BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan...

23
42 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan fungsi media Obor Rakyat Secara umum fungsi utama dari media massa adalah menyampaikan informasi kepada publik. Begitu juga dalam dunia politik media massa digunakan sebagai alat penyampaian informasi dan pesan yang sangat efektif dan efisien. Maka tidak heran jika dewasa ini penggunaan media massa dalam dunia politik menjadi unsur yang sangat penting dan dibutuhkan. Mengingat pengaruh yang ditimbulkan dari sebuah media sangatlah kuat. Sebagaimana juga dijelaskan oleh Lasswell (1972), bahwa “the study of politics is the study of influence and the influential” (ilmu tentang politik adalah ilmu tentang pengaruh dan kekuatan pengaruh). Seiring dengan semakin kuatnya pengaruh dari sebuah media massa, maka para elit politik pun memanfaatkan kehadiran media untuk kepentingan mereka. Hal ini tidak terlepas dari peran pemilik dan para pengelola media tersebut. Namun sering kali pada akhirnya kepentingan individu menggeser fungsi utama dari media itu sendiri. Pendekatan analisis fungsional media memiliki kaitan dengan kuasa dan informasi. Dalam teori fungsional media, fungsi media sebagai penyalur informasi sering menjadi persoalan dan kuasa memainkan peran yang sangat signifikan (Mahbob, 2004:117). Terdapat empat elemen fungsi media massa yang digunakan untuk menganalisis Obor Rakyat. Pertama yaitu pemberitaan, sosialisasi, persuasi, dan agenda seting. Keempat elemen fungsi tersebut adalah syarat yang harus dipenuhi oleh media sebagai penyalur dalam komunikasi politik. Dalam setiap elemennya terdapat indikator-indikator yang digunakan untuk melakukan pengukuran apakah media menyimpang dari fungsi utamanya atau tidak. Dalam elemen pemberitan indikator yang digunakan adalah fakta dan keakuratan dalam sebuah berita. Selanjutnya komprehensif atau kelengkapan yang digunakan sebagai narasumber. Sedangkan dalam elemen sosialisasi indikator yang digunakan adalah pendidikan nilai, keyakinan, sikap, dan perilaku. Elemen yang ketiga adalah persuasi, indikator yang digunakan pembentukan citra sebuah media. Keempat elemen agenda setting, menggunakan indicator

Transcript of BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan...

Page 1: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10121/6/T1_362010069_BA… · Maka tidak heran jika dewasa ini ... yang berjudul “Jokowi

42

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Hasil Analisis penyimpangan fungsi media Obor Rakyat

Secara umum fungsi utama dari media massa adalah menyampaikan informasi kepada

publik. Begitu juga dalam dunia politik media massa digunakan sebagai alat penyampaian

informasi dan pesan yang sangat efektif dan efisien. Maka tidak heran jika dewasa ini

penggunaan media massa dalam dunia politik menjadi unsur yang sangat penting dan

dibutuhkan. Mengingat pengaruh yang ditimbulkan dari sebuah media sangatlah kuat.

Sebagaimana juga dijelaskan oleh Lasswell (1972), bahwa “the study of politics is the study of

influence and the influential” (ilmu tentang politik adalah ilmu tentang pengaruh dan kekuatan

pengaruh).

Seiring dengan semakin kuatnya pengaruh dari sebuah media massa, maka para elit

politik pun memanfaatkan kehadiran media untuk kepentingan mereka. Hal ini tidak terlepas dari

peran pemilik dan para pengelola media tersebut. Namun sering kali pada akhirnya kepentingan

individu menggeser fungsi utama dari media itu sendiri. Pendekatan analisis fungsional media

memiliki kaitan dengan kuasa dan informasi. Dalam teori fungsional media, fungsi media

sebagai penyalur informasi sering menjadi persoalan dan kuasa memainkan peran yang sangat

signifikan (Mahbob, 2004:117).

Terdapat empat elemen fungsi media massa yang digunakan untuk menganalisis Obor

Rakyat. Pertama yaitu pemberitaan, sosialisasi, persuasi, dan agenda seting. Keempat elemen

fungsi tersebut adalah syarat yang harus dipenuhi oleh media sebagai penyalur dalam

komunikasi politik. Dalam setiap elemennya terdapat indikator-indikator yang digunakan untuk

melakukan pengukuran apakah media menyimpang dari fungsi utamanya atau tidak.

Dalam elemen pemberitan indikator yang digunakan adalah fakta dan keakuratan dalam

sebuah berita. Selanjutnya komprehensif atau kelengkapan yang digunakan sebagai narasumber.

Sedangkan dalam elemen sosialisasi indikator yang digunakan adalah pendidikan nilai,

keyakinan, sikap, dan perilaku. Elemen yang ketiga adalah persuasi, indikator yang digunakan

pembentukan citra sebuah media. Keempat elemen agenda setting, menggunakan indicator

Page 2: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10121/6/T1_362010069_BA… · Maka tidak heran jika dewasa ini ... yang berjudul “Jokowi

43

tanggung jawab sosial sebuah media. Dasar yang digunakan sebagai indikator pengukuran adalah

Kode Etik Jurnalistik. Selanjutnya analisis media Obor Rakyat menggunakan keempat elemen

fungsi akan dijelaskan secara terperinci dalam sub bab berikut ini.

5.1.1 Fungsi Media Sebagai Pemberitaan (Newsmaking)

Dalam menyusun dan menyajikan sebuah berita media harus benar, komprehensif, dan

cerdas. Media dituntut untuk selalu akurat, dan tidak boleh berbohong. Fakta harus

disajikan sebagai fakta, dan pendapat harus dikemukakan murni sebagai pendapat

(Rivers, dkk, 2003:105). Seperti halnya Obor Rakyat sebagai sebuah media massa dalam

menyajikan setiap berita harus sesuai fakta dan akurat. Hal ini telah diatur dalam kode

etik jurnalistik Pasal 1:

”Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat,

berimbang, dan tidak beritikad buruk. Penafsiran pertama, Independen berarti

memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur

tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.

Penafsiran 2, Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa

terjadi.

Dalam Obor Rakyat telah terjadi pelanggaran fakta dan keakuratan sebuah berita. Hal

ini berkaitan dengan realitas sosok Jokowi. Pada Obor Rakyat Edisi 1 halaman 4 dalam

Rubrik Top News, terdapat salah satu tulisan yang berjudul “Jokowi anak Tionghoa”. Isi

dari tulisan ini disebutkan bahwa Jokowi seorang keturunan cina, yang mempunyai nama

kecil Akwan. Ibu Jokowi diberitakan menikah dengan seorang lelaki cina yang yang

bernama Oey Hong Liong. Sebutan nama Jokowi diplesetkan menjadi Joko Oey agar

terlihat seperti nama marga cina.

Menurut berita yang dimuat dalam www.tribunnews.com 12/06/2014, isu mengenai

Jokowi seorang keturunan cina adalah bohong dan fitnah. Disebutkan jelas tertera di akta

nikahnya, ayah Jokowi adalah seorang lelaki Jawa bernama Noto Miharjo. Jokowi

tercantum beragama Islam dan istrinya Iriana juga beragama Islam. Mereka menikah

secara Islam pada tanggal 24 Desember 1986. Begitu pula dengan Kartu Tanda Penduduk

Jokowi, tercantum dia beragama Islam. Dalam situs web resmi Portal Nasional RI juga

Page 3: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10121/6/T1_362010069_BA… · Maka tidak heran jika dewasa ini ... yang berjudul “Jokowi

44

mencantumkan bahwa Joko Widodo beragama Islam. Berita fitnah dalam media Obor

Rakyat ini juga dibenarkan oleh kompas.com.

Dalam Obor Rakyat edisi 2, halaman 2 rubrik tajuk terdapat judul “Jokowi, Buka

Topengmu”. Di dalam salah satu paragrafnya menyebutkan bahwa Jokowi memiliki

nama cina lagi yaitu Wie Jo Koh. Disebutkan bahwa nama tersebut diberikan oleh orang

tuanya berdasarkan nama seorang leluhurnya yang pertama kali datang ke Indonesia, Wie

Jok Nyan. Nama Wie Jo Koh ini hanya kebalikan dari nama Jo ko wi, sehingga bukan

marga keturunan cina.

Masih dengan isu yang sama, pada tulisan ketiga yang terdapat dalam Obor

Rakyat edisi 2, halaman 16 rubrik Socmed halaman terakhir Jokowi disebut telah

membohongi diri. Membohongi diri dalam artian dia dituduh tidak mengakui identitasnya

sebagai seorang keturunan cina. Dari ketiga tulisan yang terdapat dalam Obor Rakyat

edisi 1 dan 2 ini intinya sama mengenai isu identitas Jokowi. Sosok ayahnya berkali-kali

disebut untuk menegaskan bahwa Jokowi adalah keturunan cina.

Penyajian sebuah berita juga harus komprehensif yang artinya lengkap. Salah satu

unsur kelengkapan dalam penulisan sebuah berita di media adalah siapa yang membuat

tulisan tersebut. Sehingga ada yang bertanggungjawab terhadap kebenaran dari tulisan

yang dimuat. Hal ini sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik Pasal 2 :

“Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan

tugas jurnalistik”. Penafsiran pertama, Menunjukkan identitas diri kepada

narasumber. Penafsiran keempat, Menghasilkan berita yang faktual dan jelas

sumbernya.

Jika dilihat telah terjadi pelanggaran terhadap penafsiran 1, bahwa seharusnya media

mencantumkan siapa penulisnya. Hampir semua tulisan yang dimuat dalam media Obor

Rakyat tidak jelas siapa penulisnya, sehingga tidak ada ada yang bertanggungjawab atas

kebenaran faktanya. Kemudian pelanggaran pada penafsiran 4, dapat dilihat dalam tulisan

yang berjudul “Jokowi Anak Tionghoa” juga menyebutkan bahwa nama kecil Jokowi

adalah Akwan berasal dari salah satu situs. Namun tidak jelas juga situs mana yang

Page 4: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10121/6/T1_362010069_BA… · Maka tidak heran jika dewasa ini ... yang berjudul “Jokowi

45

dijadikan sebagai sumber. Selain itu dikatakan sebuah halaman komunitas Tionghoa

lebih suka menulis nama Jokowi dengan sebutan Joko Oey, namun tidak disertakan juga

apa nama media komunitasnya.

Media acap kali tidak sepenuhnya atau selalu memenuhi syarat komisi untuk

kebenaran. Banyak media yang sekedar memberitakan suatu peristiwa tanpa berusaha

menggali informasi lebih dalam untuk menjawab mengapa peristiwa itu terjadi. Untuk

melengkapi suatu pemberitaan, media acap kali menambahkan aneka komentar dan

pendapat yang sulit dibedakan dari beritanya sendiri (Rivers, dkk, 2003:106).

5.1.2 Fungsi Media Sebagai Sosialisasi (socialization)

Seperti fungsi transmisi warisan sosial yang diungkapkan oleh Lasswell, hakekat

dari fungsi sosialisasi adalah pendidikan bagi masyarakat luas mengenai, nilai,

keyakinan, sikap dan perilaku yang berkaitan dengan sistem politik. Termasuk

didalamnya nilai-nilai yang mendasar seperti kerukunan, patriotisme dan demokrasi

(Pawito, 2009:13). Kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh media diharapkan mampu

memberikan informasi dan pengertian terhadap masyarakat dalam hal dunia politik.

Tentunya informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan setiap

kebenarannya.

Dalam kegiatan sosialisasi politik dikenal yang namanya agen. Agen inilah yang

melakukan kegiatan memberi pengaruh kepada individu. Rush dan Althoff menggariskan

terdapatnya 5 agen sosialisasi politik salah satunya adalah media massa. Sebuah media

massa mampu menyita perhatian individu oleh sebab sifatnya yang terkadang menarik

atau cenderung berlebihan. Di dalam proses fungsi sosialisasi ini dapat dilihat bagaimana

peran media massa Obor Rakyat sebagai agen sosialisasi politik memberikan pengaruh

terhadap masyarakat.

Sebagai agen sosialisasi politik, Obor Rakyat memiliki fungsi mendidik

masyarakat mengenai nilai, keyakinan, sikap dan perilaku yang berkaitan dengan sistem

politik. Namun, hadirnya Obor Rakyat yang menjadi polemik di masyarakat menjadi

bukti bahwa media ini melanggar fungsi sosialisasi. Tulisan dari media ini justru

Page 5: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10121/6/T1_362010069_BA… · Maka tidak heran jika dewasa ini ... yang berjudul “Jokowi

46

sebagian besar isinya mengenai Indoktrinasi Politik yang menjatuhkan atau merendahkan

suku/ras tertentu. Sedangkan hal tersebut dilarang karena telah diatur dalam Kode Etik

Jurnalistik Pasal 8 bahwa:

“Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan

prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras,

warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan

martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani”. Penafsiran

kedua: Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan.

Oleh karena itu jika dilihat dari beberapa isi berita yang dimuat dalam media

Obor Rakyat telah terjadi pelanggaran. Penanaman indoktrinasi bahwa Jokowi adalah

keturunan cina dan memiliki banyak hubungan dengan konglomerat cina di Indonesia.

Sebutan untuk para konglomerat ini adalah Gang of Nine (Sembilan Naga). Mereka

adalah pengusaha Indonesia yang kebanyakan keturunan Cina. Cerita mengenai Jokowi

dan Gang of Nine ini ada dalam Obor Rakyat edisi 2 di rubrik Top News dengan judul

“Jokowi Presiden, Sembilan Naga Merajalela”. Etnis cina disebut akan menguasai

perdagangan di Indonesia dan dampaknya akan sangat mengerikan. Cara inilah yang

digunakan media Obor Rakyat dalam memberitakan sosok Jokowi.

Setiap paragraf dalam tulisan “Jokowi Presiden, Sembilan Naga Merajalela”

menyebutkan ada hubungan terselebung antara Jokowi dan para konglomerat cina

tersebut, mereka biasa disebut sebagai cukong yang bekerja di balik pencapresan Jokowi.

Dalam Obor Rakyat terjadi diskrimanasi terhadap warga keturunan cina dan nonmuslim.

Berdasarkan metode penyampaian pesan salah satu jenis dari sosialisasi politik adalah

Indoktrinasi Politik yaitu proses sosialisasi yang dilakukan untuk memobilisasi dan

memanipulasi warga masyarakat agar menerima nilai, norma, dan simbol politik. Hal ini

biasanya dilakukan secara satu arah dengan menggunakan cara-cara paksaan psikologis

(Surbakti, 2010).

Secara psikologis masyarakat dipaksa untuk menerima nilai buruk, melalui simbol

dalam bentuk bahasa di media Obor Rakyat bahwa Jokowi adalah keturunan cina.

Page 6: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10121/6/T1_362010069_BA… · Maka tidak heran jika dewasa ini ... yang berjudul “Jokowi

47

Keberadaan bahasa di media massa tidak lagi sebagai alat semata untuk menggambarkan

sebuah realitas, melainkan bisa menentukan gambaran (makna citra) mengenai suatu

realitas- realitas media-yang akan muncul dibenak khalayak (Hamad, 2004:12). Simbol-

simbol bahasa tersebut seperti “capres boneka, juru selamat yang gagal, pion, kacung,

konglomerat besar, konglomerat hitam, konsilidasi, dan cukong”. Semua simbol-simbol

dalam bentuk bahasa tersebut tersebar di setiap kalimat yang ada di Obor Rakyat edisi 1

dan 2.

5.1.3 Fungsi Media Sebagai Persuasi (persuasion)

Pada dasarnya persuasi adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling

mendasar. Tujuan dari kegiatan persuasi untuk mempengaruhi dan merubah sikap

seseorang. Sikap adalah rasa suka dan tidak suka kita terhadap sesuatu (Severin dan

Tankard, Jr 2005: 177).

Dalam dunia politik persuasi sering dilakukan saat kegiatan kampanye. Secara

umum tujuan dari persuasi untuk mencari dukungan massa. Namun justru banyak yang

menggunakan media untuk menjatuhkan pihak lawan. Caranya dengan menyebarkan isu

fitnah. Obor Rakyat adalah salah satu media yang digunakan sebagai propaganda politik

untuk menjatuhkan nama Jokowi. Pembentukan citra buruk terhadap Jokowi ini sengaja

dilakukan untuk mempengaruhi keyakinan dan mengubah sikap masyarakat.

Padahal telah diatur dalam Kode Etik Jurnalistik Pasal 4 bahwa:

“Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul”.

Penafsiran pertama, Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh

wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. Penafsiran kedua,

Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk.

Berdasarkan pasal tersebut media Obor Rakyat telah melakukan pelanggaran

dengan membuat berita bohong dan fitnah. Salah satu bentuk persuasi menurut River dkk

adalah artikel informatif atau hiburan yang secara tersirat mengandung bujukan. Berita

ini dikemas dalam bentuk tulisan yang mengandung bujukan secara tersirat untuk

mempengaruhi pembaca. Salah satunya tulisan yang berjudul “Jokowi Anak Tionghoa”.

Page 7: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10121/6/T1_362010069_BA… · Maka tidak heran jika dewasa ini ... yang berjudul “Jokowi

48

Fakta mengenai berita ini telah dijelaskan di bab sebelumnya. Tuduhan tanpa dasar

bahwa Jokowi keturunan cina ini dimaksudkan untuk menjatuhkan namanya.

Selain itu, Obor Rakyat juga memakai pendapat beberapa ulama untuk

membentuk opini. Dalam media Obor Rakyat edisi 1 rubrik wawancara dengan judul

“Jokowi Selalu, Mewariskan Jabatan ke Non-Muslim” penulis menggunakan tokoh

ulama islam ketua MUI KH Kholil Ridwan sebagai sumber untuk membentuk opini.

Dalam salah satu jawaban wawancara tersebut KH Kholil Ridwan menyebutkan:

“Saat ini umat islam harus berani melakukan gerakan ABJ (Asal Bukan

Jokowi)”.

“Kini kota Islam Jakarta akan dikristenkan dan menjadi kemenangan Kristen?

Sungguh sangat menyedihkan”.

Kedua kalimat tersebut dimanfaatkan untuk mengarahkan opini masyarakat sesuai

dengan keinginan propagandis. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamad bahwa

penggunaan bahasa tertentu akan berimplikasi pada bentuk kontruksi realitas dan makna

yang dikandungnya. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas ikut menentukan

struktur kontruksi realitas dan makna yan muncul darinya. Dari perspektif ini bahkan

bahasa bukan hanya mampu mencerminkan realitas, tetapi sekaligus dapat menciptakan

realitas.

“Ramai Ramai Menolak Jokowi” adalah salah satu judul tulisan yang terdapat

dalam media Obor Rakyat edisi , halaman 10-11 di rubrik Zoom. Dalam tulisan tersebut

menampilkan aksi penolakan yang dilakukan oleh beberapa lapisan masyarakat. Seperti

kelompok ibu-ibu, waria, legendaris betawi, dan mahasiswa. Dari pemilihan kata yang

dipakai untuk judul “Ramai Ramai Menolak Jokowi” menunjukkan bahwa semua lapisan

masyarakat ikut melakukan penolakan terhadap Jokowi. Sesuai dengan salah satu fungsi

persuasi menurut Josep A. Devito yaitu menggerakkan seseorang untuk melakukan

sesuatu. Penanaman nilai dalam benak pembaca bahwa mereka merupakan bagian dari

aksi penolakan tersebut. Suatu peristiwa acapkali dapat mengubah opini publik dengan

bantuan kata-kata yang membesar-besarkannya. Artinya makna suatu peristiwa turut

ditentukan oleh interpretasi yang dilakukan komentator televisi, penulis tajuk rencana,

dan kolumnis politik (Rivers, dkk, 2003: 233).

5.1.4 Fungsi Media Sebagai Agenda Setting

Page 8: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10121/6/T1_362010069_BA… · Maka tidak heran jika dewasa ini ... yang berjudul “Jokowi

49

Berdasarkan teori penentuan agenda menyatakan bahwa media massa merupakan

pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua

elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik. Dengan mengarahkan

kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media

massa (Tamburaka, 2012:22). Dalam agenda setting, sebuah media memiliki tanggung

jawab sosial. Pentingnya subyektivitas menjadi landasan bertindak sebuah media massa.

Karena media massa bukan hanya menampilkan berita yang aktual dan faktual saja,

namun harus mengarah pada nilai-nilai tanggung jawab sosial.

Selain itu tanggung jawab sosial wartawan sebagai pelaku media juga telah

disebutkan dalam Kode Etik Jurnalistik. Bunyinya sebagai berikut “Dalam mewujudkan

kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga menyadari adanya kepentingan bangsa,

tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama”. Namun

saat ini ada banyak contoh praktik media massa yang tidak berporos pada tanggung

jawab sosial (Tamburaka, 2012:22). Salah satu media tersebut adalah Obor Rakyat.

Analisis ini akan melihat bagaimana fungsi agenda setting dijalankan oleh media

Obor Rakyat. Sebuah media bertanggung jawab terhadap kebenaran dan keakuratan

berita. Hal itu telah disebutkan di analisis sebelumnya. Di edisi 1 Obor Rakyat,

pemberitaan mengenai sosok Jokowi yang berhubungan dengan keturunan cina

diletakkan di rubrik Top News. Tujuannya untuk menonjolkan bahwa isu Jokowi adalah

cina merupakan isu yang penting untuk dibahas. Beberapa judul di edisi 1 Obor Rakyat

seperti “DISANDERA CUKONG DAN MISIONARIS” di halaman 4, kata cukong

adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyimbolkan orang cina. “Jokowi Anak

Tionghoa” di halaman 4, dan “CUKONG – CUKONG DI BELAKANG JOKOWI” di

halaman 8. Beberapa judul berita diatas tidak memiliki sumber yang jelas, sehingga

informasi menjadi tidak akurat. Kabar jika Jokowi adalah keturunan cina juga tidak

benar. Artinya Obor Rakyat tidak menjalankan tanggung jawab sosial dengan baik

sebagai sebuah media. Dalam hal terjadi pelanggaran fungsi agenda seting media.

Kegiatan menganalisis fungsi media sebenarnya berkaitan dengan functional dan

dysfunctional atau dengan kata lain berhubungan dengan sisi baik dan sisi buruk sebuah media

(Mahbob, 2004:120). Namun alangkah baiknya jika sebuah media ini dapat berguna dengan baik

bagi masyarakat dan menjalan fungsi sebagai pilar keempat demokrasi. Dalam dunia politik

Page 9: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10121/6/T1_362010069_BA… · Maka tidak heran jika dewasa ini ... yang berjudul “Jokowi

50

sebuah media harus memenuhi keempat fungsi diatas sehingga media dapat dikatakan tidak

menyimpang. Namun dalam analisis yang dilakukan terhadap media Obor Rakyat, terbukti

bahwa media ini tidak menjalankan keempat fungsinya dengan baik. Terjadi penyimpangan-

penyimpangan dalam pemberitaannya. Saat ini jika kita melihat peran media dalam dunia politik,

semakin bertolak belakang dengan fungsi yang seharusnya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang

di ungkapkan oleh (Mahbob, 2004: 125). Fungsi media adalah memberi sumbangan kepada

masyarakat dan bukannya memberi kesan atau mempengaruhi khalayak.

5.2 Hasil Analisis Propaganda Media Obor Rakyat

Di dunia politik media memiliki peran yang sangat penting sehingga dalam prakteknya

sering kali justru digunakan sebagai alat propaganda. Media Obor Rakyat yang hadir menjelang

pemilu 2014 lalu diduga digunakan sebagai alat propaganda politik oleh pihak tertentu. Banyak

literatur media di negara berkembang menekankan dominasi atau hegemoni kekuasaan negara,

dimana media digunakan sebagai alat propaganda negara (Pharr, 1996:24-36).

Menurut sumbernya media Obor Rakyat termasuk kedalam propaganda abu-abu bukan

propaganda hitam. Propaganda abu-abu adalah propaganda yang tidak jelas siapa pelakuknya,

sedangkan propaganda hitam secara jelas bersumber dari pihak lawan. Melalui dua teori

propaganda yang diungkapkan oleh Walter Lippmann dan Harold Lasswell kita akan melihat

bagaimana media Obor Rakyat digunakan dalam dunia politik. Merujuk pada pendapat Lasswell

‘propaganda in broadest sense is the technique of influencing human action by the manipulation

of representations’ jadi propaganda dalam arti yang luas adalah teknik untuk mempengaruhi

kegiatan manusia dengan memanipulasi representasinya (penyajian). Representasi bisa berbentuk

lisan, tulisan, gambar atau musik. Analisis propaganda erat hubungannya dengan masalah

penyandian (simbol) salah satunya adalah bahasa.

Elemen yang digunakan untuk menganalisis media Obor Rakyat adalah sembilan teknik

propaganda. Teknik ini telah disepakati oleh sejumlah pakar dan penulis buku propaganda

seperti Adolf Hitler dalam bukunya The Fien Art of Propaganda. Michael Combs dan Dan

Nimmo, Alfred MeClung Lee dan Elizabeth Briant Lee, dan begitu juga Institute of Propaganda

Analisis (IPA). Dalam menganalisis menggunakan sembilan teknik ini nantinya akan

berhubungan dengan simbol-simbol bahasa yang digunakan dalam media Obor Rakyat.

Page 10: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10121/6/T1_362010069_BA… · Maka tidak heran jika dewasa ini ... yang berjudul “Jokowi

51

Beberapa ahli karakteristik bahasa mengungkapkan sering kali kita mengalami banyak masalah

karena kita salah dalam menggunakan bahasa (Severin dan Tankard, Jr 2005: 105).

5.2.1 Teknik Name Calling (memberikan julukan)

Pemberiaan label buruk pada suatu gagasan – dipakai untuk membuat kita

menolak dan mengutuk ide tanpa mengamati bukti (Lee and Lee, 1939, hlm:26). Salah

satu ciri yang melekat pada teknik ini adalah propagandis menggunakan sebutan-sebutan

yang buruk pada lawan yang dituju. Ini dimaksudkan untuk menjatuhkan atau

menurunkan derajat seseorang atau sekelompok tertentu. Teknik ini sering digunakan

dalam propaganda partisan. Menurut Cangara (2009: 334-335) Cara ini digunakan untuk

menjelek-jelekkan seseorang dengan memberi gelar yang lucu atau sinis sehingga orang

yang dipengaruhi benar-benar yakin.

Kunci utama dalam pembahasan ini adalah penggunaan simbol. Simbol dalam

bentuk bahasa yang digunakan di media Obor Rakyat sengaja diciptakan oleh

propagandis untuk menciptakan emosi massa. Merujuk pada teori propaganda yang

diungkapkan oleh Lasswell seorang propagandis menciptakan simbol utama dan kolektif

untuk menstimulus tindakan warga (Baran & Davis, 2010:105). Teknik name calling

dalam propaganda juga berkaitan dengan penggunaan simbol/pemberiaan label buruk

terhadap lawan.

Bahasa adalah alat konseptualisasi dan narasi. Selanjutnya penggunaan bahasa

(simbol) tertentu menentukan format narasi dan (makna tertentu). Oleh karena persoalan

makna itulah, makna penggunaan bahasa berpengaruh terhadap kontruksi realitas,

terlebih atas hasilnya. Rakitan antara satu kata dengan kata lain menghasilkan suatu

makna (Hamad, 2004: 12-13).

Dalam media Obor Rakyat terdapat beberapa rangkaian kata yang ditujukan

kepada Jokowi. Sebagai contoh kata “CAPRES BONEKA”1 yang digunakan sebagai

judul utama di Obor Rakyat edisi 1. Merujuk pada pengertian boneka yang kedua dari

KBBI yaitu orang (negara dsb) yg hanya menjadi mainan orang, pemberiaan label ini

Jokowi diibaratkan sebagai orang yang di mainkan oleh Megawati selaku ketua umum

1Kata boneka menurut KBBI adalah boneka /bo·ne·ka/ /bonéka/ n 1 tiruan anak untuk permainan; anak-anakan; 2

ki orang (negara dsb) yg hanya menjadi mainan orang (negara dsb) lain: negara Pasundan, Sumatra Timur,

Indonesia Timur adalah negara -- buatan pemerintah kolonial Belanda pd masa itu;. Sumber

http://kbbi.web.id/boneka, Diunduh pada tanggal 24 Maret 2015, pukul 9.45 WIB.

Page 11: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10121/6/T1_362010069_BA… · Maka tidak heran jika dewasa ini ... yang berjudul “Jokowi

52

partai PDIP. Simbol tersebut diperkuat dengan penggunaan gambar disampul depan Obor

Rakyat edisi 2 Jokowi sedang mencium tangan Megawati.

“ Wajar bila muncul pandangan jika Jokowi hanya pion yang dipakai banyak

kepentingan yang berjalin kelindan. Ia tak lebih pesuruh partai bahkan kacung

Megawati, boneka para pengusaha yang berkomitmen memajukan satu agama,

hingga komprador asing”.

Paragraf diatas terdapat dalam Obor Rakyat edisi 1 dalam judul “Capres Boneka

Suka Ingkar Janji”, rubrik Top News halaman 3. Salah satu contoh penggunaan simbol

bahasa yang dilakukan oleh Obor Rakyat untuk menggambarkan sosok Jokowi. Kata

“pion”2 merujuk pada pengertian keempat dalam KBBI adalah orang suruhan atau

bawahan. Jokowi tak lain hanyalah pesuruh Megawati sebagai orang yang memiliki

kuasa. Bahkan lebih rendah lagi Jokowi direpresentasikan sebagai seorang kacung 3 tak

ubahnya seorang pelayan.

Berkaitan dengan isu agama Jokowi disebut sebagai “Juru Selamat yang Gagal”.

Pemberian label ini kembali dilakukan karena Jokowi dituduh selalu mewariskan

jabatannya kepada non-muslim. Jokowi disimbolkan sebagai seorang “juru selamat”.

Pengertian selamat, pertama adalah orang yang menyelamatkan atau bertindak sebagai

penolong dalam kesukaran. Kedua sebutan bagi Yesus Kristus.4 Sehubung dengan hal itu

manipulasi simbol dilakukan untuk memunculkan isu bahwa Jokowi adalah non muslim.

Keislamannya sempat dipertanyakan dan menjadi perdebatan umum di media.

Di halaman terakhir media Obor Rakyat edisi 1 terdapat kata “Sang Pendusta !”

disampingnya terdapat gambar Jokowi dengan hidung yang panjang. Kata “pendusta”

ditekankan dengan warna merah dan diakhiri dengan tanda seru (!). Jokowi disebut

sebagai seorang pembohong yang selama ini telah banyak melakukan kebohongan

terhadap rakyat. Dia juga dituduh telah membohongi dirinya sendiri terkait dengan

2pion /pi·on/ n 1 bidak; 2 Fis partikel elementer yg berusia pendek; 3 ki perintis; pelopor: TNI harus menjadi pion

pembangunan di semua pelosok; 4 ki orang suruhan; bawahan sumber http://kbbi.web.id/pion Diunduh pada

tanggal 23 Maret 2015, pukul 14.30 WIB. 3kacung /ka·cung/ n pesuruh, pelayan, jongos (biasanya anak laki-laki); sumber http://kbbi.web.id/pion Diunduh

pada tanggal 23 Maret 2015, pukul 14.30 WIB. 4sumber http://kbbi.web.id/pion Diunduh pada tanggal 23 Maret 2015, pukul 14.30 WIB.

Page 12: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10121/6/T1_362010069_BA… · Maka tidak heran jika dewasa ini ... yang berjudul “Jokowi

53

identitasnya sebagai warga keturunan cina. Hidung panjang diibaratkan seperti sosok

boneka dari luar negeri pinokio yang suka berbohong.

5.2.2 Teknik Glittering Generality (kemilau generalitas)

Teknik ini menghubungkan sesuatu dengan ‘kata yang baik’, dipakai untu

membuat kita menerima dan menyetujui sesuatu tanpa memeriksa bukti-bukti (Lee dan

Lee, 1939, hlm.147). Propaganda yang dimaksud disini adalah propaganda yang

menggunakan kata-kata luar biasa, sehingga tanpa sadar orang mengikutinya. Dalam

dunia politik teknik propaganda ini digunakan untuk menonjolkan propagandis dengan

mengidentifikasi dirinya dengan segala apa yang serba luhur dan agung. Ungkapan kata-

kata “demi keadilan dan kebenaran” menjadi salah satu ciri teknik propaganda ini.

Teknik ini dimunculkan untuk mempengaruhi persepsi masyarakat agar mereka ikut serta

mendukung gagasan propagandis. Hanya kelemahannya, kadang sang propagandis sangat

menonjolkan dirinya dengan sebutan agung dan luhur serta menganggap dirinyalah yang

paling benar sedangkan orang lain salah.

Dalam salah satu tulisan di media Obor Rakyat edisi 2 halaman 12 ada beberapa

kalimat yang menggunakan teknik ini. Kata-kata luar biasa digunakan untuk

menggambarkan sosok Prabowo. Contohnya:

“Prabowo itu orang yang berani menentang mendiang LB Moerdani, ketika

militer Indonesia cenderung anti – Islam” kata doktor lulusan sebuah universitas

terkemuka di Malaysia itu.

Sosok Prabowo dinilai sebagai seseorang yang memiliki kekuatan dan kehebatan

karena telah berani menentang LB Moerdani. LB Moerdani adalah mantan Panglima

ABRI merangkap Menhankam dan Pangkopkamtib. Tiga Jabatan penting dan terkuat

dalam militer dan keamanan dia kuasai.5 Teknik yang digunakan oleh propagandis dalam

tulisan ini adalah memuncul konflik di masa lalu terkait dengan hubungan Prabowo dan

LB Moerdani. Peristiwa tersebut dianggap sebagai sesuatu yang penting sehingga perlu

diingat oleh masyarakat. Teknik seperti ini dilakukan untuk mempengaruhi dan

memunculkan persepsi di benak pembaca bahwa sosok Prabowo adalah orang yang

berjasa di masa lalu. Keinginan untuk diagungkan adalah ciri dari teknik glittering.

5http://www.voa-islam.com/read/intelligent/2014/06/12/30846/melawan-lupa-5-peran-jenderal-jagal-lb-

moerdani-pada-kerusuhan-1998/;#sthash.ETTjW27I.dpbs Diunduh pada tanggal 24 Maret 2014, pukul 10.42 WIB.

Page 13: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10121/6/T1_362010069_BA… · Maka tidak heran jika dewasa ini ... yang berjudul “Jokowi

54

Seringkali seseorang menonjolkan diri, serta menganggap dirinyalah yang paling benar

sedangkan orang lain salah. Hal ini ditunjukkan pada paragraf-paragraf berikutnya.

Propagandis melakukan teknik perbadingan antara Prabowo dan Jokowi.

Dalam paragraf selanjutnya di tuliskan :

“Itulah yang menurut Adhian membuat posisi Prabowo di kalangan muslim

begitu kuat. Sementara di lain pihak, capres dari PDIP, Jokowi kian lama

semakin dianggap perpanjangan tangan kepentingan non muslim. Itu alasan

mendasar penolakan umat islam menolak beliau. Ada kekuatan di belakang

Jokowi yang menimbulkan banyak tanda tanya di kalangan muslim, “kata

Adhian”.

Jokowi disebut sebagai sosok yang memiliki banyak hubungan dengan kalangan

non muslim dan keturunan cina. Sehingga Jokowi merupakan sosok yang patut untuk

dibenci dan ditolak oleh masyarakat. Sedangkan Prabowo disebutkan memiliki banyak

dukungan dari para ulama. Keputusan Jokowi untuk meninggalkan jabatannya sebagai

Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta dinilai sebagi keputusan yang salah. Hanya

karena kedua wakilnya ini adalah non muslim dan Basuki Tjahaya Purnama adalah

seorang warga keturunan cina. Dalam media Obor Rakyat seolah ingin memberikan

penekanan bahwa seorang warga Indonesia yang non muslim dan keturunan cina tidak

pantas untuk menjadi seorang presiden. Kecenderungan terhadap diskriminasi ras dan

agama tertentu. Dalam teknik glittering penonjolan yang dilakukan oleh propagandis

dirasa perlu, hal ini bertujuan untuk menjatuhkan pihak lawan.

5.2.3 Teknik Transfer (pengalihan) Meliputi Kekuasaan

Tranfer adalah membawa otoritas, dukungan dan gengsi dari sesuatu yang

dihargai dan disanjung kepada sesuatu yang lain agar sesuatu yang lain itu lebih dapat

diterima (Lee dan Lee, 1939: 69). Teknik propaganda transfer bisa digunakan dengan

memakai pengaruh seseorang atau tokoh yang paling dikagumi dan berwibawa dalam

lingkungan tertentu. Propagandis dalam hal ini mempunyai maksud agar komunikan

terpengaruh secara psikologis terhadap apa yang sedang dipropagandakan.

Page 14: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10121/6/T1_362010069_BA… · Maka tidak heran jika dewasa ini ... yang berjudul “Jokowi

55

Dalam media Obor Rakyat propagandis menggunakan tokoh terkenal seperti

Megawati sebagai sosok yang paling dikagumi dan berwibawa di partai PDIP. Partai

PDIP adalah partai yang mengusung nama Jokowi saat maju menjadi calon presiden.

Dalam media Obor Rakyat terdapat beberapa gambar wajah Megawati. Megawati

dianggap sebagai sosok yang berpengaruh besar terhadap Jokowi. Keunggulan Megawati

merupakan sosok yang bisa menjadi magnet penarik massa. Megawati selalu disanjung

para simpatisan dan kader partai berlambang banteng tersebut karena menyandang nama

besar Bung Karno. Karirnya di dunia politik tambah berkibar ketika diselenggarakannya

Kongres Luar Biasa (KLB) PDI di Surabaya, 2- 6 Desember 1993 dan terpilihnya

Megawati sebagai Ketua Umum Partai PDIP.

Sebagai sosok yang dianggap paling berpengaruh terhadap pencalonan Jokowi

sebagai presiden, sudah tentu Megawati ikut menjadi sorotan media Obor Rakyat.

Beberapa tulisan terkait dengan sepak terjangnya di dunia politik ikut mengisi setiap

halaman media ini. Di halaman depan media Obor Rakyat edisi 2 terdapat judul “JEJAK

HITAM DI ERA MEGA, Terbunuhnya Munir dan Tragedi Dom Aceh disebut sebagai

bagian dari peranannya. Di halaman 3 terdapat judul “Penampilan Mega Tidak Islami”

hanya karena ia tidak pernah mengenakan busana muslim. Obor Rakyat lalu

mempertanyakan keislamnya sama halnya dengan kritik media ini terhadap Jokowi.

Di halaman 6 dan 7 rubrik Top News edisi 2 terdapat 2 judul besar “DARAH

YANG TUMPAH KALA MEGAWATI MEMERINTAH dan NASDEM SEKADAR

GINCU DI PIPI MEGAWATI”. Propagandis dalam hal ini mempunyai maksud agar

komunikan terpengaruh secara psikologis terhadap apa yang sedang dipropagandakan.

Sepak terjang Megawati di dunia politik adalah hal yang perlu diperhitungkan oleh

masyarakat. Mengingat dia disebut sebagai sosok yang telah menyetir Jokowi sehingga

menjadikannya seperti boneka. Dalam teori propaganda yang dikemukakan oleh Walter

Lippmann seorang wartawan (dalam hal ini propagandis) memiliki hubungan dengan

pembuat kebijakan dan masyarakat. Bertugas mencari fakta dan kemudian ia kirimkan

ke warga untuk membentuk opini publik.

Penggunaan simbol Megawati sebagai sosok yang berkuasa di PDIP digunakan

sebagai ide untuk memunculkan isu. Hal itu dibuktikan dalam tulisan yang berjudul

“NASDEM SEKADAR GINCU DI PIPI MEGAWATI”. Keterlibatan partai NASDEM

Page 15: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10121/6/T1_362010069_BA… · Maka tidak heran jika dewasa ini ... yang berjudul “Jokowi

56

dalam koalisasinya dengan PDIP digunakan sebagai isu baru yang dianggap penting

untuk mempengaruhi opini publik. Ketika seseorang mendengar atau melihat isu baru

muncul ditengah masyarakat, secara perlahan mereka akan mempelajari. Saat isu ini

diterima dan berhasil maka propagandis telah berhasil menciptakan apa yang dimaksud

oleh Lasswell sebagai simbol utama atau simbol kolektif.

5.2.4 Teknik Testimony (kesaksian)

Memberi kesempatan kepada orang-orang yang mengagumi atau membenci untuk

mengatakan bahwa sebuah gagasan atau program atau produk atau seseorang itu baik

atau buruk (Lee dan Lee, 1939: 74). Maksudnya dalam teknik propaganda ini memakai

nama orang-orang terkenal, meskipun sebenarnya tidak ada hubungannya. Propaganda ini

sering digunakan dalam kegiatan komersial, meskipun juga bisa digunakan untuk

kegiatan politik. Dalam teknik ini digunakan nama seseorang terkemuka yang

mempunyai otoritas dan prestis sosial tinggi di dalam menyodorkan dan meyakinkan

sesuatu hal dengan jalan menyatakan bahwa hal tersebut didukung oleh orang-orang

terkemuka tadi.

Dalam media Obor Rakyat edisi 2 halaman 5 terdapat judul “19 Orang Terkaya

Indonesia”. Didalamnya terdapat foto wajah dan nama mereka. Diantaranya R. Budi

Hartono, Michael Hartono, Chairul Tanjung, Sri Prakash Lohia, Peter Sondakh, Mochtar

Riadi dan keluarga, Sukanto Tanoto, bachtiar Karim, Theodore Rachmat, Tahir, Murdaya

Po, Martua Sitorus, Achmad Hamami dan keluarga, Ciputra dan keluarga, Low Tuck

Kwong, Edwin Soeryadjaya, Hary Tanoesoedibyo, Harjo Sutanto, Lim Haryanto Wijaya

Sarwono. Dalam media Obor Rakyat mereka disebut sebagai konglomerat hitam/

konglomerat besar/ cukong. Jokowi diduga memiliki banyak hubungan dengan para

pengusaha keturunan cina ini.

Jacob Soetojo adalah salah satu nama yang muncul dalam media Obor Rakyat

edisi 1 halaman 7. Judul besar yang ditampilkan adalah “MANUVER JACOB

SOETOJO”. Jacob Soetojo adalah salah satu pengusaha keturunan cina di Indonesia yang

menjadi Presiden Direktur di PT Gesit Sarana Perkasa.

5.2.5 Teknik Plain Folk (rakyat biasa)

Adalah teknik propaganda yang dipakai oleh pembicara dalam upayanya

meyakinkan audiens bahwa dia dan gagasan-gagasannya adalah bagus karena mereka

Page 16: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10121/6/T1_362010069_BA… · Maka tidak heran jika dewasa ini ... yang berjudul “Jokowi

57

adalah bagian dari rakyat “rakyat yang lugu” (Lee dan Lee, 1939: 92). Propaganda

dengan menggunakan cara memberi identifikasi terhadap suatu ide. Teknik ini

mengidentikkan yang dipropagandakan milik atau mengabdi pada komunikan. Misalnya

dengan kata-kata milik rakyat atau dari rakyat. Cara ini sering dipakai oleh para politisi

untuk mempengaruhi orang banyak.

Teknik propaganda plain folk ditunjukkan pada media Obor Rakyat edisi 2

halaman 12. Di dalam tulisan ini ingin menunjukkan sosok Prabowo yang dekat dengan

rakyat yaitu para ulama dan tokoh islam. Dituliskan alasan kenapa para ulama ini lebih

memilih Prabowo ketimbang Jokowi karena para ulama sudah mengenai Prabowo sejak

lama. Sehingga umat islam memiliki utang kepada Prabowo Subianto karena selama ini

telah berjasa. Sedangkan Jokowi yang selama ini dikenal sebagai sosok yang dekat

dengan rakyat disebut hanya sebuah pencitraan belaka. Jokowi digambarkan sebagai

sosok yang dekat dengan para pengusaha cina-kristen. Sehingga Jokowi adalah orang

yang harus dibenci dan ditolak jika mencalonkan diri menjadi presiden.

Di paragraf akhir dituliskan bahwa umat islam harus banyak berdoa supaya

bangsa ini diselamatkan dari bencana dan musibah. Kedua diberi pemimpin yang terbaik

diantara yang terbaik. Bencana dan musibah yang dimaksud disini adalah jika Jokowi

berhasil maju menjadi presiden maka bagi umat islam ini akan menjadi musibah. Karena

Jokowi disebut sebagai sosok pemimpin yang tidak pantas. Kebaikan yang dilakukannya

selama ini hanya sebuah pencitraan. Hal itu ditunjukkan pada Obor Rakyat edisi 1

halaman 2. Di halaman tersebut menampilkan gambar Jokowi yang sedang berkunjung ke

Pasar Senen dan saat bermain futsal. Bunyi kalimatnya adalah sebagai berikut :

“PENCITRAAN : Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi saat

meninjau kebakaran di Pasar senen, Jakarta Pusat dan saat bermain futsal seusai

meresmikan lapangan futsal di Waduk Pluit, Jakarta Utara. Terlihat sekali

pencitraan yang dilakukan Jokowi dengan pakaian yang dikenakan sama. Baik

saat meninjau suasana duka akibat kebakaran di Pasar Senen maupun saat

gembira bermain futsal”.

Page 17: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10121/6/T1_362010069_BA… · Maka tidak heran jika dewasa ini ... yang berjudul “Jokowi

58

Beberapa tulisan di media Obor Rakyat edisi 1 dan 2 ingin membantah bahwa

sebenarnya Jokowi bukanlah sosok yang merakyat. Semua hal yang dilakukan oleh

Jokowi hanyalah sebuah pencitraan untuk meluruskan jalannya menjadi capres. Seperti

berita yang dimuat oleh voaislam.com, sejak menjabat sebagai walikota Surakarta di

2005, Jokowi aktif membangun kota Surakarta atau yang juga disebut kota Solo hingga

blusukan menyambangi warganya. Ia juga kerap mengampanyekan gerakan anti korupsi,

yang membuatnya mendapatkan reputasi sebagai politisi paling jujur di Indonesia.

Gebrakan Jokowi ketika menjadi walikota Surakarta juga diwarnai aksinya membeli

mobil SUV Esemka seharga Rp 95 juta. Ditambah lagi keputusan Jokowi yang menolak

mengambil gaji selama dia menjabat sebagai Walikota Surakarta.6

Penghargaan yang selama ini didapatkan oleh Jokowi memang karena prestasinya

yang baik selama menjadi seorang pemimpin. Sudah banyak penghargaan yang

diterimanya selama menjabat sebagai walikota Solo. Salah satunya terpilih sebagai wali

kota terbaik ketiga sedunia dalam pemilihan World Mayor Project 2012. Pemilihan ini

diselenggarakan oleh The City Mayors Foundation, yayasan walikota dunia berbasis di

Inggris. Adapun kriteria walikota terbaik dunia menurut lembaga ini adalah

mengedepankan kejujuran, memiliki visi jelas selama kepemimpinannya, mampu

mengatur kota dengan baik, perduli terhadap aspek ekonomi dan sosial, mampu

meningkatkan keamanan dan lingkungan sekitarnya, termasuk juga memiliki kedekatan

dengans warganya.7

Contoh salah satu penghargaan diatas membuktikan bahwa, Jokowi tidak dengan

mudah mendapatkan sebuah penghargaan. City Mayors Foundation adalah sebuah

yayasan walikota dunia berbasis di Inggris. Kriteria untuk bisa mendapatkan penghargaan

ini juga tidak mudah. Apalagi dia mampu bersaing dan mengalahkan walikota negara-

negara maju diseluruh dunia. Fakta ini sekaligus membantah tuduhan media Obor Rakyat

bahwa Jokowi dengan mudah mendapatkan penghargaan.

5.2.6 Card Stacking (menimbang-nimbang kartu untuk digunakan)

Pemilihan dan pemanfaatan fakta atau kebohongan, ilustrasi atau penyimpangan,

dan pernyataan-pernyataan logis atau tidak logis untuk memberikan kasus terbaik atau

6http://www.voaindonesia.com/content/jokowi-raih-penghargaan-walikota-terbaik-ketiga-dunia/1579686.html

Diunduh pada tanggal 25 Maret 2015, pukul 15.19 WIB. 7 Ibid:25

Page 18: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10121/6/T1_362010069_BA… · Maka tidak heran jika dewasa ini ... yang berjudul “Jokowi

59

terburuk pada sebuah gagasan, program, orang atau produk (Lee dan Lee, 1939: 95).

Meliputi seleksi dan kegunaan fakta atau kepalsuan, ilustrasi atau kebingungan dan

masuk akal atau tidak masuk akal suatu pernyataan agar memberikan kemungkinan

terburuk atau terbaik untuk suatu gagasan, program, manusia dan barang. Teknik

propaganda yang hanya menonjolkan hal-hal atau segi baiknya saja, sehingga publik

hanya melihat satu sisi saja.

Melihat dari pengertian teknik card staking yang digunakan dalam kegiatan

propaganda, hal ini berhubungan dengan keberpihakan sebuah media. Ketika media

berpihak pada salah satu kandidat maka propagandis akan cenderung memberitakan sisi

baiknya saja. Sebaliknya propagandis akan memberitakan sisi buruk pihak lawan.

Sehingga pada akhirnya akan mengarah pada ketidaknetralan media. Dalam jurnalisme

propaganda media tidak menganut semangat memberikan pendidikan politik (voters and

electoral education). Media membiarkan diri menjadi (political public relations) para

kandidat (Herman & Chomsky, 1991).

Menurut Noam Chomsky, kecenderungan media menjadi propaganda terutama di

musim kompetisi pemilihan presiden merupakan akibat dari berbagai aspek. Salah

satunya terkonsentrasinya pemilik media pada sekelompok elit kekuatan ekonomi,

sejumlah konglomerat yang secara keamanan bisnis masih sangat tergantung pada

kekuatan politik yang sedang atau akan berkuasa. Dalam praktek jurnalisme politik di

Negara berkembang seperti Indonesia, jarang ditemukan berita dan opini yang mendalam

atau bersifat analistis, melibatkan semua sudut pandang dalam masyarakat. Kebanyakan

realitas media lebih tampak sebagai sebuah sajian spekulasi – spekulasi, korelasi –

korelasi instrumental, bukan korelasi substansial. Karena akses penguasaan informasi dan

pengendalian jurnalis yang hanya lebih berpusat pada lingkaran elit sumber di

masyarakat, media utama (mainstream) kerap kali lebih berperan sebagai alat propaganda

kelompok-kelompok kepentingan dominan dalam masyarakat seperti partai politik atau

politisi yang berkuasa (Masduki, 2004: 81-84).

Keberpihakan media akan mempengaruhi pemberitaan media Obor Rakyat.

Seperti yang telah diakui oleh Darmawan Sepriyossa bahwa media ini adalah media

partisan, maka dia menganggap wajar jika pemberitaanya menjadi tidak netral. Dalam

media Obor Rakyat propagandis memilih untuk lebih berpihak kepada Prabowo sehingga

Page 19: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10121/6/T1_362010069_BA… · Maka tidak heran jika dewasa ini ... yang berjudul “Jokowi

60

media ini cenderung memberitakan sisi buruk Jokowi. Hal ini menguatkan pandangan

utama dari teknik propaganda card staking bahwa seorang propagandis hanya

menonjolkan sisi baik dirinya saja dan menonjolkan sisi buruk pihak lawan. Jika kita

melihat dalam media Obor Rakyat edisi 1 tidak ada berita mengenai Prabowo dan isinya

hanya sisi buruk seorang Jokowi. Kemudian hal ini diperkuat dengan hadirnya Obor

Rakyat edisi 2 isi di dalam salah satu judulnya menunjukkan sisi baik seorang Prabowo.

Selebihnya dari itu semua tulisan menjatuhkan nama Jokowi. Fakta-fakta yang digunakan

untuk pemberitaan Jokowi tidak jelas sumbernya dan sudah diseleksi. Publik hanya

diberikan kesempatan untuk melihat Jokowi dari satu sisi saja. Banyak fakta yang

dipalsukan contohnya saja menyebut bahwa Jokowi adalah keturunan cina dan beragama

non-muslim. Isu mengenai sisi buruk Jokowi inilah yang ditonjolkan dalam media Obor

Rakyat. Hal ini akan dibahas lebih dalam di teknik selanjutnya.

5.2.7 Frustration Scapegot (menutupi frustrasi atau kambing hitam)

Salah satu cara mudah untuk menciptakan kebencian atau menyalurkan frustrasi

adalah menciptakan kambing hitam. Contoh populer propaganda yang diciptakan Hitler

bahwa timbulnya berbagai masalah dalam negeri dan luar negeri Jerman disebabkan

perilaku Zionis Yahudi. Bahaya Yahudi disamakan dengan bahaya komunis yang

merongrong pilar-pilar kekuatan Negara. Pemerintah Indonesia sejak dahulu hingga

sekarang selalu melemparkan isu Negara Islam Indonesia (NII) setiap kali ingin

mengalihkan perhatian dari ketidakpastian ekonomi dan politik di dalam negeri.

Sebagai contoh dalam media Obor Rakyat mencipatakan isu SARA. Tidak semua

aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu.

Dalam media pemilihan isu yang dipakai berhubungan dengan identitas Jokowi. Fakta

Obor Rakyat yang sebenarnya adalah Jokowi berasal dari suku Jawa. Namun terjadi

pemalsuan fakta disini sehingga Jokowi di gambarkan sebagai sosok warga keturunan

cina. Yang dijadikan sebagai kambing hitam disini adalah warga keturunan cina. Karena

pada akhirnya terjadi diskriminasi terhadap warga keturunan cina di media ini.

Diskrimanasi tidak hanya terjadi pada warga keturunan cina saja namun juga

terhadap warna non muslim. Jokowi digambarkan sebagai sosok pemimpin yang

nonmuslim dan mendapat julukan “Juru Selamat yang gagal”. Disebutkan dalam media

Jokowi disebut tidak memiliki tanggung jawab akan masa depan mayoritas muslim,

Page 20: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10121/6/T1_362010069_BA… · Maka tidak heran jika dewasa ini ... yang berjudul “Jokowi

61

karena yang ada dibenaknya hanya mencapai puncak kekuasaan tertinggi. Alasan ini

diungkapkan karena Jokowi selalu mewariskan jabatannya kepada warga nonmuslim

seperti Fransiskus Xaverius Hadi Rudyatmo (Walikota Solo) dan Basuki Tjahaya

Purnama (Gubernur DKI Jakarta). Selain itu PDIP disebut sebagai “Partai Salib” yang

mengusung nama Jokowi sebagai capres. Partai ini disebut telah dikuasai oleh kelompok

non-muslim.

Isu mengenai warga keturunan cina dan nonmuslim digunakan sebagai kambing

hitam untuk menciptakan kebencian di benak audiens. Tujuan dari propagandis adalah

menciptakan konflik di masyarakat. Media Obor Rakyat memberikan penanaman nilai

bahwa tidak seharusnya warga Indonesia muslim ini hidup berdampingan dengan cina

nonmuslim. Mereka yang memiliki darah keturunan cina dan beragama nonmuslim

adalah orang yang patut untuk dibenci.

5.2.8 Bandwagon Technique

Bandwagon memiliki tema, setiap orang-paling tidak kita semua-sedang

melakukannya: dengannya, para pelaku propaganda berusaha meyakinkan kita bahwa

semua anggota suatu kelompok dimana kita menjadi anggotanya menerima propramnya

dan oleh karena itu kita harus mengikuti kelompok kita dan “menggabungkan diri dalam

kelompok itu” (Lee dan Lee, 1939: 105).

Teknik propaganda ini digunakan untuk meyakinkan orang bahwa semua anggota

suatu kelompok (di mana orang tersebut masuk dalam kelompok tersebut) telah

menerima suatu ide atau gagasan. Teknik ini menempatkan sasaran sebagai minoritas.

Tak jarang kita menemui kata-kata seperti “teman-temanmu yang sudah pasti pilih A,

masa kamu aja yang pilih B?” atau “semua orang sudah pakai C”. Dengan

menempatkan sasaran propaganda sebagai minoritas, propagandis secara tidak langsung

melakukan intimidasi secara mental. Sehingga, jika sasaran menolak ide atau gagasan

dari propagandis, sasaran akan terancam dikucilkan dari suatu kelompok. Contoh, di

jaman orde baru, semua PNS diwajibkan memilih Golkar dalam Pemilu. Jika ketahuan

tidak memilih Golkar, maka akan dikenai sanksi.8

8https://gunemanyuk.wordpress.com/2014/12/23/mengenal-teknik-propaganda/ Diunduh pada tanggal 26 Maret

2015, pukul 14.46 WIB.

Page 21: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10121/6/T1_362010069_BA… · Maka tidak heran jika dewasa ini ... yang berjudul “Jokowi

62

Analisis dalam media Obor Rakyat dengan teknik Bandwagon ini berkaitan

dengan sasaran/target audiens. Seperti yang telah di jelaskan diparagraf–paragraf

sebelumnya bahwa sasaran/target audiens dari media Obor Rakyat ini adalah mereka

yang tinggal di daerah pondok pesantren dan masjid di pulau Jawa. Tentunya

sasaran/target utamanya adalah warga Indonesia yang beragama muslim. Mereka yang

tinggal di daerah/pinggiran dirasa tidak memiliki pengetahuan yang cukup luas sehingga

dengan mudah dapat dipengaruhi.

Dapat dilihat, sumber dari isi tulisan media Obor Rakyat ini banyak menggunakan

tokoh-tokoh pemuka agama islam. Contohnya saja di edisi 1 halaman 12, terdapat hasil

wawancara dengan Ketua MUI KH Kholil Ridwan. Dari hasil wawancara tersebut Ketua

MUI KH Kholil Ridwan menyatakan bahwa Jokowi dinilai kurang mengerti adab islam,

banyak melukai hati umat islam, dan Jokowi disebut sebagai muslim yang tidak memiliki

perasaan. Alasannya karena selama ini Jokowi telah mewariskan jabatannya kepada Non-

Muslim.

Tidak hanya itu di media Obor Rakyat edisi 2, halaman 9 terdapat judul besar

“KOMENTAR PARA KIAI TENTANG JOKOWI”. Kesimpulan dari hasil komentar

para kiai tersebut Jokowi disebut telah berdusta, membohongi rakyat, ingkar janji, dan

telah melelang jabatannya. Selain itu dihalaman 12 rubrik wawancara juga menggunakan

narasumber Ketua Dewan Dakwah (DDII) Dr. Adian Husaini M.A. Selain itu nama

penulis yang disebutkan Dr. Gun Gun Heryanto dan Hasibullah Satrawi keduanya berasal

dari Universitas berbasis Islam di Jakarta dan Kairo, Mesir.

Dalam agama islam tokoh ulama dan kiai adalah orang yang dianggap paling

benar dan dapat dipercaya. Tujuan digunakannya para tokoh ulama sebagai narasumber

diharapkan akan lebih dipercaya oleh audiens. Sehingga ide/gagasan dalam hal ini isu

yang akan dipropagandakan lebih bisa diterima dengan mudah. Harapan dari propagandis

adalah audiens menjadi bagian dari kaum yang harus ikut menolak Jokowi, mengingat

para pemimpin mereka telah melakukan hal tersebut sebelumnya.

5.2.9 Fear Arousing (membangkitkan ketakutan)

Teknik propaganda untuk mendapatkan dukungan dari target massa dengan

menimbulkan emosi negatif, khususnya ketakutan. Konsep dari teknik Fear Arousing

(membangkitkan ketakutan) ini sama halnya dengan pengertian dari propaganda agitatif.

Page 22: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10121/6/T1_362010069_BA… · Maka tidak heran jika dewasa ini ... yang berjudul “Jokowi

63

Menurut bentuknya media Obor Rakyat termasuk dalam propaganda agitatif. Propaganda

agitatif adalah propaganda yang dilancarakan dengan menggunakan berbagai alat

komunikasi massa untuk mengacaukan kepentingan umum, kemudian memaksa massa

mengikuti kepentingan tertentu dengan menampilkan ancaman, kemudian

membangkitkan ketakutan dan kebencian sehingga target propaganda memberikan

pengorbanan yang sebesar-besarnya untuk mencapai suatu tujuan atau mewujudkan cita-

cita.

Media Obor Rakyat digunakan sebagai alat propaganda politik untuk

mengacaukan pemikiran audiens menjelang pemilu 2014 lalu. Media Obor Rakyat hadir

dengan memberikan ancaman dan ketakutan. Kalimat-kalimat ancaman yang bertujuan

menakuti massa tersebut ada di dalam beberapa judul, seperti Obor Rakyat edisi 2

halaman 8 “Jokowi Presiden, Sembilan Naga Merajalela”. Judul tersebut bernada

ancaman dan menimbulkan ketakutan. Dibuktikan dengan kalimat :

“Jika nanti Jokowi Presiden, maka etnis cina akan lebih leluasa menguasai

perdagangan, bisnis dan perekonomian. Jika ini sampai terjadi, maka dampaknya

akan sangat mengerikan”.

Ucapan ini disampaikan oleh KH. A. Kholil Ridwan Lc, Ketua MUI pusat. Selain

itu dibawahnya terdapat tulisan pendukung yang berjudul “Konsilidasi Kekuatan Cina”.

Terdapat kalimat yang juga bernada ancaman seperti :

“Jadi bisa dibayangkan, kalau sampai Jokowi menang, para pengusaha itulah

yang sebenarnya yang menjadi penguasa di Indonesia”.

Kalimat diatas menunjukkan bahwa media Obor Rakyat menggunakan metode

persuasif atau mempengaruhi massa dengan menggunakan kalimat-kalimat ancaman.

Tujuannya untuk mempengaruhi opini publik. Mengubah pendapat umum mengenai

sebuah isu dengan cara memanipulasi emosi. Memanipulasi emosi target audiens dari

perasaan suka menjadi tidak suka. Menurut teori propaganda yang diungkapkan oleh

Lasswell simbol di media memang sengaja diciptakan untuk mempengaruhi pikiran

masyarakat. Contohnya saja audiens yang tadinya tidak memiliki pemikiran buruk

Page 23: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis penyimpangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10121/6/T1_362010069_BA… · Maka tidak heran jika dewasa ini ... yang berjudul “Jokowi

64

terhadap Jokowi dengan hadirnya Obor Rakyat kini mereka memiliki pemikiran buruk

bahwa Jokowi adalah keturunan cina.

Selain itu di Obor Rakyat edisi 1 halaman 5 dalam judul ”DARI SOLO SAMPAI

JAKARTA, DE-ISLAMISASI ALA JOKOWI” beberapa kalimatnya juga bernada

ancaman seperti:

“Jika Jokowi menjadi presiden, target pertumbuhan gereja dan permutadan di

Indonesia berjalan lebih cepat”.

Jokowi disebut sebagai pemeluk islam sinkretis dan telah melakukan aksi de-

islamisasi. Sinkretisme, seperti yang dijelaskan oleh John L Esposito dalam Ensiklopedi

Oxford Dunia Islam Modern, adalah fenomena bercampurnya praktik-praktik dan

kepercayaan-kepercayaan dari sebuah agama dengan agama lainnya sehingga

menciptakan tradisi yang baru dan berbeda.9 Sedangkan de-islamisasi artinya

penghilangan harkat Islam: mereka berusaha merusak ajaran Islam dari dalam dengan

menggerogoti nilai-nilai Islam yang disebut.10

Sebuah teknik propaganda memang terkadang tidak bisa digunakan dalam waktu yang

bersamaan di sebuah media (Arifin, 2011). Namun berdasarkan hasil analisis yang dilakukan

terhadap Obor Rakyat, kesembilan teknik propaganda ini digunakan secara bersamaan. Simbol

bahasa yang dipilih dan digunakan dalam pemberitaan membuktikan bahwa media ini syarat

terhadap aksi propaganda. Obor Rakyat memenuhi kesembilan teknik tersebut.

9http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/13/06/03/mntmes-dunia-islam-menghadapi-

sinkretisme Diunduh pada tanggal 28 Maret 2015, pukul 22.00 WIB. 10

http://www.artikata.com/arti-324621-deislamisasi.html Diunduh pada tanggal 28 Maret 2015, pukul 10.04 WIB.