BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA · 2017. 2. 23. · Setiap harinya, Ibu Mimi dan ibunya tingga...

19
44 BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA Menurut Deacon dan Firebaugh (dalam Timisela: 2015), rumah tangga sebagai satuan sosial memiliki fungsi untuk bertanggung jawab dalam menjaga, menumbuhkan dan mengembangkan aggota-anggotanya dengan pemenuhan akan kebutuhan agar mampu bertahan, tumbuh dan berkembang dengan terpenuhinya hal-hal berikut ini: a. Pemenuhan akan kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan untuk pembangunan fisik dan sosial. b. Kebutuhan akan pendidikan formal dan non formal untuk mengembangkan intelektual, emosional, sosial dan spiritual. Hal-hal inilah yang menyebabkan adanya keterlibatan perempuan untuk bekerja di luar rumah dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya. Untuk melihat upaya yang dilakukan perempuan dalam rangka mempertahankan keberlanjutan rumah tangganya, dapat menggunakan pendekatan sustainable livelihood. Dalam pendekatan ini, tidak hanya melihat pada tingkat pendapatan dan pekerjaan dari perempuan saja, tapi juga beban yang dihadapi oleh perempuan dengan melihat seperti apa kemampuan dan kegiatan yang dilakukan perempuan dalam memanfaatkan aset atau modal yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya. 5.1 Profil Perempuan dalam Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Kumpulrejo Berdasarkan hasil wawancara dan observasi secara langsung kepada sembilan orang perempuan yang berasal dari rumah tangga miskin yang ada di Keluarahan Kumpulrejo Kota Salatiga, diketahui profil para perempuan miskin yang dilihat dari aspek ekonomi, pendidikan, dan infrastruktur, adalah sebagai berikut:

Transcript of BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA · 2017. 2. 23. · Setiap harinya, Ibu Mimi dan ibunya tingga...

Page 1: BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA · 2017. 2. 23. · Setiap harinya, Ibu Mimi dan ibunya tingga di sebuah rumah kecil yang sederhana. Rumah yang mereka tempati ini merupakan rumah

44

BAB V

PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA

Menurut Deacon dan Firebaugh (dalam Timisela: 2015), rumah tangga

sebagai satuan sosial memiliki fungsi untuk bertanggung jawab dalam menjaga,

menumbuhkan dan mengembangkan aggota-anggotanya dengan pemenuhan akan

kebutuhan agar mampu bertahan, tumbuh dan berkembang dengan terpenuhinya

hal-hal berikut ini:

a. Pemenuhan akan kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan

untuk pembangunan fisik dan sosial.

b. Kebutuhan akan pendidikan formal dan non formal untuk

mengembangkan intelektual, emosional, sosial dan spiritual.

Hal-hal inilah yang menyebabkan adanya keterlibatan perempuan untuk

bekerja di luar rumah dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya.

Untuk melihat upaya yang dilakukan perempuan dalam rangka mempertahankan

keberlanjutan rumah tangganya, dapat menggunakan pendekatan sustainable

livelihood. Dalam pendekatan ini, tidak hanya melihat pada tingkat pendapatan

dan pekerjaan dari perempuan saja, tapi juga beban yang dihadapi oleh perempuan

dengan melihat seperti apa kemampuan dan kegiatan yang dilakukan perempuan

dalam memanfaatkan aset atau modal yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan

hidup rumah tangganya.

5.1 Profil Perempuan dalam Rumah Tangga Miskin di Kelurahan

Kumpulrejo

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi secara langsung kepada

sembilan orang perempuan yang berasal dari rumah tangga miskin yang ada di

Keluarahan Kumpulrejo Kota Salatiga, diketahui profil para perempuan miskin

yang dilihat dari aspek ekonomi, pendidikan, dan infrastruktur, adalah sebagai

berikut:

Page 2: BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA · 2017. 2. 23. · Setiap harinya, Ibu Mimi dan ibunya tingga di sebuah rumah kecil yang sederhana. Rumah yang mereka tempati ini merupakan rumah

45

a. Ibu Sarni

Ibu Sarni merupakan seorang kepala rumah tangga perempuan dengan

usia 56 tahun, dengan riwayat pendidikan tidak tamat SD. Ibu Sarni

menjadi kepala rumah tangga disebabkan suaminya telah meninggal dunia.

Sebagai seorang kepala rumah tangga, ibu Sarni bekerja sebagai juru

masak di panti asuhan. Setiap harinya ibu Sarni bekerja dari jam 04.00

hingga jam 12.00. Setelah bekerja Ibu Sarni memiliki pekerjaan sambilan

dengan berjualan bensin di pinggir jalan. Penghasilan yang diperoleh Ibu

Sarni setiap bulannya sebagai juru masak di panti asuhan sebesar Rp.

150.000,00 dan beras 12 kg. Sedangkan pendapatan dari menjual bensin

sebesar Rp. 100.000,00 tiap bulannya. Pendapatan yang diperoleh tersebut

digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan kedua cucunya

sehari-hari, seperti biaya makan, membayar listrik, dan lain-lain.

Di sisi lain, kondisi kemiskinan yang dialami oleh Ibu Sarni juga

terlihat dari kondisi rumah yang ditinggalinya bersama dengan dua orang

cucunya. Rumah yang saat ini ditempati oleh Ibu Sarni bukanlah rumah

miliknya sendiri, melainkan rumah dari yayasan tempat Ibu Sarni bekerja.

Kondisi rumah tersebut juga sangat memprihatinkan karena kondisinya

yang sudah hampir roboh, dengan dinding papan, dan lantai yang masih

tanah. Rumah yang ditempati Ibu Sarni tersebut juga tidak cukup luas,

karena hanya terdapat satu kamar, dan dapur yang sempit. Selain itu tidak

adanya akses terhadap air bersih, membuat Ibu Sarni dan kedua orang

cucunya harus mengambil air bersih di tempat penampungan air di

daerahnya setiap siang dan sore hari. Sedangkan bahan bakan memasak

yang paling sering digunakan adalah kayu bakar. Meskipun Ibu Sarni

memiliki gas, namun ia masih sering menggunakan kayu bakar untuk

memasak, sedangkan gas hanya di gunakan sesekali saja.a

b. Ibu Sarmi

Ibu Sarmi merupakan seoarang kepala rumah tangga perempuan

dengan usia 58 tahun, dan riwayat pendidikan terakhir adalah SD. Ibu

Page 3: BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA · 2017. 2. 23. · Setiap harinya, Ibu Mimi dan ibunya tingga di sebuah rumah kecil yang sederhana. Rumah yang mereka tempati ini merupakan rumah

46

Sarmi terpaksa harus menjadi kepala rumah tangga karena suaminya tidak

bertanggung jawab dan pergi meninggalkan ia dan seorang anaknya.

Sebagai seoarang kepala rumah tangga, Ibu Sarni bekerja serabutan

sebagai penjual hasil-hasil bumi. Hasil bumi yang sering dijual oleh Ibu

Sarmi berupa kelapa dan pisang, yang dibelinya dari kebun orang lain,

karena Ibu Sarmi tidak memiliki aset berupa lahan pertanian. Penghasilan

yang di peroleh setiap harinya sekitar Rp 80.000,00 jika dagangannya laris

manis. Namun ada kalanya Ibu Sarmi tidak memiliki barang dagangan, hal

ini ibu Sarmi tidak bekerja. Saat sedang tidak bekerja, biasanya Ibu sarmi

menerima panggilan sebagai tukang pijat, dengan bayaran seikhlasnya dari

pelanggannya. Pendapatang yang di peroleh Ibu Sarmi tersebut digunakan

untuk membayar uang sekolah anaknya yang masih duduk di bangku STM,

biaya makan, membayar listrik, dan membeli kebutuhan hidup lainnya.

Aset yang dimiliki oleh Ibu Sarmi adalah rumah yang sederhana,

dengan dinding tembok yang belum di plester, lantai yang masih tanah,

jendela yang tidak tertutup, dan pintu papan. Pada saat membangun rumah,

Ibu Sarmi dibantu oleh teman-temannya. Meskipun sudah memiliki MCK

pribadi, namun untuk memperoleh akses terhadap air bersih, Ibu Sarmi

masih meminta air kepada saudaranya. Kondisi ini disebabkan kaena Ibu

Sarmi tidak memiliki kemampuan finansial yang memadahi untuk

memasang PAM.

c. Ibu Tukiyem

Ibu Tukiyem merupakan seorang perempuan dengan usia 60 tahun,

dengan riwayat pendidikan SD, yang juga ikut bekerja di luar rumah untuk

membantu suaminya yang bekerja sebagai tukang kebun di panti wredha.

Ibu Tukiyem bekerja sebagai perawat di panti wredha, yang bertugas untuk

mengurus orang-orang tua, mulai dari mandi, hingga makan. Ibu Tukiyem

mulai bekerja pukul 04.30-15.00. Sedangkan penghasilan yang diperoleh

setiap bulannya sebesar Rp 250.000,00, beras 12 kg, gula 0,5 kg, 1 buah

sabun dan odol.penghasilan yang diperolehnya tersebut digunakan untuk

Page 4: BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA · 2017. 2. 23. · Setiap harinya, Ibu Mimi dan ibunya tingga di sebuah rumah kecil yang sederhana. Rumah yang mereka tempati ini merupakan rumah

47

memenuhi kebutuhan hidupnya dan suami sehari-hari, termasuk juga untuk

membayar hutang.

Sedangkan untuk kondisi rumah yang di tinggali oleh Ibu Tukiyem,

merupakan rumah milik yayasan tempat Ibu Tukiyem bekerja. Di rumah

yang sederhana tersebut, hanya terdapat 1 kamar, dapur, kamar mandi, dan

sebuah ruang tamu yang tidak cukup luas, dengan dinding tembok, lantai

plester, dan terdapat beberapa bagian yang rusak. Karena Ibu Tukiyem

memiliki masalah dalam mengaskses air bersih, biasanya setiap sore hari ia

mengambil air bersih di tempat penampungan air di daerahnya.

Bahan bakar yang digunakan Ibu Tukiyem untuk memasak adalah gas

dan kayu bakar, namun biasanya Ibu Tukiyem lebih sering mneggunakan

kayu bakar yang dirasa lebih ekonomis.

d. Ibu Sri Sudarmani

Ibu Sri merupakan seorang ibu rumah tangga yang berusia 53 tahun,

dengan riwayat pendidikan terakhir SD. Suami ibu Sri bekerja sebagai

buruh di Salib Putih dengan penghasilan perbulan Rp 75.000,00 ditambah

beras 12 kg. Ibu Sri lebih memilih menjadi ibu rumah tangga karena

keterbatasan modal yang dimiliki jika ingin membuka usaha sendiri. Pada

awalnya Ibu Sri pernah bekerja, namun karena Ibu Sri mengalami

kecelakaan dan cidera di tangan, Ibu Sri memutuskan keluar dari

pekerjaannya. Sedangkan untuk saat ini, jika ingin bekerja lagi, usianya

sudah tidak muda, selain itu Ibu Sri merasa tidak enak dengan teman-teman

sekerjanya dulu.

Rumah yang ditempati Ibu Sri dan keluarganya saat ini merupakan

rumah yang disediakan dari yayasan tempat suami Ibu Sri bekerja, dengan

kondisi yang sederhana, karena di bagian atapnya sudah mulai rusak dan

sering bocor jika hujan datang. Selain itu, di dalam rumah tersebut

ditempati oleh 2 keluarga dengan 5 orang individu.

Penghasilan yang diperoleh Ibu Sri setiap bulannya digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mulai dari makan, membayar

listrik, membayar air, membayar biaya sekolah anak, dan sebagainya.

Page 5: BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA · 2017. 2. 23. · Setiap harinya, Ibu Mimi dan ibunya tingga di sebuah rumah kecil yang sederhana. Rumah yang mereka tempati ini merupakan rumah

48

Utnuk menambah penghasilan keluarganya, Ibu Sri memanfaatkan lahan

kosong milik yayasan tempat suaminya bekerja yang ada di sekitar tempat

tinggalnya untuk di tanami singkong atau pisang, yang hasilnya dapat di

jual maupun untuk di konsumsi sendiri. Selain itu Ibu Sri juga menjadi

penggadoh kambing untuk menambah penghasilan.

e. Ibu Suminem

Ibu Suminem atau yang biasa dipanggil Ibu Mimi, merupakan seorang

perempuan berusia 71 tahun, dengan latar belakang pendidikan seklah

rakyat. Dalam kehidupan rumah tangganya, Ibu Mimi merupakan seorang

kepala rumah tangga yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya dan ibunya yang sudah tua. Ibu Mimi memiliki tiga orang anak,

namun ketiganya sudah berkeluarga dan tinggal di kota lain. Meskipun

ketiga anaknya sudah bekerja, Ibu Mimi tidak ingin merepotkan anak-

anaknya, dan tetap bekerja sebagai tukang bersih-bersih di panti asuhan

dengan pendapatan sebesar Rp 75.000,00 dan beras sebanyak 12 kg setiap

bulannya, untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

Setiap harinya, Ibu Mimi dan ibunya tingga di sebuah rumah kecil

yang sederhana. Rumah yang mereka tempati ini merupakan rumah dinas

yang dipinjamkan dari yayasan tempat Ibu Mimi bekerja. Sedangkan untuk

memasak sehari-harinya, Ibu Mimi menggunakan kayu sebagai bahan

bakar utama untuk memasak. Hal ini dilakukan untuk menghemat

pengeluaran memasak, sedangkan bahan bakar gas digunakan sesekali saja.

Terkadang untuk makan sehari-hari, Ibu Mimi dan ibunya hanya makan

dengan nasi dan garam saja. Bahkan terkadang mereka tidak bisa makan

dengan nasi, karena jatah beras yang di miliki Ibu Mimi sudah di ambil di

bulan sebelumnya (cash bon). Ketika hal ini terjadi, biasanya mereka

memakan singkong untuk mengganjal perut.

Singkong yang dimakan oleh Ibu Mimi, merupakan singkong hasil

tanamannya, yang ditanam di pekarangan kecil yang ada di depan dan

samping rumahnya. Selain menanam singkong, Ibu Mimi juga menanam

cabai dan beberapa sayuran lainnya untuk menghemat pengeluaran makan.

Page 6: BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA · 2017. 2. 23. · Setiap harinya, Ibu Mimi dan ibunya tingga di sebuah rumah kecil yang sederhana. Rumah yang mereka tempati ini merupakan rumah

49

f. Ibu Sobianah

Ibu sobianah merupakan seorang perempuan yang berusia 47 tahun

dengan latar belakang pendidikan SD. Suami Ibu Sobianah bekerja sebagai

buruh pabrik di Damatex dengan penghasilan bersih setiap bulannya

sebesar Rp 800.000,00. Pendapatan yang di peroleh suaminya tersebut, di

rasa Iu Sobianah kurang mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk

membiayai dua orang anaknya yang masih sekolah. Utnuk itu, Ibu

Sobianah juga ikut bekerja sebagai pembantu rumah tangga di daerah

Argomulyo setiap sore hari.

Ibu Sobianah dan keluarganya tinggal di sebuah rumah yang sederhana

dengan atap yang tidak memiliki eternit. Di rumah teresbut ditinggali oleh

enam orang individu, yaitu keluarga Ibu Sobianah dan keluarga anaknya

yang sudah menikah. Selain rumah tersebut, Ibu Sobianah tidak memiliki

aset lain seperti tanah atau lahan pertanian yang dapat ditanami dan

memberikan penghasilan bagi Ibu Sobianah dan keluarganya.

Sedangkan untuk memasak, Ibu Sobianah menggunakan dua jenis

bahan bakar, yaitu gas dan kayu, namun setiap harinya Ibu Sobianah lebih

sering menggunakan kayu sebagai bahan bakar memasak karena dirasa

lebih hemat.

g. Ibu Sakinem

Ibu Sakinem merupakan seorang perempuan dengan usia 45 tahun.

Suaminya bekerja sebagai buruh bangunan, yang pekerjaannya tidak

menentu. Untuk membantu suaminya, Ibu Sakinem bekerja dengan

berjualan nasi goreng pada malam hari untuk membiayai kebutuhan rumah

tangganya sehari-hari, dan untuk membiayai sekolah dua orang anaknya.

Namun ketika modal usahanya tidak mencukupi, Ibu Sakinem tidak dapat

berjualan, dan harus mencari pekerjaan lain dari tetangganya dengan

membantu melakukan pekerjaan rumah tangga.

Ibu Sakinem dan keluarganya masih tingga menumpang dengan orang

tua dari Ibu Sakinem, yang kondisi rumahnya sangat sederhana, dan hanya

Page 7: BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA · 2017. 2. 23. · Setiap harinya, Ibu Mimi dan ibunya tingga di sebuah rumah kecil yang sederhana. Rumah yang mereka tempati ini merupakan rumah

50

terdapat dua kamar tidur, padahal di rumah tersebut di tinggali oleh enam

orang individu.

h. Ibu Susmiyati

Ibu Susmiyati merupakan seorang perempuan yang berusia 48 tahun,

dengan latar belakang pendidikan SMP. Suami Ibu Susmiyati bekerja

sebagai tukang reparasi payung di pasar, sedangkan Ibu Susmiyati juga

bekerja sebagai pedagang ayam di pasar untuk membantu suaminya

memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya dan membiayai pendidikan

seorang anaknya yang masih sekolah. Pendapatan yang di peroleh Ibu

Susmiyati dari berjualan ayam sebesar Rp 500.000 perhari, dan pendapat

suaminya sekitar Rp 30.000 samai Rp 50.000 per harinya.

Ibu Susmiyati tinggal di rumah orang tuanya yang sangat sederhana,

dengan atap yang sering bocor ketika hujan, karena sering menjadi sarang

kucing. Di rumah sederhana tersebut, Ibu Susmiyati tinggal bersama suami,

3 orang anak, dan ayah dari Ibu Susmiyati. Selain rumah, Ibu Susmiyati

tidak memiliki aset lain seperti tanah atau lahan kosong yang dapat di

gunakan untuk bercocok tanam, dan membantu menambah penghasilan

keluarganya.

i. Ibu Rini

Ibu Rini merupakan seorang perempuan dengan usia 37 tahun, dengan

dua orang anak. Suami Ibu Rini bekerja sebagai pekerja kontrak di pabrik-

pabrik. Pekerjaan dari suami Ibu Rini yang sebagai pekerja kontrak

membuat penghasilan yang di dapat juga menjadi tidak menentu, dan ada

kalanya dimana suami Ibu Rini tidak bekerja, karena belum ada kontrak

kerja dari pabrik-pabrik. Ketika sedang bekerja, penghasilan yang di

peroleh suami Ibu Rini bisa mencapai Rp 5.000.000,00, namun ketika

sedang tidak ada kontrak kerja, tidak ada sumber penghasilan bagi keluarga

Ibu Rini. Di sisi lain Ibu Rini tdak dapat bekerja di luar rumah, karena ia

masih memiliki dua orang anak yang masih kecil-kecil, dan tidak adanya

kemampuan yang di miliki Ibu Rini untuk dapat bekerja di luar rumah.

Page 8: BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA · 2017. 2. 23. · Setiap harinya, Ibu Mimi dan ibunya tingga di sebuah rumah kecil yang sederhana. Rumah yang mereka tempati ini merupakan rumah

51

Rumah yang di tempati Ibu rini dan keluarga meupakan rumah yang

sederhana, dan tidak terlalu besar. Di rumah tersebut Ibu Rini tinggal

dengan suami dan dua orang anaknya. Selain rumah, Ibu Rini tidak

memiliki lahan pertanian untuk bercocok tanam dan menambah

penghasilan bagi keluarganya. Namun di rumah Ibu Rini masih ada sedikit

pekarangan yang kosong, namun itu juga tidak dimanfaatkan Ibu Rini

untuk becocok tanam, karena terbatasnya waktu yang dimiliki Ibu Rini,

karena waktunya sudah habis untuk melakukan kegiata rumah tangg dan

menjaga kedua anaknya.

5.2 Kegiatan Perempuan

Berdasarkan hasil obeservasi dan juga wawancara dengan sembilan orang

narasumber, diketahui bahwa kegiatan yang dilakukan oleh perempuan setiap

harinya sangat bermacam-macam, mulai dari memasak, membersihkan rumah,

bekerja untuk mencari nafkah, mengikuti kegiatan-kegiatan sosial, serta

memikirkan mengenai kelangsungan hidup rumah tangganya di kemudian hari.

Dari sekian banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh perempuan setiap

harinya, kegiatan-kegiatan tersebut dapat di kelompokkan menjadi tiga, yaitu

kegiatan domestik rumah tangga, kegiatan untuk pemenuhan kebutuhan hidup

rumah tangga, dan kegiatan sosial.

Tabel 5.1

Kegiatan Perempuan Sehari-hari

No Nama Kelompok

Kegiatan

Kegiatan Yang

Dilakukan

Keterangan

1. Ibu Sarni Kegiatan domestik

rumah tangga

Masak, ambil air,

bersih-bersih rumah,

dll.

Sore hari setelah

selesai bekerja,

sekitar pukul

16.00.

Kegiatan untuk

pemenuhan

kebutuhan.

Bekerja sebagai juru

masak di panti asuhan.

Mulai pukul

04.00-12.00.

Berjualan bensin. Pukul 13.00-16.00

Mendapat beras

bantuan raskin.

Sebuan sekali.

Kegiatan sosial Arisan, PKK,

Pirukunan

Sore hari, sebulan

sekali.

Page 9: BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA · 2017. 2. 23. · Setiap harinya, Ibu Mimi dan ibunya tingga di sebuah rumah kecil yang sederhana. Rumah yang mereka tempati ini merupakan rumah

52

2. Ibu Sarmi Kegiatan domestik

rumah tangga

Masak, beres-beres

rumah, dll

Pukul 04.00-08.00

Kegiatan untuk

pemenuhan

kebutuhan.

Mencari barang

dagangan di kebun.

Dilakukan saat

waktu senggang.

Berjualan pisang,

kelapa, singkong yang

di beli dari kebun

orang lain.

Tidak ada batasan

waktu yang jelas,

di mulai pukul

09.00 hingga

dagangan habis,

atau hingga lelah.

Menjadi tukang pijat. Di lakukan ketika

tidak ada barang

dagangan, atau

ketika ada orang

yang meminta

untuk di pijat.

Meminta hasil kebun

tetangga untuk

dimasak.

Ketika tidak dapat

membeli sayur.

Kegiatan sosial Arisan, PKK,

Pirukunan

Sore hari, sebulan

sekali.

3. Ibu

Tukiyem

Kegiatan domestik

rumah tangga

Masak, bersih-bersih

rumah, mengambil air,

dll.

Di lakukan setelah

bekerja, pukul

15.00 hingga

selesai.

Kegiatan untuk

pemenuhan

kebutuhan.

Bekerja sebagai

perawat di panti wreda.

Mulai pukul

05.00-15.00.

Hutang dengan tukang

sayur atau tetangga.

Ketika tidak

punya uang untuk

makan.

Menanam sayuran di

pekarangan rumah.

Untuk menghemat

biaya belanja.

Kegiatan sosial Arisan, PKK,

Pirukunan

Sore hari, sebulan

sekali.

4. Ibu Sri

Sudarmani

Kegiatan domestik

rumah tangga

Masak, Bersih-bersih

rumah.

05.00 hingga

selesai.

Kegiatan untuk

pemenuhan

kebutuhan.

Mencari rumput untuk

makan ternak gadohan.

Sore hari, sekitar

pukul 15.00-

17.00.

Menanam dan menjual

pisang dan singkong

hasil kebun.

Tidak ada batasan

waktu yang jelas,

dilakukan ketika

panen saja.

Hutang dengan

saudara.

Ketika tidak

punya uang.

Page 10: BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA · 2017. 2. 23. · Setiap harinya, Ibu Mimi dan ibunya tingga di sebuah rumah kecil yang sederhana. Rumah yang mereka tempati ini merupakan rumah

53

Kegiatan sosial Arisan, PKK,

Pirukunan

Sore hari, sebulan

sekali.

5. Ibu

Suminem

Kegiatan domestik

rumah tangga

Bersih-bersih rumah,

merebus air untuk

mandi.

Pukul 05.00-07.00

Masak, merawat orang

tua.

Sepetah pulang

kerja, sekitar

pukul 11.00

hingga selesai.

Mencari kayu untuk

masak.

Tidak ada batasan

waktu yang jelas,

dilakukan ketika

sedang tidak ada

kegiatan.

Mengambil air. Sore hari sekitar

pukul 15.00

Kegiatan untuk

pemenuhan

kebutuhan.

Bekerja sebagai tukang

bersih-bersih di panti

asuhan

Pukul 08.00-10.00

Masak dengan kayu

bakar.

Untuk menghemat

pengeluaran.

Menanam sayuran di

pekarangan rumah.

Untuk menghemat

biaya belanja.

Kegiatan sosial Arisan, PKK,

Pirukunan

Sore hari, sebulan

sekali.

6. Ibu

Sobianah

Kegiatan domestik

rumah tangga

Masak, bersih-bersih

rumah, dll.

05.00- selesai.

Kegiatan untuk

pemenuhan

kebutuhan.

Bekerja sebagai

pembantu rumah

tangga.

Mulai pukul

16.00- pagi.

Hutang dengan

tetangga.

Ketika tidak

punya uang untuk

makan/ membayar

sekolah anak.

Kegiatan sosial Arisan, PKK,

Pirukunan

Sore hari, sebulan

sekali.

7. Ibu

Sakinem

Kegiatan domestik

rumah tangga

Masak, bersih-bersih

rumah, dll.

Dilakukan ketika

tidak ada

pekerjaan di luar

rumah.

Page 11: BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA · 2017. 2. 23. · Setiap harinya, Ibu Mimi dan ibunya tingga di sebuah rumah kecil yang sederhana. Rumah yang mereka tempati ini merupakan rumah

54

Kegiatan untuk

pemenuhan

kebutuhan.

Bekerja serabutan

sebagai pembantu

rumah tangga.

Dilakukan ketika

ada yang meminta

untuk bekerja,

maupun ketika

tidak ada modal

untuk berdagang.

Biasanya di mulai

dari pagi hari

hingga selesai.

Berjualan nasi goreng. 18.00-23.00

Hutang dengan

tetangga.

Untuk memenuhi

kebutuhan rumah

tangga.

Kegiatan sosial Arisan, PKK,

Pirukunan

Sore hari, sebulan

sekali.

8. Ibu

Susmiyati

Kegiatan domestik

rumah tangga

Masak, bersih-bersih

rumah, dll.

Dilakukan setelah

pulang kerja,

sekitar pukul

11.00 hingga

selesai.

Kegiatan untuk

pemenuhan

kebutuhan.

Berjualan ayam di

pasar

Mulai pagi hari

sekitar pukul

03.00-10.00.

Hutang dengan teman

di pasar.

Untuk memenuhi

kebutuhan hidup.

Kegiatan sosial Arisan, PKK,

Pirukunan

Sore hari, sebulan

sekali.

9. Ibu Rini Kegiatan domestik

rumah tangga

Masak, bersih-bersih

rumah, merawat anak,

dll.

Dilakukan

sepanjang hari.

Kegiatan untuk

pemenuhan

kebutuhan.

Menggunakan

tabungan.

Ketika suami tidak

mendapatkan

penghasilan.

Hutang dengan

tetangga.

Untuk memenuhi

kebutuhan hidup

rumah tangga.

Kegiatan sosial Arisan, PKK,

Pirukunan

Sore hari, sebulan

sekali.

Sumber: hasil observasi dan wawancara, 2015 (diolah)

Page 12: BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA · 2017. 2. 23. · Setiap harinya, Ibu Mimi dan ibunya tingga di sebuah rumah kecil yang sederhana. Rumah yang mereka tempati ini merupakan rumah

55

Melihat dari berbagai macam kegitatan yang dilakukan oleh perempuan

setiap harinya, dapat diketahui bahwa perempuan memiliki beban ganda. Hal ini

disebabkan karena selain melakukan kegiatan domestik rumah tangga, perempuan

juga memiliki beban untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya demi

menopang keberlanjutan hidup rumah tangganya.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para perempuan tidak terlepas dari

kepemilikan modal yang dimilikinya. Dalam melakukan setiap kegiatannya,

perempuan memanfaatkan modal yang dimilikinya maupun berusaha untuk

mengembangkan modal yang dimilikinya agar dapat di gunakan untuk menopang

keberlanjutan hidup rumah tangganya di kemudian hari.

5.3 Modal yang Dimiliki Perempuan

Demi kelangsungan hidup dan penghidupannya, para perempuan bertumpu

pada modal-modal yang sangat beragam seperti:

a. Modal manusia, yang berkaitan dengan SDM seperti tingkat

pengetahuan, keterampilan, kesehatan, serta kemampuan untuk

bekerja.

b. Modal finansial, berupa uang atau aset yang dapat dinilai dengan

uang.

c. Modal alamiah, berupa SDA yang ada.

d. Modal fisik, seperti kepemilikan hewan ternak, lahan, bangunan dan

sejenisnya.

e. Modal sosial, berupa jaringan yang dapat dibangun atau diakses.

Dari berbagai macam modal yang ada, dapat dipetakan mengenai

pemanfaatkan modal-modal yang di miliki oleh perempuan dalam melakukan

kegiatan untuk menopang kelangsungan hidup rumah tangganya, seperti yang

nampak pada tabel 5.2 berikut ini.

Page 13: BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA · 2017. 2. 23. · Setiap harinya, Ibu Mimi dan ibunya tingga di sebuah rumah kecil yang sederhana. Rumah yang mereka tempati ini merupakan rumah

56

Tabel 5.2

Pemetaan Modal dalam Pemenuhan Kebutuhan Hidup

No Nama Kegiatan untuk Pemenuhan

Kehutuhan Hidup

Modal yang Digunakan

1. Ibu Sarni Bekerja sebagai juru masak di

panti asuhan.

Modal manusia

Berjualan bensin. Modal manusia

Mendapat beras bantuan raskin. Modal sosial

2. Ibu Sarmi Mencari barang dagangan di

kebun.

Modal manusia, modal sosial,

modal alamiah.

Berjualan pisang, kelapa,

singkong yang di beli dari kebun

orang lain.

Modal manusia

Menjadi tukang pijat. Modal manusia, modal sosial

Meminta hasil kebun tetangga

untuk dimasak.

Modal sosial, modal alamiah.

3. Ibu

Tukiyem

Bekerja sebagai perawat di panti

wreda.

Modal manusia.

Hutang dengan tukang sayur atau

tetangga.

Modal sosial

Menanam sayuran di pekarangan

rumah.

Modal alamiah, modal fisik.

4. Ibu

Sudarmani

Mencari rumput untuk makan

ternak gadohan.

Modal manusia, modal alamiah.

Menanam dan menjual pisang dan

singkong hasil kebun.

Modal manusia, modal alamiah

Hutang dengan saudara. Modal sosial

5. Ibu

Suminem

Bekerja sebagai tukang bersih-

bersih di panti asuhan

Modal manusia.

Masak dengan kayu bakar. Modal alamiah.

Menanam sayuran di pekarangan

rumah.

Modal alamiah dan modal fisik

6. Ibu

Sobianah

Bekerja sebagai pembantu rumah

tangga.

Modal sosial, modal manusia.

Hutang dengan tetangga. Modal sosial.

7. Ibu

Sakinem

Bekerja serabutan sebagai

pembantu rumah tangga.

Modal manusia, modal sosial.

Berjualan nasi goreng. Modal manusia, modal

finansial.

Hutang dengan tetangga. Modal sosial.

8. Ibu

Susmiyati

Berjualan ayam di pasar Modal manusia, modal

finansial, modal sosial.

Hutang dengan teman di pasar. Modal sosial.

9. Ibu Rini Menggunakan tabungan. Modal finansial

Page 14: BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA · 2017. 2. 23. · Setiap harinya, Ibu Mimi dan ibunya tingga di sebuah rumah kecil yang sederhana. Rumah yang mereka tempati ini merupakan rumah

57

Hutang dengan tetangga. Modal sosial.

Sumber: hasil observasi dan wawancara, 2015 (diolah)

5.4 Kemampuan Perempuan

Dalam sebuah keluarga setiap bagian di dalamnya memiliki perannya

masing-masing. Laki-laki yang berkedudukan sebagai kepala keluarga memiliki

peran sebagai pencari nafkah sedangkan perempuan sebagai ibu rumah tangga

berperan untuk mengurus anak dan melakukan pekerjaan domestik rumah tangga,

sehingga segala persoalan yang ada di rumah tangga akan di ambil alih oleh

perempuan (Gandhi, 2011:48).

Dengan adanya persoalan kemiskinan di rumah tangganya, maka perempuan

juga turut memberikan kontribusi untuk menyelesaikannya. Dalam

perkembangannya saat ini, perempuan tidak hanya melakukan pekerjaan domestik

rumah tangga saja. Banyak di jumpai perempuan yang juga bekerja di luar rumah,

yang berasal dari berbagai lapisan ekonomi dengan berbagai alasan dan

pertimbangan. Begitu pula dengan yang terjadi pada para perempuan dari rumah

tangga miskin yang ada di Kelurahan Kumpulrejo.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi perempuan untuk bekerja di luar

rumah, salah satunya adalah kedudukannya di dalam rumah tangga. Pada

umumnya, seorang kepala keluarga adalah laki-laki, namun karena suatu hal

perempuan juga bisa menjadi seorang kepala keluarga. Dari 657 orang kepala

keluarga dari rumah tangga miskin yang ada di Keluarahan Kumpulrejo, terdapat

74 orang atau 20 % perempuan yang menjadi kepala rumah tangga, seperti yang

nampak pada gambar 5.1 berikut ini.

Page 15: BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA · 2017. 2. 23. · Setiap harinya, Ibu Mimi dan ibunya tingga di sebuah rumah kecil yang sederhana. Rumah yang mereka tempati ini merupakan rumah

58

Gambar 5.1

Jenis Kelamin Kepala Keluarga

Sumber: PPLS 2011, diolah 2015

Berdasarkan gambar 5.1, terdapat 20 % atau 74 orang perempuan di

Kelurahan Kumpulrejo yang berkedudukan sebagai kepala keluarga. Adanya

perempuan yang menjadi kepala keluarga ini dapat di sebabkan karena

meninggalnya kepala keluarga laki-laki, atau pun karena ia di telantarkan oleh

kepala keluarganya. Kedudukan perempuan sebagai kepala keluarga membuatnya

memiliki peran ganda dalam rumah tangga. Peran ganda tersebut membuat

perempuan harus berperan sebagai pencari nafkah dan selakigus melakukan

perannya sebagai seorang ibu rumah tangga untuk melakukan pekerjaan rumah

tangga pada umumnya

Peran merupakan seperangkat perilaku yang diharapkan dari seseorang yang

menduduki suatu posisi atau kedudukan tertentu dalam masyarakat (Abdullah:

2006). Begitu pula dengan perempuan, peran perempuan dalam rumah tangga

sangatlah penting untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka dalam

melangsungkan kehidupan. Menjadi hal yang mendasar bahwa peran perempuan

dalam rumah tangga dilihat pada sejauh mana status kepemilikian sebuah

pekerjaan. Untuk mengidentifikasi status kepemilikan sebuah pekerjaan dapat

dilihat dari kedudukan perempuan dalam rumah tangga.

Kumpulrejo merupakan kelurahan dengan warga miskin terbanyak di Kota

Salatiga, sehingga banyak rumah tangga yang memiliki persoalan kemiskinan.

LAKI-LAKI 80%

PEREMPUAN 20%

KEPALA KELUARGA BERDASARKAN JENIS

KELAMIN

Page 16: BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA · 2017. 2. 23. · Setiap harinya, Ibu Mimi dan ibunya tingga di sebuah rumah kecil yang sederhana. Rumah yang mereka tempati ini merupakan rumah

59

Dengan adanya persoalan kemiskinan di keluarganya, membuat perempuan ikut

terlibat untuk menyelesaikan dan memikirkan keberlanjutan hidup keluarganya.

Realitas yang ada di masyarakat saat ini, banyak ditemui perempuan yang

bekerja untuk menambah penghasilan keluarganya, namun di sisi lain juga

ditemui perempuan yang memilih untuk tetap bekerja di dalam rumah. Alasan

bagi para perempuan untuk bekerja dan tidak bekerja di luar rumah juga sangat

beragam, seperti yang akan di jelaskan berikut ini.

a. Perempuan Yang Bekerja

Pemanfaatan tenaga kerja dalam rumah tangga menjadi salah satu

strategi ekonomi yang dilakukan oleh rumah tangga miskin. Dengan

bekerjanya perempuan di luar rumah, mereka memiliki kemampuan dalam

menambah pendapatan rumah tangga. Bagi perempuan yang memiliki

kepala keluarga dan bagi mereka yang telah mengalami pergeseran posisi

dimana perempuan menjadi seorang kepala rumah tangga dengan alasan

tertentu, bahwa mereka lebih memilih untuk berusaha mendapatkan

berbagai macam pekerjaan agar dapat memenuhi atau menopang kebutuhan

ekonomi mereka, meskipun dengan hasil yang kecil.

Terdapat dua nara sumber yang mengatakan bahwa alasan mereka

untuk bekerja di luar rumah salah satunya di sebabkan oleh kedudukan

mereka sebagai kepala rumah tangga. Peran yang dimiliki perempuan

sebagai kepala rumah tangga menjadikan mereka sebagai tumpuan untuk

bertahan hidup bagi dirinya sendiri maupun bagi anggota keluarganya yang

lain, khususnya dalam aspek ekonomi. Dengan kesadaran tersebut membuat

para perempuan yang berkedudukan sebagai kepala rumah tangga akan

melakukan pekerjaan apapun supaya dapat memenuhi kebutuhan hidup

keluarganya.

Ada banyak upaya yang dilakukan oleh para perempuan yang menjadi

kepala rumah tangga dalam memperoleh pekerjaan. Selain memiliki

pekerjaan pokok dengan penghasilan yang kecil, para perempuan yang

berkedudukan sebagai kepala rumah tangga ini juga memiliki pekerjaan

Page 17: BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA · 2017. 2. 23. · Setiap harinya, Ibu Mimi dan ibunya tingga di sebuah rumah kecil yang sederhana. Rumah yang mereka tempati ini merupakan rumah

60

sambilan yang hasilnya juga tidak terlalu besar namun dapat sedikit

membantu mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya.

Sedangkan bagi lima perempuan yang tidak berkedudukan sebagai

kepala rumah tangga di keluarganya, mereka memilih untuk bekerja di luar

rumah. Banyaknya kebutuhan hidup yang harus di penuhi, sedangkan

terbatasnya penghasilan yang di peroleh oleh kepala rumah tangga laki-laki

membuat para perempuan ikut campur tangan dalam memenuhi kebutuhan

hidup rumah tangganya.

Bagi perempuan yang bekerja di luar rumah, mereka memiliki

kemampuan yang lebih besar dalam mengelola dan mengembangkan modal-

modal yang di milikinya, terutama pada modal sosial dan modal finansial

dalam menopang keberlanjutan hidup rumah tangganya dibandingkan

dengan perempuan yang tidak bekerja di luar rumah.

b. Perempuan Yang Tidak Bekerja

Selain perempuan yang memilih bekerja di luar rumah, di Kelurahan

Kumpulrejo juga terdapat kelompok perempuan yang tidak bekerja di luar

rumah. Dari sembilan orang narasumber yang di wawancarai terdapat dua

orang perempuan yang memilih untuk tidak bekerja di luar rumah. Salah

seorang di antaranya mengatakan bahwa alasannya untuk tidak bekerja di

luar rumah disebabkan ia masih memiliki anak yang masih kecil dan tidak

ada tempat untuk menitipkan anaknya, jika di tinggal bekerja di luar rumah.

Selain masih memiliki anak yang masih kecil, ketidak percayaan dirinya

untuk mencari pekerjaan di luar rumah juga di sebabkan rendahnya tingkat

pendidikannya yang hanya sebatas pada tingkat SMP, menyebabkan

terbatasnya kemampuan yang dimiliki perempuan dalam memperoleh

pekerjaan di luar rumah seperti yang nampak pada kutipan wawancara

berikut ini.

“Kalo keinginan kerja sih ya ada mbak, tapi gimana lagi, kalo

saya kerja anak-anak nggak ada yang ngurus, masih repotlah

kalo mau di tinggal-tinggal. Tapi ya bingung juga sih mbak mau

kerja apa, wong yo saya ndak bisa apa-apa wong yo cuma

Page 18: BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA · 2017. 2. 23. · Setiap harinya, Ibu Mimi dan ibunya tingga di sebuah rumah kecil yang sederhana. Rumah yang mereka tempati ini merupakan rumah

61

lulusan SMP mau kerja apa. Bisanya ya cuma ngurusi rumah aja

gini. Ya wes di terima aja lah mbak, paringane kaya gini ya

bersyukur aja.”1

Berdasarkan kutipan wawancara tersebut, dapat di ketahui bahwa

perempuan yang tidak bekerja memiliki sikap fatalisme atau pasrah pada

nasib, dan hanya mengandalkan pendapatan dari suaminya. Hal ini

menunjukkan bahwa ada persoalan kemiskinan yang berasal dari perspektif

kultural pada tingkat individu miskin tersebut.

Sedangkan salah seorang narasumber yang juga memutuskan untuk

tidak bekerja di luar rumah mengatakan bahwa pada awalnya ia bekerja di

luar rumah, namun karena terjadi cedera pada fisiknya membuat ia harus

keluar dari pekerjaannya. Meskipun saat ini ia sudah sembuh dari cideranya,

ia masih belum bisa untuk bekerja di luar rumah lagi karena ia merasa tidak

enak dengan rekan-rekan sekerjanya untuk masuk kerja lagi di tempat yang

sama. Sedangkan untuk membuka peluang usaha yang baru ia terkendala

dalam hal modal usaha.

5.5 Ringkasan

Dari sekian banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh perempuan setiap

harinya, kegiatan-kegiatan tersebut dapat di kelompokkan menjadi tiga, yaitu

kegiatan domestik rumah tangga, kegiatan untuk pemenuhan kebutuhan hidup

rumah tangga, dan kegiatan sosial.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para perempuan tidak terlepas dari

kepemilikan modal yang dimilikinya. Dalam melakukan setiap kegiatannya,

perempuan memanfaatkan modal yang dimilikinya maupun berusaha untuk

mengembangkan modal yang dimilikinya agar dapat di gunakan untuk menopang

keberlanjutan hidup rumah tangganya di kemudian hari.

Selain dari kepemilikan modal, untuk menopang keberlanjutan hidup rumah

tangganya, perlu dilihat kemampuan perempuan dalam mengelola modal yang

dimiliki dari kegiatan yang dilakukannya. Realitas yang ada di masyarakat saat

ini, banyak ditemui perempuan yang bekerja untuk menambah penghasilan

1 Wawancara dengan Ibu Rini tanggal 13 November 2014.

Page 19: BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA · 2017. 2. 23. · Setiap harinya, Ibu Mimi dan ibunya tingga di sebuah rumah kecil yang sederhana. Rumah yang mereka tempati ini merupakan rumah

62

keluarganya, namun di sisi lain juga ditemui perempuan yang memilih untuk tetap

bekerja di dalam rumah. Alasan bagi para perempuan untuk bekerja dan tidak

bekerja di luar rumah juga sangat beragam.

Dengan bekerjanya perempuan di luar rumah, mereka memiliki kemampuan

dalam menambah pendapatan rumah tangga. Bagi perempuan yang memiliki

kepala keluarga dan bagi mereka yang telah mengalami pergeseran posisi dimana

perempuan menjadi seorang kepala rumah tangga dengan alasan tertentu, bahwa

mereka lebih memilih untuk berusaha mendapatkan berbagai macam pekerjaan

agar dapat memenuhi atau menopang kebutuhan ekonomi mereka, meskipun

dengan hasil yang kecil.

Selain perempuan yang memilih bekerja di luar rumah, di Kelurahan

Kumpulrejo juga terdapat kelompok perempuan yang tidak bekerja di luar rumah.

Dari sembilan orang narasumber yang di wawancarai terdapat dua orang

perempuan yang memilih untuk tidak bekerja di luar rumah. Salah seorang di

antaranya mengatakan bahwa alasannya untuk tidak bekerja di luar rumah

disebabkan ia masih memiliki anak yang masih kecil dan tidak ada tempat untuk

menitipkan anaknya, jika di tinggal bekerja di luar rumah. Selain masih memiliki

anak yang masih kecil, ketidak percayaan dirinya untuk mencari pekerjaan di luar

rumah juga di sebabkan rendahnya tingkat pendidikannya yang hanya sebatas

pada tingkat SMP, menyebabkan terbatasnya kemampuan yang dimiliki

perempuan dalam memperoleh pekerjaan di luar rumah.