BAB IV + V PUPON
-
Upload
dekmep-banjar -
Category
Documents
-
view
70 -
download
5
description
Transcript of BAB IV + V PUPON
BAB IV
PENYAJIAN HASIL PENELITIAN
4.1. Gambar Umum Obyek Penelitian
Pasraman Widya Guna di Desa Panglumbaran Kecamatan Susut
Kabupaten Bangli Tempat pembinaan pasraman ini dilakukan di Balai Desa
Panglumbaran. Terkait dengan gambaran umum obyek penelitian akan diuraikan
beberapa hal antara lain: 1).Letak geografis Desa Panglumbaran, 4). Luas wilayah
Desa Panglumbaran, 5). Kehidupan sosial budaya masyarakat, 6). Kondisi
ekonomi Desa Panglumbaran.
4.1.1. Letak Geografis Desa Panglumbaran
Secara geografis Desa Panglumbaran, Kecamatan Sukawati, Kabupaten
Gianyar merupakan daerah dataran rendah, curah hujan relatif sedang. Batas
wilayah adminitratif sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tiga
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pangiangan
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Manukaya.
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tiga
Lokasi Pasraman Widya Guna di Desa Panglumbaran merupakan lokasi
yang strategis karena berada di tengah Desa. Sarana transportasi ke lokasi
pasraman ini termasuk lancar sebab dilalui oleh rute angkutan umum yang ada di
Desa Panglumbaran. Selain itu lokasi pasraman juga termasuk kawasan
pendidikan sebab disekitar lokasi pasraman ini terdapat sekolah-sekolah formal,
seperti SD Negeri 1, SMP Negeri dan lain sebagainya. Pembinaan juga tidak
hanya dilakukan di lokasi itu saja, melainkan juga dilaksanakan di Pura Desa/
Bale Agung pada saat-saat tertentu sesuai program oleh pengelola pasraman
(Observasi tanggal 11 di Pasraman Widya Guna).
4.1.2. Luas Wilayah Desa Panglumbaran
Luas wilayah yang termasuk Desa Panglumbaran untuk lebih jelasnya tata
guna tanah dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel IV.1Tata Guna Tanah
No Tata Guna Tanah Luas
1 Pemukiman 74,965 Hektar
2 Tanah Sawah 205 Hektar
3 Tanah Perkebunan / Tegalan 235,9 Hektar
4 Lain – lain 218 Hektar
Jumlah 734 Hektar
Sumber : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Tahun 2010-2015
Luas wilayah Desa Panglumbaran 734 hektar, penggunaan lahan di Desa
Panglumbaran sekarang dipilah menjadi daerah pemukiman 74,965 hektar, tanah
sawah 205 hektar, perkebunan/tegalan 235,9 hektar, serta penggunaan lain-lain
(fasilitas umum, pura, setra, jalan, lapangan, dan sebagainya) seluas 218 hektar.
Desa Panglumbaran memiliki 1 unit kator desa, Sekolah Dasar / TK 10 unit, jalan
desa10,7 kilometer, jalan kabupaten 7 kilometer, tempat ibadah (pura) 90 unit.
Dari penjelasan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah tanah yang ada di
Desa Panglumbaran sudah terbagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan
keberadaan tata guna tanah, jadi tata guna tanah yang paling banyak pada tanah
perkebunan/ tegalan, dan tata guna tanah yang paling sedikit pada tanah
pemukiman yang terdiri dari rumah- rumah masyarakat.
4.1.3. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Desa Panglumbaran
Jumlah penduduk Desa Panglumbaran sebanyak 3835 jiwa, terdiri dari
1960 jiwa penduduk laki-laki dan 1875 jiwa penduduk perempuan, yang
terdiri dari 883 KK.
Tabel VI. 2Data Pendidikan
Masyarakat Desa PanglumbaranNo Tingkat pendidikan jumlah
1 SD / SMP 2065 orang
2 SMA 1065 orang
3 S1 25 orang
4 tidak tamat SD 705 orang
Sumber : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Tahun 2010-2015
Dari tabel diatas struktur penduduk menurut pendidikan menunjukkan
kualitas sumber daya manusia yang dipunyai Desa Panglumbaran, yaitu yang
berusia pada usia pendidikan dasar 7 tahun sampai dengan 16 tahun (pendidikan
sekolah dasar dan menengah) berjumlah 2065 orang, mengikuti pendidikan
menengah atas berjumlah 1065 orang, dan pendidikan sarjana 25 orang, dan yang
tidak tamat sekolah dasar mencapai 705. Menurut struktur pendidikan juga bisa
dilihat yang paling mendominasi pendidikan dari tahun 2010- 2015 adalah tidak
tamat SD dan mencari pekerjaan sesuai potensi yang ada di Desa Panglumbaran
yaitu dibidang pertanian, industri dan pariwisata, sedangkan dilihat dari struktur
pendidikan yang paling sedikit dari tahun 2010- 2011 adalah S1. Desa
Panglumbaran dibagi menjadi dua banjar, yaitu desa dinas dan desa pakraman.
Struktur penduduk menurut mata pencaharian menunjukkan bahwa
sebagian besar penduduk menggantungkan sumber kehidupannnya di sektor
pertanian, sektor lain yang menonjol dalam menyerap tenaga kerja adalah
perdagangan, sektor industri rumah tangga dan pengolahan, dan sektor lainnya
seperti pegawai negeri, karyawan swasta dari berbagai sektor. Struktur penduduk
Desa Panglumbaran, beragama Hindu (100%), kebudayaan daerah Desa
Panglumbaran, tidak terlepas dan diwarnai oleh agama Hindu dengan konsep “Tri
Hita Karana” ( hubungan yang selaras, seimbang dan serasi antara manusia
dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya).
4.1.4. Kondisi Ekonomi Desa Panglumbaran
Struktur perekonomian Desa Panglumbaran masih bercorak agraris yang
menitik beratkan pada sektor pertanian serta industri penyangga pariwisata.
Beberapa sektor ekonomi yang tergolong economic base adalah perdagangan,
industri rumah tangga dan pengolahan serta sektor pariwisata. Pada sektor
perdagangandimana masyarakat Desa Panglumbaran juga memanfaatkan pasar
desa sebagai prasarana pedagangan. Sedangkan fasilitas pasar yang ada Kemenuh,
pasar desa ada dua buah. Pada sektor industri rumah tangga dan pengolahan
termasuk didalamnya adalah kerajinan ukir. Pada sektor jasa, yyang menonjol
adalah tumbuhnya lembaga/ istitusi keuangan mikro merupakan Koperasi, LPD,
sebagai pendukung ekonomi desa. Hal ini diharapkan akan membawa dampak
fositif dalam perkembangan ekonomi desa secara keseluruhan.
4.2 Pola Pendidikan Budi Pekerti pada Pasraman Widya Guna
Pelaksanaan pola pendidikan di Pasraman Widya Guna pada umumnya
menggunakan cara-cara pembelajaran umum. Namun bila dikaitkan pembinaan
Budi Pekerti menuju pada pendalaman moral, iman, sradha dan bhakti para
remaja Hindu. Pembinaan-pembinaan yang dilakukan di pasraman ini
mengembangkan proses pembinaan yang bersumber pada ajaran agama Hindu
yang relevan dengan keadaan remaja dan masyarakat Hindu setempat. Adapun
proses Pendidikan budi pekerti bagi anak-anak dan remaja Hindu di Pasraman
Widya Guna menggunakan dua pola pembelajaran diantaranya; pola pembelajaran
klasikal dan pola pembelajaran individual, Ni Made Darmi (wawancara, 8 April
2013)
4.2.1 Pola Pembelajaran Klasikal
Bentuk pembelajaran klasikal (group presentation) adalah kegiatan
penyampaian materi pelajaran kepada peserta pasraman yang biasanya dilakukan
oleh instruktus dengan cara berceramah di depan kelas. Pada bentuk pembelajaran
klasikal instruktur memberikan arti, bahwa seorang instruktur melakukan dua
kegiatan sekaligus yaitu mengelola kelas, dan mengelola pembelajaran. Bentuk
pembelajaran klasikal cenderung menempatkan peserta pasraman pada posisi
pasif. Sehingga bentuk pembelajaran ini sering di kombinasikan dengan metode
Tanya jawab.
Dalam pembelajaran klasikal instruktur/guru berperan dalam pengelolaan
kelas agar tetap kondusif, tertib, tenang dan siswa aktif, sehingga dalam
pengelolaan pembelajaran, guru mengkombinasikan waktu dan materi dengan
metode tanya jawab, agar siswa ikut aktip dalam pembahasan materi
pembelajaran.
Berkaitan dengan pola pendidikan budi pekerti kegiatan pembinaan di
Pasraman Widya Guna dilaksanakan setiap hari minggu dengan alokasi waktu
empat (3 jam yang berlangsung dari pukul 08.00 sampai dengan 12.00 WIB.
Pelaksanaan kegiatan pasraman yang diadakan setiap hari minggu ini didasari
dengan pertimbangan bahwa pada hari tersebut adalah hari libur sehingga
ruangan-ruangan bisa dipakai oleh pengelola pasraman guna melakukan
kegiatannya dalam proses pedidikan budi pekerti bagi anak-anak dan remaja
Hindu di Desa Panglumbaran.
Proses kegiatan pendidikan dilaksanakan di Balai desa Panglumbaran.
Hal ini dilakukan karena Pasraman Widya Guna secara khusus belum memiliki
tempat tersendiri dan khusus untuk melangsungkan proses kegiatan pasraman.
Dalam hal ini pihak pengelola Pasraman Widya Guna mengadakan kerjasama
dengan pihak sekolah SD Negeri 1 Penglumaran untuk meminjam bebepara
ruangan kelas di sekolah tersebut sehingga pihak pasraman bisa melaksanakan
kegiatan pasraman.
Waktu pelaksanaan pembinaan di pasraman ini tidak selalu terpaku
menurut sistem mingguan seperti yang telah di programkan. Pembinaan ini juga
dilakukan pada waktu-waktu tertentu misalnya pada hari raya agama yaitu
Saraswati, Siwaratri, dan lain sebagainya dengan mengarahkan siswa pada
pengamalan Dharma sadhana yang merupakan realisasi dari ajaran agama Hindu
dan budi pekerti . wawancara tanggal 8 April 2013).
Pembinaan pendidikan Budi Pekerti diberikan melalui pemberian materi
di Pasraman Widya Guna secara garis besar sama dengan proses pemberian
materi pada pendidikan formal (sekolah). Pelaksanaannya di pasraman ini tidak
terlalu terikat oleh peraturan yang ketat. Namun, materi yang diberikan tetap
mengacu pada perkembangan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah dan
menurut susastra Hindu.
Materi pembinaan yang diberikan di Pasraman Widya Guna merupakan
materi pengetahuan budi pekerti dan agama Hindu yang disesuaikan dengan
tingkatan kelas yang ada. Sedangkan tingkatan kelas yang dibina di pasraman ini
mulai dari tingkat SD, SLTP, SMA. Penyampaian materi ini diberikan oleh para
tenaga pembina atau instruktur di pasraman berdasarkan kebutuhan dari masing-
masing jenjang serta disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku.
Dalam menjalankan pembinaan pendidikan budi pekerti dan agama Hindu
bagi anak-anak dan remaja Hindu di Desa Panglumbaran, Pasraman Widya Guna
menggunakan buku pedoman. Buku pedoman yang digunakan tersebut
merupakan buku paket yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama Hindu
berdasarkan kurikulum tahun 2006 serta mengacu pada standar kurikulum
pendidikan agama Hindu berbasis pendidikan yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang dipergunakan di sekolah-sekolah formal disamping ada
muatan-muatan lain yang digunakan dalam menjalankan program pasraman ini.
Pasraman Widya Guna tidak hanya terpaku dengan pembinaan melalui
pemberian materi pengetahuan budi pekerti saja melainkan yang lain juga seperti:
ajaran agama Hindu pembinaan dalam bidang seni seperti memberikan
pengetahuan menyanyikan kidung-kidung yang termasuk ke dalam kidung Panca
Yadnya dan Bahasa Bali nyastra dan mesatwa. Selain itu pembinaan juga
diarahkan pada disiplin moral, mental dan etika dalam berperilaku. Tujuannya
adalah agar anak-anak dan remaja yang menjadi objek pembinaan tersebut
memiliki peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam diri serta dapat
meningkatkan sradha dan bhakti agar bisa berguna bagi keluarga, masyarakat
serta berbangsa dan bernegara (Sura, wawancara 8 April 2013.
4.2.2 Pola Pembelajaran Individual
Pada hakekatnya antara peserta Pasraman Widya Guna yang satu dengan
yang lain adalah pribadi-peibadi yang berbeda yang tidak bisa untuk tidak
diperhatikan. Bentuk pembelajaran individual tampak pada perilaku atau kegiatan
instruktur/guru pamong dalam mengajar yang menitik beratkan pada pemberian
bantuan, dan bimbingan belajar kepada masing-masing peserta Pasraman Widya
Guna secara individual. Walaupun pada proses pembelajaran tampaknya
mempergunakan bentuk klasikal, tetapi pembinaan-pembinaan kepada individu
tetap berlangsung.
Guru sering melakukan pembinaan secara individu kepada peserta
Pasraman Widya Guna yang belum mampu Medhama Gita dengan benar.
Dengan demikian untuk pola pembelajaran individual diterapkan pada anak-anak
pada beberapa materi pelajaran yang bersifat pengembangan fsikomotor.
Pembelajaran yang menekankan pada pengembangan prakteknya dengan
melakukan pola individual bertujuan supaya dapat memberikan respon secara
mental, fisik, maupun perasaan dalam pembelajaran.
Selain menggunakan dua pola di atas, di dalam sastra agama Hindu
dikenal adanya metode pembinaan umat Hindu. Ada enam metode yang
digunakan dalam pembinaan umat Hindu yaitu: Dharma Sadhana, , Dharmagita,
Dharmatula, , dan Dharma Wacana. Semua metode pembinaan umat Hindu ini di
terapkan dalam sebuah lembaga pasraman dalam melaksanakan kegiatannya.
Proses pembinaan pendidikan budi pekerti bagi anak-anak dan remaja
Hindu ini menggunakan beberapa metoda sebagai pendekatan atau model
pembinaan. Adapun model pembinaan di pasraman ini sesuai wawancara penulis
dengan pengelola Pasraman Widya Guna tersebut adalah sebagai berikut :
1) Metoda Dharmawacana. Dharmawacana adalah metoda penerangan dan
pembinaan budi pekerti dan Agama Hindu yang disampaikan pada setiap
kesempatan dihadapan umat Hindu yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan
dan pembinaan mental spritual. Kegiatan semacam ini di masa lalu dalam
ajaran Hindu disebut Upanisada. Terminologi Upanisada atau Upanisad
mengandung arti dan isi yang sifatnya “rahasyapadesa” dan merupakan bagian
dari Kitab Sruti. Pada masa lalu ajaran upanisad sering dihubungkan dengan
“pawisik”, yakni ajaran rahasya yang diberikan oleh seorang guru kerohanian
kepada sisya atau muridnya dalam jumlah yang sangat terbatas. Dengan istilah
dharmawacana dimaksudkan sebagai metoda penerangan agama Hindu yang
diberikan secara umum kepada umat Hindu sesuai dengan sifat, tema, bentuk
jenis kegiatan keagaman yang dilaksanakan menurut desa (tempat), kala
(waktu), dan patra (keadaan). Dharmawacana bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, penghayatan dan pengamalan ke dalam rohani umat serta mutu
amal bhaktinya kepada agama, masyarakat, bangsa dan negara dalam rangka
peningkatan Dharma Agama dan Dharma Negara.
Dalam era globalisasi yang ditandai dengan derasnya informasi ini
sangat sulit untuk ditepis dan dikontrol secara total. Ini sebagai akibat
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat langsung masuk
kedalam kamar-kamar walau tertutup rapat. Keadaan ini menghadapkan umat
Hindu pada berbagai tantangan dan bahkan ancaman. Keadaan dan situasi
tersebut perlu diantisipasi dengan pembinaan pendidikan budi pekerti, agama
Hindu mental dan spiritual secara terus menerus khususnya bagi ana-anak dan
remaja Hindu sebagai generasi penerus di masa akan datang. Metoda
dharmawacana masih cukup efektif dan dibutuhkan untuk melengkapi
kebutuhan pengetahuan umat dan kerohanian umat, memelihara kesucian hati
dan menciptakan kondisi kondusif untuk membangkitkan keyakinan dan bhakti
terutama bagi remaja Hindu yang ada di Desa Panglumbaran.
Pembinaan pendidikan budi pekerti dan Agama Hindu bagi anak-anak
dan remaja Hindu di Pasraman Widya Guna ini juga menggunakan metoda
dharmawacana. Proses pembinaanya menggunakan metode dharmawacana
pada pasraman ini pada dasarnya hampir sama dengan metode ceramah pada
sekolah formal. Dalam penerapannyaanak-anak dan para remaja Hindu
diberikan ceramah mengenai pendidikan budi pekerti menurut kurikulum
formal dan menurut susastra Hindu. Proses pembinaan ini tidak hanya bersifat
satu arah melainkan juga bersifat timbal balik yaitu dari instruktur/guru
pamong pasraman ke siswa pasraman dan dari siswa pasraman ke pihak guru
pamong pasraman. Hal ini dilakukan untuk menciptakan suasana belajar aktif
dan komunikatif dan setiap siswa pasraman diberikan kebebasan untuk
menyampaikan pandangannya terhadap suatu materi atau permasalahan dan
memberikan argumen terhadap permasalahan yang tengah dikaji. Selain untuk
menciptakan suasana belajar aktif dan komunikatif, hal ini dilakukan dalam
upaya meningkatkan kepercayaan diri (mental) para siswa Pasraman Widya
Guna untuk berbicara di depan umum.
2). Metoda Dharmagita
Dharmagita artinya nyanyian keagamaan (nyanyian dharma). Secara
tradisional telah dilaksanakan di seluruh Indonesia. Kegiatan ini di Bali disebut:
mekidung, makakawin, magaguritan atau mamutru. Nyanyian tentang dharma,
maksudnya ajaran-ajaran agama yang dikemas dalam bentuk nyanyian sehingga
yang menyanyi maupun yang mendengarkan sama-sama dapat belajar,
menghayati serta memperdalam budi pekerti dan ajaran agama Hindu. (Tim
Penyusun, 1999 : 12).
Dharmagita sebagai media sangat efektif digunakan untuk menyampaikan
dan memperdalam keimanan. Dan keyakinan beragama. Oleh karena itu
penyampaian materi ajaran dijalin demikian rupa dalam bentuk lagu/irama yang
indah dan menawan, mempesona pembaca atau pendengarnya. Usaha untuk
melestarikan dan mengembangkan dharmagita bertujuan untuk tetap menjaga dan
memelihara warisan budaya tradisional yang dibadikan kepada keagungan agama.
Disamping itu melalui dharmagita diharapkan akan mampu memberikan sentuhan
rasa kesucian, kekhidmatan serta kekhusukkan dalam pelaksanaan kegiatan
keagamaan
Dharmagita ini sering digunakan sebagai pengiring dalam upacara-
upacara yadnya seperti pada Upacara Dewa Yadnya, Bhuta Yadnya, Pitra Yadnya,
Rsi Yadnya dan Manusa Yadnya. Disamping itu nyanyian-nyanyian keagamaan
ini dikaitkan pula dengan kesenian tradisional seperti halnya: Arja atau Topeng di
Bali. Ni Made Darmi (wawancara, 9 April 2013).
Dalam pembinaan dharmagita di Pasraman Widya Guna ini diberikan
oleh instruktur/guru pamong yang memang memiliki pengetahuan mengenai
dharmagita dan bisa menyanyikan atau membawakan dharmagita. Prosesnya
yaitu guru pamong memberikan contoh cara menyanyikan dharmagita ini lalu
diikuti oleh para siswa pasraman. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang sampai
siswa memahami dan mampu menyanyikannya sendiri. Sumber materi untuk
dharmagita ini diambil dari kitab-kitab suci agama Hindu maupun sastra-sastra
keagamaan lainnya yang dirasa sesuai untuk diberikan kepada siswa pasraman
misalnya kawitan warga sari, wargasari, pupuh jerum, pupuh mas kumambang,
pupuh ginanti, pupuh ginada dan juga bentuk sloka-sloka suci yang diambil dari
Kitab Bhagawadgitha dan kitab-kitab suci Hindu yang lain.
Pentingnya dari pembinaan dharmagita ini diberikan di Pasraman Widya
Guna adalah karena dharmagita merupakan salah satu media kesenian yang
sangat menunjang pemahaman dalam proses pembinaan ajaran agama Hindu
terhadap remaja Hindu serta usaha untuk menunjang pemahaman rohani. Selain
itu para siswa mempunyai bekal pengetahuan mengenai dharmagita yang bisa
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam mengiringi pelaksanaan
yadnya.
3). Metoda Dharmatula
Pasraman Widya Guna, dharmatula dimaksudkan sebagai salah satu
metoda pembinaan guna pendalaman budi pekerti dan ajaran-ajaran agama Hindu
melalui peningkatan peran seta yang aktif dari semua peserta khususnya siswa
pasraman. Kegiatan dharmatula di pasraman ini sangat sesuai untuk tingkat umur
remaja. Oleh karena itu melalui metode ini setiap siswa akan memperoleh
kesempatan mengemukakan pendapatnya atau sebaliknya menerima pendapat
orang lain yang akan menambah pengetahuanya dibidang agama Hindu dengan
dilandasi sikap tenggang rasa dan kekeluargaan.
Tujuan lebih jauh diberikannya pembinaan metoda dharmatula itu
diharapkkan tumbuh dan berkembang presepsi baru tentang ajaran agama Hindu
yang dikaitkan dengan situasi dan kondisi yang ada, sehingga agama akan selalu
dapat berperan bagi kehidupan remaja Hindu di Pasraman Widya Guna sebagai
generasi penerus.
Materi dharmatula yang diberikan kepada para siswa pasraman diambil
dari jenis materi yang sesuai tingkat pemahaman serta permasalahan yang
dihadapi oleh siswa pasraman yang akan membahasnya. Misalnya dalam
kelompok remaja dapat diketengahkan materi budi pekerti dalam kitab Bhagawad
Gita, dan ajaran agama Hindu yang berkaitan dengan kehidupan dan
permasalahan remaja (kepemudaan).
Bahasa pengantar yang digunakan dalam proses pembinaan melalui
dharmatula ini disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa
Pasraman Widya Guna. Sedangkan dalam pelaksanannya dapat dikaitkan dengan
kegiatan menyambut/merayakan hari-hari raya keagamaan seperti Saraswati,
Galungan, Kuningan, Siwaratri, Nyepi, dan sebagainya. Untuk tidak terlalu
banyak menyita waktu kegiatan ini dilaksanakan setelah selesai persembahyangan
bersama atau pada hari-hari libur yang khusus dimanfaatkan untuk itu. Agung Rai
( Wawancara 8 April 2013).
4. Metoda Dharma Sadhana
Sadhana artinya latihan atau pengamalan untuk merealisasikan suatu
keyakinan. Jadi yang dimaksud Dharma sadhana artinya realisasi pendidikan budi
pekerti dan ajaran dharma dalam diri seseorang. Dharma sadhana sebagai metode
pembinaan umat Hindu adalah pembinaan dalam bentuk praktik ajaran dharma
atau agama Hindu. Hal ini dapat dilaksanakan melalui pengamalan nilai-nilai budi
pekerti, Catur Marga Yoga, yakni: Bhakti Marga, Karma Marga, Jnana Marga dan
Raja Yoga Marga.
Dalam praktik pelaksanaan budi pekerti dan ajaran agama Hindu, catur
marga dilaksanakan bersamaan secara simultan, utuh dan bulat atau integritas. Ini
penting untuk keseimbangan dan jangan sampai tumbuh individu-individu
ataupun kelompok ekstrimis Agung Rai ( Wawancara 8 April 2013).
Proses pembinaan di Pasraman Widya Guna juga menggunakan metode
Dharma sadhana kepada para remaja Hindu atau siswa pasraman tersebut.
Pelaksanaannya yaitu melalui Catur Marga itu sendiri. Pembinaan Dharma
sadhana yang dilakukan melalui Catur Marga di Pasraman Widya Guna sebagai
berikut: (a) Bhakti Marga adalah pengamalan dharma dengan jalan bhakti.
Pelaksanaannya di pasraman ini diwujudkan dalam bentuk upasana (pemujaan)
dan persembahyangan yang dilakukan oleh para pembina dengan para siswa
Pasraman Widya Guna di Pura. Misalnya persembahyangan Purnama dan Tilem,
(b) Karma Marga adalah jalan karma yang menitik beratkan pada perbuatan jasa
atau amal kebajikan, melakukan sesuatu dengan penuh ketulus-iklasan atas dasar
dharma. Pelaksanaannya di pasraman yaitu diwujudkan dengan kerja bakti dan
berperan serta dalam kegiatan (ngayah) di Pura. Para pembina Pasraman Widya
Guna mengarahkan para siswa untuk ikut bekerjasama membersihkan,
membangun dan menjaga Pura, selain itu juga melalui ngayah pada pelaksanaan
yadnya atau upacara keagamaan dan lain sebagainya. (c) Jnana Marga adalah
jalan kebijaksanaan pengetahuan. Dalam konteks Dharma sadhana di Pasraman
Widya Guna dilaksanakan dalam bentuk pengimplementasian jnana seperti
memberikan pengetahuan budi pekerti dan agama Hindu dan melakukan diskusi
mengenai ajaran agama Hindu untuk mencari lebih dalam tentang ajaran kesucian
dan dharma dan juga guna memperoleh pengetahuan yang luas dalam rangka
memaknai ajaran agama Hindu, (d) Raja Marga adalah jalan kebatinan dan
kerohanian yang dilakukan dalam bentuk tapa (pengekangan indriya dan tahan
derita), brata (ketaatan brpantang), yoga (menghubungkan diri dengan Tuhan dan
mengehtikan gerakan pikiran), samadhi (merealisasikan kesadaran atman).
Pelaksanaanya di Pasraman Widya Guna ini biasa dilakukan dengan jalan
meditasi pada hari-hari tertentu misalnya dilakukan meditasi pada saat hari raya
Saraswati, Siwaratri dan hari-hari tertentu lainnya
Tujuan dari pembinaan melalui Dharma sadhana ini adalah untuk
membina, mengembangkan dan memupuk keluhuran budhi pekerti dan kesucian
pribadi anak-anak dan para remaja Hindu di Pasraman Widya Guna sehingga
dalam sanubari mereka tertanam sikap keagamaan yang mantap, cinta bangsa dan
tanah air, kokoh dan ajeg dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari baik dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Demikianlah metode-metode yang dipergunakan dalam menjalankan
pendidikan budi pekerti dan dalam proses pembinaan agama Hindu bagi remaja
Hindu di Desa Panglumbaran. Semua dari metode ini dijalankan secara
berkesinambungan dan sejajar guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
pasraman ini dan juga bisa dirasakan manfaatnya bagi para siswa di pasraman
khususnya dan masyarakat pada umumnya (Parmiti, Bawa, wawancara tanggal 9
April 2013)
4.3. Kendala-Kendala Yang Dihadapi penanaman pendidikan Budi Pekerti
Pasraman Widya Guna di Desa Panglumbaran
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang memiliki peranan yang
positif dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungannya di masyarakat terhadap penerima out put dari proses
pendidikan. Pendidikan akan berjalan dengan baik apabila adanya kerjasama yang
baik antara pengajar dengan peserta didik, dimana pengajar dan peserta didik
sama-sama mengusahakan kondisi pembelajaran yang baik sehingga baik
pengajar dan peserta didik dapat saling memberi dan menerima dalam proses
belajar mengajar.
Pada dasarnya Pasraman Widya Guna memiliki peranan yang sama
dengan tujuan pendidikan secara umum karena Pasraman Widya Guna
merupakan salah satu lembaga pendidikan non formal yang mempunyai pola
pengajaran hampir sama dengan sistem pada sekolah formal. Dalam Pasraman
Widya Guna terdapat perangkat pendidikan juga seperti tenaga pembina (guru
pengajar), siswa-siswi (ana-anak dan remaja Hindu sebagai objek pembinaan),
dan juga tempat melaksanakan proses pembinaannya.
Dalam melaksanakan peranan pasraman sebagai lembaga pendidikan
non formal dalam membina anak dan para remaja Hindu di Desa Panglumbaran
sudah tentu terdapat kendala-kendala yang dihadapinya. Faktor-faktor yang
menjadi kendala itu ada yang merupakan faktor dari luar (ekstern) dan faktor dari
dalam (intern), (wawancara tanggal 8 April 2013 dengan Pengelola Pasraman
Widya Guna).
Secara garis besar faktor-faktor baik itu intern dan ekstern yang dimaksud
dari wawancara tersebut sebagai kendala bagi Pasraman Widya Guna dalam
menjalankan proses pembinaan bagi anak-anak dan remaja Hindu di Desa
Panglumbaran adalah sebagai berikut:
1. Faktor Ekstern
Pasraman Widya Guna dalam menjalankan proses pembinaan budi
pekerti dan agama Hindu untuk anak-anak dan remaja Hindu di Panglumbaran
mengalami faktor-faktor kendala yang merupakan faktor ekstern (faktor dari luar).
Faktor ekstern yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a) Sarana dan prasarana dalam menunjang proses pembinaan budi pekerti
dan agama Hindu bagi anak-anak dan remaja Hindu di Pasraman Widya
Guna sangatlah minim. Dalam hal ini pihak pasraman belum memiliki
tempat khusus belajar (gedung belajar) secara permanent dibanding
dengan umat lain seperti Madrasah dan Pesantren bagi umat Muslim yang
memungkinkan mereka untuk melaksanakan kegiatannya. Sampai saat ini
pihak pengelola Pasraman Widya Guna masih mengadakan kerjasama
dengan pihak sekolah Dasar Neg. 1 Panglumbaran dalam hal meminjam
sarana ruangan kelas dalam melaksanakan proses kegiatan di Pasraman
Widya Guna di Desa Panglumbaran.
b) Sarana buku-buku belajar masih sangat kurang dimiliki oleh pihak
pengelola pasraman untuk diberikan bagi anak-anak dan remaja Hindu di
Pasraman Widya Guna yang jika diperhatikan hal ini merupakan kendala
dalam melaksanakan proses pembinaan dan pembelajaran di Pasraman
Widya Guna terutama dalam proses belajar mengajar.
c) Pergaulan para siswa atau remaja di Desa Panglumbaran masih kurang
kundusif dengan lingkungan sosial mereka terutama di sekolah-sekolah
mereka masing-masing. Hal ini karena siswa yang berada di sekolah-
sekolah formal masih sangat minim dan sedikit sekali jumlahnya. Dengan
keadaan ini menyebabkan proses sosialisasi antara siswa dengan rekan
mereka yang lain terasa sulit karena masih adanya pergaulan yang
mendasarkan atas golongan pekerjaan orang tua rekan mereka yang lain
sehingga banyak siswa yang kurang mendapatkan tempat dalam
melakukan sosialisasi dengan rekan mereka yang lain di sekolah.
Disamping itu pergaulan remaja yang ada di Pasraman Widya Guna juga
masih belum baik. Penyebabnya adalah para remaja Hindu kebanyakan
berasal dari daerah atau desa yang berbeda-beda sehingga membawa cara
pergaulan tersendiri. kadangkala mereka hanya bergaul dengan rekan
mereka yang berasal dari satu kampung saja atau satu daerah asal.
2. Faktor Intern
Dalam menjalankan kegiatan di Pasraman Widya Guna dalam pembinaan
pendidikan budi pekerti dan agama Hindu bagi anak-anak dan remaja Hindu,
pasraman ini juga mengalami faktor-faktor kendala yang merupakan faktor intern
(faktor dari dalam). Adapun kendala-kendala yang dimaksud yaitu :
a) Keterbatasan skill para instruktur, guru pembina agama Hindu di
pasraman ini terutama dari lulusan akademis pendidikan budi pekerti dan
agama Hindu sebab belum tersedianya perguruan tinggi berbasis budi
pekerti di Desa Panglumbaran untuk bisa menghasilkan tenaga pembina
yang berasal dari akademis untuk membina di pasraman ini dan daerah
sekitarnya.
b) Mental yang berbeda-beda dari setiap siswa di pasraman. Hal ini meliputi
bakat, minat dan kemauan belajar pada diri anak sangat berbeda pada
masing-masing individu tergantung sejauh mana keinginan atau
ketertarikan mereka terhadap suatu objek yang dipelajari. Kurangnya
bakat, minat serta kemauan belajar pada diri anak didik merupakan faktor
penghambat dalam pemberian maupun penerimaan terhadap proses
pembinaan agama Hindu, kerena lebih merupakan faktor dari dalam diri.
c) Masih kurangnya rasa toleransi dan kerjasama antara para siswa dengan
para pembina. Hal ini dilihat terlihat pada kegiatan kerja bakti di pura,
tidak semua siswa atau remaja Hindu ini hadir bersama. Anak-anak dan
Remaja Hindu belum memiliki kesadaran yang tinggi akan arti dari
toleransi dan kerjasama (observasi di Pura Bale Agung Desa
Panglumbaran tanggal 3, dan 7 April 2013).
Demikianlah kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak Pasraman Widya
Guna yang menyangkut faktor intern dalam proses pembinaan dan pendidikan
budi pekerti dan agama Hindu bagi remaja Hindu di Desa Panglumbaran (Sura,
wawancara tanggal 8 April 2013).
4.4 Upaya-Upaya yang Dilaksanakan dalam penanaman Pendidikan Budi
Pekerti di Desa Panglumbaran.
Pasraman Widya Guna merupakan satu-satunya lembaga pendidikan non
formal agama Hindu yang ada di Desa Panglumbaran. Dengan kehadiran
pasraman ini ternyata memberikan wahana baru terhadap anak-anak dan remaja
maupun masyarakat Hindu di Desa Panglumbaran. Pasraman ini telah
memberikan semangat dalam mempelajari budi pekerti dan ajaran agama Hindu.
Adapun bentuk usaha yang dilaksanakan dalam menghadapi kenda la di atas
adalah:
4.4.1 Memberikan Motivasi Kepada Peserta Didik di Pasraman Widya Guna
Motivasi memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Tanpa ada
motivasi, proses belajar kurang berhasil. Motivasi belajar merupakan daya
penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan
belajar. Motivasi mendorong dan mengarahkan minat belajar peserta didik untuk
mencapai suatu tujuan.
Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan, motif, dan tujuan,
mempengruhi hasil belajar peserta didik. Motivasi penting dalam proses belajar,
karena motivasi menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan, serta memilih
hasil belajar yang dirasa paling berguna bagi kemampuan anaka-anak dan remaja
di Pasraman Widya Guna. Adapun jenis motivasi yang diberikan antara lain: (a)
Memberikan Pujian. Memberikan pujian merupakan salah satu cara untuk
membangkitkan semangat anak-anak dan remaja di Pasraman Widya Guna di
Desa Panglumbaran. Pujian ini berbentuk sanjungan kepada peserta didik yang
sering dilakukan ketika instruktur/guru pamong memberikan pertanyaan dan
peserta pasraman yang menjawab dengan benar maka peserta didik akan
mendapat pujian, sekaligus merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat.
Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan, tidak
takut salah untuk menjawab pertanyaan dan mampu mengembangkan mentalnya
untuk menuangkan ide dan kreativitasnya. (b) Memberikan Penghargaa dan
Hukuman. Penghargaan merupakan salah satu bentuk motivasi ekstrinsik yang
diberikan kepada peserta Pasraman Widya Guna. Penghargaan diberikan terhadap
peserta jika peserta tersebut berprestasi. Sedangkan hukuman merupakan salah
satu bentuk motivasi yang harus diberikan secara tepat. Hukuman tidak dapat
dilakukan secara semena-mena sesuai selera, maksudnya agar pemberian
hukuman tersebut disesuaikan dengan kesalahan yang dilakukan peserta didik,
pemberian hukuman dilakukan apa bila peserta didik yang bercanda ketika
instruktur/guru pamong menjelaskan materi pembelajaran. Apabila kesalahan
yang dilakukan peserta didik berulang-ulang dan terus membandel. Maka
kesalahan peserta didik tidak hanya diberikan hukuman tetapi dilanjutkan dengan
pembinaan untuk memperbaiki dirinya dan mengubah tingkah laku yang salah.
4.4.2 Menyiapkan Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan alat bantu yang digunakan untuk
menyalurkan pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta
perhatian peserta Pasraman Widya Guna Desa sehingga proses pembelajaran
dapat berjalan dengan baik. Dalam proses pembelajaran pendidikan budi pekerti
di Pasraman Widya Guna Desa Panglumbaran, menggunakan beberapa jenis
media. Sehingga dapat membantu dan mempermudah peserta Pasraman Widya
Guna Desa Panglumbaran dalam mengingat materi yang diberikan. Adapun
media yang dipakai antara lain: (a) Media Gambar. Media gambar merupakan
salah satu jenis media pembelajaran, dimana gambar merupakan jenis media
visual yang hanya dapat mengandalkan kemampuan indra penglihatan. Media
gambar diterapkan dalam pembelajaran pemahaman budi pekerti, dharma Gita
dan nyastra Bali. Melalui media ini, peserta Pasraman Widya Guna Desa
Panglumbaran dapat menimbulkan daya tarik untuk mengingat isi gambar
tersebut, dan dapat dilihat kapan saja. Media gambar ini berupa gambar orang
yang melaksanakan 52 buah ajaran budi pekerti, abjad huruf Bali (Aksara
Wresastra) dan Pangangge suara Aksara Bali yang ditempel pada dinding
ruangan belajar sehingga peserta Pasraman Widya Guna Desa Panglumbaran
akan melihat dan selalu mengingat isi gambar tersebut, dan secara tidak sadar
media gambar memberikan motivasi terhadap peserta didik untuk
mempelajarinya. I Nyoman Sumanadia ( wawancara, 8 April 2013)
4.4.3 Menyiapkan Tenaga Instruktur/guru pamong yang Berkualitas dan
Disiplin
Untuk peningkatan pembinaan anak-anak dan remaja Hindu dalam
menumbuhkan pengetahuan dan peningkatan pemahaman akan pendidikan budi
pekerti dan agama Hindu di Pasraman Widya Guna Desa Panglumbaran
dibutuhkan seorang pengelola dan Instruktur/guru pamong yang memenuhi
kualifikasi akademik dan mempunyai kualitas di bidangnya. Oleh karena itu
Pasraman Widya Guna Desa Panglumbaran telah bekerjasama dengan pemerintah
Kabupaten Bangli dan Musyawarah guru Agama Hindu (MGMP) Pendidikan
Agama Hindu Kecamatan Susut dalam penyiapan instruktur dan guru pamong.
Instruktur/guru pamong yang memiliki kedisiplinan tinggi dan baik dalam
pengembangan pribadi atau kepribadian anak-anak dan remaja Hindu di
Pasraman Widya Guna Desa Panglumbaran akan mampu mengasilkan generasi
muda yang tangguh dan kedisiplinan dalam membagi waktu (disiplin waktu)
dalam belajar sehari-hari. Dalam Kitab Bhagawatgita XII. 14 ditegaskan sebagai
berikut:
Samtustha satatam yogiYatatma dridhaniscayahMayy arpita mano buddhirYo madhaktah sa me priyah
Artinya:Seorang yogi yang selalu puas, mengendalikan diri, teguh dalam tekad, pikiran dan pengertian diarahkan kepadaku, ia sesungguhnya pengikut Aku, ia adalah kekasih-Ku (Pudja, 1986 : 291).
Dari kutipan diatas dapat diketahui bahwa kedisiplinan seperti para yogi
amat penting di tanamkan dini pada diri individu khususnya anak-anak dan remaja
Hindu. Dengan penyiapan Pengelola dan instruktur yang berkualitas maka akan
mampu menghasilkan generasi muda yang tangguh dan berbudi pekerti luhur.
4.4.4. Meningkatkan Integrasi dengan orang tua dan Masyarakat
Pasraman Widya Guna selain berperan dalam bidang penanaman
pendidikan budi pekerti dan agama Hindu, pasraman ini juga berperan dalam
proses integrasi di Desa Panglumbaran Kecamatan Susut Kabupaten Bangli.
Kehadiran Pasraman Widya Guna merupakan wadah pemersatu antara
masyarakat Hindu Desa Panglumbaran dengan para siswa pasraman dan juga bagi
pengelola pasraman ini.
Masyarakat di Desa Panglumbaran menganggap bahwa kehadiran
Pasraman Widya Guna secara tidak langsung telah mempersatukan masyarakat
Hindu dengan anak-anak dan para remaja Hindu di Pasraman Widya Guna. Hal
ini ditunjukkan dengan adanya pembinaan yang dilakukan oleh pihak pasraman di
Pura Bale Agung Desa Panglumbaran dalam bentuk bekerja bakti bersama-sama
dengan masyarakat seperti membersihkan lingkungan pura, membangun Pura,
ngayah pada kegiatan piodalan dan lain sebagainya. Dengan adanya kegiatan
yang dilaksanakan secara bersama-sama di Pura ini maka terjadi komunikasi dan
interaksi antara masyarakat dengan para remaja Hindu dalam menjalankan
kegiatan-kegiatan tersebut sehingga terjadi interaksi yang baik dan positif. Dari
interaksi dan komunikasi yang baik itu selanjutnya menciptakan persatuan dan
rasa persaudaraan dan rasa saling membutuhkan (Darmi, wawancara tanggal 9
April 2013).
Pasraman Widya Guna juga merupakan pemersatu antara para siswa
pasraman yang satu dengan yang lainnya, antara orang tua dengan peserta
Pasraman, dan antara pesereta pasraman, dengan penglola. Pasraman ini telah
mempersatukan siswa yang berasal dari Banjar yang berbeda-beda dengan
berbagai latar belakang serta karakter dengan yang berlainan. Dengan adanya
pembinaan ini yang dilakukan secara rutin maupun berjangka ini maka anak-anak
dan remaja akan sering bertemu sehingga anak-anak dan remaja akan melakukan
interaksi dan komunikasi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya komunikasi yang
baik antara siswa yang satu dengan siswa lainnya tanpa melihat perbedaan antara
siswa yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain pasraman ini menjadi wadah
pemersatu sehingga siswa-siswa yang sebelumnya tidak saling mengenal ketika
melanjutkan pendidikan di Desa Panglumbaran menjadi saling mengenal. Para
siswa bisa memperoleh rekan baru dan akan menambah khasanah pergaulan
mereka (Darmi, wawancara tanggal 9 April 2013
Para pembina dan pengelola dengan para siswa di Pasraman Widya Guna
juga merupakan bagian dari integrasi. Baik antara pngelola pasraman dengan
siswa bersatu dalam lembaga pasraman ini dalam rangka mencapai tujuan
bersama. Melalui kegiatan yang diprogramkan oleh pengelola pasraman dan
dijalankan secara bersama-sama dengan para siswa. Sehingga terjadi proses
interaksi dan komunikasi. Melalui pembinaan agama Hindu secara rutin di
pasraman ini, maka para siswa akan sering bertatap muka dengan para pembina.
Selain itu, para siswa juga dapat melakukan komunikasi di luar dari kegiatan
pasraman dengan para pembina. Dari seluruh interaksi yang dilakukan antara
pembina dan siswa maka akan tumbuh rasa kekeluargaan yang erat dan rasa saling
membutuhkan satu dengan lain sehinnga akan tercipta persatuan guna mencapai
tujuan yang diinginkan bersama (Darmi, wawancara tanggal 9 April 2013) .
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan penyajian data di atas dapat disimpulan beberapa hal terkait dengan
penelitian yaitu:
1. Pola Pendidikan Budi Pekerti pada Pasraman Widya Guna di desa Panglumbaran
Kecamatan susut Kabupaten Bangli mengunakan dua pola pembelajaran dan enam
metode dalam penyampaian materi yaitu: (1) pola klasikal yaitu kegiatan
penyampaian materi pelajaran kepada sejumlah peserta didik yang biasanya dilakukan
oleh guru dengan cara berceramah di depan kelas. Pola klasikal diterapkan dalam
materi pelajaran masatua, medharma gita, dan aksara Bali. (2) Pola pembelajaran
individual yakni bentuk pembelajaran individual tampak pada prilaku atau kegiatan
guru dalam mengajar yang menitik beratkan pada pemberian bantuan, dan bimbingan
belajar kepada masing-masing peserta didik secara individual. Pola pembelajaran
individual diterapkan dalam materi pengamalan pendidikan budi pekerti. Sedangkan
empat metode yang digunakan dalam pembinaan umat Hindu yaitu: Dharma
Sadhana, , Dharmagita, Dharmatula, , dan Dharma Wacana
2 Kendala –kandala yang dihadapi dalam Penanaman Pendidikan Budi Pekerti ada dua
yaitu: (1) Faktor Ekstern/faktor dari luar. Seperti: (a) Sarana dan prasarana dalam
menunjang proses pendidikan budi pekerti, (b) belum memiliki tempat khusus belajar
(gedung belajar) secara permanent karena masih memakai balai desa Panglumbaran,
(c) Sarana buku-buku belajar masih sangat kurang dimiliki oleh pihak pengelola
pasraman untuk diberikan bagi anak-anak dan remaja Hindu di Pasraman Widya, (d)
Pergaulan para siswa atau remaja di Desa Panglumbaran masih kurang kundusif
dengan lingkungan sosial mereka terutama di sekolah-sekolah mereka masing-
masing. (2) Faktor Intern. (a) Keterbatasan skill para instruktur/guru pembina
pendidikan budi pekerti di pasraman ini terutama dari lulusan akademis pendidikan
budi pekerti, (b) Mental yang berbeda-beda dari setiap siswa di pasraman yang
meliputi bakat, minat dan kemauan belajar pada diri anak sangat berbeda pada
masing-masing individu, (c) Masih kurangnya rasa toleransi dan kerjasama antara
para siswa dengan para pembina
3. Upaya-upaya yang dilaksanakan dalam menanamkan Pendidikan Budi Pekerti adalah:
(1) Memberikan Motivasi Kepada Peserta Didik di Pasraman Widya Guna seperti:
(a) Memberikan Pujian, (b) Memberikan Penghargaa dan Hukuman. (2) Menyiapkan
Media Pembelajaran yang baik dan berkualitas seperti media gambar, (3)
Menyiapkan Tenaga Instruktur/guru pamong yang Berkualitas dan Disiplin, (4)
Meningkatkan Integrasi dengan orang tua dan Masyarakat.
5.2 Saran
Dari keseluruhan uraian di atas pada srikpsi ini maka penulis dapat menyampaikan
saran yang dijadikan dasar untuk mendorong/memotivasi Pasraman Widya Guna dalam
pembinaan pendidikan budi pekerti bagi anak-anak dan remaja Hindu di di Desa
Panglumbaran, sebagai berikut:
1. Kepada Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat dan PHDI Kabupaten
Bangli agar dilaksanakan usaha-usaha pembinaan pendidikan budi pekerti dan
agama Hindu dengan jalan membentuk lembaga pendidikan agama Hindu non
formal seperti pasraman dan yang serupa dalam rangka menciptakan sumber daya
manusia uang berkualitas khususnya bagi remaja Hindu sebagai generasi penerus
dan tulang punggung bangsa Indonesia.
2. Kepada pengelola Pasraman Widya Guna untuk dapat mempertahankan
keberadaannya di Desa Panglumbaran Kecamatan Susut Kabupaten Bangli dan
lebih meningkatkan program pembinaan pendidikan budi pekerti dan agama Hindu
bagi anak-anak dan remaja Hindu sebagai wujud pengabdian dharma.
3. Khusus kepada tenaga pembina di Pasraman Widya Guna agar terus berusaha
memberikan yang terbaik dalam membina remaja Hindu di Desa Panglumbaran
Kecamatan Susut Kabupaten Bangli, terus berupaya menambah pengetahuan budi
pekerti dan agama Hindu untuk dapat disosialisasikan karena pembina merupakan
salah satu orang yang bertanggung jawab terhadap suksesnya tujuan untuk
mengahsilkan remaja yang paham terhahadap ajaran agama Hindu dan membentuk
kepribadian remaja yang berbudhi pekerti luhur.
4. Untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap khususnya mengenai Pola
Pendidikan Budi Pekerti pada Pasraman Widya Guna di di Desa Panglumbaran,
maka disarankan pada peminat yang tertarik terhadap perkembangan Pasraman
Widya Guna untuk mengadakan penelitian yang lebih luas, lebih lengkap dan lebih
seksama, dan mudah-mudahan karya tulis ini yang jauh dari sempurna dapat
dijadikan perangsang untuk penelitian atau riset yang lebih mendalam sehubungan
dengan permasalahan tersebut diatas.