BAB V PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN€¦ · BAB V PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian ini...

48
51 BAB V PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis Teun A. Van Dijk, yang berpendapat bahwa suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan, dengan masingmasing bagian saling mendukung. Analisis wacana dibagi menjadi tiga struktur atau tingkatan menurut Van Dijk, pertama adalah struktur makro. Struktur makro adalah makna umum atau global yang dapat terlihat dengan mengamati topik atau tema sebuah wacana/ berita. Struktur yang kedua adalah superstruktur. Superstruktur merupakan salah satu struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks dengan melihat bagian pendahuluan, isi, penutup, dan juga kesimpulan untuk mengetahui bagaimana terbentuknya suatu teks. Struktur wacana yang terakhir adalah struktur mikro, yaitu makna yang dapat diamati dari bagian kecil teks seperti kata, kalimat, proposisi, juga anak kalimat. Meskipun terdiri dari berbagai struktur dan elemen, semua struktur dan elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mendukung satu sama lain. Untuk menunjukkan wacana apa yang ditonjolkan dan wacana yang terpinggirkan, serta untuk melihat ideologi yang dipakai oleh pembuat teks, serta posisi pembuat teks dalam suatu peristiwa/berita maka dilakukan dengan cara membedah satu persatu, mulai dari bahasa dan bentuk teks yang ada dengan menggunakan elemen wacana menurut Teun A. Van Dijk. Berdasarkan cara pandang yang demikian, wacana gaya kepemimpinan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo dapat dilihat dengan cara menganalisis dimensi teks, kognisi sosial serta konteks sosial dalam program talkshow Mata Najwa episode “Pejabat Kekinian”. Analisis pada dimensi teks peneliti lakukan dengan mengamati dengan saksama program Mata Najwa episode Pejabat Kekinian. Mengamati jalannya diskusi antara pembawa acara dengan naraumber. Selanjutnya mencatat hal-hal tersebut dalam bentuk transkip penbicaraan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan analisis, khususnya pada dimensi teks. Selesai melakukan pengamatan dan membuat transkip, peneliti melakukan analisis dimensi teks dengan merujuk pada model analisis teks Teun Van Djik dengan mengamati beberapa elemen wacana yakni sturktur makro, dimana melalui struktur ini

Transcript of BAB V PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN€¦ · BAB V PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian ini...

  • 51

    BAB V

    PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

    Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis Teun A. Van Dijk, yang

    berpendapat bahwa suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan, dengan

    masing–masing bagian saling mendukung. Analisis wacana dibagi menjadi tiga struktur

    atau tingkatan menurut Van Dijk, pertama adalah struktur makro. Struktur makro adalah

    makna umum atau global yang dapat terlihat dengan mengamati topik atau tema sebuah

    wacana/ berita. Struktur yang kedua adalah superstruktur. Superstruktur merupakan salah

    satu struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks dengan melihat

    bagian pendahuluan, isi, penutup, dan juga kesimpulan untuk mengetahui bagaimana

    terbentuknya suatu teks. Struktur wacana yang terakhir adalah struktur mikro, yaitu

    makna yang dapat diamati dari bagian kecil teks seperti kata, kalimat, proposisi, juga

    anak kalimat.

    Meskipun terdiri dari berbagai struktur dan elemen, semua struktur dan elemen

    tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mendukung satu

    sama lain. Untuk menunjukkan wacana apa yang ditonjolkan dan wacana yang

    terpinggirkan, serta untuk melihat ideologi yang dipakai oleh pembuat teks, serta posisi

    pembuat teks dalam suatu peristiwa/berita maka dilakukan dengan cara membedah satu

    persatu, mulai dari bahasa dan bentuk teks yang ada dengan menggunakan elemen

    wacana menurut Teun A. Van Dijk.

    Berdasarkan cara pandang yang demikian, wacana gaya kepemimpinan Ridwan

    Kamil dan Ganjar Pranowo dapat dilihat dengan cara menganalisis dimensi teks, kognisi

    sosial serta konteks sosial dalam program talkshow Mata Najwa episode “Pejabat

    Kekinian”. Analisis pada dimensi teks peneliti lakukan dengan mengamati dengan

    saksama program Mata Najwa episode Pejabat Kekinian. Mengamati jalannya diskusi

    antara pembawa acara dengan naraumber. Selanjutnya mencatat hal-hal tersebut dalam

    bentuk transkip penbicaraan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan analisis,

    khususnya pada dimensi teks.

    Selesai melakukan pengamatan dan membuat transkip, peneliti melakukan

    analisis dimensi teks dengan merujuk pada model analisis teks Teun Van Djik dengan

    mengamati beberapa elemen wacana yakni sturktur makro, dimana melalui struktur ini

  • 52

    yang peneliti amati adalah tema atau topik utama yang muncul dari episode Pejabat

    Kekinian. Selanjutnya mengamati elemen superstruktur, dimana pada elemen ini peneliti

    memperhatikan bagaimana alur dari program talk show Mata Najwa pada episode pejabat

    kekinian, dan kemudian peneliti juga mengamati elemen struktur mikro, dimana pada

    elemen ini peneliti mengamati penggunaan bahasa, kata ganti, bentuk kalimat serta istilah

    atau penggunaan kata-kata kiasan dalam diskusi antara narasumber dengan pembawa

    acara.

    Setelah melakukan pengamatan terhadap ketiga elemen ini, barulah peneliti

    melakukan analisis ketiga elemen tersebut sehingga ditemukannya hubungan antara

    setiap elemen serta melihat wacana apa muncul dan bagaimana wacana itu dibangun

    dalam ketiga elemen tersebut, dalam program talks show Mata Najwa episode Pejabat

    Kekinian

    5.1 Analisis Dimensi Teks Program Talkshow Mata Najwa Episode Pejabat

    Kekinian

    Dimensi teks pada program talkshow Mata Najwa episode “Pejabat Kekinian”

    dianalisis dengan cara mengamati percakapan antara Najwa Shihab sebagai pembawa

    acara dengan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo sebagai narasumber melalui struktur

    makro yang meliputi elemen tematik (tema/topik), superstruktur meliputi skematik

    (skema), dan struktur mikro (semantik, sintaksis, stilistik, retoris).

  • 53

    5.1.1 Analisis Program Talkshow Mata Najwa Episode “Pejabat Kekinian” (Segmen Ridwan Kamil) yang Ditinjau Dari

    Struktur Makro, Super Struktur Dan Struktur Mikro

    Tabel 5.1.1.

    Analisis Elemen Struktur Percakapan Najwa Shihab Dengan Ridwan Kamil Sebagai Narasumber Pertama

    pada Program Talkshow Mata Najwa Episode “Pejabat Kekinian”

    Struktur Wacana Elemen Yang Diamati Kesimpulan

    Struktur Makro Tematik (Topik) “Pejabat Kekinian” (pemanfaatan media sosial oleh pejabat dalam

    menjalankan tugas dan tanggung jawab).

    Tema yang diangkat pada episode ini ingin menyoroti tentang

    pemanfaatan media sosial oleh pejabat dalam menjalankan tugas dan

    tanggung jawab.

    Super Struktur Skematik (Alur) Pada tahap awal pembawa acara mengajak penonton untuk terlebih

    dahulu mengenal sosok narasumber pertama yakni Ridwan Kamil

    sebagai Walikota Bandung. Jika dihubungkan dengan tema utama dari

    episode ini, maka pengenalan ini ingin membentuk suatu gagasan bagi

    penonton bahwa Ridwan Kamil merupakan salah satu “Pejabat

    Kekinian”.

    Pada tahap selanjutnya perbincangan tidak secara langsung diarahkan

    pada tema utama, tapi diarahkan pada sepak terjang dan karir Ridwan

    Kamil dalam bidang politik. Disini peneliti melihat bahwa pembahasan

    ini mencoba mengarahkan penonton untuk mengetahui secara langsung

    bagaimana sepak terjang dunia politik Ridwan Kamil dengan gaya

    kekiniannya.

  • 54

    Ketika pembahasan diarahkan pada topik atau tema utama, peneliti

    melihat bahwa pada sesi ini pembawa acara mulai mengarahkan

    perhatian serta pandangan penonton untuk melihat dan mengerti

    bagaimana dengan gaya kekinian, atau pejabat yang aktif bersosial

    media memanfaatkan media sosialnya untuk menunjang tugas serta

    tanggung jawab sebagai seorang pejabat.

    Pada akhir percakapan ditutup dengan menampilkan tanggapan

    masyarakat Bandung terhadap Walikotanya. Disini peneliti melihat

    bahwa akhir dari episode “Pejabat Kekinian” ini dikemas dengan tujuan

    ingin menunjukkan pada penonton bahwa dengan gaya kekinian, aktif

    bersosial media bukan berarti bahwa seorang pejabat tidak produktif

    dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya atau sebaliknya.

    Struktur Mikro Semantik (Latar) Hal pertama yang muncul sebagai latar adalah posisi Ridwan Kamil

    sebagai Walikota (Bandung) yang eksis menggunakan media sosial.

    Pada latar ini dijelaskan bahwa Ridwan Kamil aktif bersosial media serta

    memiliki beberapa akun dan memiliki banyak followers dari setiap akun

    yang ia miliki.

    Latar berikutnya adalah keterlibatan Ridwan Kamil dalam dunia politik.

    Pada latar ini menjelaskan tentang pernyataan Ridwan untuk tidak ikut

    dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Selain itu pada latar ini juga menggali

    tentang kedekatan Ridwan Kamil dengan beberapa partai politik tertentu,

    serta rencana ke depannya dalam dunia politik.

    Hal berikutnya yang adalah pemanfaatan media sosial untuk menunjang

    tugas dan tanggung jawab sebagai Walikota. Pada bagian ini

    menguraikan bagaimana Ridwan Kamil memanfaatkan media sosial

  • 55

    untuk mendukung tugas dan tanggung jawabnya sebagai Walikota

    Bandung.

    Semantik (Detail) Detail yang muncul dalam segmen antara Najwa Shihab dengan Ridwan

    Kamil lebih banyak memunculkan gaya kekinian Ridwan Kamil sebagai

    Walikota Bandung yang aktif menggunakan media sosial dalam

    menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, serta dampak positif yang

    dirasakan oleh masyarakat kota Bandung melalui gaya kekinian Ridwan

    Kamil yang aktif bersosial media untuk melayani kebutuhan serta

    memecahkan permasalahan umum di tengah masyarakat yang dipimpin.

    Elemen detail juga menunjukkan sejumlah perubahan positif serta

    sejumlah prestasi yang diraih oleh kota Bandung melalui gaya kekinian

    Ridwan Kamil yang aktif bersosial media dalam membangun sarana dan

    infrastruktur fisik Kota Bandung.

    Sintaksis (Bentuk Kalimat) Bahasa yang digunakan merupakan bahasa sehari-hari.

    Penggunaan tata bahasa formal ini bertujuan untuk menekankan situasi

    yang benar-benar formal dan juga sebagai bentuk komunikasi untuk

    menekankan hal-hal yang dianggap penting dari sebuah topik yang

    dibahas oleh Najwa dan Ridwan Kamil.

    Peneliti juga menemukan bahwa sebagian besar kalimat dalam

    percakapan ini secara umum didominasi oleh kalimat dengan bentuk

    deduktif. Hal ini dimaksudkan oleh Ridwan Kamil untuk menempatkan

    dirinya sebagai pihak yang menjadi pusat atau objek terkait dengan tema

    atau topik yang dibahas dalam episode ini. Melalui penempatan posisi

    seperti ini, penulis melihat bahwa pembicara ingin memberikan

    penegasan terhadap penonton tentang keterkaitan dirinya dengan hal-hal

  • 56

    yang menjadi pembahasan pada episode ini.

    Sintaksis (Koherensi) Fakta pertama yang ditunjukkan adalah Ridwan Kamil merupakan

    pejabat yang eksis di media sosial, serta menggunakannya untuk

    menjalin komunikasi dengan warga.

    Fakta kedua yang ditampilkan mengenai hal yang bersifat politik,

    dimana Ridwan Kamil menyatakan dirinya tidak turut serta dalam

    Pilkada DKI Jakarta 2017, setelah sebelumnya dikabarkan bahwa

    Ridwan Kamil akan turut menjadi salah satu penantang Ahok pada

    Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang.

    Merujuk pada kedua fakta yang berbeda ini, peneliti melihat bahwa fakta

    yang memiliki hubungan dengan tema/topik dari episode ini adalah fakta

    yang pertama, sedangkan bagi peneliti, fakta kedua yang diungkap tidak

    memiliki hubungan yang erat dengan tema/topik utama dari episode ini.

    Kedua fakta ini pada akhirnya menjadi berhubungan karena dalam

    episode ini ketika Najwa Shihab menyatakan bahwa pernyataan Ridwan

    Kamil untuk tidak ikut dalam Pilkada DKI Jakarta merupakan hal yang

    terkini, yang ramai diperbincangkan publik.

    Merujuk pada kata “kekinian” dari episode ini, penulis melihat bahwa

    kata kekinian mengandung arti sebagai sesuatu yang lagi trend atau

    sesuatu yang menjadi gaya hidup, perbincangan serta konsumsi publik

    secara umum. Gaya Ridwan Kamil sebagai seorang pejabat yang eksis

    menggunakan media sosial merupakan trend saat ini dan juga

    pernyataannya untuk tidak ikut dalam Pilkada DKI Jakarta 2017

    mendatang juga menjadi isu atau berita yang trend dan menjadi

    perbincangan masyarakat luas, terlebih lagi hal tersebut kemudian

  • 57

    diunggah Ridwan Kamil pada salah satu akun media sosialnya. Hal

    inilah yang kemudian menjadikan dua fakta berbeda ini menjadi suatu

    hal yang saling berhubungan, sehingga disinggung dalam Mata Najwa

    episode “Pejabat Kekinian”.

    Sintaksis (Kata Ganti) Peneliti menemukan adanya penggunaan kata “kami” oleh Ridwan

    Kamil. Peneliti melihat bahwa penggunaan kata “kami” oleh Ridwan

    Kamil sebenarnya ingin menunjukkan adanya kedekatan hubungan serta

    kebersamaan yang dibangun antara Ridwan Kamil sebagai Walikota

    dengan warganya. Kata ini juga menunjukkan bahwa serangkaian

    prestasi yang diraih oleh kota Bandung dan juga dampak positif yang

    dirasakan oleh warga bukanlah usaha Ridwan Kamil sebagai Walikota,

    tetapi semua itu diraih atas kerja sama dan kolaborasi antara dirinya

    dengan masyarakat yang dipimpin. Berikut adalah salah satu penggalan

    pernyataan Ridwan Kamil ketika menggunakan kata “kami”

    Kata ganti selanjutnya yang peneliti temukan adalah kata “pasukan”.

    Melalui kata ini penulis menginterpretasikan bahwa dalam menjalankan

    tugas dan tanggung jawabnya Ridwan Kamil tidak merasa sendirian,

    karena ada warga yang bersedia bekerja sama, sekaligus menyatakan

    dirinya sebagai pemimpin yang posisinya berada di tengah-tengah

    masyarakat sebagai pemimpin yang juga selalu berkolaborasi dan

    bekerja sama dengan masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.

    Stilistik (Leksikon) Penggunaan kata “Pejabat Kekinian” sebagai tema utama dari episode

    ini ingin menunjukkan fakta bahwa pada saat ini banyak pejabat yang

    mulai memanfaatkan media sosial untuk berbagai kepentingan.

    Selain itu peneliti juga menemukan adanya penggunaan kata “pejabat

  • 58

    eksis”. Kata ini ingin menunjukkan tingkat keterlibatan atau keaktifan

    pejabat saat ini dalam menggunakan akun media sosial maupun

    mengikuti hal-hal yang menjadi trend saat ini, ataupun terlibat pada hal-

    hal serta isu-isu menarik yang sedang ramai diperbincangkan oleh

    khalayak luas.

    Retoris (Grafis) Penekanan terhadap hal-hal penting yang dibahas selalu disertakan

    dengan cuplikan video yang berhubungan dengan pembahasan-

    pembahasan penting tersebut.

    Cuplikan setiap video merupakan sebuah bukti yang mendukung bahwa

    hal-hal penting yang dibicarakan bukanlah sebuah wacana atau isu

    semata, melainkan fakta.

    Salah satu contoh screen shoot dari cplikan video (tanggapan warga

    Bandung tentang kinerja Ridwan Kamil sebagai Walikota)

    Retoris (Metafora) Beberapa istilah yang penulis temukan dalam percakapan antara Ridwan Kamil

    dengan Najwa Shihab dalam episode “Pejabat Kekinian”

    Multi tasking, track record, modal jempol, positif news, quick clean,

  • 59

    akal sehat, reformasi birokrasi, political power, capital power, social

    power, information power, going digital, leadership in the middle.

    Penggunaan istilah-istilah sebagaimana di atas, secara strategis sebagai

    landasan berpikir untuk menunjukkan maksud juga makna tertentu yang

    pastinya tidak terlepas dari hal-hal utama yang dibahas dalam episode

    “Pejabat Kekinian” ini.

  • 60

    5.1.1.1 Analisis Struktur Makro (Tematik)

    Struktur makro (tematik) hadir sebagai elemen pertama dari sebuah

    teks dengan tujuan untuk memberikan gambaran umum, makna secara global

    atau umum dari suatu teks yang dapat dilihat dengan mengamati topik/tema

    yang diangkat pada suatu teks. Topik sendiri merupakan elemen dari tematik.

    Tema merupakan pokok pembicaraan dalam sebuah diskusi, ceramah atau

    karangan, juga kerap disandingkan dengan kata tema. Tema bisa disimpulkan

    setelah kita selesai mengamati secara tuntas dan menyeluruh sebuah teks.

    Karena menggambarkan ide umum dari keseluruhan isi teks, maka tema

    didukung oleh beberapa subtema yang saling mendukung satu sama lain.

    Dengan demikian teks atau naskah dapat menjadi koheren dan utuh.

    Tema umum ini dapat dilihat pada segmen awal melalui kalimat yang

    diucapkan oleh Najwa Shihab sebagai pembawa acara saat membuka episode

    ini, sebagai berikut :

    “Menjadi pejabat hari ini memang mesti menyesuaikan diri dan

    kondisi. Piawai memanfaatkan media sosial sebagai alat paling aktual

    agar sosok dapat terus dijual. Tapi kerja sebenar-benarnya butuh

    pembuktian, menghasilkan karya nyata tak sekedar duduk manis di

    belakang meja. Jika pemimpin mau menyerap aspirasi, tentu rakyat

    juga yang akan mengapresiasi. Karena menjadi gaul saja tidak

    mencukupi, kepemimpinan harus tahan banting dan uji. Inilah Mata

    Najwa, “Pejabat Kekinian””.

    Dibalik penggunaan kata “Pejabat Kekinian”, tema besar ini

    sebenarnya ingin menyiratkan tentang gaya kepemimpinan para pejabat

    daerah yang sedang trend saat ini. Kepemimpinan yang disinggung oleh

    Najwa Shihab sebagai pengembangan topik dalam episode ini ialah

    menyangkut cara atau gaya kepemimpinan terkini yang mulai dilakukan oleh

    para pejabat daerah, yakni bagaimana memanfaatkan media sosial dalam

    menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka sebagai pejabat. Hal ini dapat

    dilihat pada kalimat berikut:

    Najwa Shihab : “Pemirsa, ia adalah Walikota paling eksis di media sosial

    seperti Twitter, Facebook dan juga Instagram. Followers Twitter-nya 1,3

    juta. Ia juga memanfaatkan media sosial untuk berkomunikasi dengan

    warga.”

    Kata ia adalah Walikota paling eksis dan diikuti dengan beberapa jenis

    media sosial ini ingin menunjukkan bahwa Ridwan Kamil merupakan salah

  • 61

    satu pejabat daerah yang aktif bersosial media. Kata-kata selanjutnya

    menerangkan tujuan dari pemanfaatan media-media sosial tersebut. Hal ini

    merupakan salah satu contoh gaya kepemimpinan kekinian yang ingin

    disampaikan melalui kata “Pejabat Kekinian” yang merupakan tema umum

    dari episode ini.

    Tema dari sebuah teks tidak hanya dilihat dari sisi tertentu saja, karena

    topik atau tema dipahami sebagai mental atau kognisi pembuat teks, tidak

    mengherankan jika semua elemen dalam teks mengacu dan mendukung tema

    dalam teks, sehingga tema dapat juga dilihat dari keseluruhan teks yang ada.

    Pada akhir dari segmen, tema besar episode ini yakni “Pejabat Kekinian”

    kembali ditonjolkan. Penonjolan kembali ini dapat dilihat dari percakapan

    berikut ini :

    Najwa Shihab : “Kang Emil, ini keaktifan anda di media sosial entah lewat

    twitter, facebook, lewat instagram, dari mulai ngomongin jomblo,

    ngomongin macam-macam, itu channel-channelnya dibagi seperti apa? Apa

    ada yang khusus instagram atau apa?

    Ridwan Kamil : “Semua saya pegang sendiri, karena sebelum saya jadi

    Walikota saya sudah terbiasa multi tasking, kerjaan beres, media sosial juga

    beres. Jadi Walikota juga sama, ada waktu kosong saya bisa media sosial, di

    jalan tol juga saya bisa.”

    Najwa Shihab : “Jadi anda memanfaatkannya untuk apa saja?”

    Ridwan Kamil : “Saya mengkhususkannya untuk good news, jadi saya gak

    akan galau-galau yang lebai gitu ya. Jadi intinya saya selalu positif news. Dan

    yang menarik temuannya satu, contoh ya kalau saya posting serius yang

    komen dikit. Nih contohnya kalau saya posting “hei warga Bandung tahun ini

    kita menang adipura” yang komen cuman 500 tapi kalau saya posting “hei

    jomblo-jomblo marilah kita menikah sebelum terlambat”, yang komen 5000.

    Jadi kesimpulan saya, pesan serius harus dibungkus dengan tata bahasa yang

    santai dan humoris, itu ciri orang Indonesia.”

    Najwa Shihab : “Tapi anda merasakan betul manfaat menggunakan media

    sosial paling tidak untuk berkomunikasi menampung aspirasi?”

    Ridwan Kamil : “Oh banyak sekali, komplain warga sekarang bisa

    ditampung di media sosial. Sekarang Bandung adalah salah satu kota pertama

    yang dinas-dinasnya harus punya twitter. Sebelum dinasnya menggunakan

    twitter, itu komplainnya ke saya ribuan. Sekarang sudah terdistribusi dengan

    baik. Setiap komplain ada media sosialnya jadi saya bisa cek. Kalau

    keefektifan ini menunjukkan kalau berinovasi memanage kota atau negara ini

    dengan komunikasi yang interaktif itu jauh lebih efektif. Mending punya

    pejabat yang mudah dihubungi atau pejabat yang susah dikontak atau

    dihubungi?”

    Najwa Shihab : “Dan anda mudah dihubungi lewat jalur-jalur yang tadi?”

    Ridwan Kamil : “Modal jempol aja.”

  • 62

    Penonjolan kembali tema utama dari episode ini dikemas dengan

    pertanyaan-pertanyaan yang menyoroti keaktifan Ridwan Kamil dalam

    menggunakan akun dari berbagai media sosialnya. Penulis juga melihat bahwa

    dari jawaban yang diberikan, menunjukkan bahwa eksistensi seorang pejabat

    dalam menggunakan media sosial tidak selamanya mengandung arti negatif,

    artinya bahwa ketika seorang pejabat menjadi kekinian dengan eksis di media

    sosial belum tentu kinerja dari pejabat tersebut dapat dikatakan buruk atau

    sebaliknya. Dari jawaban yang diberikan, peneliti menemukan fakta bahwa

    ketika seorang pejabat eksis menggunakan media sosial untuk menunjang

    tugas dan tanggung jawabnya, hal tersebut akan sangat menolong. Terbukti

    bahwa dengan gaya kepemimpinan Ridwan Kamil yang eksis menggunakan

    media sosial dalam menunjang tugas dan tanggung jawabnya memberikan

    hasil yang positif, membawa perubahan positif yang dampaknya dapat

    dirasakan langsung oleh masyarakatnya. Banyak komplain dapat langsung

    ditangani, masyarakat merasa lebih mudah melakukan interaksi serta

    komunikasi dengan pemimpinnya.

    5.1.1.2 Analisis Super Struktur (Skematik)

    Struktur pendukung teks yang kedua adalah Super Sruktur (alur skema

    sebuah teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari

    pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-

    bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti.

    Dengan urutan tertentu, elemen Super Struktur memberikan tekanan pada

    bagian mana yang didahulukan, dan bagian mana yang kemudian sebagai

    strategi untuk menyembunyikan informasi penting.

    Episode “Pejabat Kekinian” dibuka oleh pembawa acara dengan

    serangkaian kalimat, dimana melalui kalimat pembuka ini peneliti melihat

    bahwa pembawa acara mengantarkan penonton yang ada di studio maupun

    yang menonton melalui televisi untuk memahami secara garis besar tema yang

    diangkat atau akan dibahas secara mendalam pada episode ini. Strategi ini

    dipakai agar dapat membantu penonton memahami inti dari apa yang hendak

    disampaikan melalui episode “Pejabat Kekinian”.

  • 63

    Pada sesi awal pembawa acara memperkenalkan narasumber pertama

    yakni bapak Ridwan Kamil atau yang akrab disapa dengan sebutan Kang Emil

    yang adalah Walikota Bandung. Diskusi dengan Kang Emil diawali dengan

    membahas seputar pernyataan Kang Emil mengenai keputusannya untuk tidak

    ambil bagian dalam pilkada DKI Jakarta, karena sebelumnya Kang Emil

    sempat diisukan akan maju untuk bertarung melawan Ahok pada pilkada DKI

    Jakarta 2017 mendatang. Selanjutnya kang Emil dikejar dengan pertanyaan

    yang meliputi ambisinya menjadi Walikota Bandung saat itu dan juga masalah

    kedekatannya dengan partai tertentu yang mendukungnya bahkan pertanyaan

    seputar ambisinya untuk maju pada pertaruhan yang lebih besar kelasnya

    dibanding Walikota.

    Pembahasan selanjutnya bersama Kang Emil mulai masuk pada tema

    “Pejabat Kekinian”. Dimana Najwa sebagai pembawa acara menyatakan

    bahwa Kang Emil adalah salah satu pejabat yang eksis dengan media sosial,

    bahkan lewat media sosial Kang Emil pernah mengajak warga Bandung untuk

    menjadi Walikota. Diskusi selanjutnya adalah tentang keaktifan Kang Emil

    pada media sosial. Bagaimana mengelolanya serta apa manfaat yang dirasakan

    dan kemudian ditutup dengan menampilkan cuplikan video tentang tanggapan

    masyarakat terhadap Kang Emil selaku Walikota Bandung.

    Mengamati keseluruhan alur, peneliti melihat bahwa pada tahap awal

    pembawa acara mengajak penonton untuk terlebih dahulu mengenal sosok

    narasumber pertama yakni Ridwan Kamil sebagai Walikota. Jika dihubungkan

    dengan tema utama dari episode ini, maka pengenalan ini ingin membentuk

    suatu gagasan bagi penonton bahwa Ridwan Kamil merupakan salah satu

    “Pejabat Kekinian”. Pada tahap selanjutnya perbincangan tidak secara

    langsung diarahkan pada tema utama, tapi diarahkan pada sepak terjang dan

    karir Ridwan Kamil dalam bidang politik. Disini peneliti melihat bahwa

    pembahasan ini mencoba mengarahkan penonton untuk mengetahui secara

    langsung bagaimana sepak terjang dunia politik Ridwan Kamil dengan gaya

    kekiniannya.

    Ketika pembahasan diarahkan pada topik atau tema utama dari episode

    ini, peneliti melihat bahwa pada sesi ini pembawa acara mulai mengarahkan

    perhatian serta pandangan penonton untuk melihat dan mengerti bagaimana

  • 64

    dengan gaya kekinian, atau pejabat yang aktif bersosial media memanfaatkan

    media sosialnya untuk menunjang tugas serta tanggung jawab sebagai seorang

    pejabat. Apabila pada akhir percakapan ditutup dengan menampilkan

    tanggapan masyarakat Bandung terhadap Walikotanya, disini peneliti melihat

    bahwa akhir dari episode “Pejabat Kekinian” ini dikemas dengan tujuan ingin

    menunjukkan pada penonton bahwa dengan gaya kekinian, aktif bersosial

    media bukan berarti bahwa seorang pejabat tidak produktif dalam

    menjalankan tugas dan tanggung jawabnya atau sebaliknya.

    5.1.1.3 Analisis Struktur Mikro (Semantik, Sintaksis, Stilistik dan

    Retoris)

    Struktur Mikro merupakan struktur ketiga dari sebuah teks.

    Keberadaan Struktur Mikro berfungsi untuk menjelaskan secara rinci serta

    detail mengenai hal-hal penting yang berhubungan dengan tema utama dari

    sebuah teks. Penjelasan secara mendetail suatu teks dalam Srtuktur Mikro

    sendiri dapat dilihat dari beberapa elemen yaitu :

    Elemen Semantik, dimana elemen ini mengulas tentang makna-makna

    yang ingin disampaikan melalui sebuah teks. Pengulasan ini meliputi beberapa

    bagian seperti latar. Latar sendiri merupakan bagian dari teks yang dapat

    menuntun pikiran orang lain yang membaca atau menyimak sebuah teks.

    Dalam percakapan dengan Ridwan Kamil peneliti melihat adanya beberapa

    hal yang muncul sebagai latar. Pertama adalah posisi Ridwan Kamil sebagai

    Walikota Bandung yang eksis menggunakan media sosial. Pada latar ini

    dijelaskan bahwa Ridwan Kamil aktif bersosial media serta memiliki beberapa

    akun dan memiliki banyak followers dari setiap akun yang ia miliki. Kedua

    adalah keterlibatan Ridwan Kamil dalam dunia politik. Ketiga adalah

    pemanfaatan media sosial untuk menunjang tugas dan tanggung jawab sebagai

    Walikota. Pada bagian ini menguraikan bagaimana Ridwan Kamil

    memanfaatkan media sosial untuk mendukung tugas dan tanggung jawabnya

    sebagai Walikota Bandung.

    Penjelasan secara mendetail dan mendalam tentang hal-hal penting

    yang berhubungan dengan tema utama dari sebuah teks juga dapat dilihat dari

    Detail, dimana detail merupakan bagian dari elemen semantik yang

  • 65

    berhubungan dengan informasi-informasi penting serta berhubungan dengan

    seseorang atau kelompok yang ditampilkan dalam sebuah teks. Informasi

    penting yang muncul mengenai Ridwan Kamil yang muncul adalah informasi

    tentang gaya kekinian Ridwan Kamil sebagai Walikota Bandung yang aktif

    menggunakan media sosial dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya,

    dan juga menunjukkan sejumlah perubahan positif serta sejumlah prestasi

    yang diraih oleh kota Bandung melalui gaya kekinian Ridwan Kamil yang

    aktif bersosial media dalam membangun sarana dan infrastruktur fisik Kota

    Bandung.

    Penjelasan mendalam selanjutnya dari sebuah teks juga dapat dilihat

    dari maksud, dimana maksud merupakan bagian dari elemen semantik yang

    melihat bagaimana penampilan informasi tentang seseorang atau kelompok

    dalam sebuah teks.

    Pada elemen maksud menunjukkan bagaimana seorang pejabat

    memiliki kepekaan pada perkembangan teknologi, sehingga memanfatkan

    media sosial sebagai bentuk perkembangan tersebut untuk menunjang

    berbagai kegiatan yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab

    sebagai seorang pejabat. Pada bagian ini juga ingin menunjukkan bahwa

    ketika pejabat sadar dan mampu memanfaatkan teknologi dengan baik untuk

    kepentingan umum, maka hal tersebut akan memberikan perubahan serta

    dampak positif. Selanjutnya, bagian ini juga menunjukkan bahwa media sosial

    dapat menjadi wadah untuk menampung aspirasi, menjadi jembatan atau

    perekat hubungan antara pejabat dengan masyarakatnya, apabila mampu

    dimanfaatkan serta dikelola dengan baik oleh pejabat yang menggunakannya.

    Elemen kedua dari Struktur Mikro yang dapat memberikan penjelasan

    secara rinci dan mendetail mengenai hal-hal penting yang mendukung tema

    utama dari sebuah teks adalah elemen sintaksis, dimana elemen ini megamati

    tentang penggunaan kata ganti, hubungan serta bentuk kalimat dalam sebuah

    teks. Elemen ini terdiri atas beberapa bagian yakni bentuk kalimat, kata ganti

    serta koherensi.

    Bentuk kalimat berhubungan dengan siapa atau apa ditempatkan

    dimana, tergantung pada siapa atau apa yang ditonjolkan dalam wacana teks.

    Ada saat dimana bahasa yang digunakan adalah bahasa yang digunakan

    merupakan bahasa sehari-hari.

  • 66

    Ridwan Kamil : “Nilai paling hebat orang Indonesia, khususnya orang

    Bandung adalah kolaborasi semangat ingin berbagi. Waktu KAA tahun lalu

    saya minta relawan 3000 yang daftar 15000. Jadi saya sedang memanen nilai-

    nilai pancasila orang-orang Bandung yaitu berbagi untuk kepentingan

    kotanya.”

    Peneliti melihat bahwa penggunaan tata bahasa ini sebagai bentuk

    komunikasi untuk menekankan hal-hal yang dianggap penting dari sebuah

    topik yang dibahas oleh Najwa dan Ridwan Kamil. Peneliti juga menemukan

    bahwa sebagian besar kalimat dalam percakapan ini secara umum didominasi

    oleh kalimat dengan bentuk deduktif. Hal ini dimaksudkan oleh pembicara

    untuk menempatkan dirinya sebagai pihak yang menjadi pusat atau objek

    terkait dengan tema atau topik yang dibahas dalam episode ini. Melalui

    penempatan posisi seperti ini, penulis melihat bahwa pembicara ingin

    memberikan penegasan terhadap penonton tentang keterkaitan dirinya dengan

    hal-hal yang menjadi pembahasan dalam episode ini. Berikut adalah contoh

    percakapan yang menunjukkan hal tersebut:

    Najwa Shihab : “Apakah anda merasakan betul manfaat menggunakan

    media sosial paling tidak untuk berkomunikasi menampung aspirasi?”

    Ridwan Kamil : “Oh banyak sekali, komplain warga sekarang bisa

    ditampung di media sosial. Sekarang Bandung adalah salah satu kota pertama

    yang dinas-dinasnya harus punya twitter. Sebelum dinasnya menggunakan

    twitter, itu komplainnya ke saya ribuan. Sekarang sudah terdistribusi dengan

    baik. Setiap komplain ada media sosialnya, jadi saya bisa cek. Keefektifan ini

    menunjukkan kalau berinovasi memanage kota atau negara ini dengan

    komunikasi yang interaktif itu jauh lebih efektif. Mending punya pejabat

    yang mudah dihubungi atau pejabat yang susah dikontak atau dihubungi?”

    Koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kata, atau kalimat dalam

    teks yang menghubungkan dua atau lebih fakta berbeda menjadi suatu

    informasi yang saling berhubungan. Melalui pengamatan terhadap transkrip

    perbincangan antara Najwa Shihab dengan Ridwan Kamil, peneliti

    menemukan adanya dua fakta berbeda yang tidak saling berhubungan, namun

    dalam diskusi ini kedua fakta itu menjadi saling berhubungan. Fakta pertama

    yang ditunjukkan adalah Ridwan Kamil merupakan pejabat yang eksis di

    media sosial, serta menggunakannya untuk menjalin komunikasi dengan

    warga. Hal ini ditunjukkan melalui kalimat berikut :

    Najwa Shihab : “Pemirsa, ia adalah walikota paling eksis di media sosial

    seperti Twitter, Facebook dan juga Instagram. Followers Twitter-nya 1,3

  • 67

    juta. Ia juga memanfaatkan media sosial untuk berkomunikasi dengan

    warga.”

    Fakta kedua yang ditampilkan mengenai hal yang bersifat politik,

    dimana Ridwan Kamil menyatakan dirinya tidak turut serta dalam Pilkada

    DKI Jakarta 2017, setelah sebelumnya dikabarkan bahwa Ridwan Kamil akan

    turut menjadi salah satu penantang Ahok pada Pilkada DKI Jakarta 2017

    mendatang. Hal ini ditunjukkan melalui kalimat berikut :

    Najwa Shihab : ““Pejabat Kekinian”, itu topik Mata Najwa ini. Dan saya

    mengundang anda, Kang Emil. Bicara soal kekinian, yang jelas yang paling

    kini, yang paling banyak dibahas orang adalah ketika minggu lalu Kang Emil

    konferensi pers, memutuskan tidak akan maju bertarung di Pilkada DKI.”

    Peneliti melihat bahwa fakta yang memiliki hubungan dengan

    tema/topik dari episode ini adalah fakta yang pertama, sedangkan bagi

    peneliti, fakta kedua yang diungkap tidak memiliki hubungan yang erat

    dengan tema/topik utama dari episode ini. Merujuk pada kata “kekinian” dari

    episode ini, penulis melihat bahwa kata kekinian mengandung arti sebagai

    sesuatu yang lagi trend atau sesuatu yang menjadi gaya hidup, perbincangan

    serta konsumsi publik secara umum. Gaya Ridwan Kamil sebagai seorang

    pejabat yang eksis menggunakan media sosial merupakan trend saat ini dan

    juga pernyataannya untuk tidak ikut dalam Pilkada DKI Jakarta 2017

    mendatang juga menjadi isu atau berita yang trend dan menjadi perbincangan

    masyarakat luas, terlebih lagi hal tersebut kemudian diunggah Ridwan Kamil

    pada salah satu akun media sosialnya. Hal inilah yang kemudian menjadikan

    dua fakta berbeda ini menjadi suatu hal yang saling berhubungan, sehingga

    disinggung dalam Mata Najwa episode “Pejabat Kekinian”.

    Kata ganti merupakan bagian yang memanipulasi bahasa. Kata ganti

    merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan dimana

    posisi seseorang pada teks. Setelah mengamati transkrip percakapan, peneliti

    menemukan adanya penggunaan kata “kami” oleh Ridwan Kamil. Kata

    tersebut oleh Ridwan Kamil sebenarnya ingin menunjukkan adanya kedekatan

    hubungan serta kebersamaan yang dibangun antara Ridwan Kamil sebagai

    Walikota dengan warganya. Kata ini juga menunjukkan bahwa serangkaian

    prestasi yang diraih oleh kota Bandung dan juga dampak positif yang

    dirasakan oleh warga bukanlah usaha Ridwan Kamil sebagai Walikota, tetapi

  • 68

    semua itu diraih atas kerja sama dan kolaborasi antara dirinya dengan

    masyarakat yang dipimpin. Berikut adalah salah satu penggalan pernyataan

    Ridwan Kamil ketika menggunakan kata “kami” :

    Ridwan Kamil : “Warga Bandung sekarang saya rubah pola pikirnya. Kalau

    ada sampah harus dipungut, makanya “kami” ada gerakan pungut sampah

    setiap Senin, Rabu, Jumat.”

    Kata ganti selanjutnya yang peneliti temukan adalah kata “pasukan”.

    Kata tersebut bahwa dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya

    Ridwan Kamil tidak merasa sendirian, karena ada warga yang bersedia bekerja

    sama, sekaligus menyatakan dirinya sebagai pemimpin yang posisinya berada

    di tengah-tengah masyarakat, sebagai pemimpin yang juga selalu

    berkolaborasi dan bekerja sama dengan masyarakat untuk mencapai tujuan

    bersama. Berikut salah satu penggalan pernyataan Ridwan Kamil yang

    menggunakan kata “Pasukan” :

    Ridwan Kamil : “Jadi poinnya, mereformasi di Indonesia butuh pemimpin

    yang ada di lapangan. Butuh pemimpin yang ada di tengah-tengah

    “pasukan”.”

    Elemen berikutnya dari Struktur Mikro yang menjelaskan hal-hal

    penting dari sebuah teks adalah elemen Stilistik, dimana elemen ini melihat

    bagaimana pembuat teks mengungkapkan makna-makna tertentu melalui gaya

    bahasa tertentu. Elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan

    pemilihan kata, karena pilihan kata yang dipakai bukan suatu kebetulan, tetapi

    juga secara menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap realitas

    yang ada, hal ini disebut dengan Leksikon. Penggunaan kata “Pejabat

    Kekinian” sebagai tema utama dari episode ini ingin menunjukkan fakta

    bahwa pada saat ini banyak pejabat yang mulai memanfaatkan media sosial

    untuk berbagai kepentingan. Penggunaan kata “pejabat eksis”. Kata ini ingin

    menunjukkan tingkat keterlibatan atau keaktifan pejabat saat ini dalam

    menggunakan akun media sosial maupun mengikuti hal-hal yang menjadi

    trend saat ini, ataupun terlibat pada hal-hal serta isu-isu menarik yang sedang

    ramai diperbincangkan oleh khalayak luas.

    Elemen terakhir yang menjadi bagian dari Struktrur Mikro adalah

    Retoris, dimana Retoris merupakan bagian yang menjelaskan bagaimana

    sebuah penekanan dilakukan dalam sebuah teks. Retoris terdiri atas beberapa

    bagian, yakni :

  • 69

    Grafis, yaitu merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan

    atau tonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh komunikator yang dapat

    diamati dari suatu teks. Penekanan terhadap hal-hal penting yang dibahas

    selalu disertakan dengan cuplikan video yang berhubungan dengan

    pembahasan-pembahasan penting tersebut. Hal – hal penting yang dibuktikan

    lewat cuplikan video yaitu profil dan tindakan nyata Ridwan Kamil dalam

    membangun kota Bandung, dibukanya beberapa ruang publik bagi warga kota

    Bandung, iklan yang mengajak warga Bandung untuk menjadi Walikota

    sehari, pernyataan tidak ikut dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 dan komentar

    warga Bandung tentang kinerja Ridwan Kamil sebagai Walikota

    Selain grafis, ada juga Metafora. Dalam suatu wacana, seorang

    komunikator tidak hanya menyampaikan pesan pokok bahasa formal semata,

    tetapi juga kiasan, ungkapan yang dimaksudkan sebagai bumbu dari suatu

    teks. Pemakaian metafora tertentu bisa jadi menjadi petunjuk utama untuk

    mengerti makna tertentu dalam sebuah teks. Adapun beberapa metafora yang

    penulis temukan dalam percakapan antara Ridwan Kamil dengan Najwa

    Shihab dalam episode “Pejabat Kekinian” :

    Multi tasking, track record, modal jempol, positif news, quick clean, akal

    sehat, reformasi birokrasi, political power, capital power, social power,

    information power, going digital, leadership in the middle.

    Peneliti memahami bahwa penggunaan metafora sebagaimana di atas,

    secara strategis sebagai landasan berpikir, alasan pembenar atas pendapat atau

    gagasan tertentu kepada penonton, dimana hal-hal tersebut mengandung

    makna tertentu yang pastinya tidak terlepas dari hal-hal utama yang dibahas

    dalam episode “Pejabat Kekinian” ini. Sebagai contoh, pada kata ungkapan

    “modal jempol”. Kata ini digunakan oleh Ridwan Kamil untuk menunjukkan

    kemudahan dalam melakukan interaksi dengan warganya, membangun

    komunikasi langsung dengan warganya, yang mana ketika semua itu

    dilakukan dengan memanfaatkan media sosial dengan sarana smart phone,

    semuanya bisa dilakukan dengan mudah, yakni hanya dengan sentuhan jempol

    pada layar smart phone yang dimiliki.

    Berikut adalah ringkasan percakapan yang menunjukkan penggunaan

    ungkapan “modal jempol” :

  • 70

    Ridwan Kamil : “Mending punya pejabat yang mudah dihubungi atau

    pejabat yang susah dikontak atau dihubungi?”

    Najwa Shihab : “Dan anda mudah dihubungi lewat jalur-jalur yang tadi?”

    Ridwan Kamil : “Modal jempol aja.”

  • 71

    5.1.2 Analisis Program Talkshow Mata Najwa Episode “Pejabat Kekinian” (Segmen Ganjar Pranowo) yang Ditinjau Dari

    Struktur Makro, Super Struktur Dan Struktur Mikro

    Tabel 5.1.2.

    Analisis Elemen Struktur Percakapan Najwa Shihab Dengan Ganjar Pranowo Sebagai Narasumber Kedua

    pada Program Talkshow Mata Najwa Episode “Pejabat Kekinian”

    Struktur Wacana Elemen Yang Diamati Kesimpulan

    Struktur Makro Tematik (Topik) “Pejabat Kekinian” (pemanfaatan media sosial oleh pejabat dalam

    menjalankan tugas dan tanggung jawab).

    Tema yang diangkat pada episode ini ingin menyoroti tentang

    pemanfaatan media sosial oleh pejabat dalam menjalankan tugas

    dan tanggung jawab.

    Super Struktur Skematik (Alur) Pembahasan awal ini mencoba mengarahkan penonton untuk

    mengetahui secara langsung sosok Ganjar Pranowo, serta

    kedekatannya dengan Ridwan Kamil dan Ahok sebagai salah satu

    hal terkini, sehingga dibahas dalam episode “Pejabat Kekinian”.

    Sesi selanjutnya dikemas dengan tujuan ingin menunjukkan pada

    penonton bahwa dengan gaya kekinian, aktif bersosial media bukan

    berarti bahwa seorang pejabat tidak produktif dalam menjalankan

    tugas dan tanggung jawabnya atau sebaliknya.

    Sesi terakhir yang ditutup dengan penilaian terhadap gaya

    kepemimpinan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo tentang gaya

    kepemimpinan mereka yang kekinian, sebenarnya ingin

  • 72

    menunjukkan pada penonton bahwa apa yang dilakukan kedua

    pemimpin ini dengan gaya yang kekinian memberikan hasil serta

    dampak yang luar biasa.

    Penilaian ini juga ingin menunjukkan sisi positif dari pejabat yang

    memanfaatkan media sosial dengan baik untuk menunjang tugas

    dan tanggung jawab mereka.

    Struktur Mikro Semantik (Latar) Ganjar Pranowo merupakan Gubernur yang dekat dengan

    warganya, salah satunya dengan menggunakan media sosial.

    Hubungan antara Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil dan juga Pak

    Ahok sebagai suatu isu terkini.

    Bagaimana Ganjar Pranowo memanfaatkan media sosial untuk

    mendukung tugas dan tanggung jawabnya sebagai Gubernur Jawa

    Tengah.

    Semantik (Detail) Ganjar Pranowo lebih banyak memunculkan gaya kekinian. Ganjar

    Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah yang aktif menggunakan

    media sosial dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

    Dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat Jawa Tengah

    melalui gaya kekinian Ganjar Pranowo yang aktif bersosial media

    untuk melayani kebutuhan serta memecahkan permasalahan umum

    di tengah masyarakat yang dipimpin.

    Menunjukkan sejumlah perubahan positif serta sejumlah prestasi

    yang diraih melalui gaya kekinian Ganjar Pranowo yang aktif

    bersosial media dalam membangun sarana dan infrastruktur, serta

  • 73

    merubah birokrasi di Jawa Tengah.

    Semantik (Maksud) Menunjukkan bagaimana seorang pejabat memiliki kepekaan pada

    perkembangan teknologi, sehingga memanfatkan media sosial

    sebagai bentuk perkembangan tersebut untuk menunjang berbagai

    kegiatan yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab

    sebagai seorang pejabat.

    Menunjukkan bahwa ketika pejabat sadar dan mampu

    memanfaatkan teknologi dengan baik untuk kepentingan umum,

    maka hal tersebut akan memberikan perubahan serta dampak

    positif.

    Menunjukkan bahwa media sosial dapat menjadi wadah untuk

    menampung aspirasi, menjadi jembatan atau perekat hubungan

    antara pejabat dengan masyarakatnya, serta menjadi media

    pengontrol antara masyarakat dengan pelaksana-pelaksana tugas

    yang ada di lapangan apabila mampu dimanfaatkan serta dikelola

    oleh dengan baik oleh pejabat yang menggunakannya maupun

    masyarakat yang berinteraksi di dalamnya.

    Sintaksis (Bentuk Kalimat) Mengamati percakapan antara Najwa Shihab dengan Ganjar

    Pranowo pada episode ini, peneliti melihat bahwa tata bahasa yang

    digunakan merupakan bahasa sehari-hari (bahasa non formal).

    Percakapan didominasi oleh kalimat bentuk deduktif.

    Pembicara ingin memberikan penegasan terhadap penonton tentang

    keterkaitan dirinya dengan hal-hal yang menjadi pembahasan dalam

  • 74

    episode ini.

    Sintaksis (Kata Ganti) Peneliti melihat bahwa penggunaan kata “kita” oleh Ganjar

    Pranowo sebenarnya ingin menunjukkan adanya kedekatan

    hubungan serta kebersamaan yang dibangun antara Ganjar Pranowo

    sebagai Gubernur dengan setiap Kepala Daerah yang ada di wilayah

    Jawa Tengah serta masyarakat.

    Kata ini juga menunjukkan bahwa serangkaian usaha yang

    dilakukan secara bersama-sama untuk membangun Jawa Tengah

    dan juga dampak positif yang dirasakan oleh warga bukanlah usaha

    Ganjar Pranowo semata sebagai Gubernur.

    Kata ganti selanjutnya yang peneliti temukan adalah kata “mereka”.

    Melalui kata ini penulis menginterpretasikan bahwa mereka yang

    dimaksud adalah para pejabat daerah (Bupati dan Walikota) yang

    ada di bawah kepemimpinan Ganjar Pranowo sebagai Gubernur.

    Stilistik (Leksikon) Penggunaan kata “Pejabat Kekinian” sebagai tema utama dari

    episode ini ingin menunjukkan fakta bahwa pada saat ini banyak

    pejabat yang mulai memanfaatkan media sosial untuk berbagai

    kepentingan.

    Penggunaan kata “Inovasi”. Kata ini ingin menunjukkan adanya

    perubahan-perubahan sebagai hasil aatau dampak dari tingkat

    keterlibatan atau keaktifan pejabat saat ini dalam menggunakan

    akun media sosial maupun mengikuti hal-hal yang menjadi trend

    saat ini, ataupun terlibat pada hal-hal serta isu-isu menarik yang

    sedang ramai diperbincangkan oleh khalayak luas.

  • 75

    Retoris (Grafis) Penekanan terhadap hal-hal penting yang dibahas selalu disertakan

    dengan cuplikan video yang berhubungan dengan pembahasan-

    pembahasan penting tersebut.

    Cuplikan setiap video merupakan sebuah bukti yang mendukung

    bahwa hal-hal penting yang dibicarakan bukanlah sebuah wacana

    atau isu semata, melainkan fakta.

    Salah satu contoh screen shoot dari cuplikan video (Saat Ganjar

    Pranowo melakukan sidak pada salah satu dinas di Jawa Tengah).

    Retoris (Metafora) Adapun beberapa metafora yang penulis temukan dalam segmen Ganjar

    Pranowo dalam episode “Pejabat Kekinian” :

    haters, multi platform, media genic, baju safari, cacat, dilempar ke

    publik, dicopot.

    Penggunaan istilah-istilah secara strategis sebagai landasan berpikir,

  • 76

    alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada

    penonton, dimana hal-hal tersebut mengandung makna tertentu

    yang pastinya tidak terlepas dari hal-hal utama yang dibahas dalam

    episode “Pejabat Kekinian” ini.

  • 75

    5.1.2.1 Analisis Struktur Makro (Tematik)

    Setelah penulis mengamati keseluruhan percakapan Najwa Shihab

    dengan Ganjar Pranowo sebagai narasumber kedua pada program talkshow

    Mata Najwa episode ini, peneliti melihat bahwa secara umum tema yang

    diangkat secara umum adalah “Pejabat Kekinian”. Tema umum ini dapat

    dilihat melalui kalimat yang diucapkan oleh Najwa Shihab sebagai pembawa

    acara saat membuka episode ini, sebagai berikut :

    Najwa Shihab : “Pemirsa mari kita ke Jawa Tengah. Ada Gubernur yang

    kerap menyita perhatian dengan gayanya yang dekat dengan warga. Media

    sosial ia jadikan salah satu sarana.”

    Menyoroti kalimat yang diucapkan oleh Najwa Shihab untuk

    membuka sesi diskusi dengan Ganjar Pranowo sebagai narasumber kedua,

    peneliti melihat bahwa disini pembawa acara secara tidak langsung ingin

    menyatakan bahwa Ganjar Pranowo merupakan salah satu “Pejabat Kekinian”.

    Hal ini ditandai dengan kalimat “media sosial ia jadikan salah satu sarana”.

    Peneliti juga melihat bahwa kalimat pembuka ini sebenarnya ingin

    menyiratkan tentang gaya kepemimpinan Ganjar Pranowo yang ditandai

    melalui kalimat pertama “Ada Gubernur yang kerap menyita perhatian dengan

    gayanya yang dekat dengan warga”. Peneliti melihat bahwa kata “gaya” yang

    terdapat dalam kalimat ini, merujuk kepada bagaimana gaya atau cara seorang

    pejabat dalam melayani masyarakatnya, melakukan tugas dan tanggung

    jawabnya sebagai seorang pejabat daerah. Hal ini bagi penulis menyinggung

    tentang cara atau gaya kepemimpinan seorang pejabat.

    Hal-hal mengenai gaya kepemimpinan seorang pejabat, pada konteks

    “Pejabat Kekinian” dalam segmen pertama bersama Ganjar Pranowo juga

    ditonjolkan melalui percakapan yang menyinggung tentang pertemuan terakhir

    antara Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil dan Ahok. Bagi Najwa, pertemuan

    antara ketiga pejabat daerah ini, juga merupakan suatu hal yang terkini.

    Najwa Shihab : “Ini ada cuplikan, dimana terakhir kali Ridwan Kamil,

    Ganjar Pranowo dan Pak Ahok bertemu.”

    Ridwan Kamil : “Kami bertiga bersahabat”.

    Najwa Shihab : “Sudah ada kode-kode bersahabat. Berikut kita lihat

    cuplikannya.”

    Najwa Shihab : “Saling mendukung, tidak ada unsur kompetisi sama

    sekali? Saya membayangkan pemimpin daerah itu saling mendukung tapi

  • 76

    harus ada kompetisi sama sekali kalau daerah saya itu harus lebih baik,

    saya harus lebih menonjol, saya harus lebih merakyat, Mas Ganjar?”

    Ganjar Pranowo : “Iya lah, kita ngobrol sebelumnya ya, tapi rahasia

    ya.”

    Najwa Shihab : “Apa yang rahasia? Saya mau tau yang rahasia.”

    Ganjar Pranowo : “Nggak, masa rahasia diomongin? Jadi di dalam, kita

    sebelumnya bicara, share apa yang sebelumnya menjadi pengalaman

    masing-masing. Kita belajar dari teman- teman yang punya nilai

    kompetisi untuk memperbaiki republik itu kan baik kan. Kita melihat

    pengalaman teman-teman dan kemudian kita berbagi. Sebelum kita

    bertiga diluar, kita ngobrolin soal itu.”

    Mengamati percakapan di atas penulis melihat bahwa percakapan ini

    menunjukkan sebuah ciri kepemimpinan atau lebih tepatnya sikap seorang

    pemimpin. Sekalipun sempat disinggung mengenai unsur kompetisi antar

    pejabat, namun dari jawaban yang diberikan baik oleh Ganjar Pranowo

    maupun Ridwan Kamil menunjukkan bahwa kompetisi antar pejabat tidak

    selalu bermakna negatif, melainkan suatu motivasi untuk saling berkembang.

    Selain itu sikap kepemimpinan juga peneliti lihat dari kata bersahabat dan

    kalimat belajar dari teman-teman yang di ucapkan oleh Ganjar Pranowo.

    Kata bersahabat menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus mampu

    menjalin hubungan baik dengan pimpinan lainnya, sedangkan kalimat belajar

    dari teman-teman menunjukkan bahwa dengan adanya hubungan baik antar

    sesama pemimpin, hal ini dapat menjadi jembatan untuk saling mempelajari

    hal-hal positif, serta pengalaman positif antara satu dengan yang lainnya,

    dimana hal-hal yang dipelajari dapat menjadi masukan serta bahan

    pertimbangan untuk membangun daerah masing-masing.

    Wacana mengenai kepemimpinan selanjutnya pada segmen ini juga

    dapat dilihat dari percakapan berikut :

    Najwa Shihab : “Mas Ganjar, “Pejabat Kekinian”. Apa hal atau isu

    kekinian yang menurut anda perlu diketahui orang tentang provinsi yang

    anda pimpin sekarang, Jawa Tengah?”

    Ganjar Pranowo : “Kalau kita melihat, kemarin sampai hari ini saya

    masih kecapean karena banyak investor masuk ke Jawa Tengah, karena

    Jawa Tengah mungkin menjadi alternatif tempat yang bagus.

    Masyarakatnya oke. Biasanya tiap tahun ada demo buruh tapi tahun ini

    Alhamdulilah gak ada. Teman-teman buruh di Jawa Tengah bilang “Mas

    Ganjar saya kasih kado ya, soalnya tahun ini untuk pertama kali kita gak

    demo” begitu katanya. Yang kedua wisata. Teman-teman di tiap

    kabupaten-kota rata-rata punya potensi. Ada karimun jawa, ada Dieng,

    Borobudur gak perlu diomongin lagi kali ya, terus kemudian Sangiran

    yang sekarang lagi kita tata. Kebetulan kita kerja sama dengan

  • 77

    kementrian, dan ini yang mau coba kita dorong. Jadi masyarakat banyak

    tanya ke saya via twitter itu, infrasrtuktur dan angka kemiskinan di tiap

    kabupaten-kota dan kita masih punya 15 yang warnanya merah,

    sedangkan kabupaten-kota kita ada 35. Ini yang menjadi PR besar saya

    untuk menekan dan mengurangi ini.”

    Najwa Shihab : “Mas PR besar itu tantangan. Kalo kita kaitkan dengan

    gaya memimpin Ganjar Pranowo apakah di media sosial, apa di

    keseharian, seberapa jauh anda dikenal atau terkenal itu membantu anda

    dalam menjalankan tugas-tugas ini?”

    Ganjar Pranowo : “Dikenal atau tidak saya rasa itu bukan urusan ya.

    Kalau kemudian dalam konteks bekerja ya, saya meminta kepada SKPD

    saya, walaupun ini memang barang baru tapi biasanya birokrasi itu lebih

    kepada memakai baju safari, kemana- mana cacat karena gak bisa buka

    pintu sendiri, selalu minta dibukain, terus kalau datang di sambut

    rombongan, orang datang berbondong-bondong. Kalau saya nggak, saya

    bilang saya nggak mau diaterin, saya bilang saya mau sendiri. Nah

    ternyata ini merubah sikap, merubah perilaku, terus kemudian mereka

    mulai mengikuti gaya saya. Ketika mereka mengikuti gaya saya, harapan

    saya mereka lebih dekat dengan masyarakat dan mereka harus terlibat

    dengan segala persoalannya. Nah repotnya nanti kalau kita sudah

    berhubungan dengan kawan-kawan di kabupaten-kota. Kalau sudah

    begitu saya harus mau untuk membuka komunikasi, membuka ruang,

    membuka waktu untuk menyampaikan kepada mereka dan kita

    menunggu jawabannya. Supaya seluruh persoalan hari ini, misalnya

    Walikotannya Kang Emil, maka lapornya langsung ke Kang Emil. Itu

    ada masyarakat yang bilang, lah pak saya mau ketemu Bupati, takut

    sama satpol PP, mau lewat media sosial Bupatinya gaptek, lah paling

    gampang ketemu Gubernur.”

    Dari transkrip pembicaraan di atas, menunjukkan adanya upaya yang

    dilakukan untuk membuka ruang interaksi antara pejabat dengan masyarakat

    yang dilakukan oleh Ganjar Pranowo selaku Gubernur. Percakapan di atas

    juga menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Ganjar Pranowo dengan gaya

    kekiniannya memberikan pengaruh yang besar terhadap perubahan dalam

    birokrasi yang dipimpin oleh dirinya. Ganjar menjadi contoh perubahan pikir

    dan perilaku bagi kepala-kepala daerah yang ada di Jawa Tengah dalam

    menyikapi dan menghadapi setiap persoalan yang timbul di tengah

    masyarakat. Dengan gaya kekinian yang dilakukan, serta dampak dari pada

    hal tersebut, memberi suatu gambaran bahwa Ganjar Pranowo merupakan

    agen perubahan dalam membenahi birokrasi serta pelayanan publik di Jawa

    Tengah.

    Pada akhir dari segmen, tema besar episode ini yakni “Pejabat

    Kekinian” kembali ditonjolkan melalui percakapan berikut ini, :

  • 78

    Najwa Shihab : “Saya mau ke Mbak Tika dulu. “Pejabat Kekinian”.

    Apa sih yang kekinian dari kedua “Pejabat Kekinian” kita ini ?”

    Tika Herlambang : “Ya “Pejabat Kekinian”. Pertama, Mas Ridwan

    Kamil dan Mas Ganjar memiliki satu fenomena yang cukup menarik.

    Yang kedua, keduanya adalah orang yang sangat sadar dengan media,

    berikutnya keduanya bisa menggunakan media sebagai sarana untuk

    berpartisipasi atau mengajak partisipasi masyarakat. Yang ketiga Mas

    Ganjar dan Pak Ridwan Kamil itu memiliki kemampuan berkomunikasi

    yang baik di depan publik.”

    Najwa Shihab : “Pemimpin sadar media itu penting nggak mbak Tika?

    Ini dua-duanya sangat sadar media?”

    Tika Herlambang : “Betul, sangat sadar media dan jangkauan

    pemberitaannya tidak hanya di wilayah mereka tapi sudah be on the

    region jadi kalau mereka mau naik pangkat atau naik tingkat, nah

    mereka sudah punya potensi disitu.”

    Najwa Shihab : “Jadi misalnya Kang Emil tidak hanya ngetop di

    Bandung Jawa Barat,tapi juga di luar. Mas Ganjar juga seperti itu.”

    Tika Herlambang : Demikian juga. Jadi keduanya memiliki jangkauan

    persebaran berita sehingga daerah-daerah lain suka mengutip atau

    mengintip apa yang dilakukan oleh Ridwan Kamil, apa yang dilakukan

    Mas Ganjar, menirunya atau membicarakannya di daerah sana, begitu.

    Dan satu hal lagi yang paling menarik dari keduanya adalah kalau dalam

    istilah teman saya Iwan Sugema namanya media genic. Itu kalau ada di

    media tuh selalu amazing, itu gak tau kenapa gitu. Nah itu yang

    menyebabkan kalau kita berbicara soal Mas Emil atau Mas Ganjar

    pemberitaan negatifnya kecil dibandingkan dengan pemberitaan lainnya,

    itu dia media genic kalau menurut saya.”

    “Pejabat Kekinian” sebagai tema utama dari episode ini dikemas

    dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyoroti keaktifan Ridwan Kamil dan

    Ganjar Pranowo dalam menggunakan akun dari berbagai media sosial mereka.

    Dari percakapan tersebut penulis juga melihat bahwa dari pertanyaan-

    pertanyaan Tika Herlambang menunjukkan bahwa eksistensi seorang pejabat

    dalam menggunakan media sosial memberikan dampak serta pengaruh positif,

    baik kepada birokrasi, masyarakat dan juga untuk diri sendiri.

    Dari apa yang diungkapkan oleh Tika Herlambang, peneliti

    menemukan fakta bahwa ketika seorang pejabat eksis menggunakan media

    sosial untuk menunjang tugas dan tanggung jawabnya, hal tersebut akan

    sangat menolong. Terbukti bahwa dengan gaya kepemimpinan Ganjar

    Pranowo yang eksis menggunakan media sosial memberikan hasil yang

    positif, membawa perubahan positif yang dampaknya dapat dirasakan

    langsung oleh birokrasi pemerintah di Jawa Tengah dan juga masyarakatnya.

  • 79

    5.1.2.2 Analisis Super Struktur (Skematik)

    Mengamati keseluruhan alur pada segmen Ganjar Pranowo, peneliti

    melihat bahwa pada tahap awal pembawa acara mengajak penonton untuk

    terlebih dahulu mengenal sosok narasumber kedua yakni Ganjar Pranowo.

    Jika dihubungkan dengan tema utama dari episode ini, maka pengenalan ini

    ingin membentuk suatu gagasan bagi penonton bahwa Ganjar Pranowo

    merupakan salah satu “Pejabat Kekinian”. Pada tahap selanjutnya

    perbincangan tidak secara langsung diarahkan pada tema utama, tapi

    diarahkan pada kedekatannya dengan Ridwan Kamil dan Ahok, melalui

    pertemuan mereka beberapa waktu sebelumnya. Disini peneliti melihat bahwa

    pembahasan ini mencoba mengarahkan penonton untuk mengetahui secara

    langsung bahwa pertemuan ketiga pejabat ini merupakan salah satu hal terkini,

    sehingga dibahas dalam episode “Pejabat Kekinian”.

    Ketika pembahasan diarahkan pada topik atau tema utama dari episode

    ini, peneliti melihat bahwa pada sesi ini pembawa acara mulai mengarahkan

    perhatian serta pandangan penonton untuk melihat dan mengerti bagaimana

    dengan gaya kekinian, atau pejabat yang aktif bersosial media memanfaatkan

    media sosialnya sebagai seorang pejabat. Pada akhir segmen ditutup dengan

    menampilkan tanggapan masyarakat Jawa Tengah terhadap Gubernurnya.

    Disini peneliti melihat bahwa episode “Pejabat Kekinian” ini dikemas dengan

    tujuan ingin menunjukkan pada penonton bahwa dengan gaya kekinian, aktif

    bersosial media bukan berarti bahwa seorang pejabat tidak produktif dalam

    menjalankan tugas dan tanggung jawabnya atau sebaliknya.

    Sesi terakhir yang ditutup dengan penilaian dua panelis terhadap gaya

    kepemimpinan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo tentang gaya

    kepemimpinan mereka yang kekinian, sebenarnya ingin menunjukkan pada

    penonton bahwa apa yang dilakukan kedua pemimpin ini dengan gaya yang

    kekinian memberikan hasil serta dampak yang luar biasa. Selain itu penilaian

    ini juga ingin menunjukkan sisi positif dari pejabat yang memanfaatkan media

    sosial dengan baik untuk menunjang tugas dan tanggung jawab mereka. Dan

    hal lain yang ditunjukkan melalui penilaian ini turut membuktikan bahwa

    pejabat dengan eksistensi yang tinggi di media sosial tidak selalu buruk

    kinerjanya atau sebaliknya.

  • 80

    5.1.2.3 Analisis Struktur Mikro (Semantik, Sintaksis, Stilistik dan

    Retoris)

    a) Semantik

    Latar

    Hal pertama yang muncul sebagai latar adalah posisi

    Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah yang eksis

    menggunakan media sosial. Pada latar ini dijelaskan bahwa

    Ganjar Pranowo merupakan Gubernur yang dekat dengan

    warganya, salah satunya dengan menggunakan media sosial.

    Latar berikutnya adalah pertemuan antara Ganjar

    Pranowo, Ridwan Kamil dan juga Ahok. Pada latar ini

    menjelaskan tentang pertemuan ketiga pejabat ini sebagai suatu

    isu terkini, sekaligus juga mengangkat tentang hubungan antara

    ketiga pejabat daerah ini.

    Hal berikutnya yang adalah pemanfaatan media sosial

    untuk menunjang tugas dan tanggung jawab sebagai Gubernur.

    Pada bagian ini menguraikan bagaimana Ganjar Pranowo

    memanfaatkan media sosial untuk mendukung tugas dan

    tanggung jawabnya sebagai Gubernur Jawa Tengah.

    Detail

    Detail yang muncul dalam segmen antara Najwa Shihab

    dengan Ganjar Pranowo lebih banyak memunculkan gaya

    kekinian Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah yang

    aktif menggunakan media sosial dalam menjalankan tugas dan

    tanggung jawabnya. Elemen detail pada segmen ini juga lebih

    banyak menonjolkan pemanfaatan media sosial oleh Ganjar

    Pranowo serta dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat

    Jawa Tengah melalui gaya kekinian Ganjar Pranowo yang aktif

    bersosial media untuk melayani kebutuhan serta memecahkan

    permasalahan umum di tengah masyarakat yang dipimpin.

    Elemen detail juga menunjukkan sejumlah perubahan

    positif serta sejumlah prestasi yang diraih melalui gaya

    kekinian Ganjar Pranowo yang aktif bersosial media dalam

  • 81

    membangun sarana dan infrastruktur, serta merubah birokrasi

    di Jawa Tengah.

    Maksud

    Elemen maksud pada segmen dimana Ganjar Pranowo

    menjadi narasumber ditampilkan secara eksplisit dan jelas.

    Dimana pada elemen maksud ini menunjukkan bagaimana

    seorang pejabat memiliki kepekaan pada perkembangan

    teknologi, sehingga memanfatkan media sosial sebagai bentuk

    perkembangan tersebut untuk menunjang berbagai kegiatan

    yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai

    seorang pejabat.

    Pada elemen maksud ini juga ingin menunjukkan bahwa

    ketika pejabat sadar dan mampu memanfaatkan teknologi

    dengan baik untuk kepentingan umum, maka hal tersebut akan

    memberikan perubahan serta dampak positif.

    Elemen maksud pada segmen ini juga menunjukkan

    bahwa media sosial dapat menjadi wadah untuk menampung

    aspirasi, menjadi jembatan atau perekat hubungan antara

    pejabat dengan masyarakatnya, serta menjadi media pengontrol

    antara masyarakat dengan pelaksana-pelaksana tugas yang ada

    di lapangan apabila mampu di manfaatkan serta dikelola oleh

    dengan baik oleh pejabat yang menggunakannya maupun

    masyarakat yang berinteraksi didalamnya.

    b) Sintaksis

    Bentuk Kalimat

    Mengamati percakapan antara Najwa Shihab dengan

    Ganjar Pranowo pada episode ini, peneliti melihat bahwa tata

    bahasa yang digunakan merupakan bahasa sehari-hari (bahasa

    non formal).

    Peneliti melihat bahwa penggunaan tata bahasa ini

    bertujuan untuk menciptakan suasana yang santai. Sebagian

    besar kalimat dalam percakapan ini secara umum didominasi

    oleh kalimat dengan bentuk deduktif. Hal ini dimaksudkan

  • 82

    oleh pembicara untuk menempatkan dirinya sebagai pihak yang

    menjadi pusat atau objek terkait dengan tema atau topik yang

    dibahas dalam episode ini.

    Melalui penempatan posisi seperti ini, penulis melihat

    bahwa pembicara ingin memberikan penegasan terhadap

    penonton tentang keterkaitan dirinya dengan hal-hal yang

    menjadi pembahasan dalam episode ini. Berikut adalah contoh

    percakapan yang menunjukkan hal tersebut :

    Najwa Shihab : “Dari apa yang anda lakukan ini, apa hal yang

    paling efektif, atau bukti yang paling efektif ketika anda

    menggunakan media sosial ini, dalam menangani persoalan-

    persoalan publik lewat saluran-saluran seperti in?”.

    Ganjar Pranowo : “Oh banyak. Kalo kasus yang terjadi saya pernah

    copot orang karena di samsat dia minta duit sama masyarakat dan ada

    yang lapor dan masyarakatnya pintar kemudian lapor “pak ini kami

    dimintain duit” kalo memang kamu dimintain duit coba fotoin

    orangnya. Kemudian difotokan tapi mungkin fotonya dari bawah,

    kemudian saya terima fotonya. Saya kontak pimpinannya kemudian

    pimpinannya bilang “ya siap pak“ kemudian dicopot orangnya. Lalu

    ibu-ibu katanya diusir dari rumah anaknya, dia tidur di pos ronda,

    tidak lebih dari dua jam sudah diambil terus ke resos. Ada orang

    yang kena kanker di tangannya segede bola gak diambil, saya telpon

    sama Bupatinya dan sangat menyebalkan karena Bupatinya bilang,

    “siap pak, mohon petunjuk”. Lah hari gini kok mohon petunjuk.”

    Kata Ganti

    Peneliti melihat bahwa penggunaan kata “kita”. oleh

    Ganjar Pranowo sebenarnya ingin menunjukkan adanya

    kedekatan hubungan serta kebersamaan yang dibangun antara

    Ganjar Pranowo sebagai Gubernur dengan setiap kepala daerah

    yang ada di wilayah Jawa Tengah serta masyarakat. Kata ini

    juga menunjukkan bahwa serangkaian usaha yang dilakukan

    secara bersama-samauntuk membangun Jawa Tengah dan juga

    dampak positif yang dirasakan oleh warga bukanlah usaha

    Ganjar Pranowo semata sebagai Gubernur.

    “Wisata ditiap kabupaten – kota rata-rata punya potensi. Ada

    karimun jawa, ada dieng, Borobudur gak perlu diomongin

    lagi kali ya, trus kemudian sangiran yang sekarang lagi kita

    tata. Kebetulan kita kerja sama dengan kementrian, dan ini

    yang mau coba kita dorong.”

  • 83

    Kata ganti selanjutnya yang peneliti temukan adalah

    kata “mereka”. Melalui kata ini penulis menginterpretasikan

    bahwa mereka yang dimaksud adalah, para pejabat daerah

    (Bupati dan Walikota) yang ada di bawah kepemimpinan

    Ganjar Pranowo sebagai Gubernur.

    c) Stilistik

    Leksikon

    Setelah mengamati keseluruhan segmen antara Najwa

    Shihab dengan Ganjar Pranowo, peneliti menemukan beberapa

    kata yang dipilih, yang merujuk pada fakta yang dibahas dalam

    episode ini. Penggunaan kata “Pejabat Kekinian” sebagai tema

    utama dari episode ini ingin menunjukkan fakta bahwa pada

    saat ini banyak pejabat yang mulai memanfaatkan media sosial

    untuk berbagai kepentingan. Selain itu peneliti juga

    menemukan adanya penggunaan kata “Inovasi”. Kata ini ingin

    menunjukkan adanya perubahan-perubahan sebagai hasil atau

    dampak dari tingkat keterlibatan atau keaktifan pejabat saat ini

    dalam menggunakan akun media sosial maupun mengikuti hal-

    hal yang menjadi trend saat ini, ataupun terlibat pada hal-hal

    serta isu-isu menarik yang sedang ramai diperbincangkan oleh

    khalayak luas.

    d) Retoris

    Grafis

    Setelah peneliti mengamati perbincangan antara Najwa

    Shihab dengan Ganjar Pranowo dalam episode ini, peneliti

    menemukan bahwa penekanan terhadap hal-hal penting yang

    dibahas selalu disertakan dengan cuplikan video yang

    berhubungan dengan pembahasan-pembahasan penting

    tersebut. Hal – hal penting yang dibuktikan lewat cuplikan

    video adalah profil Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa

    Tengah, proses sidak yang dilakukan terhadap beberapa dinas

    di Jawa Tengah, kunjungan masyarakat, pertemuan antar

    Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil dah Ahok di Balaikota,

  • 84

    menolong warga yang mengalami kecelakaan lalu lintas dan

    cuplikan video tentang tanggapan masyarakat Jawa Tengah

    terhadap kinerja Ganjar Pranowo sebagai Gubernur.

    Metafora

    Adapun beberapa metafora yang penulis temukan dalam

    segmen Ganjar Pranowo dalam episode “Pejabat Kekinian” :

    haters, multi platform, media genic, baju safari, cacat,

    dilempar ke publik, dicopot.

    Peneliti memahami bahwa penggunaan metafora

    sebagaimana di atas, secara strategis sebagai landasan berpikir,

    alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada

    penonton, dimana hal-hal tersebut mengandung makna tertentu

    yang pastinya tidak terlepas dari hal-hal utama yang dibahas

    dalam episode “Pejabat Kekinian” ini.

    Sebagai contoh, pada kata ungkapan “dicopot”. Kata ini

    digunakan oleh Ganjar Pranowo untuk menunjukkan bukti

    dalam melakukan interaksi dengan warganya, membangun

    komunikasi langsung dengan warganya, yang mana ketika

    semua ia mendapat laporan dari warga tentang adanya

    pemungutan liar yang dilakukan oleh samsat, maka pelaku

    pemungutan liar tersebut langsung di tindak tegas dengan

    sanksi pemecatan, dimana dalam percakapan Ganjar Pranowo

    menggambarkan sanksi pemecatan tersebut dengan kata

    “dicopot” Berikut adalah ringkasan percakapan yang

    menunjukkan penggunaan ungkapan “dicopot” :

    Najwa Shihab : “Dari apa yang anda lakukan ini, apa hal yang

    paling efektif, atau bukti yang paling efektif ketika anda

    menggunakan media sosial ini, dalam menangani persoalan-

    persoalan publik lewan saluran-saluran seperti ini?”

    Ganjar Pranowo : “Oh banyak. Kalo kasus yang terjadi saya pernah

    copot orang karena di samsat dia minta duit sama masyarakat dan ada

    yang lapor dan masyarakatnya pintar kemudian lapor “pak ini kami

    dimintain duit” kalo memang kamu dimintain duit coba fotoin

    orangnnya. Kemudian difotokan tapi mungkin fotonya dari bawah,

    kemudian saya terima fotonya. Saya kontak pimpinannya kemudian

    pimpinannya bilang “ya siap pak“ kemudian dicopot orangnya.”

  • 85

    5.1.3 Hubungan Antara Struktur Makro, Super Struktur dan Struktur Mikro

    dalam Program Talkshow Mata Najwa Episode “Pejabat Kekinian”

    Meskipun terdiri dari berbagai struktur dan elemen, semua struktur dan

    elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling

    mendukung satu sama lain. Pertama, Struktur Makro. Ini merupakan makna

    global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang

    dikedepankan dalam suatu berita. Dengan kata lain, analisis Struktur Makro

    merupakan analisis sebuah teks yang dipadukan dengan kondisi sosial disekitarnya,

    sekaligus gambaran umum dari keseluruhan sebuah teks.

    Struktur teks yang kedua adalah Super Struktur. Bagian dari teks yang satu ini

    merupakan bagian yang berhubungan dengan kerangka atau pola dari suatu teks, serta

    bagaimana bagian-bagian teks disusun menjadi suatu kesatuan yang utuh. Hal yang

    diamati pada Super Struktur adalah skematik atau alur. Suatu teks umumnya memiliki

    alur dari pendahuluan hingga akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-

    bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Alur

    pada teks biasanya terdiri dari pembukaan, isi, dan penutup. Struktur yang ketiga

    adalah Struktur Mikro. Keberadaan Struktur Mikro berfungsi untuk menjelaskan

    secara rinci serta detail mengenai hal-hal penting yang berhubungan dengan tema

    utama dari sebuah teks. Penjelasan secara mendetail suatu teks dalam Struktur Mikro

    sendiri dapat dilihat dari beberapa elemen yaitu semantik, sintaksis, stilistik dan

    retoris.

    Kata “Pejabat Kekinian” yang dipilih sebagai topik utama atau makna global

    dari program talkshow episode ini sesungguhnya mewacanakan sebuah fenomena

    menarik saat ini, yaitu tentang keterlibatan serta eksistensi para pejabat dalam

    menggunakan media sosial. Topik atau tema utama dari episode ini didukung oleh

    kerangka atau pola yang dibuat oleh pembuat teks Alur tersebut menunjukkan

    bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk

    kesatuan arti atau makna dari tema utama yang ada. Pada akhirnya, pemilihan kata,

    bentuk serta hubungan antar kalimat, koherensi, gaya bahasa dan style menjadi

    kekuatan untuk menjelaskan secara rinci dan mendetail mengenai hal-hal terpenting

    atau makna-makna tertentu yang memiliki hubungan dengan tema utama serta realitas

    sosial yang terjadi.

  • 86

    5.2 Analisis Dimensi Kognisi Sosial Program Talkshow Mata Najwa Episode

    “Pejabat Kekinian”

    Kognisi sosial merupakan sebuah dimensi untuk menjelaskan bagaimana suatu

    teks diproduksi oleh individu atau kelompok pembuat teks.cara memandang atau

    melihat sebuah realitas sosial melahirkan suatu teks tertentu. Penelitian atas wacana

    tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari

    suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Pentingnya mengamati dimensi ini

    guna mengetahui bagaimana proses sebuah teks diproduksi oleh pembuat teks

    tersebut sehingga dapat diketahui pula mengapa teks tersebut dapat berupa demikian.

    Selain itu melalui analisis pada dimensi kognisi sosial pada teks, dapat dilihat pula

    gambaran nilai-nilai yang menyebar dan diserap oleh kognisi pembuat teks yang

    kemudian digunakan untuk membuat suatu teks. Setiap teks pada dasarnya dihasilkan

    melalui kesadaran, prasangka atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa

    (Eriyanto,2001:160).

    Pada dasarnya program talkshow Mata Najwa merupakan hasil karya atau

    bentuk kreatifitas dari sebuah tim, dimana melalui hasil kerja keras tim inilah

    berbagai informasi serta data mengenai narasumber dapat dikumpulkan. Dari

    informasi atau data yang terkumpulkan inilah kemudian diolah menjadi sebuah

    naskah dan dikembangkan menjadi tema utama yang dibahas pada setiap episode.

    Mengamati keseluruhan tayangan program talk show Mata Najwa, peneliti

    menemukan bahwa cara pandang Najwa tentang gaya kepemimpinan seorang pejabat

    merupakan representasi yang mewakili pandangan masyarakat terhadap

    kepemimpinan seorang pejabat. Hal ini dibuktikan dengan beberapa pertanyaan inti

    yang menyinggung tentang bagaimana Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo

    membangun hubungan dengan masyarakat melalui pemanfaatan media sosial atau

    dengan kata lain melalui sederet pertanyaan yang menyinggung tentang bagaimana

    kedua pejabat ini memberikan pelayanan publik dengan memanfaatkan media sosial.

    Dengan menilai jawaban Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo terhadap

    pertanyaan inti tersebut, dari situlah Najwa dapat menyimpulkan apakah jabawan

    yang diberikan memberikan gambaran bahwa Ridwan Kamil Dan Ganjar Pranowo

    merupakan pejabat dengan gaya kepemimpinan yang ada dalam pandangan atau

    kognisi masyarakat, dan setiap jawaban akan kembali dibuktikan dengan cuplikan

  • 87

    video tentang tanggapan dan penilaian masyarakat atas kedua pejabat ini. Video

    tentang tanggapan masyarakat yang menjadi cuplikan ini tentunya telah diambil

    sebelum program acara ini berlangsung. Disinilah letak dari proses pembentukan

    pandangan atau kognisi masyarakat tentang kepemimpinan seorang pejabat yang

    kemudian di wakili dan direpresntasikan oleh Najwa sebagai pembawa acara dalam

    program talk show Mata Najwa episode Pejabat kekinian.

    Garis besar yang ditemukan peneliti dari keseluruhan transkrip percakapan

    pada episode “Pejabat Kekinian” menunjukkan bahwa dengan menggunakan media

    sosial, pejabat dapat membuka ruang interaksi serta komunikasi dengan

    masyarakatnya. Peneliti menyimpulkan bahwa penggambaran mengenai Ridwan

    Kamil dan Ganjar Pranowo ini merupakan representasi pandangan masyarakat yang

    diwakili oleh pembuat teks dalam memandang serta membentuk opini penonton

    maupun masyarakat tentang gaya kepemimpinan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo.

    5.3 Analisis Dimensi Konteks Sosial Program Talkshow Mata Najwa Episode

    “Pejabat Kekinian”

    Konteks digunakan untuk melihat bagaimana makna yang dihayati bersama,

    kekuasaan diproduksi lewat praktik diskursus dan legitimasi (Eriyanto,2001:271).

    Dengan kata lain, analisis konteks digunakan untuk melihat bagaimana sebuah

    wacana diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat.

    Peneliti melihat bahwa konteks sesungguhnya yang ditampilkan dalam

    episode “Pejabat Kekinian” adalah tentang sentuhan langsung seorang pemimpin

    dengan masyarakat. Masyarakat sedang mencari sosok pemimpin yang mampu secara

    langsung terlibat serta berinteraksi dengan mereka, serta dapat membawa mereka ke

    arah yang lebih baik. Munculnya episode ini, seakan memberikan alternatif pilihan

    kepada masyarakat, bahwa adanya calon pemimpin yang baik, mampu terlibat secara

    langsung di tengah-tengah masyarakat, membuka ruang komunikasi dan interaksi

    secara langsung, yang ditunjukkan melalui pembahasan seputar Ridwan Kamil

    sebagai Walikota Bandung dan Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah.

    Melalui episode pejabat kekinian ini, Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo

    dikonstruski sebagai pemimpin yang dekat dengan masyarakat, pemimpin yang selalu

    membangun komunikasi dengan masuarakat, pemimpin yang merespon

  • 88

    bpermasalahan yang terjadi ditengah masyarakat dengan berbagai dacara dan salah

    satunya dengan menggunakan media sosial. Episode pejabat kekinian ini juga

    mengkonstruksi sosok Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo sebagai sosok inspirratif.

    Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo digambarkan sebagai pejabat yang mampu

    memberikan contoh bagi pejabat lainnya yang ada di bawah kepemimpinan mereka

    untuk bersikap dan bertingkah laku sebagai pejabat yang dekat serta tebuka dengan

    masyarakatnya, serta menjadi agen perubahan dalam mereformasi sistem birokrasi

    yang ada di wilayah kepemimpinan masing-masing. Konstruksi wacana gaya

    kepemimpinan pada episode ini secara tidak langsung mengontrol masyarakat dengan

    mempengaruhi kondisi mental masyarakat, seperti kepercayaan, sikap dan

    pengetahuan.

    Dalam menganalisis konteks, ada 2 hal penting yang ditekankan oleh Van

    Djik, yaitu : kekuasaan dan akses. Kekuasaan yang disoroti oleh Van Djik dalam hal

    ini adalah tindakan seseorang/kelompok untuk secara tidak langsung mengontrol

    dengan cara mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap dan

    pengetahuan, sedangkan akses yang dimaksud dalam hal ini adalah melihat

    bagaimana besar akses diantara setiap kelompok untuk mempengaruhi kesadaran

    khalayak (Eriyanto, 2001 : 272 – 273).

    1. Kekuasaan

    Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo dengan gaya kekinian mereka sebagai

    seorang pejabat merupakan sebuah cara baru dalam mengontrol serta

    memanajemen wilayah yang mereka pimpin, dimana dengan kekuasaan

    yang mereka miliki sebagai pemimpin serta gaya kekinian yang ada,

    keduanya melakukan berbagai hal yang dampak positifnya sangat

    bermanfaat bagi masyarakat, sehingga dengan hal tersebut masyarakat

    dapat melihat serta menilai dan percaya dengan kekuasaan yang dimiliki,

    baik Ridwan Kamil maupun Ganjar Pranowo menggunakannya demi

    kepentingan publik.

    2. Akses

    Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo, memiliki kepekaan dalam

    memanfaatkan perkembangan teknologi sebagai media untuk

    menjembatani hubungan mereka dengan masyarakat. Gaya kekinian ini

    turut memberikan pengaruh serta contoh bagi pejabat lainnya dalam

  • 89

    mengembangkan pelayanan serta memperbaiki sistem birokrasi dalam

    melayani masyarakat.

    5.4 Pembentukan Wacana oleh Tim Program Talkshow Mata Najwa

    Dalam program talk show Mata Najwa, wacana di bentuk kemudian di kemas

    menjadi suatu program acara melalui beberapa tahap. Pertama, tahap perancanaan dan

    persiapan. Pada tahap ini tim terlebih dahulu menentukan ide atau gagasan mengenai

    isu-isu serta berbagai fenomena merarik yang berkembang atau marak

    diperbincangkan oleh publik sebelum diangkat dan dikemas dalam program acara.

    Ketika muncul ide atau gagasn, selanjutnya dilakukan perembukan atau diskusi dalam

    tim sehingga di sepakati suatu tema dari berbagai ide atau gagasan yang muncul untuk

    diangkat menjadi topik dari program Talks Show Mata Najwa.

    Setelah adanya kesepakatan terhadap tema atau topik tertentu, tim Mata Najwa

    melakukan survei mengenai narasumber yang cocok dan tepat serta sesuai dengan

    tema atau topik yang telah disepakati. Setelah menemukan narasumber yang dianggap

    cocok dengan tema, tim melakukan pengumpulan-pengumpulan data mengenai hal-

    hal yang memiliki hubungan antara tema atau topik, dengan narasumber yang telah

    ditetapkan, dan setelah hal ini dilakukan, tim melakukan konfirmasi langsung dengan

    narasumber tersebut. Konfirmasi ini sekaligus menjadi tanda kepada orang atau

    kelompok tersebut bersedia atau tidak menjadi narasumber. Apabila narasumber

    bersedia maka akan dilakukan pertemuan dengan narasumber untuk menggali lebih

    jauh informasi-informasi terkait dari narasumber, sekaligus melakukan cross-chek

    data survei yang dilakukan tim kepada narasumber.

    Tahap yang ketiga adalah melakukan persiapan yang berhubungan dengn

    konten dari program acara. Setelah tim memiliki persetujuan dari narasumber serta

    data akurat yang sesuai dengan tema yang hendak diusung, tim melakukan persiapan

    berupa setting acara, mempersiapkan pokok-pokok bahasan yang berhubungan

    dengan tema, mempersiapkan daftra pertanyaan serta setting alur dari program yang

    hendak ditayangkan. Pada tahap ini pula tim melakukan peninjauan kembali terhadap

    segala sesuatu yang telah dipersiapkan agar tidak menimbulkan hal-hal yang

    berdampak buruk terutama pada masyarakat atau membentuk pemahaman yang salah

    terhadap masyarakat melalui program acara yang nantinya akan diproduksi dan

    ditayangkan.

  • 90

    Melihat dan mengamati program talk show Mata Najwa, dapat dilihat bahwa

    program ini lebih menyoroti akan hal-hal yang berhubungan dengan masyarakat, atau

    dengan katalain membahas mengenai isu-isu atau fenomena terkini yang memiliki

    dampak dalam kehidupan masyarakat, sehingga program ini memiliki nilai berita

    yang tinggi dan berkualitas. Diangkatnya tema pejabat kekinian disebabkan karena

    adanya fenomena yang memang menarik dan menjadi sorotan bagi masyarakat luas

    bahwa adanya pejabat daerah yang aktif bersosial media.

    5.5 Temuan Gaya Kepemimpinan Pada Dimensi Teks, Kognisi Sosial Dan

    Konteks Sosial

    Setelah peneliti melakukan pengamatan serta analisis pada ketiga dimensi

    tersebut, peneliti melihat bahwa gaya kepemimpinan Ridwan Kamil dan Ganjar

    Pranowo tidak secara langsung disebutkan atau tetapkan sebagai gaya kepemimpinan

    tertentu, namun peneliti melihat bahwa gaya kepemimpinan kedua pejabat daerah ini

    digambarkan melalui sikap serta tindakan-tindakan yang mencirikan gaya

    kepemimpinan tertentu, dan dalam hal ini adalah gaya kepemimpinan

    Transformasional, dimana gaya kepemimpinan transformasional merupakan gaya

    kepeminan dengan adanya proses pengembangan moralitas antara pemimpin dengan

    bawahan serta pihak lainny, dan pemimpin dengan gaya transformasional merupakan

    seorang pemimpin yang mampu menciptakan kharismatik yang penuh inspirasi,

    stimulasi intelektual, mendorong semangat pihak lain, serta menggunakan nilai-nilai

    yang dapat memenuhi kebutuhan bawahannya serta pihak lainnya.

    Pada dimensi teks Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo digambarkan sebagai

    pejabat yang penuh dengan inspirasi, peka serta mampu memanfaatkan terhadap

    perkembangan teknologi, tegas dalam menjalankan birokrasi, memiliki kemampuan

    berkomunikasi dan interaksi serta terbuka kepada berbagai pihak. Hal ini mampu

    dibuktikan oleh kedua pejabat ini, bahwa dengan menggunakan media sosial dalam

    menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai pejabat, memberikan banyak manfaat

    yang positif, dimana pada dimensi teks ini peneliti menemukan beberapa manfaat

    yang dimaksud; media sosial menjadi sarana interaksi, fungsi kontrol, merubah

    birokrasi serta media untuk menampung masukan, keluhan dan aspirasi masyarakat.

    Pada dimensi kognisi sosial, gaya kepemimpinan Ridwan Kamil dan Ganjar

    Pranowo digambarkan melalui pandangan masyarakat Bandung dan Jawa Tengah

  • 91

    yang diwakuli oleh representasi kognisi pembuat teks yang dapat dilihat melalui alur

    dari keseluruhan episode Pejabat Kekinian. Hal ini digambarkan dengan segelintir

    pertanyaan ini yang menyinggung tentang bagaimana pemanfaatan media sosial

    secara khusus oleh Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo, yang kemudian jawaban atas

    pertanyaan-pertanyaan tersebut dihubungkan dengan tanggapan masyarakat Bandung

    dan Jawa Tengahmelalui cuplikan-cupliakan video.

    Pada dimensi konteks sosial, penggambaran gaya kepemimpinan

    Transformasional ini digambarkan melalui hal-hal yang merupakan fakta yang saling

    berhubungan, yaitu dimana pada saat ini masyarakat lebih membutuhkan pejabat yang

    mampu bersentuhan langsung dengan mereka. Melalui analisis dimensi konteks sosial

    peneliti menemukan adanya penonjolan fakta bahwa pemanfaatan media sosial oleh

    Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo memberikan ruang interaksi antara mereka

    dengan masyarakatnya, sehingga masyarakat merasa adanya kedekatan dan sentuhan

    langsung sekalipun hanya melalui media sosial. Respon cepat yang diperoleh

    masyarakat melalui media sosial membuat masyarakat merasakan perhatian dari

    kedua pejabat ini. Dengan menjadikan media sosial sebagai ruang interaksi dengan

    masyarakat, membuat Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo menjadi pejabat yang

    kehadirannya sangat terasa ditengah-tengah masyarakat.

    5.6 Pembahasan : Gaya Kepemimpinan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo

    berdasarkan Analisis Wacana Kritis dalam Tayangan Program Talkshow

    Mata Najwa Episode “Pejabat Kekinian”

    Berdasarkan analisis yang peneliti jabarkan di atas, secara umum tema yang

    diangkat ialah gaya hidup aktif bersosial media dari seorang pejabat, yang mana gaya

    ini tidak dilakukan oleh semua pejabat pada umumnya. Ditinjau dari aspek dimensi

    teks, episode “Pejabat Kekinian” memaparkan mengenai eksistensi Ridwan Kamil

    dan Ganjar Pranowo dalam menggunakan media sosial mereka untuk menjalankan

    tugas mereka sebagai pejabat daerah serta melayani kepentingan masyarakat masing-

    masing. Alur pembahasan selalu diawali dengan hal-hal yang berbeda dengan tema

    utama. Meskipun demikian, alur yang dibangun lebih banyak pada pendeskripsian

    mengenai profil Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo selaku pejabat, keaktifan

    keduanya dalam dunia media sosial, bagaimana kedua pejabat ini memanfaatkan

    media sosial untuk kepentingan masyarakat serta manfaat yang diperoleh.

  • 92

    Ditinjau dari aspek kognitif, dapat disimpulkan bahwa penggambaran

    mengenai Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo ini merupakan representasi mental dari

    pembuat teks dalam memandang serta membentuk opini penonton maupun

    masyarakat tentang sosok Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo sebagai pejabat yang

    aktif atau eksis dalam bersosial media. Ditinjau dari aspek konteks sosial, episode

    “Pejabat Kekinian” seakan memberikan sebuah pand