BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

42
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Tanggal 3 Mei 1974 PT. Pantja Motor secara resmi didirikan sebagai anak perusahaan dari PT. Pantja Niaga. Kemudian pada tanggal 21 Juni 1981, PT. Pantja Motor memperluas assembling-nya dengan sebuah assembling PT. Insan Apolo yang berada di Jalan Kali Abang No. 1 Pondok Ungu, Bekasi dan juga yang berada di Jalan Karang Bolong Raya No. 24 Ancol Barat, Jakarta Utara. Di tahun 1988 PT. Unitras Pertama membeli 68 persen saham PT. Pantja Motor dan sisanya tetap dimiliki oleh PT. Pantja Niaga. Pada tahun 1991 PT. Astra International Tbk menjadi pemilik mayoritas PT. Pantja Motor dengan 75 persen saham yang dibeli melalui PT. Aryaloka Sentana dari PT Unitras Pertama. Di tahun yang sama Isuzu Panther TBR 52, 2300 cc Diesel Direct Injection diluncurkan ke pasar. Pada Agustus 2007, gedung head office Isuzu diresmikan, seluruh kegiatan dipindahkan di gedung baru. Akhirnya pada tahun 2008, penanda tanganan DTS (Deed of Transfer of Shares) dilaksanakan pada tgl 4 Februari 2008, saham yang dilepas PT. Arya Kharisma kepada Isuzu Motor Ltd sebanyak 14.88 persen, sehingga komposisi saham berubah menjadi PT. Arya Kharisma (Astra Internasional) 49,88 persen, Isuzu Motors Ltd 49.88 persen dan PT. PPI (Planning Production Inventory) sebanyak 10.12 persen. PT. Pantja Motor secara resmi bergabung dengan PT. ASTRA Internasional Tbk pada 14 April 2008, dan sebelumnya pada tanggal 5 April 2008 telah berganti nama menjadi PT. Isuzu Astra Motor Indonesia (PT. IAMI). PT. Isuzu Astra Motor Indonesia tergabung dalam grup Astra Motor III (Asmo III) yang terdiri dari perusahaan-perusahaan agen tunggal maupun distributor untuk merk ISUZU, Daihatsu, Nissan Diesel, Peugeot dan BMW (hanya distributor) menggunakan Sistem Manajemen Astra yaitu manajemen TQC (Total Quality Control), dimana dalam peningkatan kualitasnya berdasarkan data-data statistik dan harus mengikutsertakan karyawannya, mulai dari tingkat bawah hingga manajemen, sehingga tercapai kepuasan pelanggan dan juga kepuasan kerja karyawan itu sendiri.

Transcript of BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

Page 1: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

 

 

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

4.1 PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Tanggal 3 Mei 1974 PT. Pantja Motor secara resmi didirikan sebagai anak

perusahaan dari PT. Pantja Niaga. Kemudian pada tanggal 21 Juni 1981, PT.

Pantja Motor memperluas assembling-nya dengan sebuah assembling PT. Insan

Apolo yang berada di Jalan Kali Abang No. 1 Pondok Ungu, Bekasi dan juga

yang berada di Jalan Karang Bolong Raya No. 24 Ancol Barat, Jakarta Utara.

Di tahun 1988 PT. Unitras Pertama membeli 68 persen saham PT. Pantja

Motor dan sisanya tetap dimiliki oleh PT. Pantja Niaga. Pada tahun 1991 PT.

Astra International Tbk menjadi pemilik mayoritas PT. Pantja Motor dengan 75

persen saham yang dibeli melalui PT. Aryaloka Sentana dari PT Unitras Pertama.

Di tahun yang sama Isuzu Panther TBR 52, 2300 cc Diesel Direct Injection

diluncurkan ke pasar. Pada Agustus 2007, gedung head office Isuzu diresmikan,

seluruh kegiatan dipindahkan di gedung baru. Akhirnya pada tahun 2008, penanda

tanganan DTS (Deed of Transfer of Shares) dilaksanakan pada tgl 4 Februari

2008, saham yang dilepas PT. Arya Kharisma kepada Isuzu Motor Ltd sebanyak

14.88 persen, sehingga komposisi saham berubah menjadi PT. Arya Kharisma

(Astra Internasional) 49,88 persen, Isuzu Motors Ltd 49.88 persen dan PT. PPI

(Planning Production Inventory) sebanyak 10.12 persen.

PT. Pantja Motor secara resmi bergabung dengan PT. ASTRA

Internasional Tbk pada 14 April 2008, dan sebelumnya pada tanggal 5 April 2008

telah berganti nama menjadi PT. Isuzu Astra Motor Indonesia (PT. IAMI). PT.

Isuzu Astra Motor Indonesia tergabung dalam grup Astra Motor III (Asmo III)

yang terdiri dari perusahaan-perusahaan agen tunggal maupun distributor untuk

merk ISUZU, Daihatsu, Nissan Diesel, Peugeot dan BMW (hanya distributor)

menggunakan Sistem Manajemen Astra yaitu manajemen TQC (Total Quality

Control), dimana dalam peningkatan kualitasnya berdasarkan data-data statistik

dan harus mengikutsertakan karyawannya, mulai dari tingkat bawah hingga

manajemen, sehingga tercapai kepuasan pelanggan dan juga kepuasan kerja

karyawan itu sendiri.

Page 2: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

53

 

 

4.1.2 Batas Wilayah dan Letak Geografis PT. Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu (PT. IAMI APPU)

APPU PT. Isuzu Astra Motor Indonesia beralamat di Jl. Kali Abang No. 1

Pondok Ungu, Kecamatan Medan Satria, Pondok Ungu, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Menurut letak geografisnya, area PT. Isuzu Astra Motor Indonesia memiliki

perbatasan wilayah sebagai berikut:

sebelah utara : Kantor Kecamatan Medan Satria Kota Bekasi

sebeleah selatan : PT. GMBI

sebelah timur : PT. Bakrie Tosanjaya

sebelah barat : PT. Express

Area industri PT. Isuzu Astra Motor Indonesia mempunyai luas 28.330 m2

dan dengan luas bangunan 13.180 m2. Fasilitas pendukung yang terdapat di area

PT. Isuzu Astra Motor Indonesia ialah musholla, kantin, ruang makan, loker bagi

karyawan, toilet, lapangan parkir, taman, koperasi karyawan dan beberapa fasilitas

pendukung lainnya.

4.1.3 Visi dan Misi PT Isuzu Astra Motor Indonesia

PT Isuzu Astra Motor Indonesia memiliki visi dan misi dimana visi dan

misi tersebut dinyatakan sebagai tujuan akhir perusahaan. Berdasarkan kebijakan

perusahaan, maka PT. IAMI mempunyai visi yaitu sebagai perusahaan agen

tunggal pemegang merek mobil Isuzu memahami pentingnya tanggungjawab

perusahaan dibidang kualitas, lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja,

sosial, hubungan industrial dan keamanan sebagai akibat yang timbul dari proses

bisnis perusahaan. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka PT Isuzu Astra Motor

Indonesia memiliki misi untuk:

1. Memenuhi dan mematuhi peraturan perundangan, persyaratan lain yang

berlaku, serta menjalin hubungan baik dengan pemerintah, masyarakat,

supplier, seluruh karyawan dan pihak-pihak terkait.

2. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, kecelakaan dan penyakit

akibat kerja

3. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan dengan memenuhi

persyaratan Q, C, D, S, M, E (Quality, Cost, Delivery, Safety, Morale, dan

Environment).

Page 3: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

54

 

 

4. Menerapkan etika bisnis dan etika kerja sesuai dengan Catur Darma dan

Prinsip Dasar Astra dalam praktek bisnis sehari-hari

5. Melakukan aktivitas sosial guna menumbuhkan kepercayaan para

stakeholder

6. Menyelenggarakan fungsi keamanan yang kondusif dan terciptanya rasa

aman terbebas dari Ancaman, Tantangan, Hambatan, Gangguan dan

Bahaya (ATHGB) dan bekerja sama dengan aparat keamanan terkait

7. Melakukan perbaikan secara terus-menerus dalam penerapan sistem

manajemen dan berpedoman pada Catur Darma Astra.

4.1.4 Sumber Daya Manusia dan Struktrur Organisasi

PT. Isuzu Astra Motor Indonesia saat ini memiliki jumlah karyawan tetap

sebanyak 214 orang. PT. Isuzu Astra Motor Indonesia dipimpin oleh Board of

Director, 1 orang Director in Charge, dan 1 orang direktur produksi manufacture

yang membawahi Assy Plant, Departemen Personalia, dan General Affair (PGA).

Departement Assy Plant, yang dipimpin oleh Plant Manager, membawahi enam

seksi yaitu Planning Production Inventory Control (PPIC), Produksi, Quality

Control, Technical Service (TekSer), PDCA dan Environmental Health and Safety

(EHS). Berikut ini uraian tugas masing-masing seksi:

1. Seksi PPIC (Planning Production Inventory Control)

Seksi ini bertugas mengontrol, mendata barang-barang yang

dibutuhkan dalam proses produksi, bertanggung jawab dalam pembuatan

jadwal proses dan jumlah produksi yang dihasilkan. Karyawan tetap yang

ada di seksi ini adalah 20 orang, dengan komposisi 19 orang pria dan satu

orang wanita dan lima orang karyawan kontrak.

2. Seksi Produksi

Seksi ini bertanggung jawab mengatur keseluruhan proses

produksi. Mulai dari merakit kendaraan, pembentukkan sampai dengan

manganalisis tipe-tipe yang dikeluarkan, serta membuat suatu petunjuk

kerja yang kemudian disampaikan ke seksi lain. Seksi produksi ini juga

berfungsi sebagai seksi Research and Development yang bertugas

Page 4: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

55

 

 

merencanakan produksi baru/mengolah produksi agar sesuai kebutuhan

dalam pemasaran.

Dalam proses produksi, seksi ini dibagi lagi menjadi beberapa pos

produksi, antara lain Body Shop, Paint Shop, Sub Assy & Balck Dipping,

Trimming Cabin, TCF dan Recty. Dibandingkan dengan pekerjaan

dibidang administrasi, beban kerja di seksi produksi ini terolong sedang,

dengan beban kerja yang berat ada pada bagian Body Shop dan Paint Shop.

Seksi Produksi dikepalai oleh Supervisor. Masing-masing pos dikepalai

oleh seorang Foreman. Foreman membawahi sekelompok operator yang

diketuai oleh Group Leader.

3. Seksi Quality Control

Bertanggung jawab mengendalikan (controlling) kualitas hasil

produksi, baik produk hasil dari tiap proses maupun hasil akhir. Selain itu,

seksi ini juga mendata penerimaan material lokal maupun non lokal dan

mengendalikan daftar barang yang dibutuhkan.

4. Seksi Technical Service

Bertugas merawat, memperbaiki, mengembangkan, dan

memodifikasi semua equipment dan tools yang digunakan dalam proses

produksi, serta bertanggung jawab terhadap kelancaran arus listrik dan

bangunan

5. Seksi PDCA (Plan, Do, Check, Action)

Bertugas dalam perencanaan, kegiatan, pengawasan, dan review

program di setiap seksi perusahaan

6. Seksi Enviroment Health and Safety (EHS)

Bertanggung jawab terhadap seluruh aspek yang berkaitan dengan

Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3) dan untuk

mensukseskan kebijakan serta komitmen perusahaan tentang LK3. EHS

juga bertanggung jawab terhadap operasional Waste Water Treatment

(WWT), Incenerator, pemenuhan undang-undang K3 dan lingkungan dan

upaya-upaya untuk memenuhi cleaner production, clear technology, serta

pengupayaan zero accident.

Page 5: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

56

 

 

Selain dalam bidang keselamatan, EHS juga memiliki tanggung jawab

terhadap kesehatan karyawan. Salah satu wujud tanggung jawab tersebut adalah

dengan adanya klinik kesehatan milik perusahaan. Namun, klinik di perusahaan

ini tidak banyak dimanfaatkan oleh karyawan dengan alasan karyawan lebih suka

mendapat pelayanan dari dokter ahli. Perusahaan juga menyediakan ruang P3K

(Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) dan obat-obatan P3K pada 13 kotak obat

yang tersebar di area perusahaan untuk menghadapi keadaan darurat.

Perusahaan mulai menerapkan gizi kerja dalam rangka mengembangkan

peran serta EHS dalam menjamin kesehatan dan keselamatan kerja. Salah satu

wujud penerapan gizi kerja adalah dengan menyediakan makan siang yang

memenuhi kebutuhan gizi para karyawan dan selera para karyawan. Peran ini

penting dalam meningkatkan status gizi para karyawan sehingga dapat terhindar

dari gangguan kesehatan akibat gizi, baik gizi kurang maupun lebih, sehingga

produktivitas dapat meningkat.

4.1.5 CSR PT Isuzu Astra Motor Indonesia APPU

PT. IAMI APPU telah melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial

perusahaan (CSR) sejak tahun 2001. Penerapan CSR PT. IAMI APPU dilakukan

berdasarkan kebijakan perusahaan yang tercantum dalam visi dan misi PT. IAMI.

Hal tersebut tersurat dalam butir nomor lima dari kebijakan perusahaan yang

menyatakan bahwa PT IAMI melakukan aktivitas sosial guna menumbuhkan

kepercayaan pada stakeholder. Selain kebijakan perusahaan, CSR PT IAMI APPU

juga dilakukan berdasarkan kebijakan lingkungan yang menyatakan bahwa ingin

mewujudkan sebagai perusahaan yang ramah lingkungan (environmental friendly

company) serta berpartisipasi aktif dalam tanggung jawab sosial terhadap

masyarakat (community development). Kedua Kebijakan ini masing-masing

disahkan oleh Ecexutive in Charge CSR. Adapun struktur koordinasi yang

terdapat dalam komite CSR PT. IAMI APPU yang terlihat pada Gambar 2 berikut:

Page 6: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

57

 

 

 

 

 

Gambar 2. Struktur Koordinasi CSR PT. IAMMI APPU

Kegiatan CSR PT IAMI APPU dalam struktur organisasi perusahaan

ditangani oleh seksi Enviroment Health and Safety (EHS). Seksi ini dibentuk

karena tanggapan dari munculnya sistem manajeman lingkungan yang dirilis oleh

PT. Astra International (PT. AI) sebagai induk perusahaan pada tahun 2000.

Sistem ini dikenal dengan sebutan Astra Green Company (AGC). AGC

merupakan sebuah manajeman yang secara sadar meletakkan pertimbangan

perlindungan dan pembangunan lingkungan, keselamatan, dan kesehatan

Head Secretary

Area Employee (AIRA) Area Supplier

Area Customer Area Shareholder Area Community Area Government Area Environment

Marketing After Sales

Product Development Production Engineering

PPIC Budget & Accounting Information System

HRD GA

APPU PDC CKD

Sparepart

Board of

Directors

Director In

Charge

Management Representative

Page 7: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

58

 

 

“stakeholder” dalam setiap pengambilan keputusan bisnisnya sebagai wujud nyata

tanggung jawab dan upaya memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan

pembangunan berkelanjutan. Empat pilar yang mendukung sistem manajeman

AGC ialah Green Strategy, Green Process, Green Product dan Green Employee.

AGC juga digunakan sebagai alat untuk melakukan self assesment/internal audit

yang berguna untuk mengetahui kinerja perusahaan khusunya mengenai

Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3). Status penilaian AGC

dibagi menjadi 5 warna sebagai simbol peringkat dari terbaik, yakni Emas, Hijau,

Biru, Merah dan Hitam (Lampiran 2).

Kemudian pada tahun 2007, selain sistem AGC, PT. Astra International

menambah sistem baru yang bernama Astra Friendly Company (AFC). Sistem ini

dibuat untuk menilai kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Adapun

tiga pilar yang membangun sistem ini ialah konsep Value, Mindset dan Behavior.

Namun sampai saat ini kegiatan CSR PT. IAMI APPU diaudit berdasarkan

kriteria sistem penilaian AGC dikarenakan perusahaan belum siap untuk diaudit

berdasarkan sistem AFC. Beberapa kriteria penilaian mengenai tanggung jawab

sosial perusahaan terhadap “stkakeholder” masyarakat juga terdapat di dalam

audit AGC, akan tetapi tidak selengkap pada kriteria penilaian berdasarakan audit

AFC. Proses pengauditan melalui sistem AFC dilakukan berdasarkan permintaan

dari kesiapan PT. IAMI APPU untuk diaudit kepada PT. Astra International.

Kedua sistem tersebut, baik AFC dan AGC diharapkan dapat mencapai

prestasi perusahaan dalam keseimbangan Triple Bottom Line, yakni dalam bidang

ekonomi, sosial dan lingkungan. Jadi perusahaan tidak hanya mengharapkan

keuntungan laba dari penjualan produknya (ekonomi), akan tetapi juga peduli

terhadap lingkungan sosial (hubungan yang baik dengan masyarakat, konsumen,

pemasok, dan pemerintah) dan lingkungan alam sekitar perusahaan demi

kelancaran keberlansungan hidupnya bisnis PT. Isuzu Astra Motor Indonesia.

4.2 Komunitas Kelurahan Medan Satria RW 07

4.2.1 Kondisi Geografis RW 07, Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria

Secara geografis, RW 07 merupakan wilayah pemukiman padat penduduk

yang terdiri dari 7 RT. RW 04 terletak di wilayah Kelurahan Medan Satria,

Page 8: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

59

 

 

Kecamatan Medan Satria, Kotamdaya Bekasi Utara. Wilayah ini merupakan

rawan banjir ketika musim hujan. Fasilitas umum yang terdapat di RW 07 antara

lain sekolah, mushola, kantor RW dan posyandu.

Sebelah timur dan utara RW 07 berbatasan dengan D.K.I Jakarta. Bagian

Barat RW 07 berbatasan dengan Kelurahan Pejuang. Sedangkan sebelah selatan

RW 07 berbatasan dengan Kelurahan Kalibaru.

4.2.2 Kependudukan di RW 07

Jumlah penduduk RW 07 adalah 1792 jiwa dengan komposisi laki-laki

sebanyak 928 jiwa dan perempuan sebanyak 864 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga

(KK) di RW 07 sebanyak 457 KK. Dari sejumlah 1792 jiwa jumlah penduduk

RW 07, terdapat 36 jiwa yang tergolong yatim dan 75 orang janda.

4.2.3 Kondisi Sosial Ekonomi di RW 07

Merujuk monografi RW 07 Tahun 2009, Mayoritas mata pencaharian yang

terdapat pada RW 07 ialah pegawai swasta sebanyak 175 orang. Pekerjaan lainnya

ialah sebagai Pegawai negeri yang berjumlah 10 orang, wiraswasta sebanyak 60

orang dan sisanya sebanyak 209 orang merupakan pengangguran atau tidak

bekerja. Adapun kegiatan organisasi yang dilakukan di RW 07 adalah: (1) Karang

taruna, (2) Badan Musyawarah (Bamus), dan (3) Forum Betawi Rempug (FBR).

4.2.4 Penerima Kegiatan CSR PT IAMI APPU

Penerima kegiatan dipilih oleh pihak RT dan RW. Kriteria pemilihan

penerima kegiatan ditentukan oleh perusahaan. Jumlah total penerima kegiatan

CSR PT IAMI APPU di Kelurahan Medan Satria RW 07 sebanyak 106 orang.

Sebagian besar jumlah penerima kegiatan santunan beras kepada para janda, yakni

berjumlah 65 orang. Kemudian sebanyak 26 orang menerima kegiatan anak asuh,

6 orang mengikuti kegiatan beasiswa, 4 orang mendapat bantuan modal tanpa

bunga. Sedangkan sisanya yaitu kegiatan perbaikan becak dan perbaikan rumah,

masing-masing 1 orang pada kegiatan tersebut.

Page 9: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

60

 

 

4.6 Ikhtisar

Sebelum PT. Isuzu Astra Motor Indonesia (PT. IAMI) secara resmi

bergabung dengan PT. ASTRA Internasional Tbk pada 5 April 2008, perusahaan

ini bernama PT. Pantja Motor. Awalnya, PT. Pantja Motor secara resmi didirikan

sebagai anak perusahaan dari PT. Pantja Niaga pada tanggal 3 Mei 1974.

Kemudian pada tanggal 21 Juni 1981, PT. Pantja Motor memperluas assembling-

nya dengan sebuah assembling PT. Insan Apolo yang berada di Jalan Kali Abang

No. 1 Pondok Ungu, Bekasi dan juga yang berada di Jalan Karang Bolong Raya

No. 24 Ancol Barat, Jakarta Utara. Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya

pada 14 April 2008, PT. Pantja Motor secara resmi bergabung dengan PT.

ASTRA Internasional dengan menggunakan sistem manajemen astra yaitu

manajemen TQC (Total Quality Control), dimana dalam peningkatan kualitasnya

berdasarkan data-data statistik dan harus mengikutsertakan karyawannya, mulai

dari tingkat bawah hingga manajemen, sehingga tercapai kepuasan pelanggan dan

juga kepuasan kerja karyawan itu sendiri.

Penerapan CSR PT. IAMI APPU dilakukan berdasarkan tanggapan dari

kebijakan perusahaan yang tercantum dalam visi dan misi PT. IAMI.

Berdasarakan visi perusahaan, yakni “sebagai perusahaan agen tunggal pemegang

merek mobil Isuzu memahami pentingnya tanggung jawab perusahaan dibidang

kualitas, lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja, sosial, hubungan

industrial dan keamanan sebagai akibat yang timbul dari proses bisnis

perusahaan”. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab

untuk peduli terhadap lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan

sosial. Selain visi perusahaan, kegiatan CSR PT. IAMI APPU juga didukung

dengan misi perusahaan pada butir nomor satu dan lima dari kebijakan perusahaan

(Lampiran 3). Kebijakan lingkungan pun turut mendukung kegiatan CSR PT

IAMI APPU yang menyatakan bahwa PT. IAMI ingin mewujudkan sebagai

perusahaan yang ramah lingkungan (environmental friendly company) serta

berpartisipasi aktif dalam tanggung jawab sosial terhadap masyarakat (community

development) (Lampiran 4).

Kegiatan CSR PT IAMI APPU dalam struktur organisasi perusahaan

ditangani oleh seksi Enviroment Health and Safety (EHS). Seksi ini dibentuk

Page 10: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

61

 

 

karena munculnya sistem manajeman lingkungan yang dirilis oleh PT. Astra

International (PT. AI) sebagai induk perusahaan pada tahun 2000. Sistem ini

dikenal dengan sebutan Astra Green Company (AGC). AGC merupakan sebuah

manajeman yang secara sadar meletakkan pertimbangan perlindungan dan

pembangunan lingkungan, keselamatan, dan kesehatan “stakeholder” dalam setiap

pengambilan keputusan bisnisnya sebagai wujud nyata tanggung jawab dan upaya

memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan pembangunan

berkelanjutan. Empat pilar yang mendukung sistem manajeman AGC ialah Green

Strategy, Green Process, Green Product dan Green Employee. AGC juga

digunakan sebagai alat untuk melakukan self assesment/internal audit yang

berguna untuk mengetahui kinerja perusahaan khusunya mengenai Lingkungan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3). Status penilaian AGC dibagi menjadi 5

warna sebagai simbol peringkat dari terbaik, yakni Emas, Hijau, Biru, Merah dan

Hitam.

Tabel 4. Perbandingan Sistem AGC dan AFC AGC AFC Program Astra Green Company Astra Friendly Company Dirilis Tahun 2000 Tahun 2007

Pilar

1. Green Strategy 2. Green Process 3. Green Product 4. Green Employee

1. Value 2. Mindset 3. Behavior

Cakupan audit Seksi Environment Healty and Saftey (EHS) Perusahaan (PT. IAMI)

Audit mengenai LK3 CSR

Kemudian pada tahun 2007, selain sistem AGC, PT. Astra International

menambah sistem baru yang bernama Astra Friendly Company (AFC). Sistem ini

dibuat untuk menilai kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Adapun

tiga pilar yang membangun sistem ini ialah konsep Value, Mindset dan Behavior.

Namun sampai saat ini kegiatan CSR PT. IAMI APPU diaudit berdasarkan

kriteria sistem penilaian AGC dikarenakan perusahaan belum siap untuk diaudit

berdasarkan sistem AFC. Beberapa kriteria penilaian mengenai tanggung jawab

sosial perusahaan terhadap “stakeholder” masyarakat juga terdapat di dalam audit

AGC, akan tetapi tidak selengkap pada kriteria penilaian berdasarakan audit AFC.

Page 11: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

62

 

 

Proses pengauditan melalui sistem AFC dilakukan berdasarkan permintaan dari

kesiapan PT. IAMI APPU untuk diaudit kepada PT. Astra International.

Gambar 3. Proses Pengauditan Melalui Sistem AFC

Kedua sistem tersebut, baik AFC dan AGC diharapkan dapat mencapai

prestasi perusahaan dalam keseimbangan Triple Bottom Line, yakni dalam bidang

ekonomi, sosial dan lingkungan. Jadi perusahaan tidak hanya mengharapkan

keuntungan laba dari penjualan produknya (ekonomi), akan tetapi juga peduli

terhadap lingkungan sosial (hubungan yang baik dengan masyarakat, konsumen,

pemasok, dan pemerintah) dan lingkungan alam sekitar perusahaan demi

kelancaran keberlansungan hidupnya bisnis PT. Isuzu Astra Motor Indonesia.

Selain perusahaan, gambaran umum wilayah komunitas Kelurahan Medan

Satria perlu dijelaskan, karena mereka berbatasan langsung dengan PT. IAMI

APPU. Secara geografis, RW 07 merupakan wilayah pemukiman padat penduduk

yang terdiri dari 7 RT. RW 04 terletak di wilayah Kelurahan Medan Satria,

Kecamatan Medan Satria, Kotamdaya Bekasi Utara. Wilayah ini merupakan

rawan banjir ketika musim hujan. Fasilitas umum yang terdapat di RW 07 antara

lain sekolah, mushola, kantor RW dan posyandu. Sebelah timur dan utara RW 07

berbatasan dengan D.K.I Jakarta. Bagian Barat RW 07 berbatasan dengan

Kelurahan Pejuang. Sedangkan sebelah selatan RW 07 berbatasan dengan

Kelurahan Kalibaru.

AFC

Lingkup CSR

Semua Stakeholder Terpenuhi Haknya

Social

Environment Economic

THE TRIPLE BOTTOM LINE

Sustainable Business

Sustainable Development

Penyusunan Kriteria Mengacu Pada AGC

Page 12: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

63

 

 

BAB V PANDANGAN PERUSAHAAN DAN STRATEGI

PENDEKATAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI CSR

5.1 Pandangan PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu

(PT. IAMI APPU) Mengenai CSR (Corporate Social Responsibility) Berdasarkan penuturan dari salah satu staf EHS PT IAMI APPU, CSR

merupakan penerapan secara sistematis dan struktur tanggung jawab perusahaan

terhadap pemenuhan kebutuhan stakeholder. Definisi tersebut dikemukakan oleh

Bapak UC sebagai salah satu staf EHS PT IAMI sebagai berikut:

“PT. IAMI tidak mendefinisikan pengertian CSR secara tersendiri, akan tetapi definisi CSR menurut PT. Isuzu berpedoman kepada Astra Internasional, yakni penerapan secara sistematis dan struktur tanggung jawab perusahaan terhadap pemenuhan kebutuhan stakeholder: pemegang saham ,masyarakat sekitar, karyawan, supplier, customer/pelanggan, lingkungan dan K3.” (Bp. UC)

Hal ini sesuai dengan visi PT. Astra Internasional sebagai induk perusahaan,

yaitu:

1. Menjadi perusahaan yang terbaik dalam pengaturan manajeman di wilayah

Asia Pasifik dengan penekanan kepada kemampuan membangun

pengembangan sumber daya manusia, struktur keuangan yang kuat,

kepuasan pelanggan dan pengefesiensian.

2. Menjadi perusahaan yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan.

Butir kedua menjelaskan bahwa PT. Astra Internasional sebagai induk perusahaan

dari PT. IAMI ingin memperlihatkan sebagai perusahaan yang dapat bertanggung

jawab terhadap stakeholder yang terkait dengan aktivitas bisnis perusahaan serta

peduli terhadap lingkungan.

Kebijakan perusahaan PT. IAMI APPU yang menyatakan bahwa Isuzu

memahami pentingnya tanggung jawab perusahaan dibidang kualitas, lingkungan,

keselamatan dan kesehatan kerja, sosial, hubungan industrial dan security sebagai

akibat yang timbul dari proses bisnis perusahaan; dan kebijakan lingkungan PT.

IAMI APPU yang ingin mewujudkan sebagai perusahaan yang ramah lingkungan

(environmental friendly company) serta berpartisipasi aktif dalam tanggung jawab

sosial terhadap masyarakat (community development) memperlihatkan bahwa PT.

Page 13: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

64

 

 

IAMI telah memiliki pandangan terhadap Corporate Social Responsbility (CSR).

PT. IAMI memandang CSR sebagai suatu upaya perusahaan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan masing-masing stakeholder (pemangku kepentingan),

yakni shareholder (pemegang saham), employee (karyawan), customer

(pelanggan), supplier (pemasok), community (masyarkat), government

(pemerintah) dan environment (lingkungan).

Tiga cara pandang perusahaan dalam memandang CSR (Corporate Social

Responsbility) sebagai upaya dalam pengembangan masyarakat yaitu:

1. Sekedar basa basi atau keterpaksaan, dimana perusahaan

mempraktekkan CSR hanya karena ekternal driven (faktor ekternal),

environmental driven (karena terjadi masalah lingkungan), serta

reputation driven (karena ingin mendongkrak citra perusahaan).

2. Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance), dimana CSR

yang dilakukan karena terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang

memaksanya.

3. CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari

dalam (internal driven), perusahaan telah menyadari bahwa tanggung

jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan

profit demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab

sosial lingkungan.

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa cara perusahaan

dalam memandang Corporate Social Responsbility (CSR) termasuk dalam

kategori pertama, kedua dan ketiga. Untuk kategori yang pertama lebih mengarah

kepada external driven (faktor eksternal) dan reputation driven (ingin

mendongkrak citra perusahaan). Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Bapak SA

sebagai koordinator EHS PT IAMI APPU:

“Masyarakat diharapkan dapat membantu dalam kelancaran aktivitas perusahaan. Untuk sampai saat ini tidak pernah di ganggu oleh warga. Lain halnya dengani perusahaan yang lain, jika ada truk yang masuk ke wilayah sekitar ini terdapat biaya turun dari masyarakat setempat. Untungnya hubungan dengan warga, jajaran militer dan tokoh-tokoh masyarakat juga bagus. Sampe saat ini Alhamdulillah baik-baik saja.” (Bp. SA)

Page 14: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

65

 

 

Ungkapan ini menjelaskan bahwa adanya oknum-oknum penguasa wilayah dari

lingkungan sekitar perusahaan yang sering memaksa meminta upah tambahan

dengan alasan biaya transportasi dan keamanan karena membawa muatan ke

wilayah mereka. Akan tetapi, dikarenakan PT. IAMI APPU sering melaksanakan

kegiatan CSR, maka perusahaan menjadi tidak diganggu oleh oknum-oknum

tersebut, justru sebaliknya perusahaan dilindungi oleh masyarakat. Koordinator

EHS PT. IAMI sangat dekat dengan tokoh-tokoh masyarakat ketika kegiatan CSR

diadakan seperti ketua Forum Betawi Rempug (FBR), Ketua RT, Ketua RW,

Lurah, Camat, Polisi dan tokoh penting lainnya. Kemudian, untuk kategori

external driven khususnya reputation driven dinyatakan oleh Bapak SY sebagai

seorang staf EHS PT. IAMI APPU:

“Harapan dari isuzu dari masyarakat ialah mereka dapat menjadi rekan. Kita tidak mau mereka terpisah dari perusahaan karena sekalian jual image ke perusahaan. Tanpa publikasi ke media pun sudah dapat market. Misal pada saat ada kegiatan idhul Qurban, biasanya yang dikenal itu dari isuzu. Walaupun mereka tidak memiliki daya beli, tapi kan bisa memberi informasi ke saudara-saudarannya.” (Bp. SY)

Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan yang diutarakan oleh koordinator EHS

PT. IAMI APPU:

“….Citra perusahaan jadi terbangun dikarenakan program CSR….” (Bp. SA)

Jika disimpulkan, maka kegiatan CSR yang dilakukan PT. IAMI APPU

mengharapkan adanya timbal balik dari pelaksanaan kegiatannya tersebut yakni

berupa peningkatan nama baik perusahaan. Walaupun timbal balik yang

didapatkan tidak berbentuk materi, tetapi dengan nama baik perusahaan terangkat

maka secara tidak langsung media promosi ikut berjalan seiring dengan kegiatan

CSR yang dilakukan. Kemudian cara pandang PT. IAMI yang berikutnya adalah

sebagai usaha untuk memenuhi kewajiban (compliance). Hal ini dibuktikan

dengan adanya dukungan terhadap pelaksanaan peraturan atau regulasi pemerintah

mengenai pelaksanaan kegiatan CSR yang ditulis dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 40 Tentang Perseroan Terbatas Bab V

Pasal 74 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Pernyataan ini

diungkapkan oleh Bapak UC sebagai staf EHS PT. IAMI APPU sebgagai berikut:

Page 15: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

66

 

 

“...CSR mengikuti UU.40 dan president letter astra international…” (Bp. UC)

Dalam president letter astra international tahun 2005, terdapat lima hal

yang harus dibenahi secara konsisten agar mencapai operational excellence:

1. Kultur

2. Kaderisasi kepimpinan

3. Good Corporate Governance (GCG)

4. Penerapan Risk Management dan Astra Management System (AMS)

5. Penerapan Corporate Social Responsbility (CSR)

Selain mematuhi peraturan pemerintah dan president letter astra

international (2005), CSR PT. IAMI juga dilaksanakan berdasarkan kebijakan

perusahaan yang mengacu kepada surat keputusan pimpinan PT. Astra

Internasional. Surat keputusan tersebut diturunkan menjadi kebijakan perusahaan

dan lingkungan. Wujud nyata dari pelaksanaan CSR di bidang lingkungan ini

adalah PT. IAMI terus berupaya mematuhi pedoman-pedoman pengelolaan

lingkungan hidup sebagai akibat dari aktivitas bisnis perusahaan yang

menghasilkan polusi dan limbah. Oleh karena itu, perusahaan melaksanakannya

berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 127/MENLH/2002 yang

diaudit berdasarkan sistem Astra Green Company (AGC).

Cara pandang perusahaan mengenai CSR pada kategori ketiga (internal

driven) pada PT. IAMI APPU dapat dibuktikan dari kegiatan-kegiatan CSR

seperti bantuan dana dalam beasiswa pendidikan bagi anak-anak yatim piatu,

santunan bagi janda-janda yang tidak mampu, sunatan masal, pembagian daging

idul kurban, bakti sosial kepada korban bencana alam. Peningkatan kesejahteraan

masyarakat merupakan upaya yang dilakukan PT. IAMI APPU agar terjadi

hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat. Hal ini diperkuat

dengan suatu penuturan dari koordinator EHS PT IAMI APPU sebagai berikut:

“Perusahaan memberikan suatu aktivitas yang berguna untuk masyarakat sekitar. Kegunaannya bermacam-macam, ada yang untuk pendidikan, ekonomi dan sosial. Terdapat kepedulian dari perusahaan untuk meningkatkan derajat masyarakat sekitar.” (Bp. SA)

Ungkapan tersebut menguatkan cara pandang perusahaan dalam kategori internal

driven. Kategori ini berarti bahwa perusahaan telah menyadari bahwa tanggung

Page 16: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

67

 

 

jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi

kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.

PT IAMI APPU belum pernah mengalami konflik dengan warga sekitar

yang tinggal di dekat perusahaan selama menjalankan aktivitas dan berbagai

kegiatan lainnya. Pernyataan tersebut dinyatakan oleh Bapak SY sebagai berikut:

“Konflik tidak terjadi, malah persahabatan. Contoh waktu itu ada kegiatan CSR “go green with astra”, penanaman bibit pohon tiap karyawan dilakukan secara simbolis oleh pihak manajemen sebanyak 10 pohon untuk ditanam di Medan Satria. Pada acara ini persiapan acara didukung sekali oleh masyarakat mulai dari penyiapan tenda, konsumsi, logistik dan lainnya.” (Bp. SY)

5.2 Strategi Pendekatan Pengembangan Masyarakat PT IAMI APPU dalam Menjalankan Kegiatan CSR

PT. IAMI APPU selalu berupaya dalam menerapkan kegiatan CSR

(Corporate Social Responsbility) atau tanggung jawab sosialnya. Penerapannya

dilakukan dengan berbagai macam strategi untuk memenuhi hak-hak masyarakat

sebagai salah satu pemangku kepentingan (stakeholder). Tentu saja dari sekian

banyak masyarakat yang ada di wilayah sekitar perusahaan, banyak pula

kebutuhan-kebutuhan yang ingin dicukupi oleh masyarakat. Adapun langkah-

langkah yang diambil adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan CSR PT. IAMI APPU dijalankan berdasarkan “activity plan”

yang diberikan oleh “executive in charge” perusahaan. Kegiatan CSR

masuk ke dalam kegiatan EHS.

2. Menanggapi dari “activity plan” tersebut, maka pekerja EHS membuat

proposal kegiatan untuk disetujui oleh pihak manajeman. Jika kegiatan

CSR ini diluar dari “activity plan”, maka kegiatan CSR masuk ke dalam

kategori kegiatan internal Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) PT. IAMI

APPU. Pembentukan panitia kegiatan CSR biasanya diambil dari para

pekerja EHS. Dalam proses pembuatan proposal, panitia sudah

memikirkan kegiatan yang akan diberikan kepada masyarakat setelah

melalui proses dialog dengan pihak RT/RW sebagai wakil dari masyarakat

penerima program CSR.

Page 17: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

68

 

 

3. Setelah proposal disetujui, maka panitia turun ke lapangan, berkoordinasi

dengan pihak RT/RW dan warga setempat. Misal, kegiatan bantuan dana

kepada janda-janda yang tidak mampu. Jadi, panitia EHS bersama RT/RW

menyeleksi janda-janda tersebut yang berhak mendapatkan bantuan.

4. Jika kegiatan sudah terlakasana, selanjutnya adalah proses pelaporan dari

panitia EHS kepada perusahaan. Evaluasi dan monitoring per bulannya

dibantu oleh pihak RT/RW.

Oleh karena itu, pihak perusahaan harus pandai memprioritaskan kebutuhan

utama masyarakat yang disesuaikan juga dengan anggaran CSR perusahaan.

Strategi PT. IAMI APPU dalam upayanya merangkul masyarakat pada

kegiatan CSR perusahaan dapat dilihat berdasarkan pendekatan pengembangan

masyarakat melalui dua pendekatan dalam pengembangan masyarakat yang

dikemukakan oleh Batten (1967) dalam Adi (2003) yaitu:

1. Pendekatan direktif (instruktif).

Pendekatan ini dilakukuan berdasarkan asumsi bahwa community worker

mengetahui apa yang dibutuhkan dan apa yang baik untuk masyarakat.

Dalam pendekatan ini peranan community worker bersifat lebih dominan

karena prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak

berasal dari community worker. Community worker-lah yang menetapkan

apa yang baik atau buruk bagi masyarakat, cara-cara apa yang perlu

dilakukan untuk memperbaikinya, dan selanjutnya menyediakan sarana

yang diperlukan untuk perbaikan tersebut. Dalam prakteknya community

worker memang mungkin menanyakan apa yang menjadi kebutuhan

masyarakat atau cara apa yang perlu dilakukan untuk menangani suatu

masalah, tetapi jawaban yang muncul dari suatu masyarakat selalu diukur

dari segi ‘baik’ dan ‘buruk’ menurut community worker.

2. Pendekatan Non-Direktif (Partisipatif).

Pendekatan ini dilakukan berlandaskan asumsi bahwa masyarakat tahu apa

yang sebenarnya mereka butuhkan dan apa yang baik untuk mereka. Pada

pendekatan ini community worker tidak menempatkan diri sebagai orang

yang menetapkan ‘baik’ atau ‘buruk’ bagi suatu masyarakat. Pemeran

utama dalam perubahan masyarakat adalah masyarkat itu sendiri,

Page 18: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

69

 

 

community worker lebih bersifat menggali dan mengembangkan potensi

masyarakat. Masyarakat diberikan kesempatan untuk membuat analisis

dan mengambil keputusan yang berguna bagi mereka sendiri, serta mereka

diberi kesempatan penuh dalam penentuan cara-cara untuk mencapai

tujuan yang mereka inginkan.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan

memiliki strategi pendekatan pengembangan masyarakat yang lebih berpihak ke

dalam kategori satu, yaitu pendekatan direktif (instruktif). Hal ini sebagaimana

dinyatakan oleh Bapak SY sebagai salah satu staf EHS PT. IAMI APPU:

“Cara pengidentifikasian kebutuhan masyarakat yaitu inisiatif dari PT IAMI yg nantinya akan ada proses dialog ke masyarakat setempat. Tetapi policy atau kebijakan masih dominan dilakukan oleh perusahaan. Kadang tim perusahaan mendatangi ke lokasi bersama RW atau sebaliknya.” (Bp. SY)

Ungkapan ini jika dikaitkan dengan langkah-langkah dalam penyusunan kegiatan

CSR, yakni pembuatan proposal berdasarkan “activity plan” perusahaan, maka hal

tersebut menunjukkan memang sudah ada inisiatif perusahaan dari awal untuk

menentukan program yang sebaiknya ditujukan untuk masyarakat. Masyarakat

bersifat pasif dalam artian hanya menunggu program CSR yang diberikan oleh

perusahaan. Penghubung antara masyarakat dengan pihak perusahaan adalah

pengurus Rumah Tangga (RT) atau Rumah Warga (RW). Memang perusahaan

menanyakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, tetapi proses dialog yang

lebih intensif masih terbatas di tingkatan panitia EHS dengan pengurus RT/RW.

Walaupun pihak RT/RW mengajukan ide atau saran, kebijakan perusahaan lebih

dominan untuk mengambil keputusan. Masyarakat belum bisa mengambil

keputusan dan mengutarakannya secara langsung kepada pihak perusahaan.

5.3 Implementasi CSR Perusahaan kepada Masyarakat

Kegiatan pengimplementasian CSR PT. IAMI APPU dikenal dengan nama

“Isuzu Berhati Berbagi” yang dirilis pada tahun 2007. Nama ini diambil karena

Isuzu ingin menunjukkan kepeduliannya terhadap masyarakat dengan memberikan

kegiatan sosial yang berguna bagi masyarakat. Kegiatan CSR lebih banyak di

terapkan di PT. IAMI APPU daripada kantor PT. IAMI pusat (Head Office) yang

Page 19: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

70

 

 

berada di kawasan industri Sunter, Jakarta Utara. Hal ini dikarenakan letak kantor

pusat berada di kawasan industri, jadi PT. IAMI Head Office Sunter dikelilingi

oleh kantor-kantor perusahaan lain. Lain halnya dengan dengan PT. IAMI APPU

yang berbatasan langsung dengan masyarakat di Kecamatan Medan Satria. Oleh

karena itu Kecamatan Medan Satria terpilih sebagai kawasan masyarakat yang

terdekat dari perusahaan untuk pelaksanaan kegiatan CSR perusahaan (zona ring

I).

Adapun anggaran dana untuk kegiatan CSR PT. ISUZU IAMI APPU

berasal dari dua sumber, yakni Lembaga Amal Zakat Infaq dan Sodaqoh (LAZIS)

Astra dan Dewan Kemakmuran Mesjid (DKM) PT. IAMI APPU. Dana LAZIS

Astra diperoleh dari masing-masing anak perusahaan astra, sedangkan dana DKM

PT. IAMI APPU diperoleh dari sumbangan yang diberikan oleh karyawan PT.

IAMI APPU. Pada umumnya dana dari LAZIS Astra digunakan untuk kegiatan

CSR yang sifatnya besar ataupun insidental seperti pembagian daging kurban pada

hari raya Idhul Qurban dan sunatan masal. Hal ini seperti yang diutarakan kembali

oleh Bapak SY (staf EHS PT. IAMI APPU):

“……Kalo dana dari LAZIS Astra bisa dihitung dengan jari. Kalo ada kegiatan rutin saja seperti sunatan massal dan pembagian daging kurban……” (Bp. SY)

Pernyataan ini menunjukkan bahwa dana kegiatan CSR ada juga yang berasal dari

sumber lain yakni DKM PT. IAMI.

Sebagai bentuk tanggung jawab atas penggunaan dana DKM yang berasal

dari karyawan PT. IAMI APPU, maka panitia EHS melaporkan kegiatan CSR

yang sudah dilaksanakan dengan pemberitahuan informasi mulai dari deskripsi

kegiatan sampai arus perputaran uang melalui media majalah dinding DKM PT.

IAMI APPU. DKM tersebut merupakan suatu lembaga yang tidak termasuk ke

dalam struktur organisasi formal perusahaan. Oleh karena itu, ketika kegiatan

CSR dilaporkan kepada Astra Internasional, pekerja EHS hanya

mengatasnamakan PT. IAMI sebagai perwakilan dari pelaksanaan kegiatan CSR

tersebut. Pernyataan ini diungkapkan oleh salah Bapak UC sebagai staf EHS PT.

IAMI APPU:

Page 20: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

71

 

 

“Program yang ada masuk dalam agenda DKM, tetapi ketika pelaporan setahun sekali ke kantor pusat sudah tidak membawa nama DKM lagi melainkan perusahaan.” (Bp. UC)

Kegiatan-kegiatan CSR yang dilaksanakan PT. IAMI APPU di Kecamatan

Medan Satria RW 007 sebagai berikut :

1. Sumbangan kepada anak yatim atau anak asuh    

Jumlah anak yatim yang diberikan sumbangan sebanyak 26 orang.

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2008. Setiap anak yatim

diberikan Rp 40.000 per bulan. Sumber dana kegiatan ini berasal dari

DKM.

2. Beasiswa pendidikan LAZIS Astra

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 2008. Beasiswa

diberikan untuk 30 orang dimulai dari jenjang SD sampai dengan SMP.

Untuk tingkat SD, tiap orang memperoleh Rp 60.000 per bulan,

sedangkan untuk tingkat SMP Rp 70.000 per bulan. Penerima beasiswa

dipilih berdasarkan kriteria anak tersebut berstatus yatim, penghasilan

keluarga kurang dari Rp 300.000/bulan per kepala, dan memiliki

kemauan sekolah yang tinggi. Pemberian beasiswa ini diutamakan dari

wilayah Ring I perusahaan.

3. Sumbangan beras kepada janda-janda

Kegiatan pertama dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2008, kemudian

tiap 3 bulan mereka mendapatkan beras sebanyak 5 Kg. Sumber dana

berasal dari DKM. Jumlah janda yang menerima sumbangan beras ini

sebanyak 65 orang.

4. Sunatan Massal

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 2008 dengan peserta

sebanyak 95 orang dari 100 formulir yang diedarkan. Sunatan masal

diberikan secara gratis oleh perusahaan. Sumber dana kegiatan ini

berasal dari perusahaan. Kegiatan tersebut dilaksanakan atas dasar

activity plan CSR Isuzu. Sumber dana berasal dari LAZIS Astra.

5. Bantuan modal tanpa bunga

Program ini merupakan salah satu upaya PT. IAMI APPU untuk

memberdayakan kemampuan masyarakat sekitar dengan usaha

Page 21: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

72

 

 

pembuatan kripik yang didisribusikan ke warung-warung sekitar

lingkungan tempat mereka tinggal. Pemilihan penerima modal ini

berdasarkan kriteria dipilih RT setempat berdasarkan orang tersebut

berstatus janda, penghasilan kurang dari Rp 300.000 per bulan per

kepala. Penerima modal ini sebanyak 4 orang. Modal diberikan sebesar

Rp 250.000 per orang. Pengembalian modal di monitoring oleh pihak

RT dalam jangka 10 bulan. Perusahaan tidak memberikan beban bunga

kepada masyarakat, laba dari modal tersebut sepenuhnya diberikan

kepada mereka. Sumber dana dari kegiatan ini berasal dari DKM.

Keberlanjutan dari usaha ini, pihak perusahaan masih dalam tahap

penelitian terhadap aspek kenaikan taraf ekonomi keluarga akibat dari

program ini.

6. Perbaikan becak

Penerima kegiatan ini berjumlah 1 orang yang dilaksanakan pada

tanggal 23 Februari 2008. Pemilihan penerima bantuan didasari atas

inisiatif untuk pemberdayaan sesuai keahlian yang dimiliki seseorang.

Penerima hanya dipilih 1 orang karena terkait dengan ungkapan

“memberi pancing, jangan memberi umpan”. Perusahaan

mengharapkan agar tidak menimbulkan kesan memanjakan warga

tetapi justru menginisiatifkan warga untuk berkompetisi bila ingin

mendapatkan bantuan. Perbaikan becak dilakukan oleh DKM. Bahan

baku untuk perbaikan becak ini dengan membeli bahan baru. Sumber

dana dari kegiatan ini berasal dari DKM.

7. Bedah rumah

Renovasi rumah dilakukan pada tanggal 4 Mei 2008. Renovasi

memakan 1 minggu. Kegiatan dilaksanakan karena status pemiliknya

janda tanpa keluarga di Bekasi, dan melihat kondisi rumahnya sangat

tidak layak untuk dihuni. Bahan baku renovasi berasal dari perusahaan.

Pekerja yang melakukan renvoasi rumah berasal dari pekerja sekitar

lingkungan RW.

8. Go green with Astra

Page 22: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

73

 

 

Kegiatan peduli lingkungan berdasarkan instruksi PT. Astra

International dalam mewujudkan kepeduliannya terhadap

lingkungan dengan menanamkan bibit pohon sebanyak jumlah

karyawan yang ada di perusahaan tersebut. PT. IAMI APPU

memiliki 214 karyawan. Kegiatan berlangsung selama 20 Februari

2008 sampai dengan 5 Juni 2008. Peresmian secara simbolis

bekerja sama dengan masyarakat RW 007. Masyarakat membantu

dalam perlengkapan logistik acara baik dari persiapan tenda, kursi,

dan lain-lain. Bibit berasal dari perusahaan. Acara dihadari oleh

pejabat perusahaan dan pemerintah. Namun dalam

pelaksanaannya, penanaman tidak dilakukan oleh seluruh karyawan

perusahaan dikarenakan alasan efisiensi. Jadi penanaman yang

seharusnya oleh karyawan, digantikan oleh polisi.

5.4 Ikhtisar

Pengertian CSR menurut PT. IAMI ialah, penerapan secara sistematis dan

struktur tanggung jawab perusahaan terhadap pemenuhan kebutuhan stakeholder.

Cakupan Stakeholder CSR yang dimaksud dapat dilihat dalam bagan berikut:

Gambar 4. Cakupan CSR PT. IAMI

Customer

Supplier

Pemerintah Lokal & Nasional Masyarakat sekitar & Nasional

Lingkungan

Perusahaan

Pemegang Saham

Karyawan

Keluarga Karyawan

Page 23: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

74

 

 

Gambar 4 menjelaskan bahwa PT. IAMI mempunyai hubungan dengan

berbagai macam stakeholder dalam aktivitas bisnisnya. Oleh karena itu, agar

kegiatan perusahaan dapat berlansung dengan baik dan lancar, perusahaan

berusaha untuk memenuhi hak-hak pemangku kepentingan dari cakupan internal

perusahaannya sampai dengan cakupan yang lebih luas, yaitu pemerintah lokal

dan nasional. Cakupan internal terdiri dari tanggung jawab terhadap para

pemegang saham dan karyawan. Kemudian cakupan yang lebih luas adalah

pemenuhan terhadap hak-hak customer, supplier, lingkungan, masyarakat dan

pemerintah.

Berdasarkan Tabel 5, maka dapat disimpulkan bahwa cara perusahaan

dalam memandang Corporate Social Responsbility (CSR) termasuk dalam

kategori pertama, kedua dan ketiga. Untuk kategori yang pertama lebih mengarah

kepada external driven (faktor eksternal) dan reputation driven (ingin

mendongkrak citra perusahaan).

Page 24: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

75

 

 

Tabel 5. Cara Pandang Perusahaan dalam Memandang Corporate Social Responsbility (CSR)

Implementasi CSR PT. IAMI APPU C

ara

Pand

ang

Peru

saha

an

Sekedar Basa-Basi atau Keterpaksaan: Faktor ekternal

(eksternal driven) Masalah lingkungan

(Environmental driven) Mendongkrak citra perusahaan

(Reputation driven)

1. Dikarenakan PT. IAMI APPU sering melaksanakan kegiatan CSR, maka perusahaan menjadi tidak diganggu oleh oknum-oknum yang tidak betanggunga jawab dalam pemungutan liar kepada pihak perusahaan, justru sebaliknya perusahaan dilindungi oleh masyarakat. Koordinator EHS PT. IAMI sangat dekat dengan tokoh-tokoh masyarakat ketika kegiatan CSR diadakan seperti ketua Forum Betawi Rempug (FBR), Ketua RT, Ketua RW, Lurah, Camat, Polisi dan tokoh penting lainnya. (Faktor Ekternal)

2. Kegiatan CSR yang dilakukan PT. IAMI APPU mengharapkan adanya timbal balik dari pelaksanaan kegiatannya tersebut yakni berupa peningkatan nama baik perusahaan. Walaupun timbal balik yang didapatkan tidak berbentuk materi, tetapi dengan nama baik perusahaan terangkat maka secara tidak langsung media promosi ikut berjalan seiring dengan kegiatan CSR yang dilakukan. (Mendongkrak Citra Perusahaan)

Sebagai Upaya Memenuhi Kewajiban (compliance)

Dalam pelaksanaan kegiatan CSR, PT. IAMI berusaha mematuhi regulasi yang berlaku, yaitu : 1. Undang-Undang Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 40 Tentang Perseroan Terbatas Bab V Pasal 74.

2. President letter Astra (2005) 3. Kebijakan Perusahaan 4. Kebijakan Lingkungan 5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

No. 127/MENLH/2002 yang diaudit berdasarkan sistem Astra Green Company (AGC)

Tulus dari perusahaan (internal driven)

Kegiatan-kegiatan CSR seperti bantuan bakti sosial kepada korban bencana alam dan bantuan kepada orang yang terkena penyakit berat.

Page 25: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

76

 

 

Strategi PT. IAMI APPU dalam upayanya merangkul masyarakat pada

kegiatan CSR perusahaan dapat dilihat berdasarkan pendekatan pengembangan

masyarakat melalui dua pendekatan dalam pengembangan masyarakat yang

dikemukakan oleh Batten (1967) dalam Adi (2003) yaitu:

1. Pendekatan direktif (instruktif).

Pendekatan ini dilakukuan berdasarkan asumsi bahwa community worker

mengetahui apa yang dibutuhkan dan apa yang baik untuk masyarakat.

Dalam pendekatan ini peranan community worker bersifat lebih dominan

karena prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak

berasal dari community worker. Community worker-lah yang menetapkan

apa yang baik atau buruk bagi masyarakat, cara-cara apa yang perlu

dilakukan untuk memperbaikinya, dan selanjutnya menyediakan sarana

yang diperlukan untuk perbaikan tersebut. Dalam prakteknya community

worker memang mungkin menanyakan apa yang menjadi kebutuhan

masyarakat atau cara apa yang perlu dilakukan untuk menangani suatu

masalah, tetapi jawaban yang muncul dari suatu masyarakat selalu diukur

dari segi ‘baik’ dan ‘buruk’ menurut community worker.

2. Pendekatan Non-Direktif (Partisipatif).

Pendekatan ini dilakukan berlandaskan asumsi bahwa masyarakat tahu apa

yang sebenarnya mereka butuhkan dan apa yang baik untuk mereka. Pada

pendekatan ini community worker tidak menempatkan diri sebagai orang

yang menetapkan ‘baik’ atau ‘buruk’ bagi suatu masyarakat. Pemeran

utama dalam perubahan masyarakat adalah masyarkat itu sendiri,

community worker lebih bersifat menggali dan mengembangkan potensi

masyarakat. Masyarakat diberikan kesempatan untuk membuat analisis

dan mengambil keputusan yang berguna bagi mereka sendiri, serta mereka

diberi kesempatan penuh dalam penentuan cara-cara untuk mencapai

tujuan yang mereka inginkan.

Jika ditarik kesimpulan, maka perusahaan memiliki strategi pendekatan

pengembangan masyarakat yang lebih berpihak ke dalam kategori satu, yaitu

pendekatan direktif (instruktif). Memang sudah ada inisiatif perusahaan dari awal

untuk menentukan program yang sebaiknya ditujukan untuk masyarakat.

Page 26: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

77

 

 

Masyarakat bersifat pasif dalam artian hanya menunggu program CSR yang

diberikan oleh perusahaan. Penghubung antara masyarakat dengan pihak

perusahaan adalah pengurus Rumah Tangga (RT) atau Rumah Warga (RW).

Perusahaan menanyakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, tetapi proses

dialog yang lebih intensif masih terbatas di tingkatan panitia EHS dengan

pengurus RT/RW. Walaupun pihak RT/RW mengajukan ide atau saran, kebijakan

perusahaan lebih dominan untuk mengambil keputusan. Masyarakat belum bisa

mengambil keputusan dan mengutarakannya secara langsung kepada pihak

perusahaan.

Kegiatan pengimplementasian CSR PT. IAMI APPU dikenal dengan nama

“Isuzu Berhati Berbagi” yang dirilis pada tahun 2007. Anggaran dana untuk

kegiatan CSR PT. ISUZU IAMI APPU berasal dari dua sumber, yakni Lembaga

Amal Zakat Infaq dan Sodaqoh (LAZIS) Astra dan Dewan Kemakmuran Mesjid

(DKM) PT. IAMI APPU. Dana LAZIS Astra diperoleh dari masing-masing anak

perusahaan astra, sedangkan dana DKM PT. IAMI APPU diperoleh dari

sumbangan yang diberikan oleh karyawan PT. IAMI APPU. Sebagai bentuk

tanggung jawab atas penggunaan dana DKM yang berasal dari karyawan PT.

IAMI APPU, maka panitia EHS melaporkan kegiatan CSR yang sudah

dilaksanakan dengan pemberitahuan informasi mulai dari deskripsi kegiatan

sampai arus perputaran uang melalui media majalah dinding DKM PT. IAMI

APPU. DKM tersebut merupakan suatu lembaga yang tidak termasuk ke dalam

struktur organisasi formal perusahaan. Oleh karena itu, ketika kegiatan CSR

dilaporkan kepada Astra Internasional, pekerja EHS hanya mengatasnamakan PT.

IAMI sebagai perwakilan dari pelaksanaan kegiatan CSR tersebut. Kegiatan-

kegiatan CSR yang dilaksanakan PT. IAMI APPU di Kecamatan Medan Satria

RW 007 dapat dilihat pada Tabel 6.

Page 27: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

78

 

 

Tabel 6. Kegiatan-Kegiatan CSR yang Dilaksanakan PT. IAMI APPU di Kecamatan Medan Satria RW 07

No. Jenis Kegiatan CSR PT. IAMI

APPU

Tanggal Pelaksanaan

Jumlah Peserta

Kegiatan

Sumber Anggaran

Dana Deskripsi Kegiatan

1.

Sumbangan kepada anak yatim/anak asuh (sosial) charity

4 Mei 2008 26 orang DKM

PT.IAMI APPU

Setiap anak yatim diberikan Rp 40.000 per bulan.

2.

Beasiswa pendidikan LAZIS Astra (sosial) charity

6 Juni 2008 6 orang LAZIS ASTRA

Beasiswa diberikan dari jenjang SD sampai dengan SMP. Untuk tingkat SD, tiap orang memperoleh Rp 60.000 per bulan . Sedangkan untuk tingkat SMP Rp 70.000 per bulan (bulan/tahun). Penerima beasiswa dipilih berdasarkan kriteria anak tersebut berstatus yatim, penghasilan keluarga kurang dari Rp 300.000/bulan per kepala, dan memiliki kemauan sekolah yang tinggi. Pemberian beasiswa ini diutamakan dari wilayah Ring I perusahaan.

3.

Sumbangan beras kepada janda-janda (sosial) charity

4 Mei 2008 65 orang DKM

PT.IAMI APPU

Tiap 3 bulan mereka mendapatkan beras sebanyak 5 Kg

4. Sunatan Massal (sosial) charity 5 Juli 2008 3 orang LAZIS

ASTRA

Sunatan masal diberikan secara gratis oleh perusahaan

 

 

 

 

 

 

Page 28: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

79

 

 

No. Jenis Kegiatan CSR PT. IAMI

APPU

Tanggal Pelaksanaan

Jumlah Peserta

Kegiatan

Sumber Anggaran

Dana Deskripsi Kegiatan

5.

Bantuan modal tanpa bunga (ekonomi) Philantrophy

--- 4 orang DKM

PT.IAMI APPU

Pemilihan penerima modal ini berdasarkan kriteria dipilih RT setempat berdasarkan orang tersebut berstatus janda, penghasilan kurang dari Rp 300.000 per bulan per kepala. Modal diberikan sebesar Rp 250.000 per orang. Pengembalian modal di monitoring oleh pihak RT dalam jangka 10 bulan. Perusahaan tidak memberikan beban bunga kepada masyarakat, laba dari modal tersebut sepenuhnya diberikan kepada mereka

6. Perbaikan becak (ekonomi) Philantrophy

23 Februari 2008 1 orang

DKM PT.IAMI

APPU

Pemilihan penerima bantuan didasari atas inisiatif untuk pemberdayaan sesuai keahlian yang dimiliki seseorang. Perusahaan mengharapkan agar menginisiatifkan warga untuk berkompetisi bila ingin mendapatkan bantuan. Perbaikan becak dilakukan oleh DKM. Bahan baku untuk perbaikan becak ini dengan membeli bahan baru.

7. Bedah Rumah (lingkungan) charity

4 Mei 2008 1 orang DKM

PT.IAMI APPU

Renovasi memakan 1 minggu. Kegiatan dilaksanakan karena status pemiliknya janda tanpa keluarga di bekasi, dan melihat kondisi rumahnya sangat tidak layak untuk dihuni. Bahan baku renovasi berasal dari perusahaan. Pekerja yang melakukan renvoasi rumah berasal dari pekerja sekitar lingkungan RW.

Page 29: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

80

 

 

No. Jenis Kegiatan CSR PT. IAMI

APPU

Tanggal Pelaksanaan

Jumlah Peserta

Kegiatan

Sumber Anggaran

Dana Deskripsi Kegiatan

8.

Go green with Astra (Lingkungan) GCG

20 Februari 2008 --- PT. Astra

Internasional

Penanaman bibit pohon sebanyak jumlah karyawan yang ada di perusahaan tersebut. PT. IAMI APPU memiliki 214 karyawan. Peresmian secara simbolis bekerja sama dengan masyarakat RW 007. Masyarakat membantu dalam perlengkapan logistik acara baik dari persiapan tenda, kursi, dan lain-lain. Bibit berasal dari perusahaan. Acara dihadari oleh pejabat perusahaan dan pemerintah. Namun dalam pelaksanaannya, penanaman tidak dilakukan oleh seluruh karyawan perusahaan dikarenakan alasan efisiensi. Jadi penanaman yang seharusnya oleh karyawan, digantikan oleh polisi.

Menurut Wibisono (2007), contoh lingkup program CSR yang disarikan

dari beberapa perusahaan terkemuka terbagi menjadi tiga kategori yakni bidang

sosial, ekonomi dan lingkungan. Jika pernyataan tersebut dikaitkan dengan

implementasi CSR PT. IAMI APPU, maka kegiatan yang termasuk dalam

kategori bidang sosial adalah kegiatan sumbangan kepada anak yatim/anak asuh,

beasiswa pendidikan LAZIS Astra, sumbangan beras kepada janda-janda dan

sunatan masal. Sedangkan kegiatan seperti bantuan modal tanpa bunga dan

perbaikan becak termasuk ke dalam CSR bidang ekonomi. Dua sisanya yakni

kegiatan bedah rumah dan go green with Astra termasuk dalam kegiatan CSR

dalam bidang lingkungan.

Page 30: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

 

 

BAB VI

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK KOMUNITAS, TAHAP PARTISIPASI DAN DAMPAK KEGIATAN CSR

 

6.1 Karakteristik Demografis

6.1.1 Jenis Kelamin

Komunitias penelitian sebagian besar (90%) terdiri dari perempuan dan

sisanya (10%) adalah laki-laki (Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin

dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Sebaran Komunitas Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n % Laki-laki 4 10.0 Perempuan 36 90.0 Total 40 100.0 6.1.2 Umur

Umur merupakan variabel yang digunakan untuk mengetahui masa hidup

responden dari lahir sampai dengan penelitian ini berlangsung. Umur responden

berkisar antara 25-80 tahun. Sebanyak separuh (50%) komunitas merupakan

dewasa madya. Hampir sepertiga (30%) komunitas termasuk tahap usia lanjut

dan sisanya termasuk dewasa awal. Kisaran umur yang telah ditentukan

merupakan tahap perkembangan manusia berdasarkan teori perkembangan

Hurlock (1980). Sebaran komunitas berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Sebaran Komunitas Berdasarkan Umur

Usia n % Dewasa Awal (18-40) 8 20.0 Dewasa Madya (41-60) 20 50.0 Usia Lanjut (>60) 12 30.0 Total 40 100.0

6.1.3 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yaitu jenjang terakhir sekolah formal responden yang

pernah ditamatkan. Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa persentase terbesar

Page 31: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

82

 

 

(32.5%) komunitas tidak pernah mengenyam bangku pendidikan. Sedangkan

persentase terendah komunitas berpendidikan tidak tamat SMP dan tamat SMA

yaitu masing-masing sebesar 2.5 persen

Tabel 9. Sebaran Komunitas Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan n % Tidak Sekolah 13 32.5 Tidak tamat SD 12 30.0 Tamat SD 7 17.5 Tidak Tamat SMP 1 2.5 Tamat SMP 4 10.0 Tidak Tamat SMA 2 5.0 Tamat SMA 1 2.5 Total 40 100.0 6.1.4 Pekerjaan

Berdasarkan penelitian yang tersaji dalam Tabel 10 diketahui bahwa

persentase terbesar (57.5%) komunitas merupakan Ibu Rumah Tangga atau tidak

bekerja. Persentase terbesar kedua (20.0%) adalah pedagang, sedangkan

presentase terkecil (2,5%) komunitas merupakan pegawai swasta.

Tabel 10. Sebaran Komunitas Berdasarkan Pekerjaan

Jenis Pekerjaan n % Pegawai swasta 1 2.5 Wiraswasta 2 5.0 Pedagang 8 20.0 IRT/tidak bekerja 23 57.5 Lain-lain 6 15.0 Total 40 100.0 6.1.5 Pendapatan

Data pada Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar (77.5%)

komunitas termasuk dalam kategori berpendapatan rendah yaitu dibawah Upah

Minimum Regional (UMR) kota Bekasi (Rp 994.000,-), sedangkan persentase

terendah (2.5%) merupakan komunitas dengan pendapatan tinggi.

Page 32: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

83

 

 

Tabel 11. Sebaran Komunitas Berdasarkan Pendapatan

Besar Pendapatan n % Rendah (<994000) 31 77.5 Sedang (994000-1988000) 8 20.0 Tinggi (>1988000) 1 2.5 Total 40 100.0

6.1.6 Besar Keluarga

Berdasarkan BKKBN, keluarga dibagi menjadi tiga kategori yaitu

keluarga kecil yang terdiri kurang dari 4 anggota keluarga, keluarga sedang 5

sampai 6 anggota keluarga, dan keluarga besar lebih dari sama dengan 7 anggota

keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (80%) komunitas

memiliki keluarga kecil, sebanyak 15 persen termasuk keluarga sedang, dan

sisanya (5%) termasuk keluarga besar. Sebaran komunitas berdasarkan besar

keluarga dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Sebaran Komunitas Berdasarkan Besar Keluarga

Besar Keluarga n % Keluarga kecil (≤4) 32 80.0 Keluarga sedang (5-6) 6 15.0 Keluarga besar (≥7) 2 5.0 Total 40 100.0

6.2 Tingkat Partisipasi Komunitas Kelurahan Medan Satria

Partisipasi masyarakat dapat ditunjukkan oleh terjadinya pembagian ulang

kekuasaan yang adil (redistribution of power) antara penyedia kegiatan dan

kelompok masyarakat penerima kegiatan. Partisipasi masyarakat tersebut

bertingkat, sesuai dengan gradasi derajat wewenang dan tanggungjawab yang

dapat dilihat dalam proses pengambilan keputusan. Gradasi komunitas tersebut

disajikan dalam Tabel 13 sebagai sebuah tangga dengan delapan tingkatan yang

menunjukkan peningkatan partisipasi tersebut (Arnstein 1969 dalam Zoebir

2008).

 

Page 33: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

84

 

 

Tabel 13. Tingkatan Partisipasi

No. Tangga/Tingkatan Partisipasi Hakekat Kesertaan

Tingkatan Pembagian Kekuasaan

1. Manipulasi (Manipulation)

Permainan oleh pemerintah Tidak ada partisipasi 2. Terapi

(Therapy) Sekedar agar masyarakat tidak marah/mengobati

3. Pemberitahuan (Informing)

Sekedar pemberitahuan searah/sosialisasi Tokenisme/sekedar

justifikasi agar mengiyakan

4. Konsultasi (Consultation)

Masyarakat didengar, tapi tidak selalu dipakai sarannya

5. Penenangan (Placation)

Saran masyarakat diterima tapi tidak selalu dilaksanakan

6. Kemitraan (Partnership)

Timbal-balik dinegosiasikan

Tingkat kekuasaan ada di masyarakat 7.

Pendelegasian Kekuasaan

(Delegated Power)

Masyarakat diberi kekuasaan (sebagian atau seluruh program)

8. Kontrol Masyarakat (Citizen Control)

Sepenuhnya dikuasi oleh masyarakat

Sumber: Arsntein (1969:217) dalam Setiawan (2003)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh (55%) komunitas

berada pada tingkatan partisipasi terapi, satu perempat (25%) komunitas berada

pada tingkatan pemberitahuan, dan satu perlima (20%) komunitas berada pada

tingkatan penenangan. Komunitas tidak berada pada tingkatan partisipasi

manipulasi, konsultasi, kemitraan, pendelegasian kekuasaan dan kontrol

masyarakat. Sebaran komunitas berdasarkan tangga partisipasi dapat dilihat pada

Tabel 14:

Tabel 14. Sebaran Komunitas Berdasarkan Tingkat Partisipasi

No. Tingkat Partisipasi n % 1. Manipulasi 0 0.0 2. Terapi 22 55.0 3. Pemberitahuan 10 25.0 4. Konsultasi 0 0.0 5. Penenangan 8 20.0 6. Kemitraan 0 0.0 7. Pendelegasian Kekuasaan 0 0.0 8. Kontrol Masyarakat 0 0.0 Total 40 100.0

Page 34: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

85

 

 

Tabel 14 menunjukkan bahwa lebih dari setengah (55%) komunitas masih

berada pada tahap partisipasi terapi. Hal ini berarti perusahaan melakukan

kegiatan CSR agar masyarakat tidak marah atau sekedar mengobati jika ada

aktivitas perusahaan yang berada di sekitar lingkungan masyarakat namun

perusahaan tersebut tidak peduli terhadap lingkungan masyarakat sekitar. Jadi ada

upaya perusahaan untuk merangkul masyarakat melalui kegiatan CSR perusahaan.

Tingkat partisipasi terapi digambarkan pada kondisi seperti kegiatan CSR yang

berlangsung dalam sekali waktu (seperti bencana alam dan hari raya), bantuan

diberikan dalam bentuk uang atau bahan makanan pokok, dan pengorganisasian

dilakukan oleh perusahaan.

Mengacu pada Gambar 13, apabila delapan tahap partisipasi dikategorikan

menjadi tiga bagian yakni berdasarkan tingkat pembagian kekuasaannya, maka

tingkat partisipasi terapi menempati tingkat pembagian kekuasaan pada tahap

tidak ada partisipasi masyarakat sebesar 55 persen. Hal ini secara tidak langsung

menggambarkan bahwa lebih dari separuh komunitas tidak berpartisipasi dalam

kegiatan CSR yang dilakukan PT. IAMI APPU. Kemudian, dapat dilihat kembali

dari Gambar 13, partisipasi masyarakat pada kegiatan CSR pada PT. IAMI APPU

telah merangkak ke tahap selanjutnya yang lebih tinggi. Sebanyak 45 persen

komunitas berada pada tingkatan pembagian kekuasaan tokenisme. Hal ini dapat

dilihat bahwa perusahaan telah mensosialisasikan kegiatan kepada masyarakat dan

kegiatan sudah ditentukan oleh perusahaan (tahap partisipasi pemberiahuan),

pihak perusahaan selalu hadir dalam setiap kegiatan CSR dan hanya segelintir

anggota masyarakat yang ikut serta dalam mengurusi kegiatan CSR, selebihnya

adalah perusahaan (tingkat patisipasi penenangan).

Page 35: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

86

 

 

Gambar 13. Kategori Tahap Partisipasi Komunitas

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan CSR yang

dilakukan PT. IAMI APPU belum sepenuhnya melibatkan masyarakat untuk ikut

serta dalam proses perencanaan kegiatan sampai evaluasi. Masyarakat belum

memiliki kekuasaan akan pelaksanaan kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT.

IAMI APPU.

6.3 Dampak Kegiatan CSR PT. IAMI APPU Terhadap Komunitas Kelurahan Medan Satria

6.3.1 Dampak Ekonomi

Dampak ekonomi merupakan dampak yang memberikan dampak

penambahan pendapatan ekonomis bagi masyarakat penerima kegiatan CSR yang

dilakukan oleh PT. IAMI APPU. Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 15

menunjukkan bahwa dampak ekonomi yang dirasakan oleh sebagian besar (60%)

komunitas masih relatif sedang. Hanya sebagian kecil (12.5%) komunitas saja

yang merasakan bahwa dampak ekonomi yang dirasakan relatif tinggi. Hal ini

dikarenakan jenis program yang diterima sebagian besar komunitas masih bersifat

charity dan philantropy, sedangkan sebagian kecil komunitas yang merasakan

6. Kemitraan 20%

0%

0%

0%

0%

0%

25%

3. Pemberitahuan 55%

2. Terapi Tidak Ada Partisipasi = 55%

8. Kontrol Masyarakat

7. Pendelegasian Kekuasaan

5. Penenangan

4. Konsultasi

1. Manipulasi

Tokenisme = 45 %

Kekuasaan di = 0% Masyarakat

Page 36: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

87

 

 

dampak ekonomi yang relatif tinggi mendapatkan bantuan kegiatan CSR berupa

peminjaman modal yang memungkinkan komunitas melakukan kegiatan produktif

yang dapat menambah pendapatan keluarga.

Tabel 15. Sebaran Komunitas Berdasarkan Kategori Dampak Ekonomi

Dampak Ekonomi n % Rendah 11 27.5 Sedang 24 60.0 Tinggi 5 12.5 Total 40 100.0

6.3.2 Dampak Sosial

Dampak sosial merupakan dampak yang lebih bersifat jalinan hubungan

sosial antara masyarakat dengan perusahaan maupun antara masyarakat dengan

masyarakat seperti tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan, konflik

yang terjadi, dan solidaritas serta kerjasama antar warga. Tabel 16 menunjukkan

bahwa hampir seluruh (90%) komunitas merasakan bahwa dampak sosial relatif

sedang dan sisanya dampak sosial yang dirasakan komunitas relatif tinggi. Secara

umum dapat dijelaskan bahwa hampir seluruh komunitas menganggap bahwa

hubungan antara masyarakat dan perusahaan memiliki hubungan yang baik.

Tabel 16. Sebaran Komunitas Berdasarkan Kategori Dampak Sosial

Dampak Sosial n % Rendah 0 0 Sedang 36 90 Tinggi 4 10 Total 40 100

6.3.3 Dampak Lingkungan

Dampak lingkungan merupakan dampak akibat berjalannya kegiatan

produksi bisnis perusahaan seperti pengelolaan lingkungan hidup dan

penambahan infrastrukur wilayah perusahaan tersebut. Tabel 17 memperlihatkan

bahwa sebagian besar (95%) komunitas merasakan bahwa dampak lingkungan

dalam kategori sedang. Hal ini sesuai dengan perolehan sertifikat ISO 14001 oleh

PT. IAMI APPU yang menunjukkan bahwa perusahaan telah mengelola

Page 37: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

88

 

 

lingkungan dan limbah dengan baik. Hanya sedikit komunitas (5%) menyatakan

bahwa dampak lingkungan yang dirasakan rendah.

Tabel 17. Sebaran Komunitas Berdasarkan Kategori Dampak Sosial

Dampak Lingkungan n % Rendah 2 5 Sedang 38 95 Tinggi 0 0 Total 40 100

6.3.4 Dampak Keseluruhan

Dampak keseluruhan merupakan penggabungan dari dampak ekonomi,

sosial dan lingkungan. Tabel 18 menunjukkan bahwa sebesar 47.5 persen

merasakan bahwa dampak secara keseluruhan relatif sedang dan sebesar 42.5

persen merasakan bahwa (10%) dampak secara keseluruhan relatif rendah. Hanya

sebagian kecil komunitas saja yang merasakan dampak keseluruhan dirasakan

relatif tinggi.

Tabel 18. Sebaran Komunitas Berdasarkan Kategori Dampak Kegiatan CSR

Dampak Keseluruhan n % Rendah 17 42.5 Sedang 19 47.5 Tinggi 4 10.0 Total 40 100.0

6.4 Hubungan antara Karakteristik Komunitas dengan Tahap Partisipasi

Berdasarkan uji korelasi Spearman, tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara karakteristik komunitas dengan tahap partisipasi. Hal ini diduga

karena terdapat variabel lain diluar penelitian yang berhubungan dengan tahap

partisipasi seperti faktor eksternal yang meliputi hubungan yang terjalin antara

pihak pengelola proyek dengan sasaran (pelayanan) dan metode kegiatan dua arah

yang interaktif sehingga dapat lebih meningkatkan partisipasi seseorang (Arifah

2002).

Page 38: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

89

 

 

Tabel 19. Koefisien Korelasi Spearman Antara Karakteristik Komunitas dengan Tahap Partisipasi

Variabel Tahap partisipasi Usia -0.187 Tingkat Pendidikan 0.070 Tingkat Pendapatan -0.197 Jumlah Keluarga 0.234 Lama Tinggal -0.109

6.5 Hubungan antara Tahap Partisipasi dengan Dampak Kegiatan CSR

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, hubungan antara tahap

partisipasi dan dampak kegiatan CSR menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan

nyata (r=0.016, p>0.05) antara tahap partisipasi dengan dampak kegiatan CSR.

Hal ini diduga bahwa berdasarkan hasil observasi lapangan, karakteristik

masyarakat penerima program bantuan kegiatan memang masih bersifat pasif dan

tergantung terhadap perusahaan, sehingga apabila masyarakat dengan

karakteristik seperti yang disebutkan diatas harus melakukan tahap pada tangga

partisipasi yang semakin tinggi (kearah kontrol masyarakat) maka komunitas

belum siap untuk menerimanya. Kebelumsiapan komunitas menyebabkan

dampaknya akan semakin tidak kentara.

Page 39: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

 

 

BAB VII ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Kegiatan CSR PT IAMI APPU dalam struktur organisasi perusahaan

ditangani oleh seksi Enviroment Health and Safety (EHS). Seksi ini dibentuk

karena munculnya sistem manajeman lingkungan yang dirilis oleh PT. Astra

International (PT. AI) sebagai induk perusahaan pada tahun 2000. Sistem ini

dikenal dengan sebutan Astra Green Company (AGC). AGC merupakan sebuah

manajeman yang secara sadar meletakkan pertimbangan perlindungan dan

pembangunan lingkungan, keselamatan, dan kesehatan “stakeholder” dalam setiap

pengambilan keputusan bisnisnya sebagai wujud nyata tanggung jawab dan upaya

memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan pembangunan

berkelanjutan.

PT IAMI APPU memiliki pandangan tersendiri dalam memandang CSR

(Tabel 5). Wibisono (2007) menjelaskan bahwa perusahaan memiliki berbagai

cara pandang dalam memandang CSR. Berbagai cara pandang perusahaan

terhadap CSR yaitu:

1. Sekedar basa-basi atau keterpaksaan. Perusahaan mempraktekan CSR

karena external driven (faktor eksternal), environmental driven (karena

terjadi masalah lingkungan dan reputation driven (karena ingin

mendongkrak citra perusahaan).

2. Sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance). CSR dilakukan karena

terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang memaksa perusahaan

menjalankannya.

3. CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam

(internal driven). Perusahaan menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan

sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan

bisnisnya saja, melainkan juga tannggunga jawab sosial dan lingkungan.

Jika dikaitkan dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

implementasi kegiatan CSR PT IAMI APPU dapat dikategorikan dalam kategori

pertama (faktor eksternal dan ingin mendongkrak citra perusahaan), kedua

(sebagai upaya memenuhi kewajiban) dan ketiga (dorongan yang tulus dari

Page 40: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

91

 

 

dalam). Hal ini membuktikan bahwa memang adanya suatu fenomena tanggung

jawab sosial yang terjadi di perusahaan tersebut sebagai upaya pengembangan

masyarakat.

Apabila dianalisis berdasarakan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat

yang dikemukakan oleh Ife (1995) dalam Nasdian (2006), maka tanggung jawab

sosial yang dilakukan oleh PT IAMI APPU melalui kegiatan CSR perusahaan

sudah berbasis Defining Need (mendefinisikan kebutuhan) tetapi hanya sebatas

dialog dengan pihak RT dan RW saja belum sampai pada dialog langsung

bersama penerima kegiatan. Hal ini diperkuat dengan teori pendekatan

pengembangan masyarakat Batten (1967) dalam Adi (2003) yang menunjukkan

bahwa pendekatan pengembangan masyarakat yang digunakan PT IAMI APPU

dalam upaya merangkul masyarakat pada kegiatan CSR lebih condong

menggunakan pendekatan direktif (instruktif) dari pada pendekatan non-direktif

(partisipatif).

Hal ini ditunjukkan oleh adanya inisiatif perusahaan dari awal untuk

menentukan program yang sebaiknya ditujukan untuk masyarakat. Masyarakat

bersifat pasif dalam artian hanya menunggu program CSR yang diberikan oleh

perusahaan. Penghubung antara masyarakat dengan pihak perusahaan adalah

pengurus Rumah Tangga (RT) atau Rumah Warga (RW). Perusahaan menanyakan

apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, tetapi proses dialog yang lebih intensif

masih terbatas di tingkatan panitia EHS dengan pengurus RT/RW. Walaupun

pihak RT/RW mengajukan ide atau saran, kebijakan perusahaan lebih dominan

untuk mengambil keputusan. Masyarakat belum bisa mengambil keputusan dan

mengutarakannya secara langsung kepada pihak perusahaan.

Apabila dilihat dari tingkat partisipasi komunitas dalam mengikuti

kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT IAMI APPU berdasarkan prinsip-prinsip

pengembangan masyarakat (Ife 1995 dalam Nasdian 2006), maka CSR tersebut

belum berbasiskan pada prinsip pemberdayaan, kemandirian dan partisipasi. Hal

ini didukung oleh hasil penelitian kuantitatif yang dikembangkan dari teori

delapan tahap atau tangga partisipasi (Arnsten 1969). Berdasarkan Gambar 5,

hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh (55%) komunitas berada

pada tingkatan partisipasi terapi, satu perempat (25%) komunitas berada pada

Page 41: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

92

 

 

tingkatan pemberitahuan, dan satu perlima (20%) komunitas berada pada

tingkatan penenangan. Komunitas tidak berada pada tingkatan partisipasi

manipulasi, konsultasi, kemitraan, pendelegasian kekuasaan, dan kontrol

masyarakat.

Gambar 5. Tahap Partisipasi Komunitas dan Karakteristik CSR

Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat juga bahwa karekteristik CSR

perusahaan berada pada posisi Charity dan Philantropy yang mengarah kepada

Good Corporate Citizenship (GCG). Hal ini dibuktikan oleh kegiatan-kegiatan

Charity dalam bentuk sumbangan kepada yatim piatu, beasiswa pendidikan,

sumbangan beras, sunatan massal, dan bedah rumah. Kegiatan ini dapat

dikategorikan dalam Charity pada karakteristik CSR yang telah dikemukakan oleh

Za’im Zaidi (2003) karena kegiatan dilakukan hanya bersifat jangka pendek yang

berarti belum memberdayakan komunitas di wilayah tersebut. Kegiatan yang

dikategorikan Philantrophy dalam bentuk bantuan modal tanpa bunga dan

perbaikan becak. Bagi pihak perusahaan, kedua kegiatan ini sebagai langkah awal

untuk memberdayakan masyarakat walau dengan jumlah anggota yang sedikit.

Kemudian kegiatan yang termasuk dalam Good Corporate Citizenship (GCG)

Charity PhilantropyGood Corporate

Citizenship (GCG) 

6. Kemitraan 20%

0%

0%

0%

0%

0%

25%

3. Pemberitahuan 55%

2. Terapi Tidak Ada Partisipasi = 55%

8. Kontrol Masyarakat

7. Pendelegasian Kekuasaan

5. Penenangan

4. Konsultasi

1. Manipulasi

Tokenisme = 45 %

Kekuasaan di = 0% Masyarakat

Page 42: BAB IV,V,VI,VII Pembahasan_ I10maw.pdf

93

 

 

adalah Go Green With Astra yakni penanaman bibit pohon di sekitar kawasan

perusahaan. Persentase tahapan partisipasi pada Gambar 5 memperlihatkan bahwa

tidak adanya partisipasi pada kategori GCG, namun kegiatannya termasuk dalam

GCG. Hal ini dikarenakan penanaman tidak dilakukan langsung oleh masyarakat.

Mereka hanya sebatas membantu di bagian logistik perlengkapan persiapan acara

saja.

Berdasarkan Gambar 5, jika posisi masyarakat terus bergerak ke arah

kanan, maka kekuasaan akan berada pada tangga partisipasi kontrol masyarakat.

Masyarakat diharapkan dapat menjadi mandiri dan menentukan sendiri apa yang

menjadi kebutuhannya serta dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan

untuk mencapai kebutuhan masyarakat. Pada saat proses kegiatan CSR

belangsung, sebaiknya perusahaan juga membekali masyarakat dengan pelatihan-

pelatihan untuk mengembangkan sumberdaya yang ada sehingga ketika mereka

berada pada tangga partisipasi yang paling tinggi yakni kontrol masyarakat maka

masyarakat akan bijaksana dalam mengambil keputusan, bukan pemberontakan

ataupun konflik yang sama sekali tidak diharapkan oleh perusahaan jika

masyarakat telah berada pada puncak tahap partisipasi. Oleh karena itu, kegiatan

yang kooperatif antara pihak masyarakat dan perusahaan sangat dibutuhkan dalam

melancarkan kegiatan CSR ini untuk tercapainya suatu titik temu antara keinginan

kedua belah pihak. Pada kondisi tersebut, kedua belah pihak akan saling sejajar

dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama secara berkelanjutan.