BAB V PEMANFAATAN HASIL ANALISIS TAMBO SEBAGAI …
Transcript of BAB V PEMANFAATAN HASIL ANALISIS TAMBO SEBAGAI …
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB V
PEMANFAATAN HASIL ANALISIS TAMBO SEBAGAI BAHAN AJAR
PADA MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI
SMK
5.1 Pemanfaatan Hasil Analisis Tambo sebagai Bahan Ajar
Pada sub bab ini peneliti memanfaatkan hasil analisis terhadap Tambo Adat
Kenegerian Kota Medan yang telah dilakukan di atas bahan ajar pada mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan. Kajian
Nilai Budaya dalam Teks Tambo Adat Kenegerian Kota Medan di Provinsi Riau
dan Pemanfaatanya sebagai Bahan Ajar Apresaisi Sastra di SMK erat sekali
hubungannya dengan pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Kajian ini
merupakan kajian struktur teks dalam tambo unsur-unsur intrinsik atau
kebahasaan yang berkaitan dengan kesastraan yang mengandung tentang nilai
budaya yang dapat dipelajari untuk mengenalkan budaya kepada anak didik.
Kajian nilai budaya merupakan unsur-unsur yang biasanya berfungsi sebagai
pedoman tertinggi bagi perbuatan manusia.
Melalui kajian struktur teks tambo dan nilai budaya dalam Teks Tambo
Adat Desa Kota Medan hubungan dengan hal pengajaran bisa dihubungkan juga
dengan cerita-cerita daerah lain yang sudah menjadi bentuk buku terbitan yang di
dalamnya terdapat cerita daerah mengandung unsur budaya buku tersebut
digunakan untuk pengajaran dengan buku tersebut terciptalah anak didik yang
memahami dan menambah wawasan tentang nilai-nilai budaya masyarakat
dahulu.
Kegiatan pengajaran menemukan struktur teks cerita rakyat dan nilai-nilai
dalam karya sastra seperti teks cerita rakyat yang mengandung kesastraan rakyat
atau cerita rakyat anak didik menjadi lebih mengenal ke pengajaran sastra
menemukan nilai-nilai dalam teks cerita rakyat yang banyak sekali nilai-nilai
terdapat di dalamnya seperti nilai agama, nilai budaya dan sebagainya tetapi
penulis fokus nilai budaya. Nilai budaya yang terdapat dalam naskah cerita dapat
memberikan pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Pengajaran budaya kepada
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
anak didik berguna untuk mengetahui lebih mendalam mengenai aturan budaya
dahulu dengan membandingkan budaya yang ada sekarang sehingga anak didik
dapat mengkaji dan mempelajarinya.
Mengenal pengajaran nilai budaya kepada anak didik berguna untuk
menciptakan atau membentuk watak dan prilaku anak didik dalam kehidupan baik
di lingkungannya maupun di lingkungan masyarakat. Pengajaran sastra seperti
membaca puisi, membaca pantun, mambaca karya sastra berupa teks cerita rakyat
atau tentang kajian sastra naskah. Ini semua apabila menjadi bahan pengajaran
kepada anak didik akan menciptakan timbulnya cinta akan budaya dan kreatifitas
anak didik.
Kajian nilai budaya yang mengkaji struktur teks dalam tambo atau unsur-
unsur intrinsik dalam cerita asal usul daerah yang memiliki budaya merupakan hal
menarik dan menghibur dalam pengajaran. Anak didik di proses menjadi seorang
pembaca dan penikmat karya sastra tambo. Seorang pendidik dalam mendidik
mengenai pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia seharusnya tidak hanya
memahami atau mengkaji bahasa atau sastra saja, tetapi haruslah dipadukan antara
kedua aspek tersebut agar pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dapat berjalan
seimbang tentu menciptakan watak dan prilaku berbudaya yang baik bagi anak
didik.
Sejalan dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dan teknologi
pemerintah dan dinas pendidikan bekerja sama memperbaharui dan mengubah
sistem pendidikan dan pengajaran dengan dikeluarkannya sistem pendidikan yang
baru dinamakan Kurikulum 2013. Sistem pendidikan dahulunya mengunakan
sistem KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tetapi kurikulum ini
belum sepenuhnya di jalankan sistem ini sudah diganti yaitu dengan sistem
pendidikan Kurikulum 2013, dalam kurikulum Kurikulum 2013 ini seorang guru
menjadi fasilitator dalam belajar dan megajar anak didik, anak didik diajarkan
untuk bisa mengembangkan kreatifitas sendiri dengan bimbingan guru. Guru juga
bertugas untuk membuat rencana pelaksanaan pengajaran (RPP), silabus,
indikator, dan kurikulum sendiri tidak ada keharusan menggunakan ketatapan
aturan beserta sejumlah daftar bukunya juga tertentu. Dalam hal ini, prinsip
fleksibilitas memberikan keleluasan bagi guru untuk menambah jumlah jam
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
pelajaran per minggu sesuai kebutuhan. Dengan epidemik Virus Corona sekarang
ini Kurikulum dan metode pembelajaran mengalami perubahan secara spontan
atau dadakan dengan metode daring ataupun luring yang di buat olek
Kemendikbud tahun 2019 sedemikian rupa agar dunia pengajaran pendidikan di
tingkat Sekolah Menegah Kejuruan tetap berjalan efektif.
Langkah yang harus disampaikan guru bahasa Indonesia bagi siswa SMK,
pada awalnya guru membacakan bahan atau materi pembelajaran yang diambil
dari Tambo Adat Kenegerian Kota Medan. Bahan yang dimaksud berupa
ringkasan cerita, pada tahap berikutnya pembelajar diperintahkan untuk membaca
Tambo adat Kenegerian Kota Medan. Setelah mengetahui isi cerita rakyat
tersebut pelajar diminta untuk mencatat menemukan struktur teks dalam cerita
rakyat dan bersamaan juga kosa kata yang dianggap sebagai kata- kata sukar atau
kata-kata asing untuk didiskusikan bersama-sama. Setelah pembelajar melakukan
langkah tersebut, tahap berikutnya para pembelajar diminta untuk karakter nilai
budaya apa saja dalam cerita yang sudah dibahas di kelas dan sekaligus
mempersentasikan di depan pembelajar yang lain.
Adapun tujuan membuat bahan ajar pembelajaran apresiasi sastra di Sekolah
Menengah Kejuruan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di
sekolah, baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara
optimal.
Karakteristik bahan ajar pembelajaran apresiasi sastra di SMK adalah
1. Setiap bahan ajar harus memberikan informasi dan memberikan petunjuk
pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang peserta
didik bagaimana melakukannya, dan sumber belajar apa yang harus
digunakan.
2. Bahan belajar merupakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan
melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik.
3. Pengalaman belajar dalam bahan ajar disediakan untuk membantu peserta
didik mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta
memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara aktif.
4. Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga peserta
didik dapat mengetahui kapan dia memulai dan kapan mengakhiri suatu
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
pembelajaran dan tidak menimbulkan pertanyaan mengenai apa yang harus
dilakukan atau dipelajari.
5. Setiap bahan ajar memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan
belajar peserta didik, terutama untuk memberikan umpan balik bagi peserta
didik dalam mencapai ketuntasan belajar.
Komponen bahan ajar adalah
a. Lembar kegiatan peserta didik
b. Lembar kerja
c. Kunci lembar kerja
d. Lembar soal
e. Lembar jawaban
f. Kunci jawaban
Pengajaran sastra pada siswa sangat penting. Adanya pengenalan pengajaran
sastra, maka anak didik mengenal budaya-budaya yang ada di daerah yang kaya
akan budaya. Budaya lama yang belum pernah diketahui oleh anak didik dapat
menjadi sumber ilmu dan pengetahuan. Berikut penulis sesuaikan penyajian
materi nilai-nilai budaya dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
berdasarkan Kurikulum 2013.
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
5.2 Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Sekolah : SMKN 1 Pasir Penyu
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X/Ganjil
Waktu : 4 x 45 Menit
Materi Pokok : Tambo
A. Kompetensi Inti
3. Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan
faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang
dan lingkup kajian bahasa Indonesiapada tingkat teknis, spesifik, detil, dan
kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari
keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan
internasional.
4. Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan
prosedur kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan
bidang kajian bahasa Indonesia.
Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang
terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif,
kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah,
serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan,
gerak mahir, menjadikan gerak alami dalam ranah konkret terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan
tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
B. Kompetensi Dasar
1. Mendeskripsikan nilai-nilai dan isi yang terkandung dalam tambo baik
lisan maupun tulis Membuat blus sesuai rancangan (Job sheet)
2. Menceritakan kembali isi tambo yang didengar dan dibaca
C. Indikator Pencapaian Kompetensi/ IPK
1. Menentukan kembali isi tambo
2. Mengemukakan kembali isi tambo
3. Menceritakan kembali isi tambo yang didengar dan dibaca
4. Menentukan kembali isi tambo
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui diskusi dan menggali informasi, peserta didik dapat :
Menganalisis nilai dan isi yang terkandung dalam tambo
Mengembangkan makna (isi dan nilai) tambo
2. Melalui diskusi dan menggali informasi peserta didik dapat :
Membandingkan nilai dan isi tambo
3. Disediakan tambo siswa dapat menentukan isi tambo
4. Disediakan tambo siswa dapat mengemukakan kembali isi tambo dengan
bahasa yang baik.
E. Materi Pembelajaran
1. Pengertian Tambo
2. Isi Pokok-pokok Tambo
3. Unsur-unsur yang terdapat dalam Tambo
4. Nilai-nilai yang terkandung dalam Tambo
F. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan pembelajaran : Pendekatan saintifik
2. Model pembelajaran : Discovery Learning
3. Metode pembelajaran :
Ceramah
Diskusi
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Praktik
Penugasan
G. Kegiatan Pembelajaran Tabel 5.1 Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Kegiatan pembelajaran Alokasi
waktu
Pendahuluan a. Salah seorang peserta didik memimpin
doa
b. Menanayakan kabar dan kehadiran
peserta didik
c. Mengajak peserta didik mengingat
kembali materi yang telah dipelajari
pada pertemuan sebelumnya
d. Bertukar pendapat tentang materi yang
akan dipelajari
e. Menyampaikan tujuan pembelajaran
10 menit
Kegiatan inti Pemberian stimulus terhadap siswa
Guru menyediakan tambo
Peserta didik mencermati tambo
Peserta didik mencermati nilai yang
terkandung di dalam tambo
Peserta didik mencermati isi yang
terkandung di dalm tambo
Peserta didik mencermati unsur yang
terdapat dalam tambo
Identifikasi masalah
Peserta didik menanyakan tentang hal-
hal yang terkait dengan nilai, isi dan
unsur yang terkandung dalam tambo
Guru meminta siswa untuk menentukan
kembali isi dari cerita rakyat tambo yang
telah dibaca
Siswa mengemukankan kembali isi
tambo dengan bahasa sendiri
pembuktian rumusan masalah/ hipotesis
140 menit
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Pembuktian
Guru menugaskan siswa untuk menilai
hasil dari cerita
Siswa menilai menilai hasil
mengemukan kembali tambo
menggunakan format penilaian
Guru menugaskan siswa untuk
mengemukan kembali isi tambo dengan
bahasa sendiri
Menarik kesimpulan/ generalisasi
Siswa menyajikan tentang tambo dengan
bahasa sendiri
Siswa lain memberikan tanggapan
terhadap presentasi.
Siswa menerima tanggapan dari siswa
lain dan guru.
Siswa memperbaiki hasil presentasi dan
membuat simpulan
Penutup 1. Peserta didik menyimpulkan materi yang
telah dipelajari
2. Peserta didik melaksanakan penilaian
pembelajaran yang diberikan pendidik.
3. Peserta didik saling memberikan umpan
balik/refleksi hasil pembelajaran yang
telah dicapai.
4. Pendidik memberikan tugas untuk
pertemuan minggu depan
5. Pendidik menutup pembelajaran dengan
ucapan salam
20 menit
H. Media, Alat, dan Sumber Belajar
Media : Tambo
Alat : Spidol, Infokus, Papan Tulis
Sumber belajar : Internet, Buku Paket, Modul
I. Penilaian Pembelajaran, Remedial, Pengayaan
1. Analisis Hasil Penilaian
Bentuk Instrumen : Test uraian
Teknik penilaian : Test tertulis
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
No. Nama Peserta
Didik
Nilai
(PH)
IPK
BelumTuntas
IPK
SudahTuntas
Tindak
Lanjut
2. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
No Nama Peserta
Didik IPK
Pengayaan/ Remedial Rencana Kegiatan
1
2
J. Penilaian Sikap
Teknik Penilaian : Observasi
Instrumen Penilaian : Lembar Pengamatan
No Nama Tanggung
Jawab
Responsif Santun Peduli Total
skor
1.
2.
3.
4.
5.
Pedoman Penilaian:
Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s.d 4
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Penafsiran angka :
Jika tidak pernah berperilaku dalam kegiatan
Jika kadang-kadang berperilaku dalam kegiatan
Jika sering berperilaku dalam kegiatan
Jika selalu berperilaku dalam kegiatan
Nilai Akhir Siswa:
Kegitan pembelajaran 1
1. Materi Pembelajaran
a. Materi Faktual
Ringkasan cerita Tambo adat Kenegerian Kota Medan yang berasal dari
arsip Kepala Kampung Desa Kota Medan H. Ismail Idris yang di buat pada Hari
Sabtu Tanggal 27 Oktober 1956.
b. Materi Konseptual
Ciri-ciri atau Karakteristik Tambo
Istanasentris = mencerikan tentang kerajaan, raja dan keluarganya, serta
hulubalang, perdana menteri
Kesaktian tokoh/kemustahilan = tokoh dengan tiba-tiba bisa melakukan
sesuatu yang mungkin sangat mustahil
Anonim = tidak diketahui nama pengarang sehingga cerita itu milik
bersama ( komunal)
Disebarluaskan secara lisan = berkembang di masyarakat disampaikan
secara lisan karena pada waktu itu belum banyak yang mengenal bahasa
tulis
Fantastis dan statis = ceritanya berlebih-lebihan dan tidak mengalami
perubahan
Menggunakan bahasa klise dan melayu klasik (sulit dipahami)
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
c. Unsur-unsur intrinsik (alur, penokohan, latar, dan amanat)
1. Tokoh, perwatakan, penggambaran watak
tokoh → nama tokoh/pelaku dalam Tambo (ada tokoh antagonis,
protagonis, tritagonis)
perwatakan → watak/sifat/karakteristik para tokoh (secara fisik
maupun kejiwaan)
penggambaran watak → cara pengarang menggambarkan watak
tokoh, ini dibedakan menjadi lima cara:
langsung
dialog tokoh
tanggapan tokoh lain
jalan pikiran tokoh
tingkah laku dan lingkungan tokoh
2. Seting/Latar
tempat → dimana peristiwa itu terjadi
waktu →kapan peristiwa itu terjadi
suasana→bagaimana keadaan waktu peristiwa itu terjadi
3. Alur
alur maju/lurus/progresif → peristiwa diceritakan secara urut dari
awal sampai akhir.
alur mundur/flashback/regresif→ cerita dimulai dari akhir atau tengah
(konflik) kemudian dicari sebab-sebabnya. alur campuran/maju
mundur →menggunakan dua alur (novel/roman)
4. Sudut Pandang Pengarang
orang pertama tokoh utama
orang pertama tokoh sampingan
orang ketiga serba tahu
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
orang ketiga tokoh utama
orang ketiga dalam cerita/sebagai pengamat
5. Majas/ Gaya Bahasa
Suatu cerita tidak terlepas dengan bahasa kias dan konotasi misalnya :
metafora, personifikasi, hiperbola, paradoks, sinestesia, sinekdok
6. Amanat→ Pesan yang akan disampaikan oleh pengarang. Bisa
melalui perilaku tokoh-tokohnya, ceritanya, atau lainnya.
7. Tema → Ide yang menjadi dasar cerita
tema mayor → tema secara umum atau luas
tema minor → tema secara sempit atau khusus
8. Nilai-nilai Tambo.
Nilai moral→ berkait dengan etika, tanggung jawab, kewajiban, dll
Nilai sosial → berkait dengan kemanusian, yaitu
menolong/membantu baik dengan manusia lain atau makhluk lain.
Nilai adat budaya → berkait dengan tradisi/ kebiasaan di suatu daerah
atau kelompok.
Nilai agama → berkait dengan Allah, kewajiban makhluk kepada
Sang Pencipta
9. Isi Tambo:
Memahami isi Tambo yaitu dengan cara menentukan siapa tokohnya,
apa yang dilakukan, bagaimana ia melakukan, dengan siapa ia
melakukan, di mana ia melakukan, apa hasil dari yang dilakukan, dsb.
(5 W + 1 H)
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Kegitan Pembelajaran 2
Tabel 5.2 Kisi-kisi Soal
IPK Materi
Pembelajaran Indikator Soal
Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Nomor
Soal
3.7.1 Menentukan
ciri-ciri/
karakteristik
Tambo
ciri-
ciri/karakter
istik Tambo
(istana
sentries,
kemustahila
n, bahasa
melayu,
anonim)
Siswa dapat
menentukan
cirri-
ciri/karakter
istik cerita
rakyat/Tam
bo.
Tes
tertulis
Uraian 1
3.7.2.Menentukan
unsur intrinsik dan
ekstrinsik Tambo
unsur
intrinsik dan
ekstrinsik
Tambo
(tema,
perwatakan,
alur,
konflik,
amanat,
gaya
bahasa)
Siswa dapat
menentukan
tema
Tambo/cerit
a rakyat
Siswa dapat
menentukan
watak
Tambo/cerit
a rakyat
Siswa dapat
menentukan
alur
Tambo/cerit
a rakyat
Siswa dapat
menentukan
amanat
Tambo/cerit
a rakyat
Siswa dapat
menentukan
gaya bahasa
Tambo/cerit
a rakyat
Tes
tertulis
Uraian 6
2
3
4
5
3.7.3.Menentukan
nilai-nilai Tambo
nilai-nilai
budaya
nilai-nilai
moral
Siswa dapat
menentukan
nilai budaya
Siswa dapat
menentukan
nilai moral
Tes
tertulis
Uraian 7
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
4.7.1 Menceritakan
kembali isi
Tambo
Menceritaka
n kembali
isi Tambo
Siswa dapat
menceritaka
n kembali
isi Tambo
denga
kalimat
sendiri
Tes
tertulis
uraian 8
4.7.2. Menanggapi
isi Tambo
Menanggapi
isi Tambo
Siswa dapat
menanggapi
isi
Tambo/cerit
a rakyat
yang telah
dibaca
Tes
tertulis
uraian 9
Instrumen Soal:
Bacalah tambo berikut!
Bermula puji tertentu bagi Allah yang memiliki sekalian alam, inilah suatu
piagam tatkala meninggalkan daerah Jambi atau Batang Hari. Si: Abang: (1)
Serampu Bauk, (2) Serampu Kuning, (3) Serampu Pingai, (4) Serampu Hitam, (5)
Serampu Cagah, (6) Serampu Teling (7) Serampu Rendah, (8) Depati Panjang
Sunguh Dengan Keluarga. Akan membuat Cencang Rateb dari Batang Hari
melalui Bukit Lambang Kucing melalui Cenaku Kecek melalui sungai Serangas
melalui sungai Sengkilo sampai di Robo Bujo akan menuju ke sungai Kurnio,
bahwa daerah yang dilalui itu adalah Cencang Rateb orang-orang tersebut di
atas, akan menuju sungai kurnio, setelah dapat daerah itu dikuasai dll. oleh
Serampu Bauk, Sepemandangan ke hulu dan Sepemandangan ke hilir, duduk di
atas Tebing Tinggi menurut riwayat ini / itu/ tanah dapur Rakit Kulim, yang dapat
dikuasai dll oleh Serampu tersebut dan sebatang sungai di dalamnya maka anak
temanak sungai tersebut:
Lereng air Golik Sarab adalah hak dll serampu ke hulunya hingga Kuala
Sungai Sakayan Kopung ke hilir hingga Kuala Sungai Titian Modang babu
Kurnio mati oleh Datuk Demuwanso dan oleh Bangsa Lelo serta semua datuk-
datuk itulah sebabnya orang Benio beribu ke Koto baru berbapak ketigo orang
anak kandung Dusun nan limo, dikatalah orang Benio Ayam Begas, Bentang
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Aduan Duduk Meraut Ranju Tegak Meninjau Jara Dubalang Datuk nan tigo
balai, antara dek Raja Pagaruyung maksud beribu dan berbapak itu adalah adat
pusakonya, sungai Sengkilo dan sungai Serangas adalah Cencang Rateb datuk-
datuk Serampu serta rombongannya sungai Sengkilo ke hilirnya hingga
Pematang Lipai atau Kuala Sungai Rotan babu kehulunya hingga guguhnya,
Sungai Serangas sebab bernama Serangas adalah Cencang Leteh Rateb/ di
waktu melalui daerah itu nama-nama kayu yang besar di tepi jalan maka ditikam
dengan Lembing Cabik Kopan, matilah kayu itu, itulah jadi tanda hak
kekuasaannya serta jalannya, maka Datuk Serampu Bauk serta rombongannya di
situlah di Robo Bujo menetap sementara memperondah hutan itu akan jadi
penghidupannya, di situlah Datuk Serampu Bauk di mana orang yang baik maka
dikawal oleh Datuk Serampu Bauk dikumpulkannya di Robo Bujo itu, akhirnya
terbawa gadis hitam anak kemanakan Pendekar Kumpal di sungai Tunu,
terjadilah permusuhan antara dua belah pihak, lihat kejadian itu didalam tombo
adat monografi.
Setelah beberapa lamanya datang Serampu Bauk tinggal di Robo Bujo itu
buat menentukan sialang pendulangan serta menerangi, maka seketika
menyeberangi Sungai Sengkilo maka digolit kaki Datuk Serampu Bauk di tepi
sungai kecil anak Sengkilo, maka dinamailah sungai itu Sungai Tedung, setelah
beberapa lamanya untuk merambah dan merateb menerangi kayu-kayu sialang
menyeberangi pulau sebuah anak Sungai Sengkilo sebelah maka telangkai ke
sebuah balang maka dinamakanlah oleh Datuk Serampu Bauk Sungai
Belangkawan.
Sewaktu rombongan datang serampu bauk tibo di Robo Bujo maka datang
Serampu Bauk menyerahkan anaknya Depati Panjang Sungut serta keluarganya
ke sungai Kurnio untuk membuat tempat kediaman dan mengetahui wilayah
tersebut maka Depati Panjang Sungut merubah di seberang Tebing tinggi sebelah
kiri mudik sungai kuantan, mula-mula ditanam di situ tampang kemang manis,
dan tampang kedundung ditanam sebelah kiri mudik sungai pendukuan tampang
dua jenis itu yang di bawah dari Batang Hari (si: abang) beberapa lamanya
sesudah itu orang dari hulu dari hilir banyak mendatang, membuatlah Depati
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Panjang Sungut lupa pendaman, sialang pendulang ialah Danau Bagali digali
bersama-sama kedua Lubuk Pauh Sialang Pendualangan Sungai Pendukuan
Maka bernama sungai Pendukuan di situ Munjang Depati mendulang-
mendulang dapat emas bangun duku, setelah ramai anak kemanakan Depati
Panjang Sungut maka membuatlah kampong di dalam wilayahnya serta di bawah
pimpinan Depati Panjang Sungut bergelar Muk Palawan dan Bagindo Sutan dan
Sutan Penghulu dan Bangsa Penghulu, oleh Depati Panjang Sungut disuruh Muk
Palawan menambah sebelah kanan mudik sungai pendukuan, Bagindo sutan
merambah sebelah kiri mudik Sungai Pedukuan hingga aliran Lubuk Pauh.
Sutan penghulu dengan bangsa penghulu merambah dan membangun
kampong di seberang kiri mudik Sungai Keruh di dalam wilayah Monti (bangsa
lelo) yang diberikan hak penuh kepada Depati Panjang Sungut. Sesudah Depati
Panjang Sungut serta anak kemanakannya menjalani anak sialang-sialang. Satu
batang sialang di simpang dua anak Sungai Sialang Petai, kedua sialang bungkuh
di Kuala Sungai Sialang Bungkuh anak Sialang Petai, ketiga sebelah kanan
mudik Sungai Kurnio, yaitu kepungan sialang pindahan riwayat bernama Sialang
Pindahan, Kurnio anak lebak di hulu Sungai Semelinang, di waktu mengambilnya
dimasukkan ke dalam jangki.
Paginya dilepas diletakkan jangki itu di bawah kayu sialang tersebut maka
bernamalah Kepungan Sialang Pindahan sesudah itu atau sebelumnya terus ke
hulu ke semelinang adalah di situ Depati yang punya karena anak-anak
kemanakan Dupati nan mengendena.
1. Sialang petai mengewang nama-namanya sialang karena tanah tumbuh
namanya 3 sialang kureikat namaya 4 sialang pematang genting namaya 5
sialang patah pucuk namaya. Serta lain-lain riwayat nama Patah Betuah
keturunan Depati bertanam kedundung ke hulu Sungai Sialang Petai sebelah
kanan mudik, maka bernama Patah Betuah karena sangat dukunya hingga dapat
ia berkata dengan kata segala binuan dan dapat menumpangi segala lancang-
lancang binuan. Penjelasan karena di masa dahulu siapa-siapa orang yang
bersalah di negerinya lari/ datang ke sungai Kurnio dapat kebebasan tidak apa-
apa artinya Kurnio bertanah hidup.
Piagam kedua
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Tatkala turun di negeri peyabungan sampai ke bukit Lambang Kucing
sebelas orang. Berempat laki-laki tujuh orang perempuan. Adapun berempat laki-
laki yang Temenggung Putih adiknya raja. Kelebihan adiknya Raja Mang Koto.
Adapun Temenggung Putih tatkalah menyabung dengan Sutan Pelembang/ Raja
Pelembang di negeri penyabungan bergelar Sutan Gemala, tatkala perang di
Bukit Serapih bergelar Gagar Alam (saudagar alam) tatkala beralat tindik
dabung nujang gading pada Bukit Ranga Inai bergelar pula Temenggung Putih
adapun 7 orang perempuan: (1) Mujang Awan, (2) Mujang Gading, (3) Mujang
Gadi Hitam, (4) Mujang Gadi Putih, (5) Mujang Elok, (6) Bungo Puron, (7)
Sandok
Riwayat Bungo Puron tatkala orang tersebut mendiami bukit Lambang
Kucing beberapa lamanya, terjumpa oleh Sutan Lelo, tepian paling bersih tempat
mandi. Dicari rumahnya tidak ada setelah pulang maka ditanyakan kepada
abangnya yang bergelar Temenggung Pudi, kata abangnya itulah tepian binuan.
Jika adik mau melihat rumahnya atau orangnya ambil daun kayu itu dipelimauan
maka adiknya Sutan Lelo mengambil daun kayu itu lalu dipelimaunnya di tepian
itu maka nampak sebuah rumah ada seorang perempuan lalu diambilnya.
Selainya dibunuhnya, itulah Bunga Puron. Adapun bunga Puron ini terlampau
baik parasnya dalam pada itu diketahui oleh Temenggung Putih Serampu telah
mengintai-ngintai maka Temenggung Putih marilah dik kita terangi bukit ini
lalulah 4 beradik menerangi bukit itu membuangkan batu besar itu pada kaki
bukitnya kalau nanti datang Serampu tidak dapat olehnya menyuruk (berlindung).
Ketika itu nampak oleh serampu orang berempat itu melemparkan batu-
batu besar itu ke kaki gunung itu (bukit itu) maka keluarlah Serampu Bauk
katanya hai sama tua yang berempat apa sebabnya maka diterangi bukit ini.
Hendak membuat apa sama tua di sini maka Temengung Putih Sutan Lilo Raja
kelebihan Raja mangkoto kami ini dapat mengetahui musuh yang datang atau
hendak membuat gelangang, setelah sejenak lamanya maka berkata serampu
kepada orang nan berempat, hamba datang ini mau menyembondo kepada anak
kemenakan sama tua yang bernama Bunga Puron. Adapun Serampu itu buruk
kakinya berambai-ambai, berbulu-bulu karena lama di dalam rimba (hutan) kata
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
dijawab oleh Temenggung Putih kalau sama tua (Serampu) mau menolong kami
berperang ke Batang Hari boleh kami terima.
Kata dijawab oleh Serampu bolehlah hamba tolong. Maka diterimalah
Datuk Serampu Bauk oleh orang nan berempat lalu dikawinkan secara masa itu.
Telah beberapa hari lamanya bersiap-siap alat senjatalah orang yang berlima itu
maka mengilir-gilir keris dan tombak orang berempat beradik itu dan mengilir-
gilir tombak pula Datuk Serampu Bauk sesudah itu ditentu waktu dan hari
berangkat setelah sampai waktu dan masanya maka turunlah orang berlima itu ke
Batang Hari menepat di negeri Kuamang. Maka mengamuklah orang berlima itu
lalu dibakarnya negeri itu. Maka orang berlima itu kembalilah ke bukit Lambang
Kucing.
Lalu Datuk Serampu melayarkan hidup berusaha dengan istrinya Bungo
Puron. Setelah beberapa lamanya pergilah Datuk Serampu ke hulu Serangas
menjalani sungai-sungai dan rimbo-rimbo menjalani Sialang Pendulangan serta
merambah/ merateh lalulah ke dalam sungai sengkilo mengikuti Cencang Ratib
dahulu itu agar dapat diketahui dan diterima anaknya yang bernama Depati
Panjang Sungut. Sesudah itu maka kembalilah Datuk Serampu ke bukit Lambang
Kucing. Bukit itu belum bernama Bukit Lambang Kucing. Adapun sebab bernama
bukit Lambang Kucing, karena kucing Datuk Serampu lambat berjalan
diterjangkanya kucing itu lalu hilang. Maka bernama bukit Lambang Kucing.
Riwayat kucing yang hilang ini menjadi Harimau, maka Harimau inilah yang
kehilangan makan ungko putih maka ditolongi Datuk Serampu dengan janji buat
tidak akan menyianiayo menggangu anak keturunan Datuk Serampu bauk kusus
Depati.
Kemudian dari itu hamillah Bungo Puron perempuan Serampu. Sesudah itu
dibawak Datuk Serampu Temangung Pudi ke hulu seragas sambil menambahi
menentukan Cencang Ratib dahulu itu, serta memperbaiki jalan-jalan dahulu itu
mana-mana kayu yang besar-besar di tepi itu maka ditikam oleh Datuk Serampu
dengan lembing. Maka meranggaslah kayu kenak biso lembing itu. Jika kita
berbalik besok mana-mana kayu yang merangas itu akan jalan kita maka
dinamailah Sungai itu, sungai Serangas maka dihilirkanlah sungai Serangas itu.
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Bertemu dengan gajah di dalam sungai itu maka dicincang oleh
Temenggung Pudi dengan parang panjang disimbang oleh gajah dengan
gadingnya hilanglah parang itu maka dinamakan Lubuk Parang Panjang, maka
diturut gajah itu oleh Datuk Serampu dengan Temenggung Pudi maka bertemu
batang loka keluwang melintang sungai tepi gajah itu terus ke hilir maka
Temengung Putih menunggu di batang moka luwang tersebut. Datuk Serampu
terus ke hilir mengikuti gajah itu. Tiba di hilir adapula batang besar melintangi
sungai tidak dapat gajah itu ke hilir lagi. Hendak naik tebing kiri kanan tebing
tungang maka ditikam Datuk Serampu gajah itu dengan lembing maka matilah
gajah itu.
Maka dinamailah Lubuk itu Tikaman Gajah maka datanglah Datuk
Serampu pada tempat Temenggung Putih. Maka bernamalah di situ Lubuk
Gading. Setelah habis dijalani sialang pendatangan bersama-sama Temenggung
Pudi kata Datuk Serampu di dalam Cencang Rateb kau ini dapat anak cucu sama
tua berusaha di situ dengan bermusyawarah dengan anakku Depati Panjang
Sungut. Kembalilah Datuk Serampu dengan Temengung Pudi ke bukit Lambang
Kucing maka Bunga Puron beranak laki-laki diberi nama Bujang Kondai.
Kemudian Datuk Serampu hendak ke Sungai Kurnio maka tatkala akan turun
meninggalkan bukit Lambang Kucing maka Datuk Serampu bermusyawarahlah
dengan 4 orang: (1) Temenggung Putih, (2) Sutan Lelo, (3) Raja Kelebihan, (4)
Raja Mangkoto
Kata Datuk Serampu hai sama tua yang berempat hamba ini hendak
kesungai Kurnio sebab anak hamba Depati Panjang Sungut menyuruh ke tebing
kuantan begitu juga raja di koto lama menyuruh juga ke Tebing Kuantan, karena
hamba dahulu mendapat ikan nan lemak. Sesudah itu berjanji Datuk Serampu
dengan orang berempat. Untuk diam ke tebing Kuantan (ke sungai Kurnio) nanti
apabila datang anak hamba Depati Panjang Sungut menjemput sama tua yang
berempat serta sekalian orang yang di sini membawa ke tebing kuantan. Serta
tanda bahasa hamba menyuruh ialah tombak hamba ini, maka Datuk Serampu
pun turun ke sungai Kurnio mendapatkan anaknya Depati Panjang Sungut dan
diam di rumahnya. Syah dan setelah beberapa lamanya datanglah Depati
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Panjang Sungut menjemput serta membawa tombak Datuk Serampu kebukit
Lambang Kucing mengabarkan bahwa Datuk Serampu bapak hamba sudah mati.
Jadi hamba datang ini ialah menjemput orang kaya yang berempat serta
adik hamba dan semuanya, maka dijawab oleh Temenggung Pudi, Sutan Lelo,
Raja Kelebihan, Raja Mangkoto. Kalau begitu penghulu berbini di sini dahulu
kemudian kita turun bersama-sama ke Sungai Kurnio. Maka nikalah Depati
Panjang Sungut dengan Gadi Hitam adapun Gadi Hitam terlampau eloknya cuma
kulit saja yang hitam. Setelah beberapa lamanya maka bersiap-siaplah orang-
orang yang akan turun ke sungai Kurnio tatkala akan turun maka berjanji
buatlah kedua belah pihak yaitu Depati Panjang Sungut dengan 4 orang
Temengung Putih, Sutan Lelo, Raja Kelebihan, Raja Mankoto. Tidak boleh kenak
mengenakan. Kalau kenak mengenakan dimakan sumpa setia, maka Depati
Panjang Sungut sambil menutukan tombak secabek kopan ke batu bukit Lambang
Kucing itu maka berkata orang nan berempat serta menutukan tombak bujang
bataram ke bukit Lambang Kucing itu.
Hai Depati Panjang Sungut jika kalau kami mengenakan Depati Panjang
sungut seterusnya kebawah dimakan sumpah setia kami ada harta kami maulah
kami dimiliki orang, maka berjalanlah Depati Panjang Sungut serta lima orang,
adapun segala perempuan tinggal dahulu pada bukit Lambang Kucing setelah
tiba di Sungai Kurnio menempatlah di rumah Depati Panjang Sungut, satu hari
atau dua hari antaranya pergilah lima orang menempat ke Lubuk Pauh maka
Temenggung Putih merambah antara Sungai Sialang dengan Sungai Kurnio,
Sutan Lelo merambah di darat Lubuk Pauh, Raja Kelebihan, Raja Mangkuto
merambah di Dusun Tua di tebing Sungai Kurnio, maka datang Raja Kelebihan,
Raja Mangkuto kepada Depati Panjang Sungut, mengatakan ke Depati, bahwa ia
merambah di tebing sungai Kurnio, kata Depati Panjang Sungut, dimana suka
orang kajalah hamba tidak menyalahi, maka diberikan oleh Depati Panjang
Sungut ke hilir aluran Lubuk Pauh ke hulu sampai ke sungai Gelang Ilir Air
Lereng Sarab orang kaya nan menguasainya.
Kemudian dari pada itu lima orang Depati Panjang Sungut, Temengung
Putih, Sutan Lelo, Raja Kelebihan, Raja Mangkuto, ke bukit Lambang Kucing,
menjemput perempuan-perempuan yang tinggal dahulu itu. Telah beberapa lama
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
di bukit Lambang Kucing, maka datanglah Kedamang Muncak Menyembodo
kepada gadis putih diterima oleh Temenggung Putih empat beradik lalulah
dinikahkan, adapun Kedamang Muncak adalah anak cucu Serampu Bauk,
kemudian daripada itu maka berkemas-kemaslah segala orang yang di Bukit
Lambang Kucing, hendak pindah ke sungai Kurnio, maka bertangis-tangislah
gadis putih dengan gadis hitam serta orang banyak disitu karena akan bercerai
tidak bertemu lagi, maka gadis putih turun ke Muara Bulan mendapatkan tempat
Serampu Bauk dibawa oleh Kedamang Muncuk, maka Temenggung Putih empat
beradik berkemas-kemas perkahas keris panjang satu bila keris panjang bernama
ampug rawang, satu bila keris pendek, satu bila bernama tanjung ledan, tombak
satu batang bernama bujang bataram sebab bernama bujang bataram:
bujang bataram dubalang raja jambi dibunuh oleh Raja Kelebihan itulah
sebabnya bernama bujang bataram: dan bung sanggul tiga pasang, pucuk cindai
satu pasang, sembilan banyak pucuknya, tabir panjang sembilan labuhan,
duanggo satu labu dan itulah pusaka yang terbawa dari penyabungan oleh
Mujang Gading serta Temengung Putih, Sutan Lelo, Raja Kelebihan, Raja
Mangkuto, dan harta pusaka itu nan di bawah turun ke sungai Kurnio beserta
dengan rombongan betino-betino itu adapun anak Datuk Serampu dengan bunga
purun gombaknya bernama Tijawrai, mujang gadis pada masa itu lagi gadis
turun juga ke sungai Kurnio bersama dengan Depati Panjang Sungut, maka
tinggallah bukit Lambang kucing setelah tiba di sungai tanahku kecik airnya
tengah naik, maka hari pun petang maka bermalamlah di tempat itu maka di
pancangkan keris oleh Temenggung Putih di tepi sungai itu katanya jika bertuah
keris ini hingga ini sajalah air naik maka bermalamlah semua di atas tebing itu,
setelah pagi hari maka memandang Temengung Putih kepada keris itu maka
dilihatnya keris itu tiada berair maka air sungai terlampau dalam merawah-
rawah setelah selesai maka menyeberang betino itu, setelah sampai semuanya
baru diambil keris itu maka bernamalah Empong/ Rawang,
kuala sungai tempat keris tadi dinamakan sungai Empong setelah melalui
jalan Cencang Rateb Serampu Bauk di sungai Seranggas menuju ke sungai
Sengkilo tiba di situ berhentilah Depati Panjang Sungut serta rombongannya
karena Depati hendak menubo ikan, setelah selesai menubo ikan, akan berangkat
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
ke sungai Kurnio, maka Depati Panjang Sungut berkata kepada Temenggung
Pudi, nan berempat di sungai sengkilo inilah tempat anak-anak cucu sama tua
(orang kaya) bersama anak kemanakanku buat mencari kehidupan dari hasil lupa
pendanawan sialang pendulangan dan hasil lainnya, tempat manubo sungai Ubo
maka dinamailah.
Maka oleh karena itulah kata Temenggung Pudi mengatakan kepada adik-
adiknya kita dengan Depati Panjang Sungut serta turunannya, sebagai emas
dengan suasa bak tali berpintal toga, pikir-memikirkan tidak balik kita mungkari
kata-kata Depati yang benar jangan sekali-kali. kemudian lalu menuju ke sungai
Kurnio setelah tiba di sungai Kurnio maka bersenang-senanglah sementara, tidak
beberapa lama datang orang Minang Kabau bergelar Menteri Emas maka
menyembodolah kepada Bunga Purun janda Datuk Serampu Bauk maka nikahlah
ia menurut hukum dimasa itu, sesudah itu datang pula orang suku Meninjau
menyembodo kepada Mujang Gading lalu dinikahkan pula, gelar orang suku
meninjau itu Lelo Perkaso setelah sekian lamanya mufakatlah Depati Panjang
Sungut dengan Menteri Emas dan Lelo Perkaso unutuk membuat rumah
Bagonjong bangunan Minangkabau maka bertemulah Menteri Emas dan Lelo
Perkaso di Pangkal Pematang Dusun Tersuruk ditolongi oleh Temenggung Pudi,
Sutan Lelo, Raja Kelebihan, Raja Mangkuto, setelah cukup ramuan dikumpulkan
kayu-kayu itu di atas pematang itu maka Depati Panjang Sungut pergilah minta
tolong ke Koto Baru serta memanggil Monti Malelo/ Bangsa Lelo maka
datanglah anak-anak buah Monti Malelo menolong Depati Panjang sungut
menurunkan pekayu itu ke Dusun Tersuruk sebab ditolong oleh Monti Malelo
serta anak-anak buahnya, karena Depati Panjang Sungut yang beribu ke Koto
Baru bebapak ketiga lorong anak kandung dusun nan lima, maka tempat
mengambil kayu itu maka dinamai oleh Depati Panjang Sungut Rimbo Kampung.
Maka membuat rumah bangunan Minangkabaulah Menteri Emas dengan
Lelo Perkaso, diberilah bergonjong beratap ijuk, karena Depati Panjang sungut
Gegar Alam Sutan Lelo, Raja Kelebihan, Raja Mengkuto, hendak melihat rumah
bangunan Minangkabau, maka diperbuatlah kamar pada ruang sama tengah, dan
sebelah ujung dan sama tengah sebelah dalam dua pintunya kamar itu sebuah
mengadap ruang tengah sebelah belakang pintu kamarnya mengadap keruang
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
hadapan maka sebelah hadapan ialah kediaman Bungo Purun dengan Menteri
Emas pintu kamar menghadap ke ruang sebelah belakang kediaman Mujang
Gading dengan Lelo Perkaso. Setelah sempurna rumah itu Gegar Alam yang
bergelar Temenggung Putih pulang ke Batang Hari, dibawanya sebilah keris
panjang sebilah keris pendek, tombak bujang bataram tinggal di sini pada Raja
Mangkuto, kemudian beranak Bungo Purun dengan Menteri Emas perempuan
bernama Sri Pinang dan beranak pula Mujang Gading dengan Lelo Perkaso
bernama Sri Rumah.
Pasal pada menyatakan seorang suku petalungan perempuan ada anak
senang perempuan menangis saja kerja menunjuk kebatang pinang di tepi
halaman jika dibawa ke batang pinang diam ia, jika dibawa ke rumah menagis
pula ia, maka pinang itu ada mayang bungkus maka dipanjat pinang itu
mengambil mayang bungkus itu, lalu dibawa mayang itu ke rumah serta dengan
anak itu barulah diam anak itu, sesudah itu ditidurkan anak itu di dalam buaiyan
oleh ibunya deselimuti dengan kain mayang itu dimasukkan pula ke dalam
buaiyan setelah tidur anak itu ibunya pergi ke air membawa labu. Setelah
kembali dari air maka dilihat oleh ibunya anak yang di dalam buaiyan tadi sudah
dua orang perempuan kedua maka heranlah ibunya dilihat mayang tadi tiada lagi
maka dilihat anak itu oleh ibunya sama saja rupanya maka dihantar dan dihujung
seorang dan ke pangkal seorang oleh ibunya, yang dihantar ke hujang tadi
datang kepada ibunya hendak menyusu, anak dihantarkan kepangkal tadi tiada
datang, anak yang datang tadi dinamakan Sumarang.
Anak yang tiada datang tadi dinamakan Seludang Pinang, Seludang Pinang
telah besar Seludang Pinang berlaki. Ringkas cerita beranak dua perempuan
seorang bernama Pindah yang bungsu bernama Tijarondah. Adapun Pindah
setelah besar maka datang Datuk Kutil orang talang bunud menyemondo kepada
Pindah ibunya Seludang Pinang tadi, mak berladang ke Hulu Lelo. Kemudian
balik ke Sungai Kurnio Kelubuk Pauh. Maka berladang pula karena Sungai
Kurnio. Datuk Kutil itu dengan Pindah. Setelah beberapa lamanya Sutan Lelo,
Raja Kelebihan, Raja Mangkuto pun mati.
Adapun adik dan kemanakan Depati Panjang Sungut beberapa orang
nyatanya perempuan sitino maraman yang laki-laki bergelar Depati Kecil Hitam
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Tapak pandai membesarkan badan, pandai memanjangkan lidah, pandai
melebarkan telinga. Adapun Datuk Kutil tadi berumah tangga di Dusun tersuruk
dengan anak dan istrinya.
Kemudian datang pula tukang jelelo orang pematang maka menyemondo
pula kepada Sri Pinang anak Bunga Purun maka berolek pula orang dusun
tersuruk mengawinkan Sri Pinang itu. Maka dikeluarkanlah harta manjang
gading dari kamarnya. Tirai panjangnya sembilan labuhan tirai dua anga satu
labuhan, pucuk cindai satu pasang sembilan banyak pucuknya, bunga sango tiga
pasang. Setelah sudah beroleh itu pakaian belum lagi dikembalikan kepada
kamar harta yang punya. Lagi di dalam kamar Bunga purun juga, adapun anak
Mujang Gading bernama Sri Rumah bertunangan dengan Depati Kecil Hitam
Tapak.
Kemudian bermain-main anak Datuk Kutil bernama Setiong pada rumah
bergonjong beratap ijuk itu, ada aluk-aluk bersarang pada pintu rumah itu. Pada
masa itu Depati Panjang Sungut dengan keluarga pergi ke pematang
mengahadiri olat anak kemanakan Danau Lelo. Maka disuluh oleh Setiong
dengan api sarang aluh-aluh itu lalu terbakar rumah itu maka matilah Munjang
Gading terbakar bersama rumah itu. Maka habislah segala harta pusaka
penyabungan tiada insapnya. Maka akorlah Datuk Kutil anak beranak kepada
bangun. kemudian mati Bunga Purun tidak beberapa lama Menteri Emas pulang
ke Minangkabau. Kemudian maka harta Depati Panjang Sungut ketolongan oleh
keturunan Baginda Ratu serta disurukkannya.(1) Lembing cabik kopan,(2) Gung
kecil dan gung besar, (3) Cincin permata intan (4) Besi sembilan desa, (5)Batu
kiliran besar
maka harta-harta ini disimpan dan diamankannya, inilah sebab musabab
Depati Panjang Sungut pindah Ke batu Rijal. Maka yang menguasai sungai
Kurnio Depati Kecil Hitam Tapak maka Sri Rumah berbanta-bantahan dengan
Sri Pinang, katanya hartaku sudah habis, jika lalu dipulangkan pada aku tidaklah
akan habis, setiap hari itulah perbantahanya, aku lagi bertunangan, jikalau aku
kawin apalah lagi akan aku pakai, dari itu diutuslah Sri Pinang serta suaminya
gelar tukang jelelo oleh Depati Kecil Hitam Tapak sungai seranggas, adapun
Gadis Hitam sepeninggalan Depati Panjang Sungut maka datang orang sungai
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
tunu kemenakan Pendekar Kumpal bergelar monti urang maka semondolah ia
kepada Gadis Hitam, setelah beberapa lamanya maka Gadis Hitam dibawa oleh
lakinya Monti Urang pindah ke Tenaku Kecil membuat rumah di padang ilalang,
sebab itulah anak talang anak cucu gadis hitam yang tinggal di sungai Kurnio
anak cucu gadis hitam juga, maka dikatakan anak talang orang Benio, orang
Benio muaro bulan duduknya meraut ranjau tegaknya meninjau cara seotak
sembilangan dubalang datuk nan bedua raja nan bedua dinding papandek nan
tigo balai antara dek raja pagaruyung.
Kemudian kawinlah Depati Kecil Hitam Tapak dengan Sri Rumah setelah
beberapa lamanya maka disuruhlah oleh Depati Kecil Hitam Tapak anak Datuk
Kutil berkebun-kebun di hulu sungai Sialang Petai bertanam-tanam kunyit, serai,
ubi keladi dan lain-lain hinga tanaman durian lansat dan lain-lain setelah itu
maka Sri Rumah perepuan Depati Hitam Tapak beranak tiga orang, dua orang
perempuan seorang lagi laki-laki bernama Duncil bergelar alam, yang
perempuan bernama Sitinggal yang seorang bernama Suci, maka diberikan oleh
Depati Kecil Hitam Tapak kepada anaknya yang bergelar gegar alam. Batang
lelo putih air sehingga pondok jelatang di tebing sampai ke pebunginan ialah
pemberian kepada anaknya buat kumpang penyabungan, kemudian dari itu maka
dihantarkan oleh Depati Kecik Hitam Tapak, dana Gegar Alam anak Datuk Kutil
ke dalam sengkilo buat menunggu sungai dan awan sialang pendulangan berkata
Depati Kecil Hitam Tapak jikalau naik sialang-sialang yang di dalam wilayah
sungai Sengkilo ini hingga empat puluh sarang ambillah oleh engkau jika lebih
dari empat puluh sarang jemput kami ke sungai Kurnio maka diamlah disana
anak Datuk Kutil dalam Sengkilo. Kemudian dari maka dibawa oleh Depati Kecil
Hitam Tapak anaknya bergelar Gegar Alam menjajoi sialang dalam sengkilo
serta menambahi cancang rateb Datuk Depati Panjang Sungut.
Kata Depati Kecil Hitam Tapak kepada anaknya yang bergelar gegar alam,
kalau engakau jumpa kayu sialang terangi kalau naik lebih dari empat sarang,
bawa anak kemanakan ku menerangi kayu-kayu sialang dalam luak ku ini, engkau
demikian juga, jangan engkau lebihi janji buat mamakku Depati Panjang Sungut
di waktu meningalkan bukit Lambang Kucing. Kembali kisah kepada tukang
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
jelelo Sri Pinang itulah membuat dusun halaman di seranggas serta membuat
rumah pertukangan besi serta mencukupi keperluan hidupnya.
Kemudian mudiklah gegar alam keseranggas buat menemui anak
kemanakan di sana. Tiba di seranggas menempat di rumah Tukang Jelelo dan Sri
Pinang. Berkata Sri Pinang kepada Gegar Alam bawahkan anak sendok seorang
mudik kesini akan pengasuh adik ini.
Sumber: Arsip Tambo Adat Kenegerian Kota Medan
Penugasan 1
Berdasarkan teks di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
1) Tentukan 4 ciri-ciri tambo tersebut!
2) Tentukan watak tokoh Depati Panjang Sungut terdapat pada cerita rakyat
tersebut!
3) Tentukan alur yang terdapat pada cerita rakyat tersebut!
4) Tentukan amanat yang terdapat pada cerita rakyat tersebut!
5) Tentukan gaya bahasa yang terdapat pada cerita rakyat tersebut.!
6) Tentukan tema yang terdapat pada cerita rakyat tersebut!
7) Tentukan nilai budaya dan nilai moral yang terdapat pada cerita rakyat
yang telah dibaca!
8) Tulislah kembali cerita rakyat yang telah dibaca dengan menggunakan
kalimat sendiri!
9) Tulislah tanggapan berdasarkan isi cerita rakyat yang telah dibaca!
Kunci Jawaban:
1. Kemustahilan, anonim, kesaktian, istanasentris
2. Berjiwa pemimpin
3. Maju
4. Harus teguh dalam memegang janji sumpah setia pada saudara
5. Menggunakan antitesis, misalnya , merambah hutan, cencang rateb,
mengewang dan kekuasaan keluar masuk hutan
6. Kehebatan Temengung Putih dengan saudara-saudaranya dalam
menghadapui musuh ketika berperang dan merencanakan siasat dan
mempersiapkan alat-alat perang
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
7. Nilai budaya: Nilai budaya dalam hubungan Manusia dengan manusia lain
adalah keramahan, kesopanan, kasih sayang, menepati janji, kesetian,
kepatuhan terhadap orang tua, maaf-memaafkan dan kebijaksanaan. Nilai
moral: Nilai musyawarah, gotong royong, cintah tanah air, kepatuhan pada
aturan adat dan keadilan.
8. Kebijaksanaan guru
9. Kebijaksanaan guru
Pedoman penskoran
1. Skor maksimal 100
2. Skor maksimal 100
3. Skor maksimal 100
4. Skor maksimal 100
5. Skor maksimal 100
6. Skor maksimal 100
7. Skor maksimal 100
8. Skor maksimal 100
9. Skor maksimal 100
Penugasan 2
Bacalah kembali tambo di atas untuk menjawab soal dibawah ini!
Soal:
1. Tentukan karakteristik Tambo tersebut!
2. Tentukan unsur-unsur intrinsik Tambo tersebut !
3. Sebutkan nilai-nilai yang terkandung dalam Tambo tersebut!
4. Tentukan maksud dan isi Tambo tersebut!
Hari, Tanggal :...................
Kelompok : ……
Nama :
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
1. ....................
2. ....................
3. ....................
4. ....................
Lembar Kerja Siswa
1. Karakteristik Tambo Adat Kenegerian Kota Medan:
NO KARAKTERISTIK KALIMAT PEMBUKTIAN
1.
2.
3.
2. Unsur-unsur intrinsik Tambo Adat Kenegerian Kota Medan:
NO UNSUR INTRINSIK KETERANGAN
1.
Tokoh dan perwatakan
2.
Seting
3.
Alur ( konflik,
penyebab konflik,
akibat konflik
4.
Sudut pandang
5 Amanat
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
3. Unsur-unsur ekstrinsik/ nilai-nilai yang terkandung dalam Tambo Adat
Kenegerian Kota Medan:
NO NILAI-NILAI
TAMBO
KETERANGAN
1.
2.
3.
4. Maksud dan isi Tambo Adat Kenegerian Kota Medan:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Kunci Jawaban:
1. Karakteristik Tambo Adat Kenegerian Kota Medan tersebut!
Mengunakan bahasa melayu klasik : merateb, mengendena,
mengewang, meranggas
Istanasentris : Serampu berperan sebagai penguasa daerah-daerah
yang ada di Batang Hari/ daerah Jambi yang menguasai dan
bertendik sebagai tokoh sentral utama dalam pembetukan wilayah
Kota Medan dimana masyarakat Kota Medan percaya bahwa Datuk
Serampu mempunyai kuasa penuh untuk wilayah-wilayah disekitar
kekuasaanya
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Istanasentris : Sutan Penghulu adalah gelar dari Depati Pajang
Sungut penggambaran penguasaanya adalah wilayah tambahan atas
perintahnya kepada Muk Palawan agar menguasai kanan mudik
sungai Pedukuan hingga aliran Sungai Lubuk Pauh/ Sungai
Larangan
Kesaktian tokoh/ kemustahilan : menceritakan Daerah-daerah
terbentuk karena adat dan budaya zaman dahulu. Salah satu
penyebab terbentuknya oleh datuk-datuk para pemegang kekuasaan
berasal dari Batang Hari/Jambi yang tinggal di Tebing-tebing/
pinggiran Sungai Kuatan yang kental budaya orang melayu dahulu
banyak tinggal di tepi sungai dan para makhluk halus yang
mendampingi para datuk-datuk untuk saling bekerja sama membuka
lahan, mengelola lahan dan persawahan untuk tujuan penghidupan
pada masa itu.
Kesaktian tokoh/kemustahilan : Depati Panjang Sungut memberikan
arahan untuk tinggal atau berdiam diri di Bukit Lambang Kucing
dengan menancapkan sebilah keris di tepi sungai yang airnya
sedang naik/ dalam ketika waktu malam datang maka keris sakti di
tancapkan ditepi sungai itu surut dan bisa di lewati/ menyeberang
keseberang sungai maka menyeberanglah para perempuan yang
mengikuti arahan Temenggung Putih
2. Tentukan unsur-unsur intrinsik Tambo Adat Kenegerian Kota Medan !
Tabel 5.3 Unsur-unsur intrinsik Tambo
NO UNSUR INTRINSIK KETERANGAN
1.
Setting
Tempat : dari aliran sungai negeri Batang
Hari Sampai Aliran Sungai Kurnio (Kota
Medan)
2.
Alur
Maju/progresif: wilayah yang dikuasai
oleh para pemegang sumpah atau
pemegang kekuasan delapan orang tersebut
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
berkuasa atas wilayah yang dikuasainya
akan membuat batas wilayah dari dan
menuju Batang Hari atau Sungai Kuatan
melaui Bukit Lambang Kucing melalui
Cenaku Kecek yang sekarang dikenal
dengan Kuala Cenaku seterusnya melalui
Sungai Sengkilo menuju Kota Medan
Serampu pemegang kekuasaan ini
menyatakan batas kekuasaan yang
dilewatinya melalui sungai-sungai menuju
ke Kurnio atau negeri Kota Medan.
Kekuasaan wilayahnya sejauh mata
memandang baik dari Hulu maupu dari
Hilir sungai sembari berdiri di tebing yang
tinggi daerah inilah yang disebut sekarang
Rakit Kulim yang termasuk wilayah
disekitanya
3.
Tokoh
Tokoh : Datuk Serampu, Depati Panjang
Sungut, Temenggung Putih, Bungo Puron,
Sutan Lelo, Bujang Kondai, Gadi Hitam
4.
Amanat
Amanat yang disampakain dalam cerita
Tambo Kenegerian Kota Medan berupa
pesan bahwa dalam setiap kita
mengambil keputusan mufakat bersama
maka perlu diadakan musyawarah
digambar dalam Tambo Kenegerian
Kota Medan ini yang di perankan oleh
Datuk Serampu dengan Temenggung
Putih bersama saudaranya Sutan Lelo,
Raja Kelebihan, dan Raja Mangkuto
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
setelah mereka pergi ke Hulu Sungai
Serangas untuk menambah dan
menentukan lahan-lahan menjadi
ladang dan persawahan serta
memperbaiki jalan-jalan menuju lahan-
lahan garapan baru menuju ke Sialang
Pendatangan bersama-sama
menambah, menentukan dan
mengesahkan wilayah tersebut untuk
bisa di tempati atau ditinggali bersama
anak cucu dengan melakukan
musyawarah bersama antara Datuk
Serampu dengan Temenggung Putih,
Sutan Lelo, Raja Kelebihan, dan Raja
Mangkuto.
Amanat yang disampakain dalam cerita
untuk selalu memegang teguh
melaksanakan janji setia antara Datuk
Serampu dengan Temenggung Putih,
Sutan Lelo, Raja Kelebihan, dan Raja
Mangkuto agar bertemu di atas Tebing
Kuantan bersama beberapa orang lain
untuk berjanji apabila anak Datuk
Serampu yaitu Depati Panjang Sungut
menjemput Temenggung Putih, Sutan
Lelo, Raja Kelebihan, dan Raja
Mangkuto serta orang pengikutnya
menuju ke Tebing Kuantan dengan
meninggalkan tanda bahasa perjanjian
sebuah tombak Datuk Serampu.
Amanat yang disampakain dalam cerita
oleh Depati Panjang Sungut membuat
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
sebuah perjanjian dengan Temenggung
Putih, Sutan Lelo, Raja Kelebihan, dan
Raja Mangkuto ketika, hendak pergi ke
Sungai Kurnio dengan perjanjian
antara Depati Panjang Sungut agar
mereka tidak melakukan perbuatan
aniaya-menganiaya atau sakit-
menyakiti antara saudara kalian jika
melanggar sumpah janji tersebut maka
terimalah akibat dari sumpah janji yang
dikhianati maka teraniayalah orang
yang melanggar sumpah tersebut
Amanat yang disampakain dalam cerita
adalah persatuan yang ungkapkan
keturunan Temenggung Putih, Sutan
Lelo, Raja Kelebihan, dan Raja
Mangkuto dengan Depati Panjang
Sungut bahwa persaudaraan seperti
ikatan tali yang terikat kuat tidak bisa
terpisahkan, seperti emas dengan suasa
yang tidak pudar oleh waktu tetap utuh
menjadi saudara dan saling hormat
menghormati pemikiran dan perkataan
yang benar dari Depati Panjang Sungut
menjaga tetap utuh persaudaraan
anatara sesama Temenggung Putih dan
Depati Panjang Sungut.
3. Nilai-nilai yang terkandung dalam tambo tersebut!
Tabel 5.4 Nilai-nilai yang terkandung dalam Tambo
NO UNSUR INTRINSIK KETERANGAN
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
1.
Nilai moral
Nilai musyawarah, gotong royong, cintah
tanah air, kepatuhan pada aturan adat dan
keadilan.
2. Nilai budaya
Nilai budaya dalam hubungan Manusia
dengan manusia lain adalah keramahan,
kesopanan, kasih sayang, menepati janji,
kesetian, kepatuhan terhadap orang tua,
maaf-memaafkan dan kebijaksanaan
4. Maksud dan isi tambo tersebut!
Wilayah yang dikuasai oleh para pemegang sumpah atau pemegang
kekuasan delapan orang/ datuk-datuk Serampu tersebut berkuasa atas
wilayah yang dikuasainya akan membuat batas wilayah dari dan menuju
Batang Hari atau Sungai Kuatan melaui Bukit Lambang Kucing melalui
Cenaku Kecek yang sekarang dikenal dengan Kuala Cenaku seterusnya
melalui Sungai Sengkilo menuju Kota Medan Serampu pemegang
kekuasaan ini menyatakan batas kekuasaan yang dilewatinya melalui
sungai-sungai menuju ke Kurnio atau negeri Kota Medan. Kekuasaan
wilayahnya sejauh mata memandang baik dari Hulu maupu dari Hilir
sungai sembari berdiri di tebing yang tinggi daerah inilah yang disebut
sekarang Rakit Kulim yang termasuk wilayah disekitanya.
Kreteria skor:
1. Skor maksimal 100
2. Skor maksimal 100
3. Skor maksimal 100
4. Skor maksimal 100
K. Penilaian Psikomotorik
Bacalah kembali Tambo Adat Kenegerian Kota Medan, kemudian
ceritakan kembali Tambo tersebut dengan bahasa kalian sendiri!
Rubrik Penilaian
Menceritakan Kembali Isi Tambo
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Nama Siswa :
Kelas/No. Absen :
Tanggal Penilaian :
Tabel 5.5 Rubrik Penilaian Menceritakan Kembali Isi Tambo
KOMPONEN SKOR
1 2 3 4 5
1.Kesesuaian isi cerita
2. Ekspresi wajah
3. Penggunaan bahasa
4. Gerakan
5. Ucapan
6. Intonasi
7. Pengaturan jeda
8. Intensitas dan kelancaran berbicara
9. Diksi yang digunakan
10. Sistematika
Skor Maksimal: 50 X 2 = 100
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Gambaran singkat bahan ajar yang telah dibuat
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Iman Doni Lesmana, 2021 NILAI BUDAYA DALAM TAMBO ADAT KENEGERIAN KOTA MEDAN DI PROVINSI RIAU DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMK Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu