BAB V KAJIAN PENELITIAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/59856/7/11._BAB_V.pdf · BAB V...
Transcript of BAB V KAJIAN PENELITIAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/59856/7/11._BAB_V.pdf · BAB V...
52
BAB V
KAJIAN PENELITIAN
Penggunaan Sun shading sangat mempengaruhi tingkat
pencahayaan alami dalam ruang kelas dan ruang lab.komputer. karena
ruang kelas dan lab. komputer sangat membutuhkan pencahayaan yang
optimal. Peran Sun Shading juga mempengaruhi pembentukan berkas
cahaya dalam ruangan sehingga akan berpengaruh juga terhadap perabot
dalam ruang kelas dan laboratorium komputer tersebut.
Hipotesis tersebut, digunakan analisis kuantitatif untuk mengetahui
pengaruh peran penggunaan sun shading terhadap tingkat pencahayaan
alami dan hasil pembentukan berkas cahaya pada ruangan dikaitkan
terhadap layout perabot pada ruang kelas dan laboratorium komputer. Dari
hasil penelitian langsung dilapangan akan dilanjutkan dengan simulasi
menggunakan software agar memperoleh data untuk ketiga tanggal ekstrim
dan dianalisa apakah pengaruh peran dari Sun Shading yang diterapkan
pada gedung Laboratorium Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNDIP terhadap
tigkat pencahayaan alami dan pembentukan berkas cahaya pada ruang
kelas dan lab.komputer di gedung tersebut. Maka dari itu dalam bab ini
peneliti akan melakukan pengujian hipotesis dengan mengkaji letak posisi
geografis objek penelitian, mengkaji peran sun shading terhadap tingkat
penchayaan alami pada ruang kelas dan lab.komputer, mengkaji peran sun
shading terhadap hasil pembentukan berkas cahaya dalam ruangan,
mengkaji hasil pembentukan berkas cahaya kaitannya terhadap layout
perabot dalam ruang kelas dan laboratorium komputer pada Gedung
Laboratorium FEB Undip.
53
5.1 Kajian Letak Objek Penelitian Terhadap Posisi Matahari
Faktor letak geografis akan menentukan posisi (azimuth) dan ketinggian
(altitude) matahari pada suatu waktu terhadap pengamat. Azimuth adalah letak
matahari terhadap pengamat di bumi terhadap arah utara, sedangkan altitude
adalah ketinggian matahari terhadap cakrawala. Azimuth dan altitude tersebut
dapat diketahui dengan menggunakan diagram matahari (solar chart).
Berdasarkan azimuth dan altitude dapat ditentukan berapa sudut bayangan
yang terjadi pada sebuah bidang, melalui diagram sudut bayangan (shadow
angle protactor) (Lippsmeier, 1994)
Sedangkan Ronny (1999) menjelaskan, oreintasi bangunan bisa
diadaptasikan untuk menghasilkan penerangan yang baik dalam ruangan,
orientasi bangunan jugaberkaitan dengan geometri gerakan matahari, oleh
karena itu ruang-ruang dakam bangunan diorentasikan ker arah utara, selatan,
barat, atau timur tergantung dari intensitas kontribusi cahaya yang ingin dicapai
dari masing-masing ruang tersebut. Sedangkan menurut Akmal (2006),
bangunan yang berorientasi kearah barat akan mendapatkan cahaya matahari
sore yang kuat dan keras, maka biasanya akan lebih menghindari sinar
matahari sore. Oleh karena itu pada bangunan yang berorientasi kearah barat
menggunakan filter seperti sun shading yang digunakan untuk menghindari
paparan langsung sinar matahari
5.1.1 Kajian Posisi Geografis dan Orientasi Bangunan
Gedung Laboratorium Ekonomi ini berada di kawasan Universitas
Diponegoro yang berlokasi di Tembalang, Semarang. Letak Geografi
Gedung Laboratorium Ekonomi berada di antara 110⁰25 Bujur timur dan
7⁰3 Lintang selatan. Gedung ini memiliki bentuk yang memanjang dan
orientasi bangunannya menghadap ke arah timur dan barat.
54
Dapat terlihat dari gambar 5.1 orientasi bangunan ini yaitu
menghadap ke arah timur laut dan barat daya. Oleh karena itu pada pagi
hari bangunan ini terkena paparan sinar matahari pagi sehingga
mengakibatkan pembentukan berkas cahaya dalam ruangan yang
berlebihan dan juga pada sore hari bangunan ini akan terkena paparan
sinar matahari sore yang berlebihan, yang sudah dijelaskan bahwa
cahaya matahari sore harusnya dihindari karena tidak menyehatkan.
Maka dari itu, gedung Laboratorium FEB Undip ini sangat membutuhkan
sun shading yang digunakan untuk menghindari paparan langsung sinar
matahari dan untuk meminimalisir berkas cahaya yang berlebihan masuk
kedalam bangunan.
5.1.2 Kajian Letak Sampel Ruang Penelitian
Berdasarkan keadaan yang terdapat dilapangan bahwa dalam
gedung 3 lantai tersebut terdapat 11 ruang kelas yang berada di lantai 1
dan 2, serta terdapat 5 ruang laboratorium komputer yang berada pada
lantai 3. Ruang yang dijadikan penelitian adalah ruang kelas dan
laboratorium komputer, setiap lantai diambil 1 sampel zona timur dengan
random sampling dan 1 ruang pada zona barat dengan random sampling
Gambar 5.1 Orientasi Gedung FEB Sumber : Dokumen Pribadi
55
juga, untuk lantai 2 hanya diambil 1 sampel pada zona barat karena zona
timur tidak ada ruang kelas maupun laboratorium komputer, untuk lantai 3
terdapat 2 sampel yaitu 1 sampel di zona timur dipilih dengan random
sampling dan 1 sampel di zona barat dipilih menggunakan random
sampling. Jadi dalam penelitian ini terdapat 5 sampel ruangan.
ZONA B
(BARAT DAYA)
ZONA A
(TIMUR LAUT)
ZONA B
(BARAT DAYA)
SAMPEL
1B
SAMPEL
1B
Gambar 5.2 sampel ruangan pada lantai 1
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 5.3 sampel ruangan pada lantai 2
Sumber : Dokumen Pribadi
SAMPEL
2B
56
Dari ketiga denah diatas maka dapat dilihat terdapat 5 sampel
ruangan yang dijadikan objek penelitian. Ruangan ini akan dianalisa hasil
pembentukan berkas cahaya dan tingkat pencahayaan alaminya pada
pukul 08.00, 9.00, 10.00, 12.00, 14.00, 15.00, 16.00. Dari sampel yang
dipilih terdapat 2 ruangan di zona A atau timur laut , ruangan ini memiliki
bukaan di sebelah timur yang mengakibatkan pembentukan berkas
cahaya pada pagi hari berlebihan masuk ke ruangan.Pada sampel di
zona B juga ruangan terkena berkas cahaya yang berlebihan pada sore
hari karena ruangan ini memiliki lubang cahaya menghadap ke barat.
Terutama pada lantai 3 yang memiliki ruangan yang luas dan lubang
cahaya yang banyak. Maka dari itu bangunan ini membutuhkan sun
shading yang optimal.
ZONA A
(TIMUR LAUT)
ZONA B
(BARAT DAYA)
Gambar 5.4 sampel ruangan pada lantai 3
Sumber : Dokumen Pribadi
SAMPEL
3B
SAMPEL
3A
57
5.1.3 Kajian Objek Penelitian Terhadap Posisi sudut Matahari
Pada penelitian ini posisi matahai atau nilai azimuth dan altitude
menggunakan perhitungan dari software Ecotect untuk mempermudah
peneliti. Hasil dari perhitungan Ecotect nilai posisi azimuth dan sudut
bayangan sesuai dengan posisi geografis Gedung Laboratorium Ekonomi
dan Bisnis Undip pada tanggal ekstrim yaitu 21 Maret, 22 Juni, dan 22
Desember adalah sebagai berikut.
Tabel 5.1 Azimuth dan altitude pada tanggal 21 Maret
Waktu Azimuth Altitude HSA VSA
08.00 95.1o 33.1 o 29.4 o 36.8 o
09.00 98.5 o 47.9 o 32.8 o 52.8 o
10.00 104.8 o 62.5 o 39.1 o 68.0 o
11.00 122.8 o 76.2 o 57.1 o 82.4 o
12.00 -155.4 o 81.7 o 138.9 o 96.3
13.00 -111.5 o 70.1 o -177.2 o 109.9 o
14.00 -101.3 o 55.8 o -167.0 o 123.5 o
15.00 -96.8 o 41.1 o -162.5 o 137.5 o
16.00 -93.9 o 26.3 o -159.6 o 152.2 o
Tabel 5.2 Azimuth dan altitude pada tanggal 22 Juni
Waktu Azimuth Altitude HSA VSA
08.00 66.5 o 34.7 o 0.8 o 34.7 o
09.00 62.7 o 48.2 o -3.0 o 48.3 o
10.00 53.5 o 60.9 o -12.2 o 61.5 o
11.00 30.1 o 71.1 o -35.6 o 74.5 o
12.00 -15.4 o 73.2 o -81.1 o 87.3 o
13.00 -47.5 o 65.1 o -113.2 o 100.4 o
14.00 -60.3 o 52.9 o -121.0 o 107.1 o
15.00 -65.5 o 39.6 o -131.2 o 128.5 o
16.00 -67.4 o 26.0 o -133.1 o 144.5 o
Sumber : Software Ecotect
Sumber : Software Ecotect
58
Tabel 5.3 Azimuth dan altitude pada tanggal 22 Desember
Waktu Azimuth Altitude HSA VSA
08.00 121.9 o 28.7 o 56.2 o 44.5 o
09.00 129.9 o 40.8 o 64.1 o 63.2 o
10.00 143.0 o 51.1 o 77.3 o 79.9 o
11.00 163.7 o 57.9 o 98.0 o 95.0 o
12.00 -170.0 o 58.7 o 124.3 o 108.9 o
13.00 -147.3 o 53.2 o 147.0 o 122.1 o
14.00 -132.5 o 43.5 o 161.8 o 135.0 o
15.00 -123.5 o 31.7 o 170.8 o 147.9 o
16.00 -117.9 o 18.9 o 176.4 o 161.0 o
Dari posisi azimuth dan altitude inilah bisa diteliti berapa sudut
shadow angle sehingga dapat dihitung luasan berkas cahaya yang
terbentuk di suatu ruangan yang dijadikan sampel dalam penelitian.
Sehingga dapat diperolah prosentase luasan pembentukan berkas cahaya
pada setiap ruangan. Setelah itu akan dikaitkan dengan layout perabot
dalam ruang yang di kaitkan dengan hasil pembentukan berkas cahaya
tersebut. Pengaruh pembentukan berkas cahaya pada 21 maret 22 juni dan
22 Desember terletak pada posisi matahari atau nilai azimuth dan altitude
nya. Untuk secara jelas dapat dilihat dari gambar dibawah ini gambar 5.5
dan 5.6 yang menjelaskan posisi matahari terhadap gedung Laboratorium
Ekonomi dan Bisnis Undip.
Sumber : Software Ecotect
59
66.5⁰
Gambar 5.5 Diagram matahari dalam kondisi arah matahari pagi
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 5.6 Diagram matahari dalam kondisi arah matahari sore
Sumber : Dokumen Pribadi
95.1⁰
121.9⁰
26.5⁰
95.1⁰
117.9⁰
60
Pada gambar 5.5 diatas merupakan diagram waktu pagi, posisi
matahari pada tanggal 22 juni 66.5⁰ hampir tegak lurus dengan posisi
orientasi bukaan pada zona A atau zona yang menghadap timur laut,
sedangkan 21 maret posisi matahari berada pada 95.1⁰ sehingga tidak
terlalu banyak berkas cahaya yang masuk kedalam ruangan, dan pada 22
desember posisi matahari berada bada 121.9⁰ sehingga pada tanggal ini
cahaya matahari paling sedikit masuk ke dalam ruangan karena sudah
terhalang sun shading.
Pada gambar 5.6 menjelaskan waktu sore posisi matahari pada
tanggal 22 Desember paling banyak menyinari kedalam ruangan karena
berada pada -117.9⁰ yang searah dengan orientasi bukaan pada zona B
atau zona yang menghadap barat daya. Sedangkan pada tanggal 21 maret
sinar matahari yang masuk lebih sedikit karena posisi matahari (azimuth)
berada pada 95.1⁰ yang posisinya terhadap bangunan miring (tidak searah
dengan orientasi bukaan) dan sudah terhalang dinding dan sun shading.
Sinar matahari yang paling sedikit masuk kedalam ruangan yaitu pada
tanggal 22 juni karena posisi matahari berada pada (azimuth) 26.5⁰ yang
posisinya terhadap bangunan sangat miring dan sudah terhalang dinding
dan sun shading.
Dari analisa diatas bahwa Gedung Laboratorium FEB Undip ini
memiliki orientasi bangunan menghadap ke timur dan barat sehingga
membutuhkan alat penghalang sinar matahari yaitu sun shading yang tepat
agar berkas cahaya yang masuk dalam ruangan tidak berlebihan. Dari
analisa posisi matahari menggunakan diagram mataharii dapat
disimpulakan bahwa ruangan pada gedung ini terkena paparan sinar
matahari yang mengakibatkan pembentukan berkas cahaya paling banyak
pada 22 Juni dan 22 Desember.
61
5.2 Kajian Peran Sun Shading Terhadap Tingkat Pencahayaan Alami dalam
Ruang Kelas dan Lab. Komputer
5.2.1 Tingkat Pencahayaan Alami pada sampel 1A
SAMPEL 1A
Waktu Titik Ukur
1 Titik Ukur
2 Titik Ukur
3
8.00 70 93 43
9.00 87 124 60
10.00 125 156 83
11.00 175 198 94
12.00 198 230 115
13.00 216 232 117
14.00 153 187 100
15.00 100 142 70
16.00 86 99 60
Rata-Rata 134.44 162.33 82.44 Sumber” Dokumen Pribadi
Tabel diatas merupakan tabel hasil pengukuran intensitas cahaya
pada tanggal 22 Desember dengan kondisi pencahayaan alami pada ruang
sampel 1A. Terdapat 3 titik ukur yang sudah ditentukan letaknya sesuai
dengan SNI untuk pengukuran intensitas cahaya dalam ruangan dengan
kondisi pencahayaan alami. Tabel diatas merupakan hasil pengukuran
intensitas cahaya pada ruang sampel 1A pada pukul 8 pagi hingga 4 sore
dengan kondisi cuaca terang. Peneliti melakukan perbandingan hasil
pengukuran menggunakan software Dialux untuk tanggal yang sama. Hasil
pengukuran tersebut terdapat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.4 Pengukuran Intensitas Cahaya Sampel 1A
Gambar 5.7 Titik Ukur Sampel 1A Sumber : Dokumen Pribadi
62
SAMPEL 1A
Waktu Titik Ukur 1 Titik Ukur 2 Titik Ukur 3
8.00 105 113 53
9.00 132 145 65
10.00 158 187 90
11.00 213 224 108
12.00 232 245 123
13.00 236 248 125
14.00 169 233 112
15.00 118 155 73
16.00 110 123 61
Rata-Rata 163.67 185.89 90.00 Sumber” Dokumen Pribadi
Tabel diatas merupakan hasil pengukuran intensitas cahaya pada 22
Desember menggunakan software Dialux. Hasil pengukurannya sedikit
berbeda disebabkan kondisi eksisting pada ruang sampel 1A terhalang oleh
pepohonan diluar bangunan. Pada tabel dibawah ini merupakan
perbandingan antara pengukuran langsung di objek penelitian dan
menggunakan software dialux. Tingkat intensitas cahaya pada pengukuran
langsung lebih rendah disebabkan oleh kondisi nyata di lapangan dimana
banyak pepohonan yang berada pada sebelah timur sehingga menutupi
bukaan-bukaan pada lantai 1 sebelah timur contohnya pada sampel 1A.
Sedangkan pengukuran pada Dialux tidak memperhatikan lingkungan sekitar
sehingga tingkat intensitas cahayanya lebih tinggi.
SAMPEL 1A
Metode Titik Ukur
1 Titik Ukur
2 Titik Ukur
3
Pengukuran Langsung
134.44 162.33 82.44
Dialux 163.67 185.89 90.00
Selisih Nilai 29.23 23.56 7.56
Sumber” Dokumen Pribadi
Tabel 5.5 Intensitas Cahaya Sampel 1A dengan Dialux
Gambar 5.8 Titik Ukur Sampel 1A Sumber : Dokumen Pribadi
Tabel 5.6 Perbandingan Intensitas Cahaya Sampel 1A
Gambar 5.9 Titik Ukur Sampel 1A Sumber : Dokumen Pribadi
63
Tabel intensitas cahaya pada 22 Desember dengan pengukuran
langsung diatas di ringkas dalam bentuk grafik dibawah ini agar lebih
mudah untuk dibaca dan dipahami.
Grafik diatas merupakan hasil dari pengukuran intensitas cahaya
pada ruang sampel 1A. Kondisi pengukuran intensitas cahaya yaitu pada saat
cuaca terang dan hanya terdapat pencahayaan alami atau tidak
menggunakan cahaya lampu. Terdapat 3 titik ukur pada ruangan tersebut,
titik ukur 2 merupakan titik ukur yang memiliki intensitas cahaya paling tinggi
dibandingkan titik ukur lainnya. Hal ini disebabkan letak titik ukur 2 berada
dekat dengan jendela dan tidak terhalang oleh apapun. Titik ukur 1 nilai
intensitas cahayanya lebih rendah sebab dekat dengan dinding maka cahaya
pada titik tersebut tidak setinggi titik ukur 2, tetapi nilai intensitasnya tidak jauh
berbeda karena titik ukur 1 juga posisinya dekat dengan jendela. Pada titik
ukur 3 nilai intensitas cahayanya paling kecil disebabkan jauh dengan jendela
dan posisinya dekat dengan dinding. Nilai intensitas paling tinggi pada
ruangan tersebut pada pukul 1 siang yaitu hingga 213lux, lalu menurun
hingga sore hari . Standar Pencahayaan alami yang sesuai dengan SNI pada
ruang kelas yaitu 250lux. Untuk ruang sampel 1A ini rata-rata intensitas
0
50
100
150
200
250
8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00
Titik Ukur 1
Titik Ukur 2
Titik Ukur 3
Gambar 5.10 Grafik Intensitas Cahaya Sampel 1A Sumber : Dokumen Pribadi
64
cahaya pada ketiga titik ukur belum memenuhi standar pencahayaan alami
pada ruang kelas. Maka dari itu peneliti mensimulasikan menggunakan dialux
untuk pengukuran tingkat pencahayaan alami pada tanggal 22 Juni dan 21
Maret. Berikut merupakan hasil tingkat pencahayaan alami pada ruang
sampel 1A.
SAMPEL 1A
Waktu Titik
Ukur 1 Titik Ukur
2 Titik Ukur
3
8.00 213 236 92
9.00 289 318 102
10.00 300 356 115
11.00 349 379 134
12.00 373 409 144
13.00 376 412 145
14.00 312 389 137
15.00 276 342 121
16.00 255 297 113
Rata-Rata 304.78 348.67 122.56 Sumber” Dokumen Pribadi
SAMPEL 1A
Waktu Titik Ukur
1 Titik Ukur
2 Titik Ukur
3
8.00 161 217 76
9.00 191 234 83
10.00 225 258 113
11.00 247 309 129
12.00 267 338 141
13.00 272 344 144
14.00 240 276 137
15.00 228 243 107
16.00 182 229 85
Rata-Rata 223.67 272.00 112.78 Sumber” Dokumen Pribadi
Tabel 5.7 Pengukuran Intensitas Cahaya Sampel 1A pada 22 Juni
Tabel 5.8 Pengukuran Intensitas Cahaya Sampel 1A pada 21 Maret
Gambar 5.12 Titik Ukur Sampel 1A Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 5.11 Titik Ukur Sampel 1A Sumber : Dokumen Pribadi
65
Tabel diatas adalah hasil pengukuran intensitas cahaya ruang
sampel 1A menggunakan software Dialux. Hasil pengukuran pada tanggal
21 Maret tingkat intensiitas cahaya yang sudah memenuhi standar hanya
terdapat pada titik ukur 2. Titik ukur 1 rata-rata intensitas cahayanya 223 lux ,
nilai ini juga belum memenuhi standar 250 lux. Untuk titik ukur 3 masih jauh
dari standar sebab titik ini jauh dari jendela dan jendela yang paling dekat
dengan titik ukur 3 memiliki ukuran yang kecil dan menggunakan sun
shading. Hasil pengukuran 22 Juni terdapat 2 titik ukur yang sudah
memenuhi standar pencahayaan alami. Pada titik ukur 1 dan 2 tingkat
intensitas cahayanya sangat tinggi karena sudah diatas standar untuk ruang
kelas yaitu mencapai 304lux dan 348lux. Kesimpulan dari ketiga hasil
pengukuran tersebut diatas dirangkum dalam grafik dibawah ini.
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa pada bulan juni tingkat
intensitas ruang sampel 1A paling tinggi dibandingkan dengan bulan maret
dan desember. Maka perlu pada kondisi tersebut ruangan sampel 1A
membutuhkan perangkat sun shading pada bukaan yang posisinya dekat
Maret Juni Desember
titik ukur 1 223 305 164
titik ukur 2 272 349 186
titik ukur 3 113 123 90
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Tin
gkat
Inte
nsi
tas
Cah
aya
(Lu
x)
Gambar 5.13 Grafik Intensitas Cahaya Sampel 1A Sumber : Dokumen Pribadi
66
dengan titik ukur 1 dan 2, agar cahaya yang masuk kedalam ruangan tidak
berlebihan.
5.2.2 Tingkat Pencahayaan Alami pada sampel 1B
SAMPEL 1B
Waktu Titik Ukur 1 Titik Ukur 2 Titik Ukur 3
8.00 80 97 48
9.00 144 163 76
10.00 158 180 99
11.00 168 215 110
12.00 183 235 121
13.00 185 238 122
14.00 175 224 96
15.00 151 195 83
16.00 117 167 62
Rata-Rata 151.22 190.44 90.78
Tabel diatas merupakan tabel hasil pengukuran intensitas cahaya
pada tanggal 22 Desember dengan kondisi pencahayaan alami pada ruang
sampel 1B. Pengukuran dilakukan langsung di tempat objek penelitian.
Terdapat 3 titik ukur yang sudah ditentukan letaknya sesuai dengan SNI
untuk pengukuran intensitas cahaya dalam ruangan dengan kondisi
pencahayaan alami. Tabel diatas merupakan hasil pengukuran intensitas
cahaya pada ruang sampel 1B pada pukul 8 pagi hingga 4 sore dengan
kondisi cuaca terang. Peneliti melakukan perbandingan hasil pengukuran
menggunakan software Dialux untuk tanggal yang sama. Hasil pengukuran
tersebut terdapat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.9 Pengukuran Intensitas Cahaya Sampel 1B
Gambar 5.14 Titik Ukur Sampel 1B Sumber : Dokumen Pribadi
Sumber: Dokumen Pribadi
67
SAMPEL 1B
Waktu Titik Ukur
1 Titik Ukur
2 Titik Ukur
3
8.00 77 98 49
9.00 135 160 75
10.00 160 183 93
11.00 172 217 111
12.00 185 238 125
13.00 190 245 125
14.00 175 225 96
15.00 155 194 80
16.00 116 160 65
Rata-Rata 151.67 191.11 91.00 Sumber” Dokumen Pribadi
Tabel diatas merupakan hasil pengukuran intensitas cahaya pada 22
Desember menggunakan software Dialux. Pada tabel dibawah ini
merupakan perbandingan antara pengukuran langsung di objek penelitian
dan menggunakan software dialux. Rata-rata hasil pengukuran pada sampel
ruang 1B antara pengukuran langsung pada objek penelitian dan
menggunakan software dialux tidak jauh berbeda. Karena pada pengukuran
langsung kondisi cahaya terang dan bukaan pada ruangan tidak terhalang
oleh pepohonan.
SAMPEL 1B
Metode Titik Ukur
1 Titik Ukur
2 Titik Ukur
3
Pengukuran Langsung
151.22 190.44 90.78
Dialux 151.67 191.11 91.00
Selisih Nilai 0.45 0.67 0.22
Sumber” Dokumen Pribadi
Tabel 5.10 Intensitas Cahaya Sampel 1B dengan Dialux
Gambar 5.15 Titik Ukur Sampel 1B Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 5.16 Titik Ukur Sampel 1B Sumber : Dokumen Pribadi
Tabel 5.11 Perbandingan Intensitas Cahaya Sampel 1B
68
Tabel intensitas cahaya pada 22 Desember dengan pengukuran
langsung diatas di ringkas dalam bentuk grafik dibawah ini agar lebih
mudah untuk dibaca dan dipahami.
Grafik diatas merupakan hasil dari pengukuran intensitas cahaya
pada ruang sampel 1B. Kondisi pengukuran intensitas cahaya yaitu pada saat
cuaca terang dan hanya terdapat pencahayaan alami atau tidak
menggunakan cahaya lampu. Terdapat 3 titik ukur pada ruangan tersebut,
titik ukur 2 merupakan titik ukur yang memiliki intensitas cahaya paling tinggi
dibandingkan titik ukur lainnya. Hal ini disebabkan letak titik ukur 2 berada
dekat dengan jendela dan tidak terhalang oleh apapun. Titik ukur 1 nilai
intensitas cahayanya lebih rendah sebab dekat dengan dinding maka cahaya
pada titik tersebut tidak setinggi titik ukur 2, tetapi nilai intensitasnya tidak jauh
berbeda karena titik ukur 1 juga posisinya dekat dengan jendela. Pada titik
ukur 3 nilai intensitas cahayanya paling kecil disebabkan jauh dengan jendela
dan posisinya dekat dengan dinding, jendela yang posisinya paling dekat
dengan titik ukur 3 juga merupakan jendela yang dimensinya lebih kecil
dibandingkan jendela yang posisinya berada dekat dengan titik ukur 1 dan 2.
Nilai intensitas paling tinggi pada ruangan tersebut pada pukul 1 siang yaitu
hingga 245lux, lalu menurun hingga sore hari . Standar Pencahayaan alami
0
50
100
150
200
250
300
8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00
Titik Ukur 1
Titik Ukur 2
Titik Ukur 3
Gambar 5.17 Grafik Intensitas Cahaya Sampel 1B Sumber : Dokumen Pribadi
69
yang sesuai dengan SNI pada ruang kelas yaitu 250lux. Untuk ruang sampel
1B ini rata-rata intensitas cahaya pada ketiga titik ukur belum memenuhi
standar pencahayaan alami untuk ruang kelas. Maka dari itu peneliti
mensimulasikan menggunakan dialux untuk pengukuran tingkat pencahayaan
alami pada tanggal 22 Juni dan 21 Maret. Berikut merupakan hasil tingkat
pencahayaan alami pada ruang sampel 1B.
SAMPEL 1B
Waktu Titik
Ukur 1 Titik Ukur
2 Titik Ukur
3
8.00 187 214 68
9.00 273 358 117
10.00 273 327 135
11.00 349 381 158
12.00 376 410 170
13.00 344 413 171
14.00 322 347 162
15.00 283 302 142
16.00 228 241 97
Rata-Rata 292.78 332.56 135.56
Sumber” Dokumen Pribadi
SAMPEL 1B
Waktu Titik Ukur 1 Titik Ukur 2 Titik Ukur 3
8.00 147 182 58
9.00 167 241 101
10.00 266 284 114
11.00 269 323 124
12.00 313 370 136
13.00 319 377 138
14.00 285 342 131
15.00 251 302 116
16.00 143 175 92
Rata-Rata 240.00 288.44 112.22 Sumber” Dokumen Pribadi
Tabel 5.12 Pengukuran Intensitas Cahaya Sampel 1B pada 22 Juni
Tabel 5.13 Pengukuran Intensitas Cahaya Sampel 1B pada 21 Maret
Gambar 5.18 Titik Ukur Sampel 1B Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 5.19 Titik Ukur Sampel 1B Sumber : Dokumen Pribadi
70
Tabel diatas adalah hasil pengukuran intensitas cahaya ruang
sampel 1B menggunakan software Dialux. Hasil pengukuran pada tanggal
21 Maret tingkat intensiitas cahaya yang sudah memenuhi standar hanya
terdapat pada titik ukur 2. Titik ukur 1 rata-rata intensitas cahayanya 240 lux ,
nilai ini hampir memenuhi standar 250 lux. Untuk titik ukur 3 masih jauh dari
standar sebab titik ini jauh dari jendela dan jendela yang paling dekat dengan
titik ukur 3 memiliki ukuran yang kecil dan menggunakan sun shading. Hasil
pengukuran 22 Juni terdapat 2 titik ukur yang sudah memenuhi standar
pencahayaan alami. Pada titik ukur 1 dan 2 tingkat intensitas cahayanya
sangat tinggi karena sudah diatas standar untuk ruang kelas yaitu mencapai
293lux dan 333lux. Kesimpulan dari ketiga hasil pengukuran tersebut diatas
dirangkum dalam grafik dibawah ini.
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa pada bulan juni tingkat
intensitas ruang sampel 1B paling tinggi dibandingkan dengan bulan maret
dan desember. Maka perlu pada kondisi tersebut ruangan sampel 1B
membutuhkan perangkat sun shading pada bukaan yang posisinya dekat
Maret Juni Desember
titik ukur 1 240 293 151
titik ukur 2 288 320 190
titik ukur 3 112 136 91
0
50
100
150
200
250
300
350
Tin
gkat
Inte
nsi
tas
Cah
aya
(Lu
x)
Gambar 5.20 Grafik Intensitas Cahaya Sampel 1B Sumber : Dokumen Pribadi
71
dengan titik ukur 1 dan 2, agar cahaya yang masuk kedalam ruangan tidak
berlebihan. Untuk jendela yang posisinya dekat dengan titikukur 3 sebaiknya
tidak menggunakan perangkat sun shading sebab tingkat intensitas cahaya
di titik ukur 3 masih belum memenuhi standar.
5.2.3 Tingkat Pencahayaan Alami pada sampel 2B
SAMPEL 2B
Waktu Titik Ukur 1 Titik Ukur 2 Titik Ukur 3
8.00 45 126 77
9.00 79 141 127
10.00 84 188 173
11.00 100 225 200
12.00 110 251 225
13.00 111 254 220
14.00 105 240 215
15.00 91 208 186
16.00 70 155 144
Rata-Rata 88.33 198.67 174.11 Sumber: Dokumen Pribadi
Tabel diatas merupakan tabel hasil pengukuran intensitas cahaya
dengan kondisi pencahayaan alami pada ruang sampel 2B pada tanggal 22
Desember. Hasil pengukuran tersebut dilakukan langsung di objek
penelitian. Terdapat 3 titik ukur yang sudah ditentukan letaknya sesuai
dengan SNI untuk pengukuran intensitas cahaya dalam ruangan dengan
kondisi pencahayaan alami. Tabel diatas merupakan hasil pengukuran
intensitas cahaya pada ruang sampel 2B pada pukul 8 pagi hingga 4 sore
dengan kondisi cuaca terang. Peneliti melakukan perbandingan hasil
pengukuran menggunakan software Dialux untuk tanggal yang sama. Hasil
pengukuran tersebut terdapat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.14 Pengukuran Intensitas Cahaya Sampel 2B
Gambar 5.21 Titik Ukur Sampel 2B Sumber : Dokumen Pribadi
72
SAMPEL 2B
Waktu Titik Ukur
1 Titik Ukur
2 Titik Ukur
3
8.00 50 125 80
9.00 75 145 125
10.00 84 190 174
11.00 96 221 198
12.00 115 250 220
13.00 115 253 230
14.00 108 238 212
15.00 89 210 185
16.00 69 158 145
Rata-Rata 89.00 198.89 174.33
Sumber” Dokumen Pribadi
Tabel diatas merupakan hasil pengukuran intensitas cahaya pada 22
Desember menggunakan software Dialux. Pada tabel dibawah ini
merupakan perbandingan antara pengukuran langsung di objek penelitian
dan menggunakan software dialux. Rata-rata hasil pengukuran pada sampel
ruang 2B antara pengukuran langsung pada objek penelitian dan
menggunakan software dialux tidak jauh berbeda. Karena pada pengukuran
langsung kondisi cahaya terang dan bukaan pada ruangan tidak terhalang
oleh pepohonan.
SAMPEL 2B
Metode Titik Ukur
1 Titik Ukur
2 Titik Ukur
3
Pengukuran Langsung
88.33 198.67 174.11
Dialux 89.00 198.89 174.33
Selisih Nilai 0.67 0.22 0.22
Sumber” Dokumen Pribadi
Tabel 5.15 Intensitas Cahaya Sampel 2B dengan Dialux
Gambar 5.22 Titik Ukur Sampel 2B Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 5.23 Titik Ukur Sampel 2B Sumber : Dokumen Pribadi
Tabel 5.16 Perbandingan Intensitas Cahaya Sampel 2B
73
Tabel intensitas cahaya pada 22 Desember dengan pengukuran
langsung diatas di ringkas dalam bentuk grafik dibawah ini agar lebih
mudah untuk dibaca dan dipahami.
Grafik diatas merupakan hasil dari pengukuran intensitas cahaya
pada ruang sampel 2B. Kondisi pengukuran intensitas cahaya yaitu pada saat
cuaca terang dan hanya terdapat pencahayaan alami atau tidak
menggunakan cahaya lampu. Terdapat 3 titik ukur pada ruangan tersebut,
titik ukur 2 merupakan titik ukur yang memiliki intensitas cahaya paling tinggi
dibandingkan titik ukur lainnya. Hal ini disebabkan letak titik ukur 2 berada
dekat dengan jendela dan tidak terhalang oleh apapun. Titik ukur 3 nilai
intensitas cahayanya lebih rendah sebab dekat dengan dinding maka cahaya
pada titik tersebut tidak setinggi titik ukur 2, tetapi nilai intensitasnya tidak jauh
berbeda karena titik ukur 3 juga posisinya dekat dengan jendela. Pada titik
ukur 1 nilai intensitas cahayanya paling kecil disebabkan jauh dengan jendela
dan posisinya dekat dengan dinding, jendela yang posisinya paling dekat
dengan titik ukur 1 juga merupakan jendela yang dimensinya lebih kecil
dibandingkan jendela yang posisinya berada dekat dengan titik ukur 2 dan 3.
Nilai intensitas paling tinggi pada ruangan tersebut pada pukul 1 siang yaitu
hingga 253lux, lalu menurun hingga sore hari . Standar Pencahayaan alami
0
50
100
150
200
250
300
8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00
Titik Ukur 1
Titik Ukur 2
Titik Ukur 3
Gambar 5.24 Grafik Intensitas Cahaya Sampel 2B Sumber : Dokumen Pribadi
74
yang sesuai dengan SNI pada ruang kelas yaitu 250lux. Untuk ruang sampel
2B ini rata-rata intensitas cahayanya belum memenuhi standar pencahayaan
alami untuk ruang kelas. Maka dari itu peneliti mensimulasikan menggunakan
Dialux untuk pengukuran tingkat pencahayaan alami pada tanggal 22 Juni
dan 21 Maret. Berikut merupakan hasil tingkat pencahayaan alami pada
ruang sampel 2B.
SAMPEL 2B
Waktu Titik Ukur
1 Titik Ukur
2 Titik Ukur
3
8.00 118 307 271
9.00 119 331 288
10.00 150 365 336
11.00 174 415 336
12.00 188 447 421
13.00 194 461 425
14.00 179 421 401
15.00 161 373 359
16.00 125 298 281
Rata-Rata 156.44 379.78 346.44
Sumber” Dokumen Pribadi
SAMPEL 2B
Waktu Titik Ukur 1 Titik Ukur 2 Titik Ukur 3
8.00 68 183 127
9.00 112 285 245
10.00 151 351 331
11.00 148 339 254
12.00 162 371 278
13.00 165 378 283
14.00 157 289 250
15.00 138 240 220
16.00 110 192 176
Rata-Rata 134.56 292.00 240.44
Sumber” Dokumen Pribadi
Tabel 5.17 Pengukuran Intensitas Cahaya Sampel 2B pada 22 juni
Tabel 5.18 Pengukuran Intensitas Cahaya Sampel 2B pada 21 Maret
Gambar 5.26 Titik Ukur Sampel 2B Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 5.25 Titik Ukur Sampel 2B Sumber : Dokumen Pribadi
75
Tabel diatas adalah hasil pengukuran intensitas cahaya ruang
sampel 2B menggunakan software Dialux. Hasil pengukuran pada tanggal
21 Maret tingkat intensiitas cahaya yang sudah memenuhi standar hanya
terdapat pada titik ukur 2. Titik ukur 3 rata-rata intensitas cahayanya 240 lux ,
nilai ini hampir memenuhi standar 250 lux. Untuk titik ukur 1 masih jauh dari
standar sebab titik ini jauh dari jendela dan jendela yang paling dekat dengan
titik ukur 1 memiliki ukuran yang kecil dan menggunakan sun shading. Hasil
pengukuran 22 Juni terdapat 2 titik ukur yang sudah memenuhi standar
pencahayaan alami. Pada titik ukur 2 dan 3 tingkat intensitas cahayanya
sangat tinggi karena sudah diatas standar untuk ruang kelas yaitu mencapai
lebih dari 300lux. Kesimpulan dari ketiga hasil pengukuran tersebut diatas
dirangkum dalam grafik dibawah ini.
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa pada bulan juni tingkat
intensitas ruang sampel 2B paling tinggi dibandingkan dengan bulan maret
dan desember. Maka perlu pada kondisi tersebut ruangan sampel 2B
membutuhkan perangkat sun shading pada bukaan yang posisinya dekat
dengan titik ukur 2 dan 3, agar cahaya yang masuk kedalam ruangan tidak
Maret Juni Desember
titik ukur 1 135 156 88
titik ukur 2 292 380 199
titik ukur 3 240 346 174
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Tin
gkat
Inte
nsi
tas
Cah
aya
(Lu
x)
Gambar 5.27 Grafik Intensitas Cahaya Sampel 2B Sumber : Dokumen Pribadi
76
berlebihan. Untuk jendela yang posisinya dekat dengan titikukur 1 sebaiknya
tidak menggunakan perangkat sun shading sebab tingkat intensitas cahaya
di titik ukur 1 masih belum memenuhi standar pencahayaan alami untuk
ruang kelas.
5.2.4 Tingkat Pencahayaan Alami pada sampel 3A
SAMPEL 3A
Waktu Titik Ukur 1 Titik Ukur 2 Titik Ukur 3
8.00 162 194 122
9.00 220 322 210
10.00 249 361 240
11.00 346 431 286
12.00 378 470 290
13.00 329 477 293
14.00 310 449 252
15.00 268 410 219
16.00 208 362 197
Rata-Rata 274.44 386.22 234.33 Sumber: Dokumen Pribadi
Tabel diatas merupakan tabel hasil pengukuran intensitas cahaya
dengan kondisi pencahayaan alami pada ruang sampel 3A. Ruang Sampel
3A merupakan ruang lab computer, standar pencahayaan untuk ruang lab.
komputer menurut SNI yaitu 500lux. Hasil pengukuran tersebut dilakukan
langsung di lokasi objek penelitian. Terdapat 3 titik ukur yang sudah
ditentukan letaknya sesuai dengan SNI untuk pengukuran intensitas cahaya
dalam ruangan dengan kondisi pencahayaan alami. Tabel diatas merupakan
hasil pengukuran intensitas cahaya pada ruang sampel 3A pada pukul 8 pagi
hingga 4 sore dengan kondisi cuaca terang. Peneliti melakukan
perbandingan hasil pengukuran menggunakan software Dialux untuk tanggal
yang sama. Hasil pengukuran tersebut terdapat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.19 Pengukuran Intensitas Cahaya Sampel 3A
Gambar 5.28 Titik Ukur Sampel 3A Sumber : Dokumen Pribadi
77
SAMPEL 3A
Waktu Titik Ukur
1 Titik Ukur
2 Titik Ukur
3
8.00 165 198 124
9.00 220 320 218
10.00 250 365 238
11.00 340 430 298
12.00 365 487 289
13.00 366 490 290
14.00 301 440 267
15.00 265 412 210
16.00 210 368 195
Rata-Rata 275.78 390.00 236.56
Sumber” Dokumen Pribadi
Tabel diatas merupakan hasil pengukuran intensitas cahaya pada 22
Desember menggunakan software Dialux. Pada tabel dibawah ini
merupakan perbandingan antara pengukuran langsung di objek penelitian
dan menggunakan software dialux. Rata-rata hasil pengukuran pada sampel
ruang 3A antara pengukuran langsung pada objek penelitian dan
menggunakan software dialux tidak jauh berbeda. Karena pada pengukuran
langsung kondisi cahaya terang dan bukaan pada ruangan tidak terhalang
oleh pepohonan.
SAMPEL 3A
Metode Titik Ukur
1 Titik Ukur
2 Titik Ukur
3
Pengukuran Langsung
274.44 386.22 234.33
Dialux 275.78 390.00 236.56
Selisih Nilai 1.34 3.78 2.23
Sumber” Dokumen Pribadi
Tabel 5.20 Intensitas Cahaya Sampel 3A dengan Dialux
Gambar 5.28 Titik Ukur Sampel 3A Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 5.29 Titik Ukur Sampel 3A Sumber : Dokumen Pribadi
Tabel 5.21 Perbandingan Intensitas Cahaya Sampel 3A
78
Tabel intensitas cahaya pada 22 Desember dengan pengukuran
langsung diatas di ringkas dalam bentuk grafik dibawah ini agar lebih
mudah untuk dibaca dan dipahami.
Grafik diatas merupakan hasil dari pengukuran intensitas cahaya
pada ruang sampel 3A. Kondisi pengukuran intensitas cahaya yaitu pada
saat cuaca terang dan hanya terdapat pencahayaan alami atau tidak
menggunakan cahaya lampu. Terdapat 3 titik ukur pada ruangan tersebut,
titik ukur 2 merupakan titik ukur yang memiliki intensitas cahaya paling tinggi
dibandingkan titik ukur lainnya. Hal ini disebabkan letak titik ukur 2 berada
dekat dengan jendela dan tidak terhalang oleh apapun. Titik ukur 1 nilai
intensitas cahayanya lebih rendah sebab dekat dengan dinding maka
cahaya pada titik tersebut tidak setinggi titik ukur 2, tetapi nilai intensitasnya
tidak jauh berbeda karena titik ukur 2 juga posisinya dekat dengan jendela.
Pada titik ukur 3 nilai intensitas cahayanya paling kecil disebabkan jauh
dengan jendela dan posisinya dekat dengan dinding. Nilai intensitas paling
tinggi pada ruangan tersebut pada pukul 12siang yaitu hingga 490 lux, lalu
menurun hingga sore hari. Standar Pencahayaan alami yang sesuai dengan
SNI pada ruang lab komputer yaitu 500 lux. Untuk ruang sampel 3A ini
0
100
200
300
400
500
600
8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00
Titik Ukur 1
Titik Ukur 2
Titik Ukur 3
Gambar 5.30 Grafik Intensitas Cahaya Sampel 3A Sumber : Dokumen Pribadi
79
rata-rata intensitas cahayanya pada ketiga titik ukur belum memenuhi
stadar pencahayaan alami untuk ruang lab.komputer. Maka dari itu peneliti
mensimulasikan menggunakan dialux untuk pengukuran tingkat
pencahayaan alami pada tanggal 22 Juni dan 21 Maret. Berikut merupakan
hasil tingkat pencahayaan alami pada ruang sampel 3A.
SAMPEL 3A
Waktu Titik
Ukur 1 Titik Ukur
2 Titik Ukur
3
8.00 389 426 313
9.00 399 512 358
10.00 515 539 404
11.00 585 608 522
12.00 630 646 549
13.00 651 709 566
14.00 600 615 535
15.00 540 565 360
16.00 431 459 386
Rata-Rata 526.67 564.33 443.67 Sumber” Dokumen Pribadi
SAMPEL 3A
Waktu Titik Ukur 1 Titik Ukur 2 Titik Ukur 3
8.00 218 228 172
9.00 367 450 302
10.00 382 530 338
11.00 400 545 386
12.00 438 568 423
13.00 446 550 430
14.00 420 523 409
15.00 370 460 361
16.00 253 387 244
Rata-Rata 366.00 471.22 340.56 Sumber” Dokumen Pribadi
Tabel 5.23 Pengukuran Intensitas Cahaya Sampel 3A pada 21 Maret
Tabel 5.22 Pengukuran Intensitas Cahaya Sampel 3A pada 22 Juni
Gambar 5.31 Titik Ukur Sampel 3A Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 5.32 Titik Ukur Sampel 3A Sumber : Dokumen Pribadi
80
Tabel diatas adalah hasil pengukuran intensitas cahaya ruang
sampel 3A menggunakan software Dialux. Hasil pengukuran pada tanggal
21 Maret tingkat intensiitas cahaya pada ketiga titik ukur masih dibawah
500lux, berarti belum memenuhi standar pencahayaan alami untuk ruang
lab.komputer. Namun pada titik ukur 2 rata-rata intensitas cahayanya 471 lux
, nilai ini hampir memenuhi standar 500 lux. Untuk titik ukur 1 dan 3 masih
jauh dari standar sebab titik ini dekat dengan dinding jadi terdapat cahaya
yang terhalang oleh dinding. Hasil pengukuran 22 Juni pada titik ukur 1 dan
2 sudah memenuhi standar pencahayaan alami yaitu diatas 500lux. Untuk
titik ukur 3 intensitasnya 443 lux, nilai ini hampir memenuhi standar
pencahayaan alami untuk ruang lab.komputer yaitu 500lux. Kesimpulan dari
ketiga hasil pengukuran tersebut diatas dirangkum dalam grafik dibawah ini.
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa pada bulan juni tingkat
intensitas ruang sampel 3A paling tinggi dibandingkan dengan bulan maret
dan desember. Walaupun paling tinggi, tetapi pada bulan juni hanya titik ukur
1 dan 2 yang memenuhi standar diatas 500lux. Maka untuk segi tingkat
pencahayaan alami ruangan sampel 3A belum memerlukan sun shading
Maret Juni Desember
titik ukur 1 366 527 274
titik ukur 2 471 564 386
titik ukur 3 341 444 234
0
100
200
300
400
500
600
Tin
gkat
Inte
nsi
tas
Cah
aya
(Lu
x)
Gambar 5.33 Grafik Intensitas Cahaya Sampel 3A Sumber : Dokumen Pribadi
81
yang lebih panjang dimensinya untuk diterapkan pada ruangan tersebut.
Terutama pada bukaan yang dekat dengan titik ukur 3, tingkat intensitas
cahaya di titik ukur 3 masih belum memenuhi standar.
5.2.5 Tingkat Pencahayaan Alami pada sampel 3B
SAMPEL 3B
Waktu Titik Ukur 1 Titik Ukur 2 Titik Ukur 3
8.00 178 193 124
9.00 237 307 194
10.00 272 336 226
11.00 356 467 285
12.00 389 510 316
13.00 394 517 300
14.00 371 487 296
15.00 325 422 286
16.00 270 350 222
Rata-Rata 310.22 398.78 249.89
Tabel diatas merupakan tabel hasil pengukuran intensitas cahaya
dengan kondisi pencahayaan alami pada ruang sampel 3B. Ruang Sampel
3B merupakan ruang lab.komputer, standar pencahayaan untuk ruang lab.
komputer menurut SNI yaitu 500lux. Hasil pengukuran diatas
dilakukandengan pengukuran langsung pada objek penelitian. Terdapat 3
titik ukur yang sudah ditentukan letaknya sesuai dengan SNI untuk
pengukuran intensitas cahaya dalam ruangan dengan kondisi pencahayaan
alami. Tabel diatas merupakan hasil pengukuran intensitas cahaya pada
ruang sampel 3B pada pukul 8 pagi hingga 4 sore dengan kondisi cuaca
terang. Peneliti melakukan perbandingan hasil pengukuran menggunakan
software Dialux untuk tanggal yang sama. Hasil pengukuran tersebut
terdapat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.24 Pengukuran Intensitas Cahaya Sampel 3B
Gambar 5.34 Titik Ukur Sampel 3B Sumber : Dokumen Pribadi
Sumber: Dokumen Pribadi
82
SAMPEL 3B
Waktu Titik Ukur
1 Titik Ukur
2 Titik Ukur
3
8.00 180 205 145
9.00 240 322 215
10.00 278 359 216
11.00 387 477 312
12.00 395 520 320
13.00 398 525 315
14.00 350 438 276
15.00 325 415 246
16.00 258 339 210
Rata-Rata 312.33 400.00 250.56
Sumber” Dokumen Pribadi
Tabel diatas merupakan hasil pengukuran intensitas cahaya pada 22
Desember menggunakan software Dialux. . Pada tabel dibawah ini
merupakan perbandingan antara pengukuran langsung di objek penelitian
dan menggunakan software dialux. Rata-rata hasil pengukuran pada sampel
ruang 3B antara pengukuran langsung pada objek penelitian dan
menggunakan software dialux tidak jauh berbeda. Karena pada pengukuran
langsung kondisi cahaya terang dan bukaan pada ruangan tidak terhalang
oleh pepohonan.
SAMPEL 3B
Metode Titik Ukur
1 Titik Ukur
2 Titik Ukur
3
Pengukuran Langsung
310.22 398.78 249.89
Dialux 312.33 400.00 250.56
Selisih Nilai 2.11 1.22 0.67
Sumber” Dokumen Pribadi
Tabel 5.25 Intensitas Cahaya Sampel 3B dengan Dialux
Gambar 5.35 Titik Ukur Sampel 3B Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 5.36 Titik Ukur Sampel 3B Sumber : Dokumen Pribadi
Tabel 5.26 Perbandingan Intensitas Cahaya Sampel 3B
83
Tabel intensitas cahaya pada 22 Desember dengan pengukuran
langsung diatas di ringkas dalam bentuk grafik dibawah ini agar lebih
mudah untuk dibaca dan dipahami.
Grafik diatas merupakan hasil dari pengukuran intensitas cahaya
pada ruang sampel 3B. Kondisi pengukuran intensitas cahaya yaitu pada saat
cuaca terang dan hanya terdapat pencahayaan alami atau tidak
menggunakan cahaya lampu. Terdapat 3 titik ukur pada ruangan tersebut,
titik ukur 2 merupakan titik ukur yang memiliki intensitas cahaya paling tinggi
dibandingkan titik ukur lainnya. Hal ini disebabkan letak titik ukur 2 berada
dekat dengan jendela dan tidak terhalang oleh apapun. Titik ukur 1 nilai
intensitas cahayanya lebih rendah sebab dekat dengan dinding maka cahaya
pada titik tersebut tidak setinggi titik ukur 2, tetapi nilai intensitasnya tidak jauh
berbeda karena titik ukur 2 juga posisinya dekat dengan jendela. Pada titik
ukur 3 nilai intensitas cahayanya paling kecil disebabkan lebih jauh dengan
jendela dan posisinya dekat dengan dinding. Nilai intensitas paling tinggi pada
ruangan tersebut pada pukul 1 siang yaitu hingga 525 lux, lalu menurun
hingga sore hari . Standar Pencahayaan alami yang sesuai dengan SNI pada
ruang lab.komputer yaitu 500 lux. Untuk ruang sampel 3B ini rata-rata
intensitas cahayanya di ketiga titik ukur belum memenuhi standar
0
100
200
300
400
500
600
8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00
Titik Ukur 1
Titik Ukur 2
Titik Ukur 3
Gambar 5.37 Grafik Intensitas Cahaya Sampel 3B Sumber : Dokumen Pribadi
84
pencahayaan alami untuk ruang lab.komputer. Maka dari itu peneliti
mensimulasikan menggunakan dialux untuk pengukuran tingkat pencahayaan
alami pada tanggal 22 Juni dan 21 Maret. Berikut merupakan hasil tingkat
pencahayaan alami pada ruang sampel 3B.
SAMPEL 3B
Waktu Titik Ukur
1 Titik Ukur
2 Titik Ukur
3
8.00 494 510 310
9.00 514 579 388
10.00 551 572 455
11.00 572 622 476
12.00 616 670 513
13.00 621 676 517
14.00 598 638 543
15.00 492 560 514
16.00 419 479 380
Rata-Rata 541.89 589.56 455.11 Sumber: Dokumen Pribadi
SAMPEL 3B
Waktu Titik Ukur 1 Titik Ukur 2 Titik Ukur 3
8.00 243 261 149
9.00 358 418 226
10.00 371 449 304
11.00 442 499 332
12.00 483 585 363
13.00 492 596 370
14.00 432 525 351
15.00 380 462 289
16.00 277 427 231
Rata-Rata 386.44 469.11 290.56 Sumber: Dokumen Pribadi
Tabel diatas adalah hasil pengukuran intensitas cahaya ruang
sampel 3B menggunakan software Dialux. Hasil pengukuran pada tanggal
Tabel 5.27 Pengukuran Intensitas Cahaya Sampel 3B pada 22 Juni
Tabel 5.28 Pengukuran Intensitas Cahaya Sampel 3B pada 21 Maret
Gambar 5.39 Titik Ukur Sampel 3B Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 5.38 Titik Ukur Sampel 3B Sumber : Dokumen Pribadi
85
21 Maret tingkat intensiitas cahaya pada ketiga titik ukur masih dibawah
500lux, berarti belum memenuhi standar pencahayaan alami untuk ruang
lab.komputer. Namun pada titik ukur 2 rata-rata intensitas cahayanya 469 lux
, nilai ini hampir memenuhi standar 500 lux. Untuk titik ukur 1 dan 3 masih
jauh dari standar sebab titik ini dekat dengan dinding jadi terdapat cahaya
yang terhalang oleh dinding. Hasil pengukuran 22 Juni pada titik ukur 1 dan
2 sudah memenuhi standar pencahayaan alami yaitu 500lux. Untuk titik ukur
3 intensitasnya 455 lux, nilai ini hampir memenuhi standar pencahayaan
alami untuk ruang lab.komputer yaitu 500lux. Kesimpulan dari ketiga hasil
pengukuran tersebut diatas dirangkum dalam grafik dibawah ini.
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa pada bulan juni tingkat
intensitas ruang sampel 3B paling tinggi dibandingkan dengan bulan maret
dan desember. Walaupun paling tinggi, tetapi pada bulan juni hanya titik ukur
1 dan 2 yang memenuhi standar diatas 500lux. Maka untuk segi tingkat
pencahayaan alami ruangan sampel 3B belum memerlukan sun shading
yang lebih panjang dimensinya untuk diterapkan pada ruangan tersebut.
Maret Juni Desember
titik ukur 1 386 541 310
titik ukur 2 469 590 399
titik ukur 3 291 455 250
0
100
200
300
400
500
600
700
Tin
gkat
Inte
nsi
tas
Cah
aya
(Lu
x)
Gambar 5.40 Grafik Intensitas Cahaya Sampel 3B Sumber : Dokumen Pribadi
86
Terutama pada bukaan yang dekat dengan titik ukur 3, tingkat intensitas
cahaya di titik ukur 3 masih belum memenuhi standar.
5.3 Kajian Peran Sun Shading Terhadap Pembentukan Berkas Cahaya dalam
Ruang Kelas dan Lab.Komputer
Shading Device yaitu alat pengontrol terhadap panas karena sinar
matahari dan penghalau sinar matahari yang masuk ke bangunan serta
memberikan pembayangan yang dapat mengurangi panas. (Heinz , F, 1998).
Maka dari itu peneliti disini akan menganalisa apakah penggunaan sun
shading dapat berperan penting untuk meminimalisir cahaya matahari yang
masuk kedalam ruangan. Peneliti menggunakan bantuan software Sketchup
untuk simulasi pembentukan berkas cahaya akibat pencahayaan alami yang
dihasilkan pada tanggal-tanggal ekstrim pada ruangan eksisiting yang
menggunakan sun shading, dan dibandingkan dengan ruangan tanpa sun
shading. Sehingga dapat diketahui peran penggunaan sun shading melalui
perbandingan nilai dalam penggunaan sun shading dengan tanpa sun
shading,
5.3.1 Kajian Hasil Pembentukan Berkas Cahaya Dalam Ruangan
5.3.1.1 Kajian Hasil Pembentukan Berkas Cahaya 21 Maret
Dibawah ini merupakan hasil simulasi kelima sampel yaitu 1A, 1B,
2B, 3A, dan 3B pada tanggal 21 Maret, Simulasi dilakukan pada pukul
08.00 sampai pukul 16.00 menggunakan software Sketchup.
87
Tabel 5.29 Hasil Pembentukan Berkas Cahaya 21 Maret Sampel 1A
SAMPEL 1A 21 MARET
RUANG KELAS
Pukul : 08.00 SBH : 29.4
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 76.5 m2
Presentase Berkas Cahaya = (91-76.51): 91 x100% = 15.92 %
Pukul : 09.00 SBH : 30.9
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 83.1 m2
Presentase Berkas Cahaya: = (91-83.1): 91 x100% = 8.68 %
Pukul : 10.00 SBH : 39.1
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 87.52 m2
Presentase Berkas Cahaya: = (91-87.52): 91 x100% = 3.9%
Pukul : 12.00 SBH : 138
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 91 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-91): 91 x100% = 0
Pukul : 14.00 SBH : 167
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 91 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-91): 91 x100% = 0
Pukul : 15.00 SBH : 162
0
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 91 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-91): 91 x100% = 0
Pukul : 16.00 SBH : 159
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 91 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-91): 91 x100% = 0
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
Hasil simulasi diatas dapat terlihat bahwa pada sampel 1A terdapat
pembentukan berkas cahaya pada pukul 8.00 , 9.00, dan pukul 10.00 pagi.
Hal ini dikarenakan arah bukaan pada sampel 1 A menghadap kearah timur
sehingga pada waktu pagi hari terkena pencahayaan sinar matahari yang
menghasilkan pembentukan berkas cahaya. Nilai prosentase berkas cahaya
berbeda-beda karena dipengaruhi oleh posisi sudut posisi matahari. Pada
saat pukul 8 pagi posisi matahari masih berada pada sudut 33o , dimana
pada sudut posisi matahari tersebut cahaya masih dapat masuk kedalam
ruangan sehingga membentuk berkas cahaya. Pada pukul 9 dan 10 pagi
sudut posisi matahari semakin naik sehingga berkas cahaya yang terbentuk
88
semakin kecil. Dan pada pukul 12 siang posisi matahari sudah berada di
atas bangunan sehingga tidak terbentuk berkas cahaya pada ruangan, sama
halnya dengan pukul 2 siang hingga sore posisi matahari sudah berada
diarah barat dan pada ruangan 1A tidak memiliki bukaan pada bagian barat
sehingga prosentase berkas cahaya nol atau tidak terjadi pembentukan
berkas cahaya pada jam-jam tersebut.
Tabel 5.30 Hasil Pembentukan Berkas Cahaya 21 Maret Sampel 1B
SAMPEL 1B 21 MARET
RUANG KELAS
Pukul : 08.00 SBH : 29.4
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap : 92m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-92): 92 x100% = 0 %
Pukul : 09.00 SBH : 32.8
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap : 92m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-92): 92 x100% = 0 %
Pukul : 10.00 SBH : 39.1
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap : 92m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-92): 92 x100% = 0 %
Pukul : 12.00 SBH : 138.9
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap : 92m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-92): 92 x100% = 0 %
Pukul : 14.00 SBH : 167.0
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap : 88.2m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-88.2): 92 x100% = 4.2%
Pukul : 15.00 SBH : 162.5
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap : 81.73m2
Presentase Luas Berkas Cahaya:
= (92-81.73): 92 x100%
= 11.2%
Pukul : 16.00 SBH : 159.6
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap : 74.2m2
Presentase Luas Berkas Cahaya:
= (92-74.2): 92 x100%
= 19.4%
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
Hasil simulasi pad sampel 1B yaitu terdapat pembentukan berkas
cahaya pada pukul 14.00, 15.00, dan 16.00 . hal ini disebabkan bukaan
pada ruangan tersebut hanya memiliki bukaan di sebelah barat sehingga
sinar matahari pada sore hari masuk kedalam ruangan dan terbentuk
89
berkas cahaya pada saat sore hari tetapi tidak terbentuk berkas cahaya
pada saat pagi hari. Nilai prosentase berkas cahaya pada pukul 2 siang
hingga sore hari juga berbeda, hal ini dikarenkan posisi matahari pada pukul
2 siang hampir tegak lurus dengan bangunan sehingga berkas cahaya yang
dihasilkan lebih kecil dibandingan dengan pada pukul 3 dan 4 sore yang
posisi matahari sudah semakin turun. Pada pagi hari ruangan tersebut tidak
terbentuk berkas cahaya karena posisi matahari berada di sebelah timur
sehingga sinar matahari pagi hari dari timur tidak dapat masuk kedalam
ruangan karena ruangan tersebut tidak memiliki bukaan pada sebelah timur.
Tabel 5.31 Hasil Pembentukan Berkas Cahaya 21 Maret Sampel 2B
SAMPEL 2B 21 MARET
RUANG KELAS
Pukul : 08.00 SBH : 29.4
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap : 61m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-61): 61 x100% = 0 %
Pukul : 09.00 SBH : 32.8
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap : 61m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-61): 61 x100% = 0 %
Pukul : 10.00 SBH : 39.1
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap : 61m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-61): 61 x100% = 0 %
Pukul : 12.00 SBH : 138.9
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap : 61m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-61): 61 x100% = 0 %
Pukul : 14.00 SBH : 167.0
o
Luas Ruang :61m2
Luas Pola Gelap :59.83m2
Presentase Berkas Cahaya: = (61-59.83): 61 x100% = 2%
Pukul : 15.00 SBH : 162.5
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap : 58.05 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-58.05): 61 x100% = 4.84%
Pukul : 16.00 SBH : 159.6
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap : 53.91 m2
Presentase Berkas Cahaya: = (61-53.91): 61 x100% = 29.9%
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
90
Hasil simulasi pad sampel 2B yaitu terdapat pembentukan berkas
cahaya pada pukul 14.00, 15.00, dan 16.00 . Nilai prosentase berkas cahaya
pada pukul 2 siang hingga sore hari juga berbeda, hal ini dikarenakan posisi
matahari (altitude) pada pukul 4 sore berada pada sudut 26.3o dimana pada
sudut tersebut posisi matahari masih dapat masuk kedalam ruangan
sehingga membentuk berkas cahaya. Pada pukul 2 dan 3 siang sudut posisi
matahari semakin naik sehingga berkas cahaya yang terbentuk semakin
kecil. Hal ini juga disebabkan bukaan pada ruangan tersebut hanya berada
di sebelah barat sehingga sinar matahari pada sore hari masuk kedalam
ruangan dan terbentuk berkas cahaya pada saat sore hari tetapi tidak
terbentuk berkas cahaya pada saat pagi hari. Pada pagi hari ruangan
tersebut tidak terbentuk berkas cahaya karena posisi matahari berada di
sebelah timur sehingga sinar matahari pagi hari dari timur tidak dapat masuk
kedalam ruangan karena ruangan tersebut tidak memiliki bukaan pada
sebelah timur.
Tabel 5.32 Hasil Pembentukan Berkas Cahaya 21 Maret Sampel 3A
SAMPEL 3A 21 MARET
RUANG LAB.KOMPUTER
Pukul : 08.00 SBH : 29.4
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap :64.45 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-64.45): 89 x100% = 27.6 %
Pukul : 09.00 SBH : 32.8
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap : 73.52 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-73.52): 89 x100% = 17.4 %
Pukul : 10.00 SBH : 39.1
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap : 81.12 m2
Presentase Berkas Cahaya: = (89-81.12): 89 x100% = 9%
91
Tabel 5.32 Lanjutan Hasil Pembentukan Berkas Cahaya 21 Maret Sampel 3A
Pukul : 12.00 SBH : 138.9
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap : 89m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-89): 89 x100% = 0 %
Pukul : 14.00 SBH : -167.0
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap : 89m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-89): 89 x100% = 0 %
Pukul : 15.00 SBH : -162.5
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap : 89m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-89): 89 x100% = 0 %
Pukul : 16.00 SBH : -159.6
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap : 89m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-89): 89 x100% = 0 %
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
Hasil simulasi diatas dapat terlihat bahwa pada sampel 3A terdapat
pembentukan berkas cahaya pada pukul 8.00 , 9.00, dan pukul 10.00 pagi.
Hal ini dikarenakan arah bukaan pada sampel 3A menghadap kearah timur
sehingga pada waktu pagi hari terkena pencahayaan sinar matahari. Nilai
prosentase luas berkas cahaya berbeda-beda karena dipengaruhi oleh posisi
sudut posisi matahari. Pada saat pukul 8 pagi posisi matahari masih berada
pada sudut 33o , dimana pada sudut tersebut posisi matahari masih dapat
masuk kedalam ruangan sehingga membentuk berkas cahaya. Pada pukul 9
dan 10 pagi sudut posisi matahari semakin naik sehingga berkas cahaya
yang terbentuk semakin kecil. Dan pada pukul 12 siang posisi matahari
sudah berada di atas bangunan sehingga tidak terbentuk berkas cahaya
pada ruangan, sama halnya dengan pukul 2 siang hingga sore posisi
matahari sudah berada diarah barat dan pada ruangan 3A tidak memiliki
bukaan pada bagian barat sehingga prosentase berkas cahaya nol atau
tidak terjadi pembentukan berkas cahaya pada jam-jam tersebut. Nilai
prosentase berkas cahaya pada sampel 3A lebih besar dibandingkan sampel
1A , 1B, dan 2B karena lubang cahaya pada sampel 3A lebih besar.
92
Tabel 5.33 Hasil Pembentukan Berkas Cahaya 21 Maret Sampel 3B
SAMPEL 3B 21 MARET
RUANG LAB.KOMPUTER
Pukul : 08.00 SBH : 29.4
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap :104 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-104): 104 x100% = 0 %
Pukul : 09.00 SBH : 32.8
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap :104 m2
Presentase Berkas Cahaya: = (104-104): 104 x100% = 0 %
Pukul : 10.00 SBH : 39.1
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap :104 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-104): 104 x100% = 0 %
Pukul : 12.00 SBH : 138.9
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap :104 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-104): 104 x100% = 0 %
Pukul : 14.00 SBH : 167.0
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap :96.17m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-96.17): 104 x100% = 7.6 %
Pukul : 15.00 SBH : 162.5
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap : 89.18 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-89.18): 104 x100% = 14.3%
Pukul : 16.00 SBH : 159.6
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap : 72.96 m2
Presentase Berkas Cahaya: = (104-72.96): 104 x100% = 29.9 %
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
Hasil simulasi pad sampel 3B yaitu terdapat pembentukan berkas
cahaya pada pukul 14.00, 15.00, dan 16.00 . Nilai prosentase berkas cahaya
pada pukul 2 siang hingga sore hari juga berbeda, hal ini dikarenakan posisi
matahari (altitude) pada pukul 4 sore berada pada sudut 26.3o dimana pada
sudut tersebut posisi matahari masih dapat masuk kedalam ruangan
sehingga membentuk berkas cahaya. Pada pukul 2 dan 3 siang sudut posisi
matahari semakin naik sehingga berkas cahaya yang terbentuk semakin
kecil. Hal ini juga disebabkan bukaan pada ruangan tersebut hanya berada
di sebelah barat sehingga sinar matahari pada sore hari masuk kedalam
93
ruangan dan terbentuk berkas cahaya pada saat sore hari tetapi tidak
terbentuk berkas cahaya pada saat pagi hari. Pada pagi hari ruangan
tersebut tidak terbentuk berkas cahaya karena posisi matahari berada di
sebelah timur sehingga sinar matahari pagi hari dari timur tidak dapat masuk
kedalam ruangan karena ruangan tersebut tidak memiliki bukaan pada
sebelah timur. Nilai prosentase berkas cahaya pada sampel 3B lebih besar
dibandingkan sampel 1A , 1B, dan 2B karena lubang cahaya pada sampel
3B lebih besar.
Tabel diatas merupakan hasil simulasi pada sampel 1A , 1B, 2B, 3A,
dan 3B pada pukul 08.00 hingga 16.00. Pada sampel 1A dan 3A
pembentukan berkas cahaya terjadi pada pukul 08.00 – 10.00 disebabkan
ruangan ini memiliki orientasi bukaan menghadap ketimur sehingga terkena
sinar matahari dari timur pada pagi hari maka terbentuk berkas cahaya
dalam ruangan tersebut. Pada sampel 1B, 2B, dan 3B pembentukan berkas
cahaya terjadi pada pukul 14.00 sampai 16.00 disebabkan ruangan ini
memiliki orientasi bukaan menghadap kebarat sehingga terkena sinar
matahari dari barat pada sore hari maka terbentuk berkas cahaya dalam
ruangan tersebut. Pada Tabel dibawah ini merupakan rekapitulasi hasil
prosentase pola terang pada kelima sampel pada 21 Maret.
Tabel 5.34 Prosentase Luasan Pembentukan Berkas Cahaya 21 Maret
ZONA SAMPEL 8.00 9.00 10.00 12.00 14.00 15.00 16.00
ZONA
A
SAMPEL
1A 15.9 % 8.68% 3.9 % 0 0 0 0
SAMPEL
3A 27.6 % 17.4% 9% 0 0 0 0
ZONA
B
SAMPEL
1B 0 0 0 0 4.2% 11.2% 19.4%
SAMPEL
2B 0 0 0 0 2% 4.84% 11.7%
SAMPEL
3B 0 0 0 0 7.6% 14.3% 29.9%
Sumber : Hasil Analisa Pribadi
94
Pada tabel diatas merupakan hasil prosentasi berkas cahaya pada
tanggal 21 Maret yang diambil pada pukul 8.00, 9.00, 10.00, 12.00, 14.00,
15.00, 16.00. Dari tabel tersebut dapat terlihat sampel 1A dan 3A ruangan
ini terdapat pembentukan berkas cahaya pada pagi hari karena ruangan ini
memiliki bukaan jendela yang menghadap kearah timur .
Sedangkan sampel 1B , 2B, dan 3B pada waktu pagi ruangan secara
keseluruhan tidak terdapat berkas cahaya karena presentase berkas
cahaya nol, tetapi mulai dari pukul 14.00 hingga sore pukul 16.00 ruangan
ini terdapat berkas cahaya, bahkan lebih sore maka luas berkas cahaya
meningkat. Hal ini disebabkan ruangan pada zona B memiliki bukaan yang
arahnya ke sebelah barat daya dan terkena cahaya matahari pada sore hari
dari sebelah barat. Sehingga pada pukul 14.00- 16.00 di zona B terdapat
pembentukan berkas cahaya.
5.3.1.2 Kajian Hasil Simulasi Pembentukan Berkas Cahaya 22 Juni
Dibawah ini merupakan hasil simulasi kelima sampel yaitu 1A, 1B,
2B,3A, dan 3B pada tanggal 22 Juni Simulasi dilakukan pada pukul 08.00
sampai pukul 16.00 menggunakan software Sketchup.
Tabel 5.35 Hasil Pembentukan Berkas Cahaya 22 Juni Sampel 1A
SAMPEL 1A 22 JUNI
Pukul : 08.00 SBH : 0.8
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap :67.14m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-67.14): 91 x100% = 26.2 %
Pukul : 09.00 SBH : 3
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 79.31m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-79.31): 91 x100% = 12.8 %
Pukul : 10.00 SBH : 12.2
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 84.94m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-84.94): 91 x100% = 6.6%
95
Tabel 5.35 Lanjutan Hasil Pembentukan Berkas Cahaya 22 Juni Sampel 1A
Pukul : 12.00 SBH : 81.1
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 91 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-91): 91 x100% = 0
Pukul : 14.00 SBH : 126
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 91 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-91): 91 x100% = 0
Pukul : 15.00 SBH : 131
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 91 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-91): 91 x100% = 0
Pukul : 16.00 SBH : 133
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 91 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-91): 91 x100% = 0
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
Hasil simulasi diatas dapat terlihat bahwa pada sampel 1 A terdapat
pembentukan berkas cahaya pada pukul 8.00 , 9.00, dan pukul 10.00 pagi.
Hal ini dikarenakan arah bukaan pada sampel 1A menghadap kearah timur
sehingga pada waktu pagi hari terkena cahaya sinar matahari. Nilai
prosentasenyapun berbeda-beda karena dipengaruhi oleh posisi sudut posisi
matahari. Pada saat pukul 8 pagi posisi matahari masih berada pada sudut
34.7o , dimana pada sudut tersebut posisi matahari masih dapat masuk
kedalam ruangan sehingga membentuk berkas cahaya. Pada pukul 9 dan 10
pagi sudut posisi matahari semakin naik sehingga berkas cahaya yang
terbentuk semakin kecil. Dan pada pukul 12 siang posisi matahari sudah
berada di atas bangunan sehingga tidak terbentuk berkas cahaya pada
ruangan, sama halnya dengan pukul 2 siang hingga sore posisi matahari
sudah berada diarah barat dan pada ruangan 1A tidak memiliki bukaan pada
bagian barat sehingga prosentase berkas cahayanya nol atau tidak terjadi
pembentukan berkas cahaya pada jam-jam tersebut.
96
Tabel 5.36 Hasil Pembentukan Berkas Cahaya 22 Juni Sampel 1B
SAMPEL 1B 22 JUNI
Ruang Kelas
Pukul : 08.00 SBH : 0.8
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap :92m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-92): 92 x100% = 0
Pukul : 09.00 SBH : 3
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap :92m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-92): 92 x100% = 0
Pukul : 10.00 SBH : 12.2
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap :92m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-92): 92 x100% = 0
Pukul : 12.00 SBH : 81.1
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 91 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-91): 91 x100% = 0
Pukul : 14.00 SBH : 126
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap :91.18m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-91.18): 92 x100% = 0.8%
Pukul : 15.00 SBH : 131
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap : 87.73m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-87.73): 92 x100% = 4.6%
Pukul : 16.00 SBH : 133
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap : 81.25 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-81.25): 92 x100% = 11.6%
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
Hasil simulasi pad sampel 1B yaitu terdapat pembentukan berkas
cahaya pada pukul 14.00, 15.00, dan 16.00 . Nilai prosentase berkas cahaya
pada pukul 2 siang hingga sore hari juga berbeda, hal ini dikarenakan posisi
matahari (altitude) pada pukul 4 sore berada pada sudut 26o dimana pada
sudut tersebut posisi matahari masih dapat masuk kedalam ruangan
sehingga membentuk berkas cahaya. Pada pukul 2 dan 3 siang sudut posisi
matahari semakin naik sehingga berkas cahaya yang terbentuk semakin
kecil. Hal ini juga disebabkan bukaan pada ruangan tersebut hanya berada
di sebelah barat sehingga sinar matahari pada sore hari masuk kedalam
ruangan dan terbentuk berkas cahaya pada saat sore hari tetapi tidak
97
terbentuk berkas cahaya pada saat pagi hari. Pada pagi hari ruangan
tersebut tidak terbentuk berkas cahaya karena posisi matahari berada di
sebelah timur sehingga sinar matahari pagi hari dari timur tidak dapat masuk
kedalam ruangan karena ruangan tersebut tidak memiliki bukaan pada
sebelah timur.
Tabel 5.37 Hasil Pembentukan Berkas Cahaya 22 Juni Sampel 2B
SAMPEL 2B
22 JUNI Ruang Kelas
Pukul : 08.00 SBH : 0.8
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap : 61m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-61): 61 x100% = 0
Pukul : 09.00 SBH : 3
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap : 61m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-61): 61 x100% = 0
Pukul : 10.00 SBH : 12.2
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap : 61m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-61): 61 x100% = 0
Pukul : 12.00 SBH : 81.1
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap : 61m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-61): 61 x100% = 0
Pukul : 14.00 SBH : 126
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap :60.98m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-60.98): 61 x100% = 0.2%
Pukul : 15.00 SBH : 131
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap : 60.83 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-60.83): 61 x100% = 0.5%
Pukul : 16.00 SBH : 133
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap : 59.65m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-59.65): 61 x100% = 2.4%
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
Hasil simulasi pada sampel 2B yaitu terdapat pembentukan berkas
cahaya pada pukul 14.00, 15.00, dan 16.00 . hal ini disebabkan bukaan pada
ruangan tersebut hanya memiliki bukaan di sebelah barat sehingga sinar
98
matahari pada sore hari masuk kedalam ruangan dan terbentuk berkas
cahaya pada saat sore hari tetapi tidak terbentuk berkas cahaya pada saat
pagi hari. Nilai prosentase berkas cahaya pada pukul 2 siang hingga sore
hari juga berbeda, hal ini dikarenkan posisi matahari pada pukul 2 siang
hampir tegak lurus dengan bangunan sehingga berkas cahaya yang
dihasilkan lebih kecil dibandingan dengan pada pukul 3 dan 4 sore yang
posisi matahari sudah semakin turun. Pada pagi hari ruangan tersebut tidak
terbentuk berkas cahaya karena posisi matahari berada di sebelah timur
sehingga sinar matahari pagi hari dari timur tidak dapat masuk kedalam
ruangan karena ruangan tersebut tidak memiliki bukaan pada sebelah timur.
Tabel 5.38 Hasil Pembentukan Berkas Cahaya 22 Juni Sampel 3A
SAMPEL 3A 22 JUNI
Ruang Lab.Komputer
Pukul : 08.00 SBH : 0.8
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap :49.78m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-49.78): 89 x100% = 44.1%
Pukul : 09.00 SBH : 3
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap : 68.35 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-68.35): 89 x100% = 23.3%
Pukul : 10.00 SBH : 12.2
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap : 78.35 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-78.35): 89 x100% = 22%
Pukul : 12.00 SBH : 81.1
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap : 89m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-89): 89 x100% = 0
Pukul : 14.00 SBH : 126
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap : 89m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-89): 89 x100% = 0
Pukul : 15.00 SBH : 131
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap : 89m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-89): 89 x100% = 0
Pukul : 16.00 SBH : 133
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap : 89m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-89): 89 x100% = 0
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
99
Hasil simulasi diatas dapat terlihat bahwa pada sampel 3A terdapat
pembentukan berkas cahaya pada pukul 8.00 , 9.00, dan pukul 10.00 pagi.
Hal ini dikarenakan arah bukaan pada sampel 3A menghadap kearah timur
sehingga pada waktu pagi hari terkena cahaya sinar matahari. Nilai
prosentasenya berbeda-beda karena dipengaruhi oleh posisi sudut posisi
matahari. Pada saat pukul 8 pagi posisi matahari masih berada pada sudut
34.7o , dimana pada sudut tersebut posisi matahari masih dapat masuk
kedalam ruangan sehingga membentuk berkas cahaya. Pada pukul 9 dan 10
pagi sudut posisi matahari semakin naik sehingga berkas cahaya yang
terbentuk semakin kecil. Dan pada pukul 12 siang posisi matahari sudah
berada di atas bangunan sehingga tidak terbentuk berkas cahaya pada
ruangan, sama halnya dengan pukul 2 siang hingga sore posisi matahari
sudah berada diarah barat dan pada ruangan 3A tidak memiliki bukaan pada
bagian barat sehingga prosentase berkas cahaya nol atau tidak terjadi
pembentukan berkas cahaya pada jam-jam tersebut.
Tabel 5.39 Hasil Pembentukan Berkas Cahaya 22 Juni Sampel 3B
SAMPEL 3B 22 JUNI
Ruang Lab.Komputer
Pukul : 08.00 SBH : 0.8
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap :104 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-104): 104 x100% = 0 %
Pukul : 09.00 SBH : 3
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap :104 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-104): 104 x100% = 0 %
Pukul : 10.00 SBH : 12.2
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap :104 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-104): 104 x100% = 0 %
100
Tabel 5.39 Lanjutan Hasil Pembentukan Berkas Cahaya 22 Juni Sampel 3B
Pukul : 12.00 SBH : 81.1
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap :104 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-104): 104 x100% = 0 %
Pukul : 14.00 SBH : 126
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap :104 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-104): 104 x100% = 0 %
Pukul : 15.00 SBH : 131
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap :100.9m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-100.9):104 x100% = 3%
Pukul : 16.00 SBH : 133
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap : 96.59 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-96.59):104 x100% = 8%
Hasil simulasi pada sampel 3B yaitu terdapat pembentukan berkas
cahaya pada pukul 14.00, 15.00, dan 16.00 . Nilai prosentase berkas
cahaya pada pukul 2 siang hingga sore hari juga berbeda, hal ini
dikarenakan posisi matahari (altitude) pada pukul 4 sore berada pada sudut
26.3o dimana pada sudut tersebut posisi matahari masih dapat masuk
kedalam ruangan sehingga membentuk berkas cahaya. Pada pukul 2 dan 3
siang sudut posisi matahari semakin naik sehingga berkas cahaya yang
terbentuk semakin kecil. Hal ini juga disebabkan bukaan pada ruangan
tersebut hanya berada di sebelah barat sehingga sinar matahari pada sore
hari masuk kedalam ruangan dan terbentuk berkas cahaya pada saat sore
hari tetapi tidak terbentuk berkas cahaya pada saat pagi hari. Pada pagi hari
ruangan tersebut tidak terbentuk berkas cahaya karena posisi matahari
berada di sebelah timur sehingga sinar matahari pagi hari dari timur tidak
dapat masuk kedalam ruangan karena ruangan tersebut tidak memiliki
bukaan pada sebelah timur. Nilai prosentase berkas cahaya pada sampel
3B lebih besar dibandingkan sampel 1A , 1B, dan 2B karena lubang cahaya
pada sampel 3B lebih besar.
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
101
Tabel diatas merupakan hasil simulasi pada sampel 1A , 1B, 2B, 3A,
dan 3B pada pukul 08.00 hingga 16.00. Pada sampel 1A dan 3A
pembentukan berkas cahaya terjadi pada pukul 08.00 – 10.00 disebabkan
ruangan ini memiliki orientasi bukaan menghadap ketimur sehingga terkena
sinar matahari dari timur pada pagi hari maka terbentuk berkas cahaya
dalam ruangan tersebut. Pada sampel 1B, 2B, dan 3B pembentukan
berkas cahaya terjadi pada pukul 14.00 sampai 16.00 disebabkan ruangan
ini memiliki orientasi bukaan menghadap kebarat sehingga terkena sinar
matahari dari barat pada sore hari maka terbentuk berkas cahaya dalam
ruangan tersebut. Pada Tabel dibawah ini merupakan rekapitulasi hasil
prosentase berkas cahaya pada kelima sampel pada 22 Juni.
Tabel 5.40 Prosentase Luasan Pembentukan Berkas Cahaya 22 Juni
ZONA SAMPEL 8.00 9.00 10.00 12.00 14.00 15.00 16.00
ZONA
A
SAMPEL
1A 26.2% 12.8% 6.6% 0 0 0 0
SAMPEL
3A 44.1% 23.3% 22% 0 0 0 0
ZONA
B
SAMPEL
1B 0 0 0 0 0.8% 4.6% 11.6%
SAMPEL
2B 0 0 0 0 0.2% 0.5% 2.4%
SAMPEL
3B 0 0 0 0 0 3% 8%
Sumber : Hasil Analisa Pribadi
Pada tabel diatas merupakan hasil prosentase luasan berkas
cahaya pada tanggal 22 Juni yang diambil pada pukul 8.00, 9.00, 10.00,
12.00, 14.00, 15.00, 16.00. Dari tabel tersebut dapat terlihat sampel 1A dan
3A ruangan ini terdapat berkas cahaya pada pukul 08.00-10.00 pagi. Hal ini
disebabkan ruangan memiliki bukaan jendela yeng menghadap kearah
timur laut sehingga sinar matahari dapat masuk keruangan tersebut.
102
Sedangkan sampel 1B , 2B, dan 3B pada waktu pagi ruangan secara
keseluruhan terbayangi atau tidak terdapat berkas cahaya, tetapi mulai dari
pukul 14.00 hingga sore ruangan ini terdapat pembentukan berkas cahaya,
bahkan lebih sore maka lebih banyak berkas cahaya. Hal ini disebabkan
ruangan pada zona B ini memiliki bukaan yang arahnya ke sebelah barat
daya dan pada sore hari matahari berada pada posisi di sebelah barat.
Sehingga pada sore hari zona B ini terdapat berkas cahaya tetapi pada pagi
hari ruangan ini secara keseluruhan tidak terdapat berkas cahaya atau nilai
luasan berkas cahayanya nol. Prosentasi 22 juni dibandingkan dengan 21
maret lebih kecil karena posisi azimuth pada bulan juni lebih sejajar dengan
posisi orientasi gedung Laboratorium Ekonomi dan Bisnis Undip.
5.3.1.3 Kajian Hasil Pembentukan Berkas Cahaya 22 Desember
Dibawah ini merupakan hasil simulasi kelima sampel yaitu 1A, 1B,
2B, 3A, dan 3B pada tanggal 22 Desember . Simulasi dilakukan pada
pukul 08.00 sampai pukul 16.00 menggunakan software Sketchup.
Tabel 5.41 Hasil Pembentukan Berkas Cahaya 22 Desember Sampel 1A
SAMPEL 1A 22 Desember Ruang Kelas
Pukul : 08.00 SBH : 56.2
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 85.2m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-85.2): 91 x100% = 6.3 %
Pukul : 09.00 SBH : 64.1
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 87.86m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-87.86): 91 x100% = 3.4 %
Pukul : 10.00 SBH : 77.3
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap:90.31m
2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-90.31): 91 x100% = 0.7 %
103
Tabel 5.41 Lanjutan Hasil Pembentukan Berkas Cahaya 22 Desember Sampel 1A
Pukul : 12.00 SBH : 124
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 91m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-91): 91 x100% = 0 %
Pukul : 14.00 SBH : 161
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 91m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-91): 91 x100% = 0 %
Pukul : 15.00 SBH : 170
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 91m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-91): 91 x100% = 0 %
Pukul : 16.00 SBH : 176
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 91m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-91): 91 x100% = 0 %
Sumber: Analisa menggunakan Software Sketchup
Hasil simulasi diatas dapat terlihat bahwa pada sampel 1A terdapat
pembentukan berkas cahaya pada pukul 8.00 , 9.00, dan pukul 10.00 pagi.
Hal ini dikarenakan arah bukaan pada sampel 1 A menghadap kearah
timur sehingga pada waktu pagi hari terkena cahaya sinar matahari. Nilai
prosentasenya berbeda-beda karena dipengaruhi oleh posisi sudut posisi
matahari. Pada saat pukul 8 pagi posisi matahari masih berada pada sudut
34.7o , dimana pada sudut tersebut posisi matahari masih dapat masuk
kedalam ruangan sehingga membentuk berkas cahaya. Pada pukul 9 dan
10 pagi sudut posisi matahari semakin naik sehingga berkas cahaya yang
terbentuk semakin kecil. Dan pada pukul 12 siang posisi matahari sudah
berada di atas bangunan sehingga tidak terbentuk berkas cahaya pada
ruangan, sama halnya dengan pukul 2 siang hingga sore posisi matahari
sudah berada diarah barat dan pada ruangan 1A tidak memiliki bukaan
pada bagian barat sehingga prosentase luasan berkas cahayanya nol atau
tidak terjadi pembentukan berkas cahaya pada jam-jam tersebut.
104
Tabel 5.42 Hasil Pembentukan Berkas cahaya 22 Desember Sampel 1B
SAMPEL 1B 22 Desember
Pukul : 08.00 SBH : 56.2
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap : 92m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-92): 92 x100% = 0 %
Pukul : 09.00 SBH : 64.1
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap : 92m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-92): 92 x100% = 0 %
Pukul : 10.00 SBH : 77.3
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap : 92m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-92): 92 x100% = 0 %
Pukul : 12.00 SBH : 124
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap : 92m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-92): 92 x100% = 0 %
Pukul : 14.00 SBH : 161
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap : 84.4m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-84.4): 92 x100% = 8.1%
Pukul : 15.00 SBH : 170
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap : 76.02 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-76.02): 92 x100% = 17.3%
Pukul : 16.00 SBH : 176
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap : 61.35 m
2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-61.35): 92 x100% = 33.3%
Hasil simulasi pad sampel 1B yaitu terdapat pembentukan berkas
cahaya pada pukul 14.00, 15.00, dan 16.00 . hal ini disebabkan bukaan
pada ruangan tersebut hanya memiliki bukaan di sebelah barat sehingga
sinar matahari pada sore hari masuk kedalam ruangan dan terbentuk
berkas cahaya pada saat sore hari tetapi tidak terbentuk berkas cahaya
pada saat pagi hari. Nilai prosentase berkas cahaya pada pukul 2 siang
hingga sore hari juga berbeda, hal ini dikarenkan posisi matahari pada pukul
2 siang hampir tegak lurus dengan bangunan sehingga berkas cahaya yang
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
105
dihasilkan lebih kecil dibandingan dengan pada pukul 3 dan 4 sore yang
posisi matahari sudah semakin turun. Pada pagi hari ruangan tersebut tidak
terbentuk berkas cahaya karena posisi matahari berada di sebelah timur
sehingga sinar matahari pagi hari dari timur tidak dapat masuk kedalam
ruangan karena ruangan tersebut tidak memiliki bukaan pada sebelah timur.
Tabel 5.43 Hasil Pembentukan Berkas Cahaya 22 Desember Sampel 2B
SAMPEL 2B 22 Desember Ruang Kelas
Pukul : 08.00
SBH : 56.2o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap : 61m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-61): 61 x100% = 0 %
Pukul : 09.00 SBH : 64.1
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap : 61m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-61): 61 x100% = 0 %
Pukul : 10.00 SBH : 77.3
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap : 61m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-61): 61 x100% = 0 %
Pukul : 12.00 SBH : 124
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap : 61m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-61): 61 x100% = 0 %
Pukul : 14.00 SBH : 161
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap :56.68m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-56.68): 61 x100% = 8 %
Pukul : 15.00 SBH : 170
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap : 52.17m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-52.17): 61 x100% = 14.5 %
Pukul : 16.00 SBH : 176
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap :44.1m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-44.1): 61 x100% = 27.7 %
Sumber: Analisa menggunakan Software Sketchup
Hasil simulasi pad sampel 2B yaitu terdapat pembentukan berkas
cahaya pada pukul 14.00, 15.00, dan 16.00 . Nilai prosentase berkas cahaya
pada pukul 2 siang hingga sore hari juga berbeda, hal ini dikarenakan posisi
matahari (altitude) pada pukul 4 sore berada pada sudut 26.3o dimana pada
sudut tersebut posisi matahari masih dapat masuk kedalam ruangan
106
sehingga membentuk berkas cahaya. Pada pukul 2 dan 3 siang sudut posisi
matahari semakin naik sehingga berkas cahaya yang terbentuk semakin
kecil. Hal ini juga disebabkan bukaan pada ruangan tersebut hanya berada
di sebelah barat sehingga sinar matahari pada sore hari masuk kedalam
ruangan dan terbentuk berkas cahaya pada saat sore hari tetapi tidak
terbentuk berkas cahaya pada saat pagi hari. Pada pagi hari ruangan
tersebut tidak terbentuk berkas cahaya karena posisi matahari berada di
sebelah timur sehingga sinar matahari pagi hari dari timur tidak dapat masuk
kedalam ruangan karena ruangan tersebut tidak memiliki bukaan pada
sebelah timur.
Tabel 5.44 Hasil Pembentukan Berkas Cahaya 22 Desember Sampel 3A
SAMPEL 3A 22 Desember
Ruang Lab. Komputer
Pukul : 08.00 SBH : 56.2
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap :83.72m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-83.72): 89 x100% = 5.94 %
Pukul : 09.00 SBH : 64.1
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap : 87.04 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-87.04): 89 x100% = 2.3 %
Pukul : 10.00 SBH : 77.3
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap : 89m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-89): 89 x100% = 0 %
Pukul : 12.00 SBH : 124
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap : 89m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-89): 89 x100% = 0 %
Pukul : 14.00 SBH : 161
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap : 89m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-89): 89 x100% = 0 %
Pukul : 15.00 SBH : 170
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap : 89m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-89): 89 x100% = 0 %
Pukul : 16.00 SBH : 176
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap : 89m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-89): 89 x100% = 0 %
Sumber: Analisa menggunakan Software Sketchup
107
Hasil simulasi diatas dapat terlihat bahwa pada sampel 3A terdapat
pembentukan berkas cahaya pada pukul 8.00 , 9.00, dan pukul 10.00 pagi.
Hal ini dikarenakan arah bukaan pada sampel 3A menghadap kearah timur
sehingga pada waktu pagi hari terkena cahaya sinar matahari. Nilai
prosentasenya berbeda-beda karena dipengaruhi oleh posisi sudut posisi
matahari. Pada saat pukul 8 pagi posisi matahari masih berada pada sudut
34.7o , dimana pada sudut tersebut posisi matahari masih dapat masuk
kedalam ruangan sehingga membentuk berkas cahaya. Pada pukul 9 dan 10
pagi sudut posisi matahari semakin naik sehingga berkas cahaya yang
terbentuk semakin kecil. Dan pada pukul 12 siang posisi matahari sudah
berada di atas bangunan sehingga tidak terbentuk berkas cahaya pada
ruangan, sama halnya dengan pukul 2 siang hingga sore posisi matahari
sudah berada diarah barat dan pada ruangan 3A tidak memiliki bukaan pada
bagian barat sehingga prosentase luas berkas cahayanya nol atau tidak
terjadi pembentukan berkas cahaya pada jam-jam tersebut.
Tabel 5.45 Hasil Pembentukan Berkas Cahaya 22 Desember Sampel 3B
SAMPEL 3B 22 Desember
Ruang Lab. Komputer
Pukul : 08.00 SBH : 56.2
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap : 104m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-104): 104 x100% = 0 %
Pukul : 09.00 SBH : 64.1
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap : 104m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-104): 104 x100% = 0 %
Pukul : 10.00 SBH : 77.3
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap : 104m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-104): 104 x100% = 0 %
108
Tabel 5.45 Lanjutan Hasil Pembentukan Berkas Cahaya 22 Desember Sampel 3B
Pukul : 12.00 SBH : 124
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap : 104m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-104): 104 x100% = 0 %
Pukul : 14.00 SBH : 161
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap :83.88m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-83.88): 104 x100% = 18.6 %
Pukul : 15.00 SBH : 170
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap : 70.7m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-70.7): 104 x100% = 33 %
Pukul : 16.00 SBH : 176
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap :39.0m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-39): 104 x100% = 62.14 %
Sumber: Analisa menggunakan Software Sketchup
Hasil simulasi pada sampel 3B yaitu terdapat pembentukan berkas
cahaya pada pukul 14.00, 15.00, dan 16.00 . Nilai prosentase berkas cahaya
pada pukul 2 siang hingga sore hari juga berbeda, hal ini dikarenakan posisi
matahari (altitude) pada pukul 4 sore berada pada sudut 26.3o dimana pada
sudut tersebut posisi matahari masih dapat masuk kedalam ruangan
sehingga membentuk berkas cahaya. Pada pukul 2 dan 3 siang sudut posisi
matahari semakin naik sehingga berkas cahaya yang terbentuk semakin
kecil. Hal ini juga disebabkan bukaan pada ruangan tersebut hanya berada
di sebelah barat sehingga sinar matahari pada sore hari masuk kedalam
ruangan dan terbentuk berkas cahaya pada saat sore hari tetapi tidak
terbentuk berkas cahaya pada saat pagi hari. Pada pagi hari ruangan
tersebut tidak terbentuk berkas cahaya karena posisi matahari berada di
sebelah timur sehingga sinar matahari pagi hari dari timur tidak dapat masuk
kedalam ruangan karena ruangan tersebut tidak memiliki bukaan pada
sebelah timur.
Tabel diatas merupakan hasil simulasi pada sampel 1A , 1B, 2B, 3A,
dan 3B pada pukul 08.00 hingga 16.00. Pada sampel 1A dan 3A
pembentukan berkas cahaya terjadi pada pukul 08.00 – 10.00 disebabkan
109
ruangan ini memiliki orientasi bukaan menghadap ketimur sehingga terkena
sinar matahari dari timur pada pagi hari maka terbentuk pol aterang pada
ruangan tersebut. Pada sampel 1B, 2B, dan 3B pembentukan berkas
cahaya terjadi pada pukul 14.00 sampai 16.00 disebabkan ruangan ini
memiliki orientasi bukaan menghadap kebarat sehingga terkena sinar
matahari dari barat pada sore hari sehingga terbentuk berkas cahaya dalam
ruangan tersebut pada sore hari. Pada Tabel dibawah ini merupakan
rekapitulasi hasil prosentase luasan pembentukan berkas cahaya pada
kelima sampel pada 22 Desember.
Tabel 5.46 Prosentase Luasan Pembentukan Berkas Cahaya 22 Desember
ZONA SAMPEL 8.00 9.00 10.00 12.00 14.00 15.00 16.00
ZONA
A
SAMPEL
1A
6.3% 3.4% 0.7% 0 0 0 0
SAMPEL
3A
5.94% 2.3% 1% 0 0 0 0
ZONA
B
SAMPEL
1B
0 0 0 0 8.1% 17.3% 33.3%
SAMPEL
2B
0 0 0 0 8% 14.5% 27.7%
SAMPEL
3B
0 0 0 0 18.6% 33% 62.14%
Sumber : Hasil Analisa Pribadi
Pada perhitungan 22 Desember hampir sama dengan yang lain,
yang membedakan hanya tingkat prosentasenya yang berbeda, pada bulan
Desember pada siang sampai sore hari (pukul 14.00-16.00) prosentase
paling besar luasan berkas cahaya. Hal ini dikarenakan letak azimuth bulan
desember sejajar dengan posisi arah bukaan pada zona B di gedung
Laboratorium Ekonomi dan Bisnis.
110
5.3.2 Kajian Peran Sun Shading terhadap Pembentukan Berkas Cahaya pada
Ruang Kelas dan Lab.Komputer
Dari semua tabel prosentase hasil luasan pembentukan berkas
cahaya diatas dapat disimpulkan bahwa pada ruang sampel 1A terlihat
prosentase pembentukan berkas cahaya lebih tinggi pada pukul 8.00 , 9.00
, dan pukul 10.00 , sedangkan pukul 12.00 hingga 16.00 sore ruangan ini
100% tidak terdapat berkas cahaya. Hal ini dikarenakan oleh beberapa
faktor yaitu posisi ruang sampel 1A terletak menghapdap ketimur laut
sehingga matahari pagi menyinari ruangan ini. Bukaan jendela juga cukup
besar di ruangan ini tetapi sudah terlindungi dengan Sun Shading. Sama
halnya dengan ruang sampel 3A, ruangan ini terletak menghadap ke timur
laut dan posisinya berada di lantai 3 yang memiliki bukaan jendela lebih
banyak dibandingkan bukaan pada lantai 1 sehingga berkas cahaya yang
masuk otomatis lebih banyak dibandingkan pada ruang sampel 1A. Pada
ruang sampel B untuk pagi hari hingga siang hari ruangan ini tidak terdapat
pembentukan berkas cahaya karena posisi ruangan dan bukaan pada
ruangan ini menghadap kearah barat daya, sehingga ruangan ini hanya
terbentuk berkas cahaya pada waktu sore saja. Prosentase luasan
pembentukan berkas cahaya pada ruang sampel 1A,1B, dan 2B lebih
rendah dibandingkan dengan sampel 3A dan 3B sebab pengaruh luasan
ruangan dan jumlah bukaan pada ruangan tersebut.
Peran Sun Shading dapat terlihat pada simulasi dibawah ini apabila
kelima sampel tidak menggunakan Sun Shading. Sampel tanggal dan waktu
diambil dari hasil prosentase luasan pembentukan berkas cahaya yang
paling tinggi pada waktu pagi dan sore hari. Pada pagi hari (8.00) diambil
pada sampel 1A dan 3A karena letaknya menghadap timur laut. Sedangkan
pada waktu sore (16.00) digunakan sampel 1B 2B dan 3B. tanggal yang
diambil yaitu 22 Juni karena merupakan periode puncak posisi matahari
menyinari (yang sudah dianalisa pada analisa posisi azimuth ) pada waktu
111
pagi hari sedangkan pada waktu sore periode puncaknya yaitu 22
Desember.
Pada tabel dibawah ini merupakan hasil simulasi perbedaan
pembentukan berkas cahaya antara penggunaan sun shading dengan tidak
menggunakan sun shading. Dapat terlihat dari luasan bagian yang terkena
berkas cahaya pada ruangan yang menggunakan sun shading lebih sedikit
dibanding yang tidak menggunakan sun shading. Tabel dibawah ini hanya
beberapa sampel tanggal saja yang nilai presentasenya paling tinggi
dibanding tanggal dan jam yang lain. Ruangan yang paling banyak terkena
cahaya matahari yaitu pada lantai 3. Pada sampel 3A waktu pagi hari hanya
sedikit bagian yang tidak terkena berkas cahaya, sama halnya dengan
sampel 3B pada waktu sore hari hanya sedikit bagian yang terkena berkas
cahaya.
Tabel 5.47 Simulasi Perbandingan Menggunakan Sun Shading Dan Tanpa Sun Shading
LOKASI DAN
TANGGAL TANGGAL MENGGUNAKAN SUN SHADING TANPA SUN SHADING
SAMPEL 1A
Ruang kelas
22 JUNI 8.00
SAMPEL 3A
Ruang lab.komp
22 JUNI 8.00
Sumber: analisa Pribadi
Berkas Cahaya: 26.2% Berkas Cahaya: 34%
Berkas Cahaya: 44.1% Berkas Cahaya: 54%
112
Tabel 5.48 Simulasi Perbandingan Menggunakan Sun Shading Dan Tanpa Sun Shading
LOKASI DAN
TANGGAL TANGGAL MENGGUNAKAN SUN SHADING TANPA SUN SHADING
SAMPEL 1B
Ruang kelas
22 DESEMB
ER 16.00
SAMPEL 2B
Ruang kelas
22 DESEMB
ER 16.00
SAMPEL 3B
Ruang lab.komp
22 DESEMB
ER 16.00
Sumber: analisa Pribadi
Dari tabel simulasi diatas dapat dirangkum dalam tabel 5.22 dan
grafik 5.15 .Dapat diketahui bahwa prosentase luasan pembentukan berkas
cahaya pada ruangan yang menggunakan sun shading yaitu nilainya lebih
kecil, artinya bahwa peran sun shading mempengaruhi pembentukan
berkas cahaya dalam ruangan. Meskipun dalam prosentase nilainya
kenaikannya tidak terlalu tinggi, tetapi penggunaan sun shading merupakan
Berkas Cahaya: 39% Berkas Cahaya: 33.3%
Berkas Cahaya:
33%
Berkas Cahaya:
27.7%
Berkas Cahaya:
62.14%
Berkas Cahaya: 73%
113
salah satu solusi untuk mengurangi atau meminimalisir pembentukan
berkas cahaya yang berlebihan masuk kedalam ruangan.
Tabel 5.49 Prosentase Perbandingan Pembentukan Berkas Cahaya
Menggunakan Sun Shading Dengan Tanpa Sun Shading
LOKASI DAN TANGGAL
TANGGAL WAKTU %
MENGGUNAKAN SUN SHADING
% TIDAK MENGGUNAKAN SUN SHADING
SAMPEL 1A 22 JUNI 8.00 26.2% 34%
SAMPEL 3A 22 JUNI 8.00 44.1% 54%
SAMPEL 1B 22 DESEMBER 16.00 33.3% 39%
SAMPEL 2B 22 DESEMBER 16.00 27.7% 33%
SAMPEL 3B 22 DESEMBER 16.00 62.14% 73%
Sumber: analisa Pribadi
Dari hasil kajian analisa peran Sun Shading terhadap pembentukan
berkas cahaya dalam ruang dapat disimpulkan bahwa peran dari sun shading
yaitu dapat mengurangi pembentukan berkas cahaya yang masuk kedalam
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
RUANG 1A RUANG 3A RUANG 1B RUANG 2B RUANG 3B
PERBANDINGAN MENGGUNAKAN SUN SHADING DENGAN TANPA SUN SHADING
SUN SHADING TANPA SUN SHADING
Gambar 5.41 Grafik perbandingan penggunaan sun shading dengan tidak menggunakan sun shading
Sumber : Dokumen Pribadi
114
ruangan . Walaupun perbedaannya hanya beberapa persen, tetapi bisa
dikatakan penggunaan sun shading merupakan salah satu solusi dalam
mengurangi atau meminimalisir pembentukan berkas cahaya yang masuk ke
dalam ruangan. Hal-hal yang mempengaruhi nilai pola terang tersebut yaitu
dimensi Sun Shading ,jumlah luasan bukaan jendela, luasan ruangan, posisi
bukaan pada ruangan, tanggal penelitian, posisi azimuth dan altitude.
5.4 Kajian Posisi Berkas Cahaya terhadap Eksisting Penataan Perabot pada
Ruang Kelas dan Laboratorium Komputer
5.4.1 Kajian Pengaruh Hasil Pembentukan Berkas Cahaya terhadap Perabot pada
ruang sampel 21 Maret
a. Sampel 1A
Tabel 5.50 Hasil Simulasi Sampel 1A pada 21 Maret
SAMPEL 1A 21 MARET
RUANG KELAS
Pukul : 08.00 SBH : 29.4
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 76.5 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-76.51): 91 x100% = 15.92 %
Pukul : 09.00 SBH : 30.9
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 83.1 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-83.1): 91 x100% = 8.68 %
Pukul : 10.00 SBH : 39.1
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 87.52 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-87.52): 91 x100% = 3.9%
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
Pada sampel 1A hanya diambil sampel hasil pembentukan
berkas cahaya pada pukul 8 hingga 10 pagi karena pada jam tersebut
terdapat pembentukan berkas cahaya. Untuk pukul 11 siang hingga 4 sore
tidak terbentuk berkas cahaya dalam ruangan tersebut. Kondisi eksisting
pada sampel 1A yaitu belum memiliki perabot seperti meja dan kursi.
115
Maka pada kondisi tersebut belum ada perabot yang terkena berkas
cahaya.
b. Sampel 1B
Tabel 5.51 Hasil Simulasi Sampel 1B pada 21 Maret
SAMPEL 1B 21 MARET
RUANG KELAS
Pukul : 14.00 SBH : 167.0
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap : 88.2m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-88.2): 92 x100% = 4.2%
Pukul : 15.00 SBH : 162.5
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap : 81.73m2
Presentase Berkas Cahaya: = (92-81.73): 92 x100%
= 11.2%
Pukul : 16.00 SBH : 159.6
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap : 74.2m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-74.2): 92 x100%
= 19.4%
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
Pada sampel 1B hanya diambil sampel hasil pembentukan berkas
cahaya pada pukul 2 siang hingga pukul 4 sore karena pada jam tersebut
terdapat pembentukan berkas cahaya. Untuk pukul 8 pagi hingga 12siang
tidak terbentuk berkas cahaya dalam ruangan tersebut. . Kondisi eksisting
pada sampel 1B yaitu belum memiliki perabot seperti meja dan kursi.
Maka pada kondisi tersebut belum ada perabot yang terkena berkas
cahaya.
116
c. Sampel 2B
Tabel 5.52 Hasil Simulasi Sampel 2B pada 21 Maret
SAMPEL 2B 21 MARET
RUANG KELAS
Pukul : 14.00 SBH : 167.0
o
Luas Ruang :61m2
Luas Pola Gelap :59.83m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-59.83): 61 x100% = 2%
Pukul : 15.00 SBH : 162.5
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap : 58.05 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-58.05): 61 x100% = 4.84%
Pukul : 16.00 SBH : 159.6
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap : 53.91 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-53.91): 61 x100% = 29.9%
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
Pada sampel 2B hanya diambil sampel hasil pembentukan berkas
cahaya pada pukul 2 siang hingga pukul 4 sore karena pada jam tersebut
terdapat pembentukan berkas cahaya. Untuk pukul 8 pagi hingga 12siang
tidak terbentuk berkas cahaya dalam ruangan tersebut.
Berdasarkan hasil simulasi diatas, pada pukul 2 siang di ruang
sampel 2B tidak terdapat kursi yang terkena pembentukan berkas cahaya,
pada pukul 3 siang kursi yang terkena berkas cahaya menjadi 3 kursi, dan
pada pukul 4 sore kursi yang terkena p berkas cahaya menjadi 9 kursi.
Semakin sore maka pembentukan berkas cahaya semakin banyak dan
mengakibatkan bertambah banyak kursi yang terkena berkas cahaya.
Maka dari itu, kondisi penggunaan sun shading pada ruangan sampel 2B
pada 21 Maret masih perlu dioptimalkan sehingga kursi yang terkena
pembentukan berkas cahaya tidak terlalu banyak.
117
d. Sampel 3A
Tabel 5.53 Hasil Simulasi Sampel 3A pada 21 Maret
SAMPEL 3A 21 MARET
RUANG LAB.KOMPUTER
Pukul : 08.00 SBH : 29.4
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap :64.45 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-64.45): 89 x100% = 27.6 %
Pukul : 09.00 SBH : 32.8
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap : 73.52 m2
Presentase Berkas Cahaya: = (89-73.52): 89 x100% = 17.4 %
Pukul : 10.00 SBH : 39.1
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap : 81.12 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-81.12): 89 x100% = 9%
Pada sampel 3A hanya diambil sampel hasil pembentukan berkas
cahaya pada pukul 8 hingga 10 pagi karena pada jam tersebut terdapat
pembentukan berkas cahaya dan untuk pukul 11 siang hingga 4 sore tidak
terbentuk berkas cahaya dalam ruangan tersebut. Berdasarkan hasil
simulasi diatas, pada pukul 8 pagi di ruang sampel 3A terdapat 16 kursi
yang terkena pembentukan berkas cahaya, pada pukul 9 pagi kursi yang
terkena berkas cahaya berkurang menjadi 9 kursi, dan pada pukul 10 pagi
kursi yang terkena berkas cahaya menjadi 5 kursi. Semakin siang maka
pembentukan berkas cahaya semakin sedikit dan berkurangya jumlah kursi
yang terkena berkas cahaya. Maka dari itu, pada ruangan ini masih
membutuhkan sun shading yang lebih optimal karena pada ruangan ini
memliiki lubang cahaya sangat besar yang menimbulkan pembentukan
berkas cahaya yang sangat banyak.
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
118
e. Sampel 3B
Tabel 5.54 Hasil Simulasi Sampel 3B pada 21 Maret
SAMPEL 3B 21 MARET
RUANG LAB.KOMPUTER
Pukul : 14.00 SBH : 167.0
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap :96.17m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-96.17): 104 x100% = 7.6 %
Pukul : 15.00 SBH : 162.5
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap : 89.18 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-89.18): 104 x100% = 14.3%
Pukul : 16.00 SBH : 159.6
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap : 72.96 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-72.96): 104 x100% = 29.9 %
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
Pada sampel 3B hanya diambil sampel hasil pembentukan berkas
cahaya pada pukul 2 siang hingga pukul 4 sore karena pada jam tersebut
terdapat pembentukan berkas cahaya dan untuk pukul 8 pagi hingga 12
siang tidak terbentuk berkas cahaya pada ruangan tersebut.
Berdasarkan hasil simulasi diatas, pada pukul 2 siang di ruang
sampel 3B terdapat 7 kursi yang terkena berkas cahaya, pada pukul 3
siang kursi yang terkena berkas cahaya bertambah menjadi 13 kursi, dan
pada pukul 4 sore perabot yang terkena n berkas cahaya menjadi 22 kursi.
Semakin sore maka pembentukan berkas cahaya semakin banyak dan
mengakibatkan bertambah banyak kursi yang terkena berkas cahaya.
Maka dari itu, pada ruangan ini masih membutuhkan sun shading yang
lebih optimal karena pada ruangan ini memliiki lubang cahaya sangat besar
yang menimbulkan pembentukan berkas cahaya yang sangat banyak.
119
5.4.2 Kajian Pengaruh Hasil Pembentukan Berkas Cahaya terhadap Perabot pada
sampel 22 Juni
a. sampel 1A
Tabel 5.55 Hasil Simulasi Sampel 1A pada 22 Juni
SAMPEL 1A 22 JUNI
Pukul : 08.00 SBH : 0.8
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap :67.14m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-67.14): 91 x100% = 26.2 %
Pukul : 09.00 SBH : 3
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 79.31m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-79.31): 91 x100% = 12.8 %
Pukul : 10.00 SBH : 12.2
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 84.94m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-84.94): 91 x100% = 6.6%
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
Pada sampel 1A hanya diambil sampel hasil pembentukan berkas
cahaya pada pukul 8 hingga 10 pagi karena pada jam tersebut terdapat
pembentukan berkas cahaya dan untuk pukul 11 siang hingga 4 sore tidak
terbentuk berkas cahaya dalam ruangan tersebut. Maka pada kondisi
tersebut belum ada perabot yang terkena berkas cahaya.
b. Analisa Sampel 1B
Tabel 5.56 Hasil Simulasi Sampel 1B pada 22 Juni
SAMPEL 1B 22 JUNI
Ruang Kelas
Pukul : 14.00 SBH : 126
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap :91.18m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-91.18): 92 x100% = 0.8%
Pukul : 15.00 SBH : 131
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap : 87.73m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-87.73): 92 x100% = 4.6%
Pukul : 16.00 SBH : 133
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap : 81.25 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-81.25): 92 x100% = 11.6%
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
120
Pada sampel 1B hanya diambil sampel hasil pembentukan berkas
cahaya pada pukul 2 siang hingga pukul 4 sore karena pada jam tersebut
terdapat pembentukan berkas cahaya dan untuk pukul 8 pagi hingga
12siang tidak terbentuk berkas cahaya dalam ruangan tersebut. . Maka
pada kondisi tersebut belum ada perabot yang terkena berkas cahaya.
c. Sampel 2B
Tabel 5.57 Hasil Simulasi Sampel 2B pada 22 Juni
SAMPEL 2B
22 JUNI Ruang Kelas
Pukul : 14.00 SBH : 126
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap :60.98m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-60.98): 61 x100% = 0.2%
Pukul : 15.00 SBH : 131
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap : 60.83 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-60.83): 61 x100% = 0.5%
Pukul : 16.00 SBH : 133
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap : 59.65m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-59.65): 61 x100% = 2.4%
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
Pada sampel 2B hanya diambil sampel hasil pembentukan berkas
cahaya pada pukul 2 siang hingga pukul 4 sore karena pada jam tersebut
terdapat pembentukan berkas cahaya dan untuk pukul 8 pagi hingga 12
siang tidak terbentuk berkas cahaya dalam ruangan tersebut.
Berdasarkan hasil simulasi diatas, pada pukul 2 dan 3 siang di ruang
sampel 2B tidak terdapat kursi yang terkena berkas cahaya, pada pukul
4sore kursi yang terkena berkas cahaya menjadi 4 kursi. Semakin sore
maka pembentukan berkas cahaya semakin banyak dan mengakibatkan
bertambah banyak kursi yang terkena berkas cahaya. Maka dari itu,
kondisi penggunaan sun shading pada ruangan sampel 2B pada 22 Juni
121
dirasa cukup optimal karena kursi yang terkena pembentukan berkas
cahayanya tidak terlalu banyak.
d. sampel 3A
Tabel 5.58 Hasil Simulasi Sampel 3A pada 22 Juni
SAMPEL 3A 22 JUNI
Ruang Lab.Komputer
Pukul : 08.00 SBH : 0.8
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap :49.78m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-49.78): 89 x100% = 44.1%
Pukul : 09.00 SBH : 3
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap : 68.35 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-68.35): 89 x100% = 23.3%
Pukul : 10.00 SBH : 12.2
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap : 78.35 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-78.35): 89 x100% = 22%
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
Pada sampel 3A hanya diambil sampel hasil pembentukan berkas
cahaya pada pukul 8 hingga 10 pagi karena pada jam tersebut terdapat
pembentukan berkas cahaya dan untuk pukul 11 siang hingga 4 sore tidak
terbentuk berkas cahaya dalam ruangan tersebut.
Berdasarkan hasil simulasi diatas, pada pukul 8 pagi di ruang sampel
3A terdapat 25 kursi yang terkena berkas cahaya, pada pukul 9 pagi kursi
yang terkena berkas cahaya berkurang menjadi 16 kursi, dan pada pukul
10 pagi kursi yang terkena berkas cahaya menjadi 6 kursi. Semakin siang
maka pembentukan berkas cahayanya semakin sedikit dan berkurangya
jumlah kursi yang terkena berkas cahaya. Maka dari itu, pada ruangan ini
masih membutuhkan sun shading yang lebih optimal karena pada ruangan
ini memliiki lubang cahaya sangat besar yang menimbulkan pembentukan
berkas cahaya yang sangat banyak.
122
e. Sampel 3B
Tabel 5.59 Hasil Simulasi Sampel 3B pada 22 Juni
SAMPEL 3B 22 JUNI
Ruang Lab.Komputer
Pukul : 14.00 SBH : 126
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap :104 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-104): 104 x100% = 0 %
Pukul : 15.00 SBH : 131
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap :100.9m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-100.9):104 x100% = 3%
Pukul : 16.00 SBH : 133
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap : 96.59 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-96.59):104 x100% = 8%
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
Pada sampel 3B hanya diambil sampel hasil pembentukan berkas
cahaya pada pukul 2 siang hingga pukul 4 sore karena pada jam tersebut
terdapat pembentukan berkas cahaya dan pukul 8 pagi hingga 12siang
tidak terbentuk berkas cahaya dalam ruangan tersebut.
Berdasarkan hasil simulasi diatas, pada pukul 2 siang di ruang
sampel 3B tidak terdapat kursi yang terkena berkas cahaya, pada pukul 3
siang kursi yang terkena berkas cahaya menjadi 2 kursi, dan pada pukul 4
sore kursi yang terkena berkas cahaya menjadi 3 kursi. Semakin sore
maka pembentukan berkas cahayanya bertambah luas dan mengakibatkan
bertambah jumlah kursi yang terkena berkas cahaya. Maka dari itu, kondisi
sun shading pada ruang sampel 3B pada 22 Juni dirasa cukup optimal
karena kursi yang terkena berkas cahaya tidak terlalu banyak.
123
5.4.3 Kajian Pengaruh Hasil Pembentukan Berkas Cahaya terhadap Perabot pada
sampel 22 Desember
a. sampel 1A
Tabel 5.60 Hasil Simulasi Sampel 1A pada 22 Desember
SAMPEL 1A 22 Desember Ruang Kelas
Pukul : 08.00 SBH : 56.2
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 85.2m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-85.2): 91 x100% = 6.3 %
Pukul : 09.00 SBH : 64.1
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap : 87.86m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-87.86): 91 x100% = 3.4 %
Pukul : 10.00 SBH : 77.3
o
Luas Ruang : 91m2
Luas Pola Gelap:90.31m
2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (91-90.31): 91 x100% = 0.7 %
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
Pada sampel 1A hanya diambil sampel hasil pembentukan berkas
cahaya pada pukul 8 hingga 10 pagi karena pada jam tersebut terdapat
pembentukan berkas cahaya dan untuk pukul 11 siang hingga 4 sore tidak
terbentuk berkas cahaya dalam ruangan tersebut. Kondisi eksisting pada
sampel 1A yaitu belum memiliki perabot seperti meja dan kursi. Maka pada
kondisi tersebut belum ada perabot yang terkena berkas cahaya.
b. sampel 1B
Tabel 5.61 Hasil Simulasi Sampel 1B pada 22 Desember
SAMPEL 1B 22 Desember
Pukul : 14.00 SBH : 161
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap : 84.4m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-84.4): 92 x100%= 8.1%
Pukul : 15.00 SBH : 170
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap : 76.02 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-76.02): 92 x100%= 17.3%
Pukul : 16.00 SBH : 176
o
Luas Ruang : 92m2
Luas Pola Gelap :61.3 m2
.Presentase Luas Berkas Cahaya: = (92-61.35): 92 x100%= 33.3%
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
124
Pada sampel 1B hanya diambil sampel hasil pembentukan berkas
cahaya pada pukul 2 siang hingga pukul 4 sore karena pada jam tersebut
terdapat pembentukan berkas cahaya dan untuk pukul 8 pagi hingga 12
siang tidak terbentuk berkas cahaya dalam ruangan tersebut. Kondisi
eksisting pada sampel 1B yaitu belum memiliki perabot seperti meja dan
kursi. Maka pada kondisi tersebut belum ada perabot yang terkena berkas
cahaya.
c. sampel 2B
Tabel 5.62 Hasil Simulasi Sampel 2B pada 22 Desember
SAMPEL 2B 22 Desember Ruang Kelas
Pukul : 14.00 SBH : 161
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap :56.68m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-56.68): 61 x100% = 8 %
Pukul : 15.00 SBH : 170
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap : 52.17m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-52.17): 61 x100% = 14.5 %
Pukul : 16.00 SBH : 176
o
Luas Ruang : 61m2
Luas Pola Gelap :44.1m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (61-44.1): 61 x100% = 27.7 %
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
Pada sampel 2B hanya diambil sampel hasil pembentukan berkas
cahaya pada pukul 2 siang hingga pukul 4 sore karena pada jam tersebut
terdapat pembentukan berkas cahaya dan pukul 8 pagi hingga 12 siang
tidak terbentuk berkas cahaya dalam ruangan tersebut.
Berdasarkan hasil simulasi diatas, pada pukul 2 siang di ruang
sampel 2B terdapat 4 kursi yang terkena berkas cahaya, pada pukul 3
siang kursi yang terkena berkas cahaya menjadi 9 kursi, dan pada pukul 4
sore kursi yang terkena berkas cahaya terang menjadi 27 kursi. Semakin
sore maka berkas cahayanya semakin banyak dan mengakibatkan
bertambah banyak kursi yang terkena berkas cahaya. Maka dari itu, pada
125
ruangan ini masih membutuhkan sun shading yang lebih optimal karena
pada ruangan ini memliiki lubang cahaya sangat besar yang menimbulkan
berkas cahaya yang sangat banyak.
d. sampel 3A
Tabel 5.63 Hasil Simulasi Sampel 3A pada 22 Desember
SAMPEL 3A 22 Desember
Ruang Lab. Komputer
Pukul : 08.00 SBH : 56.2
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap :83.72m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-83.72): 89 x100% = 5.94 %
Pukul : 09.00 SBH : 64.1
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap : 87.04 m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-87.04): 89 x100% = 2.3 %
Pukul : 10.00 SBH : 77.3
o
Luas Ruang : 89m2
Luas Pola Gelap : 89m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (89-89): 89 x100% = 0 %
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
Pada sampel 3A hanya diambil sampel hasil pembentukan berkas
cahaya pada pukul 8 hingga 10 pagi karena pada jam tersebut terdapat
pembentukan berkas cahaya dan pukul 11 siang hingga 4 sore tidak
terbentuk berkas cahaya dalam ruangan tersebut. Berdasarkan hasil
simulasi diatas, pada pukul 8 pagi di ruang sampel 3A terdapat 4 kursi
yang terkena berkas cahaya, pada pukul 9 dan 10 pagi tidak terdapat kursi
yang terkena berkas cahaya. Semakin siang maka berkas cahaya semakin
sedikit dan berkurangya jumlah kursi yang terkena berkas cahaya. Maka
dari itu, kondisi sun shading pada ruang sampel 3A pada 22 Desember
dirasa cukup optimal karena kursi yang terkena berkas cahaya tidak terlalu
banyak.
126
e. Sampel 3B
Tabel 5.64 Hasil Simulasi Sampel 3B pada 22 Desember
SAMPEL 3B 22 Desember
Ruang Lab. Komputer
Pukul : 14.00 SBH : 161
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap :83.88m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-83.88): 104 x100% = 18.6 %
Pukul : 15.00 SBH : 170
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap : 70.7m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-70.7): 104 x100% = 33 %
Pukul : 16.00 SBH : 176
o
Luas Ruang : 104m2
Luas Pola Gelap :39.0m2
Presentase Luas Berkas Cahaya: = (104-39): 104 x100% = 62.14 %
Sumber: Analisa menggunakan Sketchup
Pada sampel 3B hanya diambil sampel hasil pembentukan berkas
cahaya pada pukul 2 siang hingga pukul 4 sore karena pada jam tersebut
terdapat pembentukan berkas cahaya dan untuk pukul 8 pagi hingga
12siang tidak terbentuk berkas cahaya dalam ruangan tersebut.
Berdasarkan hasil simulasi diatas, pada pukul 2 siang di ruang
sampel 3B terdapat 8 kursi yang terkena berkas cahaya, pada pukul 3
siang kursi yang terkena berkas cahaya menjadi 24 kursi, dan pada pukul 4
sore kursi yang terkena berkas cahaya menjadi 41 kursi. Semakin sore
maka berkas cahaya bertambah luas dan mengakibatkan bertambah
jumlah kursi yang terkena berkas cahaya. Maka dari itu, kondisi
penggunaan sun shading pada ruangan sampel 3B pada 22 Desember
masih membutuhkan sun shading yang lebih optimal karena pada ruangan
ini memliiki lubang cahaya sangat besar yang menimbulkan berkas cahaya
yang sangat banyak.
127
5.5. Kajian Kajian Rekapitulasi Hasil Pembentukan Berkas Cahaya Paling
Luas Terhadap Penataan Perabot Dalam ruang kelas dan Lab.Komputer
Pada gedung Laboratorium Ekonomi dan bisnis Undip ini peneliti
mengambil 5 sampel ruang yaitu sampel 1A, 1B, 2B, 3A, dan 3B. Sampel 1A
dan 1B pada kondisi eksisting belum terdapat perabot didalamnya karena
sedang dilakukan perbaikan. Analisa Layout perabot ini menganalisa
pengaruh arah hadap perabot dikaitkan dengan hasil pembentukan berkas
cahaya pada tanggal 21 Maret, 22 Juni, dan 22 Desember. Setiap ruang
diambil sampel dengan kondisi berkas cahayanya paling luas, seperti sampel
1A paling luas berkas cahayanya pada pukul 8 pagi. Analisa kelima sampel
ruangan adalah sebagai berikut:
5.5.1. sampel 1A
Pada analisa ruang sampel 1A diambil sampel simulasi pada pukul 8
pagi, karena pada jam ini hasil pembentukan berkas cahayanya
merupakan yang paling luas dibanding pada pukul 9 pagi hingga 4 sore.
Kondisi eksisting pada sampel 1A belum memiliki perabot Maka pada
kondisi tersebut belum ada perabot yang terkena berkas cahaya.
(a) (b) (c)
Gambar 5.42 Ruang Sampel 1A (a) tanggal 21 maret , (b) tanggal 22 juni , (c) tanggal 22 Desember Sumber : Dokumen Pribadi
128
2. sampel 1B
Pada analisa ruang sampel 1B diambil sampel simulasi pada
pukul 4 sore, karena pada jam ini hasil pembentukan berkas cahayanya
merupakan yang paling luas dibanding pada pukul 8 pagi hingga 3 sore.
Kondisi eksisting pada sampel 1B belum memiliki perabot. Maka pada
kondisi tersebut belum ada perabot yang terkena berkas cahaya.
3. sampel 2B
Gambar 5.43 Ruang Sampel 1B (a) tanggal 21 maret , (b) tanggal 22 juni , (c) tanggal 22 Desember
Sumber : Dokumen Pribadi
(a) (b) (c)
Gambar 5.44 Ruang Sampel 2B (a) tanggal 21 maret , (b) tanggal 22 juni , (c) tanggal 22 Desember
Sumber : Dokumen Pribadi
(a) (b) (c)
129
Pada analisa ruang sampel 2B diambil sampel simulasi pada pukul 4
sore, karena pada jam ini hasil pembentukan berkas cahayanya merupakan
yang paling luas dibanding jam-jam sebelumnya. Pada hasil simulasi
pembentukan berkas cahaya diatas dikaitkan dengan kondisi perabot didalam
ruangan tersebut, pada gambar (a) kondisi tanggal 21 Maret pembentukan
berkas cahaya yang dihasilkan tidak terlalu menganggu atau tidak
menimbulkan glare di ruangan tersebut. Sama saja dengan tanggal 22 Juni
pembentukan berkas cahaya yang dihasilkan juga tidak mengganggu kondisi
didalam ruangan sampel 2B. Untuk tanggal 22 Desember pada gambar (c),
karena hasil pembentukan berkas cahaya yang sangat luas dan mengarah ke
perabot kursi meja seperti dapat terlihat pada gambar diatas. Arah datangnya
berkas cahaya ini menimbulkan direct glare, karena mengarah kea rah hadap
perabot dalam ruangan tersebut. Maka kondisi ini terlihat mengganggu dan
menyebabkan silau jika kondisinya terdapat siswa yang akan duduk di area
kursi yang terkena berkas cahaya pada ruangan tersebut.
4. sampel 3A
(a) (b) (c)
Gambar 5.45 Ruang Sampel 3A . (a) tanggal 21 maret , (b) tanggal 22 juni , (c) tanggal 22 Desember Sumber : Dokumen Pribadi
130
Pada analisa ruang sampel 3A diambil sampel simulasi pada pukul 8
pagi, karena pada jam ini hasil pembentukan berkas cahayanya merupakan
yang paling luas dibanding pada pukul 9 pagi hingga 4 sore. Pada hasil
simulasi pembentukan berkas cahaya diatas dikaitkan dengan kondisi
perabot didalam ruangan tersebut, pada gambar (a) kondisi tanggal 21
Maret arah pembentukan berkas cahaya yang dihasilkan tidak menimbulkan
glare atau tidak mengganggu arah hadap meja dan kursi pada ruangan
tersebut. Tetapi pada tanggal 22 juni arah pembentukan berkas cahaya
yang dihasilkan menimbulkan direct glare karena mengarah kearah hadap
meja kursi pada ruangan sampel 3A. Maka kondisi ini terlihat mengganggu
jika kondisinya terdapat siswa yang akan duduk di area kursi yang terkena
berkas cahaya pada ruangan tersebut. Untuk tanggal 22 Juni pembentukan
berkas cahaya yang dihasilkan dapat terlihat pada gambar (c) yaitu tidak
mengganggu kondisi didalam ruangan sampel 3A tersebut.
5. sampel 3B
Pada analisa ruang sampel 3B diambil sampel simulasi pada pukul 4
sore, karena pada jam ini hasil pembentukan berkas cahayanya merupakan
Gambar 5.46 Ruang Sampel 2B. (a) tanggal 21 maret , (b) tanggal 22 juni , (c) tanggal 22 Desember Sumber : Dokumen Pribadi
(a) (b) (c)
131
yang paling luas dibanding jam-jam sebelumnya. Pada hasil simulasi
pembentukan berkas cahaya diatas dikaitkan dengan kondisi perabot
didalam ruangan tersebut, pada gambar (a) kondisi tanggal 21 Maret
pembentukan berkas cahaya yang dihasilkan menimbulkan indirect glare
karena berkas cahaya yang pada ruangan tersebut cukup banyak tetapi
tidak mengarah kearah hadap meja dan kursi siswa tetapi mengarah ke
layar komputer pada meja, jadi kondisi ini mengganggu para siswa saat
menggunakan komputer. Untuk tanggal 22 Juni pembentukan berkas
cahaya yang dihasilkan hanya sedikit dan tidak mengarah kearah hadap
meja dan kursi siswa maka dari itu kondisi ini tidak mengganggu pada
ruangan sampel 3B , terlihat pada gambar (b). Untuk tanggal 22 Desember,
pembentukan berkas cahaya yang dihasilkan tidak mengarah kearah hadap
meja dan kursi siswa, tetapi menimbulkan direct dan indirect glare karena
arah datangnya berkas cahaya mengarah kearah hadap meja kursi
pengajar dan mengarah ke layar komputer pada meja, jadi kondisi ini
mengganggu para siswa saat menggunakan komputer. Dapat terlihat pada
gambar (c) kondisi ini tentu saja akan menggangu siswa dan pengajar atau
dosen pada saat proses mengajar.
5.6 Temuan Penelitian
Dari keempat analisa diatas, peneliti menyimpulkan ada tiga aspek
yang berhubungan dengan Peran Sun Shading terhadap pembentukan berkas
cahaya Pada Ruang Kelas dan Laboratorium Komputer kaitannya terhadap
Layout Perabot. Hasil temuan dari keempat analisa diatas yaitu:
1. Pengaruh Peran Sun Shading Terhadap tingkat pencahayaan alami pada
ruang kelas dan Lab.Komputer
Hasil kajian pengaruh peran sun shading terhadap tingkat
pencahayaan alami pada ruang kelas dan Lab.Komputer pada tiap sampel
penelitian adalah sebagai berikut:
132
a. Sampel 1A
Kesimpulan dari hasil pengukuran tingkat pencahayaan alami pada
ruang sampel 1A dirangkum dalam grafik dibawah ini.
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa pada bulan juni tingkat
intensitas ruang sampel 1A paling tinggi dibandingkan dengan bulan
maret dan desember. Maka perlu pada kondisi tersebut ruangan
sampel 1A membutuhkan perangkat sun shading pada bukaan yang
posisinya dekat dengan titik ukur 1 dan 2, agar cahaya yang masuk
kedalam ruangan tidak berlebihan. Tetapi untuk bukaan yang posisinya
dekat dengan titik ukur 3 sebaiknya tidak menggunakan perangkat sun
shading sebab tingkat intensitas cahaya di titik ukur 3 masih belum
memenuhi standar.
b. Sampel 1B
Kesimpulan dari hasil pengukuran tingkat pencahayaan alami
pada ruang sampel 1B dirangkum dalam grafik dibawah ini.
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Maret Juni Desember
titik ukur 1
titik ukur 2
titik ukur 3
Gambar 5.47 Grafik Intensitas Cahaya Sampel 1A Sumber : Dokumen Pribadi
133
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa pada bulan juni tingkat
intensitas ruang sampel 1B paling tinggi dibandingkan dengan bulan
maret dan desember. Maka perlu pada kondisi tersebut ruangan sampel
1B membutuhkan perangkat sun shading pada bukaan yang posisinya
dekat dengan titik ukur 1 dan 2, agar cahaya yang masuk kedalam
ruangan tidak berlebihan. Untuk jendela yang posisinya dekat dengan
titikukur 3 sebaiknya tidak menggunakan perangkat sun shading sebab
tingkat intensitas cahaya di titik ukur 3 masih belum memenuhi standar.
c. Sampel 2B
Kesimpulan dari hasil pengukuran tingkat pencahayaan alami
pada ruang sampel 2B dirangkum dalam grafik dibawah ini.
0
50
100
150
200
250
300
350
Maret Juni Desember
titik ukur 1
titik ukur 2
titik ukur 3
Gambar 5.48 Grafik Intensitas Cahaya Sampel 1B Sumber : Dokumen Pribadi
134
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa pada bulan juni tingkat
intensitas ruang sampel 2B paling tinggi dibandingkan dengan bulan
maret dan desember. Maka perlu pada kondisi tersebut ruangan
sampel 2B membutuhkan perangkat sun shading pada bukaan yang
posisinya dekat dengan titik ukur 2 dan 3, agar cahaya yang masuk
kedalam ruangan tidak berlebihan. Untuk jendela yang posisinya dekat
dengan titik ukur 1 sebaiknya tidak menggunakan perangkat sun
shading sebab tingkat intensitas cahaya di titik ukur 1 masih belum
memenuhi standar pencahayaan alami untuk ruang kelas.
d. Sampel 3A
Kesimpulan dari hasil pengukuran tingkat pencahayaan alami
pada ruang sampel 3A dirangkum dalam grafik dibawah ini.
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Maret Juni Desember
titik ukur 1
titik ukur 2
titik ukur 3
Gambar 5.50 Grafik Intensitas Cahaya Sampel 2B Sumber : Dokumen Pribadi
135
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa pada bulan juni tingkat
intensitas ruang sampel 3A paling tinggi dibandingkan dengan bulan
maret dan desember. Walaupun paling tinggi, tetapi pada bulan juni
hanya titik ukur 2 yang memenuhi standar diatas 500lux. Maka untuk
segi tingkat pencahayaan alami ruangan sampel 3A tidak memerlukan
sun shading dengan dimensi yang lebih panjang untuk diterapkan
pada ruangan tersebut. Terutama pada bukaan yang dekat dengan
titik ukur 3, tingkat intensitas cahaya di titik ukur 3 masih belum
memenuhi standar.
e. Sampel 3B
Kesimpulan dari hasil pengukuran tingkat pencahayaan alami
pada ruang sampel 3B dirangkum dalam grafik dibawah ini.
0
100
200
300
400
500
600
Maret Juni Desember
titik ukur 1
titik ukur 2
titik ukur 3
Gambar 5.51 Grafik Intensitas Cahaya Sampel 3A Sumber : Dokumen Pribadi
136
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa pada bulan juni tingkat
intensitas ruang sampel 3B paling tinggi dibandingkan dengan bulan
maret dan desember. Walaupun paling tinggi, tetapi pada bulan juni
hanya titik ukur 1 dan 2 yang memenuhi standar diatas 500lux. Maka
untuk segi tingkat pencahayaan alami ruangan sampel 3B belum
memerlukan sun shading yang dimensinya lebih panjang untuk
diterapkan pada ruangan tersebut. Terutama pada bukaan yang dekat
dengan titik ukur 3, tingkat intensitas cahaya di titik ukur 3 masih
belum memenuhi standar.
Dari kelima sampel diatas, maka dapat dilihat pada grafik
dibawah ini bahwa tingkat intensitas cahaya pada kelima sampel pada
bulan Juni paling tinggi dibandingkan dengan bulan Maret dan
Desember.
0
100
200
300
400
500
600
700
Maret Juni Desember
titik ukur 1
titik ukur 2
titik ukur 3
Gambar 5.52 Grafik Intensitas Cahaya Sampel 3B Sumber : Dokumen Pribadi
137
2. Pengaruh Penggunaan Sun Shading terhadap Hasil Pembentukan Berkas
Cahaya dalam Ruang Kelas dan Lab. Komputer
Dari aspek pengaruh penggunaan sun shading ini dapat diketahui
besarnya nilai prosentase luasan berkas cahaya dari penggunaan sun
shading pada setiap sampel ruangan. Nilai prosentase ini didapat dari
perbandingan nilai hasil pembentukan berkas cahaya pada setiap ruang
antara menggunakan sun shading dengan tanpa sun shading sehingga
terlihat ruangan yang perbandingan prosentasenya tinggi maka ruangan
tersebut memiliki sun shading yang lebih optimal dibandingkan dengan
sampel ruangan yang lainnya.
Tabel 5.65 Penilaian Aspek Tingkat Pengaruh Penggunaan Sun Shading
Sampel Tanggal Waktu % Menggunakan
Sun Shading
% Tanpa Sun
Shading
Selisih %
Sampel 1a 22 Juni 8.00 26.2% 34% 7.8%
Sampel 3a 22 Juni 8.00 44.1% 54% 9.9%
Sampel 1b 22 Des 16.00 33.3% 39% 5.7%
Sampel 2b 22 Des 16.00 27.7% 33% 5.3%
Sampel 3b 22 Des 16.00 62.14% 73% 10.86%
Sumber: Analisa Pribadi
283
369
218
MARET JUNI DESEMBER
Tingkat Pencahayaan Alami
Tingkat Pencahayaan Alami
Gambar 5.53 Grafik Hasil Tingkat Pencahayaan Alami Sumber : Dokumen Pribadi
138
3. Hasil Pembentukan Berkas Cahaya Kaitannya terhadap Perabot dalam
Ruang Kelas dan Lab. Komputer
Dari aspek hasil pembentukan berkas cahaya yang dikaitkan dengan
perabot dalam ruang kelas dan laboratorium komputer dapat diketahui
ruang sampel mana yang masih membutuhkan type dan dimensi sun
shading yang lebih optimal untuk digunakan pada ruangan di Gedung
Laboratorium FEB Undip. Dalam penilaian, peneliti menggunakan skala dari
jumlah keseluruhan perabot dalam tiap ruang. Skala 0 sampai 1/8 dari
jumlah keseluruhan kursi berarti masuk dalam skala cukup optimal, karena
jumlah kursinya hanya sedikit berkisar 1 hingga 4 kursi. Skala 1/8 sampai
1/4 dari jumlah keseluruhan kursi berarti masuk dalam skala kurang optimal,
karena jumlah kursinya lebih banyak yaitu hingga 10 kursi. Skala 1/4
sampai 1/2 dari jumlah keseluruhan kursi berarti masuk dalam skala sangat
kurang optimal, karena setengah dari jumlah keseluruhan kursi terkena
berkas cahaya yang dampaknya kurang baik terhadap perabot dan tidak
nyaman jika duduk diarea yang terkena berkas cahaya. Skala 1/2 sampai
keseluruhan kursi berarti masuk dalam skala tidak optimal, karena hampir
dari seluruh kursi terkena berkas cahaya.
Tabel 5.66 Jumlah Perabot yang Terkena Berkas Cahaya
Sampel Ruang jumlah kursi 21 Maret 22 Juni 22 Desember
sampel 1A 0 0 0 0
Sampel 1B 0 0 0 0
Sampel 2B 59 7 4 27
Sampel 3A 36 16 25 4
Sampel 3B 41 22 3 41 Sumber: Analisa Pribadi
Keterangan:
Cukup optimal = 1-1/8 (0-0.125) dari jumlah kursi
Kurang Optimal = 1/8 - 1/4 (0.125- 0.25) dari jumlah kursi Sangat Kurang
Optima = 1/4-1/2 (0.25-0.5) dari jumlah kursi
Tidak Optimal = lebih dari1/2 dari jumlah kursi ( dari 0.5 sampai seluruh
kursi)
139
Tabel 5.67 Penilaian menggunakan skala
Sampel Ruang jumlah kursi 21 Maret 22 Juni 22 Desember
sampel 1A 0 0 0 0
Sampel 1B 0 0 0 0
Sampel 2B 59 0.11 0.06 0.45
Sampel 3A 36 0.44 0.69 0.11
Sampel 3B 41 0.53 0.07 1 Sumber: Analisa Pribadi
Tabel 5.68 Rekapitulasi hasil Analisa Pengaruh Pembentukan Berkas Cahaya
terhadap Perabot dalam ruang Kelas dan Lab. Komputer
Sampel Ruang jumlah kursi 21 Maret 22 Juni 22 Desember
sampel 1A 0 - - -
Sampel 1B 0 - - -
Sampel 2B 59 Cukup optimal Cukup
optimal sangat kurang
Sampel 3A 36 sangat kurang tidak optimal Cukup
optimal
Sampel 3B 41 tidak optimal Cukup
optimal tidak optimal
Sumber: Analisa Pribadi
Tabel diatas adalah hasil analisa dari pengaruh pembentukan berkas
cahaya terhadap perabot dalam ruang kelas dan lab.komputer. pada tabel
diatas yang dimaksud cukup optimal, kurang optimal, sangat kurang
optimal, dan tidak optimal adalah penggunaan sun shading pada ruangan
tersebut. Karena pada kelima sampel terdapat kondisi dimana sun shading
kurang optimal hingga tidak optimal, maka pada Gedung Laboratorium FEB
Undip masih membutuhkan type dan dimensi sun shading yang lebih
optimal agar pembentukan berkas cahaya tidak berlebihan masuk kedalam
ruangan.
140
Pada grafik 5.31 ini dapat diketahui tanggal yang paling optimal hasil
pembentukan berkas cahayanya. Karena pada tanggal 21 maret berkas
cahaya yang masuk kedalam ruang yaitu paling sedikit dibandingkan
dengan tanggal 22 Juni dan 22 Desember. Pengaruh ketiga tanggal ini juga
dapat terlihat pada analisa posisi matahari terhadap objek bangunan
gedung Laboratorium FEB Undip. Bahwa pada tanggal 22 Juni dan 22
Desember posisi matahari tegak lurus dengan bukaan pada ruang-ruang
sampel penelitian. Maka pada tanggal 22 Juni dan 22 Desember luasan
pembentukan berkas cahaya lebih banyak dibandingkan pada tanggal 21
maret.
3. Aspek Hasil Pembentukan Berkas Cahaya Kaitannya terhadap Layout
Perabot dalam Ruang Kelas dan Lab. Komputer
Dari aspek hasil pembentukan berkas cahaya yang dikaitkan dengan
arah hadap perabot dalam ruang kelas dan laboratorium komputer yaitu
terdapat banyak kondisi dimana arah datangnya hasil pembentukan berkas
cahaya mengganggu arah hadap perabot meja dan kursi pada kelima
Gambar 5.53 Grafik hasil pembentukan berkas cahaya pada 3 tanggal Sumber : Dokumen Pribadi
141
sampel penelitian. Berikut merupakan tabel rekapitulasi hasil dari analisa
pembentukan berkas cahaya yang dikaitkan dengan arah hadap perabot
pada ruang kelas dan laboratorium komputer:
Tabel 5.69 Penilaian Aspek Hasil Pembentukan Berkas Cahaya Kaitannya terhadap
Layout Perabot dalam Ruang Kelas dan Lab. Komputer
Sampel Ruang 21 Maret 22 Juni 22 Desember
1A
( ruang kelas) 0 0 0
1B
( ruang kelas) 0 0 0
2B
( ruang kelas) 3 3 1
3A
Lab. komputer 2 1 3
3B
Lab. komputer 2 3 1
Sumber: Analisa Pribadi
Keterangan
Nilai 0 = tidak ada perabot
Nilai 1 = Sangat mengganggu layout perabot
Nilai 2 = Cukup mengganggu layout perabot
Nilai 3 = tidak mengganggu layout perabot
142
Dari keempat analisa diatas, peneliti menyimpulkan temuan diatas pada tabel
dibawah ini.Rekapitulasi hasil temuan dari keempat analisa diatas yaitu:
Tabel 5.70 Rekapitulasi Hasil Temuan Penelitian
Tanggal Ruang Tingkat Pencahayaan
Alami Berkas Cahaya Sun Shading
21 Maret
Sampel 1A
Tingkat pencahayaan
alami pada bulan maret,
hanya terdapat satu titik
ukur pada kelima
sampel yang sudah
diatas standar
pencahayaan alami.
Untuk kedua titik ukur
lainnya hampir
mendekati standar
pencahayaan alami
untuk ruang kelas dan
lab.komputer.
Hasil pembentukan
berkas cahaya pada
bulan maret paling
rendah dibanding bulan
lainnya.sehingga tidak
mengganggu perabot
dalam ruang kelas dan
lab.komputer
Pada bulan Maret sun shading pada kondisi eksisting, dari segi tingkat pencahayaan alami hampir memenuhi standar pencahyaan alami untuk ruang kelas dan lab.komputer, dan dari segi pembentukan berkas cahaya sudah cukup optimal karena hanya beberapa perabot yang terkena berkas cahaya sehingga tidak menimbulkan silau dan panas.
Sampel 1B
Sampel 2B
Sampel 3A
Sampel 3B
22 Juni
Sampel 1A
Pada kelima sampel,
tingkat intensitas pada
bulan Juni paling tinggi
dibandingkan dengan
bulan maret dan
desember. Pada Bulan
Juni titik ukur 1 dan 2
sudah memenuhi
standar, tetapi titik ukur
3 masih belum
memenuhi standar
pencahayaan alami
untuk ruang kelas.
Hasil pembentukan
berkas cahaya pada
bulan juni paling tinggi
dibanding bulan
lainnya.sehingga
banyak perabot dalam
ruang kelas dan
lab.komputer yang
terkena berkas cahaya
dan menyebabkan silau
dan panas
Sampel 1A dan 1B
membutuhkan perangkat sun
shading pada bukaan yang
posisinya dekat dengan titik
ukur 1 dan 2. Untuk titik ukur 3
sebaiknya tidak menggunakan
sun shading sebab tingkat
intensitas cahaya di titik ukur 3
belum memenuhi standar.
Sampel 1B
Sampel 2B Sampel 2B membutuhkan perangkat sun shading pada bukaan yang posisinya dekat dengan titik ukur 2 dan 3. Untuk titik ukur 1sebaiknya tidak menggunakan sun shading sebab tingkat intensitas cahaya di titik ukur 3 belum memenuhi standar.
Sampel 3A Sampel 3A dan 3B membutuhkan perangkat sun shading pada bukaan yang posisinya dekat dengan titik ukur 1 dan 2. Untuk titik ukur 3 sebaiknya tidak menggunakan sun shading sebab tingkat intensitas cahaya di titik ukur 3 belum memenuhi standar.
Sampel 3B
Sumber: Analisa Pribadi
143
Tabel 5.71 Rekapitulasi Hasil Temuan Penelitian
Tanggal Ruang Tingkat Pencahayaan
Alami Berkas Cahaya Sun Shading
22 Desember
Sampel 1A
Tingkat pencahayaan
alami pada bulan
Desember paling
rendah dibanding bulan
lainnya. Pada Bulan
Maret titik ukur 1,2, dan
3 masih belum
memenuhi standar
pencahayaan alami
untuk ruang kelas.
Pembentukan berkas
cahaya pada bulan
desember mengenai
beberapa perabot
dalam kelas dan
luasannya cukup luas
disore hari sehingga
menyebabkan silau dan
panas
Pada bulan Desember sun shading pada kondisi eksisting , dari segi tingkat pencahayaan alami kurang optimal karena belum memenuhi standar. Dari segi pembentukan berkas cahaya masih banyak perabot yang terkena berkas cahaya terutama pada sampel 1B,2B, dan 3B pada sore hari hari sehingga menimbulkan silau dan panas.
Sampel 1B
Sampel 2B
Sampel 3A
Sampel 3B
Sumber: Analisa Pribadi
5.7 Rekomendasi
Berdasarkan hasil pembobotan diatas maka diketahui bahwa penggunaan sun
shading terhadap tingkat pencahayaan alami dan pembentukan berkas cahaya
pada sampel 1A, 1B, 2B, 3A, dan 3B masih ada yang belum optimal. Aspek-
aspek yang belum memenuhi pada kelima sampel tersebut, meliputi:
1. Sampel 1A : Tingkat Pencahayaan alami pada titik ukur 3 belum memenuhi
standar 250 lux pada ketiga tanggal ekstrim. Pembentukan
berkas cahaya paling luas terjadi pada bulan Juni sehingga
menyebabkan direct glare.
2. Sampel 1B : Tingkat Pencahayaan alami pada titik ukur 3 belum memenuhi
standar 250 lux pada ketiga tanggal ekstrim. Pembentukan
berkas cahaya paling luas terjadi pada bulan Desember
sehingga menyebabkan direct glare.
3. Sampel 2B : Tingkat Pencahayaan alami pada titik ukur 1 belum memenuhi
standar 250 lux pada ketiga tanggal ekstrim. Pembentukan
berkas cahaya pada bulan Desember paling luas dan
144
mengenai perabot didalamnya sehingga menyebabkan direct
glare.
4. Sampel 3A : Tingkat Pencahayaan alami pada titik ukur 3 belum memenuhi
standar 500 lux pada ketiga tanggal ekstrim. Pembentukan
berkas cahaya pada bulan Juni paling luas dan sangat banyak
yang mengenai perabot didalamnya sehingga menyebabkan
direct dan indirect glare.
5. Sampel 3B : Tingkat Pencahayaan alami pada titik ukur 3 belum memenuhi
standar 500 lux pada ketiga tanggal ekstrim. Pembentukan
berkas cahaya pada bulan Juni paling luas dan sangat banyak
yang mengenai perabot didalamnya sehingga menyebabkan
direct dan indirect glare.
Dari aspek-aspek yang belum memenuhi standard kajian diatas maka
peneliti melakukan simulasi rekomendasi menggunakan software Sketchup dan
Dialux. Hasil rekomendasi dibawah ini merupakan hasil terbaik peneliti setelah
dilakukan trial and eror pada kelima sampel ruangan.
1. Rekomendasi Sampel 1A
Pada Gambar diatas, karena pada titik ukur 3 terlalu gelap maka
peneliti merekomendasikan pada bukaan tipe A tidak menggunakan sun
shading agar intensitas cahaya pada titik ukur 3 tidak terlalu gelap. Setelah
Tipe A
Tipe B
Gambar 5.54 Hasil Simulasi Rekomendasi Sampel 1A Sumber: Dokumen Pribadi Sumber: Dokumen Pribadi
Tipe A Tipe B
Gambar 5.55 Denah Titik Ukur Sampel 1A
Sumber: Dokumen Pribadi Sumber: Dokumen Pribadi
145
dilakukannya trial and eror, untuk mengurangi berkas cahaya yang
berlebihan pada ruangan tersebut, peneliti merekomendasikan
menambahkan sun shading dengan ukuran panjang yang sama tetapi
memiliki kemiringan 15o . Dengan penambahan sun shading dan dengan
kemiringan 15o, berkas cahaya yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan
dengan kondisi awal. Tingkat intensitas cahaya pada titik ukur 1 dan 2 lebih
rendah dibandingkan kondisi awal tetapi masih dalam batas standar yaitu
250lux. Untuk titik ukur 3 setelah dihilangkan sun shadingnya tingkat
intensitas cahaya pada titik ukur tersebut dapat mencapai standar
pencahayaan ruang kelas yaitu 250lux.
SAMPEL 1A
Waktu Titik Ukur
1
Titik Ukur
2
Titik Ukur
3
8.00 196 213 190
9.00 259 283 212
10.00 261 300 247
11.00 304 350 288
12.00 331 379 310
13.00 334 382 313
14.00 312 358 295
15.00 238 261 212
16.00 218 251 207
Rata-Rata 272.56 308.56 252.67
Gambar 5.56 Hasil Berkas Cahaya Sampel 1A
Sumber: Dokumen Pribadi
Tabel 5.72 Tingkat Pencahayaan Alami Sampel 1A 22Juni
Sumber: Dokumen Pribadi
146
2. Rekomendasi 1B
Pada Gambar diatas, karena pada titik ukur 3 terlalu gelap maka
peneliti merekomendasikan pada bukaan tipe A tidak menggunakan sun
shading agar intensitas cahaya pada titik ukur 3 tidak terlalu gelap. Setelah
dilakukannya trial and eror, untuk mengurangi berkas cahaya yang
berlebihan pada ruangan tersebut, peneliti merekomendasikan
menambahkan sun shading pada bukaan tipe B dengan ukuran panjang
yang sama tetapi memiliki kemiringan 15o . Dengan penambahan sun
shading dan dengan kemiringan 15o, berkas cahaya yang dihasilkan lebih
sedikit dibandingkan dengan kondisi awal. Tingkat intensitas cahaya pada
titik ukur 1 dan 2 lebih rendah dibandingkan kondisi awal tetapi masih dalam
batas standar yaitu 250lux. Untuk titik ukur 3 setelah dihilangkan sun
shadingnya tingkat intensitas cahaya pada titik ukur tersebut dapat
mencapai standar pencahayaan ruang kelas yaitu 250lux.
Tipe A Tipe B
Gambar 5.57 Hasil Simulasi Rekomendasi Sampel 1B Sumber: Dokumen Pribadi Sumber: Dokumen Pribadi
Tipe A
Tipe B
Gambar 5.58 Denah Titik Ukur Sampel 1B
Sumber: Dokumen Pribadi Sumber: Dokumen Pribadi
147
SAMPEL 1B
Waktu Titik Ukur 1 Titik Ukur 2 Titik Ukur 3
8.00 185 192 179
9.00 252 284 221
10.00 245 291 244
11.00 321 376 289
12.00 345 402 337
13.00 375 399 327
14.00 278 343 270
15.00 267 311 225
16.00 214 221 176
Rata-Rata 275.78 313.22 252.00
3. Rekomendasi 2B
Pada Gambar diatas, karena pada titik ukur 1 terlalu gelap maka
peneliti merekomendasikan pada bukaan tipe A tidak menggunakan sun
shading agar intensitas cahaya pada titik ukur 1 tidak terlalu gelap. Setelah
dilakukannya trial and eror, untuk mengurangi berkas cahaya yang
berlebihan pada ruangan tersebut, peneliti merekomendasikan
Tabel 5.73 Tingkat Pencahayaan Alami Sampel 1B 22Juni
Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 5.59 Hasil Berkas Cahaya Sampel 1B Sumber: Dokumen Pribadi Sumber: Dokumen Pribadi
Sumber: Dokumen Pribadi Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 5.60 Hasil Simulasi Rekomendasi Sampel 2B Sumber: Dokumen Pribadi Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 5.61 Denah Titik Ukur Sampel 2B Sumber: Dokumen Pribadi Sumber: Dokumen Pribadi
Tipe B
TipeA
Tipe A
Tipe B
148
menambahkan sun shading pada bukaan tipe B dengan ukuran panjang
yang sama tetapi memiliki kemiringan 15o . Dengan penambahan sun
shading dan dengan kemiringan 15o, berkas cahaya yang dihasilkan lebih
sedikit dibandingkan dengan kondisi awal. Tingkat intensitas cahaya pada
titik ukur 2 dan 3 lebih rendah dibandingkan kondisi awal tetapi masih dalam
batas standar pencahayaan ruang kelas yaitu 250lux. Untuk titik ukur 1
setelah dihilangkan sun shadingnya tingkat intensitas cahaya pada titik ukur
tersebut dapat mencapai standar pencahayaan ruang kelas yaitu 250lux.
SAMPEL 2B
Waktu Titik Ukur
1
Titik Ukur
2
Titik Ukur
3
8.00 204 294 210
9.00 234 308 258
10.00 240 357 305
11.00 299 387 331
12.00 320 397 333
13.00 299 372 312
14.00 285 320 293
15.00 236 315 292
16.00 148 223 201
Rata-Rata 251.67 330.33 281.67
Gambar 5.62 Hasil Berkas Cahaya Sampel 2B Sumber: Dokumen Pribadi Sumber: Dokumen Pribadi
Tabel 5.74 Tingkat Pencahayaan Alami Sampel 2B 22Juni
Sumber: Dokumen Pribadi
Sumber: Dokumen Pribadi
149
4. Rekomendasi 3A
Pada Gambar diatas, karena pada titik ukur 3 terlalu gelap maka
peneliti merekomendasikan menambahkan bukaan tipe C di dekat titik ukur
3 . Setelah dilakukannya trial and eror, untuk mengurangi berkas cahaya
yang berlebihan pada ruangan tersebut, peneliti merekomendasikan
menambahkan sun shading dengan ukuran panjang yang sama tetapi
memiliki kemiringan 15o . Dengan penambahan sun shading dan dengan
kemiringan 15o, berkas cahaya yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan
dengan kondisi awal. Tingkat intensitas cahaya pada titik ukur 1 dan 2 lebih
rendah dibandingkan kondisi awal tetapi masih dalam batas standar untuk
ruang lab.komputer yaitu 500lux. Untuk titik ukur 3 setelah ditambahkan
bukaan tipe C maka tingkat intensitas cahaya pada titik ukur tersebut dapat
mencapai standar pencahayaan ruang lab.komputer yaitu 500lux.
Tipe C
Penambahan Bukaan
Gambar 5.63 Hasil Simulasi Rekomendasi Sampel 3A Sumber: Dokumen Pribadi Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 5.64 Denah Titik Ukur Sampel 3A
Sumber: Dokumen Pribadi Sumber: Dokumen Pribadi
Penambahan Sun Shading
150
SAMPEL 3A
Waktu Titik
Ukur 1
Titik Ukur
2
Titik Ukur
3
8.00 349 380 317
9.00 387 490 385
10.00 499 530 497
11.00 582 583 578
12.00 626 628 622
13.00 631 633 627
14.00 596 598 593
15.00 523 555 520
16.00 417 448 415
Rata-Rata 512.22 538.33 506.00
5. Rekomendasi 3B
Pada Gambar diatas, karena pada titik ukur 3 terlalu gelap maka
peneliti merekomendasikan menambahkan bukaan dengan ukuran 0.55m x
3.80m di dekat titik ukur 3 . Setelah dilakukannya trial and eror, untuk
mengurangi berkas cahaya yang berlebihan pada ruangan tersebut, peneliti
merekomendasikan menambahkan sun shading dengan ukuran panjang
Tabel 5.75 Tingkat Pencahayaan Alami Sampel 3A 22Juni
Sumber: Dokumen Pribadi Gambar 5.65 Hasil Berkas Cahaya Sampel 3A
Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 5.66 Hasil Simulasi Rekomendasi Sampel 3B Sumber: Dokumen Pribadi Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 5.67 Denah Titik Ukur Sampel 3B
Sumber: Dokumen Pribadi Sumber: Dokumen Pribadi
Penambahan Bukaan Penambahan Sun
Shading
151
yang sama tetapi memiliki kemiringan 15o . Dengan penambahan sun
shading dan dengan kemiringan 15o, berkas cahaya yang dihasilkan lebih
sedikit dibandingkan dengan kondisi awal. Tingkat intensitas cahaya pada
titik ukur 1 dan 2 lebih rendah dibandingkan kondisi awal tetapi masih dalam
batas standar untuk ruang lab.komputer yaitu 500lux. Untuk titik ukur 3
setelah ditambahkan bukaan tipe C maka tingkat intensitas cahaya pada
titik ukur tersebut dapat mencapai standar pencahayaan ruang lab.komputer
yaitu 500lux.
SAMPEL 3B
Waktu Titik Ukur
1
Titik Ukur
2
Titik Ukur
3
8.00 508 510 503
9.00 513 539 507
10.00 532 561 532
11.00 547 575 558
12.00 569 620 560
13.00 577 639 532
14.00 536 563 546
15.00 427 568 444
16.00 371 434 397
Rata-Rata 508.89 556.56 508.78
Gambar 5.68 Hasil Berkas Cahaya Sampel 3B Sumber: Dokumen Pribadi Sumber: Dokumen Pribadi
Tabel 5.76 Tingkat Pencahayaan Alami Sampel 3B 22Juni
Sumber: Dokumen Pribadi