BAB - SUAIDINMATH'S BLOG | Technology Based … · Web viewDengan demikian evaluasi bisa dilakukan...
Transcript of BAB - SUAIDINMATH'S BLOG | Technology Based … · Web viewDengan demikian evaluasi bisa dilakukan...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya manusia (SDM) yang bermutu adalah investasi masa depan.
SDM yang bermutu hanya dapat dihasilkan oleh pendidikan yang bermutu yang
dapat menghasilkan warga negara seutuhnya yang terdidik dan cerdas dan
merupakan aset yang menentukan eksistensi dan kemajuan bangsa dalam berbagai
dimensi kehidupan.
Pendidikan bermutu sangat ditentukan oleh pendidik yang bermutu yang
akan berperan sebagai agen pembelajaran dan pembaharuan untuk membudayakan
manusia dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Hakikat proses pendidikan adalah
bantuan pendidik kepada peserta didik dalam bentuk bimbingan, arahan,
pembelajaran, dan pelatihan yang dilakukan secara sadar dan terencana. Dengan
demikian, proses pengembangan manusia yang terdidik dan cerdas memerlukan
pendidik yang mampu mengembangkan potensi peserta didik melalui olah qolbu,
olah cipta/pikir, olah karsa, olah karya, olah rasa, dan olah raga. Semua ini
diperlukan guna meningkatkan kesadaran dan wawasan akan peran, hak, dan
kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menuju
terbentuknya masyarakat Pancasila yang madani dengan ciri penghargaan terhadap
hak asasi manusia, keekaan dalam kebinekaan bangsa, pelestarian lingkungan hidup,
dan kesetaraan gender.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab
I Pasal 1, ayat 5 dan ayat 6, menjelaskan bahwa Pendidik adalah tenaga kependidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara,
tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Sedangkan Tenaga
1
Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Kinerja pendidik dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik harus
dinilai secara adil dan proporsional. Penilaian tersebut berfungsi sebagai ukuran
untuk penjamin mutu, perbaikan dan peningkatan kinerja dan bentuk penghargaan
kepada guru atas pengabdiaannya dalam pendidikan.
Semua kegiatan pendidikan di sekolah tersebut di atas tidak terlepas dari
peran tenaga kependidikan. Tenaga kependidikan khususnya Kepala sekolahlah yang
mengontrol dan menentukan kebijakan-kebijakan yang dapat mempengaruhi
kegiatan pembelajaran dan pendidikan di sekolah. Untuk itu, disamping guru yang
berkualitas juga diperlukan kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya yang
berkualitas agar dapat memaksimalkan semua sumberdaya yang dimiliki sekolah agar
dapat bermanfaat bagi pengembangan sekolah.
Kinerja Pendidik dan Tenaga Kependidikan dapat diukur dari tiga aspek yaitu :
(a) perilaku dalam melaksanakan tugas yakni perilaku kepala sekolah pada saat
melaksanakan fungsi-fungsi manajerial, (b) cara melaksanakan tugas dalam mencapai
hasil kerja yang tercermin dalam komitmen dirinya sebagai refleksi dari kompetensi
kepribadian dan kompetensi sosial yang dimilikinya, dan (c) dari hasil pekerjaannya
yang tercermin dalam perubahan kinerja sekolah yang dipimpinnya.
Dengan latar belakang di atas, maka penilaian kinerja Pendidik dan Tenaga
Kependidikan merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian serius khususnya
oleh pengawas. Penilaian kinerja Pendidik dan Tenaga Kependidikan, merupakan
salah satu bagian kompetensi, yaitu kompetensi evaluasi pendidikan yang harus
dikuasai pengawas sekolah/madrasah. Dalam melakukan penilaian terhadap kinerja
Pendidik dan Tenaga Kependidikan, seorang pengawas seyogyanya memiliki
kemampuan untuk: (1) memahami ruang lingkup variabel yang hendak dinilai,
terutama kompetensi profesional guru, (2) memiliki standar dan/atau menyusun
instrumen penilaian, (3) melakukan pengumpulan dan analisis data, dan (4)
membuat judgement atau kesimpulan akhir.
2
Materi pendidikan dan latihan ini dirancang untuk membekali pengawas
untuk memahami dan melakukan penilaian terhadap kinerja Pendidik dan Tenaga
Kependidikan.
B. Dimensi Kompetensi
Dimensi kompetensi yang dilatihkan pada pendidikan dan latihan ini adalah “
Kompetensi Evaluasi Pendidikan”
C. Kompetensi Capaian
Setelah mengikuti pelatihan ini calon pengawas diharapkan dapat menilai kinerja
Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran/ bimbingan.
D. Indikator Capaian
Indikator pencapaian kompetensi melalui diklat ini adalah apabila calon
pengawas dapat:
1. Memahami konsep dasar penilaian kinerja.
2. Memahami kompetensi, peran dan kinerja pendidik.
3. Memahami tugas pokok kepala sekolah.
4. Menentukan tujuan dan aspek-aspek penilaian kinerja Pendidik dan Tenaga
Kependidikan.
5. Menyusun instrumen dan melaksanakan penilaian kinerja Pendidik dan
Tenaga Kependidikan.
6. Melakukan analisis data hasil penilaian kinerja.
7. Menyusun laporan dan merumuskan tindak lanjut hasil penilaian.
E. Alokasi Waktu
No. Materi Diklat Alokasi
1. Konsep Dasar Penilaian Kinerja
2. Kompetensi dan tugas Pendidik dan Tenaga Kependidikan
3
3 Jam
3. Aspek-aspek dan instrumen penilaian kinerja Pendidik dan Tenaga Kependidikan
4. Pelaksanaan penilaian dan analisis data hasil penilaian
kinerja Pendidik dan Tenaga Kependidikan
5. Penyusunan laporan dan tindak lanjut hasil penilaian
F. Skenario Diklat
Error: Reference source not found IntroductionIntroduction (Pendahuluan)
Pada tahap pengalaman pembelajaran ini, para instruktur menanamkan
pemahaman tentang isi dari materi kepada para peserta. Bagian ini berisi
penjelasan tujuan pelajaran/sesi dan apa yang akan dicapai-hasil selama
pelajaran/sesi tersebut. Introduction (pendahuluan) harus singkat dan
sederhana.
Error: Reference source not found ConnectionConnection (Menghubungkan)
Semua pengalaman pembelajaran yang baik perlu dimulai dari apa yang sudah
diketahui, dapat dilakukan oleh peserta, dan mengembangkannya. Pada tahap
connection dari pelajaran/sesi, instruktur berusaha menghubungkan bahan ajar
yang baru dengan sesuatu yang sudah dikenal para peserta dari pembelajaran
atau pengalaman sebelumnya. Anda dapat melakukan hal ini dengan
mengadakan latihan brainstorming yang sederhana untuk memahami apa yang
telah diketahui para peserta, dengan meminta mereka untuk memberitahu anda
apa yang mereka ingat dari pelajaran/sesi sebelumnya atau dengan
mengembangkan sebuah kegiatan yang dapat dilakukan peserta sendiri.
Sesudah itu, anda dapat menghubungkan para peserta dengan informasi baru.
Ini dapat dilakukan melalui presentasi atau penjelasan yang sederhana. Akan
tetapi, perlu diingat bahwa presentasi seharusnya tidak terlalu lama.
Error: Reference source not found ApplicationApplication (Penerapan)
Tahap ini adalah yang paling penting dari pelatihan. Setelah peserta
memperoleh informasi atau kecakapan baru melalui tahap connection, mereka
perlu diberi kesempatan untuk mempraktikkan dan menerapkan pengetahuan
4
dan kecakapan tersebut. Bagian application harus berlangsung paling lama dari
pelatihan di mana peserta bekerja sendiri, tidak dengan instruktur, secara
pasangan atau dalam kelompok untuk menyelesaikan kegiatan nyata atau
memecahkan masalah nyata menggunakan informasi dan kecakapan baru yang
telah mereka peroleh.
Error: Reference source not found ReflectionReflection (Refleksi)
Bagian ini merupakan ringkasan dari materi/sesi, peserta diberi kesempatan
untuk merefleksikan apa yang telah mereka pelajari. Tugas intruktur adalah
menilai sejauh mana keberhasilan pembelajaran. Kegiatan refleksi atau
ringkasan dapat melibatkan diskusi kelompok dimana instruktur meminta
peserta untuk melakukan presentasi atau menjelaskan apa yang telah mereka
pelajari. Mereka juga dapat melakukan kegiatan penulisan mandiri dimana
peserta menulis sebuah ringkasan dari hasil pembelajaran. Refleksi ini juga bisa
berbentuk kuis singkat dimana instruktur memberi pertanyaan berdasarkan isi
materi/sesi. Poin penting untuk diingat dalam refleksi adalah bahwa instruktur
perlu menyediakan kesempatan bagi para peserta untuk mengungkapkan apa
yang telah mereka pelajari.
Error: Reference source not found ExtendExtend (Memperluas)
Extension adalah kegiatan dimana fasilitator menyediakan kegiatan yang dapat
dilakukan peserta setelah sesi berakhir untuk memperkuat dan memperluas
pembelajaran. Kegiatan Extension dapat meliputi penyediaan bahan bacaan
tambahan, atau latihan.
BAB II
5
KONSEP DASAR PENILAIAN KINERJA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
A. Pengertian Kinerja
Pada hakekatnya kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh seseorang
dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya sesuai dengan standar dan kriteria
yang ditetapkan untuk pekerjaan itu (Rivai dan Basri, 2005). Dengan demikian, maka
kinerja seorang guru terkait erat dengan unjuk kerja atas hasil pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya yang diperoleh melalui evaluasi kinerja.
Kinerja adalah performance atau unjuk kerja. Kinerja dapat pula diartikan
prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja. (LAN, 1992). Victor H.
Vroom (dalam Hasibuan, 1996), dalam teori expectancynya bahwa dalam
menentukan kinerja pegawai dapat menggunakan rumusan sebagai berikut: P = f
(M x A) (P= performance, f = fungsi, M= motivasi, dan A= ability), artinya bahwa
Performance/kinerja adalah fungsi dari Motivasi dan Abilty/kemampuan.
Pola perumusan faktor-faktor tersebut di atas dimaksudkan bahwa kinerja
merupakan fungsi dari kemampuan dan motivasi. Faktor motivasi sendiri terdiri dari
komponen nilai-nilai, peralatan, dan harapan. Dengan kata lain, bahwa dengan pola
ini dapat diketahui bahwa guru yang tinggi motivasinya, tetapi kemampuannya
rendah akan menghasilkan kinerja rendah. Guru yang memiliki kemampuan tinggi,
tetapi motivasi rendah, kinerjanya juga akan rendah. Untuk menghasilkan kinerja
yang tinggi, maka motivasi dan kemampuan Guru harus tinggi. Dengan demikian
bahwa kinerja yang tinggi hanya dapat diperoleh dari guru yang memiliki motivasi
dan kemampuan/kompetensi yang tinggi.
Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam evaluasi kinerja adalah hal-hal
yang dapat mempengaruhi hasil kinerja. Buchari Zainun (1994) menyatakan bahwa
faktor yang mempengaruhi kinerja seorang pegawai berasal dari lingkungan luar
terdiri dari lima faktor utama, yaitu faktor sosial budaya, hukum, politik, ekonomi,
dan teknologi. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kinerja dari lingkungan dalam
yang kemudian menciptakan iklim organisasi terdiri dari beberapa faktor utama yaitu
faktor kebijakan dan filsafat manajemen/budaya organisasi, struktur tingkat
6
pengupahan dan penghargaan, serta gaya kepemimpinan. Sedangkan faktor yang
amat berpengaruh dalam diri pekerja adalah kemampuan dan motivasi. Jika hal
tersebut digambarkan akan seperti berikut:
Diagram Kinerja dilihat dari Lingkungan Luar dan Dalam
Selanjutnya menurut August W. Smith (dalam Noto Atmojo, 1992), Kinerja
adalah performance is output derives from processes, human otherwise, artinya
kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia. Jadi kinerja
merupakan suatu wujud perilaku seseorang atau organisasi dengan orientasi
prestasi. Kinerja seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: ability.
capacity, held, incentive, environment dan validity.
Untuk mengetahui kinerja seorang pegawai, maka setiap organisasi perlu
mengadakan evaluasi kinerja, sebab dengan kegiatan ini akan dapat diketahui sampai
sejauh mana tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada seorang pegawai
telah dilaksanakan.
7
Lingkungan LuarBudayaHukumPolitikEkonomiSosialTeknologi
Lingkungan Dalam (Iklim Organisasi)Kebijakan dan filsafat manajemen/budaya organisasiStruktur, tingkat, penghargaanKondisi sosialGaya kepemimpinan;Syarat-syarat kerja
Kelompok kerjaHakekat kerja
Ciri SeseorangKemampuan 2. Motivasi
Kinerja Pegawai
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kinerja
adalah unjuk kerja sebagai komponen organisasi sekolah dalam mencapai tujuan
organisasi yang dapat dipakai sebagai bahan informasi untuk pembuatan keputusan,
penghargaan, dan promosi yang tercermin melalui kualitas dan kuantitas pekerjaan,
dapat dipercaya, dapat diandalkan, inisiatif, adaptif, dan kooperatif.
B. Pengertian Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja atau performance assessment adalah suatu prosedur
penugasan kepada peserta didik guna mengumpulkan informasi sejauh mana siswa
telah belajar (Nitko, 1995). Penilaian kinerja adalah penilaian yang mengharuskan
peserta didik untuk mempertunjukkan kinerja, bukan menjawab atau memilih
sederetan kemungkinan jawaban yang sudah tersedia (Asmawi, 2001). Dengan
demikian penilaian kinerja menghendaki peserta didik untuk mengerjakan suatu
tugas atau menciptakan respon tersendiri, misalnya Penilaian kinerja dalam menulis
menghendaki peserta didik untuk menulis secara aktual
(http://www.intranet.cps.k12.il.us/ universal/legal /defas.htm).
Penilaian kinerja adalah suatu pendekatan dalam mengukur status peserta
cara menyuruh untuk melengkapi tugas-tugas tertentu. Tiga ciri yang harus dimiliki
tugas tersebut adalah: 1) kriteria ganda, 2) penetapan standar kualitas, dan 3)
pertimbangan nilai. Kriteria ganda adalah keseluruhan aspek yang harus
diperhitungkan dengan menggunakan lebih dari satu kriteria. Penentuan standar
kualitas dilakukan dengan cara setiap kriteria kemampuan yang akan diukur harus
diperjelas agar memudahkan dalam mengukur kualitas yang dimaksud. Sedangkan
pertimbangan nilai dalam Penilaian kinerja dimaksudkan, bahwa penilaian murni
tergantung pada pertimbangan manusia dalam menentukan kemampuan peserta
didik.
Suatu penilaian kinerja mencakup dua bagian, yaitu: tugas itu sendiri dan
perangkat kriteria untuk menilai kinerja yang dikenal dengan rubrik. Penilaian kinerja
diwujudkan berdasarkan empat asumsi pokok, yaitu (1) Penilaian kinerja didasarkan
pada partisipasi aktif peserta didik (2) tugas-tugas yang dikerjakan siswa merupakan
8
bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan proses pembelajaran, (3) Penilaian
tidak hanya mengetahui posisi peserta didik pada saat tertentu, tetapi juga
untuk memperbaiki proses pembelajaran, (4) menetapkan kriteria yang akan
digunakan untuk menilai keberhasilan proses pembelajaran, sehingga siswa secara
aktif berupaya mencapai tujuan pembelajaran.
Tugas kinerja (perfomance Task) adalah sebuah penilaian terhadap aktivitas
yang menghendaki sesorang menampilkan prestasinya dari sebuah tugas yang
diberikan; misalnya tugas mengajar, membimbig, dan melatih yang dikerjakan di
dalam aktivitas kelompok atau individual. Sedangkan Rubrik penskoran (rubrics for
skoring) adalah seperangkat pedoman yang digunakan untuk menilai kualitas
penampilan peserta didik. Kegunaan dari rubrik adalah untuk memberikan penuntun
bagi penilai dan untuk menjamin penggunaannya secara konsisten. Sebuah rubrik
penskoran adalah sehimpunan aturan yang koheren yang digunakan untuk menilai
kualitas kinerja seseorang. Aturan-aturan tersebut dapat berbentuk skala penilaian
(rating scale), atau daftar cek (checklist). Skala yang digunakan memuat angka-angka,
1 - 5, yang menunjukkan kualitas hasil belajar, angka 5 menunjukkan skor paling
tinggi. Rubrik penskoran, meliputi dua aspek dari kinerja, yaitu; prosedur bersifat
hasil dan proses yang siswa gunakan untuk menyelesaikan hasil. Agar efektif
menggunakan hasil Penilaian kinerja ini, harus diberikan judge tentang kualitas
kinerja tersebut.
Evaluasi kinerja menurut Mondey (1993), pada hakekatnya adalah sebuah
sistem evaluasi formal yang dilaksanakan secara berkala untuk mengetahui kinerja
para anggota organisasi (a formal system of periodic review and evaluation of an
individual’s job performance). Senada dengan pendapat di atas, Burhanudin (1995)
menyatakan bahwa “penilaian pelaksanaan pekerjaan adalah suatu proses evaluasi
yang dilakukan organisasi untuk menilai kinerja personalianya. Dengan demikian,
maka untuk mengetahui kinerja seseorang secara baik dan benar perlu dilakukan
dengan melaksanakan evaluasi kinerja.
Penilaian terhadap kinerja anggota organisasi menurut William B. Wether
(1996) merupakan sebuah proses dimana organisasi mengadakan evaluasi terhadap
9
kinerja masing-masing anggotanya bukan ditujukan kepada tim. Bila hasil evaluasi
dimaksud ternyata menunjukkan hasil kinerja anggota organisasi baik berarti semua
anggota organisasi mendapatkan keuntungan dari kinerja tersebut dan akan
memberikan kontribusi positif dalam pencapaian strategi organisasi.
Melengkapi hal tersebut di atas, menurut John Ivancevich (1996) bahwa
maksud yang paling mendasar diadakannya evaluasi kinerja adalah untuk
memperoleh informasi tentang kinerja seorang pegawai yang akan digunakan
sebagai dasar dalam menentukan imbalan, promosi, mutasi, identifikasi pegawai
yang memiliki potensi tinggi, penetapan prosedur seleksi pegawai, sebagai sarana
evaluasi training yang telah dilaksanakan, sarana pengembangan kinerja pegawai,
pengembangan cara mengatasi hambatan terutama hambatan kinerja, identifikasi
keperluan training dan pengembangan pegawai, untuk melanjutkan kesepakatan
supervisor dan pegawai dalam pencapaian kinerja yang diharapkan.
Khusus pendidik yang berkualifikasi sebagai guru, kinerja guru dapat dilihat
dan diukur berdasarkan kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru.
Dalam hal ini kriteria kompetensi dapat dijabarkan dari Permen No. 16 Tahun 2007
Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
C. Pengertian Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Ruang lingkup Pendidik dan Tenaga Kependidikan mengacu kepada Standar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang telah disusun oleh BSNP. Ruang lingkup
Pendidik meliputi tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain
yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan. Kompetensi Pendidik sebagai agen pembelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial. Pembahasan materi pada pelatihan ini difokuskan pada pendidik
yang berkualifikasi sebagai guru yang akan menjadi mitra dan binaan para pengawas.
Sedangkan ruang lingkup atau sebutan Tenaga Kependidikan meliputi: Sekurang-
10
kurangnya terdiri atas penilik, kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga
perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah.
Selanjutnya materi pada pelatihan ini difokuskan pada tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai Kepala Sekolah yang akan menjadi mitra dan binaan para
pengawas. Kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi dikembangkan oleh BSNP dan
ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
BAB III
PENILAIAN KINERJA PENDIDIK
11
A. Kompetensi Pendidik
Kompetensi diartikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan (Pasal 1 ayat 10 UU RI No. 14 Tahun 2005).
Senada dengan hal tersebut, E. Mulyasa menulis bahwa kompetensi merupakan
perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari 4
kompetensi utama, yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kepribadian, (3) sosial, dan
(4) profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:
1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
2) pemahaman terhadap peserta didik;
3) pengembangan kurikulum/silabus;
4) perancangan pembelajaran;
5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
6) pemanfaatan teknologi pembelajaran;
7) evaluasi hasil belajar; dan
8) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
Berdasarkan Permen Diknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, maka aspek-aspek pedagogik yang dapat diamati
adalah:
12
(a) Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional dan intelektual.
(b) Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
(c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang
diampu.
(d) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
(e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
(f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki.
(g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
(h) Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar,
(i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
(j) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Implementasi kompetensi pedagogik antara lain diperlihatkan oleh guru
melalui kegiatan.
1) Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran
Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang
berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan guru
dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru, yaitu mengembangkan silabus dan rencana pe-
laksanaan pembelajaran (RPP).
2) Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang
ditandai oleh adanya kegiatan penciptaan suasana kelas, penggunaan media dan
sumber belajar, penggunaan metode serta strategi pembejaran, dan penggunaan
keterampilan mengajar.
(a) Penciptaan Suasana Kelas
13
Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna mewujudkan
proses pembelajaran yang (2 I + 3M = inovatif, inspiratif, menenangkan,
menantang, dan memotivasi) adalah tuntutan bagi seorang guru dalam
pengelolaan kelas. Kemampuan guru dalam memupuk kerjasama dan disiplin
siswa dapat diketahui melalui pelaksanaan piket kebersihan, ketepatan waktu
masuk dan keluar kelas, melakukan absensi setiap akan memulai proses
pembelajaran, dan melakukan pengaturan tempat duduk siswa dan
menciptakan suasana kelas yang dapat menfasilitasi timbulnya partisipasi
aktif siswa.
(b) Penggunaan Media dan Sumber Belajar
Kemampuan lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran yang perIu dikuasai
guru di samping pengelolaan kelas adalah menggunakan media dan sumber
belajar.
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
(materi pembelajaran), merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses pembelajaran. (R. Ibra-
him dan Nana Syaodih S., 1993: 78).
Sedangkan yang dimaksud dengan sumber belajar adalah buku pedoman.
Kemampuan menguasai sumber belajar di samping mengerti dan memahami
buku teks, seorang guru juga harus berusaha mencari dan membaca buku-bu-
ku/sumber-sumber lain yang relevan guna meningkatkan kemampuan teruta-
ma untuk keperluan perluasan dan pendalaman materi, dan pengayaan
dalam proses pembelajaran.
Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya
menggunakan media yang sudah tersedia seperti media cetak, media audio,
dan media audio visual. Tetapi kemampuan guru di sini lebih ditekankan pada
penggunaan objek nyata yang ada di sekitar sekolahnya.
Di sekolah guru dapat memanfaatkan media yang sudah ada (by utilization)
seperti globe, peta, gambar dan sebagainya, atau guru dapat mendesain
media untuk kepentingan pembelajaran (by design) seperti membuat media
14
foto, film, pembelajaran berbasis komputer, dan sebagainya.
(c) Penggunaan Metode Pembelajaran
Guru diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran
sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Menurut R. Ibrahim dan Nana
S. Sukmadinata (1993: 74) "Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan
dan kelemahan dilihat dari berbagai sudut, namun yang penting bagi guru
metode manapun yang digunakan harus jelas tujuan yang akan dicapai".
Karena siswa memiliki interes yang sangat heterogen idealnya seorang guru
harus mampu memvariasikan penggunaan metode pembelajaran di dalam
kelas seperti metode ceramah dipadukan dengan tanya jawab dan penugasan
atau metode diskusi dengan pemberian tugas dan seterusnya. Hal ini
dimaksudkan untuk menjembatani kebutuhan siswa, dan menghindari
terjadinya kejenuhan yang dialami siswa.
(d) Keterampilan Mengajar
Keterampilan Bertanya (Questioning skills)
Dalam proses pembelajaran, bertanya memainkan peranan penting, hal ini
dikarenakan pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik melontarkan
pertanyaan yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa,
yaitu: (a) Meningkatkan pastisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, (b)
Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu masalah
yang sedang dibicarakan, (c) Mengembangkan pola fikir dan cara belajar aktif
dari siswa, karena pada hakikatnya berpikir itu sendiri sesungguhnya adalah
bertanya, (d) Menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik
akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik, dan (e)
Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.
Uzer Usman (1992: 67) memberi cara mengajukan pertanyaan yang baik
adalah:
- Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa.
- Berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan.
- Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu.
15
- Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir sebelum menjawab
pertanyaan.
- Berikan pertanyaan kepada seluruh siswa secara merata.
- Berikan respon yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian
siswa untuk menjawab dan bertanya.
- Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan sendiri
jawaban yang benar.
Keterampilan Memberi Penguatan (Reinforcement Skills)
Penguatan adalah segala bentuk respon apakah bersifat verbal (diung kapkan
dengan kata-kata langsung seperti: bagus, pintar, ya, betul, tepat sekali, dan
sebagainya), maupun nonverbal (biasanya dilakukan dengan gerak, isyarat,
pendekatan, dan sebagainya) merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku
guru terhadap tingkah laku siswa yang bertujuan untuk memberikan
informasi atau umpan balik (feedback) bagi siswa atas perbuatannya sebagai
suatu tindak dorongan atau koreksi.
Reinforcement dapat berarti juga respon terhadap suatu tingkah laku yang
dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku
tersebut. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk memberikan penghargaan
atau membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam
interaksi pembelajaran.
Ada 4 cara dalam memberikan penguatan (reinforcement) yaitu:
- Penguatan kepada pribadi tertentu. Penguatan harus jelas kepada siapa
ditujukan, yaitu dengan cara menyebutkan namanya, sebab bila tidak jelas
akan tidak efektif.
- Penguatan kepada kelompok siswa, yaitu dengan memberikan penghargaan
kepada kelompok siswa yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
- Pemberian penguatan dengan cara segera. Penguatan seharusnya diberikan
sesegera mungkin setelah muncul tingkah laku/respon siswa yang di-
harapkan. Penguatan yang ditunda cenderung kurang efektif.
16
- Variasi dalam penggunaan. Jenis penguatan yang diberikan hendaknya
bervariasi, tidak terbatas pada satu jenis saja karena akan menimbulkan
kebosanan, dan lama kelamaan akan kurang efektif.
Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi
pembelajaran yang ditujukan untuk mengatasi kejenuhan siswa, sehingga
dalam situasi belajar mengajar, siswa menunjukkan ketekunan, antusiasme
serta penuh partisipasi.
Ada tiga prinsip penggunaan variation skills yang perlu diperhatikan guru
yaitu:
- Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan
dengan tujuan yang hendak dicapai.
- Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga ti-
dak akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu kegiatan pem-
belajaran.
- Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Keterampilan Menjelaskan (Explaining skills)
Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran adalah penyajian informasi
secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya
hubungan yang satu dengan lainnya, misalnya sebab dan akibat. Pe-
nyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urut-
an yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.
Pemberian penjelasan merupakan aspek yang sangat penting dari kegiatan
guru dalam berinteraksi dengan siswa di dalam kelas.
Tujuan pemberian penjelasan dalam pembelajaran adalah: (l) membimbing
siswa untuk dapat memahami konsep, hukum, dalil, fakta, dan prinsip secara
objektif dan bernalar; (2) melibatkan siswa untuk berfikir dengan me-
mecahkan masalah-masalah atau pertanyaan; (3) mendapatkan balikan dari
17
siswa mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpaham-
an siswa; dan (4) membimbing siswa untuk menghayati dan mendapat proses
penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam memecahkan masalah.
Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan
memperhatikan hal-hal berikut ini:
Kejelasan. Penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti oleh siswa, hindari penggunaan kata yang tidak
perlu.
Penggunaan Contoh dan Ilustrasi. Memberikan penjelasan sebaiknya
menggunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang
dapat ditemui oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual).
Pemberian Tekanan. Dalam memberikan penjelasan guru harus memu-
satkan perhatian siswa kepada masalah/topik utama dan mengurangi infor-
masi yang tidak terIalu penting.
Penggunaan Balikan. Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menunjukkan pemahaman, keraguan, atau ketidakmengertian
siswa dari penjelasan guru.
Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Membuka pelajaran (set induction) adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan
oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra-kondisi bagi
siswa agar mental maupun perhatiannya terpusat pada apa yang akan
dipelajarinya, sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif
terhadap kegiatan belajar.
Menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk
mengakhiri kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh sis-
wa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam
proses pembelajaran.
18
Komponen membuka dan menutup pelajaran sebagaimana dijelaskan M. Uzer
Usman (1992: 85) adalah sebagai berikut:
(a) Membuka Pelajaran
Membuka Pelajaran, komponennya meliputi:
Memberikan apersepsi (memberikan kaitan antara materi sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari) sehingga materi yang dipelajari
merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak terpisah-pisah.
Menarik perhatian siswa. Gaya mengajar, penggunaan media pembe-
lajaran atau pola interaksi yang bervariasi.
Menimbulkan motivasi, disertasi kehangatan dan keantusiasan, me-
nimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan dan
memperhatikan minat atau interest siswa.
Memberi acuan melalui berbagai usaha, seperti mengemukakan tujuan
pembelajaran dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah
yang akan dilakukan, mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
dan mengajukan beberapa pertanyaan.
(b) Menutup Pelajaran.
Dalam menutup pelajaran, cara yang harus dilakukan guru adalah:
Meninjau kembali penguasaan materi pokok dengan merangkum
atau menyimpulkan hasil pembelajaran.
Melakukan evaluasi. Bentuk evaluasi yang dilakukan oleh guru antara
lain adalah mendemonstrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide
baru pada situasi lain, mengeksplorasi pendapat siswa sendiri dan
memberikan soal-soal tertulis.
Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan
sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai
pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan dan pemecahan masa-
lah. Siswa berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil di bawah bimbingan
19
guru atau temannya untuk berbagi informasi, pemecahan masalah atau pe-
ngambilan keputusan.
Komponen-komponen yang perlu dikuasai guru dalam membimbing diskusi
kelompok yaitu:
Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi, dengan cara
merumuskan tujuan dan topik yang akan dibahas pada awal diskusi,
kemukakan masalah-masalah khusus, catat perubahan atau
penyimpangan diskusi dari tujuan dan merangkum hasil diskusi.
Memperjelas masalah, untuk menghindari kesalahpahaman dalam
memimpin diskusi seorang guru perlu memperjelas atau menguraikan
permasalahan, meminta komentar siswa, dan menguraikan gagasan siswa
dengan memberikan informasi tambahan agar kelompok peserta diskusi
memperoleh pengertian yang lebih jelas.
Menganalisis pandangan siswa. Adanya perbedaan pendapat dalam disku-
si, menuntut seorang guru harus mampu menganalisis dengan cara mem-
perjelas hal-hal yang disepakati dan hal-hal yang perlu disepakati di sam-
ping meneliti apakah suatu alasan mempunyai dasar yang kuat.
Meningkatkan urunan siswa, yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang menantang, memberikan contoh dengan tepat, dan memberikan
waktu untuk berpikir dan memberikan urun pendapat siswa dengan
penuh perhatian.
Memberikan kesempatan untuk berpartisipasi, dilakukan dengan cara
memancing pertanyaan siswa yang enggan berpartisipasi, memberikan
kesempatan pada siswa yang belum bertanya (diam) terlebih dahulu,
mencegah monopoli pembicaraan, dan mendorong siswa untuk
berkomentar terhadap pertanyaan temannya.
Menutup diskusi, yaitu membuat rangkuman hasil diskusi, menindaklan-
juti hasil diskusi dan mengajak siswa untuk menilai proses maupun hasil
diskusi.
Hal-hal yang perlu dihindari yaitu mendominasi/monopoli pembicaraan
20
dalam diskusi, membiarkan terjadinya penyimpangan dalam diskusi.
Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses pembelajaran, seperti penghentian perilaku siswa
yang memindahkan perhatian kelas, memberikan ganjaran bagi siswa yang
tepat waktu dalam menyelesaikan tugas atau penetapan norma kelompok
yang produktif.
Komponen-komponen dalam mengelola kelas adalah sebagai berikut:
Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan
kondisi belajar yang optimal, seperti menunjukkan sikap tanggap, mem-
berikan perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petun-
juk yang jelas, menegur bila siswa melakukan tindakan menyimpang,
memberikan penguatan (reinforcement).
Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar
yang optimal, yaitu berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan sis-
wa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat melakukan tinda-
kan remidial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Guru
dapat menggunakan strategi:
Di samping dua jenis keterampilan di atas, hal lain yang perlu diperha-
tikan oleh guru dalam pengelolaan kelas adalah menghindari campur
tangan yang berlebihan, menghentikan penjelasan tanpa alasan,
ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan, penyimpangan, dan
sikap yang terlalu membingungkan.
Keterampilan Pembelajaran Perseorangan
Pembelajaran ini terjadi bila jumlah siswa yang dihadapi oleh guru terbatas
yaitu antara 3-6 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perse-
orangan.
21
Hakikat pembelajaran perseorangan adalah:
Terjadinya hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan juga
siswa dengan siswa.
Siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing.
Siswa mendapat bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhannya.
Siswa dilibatkan dalam perencanaan kegiatan pembelajaran.
Peran guru dalam pembelajaran perseorangan ini adalah sebagai organisator,
narasumber, motivator, fasilitator, konselor dan sekaligus sebagai peserta
kegiatan.
Komponen-komponen yang pertu dikuasai guru berkenaan dengan
pembelajaran perseorangan ini adalah:
Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi.
Keterampilan mengorganisasi.
Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar, yaitu memungkin-
kan guru membantu siswa untuk maju tanpa mengalami frustasi. Hal ini
dapat dicapai bagi guru yang memiliki keterampilan dalam memberikan
penguatan dan mengembangkan supervisi.
Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran,
mencakup membantu siswa menetapkan tujuan dan menstimulasi siswa
untuk mencapai tujuan tersebut, merencanakan kegiatan pembelajaran
bersama siswa yang mencakup kriteria keberhasilan, langkah-langkah ke-
giatan pembelajaran, waktu serta kondisi belajar, bertindak sebagai
supervisor dan membantu siswa menilai pencapaiannya sendiri.
3) Evaluasi/Penilaian Pembelajaran
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk
mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses
pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut
memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi,
penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi.
22
Pendekatan atau cara yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian hasil
belajar adalah melalui Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan
Patokan (PAP). Kemampuan lainnya yang perlu dikuasai guru pada kegiatan
evaluasi penilaian hasil belajar adalah menyusun alat evaluasi. Alat evaluasi
meliputi: tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Seorang guru dapat
menentukan alat tes tersebut sesuai dengan materi yang disampaikan. Di
samping pendekatan penilaian dan penyusunan alat-alat tes, hal lain yang harus
diperhatikan guru adalah pengolahan dan penggunaan hasil belajar. Ada dua hal
yang perlu diperhatikan dalam penggunaan hasil belajar, yaitu: (1) Jika bagian-
bagian tertentu dari materi pelajaran yang tidak dipahami oleh sebagian kecil
siswa atau belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM), maka dapat
memberikan kegiatan remidial bagi siswa-siswa yang bersangkutan, dan (2) Siswa
yang telah mencapai atau melampaui KKM dapat diberi materi pengayaan.
2. Kompetensi Kepribadian
Kepribadian merupakan aspek penting yang harus dimiliki oleh guru sebagai
pendidik. Tugas utama seorang guru tidak hanya mengajar tetapi juga harus
mentransfer nilai-nilai kepribadian kepada peserta didik. Ungkapan bahwa “guru
harus digugu dan ditiru” mengandung makna bahwa agar guru dapat
menginternalisasi nilai-nilai kepada peserta didik maka terlebih dahulu ia harus
memiliki keteladanan yang dapat ditiru.
Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki guru sebagai pendidik sekurang-
kurangnya mencakup kepribadian yaitu: beriman dan bertakwa,berakhlak mulia, arif
dan bijaksana, demokratis, mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif,
menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara obyektif mengevaluasi
kinerja sendiri, danmengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
Berdasarkan Permen Diknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, maka aspek-aspek kepribadian yang dapat diamati
adalah:
(1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
23
nasional Indonesia.
(2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat.
(3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa.
(4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri.
(5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
3. Kompetensi Sosial
Guru adalah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Oleh karena itu
untuk kepentingan pendidikan dan pembelajaran, guru harus membangun
komunikasi yang efektif kepada warga sekolah, orang tua dan masyarakat. Untuk
mencapai tujuan pembelajaran, guru perlu menciptakan iklim yang saling terbuka
antara peserta didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:
(1) berkomunikasi lisan, tulisan, dan/atau isyarat secara santun;
(2) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional;
(3) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orangtua/wali peserta didik;
(4) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan
norma serta sistem nilai yang berlaku; dan
(5) menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat
kebersamaan.
Berdasarkan Permen Diknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, maka aspek-aspek sosial yang dapat diamati adalah:
Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis
kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial
24
ekonomi.
Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang
memiliki keragaman sosial budaya.
Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan
dan tulisan atau bentuk lain.
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional adalah kompetensi yang berkenaan dengan bidang
ilmu atau subtansi keilmuan dari mata pelajaran yang diampu oleh guru. Kompetensi
ini meliputi penguasaan seorang guru tentang materi, struktur, konsep, dan pola
pikir keilmuan yang mendasari mata pelajaran yang diampu.
Kompetensi profesional menuntut seorang guru sebagai pendidik mampu
menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran sesuai
kebenaran hirarki konsep, pola pikir kelimuan, dan karakteristik mata pelajaran. Hal
ini berarti bahwa guru di dalam menyampaikan materi pelajaran harus berdasarkan
konsep yang akurat dan benar sesuai urutan, keluasan, kedalaman, dan pola pikir
keilmuan yang mendasari mata pelajaran yang diampu.
Dengan demikian, kompetensi profesional merupakan kemampuan guru
dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu, teknologi, dan/atau seni yang
diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:
(1) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar isi program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan
diampu; dan
(2) konsep-konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan,
yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan
diampu.
Mengacu pada Permen Diknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
25
Akademik dan Kompetensi Guru, maka aspek-aspek profesional yang dapat diamati
adalah:
Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
Menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran yang
diampu.
Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.
B. Tugas Pokok Pendidik
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentan Guru dan Dosen menegaskan
bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Selanjutnya pada penjelasan pasal 4 UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen menyebutkan bahwa guru dapat berperan sebagai agen
pembelajaran, fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan
pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.
Secara rinci tugas dan peranan guru di sekolah antara lain:
1. Guru melakukan Diagnosa Perilaku Awal Siswa.
Guru dituntut untuk mengenal lebih dekat dan memahami karakteristi
kepribadian siswa. Untuk itu guru perlu melakukan diagnosa terhadap prilaku awal
siswa. Data hasil dari diagnosa ini digunakan oleh guru untuk memetakan
karakteristik individual peserta didik. Hasil pemetaan ini selanjutnya digunakan untuk
memilih strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran. Dengan diagnosa prilaku
awal peserta didik diharapkan guru dapat mengetahui kondisi peserta didik sehingga
mempermudah memberikan materi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat,
dan bakat siswa.
26
2. Guru membuat Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Mengacu pada Standat Proses, guru harus membuat perencanaan proses
pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD),
indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu,
metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber
belajar.
Perencanaan proses pembelajaran tersebut selanjutnya menjadi acuan dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Hal tersebut dilakukan dengan
harapan dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang bermakna dan berorientasi
pada tujuan yang ditetapkan.
c. Guru Mengelolah dan Melaksanakan Proses Pembelajaran
Dalam melaksanakan proses pembelajaran guru sebagai pengelola kelas
(learning managers) hendaknya mampu mengelola kelas, karena kelas merupakan
lingkungan belajar serta merupakan suatu aspek dari lingkungan sekolah yang perlu
diorganisasi.
Lingkungan harus diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan pembelajaran
terarah kepada tujuan yang telah ditetapkan. Lingkungan pmbelajaran yang kondusif
adalah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan
rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
Tujuan umum mengelola kelas adalah menyediakan dan menggunakan
fasilitas kelas agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar,
menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar serta
membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Salah satu manajemen kelas yang baik ialah menyediakan kesempatan bagi
siswa sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungan kepada guru, sehingga
mereka mampu membimbing kegiatan sendiri. Siswa harus belajar melakukan self
control dan self activity melalui proses bertahap. Sebagai manajer lingkungan belajar,
27
guru harus mampu mempergunakan pengetahuan tentang teori belajar mengajar
dan teori perkembangan sehingga memungkinkan untuk menciptakan situasi belajar
mengajar yang menimbulkan kegiatan belajar pada siswa akan mudah dilaksanakan
dan sekaligus memudahkan pencapaian tujuan yang diharapkan.
Mengacu kepada Permen No. 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses,
pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
1) Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran
yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian
peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
2) Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan
pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini
dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.
3) Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas
pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan,
penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
d. Guru sebagai Pelaksana Administrasi Sekolah
Uzer Usman (1999: 12) mengungkapkan peran guru sebagai administrator
adalah sebagai berikut: (a) pengambil inisiatif, pengarah dan penilai kegiatan-
kegiatan pendidikan, (b) wakil masyarakat yang berati dalam lingkungan sekolah
guru menjadi anggota suatu masyarakat, (c) orang yang ahli dalam suatu mata
pelajaran, (d) penegak disiplin, (e) pelaksana administrasi pendidikan, (f) pemimpin
generasi muda, karena ditangan gurulah nasib suatu generasi dimasa mendatang,
28
dan (g) penyampai informasi kepada masyarakat tentang perkembangan kemajuan
dunia.
e. Guru sebagai Kornunikator, Mediataor dan Fasilitator
Peran guru dalam kegiatan ini menyangkut proses penyampaian informasi
baik kepada dirinya sendiri, kepada anak didik, kepada atasan, kepada orang tua
murid maupun kepada masyarakat pada umumnya. Komunikasi pada diri sendiri
menyangkut upaya introspeksi agar setiap langkah dan geraknya tidak menyalahi
kode etik guru baik sebagai pendidik maupun sebagai pengajar. Komunikasi yang
edukatif pada peserta didik akan mampu menciptakan hubungan, kepada atasan,
orang tua, dan masyarakat ditempatkan dalam kerangka mencapai tujuan pendidikan
dan pembelajaran.
Sebagai mediator guru juga menjadi perantara dalam hubungan antar warga
sekolah dan menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif. Dalam
hal ini ada tiga macam kegiatan yang dapat dilakukan guru, yaitu mendorong
berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik, mengembangkan gaya interaksi
pribadi, dan menambah hubungan positif dengan siswa.
Sebagai fasilitator, dalam arti menfasilitasi lingkungan belajar yang kondusif
untuk berlangsungnya proses pembelajaran. Karena itu guru hendaknya mampu
mengusahakan sumber belajar yang dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses
belajar mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, jurnal majalah, ataupun
media elektronik.
f. Guru Mampu Mengembangkan Keterampilan Diri
Mengembangkan keterampilan diri merupakan suatu tuntutan bahwa setiap
guru tidak hanya mengembangkan keterampilan pribadinya dengan terus mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga
mengembangkan/memelihara kepribadian yang mantap, mandiri sehingga dapat
memberi suri tauladan kepada peserta didik.
g. Guru Mampu Mengembangkan Potensi Peserta Didik
29
Peserta didik memiliki posisi sentral dalam proses pendidikan. Oleh karena itu
guru harus dapat mengembangkan kompetensi peserta didik sesuai potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan. Dalam hal ini guru harus mengembangkan pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik.
h. Guru sebagai Evaluator
Penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan
itu tercapai atau tidak, apakah materi yang diajarkan sudah dikuasai atau belum oleh
siswa, dan apakah metode yang digunakan sudah cukup tepat. Informasi yang
diperoleh melalui penilaian ini merupakan umpan balik terhadap proses belajar
mengajar, di mana umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan penilaian guru dapat
mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran,
serta ketepatan metode mengajar, mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau
kelompoknya, menetapkan apakah seorang siswa termasuk dalam kelompok siswa
pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya, jika dibandingkan dengan
teman-temannya.
Dengan menelaah pencapaian tujuan mengajar, guru dapat mengetahui
apakah proses belajar mengajar yang dilakukan cukup efektif, cukup memberikan
hasil yang baik dan memuaskan, atau sebaliknya. Oleh karena itu guru harus
memiliki kompetensi sebagai evaluator dalam arti mampu dan terampil dalam
melaksanakan penilaian dengan baik dan benar.
C. Aspek-Aspek Penilaian Kinerja Guru
Sebagaimana telah dibahas pada Bab II, bahwa kinerja guru dapat diukur
berdasarkan standar kompetensi guru. Dalam hal ini indikator kinerja guru dapat
dijabarkan dari Permen No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru yang menjelaskan secara utuh dari 4 kompetensi utama,
yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kepribadian, (3) sosial, dan (4) profesional.
30
Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
Indikator penilaian kinerja guru berkaitan dengan kompetensi utama guru
secara rinci disajikan sebagai berikut.
1. Aspek yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik
Komponen dan Indikator yang berkaitan kompetensi pedagogik, sehubungan
penilaian kinerja guru terdiri atas dua hal, yaitu: (1) kinerja dalam membuat
perencanaan pembelajaran, dan (2) kinerja dalam melaksanakan proses
pembelajaran di kelas. Rincian komponen dan indikator kedua hal tersebut berturut-
turut disajikan pada tabel berikut.
Indikator penilaian kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran dijabarkan
dari dokumen perangkat pembelajaran yang harus dipersiapkan guru sebelum
melaksanakan pembelajaran.
Tabel 3.1. Aspek Penilaian Kinerja Guru: Rencana PelajaranTabel 3.1. Aspek Penilaian Kinerja Guru: Rencana Pelajaran
NO. Aspek/Indikator yang Dinilai
A Tujuan Pembelajaran1. Kejelasan Tujuan Pembelajaran2. Ruang Lingkup3. Kejelasan urutan tujuan pembelajaran4. Kesesuaian dengan Kompetensi DasarB Pemilihan materi ajar 1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran2. Kesesuaian dengan karakteristik siswaC Pengorganisasian materi ajar1. Alur dan pengaturan materi2. Ketepatan waktuD Pilihan Materi/Media Pembelajaran1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran2. Kesesuaian dengan bahan pelajaran3. Kesesuaian dengan karakteristik siswaE Kejelasan skenario pembelajaran1 Langkah-langkah proses pembelajaran 2. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran3. Kesesuaian dengan bahan pelajaran4. Kesesuaian dengan karakteristik siswa
31
F Kerincian skenario pembelajaran1. Kerincian kegiatan pengajaran dan pembelajaran 2. Kesesuaian waktu yang diberikan dengan tahapan pelajaranG Evaluasi
1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran2. Kejelasan prosedur evaluasiH Kelengkapan instrumen evaluasi
1. Ketersediaan instrumen
Aspek/Indikator penilaian kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran
dikembangkan berdasarkan kompenen-komponen yang harus dilakukan selama
kegiatan pembelajaran berlangung. Rincian indikator pelaksanaan pembelajaran
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.2. Aspek Penilaian Kinerja Guru: Pelaksanaan PembelajaranTabel 3.2. Aspek Penilaian Kinerja Guru: Pelaksanaan Pembelajaran
NO INDIKATOR/ASPEK YANG DIAMATI
I PRAPEMBELAJARAN1. Memeriksa kesiapan siswa2. Melakukan kegiatan apersepsiII KEGIATAN INTI PEMBELAJARANA. Penguasaan materi pelajaran3. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran4. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
5. Menyampaikan tujuan KD, motivasi, dan materi dengan jelas dan sesuai dengan hierarki belajar
6. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupanB. Pendekatan/startegi pembelajaran
7. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
8. Melaksanakan pembelajaran secara runtut9. Menguasai kelas
10. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
11. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif
12. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan
C. Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran13. Menggunakan media secara efektif dan efisien
32
14. Menghasilkan pesan yang menarik/menarik perhatian siswa15. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan mediaD. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa16. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran17. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa18. Menumbuhkan keceriaan dan antsiasme siswa dalam belajarNO INDIKATOR/ASPEK YANG DIAMATIE. Penilaian proses dan hasil belajar
19. Memantau kemajuan belajar selama proses20. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)F. Penggunaan Bahasa
21. Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar 22. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuaiIII PENUTUP
23. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa
24. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/ pengayaan
2. Aspek/Indikator yang berkaitan dengan kompetensi kepribadian
Indikator penilaian kinerja guru berkaitan dengan aspek kepribadian dapat
dikembangkan berdasarkan indikator-indikator kompetensi kepribadian sesuai
Permen No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru. Rincian Indikator penilaian kinerja guru berkaitan dengan aspek kepribadian
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.3. Aspek/Indikator Penilaian Kinerja Guru Berkaitan dengan Kompetensi Tabel 3.3. Aspek/Indikator Penilaian Kinerja Guru Berkaitan dengan Kompetensi KepribadianKepribadian
NO ASPEK DAN INDIKATOR YANG DIAMATI
A Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia
1. Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender.
2. Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.
33
B Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat
1. Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi.2. Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia. 3. Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat
di sekitarnya.
C Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa
1. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil.2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.
D Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri
1. Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi.2. Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.3. Bekerja mandiri secara profesional.
E Menjunjung tinggi kode etik profesi guru
1. Memahami kode etik profesi guru.2. Menerapkan kode etik profesi guru.3. Berperilaku sesuai dengan kode etik guru.
3. Aspek/Indikator yang berkaitan dengan kompetensi sosial
Indikator penilaian kinerja guru berkaitan dengan aspek sosial dapat
dikembangkan berdasarkan indikator-indikator kompetensi kepribadian sesuai
Permen No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru. Rincian Indikator penilaian kinerja guru berkaitan dengan aspek kompetensi
sosial disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.4. Aspek/Indikator Penilaian Kinerja Guru Berkaitan dengan Kompetensi Tabel 3.4. Aspek/Indikator Penilaian Kinerja Guru Berkaitan dengan Kompetensi SosialSosial
NO ASPEK DAN INDIKATOR YANG DIAMATI
34
A Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi
1. Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran.
2. Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, orang tua peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi.
B Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat
1. Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya secara santun, empatik dan efektif.
2. Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat secara santun, empatik, dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta didik.
3. Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
C Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
1. Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendidik, termasuk memahami bahasa daerah setempat.
2. Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan.
D Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain
1. Berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.
2. Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran kepada komunitas profesi sendiri secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
4. Aspek/Indikator yang berkaitan dengan kompetensi profesional
Indikator penilaian kinerja guru berkaitan dengan aspek profesional dapat
dikembangkan berdasarkan indikator-indikator kompetensi kepribadian sesuai
Permen No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru. Rincian Indikator penilaian kinerja guru berkaitan dengan aspek kompetensi
profesional disajikan pada tabel berikut.
35
Tabel 3.4. Aspek/Indikator Penilaian Kinerja Guru Berkaitan dengan Kompetensi Tabel 3.4. Aspek/Indikator Penilaian Kinerja Guru Berkaitan dengan Kompetensi ProfesionalProfesional
NO ASPEK DAN INDIKATOR YANG DIAMATI
A Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
yang diampu
1. Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu.
2. Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.
3. Memahami tujuan pembelajaran yang diampu.
B Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif
1. Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik.
2. Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
C Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif
1. Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus.
2. Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan.
3. Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan.
4. Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.
D Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri
1. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi.
2. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.
D. Instrumen Penilaian Kinerja Pendidik
36
Terdapat berbagai model instrumen yang dapat dipakai dalam penilaian
kinerja guru. Namun demikian, ada dua model yang paling sesuai dan dapat
digunakan sebagai instrumen utama, yaitu skala penilaian dan lembar observasi.
Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain (individu) melalui
pemyataan perilaku dalam suatu kontinum atau kategori yang memiliki makna atau
nilai. Kategori dibuat dalam bentuk rentangan mulai dari yang terendah sampai
tertinggi. Rentangan ini dapat disimbolkan melalui huruf (A, B, C, D) atau angka (1, 2,
3, 4), atau berupa kata-kata, mulai dari tinggi, sedang, kurang, rendah, dan
sebagainya.
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang biasa digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat
diamati baik dalam situasi yang alami (sebenarnya) maupun situasi buatan. Observasi
dapat digunakan untuk menilai kegiatan guru dalam mengajar. Lembar observasi
harus memuat berisi aspek-aspek yang hendak dinilai serta rubrik dari deskripsinya.
Dalam lembaran tersebut terdapat kolom di sebelah aspek yang hendak dinilai (yang
diberi tanda cek (√)), di mana penilai dapat memberikan catatan atau komentar
mengenai kuantitas dan/atau kualitas aspek yang dinilai. Pada lembar observasi
seyogyanya juga diberi bagian atau ruang untuk memberi deskripsi kualitatif untuk
mengantisipasi munculnya prilaku yang tidak terdeteksi pada saat membuat
kisi-kisi/indikator penilaian kinerja dalam pelaksanaan pembelajaran. Misalnya
penilaian terhadap kemampuan seorang guru baru dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas dapat menampilkan perilaku yang tidak terprediksi dalam
menghadapi para siswa di kelas.
Beberapa contoh model instrumen penilaian kinerja guru disajikan dalam
lampiran.
37
BAB IV
PENILAIAN KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN
Sebagaimana dijelaskan di bagian depan, bahwa Tenaga Kependidikan
meliputi: Sekurang-kurangnya terdiri atas penilik, kepala sekolah/madrasah, tenaga
administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan
sekolah/madrasah. Namun materi pada pelatihan ini difokuskan pada tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai Kepala Sekolah yang akan menjadi mitra
dan binaan para pengawas.
A. Kompetensi Kepala Sekolah
Dalam pasal 1 ayat 10 UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
disebutkan bahwa “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.” Senada dengan hal tersebut, E.
Mulyasa menulis bahwa kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak (E. Mulyasa, 2004). Kebiasaan berpikir dan bertindak yang baik dapat
menciptakan kinerja yang baik, demikian pula sebaliknya. Maka untuk
menciptakan kebiasaan berpikir dan bertindak yang baik diperlukan kepala
sekolah yang memiliki kualifikasi dan kompetensi yang baik pula. Dari uraian
tersebut di atas secara eksplisit terlihat bahwa kinerja kepala sekolah tidak dapat
dipisahkan dari kemampuan/kompetensi kepala sekolah itu sendiri.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 13 Tahun 2007
Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah telah ditetapkan bahwa terdapat
kualifikasi dan kompetensi tertentu yang harus dipenuhi oleh kepala sekolah.
Kualifikasi kepala sekolah/madrasah terdiri atas kualifikasi umum dan
kualifikasi khusus. Kualifikasi umum kepala sekolah/madrasah adalah sebagai
berikut:
38
a. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV)
kependidikan atau non-kependidikan pada perguruan tinggi yang
terakreditasi;
b. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56
tahun;
c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut
jenjang sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanak-kanak/Raudhatul
Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga)
tahun di TK/RA; dan
d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS)
dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dkeluarkan oleh
yayasan atau lembaga yang berkembang.
Kualifikasi khusus kepala sekolah/madrasah meliputi:
a. Berstatus sebagai guru;
b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru;
c. Memiliki sertifikat kepala sekolah/madrasah yang diterbitkan oleh
lembaga yang ditetapkan Pemerintah.
Kompetensi kepala sekolah/madrasah sebagaimana tertuang dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional RI No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah ada 5 dimensi kompetensi, yaitu kepribadian, manajerial,
kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Kelima dimensi kompetensi tersebut
diuraikan menjadi poin-poin komptensi yang harus dimiliki dan dikuasai oleh
kepala sekolah/madrasah.
1. Kompetensi Kepribadian
Sebelum menilai kinerja kepala sekolah, seorang pengawas sekolah ha-
rus memahami betul apakah kepala sekolah telah menunjukkan kemampuan-
nya dalam menunjukkan sikap dan perilaku yang mendukung kepribadiannya
sehingga ia dikatakan mampu menjadi pemimpin.
39
Kepala sekolah harus: a) berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi
komunitas sekolah/madrasah; (b) memiliki integritas kepribadian sebagai
pemimpin; (c) memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri; (d)
bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi; (e)
mengendalikan diri dalam menghadapi masalah; dan (f) memiliki bakat dan
minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.
Dasar kompetensi kepribadian ini akan sangat menentukan kompetensi
lainnya, khususnya dalam melaksanakan program pendidikan nasional, pro-
pinsi, dan kabupaten/kota. Sebagai tambahan pengetahuan dan keilmuan da-
lam bidang perencanaan dan pelaksanaan program pendidikan, kepala seko-
lah harus mampu menunjukkan kinerjanya berdasarkan kebijakan,
perencanaan, dan program pendidikan.
Pengetahuan pengawas sekolah mengenai kepala sekolah yang memiliki
pengetahuan, sikap dan perilaku yang muncul berdasarkan kompetensi
kepala sekolah di atas, merupakan dasar pengetahuan bagaimana seharusnya
menilai kinerja kepala sekolah agar tepat sasaran, walaupun tidak mudah.
Contoh menilai kinerja kepala sekolah yang berkaitan dengan kompetensi
kepribadian dengan sub kompetensi memiliki bakat dan minat jabatan
sebagai pemimpin pendidikan, maka pengawas sekolah harus mampu secara
mendasar menilai kinerja kepala sekolah yang berhubungan dengan
kemampuannya sebagai pemimpin sekolah. Sub-kompetensi ini dapat
terwujud jika kepala sekolah memiliki pengetahuan dan keterampilan, di
antaranya: (1) memahami teori-teori kepemimpinan, memilih strategi yang
tepat untuk mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah; (2) memiliki
power dan kesan positif untuk mempengaruhi bawahan dan orang lain; (3)
memiliki kemampuan (intelektual dan kalbu) sebagai smart school principal
agar mampu memobilisasi sumberdaya yang ada di lingkungannya; (4)
mengambil keputusan secara terampil (cepat, tepat dan cekat); (5)
mendorong perubahan (inovasi) sekolah; (6) berkomunikasi secara lancar; (7)
menggalang teamwork yang kompak, cerdas dan dinamis; (8) mendorong
40
kegiatan yang bersifat kreatif; dan (9) menciptakan sekolah sebagai organisasi
belajar (learning organization).
Kinerja kepala sekolah yang menunjukkan subkompetensi ini dapat
dievaluasi oleh pengawas sekolah melalui interview kepada warga sekolah di
antaranya kepada guru. Di sisi lain evaluasi untuk menilai kinerja ini bisa
dilakukan dengan cara menyajikan sebuah ilustrasi permasalahan yang harus
menuntut kepala sekolah untuk menunjukkan kemampuannya dalam
memimpin sekolah.
Dalam rangka mewujudkan kinerja kepala sekolah untuk kompetensi
kepribadian dengan subkompetensi memiliki keinginan yang kuat dalam
pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah, kepala sekolah tidak
hanya dituntut untuk melakukan tugas-tugas di luar kebutuhan dirinya saja,
tetapi ia perlu juga memiliki kemampuan dalam mengembangkan dirinya sen-
diri. Kompetensi ini bisa diwujudkan jika ia mampu untuk: (1)
mengidentifikasi karakteristik kepala sekolah tangguh (efektif); (2)
mengembangkan kemampuan diri pada dimensi tugasnya; (3)
mengembangkan dirinya pada dimensi proses (pengambilan keputusan,
pengkoordinasian/penyerasian, pemberdayaan, pemrograman,
pengevaluasian, dsb.; (4) mengembangkan dirinya pada dimensi lingkungan
(waktu, tempat, sumberdaya, dan kelompok kepentingan); (5)
mengembangkan keterampilan personal yang meliputi organisasi diri,
hubungan antar manusia, pembawaan diri, pemecahan masalah, gaya bicara,
dan gaya menulis.
Pengawas sekolah dapat menilai kinerja kepala sekolah untuk aspek ini
melalui wawancara dan angket yang harus diisi oleh kepala sekolah itu
sendiri. Di samping itu juga pengawas sekolah dapat melakukan wawancara
dengan warga sekolah. Evaluasi kinerja ini tentunya akan berbeda untuk
setiap jenjang pendidikan mulai dari TK, SD, SMP hingga SMA/SMK.
2. Kompetensi Manajerial
41
Kompetensi kepala sekolah lain yang harus dipahami oleh pengawas
sekolah dalam rangka melakukan penilaian terhadap kinerjanya, yaitu yang
berhubungan dengan kompetensi kepala sekolah dalam memahami sekolah
sebagai sistem yang harus dipimpin dan dikelola dengan baik, di antaranya
adalah pengetahuan tentang manajemen. Dengan kemampuan dalam
mengelola ini nantinya akan dijadikan sebagai pegangan cara berfikir, cara
mengelola dan cara menganalisis sekolah dengan cara berpikir seorang
manajer. Contoh pengawas sekolah harus mampu memahami kinerja kepala
sekolah ketika kepala sekolah menunjukkan perilakunya dan mampu untuk
mengidentifikasi dan mengembangkan jenis-jenis input sekolah;
mengembangkan proses sekolah (proses belajar mengajar, pengkoordinasian,
pengambilan keputusan, pemberdayaan, pemotivasian, pemantauan,
pensupervisian, pengevaluasian dan pengakreditasian). Selain itu pengawas
sekolah juga harus mampu memahami bahwa kepala sekolah sudah mampu
menunjukkan upaya dalam meningkatkan output sekolah (kualitas,
produktivitas, efisiensi, efektivitas, dan inovasi).
Sesuai Keputusan Mendiknas mengenai kompetensi ini, di antaranya
kepala sekolah harus mampu dan terlihat kinerjanya dalam bidang-bidang ga-
rapan manajerial sebagai berikut: (a) menyusun perencanaan sekolah/madra-
sah mengenai berbagai tingkatan perencanaan; (b) mengembangkan
organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan; (e) memimpin
sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya
sekolah/madrasah secara optimal; (d) mengelola perubahan dan
pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang
efektif; (e) menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif
dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik; (f) mengelola guru dan staf
dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal; (g)
mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka
pendayagunaan secara optimal; (h) mengelola hubungan sekolah/madrasah
dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar dan
42
pembiayaan sekolah/madrasah; (i) mengelola peserta didik dalam rangka
penerimaan peserta didik baru, dan penempatan serta pengembangan ka-
pasitas peserta didik; (j) mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional; (k) menge-
lola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang
akuntabel, transparan dan efisien; (l) mengelola ketatausahaan
sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/madrasah;
(m) mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung
kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah; (n)
mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung
penyusunan program dan pengambilan keputusan; (o) memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan
manajemen sekolah/madrasah; (p) melakukan monitoring, evaluasi, dan
pelaporan pelaksanakan program kegiatan sekolah/madrasah dengan
prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjut.
Secara umum kinerja kepala sekolah dalam kompetensi manajerial ini
juga termasuk di dalamnya adalah kemampuan dalam sistem administrasi. Ja-
di dalam hal ini kepala sekolah sebagai pengelola lembaga pendidikan sesuai
dengan jenjang pendidikannya masing-masing. Namun demikian penegasan
terhadap eksistensi seorang kepala sekolah sebagai manajer dalam suatu
lembaga pendidikan dapat dinilai dari kompetensi mengelola kelembagaan,
yang mencakup: (1) menyusun sistem administrasi sekolah; (2)
mengembangkan kebijakan operasional sekolah; (3) mengembangkan
pengaturan sekolah yang berkaitan dengan kualifikasi, spesifikasi, prosedur
kerja, pedoman kerja, petunjuk kerja, dan sebagainya; (4) melakukan analisis
kelembagaan untuk menghasilkan struktur organisasi yang efisien dan efektif;
dan (5) mengembangkan unit-unit organisasi sekolah atas dasar fungsi.
Kemampuan yang mendukung subkompetensi mengelola ketatausaha-
an sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan
sekolah/madrasah ini bisa diwujudkan oleh seorang kepala sekolah secara
43
utuh jika memperoleh dukungan dari sistem yang sudah ia kembangkan
bersama dengan komponen sekolah lainnya. Dengan demikian pengawas
sekolah bisa menilai kinerja kepala sekolah yaitu dengan melalui review
dokumen termasuk sistem administrasi sekolah. Pengawas sekolah juga bisa
melakukannya dengan cara melakukan observasi terhadap kondisi lingkungan
sekolah yang terlihat sebagai dampak dari strategi pengelolaan yang
dikembangkan oleh kepala sekolah itu sendiri.
Pengawas sekolah juga harus jeli bahwa kompetensi kepala sekolah,
termasuk dalam tugas-tugasnya sebagai manajer sekolah di antaranya harus
memahami kurikulum. Aspek yang dinilai adalah pengetahuan kepala sekolah
dalam memahami kurikulum yang merupakan jantungnya lembaga
pendidikan. Dengan demikian kepala sekolah dalam upaya mewujudkan
kinerjanya dalam bidang ini, ia harus mampu untuk: (1) memfasilitasi sekolah
untuk membentuk dan memberdayakan tim pengembang kurikulum; (2)
memberdayakan tenaga kependidikan sekolah agar mampu menyediakan
dokumen-dokumen kurikulum; (3) memfasilitasi guru untuk mengembangkan
standar kompetensi setiap mata pelajaran; (4) memfasilitasi guru untuk
menyusun silabus setiap mata pelajaran; (5) memfasilitasi guru untuk memilih
buku sumber yang sesuai untuk setiap mata pelajaran; (6) mengarahkan
tenaga kependidikan untuk menyusun rencana dan program pelaksanaan
kurikulum; (7) membimbing guru dalam mengembangkan dan memperbaiki
proses belajar mengajar; (8) mengarahkan tim pengembang kurikulum untuk
mengupayakan kesesuaian kurikulum dengan kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni (ipteks), tuntutan dan kebutuhan masyarakat, kebutuhan
peserta didik; (9) menggali dan memobilisasi sumberdaya pendidikan; (10)
mengidentifikasi kebutuhan bagi pengembangan kurikulum lokal; (11)
mengevaluasi pelaksanaan kurikulum.
Kinerja kepala sekolah dalam mewujudkan sub kompetensi pengelolaan
kurikulum ini dapat dinilai oleh pengawas sekolah di antaranya dari isi pro-
gram kurikulum yang didesain dan dikembangkan gurunya mulai dari tingkat
44
perencanaan sampai dengan evaluasi kurikulum itu sendiri misalnya dalam
bentuk evaluasi hasil pembelajaran.
Dampak dari kinerja kepala sekolah ini juga harus bisa dipahami oleh
pengawas sekolah yaitu mampu melihat kinerja kepala sekolah dalam
memahami dan menghayati Standar Pelayanan Minimal (SPM), melaksanakan
SPM secara tepat serta memahami lingkungan sekolah sebagai bagian dari
sistem sekolah yang bersifat terbuka. Kemampuan ini memang cukup sulit
jika pengawas sekolah tidak mampu untuk melihat gejala ataupun hasil yang
dicapai oleh kepala sekolah itu sendiri.
Kinerja kepala sekolah lainnya antara lain yang harus dipahami oleh
pengawas sekolah yaitu pada sub mengelola guru dan staf dalam rangka
pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal. Hal ini dapat dilihat
dari indikator-indikator yang mencakup: (1) mengidentifikasi karakteristik
tenaga kependidikan yang efektif; (2) merencanakan tenaga kependidikan
sekolah (permintaan, persediaan, dan kesenjangan); (3) merekrut,
menyeleksi, menempatkan, dan mengorientasikan tenaga kependidikan baru;
(4) mengembangkan profesionalisme tenaga kependidikan; (5)
memanfaatkan dan memelihara tenaga kependidikan; (6) menilai kinerja
tenaga kependidikan; (7) mengembangkan sistem pengupahan, reward, dan
punishment yang mampu menjamin kepastian dan keadilan; (8)
melaksanakan dan mengembangkan sistem pembinaan karir; (9) memotivasi
tenaga kependidikan; (10) membina hubungan kerja yang harmonis; (11)
memelihara dokumentasi personel sekolah atau mengelola administrasi
personel sekolah; (12) mengelola konflik; (13) melakukan analisis jabatan dan
menyusun uraian jabatan tenaga kependidikan; dan (13) memiliki apresiasi,
empati, dan simpati terhadap tenaga kependidikan.
Pengawas sekolah minimal mampu untuk memahami bentuk-bentuk
perilaku dari kinerja kepala sekolah yang berhubungan dengan kompetensi
ini, misalnya pengawas sekolah dapat melakukan pengamatan serta
mereview dokumen-dokumen laporan dari fungsi-fungsi manajemen yang
45
diterapkan kepala sekolah selama mengelola tenaga kependidikan (guru dan
tenaga administrasi).
Sebagai contoh dalam mencapai target kinerja kepala sekolah untuk
kompetensi manajerial dengan sub mengelola sarana dan prasarana
sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal,
diantaranya bahwa kepala sekolah harus mampu untuk menganalisis
indikator-indikator sebagai berikut: (1) ketersediaan dan kesiapan sarana
dan prasarana sekolah (laboratorium, perpustakaan, kelas, peralatan,
perlengkapan, dsb); (2) mengelola program perawatan preventif,
pemeliharaan, dan perbaikan sarana dan prasarana; mengidentifikasi
spesifikasi sarana dan prasarana sekolah; (3) merencanakan kebutuhan
sarana dan prasarana sekolah; (4) mengelola pembelian/pengadaan sarana
dan prasarana serta asuransinya; (5) mengelola administrasi sarana dan
prasarana sekolah; dan (6) memonitor dan mengevaluasi sarana dan
prasarana sekolah.
Pengawas sekolah dalam hal ini bisa menilainya melalui kegiatan
observasi dan wawancara. Observasi dapat dilakukan oleh pengawas
sekolah terhadap kondisi sarana dan prasarana yang bisa dilihat langsung.
Adapun upaya pengawas sekolah untuk menilai kinerja kepala sekolah pada
aspek sub kompetensi pengelolaan sarana prasarana ini juga bisa dilakukan
dengan cara mereview dokumen pengelolaan, serta melakukan wawancara
dengan warga sekolah mengenai kemampuan kepala sekolah dalam
melakukan pengelolaan sarana dan prasarana selama ini.
Ilustrasi selanjutnya bagaimana kompetensi manajerial dengan sub
kompetensi mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik
baru dan penempatan serta pengembangan kapasitas peserta didik, ini bisa
diwujudkan oleh kepala sekolah. Seorang kepala sekolah harus mampu
menunjukkan kemampuan dalam: (1) mengelola penerimaan siswa baru,
mengelola pengembangan bakat, minat, kreativitas dan kemampuan siswa;
(2) mengelola sistem bimbingan dan konseling yang sistematis; (3)
46
memelihara disiplin siswa; (4) menyusun tata tertib sekolah; (5)
mengupayakan kesiapan belajar siswa (fisik dan mental); (6) mengelola
sistem pelaporan perkembangan siswa; dan (7) memberikan layanan
penempatan siswa dan mengkoordinasikan studi lanjut.
Kompetensi ini tentunya tidak akan dapat diwujudkan jika tidak ada
dukungan dari komponen dan warga belajar lainnya. Dengan demikian untuk
menilai kinerja kepala sekolah untuk sub kompetensi ini pengawas sekolah
bisa melakukannya dengan cara membuat cheklist atau melakukannya
dengan menggunakan pedoman observasi terhadap kondisi dan
perkembangan yang terjadi pada diri siswanya di sekolah yang bersangkutan.
Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi di
sekolah hendaknya mampu menyesuaikan diri, salah satunya akan tergantung
kepada kepala sekolahnya, apakah ia mampu mengubah budaya sekolah, se-
suai dengan kemajuan berpikirnya tentang bagaimana memanfaatkan
Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam mengelola sekolah. Sub
kompetensi ini diantaranya dapat diwujudkan dalam bentuk upaya kepala
sekolah melakukan aktivitas yang mencakup: (1) mengembangkan prosedur
dan mekanisme layanan sistem informasi, serta sistem pelaporan; (2)
mengembangkan pangkalan data sekolah (data kesiswaan, keuangan,
ketenagaan, fasilitas, dsb.); (3) mengelola hasil pangkalan data sekolah untuk
merencanakan program pengembangan sekolah; (4) menyiapkan pelaporan
secara sistematis, realistis dan logis; dan (5) mengembangkan SIM berbasis
komputer.
Berdasarkan uraian sub kompetensi memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi bagi peningkatan kualitas pembe1ajaran dan manajemen
sekolah/madrasah, maka pengawas sekolah dapat menilai melalui format
isian mengenai sistem informasi yang dikembangkan sekolah, serta
melakukan pengamatan langsung terhadap kondisi sistem informasi mulai
dari perencanaan hingga sistem komputerisasi yang sudah ada di sekolah
yang bersangkutan.
47
Setelah kepala sekolah mampu untuk memanfaatkan Teknologi, maka
bagaimana ia mampu juga dalam memanfaatkan informasinya untuk kepen-
tingan manajemen sekolahnya. Untuk kepentingan menilai kinerja selanjut-
nya pengawas sekolah harus mampu melihat kemampuan kepala sekolah da-
lam hal melaksanakan subkompetensi mengelola sistem informasi
sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan
keputusan, maka seorang kepala sekolah harus mampu menunjukkan unjuk
kerjanya yaitu untuk mengambil keputusan secara terampil dapat dicapai
melalui kemampuan untuk: (a) menjaring informasi berkualitas sebagai bahan
untuk mengambil keputusan; (b) mengambil keputusan secara terampil
(cepat, tepat, cekat); (c) memperhitungkan akibat pengambilan keputusan
dengan penuh perhitungan (least cost and most benefit); (d) menggunakan
sistem informasi sekolah sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Kinerja kepala sekolah yang ditunjukkan dalam bentuk aktivitas-aktivitas ini
dapat dievaluasi oleh pengawas sekolah dengan menggunakan instrumen
wawancara kepada komponen sekolah yang ia datangi.
Kemampuan kepala sekolah dalam bidang manajerial harus mampu
merumuskan laporan-laporan kegiatan sekolah. Bentuk laporan tersebut di
antaranya membuat Laporan Akuntabilitas Sekolah.
Untuk menilai kinerja yang menunjukkan kemampuan kepala sekolah
dalam keterampilan membuat laporan ini bisa dilakukan oleh pengawas seko-
lah melalui bentuk penilaian dengan instrumen wawancara khususnya dalam:
(a) menyebutkan dan memahami konsep-konsep laporan; (b) membuat lapor-
an akuntabilitas kinerja sekolah; (c) mempertanggungjawabkan hasil kerja se-
kolah kepada stakeholders; (d) membuat keputusan secara cepat, tepat, dan
cekat berdasarkan hasil pertanggungjawaban; (e) memperbaiki perencanaan
sekolah untuk jangka pendek, menengah dan panjang.
Selain melalui wawancara, pengawas sekolah bisa menilai kinerja kepala
sekolah untuk menilai kompetensi pengawas sekolah bisa melakukannya
dengan review dokumen program sekolah yang menunjukkan bahwa ada ba-
48
gian-bagian tertentu yang telah diperbaiki oleh kepala sekolah bersama
dengan guru-guru.
3. Kompetensi Kewirausahaan
Kompetensi kepala sekolah yang cukup sentral dan merupakan pokok
dari keberlanjutan program sekolah diantaranya adalah kompetensi kewirau-
sahaan. Sebagai salah satu cara bagaimana sekolah mampu mewujudkan ke-
mampuan dalam wirausahanya ini maka kepala sekolah harus mampu menun-
jukkan kemampuan dalam menjalin kemitraan dengan pengusaha atau dona-
tur, serta mampu memandirikan sekolah dengan upaya berwirausaha. Secara
rinci kemampuan atau kinerja kepala sekolah yang mendukung terhadap per-
wujudan kompetensi kewirausahaan ini, di antaranya mencakup: (a)
menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah; (b)
bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai
organisasi pembelajar yang efektif; (c) memiliki motivasi yang kuat untuk sukses
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin
sekolah/madrasah; (d) pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik
dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah; (e) memiliki
naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa
sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.
Berdasarkan uraian sub kompetensi kewirausahaan ini, maka seorang
pengawas sekolah harus mampu untuk menilai kinerja kepala sekolah dalam
aspek ini secara jeli, misalnya bagaimana kepala sekolah menunjukkan perilaku
hidup hemat dan pandai mengelola sumber daya keuangan sekolah.
Sebagai contoh ketika pengawas sekolah akan menilai kinerja sub dari
kompetensi kewirausahaan ini yaitu untuk menciptakan inovasi yang berguna
bagi pengembangan sekolah/madrasah, maka pengawas sekolah harus mampu
melihat kinerja kepala sekolah dalam hal: (1) mengidentifikasi dan menyusun
profil sekolah; (2) mengembangkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah; (3)
mengidentifikasi fungsi-fungsi (komponen-komponen) sekolah yang diperlukan
49
untuk mencapai setiap sasaran sekolah; (4) melakukan analisis SWOT terhadap
setiap fungsi dan faktor-faktornya; (5) mengidentifikasi dan memilih alternatif-
alternatif pemecahan setiap persoalan; (6) menyusun rencana pengembangan
sekolah; (7) menyusun program, yaitu mengalokasikan sumberdaya sekolah
untuk merealisasikan rencana pengembangan sekolah; (8) menyusun langkah-
langkah untuk merealisasikan rencana pengembangan sekolah; dan (9)
membuat target pencapaian hasil untuk setiap program sesuai dengan waktu
yang ditentukan (milestone).
Kompetensi yang diasumsikan akan mampu memberikan kemajuan pe-
sat di masa yang akan datang, yaitu kompetensi yang harus diwujudkan kepala
sekolah pada aspek kreativitas, inovasi, dan kewirausahaan. Kompetensi ini
dapat terwujud jika ia mampu untuk: (1) memahami dan menghayati arti dan
tujuan perubahan (inovasi) sekolah; (2) menggunakan metode, teknik dan
proses perubahan sekolah; (3) menumbuhkan iklim yang mendorong kebe-
basan berfikir untuk menciptakan kreativitas dan inovasi; (4) mendorong warga
sekolah untuk melakukan eksperimentasi, prakarsa/keberanian moral untuk
melakukan hal-hal baru; (5) menghargai hasil-hasil kreativitas warga sekolah
dengan memberikan rewards; dan (6) menumbuhkan jiwa kewirausahaan
warga sekolah.
Berdasarkan uraian kompetensi ini maka pengawas sekolah dapat me-
nilai kinerja kepala sekolah terhadap hal yang berhubungan dengan kompetensi
ini melalui wawancara dengan beberapa warga sekolah bisa dengan guru, siswa
dan komite sekolah yang ada.
Kompetensi kepala sekolah juga sampai menyentuh kinerja kewirausa-
haan ini juga berhubungan dengan dukungan aspek keuangan. Sebagai pim-
pinan kiranya sangat penting mengetahui dan mampu menilai kondisi keuangan
sehingga rumah tangga sekolah tetap seimbang. Kompetensi ini bisa di-
tunjukkan melalui kinerja kepala sekolah, khususnya dalam: (1) menyiapkan
anggaran pendapatan dan belanja sekolah yang berorientasi pada program pe-
ngembangan sekolah secara transparan; (2) menggali sumber dana dari peme-
50
rintah, masyarakat, orangtua siswa dan sumbangan lain yang tidak mengikat;
(3) mengembangkan kegiatan sekolah yang berorientasi pada income
generating activities; mengelola akuntansi keuangan sekolah (cash in and cash
out); (4) membuat aplikasi dan proposal untuk mendapatkan dana dari
penyandang dana; (5) melaksanakan sistem pelaporan penggunaan keuangan
yang menunjukkan bahwa kewirausahaannya jelas terkontrol secara finansial.
Kinerja kepala sekolah pada bagian kompetensi ini dapat dinilai oleh pengawas
sekolah melalui review dokumen RAPBS. Pada dokumen tersebut akan terlihat
sejauh mana RAPBS ini mampu menunjukkan kinerja kepala sekolah, mulai dari
tahap persiapan, pengembangan dan pengelolaan dan pelaporan keuangan.
Berdasarkan uraian kompetensi ini maka kinerjanya bisa dinilai oleh
pengawas sekolah melalui review dokumen, atau analisis terhadap program-
program sekolah yang sudah dirumuskan melalui interview kepada kepala se-
kolah itu sendiri serta melakukan validasi kepada guru, komite, dan siswa
mengenai implementasi dari program-program yang direncanakan. Bahkan
mungkin evaluasi dapat dilakukan terhadap prosedur pelaksanaan perumusan
rencana program sekolah, misalnya dalam RAPBS sekolah itu sendiri
4. Kompetensi Supervisi
Kompetensi supervisi ini sangat strategis bagi seorang kepala sekolah
khususnya dalam memahami apa tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai
pemimpin sekolah/madrasah. Berdasarkan telaah terhadap kompetensi ini,
proses penilaian kinerja yang harus diperhatikan oleh pengawas sekolah, di
antaranya harus mampu menilai sub-sub kompetensinya yang mencakup: (a)
merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru; (b) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru
dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat; (c)
menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru, di antaranya adalah bahwa tugas dan fungsi
dari supervisi ini adalah untuk memberdayakan sumber daya sekolah termasuk
51
guru. Dengan demikian kinerja kepala sekolah dapat dinilai oleh pengawas
sekolah melalui penilaian terhadap sub kompetensi melaksanakan supervisi
akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik
supervisi yang tepat. Langkah yang perlu dilakukan mencakup: (1)
mengidentifikasi potensi-potensi sumberdaya sekolah berupa guru yang dapat
dikembangkan; (2) memahami tujuan pemberdayaan sumberdaya guru; (3)
mengemukakan contoh-contoh yang dapat membuat guru-guru lebih maju;
dan (4) menilai tingkat keberdayaan guru di sekolahnya.
Kompetensi ini dapat dievaluasi oleh pengawas sekolah melalui sistem
evaluasi yang menggunakan pengamatan, studi dokumentasi atau interview,
misalnya dokumen program sekolah yang selama ini menjadi pegangan sekolah
yang bersangkutan, khususnya pada bagian-bagian pemberdayaan
sumberdayanya.
Sebagai contoh dalam hal melakukan evaluasi terhadap kinerja kepala
sekolah untuk kompetensi ini dengan sub kompetensi melaksanakan supervisi
akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik super-
visi yang tepat. Maka pengawas sekolah sebagai pelaksana penilaian ini harus
mampu melihat pemahaman kepala sekolah melakukan supervisi yang
dimaksud adalah supervisi kepada guru dan staf administrasi. Kompetensi ini
dapat dinilai sebagai bentuk kinerja kepala sekolah yang dapat dilakukan oleh
pengawas sekolah dengan cara wawancara dengan kepala sekolah yang ber-
sangkutan, khususnya mengenai kemampuannya dalam: (a) memahami dan
menghayati arti, tujuan dan teknik supervisi; (b) menyusun program supervisi
pendidikan; (c) melaksanakan program supervisi; (d) memanfaatkan hasil-hasil
supervisi; (e) melaksanakan umpan balik dari hasil supervisi.
Untuk melakukan evaluasi kinerja kepala sekolah pada kompetensi ini,
maka pengawas sekolah dapat melakukannya dengan menggunakan instrumen
berbentuk wawancara sebagaimana diulas sebelumnya. Di samping me-
laksanakan supervisi kepada guru, kepala sekolah sendiri diharapkan mampu
melakukan monitoring dan evaluasi yang dapat dilihat oleh pengawas sekolah
52
sebagai dasar untuk evaluasi kinerjanya. Hal-hal yang perlu diungkap antara lain
apakah kepala sekolah: (a) memahami dan menghayati arti, tujuan dan teknik
monitoring dan evaluasi; (b) mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi
sekolah; (c) mengidentifikasi indikator-indikator sekolah yang efektif dan
menyusun instrumen; (d) menggunakan teknik-teknik monitoring dan evaluasi;
(e) mensosialisasikan dan mengarahkan pelaksanaan monitoring dan evaluasi;
(f) menganalisis data hasil monitoring dan evaluasi; dan (g) memiliki komitmen
kuat untuk memperbaiki kinerja sekolah beraasarkan hasil mo-nitoring dan
evaluasi
Dalam menilai kinerja kepala sekolah pada kompetensi ini, pengawas
sekolah dapat melakukannya dengan menggunakan sistem evaluasi melalui
instrumen dalam bentuk review dokumen tentang berbagai kegiatan yang su-
dah dilakukan sekolah
5. Kompetensi Sosial
Kompetensi ini pada dasarnya cukup sulit jika harus dikaitkan dengan
aktivitas sosial secara penuh oleh sekolah jika hal itu dilakukan dalam rangka
keterkaitannya dengan program sekolah. Pada dasarnya sebagai bahan acuan
pengawas sekolah untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja kepala sekolah
untuk kompetensi dan sub kompetensi ini, diantaranya mencakup: (a) bekerja
sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah; (b)
berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan; dan (e) memiliki kepe-
kaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.
Kompetensi kepala sekolah yang berhubungan dengan kemampuan un-
tuk mengelola hubungan sekolah dengan masyarakat bisa diwujudkan melalui
kemampuannya dalam hal: (1) memfasilitasi dan memberdayakan dewan
sekolah/komite sekolah sebagai perwujudan pelibatan masyarakat terhadap
pengembangan sekolah; (2) mencari dan mengelola dukungan dari masyarakat
(dana, pemikiran, moral dan tenaga, dsb) bagi pengembangan sekolah; (3)
menyusun rencana dan program pelibatan orangtua siswa dan masyarakat; (4)
53
mempromosikan sekolah kepada masyarakat; (5) membina kerjasama dengan
pemerintah dan lembaga-lembaga masyarakat; dan (6) membina hubungan
yang harmonis dengan orangtua siswa.
Untuk menilai kinerja kepala sekolah terhadap kompetensi ini, maka
pengawas sekolah harus mampu memahami komite sekolah, minimal mema-
hami keberadaan komite lengkap dengan program kerjanya. Dengan demikian
evaluasi bisa dilakukan dengan cara mereview dokumen komite sekolah dan
beberapa catatan pembukuan kepala sekolah yang menunjukkan adanya pem-
berdayaan dan keterlibatan masyarakat di sekitar dalam mensukseskan pro-
gram sekolah.
Kompetensi sosial ini kadang juga sering berhubungan dengan tuntutan
kepala sekolah dalam hal mengembangkan budaya sekolah atau madrasah
secara adaptif, lebih baik, dan maju. Sub kompetensi ini bisa diwujudkan me-
lalui kemampuannya untuk: (1) menerapkan dan mengembangkan nilai-nilai
kehidupan sekolah yang demokratis; (2) membentuk budaya kerjasama (school
corporate culture) yang kuat; (3) menumbuhkan budaya profesionalisme warga
sekolah; (4) menciptakan iklim sekolah yang kondusif akademis; dan (5)
menumbuhkembangkan keragaman budaya dalam kehidupan sekolah.
Untuk menilai kinerja kepala sekolah dalam aspek kompetensi ini,
pengawas sekolah dapat melakukannya dengan melalui observasi dan wawan-
cara langsung dengan warga sekolah yang ditujukan pada kinerja kepala se-
kolah untuk aspek yang tersebut.
Semua komptensi dan sub kompetensi ini berlaku untuk kepala
sekolah/madrasah pada jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan menengah
atau SMA/MA.
B. Aspek Penilaian, Instrumen, dan Responden Penilaian Kinerja Kepala Sekolah
1. Aspek Penilaian
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa aspek yang dinilai da-
lam penilaian kinerja kepala sekolah mencakup tiga dimensi yakni: (a) komit-
54
men terhadap tugas, (b) pelaksanaan tugas, dan (c) hasil kerja. Komitmen
terhadap tugas sebagai aktualisasi dari kompetensi kepribadian dan
kompetensi sosial kepala sekolah. Pelaksanaan tupoksi sebagai aktualiasi
dari kompetensi manajerial, kompetensi supervisi dan kompetensi
kewirausahaan yang dimiliki kepala sekolah sedangkan hasil kerja
merupakan dampak dari pelaksanaan tugas pokok kepala sekolah sebagai
refleksi dari semua dimensi kompetensi kepala sekolah.
Berdasarkan ruang lingkup penilaian kinerja kepala sekolah maka ins-
trumen yang akan digunakan dalam penilaian kinerja kepala sekolah adalah
skala penilaian (rating scale). Rating scale adalah daftar pernyataan/perta-
nyaan yang harus dinilai oleh responden. Hasil penilaian terhadap
pernyataan yang diajukan dinyatakan dalam empat skala nilai yang
diurutkan mulai dari nilai yang terendah (1) sampai nilai yang tertinggi (4).
Dengan demikian setiap pernyataan berpeluang memiliki skala nilai
tersendiri yang bergerak di antara angka satu (1) sampai angka empat (4).
Responden tinggal menetapkan salah satu skala nilai atas pertanyaan yang
diajukan. Setiap pernyataan/pertanyaan yang diajukan memiliki empat
deskriptor masing-masing. Deskriptor inilah yang dijadikan dasar dalam
menentukan besar kecilnya skala nilai. Sebagai contoh perhatikan tabel 1 di
bawah ini yang menyajikan aspek yang dinilai dalam penilaian kinerja kepala
sekolah. Tentu saja setiap pengawas TK-SD-SMP dapat menyusun sendiri
aspek-aspek yang akan dinilai dari kepala sekolah sesuai dengan
kebutuhannya. Namun harus diingat bahwa aspek manapun yang akan
dinilai dalam penilaian kinerja kepala sekolah harus didasarkan pada tugas
pokok kepala sekolah.
Tabel 4.1 Aspek Penilaian Kinerja Kepala Sekolah
No. Komponen Aspek/Dimensi Sub Aspek dan Indikator
1. Pelaksanaan 1. Supervisi 1.1. Merencanakan program
supervisiTupoksi 1.2. Melaksanakan program 1.3. Menindaklanjuti program
55
2. Manajerial 2.1. Menyusun perencanaan sekolah 2.2. Mengembangkan organisasi 2.3. Memimpin sekolah dalam
mendayagunakansumberdaya sekolah
2.4. Mengelola perubahan & pepengembangan Sekolah
2.5. Menciptakan budaya dan iklim bagi pembelajaran peserta didik
2.6. Mengelola guru dan staf2.7. Mengelola sarana dan prasarana2.8. Mengelola hubungan sekolah
masyarakat 2.9. Mengelola peserta didik 2.10 Mengelola pengembangan 2.11 Mengelola keuangan sekolah2.12 Mengelola ketatausahaan 2.13 Mengelola unit layanan khusus
2.14. Mengelola sistem informasi 2.15 Memanfaatkan kemajuan masi bagi peningkatan
pembelajaran dan manajemen 2.16
.
Melakukan monitoring, evaluasi,
dan pelaporan pelaksanaan programkegiatan sekolah
3. 3.1. Mengembangkan usaha sekolah 3.2. Membudayakan perilaku
2. Komitmen 1. Kepribadian 1.1 Jujur dalam melaksanakan tugas terhadap 1.2 Terbuka dalam melaksanakan tugas 1.3 Bertanggungjawab dalam
1.4 Memiliki integritas sbg
2. Sosial 2.1. Menjalin hubungan dgn pihak 2.2. Memberikan bantuan kepada
3. Hasil Kerja 1. Prestasi siswa 1.1. Prestasi akademik siswa 1.2. Prestasi non-akademik siswa
2. Prestasi guru 2.1. Prestasi akademik guru 2.2. Prestasi non-akademik guru
3. Prestasi 3.1. Kelebihan dari sekolah lain sekolah 3.2. Penghargaan yang diterima
Dari tabel di atas terlihat bahwa ada tiga komponen yang dinilai dan se-
tiap komponen terdiri atas sejumlah aspek dan untuk setiap aspek terdiri
atas beberapa indikator. Masing-masing indikator ditunjukkan oleh bukti
fisik atau deskriptor, sebagai kinerja spesifik yang akan dinilai. Keberadaan
56
bukti fisik atau deskriptor tersebut disesuaikan dengan standar/kriteria
penilaian yang ditetapkan. Penjabaran komponen, aspek, indikator,
deskriptor. dan kriteria penilaian dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.1 Model Penjabaran Komponen Penilaian Kinerja
Indikator adalah karakteristik, ciri, atau tanda yang menunjukkan krite-
ria tertentu dari suatu obyek yang dinilai. Kriteria adalah standar atau
ukuran tertentu yang dijadikan patokan dalam menilai suatu obyek.
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan indikator dengan kriteria
yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja baru dapat dilaksanakan jika kriteria
dan indikator keberhasilan tugas telah disusun atau ditetapkan.
Keberhasilan tugas ditandai dengan terlaksananya sejumlah kegiatan yang
harus dilakukan serta sejauhmana tujuan pekerjaan tersebut dapat dicapai.
Dalam menyusun kriteria dan indikator kinerja diperlukan pemahaman yang
tepat tentang deskripsi tugas kepala sekolah serta aspek-aspeknya. Indikator
kinerja dapat dinyatakan dalam bentuk hasil kerja dan proses kerja. Contoh
indikator kinerja kepala sekolah dalam aspek supervisi akademik antara lain:
1. Membimbing guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
2. Membimbing guru dalam menggunakan media dan alat bantu
57
Kompetensi Kep. Sek. Tugas Pokok dan Fungsi
Aspek/Dimensi Penilaian
Indikator
Deskriptor
Standar/Kriteria
Indikator
Deskriptor
Standar/Kriteria
Indikator
Deskriptor
Standar/Kriteria
3. Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran
Pada tahap selanjutnya dirumuskan deskriptor atau bukti fisik yang
menujukkan keberhasilan dan atau keterlaksanaan suatu tugas untuk setiap
indikator yang ditetapkan. Jumlah deskriptor atau bukti fisik untuk setiap
indikator tergantung kepada luasnya cakupan penilaian, bisa hanya satu
deskriptor atau lebih. Deskriptor atau bukti fisik inilah yang nantinya akan
diamati, dinilai, atau diperiksa dalam menentukan tingkat kinerjanya.
Contoh deskriptor/bukti fisik untuk indikator; menilai kemampuan guru
dalam melaksanakan pembelajaran antara lain:
1. Pembelajaran menempuh tahapan pembukaan, kegiatan inti dan penutup.
2. Menggunakan berbagai metode dan teknik mengajar.
3. Menggunakan media dan alat bantu pada saat melaksanakan pembelajaran.
4. Melaksanakan penilaian formatif pada saat pembelajaran berlangsung.
Setelah indikator dan deskriptor dirumuskan, selanjutnya ditetapkan
kriteria atau standar kinerja yaitu patokan yang dijadikan acuan dalam
penilaian. Kriteria penilaian dapat dinyatakan secara kuantitatif ataupun
kualitatif. Berikut contoh kriteria penilaian dalam bentuk skor (skala
peringkat) serta pemaknaanya yang dapat digunakan dalam menilai kinerja
kepala sekolah/madrasah.
Skor (1): Kinerja hanya memenuhi satu standar yang terdapat dalam
deskriptor/bukti fisik tentang pelaksanaan tugas pokok. Kinerja
pada tingkat ini menunjukkan kategori rendah.
Skor (2): Kinerja hanya memenuhi dua standar yang terdapat dalam
deskriptor/bukti fisik tentang pelaksanaan tugas pokok. Tingkat
kinerja ini menunjukkan kategori sedang.
Skor (3): Kinerja memenuhi tiga standar yang terdapat dalam
deskriptor/bukti fisik tentang pelaksanaan tugas pokok. Kinerja
pada tingkat ini menunjukkan kategori tinggi.
Skor (4): Kinerja telah memenuhi semua standar yang terdapat dalam
desriptor/bukti fisik tentang pelaksanaan tugas pokok. Kinerja
58
pada tingkat ini menunjukkan kategori sangat tinggi.
2. Instrumen Penilaian
Beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk menilai kinerja kepala
sekolah, di antaranya adalah instrumen dalam bentuk yang sangat
bervariatif. Berikut ini adalah beberapa instrumen yang dapat dipakai oleh
para pengawas sekolah dalam rangka menilai kinerja kepala sekolah.
Beberapa instrumen yang bisa digunakan untuk menilai kinerja kepala
sekolah sesuai dengan jenis kompetensi yang diuraikan di atas adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.2 Kesesuaian Instrumen PenilaianKinerja Kepala Sekolah
No. Kinerja Berdasarkan
Kompetensi
Jenis Instrumen
Evaluasi Kinerja
Banyaknya
Butir1 Kepribadian Wawancara 6 butir2 Manajerial Wawancara 16 butir
3 Kewirausahaan Wawa
ncara 5 butir
Penga
matan 4 Supervisi Wawa
ncara 3 butir
Revie
5 Sosial Wawa
ncara 3 butir
Revie
w Dokumen Pemilihan instrumen pada dasamya bisa saja disilang, dalam arti kinerja
kepala sekolah pada unjuk kerja berdasarkan kompetensi nomor 1 jika ha-
nya dinilai dengan menggunakan instrumen X misalnya menunjukkan hasil
yang belum mengukur, maka pengawas sekolah sebagai penilai mengguna-
kan instrumen tambahan, sehingga apa yang diukur dapat tercapai.
Alternatif lain sebelum pengawas menentukan instrumen tertentu
berdasarkan tabel di atas, bisa saja melakukan diskusi dengan sesama
pengawas mengenai pengalamannya dalam menilai kinerja kepala sekolah
pada jenjang yang berbeda. Maksudnya instrumen yang digunakan untuk
mengukur kinerja kepala sekolah pada jenjang Sekolah Dasar mungkin saja
59
tidak efektif ketika digunakan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama.
Demikian juga dengan jenjang sekolah berikutnya. Dengan demikian pada
pelaksanaan evaluasi kinerja untuk mengetahui sejauh mana ketercapain
kompetensi kepala sekolah ini harus terlebih dahulu pengawas sekolah
sebagai evaluator melakukan ujicoba beberapa instrumen sesuai dengan
kesempatan dan waktu ketika berkunjung ke sekolah yang dibinanya.
Pada dasamya untuk mengukur kinerja kepala pengawas sekolah harus
memahami betul kompetensi kepala sekolah. Namun demikian upaya
pengawas sekolah dalam melakukan pengujian secara objektif melalui
lembaran khusus yang diberikan baik kepada dirinya maupun kepada orang
lain.
Penyusunan instrumen untuk setiap jenisnya baik itu pedoman
wawancara, pengamatan, maupun review dokumen bisa dikembangkan
sendiri oleh pengawas sekolah. Adapun yang menjadi acuan berapa butir
yang harus dikembangkan sebagaimana terlihat pada tabel di atas
disesuaikan dengan sub kompetensi yang sudah dirumuskan sebelumnya.
Berikut adalah lampiran contoh ketiga jenis instrumen yang
dikembangkan untuk mengukur kinerja kepala sekolah pada beberapa
kompetensi.
Contoh 4.1
PEDOMAN WAWANCARA KINERJA KEPALA SEKOLAH
(JENJANG TK, SD, SMP, SMA, SMK*)
Dimensi : Supervisi
Nama Kepala Sekolah : _______________
Nama Sekolah : _______________
Alamat Sekolah : _______________
No. PERTANYAANURAIAN
JAWABANKESIMPULAN
JAWABAN1 Bagaimanakah Kepala Sekolah
60
merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatanprofesionalisme guru?
2
Bagaimanakah Kepala Sekolah melaksanakan supervisi akademikterhadap guru dengan menggunakanpendekatan dan teknik supervisi yang tepat?
3
Bagaimanakah Kepala Sekolah menindak-lanjuti hasil supervisi akademik terhadapguru dalam rangka peningkatanprofesionalisme guru?
61
Contoh 4.2
PEDOMAN PENGAMATAN KINERJA KEPALA SEKOLAH
(TK, SD, SMP, SMA, SMA*)
Dimensi : Manajerial
Nama Kepala Sekolah : _______________
Nama Sekolah : _______________
Alamat Sekolah : _______________
No. PERTANYAANHASIL
PENGAMATAN
KESIMPULANHASIL
PENGAMATAN
1
Bagaimanakah Kepala Sekolah me- nyusun perencanaan sekolah/ madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.
2Bagaimanakah Kepala Sekolah me- ngembangkan organisasi sekolah/ madrasah sesuai dengan kebutuhan. Bagaimanakah Kepala Sekolah me-
3 Mimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya Sekolah/madrasah secara optimal. Bagaimanakah Kepala Sekolah me-
4ngelola perubahan dan pengembangan Sekolah/madrasah menuju organisasiBagaimanakah Kepala Sekolah men-
5 ciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik. Bagaimanakah Kepala Sekolah menge-
6 lola guru dan staf dalam rangka
62
pendayagunaan sumber daya manusiasecara optimal. Bagaimanakah Kepala Sekolah me-
7ngelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendaya-gunaan secara optimal. Bagaimanakah Kepala Sekolah me- ngelola hubungan sekolah/madrasah
8 dan masyarakat dalam rangka penca- rian dukungan ide, sumber belajar dan pembinaan sekolah/madrasah. Bagaimanakah Kepala Sekolah me-ngelola peserta didik dalam rangka
9 penerimaan peserta didik baru, danpenempatan dan pengembangan ka-pasitas peserta didik.Bagaimanakah mengelola pengem-
10 bangan kurikulum dan kegiatan pem-belajaran sesuai dengan arah dan tujuanpendidikan nasional.Bagaimanakah mengelola keuangan
11 Sekolah/madrasah sesuai denganprinsip pengelolaan yang akuntabel,transparan dan efisien.Bagaimanakah mengelola ketatausa-
12 haan sekolah/madrasah dalam men-dukung pencapaian tujuan sekolah/madrasah.Bagaimanakah Kepala Sekolah menge-lola unit layanan khusus sekolah/
13madrasah dalam mendukung kegiatan
63
pembelajaran dan kegiatan pesertadidik di sekolah/ madrasah.Bagaimanakah mengelola sistem infor-
14 masi sekolah/madrasah dalammendukung penyusunan programdan pengambilan keputusan.Bagaimanakah Kepala sekolah me-manfaatkan kemajuan teknologi infor-
15 masi bagi peningkatan pembelajarandan manajemen sekolah/madrasah.Bagaimanakah Kepala Sekolah me-Lakukan monitoring, evaluasi dan
16 pelaporan pelaksanakan program ke-giatan sekolah/madrasah dengan pro-sedur yang tepat, serta merencanakantindak lanjut
Contoh 4.3
PEDOMAN REVIEW DOKUMEN KINERJA KEPALA SEKOLAH BERDASARKAN
KOMPETENSI MANAJERIAL
(JENJANG TK, SD, SMP, SMA, SMA *)
Sub Kompetensi : Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendi
64
dikan nasional.
Nama Kepala Sekolah : ………………………………
Nama Sekolah : ………………………………
Alamat Sekolah : ………………………………
No PERTANYAANHASIL
REVIEWDOKUMEN
KESIMPULANHASIL
REVIEWAdakah dokumen Tim Pengembang ku-
1 Rikulum yang difasilitasi dan disahkan oleh Kepala Sekolah Apakah ada dokumen tertulis sebagai
2 Produk dari tenaga kependidikan yang didukung oleh kepala sekolah untuk mata pelaiaran tertentu. Bagaimanakah bentuk dokumen Strategipengembangan sekolah yang disiapkan
3 Kepala sekolah untuk memfasilitasi guru dalam mengembangkan dokumen kumpulan standar kompetensi setiap mata pelajaran.Apakah semua guru mampu menyusun
4 Silabus sebagai hasil pembinaan kepala sekolah? Bagaimana kesesuaian silabus untuk setiap Mata Pelaiaran? Adakah panduan yang dirumuskan KS bersama guru dalam rangka memfasilitasi
5 guru untuk memilih buku sumber yangSesuai untuk setiap mata pelajaran?Adakah catatan pembimbingan KS kepada
6 guru dalam mengembangkan dan memperbaiki proses belajar mengajar? Bagaimana deskripsinya? Adakah acuan KS yang dibuat sendiri/
65
agenda sebagai bahan dalam mengarahkan7 tim pengembang kurikulum untuk
mengupayakan kesesuaian kurikulumdengan kemajuan ilmu pengetahuan,teknologi, dan seni (ipteks), tuntutandan kebutuhan masyarakat, dan kebutuhan peserta didik? Bagaimanakah isinva?Adakah laporan-laporan kegiatan yang disuport oleh KS kepada Tim Sekolah
8 dalam kegiatan menggali dan memobi- lisasi sumberdaya pendidikan ? Bagaimanakah isinya? Bagaimanakan prosedur yang ditempuh
9 KS dalam rangka mendukung guru dalammengidentifikasi kebutuhan bagi pengembangan kurikulum lokalAdakah prosedur tertulis mengenai pan-
10 duan evaluasi pelaksanaan kurikulum yang dikembangkan bersama dengan KS dan guru? Bagaimana hasilnya?
Pada bagian ini pengawas sekolah diharapkan mampu untuk mengembangkan
instrumen sendiri dengan catatan pasangan antara kompetensi yang akan diukur
sesuai dengan kinerja yang ada, penulis telah menyesuaikan padaa tabel 1 di atas.
Demikian juga dengan banyaknya butir. Contoh instrumen dikembangkan di atas
bertujuan untuk memberikan gambaran bahwa instrumen hendaknya disusun
sebelum pengawas sekolah melakukan evaluasi ke lapangan, namun akan lebih baik
jika instrumen untuk menilai kinerja kepala sekolah ini dibuat ketika pengawas
sekolah merumuskan rencana kerja pada setiap tahunnya. Kemudian instrumen
diujicoba sesuai dengan sampel yang setara maksudnya, jika instrumen ini ditujukan
untuk mengukur kinerja kepala sekolah pada jenjang TK, SD, dan jenjang lainnya,
maka diharapkan sampel cukup mewakili semua jenjang tersebut.
3. Responden Penilaian Kinerja Kepala Sekolah
66
Salah satu teknik atau pendekatan dalam penilaian kinerja adalah peni-
laian 360 derajat. Artinya kinerja seseorang dinilai oleh empat penjuru atau
empat penilai yakni: (a) penilaian dari atasan, (b) penilaian dari bawahan,
dan (c) penilaian dari mitra sejajar yang terdiri atas dua sisi yakni sisi kanan
dan sisi kiri. Oleh sebab itu penilaian kinerja kepala sekolah dilakukan oleh:
a. Atasannya dalam hal ini adalah pengawas sekolah dan atau kepala dinas
pendidikan kabupaten/kota.
b. Bawahannya dalam hal ini adalah guru dan/atau tenaga administrasi sekolah.
c. Rekan atau mitranya dalam hal ini ada dua sisi yakni: (1) kelompok kerja
kepala sekolah (K3S), dan (2) komite sekolah.
Penilaian kinerja kepala sekolah sebagaimana dikemukakan di atas yang
terdiri atas empat kategori responden dapat digambarkan dalam bagan
sebagai berikut.
Dengan kata lain kinerja kepala sekolah dalam melaksanakan tugas po-
koknya dinilai secara komprehensif dari unsur atasan, bawahan dan rekan
semitra yang kredibel dan obyektif secara transparan dan akuntabel. Ini
berarti responden penilai kinerja kepala sekolah sekurang-kurangnya terdiri
atas guru (bawahan), pengawas sekolah (atasan), K3S dan Komite Sekolah
(mitra sejajar). Dalam hal tertentu bisa juga oleh kepala dinas pendidikan
sebagai atasannya. Guru ditempatkan sebagai bawahan, pengawas sekolah
67
Pengawas
Kinerja Kasek
Guru
K3SKomite Sekolah
ditempatkan sebagai atasan, K3S dan komite sekolah ditempatkan sebagai
mitra/rekan setara. Berikut ini disajikan tabel yang berisi aspek yang dinilai
dari kinerja kepala sekolah dan responden atau penilai yang terdiri atas
empat unsur yakni guru (GR), pengawas sekolah (PS), kelompok kerja kepala
sekolah (K3S) dan komite sekolah (KS).
Tabel 4.3 Aspek yang Dinilai dan Responden Penilaian Kinerja Kepala Sekolah/Madrasah
No.KOMPONENPENILAIAN
ASPEK/DIMENSIPENILAIAN
GR PS K3S KS
1. Pelaksanaan 1. Manajenal V V - -Tupoksi 2. Kewirausahaan V V - -
3. Supervisi V V - -2. Komitmen 1. Kepribadian V V V V
Terhadap tugas 2. Sosial V V V V3. Hasil kerja 1. Prestasi siswa V V V V
2. Prestasi guru V V V V3. Prestasi sekolah V V V V
Dari tabel di atas terlihat bahwa guru dan pengawas sekolah menjadi
sumber data yang paling utama disusul oleh K3S dan komite sekolah. Guru
dan pengawas sekolah menilai semua dimensi kinerja kepala sekolah,
sedangkan K3S dan komite sekolah menilai dua dimensi yakni dimensi
komitmen dalam melaksanakan tugas dan dimensi hasil kerja. Oleh sebab
itu data hasil penilaian diberi bobot yang berbeda untuk setiap responden.
Data hasil penilaian dari guru dan pengawas sekolah masing-masing diberi
bobot 3, data hasil penilaian dari K3S dan komite sekolah masing-masing
diberi bobot 2. Dengan demikian hasil penilaian kinerja kepala sekolah
dinyatakan dalam nilai rata-rata dari keempat responden setelah diberi
bobot sebagaimana dikemukakan di atas.
C. Pelaksanaan Penilaian Kinerja Kepala Sekolah
68
Pelaksanaan penilaian kinerja kepala sekolah dapat dilakukan sesuai
dengan kebutuhan pengukuran kompetensi di atas serta mempertimbangkan
instrumen yang sesuai dengan fokus penilaian. Dua hal utama yang harus
diperhatikan ketika melaksanakan penilaian kinerja kepala sekolah adalah waktu
dan frekuensi pelaksanaan penilaian. Untuk kepentingan kelancaran penilaian
kinerja dilakukan berdasarkan persiapan yang matang baik waktu, instrumen
berdasarkan indikator kompetensi sudah dirumuskan dalam agenda penilaian.
Diharapkan SDM penilai adalah pengawas sekolah itu sendiri sesuai dengan
anggaran yang sudah disiapkan berdasarkan kebutuhan. Dengan demikian
keempat komponen yang harus diperhatikan ini dapat dirumuskan dalam bentuk
skedul penilaian kinerja.
1. Waktu Pelaksanaan Penilaian
Pengawas hendaknya memiliki jadwal berkunjung ke sekolah-sekolah
yang dibinanya. Jadwal ini dipampang di Kantor UPTD. Waktu berkunjung
inilah yang bisa digunakan untuk pelaksanaan penilaian kinerja kepala seko-
lab di sekolah yang dikunjungi. Sebagai misal pengawas sekolah dapat mela-
kuknn pada setiap minggu, bulan, atau semester. Secara spesifik rincian
waktu pelaksanaan penilaian kinerja disesuaikan dengan pengelompokan
kompetensi yang direncanakan, misalnya pengawas sekolah dapat
memetakan 5 kompetensi yang sudah diuraikan di depan ke dalam
pemetaan evaluasi untuk setiap minggu sebagaimana terlihat pada Tabel 3.4
berikut ini.
Tabel 4.4 Pedoman Waktu Pelaksanaan Penilaian Kinerja Kepala Sekolah
No.Kompetensi Waktu *Jml Target
Bentuk Tindak Lanjut (Kinerja dalam Kepala SekolahSekolah) 1 2 Sasaran
1 Disesuaikan temuan 2345
Keterangan:Target KS sasaran disesuaikan dengan kemampuan pengawas sekolah
69
Pelaksanaan penilaian kinerja kepala sekolah ini bisa dilakukan dengan
pedoman yang sama dari jenjang TK sampai dengan SMA dan SMK. Sesuai
dengan jenis kompetensi mana yang akan dinilai dari kepaIa sekolah untuk
jenjang pendidikan tertentu, maka pengawas sekolah hendaknya kembali
kepada jenis dan pedoman evaluasi dalam bentuk instrumen yang telah
disesuaikan pada tabel di atas. Berdasarkan hal itu maka waktu untuk
menilai kinerja berdasarkan kompetensi tertentu tentunya akan
membutuhkan waktu yang berbeda-beda. Namun demikian jika disesuaikan
dengan jenjang satuan pendidikan, maka penilaian dilakukan sesuai dengan
jenjang pendidikan. Artinya waktu untuk menilai kinerja yang sama akan
berbeda jika jenjang satuan pendidikannya berbeda, misalnya untuk di SD
mungkin akan berbeda jika dilaksanakan di SMA.
2. Frekuensi Pelaksanaan Penilaian
Pada umumnya pengawas sering mengalami kesulitan untuk menentu-
kan jumlah/frekuensi penilaian kinerja kepala sekolah yang dibinanya. Pada
Pengawas tingkat Sekolah Dasar biasanya kesulitan disebabkan oleh banyak-
nya jumlah sekolah. Sementara itu pada pengawas SMP/SMA/SMK terutama
di daerah Kabupaten kendalanya ada pada jarak satu sekolah dengan yang
lain.
Menghadapi permasalahan tersebut, seorang pengawas memang harus
membuat jadwa penilaian atau kunjungan secara ketat. Jangan sampai
dalam satu periode kepengawasan, ada kepala sekolah yang belum
mendapatkan penilaian kinerjanya dari pengawas. Idealnya sekurang-
kurangnya setiap tahun seorang kepala sekolah mendapatkan penilaian
kinerjanya dari pengawas. Dalam keadaan yang sulit, misalnya di daerah
yang transportasinya masih belum lancar, penilaian kinerja kepala sekolah
sekurang-kurangnya harus dilakukan minimal tiga tahun. Hal ini disesuaikan
dengan lamanya siswa belajar, khususnya pada jenjang SMP dan SMA.
70
D. Analisis dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian Kinerja Kepala Sekolah
Data yang diperoleh melalui instrumen penilaian kinerja selanjutnya di-
olah dan dianalisis dengan teknik statistika sederhana. Tujuan pengolahan dan
analisis data hasil penilaian adalah untuk memperoleh informasi sampai se-
jauhmana tingkat kinerja kepala sekolah berdasarkan indikator dan deskriptor
yang telah ditentukan. Atas dasar informasi tersebut diperoleh nilai derajat
kinerja yang dinyatakan dalam angka yang dimaknai sebagai indeks nilai kinerja
kepala sekolah. Indeks nilai kinerja kepala sekolah yang dinilai oleh pengawas
sekolah menghasilkan empat jenjang kinerja sebagai berikut:
Indeks kinerja (1) : artinya kinerja kepala sekolah katagori rendah,
Ilndeks kinerja (2): artinya kinerja kepala sekolah katagori sedang,
Indeks kinerja (3) : artinya kinerja kepala sekolah kategori tinggi,
Indeks kinerja (4) : artinya kinerja kepala sekolah katagori sempurna.
Kepala sekolah yang memperoleh indeks kinerja (1) dan indeks kinerja (2) adalah
kepala sekolah yang perIu mendapat pembinaan. Sebaliknya kepala sekolah yang
memperoleh indeks kinerja (3) dan (4) layak diberikan penghargaan.
Proses pengolahan dan analisis data hasil penilaian kinerja kepala
sekolah/madrasah dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Memeriksa hasil penilaian untuk setiap kepala sekolah yang dinilai dengan
cara memberi skor minimal dan maksimal sesuai dengan kriteria penilaian.
Pemeriksaan dilakukan terhadap hasil penilaian dari setiap responden (guru,
pengawas sekolah, K3S dan komite sekolah)
2. Menghitung total skor yang diperoleh setiap kepala sekolah yang dinilai dari
masing-masing responden penilai, sehingga ada empat total skor yang
diperoleh setiap kepala sekolah.
Contoh: skor hasil penilaian kinerja kepala sekolah.
Nama Kepala Sekolah yang
Dinilai
Skor Dari Responden
GR PS K3S KS
1. Dra. Hikmah Kabriatul, M.Pd 70 64 60 50 2. Drs. Jihadin, M.Pd 68 70 72 56
71
3. Dra. Siti Rosyidatul, M.Pd 72 70 70 60
3. Menghitung indeks skor yang diperoleh setiap kepala sekolah dari setiap
responden dengan cara membagi total skor dengan jumlah pertanyaan.
Misalkan dalam contoh tabel di atas jumlah pertanyaan sebanyak 20 butir.
Maka indeks nilai yang diperoleh Dra. Hikmah Kabriatul, M.Pd dari guru (GR)
adalah 3,5. Indeks nilai dari pengawas sekolah (PS) adalah 3,2. Indeks nilai
dari K3S adalah 3.0 dan indeks nilai dari komite sekolah (KS) adalah 2.5. Jika
penilai dari setiap unsur lebih dari satu misalnya guru yang menilai ada 8
orang, komite sekolah ada 5 orang, maka sebelum menentukan indeks nilai,
skor hasil penilaian dari guru dan komite sekolah dibuat nilai rata-ratanya.
4. Menghitung indeks nilai total dari empat responden penilaian dengan cara
mengalikan indeks nilai setiap responden dengan bobot nilai masing-masing,
kemudian hasilnya dijumlahkan dari semua jenis responden lalu dibagi 10.
Bobot nilai dari guru adalah 3, dari pengawas sekolah adalah 3, dari K3S
adalah 2 dan dari komite sekolah adalah 2. Kita ambil contoh indeks nilai total
yang dicapai Dra. Hikmah Kabriatul, M.Pd adalah sebagai berikut:
(3,5 x 3) + (3.2 x 3) + (3.0 x 2) + (2.5 x 2)) = 3.11 10
5. Menafsirkan indeks nilai total yang diperoleh pada langkah empat di atas
dengan standar kriteria yang digunakan. Telah dijelaskan bahwa indeks nilai
(1) adalah rendah, indeks nilai (2) adalah cukup, indeks nilai (3) adalah tinggi,
indeks nilai (4) adalah sangat tinggi.
Dari data di atas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja kepala sekolah
bernama Dra. Hikmah Kabriatul, M.Pd termasuk tinggi sehingga layak diberi
penghargaan. Indeks kinerja kepala sekolah dapat dibuat lebih tajam dengan
cara setiap dimensi/aspek yang dinilai diberi bobot masing-masing. Misalnya
untuk dimensi pelaksanaan tupoksi diberi bobot 4, untuk dimensi komitmen
dalam melaksanakan tugas diberi bobot 3, untuk dimensi hasil kerja diberi bobot
3. Setelah itu dihitung indeks nilai untuk setiap dimensi setelah skor setiap
72
dimensi dikalikan dengan nilai bobotnya. Indeks nilai total merupakan rata-rata
nilai indeks dari ketiga dimensi tersebut setelah dikalikan bobot nilai.
Hasil pengolahan dan analisis data serta interpretasinya sebagaimana
dicontohkan di atas dituangkan secara tertulis dalam bentuk laporan hasil
penilaian kinerja kepala sekolah. Laporan tersebut dibuat oleh pengawas.
Setelah melaksanakan kegiatan penilaian kinerja kepala sekolah, penga-
was sekolah menyusun laporan hasil penilaian kinerja. Dalam laporan tersebut
harus digambarkan proses dan hasil penilaian yang telah dilakukan. Artinya
dalam laporan hasil penilaian kinerja dijelaskan bagaimana penilaian tersebut
dilaksanakan, bagaimana hasil yang diperoleh dari penilaian kinerja tersebut,
serta apa tindak lanjutnya baik dalam bentuk saran maupun rekomendasi.
Laporan hasil penilaian kinerja kepala sekolah dapat dijadikan media informasi
tertulis bagi pihak-pihak terkait yang ingin mengetahui kinerja kepala sekolah.
Secara umum laporan hasil penilaian kinerja kepala sekolah disusun
dengan tujuan: (a) memberikan gambaran mengenai kegiatan kepala sekolah
terutama dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, dan (b) memberikan
gambaran mengenai kondisi kinerja kepala sekolah sebagai bahan untuk
melakukan pembinaan terhadap kepala sekolah yang bersangkutan.
Laporan hasil penilaian kinerja kepala sekolah dapat dimanfaatkan untuk
berbagai kepentingan baik untuk pengawas sekolah itu sendiri maupun bagi
pihak-pihak lain yang terkait dengan peningkatan mutu pendidikan. Bagi kepala
sekolah yang bersangkutan, laporan hasil penilaian kinerja dapat dimanfaatkan
antara lain: (a) sebagai landasan dalam penyusunan program kerja sekolah dan
pembinaan kepala sekolah, (b) sebagai dokumentasi kegiatan penilaian kinerja
yang telah dilaksanakan (secara periodik 4 tahun), dan (c) sebagai bukti
pertanggungjawaban pengawas atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya
sebagai pengawas profesional.
Bagi Dinas Pendidikan, laporan hasil penilaian kinerja dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan sebagai berikut: (a) sebagai bahan dalam menilai kinerja
kepala sekolah yang bersangkutan; (b) sumber informasi untuk mengetahui
73
gambaran spesifik tentang kinerja kepala sekolah; (c) sebagai landasan untuk
menentukan tidak lanjut pembinaan dan fasilitasi terhadap peningkatan kinerja
kepala sekolah; dan (d) sebagai bahan pertimbangan untuk pemberian
penghargaan, promosi, mutasi dan insentif. Di samping itu, laporan hasil
penilaian kinerja kepala sekolah yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah dapat
dimanfaatkan oleh kepala sekolah dan guru sebagai umpan balik atas kinerjanya.
Dalam laporan pengawas mengenai hasil penilaian kinerja kepala sekolah,
sebaiknya juga dicantumkan rencana untuk kegiatan selanjutnya. Rencana tindak
lanjut ini bisa berupa penyusunan program untuk memotivasi kepala sekolah
untuk bagian-bagian kinerja berdasarkan kompetensi yang ada yang cenderung
masih kuranng. Untuk mengetahui masih kurang tidaknya, maka pengawas
sekolah dapat menggunakan hasil dari kesimpulan evaluasi yang sudah
dilakukan.
Bentuk kegiatan Rencana Kegiatan Tindak Lanjut (RKTL) ini pada dasamya
dapat berupa sebuah rencana kegiatan selanjutnya, atau dapat juga hanya
berupa kesimpulan dan bentuk penerapan dari hasil kesimpulan yang sudah
dirumuskan. Sebagai misal pengawas sekolah bisa melakukan sebuah penelitian
berkenaan dengan ketepatan perencanaan evaluasi yang sudah dibuat,
pelaksanaan atau bentuk kegiatan evaluasi yang telah dilakukan, analisis hasil
dari kegiatan pengawas sekolah sendiri ketika sedang melakukan evaluasi.
Dapat disimpulkan bahwa RKTL ini diharapkan memiliki dua dampak yaitu
terhadap: (1) sasaran yang dievaluasi, (2) pelaku yang melakukan evaluasi.
Keduanya diharapkan memperoleh dampak positif dari aktivitas RKTL ini, sebagai
misal untuk dampak bagi sasaran yang dievaluasi, yaitu kepala sekolah sudah
barang tentu akan memperoleh sejumlah perlakuan atau kegiatan dan lanjutan
penerapan apa yang mesti dilakukan oleh kepala sekolah di lingkungan sekolah.
Sedangkan untuk pelaku yang melakukan evaluasi, melalui RKTL ini akan tahu
kelemahan dan kekurangan apa yang seharusnya diperbaiki setelah menemukan
beberapa temuan di lapangan. Dengan demikian kedua belah pihak diharapkan
tersentuh oleh hasil dari RKTL ini.
74
.
DAFTAR PUSTAKA
Bacal, Robert. 2005. Performance Management (alih bahasa oleh Surya Dharma). Jakarta: PT Sun.
Buchari, Zainun. (1994). Manajemen dan Motivasi, Jakarta : Balai Pustaka.
Castetter, William B. 1996. The Human Resourse Function in Educational Administration. Columbus, Ohio: Merril, Englewood Cliffs, New Jersey.
Cony Semiawan. 1982. Prinsip dan Teknik Pengukuran dan Penilaian di dalam Dunia Pendidikan. Jakarta: Mutiara.
Dunkin. J. Michael. (1987). Teaching and Teacher Education. New York. Pergoman Press.
Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta
Kustimi. (2003). Kinerja Kepala Sekolah dan Pengawas dalam Membina Kemampuan Mengajar Guru. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia.
Power, Lorna. (2008). Format Penilaian: Rencana Pembelajaran. Jakarta:
Decentralized Basic Education (DBE-3).
Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu., 2002. Manajemen Sumberdaya Manusia Perusahaan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mohamad Uzer Usman. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mondey, R., Wayn and Noe, Robert III. 1993. Human Resources Management Massachusetts : Allyn and Bacon A Devision of Simon & Schuster Inc.
Mulyasa, E. 2003. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
---------------. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana, R. Ibrahim. 2000. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Barn Algesindo.
Nitko, Anthony J. (1996). Educational Assessment of Students. Ohio: Merril.
75
Nugroho Susanto. 2000. Pelaksanaan Penilaian Jabatan Fungsional Guru. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Penilaian Kinerja Kepala Sekolah dan Guru yang bekerja di swasta. www. dikdasmen.org
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Talmn 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.
Reigeluth. M. Charles. 1983. Instructional Design, Theories and Models. London: Lawrence Erlbaum Associaties Publisher.
Sudirman M. Chon. 2006. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja Kepala Sekolah Menengah Kejuruan. www.dikmenjur.freehosting.net.
Surya Dharma. 2005. Manajemen Kinerja: Falsafah Teori dan Penerapannya. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Tilaar, H. A. R. 1997. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Toto Taharuddin. 2002. Kinerja Profesional Guru. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
76
Lampiran 1: Instrumen Penilaian Kinerja Guru dalam Perencanan Pembelajaran
(RP)
1. Nama Guru : …………………………………………………
2. NIP/NIK : …………………………………………………
3. Sekolah (tempat) : …………………………………………………
4. Mata Pelajaran : …………………………………………………
5. Waktu (penilaian) : …………………………………………………
6. Tanggal (penilaian) : …………………………………………………
NO. KOMPONEN RENCANA PEMBELAJARAN NILAI
A Tujuan Pembelajaran
1. Kejelasan Tujuan Pembelajaran 1 2 3 4
2. Ruang Lingkup 1 2 3 4
3. Kejelasan urutan tujuan pembelajaran 1 2 3 4
4. Kesesuaian dengan Kompetensi Dasar 1 2 3 4
B Pemilihan materi ajar
5. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 1 2 3 4
6. Kesesuaian dengan karakteristik siswa 1 2 3 4
C Pengorganisasian materi ajar
7. Alur dan pengaturan materi 1 2 3 4
8. Ketepatan waktu 1 2 3 4
D Pilihan Materi/Media Pembelajaran
9. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 1 2 3 4
10. Kesesuaian dengan bahan pelajaran 1 2 3 4
11. Kesesuaian dengan karakteristik siswa 1 2 3 4
77
E Kejelasan skenario pembelajaran
12. Langkah-langkah proses pembelajaran 1 2 3 4
13. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 1 2 3 4
14. Kesesuaian dengan bahan pelajaran 1 2 3 4
15. Kesesuaian dengan karakteristik siswa 1 2 3 4
F Kerincian skenario pembelajaran
16. Kerincian kegiatan pengajaran dan pembelajaran 1 2 3 4
17. Kesesuaian waktu yang diberikan dengan tahapan pelajaran 1 2 3 4
G Evaluasi
18. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 1 2 3 4
19. Kejelasan prosedur evaluasi 1 2 3 4
H Kelengkapan instrumen evaluasi
20. Ketersediaan instrumen 1 2 3 4
Total Skor
Nilai (RP) =
Komentar Penilai:
Penilai
Nama :
Jabatan :
Alamat Kantor :
Alamat Rumah :
Tanggal:
Tanda Tangan Penilai ________________
78
.
79
Lampiran 2: Deskriptor Penilaian Kinerja: Rencana Pembelajaran (Lorna Power, Adisor AED DBE3-USAID)
No Komponen Beri nilai 1 jika… Beri nilai 2 jika… Beri nilai 3 jika… Beri nilai 4 jika…
A Kejelasan Hasil Pembelajaran
A.1 Kejelasan Tujuan
Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran
tidak dinyatakan
Tujuan Pembelajaran
Dinyatakan tetapi tidak
jelas
(misalnya: dapat
ditafsirkan berbeda-
beda)
Tujuan pembelajaran
dinyatakan dan jelas
tetapi tidak dapat diukur
(misalnya: beberapa
tujuan menyatakan
bahwa siswa dapat
melakukan apa yng
dipelajari tetapi mereka
tidak dapat melakukan
sebagai hasil dari
pelajaran)
Tujuan pembelajaran
dinyatakan jelas dan
dapat diukur.
(misalnya: dinyatakan
apa yang siswa pelajari
sebagai hasil dari
pembelajaran
80
A.2 Ruang Lingkup Tujuan
Pembelajaran
Ruang lingkup tujuan
pembelajaran tidak
dinyatakan dengan jelas.
Tujuan pembelajaran
hanya meliputi satu
aspek saja (misalnya
pengetahuan) dan
keterampilan rendah
(misalnya siswa hanya
dituntut untuk belajar
dan menghapal
pengetahuan, fakta atau
pembelajaran
sebelumnya atau
mengcopy informasi dari
satu temapat ke tempat
lainnya)
Tujuan pembelajaran
meliputi 2 aspek atau
lebih (misalnya
pengetahuan, sikap dan
keterampilan) dan
keterampilan menengah
setiap siswa (misalnya,
siswa dituntut untuk
menjelaskan,
menyimpulkan atau
menafsirkan fakta dari
apa yang mereka telah
pelajari.)
Tujuan pembelajaran
meliputi 2 aspek atau
lebih dan menuntut
siswa menggunakan
keterampilan tingkat
tinggi
(misalnya: menganalisis,
sa, mensintemensa atau
mengevaluasi materi
pelajaran)
81
A.3 Kejelasan urutan tujuan
pembelajaran
Clarity of ranking of
Learning Objectives
Urutan tidak
dinayatakan dengan
jelas
Learning objectives are
not stated
Urutan dinyatakan
dengan jelas tetapi tidak
dirangkai,
dikelompokkan dan
diranking
Tujuan pembelajaran
dirangkai atau
dikategorikan (misalnya:
(misalnya:
mengelompokkan ke
dalam aspek atau
menuliskannya sesuai
urutan dalam KTSP)
Tujuan pembelajaran
ranking dalam urutan
dari mudah ke sulit.
A.4 Keseuaian Tujuan
Pembelajaran dengan
Kompetensi Dasar
Tujuan Pembelajaran
tidak dinyatakan atau
tidak berhubungan
dengan SK atau KD
Beberapa tujuan
pembelajaran
berhubungan dengan
SK, KD tetapi lainnya
tidak berhubungan.
Tujuan pembelajaran
berhubungan dengan
SK, KD
Penulisan tujuan
pembelajaran/indicator
diperoleh diturunkan
dari SK atau KD dan
hubungannya sangat
jelas.
B PEMILIHAN MATERI PEMBELAJARAN
B.1 Kesesuaian dengan tujuan
pembelajaran
Materi pelajaran tidak
dinyatakan, tidak jelas
atau tidak sempurna
Materi pelajaran jelas
tetapi tidak
berhubungan dengan
Materi pembelajaran
diangkat dari tujuan
pembelajaran tetapi
Materi pembelajaran
diangkat dari tujuan
pembelajaran dan
82
tujuan pembelajaran tidak berhubungan jelas
dengan dunia nyata
(misalnya; meliputi
sebuah contoh atau
aktivitas tetapi tidak
dapat digunakan untuk
kehidupan)
berhubungan jelas
dengan dunia nyata
(misalnya; meliputi
sebuah contoh atau
aktivitas tetapi yang
dapat digunakan untuk
kehidupan)
B.2 Kesesuaian dengan
karakteristik siswa
Materi tidak jelas atau
sesuai dengan
karakteristik siswa
(misalnya terlalu sulit
atau terlalu mudah pada
umumnya siswa)
Materi jelas atau sesuai
dengan karakteristik
siswa namun tidak
menantang (misalnya:
umumnya siswa dapat
melakukan tetapi
mereka tidak belajar hal
baru)
Materi jelas atau sesuai
dengan karakteristik
siswa dan lebih
menantang (misalnya:
materi membantu siswa
mempelajari hal baru)
Materi jelas atau sesuai
dengan karakteristik
siswa dan dikhususkan
untuk karakteristik siswa
secara iperorangan
(misalnya: ada materi
tambahan – dikhususkan
untuk siswa yang pandai
dan materi remedi untuk
siswa yang lambat)
C PENGORGANISASIAN MATERI AJAR
83
C.1 Alur dan pengaturan
materi
Kemajuan belajar berarti
bahwa orang belajar
menyusun pengalaman
dari pengalaman
sebelumnya
Rencana pelajaran tidak
diorganisasikan atau alur
materi tidak jelas.
Rencana pelajaran
diorganisasikan atau alur
materi jelas tetapi tidak
logis (misalnya: materi
tidak berkaitan dengan
materi lain)
Rencana pelajaran
diorganisasikan atau alur
materi jelas dan logis
tetapi hanya pada satu
pokok bahasan
(misalnya: ada
keterkaitan jelas syang
jelas dari pembelajaran
diantara mata pelajaran
tetapi tidak dengan
pembelajaran
sebelumnya—materi
tidak jelas bagaimana
hubungannya dengan
pokok bahasan lain)
Rencana pelajaran
diorganisasikan atau alur
materi jelas dan logis
dan sesui dengan mata
pelajaran.
(misalnya: ada
keterkaitan yang jelas
pembelajaran pokok
bahasan dan
pembelajaran pokok
bahasan sebelumnya –
materi berhubungan
dengan materi lain)
C.2 Ketepatan waktu
" Pengisi" suatu aktivitas
Waktu tidak dinyatakan
atau tidak jelas.
Waktu ada tetapi terlalu
banyak atau terlalu
Tingkat kedalaman
materi dapat diajarkan
Tingkat kedalaman
materi dapat diajarkan
84
ekstra yang guru siapkan
untuk mengisi waktu jika
beberapa siswa
menyelesaikan pelajaran
awal
sedikit dibandingkan
waktu yang
dialokasikan.
dengan materi alokasi
waktu yang ada tetapi
perencanaan
pembelajaran tidak
memuat “aktivitas
pengisi”
dengan materi alokasi
waktu yang ada dan
perencanaan
pembelajaran memuat
“aktivitas pengisi”
D PILIHAN MATERI/MEDIA PEMBELAJARAN
D.1 Kesesuaian dengan tujuan
pembelajaran
Tidak ada sumber/media
yang dinyatakan
Sumber belajar/media
ada namun tidak sesuai
dengan tujuan
pembelajaran (misalnya
buku tes siswa dapat
mengembangkan
keterampilan
pengukuran siswa)
Sumber/media
pembelajaran relevan
dengan tujuan
pembelajaran tetapi
tidak dapat membantu
pengembangan tujuan
pembelajaran dengan
lebih baik (misalnya:
guru menggunakan
Sumber/media
pembelajaran relevan
dengan tujuan
pembelajaran dan dapat
membantu
pengembangan tujuan
pembelajaran dengan
lebih baik (misalnya:
guru menggunakan
85
benang dan mistar
dalam pengukuran
tetapi siswa tidak
memiliki dan
menggunakannya.)
benang dan mistar
dalam pengukuran dan
siswapun memiliki dan
menggunakannya.)
D.2 Kesesuaian dengan bahan
pelajaran
Tidak ada sumber/media
yang dinyatakan
Ada sumber/media yang
dinyatakan tetapi kurang
sesuai dengan materi
pelajaran (misalnya
menggunakan kalkulator
pada materi melukis
segitiga)
Ada sumber/media yang
dinyatakan tetapi tidak
dapat membantu siswa
memahami materi
pelajaran dengan lebih
baik. (misalnya gambar
dimensi dua untuk
membantu siswa
memahami bangun 3
dimensi)
Ada sumber/media yang
dinyatakan dan dapat
membantu siswa
memahami materi
pelajaran dengan lebih
baik.
(misalnya sebuah roda
sepeda untuk membantu
siswa mengetahui
pengertian jari-jari
lingkaran, busur
lingkaran dan keliling
86
lingkaran.)
D.3 Kesesuaian dengan
karakteristik siswa
Tidak ada sumber/media
yang dinyatakan
No learning resources or
media are listed
Ada sumber/media yang
dinyatakan tetapi kurang
sesuai dengan tingkat
kelas siswa. (misalnya
siswa kelas IX diajarkan
operasi hitung dengan
menggunakan mistar
hitung)
Ada sumber/media yang
dinyatakan tetapi hanya
sebagian yang sesuai
dengan tingkat kelas
siswa.
Ada sumber/media yang
dinyatakan dan sesuai
dengan tingkat kelas
siswa. (misalnya siswa
kelas IX menggunakan
kalkulator grafik untuk
mengetahui grafik
persamaan kuadrat).
E KEJELASAN SKENARIO PEMBELAJARAN
E.1 Langkah-langkah proses
pengajaran dan
pembelajaran
Langkah-langkah proses
pengajaran dan
pembelajaran tidak
dinyatakan atau
membingungkan
Langkah-langkah proses
pengajaran dan
pembelajaran
dinyatakan tetapi tidak
lengkap (misalnya tidak
mencakup seluruh
Langkah-langkah proses
pengajaran dan
pembelajaran
dinyatakan tetapi tidak
mendalam
(misalnya tidak memuat
Langkah-langkah proses
pengajaran dan
pembelajaran
dinyatakan dan lengkap
serta memuat
ruang untuk latihan
87
langkah-langkah
pembelajaran mulai dari
pembuka hingga
penutup)
ruang untuk latihan atau
contoh-contoh yang
dapat dilakukan)
atau contoh-contoh
yang dapat dilakukan
pada semua tingkatan
kelas.
E.2 Kesesuaian dengan tujuan
pembelajaran
Langkah-langkah proses
pengajaran dan
pembelajaran tidak
dinyatakan atau
membingungkan
Strategi pembelajaran,
pendekatan dan metode
jelas tetapi tidak sesuai
dengan hasil
pembelajaran (misalnya
siswa menyelesaikan
tugas menulis padahal
mereka dituntut untuk
mampu bercakap)
Strategi pembelajaran,
pendekatan dan metode
jelas tetapi kurang sesuai
dengan hasil
pembelajaran
(misalnya banyak
strategi yang mengikuti
rangkaian dari buku teks,
misalnya guru
melakukan pengajaran
sesui dengan langkah-
langkah pada buku teks)
Strategi pembelajaran,
pendekatan dan
metode jelas dan sesuai
dengan hasil
pembelajaran dan
kompetensi
(misalnya strategi
pembelajaran
memadukan semua
teori dasar, pengalaman
dan praktik)
E.3 Kesesuaian dengan bahan Strategi pembelajaran, Strategi pembelajaran, Strategi pembelajaran, Strategi pembelajaran,
88
pelajaran pendekatan dan metode
tidak dinyatakan dan
membingungkan.
pendekatan dan metode
dinyatakan tetapi tidak
sesuai dengan materi.
pendekatan dan metode
dinyatakan dan sesuai
dengan materi tetapi
dangkal dan tidak
menyenangkan
(misalnya bergantung
kepada buku teks)
pendekatan dan
metode dinyatakan dan
sesuai dengan materi
serta dapat membantu
siswa terlibat aktif dan
memahami apa yang
diajarkan.
E.4 Kesesuaian dengan
karakteristik siswa
Strategi pembelajaran,
pendekatan dan metode
tidak dinyatakan dan
membingungkan.
Strategi pembelajaran,
pendekatan dan metode
dinyatakan tetapi tidak
sesuai dengan
karakteristik siswa
(misalnya menugaskan
yang memiliki
penguasaan matematika
rendah untuk
Strategi pembelajaran,
pendekatan dan metode
dinyatakan tetapi kurang
sesuai dengan
karakteristik siswa
Strategi pembelajaran,
pendekatan dan
metode dinyatakan
tetapi dan sesuai
dengan umur dan
karakteristik siswa
89
menyelesaikan soal sulit)
E.5 Kesesuaian langkah-
langkah proses
pengajaran dan
pembelajaran dengan
tingkat kelas siswa
Strategi pembelajaran,
pendekatan dan metode
tidak dinyatakan dan
membingungkan.
Strategi pembelajaran,
pendekatan dan metode
dinyatakan tetapi tidak
sesuai dengan tingkatan
siswa (Misalnya, siswa
baru saja memulai
mempelajari sebuah
keterampilan tetapi guru
menggunakan strategi
dimana siswa sendiri
harus melakukan
kegiatan itu secara
mandiri)
Strategi pembelajaran,
pendekatan dan metode
dinyatakan dan lebih
sesuai dengan tingkatan
siswa tetapi tidak sesuai
dengan kebutuhan siswa
(misalnya, siswa mulai
belajar bagaimana
menggunakan suatu
ketrampilan dengan
tepat tetapi belum
lancar. Guru memilih
metoda untuk siswa
praktek menggunakan
keterampilan tetapi
tidak ada umpan balik
untuk peningkatan siswa
Strategi pembelajaran,
pendekatan dan
metode dinyatakan dan
sangat sesuai dengan
tingkatan siswa
(Misalnya siswa mulai
mempelajari suatu
ketrampilan dengan
tepat tetapi belum
lancar. Guru memilih
metoda praktek dengan
menggunakan
ketrampilan dan
memastikan mengajar
ada umpan balik yang
dapat meningkatkan
keterampilan siswa)
90
)
F KERINCIAN SKENARIO PEMBELAJARAN
F.1 RIncian aktivitas
pengajaran dan
pembelajaran
Ada rincian langkah-
langkah pengajaran dan
pembelajaran tetapi
tidak lengkap dan
membingungkan.
Ada rincian langkah-
langkah pengajaran dan
pembelajaran lengkap
dan jelas tetapi
perencanaan tidak
memuat perintah dan
penjelasan bagi siswa.
Guru lain tidak dapat
melaksanakan
Dengan benar rencana
tersebut.
Ada rincian langkah-
langkah pengajaran dan
pembelajaran lengkap
dan jelas dan
perencanaan memuat
perintah dan penjelasan
bagi siswa. Guru lain
sulit untuk
melaksanakan
Dengan benar rencana
tersebut jika hanya
mengikuti instruksi dari
RPP
Ada rincian langkah-
langkah pengajaran dan
pembelajaran lengkap
dan jelas serta memuat
perintah dan penjelasan
bagi siswa. Guru lain
mudah untuk
melaksanakan
dengan benar rencana
tersebut.
F.2 Kesesuaian waktu yang
diberikan dengan tahapan
Waktu tidak dinyatakan
atau membingungkan
Waktu dinyatakan tetapi
tidak meliputi tahap-
Waktu dinyatakan tetapi
tidak proporsional untuk
Waktu dinyatakan dan
proporsional untuk
91
pelajaran Timing is not stated or is
confusing t
tahap pelajaran tahap-tahap pelajaran.
(contoh:. 40% membuka
pelajaran, 30% materi,
30% menutup pelajaran)
tahap-tahap pelajaran
Timing of each stage of
the lesson is
proportionate.
(misalnya. 5-10%
membuka pelajaran, 70-
80% materi dan 10-15%
menutup pelajaran
G EVALUASI PEMBELAJARAN
G.1 Kesesuaian dengan tujuan
pembelajaran
Tidak ada teknik
penilaian yang
dinyatakan
No assessment
techniques are stated
Ada teknik penilaian
pada RPP tetapi
membingungkan.
Teknik penilaian tertulis
dengan jelas pada RPP
tetapi tidak jelas tetapi
tidak sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
(misalnya: teknik
bertanya untuk
mengukur keterampilan)
Teknik penilaian tertulis
dengan jelas pada RPP
tetapi tidak jelas dan
sesuai dengan tujuan
pembelajaran
(misalnya: unjuk kerja
untuk mengukur
keterampilan, bertanya
untuk pengetahuan dan
92
pengamatan untuk
mengukur sikap).
G.2 Kejelasan prosedur
evaluasi
Tidak ada kejelasan
bagaimana melakukan
teknik penilaian
Tidak ada penjelasan
bagaimana melakukan
teknik penilaian tetapi
tidak jelas.
Ada penjelasan
bagaimana melakukan
penilaian tetapi tidak
melukiskan bagaimana
menggunakan
instrumen
(misalnya RPP
menyatakan bahwa
akan dilakukan teknik
observasi apa yang
dikatakan siswa tetapi
tidak menjelaskan
bagaimana
menggunakan rubric
kinerja)
Ada penjelasan
bagaimana melakukan
penilaian dan juga
melukiskan bagaimana
menggunakan
instrumen
93
H KELENGKAPAN INSTRUMEN EVALUASI
H.1 Ketersediaan instrumen Tidak ada instrument
yang tersedia.
Instrumen penilaian ada,
tetapi sangat kurang dan
membingungkankan.
Instrumen penilaian
tersedia dan jelas tetapi
tidak sesuai dengan
teknik penilaian atau
proses yang diuraikan
dalam RPP
(misalnya instumen
penilaian yang
dinyatakan akan
dilaksanakan dengan
observasi tetapi
instrument yang tersed
kerja)
Instrumen penilaian
tersedia dan jelas dan
sesuai dengan teknik
penilaian atau proses
yang diuraikan dalam
RPP
(misalnya RPP
menyatakan bahwa
penilaian akan dilakukan
dalam bentuk observasi
apa yang dikatakan
siswa dan format
observasi tersedia
lengkap dengan rubrik
penilaiannya.
94
Lampiran 2: Instrumen Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran
(PP)
1. Nama Guru : …………………………………………………
2. NIP/NIK : …………………………………………………
3. Sekolah (tempat) : …………………………………………………
4. Mata Pelajaran : …………………………………………………
5. Waktu (penilaian) : …………………………………………………
6. Tanggal (penilaian) : …………………………………………………
NO INDIKATOR/ASPEK YANG DIAMATI SKOR
I PRAPEMBELAJARAN
1. Memeriksa kesiapan siswa 1 2 3 4 5
2. Melakukan kegiatan apersepsi 1 2 3 4 5
II KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
A. Penguasaan materi pelajaran
3. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 1 2 3 4 5
4. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan 1 2 3 4 5
5.Menyampaikan, tujuan, motivasi, dan materi dengan jelas
dan sesuai dengan hierarki belajar
1 2 3 4 5
6. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan 1 2 3 4 5
B. Pendekatan/startegi pembelajaran
7.Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi
(tujuan) yang akan dicapai1 2 3 4 5
8. Melaksanakan pembelajaran secara runtut 1 2 3 4 5
9. Menguasai kelas 1 2 3 4 5
10. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 1 2 3 4 5
95
11.Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan
tumbuhnya kebiasaan positif
1 2 3 4 5
12.Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu
yang direncanakan
1 2 3 4 5
C. Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran
13. Menggunakan media secara efektif dan efisien 1 2 3 4 5
14. Menghasilkan pesan yang menarik 1 2 3 4 5
15. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media 1 2 3 4 5
D.Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan
siswa
16. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 1 2 3 4 5
17. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa 1 2 3 4 5
18.Menumbuhkan keceriaan dan antsiasme siswa dalam
belajar
1 2 3 4 5
NO INDIKATOR/ASPEK YANG DIAMATI SKOR
E. Penilaian proses dan hasil belajar
19. Memantau kemajuan belajar selama proses 1 2 3 4 5
20.Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi
(tujuan)
1 2 3 4 5
F. Penggunaan Bahasa
21.Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan
benar
1 2 3 4 5
22. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai 1 2 3 4 5
III PENUTUP
23. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan 1 2 3 4 5
96
melibatkan siswa
24.Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan,
atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/ pengayaan
1 2 3 4 5
Total Skor
Nilai (PP) =
………………………., …………………
Penilai,
(………………………………………)
NIP/NIK
Nilai Akhir: ∑2RP + 3PP = 5
Keterangan:
RP = Rencana Pembelajaran
PP = Pelaksanaan Pembelajaran
Indeks kinerja (1) : artinya kinerja kepala sekolah katagori rendah,
Indeks kinerja (2) : artinya kinerja kepala sekolah katagori sedang,
Indeks kinerja (3) : artinya kinerja kepala sekolah kategori tinggi,
Indeks kinerja (4) : artinya kinerja kepala sekolah katagori
sempurna
ATAU
86 – 100 : AMAT BAIK
97
76 – 85 : BAIK
66 – 75 : CUKUP
56 – 65 : KURANG
46 – 55 : BURUK
98
Lampiran 3. Format Penilaian Pelaksanaan Keterampilan Bertanya
Nama Guru : ………………. Pokok Materi : ………………….
Hari/tanggal : ………………. Kelas/Smt : ………………….
No Aktivitas Guru Skors Keterampilan Bertanya 1. Kejelasan pertanyaan yang disampaikan guru. 1 2 3 42. Kejelasan hubungan antara pertanyaan guru dengan 1 2 3 4
dibicarakan. 3. Pertanyaan ditujukan ke seluruh kelas lebih dahulu, baru 1 2 3 4
salah satu siswa. 4. Pemberian waktu berpikir untuk bertanya dan menjawab 1 2 3 45. Pendistribusian pertanyaan secara merata di antara para 1 2 3 46. Pemberian tuntunan: *) 1 2. 3 4
a Pengungkapan pertanyaan dengan cara lain. b Mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana. c Mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya.
*) Amati salah satu cara yang muncul. Komentar/Saran
Total Skor
Penilai,
(………………..)
NIP.
99
Lampiran 4. Format Penilaian Memberikan Penguatan
Nama Guru : ………………. Pokok Materi : ………………….
Hari/tanggal : ………………. Kelas/Smt : ………………….
No Aktivitas Guru SkorA. Penguatan Verbal 1. Mengucapkan kata-kata benar, bagus, tepat, dan bagus 1 2 3 4
murid menjawab/mengajukan pertanyaan. 2. Mengucapkan kalimat pekerjaanmu baik sekali, saya 1 2 3 4
dengan pekerjaanmu, pekerjaanmu makin lama makin Dulu, dan lihat lagi untuk membesarkan hati dan dorongan.
B. Penguatan Non Verbal1. Penguatan berupa senyuman, anggukan, pandangan 1 2 3 4
atau gerakan badan. 2. Penguatan dengan cara mendekati. 1 2 3 43. Penguatan dengan sentuhan. 1 2 3 44. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan. 1 2 3 45. Penguatan dengan memberikan hadiah yang relevan dan
rasional
1 2 3 4Komentar/Saran
Total Skor
Penilai,
(………………..)
NIP.
100
Lampiran 5. INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH
Nama Kepala Sekolah/Madrasah :
Satuan Pendidikan :
Nama Penilai :
Jabatan/Pangkat Penilai : Pengawas, Guru, K3S, Komite Sekolah
PETUNJUK PENGISIAN INSTRUMEN
1. Anda diminta menilai kinerja kepala sekolah/madrasah dari aspek pelaksanaan
tugas pokok, komitmen dalam melaksanakan tugas dan hasil kerja yang
tercermin pada prestasi sekolah, guru, dan siswa.
2. Setiap aspek yang dinilai dinyatakan dalam pernyataan/pertanyaan yang
disertai empat deskriptor yang menggambarkan perilaku kepala sekolah dalam
melaksanakan tugas pokoknya.
3. Anda diminta melingkari salah satu angka yang ada pada kolom sebelah kanan (
1 2 3 4 ) setelah mengkaji deskriptor yang menggambarkan perilaku kepala
sekolah sebagaimana tertera pada kolom sebelah kiri.
4. Kriteria untuk setiap angka pada setiap pernyataan/pertanyaan adalah sebagai
berikut
(1) apabila ada satu deskriptor, tampak dalam tindakan kepala sekolah
(2) apabila ada dua deskriptor, tampak dalam tindakan kepala sekolah
(3) apabila ada tiga deskriptor, tampak dalam tindakan kepala sekolah
(4) apabila semua deskriptor tampak dalam tindakan kepala sekolah
5. Jika tidak satu pun deskriptor tampak dalam perilaku kepala sekolah maka
untuk pernyataan tersebut beri angka nol (0).
DIMENSI INDIKATOR DAN DESKRIPTOR Skala Nilai
101
PENILAIANA.
KOMITMEN TERHADAP TUGAS
1. Kepribadian 1.1.
Kepala sekolah jujur dalam hal apapun 1 2 3 4 0
terkait dengan pelaksanaan tugas dantanggung jawabnya.Deskriptor :(1) Mengisi agenda kegiatan harian
sesuaikenyataan & mengisi buku penghubungjika meninggalkan jam dinasnya
(2) Merekam jumlah barang yang diterima dalam pembelian sama dengan yang tertulis pada faktur pembelian
(3) Membuat laporan penerimaan dan pe- ngeluaran keuangan sekolah sesuai de- ngan kenyataan yang sebenamya
(4) Menyampaikan laporan kegiatan sekolahsesuai dengan realita yang sebenarnyaterjadi
1.2.
Kepala sekolah terbuka dalam hal apa pun 1 2 3 4 0
yang terkait dengan pelaksanaan tugas pokoknya Deskriptor : (1) Melibatkan guru, staf TV, dan pen
gurus
102
komite sekolah dalam menyusun Ren- cana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
(2) Menempatkan RAPBS di tempat strategisuntuk diketahui semua warga sekolah
(3) Memberi kesempatan kepada pihak yg terkait untuk mengetahui pembukuankeuangan sekolah
(4) Memberi kesempatan kepada guru, staf TV, siswa untuk memberi saran dan kritik yang membangun kepada Kepala Sekolah
1.3.
Kepala sekolah memiliki integritas kepribadian
1 2 3 4 0
sebagai pemimpin Deskriptor : (1) Memiliki kestabilan emosi dalam me-
respon permasalahan(2) Mampu mengendalikan diri dalam
menghadapi masalah pekerjaan (3) Tidak ragu-ragu dalam membuat
kepu-tusan
(4) Konsisten dalam berkata dan berprilaku
1.4.
Kepala sekolah bertanggungjawab atas pe- 1 2 3 4 0
laksanaan tugasnya Deskriptor :
(1)Berani menanggung resiko atas kebijakan
103
yang telah ditetapkannya
(2)Melindungi guru dan staf sekolah manakalaada pengaduan pihak luar sepanjangada dalam jalan yang benar.
(3) Tidak mencari kambing hitam untuk menutupi kekurangan dirinya dalam melaksanakan tugas
(4)Merasa bahwa keberhasilan dan kegagalansiswa dalam meraih prestasi menjaditanggungjawabnya
1.5 Kepala sekolah memiliki rasa percaya diri 1 2 3 4 0dalam melaksanakan tugasnya Deskriptor : (1) Selalu optimis mampu mencari
berbagai alternatif pemecahan masalah yang ada di sekolah
(2) Selalu optimis bahwa program yang telah disusun bisa berhasil
(3) Mantap dalam berkata, bersikap dan bertindak
(4) Berani mengambil langkah baru apabila mengalami kegagalan dalam menjalankantugas
2.Sosial
2.1.
Kepala sekolah menjalin komunikasi dengan 1 2 3 4 0
pihak lain untuk pelaksanaan tugas pokoknya Deskriptor: (1) Menjalin komunikasi dengan pihak luar
sekolah (2) Komunikasi dilakukan dengan berbagai
pihak (sekolah lain, institusi pemerintah, institusi swasta, tokoh masyarakat dan sejenisnya)
104
(3) Menggunakan berbagai teknik komunikasi (Iisan dan tertulis)
(4) Komunikasi dengan pihak lain telah membuahkan keberhasilan sekolah
2.2. Kepala sekolah menjalin kerjasama dengan 1 2 3 4 0pihak lain Deskriptor: (1) Mengadakan kerjasama dengan sekolah
lain yang sejenis (2) Kerjasama dilakukan dengan institusi
pemerintah, nonpemerintah, dunia industridan masyarakat
(3) Kerjasama dilaksanakan secara formal dan tidak formal
(4) Kerjasama telah membuahkan hasil untuk kemajuan sekolah
2.3. Kepala sekolah memiliki kepekaan terhadap 1 2 3 4 0masalah sosial Deskriptor: (1) Cepat menangkap masalah atau pende-
ritaan yang dihadapi pihak lain(2) Cepat memberikan respon untuk mem-
bantu memecahkan permasalahan yang dihadapi pihak lain
(3) Memberikan bantuan kepada pihak lain yang membutuhkan
(4) Mengkoordinasi anggota sekolah untuk memberikan bantuan kepada pihak lain yag membutuhkan
2.4.
Kepala sekolah berpartisipasi dalam kegiatan 1 2 3 4 0
sosialDeskriptor: (1) Melakukan kegiatan pengabdian ma-
syarakat (pelatih, pembimbingan, pem-
105
berian bantuan, dan sejenisnya (2) Mengkoordinir anggota sekolah (guru,
staf atau siswa) untuk melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat
(3) Melaksanakan tugas-tugas sosial kema- syarakatan (kegiatan desa, kegiatan dewansekolah, dsb.)
(4) Mengkoordinir anggota sekolah untuk berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat
2.5.
Kepala sekolah memberikan bantuan kepada 1 2 3 4 0
pihak lain Deskriptor:
(1)Memberikan bantuan pemikiran kepadapihak lain yang memerlukan
(2) Memberikan bantuan tenaga kepada pihak lain yang memerlukan
(3)Memberikan bantuan dana kepada pihaklain yang memerlukan
(4)Memberikan bantuan jasa kepada pihak lain yang memerlukan.
B. TUPOKSI1. Manajerial 1.1
. Kepala sekolah menyusun perencanaan sekolah
1 2 3 4 0
Deskriptor: (1) Menyusun perencanaan jangka panjang
secara tertulis (2) Perencanaan jangka panjang disusun
berdasarkan kebijakan pendidikan nasional
(3) Perencanaan jangka panjang
106
didasarkan pada kondisi sekolah (kelemahan, ke- unggulan, peluang, dan tantangan
(4) Perencanaanjangka panjang dijabarkan secara jelas (tujuan, program kegiatan, waktu pelaksanaan, dan sejenisnya
1.2.
Kepala sekolah menyusun perencanaan jangka
1 2 3 4 0
menengah sekolah <± 4 tahun) Deskriptor:
(1) Menyusun perencanaan jangkamenengah secara tertulis
(2) Pereneanaan jangka menengah disusun berdasarkan perencanaan jangka panjang sekolah
(3)Perencanaan jangka menengah didasarkan pada kondisi sekolah (kelemahan,keunggulan peluang, dan tantangan)
(4)Perencanaan jangka menengah dijabarkan secara jelas (tujuan, program kegiatan, waktu pelaksanaan, dan sejenisnya.)
1.3.
Kepala sekolah menyusun program kerja tahunan
1 2 3 4 0
sekolah Deskriptor:
(1)Menyusun program kerja tahunan secara tertulis
(2) Program kerja tahunan disusun berda- sarkan perencanaan jangka menengah
(3) Program kerja tahunan mengacu pada Sasaran/target yang dicapai sekolah dalam
107
waktu satu tahun ajaran
(4)Program kerja tahunan sekolah dijabarkanSecara jelas (tujuan, program kegiatan,waktu pelaksanaan, dan sejenisnya.)
1.4.
Kepala sekolah mengelola kurikulum tingkat 1 2 3 4 0
satuan pendidikan Deskriptor:
(1) Menyusun KTSP (2) Melaksanakan KTSP (3) Memantau pelaksanaan KTSP (4) Menilai keberhasilan KTSP
1.5.
Kepala sekolah mengembangkan program 1 2 3 4 0
pembelajaran Deskriptor:
(1)Menyusun program pembelajaran setiap tahun ajaran
(2) Program pembelajaran dikembangkan sesuai dengan kompetensi lulusan
(3) Program pembelajaran dinilai secara periodik/per semester
(4) Program pembelajaran diperbaiki dan disempurnakan pada setiap akhir tahun
1.6.
Kepala sekolah melaksanakan program pem- 1 2 3 4 0
belajaran.Deskriptor;
(1) Mengkoordinasi pelaksanaan programpembelajaran
(2) Program pembelajaran dilaksanakan sesuai rencana
(3) Pelaksanaan program pembelajaran dipantau secara terencana
108
(4) Keberhasilan pelaksanaan program pembelajaran dinilai sesuai dengan rencana
1.7.
Kepala sekolah mengevaluasi guru dalam 1 2 3 4 0
melaksanakan pembelajaranDeskriptor :
(1) Mengunjungi kelas mengamati gurumengajar
(2) Berdiskusi dengan guru membahas ber-bagai masalah pembelajaran
(3) Menilai RPP yang dibuat guru(4) Memanfaatkan hasil evaluasi untuk
memperbaiki mutu pembelajaran1.8.
Kepala sekolah mengelola penerimaan siswa baru
1 2 3 4 0
Deskriptor :(1) Mengadakan perencanaan penerimaan
siswa baru.(2) Mengadakan seleksi penerimaan siswa
baru
(3) Pendaftaran siswa barn dilakukan sesuai dengan daya tampung
(4) Melakasanakan orientasi siwa baru1.9.
Kepala sekolah mengelola pengelompokkan 1 2 3 4 0
siswa.Deskriptor :
(1) Melakukan identifikasi karakteristik siswa
(2) Mengadakan pengelompokan siswa
(3)Pengelompokan didasarkan pada karak- teristik siswa
(4) Pengelompokan dapat menunjang
109
kegiatanbelajar siswa
2.Supervisi, dst.
dst ..............................................
110