BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap...

46
243 BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM AL-MAJU>> SI DAN AL-SA>BI’IN A. Memahami Term al-Maju>si dan al-S}a>bi'in Istilah al-maju>si [ المجوسى] merupakan bentuk ism mufrad, yang jamaknya adalah al-maju>s [المجوس], dengan pengertian, adalah orang-orang yang menganut agama majusi, sedangkan agamanya disebut maju>siah [مجوسية]. 1 Dalam Mu’jam al-Wasit} , Ibrahim Madku> r mendefinisikan, al-maju>s adalah satu kelompok masyarakat yang menyembah matahari, bulan dan api. Istilah ini telah dikenal sejak abad ke-3 M. Dan pengertian al-Maju>si yang sebenarnya, adalah si tukang tenung yang melakukan aktivitas sebagai tukang sihir. Sementara al-maju>siah adalah kepercayaan (aliran) agama terdahulu atau sebagai kepercayaan orang-orang Majusi yang mensucikan terhadap binatang-binatang, seperti, sapi, atau ajaran (aliran) Zardastyt. 2 Dalam Lisan al-Arab, Ibn Manz} ur, menjelaskan, bahwa menurut satu versi yang dikenal, maju>s adalah nama salah satu kabilah (suku), dan menurut versi lain, maju>s di dalam bahasa Persia adalah nama orang, yaitu minj-kush yang artinya orang yang kecil kedua telinganya, yang pertama kali menganut agama majusi dan mendakwahkannya kepada orang lain. Nama ini kemudian diarabkan dan Imru’ al -Qais pun menggunakan dalam syairnya dengan ungkapan ka na>ri maju>s (كنار مجوس)( seperti api orang-orang majusi), yaitu, ungkapan terhadap praktek pemujaan api yang dilakukan oleh orang-orang majusi. 3 Di dalam al-Qur’an kata maju>s [مجوس] ditemukan sekali, yaitu pada QS. al-Hajj/22:17. Ayat ini berbicara tentang pengelompokan manusia dari sudut keyakinan agamanya, yaitu Mukmin, orang-orang Yahudi dan Kristen, serta orang-orang s}a> bi’in dan maju>si. Tiga kelompok pertama, jelas statusnya, orang Mukmin 1 Muhammad Quraish Shihab, Ensiklopedi Al-Qur’an ( kajian kosa kata) (Jakarta : Lentera Hati, 2007), cet. I, 560-561. 2 Ibra> him Madku> r, Al-Mu’jam Al-Wasi>t, ( Kairo : Majma’ Al-Lughah Al- Arabiyah, 1392 H/1972 M ), 889. 3 Muhammad Quraish Shihab, Ensiklopedi Al-Qur’an ( kajian kosa kata), 561.

Transcript of BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap...

Page 1: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

243

BAB V

PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI

TERM AL-MAJU>>SI DAN AL-SA>BI’IN

A. Memahami Term al-Maju>si dan al-S}a>bi'in Istilah al-maju>si [ المجوسى ] merupakan bentuk ism mufrad,

yang jamaknya adalah al-maju>s [المجوس], dengan pengertian, adalah

orang-orang yang menganut agama majusi, sedangkan agamanya

disebut maju>siah [مجوسية].1 Dalam Mu’jam al-Wasit }, Ibrahim Madku>r

mendefinisikan, al-maju>s adalah satu kelompok masyarakat yang

menyembah matahari, bulan dan api. Istilah ini telah dikenal sejak

abad ke-3 M. Dan pengertian al-Maju>si yang sebenarnya, adalah si

tukang tenung yang melakukan aktivitas sebagai tukang sihir.

Sementara al-maju>siah adalah kepercayaan (aliran) agama terdahulu

atau sebagai kepercayaan orang-orang Majusi yang mensucikan

terhadap binatang-binatang, seperti, sapi, atau ajaran (aliran)

Zardastyt.2 Dalam Lisan al-‘Arab, Ibn Manz}ur, menjelaskan, bahwa

menurut satu versi yang dikenal, maju>s adalah nama salah satu

kabilah (suku), dan menurut versi lain, maju>s di dalam bahasa Persia

adalah nama orang, yaitu minj-kush yang artinya orang yang kecil

kedua telinganya, yang pertama kali menganut agama majusi dan

mendakwahkannya kepada orang lain. Nama ini kemudian diarabkan

dan Imru’ al-Qais pun menggunakan dalam syairnya dengan

ungkapan ka na>ri maju>s (كنار مجوس)( seperti api orang-orang majusi),

yaitu, ungkapan terhadap praktek pemujaan api yang dilakukan oleh

orang-orang majusi.3

Di dalam al-Qur’an kata maju>s [مجوس] ditemukan sekali,

yaitu pada QS. al-Hajj/22:17. Ayat ini berbicara tentang

pengelompokan manusia dari sudut keyakinan agamanya, yaitu

Mukmin, orang-orang Yahudi dan Kristen, serta orang-orang s}a>bi’in

dan maju>si. Tiga kelompok pertama, jelas statusnya, orang Mukmin

1 Muhammad Quraish Shihab, Ensiklopedi Al-Qur’an ( kajian kosa kata)

(Jakarta : Lentera Hati, 2007), cet. I, 560-561. 2 Ibra>him Madku>r, Al-Mu’jam Al-Wasi>t, ( Kairo : Majma’ Al-Lughah Al-

Arabiyah, 1392 H/1972 M ), 889. 3 Muhammad Quraish Shihab, Ensiklopedi Al-Qur’an ( kajian kosa kata),

561.

Page 2: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

244

mempercayai risalah Nabi Muammad SAW dan Al-Qur’an, orang-

orang Yahudi dan Kristen sebagai ahl al-kita>b mengakui nabi Musa

dan Isa serta kitab Taurat dan Injil, sedangkan orang musyrik adalah

penyemah berhala. Sedangkan orang-orang s}a>bi’in dan maju>si tidak

mempunyai status sejelas itu. Para Ulama berbeda pendapat tentang

keduanya. Mayoritas ulama memandang keduanya tidak termasuk

ahl al-kita>b, sedangkan minoritas mereka memasukkan dan

memperlakukan sebagai ahl al-kita>b.4

Sedangkan pengertian al-s}a>bi’in[ لصابئين] atau al-s}a>bi’un

adalah orang-orang yang keluar dari suatu agama dan [الصابئون]

masuk ke agama lain. Kata tersebut berakar pada kata sha >-ba>-a

yang berarti keluar. Ra>ghib al-Asfaha>ni mengatakan s}a>bi’in [ ص ب أ ]

adalah para penganut agama Nabi Nuh a.s, sementara yang lain

mengatakan bahwa istilah tersebut digunakan untuk setiap orang

yang keluar dari suatu agama dan masuk ke agama lain.5 Di dalam

al-Qur’an kata s}a>bi’in ditemukan 3 kali, terdapat di dalam 3 surat dan

digunakan dengan berbagai macam pengertian, yaitu, QS. al-

Baqarah/2:62, QS. al-Maidah/5:69, dan al-Hajj/22:17. Di dalam surat

al-Baqarah/2: 62 kata tersebut, digunakan untuk merujuk pada orang-

orang yang baru memulai beriman kepada ajaran yang dibawa Nabi

Muhammad SAW, sementara sebagian ulama mengatakan, bahwa

kata tersebut, merujuk kepada orang yang hendak percaya kepada

Nabi Muhammad SAW dan sebelumnya beriman kepada kitab-kitab

terdahulu. Mereka berbuat demikian, karena merasa imannya belum

sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab

mengatakan bahwa al-S}a>bi’un di dalam al-Qur’an digunakan untuk

merujuk kepada sesuatu kaum muwahhidu>n [ موحدون] yang percaya

kepada pengaruh bintang terhadap kehidupan dan mengakui sebagian

dari nabi-nabi.7Sementara al-Nawawi berpendapat bahwa, yang

4 Muhammad Quraish Shihab, Ensiklopedi Al-Qur’an ( kajian kosa kata)

(Jakarta : Lentera Hati, 2007 ), cet. I, 561. 5 Abu> Qa>sim Husain Bin Muhammad al-Ma’ru>f bi Ra>ghib al-Asfaha>ni

(w. 502 H), Al-Mufrada>t F>i> Ghari>b Al-Qur’an ( Beiru>t : Da>r al-Ma’rifah, t.th ),

274. Muhammad Quraish Shihab, Ensiklopedi Al-Qur’an (kajian kosa kata )

(Jakarta : Lentera Hati, 2007), cet. I, 891. 6 Muhammad Quraish Shihab, Ensiklopedi Al-Qur’an ( kajian kosa kata),

891. 7 Muhammad Quraish Shihab, Ensiklopedi Al-Qur’an ( kajian kosa kata),

891.

Page 3: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

245

dimaksud dengan s}a>bi’in, adalah orang yang keluar dari agama

Nasrani, kemudian masuk agama lain. Mereka itu yang telah beriman

kepada Allah SWT sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW,

mereka itu di antaranya Qais bin Sai’dah, Buhairah al-Rahi>b, Zaid

bin Umar, Ibn Tufail, Waraqah bin Naufal, Salman Al-Fa>risi dan Abu

Dha>r Al-Ghifa>ri. Kemudian Al-Nawawi lebih lanjut sebagaimana

disebutkan Muhammad Galib, menambahkan bahwa sebagian dari

mereka itu, antara lain dicukur rambutnya pada bagian tengah kepala,

membaca kitab Zabur, menyembah para Malaikat, dan berkata,” Hati

kami kembali kepada Allah S.W.T ”. Selain itu, istilah S}abi’in juga

digunakan untuk menunjukkan orang-orang yang menyembah

Malaikat dan sembahyang menghadap kepada selain kiblat.8

B. Pernikahan dengan orang Maju>si, S}a>bi’ah

Menurut Quraish Shihab, prihal pernikahan dengan orang-

orang maju>si dan s}a>bi’in terdapat dua pendapat, ada yang

mengharamkan dan ada yang membolehkan. Di antara ulama yang

mengharamkan, seperti al-T}aba>’taba>’i sebagaimana dikutip Tim Fiqh

Lintas Agama, istilah maju>si dikenal sebagai orang-orang yang

beriman kepada Zardasyt dan kitab suci Avesta. Namun tentang

sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita

terputus. Mereka kehilangan kitab itu, ketika masa Alexander Yang

Agung menguasai Iran. Kemudian, penulisannya, diperbaharui pada

masa raja-raja Sasan. Karena itu sulit ditemukan mazhab mereka

yang sebenarnya. Hanya saja satu hal yang dapat diterima, yaitu

mereka mengakui adanya dua kodrat bagi pengaturan alam ini, yaitu

kodrat kebaikan dan kodrat kejahatan, Yazdan dan Ah}riman, atau

cahaya dan kegelapan. Mereka mengakui kesucian api serta

mendekatkan diri kepada malaikat dengan tidak membuat berhala

sesembahan. Hal senada dipahami oleh al-T}abari, al-Shahrastani,

sementara al-Ra>zi menyatakan, bahwa orang-orang majusi pengikut

mutanabbi (orang yang mengklaim kenabian), bukan nabi yang

sebenarnya.9 Tetapi menurut Rashi>d Rid}a bahwa, maju>si adalah

orang-orang yang diperlakukan sebagai ahl al-kita>b dalam hal

berkewajiban membayar jizyah (pajak yang diambil dari orang non-

8 Muhammad Quraish Shihab, Ensiklopedi Al-Qur’an (kajian kosa

kata)(Jakarta : Lentera Hati, 2007), cet. I, 891. 9 Muhammad Quraish Shihab, Ensiklopedi Al-Qur’an (kajian kosa kata),

561.

Page 4: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

246

muslim), dengan alasan, bahwa orang musyrik tidak diterapkan untuk

orang-orang maju>si atau dengan alasan lain, bahwa al-Qur’an

menyebutkan orang musyrik satu jenis dan ahl al-Kita>b satu jenis

yang lain, dengan pembeda di antara keduanya dengan huruf at}af, sehingga mengakibatkan perbedaan antara keduanya. Bahkan al-

Qur’an membedakan, antara term Yahudi dan Nasrani dalam QS.Al-

Hajj/22:17dan al-Maidah/5:82, sebagaimana dibedakan antara term

s}a>bi’in dan maju>si QS. al-Hajj/22:17. Dengan kata lain, kata

mushrikin pada masa turunnya al-Qur’an adalah orang-orang musyrik

Arab itu sendiri, karena itu, dalam pandangan Rashi>d Rid}a, s}a>bi’in

dan maju>si memiliki kitab suci, hanya saja, masa dan waktunya tidak

diketahui lagi, dan selanjutnya, maju>si dipandang, dalam hal ini

adalah sebagai ahl al-kita>b. Maka dengan demikian, menurut Rashi>d

Rid}a, makanan dan wanita-wanita orang-orang maju>si disamakan

dengan ahl al-kitab, dan mereka boleh dinikahi, walaupun tidak

sepandang dengan minoritas ulama.10

C. Persfektif Ulama Salaf ( Periode Sahabat )

Dalam konteks pernikahan beda agama yang menjadi titik

perdebatan adalah munculnya perbedaan batasan yang terdapat dalam

teks-teks (QS. al-Baqarah/2:221, QS. al-Ma>idah/5:5, dan QS. al-

Mumtahanah/60:10), terkait istilah, al-Mushrika>t, ahl al-Kita>b

[dengan kriteria apakah masuk agama Yahudi dan Nasrani atau

tidak], bahkan perselisihan itu meluas pada istilah, al-maju>si, al-sa >bi’in dan sebagainya.

Untuk memahami persoalan di atas, beberapa penafsiran

ulama klasik (priode sahabat), serta mengetahui sejarah sosial dan

metode tafsir mereka, menjadi hal yang sangat penting untuk dibahas

dalam kajian bab ini, di antara para mufassir sahabat, adalah:

1. Abdullah Bin Abba>s ( w. 68 H/ 687 M )

Dalam suatu keterangan, Ali bin Abi> T}alh}ah mengungkap

pendapatnya, yang bersumber dari Ibn Abbas r.a, terhadap QS.al-

Baqarah/2:221, sebagai pengecualian terhadap wanita ahl al-Kita>b [Yahudi dan Nasrani] yang boleh dinikahi. Semua kalangan sahabat,

bersepakat dengan pendapat Ibn Abbas r.a., dan Abu Daud

meriwayatkannya, yang bersumber dari Ibn Abba>s r.a, yang

10 Muhammad Quraish Shihab, Ensiklopedi Al-Qur’an (kajian kosa kata)

(Jakarta : Lentera Hati, 2007), cet. I, 562.

Page 5: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

247

menyatakan, bahwa ayat 221 surat al-Baqarah ini, telah di-nasakh dengan ayat 5 surat al-Maidah, karena alasan itulah merupakan

sebagai izin kebolehan menikahi wanita ahl al-kita>b bagi seorang

muslim, dan karena alasan itu pula, dihalalkan wanita muslimah bagi

pria non-muslim. Akan tetapi pendapat tersebut, mendapat

tantangan dari kalangan sahabat, di antaranya, Sayyid bin Zubayr

(Murid Ibn Abba>s r.a sendiri ),11

yang menyatakan, bahwa, kata (al-mushrika>t) ditujukan untuk wanita penyembah berhala (ahl awthan),

dan Muja>hid menambahkan, untuk wanita musyrik penduduk Arab

Makkah saja, karena itu, dibolehkan pernikahan dengan mereka,

karena beralasan sebagai ahl al-kita>b, sementara Qata>dah

menyatakan, al-mushrikat adalah untuk wanita bangsa Arab yang

tidak memiliki kitab suci.12

Bagaimana halnya, dengan term, maju>si dan s}a>bi'in, yang kedua komunitas itu, telah ada pada masa

Rasulullah dan para sahabatnya. Beberapa keterangan, kedua istilah

tersebut, tidak termasuk dalam kriteria ahl al-Kita>b, meskipun telah

dikenal pada masa itu, melainkan mereka diperlakukan, seperti

halnya ahl al-Kita>b. Cakupan mengenai batasan ahl al-kita>b, baru

11 Disebutkan, para tabi’in yang termasuk tiga besar murid-murid Ibn

Abba>s yang banyak meriwayatkan darinya, mereka adalah Ikrimah Maula Ibn

Abbas ( w. 107 H ), Muja>hid bin Jabr (w. 104 H), dan Sayid bin Jubair (w. 95 H ).

Mereka adalah para hufa>z al-Qur’an yang thiqa>t (terpercaya) yang dapat

diandalkan periwayatannya dari Ibn Abbas. Dan beberapa tabi’in yang lain yang

dikatagorikan banyak meriwayatkan dari Ibn Abbas, seperti, diriwayatkan, bahwa

T}awu>s al-Yamani seorang yang Thiqa>t ( terpercaya ), akan tetapi ia tidak banyak

meriwayatkan dari Ibn Abbas, demikian juga At}iyah Al-Aufi banyak

meriwayatkan dari Ibn Abbas, namun statusnya lemah ( d}a>’if ), diceritakan, bahwa

Ali Bin Abi T}alh}ah seorang yang terpercaya, akan tetapi ia tidak pernah bertemu

Ibn Abbas, tatapi ia mengambil dari Muja>hid yang memiliki bebeapa shahifah

dalam catatan tafsir, diantaranya yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam

kitab S}ahih-nya, kemudian sebagian banyak di diriwayatkan oleh Ibn Jari>r serta

Imam Ahmad di Mesir sebuah shahifah yang riwayatnya bersumber dari Abi

T}alhah, dan Ibn Abi T}alhah di sebutkan sebagian ulama tidak bertemu Ibn Abbas,

maka ia terputus sanadnya, namun pendapat itu dibantah oleh Ibn Hajar Al-

Asqala>ni, yang menyebutkan bahwa ia seorang tsiqat, maka tidak ada alasan untuk

tidak mengambil darinya. Abdul Aziz bin Abdullah al-Humaidi, Tafsir Ibn Abba>s Wa Marwiyatuhu Fi> Tafsi>r Min Kutub al-Sittah (Makkah : Markaz Abdul Aziz

Al-Tura>th Al-Isla>mi, tth ), ce.ke-35, 24. 12 Jala>luddin al-Suyu>t}i (879-911 H), al-Du>rr al-Manthu>r Fi> Tafsi>r bi Al-Ma’thu>r (Tahqi>q : Abdullah bin Abdul Muhsin al-Turky)(Kairo : Markaz Hijr Li a-

Bu’uth Wa Al-Dirathat al-Arabiyah Wa al-Isla>miyah, 1424 H/ 2003 M ), cet. I,

563.

Page 6: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

248

mengalami perkembangan, ketika masa tabi'in, Abu Aliyah (w. 39

H), seorang tabi', yang mengatakan, bahwa kaum s}a>bi'in adalah

kelompok ahl al-kita>b yang membaca kitab Zabur. Disamping itu,

terdapat pula ulama salaf, yang mengatakan, bahwa setiap umat

yang memiliki kitab yang dipandang sebagai kitab samawi, maka

mereka juga tercakup dalam penegrtian ahl al-kita>b, seperti halnya

orang-orang maju>si.13

2. Abdulla>h bin Mas’u>d ( w. 32 H )

Pada masa Nabi SAW dan para sahabat, termasuk Abdullah

bin Mas’ud,14

telah mengenal orang-orang maju>si, akan tetapi

mereka tidak menyebutnya sebagai ahl al-kita>b, walaupun demikian,

Rasulullah S.A.W tetap memerintahkan para sahabatnya, supaya

memperlakukan mereka, seperti halnya ahl al-kta>b. Terbukti hal itu,

dari salah satu sabdanya, beliau mengatakan, yang diriwayatkan

Imam Malik.

بن عمر أن, أبيه عن, على بن محمد بن جعفر عن, مالك عن وحدثنى عبد فقال, أمرهم فى أصنع كيف أدرى ما: فقال, المجوس ذكر الخطاب : يقول وسلم عليه هللا صلى هللا رسول عت لسم أشهد: عوف بن الرحمن

( . الكتاب أهل سنة عليه واسن )

Disampaikan kepadaku dari Imam Malik, dari Ja’far bin Muhammad bin Ali dari

bapaknya, sesungguhnya Umar bin Khattab menyebut majusi, lalu di berkata : ”

Saya tidak tahu bagaimana saya berbuat tentang urusan mereka”. Maka

Abdurahman bin Auf berkata : ” Saya bersaksi sungguh saya telah mendengar

Rasulullah bersabda : ” Perlakukanlah mereka ( orang-orang Majusi ) seperti ahl al-

Kitab ”. 15

13 Muhammad Ghalib, Ahl Al-Kitab Makna dan Cakupannya ( Jakarta :

Penerbit Paramadina, 1998 ), Cet. I, 28-29. 14 Buku-buku sejarah dan Sirah mencatat, bahwa Abda Wudd bin Sawa

bin Quraim dari Huzail menikah dengan Hindun binti Abdul Harits bin Zuhrah dari

Quraisy dan melahirkan Ummu Abdu binti Abda Wudd. Lalu Umm Abd dinikahi

oleh Mas’ud bin Ghafil bin Hubaib dari Huzail yang kemudian melahirkan seorang

anak bernama Abdullah bin Mas’ud yang juga tereknal dengan julukan Ibn Ummu

Abd yang juga diberi julukan Abu Abdurahman. Muhammad H}usain al-Dhahabi,

al-Tafsi>r Wa al-Mufassiru>n ( Kairo : Maktabah Wahbah, 1396 H/1976 M ), cet. I,

63. 15 Muhammad Ghalib, Ahl Al-Kitab Makna dan Cakupannya, 29.

Page 7: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

249

Keterangan di atas, jelas, bahwa Rasulullah S.A.W tidak

memasukkah kaum Maju>si sebagai ahl al-kita>b. Hal demikian

diperkuat dengan pernyataan Umar bin al-Khattab yang telah banyak

berbicara sekitar permasalahan mereka, jika sekiranya Umar r.a tidak

memahami kriteria ahl al-kita>b mencakup kaum maju>si, tentu Umar

tidak akan mempermasalahkan mereka.16

3. Abdullah Bin Umar ( w. 72 H )

Terkait pernikahan dengan Maju>si dan S}a>bi’in, yang

terkandung dalam penjelasan QS.al-Baqarah/2:221, Abdullah bin

Umar17

berpendapat, bahwa, mereka masuk dalam kriteria, ahl al-

kita>b, dan mereka adalah musyrik. Dalam keretangan lain,

sebagaimana dikutip beberapa riwayat darinya, Ibn Abi> Shaibah dan

Ibn Abi Ha>tim meriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a.

أنه كره نكاح نساء أهل , عن ابن عمر , وابن أبى هاتم , أخرج ابن أبى شيبة ل : ) ويتأول , الكتاب وا و ح نك ات ت ك شر تى الم ن ح (. ي ؤم

Dikeluarkan dari Ibn Abi Shaibah dan Ibn Ha>tim, dari Ibn Umar, bahwasanya, ia

mencela pernikahan seorang muslim dengan wanita Ahl al-Kita>b. Kemudian ia

16 Muhammad Ghalib, Ahl Al-Kitab Makna dan Cakupannya I, 29.

17 Dia di lahirkan tidak lama setelah Nabi diutus menjadi Rasul, ketika itu

ia baru berumur 10 tahun. Ia ikut masuk Islam bersama ayahnya, Umar bin al-

Khattab. Kemudian ia mendahului ayahnya hijrah ke Madinah. Pada saat perang

Uhud ia masih terlalu kecil untuk ikut perang, dan Rasulullah tidak

mengizinkannya. Tetapi setelah selesai perang Uhud ia banyak mengikuti

peperangan, diantaranya, perang Qadisiyah, Yarmuk, Khandak, Penaklukan

Afrika, Mesir dan Persia, serta penyerbuan Basrah dan Madain. Al-Zuhri tidak

pernah meninggalkan pendapat Ibn Umar untuk beralih kepada pendapat orang

lain. Imam Malik dan al-Zuhri berkata : ” Sungguh, tak ada satupun dari urusan Rasulullah SAW dan para sahabatnya yang tersembunyi bagi Ibn Umar ”. Ia

dikenal seorang yang Zuhud, shaleh, bertaqwa, seketika berkata Rasulullah

tentang dirinya, ” Sebaik-baik pemuda adalah Abdullah bin Umar, dan jika ia shalat malam, jarang waktu malamnya terbuang untuk tidur, keculai sedikit sekali ”. Manna’ Al-Qatt{}a>n, Tari>kh Tashri>’ Al-Isla>mi Al-Tashri>’ Wa Al-Fiqh ( Riya>d} :

Maktabah Al-Ma’arif Li Al-Nasyr Wa Tawzi’ Lisa>hibiha> Sa’ad bin Abdurahman

al-Rashi>d, 1417 H / 1997 ), Cet. Ke-2, 25, Ibn H}ajar Al-Atsqalani (w.852 H ),

Taqri>b al-Tahzi>b ( Beiru>t : Mu’asasah Al-Risa>lah, 1420 h/ 1999 M ), cet. I, 256-

257.

Page 8: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

250

menafsirkan sebuah ayat ( تنكحوا المشركات حتى يؤمن وال )( Dan janganlah kamu

menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman ). 18

Dari sebuah riwayat di atas, Abdullah bin Umar terlihat

kurang setuju dengan adanya pernikahan beda agama, bahkan ia

mencela pernikahan dengan orang-orang musyrik. Hal itu terjadi,

karena Abdullah bin Umar memahami, bahwa ahl al-kita>b [Yahudi

dan Nasrani] atau maju>si dan s}a>bi’in, adalah musyrik, sebagaimana

dipahami dalam QS. Al-Baqarah/2:221 ini. Oleh karena itu, Abdullah

bin Umar r.a, mengharamkan pernikahan seorang mu’min dengan

wanita ahl al-kita>b, dengan alasan kemusyrikan. Dasar pelarangan itu

atas landasan riwayat, yang disampaikan Imam al-Bukha>ri, dan Al-

Nuha>s, yang bersumber dari Na>fi’ :

ان عبد هللا بن عمر , عن نافع ( ناسخه ) والنحاس فى , وأخرج البخارى م هللا: قال . كان إذا سئل عن نكاح الرجل النصرانية أو اليهودية حر

ول أعرف شيئا من اإلشراك أعظم من أن تقول ,المشركات على المؤمنين . ربها عيسى أو عبد من عباد هللا: المرأة

Dari Al-Bukhari dan Al-Nuhas dalam kitab (Nasikh), dari Nafi’, bahwasanya

Abdullah bin Umar, acap kali ditanya tentang pernikahan seorang pria muslim

dengan wanita Nasrani atau wanita Yahudi. Ia berkata : Allah mengharamkan

wanita-wanita musyrik terhadap pria-pria muslim, dan aku tidak mengetahui

kemusyrikan yang lebih besar dari keyakinan seorang wanita, yang berkata : “

bahwa Tuhannya adalah Isa atau salah seorang dari hamba-hamba Allah “. 19

Kwalitas keilmuan Abdullah bin Umar r.a, serta

pandangannya tentang pernikahan ini, berbeda dengan para sahabat

pada umumnya. Suatu pendapat yang memperkuat pandangan Ibn

Umar r.a, dalam riwayat lain, yang tidak menyetujui atas pernikahan

semacam ini. Diriwayatkan oleh Sa’id bin Mansu>r, bahwa Abdun bin

Humaid (dalam musnad-nya) dan Ibn Majah dan Imam al-Baihaqi

(dalam kitab Sunnan-nya), yang bersumber dari Ibn Umar r.a, bahwa

Rasulullah S.A.W bersabda :

18 Jala>luddin Al-Suyu>t}i ( 849-911 H ), Al-Du>rr al-Manthu>r Fi> Tafsi>r bi Al-Ma’thu>r (Kairo : Markaz Hijr Li Bu’u>th Wa Al-Dira>sa>t Al-Arabiyah Wa Al-

Isla>miyah, 1424 H / 2003 M ), cet. I, 564. 19 Jala>luddin Al-Suyu>t}i (849-911 H), Al-Du>rr al-Manthu>r Fi> Tafsi>r bi Al-Ma’thu>r (Kairo:Markaz Hijr Li Bu’uts Wa Al-Dira>sa>t Al-Arabiyah Wa Al-

Isla>miyah, 1424 H/2003 M ), cet. I, 564.

Page 9: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

251

وسل م عليه هللا صلى النبى عن ,عمرو بن هللا عبد عن حميد بن عبد روى تنكحوهن ول, ترديهن أن حسنهن فعسى, لحسنهن النساء اتنكحو ل: قال فألمة, ينالد على وانكحوهن , تطغيهن أن أموالهن فعسى أموالهن على

. أفضل دين ذات خرماء سوداء

” Jangan kamu menikahi wanita karena kecantikannya, karena barangkali

kecantikan itu akan menjerumuskan mereka, dan jangan kamu menikahi mereka

karena hartanya, karena barangkali harta benda membuat kamu kelewat batas,

tetapi nikahilah karena agamannya, sesungguhnya budak wanita yang hitam

meskipun tidak cantik tetapi beragama itu lebih utama ”. 20

Diriwayatkan dari Abu Harairah ra, bahwa Nabi bersabda :

المرأة تنكح: قال وسلم عليه هللا صلى النبى عن عنه هللا رضى هريرة أبى عن

.يداك تربت الدين بذات فاظفر, ولدينها ولجمالها ولحسبها لمالها: ألربع

”Wanita itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, karena keturunannya,

karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah wanita yang kuat

agamanya, niscaya kamu akan beruntung ”( HR. Bukhari-Muslim ) 21

Kesimpulan penafsiran ketiga sahabat di atas, baik Abdullah

bin Abbas r.a, Abdullah bin Mas’ud r.a memiliki kesamaan pendapat

tentang menikahi wanita ahl al-Kita>b, Maju>si dan S}a>bi’in, melainkan

hanyalah Abdullah bin Umar r.a, yang berbeda dari mereka, yang

mengharamkan, pernikahan muslim dengan wanita musyrik, bahkan

untuk semua jenis kemusyrikan. Dengan pernyataan, bahwa, ”Tidak

ada kemusyrikan yang lebih besar dari keyakinan seseorang, yang

berkata : “ Bahwa Tuhannya adalah Isa atau salah seorang dari

hamba-hamba Allah ". Karena pandangan Ibn Umar ini, mengenai

20 Al-Imam Al-Jali>l al-Ha>fidz Ima>duddin Abi> Al-Fida>’ Isma>il Ibn Kathi>r

al-Dimasq (w. 774 H), Tafsi>r Al-Qur’an Al-Az}i>m (Gizah : Mua’sasah Al-

Qurt}ubah, 1421 H / 2000 M ), cet.I, 299, Jala>luddin al-Suyu>t}i (879-911 H), al-Du>rr al-Manthu>r Fi> Tafsi>r bi Al-Ma’thu>r ( tahqi>q : Abdullah bin Abdul Muhsin al-

Turky)(Kairo : Markaz Hijr Li a-Bu’uth Wa Al-Dira>sat al-Arabiyah Wa al-

Isla>miyah, 1424 H/ 2003 M ), cet. I, 565. 21 Imam Abi Husain Muslim Ibn Haja>j Al-Qushairi al-Naisabu>ry,

Mukhtas}ar S}ahi>h Muslim ( di-Tahqi>q oleh : Muhammad Nas}i>ruddin AlBa>ni),

Hadith No. 798, Bab Targhi>b Fi> Nika>h (Beiru>t : Maktab Al-Isla>mi, 1407 H/1987

M ), cet. Ke-6, 207.

Page 10: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

252

mereka, bahwa, selain yang agama Islam, adalah musyrik. Dan

menikahi orang-orang musyrik adalah diharamkan.

D. Perspektif Penafsiran Ulama Salaf (Periode Klasik)(650-

1250 M)

Terkait persoalan nikah beda agama, bahwa pernikahan

muslim dengan Maju>si atau S}a>bi’in, akan diteliti melalui penafsiran

ulama salaf (Periode Klasik ), yang berkisar antara abad IV H hingga

VI H. Pada pembahasan bab ini, sosok ulama-ulama tafsir yang akan

di kaji cukup banyak, dan mereka telah terbukti, dengan hasil karya-

karya mereka yang sangat penomenal. Namun di antara mereka

cukup sebagai keterangan, yang mewakili beberapa karya tafsir

mereka, seperti, Ibn Jari>r al-T}abari (w.310 H/ 925 M ), al-Jas}a>s} (w.

370 H), Al-Baghawi (w. 510 H/1122 M), Al-Zamakshari (w. 538

H/1144 M), dan sebagainya.

1. Ibn Jari>r Al-Tabari ( w. 310 H / 925 M ), Dalam Tafsirnya,

Ja>mi’ al- Baya>n an Ta’wi>l ay Al-Qur’an.

Ibn Jari>r al-T}abari dalam karya tafsirnya, menjelaskan

konteks pernikahan pria muslim dengan wanita-wanita[Maju>si, S}a>bi’in, Konghuchu, Budha, Hindu], menurut QS.al-Baqarah/2:221

dan al-Maidah/5:5 adalah, bahwa wanita musyrik, menurutnya tidak

dibatasi untuk jenis kemusyrikan [penyembah berhala, Yahudi,

Nasrani, maju>si, atau s}a>bi’in]. Namun dengan demikian itu, Ia tetap

membenarkan pernikahan dengan wanita ahl al-kita>b berdasarkan

QS. Al-Maidah/5:5.22

Dengan kata lain, menurutnya, bahwa ahl al-

Kita>b tidak terbatas Yahudi dan Nasrani, melainkan mencakup selain

mereka, yang memiliki kriteria, wanita-wanita terpelihara

(muh}s}ana>t), beriman kepada Allah dan membenarkan kenabian

Muhammad SAW.23

Karena itu al-Tabari, menjelaskan ayat al-

Baqarah di atas, disandingkan dengan sasaran (khita>b) yang

ditujukan kepada larangan untuk semua jenis wanita yang tidak

22 Abu Ja’far Muhammad bin Jari>r Al-T}abari (224-310 H), Tafsir Al-

T}abari Ja>mi’ al- Baya>n ’An Ta’wi>l Ay Al-Qur’an (tahqiq : Abdullah bin Muhaisin

al-Turki)(Kairo: Markaz al-Buh}uth Wa Al-Dira>sah Al-Arabiyah W a Al-Isla>miyah,

1422H/ 2001 M ), Cet. I, Juz ke-3, 711-712. 23

Abu Ja’far Muhammad bin Jari>r Al-T}abari ( 224-310 H ), Tafsir Al-T}abari Ja>mi’ al- Baya>n ’An Ta’wi>l Ay Al-Qur’an (tahqiq : Abdullah bin Muhaisin

al-Turki)(Kairo: Markaz al-Buh}u>th Wa Al-Dira>sah Al-Arabiyah W a Al-Isla>miyah,

1422H/ 2001 M ), Cet. I, Juz ke-3, 715-716.

Page 11: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

253

beragama Islam, dikaitkan dengan kasus perjanjian Hudaibiyah (Sulh } H}udaibiyah),

24 yaitu, antara kaum Kafir Quraisy Makkah dan kaum

Musilimin, yang berakhir dengan turunnya QS. al-

Mumtahanah/60:10.

Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-

perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah

lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui

bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-

orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal bagi mereka. Dan berikanlah

kepada (suami-suami) mereka mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa

atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan

janganlah kamu tetap berperang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-

perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan

hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum

24 Ka’bah atau Baitullah (Masjid al-Haram) di Makkah dikenal tempat

beribadah, berabad-abad lamanya. Ia merupakan tempat suci umat Islam. Sekian

lama kaum muslimin menanti, sekitar 6 tahun lamanya, untuk menengok sanak

keluarga dan orang-orang yang ditinggalkannya dikota Makkah. Maka rencana

ibadah umrah di bulan yang dihormati ( al-asyhur al-hurum ) terpenuhi, mereka

bersama Rasulullah dengan 1.400 orang, berpakaian ihram, tanpa senjata, kecuali

pedang di sarungnya sebagai penjaga diri di jalan. Namun kedatangan kaum

muslimin, tidak disambut sesuai harapan, tetapi mereka mendapat berbagai

halangan dan rintangan pihak Qurainsy Makkah, oleh karenanya, pada tahun ke-6

H, tepatnya bulan Dzulqa’dah, disepakati antara Nabi SAW dan pihak Kafir

Quraisy (Suhail bin ’Amar), kesepakatan yang dikenal dengan Perjanjian Hudaibiyah, dan intinya adalah perdamaian tanpa ada peperangan bagi umat Islam

yang memasuki kota Makkah. Ali Mufradi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab (Jakarta : logos, 1417 H /1997), cet. I, 35-36.

Page 12: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

254

Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Bijaksana. [QS. Al-Mumtahanah/60:10 ].25

Dalam penjelasannya, al-Tabari tentang ayat al-Mumtahanah

di atas, terhadap bunyi teks [ وا ك مس ل ت م و ص اف ر ب ع و الك ][Dan janganlah

kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-

perempuan kafir], yang menyatakan bahwa, keterangan ayat tersebut,

merupakan larangan terhadap kaum muslimin untuk tidak menjalin

hubungan pernikahan dengan non muslim, atas dasar kemusyrikan,

atau terhadap mereka yang menyembah berhala. Berdasarkan

indikator yang ditetapkan, laki-laki berstatus kafir tidak halal

terhadap wanita-wanita mukmin sejak disepakati perjanjian

Hudaibiyah ini, hingga waktu yang tidak ditentukan.26

Dengan kata lain, menurut Al-T}abari, bahwa, jika indikasi jenis

kemusyrikan atau kekufuran itu, selain ahl al-kita>b, termasuk maju>si dan sa>bi'in, maka jelas, tidak berarti baginya. Maka dengan demikian,

menikahi wanita maju>si dan s}a>bi'in, apalagi pria mereka tetap tidak

dibolehkan atau diharamkan.

2. Al-Jas}a>s} ( w. 370 H ), Tafsir Ah}ka>m Al-Qur’a>n

Al-Jas}ah, terhadap pernikahan dengan wanita maju>si atau

s}a>bi’in, lebih dekat kepada pemahaman status al-mushrika>t [ penyembah berhala ], berdasarkan QS.al-Baqarah/2:221. Walaupun

demikian itu, Ia tetap setuju dengan larangan yang tidak mengenai

wanita kita>biyah. Ia menyebutkan pendapat yang bersumber dari

Sa’id bin Jubayr, ketika ditanya, bagaimana mengenai pernikahan

25Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Al-T}abari (224-310 H), Tafsir Al-T}abari Ja>mi’ al- Baya>n ’An Ta’wi>l Ay Al-Qur’an (tahqiq : Abdullah bin Muhaisin

al-Turki )(Kairo:Markaz al-Buh}uts Wa Al-Dirasah Al-Arabiyah Wa Al-Isla>miyah,

1422H/2001 M), Cet. I, Juz ke-3, 714, dan Juz ke-22, 580-584, Lihat. Persoalan

ini, terkait Hudaibiyah, Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW (Jakarta : Gema Insani Press, 2001 ), Cet. I, 343. 26 Abu> Ja’far Muhammad bin Jari>r Al-T}abari (224-310 H), Tafsir Al-Ta>bari Ja>mi’ al- Baya>n ’An Ta’wi>l Ay Al-Qur’a>n ( ditahqi>q : Abdullah bin

Muhaisin al-Turki )( Kairo : Markaz al-Buhu>th Wa Al-Dira>sah Al-Arabiyah W a

Al-Isla>miyah, 1422H/2001 M ), Cet. I, Juz ke-22, 578-583, Lihat. Penafsiran ayat

al-Mumtahanah/60:10, terhadap kasus Umar bin al-Khattab, menceraikan istri-

istrinya yang musyrik di Makkah (diantaranya, Quraibah binti Abi Umayyah bin

Mughirah kemudian dinikahi oleh Muawiyah bin Abi Sofyan, yang lain adalah

Ummi Kalthum binti Jarwal, kemudian dinikahi oleh Abu Jahm bin Huzafah, 583-

584.

Page 13: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

255

dengan wanita Yahudi dan Nasrani ?. Ia hanya menjawab : La > ba’sa

(boleh). Said bin Jubayr mengatakan lagi, ayat itu, diturunkan untuk

penyembah berhala (ahl awthan) dan maju>si. Dan setuju juga Al-

Jas}a>s}, dengan pendapat para sahabat, bahkan dengan para ulama Fiqh

saat itu, kecuali Ibn Umar yang mengharamkan pernikahan semacam

ini.27

Mengutip perkataan Said bin Jubayr tadi, yang menyatakan,

bahwa ayat (Wala> Tankihu> al-Mushrika>t) itu, dikhususkan untuk

selain ahl al-kita>b. Sedangkan mengenai pernikahan dengan ahl al-

kita>b, diperkuat dengan adanya bukti, bahwa Usman bin Affan,

menikahi Nailah binti al-Fara>fis}ah [suku al-Kalibi], seorang yang

beragama Nasrani, dan juga T}alh}ah bin Ubaidillah menikah dengan

wanita Yahudi negeri Syam. Pernikahan semacam ini, juga dilakukan

di kalangan tabi’in, seperti, al-Hasan, Ibrahim dan juga al-Sha’bi.28

Walaupun, tentang maju>si terdapat perselisihan di kalangan sahabat,

yang mayoritas mereka setuju, karena mereka bukan ahl al-kita>b.

Meskipun ada yang mengatakannya, mereka adalah ahl al-kita>b,

tetapi hal itu segera dibantah dan dibatalkan menurut al-Jas}a>s} dalam

tafsirnya yang merujuk kepada QS. al-An’am/6:155-156.

ا ذ ه ت اب و اه ك لن ك أ نز ار ب وه م ب ع ق وا ف ات ات م و لك م ون ل ع ق ول وا أ ن* ت رح آ ت ل إ نم نز أ

ت اب ل ى الك ين ع آئ ف ت ن ط ا م إ ن ق بل ن ا و ن ن ك م ع ت ه اس ر اف ل ين د ل غ

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu

isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa

tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan

27 Sebagaimana yang diceritakan, Nafi dari Ibn Umar, ketika ditanya

tentang menikahi wanita Yahudi dan Nasrani, Ibn Umar menjawab : “ Allah

mengharamkan pernikahan wanita musyrik dengan muslim, lalu aku berkata, aku

tidak mengetahui dosa apa yang terbesar, selain orang yang mengatakan, bahwa

Isa bin Maryam adalah hamba di antara hamba Allah “. Lalu , Ali bin Ma’bad

( dari Abi Mulih dari Maymun bin Mahran ), menyangkal Ibn Umar, bukankah

kita hidup di bumi ini, disekelilingi dengan wanita ahl al-Kitab, bukankan kita

telah mengawini wanita mereka dan memakan makanan mereka ? Berkata Ali bin

Ma’bad, bahwa Ali bin Abi T}alib mengulangi bacaan ayat tahrim dan ayat tahlil,

lalu Abu Bakar menambahkan, ayat tahlil, yakni, Wa al-Muh}s}ana>t Mi Al-Ladhi>na Utu> al-Kita>b ) dan ayat tahrim, yakni,Wa La> Tankih}u> al-Mushrika>t Hatta

Yu’minna. Ketika Ibn Umar usai mendengarnya, ia mengakaui status ayat

keduanya, tanpa memberi penjelasan status kebolehannya. Abu Bakar Ahmad al-

Ra>zi al-Jas}a>s}, Ah}ka>m al-Qur’a>n ( Beirut : Dar Fikr, t.th ), Juz II, 460. 28 Abu Bakar Ahmad al-Ra>zi al-Jas}a>s}, Ah}ka>m al-Qur’a>n (Beiru>t:Dar Fikr,

t.th ), Juz II, 460.

Page 14: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

256

sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-

tanda bagi kaum yang berpikir ( al-An’am/6:155-156) 29

Menurut al-Jas}a>s}, bahwa ayat al-An’am ini, mengenai ahl al-

kita>b, yang hanya dimaksudkan dua kelompok [ ظائفتين ] yaitu agama

Yahudi dan Nasrani, dan jika termasuk di dalamnya maju>si, berarti

bukan dua kelompok. Maka dengan tegas, segera ditolak pendapat itu

oleh al-Jas}a>s}. Selain itu juga, adanya pengakuan, bahwa kitab suci

yang diturunkan Allah kepada nabi mereka, dan hal itu memang

benar, tetapi sebuah kitab yang diturunkan kepada Zaroaster tersebut

itu yang dalam kenyataannya seorang pengaku nabi [ palsu ]. Maka

dengan bukti ini, bahwa maju>si bukan ahl al-kita>b.30

Menurutnya,

Umar bin al-Khattab, menyatakan mereka bukan ahl al-kita>b,

walaupun demikian, Rasulullah memperlakukan mereka, seperti

halnya, ahl al-kita>b dalam urusan pajak [Jizyah]. Dalam Riwayat

Yahya bin Said, yang disampaikan, bahwa Yahya bin Said dari Abu

Ja’far bin Muhammad, bahwa Umar bin Khat}ab berkata : ” Apa yang

harus aku perbuat terhadap orang Maju>si, sedangkan mereka bukah

ahl al-kitab ?, Disambut oleh Abdurrahman bin Auf : Aku

mendengar bahwa Rasulullah bersabda : ” Perlakukanlan [ orang-

orang maju>si ], seperti halnya ahl al-kitab.31

Demikian halnya, pernikahan dengan wanita S}a>bi’in, juga

mendapat tantangan di kalangan ulama mazhab, misalnya, Abu

Hanifah menyatakan mereka adalah ahl al-kita>b, Abu Yusuf bin

Muhammad, menyatakan, mereka bukan ahl al-kita>b. Abu Hasan al-

Khurkhi menyatakan, mereka adalah orang-orang yang menganut

agama al-Masih yang membaca Injil, yang berarti mereka Nasra>ni. Keterangan Abu Hanifah, segera dibantahnya, yang menurut al-Jas}a>h,

mereka suatu kaum pengikut agama Nasrani, yang membaca Injil,

akan tetapi hanyalah untuk jalan keselamatan ( taqiyyah ), dan tidak

sesungguhnya, dan bukan atas keyakinan, akan tetapi hanyalah

pilihan antara Islam atau perang ? Sejalan, dengan pandangan para

29

Departemen Agama RI Jakarta, Al-Qur’an Dan Terjemahnya

(Bandung : Gema Risalah Press), 215. 30 Abu Bakar Ahmad al-Ra>zi al-Jas}a>s}, Ah}ka>m al-Qur’a>n (Beiru>t : Dar

Fikr, t.th ), Juz II, 463. 31 Abu Bakar Ahmad al-Ra>zi al-Jas}a>s}, Ah}ka>m al-Qur’a>n (Beiru>t : Dar

Fikr, t.th ), Juz II, 463.

Page 15: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

257

ulama fiqh, al-Jashash menyatakan, mereka bukan ahl al-Kita>b, dan

karenanya dibatalkan menikahi wanita-wanita s}a>bi'in.32

3. Al- Al-Zamakshari (467-538 H/1075-1144 H), Tafsi>r Al-Kasya>f Al-Zamakhshari menjelaskan QS.al-Maidah/5:5, bahwa,

wanita ahl al-kita>b yang boleh dinikahi adalah pemeluk agama

Yahudi dan Nasrani, meskipun di kalangan para sahabat terdapat

beberapa perselisihan tentang wanita Nasrani Arab, kecuali Nasrani

Bani Taghallub yang menurut pendapat Mazhab al-Shafi’i. Al-

Zamakhshari juga menjelaskan, bahwa Abu Hanifah memasukkan

penganut al-s}a>bi’ah dalam katagori ahl al-kita>b, walaupun pendapat

ini tidak didukung oleh sebagian muridnya.33

Tetapi, berbeda dengan

al-maju>si mereka adalah orang-orang yang diperlakukan, seperti ahl

al-Kita>b dalam hal membayar pajak, kendati demikian, makanan

serta wanita-wanita mereka tetap tidak dihalalkan bagi orang-orang

Islam.34

Dari beberapa penafsiran ulama tafsir abad ini (periode

klasik), dapat disimpulkan, yaitu, bahwa menurut Ibn Jari>r Al-T}abari,

wanita musyrik, tidak terbatas, penyembah berhala, tetapi Yahudi,

32 Abu Bakar Ahmad al-Ra>zi al-Jas}a>s}, Ah}ka>m al-Qur’a>n ( Beiru>t : Dar

Fikr, t.th ), Juz II, 465. 33 Tidak disebutkan dua murid Abu Hanifah yang tidak sependapat

dengannya, akan tetapi al-Zamakhsyari hanya menyebutkan dua murid Ab

Hanifah, tanpa disebutkan nama keduanya, karena alasan lain. Mereka berdua

menjelaskan, bahwa orang-orang sabi’in ( pengikut agama sabi’ah ), terbagi

kepada dua kelompok, (1). Kelompok yang membaca kitab zabur dan penyembah

Malaikat. (2). Kelompok yang tidak membaca kitab Zabur, dan mereka melakukan

penyembahan terhadap binatang. Dak kedua kelompok tersbut, bukanlah katagori

ahl al-kitab. Al-Ala>mah Ja>rullah Abu> Al-Qa>shim Mahmu>d bin Umar Al-

Zamakhshari (467-538 H), Al-Kasha>f ‘An H}aqa>’iq Ghawa>mid Al-Tanzi>l Wa ‘Uyu>n al-Aqa>’wil Fi> Wuju>h al-Ta’wi>l (Riyad} : Maktabah Abikah, t.th), Juz II,

200. 34 Dalam keterangan selanjutnya, Al-Zamakhshari, menyebutkan riwayat

yang bersumber dari Ibn Musayyab, yang berbunyi: “Apabila terdapat seorang

muslim yang sakit, maka diperintahkan bagi orang majusi untuk menyebut nama

Allah dan diperintahkan juga untuk menyembelih hewan, yang demikian, hal itu

tidak masalah ( yaitu halal daging hewan sembelihan mereka ), dan Abu Atsur

menambahkan, jika orang Islam tadi dalam keadaan sehat, mereka menyuruh si

Majusi untuk melakukan hal yang sama, demikian hukum daging sembelihan

mereka, halal. Al-Ala>mah Ja>rullah Abu> Al-Qa>s}im Mahmu>d bin Umar Al-

Zamakhsari (467-538 H), Al-Kasha>f ‘An H}aqa>’iq Ghawa>mid Al-Tanzi>l Wa ‘Uyu>n al-Aqa>’wil Fi> Wuju>h al-Ta’wi>l (Riya>d} : Maktabah Abikah, t.th), Juz II, 200.

Page 16: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

258

Nasrani, Maju>si, atau S}a>bi’in dan sebagainya termasuk ahl al-Kita>b.

Maka Ia membolehkan pernikahan dengan wanita ahl al-kita>b

berdasarkan QS. Al-Maidah /5:5. Karena itu ahl al-kita>b tidak

terbatas, agama Yahudi dan Nasrani, melainkan mencakup selain

mereka. Menurut Al-Zamakhshari walaupun dimasukannya, maju>si dan s}a>bi'ah dalam katgori ahl al-kita>b, tetapi Ia tetap tidak halal bagi

orang-orang Islam. Menurut al-Jas}a>s}, ahl al-kita>b, hanyalah sebatas

Yahudi dan Nasrani saja, sedangkan Maju>si bukan bagian dari ahl al-

kita>b, walaupun diperintahkan untuk diperlakukannya seperti ahl al-

kitab. Tetapi menurut al-Jasa>s, sa>bi'in itu, dinyatakan sebagai

Nasrani, yang tak lain hanyalah taqiyah, dan bukan sebagai

keyakinan. Dengan demikian menurut al-Jas}a>s, baik Maju>si ataupun

S}a>bi'ah sama statusnya, maka pernikahan dengan mereka

diharamkan.

E. Perspektif Penafsiran Ulama Tafsir Abad Pertengahan I

( Masa Kemunduran I / 1250-1500 M ).

Dalam sejarah-sosial perkembangan Islam, abad pertengahan

ini, adalah antara tahun 1250 M hingga 1500 M, saat itu Islam

dibawah kekuasaan Abbasiyah, sudah mulai maju, dengan masuknya

kerajaan-kerajaan besar, seperti, Mongol, Tartar, dan sebaginya,

tepatnya abad ke-5 H.35

Di masa kepemimpinan Harun Al-Rashid

(170-193 H/78-809 M), kekuasan Islam berada di Damasqus, yang

kemudian pindah ke Baghdad, Irak, dan dengan hasil kemajuannya

didirikan perpustakaan Islam terbesar, yaitu bernama Bait al-Hikmah.

Maka mulai saat itu, berkembang ilmu pengetahuan, baik umum,

seperti, filsafat, logika, matematika, kimia dan kedokteran, maupun

pengetahuan agama, seperti, ilmu Al-Qur'an, Qira'at, al-Hadits, fiqh,

ilmu kalam, bahasa dan sastra. Untuk pembahasan abad ini, kajian

akan melihat karya bidang tafsir, pemikiran, seperti, di antaranya,

Fakhruddin Al-Ra>zi (w.606 H), al-Qurtu>bi (w. 671 H), al-

Baid}a>wi(w.791 H), Jala>luddin al-Mahalli (w.864 H), Jala>luddin al-

Suyu>t}i (w.911 H), Ibn Kathi>r (w.774 H), dan al-Alu>si (w.1270 H ).

35Badri Yatim, Sejarah Kebudayaan Islam (Dirasah Islamiyah II) ( Jakrta :

PT Raja Grafindo Persada, 2000), cet. Ke-10, 111.

Page 17: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

259

1. Al-Imam Fakhruddin Al-Ra>zi (w. 606 H/1209 M),Tafsir

Mafa>tih Al-Ghaib / Tafsi>r al-Fakhru al-Ra>zi /Tafsi>r al-Kabi>r Selanjutnya, Al-Ra>zi, Ia dalam menafsirkan QS.al-

Baqarah/2:221 ini, mempertanyakan status, apakah al-Maju>si dan al-

S}a>bi’in masuk dalam kriteria ahl al-kita>b ? Dalam keterangannya,

Al-Ra>zi setuju dengan pendapat mayoritas ulama, yang menyatakan,

al-mushrik [ المشرك ] itu, masuk dalam kriteria ahl al-kita>b. Maka,

menurut al-Ra>zi, ahl al-kita>b adalah musyrik. Dipertegas dengan

QS.al-Taubah/9:30-31[ ق ال ت ه ود و ير الي ز ق ال ت هللا ابن ع ى و ار يح النص س ابن الم

bahwa, Uzair putra Allah menurut Yahudi dan Al-Masi>h putra ,[هللا

Allah menurut Nasrani. Menurutnya, ayat ini, secara langsung,

menyatakan, bahwa Yahudi dan Nasrani berstatus musyrik, karena

i’tiqa >d (keyakinan) mereka, berlandaskan pada trinitas 36

, diperkuat

lagi dengan ayat lain, dalam QS.al-Maidah/5:73, [ للاإنقالواالذينكفرلقد

ثالثة ثالث ],“bahwanya Allah salah satu dari yang tiga“.37

Keterkaitan

dengan kriteria kemusyrikan, yang dalam teks QS. Al-

Baqarah/2:221[ وال تنكحوا المشركات], Al-Ra>zi mengutip dua katagori

jenis kemusyrikan, Pertama, yang hanya memberlakukan untuk

penyembah berhala saja,[Wathaniyah], yang ditujukan kepada

36

Konsep Trinitas adalah terjemahan dari trinity ( trinitas, tiga tunggal,

trimurti ), sebagai sentral dan karakter doktrin Kristen tentang Tuhan dalam tiga

person, bapak, anak, dan roh kudus. Gereja Kristen menegaskan bahwa subtansi

Tuhan itu satu dan kombinasi tetap menjadi misteri. Konsep ini kemudian

menjelma menjadi Yesus sang tuhan berdimensi manusia dan manusia berdimensi

tuhan. Bagi Kristiani Yesus adalah Allah, Allah adalah Yesus. Karena itu sebutan

Trinitas menunjuk langsung Yesus, padahal Yesus sendiri akan mengusir umat

Kristen pada hari Kiamat lantaran mereka berseru Tuhan kepadanya. Artinya Yesus

tidak mau atau tidak pernah mengajarkan bahwa dirinya Tuhan dan klaim Yesus

sebagai tuhan merupakan suatu kejahatan. Allah berfirman : .......’’ Janganlah

kalian mengatakan : Tuhan itu tiga ......QS. Al-Nisa’/4:171. Lihat. Didin

Hafiduddin, Al-Qur’an dalam Arus Globalisasi dan Modernitas Mencari Alternatif

Pemikiran di Tengah Absurditas Modernisme ( Jakarta : LPSI ), 162-163, Lihat. John M. Echos dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia ( Jakarta : Gramedia,

1996 ), cet. XXIII, 604, Lihat. Hasan Shadilly dkk, Ensiklopedi Indonesia ( Jakarta

: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1990 ), Jilid 6, 3627. 37 Terjemahan QS.Al-Maidah/5:73, Sesungguhnya kafirlah orang-orang

yang mengatakan:"Bahwanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang kelak berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka

tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir

diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.Lihat : Muhammad Ar Rāzi

Fakhuddin Ar Rāzi (544-604 H ), Tafsīir al-Fakhri al-Rāzi al-Mushtahīr bi al-

Kitāb Al-Kabīr Wa Mafātih al-Ghaib ( Kairo : Dar al-Fikr, t.th ), Juz ke-5, 59-61.

Page 18: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

260

pendapat kalangan sahabat. Maka untuk pernikahan dengan mereka

dilarang. Kedua, yang memberlakukan ayat ini, untuk semua jenis

kekafiran (kuffa>r), maka menikahi orang-orang kafir, baik ahl al-

kita>b atau non ahl al-kita>b, seperti, maju>si, s}a>bi’in, diharamkan,

seperti, yang dianut Ulama Zaidiyah, di antaranya, Ibn Umar dan

Muhammad bin al-Hanafiyah, sementara menurut Jumhur, mereka

menganggapnya, bahwa ayat al-Maidah/5:5 [ والمحصنات من الذين أوتو

ini, sebagai ayat yang berstatus tetap, tidak me-nasakh atau [ الكتاب

sebagai mansu>kh, maka ulama kalangan sahabat, membolehkan

menikahi wanita ahl al-kita>b, seperti, Huzaifah menikahi wanita

Yahudi atau T}alhah menikahi wanita Nasrani.38

Dalam hal ini, alasan al-Ra>zi mengutip hadith Nabi S.A.W,

yang melalui riwayat Ja>bir bin Abdullah, bahwa Nabi bersabda :

“ Kita boleh menikahi wanita ahl al-kitab, sedangkan mereka tidak

boleh menikahi wanita-wanita muslim “. Menyinggung tentang

maju>si, Al-Ra>zi mengutip hadith masyhur, bahwa Abdurahman bin

Auf, meriwayatkan, bahwa Nabi Saw mengatakan,“ Perlakukanlah

mereka [maju>si], seperti layaknya ahl al-kitab, dan tidak boleh

menikahi wanita-wanita mereka, dan tidak pula memakan sembelihan

mereka“. Merespon pernyataan tersebut, Al-Ra>zi memiliki dua

pendapat, )1(. Jika diharamkan menikahi wanita maju>si, maka hukum

pengecualian itu, batal, dengan arti, harus dikembalikan kepada

pemahaman [ حتى يؤمن وال تنكحوا المشركات ], untuk semua jenis

kemusyrikan, termasuk ahl al-kita>b. Ke-)2(. Bahwa pengharaman itu

untuk semua jenis kemusyrikan, sesuai za>hir ayat, yang dinyatakan

dalam teks [ ون أ ول ئ ك دع ار إ ل ى ي الن ], sebagai alasan, menunjukkan sifat

orang-orang musyrik, yang slalu mengajak kepada jalan menuju

Neraka. Maka kesimpulan kedua alasan al-Ra>zi itu, seakan-akan

diartikan, “Diharamkan menikahi mereka, karena orang-orang

musyrik yang slalu mengajak ke jalan menuju Neraka, sebagai

sasarannya, tertuju kepada pengikut ahl al-kita>b, baik Yahudi dan

Nasrani, atau non ahl al-kita>b, yaitu, Maju>si dan Sa>bi’in.39

38 Muhammad Ar Rāzi Fakhuddin Ar Rāzi (544-604 H), Tafsīir al-Fakhri

al-Rāzi al-Mushtahīr bi al-Kitāb Al-Kabīr Wa Mafātih al-Ghaib (Kairo:Dar al-Fikr,

t.th), Juz ke-5, 62. 39 Muhammad Ar Rāzi Fakhuddin Ar Rāzi ( 544-604 H ), Tafsīir al-Fakhri

al-Rāzi al-Musytahīr bi al-Kitāb Al-Kabīr Wa Mafātih al-Ghaib, 62.

Page 19: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

261

2. Al-Qurt}ubi (w. 671 H / 1273 M), 40

al-Ja>mi’ Li Ah}ka>m Al-

Qur’a>n

Pendapat Al-Qurt}ubi mengenai pria muslim menikahi wanita

Maju>si dan S}a>bi’ah, terdapat beberapa athar, yang dikutipnya.

Bahwa Al-Qurtubi menyebutkan pendapat Ibn Atiyah, terkait ayat al-

Baqarah/2:221, bahwa melalui perkataan Ibn Abbas r.a, ayat ini,

secara umum ditujukan kepada penyembah berhala (wathaniyah),

maju>siyat (wanita maju>si) dan ahl al-kita>b, atau untuk semua

penganut agama, selain Islam. Bahkan, terdapat adanya pendapat

sahabat yang menyatakan, bahwa ayat di atas, sebagai na>sikh

terhadap ayat al-Maidah/5:5, seperti, menurut Ibn Umar. Tetapi

Berbeda dengan ayahnya, Umar bin al-Khattab r.a, yang memisahkan

(meminta menceraikan), T}alhah bin Ubaidillah dan Hudhaifah bin

Yaman di antara kedua istrinya, yang beragama Yahudi dan

Nasrani.41

Hal itu diusung oleh Ibn Munzir, yang membolehkan

40 Dia adalah Al-Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu

Bakar bin Farkh, Abu Abdullah Al-Anshary, al-Khazraji, al-Qut}ubi, Al-Makhzumi,

al-Maliky, yang biasa dipanggil Abu Abdullah, kemudian ia terkenal dengan

panggilan Al-Qurthubi, kemudian dinisbahkan kepada negara kelahirannya

Cordova Andalusia. Ia pergi ke Mesir dan menetap di Maniyah Bani Khusa’ib

sebelah Utara Asuyuth sampai akhir hayatnya. Guru-gurunya diantaranya adalah

Ibn Rawaj, Ibn Jamizi dan Ibn Muzayyan. Dan Murid-uridnya adalah Syihabuddin

Abu Abbas dan Abu Abdullah Wali. Ia berkepribadian yang unik, seoarng hamba yang shaleh, rajin beribadah dan berpengetahuan luas, selain ia seorang yang zahid,

sampai kepada puncak kezuhudannya, ia berpergian dengan satu stel pakaian dan

kopiah yang dikenakannya, karena satu niat, hanya untu beribaha karena Allah

semata. Di satu sisi ia juga seorang yang ulet dalam menulis, salah satu karyanya

adalah salah satu kitab tafsir yang sangat bermanfaat, yang dikenal Al-Ja>mi’ Li Ah}ka>m al-Qur’a>n. Abu Abdullah bin Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar Al-

Qut}ubi (w. 671), al-Ja>mi’ li Al-Ah}ka>m Al-Qur’a>n Wa Al-Mubi>n Lima> Tad}amanahu Min al-Sunnah Way Al-Furqa>n (Tahqiq : Mua’sasah Al-Risa>lah,

1427 H/2006 M ), Cet. I, Juz : I, 37-38, Lihat. Muhammad H}usain al-Dhahabi, al-Tafsi>r Wa al-Mufassiru>n (Kairo : Maktabah Wahbah, 1396 H/1976 M, cet. II, 336-

337. 41

Diriwayatkan, bahwa Umar memisahkan Thalhah bin Ubaidillah dan

Huzaifah bin Yaman antara dua istrinya yang berasal dari ahl al-Kita>b. Kedua

sahabat itu, berkata : Wahai Amirul mukminin, kami akan menceraikannya, dan

jangan marah. Kemudian Umar berkata : Jika boleh diceraikan, berarti boleh

dinikahinya, tetapi aku memisahkan itu, karena alasan kekwawatiran saja. Dalam

keterangan lain, Ibn Athiyah mengomentari, tentang hadits tersebut, yang tidak

didukung dengan sanad yang baik. Abu Abdullah bin Muhammad bin Ahmad bin

Abu Bakar Al-Qut}ubi (w. 671), al-Ja>mi’ li Al-Ah}ka>m Al-Qur’a>n Wa Al-Mubi>n

Page 20: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

262

pernikahan dengan ahl al-kita>b atas dasar keterangan Umar bin al-

Khattab tersebut. Dan disetujui pendapat kalangan sahabat, seperti,

al-Nuha>s, yang diakhir keterangan, menyatakan, hal itu berlaku di

awal Islam, dengan keterangan, QS.al-Baqarah/2:221 ini, tidak

berlaku untuk ahl al-kita>b, karena mereka telah dibedakan dengan

status mushri>kat dan al-al-Kita>b, dengan teks QS.al-Baqarah/2:105

د ] و اي ين م وا الذ ف ر ن ك اب أ هل م ت ل الك ين و ك شر ل أ ن الم ز ن م ي ل يك ير من ع م من خ ك ب ر ],

dan teks QS.al-Bayyinah/98:1[ ن ل م ك ين ي وا الذ ف ر ن ك ب أ هل م ت ين الك ك شر الم و ين نف ك تى م أ ح ه م ي ة ت ي ن ي الب ], sehingga teks QS.al-Maidah/5:5,[ ات ن الم حص ن و م

ات ن ؤم ات الم ن الم حص ن و ي م اب أ وت وا ن الذ ت ن الك م م ق بل ك ],secara khusus diturunkan

untuk ahl al-kita>b. Dengan alasan ayat-ayat tersebut, Jumhur Ulama,

membolehkan menikahi wanita ahl al-kita>b, walau sebelumnya

adalah kafir, kemudian masuk Islam.42

Al-Qurt}ubi, menjelaskan,

pandangan-pandangan para ulama fiqh yang berbeda, dengan status

pernikahan dengan wanita maju>si. Dan para ulama yang melarang di

antaranya, Imam Ma>liki, al-Sha>fi’ih, Abu Hanifah, Al-Awza’i, serta

Ibrahim bin Ishaq, berkata Imam Ibn Hambal : “ Saya tidak tertarik

dengan pernikahan semacam ini “. Dalam suatu riwayat yang lain,

bahwa Huzaifah bin Yaman, menikah dengan seorang wanita maju>si, lalu Umar bin al-Khattab meminta untuk menceraikannya.

43 Maka

berdasarkan Keterangn-keterangan para ulama di atas, Al-Qurtubi

menyimpulkan, bahwa QS.al-Baqarah/2:221, telah disepakati para

ulama, yang ditujukan larangan itu kepada wanita watsaniyah

[penyembah berhala] dan maju>siyat [penyembah api], karena Allah

S.W.T, telah menghalalkan pernikahan muslim dengan wanita ahl al-

kita>b dengan landasan QS. al-Maidah/5:5.44

Lima> Tad}ammanahu Min al-Sunnah Way Al-Furqa>n ( Tahqiq : Mua’sasah Al-

Risa>lah, 1427 H /2006 M ), Cet. I, Juz : 10, 456. 42 Abu Abdullah bin Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar Al-Qut}ubi

(w. 671H), al-Ja>mi’ li Al-Ah}ka>m Al-Qur’a>n Wa Al-Mubi>n Lima> Tad}ammanahu Min al-Sunnah Way Al-Furqa>n ( Tahqi>q : Mua’sasah Al-Risa>lah, 1427 H/2006 M),

Cet. I, Juz : 10, 457. 43 Abu Abdullah bin Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar Al-Qut}ubi

(w. 671), al-Ja>mi’ li Al-Ah}ka>m Al-Qur’a>n Wa Al-Mubi>n Lima> Tad}ammanahu Min al-Sunnah Way Al-Furqa>n ( Tahqiq : Mua’sasah Al-Risa>lah, 1427 H / 2006 M),

Cet. I, Juz : 10, 460. 44

Abu Abdullah bin Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar Al-Quthubi

(w. 671), al-Ja>mi’ li Al-Ah}ka>m Al-Qur’a>n Wa Al-Mubi>n Lima> Tad}ammanahu Min al-Sunnah Way Al-Furqa>n (Tahqiq : Mua’sasah Al-Risa>lah, 1427 H/2006 M), Cet.

I, Juz : 10, 461.

Page 21: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

263

Berarti dalam hal ini, jelas, bahwa al-Qurtubi tidak

menyetujui pernikahan dengan wanita Maju>si dan Sa>bi’in.

3. Al-Baid}a>wi ( w.791 H / 1191 M ), Dalam Tafsirnya, Anwa>r al-

Tanzi>l Wa Asra>r al-Ta’wi>l. Al-Baid}a>wi menafsirkan QS. al-Baqarah/2:221 ini ditujukan

kepada wanita musyrik. Dengan ayat tersebut juga, ditujukkan semua

kemusyrikan, maka pria muslim dilarang menikahi wanita musyrik,

termasuk ahl al-kita>b, karena berstatus musyrik, bedasarkan QS Al-

Taubah/9:30-31. Tetapi nampaknya janggal dengan pendapat ini,

karena Al-Baid}awi juga setuju dengan adanya pengecualian,

berdasarkan QS. al-Maidah/5:5, menyetujui pernikahan dengan

wanita ahl-al-kita>b, dengan tanpa syarat, merdeka atau budak sahaya,

dengan alasan, bahwa mereka sebagai hamba Allah.45

Demikian

prihal Maju>si, meskipun Rasulullah S.A.W meminta untuk

memperlakukan mereka, seperti ahl al-kita>b dalam membayar pajak

(jizyah), namun tetap berlaku larangan pernikahan itu. Hal tersebut,

dilandasi dengan teks hadits Nabi Muhammad SAW,” Perlakukanlah

mereka (maju>si) seperti ahl al-kita>b, dengan tidak menikahi wanita

mereka dan tidak memakan makanan hasil sembelihan mereka.46

Dengan kata lain, sepertinya, al-Baida>wi, ingin menyatakan

maksudnya, bahwa yang dilarang adalah menikahi wanita Maju>si, sedangkan dalam hal menikahi wanita ahl al-kita>b dibolehkan bagi

yang berstatus muh}s}ana>t (terhormat).

4. Imam Al-Kha>zin ( w. 741 H/1341 M ), Tafsir Luba>b al-Ta’wi>l Fi Ma’a>ni al-Tanzi>l (Tafsir al-Kha>zin ).

Menurut Al-Kha>zin,47

menafsirkan QS. Al-Baqarah/2:221,

bahwa, status al-mushrika>t itu untuk semua jenis kemusyrikan, baik

45 Al-Imam Al-Qa>di Nas}i>ruddin Abu Said Abdullah Abu Umar

Muhammad al-Shaira>zi Al-Baid}a>wi (w. 791 H), Tafsi>r al-Baid}a>wi al-Musamma Anwa>r al-Tanzi>l wa Asra>r al-Ta’wi>l ( Beiru>t : Dar Al-Fikr, 1416 H / 1996 M ), Juz

ke-1, 3,506. 46 Al-Imam Al-Qa>d}i Nas}iruddin Abu Said Abdullah Abu Umar

Muhamma, 297. 47 Ia memiliki nama lengkap Ala>’u al-Di>n Abu > al-Hasa>n Ali bin

Muhammad bin Ibra>him al-Baghdady. Ia dilahirkan di Baghdad pada tahun 678 H bertepatan dengan tahun 1279 M, tetapi beliau lebih dikenal dengan nama al-

Khazin. Selain sebagai mufassir, beliau juga seorang yang sufi dan fakih. Ia

pengikut mazhab al-Syafi’iyah. Wafat di Halaba ( Aleppo ) tanun 741 H/1342 M.

Page 22: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

264

wathaniyat (penyembah berhala ), maju>si ( penyembah api), bahkan

Yahudi dan Nasrani. Tetapi nampaknya, Kha>zin juga sependapat

dengan Baid}a>wi, yang setuju dengan pengkhususan, yang ditujukan

kepada ahl al-kita>b, yang merdeka (hara >’ir) berdasarkan QS. al-

Maidah/5:5. Mengutip keterangan dari Ibn Abbas yang memperjelas,

bahwa kata ’muh}s}ana>t’ itu dikhususkan untuk wanita bangsa Arab

penyembah berhala. Sementera menurut Qata>dah menyebutnya,

adalah wanita bangsa Arab yang tidak memiliki kitab suci. Pendapat-

pendapat tersebut telah disepakati Jumhur Ulama, dengan memberi

stastus musyrik yang masih umum, masuk dalam katagori ahl al-

Kita>b, dan juga para penyembah berhala, baik Maju>si, atau lainnya,

berdasarkan QS. al-Taubah/9:30.48

Dengan kata singkat, bahwa al-

Kha>zin, melarang pernikahan dengan wanita maju>si, sedangkan

dengan wanita ahl al-kitab, dibolehkan atas dasar pengkhususan yang

berstatus muh}s}ana>t. Kesimpulan dari pendapat ulama-ulama tafsir periode abad

pertengahan I ini, seperti, al-Kha>zin, menyatakan, bahwa menikahi

wanita musyrik haram hukumnya, termasuk, ahl al-Kita>b, Maju>si dan

S}a>bi’in. Kecuali status ahl al-kita>b, yang merdeka atau budak,

apakah Yahudi atau Nasrani dari kalangan penyembah berhala,

bangsa Arab dengan kriteria muh}s}ana>t. Al-Ra>zi jberpendapat ahl al-

kita>b adalah musyrik, maka menikahi wanita mereka dilarang,

dengan alasan, bahwa status kemusyrikan itu, berlandaskan atas

keyakinan kepada trinitas (tiga tunggal). Sedangkan Al-Qurt}ubi

mengharamkan permenikahan dengan alasan wathaniyah

Pada malam Jum’at di akhir bulan Rajab, dan dimakamkan di tempat perkuburan

al-Sufiyyah pada hari yang sama. Ali Iya>zi, Al-Mufassirun Haya>tuhum Wa Minhajuhum ( t.t : Wizarah Al-Thaqa>fah Wa Irsha>d Al-Isla>my,1373 H ), 598,

Lihat juga, Muhammad H}usain al-Dhahabi, al-Tafsi>r Wa al-Mufassiru>n ( Kairo :

Maktabah Wahbah, 1396 H / 1976 M ), Juz. I, cet. Ke-6, 220. 48 Terkait dengan kriteria ahl al-kita>b, Ibn Abba>s, menjelaskan, kata

muhsanant berlaku untuk wanita yang merdeka ( hara>’ir ), al-Hasan, al-Sya’bi, dan

al-Nakha’i serta al-D}aha>q setuju dengan wanita terjaga dan terpelihara (afa>’if ),

oleh kerana itu Ibn Abbas melarang pernikahan dengan wanita budak sahaya dari

Ahl akitab, demikian diikuti mazhab Shafi’ih, karena alasan, memiliki dua

kekekurangan, yaitu, berpredikat kufur dan sebagai budak sahaya. Berbeda dengan

mazhab Hanafi membolehkan, karena alasan pelarangan ayat yang masih bersifat

umum. Alauddin Ali bin Muhammad bin Ibrahim al-Bagdadi ( Kha>zin, w. 725 H),

Tafsir al-Kha>zin al-Musamma Luba>bu al-Ta’wi>l Fi Ma’ani al-Tanzi>l ( Beiru>t : Da>r

Fikr, t.th ), 147.

Page 23: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

265

(penyembah berhala] termasuk, maju>siya>t [penyembah api], sa>bi’ah,

akan tetapi Ia membolehkan pernikahan dengan ahl al-kita>b dengan

alasan, menurut QS. al-Maidah/5:5 telah dihalalkan. Sedangkan al-

Baid}a>wi, membolehkan pernikahan muslim dengan wanita ahl-al-

kita>b, dengan tanpa syarat, merdeka atau sebagai budak sahaya,

dengan alasan, mereka sebagai hamba Allah. Maka menurutnya,

perintah larangan menikahi wanita musyrik, termasuk Maju>si dan

S}a>bi’in, tetapi boleh menikahi ahl al-kita>b dengan kriteria yang

muh}s}ana>t (terhormat).

F. Perspektif Penafsiran Ulama Tafsir Abad Pertengahan II

(1500-1800 M)

1. Ibn Kathi>r ( w. 774 H / 1372 M ), Tafsi>r al-Qur’an al-Azi>m.

Menurut Ibn Kathi>r dalam konteks pernikahan beda agama,

terkait penafsiran QS. Al-Baqarah/2:221, Ia mengharamkan orang-

orang mukmin menikahi wanita-wanita musyrik, penyembah berhala.

Walau pada zahir ayatnya, masih bersifat umum, yang terkandung di

dalamnya masuk wanita [kita>biyah dan wathaniyah]. Walaupun

dalam ayat ini, tidak menyebutkan larangan menikahi wanita ahl al-

kita>b, karena alasan Allah SWT telah menghalalkan menikah dengan

mereka, berdasarkan firman Allah S.W.T, QS.al-Maidah/5:5. Akan

tetapi dalam hal menikahi wanita maju>si, terdapat isyarat perintah

untuk memperlakukan mereka, seperti memperlakukan ahl al-kita>b

dalam hukum membayar pajak (jizyah), tetapi dalam hukum

menikahi mereka, sudah dinyatakan dengan tegas, tidak dibolehkan

seperti halnya hasil sembelihan mereka. Berbeda dengan nyatanya

yang dipahami Abu Thu>r Ibrahim bin Kha>lid al-Kalibi,[ulama fiqh

Mazhab Shafi’i], demikian juga menurut Imam Ahmad bin Hanbal,

yang dikenal dengan keteguhan pendapatnya, membolehkan menikah

dengan orang maju>si, dengan pedoman pada hadits Nabi S.A.W,

[ الكتاب أهل سنة بهم واسن ] [Perlakukanlah mereka (orang-orang

maju>si), seperti, ahl al-kita> ]. Dengan kenyataan ini, kebolehan

menikmati sembelihan mereka, dan menikahi wanita-wanita mereka,

yang didukung dengan hadith Nabi S.A.W, dengan riwayat al-

Page 24: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

266

Bukhari, dari Abdurahman bin Auf, bahwa Rasulullah SAW meminta

mengambil upeti (jizyah) dari orang-orang maju>si yang tertawan.49

2. Jala>luddin Al-Suyu>t}i ( w. 911 H / 1505 M ),Tafsi>r Al-Du>rr Mantsu>r Fi Tafsi>r Bi Al-Ma’tsu>r

Al-Suyuti (w.911 H), dalam konteks pernikahan dengan

wanita Maju>si dan S}a>bi’in, menjelaskan status QS.al-Baqarah/2:221,

dengan mengutip beberapa riwayat, dari Imam Al-Baihaqi dalam

kitab sunannya, yang bersumber dari Said bin Zubayr, menyatakan,

bahwa maksud wanita musyrik di sini adalah penyembah berhala (ahl

al-Awthan), sedangkan menurut Muja>hid adalah wanita penduduk

Makkah, dan menurut Qata>dah wanita bangsa Arab yang tidak

memiliki kitab suci, berbeda dengan Abdun bin Humaid, mereka

adalah wanita maju>siya>t dan penyembah berhala.50

Berdasarkan pada

49

Imaduddin Abi Fida’I Ismail Ibn Katsir al-Dimasqi (w. 774 H), Tafsi>r Al-Qura>n Al-Az}i>m ( Gi>zah : Mua’sasah Al-Qurthu>bah, 1421 H/2000 M ), Jilid 5,

Cet. I, 80-81. 50 Dalam riwayat yang bersumber dari Said bin Zubair, menyatakan :

( سننه) فى والبيهقى, ( ناسخه) فى والنحاس, حاتم أبى وابن, جرير وابن, وكيع أخرج

ال : ) قوله فى جبير بن سعيد عن ات ت نكحوا و تى المشرك األوثان أهل يعنى: قال( يؤمن ح

. Di sampaikan oleh Waqi’, dan Ibn Jarir, dan Ibn Abi Hatim, dan Al-

Nuhas di dalam kitabnya ( al-Nasikh ), dan al-Baihaqi dalam kitabnya (al-Sunan ),

dari Said bin Jubair, terkait firman Allah ( Wala> Tankihu> al-Musyrika>t Hatta

Yu’minna ), Said bin Zubair, berkata : yaitu para penyembah berhala. Riwayat

yang bersumber dari Mujahid, menyatakan :

ال ) : مجاهد عن, والبيهقى, حميد بن وعبد, أدم وأخرج ات ت نكحوا و تى المشرك يؤمن ح

. الكتاب أهل نساء أحلهن ثم و المشركين من مكة الكتاب أهل نساء: قال( Di sampaikan oleh Adam, dan Abdun bin Humaid, dan Al-Baihaqi, dari

Mujahid ( Wala> Tankihu> al-Musyrika>t Hatta Yu’minna ), berkata : adalah wanita ahl al-Kitab penduduk kota Makkah yang musyrik, lalu dihalalkan wanita ahl al-

kitab. Dari riwayat yang bersumber dari Qatadah, menyatakan :

ات ت نكحوا ال و : ) قتادة عن ,وعبد بن حميد , وأحرج عبد الرزاق تى المشرك ( يؤمن ح

. كتاب لهن ليس الالتى العرب مشركات: قالDan dikeluarkan oleh Abu Rizaq, dan Abdun bin Humaid, dari Qatadah

(Wala> Tankihu> al-Musyrika>t Hatta Yu’minna ), berkata : adalah wanita mushrik

Arab yang tidak mempunya kitab suci. Sedangkan dari Abdu bin Humaid dengan

sumber Hammad, menyatakan :

: فقال والنصرانى اليهودى تزويج عن إبراهيم سألت: قال حماد عن حميد بن عبد أخرجل : ) يقول هللا أليس: فقلت . به بأس ل وا و نك ح ات ت ك شر تى الم ن ح ؤم ذالك إنما: لقا( ي

. األوثان أهل و المجوسيات

Page 25: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

267

periwayatan-periwayatan tertsebut, yang merupakan sumber awalnya

dari Ibn Abba>s r.a yang disampikan Ibn Jari>r dalam tafsirnya, tentang

pelarangan yang masih bersifat umum dalam menikahi musyrika>t, terkecuali, ahl al-kita>b, berdasarkan QS.al-Maidah/5:5, yang telah

jelas dihalalkan status pernikahannya.51

3. Al-Alu>si (w. 1270 H ), dalam tafsirnya, Tafsir Ru>h al-Ma'a>ni Fi Tafsi>r al-Qur'a>n al-Az}i>m Wa al-Sab'u al-Matha>ni

Al-Alu>si telah menjelaskan status pernikahan laki-laki

muslim menikahi wanita musyrik, selain ahl al-Kita>b yang

dibolehkan menurut QS.al-Maidah/5:5.52

Menurut riwayat al-

A’Mashy, bahwa ayat di atas merupakan pelarangan menikah

dengan wanita-wanita musyrik selain ahl al-kita>b, karena firman

Allah S.W.T dalam QS.al-Bayyinah/98:1[ ن ل م ك ين ي وا الذ ف ر ن ك ب أ هل م ت الك

ين ك شر الم ين و نف ك تى م أ ح ه م ت ي ة ي ن ي الب ], menjelasakan kedudukan at}af, yang

statusnya membedakan antara al-musrikat dan ahl al-kitab, maka

menurut QS.al-Baqarah/2:221, berlaku larangan menikahi wanita

musyrik dan boleh menikahi wanita ahl al-kita>b menurut QS. Al-

Maidah/5:5. Pendapat Ibn Humaid menyatakan, yang bersumber dari

Qata>dah, bahwa, al-Mushrikat di sini adalah wanita bangsa Arab

yang tidak memiliki kitab suci. Diperkuat dengan riwayat Hamma>d

yang bertanya kepada Ibrahim bin Ishaq mengenai hal menikahi

wanita Yahudi dan Nasrani, lalu dijawab oleh Ibrahim, tidak apa-apa

(boleh), lalu berkata lagi lagi, bukankah Allah telah melarangnya

Dikeluarkan Abdun bin Humaid dari Hammad, berkata : aku bertanya kepada

Ibrahim tentang menikahi wanita Yahudi dan Nasrani, ia berkata : boleh ( la

ba’tsa). Bukankah Allah telah berfirman : Janganlah kamu menikahi wanita

musyrik, hingga ia beriman, kemudia Ibrahim mengatakan, mereka adalah wanita

majusi dan penyembah berhala. Jala>luddin al-Suyu>t}i ( 879-911 H ), al-Du>r al-Manthu>r Fi> Tafsi>r bi Al-Ma’thu>r ( tahqi>q : Abdullah bin Abdul Muhsin al-Turky)

(Kairo:Markaz Hijr Li a-Bu’u>th Wa Al-Dira>sat al-Arabiyah Wa al-Isla>miyah, 1424

H/ 2003 M ), cet. I, Juz ke-8, 563. 51

Jala>luddin al-Suyu>t}i (879-911 H), al-Du>rr al-Manthu>r Fi> Tafsi>r bi Al-Ma’thu>r ( tahqi>q : Abdullah bin Abdul Muhsin al-Turky )( Kairo : Markaz Hijr Li

a-Bu’u>th Wa Al-Dira>sa>t al-Arabiyah Wa al-Isla>miyah, 1424 H/ 2003 M ), cet. I,

Juz ke-8, 562. 52Abu> Fadl Shiha>buddin al-Sayyid Mahmu>d al-Alu>si al-Baghda>di

(w. 1270 H), Ru>h al-Ma’a>ni Fi> Tafsi>r Al-Qur’>a>n al-Azi>m Wa Sab’u al-Matha>ni (Beiru>t : Ida>roh al-T}aba>’ah Al-Muni>riyah Da>r Ihya’ al-Tura>th Al-Arabi, t.th ), Juz

ke- 2, 118.

Page 26: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

268

dengan firman-Nya, ” [ ؟المشركاتتنكحواالو ]. Ibrahim menjawab, hal

itu berlaku hanya untuk wanita Maju>si dan penyembah berhala.53

Berdasarkan keterangan-keterangan disimpulkan, penafsiran

ulama-ulama salaf abad pertengahan II ini, menurut Ibn Kathi>r,

mengharamkan orang-orang mukmin menikahi wanita-wanita

musyrik, penyembah berhala, maju>si dan s}a>bi'in, tetapi boleh

menikahi wanita ahl al-kita>b, demikian menurut Al-Suyu>t}i,

walaupun larangan itu masih bersifat umum, dengan kriteria al-

mushrika>t, tetapi dikecualikan ahl al-kita>b yang boleh dinikahi.

Sedangkan al-Alu>si, melarangn menikahi wanita maju>si dan

penyembah berhala, dan membolehkan menikahi wanita ahl al-kita>b

(Yahudi dan Nasrani ).

G. Perspektif Ulama Tafsir Modern-Kontemporer

Beberapa ulama tafsir yang muncul di sekitar abad modern ini

[di mulai sejak tahun 1800 M], yang antara lain, Rashi>d Rid}a> (w.

1354 H/1935 M), Al-Mara>ghi (w. 1371 H/1945 M), Sayyid Qutub

(w. 1386 H/1966 M ), Ali Al-S}a>bu>ni (w. 1406 H/1986 M ), Abu al-

'Ala> Al-Maudu>di (w. 1979 M), Syeikh Mohammad Shaltu>t (w. 1963

M), dan sebagainya. Namun dalam kajian ini, tidak membahas semua

karya yang muncul abad ini, akan tetapi untuk mewakili pandangan

mereka disebutkan beberapa para mufassir di antara, yaitu:

1. Muhammad Rashi>d Rid}a ( 1282-1354 H/1865-1935 ), dalam

kitabnya, Tafsir Al-Mana>r. Rashid Rid}a> sependapat dengan al-Alu>si, yang menyatakan,

bahwa keterangan al-Suyuti berbeda dengan al-Wa>hidi, yang

ditujukan kepada Abu Marthad. Dalam penelitian Rashi>d Rid}a,

membenarkan, jalur yang disampaikan al-Suyu>t}i yang bersumber dari

Ibn Abbas r.a, mengenai maksud larangan QS.al-Baqarah/2:221, yang

ditujukkan kepada Abu Marthad, mengenai larangan menikahi wanita

musyrik, walau berbeda dengan kasus yang terdapat dalam ayat al-

Nu>r/24:3[ الينكح إال زانية أو مشركة الزاني ], terhadap kasus perbuatan zina,

53

Abu Fadl Shihabuddin al-Sayyid Mahmud al-Alu>si al-Baghdadi

(w. 1270 H), Ru>h al-Ma’a>ni Fi> Tafsi>r Al-Qur’>a>n al-Az}i>m Wa Sab’u al-Matha>ni ( Beirut : Idarah al-T}aba’h Al-Muni>riyah Dar Ih}ya’ al-Turath Al-Arabi, t.th ), Juz

ke- 2, 118.

Page 27: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

269

yang ditujukan mengenai Abdullah bin Rawahah.54

Rashi>d Rid}a> juga

setuju dengan sejumlah pendapat, yang mengatakan, bahwa al-mushrika>t dalam QS.al-Baqarah/2:221, ditujukan selain ahl al-kita>b

yang bukan Arab, walaupun hal itu berbeda pandangan dengan

mayoritas ulama, yang memasukan kriteria, orang-orang Arab yang

tidak memiliki kitab suci, dengan landasan QS. Al-Baqarah/2:105

dan QS. Al-Bayinah/98:1, sehingga, wanita musyrik dalam surat al-

Baqarah dimaksudkan mencakup ahl al-kitab dan non ahl al-kita>b. 55

Dalam hal menikahi wanita Maju>si, menurut pendapat

Rashi>d Rid}a> merupakan pelarangan yang masuk dalam katagori

musyrik yang tidak memiliki kitab suci, walaupun berbeda yang

dimaksudkan sebagian ulama Fiqh, masuk dalam kriteria ahl al-kitab, atas dasar QS. Al-Hajj/22:17, hanya saja dalam hal membayar

pajak (Jizyah).56

Rashi>d Rid}a> nanpaknya, tidak cukup sampai disitu,

tetapi memperluas cakupan ahl al-Kita>b, dengan memasukan para

penganut agama, selain Yahudi dan Nasrani, seperti, agama Budha

dan Hindu.57

Karena beralasan, bahwa kriteria al-Mushrika>t (penyembah berhala) ditujukkan kepada wanita-wanita Bangsa Arab,

sebagaimana menurut pendapat yang dipilih oleh Al-T}abari.

Disamping itu, dinyatakan pula oleh Rashi>d Rid|a, bahwa pada

dasarnya semua penganut agama yang ada, sampai saat ini, adalah

ahl al-kita>b, karena pada setiap umat pasti diturunkan seorang rasul

54 Al-Suyu>t}i menyebutkan, ayat al-Nur/24:3, dipahami dua sebab riwayat

diturunkannya, Pertama, ditujukan kepada seseorang laki-laki yang ingin menikahi

seorang wanita yang disebutkan namanya Ummu Mahzul, karena pelaku perbuatan

zina, (dalam riwayat al-Nasa’i), yang kedua, disebutkan ditujukan kepada

seseorang bernama Mazid ( kemudian diralat, melainkan namanya Marsad ) yang

ingin menikahi wanita musyrik yang dicintainya di Makkah, bernama Anaq atas

sebab perlaku zina ( dalam riwayat Abu Daud, Al-Tirmizi, al-Nasa’i, dan al-Ha>kim

dari sumber Amr bin Syua’ib dari bapaknya dari kakeknya. Walhasil ternyata

kasus semacam ini banyak di masa Jahiliyah, namun ayat tersebeut secara umum

diturunkan kepada mereka ( masih dalam satu rangkaian, terhadap individu yang

berbeda, pada kasus yang sama dalam waktu yang sama pula). Al-Sayyid

Muhammad Rashi>d Rid}a>, Tafsi>r Al-Qur’a>n al-Haki>m al-Mashhu>r bi Tafsi>r al-Mana>r (Beiru>t : Dar al-Kutub Al-Ilmiyah, t.th), Jilid 6, 280-281.

55 Al-Sayyid Muhammad Rashid Rid}a>, Tafsi>r Al-Qur’a>n al-H}aki>m al-

Mashhu>r bi Tafsi>r al-Mana>r ( Beiru>t : Dar al-Kutub Al-Ilmiyah, t.th ), Jilid 6, 281 56

Al-Sayyid Muhammad Rashi>d Rid}a, Tafsi>r Al-Qur’a>n al-H}aki>m al-Mashhu>r bi Tafsi>r al-Mana>r 281. 57 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-

Qur’an, 28.

Page 28: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

270

yang membawa risalah atau kitab samawi. Karena lamanya waktu,

kemudian terjadi beberapa penyelewengan atas ajaran serta isi kitab

suci tersebut, sebagaimana juga terjadi pada agama Yahudi dan

Nasrani.58

Maka menurut Rashi>d Rid}a>, dengan mempertimbangkan

penggunaaan kaidah, asal segala sesuatu adalah boleh. Kaedah

tersebut, merupakan kebalikan dari kaidah yang masyhur di kalangan

ulama, yaitu bahwa, asal segala sesuatu itu adalah haram".59

Walaupun demikian, Rashid Rida}, tetap tidak sepakat, dengan

perkawinan yang dilakukan oleh sebagian orang-orang Islam dengan

para wanita ahl al-Kita>b, khususnya yang terjadi di belakangan ini,

para lelaki muslim menikah dengan wanita-wanita Eropa. Karena

dikhawatirkan para wanita tersebut, dengan pengetahuan yang

minim dan kecantikannya, akan menjerumuskan orang-orang Islam

yang karena kebodohan serta kelemahan akhlaknya, terpikat oleh

mereka. Dalam hal ini, akan dapat menimbulkan fitnah. Padahal

mencegah kerusakan (saddu al-dhazi>'ah) wajib hukumnya dalam

Islam.60

58 Sebuah pernyataan, dikatakan, bahwa cakupan ahl al-kitab, meluas

kepada penganut selain ahl al-kitab, sebagaimana yang dilontarkan Abu Mansur

Abdul Qahir bin T}ahir al-Baghda>di ( w. 429 H ), dalam kitab al-Fira>q Baina al-Fira>q yang dikutip Rashi>d Rid}a> dalam al-Mana>r. Dalam hal ini, menyatakan,

Orang-orang Yahudi mengakui kenabian Zarathustra, dan turunnya wahyu dari

Allah kepadanya. Sedangkan orang-orang S}a>bi'in, mengakui kenabian Hermes,

Ilyas, Dauritos, Plato, dan beberapa filosof. Demikian juga umat-umat yang

lainnya, masing-masing mengakui turunnya wahyu tersebut memuat prihal,

larangan, berita tentang siksa, maut, pahala, serta surga dan neraka, yang

merupakan balasan bagi perbuatan yang telah dilakukan. Al-Sayyid Muhammad

Rashi>d Rid}a>,Tafsi>r Al-Qur’a>n al-Haki>m al-Mashhu>r bi Tafsi>r al-Mana>r , 6, 253. 59 Kaidah sebagaimana dimaksud di atas, Al-Aslu Al-‘Iba>hah Fi Kulli

Sha'i, H}atta> Yarudda al-Nas} bi H}azrihi, Pada saat bersamaan Rashi>d Rida}

menyebutkan kaidah, yang masyhur di kalangan ulama, bahwa asal perkawinan

adalah haram (Al-Aslu fi> al-Nika>h al-H}urmah ), walaupun pada dasarnya, asal

segala sesuatu adalah boleh ( Al-Aslu fi> Sa>iri al-Ashya' al-Iba>hah ). Jika demikian

sama halnya pendapat mayoritas Ulama, maka harus ada nas} yang membolehkan

suatu perkawinan. Lihat. Al-Sayyid Muhammad Rashi>d Rida}, Tafsi>r Al-Qur’a>n al-H}aki>m al-Masyhu>r bi Tafsi>r al-Mana>r ( Beiru>t : Da>r al-Kutub Al-Ilmiyah, t.th ),

Jilid 6, 157. 60 Al-Sayyid Muhammad Rashi>d Rid}a>, Tafsi>r Al-Qur’a>n al-H}aki>m al-

Mashhu>r bi Tafsi>r al-Mana>r ( Beiru>t : Dar al-Kutub Al-Ilmiyah, t.th ), Jilid 6, 159.

Page 29: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

271

2. Al-Mara>ghi ( 1300-1371 H )/( 1883-1952 M ), Dalam Tafsir Al-Mara>ghi Pendapat Al-Mara>ghi mengenai pernikahan pria muslim dengan

wanita Maju>si atau S}a>bi’ah, yang dipahami menurut QS.al-

Baqarah/2:221, Ia menyatakan larangan menikahi wanita musyrik,

yang dipahami dalam teks, ” Janganlah menikahi wanita musyrik yang tidak memiliki kitab suci, hingga ia beriman dan membenarkan kenabian Muhammad S.A.W ”.

61 Al-Mara>ghi melarangan pria non

muslim menikahi wanita muslimah, karena alasan, kurangnya

kafa>’ah (kesempurnaan). Sedangkan dalam hal menikahi wanita

yang berstatus ahl al-kita>b (Yahudi dan Nasrani), telah

diperbolehkan bedasarkan QS. al-Ma>idah/5:5, karena beralasan,

untuk menjalin hubungan baik dengan non muslim, menciptakan

dakwa Islam, selain menyatukan hubungan dua individu yang

berbeda agama dalam sebuah ikatan pernikahan.62

3. Muhammad Sayyid Qutb (1326-1386 H)/(1906-1966 M), dalam

kitabnyaTafsi>r Fi > Z}ila>l Al-Qur’a>n

Penafsiran Sayyid Qutb dalam konteks QS. al-Baqarah/2:221 ini,

sebagai bentuk pelarangan pria muslim menikahi wanita musyrik atau

sebaliknya larangan non-muslim menikahi wanita muslimah.

walaupun tidak secara tegas, siapa status yang dimaksudkan Maju>si dan S}a>bi’in. Tetapi, bisa dipahami dengan turunnya ayat al-Baqarah

tadi, sebagai larangan pernikahan antara muslim dengan orang ka>fir (musyrik) yang pernah terjalin, bahkan Peristiwa Hudaibiyah [6H],

sebagai solusi awal, memperbaiki tatanan kehidupan, dilarangnya

menjalin hubungan pernikahan dengan orang musyrik. Lalu dengan

turunnya QS.al-Mumtahanah/60:10 ini, yang sekaligus, menjelaskan

status putusnya hubungan pernikahan dengan mereka, yang pernah

terjalin, bertujuan demi mengangkat derajar manusia, di atas derajat

makluk lainnya.63

Akan tetapi Sayyid Qutb menyetujui pernikahan

61 Ahmad Mus}t}afa Al-Mara>ghi,Tafsi>r Al-Mara>ghi, (Kairo : Shirkah

Maktabah Wa Mat}ba’ah Mus}t}afa Al-Ba>bi al-H}alabi Wa Awla>duhu, 1365 H / 1945

M ), cet. I, 151. 62 Ahmad Musthafa Al-Maraghi,Tafsir Al-Mara>ghi, (Kairo:Shirkah

Maktabah Wa Mat}ba’ah Must}afa Al-Ba>bi al-H}alabi Wa Awla>duhu, 1365 H / 1945

M ), cet. I, 153. 63 Sayyid Qutb, Fi> Z}ila>l al-Qur’an (Beiru>t : Dar Al-Arabiyah Li T}aba’ah

Wa Nashr Wa Tawzi’, t.th ), cet. Ke-4, 177.

Page 30: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

272

dengan wanita, yang berstatus merdeka atau budak sekalipun, karena,

menurutnya, bahwa status yang beriman, adalah tinggi dan mulia

derajatnya, [ .[ مشةركة مةن خيةر مؤمنةة وألمةة64 Walau demikian, Ia tetap

menyetujui pernikahan dengan ahl al-Kita>b yang berbeda keyakinan,

karena menurutnya, Islam dan mereka memiliki latar belakang akar

akidah yang sama. Tetapi Sayyid Qutb tidak menyetujui, jika ahl al-

kita>b itu adalah orang-orang yang berkeyakinan kepada trinitas,

bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga (QS. al-Maidah/5:73),

disebutkan bahwa, Allah sebagai al-Masih putra Maryam ( QS.al-

Maidah/5:72 ), atau sebagai Uzair putra Allah, ( QS al-Taubah/9:31),

yang berbeda menurut Jumhur sebagaimana menurut QS. al-

Maidah/5:5. Berdasarkan hadits yang riwayat Al-Bukhari, bahwa

Abdullah bin Umar berkata : “ Saya tidak melihat kemusyrikan yang

lebih besar, dari perkataan wanita, bahwa Tuhannya adalah Isa “.

Maka Sayyid Qutb setuju dengan landasan hadith ini, maka status

pernikahan dilarang sejalan dengan pendapat Ibn Umar. 65

4. Muhammad Ali Al-S}a>bu>ni ( w. 1406 H / 1986 M ), Tafsi>r Aya>t Al-Ahka>m Min al-Qur’a>n

Penafsiran Ali Al-S}a>bu>ni membenarkan seorang muslim

menikahi ahl al-kita>b [Yahudi dan Nasrani], sebagaimana

kesepakatan pendapat Jumhur Ulama, yang dengan menambah syarat

dengan status sebagai zimmi,[QS. al-Maidah/5: 5]. Dan Ia setuju

dengan pelarangan terhadap pria muslim menikahi wanita Maju>si dan

penyembah berhala, 66

walaupun besebrangan menurut pendapat Ibn

Umar r.a tentang pernikahan semacam ini, atas alasan teks QS.al-

Baqarah/2:221, selain itu juga beranggapan bahwa orang-orang

musyrik adalah musuh Islam menurut QS.al-Mumtahanah/60:1.67

Muhammad Ali al-S}a>bu>ni, mengkritik alasan pendapat Ibn Umar r.a

yang berbeda berpandangan dengan mayoritas ulama, walaupun

hanya, ingin menyatakan, bahwa atas alasan kekwawatiran saja, yang

64

Sayyid Qutb, Fi> Z}ila>l al-Qur’an ( Beiru>t : Dar Al-Arabiyah Li T }aba’ah

Wa Nashr Wa Tawzi’, t.th ), cet. Ke-4, 177. 65 Sayyid Qutb, Fi> Z}ila>l al-Qur’an ( Beiru>t : Dar Al-Arabiyah Li T}aba’ah Wa

Nashr Wa Tawzi’, t.th ), cet. Ke-4, 178. 66 Muhammad Ali al-S}a>bu>ni, Tafsi>r Aya>t Al-Ahka>m Min al-Qur’a>n

(Beiru>t : Da>r Al-Qur’an Al-Karim, 1420 H/1999 ), cet. I, 203. 67 Muhammad Ali al-S}a>bu>ni, Tafsi>r Aya>t Al-Ahka>m Min al-Qur’a>n

(Beiru>t : Da>r Al-Qur’an Al-Karim, 1420 H/1999 ), cet. I, 384.

Page 31: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

273

berakibat buruk terhadap langgengnya pernikahan, dan munculnya

banyak fitnah. Dari sisi lain menurut al-Sa>buni, cinta dan kebahagian

akan tumbuh setelah pasca pernikahan, dengan besarnya cinta

membuat lengah, dan pakta dilapangan membuktikan, sebagian

wanita lebih banyak berperan, termasuk perihal mendidik anak, akan

mungkin dalam hal keyakinan, atau mungkin menjadikan mereka

Yahudi atau Nasrani. Jika demikian alasannya, maka menurut Ali Al-

S}a>bu>ni, batal status pernikahan semacam ini, atau membolehkan

pernikahan dengan mengabaikan dampak yang akan mungkin

terjadi.68

Sebagai kesimpulan, menurut penafsiran ulama-ulama tafsir

modern-kontemporer abad ini, (1). Menurut Muhammad Rashid

Rida, menyatakan menikahi wanita Maju>si, merupakan hal yang

dilarang, karena termasuk katagori musyrik yang tidak memiliki

kitab suci, walaupun itu boleh masuk dalam kriteria ahl al-kita>b,

yang hanya dalam hal membayar pajak (Jizyah). Bahkan, Rid}a

memperluas cakupan >ahl al-kita>b, dengan memasukan para penganut

agama selain Yahudi dan Nasrani, seperti, agama Budha dan Hindu,

dengan alasan kriteria al-Mushrika>t (penyembah berhala) ditujukkan

kepada wanita-wanita Bangsa Arab saja. (2).Al-Maraghi mengenai

pernikahan pria muslim dengan wanita Majusi atau Sabi’ah sesuatu

hal yang dilarang, dengan alasan, karena paham QS.al-Baqarah/2:

221, adalah wanita musyrik (3). Sedangkan Sayyid Qutb sependapat

dengan pendapat Ibn Umar r.a, yang menyatakan, bahwa Ahl al-

Kitab, Majusi serta Sabi’in adalah musyrik, maka dilarang menikahi

dari wanita-wanita mereka,(4), al-Shabuni, membolehkan seorang

muslim menikah dengan ahl al-kitab[Yahudi dan Nasrani],

sebagaimana menurut Jumhur, dengan tambahan syara yang berstatus

Zimmy,berdasarkan [QS. al-Maidah/5:5], dengan tidak menyetujui

pria muslim menikah dengan wanita Majusi dan penyembah berhala,

karena alasan mereka musyrik.

5. Abu Al-‘Ala > Al-Mawdu>di ( w. 1979 M ), Tafsir Tafhi>m al-

Qur’an

Tanpaknya menurut al-Maudu>di, sebagaimana dikutip Abdul

Muta’al terkait pernikahan dengan orang maju>si dan sa >bi’ah, bahwa

68 Muhammad Ali al-S}a>bu>ni, Tafsi>r Aya>t Al-Ah}ka>m Min al-Qur’a>n

(Beiru>t : Dar Al-Qur’an Al-Karim, 1420 H/1999), cet. I, 384.

Page 32: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

274

penyembah berhala dan kaum atheis adalah kelompok orang yang

amat jauh dari agama Islam, baik peradaban dan kepercayaan. Maka

secara mutlak haram menikahi salah satu di antara wanita mereka.69

Tanpaknya pendapat tersebut, sesuai dengan Jumhur Ulama, yang

menyatakan bahwa, wanita musyrik [al-mushrika>t] bukan hanya

terbatas pada wanita bangsa Arab saja, melainkan mencakup semua

wanita musyrik non-Arab dimanapun mereka berada. Dengan kata

lain, semua wanita, baik bangsa Arab atau non-Arab selain Ahl al-

Kita>b [Yahudi dan Nasrani ] tidak boleh dinikahi. Dan menurut

pendapat ini, wanita yang non muslimah dan yang bukan pula Yahudi

atau Kristen tidak boleh dinikahi oleh pria muslim apapun agama dan

kepercayaan mereka, seperti, agama Budha, Hindu, Konghuchu,

Maju>si, karena mereka termasuk katagori musyrik.70

6. Muhammad Shaltut ( 1893-1963 M ).

Pernikahan yang ideal adalah pernikahan yang sesuai dengan

keserasian pandangan dan cita-cita, menyatukan perasaan (cinta),

karena sesuai dengan tujuan pernikahan, yang membawa kehidupan

berkeluarga dengan landasan, mawaddah dan rahmah.71

Dalam

beberapa fatwahnya, Muhammad Shaltut setuju dengan pendapat

para ulama, yang membolehkan pernikahan dengan wanita ahl al-

kita>b, seperti yang dimaksudkan ayat 5 surat al-Maidah, tanpa

memandang, status maju>si, atau s}a>bi’ah dan sebagainya, tetapi karena

hal itu telah disepakati keharamannya, sesuai QS. al-Baqarah/2:221.72

Nampaknya, Shaltut tidak melihat siapa yang membenarkan, dan

siapa yang menolak pernikahan semacam ini, melainkan terletak pada

pandangan, bagimana ulama memahami mas}dar al-tashri>’i [sumber hukum Islam]. Karena dalam pernikahan, suami sebagai

pemimpin keluarga, dan layaknya, sebagai pemimpin membawa

keluarga, kepada kehidupan yang berprilaku Islami. Jika demikian,

69 Saifuddin Shiddik, Hukum Islam Tentang Berbagai Persoalan

Kontemporer ( Jakarta : Intirmedia, 2004), 8. 70 Saifuddin Shiddik, Hukum Islam Tentang Berbagai Persoalan

Kontemporer ( Jakarta : Intirmedia, 2004), 7. 71 Muhammad Shaltu>t, Al-Fata>wa Dira>satun Li Mushkila>ti al-Muslim al-

Mua>’shir Fi> Haya>tihi al-Yaumiyah al->Amah ( Kairo : Dar Shuru>k, 1405 H / 1987

M ), Cet. Ke-14, 238. 72 Muhammad Shaltut, Al-Fata>wa Dira>satun Li Mushkila>ti al-Muslim al-

Mua>’shir Fi> Haya>tihi al-Yaumiyah al->Amah, 239.

Page 33: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

275

dibolehkannya pernikahan dengan wanita ahl al-kita>b, selain satu

harapan dapat menjadikan keluarga teladan, sang suami mencintai

ajaran yang dibawa rasulnya, ajaran yang dibawa nabi-nabi, cinta

damai dan kasih sayang, sebagai contoh buat sang istri, dan toleransi

kebebasan beragama yang disandangnya, tanpa harus memaksakan

terhadap keyakinan mereka, sebagai bentuk sama>hah (toleransi)

dalam Islam, yang menjadi hikmah dibalik kebolehan pernikahan

dengan wanita ahl al-kita>b, yang menurut ulama sebagai penerapan

ajaran tasyri' ini.73

Tetapi tidak menjadi kendala, jika pelarangan itu,

bagi seorang muslim, berbeda dari apa yang dimaksud dari harapkan

ulama yang membolehkan, yaitu, sang suami lemah dan bodoh,

mengikuti toleransi sang istri, bertentangan dengan akidah, berprilaku

tidak Islami, seperti, ikut ke Gereja bersama-sama, bahkan tidak

dapat membedakan, antara yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan

Islam, bahkan berdampak buruk dalam kehidupan keluarga dan anak-

anak mereka. Maka kondisi pernikahan seperti ini, bertentangan

dengan ajaran Islam, bahkan berdampak lebih buruk lagi, membawa

prilaku kemusyrikan hingga kemurtadan dalam keluarga. Maka

pernikahan semacam ini, dapat menjadi haram.74

Kesimpulan perspektif ulama-ulama tafsir modern-

kontemporer di abad ini, di antaranya, menurut al-Mawdu>di, haram

menikahi wanita al-maju>si dan al-s}a>bi’in, penyembah berhala dan

kaum atheis, karena mereka dipandang musyrik. Demikian juga

menurut Muhammad Shaltut membolehkan pernikahan dengan

wanita ahl al-kita>b, dan mengharamkan wanita maju>si dan s}a>bi’ah,

karena alasan mereka musyrik.

H. Penafsiran Ulama-Ulama Tafsir Indonesia dan Cendekiawan

Muslim

Di antara para Mufassir Indonesia yang turut andil dalam

menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, terkait pernikahan beda agama ini,

di antaranya, Mahmud Yunus (w. 1399 H/1982 M), Hamka, Haji

Abdul Malik AbdulKarim Amrullah (w.1981M), dan Muhammad

73 Muhammad Shaltu>t, Al-Fata>wa Dira>satun Li Musykila>ti al-Muslim al-

Mua>’shir Fi> Haya>tihi al-Yaumiyah al->Amah ( Kairo : Dar Syuruk, 1405 H / 1987

M ), Cet. Ke-14, 240. 74

Muhammad Shaltu>t, Al-Fata>wa Dira>satun Li Mushkila>ti al-Muslim al-Mua>’shir Fi> H}aya>tihi al-Yaumiyah al->Amah ( Kairo : Dar Shuru>k, 1405 H/1987

M), Cet. Ke-14, 240.

Page 34: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

276

Quraish Shihab serta Sarjana dan Para Cendekiawan Muslim

Indonesia lainnya.

1. Hamka (w. 1981 M), Tafsir Al-Azhar, 1973

Setelah Hamka75

menjelaskan, status halalnya pernikahan

antara pria muslim dengan perempuan muslimah, di halalkan pula

mengawini perempuan ahl al-kita>b menurut QS.al-Maidah/5:5

dengan ketentuan telah membayar mahar mereka. Hamka, memberi

kriteria, ahl al-kita>b adalah Yahudi dan Nasrani, tanpa harus masuk

Islam terlebih dahulu, karena ajaran Islam tidak ada paksaan,

sebagaimana dijelaskan dalam QS.al-Baqarah/2:256 [ راه ينفيآلإك الد ].

Karena keluasaan Islam terhadap faham tasa>muh (toleransi) dan

dalam kedua ayat tersebut, kebolehan memakan sembelihan ahl al-

kita>b dan boleh mengawini perempuan mereka.76

Walau dalam

tafsirnya, Hamka tidak menyinggung kriteria maju>si atau s}a>bi’ah 77

karena mereka telah jelas, status keyakinan mereka, sebagaimana

menurut QS.al-Baqarah/2]:221, dan mereka adalah musyrik, maka

diharamkan menikahi di antara wanita mereka. Hamka mengutip

asba>b nuzu>l, pelarangan pernikahan seorang sahabat yang benama

Marthad al-Ghaznawi, yang tertarik ingin menikahi wanita musyrik,

lalu turunlah ayat tersebut.78

Dalam hal ini, Hamka cenderung kepada bentuk pernikahan

yang ideal, yaitu perintah berhati-hati dalam memilih pasangan

hidup, karena isteri adalah teman hidup, membantu, menegakkan

rumah-tangga yang bahagia yang penuh cinta dan kasih sayang

karena iman, mewariskan generasi yang salih dan salihah. Karena

75 Nama lengkapnya adalah Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Lahir di

Kepala Kabun, Nagari Sungai Batang, Maninjau, Agam, 17 Safar 1296 H/ 10

Februari 1879 M. Ia sorang Ulama besar abad ke-20 yang berasal dari

Minangkabau. Ayah dari Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka),

semasa kecilnya, ia diberi nama Muhammad Rasul. Ibunya bernama Tarwasa

(w. 1943 M). Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta :

Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994 ), cet. ke-2,15-18. 76 Hamka, Tafsir Al-Azhar ( Jakarta : Penerbit Pustaka Panjimas, 1982),

Juz 1-3, 144. 77 Lihat. Pengertian Maju>si dan al-s}a>bi’ah, Muhammad Quraish Shihab,

Ensiklopedi Al-Qur’an (kajian kosa kata )(Jakarta : Lentera Hati, 2007), cet. I,

890-891, 560-561. 78 Hamka, Tafsir Al-Azhar ( Jakarta : Penerbit Pustaka Panjimas, 1982 ),

Juz 1-3, 193.

Page 35: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

277

perkawinan yang bahagia, adalah yang dibangun atas dasar keyakinan

yang sama, dan karenanya, menurut Hamka, perkawinan harus

ditegakkan atas dasar kafa>’ah [kesempurnaan], baik laki-laki maupun

perempuan, yang memiliki pokok dasar, persamaan tujuan,

kepercayaan dan anutan agama.79

Berdasarkan ayat di atas, orang

Islam tidak kufu' dengan segala prilaku orang-orang yang

mempersekutukan Tuhan, sehingga tidak boleh dilengahkan, karena

rumah tangga yang kokoh dibangun atas dasar iman yang kokoh pula,

sehingga pernikahan bercita-cita, bahagia di dunia dan akhirat, serta

maghfirah-Nya, menjadikan rumah tangga yang ideal dan bahagia,

karena persamaan menuju ridha Allah.80

Kemudian datanglah

perintah, yang meringankan, pria muslim boleh menikahi perempuan

ahl al-kita>b QS./5:5, baik Yahudi dan Nasrani, karena mereka

memiliki persamaan ajaran dengan Islam, sebagaimana ajaran yang

mengakui adanya Tuhan Yang Esa.81

2. Muhammad Quraish Shihab (Tafsir Al-Misba>h, 1990 M)

Pandangan Quraish Shihab tentang pernikahan beda agama

sama dengan pandangan mayoritas ulama, baik mengenai kriteria

maju>si atau al-s}a>bi’in.82

Menurut tafsirnya [tafsir al-Misbah],

terdapat banyak keterangan-keterangan yang mendukung pemahaman

konteks ini, yang secara tegas al-Qur’an melarang perkawinan pria

muslim dengan wanita musyrik berdasarkan QS.al-Baqarah/2:221.

79 Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta : Penerbit Pustaka Panjimas, 1982),

Juz 1-3, 193-194 . 80 Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta : Penerbit Pustaka Panjimas, 1982),

Juz 1-3, 195. 81 Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta : Penerbit Pustaka Panjimas, 1982),

Juz 1-3, 195. 82 Antara al-Sa>bi’un dan al-Maju>si, Sayyid Sa>biq, mengatakan, bahwa

S}a>bi’un adalah suatu kaum antara Majusi, Yahudi dan Nasrani, akan tetapi tidak

memiliki agama. Sedangkan Maju>si, mengutip pendapat pendapat Ibn Munzir,

bersepakat tidak menikahi maju>si juga tidak memakan sembelihan mereka, karena

mereka tidak memiliki kitab suci, bahkan tidak mengimani kepada para nabi-nabi,

selain mereka menyembah api, bahkan Imam Sha>fi’ih, menyatakan mereka bukan

ahl al-kita>b, berdasarkan riwayat, Bahwa Umar bin Khattab menyebutkan maju>si, lalu berkata : apa yang aku lakukan terhadap mereka ? berkata Abdurahman bin

Auf, ketika mendengar Rasulullah bersabda : Perlakukanlah mereka seperti, ahl al-kitab ( dalam hal pajak ). Menurut al-Shafi’ih, jelas bukti, mereka bukan ahl al-kitab. Sayyid Sa>biq, Fiqh Sunnah ( Kairo : Al-Fath al-I’lamy Al-Arabi, 1365 H),

68-69.

Page 36: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

278

Pertanyaannya, siapakah yang dimaksudkan maju>si dan al-s}a>bi’in,

dan bagimana status mereka ? Menurut Quraish Shihab berdasarkan

QS.al-Maidah/5:5 ini, membolehkan pria muslim menikahi wanita

ahl al-Kita>b (penganut agama Yahudi dan Kristen). Karena,

menurutnya, definisi kata syirik adalah mempersekutukan sesuatu

dengan sesuatu. Dalam pandangan Islam, seorang musyrik adalah

yang percaya bahwa ada Tuhan bersama Allah, atau siapa yang

melakukan suatu aktivitas yang bertujuan ganda, yang pertama

kepada Allah dan yang kedua, kepada selain Allah. Dengan

demikian, semua yang mempersekutukan Allah dari sudut tinjauan

ini, adalah musyrik. Sebagaimana orang Kristen percaya tentang

trinitas, mereka adalah musyrik dari sudut pandangan ayat al-

Baqarah 221 ini. Namun demikian, ulama-ulama al-Qur’an, telah

melahirkan beberapa pandangan hukum, yang menurut pengamatan

mereka, kata mushrik atau al-mushrika>t, yang digunakan al-Qur’an

untuk kelompok tertentu yang mempersekutukan Allah, mereka

adalah para penyembah berhala, ketika turunnya ayat masih sangat

banyak, khususnya yang bertempat tinggal di Makkah. Dengan

demikian, istilah Al-Qur’an tentang musyrik berbeda dengan istilah

keagamaan di atas. Walaupun penganut agama Kristen percaya

kepada Tuhan Bapak dan Tuhan Anak yang oleh agama Islam dinilai

sebagai orang-orang yang mempersekutukan Allah, namun Al-Qur’an

tidak menamai mereka sebagai musyrik, tetapi menamai mereka

dengan sebutan ahl al-kita>b. 83

Mayoritas ulama kalangan sahabat tetap berpegang kepada

teks yang membolehkan perkawinan semacam ini. Walaupun mereka

berkeyakinan, bahwa, aqidah ketuhanan ajaran Yahudi dan Kristen

tidak sepenuhnya sama dengan aqidah Islam, tetapi al-Qur’an tidak

menamai mereka menganut Kristen atau Yahudi sebagai orang

musyik, bedarkan firman Allah QS.al-Bayyinah/98:1.84

Melainkan,

dalam pandangan Quraish Shihab, dengan membedakan antara dua

pengertian orang kafir, yaitu, (1). Ahl al-Kitab dan (2). Al-Mushrikin.

Dari perbedaan kedua pengertian itu, karena atas pemahaman huruf

‘wa>wu’ yang diterjemahkan “ dan “, yang menurut ulama bahasa,

sebagai ungkapan yang mengandung makna menghimpun dua hal

83

Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan

Keserasian Al-Qur’an ( Jakarta : Lentera Hati, 2000 ), Volume 14, cet. I, 442. 84

Muhammad Qurasih Shihab, Wawasan Al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i

Atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung : Mizan, 1996), cet. Ke-III, 196.

Page 37: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

279

yang berbeda.85

Dan bagi alasan yang melarang, sebagaimana

diisyaratkan menurut teks QS.al-Baqarah/2:221, akan berharap,

melahirkan suatu ketentraman (saki>nah ) dalam keluarga. Sedangkan

alasan bagi yang membolehkan, menurut QS.al-Maidah/5:5, bahwa

perempuan u>tu al-kita>b (ahl al-Kitab), walaupun boleh dinikahi,

namun bukan sebagai jalan keluar yang mendesak ketika saat itu,

melainkan karena, seorang muslim mengakui bahwa, Isa a.s adalah

Nabiyallah, pembawa ajaran agama, sehingga pria yang biasanya

lebih kuat dari kaum wanita (jika beragama Islam), maka dapat

mentoleransi dan mempersilahkan wanita ahl al-kita>b menganut dan

menjalankan syariat agamanya menurut QS. Al-Ka>firun/109:6. Akan

tetapi berbeda dengan ahl al-Kita>b yang tidak mengakui Muhammad

SAW sebagai nabi, menurut Quraish Shihab, dengan menyebutkan

macam-macam kafir selain yang lima, yaitu kufr al-Shirk [ كفر الشرك ],

yakni, menyekutukan Allah dengan makhluk-Nya atau menyembah

selain Allah (mengingkari ke-Esaan Allah),86

atau pemahaman yang

dimaksudkan sebagai perdustaan, yaitu dusta terhadap Allah dan

Rasul-Nya, yaitu lawan dari pembenaran (tasdi>q), sebagaimana

dipahami kalangan ahl al-Sunnah Wal Al-Jama>’ah.87

Jika, dipahami,

maksud ka>fir dalam konteks pernikahan semacam ini, berdasarkan

QS.al-Mumtahanah/60:10, maka esensinya, adalah larangan menjalin

hubungan mesra antara kaum muslimin dengan orang-orang yang

memusuhi Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana kesepakatan dalam

perjanjian hudaibiyah (sulh } h}udaibiyah) tahun VI H, status

pernikahan telah dibatalkan (putus), karena status suami sebagai

muslim sedangkan istri masih mushrikah (ka>fir) yang bukan ahl al-Kita>b, sebagaimana menurut QS. al-Mumtahanah/60:10

85 Muhammad Qurasih Shihab, Wawasan Al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i

Atas Pelbagai Persoalan Umat ( Bandung : Mizan, 1996 ), cet. Ke-III, 197. 86 Dalam beberapa pembagian kafir, terdapat lima hal yang dimaksudkan

itu, diantaranya, (1). Kufr Juhu>d, yakni pengakuan terhadap Tuhan di dalam hati,

tetapi tidak diiringi dengan ucapan, (2). Kufr al-Inka>r, yakni, kafir terhadap Allah,

para Malaikat, para Rasul, serta semua ajarannya, dan hari akhirat. (3). Kufr

Nikmah, yakni, menutup-nutupi nikmat Allah di dalam hati mereka tidak

mensyukurinya, (4). Kufr al-Nifa>q, yakni, pembenaran dengan ucapan, dan

diingkari oleh hati. (5). Kufr al-Shirk, yakni, mempersekutukan Allah dengan makhluk atau menyembah selain Allah. Muhammad Quraish Shihab, Ensiklopedi

Al-Qur’an (kajian kosa kata), (Jakarta : Lentera Hati, 2007), cet. I, 418-419. 87 Muhammad Quraish Shihab, Ensiklopedi Al-Qur’an ( kajian kosa kata)

(Jakarta : Lentera Hati, 2007 ), cet. I, 416, 418-419.

Page 38: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

280

Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-

perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah

lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui

bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka

kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-

orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal bagi mereka. Dan berikanlah

kepada (suami-suami) mereka mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa

atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan

janganlah kamu tetap berperang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-

perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan

hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Bijaksana. (QS. Al-Mumtahanah/60:10). 88

Sejalan dengan larangan ayat di atas, mengutip pendapat al-

Zamakshari, maka Quraish Shihab, dengan tegas, menyatakan atas

ketidakhalalan status pernikahan semacam ini, dengan dasar

penggalan ayat berbunyi [ ال هن حل لهم والهم يحلون لهن ]. Maka

pengertian, bentuk pertama, Hillun [ حل ] menggunakan bentuk

mas}dar (infinitive noun), yang menyatakan bahwa, sejak sekarang hal

itu, telah tidak dihalalkan lagi. Kedua, dengan bentuk Mudha>ri, Yahillunna [ نويحل ], yang dipahami untuk yang akan datang.

T}aba>’taba>’i tidak memahami penggalan kalimat itu, [ hillun dan

Yahillunna ], secara hukum, akan tetapi keduanya secara bersamaan,

mengandung pengertian, putusnya ikatan perkawinan. Demikian

pandangan Quraish Shihab dalam tafsirnya.89

3. Sarjana Muslim dan Cendekiawan Muslim Indonesia

Pandangan Nurcholis Madjid (w. 2005)90

tentang wanita

Yahudi dan Nasrani, dipahami dengan teks QS.Al-Maidah/5:5

88

Departemen Agama RI Jakarta, Al-Qur’an Dan Terjemahnya

(Bandung : Gema Risalah Press), 924. 89

Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an ( Jakarta : Lentera Hati, 2000 ), Volume 14, cet. I, 171-174

90 Nurcholis Madjid lahir di Jawa Timur, pada tahun 1939 M. Dia adalah

seorang cendekiawan Indonesia dan pendukung toleransi beragama. Nurcholis Juga adalah salah seorang teolog Indonesia yang paling berani. Visi Islamnya bersifat

pluralistis, toleran, dan bertujuan memenuhi kebutuhan, spiritual populasi urban

modern. Seperti pemikir mordernis lainnya, Nurcholis mengakarkan teologisnya

dalam doktrin tajdid atau kembali ke Islam Nabi Muhammad SAW. Tidak seperti

modernis lainnya, dia lebih peduli pada spirituallitas dari pada prilaku social dan

Page 39: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

281

.adalah ahl al-kita>b [والمحصنات من الذين أوتوا الكتاب من قبلكم]

Pertanyaannya, apakah ahl al-Kitab itu, di luar Yahudi dan Nasrani ?

Pendapat Imam Syafi’i, menyatakan, ahl al-Kita>b hanyalah untuk

orang-orang Yahudi dan Nasrani yang berasal dari keturunan Israel,

sebab menurutnya, Nabi Musa dan Nabi Isa diturunkan untuk bangsa

Israel, bukan untuk bangsa-bangsa lain. Bertolak belakang dengan

Imam Abu Hanifah, siapapun yang mempercayai seorang Nabi yang

pernah diturunkan Allah S.W.T, maka mereka adalah ahl al-Kita>b.

Mengutip pendapat Abu ‘Ala al-Maududi, Nurchalis Madjid,

beranggapan, bahwa penganut agama Hindu dan Budha disebut

sebagai ahl al-Kitab. 91

Nurchalis merujuk pendapat mufasir modern-

kontemporer, sekaligus pembaharu Islam, bahwa Muhammad Rasyid

itual. Dia dididik di pesantren Gontor yang menekankan bahasa Inggris dan Subjek-

sekuler serta kurikulum Islam Tradisional. Dia menerima gelar keserjanaan dari

Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) di Jakarta pada tahun 1968. Dan apada tahun

1966 hingga 1971 dia menjabat ketua Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI ), Dia

belajar dibawah bimbinan Fazlur Rahman di Universitas Chicago, dan menerima

doctor pada tahun 1984 dengan disertasi mengenai pemahaman Ibn Taymiyah

tentang hubungan akal dengan wahyu. Pada tahun 1990-an, Nurcholis memegang

jabatan di Intsitut Negeri Islam Jakarta di Jakarta dan Lembaga Pengetahuan

Indonesia ( LIPI ). Pemikiran Nurcholis sangat kontrovesial, pada tahun 1960-an,

dia menantang posisi’ modernis’ yang menganjurkan penerapan harfiyah al-Qur’an dan hadits dalam masyarakat kontemporer. Sebagai alternative dia menganjurkan

kembali pada ruh atau prinsip dasar Islam sebagai bimbingan untuk prilaku

kontemporer. Pada tahun 1986, Nucholis bersama pemikir muslim lainnya,

menidirikan Yayasan Wakaf Paramadina di Jakarta. Bagi Nurcholis, para madina

merupakanmedia untuk membangun suatu tatanan masyarakat madani yang

mengacu kepada masyarakat Madinah yang di bangun oleh Nabi Muhammad

SAW. Nama Para Madina bias dilihat dari dua sisi. Pertama, Paramadina

merupakan gabungan dua kata; parama ( bahasa Sangsekerta ) yang artinya utama

dan unggul, dan dina ( bahasa Arab ) yang diadopsi dari kata din, yang artinya

agama. Jadi, Paramadian berarti, agama peratama dan utama “. Kedua, Paramadina

juga bisa merupakan penggalan dari dua kata : para ( bahasa latin ) yang diadopsi

dari kata par yang berarti jejajar atau serasi, sejiwa dan madina (bahasa Arab), yang diadopsi dari kata madinah, yang berarti ‘kota’ atau tempat peradaban-

madaniyyah dan tamaddun, nama ini mengisyaraktkan makna paramadina adalah

memiliki pandangan dasar, kepasrahan manusi kepada Tuhan ( Allah ) untuk

membangun peradaban yang akan membawa kebahagiaan bagi semua. John L.

Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern ( Bandung : Mizan, 2002 ), cet

II, 186-187. 91

Nurcholis Madjid, Komaruddin Hidayat, Kautsar Azhari Noer (edit.)

Mun'im Sirry, Fiqh Lintas Agama : Membangun Masyarakat : Inklusif-Pluralis (Jakarta : Paramadina, 2004),49.

Page 40: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

282

Rid}a, dengan dasar sebuah hadits, yang berasal dari Ali bin Abi T}alib

menegaskan, bahwa kaum maju>si tergolong ahl al-kita>b.

Abdun bin Humid dalam tafsirnya, terhadap surat al-Buruj meriwayatkan dengan

sanad yang shahih dari Ibn Abza, bahwa setelah kaum muslim mengalahkan

penduduk Persia, Umar berkata, Berkumpulah kalian !( yakni, ia berkata kepada

para sahabat, berkempullah kalian untuk musyawarah ”, sebagaimana hal itu telah

menadai sunah yang diikuti dengan baik dan berkewajiban yang semestinya ).

Kemudia Umar berkata, ” Sesungguhnya kaum Majusi itu bukanlah ahl al-Kitab,

sehingga dapat kita pungut jizyah dari mereka, dan bukan pula kaum penyembah

berhala, sehingga dapat kita terapkan hukum yang berlaku ”. Maka Ali menyahut, ”

Sebaliknya mereka adalah ahl al-Kitab.92

Selain hal di atas, Nurchalis mengutip pendapat Rashi>d Rid}a,

yang menyatakan, bahwa di luar Yahudi dan Nasrani terdapat ahl al-

Kitab, tetapi tidak hanya menyebutkan kaum Maju>si (Zaroastri) dan

Sa>bi’in saja, melainkan Hindu, Budha dan Khonghuchu.93

Keterangan di atas, dapat disimpulkan, pernikahan seorang muslim

dengan ahl al-Kita>b, dibedakan dengan kriteria ka>fir dan mushrik

serta ahl al-kita>b. Dengan berdalil ungkapan Abu A’la Al-Maududi,

bukalah dan baca Al-Qur’an dari awal, hingga akhir, maka akan

ditemukan tiga katagori kepercayaan, yang arti dan maknanya

berbeda, al-musyrika>t, ahl al-kita>b dan ahl al-iman. Menurut

Nurchalis, mengutip penjelasan QS.al-Maidah/5:17,73, dan QS.al-

Taubah/9:30, secara ekplisit, bahwa dasar kepercayaan ahl al-kita>b,

adalah kemusyrikan, seperti kata mereka,“....Sesungguhnya Allah itu

adalah al-Masih putra Maryam… (al-Maidah [5]:17), dan mereka

juga berkata, bahwa Allah yang ketiga dari Trinitas (QS.al-

Maidah/5:73), dan mereka berkata lagi, ....al-Masih putra Allah

( QS.al-Taubah/9:30. Dan selain itu, orang-orang Yahudi berkata,

disebutkan dalam firman-Nya, Uzair putra Allah ... (QS.al-

Taubah/9:30). Dalam kenyataan, mereka telah melakukan perbuatan

syirik, namun al-Qur’an sebagai wahyu yang datang langsung dari

Allah telah memilih sebuah kata dan menempatkan istilah yang

sangat tepat sekali, maka al-Qur’an tidak pernah menyebut mereka

dengan sebutan musyrik, akan tetapi tetap dipanggilnya dengan

92

Departemen Agama RI Jakarta, Al-Qur’an Dan Terjemahnya

(Bandung:Gema Risalah Press), 644. 93

Nurcholis Majid, Komaruddin Hidayat, Kautsar Azhari Noer (edit.)

Mun'im Sirry, Fiqh Lintas Agama : Membangun Masyarakat : Inklusif-Pluralis (Jakarta : Paramadina, 2004 ),51.

Page 41: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

283

sebutan ahl al-kita>b.94

Karena itu, pandangan Nurchalis, dapat

dimaksudkan orang musyrik dalam al-Qur’an, adalah yang haram

dikawini oleh orang-orang Islam. Karena selain itu, dapat dikatakan,

orang musyrik bukan hanya mempersekutukan Allah, tetapi tidak

mempercayai salah satu dari kitab-kitab samawi, baik yang telah

terdapat penyimpangan atau yang masih asli. Sedangkan ahl al-kita>b

adalah orang-orang yang mempercayai salah seorang nabi dan salah

satu kitab-kitab samawi.95

Sedangkan yang dimaksudkan mukmin

adalah orang-orang yang mempercayai risalah Nabi Muhammad

SAW, mereka lahir dalam keadaan Islam, kemudian memeluk Islam

yang berasal dari ahl al-Kita>b atau musyrik, atau dari agama lain.96

Menurut pendapat Nurchalis Madjid jelas, perbedaan ketiga

istilah yang disebutkan, dimana tidak memcampuradukan antara

makna dan arti tersebut, dimana kata mushrik diartikan ahl al-kita>b

dan ahl al-kita>b diartikan adalah musyrik. Bila Allah mengharamkan

wanita musyrik, seperti yang disinyalir dalam QS. Al-Baqarah/2:221,

[Janganlah kamu menikah dengan perempuan-perempuan musyrik

sebelum mereka beriman], dan tidak tepat, bila dimaksudkan

perempuan musyrik itu adalah perempuan ahl al-Kita>b. Bahkan

Imam Muhammad Abduh secara jelas, berpendapat sebagaimana

yang dikutip muridnya, Rashi>d Rid}a, perempuan yang haram

dikawini oleh orang muslim, dan menurut QS.al-Baqarah/2:221,

adalah perempuan-perempuan musyrik Arab. Pertanyaan, Apakah

masih ada orang-orang musyrik Arab itu hingga sekarang ? kalau

ada, hukum tetap dapat berlaku, tetapi jika tidak, maka dengan

sendirinya, tidak ada kepercayaan manapun menjadi kendala dalam

melakukan perkawinan.97

94

Nurcholis Majid, Komaruddin Hidayat, Kautsar Azhari Noer (edit.)

Mun'im Sirry, Fiqh Lintas Agama : Membangun Masyarakat : Inklusif-Pluralis (Jakarta : Paramadina, 2004),158. 95 Nurcholis Majid, Komaruddin Hidayat, Kautsar Azhari Noer (edit.)

Mun'im Sirry, Fiqh Lintas Agama : Membangun Masyarakat : Inklusif-Pluralis (Jakarta : Paramadina, 2004),158.

96 Nurcholis Majid, Komaruddin Hidayat, Kautsar Azhari Noer (edit.)

Mun'im Sirry, Fiqh Lintas Agama : Membangun Masyarakat : Inklusif-Pluralis (Jakarta : Paramadina, 2004),159.

97 Nurcholis Madjid, Komaruddin Hidayat, Kautsar Azhari Noer (edit.)

Mun'im Sirry, Fiqh Lintas Agama : Membangun Masyarakat : Inklusif-Pluralis (Jakarta : Paramadina, 2004),160.

Page 42: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

284

Sedangkan menurut Muhammad Ghalib, bahwa ahl al-Kitāb

merujuk kepada komunitas Yahudi dan Nasrani secara bersamaan

antara lain ditentukan QS. Ali Imran/3:64, dan ayat tersebut berisikan

tentang tuntutan kepada umat Islam agar menjalin hubungan yang

harmonis dengan dua komunitas agama tersebut. Dan ajakan tersebut

tercantum pesan agar kaum Yahudi dan Nasrani, perintah untuk

kembali kepada ajaran tauhid yang murni, sebagaimana tercantum

dalam kitab suci mereka. Al-Qur’an juga mengingatkan mereka

tentang akan diutusnya seorang rasul, yaitu Muhammad SAW yang

menjelaskan sebagian ajaran para nabi, sekaligus membawa kabar

gembira dan peringatan kepada mereka, meurut QS. al-Maidah/5:59,

akan tetapi ajakan itu tidak ditanggapi dengan serius, karena mereka

merasa lebih utama dari umat Islam, karena itulah al-Qur’an

mengecam mereka, bahwa keutamaan itu akan terwujud jika mereka

kembali kepada ajaran Taurat dan Injil yang menjadi pedoman

sebelum diutusnya Muhammad S.A.W, akan tetapi hal itu tidak

terbukti, karena pada akhirnya mereka menyimpang dari kitab suci

yang diturunkan Allah S.W.T, dengan berprilaku yang tidak terpuji,

memcampuradukan antara kebenaran dengan kebatilan, bahkan lebih

dari itu, mereka cenderung menghalang-halangi orang-orang yang

ingin mengamalkan petunjuk Allah, QS. Ali Imran/3:99 98

Mengutip pandangan Quraish Shihab, tentang pernikahan

beda agama ini, yang secara garis besar, memahami bentuk

keragaman pendapat ulama, namun diujung uraiannya, Islah Gusmian

menegaskan, dengan tulisan :

Kalau seorang wanita muslim dilarang kawin dengan non-muslim, karena

kekwawatiran akan berpengaruh atau berada dibawa kekuasaan yang berlainan

agama dengannya, maka demikian pula sebaliknya. Perkawinan seorang pria

Muslim dengan wanita ahl al-Kitab harus pula tidak dibenarkan, jika

dikwawatirkan ia dan anak-anaknya akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang

bertentangan dengan nilai-nilai Islam. 99

Pandangan serupa menurut Islah Gusmian, mengutip

pendapat yang ditulis Tim Tarjih Muhammadiyah, dalam Tafsir

Tematik Tentang Hubungan Sosial Antarumat Beragama, menjadi

98Lihat, Muhammad Ghālib, Ahl al-Kitāb Makna Dan Cakupnnya,

(Jakarta : Penerbit Paramadian, 1998), cet. I, h. 22-23. 99

Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia dari Hermeneutika hingga

Ideologi (Jakarta : Penerbit Teraju, 2003), cet. I, 338.

Page 43: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

285

alasan yang harus dipertimbangkan, yaitu kemaslahatan sosial.

Sebab, menurut pandangan tafsir ini, meskipun perkawinan itu telah

dilakukan oleh pribadi-pribadi, namun lembaga berkaitan dengan

kepentingan publik, diatur oleh intitusi formal agama.100

Yang kedua,

pertimbangan faktor psikologis, bahwa pernikahan beda agama dapt

menjadi kendala bagi terwujudnya, keluarga sakinah, bahkan bisa

menimbulkan kemudharatan serta kerusakan. Dengan merujuk pada

kaidah Ushul Fiqh, [ الحلدرء المفاسد مقدم على ج ب المص ][ mencegah

kerusakan lebih didahulukan dari pada menarik kemaslahatan ], maka

menurut Islah, cenderung tidak membolehkan pernikahan beda

agama.101

Kesimpulan terakhir penafsiran ulama tafsir Indonesia,

menurut Hamka, bahwa telah dihalalkan mengawini perempuan yang

sesama mukmin, dan boleh mengawini perempuan ahl al-kita>b

setelah membayar mahar. Dan tidak memberikan ruang untuk

kriteria maju>si atau s}a>bi’ah, karena mereka berstatus musyrik.

Sedangkan Quraish Shihab, membolehkan menikahi perempuan ahl

al-Kita>b, walaupun sebagai jalan keluar yang mendesak ketika saat

itu, karena seorang muslim mengakui bahwa, Isa a.s adalah

Nabiyallah, pembawa ajaran agama, tetapi berbeda bagi ahl al-Kitab

yang tidak mengakui Muhammad SAW sebagai nabi. Maka menikahi

wanita mereka diharamkan, sebagaimana menikahi musyrik,

penyembah berhala, Maju>si dan s}a>bi'ah. Menurut Cendekiawan

Muslim, Nurchalis Madjid mengutip pendapat Rashi>d Rid}a, yang

menyatakan, bahwa di luar Yahudi dan Nasrani terdapat ahl al-Kita>b,

tetapi ia tidak hanya menyebutkan kaum Maju>si (Zaroastri) dan

Sa>bi’in saja, melainkan Hindu, Budha dan Khonghuchu. Walaupun

masih tetap menyatakan larangan menikahi wanita musyrik, karena

maksud kata mushrik dalam al-Qur’an, yang haram dikawini adalah

orang musyrik yang bukan hanya mempersekutukan Allah, tetapi

100

Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia dari Hermeneutika hingga

Ideologi (Jakarta : Penerbit Teraju, 2003), cet. I, 338. 101 Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia dari Hermeneutika hingga

Ideologi (Jakarta:Penerbit Teraju, 2003 ), cet. I, 339, Lihat. ‘Azat Ubaid al-Da’as,

al-Qawa>’id al-Fiqhiyah Ma’a al-Sharh al-Mu>jaz, (Beirut: Dar al-Tirmizi, 1409

H/1989 M ), cet. ke-3, 34.

Page 44: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

286

tidak mempercayai kitab-kitab samawi, baik yang telah terjadi

penyimpangan atau yang masih asli. *

Page 45: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

287

Page 46: BAB V PERBEDAAN PANDANGAN ULAMA MENGENAI TERM … · sempurna.6 Al-Mara>ghi sebagaimana diungkap Quraish Shihab ... sejarah masa munculnya sangat tidak jelas, seakan-akan berita terputus.

288

Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-

perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih

mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-

benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-

orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal

bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka mahar yang telah mereka bayar.

Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan

janganlah kamu tetap berperang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir;

dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta

mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara

kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

( QS. Al-Mumtahanah/60:10 )