BAB IVeprints.unpam.ac.id/1842/5/BAB IV.docx · Web viewdapat dilihat dari nilai skewness dan...
Transcript of BAB IVeprints.unpam.ac.id/1842/5/BAB IV.docx · Web viewdapat dilihat dari nilai skewness dan...
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah Berdirinya KPP Pratama Tangerang Timur
KPP Tangerang merupakan cikal bakal berdirinya KPP Pratama
Tangerang Timur. KPP Tangerang diresmikan pada tanggal 1 Maret 1989.
Wilayah kerja KPP Tangerang meliputi Kodya dan Kabupaten Tangerang. KPP
Tangerang semula berada di bawah koordinasi Kantor Wilayah (Kanwil) VII
Bandung. Akan tetapi dengan terbentuknya Propinsi Banten, KPP Tangerang
yang semula berada di bawah koordinasi Kantor Wilayah (Kanwil) VII Bandung
dialihkan menjadi di bawah koordinasi Kantor Wilayah (Kanwil) VIII Serang
pada Januari 2002.
Kemudian sekitar tahun 1994 (KPP) Kantor Pelayanan Pajak
Tangerang dipecah menjadi KPP Tangerang yang wilayah kerjanya meliputi
Kodya Tangerang dan KPP Serpong yang wilayah kerjanya meliputi
Kabupaten Tangerang. Kemudian pada tahun 2007 sejalan dengan reformasi di
jajaran Departemen Keuangan atau lebih spesifik di jajaran Direktorat
Jenderal Pajak, KPP Tangerang kembali dipecah menjadi 2 (dua) yakni KPP
Pratama Tangerang Timur dan KPP Pratama Tangerang Barat.
Pemecahan ini juga diikuti dengan proses modernisasi dalam semua
tugas dan fungsi salah satu institusi penghimpun keuangan negara ini. Tanggal 28
Agustus 2007 lalu ditetapkan sebagai tanggal Saat Mulai Operasi (SMO)
KPP Pratama Tangerang Timur. Pemecahan Kantor Pelayanan Pajak
48
Tangerang ini
dilakukan untuk memudahkan pemantauan WP (Wajib Pajak), pengawasan pajak,
4
dan untuk memberi pelayanan perpajakan yang lebih maksimal kepada WP
(Wajib Pajak).
4.1.2 Visi Dan Misi KPP Pratama Tangerang Timur
1. Visi KPP Pratama Tangerang Timur
Visi kantor Pelayanan Pajak Pratama Tangerang Timur mengacu pada visi
Direktorat Jenderal Pajak yaitu “Menjadi model pelayanan yang
menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia yang
dipercaya dan dibanggakan masyarakat”.
Penjelasan makna visi :
1) Menjadi model pelayanan masyarakat yaitu menjadi contoh
pelayanan bagi unit-unit instansi pemerintah lainnya.
2) Menjadi model pelayanan masyarakat yaitu menjadi contoh
pelayanan bagi unit-unit instansi pemerintah lainnya
3) Kelas dunia (World Class) maksudnya adalah mencapai tingkat
standar internasional baik untuk kualitas aparatnya maupun kuantitas
kinerja hasil lain-lainnya.
4) Dipercaya dan Dibanggakan masyarakat mempunyai maksud
adanya pengakuan dari masyarakat terhadap eksistensi Direktorat
Jenderal Pajak.
2. Misi KPP Pratama Tangerang Timur
1) Misi Fiskal :
Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang
menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan
5
Undang-
6
Undang Perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang
tinggi. Misi fiskal tidak semata-semata menghimpun penerimaan pajak,
melainkan disertai batasan-batasan yang harus dipenuhi : “bahwa
segala uapaya dan kegiatan harus sesuai dengan Peraturan Perundang-
Undangan Perpajakan yang berlaku”. Jumlah pajak yang dihimpun
harus mampu memenuhi harapan masyarakat dan pemerintah yaitu
mendukung kemandirian pembiayaan pemerintah. Pelaksanaannya
harus dengan tingkat efektifitas dan efisiensi Cost Of Collection
dan Cost Of Compliance dapat ditekan serendah mungkin.
2) Misi Kelembagaan :
Misi kelembagaan adalah misi internak yang bersifat mendukung
pelaksanaan misi-misi lainnya. Misi kelembagaan merupakan
kewajiban dan tugas KPP pratama Tangerang Timur untuk
senantiasa membangun dan memlihara diri agar terus berkembang
secara fisik mampu dalam kemampuan kualitas sehingga mampu
melaksanakan misi lainnya dengan kinerja yang tinggi meskipun
menghadapi berbagai tantangan yang berat. KPP Pratama Tangerang
Timur harus mampu mengantisipasi dan beradaptasi dengan
perubahan lingkungan serta aspirasi masyarakat dan membangun
dirinya secara terus menerus sesuai dengan perkembangan teknologi
dan administrasi perpajakan yang mutakhir.
51
4.1.3 Ruang Lingkup Kegiatan KPP Tangerang Timur
KPP Pratama Tangerang Timur mempunyai tugas melaksanakan
penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak (WP) dibidang Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Pertambahan atas Barang
Mewah, Pajak tidak langsung lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya
berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Dalam
melaksanakan tugas, KPP Pratama Tangerang Timur menyelenggarakan fungsi
sebagai berikut :
1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendapatan objek dan
subjek pajak, serta penilaian Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan
dan pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.
4. Penyuluhan perpajakan
5. Pelaksanaan registrasi wajib pajak.
6. Pelaksanaan eksentifikasi dan intensifikasi.
7. Pelaksanaan admnistrasi KPP Pratama Tangerang Timur.
52
4.1.4 Struktur Instansi KPP Pratama Tangerang Timur
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANGERANG TIMUR
Sub bagian Umum
Sie.Pengolahan Data Dan Informasi
Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
Sie.Pelayanan
Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
Sie.Penagihan Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
Sie. Pemeriksaan Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
Sie. Ekstensifikasi Perpajakan
Kelompok Jabatan Fungsional
Kantor Pelayanan,Penyuluhan dan
Konsultasi Perpajakan
Petugas Tata Usaha
Kelompok Jabatan
Fungsional
Gambar 4.1Struktur Instansi KPP Pratama Tangerang Timur (Seksi Pengolahan Data & Informasi
KPP Pratama Tangerang Timur)
53
4.2 Deskripsi Sampel
Hasil Penelitian ini dianalisis dengan statistik deskriptif dan inferensial.
Analisis deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan data penelitian, yang
bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai variabel-variabel yang diteliti.
Sementara analisis statistik inferensial (Kuantitatif) digunakan untuk menguji
hipotesis dan dilakukan dengan menggunakan rumus : koefisien determinasi, uji t,
uji F dan Regresi linear Berganda. Tujuannya adalah untuk mengetahui variabel
bebas terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini sebagai variabel bebasnya
kualitas penetapan dan tindakan penagihan aktif , sedangkan variabel terikatnya
adalah pencairan tunggakan pajak.
4.2.1 Kualitas Penetapan
Dalam rangka memberikan penilaian terhadap kualitas penetapan
terhadap kualitas penetapan, didasarkan pada nilai persentase. Asumsi utama
yang mendasari dalam penelitian penilaian kualitas penetapan adalah bahwa
penetapan yang paling baik atau sangat baik adalah penetapan yang tidak
berubah jika wajib pajak mengajukan permohonan pengurangan/penghapusan
sanksi atau keberatan/banding. Hal ini menandakan bahwa dalam memberikan
penetapan sudah dilakukan dengan pertimbangan yang tepat dan didukung
dengan data-data yang akurat, sehingga meskipun wajib pajak mengajukan
pengurangan/penghapusan sanksi atau keberatan/banding, keputusannya tetap
tidak berubah. penetapan yang paling buruk adalah penetapan yang
mengalami perubahan, baik menjadi berkurang maupun bertambah,
setelah dilakukan
54
pengajuan pengurangan/penghapusan sanksi atau keberatan/banding, yang
55
menunjukkan bahwa dalam pengambilan keputusan tidak didasarkan
pertimbangan yang tepat dan data yang akurat oleh pihak fiskus (pemeriksa
pajak). Hal itu akhirnya menimbulkan keputusan penetapan yang tidak konsisten.
Dengan demikian, kualitas penetapan dapat dibuat dalam suatu rentang
persentase sebagaimana terlihat dalam Tabel 4.1
Berikut ini disajikan data kualitas penetapan yang diperoleh
melalui penelusuran data di objek penelitian.
Tabel 4.1 Kategorisasi Kualitas Penetapan
NO Persentase Kualitas Penetapan
1 00,00 – 19.99 Sangat Tidak Baik
2 20,00 – 39,99 Tidak Baik
3 40.00 – 59,99 Kurang Baik
4 60,00 – 79,99 Baik
5 80,00 – 100 Sangat Baik
Sumber : Register Pengawasan Penata Usaha Piutang Pajak
Hasil kategorisasi terhadap variabel penelitian berdasarkan
ketentuan diatas, disajikan pada tabel 4.2 berikut.
56
Tabel 4.2Data Kualitas Penetapan Sampel
Penelitian Tahun 2014 – 2015
NO KualitasPenetapan Jumlah Persentase
1 Sangat Baik 86 69 %
2 Baik 9 7 %
3 Kurang Baik 8 6 %
4 Tidak baik 7 6 %
5 Sangat Tidak baik 15 15 %
Jumlah 125 100 %Sumber : Register Pengawasan Penata Usaha Piutang Pajak
Berdasarkan data diatas, terlihat mayoritas kualitas penetapan yang
diberikan oleh fiskus terhadap sampel 125 wajib pajak tergolong sangat
baik, yaitu sebanyak 86 keputusan atau 69 %. Sementara keputusan yang
tergolong baik 9 keputusan atau 7 %, yang tergolong Kurang baik 8 keputusan
atau 6 % yang tergolong tidak baik 7 keputusan atau 6 % dan yang tergolong
sangat tidak baik sebanyak 15 keputusan 15 %. Hasil ini menunjukkan bahwa
pihak fiskus umumnya memiliki kompetensi yang baik dalam menetapkan
suatu keputusan. Hal itu tentunya dalam proses penetapan telah didukung
dengan data-data pemeriksaan yang akurat, sehingga banyak menghasilkan
keputusan yang konsisten.
57
4.2.2 Tindakan Penagihan Aktif
Dibawah ini disajikan data mengenai jumlah penagihan aktif yang telah
dilakukan wajib pajak. Penagihan aktif meliputi tindakan pemberian surat teguran,
surat paksa, penyitaan, pelelangan, lelang, cegah serta sandera.
Tabel 4.3Data Penagihan Aktif sampel Penelitian
Tahun 2014-2015No Tindakan Jumlah
1 Surat Teguran 673
2 Surat Paksa 679
3 Penyitaan 43
4 Lelang
-
5 Cegah/Sandera -
Sumber : Register Pengawasan Penata Usaha Piutang Pajak
Dari tabel diatas, terlihat bahwa selama tahun 2014-2015 terhadap
125 Data wajib pajak yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Pihak Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Tangerang Timur dalam rangka melakukan
penagihan aktif telah memberikan surat teguran sebanyak 673 kali , surat
paksa sebanyak 679 kali dan Penyitaan 43 kali. Pada tahun 2014-2015 Pihak
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tangerang Timur belum pernah melakukan
tindakan lelang, cegah atau sandera terhadap wajib pajak yang masih memiliki
tunggakan pajak. Tindakan ini tidak dilakukan tentu ada alasan-alasan yang
mendasarinya, terutama dari segi efektifitas dan pertimbangan lainnya.
Dengan melihat jumlah yang
58
berurutan tersebut, berarti pihak fiskus memang menerapkan prosedur-prosedur
59
yang telah ditetapkan dalam melakukan penagihan aktif, yaitu mulai surat
paksa, surat teguran, penyitaan, lelang, sampai tindakan cegah atau sandera.
Tahapan- tahapan tersebut tidak boleh dilewati dan harus dilakukan secara
berurut, kecuali jika dilapangan ditemukan faktor-faktor yang dapat digunakan
sebagai alasan untuk melewati suatu tahapan.
4.2.3 Pencairan Tunggakan Pajak
Dibawah ini disajikan data kuantitas pencairan tunggakan pajak dari
sampel 125 Data wajib pajak tahun 2014-2015 yang diperoleh melalui
penelusuran data di objek penelitian.
Tabel 4.4Data Tunggakan dan Pencairan Tunggakan
Pajak Tahun 2014-2015No Keterangan Tunggakan
(Rp)Pencairan
(Rp)1 Jumlah 250.172.729.078 143.512.899.997
2 Minimal 100.000 0
3 Maksimal 19.166.007.139 15.173.275.813
4 Rata-rata 2.001.381.833 1.148.103.197
Sumber : Register Pengawasan Penata Usaha Piutang Pajak
Dari data diatas terlihat dari 125 Wajib Pajak yang diteliti, selama
tahun 2014-2015 nilai tunggakannya mencapai Rp 250.172.729.078 dari nilai
yang berhasil dicairkan sebesar Rp 143.512.899.997 .
60
4.3 Analisis Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil pengumpulan data sekunder, terkait variabel kualitas
penetapan pajak, penagihan aktif pajak dan pencairan tunggakan pajak
diperoleh hasil analisis deskriptif sebagai berikut :
Tabel 4.5Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif
Sumber : Data diolah menggunakan SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.5, diperoleh hasil bahwa variabel kualitas
penetapan pajak memiliki nilai minimum sebesar 1 dan maksimum sebesar 5
dengan rata- rata sebesar 4,152 dan standar deviasi sebesar 1,432. Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas penetapan pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Tangerang Timur cenderung tinggi. Data kualitas penetapan pajak
berdistribusi normal, hal ini dapat dilihat dari nilai skewness dan kurtosis data
yang berada dalam rentang -2,58 < z
< 2,58, yaitu dengan nilai skewness sebesar -1,395 dan kurtosis sebesar 0,331.
Berdasarkan tabel 4.5, juga diperoleh hasil bahwa variabel penagihan
aktif pajak memiliki nilai minimum sebesar 0 dan maksimum sebesar 46 dengan
rata- rata sebesar 11,16 dan standar deviasi sebesar 10,412. Hal ini menunjukkan
bahwa penagihan aktif pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tangerang
61
Timur cenderung rendah. Data penagihan aktif juga berdistribusi normal, hal
ini
62
dapat dilihat dari nilai skewness dan kurtosis data yang berada dalam rentang
- 2,58 < z < 2,58, yaitu dengan nilai skewness sebesar 1,251 dan kurtosis
sebesar 1,095.
Berdasarkan tabel 4.5, juga diperoleh hasil bahwa variabel pencairan
tunggakan pajak memiliki nilai minimum sebesar 0 dan maksimum sebesar
15.173.275.813 dengan rata-rata sebesar 1.148.103.197 dan standar deviasi sebesar
3.290.987.080. Hal ini menunjukkan bahwa pencairan tunggakan pajak di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tangerang Timur cenderung tinggi. Data
Pencairan Tunggakan pajak tidak berdistribusi normal, hal ini dapat dilihat dari
nilai skewness dan kurtosis data yang berada di luar rentang -2,58 < z < 2,58,
yaitu dengan nilai skewness sebesar 3,428 dan kurtosis sebesar 10,703.
4.4 Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, pengaruh variabel kualitas penetapan pajak dan
penagihan aktif pajak terhadap pencairan tunggakan baik secara prsial
maupun simultan akan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear
berganda.
4.4.1 Uji Analisis Regresi
Sebelum dilakukan analisis regresi linear berganda, perlu dilakukan uji
asumsi klasik untuk menguji apakah analisis regresi dapat digunakan. Uji
asumsi tersebut meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
4.4.1.1 Uji Normalitas
63
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi residual dari model
regresi, jika residual berdistribusi normal maka model dapat dianalisis
dengan
60
analisis regresi, namun jika residual tidak berdistribusi normal maka model
tersebut tidak dapat dianalisis dengan analisis regresi.
Uji normalitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara grafik
dan secara statistik, uji normalitas secara grafis dilakukan dengan melihat grafik
PP- Plot sedangkan uji normalitas secara statistik dapat dilakukan dengan
melihat signifikan dari hasil uji normalitas Kolmogorv Sminov. Pada grafik PP
Plot, jika data residual berpencar di sekitar garis lurus maka dikatakan data
residual berdistribusi normal dan pada uji normalitas Kolmogorv Sminov, data
residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai probabilitas (signifikan ) lebih
besar dari 0,05. Pembuatan grafik PP-Plot dari residual model dapat dibuat
dengan bantuan program SPSS 22, berikut ini adalah grafik PP-Plot yang
terbentuk
Gambar 4.2Grafik PP Plot Uji Normalitas
60
Berdasarkan gambar di atas, data hasil penelitian menyebar mengikuti arah
garis lurus, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara grafik, residual
model
61
berdistribusi normal. Untuk memperkuat hasil uji normalitas, selanjutnya
normalitas residual akan diuji secara statistik dengan menggunakan uji
normalitas Kolmogorov Smirnov, berikut ini adalah hasil dari uji normalitas
Kolmogorov Smirnov dengan bantuan program SPSS:
Tabel 4.6Hasil Uji Normalitas Kolmogorv Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestUnstandardized Residual
N 95Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 1,18403589Most Extreme Differences Absolute ,058
Positive ,058Negative -,052
Test Statistic ,058Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.c. Lilliefors Significance Correction.d. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai signifikan hasil uji normalitas
sebesar 0,929. Oleh karena nilai signifikan hasil uji normalitas lebih besar
dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa residual model regresi berdistribusi
normal, sehingga syarat normalitas terpenuhi.
4.4.1.2 Uji Multikolinearitas
Menurut Imam Ghozali (2011:105-106) uji multikolinieritas bertujuan
untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas (independent). Untuk menguji multikolinieritas dengan cara melihat
nilai VIF masing-masing variabel independent, jika nilai VIF < 10 dan
tolerance > 0,1, maka dapat disimpulkan data bebas dari gejala multikolinieritas.
Coefficientsa
Collinearity Statistics
1 Kualitas_Penetapan_Pajak ,922 1,084Penagihan_Aktif_Pajak ,922 1,084
a. Dependent Variable: Pencairan_Tunggakan_Pajak
62
Tabel 4.7Hasil Uji Multikolinearitas
Model
Tolerance VIF
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat nilai VIF seluruh variabel < 10
dan nilai tolerance > 0,1, hal ini menunjukkan tidak terjadi multikolinearitas
pada model regresi, sehingga asumsi tidak adanya multikolinearitas terpenuhi.
4.4.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan uji
heteroskedastisitas, yaitu uji grafik plot, uji park, uji glejser, dan uji white.
Pengujian pada penelitian ini menggunakan Grafik Plot antara nilai prediksi
variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Tidak terjadi
heteroskedastisitas apabila tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar
diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu
Y. (Imam Ghozali, 2011: 139-143). Berikut ini adalah grafik hasil uji
heteroskedastisitas tersebut :
63
Gambar 4.3Uji Heteroskedastisitas Grafik
Berdasarkan tabel di atas, tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y yang berarti tidak
terjadi heteroskedastisitas.
4.4.1.4 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Run. Dalam uji
Run, apabila nilai signifikan hasil pengujian > 0,05 maka dinyatakan tidak
terjadi autokorelasi dalam model, sedangkan nilai signifikan < 0,05 menunjukkan
adanya autokorelasi dalam tabel.
Tabel 4.8Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
ABS_RESTest Valuea ,95Cases < Test Value 47Cases >= Test Value 48Total Cases 95Number of Runs 49Z ,104Asymp. Sig. (2-tailed) ,917
a. Median
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
Estimate1 ,472a ,222 ,206 1,19684a. Predictors: (Constant), Penagihan_Aktif_Pajak, b. Dependent Variable: Pencairan_Tunggakan_Pajak
64
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai signifikan hasil uji Run
sebesar 0,917. Oleh karena nilai signifikan yang diperoleh > 0,05 , hal ini
menunjukkan bahwa tidak terjadi autokorelaasi pada ketiga model regresi.
4.4.1.5 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Dalam penelitian ini, koefisien determinasi digunakan untuk
mengetahui besar pengaruh variabel kualitas penetapan pajak dan penagihan
aktif pajak terhadap pencairan tunggakan pajak. Nilai koefisien determinasi
dilihat dari nilai R Square.
Tabel 4.9 Koefisien Determinasi (R2)
Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh nilai R Square sebesar 0,222, yang
berarti besar kontribusi yang diberikan variabel kualitas penetapan pajak dan
penagihan aktif pajak terhadap pencairan tunggakan pajak adalah sebesar 22,2%
sedangkan sisanya sebanyak 77,8% variansi pencairan tunggakan pajak
dipengaruhi oleh faktor lain di luar kualitas penetapan pajak dan penagihan aktif
pajak, yang tidak dianalisis dalam penelitian ini. Dengan nilai korelasi (R)
sebesar 0,472, yang berarti dalam Hubungan ini termasuk ke dalam kategori
ukuran sedang (0,40- 0,599).
65
4.4.2 Hasil Analisis Regresi
Hasil analisis regresi meliputi hasil uji t (uji pengaruh parsial) dan hasil uji
F (uji pengaruh simultan).
4.4.2.1 Persamaan Regresi
Berikut hasil olahan regresi menggunakan output SPSS 22 yang didapat :
Tabel 4.10Hasil Analisis Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.1 (Constant) 5,167 ,506 10,216 ,000
Kualitas_Penetapan_Pajak 3,348 ,734 ,437 4,565 ,000Penagihan_Aktif_Pajak 1,206 ,343 ,337 3,521 ,001
a. Dependent Variable: Pencairan_Tunggakan_Pajak
Berdasarkan tabel 4.10, diperoleh nilai konstanta untuk persamaan regresi
sebesar 5,167 dengan koefisien regresi variabel kualitas penetapan pajak
sebesar 3,348 dan koefisien regresi untuk variabel penagihan aktif pajak
sebesar 1,206. Dengan demikian, dapat dibentuk persamaan regresi sebagai
berikut :
Y = 5,167 + 3,348 X1 + 1, 206 X2
dengan :
Y = pencairan tunggakan pajak
X1 = kualitas penetapan pajak
X2 = penagihan aktif pajak
4.4.2.2 Uji Pengaruh Parsial (uji t)
Dalam analisis regresi linear, uji t digunakan untuk mengetahui
66
pengaruh parsial variable pengaruh kualitas penetapan pajak dan tindakan
penagihan aktif
67
secara parsial terhadap variabel pencairan tunggakan pajak. Hasil uji t ini
akan digunakan untuk menguji hipotesis 1 dan 2 dalam penelitian ini.
Dalam uji t, hipotesis pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ho = Kualitas penetapan pajak / penagihan aktif pajak secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap pencairan tunggakan pajak
Ha = Kualitas penetapan pajak / penagihan aktif pajak secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap pencairan tunggakan pajak
Dengan tingkat kepercayaan 95%, maka Ho akan ditolak jika
nilai signifikan < 0,05 dan Ho akan diterima jika nilai signifikan > 0,05.
Tabel 4.11 Hasil Uji t Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.1 (Constant) 5,167 ,506 10,216 ,000
Kualitas_Penetapan_Pajak 3,348 ,734 ,437 4,565 ,000Penagihan_Aktif_Pajak 1,206 ,343 ,337 3,521 ,001
b. Dependent Variable: Pencairan_Tunggakan_Pajak
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh beberapa hasil sebagai berikut:
1. Nilai signifikan pengaruh variabel kualitas penetapan pajak terhadap
pencairan tunggakan pajak adalah sebesar 0,000 dengan koefisien
regresi bertanda positif. Oleh karena nilai signifikan yang diperoleh <
0,05 dan koefisien regresi bertanda positif, maka Ho ditolak dan
disimpulkan bahwa kualitas penetapan pajak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pencairan tunggakan pajak, yaitu semakin baik
kualitas penetapan pajak maka semakin lancar pencairan tunggakan
68
pajak, begitu sebaliknya.
69
2. Nilai signifikan pengaruh variabel penagihan aktif pajak terhadap
pencairan tunggakan pajak adalah sebesar 0,001 dengan koefisien
regresi bertanda positif. Oleh karena nilai signifikan yang diperoleh <
0,05 dan koefisien regresi bertanda positif, maka Ho ditolak dan
disimpulkan bahwa penagihan aktif pajak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pencairan tunggakan pajak, yaitu semakin baik
penagihan aktif pajak maka semakin lancar pencairan tunggakan pajak,
begitu sebaliknya.
4.4.2.3 Uji Pengaruh Simultan (Uji F)
Dalam penelitian ini, uji pengaruh simultan digunakan untuk menguji
pengaruh variabel kualitas penetapann pajak dan tindakan penagihan aktif
secara simultan terhadap pencairan tunggakan pajak. Hasil dari uji F ini
selanjutnya akan digunakan untuk menguji hipotesis 3 dalam penelitian ini.
Dalam uji pengaruh simultan, hipotesis pengujian yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Ho = Kualitas penetapan pajak dan penagihan aktif pajak secara simultan
tidak berpengaruh signifikan terhadap pencairan tunggakan pajak.
Ha : Kualitas penetapan pajak dan penagihan aktif pajak secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap pencairan tunggakan pajak.
Dengan tingkat kepercayaan 95%, maka Ho akan ditolak jika nilai
signifikan < 0,05 dan Ho akan diterima jika nilai signifikan > 0,05.
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.1 Regression 37,701 2 18,850 13,160 ,000b
Residual 131,782 92 1,432Total 169,483 94
a. Dependent Variable: Pencairan_Tunggakan_Pajakb. Predictors: (Constant), Penagihan_Aktif_Pajak, Kualitas_Penetapan_Pajak
70
Tabel 4.12 Hasil Uji F
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai signifikan hasil uji F
sebesar 0,000. Oleh karena nilai signifikan hasil uji simultan < 0,05 maka Ho
ditolak dan disimpulkan bahwa kualitas penetapan pajak dan penagihan aktif
pajak secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pencairan tunggakan
pajak.
4.5. Diskusi Hasil dan Pembahasan
4.5.1 Pengaruh Kualitas penetapan pajak terhadap pencairan
tunggakan pajak
Berdasarkan hasil analisis data statistik dalam penelitian ini Variabel
kualitas penetapan pajak secara parsial (uji t) menunjukkan t hitung sebesar
4,565 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai thitung > ttabel (4,565>1,989)
dan taraf signifikansi (0,000<0,05). Dari hasil uji t tersebut dapat dinyatakan
bahwa kualitas penetapan pajak berpengaruh signifikan positif terhadap
pencairan tunggakan pajak dapat diterima.
Hal ini mengindikasikan bahwa semakin baik kualitas penetapan pajak
maka semakin lancar pencairan tunggakan pajak, begitu sebaliknya, apabila
kualitas penetapan tidak baik, maka akan menyebabkan pencairan tunggakan
pajak menurun. Selain itu penelitian ini juga mendukung hasil penelitian I
71
Gede
72
Wirawiweka (2007) yang menunjukkan adanya pengaruh kualitas penetapan pajak
terhadap pencairan tunggakan pajak.
4.5.2 Pengaruh Tindakan Penagihan aktif pajak terhadap
pencairan tunggakan pajak
Berdasarkan hasil analisis data statistik dalam penelitian ini Variabel
Tindakan Penagihan Aktif secara parsial (uji t) menunjukkan Nilai t hitung
sebesar 3,521 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001. Nilai thitung > ttabel
(3,521>1,989) dan taraf signifikansi (0,000<0,05). Dari hasil uji t tersebut
dapat dinyatakan bahwa tindakan penagihan aktif berpengaruh signifikan
positif terhadap pencairan tunggakan pajak dapat diterima.
Hal ini mengindikasikan bahwa penagihan aktif merupakan faktor
yang menentukan tinggi rendahnya pencairan tunggakan pajak, apabila
tindakan penagihan aktif dilakukan secara intensif dan efektif, maka akan
menyebabkan pencairan tunggakan pajak semakin besar. Namun sebaliknya,
jika tindakan penagihan aktif tidak dilakukan dengan intensif dan efektif, maka
akan menyebabkan pencairan tunggakan pajak seakin kecil. Selain itu hasil
penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan Khalifah (2009) yang
menyatakan bahwa pelaksanaaan tindakan penagihan aktif mempunyai pengaruh
yang sangat kuat terhadap tingkat penerimaan pajak/tunggakan pajak.
4.5.3 Kualitas penetapan pajak dan penagihan aktif pajak
berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak
Dari hasil uji signifikansi simultan (Uji F), diperoleh Fhitung sebesar 13,160
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Jadi jika dibandingkan Fhitung > Ftabel
70
yaitu (13,160>3,94) dan taraf signifikasi (0,000<0.05) dengan total
persentase pengaruh sebesar 20,6%, sedangkan sisanya sebesar 77,8%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diamati di dalam penelitian ini. maka
dapat disimpulkan bahwa Kualitas Penetapan Pajak dan Tindakan Penagihan
Aktif secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pencairan tunggakan pajak
dapat diterima.