BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11....

48
107 BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN Aktivitas perawatan terhadap furnitur berlanggam Gothic yang dilakukan oleh Koster atau Sacristan merupakan perawatan yang umum dilakukan terhadap furnitur. Perawatan tersebut berupa pembersihan furnitur dari debu dan kotoran yang menempel pada permukaan. Perawatan berupa pembersihan rutin dilakukan pada hari Selasa dan Sabtu menjelang perayaan Misa Mingguan hari Sabtu dan Minggu. Pada hari Sabtu kegiatan perawatan dibantu oleh organisasi kepemudaan gereja Orang Muda Katolik (OMK) dan umat di sekitar gereja. Gereja Santo Yusuf Semarang memiliki satu orang Koster yang bekerja full time dan dipekerjakan sebagai pegawai tetap atau kontrak. Sekitar awal bulan April hingga Juni 2017, Gereja Santo Yusuf Semarang tidak memiliki Koster yang berstatus sebagai pegawai tetap atau kontrak, namun mengangkat pegawai paruh waktu bernama pak Slamet dan khusus pada hari Minggu dibantu oleh mantan Koster yang bernama pak Saimo. Pak Saimo bekerja menjadi Koster di Gereja Santo Yusuf Semarang selama 37 tahun mulai 1968 sampai dengan 2005. Semua furnitur yang menjadi objek penelitian terletak pada bagian dalam bangunan Gereja Santo Yusuf Semarang sehingga tidak terdampak langsung oleh pengaruh suhu, kelembaban dan sinar matahari. Penggunaan pendingin ruangan (Air Conditioner/AC) membantu menciptakan kondisi suhu dan kelembaban yang baik untuk menjaga keawetan furnitur. Keawetan furnitur juga didukung oleh kualitas bahan baku berupa kayu Jati dan Oak. Sirkulasi udara dalam bangunan Gereja Santo Yusuf Semarang berjalan dengan baik mengingat kondisi bangunan yang cukup tinggi dan ruang yang luas sehingga udara bisa bergerak dengan lancar. Beberapa kerusakan yang terjadi pada furnitur bukan disebabkan oleh kesalahan aktivitas perawatan, namun lebih disebabkan oleh faktor pemakaian dan

Transcript of BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11....

Page 1: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

107

BAB V

ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

Aktivitas perawatan terhadap furnitur berlanggam Gothic yang dilakukan

oleh Koster atau Sacristan merupakan perawatan yang umum dilakukan terhadap

furnitur. Perawatan tersebut berupa pembersihan furnitur dari debu dan kotoran

yang menempel pada permukaan. Perawatan berupa pembersihan rutin dilakukan

pada hari Selasa dan Sabtu menjelang perayaan Misa Mingguan hari Sabtu dan

Minggu. Pada hari Sabtu kegiatan perawatan dibantu oleh organisasi kepemudaan

gereja Orang Muda Katolik (OMK) dan umat di sekitar gereja. Gereja Santo

Yusuf Semarang memiliki satu orang Koster yang bekerja full time dan

dipekerjakan sebagai pegawai tetap atau kontrak. Sekitar awal bulan April hingga

Juni 2017, Gereja Santo Yusuf Semarang tidak memiliki Koster yang berstatus

sebagai pegawai tetap atau kontrak, namun mengangkat pegawai paruh waktu

bernama pak Slamet dan khusus pada hari Minggu dibantu oleh mantan Koster

yang bernama pak Saimo. Pak Saimo bekerja menjadi Koster di Gereja Santo

Yusuf Semarang selama 37 tahun mulai 1968 sampai dengan 2005.

Semua furnitur yang menjadi objek penelitian terletak pada bagian dalam

bangunan Gereja Santo Yusuf Semarang sehingga tidak terdampak langsung oleh

pengaruh suhu, kelembaban dan sinar matahari. Penggunaan pendingin ruangan

(Air Conditioner/AC) membantu menciptakan kondisi suhu dan kelembaban yang

baik untuk menjaga keawetan furnitur. Keawetan furnitur juga didukung oleh

kualitas bahan baku berupa kayu Jati dan Oak. Sirkulasi udara dalam bangunan

Gereja Santo Yusuf Semarang berjalan dengan baik mengingat kondisi bangunan

yang cukup tinggi dan ruang yang luas sehingga udara bisa bergerak dengan

lancar.

Beberapa kerusakan yang terjadi pada furnitur bukan disebabkan oleh

kesalahan aktivitas perawatan, namun lebih disebabkan oleh faktor pemakaian dan

Page 2: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

108

umur pakai. Tabernakel, Altar, Mimbar dan Kursi Sedilia secara umum terlihat

masih baik. Bangku Umat merupakan furnitur yang mengalami kerusakan pada

beberapa bagian yaitu bahan baku kayu, konstruksi dan permukaan finishing.

Kerusakan pada bahan kayu dan konstruksi relatif kecil. Bangku Umat menjadi

satu-satunya furnitur yang membutuhkan perhatian lebih terkait dengan perawatan

karena bangku umat bersentuhan langsung dengan jemaat atau umat yang datang

ke Gereja.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan Koster

atau Sacristan dapat disimpulkan bahwa perawatan furnitur dalam hal

pembersihan dari debu dan kotoran dalam kategori ringan sudah dilakukan dengan

benar. Upaya yang bisa dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan

keawetan furnitur di Gereja Santo Yusuf Semarang, khususnya Bangku Umat

adalah memberikan bahan bahan pelapis transparan/polish secara berkala. Bahan

ini memberikan lapisan tipis dan transparan pada permukaan kayu, pelapisan

bahan polish pada permukaan finishing membuat tampilan menjadi lebih

mengkilap. Pemberian lapisan polish sebaiknya dilakukan antara 2 bulan sampai 3

bulan sekali.

Mengacu pada wawancara yang telah dilakukan terhadap Koster, peran

Pastur atau Romo yang bertugas di Gereja Santo Yusuf Semarang memiliki peran

yang sangat kuat dalam menentukan kebijakan yang ada. Pastur atau Romo

khususnya Pastur Kepala Paroki sangat menentukan keputusan terkait dengan

aktivitas konservasi furnitur berlanggam Gothic.

5.2 ANALISIS KONSERVASI KAYU

Berdasarkan hasil pengamatan secara visual terhadap bahan baku yang

digunakan dalam pembuatan furnitur di Gereja Katolik Santo Yusuf Semarang

berupa Tabernakel, Altar, Mimbar, Kursi Sedilia dan Bangku Umat menggunakan

bahan baku utama berupa kayu Oak dan kayu Jati. Guna memberikan gambaran

Page 3: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

109

lebih jelas terkait dengan bahan yang digunakan dalam pembuatan furnitur dapat

dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5.1 Tampilan permukaan Kayu Oak

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

Gambar 5.2 Tampilan permukaan Kayu Oak

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

Page 4: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

110

Gambar 5.3 Tampilan permukaan Kayu Jati

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

Gambar 5.4 Tampilan permukaan Kayu Jati

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

Page 5: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

111

Mengacu pada salah satu prinsip dalam pelaksanaan kegiatan konservasi

cagar budaya berbahan kayu yaitu keaslian material maka dalam upaya menjaga

keaslian material sebagai bahan baku utama pembuatan furnitur, peneliti

merekomendasikan untuk menggunakan kayu Oak dan kayu Jati sebagai bahan

utama bila dilakukan perbaikan furnitur. Kayu Oak tidak tumbuk di Indonesia,

namun saat ini terdapat beberapa distributor dan importer kayu Oak. Kayu Jati

merupakan jenis kayu unggulan yang tumbuh di hampir seluruh pulau Jawa,

sehingga penggantian bahan baku furnitur dengan menggunakan kayu Jati relative

mudah untuk dilakukan meskipun saat ini harga kayu Jati terhitung mahal.

Guna memberikan gambaran lebih jelas terkait dengan beberapa

spesifikasi kayu Oak yang dijual di Indonesia, berikut ini data terkait dengan

spesifikasi beberapa jenis kayu Oak:

1. RED OAK Quercus rubra dengan ciri-ciri fisik, mekanik dan kerja yang

dimiliki adalah sebagai berikut:

a. Berat Jenis pada kondisi kadar air 12% adalah 0,63.

b. Berat rata-rata pada kondisi kadar air 12% adalah 705 Kg/m³.

c. Penyusutan volumetric rata-rata (Hijau hingga kadar air 6% adalah

6,6 %.

d. Modulus rekah 98,599 Mpa.

e. Modulus elastisitas 12,549 Mpa.

f. Kekuatan mampat pararel dengan urat adalah 46,610 Mpa.

g. Kekerasan sebesar 5.738 N.

2. RED OAK Quercus falcata dengan ciri-ciri fisik, mekanik dan kerja yang

dimiliki adalah sebagai berikut:

a. Berat Jenis pada kondisi kadar air 12% adalah 0,68.

b. Berat rata-rata pada kondisi kadar air 12% adalah 753 Kg/m³.

c. Penyusutan volumetric rata-rata (Hijau hingga kadar air 6% adalah

tidak terjadi.

d. Modulus rekah 75,156 Mpa.

e. Modulus elastisitas 10,274 Mpa.

Page 6: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

112

f. Kekuatan mampat pararel dengan urat adalah 41,911 Mpa.

g. Kekerasan sebesar 4.715 N.

3. WHITE OAK dengan ciri-ciri fisik, mekanik dan kerja yang dimiliki

adalah sebagai berikut:

a. Berat Jenis pada kondisi kadar air 12% adalah 0,68.

b. Berat rata-rata pada kondisi kadar air 12% adalah 769 Kg/m³.

c. Penyusutan volumetric rata-rata (Hijau hingga kadar air 6% adalah

12,6%

d. Modulus rekah 104,884 Mpa.

e. Modulus elastisitas 12.273 Mpa.

f. Kekuatan mampat pararel dengan urat adalah 44,955 Mpa.

g. Kekerasan sebesar 6049 N.

Kayu Oak memiliki pola serat yang beragam tergantung kondisi

kayu dan pola penggergajian yang digunakan. Gambaran terhadap

tampilan permukaan kayu Oak dapat dilihat pada gambar 5.5 dan gambar

5.6 berikut ini.

Gambar 5.5 Tampilan permukaan bahan baku Kayu Red Oak

Sumber: http://apptimber.com/img_timber/ame_redoak.jpg

Page 7: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

113

Gambar 5.6 Tampilan permukaan bahan baku Kayu White Oak

Sumber: http://apptimber.com/img_timber/cer_whiteoak.jpg

Guna memberikan gambaran lebih jelas terkait dengan beberapa

spesifikasi kayu Jati yang dijual di Indonesia, berikut ini data terkait dengan

spesifikasi beberapa jenis kayu Jati berdasarkan data dalam Atlas Kayu 1 :

a. Berat Jenis rata-rata adalah 0,67.

b. Penyusutan sampai kering tanur 2,8 % pada papan Radial dan 5,2 % pada

papan Tangensial.

c. Tegangan pada batas proporsi dalam kondisi kayu kering 718 kg/cm².

d. Tegangan pada batas patah dalam kondisi kayu kering 1.031 kg/cm².

e. Modulus elastisitas 127.700 kg/cm².

f. Keteguhan sejajar arah serat dalam kondisi kayu kering 550 kg/cm².

g. Keteguhan geser arah Radial dalam kondisi kayu kering 80 kg/cm².

h. Keteguhan geser arah Tangensial dalam kondisi kayu kering 89 kg/cm².

Gambaran lebih detail terkait dengan penampang Aksial, Tangensial dan

Radial dari kayu Jati berdasarkan dengan pengamatan menggunakan foto

mikroskop dengan pembesaran 26 kali dan pembesaran 75 kali dapat dilihat pada

gambar 5.7, gambar 5.8 dan gambar 5.9.

Page 8: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

Gambar 5.7 Penampang Transversal/Aksial dengan pembesaran 26 X

Sumber: Atlas Kayu jilid I,

Gambar 5.

Sumber: Atlas Kayu jilid I, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor 2005

Penampang Transversal/Aksial dengan pembesaran 26 X

Atlas Kayu jilid I, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor

halaman 46

Gambar 5.8 Penampang Radial dengan pembesaran 75 X

Sumber: Atlas Kayu jilid I, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor 2005

halaman 46

114

Penampang Transversal/Aksial dengan pembesaran 26 X

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor 2005

Penampang Radial dengan pembesaran 75 X

Sumber: Atlas Kayu jilid I, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor 2005

Page 9: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

115

Gambar 5.9 Penampang Tangensial dengan pembesaran 75 X

Sumber: Atlas Kayu jilid I, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor 2005

halaman 46

Gambar 5.10 Tampilan penampang Transversal atau Aksial kayu Jati

Sumber: Jenis Kayu Untuk Mebel, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,

Kementrian Kehutanan Bogor 2012 halaman 285

Page 10: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

116

Gambar 5.11 Tampilan penampang Radial kayu Jati

Sumber: Jenis Kayu Untuk Mebel, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Kementrian Kehutanan, Bogor 2012 halaman 286

Gambar 5.12 Tampilan penampang Tangensial kayu Jati

Sumber: Jenis Kayu Untuk Mebel, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Kementrian Kehutanan, Bogor 2012 halaman 285

Page 11: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

117

5.3 ANALISIS KONSERVASI FURNITUR GOTHIC TERKAIT DENGAN

PERAWATAN DAN PERBAIKAN

Aktivitas perawatan dan perbaikan terhadap furnitur yang terdapat di

Gereja Santo Yusuf Semarang perlu dilakukan dengan cara yang benar dan tepat.

Peneliti melakukan aktivitas analisa hasil studi kasus terhadap beberapa jenis

furnitur yang digunakan di Gereja Santo Yusuf Semarang, adapun furnitur yang

objek penelitian seperti yang sudah dibahas dalam Bab IV terdiri dari:

1. Tabernakel

2. Altar

3. Mimbar

4. Kursi Sedilia

5. Bangku Umat

Untuk memberikan gambaran lebih jelas terkait dengan penempatan kelima

furnitur berlanggam Gothic tersebut ditunjukkan dalam beberapa gambar berikut.

Gambar 5.13 Layout furnitur dilihat dari Balkon.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 10 Juli 2017

Page 12: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

118

Gambar 5.14 Layout furniture dilihat dari Balkon.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 10 Juli 2017

Gambar 5.15 Layout furnitur dilihat dari bawah Balkon.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 10 Juli 2017

Page 13: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

119

Gambar 5.16 Denah Layout Furnitur.

Sumber: Gambar Ulang oleh Peneliti.

Page 14: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

120

Pada Gambar 5.16 menunjukkan posisi furnitur berlanggam Gothic yang menjadi

objek penelitian, penjelasan singkatnya adalah sebagai berikut:

1. Nomor 1 menunjukkan letak Tabernakel.

2. Nomor 2 menunjukkan letak Altar.

3. Nomor 3 menunjukkan letak Mimbar.

4. Nomor 4 menunjukkan letak Kursi Sedilia.

5. Nomor 5 menunjukkan letak Bangku Umat.

Berdasarkan Denah Layout pada Gambar 5.16 ada beberapa catatan yang perlu

diperhatikan yaitu:

1. Bangku Umat yang menjadi objek penelitian adalah Bangku Umat yang

letaknya pada bagian tengah yang tergambar dengan warna hitam

dengan perincian Bangku Umat dengan ukuran panjang 3070 mm

sebanyak 44 buah dan panjang 1740 mm sebanyak 34 buah.

2. Bangku Umat yang terletak di bagian tepi kanan dan kiri yang

tergambar dengan warna biru tidak dijadikan sebagai objek penelitian

karena furnitur sebagian besar tidak memiliki ciri-ciri furnitur

berlanggam Gothic.

3. Bangku Pembatas yang terletak pada bagian depan deretan Bangku

Umat dan tergambar dengan warna hijau tidak menjadi bagian dari

penelitian.

Mengacu pada objek penelitian yang diteliti, yaitu furnitur yang sampai

sekarang masih digunakan di Gereja Katolik Santo Yusuf Semarang maka analisa

hasil studi kasus difokuskan pada beberapa kriteria sebagai berikut:

1. Bahan baku.

2. Konstruksi.

3. Finishing.

4. Penggunaan.

5. Perawatan.

6. Kondisi Furnitur pada saat diteliti.

7. Kesimpulan.

Page 15: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

121

Penjelasan lebih lengkap terkait dengan furnitur yang dijadikan sebagai objek

penelitan dipaparkan dalam penjelasan berikut ini.

5.3.1 TABERNAKEL

Definisi Tabernakel secara umum merupakan sebuah lemari atau kotak

penyimpanan, khusus untuk menyimpan Sakramen yang telah disucikan: tubuh,

darah, jiwa dan keilahian Yesus Kristus, dalam bentuk roti dan anggur, yang

digunakan dalam ritus komuni suci. Tabernakel dilengkapi dengan pelita atau

lampu yang menandakan kehadiran Tuhan di dalam Sakramen Maha Kudus.

Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini lampu yang digunakan adalah

lampu listrik. Tabernakel asli dibuat pada tahun 1880 di kota Duesseldorf, Jerman.

Pada Gambar 5.17 sebelah kiri (A) merupakan gambar Tabernakel yang

terdapat di Gereja Santo Yusuf Semarang sedangkan pada Gambar sebelah kanan

(B) merupakan gambaran bentuk Tabernakel yang terdapat dalam buku Sejarah

Arsitektur 1 (Boediono : 1997). Berdasarkan gambar tersebut terlihat kemiripan

langgam yang digunakan. Pada bagian yang diberi tanda kotak warna hijau

terlihat jelas bentuk ornament berupa tonggak-tonggak dengan ornamen bulatan

mengarah ke vertical. Pada bagian yang diberi tanda kota dengan warna merah

terlihat patung beberapa tokoh perjanjian lama dan perjanjian baru (Nathania :

2015)

Page 16: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

122

Gambar 5.17 Penerapan Langgam Gothic pada Tabernakel

Sumber: Dokumentasi Peneliti 30 Mei 2017

5.3.1.1 Bahan baku Tabernakel.

Berdasarkan pengamatan secara visual dan didukung dengan tulisan dalam

buku Sejarah Gereja Santo Yusuf Semarang, bahan baku Altar Asli/Lama

menggunakan solidwood atau kayu masif dengan jenis Kayu Oak. Kayu jenis ini

banyak tumbuh di negara Eropa.

5.3.1.2 Konstruksi Tabernakel.

Jenis konstruksi atau sambungan yang digunakan dalam pembuatan Altar

merupakan konstruksi dasar yang terdapat dalam bidang furnitur. Konstruksi

didominasi dengan menggunakan pen dan lubang. Jenis sambungan ini biasanya

diperkuat dengan menggunakan lem kayu.

5.3.1.3 Jenis Finishing atau Pelapisan Permukaan Tabernakel.

Proses finishing atau pelapisan permukaan furnitur merupakan salah satu

upaya untuk menampilkan permukaan menjadi lebih baik. Selain untuk

A B

Page 17: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

123

menampilkan keindahan permukaan, proses ini juga bertujuan untuk

meningkatkan keawetan kayu atau umur pakai kayu. Pemberian pelapisan bahan

finishing di permukaan furnitur membantu mencegah masuknya serangga perusak

kayu. Jenis finishing yang digunakan pada Tabernakel merupakan jenis lama yaitu

sejenis politur.

5.3.1.4 Penggunaan Tabernakel.

Tabernakel digunakan sebagai penyimpan Sakramen Maha Kudus berupa

Hosti. Aktivitas penyimpanan dilakukan selama 24 jam sepanjang waktu.

Tabernakel ini hanya diakses oleh Romo yang memimpin Misa Kudus dan

Prodiakon yang membantu Romo saat pelaksanaan Misa Kudus. Umat atau jemaat

gereja tidak diperkenankan untuk memakai Tabernakel.

5.3.1.5 Perawatan Tabernakel.

Perawatan secara fisik terhadap Tabernakel ini dilakukan oleh Koster

atau Sacristan. Perawatan Tabernakel yang terdapat di Gereja Santo Yusuf

Gedangan dilakukan dengan cara yang sangat sederhana yaitu dibersihkan dengan

kemoceng dan kain lap. Tabernakel tidak membutuhkan perawatan secara khusus,

hanya sesekali perlu dilap dengan menggunakan kain lembab bila terdapat kotoran

yang agak susah untuk dibersihkan.

5.3.1.6 Kondisi Tabernakel pada saat dianalisa.

Kondisi Tabernakel yang dibuat pada tahun 1880 di kota Duesseldorf,

Jerman kondisinya masih bagus bila dilihat secara fisik. Bahan baku Kayu Oak

yang digunakan tidak mengalami pelapukan dan konstruksi masih kokoh.

5.3.1.7 Kesimpulan terkait kondisi Tabernakel.

Mengacu pada paparan di atas, kondisi Tabernakel masih dalam kondisi

yang baik. Kondisi ini didukung dengan penempatan Tabernakel yang berada di

ketinggian yang lebih tinggi dari lantai untuk aktivitas umat. Pemberian bahan

reka oles atau finishing pada permukaan Tabernakel akan menambah umur pakai,

Page 18: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

124

dimana pelapisan bahan finishing ini akan membantu mengendalikan kondisi

cuaca di lingkungan sekitar tidak langsung berdampak pada kayu Oak yang

digunakan. Lapisan bahan finishing juga berperan sebagai penghambat masuknya

serangga perusak kayu.

Kondisi Tabernakel asli dibuat pada tahun 1880 di kota Duesseldorf,

Jerman kondisinya masih bagus. Kondisi Tabernakel tersebut bila diamati dari

beberapa kriteria dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Bahan baku kayu yang dipakai dalam pembuatan Tabernakel kondisinya

masih baik, tidak tejadi pelapukan, keutuhan bahan masih terjaga, tidak

terjadi perubahan bentuk yang ekstrim (pecah,melengkung).

b. Konstruksi yang digunakan pada Tabernakel terlihat masih kuat, hal ini

terjadi karena Tabernakel letaknya tetap dalam satu lokasi. Tabernakel

tidak menerima beban yang berat dan tidak mengalami tekanan horisontal

karena pemindahan tempat.

c. Finishing atau pelapisan permukaan pada Tabernakel masih terlihat bagus

dengan kondisi memiliki tingkat kegilapan yang rendah (doff). Lapisan

bahan finishing tidak mengalami kerusakan dikarenakan tidak mengalami

banyak sentuhan langsung dengan manusia maupun benda-benda keras

lainnya.

Berdasarkan parameter bahan baku, konstruksi dan jenis finishing dapat

disimpulkan bahwa upaya perawatan yang selama ini dilakukan oleh Koster atau

Sacristan sudah berjalan baik dan mendukung untuk meningkatkan umur pakai

Tabernakel.

5.3.2 ALTAR

Mengacu pada buku Sejarah Gereja St. Yusuf Gedangan yang diterbitkan

dalam rangka peringatan 125 tahun Gedung Gereja 12 Desember 1875 sampai 12

Desember 2000, dalam penjelasan disebutkan bahwa Altar asli dengan

menggunakan langgam Gothic yang ada di gereja Gedangan dipasang pada tahun

1880 dan altar tersebut dibuat di kota Duesseldorf, Jerman.

Page 19: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

125

Altar yang asli saat ini tidak digunakan lagi sebagai altar untuk perayaan

Ekaristi, namun digunakan sebagai Altar Sakramen Mahakudus. Penempatan

Altar Asli berada di belakang Altar yang saat ini digunakan.

Gambar 5.18 Penerapan Langgam Gothic pada Altar Baru

Sumber: Dokumentasi Peneliti 30 Mei 2017

Page 20: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

126

Pada Gambar 5.18 terlihat bahwa ornamen ukiran berupa lengkungan mengerucut

(pointed arc) terlihat jelas pada bagian yang diberi warna dengan tanda kotak

merah. Ornamen ukiran lainnya yang mendominasi adalah bentuk sulur-sulur

daun dan buah. Ornamen dengan bentuk sulur daun terlihat jelas pada bagian yang

diberi tanda kotak warna hijau.

5.3.2.1 Bahan baku Altar.

Berdasarkan pengamatan secara visual dan didukung dengan tulisan dalam

buku Sejarah Gereja St. Yusuf Gedangan, bahan baku Altar Asli/Lama

menggunakan solidwood atau kayu masif dengan jenis Kayu Oak. Kayu jenis ini

banyak tumbuh di negara Eropa. Secara umum ciri-ciri fisik yang dimiliki adalah

sebagai berikut:

1. Kepadatan rata-rata 710 kg/m³

2. Total penyusutan volumetric rata-rata 15,3 %

3. Kekerasan brinel tang tegak lurus dengan serat 32 N/mm²

4. Modulus keretakan setelah pembengkokan 97 MPa

5. Menghentikan tekanan setelah kompresi aksial 58 MPa

6. Modulus Elastisitas membujur setelah pembengkokan 12.500 Mpa

5.3.2.2 Konstruksi Altar.

Jenis konstruksi atau sambungan yang digunakan dalam pembuatan Altar

merupakan konstruksi dasar yang terdapat dalam bidang furnitur. Konstruksi

didominasi dengan menggunakan pen dan lubang. Jenis konstruksi pen dan lubang

ini biasanya diperkuat dengan menggunakan lem kayu.

5.3.2.3 Jenis Finishing atau Pelapisan Permukaan Altar.

Proses finishing atau pelapisan permukaan furnitur merupakan salah satu

upaya untuk menampilkan permukaan menjadi lebih baik. Selain untuk

menampilkan keindahan permukaan, proses ini juga bertujuan untuk

meningkatkan keawetan kayu atau umur pakai kayu. Pemberian pelapisan bahan

finishing di permukaan furnitur membantu mencegah masuknya serangga perusak

Page 21: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

127

kayu. Jenis finishing yang digunakan pada Altar merupakan jenis lama yaitu

sejenis politur. Politur dan vernis merupakan jenis bahan pelapis permukaan yang

sudah digunakan cukup lama di Indonesia, sebelum akhirnya berkembang menjadi

banyak jenis finishing.

Proses pengerjaan finishing atau pelapisan permukaan furnitur dengan

menggunakan politur dan vernis merupakan jenis yang sudah sejak lama

digunakan oleh para pengrajin furnitur. Alat yang digunakan dan proses pelapisan

cukup sederhana. Setelah furnitur selesai dibuat dengan kondisi permukaan yang

halus setelah melewati proses pengamplasan maka kegiatan pengerjaan proses

finishing bisa dilakukan.

Politur merupakan jenis finishing yang sangat popular untuk memberikan

sentuhan akhir pada furnitur. Penggunaaan politur ini sudah dimulai sejak tahun

1930 di India, dimana pada saat itu ditemukan bahan selak (shellac) yang berasal

dari hewan sejenis serangga yaitu kutu lak yang bernama Laccifer Kerr. Dengan

adanya penemuan selak ini dimana kebanyakan orang menyebut dengan nama

serlak memungkinkan untuk melakukan pembuatan bahan pelapis permukaan

furnitur.

Politur mempunyai beberapa manfaat dalam penggunaannya, selain

memberikan pelapisan pada permukaan dan menkilapkan furniture, politur

berperan juga untuk memperindah dan mempertajam pola serat kayu. Politur

mempunyai peran juga untuk menjaga kestabilan kayu sebagai bahan furnitur dari

pengaruh suhu dan kelembaban sekitar. Lapisan film yang dihasilkan dari selak

berfungsi sebagai isolator untuk mencegah masuknya suhu dan kelembaban akibat

terjadinya perubahan cuaca. Bahan-bahan yang digunakan sebagai campuran

pembuatan larutan politur adalah selak, spiritus. Alat yang digunakan untuk

proses pelapisan larutan politur adalah kuas dan kain perca.

Jenis finishing politur merupakan salah satu tahapan akhir yang digunakan

dalam pembuatan furnitur. Dalam proses finishing ini, furnitur yang sudah jadi

dan telah diamplas halus diberikan lapisan larutan transparan yang terdiri dari

spiritus dan selak.

Page 22: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

128

5.3.2.4 Penggunaan Altar.

Altar digunakan pada saat dilakukan perayaan Ekaristi, dimana menjadi

salah satu kelengkapan utama. Altar memiliki bentuk seperti meja pada umumnya,

fungsi utama dari Altar ini adalah tempat untuk meletakkan perlengkapan yang

dibutuhkan untuk perayaan Ekaristi antara lain Salib, tempat lilin, vas bunga,

buku dan perlengkapan Ekaristi lainnya. Pada saat digunakan dalam kegiatan

peribadatan, Altar tidak menerima beban yang berat. Kondisi pemakaian seperti

ini turut membantu memperpanjang umur pakai Altar.

5.3.2.5 Perawatan Altar.

Perawatan secara fisik terhadap bangunan Gereja, furnitur dan peralatan

pendukung lainnya dilakukan oleh Koster atau sacristan. Perawatan Altar yang

terdapat di Gereja Santo Yusuf Gedangan dilakukan dengan cara yang sangat

sederhana yaitu dibersihkan dengan kemoceng dan kain lap. Altar tidak

membutuhkan perawatan secara khusus, hanya sesekali perlu dilap dengan

menggunakan kain lembab bila terdapat kotoran yang agak susah untuk

dibersihkan.

5.3.2.6 Kondisi Altar pada saat dianalisa.

Kondisi Altar Asli yang dibuat pada tahun 1880 di kota Duesseldorf,

Jerman kondisinya masih bagus bila dilihat secara fisik. Bahan baku Kayu Oak

yang digunakan tidak mengalami pelapukan dan konstruksi masih kokoh.

Kondisi Altar Baru menggunakan bahan utama kayu Jati yang banyak

terdapat di daerah Jawa Tengah. Kayu Jati merupakan jenis kayu yang memiliki

tingkat kekuatan dan keawetan 1, dimana memiliki umur pakai yang panjang

terlebih kalau furnitur berbahan baku ditempatkan di ruangan yang beratap

dengan sirkulasi udara yang baik.

5.3.2.7 Kesimpulan terkait kondisi Altar.

Dalam tahap perkembangan Gereja Gedangan, panitia membuat Altar

Baru yang masih dipakai hingga saat ini. Bentuk dan langgam yang digunakan

pada altar baru lebih menggunakan langgam modern dan sederhana. Bahan utama

Page 23: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

129

altar baru menggunakan kayu jati lokal yang ada di sekitar Jawa Tengah. Kondisi

Altar Baru dengan menggunakan bahan baku kayu Jati dengan kualitan kekuatan

dan keawetan 1 memungkinkan bila umur pakai Altar masih sangat panjang.

Kondisi ini didukung dengan penempatan Altar yang berada di ketinggian yang

lebih tinggi dari lantai untuk aktivitas umat. Pemberian bahan reka oles atau

finishing pada permukaan Altar Baru akan menambah umur pakai, dimana

pelapisan bahan finishing ini akan membantu mengendalikan kondisi cuaca di

lingkungan sekitar tidak langsung berdampak pada kayu Jati. Lapisan bahan

finishing juga berperan sebagai penghambat masuknya serangga perusak kayu.

Kondisi Altar asli dibuat pada tahun 1880 di kota Duesseldorf, Jerman

kondisinya masih bagus. Kondisi Altar tersebut bila diamati dari beberapa kriteria

dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Bahan baku kayu yang dipakai kondisinya masih baik, tidak tejadi

pelapukan, keutuhan bahan masih terjaga, tidak terjadi perubahan bentuk

yang ekstrim (pecah,melengkung). Bahan baku kayu terlihat masih utuh

dan kokoh.

b. Konstruksi yang digunakan pada Altar terlihat masih kuat, hal ini terjadi

karena Altar letaknya tetap dalam satu lokasi. Altar tidak menerima beban

yang berat dan tidak mengalami tekanan horisontal karena pemindahan

tempat.

c. Finishing atau pelapisan permukaan pada Altar masih terlihat bagus

dengan kondisi memiliki tingkat kegilapan yang rendah (doff). Lapisan

bahan finishing tidak mengalami kerusakan dikarenakan tidak mengalami

banyak sentuhan langsung dengan manusia maupun benda-benda keras

lainnya,

Dengan penjelasan di atas berdasarkan parameter bahan baku, konstruksi dan jenis

finishing dapat disimpulkan bahwa upaya perawatan yang selama ini dilakukan

oleh Koster atau Sacristan sudah berjalan baik dan mendukung untuk

meningkatkan umur pakai Altar.

Page 24: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

130

5.3.3 MIMBAR

Mimbar yang terdapat di Gereja Katolik Santo Yusuf Semarang terletak

pada area altar. Mimbar terbuat dari bahan solidwood atau kayu masif jenis Jati.

Terdapat 2 buah Mimbar yang terletak di bagian depan Altar pada sisi kanan dan

kiri, keduanya terlihat masih dalam kondisi baik. Mimbar digunakan saat

pembacaan pengumuman gereja, Kitab Suci dan homili. Mimbar yang ada

merupakan Mimbar yang dibuat sekitar tahun 2000 sampai 2001, sedangkan

Mimbar yang asli tidak diketahui pasti lokasi keberadaannya.

Gambar 5.19 Penerapan Langgam Gothic pada Mimbar Besar.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 10 Juli 2017

Page 25: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

131

Gambar 5.20 Penerapan Langgam Gothic pada Mimbar Kecil.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 10 Juli 2017

Penerapan langgam Gothic yang terdapat pada Mimbar Besar dan Kecil terlihat

pada penggunaan ornamen ukiran dengan menggunakan bentuk pada jendela

pada arsitektur bangunan berlanggam Gothic.

Page 26: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

132

5.3.3.1 Bahan Baku Mimbar

Berdasarkan pengamatan secara visual terhadap Kursi Sedilia, bahan baku

yang digunakan adalah kayu Jati. Bentuk mimbar terlihat sederhana dan tidak

banyak menggunakan komponen kayu sebagai bahan baku utamanya. Tidak

terlalu banyak jenis komponen yang digunakan dalam pembuatan Mimbar.

5.3.3.2 Konstruksi Mimbar

Pemakaian jenis konstruksi atau sambungan yang digunakan dalam

pembuatan mimbar merupakan konstruksi dasar yang terdapat dalam bidang

furnitur. Konstruksi didominasi dengan menggunakan isian, pen dan lubang. Jenis

konstruksi pen dan lubang ini biasanya diperkuat dengan menggunakan lem kayu.

5.3.3.3 Jenis Finishing atau Pelapisan Permukaan Mimbar

Jenis finishing atau pelapisan permukaan furnitur merupakan salah satu

upaya untuk menampilkan permukaan menjadi lebih baik. Selain untuk

menampilkan keindahan permukaan, proses ini juga bertujuan untuk

meningkatkan keawetan kayu atau umur pakai kayu. Pemberian pelapisan bahan

finishing di permukaan furnitur membantu mencegah masuknya serangga perusak

kayu. Jenis finishing yang digunakan pada Mimbar adalah menggunakan bahan

finishing solvent based berupa melamin.

5.3.3.4 Penggunaan Mimbar

Mimbar digunakan sebagai tempat untuk pembacaan salam pembuka

kepada umat, pembacaan doa bersama sebelum perayaan Ekaristi, pembacaan

bacaan Kitab Suci, Homili dari Romo, pembacaan pengumuman gereja. Mimbar

dalam pemakaian tidak menerima beban yang berat dari pengguna sehingga

keawatan bisa lebih mudah dipertahankan.

5.3.3.5 Perawatan Mimbar

Perawatan terhadan Mimbar yang terdapat di Gereja Santo Yusuf

Semarang dilakukan dengan cara yang sangat sederhana yaitu dibersihkan dengan

Page 27: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

133

kemoceng dan kain lap. Mimbar tidak membutuhkan perawatan secara khusus,

hanya sesekali perlu dilap dengan menggunakan kain lembab bila terdapat kotoran

yang agak susah untuk dibersihkan. Ornamen ukir yang terdapat pada mimbar

cukup sederhana sehingga tidak terlalu menyulitkan dalam proses perawatan.

Perawatan lebih dalam bentuk perawatan kategori ringan yang dilakukan secara

rutin berupa pembersihan.

5.3.3.6 Kondisi Mimbar pada saat dianalisa

Kondisi Mimbar masih bagus bila dilihat secara fisik. Permukaan bahan

finishing masih terlihat cukup baik dan tidak terdapat pengelupasan pada bagian

lapisan permukaan bahan finishing.

5.3.3.7 Kesimpulan Mimbar

Kondisi Mimbar bila diamati dari beberapa kriteria dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Bahan baku kayu yang dipakai pada Mimbar kondisinya masih baik, tidak

tejadi pelapukan, keutuhan bahan masih terjaga, tidak terjadi perubahan

bentuk yang ekstrim (pecah,melengkung). Hal ini didukung dengan ukuran

komponen Mimbar yang tidak terlalu besar sehingga kestabilan bentuk

bisa dipertahankan.

b. Konstruksi yang digunakan pada Mimbar terlihat masih kuat, hal ini

terjadi karena Mimbar letaknya tetap dalam satu lokasi.

c. Finishing atau pelapisan permukaan pada Mimbar masih terlihat bagus

dengan kondisi memiliki tingkat kegilapan yang sedang atau tinggi.

Dengan penjelasan di atas berdasarkan parameter bahan baku, konstruksi dan

finishing dapat disimpulkan bahwa upaya perawatan yang selama ini dilakukan

oleh Koster atau Sacristan sudah berjalan baik dan mendukung untuk

meningkatkan umur pakai Mimbar.

Page 28: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

134

5.3.4 KURSI SEDILIA

Penempatan Kursi Sedilia yang digunakan di Gereja Katolik Santo Yusuf

Semarang terletak di dekat Tabernakel. Kursi Sedilia terbuat dari bahan solidwood

atau kayu masif jenis Jati. Tampilan visual Kursi Sedilia ketika peneliti

melakukan observasi dalam kondisi baik dimana tidak terdapat kerusakan pada

bahan dan konstruksi. Pada umumnya kursi yang memiliki dudukan dengan

anyaman rotan mempunyai kelemahan pada bagian anyaman rotan. Permukan

finishing Kursi Sedilia mengalami perubahan tampilan menjadi agak kusam

karena pengaruh pemakaian dan waktu. Guna memberikan analisa yang lebih

mendalam dapat dijabarkan dalam pembahasan di bawah ini.

Penerapan langgam Gothic terlihat pada pemakaian ornamen Kursi Sedilia

yang memiliki bentuk hampir sama dengan ornamen pada jendela berlanggam

Gothic pada arsitektur bangunan gereja. Bentuk ornamen yang terdapat pada

Kursi Sedilia terlihat lebih sederhana.

Gambar 5.21 Penerapan Langgam Gothic pada Kursi Sedilia.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 10 Juli 2017

5.3.4.1 Bahan Baku Kursi Sedilia

Berdasarkan pengamatan secara visual terhadap Kursi Sedilia, bahan baku

yang digunakan adalah kayu Jati dan dikombinasi dengan bahan baku pendukung

berupa ayaman rotan pada bagian dudukan. Kursi Sedilia terlihat sederhana dan

tidak banyak menggunakan komponen kayu sebagai bahan baku utamanya.

Page 29: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

135

5.3.4.2 Konstruksi Kursi Sedilia

Pemakaian jenis konstruksi atau sambungan yang digunakan dalam

pembuatan Kursi Sedilia merupakan konstruksi dasar yang terdapat dalam

bidang furnitur. Konstruksi didominasi dengan menggunakan pen dan lubang.

Jenis konstruksi pen dan lubang ini biasanya diperkuat dengan menggunakan lem

kayu.

5.3.4.3 Jenis Finishing atau Pelapisan Permukaan Kursi Sedilia

Jenis finishing atau pelapisan permukaan furnitur merupakan salah satu upaya

untuk menampilkan permukaan menjadi lebih baik. Selain untuk menampilkan

keindahan permukaan, proses ini juga bertujuan untuk meningkatkan keawetan

kayu atau umur pakai kayu. Pemberian pelapisan bahan finishing di permukaan

furnitur membantu mencegah masuknya serangga perusak kayu. Jenis finishing

yang digunakan pada Kursi Sedilia merupakan jenis lama yaitu sejenis politur.

Finishing jenis politur merupakan jenis finishing yang relatif mudah untuk

dilakukan dan dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan jenis

finishing yang lain.

Gambar 5.22 Tampilan Kursi Sedilia di Gereja Katolik Santo Yusuf Semarang.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 10 Juli 2017

Page 30: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

136

5.3.4.4 Penggunaan Kursi Sedilia

Kursi Sedilia digunakan pada saat dilakukan perayaan Ekaristi oleh Imam

yang memimpin Misa Kudus dan pembantu Imam yang sering disebut dengan

istilah Prodiakon. Frekuensi penggunaan Kursi Sedilia sebenarnya hampir sama

dengan pemakaian Bangku Umat dan fungsi utamanya sama yaitu sebagai tempat

duduk untuk Imam dan Prodiakon. Faktor yang membedakan penggunaan Kursi

Sedilia dan Bangku Umat adalah pakaian yang dikenakan oleh Imam dan

Prodiakon berupa Jubah dengan bahan kain yang halus dan tidak memiliki bagian

yang keras dan tajam, sedangkan pakaian yang digunakan oleh umat atau jemaat

sangat beragam.

5.3.4.5 Perawatan Kursi Sedilia

Perawatan terhadan Kursi Sedilia yang terdapat di Gereja Santo Yusuf

Semarang dilakukan dengan cara yang sangat sederhana yaitu dibersihkan dengan

kemoceng dan kain lap. Altar tidak membutuhkan perawatan secara khusus, hanya

sesekali perlu dilap dengan menggunakan kain lembab bila terdapat kotoran yang

agak susah untuk dibersihkan. Perawatan lebih dalam bentuk perawatan kategori

ringan yang dilakukan secara rutin berupa pembersihan.

5.3.4.6 Kondisi Kursi Sedilia pada saat dianalisa

Kondisi Kursi masih bagus bila dilihat secara fisik. Permukaan bahan

finishing masih terlihat cukup baik meskipun ada perubahan warna menjadi lebih

kusam dan terdapat pengelupasan pada sebagian kecil lapisan permukaan bahan

finishing.

5.3.4.7 Kesimpulan Kursi Sedilia

Kondisi Kursi Sedilia bila diamati dari beberapa kriteria dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Bahan baku kayu yang dipakai pada Kursi Sedilia kondisinya masih baik,

tidak tejadi pelapukan, keutuhan bahan masih terjaga, tidak terjadi

perubahan bentuk yang ekstrim (pecah,melengkung). Hal ini didukung

Page 31: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

137

dengan ukuran komponen Kursi Sedilia yang tidak terlalu besar sehingga

kestabilan bentuk bisa dipertahankan.

b. Konstruksi yang digunakan pada Kursi Sedilia terlihat masih kuat, hal ini

terjadi karena Kursi Sedilia letaknya tetap dalam satu lokasi.

c. Finishing atau pelapisan permukaan pada Kursi Sedilia masih terlihat

bagus dengan kondisi memiliki tingkat kegilapan yang rendah (doff).

Dengan penjelasan di atas berdasarkan parameter bahan baku, konstruksi dan

finishing dapat disimpulkan bahwa upaya perawatan yang selama ini dilakukan

oleh Koster atau Sacristan sudah berjalan baik dan mendukung untuk

meningkatkan umur pakai Kursi Sedilia.

5.3.5 BANGKU UMAT

Bangku Umat yang digunakan berbentuk bangku memanjang dengan

kapasitas 4 sampai 8 orang. Bangku Umat terbuat dari bahan solid wood atau kayu

masif jenis Jati dan Oak. Bangku Umat digunakan oleh umat atau jemaat ketika

mengikuti Misa Kudus maupun kegiatan peribadatan lain di Gereja Santo Yusuf

Semarang. Sebagian besar Bangku Umat terdapat di area lantai satu, sedangkan

sebagian kecil terdapat di area lantai 2 atau Balkon. Bangku Umat yang menjadi

objek penelitian adalah bangku yang terdapat di lantai satu pada bagian tengah

dengan jumlah 78 buah yang terdiri dari bangku dengan panjang 3070 mm

sejumlah 44 buah dan bangku dengan panjang 1740 mm sejumlah 34 buah.

Berdasarkan data pada buku peringatan 125 tahun Gereja Gedangan, Bangku

Umat dengan langgam Gothic dibuat pada tahun 1885 dimana pada tahun 2017 ini

telah berusia sekitar 132 tahun.

Penerapan langgam Gothic terlihat sangat dominan pada Bangku Umat,

pada bagian tonggak kaki terdapat ormamen berupa ukiran berbentuk rangkaian

daun pada sisi luar tonggak kaki. Bagian dudukan, sandaran punggung dan

ambang atas Bangku Umat terlihat polos tanpa menggunakan hiasan atau ornamen

berlanggam Gothic.

Page 32: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

138

Gambar 5.23 Tampilan Bangku Umat di Gereja Katolik Santo Yusuf Semarang.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 10 Juli 2017

Pada Gambar 5.24 memperlihatkan penerapan langgam Gothic pada

tonggak kaki Bangku Umat dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Pada bagian yang diberi kotak dengan warna biru terlihat penerapan pola

lengkung yang mengerucut (pointed arc) pada bagian ujung tonggak kaki.

Bentuk lengkungan ini merupakan salah satu ciri khas yang menandai

penerapan langgam Gothic pada Bangku Umat.

b. Pada bagian yang diberi kotak dengan warna merah terlihat penerapan

pola lengkung namun tidak meruncing, pola ini memiliki kemiripan

dengan pola lengkungan yang terdapat pada jendela berlanggam Gothic.

c. Pada bagian yang diberi kotak dengan warna hijau terlihat penerapan pola

ornamen yang terdiri dari tiga rangkaian bentuk menyerupai segitiga atau

bulatan. Bentuk dasar ornamen ukiran ini juga memiliki kemiripan dengan

bentuk dasar ornamen yang terdapat pada jendela berlanggam Gothic.

Page 33: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

Gambar 5.

Gambar 5.24 Penerapan Langgam Gothic pada Bangku Umat

Sumber: Dokumentasi Peneliti 10 Juli 2017

139

Bangku Umat.

Page 34: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

140

5.3.5.1 Bahan baku Bangku Umat.

Identifikasi terhadap bahan baku Bangku Umat berdasarkan pengamatan

secara visual dan didukung dengan tulisan dalam buku Sejarah Gereja St. Yusuf

Gedangan, bahan baku Bangku Umat menggunakan solidwood atau kayu masif

dengan jenis kayu Oak dan kayu Jati. Kayu Oak ini banyak tumbuh di negara

Eropa. Bahan baku bangku umat juga dikombinasi dengan kayu Jati, dimana kayu

Jati merupakan salah satu jenis kayu unggulan yang terdapat di Jawa Tengah.

Peneliti mendapatkan tambahan informasi dari wawancara yang dilakukan

terhadap Romo yang bertugas di Gereja Santo Yusuf Semarang yaitu Romo

Leonardus Smith, SJ bahwa bahan baku berupa kayu Oak didatangankan dari luar

negeri. Hal ini terjadi karena aktivitas dagang yang dilakukan oleh orang-orang

Belanda pada saat itu, para pedagang membeli rempah-rempah dari Indonesia dan

diangkut menggunakan kapal menuju Belanda. Jumlah muatan di kapal saat

kembali ke Indonesia relatif sedikit karena hanya diisi dengan barang dan bahan

makanan yang berasal dari Belanda. Untuk memaksimalkan fungsi kapal dan

menjaga kestabilan kapal saat mengarungi lautan maka kapal juga mengangkut

bahan bangunan dan kayu yang berasal dari Belanda dan negara di sekitarnya.

Berdasarkan informasi ini dapat disimpulkan bahwa Kayu Oak yang digunakan

sebagai bahan baku Bangku Umat bukan berasal dari Indonesia namun

didatangkan dari negara lain.

Kayu Oak digunakan sebagai bahan baku untuk membuat kaki samping

Bangku Umat dan beberapa komponen lain dengan ukuran yang relatif kecil.

Bangku Umat memiliki beberapa komponen yang memiliki ukuran panjang,

namun karena keterbatasan panjang kayu Oak yang ada maka pembuatan Bangku

Umat dikombinasi dengan menggunakan kayu lokal yang memiliki kualitas awet

dan kualitas kuat yang bagus yaitu kayu Jati. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti

mendapatkan gambaran lebih jelas mengapa Bangku Umat menggunakan bahan

baku utama berupa gabungan antara kayu Oak dan kayu Jati.

Page 35: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

141

5.3.5.2 Konstruksi Bangku Umat.

Jenis konstruksi atau sambungan yang digunakan dalam pembuatan

Bangku Umat merupakan konstruksi dasar yang terdapat dalam bidang furnitur.

Konstruksi didominasi dengan menggunakan pen dan lubang. Jenis sambungan ini

biasanya diperkuat dengan menggunakan lem kayu.

5.3.5.3 Jenis Finishing atau Pelapisan Permukaan Bangku Umat.

Proses finishing atau pelapisan permukaan furnitur merupakan salah satu

upaya untuk menampilkan permukaan menjadi lebih baik. Selain untuk

menampilkan keindahan permukaan, proses ini juga bertujuan untuk

meningkatkan keawetan kayu atau umur pakai kayu. Pemberian pelapisan bahan

finishing di permukaan furnitur membantu mencegah masuknya serangga perusak

kayu. Jenis finishing yang digunakan pada Altar merupakan jenis lama yaitu

sejenis politur. Politur merupakan jenis bahan pelapis permukaan yang sudah

digunakan cukup lama di Indonesia, sebelum akhirnya berkembang menjadi

banyak jenis finishing.

5.3.5.4 Penggunaan Bangku Umat.

Bangku Umat digunakan pada saat dilakukan perayaan Ekaristi, dimana

menjadi salah satu kelengkapan utama. Bangku Umat memiliki bentuk seperti

bangku atau kursi panjang pada umumnya dan memiliki sandaran punggung.

Bangku Umat yang terdapat di Gereja Katolik Santo Yusuf Semarang terdapat

beberapa ukuran dengan kapasitas antara 4 sampai 8 orang pengguna.

5.3.5.5 Perawatan Bangku Umat.

Perawatan secara fisik terhadap bangunan Bangku Umat dilakukan oleh

Koster atau sacristan. Perawatan Altar yang terdapat di Gereja Santo Yusuf

Gedangan dilakukan dengan cara yang sangat sederhana yaitu dibersihkan dengan

kemoceng dan kain lap. Altar tidak membutuhkan perawatan secara khusus, hanya

sesekali perlu dilap dengan menggunakan kain lembab bila terdapat kotoran yang

agak susah untuk dibersihkan.

Page 36: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

142

5.3.5.6 Kondisi Bangku Umat pada saat dianalisa.

Kondisi Bangku Umat secara umum masih terlihat cukup baik, namun bila

dilihat secara lebih detail terlihat mengalami beberapa kerusakan dalam kategori

ringan sampai sedang. Kerusakan yang terjadi pada Bangku Umat terjadi karena

frekuensi pemakaian yang cukup tinggi terlebih Bangku Umat bersentuhan secara

langsung dengan umat atau jemaat. Peneliti mengelompokkan kerusaka tersebut

dalam beberapa kelompok yaitu:

a. Kerusakan Ornamen Ukiran.

Sebagian kecil Bangku Umat mengalami kerusakan pada bagian ornamen

ukiran kaki bagian atas. Kerusakan berupa pecah atau hilangnya sebagian

komponen dari ukiran sehingga terlihat bentuk ornamen tidak simetris

lagi. Jumlah kerusakan masih tergolong kecil karena masih berkisar di

bawah 5% dan merupakan sesuatu yang masih dianggap wajar, mengingat

pemakaian Bangku Umat sudah puluhan tahun. Kerusakan bagian

ornament ini dapat dilihat pada Gambar 5.25 dan Gambar 5.26 dan

ditandai dengan persegi panjang warna merah.

Gambar 5.25 Ornamen ukiran pecah/lepas pada tonggak kaki Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

Page 37: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

143

Gambar 5.26 Ornamen ukiran pecah/lepas pada tonggak kaki Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

b. Kerusakan Permukaan Finishing.

Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi yang dilakukan oleh

peneliti, kerusakan permukaan finishing banyak ditemukan pada Bangku

Umat. Kerusakan permukaan finishing terlihat pada bagian kaki Bangku

Umat berupa mengelupasnya permukaan finishing politur karena umur

pemakaian yang sudah lama. Kerusakan permukaan finishing politur

ditunjukkan dengan tanda panah berwarna merah.

Gambar 5.27 Kerusakan permukaan finishing pada tonggak kaki Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 10 Juli 2017

Page 38: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

144

Gambar 5.28 Kerusakan permukaan finishing pada tonggak kaki Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 10 Juli 2017

Bagian yang ditunjuk dengan tanda panah merah memiliki warna

permukaan yang berbeda atau terlihat warna lebih muda karena sebagian

bahan finishing sudah terkelupas. Pada Gambar 5.27 dan Gambar 5.28

terlihat jelas kerusakan permukaan finishing pada bagian tonggak kaki

Bangku Umat.

Bagian lain pada Bangku Umat yang terlihat mengalami kerusakan

yaitu pada bagian dudukan, permasalahan yang terjadi hampir sama seperti

pada bagian tonggak kaki. Dudukan Bangku Umat mengalami kerusakan

karena kelapukan dan pengelupasan bahan finishing. Dampak dari

kerusakan ini adalah terlihat tidak ada keseragaman warna pada bagian

dudukan, bahkan pada bagian yang keruskan permukaan finishinhnya

parah, lapisan bahan finishing tidak terlihat lagi dan justru yang terlihat

adalah permukaan asli dari bahan kayu pembuat Bangku Umat. Area yang

ditunjuk dengan dengan tanda panah pada Gambar 5.29, Gambar 5.30 dan

Gambar 5.31 menunjukkan area dudukan Bangku Umat yang mengalami

kerusakan permukaan lapisan finishing sehingga tampilan permukaan kayu

terlihat dengan jelas.

Page 39: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

145

Gambar 5.29 Kerusakan finishing pada bagian dudukan Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

Pada Gambar 5.29 terlihat lebih jelas kerusakan lapisan permukaan

finishing pada bagian dudukan dan terlihat luasan area bagian yang

mengelupas lebih besar dibandingkan lapisan bahan finishing yang tersisa.

Gambar 5.30 Kerusakan finishing pada bagian dudukan Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 10 Juli 2017

Page 40: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

146

Pada Gambar 5.31 terlihat kerusakan lapisan permukaan finishing pada

bagian dudukan terlihat hampir merata di seluruh permukaan dudukan

Bangku Umat.

Gambar 5.31 Kerusakan finishing pada bagian dudukan Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

Ambang atas Bangku Umat terlihat mengalami kerusakan yang

hampir sama seperti bagian tonggak kaki dan dudukan. Dalam Gambar

5.32, Gambar 5.33 dan Gambar 5.34 terlihat bahwa terjadi pengelupasan

permukaan lapisan bahan finishing.

Gambar 5.32 Kerusakan finishing pada bagian ambang atas Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

Page 41: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

147

Gambar 5.33 Kerusakan finishing pada bagian ambang atas Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

Gambar 5.34 Kerusakan finishing pada bagian ambang atas Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

Ambang atas yang kondisi hampir semua permukaan lapisan bahan

finishing telah mengelupas terlihat seperti bukan merupakan kerusakan,

namun bila dilakukan pengamatan lebih mendalam terlihat bahwa masih

Page 42: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

148

ada bagian lain dari Bangku Umat yang sama masih terlapis dengan bahan

finishing.

Ambang bawah atau pijakan kaki Bangku Umat merupakan

komponen lain yang terlihat mengalami kerusakan, kerusakan yang mudah

dijumpai adalah mengelupasnya permukaan finishing di bagian permukaan

atas dan sudut bagian atas. Selain karena usia lapisan permukan bahan

finishing, kerusakan ini terjadi karena adanya alas kaki berupa sandal,

sepatu sandal maupun sepatu yang dipakai oleh umat yang berpijak pada

bagian ambang bawah. Kondisi ini terjadi karena hampir setiap hari

Bangku Umat diduduki oleh umat yang berdoa di gereja. Pada Gambar

5.35 dan Gambar 5.36 bagian yang ditunjuk dengan panah warna merah

menunjukkan kerusakan pada bagian ambang bawah atau pijakan kaki,

sedangkan bagian yang ditunjuk dengan tanda panah warna hijau

menunjukkan bagian sisi dalam tonggak kaki yang kondisi permukaan

lapisan bahan finishing terlihat masih relatif baik.

Gambar 5.35 Kerusakan finishing pada bagian ambang bawah Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

Page 43: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

149

Gambar 5.36 Kerusakan finishing pada bagian ambang bawah Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

5.3.5.7 Kesimpulan terkait kondisi Bangku Umat.

Bangku Umat merupakan furnitur yang mendominasi di Gereja Katolik

Santo Yusuf Semarang. Bila dilihat secara sepintas terlihat bahwa Bangku Umat

masih terlihat berdiri dengan kokoh, namun bila diamati dari beberapa kriteria

dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Bahan baku kayu yang dipakai dalam pembuatan Bangku Umat

kondisinya masih baik, tidak tejadi pelapukan, keutuhan bahan masih

terjaga, tidak terjadi perubahan bentuk yang ekstrim (pecah,melengkung).

Tonggak kaki yang terbuat dari bahan kayu Jati dan kayu Oak terlihat

tidak megalami perubahan kondisi. Keretakan yang terjadi pada

permukaan kayu masih dalam kondisi yang ringan dan tidak mengganggu

penampilan Bangku Umat secara keseluruhan.

b. Konstruksi yang digunakan pada Bangku Umat terlihat masih kuat, namun

bila diamati lebih detail ditemukan beberapa kerusakan dalam hal

konstruksi. Perubahan yang terjadi berupa terlihat celah antar kayu pada

bagian sambungan dan kondisi ini merupakan sesuatu yang masih dalam

kategori wajar mengingat umur pakai Bangku Umat dan sifat alami kayu

Page 44: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

150

yaitu higroskopis, dimana kayu akan menyesuaikan dengan suhu dan

kelembaban dimana kayu sebagai bahan baku utama furnitur ditempatkan.

Konstruksi pelebaran papan yang digunakan pada bagian dudukan masih

terlihat bagus dimana kerataan permukaan papan yang disambung dan

kerapatan sambungan masih terjaga. Kualitas konstruksi yang mampu

bertahan lama didukung oleh penggunaan bahan baku kayu dengan umur

yang sudah tua dan memiliki kelas awet dan kelas kuat bagus sehingga

membantu mempertahankan kualitas konstruksi yang digunakan. Perlu

dilakukan perbaikan pada beberapa Bangku Umat yang mengalami

kerusakan konstuksi berupa sambungan yang goyang dan bahkan lepas.

c. Finishing atau pelapisan permukaan pada Bangku Umat merupakan bagian

yang mengalami beberapa perubahan kondisi karena mengalami banyak

sentuhan langsung dengan manusia maupun benda-benda keras lainnya.

Peneliti menemukan beberapa permasalahan yang harus mendapatkan

perhatian lebih dalam sebagai upaya untuk melakukan tindakan konservasi

furnitur berupa tindakan perawatan dan perbaikan. Berdasarkan uraian

terkait dengan kondisi Bangku Umat pada saat dianalisa, dapat ditarik

kesimpulan terkait kondisi lapisan permukaan bahan finishing dalam

beberapa tingkatan kerusakan:

a. Kerusakan Ringan Finishing.

Peneliti mendefinisikan kerusakan ringan dalam lingkup finishing

furnitur berupa adanya pengelupasan lapisan permukaan finishing

pada bagian sudut komponen, adanya perbedaan warna yang

disebabkan karena keausan atau mengelupasnya sebagian lapisan

permukaan yang disebabkan oleh adanya gesekan dengan benda

lain maupun karena pengaruh cahaya. Kondisi kerusakan ringan

belum terlalu mempengaruhi tampilan Bangku Umat dan masih

dikategorikan sebagai kondisi yang wajar. Bila dikategorikan

dalam nilai prosentase angka maka kerusakan ringan dikategorikan

bila perubahan warna atau kondisi permukaan lapisan bahan

finishing berkisar antara 0 – 15 %.

Page 45: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

151

b. Kerusakan Sedang Finishing.

Peneliti mendefinisikan kerusakan sedang dalam lingkup finishing

furnitur berupa adanya pengelupasan lapisan permukaan finishing

pada bagian sudut komponen dan permukaan komponen , adanya

perbedaan warna yang disebabkan karena keausan atau

mengelupasnya sebagian lapisan permukaan yang disebabkan oleh

adanya gesekan dengan benda lain maupun karena pengaruh

cahaya. Kategori kerusakan sedang ini terjadi apabila kerusakan

permukaan bahan finishing sampai menyebabkan munculnya

permukaan kayu sebagai bahan baku dalam pembuatan Bangku

Umat. Kondisi kerusakan sedang tersebut dapat mempengaruhi

tampilan Bangku Umat dan secara langsung akan menimbulkan

komentar pengguna. Bila dikategorikan dalam nilai prosentase

angka maka kerusakan sedang dikategorikan bila perubahan warna

dan kondisi hilangnya permukaan lapisan bahan finishing berkisar

antara 16 – 65 %.

c. Kerusakan Berat Finishing.

Peneliti mendefinisikan kerusakan berat dalam lingkup finishing

furnitur berupa adanya pengelupasan lapisan permukaan finishing

pada bagian sudut komponen dan permukaan komponen, adanya

perbedaan warna yang disebabkan karena keausan atau

mengelupasnya sebagian lapisan permukaan yang disebabkan oleh

adanya gesekan dengan benda lain maupun karena pengaruh

cahaya. Kategori kerusakan berat ini terjadi apabila kerusakan

permukaan bahan finishing sampai menyebabkan munculnya

permukaan kayu sebagai bahan baku dalam pembuatan Bangku

Umat. Kondisi kerusakan sedang tersebut dapat mempengaruhi

tampilan Bangku Umat dan secara langsung akan menimbulkan

komentar pengguna dan sudah mengganggu kenyamanan pada saat

Bangku Umat digunakan oleh umat atau jemaat gereja. Bila

Page 46: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

152

dikategorikan dalam nilai prosentase angka maka kerusakan berat

dikategorikan bila perubahan warna atau kondisi permukaan

lapisan bahan finishing melebihi 65 %.

Berdasarkan parameter bahan baku dan konstruksi dapat disimpulkan

bahwa upaya perawatan yang selama ini dilakukan oleh Koster atau Sacristan

sudah berjalan baik dan mendukung untuk meningkatkan umur pakai Bangku

Umat. Peneliti menyimpulkan bahwa kerusakan yang terjadi pada lapisan

permukaan bahan finishing pada Bangku Umat terjadi disebabkan karena:

a. Frekuensi pemakaian yang cukup tinggi karena hampir setiap hari Bangku

Umat digunakan dan bahkan pada hari Sabtu, Minggu dan perayaan Hari

Besar pemakaian bisa mencapai 2 kali sampai 5 kali dalam sehari.

b. Aktivitas perawatan atau pembersihan rutin yang saat ini dilakukan masih

berupa perawatan dasar untuk membersihkan debu dan kotoran ringan

yang menempel pada Bangku Umat.

c. Aktivitas perbaikan terhadap kerusakan ringan, kerusakan sedang dan

kerusakan berat belum dilakukan secara berkala atau periodik. Kerusakan

yang sudah mencapai kategori sedang dan berat belum dilakukan upaya

perbaikan dan masih tetap digunakan dengan tetap melakukan perawatan

ringan berupa pembersihan. Kondisi ini akan semakin memperparah

tingkat kerusakan Bangku Umat.

KESIMPULAN KONSERVASI FURNITUR GOTHIC TERKAIT DENGAN

PERAWATAN DAN PERBAIKAN

Berdasarkan analisa terhadap lima jenis furnitur berupa Tabernakel, Altar,

Mimbar, Kursi Sedilia dan Bangku Umat, terkait dengan upaya konservasi

furnitur khususnya dalam hal perawatan yang benar dapat dilakukan dengan

beberapa aktivitas perawatan dan perbaikan sebagai berikut:

Page 47: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

153

1. Perawatan Berkala Mingguan.

Aktivitas perawatan berkala mingguan lebih difokuskan pada

pembersihan kotoran ringan berupa debu yang menempel pada bagian

furnitur. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan kemoceng, kain

halus sehingga tidak merusak permukaan lapisan finishing furnitur.

Perawatan berkala mingguan direkomendasi untuk dilakukan mengingat

Gereja Santo Yusuf Semarang kondisinya relatif tertutup dan

menggunakan AC sehingga tidak banyak debu yang menempel di

permukaan furnitur.

2. Perawatan Berkala Bulanan.

Aktivitas perawatan berkala bulanan lebih difokuskan pada

pembersihan kotoran padat yang menempel pada permukaan furnitur.

Kotoran atau debu padat jenis ini sudah tidak bisa lagi dibersihkan

menggunakan kemoceng, namun menggunakan kain lembut yang

dilembabkan dengan air maupun dengan menggunakan jenis cairan

pembersih yang aman untuk bahan finishing. Dalam aktivitas perawatan

bulanan ini, disarankan setiap 2 atau 3 bulan sekali dilakukan pengolesan

permukaan furnitur dengan bahan polish untuk memberikan lapisan

pelindung tipis pada permukaan lapisan finishing furnitur.

3. Perawatan Berkala Tahunan.

Aktivitas perawatan berkala tahunan lebih difokuskan pada

pengecekan terhadap kondisi bahan kayu, kondisi konstruksi atau

sambungan antar komponen dan kondisi finishing furnitur.

Pengecekan kondisi bahan kayu dilakukan untuk melihat apakah

kayu mengalami perubahan bentuk yang disebabkan oleh cuaca dan

serangan serangga perusak kayu. Perubahan yang terjadi karena pengaruh

cuaca terkait dengan suhu, kelembaban dan cahaya matahari. Kerusakan

yang terjadi akibat pengaruh cuaca biasanya berupa penyusutan,

keretakan, pecah, melengkung. Kerusakan yang disebabkan oleh serangga

Page 48: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASANrepository.unika.ac.id/17430/6/14.A2.0010 ANTONIUS... · 2018. 11. 16. · BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISA KONSERVASI FURNITUR YANG TELAH DILAKUKAN

154

perusak kayu ditandai dengan munculnya kotoran berupa serbuk halus

yang dihasilkan oleh serangga yang masuk ke dalam kayu dan memakan

kayu sehingga menghasilkan kotoran berupa serbuk halus.

Pengecekan kondisi konstruksi dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana perubahan kondisi konstruksi tersebut bisa mempengaruhi fungsi

dari furnitur. Perubahan kondisi konstruksi yang terjadi pada umumya

adalah terjadi celah sambungan antar komponen. Bila kondisi celah atau

terbukanya konstruksi tidak segera diatasi maka akan menyebabkan

berkurangnya fungsi konstruksi atau sambungan tersebut, dampak yang

paling mudah dirasakan ketika furnitur tersebut mengalami pergerakan

saat mengalami tekanan atau terkena beban.

Pengecekan kondisi finishing furnitur dilakukan untuk melihat

kualitas permukaan lapisan bahan finishing. Kerusakan yang terjadi pada

umumnya berupa adanya goresan pada permukaan finishing, pengelupasan

lapisan finishing pada bagian sudut terbuka komponen, pengelupasan

lapisan permukaan karena cuaca dan umur pakai bahan finishing yang

sudah lama.

Apabila dalam aktivitas perawatan berkala tahunan ditemukan

kondisi yang sudah tidak memenuhi standar kualitas maka dilakukan

tindakan lebih lanjut berupa perbaikan.

4. Perbaikan

Aktivitas perbaikan merupakan upaya yang dilakukan untuk

mengatasi kerusakan yang terjadi pada furnitur. Sebagai tindak lanjut dari

perawatan tahunan, maka aktivitas perbaikan merupakan usaha untuk

mengembalikan kondisi furnitur dalam keadaan baik. Perbaikan yang

dilakukan terkait dengan bahan baku, konstruksi dan finishing. Aktivitas

konservasi furnitur berlanggam Gothic terkait dengan perbaikan perlu

dibuat Panduan Teknis Perbaikan Furnitur berlanggam Gothic di Gereja

Santo Yusuf Semarang.