BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES...

30
BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES BATUGAMPING 5.1 Pendahuluan Rekahan dapat menjadi faktor utama dalam penyebaran porositas dalam batugamping. Rekahan di batugamping dapat ditemui dalam jenjang skala yang panjang, dari milimeter sampai puluhan meter. Menurut Nelson (1985), sistem rekahan khususnya spasi dari rekahan dipengaruhi oleh : i) Komposisi batuan ii) Ukuran butir batuan iii) Porositas batuan iv) Ketebalan Lapisan v) Posisi struktur Koestler et al. (1995) menyatakan bahwa tujuan utama mempelajari distribusi frekuensi dari properti rekahan adalah untuk mengetahui perilaku (karakter) dari pola sistem rekahan pada semua skala pengamatan. Menurut Turcotte (1992) dan Korvin (1992) op.cit. Koestler et al. (1995), penskalaan (scaling) dari spasi rekahan mengikuti geometri fraktal, dan menurut Koestler et al. (1995) panjang rekahan dapat diasumsikan memiliki perilaku yang sama. Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini dilakukan untuk meneliti pengaruh tiga dari lima faktor di atas, yaitu: komposisi batuan, ukuran butir batuan, dan posisi struktur terhadap sistem rekahan yang berkembang pada batugamping. 5.2 Teori dasar Rekahan atau fracture adalah permukaan yang memotong batuan atau mineral, yang menyebabkan batuan atau mineral kehilangan kohesi pada bidang tersebut (Twiss dan Moores, 1992). Nelson (1985) menyatakan bahwa rekahan merupakan bidang diskontinuitas yang terbentuk secara alamiah akibat deformasi atau diagenesa. Oleh karena itu dalam penelitian ini, rekahan didefinisikan sebagai permukaan diskontinuitas 101

Transcript of BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES...

Page 1: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

BAB V

KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES BATUGAMPING

5.1 Pendahuluan Rekahan dapat menjadi faktor utama dalam penyebaran porositas dalam batugamping.

Rekahan di batugamping dapat ditemui dalam jenjang skala yang panjang, dari milimeter

sampai puluhan meter. Menurut Nelson (1985), sistem rekahan khususnya spasi dari

rekahan dipengaruhi oleh :

i) Komposisi batuan

ii) Ukuran butir batuan

iii) Porositas batuan

iv) Ketebalan Lapisan

v) Posisi struktur

Koestler et al. (1995) menyatakan bahwa tujuan utama mempelajari distribusi frekuensi

dari properti rekahan adalah untuk mengetahui perilaku (karakter) dari pola sistem

rekahan pada semua skala pengamatan. Menurut Turcotte (1992) dan Korvin (1992)

op.cit. Koestler et al. (1995), penskalaan (scaling) dari spasi rekahan mengikuti geometri

fraktal, dan menurut Koestler et al. (1995) panjang rekahan dapat diasumsikan memiliki

perilaku yang sama. Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini dilakukan untuk

meneliti pengaruh tiga dari lima faktor di atas, yaitu: komposisi batuan, ukuran butir

batuan, dan posisi struktur terhadap sistem rekahan yang berkembang pada batugamping.

5.2 Teori dasar Rekahan atau fracture adalah permukaan yang memotong batuan atau mineral, yang

menyebabkan batuan atau mineral kehilangan kohesi pada bidang tersebut (Twiss dan

Moores, 1992). Nelson (1985) menyatakan bahwa rekahan merupakan bidang

diskontinuitas yang terbentuk secara alamiah akibat deformasi atau diagenesa. Oleh

karena itu dalam penelitian ini, rekahan didefinisikan sebagai permukaan diskontinuitas

101

Page 2: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

yang memotong batuan atau mineral, yang menyebabkan hilangnya kohesi, terbentuk

secara alamiah akibat deformasi atau diagenesa.

Menurut Dennis (1987) op.cit. Koestler et al. (1995) terdapat tiga mode rekahan (Gambar

5.1), yaitu :

• Mode I adalah rekahan ekstensional (extensional fracture), pergerakannya relatif

tegak lurus terhadap bidang rekahan.

• Mode II adalah rekahan gerus (shear fracture), pergerakannya relatif sejajar

bidang rekahan dan tegak lurus ujung rekahan.

• Mode III adalah rekahan gerus (shear fracture), dengan pergerakan relatif sejajar

dengan ujung rekahan.

Gambar 5.2.1 Tiga jenis mode rekahan, Mode I adalah rekahan terbuka, Mode II dan Mode III adalah rekahan gerus (Dennis, 1987 op.cit. Koestler et al., 1995)

Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan lain yaitu stylolite.

Menurut Park dan Schot (1968) op.cit. Nelson (1985), stylolite adalah penampakan

umum pada batugamping, batudolomit, dan batupasir yang terbentuk akibat diagenesa.

Permukaan stylolite dicirikan dengan keberadaan material yang relatif tidak mudah larut

(insoluble residue) dari suatu batuan. Stylolite pada umumnya dianggap terbentuk sebagai

akibat dari pressure dissolution yang terjadi karena adanya perbedaan tingkat kelarutan

dari material penyusun batuan akibat dari differential stress yang bekerja. Material akan

melarut pada bagian permukaan yang terkena tekanan tinggi dan akan mengendap pada

tempat dengan tekanan lebih rendah atau terbuang dari sistem.

102

Page 3: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

Gambar 5.2.2 Stylolite, orientasi dan hubungannya dengan tegasan utama (Nelson, 1985)

Power law adalah hubungan polinomial yang menunjukan sifat dari skala invarians,

persamaannya adalah: )()( kk xoaxxf +=

dimana a dan k adalah konstanta dan o(xk) adalah nilai fungsi asimtot kecil dari x

Clauset, et al. (2007).

y

x

Gambar 5.2.3. Grafik Linier sebagai contoh persebaran data yang mengikuti distribusi

ower Law. Clauset, et al. (2007). P

Studi lain menyatakan bahwa ketebalan rekahan ekstensional terisi mineral juga

mengikuti distribusi Power Law. Distribusi Power Law dihasilkan dari proses yang tidak

linear dan memiliki geometri fraktal (Sapiie et al., 2007). Sanderson et al. (1994) op.cit

Sapiie et al. (2007) menyatakan bahwa set data fraktal, dalam hal ini rekahan, dengan

distribusi Power Law akan mengikuti persamaan: ckTTN −=)(

103

Page 4: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

dimana : T: aperture rekahan

N: Jumlah kumulatif rekahan ekstensional yang memiliki apertur >T

k: Konstanta

c: Dimensi fraktal.

Sapiie et al. (2007) telah meneliti karakter dari rekahan pada batugamping, yaitu;

hubungan antara spasi rekahan dan panjang rekahan dengan jumlah kumulatifnya

mengikuti pola distribusi Power Law pada litologi batugamping, rekahan pada litologi

batugamping yang sama akan memiliki perbedaan nilai densitas rekahan yang berbeda

apabila berdekatan sesar, dan jenis fasies pada batugamping mempengaruhi distribusi

rekahan.

5.3 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data didesain agar tujuan penelitian untuk mendapatkan

hubungan empiris dan fungsional intensitas rekahan tersebut dapat tercapai. Terdapat

beberapa istilah dalam metode pengambilan data yang digunakan (Gambar 5.3.1).

Gambar 5.3.1. Peristilahan dalam teknik pengambilan data. Garis B-B’ adalah garis lintasan, A adalah besar bukaan rekahan, L adalah panjang rekahan, dan S adalah spasi antar rekahan (Sapiie,1999).

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Pengukuran koordinat geografis lokasi-lokasi pengamatan dengan

menggunakan global positioning system.

104

Page 5: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

2. Pengukuran atribut lapisan batuan : (i) Fasies, (ii) jurus dan kemiringan,

3. Penentuan lintasan pengamatan, yaitu jalur lintasan yang digunakan untuk

mengamati rekahan. Jalur pengamatan ini merupakan pita ukur yang

ditempelkan di atas permukaan singkapan

4. Pada setiap lintasan pengamatan dilakukan penentuan keberadaan rekahan

yang tidak alamiah, yang mungkin terbentuk akibat proses penambangan.

Rekahan yang tidak alamiah ini tidak dimasukkan ke dalam pencatatan data.

5. Pada setiap lintasan pengamatan dilakukan pengamatan jenis rekahan (vuggy,

rekahan gerus, rekahan ekstensional, stylolite) kemudian dilakukan

pengukuran atribut rekahan yaitu : (i) kedudukan, (ii) panjang, (iii) besar

bukaan (apertur), dan (iv) morfologi rekahan.

5.4 Data 5.4.1 Lokasi Pengambilan Data

Pengukuran dilakukan di empat Lokasi di Gunung Guha dan satu lokasi di Gunung

Balukbuk. Keterangannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini Kode Lokasi

Koordinat titik awal pengukuran

arah pengukuran

panjang pengukuran

Fasies jumlah rekahan

Guha-1 S6 51'07.8"; E10723'46.8"

N 335˚ E 640 cm Platycoral Bindstone 122

Guha-2 S6 51 '12.0" E107" 23 '43.1"

N 170"E 2300 cm Branchingcoral Bafflestone 436

Guha-3 S6 51 '14.3" E107 23 '40.2"

N 155˚ E 2560 cm Platycoral Bindstone-Grainstone

542 Guha-4 S6 51 '16.7" E107

23 '47.8" N 145˚ E 2160 cm Coral Framestone

435 BLB-1 S 06 50 58.7 E 107

24 27.6 N 32˚ E 800 cm Grainstone

310

Tabel 5.4.1 Keterangan lokasi, data, jumlah rekahan, dan fasies.

Posisi dari pengukuran juga dapat dilihat pada Peta Lintasan Fasies (Lampiran 5).

Data rekahan yang diukur di lapangan terlampir di Lampiran 12.

105

Page 6: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

5.4.2 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan mengunakan jumlah kumulatif properti rekahan

(panjang, apertur, jumlah rekahan) yang intervalnya dihitung setiap 100 cm, kecuali

pada pengolahan panjang dan spasi rekahan, misalnya:

Jarak (cm) Strike (N...˚E) Dip (...˚) Apertur(cm) Panjang (cm) interval Interval Total Apertur Total Panjang31 325 20 0.42 3.2 100 100 1.05 173.289 69 77 0.63 170 200 0 0

301 35 76 0.27 85 400 300 0 0308 45 65 0.17 50 400 1.3 218.5310 45 65 0.17 50 500 0 0323 50 46 0.29 30 600 3.7 12328 70 78 0.4 3.5 700 0.94 70502 79 35 3.7 12 600636 240 89 0.94 70 700

Tabel 5.4. 2 Contoh pengolahan data secara jumlah kumulatif tiap interval 100 cm.

Pengolahan panjang dan apertur rekahan,yaitu; interval pengamatan rekahan dibagi tiap

seratus meter, dari interval 0 - 100 cm disebut interval 100 cm, 101 - 200 cm disebut

interval 200, dan seterusnya. Pada tiap interval tersebut dijumlahkan panjang rekahan

yang termasuk interval tersebut misalnya pada bagian berwarna hijau, interval 100 cm

memiliki komponen jarak 31cm dan 89 cm, total panjang rekahan pada interval ini adalah

panjang rekahan di jarak 31 cm ditambah panjang rekahan di jarak 89 cm maka

didapatkan total panjang di interval seratus adalah 173,2 cm. Pengolahan aperture juga

memakai cara yang sama. Setelah didapatkan total panjang dan total apertur maka dibuat

grafik untuk membandingkan keduanya dengan interval jaraknya 100 cm.

Untuk pengolahan spasi rekahan dilakukan cara yang berbeda. Spasi rekahan adalah jarak

antara dua rekahan terdekat yang saling sejajar pada arah normal atau tegak lurus bidang

rekahan (Pollard dan Wu, 2002). Oleh karena itu, pengukuran spasi rekahan dilakukan

pada rekahan-rekahan dalam set yang sama. Dua rekahan yang berdekatan pada satu set

yang sama belum tentu sejajar, karena itu diambil kedudukan rata-ratanya agar menjadi

sejajar dan dapat diukur spasinya. Jarak yang diukur selama pengamatan di lapangan

106

Page 7: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

masih merupakan jarak semu karena pengukuran jarak mengikuti scanline sehingga yang

diperoleh belum tentu jarak tegak lurus antar dua rekahan.

Berdasarkan uraian di atas, maka spasi rekahan sebenarnya (Si) dihitung dengan

menggunakan rumus :

Si = So x Cosβ x Cosα x Cosө

dengan :

β : Sudut vertikal antara scanline dengan bidang horizontal

α : Sudut horizontal antara scanline dengan arah kemiringan

ө : Sudut vertikal antara garis normal rekahan dengan bidang horizontal

So : Spasi semu yaitu jarak yang diukur di lapangan

Untuk mengetahui pola distribusi dari spasi rekahan terhadap jumlah kumulatifnya

dilakukan pengeplotan antara spasi rekahan dengan jumlah kumulatifnya pada grafik

normal (linier) dan log-log.

5.5 Pembahasan

Pada sub bab ini akan dibahas hasil pengolahan data dan analisanya. Hal – hal yang akan

dibahas, yaitu; Hubungan jumlah kumulatif rekahan dengan spasi rekahan, hubungan

jumlah kumulatif rekahan dengan panjang rekahan, hubungan panjang dan apertur

rekahan, dan intensitas rekahan.

5.5.1 Hubungan Jumlah Kumulatif Rekahan dengan Spasi Rekahan

Hasil pengolahan jumlah kumulatif dan spasi rekahan ditampilkan pada grafik linear di

bawah ini. Tujuannya adalah untuk melihat apakah penyebaran data mengikuti distribusi

Power Law.

107

Page 8: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

Spasi Rekahan-Jumlah Kumulatif

Guha-1

0

50

100

150

200

0 20 40 60 80 100

Spasi rekahan (Cm)

Jum

lah

kum

ulat

if

A

Spasi Rekahan -Jumlah Kumulatif Guha-2

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

0 50 100 150 200 250

Spasi rekahan(cm)

Jum

lah

kum

ulat

if

B

Spasi rekahan -Jumlah Kumulatif Guha-3

0

400

800

1200

1600

0 100 200 300 400 500 600

spasi rekahan(cm)

jum

lah

kum

ulat

if

C

108

Page 9: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

Spasi rekahan - Jumlah kumulatif Guha-4

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

Spasi Rekahan(cm)

Jum

lah

Kum

ulat

if

D

Spasi rekahan-Jumlah Kumulatif BLB-1

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 50 100 150 200 250 300

spasi rekahan(cm)

Jum

lah

kum

ulat

if

E

Grafik 5.5.1. Grafik hubungan antara spasi rekahan dengan jumlah kumulatif rekahan.

A: Lokasi Guha-1,B: Lokasi Guha-2,C: Lokasi Guha-3, D: Lokasi Guha-4,E: Lokasi BLB-1

Grafik hubungan antara spasi rekahan dengan jumlah kumulatifnya di semua lokasi

pengukuran menunjukan distribusi data yang mengikuti distribusi Power law. Hal ini

menunjukan bahwa penyebaran spasi rekahan pada batugamping, khususnya pada fasies

Platycoral Bindstone, Branchingcoral Bafflestone dan Grainstone menunjukan

penyebaran yang tidak linear dan memiliki geometri fraktal.

109

Page 10: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

Berdasarkan analisa bahwa distibusi rekahan pada lokasi pengukuran mengikuti distribusi

Power Law dan geometri fraktal maka diterapkan rumus: (Sanderson et

al., 1994 op.cit. Sapiie et al., 2007) untuk menarik suatu nilai rata-rata jumlah kumulatif

pada grafik log-log. Grafik log-log dipilih untuk mendapatkan suatu garis lurus dalam

perata-rataan jumlah kumulatif rekahan, hal ini dijelaskan dengan persamaan:

ckTTN −=)(

kTcTN loglog)(log +−=

Spasi Rekahan - Jumlah KumulatifGuha-1

y = 179.66x-0.979

R2 = 0.9661

10

100

1000

1 10 100Spasi rekahan (Cm)

Jum

lah

kum

ulat

if

Jumlah kumulatif Power (Jumlah kumulatif)

Grafik 5.5.2 Grafik log-log hubungan spasi rekahan dengan jumlah

kumulatif di lokasi Guha-1.

Grafik 5.5.3 Grafik log-log hubungan spasi rekahan dengan jumlah kumulatif di lokasi Guha-2.

Spasi Rekahan - Jumlah Kumulatif Guha-2

y = 476.04x-0.7713

R2 = 0.995

y = 2E+07x-3.0909

R2 = 0.95031

10

100

1000

1 10 100 1000Spasi rekahan(Cm)

Jum

lah

kum

ulat

if

Jumlah kumulatif 1 Jumlah kumulatif 2

Power (Jumlah kumulatif 1) Power (Jumlah kumulatif 2)

110

Page 11: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

Grafik 5.5.4 Grafik log-log hubungan spasi rekahan dengan jumlah kumulatif di lokasi Guha-3.

Spasi rekahan - Jumlah Kumulatif Guha-3

y = 988.72x-1.0666

R2 = 0.97551

10

100

1000

1 10 100 1000spasi rekahan (cm)

jum

lah

kum

ulat

if

Jumlah Kumulatif Power (Jumlah Kumulatif)

Grafik 5.5.5 Hubungan spasi rekahan dan jumlah kumulatif di lokasi Guha-4.

S pas i rekahan  Vs  J um lah  kumulatif Guha‐4

y  = 584.31x ‐0.6787

R 2 =  0.9714

y  = 106512x ‐2.1686

R 2 = 0.9436

1

10

100

1000

1 10 100 1000

S pas i Rekahan(cm) 

Jumlah Kumulatif

J umlah  kumula tif1 jumlah  kumulatif2

P ower (J umlah  kumula tif1) P ower (jumlah  kumulatif2)

111

Page 12: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

Spasi rekahan -Jumlah kumulatifBLB-1

y  =  216.49x ‐0.9104

R 2 =  0.9391

1

10

100

1000

1 10 100Spasi Rekahan(cm)

Jum

lah

kum

ulat

if

jumlah kumulatif 1 Power (jumlah kumulatif 1)

Grafik 5.5.6 Hubungan spasi rekahan dan jumlah kumulatif di lokasi BLB-1.

Dari hasil pengeplotan pada grafik log-log maka didapatkan persamaan garis yang

diregresi secara Power Law, yaitu:

Lokasi Persamaan Garis R2 k c Guha-1 y = 179.66x-0.979 0.966 179.66 0.979

y = 476.04x-0.7713 0.995 476.04 0.7713Guha-2 y = 2.107x-3.0909 0.9503 2.107 3.0909Guha-3 y = 988.72x-1.0666 0.9755 988 1.0666

y = 584.31x-0.6787 0.9714 584 0.6787Guha-4 y = 106512x-2.1686 0.9436 106512 2.1686BLB-1 y = 216.49x-0.9104 0.9391 216.46 0.9104

Tabel 5.5.1 Rangkuman persamaan regresi, koefisien korelasi, konstanta proporsionalitas, dan dimensi fraktal semua lokasi.

Dari hasil regresi diperoleh hubungan antara spasi dengan jumlah kumulatif rekahan

mengikuti persamaan :

y = k (x)-c

dengan y menyatakan jumlah kumulatif rekahan, x menyatakan besar spasi atau panjang

rekahan, k menyatakan konstanta proporsionalitas, dan c menyatakan dimensi fraktal.

Dari garis regresi diperoleh nilai R2 (koofisien korelasi) yaitu angka dari 0 sampai 1 yang

menunjukkan seberapa dekat estimasi dari garis regresi berhubungan dengan data yang

ada. Garis regresi yang paling terpercaya adalah garis regresi dengan nilai R2 mendekati

112

Page 13: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

1. Sedangkan kisaran nilai R2 daerah penelitian berkisar 0.94 - 0.99, yang berarti data-

data rekahan dalam satu populasi memiliki keterkaitan yang tinggi sehingga persamaan

yang dihasilkan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.

Terdapat dua populasi data spasi rekahan di lokasi Guha-2 dan Guha-4. Garis regresi

pertama berhubungan dengan spasi rekahan yang bernilai relatif kecil, sedangkan garis

regresi kedua berhubungan dengan spasi rekahan yang bernilai relatif besar. Menurut

Sapiie et al. (2007), populasi yang lebih dari satu disebabkan oleh lebih kompleksnya

litologi dan atau struktur geologi pada daerah tersebut. Apabila melihat posisi Lokasi

Guha-2 dan Guha-4, merupakan daerah yang terkena sesar geser menganan Guha (lihat

Lampiran 2). Ditinjau dari segi fasies batugampingnya, pada lokasi Guha-2 dan Guha-4,

fasiesnya adalah branchingcoral bafflestone dan coral framestone dengan tekstur

pertumbuhan koral yang acak. Hal ini juga kemungkinan menjadi penyebab terbentuknya

populasi ganda pada analisis hubungan spasi rekahan dan jumlah kumulatifnya pada

lokasi tersebut.

5.5.2 Hubungan Jumlah Kumulatif Rekahan dengan Panjang Rekahan

Hasil pengolahan jumlah kumulatif dan panjang rekahan ditampilkan pada grafik linear

di bawah ini. Tujuannya adalah untuk melihat apakah penyebaran data mengikuti

distribusi Power Law.

Jumlah Kumulatif - Panjang Rekahan Guha-1

020406080

100120140

0 50 100 150 200

Panjang (cm)

Jum

lah

Kum

ulat

if

A

113

Page 14: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

Jumlah Kumulatif - Panjang Rekahan Guha-2

050

100150200250300350400450500

0 50 100 150 200

Panjang (cm)

Jum

lah

Kum

ulat

if

B

Jumlah Kumulatif - Panjang Rekahan Guha-3

0

100

200

300

400

500

600

0 50 100 150 200

Panjang (cm)

Jum

lah

Kum

ulat

if

C

Jumlah Kumulatif - Panjang Rekahan Guha-4

050

100150200250300350400

0 20 40 60 80 100 120 140 160

Panjang (cm)

Jum

lah

kum

ulat

if

D

114

Page 15: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

Jumlah Kumulatif - Panjang Rekahan BLB-1

0102030405060708090

0 50 100 150 200Panjang (cm)

Jum

lah

Kum

ulat

if

E

Grafik 5.5.7. Grafik linear hubungan antara panjang rekahan dengan jumlah kumulatif

rekahan. A: Lokasi Guha-1,B: Lokasi Guha-2,C: Lokasi Guha-3, D: Lokasi Guha-4,E:

Lokasi BLB-1

Grafik hubungan antara panjang rekahan dengan jumlah kumulatifnya di semua lokasi

pengukuran menunjukan distribusi data yang mengikuti pola distribusi Power law. Hal

ini menunjukan bahwa penyebaran spasi rekahan pada batugamping, khususnya pada

fasies Platycoral Bindstone, Branchingcoral Bafflestone dan Grainstone menunjukan

penyebaran yang tidak linear dan memiliki geometri fraktal.

Berdasarkan analisa bahwa distibusi rekahan pada lokasi pengukuran mengikuti distribusi

Power Law dan geometri fraktal maka diterapkan rumus: (Sanderson et

al., 1994 op.cit. Sapiie et al., 2007) untuk menarik suatu nilai rata-rata jumlah kumulatif

pada grafik log-log. Grafik log-log dipilih untuk mendapatkan suatu garis lurus dalam

perata-rataan jumlah kumulatif rekahan, hal ini dijelaskan dengan persamaan:

ckTTN −=)(

kTcTN loglog)(log +−=

115

Page 16: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

Jumlah Kumulatif - Panjang Rekahan Guha-1

y = 135.74x-0.1611

R2 = 0.82

y = 2299.5x-1.367

R2 = 0.9436

1

10

100

1000

1 10 100 1000

Panjang (cm)

Jum

lah

Kum

ulat

if

Grafik 5.5.8 Grafik log-log hubungan panjang rekahan dengan jumlah kumulatif di lokasi Guha-1.

Jumlah Kumulatif - Panjang Rekahan Guha-2

y = 1849.2x-0.8199

R2 = 0.9521

1

10

100

1000

1 10 100 1000

Panjang (cm)

Jum

lah

Kum

ulat

if

Grafik 5.5.9 Grafik log-log hubungan panjang rekahan dengan jumlah kumulatif di lokasi Guha-2.

116

Page 17: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

Jumlah Kumulatif - Panjang Rekahan Guha-3

y = 2797.8x-0.9383

R2 = 0.9356

1

10

100

1000

1 10 100 1000

Panjang (cm)

Jum

lah

Kum

ulat

if

Grafik 5.5.10 Grafik log-log hubungan panjang rekahan dengan jumlah kumulatif di

lokasi Guha-3.

Jumlah Kumulatif - Panjang Rekahan Guha-4

y = 482.26x-0.2669

R2 = 0.792y = 29022x-1.5316

R2 = 0.9571

1

10

100

1000

1 10 100 1000

Panjang (cm)

Jum

lah

Kum

ulat

if (c

m)

Grafik 5.5.11 Grafik log-log hubungan panjang rekahan dengan jumlah kumulatif di lokasi Guha-4.

117

Page 18: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

Jumlah Kumulatif - Panjang Rekahan BLB-1

y = 813.49x-1.2361

R2 = 0.9535

1

10

100

1 10 100 1000

Panjang Rekahan (cm)

Jum

lah

Kum

ulat

if

Grafik 5.5.12 Grafik log-log hubungan panjang rekahan dengan jumlah kumulatif di lokasi

BLB-1

Dari hasil pengeplotan pada grafik log-log maka didapatkan persamaan garis yang

diregresi secara Power Law, yaitu:

Lokasi Persamaan Garis R2 k c

y = 135.74x-0.1611 0.82 135.74 0.1611 Guha-1 y = 2299.5x-1.367 0.9436 2299.5 1.367 Guha-2 y = 1849.2x-0.8199 0.9521 1849.2 0.8199 Guha-3 y = 2797.8x-0.9383 0.9356 2797.8 0.9383

y = 482.26x-0.2669 0.792 482.26 0.2669 Guha-4 y = 29022x-1.5316 0.9571 29022 1.5316 BLB-1 y = 813.49x-1.2361 0.9535 813.49 1.2361

Tabel 5.5.2 Rangkuman persamaan regresi, koefisien korelasi, konstanta proporsionalitas, dan dimensi fraktal semua lokasi.

Dari hasil regresi diperoleh hubungan antara spasi dengan jumlah kumulatif rekahan

mengikuti persamaan :

y = k (x)-c

dengan y menyatakan jumlah kumulatif rekahan, x menyatakan besar spasi atau panjang

rekahan, k menyatakan konstanta proporsionalitas, dan c menyatakan dimensi fraktal.

118

Page 19: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

Dari garis regresi diperoleh nilai R2 (koofisien korelasi) yaitu angka dari 0 sampai 1 yang

menunjukkan seberapa dekat estimasi dari garis regresi berhubungan dengan data yang

ada. Garis regresi yang paling terpercaya adalah garis regresi dengan nilai R2 mendekati

1. Sedangkan kisaran nilai R2 daerah penelitian berkisar 0.792 - 0.9535, yang berarti

data-data rekahan dalam satu populasi memiliki keterkaitan yang tinggi sehingga

persamaan yang dihasilkan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.

Terdapat dua populasi data spasi rekahan di lokasi Guha-1 dan Guha-4. Garis regresi

pertama berhubungan dengan spasi rekahan yang bernilai relatif kecil, sedangkan garis

regresi kedua berhubungan dengan spasi rekahan yang bernilai relatif besar. Menurut

Sapiie et al. (2007), populasi yang lebih dari satu disebabkan oleh lebih kompleksnya

litologi dan atau struktur geologi pada daerah tersebut. Apabila melihat posisi Lokasi ,

Guha-1 merupakan daerah yag dilalui Sesar Naik Guha dan Guha-4 merupakan daerah

yang terkena Sesar Menganan Guha (lihat Lampiran 2).

5.5.3 Hubungan Panjang Rekahan dengan Apertur Rekahan

Hasil pengeplotan data dari panjang rekahan dan aperturnya dari lima lokasi ditampilkan

sebagai berikut:

• Lokasi Guha-1

Panjang - Apertur Guha-1

0

100

200

300

400

500

600

100 200 300 400 500 600 700

Interval (cm)

Panj

ang

(cm

)

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

Ape

rtur (

cm)

Panjang Apertur

Grafik 5.5.13 Hubungan panjang rekahan dengan apertur di lokasi Guha-1.

119

Page 20: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

Hubungan panjang dengan apertur rekahan dapat dilihat pada Grafik 5.5.13. Hubungan

panjang dan apertur rekahan yang teramati adalah saling berbanding lurus. Fasies pada

lokasi ini adalah platycoral bindstone.

Panjang - Aperture Guha-2

0

5

10

15

20

25

30

35

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

1100

1200

1300

1400

1500

1600

1700

1800

1900

2000

2100

2200

2300

Interval(cm)

Ape

rture

(cm

)

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

Panj

ang(

cm)

Apertur Panjang

• Lokasi Guha-2

Grafik 5.5.14 Hubungan panjang rekahan dengan apertur di lokasi Guha-2.

Hubungan panjang dengan apertur rekahan dapat dilihat pada Grafik 5.5.14. Hubungan

panjang dan apertur rekahan yang teramati adalah saling berbanding lurus. Fasies pada

lokasi ini adalah branchingcoral bafflestone.

• Lokasi Guha-3

Pada pengamatan di lokasi Guha-3 batas fasies dapat ditentukan dengan jelas antara

Grainstone dan Platycoral Bindstone. Oleh karena itu penafsiran hubungan panjang

rekahan dan apertur akan dibagi menjadi 4 zona seperti terlihat pada Tabel 5.5.2

Jarak Zona Fasies0-375cm A1 Grainstone382-960cm B1 Platy Coral Bindstone975-1593cm A2 Grainstone1630-2560cm B2 Platy Coral Bindstone

Tabel 5.5.3 Keterangan Fasies pada lokasi Guha-3.

120

Page 21: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

Panjang - Apertur Guha-3

00.10.20.30.40.50.60.70.80.9

1

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

1100

1200

1300

1400

1500

1600

1700

1800

Interval (cm)

Ape

rtur(

cm)

020406080100120140160180

Panj

ang

(cm

)

Aperture Panjang

A1A2B2 B1

Grafik 5.5.15 Hubungan panjang rekahan dengan apertur di lokasi Guha-3.

Hubungan panjang dengan apertur rekahan dapat dilihat pada Grafik 5.5.15. Hubungan

panjang dan apertur rekahan yang teramati adalah saling berbanding lurus. Hubungan

tersebut tidak dipengaruhi oleh perbedaan fasies.

• Lokasi Guha-4

Panjang - Apertur Guha-4

0

10

20

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

1100

1200

1300

1400

1500

1600

1700

1800

1900

2000

2100

2200

Interval (cm)

Ape

rtur (

cm)

0

500

1000

1500

2000

Panj

ang

(cm

)

Apertur Panjang

Grafik 5.5.16 Hubungan panjang rekahan dengan apertur di lokasi Guha-4.

121

Page 22: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

Hubungan panjang dengan apertur rekahan dapat dilihat pada Grafik 5.5.16. Hubungan

panjang dan apertur rekahan yang teramati adalah saling berbanding lurus.

• Lokasi Guha-4

Panjang - Apertur BLB-1

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

100 200 300 400 500 600 700 800

Interval (Cm)

Panj

ang

(Cm

)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Ape

rtur (

Cm

)

Apertur Panjang

Grafik 5.5.17 Hubungan panjang rekahan dengan apertur di lokasi Guha-4.

Hubungan panjang dengan apertur rekahan dapat dilihat pada Grafik 5.5.17. Hubungan

panjang dan apertur rekahan yang teramati adalah saling berbanding lurus.

Berdasarkan hasil yang didapat dari semua lokasi diketahui bahwa hubungan panjang dan

apertur rekahan adalah saling berbanding lurus pada fasies Grainstone dan Boundstone.

122

Page 23: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

5.5.4 Intensitas Rekahan

Nilai dari intensitas rekahan dihitung dengan menggunakan cara menjumlahkan jumlah

rekahan tiap interval 100 m. Hasilnya kemudian di plot ke grafik seperti di bawah ini:

• Lokasi Guha-1

A

Intensitas Rekahan Guha-1

0

10

20

30

100200300400500600700

Jarak(Cm)

Jum

lah

Rek

ahan

(n)

Stylolite Vuggy Rekahan ekstensional Total intensitas

B

Keterangan. A : Foto 5.5.2 Singkapan pada pengukuran rekahan di lokasi Guha-1 B : Grafik 5.5.18. Intensitas rekahan di lokasi Guha-1

123

Page 24: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

Dari foto dan grafik di atas dapat kita lihat bahwa pada interval 400 cm nilai rekahan

naik, hal ini disebabkan karena adanya rekahan-rekahan besar pada interval tersebut.

Rekahan dengan nilai intensitas tertinggi adalah stylolite dan terendah adalah vuggy.

Fasiesnya adalah platycoral bindstone dengan komponen utama butiran. Nilai rekahan

dan nilai intensitas total rekahan dapat dilihat pada Tabel 5.5.4.

Keterangan A: Foto 5.5.3 Singkapan pada pengukuran rekahan di lokasi Guha-2 B : Grafik 5.5.19. Intensitas rekahan di lokasi Guha-2

Intensitas Rekahan Guha-2

0

5

10

15

20

25

30

35

100

300

500

700

900

1100

1300

1500

1700

1900

2100

2300

Jarak(cm)

Jum

lah

Rek

ahan

(n)

Stylolite Vuggy Rekahan Ekstensional Total intensitas

Tabel 5.5.4 Intensitas rekahan dan nilainya di lokasi Guha-1

• Lokasi Guha-2

Jenis Rekahan Intensitas(1/cm)stylolite 0.15 rekahan ekstensional 0.03 vuggy 0.01 Total intensitas 0.19

A

B

124

Page 25: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

Dari foto dan grafik di atas dapat kita lihat bahwa penyebaran rekahan tidak sama pada

tiap interval. Pada interval 500, 1000, 1300, dan 2100 cm nilai rekahan lebih besar dari

nilai rata-rata. Hal ini disebabkan karena adanya rekahan-rekahan besar pada interval

tersebut. Rekahan dengan nilai intensitas tertinggi adalah stylolite dan terendah adalah

vuggy. Fasiesnya adalah branchingcoral bafflestone dan komponen utamanya butiran.

Nilai rekahan dan nilai intensitas total rekahan dapat dilihat pada Tabel 5.5.5.

Jenis Rekahan Intensitas(1/cm) stylolite 0.12 rekahan ekstensional 0.04 vuggy 0.02 Total intensitas 0.19

Tabel 5.5.5 Nilai intensitas rekahan pada lokasi Guha-2.

• Lokasi Guha-3

Pada pengukuran di lokasi Guha-3 , batas fasies dapat ditentukan dengan jelas antara

grainstone dan platycoral bindstone. Oleh karena itu penafsiran intensitas rekahan akan

dibagi menjadi 4 zona:

Jarak Zona Fasies0-375cm A1 Grainstone382-960cm B1 Platy Coral Bindstone975-1593cm A2 Grainstone1630-2560cm B2 Platy Coral BindstoneTabel 5.5. 6. Zonasi Fasies Batugamping pada lokasi Guha-3.

125

Page 26: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

Intensitas rekahanGuha-3

0

5

10

15

20

25

30

100

300

500

700

900

1100

1300

1500

1700

1900

2100

2300

2500

Jarak(cm)Ju

mla

hre

kaha

n(n)

Total Intensitas Vuggy Stylolite Rekahan ekstensional

B

A

Keterangan A: Foto 5.5.4 Singkapan pada pengukuran rekahan di lokasi Guha-3 B : Grafik 5.5.20. Intensitas rekahan di lokasi Guha-3

Interval Stylolit Vuggy Ekstension fracture Total

A1 0.05 0.1 0 0.15B1 0.24 0.01 0 0.25A2 0.01 0.12 0.02 0.15B2 0.23 0.02 0 0.25

Tabel 5.5.7 Nilai intensitas rekahan di lokasi Guha-3

Intensitas pada daerah ini dipengaruhi oleh rekahan stylolite dan vuggy. Pada interval A1

dan A2 rekahan vuggy lebih besar intensitasnya daripada stylolite dan pada interval B1

dan B2 rekahan stylolite lebih besar intensitasnya daripada vuggy. Sifat dari rekahan

126

Page 27: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

dapat dilihat perbedaannya pada tiap fasies pada platycoral bindstone maka stylolite akan

banyak terdapat, sedangkan sebaliknya pada grainstone. Fasies grainstone komponennya

didominasi butiran sedangkan platycoral bindstone didominasi mikrit.

• Lokasi Guha-4

A

Intensitas rekahanGuha-4

Nilai intensitas rekahan dipengaruhi oleh rekahan stylolite dan rekahan ekstensional.

Penyebaran nilai stylolite rata-rata pada 0.14/cm, dan rekahan ekstensional pada 0.05/cm.

Pada interval 1300 sampai 1900 lebih besar dari rata-rata. Nilai ini berasosiasi dengan

Keterangan A: Foto 5.5.5 Singkapan pada pengukuran rekahan di lokasi Guha-4 B : Grafik 5.5.21. Intensitas rekahan di lokasi Guha-4

0

5

10

15

20

25

30

35

40

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

1100

1200

1300

1400

1500

1600

1700

1800

1900

2000

2100

2200

jarak(cm)

jum

lah

reka

han(

n)

Stylolite Rekahan ekstensional Total intensitas

B

Jenis Rekahan Intensitas(1/cm)Stylolite 0.14

Ekstension Fracture 0.05

Tabel 5.5.8 Nilai intensitas rekahan di lokasi Guha-4

127

Page 28: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

rekahan-rekahan besar. Total intensitas rata-rata rekahan bernilai 0.19/cm. Pada interval

1300 sampai 1900 lebih besar dari rata-rata.

• Lokasi BLB-1

i n t e n s i t a s R e k a h a n

0

5

1 0

1 5

2 0

1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0 7 0 0 8 0 0

J a r a k (c m )

1/cm

S t y lo l i t e E F T o t a l D e n s it a s

Grafik 5.5.22 Intensitas rekahan di lokasi BLB-1

Jenis rekahan Intensitas(1/cm)Stylolite 0.09Rekahan ekstensional 0.01Total Intensitas 0.10

Tabel 5.5.9 Nilai intensitas rekahan di lokasi BLB-1

Nilai intensitas rekahan dipengaruhi oleh rekahan stylolite dan rekahan ekstensional.

Penyebaran nilai stylolite rata-rata pada 0.09/cm, dan rekahan ekstensional pada 0.01/cm.

Pada interval 300 sampai 400 intensitas total rekahan lebih besar dari rata-rata. Nilai ini

muncul pada interval dengan rekahan-rekahan besar. Total intensitas rata-rata rekahan

128

Page 29: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

bernilai 0.10/cm. Jenis fasies pada lokasi ini adalah grainstone yang komposisi penyusun

utamanya adalah butiran.

Resume intensitas rekahan dapat dilihat pada Tabel 5.5.10 dan Grafik 5.5.23.

keterangan: PCB: Platycoral Bindstone BCB: Branchingcoral Bafflestone CF: Coral Framestone G: Grainstone BM: Mikrit S: Sesar ef: rekahan ekstensional

Resume intensitas Rekahan

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

guha-1 guha-2 guha-3(A-1)

guha-3(A-2)

guha-3(B-1)

guha-3(B-2)

Guha-4 BLB-1

PCB+B BCB+B+S G+B G+B PCB+M PCB+M CF+B+S G+B

inte

nsita

s(1/

cm) stylolit

efvuggytotal

Grafik 5.5.23 Resume Intensitas rekahan di semua lokasi.

Keterangan Lokasi stylolit ef vuggy totalPCB+B guha-1 0.15 0.03 0.01 0.19

B+B+S 0.12 0.04 0.02 0.18B guha-3(A-1) 0.05 0 0.1 0.15B guha-3(A-2) 0.01 0.02 0.12 0.15

CB+M guha-3(B-1) 0.24 0 0.01 0.25CB+M guha-3(B-2) 0.23 0 0.02 0.25

+S 0.14 0.05 0 0.19G+B BLB-1 0.09 0.01 0 0.1

BC guha-2

Guha-4

G+G+PPCF+B

keterangan: PCB: Platycoral Bindstone BCB: Branchingcoral Bafflestone CF: Coral Framestone G: Grainstone M: Mikrit S: Sesar ef: Rekahan ekstensional

Tabel 5.5.10 Resume Intensitas rekahan di semua lokasi.

129

Page 30: BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES …digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-albertusdi-33917-7... · Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan

Rekahan yang paling banyak dijumpai pada Coral Framestone, Branchingcoral

Bafflestone, Platycoral Bindstone atau diringkas menjadi Boundstone adalah stylolite.

Nilai intensitas stylolite akan lebih besar jika batuannya mengandung lebih banyak

mikrit. Nilai intensitas pada Grainstone lebih kecil daripada nilai intensitas di

Boundstone. Intensitas rekahan tidak terlalu berbeda secara keseluruhan pada daerah

yang dilalui sesar besar, namun nilai intensitas rekahan cenderung naik di dekat rekahan

besar.

Berdasarkan pembahasan hubungan spasi rekahan dengan jumlah kumulatif, hubungan

panjang dan apertur rekahan, dan intensitas rekahan maka dapat disimpulkan:

Rekahan yang terdapat pada fasies Boundstone dan Grainstone adalah stylolite, rekahan

gerus, vuggy, dan rekahan ekstensional. Rekahan yang dominan pada boundstone adalah

stylolite.Hubungan spasi rekahan dan jumlah kumulatifnya mengikuti distribusi Power

Law dan memiliki geometri fraktal. Hubungan panjang rekahan dan jumlah kumulatifnya

mengikuti distribusi Power Law dan memiliki geometri fraktal. Intensitas rekahan pada

fasies boundstone lebih besar daripada grainstone. Nilai intensitas rekahan di fasies

grainstone di daerah dipengaruhi sesar lebih besar daripada yang tidak terpengaruh sesar

. Keterdapatan mikrit memperbesar nilai intensitas stylolite. Hubungan antara panjang

dan apertur rekahan berbanding lurus pada Fasies Boundstone dan Grainstone.

130