BAB Izikri

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain shalat fardu (wajib) ada juga shalat sunnah seperti shalat sunnah sebelum maupun sesudah shalat fardu, Idul Fitri, Idul Adha dan sebagainya. Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah mukallaf dan harus dikerjakan baik bagi mukimin maupun dalam perjalanan. Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa mendirikan shalat, maka ia mendirikan agama (Islam), dan barang siapa meninggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama (Islam). Shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali, berjumlah 17 rakaat. Shalat tersebut merupakan wajib yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim mukallaf baik sedang sehat maupun sakit. Selain shalat wajib ada juga shalat-shalat sunah. Untuk membatasi bahasan penulisan dalam permasalahan ini, maka penulis hanya membahas tentang shalat sunnah kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Dalam pembahasan kali ini juga di paparkan pengertian shalat sunnah dan macamnya. 1

description

nkkflnsf

Transcript of BAB Izikri

Page 1: BAB Izikri

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Selain shalat fardu (wajib) ada juga shalat sunnah seperti shalat sunnah

sebelum maupun sesudah shalat fardu, Idul Fitri, Idul Adha dan sebagainya.

Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah mukallaf

dan harus dikerjakan baik bagi mukimin maupun dalam perjalanan.

Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas

lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa mendirikan

shalat, maka ia mendirikan agama (Islam), dan barang siapa meninggalkan shalat,

maka ia meruntuhkan agama (Islam). Shalat harus didirikan dalam satu hari satu

malam sebanyak lima kali, berjumlah 17 rakaat. Shalat tersebut merupakan wajib

yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim mukallaf baik sedang sehat

maupun sakit. Selain shalat wajib ada juga shalat-shalat sunah.

Untuk membatasi bahasan penulisan dalam permasalahan ini, maka

penulis hanya membahas tentang shalat sunnah kaitannya dengan kehidupan

sehari-hari. Dalam pembahasan kali ini juga di paparkan pengertian shalat sunnah

dan macamnya.

B.     Rumusan Masalah

Dalam makalah ini akan disajikan materi dengan pembatasan sebagai

berikut :

1.      Apa pengertin shalat sunnah ?

2.      Apa saja macam-macam shalat sunnah ?

3.      Manfaat melaksanakan shalat sunnah ?

C.    Tujuan Pembahasan

Pembahasan dalam makalah ini bertujuan supaya mahasiswa setelah

mempelajarinya mampu :

1.      Mengamalkan shalat sunnah setiap waktunya

1

Page 2: BAB Izikri

2.      Mengetahui pengertian shalat dan shalat sunnah

3.      Memahami macam shalat sunnah

4.      Mengetahui manfaat shalat sunnah

D.    Teknik Pengumpulan Data

Dalam pencarian literatur, penulis menggunakan teknik studi kepustakaan

(library research). Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data

dengan cara mencari buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang

dirumuskan. Selain itu, penulis memanfaatkan website untuk mendapatkan

tambahan litratur dan sebagai bahan perbandingan pembuatan makalah.

2

Page 3: BAB Izikri

3

Page 4: BAB Izikri

4

Page 5: BAB Izikri

BAB II

SHALAT SUNNAH

A.    PENGERTIAN SHALAT SUNNAH

1.      Pengertian Shalat

Menurut bahasa, shalat berarti do'a sedangkan menurut istilah berarti

menghadap jiwa dan raga kepada Allah. Berhadap hati kepada Allah dalam

bentuk beberapa perbuatan dan perkataan. Karena taqwa hamba kepada

tuhannya, mengagungkan kebesarannya dengan khusyu dah ikhlas dalam bentuk

perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

Menurut cara-cara dan syarat-syarat yang telah ditentukan.1[1]

Shalat adalah tiang agama sebagaimana tersebut dalam hadits, Rasulullah

SAW bersabda :

Artinya: “ Shalat adalah tiang agama”.

Hadist ini diriwayatkan oleh Al-baihaqy dari hadis umar dengan lafaz

lain,yaitu: “As-salatu ‘imadu d-din “, artinya sembahyang adalah tiang agama”.

Dan dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Ad-Dailamy dalam masnad Al-

firdaus dari Ali, dan Abu Na’iim dalam kitab shalat, berbunyi “As-Shalatu

‘imaadu d-diin”,artinya “sembahyang tiang agama”, dan dalam masnad Ahmad

dari hadis Mu’az berbunyi : “Ra’su l-amri wa ‘imaaduhu sh-sha-laatu”, artinya

“kepada tiap urusan dan tiangnya ialah shalat”.2[2]

Sebuah bangunan gedung bila runtuh tiangnya pasti runtuh gedungnya.

Dan bila tiang dari sebuah gedung telah runtuh, tidak dapat dipertahankan berdiri

dan tegaknya gedung itu dengan segala macam pasak dan tunjang. Bila tiang

sebuah gedung berdiri kokoh barulah ada gunanya segala pasak dan tunjang itu.

Begitu pula shalat dengan islam.

1

2

5

Page 6: BAB Izikri

Perhatikanlah, mudah-mudahan allah merahmati kamu sekalian. Dan

pikirlah baik-baik, kerjakanlah shalat itu sebaik-baiknya dan seteliti-telitinya, dan

takutlah akan allah, bertolong-tolonglah kamu untuk bersama-sama memperbaiki

dan menyempurnakan shalatmu. Nasehat menasehati, ajar mengajar, ingat

mengingatkan satu dengan yang lain, agar jangan sampai lalai dan lupa. Allah

SWT memerintahkan agar bertolong-tolong dalam kebajikan dan taqwa.

Sedangkan shalat adalah sebesar-besar kebajikan dan ketaqwaan.

Ralullah SAW juga bersabda yaitu sebagai berikut :

Artinya:” Yang pertama-tama ditanyai seorang hamba(manusia) di hari kiamat

nanti tentang perbuatannya ialah tentang shalat. Bila shalatnya dapat diterima

maka akan diterima seluruh amalnya, dan jika shalatnya di tolak maka akan

tertolak pula seluruh amal ibadahnya”.

Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dari hadist

Tamim Ad-Daary, dan diriwayatkan pula oleh Abu Ju’la dalam masnadnya dan

olah Af-Dhiyaa’ dalam Al-Mukhtarah dan oleh Al-Tharrany dari Anas.

Jadi shalat adalah puncak atau akhir agama kita. Tentang shalat inilah kita

nantipertama-tama akan ditanyai . tidak ada agama lagi, tidak ada islam lagi.

Kalau shalat sudah lenyap. Karena shalat adalah shalat yang paling akhir perginya

(lenyapnya) dari urusan agama (Islam). Maka bila sesuatu telah lenyap

bahagiaannya yang terakhir, artinya telah lenyap seluruhnya. Agungkanlah itu

berpegang teguhlah kamu terhadap soal terakhir dari agamamu. Yaitu shalat.

Janganlah kamu lalaikan, entengkan, sehingga kamu dengan gampang saja

mendahului imammu. Karena dengan mendahului imam, tidaklah sah shalatnya,

maka lenyaplah agamanya. Agungkanlah shalat itu mudah-mudahan Allah

menurunkan rahmat-nya keoadamu dan peganglah shalat itu seteguh-teguhnya

jangan sampai terlepas dari tanganmu. Takutlah akan Allah dalam soal shalat ini

secara khusus. Dan juga dalam soal yang lain yang diajarkan agama kita Islam.

2.      Pengertian Sunnah

Sunnah yaitu tuntutan untuk melaksanakan suatu perbuatan yang tidak

bersifat memaksa, melainkan sebagai anjuran, sehingga seorang tidak dilarang

untuk meninggalkannya. Orang yang meninggalkannya tidak dikenai hukuman.

(Rachmat Syafe’i, 2010: 298)

6

Page 7: BAB Izikri

Shalat sunah/nawafil/nafilah ialah shalat-shalat sunnah yang diluar

dari shalat-shalat yang difardhukan. Shalat itu dikerjakan oleh Nabi

Muhammad untuk mendekatkan diri kepada Allah dan untuk mengharapkan

tambahan pahala. Shalat yang apabila dikerjakan akan mendapat pahala tetapi bila

ditinggalkan tidak berdosa.

Shalat nawafil adalah shalat yang bukan wajib tetapi dianjurkan

pelaksanaannya kecuali pada lima waktu. Sesudah shalat subuh sampai waktu

terbit matahari tepat diatas kepala sampai condong ke barat, setelah shalat ashar

hingga terbenamnya matahari dan ketika masuknya waktu magrib.3[3]

Berikut ini terjemahan hadits tentang shalat nawafil :

“Senantiasalah hamba-Ku mendekati aku dengan amal-amal yang nawafil,

sehingga aku cinta kepadanya. Maka mana kala aku telah cinta kepadanya,

jadilah aku matanya yang dengan itu mereka mendengar, jadilah aku lidahnya

yang dengan itu mereka berkata; jadilah mereka tangannya yang dengan itu

mereka bekerja; jadilah aku kakinya yang dengan itu aku berjalan. Dengan aku

mereka mendengar,dengan aku mereka melihat, dengan aku mereka berakal,

dengan aku mereka bekerja dan dengan aku mereka berjalan.” Hadis Qudsi.

Hadis ini menunjukan betapa besarnya astar shalat nawafil, sampai tuhan

akan sedang siapa yang di pimpinnya tentu tidak akan sesat semua pekerjaannnya

akan baik, tetapi jangan melupakan keluarga, bermasyrakat dengan memelihara

kesehatan. Allah mencela cara hidup kependetaan dengan firman-Nya ayat 170 S.

An-Nisa’ dan ayat 29 S. Al-Hadid. Ajaran Allah dan rosul melarang cara

beribadat yang berlebih-lebihan.4[4]

Amirul Mu’minin Umar ibnu Khattab r.a., sering memasuki masjid pada

siang hari. Bila beliau menemui orang-orang yang terus menerus dalam ibadah,

beliau menegur sambil berkata: janganlah kamu berdo’a-do’a saja, Ya Allah Ya

Robbi, sedang kamu tau bahwa langit tidak menurunkan emas atau perak, maka

berjuanglah di pasar-pasar dan di ladang-ladang.

3

4

7

Page 8: BAB Izikri

Artinya: “Fardhu itu lebih utama daripada sunnah.”

Pengecualian:5[5]

Ada pula masalah yang dikecualikan dari kaidhah ini,antara lain:

1. Memberi dan memulai salam hukumnya sunnah, sedangkan menjawab salam

hukumnya wajib. Tetapi memulai lebih utama daripada menjawab salam.

2. Adzan hukumnya sunnah, menjadi Imam shalat jum’at wajib/fardhu ada.

Walaupun begitu, melaksanakan adzan lebih utama daripada menjadi imam

jum’at.

3. Whudu sebelum datang waktu shalat hukumnya sunnah. Sedangkan whudu

sesudah masuk waktu dan akan shalat hukumnya wajib. Meskipun demikian

whudu sebelum datang waktu shalat lebih utama daripada whudu sesudah masuk

waktu.

B.     MACAM-MACAM SHALAT SUNNAH

Shalat sunnah terbagi dua yaitu:

1.      Shalat sunnah yang dilaksanakan secara berjamah. Shalat sunnah jenis ini status

hukumnya adalah muakkad, contohnya: shalat idul fitri, idul adha, terawih, istisqa,

kusuf dan khusuf.

Berikut ini sedikit penjelasan dari shalat-shalat sunnah di atas :

a.       Shalat ‘Id / Hari Raya

Shalat hari raya dalam islam ada dua, yaitu :

1)      Shalat Idul Fitri yaitu shalat yang dilaksanakan tanggal 1 Syawal

2)      Shalat Idul Adha yaitu shalat yang dilaksanakan tanggal 10 Dzulhijah

Yaitu shalat dua rakaat. Rakaat yang pertama dengan tujuh takbir, selain

takbirotul ihram, rakaat yang kedua dengan lima takbir, selain takbir untuk berdiri

dari rakaat yang pertama.6[6]

Shalat ‘id dianjurkan pelaksanaannya dalam jumlah yang besar di tanah lapang

terbuka, diakhiri dengan khutbah berisi soal keagamaan dan kemasyarakatan.

5

6

8

Page 9: BAB Izikri

Sesudah shalat Ied dilakukan, maka berkhutbah dua kali, dalam khutbah pertama

bertakbir sembilan kali, dalam khtbah kedua bertakbir tujuh kali. Sesuai dengan

hadits nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yaitu :

Abu Sa’id Alhudri ra. Berkata yang terjemahannya: Adalah Rosullah saw pergi

ketempat shalat pada hari raya Fitr dan Adlha.mula-mula beliau melakukan

shalat Ied. Sesudah shalat beliau menghadap kepada orang banyak,sedangkan

mereka masih dalam keadaan dalam keadaan duduk dalam shaf mereka masing-

masing. Rosulullah berkhutbah memberi nasehat, berpesan dan memberikan

perintah-perintah kepada mereka.jadi belia ingin mengirim pasukan untuk

perang, maka diputuskan ketika itu. Dan jika ingin memberikan perintah, maka

diperintahkan ketika itu pula kemudian beliau pergi. (Bukhori : 913/Muslim :

889).

Disunatkan bertakbir, tahmid dan tahlil mula terbenam nya matahari malam hari

raya fitrah sampai imam melakukan shalat Ied. Dan pada hari raya Ied Adlha,

takbir tahmid dan tahlil dikumandangkan setelah selesai shalat fardlu, dimulai dari

subuhnya hari arafah ( tanggal 9 dzulhijah) sampai pada shalat asar akhir tasyriq.

b.      Shalat Terawih

Yaitu shalat di waktu malam pada bulan Ramadhan. Waktunya setelah

shalat isya sampai terbit fajar. Boleh dikerjakan sendiri-sendiri boleh berjamaah.

Bilangan rakaat shalat tarawih tidak ada yang menegaskan dengan pasti berapa

jumlahnya, delapan atau dua puluh rakaat. Namun ada beberapa hadits yang

menjelaskan jumlah rakaat shalat terawih yaitu:

Artinya : “Dari Aisyah katanya: yang dikerjakan Rasulullah SAW di bulan

Ramadhan atau lainnya tidak lebih dari sebelas rakaat. (H.R. Bukhari)

Berikut ini hadits yang diberitakan oleh Abid Ibnu Hamaid dan At Tabrani dari

Ibnu Abbas tentang shalat terawih 20 rakaat.

Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah SAW shalat di bulan Ramadhan adalah 20

rakaat dan witir”

9

Page 10: BAB Izikri

Demikian dua buah hadits yang menyatakan jumlah rakaat terawih, banyak yang

melaksanakannya. Dan shalat terawih yang dilaksanakan pada masa Umar, Usman

dan Ali adalah berjumlah 20 rakaat.

c.       Shalat Istisqa

Istisqa itu artinya minta hujan. Caranya ada tiga yaitu :

1)      Dengan berdoa saja, baik sendiri-sendiri atau orang banyak. Rasulullah pernah

meminta hujan dengan doa saja.

2)      Berdoa di dalam khutbah Jum’at. Ini juga pernah dikerjakan oleh Rasulullah

SAW.

3)      Dengan shalat dua rakaat. Sebelum shalat dilaksanakan bersama, terlebih dahulu

imam menganjurkan bertaubat, memberikan sedekah kepada fakir miskin,

meninggalkan maksiat, menghentikan permusuhan dan memerintahkan puasa

selama tiga hari. Kemudian pada hari keempat, imam bersama orang banyak

keluar dengan pakaian yang sederhana, dengan tenang dan merendahkan diri, dan

shalat dua rakaat seperti shalat Ied. Kemudian berkhutbah dua kali dan

membalikkan selindangnya.7[7]

Abdullah bin Zaid bin Ashim ra berkata :

Nabi saw keluar rumah, pergi ketempat sembahyang untuk menerima hujan.

Kemudian beliau menghadap kiblat. Membalikan selindangnya dan shalat dua

rakaat. (Bukhori : 966/Muslim : 894)

d.      Shalat Kusuf dan Khusuf

Shalat kusuf artinya shalat di waktu ada gerhana matahari. Sedangkan

shalat khusuf adalah shalat di waktu ada gerhana bulan. Shalat gerhana dua rakaat

berjamaah dengan tidak memakai adzan dan qamat. Jika telah berlalu tidak

disunatkan mengqodlo. Sholat gerhana matahari atau bulan dilakukan dua rakaat.

Tiap satu rakaat dua kali berdiri,dua kali membaca surat al-fatihah dan surat yang

panjang,dua kali rukuk, dengan tasbih yang panjang,dua kali sujud,demikian juga

dengan rakaat yang kedua. Sesudah sholat dua rakaat, diteruskan dua kali

khutbah. Dalam gerhana matahari dilakukan dengan suara pelan-pelan, sedang

dalam gerhan bulan dilakukan dengan suara keras.

7

10

Page 11: BAB Izikri

Aisyah ra berkata yang terjemahannya : Terjadi gerhana matahari pada masa

Rosulullah saw, karena beliau sholat bersama orang banyak. Lama sekali beliau

berdiri, kemudian ruku’ dan lama sekali dalam ruku’ nya, lalu berdiri lama lagi

tetapi tidak selama berdiri yang pertama, kemudian ruku’ lama lagi, tetapi tidak

selama ruku’ yang pertama, kemudian sujud dan setelah itu beliau melakukan

rakaat kedua seperti apa yang dilakukan pada rakaat yang pertama. Setelah

selesai sholat, matahari telah jelas kelihatan, setelah itu maka nabi saw

berkhutbah dan setelah memuji allah swt beliau bersabda : sesungguhnya

matahari dan bulan adalah dua tanda kebesaran allah swt. Kedua nya tertutup

bukan karena kematian atau lahir seseorang. Apabila kamu melihat gerhana

maka berdoalah kepada allah swt, bertakbirlah, sholatlah dan bersedekahlah.

(Bukhori :997/Muslim : 901)

2.     Shalat sunnah yang dikerjakan secara munfarid ( sendiri-sendiri ). Status

hukumnya ada yang sangat dianjurkan ( muakkad ) seperti: shalat sunnah rawatib

dan tahajud. Ada pula yang status hukumnya sunnah biasa (ghairu muakkad )

seperti: shalat tahiyatul masjid, shalat dhuha, shalat witir, dan lain-lain.8[8]

a.      Shalat Rawatib

Yaitu shalat sunnah yang mengiluti shalat fardu. Dikerjakan sebelum atau sesudah

mengerjakan shalat fardu yang lima waktu.

Berilut ini sabda Rasulullah SAW :

Artinya: “dari Abdullah bin Umar, katanya: “Saya ingat dari Rasulullah SAW

dua rakaat sebelum dzuhur, dua rakaat sesudah dzuhur, dua rakaat sesudah

magrib, dua rakaat sesudah isya, dan dua rakaat sebelum shubuh.(H.R.

Bukhari&Muslim)

b.      Shalat Tahajud

Yaitu shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu malam hari sedikitnya dua rakaat

dan banyaknya tidak terbatas. Waktunya adalah sesudah shalat isya sampai fajar

siddik (shubuh). Jika akan melakukan shalat tahajud disunahkan tidur terlebih

dahulu. Waktu yang paling baik untuk mengerjakannya yaitu sepertiga akhir

malam.

8

11

Page 12: BAB Izikri

Artinya: “dan sebagian malam hari, shalat tahajudlah kamu, sebagai suatu

tambahan ibadah bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke

tempat yang terpuji.(QS. Al Isra:79)

Demikianlah Firman Allah SWT telah menjamin bagi siapa saja yang

mengerjakan shalat tahajud akan diberi kedudukan yang terpuji, baik di dunia

maupun di akhirat, oleh karena itu hendaklah mengerjakan shalat tahajud dan

shalat-shalat sunnah lainnya.

c.       Shalat Tahuyatul Masjid

Yaitu shalat yang dimaksudkan untuk menghormati mesjid. Disunahkan bagi

orang yang masuk ke mesjid sebelum duduk dua rakaat. Sabda Rasulullah SAW :

Artinya :” Dari Abu Qatadah, berkata Rasulullah SAW, apabila salah seorang

kamu masuk mesjid, maka hendaklah ia jangan duduk sebelum shalat dua rakaat

dahulu.” (HR. Bukhari&Muslim)

d.      Shalat Dhuha

Yaitu shalat dua rakaat atau lebih, sebanyak-banyaknya 12 rakaat ketika waktu

dhuha, yaitu ketika maik matahari setinggi tumbak. Kira-kira jam 8 atau jam 9

sampai tergelincir matahari.

Sabda Rasulullah SAW :

Artinya :”Dari Abu Hurairah, katanya, telah berpesan kepadaku (Rasulullah

SAW) tiga macam pesan: puasa tiga hari tiap-tiap bulan, shalat dhuha dua

rakaat, dan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari&Muslim)

e.       Shalat Witir

Shalat ganjil jumlah rakaatnya, ( 1, 5, 7, 9 dan 11 rakaat). Yang paling banyak

sebelas rakaat dan sedikitnya satu rakaat. Dikerjakan setelah shalat isya. Jika di

bulan ramadhan dikerjakan setelah shalat terawih. Sabda Nabi Muhammad SAW :

Artinya :” Dari Abi Ayub, berkata Rasulullah SAW, witir itu hak, maka siapa yang suka mengerjakan lima, kerjakanlah, siapa yang suka mengerjakan tiga, kerjakanlah dan siapa yang suka mengerjakan satu, kerjakanlah,” (HR. Abu Daud & Nasai)

12

Page 13: BAB Izikri

C.    MANFAAT SHALAT SUNAH9[9]

1.      Menjadi amalan tambahan kelak di hari kiamat seandainya pada saat

melaksanakan shalat lima waktu tidak sempurna.

2.      Mampu meninggikan derajat serta menghapus dosa, kesalahan dan terbukanya

pintu sorga bersama Rasulullah SAW.

3.      Menimbulkan rasa cinta dan merupakan wujud syukur kepada Allah SWT dari

hamba-Nya.

4.  Mendatangkan berkah, rejeki dan kebaikan saat dikerjakan di rumah, karena

menjadikan rumahnya sebagai bagian dari shalatnya.

9

13

Page 14: BAB Izikri

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Sholat merupakan inti (kunci) dari segala ibadah juga merupakan tiang

agama, dengannya agama bisa tegak dengannya pula agama bisa runtuh.

Khilafiyyah kaum muslimin tentang shalat adalah hal yang biasa karena rujukan

dan pengkajiannya semuanya bersumber dari Al-Qur’an dan hadis, hendaknya

perbedaan tersebut menjadi hikmah keberagaman umat islam.

Shalat sunah/nawafil/nafilah ialah shalat-shalat sunnah yang diluar

dari shalat-shalat yang difardhukan. Shalat itu dikerjakan oleh Nabi

Muhammad untuk mendekatkan diri kepada Allah dan untuk mengharapkan

tambahan pahala. Shalat yang apabila dikerjakan akan mendapat pahala tetapi bila

ditinggalkan tidak berdosa.

Shalat sunnah ada dua yaitu muakkad dan ghairu muakkad. Yang

termasuk sunnah muakkad yaitu: shalat terawih, shalat ‘id dan lain

sebagainya. Adapun yang status hukumnya sunnah biasa seperti: shalat tahiyatul

masjid, shalat dhuha, shalat witir, dan lain-lain.

B.     SARAN

Dalam pengumpulan materi pembahasan diatas tentunya kami banyak

mengalami kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu hendaknya pembaca

memberikan tanggapan dan tambahan terhadap makalah kami. Sebelum dan

sesudahnya kami haturkan banyak terimakasih.

14

Page 15: BAB Izikri

15

Page 16: BAB Izikri

DAFTAR PUSTAKA

Rifa’i, Moh. 1976. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang : CV.Toha Putra.

Terjemah kitab Imam Ahmad Ibnu Hambal oleh Umar Hubeis dan Bey Arifin, 1974, Betulkanlah Shalat Anda, Jakarta: Bulan Bintang.

Bisri, Moh. Adib, 1977, Terjemah Al Faraidul Bahiyyah, Rembang: Menara Kudus.

Musthafa Diibu Bhigha (ahli bahasa: Moh. Rifa’i & Baghawi Mas’udi), 1986, Fiqih Menurut Mahdzab Syafi’i, Semarang: Cahaya Indah.

Rasjid, Sulaiman, 1976, Fiqih Islam, Jakarta: Attahiriyah.http://dartoalfaresyah.blogspot.com/2012/02/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_18.html diunduh 27/02/2013

16