Bab ix ruas garis berarah

19
RANGKUMAN MATERI, SOAL DAN PEMBAHASAN BAB IX RUAS GARIS BERARAH disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Geometri Transformasi Dosen pengampu Bapak Ishaq Nuriadin, M.Pd Oleh Niamatus Saadah 1201125122 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR.HAMKA 2015

Transcript of Bab ix ruas garis berarah

Page 1: Bab ix ruas garis berarah

RANGKUMAN MATERI, SOAL DAN PEMBAHASAN

BAB IX

RUAS GARIS BERARAH

disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Geometri Transformasi

Dosen pengampu Bapak Ishaq Nuriadin, M.Pd

Oleh

Niamatus Saadah 1201125122

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR.HAMKA

2015

Page 2: Bab ix ruas garis berarah

RUAS GARIS BERARAH

9.1 Definisi dan Sifat-sifat yang Sederhana

Untuk melajutkan penyelidikan tentang isometri diperlukan pengertian

tentang ruas garis berarah sebagai berikut:

Definisi: Suatu ruas garis berarah adalah sebuah ruas garis yang salah satu

ujungnya dinamakan titik pangkal dan ujung yang lain dinamakan

titik akhir.

Apabila A dan B dua titik, lambang 𝐴𝐡 kita gunakan sebagai ruas garis

berarah dengan pangkal A dan titik akhir B. Perhatikan 𝐴𝐡 dan AB

melukiskan dua hal yang berbeda. Seperti diketahui bahwa 𝐴𝐡

menggambarkan sinar atau setengah garis yang berpangkal di A dan melalui

B.

Dua ruas garis 𝐴𝐡 dan 𝐢𝐷 disebut kongruen apabila AB = CD. Walaupun AB

= CD, 𝐴𝐡 dan 𝐢𝐷 tidak perlu sama; 𝐴𝐡 adalah sebuah himpunan sedangkan

AB adalah bilangan real. Jika 𝐴𝐡 dan 𝐢𝐷 kongruen ditulis 𝐴𝐡 β‰… 𝐢𝐷 .

Andaikan sekarang ada 2 ruas garis berarah 𝐴𝐡 dan 𝐢𝐷 . Dalam

membandingkan dua ruas garis berarah 𝐴𝐡 dan 𝐢𝐷 tidaklah sukup, jika AB =

CD; kedua ruas garis berarah itu searah. Jika demikian, dikatakan bahwa ruas

garis berarah 𝐴𝐡 ekivalen dengan ruas garis berarah 𝐢𝐷 yang ditulis sebagai

𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 .

Definisi: 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 apabila Sp(A) = D dengan P titik tengah 𝐡𝐢 .

Gambar 9.1

Teorema 9.1:

A

B

C

D

P

Page 3: Bab ix ruas garis berarah

Andaikan 𝐴𝐡 dan 𝐢𝐷 dua ruas garis berarah yang tidak segaris, maka segi-4

ABCD sebuah jajargenjang jika dan hanya jika 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 .

Bukti:

Akan ditunjukkan jika 𝐴𝐡 dan 𝐢𝐷 adalah dua ruas garis berarah yang tidak

segaris maka ABCD jajargenjang ⟺ 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 .

(⟹) Akan ditunjukkan jika ABCD sebuah jajar genjang dengan 𝐴𝐡 dan 𝐢𝐷

adalah 2 ruas garis berarah yang tidak segaris maka 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 .

Dipunyai ABCD sebuah jajar genjang.

Diagonal-diagonal 𝐴𝐷 dan 𝐡𝐢 berpotongan di tengah-tengah, misalkan

titik P.

Dengan demikian Sp(A) = D, dengan P adalah titik tengah 𝐴𝐷 maupun

𝐡𝐢 .

Berdasarkan definisi keekivalenan diperoleh 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 .

(⟸) Akan ditunjukkan jika 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 maka ABCD jajargenjang dengan 𝐴𝐡

dan 𝐢𝐷 adalah 2 ruas garis berarah yang tidak segaris.

Dipunyai 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 .

Misalkan titik P adalah titik tengah 𝐡𝐢 .

Menurut definisi keekivalenan maka Sp(A) = D.

Berarti AP = PD, jadi P juga titik tengah AD.

Hubungkan titik A ke C dan titik B ke D sehingga terbentuklah

segiempat ABCD.

𝐴𝐷 dan 𝐡𝐢 adalah diagonal-diagonal segiempat ABCD yang terbagi

sama panjang di P (definisi jajar genjang).

Akibatnya segiempat ABCD sebuah jajar genjang.

Jadi terbukti jika 𝐴𝐡 dan 𝐢𝐷 adalah dua ruas garis berarah yang tidak segaris

maka ABCD jajargenjang ⟺ 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 .

Akibat Teorema 9.1:

Jika 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 maka AB = CD dan 𝐴𝐡 dan 𝐢𝐷 sejajar atau segaris.

Bukti:

Page 4: Bab ix ruas garis berarah

Akan dibuktikan 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 ⟹ 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 dan 𝐴𝐡 dan 𝐢𝐷 sejajar atau segaris.

Dipunyai 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷

Kasus 𝑝 ∈ 𝐴𝐡 :

Karena 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 , maka menurut definisi keekivalenan, Sp(A) = D dengan

P adalah titik tengah 𝐡𝐢 sehingga BP = PC.

Pilih titik P pada perpanjangan 𝐴𝐡 .

Karena Sp(A) = D, maka AP = PD.

Diperoleh AP = PD ⟺ AB + BP = PC + CD.

Karena BP = PC, maka AB + PC = PC + CD ⟺ AB = CD.

Buat garis yang melalui titik A dan D.

Diperoleh 𝐴𝐡 βŠ‚ 𝐴𝐡 dan 𝐢𝐷 βŠ‚ 𝐢𝐷 sehingga 𝐴𝐡 dan 𝐢𝐷 βŠ‚ 𝐴𝐷 .

Karena 𝐴𝐡 segaris dengan 𝐢𝐷 maka 𝐴𝐡 segaris dengan 𝐢𝐷 .

Kasus 𝑝 βˆ‰ 𝐴𝐡 :

Karena 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 , maka 𝐴𝐡 tidak segaris.

Berdasarkan teorema 9.1, diperoleh segiempat ABCD jajar genjang.

Menurut karakteristik jajar genjang bahwa sisi-sisi yang berhadapan sama

panjang dan sejajar, akibatnya AB = CD.

Karena 𝐴𝐡 // 𝐢𝐷 , 𝐴𝐡 βŠ‚ 𝐴𝐡 dan 𝐢𝐷 βŠ‚ 𝐢𝐷 maka 𝐴𝐡 //𝐢𝐷 .

Teorema 9.2:

Diketahui ruas-ruas garis berarah 𝐴𝐡 , 𝐢𝐷 , dan 𝐸𝐹 maka

1. 𝐴𝐡 = 𝐴𝐡 (sifat reflexi);

2. jika 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 maka 𝐢𝐷 = 𝐴𝐡 (sifat simetrik);

3. jika 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 dan 𝐢𝐷 = 𝐸𝐹 maka 𝐴𝐡 = 𝐸𝐹 (sifat transitif).

Bukti:

1. Akan dibuktikan 𝐴𝐡 = 𝐴𝐡 (sifat reflexi)

Misalkan P adalah titik tengah 𝐴𝐡 , maka Sp(A) = B

Menurut definisi keekivalenan diperoleh 𝐴𝐡 = 𝐴𝐡 .

2. Akan dibuktikan jika 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 maka 𝐢𝐷 = 𝐴𝐡 (sifat simetrik)

Page 5: Bab ix ruas garis berarah

Menurut teorema 9.1 jika 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 maka segiempat ABCD jajargenjang,

diagonal-diagonal 𝐡𝐢 dan 𝐴𝐷 membagi sama panjang di P,

maka P dalah titik tengah 𝐴𝐷

akibatnya Sp(C) = B

menurut definisi kekeivalenan apabila Sp(C) = B dengan P titik tengah 𝐴𝐷

maka 𝐢𝐷 = 𝐴𝐡 .

3. Akan dibuktikan jika 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 dan 𝐢𝐷 = 𝐸𝐹 maka 𝐴𝐡 = 𝐸𝐹 (sifat

transitif):

Diperoleh 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 maka Sp(A) = D dengan P titik tengah 𝐡𝐢

Diperoleh 𝐢𝐷 = 𝐸𝐹 maka Sq(C) = F dengan Q titik tengah 𝐷𝐸

Menurut teorema 9.1 jika 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 maka segiempat ABCD jajargenjang

sehingga 𝐴𝐡 //𝐢𝐷 dan 𝐢𝐷 //𝐸𝐹 akibatnya 𝐴𝐡 //𝐸𝐹 .

Menurut akibat dari teorema 9.1 bahwa jika 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 maka AB = CD,

jika 𝐢𝐷 = 𝐸𝐹 maka CD = EF

Akibatnya AB = EF.

Karena AB = EF dan 𝐴𝐡 //𝐸𝐹 maka ABFE jajargenjang.

Menurut teorema 9.1 jika ABCD jajargenjang maka 𝐴𝐡 //𝐸𝐹 .

Teorema 9.3:

Diketahui sebuah titik P dan suatu ruas garis berarah 𝐴𝐡 maka ada titik

tunggal Q sehingga 𝑃𝑄 = 𝐴𝐡 .

Gambar 9.2

Bukti:

Akan dibuktikan keberadaan Q sehingga 𝐴𝐡 = 𝑃𝑄

Andaikan ada titik Q

misal R adalah titik tengah 𝐡𝑃 dengan Sp(A) = Q maka 𝐴𝐡 = 𝑃𝑄

A Q

B

R

P

Page 6: Bab ix ruas garis berarah

Menurut teorema 9.2 (2) maka 𝑃𝑄 = 𝐴𝐡

Akan dibuktikan Q tunggal,

Andaikan ada titik T sehingga 𝐴𝐡 = 𝑃𝑇

Karena R titik tengah 𝐡𝑃 maka SR(A) = T

Setengah putaran A terhadap R atau SR(A) tunggal sehingga 𝑅𝑄 = 𝐴𝑅

Akibat 1:

Jika

Jika 𝑃1(π‘₯1, 𝑦1), 𝑃2(π‘₯2, 𝑦2), dan 𝑃3(π‘₯3, 𝑦3) titik-titik yang diketahui maka

titik 𝑃(π‘₯3 + π‘₯2 βˆ’ π‘₯1, 𝑦3 + 𝑦2 βˆ’ 𝑦1) adalah titik tunggal sehingga 𝑃3𝑃 =

𝑃1𝑃2 .

Andaikan P bukan titik tungga maka 𝑃3𝑃 β‰  𝑃1𝑃2 artinya 𝑃3𝑃 βˆ’ 𝑃1𝑃2

β‰  0

diperoleh 𝑃3𝑃 βˆ’ 𝑃1𝑃2 =(𝑃 βˆ’ 𝑃3) βˆ’ (𝑃2 βˆ’ 𝑃1)

= [(π‘₯3 + π‘₯2 βˆ’ π‘₯1, 𝑦3 + 𝑦2 βˆ’ 𝑦1) βˆ’ (π‘₯3, 𝑦3)] βˆ’ [(π‘₯2, 𝑦2) βˆ’ (π‘₯1, 𝑦1)]

= [(π‘₯3 + π‘₯2 βˆ’ π‘₯1 βˆ’ π‘₯3, 𝑦3 + 𝑦2 βˆ’ 𝑦1 βˆ’ 𝑦3)] βˆ’ [(π‘₯2 βˆ’ π‘₯1, 𝑦2 βˆ’ 𝑦1)]

= (π‘₯2 βˆ’ π‘₯1, 𝑦2 βˆ’ 𝑦1) βˆ’ (π‘₯2 βˆ’ π‘₯1, 𝑦2 βˆ’ 𝑦1)

= (0,0)

= 0.

Akibat 2:

Jika 𝑃𝑛 = (π‘₯𝑛, 𝑦𝑛), 𝑛 = 1,2,3,4, maka 𝑃1𝑃2 = 𝑃3𝑃4

⟺ π‘₯2 βˆ’ π‘₯1 = π‘₯4 βˆ’ π‘₯3, 𝑦2 βˆ’ 𝑦1 = 𝑦4 βˆ’ 𝑦3

(⟹) Akan dibuktikan jika Jika 𝑃𝑛 = (π‘₯𝑛, 𝑦𝑛), 𝑛 = 1,2,3,4 maka

𝑃1𝑃2 = 𝑃3𝑃4

⟹ π‘₯2 βˆ’ π‘₯1 = π‘₯4 βˆ’ π‘₯3, 𝑦2 βˆ’ 𝑦1 = 𝑦4 βˆ’ 𝑦3

Karena 𝑃1𝑃2 = 𝑃3𝑃4

maka 𝑃1𝑃2=𝑃3𝑃4 sehingga 𝑃2 βˆ’ 𝑃1 = 𝑃4 βˆ’ 𝑃3

⟺ [(π‘₯2, 𝑦2) βˆ’ (π‘₯1, 𝑦1)] = [(π‘₯4, 𝑦4) βˆ’ (π‘₯3, 𝑦3)]

⟺ (π‘₯2 βˆ’ π‘₯1, 𝑦2 βˆ’ 𝑦1) = (π‘₯4 βˆ’ π‘₯3, 𝑦4 βˆ’ 𝑦3)

menurut definisi sebuah titik pada aljabar, dua titik A(a,b) = B(c,d)

jika dan hanya jika π‘Ž = 𝑏 dan 𝑐 = 𝑑

diperoleh π‘₯2 βˆ’ π‘₯1 = π‘₯4 βˆ’ π‘₯3 dan 𝑦2 βˆ’ 𝑦1 = 𝑦4 βˆ’ 𝑦3

(⟸) Akan ditunjukkan jika π‘₯2 βˆ’ π‘₯1 = π‘₯4 βˆ’ π‘₯3, 𝑦2 βˆ’ 𝑦1 = 𝑦4 βˆ’ 𝑦3 maka

Jika 𝑃𝑛 = (π‘₯𝑛, 𝑦𝑛), 𝑛 = 1,2,3,4 maka 𝑃1𝑃2 = 𝑃3𝑃4

Page 7: Bab ix ruas garis berarah

Dipunyai π‘₯2 βˆ’ π‘₯1 = π‘₯4 βˆ’ π‘₯3, 𝑦2 βˆ’ 𝑦1 = 𝑦4 βˆ’ 𝑦3 maka dapat dibuat

titik yang sama misalkan R dan S, dengan 𝑅 = (π‘₯2 βˆ’ π‘₯1, 𝑦2 βˆ’ 𝑦1)

dan 𝑆 = (π‘₯4 βˆ’ π‘₯3, 𝑦4 βˆ’ 𝑦3)

misalkan R = S ⟺ (π‘₯2 βˆ’ π‘₯1, 𝑦2 βˆ’ 𝑦1) = (π‘₯4 βˆ’ π‘₯3, 𝑦4 βˆ’ 𝑦3)

⟺ [(π‘₯2, 𝑦2) βˆ’ (π‘₯1, 𝑦1)] = [(π‘₯4, 𝑦4) βˆ’ (π‘₯3, 𝑦3)]

⟺ 𝑃2 βˆ’ 𝑃1 = 𝑃4 βˆ’ 𝑃3

⟺ 𝑃1𝑃2=𝑃3𝑃4 ⟺ 𝑃1𝑃2 = 𝑃3𝑃4

Jadi jika π‘₯2 βˆ’ π‘₯1 = π‘₯4 βˆ’ π‘₯3, 𝑦2 βˆ’ 𝑦1 = 𝑦4 βˆ’ 𝑦3 maka Jika 𝑃𝑛 =

(π‘₯𝑛, 𝑦𝑛), 𝑛 = 1,2,3,4 maka 𝑃1𝑃2 = 𝑃3𝑃4

Mengalikan Ruas Garis Berarah dengan Sebuah Skalar

Definisi:

Andaikan 𝐴𝐡 sebuah ruas garis berarah dan k suatu bilangan real, maka

k𝐴𝐡 adalah ruas garis berarah 𝐴𝑃 sehingga 𝑃 ∈ 𝐴𝐡 dan AP = k (AB) jika

k>0.

Apabila k<0 maka k𝐴𝐡 adalah ruas garis berarah 𝐴𝑃 dengan P anggota

sinar yang berlawanan arah dengan 𝐴𝐡 sedangkan AP = |π‘˜|𝐴𝐡.

Dikatakan bahwa 𝐴𝑃 adalah kelipatan 𝐴𝐡 .

Page 8: Bab ix ruas garis berarah

SOAL-SOAL LATIHAN DAN PEMBAHASAN

1. Diketahui titik-titik A, B, C, dan D, tiap tiga titik tidak segaris.

Ditanya:

a. Lukis titik D sehingga 𝐢𝐸 = 𝐴𝐡

b. Lukis titik F sehingga 𝐷𝐸 = 𝐡𝐴

c. 𝑆𝐴(𝐴𝐡 )

Jawab:

a. Misalkan titik D adalah titik tengah 𝐸𝐴 sehingga 𝑆𝐷(𝐢) = 𝐡

b. Misalkan titik F merupakan titik tengah 𝐸𝐡 sehingga 𝑆𝐹(𝐷) = 𝐴

c. 𝑆𝐴(𝐴𝐡 )

2. Diketahui titik-titik A, B, C yang tidak segaris.

Lukislah:

a. Titik D sehingga 𝐴𝐷 = 3𝐴𝐡

b. Titik F sehingga 𝐴𝐸 = βˆ’4

3𝐴𝐡

c. Titik F sehingga 𝐢𝐹 = √2 𝐴𝐡

E B

C

C A

D

B’

E A

D B

F

B

A

Page 9: Bab ix ruas garis berarah

Jawab:

a. Titik D sehingga 𝐴𝐷 = 3𝐴𝐡

b. Titik F sehingga 𝐴𝐸 = βˆ’4

3𝐴𝐡

c. Titik F sehingga 𝐢𝐹 = √2 𝐴𝐡

3. Diantara ungkapan-ungkapan di bawah ini manakah yang benar?

a. 𝐴𝐡 = βˆ’π΅π΄

b. 𝑆𝐴(𝐴𝐡 ) = 𝐡𝐴

c. 𝑆𝐴(𝐴𝐡 ) = 𝑆𝐡(𝐴𝐡 )

d. Jika 𝐴′ = 𝑆𝐡(𝐴) maka 𝐴𝐴′ = 2𝐴𝐡

e. Jika 𝐡′ = 𝑆𝐴𝑆𝐡(𝐡) dan 𝐴′ = 𝑆𝐴𝑆𝐡(𝐴), maka 𝐴′𝐡′ = 𝐴𝐡

Jawab:

a. 𝐴𝐡 = βˆ’π΅π΄

𝐴𝐡

𝐡𝐴

βˆ’π΅π΄

(Benar)

√2

C

A B

F

A B E B’

A B

B A

A B

D B A

Page 10: Bab ix ruas garis berarah

b. 𝑆𝐴(𝐴𝐡 ) = 𝐡𝐴

𝑆𝐴(𝐴𝐡 )

𝐡𝐴

(Benar)

c. 𝑆𝐴(𝐴𝐡 ) = 𝑆𝐡(𝐴𝐡 )

𝑆𝐴(𝐴𝐡 )

𝑆𝐡(𝐴𝐡 )

(Benar)

d. Jika 𝐴′ = 𝑆𝐡(𝐴) maka 𝐴𝐴′ = 2𝐴𝐡

(Benar)

e. Jika 𝐡′ = 𝑆𝐴𝑆𝐡(𝐡) dan 𝐴′ = 𝑆𝐴𝑆𝐡(𝐴), maka 𝐴′𝐡′ = 𝐴𝐡

(Benar)

4. Diketahui A (0,0), B (5,3), dan C (-2,4). Tentukan:

a. R sehingga 𝐴𝑅 = 𝐡𝐢

b. S sehingga 𝐢𝑆 = 𝐴𝐡

c. T sehingga 𝑇𝐡 = 𝐴𝐢

Jawab:

a. R sehingga 𝐴𝑅 = 𝐡𝐢

Berdasarkan teorema akibat jika 𝐴𝑅 = 𝐡𝐢 maka AR = BC sehingga

(π‘₯𝑅

𝑦𝑅) βˆ’ (

π‘₯𝐴

𝑦𝐴) = (

π‘₯𝐢

𝑦𝐢) βˆ’ (

π‘₯𝐡

𝑦𝐡) ⟺ (

π‘₯𝑅

𝑦𝑅) = (

π‘₯𝐢

𝑦𝐢) βˆ’ (

π‘₯𝐡

𝑦𝐡) + (

π‘₯𝐴

𝑦𝐴)

⟺ (π‘₯𝑅

𝑦𝑅) = (

βˆ’24

) βˆ’ (53) + (

00) = (

βˆ’71

)

A B B’

B A

A B B’

A B A’

B A A’

B’ A B A’

Page 11: Bab ix ruas garis berarah

Jadi R = (-7,1).

b. S sehingga 𝐢𝑆 = 𝐴𝐡

Berdasarkan teorema akibat jika 𝐢𝑆 = 𝐴𝐡 maka CS = AB sehingga

(π‘₯𝑆

𝑦𝑆) βˆ’ (

π‘₯𝐢

𝑦𝐢) = (

π‘₯𝐡

𝑦𝐡) βˆ’ (

π‘₯𝐴

𝑦𝐴) ⟺ (

π‘₯𝑆

𝑦𝑆) = (

π‘₯𝐡

𝑦𝐡) βˆ’ (

π‘₯𝐴

𝑦𝐴) + (

π‘₯𝐢

𝑦𝐢)

⟺ (π‘₯𝑆

𝑦𝑆) = (

53) βˆ’ (

00) + (

βˆ’24

) = (37)

Jadi R = (3,7).

c. T sehingga 𝑇𝐡 = 𝐴𝐢

Berdasarkan teorema akibat jika 𝑇𝐡 = 𝐴𝐢 maka TB = AC sehingga

(π‘₯𝐡

𝑦𝐡) βˆ’ (

π‘₯𝑇

𝑦𝑇) = (

π‘₯𝐢

𝑦𝐢) βˆ’ (

π‘₯𝐴

𝑦𝐴) ⟺ (

π‘₯𝑇

𝑦𝑇) = (

π‘₯𝐡

𝑦𝐡) βˆ’ (

π‘₯𝐢

𝑦𝐢) + (

π‘₯𝐴

𝑦𝐴)

⟺ (π‘₯𝑇

𝑦𝑇) = (

53) βˆ’ (

βˆ’24

) + (00) = (

7βˆ’1

)

Jadi R = (7,-1).

5. Diketahui: A (2,1), B (3,-4), dan C (-1,5). Tentukan:

a. D sehingga CD = AB

b. E sehingga AE = BC

c. F sehingga AF = 1

2𝐴𝐢

Jawab:

a. D sehingga CD = AB

√(π‘₯𝐷 βˆ’ π‘₯𝐢)2 + (𝑦𝐷 βˆ’ 𝑦𝐢)2 = √(π‘₯𝐡 βˆ’ π‘₯𝐴)2 + (𝑦𝐡 βˆ’ 𝑦𝐴)2

⟺ √(π‘₯𝐷 + 1)2 + (𝑦𝐷 βˆ’ 5)2 = √(3 βˆ’ 2)2 + (βˆ’4 βˆ’ 1)2

⟺ √(π‘₯𝐷 + 1)2 + (𝑦𝐷 βˆ’ 5)2 = √(1)2 + (βˆ’5)2

⟺ √(π‘₯𝐷 + 1)2 + (𝑦𝐷 βˆ’ 5)2 = √26

⟺ (π‘₯𝐷 + 1)2 + (𝑦𝐷 βˆ’ 5)2 = 26

⟺ π‘₯𝐷2 + 2π‘₯𝐷 + 1 + 𝑦𝐷

2 βˆ’ 10𝑦𝐷 + 25 = 26

⟺ π‘₯𝐷2+𝑦𝐷

2 + 2π‘₯𝐷 βˆ’ 10𝑦𝐷 + 26 = 26

⟺ π‘₯𝐷2+𝑦𝐷

2 + 2π‘₯𝐷 βˆ’ 10𝑦𝐷 = 0

Jadi D adalah semua titik pada lingkaran π‘₯𝐷2+𝑦𝐷

2 + 2π‘₯𝐷 βˆ’ 10𝑦𝐷 = 0

b. E sehingga AE = BC

√(π‘₯𝐸 βˆ’ π‘₯𝐴)2 + (𝑦𝐸 βˆ’ 𝑦𝐴)2 = √(π‘₯𝐢 βˆ’ π‘₯𝐡)2 + (𝑦𝐢 βˆ’ 𝑦𝐡)2

Page 12: Bab ix ruas garis berarah

⟺ √(π‘₯𝐸 βˆ’ 2)2 + (𝑦𝐸 βˆ’ 1)2 = √(βˆ’1 βˆ’ 3)2 + (5 + 4)2

⟺ √(π‘₯𝐸 βˆ’ 2)2 + (𝑦𝐸 βˆ’ 1)2 = √(βˆ’4)2 + (9)2

⟺ √(π‘₯𝐸 βˆ’ 2)2 + (𝑦𝐸 βˆ’ 1)2 = √16 + 81

⟺ √(π‘₯𝐸 βˆ’ 2)2 + (𝑦𝐸 βˆ’ 1)2 = √97

⟺ (π‘₯𝐸 βˆ’ 2)2 + (𝑦𝐸 βˆ’ 1)2 = 97

⟺ π‘₯𝐸2 βˆ’ 4π‘₯𝐸 + 4 + 𝑦𝐸

2 βˆ’ 2𝑦𝐷 + 1 = 97

⟺ π‘₯𝐸2+𝑦𝐸

2 βˆ’ 4π‘₯𝐸 βˆ’ 2𝑦𝐷 + 5 = 97

⟺ π‘₯𝐸2+𝑦𝐸

2 βˆ’ 4π‘₯𝐸 βˆ’ 2𝑦𝐷 βˆ’ 92 = 0

Jai E adalah semua titik pada lingaran π‘₯𝐸2+𝑦𝐸

2 βˆ’ 4π‘₯𝐸 βˆ’ 2𝑦𝐷 βˆ’ 92 = 0

c. F sehingga AF = 1

2𝐴𝐢

√(π‘₯𝐹 βˆ’ π‘₯𝐴)2 + (𝑦𝐹 βˆ’ 𝑦𝐴)2 = 1

2√(π‘₯𝐢 βˆ’ π‘₯𝐴)2 + (𝑦𝐢 βˆ’ 𝑦𝐴)2

⟺ √(π‘₯𝐹 βˆ’ 2)2 + (𝑦𝐹 βˆ’ 1)2 = 1

2√(βˆ’1 βˆ’ 2)2 + (5 βˆ’ 1)2

⟺ √(π‘₯𝐹 βˆ’ 2)2 + (𝑦𝐹 βˆ’ 1)2 = 1

2√(βˆ’3)2 + (4)2

⟺ √(π‘₯𝐹 βˆ’ 2)2 + (𝑦𝐹 βˆ’ 1)2 = 1

2√9 + 16

⟺ √(π‘₯𝐹 βˆ’ 2)2 + (𝑦𝐹 βˆ’ 1)2 = 1

2√25

⟺ (π‘₯𝐹 βˆ’ 2)2 + (𝑦𝐹 βˆ’ 1)2 =1

4 . 25

⟺ π‘₯𝐹2 βˆ’ 4π‘₯𝐹 + 4 + 𝑦𝐹

2 βˆ’ 2𝑦𝐹 + 1 =1

4 . 25

⟺ π‘₯𝐹2+𝑦𝐹

2 βˆ’ 4π‘₯𝐹 βˆ’ 2𝑦𝐹 + 5 =1

4 . 25

⟺ 4π‘₯𝐹2+4𝑦𝐹

2 βˆ’ 16π‘₯𝐹 βˆ’ 8𝑦𝐹 + 20 = 25

⟺ 4π‘₯𝐹2+4𝑦𝐹

2 βˆ’ 16π‘₯𝐹 βˆ’ 8𝑦𝐹 βˆ’ 5 = 0

Jadi F adalah semua titik pada lingkaran 4π‘₯𝐹2+4𝑦𝐹

2 βˆ’ 16π‘₯𝐹 βˆ’ 8𝑦𝐹 βˆ’

5 = 0

6. Jika A = (1,3), B = (2,7), dan C = (-1,4) adalah titik-titik parallelogram

ABCD. Tentukan koordinat-koordinat titik D.

Jawab:

Menurut teorema 9.1 jika ABCD jajargenjang maka AB=CD dengan K

adalah titik tengah BC dan AD.

Page 13: Bab ix ruas garis berarah

Karena K titik tengah BC maka 𝐾 = (π‘₯𝐡+π‘₯𝐢

2,𝑦𝐡+𝑦𝐢

2) = (

2βˆ’1

2,7+4

2) = (

1

2,11

2)

Karena K titik tengah AD maka 𝐾 = (π‘₯𝐴+π‘₯𝐷

2,𝑦𝐴+𝑦𝐷

2)

⟺ (1

2,11

2) = (

1 + π‘₯𝐷

2,3 + 𝑦𝐷

2)

⟺1 + π‘₯𝐷

2=

1

2⟺ 1 + π‘₯𝐷 = 1 ⟺ π‘₯𝐷 = 0

⟺3 + 𝑦𝐷

2=

11

2⟺ 3 + 𝑦𝐷 = 11 ⟺ 𝑦𝐷 = 8

Jadi koordinat D adalah (0,8).

7. Jika A(-2,4), B(h,3), C(3,0), dan D(5,k) adalah titik sudut jajargenjang

ABCD, tentukan h dan k.

Jawab:

Karena ABCD jajargenjang maka 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 dan 𝐴𝐷 = 𝐡𝐢

Dari 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 menurut akibat teorema 9.1 diperoleh AB=CD maka

(π‘₯𝐡

𝑦𝐡) βˆ’ (

π‘₯𝐴

𝑦𝐴) = (

π‘₯𝐷

𝑦𝐷) βˆ’ (

π‘₯𝐢

𝑦𝐢)

⟺ (β„Ž3) βˆ’ (

βˆ’24

) = (30) βˆ’ (

5π‘˜) ⟺ (

β„Ž + 2βˆ’1

) = (βˆ’2βˆ’π‘˜

)

Sehingga diperoleh β„Ž + 2 = βˆ’2 ⟺ β„Ž = βˆ’4 dan – π‘˜ = βˆ’1 ⟺ π‘˜ = 1.

8. Jika A(-h,-k), B(5,-2√3), C(k,8√3) dan D(-9,h) adalah titik-titik sehingga

𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 , tentukan h dan k.

Jawab:

Karena 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 maka menurut akibat teorema 9.1 diperoleh AB=CD

sehingga

(π‘₯𝐡

𝑦𝐡) βˆ’ (

π‘₯𝐴

𝑦𝐴) = (

π‘₯𝐷

𝑦𝐷) βˆ’ (

π‘₯𝐢

𝑦𝐢) ⟺ (

5 + β„Ž

βˆ’2√3 + π‘˜) = (

βˆ’9 βˆ’ π‘˜

β„Ž βˆ’ 8√3)

⟺ 5 + β„Ž = βˆ’9 βˆ’ π‘˜ ⟺ β„Ž + π‘˜ = βˆ’14 ... (1)

⟺ βˆ’2√3 + π‘˜ = β„Ž βˆ’ 8√3 ⟺ β„Ž βˆ’ π‘˜ = 6√3 ...(2)

Dari (1) dan (2) diperoleh k = - 7 - 3√3 dan h = - 7 - 3√3.

9. Diantara relasi-relasi di bawah ini manakah yang termasuk relasi ekivalensi?

a. Kesejajaran pada himpunan semua garis.

b. Kekongruenan pada himpunan semua sudut.

c. Kesebangunan pada himpunan semua segitiga.

Page 14: Bab ix ruas garis berarah

d. Kekongruenan antara bilangan-bilangan bulat modulo 3.

Jawab:

a. Relasi ekivalensi

b. Relasi ekivalensi

c. Relasi ekivalensi

d. Bukan relasi ekivalensi

e. Bukan relasi ekivalensi

10. Buktikan jika 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 dan 𝐢𝐷 = 𝐸𝐹 maka 𝐴𝐡 = 𝐸𝐹 dengan jalan

memisalkan 𝐴 = (π‘Ž1, π‘Ž2), 𝐡 = (𝑏1, 𝑏2), 𝐢 = (0,0) π‘‘π‘Žπ‘› 𝐸 = (𝑒1, 𝑒2).

Bukti:

Dari 𝐴𝐡 = 𝐢𝐷 diperoleh AB = CD maka (𝑏1

𝑏2) βˆ’ (

π‘Ž1

π‘Ž2) = (

𝑑1

𝑑2) βˆ’ (

𝑐1

𝑐2)

⟺ (𝑑1

𝑑2) = (

𝑏1 βˆ’ π‘Ž1 + 0𝑏2 βˆ’ π‘Ž2 + 0

) = (𝑏1 βˆ’ π‘Ž1

𝑏2 βˆ’ π‘Ž2)

Dari 𝐢𝐷 = 𝐸𝐹 diperoleh CD = EF maka (𝑑1

𝑑2) βˆ’ (

𝑐1

𝑐2) = (

𝑓1𝑓2

) βˆ’ (𝑒1

𝑒2)

⟺ (𝑏1 βˆ’ π‘Ž1

𝑏2 βˆ’ π‘Ž2) βˆ’ (

00) = (

𝑓1𝑓2

) βˆ’ (𝑒1

𝑒2)

⟺ (𝑓1𝑓2

) = (𝑏1 βˆ’ π‘Ž1 + 𝑒1

𝑏2 βˆ’ π‘Ž2 + 𝑒2)

Sehingga 𝐸𝐹 = (𝑏1 βˆ’ π‘Ž1 + 𝑒1

𝑏2 βˆ’ π‘Ž2 + 𝑒2) βˆ’ (

𝑒1

𝑒2) = (

𝑏1 βˆ’ π‘Ž1

𝑏2 βˆ’ π‘Ž2).

11. Jika A=(0,0), B=(1,-3), dan C=(5,7), tentukan:

a. D sehingga AD = 3 AB

b. E sehingga AE = 1

2𝐡𝐢

c. F sehingga AF = -2 AB

Jawab:

a. D sehingga AD = 3 AB

√(π‘₯𝐷 βˆ’ π‘₯𝐴)2 + (𝑦𝐷 βˆ’ 𝑦𝐴)2 = 3√(π‘₯𝐡 βˆ’ π‘₯𝐴)2 + (𝑦𝐡 βˆ’ 𝑦𝐴)2

⟺ √(π‘₯𝐷 + 0)2 + (𝑦𝐷 βˆ’ 0)2 = 3√(1 βˆ’ 0)2 + (βˆ’3 βˆ’ 0)2

⟺ √π‘₯𝐷2 + 𝑦𝐷

2 = 3√(1)2 + (βˆ’3)2

⟺ √π‘₯𝐷2 + 𝑦𝐷

2 = 3√10

⟺ π‘₯𝐷2 + 𝑦𝐷

2 = 90

Page 15: Bab ix ruas garis berarah

Jadi D adalah semua titik pada lingkaran π‘₯𝐷2 + 𝑦𝐷

2= 90

b. E sehingga AE = 1

2𝐡𝐢

√(π‘₯𝐸 βˆ’ π‘₯𝐴)2 + (𝑦𝐸 βˆ’ 𝑦𝐴)2 = 1

2√(π‘₯𝐢 βˆ’ π‘₯𝐡)2 + (𝑦𝐢 βˆ’ 𝑦𝐡)2

⟺ √(π‘₯𝐸 βˆ’ 0)2 + (𝑦𝐸 βˆ’ 0)2 = 1

2√(5 βˆ’ 1)2 + (7 βˆ’ (βˆ’3))2

⟺ √π‘₯𝐸2 + 𝑦𝐸

2 = 1

2√(4)2 + (10)2

⟺ √π‘₯𝐸2 + 𝑦𝐸

2 = 1

2√16 + 100

⟺ √π‘₯𝐸2 + 𝑦𝐸

2 = 1

2√116

⟺ π‘₯𝐸2 + 𝑦𝐸

2 =1

4. 116

⟺ π‘₯𝐸2 + 𝑦𝐸

2 = 29

Jadi E adalah semua titik pada lingkaran π‘₯𝐸2 + 𝑦𝐸

2 = 29

c. F sehingga AF = -2 AB

√(π‘₯𝐹 βˆ’ π‘₯𝐴)2 + (𝑦𝐹 βˆ’ 𝑦𝐴)2 = -2√(π‘₯𝐡 βˆ’ π‘₯𝐴)2 + (𝑦𝐡 βˆ’ 𝑦𝐴)2

⟺ √(π‘₯𝐹 βˆ’ 0)2 + (𝑦𝐷 βˆ’ 0)2 =-2√(1 βˆ’ 0)2 + (βˆ’3 βˆ’ 0)2

⟺ √π‘₯𝐹2 + 𝑦𝐹

2 = βˆ’2√(1)2 + (βˆ’3)2

⟺ √π‘₯𝐹2 + 𝑦𝐹

2 = 4√10

⟺ π‘₯𝐹2 + 𝑦𝐹

2 = 40

Jadi D adalah semua titik pada lingkaran π‘₯𝐹2 + 𝑦𝐹

2= 40

12. Jika 𝑃0 = (0,0), 𝑃1 = (π‘₯1, 𝑦1), 𝑃2 = (π‘₯2, 𝑦2) dan 𝑃3 = (π‘₯3, 𝑦3) sedangkan

k>0, tentukan:

a. P sehingga 𝑃0𝑃 = π‘˜π‘ƒ0𝑃1

b. P sehingga 𝑃1𝑃 = π‘˜π‘ƒ1𝑃2

c. Jika 𝑃3𝑃 = π‘˜π‘ƒ1𝑃2 maka 𝑃 = [π‘₯3 + π‘˜(π‘₯2 βˆ’ π‘₯1), 𝑦3 + π‘˜(𝑦2 βˆ’ 𝑦1)]

d. Apakah rumus tetap berlaku apabila k < 0?

Jawab:

a. P sehingga 𝑃0𝑃 = π‘˜π‘ƒ0𝑃1

Page 16: Bab ix ruas garis berarah

Karena 𝑃0𝑃 = π‘˜π‘ƒ0𝑃1 maka menurut akibat teorema 9.1 diperoleh P0P =

kP0P1 sehingga (π‘₯𝑃 βˆ’ π‘₯𝑃0

𝑦𝑃 βˆ’ 𝑦𝑃0) = π‘˜ (

π‘₯𝑃1βˆ’ π‘₯𝑃0

𝑦𝑃1βˆ’ 𝑦𝑃0

) ⟺ (π‘₯𝑝 βˆ’ 0

𝑦𝑝 βˆ’ 0) = π‘˜ (

π‘₯1 βˆ’ 0𝑦1 βˆ’ 0

)

⟺ (π‘₯𝑝

𝑦𝑝) = (

π‘˜π‘₯1

π‘˜π‘¦1)

b. P sehingga 𝑃1𝑃 = π‘˜π‘ƒ1𝑃2

Karena 𝑃1𝑃 = π‘˜π‘ƒ1𝑃2 maka menurut akibat teorema 9.1 diperoleh

P1P=kP1P2 sehingga

(π‘₯𝑃 βˆ’ π‘₯𝑃1

𝑦𝑝 βˆ’ 𝑦𝑃1) = π‘˜ (

π‘₯𝑃2βˆ’π‘₯𝑃1

𝑦𝑃2βˆ’ 𝑦𝑃1

) ⟺ (π‘₯𝑃 βˆ’ π‘₯1

𝑦𝑃 βˆ’ 𝑦1) = π‘˜ (

π‘₯2 βˆ’ π‘₯1

𝑦2 βˆ’ 𝑦1)

⟺ π‘₯𝑃 βˆ’ π‘₯1 = π‘˜π‘₯2 βˆ’ π‘˜π‘₯1 ⟺ π‘₯𝑃 = π‘˜π‘₯2 βˆ’ (π‘˜ βˆ’ 1)π‘₯1

⟺ 𝑦𝑃 βˆ’ 𝑦1 = π‘˜π‘¦2 βˆ’ π‘˜π‘¦1 ⟺ 𝑦𝑃 = π‘˜π‘¦2 βˆ’ (π‘˜βˆ’1)𝑦1

Jadi 𝑃 = (π‘˜π‘₯2 βˆ’ (π‘˜ βˆ’ 1)π‘₯1, π‘˜π‘¦2 βˆ’ (π‘˜βˆ’1)𝑦1)

c. Jika 𝑃3𝑃 = π‘˜π‘ƒ1𝑃2 maka 𝑃 = [π‘₯3 + π‘˜(π‘₯2 βˆ’ π‘₯1), 𝑦3 + π‘˜(𝑦2 βˆ’ 𝑦1)]

Karena 𝑃3𝑃 = π˜Œπ‘ƒ1𝑃2 maka menurut akibat teorema 9.1 diperoleh

P3P=kP1P2 sehingga

(π‘₯𝑃 βˆ’ π‘₯𝑃3

𝑦𝑃 βˆ’ 𝑦𝑃3) = π‘˜ (

π‘₯𝑃2βˆ’π‘₯𝑃1

𝑦𝑃2βˆ’ 𝑦𝑃1

) ⟺ (π‘₯𝑃 βˆ’ π‘₯3

𝑦𝑃 βˆ’ 𝑦3) = π‘˜ (

π‘₯2 βˆ’ π‘₯1

𝑦2 βˆ’ 𝑦1)

⟺ π‘₯𝑃 βˆ’ π‘₯3 = π‘˜π‘₯2 βˆ’ π‘˜π‘₯1 ⟺ π‘₯𝑃 = π‘˜(π‘₯2 βˆ’ π‘₯1) + π‘₯3

⟺ 𝑦𝑃 βˆ’ 𝑦3 = π‘˜π‘¦2 βˆ’ π‘˜π‘¦1 ⟺ 𝑦𝑃 = π‘˜(𝑦2 βˆ’ 𝑦1) + 𝑦3

Jadi 𝑃 = (π‘˜(π‘₯2 βˆ’ π‘₯1) + π‘₯3, π‘˜(𝑦2 βˆ’ 𝑦1) + 𝑦3)

d. Apakah rumus tetap berlaku apabila k < 0?

rumus tetap berlaku tetapi arahnya berlawanan.

13. Jika A = (0,0), B = (1,3), C = (-2,5), dan D = (4,-2) titik-titik diketahui,

gunakan hasil pada soal nomor 12, untuk menentukan koordinat-koordinat

titik-titik berikut:

a. P sehingga 𝐴𝑃 = 4 𝐴𝐢

b. R sehingga 𝐡𝑅 =1

2𝐡𝐢

c. S sehingga 𝐷𝑆 = 3𝐡𝐢

d. T sehingga 𝐢𝑇 = βˆ’2𝐷𝐡

Jawab:

a. P sehingga 𝐴𝑃 = 4 𝐴𝐢

Page 17: Bab ix ruas garis berarah

Karena 𝐴𝑃 = 4 𝐴𝐢 maka 𝐴𝑃 = 4𝐴𝐢 sehingga 𝑃 βˆ’ 𝐴 = 4(𝐢 βˆ’ 𝐴)

Diperoleh (π‘₯𝑃 βˆ’ π‘₯𝐴

𝑦𝑃 βˆ’ 𝑦𝐴) = 4 (

π‘₯𝐢 βˆ’ π‘₯𝐴

𝑦𝐢 βˆ’ 𝑦𝐴) ⟺ (

π‘₯𝑃

𝑦𝑃) = 4 (

βˆ’2 βˆ’ 05 βˆ’ 0

) + (00)

⟺ (π‘₯𝑃

𝑦𝑃) = (

βˆ’820

)

Jadi koordinat P = (-8,20).

b. R sehingga 𝐡𝑅 =1

2𝐡𝐢

Karena 𝐡𝑅 =1

2𝐡𝐢 maka BR=

1

2 BC sehingga R – B =

1

2 (𝐢 βˆ’ 𝐡)

Diperoleh (π‘₯𝑅 βˆ’ π‘₯𝐡

𝑦𝑅 βˆ’ 𝑦𝐡) =

1

2 (π‘₯𝐢 βˆ’ π‘₯𝐡

𝑦𝐢 βˆ’ 𝑦𝐡) ⟺ (

π‘₯𝑅 βˆ’ 1𝑦𝑅 βˆ’ 3

) =1

2 (βˆ’2 βˆ’ 15 βˆ’ 3

)

⟺ π‘₯𝑅 βˆ’ 1 =βˆ’3

2⟺ π‘₯𝑅 =

βˆ’1

2

⟺ 𝑦𝑅 βˆ’ 3 = 1 ⟺ 𝑦𝑅 = 4

Jadi koordinat R = (βˆ’1

2, 4).

c. S sehingga 𝐷𝑆 = 3𝐡𝐢

Karena 𝐷𝑆 = 3𝐡𝐢 maka S – D = 3 (C – B)

Diperoleh (π‘₯𝑆 βˆ’ π‘₯𝐷

𝑦𝑆 βˆ’ 𝑦𝐷) = 3 (

π‘₯𝐢 βˆ’ π‘₯𝐡

𝑦𝐢 βˆ’ 𝑦𝐡) ⟺ (

π‘₯𝑆 βˆ’ 4𝑦𝑆 βˆ’ (βˆ’2)

) = 3 (βˆ’2 βˆ’ 15 βˆ’ 3

)

⟺ π‘₯𝑆 βˆ’ 4 = βˆ’9 ⟺ π‘₯𝑆 = βˆ’5

⟺ 𝑦𝑆 + 2 = 6 ⟺ 𝑦𝑆 = 4

Jadi koordinat S = (βˆ’5,4).

d. T sehingga 𝐢𝑇 = βˆ’2𝐷𝐡

Karena 𝐢𝑇 = βˆ’2𝐷𝐡 maka T – C = -2 ( B – D )

Diperoleh (π‘₯𝑇 βˆ’ π‘₯𝐢

𝑦𝑇 βˆ’ 𝑦𝐢) = βˆ’2(

π‘₯𝐡 βˆ’ π‘₯𝐷

𝑦𝐡 βˆ’ 𝑦𝐷) ⟺ (

π‘₯𝑇 βˆ’ (βˆ’2)𝑦𝑇 βˆ’ 5

) =

βˆ’2(1 βˆ’ 4

3 βˆ’ (βˆ’2))

⟺ π‘₯𝑇 + 2 = 6 ⟺ π‘₯𝑇 = 4

⟺ 𝑦𝑇 βˆ’ 5 = βˆ’10 ⟺ 𝑦𝑇 = βˆ’5

Jadi koordinat R = (4,βˆ’5).

14. Diketahui garis-garis g dan h yang sejajar. Titik 𝑃 ∈ 𝑔 sedangkan titik 𝑄

tidak pada g maupun h.

a. Lukislah P’=MhMg(P) dan Q’=MhMg(Q)

Page 18: Bab ix ruas garis berarah

b. Buktikan bahwa 𝑃𝑃′ = 𝑄𝑄′

Jawab:

a. Gambar P’=MhMg(P) dan Q’=MhMg(Q)

b. Bukti bahwa 𝑃𝑃′ = 𝑄𝑄′

15. Diketahui garis-garis u dan v yang sejajar; ada titik-titik Z dan W tidak pada

garis-garis itu.

a. Lukislah Z’=MvMu(Z) dan W’=MvMu(W)

b. Buktikan bahwa 𝑍𝑍′ = π‘Šπ‘Šβ€²

Jawab:

a. Gambar Z’=MvMu(Z) dan W’=MvMu(W)

b. Bukti bahwa 𝑍𝑍′ = π‘Šπ‘Šβ€²

16. Diketahui garis g dan lingkaran-lingkaran L1 dan L2; garis itu tidak

memotong lingkaran-lingkaran. Dengan memperhatikan Mg(L1), tentukan

Mg(Q)

h

g P

P’

Q’

Q

Z’

u

v

Z W’

W

Mu(Z)

Mu(W)

Page 19: Bab ix ruas garis berarah

semua titik X pada g sehingga βˆ π‘ƒπ‘‹π΄ β‰… βˆ π‘„π‘‹π΅ dengan 𝐴 ∈ 𝐿1, 𝐡 ∈ 𝐿2

sedangkan 𝑋𝐴 dan 𝑋𝐡 adalah garis-garis singgung.

Jawab:

17. Diketahui garis g dan lingkaran-lingkaran L1 dan L2. Garis tidak memotong

L1 maupun L2. Gunakna sebuah transformasi untuk melukis sebuah bujur

sangkar yang dua titik sudutnya terletak pada g, satu titik sudut ada pada L1

dan titik sudut yang keempat ada pada L2.

Jawab: