Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB...

30
Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAAN PENGANTAR Setelah menempuh jalan panjang penulisan, tiga bab empirik yang cukup menyedot banyak waktu dan konsentrasi yang cukup melelahkah. Akhirnya tiba juga pada bagian yang tidak kalah sulitnya dari bagian-bagian sebelumnya. Menganalisis temuan-temuan dengan membuat sintesis, sebagai temuan benang merah karya ini ke dalam beberapa topik yang akan dibahas runut dan padat. Dengan sistematika pembahasan sebagai berikut. Pertama penulis mendahului membahas pedagang kecil (small traders) sebagai suatu langkah pemenuhan kebutuhan hidup. Kemudian akan dilanjutkan dengan penalaran konsep jejaring dan tipologinya, secara khusus melihat tipologi jejaring usaha yang dibangun oleh para pedagang. Tahapan selanjutnya akan dilihat konsep jejaring sebagai manifestasi social capital, fungsi jejaring dalam membangun dan menjalankan usaha. Kemudian pada bagian selanjutnya disusul dengan melihat strategi pedagang meningkatkan pendapatan mereka, dan pada bagian akhir penulis akan mengelaborasi temuan, bagaimana pedagang berusaha menciptakan “aset” untuk kelangsungan usaha dan jaminan hari tua dan menaikan status sosial mereka. Keputusan untuk berdagang, apalagi di wilayah konflik, tentu bukanlah keputusan yang gampangan, artinya tidak dipikirkan konsekuensi baik buruknya. Melalui penelitian ini, di ketahui bahwa menjadi pedagang di tengah kerentanan dan desakan berbagai kebutuhan hidup, merupakan langkah penyelamatan baik kebutuhan konsumtif rumah tangga, juga sebagai alternatif menciptakan pendapatan ditengah ketidak pastian. Dengan berdagang, mereka tidak saja mengatasi persoalan ekonomi keluarga, karena ketidak pastian mata pencaharian,

Transcript of Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB...

Page 1: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Bab Tujuh

JEJARING DAN KEWIRAUSAHAAN

PENGANTAR

Setelah menempuh jalan panjang penulisan, tiga bab empirik yang cukup menyedot banyak waktu dan konsentrasi yang cukup melelahkah. Akhirnya tiba juga pada bagian yang tidak kalah sulitnya dari bagian-bagian sebelumnya. Menganalisis temuan-temuan dengan membuat sintesis, sebagai temuan benang merah karya ini ke dalam beberapa topik yang akan dibahas runut dan padat.

Dengan sistematika pembahasan sebagai berikut. Pertama penulis mendahului membahas pedagang kecil (small traders) sebagai suatu langkah pemenuhan kebutuhan hidup. Kemudian akan dilanjutkan dengan penalaran konsep jejaring dan tipologinya, secara khusus melihat tipologi jejaring usaha yang dibangun oleh para pedagang.

Tahapan selanjutnya akan dilihat konsep jejaring sebagai manifestasi social capital, fungsi jejaring dalam membangun dan menjalankan usaha. Kemudian pada bagian selanjutnya disusul dengan melihat strategi pedagang meningkatkan pendapatan mereka, dan pada bagian akhir penulis akan mengelaborasi temuan, bagaimana pedagang berusaha menciptakan “aset” untuk kelangsungan usaha dan jaminan hari tua dan menaikan status sosial mereka.

Keputusan untuk berdagang, apalagi di wilayah konflik, tentu bukanlah keputusan yang gampangan, artinya tidak dipikirkan konsekuensi baik buruknya. Melalui penelitian ini, di ketahui bahwa menjadi pedagang di tengah kerentanan dan desakan berbagai kebutuhan hidup, merupakan langkah penyelamatan baik kebutuhan konsumtif rumah tangga, juga sebagai alternatif menciptakan pendapatan ditengah ketidak pastian.

Dengan berdagang, mereka tidak saja mengatasi persoalan ekonomi keluarga, karena ketidak pastian mata pencaharian,

Page 2: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat

188

melainkan melalui cara tersebut kebutuhan konsumtif rumah tangga dapat dijamin, jika konflik terjadi kembali. Intinya melalui usaha dagang mereka dapat mengatasi kesulitan finances , kebutuhan pangan dan sandang, atau dengan lain perkataan kemandirian sebagai tujuan utama.

Menyadari bahwa hidup tidaklah mungkin, berjalan tanpa dukungan pihak lain, atau tanpa membutuhkan topangan orang lain, mendorong para pedagang membangun kemitraan usaha baik dengan pengurus koperasi tentara, maupun dengan sesama pedagang distributor yang lain.

Berdagang diwilayah konflik tentu membutuhkan pihak lain, khususnya pihak keamanan. Keterbatasan akses ke sumber-sumber bahan-bahan dagangan, karena dikuasai oleh komunitas muslim, mendorong pedagang Kristen harus membangun jejaring usaha dengan pihak keamanan, karena itu pengurus koperasi tentara, merupakan representasi mitra usaha yang tepat ketika itu, sebelum meluas ke pedagang lain, dalam jangkauan yang lebih luas.

Melalui jejaring usaha yang dibangun, hal itu sangat membantu para pedagang dalam menjalankan dan meningkatkan usaha. Melalui jejaring, peluang dan akses bisa diperoleh dengan biaya yang sangat murah. Melalui jejaring pula memungkinkan terjadi distribusi barang tanpa mendahulukan modal ekonomi. Dengan jejaring akses terhadap modal usaha menjadi lebih mudah.

Social capital yang kuat dalam kehidupan sosial hanya bisa terjadi apabila kemitraan itu memiliki trust atau rasa saling percaya. Dengan rasa saling percaya, akan menggerakan partisipasi anggota dalam suatu jaringan, tindakan resiprocity, yang dilandasi pada nilai-nilai dan norma-norma yang disepakati bersama.

Model partisipasi seperti inilah yang memungkinkan low cost dalam berbisnis. Umumnya perjanjian-perjanjian dibuat sangat informal, namun terbilang manjur karena ada rasa saling percaya di antara mereka, bahwa salah satu pihak tidak akan bertindak opportunis.

Page 3: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Jejaring dan Kewirausahaan

189

Inilah model pertukaran ekonomi yang seakan menyumbat egoisme pertukaran yang mengedepankan aspek informal, dimana segala sesuatu disepakati dalam perjanjian yang kaku dan tersandra dalam meterai sebagai ukuran legalitasnya.

Dalam model jejaring usaha yang dibangun oleh para pedagang, memungkinkan usaha mereka berkembang karena, terjadi pertukaran, baik barang, maupun informasi dengan biaya yang sangat murah.

Selanjutnya, kemampuan mengkombinasikan usaha, koneksi usaha dan perluasan pasar, tidak terlepas dari kontribusi jejaring kemitraan yang mereka bangun.

Sebagai usaha informal yang lekat dengan sinisme, keterbatasan, ketidak teraturan, dan low profit. Tidak menjadikan para pedagang itu, terjebak dalam stigma tersebut. Walau tidak semua dari mereka dapat mentas dari kekecilan mereka, namun beberapa diantaranya menunjukan bahwa, berawal dari kecil, mereka pun bisa menjadi besar.

Kemampuan mengorganisir diri, kelompok (jaringan), dalam menunjang usaha memang diperlukan untuk bisa menjadi besar. Keberhasilan para pedagang tidak hanya terlihat atau diukur dari seberapa banyak aset tangible yang ia miliki, melainkan juga mencakup investasi pada pendidikan dan masa depan anak.

Karena itulah aset yang dibutuhkan oleh pedagang untuk menjamin hari tua mereka ialah, apa bila ada kepastian masa depan anak-anaknya dan aset tangible yang mereka miliki termasuk mewarisi usaha yang profit.

Dengan memiliki jejaring kemitraan yang baik, kemampuan menagkap peluang usaha, kemampuan ekspansi dan inovatif menciptakan usaha-usaha baru, dan mampu menciptakan “aset”, kelanjutan usaha dan hari tua mereka terlihat menjanjikan.

Page 4: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat

190

Small Traders, Langkah Pemenuhan Kebutuhan Hidup

Setiap rumah tangga tentu akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, agar kesinambungan hidup anggota keluarga tetap berlangsung. Untuk dapat menjaga keberlangsungan hidup, memenuhi berbagai kebutuhan rumah tangga, membutuhkan finances, yang didapat dari pekerjaan sebagai sumber mata pencaharian.

Konflik yang terjadi di Maluku Utara, dan Jailolo khususnya telah menyebabkan kerentanan, baik kelangkaan sejumlah bahan dasar konsumtif rumah tangga, maupun kesulitan akses terhadap sumber-sumber mata pencaharian, bahkan menyebabkan sebagian orang kehilangan pekerjaan sebagai sumber nafkah (uang).

Inilah yang dihadapi oleh para informan, sebagai petani dan pedagang kecil, konflik dan kerentanan yang mereka alami berpengaruh langsung terhadap mata pencaharian dan itu berimbas pada ekonomi keluarga mereka. Kopra sebagai andalan hasil pertanian, ketika awal konflik, tidak memiliki nilai ekonomis, karena tidak ada yang membeli, tidak ada pengusaha yang berani menadah dan menjualnya ke luar dari Halmahera.

Sebaliknya mereka yang telah berdagang, akhirnya menutup usahanya karena terputusnya akses distribusi, sehingga tidak ada suplai barang. Selain dagangannya di konsumsi sendiri, sebagian juga disumbangkan untuk mendukung aktifitas posko pengungsi yang ada di Akediri. Pada kondisi ini para informan yang berlatar belakang profesi petani dan pedagang mengalami dua kerentanan secara bersamaan yakni, kebutuhan dasar konsumtif dan mata pencaharian yang mendatangkan uang.

Sedangkan informan yang memiliki pekerjaan tetap yakni tentara, keuangan mereka tidak terganggu, tetapi pada kondisi ini secara bersamaan mereka juga mengalami krisis bahan dasar konsumtif rumah tangga, seperti rekan-rekan mereka yang berlatar belakan mata pencaharian sebagai petani dan pedagang. Menurut Chambers (1995) sifat kemiskinan itu dinamis, komleks dan beragam, yang meling kupi ekonomi,kesehatan, kesejahteraan, isolasi, kerentanan, dan ketidak

Page 5: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Jejaring dan Kewirausahaan

191

berdayaan dan penghinaan. Umumnya orientasi kemiskinan berkaitan dengan pendapatan dan pekerjaan, walau hal ini hanyalah salah satu indikator kemiskinan.

Kondisi inilah yang pada akhirnya mendorong mereka terjun ke dunia usaha sebagai pedagang. Sehingga melalui usaha ini akan dapat menjamin dan memenuhi kebutuhan bahan dasar konsumtif rumah tangga. Selain kedua hal tersebut, usaha dagang yang dilakoni para informan telah menjadi mata pencaharian utama maupun tambahan untuk mendatangkan income (uang) bagi keluarga mereka.

Melihat apa yang dialami dan dilakukan para informan untuk mengatasi kerentanan yang mereka hadapi bersama, keterpenuhan kebutuhan dasar konsumtif rumah tangga, pendapatan (uang) dan mata pencaharian jelas merupakan indikator utama implementasi dari kesejahteraan sebuah rumah tangga (Soegijono S. Pieter,2011:173).

Karena itu setiap pribadi dalam rumah tangga, akan berpartisipasi untuk menopang keberlanjutan hidup keluarganya. Di tengah himpitan ekonomi yang terus mendesak, pilihan menjadi pedagang dapat dipandang sebagai pilihan yang tepat. Sebab selain mendatangkan income bagi mereka, hal itu untuk memenuhi dan menjamin kebutuhan dasar konsumtif rumah tangga. Inilah yang oleh Ellis (1999) dilihat sebagai upaya baik oleh individu atau rumah tangga berjuang mempertahankan hidupnya dengan menggunakan aset dan akses yang mereka miliki. Untuk membangun usaha pedagang kecil di Akediri menggunakan aset dan akses yang dimiliki. Seperti bu Damis Pasuma, untuk memulai usaha modal yang dipergunakan diperoleh dari hasil penjualan perhiasan emas. Sebaliknya untuk mendapatkan barang dagangan, mereka harus membangun jejaring dengan pihak militer untuk mendapatkan akses tersebut.

Di sisi lain jenis usaha informal ini, simpel dijalankan,karena dapat melibatkan anggota keluarga yang lain. Inilah yang menjadi ciri yang umumnya ditemukan dalam usaha kecil. Jika melihat pengelolaan usaha dari para informan, semuanya menerapkan pola yang sama yakni, pelibatan anggota kelurga dalam mengelola usaha.

Page 6: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat

192

Dari sisi manejerial, pelibatan anggota keluarga dalam usaha kecil, berkaitan erat dengan kontrol. Begitu juga sebaliknya, ketika om Yon Flory memutuskan untuk menggunakan tenaga kerja di luar dari anggota keluarga, bahkan Ia memutuskan untuk memakai orang dari daerah lain, hal ini untuk mempermudah control terhadap mereka. Keputusan om Yon Flori untuk mempekerjakan orang lain, karena keterbatasan tenaga kerja, dimana anak tertunya telah menikah dan putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat.

Mempekerjakan orang lain dalam usaha kecil selain tidak terlalu sulit karena cenderung tidak melibatkan banyak orang, sehingga dapat diawasi langsung oleh majikan atau pemilik usaha. Mempekerjakankan orang di luar keluarga memudahkan kontrol terhadap mereka, sebab mereka mempunyai ketergantungan terhadap pekerjaan tersebut Lambing Peggy.et.al. dalam Suryana (2011:119).

Selain itu keterlibatan anggota keluarga dalam usaha kecil,tidak terlepas dari upaya untuk menciptakan efisiensi biaya dalam usaha. Efisiensi dalam usaha berkaitan erat dengan margin yang ingin dicapai. Keterlibatan anggota keluarga dalam pengelolaan usaha kecil, akan menghindarkan mereka dari penggunaan tenaga kerja, yang berimbas pada pengalokasian upah kerja.

Dengan keterlibatan anggota keluarga dalam usaha kecil seperti ini, margin usaha tetap terjaga, dan investasi usaha dapat ditingkatkan dari waktu ke waktu demi menjaga kelangsungan dan peningkatan usaha.

Apapun jenis usaha, efisiensi biaya mengarah pada satu tujuan utama yakni, menciptakan kekayaan dan pekerjaan (Suryana Yuyus.et.al, 2010:223-224). Inilah yang menjadi cita-cita tertinggi para pengusaha, tidak terkecuali pedagang kecil yang penulis tetapkan sebagai informan.

Dari percakapan demi percakapan dengan para informan, dapat disimpulkan bahwa keputusan untuk terjun kedunia usaha adalah upaya untuk mencapai kemandirian ekonomi, dan jaminan hari tua.

Page 7: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Jejaring dan Kewirausahaan

193

Berikut ini penulis akan menunjukan pola membangun dan menjalankan usaha yang ditemukan dalam penelitian ini.

Gambar.1 Pola1 Berwirausaha

1 Pola berusaha yang dikemukakan ini, dibangun berdasarkan imajinasi penulis, untuk menunjukan pola usaha dari para informan. Dimana ada yang mempunyai kemampuan membangun dan meningkatkan usaha, tetapi ada pula yang tidak mampu mempertahankan dan meningkatkan usaha.

Perubahan status sosial dan Jaminan hari tua

Aset Pendidikan, Pekerjaan, dan Properti

Kemampuan transformasi dalam usaha

Jaringan

Ketidakmampuan melakukan transformasi

Start Up

Vulnerability Konflik Komunal

Vulnerability Kebijakan PEMDA

Pengalaman (Human Capital)

Modal Ekonomi

Small Traders

Page 8: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat

194

Tipologi Jejaring Usaha

Kesamaan Orientasi dan Tujuan

Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa, seorang wirausaha tidak dapat hidup dan menjalankan usahanya tanpa menjalin hubungan dengan pihak manapun di luar dirinya.

Mengapa, karena Ia tidak mampu menjamin kebutuhannya sendiri, sekalipun dalam kondisi aman, apa lagi dalam situasi konflik. Kerentanan yang timbul akibat konflik, setidaknya mengingatkan bahwa manusia tidak mungkin hidup tanpa membutuhkan topangan sesama manusia lain selain dirinya.

Melihat hubungan-hubungan jejaring usaha yang dibangun oleh para pedagang, khususnya mereka yang dilibatkan dalam penelitian ini, setidaknya ditemukan adanya hubungan kemitraan yang dibangun antara sesama pedagang (distributor) dengan pedagang pengecer, maupun pedagang dengan konsumen.

Hubungan kemitraan yang dibangun antara pedagang dengan pedagang, baik dalam kapasitas sebagai distributor dan pedagang pengecer, adalah untuk mendapatkan bahan baku (bahan jualan). Seperti om Yon Flory, untuk mendapatkan barang-barang jualannya, Ia akhirnya membangun jejaring kemitraan dengan pengurus koperasi tentara yang ada di Akediri pusat pengungsian di pedalaman Jailolo

Demikian juga dengan ibu Safiani ode, membangun hubungan dengan salah satu distributor barang di Ternate untuk memasok barang-barangg perabotan rumah tangga. Hal yang sama juga dilakukan oleh ibu Rohani M. Ahmad, baik dengan distributor di Ternate maupun yang ada di Manado. Begitu juga dengan Alimin Sabri, ketika menetap dan berjualan di Akediri,Ia membangun jejaring kemitraan dengan salah satu distributor di Ternate.

Hubungan kemitraan (jejaring) usaha sebagai mana di kemukanan itu, memiliki kemiripan dengan pandangan yang di kemukakan oleh Yuyus Suryana et.al.(2010:164). Dimana seorang

Page 9: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Jejaring dan Kewirausahaan

195

wirausaha tidak dapat hidup dan berusaha sendiri, Ia membutuhkan topangan pihak lain di luar dirinya.

Berangkat dari kenyataan itulah, akhirnya mereka membangun hubungan baik dengan pemasok, pelanggan, maupun pedagang perantara.

Hubungan kemitraan yang terbentuk antara para pedagang ini, dapat dikategorikan ke dalam tipologi jejaring kemitraan yang dibangun atas dasar kesamaan orientasi dan tujuan, yang oleh Woolcock (1998a dalam Hamidreza.et.al, 2012) disebut sebagai bridging social capital. Dimana tipologi ini menunjukan pada hubungan yang berbeda antara komunitas namun memiliki kesamaan tujuan. Sedangkan prinsip pengorganisasian sangat terbuka, karena didasarkan pada prinsip yang universal seperti kebebasan, kesetaraan, nilai dan norma. Melalui model modal sosial inilah para pedagang mendapat baik akses pengadaan barang dagangan, maupun informasi dan pengetahuan, dan lebih dari itu dapat menciptakan bisnis yang low cost. Kedua hal inilah yang memungkinkan terwujudnya kemitraan yang baik, sebagai akibat tingginya partisipasi dan saling menguntungkan, seperti dikemukakan oleh Hasbullah Jousairi (2006:10).

Memang tidak mudah untuk membangun suatu jejaring kemitraan usaha. Hal itu melibatkan berbagai kapital-kapital, baik modal material (uang atau aset) maupun non material. Modal non material yang dimaksud antara lain, adanya dukungan timbal balik antara sesama anggota (resiprocity), adanya partisipasi, yang didasarkan pada prinsip kesukarelaan (voluntary), kesamaan (equality),kebebasan (freedom), keadaban (civility) dan kepercayaan (trust) sebagai yang mutlak ada dan mengikat. Hasbullah (2010:9-11), Soegijono S.Pieter (2011:275).

Kesamaan orientasi dan tujuan antara sesama pedagang, memungkinkan jejaring usaha yang mereka bangun terus dipertahankan. Keterpenuhan berbagai kebutuhan hidup dan kemandirian ekonomi, mendorong masing-masing pihak berusaha

Page 10: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat

196

untuk memenuhi apa yang menjadi kewajiban dan haknya, dengan trust sebagai landasannya.

Pentingnya kepercayaan dalam suatu kemitraan, menjadi kesadaran para informan seperti, ibu Rohani M.Ahmad bisnis hanyalah persoalan bagaimana menjaga lidah (kepercayaan). Artinya ketika ada rasa saling percaya dalam kemitraan itu, hal ini akan memudahkan pihak yang membutuhkan bahan baku (bahan jualan).

Dimana bahan-bahan tersebut dapat diambil, atau dikirim, walau belum disertai dengan membayar secara langsung (utang), dan baru dibayar setelah terjual, atau dilunasi pada waktu yang disepakati bersama,umumnya kesepakatan itu sifatnya informal.

Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Lawang Robert.M.Z di katakan bahwa :

“semakin tinggi saling percaya antara mereka yang bekerja, semakin kurang risiko yang di tanggung, dan semakin kurang pula biaya (uang atau sosial) yang dikeluarkan” (2005:47)

Sikap saling percaya yang nampak dari hubungan jejaring usaha yang dibangun oleh para informan ketika menjalankan usaha, didasarkan oleh rasa saling percaya akan adanya perlakuan imbal balik sebagai konsekuensi kemitraan. Atas dasar prinsip itulah suatu jejaring usaha yang dibangun dan menentukan, akan berjalan langgeng atau kemudian berhenti, tergantung pada kemampuan semua pihak yang terlibat dalam urung rembuk itu menjalankan kewajibannya.

Inilah yang oleh Mollering, dalam Lawang Robert M.Z. (2005:47), bahwa trust dilihat sebagai kepercayaan bersyarat, dimana para distributor berani memberikan barangnya kepada pedagang pengecer seperi om Yon, ibu Safiani, ibu Rohani, maupun Alimin Sabri. Sebab mereka dipandang mampu dan mempunya niat baik, dan dipercaya akan bertindak sesuai dengan apa yang mereka harapkan.

Dengan membangun jejaring kemitraan usaha dimana terdapat trust, kebutuhan masing-masing pihak dapat terpenuhi, tanpa

Page 11: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Jejaring dan Kewirausahaan

197

mendahulukan uang sebagai modal utama dalam perekonomian konvensional.

Sehingga walau dalam kondisi rentan, pertukaran dapat terjadi. Seperti pada beberapa kasus yang dialami oleh ibu Rohani, Safiani Ode, maupun Alimin Sabri.

Hal itu dapat terjadi apabila ada rasa saling percaya trust yang kuat dalam jejaring tersebut. Dengan demikian disadari bahwa untuk dapat bertahan dalam bisnis informal seperti ini rasa saling percaya menjadi utama, dan karena itu akan terus dipelihara dalam bentuk kepatuhan menjaga keseimbangan dalam keterpenuhan akan hak dan kewajiban.

Inilah ciri yang umunya ditemukan dalam hubungan timbal balik, aktifitas dagang yang dikategorikan sebagai bidang usaha informal. Pada ranah itulah kerapkali pertukaran dan perjanjian yang dibuat antara masing-masing pihak, juga terjadi secara informal.

Dimana perjanjian-perjanjian di ikat atas asas saling percaya. Walau demikian adanya, langkah itu dapat mengikat dan melanggengkan kelangsungan usaha. Dalam hal inilah para pedagang dalam bermitra, lebih mengarah pada hubungan kemitraan yang saling menopang, dan menghindari kompetisi (Soegijono S.Pieter,2011:275).

Kemudahan mengambil barang, dan pembebasan biaya angkut kapal, serta kepatuhan memenuhi kewajiban menjadi bukti bahwa modal sosial yang kuat yang dilandasi trust, yang diwujudkan dalam respon yang saling menguntungkan.

Akan bermanfaat bagi pembangunan ekonomi rumah tangga, dan pembangunan perkonomian suatu daerah, dalam lingkup yang lebih luas ialah Negara.

Kesamaan Kepercayaan (religious beliefs)

Seperti halnya untuk mendapatkan bahan baku, para pedagang membengun usaha dengan pedagang distributor barang, baik yang berada di Ternate, Manado maupun pada aras lokal di Jailolo. Melalui

Page 12: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat

198

jejaring usaha yang diabangun itu, memungkinkan terjadinya pertukaran yang tidak mengedepankan modal materil (uang).

Semua ini hanya dapat terjadi apabila terdapat rasa saling percaya, sebagai prasyarat mutlak berdiri dan bertahannya suatu hubungan kemitraan. Untuk mendapatkan jejaring konsumen masing-masing pedagang menjalankan strateginya. Salah satunya ialah, melalui pendekatan kepercayaan (agama/aliran kepercayaan). Contohnya om Yon Flory. Ia adalah anggota masyarakat desa Tedeng Kecamatan Jailolo. Om Yon beragama Kristen dan terdaftar sebagai anggota dari salah satu gereja reformis yakni, Gereja Masehi Injili di Halmahera (GMIH) yang ada di desanya.

Ketika Ia berdagang di Akediri, om Yon kemudian berpindah keanggotaan gereja dari Tedeng desanya ke Akediri dan mendaftar pada aliran kepercayaan yang sama di desa tersebut. Jadi sebagai masyarakat om Yon terdaftar dan menetap di desa Tedeng, sedangkan sebagai anggota gereja, Ia terdaftar di jemaat GMIH Ebenhaezer Akediri, sebagai salah satu aliran kekristetan yang mayoritas di desa ini.

Ternyata om Yon tidak hanya terdaftar sebagai anggota jemaat biasa, melainkan Ia pernah terpilih menjadi Majelis Jemaat2. Tidak hanya itu dengan mandat tugas pelayanan yang Ia miliki, menghantarakan om Yon pada berbagai perjumpaan dengan warga jemaatnya. Selain terlibat dalam urusan pelayanan rutin ibadah, Ia juga berperan aktif dalam usaha pembangunan gedung gereja baru GMIH Ebenhaezer Akediri.

Dengan mata pencaharian sebagai pedagang, kedudukan dan peran om Yon dalam jemaat (warga gereja) dan masyarakat sangat strategis berdampak terhadap usahanya. Dapat dikatakan bahwa dengan keputusan menjadi bagian dari warga Gereja GMIH Ebenhaezer Akediri, dapat dilihat bahwa dengan itu om Yon telah

2 Majelis Jemaat, adalah orang yang dipilih dan ditetapkan melalui persidangan jemaat, untuk membantu pelayan khusus (Pendeta) dalam menjalankan tugas-tugas pelayanan. Baik memimpin ibadah, maupun mengorganisir kegiatan fisik lainya.

Page 13: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Jejaring dan Kewirausahaan

199

membangun jejaring usaha dan mendapatkan konsumen tetap di Akediri. Inilah yang oleh Woolcock (1998a dalam Hamidreza.et.al, 2012) disebut sebagai bonding social capital. Tipologi modal sosial ini lebih menunjuk pada hubungan antara orang-orang yang memiliki kesamaan komunitas, sehingga hubungan sosial yang terbangun lebih eksklusif atau tertutup. Dalam kasus pedagang kecil di Akediri seperti Om Yon Ia memanfaatkan oragnisasi gereja untuk membangun basis konsumen, begitu juga dengan ibu Rohani M Ahmad, membangun basis konsumen berdasarkan latar profesi yang dimiliki suaminya yakni Tentara.

Sehingga melalui kesamaan identitas itulah Om Yon akhirnya bersedia memberi dukungan dalam bentuk utang baik materi (uang) maupun bahan-bahan kebutuhan konsumsi rumah tangga, kepada para tukang yang bekerja membangun gedung gereja baru. Hal itu semata-mata merupakan bagian dari strategi Om Yon membangun basis konsumen untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.

Inilah yang oleh penulis disebut sebagai strategi integrasi. Artinya dengan menjadi bagian dari warga jemaat GMIH Ebenhaezer Akediri, cara ini dapat dilihat sebagai trik untuk memperluas jejaring konsumen, dan mengikatnya dengan insentif utang.

Strategi integrasi seperti ini, tidak hanya di lakukan oleh om Yon sendiri. Seperti Alimin Sabri misalnya, ketika masuk dan berjualan di Akediri Ia pun mengintegrasikan dirinya menjadi bagian dari masyarakat dan jamaah muslim di Akediri.

Selain menjadi bagian dari komunitas Akediri, Alimin dan teman-teman pedagang muslim lainya, juga kerap mengambil bagian dalam kerja–kerja sosial baik di masyarakat, mesjid, dan juga gereja. Seperti bakti kampung, di mesjid, maupun di gereja. Partisipasi mereka tidak hanya dalam bentuk tenaga, melainkan juga dalam bentuk donasi uang, dalam jumlah yang tidak ditentukan.

Page 14: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat

200

Jejaring Sebagai Manifetasi Social Capital

Jika berbicara social capital, intinya tertuju pada bagai mana kemampuan interaksi timbal balik dalam suatu masyarakat, baik antar individu, maupun kelompok, baik itu agama, dan suku. Hubungan-hubungan yang terbangun antara subjek-subjek itulah, yang pada umumnya oleh kebanyakan orang dianalogikan sebagai jaring.

Sebagai makhluk sosial, tentu manusia tidak dapat hidup seorang diri, atau tidak membutuhkan orang lain, di luar dirinya. Rasanya tak mungkin terjadi, apalagi dalam kaitan dengan kewirausahaan. Seorang wirausaha membutuhkan orang laindalam menjalankan usahanya. Karena itu ia harus membangun hubungan dengan orang lain.

Baik dengan distributor sebagai pemasok bahan baku, pelanggan, maupun pihak-pihak lain yang memiliki keterkaitan dengan profesinya. Dari hubungan-hubungan sosial yang dibangun, baik sebagai komunitas bisnis, religi, komunitas suku yang dianalogikan sebagai sebuah jaring (alat tangkap) atau jejaring (ikatan sosial).

Jika berangkat dari analogi jaring atau jejaring, setidaknya ada dua hal utama yang penting untuk diperhatikan antara lain, simpul dan ikatan. Melalui simpul-simpul dan ikatan itulah terbentuklah apa yang dinamakan jaring atau jejaring. Suatu jarring atau jejaring yang baik apabila simpul-simpul dan ikatan-ikatan itu terkait dengan baik.

Dalam kaitan dengan jejaring usaha, simpul-simpul itu menggambarkan relasi antara individu, atau komunitas, yang ditopang dengan nilai,norma, dan kepercayaan di dalamnya. Akankah jejaring itu dapat berfungsi sebagai social capital apabila komponen-komponen dalam jaringan tersebut berfungsi dengan baik.

Jejaring kemitraan yang dibangun oleh om Yon, dengan pengurus koperasi tentara, para distributor, maupun denga konsumen, baik yang dilakukan oleh ibu Rohani, Safiani, alimin dan bu Damis Pasuma. Merupakan manifestasi social capital yang baik. Sejalan

Page 15: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Jejaring dan Kewirausahaan

201

dengan itu Fukuyama (2002) menekankan bahwa pada mereka yang memiliki jejaring dan norma atau nilai informa, pertukaran yang terjadi cenderung tidak mengedepankan keuntungan ekonomis, melainkan merasakan keterlibatan dalam suatu hubungan adalah utama. Inilah yang memungkinakan pedagang kecil di Akediri dapat membangun usaha walau memiliki keterbatasan modal ekonomik, tetapi dengan memiliki sosial kapital yang kuat keterbatasan finasial dapat teratasi.

Artinya bahwa, adanya partisipasi, hubungan timbal balik (resiprocity), dan kepercayaan antara sesama anggota, yang dilandasi oleh nilai-nilai dan norma-norma yang disepakati bersama dalam suatu jejaring kemitraan. Karena itu Robert Lawang, menegaskan bahwa inti dari analogi jaring atau jejaring adalah pada kerja, bukan pada aspek jaringnya (Lawang Robert. 2005:61-62).

Kemampuan untuk memenuhi prasyarat dalam suatu kesepakatan kemitraan, menjadikan jejaring kemitraan tersebut dapat bertahan. (Hasbullah,2006:9-16; Suryana Yuyus.et.al. 2010:164-174).

Fungsi Jejaring Dalam Kewirausahaan

Fungsi Informatif

Bukanlah sesuatu yang lazim lagi, bahwa kehidupan manusia dan kebutuhan akan informasi terlebih di zaman ini, menjadi sangat penting. Nampaknya kenyataan itulah yang mungkin menyebabkan orang beranggapan bahwa, siapa menguasai informasi dia menguasai dunia. Dengan mengatakan begitu, penulis hanya berniat untuk menekankan bahwa manusia dan kebutuhan akan informasi bagi kelangsungan hidupnya memiliki peran strategis.

Sebab dengan mengetahui (informasi) akan sesuatu hal terlebih dahulu, akan membantu manusia menentukan langkah tepat untuk suatu keputusan bagi dirinya dan juga orang lain. Intinya dengan mengetahui lebih awal informasi terkait dengan keputusan akan suatu

Page 16: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat

202

hal, diharapkan dapat meminimalisir resiko kegagalan, dan sebaliknya mengharapkan suatu keberhasil.

Secara khusus dalam bagian ini akan dilihat bagaimana peran jaringan dan pemenuhan kebutuhan informasi untuk kelangsungan usaha. Aktifitas berdagang memiliki keterkaitan dengan berbagai aspek yang strategi seperti, informasi peluang usaha, modal, perijinan atau apapun yang berkaitan dengan aktifitas dagang.

Terkait dengan penelitian ini, para pedagang yang dilibatkan sebagai informan, juga melakukan langkah-langkah yang sama, dimana untuk mengetahui peluang usaha, akses terhadap modal maupun kebutuhan lainya didapat melalui jaringan yang mereka peroleh. Baik melalui pertemanan dengan sesama pedagang (bridging social capital) keluarga atau komunitas agama (bonding social capital), maupun dengan membangun jejaring dengan oknum maupun institusi terkait di pemerintahan (lingking social capital) Woolcock (1998a dalam Hamidreza.et.al, 2012)

Seperti Alimin Sabri, Ia mengetahui peluang usaha di pasar Akediri melalui jejaring pertemanannya dengan sesama pedagang asal Gorontalo, yang telah duluan berjualan di pasar tersebut. Berbekal informasi itulah akhirnya Ia memutuskan untuk migrasi dari Ternate dan akhirnya memilih dan menetap di Akediri untuk berdagang.

Demikian juga dengan bu Damis Pasuma, ketika membutuhkan tambahan modal usaha Ia tidak mempunyai jejaring dengan instansi penyedia pinjaman modal usaha. Tetapi berbekal pertemanan yang Ia bangun dengan sesama pedagang, akhirnya Ia mengajukan proposal pinjaman modal usaha ke Dinas Koperasi Dan UMKM Kab. Halmahera Barat, setelah Ia mendapat informasi dari rekan-rekan seprofesi.

Menurut Anderson et.al sebagaimana dalam Lawang Robert (2005:69), jaringan sebagai fungsi informasi, berfungsi member informasi kepada pedagang, terkait peluang maupun masalah terkait kegiatan usahanya. Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam kapasitas sebagai informasi, hal itu dapat dilihat dalam pengertina sebagai

Page 17: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Jejaring dan Kewirausahaan

203

pelumas(lubricant) atau peluang (opportunity). Artinya bahwa setiap informasi yang didapat melalui jejaring itu, diperoleh, dengan tidak mengeluarkan biaya yang terlalu besar.

Hal inilah yang dialami dan yang dirasakan oleh para pedagang seperti Alimin, bahwa untuk mengetahui peluang usaha di Jailolo, khususnya pasar Akediri, Ia tidak membutuhkan biaya besar untuk melakukan survey ke Jailolo. Melainkan melalui hubungan yang baik dengan rekan-rekan pedagang yang sudah lebih duluan berjualan di Akediri, Ia memperoleh informasi dengan harga yang jauh lebih murah.

Kemudahan Akses Terhadap Peluang

Sebagai manusia, khususnya pedagang tentu Ia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, terlepas dari orang lain. Kesadaran itulah yang akhirnya mendorong pada informan membangun jejaring usaha, baik dengan mereka selaku distributor barang, maupun dengan pelanggan dan pihak lain yang memiliki keterkaitan dengan kegiatan usaha.

Menurut Putnam (dalam Adler and Woo, tanpa tahun) sosial kapital memfasilitasi adanya kerjasama dan koordinasi untuk keuntungan bersama. Keterbatasan akses terhadap sumber bahan-bahan dagangan dan keterbatasana modal usaha, menjadi dorongan kuat para pedagang membangun kemitraan dengan pihak lain yang memiliki kesamaan kepentingan. Pada aras inilah jejaring memiliki peran untuk kemudahan akses peluang usaha.

Inilah yang terjadi dan dilakukan oleh para informan yang menjadi objek penelitian ini. Seperti ibu Safiani Ode, melalui jejaring yang bisnis keluarganya, Ia akhirnya direkomendasi oleh pamanya untuk membangun kemitraan dengan salah satu distributor barang yang menjadi langganan pamanya itu. Berbekal informasi tersebut dan konsistensi yang ditunjukan ibu Safiani dalam berbelanja, akhirnya kemitraan di antara mereka bisa terbangun.

Page 18: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat

204

Karena itu Ia kemudian memperoleh kemudahkan dalam memperoleh bahan baku (barang jualan), dan kemudahan mengangsur harga barang yang Ia ambil untuk di jual kembali.

Demikian juga dengan Alimin Sabri, melalui jejaring usaha yang dibangun dengan para distributor barang yang berada di Ternate. Ia akhirnya bisa memperoleh akses atau peluang untuk mendapatkan bahan baku dengan mudah dan dengan biaya yang jauh lebih murah. Betapa tidak, melalui kemitraan itu Alimin hanya dengan memesan barang pada distributor langganan di Ternate, Ia kemudian tinggal menjemputnya di pelabuhan Jailolo, ketimbang Ia harus berbelanja langsung ke Ternate.

Melalui jejaring usaha tersebut, Alimin Sabri dapat mengambil bahan baku atau barang dagangan terlebih dahulu, dan baru akan dibayar kemudian sesuai kesepakat bersama.

Begiti juga dengan ibu Rohani M.Ahmad. Melalui kemitraan yang Ia bangun dengan para distributor barang baik di Ternate,Bitung maupun Manado, Ia memperoleh akses atau peluang untuk mengambil barang, atau memesan barang terlebih dahulu, dan baru akan dibayar kemudian sesuai perjanjian yang disepakati.

Hal yang sama juga dilakukan oleh om Yon dan bu Damis Pasuma, dimana untuk mendapatkan barang dagangan mereka akhirnya membangun kemitraan dengan pengurus koperasi tentara. Sehingga melalui jaringan itulah mereka bisa memperoleh barang dagangan dan bahan dasar konsumtif rumah tangga dengan mudah, dan resiko yang jauh lebih rendah.

Fungsi jaringan ternyata tidak hanya terbatas pada akses untuk memperoleh barang semata. Melainkan juga melingkupi akses terhadap modal usaha. Kenyataan yang dialami oleh para pedagang membukitkan pernyataan tersebut benar adanya.

Selain dipandang mampu atau memiliki usaha yang produktif, akses terhadap penambahan modal usaha ke bank, ternyata tidak terlepas dari adanya peran jaringan. Akses terhadap modal bank, yang terkesan mudah oleh om Yon Flory, karena Ia memiliki akses dengan

Page 19: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Jejaring dan Kewirausahaan

205

pihak bank melalui salah satu ponakannya yang bekerja di bank tersebut.

Dengan kapasitas sebagai tim perkreditan, hal ini mempermudah om Yon dalam pengurusan, bahkan segala pengurusan di bank menjadi tanggungjwabnya, sedangkan Ia berkewajiban memenuhi persyaratan atministrasinya.

Terkait akses terhadap modal bank, ibu Rohani juga memiliki cerita yang sama. Ketika Ia mamutuskan untuk menambah modal usaha dari pihak perbankan, Ia tidak mengalami kendala, selain karena usahanya yang ada dan rencana pengembangan usaha yang dipandang memiliki prospek yang baik. Menurut ibu Rohani, suaminya memiliki hubungan pertemanan dengan kepala bank Pembangunan Daerah Maluku yang ada di Jailolo.

Lebih lanjut ibu Rohani menuturkan bahwa, jauh sebelum mereka mengajukan pinjaman, pimpinan bank tersebut sudah mengajukan tawaran kepada suaminya untuk menambah modal usaha. Jadi ketika ibu Rohani mengajukan pinjaman ke bank tersebut, pengajuan kredit usahanya tidak terlalu sulit dan bahkan tidak sampai sebulan permohonan itu sudah dicairkan.

Menurut Anderson et.al dalam Lawang Robert (2005:49). Selain memiliki fungsi informatif, jaringan juga memiliki fungsi akses atau peluang. Artinya bahwa, melalui jaringan para pedagang bisa memperoleh peluang atau kesempatan untuk mendapatkan barang maupun modal dari mitranya yang tidak dapat Ia penuhi sendiri.

Dasar dari fungsi-fungsi jaringan tersebut adalah kepercayaan. para distributor berani memberi barang tanpa membayar terlebih dahulu, karena dilandasi percaya. Mereka percaya bahwa jaringan kemitraan yang dibangun dengan orientasi dan tujuan yang sama akan mendorong individu-individu yang bermitra untuk tidak bebuat oportunisme.

Begitu juga sebaliknya dengan pihak bank, selain para nasabah memiliki kemampuan likuiditas. Namun sulit disangkal pulah bahwa peran kemitraan dalam jaringan baik sebagai individu maupun dalam

Page 20: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat

206

kapasitas sebagai nasabah dan institusi pemberi modal, turut andil memproduksi apa yang disebut kepercayaan sebagai dasar dari suatu perjanjian.

Kombinasi, Konversi Usaha Dan Penggadaan Tempat Usaha, Cara Meningkatkan Pendapatan

Sudah menjadi tujuan dari setiap orang yang terjun dalam dunia usaha, tentunya menginginkan pendapatan yang tinggi, atau bila mungkin sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut tentu membutuhkan cara atau strategi untuk mencapainya.

Dari percakapan dan amatan yang penulis lakukan, diketahui bahwa pertama-tama untuk meningkatkan pendapatan, para pedagang mengkombinasikan usaha mereka. Mereka tidak bergantung pada satu usaha semata. Seperti bu Damis Pasuma, usaha dagang yang Ia jalani pertama adalah sembako (Sembilan bahan pokok), kemudian Ia merambah ke bisnis kopra, dan usaha transpotasi angkut barang.

Begitu juga dengan ibu Rohani, berawal dari bisnis kayu olahan, kemudian merembah ke usaha sembako, bisnis kopra, dan bisnis materian bahan bangunan. Jika dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang lain, berdasarkan aset tangible yang mereka miliki sebagai ukuran kemampuan usaha. Nampaknya keduanya memiliki kemampuan lebih dari lima rekan lainya.

Menurut pengakuan usi Teker nama panggilan dari istrinya bu Damis Pasuma bahwa, jika mereka hanya bergantung pada usaha sembako, hal itu tidak mungkin bisa membuat mereka mampu membeli mobil baik untuk usaha maupun keperluan pribadi, dan membangun rumah. Tetapi ketika memulai usaha sembako, mereka kemudian merambah ke bisnis kopra, dan dari keuntungan kedua usaha itu kemudian diinvestasikan ke bisnis angkut barang yakni, mengadakan truk angkut melalui cara kredit (Lihat bab empirik).

Dengan melakukan cara inilah, minimnya pendapatan pada bisnis yang lain akan di siasati dari pendapatan usaha yang lain pula,

Page 21: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Jejaring dan Kewirausahaan

207

dengan demikian terjadi silang modal untuk menopang usaha yang devisit pendapatannya.

Tegas bu Damis bahwa, jika mereka hanya mengandalkan pendapatan dari satu jenis usaha, mungkin mereka sudah tutup usaha ketika direlokasi ke pasar Akelamo. Dengan pendapatan bisnis sembako yang makin menurun ketika itu bukan tak kebangkrutan menjadi cerita akhir usaha mereka.

Tetapi dengan melakukan kolaborasi usaha bisnis sembako dapat dipertahankan dan makin meningkat setelah mereka kembali ke pasar Akediri. Dengan kolaborasi usaha yang baik kini, selain memiliki 1 unit rumah permanen, mereka juga memiliki 1 unit mobil sedan Xover, 1 unit mobil Zusuki pic up, 1 unit Hondal Megapro, 1 unit Yamaha Vixsion, 1 unit motor Zusuki Satira, dan tiga truk angkut yang sudah menjadi milik mereka, alias sudak lunas dalam rentang waktu 10 tahun membangun usaha (Lihat bab empirik).

Keputusan untuk melakukan kolaborasi usaha juga dilakukan oleh ibu Rohani dan suaminya. Sebelum menekuni bisnis sembako, awalnya mereka berbisnis kayu olahan, karena keterlibatan pa Agus dalam pengurusan barang-barang koperasi tentara, akhirnya mereka memutuskan untuk terjun kebisnis sembako.

Dari berdagang sembako itulah kemudian mereka merambah ke bisnis kopra dan akhirnya ke usaha penjualan bahan-bahan material bangunan. Penambahan jenis usaha selalu mengikuti peluang usaha. Contohnya bisnis kopra, usaha itu disarankan oleh petani, karena dengan berbisnis kopra mereka dapat mengambil material bangunan dan kemudian membayar dengan cara menjadi langganan kopra, sehingga kopra akan di juala ke mereka. Tahapan demi tahapan usaha yang di raih, tentu merupakan akumulasi dari keuntungan-keuntungan beberapa usaha sebelumnya yang kemudian diinvestasikan kembali untuk membangun usaha yang baru.

Dengan begitu kata ibu Rohani, mereka mampu menambah usaha, sehingga keuntungan usaha selalu meningkat (Lihat bab empirik). Karena memiliki kemampuan untuk dan berhasil

Page 22: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat

208

mengkombinasikan beberapa usaha, berdaraskan pengamatan dan percakapan penulis dengan ibu Rohani, kini selain memiliki 1 unit rumah permanen berlantai dua, mereka juga memiliki 1 unit mobil sedan Nissan untuk urusan pribadi, dan 1 unit motor metic sebagai aset tangible.

Strategi kombinasi usaha yang dilakukan oleh bu Damis dan ibu Rohani, adalah bagian dari cara mereka merespon peluang usaha yang ada. Dimana standar untuk membuka suatu usaha yang baru adalah adanya permintaan, atau tinggingnya konsumen.

Langkah mengkombinasikan usaha juga pernah dilakukan oleh om Aba maupun om Yon Flory. Namun langkah tersebut pupus di tengah jalan. Di awal usaha om Yon selain berdagang sembako, Ia juga menggeluti bisnis kopra. Selain itu Ia juga mencoba berkompetisi di bidang kontraktor, sebagai sub kontraktor pembangunan fisik beberapa program pemerintah. Namun langkah itu tidak dapat diteruskan, kendaraan yang Ia miliki baik untuk menopang bisnis sembako maupun untuk usaha angkut barang semuanya di jual, dan kini Ia kembali dan konsentrasi pada bisnis sembako (Lihat bab empirik).

Seperti om Yon, om Aba juga melakukan mencoba mengkombinasi bisnis pakaian dan usaha penanaman rica dan tomat. Hal itu Ia lakukan ketika di relokasi ke pasar Akelamo. Karena pendapatan makin menurun, om Aba mencoba untuk terjun ke usaha pertanian, dengan menanam rica dan tomat, namun karena pendapatan dari bisnis pakaian dipakai untuk memnuhi kebutuhan sehari-hari dan sebagian di investasikan ke usaha pertania, akhirnya bisnis pakaian tidak dapat dipertahankan dan akhirnya ditutup.

Setelah bertahan dengan usaha pertanian yang ternyata merupakan usaha patungan, mengalami goncangan tatkala terjadi kecurangan dalam pembagian dan pemasaran hasil usaha. Kondisi itu pada akhirnya berujung pada pecah kongsi usaha, untuk mempertahan usaha tersebut, akhirnya om Aba berusaha menginvertasikan modal yang Ia miliki pada bidang usaha penanaman rica dan tomat di Akediri, namun dalam dua masa tanam berut-turut Ia gagal dan akhirnya

Page 23: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Jejaring dan Kewirausahaan

209

kembali ke pasar membantu berjualan dagangan saudara perempuannya (lihat bab empirik).

Selain mereka yang mencoba mengkombinasikan usaha namun gagal ditengah jalan, namun beberapa di antarnya bertahan pada usaha yang ada sejak semula. Seperti ibu Safiani Ode, Ia memilih untuk bertahan pada usaha penjualan alat-alat perabotan rumahtangga, meskipun mendapat tawaran pinjaman modal usaha dari kepala bank BRI unit Jailolo, yang memiliki hubungan pertemanan.

Alasan mendasar menolah pinjaman modal usaha karena Ia belum menemukan usaha apa yang akan Ia kembangkan selain bisnis perabotan yang ada itu, kata ibu Safiani (Lihat bab empirik). karena itu Ia lebih memilih serius dengan usaha yang ada.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh tante Ratna, bahwa sejak memulai usaha mereka hanya focus pada usaha sembako, dan tidak berniat untuk merambah keusaha yang lain. Dengan mengandalkan pendapatan pada satu sumber usaha, membuat usaha tante Ratna mengalami kemunduran, ketika mereka di relokasi ke pasar Akelamo. Karena kendisi dagang makin menurun akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke pasar Akediri.

Meskipun sudah berada di Akediri, wilayah dimana mereka pernah merasakan keuntungan dari usaha yang digeluti itu, keputusan itu tidak mampu menyehatkan kembali usaha mereka. Dalam kesulitan membangkitkan kembali usaha mereka itu, terdengarnya rencana relokasi kembali pedagang pasar Akediri ke pasar Akelamo, akhirnya memperkuat terkat tante Ratna untuk mengakhiri bisnis mereka, dari pada mengalami nasib yang sama pada relokasi sebelumnya, keluh tante Ratna (Lihat bab empirik).

Selain melakukan kombinasi usaha untuk meningkatkan pendapatan atau marjin usaha, pedagang juga melakukan penggandaan tempat usaha. Strategi ini hanya dilakukan oleh ibu Rohani. Selain memiliki tempat usaha di Akediri ibu Rohani juga membangun dua tempat udaha di tempat yang berbeda, yakni di kediamanya, dan satu lagi di tempat tugas suaminya.

Page 24: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat

210

Hal ini mereka lakukan untuk mengisi peluang usaha yang ada di wilayah-wilayah tersebut. Peluang-peluang tersebut terkadang datangnya dari dorongan konsumen, seperti bisnis kopra yang mereka jalani di kecamatan Ibu tempat pa Agus bertugas sebagai anggota Koramil. Setelah berjualan bahan bangunan di kecamatan Ibu para konsumen yang mayoritas petani kelapa, menyarankan mereka untuk berbisnis kopra.

Karena makin banyak desakan-desakan untuk usaha tersebut akhirnya mereka memutuskan untuk terjun ke bisnis tersebut, sekalipun bukanlah bidang usaha yang baru bagi mereka. Memiliki termpat usaha lebih dari satu dan beragam jenis usaha, tentu berdampak pada naiknya pendapatan, jika dikelola dengan baik. Namun bersamaan dengan itu, juga memiliki resiko yang besar, karena melibatkan pihak lain, yang berdampak pada biaya kesejahtraan (gaji) dan dana operasional, disamping penyimpangan keuangan sebagai resiko terbesar.

Cara pengembangan usaha dengan melakukan ekspansi ketempat lain, merupakan bagian dari strategi pengembangan pasar (market development strategy). Dimana lebih berorientasi pada konsumen yang baru di wilayah yang baru, atau disebut pasar geografis baru (Hsirich et.al. 2008:632). Syarat ekspansi tetaplah mengacu pada aspek kebutuhan konsumen.

Selain kedua hal tersebut, nampaknya strategi ini memiliki andil dalam menciptakan ingkam yang besar bagi pedagang yang memiliki lebih dari satu jenis usaha. Stargei yang di maksud penulis membahasakannya sebagai strategi “koneksi”.

Yang penulis maksudkan dengan strategi koneksi adalah, dalam berbisnis pedagang menghubungkan atau mengaitkan satu bisnis dengan bisnis yang lain melalui strategi utang. Utang memang lazim dalam dunia bisnis. Orang dengan pendapatan tetap (gaji) tentu memiliki peluang besar untuk mendapatkan fasilitas utang. Tetapi memberi utang dengan mengaitkan pembayaranya dengan usaha yang lain merupakan kekhususan bagi pedagang yang berbisnis sembako,

Page 25: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Jejaring dan Kewirausahaan

211

hasil-hasil perkebunan, seperi kelapa (kopra), kakao (cokelat), pala atau cengki.

Seperti bu Damis Pasuma, yang jalani bisnis sembako dan bisnis kopra, yang Ia lakukan adalah mengkoneksikan atau mengaitkan kedua usaha tersebut dengan memberikan fasilitas utang. Sebagai contoh, bu Damis akan lebih mudah memberikan fasilitas utang kepada konsumen yang memiliki hasil kopra, ketimbang yang tidak memiliki hasil kopra selain gaji.

Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa konsumen tersebut dapat mengutang bahan sembako atau material bangunan, dan akan dibayar melalui hasil kopra yang di jual kepada mereka. Di sinilah letak kemampuan mencipatak inkam, dengan menghubungkan suatu usaha dengan usaha yang lain.

Melalui cara tersebut, bu Damis tidak hanya berhasil menjual sembako, dalam harga yang tak tentu sama dengan harga tunai yakni cenderung di atas harga tunai, Ia juga mendapatkan keuntungan dari selisih dari pembelian kopra yang Ia beli di bawah dari harga pasaran pada umumnya. Contohnya minyak kelapa bimoli kemasan 5 Liter, dijual kontan seharga Rp 68.000, tetapi kalau di utang harganya menjadi Rp 70.000. Demikian juga dengan harga kopra, kalau harga pasaran 1 Kg seharga Rp 3000, petani yang mengutang pada bu Damis, kopranya tentu akan dijual kemereka dengan harga sedikit lebih rendah dari harga pasaran dapat saja dibeli 1 Kg seharga Rp 2700.

Cara inilah yang juga dilakukan oleh ibu Rohani dan suaminya, di samping transaksi tunai dan hutang kepada konsumen yang memiliki pendapatan tetap (gaji) dan hasil perkebunan, seperti kopra.

Dengan mengkoneksikan dua usaha atau lebih, seperti dilakukan oleh bu Damis dan ibu Rohani, melalui fasilitas utang, dalam amatan penulis dan pengakuan mereka berdua, dapat meningkatkan pendapatan melebihi penjualan tunai atau pemberian utang kepada mereka yang memiliki pendapatan tetap (gaji).

Itulah strategi yang dilakukan oleh masing-masing pedagang untuk meningkatkan pendapatan mereka. Mereka yang mampu

Page 26: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat

212

melakukan kombinasi usaha, menggandakan tempat usaha, serta mampu mengkoneksikan berbagai usaha, tentu akan mampu mencapai pendapatan yang tinggi disbanding rekan mereka yang bertahan pada satu usaha, satu tempat dan tidak melakukan menkoneksikan satu usaha dengan usaha lainya.

“Aset”, Jaminan Hari Tua Dan Peubah Status Sosial

Investasi Masa Depan Anak, Jaminan Hari Tua

Setiap orang tentu menginginkan hari depan yang cerah dan penuh kepastian. Tidak terkecuali para pedagang yang penulis wawancarai, mengutarakan hal yang sama. Memilih usaha dagang kecil di wilayah konflik bukan lah persoalan mudah, karena tidak kebanyakan orang mengambil resiko seperti itu. Hanya orang yang memiliki keberanian dan kesabaran lah yang dapat bertahan dalam menghadapi baik tekanan tuntutan rumah tangga, maupun lingkungan yang tidak stabil.

Sebagai suatu usaha informal, yang diidentik dengan keterbatasan, ketidak teraturan, dan profit yang rendah. Membuat sektor ini dipandang sebelah mata, tak jarang menjadi objek, sekaligus subjek yang banyak mengalami perlakuan tidak adil.

Seperti relokasi pedagang pasar Akediri ke pasar Akelamo, mereka yang menjadi target penertiban adalah para pedagang kecil yang tidak memiliki ijin usaha, dan modal terbatas sehingga tidak memiliki kemampuan untuk membeli lahan tempat usaha. Sebaliknya pedagang besar dapat bertahan di Akediri, karena mereka memiliki kemampuan ekonomi (uang) sehingga dapat membeli lahan dan mengurus ijin usaha.

Pada ranah ini, kemampuan ekonomi yang dimiliki pedagang menjadi barometer, dalam penentuan suatu kebijakan (Soegiojono S.Pieter, 2011:280). Persoalannya apakah benar mereka kecil dan tidak memiliki kemampuan untuk melakukan investasi jangka atau

Page 27: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Jejaring dan Kewirausahaan

213

tidak mampu mengakumulasi aset dan modal usaha?, inilah yang terabaikan dari amatan banyak orang, termasuk pengambil kebijakan.

Dengan strategi dan kemampuan meningkatkan pendapatan yang mereka terapkan membuat mereka berusaha untuk memiliki tempat usaha dan mengurus ijin usaha. Tidak hanya itu, untuk kepentingan jangka panjang terutama mempersiapkan kehidupan di hari tua, pra pedagang menginvestasi sebagian keuntungan usaha untuk kepentingan pendidikan anak-anak mereka.

Dengan tujuan bahwa, jika anak-anak mereka memiliki pendidikan yang tinggi, hal itu akan berdampak pada kepastian masa depan, dan jika hari depan anak-anaknya baik, kehidupan mereka kelak juga terjamin dibawa asuhan anak-anaknya.

Seperti om Yon Flory, Ia memiliki 2 anak perempuan. Anak yang tertua berpendidikan SMU dan telah menikah dengan seorang tentara. Sedangan anak bungsunya Ia berpendidikan tinggi di bidang keperawatan, dan kini telah bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah.

Bagi om Yon, saat ini Ia dan istrinya tetap menjalankan usaha, dan belum mau bergantung pada anak-anaknya, kelak jika mereka sudah tidak mampu menjalankan usaha dan beristirahat, tentu akan bergantung pada anak-anaknya, tetapi setidaknya mereka sudah mempunyai sumber pendapatan sendiri dan juga dapat meneruskan usaha orang tua mereka.

Seperti om Yon, bu Damis Pasuma juga melakukan hal yang sama, bagi mereka usaha yang mereka lakukan juga dalam kepentingan pendidikan anak-anak. Bagi mereka pendidikan memeliki peran penting, untuk hadi depan mereka. karena itu Ia dan istrinya betul-betul memperjuangkan pendidikan anak-anak mereka.

Dari 4 orang anak satu telah menempu pendidikan tinggi di Bantung dalam bidang teknik mesin. Jurusan ini dipilih sebagi persiapan untuk meneruskan usaha mereka di bidang angkut barang. Begitu juga satu anak lagi sudah tamat pendidikan SMU, dan mereka merencanakan untuk menyekolahkan dia ke salah satu perguruan tinggi di Jawa.

Page 28: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat

214

Bagi bu Damis berinvestasi pada pendidikan anak-anak, tidak hanya untuk hari depan mereka, tetapi memiliki keterkaitan dengan kelangsungan usaha mereka, tetapi bersamaan dengan itu mempersiapkan hari tua mereka.

Karena itu selain berinvestasi pada pendidikan anak-anak, mereka juga berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan usaha mereka dan mengakumulasi berbagai aset, sebagai modal dan jaminan usaha dan hari tua mereka.

Bercermin dari realita seperti ini, nampaknya para pedagang ini telah mendobrak anggapan skeptis, dan membuktikan bahwa pedagang sekelas mereka juga dapat memperbaiki tidak hanya usaha melainkan mempersiapkan hari depan mereka melalui anak-anaknya. Memiliki kemampuan meningkatkan usaha dan kepemilikan beberapa aset, baik melalui anak-anak maupun aset fisik lainya, merupakan cara mempersiapkan hari depan mereka.

Aset, Modal Dan Peubah Status Sosial

Umumnya orang dipandang mampu, atau orang ‘berada’ diukur dari apa yang ia miliki khususnya sesuatu yang kelihata aset tangible.

Sesuatu yang kelihatan dianggap sebagai manifestasi dari yang tidak kelihatan (uang). Jadi ketika orang memiliki rumah permanen lengkap dengan perabotan yang bermutu, mobil maupun motor, mereka dipandang sebagai orang berada.

Berangkat dari pedagang kecil, hingga bisa memiliki berbagai aset baik tangible maupun intangible bukanlah perkara mudah. Sebagai pedagang kecil yang identik dengan keterbatasan, ketidak teraturan itu, dan marjin yang kecil, merupakan sinisme yang ditempelkan kepada kelompok usaha informal ini.

Dengan itu bukan saja mereka berjuang untuk mencapai kemandirian ekonominya, melaikan mereka juga berjuang untuk menaikan harkat dirinya. Di sini yang dimaksudkan dengan aset tidak hanya terbatas pada aset fisik dan non fisik, melainkan mencakup mausia (anak-anak).

Page 29: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Jejaring dan Kewirausahaan

215

Para pedagang dalam berusaha tidak hanya berjuang untuk mengakumulasikan aset fisik (uang), maupun property dan lainya. Melainkan mereka juga memperjuangkan pendidikan anak-anaknya, untuk kepastian hari depan mereka. Di sinilah anak-anak diletakan sebagai aset mereka di kemudian hari. Jika anak-anak memiliki penghidupan yang baik, dan para orang tua dapat mewarisi usaha dan berbagai aset lainya, hal itu akan menjami hari tua mereka.

Dengan kepemilikan aset, baik fisik maupun non fisik, termasuk pendidikan dan pekerjaan yang dimiliki anak-anak, dalam pandangan umumnya para pedagang itu telah merobah status sosialnya. Kedudukan mereka dalam kelas sosial, dipandang sebagai orang yang berada.

Kesimpulan

Setelah membahas bagian-demi bagian temuan dalam penelitian ini, ditemukan beberapa fenomena menarik yang memungkinkan para pedagang mampu membangun dan menjalankan usaha, meskipun berawal dari konflik sebagai latar berusaha.

Perjuangan untuk memenuhi kebutuhan hidup, membawa mereka bersentuhan dengan pihak lain, sekalipun tidak seiman, namun kemitraan dapat terjalin. Pada titik ini konflik terlihat tidak mampu membatasi apalagi memutuskan hubungan persaudaraan sebagai manusia, yang memiliki ketergantungan dengan manusia lain tanpa mengenal agama, suku maupun budayanya.

Karena desakan ekonomi, masing-masing komunitas yang tersekat pada tembok keyakinan, berusaha untuk meretas penghalang tersebut. Hanya untuk menemukan kembali hubungan yang dulu perna ada, atau menemukan relasi yang baru untuk kelangsungan hidupnya.

Demikianlah jejaring kemudian memiliki peran penting dalam kelangsungan usaha dan upaya pemenuhan berbagai kebutuhan hidup. Kepercayaan yang dibangun dalam jejaring usaha, melampaui sekat-

Page 30: Bab Tujuh JEJARING DAN KEWIRAUSAHAANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5385/8/T2_092010007_BAB VII... · putri bungsunya telah memiliki pekerjaan sebagai perawat. Mempekerjakan

Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat

216

sekat doktrin agama yang memisahkan. Di dalam jejaring orang tidak mempersoalkan keyakinan, melainkan kepercayaan apakah kita dapat dipercaya atau mempercayai orang lain.

Walaupun dengan latar pendidikan yang berada pada level menengah ke bawah, namun hal itu tidak menyurutkan niat dan minat berusaha. Justru pengetahuan yang didapat dari pengalaman sebelumnya merupakan panduan dalam membangun dan menjalankan usaha. Didukung denga jejaring kemitraan yang baik, memungkinkan mereka bertahan dalam dunia usaha.

Kemitraan yang baik yang dilandasi rasa percaya, memungkinkan terjadi pertukaran ekonomi yang low cost. Social capital yang baik dalam lingkup relasi sosial, memungkinkan orang dapat menaikan derajat hidup dan status sosialnya.

Demikianlah kombinasi berbagai kapital-kapital yang di ramu dalam jaring kemitraan, dan dilandasi rasa percaya yang tinggi, seakan mengeser pertukaran ekonomi yang kaku, formalitis, dan padat modal, juga high cost.