BAB Kondisi Lingkungan pelabuhan khusus CPO (2).pdf

20
Pelabuhan Khusus CPO Bab 3 Rona Lingkungan Awal UKL-UPL Pembangunan Pelabuhan Khusus CPO PT. WIRA MAS PERMAI Di Desa Malik Kec. Bualemo Kab. Banggai III - 21 langsung adalah hilangnya tanah subur lapisan atas, hilangnya unsur hara, rusaknya struktur tanah, dan merosotnya struktur tanah. Dampak tidak langsung erosi adalah berkurangnya alternatif penggunaan lahan, timbulnya dorongan untuk membuka lahan baru, dan penurunan kualitas air di badan perairan. Erosi salah satu penyebab penurunan kesuburan tanah, sehingga produktivitas tanah menurun. Meningkatnya laju erosi menyebabkan lahan menjadi kritis. Hasil perhitungan pendugaan erosi dengan menggunakan metode USLE (1978) disajikan pada Tabel 3.7. Erosi yang diduga meliputi erosi potensial, erosi saat ini, dan tingkat bahaya erosi. Erosi potensial diduga menggunakan nilai faktor tanaman (C=1) kondisi lahan terbuka. Erosi saat ini (erosi aktual) diduga berdasarkan nilai pengelolaan tanaman (C=0,3) untuk kondisi tanaman campuran dengan penutup tanah. Berdasarkan hasil pendugaan tersebut, dilakukan penilaian tingkat bahaya erosi. Penilaian ini mengacu pada buku petunjuk rencana tehnik lapangan (RTL) yang diterbitkan oleh direktorat rehabilitasi lahan dan konservasi tanah (RLKT), Ditjen RRL, Dephut (1986). Tabel 3.7. Prediksi Laju Erosi di Lokasi di Lokasi Kegiatan Lokasi Kelas Lereng R K LS C P Erosi Potensial ton/ha Erosi Aktual ton/ha TBE Tingkat Kerusakan R-1 A 109.92 0.496 0.55 0.300 0.50 30.09 4.51 0.100 Rendah R-2 B 109.92 0.382 1.79 0.300 0.70 75.30 15.81 0.354 Rendah Sumber : Hasil perhitungan dari Data Primer, Oktober 2012 Hasil analisis pendugaan erosi aktual di lokasi kegiatan untuk saat ini tergolong memiliki indeks bahaya erosi rendah (skala kualitas <1), tingkat kerusakan tergolong rendah dan tingkat kehilangan tanah rendah. Batas maksimal erosi yang dapat ditoleransi (TSL= Tolerable Soil Lost) ditetapkan dengan pedoman mengacu pada nilai T untuk tanah- tanah di Indonesia (Arsjad, 1989). Dengan pertimbangan kondisi tanah di areal studi (solum sedang). Nilai T untuk tanah di lokasi kegiatan adalah rata-rata sebesar 48,00 ton/ha/tahun, sedangkan hasil analisis pendugaan erosi aktual di lokasi studi dan sekitarnya untuk saat ini juga tergolong memiliki indeks bahaya erosi rendah (skala kualitas <1), tingkat kerusakan tergolong rendah dan tingkat kehilangan tanah rendah. Hasil prediksi erosi pada titik pengamatan pada lokasi yang dianggap dapat mewakili di wilayah studi menunjukkan bahwa erosi umumnya lebih kecil dari erosi wajar atau erosi yang dapat ditolerir dengan kondisi saat ini. Hasil Prediksi erosi menunjukkan bahwa besarnya erosi potensial pada lahan tersebut jika dibiarkan terbuka dapat mengakibatkan kehilangan tanah dan tingkat kerusakan tanah yang lebih ekstrim.

Transcript of BAB Kondisi Lingkungan pelabuhan khusus CPO (2).pdf

Page 1: BAB Kondisi Lingkungan pelabuhan khusus CPO (2).pdf

Pelabuhan Khusus CPO Bab 3 Rona Lingkungan Awal

UKL-UPL Pembangunan Pelabuhan Khusus CPO PT. WIRA MAS PERMAI Di Desa Malik Kec. Bualemo Kab. Banggai

III - 21

langsung adalah hilangnya tanah subur lapisan atas, hilangnya unsur hara, rusaknya

struktur tanah, dan merosotnya struktur tanah. Dampak tidak langsung erosi adalah

berkurangnya alternatif penggunaan lahan, timbulnya dorongan untuk membuka

lahan baru, dan penurunan kualitas air di badan perairan.

Erosi salah satu penyebab penurunan kesuburan tanah, sehingga produktivitas tanah

menurun. Meningkatnya laju erosi menyebabkan lahan menjadi kritis. Hasil perhitungan

pendugaan erosi dengan menggunakan metode USLE (1978) disajikan pada Tabel 3.7.

Erosi yang diduga meliputi erosi potensial, erosi saat ini, dan tingkat bahaya erosi. Erosi

potensial diduga menggunakan nilai faktor tanaman (C=1) kondisi lahan terbuka. Erosi

saat ini (erosi aktual) diduga berdasarkan nilai pengelolaan tanaman (C=0,3) untuk

kondisi tanaman campuran dengan penutup tanah. Berdasarkan hasil pendugaan

tersebut, dilakukan penilaian tingkat bahaya erosi. Penilaian ini mengacu pada buku

petunjuk rencana tehnik lapangan (RTL) yang diterbitkan oleh direktorat rehabilitasi

lahan dan konservasi tanah (RLKT), Ditjen RRL, Dephut (1986).

Tabel 3.7. Prediksi Laju Erosi di Lokasi di Lokasi Kegiatan

Lokasi Kelas Lereng R K LS C P

Erosi Potensial

ton/ha

Erosi Aktual ton/ha

TBE Tingkat Kerusakan

R-1 A 109.92 0.496 0.55 0.300 0.50 30.09 4.51 0.100 Rendah

R-2 B 109.92 0.382 1.79 0.300 0.70 75.30 15.81 0.354 Rendah Sumber : Hasil perhitungan dari Data Primer, Oktober 2012

Hasil analisis pendugaan erosi aktual di lokasi kegiatan untuk saat ini tergolong memiliki

indeks bahaya erosi rendah (skala kualitas <1), tingkat kerusakan tergolong rendah dan

tingkat kehilangan tanah rendah. Batas maksimal erosi yang dapat ditoleransi (TSL=

Tolerable Soil Lost) ditetapkan dengan pedoman mengacu pada nilai T untuk tanah-

tanah di Indonesia (Arsjad, 1989). Dengan pertimbangan kondisi tanah di areal studi

(solum sedang). Nilai T untuk tanah di lokasi kegiatan adalah rata-rata sebesar 48,00

ton/ha/tahun, sedangkan hasil analisis pendugaan erosi aktual di lokasi studi dan

sekitarnya untuk saat ini juga tergolong memiliki indeks bahaya erosi rendah (skala

kualitas <1), tingkat kerusakan tergolong rendah dan tingkat kehilangan tanah rendah.

Hasil prediksi erosi pada titik pengamatan pada lokasi yang dianggap dapat mewakili

di wilayah studi menunjukkan bahwa erosi umumnya lebih kecil dari erosi wajar atau

erosi yang dapat ditolerir dengan kondisi saat ini. Hasil Prediksi erosi menunjukkan

bahwa besarnya erosi potensial pada lahan tersebut jika dibiarkan terbuka dapat

mengakibatkan kehilangan tanah dan tingkat kerusakan tanah yang lebih ekstrim.

Page 2: BAB Kondisi Lingkungan pelabuhan khusus CPO (2).pdf

Pelabuhan Khusus CPO Bab 3 Rona Lingkungan Awal

UKL-UPL Pembangunan Pelabuhan Khusus CPO PT. WIRA MAS PERMAI Di Desa Malik Kec. Bualemo Kab. Banggai

III - 22

3.1.8 Kualitas Udara dan Kebisingan

Kualitas udara di wilayah tapak proyek Pelabuhan Khusus CPO dan Pelabuhan Khusus

CPO di Kecamatan Bualemo Kabupaten Banggai secara umum bersih (belum

tercemar). Hal ini karena belum ada kegiatan yang menyebabkan terjadinya

pencemaran. Oleh karena itu dalam studi ANDAL ini akan diukur konsentrasi debu,

maupun gas-gas seperti SO2, NO2, CO, NH3, dan gas-gas yang berbahaya lainnya

yang akan mengalami perubahan bila ada proyek. Demikian halnya dengan

kebisingan saat ini masih dianggap normal.

a. Kualitas Udara

Pengukuran kualitas udara dilakukan pada tempat dimana terdapat perbedaan

kondisi antara satu tempat/kawasan dengan tempat/kawasan yang lain. Parameter

kualitas udara yang teramati yaitu SO2, NO2, CO, H2S, debu, dan kebisingan diukur

pada 3 (tiga) tempat yang berbeda di sekitar kegiatan. Ketiga tempat yang

dimaksud adalah tapak kegiatan sekitar pemukiman penduduk wilayah kerja

perkebunan Kelapa Sawit (yaitu Desa Malik Makmur), dan sekitar lokasi rencana

pembangunan Jetty di Pesisir Desa Malik. Hasil analisis parameter kualitas udara

disajikan pada Tabel 3.8.

1) Karbon Monoksida (CO)

Senyawa karbon monoksida adalah senyawa yang sangat beracun dan

umumnya berasal dari knalpot mesin kendaraan. Senyawa itu dapat mengikat Hb

darah menjadi Hb-CO, sehingga kandungan Hb darah pembawa oksigen yang

diperlukan tubuh menjadi berkurang. Hasil analisis pengukuran konsentrasi CO di

sekitar lokasi adalah berkisar 54.21–65.40 μg Nm–3. Nilai tersebut menujukkan kisaran

di bawah ambang baku mutu maksimum yang diperbolehkan.

Tabel 3.8. Hasil Pengukuran Kualitas Udara di sekitar wilayah studi.

Parameter Udara Ambien Unit

Permuki-man Desa

Malik

Lokasi Dermaga Khusus Baku Mutu*) Lokasi Fasilitas

Penunjang Renc. Jetty

(Pesisir Malik) Karbon Monooksida CO)  μg/Nm3  65.40 56.64 54.21  30.000Nitrogen Dioksida (NO2)  μg/Nm3  121.50 132.22 136.20  400Sulfur Dioksida (SO2)  μg/Nm3  21.30 24.23 42.15  900Timah hitam (Pb)  μg/Nm3  0.00 0.00 0.00  2Debu  μg/Nm3  9.20 3.00 2.00  230

Kebisingan dBA 50‐54 48‐50 49‐52  70**)

Sumber : Data hasil analisis Laboratorium 2012 Keterangan : *) Baku Mutu Udara Ambien Nasional berdasarkan PP No.41 Tahun 1999 (Lampiran);

**)Baku Mutu Tingkat Kebisingan KEPMEN LH No.48/MENLH/II/1996 (Lampiran I).

2) Nitrogen Dioksida (NO2)

Polutan kimia yang juga memiliki sifat toksik yang cukup berbahaya adalah

senyawa nitrogen yang membentuk nitrogen dioksida (NO2). Hasil analisis

Page 3: BAB Kondisi Lingkungan pelabuhan khusus CPO (2).pdf

Pelabuhan Khusus CPO Bab 3 Rona Lingkungan Awal

UKL-UPL Pembangunan Pelabuhan Khusus CPO PT. WIRA MAS PERMAI Di Desa Malik Kec. Bualemo Kab. Banggai

III - 23

diperoleh konsentrasi NO2 dengan kisaran 121.50-136.20 μg Nm–3. Nilai tersebut

juga merupakan kisaran yang berada jauh di bawah ambang batas maksimum

yang diperbolehkan, yaitu 150 μg Nm–3.

3) Sulfur dioksida (SO2)

Senyawa lain yang dikeluarkan oleh gas buangan kendaraan adalah sulfur

dioksida (SO2). Senyawa tersebut dapat menyebabkan rasa pedih mata manusia.

Hasil analisis konsentrasi SO2 berkisar 21.30-42,15 μg Nm–3. Nilai tersebut juga masih

jauh di bawah ambang batas yang diperkenankan, yaitu 365 μgm–3.

4) Total Debu/Partikel

Konsentrasi debu di udara pada lokasi studi berkisar antara (2.00-9.20) μg Nm–3.

Konsentrasi partikel debu tersebut tergolong normal berdasarkan standar

maksimum baku mutu lingkungan.

b. Kebisingan

Penentuan tingkat kebisingan dilakukan dengan mengadakan pengukuran langsung

pada sumber kegiatan dan di lokasi yang diprakirakan akan terpengaruh oleh

kegiatan tersebut. Tingkat kebisingan pada lokasi sumber kegiatan adalah 48,00-

54.00 dBA. Kebisingan dari sumber kegiatan pada kondisi rona awal masih tergolong

normal (di bawah ambang baku mutu yang diperkenankan yakni 70 dBA untuk

Industri).

Berdasarkan hasil analisis kualitas udara pada lokasi studi, diperoleh bahwa kualitas

udara masih di bawah ambang baku mutu udara ambien. Hal itu menunjukkan

bahwa kualitas udara di lokasi studi rencana Pelabuhan Khusus CPO PT. WIRA MAS

PERMAI di wilayah kerja Kecamatan Bualemo masih memenuhi syarat sesuai

ketentuan PP No. 41 Tahun 1999.

3.2. KOMPONEN BIOLOGI

Rencana Pembangunan Pelabuhan Khusus CPO tidak bisa dipungkiri akan

mempengaruhi lingkungan sekitarnya, yang salah satu komponennya adalah

komponen yang berhubungan dengan aspek biologinya. Komponen biologi yang

diamati di lokasi rencana Pembangunan Pelabuhan Khusus CPO meliputi flora, fauna

dan hidrobiota di lokasi tapak proyek dan sekitarnya.

a. Biota Laut

1) Plankton

Plankton terbagi ke dalam dua golongan, yaitu plankton nabati atau fitoplankton dan

plankton hewani atau zooplankton. Fitoplankton merupakan produsen utama/primer di

Page 4: BAB Kondisi Lingkungan pelabuhan khusus CPO (2).pdf

Pelabuhan Khusus CPO Bab 3 Rona Lingkungan Awal

UKL-UPL Pembangunan Pelabuhan Khusus CPO PT. WIRA MAS PERMAI Di Desa Malik Kec. Bualemo Kab. Banggai

III - 24

sebagian besar perairan, sedangkan zooplankton merupakan konsumen pertama

yang mentransfer energi dari produsen primer ke organisme konsumen yang lebih

tinggi tingkatannya, seperti nekton (ikan) dan udang.

Sebagai produsen dan konsumen pertama, plankton sangat dipengaruhi oleh

perubahan kondisi perairan. Dengan demikian dalam penilaian kondisi perairan,

plankton dapat dijadikan indikator atau petunjuk adanya perubahan kualitas fisik-kimia

perairan.

a) Fitoplankton

Hasil analisis fitoplankton di perairan sekitar rencana lokasi pembangunan Dermaga

Khusus CPO di Desa Malik menunjukkan bahwa jenis fitoplankton yang ditemukan

terdiri atas 3 kelompok klas/filum yaitu klas Bacillariophyceae, klas Chlorophyceae, dan

klas Dinophyceae. Jumlah genera/genus penyusun komunitas dan kelimpahan filum

Bacillariophyceae lebih tinggi dibandingkan dengan filum lainnya (Tabel 3-9).

Ekostruktur demikian, dimana Bacillariophyceae menempati bagian terbesar

merupakan kondisi yang umum atau alami dijumpai di perairan laut.

Tabel 3-9. Komposisi Jenis, Jumlah Genera Penyusun Komunitas Fitoplankton Dalam Perairan Pantai Calon Lokasi Dermaga Khusus CPO di Desa Malik

No. Komposisi Jenis (%)  Jumlah 

Genera/Genus  Kelimpahan (Ind./Liter)Filum/Klas  % 1.  Bacillariophyceae  73,9  34  12.661 

2.  Dinophyceae  19,6  9  5.445 

3.  Chlorophyceae  6,5  3  1.756 Jumlah  100,0  46  19.862 

b) Zooplankton

Hasil pengamatan terhadap zooplankton pada wilayah perairan yang di survey

menunjukkan beberapa kelompok seperti: kelompok Malacostraca, Actinopoda,

Hydrozoa, Urochordata, Ciliata, Rotatoria, larva Gastropoda, dan larva Polychaeta.

Hasil pengamatan terhadap zooplankton menunjukkan tingkat kepadatan yang

sangat rendah dengan kepadatan yang berkisar antara 68 - 2.625 individu/liter

dengan rincian dapat dilihat pada Tabel 3-10.

Tabel 3-10. Komposisi Jenis, Jumlah Genera Penyusun Komunitas Zooplankton Dalam Perairan Pantai Calon Lokasi Dermaga Khusus CPO di Desa Malik

No.  Komposisi Jenis (%)  Jumlah Genera/Genus

Kelimpahan  (Ind. /Liter) Filum/Klas  %

1.  Malacostraca  37,9  11  2.625 

2.  Actinopoda  20,7  6  748 

3.  Hydrozoa  13,8  4  544 

Page 5: BAB Kondisi Lingkungan pelabuhan khusus CPO (2).pdf

Pelabuhan Khusus CPO Bab 3 Rona Lingkungan Awal

UKL-UPL Pembangunan Pelabuhan Khusus CPO PT. WIRA MAS PERMAI Di Desa Malik Kec. Bualemo Kab. Banggai

III - 25

No.  Komposisi Jenis (%)  Jumlah Genera/Genus

Kelimpahan  (Ind. /Liter) Filum/Klas  %

4.  Urochordata  10,3  3  408 

5.  Ciliata  6,9  2  340 

6.  Rotatoria  3,4  1  272 

7.  Gastropoda  3,4  1  136 

8.  Polychaeta  3,4  1  68 

Jumlah  100,0  29  5.141 

Indeks keragaman, kesamaan dan dominansi komunitas fitoplankton maupun

zooplankton (Tabel 3-11 dan Tabel 3-12) menunjukkan bahwa kondisi perairan pantai

Teluk Tomini Bualemo tergolong perairan yang belum tercemar. Komunitas dalam

kondisi stabil serta individu dalam komunitas dapat memanfaatkan sumberdaya

secara optimal.

Tabel 3-11. Indeks Keragaman (H), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) Komunitas Fitoplankton Dalam Perairan Pantai Teluk Tomini Bualemo

H  E  C  Kondisi perairan dan keadaan komunitas/individu*) 

2,56  0,79  0,38  Perairan tidak tercemar, komuntas stabil dan individu dapat memanfaatkan sumberdaya secara optimal 

Keterangan : *) = William dan Davis (1968), Daget (1976) dan Odum (1971)  

Tabel 3-12. Indeks Keragaman (H), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) Komunitas Zooplankton Dalam Perairan Teluk Tomini Bualemo

H  E  C  Kondisi perairan dan keadaan komunitas/individu*) 

1,94  0,75  0,28  Perairan tidak tercemar, komuntas stabil dan individu dapat memanfaatkan sumberdaya secara optimal 

Keterangan : *) = William dan Davis (1968), Daget (1976) dan Odum (1971)  

2) Bentos

Bentos adalah organisme yang hidup di permukaan atau di dalam substrat dasar

perairan. Karena sifat hidupnya yang relatif menetap (sesil), dan juga sebagai detritus

feeder, filter feeder dan scavenger, maka bentos sering digunakan sebagai indikator

perubahan kualitas perairan.

Bentos yang diamati adalah makrozoobentos. Kelompok yang ditemukan sebanyak 11

klas yaitu : Polychaeta, Decapoda, Brachiura, Gastropoda, Bivalva, Ophyuroidea,

Nematiana, Foraminifora, Sipunculus, Echiura, dan Hemichordata. Kepadatan

makrozoobentos yang ditemukan berkisar antara 192 - 1.023 individu/m2.

Page 6: BAB Kondisi Lingkungan pelabuhan khusus CPO (2).pdf

Pelabuhan Khusus CPO Bab 3 Rona Lingkungan Awal

UKL-UPL Pembangunan Pelabuhan Khusus CPO PT. WIRA MAS PERMAI Di Desa Malik Kec. Bualemo Kab. Banggai

III - 26

Tabel 3-13. Komposisi Jenis, Jumlah Genera Penyusun Komunitas Makrozoobentos dalam Perairan Teluk Tomini Bualemo

No. Komposisi Jenis (%) 

Jumlah Genera Kelimpahan (plankton/liter) Filum  % 

1.  Polychaeta  23,0  20  1.023 2.  Decapoda  18,4  16  872 3.  Brachiura  16,1  14  783 4.  Gastropoda  12,6  11  680 5.  Bivalva  9,2  8  525 6.  Ophyuroidea  5,7  5  445 7.  Nematiana  4,6  4  247 8.  Foraminifora  3,4  3  228 9.  Sipunculus  3,4  3  210 10.  Echiura  2,3  2  192 11.  Hemichordata  1,1  1  192 

Berpedoman pada kepadatan makrozoobenthos, perairan pantai Teluk Tomini

Bualemo tergolong perairan dengan tingkat kesuburan sedang (Dartonal dan Jones,

1986). Indeks Keragaman, Kesamaan, dan Dominansi menunjukkan bahwa perairan

pantai Teluk Tomini Bualemo kondisinya belum tercemar, komunitas dalam kondisi stabil

dan setiap individu dalam komunitas dapat memanfaatkan sumberdaya secara

optimal (Tabel 3-14).

Tabel 3-14. Indeks Keragaman (H), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) Komunitas Makrozoobenthos dalam Perairan Teluk Tomini Bualemo

H  E  C  Kondisi perairan dan keadaan komunitas/individu*) 

3,5  0,98  0,32  Perairan tidak tercemar, komuntas stabil dan individu dapat memanfaatkan sumberdaya secara optimal 

Keterangan : *) = William dan Davis (1968), Daget (1976) dan Odum (1971) 

b. Flora Pesisir (Hutan Pantai)

Tipe hutan ini pada umumnya berasosiasi dengan hutan payau (mangrove) yang

tersebar di sepanjang perairan Teluk Tomini Bualemo, namun di sekitar rencana lokasi

Dermaga Khusus CPO di Desa Malik, tipe hutannya tidak berasosiasi dengan hutan

mangrove. Hutan pantai di wilayah studi memiliki topografi dari berbukit landai hingga

datar dengan tekstur tanah di dominasi pasir.

Vegetasi hutan pantai di calon lokasi dermaga dijumpai pada tanah-tanah berpasir di

atas garis pantai tertinggi. Jenis-jenis yang dijumpai seperti pada umumnya jenis-jenis

vegetasi hutan pantai, yaitu : butun (Baringtonia asiatica), ketapang (Terminalia

catappa), waru (Hibiscus tilaceus), cemara laut (Casuarina equisetifolia), nyamplung

(Calophyllum inophyllum), dan beragam (Hemandia sp.). Disamping itu banyak

Page 7: BAB Kondisi Lingkungan pelabuhan khusus CPO (2).pdf

Pelabuhan Khusus CPO Bab 3 Rona Lingkungan Awal

UKL-UPL Pembangunan Pelabuhan Khusus CPO PT. WIRA MAS PERMAI Di Desa Malik Kec. Bualemo Kab. Banggai

III - 27

dijumpai jenis epifit seperti anggrek. Sedangkan tumbuhan bawahnya didominasi oleh

jenis pandan (Pandanus sp.)

Pada hutan pantai yang berbukit landai jenis vegetasi tingkat pohon yang ditemukan

diantaranya cemara gunung (Casuarina sp.) dan bayur (Pterospermum sp.).

c. Hutan Dataran Rendah

Hutan dataran rendah secara umum memiliki topografi yang dominan berupa dataran

dan sedikit berbukit. Jenis vegetasi tingkat pohon cukup beragam, diantaranya nyatoh

(Palaquium obovatum), terap (Ficus sp.), kenanga (Cananga odorata), laban (Vitex

pubescens), berangan (Castanopsis buruana), dan cemara (Casuarina sp.).

d. Satwa Liar dan Habitatnya

1) Kekayaan Jenis Satwaliar

Jenis-jenis fauna atau satwaliar yang terdapat di sekitar wilayah studi diperoleh melalui

pengamatan langsung, wawancara dengan masyarakat sekitar, dan studi pustaka.

Di wilayah studi telah teridentifikasi berbagai jenis satwaliar yang terdiri atas 7 jenis

mamalia, 33 jenis burung dan 4 jenis reptilia. Berdasarkan jumlah jenis satwaliar yang

ditemukan di wilayah studi dapat dikatakan tergolong tinggi. Tingginya

keanekaragaman jenis satwaliar tersebut terkait erat dengan beragamnya kondisi

habitat di wilayah studi. Selain itu jenis satwaliar yang ditemukan beberapa

diantaranya tergolong unik/khas, yaitu corak satwaliar tersebut tidak terdapat di

tempat lain. Keunikan atau kekhasan satwaliar tersebut berhubungan erat dengan

keendemisitas suatu satwaliar. Banyaknya jenis satwaliar yang ditemukan di wilayah

studi disajikan pada Tabel 3-15.

Tabel 3-15. Kekayaan Jenis Satwaliar yang Ditemukan di Wilayah Studi

No.  Klas Satwaliar  Banyaknya Habitat yang Digunakan Jenis Suku

1.  Mamalia  7  7  Laut, hutan pantai, sawah, kebun, dan hutan dataran rendah 

2.  Burung  33  16  Laut, hutan pantai, kebun, dan hutan dataran rendah 

3.  Reptilia  4  4  Laut, hutan pantai, kebun, dan hutan dataran rendah. 

Di wilayah studi ditemukan jenis-jenis satwaliar endemik, yaitu satwaliar yang memiliki

penyebaran terbatas. Contoh satwaliar yang memiliki katagori endemik adalah

burung maleo (Macrocephalon maleo). Burung maleo tersebut hanya ditemukan

aslinya di daerah Sulawei. Sulawesi merupakan wilayah dengan satwaliar di sebelah

baratnya (Sundaic) ataupun sebelah timurnya (Papuan) dan di wilayah ini pula yang

Page 8: BAB Kondisi Lingkungan pelabuhan khusus CPO (2).pdf

Pelabuhan Khusus CPO Bab 3 Rona Lingkungan Awal

UKL-UPL Pembangunan Pelabuhan Khusus CPO PT. WIRA MAS PERMAI Di Desa Malik Kec. Bualemo Kab. Banggai

III - 28

memiliki perpaduan kedua corak satwaliar tersebut. Areal studi ini termasuk bagian

kawasan zoobiogeografi yang memiliki endemisitas satwaliar yang tinggi.

2) Habitat Satwaliar

Berdasarkan hasil pengamatan melalui penjelajahan (reconaissance), wawancara

dengan masyarakat sekitar, dan studi pustaka, bahwa habitat satwaliar dapat

dikelompokkan menjadi dua kelompok besar (major habitat type), yaitu habitat

satwaliar perairan (aquatic habitat) dan habitat satwaliar daratan (terresteriaI habitat).

Selain berdasarkan pengelompokan tersebut habitat satwaliar dapat dilihat juga dari

sebaran horisontal maupun vertikalnya sehingga dalam dua kelompok besar habitat

tersebut terdapat beberapa tipe habitat. Habitat perairan terdiri dari tipe habitat

satwaliar berupa laut dan pesisir sedangkan habitat teresterial terdiri atas tipe habitat

hutan pantai, hutan payau (mangrove), hutan dataran rendah, dan kebun.

3) Habitat Perairan Laut dan Pesisir

Satwaliar yang ditemukan di perairan laut diantaranya dari jenis mamalia adalah

lumba-lumba (Dolphinus sp.). Jenis reptilia, yaitu penyu hijau (Chelonia mydas), dan

beberapa burung laut kelompok dara laut (Sterna sp., Clidonias sp), serta burung

cikalang (Fregatta sp). Berdasarkan informasi masyarakat kadang-kadang ditemukan

telur penyu namun jumlahnya sedikit dan tidak jelas kapan waktu bertelurnya. Selain itu

di daerah pasiran pantai ini ditemukan juga burung kuntul karang (Egretta sacra)

terutama pada pasir berkarang. Beberapa jenis burung migran juga ditemukan di

habitat pasiran pantai tersebut, diantaranya burung trinil (Tringa sp), gegajahan

(Numenius phaeopus), dan trinil pantai (Actitis hypoleucos).

Di sepanjang pantai di wilayah studi, habitat satwaliar yang cukup dominan adalah

tipe habitat satwaliar hutan pantai. Hutan pantai di wilayah studi memiliki topografi

dari berbukit landai hingga datar dengan tekstur tanah didominasi pasir. Adapun jenis

satwaliar yang ditemukan di habitat ini, diantaranya babi hutan (Sus celebensis),

burung maleo (Macrocephalon maleo), dan biawak (Varanus salvator). Untuk habitat

satwaliar hutan pantai yang berbukit landai, jenis satwaliar yang ditemukan adalah

burung elang laut (Haliaetus leucogaster).

Hutan dataran rendah secara umum memiliki topografi yang dominan berupa dataran

dan sedikit berbukit. Jenis-jenis satwa liar yang ditemukan di tipe habitat ini juga cukup

bervariasi terutama jenis burung. Jenis mamalia yang teridentifikasi diantaranya rusa

(Cervus timorensis), musang (Paradoxurus hermaphroditus), babi hutan (Sus celebensis).

Sedangkan jenis burung yang ditemukan antara lain : elang hitam (Ictinaetus

malayensis), elang ular (Spilornis rufipectus), maleo (Macrocephalon maleo), pergam

hijau (Ducula aenea), pergam putih (Ducula luctuosa), perkici dora (Trichoglossus

Page 9: BAB Kondisi Lingkungan pelabuhan khusus CPO (2).pdf

Pelabuhan Khusus CPO Bab 3 Rona Lingkungan Awal

UKL-UPL Pembangunan Pelabuhan Khusus CPO PT. WIRA MAS PERMAI Di Desa Malik Kec. Bualemo Kab. Banggai

III - 29

ornatus), kadalan Sulawesi (Phaenicophaeus calyorhynchus), pekaka bua (Halcyon

melanorhyncha), julang Sulawesi (Rhyticeros cassidix), tiong lampu Sulawesi (Coracias

temminckii), kepodang (Oriolus chinensis), jalak tunggir merah (Scissirostrotum dubium),

burung madu hitam (Nectarinia aspasia), dan cabean Sulawesi (Dicaeum celebicum).

Adapun jenis reptilia yang ditemukan di tipe habitat ini adalah ular sanca (Phyton

reticulatus).

Kebun yang terdapat di wilayah studi kebanyakan adalah kebun dengan jenis

tanaman coklat (Theobroma cacao) milik masyarakat dengan luasan kecil sampai

sedang, dan kebun sawit (Eleuis guinensis). Jenis-jenis satwaliar yang ditemukan di tipe

habitat kebun coklat ini tidak banyak diantaranya kepodang (Oriolus chinensis),

burung madu kelapa (Anthreptes malacensis), sedangkan jenis satwaliar yang

ditemukan di kebun sawit diantaranya puyuh (Turnix suscicator), ayam hutan merah

(Gallus gallus), dan bondol taruk (Lonchura molucca).

3.3. KOMPONEN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA

Dermaga Khusus CPO Malik untuk perkebunan Kelapa Sawit PT. WIRA MAS PERMAI

berada di wilayah Desa Malik yang merupakan desa pantai dan dekat dengan Desa

Malik Makmur (desa pemekaran dari Desa Malik), yang mata pencaharian utama

penduduknya adalah sebagai petani dan nelayan, dimana untuk nelayan sebagian

besar menggunakan pancing sebagai alat penangkap ikan. Desa terdekat lainnya

adalah Desa Malik Makmur yang berada di luar areal pantai. Interaksi antara kegiatan

dermaga khusus CPO untuk perkebunan Kelapa Sawit PT. WIRA MAS PERMAI dengan

komunitas setempat, selain dengan anggota masyarakat yang memanfaatkan

keberadaan dermaga untuk mendapatkan pekerjaan dan berusaha, juga terkait

dengan kepentingan usaha menangkap ikan dan perhubungan dari penduduk

setempat. Kepentingan untuk mendapatkan pekerjaan akan cukup menonjol

mengingat bahwa penduduk di desa-desa sekitar dermaga memiliki tingkat

kesejahteraan yang rendah sampai sedang, dan sebagian besar dalam usia produktif,

yang ditunjukkan oleh data dari Keluarga Berencana, dimana 3.052 KK (65,17%) di

wilayah Kecamatan Bualemo, merupakan pasangan usia subur (BPS, 2012).

3.3.1. Demografi (Kependudukan)

a. Penduduk Menurut Jumlah, Jenis Kelamin, Kepadatan, dan Sex Ratio

Secara administratif pemerintahan, lokasi rencana pembangunan Dermaga Khusus

CPO Malik untuk perkebunan Kelapa Sawit PT. WIRA MAS PERMAI berada di wilayah

Page 10: BAB Kondisi Lingkungan pelabuhan khusus CPO (2).pdf

Pelabuhan Khusus CPO Bab 3 Rona Lingkungan Awal

UKL-UPL Pembangunan Pelabuhan Khusus CPO PT. WIRA MAS PERMAI Di Desa Malik Kec. Bualemo Kab. Banggai

III - 30

Desa Malik Kecamatan Bualemo Kabupaten Banggai, yang merupakan desa

pantai.

Tabel 3.16. Jumlah Penduduk, Kepadatan, Ratio Jenis Kelamin dan Sex Ratio

No  Kecamatan: Kelurahan/Desa 

Luas (Ha) 

Jenis kelamin JumlahJiwa 

Jumlah RT 

Kepadatan per Km2 

Sex Ratio Lk  Pr 

  Kec. Bualemo  862,00 8.729 8.338  17.067 4.683 19 104.68

1  Desa Malik  62,00 262 255 517 145 19 102.74

2  Desa Malik Makmur  50,00 514 452 966 268 8 113.71

Sumber : Monografi Desa Malik Tahun  2012, BPS, Kec.Bualemo, 2012. 

Berdasarkan monografi Desa studi dan BPS (tahun 2012), jumlah penduduk di

wilayah studi Desa Malik Kecamatan Bualemo adalah 517 jiwa yang terdiri atas 262

jiwa penduduk laki-laki dan 255 jiwa penduduk perempuan dengan jumlah Kepala

Rumah Tangga sebanyak 145 KK. Adapun kepadatan penduduknya rata-rata 19

jiwa/km2, yang berarti bahwa setiap 1 km² dihuni oleh sejumlah 19 penduduk.

Adapun sex ratio adalah 103, yang berarti dalam 103 orang penduduk laki-laki

terdapat 100 penduduk perempuan.

Dengan gambaran Table 3.16, menunjukkan bahwa dari segi struktur jenis kelamin,

penduduk di wilayah studi Desa Malik memiliki ciri-ciri dimana penduduk laki-laki

lebih besar jumlahnya dibanding penduduk perempuan.

Mengacu kepada kriteria kepadatan penduduk berdasarkan Undang-undang

No.56/prp/1960 tentang klasifikasi kepadatan penduduk, maka desa di wilayah studi

masuk kategori wilayah yang jarang penduduknya (sedang/jarang).

b. Laju Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk disuatu wilayah selalu dipengaruhi oleh tiga komponen

kependudukan yaitu; fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian) dan Mobilitas

penduduk. Jumlah penduduk di Desa Malik Kecamatan Bualemo pada tahun 2010

sebanyak 519 jiwa. Pada tahun 2011, jumlah tersebut mengalami penurunan

menjadi 517 jiwa, sehingga laju pertumbuhan penduduk di Desa Malik satu tahun

terakhir (2010 – 2011) menjadi minus sebesar 0.38% pertahun yang merupakan salah

satu Desa dari 7 (tujuh) Desa yang menunjukan trend yang sama di Kecamatan

Bualemo. Namun untuk wilayah Kec. Bualemo laju pertumbuhan penduduknya

cenderung positif sebesar 0.58%. Untuk jelasnya laju pertumbuhan penduduk di

wilayah studi tersaji pada Tabel berikut.

Page 11: BAB Kondisi Lingkungan pelabuhan khusus CPO (2).pdf

Pelabuhan Khusus CPO Bab 3 Rona Lingkungan Awal

UKL-UPL Pembangunan Pelabuhan Khusus CPO PT. WIRA MAS PERMAI Di Desa Malik Kec. Bualemo Kab. Banggai

III - 31

Tabel 3.17. Laju Pertumbuhan Penduduk di Wilayah Studi Periode 2010 - 2011.

No  Kecamatan/ Kelurahan/Desa 

Jumlah Penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 2010 2011

  Kec. Bualemo  16.967 17.067 0.58 1  Desa Malik  519 517 ‐0.38 2  Desa Malik Makmur  963 966 0.31 

Sumber : Monografi Desa Malik Tahun  2012, BPS, Kec.Bualemo, 2012. 

Tabel 3.17, menunjukkan bahwa Desa Malik mempunyai tingkat pertumbuhan

penduduk yang menurun (minus) selama satu tahun terakhir (2010 – 2011) yaitu

sebesar -0.38% pertahun, angka pertumbuhan ini mengindikasikan bahwa di

wilayah studi terjadi penurunan jumlah penduduk yang signifikan, namun

cenderung tidak mengikuti laju pertumbuhan penduduk dalam wilayah Kecamatan

Bualemo sebesar 0.58%.

Terjadinya penurunan (minus) laju pertumbuhan penduduk di wilayah studi

terutama desa Malik adalah sebagai akibat migrasi keluar dan tingkat

pertumbuhan penduduk alamiah (kelahiran) yang relatif menurun, sedangkan

angka migrasi masuk selama periode tersebut relative rendah, sebagai dampak

tidak tersedianya lapangan kerja baru yang memadai dan beberapa dari lulusan

SMK melanjutkan studinya di Kota Luwuk, Poso dan Kota Palu.

c. Tingkat Pendidikan Penduduk

Ketersedian sarana pendidikan baik yang formal maupun non formal akan sangat

berpengaruh kepada peningkatan sumber daya manusia dan juga akan menjadi

barometer terhadap kualitas suatu masyarakat. Data tentang tingkat pendidikan

penduduk tidak diperoleh data yang pasti, namun dari hasil wawancara aparat

desa (Desa Malik) diperoleh informasi bahwa tingkat pendidikan penduduk pada

umumnya masih relatif rendah. Sebagian besar penduduk hanya berpendidikan

Sekolah Dasar (SD)/sederajat diperkirakan sekitar 49,25%, tidak tamat Sekolah Dasar

sekitar 23,88%, dan selebihnya (26,87%) adalah tamatan SLTP, SLTA, dan Sarjana.

Berdasarkan baku penilaian kualitas lingkungan (L.W. Canter & L.G. Hill, 1981), maka

keadaan tersebut termasuk dalam kriteria kurang baik.

Sementara itu, ketersedian sarana pendidikan baik yang formal maupun non formal

akan sangat berpengaruh kepada peningkatan sumber daya manusia dan juga

akan menjadi barometer terhadap kualitas suatu masyarakat. Sarana pendidikan di

wilayah studi relative cukup memadai, ini tergambar dari Sarana dan Prasarana

pendidikan di Kecamatan Bualemo namun masih perlu ditingkatkan jumlahnya,

yaitu: jumlah TK sebanyak 7 (swasta), SD Negeri sebanyak 29 unit sekolah, jika

Page 12: BAB Kondisi Lingkungan pelabuhan khusus CPO (2).pdf

Pelabuhan Khusus CPO Bab 3 Rona Lingkungan Awal

UKL-UPL Pembangunan Pelabuhan Khusus CPO PT. WIRA MAS PERMAI Di Desa Malik Kec. Bualemo Kab. Banggai

III - 32

dibandingkan jumlah SD dengan jumlah Desa terlihat bahwa setiap desa memiliki 1

atau 2 unit sekolah. Sedangkan jumlah SLTP Negeri sebanyak 4 unit, jumlah SMU

sebanyak 1 unit dan MTs 3 Unit. Khusus untuk di Desa Malik hanya memiliki sekolah TK

(swasta) 1 unit, dan SD sebanyak 1 unit.

d. Struktur Penduduk Menurut Umur dan Angka Beban Tanggungan

Komposisi penduduk menurut kelompok umur dapat digunakan untuk melihat

kondisi ketenagakerjaan dan menggambarkan besarnya Angka Beban

Tanggungan atau Dependency Ratio suatu wilayah. Untuk jelasnya penduduk

menurut kelompok umur dan angka beban tanggungan akan disajikan pada Tabel

3.18

Tabel 3.18. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Rasio Beban Tanggungan di Wilayah Studi

No Kecamatan/Desa 0 – 14 Tahun 15 – 64 Tahun 65+ Tahun Rasio Beban TanggunganJumlah % Jumlah % Jumlah %

  Kec. Bualemo               

1  Desa Malik  131  25.34 318  61.51  68  13.15  62.58 

2  Desa Malik Makmur  259  26.81 606  62.73  101  10.46  59.41 

  Jumlah  390  26.08 924  62.12  169  11.80  60.50 

Sumber: Diolah dari Monografi Desa Malik Tahun 2012, BPS, Kec.Bualemo, 2012

Dari Tabel 3.18 tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata proporsi jumlah penduduk

antara kelompok umur produktif dengan tidak produktif di desa wilayah studi yaitu

62,31% berbanding 37,69%. Dilihat dari rasio beban tanggungan, pada dua desa di

wilayah studi mempunyai rasio 60.50 berarti bahwa setiap 100 orang usia produktif

harus menanggung sekitar 61 orang berusia tidak produktif. Dari hasil gambaran

Table 3.16, mengindikasikan bahwa jumlah penduduk di wilayah studi, yang berusia

produktif jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan penduduk yang berusia tidak

produktif.

e. Penduduk Menurut Agama

Agama yang dianut oleh masyarakat di wilayah studi pada umumnya beragama

Islam (87.68%), disamping agama Kristen/Katholik (7.47%), dan Hindu (4.85%).

Penduduk yang memeluk agama islam adalah penduduk asli yaitu suku/etnik

Saluan serta pendatang dari etnis/suku Gorontalo, jawa dan Bali (Desa Malik

Makmur).

Adapun penduduk yang memeluk Agama Kristen dan Hindu pada umumnya

adalah warga transmigran yang berasal dari etnis Bali dan Jawa yang bermukim di

sekitar wilayah tersebut. Ketersediaan sarana peribadatan adalah suatu hal yang

Page 13: BAB Kondisi Lingkungan pelabuhan khusus CPO (2).pdf

Pelabuhan Khusus CPO Bab 3 Rona Lingkungan Awal

UKL-UPL Pembangunan Pelabuhan Khusus CPO PT. WIRA MAS PERMAI Di Desa Malik Kec. Bualemo Kab. Banggai

III - 33

mutlak, untuk memudahkan masyarakat dalam melaksanakan ibadah dan juga

sebagai sarana komunikasi bagi pemeluk agama yang sama.

Untuk mendukung kegiatan keagamaan terdapat fasilitas rumah peribadatan yang

tersebar pada desa-desa pada wilayah studi. Tempat peribadatan yang tersedia

pada lokasi studi di Kecamatan Bualemo yakni mesjid dan mushola sebanyak 28

buah, gereja sebanyak 9 buah serta 10 buah pura yang hanya terdapat pada Desa

Transmigrasi (al. Desa Malik Makmur). Sedangkan di Desa Malik hanya terdapat 2

buah Mesjid.

3.3.2. Ekonomi

a. Mata Pencaharian dan Tingkat Pendapatan Penduduk

Seberapa besar pendapatan yang diterima masyarakat di wilayah studi di Desa

Malik tidak terdapat data yang pasti. Namun demikian pendapatan masyarakat

tersebut sangat berhubungan dengan system mata pencaharian mereka yang

kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sistem mata

pencaharian penduduk di wilayah studi mayoritas bergerak di sektor pertanian dan

perikanan (85%), disamping mata pencaharian lainnya seperti, PNS, pedagang,

juga pekerjaan dibidang jasa, tukang ojek, pertukangan dan pekerjaan lainnya.

Berdasarkan hasil survey lapangan diperoleh gambaran bahwa tingkat

pendapatan responden yang paling rendah adalah Rp 150.000/bulan dan tertinggi

Rp 1.700.000/bulan. Dari 20 responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini,

responden yang berpendapatan Rp.150.000 – Rp.500.000 sebanyak 40%, sementara

responden yang berpendapatan antara Rp.500.000 – Rp.1.000.000 sebanyak 35%,

disusul responden yang berpendapatan sebesar Rp.1000.000-Rp.1.500.000 sebanyak

15%, dan responden yang berpendapatan sekitar Rp. 1.500.000 ke atas setiap

bulannya sebesar 10%. Beragamnya tingkat pendapatan responden tersebut tidak

terlepas dari keragaman jenis pekerjaan yang ditekuninya selama ini serta adanya

responden yang memiliki pekerjaan sampingan (ganda).

b. Sarana dan Prasarana Umum

Prasarana dan sarana transportasi yang menghubungkan antar dusun yang ada di

wilayah studi (Desa Malik dan Desa Malik Makmur) terutama desa Malik sangat

memprihatinkan karena dominan merupakan jalan tanah/usaha tani yang

melewati areal permukiman dan perkebunan masyarakat, sedangkan jalan raya

beraspal hanya terdapat pada poros jalan yang menghubungkan antar desa di

Kecamatan Bualemo. Selain itu terdapat juga beberapa jembatan dengan

Page 14: BAB Kondisi Lingkungan pelabuhan khusus CPO (2).pdf

Pelabuhan Khusus CPO Bab 3 Rona Lingkungan Awal

UKL-UPL Pembangunan Pelabuhan Khusus CPO PT. WIRA MAS PERMAI Di Desa Malik Kec. Bualemo Kab. Banggai

III - 34

kontruksi baja beton, diantaranya Jembatan sungai Malik dengan panjang ± 50

meter yang merupakan prasarana penghubung utama antar Desa.

Beberapa Desa sekitar Desa Malik yaitu Desa Malik Makmur, Desa Binsil K dan Desa

Binsil Padang, merupakan Desa pemekaran dari Desa Malik, artinya Desa Malik

merupakan Desa Induk atau salah satu Desa tetua yang ada di Kecamatan

Bualemu.

Sarana dan prasana perekonomian di desa studi sangat terbatas. di Desa Malik

sama sekali tidak memiliki pasar, baik pasar harian maupun mingguan. Untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat hanya mengandalkan kios-kios

ataupun warung-warung. Untuk memasarkan hasil perkebunan/pertanian, pada

umumnya masyarakat membawah hasil panen mereka ke Desa terdekat (desa

Malik Makmur) yang merupakan Pasar Tradisional Harian di Kecamatan Bualemo.

3.3.3. Pola Pemilikan dan Penggunaan Lahan

Pola pemilikan lahan di wilayah studi pada awalnya dimulai dengan pembukaan

lahan untuk areal perladangan dan biasanya areal ini dekat dengan permukiman

penduduk dan ditanami jenis tanaman budidaya seperti Kakao, Kelapa dalam,

Cengkeh, jagung, sayuran dan buah-buahan. Disamping itu, sebagian areal

perladangan penduduk sekarang ini terpisah dengan permukiman mereka, dan ada

yang berjarak cukup jauh dari permukiman mereka. Umumnya penduduk menanami

lahan ini dengan kelompok tanaman keras, seperti jenis tanaman kelapa, kakao, atau

buah-buahan (mente, durian dan mangga).

Saat ini, pola pemilikan lahan umumnya tidak lagi dengan jalan pembukaan lahan

(menebang, menebas dan membakar), dan umumnya masyakarat memiliki lahan

dengan proses jual beli ataupun diwarisi dari orang tuanya. Pemilikan lahan oleh

penduduk di wilayah studi, pada umumnya berkisar antara 2 hingga 10 Ha/KK.

Untuk pembuktian kepemilikan lahan, selain dibuktikan dengan bukti-bukti

pembayaran seperti SPPT, PBB dan sertifikat, juga masih ada penduduk yang

membuktikan kepemilikan lahannya hanya dengan tanaman yang tumbuh di atas

lahan, disamping memiliki Surat Keterangan Kepala Desa setempat.

3.3.4. Proses Sosial dan Adat Istiadat Masyarakat.

Penduduk yang mendiami wilayah studi (Desa Malik), tergolong penduduk yang sedikit

heterogen (karena hanya 2 suku/etnis), namun suku yang majoritas adalah penduduk

lokal (penduduk asli) yaitu Suku Saluan disamping suku pendatang terutama suku/etnis

Gorontalo, serta sebagian kecil dari luar Pulau Sulawesi seperti Jawa, dan Bali. Dari segi

Page 15: BAB Kondisi Lingkungan pelabuhan khusus CPO (2).pdf

Pelabuhan Khusus CPO Bab 3 Rona Lingkungan Awal

UKL-UPL Pembangunan Pelabuhan Khusus CPO PT. WIRA MAS PERMAI Di Desa Malik Kec. Bualemo Kab. Banggai

III - 35

agama, maka pemeluk agama Islam adalah paling dominan (85-90%), disamping

pemeluk agama lainnya. Namun demikian hubungan-hubungan sosial antar umat

beragama cukup kondusif dan jauh dari konflik bernuansa agama. Hal ini dapat

tercapai karena adanya saling toleransi dan saling menghormati antara pemeluk

agama yang satu dengan lainnya. Konflik bernuansa sara yang terjadi beberapa

tahun lalu ternyata menjadi pelajaran bagi mereka untuk hidup rukun dan harmonis

dan jauh dari sikap bermusuhan.

Kemauan saling menerima sebagai anggota kerabat keluarga melalui suatu proses

perjodohan atau perkawinan antar masyarakat yang berbeda kepercayaan di Desa

Malik juga kerap terjadi dan hal ini semakin memperlancar terjadinya proses

hubungan-hubungan sosial yang bersifat asosiatif antar masyarakat. Untuk semakin

mempererat hubungan-hubungan sosial antar warga masyarakat baik yang berbeda

agama maupun etnis, maka perlu diciptakan suatu kohesi sosial dengan

menumbuhkan sikap saling menghargai, dan menghilangkan prasangka-prasangka

buruk ataupun pandangan-pandangan yang stereotype dan etnosentrisme.

Suku Saluan sebagai penduduk asli yang mendiami wilayah studi memiliki akar budaya

dan adat istiadat yang cukup tinggi sebagai wujud kearifan masyarakatnya baik

dalam hubungannya dengan sesama manusia maupun dengan alam sekitarnya.

Dalam proses perkembangannya, adat kebiasaan tersebut telah di pengaruhi oleh

nilai-nilai keagamaan. Hal ini terlihat seperti dalam upacara perkawinan, upacara

syukuran selesai panen yang dilakukan ditempat-tempat tertentu, inisiasi, acara

hajatan keluarga, serta pemberian sanksi bagi pelanggaran susila dilaksanakan

berdasarkan syariat agama.

3.3.5. Sikap dan Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Dermaga Khusus CPO Malik untuk Perkebunan Kelapa Sawit PT. WIRA MAS PERMAI

Persepsi masyarakat adalah satu unsur yang sangat menentukan terhadap

kelangsungan suatu kegiatan ataupun usaha, apakah masyarakat menerima ataupun

menolak akan sangat tergantung terhadap kontribusi positif maupun negatif dari

operasional suatu kegiatan atau usaha.

Sikap dan persepsi masyarakat merupakan bentuk respon individu atau kelompok

dalam memberi makna dan nilai terhadap sesuatu. Sehubungan dengan rencana

kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit & Dermaga CPO di Kecamatan Bualemo ini sikap

dan persepsi masyarakat cukup homogen, sebagaimana yang ditunjukkan dalam

tabel berikut.

Secara umum masyarakat setuju (86,67%) dengan rencana proyek tersebut dengan

sejumlah harapan dan saran. Hanya sebesar 13,33% responden yang tidak

Page 16: BAB Kondisi Lingkungan pelabuhan khusus CPO (2).pdf

Pelabuhan Khusus CPO Bab 3 Rona Lingkungan Awal

UKL-UPL Pembangunan Pelabuhan Khusus CPO PT. WIRA MAS PERMAI Di Desa Malik Kec. Bualemo Kab. Banggai

III - 36

berpendapat terhadap rencana proyek tersebut. Kondisi rona lingkungan hidup untuk

sikap dan persepsi masyarakat di wilayah studi tergolong sangat baik.

Tabel 3.19. Pendapat Responden tentang Adanya Rencana Proyek

No Pengetahuan dan Sikap Responden Terhadap Rencana Proyek Frekuensi %

1. Pengetahuan terhadap rencana proyek: a. tahu rencana proyek b. tidak tahu rencana proyek

24 6

80,00 20,00

Jumlah 30 100 2. Sumber informasi tentang rencana proyek:

a. Kantor desa b. Kantor kecamatan c. Teman dan tetangga

15 6 9

50,00 20,00 30,00

Jumlah 30 100,00 3. Sikap responden terhadap rencana proyek:

a. setuju b. tidak setuju c. tidak berpendapat

29 0 1

86,67 0,00

13,33 Jumlah 30 100,00

Sumber : Diolah Dari Data Primer, 2012

Persepsi positif masyarakat terhadap rencana kegiatan terkait dengan adanya

beberapa keuntungan atau manfaat yang dapat ditimbulkan dari adanya kegiatan

proyek seperti ditunjukkan pada tabel berikut.

Manfaat yang cukup banyak diharapkan oleh masyarakat dengan adanya kegiatan

Pelabuhan Khusus CPO di Kecamatan Bualemo ini, antara lain adalah: adanya

kesempatan kerja, meningkatnya pendapatan masyarakat, adanya pemberdayaan

masyarakat di sekitar wilayah proyek serta daerah menjadi lebih maju dan

berkembang.

Tabel 3.20. Pendapat Responden Tentang Beberapa Manfaat dengan adanya Kegiatan Proyek

No Jenis Manfaat Dari Kegiatan Proyek Frekuensi %

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Adanya kesempatan kerja Meningkatnya kesempatan berusaha Meningkatnya pendapatan masyarakat Daerah menjadi maju atau berkembang Meningkatnya pembangunan Volume perdagangan dan pemasaran meningkat Adanya pemberdayaan masyarakat dari proyek

7 3 6 4 2 3 5

23,33 10,00 20,00 13,33 6,67

10,00 16,67

Jumlah 30 100,00

Sumber : Diolah Dari Data Primer, 2012

Adapun tanggapan masyarakat mengenai kemungkinan muncul konflik-konflik

terutama antara pemilik lahan dan pihak pemrakarsa, beberapa tanggapan

responden terekam dalam survey/penelitian ini. Bahwa untuk menghindari terjadinya

konflik-konflik antara pemilik lahan dan pemrakarsa yang dapat menghambat

pembangunan Darmaga Khusus CPO tersebut, maka perlu adanya sosialisasi baik

Page 17: BAB Kondisi Lingkungan pelabuhan khusus CPO (2).pdf

Pelabuhan Khusus CPO Bab 3 Rona Lingkungan Awal

UKL-UPL Pembangunan Pelabuhan Khusus CPO PT. WIRA MAS PERMAI Di Desa Malik Kec. Bualemo Kab. Banggai

III - 37

tentang konstruksi bangunannya, kompensasi lahan dan tanam tumbuh, mekanisme

pembayaran, dan transparansi kompensasi. Sehubungan hal tersebut utarakan oleh

bapak Kepala Desa Malik yang menyatakan bahwa:

“Pada prinsipnya masyarakat akan menyambut gembira dan sangat mengharapkan realisasi pembangunan Darmaga Khusus CPO tersebut, karena dengan adanya proyek tersebut akan diikuti dengan pembukaan dan peningkatan akses mobilitas menuju ke Desa Malik, sehingga akan berdampak positif terhadap kehidupan masyarakat sekitar. Namun harus diketahui bahwa rencana pembangunan Darmaga Khusus CPO tersebut sebagian akan menggunakan lahan masyarakat, oleh karena itu perlu adanya pembicaraan baik melalui sosialisasi maupun pertemuan dengan masyarakat untuk membicarakan soal lahan mereka”.

3.4. KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT

Setiap usaha dan atau kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah

maupun swasta pada umumnya akan memberikan dampak baik positif maupun

negatif terhadap lingkungan salah satunya adalah aspek kesehatan manusia yang

berada di sekitar kegiatan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan

yang dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan antara lain diakibatkan

menurunnya tingkat kualitas sanitasi lingkungan, kualitas udara dan kebisingan,

berkurangnya ketersediaan air bersih, dapat mengakibatkan timbulnya berbagai jenis

penyakit sehingga memganggu kesehatan manusia.

2.4.1 Parameter Lingkungan yang Diprakirakan Terkena Dampak

Berbagai parameter lingkungan kesehatan masyarakat yang diprakirakan akan

terkena dampak dari kegiatan Pelabuhan Khusus CPO di Desa Malik Kecamatan

Bualemo, antara lain: sanitasi lingkungan yaitu terjadinya penurunan kualitas sanitasi

lingkungan yang dapat mengakibatkan timbulnya vektor penyakit dan berbagai jenis

penyakit, sehingga dapat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan masyarakat.

Akibat lain yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan mengarah pada

timbulnya berbagai penyakit adalah persebaran debu/udara dan kebisingan. Dengan

demikian, maka parameter tersebut diharapkan mendapat perhatian yang mendalam

pada kegiatan proyek ini.

Parameter lingkungan yang diperkirakan terkena dampak adanya rencana proyek

kegiatan Pelabuhan Khusus CPO di Desa Malik Kecamatan Bualemo yang

berpengaruh terhadap kesehatan adalah:

1) Sanitasi lingkungan

Sanitasi lingkungan yang dimaksudkan di sini adalah cerminan kondisi kesehatan

lingkungan hidup secara fisik, baik di dalam tapak proyek maupun lingkungan di

Page 18: BAB Kondisi Lingkungan pelabuhan khusus CPO (2).pdf

Pelabuhan Khusus CPO Bab 3 Rona Lingkungan Awal

UKL-UPL Pembangunan Pelabuhan Khusus CPO PT. WIRA MAS PERMAI Di Desa Malik Kec. Bualemo Kab. Banggai

III - 38

sekitarnya yang antara lain dicerminkan melalui penyediaan sarana sanitasi,

pengelolaan sampah/limbah, tingkat kebersihan dan kerapian lingkungan.

2) Gangguan kesehatan masyarakat

Gangguan kesehatan adalah adanya gangguan yang kemudian menyebabkan

terjadinya perubahan pola penyakit, baik yang dialami oleh pekerja proyek

maupun penduduk sekitar proyek.

2.4.2 Sanitasi Lingkungan.

Dilihat dari sumber air bersih yang dimanfaatkan oleh penduduk di wilayah studi di

Desa Malik, umumnya (70%) Rumah Tangga menggunakan sumber mata air dari

pipanisasi terutama melalui proyek LSM/Car air bersih dan sebagian lagi dengan sumur

gali dan air Sungai Malik. Air bersih yang dikonsumsi oleh penduduk cukup jernih, tidak

berbau dan tidak berubah warna kendati hujan. Oleh sebab itu, Hasil wawancara dari

tenaga medis diketahui bahwa penduduk belum pernah menderita suatu penyakit

apapun dikarenakan oleh sumber air mereka.

Untuk pemilikan jamban keluarga, sekitar 60% Rumah Tangga sudah memiliki jamban

keluarga. Sedangkan sisanya memanfaatkan sungai ataupun semak belukar di sekitar

permukiman mereka untuk membuang hajat (air besar).

2.4.3 Jenis Penyakit

Berdasarkan data dari Puskesmas Pembantu terdekat yaitu di Desa Malik Makmur,

diketahui bahwa penyakit yang banyak diderita oleh penduduk di wilayah studi

adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), disusul kemudian penyakit Gastritis,

Hypertensi, Diare, Penyakit Lain, Malaria, dan penyakit Kulit. Sedangkan penyakit yang

disebabkan oleh perubahan pola hidup masyarakat seperti penyakit lever, paru-paru,

stroke dan diabetes penderitanya cukup minim bahkan di bulan tertentu tidak terdata.

Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa kasus gangguan penyakit umumnya,

banyak terjadi pada masa-masa peralihan musim, baik dari musim kemarau kemusim

hujan maupun sebaliknya. Penyakit ISPA yang paling dominan diderita oleh penduduk

di wilayah studi, umumnya berjangkit pada musim kemarau. Hal ini karena debu yang

berterbangan akibat lalu lalangnya kendaraan bermotor khususnya pada jalan yang

belum beraspal. Untuk jelasnya kasus gangguan penyakit yang dominan diderita oleh

penduduk di wilayah studi tersaji pada tabel berikut:

Page 19: BAB Kondisi Lingkungan pelabuhan khusus CPO (2).pdf

Pelabuhan Khusus CPO Bab 3 Rona Lingkungan Awal

UKL-UPL Pembangunan Pelabuhan Khusus CPO PT. WIRA MAS PERMAI Di Desa Malik Kec. Bualemo Kab. Banggai

III - 39

Tabel 3.21.   Data Kunjungan 10 Penyakit Terbanyak di Wilayah Studi dan Sekitarnya tahun 2011. 

No  Jenis/Kasus Penyakit  Jumlah/Persentase 

1  ISP Atas  38,56 

2  Gastritis  17,87 

3  Hypertensi  12,42 

4  Diare  9,48 

5  Peny. Lain  7,90 

6  Malaria  4,03 

7  Peny. Kulit  3.30 

8  Asma  2.36 

9  Bronchitis  2.18 

10  Anemia  1.90 

Jumlah  100.00 Sumber : Puskesmas Pembantu Desa Malik Makmur, Tahun 2012.

Gambar 3.13. Grafik 10 Kasus Gangguan Penyakit Dominan di Wilayah Studi

38.56%

17.87%12.42%

9.48%

7.90%4.03%

3.30%2.36% 2.18%

1.90%

10 Kasus Gangguan Penyakit di Sekitar Tapak Proyek

ISPA Gastritis Hypertensi Diare Peny. Lain

Malaria Peny. Kulit Asma Bronhitis Anemia

Page 20: BAB Kondisi Lingkungan pelabuhan khusus CPO (2).pdf

Pelabuhan Khusus CPO Bab 3 Rona Lingkungan Awal

UKL-UPL Pembangunan Pelabuhan Khusus CPO PT. WIRA MAS PERMAI Di Desa Malik Kec. Bualemo Kab. Banggai

III - 40

2.4.4 Sarana dan Prasarana Kesehatan

Pada hakekatnya setiap masyarakat selalu berupaya untuk meningkatkan kehidupan

sehat jasmani dan rohani, hal ini adalah suatu yang sangat penting, karena sehat

adalah modal utama dalam pembangunan. Berkaitan dengan hal tersebut di atas,

maka di wilayah studi (Desa Malik dan Malik Makmur) saat ini terdapat beberapa

sarana dan prasarana kesehatan, seperti Puskesdes/Puskesmas Pembantu 1 buah dan

Pos KB 3 buah, tetapi belum ditunjang dengan tersedianya tenaga Paramedis, karena

hanya terdiri dari 1 orang bidan dan 2 orang dukun bayi, selain itu juga terdapat 3

buah Posyandu. Sarana prasarana kesehatan ini masih sangat kurang memadai,

namun dalam segala keterbatasannya, diharapkan dapat dimanfaatkan semaksimal

mungkin oleh masyarakat yang mendiami desa tersebut di dalam meningkatkan

derajat kesehatannya, terutama untuk keperluan berobat apabila masyarakat

menderita suatu penyakit.