BAB V bagian 1

36
BAB V ANALISA DAN PENYELESAIAN MASALAH 5.1. Identifikasi Masalah Berdasarkan Komponen Keluaran Identifikasi masalah yang ada pada program imunisasi dasar dilakukan dengan membandingkan pencapaian keluaran dengan tolak ukur. Tabel 5.1. Identifikasi masalah pencegahan dan pemberantasan diare di Puskesmas Perumnas II Kota Pontianak No Variabel Tolak ukur Pencapaian Masala h 1. Cakupan Imunisasi Dasar Bayi : Menggambarkan pencapaian pelayanan atau realisasi pelayanan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1611/MENKES/SK/XI/2005 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi) HB0 BCG DPT-HB 1 DPT-HB 2 DPT-HB 3 Polio 1 Polio 2 100% 100% 100% 95% 90% 100% 97% 94% 90% 90% HB0 : 28,02% BCG : 51,34% DPT-HB 1: 21,59% DPT-HB 2: 24,85% DPT-HB 3: 23,22% Polio 1 : 51,58% (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+)

description

bab v

Transcript of BAB V bagian 1

Page 1: BAB V bagian 1

BAB V

ANALISA DAN PENYELESAIAN MASALAH

5.1. Identifikasi Masalah Berdasarkan Komponen Keluaran

Identifikasi masalah yang ada pada program imunisasi dasar dilakukan dengan

membandingkan pencapaian keluaran dengan tolak ukur.

Tabel 5.1. Identifikasi masalah pencegahan dan pemberantasan diare di Puskesmas Perumnas

II Kota Pontianak

No Variabel Tolak ukur Pencapaian Masalah

1. Cakupan Imunisasi Dasar Bayi :

Menggambarkan pencapaian pelayanan

atau realisasi pelayanan

(Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor

1611/MENKES/SK/XI/2005 Tentang

Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi)

HB0

BCG

DPT-HB 1

DPT-HB 2

DPT-HB 3

Polio 1

Polio 2

Polio 3

Polio 4

Campak

100%

100%

100%

95%

90%

100%

97%

94%

90%

90%

HB0 : 28,02%

BCG : 51,34%

DPT-HB 1: 21,59%

DPT-HB 2: 24,85%

DPT-HB 3: 23,22%

Polio 1 : 51,58%

Polio 2 : 43,17%

Polio 3 : 34,19%

Polio 4 : 34,89%

Campak : 31,62%

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

2. Rasio Jumlah bayi yang diimunisasi

dasar lengkap (Buku Pedoman Kerja

Puskesmas Jilid 2 Tahun 1999)

80% Bayi Lk= 165 bayiBayi Pr = 175 bayiJumlah bayi yang diimunisasi= (165+175)x100% 857= 39,67 %

(+)

Rasio Jumlah bayi yang diimunisasi dasar

lengkap

=Jumlah bayi yang diimunisasi x 100%

Jumlah bayi cakupan puskemas

Page 2: BAB V bagian 1

3. Rasio Jumlah Desa/Kelurahan UCI

Wilayah Kerja Puskesmas (Buku

Pedoman Kerja Puskesmas Jilid 2 Tahun

1999)

100% Jumlah Desa/Kel

UCI =

1437

x 100 %=37,8 %

(+)

4. Rasio Jumlah Posyandu Balita dengan

jumlah RW cakupan wilayah Puskesmas

(Stratifikasi Puskesmas tahun 2010)

100% Rasio Jumlah

Posyandu Balita

dengan Jumlah RW

= 1237

x 100 %

¿32 %

(+)

5. Monitoring / Pemantauan Wilayah

Setempat (Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor

1611/MENKES/SK/XI/2005 Tentang

Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi)

Mengukur tingkat perlindungan

(Efektifitas program)

Untuk mengukur jangkauan program

(pemerataan pelayanan)

Untuk mengukur manajemen program

Target

Efektifitas

Program =

95%

Target

Jangkauan

Program =

98%

Efektifitas Program

= 547 x 100% 857

=68%

Jangkauan Program

= 410 x 100% 857

=48%

(+)

(+)

Rasio Jumlah Desa/Kelurahan UCI

=Jumlah Desa / Kel UCI x 100%

Jumlah Desa cakupan puskemas

Rasio Jumlah Posyandu dengan jumlah

Desa/RW

= Jumlah Posyandu x 100%

Jumlah Desa/RW cakupan puskemas

Polio 3 =

Jumlah imunisasi Polio 3 x 100%

Jumlah bayi lahir dalam 1 tahun

DPT 1 =

Jumlah imunisasi DPT 1 x 100

Jumlah bayi lahir dalam 1 tahun

Page 3: BAB V bagian 1

(efisiensi program) Target

Efisiensi

Program

(DO) =

3,1%)

Efisiensi Program (DO)=547-410 x 100% 547

= 2,5%

(+)

6 Penyimpanan vaksin Sesuai rantai

dingin

Sesuai rantai dingin (-)

7 Standar Tenaga dan Pelatihan Teknis

- Penyuluhan dilakukan sebelum

imunisasi

1 bulan 1x.

1x/pasien

1 bulan, 1x/pasien (-)

- Pelatihan Kader Terjadwal

dan

dilakukan

Tidak Dilakukan (+)

8 Pencatatan dan pelaporan Teratur,

sistematis,

dan akurat

Teratur, sistematis,

dan akurat

(-)

9 Sweeping Imunisasi Teratur,

sistematis,

dan terjadwal

Teratur, sistematis,

dan terjadwal

Dari data diatas dapat diidentifikasi sejumlah masalah dalam Program Imunisasi dasar di

puskesmas Perumnas II Kota Pontianak yaitu :

1. Cakupan pelayanan imunisasi dasar tidak mencapai target yang ditentukan

2. Rasio Jumlah bayi yang diimunisasi dasar lengkap tidak mencapai target nasional

3. Rasio Jumlah Desa/Kelurahan UCI Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II Kota Pontianak

tidak mencapai target nasional

4. Rasio Jumlah Posyandu Balita dengan jumlah RW cakupan wilayah Puskesmas II Kota

Pontianak tidak mencapai target yang ditentukan

5. Monitoring / Pemantauan Wilayah Setempat dengan mengukur tingkat perlindungan untuk

mencapai target efektifitas program, mengukur jangkauan program untuk mencapai target

jangkauan program, mengukur manajemen program untuk mencapai target efisiensi

program belum mencapai target yang telah ditentukan secara nasional

DO = DPT 1 – Polio 3 x 100%

DPT 1

Page 4: BAB V bagian 1

6. Pelatihan kader tidak dilakukan secara terjadwal pada seluruh posyandu sehingga

keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan keberhasilan pencapaian cakupan program

imunisasi dasar menjadi kurang maksimal.

5. 2. Penetapan Prioritas Masalah

Berdasarkan tabel 5.1, didapatkan beberapa masalah pada program imunisasi dasar pada

puskesmas perumnas II kota Pontianak yang harus diselesaikan. Ditemukannya lebih dari

satu masalah maka harus ditentukan prioritas masalah karena adanya keterbatasan dana dan

sumber daya. Penetapan prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks

seperti pada Tabel 5.2.

Prioritas masalah ditetapkan dengan sistem skoring dan akan dinilai beberapa kriteria:

a) Pentingnya masalah (importancy) yang terdiri dari:

Besarnya masalah (Prevalence = P)

Akibat yang ditimbulkan masalah (severity) = S

Kenaikan besarnya masalah (rate of increase) = RI

Keuntungan sosial karena selesainya masalah (social benefit) = SB

Derajat keinginan masyarakat tidak terpenuhi (degree of unmeet needs) = DU

Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern) = PB

Suasana politik (political climate) = PC

c) Kelayakan teknologi (technilcal feasibility) = T

d) Sumber daya yang tersedia (Resources availability) = R

Untuk setiap kriteria diberikan nilai dalam rentang 1 (tidak penting) hingga 5 (sangat

penting). Masalah yang menjadi prioritas utama ialah masalah dengan nilai tertinggi.

Tabel 5.2 Penetapan Prioritas MasalahNo Daftar Masalah Importance T R Jumlah

P=I x T x RP S RI DU SB PB PC

1. Cakupan pelayanan imunisasi

dasar tidak mencapai target

yang ditentukan

5 5 3 5 5 5 5 2 2 132

2. Rasio Jumlah bayi yang

diimunisasi dasar lengkap

tidak mencapai target nasional

5 4 3 5 4 2 3 2 1 52

3. RRasio Jumlah Desa/Kelurahan

UCI Wilayah Kerja

5 4 3 5 4 2 3 2 1 52

Page 5: BAB V bagian 1

Puskesmas Perumnas II Kota

Pontianak tidak mencapai

target nasional

4. Rasio Jumlah Posyandu Balita

dengan jumlah RW cakupan

wilayah Puskesmas II Kota

Pontianak tidak mencapai

target yang ditentukan

5 4 3 5 4 5 3 2 2 116

55

5

Monitoring / Pemantauan

Wilayah Setempat dengan

mengukur tingkat

perlindungan untuk mencapai

target efektifitas program,

mengukur jangkauan program

untuk mencapai target

jangkauan program, mengukur

manajemen program untuk

mencapai target efisiensi

program belum mencapai

target yang telah ditentukan

secara nasional

4 3 4 5 2 2 3 2 2 92

6 PPelatihan kader tidak dilakukan

secara terjadwal pada seluruh

posyandu sehingga

keikutsertaan masyarakat

dalam meningkatkan

keberhasilan pencapaian

cakupan program imunisasi

dasar menjadi kurang

maksimal.

3 3 4 4 3 4 3 1 3 72

Page 6: BAB V bagian 1

Dari penetapan prioritas berdasarkan teknik kriteria matriks diatas maka prioritas masalah

yang dipilih adalah Kurangnya cakupan penderita diare yang diobati. Adapun urutan prioritas

masalah yang berhasil ditetapkan adalah sebagai berikut :

1. Cakupan pelayanan imunisasi dasar tidak mencapai target yang ditentukan

2. Rasio Jumlah Posyandu Balita dengan jumlah RW cakupan wilayah Puskesmas II Kota

Pontianak tidak mencapai target yang ditentukan

3. Monitoring / Pemantauan Wilayah Setempat dengan mengukur tingkat perlindungan untuk

mencapai target efektifitas program, mengukur jangkauan program untuk mencapai target

jangkauan program, mengukur manajemen program untuk mencapai target efisiensi

program belum mencapai target yang telah ditentukan secara nasional

4. Pelatihan kader tidak dilakukan secara terjadwal pada seluruh posyandu sehingga

keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan keberhasilan pencapaian cakupan program

imunisasi dasar menjadi kurang maksimal.

5. Rasio Jumlah bayi yang diimunisasi dasar lengkap tidak mencapai target nasional

6. Rasio Jumlah Desa/Kelurahan UCI Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II Kota Pontianak

tidak mencapai target nasional

Rendahnya angka cakupan program imunisasi di puskesmas perumnas II merupakan

masalah yang prioritas. Angka cakupan pelayanan menggambarkan jumlah bayi yang

mendapatkan imunisasi di wilayah cakupan kerja Puskesmas perumnas II kelurahan sungai

beliung. Rendahnya angka cakupan imunisasi dasar tersebut menggambarkan masih banyak

bayi yang tidak mendapatkan pelayanan imunisasi baik di puskesmas maupun posyandu

ataupun bayi banyak mendapatkan imunisasi di rumah sakit, praktek swasta atau pusat

pelayanan kesehatan lainnya namun tidak tercatat di puskesmas.

Puskesmas sebagai layanan kesehatan primer seharusnya menjadi tempat pelayanan

utama dalam pencegahan dan promosi melalui program imunisasi dasar pada bayi sesuai

wilayah kerjanya. Diharapkan puskesmas dapat menjadi pusat pelayanan kesehatan yang

dapat menjalankan fungsi promotif dan preventif dengan program imunisasi yang dapat

menyentuh warga terutama warga tingkat ekonomi menengah kebawah yang membutuhkan

pelayanan pemberian imunisasi dengan gratis. Langkah pemberian imunisasi ini bertujuan

agar bayi pada saat dewasa mendapatkan perlindungan yang optimal terhadap beberapa

penyakit seperti Hepatitis B, TB, difteri, tetanus, pertusis, polio dan campak.

Rasio Jumlah bayi yang diimunisasi dasar lengkap tidak mencapai target nasional

(80%). Ini menunjukkan bahwa dari 857 bayi yang terdapat pada cakupan wilayah puskesmas

Page 7: BAB V bagian 1

perumnas II kota Pontianak, hanya 39,67% saja yang diimunisasi dasar dengan lengkap.

Sisanya masih belum mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap bahkan tidak

mendapatkan imunisasi dasar sama sekali. Hal ini berkesinambungan dengan Rasio Jumlah

Desa/Kelurahan UCI Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II Kota Pontianak tidak mencapai

target nasional (100%). Dimana dari 37 RW yang terdapat pada wilayah kerja puskesmas

perumnas II hanya sekitar 14 RW yang termasuk desa/kelurahan UCI. 14 desa/kelurahan UCI

ini memiliki posyandu dan pos penimbangan di wilayahnya masing-masing. Sedangkan 23

desa/RW lainnya yang tidak mendapatkan predikat UCI tidak memiliki posyandu ataupun

pos penimbangan sama sekali. Ini menunjukkan bahwa posyandu ataupun pos penimbangan

di suatu RW/desa sangat berpengaruh terhadap peningkatan cakupan imunisasi dasar, serta

dapat berdampak terhadap peningkatan rasio Jumlah bayi yang diimunisasi dasar lengkap dan

Rasio Jumlah Desa/Kelurahan UCI Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II Kota Pontianak.

Karena itulah keempat masalah tersebut diberikan nilai besarnya masalah (Prevalence) tinggi

dan nilai akibat ditimbulkan masalah (Severity) tinggi.

Kenaikan besar masalah (Rate of Increase) untuk angka cakupan imunisasi dasar pada

tahun 2014 sebesar 39,41 % dari nilai idealnya 80%. Ini berarti terdapat kesenjangan sebesar

40,59%. Akan tetapi dari angka cakupan imunisasi dasar pada tahun 2013 ternyata angka

pencapaian lebih rendah lagi yaitu sebesar 28,25% dengan tolok ukur sebesar 80%. Hal ini

menunjukkan adanya perbaikan nilai cakupan dari tahun 2013 ke tahun 2014 sehingga rate of

increase cakupan pelayanan diberikan nilai yang rendah. Begitu pula dengan rasio jumlah

bayi yang diimunisasi, rasio jumlah desa/kelurahan UCI, dan rasio posyandu dengan jumlah

RW/desa wilayah cakupan puskesmas yang menunjukkan peningkatan dari tahun 2013 ke

2014. Sehingga rate of increasenya diberikan nilai menengah. Namun untuk

monitoring/pemantauan wilayah (PWS) dan pelatihan kader sama-sama memiliki nilai yang

sama besar untuk Rate of Increase karena tidak menunjukkan perbaikan dari tahun ke tahun.

Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi ((Degree of unmeet need) untuk

masalah rendahnya angka cakupan imunisasi dasar, rasio bayi yang diimunisasilengkap, rasio

desa/kelurahan UCI, dan rasio jumlah posyandu dengan jumlah desa/RW wilayah cakupan

puskesmas, pengawasan program dan pelatihan kader diberikan nilai yang sama besar.

Masyarakat menginginkan bayi/anaknya terproteksi dari penyakit saat sudah dewasa dan

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat diminimalisir. Untuk itu tidak cukup

dengan pelayanan di puskesmas saja, tetapi diperlukan pula peran masyarakat baik dalam

berbagai aspek (pelayanan, penyuluhan, dan pencegahan) serta andil dalam menggerakkan

posyandu dengan salah satu bentuk nyatanya adalah pelatihan kader.

Page 8: BAB V bagian 1

Perhatian masyarakat (public concern) terhadap imunisasi dasar secara umum masih

kurang baik. Masih banyak masyarakat yang tidak datang ke puskesmas dan posyandu untuk

mengimunisasi bayinya. Cakupan imunisasi dasar kurang baik, posyandu dan pos

penimbangan kurang jumlahnya, tidak adanya pelatihan untuk kader diberikan nilai yang

sama, karena ketiga hal ini adalah keadaan yang dilihat masyarakat secara langsung dan

memengaruhi penilaian masyarakat terhadap kinerja puskesmas. Pengawasan berupa

penilaian skoring berdasarkan jenis imunisasi tidak secara langsung dilihat oleh masyarakat

manfaat dan pelaksanaannya.

Pemerintah memang telah membentuk program imunisasi dasar dan sebenarnya

pemerintah sudah concern dan intensif dengan masalah imunisasi dasar. Terutama di

Kalimantan Barat yang mendapat peringkat keempat Provinsi dengan cakupan imunisasi

terendah tahun 2013. Dikarenakan hal tersebut maka semua masalah mendapat nilai PC

(political climate) yang sama.

Dari penilaian teknis (technical feasibility), mengenai monitoring terhadap program

imunisasi dasar terutama jumlah pasien yang telah mendapatkan imunisasi dasar dalam suatu

wilayah puskesmas, mendapatkan nilai tertinggi karena pada saat ini, pencatatan di

puskesmas sebenarnya tidak sulit secara teknis karena penggunaan komputer telah

memudahkan pencatatan dan pelaporan.

Untuk ketersediaan sumber daya (resources availability), maka tidak adanya pelatihan

oleh kader mendapatkan nilai menengah, karena puskesmas sebenarnya memiliki kader,

namun tidak melakukan tugas dalam mendata bayi yang belum diimunisasi karena tugas

promosi kesehatan lainnya juga banyak, sementara tidak ada penambahan jumlah kader

khusus untuk imunisasi. Jumlah kader yang ideal yaitu 5 orang tiap RW, namun tidak semua

RW memiliki kader dan dalam banyak RW yang kadernya kurang dari 5 orang. Hal ini

berhubungan dengan peranan kader yang belum optimal dalam usaha peningkatan cakupan

imunisasi dasar pada bayi.

Page 9: BAB V bagian 1

5.3. Identifikasi Penyebab Masalah

5.3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dibuat dengan menggunakan pendekatan analisis, hal ini bertujuan untuk

mengidentifikasi faktor penyebab masalah rendahnya angka cakupan imunisasi Puskesmas

Kelurahan Sungai Beliung. Kerangka konsep yang telah dipikirkan untuk masalah tersebut

dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

5.3.2. Estimasi Penyebab Masalah

Masalah dalam pelaksanaan Program imunisasi akan dibahas sesuai dengan pendekatan

sistem yang mempertimbangkan seluruh faktor baik dari unsur masukan, proses, umpan

balik, dan lingkungan.

Pada komponen masukan, yang berpotensi menjadi penyebab masalah adalah sumber daya

manusia termasuk di dalamnya adalah dokter, perawat, tenaga administrasi dan kader, dana

yang tersedia, sarana medis dan non medis, sarana penyuluhan dan metode yang digunakan.

Kuranganya jumlah sumber daya manusia, pengetahuan tenaga kesehatan dan tenaga

pendukung dapat mengakibatkan metode yang digunakan dalam pencapaian imunisasi dasar

menjadi kurang optimal, meliputi penyuluhan dan pelatihan kader. Sehingga partisipasi

Cakupan

Imunisasi

Page 10: BAB V bagian 1

masyarakat menjadi lebih rendah dari yang diharapkan. Selain SDM yang kurang faktor dana

dan sarana medis serta non medis juga memegang peranan yang penting. Oleh sebab itu bila

kurang memadai juga dapat menyulitkan pelaksanaan program ini.

Komponen proses terdiri dari: perencanaan dan pengorganisasian, pelaksanaan, pencatatan

dan pelaporan, serta pengawasan. Setiap program memiliki perencanaan target dan waktu

pelaksanaan program, sebagai pedoman dalam pelaksanaannya. Organisasi juga perlu

direncanakan dengan baik, agar terdapat staffing dan pembagian tugas yang jelas sehingga

masing-masing pelaksana dalam organisasi dapat bekerja sesuai dengan tugasnya masing-

masing sehingga tercipta kerjasama yang baik. Pelaksanaan program, meliputi: posyandu,

possbang, ibu peduli imunisasi, penyuluhan, dan pelatihan serta pembinaan kader, merupakan

faktor penentu keberhasilan program. Pelayanan imunisasi yang kurang memenuhi standar

pelayanan dapat mengakibatkan munculnya stigma yang buruk mengenai pelayanan

imunisasi di puskesmas sehingga masyarakat enggan berkunjung ke Puskesmas. Hal ini

berimbas pada rendahnya angka cakupan pelayanan imunisasi. Tidak adanya penyuluhan

kesehatan mengenai imunisasi juga berdampak pada kurangnya pengetahuan masyarakat

terhadap pentingnya imunisasi dasar untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif

terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan

menderita penyakit tersebut. Kurangnya kader yang terlatih menyulitkan pelaksanaan

program terutama dalam melakukan tugas eksternal seperti penyuluhan di masyarakat.

Pengawasan juga merupakan hal yang penting karena apabila tidak terlaksana dengan baik,

dapat menyebabkan tidak adanya laporan tertulis, penyimpanan laporan yang tidak

tersistematisasi dengan baik, dan pelaporan yang terlambat atau tidak lengkap kepada

puskesmas. Hal-hal diatas pada akhirnya dapat mengakibatkan target pencapaian program

yang telah ditentukan tidak tercapai.

Komponen lingkungan juga berperan dalam keberhasilan program. Komponen lingkungan

ini meliputi: tingkat pendidikan masyarakat,tingkat sosial ekonomi, dan akses. Tingginya

tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam menerima dan

memahami informasi mengenai imunisasi. Sementara tingginya tingkat sosial ekonomi dapat

mempengaruhi kemauan dan kemampuan masyarakat untuk memperoleh layanan kesehatan.

Sementara akses ke tempat layanan kesehatan juga dapat menjadi masalah apabila pusat

layanan kesehatan terletak di lokasi yang sulit dijangkau.

Komponen umpan balik terdiri dari masukan hasil pelaporan setelah dilaksanakannya

Program imunisasi selama satu periode. Hasil pelaporan ini diharapkan dapat menjadi bahan

Page 11: BAB V bagian 1

pertimbangan Puskesmas untuk menyusun rencana program pada periode selanjutnya

sehingga diharapkan adanya perbaikan dari yang sebelumnya.

5.3.3 Konfirmasi Penyebab Masalah

Dilakukan wawancara dengan pihak yang terlibat (penanggung jawab program imunisasi

Puskesmas Kelurahan Sungai Beliung) dan membandingkasn hasil dan tolok ukur dilakukan

untuk mengkonfirmasi penyebab masalah. Identifikasi faktor-faktor yang dapat menjadi

penyebab masalah tersebut dapat dilihat pada beberapa tabel berikut ini.

Tabel 5.3 Konfirmasi penyebab masalah program imunisasi pada komponen masukan

No Variabel Tolok Ukur Pencapaian Penyebab

Masalah

1. Tenaga Tenaga pelaksana minimal : 1

dokter, 1 perawat, 1 petugas

administrasi, dan 1 analis

sebagai pemeriksa

laboratorium

Di balai pengobatan umum terdapat

1dokter, 1 perawat yang merangkap

administrasi. Sedangkan di P2M

terdapat 1 perawat, dan 1 orang

tenaga administrasi. Tidak terdapat

laboratorium

(+)

2. Dana Tersedianya dana dari APBN,

APBD

Tersedianya dana yang cukup

lancer hanya dari APBD dan APBN

(-)

3. Sarana Tersedianya sarana:

a. Sarana medis : alat-

alat pemeriksaan

seperti stetoskop,

senter, timbangan,

tensimeter, dan

termometer

b. Sarana non medis:

ruangan dilengkapi

dengan tempat tidur,

status, alat tulis, buku

catatan

a. tersedia

b. tersedia

(-)

(-)

Page 12: BAB V bagian 1

c. Sarana penyuluhan:

leaflet, brosur, poster

c. tersedia, namun dalam

jumlah terbatas

(+)

4. Metode Pemberian imunisasi sesuai

kebijakan imunisasi dasar di

Puskesmas maupun Posyandu

a BCG:Diberikan sebanyak

1 kali dengan dosis 0,05

cc, intrakutan di deltoid l

lengan atas kanan.

b DPT: Diberikan sebanyak

3 kali dengan dosis 0,5

cc, IM/SC dalam, di

anterolateral paha atas,

pada umur 2 bulan

kemudian diberikan lagi

dengan interval paling

cepat 4 minggu (1 bulan).

c Polio: Diberikan

sebanyak 4 kali, diberikan

2 tetes secara oral dengan

interval 4 minggu (1

bulan).

d Hepatitis B: Diberikan

sebanyak 3 kali dengan

dosis 0,5 cc, IM/SC

dalam, di anterolateral

paha atas, dosis

berikutnya dengan

interval minimal 4

minggu (1 bulan).

e Campak: Diberikan 1 kali

dengan dosis 0,5 cc, IM,

a Pemberian imunisasi BCG

b Pemberian imunisasi DPT

c Pemberian imunisasi Polio

d Pemberian imunisasi

hepatitis B

e Pemberian imunisasi

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

Page 13: BAB V bagian 1

di lengan kiri atas.

* Vaksin DPT dan Hepatitis

B dalam bentuk vaksin

kombo

Penyuluhan kesehatan

a. Perorangan : Dengan

wawancara

b. Kelompok : Dengan

ceramah

c. Masyarakat : Melalui

spanduk, poster, leaflet

d. Pemantauan (monitoring) :

Dengan Pemantauan

Wilayah Setempat (PWS) -

bulanan

e. Pencatatan : setiap bulan

f. Pelaporan : setiap bulan

Penatalaksanaan KIPI : jika

ada kasus

campak

a. Dilakukan penyuluhan

kepada orang tua dan

keluarga yang datang ke

puskesmas

b. Dilakukan penyuluhan

melalui masjid atau

penyuluhan melalui

kelurahan.

c. Dibuat spanduk, poster dan

leaflet untu sarana informasi

d. Dilakukan pemantauan

terhadap wilayag setempat

setiap bulannya

e. Dilakukan pencatatan

tertulis bulanan

f. Dilakukan laporan kasus

KIPI secara tertulis setiap

bulannya jika ada kasusnya

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

Page 14: BAB V bagian 1

Tabel 5.4 Konfirmasi penyebab masalah program imunisasi pada komponen proses

No Variabel Tolok ukur Pencapaian Penyebab

Masalah

1. Perencanaan Menentukan besarnya

sasaran dan target cakupan

imunisasi dasar. Besarnya

sasaran: ditentukan oleh

Puskesmas Perumnas II

(857 bayi)

Membuat jadwal pelayanan

imunisasi dasar

Merencanakan logistik

imunisasi dasar

Mengelola vaksin, peralatan

vaksinasi dan cold chain

Memberikan penyuluhan

mengenai imunisasi dasar

Sasaran dan target cakupan

imunisasi 857 bayi

Pelayanan imunisasi dasar

dilakukan setiap hari selasa

dan kamis dipuskesmas

serta posyandu yang

terjadwal setiap bulan.

Kebutuhan alat suntik =

jumlah sasaraan 857 bayi x

target.

Kebutuhan cold chain:

-Lemari es : 1 buah

-Vaccine carrier : 5 buah

-Cold pack : sejumlah tim

lapangan

Vaksin Campak, Polio dan

BCG ditempatkan tempat

penyimpanan es.

Vaksinasi Hepatitis B dan

DPT disusun dibagian di

rak bagian bawah.

Suhu cold chain 2 – 8 o C

Satu spuit untuk satu orang

Perorangan : Setiap hari di

Puskesmas

(-)

Page 15: BAB V bagian 1

Mengadakan kerja sama

lintas program dan lintas

sektoral

Melakukan monitoring

Melaksanakan pencatatan

Melaksanakan pelaporan

Merencanakan

penatalaksanaan KIPI

Kelompok : Tidak

ditemukan jadwal

penyuluhan secar

yang jelas. (Hanya

didapatkan dari wawancara

dengan b

dilaksanakan setiap bulan

sesuai jadwal posyandu

Masyarakat : Melalui

spanduk, poster dan leaflet.

12 x setahun

12 x setahun

Setiap akhir bulan

Setiap awal bulan

Jika ada kasus

dan leafl

2. Pengorganisasi

an

a. Adanya struktur

pelaksana program

b. Adanya pembagian

tugas dan tanggung

jawab yang jelas

a. Terdapat struktur

organisasi

pelaksanan program

b. Petugas kesehatan

merangkap sebagai

penanggungjawab

beberapa program

(-)

(+)

3. Pelaksanaan - Menentukan Besar

Sasaran

- Menentukan Target

Cakupan:

BCG : 90%

DPT-1 : 95 %

DPT-2 : 90%

DPT-3 : 85 %

- Besar sasaran

90%

95%

90%

85%

(+)

(+)

(+)

(+)

Page 16: BAB V bagian 1

Polio-1 : 95 %

Polio-2 : 90 %

Polio-3 : 85 %

Polio-4 : 90 %

Hepatitis B-1 : 90 %

Hepatitis B-2 : 90 %

Hepatitis B-3 : 85%

Campak : 90 %

- Menentukan jadwal

pelayanan imunisasi

dasar

- Logistik imunisasi dasar

(Mengambil stok vaksin

dan alat suntik dari

Dinas Kesehatan setiap

kali habis stok)

- Pengelolaan vaksin dan

peralatan vaksin

- Penyuluhan mengenai

imunisasi dasar

95%

90%

85%

90%

90%

90%

85%

90%

Pelayanan imunisasi dasar

dilakukan setiap hari selasa

dan kamis dipuskesmas

serta posyandu yang

terjadwal setiap bulan.

Kebutuhan alat suntik =

jumlah sasaraan 857 bayi x

target.

Kebutuhan cold chain:

-Lemari es : 1 buah

-Vaccine carrier : 5 buah

Cold pack : sejumlah tim

lapangan Vaksin Campak,

Polio dan BCG ditempatkan

tempat penyimpanan es.

Vaksinasi Hepatitis B dan

DPT disusun dibagian di

rak bagian bawah.

Suhu cold chain 2 – 8 o C

Satu spuit untuk satu orang

Perorangan : Setiap hari di

Puskesmas

Kelompok : Tidak

ditemukan jadwal

penyuluhan secar

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

Page 17: BAB V bagian 1

yang jelas. (Hanya

didapatkan dari wawancara

dengan b

dilaksanakan setiap bulan

sesuai jadwal posyandu

Masyarakat : Melalui

spanduk, poster dan leaflet.

4. Pencatatan dan

pelaporan

a. Penilaian kegiatan

dalam bentuk laporan

tertulis secara periodik

(bulanan, triwulan,

semester, tahunan)

b. Pengisian laporan

tertulis yang lengkap

c. Penyimpanan laporan

tertulis yang benar

a. Laporan tertulis dilakukan

secara periodik bulanan, dan

tahunan, namun tidak

dilakukan laporan triwulan

dan semesteran

b. laporan diisi sesuai

format pelaporan yang ada

c. Laporan disimpan oleh

koordinator program

(+)

(-)

(-)

5. Pengawasan Adanya pengawasan

eksternal dan internal

Pengawasan program

dilakukan oleh Dinas

Kesehatan kota Pontianak

dan secara internal oleh

kepala puskesmas

(-)

Tabel 5.5. Konfirmasi penyebab masalah program imunisasi pada komponen lingkungan

No Variabel Tolok Ukur Pencapaian Penyebab

Masalah

1. Lingkungan a. Tingkat pendidikan

menengah atau tinggi

menunjang keberhasilan

program imunisasi

b. Tingkat sosial ekonomi

menengah atau tinggi

a. Tingkat pendidikan

masyarakat di Kelurahan

Sungai Beliung

umumnya tingkat

rendah-menengah

b. Tingkat sosial ekonomi

masyarakat di Kelurahan

(+)

(+)

Page 18: BAB V bagian 1

menunjang keberhasilan

program imunisasi

Sungai Beliung

umumnya tingkat

rendah-menengah

2. Umpan

balik

Masukan hasil pencatatan dan

pelaporan untuk perbaikan

program selanjutnya.

Tidak ada masukan untuk

perbaikan program

(+)

Berdasarkan tabel diatas maka ditetapkan penyebab masalah belum optimalnya program

imunisasi dasar di Puskesmas Kelurahan Sungai Beliung berdasarkan komponen masukan,

proses, umpan balik, dan lingkungan.

1. Masukan

Pada komponen masukan, sumber daya manusia termasuk di dalamnya adalah dokter,

perawat, tenaga administrasi dan kader, dana yang tersedia, sarana medis dan non medis,

sarana penyuluhan, dan metode yang digunakan dapat menjadi penyebab masalah. Agar

program imunisasi ini dapat berfungsi dan berjalan secara optimal maka dibutuhkan tenaga

kerja minimal seorang dokter, seorang perawat dan seorang petugas administrasi. Hal ini

memang terpenuhi secara kuantitas, namun adanya tenaga kerja yang merangkap program

puskesmas lainnya menjadikan pelaksanaan program imunisasi belum dapat terlaksana secara

meyeluruh dan optimal. Sarana medis yang tersedia sudah sesuai dengan standar, sehingga

tidak menjadi masalah sedangkan sarana non-medis seperti media penyuluhan masih tidak

memadai jumlahnya. Demikian juga dengan tidak adanya sarana khusus seperti ibu peduli

imunisasi. Dari segi metode, kurangnya penyuluhan ke masyarakat, menjadikan perhatian

masyarakat terhadap imunisasi menjadi tidak berkembang. sehingga Hal ini juga dapat

dikarenakan tidak adanya kegiatan pembinaan kader. Semua hal diatas juga harus ditunjang

oleh dana yang memadai. Tidak adanya dana khusus juga merupakan masalah yang

mendasar. Sedangkan pencatatan dan pelaporan sudah dilakukan terlihat dari adanya laporan

dari harian hingga tahunan.

2. Proses

Salah satu komponen proses yaitu pengorganisasian, masih didapatkan masalah berupa

petugas pelaksana program yang masih merangkap program yang lain sehingga tidak optimal

dalam melaksanakan tugasnya. Pada pelaksanaan terdapat beberapa masalah, yakni

Page 19: BAB V bagian 1

kurangnya koordinasi yang baik antara petugas dan kader, tidak adanya penyuluhan ke

masyarakat, tidak adanya pembinaan, pelatihan, dan pelayanan kader.

Pencatatan dan pelaporan terhadap program yang sedang berjalan juga dirasa kurang

optimal. Pencatatan dilakukan secara periodik setiap bulan dan tahunan. Dengan adanya

pencatatan dan pelaporan pada tiap-tiap periode diharapkan dapat membantu

mengidentifikasi masalah yang muncul saat berjalannya program agar dapat segera ditindak

lanjuti.

3. Lingkungan

Tingkat pendidikan sosial ekonomi dan akses berpotensi menjadi penyebab

masalah.tingkat pendidikan masyarakat kelurahan Sungai Beliung yang sebagian besar

menengah kebawah mempunyai peran terhadap kurangnya pengetahuan mengenai imunisasi,

oleh karena itu dibutuhkan penyuluhan yang dilakukan terus-menerus agar pemahaman dan

perhatian masyarakat terhadap permasalahan imunisasi ini dapat meningkat sehingga tujuan

dari program imunisasi ini dapat tercapai. Demikian halnya dengan tingkat sosial ekonomi

masyarakat yang mayoritas berpendapatan menengah ke bawah juga dapat mempengaruhi

kemauan masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan kurang.

4. Umpan balik

Puskesmas ini telah melakukan pencatatan dan pelaporan sudah dilakukan secara periodik.

Data- data tersebut dapat digunakan sebagai masukan untuk menyusun program di periode

selanjutnya sehingga diharapkan adanya perbaikan dari masalah-masalah yang ditemukan

sebelumnya.

5.3.4 Alternatif Penyelesaian Masalah

Tabel 5.6 Alternatif Penyelesaian Masalah

No. Penyebab Masalah Alternatif Penyelesaian Masalah Prioritas

1. Masukan

Menambah tenaga

pelaksana program

yang tidak

merangkap

program lain

Tenaga :

- Jumlah pelaksana

program yang tidak

memadai karena

sebagian merangkap

- Menambah tenaga pelaksana

program yang tidak merangkap

program lain

- Mengadakan pelatihan bagi kader

Page 20: BAB V bagian 1

beberapa program (kader/petugas

kesehatan)

Sarana:

- Media komunikasi (-) - Melengkapi sarana yang kurang

- Dana penyediaan sarana diambil

dari dana retribusi puskesmas,

Tersedianya sarana

dan prasarana

untuk melakukan

- ditambah dengan usulan anggaran penyuluhan.

Metode:

- Melalui penyuluhan

kelompok

- Pelatihan kader untuk melakukan

penyuluhan rutin

Pelatihan para

kader untuk

melakukan

penyuluhan

kelompok pada

masyarakat

2. Proses

Pelaksanaan:

- Kurang penyuluhan

kelompok dan

perorangan

- Pencatatan dan

pelaporan yang masih

kurang baik

- Melakukan pelatihan penyuluhan

pada kader secara berkala

- Melakukan pendekatan secara

personal antara kader dan petugas

kesehatan

- Memaksimalkan peran mahasiswa

kedokteran dalam pembuatan

sarana dan melakukan penyuluhan

kepada kader dan masyarakat

- Melakukan pencatan dan

pelaporan kasus imunisasi yang

ditangani dengan baik

- Memberikan penyuluhan tentang

pentingnya imunisasi dan dampak

jika tidak melakukan imunisasi

- Melakukan

pencatan dan

pelaporan kasus

imunisasi yang

ditangani dengan

baik

Page 21: BAB V bagian 1

Membuat formulir

pencatatan yang

baku yang dapat

digunakan seluruh

tenaga pelaksana

kesehatan

Penilaian:

- Monitoring cakupan

pelayanan kurang baik

- Evaluasi berkala setiap bulan, dan

setiap tahun

- Membuat formulir pencatatan yang

baku yang dapat digunakan

seluruh tenaga pelaksana

kesehatan

3. Lingkungan

- Pendekatan

personal oleh

kader kepada

masyarakat

- Tingkat pendidikan

dan pengetahuan

masyarakat tentang

imunisasi yang masih

rendah

- Tingkat sosio-

ekonomi masyarakat

yang rendah

- Melibatkan layanan

kesehatan lain di

wilayah kerja

puskesmas

- Pendekatan personal oleh kader

kepada masyarakat

- Memperbanyak akses kesehatan

dengan memperbanyak kader

kesehatan sebagai perpenjangan

tangan Puskesmas

- Membangun kerjasama dengan

layanan kesehatan lain seperti

klinik dan praktek bidan

4. Umpan Balik - Melakukan

pencatatan dan

pelaporan yang

lengkap

- Pencatatan dan

pelaporan belum dapat

dimanfaatkan dengan

baik

- Data surveilance tidak

ada

- Program jaminan

mutu tidak ada

- Melakukan pencatatan dan

pelaporan yang lengkap

- Formulir pencatatan sebaiknya

dibuat baku

- Evaluasi program imunisasi secara

berkala

- Diadakan pertemuan berkala

(setiap bulan dan setiap tahun)

untuk membahas kemajuan yang

dicapai

- Menyusun strategi untuk

mengatasi kendala dan kekurangan

Page 22: BAB V bagian 1

pada program sebelumnya

- Melaksanakan program jaminan

mutu

5.4. Prioritas Penyelesaian Masalah

Prioritas pemecahan masalah ditetapkan dengan sistem skoring:

a) Efektifitas jalan keluar, yang terdiri dari M, I dan V

Besarnya masalah yang dapat diselesaikan (Magnitude) = M

Pentingnya jalan keluar (Importancy) = I

Sensitivitas jalan keluar (Vulnerabillity) = V

b) Biaya jalan keluar (Cost) = C

Terhadap berbagai alternatif jalan keluar yang sudah dikemukan di atas.

Tabel 5.7. Alternatif Jalan Keluar dan Prioritas Jalan Keluar Terhadap Masalah

Alternatif Jalan Keluar M I V C Prioritas Jalan

Keluar:

P=(MxIxV)/C

Menambah tenaga pelaksana program yang

tidak merangkap program lain (kader)

3 4 3 3 12

Pelatihan para kader untuk melakukan

penyuluhan kelompok dan perorangan pada

masyarakat

4 4 3 3 16

Melakukan pencatatan dan pelaporan yang

lengkap tentang imunisasi

5 5 4 4 25

Membangun kerjasama dengan layanan

kesehatan lain seperti klinik dan praktek

bidan

4 4 4 3 21,3

Melakukan evaluasi program imunisasi

secara berkala

2 3 2 2 6

Page 23: BAB V bagian 1

Berdasarkan uraian di atas, terdapat 5 masalah utama yang menyebabkan masih

kurangnya cakupan imunisasi lengkap di Puskesmas Perumnas II Kelurahan Sungai Beliung.

Berdasarkan tabel diatas, didapatkan urutan prioritas jalan keluar sebagai berikut :

1. Melakukan pencatatan dan pelaporan yang lengkap tentang imunisasi

2. Membangun kerjasama dengan layanan kesehatan lain seperti klinik dan praktek

bidan

3. Pelatihan para kader untuk melakukan penyuluhan kelompok dan perorangan pada

masyarakat

4. Menambah tenaga pelaksana program yang tidak merangkap program lain (kader)

5. Melakukan evaluasi program imunisasi secara berkala

Dari kriteria diatas telah ditetapkan prioritas penyelesaian masalah adalah Melakukan

pencatatan dan pelaporan yang lengkap tentang imunisasi. Karena pada kenyataannya di

Puskesmas Perumnas II Kelurahan Sungai Beliung pencatatan dan pelaporan yang lengkap

tentang program imunisasi masih kurang. Hal tersebut harus segera diintervensi lebih lanjut

supaya tiap program-program yang ada di Puskesmas dapat dilaksanakan sebagaimana

mestinya. Setelah melakukan pencatatan dan pelaporan yang baik untuk program imunisasi,

prioritas kedua adalah dengan membangun kerjasama dengan layanan kesehatan lain seperti

klinik dan praktek bidan. Dengan dilakukannya kerjasama, diharapkan pencatatan dan

pelaporan program imunisasi menjadi lebih baik sehingga meningkatkan angka pencapaian

imunisasi. Lalu langkah terakhir dalam pelaksanaan suatu program adalah melakukan

evaluasi program imunisasi. Dengan evaluasi, semua kendala-kendala yang ada dapat

diperbaiki sehingga pelaksanaan program imunisasi periode selanjutnya akan lebih baik,

sehingga angka penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi pun dapat berkurang di

masyarakat.