eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I....

236
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan bahasa, merupakan hal yang pasti adanya. “A language must change, to keep pace with society”, demikian judul artikel yang ditulis oleh David Crystal dalam Liverpool Daily Post tanggal 16 Mei tahun 1963. Artikel ini, meskipun menanggapi protes atas maraknya kesalahan pemakaian bahasa Inggris pada masa itu, sejatinya mencoba menawarkan solusi atas kemunculan berbagai variasi bahasa. Dalam artikel tersebut, Crystal menyatakan, “A language is what all its users make it; it is a social, not just an academic phenomenon.” Crystal memberikan penegasan bahwa bahasa berkembang dari waktu ke waktu. Selain mengikuti penuturnya, fleksibilitas bahasa juga mengikuti media dan konteksnya diekspresikan sehingga penghakiman terhadap nilai benar salah suatu bahasa 1

Transcript of eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I....

Page 1: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

bahasa, merupakan hal yang pasti adanya. “A language must change, to keep pace

with society”, demikian judul artikel yang ditulis oleh David Crystal dalam

Liverpool Daily Post tanggal 16 Mei tahun 1963. Artikel ini, meskipun

menanggapi protes atas maraknya kesalahan pemakaian bahasa Inggris pada masa

itu, sejatinya mencoba menawarkan solusi atas kemunculan berbagai variasi

bahasa. Dalam artikel tersebut, Crystal menyatakan, “A language is what all its

users make it; it is a social, not just an academic phenomenon.” Crystal

memberikan penegasan bahwa bahasa berkembang dari waktu ke waktu. Selain

mengikuti penuturnya, fleksibilitas bahasa juga mengikuti media dan konteksnya

diekspresikan sehingga penghakiman terhadap nilai benar salah suatu bahasa

dengan bersandar pada satu paradigma semata tentunya tidak tepat.

Sebagai wadah perkembangan bahasa, media memiliki peran vital

dalam menjaga dan memelihara keberadaan suatu bahasa. Media cetak seperti

koran, majalah, tabloid, dan jurnal memiliki tanggung jawab yang sama dengan

media elektronik audio-visual seperti televisi, radio, maupun internet dalam

mempertahankan keberlangsungan suatu bahasa. Di Indonesia, peran ini telah

diinisiasi oleh pemerintah melalui beberapa peraturan seperti Inpres Nomor 2

11

Page 2: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Tahun 2001, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008, dan Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2009.

Pasal 25 sampai dengan pasal 45 Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2009 menegaskan secara yuridis status, fungsi, penggunaan, pengembangan,

pembinaan, serta pelindungan terhadap bahasa Indonesia. Pasal 39 ayat 1 secara

spesifik menjelaskan kedudukan bahasa Indonesia dalam media massa:

Pasal 39(1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam informasi melalui media massa(2) Media massa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan

bahasa daerah atau bahasa asing yang mempunyai tujuan khusus atau sasaran khusus.

Setahun sebelumnya, pemerintah mengeluarkan UU Nomor 11 Tahun

2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Meskipun tidak secara eksplisit

menyatakan tugas pengembangan bahasa, perangkat hukum ini menyerukan

perlunya batasan tentang norma bahasa ketika berbagi informasi atau saat

bertransaksi secara elektronik. Gambaran umum tersebut diperoleh dari Bab VI

sampai dengan Bab XI yang mengatur domain, HKI, perlindungan hak pribadi,

perbuatan yang dilarang, penyelesaian sengketa, peran pemerintah dan

masyarakat, penyidikan, serta ketentuan pidana.

Selanjutnya, Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2001 Tentang

Penggunaan Komputer dengan Aplikasi Komputer Berbahasa Indonesia.

Kehadiran Inpres ini dilatarbelakangi setidaknya oleh tiga hal. Pertama,

menyiapkan SDM baik masyarakat maupun aparatur negara yang mampu

mengoperasikan perangkat teknologi (komputer) dalam rangka menghadapi era

globalisasi. Kedua, kendala pemahaman bahasa asing pada aplikasi komputer

2

Page 3: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

yang menyebabkan kesulitan pengoperasian komputer bersangkutan. Ketiga,

perlunya aplikasi komputer berbahasa Indonesia untuk memudahkan pengguna

(masyarakat/aparatur negara) dalam melaksanakan kegiatannya, sekaligus sebagai

alternatif pilihan bahasa pada aplikasi komputer.

Abdurrahman Wahid, selaku presiden saat itu melalui Inpres Nomor 2

Tahun 2001 menginstruksikan khususnya kepada Menteri Riset dan Teknologi

serta Menteri Pendidikan Nasional untuk melaksanakan kegiatan pembakuan

istilah-istilah komputer ke dalam bahasa Indonesia, menyusun aplikasi komputer

berbahasa Indonesia berikut pedoman pemakaiannya dengan menggandeng para

ahli serta pihak-pihak terkait. Sebagai tindak lanjut, pemerintah melalui Pusat

Bahasa kemudian membentuk tiga Kelompok Kerja (Pokja) yakni Pokja

Pembakuan Istilah Teknologi Informasi, Pokja Perangkat Lunak, serta Pokja

Sosialisasi dan Implementasi. Tugas utama yang diemban oleh ketiga Pokja ini,

khususnya Pokja Pembakuan Istilah, ialah merumuskan pedoman pembakuan

istilah, pedoman pemakaian istilah, dan menghimpun daftar (senarai) awal sekitar

700 istilah dalam bidang teknologi informasi (TI). Lalu, pada tahapan berikutnya

direncanakan sekitar 4000 istilah yang akan dipadankan hingga tahapan akhir

dalam bentuk penyusunan kamus (Artikel Ristek, 2001).

Menyimak latar belakang kemunculannya, Inpres Nomor 2 Tahun

2001 hadir karena tuntutan akan kebutuhan memaksimalkan sumber daya manusia

dalam memahami dan mengoperasikan komputer. Tentu saja, permasalahan ini

bermuara pada persoalan bahasa. Keberadaan bahasa asing dalam aplikasi

komputer, tidak hanya mengganggu, tetapi juga menghalangi para pemula untuk

3

Page 4: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

beralih menggunakan teknologi ini dalam melaksanakan kegiatannya sehari-hari.

Bahasa Inggris sebagai lingua franca dalam aplikasi komputer (periksa

w3techs.com), dianggap menyulitkan bagi yang bukan penutur asli bahasa Inggris

serta terbiasa bekerja menggunakan teknologi konvensional seperti mesin tik dan

sebagainya.

Setelah dihimpun, senarai padanan yang berisi sekitar 629 istilah

kemudian dirilis sebagai tahap awal. Reaksi dari masyarakat bermacam-macam.

Ada yang mendukung usaha ini, namun ada pula yang menentangnya. Tanggapan

beragam yang muncul mengarah tidak hanya pada bentuk sosialisasi yang

dilakukan pemerintah, tetapi juga pada isi senarai padanan yang dihimpun oleh

tim perumus. Onno W. Purbo, salah seorang anggota tim perumus istilah TI dalam

wawancara dengan detik.com (9/5/2001) menawarkan solusi terkait sosialisasi dan

implementasi Inpres Nomor 2 Tahun 2001 dalam bentuk insentif kepada pembuat,

pengembang, atau pengecer perangkat lunak berbahasa Indonesia. Menurutnya,

insentif yang diberikan dapat berupa pemotongan pajak hingga 50%. Cara ini

diharapkan dapat memacu, tidak saja upaya pengembangan aplikasi, tetapi juga

pemakaian aplikasi komputer berbahasa Indonesia di kalangan pengguna. Untuk

pemerintah, cara ini menurut Onno dirasa lebih efektif daripada repot membentuk

satgas, berhutang, dan sebagainya.

Haryanto mengkritisi kegiatan pemerintah ini dengan menyertakan

pula sejumlah opini dari para praktisi komputer. Menurutnya, kegiatan

penerjemahan (pembakuan) istilah asing khususnya dalam bidang komputer

adalah sesuatu yang: 1) wajar dalam ilmu bahasa; ada kegiatan penerjemahan,

4

Page 5: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

penyerapan, atau gabungan keduanya; 2) perlu karena kamus istilah dalam suatu

bidang tertentu harus ada; 3) mubazir jika padanan istilah bahasa Inggrisnya sudah

populer dan digunakan secara luas oleh masyarakat; 4) sia-sia karena materi yang

tersedia di internet mayoritas menggunakan bahasa Inggris.

Haryanto mencatat bahwa entri-entri yang terdapat dalam Senarai

Padanan Istilah memiliki kelebihan serta kekurangan. Pertama, terdapat padanan

yang tepat karena ringkas dan jelas seperti sorot untuk highlight, siaga untuk

standby, tilik dan pratilik untuk view dan preview, mistar untuk ruler, garis kisi

untuk gridline, dan telusur untuk search. Kedua, sebagian besar serapan berterima

dengan syarat ejaannya tidak jauh berbeda dengan ejaan aslinya, seperti bentuk

energi daripada *enerji, serta bentuk email daripada *imel atau *imil. Ketiga,

padanan lainnya bermasalah karena terkesan dipaksakan, misalnya peladen untuk

server, bita untuk byte, serta surat untuk email. Keempat, padanan yang dibuat

menciptakan kerancuan, misalnya explorer dan browser sama-sama

diterjemahkan sebagai penjelajah, kemudian surat untuk email akan memiliki

makna yang sama dengan surat untuk letter. Kelima, padanan yang keliru

terhadap istilah asing seperti pelipat untuk folder, tiruan untuk dummy, inden

macet untuk hanging indent, serta sosok atas dan sosok bawah untuk uppercase

dan lowercase. Terakhir, kemungkinan ketidakberterimaan padanan tersebut pada

pengguna, seperti taut untuk link, hipertaut untuk hyperlink, fonta untuk font,

awakutu untuk debug, jurik untuk daemon, serta ikon emosi untuk emoticon.

Pernyataan Haryanto terkait kelima temuan ini kurang lebih ialah bahwa jika

istilah asing adalah sesuatu yang secara umum konsepnya sudah dipahami oleh

5

Page 6: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

pembaca, maka sia-sialah—dan malah justru merugikan—pembentukan padanan

istilah.

Lima belas tahun kemudian, atau setelah konvergensi media menjadi

hal yang lumrah di Indonesia, penggunaan istilah-istilah komputer berbahasa

Indonesia tersebut idealnya telah merata, lebih-lebih di kalangan pengguna

pemula komputer seperti yang diisyaratkan dalam Inpres Nomor 2 Tahun 2001.

Tetapi pada kenyataannya, pengaruh dari Inpres tersebut belum maksimal.

Sebagian besar pengguna komputer dan internet di Indonesia masih setia dengan

bahasa Inggris sebagai bahasa antarmuka/bahasa istilah yang digunakan ketika

mengoperasikan komputer atau ketika sedang berselancar di internet.

Penyebab munculnya permasalahan ini, jika merujuk pada pandangan

Purbo dan Haryanto di atas dapat dikerucutkan menjadi tiga, yakni 1) sosialisasi

yang tidak intens dan merata; 2) rendahnya daya ungkap bahasa Indonesia

sehingga banyak istilah yang tidak berterima karena tidak lazim, tidak populer,

atau bertentangan dengan logika sosial para penggunanya; serta 3) Tidak adanya

reward and punishment dalam penerapan kebijakan yang berpedoman pada Inpres

No.2 Tahun 2001. Selain keduanya, patut pula disimak pandangan Agnes

Kukulska-Hulme (2000:587) yang menyatakan bahwa penerjemahan terhadap

peristilahan komputer tidak selalu mungkin atau tepat dilakukan berdasarkan

pertimbangan teknis, politis, atau ekonomi. Imbasnya, banyak orang lantas merasa

harus menggunakan perangkat lunak berbahasa Inggris dalam versi aslinya.

Dalam rangka mencari solusi atas permasalahan di atas, perlu

dilakukan kajian komprehensif yang menjangkau tidak hanya analisis terhadap

6

Page 7: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

berbagai istilah komputer berbahasa Indonesia, tetapi juga melingkupi faktor

eksternal seperti pengaruh evolusi media terhadap kebijakan yang dikeluarkan

pemerintah, posisi bahasa Indonesia dalam pergaulan internasional, domestikasi

terhadap istilah asing, kurang apresiatifnya media terhadap istilah-istilah yang

dibakukan, persentase software berbahasa Indonesia yang minim, gengsi bahasa,

dan sebagainya. Aspek kajian ini membentang dari topik perencanaan bahasa,

metamorfosis media (mediamorfosis), hingga kaidah pembakuan peristilahan

komputer.

Namun, mengingat pentingnya fokus penelitian demi tercapainya hasil

yang maksimal, penelitian ini mengkhususkan diri pada tiga hal. Pertama, kajian

teks terhadap berbagai istilah komputer berbahasa Indonesia meliputi

pembicaraan tentang prinsip kebakuan istilah komputer. Rujukan utama materi ini

ialah teori yang dikemukakan oleh Agnes Kukulska-Hulme dalam bukunya yang

berjudul Language and Communication (Essential Concepts for User Interface

and Documentation Design. Dalam buku ini ia menjelaskan prinsip dasar yang

harus dimiliki oleh sebuah aplikasi komputer agar dapat dioperasikan dengan

mudah dan tidak menimbulkan kebingungan pada para penggunanya. Hal utama

yang disorotinya ialah pilihan kata/istilah sebagai bagian dari antarmuka (user

interface) sebuah program. Analisis dengan kajian ini penting dilakukan karena

teori yang dikemukakan dianggap mampu merumuskan secara tekstual penyebab

belum efektifnya penggunaan istilah-istilah komputer berbahasa Indonesia di

kalangan para pengguna.

7

Page 8: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Kedua, pengaruh evolusi media terhadap kebijakan pemerintah berupa

penerbitan Inpres Nomor 2 Tahun 2001. Hal yang dikaji dari topik ini adalah

ketimpangan antara kebijakan pemerintah tersebut dengan realisasi serta kesiapan

infrastruktur pendukungnya. Dalam konteks ini, Inpres Nomor 2 Tahun 2001

diasumsikan sebagai wujud perhatian pemerintah terhadap perkembangan bahasa

Indonesia. Sayangnya, implementasi dari kebijakan ini belum berbuah maksimal.

Untuk menganalisis penyebabnya, digunakan teori mediamorfosis Roger Fidler

sebagai acuan utama yang didukung oleh berbagai teori lainnya.

Ketiga, dilihat dari konteks pembelajaran di tingkat sekolah menengah

atas, kajian pembakuan peristilahan komputer berbahasa Indonesia dianggap

memiliki relevansi yang ekuivalen dengan materi tentang prinsip bahasa Indonesia

baku, kaidah penyusunan kata, serta pelafalan kata-kata serapan. Keterkaitan

materi ini dalam rangka pengembangan pengetahuan siswa, menyangkut

pembelajaran tentang pembakuan kata dalam bahasa Indonesia, sumber-sumber

kosakata bahasa Indonesia, dan manfaat bahasa serumpun, bahasa daerah, bahasa

asing, serta kosakata keilmuan dalam penyerapan kosakata bahasa Indonesia.

Semua materi yang disampaikan kepada para siswa bermuara pada pembelajaran

tentang ejaan yang disempurnakan dan pembentukan istilah dalam bahasa

Indonesia.

Dilatarbelakangi oleh pemikiran-pemikiran di atas, penelitian ini

berusaha mengungkap permasalahan-permasalahan seputar peristilahan komputer

berbahasa Indonesia dengan memandangnya sebagai bagian yang padu dengan

kebijakan bahasa di media khususnya komputer dan internet. Adapun relevansi

8

Page 9: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

penelitian ini dengan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA dianggap sebagai

modal extended research yang berupaya mengintegrasikan atau mengambil

manfaat dari penelitian yang dilakukan terhadap pembelajaran ejaan dan

peristilahan bahasa Indonesia bagi para siswa.

1.2 Rumusan Masalah

a. Faktor apa saja yang menjadi kendala penggunaan istilah teknologi

informasi berbahasa Indonesia?

b. Bagaimana relevansi penelitian tentang kendala penggunaan istilah

teknologi informasi berbahasa Indonesia dengan pembelajaran bahasa

Indonesia di Sekolah Menengah Atas?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap faktor yang menjadi kendala

penggunaan istilah teknologi informasi berbahasa Indonesia. Selain itu, penelitian

ini berupaya untuk menjelaskan keterkaitan antara kajian tentang kendala

penggunaan istilah teknologi informasi berbahasa Indonesia dengan pembelajaran

bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoretis

a. Sebagai panduan memahami pembentukan istilah serta kemungkinan

peluang dan tantangannya bagi pengembangan bahasa Indonesia;

9

Page 10: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

b. Sebagai penambah wawasan terkait media literacy (melek media) dan

pengaruhnya terhadap sikap berbahasa Indonesia;

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Sebagai dasar menelaah kebijakan-kebijakan pemerintah terkait

pemertahanan bahasa Indonesia di media elektronik;

b. Sebagai masukan atas kekurangan-kekurangan yang masih terdapat

baik dalam Senarai Padanan Istilah maupun dalam Glosarium Istilah TI

berbahasa Indonesia;

c. Sebagai suplemen bahan ajar ejaan dan pembentukan istilah dalam

bahasa Indonesia pada siswa Sekolah Menengah Atas.

10

Page 11: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Relevan

Penelitian yang terkait dengan peristilahan bahasa Indonesia dalam

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi diantaranya ialah:

2.1.1 “Peristilahan Komputer dalam Bahasa Indonesia: Sebuah Catatan Kecil Perencanaan Bahasa” (I Made Sudiana, 2008)

Monograf ini berisi uraian tentang perencanaan peristilahan khususnya

dalam bidang komputer, proses pembakuan peristilahan, serta tata caranya.

Menurut Sudiana, peristilahan merupakan hal yang penting dalam sebuah bahasa,

karena itu perlu direncanakan. Dalam penelitiannya tersebut, Sudiana terkesan

hanya mendeskripsikan teori meskipun pada bagian akhir ia sempat

mengemukakan paradigma psikologi sosial tentang proses penerimaan masyarakat

yang tidak sebentar terhadap satu ragam bahasa baru.

Kelebihan penelitian yang dilakukan oleh Sudiana terletak pada kesadaran

penulis bahwa masalah keberterimaan satu ragam bahasa baru bukan semata

persoalan tunggal. Topik ini menjadi kompleks mengingat pembakuan istilah

melibatkan proses perencanaan bahasa yang panjang. Dibandingkan dengan

penelitian ini, penelitian yang dilakukan oleh I Made Sudiana menyoroti

peristilahan komputer dari perspektif perencanaan bahasa dan tata istilah,

sedangkan penelitian ini menyoroti topik yang sama melalui perspektif

metamorfosis media, norma pembakuan istilah komputer serta relevansi

1111

Page 12: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

pembakuan istilah dengan pembelajaran bahasa Indonesia pada Sekolah

Menengah Atas.

2.1.2 “Neologisme: Sebuah Tantangan Pembentukan Istilah Baru dalam Bahasa Indonesia Melalui Proses Penerjemahan Berbasiskan Korpus” (Karnedi, 2011).

Dalam penelitian ini, Karnedi mengemukakan tentang Glosarium Istilah

Asing-Indonesia yang tidak cukup representatif dalam menyajikan padanan istilah

(khususnya dalam bidang ekonomi). Neologisme menurut Karnedi merupakan

metodologi alternatif yang bertujuan mengakomodasi segenap pemangku

kepentingan dalam pengembangan dan perencanaan bahasa, mendesain korpus

yang sesuai standar, serta menyempurnakan Glosarium Istilah Asing-Indonesia

Edisi Pertama. Fokus kajian ialah perihal penciptaan unit leksikal baru melalui

aktivitas penerjemahan secara professional dari bahasa Inggris ke bahasa

Indonesia.

Terkait dengan metodologi penelitian, seperangkat korpus yang paralel

telah dirancang sebagai korpus pembelajaran yang mengandung teks sumber

berbahasa Inggris dan teks sasaran berbahasa Indonesia. Demi tujuan ini,

sejumlah terjemahan buku teks bidang ekonomi dipilih secara acak. Data yang

diperoleh diproses dengan Wordsmith Tools versi 5.0. Daftar kata-kata kunci

melibatkan penggunaan British National Corpus sebagai korpus rujukan dalam

teks sumber. Kemudian, dilakukan studi komparatif yang melibatkan kesepadanan

bentuk-bentuk tersebut dalam bahasa Indonesia.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa bentuk-bentuk baru berisikan

kolokasi dan akronim merupakan tipe-tipe neologisme dominan yang diadaptasi

12

Page 13: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

dari bahasa sumber melalui penerjemahan teks ekonomi. Dalam konteks

perencanaan bahasa di Indonesia, khususnya perencanaan korpus, penciptaan

istilah-istilah baru dalam bidang ekonomi yang berorientasi bahasa Indonesia oleh

penerjemah profesional tampaknya menjadi sebuah proses dinamis dan

berkelanjutan yang dapat memperkaya Glosarium Istilah Asing-Indonesia, sebuah

usaha untuk memodernisasi bahasa Indonesia melalui penerjemahan neologisme

dalam teks ekonomi.

Perbedaannya dengan penelitian ini terletak pada usulan tentang perlunya

revitalisasi istilah dan ranah istilah. Penelitian ini tidak merekomendasikan

neologisme seperti yang diusulkan oleh Karnedi, tetapi lebih cenderung

mendeskripsikan kendala tekstual penyebab tidak digunakannya istilah komputer

berbahasa Indonesia oleh para pengguna. Di samping itu, berbeda dengan Karnedi

yang hanya menyarankan neologisme pada bidang ekonomi, penelitian ini

menyasar pada penggunaan istilah-istilah dalam bidang teknologi informasi

seperti komputer dan internet.

2.1.3 “Mereposisi Perencanaan Istilah Ranah Keilmuan” (Ansari, 2011).

Penelitian Ansari mengemukakan perihal tantangan besar yang dihadapi

oleh bahasa Indonesia pada masa kini. Tantangan pertama, maraknya penyerapan

bahasa asing yang menjurus ke arah gengsi berbahasa Indonesia. Tantangan

kedua, persoalan tata istilah dan ungkapan ilmiah yang memunculkan prasangka

miskinnya kosakata bahasa Indonesia. Dalam rangka menghadapi kedua tantangan

tersebut, Ansari mengusulkan dua cara: (1) perawatan dan pemeliharaan istilah

yang bersistem dengan selalu memasyarakatkan bentukan baru yang mudah

13

Page 14: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

dipakai; (2) meninjau kembali ketepatan beberapa istilah yang telah

dimasyarakatkan kembali berdasarkan aspek keterpakaiannya.

Dalam analisisnya, Ansari menyatakan bahwa persoalan kebahasaan ini

kemungkinan bermuara pada rendahnya frekuensi penggunaan istilah bahasa

Indonesia hasil penerjemahan dari istilah bahasa asing. Hal ini disebabkan upaya

pengenalan istilah tersebut belum optimal dilakukan sehingga sebagaian besar

masyarakat pengguna bahasa Indonesia tidak mengenal istilah tersebut. Contoh

yang dapat dikemukakan dalam hal ini misalnya tetikus (mouse), unduh

(download), unggah (upload), laman (homepage), luah (discharge), tumpak

(batch), petala (incumbent), gria tawang (penthouse), boga bahari (seafood), dan

lain-lain.

Kemungkinan kedua menurut Ansari ialah bahwa lembaga bahasa lambat

dalam menawarkan istilah bersangkutan sehingga pengguna bahasa Indonesia

lebih dulu mengenal dan menggunakan istilah asingnya. Meskipun telah

dimasyarakatkan, pengguna bahasa Indonesia tetap memakainya karena sudah

lebih akrab dengan istilah asing tersebut. Meskipun demikian, menurut Ansari

keadaan ini juga dapat disebabkan oleh ketidakcocokan dalam penerjemahan

istilah asing itu ke dalam bahasa Indonesia sehingga pengguna bahasa Indonesia

lebih memilih istilah asingnya.

Fokus penelitian yang dilakukan oleh Ansari lebih luas dibandingkan

dengan penelitian ini. Ranah keilmuan yang dibicarakan tentu saja meliputi semua

disiplin ilmu, tidak hanya bahasa. Lebih luasnya cakupan penelitian yang

dilakukan oleh Ansari akhirnya memiliki konsekuensi penjelasan yang lebih

14

Page 15: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

umum dibandingkan dengan penelitian ini yang memusatkan diri hanya pada satu

bidang yakni peristilahan komputer.

2.1.4 “Perkembangan dan Pengembangan Peristilahan Bahasa Indonesia di Bawah Lembaga-Lembaga Resmi Kebahasaan” (Samuel, 2011).

Secara historis, peristilahan di Indonesia dikembangkan dalam dua periode

yakni pada masa Komisi Istilah serta semasa Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa (Pusat Bahasa). Samuel meyakini bahwa pada periode yang kedua

kegiatan pengembangan peristilahan merupakan hasil perencanaan bahasa karena

sifatnya yang sistematis dan penggunaan perspektif multidisipliner dalam

perancangan istilah. Di samping melalui Pusat Bahasa dan MABBIM, peristilahan

di Indonesia menurut Samuel turut dikembangkan oleh para penutur bahasa dari

berbagai profesi atau sektor kerja seperti perguruan tinggi, media massa, sektor

industri, dan sektor jasa. Pendekatan tekstual dalam perkembangan peristilahan di

Indonesia menurut Samuel umumnya didorong oleh kebutuhan akan

penerjemahan dan penyusunan buku ajar baik di sekolah menengah maupun

perguruan tinggi. Terakhir, pendekatan linguistik berkaitan dengan bahasa sumber

yang menjadi rujukan istilah. Di Indonesia, bahasa Sanskerta, Arab, Persia,

Portugis, Belanda, dan Inggris merupakan sejumlah bahasa yang pernah dijadikan

sebagai sumber istilah.

Kesimpulan yang dikemukakan oleh Samuel terkait perkembangan

peristilahan di Indonesia di bawah naungan lembaga resmi mencakup kelebihan

maupun kekurangan politik istilah sebagai alat perkembangan bahasa. Poin

penting yang dikemukakan oleh Samuel yakni bahwa ekspansi bahasa Inggris

pada berbagai bidang kehidupan membuat politik istilah sebagai langkah proteksi

15

Page 16: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

bahasa lokal tidak selalu berhasil atau bahkan tidak sesuai harapan. Oleh karena

itu, Samuel mengajukan beberapa saran diantaranya: 1) kebijakan lembaga

kebahasaan harus didasari oleh pengetahuan dan pemahaman situasi

sosiolinguistik yang ada; 2) implementasi kebijakan peristilahan sebaiknya

memprioritaskan kebiasaan penutur daripada prinsip dan upaya para pakar

terminologi; 3) faktor waktu adalah hal yang penting karena perubahan linguistik

berlangsung dengan lambat dan harus diukur dengan hitungan dasawarsa atau

abad; 4) evaluasi secara komprehensif terhadap politik istilah harus dilakukan

untuk menyesuaikannya dengan kondisi linguistik terkini.

Penelitian Samuel mencakup rentang waktu yang panjang serta subjek

istilah yang luas. Mengacu pada kedua hal tersebut, perbedaannya dengan

penelitian ini mencakup periode pengindonesiaan istilah komputer yang belum

terlampau lama. Adapun subjek istilah komputer merupakan topik yang terbatas

pada upaya pengindonesiaan istilah komputer berbahasa asing ke dalam bahasa

Indonesia, sehingga dapat dinyatakan bahwa cakupan kajiannya tidak luas.

2.1.5 “Bahasa Indonesia sebagai Penghela Ilmu Pengetahuan dan Wahana Ipteks; Pembentukan Istilah sebagai Salah Satu Usaha Mewujudkannya” (Syamsuri, 2013).

Syamsuri dalam penelitian ini menjelaskan tentang hakikat pembentukan

istilah bahasa Indonesia dan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam

pembentukannya. Menurut Syamsuri, kehadiran istilah bahasa Indonesia pada

hakikatnya adalah untuk mengisi kekosongan padanan, untuk menambah variasi

kesinoniman, serta untuk memutasi istilah lain. Bentuk-bentuk seperti reformasi,

politik, signifikan, sipil, demokrasi, dan dekrit dianggap sebagai istilah yang

16

Page 17: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

mampu mengisi kekosongan padanan dalam bahasa Indonesia. Sementara itu,

bentuk-bentuk semacam fleksibel, menyimak, mengglobal, dan atom digunakan

sebagai variasi bagi kata lentur, mendengarkan, mendunia, serta sarah. Kemudian

yang terakhir, beberapa kosakata dimunculkan guna memutasi istilah lainnya

seperti lembaga pemasyarakatan yang memutasi kata bui, wisatawan memutasi

kata pelancong atau turis, serta invasi memutasi kata pendudukan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rangka mewujudkan bahasa

Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan dan wahana ipteks menurut

Syamsuri terdiri atas beberapa aspek penting yakni: pertama, bahasa Indonesia

hendaknya diberi kesempatan membuka diri guna menerima istilah bahasa lain;

kedua, peristilahan bahasa Indonesia menjadi media pendidikan karakter; ketiga,

peristilahan bahasa Indonesia hendaknya memperhatikan efisiensi, kebergunaan,

estetika, dan baku; keempat, istilah mampu menggambarkan tentang realitas

termasuk konsep ipteks; kelima, istilah bahasa Indonesia harus berada dalam

pusaran peradaban; dan yang keenam, istilah itu tersebarluaskan melalui berbagai

media.

Senada dengan rumusan Samuel dan Sudiana, topik yang dikemukakan

oleh Syamsuri merujuk pada perbincangan seputar dinamika peristilahan

berbahasa Indonesia dilihat dari perspektif yang luas. Uraian yang disampaikan

meliputi semua bidang. Namun sifatnya yang umum menimbulkan kesan bahwa

contoh yang dikemukakan hanya sebagian kecil saja dari rincian yang seharusnya

diungkap. Akibatnya generalisasi dalam penelitian Syamsuri menjadi

pengulangan dari penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaannya dengan

17

Page 18: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

penelitian yang sedang dilakukan menjadi jelas, yakni jika penelitian Syamsuri

menguraikan tentang aspek motif dan proses pembentukan istilah secara umum,

penelitian ini menguraikan tentang aspek motif, proses, pola, serta kendala

penggunaan istilah berbahasa Indonesia hanya pada bidang komputer.

2.1.6 Tanggapan Mahasiswa di Kota Surakarta terhadap Pengindonesiaan Istilah Asing Bidang Perkomputeran (Kajian Sosiolinguistik). Tesis Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (Sari, Citra Aniendita: 2014) 

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi istilah asing bidang

perkomputeran yang paling dikenal oleh kalangan mahasiswa di Kota Surakarta,

(2) mendeskripsikan proses pemadanan (pengindonesiaan) istilah asing beserta

kriteria dan karakteristiknya yang cenderung berterima dan yang tidak berterima,

(3) menjelaskan alasan pilihan mahasiswa yang menggunakan istilah bidang

komputer, dan (4) memaparkan tanggapan kalangan mahasiswa tentang

pengindonesiaan istilah asing tersebut. Istilah-istilah bidang perkomputeran dalam

penelitian ini bersumber dari “Panduan Pembakuan Istilah Pelaksanaan Inpres No

2 Tahun 2001” yang berisi 629 istilah bidang perkomputeran.

Pengumpulan data menggunakan metode simak dengan teknik pustaka dan

teknik catat serta metode cakap dengan teknik kuesioner dan teknik wawancara.

Data dianalisis dengan mengunakan metode padan (metode identitas) translasional

dengan teknik hubung banding menyamakan/HBS untuk mengidentifikasi istilah

dalam bahasa Indonesia didasarkan atas padanannya dalam bahasa asing

khususnya bahasa Inggris.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa, pertama, terdapat 210 istilah

perkomputeran yang paling dikenal oleh kalangan mahasiswa di Kota Surakarta

18

Page 19: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

yang terbagi menjadi (a) istilah pada perangkat dan aplikasi komputer dan (b)

istilah pada internet. Kedua, padanan istilah yang cenderung berterima adalah

dengan proses penyerapan sedangkan yang cenderung tidak berterima adalah

dengan proses perekaan. Ketiga, meskipun sudah banyak padanan istilah dalam

bahasa Indonesia yang dikenal dan disosialisasikan namun hanya sedikit padanan

istilah yang dapat diterima dan digunakan oleh kalangan mahasiswa. Mereka tetap

lebih memilih menggunakan istilah asing karena (a) lebih sering melihat dan

mendengar istilah asing, (b) terbiasa memakai dan lebih mudah mengucapkan

istilah asing untuk percakapan dan komunikasi sehari-hari, (c) lebih bergengsi dan

merasa percaya diri memakai istilah asing, serta (d) lebih mudah memahami dan

mengerti makna istilah asing tersebut. Keempat, penelitian ini juga menemukan

dua tanggapan dari kalangan mahasiswa di Kota Surakarta tentang upaya

pengindonesiaan istilah asing bidang perkomputeran, yaitu tanggapan yang positif

sebanyak 40% dan tanggapan negatif sebanyak 60%.

Esensi penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Sari, perbedaannya

terletak pada subjek penelitian serta analisis yang digunakan. Sari menggunakan

Panduan Pembakuan Istilah Pelaksanaan Inpres No 2 Tahun 2001 beserta hasil

kuosioner dan wawancara sebagai data, sedangkan penelitian ini menggunakan

Panduan Pembakuan Istilah Pelaksanaan Inpres No 2 Tahun 2001, Istilah

Teknologi Informasi yang diprakarsai oleh Pusat Bahasa, serta berbagai istilah

teknologi informasi lainnya yang tersebar di media massa maupun internet,

termasuk respon-respon atau hasil penelitian tentang respon masyarakat pengguna

terhadap kebijakan pengindonesiaan istilah teknologi informasi. Dalam

19

Page 20: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

penelitiannya, Sari menggunakan sosiolinguistik sebagai kajian dengan aspek

perencanaan bahasa sebagai fokusnya, sementara dalam penelitian ini kajian

sosiolinguistik menjadi payung penelitian dengan bertumpu pada pendekatan

komunikatif yang digagas oleh Agnes Kukulska-Hulme serta direlevansikan

dengan pembelajaran kosakata bahasa Indonesia pada Sekolah Menengah Atas.

Asumsi dasar yang hendak dibangun oleh penelitian ini adalah bahwa

perencanaan bahasa yang mengusung norma preskriptif akan dikoreksi oleh

realitas penggunaan bahasa di masyarakat yang deskriptif. Kebijakan

pengindonesiaan istilah tidak selalu dapat diterima dengan mudah oleh

masyarakat karena berbagai faktor. Penelitian ini berusaha mengungkap faktor-

faktor tersebut dengan menggunakan teori yang relevan. Tidak hanya itu,

mengingat istilah teknologi informasi merupakan subjek yang multidisiplin,

penguatan terhadap argumentasi yang dikemukakan bersumber dari kajian

terdahulu.

2.2 Definisi Operasional

2.2.1 Teks: merupakan unit semantik yang harus diekspresikan atau dikodekan

agar bermakna. Berbagai bentuk kebahasaan yang berperan dalam konteks

situasi harus disebut teks, entah berbentuk lisan atau tulisan, atau berbagai

media ekspresi lainnya yang pernah terpikirkan oleh kita. Berdasarkan

karakteristiknya sebagai sebuah entitas semantik yang berbeda dari unit-

unit linguistik lainnya, teks harus dipahami dari dua perspektif sekaligus

20

Page 21: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

yakni teks sebagai sebuah produk dan teks sebagai sebuah proses (Halliday

dan Hasan, 1989).

2.2.2 Istilah: 1) kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan

gagasan, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu; 2)

kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang dan yang dengan

cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang

khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; 3) Tata istilah

(terminologi) adalah perangkat asas dan ketentuan pembentukan istilah

serta kumpulan istilah yang dihasilkannya (PUPI, 2004).

2.2.3 Komputer: ialah alat elektronik otomatis yang dapat menghitung atau

mengolah data secara cermat menurut yang diinstruksikan, dan

memberikan hasil pengolahan, serta dapat menjalankan sistem multimedia

(film, musik, televisi, faksimile, dan sebagainya), biasanya terdiri atas unit

pemasukan, unit pengeluaran, unit penyimpanan, serta unit pengontrolan.

2.2.4 Digital: berbeda dengan sistem analog yang menggunakan kuantitas fisik

untuk mengukur, menyimpan, atau merekam informasi, sistem digital

merupakan sistem perekaman atau pentransimisian informasi dalam

bentuk ribuan sinyal yang sangat kecil. Istilah ‘digital’ secara praktis juga

dipahami sebagai sistem elektronik yang dicirikan oleh teknologi yang

terkomputerisasi.

21

Page 22: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Pendekatan Komunikatif Peristilahan komputer

Jika ditanyakan tentang tujuan dari bahasa manusia, sebagian besar orang

secara naluriah akan menjawab bahwa tujuannya adalah sebagai alat komunikasi

(Kukulska-Hulme, 1999:2). Para penutur tersebut menganggap pasti

kemampuannya dalam berkomunikasi melalui bahasa. Adalah tidak berlebihan

jika kemudian kita selaku para pengguna komputer mengharapkan tingkat

kemudahan yang sama ketika berinteraksi dengan sistem komputer atau panduan

penggunaannya. Akan tetapi dalam praktiknya, bahkan terkadang para profesional

dalam bidang komputer dan para pengguna berpengalaman lainnya kerap dibuat

frustasi oleh penjelasan yang ada pada fasilitas “help”. Mereka bingung oleh

makna kata pada pilihan menu, toolbar, dan tombol; dan terhambat dalam

pencarian informasi karena harus menggunakan istilah-istilah yang tidak dengan

cepat mengekspresikan kebutuhan mereka.

Evans (dalam Kukulska-Hulme, 1999:13) menyatakan bahwa melek

komputer merupakan suatu pengalihan. Alih-alih manusia yang membutuhkan

keberaksaraan, justru komputer yang seharusnya dirancang agar peka terhadap

penggunanya sehingga dapat dioperasikan dengan mudah untuk melakukan

pekerjaan. Menanggapi pendapat ini, Kukulska-Hulme beranggapan bahwa para

pengembang komputer tidak cukup bersikap human-literate semata, tetapi juga

harus peduli pada konsep-konsep esensial bahasa dan efek penggunaannya yang

disebutnya sebagai “melek bahasa”.

22

Page 23: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Kata-kata pada layar komputer dapat menciptakan hambatan dalam

berkomunikasi, ditambah lagi para pengguna yang mencoba file help kerap

mengalami kekecewaan. Seperti dinyatakan oleh Kukulska-Hulme, seringkali

ungkapan frustasi “Aku tidak mengerti opsi-opsi yang ada pada layar” mendorong

banyak pengguna untuk “asal coba-coba dan lihat apa yang terjadi”, yang hanya

membuang-buang waktu atau malah berpotensi menimbulkan kerusakan terhadap

perangkat komputer yang mereka miliki. “Aku tidak mengerti petunjuknya”

adalah tipe keluhan lain yang sering terdengar, yang kemudian menjadi alasan

bagi para pengguna untuk tidak membacanya. Sering dinyatakan (misalnya oleh

Smith, dalam Kukulska-Hulme, 1999:2) bahwa cara alternatif dalam mengajari

atau berbagi informasi dengan para pengguna adalah melalui pelatihan video.

Mode penyampaian ini dapat membuat informasi menjadi lebih berterima di

kalangan para pengguna, tetapi ini tidak sepenuhnya menghilangkan

permasalahan terkait penggunaan bahasa yang membingungkan.

Kesulitan pemahaman terhadap istilah komputer yang dialami baik oleh

para profesional, pengguna lepas, atau para pengguna baru tidaklah terelakkan.

Sesuatu harus dilakukan untuk memperbaiki cara agar bahasa dapat disajikan dan

digunakan pada konteks-konteks yang bisa dimengerti oleh para penggunanya.

Masalah fundamentalnya menurut Kukulska-Hulme (1999:3) ialah bahwa

komunikasi yang efektif tidak otomatis terjalin setiap kali orang berbicara atau

menulis, sehingga kita tidak bisa serta merta berasumsi bahwa karena sebuah

aplikasi komputer menampilkan dan menyediakan penggunaan bahasa, atau

23

Page 24: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

bahwa petunjuknya tertulis dalam bahasa yang sama-sama dimengerti baik oleh

pengembang atau pengguna maka pesan yang dibawanya dapat dipahami.

Menurut Kukulska-Hulme, komunikasi melalui bahasa adalah perihal

menyajikan pesan yang komprehensif bagi para penggunanya. Terkait dengan itu,

sikap paling bijak yang dapat diambil dalam merancang peristilahan komputer

adalah dengan menganggap seluruh penggunanya sebagai pembelajar bahasa.

Anggapan ini berlaku sejak berbagai aplikasi komputer menciptakan makna baru

yang berbeda dengan makna istilah-istilah yang sudah terlanjur akrab di telinga

para pengguna, juga sejak aplikasi-aplikasi tersebut memperkenalkan istilah-

istilah serta konsep-konsep baru yang maknanya tidak dipahami. Memandang teks

yang muncul pada layar sebagai “bahasa baru” bagi pengguna akan memunculkan

asumsi dan keyakinan perihal apa yang akan dan yang tidak akan dipahami oleh

para pengguna komputer bersangkutan. Ini memperkenalkan pula aspek produktif

terhadap bahasa: para pengguna tentunya butuh untuk mengerti, tetapi mereka

juga butuh untuk mampu menghasilkan bahasa yang sesuai dengan aplikasi yang

ada agar dapat memanfaatkannya secara maksimal.

Dalam rangka memahami permasalahan yang dialami oleh para pengguna

ketika berhadapan dengan istilah yang terdapat dalam suatu sistem komputer,

Kukulska-Hulme (1999:12) menawarkan sebuah pendekatan yang disebutnya

sebagai pendekatan komunikatif. Pendekatan ini fokus pada upaya

mengidentifikasi tujuan dan strategi komunikasi berikut elemen kebahasaan yang

digunakan untuk menerapkannya. Pendekatan ini berhubungan dengan retorika,

24

Page 25: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

ilmu sosial, kognitif, dan aspek pikologis dari pemakaian serta pemahaman

bahasa.

Pendekatan komunikatif berupaya mengetahui aspek-aspek yang berbeda

dari suatu bahasa: mekanismenya, karakteristik visual dan auditorisnya, siklus

perubahannya, corak maknanya, variasinya, serta efek perorangan dan sosial yang

ditimbulkannya. Pendekatan ini berusaha memperhatikan kebutuhan akan

komunikasi semisal instruksi dan penjelasan, konteks komunikasi di dalam dan di

luar bahasa, serta hambatan-hambatan dalam ujaran dan tulisan. Pengetahuan akan

hal ini, menurut Kukulska-Hulme dianggap dapat menjelaskan penyebab gagalnya

komunikasi dalam situasi tertentu, dan membantu untuk mengantisipasi dan

menghindari permasalahan serupa di masa depan.

Terkait permasalahan seputar peristilahan komputer, Agnes Kukulska-

Hulme mengajukan empat tipe masalah yang akan dijelaskan dan diilustrasikan

yaitu permasalahan seputar makna dan penjelasannya, bahasa yang mengabaikan

kenyataan, struktur yang menutupi pemahaman, serta permasalahan bahasa dalam

pencarian informasi.

Permasalahan Seputar Makna dan Penjelasannya

Pada antarmuka WordPerfect (WP), terdapat kumpulan kata yang

memiliki makna khusus pada aplikasi bersangkutan, berbeda dengan makna

aslinya pada bahasa sehari-hari. Atas alasan ini pula, istilah-istilah semacam

styles, characters, blocked lines, dan global search kerap kali membingungkan

para pengguna aplikasi WP. Para pengguna telah memiliki ide tentang

kemungkinan makna kata-kata yang ada, namun ketika mereka mulai

25

Page 26: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

menggunakan perangkat lunak tersebut, mereka harus mengubah konsepsi awal

mereka. Pada kasus yang serupa, Lotus 1-2-3 menggunakan ekspresi “to expand

the highlight”; pada kasus ini, expand dan highlight mungkin dikenali dari

konteks yang lain. Tantangan bagi para pengguna adalah mencoba untuk

memahami makna baru yang khusus dari kata-kata yang sudah terlanjur akrab

digunakan dalam bahasa sehari-hari atau dalam aplikasi komputer lainnya. Pada

fasilitas help, dimana terdapat potensi penjelasan yang cukup, istilah-istilah ini

mungkin berada di luar konteks pemahaman pengguna. Contohnya:

style = kombinasi dari format kode dan/atau teks

Sebagai tambahan, lingkaran definisi (ketika sebuah definisi mengandung

kata yang telah didefinisikan) terkadang membawa masalah. Contohnya, pada

help Lotus 1-2-3:

EDIT = 1-2-3 is in the edit mode

“Status Bar” Word pada Windows, berisi teks yang mendeskripsikan ikon:

AutoFormat: Automatically formats a document

Guna memperbaiki situasi ini, bahasa yang digunakan dalam menjelaskan

atau mendefinisikan harus dapat dipahami dan pantas diterapkan. Relevansi

dengan konteks, perubahan makna, serta pengetahuan kebahasaan pengguna harus

diperhatikan.

Konsep sinonimi dan ekuivalen turut menjadi bahan pembicaraan ketika

kata-kata yang memiliki makna berdekatan digunakan dalam waktu yang sama.

Contohnya dapat dilihat pada sistem operasi Macintosh yang biasanya

26

Page 27: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

menampilkan apa yang disebut sebagai “alias” ketika balon “help” diaktifkan.

Teks yang dihasilkan ketika menunjuk kata alias pada desktop adalah:

This is an alias to an application. To open the application, open this alias. To drag an item to the application, drag it to this alias. Change the icon’s name by clicking on the name and typing.

Pada konteks ini, alias dan icon memiliki makna berdekatan. Hingga salah

satu diantaranya keduanya cukup dengan makna dari kata-kata ini,

membingungkan melihat keduanya digunakan sebagai rujukan atas item yang

sama.

Dengan cara yang sama, Program Manager Help pada Windows 3.1 (kotak

1) memiliki sebuah bagian yang berisi pengaturan aplikasi dan dokumen dimana

ketujuh kata yang tertera pada layar merujuk pada hal-hal yang mirip:

Applications icons program itemsDocuments properties windowsFiles

Sangat mengherankan bagaimana applications and documents berubah

menjadi applications and files, yang berubah lagi menjadi applications saja;

lantas bagaimana yang satu bisa mengorganisasikan documents?

27

Page 28: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Bahasa yang Mengabaikan Kenyataan

Permasalahan mengemuka ketika pengguna berhadapan dengan bahasa

yang tidak mengenal pola-pola ekspresi keseharian atau situasi kehidupan nyata.

Merupakan hal lumrah bila pengguna menemukan kecenderungan penggunaan

kata-kata sulit daripada penggunaan kata-kata yang biasa pada aplikasi populer.

Satu contohnya adalah pada perintah “To perform an action on a file”; contoh

lainnya tertera pada kotak 2.

Jika ini adalah sebuah pilihan terhadap singkatan (dalam kasus ini,

memilih menggunakan satu kata daripada dua), kemudian konsekuensinya kata

tersebut harus dipahami, maka kata kerja “yang lebih panjang” dalam bahasa

Anglo Saxon lebih umum digunakan daripada dalam bahasa Latin asli, dan

mungkin akan lebih dipilih oleh para pengguna. Jika kata-kata tunggal terasa lebih

seperti “terminologi asli”, maka sudah waktunya untuk menguji konsep-konsep

terminologi dan bahasa khusus (terminology and special languages). Kita harus

bertanya pada diri sendiri, apakah kata kerja semacam create dan generate (create

a document, generate a table) merupakan kata sehari-hari atau istilah-istilah

28

Page 29: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

komputasi? Apakah kata-kata tersebut tidak tersalurkan dalam sistem

pemrosesan? Bagaimana perbandingannya?

Senada dengan itu, IBM memiliki aplikasi kalender (atau diary dalam

British English) yang memberikan kemudahan bagi para pengguna untuk memilih

menu-menu sebagai berikut:

Deleting an item from the calendar (menghapus item dari kalender) Inserting an item into the calendar (menyisipkan item pada

kalender) Moving an item (memindahkan sebuah item) Copying an item (menyalin sebuah item)

Kita semua memiliki kalender atau catatan harian, tetapi kita tidak

menulisinya dengan istilah-istilah seperti di atas, dalam situasi bisnis yang formal

sekalipun. Istilah-istilah yang biasa kita gunakan adalah membuat janji,

mengubahnya, membatalkannya, memindahkannya, menjadwalkan rapat,

memastikan bahwa jadwal suatu rapat tidak berbenturan dengan jadwal rapat

lainnya, mengecek kehadiran seseorang, dan sebagainya. Demikian pula pada

istilah-istilah berikut. Alih-alih mengatakan “menambahkan banyak item pada

kalender”, kita merencanakan janji dan liburan secara teratur; alih-alih

mengatakan “meninjau item-item kalender”, kita malah cenderung mencermati

rincian perjanjian yang kita buat. Bahasa itu menyatu dengan aplikasi; sebuah

penghargaan terhadap terminologi dan psikologi kebahasaan akan membantu

pengembang dalam memilih bahasa antarmuka yang lebih sesuai.

Bagian Help pada Encarta Encylopedia mengandung perintah pencarian

menggunakan fasilitas “Contents”. Perintahnya berbunyi:

To find the topic you want:1. (. . .)

29

Page 30: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

2. Begin typing the topic name in the box above the list.The list moves to words beginning with the letters you type

Daftar lengkap dari topik-topik bantuan juga dapat diakses. Salah satunya

ialah:

The Main Window: what does it do?

Di luar dunia komputer, istilah lists tidak akan berpindah, sama halnya

dengan windows yang tidak akan melakukan apa-apa; lists dan windows hanya

memiliki kegiatan yang dikenakan terhadap keduanya. Konvensi-konvensi yang

berbeda ini diambil/diterima, dan bahasa mencerminkannya. Pada titik ini, sangat

penting untuk memahami hubungan antara bahasa dengan latar belakang

pengetahuan atau realitas, yang di dalamnya meliputi penggunaan metafora,

dalam rangka menyadari bahwa asumsi-asumsi telah dibuat. Juga akan sangat

membantu pengetahuan akan tata bahasa, khususnya fakta bahwa kata-kata

tertentu diletakkan/digunakan bersamaan: dalam hal ini, normalnya apa yang

terjadi pada sebuah daftar (list) (seseorang membuat daftar, seseorang memilih

dari daftar, dan lain-lain) atau apa yang normalnya terjadi pada sebuah jendela

(windows) (seseorang membuka dan menutupnya, menatap keluar atau

melaluinya, meletakkan tanaman di dekatnya, dan lain-lain). Kemudian kita

mungkin akan memilih berkata: “As you type, the list moves up or down in the

window to allow you to choose words beginning with the letters you type”; atau

“What can you do in the Main Window?” Pada versi terbarunya, Encarta 97,

“scrolls as you type,” merupakan bentuk yang lebih ringkas tapi dianggap lebih

dekat dengan bentuk “scrolling on the screen”. Masalah ini memunculkan

pertanyaan apakah pemahaman tentang sebuah objek (misalnya, a list/daftar)

30

Page 31: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

membawa serta pengetahuan tentang perilaku objek tersebut serta cara

mendiskusikannya (misal, membuat atau membaca daftar, daftar dapat dipindah,

daftar dapat digulung sementara kita sedang mengetik hal lainnya pada layar)

dalam bahasa apapun.

Struktur yang Menghambat Pemahaman

Kecenderungan lain yang tersebar luas adalah menjejali kata dengan

modifiers (kata yang menentukan sifat). Modifiers adalah kata-kata yang

mengubah makna dari kata-kata lainnya. Adjektiva sering melakukan ini;

misalnya bentuk executable memodifikasi file pada istilah executable file. Ketika

modifiers merupakan rangkaian kata benda atau kombinasi dari adjektiva dan

nomina, hasilnya akan menjadi struktur kompleks yang sulit untuk dialihsandikan

bagi mereka yang tidak terbiasa menggunakannya dalam keseharian. Contoh

lainnya dapat dilihat pada fasilitas Help Powerpoint yang membicarakan tentang

“the Word-wrap Text In Object check box”; contoh lainnya dapat ditemukan pada

Lotus 1-2-3 dan fasilitas Help Excel, seperti ditunjukkan oleh kotak 3 berikut:

Masalah ini biasanya dialami oleh para pengguna yang bahasa asli atau

bahasa ibunya tidak membolehkan struktur semacam ini (misalnya bahasa

Perancis), sehingga dibutuhkan usaha lebih untuk menguraikannya. Dengan

31

Page 32: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

demikian, akan sangat bermanfaat untuk memikirkan posisi modifiers. Kebutuhan

akan setiap modifier juga harus dipertanyakan: misalnya, apakah protection

password memberikan tingkat keamanan yang berbeda atau lebih kuat

dibandingkan dengan bentuk password saja, ataukah keamanan merupakan fungsi

dari setiap password (kata sandi)? Penghargaan terhadap aspek kognitif dan

psikologis pemahaman bahasa sangat relevan pada titik ini, dan peran dari

redundansi dalam bahasa harus diperhatikan.

Struktur kalimat yang tidak familiar, dipengaruhi oleh model pemrosesan

informasi yang mana daftar, kondisi, dan pernyataan berdasar logika menjadi hal

lumrah, menghadirkan permasalahan lainnya bagi para pengguna. Uraian isi

dalam Cinemania Interactive Movie Guides menyatakan:

To see a list of movies only, biographies only,Or topics only, use the buttons just below the list

Dibandingkan dengan bahasa Inggris yang digunakan sebagai bahasa

sehari-hari, bentuk yang ditulis miring di atas dapat dirumuskan ulang menjadi:

“If you want to see just a list of movies, just bioghrapies, or just topics….”

Struktur yang tidak familiar kerap membuat pengguna perlu membacanya

berulang kali guna memahami maknanya.

Permasalahan Bahasa dalam Pencarian Informasi

Contoh lainnya akan menunjukkan bagaimana pendekatan komunikatif

akan menghasilkan perbedaan dalam kegiatan pencarian informasi. Hal ini

termasuk dalam indeks “user-centered” yang berpusat pada pengguna (Fidel,

1994) sebagai lawan dari indeks dan pencarian yang berpusat pada dokumen,

“document-centered”. Kita dapat merujuk pada studi kasus pada wilayah ini

32

Page 33: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

(Kukulska-Hulme, 1993, 1996a). Ketika informasi diperoleh dari sejumlah

dokumen, kata-kata dan frasa digunakan untuk mengumpulkan teks atau bagian

yang sesuai. Asumsikan bahwa seorang pengguna tidak familiar dengan dokumen

dan mungkin juga dengan area subjek. Kata-kata dan frasa yang akan digunakan

untuk menyarikan informasi belum tentu sama seperti yang terdapat dalam

dokumen atau dalam indeks yang terasosiasi dengannya. Ini merupakan masalah

umum yang terjadi.

Pada kasus ini, pengguna IBM AS/400 System merumuskan pertanyaan

berkenaan dengan keamanan sistem mereka. Ketika bahasa dari pertanyaan ini

diuji, ditemukan bahwa kata-kata dan frasa yang telah digunakan tidak cocok

dengan yang tertera pada indeks dalam manual keamanan sistem ataupun dalam

sistem informasi online yang relevan. Kotak 4 menunjukkan bahwa meskipun

seorang pengguna mengetahui entri indeks yang relevan, mustahil mengetahui

entri indeks mana yang akan mengantar kepada jawaban atas pertanyaan yang

spesifik. Sudah jelas bahwa pengguna membutuhkan informasi dan pengetahuan

yang dapat diobservasi dalam penggunaan bahasa mereka, akan tetapi karena

penggunaan bahasa mereka tidak dipertimbangkan, kebutuhan mereka akhirnya

tidak terpenuhi. Indeksnya penuh dengan kata-kata yang persis berhubungan

dengan solusi teknis yang spesifik, sementara para pengguna mengekspresikan

diri mereka dalam bentuk yang sedikit berbeda, bahasa yang berorientasi pada

masalah.

Memahami tujuan komunikatif dari item-item yang terdapat dalam indeks

akan menghasilkan perbedaan terhadap rancangan indeks-indeks tersebut.

33

Page 34: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Pencarian informasi adalah perihal menjawab pertanyaan dan memahami hal yang

terkait dengan lingkup pertanyaan tersebut: bagaimana mengenali tujuan pokok

dan menerjemahkannya ke dalam istilah pencarian yang sesuai. Contohnya dapat

dilihat pada pertanyaan berikut:

“How can I prevent someone from looking at my letters?”

How can dan prevent penting bagi pengguna karena mereka perhatian pada

metode dan tindakan yang memiliki tujuan; alih-alih, indeks menawarkan kata

sandi dokumen sebagai entri poin bagi jawaban atas pertanyaan tersebut.

Pengguna mungkin juga menanyakan:

“Can I restrict access to sensitive files?”

Dimana can I (kemungkinan), restrict (tindakan), dan sensitive (kategori)

semuanya mengungkap tujuan-tujuan pokok para pengguna. Ketika cara untuk

menghubungkan pertanyaan dengan jawaban dibutuhkan, poin-poin berikut akan

sangat membantu:

cermat akan tujuan komunikatif ujaran (kata kerja, kata sifat, dan

sebagainya)

34

Page 35: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

mampu mengkategorikan konsep-konsep; seperti konsep “orang”;

gagasan rahasia.

Pahami hubungan istilah-istilah khusus terhadap kata sehari-hari;

seperti “authority” versus “right”.

2.3.2 Mediamorfosis

Istilah mediamorfosis diperkenalkan oleh Roger Fidler, Direktur Knight

Ridder tentang New Media, pada musim gugur 1991 dalam judul artikelnya

“Mediamorphosis, or the Transformation of Newspapers into a New Medium”.

Oleh Craig LaMay, ia diminta untuk mempertahankan istilah tersebut dan

memperluas konsepnya. Berangkat dari hal tersebut, Fidler kemudian melakukan

penelitian lebih lanjut yang menuntunnya pada kesadaran bahwa mediamorfosis

bukanlah sebuah konsep yang sederhana. Semakin dalam ia meneliti sejarah

komunikasi dan teknologi-teknologi yang jelas menuju suatu titik temu, semakin

35

Page 36: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

ia menyadari bahwa manusia sedang berada di tengah-tengah transformasi

komunikasi yang terbesar sejak kemunculan bahasa tulisan.

Mediamorfosis menurut Fidler adalah transformasi media komunikasi,

yang biasanya ditimbulkan akibat hubungan timbal balik yang rumit antara

berbagai kebutuhan yang dirasakan, tekanan akibat persaingan dan politik, serta

berbagai inovasi dan teknologi. Rangkaian pemaparannya soal mediamorfosis

bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi keangkeran teknologi teknologi

media yang baru dan memberikan suatu struktur guna memahami pengaruh

pengaruh potensial mereka terhadap bentuk-bentuk media utama yang populer

seperti koran, majalah, televisi, dan radio. Fidler menyatakan bahwa

mediamorfosis bukanlah sekedar teori sebagai cara berpikir yang terpadu tentang

evolusi teknologi media komunikasi. Mediamorfosis memotivasi kita untuk

memahami semua bentuk sebagai bagian dari sebuah sistem yang saling terkait,

dan mencatat berbagai kesamaan dan hubungan yang ada antara bentuk bentuk

yang muncul di masa lalu, masa sekarang, dan yang sedang dalam proses

kemunculannya. Media baru tidak akan muncul begitu lama. Dan ketika bentuk

bentuk media komunikasi yang baru muncul, bentuk bentuk yang terdahulu

biasanya tidak mati – terus berkembang dan beradaptasi.

Apa itu media baru? Terry Flew (2005) mendefinisikan media baru

sebagai kombinasi dari format 3Cs yaitu computing and information technology

(IT), communication networks, dan digitize media and information content. Media

baru konsisten dengan pembelajaran teknologi media yang merujuk pada

kebutuhan untuk menyadari bagaimana mediasi dalam komunikasi melalui format

36

Page 37: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

teknologi mengubah komunikasi dalam praktik sosial. Sementara, Lievrouw dan

Livingstone (2002) mengobservasi bahwa ada beberapa cara berpikir tentang

media baru yang perlu untuk dimasukkan dalam tiga elemen, yaitu: alat yang

memungkinkan atau memperluas kemampuan kita untuk berkomunikasi, kegiatan

komunikasi dan praktiknya dikaitkan dalam perkembangan dan penggunaan alat

alat tersebut, arahan-arahan sosial dan organisasi yang membentuk alat-alat serta

praktik media baru.

Lebih lanjut, Fidler memaparkan 3 konsep mediamorfosis yaitu: a)

koevolusi, kode-kode komunikator. Sifat sifat dasar media diwujudkan dan

diteruskan melalui kode-kode komunikator yang kita sebut bahasa. Bahasa, tanpa

harus dibandingkan satu sama lain, telah menjadi agen perubahan yang paling

berpengaruh dalam rangkaian evolusi manusia. perkembangan bahasa lisan dan

tulisan melahirkan dua transformasi besar, atau mediamorfosis, dalam sistem

komunikasi manusia. Mediamorfosis ketiga yang siap memengaruhi evolusi

komunikasi dan peradaban secara radikal adalah bahasa digital. Bahasa ini

merupakan lingua franca komputer dan jaringan telekomunikasi global. Sejak

kelahiran bahasa tulis, berbagai bentuk media terus berkoevolusi dalam tiga jalur

yang berbeda, yang disebut domain. Bahasa digital telah mentransformasikan

bentuk-bentuk media komunikasi yang ada. Inilah agen perubahan yang paling

bertanggung jawab atas pengaburan perbedaan-perbedaan di antara domain-

domain historis komunikasi.

b) konvergensi. Konvergensi selalu menjadi esensi evolusi dan proses

mediamorfosis. Konvergensi berskala besar dalam industri media dan

37

Page 38: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

telekomunikasi, mungkin hanya terjadi sekali. Namun bentuk-bentuk media yang

ada saat ini pada kenyataannya merupakan hasil dari konvergensi-konvergensi

berskala kecil yang tidak terhitung banyaknya, yang seringkali terjadi sepanjang

waktu. Konvergensi lebih menyerupai persilangan atau perkawinan, yang

menghasilkan transformasi atas masing masing entitas yang bertemu dan

penciptaan entitas baru.

Tim Dwyer (2010), mendefinisikan konvergensi media sebagai proses

penggabungan berbagai teknologi yang baru dengan media-media yang telah ada

dan berbagai industri komunikasi serta budaya yang berkembang. Mengambil

contoh konvergensi hiburan yang dilakukan oleh Transmedia adalah mytrans.com,

yang menggabungkan media televisi dan media internet. Bila selama ini kita

menikmati acara televisi dengan duduk diam di satu tempat sambil memandangi

layar televisi, kini ada cara berbeda yang ditawarkan. Berbagai acara yang

ditayangkan di TransTV dan Trans7 bisa disaksikan melalui gadget berupa smart

atau mobile phone ataupun perangkat lain, cukup dengan terkoneksi pada jaringan

internet. Ada juga produk lain yaitu DetikTV (tv.detik.com), yang

menggabungkan media cetak, media televisi, dan internet.

c) Kompleksitas, terkait dengan teori Chaos. Chaos adalah komponen

penting perubahan. Tanpanya, alam semesta akan menjadi tempat kematian dan

kehidupan menjadi tidak mungkin. Dari kondisi chaos, lahir gagasan-gagasan

baru yang mentransformasikan dan menghidupkan sistem-sistem. Prinsip utama

teori chaos kontemporer adalah gagasan bahwa kejadian-kejadian yang terkesan

tidak signifikan atau variasi-variasi awal yang remeh dalam sistem-sistem yang

38

Page 39: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

mengalami chaos seperti cuaca dan ekonomi, dapat memicu peningkatan eskalasi

kejadian-kejadian tak terduga yang akhirnya mengarah pada kejadian-kejadian

yang melahirkan dampak atau membawa bencana besar. Sistem-sistem yang

mengalami chaos pada dasarnya anarkis. Sistem-sistem tersebut menunjukkan

ketidakpastian yang nyaris tak berujung dengan pola jangka panjangnya yang

tidak terduga. Hal ini juga menjelaskan mengapa tidak seorang pun mampu

memprediksi secara akurat teknologi-teknologi media baru dan bentuk-bentuk

komunikasi yang akhirnya akan sukses dan yang akan gagal.

Kekayaan interaksi yang terdapat dalam sistem-sistem kehidupan,

memungkinkannya menjalani pengorganisasian diri secara spontan. Dengan kata

lain, sistem-sistem yang kompleks bersifat adaptif, yaitu bahwa sistem-sistem itu

hanya merespon kejadian secara pasif. Sistem-sistem itu secara aktif berusaha

mengarahkan apapun yang terjadi untuk mendapatkan keuntungan. Dengan

demikian, kita dapat melihat bahwa semua bentuk media hidup dalam dunia yang

dinamis dan saling tergantung. Ketika muncul tekanan-tekanan eksternal dan

penemuan-penemuan baru diperkenalkan, setiap bentuk komunikasi dipengaruhi

oleh proses pengorganisasian diri yang muncul secara spontan. Sama seperti

spesies yang berkembang demi kelangsungan hidup yang lebih baik, demikian

jugalah yang dilakukan oleh bentuk-bentuk komunikasi dan perusahaan-

perusahaan media yang ada. Proses inilah yang menjadi esensi mediamorfosis.

Prinsip Dasar Mediamorfosis

Radio AM yang tidak sepenuhnya tenggelam akibat kemunculan radio

FM, dan justru mengadopsi teknologi dan strategi pemasaran baru,

39

Page 40: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

menggambarkan prinsip kunci mediamorfosis. Contoh lain adalah ketika

penyebaran TV semakin merajalela, radio, surat kabar, majalah dan film mendapat

hantaman keras. Namun pada kenyataannya masing masing mereka terbukti ulet

dan dapat beradaptasi. Hal ini menggambarkan akibat wajar yang penting dalam

prinsip mediamorfosis, yaitu bentuk-bentuk komunikasi yang ada harus berubah

dalam menghadapi kemunculan media baru, karena jika tidak, satu-satunya

pilihan adalah mati.

Dari ketiga konsep sebelumnya yakni koevolusi, konvergensi, dan

kompleksitas, Fidler kemudian menjabarkannya dalam 6 prinsip dasar

mediamorfosis.

a. Koevolusi dan koeksistensi

Semua bentuk media komunikasi hadir dan berkembang bersama dalam

sistem yang adaptif dan kompleks, yang terus meluas. Begitu muncul dan

berkembang, setiap bentuk baru dalam beberapa waktu dan hingga tingkat

yang beraneka ragam, mempengaruhi perkembangan setiap bentuk yang lain.

Salah satu contoh adalah media online detikcom. Setelah sukses sebagai portal

berita, kini mereka merintis kanal detiktv yang merupakan konvergensi internet

dan televisi, dan mytrans.

b. Metamorfosis

Media baru tidak muncul begitu saja dan terlepas dari yang lain.

Semuanya muncul secara bertahap dari metamorfosis media terdahulu. Ketika

bentuk-bentuk yang lebih baru muncul, bentuk-bentuk terdahulu cenderung

beradaptasi dan terus berkembang, bukan mati. Di Indonesia, contoh yang bisa

40

Page 41: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

kita lihat, adalah Kompas. Sebagai salah satu media cetak terbesar, Kompas

membuka portal internet, dan memberikan perhatian yang cukup besar atas ini.

Selain Kompas, Tempo juga memiiliki situs berita tempointeraktif.com.

c. Pewarisan

Bentuk-bentuk media komunikasi yang bermunculan mewarisi sifat sifat

dominan dari bentuk bentuk sebelumnya. Sifat sifat ini terus berlanjut dan

menyebar melalui kode-kode komunikator yang disebut bahasa.

d. Kemampuan bertahan

Semua bentuk media komunikasi dan perusahaan media komunikasi dan

perusahaan media dipaksa untuk beradaptasi dan berkembang agar tetap dapat

bertahan dalam lingkungan yang berubah. Satu-satunya pilihan lain adalah

mati. Salah satu contoh adalah majalah berita mingguan terkenal, Newsweek

yang ditutup pada 30 Desember 2012 dan fokus dalam format online (mulai

aktif pada 4 Januari 2013), yang diberi nama Newsweek Global.

e. Peluang dan kebutuhan

Media baru tidak diadopsi secara luas lantaran keterbatasan keterbatasan

teknologi itu sendiri. Pasti selalu ada kesempatan dan alasan-alasan sosial,

politik, dan atau ekonomi yang mendorong teknologi media baru untuk

berkembang.

f. Pengadopsian yang tertunda

Teknologi-teknologi media baru selalu membutuhkan waktu yang lebih

lama daripada yang diperkirakan untuk mencapai kesuksesan bisnis.

Teknologi-teknologi itu cenderung membutuhkan sedikitnya satu generasi

41

Page 42: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

manusia (20-30 tahun) untuk bergerak maju dari rancangan konsep hingga

perluasan pengadopsian atasnya.

Domain-domain Media Komunikasi

Domain media komunikasi merupakan sarana untuk menggali dan

membandingkan kualitas-kualitas yang ada dalam masing-masing cabang utama

sistem komunikasi manusia. Fidler mengelompokkannya dalam 3 domain.

1. Domain Interpersonal

Termasuk bentuk komunikasi lisan/ekspresif satu lawan satu yang isinya

tidak terstruktur atau dipengaruhi oleh perantara-perantara eksternal. Juga

termasuk komunikasi-komunikasi antara manusia dengan komputer yang

bertindak sebagai pengganti manusia.

2. Domain Penyiaran

Termasuk bentuk-bentuk komunikasi audio/visual dari yang sedikit

kepada yang banyak dengan perantara, isinya sangat terstruktur dan disajikan

kepada hadirin secara urut dari awal sampai akhir dalam lokasi-lokasi yang

relatif tetap dan dalam periode-periode waktu yang terjadwal dan ditentukan

sebelumnya.

3. Domain dokumen

Termasuk bentuk-bentuk komunikasi tekstual/visual dari yang sedikit

kepada yang banyak dengan perantara yang isinya dikemas dan disajikan

kepada individu-individu terutama melalui media portable. Juga termasuk

bentuk-bentuk elektronik berbasis halaman yang ditempatkan dalam jaringan

komputer, misalnya World Wide Web.

42

Page 43: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Hal yang mencirikan domain-domain ini telah terbentuk selama ribuan

tahun oleh dua agen perubahan yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan. Dalam

setiap metamorfosis yang mengikuti perkembangan dan penyebaran agen-agen

ini, muncul media baru dengan media yang sudah ada mengalami perubahan. Tapi

sejak tahun 1970-an, penyebaran bahasa digital yang terjadi dengan cepat dalam

ketiga domain tersebut telah memberi kita suatu babak baru yang radikal dalam

mempercepat evolusi dan ekspansi sistem komunikasi manusia. Suatu babak yang

disebut sebagai era rekayasa digital. Walau ciri-ciri gabungan yang muncul dari

rekayasa digital agak berkurang perbedaannya, mereka masih akan memengaruhi

asas-asas mediamorfosis media, yaitu transformasinya akan dipengaruhi oleh

saling pengaruh yang rumit antara kebutuhan-kebutuhan yang muncul, tekanan

tekanan kompetitif dan politis, serta inovasi sosial dan teknologis.

Garis Waktu Komunikasi Manusia

a. Bahasa Ekspresif dan Alat-alat komunikasi :

Homo Sapiens (manusia modern). Bahasa ekspresif termasuk gambar dan

simbol serta seni, musik, dan tarian.

b. Bahasa Lisan dan Mediamorfosis pertama

Ditandai oleh keberadaan lukisan goa di Eropa Selatan, akhir zaman es,

kemunculan komunitas-komunitas agrikultural besar, serta zaman perunggu

yang dimulai di Asia Kecil.

c. Bahasa Tulisan dan Mediamorfosis kedua

Ditandai oleh kemunculan kekaisaran-kekaisaran kuno, pengembangan

teknologi-teknologi dokumen, buku tulisan tangan dan perpustakaan, jalanan

43

Page 44: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Romawi dan layanan pos, pengembangan seni cetak dan kertas bubur kayu di

Asia, pengembangan kertas bubur kayu di Eropa, Renaisans Eropa dimulai di

Italia, Revolusi perdagangan, surat berita dan buku berita tulisan tangan,

pengembangan seni mencetak di Eropa, koran majalah dan buku cetakan, serta

Revolusi Industri.

d. Bahasa Digital dan Mediamorfosis ketiga

Ditandai oleh aplikasi listrik untuk komunikasi, komunikasi radio,

gambar hidup, telepon jarak jauh antar benua, radio siaran, mesin faksimili

radio, televisi siaran, computer mainframe, televisi kabel, kabel telepon

transatlantic pertama, ARPANET (pendahulu Internet), surat elektronik,

satelit, komunikasi gelombang cahaya, video game, mikroprosesor, komputer

pribadi, VCR, mesin fax digital, CD, radio dan TV digital, realitas virtual dan

sistem konferensi video, WWW, mosaik “net browser”, serta program gresek.

Hukum 30 Tahun Paul Saffo

Terkait dengan tahapan perkembangan mediamorfosis, Fidler

mendasarkan teorinya pada argumen beberapa ahli, salah satunya ialah Paul Saffo.

Menurut Saffo, rentang waktu yang dibutuhkan oleh gagasan-gagasan baru agar

benar-benar meresap ke dalam sebuah kebudayaan lazimnya rata-rata mencapai 3

dekade, setidak-tidaknya selama lima abad terakhir. Ia menyebut hal ini sebagai

hukum 30 tahun (30-year rule) (Fidler, 2003:12). Tiga tahap tipikal dalam hukum

30 tahun yaitu: dekade pertama, banyak kehebohan, banyak teka-teki, tidak

banyak penetrasi. Dekade kedua, banyak perubahan tanpa henti, penetrasi produk

44

Page 45: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

ke dalam masyarakat dimulai. Dekade ketiga, gagasan/teknologi bersangkutan

dianggap standar dan merupakan milik umum.

Menurut Fidler, hukum 30 tahun tidak dimaksudkan untuk menentukan

kerangka waktu bagi pengadopsian berbagai teknologi baru secara luas. Hal

mendasar yang ingin dikatakan Saffo adalah bahwa kesan adanya kemajuan

teknologi yang berlangsung seketika pada umumnya salah. Hukum 30 tahun Saffo

dapat dijabarkan kembali dalam dua cara yang berbeda: 1) Berbagai terobosan dan

hasil temuan laboratorium hampir selalu membutuhkan waktu yang lebih lama

daripada yang diperkirakan orang untuk bisa menjadi produk-produk atau layanan

komersial yang sukses; 2) Berbagai teknologi yang tampaknya tiba-tiba muncul

sebagai produk-produk dan layanan-layanan baru yang mencatat sukses, entah

diakui atau tidak, pada kenyataannya sudah ketinggalan.

Hipotesis Tahap Mediamorfosis Selanjutnya

Walau telah berlangsung selama lebih dari satu abad, teknologi-teknologi

media cyber yang penting masih baru saja melintas dari tahap pertama

(sebagaimana didefinisikan oleh Paul Saffo) ke tahap kedua, saat teknologi-

teknologi itu memasuki masyarakat. Modelnya menunjukkan bahwa kira-kira di

dalam dasawarsa yang akan datang ini kita akan memasuki tahap ketiga, ketika

media cyber akan menjadi biasa dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Berikut adalah beberapa hipotesis umum tentang tahap berikutnya dari

mediamorfosis besar ketiga:

Teknologi-teknologi digital akan membuat semua bentuk komunikasi

elektronik menjadi lebih akrab dan lebih interaktif;

45

Page 46: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Serangkaian teleputer standar –alat-alat untuk mengombinasikan teknologi-

teknologi telepon, televisi, dan komputer— akan dikembangkan untuk

menayangkan, dan berinteraksi dengan media digital;

Jaringan-jaringan jalur lebar (broadband) global akan memungkinkan

mengakses isi media-campuran dengan biaya yang relatif murah;

Komunikasi tanpa kabel dua arah, paling tidak untuk suara dan data sederhana,

akan tanpa hambatan dan meluas;

Layanan-layanan surat elektronik yang menggabungkan teks, grafik, suara, dan

video akan merupakan bagian padu semua bentuk media digital yang akan

muncul;

Teknologi-teknologi display layar datar yang cocok untuk membaca dokumen-

dokumen elektronik serta untuk menonton film dan acara-acara TV dalam

teater-teater komersial atau rumah tangga akan menjadi hal yang biasa.

2.3.3 Pembelajaran Bahasa

Posisi bahasa Indonesia berada dalam dua tugas, yakni sebagai bahasa

nasional dan sebagai bahasa negara (Suyatno, 2012:6). Sebagai bahasa nasional,

bahasa Indonesia tidak mengikat pemakainya untuk sesuai dengan kaidah dasar

berbahasa. Menurut Suyatno, yang dipentingkan dalam pergaulan dan

perhubungan antarwarga adalah makna yang disampaikan. Oleh karena itulah,

bahasa Indonesia digunakan secara nonresmi, santai, dan bebas. Sebaliknya,

sebagai bahasa negara berarti bahasa Indonesia harus digunakan sesuai dengan

kaidah, tertib, cermat, dan masuk akal. Yang digunakan ialah bahasa Indonesia

46

Page 47: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

yang harus lengkap dan baku. Tingkat kebakuannya diukur oleh aturan

kebahasaan dan logika pemakaian.

Berdasarkan hal ini, upaya pembelajaran bahasa Indonesia di kalangan

siswa berada pada poros yang menurut Suyatno sama kuat (2012:7). Di satu sisi,

siswa harus belajar sesuai kaidah. Namun di sisi lain, siswa menghadapi

masyarakat yang berbahasa Indonesia secara bebas karena fungsi bahasa

pergaulan. Jika dilihat berdasarkan posisi siswa yang masih berada dalam tahap

awal penguasaan kaidah bahasa Indonesia, tarikan masyarakat dimungkinkan

lebih kuat dibandingkan dengan pembelajaran kaidah bahasa di sekolah, terlebih

lagi bila pembelajaran bahasa Indonesia disajikan dengan cara yang

membosankan, jenuh, dan berputar-putar. Oleh karena itu, dalam konteks

pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, seorang guru harus

memiliki tingkat penyesuaian yang cocok dengan siswa (Suyatno, 2012:10).

Penyesuaian tersebut dirancang secara terpadu dengan tujuan belajar

bahasa Indonesia yang salah satunya secara umum ialah mempersiapkan siswa

untuk melakukan interaksi yang bermakna dengan bahasa yang alamiah. Demi

mewujudkan hal ini, perlu didesain secara mendalam program pembelajaran

bahasa Indonesia yang bertumpu pada aspek komunikatif, integratif, tematik yang

didasari oleh aspek fleksibilitas, siswa sebagai subjek, proses, dan kontekstual

yang tertuang dalam kurikulum.

Terkait dengan hal ini, guru membutuhkan strategi yang sesuai dan

spesifik dengan pembelajaran bahasa (Suyatno, 2012:15). Strategi tersebut

meliputi pendekatan, metode, dan teknik. Pendekatan adalah konsep dasar yang

47

Page 48: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

melingkupi metode dengan cakupan teoretis tertentu. Metode merupakan jabaran

dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode.

Metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan.

Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif. Satu metode dapat

diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran. Teknik adalah cara konkret

yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Guru, dalam situasi ini dapat

berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

Dalam hubungannya dengan penelitian ini, berikut adalah metode-metode

dan teknik yang dapat diterapkan ke dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia

(Suyatno, 2012: 15-72) khususnya kosakata/peristilahan.

a. Metode Tata Bahasa/Terjemahan

Metode tata bahasa sering disebut juga dengan metode tradisional. Metode

ini sangat kuat berpegang pada disiplin mental dan pengembangan intelektual.

Ciri-ciri metode ini adalah (a) penghafalan kaidah-kaidah dan fakta-fakta

tentang tata bahasa agar dapat dipahami dan diterapkan pada morfologi dan

kalimat yang digunakan siswa; (b) penekanannya pada membaca, mengarang,

dan terjemahan sedangkan berbicara dan menyimak diabaikan; (c) seleksi

kosakata berdasarkan teks bacaan yang dipakai; (d) unit yang mendasar adalah

kalimat, tata bahasa diajarkan secara deduktif, dan (e) bahasa daerah digunakan

sebagai pengantar dalam terjemahan, keterangan, perbandingan, dan

penghafalan kaidah bahasa.

48

Page 49: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

b. Metode Membaca

Metode membaca bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan

memahami teks bacaan yang diperlukan dalam kegiatan belajarnya. Langkah-

langkahnya adalah sebagai berikut.

1. Pemberian kosakata dan istilah yang dianggap sukar dari guru ke siswa. Hal

itu diberikan dengan definisi dan contoh ke dalam kalimat.

2. Penyajian bacaan di kelas. Bacaan dibaca dengan diam selama 10-15 menit

(untuk mempercepat waktu, bacaan dapat diberikan sehari sebelumnya).

3. Diskusi isi bacaan dapat melalui tanya jawab.

4. Pembicaraan tata bahasa dilakukan dengan singkat. Hal itu dilakukan jika

dipandang perlu oleh guru.

5. Pembicaraan kosakata yang relevan.

6. pemberian tugas seperti mengarang (isinya relevan dengan bacaan) atau

membuat denah, skema, diagram, ikhtisar, rangkuman, dan sebagainya yang

berkaitan dengan isi bacaan.

c. Metode Integratif

Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses.

Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang

studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya,

menyimak diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis

diintegrasikan dengan berbicara dan membaca. Materi kebahasaan

diintegrasikan dengan keterampilan bahasa. Sedangkan, antarbidang studi

49

Page 50: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

merupakan pengintegrasian bahan dan beberapa bidang studi. Misalnya, bahasa

Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi lainnya.

d. Metode Tematik

Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran

diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang

perlu dipahami adalah bahwa tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan disajikan

secara kontekstualitas, kontemporer, konkret, dan konseptual.

Tema yang telah ditentukan haruslah diolah dengan perkembangan

lingkungan siswa yang aktual. Budaya, sosial, dan religiusitas mereka menjadi

perhatian. Begitu pula, isi tema disajikan secara kontemporer sehingga siswa

senang. Peristiwa aktual di lingkungan siswa juga harus terbahas dan

terdiskusikan di kelas. Kemudian, tema disajikan secara konkret. Semua siswa

dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang dimilikinya. Konsep-

konsep dasar tidak terlepas. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari

analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.

e. Teknik Pembelajaran Kosakata

1. Komunikata

Teknik komunikata bertujuan agar siswa dapat mengartikan kata dari

berbagai segi menurut fungsi kata tersebut. Alat yang digunakan hanya

alat tulis. Teknik ini dapat dilakukan secara perorangan maupun

berkelompok. Caranya: (1) guru memberikan pengantar; (2) guru

menyodori satu kata kepada siswa di tempat yang terpisah dari teman

50

Page 51: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

belakangnya; (3) siswa menebak dengan menyebutkan makna kata atau

ilustrasi kata; (4) siswa mengungkapkan aktivitas yang telah dilakukannya;

(5) guru merefleksikan kegiatan tersebut.

2. Kata Selingkung

Tujuan teknik pembelajaran kata selingkung adalah agar siswa dapat

menentukan kata yang mempunyai makna berdekatan dengan kata

tersebut. Misalnya, guru menyodorkan kata akar kemudian siswa

menyebutkan kata selingkungnya berupa batang, daun, buah, dan

seterusnya. Alat yang diperlukan ialah kartu kata secukupnya. Kegiatan ini

dapat dilakukan perseorangan maupun kelompok.

Cara menerapkan teknik ini yaitu (1) guru memberikan pengantar; (2)

siswa membentuk kelompok; (3) guru memberikan 25 kartu kata yang

harus diselesaikan dalam 10 menit; (4) siswa mengidentifikasikan kata

demi kata kemudian mendiskusikan kata-kata selingkungnya. Kata

selingkung yang harus ditambahkan dapat ditentukan jumlahnya semisal

minimal 5 kata; (5) wakil kelompok menyampaikan laporannya di hadapan

kelompok lain; (6) kelompok lain mengomentari laporan yang

disampaikan tersebut; (7) siswa menarik simpulan dari aktivitas yang

mereka lakukan; dan (8) guru merefleksikan pelajaran pada hari itu.

3. Kartu Kata

Teknik kartu kata merupakan teknik pembelajaran kata majemuk

melalui kartu. Kartu tersebut berukuran lebar 2 cm dan panjang 15 cm

yang di dalamnya tertulis kata tunggal. Permainan ini dapat diterapkan

51

Page 52: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

secara individu maupun kelompok. Tujuan penggunaan teknik ini adalah

agar siswa dapat dengan mudah, senang, dan bergairah dalam memahami

kata majemuk melalui proses yang dilalui sendiri.

Cara menerapkan teknik adalah sebagai berikut. Tiap siswa

mendapatkan delapan atau sepuluh kartu yang di dalamnya sudah tertera

kata. Kartu yang diberikan haruslah genap karena kartu tersebut akan

digabungkan menjadi kata majemuk. Tugas siswa ialah memasangkan satu

kartu dengan kartu yang lainnya. Pemasangan itu harus dapat

memunculkan makna baru.

4. Tunjuk Abjad

Tujuan pembelajaran teknik abjad adalah agar siswa dapat

memproduksi kata dengan cepat dan banyak dalam waktu singkat. Ketika

guru menyodorkan huruf /s/ misalnya, siswa dapat menyebutkan kata

sukses, sikat, sakit, sehat, susah, dan seterusnya asalkan kata tersebut

diawali oleh huruf /s/. alat yang dibutuhkan adalah kartu huruf sebanyak-

banyaknya. Teknik ini dapat dilakukan secara perorangan atau

berkelompok.

Caranya, (1) guru memberikan pengantar tentang kegiatan belajar

yang akan dilakukan siswa; (2) di depan kelas guru membawa beberapa

kartu huruf, kemudian menunjukkan kepada semua siswa; (3) siswa segera

membuat kata berdasarkan huruf yang dilihatnya dengan jumlah sebanyak-

banyaknya dalam waktu yang ditentukan oleh guru (waktu yang

disediakan semakin lama harus semakin sedikit, misalnya dari 1 menit

52

Page 53: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

untuk 1 huruf menjadi 30 detik untuk 1 huruf); (4) siswa menyimpulkan

kegiatan yang telah mereka lakukan; dan (5) guru merefleksikan aktivitas

yang telah dijalani siswa.

5. Kata Salah Benar

Tujuan teknik pembelajaran kata salah benar adalah agar siswa dapat

memilih kata yang benar dan salah dengan cepat. Jika guru menyodorkan

kata kepada siswa, siswa menuliskan dengan huruf B di buku tulisnya

untuk kata yang benar dan huruf S untuk kata yang salah. Misalnya guru

memperlihatkan di depan kelas kata apotik maka siswa segera menuliskan

huruf S ke dalam buku tulisnya pertanda kata tersebut salah. Alat yang

dibutuhkan adalah lembar yang ditulisi kata yang benar maupun salah

penulisannya. Teknik ini dapat dilakukan oleh perorangan maupun

kelompok.

Caranya, (1) guru memberikan pengantar tentang kegiatan belajar

yang akan dilakukan siswa; (2) di depan kelas guru membawa beberapa

lembar kata, kemudian menunjukkan kepada semua siswa kata demi kata;

(3) siswa segera menulis kata tersebut benar atau salah ke dalam buku

tulisnya; (4) siswa menukarkan hasil jawabannya ke teman lain; (5) guru

memberikan jawaban yang benar; (6) siswa mengoreksi pekerjaan

temannya; (7) guru merefleksikan aktivitas yang telah dijalani siswa.

6. Kata dari Gambar

Teknik pembelajaran kata dari gambar bertujuan agar siswa dapat

membuat kata dengan cepat berdasarkan gambar yang dilihat. Misalnya,

53

Page 54: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

guru menunjukkan gambar banjir yang melanda sebuah desa. Dari gambar

tersebut siswa memproduksi kata air, musibah, bencana, ikan, kotoran,

berbau dan seterusnya dalam waktu yang ditentukan. Alat yang dibutuhkan

adalah gambar-gambar yang bervariasi sesuai dengan tema pembelajaran,

yang berukuran sama dengan kalender besar. Teknik ini dapat dijalankan

secara perorangan maupun kelompok.

Cara menerapkannya, (1) guru memberikan pengantar; (2) guru

menunjukkan gambar di depan kelas selama beberapa menit; (3) siswa

mengidentifikasikan gambar kemudian menuliskan beberapa kata yang

bersumber dari gambar yang dilihatnya; (4) kata yang dihasilkan dapat

ditentukan jumlahnya misalnya minimal 5 kata; (5) wakil kelompok

menyampaikan hasilnya di hadapan kelompok lain; (6) kelompok lain

mengomentari laporan yang disampaikan tersebut; (7) siswa

menyimpulkan kegiatan yang telah mereka lakukan; dan (8) guru

merefleksikan pembelajaran pada hari itu.

7. Banding Kata

Tujuan teknik pembelajaran banding kata adalah agar siswa dapat

mengartikan kata yang bersinonim atau berantonim. Siswa diberi 4 kata

yang bersinonim atau 2 kata yang berantonim kemudian siswa memaknai

masing-masing kata sehingga menemukan persamaan atau perbedaan

melalui pembandingan. Alat yang digunakan adalah amplop dan kartu kata

yang ditempel di kertas manila agar dapat digunakan dalam pembelajaran

54

Page 55: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

berikutnya. Kegiatan ini dapat dilakukan secara perorangan maupun

berkelompok.

Cara menerapkannya, (1) guru memberikan pengantar tentang

kegiatan belajar pada hari itu; (2) guru memberikan amplop yang berisi

kata-kata yang bersinonim atau berantonim; (3) siswa mengidentifikasi

kata-kata yang diterima; (4) siswa memberikan makna tiap kata sehingga

siswa dapat membandingkan makna kata yang satu dengan makna kata

yang lain; (5) guru menyatakan berhenti jika waktu yang ditentukan habis;

(6) guru mempresentasikan siswa yang lebih cepat sampai ke yang lebih

lambat; (7) guru dapat mengulangi kegiatan tersebut dengan amplop dan

kata yang berbeda; (8) guru merefleksikan pembelajaran pada hari itu.

55

Page 56: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan sifat deskriptif

analitik. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang

dapat diamati (Bogdan dan Taylor, dalam Margono, 2007:26).

3.2 Setting Penelitian

a. Lokasi penelitian

Penelitian ini ialah penelitian dokumen yang dengan demikian memiliki

setting alamiah yang disesuaikan dengan keberadaan sumber data. Artinya,

penelitian dapat dilakukan di berbagai tempat dalam berbagai situasi.

b. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini ialah dokumen baik tertulis, foto,

maupun bahan statistik; termasuk bahan visual serta penelusuran data secara

online (Prastowo, 2010: 296-307). Penelitian ini menggunakan data primer dan

data sekunder. Data primer bersumber dari Istilah Teknologi Informasi Berbahasa

Indonesia yang diprakarsai oleh Pusat Bahasa serta berbagai istilah teknologi

informasi berbahasa Indonesia yang terdapat di internet atau media massa lainnya.

Data sekunder digunakan untuk menjelaskan relevansi antara evolusi media

dengan kebijakan bahasa yang dikeluarkan oleh Pemerintah serta relevansi antara

5656

Page 57: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

penelitian yang dilakukan dengan pembelajaran bahasa Indonesia pada Sekolah

Menengah Atas. Sumber data sekunder terdiri atas: 1) Instruksi Presiden Nomor 2

Tahun 2001 Tentang Penggunaan Komputer dengan Aplikasi Komputer

Berbahasa Indonesia; 2) Panduan Pembakuan Istilah, Pelaksanaan Instruksi

Presiden Nomor 2 Tahun 2001; Kiat Pembakuan Peristilahan Perkomputeran

dalam Bahasa Indonesia; 3) Silabus dan RPP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Kelas X.

c. Ihwal penentuan sampel

Dalam penelitian ini, sampel data ditentukan secara purposive, yakni

dipilih berdasarkan pertimbangan dan tujuan tertentu (Sugiyono, 2013:218).

Pertimbangan tertentu ini, didasari oleh alasan misalnya sumber data dianggap

sebagai yang paling mencerminkan hal yang diharapkan oleh peneliti, atau

mungkin sumber data tersebut merupakan keputusan penting yang akan

memudahkan peneliti dalam menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan adalah dokumentasi dengan teknik catat. Data

yang dikumpulkan dengan teknik ini ialah sekumpulan istilah yang (meminjam

kategorisasi Haryanto, 2002) mewakili: a) padanan yang tepat karena ringkas dan

jelas; b) padanan yang berterima karena ejaannya tidak jauh berbeda dengan ejaan

aslinya; dan c) padanan yang bermasalah karena terkesan dipaksakan; d) padanan

yang menciptakan kerancuan karena ganda; e) padanan yang keliru; serta f)

padanan yang tidak berterima. Adapun langkah-langkah pengumpulan datanya

57

Page 58: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Studi Awal

Tahap Perencanaan

Mempertajam fokus dan perumusan masalah penelitian

Pelaksanaan (observasi, dokumentasi)Simpulan hasil penelitian, rekomendasi, dalil-dalil

Analisis

Pengecekan Keabsahan data

Temuan

adalah sebagai berikut: 1) mencermati istilah-istilah teknologi informasi

berbahasa Indonesia yang dijadikan sebagai sumber data; memindai kemungkinan

terwakilinya ketepatan, keberterimaan, maupun penolakan terhadap istilah yang

ada; 2) memberikan kode (coding) pada data yang telah dicermati; 3) memilah

data yang telah diberi kode dengan identifikasi kategori sesuai dengan rumusan

Agnes Kukulska-Hulme; 4) memberikan tanggapan awal berupa persetujuan

(istilah yang tepat), keberterimaan (istilah yang berterima), maupun penolakan

(istilah yang dipaksakan, rancu, keliru, serta tidak berterima).

3.4 Metode Penganalisisan Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menerapkan

Pendekatan Komunikatif Agnes Kukulska-Hulme, teori Mediamorfosis Roger

Fidler, serta teknik pembelajaran bahasa baku/serapan pada Sekolah Menengah

Atas yang dikemukakan oleh Suyatno.

3.5 Rancangan Penelitian

58

Page 59: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan secara rinci hasil penelitian dan pembahasan

yang meliputi: (1) uraian data penelitian; (2) analisis dengan pendekatan

komunikatif; (3) analisis dengan teori mediamorfosis; dan (4) relevansi antara

pendekatan komunikatif dengan pembelajaran bahasa Indonesia pada Sekolah

Menengah Atas.

4.1 Identifikasi Data Penelitian

Data pada bagian ini dipilah menjadi dua macam yakni data berupa

kumpulan istilah komputer berbahasa Indonesia serta data berupa berbagai

dokumen terkait dengan ihwal kebijakan peristilahan komputer berbahasa

Indonesia termasuk respon-respon yang muncul terhadapnya.

4.1.1 Kumpulan Istilah Komputer Berbahasa Indonesia

Data penelitian ini bersumber dari:

1) Glosarium Istilah Teknologi Informasi Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa, tt);

2) Kamus Istilah Komputer dan Informatika (Maseleno, 2003);

3) Kamus Komputer (Purba, 2006);

4) Berbagai istilah komputer berbahasa Indonesia yang terdapat pada sistem

operasi Windows, Android, Symbian, iOS maupun istilah-istilah yang muncul

di media cetak, internet, serta media elektronik lainnya.

59

Page 60: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Bentuk Kata Serupa

NO ISTILAH PADANAN

1 Copy Salin2 Slide Salindia

Tanggapan awal: Masalah popularitas penggunaan saja. Bentuk asli copy

diasumsikan lebih banyak digunakan ketimbang padanannya dalam bahasa Indonesia.

Bentuk salindia kurang lazim, bisa diplesetkan menjadi ‘ganti dia.’

Makna Budaya Khusus

NO ISTILAH PADANAN1 Activity log sheet lembatang log aktivitas2 Assembly drawing gambatang rakitan3 Attenuation atenuasi/laifan4 Average seek time purata masa jangkau5 Bandwidth Lebatang pipa6 Batch Tumpak7 Bellmouth Liwat8 Bellows Pengangin9 Collation Taklikan10 Content search Selurus isi11 Current tracer Juru kalkir arus12 Digital lease line Jalur suwa digital13 Dimensioning Pemandraan14 Electrostatic shielding Tanungan elektrostatik15 Etching Pengetsaan16 Excide battery Baterai toraja17 Expanded symbol set perangkat simbul diperluas18 Extinction angle Sudut pemuduran19 Force placement Tempatan forsa20 Fork mark Tanda cagah21 Home loop Ikal rumah22 Hyperlink Hipertaut23 Inert gas Gas lengai24 Infinite Ananta25 Literal operand Kinandar literal

60

Page 61: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

26 Message sink Sungap pesan27 Minimum detectable range Julat mampu temu minimum28 Multiple-twin cable Kabel kembatang jamak29 Off delay Lepas tundia30 On-chip Atas-supih31 Range gate Gerbang julat32 Stretching Pantengan33 Tractive force Kakas aseret34 X-Y Plotter Pengomplak X-Y

Tanggapan awal: bentuk lembatang, gambatang, dan laifan tidak ditemukan

di KBBI, demikian pula lebatang. Tidak ada purata sebagai lema tersendiri pada

KBBI. Ia hanya disisipkan dalam penjelasan tentang jarak: purata = pukul rata?

Dalam KBBI liwat selain bermakna ‘lewat’ juga bermakna ‘persetubuhan antara

sesama jenis’. Lema pengangin tidak ditemukan di KBBI.

Tidak ada taklikan di KBBI, taklikat ada (takarir), tetapi jika mengacu pada

padanan yang mirip yakni kolase, maknanya menjadi berbeda. Terkait dengan content

search yang dipadankan menjadi selurus isi, terdapat bentuk yang lebih populer

yakkni telusur, atau bentuk yang lebih ringkas yakni cari. Kalkir tidak ditemukan di

KBBI, demikian pula suwa dan pemandraan. Tanung tidak ditemukan di KBBI,

sedangkan baterai toraja patut dipertanyakan apakah maksudnya torak? (bagian dari

mesin atau motor yang bergerak mondar-mandir dalam suatu silinder karena tenaga

uap atau karena pembakaran bahan bakar; sebab Toraja di Indonesia lebih dipahami

sebagai identitas geografis dan etnis, bukan jenis baterai.

Padanan symbol ialah simbul. Mengapa tidak simbol saja? Copy paste dari

padanan istilah Malaysia? Bentuk mudur tidak ditemukan di KBBI. Force =

61

Page 62: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

kekuatan, paksaan? Tidak ditemukan forsa di KBBI, sama halnya seperti cagah.

Bentuk hipertaut kurang populer dibandingkan bentuk aslinya, ananta tidak

ditemukan di KBBI. Bentuk kinandar juga tidak ditemukan. Sungap, kembatang,

tundia, supih, dan pantengan tidak ditemukan di KBBI. Traction = daya tarik;

konotasi aseret tidak ditemukan di KBBI. Sementara terdapat dua padanan untuk

force yaitu forsa dan kakas.

Pelafalan yang Keliru

NO ISTILAH PELAFALAN1 Charge [C a s]2 Save [S i p]3 Email [I m e l]4 Escape [E s k a p e]5 Paste [P a s t e]6 Eject [E j e k]7 Fon [P o n]8 Jam [J a m]9 Mouse [M o u s/m a u s]10 Redo [R e d o/r i d o]11 Undo [A n d o/u n d o]

Tanggapan awal: [E s k a p e]? Tidakkah bentuk ini dipaksakan? Bentuk

yang kedua, ketiga, dan keempat (larian/lolos; lompatan) juga kurang populer

dibandingkan istilah aslinya. Paste dipadankan dengan pasta. Meskipun demikian,

bentuk ini kerap dilafalkan sebagai [p a s t e] saja. Pelafalan jam (dalam paper jam

misalnya) sebagai [j a m] dalam bahasa Indonesia merujuk pada alat penunjuk waktu,

padahal maksudnya bukan demikian. Jam dalam konteks ini tidak pula bermakna

selai, tetapi kertas yang tersangkut pada mesin pencetak (printer). Mouse tidak jarang

dilafalkan sebagai [m o u s] atau [m a u s], atau kadang [m o s]. Pasangan redo dan

62

Page 63: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

undo sering dilafalkan sebagai [r e d o] dan [a n d o] atau [u n d o]. Jika pelafalannya

tepat, yang seringkali berubah ialah silabe pertama misalnya /re/ menjadi /ri/ atau /un/

menjadi /an/. Silabe terakhir jarang diucapkan sebagai /du/.

Singkatan

NO ISTILAH KEPANJANGAN1 ESC Escape2 INS Insert3 DEL Delete4 PRTSC Printscreen5 PGUP Page up6 PGDN Page down7 CTRL Control8 ALT Alternate9 Bps Bit per second10 Widget Gawit (gawai rawit)11 Hashtag (Twitter) Tagar (tanda pagar)12 Netizen Netizen (internet citizen)13 Offline Luring (luar jaringan)14 Online Daring (dalam jaringan)15 Pull technology Tektarik

Tanggapan awal: bentuk-bentuk semacam ini membutuhkan dua tahap

pemahaman bagi pengguna pemula. Yang pertama adalah memahami kepanjangan

dari singkatan/akronim tersebut. Kedua, memahami fungsi dari singkatan-singkatan

tersebut. ESC, INS, DEL, PRTSC, PGUP, PGDN, CTRL, dan ALT merupakan

bentuk-bentuk yang lazim ditemukan pada papan Qwerty. Singkatan bps ditemukan

pada senarai padanan istilah, sedangkan akronim gawit (widget) pada sistem operasi

Android. Tagar (hastag) merupakan akronim yang terdapat pada aplikasi Twitter,

netizen biasanya merujuk pada setiap pengguna media sosial di internet. Akronim

tektarik (pull technology) tampaknya mengadopsi tatacara pemadanan istilah

63

Page 64: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Malaysia. Dua akronim terakhir yakni daring (online) dan luring (offline) memiliki

padanan yang berbeda pada glosarium istilah TI yakni terhubung (online) dan putus

jaring (offline).

Istilah Semi Teknis

NO ISTILAH PADANAN1 Add-ons (Mozilla Firefox) Pengaya2 Applet widget toolkit perangkat oprek aplet3 Band overlap Luah pita4 Bath voltage Voltase tangas5 Booster Penggalak6 Bug Kutu7 Bulb Cembul; pentol8 Bullet Bulet9 Buncher Penjaras10 Cache Tembolok11 Cake Melekat12 Capslock Kancing capital13 Cookie Kuki14 Cut Gunting15 Daemon Jurik (hantu; setan; pengganggu)16 Desktop gadgets Acang desktop17 Download Unduh18 Drag Geser; seret19 Folder Pelipat20 Footer Pengaki21 Galloping Pencongklangan22 History Riwayat23 Mouse Tetikus24 Probe Kuar25 Server Peladen26 Shunt Langsir27 Side track Sepur simpang28 Status bit Gurdi status29 Squeal Dengking30 Tile Ubinan31 Up Ungguh32 Upload Unggah

64

Page 65: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

33 Wedge Baji34 Woofer Penyalak35 World wide web Waring wera wanua; Wire wiri wae;

Jaring jagad jembar

Tanggapan awal: pengaya (add-ons) tidak ditemukan di KBBI. Akan tetapi,

bentuk ini memiliki kedekatan dengan diksi pengayaan (misal: pengayaan uranium).

Oprek juga tidak ditemukan di KBBI. Bentuk ini biasanya ditemukan dalam tulisan di

bidang modifikasi otomotif. Luah: rasa hendak muntah; volume zat cair yg mengalir

melalui permukaan persatuan waktu. Tangas = Mandi uap. Penggalak (booster) salah

satunya dikenali lewat perangkat antena televisi. Ada juga yang menyebut kutu (bug)

sebagai serangga. Cembul = Tonjolan kecil dan bundar (seperti pada kepala jarum

pentol). Dalam bidang fotografi, bulb dikenali sebagai salah satu teknik foto

timelapse atau pengambilan satu gambar dalam waktu yang lama.

Jika mengikuti diversifikasinya pada Microsoft Word, bulet tidak sekedar

bullet (peluru; bundar), tetapi juga tanda panah, strip, ketupat, dan lain-lain).

Menjaras: v memberkas; mengikat menjadi segabung; mengatur baik-baik (tt rambut

dsb). Tembolok = kantong tempat makanan pada leher (burung, ayam, dsb.); kas

perut. Cookie dan cake tidak dipadankan sebagai kue atau roti, tetapi kuki dan

melekat. Padanan kedua bentuk tersebut berbeda dengan bug atau daemon. Bentuk

kancing kapital (capslock) terlampau panjang jika hendak ditempel di keyboard

(papan kunci). Lagipula, penggunaan bentuk ini lebih pada program pengolah kata.

Dalam Language Interface Packs (LIP) Windows 7, gadget dipadankan

sebagai acang. Diksi unduh berkorelasi positif dengan unduh; ngunduh (mantu).

65

Page 66: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Geser; seret (drag) memiliki konotasi yang berbeda misalnya dengan drag bike.

Padanan pelipat untuk folder dianggap kurang tepat. Salah satu argumen dasarnya

mungkin dilihat dari fungsi folder untuk menampung berbagai file/berkas sehingga

menyebutnya sebagai pelipat tampaknya berseberangan dengan tugasnya sebagai

kantong penyimpanan.

Jika mengacu pada keberadaan header (kepala), semestinya footer (pengaki)

dapat diterima. Namun, bentuk asli dari kedua istilah inilah yang tetap digunakan

(header dan footer). Mencongklang = berlari kencang (tt kuda dsb). Di beberapa

peramban misalnya Chrome berbahasa Indonesia, history kerap diterjemahkan

sebagai riwayat (riwayat penelusuran). Bentuk asli (mouse) terlampau populer di

kalangan pengguna TI. Kuar = ‘burung yang keluar dari persembunyiannya pada

malam hari; lingsa yang baru menetas’. Diperdebatkan, apakah padanan yang lebih

sesuai untuk server adalah pelayan agar relevan dengan service?

Langsir = mengatur sambil menggandeng-gandengkan gerbong kereta api;

berjalan mondar-mandir (bolak-balik). Sepur = kereta api? Track di KBBI

diterjemahkan sebagai trek = jalur, jalan, lintasan. Bit = gurdi = bor kecil; jara.

Dengking = ‘tiruan bunyi salak anjing, teriakan orang dan sebagainya.’ Pada Sistem

Operasi Windows XP, istilah tile biasa ditemukan pada mode pengaturan kertas

dinding (wallpaper) seperti tile, scretch. Baji = ruyung; pasak.

Speaker Woofer digunakan untuk mengeluarkan suara bass dengan nada rendah;

penyalak/salakan berkonotasi dengan bunyi yang dihasilkan oleh anjing. Lebih sering

disebut sebagai www saja atau yang ringkas ialah internet saja.

66

Page 67: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Sinonim

NO ISTILAH PADANAN1 Abort (a transaction) Gugur; Henti paksa2 Axle Gandar; aksel3 Browser dan explorer Penjelajah4 Chat Dialog; rumpi5 Coercive force Kakas kursif; gaya6 Cursor Kursor; penggeser7 Dash Alangan; des8 Default Asal; asali; mula9 Disc Disket; cakram; diska10 Distortion Distorsi; erotan11 Drive Penggerak; kandar12 Dummy Tiruan; sulih; boneka13 Expiration; expiry Ekspirasi; kedaluwarsa14 Exposure Eksposur; pembiaran15 File Berkas; fail16 Font Huruf; fonta17 Furnace Tanur; relau18 Image Imaji; citra; santir19 Immersions lens Kanta rendam; lensa20 Instrument instrumen; radas21 Junk Limbah; sampah22 Keyless ringing Giring-giring tanpa kunci; dering23 Magnetic ledge Birai magnetic24 Magnetic saturation Jenuhan magnetik; saturasi25 Mobile Selular; ponsel26 Receiving flag Ubira penerima; bendera27 Record Utas; rekam28 Redundancy Kelewahan; redundansi29 Reverb Kerdam; gema30 Sheath Upih; seludang31 Splashproof machine Mesin kedap air recik; percik32 Stapler Pemaut; pengokot33 Tag format Format kitir34 Thread (Android) Ulir; utas35 Timeline (Facebook) Kronologi; linimasa36 Transparency Transparansi; kesemrawangan37 Trash rack Para-para; rak38 Twin crystal Hablur kembar/Kristal ganda

67

Page 68: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

39 Twisting pliers Gegep memuntir/tang; catut40 Varnish Rengas; pernis

Tanggapan awal: Gugur memiliki konotasi yang berbeda. Perintah yang

lebih populer ialah batalkan. Yang lebih populer daripada gandar/aksel adalah

poros/sumbu. Browser dan explorer kata padanannya disamakan. Chat cenderung

dalam kondisi santai, non-formal; lebih dekat dengan rumpi. Meskipun demikian,

rumpi biasanya berlangsung dalam interaksi tanpa perantara, meskipun belakangan

penggunaan istilah rumpi juga ditemukan untuk menyebut obrolan lewat telepon.

Berbeda dari keduanya, konteks dialog biasanya merupakan percakapan terstruktur.

Force dipadankan dengan kakas: mengerasi; memaksa. Namun, force juga

dapat bermakna gaya (gaya koersif)? Padanan des mungkin akan lebih berterima

mengingat kemiripan pengucapan dengan dash, dibandingkan dengan penggunaan

bentuk alangan. Bentuk pertama padanan default lebih populer. Istilah asali pun,

pada dasarnya dapat disubstitusi oleh bentuk awal, mula. Bentuk disket lebih

dipahami sebagai penyimpanan segi empat konvensional, sedangkan bentuk yang

kedua dan ketiga kurang berterima karena disc akan dilafalkan sebagai dis.

Erotan mungkin akan kurang berterima mengingat bentuk distorsi telah

banyak digunakan di berbagai bidang. Bentuk tiruan merupakan yang paling populer,

diikiuti bentuk ketiga. Bentuk sulih lazim ditemukan pada kegiatan dubbing (sulih

suara). Padanan yang pertama lebih berterima daripada bentuk yang kedua karena

eksposur lebih populer. Pembiaran juga memiliki konotasi negatif dalam konteks

68

Page 69: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

yang berbeda, misal pembiaran perilaku korupsi, pembiaran anak (penelantaran) dan

sebagainya.

Bentuk berkas berterima karena telah digunakan secara luas. Bentuk fail juga

berterima karena memiliki kemiripan pelafalan dengan istilah aslinya. Yang lebih

populer ialah huruf, atau jenis huruf, bukan fonta. Bahkan hingga saat ini, bentuk

yang lebih banyak digunakan ialah font saja. Lens = kanta? Mengapa bukan lensa

saja? Instrumen = radas; alat. Padanan yang lebih populer untuk junk adalah sampah

(Gmail bahasa Indonesia). Tidakkah ringing sekarang lebih dikenali sebagai dering?

Birai = Pagar rendah; bingkai; lis; tepi. Daripada istilah jenuhan, bentuk

saturasi telah digunakan secara luas, salah satunya dalam bidang desain grafis (misal:

penyuntingan foto). Mobile biasanya merujuk pada perangkat yang bersifat

removable, portable, dan kerap kali diasosiasikan dengan mobile phone yang dalam

bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai ‘telepon seluler’, bukan selular. Flag =

ubira. Bagaimana dengan bendera?

Utas biasanya merupakan padanan dari thread, sehingga bentuk rekam lebih

pas. Kelewahan = ‘Tumpah; berlimpah; kelebihan; mubazir’. Kerdam = bunyi

bergema. Cable sheath? Upih = tangkai pelepah pinang dsb yang lebar dan tipis;

bagian daun tanaman padi-padian yang menyelubungi batang; seludang = kulit

pemalut mayang pinang (kelapa dan sebagainya). Recik = percik. Stapler di Indonesia

lazim disebut staples. Di Wikipedia disebut pengokot. Tag pada aplikasi Facebook

maupun Twitter diterjemahkan sebagai tanda, sedangkan kitir = surat keterangan.

69

Page 70: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Di beberapa aplikasi dan media sudah mulai digunakan istilah linimasa; di

Facebook, timeline dipadankan dengan kronologi. Padanan pertama (transparansi)

lebih sesuai. Para-para = rak. Bentuk yang lebih ringkas ialah rak rongsokan sebab

diksi ini lebih populer daripada rosokan. Mengapa bukan kristal ganda/kembar?

Sebab bentuk kristal telah digunakan secara luas. Hablur = benda keras yang bening

seperti kaca; kristal.’ Gegep = catut (penjepit); pliers = tang. Mengapa bukan

tang/catut pemuntir saja? Pernis merupakan padanan yang telah digunakan luas

daripada bentuk rengas = pohon yang getahnya untuk mengkilapkan.

Keterangan Bertumpuk

NO ISTILAH PADANAN1 easy open pack2 the Re-enter Password Box3 the Customise Toolbars Dialog Box4 the most recently ungrouped group

Tanggapan awal: keempat bentuk ini terdapat pada aplikasi Microsoft Office

dan dikutip dari Kukulska-Hulme (2000:595).

Dwibahasa Identik

NO ISTILAH PADANAN1 Idle tak berguna; terbiar2 Idle contact Kontak percuma3 Optional device Peranti sesuka4 Poke Mengopak5 Spin test facility Fasilitas uji berpusing

Tanggapan awal: Dalam kasus penggunaan printer (pencetak) misalnya,

status yang tertera kadang adalah idle. Jika mengacu pada padanan tak berguna;

terbiar maka konotasinya menjadi berbeda. Peranti atau piranti?; Sesuka atau

70

Page 71: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

pilihan? Dalam aplikasi Facebook, Poke diartikan sebagai colek. Spin = berpusing

atau berputar atau putaran?

Ambiguitas

NO ISTILAH PADANAN1 Capture Penangkapan2 Crop Kerat; crop3 Charger Pembeban4 Discard Buang kartu5 Eject Pancar6 Emergency pull Renggutan darurat7 Film scanner Pemayar selaput8 Firewall Tembok api9 Firmware Piranti tegar; perangkat tegar10 Fixed partition Pantis tetap11 Guy anchor Jangkar gai12 Guy clamp Penjepit gai13 Handle Menangan; pembantu14 Harness Abah-abah15 Hit Ketuk16 Horn throat Jalan sempit bentuk selaput17 Hume pipe duct Sauran pipa senandung18 Idler circuit Sirkuit pengangguran19 Impregnated cable Kabel tersedak20 Jam Desak-desakan21 Joystick Tongkat joy; tongkat ria22 Longitudinal circuit Sirkuit membuyar23 Lower case Sosok (huruf) bawah24 Malicious code Kode hasad25 Mutual exclusion Saling asing26 Odds Barang tetek tengah27 Outgoing level Aras tarian28 Overscan Lewat pagar29 Parallel virtual machine Mesin maya selari30 Plane earth Bumi ketam; ketam bumi31 Promiscuous mode Ragam kacau balau32 Redo Jadi lagi33 Removable hard disk Cakram keras bisa pindah34 Secondary password Tegoran sekunder

71

Page 72: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

35 Tag format Format kitir36 Traffic lever Tuan lalu lintas37 Transient supervisor Penyelia fana

Tanggapan awal: capture = penangkapan berasosiasi pada tindakan kriminal.

Kerat identik dengan perilaku hewan semacam tikus dan lain-lain dengan pola yang

dihasilkan tidak teratur, sedangkan crop memiliki pilihan pola yang teratur dan tidak

teratur. Charger = pembeban atau pengisi daya (pendaya)? Sebab charger jika

merujuk pada perangkat maka merupakan alat untuk mengisi daya listrik pada

perangkat elektronik. Discard tidak serta merta secara harafiah berarti buang kartu

sebab dalam banyak konteks, bentuk ini lebih umum dimaknai sebagai buang dengan

makna konteks sebagai turunannya.

Pancar atau lontar, atau lepas, cabut sebagai padanan eject? Renggutan =

‘tarikan, sentakan, cabutan.’ Film dipadankan dengan selaput (seluloid) yang

merupakan bahan dasar pembentuknya, padahal bentuk yang lebih populer tetaplah

film. Demikian pula scanner yang dipadankan sebagai pemayar. Siapa yang akan

pergi ke suatu percetakan dan kemudian berkata, “Saya hendak memayar 3 buah

selaput. Dapatkah Anda membantu saya?”

Bentuk asli (firewall) lebih populer, dan tetap digunakan daripada

padanannya. Tidakkah firmware lebih cocok menjadi piranti/perangkat

asal/pabrikan? Sebab tegar bila mengacu pada artinya yang tidak dapat diubah

(keputusan/pendiriannya) pun tidak relevan lagi karena firmware pun sekarang bisa

diupgrade atau dimodifikasi. Pantis = penghitam alis? Atau maksudnya bukan

72

Page 73: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

demikian? Sebab partisi sudah menjadi padanan yang populer dari partition (fixed

partition). Tidakkah padanan gai berasosiasi dengan gay pada pelafalannya (jangkar

gai)? Handle = pegangan? Bantuan? Hit pada situs atau blog pribadi, dapat juga

bermakna ‘kunjungan’. Kabel bisa tersedak (impregnated cable)?

Pada kasus kertas tersangkut di printer, digunakan istilah paper jam, sehingga

padanan ini tidak secara rigid digunakan pada setiap kasus jam (jam session,

strawberry jam?). Padanan joystick dalam bahasa Melayu yakni tongkat bahagia

menjadi bahan olok-olok di kalangan pengguna internet karena dianggap berkonotasi

seksual. Misal: “Tina, joystick saya bagus lho, bisa plug and play, ayo kita main

game bareng.”—Affan Basalamah, pau-mikro, 8 Agu 2001. Istilah longitudinal telah

dipahami luas dalam bidang sains secara umum. Dengan demikian, penggunaan

bentuk membuyar dalam sirkuit membuyar tentu lebih menyulitkan pemahaman

daripada memudahkan.

Konsep sosok dalam frasa terjemahan merupakan hipernim, sedangkan pada

frasa asli merupakan hiponim karena merujuk pada hal spesifik (huruf). Di samping

itu, diksi sosok juga biasanya mengacu pada entitas yang masih belum jelas,

misterius. Pada frasa padanan, penambahan opsional kata (huruf) justru menjadikan

padanan ini boros, terlalu panjang. Lower case lazim disebut sebagai huruf kecil saja.

Outgoing = tarian?

Bentuk paralel lebih luas digunakan daripada selari. Pemilihan diksi paralel

juga menjadikan frasa terjemahannya tetap logis (mesin maya paralel; mesin virtual

paralel), tidak merujuk pada kegiatan persona (maya selari). Password = tegoran;

73

Page 74: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

kata kunci? Fana vs abadi? Transient = seketika, sekejap, sementara. Mana konotasi

yang lebih sesuai?

Ekspresi Idiomatik

NO ISTILAH PADANAN1 Mike boom Tangan-tangan carong2 Radio trunking Tulang punggung radio

Tanggapan awal: tidak ada carong di KBBI 3. Bagaimana dengan tulang

punggung radio? Korelasinya dengan tulang punggung keluarga?

Kategori Lainnya

NO ISTILAH PADANAN1 Addressless inctruction format format instruksi tan alamat2 Anonymity Ketantanaman3 Applicability Aplikabilitas4 Autosave Swasimpan5 Autoscore Swaskor6 Autothread Autoulir7 Blind copy recipient penerima kopi buntu; penerima salin buntu8 Byte Bita9 Caption Takarir10 Channel induction furnace Relau induksi saluran11 Computer-Managed Instruction pengajaran dimanaje komputer12 Continous Kontinu; malar13 Deadlock restart Reanjak mogok14 Debug Awakutu15 Decode Awasandi16 Deinstall Awa pasang; awa tempat17 DigiCash Digiuang18 Digit punch Penebuk digit19 Enqueue Pembatalan antrian20 Error Galat21 Error range Daerah/jangkah kesalahan/kekeliruan22 Exception record rekord perkecualian23 Excitation voltage Voltase teralan24 Expanded sweep Lejang diperluas

74

Page 75: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

25 Expiration date Tanggal ekspirasi26 Expiry date indication Indikasi tanggal kedaluwarsa27 File coupling Pengkopelan berkas28 File gap Rumpang berkas29 Firmware Piranti tegar; perangkat tegar30 Operating system firmware peralatan liat sistem pengoperasian31 Flapper coil Kumparan kelepai32 Focal glass plate Pelat kaca pumpun33 Glottis Gratis?34 Horizontal-hold control pengawasan taha-horizontal35 Hypertape drive Pacu hipertape 36 Image ratio Nisbah santir37 Latency Kelenaan38 Lateral stay Tupang lateral39 Links Taut40 Log (Android) Log41 Logical tab Punca logika42 Loop cable Kabel sengkelit43 Loop clause Klausa simpal44 Lumped constant Konstanta berbungkah45 Minor time slace Cantas waktu minor46 Output decay Lopak keluaran47 Output stacker Pemumpun keluaran48 Panning Pelimbangan49 Password Sandi lewat; kata sandi50 Pick device Gawai pilih51 Pivot Pivot; umpil52 Pivoting Peniasakan53 Play back Saji balik54 Polish notation Notasi upam55 Prefetch Praambil; prasongsong56 Program search Susur program57 Pushdown stack Stak tekan ke bawah58 Reason Ralat59 Reasonableness check Pemeriksaan kemasuk-akalan60 Reasonableness test Tes tak menasabah61 Redial Redial62 Relative humidity Kelengasan nisbi63 Reseller Kulak64 Rupturing capacity Kapasitas rengat65 Scan head Bonggol pindai

75

Page 76: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

66 Shore end cable Kabel akhir tupang67 Shunt Langsir68 Shunt motor Motor pirau69 Stay thimble Mur sungkup tupang70 Stray current Arus sesatan71 Stretcher Pemulur72 Stretching Pantengan73 Subshell Anak ketopak74 Subscriber Penika bawah75 Subscript Tika bawah76 Superscript Tika atas77 Switch jack Bicu putar78 Tap Cerat79 Tape verifier Pentahkik pita80 Tape-armored cable Kabel bersirah pita81 Thrashing Deraan82 Time slace Cantas waktu83 Unzip Awazip84 Vertical shift Ingsutan vertikal85 Web Web

Tanggapan awal: tan merupakan bentuk terikat selain tak; tidak. Sufiks –ty

dipadankan dengan konfiks ke-an, sedangkan bentuk anonym dipadankan dengan

tantanama. Tidakkah seharusnya tanpanama (ketanpanamaan)? Tidak ada

aplikabilitas dalam KBBI 3. Jika ingin konsisten seperti bentuk kentantanaman,

seharusnya lema ini dipadankan dengan keberterapan. Morfem terikat swa- pada

swasimpan maupun swaskor bersaing dengan bentuk oto/auto. Pada bentuk autoulir

(autothread) terdapat inkonsistensi dengan padanan dua auto sebelumnya.

KBBI 3 hanya mencantumkan bit, belum ada bita. Malar tidak populer

dibandingkan kontinu. Sebelumnya furnace diterjemahkan sebagai relau, sedangkan

pada bentuk continous furnace diterjemahkan sebagai tanur. Restart diterjemahkan

76

Page 77: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

sebagai reanjak, sedangkan deadlock menjadi mogok; yang dalam hal ini dapat pula

diterjemahkan sebagai buntu.

Bentuk terikat awa- sebagai padanan de- membentuk debug menjadi awakutu.

Jelas merupakan bentuk yang tidak lazim karena jika dikaitkan dengan bentuk yang

lebih besar (frasa/kalimat) maka penerjemahan turunan bentuk ini menjadi sulit

diterima. Misal: proses debug = proses pengawakutuan? Awapasang (deinstall)

merupakan kasus yang sama dengan awakutu; bentuk aslinya pun kurang populer

karena yang lebih dikenal ialah uninstall. Tebuk = lubang, berlubang, tembus,

tembuk.

Di aplikasi Winamp misalnya, ketika mengklik lagu kemudian memilih

Enqueue in Winamp, maka berkas lagu akan otomatis tertampung di Winamp tetapi

dalam mode lagu tidak diputar otomatis. Artinya jika kita setuju dengan terjemahan

enqueueu, seharusnya perintah di Winamp juga mengimplikasikan pelaksanaan tugas

yang sama. Namun nyatanya berbeda. Bentuk galat sudah lazim digunakan di bidang

akademis misalnya perhitungan statistik, tapi masih tetap tidak sepopuler bentuk

aslinya (error). Teral ark = menggiatkan bekerja, menyuruh dengan memaksa-maksa

supaya berbuat sesuatu.

Lejang = sepak; terjang; rejang; gerakan (loncat, lari) yang cepat; gerakan

yang laju (tt peluru, anak panah). Kopel = berpasangan, bergandengan (saling

berhubungan). Kelepai = menggantung tidak tegak, terkulai-kulai. Focal = pumpun?

Berpumpun = berhimpun, berkumpul. Image biasanya diterjemahkan sebagai imaji

atau citra, sedangkan sanlir tidak ditemukan di KBBI 3. Adapun gabungan sanlir

77

Page 78: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

grafik juga tidak tepat karena graphics biasanya diterjemahkan sebagai grafis (ks),

sehingga frasa padanannya menjadi citra grafis.

Hold = taha? Nisbah santir merupakan inkonsistensi image; bentuk rasio

sudah digunakan secara luas dan jelas lebih populer daripada santir sehingga frasa

image ratio seharusnya diterjemahkan menjadi rasio gambar sebab istilah ini kerap

ditemukan pada pengolahan gambar. Lena = nyenyak, lengah, lalai? Tupang = topang

= sokong; sangga. Di laman Facebook misalnya, shared a link diterjemahkan sebagai

‘membagikan sebuah tautan’.

Dalam Sistem Operasi Symbian, log diterjemahkan sebagai ‘catatan

panggilan’. Punca = ujung; tingkat permulaan, pengantar; pangkal; sumber. Home

loop = ikal; index loop = gelung indeks (ikal, gelung, sengkelit, simpal). Bungkah =

bongkah = gumpalan. Slace = cantas = gagah; tampan; berani; tegas; terampil. Lopak

= lekukan tanah berisi air. Focal = pumpun; stacker = pemumpun (pengumpul;

penghimpun).

Limbang = pergi (berjalan) kemana-mana; mengembara. Tetapi dalam kasus

fotografi misalnya, untuk menjelaskan teknik foto Panning (objek berjalan cepat)

istilah yang digunakan tetaplah foto Panning, bukan foto pelimbang/pelimbangan.

Jika frasa gawai pilih merupakan bentuk imperatif, seharusnya diterjemahkan

menjadi pilih gawai. Jika hendak konsisten, device semestinya dipadankan dengan

piranti atau perangkat, sedangkan gawai merupakan padanan dari gadget. Umpil =

‘mengangkat (dg tuas).’ Saji balik atau putar balik/putar ulang? Upam =

mengkilatkan; menyemir.

78

Page 79: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Bentuk prefetch di Windows misalnya telah digunakan luas dibandingkan

padanannya yang akan membingungkan. Program search jika merupakan bentuk

deklaratif, seharusnya menjadi program susur. Stak tekan ke bawah terlalu panjang.

Lengas (berair; mengandung air), humiditas = ukuran derajat kelengasan udara; nisbi

= tidak mutlak; relatif. Mengingat keberadaan bentuk humiditas dan relatif di KBBI,

apakah tidak lebih baik jika frasa relative humidity dipadankan dengan humiditas

relatif? Toh padanan ini juga mengandung semangat yang sama, pengindonesiaan

istilah. Poin lebihnya, pemahaman menjadi lebih mudah dibandingkan dengan

padanan yang diusulkan oleh tim TI.

Kulak atau tengkulak? Atau pengecer? Rengat = ‘retak bergaris hampir pecah;

merembes, menetes’. Head = bonggol; scan = pindai; pemayar; bonggol = bonjol

pada batang kayu; daging pada tengkuk; punuk. Shore = tupang = topang = sokong;

sangga. Stay = tupang = topang; thimble = sungkup, tudung; pada perangkat mouse

terbaru, thimble diartikan sebagai sarung jari. Stray current disebut juga arus liar,

atau dalam berbagai situs disebut dengan istilah aslinya.

Pemulur = ‘menjadi panjang; dapat menjadi panjang.’ Bicu = tuil, dongkrak,

pengungkit. Jack juga sering disebut sebagai colokan. Cerat = ‘bagian ceret, kendi,

keran, teko, keran untuk menuang air; talang yang berbentuk sedemikian rupa untuk

meningkatkan kecepatan air yang melaluinya, sementara tekanannya turun.’ Dari

sumber lainnya, tap juga diartikan sebagai tindakan yang menyerupai fungsi mouse

pada komputer atau perangkat kecil (gawit) seperti penggunaan pena (stylus). Tahkik

79

Page 80: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

= penetapan (penentuan). Sirah = zirah = baju besi, armored = berlapis? Pada

beberapa tulisan di internet, yang populer adalah istilah aslinya (thrashing).

4.1.2 Ihwal Kebijakan Peristilahan Komputer Berbahasa Indonesia

Kebijakan peristilahan komputer berbahasa Indonesia diawali oleh keluarnya

Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2001 Tentang Penggunaan Komputer dengan

Aplikasi Komputer Berbahasa Indonesia yang kemudian diikuti oleh Panduan

Pembakuan Istilah, Pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2001; Kiat

Pembakuan Peristilahan Perkomputeran dalam Bahasa Indonesia. Panduan dimaksud

terdiri atas 629 lema dimulai dari abort (gugurkan) hingga zoom (zum). Dalam

landasan umum Panduan Pembakuan Istilah tersebut dijelaskan bahwa sasaran awal

dari pengindonesiaan istilah teknologi informasi ini ialah kalangan pengguna umum

(pemula) yang merupakan kelompok kaum terpelajar yang setara dengan sekolah

menengah umum. Barulah pada tahap berikutnya, jumlah lema yang diindonesiakan

direncanakan sekitar 4000 istilah dengan sasaran pengguna ialah pihak yang

memerlukan untuk mendalami komputer sebagai suatu disiplin keilmuan pada tingkat

pendidikan strata satu.

Proses penyusunan panduan awal maupun Glosarium Istilah TI, jika sesuai

dengan rilis Menristek, melibatkan Malaysia dan Brunei Darussalam yang diketahui

telah melaksanakan domestikasi istilah komputer ke dalam bahasa nasional negara

bersangkutan. Dengan tidak adanya tanggal rilis yang jelas perihal Glosarium Istilah

TI yang telah direncanakan sebelumnya, didapati berkas di internet yang memuat

istilah teknologi informasi berbahasa Indonesia dengan jumlah lema kurang lebih

80

Page 81: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

40634 istilah. Di halaman awal dicantumkan nama keenam anggota tim penyusun

yakni Titon Dutono, Onno W. Purbo, Gunarso, Rully Soelaiman, Abdul Gaffar

Ruskhan, serta Ellya Iswati lengkap dengan alamat e-mail masing-masing.

Tidak semua istilah di dalam “kamus” tersebut memiliki padanan. Ada juga

yang kosong. Access provider, acquirer, hingga zero-address instruction merupakan

beberapa yang dapat dijadikan sebagai contoh. Istilah yang mengandung unsur

numerik seperti 10Base2 atau 16-bit ditulis seperti bentuk aslinya. Yang menarik,

Glosarium Istilah Teknologi Informasi ini seperti melengkapi sekaligus mengoreksi

629 istilah yang dirilis sebelumnya. Terdapat beberapa istilah yang memperoleh

tambahan padanan, namun ada juga yang mengalami perubahan padanan. Hal ini

dapat dilihat pada lema abort (gugur) menjadi abort (gugur; henti paksa), drag (seret)

menjadi drag (geser; seret), edit (edit) menjadi edit (edit; sunting), serta zoom (zum)

yang berubah menjadi zoom (fokus).

Sebagai sebuah rujukan yang bertujuan menghasilkan keseragaman padanan

istilah, nyatanya baik Senarai Padanan Istilah maupun Glosarium Istilah Teknologi

Informasi yang dirilis oleh Pusat Bahasa tidak serta merta diikuti oleh para pelaku

maupun pengembang aplikasi komputer. Hal ini terbukti dari adanya beberapa

padanan yang berbeda terhadap istilah yang sama, misalnya timeline di aplikasi

Facebook. Ada yang mengartikan lema ini sebagai linimasa, namun pada Facebook

berbahasa Indonesia, lema tersebut diterjemahkan sebagai kronologi. Hal ini

ditambah dengan adanya beberapa kamus sejenis yang dapat dijadikan sebagai

rujukan dalam mencari definisi suatu istilah seperti Kamus Istilah Komputer dan

81

Page 82: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Informatika yang disusun oleh Maseleno (2003) serta Kamus Komputer yang disusun

oleh Purba (2006). Di samping itu, terdapat ketidaksesuaian data yang seharusnya

disinkronkan antara Glosarium Istilah Teknologi Informasi berbahasa Indonesia

dengan Glosarium Istilah Pusat Bahasa Online (Daring). Permasalahan yang

mengemuka misalnya lema di Glosarium Istilah TI berbahasa Indonesia justru tidak

memiliki padanan di Glosarium Istilah Daring milik Pusat Bahasa, contohnya adalah

istilah cookie (kuki).

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis Pendekatan Komunikatif Peristilahan Komputer

Dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah (2004) dinyatakan bahwa

persyaratan istilah yang baik adalah sebagai berikut.

a. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling tepat untuk mengungkapkan

konsep termaksud dan yang tidak menyimpang dari makna itu;

b. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling singkat di antara pilihan

yang tersedia yang mempunyai rujukan sama;

c. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bernilai rasa (konotasi) baik;

d. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang sedap didengar (eufonik);

e. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bentuknya seturut kaidah bahasa

Indonesia.

Dalam bidang teknologi informasi khususnya terkait istilah yang digunakan di

layar komputer/internet (interface/antarmuka), seorang ahli bernama Agnes

82

Page 83: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Kukulska-Hulme telah menyatakan bahwa sikap paling tepat dalam menyikapi istilah

komputer yang dapat mengakomodasi pemahaman para penggunanya ialah dengan

menganggap para pengguna komputer sebagai pembelajar bahasa (1999:4).

Pandangan ini bila dikaitkan dengan persyaratan peristilahan yang baik di atas (PUPI)

bertujuan agar para “pembuat” istilah tidak sekedar mementingkan aspek teknis

penciptaan istilah, tetapi juga mengedepankan operasional istilah tersebut di tangan

para pengguna. Asumsinya jelas, ribuan istilah atau padanannya akan menjadi sia-sia

ketika tidak digunakan oleh para penggunanya.

Dalam rangka memudahkan pemahaman sebagai kerangka analisis terhadap

istilah-istilah yang digunakan dalam suatu aplikasi baik itu istilah asli maupun

padanannya, Kukulska-Hulme (2000:596) merumuskan delapan kategori yang dapat

menjadi dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

1. Identifikasi kata-kata yang memiliki bentuk serupa;

2. Identifikasi kata-kata yang memiliki kemiripan makna;

3. Identifikasi potensi kata-kata ambigu;

4. Identifikasi kata-kata yang mengandung makna budaya tertentu;

5. Identifikasi keterangan yang bertumpuk;

6. Identifikasi kata-kata dan ekspresi idiomatik;

7. Perhatikan cara pelafalan istilah oleh pengguna komputer;

8. Susun kata-kata yang berkolokasi atau berhubungan satu sama lain;

Suatu padanan istilah komputer -dalam konteks penerjemahan, penyerapan,

maupun gabungan keduanya- pada dasarnya memiliki hambatan-hambatan tertentu

83

Page 84: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

untuk digunakan oleh para pengguna baik itu oleh para penutur asli (bahasa Inggris),

lebih-lebih lagi oleh para penutur bahasa non-Inggris. Kukulska-Hulme (2000:590-

596) mengidentifikasi sepuluh kendala yang kerap dialami oleh para pengguna

komputer ketika berhadapan dengan istilah-istilah yang terdapat pada antarmuka

(interface) suatu aplikasi komputer/internet. Kesepuluh hambatan tersebut yakni kata-

kata yang memiliki bentuk serupa, makna budaya yang terkandung dalam istilah

terntu, pelafalan yang keliru, singkatan, sinonim, istilah semi teknis, kata-kata

ambigu, keterangan yang bertumpuk, istilah dwibahasa yang identik, serta ekspresi

idiomatik.

Keserupaan Bentuk Kata

Istilah yang termasuk dalam kategori ini ialah kata-kata yang memiliki bentuk

serupa serta kedekatan makna seperti border dengan box pada Microsoft Word, clear

dengan close, refresh dengan restore, expand dengan extend, form dengan format,

footer dengan footnote, mark dengan bookmark, serta clip dengan click. Pada Senarai

Padanan Istilah, kata yang termasuk dalam kategori ini ialah salin (copy) dengan

salindia (slide).

Makna Budaya

Dalam suatu kebudayaan, orang cenderung memiliki pemahaman yang merata

terhadap suatu makna, berbeda dengan komunikasi lintas budaya yang biasanya akan

menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa Inggris saja secara geografis dan budaya

memiliki berbagai perbedaan, khususnya terhadap makna istilah yang sama. Dalam

konteks pendidikan, antara British English dengan American English memiliki

84

Page 85: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

pemaknaan yang berbeda terhadap kata faculty dan graduate. Penelitian yang

dilakukan oleh Evers dkk. (Kukulska-Hulme, 2000:592) menunjukkan bahwa pada

situs pendidikan tertentu, istilah faculty dimaknai sebagai ‘subjek’, ‘bangunan’, atau

‘staf akademis’ tergantung pada latar belakang linguistik dan budaya penggunanya

(dalam hal ini Inggris, Belanda, dan Sri Lanka).

Pada kasus peristilahan komputer berbahasa Indonesia, permasalahan

semacam ini mengemuka mengingat keanekaragaman bahasa daerah serta

penggunaan bahasa serumpun sebagai padanan. Semangat pemberdayaan bahasa

daerah sebagai padanan istilah teknologi informasi memiliki nilai positif

pemerkayaan kosakata bahasa Indonesia. Namun di sisi lain, upaya ini tidak jarang

menimbulkan kebingungan di kalangan para pengguna istilah bersangkutan karena

adanya variasi makna termasuk perbedaan konotasi terhadap makna padanan tersebut,

misalnya istilah liwat (bellmouth) dengan julat (range). Liwat di Kamus Besar Bahasa

Indonesia bermakna ‘lewat’ dan ‘persetubuhan sesama jenis’ sementara bellmouth

ialah bagian dari turbin gas yang berfungsi membagi udara agar merata saat

memasuki turbin. Kemudian istilah julat yang merupakan padanan dari range

(jangkauan). Dalam beberapa dialek bahasa Sasak, julat bermakna ‘terbakar’ atau

‘kebakaran.’

Penggunaan kata serumpun sebagai padanan pun menemui masalah yang

kurang lebih sama. Bedanya, intensitas ketidakpahaman atau kesalahpahaman

terhadap makna istilah bersangkutan menjadi lebih tinggi. Hal ini patut diiyakan

mengingat bila dibandingkan dengan padanan yang bersumber dari bahasa daerah,

85

Page 86: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

padanan dari bahasa serumpun relatif kurang dikenal atau bahkan tidak dikenal sama

sekali oleh penutur bahasa Indonesia. Kerap kali, makna yang dihasilkan kemudian

tidak dipahami dan dikhawatirkan akan menimbulkan kebingungan dalam

pengoperasian aplikasi komputer yang mengandung padanan-padanan tersebut di

dalamnya. Istilah-istilah yang terdapat dalam Glosarium Istilah Teknologi Informasi

(Pusat Bahasa) seperti lembatang (sheet), pengaya (add-ons), gambatang (drawing),

purata (average), lebatang (bandwidth), taklikan (collation), juru kalkir (tracer),

simbul (symbol), forsa (force), ananta (infinite), kinandar (operand), sungap (sink),

dan masih banyak lainnya disinyalir bersumber dari bahasa serumpun sehingga

pencariannya dalam tulisan-tulisan terkait sukar ditemukan. Jika dikaitkan dengan

efektivitas penggunaan istilah tersebut dalam suatu aplikasi, akan dibutuhkan

kehadiran rujukan setidaknya KBBI atau Kamus Teknologi Maklumat Perisian

(Dewan Bahasa dan Pustaka).

Dalam tesisnya perihal tanggapan mahasiswa Surakarta terhadap

pengindonesiaan istilah komputer, Sari (2014:74) menemukan bahwa dari 629 lema

yang terdapat dalam Senarai Padanan Istilah, hanya 210 istilah saja yang dikenal di

kalangan mahasiswa Surakarta. Istilah-istilah yang lain tidak dikenal karena jarang

dilihat, didengar, dan dirasakan asing (tidak diketahui arti dan fungsi kegunaannya).

Padahal untuk diketahui, ke-629 lema tersebut diperuntukkan bagi kalangan setara

sekolah menengah umum, yang nyatanya tingkat mahasiswa pun kesulitan

memahami makna padanan istilah-istilahnya. Hal ini setidaknya menunjukkan bahwa

sasaran pengguna ke-629 istilah tersebut harus dinaikkan hingga ke level mahasiswa.

86

Page 87: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Pemahaman istilah yang hanya 33, 39% menjadi penanda intensitas rata-rata

pemahaman teknologi di kalangan responden dimaksud. Di samping itu, hasil

penelitian secara implisit juga menunjukkan bahwa baik padanan bahasa daerah

maupun bahasa serumpun masih kalah populer dibandingkan dengan istilah aslinya.

Fenomena di atas dikuatkan oleh pernyataan Kukulska-Hulme (2000:587)

yang menyatakan bahwa penerjemahan terhadap suatu antarmuka (interface; istilah-

istilah suatu aplikasi) tidak selalu mungkin atau tepat dilakukan atas dasar

pertimbangan teknis, politis, maupun ekonomi. Pertimbangan teknis misalnya, terkait

dengan kelaziman padanan dalam bahasa lokal yang sejatinya istilah tersebut telah

populer dalam bahasa aslinya seperti tetikus (mouse), kutu (bug), dan jurik (daemon);

sedangkan pertimbangan ekonomi lazimnya dipengaruhi oleh faktor biaya tambahan

yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan lokalisasi istilah di samping secara

politis perencanaan bahasa suatu negara turut memengaruhi perlu tidaknya

penerjemahan atas istilah-istilah tersebut.

Di samping makna yang tidak dipahami, permasalahan lain yang muncul pada

berbagai padanan dalam Senarai Padanan Istilah maupun Glosarium Istilah Teknologi

Informasi ialah konotasi yang dihasilkan oleh makna padanan bersangkutan. Terdapat

padanan yang mengandung konotasi negatif, ada juga yang mengandung konotasi

seksual. Beberapa istilah yang dapat diajukan sebagai contoh ialah sebagai berikut.

liwat (bellmouth) kutu (bug)tembolok (cache) jurik (daemon) pemayar selaput (film scanner) tembok api (firewall)menangan; pembantu (handle) abah-abah (harness)kabel tersedak (impregnated cable) desak-desakan (jam)

87

Page 88: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

tongkat joy; tongkat ria (joystick) sosok bawah (lower case)sosok atas (upper case) tangan-tangan carong (mike boom)saling asing (mutual exclusion) barang tetek tengah (odds)lewat pagar (overscan) spesial pasta (paste special)ragam kacau balau (promiscuous mode) tulang punggung radio (radio trunking)salindia (slide) tuan lalu lintas (traffic lever). cakram keras bisa pindah (removable harddisk)

Terkait dengan ini, patut untuk disimak pandangan Husen (2010:2) tentang

pilihan kata dalam penerjemahan. Menurutnya, setiap bahasa memiliki sistem dan

struktur sendiri (sui generis). Oleh karena itu, penerjemah tidak dapat memaksakan

sistem dan struktur bahasa sumber pada bahasa sasaran yang dipakai dalam kegiatan

penerjemahan. Untuk mengalihkan pesan, penerjemah tidak mungkin

mengalihbahasakan kata demi kata, tetapi memindahkan secara wajar seluruh

pesan/amanat ke dalam bahasa sasaran.

Husen mengutip kesimpulan Gilles (2010:3) yang menyatakan bahwa

penerjemahan karya sastra harus “author oriented”, sedangkan penerjemahan teknis

harus “client oriented”. Dijelaskan oleh Husen bahwa yang dimaksud dengan “klien”

ialah pembaca potensial, editor, penerbit, atau sponsor. Bila dikaitkan dengan istilah

komputer berbahasa Indonesia sebagai penerjemahan teknis, mengacu pada

kesimpulan Gilles, padanan-padanan yang dihasilkan semestinya “user oriented”.

Dengan demikian, makna atau pesan yang diterima oleh para pengguna komputer di

Indonesia sama atau sesuai dengan makna istilah aslinya yang berbahasa Inggris.

Dalam konteks yang lebih luas, topik culture-specific meaning dalam suatu

penerjemahan kurang lebih telah disampaikan oleh Nida (Nugroho dan Prasetyo,

88

Page 89: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

2009). Ia mengemukakan bahwa kendala dalam menerjemahkan suatu teks ada

empat. Yang pertama adalah kendala bahasa karena proses penerjemahan

(interlingual translation) selalu melibatkan dua bahasa atau lebih. Perbedaan sistem

dan struktur bahasa yang terlibat di dalam proses tersebut menuntut penerjemah untuk

memahami keduanya, baik dalam bahasa sumber maupun dalam bahasa sasaran.

Kendala yang kedua, ketiga, dan keempat adalah kendala kebudayaan sosial,

kebudayaan religi, dan kebudayaan materiil. Kendala budaya ini berpengaruh besar

dalam penerjemahan karena tidak semua istilah ada padanannya dalam budaya lain.

Atas dasar inilah kemudian Nida dan Taber seperti dijelaskan oleh Nugroho dan

Prasetyo (2009) menyarankan penerjemah untuk mencari padanan yang paling dekat

maknanya dan alami yang pada akhirnya kemudian memunculkan pilihan

domestikasi atau foreignisasi terjemahan. Keduanya memiliki kelebihan dan

kekurangan masing-masing. Tinggal dicermati jenis serta orientasi penerjemahan

yang dilakukan.

Baik Senarai Padanan Istilah maupun Glosarium Istilah Teknologi Informasi

tampaknya telah menggunakan kedua metode seperti yang dikemukakan oleh Nida

dan Taber di atas. Padanan-padanan istilah yang dihasilkan tidak semata-mata

domestikasi dengan penggunaan kosakata bahasa daerah atau bahasa serumpun,

namun terdapat juga foreignisasi dalam bentuk adopsi terhadap suatu istilah dengan

dilatarbelakangi ketiadaan padanan istilah tersebut di dalam bahasa Indonesia.

Domestikasi yang dilakukan, bila melihat kekurangan yang melekat padanya,

memang membuat aspek-aspek budaya dalam bahasa sumber sering kali pudar,

89

Page 90: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

misalnya pada kata tembolok yang merupakan padanan dari istilah cache. Istilah asli

memiliki makna sebagai tempat penyimpanan sementara dengan tidak mengandung

konotasi makhluk hidup, sedangkan tembolok merupakan kantong tempat makanan

pada leher (burung, ayam, dan sebagainya) yang digunakan sebagai tempat

penyimpanan sementara. Penerjemahan yang dilakukan memandang ketersediaan

padanan berdasarkan kemiripan fungsi dengan istilah aslinya, dan mengesampingkan

kemungkinan pemahaman pengguna atas aspek budaya yang terkandung dalam istilah

cache.

Domestikasi juga menyebabkan pengguna teks bahasa sasaran tidak dapat

memberikan interpretasi terhadap teks karena sudah dilakukan oleh penerjemah. Di

samping itu, pembaca teks sasaran juga tidak mendapatkan pengetahuan budaya

bahasa sumber. Hal ini misalnya dapat ditemukan pada istilah-istilah seperti gugur;

henti paksa (abort), pelipat (folder), maupun kotak masuk (inbox) yang masing-

masingnya memiliki makna asosiasi tersendiri yang lantas menjadi berbeda atau

bahkan hilang ketika dipadankan dengan bahasa Indonesia.

Dalam konteks foreignisasi, kekurangan yang dapat dikemukakan terkait

penerjemahan istilah teknologi informasi (meminjam penjelasan Nugroho dan

Prasetyo, 2009) ialah bahwa pembaca teks sasaran mungkin merasa asing dengan

beberapa istilah, seperti selular (mobile). Jika istilah mobile merujuk pada mobile

phone, di Indonesia istilah ini telah dipadankan dengan akronim ponsel (telepon

seluler). Termasuk juga padanan bulet (bullet). Di satu sisi, padanan ini berasosiasi

dengan diksi bulat, bentuk bulat (peluru). Asosiasi ini muncul karena bullet

90

Page 91: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

merupakan unsur perinci dalam aplikasi pengolah kata seperti Microsoft Word. Di

sisi lain, bullet tidak selalu bulat. Bentuk rinciannya dapat berupa bulatan, tanda

panah, strip, dan sebagainya.

Pelafalan yang Keliru

Bagi orang yang sedang belajar bahasa Inggris, kontak pertama dengan

istilah-istilah baru berisiko menimbulkan kesalahpahaman yang bersumber dari

kesalahan dalam pelafalan istilah (Kukulska-Hulme, 2000:591). Ketika para

pengguna komputer berhadapan dengan berbagai istilah yang ada di monitor, dengan

ketiadaan pelafalan bunyi sebagai bantuan, para pengguna kemudian mereka-reka

pelafalan yang tepat terhadap istilah yang ada. Mereka kemudian tidak menyadari

bahwa lafal previews berbeda dengan previous, lafal access berbeda dengan assess.

Terlebih lagi, kata yang salah dilafalkan terkadang menyerupai kata dalam bahasa

pertama pengguna, sehingga kemungkinan kesalahan makna menjadi lebih besar.

Contohnya ialah type yang kerap salah dilafalkan sebagai tip atau teep. Type (Bahasa

Inggris) berhubungan dengan mengetik atau mencetak, berbeda ketika dilafalkan

sebagai tip (yang dalam bahasa Polandia ‘typ’) hanya merujuk pada kategorisasi.

Pelafalan bahasa Indonesia terhadap istilah asli teknologi informasi juga

kurang lebih demikian. Para penutur bahasa Indonesia cenderung mengikuti pola

pelalafan kata bahasa Indonesia ketika melafalkan kosakata bahasa Inggris. Wajar

jika kemudian kita menyaksikan istilah charge dilafalkan sebagai “cas”, save

dilafalkan sebagai “sip/sif”, facebook dilafalkan sebagai “fesbuk”, e-mail dilafalkan

sebagai “imel”, paste dilafalkan sebagai “paste”, eject dilafalkan sebagai “ejek”, font

91

Page 92: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

dilafalkan sebagai “pon”, jam dilafalkan sebagai “jam”, mouse dilafalkan sebagai

“maus/mous”, redo dilafalkan sebagai “redo”, dan undo dilafalkan sebagai

”ando/undo.”

Karena sudah terlanjur akrab, padanan istilah charge juga merembet pada

derivasinya yang lain semisal charger yang dilafalkan menjadi “cas-casan.” Lema

save ketika diucapkan sebagai “sip” memiliki konotasi persetujuan, kesiapan, serta

sanjungan atas sesuatu yang ditambahi oleh ekspresi acungan jempol. e-mail ketika

dilafalkan sebagai “imel” berkonotasi dengan nama panggilan seseorang, khususnya

perempuan. Paste sebagai pasangan dari copy lazimnya dilafalkan sebagai “kopi

paste”, yang mau tidak mau merujuk pada jenis minuman. Lema eject juga demikian.

Perintah yang biasanya dikenakan pada media bergerak seperti flash disk atau hard

disk external ini memiliki konotasi pada tindakan mencela orang lain. Istilah ini

cenderung dipahami sebagai “cabut” atau “lepas”, sehingga ketika ia digabung

dengan lafal ejek, lengkaplah “penderitaan” media bergerak tersebut: sudah diejek,

dicabut pula.

Mengikuti tren adopsi bahasa Melayu terhadap bahasa Inggris, pada Senarai

Padanan Istilah turut ditemukan beberapa padanan yang dilafalkan sesuai ejaan

bahasa Indonesia. Lema-lema seperti destop (desktop), otofit (autofit), bulet (bullet),

kartrid (cartridge), kursor (cursor), disket (diskette), eskape (escape), instal (install),

serta zum (zoom) merupakan beberapa contohnya. Ketiadaan padanan bahasa daerah

atau serumpun yang tepat tampaknya menjadi dasar pemilihan adopsi terhadap

istilah-istilah tersebut.

92

Page 93: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Singkatan

Materi-materi pengajaran bahasa Inggris dan kamus dwibahasa biasanya

memasukkan informasi perihal bentuk singkatan (Kukulska-Hulme, 2000:593).

Bentuk-bentuk ini sederhananya dapat ditemukan pada iklan-iklan mini di surat

kabar. Serupa dengan hal tersebut, pada dunia komputasi turut dikenal berbagai

singkatan yang memerlukan pendalaman untuk dipahami fungsi dan kegunaannya.

Istilah-istilah pada papan Qwerty seperti ESC, INS, DEL, PRTSC SYSRQ, PGUP,

PGDN, CAPSLOCK, CTRL, FN, dan ALT memerlukan pemahaman lebih lanjut

sebelum dapat difungsikan secara optimal oleh para penggunanya.

Penggunaan singkatan atau akronim sebagai istilah teknologi informasi

sepertinya dilatari oleh beberapa pertimbangan teknis dan ekonomis misalnya bentuk

yang lebih ringkas serta ruang pada papan kunci/layar komputer yang lebih sempit.

Masalahnya kemudian ialah para pengguna memerlukan dua tahap pembelajaran

untuk dapat mengoperasikan suatu perintah dengan benar. Pertama kali, para

pengguna komputer harus paham bahwa DEL adalah singkatan untuk delete.

Berikutnya, mereka harus paham bahwa delete berfungsi untuk menghapus suatu

karakter atau suatu berkas.

Pada Senarai Padanan Istilah ditemukan istilah bps (bit per second). Istilah ini

diadopsi penuh dengan dicantumkan kembali dalam bentuk singkatan bps. Pengguna

komputer di Indonesia dalam rangka menyikapi keberadaan istilah ini selain dengan

harus memahami kepanjangan dan fungsinya, tentu juga harus menghilangkan

asosiasinya sebagai singkatan dari Badan Pusat Statistik (BPS). Pada kasus yang

93

Page 94: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

serupa, diketahui jika singkatan IT (information and technology) telah diindonesiakan

menjadi TI (Teknologi Informasi). Padanan dalam bentuk singkatan yang dibalik

merupakan konsekuensi dari perbedaan paham MD (menerangkan-diterangkan)

dengan DM (diterangkan-menerangkan). Upaya pengindonesiaan yang dilakukan

tinggal menunggu merosotnya popularitas singkatan IT di kalangan penggiat

teknologi informasi. Adapun contoh singkatan yang lain misalnya SIM (Subscriber

Identity Module) yang berbeda dengan SIM (Surat Izin Mengemudi), BBM

(Blackberry Messenger) yang berbeda dengan BBM (Bahan Bakar Minyak), FAT

(File Allocation Table) yang berbeda dengan fat (gemuk), IDE (Integrated Drive

Electronics) yang berbeda dengan ide (gagasan), POP (Point of Presence) yang

berbeda dengan pop (genre musik), serta TTL (Time To Live) yang berbeda dengan

TTL (Tempat Tanggal Lahir).

Sinonim

Kata-kata yang tidak mirip secara bunyi maupun ejaan, tetapi memiliki

kedekatan makna biasanya menghadirkan kesulitan tertentu, misalnya menentukan

perbedaan antara mistake, error, dan fault (Kukulska-Hulme, 2000:591). Ketiganya

merupakan sinonim yang sering digunakan namun salah ditafsirkan. Pasangan bentuk

lainnya yakni contents dengan index, search dengan find, dan directory dengan file.

Kesemuanya oleh Kukulska-Hulme dianggap dapat menimbulkan masalah yang sama

bagi penutur asli maupun penutur nonbahasa Inggris.

Hal serupa dapat ditemukan baik pada Senarai Padanan Istilah maupun pada

Glosarium Istilah Teknologi Informasi. Istilah account dipadankan dengan akun dan

94

Page 95: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

rekening, yang mana keduanya di Indonesia cenderung memiliki konteks penggunaan

yang berbeda. Perintah yang lazim ada di internet ketika hendak mendaftar pada suatu

media sosial misalnya ialah buat akun (create account), bukan buat rekening.

Padanan yang kedua biasanya terkait dengan account sebagai tagihan pembayaran

atau tabungan (rekening listrik, rekening PDAM, rekening bank).

Kemudian ada juga istilah character yang dipadankan dengan aksara dan

karakter. Aksara merujuk pada sistem tanda grafis sebagai satu kesatuan dan juga

merujuk pada huruf entitas tunggal, sedangkan karakter merujuk pada sistem tanda

grafis yang tidak hanya terdiri atas huruf, tetapi juga tanda baca, kode, simbol,

emosikon, dan sebagainya. Berdasarkan pengertian di atas maka penggunaan padanan

aksara dan karakter juga memiliki perbedaan.

Contoh:“Satu buah pesan singkat setara dengan 160 karakter.” (bukan 160 aksara)“Aksara Pallawa merupakan salah satu yang tertua di dunia.” (bukan karakter Pallawa) Terkait dengan sinonim, hal yang harus diperhatikan ialah laras (ragam)

bahasa guna memudahkan pemahaman pengguna terhadap padanan istilah

bersangkutan. Ragam bahasa dapat dibedakan menjadi tiga macam yakni ragam

bahasa berdasarkan media/sarana, berdasarkan penutur, dan berdasarkan pokok

persoalan atau bidang pemakaian (Tim, 2004:3—6). Berdasarkan media, ragam

bahasa dipilah menjadi ragam bahasa lisan dan tulisan. Berdasarkan penutur, dikenal

ragam bahasa daerah (dialek/logat), ragam bahasa pendidikan penutur, dan ragam

bahasa sikap penutur. Terakhir, berdasarkan bidang pemakaian dikenali berbagai

95

Page 96: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

pokok persoalan yang dibicarakan. Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan

agama berbeda dengan bahasa yang digunakan di lingkup kedokteran, sosial, hukum,

atau pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik, berbeda dengan bahasa

yang digunakan dalam lingkungan ekonomi, olah raga, seni, atau teknologi.

Dalam konteks sinonim, perbedaan ragam bahasa tampak dalam konteks

makna kata/istilah yang digunakan. Diksi gugur dalam bidang kedokteran memiliki

konteks makna yang berbeda dengan gugur dalam bidang teknologi informasi. Istilah

selaput dalam bidang botani berbeda dengan selaput (film) dalam bidang

sinematografi. Tidak hanya pada tataran kata, perbedaan ragam bahasa juga muncul

di tingkat yang lebih tinggi seperti kalimat dan wacana. Oleh karena itu, sinonim

dalam kerangka kajian kendala istilah TI bahasa Indonesia harus disikapi secara

analitik dengan pemahaman bahwa terdapat ruang bernama ragam bahasa yang

menentukan konteks pemakaian suatu istilah.

Istilah Semi Teknis

Yang dimaksud dengan istilah semi teknis ialah kata-kata yang dalam

keseharian tidak ditemukan dalam situasi pembelajaran bahasa (Kukulska-Hulme,

2000:593). Kata-kata seperti paste, merge, dan flush akan jauh dari pemahaman para

penutur nonbahasa Inggris. Cropping akan menjadi istilah yang tidak populer,

merujuk pada keberadaannya dalam bidang desain grafis. Kosakata semi teknis akan

menyulitkan pengguna yang berlatarbelakang nonteknis, terlebih lagi jika istilah semi

teknis tersebut tidak dijelaskan. Kata lain yang dapat menjadi contoh ialah kata open.

Makna kata ini dalam istilah komputasi berbeda dengan maknanya di keseharian.

96

Page 97: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Perintah “open a location” pada sebuah situs internet tidak bermakna ‘membuka

sebuah lokasi’, tetapi ‘mengunjungi sebuah dokumen berdasarkan alamat yang

tertera’ (Kukulska-Hulme, 2000:893).

Ketika berhadapan dengan istilah teknis atau semi teknis, beberapa penutur

dilaporkan menghindari maknanya sama sekali, dan lebih memilih untuk mempelajari

seperangkat petunjuk yang bergaris bawah, atau mengingat-ingat posisi suatu item

pada sebuah menu. Jika versi terbaru dari perangkat lunak tersebut dirilis dan istilah-

istilah yang terdapat di dalamnya berbeda dengan versi terdahulu maka para

pengguna komputer dengan latar belakang penutur nonbahasa Inggris tidak akan

mampu beradaptasi secepat penutur aslinya (Kukulska-Hulme, 2000:594).

Di Indonesia, istilah-istilah semi teknis pada Senarai Padanan Istilah maupun

Glosarium Istilah Teknologi Informasi dapat ditemukan misalnya pada istilah alamat

(address), penyangga (buffer), gunting; potong (cut), seret (drag), sejarah (history),

kancing (lock), resolusi (resolution), pudar (sleep), ubinan (tile), serta jendela

(window). Kata alamat dalam bahasa sehari-hari berbeda dengan alamat yang

merujuk pada URL (Uniform Resource Locator) di sebuah situs internet. Jika alamat

dalam keseharian biasanya dimulai dari unit terkecil seperti RT/RW, dusun,

desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, hingga negara, alamat dalam

bidang teknologi informasi cenderung sebaliknya. Yang didahulukan unsur terbesar

diikuti oleh path yang lebih spesifik. Contohnya untuk merujuk pada tulisan Steven

Haryanto tentang pengindonesiaan istilah asing pada laman master.web.id, alamat

97

Page 98: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

yang dituliskan ialah http://www.master.web.id/mwmag/issue/01/content/bdt-

istilah_asing/bdt-istilah_asing.html.

Penyangga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti ‘alat untuk

menyangga’, ‘sandaran’, ‘penopang’. Dalam bidang teknologi informasi, penyangga

(buffer) ialah tempat penyimpanan data sementara (Maseleno, 2003:25). Hal ini

sering digunakan ketika transmisi data harus mengambil tempat pada kecepatan yang

berbeda. Buffer mengakumulasi data dari peralatan berkecepatan rendah. Pada

hardware, buffer adalah alat yang meluaskan sinyal, memperbesar kemampuan drive.

Contoh buffer dapat disaksikan ketika membuka tayangan di situs berbagi video

YouTube. Saat kecepatan koneksi tidak merata, video yang dimainkan seperti

berhenti sejenak dan loading (memuat).

Pada istilah berikutnya yakni gunting; potong (cut), penjelasannya menjadi

lebih kompleks. Pertama, cut dalam Sistem Operasi Windows dilambangkan dengan

simbol gunting yang menghadap ke atas. Melihat pada simbol yang digunakan, para

pengguna diasumsikan dapat menerka fungsi dari istilah dimaksud yaitu untuk

memotong. Uniknya “yang dipotong” dalam suatu aplikasi komputer berbeda dengan

yang dipotong dalam kehidupan sehari-hari. Dalam aplikasi seperti Microsoft Office

atau Open Office, yang dipotong ialah huruf, angka, kata, kalimat, dan sejenisnya.

Dalam aplikasi Windows Explorer, yang dipotong ialah berkas atau sejumlah berkas

dengan bermacam-macam tipe entah itu gambar, teks, audio, maupun video. Kedua,

perintah cut dalam bidang teknologi informasi biasanya merujuk pada tujuan

‘memotong untuk memindahkan ke lokasi lain’, jarang sekali ‘memotong untuk

98

Page 99: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

menghapus’ sebab fungsi tersebut telah diemban oleh istilah delete, erase, atau

remove. Perintah cut dalam kehidupan sehari-hari bisa jadi berfungsi ‘memotong

untuk membentuk’, semisal menggunting kain, memotong kertas, dan sebagainya.

Istilah berikutnya yakni seret (drag) bermasalah dilihat dari asosiasi semantis

yang melekat pada padanannya. Seret dalam kehidupan sehari-hari telah lazim

dikenal sebagai tindakan ‘menarik dengan paksaan dari arah depan’. Faktanya, logika

semantik padanan ini meluas pada penerapannya di aplikasi komputer maupun

internet. Seret di aplikasi komputer tidak semata-mata ‘menarik ke depan’, tetapi

‘menarik dengan menekan mouse’ ke kiri, kanan, depan, maupun belakang.

Perubahan nilai “paksaan” dalam makna sehari-hari istilah seret digantikan oleh

“tekanan pada mouse” ketika digunakan dalam bidang teknologi informasi.

Kemudian istilah sejarah (history) juga memiliki konotasi yang berbeda antara

kehidupan sehari-hari dengan bidang teknologi informasi. Sejarah dalam kehidupan

sehari-hari terkait erat dengan rekaman atas peristiwa masa lampau yang melibatkan

pelaku serta peristiwa yang terjadi dalam satu versi atau lebih. Satu peristiwa yang

sama dapat disampaikan dalam beberapa versi yang berbeda. Dalam bidang teknologi

informasi, sejarah yang dimaksud merujuk pada riwayat aktivitas di komputer atau

riwayat penelusuran di internet. Versinya adalah tunggal karena menggunakan

perhitungan matematis dalam bentuk waktu dan jenis kegiatan yang rinci, kecuali

riwayat tersebut dihapus oleh pengguna sehingga pilihannya adalah data tunggal atau

tidak ada data.

99

Page 100: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Lalu istilah-istilah semi teknis lainnya seperti kancing (lock) yaitu tombol

kuncian yang berbeda dengan kancing (baju/kait), resolusi (resolution) yaitu dimensi

gambar yang berbeda dengan resolusi (penyelesaian masalah), pudar (sleep) yaitu

kondisi layar mati tetapi daya komputer tetap siaga yang berbeda dengan pudar

(luntur), ubinan (tile) yaitu mode pengaturan wallpaper yang berbeda dengan ubinan

(lantai), serta jendela (window) yaitu bidang tugas yang sedang dikerjakan yang

berbeda dengan jendela (bagian rumah); kesemuanya telah memiliki makna dasar

yang melekat dalam kehidupan sehari-hari yang kemudian berubah maknanya seiring

digunakannya kata tersebut sebagai istilah teknis dalam bidang teknologi informasi.

Berdasarkan perubahan makna ini, pengguna komputer mau tidak mau harus

menyesuaikan diri dengan ranah baru yang dimiliki oleh makna kata-kata tersebut.

Kata-kata Ambigu

Ambigu menurut KBBI ialah bermakna lebih dari satu sehingga kadang-

kadang menimbulkan keraguan, kekaburan, ketidakjelasan, dan sebagainya;

bermakna ganda; taksa; sedangkan ambiguitas adalah kemungkinan adanya makna

lebih dari satu dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat; ketaksaan.

Contoh:(1) Andi sudah diberi tahu belum? (olahan kacang kedelai; informasi)(2a) Orang tua Joni menghadiri wisuda kemarin pagi (ibu bapak)(2b) Orang tua itu tersesat (orang yang sudah tua)(3a) Roni berlari mengejar angkot(3b) Jangan lari diri dari kenyataan

Kemungkinan perbedaaan penafsiran makna, yang dikenal sebagai

ambiguitas, merupakan hal yang turut terjadi dalam peristilahan teknologi informasi.

100

Page 101: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Bahasa Inggris memiliki berbagai nomina dan adjektiva yang memiliki bentuk yang

sama dengan verba atau yang berfungsi sebagai verba seperti file, block, log, extract,

frame, chat, screen, release (Kukulska-Hulme, 2000:592). Jika kata-kata tersebut

berdiri sendiri pada pilihan menu atau pada tombol, akan sangat sulit memprediksi

kecenderungan maknanya. Sama halnya dengan para penutur asli, para penutur

nonbahasa Inggris dapat dibuat bingung. Keterbatasan pengetahuan bahasa Inggris

dapat mendorong mereka untuk menduga suatu makna tertentu yang belum tentu

merupakan makna yang tepat.

Pada Senarai Padanan Istilah dan Glosarium Istilah Teknologi Informasi, kata-

kata yang tergolong ambigu juga dapat ditemukan. Lema semisal gugur (abort), urut

(sort), kutu (bug), tembolok (cache), penangkapan (capture), jurik (daemon), seret

(drag), pancar (eject), ketuk (hit), desak-desakan (jam), tongkat joy; tongkat ria

(joystick), lewat pagar (overscan), cekatan (wizard) merupakan beberapa contohnya.

(4a) “Gugurkan janin itu!” (aborsi)(4b) Instalasi program pengolah gambar itu harus digugurkan karena

spesifikasi grafisnya terlalu tinggi (hentikan; batalkan)(5a) Badannya pegal, ia minta diurut oleh anaknya (dipijat)(5b) Film-film itu diurutkan berdasarkan tahun tayangnya (sortir)(6a) Ia menemukan kutu di program yang dirancangnya (malfungsi)(6b) Kutu termasuk dalam Kingdom Animalia (hewan)(7a) “Ayam ini masih kenyang, temboloknya penuh oleh makanan (organ)(7b) *“Alamatnya paling masih ada di tembolok, ketik saja!” (penyimpanan

sementara)(8a) Penangkapan Abu Bakar Baasyir menuai konflik (perbuatan

menangkap)(8b) *Tampilan layar aktif dalam bentuk gambar dapat diperoleh melalui

penangkapan menggunakan Printscreen (mengambil foto)(9a) Ia ketakutan, seperti habis melihat jurik (hantu)(9b) E-mail yang tidak terkirim dikonfirmasi oleh jurik penyurat (mailer

daemon)

101

Page 102: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

(10a) OC Kaligis terseret kasus suap dana Bansos (terlibat)(10b) Putar lagu otomatis dapat dilakukan dengan menyeret berkas lagu ke

Winamp (menarik dengan menekan mouse)(11a) Klik pancar untuk mengeluarkan flash disk dari komputer (lepas;

cabut)(11b) Pancaran sinar bulan menjadi pemandangan yang sangat indah (yang

dikeluarkan; disemburkan)(12a) Ketuk pintu sebelum masuk ruangan (pukul)(12b) Tulisan di blog pribadinya mendapat ketukan hampir dua ribu

(kunjungan)(13a) Orang berdesak-desakan memasuki stadion (berhimpit-himpitan)(13b) *Kertas berdesak-desakan di mesin pencetak (tersangkut)(14a) Tongkat Joy terbuat dari kayu (milik Joy)(14b) Tongkat Ria patah (milik Ria)(14c) bermain PS lebih menyenangkan dengan menggunakan tongkat joy

(joystick)(15a) Anak-anak itu bolos lewat pagar (meloncat)(15b) *Ketika kita menonton televisi, biasanya gambar yang tampil lebih

besar daripada layar televisi kita. Hal ini disebut lewat pagar (overscan)

(16a) Ia orang yang cekatan (tangkas)(16b) *Petunjuk pengoperasian dapat dibaca di cekatan (pemandu)

Keterangan Bertumpuk

Modifier adalah kata, frasa, atau klausa yang berfungsi sebagai adjektiva atau

adverbia yang menerangkan kata atau kelompok kata lain. Ketika berfungsi

sebagai adjektiva modifier menerangkan nomina, sedangkan ketika berfungsi

sebagai adverbia modifier menerangkan verba, adjektiva, atau adverbia lainnya. Pada

beberapa variasi bahasa Inggris, terdapat kecenderungan untuk meletakkan

sekumpulan modifier di depan sebuah nomina untuk mengubah maknanya

(Kukulska-Hulme, 2000:594).

Easy open pack merupakan contoh label kemasan yang bermakna ‘ini adalah

kemasan yang mudah dibuka’. Struktur seperti ini dapat menyulitkan untuk dipahami

102

Page 103: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

bagi pihak yang tidak familiar dengan bidang tersebut. Terdapat sejumlah contoh tipe

struktur semacam ini pada berbagai aplikasi seperti the Re-enter Password Box yang

bermakna ‘kotak untuk memasukkan ulang kata sandi’ (Ms. Excel), serta the

Customise Toolbars Dialog Box yang bermakna ‘kotak dialog untuk kustomisasi opsi

batang alat’ (Ms. PowerPoint). Gaya mengemas tulisan yang sangat ringkas,

dikombinasikan dengan terminologi baru, menghasilkan ekspresi yang janggal dan

membingungkan seperti halnya the most recently ungrouped group (Ms. PowerPoint

help).

Bentuk Dwibahasa Identik

‘False friend’ merupakan permasalahan umum pada bahasa yang bertalian,

dan menyulitkan penutur bahasa yang satu dalam mempelajari dan menggunakan

bahasa lainnya. Bahasa Inggris dan bahasa lainnya berbagi banyak kosakata Yunani

dan Latin yang maknanya berkembang seiring perubahan zaman. Kata report

(Prancis) meskipun terlihat seperti report (Inggris) dapat bermakna penangguhan atau

transfer gambar. Kata yang mirip juga dapat menjadi masalah, seperti kata replace

(Inggris) yang terlihat serupa dengan replacer (Prancis), padahal kata yang kedua

bermakna ‘mengembalikan’ bukan ‘menggantikan sesuatu dengan yang lain’. Delay

(Inggris) mirip dengan délai yang dalam bahasa Prancis bermakna ‘waktu yang

dibolehkan’. Contoh yang lain yaitu kata cancellare (Italia) berkorespondensi dengan

makna kata delete (Inggris) meskipun bentuknya mirip dengan cancel, kata

clasificiόn (Spanyol) berkorespondensi dengan makna kata sort (Inggris); direcciόn

(Spanyol) berkorespondensi dengan address (Inggris) dan sebagainya.

103

Page 104: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Permasalahan seperti ini pada Senarai Padanan Istilah dan Glosarium Istilah

Teknologi Informasi juga ditemukan. Kedekatan antara bahasa Indonesia dengan

bahasa Melayu yang digunakan oleh Malaysia dan Brunei Darussalam tampaknya

menjadi alasan utama kehadiran bentuk semacam ini. Terlebih lagi, baik Senarai

Padanan Istilah maupun Glosarium Istilah Teknologi Informasi disusun dengan

melibatkan para ahli dari kedua negara tetangga tersebut.

Istilah berpusing (spin) dalam bahasa Melayu berkorespondensi dengan istilah

berputar dalam bahasa Indonesia. Bentuk pusing dalam bahasa Indonesia memiliki

makna ‘sakit kepala’. Kemudian istilah Melayu percuma (free) yang dalam bahasa

Indonesia lebih dikenal dengan sebutan gratis. Diksi percuma dalam bahasa

Indonesia lebih sering disebut sebagai cuma-cuma. Selain itu ada juga istilah tak

berguna (idle) yang jika merujuk pada fungsinya pada mesin pencetak, di Indonesia

memiliki konotasi ‘menunggu untuk bekerja’. Istilah tak berguna dalam bahasa

Indonesia bermakna ‘tidak mampu melakukan pekerjaan apa-apa’. Istilah sesuka

(optional) juga menyuratkan hal yang sama. Dalam bahasa Indonesia, kata ini

bermakna ‘sekehendak hati; semaunya’. Diksi yang sesuai dengan makna yang

dikandung oleh istilah optional ialah pilihan. Lalu ada istilah mengopak (poke) yang

dalam aplikasi Facebook berbahasa Indonesia dipadankan dengan colek. Istilah

mengopak dalam KBBI bermakna ‘menyalakan kembali api yang hampir padam

(dengan diembus dan sebagainya)’. Mungkin maksudnya adalah menyambung tali

silaturrahmi.

104

Page 105: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Ekspresi Idiomatik

Selain kesembilan hambatan di atas, ekspresi idiomatik merupakan salah satu

diantaranya yang menyulitkan pemahaman pengguna komputer. Menurut KBBI,

idiom merupakan ‘konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna

unsurnya’. Makkai (dalam Khak, www.balaibahasa.org) mengemukakan bahwa

idiom adalah bentuk yang (1) mengandung lebih dari satu bentuk bebas minimum, (2)

mempunyai makna harfiah, dan (3) juga mempunyai makna yang berbeda yang hanya

dapat diberikan untuk bentuk itu secara keseluruhan.

Bentuk idiom pada Senarai Padanan Istilah dan Glosarium Istilah Teknologi

Informasi mungkin adalah tangan-tangan carong (Mike Boom). Agak sulit

menemukan kosakata aslinya di internet sebab yang lebih dikenal ialah boom mic.

Untuk lebih memahami maksud istilah ini, berikut ilustrasinya.

Gambar 1. Boom Mic

105

Page 106: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Kemudian ada juga istilah yang entah dapat dikategorikan sebagai idiom atau tidak,

tetapi mengandung konotasi seksual yang jauh berbeda dengan makna yang

dikandung oleh istilah aslinya. Istilah tersebut adalah barang tetek tengah (Odds).

Apakah yang dimaksud ialah rasio (odds ratio)? Bagaimana dengan tulang punggung

radio (radio trunking), apakah maknanya setara dengan tulang punggung keluarga?

Lalu bagaimana juga dengan kabel tersedak (impregnated cable), apakah konotasinya

sama dengan “orang yang tersedak”?

4.2.2 Analisis dengan Teori Mediamorfosis

“Perubahan bukanlah sesuatu yang paling dinanti-nanti atau benar-benar bisa diprediksi. Bahkan bagi para investor yang merangsang berbagai perubahan teknologi dan sosial, membayangkan masa depan berarti menghadirkan masalah yang penuh teka-teki. Namun demikian, walaupun kegelisahan seperti itu seringkali muncul sebagai akibat perubahan, manusia tampaknya memiliki kecenderungan yang luar biasa untuk menyerap dengan cepat berbagai ide, produk, dan jasa baru begitu semuanya dirasa cocok dengan definisi-definisi pribadi dan kulturalnya atas realitas.” (Fidler, 2003:1)

Kutipan di atas merupakan pandangan awal Fidler menyikapi perubahan dan

evolusi teknologi-teknologi baru media. Ia menerangkan betapa komputer pribadi

memiliki dampak yang revolusioner bagi perkembangan media cetak. Visi media

masa depan yang telah digagasnya perihal grafis halaman berita yang diolah dengan

mesin komputer dianggap telah mereduksi banyak hal dalam proses produksi sebuah

berita. Hal penting yang turut dikemukakannya sebagai pandangan awal ialah bahwa

visi masa depan selalu berada pada kutub kepastian, kemungkinan, serta

kemustahilan untuk diwujudkan.

106

Page 107: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Dalam konteks pengindonesiaan istilah teknologi informasi, mediamorfosis

yang ditulis oleh Fidler menerangkan dengan jelas dampak evolusi teknologi bagi

kehidupan suatu bangsa. Demi menghindarkan diri dari ketertinggalan teknologi, atau

demi sinkronisasi kemajuan media teknologi di negara bersangkutan, pemerintah

setempat pun melakukan berbagai cara. Kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah

Indonesia ialah dengan merumuskan perlunya istilah teknologi informasi yang

fungsinya dapat dipahami dengan mudah oleh kalangan pengguna komputer pemula.

Ketika Inpres No. 2 Tahun 2001 dirilis, Indonesia telah berada di fase media

cetak dan elektronik yang pesat. Masing-masing dari keduanya telah memiliki patron

tersendiri, semisal media cetak dengan Kompas, Tempo, Republika, dan Intisari serta

media elektronik dengan RCTI, SCTV, TPI, dan Indosiar. Meskipun demikian,

pemerintah tampaknya memiliki visi ke depan terutama oleh intensitas penggunaan

komputer pribadi serta munculnya ranah teknologi baru yaitu internet. Situasi ini

dianggap sebagai suatu fenomena yang harus diadopsi dengan cepat agar Indonesia

dapat menyeimbangkan diri khususnya dalam bidang pengembangan sumber daya

manusia.

Atas dasar inilah, pengindonesiaan istilah TI dianggap sebagai salah satu cara

mempercepat penguasaan (bahasa) teknologi di Indonesia. Meskipun tidak dijelaskan

secara eksplisit, kebijakan pemerintah tersebut nyatanya bertujuan jangka panjang

dan dapat disimpulkan berdasarkan sasaran awal pengguna yang diisyaratkan di

dalam Inpres No. 2 Tahun 2001. Siswa SMA sederajat dianggap sebagai tonggak

107

Page 108: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

penggunaan komputer sebab pada tingkat ini para siswa telah dijejali dengan materi

teknologi informasi dan komunikasi.

Proses Mediamorfosis

Koevolusi

Semua bentuk komunikasi, sebagaimana akan kita lihat, berkelindan dengan

susunan sistem komunikasi manusia dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam

kebudayaan kita (Fidler, 2003:36). Setiap bentuk baru begitu muncul dan

berkembang menurut Fidler dalam beberapa waktu dan tingkatan yang beraneka

ragam akan memengaruhi perkembangan setiap bentuk lain yang telah ada. Oleh

karena itu, koevolusi dan koeksistensi bukan rangkaian evolusi dan pergantian sebab

kekayaan-kekayaan teknologi komunikasi yang sekarang kita terima begitu saja tidak

akan mungkin terwujud jika kelahiran setiap medium baru terjadi bersamaan dengan

kematian medium terdahulu.

Internet di Indonesia muncul sekitar tahun 1988. Protokol internet (IP) di

Indonesia pertama kali didaftarkan oleh Universitas Indonesia (UI-NETLAB) pada 24

Juni 1988 dengan nomor (192.41.206/24), lima tahun setelah protokol rangkaian

pusat internet diubah dari NCP menjadi TCP/IP. Jika merunut pada garis waktu

komunikasi manusia seperti yang dikemukakan oleh Fidler, keberadaan internet

berikut berbagai teknologi pendukungnya menandai masuknya Indonesia pada

mediamorfosis besar ketiga yakni bahasa digital.

Koevolusi internet sebagai media baru membawa serta yang disebut oleh

Fidler sebagai kode-kode komunikator yaitu bahasa. Bahasa, tanpa harus

108

Page 109: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

dibandingkan satu sama lain, menurut Fidler telah menjadi agen perubahan yang

paling berpengaruh dalam rangkaian evolusi manusia. Sebagaimana diketahui,

perkembangan bahasa lisan dan tulis melahirkan dua transformasi besar, atau

mediamorfosis dalam komunikasi manusia. Masing-masing dari dua jenis bahasa ini

oleh Fidler dianggap bertanggung jawab terhadap penataan ulang dan ekspansi besar-

besaran kesadaran manusia sedemikian rupa sehingga memungkinkan lahirnya

peradaban dan kebudayaan modern (2003:37).

Internet dalam konteks ini merupakan agen dari mediamorfosis besar ketiga.

Ia merupakan bentuk khusus dari perangkat elektronik yang telah mengadopsi jenis

bahasa baru yang dianggap akan memengaruhi evolusi komunikasi dan peradaban

secara radikal. Bahasa baru ini merupakan lingua franca komputer dan berbagai

jaringan telekomunikasi global. Jenis bahasa baru ini disebut sebagai bahasa digital.

Kemunculan bahasa digital tidak serta terjadi seperti membalikkan telapak

tangan. Prosesnya bermula jauh di awal abad ke-19 ketika Charles Babbage

merumuskan asas-asas matematika dasar perhitungan digital sebagai bentuk prototipe

komputer digital modern yang kemudian dilanjutkan dengan kisah telegraf Samuel

Morse yang mengalahkan kecepatan kuda poni dalam pengiriman berita. Setelah itu,

kehadiran listrik serta penemuan telepon oleh Alexander Graham Bell menjadi

jembatan berikutnya yang memberikan kesadaran bagi orang-orang bahwa telepon

bisa menyambung komunikasi lisan antara individu-individu tanpa kelambatan atau

kerumitan. Komunikasi radio atau gelombang elektromagnetik yang dibawa serta

oleh perangkat telegraf tanpa kabel Marconi pada tahun 1899 ke Amerika

109

Page 110: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

menimbulkan satu lagi agen perubahan teknologi sebelum akhirnya radio komersial

dan televisi menandai era elektronik sebagai tahap akhir memasuki abad komputer.

Dua perkembangan antara periode 1989 dan 1994 –Mosaic dan World Wide

Web- barangkali merupakan faktor-faktor yang terpenting dalam popularitas

mendadak internet (Fidler, 2003:153). Tanpa Mosaic dan World Wide Web, atau

padanan-padanannya, komersialisasi meluas Net1 tidak akan mungkin. Protokol-

protokol internet dan kode bahasa perintah memberikan kepada para insinyur jaringan

yang berpengalaman lingkungan perkembangan yang fungsional, tetapi protokol dan

bahasa tersebut jelas tidak mudah pemakaiannya bagi pengguna-pengguna nonteknis.

Oleh karena itulah Mosaic muncul dengan antarmuka grafis (GUI) yang dinamis dan

memberikan kemudahan bagi setiap orang yang memiliki keterampilan dasar

komputer kemampuan untuk menciptakan dan memakai peta jalan visual yang mudah

diikuti menuju sejumlah besar informasi yang tersimpan pada World Wide Web.

Prinsip yang dikembangkan oleh Mosaic dalam memudahkan pengoperasian

internet sejalan dengan prognosis yang dikemukakan oleh Kukulska-Hulme perihal

pendekatan komunikatif bagi para pengguna komputer. Koevolusi media komunikasi

telah menuntut penggunanya untuk menguasai perangkat teknologi terbaru, termasuk

menguasai fungsi-fungsi yang terkandung di dalam perangkat tersebut. Hanya saja,

ketika sejumlah perintah di dalam perangkat teknologi tersebut tidak dapat dipahami

1 Net sebenarnya adalah suatu jaringan longgar ribuan jaringan komputer yang saling terhubung. Tidak ada badan pemerintah atau komersial yang memiliki Net atau secara langsung memperoleh keuntungan dari operasinya. Jaringan ini tidak memiliki presiden, CEO, atau kantor pusat. Dan walau tadinya didanai oleh pemerintah AS, pengembangannya telah berlangsung secara lebih organik daripada birokratik (Fidler, 2003:150).

110

Page 111: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

oleh para penggunanya maka harapan ideal akan tercapainya pemenuhan kebutuhan

komunikasi terbaru akan menjadi pupus.

Dalam kaitannya dengan penguasaan perangkat teknologi, indikasi perubahan

bahasa terlihat tidak hanya ketika bahasa dijadikan sebagai alat penyampai berita,

tetapi juga ketika bahasa menjadi motif untuk mencari berita dan menjadi alat

komunikasi. Toledo (2007:84-92) menyoroti perbedaan antara dua kelompok

komunikan dalam hal penggunaan teknologi digital sebagai media komunikasi.

Mengacu pada model yang dikembangkan oleh Marc Prensky tentang warga digital

dan turis digital, Toledo mengelaborasi fenomena kesenjangan penggunaan teknologi

digital antara siswa dengan guru.

Secara umum, ringkasan yang dikemukakan oleh Toledo dalam makalahnya

menyinggung perbedaan antara siswa sebagai warga digital dengan guru sebagai

turis/imigran digital menggunakan kriteria sebagai berikut: pertama, warga digital

ialah mereka yang lahir dalam era teknologi digital dan familiar menggunakannya,

sedangkan turis/imigran digital ialah mereka yang terpengaruh dengan penggunaan

teknologi digital; kedua, berdasarkan umur, warga digital ialah pengguna teknologi

yang berumur di bawah tiga puluh tahun, yang lahir pada era teknologi digital,

sedangkan turis/imigran digital ialah pengguna teknologi yang berusia di atas tiga

puluh tahun yang tidak lahir pada era teknologi digital; ketiga, berdasarkan

kompetensi yang dimiliki, warga digital ialah mereka yang mencari dan mendapatkan

sumber utama informasi mereka pada dunia digital seperti komputer, video, dan

111

Page 112: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

internet, sedangkan turis/imigran digital ialah mereka yang mencari dan mendapatkan

sumber utama informasi mereka pada dunia cetak.

Jika dibandingkan dengan situasi yang ada di Indonesia, fenomena warga atau

turis/imigran digital semestinya dibedakan. Penyebabnya jelas, Indonesia cenderung

terbelakang, khususnya dalam bidang teknologi. Selain itu, batasan umur tiga puluh

tahun untuk menyebut seseorang sebagai warga ataupun turis/imigran digital di

Indonesia tidak relevan karena kehadiran teknologi khususnya komputer dan internet

serta penggunaannya secara terbatas baru terjadi pada akhir tahun 1990-an (Putra,

2013:2).

Fenomena yang diintrodusir oleh Toledo di atas, jika membayangkannya

sebagai sebuah komplementer, tampaknya merupakan penjelasan logis atas teori

mediamorfosis yang dikemukakan oleh Fidler. Menurut Fidler, mediamorfosis

bukanlah sekadar teori sebagai cara berpikir yang terpadu tentang evolusi teknologi

media komunikasi. Mediamorfosis mendorong ke arah pemahaman bahwa semua

bentuk media merupakan bagian dari sebuah sistem yang saling terkait, dan mencatat

berbagai kesamaan dan hubungan yang ada antara bentuk-bentuk yang muncul di

masa lalu, masa sekarang, dan yang sedang dalam proses kemunculannya. Media

baru tidak akan muncul begitu lama. Dan ketika bentuk-bentuk media komunikasi

yang baru muncul, bentuk-bentuk terdahulu biasanya tidak mati –terus berkembang

dan beradaptasi.

Pada Language and The Internet (2001 dan 2006), Crystal secara rinci

mendedah perspektif keilmuan linguistik baru berupa internet yang merupakan

112

Page 113: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

kompromi antara komunikasi lisan, tulisan, audio, dan visual dalam satu wadah yang

sama. Konklusi yang dapat dimunculkan terkait fleksibilitas bahasa dalam buku ini

ialah bahwa bahasa berkembang menurut bentuk dan caranya diekspresikan. Gaya

bahasa surat elektronik (e-mail), grup obrolan (chatgroups), atau yang terbaru

obrolan video (videochat) bervariasi satu sama lainnya.

Bahasa yang digunakan di internet, atau yang disebut oleh Crystal sebagai

‘netspeak’ (2006:19) merupakan salah satu variasi bahasa yang berbeda sama sekali

dengan variasi bahasa sebelumnya. Sebagian kalangan mungkin berpendapat bahwa

perkembangan internet yang luar biasa turut berpengaruh terhadap ‘kesucian’ bahasa

sehingga menganggapnya bersifat destruktif (Ginting, 2010)2. Namun jika mengacu

pada pendapat Crystal sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa anggapan destruktif pada

bahasa internet disebabkan oleh penggunaan pembanding yang salah, bahasa tulis

akademis versus bahasa tulis internet, sementara bahasa internet berbentuk “written

speech”, percakapan tertulis. Di samping itu, latah penyebutan destruktivitas internet

juga disebabkan oleh generalisasi terburu-buru bahwa bahasa internet itu semuanya

sama. Padahal, internet merupakan struktur yang terdiri atas genre yang berbeda-

beda, yang dengan demikian penggunaan bahasa di dalamnya disesuaikan dengan

kebutuhan. Bahasa dalam sebuah surat elektronik (e-mail) tidak serta merta sama

dengan bahasa sebuah grup obrolan (chatgroups). Demikian pula bahasa pesan instan

(instant messaging) berbeda dengan bahasa yang digunakan pada blog (blogging).

2 Ginting menanggapi pandangan Prof. Dr. Esther Kuntjara tentang maraknya penggunaan bahasa alay. Menurut Ginting, anggapan bahwa bahasa alay “rusak-rusakan, kacau, dan rumit” tidaklah bijaksana mengingat EYD pada awal kemunculannya juga merupakan ejaan yang rumit.

113

Page 114: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Proses koevolusi media di Indonesia telah terjadi dan berkembang

mengikuti pola yang lazim terjadi di belahan dunia lainnya. Pengindonesiaan istilah

TI sebagai salah satu bentuknya merupakan salah satu bentuk keterlibatan

pemerintah, tidak hanya dalam konteks pengembangan teknologi informasi, tetapi

juga dalam rangka pemertahanan bahasa Indonesia. Konteks netspeak seperti

dikemukakan oleh Crystal di atas mungkin berbeda dengan pengembangan istilah

yang diinisiasi oleh pemerintah. Akan tetapi keduanya memiliki garis besar yang

sama yakni sinkronisasi kemajuan teknologi informasi.

Kode-kode komunikator yang berkembang dalam pengindonesiaan istilah TI

ialah perihal peningkatan status bahasa Indonesia dalam penggunaannya sehari-hari.

Inpres No. 2 Tahun 2001 menegaskan niat pemerintah untuk mempertahankan

kelangsungan bahasa Indonesia secara lokal. Peralihan teknologi dari cetak ke

elektronik hingga ke komputer mendorong pemerintah untuk mempersiapkan diri dan

warganya untuk terlibat dalam gambaran yang disebut oleh McLuhan sebagai

“perkampungan global” (Fidler, 2003:146). Pesannya jelas, bahasa Indonesia harus

bertahan di kalangan masyarakatnya sendiri, atau mimpi baiknya, menjadi lebih

populer di negeri sendiri dibandingkan dengan lingua franca bahasa dunia, bahasa

Inggris.

Proses koevolusi dalam praktik pengindonesiaan istilah TI terjadi dalam

beberapa tahap. Pertama, pemerintah merumuskan aturan hukum yang melandasi

kegiatan tersebut yang diwujudkan oleh Inpres No. 2 Tahun 2001. Kedua, pemerintah

membentuk Tim Perumus yang terdiri atas Pokja Pembakuan Istilah, Pokja Perangkat

114

Page 115: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Lunak dan Keras, serta Pokja Sosialisasi dan Implementasi. Ketiga, pemerintah

mempublikasikan hasil rumusan dalam bentuk Panduan Pembakuan Istilah TI

berbahasa Indonesia yang diikuti oleh penyusunan Glosarium Istilah TI berbahasa

Indonesia.

Teori Difusi Rogers (dalam Fidler, 2003:19—23) menyatakan bahwa ciri-ciri

sebuah inovasi sebagaimana yang dirasakan para anggota masyarakat menentukan

tingkat pengadopsiannya. Lima sifat inovasi yang dikemukakan Rogers berkaitan

dengan teori difusinya menunjukkan bahwa keberhasilan bentuk komunikasi baru

mana pun tergantung pada kenyamanan dan kemudahan komunikasi baru itu

dirasakan dalam kehidupan orang. Lima sifat inovasi tersebut yaitu keuntungan

relatif, kesesuaian, kompleksitas, keterpercayaan, serta kelaziman. Di luar kelima

sifat tersebut, Fidler menambahkan sebuah norma baru dalam sifat suatu inovasi yaitu

pengenalan.

Dalam sejarah sistem komunikasi manusia, bentuk-bentuk baru jarang sekali

diadopsi tanpa hubungan-hubungan pengenalan dengan berbagai bentuk terdahulu

atau yang sudah ada (Fidler, 2003:23—24). Menurutnya, bentuk-bentuk media

komunikasi modern telah memperlihatkan pola yang sama. Fidler menyatakan bahwa

seiring dengan perjalanan waktu, perkembangan setiap bentuk komunikasi baru sejak

semula jelas merupakan pengembangan lebih lanjut dari bentuk yang lebih dulu

muncul ke bentuk berikutnya yang berbeda dari segala jenisnya. Rangkaian

transformasi dan adaptasi ini pada kenyataannya merupakan proses kompleks yang

dalam banyak hal dapat dibandingkan dengan evolusi spesies. Bentuk-bentuk media

115

Page 116: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

baru yang sukses, persis seperti spesies baru, tidak muncul begitu saja tanpa asal usul.

Kesemuanya membutuhkan rantai penghubung dengan masa lalu (Fidler, 2003:25—

26).

Pengindonesiaan istilah TI berbahasa Indonesia sebagai sebuah inovasi dalam

rangka pengintegrasian/pemertahanan bahasa Indonesia dalam bidang teknologi

berbenturan langsung dengan lima sifat inovasi yang dikemukakan oleh Rogers serta

satu sifat tambahan yang diusulkan oleh Fidler. Keuntungan Relatif sebagai sifat yang

pertama berhubungan dengan potensi pemasaran aplikasi berbahasa Indonesia. Heru

Nugroho dalam rilis ristek (4/2/2002) menyatakan bahwa Pokja Sosialisasi dan

Implementasi yang dipimpinnya pada waktu itu mengundang unsur swasta untuk

mencari sinergi antara pemerintah dan swasta dalam rangka implementasi Inpres No.

2 Tahun 2001. Kesesuaian sebagai sifat yang kedua berhubungan dengan ketepatan

istilah TI berbahasa Indonesia dalam berbagai aplikasi yang tersedia. Ketiga,

Kompleksitas terkait dengan manfaat yang diperoleh dari penggunaan istilah TI

berbahasa Indonesia: memudahkan atau menyulitkan? Keempat, Keterpercayaan

berhubungan dengan kemampuan istilah TI berbahasa Indonesia dalam

merepresentasikan kebutuhan informasi pengguna. Yang terakhir, Kelaziman

berhubungan erat dengan intensitas penggunaan suatu istilah TI yang awalnya dirasa

janggal namun akhirnya digunakan secara luas oleh para pengguna seperti unduh dan

unggah.

Usulan Fidler yakni pengenalan inovasi berhubungan langsung dengan

sosialiasi dan implementasi istilah TI berbahasa Indonesia di kalangan pengembang,

116

Page 117: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

pengecer, serta pengguna teknologi informasi. Seperti diketahui, tindak lanjut Inpres

No. 2 Tahun 2001 tidak sekadar melibatkan para ahli dan praktisi bahasa asal

Indonesia, tetapi juga bekerjasama dengan para ahli serta praktisi asal Malaysia dan

Brunei Darussalam yang diklaim telah lebih dulu melakukan kegiatan serupa.

Hasilnya, Tim Perumus kemudian merilis Panduan Pembakuan Istilah TI dengan

melampirkan Senarai Padanan Istilah yang berisi 629 lema. Padanan-padanan

tersebut kemudian dipublikasikan dan memperoleh berbagai macam respon dari

masyarakat.

Tanggapan terbanyak biasanya menyoroti aspek kelaziman padanan hingga

peluang penggunaan padanan tersebut dalam suatu aplikasi. Indra Sosrodjojo,

Direktur PT Andal Software saat dihubungi oleh detikinet, Jumat (6/1/2006),

mengatakan bahwa pemakaian bahasa Indonesia baku untuk software dan istilah-

istilah teknologi informasi (TI) lainnya, dinilai kurang sosialisasi. Istilah-istilah TI

yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia baku itu, menurut Indra malah

menimbulkan kebingungan. Itu terjadi karena istilah-istilah tersebut kurang dikenal

masyarakat.

Menurut Indra, pihaknya selama ini memang membuatkan manual berbahasa

Indonesia untuk software yang diproduksinya. Namun, bahasa yang digunakan

memang bukan bahasa baku, melainkan bahasa yang digunakan sehari-hari. "Kita

lihat berdasarkan pasarnya. Untuk aplikasi-aplikasi yang ditujukan untuk pasar

menengah ke atas, kita pakai bahasa Inggris. Tapi untuk pasar bawah, seperti dalam

produk 'Saudagar', kita pakai bahasa Indonesia," papar Indra. "Tapi bahasanya adalah

117

Page 118: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

yang dipakai sehari-hari. Kalau ada istilah yang sulit dicari padanannya, kita biarkan

dalam bahasa aslinya," imbuhnya. Menurutnya buku manual harusnya tidak membuat

bingung. "Jadi terminologi yang digunakan harusnya menghindari kerancuan. Kalau

buku manual malah membingungkan, buat apa?" ujarnya.

Berbeda dengan Indra, Djarot Subiantoro, Wakil Presiden Direktur

perusahaan software lokal PT Sigma Cipta Caraka berpendapat, jika memang ada

keharusan untuk membuat buku manual software dalam bahasa Indonesia, harusnya

ada peraturan yang mengatur secara keseluruhan, end-to-end. "Jangan setengah-

setengah, akan membingungkan bagi industri," kata Djarot.

"Seperti dulu, pernah ada aturan bahwa PC (personal computer) harus

pakai bahasa Indonesia, tapi kemudian tidak ada kelanjutan. Akhirnya aturan itu

malah jadi persyaratan saja, sehingga pengerjaannya asal-asalan. Hanya jadi alat bagi

aparat untuk menyalahkan," paparnya. Djarot mengatakan, selama ini pihaknya

membuat buku manual dalam dua bahasa. "Untuk user manual kita pakai bahasa

Indonesia. Tapi untuk technical manual kita pakai bahasa Inggris," papar Djarot.

"Bahasanya kita pilih yang banyak dimengerti orang, supaya memudahkan,"

imbuhnya.

Jika mengikuti konsep keutuhan, idealnya buku manual memang perlu dibuat

dalam bahasa Indonesia. "Bikin buku manual itu tidak mudah. Dalam satu bahasa saja

belum tentu lengkap, apalagi kalau harus dua bahasa," ujar Djarot. Kalau melihat

kebutuhan pasar, Djarot mengatakan bahwa pengguna sistem yang kompleks pada

umumnya tidak kesulitan dengan buku manual berbahasa Inggris. Selain itu,

118

Page 119: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

pemakaian bahasa Inggris untuk buku manual juga memudahkan saat mereka menjual

software ke luar negeri.

Konvergensi

Mata rantai evolusi media salah satunya tergambar pada proses konvergensi.

Dwyer (2010) dalam bukunya berjudul Media Convergence mengetengahkan

persoalan metamorfosis yang dialami oleh media, khususnya perubahan wadah

komunikasinya. Dalam buku yang terdiri atas enam bab ini, Dwyer menjelaskan

tentang penafsiran atas konvergensi media, media tradisional yang beralih menjadi

media online, kepemilikan media, penikmat wahana baru ini, serta masalah jaringan

broadband. Hal pokok yang dikemukakan Dwyer ialah bahwa transformasi media

meliputi penyediaan infrastruktur, hadirnya kebijakan komunikasi, serta masalah

informasi dan demokrasi media.

Computer-mediated communication/internet-mediated communication atau

Komunikasi Berperantarakan Komputer-Internet (Harimansyah, 2013), merupakan

bentuk nyata peralihan media berkomunikasi dari analog ke digital, dari cetak ke e-

paper dan online. Menurut Harimansyah, Komunikasi Berperantarakan Komputer-

Internet (KBKI) di dunia siber dapat dianggap sebagai genre baru dalam

berkomunikasi. Bentuk komunikasi di dunia siber menggabungkan fitur yang ada dari

media tulisan dan percakapan yang semuka, tetapi menjadi campuran yang lebih

sederhana dari keduanya.

Komunikasi berperantarakan komputer-internet sebagai dampak yang

dihadirkan oleh konvergensi media dirasakan tidak hanya pada skala makro peralihan

119

Page 120: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

dari media cetak menuju ke media online, namun sejalan dengan pandangan

Harimansyah di atas juga berpengaruh terhadap pola dan gaya komunikasi pengguna

media bersangkutan. Keberadaan internet sebagai media komunikasi yang baru

memunculkan pula gaya bahasa baru yang oleh beberapa ahli disebut berbentuk

writing that reads like conversation (Davis dan Brewer, 1997:2), atau written speech

(Crystal, 2001:25).

Konvergensi media merupakan konsep yang dipopulerkan oleh Nicholas

Negroponte pada tahun 1979. Dalam kuliah kelilingnya untuk pengumpulan dana

pembangunan gedung laboratorium media di MIT, Negroponte mengungkapkan

bahwa semua teknologi komunikasi sedang bersama-sama memasuki titik genting

metamorfosis yang hanya dapat dipahami dengan tepat jika didekati sebagai subjek

tunggal. Sejak saat itu, gagasan bahwa industri-industri ini secara bersama-sama

menciptakan berbagai bentuk komunikasi baru, melahirkan banyak pemikiran tentang

masa depan media massa dan komunikasi manusia (Fidler, 2003:39).

Fidler menjelaskan bahwa hampir semua komputer pribadi yang dijual dewasa

ini menawarkan kepada penggunanya kemampuan untuk menjalankan CD-ROM

yang memadukan berbagai media telekomunikasi (2003:38). Teks dan potongan-

potongan gambar dipadukan dengan klip-klip audio dan video, serta peluang untuk

melakukan sambungan langsung dengan jaringan global dan akses luas pada

himpunan-himpunan informasi tekstual dan audio/visual. Gagasan bahwa berbagai

macam teknologi dan bentuk media hadir bersamaan, yang dikenal sebagai

120

Page 121: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

konvergensi media, menurut Fidler tampaknya sekarang hampir menjadi sesuatu yang

lumrah, yang sebelumnya merupakan khayalan semata.

Negroponte dan kolega-koleganya di MIT diyakini termasuk yang pertama

kali mengakui bahwa konvergensi industri media dan teknologi digital pada akhirnya

akan mengarah pada bentuk-bentuk yang dikenal sebagai komunikasi multimedia

(Fidler, 2003:39). Multimedia, atau juga dikenal sebagai media campuran pada

umumnya didefinisikan sebagai medium yang mengintegrasikan dua bentuk

komunikasi atau lebih. Dalam konteks ini, multimedia dapat berupa kombinasi antara

media cetak dengan elektronik, antara elektronik dengan web, atau gabungan di

antara ketiganya.

Di Indonesia, perkembangan teknologi termasuk terlambat (Epkamarsa,

2014). Amerika sudah mulai menggunakan internet sejak 1960-an dan dapat

digunakan secara luas pada tahun 1990, sedangkan di Indonesia penggunaan internet

baru dimulai pada tahun 1988 dan mulai digunakan secara luas pada tahun 1998.

Meskipun lebih cepat dari Amerika dalam penyebarluasan penggunaan internet, hal

ini lebih disebabkan oleh infrastruktur teknologi global yang tidak semahal dan

sejarang di era 1960-1990.

Konvergensi media di tahap awal terkait erat dengan transisi media dari cetak

ke elektronik dan seterusnya. Digitalisasi media komunikasi lantas menjadi suatu

bentuk inovasi yang mendorong perubahan dari teknologi analog ke digital. Grant

dan Wilkinson (konvergensi.komunikasi.or.id) berpendapat bahwa terdapat dua fitur

perkembangan teknologi yang secara spesifik menjadi inti perwujudan konvergensi

121

Page 122: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

media, yaitu teknologi digital dan jejaring komputer. Dengan dua fitur teknologi di

atas, menjadi jelas bahwa dimensi teknologi dalam konvergensi merujuk pada

kemampuan teknologi digital untuk menyimpan, memanipulasi, dan memodifikasi

segala jenis informasi di dalam komputer. Kemudian melalui internet, segala macam

perangkat berbasis komputer dapat saling terhubung untuk saling berbagi segala jenis

konten informasi tersebut.

Konten yang dibagikan tentu saja tersusun dalam format multimedia seperti

yang dijelaskan sebelumnya. Contoh media konvergen yang berisi konten multimedia

ini misalnya koran online Kompas.com. Melalui website, koran Kompas menjadi

media konvergen yang dapat memuat berita dalam format teks, suara, dan video,

bahkan dapat menyediakan wadah interaktif bagi komunitas pembacanya dalam

format blog bernama Kompasiana.

Di tahap berikutnya, konvergensi media tidak dapat dilepaskan dari

konvergensi kepemilikan media (konvergensi.komunikasi.or.id). Tren kepemilikan

media di Indonesia dikuasai oleh beberapa media besar, seperti grup MNC yang

memiliki RCTI, Global TV, MNC TV, Sindo TV (Televisi), koran Sindo (cetak),

Okezone (online), serta jaringan Trijaya FM (radio). Kemudian ada Media Group

yang menaungi Media Indonesia, Lampung Post, Borneonews, Prioritas (cetak),

Metro TV (televisi), dan MediaIndonesia.com, MetroTVNews.com, serta WideShot

(online). Ada pula grup PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) milik Bakrie & Brothers

yang memiliki stasiun televisi Antv, TVOne, BV Sport, Viva+ dan Sport One, serta

portal berita online VIVA.co.id. Di luar ketiganya, terdapat satu lagi korporasi yang

122

Page 123: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

juga melakukan konvergensi kepemilikan yakni PT Trans Corporation dengan bidang

penyiaran Trans TV, Trans7, Detik TV (CNN Indonesia), detikCom, Majalah Detik,

CNNIndonesia.com, Trans Sinema Pictures, serta Transvision.

Hal penting yang harus dicermati dari peristiwa konvergensi adalah esensi

konvergensi bersangkutan. Asumsi-asumsi umum bahwa konvergensi dewasa ini

akan mengarah pada semakin terjadinya pengurangan bentuk komunikasi, atau

akhirnya pada kematian bentuk-bentuk yang ada, seperti surat kabar dan majalah,

tidak didukung oleh bukti hostoris (Fidler, 2003:41). Bukannya mengonsolidasikan

atau menggantikan bentuk-bentuk terdahulu, bentuk-bentuk yang lebih baru

cenderung bersifat khas dan menambah pada media campuran (multimedia).

Fidler lebih lanjut mengelaborasi dua kesalahan umum lainnya yakni

keyakinan bahwa konvergensi adalah sesuatu yang baru pada masa ini dan bahwa hal

itu pertama-tama menyangkut merger. Padahal pada kenyataannya, konvergensi

selalu menjadi esensi evolusi dan proses mediamorfosis. Konvergensi berskala besar

sebagaimana yang terjadi dewasa ini, mungkin terjadi hanya sekali, namun bentuk-

bentuk media yang ada saat ini pada kenyataannya merupakan hasil dari konvergensi-

konvergensi berskala kecil yang tidak terhitung banyaknya, yang seringkali terjadi

sepanjang waktu. Menurut Fidler (2003:42), konvergensi lebih menyerupai

persilangan atau perkawinan, yang menghasilkan transformasi atas masing-masing

entitas yang bertemu dan penciptaan entitas baru.

Konvergensi dalam kegiatan pengindonesiaan istilah TI pada prinsipnya

mengupayakan integrasi bahasa Indonesia di dalam berbagai media dan perangkat

123

Page 124: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

teknologi komunikasi. Bahasa Indonesia hendak diposisikan tidak sebagai pengantar

dalam user manual saja, tetapi juga menjadi bahasa antarmuka (interface) setiap

aplikasi yang ada di ranah teknologi informasi di Indonesia. Mengikuti mekanisme

Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI) dalam hal pemadanan istilah baru,

pengindonesiaan istilah TI diupayakan menambah wilayah penggunaan kosakata

bahasa Indonesia tidak terbatas pada bidang yang sudah ada tetapi juga berkontribusi

pada aplikasi atau perangkat teknologi mutakhir.

Konvergensi dengan demikian berlangsung pada tataran kode dan alat. Kode

dalam hal ini ialah bahasa, sedangkan alat merujuk pada software maupun hardware

yang terintegrasi dengan bahasa Indonesia sebagai antarmukanya. Language Interface

Pack (LIP) yang dipakai di Sistem Operasi Windows merupakan salah satu contoh

konvergensi bahasa Indonesia di dalam sistem operasi komputer. Beberapa contohnya

dapat diilustrasikan sebagai berikut.

124

Page 125: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Gambar 2. Windows Explorer dalam Bahasa Asal

Gambar 3. Windows Explorer dalam Bahasa Indonesia

Gambar 4. Panel Kontrol dalam Bahasa Asal

125

Page 126: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Gambar 5. Panel Kontrol dalam Bahasa Indonesia

Gambar 6. Peringatan Log Off dalam Bahasa Asal

126

Page 127: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Gambar 7. Peringatan Log Keluar dalam Bahasa Indonesia

Gambar 8. Properti Komputer dalam Bahasa Asal

127

Page 128: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Gambar 9. Properti Komputer dalam Bahasa Indonesia

Selain pada sistem operasi komputer, konvergensi bahasa juga dapat

ditemukan pada aplikasi-aplikasi web semisal Google, Facebook, blog, situs resmi

pemerintah, portal berita, website akademik dan sebagainya. Di halaman muka mesin

pencari Google berdomain co.id, terdapat empat pilihan bahasa penelusuran bagi para

pengguna yaitu bahasa Inggris, bahasa Indonesia, Basa Jawa, serta Basa Bali. Di

halaman awal Facebook, terdapat 91 pilihan bahasa yang dapat dipilih oleh para

pengguna media sosial tersebut. Bahasa Indonesia, bahasa Melayu, serta Basa Jawa

turut serta menjadi bagian di dalamnya. Pada beberapa portal berita online, pembaca

ditawari untuk memilih bahasa pengantar di dalam suatu berita, Indonesia atau

Inggris, seperti yang terdapat pada situs berita2bahasa.com.

Yang patut dicermati dari peristiwa konvergensi bahasa di Indonesia ialah

bahwa tidak semua padanan yang diusulkan oleh Pusat Bahasa baik dalam Senarai

128

Page 129: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Padanan Istilah maupun Glosarium istilah TI diiikuti dengan ketat oleh para

pengembang aplikasi. Terbukti, dalam LIP Windows di atas khususnya pada Panel

Kontrol terdapat beberapa bagian yang tidak diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia yaitu Color Management, Device Manager, Indexing Options, Internet

Options, Mail, Parental Controls, RemoteApp and Desktop Connections, Speech

Recognition, Windows Card Space, Windows Mobility Center, serta Windows

Update. Selain itu terdapat juga kombinasi antara bentuk asli bahasa Inggris dengan

padanannya dalam bahasa Indonesia yang terkesan janggal yaitu AutoMain

(AutoPlay), ini mengingatkan pada inkonsistensi bentuk swa- dengan oto/auto dalam

glosarium istilah TI (swasimpan = autosave; swaskor = autoscore; autoulir =

autothread).

Bila dicermati dalam senarai padanan istilah dan glosarium istilah TI, baik

istilah color maupun management telah memiliki padanan tersendiri, demikian pula

device maupun manager, termasuk juga index dan options; bahkan diksi-diksi

seterusnya yang tersebut di atas masing-masing telah memiliki padanan. Oleh sebab

itu, menimbulkan keingintahuan kemudian ketika istilah-istilah tersebut tidak

dipadankan ke dalam bahasa Indonesia oleh pengembang LIP Windows.

Spekulasinya bisa jadi terkait potensi pemasaran istilah tersebut atau karena sebab

yang lain seperti yang diindikasikan dalam Teori Difusi Rogers.

Pada sistem operasi yang lebih kecil seperti Android, terdapat juga beberapa

istilah yang belum dipadankan ke dalam bahasa Indonesia. Yang dijadikan sampel

kali ini ialah Android 2.3.6 Gingerbread. Istilah-istilah tersebut yaitu Download,

129

Page 130: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Flight Mode, Wireless, Tethering and Portable Hotspot, Virtual Private Network

(VPN), Dial, Wallpaper, Non-Market, Update, Back Up, Restore, Reset, Input,

Output, serta TalkBack. Padahal, bila dicermati, padanan bahasa Indonesia untuk

istilah-istilah tersebut ada dan digunakan di beberapa aplikasi lain. Unduh, mode

terbang, nirkabel, sambung, perbarui, cadangkan, masukan, serta keluaran

merupakan beberapa padanan yang dapat diajukan sebagai contoh.

Meskipun demikian, penggunaan istilah asli di dalam perangkat tersebut dapat

dianalisis dengan mempertimbangkan aspek ruang (space) yang tersedia pada layar

ponsel Android tersebut serta pemahaman istilah asli oleh para pengguna. Istilah reset

misalnya yang terdiri atas lima huruf tentu membutuhkan ruang yang lebih sempit

dibandingkan dengan bentuk set ulang atau atur ulang yang lebih panjang. Kemudian

istilah Wi-Fi dan Bluetooth, jika dipadankan dalam bahasa Indonesia tentu akan

menimbulkan kebingungan mengingat kedua bentuk ini merupakan istilah yang sudah

dikenal luas.

Kompleksitas

Selama masa perubahan besar, sebagaimana kita alami saat ini, segala sesuatu

di sekeliling kita mungkin tampak dalam kondisi kacau, chaos, dan untuk sebagian

besar, memang itulah yang terjadi (Fidler, 2003:42). Chaos menurut Fidler adalah

komponen penting perubahan. Dari kondisi chaos, lahir gagasan-gagasan baru yang

mentransformasikan dan menghidupkan sistem-sistem.

Prinsip utama teori chaos kontemporer adalah gagasan bahwa kejadian-

kejadian yang terkesan tidak signifikan atau variasi-variasi awal yang remeh dalam

130

Page 131: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

sistem-sistem yang mengalami chaos, seperti cuaca dan ekonomi, dapat memicu

peningkatan eskalasi kejadian-kejadian tidak terduga yang akhirnya mengarah pada

kejadian-kejadian yang melahirkan dampak atau membawa bencana besar. Sistem-

sistem yang mengalami chaos pada dasarnya anarkis. Sistem-sistem itu menunjukkan

ketidakpastian yang nyaris tidak berujung dengan pola-pola jangka panjangnya yang

tidak terduga yang menjelaskan alasan tidak seorang pun mampu memprediksikan

secara akurat teknologi-teknologi media baru dan bentuk-bentuk komunikasi yang

akan sukses dan yang akan gagal.

Kepentingan chaos bagi pemahaman atas mediamorfosis dan perkembangan

media baru dalam teori pada kenyataannya kurang dibandingkan dalam hubungannya

dengan konsep terkait lainnya –kompleksitas. Penelitian yang dilakukan di Institute

Santa Fe mengarah pada beberapa pandangan penting mengenai proses

mediamorfosis. Ketika mempelajari perilaku sistem-sistem yang kompleks, para

ilmuwan menemukan bahwa kekayaan interaksi yang terdapat dalam sistem-sistem

kehidupan memungkinkannya menjalani pengorganisasian diri secara spontan dalam

merespon kondisi-kondisi yang berubah. Dengan kata lain, sistem-sistem yang

kompleks bersifat adaptif, yaitu bahwa sistem-sistem itu hanya merespon kejadian-

kejadian secara pasif seperti batu yang menggelinding karena gempa bumi. Sistem-

sistem itu secara aktif berusaha mengarahkan apapun yang terjadi untuk mendapatkan

keuntungan demi dirinya.

Dengan mengakui bahwa sistem komunikasi manusia pada kenyataannya

merupakan sebuah sistem yang adaptif dan kompleks, kita dapat melihat bahwa

131

Page 132: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

semua bentuk media hidup dalam dunia yang dinamis dan saling bergantung. Ketika

muncul tekanan-tekanan eksternal dan penemuan-penemuan baru diperkenalkan,

setiap bentuk komunikasi dipengaruhi oleh proses pengorganisasian diri yang bersifat

intrinsik, yang muncul secara spontan dalam sistem tersebut. Sama seperti spesies

yang berkembang demi kelangsungan hidup yang lebih baik, demikian jugalah yang

dilakukan oleh bentuk-bentuk komunikasi dan perusahaan-perusahaan media yang

ada. Proses inilah yang menjadi esensi mediamorfosis.

Kompleksitas dalam konteks pengindonesiaan istilah TI bermula dari upaya

pemerintah untuk melakukan intervensi pada sistem-sistem komunikasi yang telah

mapan (status quo) di Indonesia. Eksistensi bahasa Inggris sebagai lingua franca

komputer telah mengakar tajam di kalangan para praktisi maupun pengguna teknologi

informasi. Sistem yang terbangun kemudian membentuk suatu infrastruktur yang

baku dalam berbagai bidang: pengembangan aplikasi, pemasaran, konsumsi oleh

pengguna maupun pengembangan keilmuan komputer.

Indonesia sendiri bukanlah termasuk negara yang memulai perkembangan

teknologi dan lebih mengikuti arus global dalam perkembangan teknologi

(Epkamarsa, 2014). Konsekuensinya, Indonesia mengadopsi secara utuh berbagai

macam istilah teknis dalam bidang teknologi informasi yang notabene berbahasa

Inggris. Di sisi lain, pemerintah memiliki misi menjaga keberlangsungan bahasa

Indonesia dengan cara mengintegrasikannya di bidang teknologi informasi.

Subbidang yang kemudian disasar oleh pemerintah ternyata merupakan salah satu

elemen penting infrastruktur TI di Indonesia, yaitu aspek bahasa. Disebut penting

132

Page 133: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

karena aspek ini berpengaruh terhadap elemen infrastruktur lainnya baik itu ekonomi,

sosial, pendidikan dan sebagainya. Dari titik inilah kondisi chaos bermula.

Berbagai protes muncul di kalangan pengembang, praktisi, maupun pengguna

istilah TI. Keberatan awal muncul karena adanya asumsi bahwa pemerintah

membakukan padanan istilah TI ke dalam bahasa Indonesia, padahal bila dicermati

Inpres No. 2 Tahun 2001, keberatan tersebut kurang tepat karena dalam konsideran

poin c dinyatakan bahwa padanan berbahasa Indonesia yang dirilis oleh pusat bahasa

merupakan alternatif pilihan bahasa, bukan bahasa satu-satunya. Keberatan

berikutnya muncul dari kalangan praktisi (penerjemah TI) perihal kelaziman padanan.

Ryan (https://support.gengo.com) mempertanyakan padanan istilah TI yang dianggap

sering menimbulkan kerancuan di kalangan penerjemah karena dianggap tidak

lumrah, asing, atau janggal. Akan tetapi, keluhan Ryan ditanggapi oleh Firman Tahar

dengan menyatakan bahwa pemilihan kata sebagai padanan terjemahan istilah TI

bergantung pada pesanan klien, sehingga seorang penerjemah tidak terikat untuk

menggunakan padanan istilah TI milik pusat bahasa. Kalau pun kemudian harus

menggunakannya, hal itu bukan masalah yang besar sebab laman resmi pemerintah

serta media massa terkemuka turut menggunakannya dengan jangkauan pemirsa yang

lebih luas.

Masih dari laman yang sama, keluhan juga muncul di kalangan pemrogram

(programmer) karena padanan istilah TI bahasa indonesia sebagian besar berukuran

lebih panjang dari istilah aslinya jika disematkan di layar suatu aplikasi. Kritik yang

diajukan menunjuk pada kepraktisan padanan jika dikembangkan dalam suatu

133

Page 134: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

program komputer. Sementara itu, Roekminto (http://www.kompasiana.com/)

mengajukan kritik tentang perlunya realisasi pembentukan sebuah lembaga

penerjemahan. Menurutnya, ini didasarkan pada fakta bahwa penggunaan bahasa

Inggris dan bahasa asing lain (dalam konteks ini adalah komputer dan aplikasinya)

secara terus menerus akan menempatkan Indonesia pada satu subordinasi sistem

global. Dengan demikian sangat mudah bagi kapitalis global maupun penguasa

teknologi untuk menekan, salah satu contohnya adalah ketergantungan yang tinggi

pada pemakaian sistem operasi (operating system) Windows. Padahal sudah banyak

piranti lunak yang berbasis nirbayar, salah satunya adalah Linux, yang memiliki

potensi untuk dikembangkan lebih lanjut karena memiliki peluang untuk menjadi

sistem operasi dengan menggunakan bahasa Indonesia. Ketergantungan yang tinggi

itulah yang mengakibatkan Indonesia mengalami kesulitan dalam meningkatkan

kemampuan untuk mengartikulasikan gagasan-gagasan politis, ideologi maupun

kebudayaan bagi kepentingan Indonesia di tingkat regional maupun internasional

termasuk di dalamnya kebijakan dalam bidang TI.

Dari bidang pendidikan, pemadanan istilah TI ke dalam bahasa Indonesia

akan menimbulkan kebingungan bagi para pendidik maupun siswa dalam memilih

bahasa padanan yang digunakan di kegiatan belajar mengajar. Di satu sisi,

penggunaan padanan bahasa Inggris dalam kegiatan pembelajaran tentu saja sudah

tepat secara teknis sebab hampir semua istilah TI berbahasa Inggris. Hal ini demi

keseragaman pemahaman antara siswa dengan gurunya serta dengan perangkat

teknologi yang ada. Di sisi lain, padanan istilah TI bahasa Indonesia oleh pemerintah

134

Page 135: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

ditujukan sebagai bantuan bagi pengguna pemula dan kalangan siswa dalam

mengoperasikan komputer untuk keperluan sehari-hari. Pada titik inilah, pilihan

terhadap keduanya menjadi pilihan yang dilematis.

Bila ditelusuri berdasarkan postingan yang ada di web, kondisi chaos ini

masih berlangsung hingga sekarang. Masih terdapat tarik ulur penggunaan istilah ti di

kalangan pihak-pihak yang berkepentingan baik terhadap istilah asli maupun

padanannya dalam bahasa Indonesia. Istilah-istilah bahasa Inggris ingin

dipertahankan karena pada kenyataannya bahasa inilah yang mendominasi bidang

teknologi informasi dewasa ini. Statistik yang dirilis oleh w3techs.com pada tanggal

20 Januari 2015 menunjukkan bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa konten

terbanyak yang digunakan di website dengan persentase 53,8%, sedangkan bahasa

Indonesia berada di urutan ke-19 dengan persentase 0,5% di bawah bahasa Vietnam

dan Swedia. Sebaliknya, kebijakan penggunaan bahasa Indonesia sebagai padanan

istilah TI merupakan salah upaya pemantapan posisi bahasa Indonesia, terlebih bila

menyikapi statistik di atas atau bila menyimak ulasan Crystal dalam Language Death

perihal keberlangsungan suatu bahasa.

Kembali pada sistem-sistem yang adaptif dan kompleks, kebijakan

pengindonesiaan istilah TI tidak secara frontal dan terus menerus ditentang oleh

berbagai kalangan. Pada akhirnya, seperti yang dirumuskan, semua bentuk media

hidup dalam dunia yang dinamis dan saling bergantung. Tekanan-tekanan eksternal

yang muncul dan diikuti oleh diperkenalkannya temuan-temuan baru menimbulkan

gejolak, namun lantas diikuti oleh proses pengorganisasian diri yang bersifat

135

Page 136: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

intrinsik, yang muncul secara spontan dalam sistem tersebut. Demikian pula halnya

dengan respon terhadap istilah TI berbahasa Indonesia. Akhir-akhir ini di berbagai

media sudah dapat ditemukan penggunaan padanan-padanan istilah tersebut secara

wajar. Kesan asing atau janggal terhadap beberapa padanan istilah mungkin tetap ada,

akan tetapi itu tidak menghentikan keberlanjutan penetrasi padanan istilah TI dalam

berbagai perangkat atau aplikasi teknologi yang tersedia.

Istilah TI Bahasa Indonesia Saat Ini

Pada tahap perkembangan mana kita sekarang berada? Kalimat tersebut

merupakan salah satu pertanyaan yang dilontarkan oleh fidler ketika menguraikan

Hukum 30 Tahun Paul Saffo (2003:13). Menurutnya, ketika kita berusaha

mencermati masa depan komunikasi, tampak bahwa pertanyaan kritis yang perlu

diajukan berkaitan dengan kemunculan teknologi-teknologi media adalah pada tahap

perkembangan manakah teknologi-teknologi itu berada. Saffo telah mengungkapkan

bahwa rentang waktu yang dibutuhkan gagasan-gagasan baru agar benar-benar

meresap ke dalam sebuah kebudayaan lazimnya rata-rata mencapai tiga dekade.

Masing-masing dekade memiliki pola tipikal yang berbeda satu sama lain. Lantas

bagaimana dengan istilah TI berbahasa Indonesia saat ini?

Pengindonesiaan istilah TI telah memasuki dekade yang kedua sejak dirilis

pertama kali di tahun 2001. Telah genap enam belas tahun berbagai padanan istilah ti

berbahasa Indonesia ditolak, dicemooh, atau bahkan dianggap “tabu” di beberapa

kalangan. Namun meskipun demikian, perlahan tapi pasti berbagai padanan tersebut

mulai digunakan baik itu oleh pengguna, praktisi, maupun pengembang. Mengikuti

136

Page 137: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

tren dekade kedua Hukum 30 Tahun Paul Saffo, tahun-tahun ini merupakan masa

yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan penetrasi padanan-padanan

istilah ti di berbagai lapisan masyarakat.

Walaupun demikian, pemerintah selaku inisiator yang bertanggung jawab

pertama kali atas keberlangsungan padanan istilah ti berbahasa Indonesia tidak boleh

terlena dengan tren positif dekade kedua ini. Saffo telah mengingatkan bahwa

karakteristik masa depan selalu berada pada kutub gravitasi pasti, mungkin, serta

mustahil. Implikasi-implikasi sosial, politik, dan ekonomi merupakan beberapa aspek

yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi pengindonesiaan istilah

TI.

Selain Saffo, ada juga Winston yang mengingatkan perihal akselerator dan

penghambat teknologi (dalam Fidler, 2003:28—34). Dalam pandangan Winston,

akselerator yang mendorong perkembangan berbagai teknologi media baru adalah

kebutuhan sosial yang muncul sebagai akibat perubahan (supervening social

necessities) yaitu kebutuhan perusahaan, tuntutan akan teknologi-teknologi lain,

penetapan regulasi atau hukum, serta kekuatan-kekuatan sosial masyarakat. Di

samping itu, Winston juga mengemukakan Hukum Penindasan Potensi Radikal

sebagai kontra dari akselerator teknologi. Menurutnya, hukum ini merupakan

penghambat yang memperlambat dampak teknologi baru yang dapat menggoyahkan

kemapanan sosial atau perusahaan. Kategorinya sama dengan akselerator yakni

kebutuhan perusahaan, tuntutan akan teknologi-teknologi lain, penetapan regulasi

atau hukum, serta kekuatan-kekuatan sosial masyarakat. Bedanya, empat kategori

137

Page 138: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

yang kedua bertendensi negatif dan melakukan perlawanan terhadap perubahan yang

diusulkan. Istilah-istilah TI berbahasa Indonesia telah mengalami hal tersebut, dan

frekuensi penolakan yang berkurang tidak berarti bahwa segenap lapisan masyarakat

setuju dengan padanan yang ada. Oleh karena itu, pemerintah selaku pemangku

kebijakan pertama sudah selayaknya memperhatikan peringatan-peringatan yang

dikemukakan oleh kedua ahli tersebut di atas.

4.2.3 Relevansi antara Pendekatan Komunikatif dengan Pembelajaran Bahasa

Indonesia pada Sekolah Menengah Atas

Kebijakan pengindonesiaan istilah komputer yang tertuang dalam Inpres

Nomor 2 Tahun 2001 yang kemudian ditindaklanjuti dalam bentuk Senarai Padanan

Istilah dan Glosarium Istilah Teknologi Informasi menyasar pada dua kalangan

pengguna yaitu kalangan pelajar sekolah menengah umum (pemula) dan kalangan

mahasiswa jurusan ilmu komputer. Terkait dengan kebijakan tersebut, diperlukan

adanya upaya integrasi materi peristilahan teknologi informasi ke dalam masing-

masing tingkatan agar istilah-istilah asing yang telah diindonesiakan dapat diterima

dan dipakai oleh para pengguna. Salah satu upaya yang kemudian dilakukan oleh

Pemerintah ialah menyusun materi pembelajaran khususnya di tingkat SMA yang

dapat mengakomodasi kebutuhan pemahaman siswa akan istilah-istilah teknologi

informasi. Dalam hubungannya dengan bahasa sebagai media pengembangan istilah,

materi pembelajaran tersebut diimplementasikan pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia Kelas X Kurikulum Terpadu Satuan Pendidikan (KTSP).

138

Page 139: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Data yang akan digunakan sebagai rujukan dalam analisis ini ialah Senarai

Padanan Istilah. Beberapa istilah di dalamnya dianggap sesuai untuk dijadikan contoh

dalam materi terkait teknologi informasi yang dipadukan dengan kompetensi menulis

karangan eksposisi. Adapun perangkat pembelajaran yang menjadi acuan ialah Buku

Guru Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia Jilid I (untuk SMA dan MA kelas

X) KTSP 2006 yang memuat Silabus dan RPP terkait. Alasan pemilihan materi dalam

KTSP ialah karena selain relevan, kurikulum ini oleh Anies Baswedan direncanakan

untuk diterapkan kembali mulai Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016.

Kerangka kerja yang akan dilaksanakan pada bagian ini ialah dengan terlebih

dahulu memaparkan perangkat pembelajaran yang memuat materi teknologi

informasi, kemudian mensimulasikan istilah-istilah yang terdapat dalam Senarai

Padanan Istilah sebagai bagian dari materi pelajaran. Pemilihan istilah-istilah yang

dijadikan sampel mengacu kepada penelitian Darnis (2012) perihal ketermanfaatan

Pedoman Umum Pembentukan Istilah dalam pembentukan istilah bahasa Indonesia

dan penelitian Sari (2014) perihal tanggapan mahasiswa Surakarta terhadap

pengindonesiaan istilah asing bidang komputer.

Deskripsi Perangkat Pembelajaran

Materi pembelajaran istilah teknologi informasi dalam KTSP 2006 terdapat

pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X Semester Ganjil. Standar Kompetensi

yang dituntut pada bidang ini ialah kemampuan siswa untuk mengungkapkan

informasi dalam berbagai bentuk paragraf (naratif, deskriptif, ekspositif). Alokasi

139

Page 140: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

waktu yang tersedia untuk masing-masing kompetensi dasar ialah empat jam

pelajaran (4 JP).

Pada Kompetensi Dasar menulis paragraf eksposisi, siswa diminta untuk

membaca teks bertopik teknologi informasi. Setelah mengidentifikasi karakteristik

paragraf eksposisi, siswa kemudian menginventarisasi istilah-istilah/kata kajian

bidang teknologi informasi dalam teks, menjelaskan artinya, dan menerapkan

beberapa di antaranya dalam kalimat secara tepat. Siswa juga menginventarisasi dan

mengklasifikasikan kata-kata berimbuhan asing beserta kata penghubung yang

terdapat di dalam teks.

Simulasi Pembelajaran Istilah Teknologi Informasi

I. Apersepsi

Guru membuka pelajaran dengan menanyakan kepada siswa siapa yang /tidak

mempunyai e-mail, suka membuka internet, sering chatting/surfing. Bila perlu

guru juga menjelaskan bahwa istilah-istilah teknologi informasi seperti e-mail,

chatting, surfing, copy, dan lain-lain telah memiliki padanan dalam bahasa

Indonesia. Setelah itu, guru memperdalam pertanyaan ke beberapa siswa: situs

yang sering diakses, manfaat yang diperoleh dari internet, dampak negatifnya,

dan sebagainya. Kemudian guru mengajak siswa untuk menyadari bahwa

teknologi informasi harus dikuasai karena mempunyai peran sangat penting

dalam era globalisasi.

140

Page 141: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

II. Inti

a. Siswa membaca teks dengan topik teknologi informasi yang dikembangkan

secara eksposisi.

ADA TIKUS DI DALAM KOMPUTERPernahkah Anda menemukan tikus di komputer pribadi Anda? Atau

yang lebih menggelikan, menyentuh dan menyeret-nyeretnya di atas meja kerja? Bagi Anda yang terbiasa bekerja dengan komputer pribadi (PC), mungkin Anda sudah memahami maksud redaksi ini. Tapi bagi sebagian yang lain, Anda mungkin menganggap bahwa pertanyaan di atas terlalu mengada-ada.

Yang dimaksud dengan tikus pada alinea pertama ialah mouse. Dunia secara global telah mengenalnya dengan istilah demikian. Namun tahukah Anda bahwa di Indonesia mouse telah dipadankan sebagai tetikus? Ya, t-e-t-i-k-u-s. Hewan pengerat ini akhirnya “naik kelas” menjadi salah satu bagian penting teknologi informasi di Indonesia setelah Pemerintah melalui Inpres Nomor 2 Tahun 2001 menginstruksikan pemadanan istilah teknologi informasi berbahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Bersama istilah ini, turut dipadankan pula 628 istilah asing lainnya di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi serta Kementerian Pendidikan Nasional.

Namun, mengapa tetikus? Mengapa bukan maus saja? Pertanyaan ini akan serupa dengan mengapa copy menjadi salin, cut menjadi gunting, folder menjadi pelipat, footer menjadi pengaki, atau server menjadi peladen. Itu telah menjadi keheranan massal yang lazim bagi para pengguna komputer di Indonesia. Sebabnya, kita sudah terlanjur “jatuh cinta” pada bahasa Inggris yang ada di layar komputer.

Sayangnya, perasaan cinta tersebut oleh pemerintah dinilai sebagai sesuatu yang justru mengancam daya saing Indonesia di kancah global, baik itu dari faktor bahasa maupun kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Upaya menjembatani penguasaan akan teknologi bagi masyarakat pun harus dilakukan dengan menyasar pada kendala pertama yang dihadapi, yakni bahasa teknologi. Dalam konteks ini, yang dimaksud tentu saja adalah bahasa Inggris. Atas dasar inilah, istilah bahasa Inggris perlu diindonesiakan dengan mekanisme seperti yang diatur dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI).

Yang sekarang kita temukan di lapangan, berbagai padanan bahasa Indonesia telah banyak digunakan baik pada aplikasi komputer, sistem operasi handphone atau tablet, termasuk pada saat berselancar di internet. Awalnya kita sulit untuk menerima bentuk-bentuk semacam batal (cancel), surel (e-mail), rumpi (chat), luring (offline), daring (online), unduh (download), serta

141

Page 142: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

unggah (upload). Istilah-istilah bahasa Indonesia tersebut justru terdengar asing ketika konteks yang dibicarakan adalah teknologi.

Namun seiring waktu, kita perlu bersepakat dengan pemerintah perihal pengindonesiaan istilah tersebut. Hanya saja, memang terdapat banyak hal yang harus diubah. Misalnya, istilah yang terlanjur populer, jika harus diindonesiakan sebaiknya dalam bentuk pelafalan saja semisal delete menjadi delet, zoom menjadi zum, atau copy menjadi kopi. Toh selama ini ketiganya juga dilafalkan secara Indonesia namun tetap dipahami oleh para penuturnya. Nah, jika Anda setuju dengan pendapat ini bisa jadi besok atau lusa tidak akan ada lagi “tikus” yang bersemayam di komputer pribadi Anda. Yang ada tinggal maus. Selamat belajar!

b. Siswa menginventarisasi istilah-istilah teknologi informasi dalam teks,

menjelaskan artinya, dan menerapkan beberapa di antaranya dalam kalimat

secara tepat.

Perintahnya:

1) Temukan istilah-istilah teknologi informasi pada teks bacaan di atas!

2) Cocokkan dengan tanda panah istilah-istilah asing berikut dengan

padanannya dalam bahasa Indonesia!

Access PindaiAccount TampilanBold PerbaruiItalic TebalDisplay SpasiScan SuntingUpdate AksesEdit AkunFile Huruf MiringSpace Berkas

3) Buatlah 10 kalimat dengan pilihan-pilihan istilah sebagai berikut!

Akun tombol gantiAkses alamat jawabAnimasi aplikasi cetakSusun batal ulang

142

Page 143: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

Rumpi klik jedaTutup salin pikselSunting potong tetikusBuka unduh jaringanEnter hapus instalKeluar berkas lanskapPelipat huruf perangkat kerasFormat layar penuh kotak masuk

c. Pada pertemuan kedua (90 menit), siswa menulis karangan bertopik teknologi

informasi dengan paragraf-paragrafnya bersifat ekspositif.

d. Siswa saling menukarkan pekerjaannya dengan teman untuk disunting.

III. Penutup (Internalisasi dan Refleksi)

143

Page 144: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang dilakukan diperoleh simpulan

sebagai berikut.

1. Kendala penggunaan istilah teknologi informasi berbahasa Indonesia bersumber

dari faktor pelaku teknologi (praktisi, pengembang, pengguna) serta faktor

padanan istilah yang dihasilkan. a) Penelitian-penelitian terdahulu menjelaskan

bahwa penggunaan bahasa Inggris yang terlanjur melekat pada aplikasi komputer

dan sejenisnya membuat penerimaan praktisi dan para pengguna komputer

terhadap istilah berbahasa Indonesia menjadi rendah. Keengganan untuk beralih

menggunakan istilah berbahasa Indonesia salah satunya dipicu kekhawatiran

bahwa istilah tersebut justru akan membingungkan ketika diterapkan dalam

penggunaan sehari-hari. Masalah kepopuleran istilah asing menjadi alasan

penolakan terhadap istilah teknologi informasi berbahasa Indonesia. Di samping

itu, penolakan para praktisi terhadap pengindonesiaan istilah juga merujuk pada

kegagalan Jerman dan Prancis dalam melaksanakan kegiatan yang sama. Yang

lebih meresahkan, penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014) menunjukkan bahwa

hanya 33,39% dari 629 istilah teknologi informasi pada Senarai Padanan Istilah

yang dikenal oleh kalangan mahasiswa. Padahal istilah-istilah tersebut adalah

istilah asli berbahasa Inggris yang notabene diasumsikan lebih populer daripada

144

Page 145: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

padanannya dalam bahasa Indonesia. Lantas berapa persentase kepopuleran istilah

teknologi informasi berbahasa Indonesia? b) Yang kedua, faktor padanan istilah

dianggap masih mengandung berbagai masalah. Kajian dengan menggunakan

Pendekatan Komunikatif menunjukkan bahwa kendala pemahaman terhadap

istilah-istilah teknologi informasi berbahasa Indonesia berasal dari istilah-istilah

yang memiliki bentuk serupa, makna budaya yang terkandung dalam istilah

tertentu, pelafalan yang keliru, singkatan, sinonim, istilah semi teknis, kata-kata

ambigu, keterangan yang bertumpuk, istilah dwibahasa yang identik, serta ekspresi

idiomatik.

2. Relevansi hasil penelitian tentang kendala penggunaan istilah komputer berbahasa

Indonesia dengan pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas

terletak pada kemampuannya untuk diintegrasikan dalam materi pembelajaran

teknologi informasi di Kelas X. Istilah-istilah teknologi informasi berbahasa

Indonesia dapat dijadikan sebagai suplemen dalam kompetensi menulis paragraf

eksposisi. Pertama kali, istilah-istilah tersebut dijadikan sebagai kerangka

pengembangan teks eksposisi. Kemudian di dalamnya secara eksplisit dijelaskan

perihal kegiatan pengindonesiaan istilah. Proses ini dimaksudkan agar siswa tidak

sekedar memahami teknik pengembangan paragraf eksposisi semata, tetapi juga

mengenalkan kepada mereka kebijakan pemerintah dalam bidang pembinaan

bahasa sekaligus memberikan gambaran beberapa padanan istilah teknologi

informasi. Kedua, dalam rangka menekankan pemahaman para siswa terhadap

istilah yang telah dipadankan maka dapat digunakan berbagai teknik pembelajaran

145

Page 146: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

kosakata seperti kata dari gambar atau banding kata. Teknik kata dari gambar

dapat dilakukan dengan menunjukkan gambar suatu perangkat teknologi atau

kegiatan bermediumkan teknologi. Dari gambar yang ada, siswa dapat

menyebutkan atau mencatat berbagai istilah yang berhubungan dengan perangkat

atau kegiatan tersebut. Teknik banding kata dapat dilakukan dengan menjejerkan

istilah TI berbahasa asing dengan padanannya dalam bahasa Indonesia. Siswa

kemudian diminta untuk mencocokkan istilah asing tersebut dengan padanan yang

ada. Setelah tahap ini dilewati, siswa kemudian diminta untuk membuat kalimat-

kalimat yang berkaitan dengan teknologi informasi dengan pilihan istilah-istilah

yang telah disediakan sebelumnya. Terakhir, siswa kemudian diminta untuk

mengembangkan paragraf eksposisi dengan topik teknologi informasi.

5.2 Saran

Oleh karena keterbatasan waktu dan objek kajian, penelitian ini masih

menyisakan bagian-bagian yang terbuka untuk diteliti lebih lanjut. Penelitian

perencanaan bahasa juga dapat dilakukan dengan memandang teknologi sebagai

ranah lain di samping wacana lisan maupun tulisan. Pandangan-pandangan David

Crystal khususnya dalam Internet Linguistics maupun Language Death dapat

membantu dalam mengembangkan penelitian dimaksud.

Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan

kebijakan khususnya pemadanan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia. Kontribusi

utama terletak pada pengungkapan padanan-padanan yang bermasalah ditinjau dari

146

Page 147: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8459/2/03 BAB SATU - BAB LIMA.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Perubahan bahasa, dalam kaitannya dengan aspek perencanaan

pendekatan komunikatif. Kemudian, medan gravitasi antara norma preskriptif bahasa

di tangan pemerintah dengan norma deskriptif bahasa di tangan pengguna dapat

didamaikan dengan menelaah lebih teliti tidak hanya aspek pemertahanan bahasa

tetapi juga aspek komunikatif bahasa ketika diaplikasikan dalam suatu ranah tertentu.

Pemerintah selaku pemangku kebijakan bahasa memiliki kepentingan dalam

mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia di era globalisasi. Meskipun demikian,

upaya ini tidak harus kemudian menjadikan bahasa Indonesia sebagai penghambat

dalam pengoperasian perangkat teknologi.

147