 1918.

    Penyebaran varitas baru yang dihasilkan lembaga penelitian dilakukan oleh Jawatan

    Pertanian Rakyat di daerah-daerah. Sedangkan untuk memperbanyak benih dan bibitnya

    diusahakan di Balai-Balai Benih yang telah diadakan di daerah-daerah pula.

    Kecermatan dalam penyebaran benih dan bibit unggul dan varitas baru dapat berjalan

    dengan baik kalau dilaksanakan sesuai dengan tata cara penyebarannya. Tata urutan

    pelaksanaan penyebaran kemudian dirumuskan dalam beberapa tahap agar suatu varitas

    baru dapat dihandalkan, yakni : tahap penelitian, percobaan, observasi, orientasi,

    demonstrasi, dan tahap penyuluhan. Oleh karena itu, pelaksanaan penyuluhan suatu varitas

    baru tidak dapat memberikan hasil optimal apabila tahap kegiatan di atas tidak dilakukan

    secara sistematis. Penetapan penahapan tersebut merupakan ketentuan atau kebijakan

    mendasar yang seharusnya dilakukan oleh para petugas di lapangan sebagai upaya

    menyebarluaskan varitas baru di bidang pembangunan pertanian rakyat di daerah-daerah.

    Keterpaduan dalam menerapkan peranan pendidikan, penyuluhan, dan penelitian

    pertanian guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani pribumi melalui pembangunan

    pertanian perlu dilandasi keyakinan agar setiap usaha yang secara teknis pertanian

    memungkinkan, secara sosial dan ekonomi menguntungkan, dapat menciptakan kehidupan

    masyarakat pribumi di pedesaan yang serasi, selaras, dan seimbang.

    D. Masa Pendudukan Jepang

    Pada masa penjajahan Hindia Belanda di Indonesia, bangsa Jepang dikenal sebagai

    pedagang. Mereka tidak banyak bicara, sangat sopan santun dan menghargai banga

    Indonesia. Maka tidak mengherankan kalau bangsa Indonesia tertarik kepadanya. Bangsa

    Indonesia lebih menyukai bangsa Jepang daripada bangsa Eropa atau Belanda serta

    42

  • 7/29/2019 BAB v-Sejarah Deptan

    12/17

    menaruh kepercayaan kepada doktrin dari Tanaka yang dikenal dengan Asia untuk Bangsa

    Asia.

    Ketika pemerintah dan bangsa Belanda dikalahkan oleh tentara pendudukan Jepang

    sehingga terusir dari Indonesia, rakyat merasa sangat bergembira. Teringat tekanan

    ekonomi pada masa penjajahan Belanda, kemudian rakyat menjadi marah kepada bangsa

    Belanda, beberapa pegawai pamong praja, dan golongan masyarakat yang dianggap

    menyengsarakan kehidupan rakyat. Di beberapa daerah, rakyat meluapkan amarahnya

    dengan cara membalas dendam secara fisik, merampok rumah dan toko, serta perbuatan

    melawan hukum lainnya. Namun demikian tidak anarkis, ini tidak berlangsung lama karena

    tentara pendudukan Jepang dapat mengembalikan keamanan di seluruh daerah.

    Pemerintah pendudukan Jepang mengambil tindakan dengan melakukan pemecatan

    beberapa pegawai pamong praja yang dianggap masih memihak bangsa Belanda atau

    kepada mereka yang pada waktu sebelum pecah peperangan Asia Timur Raya berjasa

    terhadap pemerintahan Hindia Belanda.

    Bangsa Jepang mempunyai anggapan bahwa derajat mereka lebih tinggi sebagai

    bangsa keturunan dewa. Oleh karena itu, memandang bangsa Indonesia lebih rendah dan

    seolah-olah bangsa selain Jepang diperlakukan untuk melakukan pekerjaan dan melayani

    mereka. Demikian pula, berbagai keinginan bangsa Jepang yang harus dipenuhi oleh

    pamong praja semakin lama semakin banyak ragamnya dan semakin sulit pula untuk dapat

    dipenuhinya. Makin lama, semakin tampak kecongkakan bangsa Jepang yang melebihi apa

    yang telah dilakukan bangsa Belanda di Indonesia. Sikap dan tindakan bangsa Jepang

    kemudian menumbuhkan rasa antisipati luar biasa di kalangan masyarakat bangsa

    Indonesia.

    Garis politik pertanian pada pemerintahan Jepang diarahkan untuk mengutamakan

    pengadaan pangan dan sandang yang cukup serta tanaman lain yang dianggap Jepang

    dapat menunjang kekuatan logistik perang seperti tanaman jarak, rosella, dan kapas. Untuk

    mendukung tercapainya program tersebut diperlukan peningkatan eksploitasi sumberdaya

    alam. Setiap jengkal tanah yang masih dapat ditanami diwajibkan menaman berbagai jenis

    tanaman bahan pangan, jarak, rosella, dan kapas. Akibat dari eksploitasi lahan yang

    berlebihan dengan tidak memperhitungkan kemampuannya, setelah perang dunia berakhir

    terjadi lahan kritis dan kejadian akibat banjir yang makin meluas.

    43

  • 7/29/2019 BAB v-Sejarah Deptan

    13/17

    1. Pendidikan Pertanian

    Sistem persekolahan mengalami perubahan. Sistem penggolongan murid

    berdasarkan asal keturunan dan status sosial sebagaimana dikembangkan oleh pemerintah

    Hindia Belanda oleh Pemerintah Jepang dihapuskan. Penggunaan bahasa Belanda disekolah-sekolah dilarang. Bahasa pengantar di sekolah adalah bahasa Indonesia. Lama

    pendidikan di sekolah dasar disamakan menjadi Sekolah Rakyat Enam Tahun (SR-6 Tahun),

    dengan demikian tidak ada lagi Sekolah Dasar yang lamanya dibeda-bedakan seperti : SD-7

    tahun (ELS, HIS, HCS, HS), SD-5 tahun (SD Kelas II untuk murid pribumi), atau SD-3 Tahun

    untuk pendidikan di Sekolah Desa (Volk School). Sebagai tingkat lanjutan SR-6 Tahun

    adalah Sekolah Menengah (SM), lama pendidikannya 3 tahun setelah SR. sedangkan

    pendidikan setelah SMadalah Sekolah Menengah Tinggi (SMT) lama pendidikannya 3 tahun

    setelah pendidikan SM.

    Tujuan pendidikan masa pemerintahan Jepang, pada dasarnya adalah menyediakan

    tenaga buruh kasar secara cuma-cuma (menjadi romusha) dan menjadi prajurit untuk

    membantu perang bagi kepentingan Jepang. Oleh karena itu, para murid yang sudah cukup

    dewasa dimanapun mereka belajar diwajibkan mengikuti latihan fisik, latihan kemiliteran, dan

    indoktrinasi politik Jepang yang ketat. Terdapat tanda ke arah tujuan pendidikan yang

    sebenarnya dari pemerintahan Jepang yaitu men-Jepangkan anak-anak Indonesia.

    Sekolah Menengah Tinggi Kejuruan Pertanian pada masa pendudukan Jepang ialah

    Sekolah Pertanian Menengah Tinggi (SPMT) di Bogor yang sebelumnya adalah lembaga

    pendidikan MLS pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Pada tahun 1944 berdiri SPMT

    baru di Malang dengan Ir. Harjono Danusastro sebagai pimpinan SPMT Malang. Atas

    prakarsa Jawatan Kehutanan, pada tanggal 12 Februari 1944 berdiri Sekolah Kehutanan

    Menengah Tinggi (SKMT) bertempat di Tanah Sareal-Bogor, dengan Kiswarin sebagai

    pimpinan SKMT.

    Lembaga pendidikan pertanian tingkat menengah diselenggarakan di Malang danSukabumi yang berasal dari lembaga Cultuur School pada masa pemerintahan Belanda.

    Lembaga pendidikan yang dimaksud adalah Sekolah Pertanian Menengah (SPM) Sukabumi

    dan SPM Malang. Sementara itu lembaga pendidikan pertanian tingkat rendah disebut

    Sekolah Perusahaan Pertanian atau Sekolah Usaha Tani terdapat di Tanjung Sari-

    44

  • 7/29/2019 BAB v-Sejarah Deptan

    14/17

    Sumedang, Tegalgondo-Surakarta, Lawang-Pasuruan, Lumajang, Muaraenim, Wonorejo-

    Blitar, dan Sibarani-Sumatera Utara.

    Kurikulum pendidikan pertanian, baik di lembaga-lembaga pendidikan SPMT, SPM,

    maupun Sekolah Perusahaan Pertanian diarahkan untuk menghasilkan tenaga lulusan yang

    diperlukan untuk mempertinggi hasil pertanian, terutama bahan pangan dan sandang yang

    sangat diperlukan untuk meneruskan peperangan serta mengobarkan semangat perjuangan

    melalui latihan ketentaraan. Oleh karena itu kurikulum sekolah selalu berubah disesuaikan

    menurut keinginan pemerintah balatentara Jepang. Berbagai macam tekanan fisik dan

    mental kepada para guru dan para murid dengan maksud agar mereka selalu taat dan

    hormat kepada bangsa dan Negara Jepang. Dengan adanya berbagai macam tekanan

    tersebut justru menambah semangat perjuangan dan pendidikan budi pekerti sehingga

    mampu membangun jiwa para guru dan murid lebih tahan terhadap ancaman dan kesulitan.

    Ketahanan fisik dan mental yang terbangun tersebut merupakan modal yang sangat

    berharga dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dikemudian

    hari.

    2. Penyuluhan Pertanian

    Djawatan Pertanian Rakyat yang menggunakan nama Nomura diarahkan terutama

    untuk meningkatkan produksi pertanian melalui perbaikan cara berocok tanam. Pola

    bercocok tanam padi, masyarakat tani diwajibkan untuk menanam di suatu hamparan pada

    waktu yang sama secara serentak, ditanam secara barisan, menyiang pada waktunya,

    jumlah bibit tiap rumpun harus seragam, dan semuanya dilaksanakan dengan cara gotong-

    royong. Kegiatan perlombaan bercocok tanam diadakan secara teratur antar para petani,

    antar desa, antar kecamatan, dan antar daerah. Di kalangan masyarakat, terutama

    pemudanya diselenggarakan perlombaan pidato yang berisi propaganda untuk

    menggetarkan jiwa masyarakat melawan tentara Sekutu. Dalam melakukan propagandanya,

    mereka tidak menggunakan dengan senjata tetapi dengan cara pengumpulan bahan

    makanan untuk kepentingan logistik perang sampai tentara Jepang mencapai kemenangan

    terakhir. Semboyan tiap butir padi sama artinya dengan satu butir peluru di medan perang

    merupakan isi propaganda yang sangat populer pada waktu itu.

    Untuk menjamin keberhasilan program pengadaan pangan, maka Jepang

    memerintahkan dan melaksanakan penyuluhan pertanian yang lebih banyak dilakukannya

    45

  • 7/29/2019 BAB v-Sejarah Deptan

    15/17

    dengan cara paksaan dan perintah serta ancaman. Kebijaksanaan dalam peningkatan

    produksi diserahkan pada para pimpinan pemerintah setempat. Hal ini sesuai dengan

    kebijakan pemerintah Jepang tentang desentralisasi di bidang pemerintahan dimana setiap

    tingkat pemerintahan daerah diperintahkan untuk dapat memenuhi kebutuhan pangansendiri.

    Sebagian besar produksi bahan pangan, terutama padi, dikumpulkan atas perintah

    Jepang melalui koperasi (Kumiai) dengan cara membeli dari rakyat petani dengan harga

    sangat murah. Penduduk dilarang menyimpan padi atau beras yang berlebihan dan bila

    perlu disita. Rakyat tidak boleh menjual beras di pasar bebas. Distribusi bahan pangan

    diatur oleh pemerintah Jepang dengan jumlah kalori yang tidak memadai bagi kebutuhan

    kesehatan seorang manusia secara normal. Kegiatan pengumpulan padi atas perintah

    Jepang membawa kesengsaraan bagi rakyat banyak. Padi merupakan soal hidup atau

    matinya rakyat. Walaupun pemerintah Jepang telah berusaha meningkatkan produksi bahan

    oangan melalui perluasan areal pertanaman seperti pembukaan hutan tutupan, perombakan

    perkebunan teh dan karet milik rakyat dan pengusaha swasta untuk ditanam padi ladang,

    jagung, dan bahan pangan lainnya namun hasilnya kurang memuaskan. Disamping itu,

    pemerintah Jepang melalui tangan pamong praja masih mewajibkan rakyat Indonesia untuk

    menanam pohon jeruk, kapas, pengumpulan iles-iles dan sebagainya.

    Jepang yang telah menguasai Asia Tenggara yang mempunyai sumberdaya alam

    tidak terbatas untuk mendukung keperluan ekonomi dan logistik perangnya kemudian

    membentuk barisan belakang sebagai benteng pertahanan perangnya. Dalam rangka

    mempertahankan perang Asia Timur Raya, pemerintah Jepang melibatkan bangsa Indonesia

    dengan cara mewujudkan partisipasi rakyat sebagai barisan belakang untuk mendukung

    strategi perangnya. Organisasi barisan belakang kemudian dibentuk dalam wujud barisan

    wanita (Fujinkai), barisan pekerja (Romusha), barisan pemuda desa (Seinendan), barisan

    pembantu tentara Jepang (Heiho) dan PETA yaitu barisan tentara pembela tanah air

    Indonesia.

    Guna memudahkan dan melancarkan pembentukan barisan belakang di atas, Jepang

    melakukan berbagai teknik propaganda. Antara lain tentang luhurnya arti barisan belakang

    dihubungkan dengan pengertian pembelaan tanah air. Pada mula pertama, pembentukan

    barisan belakang didukung oleh orang-orang terkemuka, pegawai dari berbagai jawatan

    46

  • 7/29/2019 BAB v-Sejarah Deptan

    16/17

    mulai dari pangkat tinggi sampai dengan yang berpangkat rendah. Namun akhirnya

    pembentukan barisan belakang tersebut lambat laun merupakan paksaan yang lambat laun

    mengakibatkan keluh kesah, ratapan dan penderitaan yang amat sangat bagi rakyat tiada

    bandingannya. Tindakan kekerasan diambil oleh aparat Jepang bagi siapa saja yangmenentang akan mendapat hukuman berat. Baik pegawai bangsa Indonesia maupun rakyat

    umumnya tidak ada yang berani menentang perintahnya.

    Kekejaman militer Jepang yang menghancurkan demokrasi di dalam masyarakat

    desa seperti yang pernah terjadi dalam masa cultuur-stelselyang sangat mendirikan bulu

    roma menyebabkan patahnya semangat dan jiwa masyarakat desa. Tindakan buruh

    pemerintahan pendudukan Jepang dengan cara menanamkan kekuasaan yang dilandasi

    dengan perintah dan paksaan akan memadamkan kegairahan dan inisiatif berusaha petani.

    Hal ini sangat bertentangan dengan penyelenggaraan tugas penyuluhan pertanian yang

    seharusnya bersifat demokratis.

    3. Penelitian Pertanian

    Pemerintah Hindia Belanda menyatakan perang terhadap Jepang pada tanggal 8

    Desember 1941, dan kemudian Belanda menyerah kalah kepada bala tentara Jepang pada

    tanggal 8 Maret 1942. Beberapa ahli penelitian bangsa Belanda/Eropa masih diperkenankan

    bekerja di lembaga-lembaga penelitian di bawah pengawasan tentara Jepang. Sewaktu

    pemerintah Belanda menyerah kalah kepada Jepang, jumlah pegawai berkebangsaan Eropa

    yang bekerja di Pusat Penyelidikan Pertanian berjumlah hanya tinggal 10 orang. Mereka

    masih diperkenankan aktif menjalankan penelitiannya bersama pegawai bangsa Indonesia

    yang jumlahnya hamper masih utuh seperti sebelum terjadi perang Asia Timur Raya.

    Lembaga penelitian semasa pemerintahan Hindia Belanda, yaitu Algemeen

    Proefstation voorde Landbouw (APL) diganti dengan nama Jepang menjadi Noozi Sikenzyoo

    dan Ir. Kusnoto Setyodiwiryo ditunjuk sebagai direkturnya. Tujuan penelitian diarahkan oleh

    pemerintah Jepang pada ekonomi perang yang menitikberatkan bidang pangan, sandang,dan komoditi lainnya yang mendukung perang.

    Pada bulan Oktober 1942, Ir. Kusnoto Setyodiwiryo, diganti oleh Suzuta, dan

    kemudian diganti lagi oleh Iniazumi pada akhir tahun 1942. Pada bulan Januari 1943,

    pemerintah Jepang membuat rencana kerja agar penelitian pertanian terutama ditujukan

    47

  • 7/29/2019 BAB v-Sejarah Deptan

    17/17

    kepentingan pertanian rakyat guna mencukupi kebutuhan sendiri sehingga mampu

    mendukung perang suci Dai Nippon dalam rangka menjamin terwujudnya Asia Timur Raya di

    wilayah Asia. Setiap anggota Balai Pusat Penelitian Pertanian (Noozi Sikenzyoo) wajib

    menjalankan tugas tersebut dengan sadar dan melaksanakannya dengan sepenuh hatinya.

    Pada awal tahun 1943, sudah mulai terjadi keresahan di kalangan pegawai karena

    gajinya sering terlambat dibayar. Kehidupan pegawai menjalani kesulitan ekonomi sehingga

    banyak diantara mereka berusaha mencari penghasilan tambahan. Selain itu, untuk

    menghindari kesulitan keuangan guna membiayai eksploitasi kebun-kebun percobaan,

    dilakukan upaya dengan menggunakan dana yang berasal dari hasil kebun.

    48