Studi Kelayakan Usaha Pupuk Organik Cair (Kasus Pt Mulyo Tani Salatiga-jawa Tengah)
BAB V PEMBAHASAN -...
Transcript of BAB V PEMBAHASAN -...
64
BAB V
PEMBAHASAN
Setelah menjabarkan temuan lapangan serta analisa yang relevan pada bab
sebelumnya, dalam bab ini penulis mencoba menggambarkan pola komunikasi
ketua kelompok dalam komunikasi kelompok di KWT Sedyo Mulyo tersebut.
Pola komunikasi sendiri diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang
atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat sehingga
pesan yang dimaksud dapat dipahami. (Djamarah,2004:1). Pada bagian ini
merupakan pembahasan, penulis membahas tentang pola komunikasi ketua
kelompok dalam komunikasi kelompok di KWT Sedyo Mulyo. Bagian ini akan
menggambarkan pola komunikasi yang digunakan Ibu Sujiyah selaku ketua KWT
Sedyo Mulyo dalam menangani beberapa hambatan di dalam kelompok. Hal ini
dilakukan karena ingin mempertahankan solidaritas kelompok.
Di dalam bukunya Communication in Small Groups, Steven A Beebe
menuliskan bahwa pengaruh lain pada iklim kelompok adalah jaringan
komunikasi, pola interaksi dalam suatu kelompok, atau yang berbicara kepada
siapa. Jika kita ikut dalam sebuah kelompok dimana nantinya kita akan
berpartisipasi aktif di dalam kelompok tersebut, mungkin akan tampak bahwa ada
beberapa orang yang berbicara lebih dari yang lain, sebagian besar komunikasi
yang mereka lakukan, ditujukan kepada seluruh anggota kelompok secara
keseluruhan. Lain halnya yang dapat dilihat jika kita berada dalam kelompok,
dimana sedikit anggota yang aktif berbicara untuk kepentingan kelompok, di
dalam kelompok tersebut kita akan menemukan bahwa orang-orang relatif sedikit
komentar ke grup kepetingan keseluruhan kelompok dan terlihat bahwa mereka
mengarahkan sebagian besar dari apa yang mereka katakan dalam kelompok ke
arah orang-orang tertentu saja.
65
Anggota cenderung akan memperbanyak komentar untuk satu orang pusat,
mungkin pemimpin yang ditunjuk atau ketua. Sebagai seseorang yang menjadi
pusat dari pola komunikasi yang di lakukan di dalam kelompok, sosok inilah yang
dianggap mampu dan memiliki daya tarik sehingga anggota kelompok yang lain
mempercayai orang tersebut untuk mengendalikan segala sesuatu yang ada di
kelompok.
Dalam konsep De Vito terdapat lima model komunikasi yaitu : model
lingkaran, model roda, model Y, model rantai, dan model semua saluran atau
bintang. (Agus Maulana: 2011)
Pola komunikasi berbentuk Y merupakan jenis pola komunikasi yang
komunikatif, dimana berpusat pada satu titik, kemudian meneruskan informasi
dan menjalin hubungan dengan banyak orang di dalam kelompok tersebut. Pola
lain yang mungkin muncul ialah pola melingkar, dimana orang berbicara hanya
dengan mereka yang duduk di samping atau dengan kata lain yang memiliki posisi
dan memiliki kedekatan yang akrab. Ada juga pola lain, yaitu pola linear, dimana
orang berkomunikasi secara berantai, jadi informasi disampaikan oleh satu orang
kemudian disampaikan kepada orang lain secara berantai.
Pola-pola ini dapat dibangun ke dalam kelompok dari awal kelompok
dibentuk, atau bisa juga pola komunikasi dapatmuncul secara spontan. Walaupun
demikian, bila di dalam kelompok selalu di bangun pola komunikasi yang baik,
jaringan cenderung stabil dari waktu ke waktu, jadi solidaritas di dalam sebuah
kelompok tetap terjaga. Sekali orang membangun saluran atau pola komunikasi ,
mereka terus menggunakan saluran ini dengan sama. Jaringan saluran
berpengaruh pada iklim kelompok serta produktivitas dari kelompok tersebut.
Review penelitian menunjukkan bahwa secara umum, dimana komunikasi bebas
dimaksimalkan sesuai dengan pola komunikasi yang dibangun, meskipun dengan
adanya pola komunikasi yang secara terus-menerus dilakukan, mereka mungkin
memakan waktu lebih lama untuk mencapai keputusan.
66
Dengan adanya pola komunikasi yang baik sesuai dengan iklim sebuah
kelompok, orang juga cenderung merasa lebih puas dalam kelompok dimana
mereka dapat berpatisipasi aktif , Orang akan merasa dihargai berada di sebuah
kelompok dimana saran, ide, dan pemikirannya bisa diterima dengan baik. Ketika
interaksi melalui penuangan ide di batasi , mungkin orang akan menjadi kurang
memiliki kesempatan untuk memenuhi kebutuhan mereka seperti kebutuhan
berkomunikasi. Hasil survey para peneliti dari beberapa kelompok, menunjukkan
bahwa kelompok dengan pola komunikasi terpusat tentu akan lebih efisien.
Efisiensiannya karena dapat meningkatkan produktivitas kelompok , namun bukti
juga cukup menunjukkan bahwa pola komunikasi bebas dan terbuka, dapat
mencakup semua orang yang ada di kelompok .Lalu bentuk lain pola komunikasi
lingkaran lebih cenderung mengarah pada penilaian kelompok yang lebih akurat
serta lebih menarik iklim kelompok dan mencapai kepuasan individu yang lebih
besar.
Namun, dalam pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti, di dalam
Kelompok Wanita Tani Sedyo Mulyo ini, model komunikasi yang dilakukan
adalah pola komunikasi Y. Dimana kontrol tentang apa saja yang terjadi di dalam
kelompok adalalah terpusat (Leader) kepada satu titik (Ibu Sujiyah selaku ketua
KWT Sedyo Mulyo). Semua komunikasi dilakukan melalui ketua KWT Sedyo
Mulyo yaitu Ibu Sujiyah. Pihak luar tidak dapat langsung melakukan komunikasi
dan diskusi langsung melalui pengurus atau juga anggota KWT Sedyo Mulyo.
Semua komunikasi yang dilakukan harus melalui ketua kelompok, namun
kemudian komunikasi yang telah dilakukan selalu dibawa ke dalam forum pada
saat pertemuan rutin KWT. Jadi, semua keputusan yang diambil tidak mutlak
diambil oleh ketua kelompok saja, namun keputusan yang diambil merupakan
hasil musyawarah dan kesepakatan bersama.
67
Mendengar Informasi Menyampaikan
Informasi
Bagan 5.1
Pola Komunikasi Ketua Kelompok Dalam Komunikasi Kelompok di KWT
Sedyo Mulyo
Bisa dilihat dari bagan pola komunikasi di dalam KWT Sedyo Mulyo,
bahwa ketua memiliki peran yang sangat penting di dalam pola komunikasi di
KWT Sedyo Mulyo ini. Ibu Sujiyah melakukan komunikasi pribadi dengan
seluruh anggota KWT Sedyo Mulyo. Selain itu, Ibu Sujiyah juga melakukan
hubungan antar pribadi dengan pihak luar yang akan menjalin hubungan dengan
KWT Sedyo Mulyo.
Ketua
Kelompok
(Ibu Sujiyah)
Perangkat Desa Dinas
Pemerintah
Anggota
KWT
Pengurus
KWT
68
Ibu Sujiyah menyampaikan informasi yang di sampaikan oleh para
pengurus KWT Sedyo Mulyo, seperti bendahara, sekretaris dan pengurus yang
lainnya ke dalam forum pertemuan KWT. Penyampaian informasi tersebut
bertujuan supaya seluruh anggota KWT Sedyo Mulyo mengetahui tentang
informasi yang telah disampaikan para pengurus. Setelah informasi disampaikan
oleh Ibu Sujiyah, anggota KWT aktif memberikan tanggapan atau masukan
melalui Ibu Sujiyah, hubungan yang erat terjalin disini karena para anggota
menjadi merasa lebih dekat dengan ketua. Selain melakukan komunikasi untuk
membahas permasalah KWT, Ibu Sujiyah dan para anggota KWT Sedyo Mulyo
juga aktif melakukan komunikasi pribadi melalui hal lain. Semua kegiatan,
permasalahan, hubungan di dalam KWT Sedyo Mulyo melalui Ibu Sujiyah
terlebih dahulu, jadi sebagai ketua, Ibu Sujiyah selalu mengetahui apa saja yang
terjadi di dalam kelompok yang dipimpinnya.
Ibu Sujiyah juga yang melakukan komunikasi atau hubungan dengan pihak luar
yang ingin melakukan kerjasama dan menjalin hubungan dengan KWT Sedyo
Mulyo. Setelah pihak luar melakukan komunikasi dengan Ibu Sujiyah, hasil dari
komunikasi antara Ibu Sujiyah dan pihak luar disampaikan ke dalam pertemuan
rutin atau pertemuan lainnya yang diadakan KWT Sedyo Mulyo. Setelah
melakukan diskusi dan disetujui bersama, baru nanti pihak luar datang langsung
ke dalam pertemuan rutin KWT untuk menyampaikan maksud dan tujuan mereka.
69
Gambar 5.2. Diskusi Ketua KWT Sedyo Mulyo dengan pihak luar KWT
(Dokumen Pribadi: Ardiani Ayu)
Pada gambar 5.1. diatas Ibu Sujiyah sedang melakukan diskusi dengan melakukan
komunikasi antarpribadi dengan Petugas PPL dari Dinas Peternakan. Hubungan
antara KWT Sedyo Mulyo dengan Dinas Petarnian memang selalu melalui Ibu
Sujiyah sebagai Ketua. Setelah itu, hasil dari pembicaraan tersebut disampaikan
oleh Ibu Sujiyah pada pertemuan rutin KWT selanjutnya.
Dari penelitian mengenai pola komunikasi ketua kelompok KWT Sedyo Mulyo
tersebut, dapat kita lihat bahwa sebagai ketua Ibu Sujiyah sekaligus juga sebagai
leader dalam pola komunikasi di dalam Kelompok Wanita Tani Sedyo Mulyo.
Dimana semua anggota dan semua kegiatan pola komunikasi selalu melibatkan
Ibu Sujiyah di dalamnya. Terdapat komunikasi yang aktif antara ketua kelompok
dan juga para anggotanya, kedekatan inilah yang kemudian membentuk pola
segitiga dalam komunikasi yang ada di KWT Sedyo Mulyo. Dimana seluruh
komunikasi dan juga kegiatan berpusat pada satu titik terpusat, yaitu Ibu Sujiyah.
Dari hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagai ketua, Ibu Sujiyah memiliki
peran yang besar dalam pola komunikasi yang terjadi di dalam komunikasi
kelompok di KWT Sedyo Mulyo.
70
5.1 Penerapan Teori Percakapan Kelompok dalam hasil penelitian di dalam
Kelompok Wanita Tani Sedyo Mulyo
Teori percakapan kelompok sangat berkaitan erat dengan produktivitas
kelompok atau upaya-upaya untuk mencapainya melalui pemeriksaan masukan
dari anggota (member inputs), variabel-variabel yang perantara (mediating
variables), dan keluran dari kelompok. Usaha bersama dan saling mendukung
satu sama lain merupakan cara yang tepat dilakukan supaya semua tujuan sebuah
kelompok dapat dicapai bersama. Inilah yang sedang dikembangkan di dalam
kelompok wanita tani Sedyo Mulyo ini. Melalui bimbingan dari ketua kelompok
yang selalu menyaring hasil pemikiran para anggotanya membuat kepuasan
bersama tercapai dalam kelompok ini. Keluaran atau hasil yang dicapai oleh
kelompok selama ini tak lepas dari peran Ibu Sujiyah sebagai ketua dalam
menampung aspirasi semua anggota kelompoknya. Setiap dua bulan sekali beliau
membagikan kertas yang berisi keinginan dan cara pencapaian dari keinginan
setiap anggota KWT Sedyo Mulyo, hasilnya nanti akan dikumpulkan lagi kepada
Ibu Sujiyah setelah itu akan dilakukan pembahasan yang nantinya menghasilkan
keputusan yang di ambil oleh Ibu Sujiyah. Setelah memutuskan untuk apa yang
akan dicapai KWT Sedyo Mulyo kedepannya, lalu bagaimana cara supaya
keinginan tersebut dapat tercapai, kemudian Ibu Sujiyah membahasnya dalam
pertemuan rutin di bulan selanjutnya.
71
Gambar 5.3
Seorang anggota KWT Sedyo Mulyo sedang mengisi lembar keinginan dalam
usaha mengembangkan KWT Sedyo Mulyo yang di bagikan oleh Ibu Sujiyah
Sumber : Dokumen Pribadi: Ardiani Ayu, 2017
Dengan melakukan hal demikian, para anggota KWT Sedyo Mulyo,
melalui wawancara yang dilakukan, menjelaskan bahwa semua anggota merasa
didengar pendapatnya dan pencapaian kelompok dianggap merupakan hasil usaha
kerjasama dalam kelompok. Meskipun begitu, peran ibu Sujiyah juga diakui
sangat banyak dalam membawa KWT ini menjadi semakin berkembang untuk
mencapai tujuan bersama.
“Ibu Sujiyah selalu mengedepankan kepentingan bersama, sikapnya
terbuka, jadi setiap berdiskusi bersama, anggota merasa tidak
canggung untuk menuangkan ide dan pemikirannya. Secara tidak
72
langsung anggota dituntun untuk mengembangkan pemikiran.
Kegiatan yang dilaksanakan juga merupakan hasil dari diskusi oleh
semua anggota kelompok”1
Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kelompok, salah satunya
adalah aktifitan anggota kelompok yang dibentuk secara bersama-sama, supaya
kelompok tersebut dapat terus berkembang dan solidaritasnya semakin kuat.
Anggota KWT Sedyo Mulyo selalu aktif dalam tiap pertemuan, hal ini diamati
oleh peneliti dalam beberapa kali mengikuti pertemuan rutin di KWT Sedyo
Mulyo. Pada saat Ibu Sujiyah menjelaskan tentang materi baru, banyak anggota
KWT Sedyo Mulyo yang aktif mengajukan pertanyaan, bila ada suatu informasi
yang kurang jelas para anggota tidak sungkan mengajukan diri untuk bertanya.
Dalam menyelesaikan masalah para anggota kelompok juga aktif memberikan
masukan dan berdiskusi supaya masalah yang dihadapi mendapatkan jalan keluar
yang tepat sehingga semua pihak yang bersangkutan merasa puas dengan
keputusan yang diambil.
Solidaritas kelompok yang terjalin dipengaruhi oleh tujuan dari suatu
kelompok dibentuk. Menjadi tempat bertukar informasi, pikiran dan juga
mempererat rasa kesatuan kehidupan bertetangga menjadi sebuah keluarga yang
kuat, itulah tujuan dari dibentuknya KWT Sedyo Mulyo ini. Nantinya diharapkan,
dengan adanya kelompok ini, rasa kesatuan keluarga yang menjadi keluarga dapat
benar-benar bisa tercapai. Sikap inilah yang mampu membawa sebuah kelompok
dapat terus meningkatkan produktivitasnya sehingga semua tujuan dari kelompok
dapat dicapai bersama-sama. Sebuah kelompok akan maju dan berhasil apabila
antara seluruh anggota, pengurus dan juga ketua dapat bekerja dan berkomunikasi
dengan baik. Keaktifan dari tiap-tiap pihak sangat diperlukan supaya tercipta
suasana yang nyaman di dalam kelompok.
Pada kenyataannya, tidak semua hal ini dapat berjalan dengan baik, ada
sebuah kelompok yang memiliki anggota dan ketua yang sama-sama aktif dan
mempunyai rasa solidaritas yang tinggi untuk maju bersama. Namun, ada juga 1 Wawancara dengan Ibu Yatmi selaku anggota KWT Sedyo Mulyo tanggal 15 Januari 2017
73
sebuah kelompok yang memiliki anggota yang pasif dan ditambah dengan ketua
yang pasif pula, hal ini menyebabkan terhambatnya prestasi serta produktivitas
dari kelompok tersebut. Selain itu, ada pula sebuah kelompok yang memiliki
anggota yang aktif dan mengembangkan kelompoknya, namun memiliki ketua
yang kurang aktif dalam komunikasi maupun aktif dalam mengembangkan
kelompok yang dipimpin olehnya.
(a) (b)
Gambar 5.4
Ibu-ibu anggota KWT Sedyo Mulyo bergotong royong
membersihkan sisa bahan yang telah digunakan dalam kegiatan masak
bersama (a) dan melakukan kegiatan praktek tanam bersama (b).
Sumber : Dokumen Pribadi: Ardiani Ayu, 2017
KWT Sedyo Mulyo pernah mendapat bantuan polybag gratis untuk semua
anggota KWT Sedyo Mulyo, polybag ini diharapkan dapat digunakan untuk
menanam bibit tanaman dirumah. Dengan polybag ini, ibu-ibu tidak harus
menyiapkan tempat yang luas untuk menanam bibit tanaman seperti lombok,
tomat dan juga daun bawang. Para ibu-ibu anggota KWT Sedyo Mulyo merasa
senang dan semua aktif menanam bibit tanaman di polybag bantuan dari PKK
Dusun. Dengan keaktifan anggota KWT dalam menanam bibit tanaman di atas
polybag bermanfaat untuk membantu para anggota KWT untuk mendapatkan
bahan memasak seperti lombok yang hingga saat ini harganya masih melonjak
74
tinggi. Dengan ikut aktif dalam penanaman bibit di polybag, membuat sukses
KWT Sedyo Mulyo secara bersama-sama, karena dapat menghemat biaya
kebutuhan rumah tangga.
Dalam pertemuan KWT Sedyo Mulyo juga membahas tentang kegiatan
yang akan dilaksanakan oleh KWT Sedyo Mulyo dalam 4 bulan kedepan.
Dilakukan musyawarah bersama untuk membahas tentang kegiatan KWT dalam 4
bulan kedepan. Ibu Sujiah membuka beberapa termin untuk anggota kelompoknya
yang ingin mengeluarkan ide, ide bersifat bebas, terlihat banyak anggota yang
aktif dan semangat dalam mengemukakan ide. Beberapa ide yang sudah
dikemukakan, dicatat oleh Sekretaris, kemudian di akhir penutupan musyawarah
tentang ide, Sekretaris membacakan hasil dari ide para anggota KWT. Hasil yang
paling banyak dikemukakan ialah mengadakan cocok tanam bersama dengan
Kelompok Tani Ngudi Rahayu, dimana anggotanya adalah bapak-bapak dari
Dusun Wonolelo. Selain itu, ada juga kegiatan masak bersama dengan menggukan
bahan local disekitar Dusun Wonolelo, bahan yang ada boleh dioleh menjadi
makanan apa saja, nantinya pemenang dinilai dari rasa hasil makanan yang dioleh
dan bagaimana kreativitas pengolahan bahan.
Produktivitas dari suatu kelompok dapat dijelaskan melalui konsekuensi
perilaku, interaksi dan harapan-harapan melalui struktur kelompok. Bagaimana
peran nyata seorang Ibu Sujiyah dalam mempertahankan keutuhan kelompok
yang dipimpinnya, bagaimana dia mampu mempengaruhi serta mengajak
anggotanya untuk mau berkembang di dalam sebuah wadah untuk melakukan
pertukaran informasi, ide, dan juga komunikasi. Bila seorang ketua kelompok
mampu melakukan hal-hal tersebut, maka akan tumbuh rasa semangat yang tinggi
untuk mencapai produktivitas secara bersama-sama, dan memiliki tujuan akhir
untuk mempertahankan sebuah kelompok supaya tetap solid sesuai dengan visi
dan misi yang telah dibuat oleh KWT Sedyo Mulyo.
75
5.2 Penerapan Teori Kontigensi dalam hasil penelitian di dalam Kelompok
Wanita Tani Sedyo Mulyo
Dilihat dari hasil wawancara dan apa yang diamati oleh peneliti selama
penelitian, peneliti dapat menganalisa bahwa yang telah dilakukan oleh Ibu
Sujiyah sebagai ketua dalam menjalankan peran ketua kelompok dalam
menangani masalah yang ada di dalam kelompok dapat dikatakan berhasil.
Menurut teori Kontingensi yang dikemukakan oleh (Fiedler & Chemers, 1964).
Teori Kontigensi terkait dengan gaya dan situasi tempat dimana seorang
pemimpin itu memimpin kelompoknya. Teori ini difokuskan pada gaya
kepemimpinan dan situasi yang menjadi kerangka kerjanya. Di dalam teori ini
mempelajari bagaimana seorang pemimpin bersikap dan bertindak dalam situasi
kelompok yang berbeda-beda. Di dalam penelitian ini Ibu Sujiyah yang menjadi
bahan penelitian untuk dikaitkan dengan Teori Kontigensi ini.
Gaya kepemimpinan pada Teori Kontigensi mengacu pada dua motivasi yaitu :
Task Motivation (motivasi yang mengacu pada tugas)
Pemimpin fokus pada tugas dan hasil yang dicapainya.
Dalam hal ini hasil penelitian membahas tentang fokus dari pemimpin
yang hanya mengacu pada tugas dan hasil yang dicapai. Dalam penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti, terlihat dari pengamatan bahwa Ibu Sujiyah selama
bertahun-tahun memimpin KWT Sedyo Mulyo, selalu membentuk sikap peduli
dan terbuka kepada semua anggota. Dalam pertemuan rutin yang diikuti peneliti
pada tanggal 15 Januari 2017, terdapat masalah internal kelompok, yaitu
Bendahara dari KWT Sedyo Mulyo meminta diganti posisinya karena merasa
sudah terlalu lama menjabat dan merasa bahwa tanggung jawabnya semakin besar
karena ada beberapa anggota KWT Sedyo Mulyo yang tidak tertib dalam
mengangsur pinjaman yang harus dibayarkan pada jangka waktu yang telah
ditentukan. Sempat terjadi perdebatan di dalam pertemuan tersebut, karena para
anggota KWT Sedyo Mulyo tidak mau memilih bendahara yang baru, karena
dirasa Bendahara yang sekarang ini sudah baik dalam mengelola keuangan dan
simpan pinjam. Ibu-Ibu anggota KWT juga banyak yang merasa bahwa tidak
76
mampu untuk mengganti posisi sebagai Bendahara KWT. Melihat perdebatan
yang terjadi, Ibu Sujiyah menengahi perdebatan tersebut dengan bijaksana tetapi
santai. Beliau melakukan musyawarah dengan pengurus yang lain,
mempertimbangkan beberapa hal yang sekiranya memang membebankan
bendahara yang meminta pergantian posisinya. Ibu Sujiyah mangadakan voting
dan ternyata hasilnya menunjukkan bahwa semua anggota KWT tidak setuju
adanya pergantian posisi bendahara. Maka dari itu Ibu Sujiyah memutuskan untuk
tidak mengganti posisi bendahara, dengan catatan bahwa seluruh anggota yang
memiliki kewajiban angsuran simpan pinjam harus taat tiap bulannya membayar
angsuran. Bagi anggota yang telat dan tidak tertib membayar angsuran simpan
pinjam, akan diberlakukan sistem denda tetapi jumlahnya tidak terlalu
membebankan anggota kelompok.
Setelah selesai pertemuan, ada beberapa anggota kelompok yang tetap
tinggal di rumah Ibu Sujiyah, mereka melakukan komunikasi antarpribadi dengan
Ibu Sujiyah, hal-hal yang dibicarakan meliputi beberapa hal namun kebanyakan
hal-hal yang bersifat pribadi. Jadi dalam penelitian tersebut, terbukti bahwa Ibu
Sujiyah sebagai ketua mampu menjalin hubungan yang baik walaupun diluar
urusan yang menyangkut KWT Sedyo Mulyo. Tidak semata-mata hanya berfokus
tercapainya tugas.
Di dalam pengamatan jelas bisa kita melihat pada cara Ibu Sujiyah
memimpin KWT Sedyo Mulyo, terlihat bahwa beliau dapat fokus kepada apa saja
yang akan dicapai untuk kelompoknya. Beberapa hal telah coba dilakukan, supaya
dapat tercapai semua keinginan dari anggotanya melalui diskusi yang sering
dilakukan dengan anggota. Seperti berkembangnya jenis kegiatan yang telah
dilakukan KWT Sedyo Mulyo. Tujuan Ibu Sujiyah hanyalah membuat semua
anggotanya merasa dihargai dan nantinya bisa betah ada di dalam lingkup KWT
Sedyo Mulyo. Walaupun Ibu Sujiyah setiap hari harus bekerja mengajar ke
Sekolah Dasar, tetapi beliau seslalu mnyempatkan waktu untuk melakukan
rundingan dengan para anggota KWT yang lain, sehingga terjalin hubungan yang
baik dan juga aktif.
77
Gambar 5.5 Ibu Sujiyah (Ketua KWT Sedyo Mulyo) dalam pertemuan rutin tanggal
15 Januari 2017
(Dokumen Pribadi: Ardiani Ayu)
Relationship Motivation (motivasi yang mengacu pada relasi)
Pemimpin fokus pada usaha untuk membangun relasi dengan pengikut-
pengikutnya.Dalam hal ini, menurut hasil penelitian dan telah dijelaskan
dibagian atas, terlihat bahwa Ibu Sujiyah membangun Relationship
Motivation. Dimana terlihat bahwa relasi atau hubungan yang baik dengan
anggota kelompoknya merupakan yang penting bagi dirinya, hal ini terlihat
dari cara beliau mau mendengarkan serta menerima pemikiran dari
anggotanya. Sikap mau terbuka dan peduli terhadap anggotanya selalu beliau
perlihatkan, dan para anggota kelompoknya juga mengakui akan hal itu.
Sebisa mungkin Ibu Sujiyah membangun relasi yang baik dengan anggota
KWT Sedyo Mulyo. Mulai dari mengadakan pertemuan informal dengan
bebarapa anggota pengurusnya untuk membicarakan kendala serta
78
perkembangan dari Kelompok Wanita Tani milik mereka. Selalu berusaha
menciptakan hubungan yang terbuka sehingga semua anggota KWT merasa
“dipentingkan” masuk ke dalam KWT tersebut. Saling bertukar informasi dan
juga melakukan beberapa diskusi yang bertujuan untuk memajukan KWT
Sedyo Mulyo, contohnya mengadakan lomba masak antar anggota KWT,
kunjungan ke beberapa tempat wisata dan juga home industry di beberapa
kota yang sudah terkenal dan menghasilkan makanan serta kerajinan yang
unik.
Hubungan baik terjalin di dalam KWT Sedyo Mulyo, hal ini terlihat dari
hubungan baik yang dapat di lihat dalam pengamatan yang telah dilakukan.
Ibu Sujiyah memiliki hubungan yang dekat dengan anggota kelompoknya,
ditandai dengan seringnya Ibu Sujiyah dan beberapa anggota kelompok
melakukan komunikasi non formal, terjadi pertukaran informasi yang intens.
Anggota kelompok sering melakukan diskusi tentang beberapa hal dengan
mendatangi rumah Ibu Sujiyah. Sebagai ketua kelompok yang cekatan, Ibu
Sujiyah juga merangsang atau merespons keinginan anggota kelompoknya.
Jadi, keputusan yang diambil untuk kelompoknya bukan hanya semata-mata
murni dari hasil pemikirannya sendiri, tetapi juga hasil diskusi dan hasil
pemikiran dari semua anggota KWT Sedyo Mulyo yang lain.
Ada tiga variable situasi yang digunakan oleh masing-masing motivasi :
1. Hubungan pemimpin-anggota (group atmosphere)
Hal ini meliputi tingkat kepercayaan, loyalitas, dan daya tarik yang
dirasakan anggota terhadap pemimpinnya. Di dalam penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti, rasa percaya, loyalitas dan daya tarik anggota
terhadap pemimpinnya sangat tinggi. Terbukti dari wawancara peneliti
kepada beberapa anggota KWT mengenai bagaimana sosok Ibu Sujiyah
sebagai pemimpin KWT dari awal KWT dibentuk hingga saat ini.
79
2. Struktur kerja (task structure)
Hubungan struktur kerja menyoroti tingkat tuntutan kerja yang jelas dan
dikomunikasikan. Hasil wawancara dengan pengurus KWT Sedyo Mulyo,
dalam memberikan tugas dan tanggung jawab kepada para pengurus selalu
jelas, apa yang diinginkan oleh Ibu Sujiyah selalu diterangkan dengan
baik, setelah memberikan arahan, kemudian disambung dengan
memberikan contoh yang lengkap. Jadi sebagai pengurus yang diberi
tanggung jawab akan beberapa hal, tidak mengalami kebingungan dalam
mengerjakan tugas yang diberikan. Ibu Sujiyah dinilai tidak pernah lepas
tanggung jawab dalam memberikan tugas kepada pengurus KWT Sedyo
Mulyo.
3. Posisi kekuatan (position power)
Posisi kekuatan dilihat dari sejumlah wewenang yang dimiliki pemimpin
untuk memberikan penghargaan atau hukuman (reward and punishment).
Sebagai seorang pemimpin, Ibu Sujiyah terkadang menggunakan
wewenangnya sebagai ketua untuk memberikan penghargaan kepada
beberapa anggotanya, beliau pernah memberikan hadiah berupa beralatan
masak sederhana kepada anggota yang aktif dalam semua kegiatan dan
paling rajin berangkat pertemuan rutin KWT. Selain itu, beliau membuat
peraturan baru untuk anggota yang tidak tertib membayar angsuran simpan
pinjam dengan memberlakukan denda namun jumlah tidak terlalu
memberatkan anggota kelompoknya.
Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Skala LPC yang diisi oleh Ibu
Sujiyah, ketua KWT Sedyo Mulyo dan ibu Rohaniyah, ketua KWT Harapan Makmur
(lihat Lampiran 13). Skala LPC ini digunakan untuk mengukur gaya kepemimpinan
seseorang. LPC rendah termotivasi tugas, kebutuhan utama dalam dirinya adalah
untuk menyelesaikan tugas dan kebutuhan sekundernya adalah bergaul dengan orang
lain. LPC sedang adalah orang yang mandiri secara sosial. Mereka mandiri dan tidak
terlalu peduli dengan tugas atau dengan cara orang lain memandang mereka.
80
Cenderung lebih menarik diri dan tidak terlalu masuk secara mendalam ke dalam
kelompok yang diikuti. Sementara LPC tinggi, di motivasi oleh hubungan, orang
yang mendapatkan kepuasaan dalam organisasi dengan menjalin hubungan
antarapribadi yang erat dengan anggota kelompok.
Hasil yang diperoleh untuk ibu Sujiyah dalam mengisi lembar skala adalah
LPC tinggi yaitu mencapai angka 6, 6, 6, 5, 6, 6, 6, 5, 6, 6, 6, 7, 5, 6, 6, 7, 6, 7 dengan
jumlah angka 108 . Karena LPC adalah ukuran kepribadian, nilai yang di dapat oleh
Ibu Sujiyah dipercaya stabil dari waktu ke waktu dan tidak mudah berubah. LPC
tinggi akan cenderung tetap tinggi. Hal yang dilakukan olehnya di dalam kelompok
memiliki tujuan dan dasar hubungan yang erat dengan anggota kelompoknya dalam
KWT Sedyo Mulyo. Jadi antara tugas dan juga hubungan baik dengan anggota
kelompok berjalan seimbang. Dalam LPC ini, memang dapat menunjukan bahwa
sebagai Ketua Ibu Sujiyah lebih memiliki peran unggul dalam membangun pola
komunikasi dikelompoknya. Tidak hanya melaksanakan tugasnya sebagai ketua
dengan baik, terus berpikir maju untuk selalu mengembangkan KWT yang dipimpin
olehnya, namun juga mampu menjalin hubungan atau pola komunikasi yang baik
dengan seluruh anggota kelompoknya.
Sementara hasil skala LPC dari Ibu Rohaniyah adalah LPC rendah, yaitu
mencapai angka 2, 3, 2, 3, 2, 1, 2, 3, 1, 3, 2, 3, 3, 3, 3, 3, 3 , 3 dengan jumlah angka
44. Karena LPC adalah ukuran kepribadian, nilai yang di dapat oleh Ibu Rohaniyah
dipercaya stabil dari waktu ke waktu dan tidak mudah berubah. LPC rendah akan
cenderung tetap rendah. Dengan hasil angka tersebut,menunjukkan bahwa motivasi
tugasnya sebagai ketua harus dia penuhi supaya dalam dirinya itu merasa memiliki
kepuasaan, tidak terlalu memikirkan hubungan yang erat dengan anggota kelompok
yang lain. Penelitian yang dilakukan dengan LPC menujukkan bahwa realibilitas tes
dan tes-ulang dari LPC sangat kuat (Fiedler & Gracia, 1987).