BAB V KESIMPULAN · KESIMPULAN Pada bab ini membahas mengenai hasil analisis yang didapatkan dari...
Transcript of BAB V KESIMPULAN · KESIMPULAN Pada bab ini membahas mengenai hasil analisis yang didapatkan dari...
148
BAB V
KESIMPULAN
Pada bab ini membahas mengenai hasil analisis yang didapatkan dari bab empat secara
makro dan kesimpulan yang didapatkan dari keseluruhan analisa tersebut. Kesimpulan ini lebih
bersifat sebagai clue/tanda karena penarikan kesimpulan lebih banyak berdasar pada pendapat
pribadi.
5.1 KESIMPULAN TOLOK UKUR KATEGORI: TEPAT GUNA LAHAN
Kategori Tepat Guna Lahan memiliki 24 (dua puluh empat) tolok ukur termasuk tolok
ukur prasyarat maupun tolok ukur pilihan. Berdasarkan hasil analisa, kendala yang dihadapi
tersebesar adalah pada pemahaman tolok ukur Greenship yaitu terdapat 13 (tiga belas) tolok ukur;
ekplorasi data yaitu terdapat pada 13 (tiga belas) tolok ukur; perhitungan pada perhitungan
dengan simulasi yaitu terdapat pada empat tolok ukur; dan penilaian terdapat pada sebelas tolok
ukur. Dan berdasarkan hasil analisa terdapat data-data yang dibutuhkan dalam tolok ukur
bersumber dari GBCI yaitu dua tolok ukur; dari Konsultan Perencana yaitu 20 (dua puluh) tolok
ukur; dan dari sumber lain-lain yaitu 19 (sembilan belas) tolok ukur. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa dominasi data yang dibutuhkan untuk tolok ukur Greenship pada kategori
Tepat Guna Lahan adalah dari Konsultan Perencana.
Metode yang digunakan dalam tolok ukur Greenship kategori Tepat Guna lahan adalah
metode observasi data yaitu digunakan pada 13 (tiga belas) tolok ukur; metode grafik yaitu
digunakan pada tiga tolok ukur; metode matematis yaitu digunakan pada sebelas tolok ukur; dan
metode kalkulasi/simulasi yaitu digunakan pada empat tolok ukur. Sedangkan apabila dilihat dari
keseluruhan tolok ukur dan tolok ukur prasyarat disimpulkan bahwa tolok ukur ASD-1, ASD-2,
ASD-3, ASD-4, ASD-6, dan ASD-7 dapat terpenuhi tanpa tolok ukur prasyarat harus terpenuhi.
GP
Pema-haman Sumber Data Eksplorasi
Data Metode Perhitungan Peni-laian
J TJ GBCI Pernc dll m tm OD G M S Ml S
B TB m tm m tm
ASD-P.1 x 1 . 1 . 1 x . . 1 . 1 x . . x 1
ASD-P.2 x 1 . 1 1 x 1 . . 1 . x 1 . . x 1
ASD-1.1A x 1 . . 1 1 x 1 . . . 1 x . . x 1
149
ASD-1.1B x 1 . . 1 x 1 1 . . . x 1 . . x 1
ASD-1.2 1 x . . 1 1 x 1 . . . 1 x . . 1 x
ASD-2.1 1 x 1 . 1 1 x . 1 . . 1 x . . 1 x
ASD-2.2 x 1 1 1 1 1 x 1 1 . . x 1 . . x 1
ASD-2.3 x 1 . 1 1 1 x 1 . . . 1 x . . x 1
ASD-3.1A 1 x . 1 1 x 1 . 1 . . 1 x . . 1 x
ASD-3.1B 1 x . 1 1 x 1 1 . 1 . x 1 . . x 1
ASD-3.2 1 x . 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
ASD-4.1 1 x . 1 . 1 x 1 . . . 1 x . . 1 x
ASD-4.2 x 1 . 1 . 1 x 1 . 1 . 1 x . . 1 x
ASD-5.1 x 1 . 1 1 1 x . . 1 . 1 x . . x 1
ASD-5.2 x 1 . 1 . 1 x . . 1 . 1 x . . x 1
ASD-5.3 1 x . 1 1 x 1 . . 1 . x 1 . . x 1
ASD-6.1 1 x . 1 1 x 1 . . 1 1 x 1 x 1 1 x
ASD-6.2 1 x . 1 1 x 1 . . 1 1 x 1 x 1 1 x
ASD-6.3A 1 x . 1 1 x 1 1 . . 1 1 x x 1 1 x
ASD-6.3B 1 x . 1 1 x 1 1 . . 1 1 x x 1 1 x
ASD-7.1A x 1 . 1 1 x 1 . . 1 . x 1 . . 1 x
ASD-7.1B x 1 . 1 1 x 1 . . 1 . x 1 . . 1 x
ASD-7.2 x 1 . 1 1 1 x 1 . . . 1 x . . 1 x
ASD-7.3 x 1 . 1 1 x 1 1 . . . 1 x . . 1 x
Jumlah 11 13 2 20 19 11 13 13 3 11 4 14 10 0 4 13 11
-2 -2 4 -4 2
Tabel. Ringkasan Analisis Tolok Ukur Kategori Tepat Guna Lahan
Ket: (J) Jelas; (TJ) Tidak Jelas; (L) Lengkap; (TL) Tidak Lengkap/Tidak ada; (OD) Observasi Data; (G) Grafik; (M)
Matematis; (K) Kalkulasi; (m) Mudah; (tm) Tidak Mudah; (Ml) Manual; (S) Simulasi; (B) Bisa; (TB) Tidak Bisa; (1)
Ya; (x) Tidak.
5.2 KESIMPULAN TOLOK UKUR KATEGORI: EFISIENSI DAN KONSERVASI
ENERGI
Kategori Efisiensi dan Konservasi Energi memiliki 17 (tujuh belas) tolok ukur termasuk
tolok ukur prasyarat maupun tolok ukur pilihan. Berdasarkan hasil analisa, kendala yang dihadapi
tersebesar adalah pada pemahaman tolok ukur Greenship yaitu terdapat enam tolok ukur;
ekplorasi data yaitu terdapat pada sepuluh tolok ukur; perhitungan pada perhitungan dengan
simulasi yaitu terdapat pada tiga tolok ukur; dan penilaian terdapat pada delapan tolok ukur.
Dan berdasarkan hasil analisa terdapat data-data yang dibutuhkan dalam tolok ukur
bersumber dari GBCI yaitu satu tolok ukur; dari Konsultan Perencana yaitu 17 (tujuh belas) tolok
150
ukur; dan dari sumber lain-lain yaitu tiga tolok ukur. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
dominasi data yang dibutuhkan untuk tolok ukur Greenship pada kategori Tepat Guna Lahan
adalah dari Konsultan Perencana.
Metode yang digunakan dalam tolok ukur Greenship kategori Efisiensi dan Konservasi
Energi adalah metode observasi data yaitu digunakan pada sebelas tolok ukur; metode matematis
yaitu digunakan pada enam tolok ukur; dan metode kalkulasi/simulasi yaitu digunakan pada tiga
tolok ukur. Sedangkan apabila dilihat dari keseluruhan tolok ukur dan tolok ukur prasyarat
disimpulkan bahwa tolok ukur EEC-1.3, EEC-2, EEC-3, EEC-4, dan EEC-5 dapat terpenuhi
tanpa tolok ukur prasyarat harus terpenuhi.
GP
Pema-haman Sumber Data Eksplorasi
Data Metode Perhitungan Peni-laian
J TJ GBCI Pernc dll m tm OD G M S Ml S
B TB m tm m tm
EEC-P.1 x 1 . 1 . 1 x 1 . . . 1 x . . 1 x
EEC-P.2 x 1 . 1 . 1 x 1 . . . 1 x . . 1 x
EEC-1.1 1 x . 1 1 x 1 . . 1 1 x 1 x 1 1 x
EEC-1.2 1 x 1 1 . x 1 . . 1 . x 1 . . x 1
EEC-1.3.1 1 x . 1 1 x 1 . . 1 1 x 1 x 1 1 x
EEC-1.3.2.1 1 x . 1 1 1 x . . 1 1 x 1 x 1 1 x
EEC-1.3.2.2 1 x . 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
EEC-1.3.2.3 1 x . 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
EEC-1.3.2.4 x 1 . 1 . 1 x 1 . . . 1 x . . 1 x
EEC-1.3.3.1 1 x . 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
EEC-1.3.3.2 1 x . 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
EEC-1.3.4 1 x . 1 . 1 x . . 1 . 1 x . . x 1
EEC-2.1 x 1 . 1 . 1 x 1 . . . 1 x . . 1 x
EEC-2.2 x 1 . 1 . x 1 1 . . . x 1 . . 1 x
EEC-3 x 1 . 1 . 1 x 1 . . . 1 x . . 1 x
EEC-4 1 x . 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
EEC-5 1 x . 1 . x 1 . . 1 . x 1 . . x 1
Jumlah 11 6 1 17 3 7 10 11 0 6 3 6 11 0 3 9 8
5 -5 -3 1
Tabel. Ringkasan Analisis Tolok Ukur Kategori Efisiensi dan Konservasi Energi
Ket: (J) Jelas; (TJ) Tidak Jelas; (L) Lengkap; (TL) Tidak Lengkap/Tidak ada; (OD) Observasi Data; (G) Grafik; (M)
Matematis; (K) Kalkulasi; (m) Mudah; (tm) Tidak Mudah; (Ml) Manual; (S) Simulasi; (B) Bisa; (TB) Tidak Bisa; (1)
Ya; (x) Tidak.
151
5.3 KESIMPULAN TOLOK UKUR KATEGORI: KONSERVASI AIR
Kategori Konservasi Air memiliki 16 (enam belas) tolok ukur termasuk tolok ukur
prasyarat maupun tolok ukur pilihan. Berdasarkan hasil analisa, kendala yang dihadapi tersebesar
adalah pada ekplorasi data yaitu terdapat pada 16 (enam belas) tolok ukur; perhitungan pada
perhitungan dengan simulasi yaitu terdapat pada empat tolok ukur; dan penilaian terdapat pada
sebelas tolok ukur.
Dan berdasarkan hasil analisa terdapat data-data yang dibutuhkan dalam tolok ukur
bersumber dari GBCI yaitu tiga tolok ukur; dari Konsultan Perencana yaitu 14 (empat belas)
tolok ukur; dan dari sumber lain-lain yaitu tiga tolok ukur. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa dominasi data yang dibutuhkan untuk tolok ukur Greenship pada kategori Tepat Guna
Lahan adalah dari Konsultan Perencana.
Metode yang digunakan dalam tolok ukur Greenship kategori Konservasi Air adalah
metode observasi data yaitu digunakan pada 14 (empat belas) tolok ukur; dan metode matematis
yaitu digunakan pada delapan tolok ukur.
Sedangkan apabila dilihat dari keseluruhan tolok ukur dan tolok ukur prasyarat
disimpulkan bahwa tolok ukur WAC-1, WAC -2, WAC -3, WAC -4, WAC-5, dan WAC-6 dapat
terpenuhi tanpa tolok ukur prasyarat harus terpenuhi.
GP
Pema-haman
Sumber Data Eksplorasi Data
Metode Perhitungan Peni-laian
J TJ GBCI Pernc dll m tm OD G M S Ml S
B TB m tm m tm
WAC-P.1 1 x . 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
WAC-P.2 1 x 1 . . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
WAC-1.1 1 x 1 . . x 1 . . 1 . x 1 . . x 1
WAC-1.2 1 x 1 . . x 1 . . 1 . x 1 . . x 1
WAC-2.1A 1 x . 1 . x 1 1 . 1 . x 1 . . x 1
WAC-2.1B 1 x . 1 . x 1 1 . 1 . x 1 . . x 1
WAC-2.1C 1 x . 1 . x 1 1 . 1 . x 1 . . x 1
WAC-3 1 x . 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
WAC-4.1A 1 x . 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
WAC-4.1B 1 x . 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
WAC-4.1C 1 x . 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
WAC-5.1A 1 x . 1 1 x 1 1 . 1 . x 1 . . x 1
WAC-5.1B 1 x . 1 1 x 1 1 . 1 . x 1 . . x 1
152
WAC-5.1C 1 x . 1 1 x 1 1 . 1 . x 1 . . x 1
WAC-6.1 1 x . 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
WAC-6.2 1 x 2 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
Jumlah 16 0 3 14 3 0 16 14 0 8 0 0 16 0 0 0 16
16 -16 0 -16
Tabel. Ringkasan Analisis Tolok Ukur Kategori Konservasi Air
Ket: (J) Jelas; (TJ) Tidak Jelas; (L) Lengkap; (TL) Tidak Lengkap/Tidak ada; (OD) Observasi Data; (G) Grafik; (M)
Matematis; (K) Kalkulasi; (m) Mudah; (tm) Tidak Mudah; (Ml) Manual; (S) Simulasi; (B) Bisa; (TB) Tidak Bisa; (1)
Ya; (x) Tidak.
5.4 KESIMPULAN TOLOK UKUR KATEGORI: SUMBER DAN SIKLUS
MATERIAL
Kategori Sumber dan Siklus Material memiliki 12 (dua belas) tolok ukur termasuk tolok
ukur prasyarat maupun tolok ukur pilihan. Berdasarkan hasil analisa, kendala yang dihadapi
tersebesar adalah pada ekplorasi data yaitu terdapat pada 16 (enam belas) tolok ukur; perhitungan
yaitu terdapat pada 12 (dua belas) tolok ukur; dan penilaian terdapat pada 12 (dua belas) tolok
ukur.
Dan berdasarkan hasil analisa terdapat data-data yang dibutuhkan dalam tolok ukur
bersumber Konsultan Perencana yaitu 12 (dua belas) tolok ukur; dan dari sumber lain-lain yaitu
satu tolok ukur. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dominasi data yang dibutuhkan
untuk tolok ukur Greenship pada kategori Tepat Guna Lahan adalah dari Konsultan Perencana.
Metode yang digunakan dalam tolok ukur Greenship kategori Sumber dan Siklus
Material adalah metode observasi data yaitu digunakan pada dua tolok ukur; dan metode
matematis yaitu digunakan pada sepuluh tolok ukur.
Sedangkan apabila dilihat dari keseluruhan tolok ukur dan tolok ukur prasyarat
disimpulkan bahwa tolok ukur MRC-1, MRC-2.2, MRC-2.3, MRC-4, MRC-5, dan MRC-6
dapat terpenuhi tanpa tolok ukur prasyarat harus terpenuhi.
GP
Pema-haman
Sumber Data Eksplorasi Data
Metode Perhitungan Peni-laian
J TJ GBCI Pernc dll m tm OD G M S
Ml S
B TB m tm m tm
MRC-P 1 x . 1 1 x 1 1 . . . x 1 . . x 1
MRC-1.1A 1 x . 1 . x 1 . . 1 . x 1 . . x 1
MRC-1.1B 1 x . 1 . x 1 . . 1 . x 1 . . x 1
153
MRC-2.1 1 x . 1 . x 1 . . 1 . x 1 . . x 1
MRC-2.2 1 x . 1 . x 1 . . 1 . x 1 . . x 1
MRC-2.3 1 x . 1 . x 1 . . 1 . x 1 . . x 1
MRC-3 1 x . 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
MRC-4.1 1 x . 1 . x 1 . . 1 . x 1 . . x 1
MRC-4.2 1 x . 1 . x 1 . . 1 . x 1 . . x 1
MRC-5 1 x . 1 . x 1 . . 1 . x 1 . . x 1
MRC-6.1 1 x . 1 . x 1 . . 1 . x 1 . . x 1
MRC-6.2 1 x . 1 . x 1 . . 1 . x 1 . . x 1
Jumlah 12 0 0 12 1 0 12 2 0 10 0 0 12 0 0 0 12
12 -12 0 -12
Tabel. Ringkasan Analisis Tolok Ukur Kategori Sumber dan Siklus Material.
Ket: (J) Jelas; (TJ) Tidak Jelas; (L) Lengkap; (TL) Tidak Lengkap/Tidak ada; (OD) Observasi Data; (G) Grafik; (M)
Matematis; (K) Kalkulasi; (m) Mudah; (tm) Tidak Mudah; (Ml) Manual; (S) Simulasi; (B) Bisa; (TB) Tidak Bisa; (1)
Ya; (x) Tidak.
5.5 KESIMPULAN TOLOK UKUR KATEGORI: KUALITAS UDARA DAN
KENYAMANAN RUANG
Kategori Kualitas udara dan kenyamanan Ruang memiliki sepuluh tolok ukur termasuk
tolok ukur prasyarat maupun tolok ukur pilihan. Berdasarkan hasil analisa, kendala yang dihadapi
tersebesar adalah pada pemahaman tolok ukur Greenship yaitu terdapat lima tolok ukur; ekplorasi
data yaitu terdapat pada sembilan tolok ukur; perhitungan dengan cara manual yaitu terdapat pada
sembilan tolok ukur dan dengan simulasi satu tolok ukur; dan penilaian terdapat pada sepuluh
tolok ukur. Dan berdasarkan hasil analisa terdapat data-data yang dibutuhkan dalam tolok ukur
bersumber dari GBCI yaitu empat tolok ukur; dari Konsultan Perencana yaitu sepuluh tolok ukur;
dan dari sumber lain-lain yaitu satu tolok ukur. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
dominasi data yang dibutuhkan untuk tolok ukur Greenship pada kategori Tepat Guna Lahan
adalah dari Konsultan Perencana.
Metode yang digunakan dalam tolok ukur Greenship kategori Kualitas udara dan
kenyamanan Ruang adalah metode observasi data yaitu digunakan pada enam tolok ukur; metode
matematis yaitu digunakan pada empat tolok ukur; dan metode kalkulasi/simulasi yaitu
digunakan pada satu tolok ukur.
Sedangkan apabila dilihat dari keseluruhan tolok ukur dan tolok ukur prasyarat
disimpulkan bahwa tolok ukur IHC-1, IHC-2, IHC-3, IHC-4, dan IHC-7 dapat terpenuhi tanpa
tolok ukur prasyarat harus terpenuhi.
154
GP
Pema-haman Sumber Data
Eksplorasi Data Metode Perhitungan
Peni-laian
J TJ GBCI Pernc dll m tm OD G M S Ml S
B TB m tm m tm
IHC-P 1 x . 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
IHC-1 x 1 . 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
IHC-2 x 1 1 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
IHC-3.1 1 x 1 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
IHC-3.2 1 x 1 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
IHC-3.3 1 x 1 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
IHC-4 x 1 . 1 . x 1 . . 1 . x 1 . . x 1
IHC-5 x 1 . 1 1 x 1 . . 1 . 1 x x . x 1
IHC-6 x 1 . 1 . 1 x . . 1 1 x 1 x 1 x 1
IHC-7 1 x . 1 . x 1 . . 1 . x 1 . . x 1
Jumlah 5 5 4 10 1 1 9 6 0 4 1 1 9 0 1 0 10
0 -8 -1 -10
Tabel. Ringkasan Analisis Tolok Ukur Kategori Kualitas Udara dan Kenyaman Ruang.
Ket: (J) Jelas; (TJ) Tidak Jelas; (L) Lengkap; (TL) Tidak Lengkap/Tidak ada; (OD) Observasi Data; (G) Grafik; (M)
Matematis; (K) Kalkulasi; (m) Mudah; (tm) Tidak Mudah; (Ml) Manual; (S) Simulasi; (B) Bisa; (TB) Tidak Bisa; (1)
Ya; (x) Tidak.
5.6 KESIMPULAN TOLOK UKUR KATEGORI: MANAJEMEN LINGKUNGAN
BANGUNAN
Kategori Manajemen Lingkungan Bangunan memiliki 12 (dua belas) tolok ukur termasuk
tolok ukur prasyarat maupun tolok ukur pilihan. Berdasarkan hasil analisa, kendala yang dihadapi
tersebesar adalah pada ekplorasi data yaitu terdapat pada 12 (dua belas) tolok ukur; perhitungan
yaitu terdapat pada 12 (dua belas) tolok ukur; dan penilaian terdapat pada 12 (dua belas) tolok
ukur. Dan berdasarkan hasil analisa terdapat data-data yang dibutuhkan dalam tolok ukur
bersumber dari GBCI yaitu dua tolok ukur; dari Konsultan Perencana yaitu 20 (dua puluh) tolok
ukur; dan dari sumber lain-lain yaitu 19 (sembilan belas) tolok ukur. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa dominasi data yang dibutuhkan untuk tolok ukur Greenship pada kategori
Tepat Guna Lahan adalah dari Konsultan Perencana.
Metode yang digunakan dalam tolok ukur Greenship kategori Manajemen Lingkungan
Bangunan adalah metode observasi data yaitu digunakan pada 12 (dua belas) tolok ukur.
Sedangkan apabila dilihat dari keseluruhan tolok ukur dan tolok ukur prasyarat disimpulkan
155
bahwa tolok ukur BEM-1, BEM-2, BEM-5, BEM-6, dan BEM-7 dapat terpenuhi tanpa tolok
ukur prasyarat harus terpenuhi.
GP
Pema-haman
Sumber Data Eksplorasi Data
Metode Perhitungan Peni-laian
J TJ GBCI Pernc dll m tm OD G M S Ml S
B TB m tm m tm
BEM-P 1 x . 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
BEM-1 1 x . 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
BEM-2.1 1 x . 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
BEM-2.2 1 x . 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
BEM-3.1 1 x . 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
BEM-3.2 1 x . 1 . x 1 1 . . . x 1 . . x 1
BEM-4.1 1 x . . 1 x 1 1 . . . x 1 . . x 1
BEM-4.2 1 x . . 1 x 1 1 . . . x 1 . . x 1
BEM-5.1 1 x . 1 1 x 1 1 . . . x 1 . . x 1
BEM-5.2 1 x . . 1 x 1 1 . . . x 1 . . x 1
BEM-6 1 x . . 1 x 1 1 . . . x 1 . . x 1
BEM-7 1 x . . 1 x 1 1 . 1 . x 1 . . x 1
Jumlah 12 0 0 7 6 0 12 12 0 1 0 0 12 0 0 0 12
12 -12 0 -12
Tabel. Ringkasan Analisis Tolok Ukur Kategori Manajemen Lingkungan Bangunan.
Ket: (J) Jelas; (TJ) Tidak Jelas; (L) Lengkap; (TL) Tidak Lengkap/Tidak ada; (OD) Observasi Data; (G) Grafik; (M)
Matematis; (K) Kalkulasi; (m) Mudah; (tm) Tidak Mudah; (Ml) Manual; (S) Simulasi; (B) Bisa; (TB) Tidak Bisa; (1)
Ya; (x) Tidak.
5.7 KESIMPULAN UMUM
1) Tolok ukur prasyarat perlu diperjelas.
Pada setiap kategori tolok ukur perlu lebih dijelaskan kembali, apakah tolok ukur tersebut
berpengaruh untuk penilaian tolok ukur lainnya.
2) Terdapat data yang dinilai berupa dokumentasi penerapan.
Dalam tolok ukur Greenship pada buku Greenship banyak terdapat beberapa tolok ukur
yang menyebutkan ‘dokumen yang dinilai’ berupa foto penerapan tolok ukur tersebut,
sehingga dapat disimpulkan bahwa sertifikat Greenship untuk penialain tingkat kehijauan
bangunan dapat dikeluarkan saat bangunan tersebut sudah berdiri kokoh lengkap dengan
penerapan Greenship pada bangunan.
156
3) Tahapan penerapan tolok ukur.
Tolok ukur Greenship mencangkup dalam proses perencanaan, konstruksi, dan pada
waktu bangunan telah berdiri. Sehingga pada tolok ukur Greenship harus lebih ditegaskan
pembagian tugas/penugasan perencanaan Greenship pada bangunan ditujukan kepada
siapa, apakah keseluruhan penerapan Greenship direncana oleh konsultan perencana,
Greenship profesional, atau terbagi dengan konsultan perencana, Greenship profesional
kontraktor, dan pemilik gedung.
4) Pembatasan waktu yang singkat dalam penerapan dan penilaian.
Melihat dari tolok ukur Greenship dan batas waktu yang diberikan oleh GBCI untuk
sertifikasi maksimal enam bulan, merupakan waktu yang sangat singkat, dikarenakan:
- penerapan Greenship membutuhkan ‘Try and Error’ dan perencanaannya sehingga
ada baiknya apabila dibedakan antara team penialain/penerapan dan team sertifikasi;
- perhitungan tolok ukur Greenship mebutuhkan suatu team dengan melihat faktor
kedetailan yang dibutuhkan dalam perhitungannya;
- terdapat ‘dokumen yang dinilai’ dan yang dapat dihitung saat bangunan tersebut telah
berdiri.
5) Penilaian/Sertifikasi hanya dapat dilakukan oleh GBCI.
Worksheet yang dibutuhkan untuk tolok ukur Greenship dan data-data yang berhubungan
dengan produk-produk yang telah disertifikasi/dirokemendasikan oleh GBCI tidak
didapatkan selama penelitian. Sehingga didapatkan kesimpulan bahwa yang dapat
menilai tingkat kehijauan bangunan (bukan mensertifikasi) hanya penilai dari
GBCIndonesia dan Greenship Profesional.
6) Kelengkapan data-data dari perencana sangat dibutuhkan dalam penilaian tolok
ukur Greenship.
Sehingga kepercayaan sangat dibutuhkan antara penilai dan konsultan perencana. Hal
tersebut dikarenakan data yang dibutuhkan bersifat privasi perusahaan, seperti Rencana
Anggaran Bangunan (RAB).
7) Greenship Profesional (GP) atau Green Building Profesional memiliki cangkupan
kerja yang besar dalam tolok ukur.
Greenship Profesional atau Green Building Profesional (orang yang ahli dalam bidang
bangunan hijau) bertugas untuk mengarahkan langkah-langkah desain suatu
greenbuilding sejak tahap awal. Dalam langkah-langkah untuk mengarahkan desain, GP/
157
Green Building Profesional membutuhkan perhitungan setiap tahapan proses desain,
yaitu dengan menilai setiap perubahan desain yang dilakukan untuk mencapai target
tingkat kehijauan bangunan yang diingkan sebelum pendaftaran sertifikasi. GP memiliki
cangkupan kerja yang besar dalam penerapan Greenship pada bangunan dan tidak mudah
dilakukan dalam waktu singkat, namun nilai poin keterlibatan GP satu poin tidak terlalu
berpengaruh pada penilaian tingkat peringkat Greenship.
8) Terdapat perbedaan antara GP/green building profesional dengan Team sertifikasi
dari GBCI.
GP/green building profesional melakukan berulang-ulang penilaian pada setiap
perubahan desainnya untuk mencapai target tingkat kehijauan bangunan sebelum
sertifikasi, sedangkan team sertifikasi mengevaluasi ulang hasil akhir penialaian yang
dilakukan oleh GP. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil akhir peniliaian GP sebelum
pendaftaran telah mencapai target yang telah ditentukan.
9) Penyebutan suatu merek dalam perencanaan tidak diperbolehkan.
Pada penelitian ditemukan bahwa konsultan perencana tidak diperbolehkan menyebutkan
merek yang suatu produk tertentu untuk menghindari penyalahgunaan, namun pada
penilaian tolok ukur Greenship memerlukan spesifikasi produk secara tepat untuk dapat
melakukan perhitungan.
10) Penerapan material dalam tolok ukur untuk penilaian kurang mendetail.
Pada Greenship kategori Material Resource and Cycle (MRC) terdapat tolok ukur yang
menyebutkan penggunaan material bekas, material yang menggunakan proses daur ulang,
material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya terbarukan, penggunaan
kayu bersertifikat, material modular, material yang lokal asal bahan baku utama dan
pabrikasi berada dalam radius 100 km dari lokasi proyek. Pada tolok ukur tersebut
mendapatkan nilai pada setiap penerapannya. Namun bagaimanakah jika bangunan hanya
menggunakan satu jenis material yang ramah lingkungan, misalnya bambu, sehingga
apakah pada tolok ukur lainnya bangunan tersebut tidak mendapatkan nilai? Dan dapat
diketahui bahwa keseluruhan bangunan tersebut telah menggunakan material ramah
lingkungan. Atau apakah bangunan harus menggunakan semua material tersebut?
11) Tolok ukur yang membahas mengenai pemantauan kadar CO2 perlu diperjelas
untuk penilaiannya.
158
Dikatakan bahwa Ruangan dengan kepadatan tinggi, yaitu < 2.3 m2 per orang dilengkapi
dengan instalasi sensor gas karbon dioksida (CO2). Bangunan yang tidak memiliki
kepadatan tinggi diperbolehkan untuk tidak dilengkapi dengan sensor gas karbon
dioksida (CO2), sehingga bagaimanakah penilaiannya? Apakah bangunan tetap
mendapatkan nilai atau tidak? Apabila tidak mendapatkan nilai berarti disamakan dengan
bangunan yang memang tidak menerapkan tolok ukur ini?
12) Tolok ukur mengenai transportasi vertikal perlu lebih didetailkan untuk
penelaiannya.
Pada tolok ukur transportasi vertikal terdapat dua tolok ukur yang harus terpenuhi untuk
mendapatkan nilai maksimal. Yang dipertanyakan adalah bangaimana jika bangunan
hanya terdiri dari dua lantai dan tidak membutuhkan penggunaan lift, apakah bangunan
tidak mendapatkan nilai?
13) Tolok ukur yang membahas mengenai efisiensi kinerja/Coffecience of Performance
(COP) perlu lebih didetailkan untuk penelaiannya.
Dikatakan bahwa Menggunakan peralatan air conditioning dengan COP minimum 10%
lebih besar dari standar SNI 03-6390‐2000. Sama halnya seperti kesimpulan sebelumnya.
Bagaimanakah jika bangunan tidak membutuhkan penggunaan air conditioning dan dapat
dibuktikan dengan simulasi yang menyatakan bahwa thermal confort pada
ruangan/bangunan tersebut sudah nyaman. Apakah berarti bangunan tersebut tidak
mendapatkan nilai pada tolok ukur tersebut?
Tolok ukur tingkat kehijauan bangunan sangat diperlukan untuk menghadapai masalah
perubahan iklim dunia yang mengakibatkan pemanasan global dan untuk memberikan aturan
yang tepat dalam pembangunan. Namun hal tersebut tidaklah mudah dan membutuhkan waktu
dan proses untuk dapat mentolok ukurkan kehijauan pada suatu bangunan karena :
- Pada setiap bangunan memiliki fungsi, letak, kebutuhan, ukuran, bentuk, ketinggian,
peraturan daerah terdekat, peraturan menteri, dan lain-lain yang saling berkaitan dan
berbeda antara bangunan yang satu dengan lainnya. Dengan melihat dari penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa tolok ukur Greenship masih memerlukan banyak evaluasi
untuk lebih memudahkan dalam penerapan dan penilaiannya.
159
- Pada tolok ulur Greenship memerlukan kirteria-kriteria bangunan yang lebih mendetail
untuk prasayaratan awal penerapan dan penilaian dengan menggunakan tolok ukur
Greenship tersebut.
Pada penelitian ini pembahasan masih terlalu luas dan juga masih terdapat banyak
kekurangan. Peneliti menyarankan untuk para peneliti selanjutnya dapat dilakukan penelitian
yang lebih difokuskan kepada salah satu kategori dari ke enam kategori Greenship sehingga
penelitian tersebut dapat menghasilkan jalan keluar dari setiap permasalahan yang dihadapi
sesusai dengan kendala-kendala yang didapatkan pada penelitian ini yaitu dalam menerapkan
tolok ukur, proses mendapatkan data, metode perhitungan, perhitungan kehijauan bangunan, dan
hingga menilai tingkat kehijauan pada bangunan.
160
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Emil Salim, 2010. RATUSAN BANGSA MERUSAK SATU BUMI. Penerbit: Kompas, Jakarta.
Tim Rating GBCI, 2010 Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREEENSHIP
Versi 1.0. Jakarta
A. Soni Keraf, 2010. ETIKA LINGKUNGAN HIDUP. Penerbit: PT Kompas Media Nusantara,
Jakarta.
Tri Harso Karyono, 2010. GREEN ARCHITECTURE - PENGANTAR PEMAHAMAN
ARSITEKTUR HIJAU DI INDONESIA. Penerbit: Rajawali Pers, Jakarta.
Heinz Frick. ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN. Penerbit: Kanisius Yogyakarta, 1996
Heinz Frick, Tri Hesti Mulyani. ARSITEKTUR EKOLOGIS. Penerbit: Kanisius Yogyakarta, 2006
Heinz Frick, Bambang Suskiyatno. DASAR-DASAR ARSITEKTUR EKOLOGIS. Penerbit:
Kanisius Yogyakarta, 2007
GBCIndonesia. Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau Greenship Versi 1.0.
Internet:
Green Building Council Indonesia (GBCI) http://www.gbcindonesia.org/
Sustainable Architecture: How Green is the “Green Development” in Indonesia.
http://greenimpactindo.wordpress.com/2010/05/06/sustainable-architecture-how-green-is-the-%E2%80%9Cgreen-
development%E2%80%9D-in-indonesia/
Sustainable Architecture : Berapa Hijaukah Rumahku.
http://greenimpactindo.wordpress.com/2010/04/19/%E2%80%9Csustainable-architecture%E2%80%9D-berapa-hijaukah-rumahku/
Towards Indonesia Sustainable Future through Sustainable Building and Construction. By
Naning S Adiningsih Adiwoso, Prasetyoadi, Savitra Perdana.
http://www.mgbc.org.my/Resources/Day%202/GBC%20Indonesia%20Presentations/Country%20Paper%20-
%20GBC%20Indonesia%20Presentation%20Paper.pdf
Sustainable Architectural Design in Indonesia: Responding the Current
Environmental Challenges.
http://greenimpactindo.wordpress.com/2011/08/18/sustainable-architectural-design-in-indonesia-responding-the-current-
environmental-challenges/
Cloro Floro Carbon. http://abr26-k1m14.blogspot.com/2011/04/bahaya-penggunaan-cfc.html.
Halon. http://www.sonick-fire.com/2011/05/pegertian-gas-hallon.html.
161
LAMPIRAN 1
TOLOK UKUR GREENSHIP NB Versi 1.1
Appropriate Site Development (Tepat Guna Lahan) 17 %
ASD P Basic Green Area (Area Dasar Hijau) P P
1. Adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari struktur bangunan dan struktur
sederhana bangunan taman (hardscape) di atas permukaan tanah atau di bawah tanah.
o Untuk konstruksi baru, luas areanya adalah minimal 10% dari luas total lahan.
P
ASD 1 Site Selection (Pemilihan Tapak)
1A. Membangun di dalam kawasan perkotaan dilengkapi minimal 8 (delapan) dari 11 prasarana
sarana kota.
1 2
atau
1B. Membangun dalam kawasan perkotaanyang berkepadatan <300 orang/ha sehingga tingkat
kepadatan hunian >300 orang/Ha.
2. Pembangunan berlokasi dan melakukan revitalisasi di atas lahan yang bernilai negatif dan tak
terpakai karena bekas pembangunan atau dampak negatif pembangunan, seperti tempat pembuangan
Akhir (TPA), badan air yang tercemar, dan daerah padat yang prasarana dan sarana di bawah standar
minimum tolok ukur 1.
1
ASD 2 Community Accessibility (Aksesbilitas Komunitas) 2
1. Terdapat minimal 7 jenis fasilitas umum dalam jarak pencapaian jalan utama sejauh 1500 m dari
tapak
1
2. Membuka akses pejalan kaki selain ke jalan utama di luar tapak yang menghubungkan‐nya dengan
jalan sekunder dan/atau lahan milik orang lain sehingga tersedia akses ke minimal 3 fasilitas umum
sejauh 300 m jarak pencapaian pejalan kaki
1
3. Menyediakan fasilitas/akses yang aman, nyaman, dan bebas dari
perpotongan dengan akses kendaraan bermotor untuk menghubungkan secara langsung bangunan
dengan bangunan lain, di mana terdapat minimal 3 fasilitas umum dan/atau dengan stasiun
transportasi masal
2
4. Membuka lantai dasar gedung sehingga dapat menjadi akses pejalan kaki yang aman dan nyaman
selama minimum 10 jam sehari
2
ASD 3 Public Transportation (Transportasi Massal)
1A. Adanya halte atau stasiun transportasi umum dalam jangkauan 300 m (walking distance ) dari
gerbang lokasi bangunan dengan tidak memperhitungkan panjang jembatan penyeberangan dan
ramp.
1 2
atau
1B. Menyediakan shuttle bus untuk pengguna tetap gedung dengan jumlah unit minimum untuk 10%
pengguna tetap gedung
2. Menyediakan fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung untuk menuju ke stasiun transportasi
umum terdekat yang aman dan nyaman sesuai dengan Peraturan Menteri PU 30/PRT/M/2006
mengenai Pedoman Teknis Fasilitas
dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Lampiran 2B.
1
162
ASD 4 Bicycle (Fasilitas Pengguna Sepeda)
1. Adanya tempat parkir sepeda yang aman sebanyak 1 unit parkir per 20 pengguna gedung hingga
maksimal 100 unit parkir sepeda.
1 2
2. Apabila tolok ukur 1 di atas terpenuhi, perlu tersedianya shower sebanyak 1 unit untuk setiap 10
parkir sepeda.
1
ASD 5 Site Landscaping (Lanskap pada Lahan)
1. Adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari bangunan taman (hardscape)
yang terletak di atas permukaan tanah seluas minimal 40% luas total lahan. Luas area yang
diperhitungkan adalah termasuk yang tersebut di Prasyarat 1, taman di atas basement, roof garden,
terrace garden, dan wall garden, sesuai dengan Permen PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai Ruang
Terbuka Hijau (RTH) Pasal 2.3.1 tentang Kriteria Vegetasi untuk Pekarangan.
2. Bila tolok ukur 1 dipenuhi, setiap penambahan 5% area lansekap dari luas total lahan mendapat 1
poin.
3. Penggunaan tanaman lokal (indigenous ) dan budidaya lokal dalam skala provinsi seluas 60% luas
tajuk terhadap luas lahan hijau.
ASD 6 Micro Climate (Iklim Mikro)
1. Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada area atap gedung
sehingga nilai albedo (daya refleksi panas matahari) minimum 0,3 sesuai dengan perhitungan
1 3
2. Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada area non‐atap sehingga
nilai albedo (daya refleksi panas matahari) minimum 0,3 sesuai dengan perhitungan
1
3A. Desain menunjukkan adanya pelindung pada sirkulasi utama pejalan kaki di daerah luar ruangan
area luar ruang gedung menurut Peraturan Menteri PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka
Hijau (RTH) Pasal 2.2.3.c mengenai Sabuk Hijau
1
atau
3B. Desain lansekap menunjukkan adanya fitur yang mencegah terpaan angin kencang kepada
pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung
ASD 7 Storm Water Management (Managemen Air Limpasan)
1A. Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan
hingga 50 % total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG
1 3
atau
1B. Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan
hingga 85 % total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG.
2
2. Menunjukkan adanya upaya penanganan pengurangan beban banjir lingkungan dari luar lokasi
bangunan
1
3. Menggunakan teknologi‐teknologi yang dapat mengurangi debit limpasan air hujan 1
SUB TOTAL 17
Energy Efficiency and Conservation (Efisiensi dan Konservasi Energi) 26%
EEC P1 Electrical Sub Metering (Pemasangan Sub-Metering)
Memasang kWh meter untuk mengukur konsumsi listrik pada setiap
kelompok beban dan sistem peralatan, yang meliputi:
o Sistem tata udara
o Sistem tata cahaya dan kotak kontak
P P
163
o Sistem beban lainnya
EEC P2 OTTV Calculation (Perhitungan OTTV)
Perhitungan OTTV berdasarkan SNI 03‐6389‐2000 tentang Konservasi Energi
Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung
P P
EEC 1 Energy Efficiency Measure (Tindakan Efisiensi Energi)
Opsi 1 EEC 1‐‐‐‐1. Energy modelling software
Energy modelling software digunakan untuk menghitung konsumsi energi di gedung baseline dan
gedung designed . Selisih konsumsi energi dari gedung baseline dan designed merupakan
penghematan. Untuk setiap penghematan sebesar 2,5%, yang dimulai dari penurunan energi sebesar
10% dari gedung baseline, mendapat nilai 1 poin dengan maksimum 20 poin (wajib untuk level
platinum).
1 s.d.
20
20
Opsi 2 EEC 1‐‐‐‐2. Worksheet standar GBCI (Tindakan Efisiensi Energi)
Dengan menggunakan perhitungan worksheet, setiap penghematan 2% dari selisih antara gedung
designed dan baseline mendapat nilai 1 poin. Penghematan mulai dihitung dari penurunan energi
sebesar 10% dari gedung baseline. Worksheet dimaksud disediakan oleh GBCI.
1 s.d.
15
15
Opsi 3 EEC 1‐‐‐‐3. Fixed Components of Energy Efficiency (Penghematan per komponen yang sudah
ditentukan)
Caranya adalah dengan memperhitungkan secara terpisah overall thermal transfer value (OTTV) dari
selubung bangunan dan mempertimbangkanpencahayaan buatan, transportasi vertikal, dan coefficient
of performance(COP).
EEC 1‐‐‐‐3‐‐‐‐1 BUILDING ENVELOPE (Selubunga Bangunan)
Tiap penurunan 3 W/m2 dari nilai OTTV 45 W/m2 (SNI 03‐6389‐2000) mendapatkan nilai 1 poin
(sampai maksimal 5 poin).
5 5
EEC 1‐‐‐‐3‐‐‐‐2 NON‐‐‐‐NATURAL LIGHTING (Pencahayaan Buatan)
Menggunakan lampu dengan daya pencahayaan sebesar 30%, yang lebih hemat daripada daya
pencahayaan yang tercantum dalam SNI 03 6197‐2000
1 2
Menggunakan 100% ballast frekuensi tinggi (elektronik) untuk ruang kerja 1
Zonasi pencahayaan untuk seluruh ruang kerja yang dikaitkan dengan sensor gerak (motion sensor) 1
Penempatan tombol lampu dalam jarak pencapaian tangan pada saat buka pintu 1
EEC 1-3-3 VERTICAL TRANSPORTATION (Transportasi Vertikal)
Lift menggunakan traffic management system yang sudah lulus traffic analysis atau menggunakan
regenerative drive syste.
1 1
atau
Menggunakan fitur hemat energi pada lift, menggunakan sensor gerak, atau sleep mode pada
eskalator.
EEC 1-3‐‐‐‐4 COP /Coffecience of Performance (Efisiensi Kinerja)
Menggunakan peralatan air conditioning dengan COP minimum 10% lebih besar dari standar SNI
03‐6390‐2000
1 1
EEC 2 Natural Lighting (Pencahayaan Buatan)
1. Penggunaaan cahaya alami secara optimal sehingga minimal 30% luas lantai yang digunakan
untuk bekerja mendapatkan intensitas cahaya alami minimal sebesar 300 lux. Perhitungan dapat
dilakukan dengan cara manual atau dengan software. Khusus untuk pusat perbelanjaan, minimal 20%
luas lantai nonservice mendapatkan intensitas cahaya alami minimal sebesar 300 lux Khusus untuk
2 4
164
pusat perbelanjaan, minimal 20% luas lantai nonservice mendapatkan intensitas cahaya alami
minimal sebesar 300 lux
2. Jika butir satu dipenuhi lalu ditambah dengan adanya lux sensor untuk otomatisasi pencahayaan
buatan apabila intensitas cahaya alami kurang dari 300 lux, didapatkan tambahan nilai 2 poin
2
EEC 3 Ventilation (Ventilasi)
Tidak mengkondisikan (tidak memberi AC) ruang WC, tangga, koridor, dan lobi lift, serta
melengkapi ruangan tersebut dengan ventilasi alami ataupun mekanik.
1 1
EEC 4 Climate Change Impact (Pengaruh Perubahan Iklim)
Menyerahkan perhitungan pengurangan emisi CO2 yang didapatkan dari selisih kebutuhan energi
antara design building dan base building dengan menggunakan grid emission factor (konversi antara
CO2 dan energi listrik) yang telah ditetapkan dalam Keputusan DNA pada
B/277/Dep.III/LH/01/2009
1 1
EEC 5 On Site Renewable Energy
Menggunakan sumber energi baru dan terbarukan. Setiap 0,5% daya listrik yang dibutuhkan gedung
yang dapat dipenuhi oleh sumber energi terbarukan mendapatkan 1 poin (sampai maksimal 5 poin).
1
s.d.5
5
SUB TOTAL 26
Water Conservation (Konservasi Air) 21&
WACP1 Water Metering (Pengukuran Penggunaan Air Bersih)
Pemasangan alat meteran air (volume meter) yang ditempatkan di lokasilokasi tertentu pada sistem
distribusi air, sebagai berikut:
o Satu volume meter di setiap sistem keluaran sumber air bersih seperti sumber PDAM atau air tanah
o Satu volume meter untuk memonitor keluaran sistem air daur ulang
o Satu volume meter dipasang untuk mengukur tambahan keluaran air bersih apabila dari sistem daur
ulang tidak mencukupi
P P
WACP2 Water Calculation
Mengisi worksheet air standar GBCI yang telah disediakan P P
WAC 1 Water Use Reduction (Pengurangan Pemakaian Air)
1. Konsumsi air bersih dengan jumlah tertinggi 80% dari sumber primer tanpa mengurangi jumlah
kebutuhan per orang sesuai dengan SNI 03-7065-2005 seperti pada tabel terlampir.
1 8
2. Setiap penurunan konsumsi air bersih dari sumber primer sebesar 5% sesuai dengan acuan pada
poin 1 akan mendapatkan nilai 1 dengan dengan nilai maksimum sebesar 7 poin
1
s.d.7
WAC 2 Water Fixtures (Pemilihan Alat Pengatur Keluaran Air)
1A. Penggunaan water fixture yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah standar maksimum
kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran, sejumlah minimal 25% dari total pengadaan
produk water fixture .
1 3
atau
1B. Penggunaan water fixture yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah standar maksimum
kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran, sejumlah minimal 50% dari total pengadaan
produk water fixture .
2
Atau
1C. Penggunaan water fixture yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah standar maksimum
kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran, sejumlah minimal 75% dari total pengadaan
3
165
produk water fixture.
WAC 3 Water Recycling (Daur Ulang Air)
Instalasi daur ulang air dengan kapasitas yang cukup untuk kebutuhan seluruh sistem flushing,
irigasi, dan make up water cooling tower (jika ada)
3 3
WAC 4 Alternative Water Resource (Sumber Air Alternatif)
1A. Menggunakan salah satu dari tiga alternatif sebagai berikut: air kondensasi AC, air bekas wudu,
atau air hujan.
1 2
atau
1B. Menggunakan lebih dari satu sumber air dari ketiga alternatif di atas. 2
Atau
1C. Menggunakan teknologi yang memanfaatkan air laut atau air danau atau air sungai untuk
keperluan air bersih sebagai sanitasi, irigasi dan kebutuhan lainnya
2
WAC 5 Rainwater Harvesting (Pengumpulan Air Hujan)
1A. Instalasi tangki penyimpanan air hujan kapasitas 50% dari jumlah air hujan yang jatuh di atas
atap bangunan sesuai dengan kondisi intensitas curah hujan tahunan setempat menurut BMKG
1 3
Atau
1B. Instalasi tangki penyimpanan air hujan berkapasitas 75% dari perhitungan di atas 2
Atau
1C. Instalasi tangki penyimpanan air hujan berkapasitas 100% dari perhitungan di atas 3
WAC 6 Water Efficiency Landscaping (Lanskap Hemat Air)
1. Seluruh air yang digunakan untuk irigasi gedung tidak berasal dari sumber air tanah dan/atau
PDAM.
1 2
2. Menerapkan teknologi yang inovatif untuk irigasi yang dapat mengontrol kebutuhan air untuk
lansekap yang tepat, sesuai dengan kebutuhan tanaman.
1
SUB TOTAL 21
Material Resource and Cycle (Sumber dan Siklus Material) 14%
MRC P Fundamental Refrigerant (Aplikasi Refigerant Fundamental )
Tidak menggunakan chloro fluoro carbo n (CFC) sebagai refrigeran dan halon sebagai bahan
pemadam kebakaran
P P
MRC 1 Building and Material Reuse (Penggunaan Kembali Gedung dan Material Bekas)
1A. Menggunakan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain,
berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding, setara minimal 10%
dari total biaya material.
1 2
atau
1B. Menggunakan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain,
berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai,
partisi, kusen, dan dinding, setara minimal 20% dari total biaya material.
2
MRC 2 Environmentally Processed Product Product (Produk Proses Pembuatan Ramah
Lingkungan)
1. Menggunakan material yang memiliki sertifikat sistem manajemen lingkungan pada proses
produksinya minimal bernilai 30% dari total biaya material. Sertifikat dinilai sah bila masih berlaku
dalam rentang waktu proses pembelian dalam konstruksi berjalan.
1 3
166
2. Menggunakan material yang merupakan hasil proses daur ulang minimal bernilai 5% dari total
biaya material.
1
3. Menggunakan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya (SD) terbarukan
dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) minimal bernilai 2% dari total biaya material.
1
MRC 3 Non ODS Usage (Penggunaan material yang tidak menggunakan ODS)
Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem gedung 2 2
MRC 4 Certified Wood (Kayu Bersertifikat)
1. Menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan Peraturan Pemerintah
tentang asal kayu (seperti faktur angkutan kayu olahan/FAKO, sertifikat perusahaan, dan lain‐lain)
dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal sebesar 100% biaya total material kayu
1 2
2. Jika 30% dari butir di atas menggunakan kayu bersertifikasi dari pihak Lembaga Ekolabel
Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC)
1
MRC 5 Prefab Material
Desain yang menggunakan material modular atau prafabrikasi (tidak termasuk equipment ) sebesar
30% dari total biaya material
3 3
MRC 6 Regional Material (Material yang Tersedia dari Tempat yang Berdekatan)
1. Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan pabrikasinya berada di dalam
radius 1.000 km dari lokasi proyek minimal bernilai 50% dari total biaya material.
1 2
2. Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan pabrikasinya berada dalam wilayah
Republik Indonesia bernilai minimal 80% dari total biaya material.
1
Indoor Health and Comfort (Kualitas Udara dan Kenyamanan Ruang) 10%
IHC P Outdoor Air Introduction (Introduksi Udara Luar Ruang)
Desain ruangan yang menunjukkan adanya potensi introduksi udara luar minimal sesuai dengan
Standar ASHRAE 62.1‐2007 atau Standar ASHRAE edisi terbaru.
P P
IHC 1 CO2 Monitoring (Pemantauan Kadar CO2)
Ruangan dengan kepadatan tinggi, yaitu < 2.3m2 per orang dilengkapi dengan instalasi sensor gas
karbon dioksida (CO2) yang memiliki mekanisme untuk mengatur jumlah ventilasi udara luar
sehingga konsentrasi C02 di dalam ruangan tidak lebih dari 1.000 ppm, sensor diletakkan 1,5 m di
atas lantai dekat return air gril atau return air duct.
1 1
IHC 2 Environmental Tobacco Smoke Control (Pengendalian Lingkungan Atas Asap Rokok)
Memasang tanda “Dilarang Merokok di Seluruh Area Gedung” dan tidak menyediakan
bangunan/area khusus untuk merokok di dalam gedung. Apabila tersedia, bangunan/area merokok di
luar gedung, minimal berada pada jarak 5 m dari pintu masuk, outdoor air intake , dan bukaan
jendela.
2 2
IHC 3 Chemical Pollutants (Polutan Kimia)
1. Menggunakan cat dan coating yang mengandung kadar volatile organic compounds (VOCs)
rendah, yang ditandai dengan label/sertifikasi yang diakui GBC Indonesia
1
2. Menggunakan produk kayu komposit dan produk agrifiber dan laminating adhesive, dengan syarat
memiliki kadar emisi formaldehida rendah, yang ditandai dengan label/sertifikasi yang diakui GBC
Indonesia
1
3. Menggunakan material lampu yang kandungan merkurinya pada toleransi maksimum yang
disetujui GBC Indonesia dan tidak menggunakan material yang mengandung asbestos dan styrene.
1
167
IHC 4 Outside View (Pemandangan Keluar Ruang)
Apabila 75% dari net lettable area (NLA) menghadap langsung ke
pemandangan luar yang dibatasi bukaan transparan bila ditarik suatu garis lurus
1 1
IHC 5 Visual Comfort (Kenyamanan Visual)
Menggunakan lampu dengan iluminansi (tingkat pencahayaan) ruangan sesuai dengan SNI
03‐6197‐2000 Tabel 1
1 1
IHC 6 Thermal Comfort (Kenyamana Termal Ruangan)
Menetapkan perencanaan kondisi termal ruangan secara umum pada suhu 250C dan kelembaban
relatif 60%
1 1
IHC 7 Acoustic Level (Tingkat Kebisingan Di dalam Ruang)
Tingkat kebisingan pada 90% dari nett lettable area (NLA) tidak lebih dari atau sesuai dengan SNI
03‐6386‐2000, seperti terlihat pada Tabel 1
1 1
SUB TOTAL 10
Building Environmental Management (Manajemen Lingkungan Bangunan) 13%
BEM P Basic Waste Management (Fasilitas Dasar Pengelolaan Sampah)
Adanya instalasi atau fasilitas untuk memilah dan mengumpulkan sampah sejenis sampah rumah
tangga (UU No. 18 Tahun 2008) berdasarkan jenis organik dan anorganik
P P
BEM 1 GP as a Member of The Project (Melibatkan GP sejak tahap perancangan)
Melibatkan seorang tenaga ahli yang sudah tersertifikasi GREENSHIP Professional (GP), yang
bertugas untuk mengarahkan berjalannya proyek sejak tahap perencanaan desain dan sebelum
pendaftaran sertifikasi
1 1
BEM 2 Pollution of Construction Activity (Polusi dari Aktifitas Konstruksi)
Memiliki rencana manajemen sampah konstruksi yang terdiri atas:
1. Limbah padat, dengan menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan sistem pencatatan.
Pencatatan dibedakan berdasarkan limbah padat yang dibuang ke TPA, digunakan kembali, dan
didaur ulang oleh pihak ketiga.
1 2
2. Limbah cair, dengan menjaga kualitas seluruh buangan air yang timbul dari aktivitas konstruksi
agar tidak mencemari drainase kota
1
BEM 3 Advance Waste Management (Pengelolaan Sampah Tingkat Lanjut)
1. Adanya instalasi pengolahan limbah organik di dalam tapak bangunan atau memberikan
pernyataan dan rencana kerja sama untuk pengelolaan limbah organik dengan pihak ketiga di luar
sistem jaringan persampahan kota.
2. Memberikan pernyataan dan rencana kerja sama untuk pengelolaan limbah anorganik dengan
pihak ketiga di luar sistem jaringan persampahan kota.
BEM 4 Proper Commissioning (Komisioning Sistem yang Baik dan Benar)
1. Melakukan prosedur testing‐ commissioning sesuai dengan petunjuk GBC Indonesia, termasuk
pelatihan terkait untuk optimalisasi kesesuaian fungsi dan kinerja peralatan/sistem dengan
perencanaan dan acuannya.
2 3
2. Memastikan seluruh measuring adjusting instrument telah terpasang pada saat konstruksi dan
memperhatikan kesesuaian antara desain dan spesifikasi teknis terkait komponen propper
commissioning.
1
BEM 5 Submission Implementation Green Building Data for Database (Penyerahan Data
168
Implementasi Green Building sebagai Data Dasar)
1. Menyerahkan data implementasi green building sesuai dengan form dari GBC Indonesia. 1 2
2. Memberi pernyataan bahwa pemilik gedung akan menyerahkan data implementasi green building
dari bangunannya dalam waktu 12 bulan setelah tanggal sertifikasi kepada GBC Indonesia dan suatu
pusat data energi Indonesia yang akan ditentukan kemudian
Catatan: GBC-Indonesia akan menjaga kerahasiaan sumber data dan tidak akan menyebarluaskan
kepada pihak lain.
1
BEM 6 Fit Out Guide (Kesepakatan dalam Melakukan Aktifitas)
Memiliki surat perjanjian dengan penyewa gedung (tenant ) untuk gedung yang disewakan atau SPO
untuk gedung yang digunakan sendiri, yang terdiri atas:
o Penggunaan kayu yang bersertifikat untuk material fit-out
o Pelaksanaan pelatihan yang akan dilakukan oleh manajemen gedung
o Pelaksanaan manajemen indoor air quality (IAQ) setelah konstruksi fit-out. Implementasi dalam
bentuk Perjanjian Sewa (lease agreement) atau SPO dan merupakan syarat dalam melakukan re-
sertifikasi gedung.
1 1
BEM 7 Occupant Survey
Memberi pernyataan bahwa pemilik gedung akan mengadakan survei suhu dan kelembaban
paling lambat 12 bulan setelah tanggal sertifikasi dan menyerahkan laporan hasil survei paling
lambat 15 bulan setelah tanggal sertifikasi kepada GBC Indonesia.
Apabila hasilnya minimal 20% responden menyatakan ketidaknyamanannya, maka pemilik
gedung setuju untuk melakukan perbaikan selambat-lambatnya 6 bulan setelah pelaporan hasil
survei.
Penyerahan data ini merupakan prasyarat untuk mendaftarkan diri dalam rating kategori
existing building .
2 2
SUB TOTAL 13
46 Total Nilai Keseluruhan Maksimum 101
169
LAMPIRAN 2
Tabel.1 Daftar Fasilitas Umum untuk Rating ASD 2
Sumber: buku Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREEENSHIP Versi 1.0
Tabel 2. Kebutuhan Air untuk Rating WAC 1
Sumber: buku Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREEENSHIP Versi 1.0
170
Tabel.3 Koefisien Limpasan (Runoff) Air Ujan untuk Rating ASD 7
Sumber: buku Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREEENSHIP Versi 1.0
Tabel.4 Kemampuan Fixtures untuk Rating WAC 2
Sumber: buku Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREEENSHIP Versi 1.0
171
Tabel.5 Standar Batas VOC pada Aplikasi Material Bangunan untuk Rating IHC 3
Sumber: buku Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREEENSHIP Versi 1.0