BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚...

283
BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah Langkah kerja dalam penyuntingan teks diawali dengan inventarisasi naskah. Inventarisasi naskah adalah mengumpulkan informasi mengenai naskah yang akan dijadikan sumber penelitian. Tugas peneliti filologi ialah menginventarisasi sejumlah naskah dengan judul yang sama di mana pun berada‚ baik dalam negeri maupun luar negeri (Lubis, 1996:65) Nabilah Lubis (1996:65) menyatakan bahwa naskah dapat dicari melalui katalogus perpustakaan‚ museum‚ masjid‚ gereja‚ dan tempat-tempat lainnya yang menyimpan naskah-naskah klasik. Di samping itu, perlu dicari naskah-naskah koleksi perseorangan yang dimungkinkan sama. Inventarisasi dilakukan dengan mencari judul naskah di dalam katalogus, termasuk mencari naskah dengan judul dan isi yang sama, tetapi termuat dalam katalogus yang berbeda. Proses inventarisasi naskah dilakukan sebelum dilakukan deskripsi naskah agar karakter naskah dapat diketahui jenisnya, berbentuk tunggal atau jamak. Dengan begitu‚ dapat diketahui metode yang akan digunakan dalam penyuntingan teks. Proses inventarisasi terbagi menjadi dua, yaitu studi katalog dan studi lapangan. Dalam penelitian ini, inventarisasi naskah dilakukan dengan studi katalog. Katalog yang digunakan adalah katalog-katalog naskah yang menyajikan informasi tentang keberadaan naskah Melayu. Katalog yang digunakan dalam penelitian ini adalah katalog terbitan. Katalog terbitan adalah katalog yang

Transcript of BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚...

Page 1: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

BAB IV

SUNTINGAN TEKS

A. Inventarisasi Naskah

Langkah kerja dalam penyuntingan teks diawali dengan inventarisasi

naskah. Inventarisasi naskah adalah mengumpulkan informasi mengenai naskah

yang akan dijadikan sumber penelitian. Tugas peneliti filologi ialah

menginventarisasi sejumlah naskah dengan judul yang sama di mana pun berada‚

baik dalam negeri maupun luar negeri (Lubis, 1996:65)

Nabilah Lubis (1996:65) menyatakan bahwa naskah dapat dicari melalui

katalogus perpustakaan‚ museum‚ masjid‚ gereja‚ dan tempat-tempat lainnya yang

menyimpan naskah-naskah klasik. Di samping itu, perlu dicari naskah-naskah

koleksi perseorangan yang dimungkinkan sama. Inventarisasi dilakukan dengan

mencari judul naskah di dalam katalogus, termasuk mencari naskah dengan judul

dan isi yang sama, tetapi termuat dalam katalogus yang berbeda. Proses

inventarisasi naskah dilakukan sebelum dilakukan deskripsi naskah agar karakter

naskah dapat diketahui jenisnya, berbentuk tunggal atau jamak. Dengan begitu‚

dapat diketahui metode yang akan digunakan dalam penyuntingan teks.

Proses inventarisasi terbagi menjadi dua, yaitu studi katalog dan studi

lapangan. Dalam penelitian ini, inventarisasi naskah dilakukan dengan studi

katalog. Katalog yang digunakan adalah katalog-katalog naskah yang menyajikan

informasi tentang keberadaan naskah Melayu. Katalog yang digunakan dalam

penelitian ini adalah katalog terbitan. Katalog terbitan adalah katalog yang

Page 2: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

dikeluarkan dalam bentuk buku. Berikut daftar katalog terbitan yang digunakan

dalam penelitian ini.

1. T.E Behrend dan Titik Pudjiastuti. 1997. Katalog Induk Naskah-Naskah

Nusantara Jilid 3-A Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia Ecole Francaise D‟Extreme Orient.

2. T.E Behrend dan Titik Pudjiastuti. 1997. Katalog Induk Naskah-Naskah

Nusantara Jilid 3-B Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia Ecole Francaise D‟Extreme Orient.

3. T.E Behrend. 1998. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara jilid 4

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Ecole Francaise D‟Extreme Orient.

4. Achdiati Ikram‚ Tjiptaningrum F. Hassan‚ Dewaki Kramadibrat. 2011.

Katalog Naskah Buton Koleksi Abdul Mulku Zahari. Jakarta: Manassa

(Masyarakat Pernaskahan Nusantara) The Toyota Foundation dan Yayasan

Obor Indonesia.

5. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 1 Museum Sonobudoyo

Yogyakarta. Penyunting Dr. T.E. Behrend. Penerbit Djambatan: Anggota

IKAPI. Jakarta 1990.

6. Katalogus Naskah Melayu Bima II oleh DR. S.W.R. Mulyadi H.S. Maryam

R. Salahuddin, S.H. Yayasan Museum Kebudayaan “Samparaja” Bima 1992.

7. Malay Manuscripts: a bibliographical guide. Compiled by: Joseph H.

Howard peace corps volunteer in the university of Malaya Library 1963-

1965. Univesity of Malaya Library. Kuala Lumpur 1966.

Page 3: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

8. Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat Dep. P&K disusun oleh:

Team Pelaksana Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Nasional Bidang Permuseuman. Direktorat Jendral Kebudayaan 1972. M.

Amir Sutarga et.al

9. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara jilid 5A Jawa Barat. Koleksi lima

lembaga. Disusun oleh Edi S. Ekadjati dan Undang A. Darsa. Yayasan Obor

Indonesia dan Ecole Francaise D‟extreme-Orient.

10. Katalog Naskah Bima Koleksi Museum Kebudayaan Samparaja. Penyusun

Siti Maryam R. Salahuddin Mukhlis. Museum Kebudayaan Samparaja Bima.

2007

11. Biblitheca Universitatis Leidensis Codices Manuscripti XXIV: Catalouge of

Acehnese Manuscripts In The Library of Leiden University and Other

Collections Outside Aceh. Compiled by P. Voorhoeve in co-operation with T.

Iskandar translated and edited by M. Durie. Leiden University Library

(Legatum Warnerianum) in co-operation with Indonesian Linguistics

Development Project (ILDEP). Leiden 1994.

Berdasarkan studi katalog ditemukan satu buah judul yang sama di

University of Malaya Library Kuala Lumpur dalam bentuk mikrofilm dengan

nomor 332. Penomoran naskah dan pendeskripsian naskah yang sama antara

mikrofilm 332 di University of Malaya Library dan naskah yang disimpan di

Perpustakaan British memberikan asumsi bahwa mikrofilm di University of

Malaya Library merupakan salinan dari naskah yang tersimpan di Perpustakaan

British. Setelah dilakukan penelusuran ke pihak Perpustakaan British‚ didapatkan

informasi bahwa naskah dengan nomor IO 2906 memang tersimpan di

Page 4: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Perpustakaan British. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa naskah

“Masaaila ‟Aqiidatu `l-Islam dengan nomor inventarisasi IO 2906 merupakan

naskah tunggal karena tidak ditemukan naskah dengan judul yang sama hanya

ditemukan salinan berbentuk mikrofilm.

B. Deskripsi Naskah

Naskah yang sudah berhasil dikumpulkan perlu segera diolah berupa

deskripsi naskah. Metode yang digunakan dalam deskripsi naskah adalah metode

deskriptif (Djamaris, 2002:11). Deskripsi naskah ialah gambaran mengenai seluk

beluk keadaan naskah yang akan diteliti. Deskripsi naskah menguraikan hal-hal

mengenai isi naskah dan pokok-pokok isi naskah secara rinci untuk mengetahui

keadaan naskah dan sejauh mana isi naskah tersebut.

Nabilah Lubis (1996:66) menyatakan bahwa informasi yang didapat dari

katalogus dicatat, kemudian ditambah lagi dengan gambaran tentang keadaan fisik

naskah, kertasnya, dan lain sebagainya mengenai naskah. Edward Djamaris

(2002:11) berpendapat bahwa naskah-naskah yang telah didapat dideskripsikan

dengan pola yang sama, yaitu nomor naskah, ukuran naskah, keadaan naskah,

tulisan naskah, bahasa kolofon, dan garis besar isi cerita.

Deskripsi naskah meliputi: judul naskah, nomor naskah, tempat

penyimpanan naskah, keadaan naskah, ukuran naskah, tebal naskah, jumlah baris

pada setiap halaman naskah, huruf, aksara, dan tulisan, cara penulisan, bahan

naskah, bentuk teks, bahasa naskah, umur naskah, sejarah teks, identitas

pengarang, dan fungsi sosial naskah. Deskripsi naskah secara terinci sebagai

berikut.

Page 5: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

1. Judul Naskah

Judul naskah setelah dilakukan penyuntingan teks adalah “Masaaila ‟Aqiidatu

`l-Islam” (“MAI”) yang berarti masalah-masalah akidah Islam. Dalam kover

naskah tertulis Samarqandi‟s Catechism yang merupakan pemberian judul oleh

lembaga penyimpanan teks tersebut, yaitu British Library. Beberapa alasan

pemberian judul baru teks tersebut, yaitu sebagai berikut.

a) Naskah “Masaaila ‟Aqiidatu `l-Islam” merupakan salah satu naskah

Melayu yang mengandung tema Islam‚ maka diasumsikan bahwa segala

hal yang meliputi teks tersebut, termasuk judul, digunakan istilah-istilah

agama Islam yang didominasi dengan istilah Arab.

b) Kebanyakan judul-judul naskah Melayu Islam tidak berbahasa Inggris‚

tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab

Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

li daf‟I `z-zindiq dan Fathu `l-mubin ‟ala `l-mulhidin karya Nuruddin

sehingga judul penelitian ini pun diberikan dengan pertimbangan di atas,

yaitu menggunakan bahasa Arab.

c) Tidak ditemukan keterangan mengenai judul pada kolofon sebagai catatan

penulis. Tidak ditemukan pula judul di bagian pembukaan teks yang

biasanya disebutkan nama pengarang, judul teks, tahun penulisan, dan

tempat penulisan.

d) Tidak ditemukan secara eksplisit judul naskah dalam teks, baik di awal, di

tengah, maupun di akhir. Judul “Masaaila ‟Aqiidatu `l-Islam” hanyalah

judul yang diberikan oleh lembaga penyimpan naskah. Dalam hal ini

adalah perpustakaan British.

Page 6: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

e) Judul “Masaaila ‟Aqiidatu `l-Islam” didapatkan dari isi teks yang

dianggap dapat mewakili isi kandungan dari teks tersebut. Isi kandungan

teks berkaitan dengan masalah-masalah akidah Islam sehingga tiga kata

kunci tersebut dijadikan judul oleh peneliti.

f) Setiap pembukaan untuk mengawali pembicaraan dalam isi teks diawali

dengan kata mas`alatun yang berarti masalah. Oleh karena kata

mas`alatun selalu hadir di tiap bagian dari teks, maka diberikan judul

dengan kata masaaila (masalah-masalah) yang merupakan jamak dari kata

mas`alatun. Pembahasan dalam teks berkenaan dengan akidah Islam. Oleh

karena itu, diberikan judul ‟Aqiidatu `l-Islam yang berarti akidah Islam.

Gb. 1. Kover samping naskah

2. Nomor Naskah

Naskah ini bernomorkan IO Islamic 2906 Soth 381. IO adalah singkatan dari

Indian Office.

Gb. 2. Nomor naskah pada sampul pembuka naskah halaman 4

Page 7: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

3. Tempat Penyimpanan Naskah

Naskah ini tersimpan di Perpustakaan British tepatnya di bagian Indian Office

Library yang beralamatkan di sisi utara Euston Road di St Pancras, London,

antara stasiun kereta api Euston dan stasiun kereta api St Pancras. Naskah

“MAI” ditemukan dalam bentuk digital pada alamat website

http://www.bl.uk/manuscripts/FullDisplay.aspx?ref=IO_Islamic_2906

Naskah ini tersimpan dalam bentuk asli bukan hanya sekedar mikrofilm. Hal

tersebut telah dikonfirmasi oleh pihak Perpustakaan British.

Gb. 3. E-mail dari pihak perpustakaan British

Gb. 4. India Office Library pada sampul pembuka naskah “MAI” halaman 6

Page 8: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Gb. 5. Katalog berisi informasi tentang teks dari perpustakaan British

4. Keadaan Naskah

Keadaan naskah ini masih utuh tidak ada yang hilang, terbukti dari

pembukaan (basmalah) sampai berakhir (tamat). Di tengah-tengah naskah pun

tidak ada yang hilang dengan bukti setelah diadakan penyuntingan naskah,

naskah dapat dipahami secara baik atau tidak terdapat kerancuan. Naskah

tergolong baik karena masih dapat dibaca dan tulisannya jelas.

Gb. 6. Naskah “MAI”:4

5. Ukuran Naskah

a) Ukuran lembaran naskah

Ukuran lembaran naskah ini adalah panjang 26,5 cm x lebar 21,0 mm

b) Ukuran ruang teks

Page 9: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Ukuran ruang teks tidak diketahui karena tidak penliti dapat menghadirkan

naskah “MAI” yang tersimpan di perpustakaan British, hanya

menghadirkan bentuk digital teks “MAI” yang telah dicetak.

6. Tebal Halaman

Naskah terdiri dari 32 halaman dengan perincian dua halaman pada kover

depan dan belakang, enam halaman pada halaman sampul depan, tujuh belas

halaman pada halaman isi, dan tujuh halaman pada sampul belakang.

7. Jumlah Baris pada setiap Halaman Naskah

Naskah ini terdiri dari enam baris tiap halamannya, kecuali pada halaman tiga

dengan tujuh baris dan halaman tujuh belas dengan lima baris. Tiap satu baris

berisi dengan satu baris bahasa Arab dan satu baris tafsiran dalam bahasa

Melayu.

Gb. 7. Naskah “MAI”:17

Page 10: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Gb. 8. Naskah “MAI”:3

Gb. 9. Naskah “MAI”:1

Page 11: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

8. Bahasa Naskah

Bahasa yang digunakan dalam naskah ini adalah bahasa Arab dengan tafsir

bahasa Melayu yang berbentuk gantung.

Gb. 10. “Wa kutubihii. [dan percaya aku akan kitab-Nya] wa rusulihii. [dan percaya aku akan

segala pesuruh-Nya] wa `l-yaumi. [dan percaya aku akan hari]” (naskah “MAI”:2).

9. Jumlah Susunan Kuras

Kuras adalah satuan lipatan kertas dalam penjilidan. Satu kuras sama dengan 4

lembar. Satu lembar sama dengan 2 halaman. Naskah “MAI” tidak memiliki

kuras.

10. Huruf, Aksara, dan Tulisan

a) Jenis tulisan

Jenis tulisan yang dipakai adalah khat Naskhi. Naskhi adalah tulisan yang

sangat lentur dengan banyak putaran dan hanya memiliki sedikit sudut

yang tajam.

b) Ukuran huruf

Ukuran huruf yang dipakai dalam naskah “MAI” berukuran sedang atau

medium sehingga masih mudah untuk dibaca dengan jelas.

c) Bentuk huruf

Bentuk huruf yang dipakai bentuk tegak lurus atau perpendicular.

Page 12: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Gb. 11. “bashiirun. [Yang Melihat] muriidun. [Yang Berkehendak] mutakallimun. [Yang

Berkata] baaqin. [Yang Kekal] khalaaqun. [Yang Menjadikan] rabbun. [Tuhan]

bilaa. [dengan tiada] syariikin. [sekutu]” (naskah “MAI”:2).

d) Keadaan tulisan

Keadaan tulisan naskah “MAI” cukup baik, artinya jelas, rapi, dan

konsisten atau tidak berubah-ubah dari awal naskah sampai akhir.

e) Jarak antarhuruf

Jarak antarhuruf dalam naskah “MAI” termasuk renggang

f) Goresan pena

Goresan pena dalam naskah “MAI” memiliki ketebalan yang beragam,

yaitu ketebalan yang sedang dan kuat.

Gb. 12. “rasuulihii. [pesuruh-Nya] muhammadin. [Muhammad] wa `alaa aalihi. [dan

keluarganya] ajma`iin. [sekalian] Qoolaa. [kata] `sy-syaikhu. [Syaikh] `l-imamu.

[imam] `l-ajalu. [yang basyar]” (“MAI”:1)

Page 13: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

g) Warna tinta

Tinta yang dipergunakan dalam penulisan naskah “MAI” adalah

menggunakan tinta hitam yang kuat dengan rubrikasi atau tinta merah di

bagian-bagian tertentu dalam teks. Warna merah dalam naskah memiliki

arti yang beragam, seperti dalam naskah “MAI” warna merah atau

rubrikasi digunakan pada kata-kata sebagai berikut.

1) Kata wa dan fa sebagai kata hubung dapat memisahkan antara satu

kata, frasa, atau kalimat dengan kata, frasa, atau kalimat lain.

2) Kata Mas`alatun dan fa `l-jawabu pembeda tiap pertanyaan dan

jawaban, selain itu juga membedakan antara satu tema pertanyaan

dengan pertanyaan lain.

3) Beberapa kata lain seperti Allah, Amantu, Hayyun, Laysa kamitslihi,

Tsalaatsiina,dimaksudkan adanya penekanan pada kalimat di atas.

h) Pemakaian Tanda Baca

Dalam teks “MAI” tidak ditemukan penggunaan tanda baca, seperti tanda

titik (.), tanda koma (,), tanda titik dua (:), dan sebagainya. Dalam teks

terdapat kata-kata tumpuan yang berfungsi sebagai pembatas antarkalimat

atau antaralinea.

Awal kalimat tanya dalam hal teks ini diawali dengan kata Mas`alatun

idzaa yang berarti “inilah masalah jika” yang berwarna merah. Kalimat

tanya di akhiri dengan pernyataan fal jawabu sekaligus berfungsi sebagai

permulaan jawaban. Kalimat jawab tersebut berakhir pada pernyataan

mas`alatun idza yang juga sebagai awal dari kalimat tanya, begitu

seterusnya.

Page 14: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Hal tersebut hanya berada pada bagian isi saja karena di bagian

pendahuluan diawali dengan kata Bismi l-Laahi r-Rahmaani r-Rahiim dan

pada penutup diakhiri dengan kata tamat.

Gb. 13. Naskah “MAI”:4

Gb. 14. Naskah “MAI”:1

Gb. 15. Naskah “MAI”:17

Page 15: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

11. Cara Penulisan

a) Penempatan tulisan pada lembar naskah

Cara penempatan tulisan pada lembar naskah “MAI” yaitu teks ditulis dari

arah kanan ke kiri, cara seperti ini mengikuti cara penulisan huruf Arab.

Penulisan teks pada lembaran naskah secara bolak-balik. Kedua sisi

halaman pada setiap lembar naskah ditulisi semua. Cara penulisan seperti

ini biasanya disebut dengan istilah rekto1 dan verso2.

b) Pengaturan ruang tulisan

Ruang tulisan naskah “MAI” terbentuk secara bebas, tidak ada pembatas,

misalnya garis yang mengatur ruang tulisan.

c) Penomoran naskah

Ada penomoran naskah, tetapi tidak beraturan. Penjelasannya sebagai

berikut.

1) Naskah sampul depan halaman empat tertulis nomor satu (1)

2) Naskah isi halaman dua tertulis nomor dua (2)

3) Naskah isi halaman empat tertulis nomor tiga (3)

4) Naskah isi halaman enam tertulis nomor empat (4)

5) Naskah isi halaman delapan tertulis nomor dua (5)

6) Naskah isi halaman sepuluh tertulis nomor enam (6)

7) Naskah isi halaman dua belas tertulis nomor tujuh (7)

8) Naskah isi halaman tiga belas tertulis nomor tujuh (8)

1 n halaman sebelah kanan pada buku atau naskah terbuka, biasanya bernomor halaman ganjil

(KBBI:1158)

2 n halaman sebelah kiri buku atau naskah yang terbuka, biasanya bernomor halaman genap

(KBBI:1546)

Page 16: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

9) Naskah isi halaman empat belas tertulis nomor tujuh (9)

Gb. 16. Naskah “MAI”:2

Gb. 17. Naskah “MAI”:4

d) Catchword

Pada naskah “MAI” hanya ada satu catchword yaitu pada halaman

sembilan dengan lafal syarthu.

Gb. 18. Naskah “MAI”:9

Page 17: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

12. Bahan Naskah

Naskah ini menggunakan kertas Eropa

13. Cap kertas/watermark

Ada watermark yaitu „LVG‟ (Lubertus van Gerrevinck) dengan bayangan

garis tebal. Annabel Gallop berpendapat bahwa cap kertas LVG digunakan

sebagai tanda buatan Lubertus van Gerrevinck. Merek ini lama-kelamaan

diambil alih oleh pembuat kertas di negera lain di Eropa sehingga susah

menggunakan merek ini untuk memastikan tempat asal kertas maupun

usianya. Lubertus van Gerrevinck Bekerja pabrik Phoenix di Egmond aan den

Hoef, dekat Alkemaar, Holland dari 1691 dengan saudaranya Joachim. Inisial

LVG adalah dari pembuat kertas Belanda Lubertus van Gerrevinck, yang

bekerja pabrik Phoenix di Egmond aan den Hoef, dekat Alkemaar, Holland,

tanda LVG nya diambil oleh banyak pembuat di Eropa Barat, termasuk James

Whatman, Henry Portal dan lain-lain di Inggris, sebagai tanda kualitas, dan

dengan cepat menjadi salah satu tanda air yang paling umum ditemukan di

Eropa barat.

Gb. 19. E-mail dari Annabell Gallop

Page 18: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Gb. 20 Metadata teks “MAI”

14. Bentuk Teks

Teks ini menggunakan bentuk prosa dalam penyampaiannya. Lebih khusus

menggunakan bentuk tanya-jawab.

15. Umur Naskah

Umur naskah ini tidak diketahui karena tidak ada keterangan yang

menyebutkan hal tersebut. Apabila dilihat dari kertasnya, seperti yang telah

diterangkan Gallop, bahwa kertas naskah ini mulai diproduksi pada tahun

1691 M., artinya naskah “MAI” ada setelah tahun 1691 M. Hal tersebut juga

diperkuat bahwa Abu Laits meninggal pada 373 H. atau 984 M. yang

membuktikan bahwa naskah “MAI” lahir setelah pengarangnya wafat, bukan

sebelum pengarangnya wafat.

Dalam sebuah artikel dari sebuah website, http:// britishlibrary.typepad.co.uk

/ asian-and-african /2016 / 01 / from-samarkand-to-batavia-a-popular-islamic-

catechism-in-malay.html yang menyatakan bahwa naskah “MAI” itu

kemungkinan besar diperoleh selama pemerintahan Inggris di Jawa (1811-

1816) dan karena itu mungkin berasal dari awal abad ke-19.

Page 19: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

16. Sejarah Teks

Dalam metadata dijelaskan dalam f.1 tertulis dari Sumarcandee atau al-

Samarqandi yang dalam berbahasa Melayu bahwa naskah ini milik Tuan

Alperes Kampung Salemba di Batavia. Sebagai juru tulis adalah Duljabar

yang datang ke Batavia dari Cirebon. Ia meminta maaf karena tulisan

tangannya seperti ceker ayam. Di antara naskah Melayu di British Library

yang baru saja didigitalkan hanya ada satu yang pasti ditulis di Batavia, tetapi

mungkin contoh yang sangat baik dari jenis pekerjaan yang digunakan untuk

instruksi Islam di kota. Ini adalah salinan dari Bayan 'Aqidah al-Ushul,

mengenai dasar-dasar iman yang juga dikenal sebagai Masa'il atau

Pertanyaan sebuah agama yang sederhana ditulis dalam bentuk tanya-jawab

oleh Abu al-Laits Muhammad bin Abi Nasr bin Ibrahim al-Samarqandi,

seorang ahli hukum dari mazhab Hanafi dari kota kuno Samarkand, yang

terletak di masa kini adalah Uzbekistan. Awalnya naskah tunggal kini telah

dipisahkan menjadi dua bagian, satu terdiri dari katekismus Arab al-

Samarqandi dengan terjemahan interlinear ke dalam bahasa Melayu (IO Islam

2906), dan volume kedua (MSS Melayu C.7) yang mengandung teks

sepenuhnya bahasa Melayu. Kedua bagian ini ditulis di tangan yang sama.

Pemilik naskah disebut sebagai Tuan Alperes dari Kampung Salemba di

Batavia dan juru tulis yang memperkenalkan dirinya sebagai Duljabar yang

datang ke Batavia dari Cirebon. Dengan kerendahan hati ia meminta maaf

untuk tulisan tangan yang buruk seperti cakar ayam, tetapi pada

kenyataannya, seperti yang dapat dilihat, tangannya cukup stylish (gaya).

Meskipun naskah adalah bertanggal itu kemungkinan besar diperoleh selama

Page 20: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

pemerintahan Inggris di Jawa (1811-1816) dan karena itu mungkin berasal

dari awal abad ke-19. Catatan oleh juru tulis naskah sebagai berikut.

Ini adalah buku Samarqandi, milik Pak Alperes yang tinggal di

Kampung Salemba. Buku ini ditulis oleh Guru Duljabar dari

Cirebon yang datang ke Batavia ketika ia masih sangat muda dan

yang belajar menulis dari Mister Alperes. Saya diminta untuk

menulis dan saya menulis dengan kemampuan saya yang terbaik,

takut dituduh menolak atau malas, maka ini adalah hasilnya.

Permintaan maaf saya yang sederhana kepada para pria yang akan

membacanya karena tulisan adalah seperti ceker ayam” (Alamat

surat kitab Samarqandi Tuan Alperes).

17. Keterangan Lain

Ditemukan sebuah artikel dari web, http : // britishlibrary .typepad .co.uk /

asian-and-african / 2016 / 01 / from-samarkand-to-batavia-a-popular-islamic-

catechism-in-malay.html bahwa Michael Laffan (2011: 33) mencatat pada

pertengahan abad ke-19 katekismus dari al-Samarqandi adalah salah satu dari

dua teks Islam yang paling populer di seluruh Indonesia, yang lainnya adalah

Sifat Dua Puluh dan Dua puluh Atribut Allah. As-Samarqandi tampaknya

telah sangat dianggap baik di Jawa, dan British Library memegang tiga salinan

bagian dari teks dengan terjemahan bahasa Jawa (MSS Jav 43, MSS Jav 77

dan Or. 16.678). Naskah lain dalam bahasa Arab dengan terjemahan bahasa

Jawa ditemukan di Cambridge University Library (Or. 194), sementara Royal

Asiatic Society memegang terjemahan lengkap dalam bahasa Jawa (Raffles

Java 22). Di Perpustakaan Universitas Leiden, dari 14 manuskrip Arab Bayan

'Aqidah al-Ushul, 13 memiliki terjemahan interlinear di Jawa, sementara satu

memiliki terjemahan Makassar (Voorhoeve 1980: 45). Endangered Archives

Program juga telah mendokumentasikan empat naskah kerja dengan

terjemahan bahasa Jawa, dua diadakan di sebuah pesantren di Jawa Timur,

Page 21: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Pondok Pesantren Tegalsari di Jetis, Ponorogo, dan dua di Cirebon di pantai

utara Jawa Barat: satu di koleksi kerajaan Sultan Abdul Gani Natadiningrat

dan lain dipegang oleh Muhammad Hilman. Dengan demikian menarik untuk

dicatat bahwa naskah Duljabar disalin di Batavia relatif jarang dalam

menyajikan al-Samarqandi Bayan 'Aqidah al-Ushul dengan terjemahan bahasa

Melayu ini.

18. Identitas Pengarang

Mengenai identitas pengarang tertulis dalam bagian pendahuluan teks, yaitu

tertulis sebagai berikut.

Qaalaa [Kata] `sy-syaikhu [syekh] `l-imaamu [imam] `l-ajalu

[yang besar] / `z-zaahidu [yang pertapah] Abu Laits [Abu Laits

namanya] Muhammad [Muhammad] ibnu Abi Nashri [anak Abi

Nasr] bni Ibraahiima [anak Ibrahim] / `s-Samarqandiyyu [yang

bangsa Samarqandi] rahmatu `l-Laahu [yang diberi rahmat Allah]

‟alaihi [atasnya] (“MAI”:1).

Imam Nasr bin Muhammad As-Samarqandi bernama lengkap Abul Laits

Nashr bin Muhammad bin Ibrahim as-Samarqandi al-Hanafi yang dikenal

dengan Abu Laits. Seorang Ulama Tabi‟ut Tabi‟in yang hidup pada awal

abad ke-4 H dan Wafat 373 H. di daerah Balkh. Ia dikenal dengan julukan

Imamul Huda. Abu Laits As-Samarqandi di masa mudanya tidak dapat

membaca Alquran, tetapi di sekitar usia 50-an barulah ia mulai belajar dan

pada usia 57 tahun ia telah berjaya menguasai bahasa Arab dan Alquran.

Selanjutnya ia mulai mewariskan ilmu yang ada padanya melalui penulisan

Abu Laits bermazhab Hanafi. Saiful Mu‟min (2011:47) berpendapat dalam

jenjang keilmuan Abu Laits banyak menimba ilmu dari beberapa ulama,

meski ayahnya berperan dalam memperluas cakrawalanya. Beberapa guru

Abu Laits antara lain, Muhammad bin Ibrahim at-Tuzi; seorang ahli fikih

Page 22: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

yang disegani, ayahnya sendiri; Abu Ja‟far al-Hinduwani (Abu Ja‟far al-

Balkhi), Khalil bin Ahmad al-Qadli as-Sijzi; ulama fikih dan hadis di

kalangan mazhab Hanafi, dan Muhammad bin al-Fadl bin Asyraf al-Bukhari.

Dalam bidang keilmuan, Abu Laits adalah seorang ahli fikih, maka ia dijuluki

al-faqiih (ahli fikih). Dia juga terkenal dalam bidang usuluddin (akidah)

karena kekuatan dialektikanya. Ia juga menguasai banyak bahasa dan ahli

dalam bidang tafsir dan filsafat. Karya-karya Abu Laits As-Samarqandi

dalam bidang akidah (usuluddin) di antaranya, yaitu Ushulu `d-Diin, Bayan

Aqidati `l-Ushul, Asraru `l-Wahyi, Risalah fii Ma‟rifati `l-Iimaani, Risaalah

fii `l-Hukm, Qut ‟an n-Nafs fii Ma‟rifati Arkaana `l-Khams, dan ‟Umdatu `l-

‟Aqaaid. Karya-karya pada bidang lainnya, yaitu Tafsir As-Samarqandi al-

Musamma Bahrul Ulum, Tanbihu `l-Ghaafilin, al-Fatawa, Bustaanu `l-

‟Aarifiin, Khizaanata `l-Fiqhi, Fadhaailu `r-Ramadhaan, Daqaiaqu `l-Akbar

fii Bayaani `i-Jannati wa `n-Naari, Mukhtalifu `r-Riwaayah, Syir‟atu `l-

Islaam, ‟Uyuunu `l-Masaail, al-Muqaddimah fii `sh-Shalaati, Ta`sisu `n-

Nadhaairu `l-Fiqhiyyah, Qurratu `l-‟Uyuun wa Mufarrihu `l-Qalba `l-

Mahzun, Syarhu `l-Jamii‟a `l-Kabiir, Syarhu Jamii‟a `sh-Shaghiir,

Muqaddimah fii Bayaani `l-Kabaairi wa `sh-Shaghiiri, dan Fatawaa Abi

Laits. Terdapat keterangan dalam metadata mengenai penyalin dan pengarang

teks. Disebutkan bahwa sebagai penyalin naskah “MAI” seperti yang tertera

dalam metadata adalah Duljabar dan sebagai pengarang yang dituliskan buah

pikirnya oleh penulis adalah Abu Laits As-Samarqandi.

Page 23: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

19. Fungsi Sosial Naskah

Naskah ini dapat berfungsi bagi umat Islam sendiri sebagai dasar penguatan

keimanannya karena naskah ini berisi pertanyaan-pertanyaan tentang

keimanan dalam agama Islam. Naskah ini dapat digunakan sebagai

pemantapan keyakinan seorang muslim agar terhindar dari ajaran-ajaran yang

sesat karena teks ini menyuguhkan permasalahan-permasalahan mengenai

keimanan dan penyelesaiannya dengan dalil aqli dan naqli. Dalil akal sangat

berguna karena akan bersifat realistik sehingga dapat dicapai dan dipahami

oleh manusia. Naskah ini dapat menjadi media dakwah dan pengajaran bagi

masyarkat di luar umat muslim untuk mengetahui ajaran-ajaran Islam.

Dengan diberikan beberapa cara dan metode yang rasional dalam

menjalankan keimanan Islam, naskah ini dirasa akan berhasil mengajak

pembacanya untuk mengetahui Islam lebih dalam, bahkan dapat menjadi

media hidayah Allah Swt.

Banyaknya doktrin-doktrin sesat dan maraknya ajaran-ajaran Islam yang

tidak sesuai dengan Alquran dan hadis serta kurangnya referensi-referensi

mengenai pembelajaran akidah Islam yang benar dan rasional menjadikan

teks ini layak dibaca dan dipahami oleh masyarkat di luar umat muslim

maupun kalangan Muslim sendiri.

C. Ikhtisar Isi Teks

Halaman Isi

1-2 Pendahuluan terdiri dari bacaan basmalah, hamdalah, dan salawat

serta salam kepada Nabi Muhammad saw. dan keluarganya.

Page 24: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Pengenalan nama pengarang serta sebutan atau julukannya, yaitu

Abu Laits Muhammad bin Ibrahim As-Samarqandi.

Permasalahan pertama yang dikemukakan pengarang mengenai

apakah iman itu. Setelah itu, diberikan penjelasan bahwa iman

ialah seseorang percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,

kitab-kitab-Nya, pesuruh-pesuruh-Nya (nabi dan rasul), hari

kiamat, dan percaya takdir baik dan buruk dari Allah Swt.

2 Permasalahan kedua mengenai bagaimana percaya kepada Allah

Swt. Kemudian diberikan penjelasan bahwa Allah Swt. Esa zat dan

sifatnya, Maha Hidup, Maha Tahu, Maha Kuasa, Maha Mendengar,

Maha Melihat, Maha Berkehendak, Maha Berkata, Maha Kekal,

Maha Menjadikan, Tuhan tanpa ada sekutu, tanpa ada tandingan,

tanpa ada lawan, dan tiada satu pun yang menyerupai-Nya.

3-4 Permasalahan ketiga mengenai bagaimana percaya atas malaikat-

malaikat Allah Swt. Dijelaskan setelah itu bahwa malaikat

bermacam-macam tugasnya, di antaranya ada yang menanggung

arsy, ada yang mengelilingi arsy, memelihara dan menjaga,

menulis, dan lain sebagainya. Mereka dari bangsa rohani dan dari

bangsa kurubiyyun, yaitu Jibril, Mikail, Israfil, dan Izrail. Allah

tidak menjadikan malaikat berkelamin laki-laki atau perempuan,

mereka tidak memiliki syahwat, dan nafsu. Mereka tidak memiliki

bapak dan ibu. Mereka selalu berbuat apa yang diperintahkan Allah

dan tidak pernah berbuat durhaka kepada-Nya. Percaya kepada

Page 25: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

malaikat adalah syarat iman dan membenci atau mengabaikan

mereka menjadikan kafir.

4-5 Permasalahan keempat yang dikemukakan pengarang mengenai

bagaimana percaya akan kitab-kitab-Nya. Dijelaskan setelah itu

bahwa Allah Swt. Menurunkan kitab-kitab-Nya kepada para nabi.

Kitab suci bukan makhluk sehingga bersifat kadim. Apabila

terdapat keragu-raguan atas kitab-Nya satu ayat pun pada seorang

hamba, maka akan menjadikan ia kafir.

5 Permasalahan kelima adalah mengenai jumlah kitab yang

diturunkan Allah kepada para nabi dan rasul-Nya

5-6 Keterangan mengenai nabi-nabi yang diberikan kitab dari Allah

beserta jumlah dan nama kitab tersebut.

7 Permasalahan keenam adalah mengenai bagaimana seseorang dapat

mempercayai utusan atau nabi-Nya. Dijelaskan bahwa nabi

pertama adalah Nabi Adam dan nabi penutup atau terakhir adalah

Nabi Muhammad. Disebutkan pula sifat-sifat yang dimiliki oleh

para nabi, yaitu mengabarkan kabar kepada umat tentang kabar

yang diberikan Allah, menyuruh kepada kebaikan dan melarang

pada hal keburukan, dan lain-lain. Apabila ada seorang hamba yang

tidak percaya akan keberadaan nabi dan rasul-Nya, maka ia

dianggap sebagai kafir.

8 Permasalahan ketujuh mengenai berapa dan siapa sajakah nabi

yang memiliki syariat. Dijelaskan dalam teks, bahwa terdapat enam

nabi pembawa syariat, yaitu Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim,

Page 26: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad. Ditambahkan pula

keterangan bahwa segala syariat nabi terdahulu telah terhapuskan

oleh syarit Nabi Muhammad saw.

9 Permasalahan kedelapan mengenai jumlah para nabi yang telah

diturunkan Allah. Dijelaskan bahwa jumlah seluruh nabi yang

diturunkan oleh Allah adalah 124.000 nabi dan rasul.

Permasalahan kesembilan mengenai jumlah para nabi Mursal atau

nabi-nabi yang disuruh untuk mendakwahkan ajarannya.

Dijelaskan bahwa jumlah nabi Mursal sebanyak 313 nabi.

Permasalahan kesepuluh mengenai apakah menjadi sebuah

kewajiban bagi orang beriman mengetahui nama-nama nabi

tersebut. Dijelaskan bahwasanya mengetahui nama dan bilangan

mereka bukan tanggung jawab orang beriman atau tidak menjadi

syarat iman.

10-11 Permasalahan kesebelas mengenai bagaimana percaya tentang

adanya hari kemudian. Dijelaskan keadaan besok ketika adanya

hari kemudian. Allah akan mematikan semua makhluk yang hidup,

baik manusia maupun jin. Kemudian Dia akan menghidupkannya

kembali. Setelah itu, akan dikumpulkan dihisab atau dihitung amal

perbuatannya. Jika ia fasik, ia akan masuk neraka, tetapi tidak

untuk selamanya karena akan masuk surga dengan keimanannya.

Neraka dan surga adalah dua hal yang kekal. Apabila ada seorang

yang tidak percaya adanya hari kemudian, maka ia telah menjadi

kafir.

Page 27: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

12-13 Permasalahan kedua belas mengenai bagaimana percaya akan

takdir baik dan takdir buruk yang datang dari Allah. Dijelaskan

bahwa Allah menciptakan manusia dan telah memberikan

pengetahuan petunjuk jalan yang benar dan salah. Semua takdir

manusia telah ditulis di lawhul mahfudl. Jika manusia mengerjakan

hal yang diperintahkan Allah akan mendapat pahala dan surga.

Sebaliknya, manusia yang menentang perintahnya akan mendapat

siksa dan neraka.

13-14 Permasalahan ketiga belas mengenai datangnya iman bersuka-suka

atau tidak. Dijelaskan bahwasanya datangnya iman tidak bersuka-

suka. Petunjuk datangnya dari Allah. Apabila ada seorang yang

tidak percaya, maka telah menjadi kafir.

14 Permasalahan keempat belas mengenai apa yang dikehendaki dari

iman. Dijelaskan bahwa yang dikehendaki dari adanya sebuah

keimananan ibarat adanya tauhid atau pengesaan Allah Swt.

14-15 Permasalahan kelima belas mengenai hal-hal syariat, mengikuti

perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, dan mengikuti Nabi

Muhammad saw. merupakan syarat iman atau tidak. Dijelaskan

bahwa semua mengenai hal tersebut menjadi syarat iman.

15-16 Permasalahan keenam belas mengenai sifat iman suci atau tidak.

Dijelaskan bahwasanya iman itu bersiat suci dan kafir bersifat najis

sehingga semua amalnya akan binasa atau hilang.

16-17 Permasalahan ketujuh belas mengenai apakah iman itu makhluk

atau tidak. Dijelaskan bahwa iman adalah perbuatan makhluk

Page 28: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

sehingga bersifat baru atau lawan dari kadim. Maka dari itu, iman

adalah makhluk. Ditambah keterangan dari firman Allah

bahwasanya Dia menciptakan makhluk dan segala perbuatannya.

Ditambahkan juga mengenai hadis nabi, bahwa iman hanya

merupakan kemurahan Allah Swt.

D. Kritik Teks

Kata kritik berasal dari bahasa Yunani krities yang artinya seorang hakim,

krinein berarti menghakimi, dan kriterion berarti dasar penghakiman. Kritik teks

adalah pemberian evaluasi terhadap teks, meneliti dan menempatkan teks pada

tempatnya yang tepat. Bani Sudardi (2003:55) berpendapat bahwa kritik teks

adalah penilaian terhadap kandungan teks yang tersimpan dalam naskah untuk

mendapatkan teks yang dianggap mendekati aslinya.

Tugas utama filologi melalui kritik teks, yaitu untuk memurnikan teks.

Teks yang sudah dibersihkan dari kesalahan-kesalahan dapat dipandang sebagai

arketip sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan menjadi salah satu sumber

untuk kepentingan berbagai penelitian dalam bidang ilmu-ilmu lain. (Baried,

1994:61). Dalam teks “MAI” ditemukan beberapa kesalahan yang harus

dibersihkan, yaitu adisi, lakuna, substitusi, ditografi, transposisi, dan

ketidakkonsistenan.

1. Adisi adalah penambahan huruf, suku kata, frasa, klausa, kalimat, dan

paragraf yang terdapat dalam teks, maksudnya teks yang tertulis dalam

naskah berlebihan sehingga perlu dikurangi. Contoh: kata sehinggai

diperbaiki sehingga. Kata bernyamawa diperbaiki menjadi bernyawa.

Page 29: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

2. Lakuna adalah penghilangan atau pengurangan huruf suku kata, frasa,

klausa, kalimat, dan paragraf dalam teks, maksudnya teks yang tertulis

dalam naskah kurang sehingga bagian yang kurang tersebut perlu

ditambah penyunting. Contoh: Kata mejadi diperbaiki menjadi. Kata kusi

diperbaiki kursi

3. Substitusi adalah penggantian huruf, suku kata, frasa, klausa, kalimat, dan

paragraf dalam teks. Maksudnya adalah teks yang tertulis dalam naskah

diganti dengan teks yang sesuai. Perbedaan substitusi dengan lakuna atau

adisi adalah substitusi proses penggantian, bukan proses penambahan dan

pengurangan. Contoh: Kata debikian diperbaiki demikian. Kata pohonkan

diperbaiki mohonkan.

4. Ditografi adalah perangkapan pada bagian teks, baik dalam bentuk huruf,

suku kata, kata, frasa, maupun kalimat. Perbedaan dengan substitusi

adalah ditografi hanya mengurangi bagian teks yang rangkap. Contoh:

frasa huwalladzi lladzi diperbaiki menjadi huwalladzi karena terdapat

rangkap kata lladzi lladzi. Kata didiberikan diperbaiki menjadi diberikan

karena terdapat perangkapan kata didi.

5. Transposisi adalah perpindahan letak huruf, suku kata, kata, frasa, atau

kalimat karena terdapat kesalahan letak pada bagian teks. Contoh: Kata

canisya diperbaiki menjadi niscaya. Kata kaberta diperbaiki menjadi

berkata.

6. Ketidakkonsistenan adalah adanya ketidakajegan penyebutan sebuah kata

dalam satu teks. Contoh dalam sebuah teks, kata laki-laki dapat ditulis

menjadi laki2 atau laki-laki. Kata tempat-tempat disebutkan lebih dari satu

Page 30: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

jenis menjadi tempat2 atau tempat-tempat. Kata bapak terkadang ditulis

bapa, bafa, atau bapak, dan lain-lain. Berikut daftar kesalahan-kesalahan

yang terdapat dalam teks “MAI” dan telah diperbaiki oleh peneliti, yaitu

sebagai berikut.

Tabel 1

Adisi

No. Hal. Baris Tertulis Transliterasi

Edisi

Bahasa Arab Bahasa Melayu

mengulilingi mengelilingi يعنهع 3 3 .1

: ثفب 2 4 .2 :abun] اة: ثفب abbun. [bapak] اة

bapak]

betapah betapa ثزبف 5 4 .3

ا: 3 7 .4 ى كب كه

ثرينى سكه ج

اذ ادو يرىکئذ

wa kulluhum.

[bermula

sekalian nabi

itu] [Adam]

kaanuu.

[mereka itu]

wa kulluhum.

[bermula sekalian

nabi itu] kaanuu.

[mereka itu]

انمدر 6 12 .5 wa `l-qadrihi لدر

انكفر 6 15 .6 wa `l-kufrun انكفر

Page 31: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Keterangan:

1. Dalam teks tertulis mengulilingi. Diberikan alternatif perbaikan menjadi

mengelilingi. Hal ini terdapat pengurangan huruf wawu sebagai tanda

vokal u pada kata mengulilingi.

2. Dalam teks tertulis abbun [bapak]. Diberikan alternatif perbaikan menjadi

abun [bapak] karena dalam bahasa Arab kata yang berarti bapak adalah

abun bukan abbun.

3. Dalam teks tertulis kata betapah. Diberikan alternatif perbaikan menjadi

betapa karena fonem /h/ pada akhir kata tersebut merupakan salah tulis

dari penyalin teks. Alasan perbaikan karena kata tersebut dalam bagian

lain juga ditulis dengan kata betapa, seperti pada halaman 2, 3, 7, 10, dan

1ain-1ain.

4. Tertulis dalam teks Wa kulluhum [bermula sekalian nabi itu Adam mereka

itu]. Diberikan alternatif perbaikan dengan menghilangkan kata Adam

karena pada frasa bahasa wa Kulluhum tidak terdapat kata Adam.

5. Dalam teks tertulis, Wa `l-qodrihi. Diberikan alternatif perbaikan wa

qadrihi karena pada tata bahasa Arab alif lam (ال) dan kata ganti hi ( )

tidak dapat berdampingan dalam sebuah kata, dalam hal ini adalah `l-

qadrihi. Oleh karena itu, dipilih salah satu antara `l-qadri atau qadrihi.

qadrihi dipilih karena dalam terjemahan yang tertulis dalam teks adalah

“takdirnya” yang berarti terdapat kata nya yang mengikuti kata qadri.

Page 32: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

6. Tertulis dalam teks wa `l-kufrun. Diberikan alternatif perbaikan menjadi

wa `l-kufru karena dalam tata bahasa Arab sebuah isim (nomina) tidak

dapat menanggung partikel al- dan tanda baca dhammatain.

Tabel 2

Lakuna

No. Hal. Baris Tertulis Transliterasi

Edisi

Bahasa Arab Bahasa Melayu

د: ت 7 3 .1 abiida [hamba] ‟abiida [segala‟ عج

hamba]

:اج umun [ibu] او : اج 2 4 .2 او

[ummun:ibu]

: سكم ج 6 4 .3 جبئ anbiyaaihi ا

[segala nabi]

anbiyaaihi

[segala nabi-

Nya]

4. 6 6 عه صه الله

سهى

shalla `l-Laahu

‟alaihi wa sallam

shalla `l-Laahu

‟alaihi wa

sallam. [shalla

`l-Laahu

‟alaihi wa

sallam.]

Page 33: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

جبء: داع ج 1 7 .5 bi `l-anbiyaa`i ثبل

[dengan nabi]

bi `l-anbiyaa`i

[dengan segala

nabi]

ا: 3 7 .6 ى كب كه

ثرينى سكه ج

اذ ادو يرىکئذ

wa kulluhum.

[bermula sekalian

nabi itu] [Adam]

kaanuu. [mereka

itu]

Wa kulluhum.

[dan bermula

sekalian nabi

itu] [Adam]

kaanuu.

[mereka itu]

ى : ثرينى 6 7 .7 يحجز

كبس يرىكئذ

wa

muhibbatuhum.

[bermula kasih

mereka itu]

wa. [dan]

muhibbatuhum.

[bermula kasih

mereka itu]

syaraa`i‟i انطرائع: ضرعذ 2 8 .8

[syariat]

syaraa`i‟i

[segala syariat]

.l-‟ibaadi` انعجبد: جبس 4 12 .9

[hambanya]

`l-‟ibaadi.

[segala

hambanya]

ي: ربد 6 13 .10 زجس

٢ثرسک

yatajazzaa [tiada

bersuka-suka]

ي: ربد ل زجس

٢ثرسک [laa

yatajazzaa

[tiada bersuka-

Page 34: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

suka]

اير: سر 1 15 .11 l-awaamiri` ال

[suruh]

`l-awaamiri

[segala suruh]

: كر 1 15 .12 ا n-nawaahi [nkar] n-nawaahi ان

[munkar]

: ضراط 4 15 .13 ضرائط

اب

syaraa`ithihi

[syarat iman]

syaraa`ithihi

[segala syarat

iman]

: ثرينى هللا 5 16 .14 الله wa `l-Laahu

[bermula Allah]

wa. [dan] `l-

Laahu

[bermula

Allah]

: ثرينى هللا 3 17 .15 الله wa `l-Laahu

[bermula Allah]

wa. [dan] `l-

Laahu

[bermula

Allah]

Keterangan

1. Dalam teks tertulis ‟abiida [hamba]. Hal ini diberikan perbaikan, yaitu

menjadi ‟abiida [segala hamba] karena ‟abiida adalah jamak dari ‟abdun

sehingga berarti banyak. Oleh karena ‟abiida adalah jamak, maka yang

Page 35: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

benar adalah berarti hamba-hamba atau segala hamba (KMAIT,

1984:951).

2. Dalam bahasa Arab kata yang berarti ibu adalah ummun, bukan umun yang

tidak menggunakan tambahan syaddah ( ) sehingga huruf yang bertanda

demikian mendapat rangkap. Dalam teks terdapat kekurangan tanda

syaddah atas huruf mim sehingga dibaca umun dan jelas tidak berarti ibu

(KMAIT, 1984:42).

3. Dalam teks tertulis anbiyaa`ihi yang berarti segala nabi. Terdapat

kekurangan yaitu tidak dituliskan nya sebagai arti dari hi. Nya atau hi pada

konteks ini menunjukkan kata ganti milik orang ketiga (dia) laki-laki.

Sebenarnya kata hi berasal dari hu. Perubahan hu menjadi hi disebabkan

adanya harfu jarr yang mengakibatkan bentuk selanjutnya berharakat

kasrah /i/, seperti tertulis dalam teks kitaaban ‟alaa anbiyaa`ihi. Sebagai

harfu jarr adalah ‟alaa.

4. Pada bagian ini terdapat kurang arti dari ungkapan shalla `l-Laahu ‟alaihi

wa sallam sehingga perlu ditambah terjemahan dari ungkapan tersebut.

5. Kata anbiyaa`i dalam teks diterjemahkan menjadi nabi. Hal ini dirasakan

salah karena anbiyaa`i merupakan jamak dari kata nabiyyun atau nabi.

Oleh karena anbiyaa`i merupakan jamak, maka memiliki arti nabi-nabi

atau segala nabi (KMAIT, 1984:1479).

6. Dalam teks Wa kulluhum kaanuu berarti [bermula sekalian nabi itu] dirasa

kurang benar karena kurangnya arti yang tertulis dalam penerjemahan

Page 36: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

bahasa Arab ke dalam bahasa Melayu. Kesalahan tersebut terletak tidak

ada terjemahan kata wa yang sebenarnya memilik arti dan (KMAIT,

1984:1634).

7. Dalam teks tertulis wa muhibbatuhum [bermula kasih mereka itu]. Kalimat

ini memiliki kesamaan dengan keterangan nomor dua belas, yaitu tidak

adanya kata dan sebelum kata bermula, padahal terdapat kata wa dalam

bahasa Arab yang berarti dan (KMAIT, 1984:1634).

8. Syaraa`i‟i adalah jamak dari syarii‟atun yang memiliki arti syariat. Oleh

karena syaraa`i‟i adalah jamak, maka yang benar adalah berarti syariat-

syariat atau segala syariat, sedangkan dalam teks syaraa`i‟i hanya

diartikan syariat (KMAIT, 1984:761).

9. Kata ‟ibaadi dalam teks diterjemahkan menjadi hamba. Hal ini perlu

diperbaiki karena ‟ibaadi merupakan jamak dari kata ‟abdun atau hamba.

Oleh karena ‟ibaadi merupakan jamak, maka memiliki arti hamba-hamba

atau segala hamba (KMAIT, 1984:951).

10. Dalam teks tertulis yatajazzaa [tiada bersuka-suka]. Padahal sebelumnya

tertulis pula yatajazzaa amlaa [bersuka-suka atau tiada]. Hal tersebut

membuktikan kurangnya kata laa sebelum kata yatajazzaa karena kata

tersebut memiliki arti bersuka-suka, sedangkan yang dimaksud dalam teks

adalah tiada bersuka-suka. Oleh karena itu perlu ditambahkan laa sebelum

kata yatajazzaa agar artinya menjadi tiada bersuka-suka (KMAIT,

1984:203). Jika pertanyaannya kenapa tidak dipilih menghilangkan kata

tiada dalam teks saja? Hal tersebut dikarenakan konteks kalimat yang akan

Page 37: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

disampaikan naskah memerlukan arti tiada bersuka-suka bukan bersuka-

suka karena hanya berbeda satu kata saja mengandung arti berbeda yang

akan mengubah makna isi teks.

11. Dalam teks tertulis `l-awaamiri [suruh]. Diberikan alternatif perbaikan

menjadi `l-awaamiri [segala suruh] karena kata `l-awaamiru adalah bentuk

jamak dari kata amr sehingga berarti suruh-suruh atau segala suruh.

12. Dalam teks tertulis n-nawaahi [nkar] terdapat dua perbaikan yang

dilakukan peneliti, yaitu pertama kata nkar menjadi kata munkar dan

kedua kata n-nawaahi merupakan bentuk jamak dari kata naahi sehingga

kata munkar tersebut perlu dijadikan bentuk jamak menjadi munkar-

munkar atau segala munkar.

13. Pada teks “MAI” tertulis syaraa`ithihi [syarat iman]. Diberikan alternatif

perbaikan menjadi syaraa`ithihi [segala syarat iman] karena syraa`ithihi

merupakan bentuk jamak dari syarthun sehingga berarti banyak (KMAIT,

1984:761).

14. Tertulis dalam teks wa `l-Laahu [bermula Allah]. Diberikan alternatif

perbaikan karena karena kurangnya arti yang tertulis dalam penerjemahan

bahasa Arab ke bahasa Melayu. Kesalahan tersebut terletak tidak ada

terjemahan kata wa yang sebenarnya memilik arti dan (KMAIT,

1984:1634).

15. Tertulis dalam teks wa `l-Laahu [bermula Allah]. Diberikan alternatif

perbaikan menjadi wa `l-Laahu [dan bermula Allah] karena karena

Page 38: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

kurangnya arti yang tertulis dalam penerjemahan bahasa Arab ke bahasa

Melayu. Kesalahan tersebut terletak tidak ada terjemahan kata wa yang

sebenarnya memilik arti dan (KMAIT, 1984:1634).

Tabel 3

Substitusi

No

.

Hal. Baris Tertulis Transliterasi

Edisi

Bahasa Arab Bahasa

Melayu

[arsy‟] عرش Ars‟ عرش 3 3 .1

: دا ربد 2 4 .2 لعص

اي ثرثح درک

wa. [dan] la

ya‟shuuna [tiada

ia berbuat

durhaka]

wa. [dan] la

ya‟shuuna

[tiada mereka

berbuat

durhaka]

عخ: سرعذ 5 8 .3 .syarii‟atin ضر

[sariat]

syarii‟atin.

[syariat]

ب : دا اداففبي 4 11 .4 [dan adapun] [maka adapun]

د 3 15 .5 ح انز huwa `t-tawhiidi د ح انز [huwa

`t-tawhiidu]

م 1 16 .6 ع انع م jamii‟ul ‟amalu ج ع انع ج

Page 39: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

[jamii‟ul

‟amali]

انسالو: عه 4 17 .7 عه

انسالو

‟alaihi `s-

salaami [alaihi

salam]

صهى الل عه

سهى: صهى هللا

عه سهى

[shalla`l-

Laahu ‟alayhi

wa sallaama]

8. 17 5 ب -khuliqa `l خهك ال

iimaani

ب خهك ال

[khuliqa `l-

iimaanu]

Keterangan:

1. Tertulis dalam teks ars. Diberikan alternatif perbaikan menjadi arsy.

Terdapat proses pergantian huruf dari ش menjadi ش, yaitu dari huruf s

menjadi sy sehingga kata ars menjadi kata arsy. Penggantian yang

dilakukan juga berdasarkan atas ketidakkonsistenan kata tersebut, yaitu

ditulis dengan arsy, seperti pada kalimat sebelumnya di halaman tiga.

2. Dalam teks tertulis, wa la ya‟shuuna [dan tiada ia berbuat durhaka]. Hal

tersebut dianggap sebagai suatu kesalahan karena kata ya‟shuuna

merupakan kata kerja orang ketiga jamak sehingga berarti mereka,

sedangkan dalam teks diterjemahkan dengan ia yang merupakan kata kerja

Page 40: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

orang ketiga tunggal. Selain itu, perbaikan dilakukan karena konteks teks

sebelumnya yang menceritakan tentang para malaikat yang merupakan

orang ketiga jamak. Proses penggantian ini adalah proses substitusi kata,

yaitu penggantian kata ia menjadi kata mereka.

3. Dalam teks tertulis syarii‟atin [sariat]. Diberikan perbaikan menjadi

syarii‟atin [sariat] karena adanya ketidakkonsistenan penyalin dalam

menuliskan syariat, ada yang ditulis dengan kata syariat dan sariat. Dipilih

kata syariat karena kata syariat digunakan lebih dominan dalam teks,

sedangkan kata sariat hanya ditemukan satu penulisan saja. Proses

pergantian ini adalah pergantian huruf dari ش menjadi ش; huruf s menjadi

sy sehingga kata sariat diganti dengan syariat.

4. Tertulis dalam teks, fa ammaa [dan adapun]. Diberikan alternatif

perbaikan menjadi fa ammaa [maka adapun]. Hal tersebut karena fa

memiliki arti maka, sedangkan dan dalam bahasa Arab adalah kata wa.

Proses perbaikan ini adalah proses substitusi atau penggantian kata, yaitu

kata dan menjadi kata maka.

5. Dalam teks tertulis huwa `t-tawhiidi. Diberikan sebuah perbaikan menjadi

huwa `t-tawhiidu. Hal ini sesuai dengan kaidah tata bahasa Arab, yaitu

dalam sebuah kalimat, apabila tidak ada tanda jar seperti, fii, bi, dan lain-

lain yang menjadikan kasrah, tanda nasab seperti, an, lan dan lain-lain

yang menjadikan fathah, tanda jazm seperti lam yang menjadikan sukun,

maka tanda kalimat tersebut adalah rafa‟ yang menjadikan dlammah

Page 41: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

dengan tanda bunyi /u/. Maka dari itu, huwa `t-tawhiidi diganti menjadi

huwa `t-tawhiidu, yaitu adanya pergantian huruf i menjadi u.

6. Dalam teks tertulis jamii‟ul ‟amalu. Frasa tersebut termasuk idhafah, yaitu

terdapat mudhaf dan mudhaf ilaihi. Mudhaf adalah yang disandarkan atau

digabungkan (tanpa tanwin), sedangkan mudhaf ilaihi adalah yang terkena

sandaran atau sebagai tempat sandaran dan letaknya di belakang mudhaf

berharakat kasrah. Pada frasa ini, kata jamii‟ul menjabat sebagai mudhaf

dan ‟amalu menjabat sebagai mudhaf ilaihi. Maka dari itu, kata ‟amalu

diganti dengan ‟amali. Proses penggantian yang dilakukan adalah

penggantian harakat dari harakat /u/ menjadi /i/ karena adanya kaidah tata

bahasa Arab.

7. Penggunaan gelar ‟alaihi `s-salaami [alaihi salam] disandangkan pada

semua nabi kecuali Nabi Muhammad, seperti Nabi Adam, Idris, Musa,

Harun, dan lain-lain. Untuk gelar Nabi Muhammad bukan alaihi salam,

tetapi shalla `l-Laahu ‟alaihi salam (saw.). Gelar saw tersebut hanya

disandang oleh Nabi Muhammad sehingga tidak ada seorang pun yang

menyandang gelar tersebut kecuali beliau. Pada teks disebutkan Nabi

Muhammad alaihi salam, maka diberikan perbaikan Muhammad shalla `l-

Laahu ‟alaihi wa sallam. Proses ini merupakan proses substitusi atau

pergantian kalimat.

8. Tertulis dalam teks khuliqa `l-iimaani. Diberikan alternatif perbaikan

menjadi khuliqa `l-iimaana karena kalimat tersebut merupakan kalimat

kerja, terdiri dari fi‟il (kata kerja), faa‟il (yang mengerjakan), dan maf‟ul

Page 42: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

bihi (objek atau yang menerima pekerjaan). Kata khuliqa menjabat sebagai

fi‟il, `l-iimaani bertindak sebagai maf‟ul bihi, dan sebagai subjek atau yang

mengerjakan adalah bersifat tertutup, artinya tidak disebutkan, tetapi

mengacu pada kalimat sebelumnya, yaitu Allah. Salah satu tanda maf‟ul

bihi adalah nashab dengan tanda fathah /a/ sehingga pada kata `l-iimaani

seharusnya ditulis `l-iimaana karena menduduki maf‟ul bihi. Proses

perbaikan yang dilakukan adalah penggantian harakat, apabila telah

ditransliterasikan maka menjadi penggantian fonem, yaitu dari vokal /i/

menjadi /a/.

Tabel 4

Ditografi

No. Hal. Baris Tertulis Transliterasi

Edisi

Bahasa Arab

Bahasa

Melayu

1. 5 5-6 ي wa man wa man ي ي [wa man]

kam [beberapa] kam [berapa] كى : ثجراف 2 8 .2

kam [beberapa] kam [berapa] كى : ثجراف 1 9 .3

kam [beberapa] kam [berapa] كى : ثجراف 2 9 .4

5. 12-

13

6 dan

1

انعصب

رعهى ثمضبءالله

فى انمدر

wa. [dan] `l-

‟ishyaani. [dan

durhaka itu] bi

ثمضبءالله انعصب

فى انمدر رعهى

الزال: دا درک

انعصب

رعهى ثمضبءالله

فى الزال: انمدر

Page 43: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

الزال: دا

درک اذ دع

حكى الله رعبنى

دا رمدرس فدا

ازال =

انعص ب

رعهى ثمضبءالله

فى انمدر

الزال: دا

درک اذ دع

حكى الله رعبنى

دا رمدرس فدا

ازال

qadhaai. [dengan

hukum] `l-Laahi.

[Allah] ta‟aalaa.

[ta‟ala] wa. [dan]

wa. [dan] `l-

‟ishyaani. [dan

durhaka itu] bi

qadhaai. [dengan

hukum] `l-Laahi.

[Allah] ta‟aalaa.

[ta‟ala] wa. [dan]

`l-qadrihi.

[takdirnya] fi `l-

azaali. [pada

azali].`l-qadrihi.

[takdirnya] fi `l-

azaali. [pada azali].

wa `l-‟ishyaani.

[dan (durhaka) itu]

bi qadhaai.

[dengan hukum] `l-

Laahi. [Allah]

ta‟aalaa. [ta‟ala]

wa. [dan] `l-

اذ دع حكى الله

رعبنى دا رمدرس

-wa `l] فدا ازال

‟ishyaani bi

qadhaa`i `l-

Laahi ta‟aalaa

wa qadrihi fi

`l-azaali : dan

durhaka itu

dengan hukum

Allah Taala

dan takdirnya

pada azali.

دا درک اذ

دع حكى الله رعبنى

دا رمدرس فدا

-wa `l] ازال

‟ishyaani bi

qadhaa`i `l-

Laahi ta‟aalaa

wa qadrihi fi

`l-azaali : dan

durhaka itu

dengan hukum

Allah Taala

dan takdirnya

pada azali.

Page 44: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

qadrihi.)

[takdirnya] fii `l-

azaali. [pada azali].

Keterangan:

1. Tertulis dalam teks wa man wa man. Sudah terlihat jelas terdapat

kesalahan penyalinan, yaitu mengulang kata-kata yang bukan kata ulang.

Perulangan tersebut seharusnya dihapus salah satunya karena tidak

memiliki fungsi, yaitu menjadi wa man saja. Perbaikan yang dilakukan

adalah ditografi frasa, yaitu penghilangan salah satu frasa yang diulang.

2. Tertulis dalam teks, kam [beberapa]. Hal ini dianggap sebagai kesalahan

karena kata kam dalam bahasa Indonesia berarti berapa. Terdapat

penambahan suku kata pada teks, yaitu suku kata /be/. Hal ini merupakan

proses ditografi, yaitu pengurangan yang dilakukan terhadap pengulangan

suku kata yang berlebihan, dalam hal ini adalah suku kata /be/.

3. Tertulis dalam teks, kam [beberapa]. Hal ini dianggap sebagai kesalahan

karena kata kam dalam bahasa Indonesia berarti berapa. Terdapat

penambahan suku kata pada teks, yaitu suku kata /be/. Hal ini merupakan

proses ditografi, yaitu pengurangan yang dilakukan terhadap pengulangan

suku kata yang berlebihan, dalam hal ini adalah suku kata /be/.

4. Tertulis dalam teks, kam [beberapa]. Hal ini dianggap sebagai kesalahan

karena kata kam dalam bahasa Indonesia berarti berapa. Terdapat

Page 45: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

penambahan suku kata pada teks, yaitu suku kata /be/. Hal ini merupakan

proses ditografi, yaitu pengurangan yang dilakukan terhadap pengulangan

suku kata yang berlebihan, dalam hal ini adalah suku kata /be/.

5. Dalam teks tertulis wa `l-‟ishyaani bi qadhaa`i `l-Laahi ta‟aalaa wa

qadrihi fi `l-azaali wa `l-‟ishyaani bi qadhaa`i `l-Laahi ta‟aalaa wa

qadrihi fi `l-azaali [dan durhaka itu dengan hukum Allah Taala dan

takdirnya pada azali dan durhaka itu dengan hukum Allah Taala dan

takdirnya pada azali]. Diberikan alternatif perbaikan dengan menghapus

salah satu dari dua kalimat yang diulang. Alternatif perbaikan ini disebut

dengan ditografi kalimat. Oleh karena itu, salah satu kalimat ulang yang

tidak berfungsi dalam kalimat dihilangkan karena adanya kesalahan

penulisan sehingga kalimat di atas menjadi wa `l-‟ishyaani bi qadhaa`i `l-

Laahi ta‟aalaa wa qadrihi fi `l-azaali [dan durhaka itu dengan hukum

Allah Taala dan takdirnya pada azali].

Tabel 5

Transposisi

No. Hal. Baris Tertulis Transliterasi Edisi

dan menjadikan دا يجدك نح يحفظ اي 3 12 .1

lauhul mahfudz Ia

dan menjadikan Ia

lauhul mahfudz

Page 46: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Keterangan:

Tertulis dalam teks, dan menjadikan lauhul mahfudl Ia. Hal ini dianggap

sebagai kesalahan karena beberapa faktor. Pertama jika dilihat susunannya,

seharusnya kalimat di atas tersusun menjadi “dan menjadikan ia lauhul mahudl”,

seperti tertulis sebagai berikut: wa [dan] khalaqa [menjadikan ia] `l-lawha

makhfuudli [lawha `l-mahfudl. Oleh karena penerjemahan dari Arab ke bahasa

Melayu per-kata, maka penerjemahan yang sesuai adalah “dan menjadikan ia

lauhul mahudl”. Alasan kedua sebagai penguat, pada kalimat sebelumnya juga

digunakan susunan yang sama, yaitu predikat+subjek bukan predikat+objek.

Kalimat yang dimaksud adalah “Allah [Allah] ta‟aalaa [Taala itu] khalaqa

[menjadikan ia] `l-khalaa`iqa [sekalian makhluk], wa [dan] amara [menyuruh ia]

wa [dan] nahaa [munkar ia].” Proses perbaikan yang dilakukan adalah proses

transposisi, yaitu pemindahan sebuah kata dalam sebuah susunan, dalam hal ini

adalah pemindahan subjek (Ia) ke depan objek (lauhul mahfudl).

Tabel 6

Ketidakkonsistenan

No. Kata, Frasa, Kalimat

Penulisan I Penulisan II

Tertulis Hal Tertulis Hal

1. Allah Taala تعالى ہللا 2, 4, 5,

2, 5, 6, 7, 10,

12, 13, 14,

16, 17

Page 47: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

2. Mas`alatun idzaa

qiila laka

Inilah masalah

jika ditanya

orang akan

kamu

1, 2, 3 Inilah

masalah jika

ditanya orang

engkau

4, 5, 7, 8, 9,

10, 11, 13,

14, 15, 16,

E. Pedoman Suntingan

Salah satu tujuan diadakan penelitian ini adalah menyediakan suntingan

teks “Masaaila ‟Aqiidatu `l-Islam” yang baik dan benar. Baik berarti teks mudah

dibaca karena sudah ditransliterasikan ke dalam huruf latin dan benar berarti jika

terdapat kesalahan dalam penulisan sudah diperbaiki sesuai dengan kaidah-kaidah

filologi.

Pada proses penyuntingan teks diperlukan adanya pedoman suntingan agar

suntingan dapat tertata, sistematis, dan bersifat objektif. Pedoman suntingan untuk

penelitian ini ialah sebagai berikut.

A. Tanda dan angka yang digunakan dalam penyuntingan ialah sebagai

berikut.

1) Tanda garis miring satu “/” menunjukkan pergantian baris

2) Tanda garis miring dua “//” menunjukkan pergantian halaman

3) Tanda kurung siku “[...]” menunjukkan arti dalam bahasa Melayu yang

diartikan dari tiap kata dalam bahasa Arab.

Page 48: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

4) Penulisan dimulai dari bahasa Arab telebih dahulu dan selanjutnya

diberikan arti di antara tanda kurung siku. Tanda kurung siku tersebut

dapat menandai bahwa kata di tengahnya adalah terjemah dari kata

bahasa Arab sebelumnya. Penerjemahan disusun tiap kata bukan tiap

kalimat. Caranya adalah tiap kata bahasa Arab akan diberi terjemahan

di belakangnya, tidak sampai satu kalimat.

5) Tanda hubung tiga kali “---” menunjukkan rangkaian kata-kata yang

tidak terbaca

6) Angka 1, 2, 3, dan seterusnya yang terletak di sebelah kanan pias

halaman menunjukkan nomor halaman naskah, sedangkan angka 1, 2,

3 dan seterusnya yang ditulis dalam ukuran kecil di sebelah kanan atas

pada suku kata, kata, frasa, atau kalimat menunjukkan huruf, suku

kata, kata, frasa, atau kalimat yang disunting dan di bawah pada

catatan kaki menunjukkan huruf, suku kata, kata, frasa, atau kalimat

asli dalam naskah.

B. Ketentuan dalam pedoman ejaan ialah sebagai berikut.

1) Ejaan dalam suntingan ini disesuaikan dalam kaidah-kaidah yang

terdapat pada Ejaan Bahasa Indonesia (EBI).

2) Kosa kata yang berasal dari bahasa Arab yang sudah diserap dalam

bahasa Indonesia disesuaikan dengan Kamus Besar Bahasa Indoneia.

3) Kata-kata yang berbahasa Melayu yang dianggap sebagai kata “arkais”

atau kata yang memiliki ciri penulisan ejaan kuna ditransliterasikan

sebagaimana adanya dan diberi tanda garis bawah, kecuali yang sudah

Page 49: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

masuk ke dalam ejaan bahasa Indonesia yang ditransliterasikan

disesuaikan dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

4) Tanda titik di tiap akhir kata berbahasa Indonesia menunjukkan akhir

kalimat.

5) Kata ulang sempurna atau tidak sempurna diberi tanda hubung (-)

disesuaikan dengan kaidah yang terdapat pada EBI.

6) Istilah-istilah dan kosa kata dalam bahasa Arab yang belum diserap ke

dalam bahasa Indonesia ditulis sesuai dengan asal kata dan dicetak

miring.

7) Kata atau frasa dari bahasa Arab yang belum terserap ke dalam bahasa

Indonesia ditransliterasikan dengan ketentuan sebagai berikut.

a) Tanda syaddah ( ) menunjukkan huruf rangkap.

b) Tanda fathhah ( ) menunjukkan bunyi vokal /a/, kasrah ( )

menunjukkan bunyi vokal /i/, dan dlammah ( ) menunjukkan bunyi

vokal /u/.

c) Tanda fathhah tanwin ( ) menunjukkan bunyi /an/, kasrah tanwin ( )

menunjukkan bunyi /in/, dan dlammah tanwin ( ) menunjukkan bunyi

/un/.

d) Tanda sukun ( ) menunjukkan bunyi yang dimatikan, seperti ثسى dibaca

bismi.

e) Tanda maddah alif (ا) setelah huruf berharakat fathhah ( )

menunjukkan bunyi vokal /a/ panjang (aa), maddah ya` (ؠ) setelah

huruf berharakat kasrah ( ) menunjukkan bunyi vokal /i/ panjang (ii),

Page 50: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

dan maddah wawu () setelah huruf berharakat dlammah ( )

menunjukkan bunyi vokal /u/ panjang (uu).

f) Huruf ء dilambangkan dengan tanda (`) di tengah dan akhir kata

g) Huruf ف ditransliterasikan menjadi /f/ pada kata yang belum diserap ke

dalam bahasa Indonesia dan menjadi /p/ pada kata yang telah diserap ke

dalam bahasa Indonesia.

h) Huruf ج ditransliterasikan menjadi /j/ pada kata yang b belum diserap

ke dalam bahasa Indonesia dan menjadi /j/ atau /c/ pada kata yang telah

diserap ke dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan yang

berlaku pada kata yang bersangkutan.

i) Huruf ta` marbuthah (ح) ditransliterasikan dengan /t/ atau /h/ sesuai

ketentuan yang berlaku pada kata yang bersangkutan.

j) Huruf ح dan ditransliterasikan menjadi /h/ dan /h/ pada kata yang

belum diserap ke dalam bahasa Indonesia, sedangkan untuk huruf yang

telah diserap ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa Indonesia itu

kedua huruf tersebut ditransliterasikan menjadi /h/.

k) Huruf ش dan ش ditransliterasikan menjadi /s/ dan /sy/ pada kata yang

belum diserap ke dalam bahasa Indonesia, sedangkan untuk huruf yang

telah diserap ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa Indonesia itu

sendiri kedua huruf tersebut ditransliterasikan menjadi /s/.

l) Huruf ا dan ع ditransliterasikan menjadi /a/ dan /‟/ pada kata yang

belum diserap ke dalam bahasa Indonesia , sedangkan untuk huruf yang

telah diserap ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa Indonesia itu

sendiri kedua huruf tersebut ditransliterasikan menjadi /a/.

Page 51: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

m) Huruf س dan ݒ ditransliterasikan menjadi /ts/ dan /ny/ pada kata yang

belum diserap ke dalam bahasa Indonesia , sedangkan untuk huruf yang

telah diserap ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa Indonesia itu

sendiri kedua huruf tersebut ditransliterasikan menjadi /ny/.

n) Huruf ق ,ء, dan, ن ditranliterasikan menjadi /`/, /q/, dan, /k/ pada kata

yang belum diserap ke dalam bahasa Indonesia , sedangkan untuk huruf

yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa Indonesia itu

sendiri kedua huruf tersebut ditransliterasikan menjadi /k/.

o) Partikel /al/ (ال) yang diikuti huruf qamariyah (ي ق ع ف خ ن ج ح غ ة ا

diedisikan dengan ( ل ظ ط ض ظ ش ش ز ر ذ د س د) atau syamsiyah ( و

(al) apabila terletak di awal kalimat dan apabila terletak di tengah

kalimat maka diedisikan dengan /`l-/. Misal seperti bismi `l-Laahi, bi `l-

kitabi, al-faatihah, al-humazah.

Tabel 7

Pedoman Transliterasi Arab-Latin

No. Huruf Latin No. Huruf Latin

dh ض .a 16 ا .1

th ط .b 17 ة .2

dl ظ .t 18 د .3

‟ ع .ts 19 س .4

gh غ .j/c 20 ج .5

Page 52: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

f ف .h 21 ح .6

q ق .kh 22 خ .7

k ن .d 23 د .8

l ل .dz 24 ذ .9

m و .r 25 ر .10

z 26. n ز .11

s 27. w ش .12

sy 28. h ص .13

y ي .sh 29 ظ .14

t/h ح .30 ` ء .15

Tabel 8

Pedoman Transliterasi Arab Melayu-Latin

No. Huruf Latin No. Huruf Latin

‟ ع .a 18 ا .1

gh غ .b 19 ة .2

p ف .t 20 د .3

k ق .ts/ny 21 س .4

Page 53: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

k ن .j 22 ج .5

l ل .h 23 ح .6

m و .kh 24 خ .7

d 25. n د .8

dz 26. w/u ذ .9

r 27. h ر .10

y/i ي .z 28 ز .11

g ک/ݢ .s 29 ش .12

ng ڠ .sy 30 ش .13

c چ .sh 31 ظ .14

ny ݒ .dh 32 ض .15

t/h ح .th 33 ط .16

‟ ء .dl 34 ظ .17

F. Suntingan Teks

Bismi [aku memulai membaca kitab ini dengan nama] `l-Laahi [Allah

jua] `r-Rahmaani [yang amat murah dalam negeri dunia] `r-Rahiimi

[dan yang mengasihani segala hambanya yang mukmin dalam negeri

akhirat]. / Alhamdu [segala puji] li [bagi] `l-Laahi [Allah] rabbi [Tuhan]

`l-‟aalamiina [sekalian alam]. Wa [dan] `sh-shalaatu [rahmat Allah] wa

`s-salaamu [dan salam Allah] ‟alaa [atas] / rasuulihii [pesuruhnya]

Muhammadin [Nabi Muhammad] wa [dan] aalihii [keluarganya]

ajma‟iin [sekalian]. Qaalaa [Kata] `sy-syaikhu [syekh] `l-imaamu

1

Page 54: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

[imam] `l-ajalu [yang besar] / `z-zaahidu [yang pertapah] Abu Laits

[Abu Laits namanya] Muhammad [Muhammad] ibnu Abi Nashri [anak

Abi Nasr] bni Ibraahiima [anak Ibrahim] / `s-Samarqandiyyu [yang

bangsa Samarqandi] rahmatu `l-Laahu [yang diberi rahmat Allah]

‟alaihi [atasnya]. Mas`alatun [Inilah masalah] idzaa [jika] qiila [ditanya

orang] laka. / [akan kamu] maa [apa] `l-iimaanu [iman] fa [maka] `l-

jawaabu [jawab] aamantu [percaya aku] bi `l-Laahi [akan Allah] wa

[dan] malaaikatihii [percaya aku akan segala malaikat-Nya] //

wa [dan] kutubihii [percaya aku akan segala kitab-Nya] wa [dan]

rusulihii [percaya aku akan segala pesuruh-Nya] wa [dan] `l-yaumi

[percaya aku akan hari] / `l-aakhiri [yang kemudian] wa [dan] `l-qadri

khayrihi [percaya aku akan untung baik] wa [dan] syarrihi [untung

jahat] mina [daripada] `l-Laahi ta‟aalaa [Allah Taala]. / Mas`alatun

[Inilah masalah] idzaa [jika] qiila [ditanya orang] laka [akan kamu] wa

[dan] kayfa [betapa] tu`minu [percaya engkau] bi `l-Laahi [akan Allah]

fa [maka] `l-jawaabu [jawab] / inna [bahwasanya] `l-Laaha ta‟aalaa

[Allah Taala] ahadun [Esa zat-Nya] waahidun [dan Esa sifat-Nya]

hayyun [Yang Hidup] ‟aalimun [Yang Tahu] qaadirun [Yang Kuasa]

samii‟un. / [Yang Mendengar] bashiirun [Yang Melihat] muriidun

[Yang Berkehendak] mutakallimun [Yang Berkata] baaqun [Yang

Kekal] khalaaqun [Yang Menjadikan] rabbun [Tuhan] bi laa [dengan

tiada] syariikin [sekutu] / wa [dan] laa [tiada] dhiddin [timbangan] wa

[dan] laa [tiada] niddin [lawannya] laysa [tiada] kamitslihi

2

Page 55: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

[seumpamanya] syay`un [suatu] wa huwa [yaitu] `s-samii‟u [Yang Amat

Mendengar] `l-bashiir [Yang Amat melihat]. //

Mas`alatun [Inilah masalah] idzaa [jika] qiila [ditanya orang]

laka [akan kamu] wa [dan] kayfa [betapa] tu`minu [percaya

engkau] bi `l-malaaikati [dengan malaikat] / fa [maka] `l-

jawaabu [jawab] anna [bahwasanya] `l-malaaikata [malaikat

itu] ashnaafun [berbahagi-berbahagi] wa [dan] minhum

[setengah mereka itu] hamlatu [menanggung] / `l-‟arsyi [‟arsy]

wa [dan] minhum [setengah mereka itu] haafuunaa

[mengelilingi3 ‟arsy

4] wa [dan] minhum [setengah mereka itu]

ruhaaniyyuuna [bangsa rohani] / wa [dan] minhum [setengah

mereka itu] kuruubiyyuuna [bangsa kurubiyyun] wa [dan]

minhum [setengah mereka itu] safratu [bangsa safarah] ay

[artinya] Jabraaiilu [Jibrail] / wa [dan] Miikaaiilu [Mikail] wa

[dan] Israafiilu [Israfil] wa [dan] ‟Izraailu [Izrail] ‟alayhimu `s-

salaami [alaihi salam] wa [dan] / minhum [setengah mereka

itu] hafdlatun [memelihara] wa [dan] minhum [setengah

mereka itu] kutubatun [menulisi] wa [dan] ghayru dzaalika

[lain demikian itu]. / kulluhum [sekalian mereka itu]

3

3Tertulis يعنهع mengulilingi

4Tertulis عرش ‟ars

Page 56: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

makhluuquuna [dijadikan mereka itu] ‟abiida [segala hamba5]

`l-Laahi [Allah] laa [tiada] yuushifuuna [disifatkan mereka itu]

//

bi dzukuuratin [akan laki-laki] wa [dan] laa [tiada] bi

unuutsitin [disifatkan akan perempuan] wa [dan] laysa [tiada]

lahum [mereka itu] syahwaatun [syahwat] wa [dan] laa [tiada]

/ nafsun [nafsu] wa [dan] laa [tiada] abun6 [bapak] wa [dan]

laa [tiada] ummun7 [ibu] wa [dan] laa [tiada] ya‟shuuna

[mereka8 berbuat durhaka] `l-Laaha [akan Allah] maa [barang]

/ amarahum [yang disuruh Allah akan mereka itu] wa [dan]

yaf‟aluuna [berbuat mereka itu] maa [barang yang]

yu‟maruuna [disuruh Allah mereka itu]. Wa muhibbatuhum

[dan bermula kasih mereka itu] / syarthu [jadi syarat] `l-

iiimaani [iman] wa ba‟dhuhum [dan benci mereka itu] kufrun

[jadi kafir]. Mas`alatun [Inilah masalah] idzaa [jika] qiila

[ditanya orang] laka [engkau] / wa [dan] kayfa [betapa9]

4

5Tertulis د: ت abiida [hamba]‟ عج

6Tertulis ثفب : abbun [bapak] اة

7Tertulis او umun

8Tertulis دا ربد اي ثرثح درک : لعص wa [dan] la ya‟shuuna [tiada ia berbuat

durhaka]

9Tertulis ثزبف betapah

Page 57: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

tu`minu [percaya engkau] bi `l-kutubi [akan segala kitab] fa

[maka] `l-jawaabu [jawab] anna [bahwasanya] `l-Laaha

[Allah] ta‟aalaa [Taala] / anzala [menurunkan] kitaaban

[kitab] ‟alaa [atas] anbiyaa`ihi [segala nabi-Nya]10

min

[daripada] banii [anak-putu] Aadama [Adam] wa hiya [dan

yaitu] //

Munazzalatun [diturunkan] ghayru [bukan] makhluuqatin

[makhluk] qadiimatun [lagi kadim] bi ghayri [dengan tiada]

tanaaqushin [berlawanan] / wa man11

wa [dan] man [barang

siapa] syakka [syak] fiihaa [dalamnya] min [daripada] aayatin

[seayat] aw [atau] kalimatin [kalimat] fa [maka] qad kafara

[bahwasanya jadi kafir]. / Mas`alatun [Inilah masalah] idzaa

[jika] qiila [ditanya orang] laka [engkau] wa [dan] kam

[berapa] kitaaban [kitab] anzala [yang diturunkan] `l-Laahu

[Allah] ta‟aalaa. / [Taala] ‟alaa [atas] anbiyaa`ihi [segala nabi-

Nya] fa [maka] `l-jawaabu [jawab] miatu [seratus] wa [dan]

arba‟u [empat] kutubin [kitab] wa [dan] anzala [menurunkan]

/ `l-Laahu [Allah] ta‟aalaa [Taala] minhaa [setengah

daripadanya] ‟asyara [sepuluh] kutubin [kitab] ‟alaa [atas]

Aadama [Nabi Adam] ‟alayhi `s-salaami [alaihi salam] / wa

[dan] anzala [menurunkan] `l-Laahu [Allah] ta‟aalaa [Taala]

5

10

Tertulis سكم ج : جبئ anbiyaaihi [segala nabi] ا

11Tertulis ي wa man wa man ي

Page 58: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

khamsiina [lima puluh] kitaaban [kitab] ‟alaa [atas] Tsiitsa

[Nabi Tsis] ‟alayhi `s-salaami [alaihi salam]. //

Wa [dan] anzala [menurunkan] `l-Laahu [Allah] ta‟aalaa

[Taala] tsalaatsiina [tiga puluh] kitaaban [kitab] ‟alaa [atas]

Idriisa [Nabi [Idris] ‟alayhi `s-salaami [alaihi salam] / wa [dan]

anzala [menurunkan] `l-Laahu [Allah] ta‟aalaa [Taala] ‟asyara

[sepuluh] kutubin [kitab] ‟alaa [atas] Ibraahiima [Nabi

Ibrahim] ‟alayhi `s-salaami [alaihi salam] / wa [dan] anzala

[menurunkan] `l-Laahu [Allah] ta‟aalaa [Taala] `t-Tauraata

[kitab Taurat] ‟alaa [atas] Muusaa [Nabi Musa] ‟alayhi `s-

salaami [alaihi salam] / wa [dan] anzala [menurunkan] `l-

Laahu [Allah] ta‟aalaaa [Taala] Injiila [kitab Injil] ‟alaa [atas]

‟Iisaa [Nabi Isa] ‟alayhi `s-salaami [alaihi salam] / wa [dan]

anzala [menurunkan] `l-Laahu [Allah] ta‟aalaa [Taala] `z-

Zabuura [kitab Zabur] ‟alaa [atas] Daawuuda [Nabi Daud]

‟alayhi `s-salaami [alaihi salam] / wa [dan] anzala

[menurunkan] `l-Laahu [Allah] ta‟aalaa [Taala] `l-Qur`aana

[Alquran] ‟alaa [atas] Muhammadin [Nabi Muhammad]

Musthafaa [yang dipilih] shalla`l-Laahu ‟alayhi wa sallaam

[shalla `l-Laahu ‟alaihi wa sallam12

] //

6

Mas`alatun [Inilah masalah] idzaa [jika] qiila [ditanya orang] 7

12

Tertulis سهى عه [...] shalla `l-Laahu ‟alaihi wa sallam صه الله

Page 59: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

laka [engkau] wa [dan] kayfa [betapa] tu`minu [percaya

engkau] bi `l-anbiyaa`i [dengan segala nabi13

] / fa [maka] `l-

jawaabu [jawab] `l-awwalu [pertama-tama] Aadama [Nabi

Adam] wa [dan] `l-aakhiru [kesudahan] `l-anbiyaa`i [nabi itu]

Muhammadin [Nabi Muhammad] shalawaatu `l-Laahi

[Shalawaatu `l-Laahi] / ‟alayhim [atas mereka itu] ajma‟iin

[sekalian]. Wa [dan14

] kulluhum [bermula sekalian nabi itu]

[Adam15

] kaanuu [mereka itu] aamiriina [lagi menyuruh

mereka itu] mukhbiriina [lagi mengkabarkan mereka itu] /

naashihiina [lagi mengajari mereka itu] shaadiqiina [lagi benar

mereka itu] naahiina [lagi munkar mereka itu] amanaau

[kepercayaan] / l-Laahi [Allah] ta‟aalaa [Taala]

ma‟shuumuuna [lagi kepelihara mereka itu] mina [daripada] `z-

zalaaili [dosa kecil] wa [dan] `l-kabaairi [dosa besar] / wa

[dan16

] muhibbatuhum [bermula kasih mereka itu] syarthu [jadi

syarat] `l-iimaani [iman] wa [dan] ba‟dhuhum [benci mereka

13

Tertulis جبء: داع ج bi `l-anbiyaa`i [dengan nabi] ثبل

14Tertulis ى: ثرينى سكه ج اذ ادو يرىکئذ كه Wa kulluhum [bermula sekalian Nabi

itu Adam mereka itu]

15Tertulis ثرينى سكه ج اذ ادو يرىکئذ ا : ى كب كه wa kulluhum [bermula sekalian

Nabi itu] [Adam] kaanuu [mereka itu]

16Tertulis ى : ثرينى كبس يرىكئذ يحجز wa muhibbatuhum [bermula kasih

mereka itu]

Page 60: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

itu] mina [daripada] //

`l-awwaliina [awal] wa [dan] `l-aakhiriina [akhir] kufrun [jadi

kafir]. Mas`alatun [Inilah masalah] / idzaa [jika] qiila [ditanya

orang] laka [engkau] wa [dan] kam [berapa17

] kaanuu [ada

nabi] min [daripada] ashhaabi [yang mempunyai] `sy-

syaraa`i‟i [segala syariat]18

/ fa [maka] `l-jawaabu [jawab]

sittatun [enam] Aadama [pertama Nabi Adam] wa [dan]

Nuuhun [kedua Nabi Nuh] wa [dan] Ibraahiima [ketiga Nabi

Ibrahim] / wa [dan] Muusaa [keempat Nabi Musa] wa [dan]

‟Iisaa [kelima Nabi Isa] wa [dan] Muhammadun [keenam Nabi

Muhammad] shalawaatu `l-Laahi [shalawatu `l-Laahi] /

‟alayhim [atas mereka itu] ajma‟iin [sekalian]. wa [dan] kullu

[bermula] syarii‟atin [syariat19

segala nabi itu] mansuuhatun

[dihapuskan] / bi syarii‟atin [dengan syariat] Muhammadin

[Nabi Muhammad] shalla `l-Laahu ‟alayhi wa sallam [Shalla

`l-Lahu ‟alaihi wa sallam]. Mas`alatun [Inilah masalah] idzaa

[jika] qiila [ditanya orang] laka [engkau] //

8

17

Tertulis ثجراف kam [beberapa] كى :

18Tertulis انطرائع: ضرعذ syaraa`i‟i [syariat]

19Tertulis عخ: سرعذ syarii‟atin [sariat] ضر

Page 61: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Wa [dan] kam [berapa20

] kaanuu [ada mereka itu] mina

[daripada] `l-anbiyaa`i [segala nabi] fa [maka] `l-jawaabu

[jawab] miatu [seratus] alfin [ribu] wa [dan] arba‟atun [empat]

/ wa [dan] ‟isyruuna [dua puluh] alfa [ribu] Nabiyyin [nabi].

Mas`alatun [Inilah masalah] idzaa [jika] qiila [ditanya orang]

laka [engkau] wa [dan] kam [berapa21

] / kaanuu [ada mereka

itu] mina [daripada] `l-anbiyaa`i [sekalian nabi] `l-mursaliina

[yang disuruh mereka itu] fa [maka] `l-jawaabu [jawab]

tsalaatsu [tiga] / miatin [ratus] wa [dan] tsalaatsata ‟asyara

[tiga belas] mursalan [nabi yang disuruh]. Mas`alatun [Inilah

masalah] idzaa [jika] qiila [ditanya orang] laka [engkau] /

asmaa`uhum [mengetahui nama mereka itu] wa [dan]

‟adaduhum [bilangan mereka itu] ‟indanaa [kepada kita]

syarthu [jadi syarat] `l-iimaani [iman] / am [atau] laa [tiada] fa

[maka] `l-jawaabu [jawab] asmaa`uhum [mengetahui nama

mereka itu] wa [dan] ‟adaduhum [bilangan mereka itu] laysa

[tiada] ‟indanaa [kepada kita]. //

9

Syarthu [jadi syarat] `l-iimaani [iman] li qawlihi ta‟aalaa

[karena firman Allah Taala] minhum [setengah mereka itu] man

qashashnaa [yang aku ceriterakan] ‟alayka [atasmu] wa [dan]

minhum [setengah mereka itu] lam naqsush [tiadaku

10

20

Tertulis كى :ثجراف kam [beberapa]

21Tertulis كى :ثجراف kam [beberapa]

Page 62: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

ceriterakan] ‟alayka [atasmu ya Muhammad]

Mas`alatun [Inilah masalah] idzaa [jika] qiila [ditanya orang]

laka [engkau] wa [dan] kayfa [betapa] tu`minu [percaya

engkau] bi `l-yaumi [kepada hari] `l-aakhiri [yang kemudian]

fa [maka] `l-jawaabu [jawab] anna [bahwasanya] `l-Laaha

[Allah] ta‟aalaa [ta‟ala] yumiitu [mematikan] `l-khalaaiqa

[segala makhluk] kullihim [sekalian] illaa [melainkan] man

kaana [barang yang ada] fii `l-jannati [dalam surga] wa [dan]

`n-naari [neraka] tsumma [kemudian] yuhyiihim

[menghidupkan Allah akan mereka itu] wa [dan] yahsyuruhum

[dihimpunkan mereka itu] wa [dan] yuhaasibuhum [dikira-kira

mereka itu] wa [dan] yahkumu [dihakimkan] baynahum [antara

mereka itu].

bi `l-‟adli [dengan adil] fa [maka] man [barang siapa] kaana

[ada] mina [daripada] `l-malaaikati [segala malaikat] wa [dan]

`l-jinni [jin] wa [dan] `l-insi [manusia] fa [maka] innahum

[bahwasanya mereka itu] yatalaatsuuna [binasa mereka itu] fa

[maka] man [barang siapa] kaana [ada] minhum [daripada

mereka itu] faasiqan [fasik] fa [maka] lam [tiada] yabqa [kekal

ia] ay [artinya] lam yabqa [tiada kekal] mu`minuuna [segala

orang mukmin] fii `n-naari [di dalam neraka] ba‟da

[kemudian] `l-hisaabi [daripada dikira-kira]. Fa [maka22

]

11

22

Tertulis ب : دا اداف fa ammaa [dan adapun] فبي

Page 63: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

ammaa [adapun] `l-mu`minuuna [orang mukmin itu] fii `l-

jannati [di dalam surga] khaaliduuna [kekal mereka itu] wa

[dan] laa [tiada] yafnaa [binasa] `l-jannata [surga] wa [dan]

laa yafnaa [tiada binasa] ahlihimaa [isi keduanya] wa [dan]

man [barang siapa] syakka [syak] min [daripada] haadzihi. `l-

asyyaa`i [segala perkara ini] fa [maka] qad kafara [bahwasanya

jadi kafir].

Mas`alatun [Inilah masalah] idzaa [jika] qiila [ditanya orang]

laka [engkau] wa kayfa [dan betapa]

tu`minu [percaya engkau] bi `l-qadri khayrihi [untung baik] wa

[dan] syarrihi [untung jahat] mina [daripada] `l-Laahi [Allah]

ta‟aalaa [Taala] fa [maka] `l-jawaabu [jawab] anna

[bahwasanya] `l-Laaha [Allah] ta‟aalaa [Taala itu] khalaqa

[menjadikan ia] `l-khalaa`iqa [sekalian makhluk] wa [dan]

arsadahum [ditunjuk Allah akan mereka itu] ilaa [kepada]`l-

hudaa [pertunjuk] wa [dan] amara [menyuruh ia] wa [dan]

nahaa [munkar ia] wa [dan] khalaqa [menjadikan ia] `l-lawha

makhfuudli [lawha `l-mahfudl23

] wa [dan] `l-qalami [qalam]

wa [dan] amarahumaa [menyuruh ia akan keduanya] an

yaktubaa [bahwasanya menulis keduanya] a‟maalu [akan amal]

`l-‟ibaadi [segala hambanya24

] fa `th-thaa‟atu [maka taat itu] bi

12

23

Tertulis دا يجدك نح يحفظ اي dan menjadikan lauhul mahfudl Ia

24Tertulis انعجبد: جبس `l-‟ibaadi [hambanya]

Page 64: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

qadhaa`i [dengan hukum] `l-Laahi [Allah] ta‟aalaa [Taala] wa

[dan] qadrihi [takdirnya] fi `l-azaali [pada azali]

Wa `l-‟ishyaani [dan durhaka itu] bi qadhaai [dengan hukum]

`l-Laahi [Allah] ta‟aalaa [ta‟ala] wa [dan] qadrihi25

.

[takdirnya] fii `l-azaali [pada azali]26

lakinna [tetapi] laysa

[tiada] bi amrihi [dengan suruhnya] wa [dan] bi ridhaa`ihi

[dengan ridhanya] wa [dan] hum [mereka itu] yutsaabuuna

[diberi pahala mereka itu] ‟ala [atas] `l-khayri [berbagai

kebajikan] wa [dan] yu‟aaqabuuna [disiksa mereka itu] ‟alaa

[atas]`sy-syarri [berbuat kejahatan] wa [dan] kullu [segala

demikian] dzaalika [itu] bi wa‟dihi [dengan janji surga] wa

[dan] ‟iidihi [janji neraka].

Mas`alatun [Inilah masalah] idzaa [jika] qiila [ditanya orang]

laka [engkau] `l-iimaanu [bermula iman itu] yatajazzaa

[bersuka-suka] amlaa [atau tiada] fa [maka] `l-jawaabu [jawab]

13

25

Tertulis انمدر wa `l-qadrihi

26Tertulis ثمضب انعصب فى الزال: دا درک اذ دع حكى الله رعبنى دا رمدرس انمدر رعهى ءالله

فى الزال: دا درک اذ دع حكى الله رعبنى دا رمدر انمدر رعهى ثمضبءالله انعصب س فدا ازال =

-wa [dan] `l-‟ishyaani [dan durhaka itu] bi qadhaai [dengan hukum] `l فدا ازال

Laahi [Allah] ta‟aalaa [ta‟ala] wa [dan] `l-qadrihi [takdirnya] fi `l-azaali [pada

azali]. wa `l-‟ishyaani [dan durhaka itu] bi qadhaai [dengan hukum] `l-Laahi

[Allah] ta‟aalaa [ta‟ala] wa [dan] `l-qadrihi. [takdirnya] fii `l-azaali [pada azali].

Page 65: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

`l-iimaanu [bermula iman itu] laa27

yatajazzaa [tiada bersuka-

suka] liannahu [karena bahwasanya] fii `l-qalbi [dalam na‟aat]

wa [dan] `l-‟aqli [akal] wa [dan] `r-rawhi [roh] wa [dan] `l-

jasadi [jasad].

min [daripada] banii Aadama [anak Nabi Adam] liannahu

[karena bahwsanya iman itu] hidaayatu [pertunjuk] `l-Laahi

[Allah] ‟alayhi [atasnya] fa [maka] man [barang siapa] ankara

[munkar] syay`an [suatu] fiihaa [dalamnya] faqad kafara

[maka bahwasanya kafir].

Mas`alatun [Inilah masalah] idzaa [jika] qiila [ditanya orang]

laka [engkau] maa [apa] `l-muraadu [yang dikehendaki] `l-

iimaani [iman itu] fa [maka] `l-jawaabu [jawab] `l-iimaanu

[bermula dikehendaki iman itu] ‟ibaaratun [ibarat] ‟ani

[daripada] `t-tauhiidi [tauhid].

Mas`alatun [Inilah masalah] idzaa [jika] qiila [ditanya orang]

laka [engkau] `sh-shalaatu [bermula sembahyang] wa [dan]

`sh-shaumu [puasa] wa [dan] `z-zakaatu [zakat] wa [dan] `l-

hajju [haji] wa [dan] `l-hubbu [asih akan] `l-malaaikati

[malaikat] wa [dan] `l-kutubi [dan asih akan segala kitab] wa

[dan] `r-rusuli [asih akan segala pesuruh] wa [dan] `l-qadri

[dan untung] khayrihi [baik] wa [dan] syarrihi [untung jahat]

14

27

Tertulis ي: ربد ثرسک ٢زجس yatajazzaa [tiada bersuka-suka]

Page 66: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

mina [daripada] `l-Laahi [Allah] ta‟aalaa [Taala].

Wa [dan] ghayru [lain daripada] dzaalika [demikian itu] mina

[daripada] `l-awaamiri [segala suruh28

] wa [dan] `n-nawaahii

[munkar29

] wa [dan] itbaa‟i [mengikuti] sunnati [jalan sunah]

`n-Nabiyyi [nabi] shalla `l-Laahu ‟alayhi wa sallam [shalla `l-

Laahu ‟alaihi wa sallam] mina [daripada] `l-iimaani [iman] am

laa [atau tiada] fa [maka] `l-jawaabu [jawab] `l-iimaanu

[bermula iman] huwa [yaitu] `t-tawhiidu30

[tauhid] wa [dan]

maa [lain] siwaa dzaalika [daripada demikian itu] fa [maka]

huwa [yaitu] min [daripada] syaraa`ithihi [segala syarat

iman31

].

Mas`alatun [Inilah masalah] idzaa [jika] qiila [ditanya orang]

laka [engkau] `l-iimanu [bermula iman itu] bi shifati [dengan

sifat] `th-thahaarati [suci] am laa [atau tiada] fa [maka] `l-

jawaabu [jawab] `l-iimaanu [bermula iman itu] bi shifati

[dengan sifat] `th-thahaarati [suci] wa [dan] `l-kufru32

[kafir

itu] bi shifati [dengan sifat] `l-hadatsi [hadats] yanqudhu

15

28

Tertulis اير: سر l-awaamiri [suruh]` ال

29Tertulis كر : ا n-nawaahi [nkar] ان

30Tertulis د ح انز huwa `t-tawhiidi

31Tertulis ضراط اب : syaraa`ithihi [syarat iman] ضرائط

32Tertulis انكفر wa `l-kufrun

Page 67: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

[binasalah dengan dia]

Jamii‟u [sekalian] `l-‟amali33

[amal]

Mas`alatun [Inilah masalah] idzaa [jika] qiila [ditanya orang]

laka [engkau] `l-iimaanu [bermula iman itu] makhluuqun

[makhluk] aw [atau] ghayru [bukan] makhluuqin [makhluk] fa

[maka] `l-jawaabu [jawab] `l-iimaanu [bermula iman itu]

hidaayatu [pertunjuk] `l-Laahi [Allah] ta‟aalaa [Taala] wa

[dan] `l-iqraaru [ikrar] bi `l-lisaani [dengan lidah] wa [dan] `t-

tashdiiqu [tasdik] bi `l-qalbi [dengan hati] wa [dan] `l-‟amalu

[mengerjakan] bi `l-arkaani [dengan segala anggota] min

[daripada] fi‟li [perbuatan] `l-‟abdi [hamba] muhditsun

[baharu] li qawlihi [karena firman Allah] ta‟aalaa [Taala] wa

[dan34

] `l-Laahu [bermula Allah] khalaqakum [yang

menjadikan kamu] wa [dan] maa [barang] ta‟maluuna

[perbuatan kamu] fa [maka] `l-hidaayatu [hidayat itu] shun‟a

[perbuatan] rabbi [Tuhan] wa [dan] huwa [yaitu] ghayru

[bukan] makhluuqin [makhluk] liannahu [karena bahwasanya]

qadiimun [kadim] wa [dan] maa [barang yang] hashala [hasil]

16

mina [daripada] `l-qadiimi [kadim] yakuunu [adanya] qadiiman

[kadim jua] wa [dan] l-iqraaru [ikrarkan] wa [dan] `t-tashdiiqu

17

33

Tertulis م ع انع jamii‟ul ‟amalu ج

34Tertulis ثرينى هللا : الله wa `l-Laahu [bermula Allah]

Page 68: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

[tasdikkan dalam hati] min [daripada] fi‟li [perbuatan] `l-‟abdi

[hamba] wa [dan] huwa [yaitu] muhditsun [baharu] fa [maka]

kulla [tiap-tiap] maa [barang yang] hashala [hasil] mina

[daripada] `l-muhditsi [yang baharu itu] yakuunu [adalah ia]

muhdatsan [baharu jua] li qawlihi [firman Allah] ta‟aalaa

[Taala] wa [dan35

] `l-Laahu [bermula Allah] khalaqakum

[menjadikan kamu] wa [dan] maa [barang] ta‟maluuna

[perbuatan kamu] wa [dan] li qawlihii [karena firman nabi]

/shalla`l-Laahu ‟alayhi wa sallaama [shalla `l-Laahu ‟alaihi

wa sallama36

] khuliqa [dijadikan] `l-iimaanu37

[iman itu] wa

[dan] khaffahu [khuffah] bi `s-sahaawati [dengan kemurahan]

`l-Laahi [Allah] ta‟aalaa [Taala]. Tamat tamat tamat [tamat

tamat tamat].

G. Daftar Kata Sukar

35

Tertulis ثرينى هللا : الله wa `l-Laahu [bermula Allah]

36Tertulis انسالو: عه انسالو عه ‟alaihi `s-salaami [alaihi salam]

37Tertulis ب khuliqa `l-iimaani خهك ال

Page 69: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

1. Pertapah: (Petapa) orang yang bertapa; ajar; resi; zahid (KBBI:1402)

2. Rahmatu `l-Laahu ‟alayhi: rahmat Allah atasnya (KMAIT:518)

3. Untung (hal 2): n sesuatu (keadaan) yang telah digariskan oleh Tuhan

Yang Mahakuasa bagi perjalanan hidup seseorang; nasib (KBBI:1532)

4. Kurubiyyuna: bangsa kurubiyyun adalah para pemimpin malaikat dan

merekalah para malaikat yang berada disekitar Arsy (kitab Qatrul Ghaits)

5. Safarah: (para duta) yang menjadi perantara antara Allah dan semua para

nabi-Nya juga para shaalihin, yang menyampaikan risalah (pesan) Allah

kepada mereka dengan melalui wahyu, ilham dan mimpi yang baik, atau

yang menjadi perantara antara Allah dan makhluk-Nya. Mereka

menyanpaikan kabar-kabar penciptaan-Nya kepada mereka. Adapun kata

safarah disini adalah jamak dari kata safiir ر ,dengan makna utusan ( (سف

bukan bentuk jamak dari kata saafir سبفر) ) dengan makna sekretaris.

(Kitab Qatrul Ghaits).

6. Unuutsitin : Hal perempuan, betina (KMAIT:46)

7. Syakk: n ras kurang percaya (sangsi, curiga, tidak yakin, ragu-ragu)

(KBBI:1367)

8. Al-mushthofa : yang dipilih (KMAIT:839)

9. Shalla `l-Laahu ‟alayhi wa sallam (6): Moga-moga Allah memberikan

berkah dan rahmat kepadanya (Muhammad) (KMAIT:847)

10. Amanaa`u: jamak dari amaanatun; jujur, dapat dipercaya (KMAIT:44)

Page 70: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

11. Shalawaatu `l-Laahi: Selawat-selawat Allah

12. Arsyada: mengajar (KMAIT:535)

13. Al-Qalamu: Pena (diartikan dengan pengetahuan) (KMAIT:1240)

14. Hadast: kotoran; najis; tahi (KMAIT:261)

15. Shun‟a: dari kata shana‟a-yashna‟u-shun‟a artinya membuat

(KMAIT:852)

16. Pertunjuk: (petunjuk) n 1sesuatu (tanda, isyarat) untuk menunjukkan,

memberi tahu, dan sebagainya. 2ketentuan yang memberi arah atau

bimbingan bagaimana sesuatu harus dilakukan; nasihat. 3ajaran

(KBBI:1506).

17. Arsy: Tahta, singgasana raja (KMAIT:983).

18. lawhha`l-mahfudl: (Loh Mahfuz) tempat mencatat semua amal baik atau

buruk manusia (KBBI:838)

19. na‟aat: sifat (KMAIT:1534)

20. anak-putu: (anak-cucu) anak dan cucu (KBBI:56)

21. berbahagi-berbahagi: (berbagi-bagi) membagi diri; bercabang (KBBI:113)

22. baharu: (baru) belum pernah ada (dilihat, didengar, dibuat) sebelumnya

(KBBI:142)

TRANSLITERASI BAHASA ARAB

Page 71: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Bismi`l-Laahi`r-Rahmaani`r-Raahiim. Alhamduli`l-Laahi rabbi`l-

‟aalamiina. Wa`sh-shalaatu wa`s-salaamu ‟alaa rasuulihii

Muhammadin wa aalihi ajma`iin.

Qaalaa `sy-syaikhu `l-imamu `l-ajalu `z-zaahidu Abu Laits Muhammad

ibnu Abi Nashri bni Ibraahiima `s-Samarqandiyyu rahmatu `l-Laahu

‟alaihi.

Mas`alatun idzaa qiila laka maa `l-imaanu fa `l-jawaabu aamantu bi

`l-Laahi wa malaaikatihii

1

wa kutubihii wa rusulihii wa`l-yaumi`l-aakhiri wa`l-qodri khayrihi wa

syarrihi mina`l-Laahi ta‟aalaa.

Mas`alatun idzaa qiila laka wa kayfa tu`minu bi`l-Laahi fa`l-jawaabu

inna`l-Laaha ta‟aalaa ahadun waahidun hayyun ‟aalimun qaadirun

samii‟un bashiirun muriidun mutakallimun baaqin khalaaqun rabbun bi

laa syariikin wa laa dhiddin wa laa niddin laysa kamitslihi syay`un wa

huwa `s-samii‟u `l-bashiir.

2

Mas`alatun idzaa qiila laka wa kayfa tu`minu bi`l-malaaikati fa`l-

jawaabu anna`l-malaaikata ashnaafun wa minhum hamlatu`l-`arsyi wa

minhum haafuunaa wa minhum ruhaaniyyuuna wa minhum

kuruubiyyuuna wa minhum safratu ay Jabraaiilu wa Miikaaiilu wa

Israafiilu wa ‟Izraaiilu ‟alayhimu `s-salami wa minhum hafdlatun wa

minhum kutubatun wa ghayru dzaalika. kulluhum makhluuquuna

3

Page 72: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

‟aabiida `l-Laahi laa yuushiifunaa.

bi dzukuuratin wa laa bi unutsitin wa laysa lahum syahwaatun wa laa

nafsun wa laa abun38

wa laa ummun39

waa laa ya`shuuna `l-Laaha maa

amarahum wa yaf‟aluuna maa yu‟maruuna wa muhibbatuhum syarthu

`l-iimaani wa ba‟dhuhum kufrun. Mas`alatun idzaa qiila laka wa kayfa

tu`minu bi `l-kutubi fa `l-jawaabu anna `l-Laaha ta‟aalaa anzala

kitaaban ‟alaa anbiyaa`ihi min banii Aadama wa hiya

4

munazzalatun ghayru makhluuqatin qadiimatun bi ghayri tanaaqushin

wa man40

syakka fiihaa min aayatin aw kalimatin fa qad kafara.

Mas`alatun idzaa qiila laka wa kam kitaaban anzala `l-Laahu ta‟aalaaa

‟alaa anbiyaa`ihi fa `l-jawaabu miatu wa arba‟u kutubin wa anzala `l-

Laahu ta‟aalaa minhaa ‟asyara kutubin ‟alaa Aadama ‟alayhi `s-

salaami wa anzala `l-Laahu ta‟aalaa khamsiina kitaaban ‟ala Tsiitsa

‟alayhi `s-salaami

5

wa anzala `l-Laahu ta‟aalaaa tsalaatsiina kitaaban ‟alaa Idriisa ‟alayhi

`s-salaami wa anzala `l-Laahu ta‟aalaa ‟asyara kutubin ‟alaa

Ibraahiima ‟alayhi `s-salaami wa anzala `l-Laahu ta‟aalaa `t-Tauraata

‟alaa Muusaa ‟alayhi `s-salaami wa anzala `l-Laahu ta‟aalaa Injiila

‟alaa ‟Iisaa ‟alayhi `s-salaami wa anzala `l-Laahu ta‟aalaa`z-Zabuura

6

38

Tertulis ثفب : abbun [bapak] اة

39 Tertulis او umun

40 Tertulis ي wa man wa man ي

Page 73: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

‟alaa Daawuuda ‟alayhi `s-salaami wa anzala `l-Laahu ta‟aalaa `l-

Qur`aana ‟alaa Muhammadin Musthafaa shalla`l-Laahu ‟alayhi wa

sallaam.

Mas`alatun idzaa qiila laka wa kayfa tu`minu bi `l-anbiyaa`i fa `l-

jawaabu `l-awwalu Aadama wa `l-aakhiru `l-anbiyaa`i Muhammadin

shalawaatu `l-Laahi ‟alayhim ajma‟iin wa kulluhum kaanuu amirrina

mukhbiriina naashihiina shaadiqiina naahiina amanaau l-Laahi

ta‟aalaa ma‟shuumuuna mina `z-zalaaili wa `l-kabaairi wa

muhibbatuhum syarthu `l-iimaani wa ba‟dhuhum mina

7

`l-awwaliina wa `l-aakhiriina kufrun. Mas`alatun idzaa qiila laka wa

kam kaanuu min ashhaabi `sy-syaraa`i‟i fa `l-jawaabu sittatun Aadama

wa Nuuhun wa Ibraahiima wa Muusaa wa ‟Iisaa wa Muhammadun

shalawaatu `l-Laahi ‟alayhim ajma‟iin. Wa kullu syarii‟atin

mansuuhatun bi syarii‟atin Muhammadin shalla `l-Laahu ‟alayhi wa

sallam.

Mas`alatun idzaa qiila laka.

8

Wa kam kaanuu mina `l-anbiyaa`i fa `l-jawaabu miatu alfin wa

arba‟atun wa ‟isyruuna alfa nabiyyin.

Mas`alatun idzaa qiila laka wa kam kaanuu mina `l-anbiyaa`i `l-

mursaliina fa `l-jawaabu tsalaatsu miatin wa tsalaatsata ‟asyara

mursalan.

Mas`alatun idzaa qiila laka asmaa`uhum wa ‟adaduhum ‟indanaa

9

Page 74: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

syarthu `l-iimaani am laa fa `l-jawaabu asmaa`uhum wa ‟adaduhum

laysa ‟indanaa.

Syarthu `l-iimaani li qawlihi ta‟aalaa minhum maa qashashnaa ‟alayka

wa minhum lam naqsush ‟alayka. Mas`alatun idzaa qiila laka wa kayfa

tu`minu bi `l-yaumi `l-aakhiri fa `l-jawaabu anna `l-Laaha ta‟aalaa

yumiitu `l-khalaaiqa kullihim illaa man kaana fii `l-jannati wa `n-naari

tsumma yuhyiihim wa yahsyuruhum wa yuhaasibuhum wa yahkumu

baynahum.

10

Bi `l-‟adli fa man kaana mina `l-malaaikati wa `l-jinni wa `l-insi fa

innahum yatalaatsuuna fa man kaana minhum faasiqan fa lam yabqa ay

lam yabqa mu`minuuna fii `n-naari ba‟da `l-hisaabi. Fa ammaa `l-

mu`minuuna fii `l-jannati khaaliduuna wa laa yafnaa `l-jannata wa laa

yafnaa ahlihimaa wa man syakka min haadzihi `l-asyyaa`i faqad kafara.

Mas`alatun idzaa qiila laka wa kayfa.

11

tu`minu bi `l-qadri khayrihi wa syarrihi mina `l-Laahi ta‟aalaa fa `l-

jawaabu anna `l-Laaha ta‟aalaa khalaqa `l-khalaaiqa wa arsadahum

ila `l-hudaa wa amara wa nahaa wa khalaqa `l-lawha `l-makhfuudli wa

`l-qalami wa amarahumaa an yaktubaa a‟maalu `l-‟ibaadi fa `th-

thaa‟atu bi qadhaa`i `l-Laahi ta‟aalaa wa qadrihi41

fi `l-azaali wa `l-

‟ishyaani bi qadhaa`i `l-Laahi ta‟aalaa wa qadrihi fi `l-azaali42

.

12

41

Tertulis انمدر wa `l-qadrihi

Page 75: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

lakinna laysa bi amrihi wa bi ridhaa`ihi wa hum yutsaabuuna ‟ala `l-

khayri wa yu‟aaqabuuna ‟alaa `sy-syarri wa kullu dzaalika bi wa‟dihi

wa ‟iidihi.

Mas`alatun idzaa qiila laka `l-iimaanu yatajazzaa amlaa fa `l-jawaabu

`l-iimaanu laa43

yatajazzaa liannahu fii `l-qalbi wa `l-‟aqli wa `r-rawhi

wa `l-jasadi.

13

Min banii Aadama liannahu hidaayatu `l-Laahi ‟alayhi fa man ankara

syay`an fiihaa faqad kafara. Mas`alatun idzaa qiila laka maa `l-

muraadu `l-iimaani fa `l-jawaabu `l-iimaanu ‟ibaaratun ‟ani `t-tauhiidi.

Mas`alatun idzaa qiila laka `sh-shalaatu wa `sh-shaumu wa `z-zakaatu

wa `l-hajju wa `l-hubbu `l-malaaikati wa `l-kutubi wa `r-rusuli wa `l-

qadri khayrihi wa syarrihi mina `l-Laahi ta‟aalaaa.

14

Wa ghoyru dzaalika mina `l-awaamiri wa `n-nawaahii wa itbaa‟i

sunnati `n-nabiyyi shalla `l-Laahu ‟alayhi wa sallam mina `l-iimaani

am laa fa `l-jawaabu `l-iimaanu huwa `t-tawhiidu44

wa maa siwaa

dzaalika fa huwa min syaraa`ithihi.

15

42

Tertulis ف انمدر رعهى ثمضبءالله انعصب فى الزال انمدر رعهى ثمضبءالله انعصب ى الزال dibaca wa `l-

‟ishyaani bi qadhaa`i `l-Laahi ta‟aalaa wa qadrihi fi `l-azaali wa `l-‟ishyaani bi qadhaa`i `l-

Laahi ta‟aalaa wa qadrihi fi `l-azaali

43 Tertulis ي: ربد ثرسک ٢زجس yatajazzaa [tiada bersuka-suka]

44 Tertulis د ح انز huwa `t-tawhiidi

Page 76: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Mas`alatun idzaa qiila laka `l-iimanu bishifati `th-thahaarati am laa fa

`l-jawaabu `l-iimaanu bi shifati `th-thahaarati wa `l-kufru45

bi shifati `l-

hadatsi yanqudhu.

Jamii‟u `l-‟amali46

Mas`alatun idzaa qiila laka `l-iimaanu makhluuqun aw ghayru

makhluuqin fa `l-jawaabu `l-iimaanu hidaayatu `l-Laahi ta‟aalaa wa `l-

iqraaru bi `l-lisaani wa `t-tashdiiqu bi `l-qalbi wa `l-‟amalu bi `l-

arkaani min fi‟li `l-‟abdi muhditsun li qawlihi ta‟aalaa wa `l-Laahu

khalaqakum wa maa ta‟maluuna fa `l-hidaayatu shun‟a rabbi wa huwa

ghayru makhluuqin liannahu qadiimun wa maa hashala.

16

Mina `l-qadiimi yakuunu qadiiman wa l-iqraaru wa `t-tashdiiqu min

fi‟li `l-‟abdi wa huwa muhditsun fa kulla maa hashala mina `l-muhditsi

yakuunu muhdatsan li qawlihi ta‟aalaa wa `l-Laahu khalaqakum wa

maa ta‟maluuna wa liqawlihii shalla`l-Laahu ‟alayhi wa sallaama47

khuliqa `l-iimaanu48

wa khaffahu bi `s-sahaawati `l-Laahi ta‟aalaa.

Tamat tamat tamat.

17

45

Tertulis انكفر wa `l-kufrun

46 Tertulis م ع انع jamii‟ul ‟amalu ج

47 Tertulis انسالو: عه انسالو alaihi `s-salaami [alaihi salam]‟ عه

48 Tertulis ب khuliqa `l-iimaani خهك ال

Page 77: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

TRANSLITERASI BAHASA MELAYU

Aku memulai membaca kitab ini dengan nama Allah jua yang amat

murah dalam negeri dunia dan yang mengasihani segala hambanya yang

mukmin dalam negeri akhirat. Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian

1

Page 78: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

alam. Dan rahmat Allah dan salam Allah atas pesuruhnya dan

keluarganya sekalian.

Kata syekh imam yang besar yang pertapah Abu Laits namanya

Muhammad anak Abi Nasr anak Ibrahim yang bangsa Samarqandi yang

diberi rahmat Allah atasnya

Inilah masalah jika ditanya orang akan kamu apa iman. Maka jawab

percaya aku akan Allah dan percaya aku akan segala malaikat-Nya

dan percaya aku akan segala kitab-Nya dan percaya aku akan segala

pesuruh-Nya dan percaya aku akan hari yang kemudian dan percaya aku

akan untung baik dan untung jahat daripada Allah Taala.

Inilah masalah jika ditanya orang akan kamu dan betapa percaya engkau

akan Allah. Maka jawab bahwasanya Allah Taala Esa zat-Nya dan Esa

Sifat-Nya, Yang Hidup, Yang Tahu, Yang Kuasa, Yang Mendengar,

Yang Melihat, Yang Berkehendak, Yang Berkata, Yang Kekal, Yang

Menjadikan, Tuhan dengan tiada sekutu dan tiada timbangan dan tiada

lawannya tiada seumpamanya suatu dan yaitu Yang Amat Mendengar

Yang Amat melihat.

2

Inilah masalah jika ditanya orang akan kamu dan betapa percaya engkau

dengan malaikat. Maka jawab bahwasanya malaikat itu berbahagi-

berbahagi dan setengah mereka itu menanggung ‟arsy dan setengah

mereka itu mengelilingi49

‟arsy50

dan setengah mereka itu bangsa rohani

3

49

Tertulis يعنهع mengulilingi

Page 79: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

dan setengah mereka itu bangsa kurubiyyun dan setengah mereka itu

bangsa safarah artinya Jibrail dan Mikail dan Israfil dan Izrail alaihi

salam dan setengah mereka itu memelihara dan setengah mereka itu

menulis dan lain demikian itu sekalian mereka itu. Dijadikan mereka itu

segala hamba51

Allah tiada disifatkan mereka itu.

akan laki-laki dan tiada disifatkan akan perempuan dan tiada mereka itu

syahwat dan tiada nafsu dan tiada bapak dan tiada ibu dan tiada mereka52

berbuat durhaka akan Allah barang yang disuruh Allah akan mereka itu

dan berbuat mereka itu barang yang disuruh Allah mereka itu. Dan

bermula kasih mereka itu jadi syarat iman dan benci mereka itu jadi kafir.

Inilah masalah jika ditanya orang engkau dan betapa53

percaya engkau

akan segala kitab. Maka jawab bahwasanya Allah Taala menurunkan

kitab atas segala nabi-Nya54

daripada anak putu Adam dan yaitu

4

diturunkan bukan makhluk lagi kadim dengan tiada berlawanan dan

barang siapa syak dalamnya daripada seayat atau kalimat maka

bahwasanya jadi kafir.

5

50

Tertulis عرش ‟ars

51Tertulis د: ت abiida [hamba]‟ عج

52Tertulis ل : دا ربد اي ثرثح درک عص wa [dan] la ya‟shuuna [tiada ia berbuat durhaka]

53Tertulis ثزبف betapah

54Tertulis سكم ج : جبئ anbiyaaihi [segala nabi] ا

Page 80: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Inilah masalah jika ditanya orang engkau dan berapa kitab yang

diturunkan Allah Taala atas segala nabi-Nya. Maka jawab seratus dan

empat kitab dan menurunkan Allah Taala setengah daripadanya sepuluh

kitab atas Nabi Adam alaihi salam dan menurunkan Allah Taala lima

puluh kitab atas Nabi Tsis alaihi salam.

dan menurunkan Allah ta‟ala tiga puluh kitab atas Nabi Idris alaihi salam

dan menurunkan Allah Taala sepuluh kitab atas Nabi Ibrahim alaihi

salam dan menurunkan Allah Taala kitab Taurat atas Nabi Musa alaihi

salam dan menurunkan Allah Taala kitab Injil atas Nabi Isa alaihi salam

dan menurunkan Allah Taala kitab Zabur atas Nabi Daud alaihi salam

dan menurunkan Allah Taala kitab Alquran atas Nabi Muhammad yang

dipilih shalla `l-Laahu ‟alaihi wa sallam55

.

6

Inilah masalah jika ditanya orang engkau dan betapa percaya engkau

dengan segala nabi56

. Maka jawab pertama-tama Nabi Adam dan

kesudahan nabi itu Nabi Muhammad Shalawaatu `l-Laahi atas mereka

itu sekalian. Dan57

bermula sekalian nabi itu58

mereka itu lagi menyuruh

mereka itu, lagi mengkabarkan mereka itu, lagi mengajari mereka itu,

lagi benar mereka itu, lagi munkar mereka itu, kepercayaan Allah Taala

7

55

Tertulis سهى عه [...] shalla `l-Laahu ‟alaihi wa sallam صه الله

56Tertulis جبء: داع ج bi `l-anbiyaa`i [dengan nabi] ثبل

57Tertulis Wa kulluhum [bermula sekalian nabi itu]

58Tertulis wa kulluhum [bermula sekalian nabi itu] [Adam] kaanuu [mereka itu]

Page 81: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

lagi kepelihara mereka itu daripada dosa kecil dan dosa besar. Dan59

bermula kasih mereka itu jadi syarat iman dan benci mereka itu daripada

awal dan akhir jadi kafir.

Inilah masalah jika ditanya orang engkau dan berapa60

ada nabi daripada

yang mempunyai segala syariat61

. Maka jawab enam, pertama Nabi

Adam dan kedua Nabi Nuh dan ketiga Nabi Ibrahim dan keempat Nabi

Musa dan kelima Nabi Isa dan keenam Nabi Muhammad shalawatu `l-

Laahi atas mereka itu sekalian. Dan bermula syariat62

segala nabi itu

dihapuskan dengan syariat nabi Muhammad Shalla `l-Lahu ‟alaihi wa

sallam.

Inilah masalah jika ditanya orang engkau.

8

dan berapa63

ada mereka itu daripada segala nabi. Maka jawab seratus

ribu dan empat dan dua puluh ribu nabi.

Inilah masalah jika ditanya orang engkau dan berapa64

ada mereka itu

daripada sekalian nabi yang disuruh mereka itu. Maka jawab tiga ratus

9

59

Tertulis wa muhibbatuhum [bermula kasih mereka itu]

60Tertulis ثجراف kam [beberapa] كى :

61Tertulis انطرائع: ضرعذ syaraa`i‟i [syariat]

62Tertulis عخ: سرعذ syarii‟atin [sariat] ضر

63Tertulis ثجراف kam [beberapa] كى :

Page 82: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

dan tiga belas nabi yang disuruh.

Inilah masalah jika ditanya orang engkau mengetahui nama mereka itu

dan bilangan mereka itu kepada kita jadi syarat iman atau tiada. Maka

jawab mengetahui nama mereka itu dan bilangan mereka itu tiada kepada

kita.

Jadi syarat iman karena firman Allah Taala setengah mereka itu yang aku

ceritakan atasmu dan setengah mereka itu tiadaku ceritakan atasmu ya

Muhammad.

Inilah masalah jika ditanya orang engkau dan betapa percaya engkau

kepada hari yang kemudian. Maka jawab bahwasanya Allah Taala

mematikan segala makhluk sekalian melainkan barang yang ada dalam

surga dan neraka, kemudian menghidupkan Allah akan mereka itu dan

dihimpunkan mereka itu dan dikira-kira mereka itu dan dihakimkan

antara mereka itu

10

dengan adil. Maka barang siapa ada daripada segala malaikat dan jin dan

manusia, maka bahwasanya mereka itu binasa mereka itu, maka barang

siapa ada daripada mereka itu fasik maka tiada kekal ia. Artinya tiada

kekal segala orang mukmin di dalam neraka kemudian daripada dikira-

kira dan65

adapun orang mukmin itu di dalam surga kekal mereka itu dan

tiada binasa surga dan tiada binasa isi keduanya. Dan barang siapa syak

11

64

Tertulis ثجراف kam [beberapa] كى :

65Tertulis ب : دا اداففبي fa ammaa [dan adapun]

Page 83: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

daripada segala perkara ini maka bahwasanya jadi kafir.

Inilah masalah jika ditanya orang engkau dan betapa

percaya engkau untung baik dan untung jahat daripada Allah Taala.

Maka jawab bahwasanya Allah Taala itu menjadikan makhluk dan

ditunjuk Allah akan mereka itu kepada pertunjuk dan menyuruh ia dan

munkar ia dan menjadikan Ia lawhha`l-mahfudl66

dan qalam dan

menyuruh Ia akan keduanya bahwasanya menulis keduanya akan amal

segala hambanya67

. Maka taat itu dengan hukum Allah Taala dan

takdirnya pada azali dan durhaka itu dengan hukum Allah Taala dan

takdirnya pada azali68

.

12

tetapi tiada dengan suruhnya dan dengan ridhanya. Dan mereka itu diberi

pahala mereka itu atas berbagai kebajikan dan disiksa mereka itu atas

berbuat kejahatan dan segala demikian itu dengan janji surga dan janji

neraka.

Inilah masalah jika ditanya orang engkau bermula iman itu bersuka-suka

atau tiada. Maka jawab bermula iman itu tiada bersuka-suka karena

13

66

Tertulis دا يجدك نح يحفظ اي dan menjadikan lauhul mahfudz Ia

67Tertulis انعجبد: جبس `l-‟ibaadi [hambanya]

68Tertulis wa [dan] `l-‟ishyaani [dan durhaka itu] bi qadhaai [dengan hukum] `l-Laahi [Allah]

ta‟aalaa [ta‟ala] wa [dan] `l-qadrihi [takdirnya] fi `l-azaali [pada azali]. wa `l-‟ishyaani [dan

durhaka itu] bi qadhaai [dengan hukum] `l-Laahi [Allah] ta‟aalaa [taala] wa [dan] `l-qadrihi.

[takdirnya] fii `l-azaali [pada azali].

Page 84: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

bahwasanya dalam na‟aat dan akal dan roh dan jasad

daripada anak Nabi Adam karena bahwasanya iman itu pertunjuk Allah

atasnya, maka barang siapa munkar suatu dalamnya maka bahwasanya

kafir.

Inilah masalah jika ditanya orang engkau apa yang dikehendaki iman itu.

Maka jawab bermula dikehendaki iman itu ibarat daripada tauhid.

Inilah masalah jika ditanya orang engkau bermula sembahyang dan puasa

dan zakat dan haji dan asih akan malaikat dan asih akan segala kitab dan

asih akan segala pesuruh dan untung baik dan untung jahat daripada

Allah Taala

14

dan lain daripada demikian itu daripada segala suruh69

dan munkar70

dan

mengikuti jalan sunah nabi shalla `l-Laahu ‟alaihi wa sallam daripada

iman atau tiada. Maka jawab bermula iman yaitu tauhid, dan lain

daripada demikian itu maka yaitu daripada segala syarat iman71

.

Inilah masalah jika ditanya orang engkau bermula iman itu dengan sifat

suci atau tiada. Maka jawab bermula iman itu dengan sifat suci dan kafir

itu dengan sifat hadats binasalah dengan dia

15

69

Tertulis اير: سر l-awaamiri [suruh]` ال

70Tertulis كر : ا n-nawaahi [nkar] ان

71Tertulis ضراط اب : syaraa`ithihi [syarat iman] ضرائط

Page 85: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

sekalian amal.

Inilah masalah jika ditanya orang engkau bermula iman itu makhluk atau

bukan makhluk. Maka jawab bermula iman itu pertunjuk Allah Taala dan

ikrar dengan lidah dan tasdik dengan hati dan mengerjakan dengan segala

anggota daripada perbuatan hamba baharu karena firman Allah Taala

dan72

bermula Allah yang menjadikan kamu dan barang perbuatan kamu.

Maka hidayat itu perbuatan Tuhan dan yaitu bukan makhluk karena

bahwasanya kadim dan barang yang hasil.

16

daripada kadim adanya kadim jua dan ikrarkan dan tasdikkan dalam hati

daripada perbuatan hamba dan yaitu baharu maka tiap-tiap barang yang

hasil daripada yang baharu itu adalah ia baharu jua karena firman Allah

Taala dan73

bermula Allah menjadikan kamu dan barang perbuatan kamu.

Dan karena firman nabi shalla`l-Laahu ‟alayhi wa sallaama dijadikan

iman itu dan khuffah dengan kemurahan Allah Taala.

17

72

Tertulis ثرينى هللا : الله wa `l-Laahu [bermula Allah]

73Tertulis ثرينى هللا : الله wa `l-Laahu [bermula Allah]

Page 86: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

BAB V

ANALISIS STRUKTUR DAN ISI

A. Analisis Struktur Sastra Kitab

1. Struktur Penyajian

“Masaaila ‟Aqiidatu `l-Islam” atau “MAI” digolongkan ke dalam jenis

sastra kitab. Sastra kitab memiliki struktur khas dalam penyajiannya. Unsur

pembentuk dalam sastra kitab saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

Sastra kitab pada dasarnya memiliki struktur yang tetap. Struktur penyajian sastra

kitab terdiri dari tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. Struktur

penyajian teks “Masaaila ‟Aqiidatu `l-Islam” (“MAI”) ialah sebagai berikut.

I. Pendahuluan terdiri dari sebagai berikut.

1.1 Doa dan seruan.

1.1.1 Basmalah disertai dengan terjemahan dalam bahasa Melayu. Bismi.

[aku memulai membaca kitab ini dengan nama] `l-Laahi. [Allah jua]

`r-Rahmaani. [yang amat murah dalam negeri dunia] `r-Raahiim. [dan

yang mengasihani segala hambanya yang mukmin dalam negeri

akhirat]. (“MAI”:1)

1.1.2 Hamdalah disertai dengan terjemahan dalam bahasa Melayu.

Alhamdu. [segala puji] li. [bagi] `l-Laahi. [Allah] rabbi. [Tuhan] `l-

`aalamiin. [sekalian alam] (“MAI”:1).

Page 87: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

1.1.3 Selawat kepada Nabi Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya

disertai dengan Tafsir dalam bahasa Melayu. Wa. [dan] `sh-shalaatu.

[rahmat Allah] wa `s-salaamu. [dan salam Allah] `alaa. [atas]

rasuulihii. [pesuruhnya] muhammadin. [Nabi Muhammad] wa `alaa

aalihi. [dan keluarganya] ajma`iin. [sekalian]. (“MAI”:1).

1.2 Kepengarangan

1.2.1 Nama pengarang teks “MAI” adalah Abu Laits Muhammad ibnu Abi

Nasr bin Ibrahim As-Samarqandi. [Abu Laits namanya Muhammad

anak Abi Nasr anak Ibrahim yang bangsa Samarqandi] rahmatu `l-

Laahu. [yang diberi rahmat Allah] `alaihi. [atasnya] (“MAI”: 1).

1.2.2 Gelar pengarang dalam teks “MAI” adalah `sy-syaikhu. [syaikh] `l-

imamu. [imam] `l-ajilu. [yang besar]`z-zaahidu. [yang pertapah]

(“MAI”:1).

2. Isi terdiri dari tujuh belas pertanyaan dan terbagi menjadi tiga bagian,

yaitu sebagai berikut.

2.1 Permasalahan mengenai rukun iman

2.1.1 Pasal mengenai apa yang disebut dengan iman.

2.2 Permasalahan mengenai macam atau bagian-bagian dari iman

2.2.1 Pasal mengenai cara percaya pada Allah. Bahwasanya Allah Maha

Esa, Satu, Mengetahui, Kuasa, Mendengar, Melihat, Berkehendak,

Berkata, Kekal, Pencipta, tiada sekutu dan tiada yang menya”MAI”.

Page 88: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

2.2.2 Pasal mengenai cara percaya pada malaikat-malaikat-Nya.

2.2.3 Pasal mengenai cara percaya pada kitab-Nya.

2.2.4 Pasal mengenai jumlah kitab-Nya yang harus diyakini umat Islam.

2.2.5 Pasal mengenai cara percaya pada nabi dan rasul-Nya.

2.2.6 Pasal mengenai nabi pembawa syariat.

2.2.7 Pasal mengenai jumlah nabi yang harus diyakini umat Islam.

2.2.8 Pasal mengenai rasul yang harus diyakini umat Islam.

2.2.9 Pasal mengenai pengetahuan atas nabi dan rasul beserta jumlahnya

adalah syarat iman atau tidak.

2.2.10 Pasal mengenai cara percaya kepada hari kiamat.

2.2.11 Pasal mengenai cara percaya atas kadar baik dan buruk dari Allah

2.3 Permasalahan yang lebih mendalam dari iman

2.3.1 Permasalahan mengenai datangnya iman

2.3.2 Permasalahan mengenai maksud adanya keimanan

2.3.3 Permasalahan mengenai iman dan syariat lain, seperti salat, zakat, haji,

dan puasa adalah bagian dari ittiba Nabi Muhammad

2.3.4 Permaslahan mengenai iman bersifat suci atau tidak

2.3.5 Permasalahan mengenai iman adalah makhluk atau tidak

Page 89: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Jika ditulis secara urut dalam naskah “MAI”, pertanyaan-pertanyaan tersebut ialah

sebagai berikut.

1. Apakah iman itu? (Percaya kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir,

takdir baik dan buruk dari Allah).

2. Bagaimana percaya pada Allah? Sesungguhnya Allah Maha Esa, Satu,

Mengetahui, Kuasa, Mendengar, Melihat, Berkehendak, Berkata, Kekal,

Pencipta, tiada sekutu dan tiada yang menyamai.

3. Bagaimana percaya pada malaikat-Nya?

4. Bagaimana percaya pada kitab-Nya?

5. Berapa kitab yang diturunkan Allah?

6. Bagaimana percaya pada nabi-nabi Allah?

7. Berapa nabi pembawa syariat?

8. Berapa jumlah nabi-nabi Allah?

9. Berapa jumlah nabi-nabi Mursalin (*Rasul)?

10. Apakah jumlah dan nama mereka menjadi syarat iman?

11. Bagaimana percaya akan hari akhir?

12. Bagaimana percaya qadar baik dan buruk?

13. Iman itu suka-suka atau tidak (datangnya)?

14. Apa maksud dari iman?

15. Apakah salat, puasa, zakat, haji, percaya pada malaikat, kitab, rasul, qadar

baik dan buruk merupakan suruhan, larangan, atau ittiba sunnah nabi?

16. Apakah iman berarti suci?

17. Apakah iman adalah makhluk?

Page 90: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

3. Penutup

3.1 Pada naskah “MAI” penutup ditandai dengan adanya kata tamat di akhir

karangan. Tamat tamat tamat. [Tamat tamat tamat]. (“MAI”:17)

Skema struktur penyajian teks “Masaaila ‟Aqiidatu `l-Islam” (“MAI”)

adalah sebagai berikut.

Skema 2

Struktur Penyajian Teks “MAI”

I II

1.1 (1.1.1‒1.1.2‒1.1.3) — 1.2 (1.2.1‒1.2.2) 2.1 (2.1.1) — 2.2

(2.2.1‒2.2.2‒2.2.3‒2.2.4

II

‒2.2.5‒2.2.6‒2.2.7‒2.2.8‒2.2.9‒2.2.10‒2.2.11) — 2.3

(2.3.1‒2.3.2‒2.3.3‒2.3.4‒2.3.5)

III

3.1

2. Gaya Penyajian Sastra Kitab

Teks “MAI” merupakan teks yang ditulis dalam bahasa Arab dan disertai

dengan tafsir dalam bahasa Melayu berbentuk jenggot atau gantung. Tulisan Arab

berbahasa Arab ditulis di atas kemudian bahasa Melayu dengan tulisan Arab

Melayu sebagai tafsir ditulis di bawah tulisan Arab. Bentuk tulisan atau kalimat

Page 91: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

bahasa Arab ditulis lurus dari kanan ke kiri, tetapi tafsir dalam bahasa Melayu

berbentuk miring tepat di bawah tulisan berbahasa Arab dari atas ke bawah.

Penerjemahan bentuk jenggot atau gantung berbeda dengan bentuk sastra

kitab pada umumnya yang berbentuk interlinier. Jika teks dengan bentuk

interlinier penulisan transliterasi ialah bahasa Arab ditulis terlebih dahulu dan

disusul dengan tafsir berbahasa Melayu yang mencakup satu kalimat, tetapi jika

teks berbentuk jenggot atau gantung transliterasi berdasarkan tiap kata sehingga

tiap kata dalam bahasa Arab ditulis terlebih dahulu (tidak sampai satu kalimat atau

frasa) kemudian ditulis tafsirnya yang berbahasa Melayu. Gaya penyajian tersebut

dapat dilihat pada kutipan berikut.

Alhamdu [segala puji] li [bagi] `l-Laahi [Allah] rabbi [Tuhan] `l-

‟aalamiina [sekalian alam]. Wa [dan] `sh-shalaatu [rahmat Allah]

wa `s-salaamu [dan salam Allah] ‟alaa [atas] / rasuulihii

[pesuruhnya] Muhammadin [Nabi Muhammad] wa [dan] aalihii

[keluarganya] ajma‟iin [sekalian]. Qaalaa [Kata] `sy-syaikhu [syekh]

`l-imaamu [imam] `l-ajalu [yang besar] / `z-zaahidu [yang pertapah]

Abu Laits [Abu Laits namanya] Muhammad [Muhammad] ibnu Abi

Nashri [anak Abi Nasr] bni Ibraahiima [anak Ibrahim] / `s-

Samarqandiyyu [yang bangsa Samarqandi] rahmatu `l-Laahu [yang

diberi rahmat Allah] ‟alaihi [atasnya]. (“MAI”:1).

Teks “MAI” dimulai dengan doa dengan bahasa Arab disertai tafsirnya

dalam bahasa Melayu secara jenggot atau gantung. Kemudian dipaparkan isi

sesuai dengan masalah yang dibahas, dalam hal ini ialah masalah iman. Penyajian

isi dikuatkan dengan dalil-dalil dari Alquran dan hadis serta pendapat dari ulama-

ulama masyhur. Akhir karangan ditutup dengan doa kepada Tuhan dan selawat

atas nabi beserta keluarganya dan disertai kata Tamat di akhir karangan.

Bentuk isi teks “MAI” ialah tanya-jawab, ditunjukkan dengan adanya kata

tanya tiap memulai sebuah pembahasan. Awal kalimat tanya dalam teks “MAI”

diawali dengan kata Mas`alatun idzaa yang berarti “inilah masalah jika” yang

Page 92: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

berwarna merah. Kalimat tanya di akhiri dengan pernyataan fal jawabu sekaligus

berfungsi sebagai permulaan jawaban. Kalimat jawab tersebut berakhir pada

pernyataan mas`alatun idzaa yang juga sebagai awal dari kalimat tanya, begitu

seterusnya. Gaya penyajian tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

Mas`alatun [Inilah masalah] idzaa [jika] qiila [ditanya orang] laka

[engkau] maa [apa] `l-muraadu [yang dikehendaki] `l-iimaani [iman

itu] fa [maka] `l-jawaabu [jawab] `l-iimaanu [bermula dikehendaki

iman itu] ‟ibaaratun [ibarat] ‟ani [daripada] `t-tauhiidi [tauhid].

Mas`alatun [Inilah masalah] idzaa [jika] qiila [ditanya orang] laka

[engkau] `sh-shalaatu [bermula sembahyang] wa [dan] `sh-shaumu

[puasa] wa [dan] `z-zakaatu [zakat] wa [dan] `l-hajju [haji] wa [dan]

`l-hubbu [asih akan] `l-malaaikati [malaikat] wa [dan] `l-kutubi [dan

asih akan segala kitab] wa [dan] `r-rusuli [asih akan segala pesuruh]

wa [dan] `l-qadri [dan untung] khayrihi [baik] wa [dan] syarrihi

[untung jahat] mina [daripada] `l-Laahi [Allah] ta‟aalaa [Taala].

Seperti pada kutipan di atas secara tidak langsung kata mas`alatun adalah

sebagai tanda pembuka dan penutup dalam tiap topik yang akan disampaikan

dalam teks. Meskipun tidak ditandai simbol kalimat tanya /?/, tetapi terdapat tanda

lain yang menyatakan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat tanya, yaitu kata-

kata tanya yang hadir di setiap kalimat tanya tersebut, seperti bagaimana, berapa,

apa, dan lain-lain. Kalimat tanya umunya diakhiri dengan tanda tanya sebagai

bentuk berakhirnya sebuah kalimat tanya, tetapi teks ini menggunakan sebuah

pernyataan dalam bentuk pertanyaan dalam teks ialah kata fa `l-jawaabu yang

berarti “maka jawab”. Hal tersebut hanya berada pada bagian isi teks saja karena

di bagian pendahuluan tidak diawali dengan kata mas`alatun, tetapi diawali

dengan Bismi l-Laahi r-Rahmaani r-Rahiim dan pada penutup diakhiri dengan

kata tamat.

Page 93: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

3. Pusat Penyajian Sastra Kitab

Peneliti akan membedakan penyalin dan pengarang dalam pembahasan

naskah “MAI”. Penyalin adalah seorang yang menulis buah pikir pengarang

dalam naskah “MAI”, sedangkan pengarang adalah seorang yang pendapat atau

buah pikirnya ditulis oleh penyalin dalam naskah “MAI”. Penyalin naskah “MAI”

seperti yang tertera dalam metadata adalah Duljabar dan sebagai pengarang yang

dituliskan buah pikirnya oleh penulis adalah Abu Laits As-Samarqandi.

Pembedaan tersebut dilakukan agar pembaca mendapatkan informasi yang tidak

tumpang tindih berkaitan dengan pengarang naskah “MAI” tersebut sehingga isi

yang terkandung dalam teks pun dapat dipahami secara komprehensif.

Dalam “MAI” penyalin naskah memulai menuliskan pendahuluan, yaitu

berupa bacaan basmalah, hamdalah, dan selawat atas nabi. Kemudian dilanjutkan

dengan pernyataan penyalin bahwa kitab “MAI” adalah buah pikir dari Abu Laits

As-Samarqandi, seperti tertera dalam teks sebagai berikut.

Qaalaa [Kata] `sy-syaikhu [syekh] `l-imaamu [imam] `l-ajalu [yang

besar] / `z-zaahidu [yang pertapah] Abu Laits [Abu Laits namanya]

Muhammad [Muhammad] ibnu Abi Nashri [anak Abi Nasr] bni

Ibraahiima [anak Ibrahim] / `s-Samarqandiyyu [yang bangsa

Samarqandi] rahmatu `l-Laahu [yang diberi rahmat Allah] ‟alaihi

[atasnya] (“MAI”:1).

Dari kutipan di atas, jelas bahwa teks “MAI” adalah hasil buah pikir dari

Abu Laits As-Samarqandi. Setelah pernyataan tersebut pembaca diajak untuk

masuk ke dalam dunia pengarang dan selanjutnya penyalin tidak muncul ke dalam

pikiran-pikiran pengarang.

Secara umum, pusat penyajian teks “MAI” menggunakan penyajian orang

ketiga. Akan tetapi, terdapat konteks baru setelah penyalin menulis “Kata syekh

Page 94: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

imam yang besar yang pertapah Abu Laits namanya Muhammad anak Abi Nasr

anak Ibrahim yang bangsa Samarqandi yang diberi rahmat Allah atasnya,” yaitu

pembaca seakan membaca karangan pengarang sendiri, tidak melalui penyalin

lagi. Hal tersebut yang didefiniskan pembaca masuk ke dalam dunia pengarang

melalui penyalin. Adanya dua konteks yang berbeda juga dapat dilihat bahwa

pada konteks pertama, yaitu pada pembukaan, penyalin hanya bercerita dengan

model narasi, tetapi pada konteks kedua pusat penyajian menjadi milik pengarang

dengan model percakapan.

Secara khusus, pusat penyajian teks “MAI” menggunakan orang pertama.

Meskipun tidak tertera kata ganti orang pertama dalam konteks ini, tetapi hadir

orang kedua sebagai pasangan dari orang pertama dalam percakapan. Kata ganti

orang kedua dalam teks “MAI” adalah kamu dan engkau. Percakapan yang

dimaksud dalam teks bukan berarti terdapat proses saling bertukar pikiran antara

orang pertama dan kedua, tetapi seperti yang dijelaskan di atas, pembaca layaknya

masuk ke dalam dunia pengarang sehingga pembaca merasa sedang bercakap

dengan pengarang. Hal tersebut seperti tertera dalam teks sebagai berikut.

Inilah masalah jika ditanya orang engkau dan berapa ada mereka itu

daripada segala nabi. Maka jawab seratus ribu dan empat dan dua

puluh ribu nabi. Inilah masalah jika ditanya orang engkau dan berapa

ada mereka itu daripada sekalian nabi yang disuruh mereka itu.

Maka jawab tiga ratus dan tiga belas nabi yang disuruh (“MAI”:8-9).

Pada kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengarang mengajukan

pertanyaan kepada orang kedua (pembaca) untuk menjawab pertanyaannya.

Meskipun orang kedua tidak memberikan pendapatnya, tetapi pembaca sebagai

orang kedua merasa terlibat dalam proses percakapan tersebut.

Page 95: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Adanya jawaban yang diberikan oleh penanya atau pengarang sendiri

menunjukkan bahwa pengarang bersifat „mahatahu‟, artinya pengarang tahu

segala-galanya tentang topik yang dibahas. Oleh karena itu, dalam teks “MAI”

pengarang menonjolkan peranannya sehingga terbukti bahwa teks “MAI”

merupakan jenis teks yang berisi ajaran-ajaran. Ahmad Taufiq berpendapat sastra

kitab yang membentangkan atau berisikan ajaran akan menonjolkan peranan

pengarangnya (Taufiq, 2007:63).

Ajaran-ajaran yang dibahas dalam “MAI” berkenaan dengan akidah Islam.

Oleh karena akidah merupakan hal yang fundamental dalam beragama, maka

pengarang mencoba mempergunakan metode dialog dengan mengusung

pertanyaan-pertanyaan dasar mengenai akidah. Hal tersebut dimaksudkan agar

pembaca dapat memahami ajaran-ajaran Islam, khususnya ajaran akidah Islam

yang tersampaikan melalui teks secara menyeluruh dan dapat menjadi pedoman

dalam melaksanakan kegiatan keagamaan.

4. Gaya Bahasa Sastra Kitab

Gorys Keraf (2009:112) berpendapat bahwa gaya bahasa dikenal dalam

retorika dengan istilah style. Gaya bahasa adalah kemampuan dan keahlian untuk

menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah. Gaya bahasa menjadi

bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya

pemakaian kata, frasa, atau klausa untuk menghadapi situasi tertentu. Arti lainnya,

gaya bahasa ialah cara mengungkapkan pikiran melalu bahasa secara khas yang

memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa.

Gaya bahasa sastra kitab bersifat khusus, terlihat dalam kosa kata, istilah,

kalimat, yang mempergunakan istilah-istilah Islam dan Arab. Istilah yang

Page 96: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

digunakan dalam sebuah teks tergantung pada pokok bahasannya, sepert bahasan

tentang tasawuf, fikih, akidah, dan sebagainya. Sastra kitab berisi tentang hal-hal

yang rasional‚ maka bahasa yang digunakan pun menggunakan ciri bahasa yang

ilmiah‚ yaitu objektif‚ denotatif‚ dan rasional. Diksi yang digunakan tidak

menyebabkan adanya keambiguan‚ seperti karya sastra pada umumnya (Taufiq,

2007:19). Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai kosa kata, peristilahan,

sintaksis atau tata kalimat, dan sarana retorika yang dipergunakan dalam teks

“MAI”.

a) Kosa Kata dalam Teks “MAI”

Tabel 9

Kosa Kata Serapan dari Bahasa Arab

No. Kosa Kata No. Kosa Kata No. Kosa Kata

1. kitab 13. nafsu 25. alquran

2. akhirat 14. kafir 26. Taala

3. rahmat 15. iman 27. injil

4. salam 16. nabi 28. zabur

5. syeikh 17. makhluk 29. syarat

6. malaikat 18. kadim 30. syariat

7. alaihi salam 19. syak 31. jin

Page 97: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

8. syahwat 20. masalah 32. mukmin

9. azali 21. mungkar 33. ikrar

10. rida 22. sunah 34. tasdik

11. akal 23. tauhid 35. zakat

12. jasad 24. hadas 36. haji

b) Peristilahan dalam Teks “MAI”

1) Bismi`l-Laahi`r-Rahmaani`r-Raahiim.

2) Alhamduli`l-Laahi rabbi`l-‟aalamiin.

3) Wa`sh-shalaatu wa`s-salaamu ‟alaa rasuulihii Muhammadin wa

aalihi ajma`iin.

4) shalla`l-Laahu ‟alayhi wa sallaam.

5) shalawaatu `l-Laahi ‟alayhim ajma‟iin

6) rabbun bi laa syariikin wa laa dhiddin wa laa niddin

7) laysa kamitslihi syay`un wa huwa `s-samii‟u `l-bashiir.

8) Wa kullu syarii‟atin mansuuhatun bi syarii‟atin Muhammadin shalla

`l-Laahu ‟alayhi wa sallam.

Page 98: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

c) Sintaksis

Sintaksis adalah bagian dari tatabahasa yang mempelajari dasar-dasar dan

proses-proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa (Keraf, 1982:136). Teks

“MAI” merupakan wacana berisikan kalimat-kalimat yang tersusun sedemikian

rupa sehingga memiliki arti dan maksud. Pembahasan ini akan disajikan beberapa

tatabahasa yang digunakan dalam teks “MAI” sebagai berikut.

1) Struktur dan Urutan Bahasa Melayu

Bahasa Melayu umumnya memperhatikan urutan kata. Kata yang

dirasakan terpenting dalam kalimat terletak di muka, tidak peduli subjek atau

predikat. Predikat bisa mendahului subjek atau menyusul subjek terjadi menurut

keperluannya. (Ophuysen, 1983:58). Hal ini berlaku pada teks “MAI” yaitu

sebagai berikut.

Kata syekh imam yang besar yang pertapah Abu Laits namanya

Muhammad anak Abi Nasr anak Ibrahim yang bangsa Samarqandi.

Percaya aku akan Allah dan percaya aku akan segala malaikat-Nya

dan percaya aku akan segala kitab-Nya dan percaya aku akan segala

pesuruh-Nya dan percaya aku akan hari yang kemudian dan percaya

aku akan untung baik dan untung jahat daripada Allah Taala

(“MAI”:1-2).

Pada kutipan di atas jelas bahwa predikat mendahului subjek, yaitu kata

kata menjadi predikat yang mendahului subjek syekh imam yang besar yang

pertapah Abu Laits ... Hal ini membuktikan bahwa susunan dalam bahasa Melayu

tidak berstruktur S+P+O+K secara berurutan, tetapi kata-kata tersebut tersusun

sesuai dengan kepentingan dalam kalimat tersebut. Pada kalimat tersebut, jelas

bahwa kata yang dipentingkan adalah kata kata. Maksudnya adalah bahwa yang

lebih perlu diperhatikan adalah perkataan atau ucapan dari Abu Laits. Kalimat

selanjutnya kata percaya sebagai predikat yang juga mendahului subjek aku. Hal

Page 99: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

yang dipentingkan dalam kalimat ini adalah kata kerja percaya karena konteks

kalimat tersebut membahas tentang keimanan yang notabene berkaitan erat

dengan kata kerja percaya.

Dalam bahasa Melayu terdapat peraturan menerangkan-diterangkan, yaitu

kata yang menerangkan tampil di muka dan dilanjutkan dengkan kata yang

diterangkan. Contoh: rumah penghulu, anak raja (Ophuysen, 1983:49). Pada teks

“MAI” berlaku tatabahasa tersebut, yaitu sebagai berikut. “kitab-Nya, pesuruh-

Nya.” (“MAI”:2). “anak putu Adam.” (“MAI”:4). “syariat nabi Muhammad.”

(“MAI”:8). “hukum Allah Taala.” (“MAI”:12). “sunah nabi shalla `l-Laahu

„alaihi wa sallam.” (“MAI”:15). “perbuatan kamu.” (“MAI”:16). Pada frasa

pertama kata kitab sebagai kata yang menerangkan dan kata –Nya (Allah) sebagai

kata yang diterangkan. Begitu juga pada frasa syariat Nabi Muhammad, kata

syariat menjadi kata yang menerangkan dan Nabi Muhammad menjadi kata yang

diterangkan. Kata syariat menjadi jelas maksudnya ketika ditambah Nabi

Muhammmad sebagai hal yang diterangkan sehingga tidak ada perlu pertanyaan

lagi, seperti syariat apa, syariat siapa, dan lain-lain. Contoh lain pada frasa

perbuatan kamu. Kata perbuatan menjadi kata yang menerangkan dan kata kamu

menjadi kata yang diterangkan. Hal tersebut menandakan bahwa kata yang

menerangkan adalah hal yang pokok, tetapi kurang jelas maksud dan artinya tanpa

ditambah dengan kata yang diterangkan sehingga tidak perlu lagi ada pertanyaan

perbuatan apa, perbuatan siapa, dan lain-lain.

Berkaitan dengan kata sifat atau adjektiva dalam bahasa Melayu dapat

digunakan sebagai predikat atau atribut. Sebagai predikat, adjektiva dapat

mendahului dan mengikuti subjek. Contoh: Sakit adikku, adikku sakit, wangi

Page 100: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

bunga, bunga wangi. Adjektiva yang digunakan sebagai atribut selalu terletak

sesudah nomina, tidak pada sebelumnya. Contoh: Guru tua. Orang Melayu yang

akan menekankan sebuah adjektiva akan menambahkan kata yang sebelum

adjektiva tersebut agar arti tidak dipertentangkan, contoh guru yang tua itu akan

memiliki perbedaan arti dengan guru tua itu. Pada contoh pertama yang dimaksud

adalah seorang yang (memang) tua, tetapi contoh kedua bisa berarti belum tentu

tua. Maka dari itu, biasanya sebuah adjektiva sebagai atributif akan didahului kata

yang (Ophuysen, 1983:87-88). Dalam teks “MAI” terdapat penekanan adjektiva

dengan kata yang, yaitu “Syekh imam yang besar yang pertapah” (“MAI”:1).

“Allah jua yang amat murah” (“MAI”:1). “Bahwasanya Allah Taala Yang Hidup,

Yang Tahu, Yang Kuasa” (“MAI”:2).

Dalam melukiskan atau mengekspresikan sebuah sifat dan perangai

seseorang, biasanya dikhususkan bagian-bagian yang benar-benar perlu dikenali

sifat itu. Contoh: merah mukanya, pucat mukanya. Aku lapar biasanya diganti

lapar perutku (Ophuysen, 1983:92). Hal seperti itu juga ditemui dalam teks

“MAI”, yaitu “Esa zat-Nya dan Esa Sifat-Nya” (“MAI”:1). Kutipan tersebut

menyatakan bahwa kata esa merupakan sifat yang belum jelas sehingga perlu

ditambah dengan kata-kata yang menerangkan sifat tersebut, seperti kata zat dan

sifat. Artinya bahwa Allah memiliki zat yang Esa dan sifat yang Esa. Kata sifat

dan zat adalah bagian-bagian khusus yang perlu digunakan untuk menyatakan

kata esa.

Sebuah nomina disertai dua atau lebih banyak adjektiva, maka biasanya

adjektiva tersebut tidak dihubungkan oleh kata dan, melainkan kata lagi atau kata

Page 101: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

serta. Contoh: Penghulu kami kaya lagi (serta) murah (Ophuysen, 1983:94-95).

Dalam teks “MAI” ditemukan beberapa contoh sebagai berikut.

Allah Taala menurunkan kitab atas segala nabi-Nya daripada anak

putu Adam dan yaitu diturunkan bukan makhluk lagi kadim

(“MAI”:4-5). Dan bermula sekalian nabi itu mereka itu lagi benar

mereka itu, lagi mungkar mereka itu, kepercayaan Allah Taala lagi

kepelihara mereka itu daripada dosa kecil dan dosa (“MAI”:7).

Pada kutipan pertama halaman 4-5 di atas, ditemukan dua adjektiva yaitu

kata bukan makhluk dan kata kadim. Kedua adjektiva tersebut mengacu pada

nomina kitab sehingga berarti kitab bukan makhluk lagi kadim. Kutipan kedua

halaman tujuh, ditemukan tiga adjektiva, yaitu benar, mungkar, dan kepelihara

(terpelihara dari dosa besar dan kecil). Ketiga adjektiva tersebut menyifati nomina

nabi sehingga dapat diartikan nabi itu benar, mungkar dari larangan Allah, dan

terpelihara dari dosa besar dan kecil. Dari penjelasan di atas kata hubung yang

digunakan bukan kata dan, melainkan kata lagi yang artinya sama dengan kata

dan.

Dalam tatabahasa Melayu, terdapat bentuk kalimat bahwa agen (pelaku)

menyusul bentuk prefiks di-. Contoh dibunuh raja kami. Raja di sini sebagai agen,

artinya rajalah yang membunuh, bukan raja sebagai pasien atau raja yang

terbunuh. (Ophuysen, 1983:121). Pada “MAI” dikutipkan beberapa contoh

sebagai berikut, “Inilah masalah jika ditanya orang akan kamu apa iman.”

(“MAI”:1). “disuruh Allah akan mereka itu.” (“MAI”:4). “berapa kitab yang

diturunkan Allah Taala atas segala nabi-Nya.” (“MAI”:5). “Allah Taala itu

menjadikan makhluk dan ditunjuk Allah akan mereka itu.” (“MAI”:12). Pada

kutipan pertama sebagai verba adalah ditanya dan sebagai agen adalah kata orang

sehingga maksudnya adalah orang bertanya kepada kamu, bukan menjadi orang

Page 102: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

ditanya oleh kamu. Kutipan kedua sebagai verba adalah kata disuruh dan sebagai

agen adalah Allah sehingga maksudnya adalah Allah menyuruh kepada mereka,

bukan Allah disuruh mereka. Kutipan ketiga sebagai verba adalah kata diturunkan

dan sebagai agen adalah Allah sehingga maksudnya Allah menurunkan kitab

kepada para nabi-Nya. Kutipan keempat sebagai verba adalah kata ditunjuk dan

sebagai agen adalah Allah sehingga maksudnya adalah Allah menunjuk mereka,

bukan mereka menunjuk Allah.

Pronomina posesif (kepemilikan) menduduki tempat pertama, sedangkan

pronomina demonstratif mengisi tempat terakhir. Contoh: Guru kami yang mati

itu. (Ophuysen, 1983:91-92). Hal tersebut ditemukan dalam teks “MAI”, yaitu

“segala hamba Allah tiada disifatkan mereka itu.” (“MAI”:3). Pada kutipan di

atas, frasa hamba Allah merupakan pronomina posesif dan kata itu merupakan

pronomina demonstratif sehingga letak pronomina posesif mendahului pronomina

demonstratif, yaitu hamba Allah --- itu.

2) Kata-Kata Khusus dalam Bahasa Melayu

Mengenai bentuk numeral dalam bahasa Melayu hanya digunakan kata

berapa (Ophuysen, 1983:111). Berapa merupakan kata tanya yang menyatakan

jumlah, ukuran, nilai, harga, satuan, waktu (KBBI:176). Dalam teks “MAI”

tertulis sebagai berikut.

Inilah masalah jika ditanya orang engkau dan berapa kitab yang

diturunkan Allah Taala atas segala nabi-Nya.” (“MAI”:5). “Inilah

masalah jika ditanya orang engkau dan berapa ada nabi daripada

yang mempunyai segala syariat.” (“MAI”:8). “Inilah masalah jika

ditanya orang engkau dan berapa ada mereka itu daripada segala

nabi.” (“MAI”:9). “Inilah masalah jika ditanya orang engkau dan

berapa ada mereka itu daripada sekalian nabi yang disuruh mereka

itu (“MAI”:9).

Page 103: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Penggunaan kata berapa pada teks “MAI” berdasarkan kutipan di atas

menyatakan jumlah. Kutipan pertama menyatakan jumlah kitab yang diturunkan

Allah kepada nabi, kutipan kedua menyatakan jumlah nabi pembawa syariat,

kutipan ketiga menyatakan jumlah nabi yang diturunkan Allah, dan kutipan

keempat menyatakan jumlah rasul di antara para nabi tersebut.

Selain kata berapa terdapat kata yang menunjukkan jumlah dalam bahasa

Melayu seperti, beberapa, banyak, dan segala yang menyatakan jumlah. Apabila

kata-kata tersebut tampil di muka nomina, maka nomina tersebut dinyatakan

jamak. Khusus mengenai segala bahwa kata tersebut terutama digunakan dalam

Tafsir karya Arab. Setiap kata benda yang diberi artikel al di dalamnya untuk

menandakan seluruh jenis yang bersangkutan didahului oleh segala dalam bahasa

Melayu (Ophuysen, 1983:45).

Allah Taala mematikan segala makhluk sekalian melainkan barang

yang ada dalam surga dan neraka (“MAI”:10). Maka barang siapa

ada daripada segala malaikat dan jin dan manusia, maka bahwasanya

mereka itu binasa mereka itu (“MAI”:11). Tiada kekal segala orang

mukmin di dalam neraka (“MAI”:11). Asih akan segala kitab dan

asih akan segala pesuruh (“MAI”:14).

Pada kutipan “MAI” halaman sepuluh, nomina makhluk dikategorikan

sebagai jamak karena sebelumnya terdapat kata segala, artinya Allah mematikan

makhluk yang tidak tunggal, tetapi banyak. Dalam teks Arab tertulis Anna `l-

Laaha ta‟aalaa yumiitu `l-khalaaiqa terdapat artikel al pada kata khalaaiqa yang

artinya segala makhluk. Kutipan kedua halaman sebelas, nomina malaikat, jin,

dan manusia dikategorikan sebagai kata jamak dengan tanda kata segala sebelum

nomina-nomina tersebut. Kutipan ketiga halaman sebelas, nomina mukmin

bersifat jamak. Artinya semua mukmin tidak akan kekal dalam neraka. Kutipan

keempat halaman empat belas, nomina kitab dikategorikan sebagai jamak karena

Page 104: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

terdapat kata segala sebelum nomina tersebut. Artinya bahwa kitab yang

dimaksudkan dalam teks bukanlah kitab tertentu, tetapi semua kitab yang

diturunkan Allah kepada para nabi.

Berkaitan dengan kata hubung dalam bahasa Melayu, konjungsi atau kata

hubung dalam tatabahasa Melayu sering dihilangkan pada dua hal substanstif

yang saling mengikuti dan saling bertalian secara genitif, seperti bapak ibu; kata

konjungsi dan dihilangkan. (Ophuysen, 1983:55). Hal tersebut ditemukan dalam

teks “MAI” yaitu, “Allah Taala menurunkan kitab atas segala nabi-Nya daripada

anak putu Adam.” (“MAI”:4). Frasa anak putu berasal dari dua kata yang saling

berhubungan dan bertalin, yaitu kata anak dan putu. Oleh karena itu, tidak perlu

dihubungkan dengan konjungsi. Meskipun demikian, frasa tersebut tetap memiliki

arti penambahan, yaitu anak dan putu (anak ditambah putu).

Kata oleh adalah kata yang dapat menjelaskan secara khusus tugas agen

(pelaku). Sebaliknya, terdapat pula kata yang dapat menunjuk secara khusus tugas

pasien, yaitu kata akan (Ophuysen, 1983:122). Dalam teks “MAI” ditemukan kata

akan sebagai kata penunjuk pasien (penderita), yaitu sebagai berikut.

dan percaya aku akan segala kitab-Nya dan percaya aku akan segala

pesuruh-Nya dan percaya aku akan hari yang kemudian dan percaya

aku akan untung baik dan untung jahat daripada Allah Taala

(“MAI”:2). Menghidupkan Allah akan mereka itu (“MAI”:10). Asih

akan malaikat dan asih akan segala kitab dan asih akan segala

pesuruh (“MAI”:14).

Kutipan pertama halaman dua terdapat beberapa pasien, yaitu segala kitab,

segala pesuruh, hari yang kemudian, dan untung baik dan untung jahat. Tanda

nomina di atas berkedudukan sebagai pasien ditunjukkan dengan adanya kata

akan sebelum nomina-nomina tersebut. Pelaku atau agen pada kutipan pertama

adalah kata aku dan sebagai kata kerja atau verba adalah kata percaya. Kutipan

Page 105: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

kedua halaman sepuluh kata Allah bertindak sebagai pelaku dan kata

menghidupkan sebagai kata kerja. Untuk pasien dari kalimat tersebut adalah kata

mereka karena didahului kata akan sebagai tanda penunjuk pasien. Sama halnya

dengan kutipan pertama dan kedua, pasien malaikat, kitab, dan pesuruh juga

didahului dengan kata akan sehingga menunjukkan tugas pasien.

Pronomina demonstratif (rumah ini, itu buku, jari ini, dan lain-lain)

sebagai subjek tidak dapat ditentukan letaknya, sedangkan sebagai predikat dapat

terletak di awal dan di depan, dan sebagai keterangan atributif terletak di

belakang. Contoh: rumah ini, rumah kami yang besar ini (Ophuysen, 1983:64).

Pronomina demonstratif ditemukan dalam teks “MAI”, yaitu “Aku memulai

membaca kitab ini” (“MAI”:1). “Dan barang siapa syak daripada segala perkara

ini, maka bahwasanya jadi kafir.” (“MAI”:11). Kutipan di atas merupakan

penggunaan pronomina demonstratif sebagai atribut sehingga letaknya di

belakang kalimat.

Berkenaan dengan waktu pengucapan dalam tatabahasa Melayu, bila suatu

hal sudah diucapkan, akan digunakan kata itu, sedangkan bila hal yang akan

diucapkan akan digunakan kata ini. Contoh: itulah yang kudengar tadi, inilah

larangan raja kami (Ophuysen, 1983:65). Perbedaan tersebut dapat ditemui dalam

tesk “MAI” sebagai berikut.

Inilah masalah jika ditanya orang akan kamu apa iman (“MAI”:1).

Inilah masalah jika ditanya orang engkau dan betapa percaya engkau

kepada hari yang kemudian (“MAI”:11). Bahwasanya malaikat itu

berbahagi-berbahagi dan setengah mereka itu menanggung ‟arsy dan

setengah mereka itu mengelilingi ‟arsy dan setengah mereka itu

bangsa rohani dan setengah mereka itu bangsa kurubiyyun dan

setengah mereka itu bangsa sepihak artinya Jibrail dan Mikail dan

Israfil dan Izrail alaihi salam dan setengah mereka itu memelihara

dan setengah mereka itu menulis dan lain demikian itu sekalian

Page 106: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

mereka itu (“MAI”:3). Dan bermula sekalian nabi itu mereka itu lagi

mengkabarkan mereka itu, lagi menyuruh mereka itu, lagi mengajari

mereka itu, lagi benar mereka itu, lagi mungkar mereka itu,

kepercayaan Allah Taala lagi kepelihara mereka itu daripada dosa

kecil dan dosa besar (“MAI”:7).

Kutipan pertama halaman satu dan sebelas menyatakan bahwa kalimat

tersebut belum terjadi. Hal tersebut ditandai dengan adanya kata ini sebagai

penanda bahwa ujaran tersebut belum terjadi. Ditambah lagi dengan kata jika

yang berkonotasi pada hal yang belum terjadi. Kutipan ketiga dan keempat

menyatakan ujaran yang sudah terjadi. Hal tersebut ditandai dengan adanya kata

itu. Pada kutipan ketiga tertulis pula kata bantu bahwa yang menyatakan telah

terjadi hal tersebut, artinya para malaikat memang terbagi-bagi jenisnya,

merupakan bangsa roh, terpelihara dari dosa, dan memiliki tugas yang berbeda-

beda seperti mengelilingi arsy, menanggung arsy, dan lain-lain. Pada kutipan

keempat tertulis kata bermula yang artinya awal atau pokok asal sehingga ketika

ujaran tersebut telah terjadi dari awal, artinya nabi itu dari pokok asalnya diajari

oleh Allah, dijaga Allah dari perbuatan maksiat, terpelihara dari larangan-larangan

Allah, dan lain-lain.

d) Sarana Retorika

1) Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat

a. Paralelisme adalah semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai

kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa-farasa yang menduduki

fungsi dan gramatikal yang sama (Gorys Keraf, 2009:126). Gaya paralelisme

juga digunakan dalam teks “MAI” yaitu,“Dijadikan mereka itu segala hamba

Allah tiada disifatkan mereka itu akan laki-laki dan tiada disifatkan akan

perempuan. (“MAI”:4). “Dan mereka itu diberi pahala mereka itu atas

Page 107: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

berbagai kebajikan dan disiksa mereka itu atas berbuat kejahatan dan segala

demikian itu dengan janji surga dan janji neraka.” (“MAI”:13).

Kutipan pertama halaman empat menyatakan gaya bahasa paralel dengan

adanya frasa tiada disifatkan berulang agar makna yang ditimbulkan sejajar,

yaitu sejajar antara sifat laki-laki dan sifat perempuan. Kutipan kedua

memiliki gaya sejajar, yaitu kata diberi pahala dan kata disiksa. Keduanya

sama-sama menduduki struktur gramatikal predikat dan sama-sama

berimbuhan afiks di-.

b. Antitesis sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan yang bertentangan

dengan menggunakan kelompok kata yang berlawanan. Contoh: Mereka

sudah kehilangan banyak dari harta bendanya, tetapi mereka juga telah

banyak memperoleh keuntungan daripadanya (Keraf, 2009:126).

Maka jawab bahwasanya Allah Taala mematikan segala makhluk

sekalian melainkan barang yang ada dalam surga dan neraka

(“MAI”:10). Maka taat itu dengan hukum Allah Taala dan takdirnya

pada azali dan durhaka itu dengan hukum Allah Taala dan takdirnya

pada azali tetapi tiada dengan suruhnya dan dengan ridhanya

(“MAI”:12-13).

Kutipan di atas termasuk ke dalam gaya bahasa antitesis, yaitu mengandung

gagasan yang bertentangan dengan kelompok kata yang berlawanan.

Meskipun tidak terdapat kata tetapi pada kutipan pertama halaman sepuluh,

tetapi terdapat kata melainkan yang dapat menggantikan fungsi kata tetapi

sehingga gagasan yang bertentangan tetap terlihat dalam gagasan tersebut.

Pertentangan pada kutipan pertama adalah bahwa Allah akan mematikan

semua makhluk kecuali yang ada di surga dan neraka. Kutipan kedua terdapat

kata tetapi sehingga jelas ujaran tersebut adalah gaya bahasa pertentangan.

Page 108: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Pertentangan kutipan kedua adalah bahwa semua makhluk dapat menentukan

taat atau durhaka kepada Allah, tetapi hal tersebut tidak akan terjadi tanpa

adanya perintah dan rida-Nya.

c. Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang

dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.

Contoh: masyarakat harus tahu kebudayaan, tahu bagaimana berkelakuan,

tahu menafsirkan kelakuan sesamanya, dan tahu menghormati perbedaan

yang lainnya (Keraf, 2009:127). Dalam teks “MAI” ditemukan beberapa gaya

repetisi, yaitu sebagai berikut.

Percaya aku akan Allah dan percaya aku akan segala malaikat-Nya

dan percaya aku akan segala kitab-Nya dan percaya aku akan segala

pesuruh-Nya dan percaya aku akan hari yang kemudian dan percaya

aku akan untung baik dan untung jahat daripada Allah Taala

(“MAI”:1-2). Menurunkan Allah Taala setengah daripadanya

sepuluh kitab atas Nabi Adam alaihi salam dan menurunkan Allah

Taala lima puluh kitab atas Nabi Tsis alaihi salam dan menurunkan

Allah Taala tiga puluh kitab atas Nabi Idris alaihi salam dan

menurunkan Allah Taala sepuluh kitab atas Nabi Ibrahim alaihi

salam dan menurunkan Allah Taala kitab Taurat atas Nabi Musa

alaihi salam dan menurunkan Allah Taala kitab Injil atas Nabi Isa

alaihi salam dan menurunkan Allah Taala kitab Zabur atas Nabi

Daud alaihi salam dan menurunkan Allah Taala kitab Alquran atas

Nabi Muhammad yang dipilih (shalla `l-Laahu „alaihi wa sallam)

(“MAI”:5-6).

Kutipan pertama halaman satu sampai dua terdapat pengulangan frasa

percaya aku akan. Frasa tersebut merupakan bagian dari kalimat yang

dianggap penting untuk memberikan tekanan pada konteks kalimat tersebut.

Konteks kalimat di atas ialah mengenai pengertian dari iman yang memiliki

arti umum proses percaya seorang hamba. Maka dari itu, kata percaya aku

pada kutipan tersebut selalu diulang sebagai penekanan dari makna iman.

Pada kutipan kedua terdapat menurunkan Allah Taala kitab. Hal tersebut

Page 109: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

merupakan penekanan dan dianggap penting terhadap konteks kalimat, yaitu

jumlah kitab yang diturunkan Allah kepada nabi-Nya sehingga frasa

menurunkan Allah Taala kitab selalu diulang.

2) Gaya Bahasa Retoris

a. Anastrof adalah gaya bahasa yang menggunakan cara membalikkan susunan

kata yang biasa dalam kalimat. Contoh: pergilah ia meninggalkan kami (ia

pergi meninggalkan kami), keheranan kami melihat perangainya (kami

keheranan melihat perangainya), dan lain-lain (Gorys Keraf, 2009:130).

Dalam penyampaiannya, teks “MAI” juga menggunakan gaya anastrof, yaitu

pada kalimat-kalimat sebagai berikut.

Kata syekh imam yang besar yang pertapah Abu Laits namanya

(“MAI”:1). Maka jawab percaya aku akan Allah (“MAI”:1). Dan

menurunkan Allah Taala kitab Taurat atas Nabi Musa alaihi salam

(“MAI”:6). Dan menjadikan Ia lawhha`l-mahfudl dan qalam dan

menyuruh Ia akan keduanya (“MAI”:12).

Pada dasarnya urutan kata dalam kalimat pada bahasa Melayu tidak pasti. Hal

tersebut dikarenakan karena adanya pemilihan kata yang dianggap penting

dan tidak penting. Kata penting biasanya akan ditaruh di muka kalimat.

Kutipan pertama halaman pertama merupakan susunan yang tidak biasa,

tersusun dengan cara tidak biasa. Susunan biasa yang dimaksudkan pada

kutipan pertama adalah “Syekh imam yang besar yang pertapah Abu Laits

namanya (ber)kata.” Akan tetapi, dalam teks susunannya dibalik, yaitu

predikat diletakkan sebelum subjek. Kutipan kedua halaman pertama

memiliki susunan yang tidak biasa, susunan biasa yang sering diujarkan ialah

“aku percaya akan Allah”. Akan tetapi, dalam teks, susunannya menjadi

predikat mendahului subjek. Sama halnya dengan kutipan pertama dan kedua,

Page 110: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

kutipan ketiga memiliki susunan yang tidak biasa. Susunan yang biasa

diujarkan ialah “Allah Taala menurunkan kitab Taurat atas Nabi Musa alaihi

salam”. Dalam teks, susunannya menjadi predikat tampil di muka sebelum

subjek. Kutipan keempat sedikit berbeda karena terdapat dua kata kerja di

dalamnya. Kutipan yang biasa diujarkan menjadi “Dan Ia menjadikan

lawhha`l-mahfudl dan qalam dan Ia menyuruh akan keduanya.” Dalam teks

susunan tersebut dibalik, yaitu predikat mendahului subjek dan objek.

b. Asindenton adalah gaya yang berupa acuan yang bersifat padat dan mampat,

yaitu kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata

sambung, biasanya dipisah dengan koma. Contoh: dan kesesakan, kepedihan,

kesengsaraan, kesakitan, detik-detik penghabisan orang melepaskan nyawa

(Gorys Keraf, 2009:131). Gaya bahasa asindenton terlihat dalam beberapa

bagian teks “MAI”, “Yang Hidup, Yang Tahu, Yang Kuasa, Yang

Mendengar, Yang Melihat, Yang Berkehendak, Yang Berkata, Yang Kekal,

Yang Menjadikan Yang Amat Mendengar Yang Amat melihat.” (“MAI”:2).

Kutipan di atas merupakan bentuk dari gaya asindenton. Kata-katanya

sederajat, yaitu masuk golongan predikat dalam bentuk adjektiva. Kalimat

sempurnanya ialah “Allah Yang Hidup, Yang Tahu, Yang Kuasa ...” Selain

itu, terlihat bahwa tidak ada kata sambung di dalamnya.

c. Polisindenton adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari asindenton.

Beberapa kata, frasa, atau klausa dihubungkan dengan kata sambung. Contoh:

dan kemanakah kekasih yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah

pada gelap dan dingin yang bakal menemui kekasihnya (Gorys Keraf,

Page 111: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

2009:131). Dalam teks “MAI” ditemukan banyak gaya polisindenton, yaitu

sebagai berikut.

Dan rahmat Allah dan salam Allah (“MAI”:1). Percaya aku akan

Allah dan percaya aku akan segala malaikat-Nya dan percaya aku

akan segala kitab-Nya dan percaya aku akan segala pesuruh-Nya dan

percaya aku akan hari yang kemudian dan percaya aku akan untung

baik dan untung jahat daripada Allah Taala (“MAI”:1-2). Dan

setengah mereka itu menanggung ‟arsy dan setengah mereka itu

mengelilingi ‟arsy dan setengah mereka itu bangsa rohani dan

setengah mereka itu bangsa kurubiyyun dan setengah mereka itu

bangsa sepihak artinya Jibrail dan Mikail dan Israfil dan Izrail alaihi

salam dan setengah mereka itu memelihara dan setengah mereka itu

menulis dan lain demikian itu sekalian mereka itu (“MAI”:3). Dan

tiada disifatkan akan perempuan dan tiada mereka itu syahwat dan

tiada nafsu dan tiada bapak dan tiada ibu dan tiada mereka berbuat

durhaka akan Allah barang yang disuruh Allah akan mereka itu dan

berbuat mereka itu barang yang disuruh Allah mereka itu. Dan

bermula kasih mereka itu jadi syarat iman dan benci mereka itu jadi

kafir (“MAI”:4). Pertama Nabi Adam dan kedua Nabi Nuh dan

ketiga Nabi Ibrahim dan keempat Nabi Musa dan kelima Nabi Isa

dan keenam Nabi Muhammad shalawatu `l-Laahi atas mereka itu

sekalian (“MAI”:8). Dan dihimpunkan mereka itu dan dikira-kira

mereka itu dan dihakimkan antara mereka itu (“MAI”:10). Dan

ikrarkan dan tasdikkan (“MAI”:17).

Beberapa kutipan di atas menunjukkan bahwa teks “MAI” banyak

dipengaruhi oleh gaya polisindenton. Hal tersebut dikarenakan adanya

pengaruh dengan bahasa Arab yang selalu menyelipkan kata sambung wa

(dan) pada tiap kata yang dihubungkan.

d. Kiasmus adalah semacam acuan yang terdiri dari dua bagian yang sifatnya

berimbang dan dipertentangkan satu sama lain, tetapi susunannya terbalik bila

dibandingkan dengan frasa atau klausa lainnya. Contoh: Semua kesabaran

kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan kami untuk melanjutkan usaha

itu (Gorys Keraf, 2009:132). Gaya bahasa kiasmus ditemukan dalam teks

“MAI”, yaitu “Bahwasanya Allah Taala itu menjadikan makhluk dan

ditunjuk Allah akan mereka itu kepada pertunjuk.” (“MAI”:12).

Page 112: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Kutipan di atas merupakan gaya kiasmus karena terdapat dua kalimat yang

sejajar dan dipertentangkan, tetapi susunan kata yang kedua dibalik. Kalimat

pertama adalah Allah Taala menjadikan makhluk dan kalimat kedua adalah

Allah menunjukkan mereka itu kepada petunjuk. Akan tetapi, kalimat kedua

menjadi berubah susunannya setelah disejajarkan dengan kalimat kedua, yaitu

predikat mendahului subjek; ditunjuk Allah akan mereka itu kepada petunjuk.

3) Gaya Bahasa Kiasan

a. Persamaan atau simile adalah perbandingan yang eksplisit, yaitu

mengungkapkan sesuatu dengan menyatakan sesuatu yang sama dengan hal

lain (kata-kata: seperti, bagaikan, sama, laksana, dan sebagainya). Contoh:

kikirnya seperti kepiting batu, matanya seperti bintang timur, dan lain-lain

(Gorys Keraf, 2009:138). Dalam teks “MAI” ditemukan beberapa ujaran yang

menggunakan gaya simile, “iman itu dengan sifat suci dan kafir itu dengan

sifat hadats.” (“MAI”:15). “Iman itu ibarat daripada tauhid.” (“MAI”:14).

Terdapat dua ungkapan yang menggunakan gaya simile pada kutipan pertama

halaman lima belas, yaitu iman itu dengan sifat suci dan iman itu dengan sifat

hadats. Meskipun tidak ada kata-kata persamaan di dalamnya, seperti

laksana, bagaikan, sama, dan lain-lain, tetapi jelas bahwa kedua ujaran

tersebut merupakan perbandingan yang eksplisit, yaitu menyatakan sesuatu

yang sama dengan hal lain. Ujaran pertama kata iman disamakan dengan sifat

suci, sedangkan pada ujaran kedua kata kafir disamakan dengan sifat hadas

atau najis. Kutipan kedua halaman empat belas terdapat ujaran “iman itu

ibarat daripada tauhid.” Ujaran tersebut merupakan penggunaan gaya simile

karena terdapat perbandingan antara kata iman dan tauhid. Tauhid merupakan

Page 113: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

bentuk mengesakan kepada Allah artinya hal yang paling pokok dari iman

adalah mengesakan Allah Swt. Dalam perbandingan kedua kata tersebut

ditandai dengan kata ibarat yang berarti perkataan atau cerita yang dipakai

sebagai perumpamaan (KBBI:515).

b. Sinisme adalah sindiran berupa kesangsian yang mengandung ejekan, lebih

pedih dari ironi. Contoh: tidak diragukan lagi bahwa anda adalah orangnya

sehingga semua kebijaksanaan akan lenyap bersamamu! (Gorys Keraf,

2009:143) “Maka barang siapa mungkar suatu dalamnya maka bahwasanya

kafir.” (“MAI”:14). “Dan barang siapa syak daripada segala perkara ini

maka bahwasanya jadi kafir.” (“MAI”:11).

Kata kafir pada kutipan di atas terlalu pedih untuk diujarkan karena kafir

sudah tidak lagi termasuk ke dalam golongan yang bisa masuk ke dalam

surga. Memang benar seorang kafir tidak akan masuk ke dalam surga, tetapi

sebelum dia meninggal dunia seorang tidak boleh menyatakan ia kafir karena

mungkin orang tersebut dapat bertobat dan kembali masuk ke dalam Islam.

Kata kafir pada ujaran di atas merupakan sindiran keras untuk orang-orang

yang mungkar terhadap perkara-perkara yang harus diyakini agar dapat

menjadi dorongan untuk bertobat dan berpikir tentang kemungkarannya

sehingga akan mengubah kemungkarannya menjadi sebuah kepatuhan dan

keimanan.

Page 114: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

B. ANALISIS ISI

Teks “Masaaila ‟Aqiidatu `l-Islam” (“MAI”) berisikan tentang ajaran

akidah yang dikarang oleh Abu Laits As-Samarqandi. Teks ini membicarakan

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keimanan, baik berupa definisi iman,

maupun bagian-bagian dari rukun iman.

Teks “MAI” menggunakan bentuk tanya jawab dalam penyampaian isi

kandungannya. Teks “MAI” berisikan tujuh belas pertanyaan yang berkaitan

dengan iman. Pembahasan iman dalam “MAI” berkontekskan pada ajaran Islam,

yaitu ihwal-ihwal mengenai keimanan dalam ajaran Islam. Tujuh belas pertanyaan

tersebut, yaitu sebagai berikut.

1. Apakah iman itu? (Percaya kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir,

takdir baik dan buruk dari Allah).

2. Bagaimana percaya pada Allah? Sesungguhnya Allah Maha Esa, Satu,

Mengetahui, Kuasa, Mendengar, Melihat, Berkehendak, Berkata, Kekal,

Pencipta, tiada sekutu dan tiada yang menyamai.

3. Bagaimana percaya pada malaikat-Nya?

4. Bagaimana percaya pada kitab-Nya?

5. Berapa kitab yang diturunkan Allah?

6. Bagaimana percaya pada nabi-nabi Allah?

7. Berapa nabi pembawa syariat?

8. Berapa jumlah nabi-nabi Allah?

9. Berapa jumlah nabi-nabi Mursalin (*Rasul)?

10. Apakah jumlah dan nama mereka menjadi syarat iman?

11. Bagaimana percaya akan hari akhir?

Page 115: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

12. Bagaimana percaya kadar baik dan buruk?

13. Iman itu suka-suka atau tidak (datangnya)?

14. Apa maksud dari iman?

15. Apakah salat, puasa, zakat, haji, percaya pada malaikat, kitab, rasul, kadar

baik dan buruk ittiba sunnah nabi bagian dari iman atau tidak?

16. Apakah iman berarti suci?

17. Apakah iman adalah makhluk?

Ketujuh belas pertanyaan tersebut akan dikodekan atau diklasifikasikan

agar didapatkan sebuah makna lebih dalam karena analisis berdasarkan klasifikasi

akan lebih terfokus dan terarah. Setelah proses klasifikasi atau pengkodean, dicari

pesan-pesan atau makna yang tersirat dari tiap klasifikasi tersebut sehingga

muncul beberapa pesan dari teks tersebut. Pesan dan maksud itu nantinya akan

diberikan suatu kesimpulan secara umum sehingga dapat dimanfaatkan oleh

pembaca. Proses-proses atau tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam

penelitian ini ialah pengkodean data sesuai dengan pokok pembicaraan,

penjelasan mendetail tiap kode, dan penarikan pesan tiap-tiap kode sehingga

pesan-pesan tersebut dapat dimanfaatkan dalam kehidupan. Perlu digarisbawahi

bahwa analisis mengenai teks ini akan mengacu kepada pemikiran-pemikiran atau

ideologi Ahlu `s-Sunnah wa `l-Jamaa‟ah yang dipelopori oleh Abu Hasan Al-

Asy‟ari.

Penelitian ini menggunakan kajian akidah Ahlu `s-Sunnah wa `l-Jamaa‟ah

karena Ahlu `s-Sunnah wa `l-Jamaa‟ah adalah kaum yang menganut iktikad Nabi

Muhammad saw. dan sahabat-sahabatnya. Iktikad nabi dan sahabat-sahabatnya

tersebut telah tertulis dalam Alquran dan sunah rasul secara terpencar‚ belum

Page 116: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

tersusun rapi‚ dan teratur. Setelah itu dikumpulkan dan disusun secara rapi oleh

seorang ulama Usuluddin‚ Syeikh Abu Hasan „Ali al Asy‟ari. Oleh karena itu‚

terdapat julukan pengikut Ahlu `s-Sunnah wa `l-Jamaa‟ah sebagai kaum

`Asy‟ariyah jamak dari Asy‟ari yang dikaitkan dengan Syeikh Abu Hasan „Ali al

Asy‟ari (Abbas, 1994:16).

Nabi Muhammad saw. pun telah mengistimewakan kaum Ahlu `s-Sunnah

wa `l-Jamaa‟ah, yaitu dalam hadisnya sebagai berikut.

Bahwasanya Bani Israil telah berfirkah-firkah sebanyak 72 firkah

dan akan berfirkah umatku sebanyak 73 firkah, semua masuk neraka

kecuali satu. Sahabat yang mendengar ucapan ini bertanya siapa

yang satu itu. Maka rasul menjawab yang satu itu ialah orang yang

berpegang (beriktikad) sebagai peganganku (iktikadku) dan iktikad

sahabat-sahabatku (Tafsir Hadis riwayat Tirmidzi dalam Abbas,

1994:21).

Hadis lain yang diriwayatkan oleh Thabrani mengenai Ahlu `s-Sunnah wa

`l-Jamaa‟ah, “Demi Tuhan yang memegang jiwa Muhammad di tangan-Nya.

Akan berfirkah umatku sebanyak 73 firkah, yang satu masuk surga dan yang lain

masuk neraka. Sahabat bertanya siapa firkah yang tidak masuk neraka ya rasul.

Rasul menjawab Ahlu `s-Sunnah wa `l-Jamaa‟ah” (Tafsir Hadis riwayat Thabrani

dalam Abbas, 1994:22). Penjelasan di atas merupakan alasan penelitian ini

mengkaji isi teks “MAI” dengan tinjauan akidah Ahlu `s-Sunnah wa `l-Jamaa‟ah.

Diberikannya alasan tersebut agar pembaca yakin bahwa penelitian ini tidak

hanya bersikap subjektif karena adanya dalil atau referensi mengenai kelebihan

kaum Ahlu `s-Sunnah wa `l-Jamaa‟ah.

Page 117: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

1. Pengkodean atau Pengklasifikasian

Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan data yang diambil dari teks

“MAI”. Terdapat tujuh belas hal yang dipertanyakan dalam teks. Pertanyaan dan

isi tersebut dikodekan sebagai berikut.

1. Pengertian dan definisi iman

1.1 Definisi iman tertera pada nomor soal 1

1.2 Permasalahan-permasalahan lebih dalam mengenai iman tertera pada

nomor 13, 14, 15, 16, dan 17.

2. Macam-macam atau bagian-bagian dari rukun iman

2.1 Iman kepada Allah tertera pada nomor 2

2.2 Iman kepada malaikat-Nya tertera pada nomor 3

2.3 Iman kepada kitab-Nya tertera pada nomor 4 dan 5

2.4 Iman kepada nabi dan rasul-Nya tertera pada nomor 6, 7, 8, 9, 10

2.5 Iman kepada hari akhir tertera pada nomor 11

2.6 Iman kepada qadla dan kadar tertera pada nomor 12

Sesuai dengan pengkodean di atas dapat diperhatikan bahwa terdapat dua

bagian besar, yaitu mengenai pengertian atau definisi iman dan bagian-bagian dari

rukun iman. Bagian pertama terbagi menjadi dua subbagian, yaitu definisi iman

dan permasalahan-permasalahan mengenai keimanan. Bagian kedua terdiri dari

enam subbagian, yaitu iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, nabi dan

rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk dari Allah.

Page 118: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

2. Deskripsi dan Penjelasan Isi Teks

a) Definisi dan Permasalahan Keimanan

Di bawah ini akan dijelaskan subbagian dari bagian pertama, yaitu sebagai

berikut.

1) Definisi atau Pengertian Iman

Iman menurut Abu Laits dalam teks “MAI” ialah percaya seorang hamba

kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab yang diturunkan Allah, para nabi

dan rasul, hari akhir, takdir Allah Swt. Hal tersebut merupakan pertanyaan dan

penjelasan pembuka dari Abu Laits seperti tertulis dalam teks sebagai berikut.

Inilah masalah jika ditanya orang akan kamu apa iman. Maka jawab

percaya aku akan Allah dan percaya aku akan segala malaikat-Nya

dan percaya aku akan segala kitab-Nya dan percaya aku akan segala

pesuruh-Nya dan percaya aku akan hari yang kemudian dan percaya

aku akan untung baik dan untung jahat daripada Allah Taala

(“MAI”:1-2).

Hal tersebut sesuai dengan hadis nabi saw. yang diriwayatkan oleh Muslim

sebagai berikut. “Maka beritahu kami (Hai Rasulullah) tentang Iman! Nabi

Muhammad menjawab: Engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,

kitab-kitab suci-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan qadla-kadar (nasib baik

atau jelek) (Tafsir Hadis Riwayat Muslim dalam Sirajuddin Abbas, 1994:36).

Definisi iman sendiri secara bahasa adalah dari bahasa Arab yang berarti

percaya (Al-Munawwir:45). Definisi iman dan akidah menurut para ulama adalah

sama dan ada pula yang berbeda. Bagi yang membedakan‚ mereka beralasan

bahwa akidah hanyalah bagian dalam (aspek hati) dari iman‚ sedangkan iman

menyangkut aspek luar dan dalam. Aspek dalamnya berupa keyakinan dan aspek

luarnya berupa pengakuan lisan dan pembuktian dengan amal. Bagi yang

Page 119: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

menyamakan ialah seperti menurut Asy‟ariyah (Shobron, 2006:7). Penyebutan

antara iman dan akidah tidak dibedakan dalam penelitian ini.

Akidah secara etimologi berakar dari kata „aqadla-ya‟qidu-„aqdan-

„aqiidatan. „Aqdan memiliki beberapa arti di antaranya adalah ialah‚ kokoh‚

ikatan‚ dan perjanjian. Setelah kata „aqdan, terbentuklah kata „aqidah yang berarti

keyakinan. Kaitan antara „aqdan dan „aqidah adalah keyakinan itu tersimpul

dengan kokoh di dalam hati‚ bersifat mengikat‚ dan mengandung perjanjian.

(Shobron‚ 2006:1). Akidah sering digunakan dalam ungkapan akad jual beli atau

akad nikah. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya sebuah usaha atau proses

untuk menjalin sebuah ikatan antara kedua pihak dan selanjutnya terjadi

kesepakatan di antara keduanya. Dengan demikian‚ akidah di sini diartikan

sebagai ikatan antara manusia dan Tuhan (Nurdin‚ 1995:78). Hamka dalam

Muslim Nurdin (1995:78) berpendapat akidah adalah pengikatan hati dan

perasaan kepada suatu kepercayaan, tidak dapat ditukar atau ditawar dengan yang

lain sehingga jiwa, raga‚ pikiran, dan pandangan hidup terikat kuat pada hal

tersebut.

Orang beriman adalah orang yang berikrar dengan lisan, membenarkan

dengan hati, dan mengamalkan dengan anggota tubuh. Iman merupakan hal paling

mendasar bagi seorang yang beragama. Seorang mukmin berarti orang yang telah

mengikatkan hatinya kepada aturan-aturan keimanan, yaitu percaya atas enam

elemen rukun iman. Hal tersebut seperti seorang yang melakukan perjanjian, yaitu

rela akan komitmen yang telah dibuatnya dan menerima konsekuensi atas

perbuatannya. Seseorang yang telah mengikat hatinya pada perjanjian keimanan,

tetapi tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang mencerminkan keimanannya

Page 120: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

disebut sebagai orang yang membatalkan perjanjian. Contoh seorang yang

percaya (membenarkan dalam hati) dan telah berikrar bahwa tiada Tuhan selain

Allah, tetapi dalam realita kehidupannya ia melakukan kesyirikan, maka

perjanjian keimanan yang telah ia ikat menjadi batal.

Allah berfirman “Di antara manusia ada yang berkata: Kami beriman

kepada Allah dan hari kemudian. Padahal sebenarnya mereka itu tidak beriman”

(Tafsir surat al-Baqarah:8). Sabda nabi saw., Islam adalah suatu (perbuatan) yang

tampak, sedang iman adalah sesuatu dalam hati (Hadis). Berdasarkan ayat dan

hadis, jelas bahwa iman tidak hanya cukup dengan perkataan lisan, tetapi hati dan

perbuatan pun harus mencerminkan keimanan. Oleh karena keimanan terletak di

dalam hati, tidak seorang pun berhak menilai makhluk lain beriman atau tidak.

Hal tersebut sesuai dengan hadis nabi saw. ketika terjadi pembunuhan oleh

Usamah kepada musuh, tetapi sebelum dibunuh ia membaca syahadat. Nabi saw.

bersabda, “Apakah ia telah membaca laa ilaaha illa `l-Laahu dan engkau

membunuhnya? Usamah menjawab, Wahai utusan Allah, ia mengucapkan kalimat

syahadat itu karena semata-mata takut dibunuh. Kemudian nabi berkata, Apakah

engkau telah membelah hatinya sehingga engkau mengetahui hatinya tidak

mengucapkan kalimat syahadat atau tidak” (Tafsir Hadis Riwayat Muslim dalam

Zuhdi, 1988:6).

Dari uraian di atas, jelas bahwa iman adalah urusan pribadi seorang hamba

dengan Tuhan. Oleh karena itu, iman merupakan pembenaran dalam hati (tasdik)

dan ucapan (ikrar), serta perbuatan yang dapat mencerminkan tentang adanya

Allah sebagai Tuhan Yang Esa, adanya malaikat Allah sebagai makhluk-Nya,

adanya nabi dan rasul sebagai hamba dan utusan-Nya, adanya kitab-kitab-Nya

Page 121: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

sebagai pedoman manusia, adanya hari kiamat, dan adanya takdir baik dan buruk

dari Allah.

2) Permasalahan Terkait Keimanan

Beberapa hal permasalahan yang lebih mendalam terkait dengan keimanan

secara umum dibahas dalam teks “MAI”. Permasalahan mengenai keimanan

tersebut tertulis di akhir teks karena isi dan kandungan permasalahannya lebih

berat daripada permasalahan sebelumnya. Terdapat lima permasalahan yang

dimunculkan dalam teks, yaitu iman terbagi-bagi (bersuka-suka) atau tidak,

maksud dengan adanya iman, amalan syariat, seperti salat, puasa, zakat, haji,

percaya pada malaikat, kitab, rasul, kadar baik dan buruk, serta ittiba sunnah

(mengikuti sunah nabi) bagian dari rukun iman atau tidak, iman bersifat suci atau

tidak, dan iman bersifat kadim atau hadats (baru). Kelima permasalahan tersebut

akan dibahas satu persatu di bawah ini karena meskipun saling berkaitan perlu

adanya pembahasan yang fokus sehingga dapat memudahkan pembaca dalam

memahaminya.

a. Iman Tidak Terbagi-Bagi (Tidak Bersuka-Suka)

Dalam teks “MAI” tertulis mengenai pertanyaan apakah iman terbagi-bagi

(terpisah-pisah) atau tidak seperti pada kutipan di bawah ini.

Inilah masalah jika ditanya orang engkau bermula iman itu bersuka-

suka atau tiada. Maka jawab bermula iman itu tiada bersuka-suka

karena bahwasanya dalam na‟aat dan akal dan roh dan jasad

daripada anak Nabi Adam karena bahwasanya iman itu pertunjuk

Allah atasnya, maka barang siapa mungkar suatu dalamnya maka

bahwasanya kafir (“MAI”:13-14).

Dari kutipan di atas, diketahui bahwa iman tidak terbagi, melainkan harus

menyatu antara hati (na‟at), akal, dan roh. Anas Ismail Abu Daud berpendapat

dalam Ensiklopedi Dakwah (2005:215) bahwa iman berarti menyatakan dengan

Page 122: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

lisan, meyakini dalam hati, dan mewujudkan dalam perbuatan. Kaum Ahlu `s-

Sunnah wa `l-Jamaa‟ah berpendapat bahwa iman membenarkan dengan hati dan

mengakui dengan lisan, tidak cukup pengakuan dalam hati saja. Dalam Sirajuddin

Abbas (1994:248) dinyatakan bahwa kaum Ahlu `s-Sunnah wa `l-Jamaa‟ah tidak

cukup hanya mengakui adanya Tuhan saja, tetapi juga mengakui keesaan-Nya.

Maka dari itu, seseorang belum dianggap sebagai muslim apabila ia belum

menyatakan keimanannya dengan lisan. Ia harus berucap dengan lisannya bahwa

ia percaya terhadap enam rukun iman. Antara tiga elemen tersebut, yaitu hati,

lisan, dan perbuatan harus saling berkaitan, apabila salah satu darinya

menunjukkan keraguannya kepada enam rukun iman, maka dianggap telah keluar

dari Islam.

b. Pokok dari Keimanan

Dalam teks “MAI” tertulis “Inilah masalah jika ditanya orang engkau apa

yang dikehendaki iman itu. Maka jawab bermula dikehendaki iman itu ibarat

daripada tauhid” (“MAI”:)

Iman adalah sebuah istilah dari tauhid (pengesaan), dan pengertian tauhid

menurut ulama teologi adalah mengkhususkan pada yang disembah dengan

beribadah, serta iktikad terhadap keesaan-Nya, dalam zat, sifat dan perbuatan.

Adapun menurut ahli tasawuf, iman adalah seseorang tidak melihat kecuali pada

Allah, dengan artian, bahwa setiap perbuatan, gerak, dan diam yang terjadi di

alam adalah dari Allah. Maha Esa Allah tidak ada sekutu bagi-Nya, mereka tidak

melihat sebuah perbuatan yang dimiliki kecuali dari Allah secara murni.

Page 123: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Dari keterangan di atas, dapat dikatakan bahwa yang paling pokok dari

keimanan adalah pengesaan Allah atau tauhid. Hal ini sesuai dengan hadis nabi

saw. yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim sebagai berikut.

Almusayyab bin Hazn r.a. berkata: Ketika Abu Thalib akan mati

datanglah nabi saw. ke rumahnya dan mendapatkan di sana ada

Abu Jahal bin Hisyam, Abdullah bin Abi Umayyah bin

Almughirah. Maka nabi saw. berkata kepada Abu Thalib: Ya ammi

(wahai paman) katakanlah „Laa ilaaha illa `l-Laaha‟, kalimat yang

akan menjadikan aku sebagai saksi untukmu di sisi Allah. Lalu

Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah berkata: Hai Abu Thalib

apakah kamu akan meninggalkan agama Abdul Muthalib?

Kemudian nabi saw. menawarkan kembali kepada Abu Thalib dan

kedua orang itu menyanggah kembali sehingga akhirnya Abu

Thalib berkata: Bahwa dia tetap pada agama Abdul Muthalib dan

menolak kalimat „Laa ilaaha illa `l-Laaha‟. Lalu nabi saw.

bersabda: Demi Allah aku akan tetap membacakan istighfar

untukmu selama aku tidak dilarang untuk itu. Maka kemudian

Allah menurunkan ayat 113 surat At-Taubah: Tiadalah sepatutnya

bagi nabi dan orang-orang yang beriman untuk memintakan ampun

kepada Allah bagi orang-orang musyrik meskpun mereka kerabat

yang dekat, sesudah nyata bahwa mereka orang-orang ahli neraka

Jahim (Tafsir Hadis riwayat Bukhari Muslim dalam Abdul

Baqi:12).

Dari kutipan hadis di atas, dapat diketahui bahwa pokok selamatnya

seseorang dari kedudukan kekafiran adalah dengan membaca laa ilaaha illa `l-

Laaha yang artinya tiada Tuhan selain Allah. Bacaan tersebut adalah bacaan tahlil

yang mengandung makna ketauhidan karena maknanya seorang hamba percaya

seyakin-yakinnya bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah dan dipercaya

kecuali hanya Allah Swt. Hadis tersebut menceritakan bahwa nabi hanya meminta

kepada pamannya, Abu Thalib untuk mengucapkan kalimat tahlil tersebut agar ia

terhindar dari kekafiran. Ini menunjukkan seseorang yang telah menyatakan

bahwa tiada Tuhan selain Allah adalah orang yang telah beriman dan akan

terhindar dari kekafiran.

Page 124: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Orang kafir adalah orang yang merugi, sedangkan orang mukmin adalah

orang yang beruntung. Seseorang yang percaya kepada Allah dan tidak syirik atau

menyukutukan Allah dengan suatu apa pun akan masuk surga dan orang yang

syirik atau menyukutukan Allah pasti akan masuk neraka. Hal tersebut sesuai

dengan hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, “Abduullah bin Mas‟ud

r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Siapa yang mati dan ia mempersekutukan

Allah dengan suatu apa pun pasti masuk neraka. Dan aku berkata: Siapa yang

mati tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun pasti masuk surga”

(Tafsir Hadis riwayat Bukhari Muslim dalam Abdul Baqi, 2003:29). Pada hadis

lain diterangkan bahwa orang yang tidak berbuat kesyirikan akan masuk surga,

meskipun banyak dosa yang dikerjakannya. Begitu pula sebaliknya, sebaik

apapun seseorang dan memiliki banyak amal kebaikan, tetapi ia menyukutukan

Allah, ia akan masuk ke dalam neraka. Hadis yang diriwayatkan Bukhari dan

Muslim tersebut berbunyi sebagai berikut.

Abu Dzar r.a. berkata: Saya datang kepada nabi saw. sedang beliau

tidur berbaju putih. Kemudian saya datang kembali dan ia telah

bangun. Lalu beliau bersabda: Tiada seorang hamba yang membaca

laa ilaaha illa `l-Laaha kemudian ia mati atas kalimat itu, melainkan

pasti masuk surga. Saya (Abu Dzar) bertanya: Meskipun ia telah

berzina dan mencuri? Nabi menjawab: Meskipun ia telah berzina dan

mencuri. Saya bertanya: Meskipun ia telah berzina dan mencuri?

Nabi menjawab: Meskipun ia telah berzina dan mencuri. Saya

bertanya: Meskipun ia telah berzina dan mencuri? Nabi menjawab:

Meskipun ia telah berzina dan mencuri, meskipun mengecewakan

hidung Abu Dzar (meskipun mengecewakan diri Abu Dzar) (Tafsir

Hadis riwayat Bukhari Muslim dalam Abdul Baqi, 2003:30).

Dari hadis di atas, dapat diketahui sejahat-jahat seseorang dalam

perbuatannya akan tetap masuk surga apabila ia tidak melakukan kesyirikan atau

menyekutukan Allah Swt.

Page 125: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

c. Amalan Syariat Bagian dari Iman atau Tidak

Dalam teks “MAI” terdapat pembahasan mengenai amalan syariat, seperti

salat, zakat, haji, puasa, dan lain-lain tidak menjadi syarat rukun iman. Tertulis

dalam teks sebagai berikut.

Inilah masalah jika ditanya orang engkau bermula sembahyang dan

puasa dan zakat dan haji dan asih akan malaikat dan asih akan segala

kitab dan asih akan segala pesuruh dan untung baik dan untung jahat

daripada Allah Taala dan lain daripada demikian itu daripada segala

suruh dan mungkar dan mengikuti jalan sunah nabi shalla `l-Laahu

„alaihi wa sallam daripada iman atau tiada. Maka jawab bermula

iman yaitu tauhid, dan lain daripada demikian itu maka yaitu

daripada segala syarat iman (“MAI”:14-15).

Bahwa yang terpenting dari iman adalah tauhid atau mengesakan Allah,

tiada Tuhan selain Dia. Setelah mempercayai hal tersebut, maka seorang hamba

harus melakukan hal-hal yang telah diperintahkan Allah Swt. Hal tersebut seperti

yang telah dibicarakan sebelumnya bahwa iman tidak dapat dipisah, yaitu ikrar

dengan lisan, tasdik dengan hati, dan mengamalkan hal-hal yang merujuk pada

keimanan itu sendiri. Amalan syariat selain keenam elemen rukun iman bukan

merupakan dari hakikat dan asal iman, tetapi itu semua cabang dari iman karena

iman adalah sebuah istilah dari tauhid sebagaimana telah diterangkan sebelumnya.

Imam Nawawi (1351) berpendapat bahwa amalan selain rukun iman yang enam

tersebut termasuk ke dalam syarat iman dan cabang iman. Di antara syarat sahnya

iman adalah cinta kepada Allah, para malaikat, para nabi, takut akan adzab Allah,

mengharap rahmat-Nya, mengagungkan perintah dan larangan-Nya, dan benci

terhadap musuh-musuh Allah, yaitu orang-orang kafir.

Kaum Ahlu `s-Sunnah wa `l-Jamaa‟ah berpendapat bahwa salat, puasa,

zakat dan haji adalah syarat kesempurnaan. Barang siapa yang meninggalkan

amalan-amalan syariat tersebut tanpa mengurangi kepercayaan atas enam elemen

Page 126: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

rukun iman, maka ia adalah orang mukmin yang sempurna dalam memenuhi

hukum-hukum kemukminan di dunia dan di akhirat dan tempat kembalinya adalah

ke surga walaupun ia masuk ke neraka terlebih dahulu karena meninggalkan

perkara syariat di atas. Imam Nawawi berpendapat dalam Qatrul Ghaits (1351)

berdasarkan ijma‟ ulama jika hamba meninggalkan syariat tersebut karena

menentang atau ragu terhadapnya, maka mereka dihukumi menjadi kafir.

Berkaitan dengan cabang iman seperti tertulis di atas dijelasakan dalam

sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, “Nabi saw. bersabda:

Iman itu enam puluh cabangnya dan sifat malu itu cabang dari iman” (Tafsir

Hadis riwayat Bukhari Muslim dalam Abdul Baqi, 2003:15). Muslim

menambahkan: “Tujuh puluh lima cabang, yang utama kalimat Laa ilaaha illa `l-

Laaha dan yang terendah adalah menghalaukan gangguan di jalanan, serta malu

satu dari cabang iman” (Tafsir Hadis riwayat Muslim dalam Abdul Baqi,

2003:15).

d. Iman Suci atau Tidak

Dalam teks “MAI” dibahas mengenai sifat iman yang suci, tertulis “Inilah

masalah jika ditanya orang engkau bermula iman itu dengan sifat suci atau tiada.

Maka jawab bermula iman itu dengan sifat suci dan kafir itu dengan sifat hadats

binasalah dengan dia sekalian amal” (“MAI”:15-16). Dalam kutipan tersebut

dinyatakan bahwa iman memiliki sifat suci, sedangkan orang yang tidak beriman

(kafir) memiliki sifat hadast atau najis. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah

Swt., “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu

najis” (Tafsir surat At-Taubah:28).

Page 127: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Najis yang dimaksud bukan najis badannya, tetapi yang dimaksud adalah

semua amal yang telah dikerjakan dengan anggota-anggota badan akan menjadi

batal. Orang mukmin yang berpindah menjadi kafir, maka semua amalan di masa

sebelum ia kafir juga menjadi batal. Hal tersebut tertera dalam Alquran, “Barang

siapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum islam) maka

hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk oran-orang merugi” (Tafsir

surat Al-Maidah:5). Orang murtad atau keluar dari keimanan amal salih yang

diperbuatnya sewaktu masih beriman akan batal, maka semua itu sia-sia dan tidak

diberi pahala walaupun ia masuk islam kembali.

Rasulullah pun menerangkan bahwa orang musyrik yang telah melakukan

banyak kebaikan kemudian ia baru beriman, maka amalan-amalan kebaikannya

tidak akan diberi pahala. Hadis tersebut berbunyi sebagai berikut.

Hakim bin Hizam r.a. berkata: Ya Rasulullah, bagaimana

pendapatmu tentang ibadat yang telah saya lakukan di masa

jahiliyah, seperti sedekah, memerdekakan budak, dan silaturahmi.

Apakah mendapat pahala? Nabi menjawab: Anda masuk Islam

dengan apa yang telah anda lakukan dari amal kebaikan; yaitu

kamu akan mendapat pahala dari amal-amal yang lalu di masa

jahiliyah itu, selama kamu melakukan seperti itu sesudah Islam

(Tafsir Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dalam Abdul Baqi,

2003:41).

Dari hadis dan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa amalan-amalan

baik seorang yang belum beriman akan batal dan tidak mendapat pahala. Apabila

ia telah beriman, kemudian ia melakukan amalan salih, barulah ia mendapatkan

pahala atas kebaikannya.

Page 128: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

e. Iman Kadim atau Baru

Pembahasan selanjutnya adalah iman merupakan makhluk, yaitu suatu

yang baru atau bukan makhluk, yaitu kadim (kekal). Dalam teks tertulis sebagai

berikut.

Inilah masalah jika ditanya orang engkau bermula iman itu makhluk

atau bukan makhluk. Maka jawab bermula iman itu pertunjuk Allah

Taala dan ikrar dengan lidah dan tasdik dengan hati dan

mengerjakan dengan segala anggota daripada perbuatan hamba

baharu karena firman Allah Taala dan bermula Allah yang

menjadikan kamu dan barang perbuatan kamu. Maka hidayat itu

perbuatan Tuhan dan yaitu bukan makhluk karena bahwasanya

kadim dan barang yang hasil daripada kadim adanya kadim jua dan

ikrarkan dan tasdikkan dalam hati daripada perbuatan hamba dan

yaitu baharu maka tiap-tiap barang yang hasil daripada yang baharu

itu adalah ia baharu jua karena firman Allah Taala dan bermula

Allah menjadikan kamu dan barang perbuatan kamu. Dan karena

firman nabi „shalla`l-Laahu ‟alayhi wa sallaama dijadikan iman itu

dan khuffah dengan kemurahan Allah Taala (“MAI”:16-17).

Dari kutipan di atas, iman merupakan hidayat dari Allah, yaitu

membenarkan dengan hati terhadap semua yang telah dibawa olah nabi saw. dan

ikrar dengan kalimat syahadat dengan lisan. Hidayat berasal dari Allah, maka ia

kadim. Adapun tasdik (membenarkan) dan ikrar ialah perbuatan hamba, maka

keduanya adalah muhdats (yang diciptakan/baru), yaitu yang ada setelah tiada.

Tiap-tiap yang datangnya dari kadim adalah kadim, sedangkan tiap-tiap yang

datangnya dari muhdats adalah muhdats.

Syekh Abu Mu‟in dalam Imam Nawawi (Qathrul Ghaits:42) berpendapat

tidak boleh mengatakan iman adalah makhluk atau bukan makhluk, tetapi boleh

mengatakan bahwa iman adalah dari hamba, yaitu berupa ikrar dengan lisan dan

tasdik dengan hati, serta iman adalah dari Allah, yaitu hidayat dan taufik.

Bajuri berbeda dengan Syekh Abu Mu‟in, ia berpendapat bahwa iman

adalah makhluk karena iman adalah membenarkannya hati serta ikrar dengan

Page 129: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

lisan. Kedua-duanya adalah makhluk dan apa yang telah dikatakan bahwa iman

adalah kadim dengan mempertimbangkan terhadap hidayat itu keluar dari hakikat

iman. Namun, jika dilihat bahwa iman merupakan qadla yang azali, maka sah saja

jika dikatakan bahwa iman adalah kadim. Muhammad Khalil berpendapat dalam

Imam Nawawi (Qatrul Ghaits:43) dinukil dari Syamsi Ar-Ramli, iman adalah

membenarkannya hati terhadap hal yang telah diketahui secara pasti yang dibawa

Rasulullah saw. Adapun ikrar dengan lisan hanya merupakan syarat untuk

memenuhi hukum-hukum dalam agama. Iman adalah ikrar dan tasdik secara

bersamaan, tetapi ada pula yang berpendapat iman adalah ikrar dan amal. Oleh

karena itu, dari tiap-tiap perkataan di atas semuanya adalah makhluk karena hal

tersebut adalah perbuatan hamba yang diciptakan Allah.

Adapun keterangan Abu Laits As-Samarqandi dalam teks mengenai hal

tersebut adalah bahwa iman adalah ikrar dan hidayat. Ikrar adalah pekerjaan

hamba dan ia makhluk, sedangkan hidayat adalah penciptaan Allah dan ia bukan

makhluk. Maka dari itu, hidayat atau petunjuk Allah pada hamba adalah sebab

keimanan. Abul Hasan Al-Asy‟ari (1993:112) berpendapat bahwa petunjuk adalah

hak mutlak Allah. Dia memberikan petunjuk kepada sesuka Dia. Dia juga tidak

memberikan petunjuk ke semua manusia. Hal tersebut sesuai dengan firman

Allah, “Banyak orang yang disesatkan Allah dan banyak pula orang yang

diberinya petunjuk” (Tafsir surat Al-Baqarah:26). Oleh karena itu, petunjuk

merupakan kadim karena datangnya dari Allah, tidak ada manusia yang dapat

memberikan petunjuk terhadap dirinya atau orang lain, kecuali jika Allah

menghendaki.

Page 130: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Berkenaan dengan amalan yang baik dan buruk, kaum Ahlu `s-Sunnah wa

`l-Jamaa‟ah berpendapat bahwa semuanya berasal dari Allah Swt. Hal tersebut

seperti yang tertera dalam Alquran, “Dan Tuhan yang menjadikan kamu dan apa-

apa yang kamu kerjakan” (Tafsir surat Ash-Shaffat:96). Dari ayat di atas dapat

diketahui bahwa manusia dan semua perbuatan berasal dari Allah Swt. Pada ayat

lain juga diterangkan, “Dan kalau mereka mendapat kebaikan, mereka katakan

ini dari Tuhan dan kalau mereka mendapat bahaya dikatakan ini dari engkau (hai

Muhammad). Katakanlah: Semuanya dari Tuhan, tetapi kenapa mereka tidak

mengerti sesuatu kejadian?” (Tafsir surat An-Nisa`:78). Ayat di atas secara jelas

menerangkan bahwa semua hal baik dan buruk berasal dari Allah. Perihal hal

buruk diterangkan dalam surat Hud, “Dan tiadalah berguna semua nasihatku

kepadamu jika aku suka memberi nasihat itu, jika Tuhan hendak menyesatkan

kamu. Dialah Tuhanmu dan kepada-Nya kamu akan dikembalikan” (Tafsir surat

Hud:34). Semua perbuatan manusia itu telah diciptakan Allah dan tertulis dalam

azal sebelum dilaksanakan. Allah berfirman, “Tiada suatu bencana yang terjadi

di bumi dan pada diri kamu sendiri melainkan hal itu telah tertulis dalam kitab

(azal) sebelum kamu melaksanakan kejadiannya. Sesungguhnya hal demikian itu

bagi Allah mudah belaka” (Tafsir surat Al-Hadid:22).

Pembahasan mengenai keimanan sangatlah penting karena iman adalah

amal yang paling penting dan utama. Rasul bersabda dalam hadis, “Abu Hurairah

berkata: nabi saw. ditanya: Apakah amal yang utama? Nabi menjawab: Iman

kepada Allah dan Rasulullah. Lalu ditanya: Kemudian apa? Nabi menjawab:

Jihad berjuang fi sabilillah. Ditanya lagi: Kemudian apa? Nabi menjawab: Haji

yang mabrur” (Tafsir Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dalam Abdul Baqi,

Page 131: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

2003:26). Dengan iman, seorang dapat masuk ke dalam surga. Rasul bersabda

dalam hadis sebagai berikut.

Abu Ayyub Al-Anshari r.a. berkata: Seorang Badwi menghadang

nabi saw. di tengah jalan, lalu memegang kendali unta kendaraan

nabi saw. dan bertanya: Ya Rasulullah, beritakan padaku amal yang

dapat memasukkan aku ke surga. Maka sahabat bertanya-tanya:

Mengapa, mengapa orang itu? Jawab nabi saw.: Ada

kepentingannya. Lalu nabi saw. menjawab: Hendaknya anda

menyembah Allah dan tidak mempersekutukannya dengan suatu apa

pun, mendirikan sembahyang, dan menunaikan (mengeluarkan)

zakat, dan menghubung famili (kerabat). Kemudian nabi saw.

berkata padanya: Lepaskan kendali unta itu (Tafsir Hadis riwayat

Bukhari Muslim dalam Abdul Baqi, 2003:6).

Dengan adanya definisi dan pengertian mengenai iman yang lengkap,

maka keimanan tidak lagi hanya sekadar khayalan belaka. Iman menjadi suatu hal

yang ilmiah dan rasional. Dengan begitu, pembaca dapat memahami Islam dengan

baik.

b) Macam atau Bagian dari Rukun Iman

Rukun iman ada enam elemen, yaitu dimulai dari percaya akan Allah dan

diakhiri dengan percaya atas qadla dan kadar-Nya. Sirajuddin Abbas (1994:36)

menyatakan bahwa paham kaum Ahlu `s-Sunnah wa `l-Jamaa‟ah yang telah

disusun oleh Abu Hasan Al-Asy‟ari terbagi atas enam bagian, yaitu tentang

keTuhanan, tentang malaikat-malaikat, tentang kitab-kitab suci, tentang kenabian

dan kerasulan, tentang hari akhir, dan tentang qadla dan kadar. Pembagian

tersebut sesuai dengan hadis nabi, “Iman ialah engkau percaya kepada Allah,

malaikat-malaikat-Nya, kitab suci-Nya, para utusan-Nya, hari kemudian, dan

engkau percaya kepada takdir baik dan buruk dari Allah” (Syarah Matan al-

Arba‟in dalam Zuhdi, 1988:4).

Page 132: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Keenam elemen tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain atau tidak

dapat ditinggalkan salah satunya karena syarat iman seperti yang telah disabdakan

nabi di atas merupakan satu kesatuan. Jika terdapat satu dari keenam tersebut

tidak diyakini oleh seorang hamba, maka tidak bisa hamba itu disebut orang

mukmin lagi karena telah meragukan salah satu dari keenam aspek di atas.

Dalam beberapa pertanyaan dalam teks digunakan kata tanya bagaimana

yang berarti menanyakan cara. Cara pada konteks ini adalah bagaimana sikap

seorang hamba dinilai telah mengimani rukun-rukun iman atau akidah Islam.

Keterangan cara merupakan dalil agar seorang hamba dapat meyakini seyakin-

yakinnya dengan apa yang dipercaya karena manusia sebagai seorang hamba

dikaruniai akal pikiran sehingga tidak akan cukup kuat untuk percaya atau yakin

kepada suatu hal tanpa ada rasionalitas dalam hal-hal yang ia harus yakini.

Pembahasan keenam elemen dan cara meyakininya dibahas satu persatu sebagai

berikut.

1) Iman Kepada Allah

Iman yang pertama adalah iman kepada Allah. Sebuah hadis nabi saw.

menjelaskan bahwa pertama kali dalam beriman adalah ucapan laa ilaaha illa `l-

Laaha (Tiada Tuhan selain Allah). Hadis tersebut berbunyi sebagai berikut.

Almusayyab bin Hazn r.a. berkata: Ketika Abu Thalib akan mati

datanglah nabi saw. ke rumahnya dan mendapatkan di sana ada Abu

Jahal bin Hisyam, Abdullah bin Abi Umayyah bin Almughirah.

Maka nabi saw. berkata kepada Abu Thalib: Ya ammi (wahai

paman) katakanlah „Laa ilaaha illa `l-Laaha‟, kalimat yang akan

menjadikan aku (Muhammad) sebagai saksi untukmu di sisi Allah.

Lalu Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah berkata: Hai Abu

Thalib apakah kamu akan meninggalkan agama Abdul Muthalib?

Kemudian nabi saw. menawarkan kembali kepada Abu Thalib dan

kedua orang itu menyanggah kembali sehingga akhirnya Abu Thalib

berkata: Bahwa dia tetap pada agama Abdul Muthalib dan menolak

kalimat „Laa ilaaha illa `l-Laaha‟. Lalu nabi saw. bersabda: Demi

Page 133: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Allah aku akan tetap membacakan istighfar untukmu selama aku

tidak dilarang untuk itu. Maka kemudian Allah menurunkan ayat 113

surat At-Taubah: Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang

yang beriman untuk memintakan ampun kepada Allah bagi orang-

orang musyrik meskpun mereka kerabat yang dekat, sesudah nyata

bahwa mereka orang-orang ahli neraka Jahim (Hadis riwayat

Bukhari Muslim dalam Abdul Baqi:12).

Dari hadis di atas, dapat diketahui bahwa pokok dari iman adalah

meniadakan Tuhan selain Allah. Oleh karena itu, pada rukun iman yang enam

percaya akan Allah Swt. merupakan urutan pertama. Iman kepada Allah dalam

teks “MAI” hanya satu permasalahan, yaitu mengenai cara mengimani Allah.

Tertulis dalam teks sebagai berikut.

Inilah masalah jika ditanya orang akan kamu dan betapa percaya

engkau akan Allah. Maka jawab bahwasanya Allah Taala Esa zat-

Nya dan Esa Sifat-Nya, Yang Hidup, Yang Tahu, Yang Kuasa, Yang

Mendengar, Yang Melihat, Yang Berkehendak, Yang Berkata, Yang

Kekal, Yang Menjadikan, Tuhan dengan tiada sekutu dan tiada

timbangan dan tiada lawannya tiada seumpamanya suatu dan yaitu

Yang Amat Mendengar Yang Amat melihat (“MAI”:2).

Pada kutipan di atas, diketahui bahwa Allah Swt. harus diyakin seyakin-

yakinnya karena Ia adalah zat yang mempunyai segala sifat, di antaranya adalah

sifat Jalal (kebesaran) dan sifat Kamal (kesempurnaan). Beberapa sifat yang

tertulis dalam kutipan hanya beberapa sifat yang dimiliki Allah. Allah Yang Maha

Esa, baik zat maupun sifat. Logika berpikirnya adalah keesaan adalah mutlak bagi

khaliq (pencipta) karena tidak mungkin terdapat dua orang pencipta sekaligus

sehingga akan menimbulkan konflik antarpencipta. Artinya Allah adalah Esa zat

dan sifat-Nya, hanya Allah Tuhan Yang Tunggal, tidak ada yang menyekutui-

Nya. Hal tersebut seperti firman Allah “Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha

Esa” (Tafsir surat Al-Ikhlas:1).

Page 134: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Allah Yang Maha Hidup artinya Allah tetap selalu dalam keadaan hidup.

Hidup di sini tidak menggunakan nyawa karena Allah berfirman, “Tiap-tiap yang

berjiwa (bernafas) akan merasakan mati” (Tafsir surat Ali Imrah:185). Jadi

mustahil bagi Allah memiliki sifat mati karena akan berantakan alam semesta ini

jika tidak ada yang mengaturnya (Abbas, 1994:42). Diterangkan dalam Alquran

bahwa Allah Maha Hidup yaitu, “Allah, Tiada Tuhan (yang berhak disembah)

selain Dia, Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)”

(Tafsir surat Al-Baqarah:255).

Allah Yang Maha Tahu atau ‟aalimun artinya Allah tetap selalu dalam

keadaan tahu dan mustahil bagi Allah dalam keadaan tidak mengetahui. Allah

bersifat ilmu atau berpengetahuan, yaitu Allah tahu seluruhnya, tahu yang telah

dijadikan-Nya sehingga alam semesta ini masih berjalan dengan teratur. Mengenai

Allah Maha Tahu telah difirmankan dalam Alquran yaitu, “Dan Dia (Allah) Maha

Mengetahui segala sesuatu” (Tafsir surat Al-Baqarah:29).

Allah Yang Maha Kuasa atau qaadirun artinya Allah tetap selalu dalam

keadaan berkuasa dan mustahil bagi Allah dalam keadaan lemah (dha‟iifun).

Maksudnya tidak sedetik pun Dia bersifat lemah karena jika Allah lemah maka

makhluk atau ciptaan-Nya tidak akan ada. Diterangkan dalam Alquran, “Dan

adalah Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu” (Tafsir surat Al-Ahzab:27).

Sifat Allah selanjutnya dalam teks “MAI” adalah Allah Mendengar atau

samii‟un artinya Allah mempunyai sifat mendengar dan mustahil bagi-Nya

mempunyai sifat tuli, tidak masuk akal jika Allah memiliki sifat kekurangan.

Maksudnya Allah selalu dalam keadaan mendengar, tidak ada sekejap pun Allah

Page 135: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

dalam keadaan tuli. Diterangkan dalam Alquran, “Sesungguhnya Allah Maha

Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Tafsir surat Al-Baqarah:181).

Allah Yang Maha Melihat atau bashiirun, yaitu Allah memiliki sifat Maha

Melihat, tetap selalu dalam keadaan melihat dan mustahil bagi-Nya dalam

keadaan buta. Allah tidak mungkin memiliki kekurangan dan sifat buta adalah

sifat kekurangan sehingga tidak mungkin Allah memiliki sifat buta. Mengenai

Allah Maha Melihat diterangkan dalam Alquran, “Dan Dia (Allah) mendengar

lagi melihat” (Tafsir surat Asy-Syura:11). Pada ayat yang lain dalam Alquran

tertulis, “Apakah mereka mengira bahwa Kami (Allah) tidak mendengar rahasia

dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya Kami mendengar dan utusan-utusan

(malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka” (Tafsir surat Az-

Zukhruf:80).

Allah Maha Berkehendak atau muriidun, artinya Allah memiliki sifat

iradah yaitu Allah menetapkan sesuatu menurut kehendak-Nya dan mustahil bagi

Allah tidak menurut kehendak-Nya sendiri atau dipaksa kekuatan lain untuk

melakukan sesuatu. Apabila terdapat kekuatan lain dalam memutuskan segala

perkara, maka Dia bukan lagi Tuhan karena terdapat suatu yang lemah. Allah

selalu dalam keadaan menghendaki dan tidak sekejap pun dalam keadaan tidak

menghendaki. Hal tersebut seperti diterangkan dalam Alquran, “Allah berbuat

apa yang dikehendaki-Nya” (Tafsir surat Al-Baqarah:254) dan pada surat Al-

Qashash, “Dan Tuhanmu menjadikan apa yang Dia mau dan yang Dia

kehendaki” (Tafsir surat Al-Qashash:68).

Sifat selanjutnya adalah Allah Maha Berkata atau mutakallimun artinya

Allah selalu dalam keadaan berkata, mustahil Allah bisu dalam sekejap pun. Dia

Page 136: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

memiliki sifat kalam karena jika tidak tidak mungkin Dia dapat memerintah

dengan baik. Dalam Alquran pun telah dijelaskan, “Dan Allah telah berbicara

langsung kepada Musa dengan langsung (sebenar berkata-kata)” (Tafsir surat

An-Nisa`:163).

Allah adalah Tuhan yang menciptakan alam semesta, Dia yang pertama

kali ada dan Dia yang akan selamanya ada. Maka dari itu, Allah memiliki sifat

Maha Kekal atau baaqun artinya Allah kekal selama-lamanya, mustahil bagi-Nya

akan lenyap. Tuhan tidak akan habis karena jika Tuhan dapat berakhir tidak ada

lagi Tuhan. Tuhan kekal selama-lamanya dan Dia akan mengekalkan surga dan

neraka beserta penghuni-penghuninya (Abbas, 1994:39). Hal tersebut sesuai

dengan firman Allah Swt., “Allah tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan

Dia, Yang Hidup Kekal lagi terus menerus” (Tafsir surat Ali Imran:2) dan dalam

surat Al-Qashash, “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa (lenyap) kecuali Allah” (Tafsir

surat Al-Qashash:88).

Allah bersifat Maha Menjadikan atau khalaaqun artinya Allah sebagai

Tuhan yang berkuasa atas segala hal sudah sepantasnyalah Dia menciptakan

segala hal yang ada di dalam semesta. Mustahil bagi Allah sebagai Tuhan tidak

memiliki sifat pencipta, maka siapa yang telah menciptakan alam ini jika bukan

Allah. Diterangkan dalam Alquran, “Allah adalah pencipta segala sesuatu dan

Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Perkasa” (Tafsir surat Ar-Ra‟du:16), dalam

surat Al-Baqarah juga diterangkan, “Allah pencipta langit dan bumi, dan bila Dia

berkehendak untuk menciptakan sesuatu. Dia mengucapkan kepadanya: Jadilah!

Maka Jadilah” (Tafsir surat Al-Baqarah:117), dan diterangkan dalam surat Al-

Page 137: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

An‟am, “Demikianlah itu adalah Tuhan kamu, tidak ada Tuhan selain Dia,

Pencipta segala sesuatu” (Tafsir surat Al-An‟am:102).

Allah adalah Tuhan dengan tiada sekutu atau laa syariikin artinya Allah

tidak berkawan atau berkomplotan dalam melakukan sesuatu karena Dia Maha

Kuasa atas segalanya. Mustahil bagi Allah bersekutu karena apabila Tuhan

bersekutu Dia tidak lagi berkuasa dan berkehendak atas diri-Nya sehingga sangat

mustahil Dia memiliki sekutu. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Alquran,

“Tidak ada persekutuan Dia dengan sesuatu pun dan tidak sebagian kita

menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah” (Tafsir surat Ali

Imran:64). Pada ayat lain tertulis, “Hai kaumku, sembahlah Allah sekali-kali tiada

Tuhan bagimu selain Dia” (Tafsir surat Hud: 84). Diterangkan dalam hadis nabi

bahwa seorang hamba akan mendapat dosa yang sangat besar jika ia

mempersekutukan Allah, Hadis tersebut sebagai berikut.

Abdullah bin Mas‟ud r.a. berkata: Aku bertanya kepada nabi saw.

Apakah dosa yang terbesar di sisi Allah? Jawab nabi saw.: Jika kamu

mengadakan sekutu bagi Allah padahal Dialah yang menjadikan

kamu. Aku bertanya: Kemudian apa? Jawab nabi saw.: Jika kamu

membunuh anakmu khawatir makan bersamamu. Aku bertanya:

Kemudian apa? Nabi saw. menjawab: Berzina dengan isteri

tetanggamu (Tafsir hadis riwayat Bukhari Muslim dalam Abdul

Baqi:27).

Allah memiliki sifat tidak ada lawan atau tandingannya, artinya sebagai

khalik tidak akan ada satu pun makhluk yang dapat melawan Allah. Jika Allah

dapat ditandingi oleh suatu kekuatan, maka hilanglah kemahakuasaannya

sehingga mustahil bagi Allah memiliki kekurangan tersebut. Hal tersebut tertulis

dalam Alquran, “Dan tiada timbangan dan tiada lawannya dan tiada seorang pun

yang setara dengan Dia (Allah)” (Tafsir surat Al-Ikhlas:4).

Page 138: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Allah tiada yang menyerupai-Nya sedikit pun, jika ada suatu yang dapat

menyamainya maka Allah tidak lagi bersifat Esa karena terdapat dua kekuatan

yang sama. Maka dari itu, mustahil bagi suatu hal pun yang dapat menyamai-Nya.

Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam Alquran sebagai berikut.

Dia (Allah) pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu

dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang

ternak pasangan-pasangan pula, dijadikan-Nya kamu berkembang

biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia

dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat (Tafsir surat Asy-

Syuuraa:11).

Dalam Ahlu `s-Sunnah wa `l-Jamaa‟ah dikenal dua puluh sifat wajib bagi

Allah, yaitu sifat-sifat yang mesti ada pada Allah Swt., yaitu Wujud‚ Qidam‚

Baqa‚ Mukhalafatuhu Ta‟ala li `l-hawaditsi‚ Qiyamuhu bi nafsihi‚ Wahdaniah‚

Qudrat‚ Iradah‚ Ilmu‚ Hayat‚ Sama‟‚ Bashar‚ Kalam‚ Kaunuhu Qadiran‚

Kaunuhu Muridan‚ Kaunuhu Aliman‚ Kaunuhu Hayyan‚ Kaunuhu Sami‟an‚

Kaunuhu Bashiran‚ Kaunuhu Mutakalliman.

Dengan mengetahui sifat-sifat Allah tersebut seorang hamba akan lebih

yakin untuk percaya kepada Allah karena keterangan yang logis mengenai sifat

Allah. Misal, adanya sifat pencipta atau yang menciptakan segala sesuatu. Secara

logis apabila manusia melihat sekelilingnya, ia akan bertanya siapa yang

menciptakan alam semesta ini, tidak mungkin adanya sesuatu tanpa ada yang

menciptakan. Dengan mengetahui sifat Allah khalaaqun atau pencipta (segala

sesuatu) pertanyaan tersebut dapat dijawab. Contoh lain mengenai sifat Allah

Maha Esa. Secara logika, tidak mungkin ada dua Tuhan atau Ilah karena dengan

adanya dua Tuhan maka timbul dua kekuatan dan dua kehendak. Akhirnya tidak

akan alam semesta berjalan teratur seperti yang dilihat sekarang ini. Oleh karena

Page 139: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

mempercayai Allah adalah kewajiban bagi tiap hamba, maka mempelajari hal-hal

yang dapat menumbuhkan kepercayaan tersebut menjadi wajib pula.

2) Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah

Bagian kedua dari rukun iman adalah percaya bahwa ada suatu makhluk

halus yang dijadikan dari nur (cahaya)‚ bernama malaikat. Sabda rasul saw.,

“Malaikat dijadikan dari cahaya, jin dari api dan Adam dijadikan dari sesuatu

yang telah diterangkan oleh Allah sendiri” (Tafsir Hadis riwayat Muslim dari

Aisyah dalam Zuhdi, 1988:27). Malaikat tercipta dari cahaya, artinya berasal dari

immaterial being (bukan barang yang berupa materi) sehingga tidak dapat dilihat

manusia. Oleh karena malaikat tidak berasal dari barang yang berupa materi,

mereka dapat berubah-ubah bentuk dan rupa menurut kehendaknya atas izin Allah

Swt. Sebagai contoh ketika malaikat Jibril diutus Allah untuk mengkabarkan

kepada Maryam bahwa ia akan mendapatkan seorang anak. Hal tersebut ditulis

dalam Alquran sebagai berikut.

Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka, lalu

Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di

hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam

berkata: Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Tuhan Yang

Maha Pemurah jika kamu seorang yang bertakwa. Ia (Jibril) berkata:

Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu untuk

memberimu seorang anak laki-laki yang suci (Tafsir surat

Maryam:17-19).

Suatu ketika malaikat Jibril pernah datang menemui nabi menyamar

menjadi seorang laki-laki dengan berpakaian putih dan berambut hitam. Ia

bertanya kepada nabi perihal iman, islam, dan ihsan. Setiap nabi memberi

jawaban atas pertanyaan tersebut, laki-laki tersebut membenarkan perkataan nabi.

Setelah laki-laki tersebut pergi, nabi bertanya kepada Umar (salah satu sahabat

nabi yang hadir pada waktu itu), “Hai Umar, siapakah laki-laki yang bertanya

Page 140: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

tadi? Umar menjawab: Allah dan rasul-Nya yang lebih tau.” Maka nabi

bersabda, “Sesungguhnya ia adalah Jibril, datang kepadamu untuk mengajar

agamamu kepada kamu sekalian” (Tafsir syarah Matan al-Arba‟in dalam Zuhdi,

1998:28). Pada surat lain dalam Alquran diceritakan bahwa malaikat datang

kepada Nabi Ibrahim sebagai berikut.

Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah

datang kepada Nabi Ibrahim dengan membawa kabar gembira.

Mereka mengucapkan selamat. Ibrahim menjawa selamatlah, maka

tidak lama kemudian Nabi Ibrahim menyuguhkan daging anakn sapi

yang dipanggang. Maka tatkala diliha oleh Nabi Ibrahim tangan

mereka tidak menjamahnya, Nabi Ibrahim memandang aneh

perbuatan mereka dan merasa takut kepada mereka. Malaikat

berkata: Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-

malaikat) yang diutus kepada kaum Luth (Tafsir surat Hud:69-70).

Pembahasan mengenai iman kepada para malaikat Allah dalam teks

“MAI” terdiri dari satu permasalahan, yaitu mengenai cara mengimani malaikat-

malaikat Allah. Tertulis dalam teks sebagai berikut.

Inilah masalah jika ditanya orang akan kamu dan betapa percaya

engkau dengan malaikat. Maka jawab bahwasanya malaikat itu

berbahagi-berbahagi dan setengah mereka itu menanggung ‟arsy dan

setengah mereka itu mengelilingi ‟arsy dan setengah mereka itu

bangsa rohani dan setengah mereka itu bangsa kurubiyyun dan

setengah mereka itu bangsa safarah artinya Jibrail dan Mikail dan

Israfil dan Izrail alaihi salam dan setengah mereka itu memelihara

dan setengah mereka itu menulis dan lain demikian itu sekalian

mereka itu. Dijadikan mereka itu segala hamba Allah tiada disifatkan

mereka akan laki-laki dan tiada disifatkan akan perempuan dan tiada

mereka itu syahwat dan tiada nafsu dan tiada bapak dan tiada ibu dan

tiada mereka berbuat durhaka akan Allah barang yang disuruh Allah

akan mereka itu dan berbuat mereka itu barang yang disuruh Allah

mereka itu. Dan bermula kasih mereka itu jadi syarat iman dan benci

mereka itu jadi kafir (“MAI”:3-4).

Kutipan di atas, menjelaskan deskripsi mengenai malaikat-malaikat Allah.

Dijelaskan di atas bahwa malaikat itu terbagi ke dalam beberapa jenis sesuai

dengan tugasnya. Beberapa tugas malaikat yang tertulis dalam teks adalah

Page 141: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

sebagian dari mereka menanggung arsy atau Haamalaatu `l-„arsy. Haamalaah

merupakan jamak dari kata Haamilun yang artinya pembawa. Tugas malaikat

penanggung arsy juga telah diterangkan dalam Alquran, “(Malaikat-malaikat)

yang memikul arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji

Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang

yang beriman” (Tafsir surat Ghafir:7) dan pada surat Al-Haqqah, “Dan malaikat-

malaikat berada di penjuru langit. Dan pada hari itu, delapan malaikat

menjunjung arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka” (Tafsir surat Al-Haqqah:17).

Merujuk pada keterangan Imam Nawawi, bahwa malaikat pemikul arsy adalah

malaikat tertinggi tingkatannya dari para malaikat yang pertama diciptakan.

Mereka di dunia ada empat dan di akhirat ada delapan.

Sebagian malaikat bertugas mengelilingi arsyi atau Haafuuna yang

merupakan jamak dari Haafun atau agen (pelaku) yang melakukan perbuatan

mengelilingi. Tugas malaikat pengeliling arsy dikuatkan dengan firman Allah

dalam Alquran, “Dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat

berlingkar di sekeliling arsy bertasbih sambil memuji Tuhannya” (Tafsir surat

Az-Zumar:75). Wahab bin Munabbih dalam keterangan kitab qathru `l-ghaits

menyatakan di sekitar arsy terdapat tujuh puluh ribu saf yang terdiri dari para

malaikat. Apabila malaikat tersebut bertemu satu sama lain, mereka akan bertahlil

dan bertakbir. Di belakang tujuh puluh ribu saf tersebut, terdapat tujuh puluh ribu

saf malaikat yang mengangkat tangannya sampai ke leher dan ketika mendengar

takbir dan tahlil malaikat tadi seraya mereka melantangkan suaranya, “subhanaka

`l-Laahumma wa bi hamdika maa a`dhamaka wa maa ahlamaka anta `l-Laahu

Page 142: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

laa ilaaha ghayruka anta `l-Akbaru wa `l-khalqu kulluhum laka raaji‟uuna.”74

(Iman Nawawi, 1898:16).

Dalam teks tertulis bahwa sebagian malaikat memiliki tugas sebagai

rohaniyyuuna atau bangsa jiwa. Iman Nawawi Al-Bantani dalam Qatrul Ghaits

menyatakan bahwa malaikat berada di ardhu `l-baydha (bumi yang putih), yaitu

tempat ibarat sebuah batu marmer yang lebarnya empat puluh hari perjalanan

matahari dan panjangnya tidak ada yang mengetahui kecuali Allah.

Para malaikat adalah bangsa karubiyyun, yaitu pemimpin malaikat yang

berada di arsy. Adapun safarah di sini merupakan jamak dari kata safiir dengan

makna utusan, bukan saafir yang bermakna sekretaris. Kata safarah sebenarnya

mengacu pada malaikat yang empat, yaitu malaikat Jibril, Mikail, Israfil, dan

Izrail. Jibril adalah malaikat yang turun kepada semua nabi, Mikail adalah

malaikat yang menjadi staf perhujanan, Israfil adalah malaikat yang meniupkan

sangkakala, dan Izrail adalah malaikat pencabut nyawa.

Malaikat Jibril tidak hanya bertugas menemui para nabi dan rasul, tetapi

juga bertugas sebagai pengantar wahyu kepada para nabi dan rasul seperti yang

telah difirmankan Allah, “Sesungguhnya Alquran itu benar-benar firman Allah

yang dibawa oleh utusan yang mulia (Jibril) yang mempunyai kekuatan dan

kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai „arsy” (Tafsir surat At-

Takwir:19-20). Malaikat Mikail bukan hanya sekedar staf perhujanan, tetapi

tugasnya adalah mengenai persoalan kesejahteraan umat, seperti mengatur hujan,

tanah, angin, dan hal-hal yang menyangkut dengan kesuburan. Firman Allah

berkenaan dengan malaikat Mikail, yaitu “Barang siapa yang bermusuhan

74

Qathrul Ghaits karya Iman Nawawi, Ulama dari Banten meninggal pada 1898 M.

Page 143: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

dengan Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril, Mikail, maka

bahwasanya Allah musuh bagi orang kafir itu” (Tafsir surat Al-Baqarah: 98).

Mengenai malaikat Israfil yang bertugas meniup sangkakala atau terompet sebagai

tanda kiamat dan tanda dibangkitkannya kembali manusia di padang mahsyar juga

telah diterangkan dalam Alquran, “Dan ditiuplah terompet (sangkakala),

kemudian orang-orang yang di langit dan di bumi mati, kecuali yang dikehendaki

Tuhan tidak akan mati. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-

tiba mereka berdiri menunggu atau melihat (putusannya masing-masing)”(Tafsir

surat Az-Zumar:68). Ada pula perkataan nabi saw., “Berkata nabi saw.: Malaikat

Israfil itu tukang tiup terompet” (Tafsir Hadis riwayat Ahmad dan Hakim dalam

Abbas, 1994:51). Malaikat Izrail adalah malaikat yang bertugas mencabut nyawa,

seperti yang tertera dalam Alquran, “Katakanlah (Hai Muhammad): Malaikat

maut yang diserahi untuk mencabut nyawamu akan mematikanmu. Hanya kepada

Tuhanmulah kamu dikembalikan” (Tafsir surat As-Sajadah:11). Pada ayat lain

juga diterangkan “dan diutus-Nya malaikat-malaikat penjaga sehingga apabila

datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh

malaikat-malaikat Kami. Dan malaikat-malaikat Kami tidak akan melalaikan

kewajibannya” (Tafsir surat Al-An‟am:61).

Allah menugaskan malaikat untuk memelihara dan menjaga manusia atau

bersifat hafdlatun. Kata Hafdlatun merupakan jamak dari kata Haafidlun yang

berarti penjaga. Mengenai malaikat penjaga manusia telah difirmankan dalam

Alquran, “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya

bergiliran di muka dan di belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah”

(Tafsir surat Ar-Ra‟du:11).

Page 144: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Dalam kitabnya, Imam Nawawi juga mengatakan bahwa suatu ketika

Utsman bin Affan bertanya kepada nabi: “Berapa jumlah para malaikat yang ada

pada manusia?” Rasul menjawab: dua puluh malaikat; satu malaikat dari sebelah

kananmu yang menjadi pemimpin sebelah kirimu. Jika kamu melakukan

kejahatan, maka malaikat sebelah kiri berkata kepada malaikat dari sebelah kanan,

“Apakah akan aku tulis?” Malaikat sebelah kanan menjawab, “Jangan siapa tahu

ia akan bertaubat.” Lalu malaikat sebelah kiri bertanya lagi, “Apabila tidak

bertaubat?” Malaikat sebelah kanan menjawab, “Iya, tulislah, semoga Allah

menyenangkan pada kita dari itu.” Nama malaikat sebelah kananmu adalah Rakib

yang menulis kebaikan dan malaikat sebelah kirimu adalah Atid yang menulis

amal keburukan. Dua malaikat berada di hadapan dan belakangmu, satu malaikat

memegang kening (nashiyah)mu, apabila kamu tawaduk terhadap Allah maka ia

akan mengangkatmu dan apabila kamu sombong terhadap Allah maka ia akan

menghancurkanmu, dua malaikat pada kedua bibirmu, mereka tidak

mengingatkanmu kecuali untuk berselawat pada Nabi Muhammad saw., satu

malaikat pada mulutmu yang tidak akan membiarkan ular atau serangga masuk ke

dalam mulutmu, dan dua malaikat pada kedua belah matamu. Disebutkan bahwa

nama mereka adalah Syawiyyah. Mereka adalah sepuluh malaikat yang ada pada

manusia, lalu malaikat malam akan turun menggantikan malaikat siang sehingga

jumlahnya ada dua puluh.

Mengenai Rakib dan Atid tertulis pula dalam Alquran, “Tidak suatu

ucapan pun yang diucapkannya melainkan semuanya dicatat oleh Malaikat Rakib

dan Atid” (Tafsir surat Qof:18). “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada

(malaikat-malaikat) yang mengawasi pekerjaanmu. Yang mulia di sisi Allah dan

Page 145: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu). Mereka mengetahui apa yang kamu

kerjakan” (Tafsir surat Al-Infithar:10-12).

Dalam teks tertulis pula jenis malaikat yang bertugas sebagai kutubatun

atau sekretaris Allah. Kutubatun merupakan jamak dari kata Kaatib atau orang

yang menulis. Tugas mereka sesuai keterangan Imam Nawawi dalam kitabnya

adalah menghapus catatan di Lauhu `l-mahfudl. Sebagian dari mereka ada yang

memiliki sayap, ada yang dua sayap-dua sayap, tiga sayap-tiga sayap, empat

sayap-empat sayap, dan seterusnya menurut kehendak dan kebijaksanaan Allah.

Sirajuddin Abbas (1994:50) berpendapat bahwa iktikad Ahlu `s-Sunnah wa

`l-Jamaa‟ah adalah harus percaya malaikat berjumlah banyak dan tidak terhitung.

Setiap malaikat mempunyai tugas masing-masing dari Tuhan. Akan tetapi, yang

harus diketahui ada sepuluh malaikat, yaitu Jibril, Mikail, Israfil, Izrail, Munkar,

Nakir, Rakib, Atid, Malik, dan Ridwan.

Malaikat Munkar dan Nakir adalah malaikat yang bertugas untuk

menanyakan orang-orang yang telah mati di kubur. Selain malaikat-malaikat di

atas, terdapat pula malaikat-malaikat yang bertugas menjaga surga dan neraka,

yaitu malaikat Ridwan sebagai penjaga surga dan Malik sebagai malaikat penjaga

Neraka atau sering disebut sebagai malaikat Zabaniyyah. Malaikat Zabaniyyah

atau Malik juga diterangkan dalam Alquran, “Kelak Kami akan memanggil

malaikat Zabaniyyah” (Tafsir surat Al-„Alaq:18).

Beberapa keistimewaan malaikat yang lain adalah sebagian dari mereka

hanya bertasbih atas keagungan Allah Swt. Hal tersebut tertulis dalam Alquran,

“Dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat berlingkar di sekeliling

arsy bertasbih sambil memuji Tuhannya” (Tafsir surat Az-Zumar:75). Pada ayat

Page 146: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

lain dalam Alquran juga diterangkan bahwa malaikat bertasbih dan bersujud

kepada Allah, yaitu "Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu

tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan

hanya kepada-Nyalah mereka bersujud” (Tafsir surat Al-A‟raf:206). Dalam surat

Al-Anbiya diperjelas pula bahwa malaikat selalu memuji (bertsabih) kepada

Allah, “Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya” (Tafsir

surat Al-Anbiya`:20).

Malaikat tidak disifati laki-laki atau perempuan. Mereka tidak memiliki

hawa nafsu sehingga terjaga kesuciannya. Maka dari itu, mereka adalah makhluk

yang mulia, seperti yang telah difirmankan Allah, “Sebenarnya malaikat-malaikat

itu adalah hamba-hamba yang dimuliakan” (Tafsir surat Al-Anbiya`:26).

Malaikat tidak pernah menentang perintah Allah Swt. seperti yang telah

difirmankan Allah dalam Alquran, “Dan malaikat-malaikat Kami tidak akan

melalaikan kewajibannya” (Tafsir surat Al-An‟am:61). Oleh karena malaikat

tidak pernah sekali pun menentang perintah-Nya, maka mereka merupakan

makhluk yang selalu menjalankan apa yang diperintahkan Allah. Hal tersebut

sesuai dengan firman Allah, “Dan malaikat-malaikat yang di sisi-sisi-Nya tiada

rasa angkuh untuh menyembah-Nya dan tiada mereka letih” (Tafsir surat Al-

Anbiya`:19). Pada ayat lain dijelaskan pula bahwa malaikat selalu mengerjakan

apa yang diperintahkan Allah, “Malaikat-malaikat itu tidak pernah mendurhakai

Tuhan dalam sekalian perintah-Nya. Mereka tetap mengerjakan apa yang

diperintahkan kepada mereka” (Tafsir surat At-Tahrim:6). Selain ayat-ayat

tersebut, tertulis pula dalam surat Al-Anbiya`, yaitu “Mereka (para malaikat)

Page 147: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintha-

perintah-Nya” (Tafsir surat Al-Anbiya`:27).

Para malaikat selalu mengatakan sesuatu setelah Allah mengatakan kepada

mereka, artinya para malaikat tidak pernah mendahului kehendak Allah Swt. Hal

tersebut tertulis dalam Alquran surat Al-Anbiya`, “Mereka (para malaikat) tidak

mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintha-perintah-

Nya” (Tafsir surat Al-Anbiya`:27).

Dengan mengetahui perihal malaikat, mulai bentuk, jumlah, asal, sifat,

keistimewaan dan jenis-jenisnya, seharusnya seorang hamba dapat lebih meyakini

keberadaan mereka sebagai salah satu syarat dari iman. Bertambahnya keimanan

merupakan sebuah kenikmatan seorang hamba.

3) Iman Kepada Kitab-Kitab Allah

Ahlu `s-Sunnah wa `l-Jamaa‟ah mempercayai adanya kitab-kitab suci

yang diturunkan Tuhan kepada rasul-Nya untuk disampaikan kepada umat

manusia sebagai pedoman dalam memutuskan perkara yang dihadapi manusia

(Abbas‚ 1994:54). Hal tersebut seperti yang difirmankan Tuhan sebagai berikut.

Manusia itu adalah umat yang satu‚ lalu diutus oleh Tuhan nabi-nabi

pembawa berita gembira dan penyampai peringatan‚ dan diturunkan

bersama mereka Kitab dengan sebenarnya‚ supaya ia dapat memberi

keputusan bagi manusia dalam perkara yang dipersilisihkan (Tafsir

surat Al-Baqarah:213).

Dalam teks “MAI”, pembahasan mengenai kitab-kitab yang diturunkan

Allah terdiri dari dua permasalahan, yaitu mengenai cara mengimani kitab-kitab

yang diturunkan Allah kepada nabi dan rasul-Nya dan jumlah kitab-kitab yang

diturunkan Allah kepada nabi dan rasul-Nya. Pertama mengenai cara mengimani

kitab-kitab yang diturunkan Allah Swt. tertulis dalam teks sebagai berikut.

Page 148: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Inilah masalah jika ditanya orang engkau dan betapa percaya engkau

akan segala kitab. Maka jawab bahwasanya Allah Taala menurunkan

kitab atas segala nabi-Nya daripada anak putu Adam dan yaitu

diturunkan bukan makhluk lagi kadim dengan tiada berlawanan dan

barang siapa syak dalamnya daripada seayat atau kalimat maka

bahwasanya jadi kafir (“MAI”:4-5)

Permasalahan pertama mengenai cara mengimani kepada kitab-kitab yang

diturunkan Allah. Seperti pada kutipan di atas, pembaca diberikan pengertian

terlebih dahulu mengenai deskripsi tentang kitab-kitab tersebut, yaitu kitab-kitab

yang diturunkan Allah kepada segala nabi-Nya dari keturunan Nabi Adam, kitab

itu bersifat kadim bukan baru, isinya tidak saling berlawanan satu sama lain.

Kitab merupakan nomina yang berasal dari kataba-yaktubu artinya adalah

tulisan. Dalam pengertian di sini yang dimaksud kitab adalah kalam atau

perkataan dari Allah yang diturunkan kepada para nabi dan rasul melalui malaikat

Jibril. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah, “Sesungguhnya Kami telah

mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah

Kami turunkan bersama mereka Alkitab dan neraca keadilan supaya manusia

dapat melaksanakan keadilan” (Tafsir surat Al-Hadid:25). Pada ayat lain juga

diperjelas bahwa Alquran adalah benar-benar firman Allah, “Sesungguhnya

Kami-lah yang menurunkan Alquran dan sesungguhnya Kami benar-benar

memeliharanya” (Tafsir surat Al-Hijr:9) dan pada surat An-Nisa`, “Wahai orang-

orang yang beriman tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada

kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan

sebelumnya” (Tafsir surat An-Nisa`:136). Beberapa ayat di atas menjadi dalil dan

bukti yang terang bahwa kitab-kitab Allah benar diturunkan Allah melalui

malaikat Jibril sehingga harus diyakini keberadaannya.

Page 149: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Isi daripada kitab-kitab yang diturunkan Allah tidak ada yang berlawanan

atau tidak bersifat kontradiktif. Kandungan yang ada dalam kitab-kitab-Nya tidak

bertentang satu dengan yang lainnya seperti tertera dalam firman Allah, “Maka

apakah mereka tidak memperhatikan Alquran? Kalau kiranya Alquran itu bukan

dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di

dalamnya” (Tafsir surat An-Nisa`:82). Dari ayat Alquran di atas, jelas bahwa

Alquran merupakan salah satu kitab yang diturunkan Allah dengan ketiadaan

pertentangan di dalamnya. Jika terdapat satu ayat pun yang bertentangan dengan

ayat lainnya, maka dapat dikatakan bahwa Alquran memang benar dari Tuhan

atau hanya hasil dari manusia. Alquran pun tidak bertentangan dengan kitab-kitab

sebelumnya, tetapi mengganti atau menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya. Hal

tersebut tertulis dalam Alquran, yaitu “Tidaklah mungkin Alquran ini dibuat oleh

selain Allah. Akan tetapi, Alquran membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya

dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya. Tidak ada keraguan di

dalamnya dan diturunkan oleh Tuhan semesta alam” (Tafsir surat Yunus:37).

Alquran bukan makhluk artinya ia adalah kalamullah sehingga bersifat

kadim. Abu Abdillah berpendapat dalam Abul Hasan Al-Asy‟ari (1993:52) bahwa

ia yakin bahwa Alquran itu bukan makhluk. Ia berargumentasi dengan orang yang

masih ragu tentang hal tersebut, lalu ia berkata, Allah telah berfirman, “Ingatlah,

menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah” (Tafsir surat Al-A‟raf:54) dan

dalam surat Ar-Rahman, “Yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan

Alquran, menciptakan manusia” (Ar-Rahmaan:1-3). Dari ayat-ayat di atas, jelas

Allah membedakan antara manusia dan Alquran, yaitu kata kerja „allama

(mengajari) dan khalaqa (menciptakan) yang memiliki perbedaan satu sama lain.

Page 150: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Alquran (lahir) dari ilmu Allah, apakah kamu tidak melihat firman-Nya „allama

`i-Qur`aana dan di dalamnya terdapat nama atau asma Allah, sedangkan nama-

nama Allah itu bukanlah makhluk. Allah mempunyai sifat Qadiirun (Maha

Kuasa), Hakiimun (Maha Bijaksana), Samii‟un (Maha Mendengar), dan Bashiirun

(Maha Melihat). Alquran itu adalah kalamullah dan dengan Alquran itu Allah

senantiasa berbicara. Abu Abdillah menambahkan bahwa ia tidak ragu bahwa

orang yang mengatakan Alquran adalah makhluk, maka orang tersebut adalah

kafir.

Husain bin Abdul Awwal berpendapat dalam Abul Hasan Al-Asy‟ari

(1993:53) bahwa barang siapa mengatakan Alquran itu makhluk, maka ia murtad

dan harus segera bertobat. Dalam hadis yang diriwayatkan Tirmidzi tertulis,

“Tidaklah seorang pun di antara kalian kecuali Allah akan mengajak bicara

kepadanya yang di antaranya dan Dia tidak ada juru bicara” (Tafsir Hadis

riwayat Tirmidzi dalam Al-Asy‟ari:55).

Kitab-kitab Allah tidak ada keraguan di dalamnya karena merupakan

firman Allah Yang Maha Segalanya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah,

“Alquran itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah

kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu” (Tafsir surat Al-An‟am:114).

Bahkan, Allah menantang kepada orang-orang yang ragu atas kitab-kitab yang

diturunkan-Nya. Allah berfirman, “Dan jika kamu tetap dalam keraguan tentang

Alquran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad) buatlah satu

surat saja yang semisal Alquran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain

Allah jika kamu orang-orang yang benar” (Tafsir surat Al-Baqarah:23). Dari ayat

di atas, dapat dikatakan Allah benar-benar meyakinkan (melalui firmannya)

Page 151: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

kepada seluruh manusia bahwa kitab-kitab Allah merupakan kalam-Nya, bukan

buatan dari manusia atau makhluk lain. Ayat di atas merupakan sebuah sindiran

berupa tantangan dari Allah kepada orang-orang yang tidak mempercayai kitab-

kitab-Nya karena tidak akan mungkin seorang makhluk dapat membuat, bahkan

menyerupai kitab-kitab-Nya. Setelah ayat itu, diterangkan pula bahwa semua

makhluk tidak akan mampu membuatnya, meskipun semuanya bersatu untuk

membuatnya. Dalil lainnya mengenai keragu-raguan dalam Alquran tertulis dalam

surat Al-Baqarah, “Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya yaitu

petunjuk bagi mereka yang bertakwa” (Tafsir surat Al-Baqarah:2). Ayat di atas

menjelaskan bahwa kitab-kitab-Nya merupakan petunjuk bagi orang yang

bertakwa. Apabila seorang hamba tidak meyakini atas kitab-kitab-Nya, maka ia

bukan orang yang bertakwa sehingga ia tidak akan mendapatkan petunjuk dari

kitab-kitab Allah.

Jika kitab-kitab tersebut diragukan kebenarannya oleh seseorang, padahal

kitab-kitab tersebut berasal dari Allah sebagai Tuhan semesta alam, maka dapat

dikatakan bahwa orang tersebut juga telah meragukan Allah. Oleh karena itu,

seorang hamba yang mengakui adanya Allah seharusnya dan wajib baginya untuk

mengimani keberadaan kitab-kitab-Nya.

Permasalahan kedua mengenai jumlah kitab yang diturunkan Allah kepada

para nabi-Nya. Tertulis dalam teks sebagai berikut

Inilah masalah jika ditanya orang engkau dan berapa kitab yang

diturunkan Allah Taala atas segala nabi-Nya. Maka jawab seratus

dan empat kitab dan menurunkan Allah Taala setengah daripadanya

sepuluh kitab atas Nabi Adam alaihi salam dan menurunkan Allah

Taala lima puluh kitab atas Nabi Tsis alaihi salam dan menurunkan

Allah Taala tiga puluh kitab atas Nabi Idris alaihi salam dan

menurunkan Allah Taala sepuluh kitab atas Nabi Ibrahim alaihi

Page 152: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

salam dan menurunkan Allah Taala kitab Taurat atas Nabi Musa

alaihi salam dan menurunkan Allah Taala kitab Injil atas Nabi Isa

alaihi salam dan menurunkan Allah Taala kitab Zabur atas Nabi

Daud alaihi salam dan menurunkan Allah Taala kitab Alquran atas

Nabi Muhammad yang dipilih shalla `l-Laahu „alaihi wa sallam

(“MAI”:5-6).

Allah menurunkan kitab kepada beberapa nabi-Nya. Kutipan di atas,

menjelaskan terdapat dua jenis kitab yang diturunkan, yaitu dalam bentuk

lembaran-lembaran saja dan berbentuk kitab dan telah ada namanya, seperti

Alquran, Taurat, Zabur, dan Injil. Selain keempat kitab tersebut, hanya

diistilahkan dengan lembaran atau shuhuf dan juga disebut sebagai kitab. Ahlu `s-

Sunnah wa `l-Jamaa‟ah mempercayai empat kitab yang diturunkan Allah kepada

rasul-Nya‚ yaitu sebagai berikut (Abbas‚ 1994:55).

a. Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa alaihi salam seperti

firman Tuhan dalam Alquran, “Bahwasanya Kami menurunkan Taurat di

dalamnya ada petunjuk dan cahaya” (Tafsir surat Al-Maidah:44).

b. Kitab Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud alaihi salam yang ditulis

pula dalam Alquran, “Dan Kami turunkan kepada Daud Kitab Zabur”

(Tafsir surat Al-Isra‟:55).

c. Kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa alaihi salam seperti yang

tertera dalam Alquran, “Dan Kami iringkan jejak mereka dengan

mengutus Isa bin Maryam‚ membenarkan apa yang terdahulu dari

padanya‚ yaitu Taurat. Dan Kami berikan Injil kepadanya di dalamnya

berisi petunjuk kebenaran dan cahaya yang terang” (Tafsir surat Al-

Maidah:46).

d. Kitab Alquran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. seperti yang

difirmankan Allah, “Bahwasanya Kami menurunkan kepadamu (Hai

Page 153: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Muhammad) Alquran dalam bahasa Arab supaya engkau perhatikan

isinya” (Tafsir surat Yusuf:2).

Selain empat kitab tersebut‚ kaum Ahlu `s-Sunnah wa `l-Jamaa‟ah juga

meyakini bahwa Nabi Ibrahim dan Nabi Musa mendapatkan Shuhuf (lembaran)‚

seperti tertera dalam Alquran sebagai berikut,“Sesungguhnya ini ada pada

shuhuf-shuhuf terdahulu (purbakala)‚ yaitu shuhuf Ibrahim dan Musa” (Tafsir

surat Al-A‟la:18-19). Nabi Ibrahim juga mendapatkan shuhuf dari Allah, seperti

yang telah difirmankan Allah, “Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu

menyempurnakan janji” (Tafsir surat An-Najm:37).

Mengenai jumlah kitab yang diturunkan Allah keseluruhan adalah seratus

empat kitab. Hal tersebut seperti hadis dari Ubaid dalam Qatrul Ghaits sebagai

berikut.

Dari Ubay bin Ka‟ab bahwasanya dia bertanya kepada Rasulullah

saw.: Berapa jumlah dari kitab yang telah diturunkan Allah? rasul

menjawab seratus empat kitab, sebagian darinya adalah sepuluh

mushaf kepada Adam, lima puluh kepada Tsits, tiga puluh mushaf

kepada Akhnun atau Idris, sepuluh kitab kepada Ibrahim, Injil,

Taurat, Zabur, dan Alfurqan (Alquran) (Hadis dalam Qatrul

Ghaits:20).

Imam Syarbini dalam Qhatrul Ghaits menjelaskan dalam tafsirnya bahwa

yang benar adalah tidak membatasi terhadap kitab-kitab dengan hitungan atau

jumlah tertentu karena banyak perbedaan riwayat. Akan tetapi, yang wajib adalah

seorang hamba harus beriktikad bahwa sesungguhnya Allah telah menurunkan

beberapa kitab dari langit dan percaya akan empat kitab (Taurat, Zabur, Injil, dan

Alquran) (Nawawi:20).

Berkenaan dengan Alquran sebagai kitab terakhir yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad bahwa semua ajaran yang berada dalam kitab-kitab sebelum

Page 154: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Alquran dihapuskan atau di-nasakh (diganti) dengan Alquran. “Dan Kami telah

turunkan kepadamu Alquran dengan membawa kebenaran sebagai pembenar apa

yang sebelumnya (kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian

terhadap kitab-kitab yang lain” (Tafsir surat Al-Maidah:48). Rasul juga

menjelaskan dalam hadisnya tentang penasakhan Alquran terhadap kitab-kitab

sebelumnya dan penasakhan agama Islam terhadap agama-agama sebelumnya,

“Demi Zat yang diriku berada di tangan-Nya. Seandainya Musa masih hidup,

maka dia tidak mempunyai keluasan kecuali mengikutiku” (Tafsir hadis dalam

Abu Bakar Al-Jazairi:39). Hadis tersebut disabdakan rasul karena pernah suatu

ketika Umar bin Khattab membawa kitab yang didapatkan dari ahli kitab,

kemudian rasul menegurnya sebagai berikut.

Aku telah membawa (bacaan-bacaan) kitab kepada kalian dengan

putih bersih yang kalian tanyakan kepada ahli kitab tentang sesuatu.

Mereka memberi informasi kepada kalian dengan benar, kemudian

kalian mendustakannya atau memberi informasi kepada kalian

dengan kebatilan, kemudian kalian membenarkannya. Demi Allah

yang diriku berada di tangannya ... (Hadis riwayat Ahmad, Bazzar,

dan Abu Syaibah dalam Abu Bakar Al-Jazairi:39-40).

Ahlu `s-Sunnah wa `l-Jamaa‟ah percaya bahwa datangnya Nabi

Muhammad dengan membawa kitab suci Alquran menyempurnakan kitab-kitab

terdahulu. Selain itu‚ Nabi Muhammad juga diberi tugas menyatakan hal-hal yang

telah disembunyikan ahli kitab (Yahudi dan Nashara) karena kaum Yahudi telah

merubah isi kandungan dari kitab Taurat dan kaum Nasrani merubah isi

kandungan dari kitab Injil seperti dalam Alquran sebagai berikut.

Yaitu orang-orang Yahudi mereka mengubah perkataan dari tempat-

tempatnya. Mereka berkata: Kami mendengar, tetapi kami tidak mau

menurutinya. Dan mereka berkata: „Dengarlah‟ sedang kamu

sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan mereka mengatakan

„Raa‟ina‟ dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama.

Sekiranya mereka mengatakan, Kami mendengar dan menurut dan

Page 155: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

dengarlah dan perhatikanlah kami. Tentulah itu lebih baik bagi

mereka dan lebih tepat, tetapi Allah mengutuk mereka karena

kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali sangat tipis” (Tafsir

surat An-Nisa`:46).

Pada Alquran surat Al-Maidah juga diterangkan sebagai berikut.

Dan di antara orang-orang yang mengatakan, „sesungguhnya kami

ini Nasrani.‟ Ada yang telah kami ambil perjanjian dari mereka,

tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka

telah diberi peringatan dengannya, maka Kami timbulkan di antara

mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat” (Tafsir surat

Al-Maidah:14).

Kedua ayat tersebut jelas membuktikan bahwa kitab Taurat dan Nasrani

telah diubah-ubah oleh kaumnya sendiri. Oleh karena itu, datangnya Alquran yang

diwahyukan kepada Nabi Muhammad menjadi pembuka hal-hal yang telah

disembunyikan pada kitab Injil dan Taurat.

Nabi Muhammad diutus untuk menjelaskan ajaran-ajaran yang telah

disembunyikan kaum Yahudi dan Nashara juga tertera dalam Alquran,“Hai Ahli

kitab‚ sesungguhnya telah datang utusan Kami kepadamu menjelaskan kepadamu

sebagian besar yang kamu sembunyikan dan dimaafkan sebagiannya.

Sesungguhnya telah datang kepadamu dari Tuhan dan cahaya dan kitab yang

terang” (Tafsir surat Al-Maidah:15).

Banyak keistimewaan dalam Alquran sebagai kitab yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad saw. di antaranya adalah Alquran merupakan sebuah

petunjuk dan pembawa kabar gembira. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah,

“Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus

dan memberi kabar gembira pada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal

saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (Tafsir surat Al-Isra`:9).

Alquran merupakan petunjuk bagi orang beriman juga tertulis dalam Alquran

Page 156: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

surat Al-A‟raf, “Alquran ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu,

petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman” (Tafsir surat Al-

A‟raf:203). Alquran merupakan kitab terakhir yang menyempurnakan kitab-kitab

sebelumnya, seperti yang tertulis dalam Alquran, “Dan Kami telah turunkan

kepadamu Alquran dengan membawa kebenaran sebagai pembenar apa yang

sebelumnya (kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap

kitab-kitab yang lain” (Tafsir surat Al-Maidah:48).

Selain itu, Alquran memiliki keutamaan sebagai pemberi peringatan

kepada seluruh makhluk, seperti yang telah difirmankan Allah, “Maha suci Allah

yang telah menurunkan Al-Furqan (Alquran) kepada hamba-hamba-Nya agar dia

menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam” (Tafsir surat Al-Furqan:1).

Pada ayat lain diterangkan pula bahwa Alqruan merupakan penerang bagi seluruh

manusia, disebutkan dalam Alquran surat Ali Imran, “Alquran ini adalah

penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang yang

bertakwa” (Tafsir surat Ali Imran:138). Alquran tidak hanya bermanfaat bagi

manusia di dunia, tetapi Alquran juga dapat memberi syafaat di hari kemudian.

Hal tersebut sesuai dengan hadis nabi saw., “Dari Abu Umamah Al-Bahili, saya

mendengar Rasulullah saw. bersabda: Bacalah Alquran karena dia akan datang

pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi orang-orang yang membacanya”

(Tafsir Hadis riwayat Muslim dalam Abu Daud:27).

Keutamaan lain, Alquran akan dijaga Allah sampai hari kiamat

kemurniannya. Hal tersebut seperti yang difirmankan Allah, “Sesungguhnya

Kami-lah yang menurunkan Alquran dan sesungguhnya Kami benar-benar

memeliharanya” (Tafsir surat Al-Hijr:9). Pada surat Al-Waqi‟ah juga tertulis

Page 157: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

mnengenai terpeliharanya Alquran, “Sesungguhnya Alquran ini adalah bacaan

yang sangat mulia. Kitab yang terpelihara (di) Lauhu `l-mahfudl” (Tafsir surat

Al-Waqi‟ah:77-78).

Masih banyak keutamaan-keutamaan lain dari Alquran, seperti bacaannya

bisa sebagai obat bagi yang sakit, tiap membacanya akan mendapat pahala tiap

hurufnya, dan lain-lain. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah seorang hamba

dapat meyakini keberadaan Alquran dari Allah dan kebenaran Alquran bersifat

mutlak.

4) Iman Kepada Para Nabi dan Rasul

Kebanyakan ulama berpendapat bahwa nabi dan rasul ialah seorang laki-

laki yang menerima wahyu dari Allah untuk dilaksanakan terutama untuk dirinya

sendiri. Jika ia disuruh menyampaikan wahyu kepada umat manusia, maka ia

disebut rasul. Akan tetapi, jika ia tidak diberi tugas demikian disebut nabi. Oleh

karena itu, semua rasul adalah nabi dan tidak semua nabi itu rasul (Zuhdi,

1988:63). Mengenai pengertian nabi dan rasul diterangkan dalam Alquran, “Kami

tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa

orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka” (Tafsir surat Al-

Anbiya`:7).

Seorang mukmin wajib untuk percaya kepada semua nabi dan rasul

sebagai utusan Allah di muka bumi ini. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah

sebagai berikut.

Katakanlah (hai orang-orang mukmin): Kami beriman kepada Allah

dan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan

kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‟qub, dan anak cucunya dan apa

yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada

nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun

Page 158: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

di antara mereka dan kami hanya tunduk dan patuh kepada-Nya”

(Tafsir surat Al-Baqarah:136).

Kaum Ahlu `s-Sunnah wa `l-Jamaa‟ah harus mempercayai sekalian rasul

yang diutus Allah untuk menyampaikan kitab-kitab suci kepada manusia. Jumlah

nabi dan rasul sangat banyak‚ sampai berjumlah ratusan ribu. Akan tetapi‚ nabi

dan rasul yang harus diyakini dan diketahui namanya berjumlah 25 orang‚ yaitu

dari permulaan Nabi Adam alaihi salam dan penutup adalah Nabi Muhammad

saw. (Abbas‚ 1994:58).

Pembahasan mengenai nabi dan rasul dalam teks “MAI” terdiri dari lima

permasalahan, yaitu mengenai cara mengimani para nabi dan rasul Allah, jumlah

para nabi dan rasul pembawa syariat, jumlah para nabi dan rasul keseluruhan yang

diutus Allah, jumlah nabi mursal (rasul), dan mengetahui seluruh jumlah dan

nama-nama nabi merupakan bagian dari iman atau tidak.

a. Cara Mengimani Nabi dan Rasul

Dalam teks “MAI” tertulis sebagai berikut.

Inilah masalah jika ditanya orang engkau dan betapa percaya engkau

dengan segala nabi. Maka jawab pertama-tama Nabi Adam dan

kesudahan nabi itu Nabi Muhammad Shalawaatu `l-Laahi atas

mereka itu sekalian. Dan bermula sekalian nabi itu mereka itu lagi

menyuruh mereka itu, lagi mengkabarkan mereka itu, lagi mengajari

mereka itu, lagi benar mereka itu, lagi mungkar mereka itu,

kepercayaan Allah Taala lagi kepelihara mereka itu daripada dosa

kecil dan dosa besar. Dan bermula kasih mereka itu jadi syarat iman

dan benci mereka itu daripada awal dan akhir jadi kafir (“MAI”:7-8).

Pada kutipan di atas dijelaskan bahwa nabi pertama yang diutus Allah

adalah Nabi Adam dan nabi penutup (terakhir) adalah Nabi Muhammad saw.

Firman Allah dalam surat Al-Ahzab, “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak

dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup

nabi-nabi” (Tafsir surat Al-Ahzab:40). Dalam hadis nabi dari Anas bin Malik

Page 159: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

riwayat Imam Ahmad bin Hambal, “Sesungguhnya risalah dan kenabian itu telah

habis. Maka tiada nabi dan rasul sesudahku” (Tafsir Hadis riwayat Imam Ahmad

bin Hambal dalam Zuhdi:80).

Nabi dan rasul memiliki beberapa sifat seperti yang tertulis dalam teks

ialah, penyuruh, pemberi kabar, pengajar, pelarang (mungkar), dapat dipercaya,

dan terpelihara dari dosa besar dan kecil. Berkaitan dengan sifat nabi sebagai

penyuruh (dalam perbuatan kebaikan) telah difirmankan dalam Alquran, “Maka

berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya, nabi yang ummi yang beriman

kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya dan ikutilah dia” (Tafsir surat Al-

A‟raf:158). Pada ayat lain juga diterangkan, “Mereka berkata: Hai Syu‟aib

apakah sembayangmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang

disembah oleh bapak-bapak kami?” (Tafsir surat Hud:87). Para nabi tidak hanya

menyuruh kepada umatnya saja, tetapi mereka juga berdakwah kepada keluarga-

keluarganya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah sebagai berikut.

Dan ceritakanlah hai Muhammad (kepada mereka) kisah Ismail di

dalam Alquran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya

dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh ahli

(keluarga)nya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat dan ia

adalah seorang yang diridai di sisi Tuhannya” (Tafsir surat

Maryam:54-55).

Sifat yang ada pada nabi dan rasul adalah mereka sebagai utusan Allah

yang ditugaskan untuk menyampaikan kabar gembira kepada umatnya, seperti

yang telah difirmankan Allah, “(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembaca

berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi

manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu” (Tafsir surat An-

Nisa`:165). Pada ayat lain juga tertera dengan jelas, “Dan apabila dibacakan

kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-

Page 160: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya,

maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih” (Tafsir surat

Luqman:7). Dua ayat tersebut diperkuat dengan ayat lain dalam surat Yaasin,

“Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau

mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah,

walaupun dia tidak melihatnya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan

ampunan dan pahala yang mulia” (Tafsir surat Yasin:11)

Selain sebagai utusan yang menyampaikan kabar gembira, para nabi dan

rasul juga diperintahkan untuk memberikan kabar buruk kepada umatnya apabila

tidak mengikuti perintah Tuhan dan utusan-Nya. Mengenai hal tersebut telah

difirmankan Allah dalam Alquran, “Katakanlah: Terangkanlah kepadaku jika

datang siksaan Allah kepadamu dengan sekonyong-konyong, maka adakah yang

dibinaskan (Allah) selain dari orang yang zalim?” (Tafsir surat Al-An‟am:47).

Terdapat ayat lain yang menyatakan bahwa nabi dan rasul diminta untuk

memberikan kabar buruk, “Katakanlah: Apakah akan aku kabarkan kepadamu

yang lebih buruk daripada itu, yaitu neraka? Allah telah mengancamkannya

kepada orang-orang yang kafir dan neraka adalah seburuk-buruknya tempat

kembali” (Tafsir surat Al-Hajj:72).

Beberapa nabi dan rasul juga diperintahkan untuk memberikan kabar

perihal kejadian-kejadian yang akan datang dan telah lampau, seperti Nabi Isa

yang memberikan kabar kepada kaumnya mengenai kitab yang diturunkan untuk

nabi sebelumnya, yaitu Nabi Musa dan menjelaskan mengenai sosok rasul yang

akan turun sesudah masanya, yaitu bernama Ahmad (Nabi Muhammad saw.). Hal

tersebut sesuai dengan firman Allah sebagai berikut.

Page 161: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: Hai Bani Israil,

sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan

kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan

(datangnya) rasul yang akan datang sesudahku yang namanya

Ahmad” (Tafsir surat Ash-Shaf:6).

Imam Nawawi berpendapat dalam kitabnya (Qathrul Ghaits:22) nabi dan

rasul juga memberikan kabar tentang perkara-perkara yang gaib seperti hari

kiamat, pembangkitan dari kubur, shirath, surga, neraka, dan sebagainya yang

akan dijelaskan pada bagian selanjutnya mengenai hari kiamat (hari akhir).

Para nabi dan rasul diberi tugas sebagai pengajar (pemberi nasihat) kepada

kaumnya, seperti yang difirmankan Allah, “Maka Allah mengutus para nabi

sebagai pemberi peringatan dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang

benar untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka

persilisihkan” (Tafsir surat Al-Baqarah:213). Pada ayat lain diterangkan,

“Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa suatu pelajaran yang

tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombongkan diri?” (Tafsir surat

Al-baqarah:87). Hal tersebut juga dikuatkan dalam firman Allah pada surat Al-

Baqarah ayat 129 dan 151, “Ya Tuhan kami, utuskanlah untuk mereka seorang

rasul dari kalangan mereka yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat

Engkau dan mengajarkan kepada mereka Alquran dan Sunah serta mensucikan

mereka” (Tafsir surat Al-Baqarah:129). “Kami telah mengutus kepadamu rasul di

antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepadamu dan mengajarkan

kepadamu Alquran dan sunah serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum

kamu ketahui” (Tafsir surat Al-Baqarah:151).

Dari beberapa ayat di atas, jelas bahwa nabi dan rasul diberikan tugas

untuk memberi nasihat untuk umatnya kepada jalan kebaikan, agar mereka

Page 162: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

terhindar dari kesesatan. Kaum dari nabi dan rasul juga telah mengetahui hal

tersebut sehingga merupakan hal yang biasa jika terdapat seorang dari suatu kaum

yang meminta nasihat kepada nabinya. Mengenai hal tersebut Allah telah

menyuruh kepada kaum-kaum nabi dan rasul untuk tidak meminta nasihat yang

akan menjadikan mereka susah sendiri. Hal tersebut tertera pada Alquran, “Hai

orang-orang yang beriman janganlah kamu menanyakan kepada nabimu hal-hal

yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu” (Tafsir surat Al-

Maidah:101).

Nabi dan rasul juga diperintahkan Allah untuk melarang kaumnya untuk

berjalan pada kesesatan. Oleh karena itu, nabi dianggap sebagai pengingat bagi

kaumnya untuk meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah Swt., seperti yang

diterangkan dalam Alquran surat Hud ayat 26 dan surat Al-Hasr ayat 7 sebagai

berikut.

Kaum Tsamud berkata: Hai Shaleh sesungguhnya kamu sebelum ini

adalah seorang di antara kami yang kami harapkan. Apakah kamu

melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-

bapak kami? Sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang

menggelisahkan terhadap agama kami”(Tafsir surat Hud:62).

Syu‟aib berkata: Aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan

mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali

mendatangkan perbaikan selama aku masih berkesanggupan” (Tafsir

surat Hud:88). “Apa yang diberikan rasul kepadamu, maka

terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah”

(Tafsir surat Al-Hasr:7).

Sifat penyuruh (ke jalan kebaikan), pembawa kabar gembira dan kabar

duka, dan pengingat (untuk meninggalkan kejahatan) merupakan bagian-bagian

dari sifat umum nabi, yaitu tabligh yang artinya penyampai. Nabi dan rasul pasti

akan menyampaikan ajaran-ajaran yang mereka terima dari Allah melalui

malaikat-Nya dan mustahil bagi mereka menyembunyikan sesuatu hal pun, seperti

Page 163: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

yang tertera dalam Alquran, “Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan

kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan

itu) berarti kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari

(gangguan) manusia” (Tafsir surat Al-Maaidah:67).

Dari ayat di atas, nabi dan rasul disebutkan memiliki sifat amanah “Yang

dipercaya”. Allah berfirman dalam Alquran mengenai sifat Nabi Yusuf yang

amanah, “Yusuf, hai orang yang amat dipercaya terangkanlah kepada kami

tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor

sapi betina yang kurus-kurus” (Tafsir surat Yusuf:46) dan pada surat Yusuf ayat

54 diterangkan, “Berkata Yusuf: Jadikanlah aku bendaharawan negara,

sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan”

(Tafsir surat Yusuf:54). Pada ayat lain diceritakan tentang sifat Nabi Musa yang

amanah, “Sesungguhnya, sebelum mereka telah Kami uji kaum Fir‟aun dan telah

datang kepada mereka seorang rasul yang mulia dan berkata: Serahkanlah

kepadaku hamba-hamba Allah (Bani Israil yang kamu perbudak). Sesungguhnya,

aku adalah utusan Allah yang dipercaya kepadamu” (Tafsir surat Ad-Dukhan 17-

18). Allah menyatakan bahwa nabi dan rasul memiliki sifat amanah degan

pernyataan penolakan bahwa nabi bersifat tidak amanah (khianat), “Tidak

mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang” (Tafsir

surat Ali Imron:161). Pada ayat lain juga diterangkan, “Sesungguhnya aku adalah

rasul kepercayaan yang diutus kepadamu” (Tafsir surat Asy-Syu‟aara:107). Dari

beberapa uraian di atas menambah keyakinan bahwa nabi dan rasul bersifat

amanah atau dapat dipercaya. Logikanya adalah apabila seorang utusan Allah

yang diberi tugas untuk mengajak dan menyampaikan ayat-ayat Allah tidak dapat

Page 164: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

dipercaya, maka tidak akan seorang pun yang akan mengikutinya karena bersikap

tidak dapat dipercaya.

Sifat selanjutnya adalah bahwa nabi dan rasul adalah utusan yang benar

(Sidik). Hal tersebut tercantum dalam Alquran, “Sesungguhnya ia adalah seorang

yang benar janjinya dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh

ahli (keluarga)nya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat dan ia adalah

seorang yang diridai di sisi Tuhannya” (Tafsir surat Maryam:54-55). Pada ayat

lain dikatakan, “Dan Kami telah memilih mereka (untuk menjadi nabi-nabi dan

rasul-rasul) dan Kami menunjuki mereka ke jalan yang lurus” (Tafsir surat Al-

An‟am:87). Ayat di atas menunjukkan bahwa nabi dan rasul merupakan utusan-

utusan Allah yang bersifat benar. Tidak mungkin seorang utusan yang

diperintahkan untuk mengajak orang lain ke jalan kebenaran memiliki sifat kidzib

atau bohong (lawan dari sidiq) dan hal ini merupakan sebuah kemustahilan bagi

nabi dan rasul Allah.

Allah telah menjaga nabi dan rasul dari dosa, artinya mereka terpelihara

dari dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil. Hal tersebut seperti yang tertera

dalam Alquran, “Hai Yahya, ambillah kitab (Taurat) itu dengan sungguh-

sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak dan

rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dari dosa). Dan

dia adalah seorang yang bertakwa” (Tafsir surat Maryam:12-13).

Zuhdi (1988:78) berpendapat, dalam Alquran dapat ditemui ayat yang

membenarkan ajaran Ishmatul Ambiya atau terhindarnya para nabi dari dosa, yaitu

pada surat Al-Anbiya ayat 25-29 sebagai berikut.

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul-pun sebelum kamu,

melainkan Kami mewahyukan kepadanya: Bahwasanya tidak ada

Page 165: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian

akan Aku. Mereka berkata: Tuhan Yang Maha Pemurah telah

mengambil anak. Maha Suci Allah, sebenarnya malaikat itu adalah

hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Allah mengetahui segala

sesuatu yang ada di hadapan mereka (malaikat) dan yang dibelakan

mereka dan mereka tidak memberi syafaat melainkan kepada orang-

orang yang diridai Allah dan mereka itu selalu berhati-hati karena

takut kepada-Nya. Dan barang siapa di antara mereka mengatakan:

Sesungguhnya, Aku adalah Tuhan selain daripada Allah, maka orang

itu Kami beri balasan dengan Jahanam. Demikian Kami memberikan

pembalasan kepada orang-orang yang zalim” (Tafsir surat Al-

Anbiya`:25-29).

Surat Al-Anbiya ayat 25 menegaskan bahwa nabi atau rasul pasti akan

mendapat wahyu tentang keesaan Allah. Untuk ayat 26-29 terdapat dua

interpretasi, pertama ulama tafsir seperti Ahmad Mushtafa al-Maraghi dan

Muhammad Abdul Mun‟im bependapat bahwa ayat tersebut diturunkan dalam

rangka membantah kepercayaan musyrik Arab tentang malaikat sebagai putra

Allah. Mereka bukan putra dan putri Tuhan, melainkan hamba-hamba Allah.

Kedua, Maulana Muhammad Ali berpendapat bahwa surat Al-Anbiya` ayat 25-29

adalah dalam rangka membicarakan sifat-sifat para nabi, yaitu sebagai hamba-

hamba Allah yang terhormat, hamba yang taat kepada Allah, hamba yang selalu

bersikap berhati-hati karena takut kepada Allah, dan tak ada nabi yang mengaku

sebagai Tuhan.

Kaum Ahlu `s-Sunnah wa `l-Jamaa‟ah cukup percaya atas empat sifat nabi

saja, yaitu shidiq, amanah, tabligh, dan fathanah. Shidiq artinya adalah benar dan

lawannya adalah bohong, amanah berarti dapat dipercaya lawannya adalah

khianat, tabligh artinya adalah menyampaikan lawannya adalah

menyembunyikan, dan fathanah artinya adalah pandai dan lawannya adalah

bodoh. Ketiga sifat (shidiq, tabligh, amanah) tersebut telah dibahas secara rinci di

atas. Mengenai sifat fathonah yang dimiliki nabi dan rasul telah diterangkan

Page 166: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

dalam Alquran, “Berkata Yusuf: Jadikanlah aku bendaharawan negara,

sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan”

(Tafsir surat Yusuf:54). Pada ayat lain juga dikatakan bahwa seorang rasul dapat

membacakan atau menyampaikan ayat-ayat dari Tuhan (Alquran) dan sunahnya.

Hal tersebut menyatakan bahwa nabi dan rasul bukan orang yang bodoh. Ayat

tersebut berbunyi, “Ya Tuhan kami, utuskanlah untuk mereka seorang rasul dari

kalangan mereka yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau dan

mengajarkan kepada mereka Alquran dan Sunah serta mensucikan mereka”

(Tafsir surat Al-Baqarah:129).

Pada ayat lain diterangkan bahwa nabi dan rasul mengajarkan kepada

umatnya tentang Alquran dan sunah serta menerangkan hal-hal yang tidak

diketahui kaumnya. Hal tersebut juga memperjelas bahwa nabi dan rasul ialah

utusan-utusan Allah yang terpilih dan memiliki kepandaian. Ayat tersebut

berbunyi, “Kami telah mengutus kepadamu rasul di antara kamu yang

membacakan ayat-ayat Kami kepadamu dan mengajarkan kepadamu Alquran dan

sunah serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui” (Tafsir

surat Al-Baqarah:151). Tidak ada satu dalil pun yang mengatakan bahwa nabi dan

rasul adalah orang-orang yang bodoh, bahkan sebaliknya mereka adalah orang-

orang yang diberi anugerah Allah berupa kepandaian. Tidak mungkin seorang

utusan Allah yang mengajak umatnya dan menjadi panutan umatnya, serta

menjadi pelindung bagi umatnya adalah orang-orang yang bodoh. Apabila mereka

adalah orang yang bodoh, mereka telah dibohongi dan dicaci oleh umatnya atas

kebodohan mereka.

Page 167: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

b. Jumlah Para Nabi dan Rasul Pembawa Syariat

Semua nabi dan rasul mendapatkan wahyu dari Allah Swt. Isi wahyu satu

dengan wahyu yang lain berlainan, tergantung pada masa dan umat masing-

masing nabi. Meskipun berbeda, ada satu hal yang sama yang disampaikan

mereka, yaitu mengenai ketauhidan atau pengesaan Tuhan. Oleh karena itu, ada

beberapa nabi yang hanya menyampaikan ajaran sesuai dengan nabi-nabi yang

terdahulu dan ada pula nabi dan rasul yang mengajarkan ajaran baru, artinya tidak

lagi menggunakan ajaran-ajaran nabi dan rasul sebelumnya. Dalam teks “MAI”

tertulis mengenai jumlah nabi dan rasul yang membawa syariat berjumlah enam.

Teks tersebut tertulis sebagai berikut.

Inilah masalah jika ditanya orang engkau dan berapa ada nabi

daripada yang mempunyai segala syariat. Maka jawab enam,

pertama Nabi Adam dan kedua Nabi Nuh dan ketiga Nabi Ibrahim

dan keempat Nabi Musa dan kelima Nabi Isa dan keenam Nabi

Muhammad shalawatu `l-Laahi atas mereka itu sekalian. Dan

bermula syariat segala nabi itu dihapuskan dengan syariat Nabi

Muhammad Shalla `l-Lahu „alaihi wa sallam (“MAI”:8).

Kaum Ahlu `s-Sunnah wa `l-Jamaa‟ah harus meyakini pula bahwa di

antara rasul-rasul itu ada lima orang yang dinamai Ulul Azmi, yaitu rasul-rasul

yang sangat teguh dan sangat tahan dalam menjalankan perintah-perintah Allah,

mereka adalah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi

Muhammad. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah, “Dan ingatlah ketika Kami

mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu sendiri, dari Nuh, Ibrahim,

Musa, Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian

yang teguh” (Tafsir surat Al-Ahzab:7) dan pada surat Asy-Syuraa disebutkan pula

lima rasul pembawa syariat, yaitu sebagai berikut.

Dan telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah

diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan

Page 168: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim,

Musa, dan Isa, yaitu tegakkanlah agama dan janganlah kamu

berpecah belah” (Tafsir surat Asy-Syuraa:13)

Hal tersebut juga dikuatkan dalam kitab Qathrul Ghaits (Imam

Nawawi:24) mengutip perkataan Ibnu Abbas, yaitu bahwasanya para Ulul Azmi

adalah orang-orang yang tabah dan giat dalam menjalani perkara, mereka

berjumlah lima orang. Mereka adalah orang-orang yang mempunyai syariat, yaitu

Nabi Muhammad, Ibrahim, Musa, Isa, dan Nuh. Akan tetapi, terdapat pula

perbedaan pendapat mengenai Ulul Azmi. Muqatal dalam dalam kitab Qathrul

Ghaits (Imam Nawawi:25) berpendapat bahwa Ulul Azmi berjumlah enam orang,

yaitu Nabi Nuh yang telah sabar terhadap celaan kaumnya, Nabi Ibrahim yang

telah sabar terhadap api, Nabi Ishaq yang telah sabar terhadap penyembelihan,

Nabi Ya‟qub yang telah sabar tidak memiliki putra serta hilangnya penglihatan,

Nabi Yusuf yang telah sabar dipenjara, dan Nabi Ayyub yang telah sabar terhadap

penyakit.

Dalam teks “MAI”, Nabi Adam merupakan nabi pembawa syariat karena

Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah sehingga jelas Adam telah

memiliki syariat untuk kehidupannya. Contoh syariat Nabi Adam adalah

mengawinkan anak-anaknya sendiri secara silang. Hal tersebut merupakan syariat

Nabi Adam yang sekarang telah dimansukh oleh syariat Nabi Muhammad, yaitu

dilarang hukumnya mengkawinkan dua saudara.

Syariat Nabi Muhammad akan menjadi syariat terakhir sekaligus menjadi

syariat yang paling sempurna. Syariat nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad

dimansukhkan oleh syariat Nabi Muhammad. Hal tersebut seperti tertera dalam

Alquran, “Sesungguhnya agama yang diridai di sisi Allah adalah Islam” (Tafsir

Page 169: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

surat Ali Imran:19). Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah Islam,

maka jelas bahwa agama Islam memansukhkan agama atau ajaran-ajaran

sebelumnya. Bahkan dalam firman Allah yang lain dikatakan seorang hamba yang

tidak beragama Islam, tidak akan diterima di akhirat. Firman tersebut berbunyi,

“Barang siapa yang mencari agama lain selain agama Islam, dia tidak akan

diterima dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (Tafsir surat Ali

Imran:85). Nabi Muhammad saw. juga menjelaskan bahwa ajaran yang

dibawanya akan menghapus atau mengganti ajaran-ajaran nabi sebelumnya,

bahkan nabi pernah bersabda bahwa apabila Nabi Musa masih hidup di zaman

Nabi Muhammad, maka Nabi Musa akan mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw.

Hal ini seperti yang tertulis dalam hadis nabi saw. sebagai berikut.

Aku telah membawa (bacaan-bacaan) kitab kepada kalian dengan

putih bersih yang kalian tanyakan kepada ahli kitab tentang sesuatu.

Mereka memberi informasi kepada kalian dengan benar, kemudian

kalian mendustakannya atau memberi informasi kepada kalian

dengan kebatilan, kemudian kalian membenarkannya. Demi Allah

yang diriku berada di tangannya. Seandainya Musa masih hidup,

maka dia tidak mempunyai keluasan kecuali mengikutiku” (Hadis

riwayat Ahmad, Bazzar, dan Abu Syaibah dalam Abu Bakar Al-

Jazairi:39-40).

Pada hadis lain diterangkan pula hal tersebut. Hadis yang diriwatkan

Bukhari Muslim tertulis sebagai berikut.

Abu Hurairah r.a. berkata: nabi saw. bersabda: Tiada seorang nabi

melainkan telah diberi mukjizat yang karenanya orang-orang percaya

kepadanya, sedang yang diberikan Allah kepadaku berupa wahyu

(Alquran) yang diturunkan kepadaku, maka aku berharap semoga

akulah yang terbanyak pengikutnya pada hari kiamat” (Tafsir Hadis

riwayat Bukhari Muslim dalam Abdul Baqi:50)

c. Jumlah Para Nabi dan Rasul Keseluruhan yang Diutus Allah

Mengenai jumlah nabi dan rasul secara keseluruhan diterangkan dalam

teks “MAI”, ”Inilah masalah jika ditanya orang engkau dan berapa ada mereka

Page 170: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

itu daripada segala nabi. Maka jawab seratus ribu dan empat dan dua puluh ribu

nabi” (“MAI”:8-9). Tertulis bahwa keseluruhan jumlah nabi dan rasul adalah

seratus dua puluh empat ribu nabi. Penjelasan tentang jumlah nabi dan rasul akan

disatukan dengan subbab berikutnya yang berbicara tentang jumlah keseluruhan

Para rasul atau mursaliin (nabi yang diutus/disuruh).

d. Jumlah Nabi Mursal (Rasul)

Berkenaan dengan jumlah rasul yang diturunkan Allah Swt. diterangkan

dalam teks “MAI”, “Inilah masalah jika ditanya orang engkau dan berapa ada

mereka itu daripada sekalian nabi yang disuruh mereka itu. Maka jawab tiga

ratus dan tiga belas nabi yang disuruh” (“MAI”:9).

Dari kedua kutipan di atas, jelas terdapat perbedaan jenis. Kutipan pertama

mengenai jumlah keseluruhan nabi dan rasul, sedangkan kedua hanya jumlah

rasul saja. Hal tersebut seperti yang dijelaskan dalam hadis nabi yang

diriwayatkan Ahmad dari Abu Dzar Al-Ghifari sebagai berikut.

Saya bertanya kepada: Ya Rasulullah siapa nabi yang pertama. rasul

menjawab: Adam. Aku bertanya: Ya Rasulullah apakah dia seorang

nabi? rasul menjawab: Ya dia adalah orang yang difirmankan. Aku

bertanya lagi: Ya Rasulullah berapa jumlah para rasul? Rasulullah

menjawab: Tiga ratus lima belas orang. Dalam ungkapan lain

terdapat keterangan: Berapa jumlah keseluruhan para nabi?

Rasulullah menjawab: Seratus dua puluh empat ribu, sedang jumlah

para rasul di antara mereka adalah tiga ratus lima belas orang”

(Tafsir Hadis riwayat Ahmad dalam Abu Bakar Aljazairi:359).

Imam Nawawi dalam Qathru Ghaits berpendapat bahwa ada hadis yang

mengatakan bahwa jumlah nabi adalah 124.000 dan dalam riwayat lain 224.000.

Hadis tersebut merupakan hadis ahad yang tidak menunjukkan terhadap kepastian.

Mengenai jumlah rasul dari para nabi terdapat satu riwayat yang mengatakan

jumlah rasul adalah 313 utusan, yaitu sebanyak jumlah Ahli Badar (orang yang

Page 171: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

ikut dalam perang Badar). Ada pula satu riwayat yang mengatakan 314, yaitu

sejumlah tentara Thalut yang telah sabar bersamanya dalam memerangi tentara

Jalut. Ada pula riwayat yang menyebutkan 315. (Nawawi dalam Qathrul

Ghaits:25-26).

Ahmad Dardiri berpendapat dalam Nawawi (Qathrul Ghaits:25) bahwa

yang lebih baik adalah tidak membatasi jumlah nabi dan rasul karena dengan

adanya pembatasan dalam menyebutkan hitungan akan dimungkinan ada

seseorang yang tidak termasuk ke dalam hitungan tersebut. Zuhdi (1988:66)

menambahkan bahwa iman kepada dan nabi dan rasul cukup secara global saja.

Artinya wajib bagi seorang hamba Allah telah mengutus beberapa nabi dan rasul

sebelum Nabi Muhammad saw., tetapi tidak wajib mengetahui berapa jumlah

seluruhnya dan siapa nama-namanya.

e. Mengetahui jumlah dan nama-nama nabi seluruhnya merupakan bagian

dari iman atau tidak

Telah diketahui bahwa jumlah nabi dan rasul ada banyak. Dari uraian

sebelumnya dapat diketahui bahwa jumlah nabi dan rasul tidak perlu dipastikan

berapa jumlahnya, tetapi cukup diyakini saja. Berkenaan dengan hal tersebut,

mengetahui jumlah dan nama para nabi merupakan sebuah syarat iman atau tidak

menjadi sebuah permasalahan baru. Teks “MAI” juga menerangkan hal yang

sama, tertulis dalam teks sebagai berikut.

Inilah masalah jika ditanya orang engkau mengetahui nama mereka

itu dan bilangan mereka itu kepada kita jadi syarat iman atau tiada.

Maka jawab mengetahui nama mereka itu dan bilangan mereka itu

tiada kepada kita. Jadi syarat iman karena firman Allah Taala

setengah mereka itu yang aku ceritakan atasmu dan setengah mereka

itu tiadaku ceritakan atasmu ya Muhammad (“MAI”:9-10).

Page 172: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa mengetahui nama dan jumlah

para nabi bukan merupakan syarat iman. Hal ini dikarenakan nabi dan rasul yang

telah diutus Allah Swt. tidak semuanya diceritakan kepada manusia. Hal tersebut

sesuai dengan firman Allah dalam Alquran, “Dan sesungguhnya telah Kami utus

beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan

kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu”

(Tafsir surat Ghafir:78). Pada ayat lain juga diterangkan kembali perihal tidak

semua nabi diceritakan kepada manusia, “Dan Kami telah mengutus rasul-rasul

yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu dan rasul-

rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu” (Tafsir surat An-

Nisa`:164).

Dari kutipan ayat Alquran di atas jelas bahwasanya Allah hanya

memperkenalkan sebagian saja dari para nabi dan rasul. Seorang hamba tidak

perlu mengahafal dan mengetahui semua nabi dan rasul karena tidak semuanya

diceritakan. Akan tetapi, cukup bagi seorang hamba untuk mempercayainya, yaitu

ada nabi dan rasul yang diturunkan Allah kepada manusia sebelum Nabi

Muhammad saw. Imam Nawawi dalam kitabnya berpendapat bahwa seorang

hamba wajib beriman terdahap adanya nabi secara tafshil, yaitu percaya terhadap

seorang yang telah disebutkan kenabian dan kerasulannya sejumlah 25 nabi,

meskipun tidak hafal nama-namanya karena menghafal hukumnya tidak wajib.

Berkenaan dengan nabi dan rasul yang tertera dalam Alquran, terdapat 25

nabi yang harus diyakini karena telah tertulis dalam Alquran dan kewajiban

seorang hamba adalah meyakini apa yang difirmankan Allah. Sirajuddin Abbas

berpendapat bahwa kaum Ahlu `s-Sunnah wa `l-Jamaa‟ah harus mengimani dan

Page 173: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

meyakini kebenarannya. Meskipun dalam surat Ash-Shaf ayat enam ada

penyebutan Nabi Ahmad, tetapi yang dimaksud dengan Ahmad adalah Nabi

Muhammad saw. (Abbas, 1994:59). Nabi dan rasul yang 25 orang itu ialah Nabi

Adam As‚ Nabi Idris As‚ Nabi Nuh As‚ Nabi Hud As‚ Nabi Saleh As‚ Nabi

Ibrahim As‚ Nabi Luth As‚ Nabi Ismail As‚ Nabi Ishaq As‚ Nabi Yakqub As‚

Nabi Yusuf As‚ Nabi Ayyub As‚ Nabi Syua‟ib As‚ Nabi Musa As‚ Nabi Harun

As‚ Nabi Zulkifli As‚ Nabi Daud As‚ Nabi Sulaiman As‚ Nabi Ilyas As‚ Nabi

Ilyasa As‚ Nabi Yunus As‚ Nabi Zakaria As‚ Nabi Yahya As‚ Nabi Isa As‚ dan

Nabi Muhammad saw.

Ayat Alquran yang menyatakan tentang adanya 25 orang nabi dan rasul

tersebut di atas ialah sebagai berikut. Penyebutan Nabi Ibrahim‚ Nabi Ismail‚

Nabi Ishaq‚ Nabi Ya‟qub‚ dan anak-anaknya dalam Alquran, “Katakanlah (Hai

Muhammad): kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami

dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim‚ Ismail‚ Ishaq‚ Ya‟qub anak-anaknya

dan yang diturunkan kepada Musa dan Isa dan apa yang diberikan kepada nabi-

nabi dari Tuhan‚ kami tidak memperbedakan seorang pun di antara mereka dan

kami patuh kepada-Nya” (Tafsir surat Al-Baqarah:136). Penyebutan Nabi

Ibrahim dalam Alquran, “Dan itulah alasan yang Kami berikan kepada Ibrahim

menghadapi kaumnya. Kami tinggikan derajatnya siapa yang Kami sukai‚

sesungguhnya Tuhan kamu itu Maha Bijaksana dan Maha Tahu” (Tafsir surat Al-

An‟am:83). Penyebutan Nabi Ishaq‚ Nabi Ya‟qub‚ Nabi Daud‚ Nabi Sulaiman‚

Nabi Ayub‚ Nabi Yusuf‚ Nabi Musa‚ dan Nabi Harun dalam Alquran, “Dan Kami

berikan kepadanya Ishaq dan Ya‟qub masing-masing Kami beri pimpiman. Dan

sebelum itu Kami berikan pimpinan kepada Nuh dan keturunannya yaitu Daud‚

Page 174: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Sulaiman‚ Ayub‚ Yusuf‚ Musa‚ dan Harun. Begitulah Kami memberi upah bagi

orang-orang yang membuat kebajikan” (Tafsir surat Al-An‟am:84). Penyebutan

Nabi Zakaria‚ Nabi Yahya‚ Nabi Isa‚ Nabi Ilyas‚ Nabi Ismail‚ Nabi Ilyasa‚ Nabi

Yunus‚ dan Nabi Luth dalam Alquran, “Dan Zakaria‚ Yahya‚ Isa‚ dan Ilyas

termasuk orang yang baik-baik. Dan Ismail‚ Ilyasa‟‚ Yunus‚ dan Luth semuanya

Kami berikan kelebihan dari sekalian makhluk” (Tafsir surat Al-An‟am:85-86).

Penyebutan Nabi Adam dan Nabi Nuh dalam Alquran, “Bahwasanya Allah telah

memilih Adam‚ Nuh‚ kelurga Ibrahim‚ dan keluarga Imran melebihi sekalian

alam” (Tafsir surat Ali Imran:33). Penyebutan Nabi „Ad dalam Alquran, “Dan

kepada „Ad diutus saudaranya‚ yaitu Hud” (Tafsir surat Al-A‟raf:65). Penyebutan

Nabi Saleh dalam Alquran, “dan kepada kaum Tsamud diutus saudaranya‚ yaitu

Saleh” (Tafsir surat Hud:61). Penyebutan Nabi Syu‟aib dalam Alquran, “Dan

kepada orang Majan diutus saudaranya‚ yaitu Syu‟aib” (Tafsir surat Hud:84).

Penyebutan Nabi Ismail‚ Nabi Idris‚ dan Nabi Zulkifli dalam Alquran, “Dan

Ismail‚ Idris‚ Zulkifli‚ semuanya orang yang sabar” (Tafsir surat Al-Anbiya:85).

Penyebutan Nabi Muhammad saw. dalam Alquran, “Muhammad itu bukan bapak

dari seorang pun laki-laki di antara kamu‚ tetapi ia rasul Allah dan akhir nabi-

nabi” (Tafsir surat Al Ahzab:40).

Banyak nabi dan rasul yang dari dulu diutus oleh Tuhan untuk suatu kaum

atau suatu bangsa‚ tetapi tidak dikabarkan dalam Alquran secara terperinci. Oleh

karena itu, tidak diwajibkan untuk mencari dan menelitinya satu persatu. Hal

tersebut seperti tertera dalam Alquran, “Dan beberapa rasul yang dahulu ada

yang ada Kami ceritakan kepadamu (Hai Muhammad) dan pula rasul-rasul yang

tidak kami ceritakan padamu.” (Tafsir surat An-Nisa‟:164).

Page 175: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Kaum Ahlu `s-Sunnah wa `l-Jamaa‟ah mempercayai bahwa setiap rasul

diberi mukjizat oleh Allah untuk memperkuat dakwah mereka masing-masing.

Mukjizat adalah suatu hal yang luar biasa yang diberikan Tuhan kepada para rasul

untuk dijadikan alat memperkuat dakwah dan risalah yang dibawanya. Beberapa

mukjizat dari Allah kepada rasul-Nya sebagai berikut. Nabi Ibrahim dibakar ke

dalam api yang membara‚ tetapi tidak terbakar. Kejadian itu ketika Nabi Ibrahim

dihukum oleh raja Namrud yang zalim karena Nabi Ibrahim telah menghancurkan

berhala-berhala sesembahan raja Namrud. Hal tersebut seperti dalam Alquran,

“Mereka berkata: Bakarlah dia dan minta tolonglah kepada Tuhanmu jika kamu

bisa melakukan. Kami (Tuhan) berkata: Hai api‚ hendaklah engkau menjadi sejuk

dan selamat atas Nabi Ibrahim” (Tafsir surat Al-Anbiya:68-69). Nabi Musa dapat

membelah laut dengan tongkatnya ketika dikejar-kejar oleh raja Fir‟aun dan

pengikutnya sampai Nabi Musa terdesak ke pinggiran Laut. Selain itu‚ Nabi Musa

juga dapat mengubah tongkatnya menjadi ular ketika ditantang oleh para ahli sihir

suruhan raja Fir‟aun. Hal tersebut tercatat dalam Alquran, “Lalu Kami wahyukan

kepada Musa: Pukullah laut dengan tongkatmu‚ maka laut itu belah dua dan

setiap bagian gunung yang besar” (Tafsir surat As-Syuara:63). Pada ayat lain

juga tertulis, “Jatuhkanlah tongkatmu itu hai Musa! Lalu dijatuhkannya‚ maka

tiba-tiba tongkat itu menjadi ular yang bergerak” (Tafsir surat Thaha:19-20).

Nabi Isa dapat menghidupkan orang mati dan dapat menyembuhkan penyakit-

penyakit yang tidak dapat disembuhkan oleh para dokter dan tabib. Dua hal

tersebut tercantum dalam Alquran, “Dan aku pandai menyembuhkan orang yang

buta‚ orang yang berpenyakit‚ lepra‚ dan aku pandai menghidupkan orang yang

telah mati dengan izin Tuhan” (Tafsir surat Ali Imran:49). Nabi Muhammad

Page 176: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

memiliki Alquran sebagai mukjizat, bahkan orang-orang Arab pada saat itu adalah

ahli bersyair dan berpidato ditantang untuk membuat sebuah saja yang

menyerupai Alquran seperti tertera dalam Alquran, “Dan jika kamu ragu-ragu

tentang kebenaran Alquran yang Kami turunkan kepada hamba Kami‚ cobalah

kamu kemukakan sebuah surat serupa Alquran itu dan panggillah pembantu-

pembantu selain Allah kalau kamu memang orang benar” (Tafsir surat Al-

Baqarah:23).

Orang-orang kafir yang mendengar ayat tersebut mendapatkan jalan untuk

mengalahkan Nabi Muhammad. Para kafir Quraisy berkumpul untuk mencoba

membuat tulisan serupa Alquran‚ tetapi mereka gagal. Hal tersebut juga tercantum

dalam Alquran, “Katakanlah kepada mereka (Hai Muhammad) sesungguhnya

kalau seluruh manusia dan jin berkumpul untuk menulis yang serupa Alquran itu

niscaya mereka tiadalah dapat membuat yang serupa itu‚ walaupun mereka

bantu-membantu sekalipun” (Tafsir surat Al-Isra‟:88).

Mukjizat Nabi Muhammad saw tidak hanya Alquran‚ masih banyak

mukjizat lain yang dimiliki‚ di antaranya sebagai berikut. Nabi Muhammad dapat

membelah bulan menjadi dua. Matahari berhenti ketika Nabi Muhammad berhenti

berjalan untuk membenarkan ucapannya. Nabi Muhammad pernah mengeluarkan

air dari anak jarinya‚ sehingga air tersebut dipakai oleh manusia dan unta untuk

mandi. Nabi pernah menyembuhkan penyakit seseorang hanya dengan

menyapukan kedua tangannya. Nabi pernah melemparkan sekepalan tanah kepada

musuh ketika perang dan mengenai mata seluruh musuh‚ seperti yang terjadi pada

perang Badar‚ perang Hunaen‚ dan lain-lain. Nabi sering memberitakan kabar-

kabar gaib yang belum terjadi dan akhirnya menjadi kenyataan (Abbas‚1994:71).

Page 177: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Keistimewaan Nabi Muhammad tidak hanya pada mukjizatnya, tetapi

Nabi Muhammad adalah seorang utusan Allah yang harus dicintai oleh seorang

hamba. Oleh karena itu, pada bagian syahadat, nama Nabi Muhammad disebutkan

setelah Allah, Asyhadu an laa ilaaha illa `l-Laah wa asyhadu anna Muhammadan

Rasuulu `l-Laah. Mencintai dan mengasihi Nabi Muhammad merupakan salah

satu sempurnanya iman seorang hamba. Dijelaskan pada sebuah hadis yang

diriwayatkan oleh Anas r.a., “Nabi saw. bersabda: Tiada sempurna iman seorang

sehingga ia cinta kepadaku melebihi dari anak, ayah kandungnya, dan semua

manusia” (Tafsir Hadis riwayat Bukhari Muslim dalam Abdul Baqi:17).

5) Iman kepada Hari Kiamat atau Hari Akhir

Ahlu `s-Sunnah wa `l-Jamaa‟ah mempercayai adanya hari akhir.

Sirajuddin Abbas (1994:73) berpendapat hari kiamat dimulai dari ketika manusia

meninggal sampai masuk ke dalam surga atau neraka sesuai dengan amal

perbuatannya. Orang yang masuk ke dalam surga dan neraka akan kekal

selamanya‚ maka surga dan neraka tidak akan lenyap. Abu Bakar Aljazairi

(2001:417) membagi dua hal mengenai pengertian hari akhir. Pertama, rusaknya

semua alam dan berhentinya kehidupan. Kedua, datang dan awal dari kehidupan

akhirat. Hari akhir adalah alam dunia akan hancur atau rusak dan berganti dengan

alam akhirat yang kekal. Kerusakan alam dunia karena dunia dan isinya karena

sifat fana dan tidak azali sehingga bersifat baru. Sesuatu yang baru pasti akan

rusak. Pembahasan mengenai iman kepada hari akhir dalam teks “MAI” terdiri

dari satu permasalahan, yaitu mengenai cara mengimani hari kiamat. Tertulis

dalam teks sebagai berikut.

Inilah masalah jika ditanya orang engkau dan betapa percaya engkau

kepada hari yang kemudian. Maka jawab bahwasanya Allah Taala

Page 178: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

mematikan segala makhluk sekalian melainkan barang yang ada

dalam surga dan neraka, kemudian menghidupkan Allah akan

mereka itu dan dihimpunkan mereka itu dan dikira-kira mereka itu

dan dihakimkan antara mereka itu dengan adil. Maka barang siapa

ada daripada segala malaikat dan jin dan manusia, maka bahwasanya

mereka itu binasa mereka itu, maka barang siapa ada daripada

mereka itu fasik maka tiada kekal ia. Artinya tiada kekal segala

orang mukmin di dalam neraka kemudian daripada dikira-kira dan

adapun orang mukmin itu di dalam surga kekal mereka itu dan tiada

binasa surga dan tiada binasa isi keduanya. Dan barang siapa syak

daripada segala perkara ini maka bahwasanya jadi kafir” (“MAI”:10-

11).

Seorang hamba harus meyakini adanya hari akhir karena merupakan salah

satu elemen dari rukun iman. Berkenaan dengan kewajiban seorang hamba untuk

percaya dan yakin terhadap hari akhir, telah tertulis dalam Alquran, “Bukanlah

suatu kebajikan kalian menghadap ke arah timur dan barat, tetapi kebajikan

adalah beriman kepada Allah, hari akhir, para malaikat, dan para nabi” (Tafsir

surat Al-Baqarah:122).

Hari akhir akan terjadi dan pasti akan terjadi. Mengenai kejadian hari akhir

telah diceritakan dalam Alquran, seperti firman Allah dalam surat Az-Zumar,

“Dan ditiuplah terompet (sangkakala), kemudian orang-orang yang di langit dan

di bumi mati, kecuali yang dikehendaki Tuhan tidak akan mati. Kemudian ditiup

sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu atau melihat

(putusannya masing-masing)”(Tafsir surat Az-Zumar:68). Pada ayat lain juga

diceritakan bagaimana hari akhir akan berlangsung sebagai berikut.

Apabila sangkakala ditiup sekali tiup, bumi dan gunung-gunung

diangkat, lalu keduanya dibenturkan sekali benturan. Maka pada hari

itu kiamat terjadi. Dan langit terbelah karena pada saat itu langit

menjadi lemah. Para malaikat berada di segenap penjuru langit. Pada

hari itu delapan malaikat menjunjung arsy Tuhanmu di atas kepala

mereka. Pada hari itu pula kalian dihadapkan kepada Tuhan kalian.

Tak satupun dari keadaan kalian tersembunyi bagi Allah. Adapun

orang yang diberikan kepadanya buku catatan dari sebelah

kanannya,maka ia berkata: Ambillah dan bacalah buku catatan ini.

Page 179: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Sesungguhnya aku yakin bahwa aku akan menemui hisab terhadap

diriku. Dengan demikian orang itu berada dalam kehidupan yang

diridai dalam surga yang tinggi. Buah-buahannya dekat. Makan dan

minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan

pada hari-hari yang telah lalu. Adapun orang yang diberikan

kepadanya buku catatan dari sebelah kirinya, maka dia berkata:

Aduh alangkah baiknya jika buku catatan ini tidak diberikan

kepadaku. Saya tidak mengetahui apa hisab itu. Alangkah baiknya

jika kematian itu menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali

tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku

daripadaku. Allah berfirman: Peganglah dia lalu belenggulah

tanggannya ke lehernya kemudian masukkanlah ke dalam api yang

menyala-nyala. Setelah itu belitlah dia dengan rantai yang

panjangnya tujuh puluh hasta” (Tafsir surat Al-Haqqah 13-32).

Dari dua ayat di atas telah dijelaskan secara singkat mengenai kejadian

pada hari kiamat. Dimulai dari rusaknya semua alam karena ditiup sangkakala

sampai kepada masuknya semua manusia ke dalam surga atau neraka.

Dalam teks “MAI” disebutkan bahwa semua makhluk akan dimatikan

Allah. Hal tersebut merupakan awal adanya kiamat. Ahlu `s-Sunnah wa `l-

Jamaa‟ah percaya bahwa semua manusia akan mati sesuai dengan ajalnya. Ajal

tidak akan terlambat atau tidak mendahului seperti yang telah ditentukan Allah

(Abbas‚ 1994:73). Hal tersebut sesuai dengan firman Tuhan dalam Alquran,

“Setiap orang akan merasa mati” (Tafsir surat Ali Imran:185). Pada surat Az-

Zumar juga dikatakan bahwa semua makhluk akan mati, “Dan ditiuplah terompet

(sangkakala), kemudian orang-orang yang di langit dan di bumi mati, kecuali

yang dikehendaki Tuhan tidak akan mati (Tafsir surat Az-Zumar:68). Dari dua

firman di atas jelas bahwa secara umum dimulainya hari kiamat adalah ketika

alam dan isinya telah hancur dan rusak.

Mengenai waktu kejadian kiamat hanya Allah yang mengetahui pastinya,

bahkan Rasulullah pun ketika ditanya mengenai kiamat, nabi hanya menyebutkan

Page 180: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

tanda-tanda datangnya kiamat saja. Allah berfirman dalam surat Luqman sebagai

berikut.

Sesungguhnya Allah hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan

tentang hari kiamat dan Dialah yang menurunkan hujan dan

mengetahui apa yang ada dalam rahim dan tiada seorang pun yang

dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya

besok dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana ia

akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha dalam

pengetahuan-Nya” (Tafsir surat Luqman:34).

Mengenai waktu kiamat Allah berfirman, “Mereka tidak menunggu-

nunggu melainkan hari kiamat yang akan datang kepada mereka dengan tiba-

tiba. Sesungguhnya tanda-tandanya telah datang. Oleh karena itu, bagaimanakah

peringatan bagi mereka apabila kiamat telah tiba?” (Tafsir surat

Muhammad:18). Pada ayat lain juga diterangkan mengenai waktu kiamat, “Hari

kiamat telah dekat dan bulan telah membelah. Jika mereka (orang musyrik)

melihat suatu tanda (mukjizat) mereka berpaling dan mengatakan, ini adalah

sihir yang terus menerus” (Tafsir surat Al-Qamar:1-3).

Sebagian tanda datangnya kiamat adalah terutusnya Nabi Muhammad

yang merupakan utusan terakhir karena setelah Nabi Muhammad tidak ada nabi

lagi. Rasul bersabda, “Saya diutus sedang hari kiamat seperti dua ini” (Tafsir

Hadis Bukhari Muslim dalam Abu Bakar Al-Jazairi, 2001:437). Rasul

mengisyaratkan dengan kedua ujung jarinya, yaitu jari telunjuk dan jari tengah

dan beliau mensejajarkan antara keduanya. Hal tersebut merupakan sebuah simbol

bahwa masa antara Nabi Muhammad datang dan kiamat adalah amat dekat. Pada

hadis lain diterangkan betapa cepat datangnya hari kiamat yaitu sebagai berikut.

Hari kiamat tidak akan tiba jika terdapat seseorang yang memerah

susu unta, namun sebelum perahan susu itu sampai ke dalam wadah,

hari kiamat telah tiba. Jika terdapat dua orang yang mengadakan

transaksi jual beli pakaian, namun transaksi itu belum selesai, hari

Page 181: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

kiamat telah tiba. Jika terdapat seorang yang merehabilitasi telaga,

namun sebelum air telaga keluar, hari kiamat telah tiba (Tafsir Hadis

riwayat Muslim dalam Abu bakar al-jazairy, 2001:449).

Meskipun demikian, tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan

terhadinya kiamat. Manusia hanya diberi tanda-tanda datangnya hari kiamat. Ada

banyak tanda-tanda kiamat yang telah dikabarkan kepada manusia, baik dari

Alquran maupun hadis. Beberapa tanda datangnya hari kiamat yaitu sebagai

berikut.

a. Bangkitnya Dajjal

Dajjal muncul di tengah-tengah umat manusia. Allah mencoba umat

manusia dengan Dajjal yang diberinya kemampuan dan kekuasaan yang

sedemikian rupa sehingga dapat menggoyahkan fikiran, jiwa, dan iman dari orang

yang lemah imannya. Dajjal tinggal di bumi selama 40 hari dan hari-hari

pertamanya yang panjang waktunya. Mengenai datangnya Dajjal, rasul penah

bersabda dari An-Nawas bin Sam‟an sebagai berikut.

Kami bertanya: Hai Rasulullah, berapa lama Dajjal tinggal di bumi?

Jawab nabi: 40 hari, hari pertamanya seperti setahun, hari kedua

seperti sebulan, hari ketiga seperti seminggu, dan hari-hari

seterusnya seperti hari-hari kamu lamanya. Kami bertanya lagi: Hai

Rasulullah pada hari yang lamanya seperti setahun, sebulan,

seminggu itu apakah kita cukup melakukan salat sehari lima kali?

Jawab nabi: Tidak cukup (salat lima kali untuk hari-hari tersebut).

Buatlah perkiraan atau hitungan untuk salat (demikian pula untuk

puasa) untuk hari-hari tersebut (setiap 24 jam waktu kita, kita

melakukan salat lima kali) (Tafsir Hadis riwayat Muslim dalam

Zuhdi, 1988:91).

Diterangkan pula bahwa Dajjal tidak hanya satu, tetapi ada tiga puluh

dajjal yang akan menguasia bumi. Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah

r.a., “Nabi saw. bersabda: Tidak akan tiba hari kiamat sehingga bangkit tiga

Page 182: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

puluh dajjal pendusta, semuanya mengaku sebagai Rasulullah” (Tafsir Hadis

Bukhari Muslim dalam Abdul Baqi:1123).

Mengenai ciri-ciri Dajjal ialah buta mata sebelah kanannya dan matanya

bagaikan anggur, Dajjal keluar akan membawa api dan air, sedangkan yang dilihat

orang-orang dari api itu adalah air dingin dan sebaliknya yang dilihat orang-orang

dari air itu adalah api. Hal tersebut pernah disabdakan rasul sebagai berikut.

Abu Hurairah berkata: Rasulullah saw. bersabda: Sukakah aku

beritakan kepadamu tentang Dajjal yang belum diberitahukan oleh

nabi pada kaumnya. Sungguh Dajjal itu buta sebelah dan ia akan

datang membawa sesuatu yang menyerupai surga dan neraka.

Adapun yang dikatakan surga itu api neraka. Dan aku

memperingatkan kalian sebagaimana Nabi Nuh telah

memperingatkan kepada kaumnya (Tafsir Hadis riwayat Bukhari

Muslim dalam Abdul Baqi:1127).

Berkenaan dengan sesuatu yang menyerupai surga dan neraka merupakan

sebuah alat yang digunakan Dajjal untuk mengelabuhi manusia. Manusia dengan

iman yang lemah akan memilih surga yang dibawa oleh Dajjal yang

sesungguhnya merupakan api yang panas. Mereka yang memilih surga itu telah

berhasil dikelabuhi olehnya. Begitu juga sebaliknya, manusia yang memilih

sesuatu yang menyerupai neraka (api) sebenarnya telah memilih suatu yang benar.

Dajjal tidak bisa mengelabuhi mereka karena kadar iman mereka terjaga.

b. Turunnya Nabi Isa a.s. dan Imam Mahdi

Salah satu tanda datangnya hari kiamat adalah diturunkannya kembali

Nabi Isa setelah diangkat Allah ketika dia dikejar-kejar oleh umatnya sendiri.

Nabi Isa datang memberitahukan perihal hari kiamat yang segera akan datang. Hal

tersebut telah difirmankan Allah dalam Alquran, “Sesungguhnya Isa itu benar-

benar memberi pengetahuan tentang hari kiamat” (Tafsir surat Az-Zukhruf:61).

Pada ayat lain juga ditunjukkan bahwa Nabi Isa diangkat oleh Allah, “Ingatlah

Page 183: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

ketika Allah berfirman, Hai Isa sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu

kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan dari

orang-orang kafir” (Tafsir surat Ali Imran:55). Rasul menerangkan, “Hari

kiamat tidak akan tiba sehingga seorang (Isa) keluar dari Qahthan yang dapat

menggiring manusia dengan tongkatnya” (Tafsir Hadis Bukhari Muslim dalam

Abu bakar al-jazairy, 2001:446).

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Nabi Isa akan turun ke bumi

membawa segala informasi tentang hari kiamat. Bagi orang mukmin datangnya

Nabi Isa merupakan tanda yang nyata bahwa hari kiamat tidak akan lama lagi.

Turunnya Nabi Isa tidak lain juga untuk memerangi kaumnya yang menyalahi

hukum Allah dengan mengatakan dirinya sebagai Tuhan. Rasulullah saw. telah

menerangkan dalam hadisnya sebagai berikut.

Sekelompok dari umatku selalu berperang di atas kebenararan

dengan mendapat kemenangan sampai hari kiamat. Isa putra

Maryam kemudian diturunkan. Pimpinan mereka berkata:

Bergabunglah dengan kami. Isa menjawab: Tidak, sesungguhnya

sebagian di atas sebagian yang lain adalah pemimpin karena Allah

telah memuliakan umat ini (Tafsir Hadis riwayat Bukhari Muslim

dalam Abu bakar al-jazairy, 2001:448).

Dari kutipan di atas Nabi Isa jelas akan menentang kaum-kaumnya yang

mengatasnamakan pengikut Nabi Isa, padahal mereka sendiri yang membuat

aturan tersebut. Ketika diminta oleh kaumnya untuk mengikuti mereka, Nabi Isa

menolak dan mengakui bahwa umat Nabi Muhammad adalah umat yang mulia

dan Nabi Isa mengajak mereka untuk mengikuti ajaran Muhammad saw. Nabi Isa

juga membenahi ajaran-ajaran yang diselewengkan tersebut. Ia akan mengajarkan

ajaran Nabi Muhammad, tetapi banyak dari kaumnya yang tidak mengikuti

Page 184: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

dirinya, padahal mereka mengaku adalah pengikut Nabi Isa. Hal tersebut tertera

dalam hadis nabi saw. sebagai berikut.

Rasul bersabda: Demi Allah, putra Maryam akan turun sebagai juru

damai yang adil. Dia akan memecahkan salib, akan membunuh babi,

akan meletakkan jizyah (pajak), dan unta muda yang kakinya

panjang akan ditinggalkan. Unta itu tidak akan dijadikan usaha.

Dendam, kebencian, dan kedengkian akan dilenyapkan. Dia

menganjurkan agar menafkahkan harta, namun tak seorang pun

menerimanya (Tafsir Hadis riwayat Bukhari Muslim dalam Abu

Bakar Al-Jazairy, 2001:449).

Jelas dari kutipan hadis tersebut, banyak manusia yang mengatasnamakan

pengikut Nabi Isa tidak menerima perkataannya untuk mengikuti ajaran Nabi

Muhammad. Bahkan Nabi Isa akan merusak salib-salib yang dipergunakan

kaumnya untuk beribadah karena tidak sesuai dengan ajaran yang diterimanya. Ia

juga akan membunuh babi karena banyak dari manusia yang mengaku

pengikutnya memakan binatang tersebut, padahal jelas bahwa dalam ajaran

Muhammad babi merupakan salah satu makanan yang diharamkan. Nabi Isa juga

meminta kepada mereka agar menafkahkan hartanya kepada sesamanya, tetapi

semua yang dikatakannya ditolak oleh manusia yang mengaku pengikutnya.

Mengenai hadirnya Imam Mahdi diterangkan, bahwa suatu hari nanti

ketika bumi banyak kerusakan, muncul seorang alim untuk menegakkan keadilan.

(Zuhdi, 1988:91). Imam Mahdi merupakan keturunan rasul Muhammad saw. dan

menjadi salah satu tanda-tanda datangnya kiamat.

c. Munculnya Binatang Misterius

Salah satu tanda-tanda datangnya kiamat adalah munculnya binatang

misterius. Mereka akan keluar dari bumi. Kemesteriusannya atau keanehannya

ialah mereka dapat bicara kepada manusia untuk menunjukkan adanya kepalsuan

dan ketidakbenaran ajaran selain ajaran Islam. Hal tersebut sesuai yang

Page 185: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

difirmankan Allah, “Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka (sudah dekat

hari bangkit/balasan), Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang

akan mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya mereka dahulu tidak

yakin kepada ayat-ayat Kami” (Tafsir surat An-Naml:82). Dalam hadis

diriwayatkan pula sebagai berikut.

Rasul pernah datang kepada kami saat kami sedang berdiskusi. Nabi

bertanya apa yang didiskusikan. Kami menjawab tentang masalah

hari kiamat. Rasul bersabda: Kiamat tidak akan tiba sampai kalian

melihat sebelumnya sepuluh tanda, yaitu asap, Dajjal, binatang, tiga

kehancuran; di timur, di barat, dan di jazirah Arab, sedang yang

terakhir adalah api yang keluar dari arah kanan yang menggiring

manusia ke tempat berkumpulnya mereka (mahsyar) (Tafsir Hadis

riwayat Muslim dalam Abu bakar al-jazairy, 2001:440).

Dari hadis di atas dapat diketahui bahwa binatang itu dulunya juga seorang

hamba Allah, tetapi mereka tidak mempercayai ayat-ayat Allah sehingga Allah

mengurung mereka dalam sebuah gua. Pada hari kiamat telah dekat, mereka akan

keluar dan mengkabarkan kepada seluruh manusia perihal dirinya yang dulu tidak

yakin terhadap ayat-ayat Allah.

d. Matahari Terbit dari Arah Barat

Telah menjadi sebuah pengetahuan umum bahwa matahari terbit dari

sebelah timur dan tenggelam dari sebelah barat. Awal tanda kiamat adalah

munculnya matahari dari arah timur. Hal tersebut menunjukkan betapa kuasanya

Allah atas ciptaan-Nya. Rasul telah mengkabarkan hal tersebut dalam hadis yang

diriwayatkan oleh Muslim, “Awal tanda kiamat kubra adalah keluarnya matahari

dari arah barat dan keluarnya binatang pada manusia pada waktu duha.

Manakala salah satunya tampak terlebih dahulu, maka yang lain akan

mengikutinya dalam waktu dekat” (Tafsir Hadis riwayat Muslim dalam Abu bakar

al-jazairy, 2001:441).

Page 186: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

e. Kakbah Kiblat Umat Islam Hancur

Tanda-tanda nyata datangnya hari kiamat adalah bangunan Kakbah

sebagai kiblat seluruh umat Islam di dunia akan hancur dan rusak. Hal tersebut

seperti yang tertera dalam hadis nabi saw. yang diriwayatkan Abu Hurairah, “Abu

Hurairah r.a. berkata: nabi saw. bersabda: Akan ada orang yang merobohkan

Ka‟bah, yaitu seorang yang berbetis kecil dari Habasyah” (Tasir Hadis riwayat

Bukhari Muslim dalam Abdul Baqi:1121).

f. Perang Adikuasa

Salah satu tanda-tanda yang lain dekatnya hari kiamat adalah terjadinya

perang antara dua golongan adikuasa. Hal tersebut seperti tertera dalam hadis

nabi, “Hari kiamat tidak akan datang sebelum dua golongan adikuasa berperang

dan di antara keduanya terjadi pertempuran sangat dahsyat, sedang dakwaan

keduanya adalah satu” (Tafsir Hadis riwayat Bukhari Muslim dalam Abu bakar

al-jazairy, 2001:442). Dua golongan yang dimaksud dalam hadis di atas adalah

golongan Ali bersama pengikutnya dan Muawiyyah dan pengikutnya.

Pertempuran yang dahsyat itu terjadi di Shiffin.

g. Banyak Perperangan dan Pembunuhan

Selain peperangan antara dua golongan adikuasa, banyaknya peperangan

yang terjadi di muka bumi menjadikan tanda-tanda datangnya hari kiamat. Rasul

telah menjelaskan dalam hadis, “Hari kiamat tidak akan terjadi sehingga

kekacauan menyeruak. Para sahabat bertanya: Apakah kekacauan itu ya

Rasulullah? Nabi menjawab: pertempuran (pembunuhan)” (Tafsir Hadis riwayat

Muslim dalam Abu bakar al-jazairy, 2001:442). Peperangan di atas tidak hanya

berlaku pada satu kelompok atau golongan yang berperang kepada golongan lain,

Page 187: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

tetapi pengertian peperangan adalah manusia saling membunuh satu sama lain dan

hal tersebut sudah menjadi hal wajar bagi mereka.

h. Orang-Orang Berjalan ke Sungai Euphrat dan Hilangnya Persatuan Umat

Islam.

Rasul bersabda mengenai kejadian tersebut. Disebutkan dalam hadis yang

diriwayatkan Bukhari Muslim, “Hari kiamat tidak akan tiba sehingga orang yang

berjalan ke sungai Furat (Euphrat) dari gunung menjadi letih ketika orang-orang

memeranginya” (Tafsir Hadis riwayat Bukhari Muslim dalam Abu bakar al-

jazairy, 2001:443).

Mengenai terpecahnya umat Islam dalam berbagai segi, baik sosial,

agama, budaya, maupun tatanan negara. Hal tersebut seperti hadis nabi, “Irak

menahan dirhamnya dan takarannya. Syam menahan mud dan dinarnya. Mesir

menahan takaran dan dinarnya. Kalian dikembalikan sebagaiman kalian

diciptakan pertama kali” (Tafsir Hadis riwayat Bukhari Muslim dalam Abu bakar

al-jazairy, 2001:443).

Tanda ini telah terlihat nyata, yaitu kekhalifahan Islam telah hilang sejak

masa lalu. Irak berdiri dengan ke-Irakannya, penduduk Syam berdiri sendiri

dengan ke-Syammannya, dan penduduk Mesir berdiri sendiri dengan ke-

Mesirannya. Penggunaan misal negara Syam, Mesir, dan Irak adalah hanya

sebuah simbol karena ketiga negara tersebut merupakan negara dengan mayoritas

muslim terbesar. Ketiga negara tersebut merupakan simbol dari kekuatan Islam,

tetapi tidak ada persatuan antara ketiganya. Sebaliknya, mereka mengagungkan

dan menonjolkan negara mereka masing-masing dan melalaikan hal yang lebih

penting, yaitu persatuan umat Islam.

Page 188: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

i. Api Keluar dari Hijaz

Tanda datangnya hari kiamat yang lain adalah keluarnya api dari tanah.

Rasul bersabda, “Hari kiamat tidak akan tiba sehingga api keluar dari Hijaz yang

menyinari leher-leher unta di Bushra” (Tafsir Hadis riwayat Bukhari Muslim

dalam Abdul Baqi:1119). Tanda ini telah tampak sebagaimana informasi rasul

bahwa Harrah Timur dari kota rasul (Madinah) telah terbakar dan api terus

menyala dalam waktu yang sangat lama. Nyala api itu dapat dilihat dari Bushra

Syam. Batunya hitam yang selalu terbakar seperti arang sampai sekarang.

j. Resimen Perempuan Kabilah Daus Kembali Menyembah Berhala

Tanda yang diterangkan oleh nabi selanjutnya adalah wanita-wanita

kabilah Daus kembali menyembah berhalanya, seperti yang diterangkan nabi

“Hari kiamat tidak akan tiba sehingga bergoyang pinggul wanita-wanita kabilah

Daus menuju berhala di sekitar Dzul Khullashakh. Dzul Khullashakh adalah

berhala yang disembah oleh kabilah Daus pada masa jahiliah di Tabalah”

(Tafsir Hadis riwayat Bukhari Muslim dalam Abdul Baqi:1120).

k. Pohon Memberitahu Muslim Tentang Keberadaan Orang Yahudi

Tanda-tanda berikutnya adalah pohon-pohon dapat mengkabarkan

keberadaan kaum Yahudi. Rasul bersabda dalam sebuah hadis sebagai berikut.

Hari kiamat tidak akan tiba sehingga orang-orang Islam dapat

memerangi orang-orang Yahudi. Orang-orang Islam dapat

membunuh mereka sehingga mereka sembunyi di balik batu dan

pohon. Batu dan pohon itu berkata: Wahai orang Islam, wahai

hamba Allah ini adalah orang Yahudi di belakangku. Kesinilah dan

bunuhlah dia kecuali pohon Gharqad karena ia termasuk pohon

orang-orang Yahudi (Tafsir Hadis riwayat Bukhari Muslim dalam

Abu bakar al-jazairy, 2001:447).

Page 189: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Kejadian tersebut sangatlah aneh karena pohon yang notabene tidak dapat

berbicara dengan kuasa Allah dapat mengkabarkan keberadaan kaum Yahudi

kepada umat Islam.

l. Banyak Orang Yang Menjual Agamanya

Tanda-tanda nyata datangnya kiamat adalah banyaknya orang-orang yang

menjual agamanya. Orang-orang memeluk Islam di waktu pagi dan akan berubah

menjadi kafir di waktu sore hari. Mereka beralih dari Islam menjadi kafir karena

alasan keduniaan. Rasulullah saw. bersabda mengenai hal tersebut, yaitu sebagai

berikut.

Bersegeralah kalian dengan mengerjakan berbagai aktivitas karena

akan muncul beberapa fitnah seperti sebagian malam yang gelap.

Seseorang yang pada waktu paginya mukmin, pada waktu sorenya

dia kafir, sedang seseorang yang pada waktunya kafir, pada waktu

paginya dia mukmin. Dia menjual agamanya dengan harta dunia

(Tafsir Hadis riwayat Muslim dalam Abu bakar al-jazairy,

2001:445).

Dari hadis tersebut dapat diketahui bahwa hari kiamat akan datang ketika

banyak manusia yang kehilangan identitasnya. Manusia yang menjadi pengatur

bumi telah rusak karena keserakahan mereka sendiri. Oleh karena itu, rasul juga

pernah menjelaskan bahwa seburuk-buruk manusia adalah orang yang meninggal

di hari kiamat. Hadis tersebut berbunyi, “Hari kiamat tidak akan tiba kecuali

yang tersisa adalah orang-orang yang paling jelek” (Tasir Hadis riwayat Muslim

dalam Abu Bakar Al-Jazairy, 2001:450). Pada hadis lain disebutkan, “Sejelek-

jelek manusia adalah orang yang menyusul hari kiamat dan mereka hidup” (Tasir

Hadis riwayat Bukhari Muslim dalam Abu Bakar Al-Jazairy, 2001:450). Hari

kiamat akan datang ketika bumi dikuasai oleh manusia-manusia yang buruk.

Page 190: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Tidak akan terjadi kiamat ketika manusia masih dihuni oleh kaum saleh yang

mengerjakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Uraian di atas merupakan beberapa tanda datangnya hari kiamat.

Berkenaan dengan peristiwa terjadinya kiamat juga diterangkan dalam Alquran

dan Hadis. Diterangkan dalam Alquran mengenai hari kiamat, “Hari kiamat.

Apakah hari kiamat itu? Tahukah engkau apakah hari kiamat itu? Pada hari itu,

manusia seperti anai-anai yang bertebaran dan gunung-gunung seperti bulu yang

dihambur-hamburkan” (Tafsir surat Al-Qaari‟ah:1-5). Pada surat Al-Ma‟aarij

juga diperjelas kejadian hari kiamat, yaitu sebagai berikut.

Pada hari ketika langit menjadi seperti luluhan perak dan gunung-

gunung menjadi seperti bulu berterbangan. Seorang teman yang

akrab pun tidak akan menanyakan temannya sedang mereka saling

melihat orang kafir. Orang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat

menebus (dirinya) dan siksaan hari itu dengan anak-anaknya,

isterinya, saudaranya, kaum famili yang melindunginya dan semua

orang di atas bumi. Dia kemudian mengharapkan tebusan itu dapat

menyelamatkannya. Sama sekali tidak dapat. Sesungguhnya neraka

itu adalah api yang bergejolak (Tafsir surat Al-Ma‟aarij:8-15).

Salah satu kejadian pada hari kiamat adalah adanya goncangan yang besar.

Allah berfirman dalam Alquran, “Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan

yang dahsyat. Bumi telah mengeluarkan beban-beban berat yang dikandungnya.

Manusia bertanya: Mengapa bumi menjadi begini?” (Tafsir surat Az-Zalzalah:1-

3). Goncangan tersebut sangat dahsyat. Akibat goncangan yang sangat dahsyat

tersebut, manusia hanya menyelamatkan dirinya sendiri. Mereka tidak

menghiraukan orang lain karena ketakutan, bahkan seorang ibu akan lupa

terhadap anaknya karena adanya goncangan yang dahsyat tersebut. Allah

berfriman sebagai berikut.

Wahai manusia bertakwalah kepada Tuhan kalian. Sesungguhnya

kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat

Page 191: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

besar. Ingatlah pada hari itu kalian melihat kegoncangan itu, semua

wanita yang menyusui anaknya lalai dari anak yang disusukannya

dan kandungan semua wanita yang hamil gugur. Engkau melihat

manusia dalam keadaan mabuk, padahal mereka tidak mabuk. Akan

tetapi, siksaan Allah sangat keras (Tafsir surat Al-Hajj:1-2).

Hari kiamat merupakan hari kerusakan seluruh alam. Semua yang ada

dalam alam semesta akan hancur tiada yang bersisa. Dijelaskan dalam Alquran

bahwa gunung-gunung akan meletus bertaburan, langit akan terbelah, bintang-

bintang akan jatuh, lautan akan meluap, dan sebagainya. Kejadian tersebut tertulis

dalam Alquran, “Apabila langit terbelah. Apabila bintang-bintang jatuh

berserakan. Apabila lautan dijadikannya meluap” (Tafsir surat Al-Infithar:1-3).

Pada ayat lain juga diceritakan matahari akan digulung, yaitu “Apabila matahari

digulung. Apabila bintang-bintang berjaTuhan. Apabila gunung-gunung

dihancurkan” (Tafsir surat At-Takwir:1-3). Bumi dan isinya akan berterbangan

dan berhamburan. Tidak ada seorang manusia pun yang dapat membohongi

kedahsyatan hari kiamat. Hal tersebut tertulis dalam Alquran, “Apabila hari

kiamat terjadi, maka tak seorang pun dapat berdusta tentang kejadiannya.

Kejadian itu merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (satu golongan

lain). Apabila bumi digoncangkan dengan dahsyat, maka ia menjadi debu yang

berterbangan” (Tafsir surat Al-Waqiah:1-6).

Semua makhluk yang memiliki nyawa akan mati. Ketika mati, manusia

akan masuk ke dalam baru setelah alam dunia, yaitu alam kubut. Pada alam kubur

manusi baru menyesali tentang amalnya di dunia. Allah berfirman dalam Alquran,

“Kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur. Kemudian

bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali” (Tafsir surat „Abasa:21-

Page 192: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

22). Pada ayat lain juga diceritakan penyesalan manusia akibat perbuatannya di

dunia, sebagai berikut.

(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu) sehingga apabila

datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: Ya

Tuhanku, kembalikan aku (ke dunia) agar aku berbuat amal saleh

dalam hal yang aku lalaikan. Sekali-kalu tidak. Sesungguhnya itu

adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka

ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan” (Terjemah Al-

Mukminun:99-100).

Mereka meminta kepada Tuhan agar dikembalikan ke dunia untuk

bertobat dan melakukan perbuatan yang diridai Allah. Akan tetapi, semua itu

tidak ada gunanya karena alam dunia telah dilewati dan tidak akan kembali

seorang manusia pun apabila telah meninggalkan dunia ini.

Ketika di alam kubur manusia akan ditanyai oleh malaikat Munkar dan

Nakir pertanyaan kubur. Orang yang dapat menjawab dengan baik karena amal

perbuatannya di dunia juga baik akan mendapat nikmat kubur‚ begitu juga

sebaliknya. Ketika hari kiamat tiba dan semua makhluk telah mati‚ maka seluruh

manusia dihidupkan kembali oleh Tuhan dengan suara terompet (nafiri) dari

malaikat Israfil (Abbas‚1994:74). Hal tersebut seperti tercantum dalam Alquran,

“Demikianlah yang sesunnguhnya‚ Allah itu yang sebenarnya dan ia bisa

menghidupkan orang yang mati‚ bahwasanya Dia kuasa membuat sesuatu.

Sesunggunya kiamat itu pasti datang‚ tiada ragu lagi‚ dan sesungguhnya Tuhan

akan menghidupkan kembali orang-orang yang mati” (Tafsir surat Al-Hajj:6-7).

Dari uraian di atas jelas bahwa alam kubur ialah keadaan antara setelah kematian

manusia dan sebelum dibangkitkan kembali sehingga alam kubur disebut juga

sebagai masa transisi antara alam dunia dan akhirat.

Page 193: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Beberapa ayat di atas juga telah menjelaskan perihl kebangkitan manusia

dari kubur setelah kematiannya. Masa kebangkitan manusia setelah kematian

harus diyakini kebenarannya. Allah telah berfirman mengenai dibangkitkannya

manusia, yaitu sebagai berikut.

Yaitu pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan

mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala sewaktu mereka

hidup di dunia dalam keadaan menekurkan pandangan yang diliputi

oleh kehinaan. Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada

mereka (Tafsir surat Al-Ma‟aarij:43-44)

Pada ayat lain juga diterangkan, “Dan sesungguhnya hari kiamat itu pasti

datang, tak ada keraguan padanya dan bahwasanya Allah membangkitkan semua

orang yang di dalam kubur” (Tafsir surat Al-Hajj:7). Seorang manusia yang tidak

percaya akan kebangkitan setelah kematian dianggap kafir karena hal tersebut

telah dijelaskan Allah dalam Alquran. Hal tersebut sama saja tidak percaya akan

kebenaran isi Alquran. Seorang yang tidak percaya akan kebenaran isi Alquran

atau meragukannya sama saja dengan meragukan adanya Allah Swt. Oleh karena

itu, seorang hamba harus mengakui adanya hari kebangkita setelah hari kiamat

berlangsung.

Kebangkitan manusia dari kubur pada setelah hari kiamat menjadi

persoalan, apakah berbentuk material atau spiritual. Kaum Ahlu `s-Sunnah wa `l-

Jamaa‟ah berpendapat bahwa yang dihidupkan kembali adalah badannya yang

ditinggalkan nyawanya dulu yang telah menjadi tulang-benulang dan menjadi

tanah di bumi. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah, “Dia berkata, Siapakah

yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh? Katakanlah:

Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya pertama kali dan dia Maha

Mengetahui tentang segala makhluk” (Tafsir surat Yasin:78-79). Pada hadis nabi

Page 194: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

diterangkan pula, “Setiap hamba akan dibangkitkan menurut keadaan ia mati”

(Tafsir hadis riwayat Muslim). Oleh karena itu, kaum Ahlu `s-Sunnah wa `l-

Jamaa‟ah menyakini bahwa kebangkitan manusia itu berbentuk material.

Kebangkitan manusia setelah dimatikan ditandai dengan ditiupnya

sangkakala yang kedua yang jaraknya empat puluh tahun. Hal tersebut sesuai

dengan hadis nabi sebagai berikut.

Abu Hurairah berkata: rasul saw. bersabda: Di antara dua kali tiupan

sangkakala itu kira-kira empat puluh. Ditanya apakah empat puluh

hari? Jawab Abu Hurairah: Aku tidak berkata begitu. Ditanya empat

puluh bulan? Jawabnya: Saya tidak berkata begitu. Ditanya empat

puluh tahun? Jawabnya: Aku tidak berkata begitu. Kemudian Allah

menurunkan hujan, maka tumbuhlah manusia yang telah mati

bagaikan tumbuhnya biji. Tiada suatu dari jasad manusia melainkan

rusak kecuali satu tulang di belakang punggung yang terbawah,

tulang ekor. Dari itulah tersusunnya makhluk di hari kiamat (Tafsir

Hadis riwayat Bukhari Muslim dalam Abdul Baqi:1131).

Abu Bakar Al-Jazairy (2001:458) berpendapat bahwa Abu Hurairah

sebagai perawi tidak menyanggupi menafsirkan kata „empat puluh‟ tersebut.

Hanya saja dalam riwayat yang lain terdapat keterangan bahwa kata empat puluh

itu ditafsiri dengan empat puluh tahun, yaitu keterangan Nawawi dalam syarah

hadis riwayat Muslim.

Tiupan sangkakala yang kedua menjadi tanda kehidupan kedua telah

dimulai. Allah berfirman, Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-

tiba mereka berdiri menunggu atau melihat (putusannya masing-masing)”(Tafsir

surat Az-Zumar:68). Setelah manusia bangkit, maka mereka digiring dalam

keadaan tidak memakai alas kaki dan telanjang bulang ke padang mahsyar, yaitu

ardlun baydla (bumi yang putih) yang tidak sedikit pun terlihat tempat tinggi atau

rendah. (Nawawi:32). Hal tersebut sesuai dengan firman Allah, “Sebagaimana

telah Kami telah memulai penciptaan pertama, maka Kami akan mengulanginya.

Page 195: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kami yang akan

melaksanakannya” (Tafsir surat Al-Anbiya`:104). Manusia tidak beralas kaki dan

telanjang sebagaimana Allah menciptakan mereka pertamakali dan

mengembalikannya untuk yang kedua kali. Rasul bersabda, “Manusia akan

berhimpun pada hari kiamat di atas tanah putih yang bersih seperti roti, bulat

pipih yang bersih, yang tidak seorang pun yang mengetahuinya” (Tafsir Hadis

riwayat Bukhari Muslim dalam Abu bakar al-jazairy, 2001:459). Hal tersebut

yang ditafsirkan oleh Imam Nawawi sebagai ardul baydlau.

Berkenaan dengan manusia yang berkumpul secara telanjang badan

ditanyakan oleh Aisyah dalam hadis nabi, “Saya (Aisyah) bertanya: Ya

Rasulullah, semua perempuan dan laki-laki, sebagian mereka melihat sebagian

yang lain? Rasulullah menjawab: Perkaranya lebih dahsyat daripada sebagian

mereka melihat sebagian yang lain” (Tafsir Hadis riwayat Bukhari Muslim dalam

Abu bakar al-jazairy, 2001:460). Dari Hadis tersebut dapap diketahui bahwa

keadaan pada waktu itu sangat mencekam sehingga tidak ada yang peduli dengan

sekelilingnya. Mereka hanya memikirkan tentang balasan yang akan mereka

terima sebagai hasil dari perbuatannya di dunia. Berkenaan keadaan yang sangat

mencekam di mahsyar tersebut, rasul bersabda sebagai berikut.

Dari Miqad bin Aswad: Saya mendengar Rasulullah bersabda: Pada

hari kiamat matahari didekatkan dari makhluk sehingga jarak

matahari dari mereka seperti ukuran mil. Tentang peluh, manusia

bergantung pada amalnya. Di antara mereka ada orang yang

peluhnya sampai ke tumitnya. Di antaranya mereka ada orang yang

peluhnya sampai ke tumitnya, dia antara mereka juga ada orang yang

peluhnya sampai kedua lututnya, di antara mereka ada orang yang

peluhnya sampai kepada kedua punggungya, dan di antara mereka

lagi ada yang dikendali oleh peluhnya sendiri (Tafsir Hadis riwayat

Muslim dalam Abu bakar al-jazairy, 2001:461).

Page 196: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Keadaan di mahsyar sangat dahsyat. Matahari diutus Allah lebih dekat

dengan manusia ketika itu, yaitu hanya beberapa mil dari kepala manusia.

Keringat-keringat manusia di sana juga bermacam-macam sesuai dengan amal

perbuatannya di dunia. Mereka tidak mempedulilan nasib manusia lainya karena

hanya memikirkan tentang keadaan dirinya sendiri. Berkenaan keadaan orang

kafir di hari kiamat dan hari pembalasan, Allah telah memberikan keterangan

dalam Alquran sebagai berikut.

Kami akan menghimpun mereka pada hari kiamat (diseret) atas

muka mereka dalam keadaan buta, bisu, dan pekak. Tempat

kediaman mereka adalah neraka Jahanam. Tiap-tiap kali nyala api

Jahanam itu akan padam, Kami tambahkan lagi bagi mereka

nyalanya. Itulah balasan bagi mereka karena sesungguhnya mereka

kafir kepada ayat-ayat Kami. (Tafsir surat Al-Isra:97-98).

Ayat tersebut dikuatkan dengan hadis nabi saw yang diriwayatkan Bukhari

dan Muslim, “Rasul pernah ditanya: Bagaimana orang kafir dihimpun di atas

mukanya pada hari kiamat? Rasul menjawab: Tidakkah yang menjalankan orang

kafir di atas kakinya di dunia mampu menjalankannya di atas mukanya pada hari

kiamat?” (Tafsir Hadis riwayat Bukhari Muslim dalam Abu bakar al-jazairy,

2001:461).

Setelah manusia berada di Mahsyar. Mereka menunggu antrian untuk

penghisaban dan pemberian buku amalan mereka masing-masing. Buku amalan

tersebut adalah semua catatan yang telah mereka lakukan di dunia. Tidak ada

sedikt pun yang tidak tercatat dalam buku amalan tersebut. Allah berfirman dalam

surat An-Nur, “Dan didapatinya ketetapan Allah di sisi-Nya. Lalu Allah

memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah

sangat cepat perhitungannya” (Tafsir surat An-Nur:39). Allah menerangkan

kembali dalam Alquran pada surat Az-Zumar, “Dan diberikanlah buku

Page 197: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

(perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-

saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak

diragukan” (Tafsir surat Az-Zumar:69).

Manusia akan dimintai pertanggungjawaban setelah adanya perhitungan

atau hisab atas amal-amalnya di dunia. Allah berfirman, “Kami akan memasang

timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan barang sedikit

pun.. Dan jika (amalan) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan

(pahala)nya. Dan cukup lah kami sebagai pembuat perhitungan” (Tafsir surat Al-

Anbiya`:47). Pada ayat lain juga diterangkan mengenai balasan yang akan

diterima manusia sesuai dengan amalnya. Allah berfirman dalam Alquran,

“Barangsiapa yang mengerjakan perbuatan baik‚ walaupun sekecil biji saw.i‚

niscaya akan melihat pahala-pahalanya. Barangsiapa yang mengerjakan

kejahatan walaupun sebesar biji saw.i niscaya ia akan melihat akibatnya” (Tafsir

surat Az-Zalzalah:7-8). Manusia dengan timbangan berat akan mendapatkan

nikmat, begitu juga sebaliknya orang kafir akan dibakar di neraka. Allah

berfirman sebagai berikut.

Barang siapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka

ituah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barang siapa yang

ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang

merugikan dirinya sendiri, mereka kekal dalam neraka Jahanam.

Muka mereka dibakar api neraka dan mereka di dalam neraka itu

dalam keadaan cacat. Bukankah ayat-ayatku telah dibacakan

kepadamu sekalian, tetapi kalian mendustakannya? (Tafsir surat Al-

Mukminun:102-105)

Berkenaan dengan orang kafir Allah berfirman, “Dan diletakkan kitab

catatan amalan‚ maka orang yang berdosa mengeluh ketakutan sambil berkata:

Aduhai kitab apakah ini‚ tiada terkecuali kecil besar ada di dalamnya dan

Tuhanmu tidak merugikan seseorang pun” (Tafsir surat Al-Kahfi:49).

Page 198: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Pada hari perhitungan (hisab) semua anggota tubuh akan bersaksi atas

perbuatan yang dilakukan manusia. Semua anggota tubuh dapat berbicara untuk

bersaksi di hadapan Allah Swt. Allah berfirman dalam Alquran, “Dan mereka

berkata kepada kulit mereka: Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami? Kulit

mereka menjawab: Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata. Telah

menjadikan kami pandai (pula) berkata” (Tafsir surat Al-Fushilat:21). Pada ayat

lain diterangkan bahwa mulut sebagai satu-satunya anggota tubuh yang dapat

berbicara atas izin Allah tidak diperkenankan untuk berbicara. Pada hari itu, mulut

ditutup dan semua anggota badan bersaksi atas perbuatan yang dikerjakan. Allah

berfirman, “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada Kami

tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu

mereka usahakan” (Tafsir surat Yasin:65).

Imam Nawawi (Qathrul Ghaits:32) berpendat bahwa kitab amal diciptakan

setelah pemiliknya mati yang berada di sebuah lemari di bawah arsy. Apabila

mereka telah berada di Mauqif (tempat menunggu), maka Allah mengutus angin

lalu angin tersebut menerbangkannya, tiap-tiap lembaran akan menempel pada

leher pemiliknya. Kemudian malaikat mengambil lembaran-lembaran tersebut

dari leher-leher pemiliknya dan menyerahkannya kepada tangan-tangan mereka

lalu mereka mengambilnya.

Sesungguhnya yang pertama kali dimintai perhitungan adalah Lauhu `l-

mahfudl, lalu gemetarlah otot-ototnya karena takut akan Allah. Allah bertanya,

“Apakah kamu telah menyampaikan apa yang ada pada kamu kepada Israfil”. Ia

menjawab, “Aku telah menyampaikannya.” Kemudian Allah memanggil Israfil

dan gemetarlah otot-ototnya karena takut kepada Allah, lalu Allah bertanya, “Apa

Page 199: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

yang telah kamu perbuat pada apa yang telah diceritakan oleh Lauhu `l-mahfudl?”

Israfil menjawab, “Aku menyampaikannya kepada Jibril.” Kemudian Allah

memanggil Jibril dan gemetarlah otot-ototnya, lalu Allah bertanya kepadanya,

“Apa yang telah kamu perbuat pada apa yang telah Israfil ceritakan kepadamu?”

Jibril menjawab, “Aku menyampaikan kepada para utusan.” Lalu Allah

memanggil para utusan dan bertanya, “Apa yang telah kamu perbuat pada apa

yang telah Jibril ceritakan padamu?” Mereka menjawab, “Kami

menyampaikannya kepada manusia.” Kemudian manusia ditanya tentang umur

mereka dan bagaimana mereka menghabiskan atau mempergunakan umur

tersebut. Ditanya tentang bagaimana masa mudanya digunakan. Ditanya tentang

harta-hartanya, berasal dari mana harta tersebut dan dipergunakan untuk apa.

Ditanya tentang ilmunya dan apa yang telah dipergunakan dengan ilmunya

tersebut.

Allah mendirikan mizan (timbangan/neraca), maka semua pandangan

menatap pada kitab-kitab, apakah kitab-kitab tersebut terkumpul pada sebelah

kanan atau pada sebelah kiri. Kemudian pada Lisanul Mizan (arah pengukur

timbangan), apakah condong ke sebelah keburukan atau kebaikan. Allah

menghakimi mereka dengan adil dan yang pertama diadili adalah masalah salat,

setelah itu masalah pembunuhan jiwa tanpa hak. Kemudian mereka digiring ke

shirath atau jembatan memanjang di atas neraka yang terletak di antara mauqif

dan surga.

Dalam surat Al-Haqqah diterangkan secara panjang mengenai orang yang

mendapat buku amalan tersebut. Allah berfirman sebagai berikut.

Adapun orang yang diberikan kepadanya buku catatan dari sebelah

kanannya, maka ia berkata: Ambillah dan bacalah buku catatan ini.

Page 200: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Sesungguhnya aku yakin bahwa aku akan menemui hisab terhadap

diriku. Dengan demikian orang itu berada dalam kehidupan yang

diridai dalam surga yang tinggi. Buah-buahannya dekat. Makan dan

minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan

pada hari-hari yang telah lalu. Adapun orang yang diberikan

kepadanya buku catatan dari sebelah kirinya, maka dia berkata:

Aduh alangkah baiknya jika buku catatan ini tidak diberikan

kepadaku. Saya tidak mengetahui apa hisab itu. Alangkah baiknya

jika kematian itu menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali

tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku

daripadaku. Allah berfirman: Peganglah dia lalu belenggulah

tanggannya ke lehernya kemudian masukkanlah ke dalam api yang

menyala-nyala. Setelah itu belitlah dia dengan rantai yang

panjangnya tujuh puluh hasta. Sesungguhnya dia dahulu tidak

beriman kepada Allah Yang Maha Besar. Dan juga dia tidak

mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin (Tafsir

surat Al-haqqah:19-34).

Dari ayat di atas jelas bahwa buku amalan yang diterima tiap manusia

akan berbeda, ada yang diterima dengan tangan kanan dan adapula yang dari

tangan kirinya. Bagi mereka yang mendapatkan buku amalan dari sebelah kanan

akan mendapat kenikmatan, begitu sebaliknya mereka yang mendapatkan buku

amalan dari sebelah kiri akan mendapatkan siksa. Berkenaan dengan kitab yang

diberikan dari sebelah kanannya, Allah berfirman sebagai berikut.

Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya.

Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah. Dan dia

akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan

gembira). Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari

belakang. Maka dia akan berteriak „Celakalah aku‟. Dan dia akan

masuk ke dalam api yang menyala-nyala (Tafsir surat Al-Insyiqaq:7-

12).

Pada surat lain juga diterangkan manusia yang menerima kitab amalan dari

kanan tidak akan teraniaya sedikit pun, Allah berifirman, “(Ingatlah) suatu hari

(yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya. Dan barang

siapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya, maka mereka ini akan

membaca kitabnya itu dan mereka tidak dianiaya sedikit pun” (Tafsir surat Al-

Page 201: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Isra`:71). Allah berfirman mengenai orang mukmin di hari pengumpulan,

“(Ingatlah) hari (di mana) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan.

Itulah hari dinampakkan kesalahan-kesalahan. Dan barang siapa yang beriman

kepada Allah dan beramal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-

kesalahannya dan memasukkannya ke dalam surga” (Tafsir surat At-

Taghaabun:9).

Sesudah amal-amal ditimbang‚ semua orang akan melewati jembatan

shirata `l-mustaqim yang terbentang di atas neraka. Shirath lebih halus dari

rambut dan lebih tajam dari padang. Bagi orang-orang yang beruntung (saleh)

akan langsung masuk ke surga. Ada pula yang melewatinya ibarat kedipan mata,

ibarat kilat, ibarat burung, ibarat keledai, melewati dengan lari kecil, berjalan,

marangkak, dan merayap. Mereka berbeda-beda seperti halnya dengan orang-

orang yang celaka akan tergelincir masuk ke dalam neraka. Ada orang yang gagal

pada langkah pertama dan ada yang gagal pada langkah terakhir. Orang pertama

yang gagal pada langkah pertama adalah orang yang terakhir masuk surga dan

orang yang gagal pada langkah terakhir adalah orang yang pertama keluar dari

neraka. Perjalanan mereka sesuai dengan perbuatan dan amalan mereka di dunia.

Shirath merupakan jalur yang berbahaya karena Rasulullah berhenti dan

berdiri di sampinya dan berdoa, “Ya Tuhanku, selamatkanlah, selamatkanlah,

selamatkanlah.” Shirath diterangkan dalam hadis sebagai berikut.

Orang-orang mukmin akan selamat dari neraka. Mereka kemudian

ditahan di atas jembatan antara surga dan neraka. Penganiayaan yang

terjadi di dunia dari sebagian mereka ditimpakan dan dibalaskan

kepada sebagian lain. Jika mereka telah dibersihkan dan disucikan,

mereka diizinkan memasuki surga. Demi Zat yang diri Muhammad

berada di tangan-Nya, salah seorang di antara mereka diberi

petunjuk dengan mendapatkan kedudukan di surga sebagaimana

Page 202: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

kedudukannya di dunia (Tafsir Hadis riwayat Bukhari dalam Abu

bakar al-jazairy, 2001:471).

Setelah manusia melewati shirath mereka akan dimasukkan ke dalam

pemberhentian terakhir, yaitu surga dan neraka. Surga adalah tempat tinggal bagi

orang yang beruntung, yaitu bagi orang-orang semasa hidupnya selalu

menjalankan perintah Allah dan rasul-Nya. Rasul telah memberitahukan bahwa

surga akan menjadi tempat tinggal esok, “Maka apakah kaum (musyrik Mekkah)

hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya

Nabi Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu

yang lain yaitu di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal”

(Tafsir surat An-Najm:12-15).

Surga menjadi tempat yang dihuni oleh manusia yang bertakwa. Luas

surga tidak dapat diketahui seseorang, tetapi Allah telah menggambarkan luasnya

surga dalam Alquran, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu

dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk

orang-orang yang bertakwa” (Tafsir surat Ali Imran:133). Ayat tersebut

dikuatkan dengan hadis nabi saw., “Sesungguhnya bau surga didapatkan dari

jarak perjalanan seratus tahun” dalam Nasai disebutkan seratus tahun, sedangkan

dalam Muwaththa` disebutkan lima ratus tahun (Tafsir Hadis riwayat Tirmidzi

dan Nasai dalam Abu Bakar Al-Jazairy, 2001:473).

Selayaknya sebuah tempat tinggal, surga juga memiliki pintu. Pintu surga

sangatlah banyak dan sangat luas. Bahkan luas antara satu pintu dengan pintu lain

harus ditempuh berpuluh-puluh tahun. Hal itu menunjukkan bahwa surga

merupakan tempat istimewa yang berisi kenikmatan dengan luas yang tidak

terbayangkan sebelumnya. Rasul menerangkan dalam sebuah hadis,

Page 203: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

“Sesungguhnya antara sebelah dua daun pintu surga terdapat jarak perjalanan

empat puluh tahun. Pada saat itu, pintu surga sangat sesak karena manusia

berdesakan” (Tafsir Hadis riwayat Muslim dalam Abu Bakar Al-Jazairy,

2001:474). Surga menjadi tempat yang penuh dengan keasyikan dan kemewahan,

terlihat dari pintu surganya terbuat dari yakut merah dan emas. Dalam sebuah

hadis diceritakan, “Penghuni surga akan sampai (berhenti) di pintu surga yang

terbuat dari mata rantai (lingkaran) yaqut merah di atas batu emas” (Tafsir

Hadis riwayat Ibnu Abiddunya dalam Abu Bakar Al-Jazairy, 2001:474). Cerita

mengenai pintu surga tidak hanya itu saja, diceritakan Rasulullah bahwa di atas

pintu surga terdapat aliran mata air. Orang yang meminum airnya akan berseri

wajahnya dan rambut mereka tidak akan kusut selamanya. Hal tersebut sesuai

dengan sabda nabi saw., “Tiba-tiba di atas pintu surga terdapat pohon yang dari

pokoknya mengalir dua mata air. Jika mereka minum dari mata air yang pertama,

maka wajah mereka berseri-seri. Jika mereka berwudu dari mata air yang kedua,

maka rambut mereka selamanya tidak akan kusut” (Tafsir hadis riwayat Ibnu

Abiddunya dalam Abu Bakar Al-Jazairy, 2001:475).

Dari beberapa uraian di atas mengenai luas surga dan pintu surga dapat

diketahui bahwa surga merupakan tempat yang tidak terbayangkan sedikit pun

oleh manusia. Meskipun keterangan tentang hal tersebut telah dijelaskan, tetapi

masih menjadi hal yang sulit untuk membayangkan sesuai logika manusia. Dapat

dikatakan pula surga merupakan tempat teristimewa karena sebelum masuk ke

dalam surga pun, para penghuninya telah mendapatkan kenikmatan dari pintu-

pintu surga seperti yang dijelaskan di atas.

Page 204: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Orang yang memasuki surga akan mendapat sambutan yang istimewa

karena para penghuni surga adalah orang-orang pilihan yang sangat istimewa.

Diceritakan oleh rasul bahwa rombongan pertama penghuni surga bagaikan

cahaya bulan purnama, seperti yang diterangkan dalam hadis riwayat Abu

Hurairah r.a. sebagai berikut

Nabi saw. bersabda: Sesungguhnya rombongan pertama yang masuk

surga bagaikan cahaya bulan purnama, kemudian yang berikutnya

bagaikan bintang yang sangat terang di langit, mereka tidak kencing,

tidak buang air besar, tidak berludah, tidak beringus, sisir mereka

dari emas, peluhnya dari misik (kasturi), ukup-ukupan mereka kayu

gahru yang sangat harum, isteri mereka bidadari yang bulat matanya,

bentuknya sama setinggi ayah mereka Nabi Adam kira-kira enam

puluh hasta menjulang ke langit (Tafsir Hadis riwayat Bukhari

Muslim dalam Abdul Baqi, 2003:1100).

Dari hadis tersebut diketahui bahwa surga adalah tempat yang suci dan

bersih, penghuninya tidak buang besar, tidak beringus, tidak berludah, dan tidak

kencing. Penghuni surga adalah sebaik-baik makhluk, mereka mendapatkan

kenikmatan yang luar biasa, bahkan para malaikat pun menyambut kedatang

mereka. Allah telah berfirman, “Mereka disambut oleh para malaikat. Para

malaikat itu berkata: Inilah hari kalian yang dijanjikan kepada kalian” (Tafsir

surat Al-Anbiya`:103). Pada ayat lain juga diterangkan sebagai berikut.

Orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dihalau (digiring) ke

dalam surga berombong-rombongan sehingga ketika sampai di

surga, pintu-pintunya telah terbuka dan penjaga-penjaganya berkata

kepada mereka: Kebahagiaan dilimpahkan atas kalian.

Berbahagialah kalian, maka masuklah kalian dalam surga ini dengan

kekal (Tafsir surat Az-Zumar:73).

Para malaikat akan bersikap ramah kepada rombongan penghuni surga.

Para malaikat akan mengatakan hal-hal indah yang enak didengar. Tidak ada kata-

kata kotor dan kasar dari malaikat, sebaliknya mereka mengucapkan salam kepada

para penghuni surga. Allah telah menceritakan dalam Alquran, “Para malaikat

Page 205: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

memasuki tempat-tempat mereka dari semua pintu sambil mengucapkan,

„Salamun „alaykum bimaa shabartum‟ Maka alangkah baiknya tempat kesudahan

mereka” (Tafsir surat Ar-Ra‟du:23-24).

Kenikmatan yang diperlihatkan sebelum masuk surga dan sambutan yang

luar biasa dari para malaikat belum ada apa-apanya. Para penghuni surga akan

disuguhi dengan gedung-gedung surga yang megah dan indah serta diberikan

pakaian yang indah-indah. Allah telah menerangkan dalam Alquran surat Al-Insan

sebagai berikut.

Apabila engkau melihat di sana (surga), niscaya engkau akan melihat

berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar. Mereka

memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal dan mereka

dipakaikan gelang terbuat dari perak dan Tuhan memberikan mereka

minuman yang bersih. Sesungguhnya ini adalah balasan untuk kalian

dan usaha yang kalian syukuri (Tafsir surat Al-Insan:20-22).

Informasi mengenai gedung dan isi surga didapatkan dari Rasulullah

Muhammad saw. Rasul pernah melihat surga dalam keadaan tidur dan terjaga.

Rasul pernah menceritakan gedung-gedung surga, yaitu terbuat dari intan yang

sangat luas, atap, pintu, dan gemboknya terbuat dari intan. Di depannya terdapat

permata hijau dan tiap permata terdapat ranjang-ranjang dan istri pelayan.

Tidak ada yang tahu pasti mengenai bentuk dan wujud surga. Hanya rasul

yang bisa menjelaskan hal tersebut karena beliau pernah masuk ke dalamnya.

Rasul menceritakan tentang kondisi surga dalam sebuah sebagai berikut.

Bumi surga itu adalah bata dari emas dan bata dari petak. Tanah

liatnya adalah misik adzfar, kerikilnya adalah mutiara dan yaqut,

sedang debunya adalah za‟faran. Orang yang memasukinya akan

mendapatkan kenikmatan dan tidak akan berputus asa. Dia akan

kekal tanpa mati. Pakaian mereka tidak akan rusak dan kemudaan

mereka tidak akan musnah (Tafsir Hadis riwayat Tirmidzi dalam

Abu Bakar Al-Jazairy, 2001:481).

Page 206: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Dalam sebuah hadis diceritakan, “Abu Musa Al-Asy‟ari r.a. berkata: nabi

saw. bersabda: Satu kemah di surga itu berupa satu permata yang lubang tengah

lebar panjangnya tiga puluh mil. Pada tiap sudutnya ada penghuninya dari kaum

mukmin tidak dapat dilihat oleh yang lain” (Tafsir Hadis riwayat Bukhari Muslim

dalam Abdul Baqi, 2003:1100).

Kenikmatan lain yang diterangkan Allah dan rasul-Nya berkaitan dengan

surga adalah adanya pohon-pohon yang berada di surga dan sungai-sungai yang

mengalir di dalamnya. Dalam sebuah hadis nabi yang diriwayatkan Abu Hurairah,

“Nabi saw. bersabda: Sesungguhnya di surga ada sebuah pohon, bila seorang

yang berkendaraan berputar di bawah naungannya selama seratus tahun belum

juga habis” (Tafsir Hadis riwayat Bukhari Muslim dalam Abdul Baqi,

2003:1096). Dapat dikatakan bahwa pohon yang tumbuh itu sangat besar karena

membutuhkan banyak waktu untuk mengitarinya. Pada hadis lain diceritakan

bahwa pohon kurma di surga batangnya dari zamrud hijau, talinya adalah emas

merah, dan pelepahnya adalah pakaian penghuni surga. Buahnya seperti tempayan

dan timba yang lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu (Hadis riwayat

Hakim dalam Abu Bakar Al-Jazairy, 2001:491).

Berkenaan dengan sungai-sungai yang ada di surga Allah telah

menceritakan dalam Alquran surat Al-Baqarah, “Dan berilah kabar gembira

sekalian orang yang iman dan beramal saleh‚ bahwasanya disediakan bagi

mereka surga yang di bawahnya dilalui beberapa sungai” (Tafsir surat Al-

Baqarah:25). Pada ayat lain juga diterangkan jenis-jenis sungai yang ada di surga.

Allah berfirman dalam Alquran surat Muhammad sebagai berikut.

Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang

bertakwa, di dalamnya terdapat sungai-sungai dari air yang rasa dan

Page 207: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

baunya tidak berubah, sungai-sungai dari susu yang rasanya juga

tidak berubah, sungai-sungai dari khamer yang rasanya lezat bagi

peminumnya dan sungai-sunga dari madu yang disaring. Di

dalamnya mereka memperoleh segala macam buah-buahan (Tafsir

surat Muhammad:15).

Para penghuni surga akan mendapatkan makanan dan minuman sesuai

dengan kehendaknya. Allah berfirman tentang kondisi di surga sebagai berikut.

Hai hamba-hamba Ku, tidak ada kekhawatiran bagi kalian pada hari

ini dan kalian tidak pula bersedih hati, yaitu orang-orang yang

beriman kepada ayat-ayat Kami. Mereka dahulu orang-orang yang

berserah diri. Masuklah kalian ke dalam surga. Kalian dan istri-istri

kalain digembirakan. Diedarkan kepada mereka piring-piring dari

emas dan piala-piala. Di dalam surga terdapat segala apa yang

diingini oleh hati dan dinikmati oleh mata. Di dalamnya kalian

kekal. Itulah surga yang diwariskan kepada disebabkan amal-amal

yang dahulu kalian kerjakan. Di dalam surga itu terdapat buah-

buahan yang banyak untuk kalian yang sebagainya kalian makan

(Tafsir surat Az-Zukhruf:68-73).

Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa para penghuni surga diberikan

kehendak untuk meminta apa yang diinginkan karena surga adalah tempat yang di

dalamnya terdapat seluruh keinginan para penghuninya. Pada ayat lain dijelaskan

mengenai minuman yang ada di surga. Allah berfirman, “Tuhan memberi mereka

minuman yang bersih” (Tafsir surat Al-Insan:21). Kenikmatan berupa makanan

dan minuman juga diceritakan Rasulullah saw. Rasul pun mendeskripsikan hal-hal

yang dilihatnya dalam surga. Rasul bersabda dalam sebuah hadis yang

diriwayatkan oleh Muslim sebagai berikut.

Penghuni surga di dalamnya makan minum. Mereka tidak meludah,

tidak kencing dan tidak berak. Para sahabat bertanya: Bagaimana

keadaan makanan itu? Rasulullah menjawab: Sendawa dan peluh

seperti peluh misik. Mereka menelan (mengumandangkan) tasbih

dan tahmid sebagaimana kalian menelan (menarik masuk dan

keluarnya) nafas (Tafsir Hadis riwayat Muslim dalam Abu Bakar Al-

Jazairy, 2001:495).

Page 208: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Dari hal di atas dapat dikatakan bahwa penghuni surga bukan hanya roh

saja, tetapi juga jasad karena fasilitas dan kenikmatan yang disediakan di surga

berupa hal-hal material sehingga penghuninya pun juga material.

Kenikmatan lain-lain yang dapat dikatakan melebihi kenikmatan-

kenikmata lainnya adalah dapat melihat wujud Allah dan dapat rida dari-Nya.

Berkenaan dengan rida Allah kepada para penghuni surga diterangkan nabi dalam

hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim sebagai berikut.

Abu Said Al-Khudri r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Allah

akan berfirman kepada ahli surga: Hai ahli surga! Dijawab oleh

mereka „Labbaika Rabbanaa wa sa‟dayka. Lalu ditanya: Apakah

kalian telah puas (rela)? Jawab mereka: Mengapa kami tidak akan

rela dan puas, padahal Tuhan telah memberi pada kami apa-apa yang

diberikan kepada seorang pun dari makhluk-Mu. Ditanya oleh

Tuhan: Aku akan beri kepadamu yang lebih dari semua itu. Mereka

bertanya: Ya Rabbi apakah yang lebih dari itu semua? Allah

berfirman: Aku tetapkan atas kamu rida-Ku, maka Aku tak akan

murka kepadamu selamanya (Tafsir Hadis riwayat Bukhari Muslim

dalam Abdul Baqi, 2003:1098).

Mendapatkan rida Allah adalah sebuah tujuan pokok seorang hamba. Hal

tersebut adalah sebuah kenikmatan yang sangat luar biasa yang dapat diterima

seorang hamba. Ketika Allah rida kepada seorang hamba, maka secara otomatis

murka Allah tidak akan sampai kepada dirinya untuk selamanya. Selain

mendapatkan keridaan Allah, seorang hamba dapat menyaksikan Allah secara

langsung. Orang-orang yang saleh ditambah nikmatnya dengan dapat

menyaksikan Tuhan (Abbas‚ 1994:74). Hal tersebut sesuai dengan firman Allah

dalam Alquran, “Muka pada hari ini gilang gemilang‚ melihat kepada

Tuhannya” (Tafsir surat Al-Qiyamah:23).

Ada sebuah kenikmatan yang didapatkan oleh penguni surga, yaitu mereka

dapat melihat Allah secara langsung. Rasul bersabda dalam sebuah hadis, “Abu

Page 209: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Musa r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Dua surga dari perak semua

perabot dan bejananya, dan dua dari surga dari emas bejana dan alat-alatnya,

dan tidak ada hijab antara mereka dengan Tuhan untuk dapat mereka melihatnya

kecuali tabir kebesaran Allah dalam surga Jannatu „adn” (Tafsir Hadis Bukhari

Muslim dalam Abdul Baqi, 2001:67). Pada hadis lain diterangkan bahwa

penghuni surga akan melihat wajah Allah, kemudian mereka pun langsung

bersujud. Rasul bersabda sebagai berikut.

Jika penghuni surga tinggal di surga, maka malaikat datang kepada

mereka seraya berkata: Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian

agar kalian berziarah kepada-Nya. Mereka kemudian berkumpul.

Setelah itu Allah memerintahkan Daud agar mengangkat suaranya

dengan membaca tasbih dan tahlil. Hidangan Khuldi kemudian

diletakkan dan disiapkan. Rasulullah ditanya: Ya Rasulullah, apakah

hidangan khuldi itu? Rasulullah menjawab: Sudut hidangan itu lebih

luas daripada sudut antara barat dan timur. Mereka kemudian diberi

makanan dan pakaian. Mereka berkata: Pandangan hanya tertuju

kepada wajah Tuhan kami. Tuhan kemudian nampak jelas bagi

mereka seraya mereka meniarap sujud. Dikatakan: Kalian tidak

berada di kampung amal, tetapi kalian berada di kampung

pembalasan (Tafsir Hadis riwayat Abu Nu‟aim dalam Abu Bakar Al-

Jazairy, 2001:503).

Pada hadis lain disebutkan pula besok di surga Allah akan memberikan

salam kepada para penghuni surga. Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah

berbunyi sebagai berikut.

Ketika penghuni surga bersenang-senang tiba-tiba ada cahaya

menyinari mereka. Mereka kemudian mengangkat kepalanya,

ternyata Tuhan yang memancar di atas mereka. Dia berfirman:

Assalamualaikum wahai penghuni surga. Dengan demikian, mereka

tidak memperhatikan kenikmatan apa pun selagi mereka masih

memandang Allah sampai Dia terhalang dari mereka. Oleh karena

itu, berkat dan cahaya-Nya selalu melekat pada diri mereka (Tafsir

Hadis riwayat Ibnu Majah dalam Abu Bakar Al-Jazairy:503).

Kata kerja melihat pada konteks melihat Allah atau wajah Allah adalah

sebenar-benar melihat. Kaum Ahlu `s-Sunnah wa `l-Jamaa‟ah mempercayai

Page 210: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

bahwa melihat Tuhan adalah menggunakan indera penglihatan, yaitu mata. Allah

berfirman dalam Alquran, “Wajah orang mukmin hari itu berseri-seri. Kepada

Rabb-nya mereka melihat” (Tafsir surat Al-Qiyamah:22-23).

Melihat Allah dalam ayat di atas dinyatakan dengan kata nadlar, yaitu

benar-benar melihat dengan mata, bukan dengan makna yang lain. Kata nadlar

tersebut memiliki arti melihat dengan mata. Abul Hasan Al-Asy‟ari (1993:36)

berpendapat bahwa tidak mungkin Allah menghendaki makna nadlar dalam ayat

di atas dengan makna iktibar sebab akhirat bukan lagi tempat untuk melakukan

iktibar. Alasan lain bahwa kata nadlar di atas memiliki makna melihat dengan

mata apabila dibandingkan dengan kata nadlar bi `l-qalbi artinya melihat dengan

hati.

Pada ayat di atas kata nadlar dikaitkan dengan kata wajah, maka yang

dimaksud adalah nadlar bi `l-ayni (melihat dengan mata). Untuk menguatkan hal

tersebut dapat dilihat pada surat Al-Baqarah ayat 144, “Sungguh Kami melihat

wajahmu (sering) menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan

muka-mukamu e kiblat yang kamu sukai” (Tafsir surat Al-Baqarah:144). Kata

wajah dalam ayat tersebut menegaskan bahwa Rasulullah menengadahkan wajah

memandang dengan kedua matanya ke langit, menunggu turunnya malaikat yang

atas kehendak Allah memindah arah kiblat dari Baitul Muqaddas ke Kakbah di

Makkah.

Uraian di atas menunjukkan bahwa surga adalah tempat yang benar-benar

tidak pernah dirasakan manusia sebelumnya. Tidak hanya dirasakan, bahkan

untuk membayangkan kenikmatan di surga tidak akan bisa karena surga adalah

tempat yang tidak terbayang sebelumnya. Surga merupakan akhir perjalanan

Page 211: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

manusia mukmin yang bertakwa kepada Allah. Mereka akan kekal selamanya di

surga. Surga sebagai tempat akhir orang-orang mukmin dan ada pula tempat akhir

dari orang-orang kafir, yaitu neraka. Neraka adalah tempat kediaman orang kafir,

seperti yang difirmankan Allah “Tidakkah engkau perhatikan orang-orang yang

telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke

kampung kebinasaan, yaitu neraka Jahanam. Mereka masuk ke dalamnya. Itulah

seburuk-buruk tempat kediaman” (Tafsir surat Ibrahim:28-29). Neraka

merupakan tempat kediaman atau tempat menetap bagi orang-orang kafir dan

neraka adalah seburuk-buruk tempat yang pernah ada. Selayaknya sebuah

kediaman yang memiliki pintu, neraka pun memiliki pintu. Allah mengkabarkan

perihal tersebut dalam Alquran, “Sesungguhnya neraka Jahanam itu benar-benar

tempat yang diancamkan kepada orang-orang mereka (pengikut-pengikut setan)

semuanya. Neraka Jahanam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu telah

ditetapkan untuk golongan tertentu dari mereka” (Tafsir surat Al-Hijr:43-44).

Neraka Jahanam menjadi tempat orang yang celaka. Allah berfirman,

“Dikatakan kepada mereka: Inilah neraka yang dulu kalian selalu dustakan”

(Tafsir surat Ath-Thur:14). Di neraka orang-orang disiksa dengan tiada hentinya.

Mereka akan selalu dan terus-menerus disiksa karena perbuatannya. Hal tersebut

sesuai dengan firman Allah dalam Alquran, “Oleh karena itu, rasakanlah Kami

sama sekali tidak akan menambah kepada kalian kecuali siksaan” (Tafsir surat

An-Nabaa`:30). Di dalam neraka terkumpul orang-orang yang dahulunya tidak

mengikuti ayat-ayat Allah dan mereka akan saling mencela dan saling memaki.

Allah telah menceritakan hal tersebut dalam firman-Nya surat Al-A‟raf sebagai

berikut.

Page 212: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Setiap umat yang masuk neraka, dia akan mengutuk kawannya yang

menyesatkan sehingga apabila mereka masuk semuanya, orang-

orang yang masuk kemudian berkata kepada orang-orang yang

masuk terlebih dahulu: Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan

kami. Oleh karena itu, datangkanlah kepada mereka siksaan yang

berlipat ganda dari neraka. Allah berfirman: Masing-masing

mendapatkan siksaan yang berlipat ganda, tetapi kalian tidak

mengetahui. Orang-orang yang masuk surga pertama berkata kepada

orang-orang yang masuk terakhir: Kalian tidak mempunyai

kelebihan sedikit pun atas kami. Oleh karena itu, rasakanlah siksaan

karena perbuatanmu yang telah kalian kerjakan (Tafsir surat Al-

A‟raf:38-39).

Pada ayat lain juga diceritakan bahwa pimpinan-pimpinan orang kafir

sewaktu di dunia akan mengutuk pengikutnya. Begitu juga pengikut-pengikutnya

meminta agar pimpinan mereka tidak selamat selamanya dari neraka karena

pemimpin merekalah yang menjerumuskan mereka ke dalam api neraka. Kejadian

tersebut telah tertulis dalam Alquran sebagai berikut.

(Dikatakan kepada mereka): Ini adalah suatu rombongan (pengikut-

pengikutmu) yang masuk berdesak-desakan bersamamu (ke neraka).

(Berkata pemimpin mereka yang durhaka): Tiadalah ucapan selamat

datang kepada mereka karena sesungguhnya mereka akan masuk

neraka. Pengikut-pengikut mereka menjawab: Sebenarnya kamulah,

tiada ucapan selamat datang bagimu karena kamulah yang

menjerumuskan kami ke dalam azab. Maka amat buruklah Jahanam

itu sebagai tempat menetap (Tafsir surat Ash-Shad 59-60).

Begitu kejam dan buruknya neraka serta penghuninya. Mereka yang

masuk ke dalam neraka juga menyalahkan setan karena telah menggoda mereka

sehingga mereka terjerumus ke dalam kemaksiatan. Kemudian Iblis berbicara di

tengah-tengah neraka bahwa mereka hanya melakukan perintah Allah Swt. Hal

tersebut tertulis dalam surta Ibrahim sebagai berikut.

Setan berkata ketika perkara (hisab) telah diselesaikan:

Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang

benar dan saya pun telah menjanjikan kepada kalian, tetapi saya

mengingkarinya. Saya sama sekali tidak mempunyai kekuasaan

terhadap kalian, melainkan saya sekadar menyeru kalian. Kalian

kemudian mematuhi seruanku. Oleh karena itu, celalah diri kalian

Page 213: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

sendiri. Saya sama sekali tidak dapat menolong kalian dan kalian

juga tidak dapat menolongku. Sesungguhnya saya tidak

membenarkan perbuatan kalian mempersekutukan diriku dengan

Allah sejak dahulu. Sesungguhnya orang-orang yang aniaya

mendapatkan siksaan yang pedih (Tafsir surat Ibrahim:22).

Dari ayat di atas jelas bahwa setan sebenarnya mengetahui bahwa dirinya

tidak membenarkan perbuatan menyekutukan Allah. Iblis dan setan hanya

melakukan apa yang telah diperintahkan Allah Swt. Mereka telah menggoda

manusia dengan berbagai iming-iming, namun mereka sendiri sebenarnya tahu

bahwa mereka tidak dapat membantu kepada orang-orang yang berhasil

digodanya.

Neraka Jahanam memiliki tingkat kepanasan yang tidak pernah dirasakan

manusia sebelumnya. Rasul bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu

Hurairah mengenai panasnya api Jahanam sebagai berikut.

Abu Hurairah r.a berkata: nabi saw. bersabda: Apimu itu sebagian

dari tujuh puluh bagian dari api neraka Jahanam. Lalu ditanyakan:

Ya Rasulullah tetapi itu saja sudah cukup (yakni dapat memasak dan

membakar). Sabda nabi saw.: Api neraka itu melebih dari api kita ini

dengan enam puluh sembilan bagian panas, masing-masingnya

seperti itu juga (Tafsir Hadis riwayat Bukhari Muslim dalam Abdul

Baqi, 2003:1101).

Dari kutipan hadis di atas dapat diketahui bahwa api yang ada di dunia

tidak seberapa panas jika dibanding dengan api neraka. Api neraka berlipat-lipat

panasnya melebihi api dunia, hingga 69 kali lipat. Neraka memiliki api yang

sangat panas sehingga api yang berada di dalamnya pun sampai berwarna hitam.

Diceritakan oleh rasul bahwa api neraka Jahanam berwarna hitam dan lebih hitam

dari ter. Nabi saw. bersabda, “Apakah kalian melihat neraka Jahanam yang

merah seperti api kalian di dunia ini? Api neraka Jahanam adalah lebih hitam

daripada ter” (Tafsir Hadis riwayat Malik dalam Abu Bakar Al-Jazairy,

Page 214: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

2001:156). Api neraka itu sangat panas karena telah dinyalakan selama kurang

lebih tiga ribu tahun. Hal tersebut sesuai dengan hadis nabi saw., “Api neraka

dinyalakan selama seribu tahun sehingga api itu menjadi merah. Api neraka itu

kemudian dinyalakan lagi selama seribu tahun sehingga api itu menjadi putih.

Setelah itu, api neraka dinyalakan kembali selama seribu tahun sehingga api

neraka itu menjadi hitam dan gelap” (Tafsir Hadis riwayat Tirmidzi dalam Abu

Bakar Al-Jazairy, 2001:520). Seribu tahun pertama api berwarna merah, seribu

tahun kedua api itu berwarna putih, dan seribu tahun ketiga api neraka berwarna

hitam gelap karena saking panasnya.

Seperti halnya surga yang diciptakan sangat luas, neraka juga diciptakan

sangat luas. Dalam sebuah hadis rasul bercerita mengenai kedalaman neraka

Jahanam, Suatu ketika Rasulullah saw. mendengar jatuhnya suara batu. Rasul

kemudian bertanya, “Tahukah kalian, apakah ini?” Sahabat menjawab, “Allah dan

rasul-Nya yang lebih tahu.” Rasul bersabda, “Ini adalah batu yang dilemparkan

ke dalam neraka sejak tujuh puluh masa musim rontok. Batu itu jatuh ke dalam

neraka sekarang ini sehingga sampai pada dasarnya” (Tafsir Hadis riwayat

Muslim dalam Abu Bakar Al-Jazairy, 2001:521). Ada pula hadis yang

menceritakan bahwa kedalaman neraka lebih dari tujuh puluh tahun,

“Sesungguhnya batu besar yang dijatuhkan dari ujung neraka Jahanam jatuh

selama tujuh puluh tahun dan batu itu tidak sampai ke tempatnya” (Tafsir Hadis

riwayat Tirmidzi dalam Abu Bakar Al-Jazairy, 2001:521).

Neraka sebagai tempat pembalasan kaum kafir menjadikan tempat tersebut

berisi dengan siksaan dan hukuman. Salah satunya disediakan rantai dan belenggu

untuk orang-orang kafir. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt.,

Page 215: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

“Sesungguhnya Kami menyediakan orang-orang kafir rantai, belenggu dan

neraka Sa‟ir” (Tafsir surat Al-Insan:4). Pada ayat lain juga diceritakan bahwa

rantai dan belenggu tersebut terpasang di leher mereka. Kemudian mereka diseret

ke dalam api yang sangat panas. Allah berfirman, “Mereka akan mengetahui

ketika belenggu dan rantai yang dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret

ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api” (Tafsir

surat Al-Mukmin:70-72).

Selain rantai dan belenggu terdapat binatang ular dan kalajengking dalam

neraka yang disediakan untuk menghukum penghuninya. Unta tersebut sebesar

leher unta, sekali menggigit panasnya tidak akan hilang sampai tujuh puluh tahun.

Begitu pula dengan kalajengking, binatang itu disediakan Allah di dalam surga

untuk menyiksa penghuninya. Kalajengking itu besarnya seperti keledai yang

gemuk dan banyak susunya. Jika satu kalajengking itu menggigit, maka sakitnya

akan bertahan sampai puluh tahun. Hal tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah

saw. sebagai berikut.

Sesungguhnya dalam api neraka Jahanam terdapat beberapa ular

seperti leher ular unta Khurasan. Satu ular menggigit, panasnya

terasa selama tujuh puluh tahun masa musim rontok. Di neraka juga

terdapat kalajengking seperti keledai besar yang gemuk dan banyak

susunya. Satu menggigit sakitnya terasa selama empat puluh tahun

(Tafsir Hadis riwayat Hakim dalam Abu Bakar Al-Jazairy,

2001:526)

Terdapat tafsiran dari Ibnu Abbas mengenai ular dan kalajengking yang

ada di neraka. Dalam sebuah hadis diceritakan, “Orang kafir dan orang yang

menghalangi jalan Allah, Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas

siksaan disebabkan mereka selalu berbuat kerusakan” (Tafsir surat An-Nahl:88).

Ibnu Abbas menafsirkan dalam Abu Bakar Al-Jazairy (2001:526) bahwa

Page 216: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

tambahan siksaan itu adalah kalajengking yang menyengat mereka. Kalajengking

itu sebesar keledai besar yang gemuk dan banyak susunya.

Para penghuni neraka akan mendapatkan makanan dan minuman. Ada

beberapa makanan dsan minuman yang telah disediakan penghuni neraka

Jahanam. Pertama adalah Zaqqum. Zaqqum ialah buah yang keluar dari pohon

yang tumbuh di dasar neraka Jahim. Rasanya pahit dan menyesakkan

tenggorokan. Buah pohon Zaqqum ini tidak dapat ditelah kecuali dengan air yang

sangat panas. Jika air ditumpahkan pada Zaqqum, maka buah tersebut akan

mendidih. Allah berfirman dalam Alquran sebagai berikut.

Makanan surga itu hidangan yang lebih baik ataukan pohon

Zaqqum? Sesungguhnya Kami menjadikan pohon Zaqqum itu

sebagai siksaan bagi orang-orang yang aniaya. Sesungguhnya ia

adalah sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka Jahim.

Mayangnya (tongkol) seperti kepala-kepala setan. Sesungguhnya

mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu. Oleh

karena itu, mereka memenuhi perutnya dengan buah Zaqqum itu.

Kemudian sesudah memakan buah Zaqqum itu, mereka mendapat

makanan yang bercampur dengan air panas (Tafsir surat Ash-

Shaffat:62-67).

Pada ayat lain diterangkan kedahsyatan buah Zaqqum. Diceritakan bahwa

buah Zaqqum apabila menetes ke dunia akan merusak kehidupan manusia.

Padahal esok buah Zaqqum tersebut akan menjadi makanan para ahli neraka.

Tidak bisa dibayangkan kesengsaraan yang diterima karena memakan buah

Zaqqum. Hal tersebut telah diceritakan Rasulullah saw. dalam sebuah hadis

sebagai berikut.

Wahai orang-orang yang beriman, takutlah kalian kepada Allah

dengan takut yang sebenanya. Janganlah kalian mati kecuali kalian

dalam keadaan Islam. Beliau bersabda: Seandainya Zaqqum menetes

ke dunia, ia akan merusak kehidupan mereka bagi penghuni dunia.

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang Zaqqum sebagai makanan

mereka? (Tafsir Hadis riwayat Ahmad dalam Abu Bakar Al-Jazairy,

2001:529).

Page 217: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Kedua adalah ghislin, yaitu cairan yang mengkristal dari perahan penghuni

neraka berupa nanah, darah, dan peluh. Cairan itu keluar dari farji orang-orang

yang berzina dan mengalir dari liur orang-orang yang minum khamer, orang yang

mengumpat, orang yang berdusta, orang yang mengatakan kebatilan, dan orang-

orang yang berbohong. Allah berfirman, “Oleh karenanya, dia tidak mendapatkan

seorang teman pun dan dia tidak pula mendapatkan makanan kecuali dari ghislin.

Tak seorang pun yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa” (Tafsir

surat Al-Haqqah:35-37).

Ketiga adalah dhari‟, yaitu pohon duri yang sangat pahit dan akan melekat

dalam kerongkongan bagi orang yang memakannya. Orang yang memakannya

tidak dapat menelan kecuali dengan air yang sangat panas sehingga menyebabkan

mencret yang sangat mengerikan. Makanan ini tidak dapat menggemukkan orang

yang memakannya dan tidak menghilangkan rasa laparnya. Allah berfirman,

“Mereka tidak memperoleh makanan kecuali selain dari dhari‟ (pohon yang

berduri) yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar” (Tafsir

surat Al-Ghasyiyah:6-7). Neraka benar-benar tempat yang menyeramkan dan

menyedihkan. Hanya sekadar untuk makan, para penghuninya mendapatkan

kesakitan dan kepedihan. Mereka mendapatkan hal tersebut karena perbuatan

mereka sendiri di dunia.

Setelah pembahasan makanan bagi penghuni neraka, terdapat beberapa

jenis minuman yang tersedia di neraka pula. Pertama air panas, yaitu air yang

mengalir dari sumber yang sangat panas. Kehebatan air panas ini, ia dapat

menghancurkan segala sesuatu yang ada dalam perut penghuni nerakaAllah

berfirman, “Wajah-wajah pada hari itu tunduk hina (muram), bekerja keras lagi

Page 218: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

payah. Mereka akan memasuki api yang sangat panas. Mereka diberi minum

dengan air dari sumber yang sangat panas” (Tafsir surat Al-Ghasyiyah:2-5).

Dalam surat Al-Hajj diterangkan tentang air tersebut akan merusak isi perut dan

kulit-kulit orang yang meminumnya. Allah berfirman, “Air yang sedang mendidih

disiramkan di atas kepala mereka. Dengan air itu, segala sesuatu yang ada dalam

perut dan kulit mereka dihancurkan” (Tafsir surat Al-Hajj:20). Pada ayat lain

diterangkan bahwa air tersebut dapat memotong usus-usus penghuni neraka yang

meminumnya, “Mereka diberi minum dengan air yang mendidih sehingga

memotong usus-ususnya” (Tafsir Muhammad:15).

Kedua air nanah, yaitu air kotor yang meliputi kadar nanah. Air nanah ini

dapat menyumbat dan menyekat orang yang meminumnya sehingga dia hampir

tidak bisa menelannya. Orang yang meminumnya mengalami kesakitan yang tidak

diketahui kadar kesakitannya kecuali Allah Swt. Allah berfirman dalam Alquran

sebagai berikut.

Setiap orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala

binasa. Di belakangnya terdapat Jahanam dan dia diberi minum

dengan air nanah. Dia meneguk air itu, tetapi dia hampir tidak dapat

menelannya dan (bahaya) maut datang kepadanya dari segenap

penjuru, namun dia tidak juga mati. Di belakangnya terdapat siksaan

yang berat (Tafsir surat Ibrahim:15-17).

Ketiga air tembaga, yaitu air keras yang panas seperti tembaga yang

dilelehkan. Jika seseorang hendak meminumnya, maka panasnya akan

menghanguskan kulit wajahnya. Allah berfirman, “Jika mereka meminta minum,

mereka akan diberi minum dengan air seperti cairan tembaga yang mendidih dan

menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling busuk dan tempat istirahat

yang jelek” (Tafsir surat Al-Kahfi:29).

Page 219: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Keempat air sungai limbah artinya air yang terhimpun dan mengalir dari

farji perempuan-perempuan yang berzina. Ahmad meriwayatkan hadis dengan

sanad sahih bahwa Rasulullah pernah ditanya tentang air itu. Sabda Rasulullah

saw. sebagai berikut.

Tiga kelompok orang yang tidak masuk surga, yaitu peminum

khamer, orang yang memutus sanak keluarga, dan orang yang

percaya terhadap sihir. Barang siapa yang mati sedang dia selalu

minum khamer, maka Allah memberi minuman kepadanya dari

sungai limbah. Rasulullah ditanya: Apakah air sungai limbah itu?

rasul menjawab: sungai limbah itu adalah sungai yang mengalir dari

farji perempuan-perempuan yang berzina. Bau farji penghuni neraka

dapat menyakitkan mereka (Tafsir Hadis riwayat Ahmad dalam Abu

Bakar Al-Jazairy, 2001:533).

Dapat diketahui dari uraian di atas bahwa neraka adalah tempat

kembalinya orang-orang kafir, yaitu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat

Allah. Mereka akan kekal di neraka. Neraka diceritakan dalam Alquran dan hadis

adalah tempat yang sangat mengerikan. Tempat yang menjijikkan dan tempat

semua siksaan pedih bagi penghuninya. Tidak ada sedikit pun welas asih di

tempat ini sehingga semakin hari siksaan yang diterima semakin menyedihkan.

Manusia tidak bisa membayangkan bagaimana pedihnya siksaan tersebut karena

saking dahsyatnya neraka itu.

Orang-orang muslim yang tergelincir ke dalam neraka tidak akan kekal

selamanya. Setelah dosa-dosanya habis dibakar di neraka‚ mereka dimasukkan ke

dalam surga. Berbeda dengan orang kafir yang masuk neraka‚ mereka masuk

neraka selama-lamanya seperti yang diterangkan dalam Alquran sebagai berikut.

“Bahwasanya orang-orang yang ingkar dengan ayat-ayat Kami akan Kami

masukkan ke dalam neraka. Tiap-tiap mengelupas kulit mereka Kami ganti

Page 220: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

dengan kulit lain supaya mereka merasa siksaan. Sesungguhnya Allah Maha

Mulia lagi Maha Menghakimi” (Tafsir surat An-Nisa‟:56).

Akhir dari perjalanan manusia adalah surga atau neraka. Manusia terbagi

menjadi dua, yaitu orang mukmin dan kafir. Orang kafir kekal di neraka dan

orang mukmin terbagi menjadi dua, yaitu yang taat dan yang maksiat. Orang

beriman yang taat akan masuk surga dan orang yang maksiat terbagi menjadi dua,

yaitu orang yang bertaubat dan yang tidak bertaubat. Orang yang bertaubat masuk

surga dan yang tidak bertaubat berada pada kehendak Allah. Apabila Allah

berkehendak mengampuninya, maka ia masuk surga. Apabila Allah berkehendak

mengazabnya, maka ia masuk ke neraka dengan ukuran dosanya, baik dosa besar

maupun dosa kecil. Setelah itu Allah akan memasukkanya ke dalam surga karena

ia tidak akan kekal di neraka. Imam Nawawi (dalam Qatrul Ghaits:34)

berpendapat bahwa orang fasik adalah orang yang mengerjakan dosa besar atau

selalu melakukan dosa kecil dan ketaatan mereka tidak melebihi kemaksiatan

mereka. Mereka tidak kekal di neraka, mereka akan keluar dari neraka setelah

ditebus di neraka. Hal tersebut karena perbuatan mereka tidak mengeluarkannya

dari iman.

Orang yang sudah masuk ke dalam surga tidak akan masuk ke nereka.

Mereka akan kekal di dalamnya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah sebagai

berikut.

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga

(taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir).

(Dikatakan kepada mereka): Masuklah ke dalamnya dengan

sejahtera lagi aman. Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang

berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk

berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. Mereka tidak merasa lelah di

dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya

(Tafsir surat Al-Hijr:45-48).

Page 221: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Surga tidak akan rusak, surga ada tujuh, yaitu Firdaus, Adn, Khuld, Na‟im,

Ma‟wa, Darussalam, dan Darul Jalal. Semuanya bersambung pada pemilik

wasilah Nabi Muhammad saw. agar semuanya merasakan bahagia dengan melihat

beliau. Penghuni surga melihat orang di kamar bagaikan melihat bintang. Dalam

hadis riwayat Bukhari Muslim diterangkan sebagai berikut.

Abu Said Al-Khudri r.a. berkata: nabi saw. bersabda: Sesungguhnya

penghuni surga akan melihat orang-orang yang di kamar yang tinggi

di atas mereka bagaikan melihat bintang yang berkilauan di langit

yang tinggi di ufuk barat atau timur karena kelebihan yang terjadi di

antara mereka. Sahabat bertanya: Ya Rasulullah, apakah itu tingkat

para nabi yang tidak dapat dicapai selain mereka? Nabi menjawab:

Benar, demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, juga mereka yang

beriman pada Allah dan membenarkan para rasul (Tafsir Hadis

riwayat Bukhari Muslim dalam Abdul Baqi, 2003:1099).

Dari hadis di atas dapat diketahui bahwa surga bertingkat-tingkat. Tiap

tingkatan akan diisi sesuai dengan amalan-amalan hamba waktu masih di dunia.

Surga tertinggi akan ditempati oleh para nabi dan rasul. Jarak tiap tingkatan

apabila dilihat seperti jarak orang melihat bintang di langit. Begitu juga dengan

neraka. Neraka tidak rusak dan tingkatannya ada tujuh. Paling atas adalah

Jahanam untuk orang-orang mukmin yang bermaksiat, Ladha untuk orang

Yahudi, Khutamah untuk orang-orang Nasrani, Sa‟ir untuk Shabi‟in atau

kelompok dari orang Yahudi, Saqar untuk orang Majasi, Jahim untuk penyembah

berhala, dan Hawiyah untuk orang munafik. Penghuni neraka dan surga pun tidak

akan rusak, seperti Huurun „iin, Wildaan, lemari surga, malaikat azab, ular, dan

kalajengking. Syarbini dalam Nawawi menukil dari Imam Nasafi berpendapat

bahwa ada tujuh hal yang tidak akan rusak, yaitu arsy, Kursi, Lauhu `l-mahfudl,

Kalam, surga, neraka, dan penghuninya.

Page 222: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Abu Bakar Al-Jazairy (2001:526) berpendapat bahwa penghuni neraka

tidak akan mati. Seandainya mereka mati, mereka akan beristirahat dari

kepayahan dan siksaan (Abu Bakar Al-Jazairy, 2001:526-527). Allah berfirman,

“Manakala kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain

supaya mereka merasakan siksaan” (Tafsir surat An-Nisa`:55). Pada ayat lain

diterangkan “Adapun orang-orang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami,

mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (Terjemah surat Al-

Baqarah:39).

Penghuni neraka meminta agar mereka dimatikan saja karena tidak kuat

dengan kedahsyatan siksa neraka. Allah berfirman, “Mereka berseru: Hai Malik,

biarlah Tuhanmu membunuh Kami saja. Dia menjawab: kalian tinggal di neraka

ini” (Tafsir surat Az-Zukhruf:77). Permintaan mereka sia-sia karena mereka akan

terus berada di neraka. Mereka tidak akan dimatikan dan akan disiksa terus

menerus, bahkan tidak diringankan siksanya. Allah berfirman dalam surat Fathir,

“Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak pula diringankan

dari mereka siksaanya” (Tafsir surat Fathiir:36). Penghuni neraka tidak mati dan

tidak hidup. Maksudnya adalah mereka disiksa dengan sedemikian dahsyatnya

seperti orang yang akan mati, tetapi mereka tidak mati. Mereka terus hidup dan

merasakan siksaan yang ada. Allah telah menceritakan hal tersebut dalam surat

Al-A‟la, “Orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya, yaitu orang-orang

yang akan memasuki api besar (neraka). Dia kemudian tidak mati dan tidak pula

hidup” (Tafsir surat Al-A‟la:11-13).

Penghuni neraka tidak akan mati seperti yang telah dijelaskan di atas. Hal

tersebut juga dialami oleh penghuni surga. Mereka tidak akan mati dan kekal

Page 223: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

selamanya di dalam surga. Allah berfirman terkait kekalnya penghuni surga,

“Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu. Mereka

mengatakan: Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu. Mereka diberi

buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang

suci dan mereka kekal di dalamnya” (Tafsir surat Al-Baqarah:25). Pada ayat lain

dijelaskan bahwa semua yang ada di surga dan semua penghuninya tidak akan

mati. Hal tersebut juga tertulis dalam hadis Rasulullah saw. sebagai berikut.

Bumi surga itu adalah bata dari emas dan bata dari petak. Tanah

liatnya adalah misik adzfar, kerikilnya adalah mutiara dan yaqut,

sedang debunya adalah za‟faran. Orang yang memasukinya akan

mendapatkan kenikmatan dan tidak akan berputus asa. Dia akan

kekal tanpa mati. Pakaian mereka tidak akan rusak dan kemudaan

mereka tidak akan musnah (Tafsir Hadis riwayat Tirmidzi dalam

Abu Bakar Al-Jazairy, 2001:481).

Proses hari kiamat, dimulai dari hancurnya alam dunia sampai

berkumpulnya manusia di surga atau neraka, merupakan suatu keniscayaan yang

akan dilalui semua makhluk. Dengan diberikannya beberapa dalil dan referensi

mengenai hari kiamat dan proses-proses setelahnya, seharusnya seorang muslim

berkeyakinan lebih kuat terhadap rukun iman kelima ini, yaitu percaya akan hari

akhir. Logikanya adalah dunia dan isinya adalah suatu hal yang dulu tidak ada,

sekarang ada, dan suatu ketika kembali lagi tidak ada. Sama halnya dengan

manusia, manusia dulunya tidak ada, menjadi ada, dan suatu ketika akan tidak ada

kembali. Dengan mempercayai adanya hari akhir, seorang hamba akan lebih

menjaga dirinya karena sadar bahwa hidup di dunia hanyalah sementara dan akan

mempersiapkan bekal untuk menghadap Tuhannya.

Page 224: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

6) Iman kepada Takdir Baik dan Buruk

Dalam teks “MAI”, pembahasan mengenai takdir baik dan buruk yang

datang dari Allah Swt. terdiri dari satu permasalahan, yaitu mengenai cara

mengimani takdir baik dan buruk yang datang dari Allah Swt.

Inilah masalah jika ditanya orang engkau dan betapa percaya engkau

untung baik dan untung jahat daripada Allah Taala. Maka jawab

bahwasanya Allah Taala itu menjadikan makhluk dan ditunjuk Allah

akan mereka itu kepada pertunjuk dan menyuruh ia dan mungkar ia

dan menjadikan Ia lawhha`l-mahfudl dan qalam dan menyuruh Ia

akan keduanya bahwasanya menulis keduanya akan amal segala

hambanya. Maka taat itu dengan hukum Allah Taala dan takdirnya

pada azali dan durhaka itu dengan hukum Allah Taala dan takdirnya

pada azali, tetapi tiada dengan suruhnya dan dengan ridhanya. Dan

mereka itu diberi pahala mereka itu atas berbagai kebajikan dan

disiksa mereka itu atas berbuat kejahatan dan segala demikian itu

dengan janji surga dan janji neraka (“MAI”:11-13).

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa Allah telah menciptakan

makhluk-makhluk, memerintahkan kepada ketaatan-ketaatan, melarang dari

keburukan-keburukan, dan telah menciptakan Lauhu `l-mahfudl yang panjangnya

adalah jarak antara langit dan bumi, lebarnya jarak antara masyriq dan maghrib,

kedua tepinyaa adalah mutiara Yaqut, dan ujungnya adalah Yaqut merah.

Allah menciptakan semuanya, dari seuatu yang kecil dan besar, seperti

tertera dalam Alquran “Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar

adalah tertulis” (Tafsir surat Al-Qamar:53). Segala sesuatu yang kecil dan yang

besar, berupa makhluk, perbuatan-perbuatan, dan ajal-ajalnya yang telah

ditetapkan di Lauhul Mahfudh. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah sebagai

berikut.

Dan pada sisi Allah kunci-kunci semua yang gaib. Tidak ada yang

mengetahuinya kecuali Dia sendiri. Dia mengetahui apa yang di

daratan dan di lautan. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur

melainkan Dia mengetahuinya. Tidak jatuh sebutir biji pun dalam

kegelapan bumi dan tidak ada sesuatu yang basah atau yang kering,

Page 225: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudl) (Tafsir

surat Al-An‟am:59).

Alam semesta dan isinya merupakan ciptaan Allah yang telah ditetapkan

semua ketetapannya. Nabi saw. menerangkan bahwa Allah telah metapkan

ketentuan-ketentuan para makhluk kesemuanya lima ratus tahun sebelum

menciptakan langit dan bumi. Seluruh manusia, dari sebelum ia dikandung,

dikandung dalam kandungan ibunya, perbuatan-perbuatannya, sampai

kematiannya, bahkan sampai masuk ke surga atau neraka telah tertulis dalam

Lauhu `l-mahfudl. Hal tersebut seperti yang telah diceritakan nabi saw. sebagai

berikut.

Abdullah bin Mas‟ud r.a. berkata: Rasulullah saw. yang benar dan

harus dibenarkan menerangkan kepada kami: Sesungguhnya

seseorang terkumpul kejadiannya dalam perut ibunya empat puluh

hari berupa mani. Kemudian berupa sekepal darah selama itu juga.

Kemudian berubah sekepal daging selama itu juga. Kemudian Allah

mengutus malaikat yang diperintah mencatat empat kalimat dan

diperintah: tulislah amalnya, rezekinya, ajalnya, dan nasib baik atau

sial (celaka). Kemudian ditiup roh kepadanya. Maka sesungguhnya

adakalanya seseorang dari kamu melakukan amal ahli surga

sehingga antaranya dengan surga hanya sehasta, tetapi ada ketentuan

dalam suratan pertama, tiba-tiba melakukan amalan ahli neraka

sehingga antaranya dengan neraka hanya sehasta, tiba-tiba dalam

ketentuan suratannya ia berubah mengerjakan amal ahli surga (Tafsir

Hadis riwayat Bukhari Muslim dalam Abdul Baqi, 2003:1006).

Selain itu, Allah juga telah menciptakan Qalam (pena). Imam Nawawi

berpendapat dalam kitabnya (Qathrul Ghaits:37-38) bahwa qalam berasal dari

cahaya, panjangnya seperti jarak antara langit dan bumi. Hal tersebut sesuai

dengan hadis nabi saw. sebagai berikut.

Yang pertama Allah ciptakan adalah qalam, kemudian Allah

berfirman padanya: Tulislah! Lalu ia (qalam) menjawab: Apa yang

akan hamba tulis? Allah berfirman: Apa yang ada dan apa yang ada

hingga hari kiamat yang berupa perbuatan, ajal, rezeki atau

keburukan. Maka ia menulis terhadap apa yang ada hingga hari

kiamat (Tafsir Hadis riwayat Tirmidzi dalam Imam Nawawi:37).

Page 226: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Dari hadis di atas jelas bahwa yang pertama diciptakan Allah adalah

qalam. Ia menulis apa yang ada hingga hari kiamat dan semua apa yang akan

terjadi pada manusia atas suatu perkara. Semua hal benar-benar telah ditetapkan

Allah.

Berkenaan dengan qadla, secara etimologis qadla berarti ketetapan‚

keputusan‚ atau kepastian. Qadla berarti ketetapan hukum Allah terhadap sesuatu.

Qadar berarti kadar‚ ketentuan‚ dan ukuran. Qadar berarti ukuran atau ketentuan

Allah terhadap segala sesuatu (Shobron‚ 2006:46). Sudarno Shobron (2006:47)

menambahkan bahwa qadla adalah penciptaan segala sesuatu oleh Allah sesuai

dengan ilmu dan iradatnya‚ sedangkan qadar adalah ilmu Allah tentang apa-apa

yang akan terjadi pada seluruh makhluk-Nya pada masa yang akan datang”

(Shobron‚ 2006:47). Dalil qadla tercantum dalam Alquran, “tidak satu pun

bencana yang menimpa di bumi dan tidak pula pada diri kalian sendiri kecuali

telah tertulis dalam kitab (Lauhu `l-mahfudl) sebelum Kami menciptakannya.

Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah” (Tafsir surat Al-

Hadid:22). Pada ayat lain diterangkan sebagai berikut.

Maryam berkata: Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki

sedang tidak pernah seorang manuisa pun menyentuhku dan aku

bukan seorang pelacur. Jibril berkata: Demikianlah Tuhanmu

berfirman: Hal itu adalah mudah bagiku dan (Kami berbuat

demikian) agar dapat Kami menjadikannya sebagai suatu tanda bagi

manusia dan sebagai rahmat dari Kami dan hal itu adalah suatu

perkara yang sudah diputuskan (Tafsir surat Maryam:20-21).

Abu Bakar-Aljazairi (2001:575) menyebutkan dalil dalam bukunya dari

sebuah hadis mengenai Qadla sebagai berikut.

Rasulullah bersabda kepada Ibnu Abbas: Ketahuilah bahwa

seandainya umat bersepakat untuk menolongmu dengan sesuatu‚

mereka tidak dapat menolongmu kecuali dengan sesuatu yang telah

ditetapkan Allah kepadamu. Seandainya mereka bersepakat untuk

Page 227: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

membahayakanmu‚ dia tidak dapat membahayakanmu kecuali

dengan sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah kepadamu. Pena

telah diangkat dan buku catatan amalan telah ditutup (Tafsir Hadis

riwayat Tirmidzi).

Beberapa dalil qadar juga tercantum dalam Alquran sebagai berikut.

“Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya

gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu

menurut ukuran. Kami telah menjadikan untuk kalian di bumi

keperluan-keperluan hidup dan Kami menciptakan pula makhluk-

makhluk yang kalian bukan pemberi rezeki kepadanya. Tidak ada

satu pun yang maujud kecuali disisi Kami khazanahnya. Kami tidak

menurunkan melainkan dengan qadar (ukuran) tertentu (Tafsir surat

Al-Hijr:19-21).

Pada ayat lain juga disebutkan, “Sesungguhnya Kami menciptakan segala

sesuatu menurut qadar (ukuran)” (Tafsir surat Al-Qamar:49) Maksud dari ayat

tersebut adalah sesungguhnya Allah menciptakan segala sesuatu berupa apa-apa

yang diciptakan, baik kecil maupun yang besar. Allah telah menciptakannya

dengan qadla‟, qadar, hukum, pengaturan yang telah ditentukan, nasib yang telah

ditetapkan, pengetahuan yang sempurna pada waktu yang diketahui, tempat yang

ditentukan, dan itu semua telah ditetapkan di Lauh sebelum terjadinya.

Allah berfirman, “Kemudian engkau datang menurut qadar (waktu yang

ditetapkan) wahai Musa” (Tafsir surat Thaha:40). Ayat ini menyatakan bahwa

Nabi Musa pun telah ditetapkan kedatangannya. Pada ayat lain diterangkan, “Dia

telah menciptakan segala sesuatu dan menetapkannya dengan takdir (aturan

tertentu)” (Tafsir surat Al-Furqan:2). Allah menciptakan sesuatu dan menetapkan

takdir atau aturannya. Semua yang dicipatakan Allah mendapatkan kadar masing-

masing. Hal tersebut seperti yang difirmankan Allah dalam Alquran, “Sucikanlah

nama Tuhanmu yang paling tinggi. Dia yang menciptakan dan menyempurnakan

Page 228: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

penciptaan-Nya. Dia yang menentukan qadar masing-masing kemudian

memberikan petunjuk” (Tafsir surat Al-A‟la:1-3).

Qadla dan kadar merupakan dua hal yang berkaitan. Akan tetapi,

keduanya memiliki pengertian dan maksud yang berbeda. Masjfuk Zuhdi

(1988:100) berpendapat bahwa qadla dan qadar adalah dua hal yang berbeda.

Qadar atau takdir adalah sesuatu yang belum ditetapkan benar-benar secara final

sehingga dapat diharapkan akan diubah oleh Allah atas kehendak-Nya, sedangkan

Qadla adalah sesuatu yang sudah tidak dapat diubah lagi sehingga makhluk tidak

dapat menolaknya. Masjfuk Zuhdi (1988:102) menambahkan bahwa kaum Ahlu

`s-Sunnah wa `l-Jamaa‟ah memiliki paham mengenai qadla dan qadar ditengah-

tengah antara paham Qadariah dan Muktazilah dengan Jabariah. Qadariah dan

Muktazilah berpendapat bahwa manusia memiliki kehendak‚ kekuatan‚ dan

kebebasan dalam berbuat sesuatu terlepas dari kehendak dan kekuasaan Allah.

Jabariah berpendapat bahwa manusia sekali-kali tidak menguasai dirinya sendiri

dalam segala perbuatannya‚ baik atau jahat. Tidak ada bedanya dengan benda-

benda yang tak bernyawa. Manusia adalah objek yang dilakukan oleh subjek dari

luar atau dengan kata lain manusia dipaksa oleh kekuatan-kekuatan di luar

dirinya‚ yaitu kehendak dan kekuasaan Allah. Berbeda dengan Ahlu `s-Sunnah wa

`l-Jamaa‟ah yang menyatakan bahwa manusia mempunyai kebebasan‚ kehendak‚

kekuasaan‚ dan pengetahuan‚ tetapi terbatas sampai yang ditentukan Allah.

Sirajuddin Abbas (1994:77) berpendapat qadla menurut faham Ahlu `s-

Sunnah wa `l-Jamaa‟ah adalah ketetapan Tuhan pada azal tentang sesuatu. Semua

yang akan terjadi semuanya sudah ditentukan Tuhan sebelumnya dalam azal. Hal-

hal yang telah ditetapkan Tuhan dalam azal tidak dapat diubah oleh siapa pun juga

Page 229: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

(Abbas‚1994:77). Sirajuddin Abbas (1994:79) menambahkan bahwa sesuatu yang

sudah terjadi sudah diqadlakan Allah. Manusia hanya dapat menerima. Manusia

tidak akan tahu takdir dan ketentuan apa yang menimpa dirinya‚ maka dari itu

manusia harus berusaha dan bekerja sebaik-baiknya‚ setelah itu semuanya

diserahkan kembali kepada Allah Swt.

Imam Nawawi dalam kitabnya (Qathrul Ghaits:38) berpendapat bahwa

ketaatan adalah sesuatu yang diberi pahala. Ketaatan merupakan qadla‟, qadar,

iradah (kehendak), perintah, rida, mahabbah (kecintaan), petunjuk, dan penciptaan

Allah. Sebagian ulama‟ mengatakan, qadla‟ adalah kehandak Allah yang azali,

yang berkaitan dengan segala sesuatu terhadap suatu perkara, sedangkan qadar

adalah penciptaan Allah pada segala sesuatu sesuai dengan ilmu Allah. Maka dari

itu, qadla‟ ibarat dasar dan qadar bangunannya, qadla ibarat sesuatu yang

disiapkan untuk membuat pakaian dan qadar pakaiannya, dan qadla ibarat

ilustrasi pemahat terhadap suatu gambar yang ada di dalam hatinya dan qadar

gambarnya.

Berbeda dengan ketaatan, kemaksiatan adalah sesuatu yang diberi siksa,

Kemaksiatan merupakan qadla, qadar, dan iradah Allah, juga penciptaan Allah.

Akan tetapi, kemaksiatan bukan perintah, rida, dan petunjuk Allah. Imam Nawawi

memberikan ilustrasi terkait tentang kemaksiatan yang dilakukan mansia, yaitu

apabila seoarang anak hakim membunuh seorang laki-laki dengan sengaja, maka

hakim tersebut akan memerintahkan untuk menghukum anaknya, tetapi hakim

tersebut sebenarnya tidak menginkan hal itu. Hakim tersebut melakukan hal itu

karena perbuatan anaknya sendiri.

Page 230: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Manusia ada tiga macam, pertama, orang mukmin yang ikhlas dalam

keimanannya, yaitu orang yang berikrar dengan lisan, membenarkan dengan hati,

dan mengamalkan dengan anggota tubuh. Kedua, orang yang kafir yang ingkar

dalam kekufurannya, yaitu orang yang tidak berikrar dengan lisan, dan tidak

beriman dengan hatinya. Ketiga, orang munafik yang mencari muka dalam

kemunafikannya, yaitu orang yang berikrar dengan lisan, tidak beriman dengan

hatinya, dan mencari muka di depan orang-orang mukmin. Mereka semua (para

makhluk) akan diberi pahala atas ketaatan, dan akan diberi siksa atas kemaksiatan

mereka. Pahala dan siksa tersebut sesuai dengan janji Allah. Nabi saw.

menerangkan tentang seorang hamba yang ditakdirkan masuk surga akan ringan

dalam mengerjakan kebaikan. Hadis yang menerangkan hal tersebut adalah

sebagai berikut.

Rasul bersabda: Tiada seorang pun dari kalian, bahkan tiada suatu

jiwa manusia melainkan sudah ditentukan tempatnya di surga atau

neraka, nasib baik atau celaka. Seseorang bertanya: Ya Rasulullah,

apakah tidak lebih baik kita menyerah saja pada ketentuan itu dan

tidak usah beramal, maka jika ia untung akan sampai kepada

keuntungannya dan bila celaka, maka akan sampai pada binasanya.

Nabi saw. bersabda: Adapun orang-orang yang bakal untung, maka

diringankan untuk mengamalkan perbuatan ahli sa‟adah, sebaliknya

orang yang celaka, maka ringan untuk berbuat segala amal yang

membinasakan. Kemudian nabi saw. membaca (Alquran): Adapun

orang yang suka menderma dan bertakwa dan percaya pada kebaikan

(surga), maka akan Kami mudahkan baginya segala amal kebaikan.

Adapun orang yang bakhil dan merasa kaya (tidak berhajat), maka

akan Kami mudahkan baginya jalan yang sempit dan sukar. Dan

tidak berguna kekayaannya jika telah terjerumus (Tafsir Hadis

riwayat Bukhari Muslim dalam Abdul Baqi, 2003:1008).

Dalam hadis lain diterangkan, “Imran bin Hushain berkata: Apakah

sekarang ini sudah diketahui mana ahli surga dari ahli neraka? Nabi saw.

menjawab: Ya. Lalu ia bertanya: Lalu untuk apa orang beramal? Nabi

Page 231: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

menjawab: Tiap orang beramal untuk apa yang telah dijadikan Allah baginya”

(Tafsir Hadis riwayat Bukhari Muslim dalam Abdul Baqi, 2003:1008).

Dari keterangan di atas dapat diambil sebuah pesan, bahwa seorang hamba

harus rida dengan apa yang telah ditakdirkan Allah. Ridha ialah menerima

terhadap sesuatu. Dengan begitu, ia akan diberi pahala atau tidak akan disisksa.

Kekufuran adalah dengan qadla dan qadar Allah, rida terhadap qadla dan qadar

adalah wajib, dan rida terhadap kekufuran adalah kufur. Hal tersebut

menimbulkan permasalahan. Imam Nawawi menerangkan dalam kitabnya bahwa

kekufuran adalah maqdliyyun (yang dilaksanakan) dan maqdurun (yang

ditetapkan), bukan qadla‟ dan qadar, dan rida hanya wajib terhadap qadla‟ dan

qadar, tidak terhadap maqdliyyun dan maqdurun. Sesuatu yang bertentangan

dengan aturan Allah adalah dari segi dzatnya, tetapi hal tersebut bersifat

maqdliyyun. Oleh karena itu, seorang hamba harus rida dengan artian bahwa ia

tidak bertentangan dengan kehendak Allah. Seorang hamba tidak diperintah untuk

menyukai atau menerima kekufuran, tetapi ia diperintah meninggalkan dari

kekufuran tersebut dan tetap beriktikad bahwa kekufuran adalah kebijaksanaan

atau hikmah yang Allah ciptakan.

3. Keutamaan Akidah Islam dalam Teks “MAI”

Akidah Islam merupakan salah satu akidah yang terdapat di dunia

sekarang. Banyak akidah-akidah baru atau lama yang juga dipercaya manusia

menjadi akidah dalam hidupnya. Akidah Islam adalah satu-satunya akidah yang

sebenarnya harus diakui kebenarannya dan dianut oleh semua manusia. Beberapa

alasan akidah Islam merupakan akidah yang benar dari Allah dan harus dipercaya

manusia, yaitu sebagai berikut.

Page 232: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

a) Akidah Islam Jelas, Mudah, dan Terang

Akidah Islam adalah akidah yang mudah dan jelas, sejelas matahari di

tengah hari. Tidak ada kekaburan, kerumitan, kerancuan, maupun kebengkokan di

dalamnya. Sumbernya (Alquran dan hadis) begitu jelas dan makna-maknanya

demikian terang sehingga bisa dipahami oleh orang berilmu maupun orang awam.

Tidak ada yang menyimpang darinya, salah satu contoh kejelasannya adalah

sebuah kitab yang sangat populer di dalam hadis tentang Jibril. Hadis ini

memaparkan pokok-pokok ajaran Islam dengan sangat mudah, ringan, jelas dan

terang, yaitu berkaitan tentang pertanyaan iman, islam, dan ihsan. Dalil-dalil lain

seperti itu sangat banyak jumlahnya. Semua orang bisa memahaminya karena

dalil-dalil Alquran dan sunah demikian jelas sehingga dapat memuaskan dan

menenangkan jiwa, serta menanamkan keyakinan yang benar dan tegas di dalam

hati.

Dalam teks terdapat tujuh belas pertanyaan, semua pertanyaan tersebut

sangat jelas maksudnya atau tidak memiliki maksud yang lain (memiliki satu arti).

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijelaskan dengan sangat lengkap dan jelas,

seperti pembahasan mengenai nabi dan rasul sebagai berikut.

Inilah masalah jika ditanya orang engkau mengetahui nama mereka

itu dan bilangan mereka itu kepada kita jadi syarat iman atau tiada.

Maka jawab mengetahui nama mereka itu dan bilangan mereka itu

tiada kepada kita. Jadi syarat iman karena firman Allah Taala

setengah mereka itu yang aku ceritakan atasmu dan setengah mereka

itu tiadaku ceritakan atasmu ya Muhammad (“MAI”:9-10).

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa akidah Islam menjelaskan

perihal sesuatu dengan jelas dan terang. Kutipan di atas menginformasikan

mengenai jumlah nabi dan rasul keseluruhan. Jelas di awal bahwa jumlah nabi

sebanyak seratus dua puluh empat ribu dan tiga ratus tiga belas rasul, tetapi syarat

Page 233: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

menjadi mukmin tidak harus mengetahui dan hafal nama-nama mereka (nabi dan

rasul), cukup hanya mengetahui nabi dan rasul yang telah dikabarkan karena

untuk menghafal jumlah yang banyak bukanlah suatu yang mudah sehingga akan

menyusahkan manusia. Hal tersebut sangat jelas bahwa sistem akidah Islam

sangat jelas dan terang karena terdapat penjelasan secara mendetail mengenai

suatu permasalahan.

Salah satu contoh lain mengenai keesaan Tuhan. Secara jelas bahwa yang

mampu memulai pasti lebih mampu untuk mengembalikan lagi. Hal tersebut

sesuai yang tertera dalam Alquran, “Dan Dia-lah yang memulai penciptaan

kemudian mengembalikannya kembali, dan itu lebih mudah bagi-Nya” (Tafsir

surat Ar-Ruum: 27). Manajemen di sebuah tempat saja tidak mungkin bisa

berjalan dengan tertib apabila ditangani oleh banyak manajer. Begitu juga dengan

alam semesta. Allah Taala berfirman dalam Alquran, “Sekiranya di langit dan di

bumi itu ada Tuhan-Tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak

binasa” (Tafsir surat Al-Anbiya‟: 22). Sesuatu yang hendak menciptakan pastilah

mengetahui terlebih dahulu kemudian baru menciptakan. Hal tersebut seperti

dalam Alquran, “Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui;

sedangkan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?” (Tafsir surat Al-Mulk: 14).

Dalil-dalil yang jelas dan terang semacam itu sangatlah banyak dan meliputi

semua aspek kehidupan sehingga manusia dapat memanfaatkannya dan

menjadikan hidupnya dengan akidah yang benar, yaitu akidah Islam.

Sebaliknya dalam akidah Islam tidak ditemukan dalil-dalil yang rancu,

kontradiktif, dan paradoks. Hal tersebut dikarenakan akidah Islam adalah wahyu

yang tidak bisa dimasuki oleh kebatilan dari arah manapun datangnya dan

Page 234: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

kebenaran itu tidak mungkin rancu, paradoks, maupun kabur, melainkan serupa

satu sama lain dan saling menguatkan. Allah berfirman dalam Alquran,

“Andaikata Al-Qur'an itu berasal dari selain Allah, niscaya mereka mendapat

banyak pertentangan di dalamnya” (Tafsir surat An-Nisaa‟: 82). Oleh karen itu

akidah Islam, dalam hal ini adalah akidah Ahlu `s-Sunnah wa `l-Jamaa‟ah adalah

akidah yang benar-benar mudah, terang, jelas, dan terbebas dari kerancuan dan

sifat kontradiktif.

b) Akidah Islam Bukan Sesuatu Yang Mustahil

Memang benar dalam akidah Islam banyak hal-hal yang sulit dicerna oleh

akal, tetapi bukan berarti hal tersebut mustahil terjadi. Di dalam akidah Islam

terdapat hal-hal yang memusingkan akal dan sulit dipahami, seperti perkara-

perkara ghaib: siksa kubur, nikmat kubur, shirath (jembatan), surga, neraka, dan

mengenai sifat dan zat Allah Taala. Akal mengalami kebingungan dalam

memahami hakikat dan bentuk perkara-perkara tersebut. Akan tetapi, akal tidak

dapat mengatakan hal tersebut mustahil (impossible) karena perkara-perkara

tersebut berasal dari wahyu yang diturunkan yang tidak tercipta dari hawa nafsu

dan tidak dimasuki kebatilan dari arah manapun datangnya. Dalam teks juga

terdapat beberapa pembahasan mengenai hal-hal yang sulit dicerna seperti

mengenai malaikat, sebagai berikut.

Bahwasanya malaikat itu berbahagi-berbahagi dan setengah mereka

itu menanggung ‟arsy dan setengah mereka itu mengelilingi ‟arsy

dan setengah mereka itu bangsa rohani dan setengah mereka itu

bangsa kurubiyyun dan setengah mereka itu bangsa safarah artinya

Jibrail dan Mikail dan Israfil dan Izrail alaihi salam dan setengah

mereka itu memelihara dan setengah mereka itu menulis dan lain

demikian itu sekalian mereka itu. Dijadikan mereka itu segala hamba

Allah tiada disifatkan mereka itu akan laki-laki dan tiada disifatkan

akan perempuan dan tiada mereka itu syahwat dan tiada nafsu dan

Page 235: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

tiada bapak dan tiada ibu dan tiada mereka berbuat durhaka akan

Allah barang yang disuruh Allah akan mereka itu (“MAI”:3-4).

Dari kutipan di atas mengenai keberadaan malaikat bagi akal manusia sulit

dicerna. Akan tetapi, keberadaan mereka bukanlah hal yang mustahil karena

penjelasan mengenai mereka sangatlah runtut sehingga akal manusia pun dapat

menerimanya. Oleh karena itu, akidah Islam sangat menjunjung tinggi sifat

kerasionalan.

Hal tersebut tidak seperti akidah-akidah lain yang berisi kemustahilan-

kemustahilan yang secara aksioma dinyatakan mustahil oleh akal. Misalnya,

akidah-akidah Yahudi yang sudah diubah. Orang-orang Yahudi beranggapan

bahwa mereka adalah bangsa pilihan Allah. Mereka beranggapan bahwa Allah

telah memilih mereka sebagai pilihan dan menjadikan bangsa-bangsa lainnya

sebagai keledai-keledai yang bisa ditunggangi oleh bangsa Yahudi. Hal tersebut

tidak masuk akal karena tidak mungkin Tuhan Yang Maha Bijaksana menjadi

rasialis, berpihak kepada salah satu etnis, dan menelantarkan etnis-etnis lainnya.

Akidah Islam sangat menjunjung tinggi rasionalitas, artinya sesuai dengan

akal sehat. Akidah Islam menghormati akal yang sehat, menghargai perannya,

mengangkat kedudukannya, tidak mengekangnya, dan tidak mengingkari

aktifitasnya. Islam tidak menghendaki seorang muslim yang memadamkan cahaya

akalnya dan memilih taklid buta dalam masalah akidah dan juga masalah lainnya

(fikih, muamalah, akhlak, dan lain-lain). Akan tetapi, Islam justru meminta agar

setiap muslim mengamati ciptaan Tuhan, merenungkan dirinya sendiri, dan tanda-

tanda kekuasaan Allah yang ada di sekitarnya. Tujuannya, agar manusia

mengetahui rahasia-rahasia alam semesta dan fakta-fakta kehidupan. Melalui akal,

manusia dapat sampai pada banyak masalah akidah yang berada di dalam batas-

Page 236: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

batas kemampuannya. Islam menyampaikan kabar buruk kepada orang-orang

yang tidak menggunakan akal mereka dan memilih mengikuti apa yang dilakukan

oleh leluhur mereka tanpa pemikiran, perenungan, dan pengetahuan. Hal tersebut

seperti juga isi yang tertera dalam teks “MAI”. Adanya pertanyaan-pertanyaan

yang meliputi bidang akidah menandakan bahwa akidah Islam dapat

dipertanyakan dan dijawab dengan logis. Apabila akidah Islam bersifat irasional

sudah tentu pertanyaan-pertanyaan seperti dalam teks tidak akan muncul karena

tidak akan memberikan jawaban atas pertanyaan yang notabene bersifat rasional.

Kendati Islam memiliki pandangan seperti ini terhadap akal, tetapi Islam

juga membatasi bidang pemkiran akal. Hal itu dikarenakan untuk selalu menjaga

potensi akal agar tidak tercerai-berai atau berantakan di balik perkara-perkara gaib

yang tidak mungkin diketahui dan ditemukan akal, seperti masalah zat Tuhan, roh,

surga, neraka, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa akal

memiliki bidang garapan sendiri yang memungkinkannya bekerja di sana. Apabila

manusia mencoba melangkah keluar dari bidang ini atau terlalu mementingkan

akalnya, maka manusia akan tersesat dan bergentayangan dalam kebingungan

yang tidak bisa dikendalikannya. Ruang lingkup akal adalah segala sesuatu yang

tampak dan konkret, sedangkan perkara-perkara gaib yang abstrak dan tidak

diketahui oleh manusia bukanlah bidang yang bisa dimasuki oleh akal.

Dari uraian di atas mengenai keutamaan akidah Islam, seharusnya manusia

dapat berpikir bahwa akidah Islam adalah akidah yang benar-benar diturunkan

Allah dan akidah-akidah di luar akidah Islam merupakan akidah yang sengaja

dibuat oleh manusia sendiri untuk mengelabuhi manusia-manusia lainnya.

Page 237: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

c) Akidah Islam Dapat Mengakomodasi Kepentingan Roh, Hati, dan

Tubuh

Islam memberikan perhatian yang besar kepada aspek penyucian jiwa dan

peningkatannya kepada hal-hal rohaniah. Namun demikian ajaran Islam tidak

mengabaikan hak-hak indera atau tubuh. Islam memberikan perhiasan dan

kenikmatan kepada tubuh secara adil. Dalam teks “MAI” juga dijelaskan bahwa

akidah Islam berkaitan dengan roh dan jasad, tidak hanya sebatas keyakinan

semata, yaitu sebagai berikut.

Bermula iman itu pertunjuk Allah Taala dan ikrar dengan lidah dan

tasdik dengan hati dan mengerjakan dengan segala anggota daripada

perbuatan hamba baharu karena firman Allah Taala dan bermula

Allah yang menjadikan kamu dan barang perbuatan kamu. Maka

hidayat itu perbuatan Tuhan dan yaitu bukan makhluk karena

bahwasanya kadim dan barang yang hasil daripada kadim adanya

kadim jua dan ikrarkan dan tasdikkan dalam hati daripada perbuatan

hamba dan yaitu baharu maka tiap-tiap barang yang hasil daripada

yang baharu itu adalah ia baharu jua (“MAI”:16-17)

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa iman harus diucapkan dengan

lisan, diyakini dengan hati, dan diamalkan dalam perbuatan. Lisan dan perbuatan

adalah suatu yang dlahir dan berkaitan dengan jasad, tetapi hati atau qalb

berkaitan dengan roh karena bersifat batin. Sebagai bukti bahwa Islam

mengakomodasi hal jasmani dan rohani adalah Allah Taala memerintahkan

kepada orang-orang beriman untuk menyembah-Nya, mengerjakan amal shalih

yang diridai-Nya, mengkonsumsi makanan yang baik, dan mengeksplorasi hal-hal

yang telah disediakan oleh Allah untuk hamba-hamba-Nya dalam kehidupan.

Berbeda dengan akidah lainnya yang menjadikan para penganutnya seperti

layaknya binatang, bahkan lebih sesat dari binatang, seperti ajaran kaum paganis

hingga kepada kalangan atheis dan materialis. Apabila agama yang benar tidak

Page 238: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

berada di hati, maka akhlak yang indah akan turut meninggalkannya. Oleh karena

itu, tempatnya akan diisi oleh akhlak yang nista. Akibatnya, mereka akan

terjerembab ke dalam jurang yang paling rendah karena konsentrasi terbesar

mereka adalah menikmati kebahagiaan hidup yang sesaat.

Akidah Islam menjadikan antara kehidupan rohani dan jasmani seimbang.

Kehidupan jasmani yang kuat dan baik akan mempengaruhi rohani yang baik

pula. Begitu pula sebaliknya, dengan kekuatan rohani yang kuat, maka kehidupan

jasmaninya akan tetap terjaga dari segala macam bahaya. Oleh karena itu, akidah

Islam merupakan akidah yang mementingkan kedua aspek tersebut karena

keduanya saling berkaitan satu sama lain.

4. Manfaat Mengimani Akidah Islam dalam Teks “MAI”

Iman merupakan bagian paling utama bagi manusia karena ia merupakan

syarat bagi manusia untuk mendapatkan kehidupan yang bahagia. Iman menjadi

hal terpokok sebelum melakukan amalan-amalan lain. Berkenaan dengan iman

sebagai amal paling utama, rasul saw. pernah bersabda dalam hadis, “Abu

Hurairah berkata: nabi saw. ditanya: Apakah amal yang utama? Nabi menjawab:

Iman kepada Allah dan Rasulullah. Lalu ditanya: Kemudian apa? Nabi

menjawab: Jihad berjuang fi sabilillah. Ditanya lagi: Kemudian apa? Nabi

menjawab: Haji yang mabrur” (Tafsir Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dalam

Abdul Baqi, 2003:26). Dalam hadis lain juga diceritakan bahwa iman kepada

keenam rukun iman tersebut merupakan hak Allah yang harus dilakukan manusia.

Orang yang telah memenuhi hak Allah, dalam hal ini adalah beriman kepada

keenam elemen rukun iman, maka Allah akan memberikan kenikmatan

Page 239: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

kepadanya. Hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim tersebut tertulis sebagai

berikut.

Nabi bersabda: Tahukan kamu (Muadz bin Jabal) apakah hak Allah

yang diwajibkan atas hamba-Nya? Muadz menjawab: Allah dan

Rasulullah yang lebih tahu. Nabi bersabda: Hak Allah yang

diwajibkan atas hamba-Nya supaya mereka menyembah kepada-Nya

dan tidak mempersekutukan Allah dengan suatu apa pun. Kemudian

rasul meneruskan perjalanan dan berkata: Ya Muadz bin Jabal!

Muadz menjawab: Lakbayka wa sa‟dayka. Rasul bertanya: Tahukah

kamu apakah hak hamba jika mereka telah melaksanakan kewajiban

itu? Muadz menjawab: Allah dan rasul-Nya yang lebih tahu. Rasul

bersabda: Hak hamba atas Allah bahwa Allah tidak akan menyiksa

mereka (Tafsir Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dalam Abdul

Baqi, 2003:14).

Dengan beriman, maka seorang hamba telah melakukan hak-hak Allah dan

sebagai balasannya orang tersebut tidak akan mendapatkan siksa dari-Nya. Dalam

teks “MAI” dijelaskan, Adapun orang mukmin itu di dalam surga kekal mereka

itu dan tiada binasa surga dan tiada binasa isi keduanya. Dan barang siapa syak

daripada segala perkara ini maka bahwasanya jadi kafir (“MAI”:11). Orang

yang tidak beriman dan orang yang telah keluar dari keimanan dianggap sebagai

orang kafir. Ciri orang beriman adalah mempercayai rukun iman yang berjumlah

enam dengan keyakinan dalam hati dan takrir dengan lisan. Manusia yang tidak

meyakini adanya rukun iman yang enam itu, maka dianggap kafir. Satu saja orang

meragukan keenam rukun iman tersebut, ia dianggap kafir. Allah berfirman dalam

Alquran sebagai berikut.

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-

Nya dan bermaksud memperbedakan keimanan antara Allah dan

rasul-Nya dengan mengatakan: Kami beriman kepada yang sebagian

dan kami kafir terhadap sebagian yang lain. Dan bermaksud dengan

perkataan itu mengambil jalan (tengah) di antara iman atau kafir.

Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah

menyediakan untuk orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan

(Terjemah surat An-Nisa`:150-151).

Page 240: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Selain percaya kepada Allah dan rasul-Nya, yang harus diimani adalah

percaya atas kitab-kitab Allah. Seorang hamba yang meragukan adanya kitab

Allah, maka orang tersebut telah keluar dari keimanannya. Allah berfirman dalam

Alquran mengenai orang-orang yang tidak percaya akan Alquran sebagai wahyu

dari Allah, “Mereka berkata: kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan

kepada kami. Dan mereka kafir kepada Alquran yang diturunkan sesudahnya,

sedang Alquran adalah kitab yang haq, yang membenarkan apa yang ada pada

mereka” (Tafsir surat Al-Baqarah:91).

Orang yang beriman seperti yang telah diterangkan akan mendapatkan

sebuah kenikmatan. Begitu sebaliknya, orang yang kafir atau tidak mau

mengimani rukun iman yang enam, akan diberikan siksa oleh Allah. Orang kafir

diceritakan sebagai orang-orang yang celaka dan tersesat karena akan mendapat

balasan terhadap kekafirannya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah, “Barang

siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-

rasul-Nya, dan hari kemudian, maka orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”

(Tafsir surat An-nisa:136). Pada ayat lain juga dijelaskan bahwa orang kafir akan

dimusuhi Allah, “Barang siapa yang bermusuhan dengan Allah, malaikat-

malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril, Mikail, maka bahwasanya Allah musuh

bagi orang kafir itu” (Tafsir surat Al-Baqarah: 98). Rasul telah menceritakan

balasan bagi orang kafir dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhari dan

Muslim sebagai berikut.

Anas r.a. berkata: nabi saw. bersabda: Tiga sifat siapa yang

melakukannya pasti dapat merasakan manisnya iman, yaitu cinta

kepada Allah dan Rasulullah melebihi dari cintanya kepada lain-

lainnya, cinta kepada sesama manusia semata-mata karena Allah,

dan enggan kembali kepada kekafiran sebagaimana enggan

Page 241: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

dimasukkan ke dalam api neraka (Tafsir Hadis riwayat Bukhari dan

Muslim dalam Abdul Baqi:17).

Dari hadis di atas dapat diketahui bahwa kecelakaan orang kafir adalah ia

akan masuk ke dalam neraka untuk selama-lamanya dan mereka akan

mendapatkan siksa yang pedih seperti yang tertera dalam Alquran, “Dan orang-

orang yang kafir kepada ayat-ayat Tuhannya bagi mereka azab, yaitu siksaan

yang sangat pedih” (Tafsir surat Al-Jaatsiyah:11).

Orang yang tidak mengakui bahwa Allah adalah Tuhan semesta alam

adalah orang musyrik. Rasul juga telah menjelaskan mengenai orang yang syirik

atau menyekutukan Allah merupakan perbuatan dosa besar, yaitu sebagai berikut.

Abdullah bin Mas‟ud r.a. berkata: Aku bertanya kepada nabi saw.

apakah dosa yang terbesar di sisi Allah? Nabi menjawab: Jika kamu

mengadakan sekutu bagi Allah padahal Dialah yang menjadikan

kamu. Aku bertanya: Kemudian apa? Nabi menjawab: Jika kamu

membunuh anakmu khawatir makan bersamamu. Aku bertanya:

Kemudian apa? Nabi menjawab: Berzina dengan isteri tetanggamu

(Tafsir Hadis riwayat Bukhari Muslim dalam Abdul Baqi, 2003:27).

Pada hadis-hadis lain juga diterangkan bahwa dosa terbesar adalah

menyukutukan Allah dan di setiap hadis tersebut syirik adalah urutan pertama dari

dosa-dosa besar kepada Allah. Uraian di bawah ini akan membahas tentang

manfaat mengimani enam elemen rukun iman yang merupakan akidah Islam

(Ahlu `s-Sunnah wa `l-Jamaa‟ah) dan manfaat mengimani akidah Islam secara

umum, yaitu sebagai berikut.

a) Manfaat Mengimani Akidah Islam (Ahlu `s-Sunnah wa `l-Jamaa’ah)

Secara Umum

Teks “MAI” sebagai objek kajian penelitian ini membahas tentang akidah

Islam. Meskipun dalam teks tidak hanya menyangkut tentang rukun iman yang

enam, tetapi pokok permasalahan yang tertulis dalam teks menyangkut tentang

Page 242: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

keimanan yang harus dimiliki oleh manusia, baik golongan muslim maupun non-

muslim. Kaum muslim setelah mengakui adanya Allah dan Muhammad adalah

rasul-Nya yang ditandai dengan membaca syahadat harus melakukan persyaratan

dan aturan yang diberlakukan dalam sistem Islam. Di antara syarat dan aturan

yang berlaku dalam Islam, hal yang pokok adalah mengimani enam elemen rukun

iman dalam hati, lisan, dan perbuatannya.

Isi teks yang berisikan tentang pertanyaan-pertanyaan dan juga jawaban-

jawabannya menandakan adanya keinginan dari pengarang agar teks tidak linier.

Pengarang berusaha agar pembaca memahami pertanyaan-pertanyaan yang

diungkapkan oleh pengarang karena sebenarnya pertanyaan-pertanyaan tersebut

hanya bersifat mudah, tetapi masih banyak orang yang tidak mengetahuinya.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah turunan dari adanya pokok-pokok ajaran

rukun iman. Dalam banyak riwayat yang disebut iman adalah percaya kepada

Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan takdir

baik dan buruk. Akan tetapi, tidak dijelaskan lebih lanjut cara mempercayai

keenam hal tersebut secara rasional.

Manusia hidup di dunia berawal dari ketiadaan dirinya. Timbul beberapa

pertanyaan, mengapa mereka diciptakan, dari mana datangnya alam semesta, dari

mana asal manusia, dan ke mana manusia setelah mati? Beberapa pertanyaan di

atas merupakan modal awal untuk mempelajari akidah atau iman secara rasional.

Dari hal tersebut tidak pernah ada satu pun jawaban yang pasti. Manusia hanya

berteori mengenai asal muasal kehidupan. Maka dari itu, hadirlah agama untuk

menjawab semua pertanyaan tersebut. Mengenai asal kehidupan secara singkat

dapat dikatakan bahwa adanya kehidupan, alam semesta, bumi dan isinya

Page 243: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

termasuk manusia karena ada yang membuat, yaitu Sang Pencipta. Pertanyaan

kedua, kemudian siapakah yang membuat dan menciptakan semua ini. Hal

tersebut dapat dijawab dalam informasi-informasi yang terkandung dalam

Alquran yang merupakan firman dari Sang Pencipta.

Manusia diciptakan untuk mengatur dunia agar dapat tertata dengan baik.

Agar tujuan tersebut dapat terwujud, maka diciptakanlah peraturan-peraturan, baik

yang berasal dari manusia atau dari Allah langsung. Peraturan hidup dari Allah

untuk manusia biasanya disebut dengan syariat. Syariat diidentikkan dengan

peraturan yang harus dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat

hubungan antara akidah (iman) dengan syariat, yaitu keduanya tidak dapat

dipisahkan, meskipun kedunya dapat dibedakan. Masyfuk Zuhdi (1988:7)

berpendapat bahwa akidah sebagai akar dan syariat sebagai batang dan dahan-

dahannya. Orang yang beriman tanpa menjalankan syariat adalah fasik, orang

yang bersyariat tetapi berakidah selain akidah Islam adalah munafik, dan orang

yang tidak berakidah dan bersyariat islam adalah kafir. Oleh karena itu, antara

keimanan dan aturan-aturan yang disediakan manusia (syariat) adalah dua hal

yang berkaitan.

Akidah atau iman sebagai kebenaran merupakan landasan bagi seorang

muslim. Keyakinan yang mendasar itu menopang seluruh perilaku, membentuk

dan memberi corak dan warna kehidupannya dalam hubungannya dengan

makhluk lain dan hubungan dengan Tuhan. Keyakinan itu akan memberikan

ketenangan dan ketentraman dalam pengabdian seorang hamba dan penyerahan

dirinya secara utuh kepada Allah Swt.

Page 244: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Dalam hubungannya dengan manusia. Keyakinan ini menjadi dorongan

utama untuk bergaul dan berbuat baik serta berbuat maslahat bagi manusia dan

makhluk lainnya. Dorongan keyakinan ini akan sanggup meniadakan segala

pamrih duniawi dan balas jasa dari kebaikan yang ditanamkan terhadap manusia

lain. Seorang muslim berbuat baik semata-mata karena yakin bahwa Allah

menyuruhnya untuk berbuat baik sehingga apa pun yang dia peroleh akibat dari

perbuatannya akan diterimanya dengan penuh kesadaran dan lapang dada. Dalam

perilaku ini lahir perbuatan ikhlas yang merupakan fenomena perilaku seorang

muslim yang taat. Manfaat beriman atas akidah Islam dibagi menjadi dua, yaitu

sebagai berikut.

1) Manfaat Keimanan pada Kehidupan Individu Pemeluknya

Akidah yang tertanam dalam jiwa seorang muslim akan senantiasa

menghadirkan dirinya dalam pengawasan Allah semata-mata karena itu perilaku-

perilaku yang tidak dikehendaki Allah akan selalu dihindarkannya. Keyakinan

tauhid berawal dari hati, selanjutnya akan membentuk sikap dan perilaku yang

menyeluruh dan mewujudkan bentuk kepribadian yang utuh sebagai insan yang

mulia dengan derajat kemuliannya yang tinggi. Iman pada hakikatnya adalah

keseluruhan tingkah laku, baik keyakinan (iktikad), ucapan maupun perbuatan.

Nabi bersabda: Iman adalah mengiktikadkan dalam hati, mengucapkan dengan

mulut dan melaksanakan dengan anggota badan.

Bermula iman itu dengan sifat suci dan kafir itu dengan sifat hadats

binasalah dengan dia sekalian amal (“MAI”:15-16). Dari kutipan teks “MAI”

tersebut dapat diketahui bahwa amal saleh merupakan perbuatan yang baik yang

khas lahir dari seorang muslim yang memiliki akidah (mukmin), sedangkan

Page 245: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

perbuatan baik yang dilakukan seorang non-muslim (kafir) tidak dikategorikan

sebagai amal saleh karena seorang yang tidak memiliki iman melakukan

perbuatan baik tidak didorong oleh keyakinan terhadap Allah. Walaupun

perbuatan yang tampak secara inderawi sama saja dengan perbuatan seorang

muslim, tetapi nilai-nilai rohaniah sangat berlainan. Perbuatan baik seorang kafir

hanya memiliki nilai duniawi, sedangkan amal saleh seorang muslim memiliki

nilai duniawi dan ukhrawi.

Muslim Nurdin (1995:80) berpendapat akidah dapat dilihat peranannya

dalam berbagai segi kehidupan seorang muslim serta memiliki implikasi terhadap

sikap hidupnya. Implikasi dari akidah itu antara lain dapat dilihat dalam

pembentukan sikap, misalnya penyerahan total kepada Allah dengan meniadakan

sama sekali kekuatan dan kekuasaan di luar Allah yang dapat mendominasi

dirinya. Keyakinan ini akan menumbuhkan jiwa merdeka bagi seorang muslim di

tengah pergaulan hidupnya, yaitu tidak ada manusia yang dapat menjajahnya.

Sudarno Shobron berpendapat bahwa dengan iman yang kuat akan menimbulkan

sikap iklas dan konsekuen (Shobron, 2006:54). Iman dalam diri seorang muslim

akan mendorong kepada perbuatan yang dilandasi dengan keikhlasan dan

pencarian rida Allah. Dengan keimanan yang kuat, manusia akan senantiasa

bertindak sesuai dengan apa yang dikatakannya, artinya orang tersebut akan

bersikap konsekuen.

Landasan mencari rida Allah menjadikan manusia tidak memikirkan hasil

yang didapatkan. Setelah usaha yang konsekuen dan penuh keikhlasan dengan

niat mencari rida-Nya, maka secara otomatis akan timbul rasa tawakal kepada

Allah Swt. Tawakal ialah menghadapkan hati kepada Allah sewaktu bekerja

Page 246: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

seraya memohon bantuan kepada-Nya dan bersandar hanya kepada-Nya. Itulah

esensi dan hakikat tawakal. Tawakal bukan berarti pasrah tanpa berjuang, tetapi

akan terwujud dengan melaksanakan sebab-sebab (usaha) terlebih dahulu. Maka

dari itu, tawakal tidak mengajak manusia menjadi pengangguran atau mengurangi

pekerjaan. Bahkan tawakal memiliki pengaruh yang besar dalam memacu

semangat manusia untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar yang semula tidak

terpikirkan dan tidak tergapai. Tawakal merupakan suatu sarana yang paling kuat

dan efektif dalam menggapai apa yang diinginkan. Hal tersebut dikarenakan hati

telah bersandar kepada kekuasaan, kemurahan, dan kelembutan Allah yang akan

mengikis habis kuman-kuman frustasi dan bibit-bibit kemalasan. Tekad dan usaha

kuat dan benar yang dibarengi dengan tawakal kepada Allah akan berakhir dengan

kebenaran dan keberuntungan. Allah berfirman dalam Alquran, “Kemudian

apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya”

(Tafsir surat Ali Imran: 159).

Manfaat iman selain memberikan rasa totalitas kepada Tuhan dalam setiap

perbuatannya juga akan menjadikan manusia yakin kepada Allah dengan sebenar-

benarnya. Muslim Nurdin (1995:81) berpendapat manusia yang telah yakin

dengan seyakin-yakinnya akan memiliki keberanian untuk berbuat karena tidak

ada ketakutan baginya, kecuali melanggar perintah Allah. Keberanian tersebut

akan menjadikan manusia berani bicara dengan konsekuen secara lurus dan tegas

berdasarkan aturan-aturan dari Allah. Sudarno Shobron (2006:51) menambahakan

bahwa iman yang sebenarnya akan melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan

benda. Orang beriman hanya percaya kepada kekuatan dan kekuasan Allah.

Page 247: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Apabila Allah hendak memberikan pertolongan-Nya, maka tidak ada satu

kekuatan pun yang dapat mencegahnya. Sebaliknya, jika Allah hendak

menimpakan malapetaka, maka tidak ada satu pun yang sanggup menahan dan

mencegahnya. Dengan begitu, seorang hamba yang memiliki keyakinan yang

sebenarnya akan terhindar dari sifat mendewakan manusia yang memegang

kekuasaan, benda-benda mistik yang diyakini memiliki kekuatan di luar akal

manusia, harta atau uang, dan lain-lain yang bersifat keduniawiaan.

Seorang yang telah beriman dengan benar, artinya tidak ada keraguan yang

berada dalam dirinya untuk mengimani akidah-akidah Islam, maka jiwa dan

pikirannya akan selalu tenang. Allah berfirman dalam Alquran, “Hai jiwa yang

tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya.

Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-

Ku” (Tafsir surat Al-Fajr:27-30). Manusia selalu menemukan masalahnya dalam

hidupnya. Pada tahap tertentu, manusia akan melanda keresahan dan kesedihan.

Sudarno Shobron (2006:53) berpendapat manusia lahir dalam keadaan yang tidak

pasti. Dengan beriman kepada akidah Islam akan timbul dalam dirinya

keseimbangan hidup, ketentraman hati, dan ketenangan jiwa. Hal tersebut sesuai

dengan firman Allah dalam Alquran, “Orang-orang yang beriman dan hati

mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan

mengingat Allah hati menjadi tenteram” (Tafsir surat Ar-Ra‟du:28).

Tidak ada kecemasan di dalam jiwa dan tidak ada kegalauan di dalam

pikiran karena akidah dapat menyambungkan seorang hamba dengan Penciptanya

sehingga ia merasa rela terhadap apa yang telah ditetapkan-Nya. Akibatnya,

Page 248: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

hatinya merasa tenang dengan ketentuan-Nya, dadanya lapang menerima

keputusan-Nya, dan pikirannya terang dengan mengenal-Nya.

Orang yang berakidah Islam dapat mengarahkan perasaan dan jiwa yang ia

rasakan ke arah yang benar. Perasaan adalah sesuatu yang bersifat naluri (insting),

dan setiap manusia normal pasti memilikinya. Hal tersebut bisa berupa kebaikan

atau pun mencelakakan manusia sendiri. Akidah Islam bukanlah akidah yang

keras dan beku, melainkan akidah yang hidup. Akidah Islam mengakui perasaan

manusiawi dan menghargainya dengan baik. Akan tetapi, Akidah Islam tidak

melepaskan kendali penuh kepada perasaan, melainkan meluruskannya,

mengangkat derajatnya, dan mengarahkannya ke arah yang benar sehingga

menjadikan perasaan tersebut sebagai sarana kebaikan dan bukan sebaliknya,

yaitu menjadi pemicu kehancuran dan perusakan.

Akidah mengendalikan perasaan cinta, benci, dan perasaan-perasaan

lainnya yang akan membuat pemilik perasaan-perasaan itu penuh pertimbangan di

dalam tindakan-tindakannya, bersikap bijaksana dalam perilaku dan interaksi

sosialnya. Hal tersebut dikarenakan seorang yang memiliki akidah Islam bahwa

Allah melihat, mengamatinya, dan akan memperhitungkan apa yang pernah

dilakukannya. Maka dari itu, orang yang telah tertanam hatinya akidah Islam yang

kuat tidak akan mencintai kecuali karena Allah, tidak akan membenci kecuali

karena Allah, tidak akan memberi kecuali karena Allah, dan tidak akan menahan

kecuali karena Allah.

Dari beberapa manfaat di atas dapat diketahui bahwa akidah Islam akan

memberikan dampak positif bagi manusia yang mengimaninya. Sudarno Shobron

(2006:53) menjelaskan bahwa iman terkait dengan amal. Oleh karen iman

Page 249: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

merupakan hal yang pasti positif, maka dengan sendirinya orang yang beriman

dengan sungguh-sungguh akan memberikan implementasi dalam kehidupannya

secara baik pula. Perbuatan-perbuatan manusia yang baik tersebut pasti akan

menimbulkan kemanfaatan bagi dirinya dan manusia lain. Allah berfirman dalam

Alquran sebagai berikut.

Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun

perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami

berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan

Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik

dari apa yang telah mereka kerjakan” (Tafsir surat An-Nahl:97).

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa orang yang benar-benar

beriman akan mengimplementasikan apa yang didapatkan, yaitu dari Alquran dan

Sunah. Dengan begitu, kebahagiaan hiduplah yang akan ia dapatkan. Orang yang

dalam perbuatan dan sikapnya sesuai dengan akidah keislaman, maka Allah akan

selalu memberikan mereka keberuntungan, baik di dunia maupun di akhirat. Allah

berfirman mengenai hal tersebut, “Mereka itulah orang yang mendapat petunjuk

dari Tuhan mereka dan merekalah orang-orang yang beruntung” (Tafsir surat

Al-Baqarah:5). Di bawah naungan akidah Islam akan tercipta keamanan dan

kehidupan yang mulia. Hal itu karena akidah Islam berdiri di atas pondasi iman

kepada Allah dan kewajiban untuk mengkhususkan ibadah kepada Allah semata,

tanpa beribadah kepada yang lain. Tidak ada keraguan bahwa hal itu merupakan

faktor penyebab terciptanya keamanan, kebaikan, dan kebahagiaan di dunia dan

Akhirat. Allah berfirman, “Orang-orang yang beriman dan tidak

mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah yang

mendapatkan keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapatkan

petunjuk.” (Tafsir surat Al-An‟am: 82). Maka dari itu, orang yang beriman

Page 250: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

dengan sungguh akan mendapatkan rasa aman dunia dan di akhirat, sedangkan

orang-orang yang suka berbuat syirik dan maksiat adalah orang-orang yang selalu

diliputi ketakutan.

Selain rasa aman dan nyaman, seorang yang berakidah dengan benar akan

mengantarkannya kepada kemuliaan. Seseorang yang yakin bahwa Allah adalah

Tuhan Yang Maha Memberi Manfaat, Maha Mendatangkan bahaya, Maha

Memberi dan Maha Menahan, maka ia tidak akan was-was dan akan merasa mulia

dengan-Nya, sedangkan orang yang berlindung kepada selain Dia adalah orang

yang hina. Apabila seseorang menyadari bahwa apa yang ditakdirkan

mengenainya tidak akan meleset darinya dan apa yang tidak ditakdirkan tidak

akan menimpa dirinya, maka jiwanya akan tenang dan hatinya akan tenteram.

Seseorang yang berserah diri kepada Allah, maka ia akan mendapatkan keamanan

dan rasa takut kepada makhluk akan hilang dari hatinya. Dengan demikian, ia

terbebas dari perbudakan sesama makhluk. Ia tidak menggantungkan hatinya

kepada seluruh makhluk dalam upaya mendatangkan keuntungan dan menolak

bahaya, melainkan hanya kepada Allah ia akan berlindung dan meminta

pertolongan.

Manfaat-manfaat di atas akan didapatkan oleh manusia dengan cara

meyakini keyakinan yang benar, yaitu yakin terhadap akidah Islam. Tidak hanya

itu, manusia harus meyakini sebenar-benarnya, dalam arti yakin dengan sangat

yakin terhadap akidah Islam. Dengan begitu, manusia akan mendapat semua

manfaat berakidah Islam, baik di dunia maupun di akhirat.

Page 251: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

2) Manfaat Keimanan pada Kehidupan Sosial Pemeluknya

Selain bermanfaat pada pribadi seseorang, mengimani akidah juga

bermanfaat dalam kehidupan sosial. Masyarakat yang menganut akidah yang

benar, maka Allah akan memuliakannya dan barangsiapa meninggalkannya, maka

Allah akan menistakannya. Hal itu karena penyimpangan akidah akan berdampak

paling signifikan dalam merusak eksistensi umat, memecah-belah kesatuannya,

dan membuat musuh-musuh menguasai mereka. Umat yang melenceng dari

akidah yang benar dan menyimpang dari pedoman agamanya yang lurus, mereka

akan segera jatuh dari kejayaan dan akan mendekati kepada kehancuran dan

kebinasaan, seperti timbulnya kemalasan sesudah kerja keras, kehinaan sesudah

kejayaan, kebodohan sesudah pengetahuan, perpecahan sesudah persatuan, dan

pengangguran sesudah keaktifan.

Hal tersebut tidak sekadar teori saja, tetapi telah banyak terjadi dalam

kehidupan manusia di masa lampau. Ketika umat Islam menyimpang dari ajaran

agamanya, seperti di Andalusia, Irak, Iran, dan banyak di negar-negara Islam

lainnya. Musuh menguasai dan menistakan warganya Islam, mereka melakukan

serangan terhadap wilayah teritorial Islam sehingga mengakibatkan jatuhnya

korban jiwa yang hampir mendekati angka dua juta jiwa dan menyebabkan

runtuhnya singgasana khilafah Islamiyah. Hal tersebut menjadikan umat Islam

mundur ke belakang dari pentas peradaban akhir-akhir ini. Peristiwa-peristiwa

tersebut disebabkan sejumlah faktor, namun yang terutama dan terpenting adalah

adanya “penyimpangan akidah” oleh kaum Islam sendiri.

Umat Islam yang memiliki keyakinan terhadap akidah Islam yang benar

akan terlindungi dari tindakan serampangan, kekacauan, dan kehancuran. Hal

Page 252: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

tersebut dikarenakan, akidah Islam memiliki prinsip yang jelas, tetap, dan tidak

berubah-ubah sehingga pemeluknya pun selamat dari tindakan mengikuti hawa

nafsu dan tindakan serampangan dalam segala aspek kehidupannya. Akidah yang

benar memberikan tolok ukur yang lengkap dan tidak pernah salah, pemeluknya

pun pasti selamat dari cerai-berai, permusuhan, dan kehancuran. Mereka

mengetahui siapa yang harus dijadikan sebagai teman dan siapa yang harus

diposisikan sebagai musuh. Mereka juga tahu apa yang menjadi hak dan

kewajiban masing-masing, maka akan timbul rasa tanggung jawab dalam diri

mereka.

Akidah memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap hal-hal sosial,

yaitu hubungan personal dengan personal, personal dengan kelompok, maupun

kelompok dengan kelompok. Alasannya karena manusia dikendalikan dan

diarahkan oleh akidah (ideologi) mereka. Penyimpangan dalam perilaku, akhlak,

dan mu‟amalah (hubungan antarmanusia) merupakan akibat dari penyimpangan

dalam akidah. Hal tersebut dikarenakan perilaku pada hakikatnya adalah buah dari

akidah yang diyakini oleh seseorang. Dalam Akidah Islam, manusia diperintahkan

untuk mengerjakan segala macam kebajikan dan melarang segala macam

keburukan. Apabila manusia meyakini akidah Islam, maka mereka akan

menjalankan apa yang mereka percaya sehingga mereka akan berbuat sesuatu

sesuai dengan akidah Islam tersebut. Apabila tiap individu melakukan hal

tersebut, maka tidak mustahil kekuatan umat Islam menjadi lebih kokoh dan tidak

mudah ditaklukkan musuh-musuhnya. Umat yang memeluk akidah Islam dengan

sungguh-sungguh akan mengorbankan apa saja untuk memperkokoh agamanya

dan memperkuat pilar-pilarnya. Mereka tidak mempedulikan hal yang menimpa

Page 253: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

mereka dalam memperjuangkan hal tersebut. Mereka tidak akan gentar

menghadapi orang-orang yang suka menteror maupun orang-orang yang suka

melecehkan mereka.

Tanpa akidah Islam, manusia akan berubah menjadi masyarakat jahiliyah

yang marak dengan kekacauan, diliputi ketakutan dan kecemasan dalam berbagai

penjuru, dan manusia berubah menjadi liar dan buas. Dalam benak mereka adalah

memenangkan hawa nafsu mereka sehingga timbullah saling membunuh

antarmanusia, saling merampas, saling merusak, dan menghancurkan. Hal tersebut

pernah terjadi pada bangsa Arab sebelum datangnya akidah Islam. perbuatan

masyarakat melebihi perilaku hewan, seperti perang antarkabilah menjadi adat

tradisi, yang kuat yang menguasai. Adat istiadat lain adalah setiap anak

perempuan yang lahir akan dibunuh oleh ayahnya sendiri karena perempuan

dianggap makhluk yang lemah. Mereka juga bertaruh di setiap kesempatan,

berpesta dan berfoya-foya semau mereka. Perbuatan-perbuatan di atas

menunjukkan tidak adanya batasan bagi hawa nafsu manusia. Oleh karena itu,

akidah Islam hadir untuk mengabarkan tentang perilaku-perilaku yang baik dan

benar, terlebih dalam menahan hawa nafsu manusia.

Dengan akidah Islam, Allah telah mempersatukan hati yang bercerai-berai

dan kecenderungan yang bermacam-macam. Semua hal keburukan berubah

menjadi kebaikan ketika akidah Islam dimunculkan dijalankan oleh manusia.

Dapat disimpulkan bahwa akidah Islam dapat mengatasi segala problematika

umat Islam karena akidah tersebut datang dari Allah Swt. Tuhan Yang Maha

Kuasa atas segala ciptaan-Nya.

Page 254: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

b) Manfaat Mengimani Enam Elemen Rukun Iman

Berikut ini ini akan dipaparkan beberapa manfaat beriman kepada enam

elemen rukun iman terhadap kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai berikut.

1) Allah

Iman kepada Allah, bagaimana seorang manusia dapat mengimani adanya

Allah sebagai Tuhan? Dijawab secara sederhana bahwa manusia harus memiliki

keimanan dan kepercayaan kepada Allah karena Ia adalah Maha Pengasih, Maha

Penyayang, dan lain-lain. Maha dalam Kamus Besar Bahas Indonesia (2013:855)

berarti, bentuk terikat; sangat, amat, teramat. Maha adalah sebuah kata yang

menyatakan bahwa tidak ada satu pun yang lebih dari hal tersebut. Contoh

melihat, jika sifat yang dimiliki Tuhan hanya melihat, semua orang pun dapat

melihat, tidak hanya manusia, hewan pun dapat melihat dan mendengar. Tuhan

memiliki sifat maha karena tidak ada batasan dalam melihat oleh Tuhan, seperti

hal nya manusia yang memiliki batasan melihat dalam ruang dan waktu, tetapi

Allah dapat melihat secara keseluruhan.

Dengan percaya kepada Allah, seorang hamba akan menyadari betapa

kecilnya dia, betapa tidak mampunya manusia dalam menjalankan kehidupan ini.

Dengan begitu, semua aktivitas yang dikerjakannya adalah kuasa Allah. Mereka

menjadi makhluk yang tidak sombong dan selalu tawaduk. Mereka akan

menghargai semua ciptaan-Nya, termasuk menghargai pada manusia lain karena

mereka sadar bahwa tidak ada yang memiliki kekuasaan selain Allah Swt. Percaya

kepada Allah merupakan sebuah kewajiban bagi seorang hamba. Percaya kepada

Allah adalah hal yang paling utama sebelum percaya pada kelima elemen lainnya.

Iman pada intinya adalah tauhid, seperti dalam hadis berikut.

Page 255: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Almusayyab bin Hazn r.a. berkata: Ketika Abu Thalib akan mati

datanglah nabi saw. ke rumahnya dan mendapatkan di sana ada Abu

Jahal bin Hisyam, Abdullah bin Abi Umayyah bin Almughirah.

Maka nabi saw. berkata kepada Abu Thalib: Ya ammi (wahai

paman) katakanlah „Laa ilaaha illa `l-Laaha‟, kalimat yang akan

menjadikan aku sebagai saksi untukmu di sisi Allah. Lalu Abu Jahal

dan Abdullah bin Abi Umayyah berkata: Hai Abu Thalib apakah

kamu akan meninggalkan agama Abdul Muthalib? Kemudian nabi

saw. menawarkan kembali kepada Abu Thalib dan kedua orang itu

menyanggah kembali sehingga akhirnya Abu Thalib berkata: Bahwa

dia tetap pada agama Abdul Muthalib dan menolak kalimat „Laa

ilaaha illa `l-Laaha‟. Lalu nabi saw. bersabda: Demi Allah aku akan

tetap membacakan istighfar untukmu selama aku tidak dilarang

untuk itu. Maka kemudian Allah menurunkan ayat 113 surat At-

Taubah: Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang

beriman untuk memintakan ampun kepada Allah bagi orang-orang

musyrik meskpun mereka kerabat yang dekat, sesudah nyata bahwa

mereka orang-orang ahli neraka Jahim (Hadis riwayat Bukhari

Muslim dalam Abdul Baqi:12).

Dari kutipan hadis di atas dapat diketahui bahwa pokok selamatnya

seseorang dari kedudukan kekafiran adalah dengan membaca laa ilaaha illa `l-

Laaha yang artinya tiada Tuhan selain Allah. Tauhid ialah adanya pengakuan

seorang hamba bahwa tiada Tuhan atau ilah selain Allah. Seorang yang beriman

diawali dengan percaya pada Tuhan. Apabila seorang telah percaya kepada-Nya

secara total, otomatis orang tersebut akan mengikuti dan mematuhi perintah-

perintah-Nya.

Masyfuk Zuhdi (1988:23) berpendapat bahwa iman kepada Allah akan

mendorong seseorang bertakwa kepada Allah, yaitu mematuhi segala perintah-

Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Dengan begitu, manusia akan selamat

dalam kehidupan karena tujuan utama manusia adalah untuk menjadi orang-orang

yang bertawka (muttaquun). Iman kepada Allah dapat menjadikan manusia

tenteram dan damai karena timbul rasa bahwa segala sesuatu adalah atas kuasa

Allah sehingga dalam kehidupannya tidak akan ada rasa takut atau kultus kepada

Page 256: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

makhluk-makhluk yang diciptakan Allah. Muslim Nurdin (1995:91)

menambahkan seseorang yang beriman kepada Allah akan diberikan kehidupan

yang sejahtera. Dengan beriman kepada Allah, seseorang akan dijaga Allah dari

segala kerusakan dan bencana, serta pahala yang tidak akan terkira dari Allah

karena keimanannya tersebut. Allah telah menjanjikan hal tersebut dalam Alquran

sebagai berikut.

Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun

perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami

berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami

beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa

yang telah mereka kerjakan (Tafsir surat An-Nahl:97).

Yuceu Ekajaya (2007:49) berpendapat bahwa seseorang yang mengenal

Allah sebagai Tuhan yang memiliki sifat kamal (sempurna), Tuhan Yang Maha

Esa, dan lain-lain akan menjadikan kehidupan seseorang istiqamah atau konsisten

(dalam kebaikan). Dalam teks dijelaskan sebagai berikut.

Inilah masalah jika ditanya orang akan kamu dan betapa percaya

engkau akan Allah. Maka jawab bahwasanya Allah Taala Esa zat-

Nya dan Esa Sifat-Nya, Yang Hidup, Yang Tahu, Yang Kuasa, Yang

Mendengar, Yang Melihat, Yang Berkehendak, Yang Berkata, Yang

Kekal, Yang Menjadikan, Tuhan dengan tiada sekutu dan tiada

timbangan dan tiada lawannya tiada seumpamanya suatu dan yaitu

Yang Amat Mendengar Yang Amat melihat (“MAI”:2).

Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Allah memiliki sifat yang

sempurna, maka akan muncul kesadaran penuh bahwa kehidupan manusia di

dunia adalah dari Allah, kematiannya dari Allah, dan nantinya akan dikembalikan

kepada Allah. Dengan begitu, manusia yang beriman dan mengenal Allah selalu

berusaha melakukan hal-hal yang diridai-Nya karena tidak ada suatu hal pun yang

hakiki, selain Dia.

Page 257: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Iman kepada Allah menjadikan sifat stabil dan optimis. Manusia dengan

segala pernak-pernik kehidupannya akan menghadapi banyak permasalahan.

Dengan kesungguhan mengimani Allah, permasalahan tersebut tidak akan

menjadi beban bagi manusia karena mereka yakin bahwa segala sesuatu adalah

dari Allah. Oleh karena itu, mereka akan selalu optimis dalam semua urusan yang

didapatkannya karena keyakinan tersebut. Permasalahan-permasalahan yang

dihadapi terkadang menimbulkan perasaan-perasaan benci, bimbang, putus asa,

dan lain-lain. Seorang yang beriman akan sadar bahwa permasalahan-

permasalahan tersebut merupakan skenario Allah untuk menguji hamba-Nya.

Maka dari itu, kegagalan dari permasalahan-permasalahan yang didapatkan selalu

diterima dengan jalan ikhlas dan sabar. Kemudian mencoba kembali

menyelesaikan permasalahan tersebut tanpa rasa putus karena yakin bahwa Allah

yang akan mengatur semua hasil yang telah dikerjakannya.

2) Malaikat

Secara rasional Tuhan menciptakan malaikat untuk menjalankan tugas-

tugas yang berkaitan dengan aktivitas manusia dari lahir sampai kembali kepada

Tuhan. Kemudian apakah Tuhan tidak berkuasa atau tidak berkompeten dalam

menjalankan tugas para malaikat? Hal tersebut adalah salah kaprah karena

sebenarnya penciptaan malaikat adalah sebuah pembelajaran kepada manusia

tentang sunnatullah, yaitu tentang proses sebab akibat yang harus dilakukan.

Meskipun Tuhan dapat melakukan semuanya tanpa bantuan siapa pun, tetapi

Tuhan mengajarkan manusia dan hambanya agar selalu berproses. Proses-proses

inilah yang harus ditangkap oleh seorang hamba, maka dengan begitu seorang

Page 258: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

hamba akan lebih mantap dan total (tanpa ragu-ragu) bahwa Allah adalah Tuhan

yang Maha segalanya.

Penjelasan mengenai manfaat seseorang apabila mengimani malaikat

dalam teks “MAI”, yaitu sebagai berikut.

Bahwasanya malaikat itu berbahagi-berbahagi dan setengah mereka

itu menanggung ‟arsy dan setengah mereka itu mengelilingi ‟arsy

dan setengah mereka itu bangsa rohani dan setengah mereka itu

bangsa kurubiyyun dan setengah mereka itu bangsa safarah artinya

Jibrail dan Mikail dan Israfil dan Izrail alaihi salam dan setengah

mereka itu memelihara dan setengah mereka itu menulis dan lain

demikian itu sekalian mereka itu. Dijadikan mereka itu segala hamba

Allah tiada disifatkan mereka itu akan laki-laki dan tiada disifatkan

akan perempuan dan tiada mereka itu syahwat dan tiada nafsu dan

tiada bapak dan tiada ibu dan tiada mereka berbuat durhaka akan

Allah barang yang disuruh Allah akan mereka itu” dan berbuat

mereka itu barang yang disuruh Allah mereka itu” (“MAI”:3-4).

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa malaikat dapat menjadi contoh

bagi manusia. Makhluk atau hamba Allah seharusnya selalu mengikuti apa yang

diperintahkan oleh penciptanya atau tuannya. Seorang pelayan atau bawahan saja,

akan takut apabila melanggar aturan yang dibuat oleh pemimpin mereka, apalagi

manusia sebagai seorang makhluk yang diciptakan Allah untuk mengatur bumi.

Tidak pantas bagi manusia untuk melanggar perintah-perintah Allah dan tidak

berbuat sesuai dengan perintah-Nya. Oleh karena manusia adalah makhluk

istimewa yang diciptakan Allah, mereka diberikan kebebasan dalam bertindak,

tetapi setiap perbuatan yang dilakukan akan mendapat balasan dari-Nya.

Allah menciptakan malaikat dengan sifat-sifat khusus, seperti tidak akan

menentang perintah Allah sedikit pun, selalu mematuhi perintah Allah, selalu

bertasbih mengagungkan Allah, dan lain-lain. Hal tersebut mengajarkan kepada

manusia bahwa manusia tidak berarti apa-apa dalam melaksanakan ibadah atau

penyembahan kepada Allah jika dibandingkan dengan amalan para malaikat.

Page 259: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Akan tetapi, Allah mengangkat derajat manusia dengan menyatakan bahwa

manusia adalah sebaik-baik makhluk yang diciptakan. Manusia memiliki akal,

hati, nafsu, dan kehendak untuk melakukan sebuah perbutan, berbeda dengan

malaikat yang tidak memiliki nafsu dan kehendak atas diri mereka. Apabila

manusia selalu konsekuen terhadap perbuatan yang baik, maka mereka akan

melebihi malaikat-malaikat Allah, Akan tetapi, jika manusia tidak dapat

mengendalikan hawa nafsunya, maka Allah akan menurunkan derajat mereka

melebihi setan. Masyfuk Zuhdi (1988:42) berpendapat bahwa seorang yang

mengimani malaikat-malaikat Allah akan timbul dalam hatinya rasa tentram,

nyaman, dan optimis karena yakin bahwa di sekelilingnya ada malaikat-malaikat

Allah yang selalu menjaganya. Orang yang beriman pada malaikat dengan

keyakinan yang sungguh-sungguh akan bersikap lebih hati-hati dalam melakukan

perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah karena sadar setiap apa yang dilakukan

akan dicatat oleh malaikat, yaitu malaikat Rakib dan Atid.

Manfaat lain mengimani malaikat adalah akidah menjadi suci dari noda-

noda kesyirikan. Hal tersebut dikarenakan orang kafir menganggap bahwa

malaikat adalah anak-anak Allah sehingga mereka menyembah para malaikat

sebagaimana menyembah Allah. Orang yang beriman tidak akan menganggap

para malaikat sebagai Tuhan, tetapi mereka tetap percaya terhadap keberadaan

para malaikat tersebut. Para malaikat diciptakan Allah sebagai makhluk suci yang

diberikan beberapa tugas, seperti menyampaikan wahyu kepada para nabi dan

rasul, mengantarkan rezeki kepada manusia, menjaga manusia, mencatat amalan

manusia, dan lain-lain (Nurdin, 1995:91).

Page 260: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

3) Kitab

Percaya kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi dan rasul

merupakan suatu kewajiban. Kitab-kitab tersebut menjadi pengetahuan, ajaran,

syariat, kebaikan, sumber kebaikan dari Allah kepada manusia. Manusia umat

Nabi Muhammad tidak cukup meyakini Alquran sebagai kitab Allah, tetapi

mereka juga harus mempercayai kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi

sebelum Nabi Muhammad. Meskipun demikian, Alquran tetap menjadi sumber

ajaran utama dalam melaksanakan perintah-perintah Allah karena Alquran

memansuhkan semua ajaran dalam kitab-kitab sebelumnya.

Masyfuk Zuhdi (1988:61) berpendapat bahwa setiap muslim harus

mempercayai kitab-kitab sebelum Alquran. Mempercayai kitab-kitab yang telah

diturunkan Allah akan menjadikan manusia dapat mendidik umat Islam untuk

bertoleransi kepada pemeluk agama lain. Allah berfirman, “Tidak ada paksaan

untuk memasuki Islam” (Tafsir surat Al-Baqarah:256). Dari kutipan ayat di atas

dapat diketahui bahwa Islam menjunjung tinggi kebebasan dalam beragama. Hal

tersebut berbeda dengan umat-umat lainnya yang hanya mengakui kitab mereka

masing-masing, seperti umat Yahudi yang hanya mengakui kitab Taurat dan

Zabur dan menolak kitab Injil dan Alquran. Demikian pula umat Nasrani hanya

menerima kitab Taurat, Zabur, dan Injil, tanpa menerima Alquran sebagai kitab

Allah.

Manusia dari zaman Nabi Muhammad sampai kiamat nanti adalah umat

Muhammad. Maka dari itu, kitab yang harus diamalkan adalah kitab dari Allah

yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril, tanpa

meragukan keberadaan kitab-kitab sebelumnya. Umat muslim hanya diwajibkan

Page 261: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

untuk percaya tentang kitab-kitab sebelum Alquran, tetapi sebagai pedoman

hidup, mereka harus bersumber pada Alquran dan sunah-sunah Nabi Muhammad.

Seorang yang mengimani Alquran sebagai kitab yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad untuk menjadi petunjuk manusia akan menghormati Alquran. Bentuk

penghormatan dapat dalam bentuk membaca Alquran secara konsisten, menghafal

Alquran, mengkaji Alquran, dan memperbanyak Alquran. Terdapat cara lain yang

harus dilakukan manusia untuk mengimani Alquran, yaitu tidak sekadar

membaca, menghafal, membuat, dan memahami maksudnya. Akan tetapi,

pengimplementasian Alquran dalam kehidupan sehari-hari.

Abdurrahman Wahid (2006:32) berpendapat bahwa manusia harus

mengamalkan ajaran-ajaran yang terdapat dalam Alquran. Alquran adalah sebuah

ajaran yang harus dipahami sebagai penggambaran kehidupan yang lengkap.

Alquran adalah sebuah ajaran sebagai pembelajaran dalam masyarakat. Salah satu

contoh ayat dalam Alquran bahwa Islam (Alquran) merupakan ajaran

kemasyarakatan, yaitu sebagai berikut.

Apa saja harta rampasan yang diberikan Allah kepada rasul-Nya

(dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota, maka

adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim,

orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya

harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara

kamu. Apa yang diberikan rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa

yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah (Tafsir surat Al-

Hasyr:7).

Dari ayat di atas menjadi bukti bahwa Islam lebih mementingkan fungsi

pertolongan kepada kaum miskin dan menderita kesusahan. Apabila Alquran

diimani dengan sungguh-sungguh dan diimplementasikan dalam kehidupan, maka

manusia akan lebih sejahtera dan segala keruwetan yang terjadi pada manusia

akan terhindarkan.

Page 262: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Dengan mengimani Alquran, manusia akan mendapatkan kenyamanan dan

kesejahteraan karena Alquran adalah kalamullah (firman Allah) sehingga manusia

yang menjalankan sesuai dengan Alquran akan selalu selamat dalam lindungan-

Nya. Yuceu Ekajaya (2007:49) berpendapat bahwa seorang yang megimani

Alquran akan mendapatkan keberuntungan karena Alquran adalah kitab pedoman

bagi seluruh manusia, seperti firman Allah, “Bulan yang di dalamnya diturunkan

(permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan

mengenai petunjuk itu” (Tafsir surat Al-Baqarah:185). Manusia yang mengiman

Alquran dan mengamalkannya akan selamat dan mendapat rida-Nya, seperti

firman Allah, “Dengan kitab itulah Allah menunjukkan orang-orang yang

mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan” (Tafsir surat Al-Maidah:15-16).

Alquran juga berfungsi sebagai pengingat bagi manusia karena manusia memiliki

sifat lupa dan salah. Alquran memberikan pelajaran dan pengajaran kepada

manusia sehingga orang yang percaya terhadap Alquran akan mendapat pelajaran

dari Alquran. Hal tesebut seperti yang difirmankan Allah, “Alquran ini adalah

penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang

yang bertakwa” (Tafsir surat Ali Imran:138).

Banyak manfaat-manfaat yang didapatkan apabila seorang mengimani

Alquran dengan keyakinan yang sungguh-sungguh. Hal tersebut dikarenakan

keyakinan yang sungguh-sungguh dapat menjadikan manusia selalu berpegang

teguh pada Alquran sebagai sumber ajaran untuk melakukan perbuatan di dunia.

Manfaat lain adalah dapat menjadikan manusia mendapatkan rahmat (kasih

sayang) Allah, seperti yang tertera dalam Alquran, “Dan Kami turunkan dari

Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang

Page 263: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang zalim kecuali

kerugian” (Tafsir surat Al-Isra`:82). Dengan begitu, apabila rahmat telah

didapatkan seorang hamba, otomatis surga adalah balasan yang nyata baginya.

4) Nabi dan Rasul

Para nabi dan rasul memerintahkan kepada manusia untuk menyembah-

Nya. Allah mengutus para rasul untuk mengajak manusia ke jalan kebenaran. Dari

hal tersebut dapat diketahui bahwa Allah tidak serta merta meminta manusia

menyembah kepadanya, tetapi Dia mengutus para rasul untuk mencontohkan dan

memberi gambaran mengenai segala sesuatu tentang diri Tuhan. Oleh karena itu,

manusia harus mengikuti petuah dan ajakan para rasul sebagai utusan yang

dikirim Allah. seperti halnya malaikat, Allah bisa saja memberikan langsung

hidayah dan petunjuk kepada hamba-Nya karena tidak ada yang tidak dapat Dia

kehendaki. Akan tetapi, dengan mengutus para rasul untuk mengajak manusia,

dapat diambil sebuah pelajaran bahwa Allah mengajarkan sebuah proses. Rasul

yang ditunjuk pun juga berasal dari golongan manusia, bukan dari malaikat atau

jin. Hal ini membuktikan bahwa manusia dapat secara mudah mengikuti perilaku

dan ajakan para rasul karena yang mengajak (nabi dan rasul) adalah golongan

manusia.

Rasul merupakan utusan Allah untuk mengajak manusia kepada jalan

kebenaran. Untuk mengajak dan meminta orang lain mengikuti dirinya rasul telah

diberikan beberapa akhlak yang baik sehingga manusia dapat percaya kepada

dirinya. Rasul juga telah mencontohkan perbuatan-perbuatan yang ia ajarkan

kepada manusia. Mereka tidak hanya menyuruh tanpa melakukannya terlebih

dahulu. Misal rasul meminta agar kaumnya salat, beriman kepada Allah, menjauhi

Page 264: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

kemaksiatan, dan lain-lain. Maka mereka akan melakukannya terlebih dahulu

sehingga manusia tidak dapat lagi menyanggah bahwa rasul hanya berbicara saja

tanpa ada perbuatan. Dalam teks “MAI” disebutkan sebagai berikut.

Dan bermula sekalian nabi itu mereka itu lagi menyuruh mereka itu,

lagi mengkabarkan mereka itu, lagi mengajari mereka itu, lagi benar

mereka itu, lagi mungkar mereka itu, kepercayaan Allah Taala lagi

kepelihara mereka itu daripada dosa kecil dan dosa besar. Dan

bermula kasih mereka itu jadi syarat iman dan benci mereka itu

daripada awal dan akhir jadi kafir (“MAI”:7-8).

Nabi dan rasul merupakan orang-orang pilihan. Mereka bertugas

menyampaikan ayat-ayat Allah kepada manusia. Oleh karena itu, nabi dan rasul

diberikan sifat yang istimewa daripada manusia lainnya, yaitu tabligh

(penyampai), amanah, fathanah (cerdas), sidiq (dipercaya), dan ma‟shum

(terhindar dari dosa). Dalam kehidupan bersosial seseorang yang akan menyuruh

atau meminta kepada orang lain untuk mengikuti dirinya, maka ia harus

melakukan hal tersebut terlebih dahulu. Dalam suatu permisalan seorang petinggi

menyuruh kepada rakyatnya untuk menjaga kebersihan, tetapi dia sendiri tampak

kotor dan kumal, maka tidak ada seorang pun yang akan mengikuti ajakan

petinggi tersebut. Rasul diberikan akidah yang baik sehingga manusia yang

diajaknya akan tersentuh hatinya. para nabi tidak memaksa dan tidak

memunculkan sifat-sifat tercela. Dengan begitu kaum yang diajaknya akan

nyaman dan tidak berontak, meskipun dalam beberapa kisah para nabi dan rasul

banyak dimusuhi oleh kaumnya sendiri, tetapi tidak menjadikan nabi dan rasul

berbuat aniaya kepada kaumnya karena akan menjadikan mereka semakin

menjauh.

Dari hal itu dapat diambil sebuah pelajaran bahwa seorang manusia yang

percaya akan nabi dan rasul akan mempraktekkan semua akhlak dan perbuatannya

Page 265: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

sehingga dalam kehidupan sehari-hari hamba tersebut akan mendapat

keistimewaan. Abdurrahman Wahid (2006:72) berpendapat untuk merubah moral

masyarakat agar sesuai dengan ajaran-ajaran islam harus dilakukan dengan sabar.

Pemberian contoh yang baik sebagai wahana utama dalam pembentukan moralitas

yang berlaku di tengah masyarakat. Hal ini yang sering dilupakan oleh umat

muslim dan para tokoh Islam. Manfaat mengikuti cara rasul dan para nabi adalah

mencontohkan perbuatan terlebih dahulu sebelum memerintahkan kepada

umatnya. Maka dengan begitu, umat akan secara lapang mengikuti apa yang

diperintahkan.

Yuceu Ekajaya (2007:70) berpendapat seorang yang mengimani adanya

nabi dan rasul akan selalu membenarkan hal-hal yang mereka kabarkan. Nabi dan

rasul adalah utusan Allah sehingga apa-apa yang dikabarkan dari mereka kepada

umatnya merupakan kabar dari Allah. Seorang yang mempercayai adanya para

rasul dan nabi, serta mematuhinya bukan berarti tindakan tersebut sebagai

tindakan menuhankan mereka, tetapi hal tersebut merupakan manifestasi manusia

dalam mengimani Allah. Hal tersebut tertera dalam Alquran, “Barang siapa yang

menaati rasul, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Barang siapa yang

berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi

pemelihara bagi mereka” (Tafsir surat An-Nisa`:80). Manusia yang mengimani

dengan sungguh-sungguh akan menjadikan nabi dan rasul sebagai teladan dalam

kehidupannya. Nabi dan rasul memiliki akhlak yang baik dan terjaga dari

perbuatan-perbuatan kejahatan sudah sepantasnya bagi mereka menjadi panutan

dan teladan bagi umat manusia. Allah berfirman dalam Alquran, “Sesungguhnya

telah ada pada Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi

Page 266: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan

dia banyak menyebut Allah” (Tafsir surat Al-Ahzab:21). Keteladanan yang

dicontohkan para nabi dan rasul tidak hanya meliputi aspek hubungan manusia

dengan Tuhan saja, tetapi meliputi aspek hubungan manusia dengan manusia

lainnya. Dari hal itu, dapat diketahui seorang yang mengikuti dan mengimani nabi

dan rasul akan memiliki akhlak mulia, sebagaimana mereka mencontohkan

kepada umat manusia untuk berakhlak baik.

Masyfuk Zuhdi (1988:82) berpendapat seseorang yang meyakini nabi dan

rasul akan lebih menyadari bahwa mereka memiliki misi yang sama, yaitu

mengajak manusia untuk beriman kepada Allah semata dan mencari rida-Nya.

Nabi Muhammad menjadi nabi penutup dari semua nabi dan ajaran yang

disampaikan merupakan ajaran untuk menyempurnakan ajaran-ajaran

sebelumnya. Orang yang mengimani adanya nabi dan rasul akan menggunakan

ajaran Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir untuk menjalankan kehidupannya

di dunia sehingga semua perbuatannya adalah ajaran-ajaran dari Allah karena nabi

hanyalah penyampai kepada umat manusia. Mengikuti ajaran Allah dan rasul-Nya

merupakan jalan menemukan rida Allah Swt.

5) Hari Akhir

Manusia diperintahkan untuk mengimani hal yang belum terjadi, seperti

hari kiamat. Hari kiamat adalah hari pembalasan bagi manusia atas perbuatannya

di dunia. Semua perbuatan yang pernah dilakukan tidak akan luput dari

pengawasan Tuhan dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Dari hal

tersebut, seseorang yang meyakini adanya hari kiamat dengan sungguh-sungguh

akan selalu bertindak waspada dan berhati-hati atas perbuatan yang akan

Page 267: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

dilakukan. Mereka akan memikirkan ulang setiap perbuatan yang akan dikerjakan.

Hal tersebut dikarenakan mereka mengetahui bahwa ada pertanggungjawaban,

seperti yang tertera dalam teks “MAI” sebagai berikut.

Bahwasanya Allah Taala mematikan segala makhluk sekalian

melainkan barang yang ada dalam surga dan neraka, kemudian

menghidupkan Allah akan mereka itu dan dihimpunkan mereka itu

dan dikira-kira mereka itu dan dihakimkan antara mereka itu dengan

adil. Maka barang siapa ada daripada segala malaikat dan jin dan

manusia, maka bahwasanya mereka itu binasa mereka itu, maka

barang siapa ada daripada mereka itu fasik maka tiada kekal ia.

Artinya tiada kekal segala orang mukmin di dalam neraka kemudian

daripada dikira-kira dan adapun orang mukmin itu di dalam surga

kekal mereka itu dan tiada binasa surga dan tiada binasa isi keduanya

(“MAI”:10-11).

Masyfuk Zuhdi (1988:98) berpendapat bahwa seorang yang mengimani

adanya hari akhir akan berdampak positif pada kehidupannya, yaitu senantiasa

menjaga diri untuk selalu taat kepada Allah dan menjauhi semua larangan Allah

karena tahu kehidupan di dunia hanya sementara, sedangkan kehidupan akhirat

kekal selamanya. Oleh karena itu, ia akan mempergunakan kesempatan hidup di

dunia dengan berbuat kebaikan agar esok di hari yang kekal akan mendapat

balasan kenikmatan.

Orang yang beriman kepada hari akhir dengan sungguh tidak akan meniru

pola hidup orang kafir yang menganggap kehidupan hanya sekali saja dan tidak

akan ada kehidupan setelah kematian. Orang yang mengasumsikan bahwa tidak

ada kehidupan setelah kematian di dunia akan bertindak sesuka hatinya dan sesuai

keinginan hawa nafsunya karena mereka tidak mengetahui sebenarnya kelak

perbuatan mereka di dunia akan dipertanggungjawabkan. Apabila seseorang telah

bertindak sesuka hati dan hanya mengikuti hawa nafsunya, pasti hidupnya tidak

akan beraturan. Hal tersebut dapat menimbulkan konflik dengan manusia lain

Page 268: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

karena mereka tidak khawatir terhadap perbuatan yang mereka kerjakan sehingga

perbuatannya cenderung bebas dan bar-bar. Akibatnya banyak manusia di

sekitarnya dengan perbuatan tersebut. Dari hal itu dapat diketahui bahwa seorang

yang tidak percaya akan hari kiamat cenderung memiliki akhlak yang tidak

terpuji, sebaliknya bagi mereka yang meyakini adanya hari akhir akhlak yang

akan muncul adalah akhlak yang terpuji karena selalu berhati-hati atas apa yang

dikerjakan.

Orang yang beriman kepada hari akhir akan selalu berbuat baik dan benar

dalam hidupnya. Allah berfirman dalam Alquran, “Dan takutlah kamu kepada

suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan seseorang lain sedikit

pun dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan memberi

manfaat sesuatu syafaat kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolong”

(Tafsir surat Al-Baqarah: 123). Bukan hanya harus melakukan perbuatan baik dan

benar, perkataan pun harus baik dan benar, sebagaimana sabda Rasulullah saw.

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berhata benar

atau diam." (Tafsir hadis riwayat Bukhari dan Muslim).

Seseorang yang beriman kepada hari akhir akan selalu berinfak di jalan

Allah dengan tidak kikir karena ia tahu akibat kekikiran terhadap hartanya

tersebut. Ia juga tahu pahala yang berlipat ganda yang diterimanya bila ia berinfak

di jalan Allah Swt. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah sebagai berikut.

Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang

Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa

kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah

buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan

dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-

lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah

mengetahui apa yang kamu kerjakan (Tafsir surat Ali Imran:180).

Page 269: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Pada ayat lain diceritakan mengenai seorang yang menafkahkan atau

berinfak di jalan Allah akan mendapatkan suatu keuntungan yang tidak terkira.

Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah sebagai berikut.

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang

menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir

benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus

biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia

kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha

Mengetahui. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan

Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya

itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak

menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi

Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak

(pula) mereka bersedih hati (Tafsir surat Al-Baqarah:261-262).

Apabila keimanan kepada hari akhir telah tertanam dalam hati seseorang,

maka orang itu akan selalu sabar dalam kebaikan dan dalam keadaan apapun.

Meskipun musibah menimpa dirinya, ia akan tetap sabar bahkan meningkatkan

kesabarannya. Hal tersebut dikarenakan ia sadar bahwa dunia ini hanya

sementara, semua akan mati. Penderitaan di dunia hanyalah sementara, sedangkan

siksa di hari akhirat adalah beribu kali lipat dengan siksa di dunia. Oleh karena

itu, setiap ia mendapatkan kesusahan, ia akan selalu bersyukur karena mengingat

kesusahan yang terjadi di akhirat bagi orang-orang yang celaka.

6) Takdir Baik dan Buruk

Elemen terakhir dalam rukun iman adalah percaya terhadap takdir baik dan

buruk dari Allah Swt. Seperti yang telah diterangkan di atas bahwa manusia tidak

dapat mengetahui apa yang didapatkan di hari esok. Hal itu membuktikan bahwa

semua urusan manusia telah diatur Allah dari mulai dalam kandungan sampai

esok di alam barzah. Manusia tidak dapat menciptakan takdir bagi mereka sendiri.

Manusia yang percaya akan takdir baik dan buruk dari Allah akan selalu

Page 270: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

husnudlan (berbaik sangka) kepada Allah tentang kehidupan yang ia jalankan.

Manusia akan selalu bertawakal, yaitu menyerahkan semua urusan kepada Allah

setelah mereka berusaha. Teks “MAI” telah menjelaskan perihal takdir baik dan

buruk, “Allah Taala itu menjadikan makhluk dan ditunjuk Allah akan mereka itu

kepada pertunjuk dan menyuruh ia dan mungkar ia dan menjadikan Ia lawhha`l-

mahfudl dan qalam dan menyuruh Ia akan keduanya bahwasanya menulis

keduanya akan amal segala hambanya” (“MAI”:12).

Hal tersebut membuktikan bahwa manusia hanya dapat berusaha dengan

sebaik-baiknya, tetapi hasil adalah urusan Allah Swt. Manusia adalah makhluk

lemah dan memberikan pelajaran bahwa semua kebaikan dan kesuksesan yang

didapatkan bukan dari dirinya, tetapi dari Allah Swt. Begitu juga sebaliknya,

apabila manusia dirundung suatu permasalahan, mereka akan sabar dan ikhlas

dalam menjalani masalah tersebut karena menyadari bahwa semuanya telah

ditentukan Allah.

Masyfuk Zuhdi (1988:105) berpendapat mengimani takdir baik dan buruk

dari Allah dapat mendorong seseorang untuk bersikap berani dalam menegakkan

keadilan dan kebenaran karena semua akibat yang akan diperoleh datangnya dari

Allah Swt, baik berupa ajal, rezeki, maupun nasib yang akan menimpanya.

Seseorang yang menyakini adanya takdir baik dan buruk akan mendapatkan

kenyamanan hati dan fikiran karena sadar semua adalah dari Allah. Ia akan

senantiasa berusaha dan berjuang dalam hal kebaikan karena yakin Allah akan

membalas perbuatannya. Beriman kepada takdir akan mengantarkan manusia

kepada sebuah hikmah penciptaan yang mendalam, yaitu bahwasanya segala

sesuatu telah ditentukan. Sesuatu tidak akan menimpa manusia kecuali telah Allah

Page 271: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

tentukan kejadiannya, demikian pula sebaliknya. Apabila manusia telah faham

dengan hikmah penciptaan ini, maka mereka akan mengetahui dengan keyakinan

yang dalam bahwa segala sesuatu yang datang dalam kehidupan mereka tidak lain

merupakan ketentuan sehingga ketika musibah datang menerpa perjalanan hidup

mereka, mereka akan lebih bijak dalam memandang dan menyikapinya. Demikian

pula ketika manusia mendapat giliran memperoleh kebahagiaan, mereka tidak

akan lupa untuk mensyukuri nikmat Allah dan tidak berbuat kesombongan sedikit

pun.

Manusia memiliki keinginan dan kehendak, tetapi keinginan dan

kehendaknya mengikuti keinginan dan kehendak Tuhannya. Golongan Ahlu `s-

Sunnah wa `l-Jamaa‟ah menetapkan dan meyakini bahwa segala yang telah

ditentukan, ditetapkan, dan diperbuat oleh Allah memiliki hikmah dan segala

usaha yang dilakukan manusia akan membawa hasil atas kehendak Allah. Tidak

setiap hal akan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, maka hendaklah

manusia menyerahkan semuanya dan beriman kepada apa yang telah Allah

tentukan. Manusia yang beriman kepada takdir Allah tidak akan menyalahkan

Allah, bahkan mereka tidak akan berani berandai-andai seperti mengatakan,

“Seandainya aku melakukan ini dan itu, niscaya akan begini dan begitu.” Dalam

hatinya akan selalu terpikirkan bahwa, “Allah telah mentakdirkan segalanya dan

apa yang dikehendaki-Nya pasti dilakukan-Nya.” Hal tersebut dikarenakan kata

„seandainya‟ adalah kata yang mengawali perbuatan setan. Tidak ada seorang pun

yang dapat bertindak untuk merubah apa yang telah Allah tetapkan untuknya.

Maka tidak ada seorang pun juga yang dapat mengurangi sesuatu dari ketentuan-

Page 272: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Nya, juga tidak bisa menambahnya, untuk selamanya. Ini adalah perkara yang

telah ditetapkan-Nya dan telah selesai penentuannya.

Setiap manusia tidak boleh memasrahkan diri kepada takdir tanpa melakukan

usaha apa pun karena hal ini akan bertentangan dengan sunnatullah. Oleh karena

itu usaha merupakan suatu kewajiban bagi manusia yang diakhiri dengan sikap

tawakal kepada-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya, “Dan

bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi

Maha Mengetahui” (Tafsir surat Al-Anfaal: 61). Pada ayat lain juga disebutkan,

“Barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupi

(keperluan)nya” (Tafsir surat Ath-Thalaq: 3). Manusia yang telah yakin dengan

setiap ketentuan Allah, maka segala urusan akan menjadi lebih ringan. Tidak akan

ada kegundahan maupun kegelisahan yang muncul dalam diri mereka sehingga

akan timbul semangat dalam melakukan segala urusan tanpa merasa khawatir

mengenai apa yang akan terjadi kemudian karena mereka senantiasa

menggenggam tawakal sebagai perbekalan ketika menjalani urusan.

Page 273: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap teks “Masaaila ‟Aqiidatu `l-Islam”

(“MAI”) dapat diambil simpulan sebagai berikut.

1. Suntingan teks “Masaaila ‟Aqiidatu `l-Islam” (“MAI”) menggunakan metode

standar yang merupakan metode yang digunakan untuk naskah tunggal.

Kesalahan-kesalahan yang ditemukan peneliti diberikan kritik terhadapnya dan

diberikan alasan mengenai perbaikan tersebut. Dalam teks “MAI” ditemukan 6

adisi, 15 lakuna, 8 substitusi, 5 ditografi, 1 transposisi, dan 2

ketidakkonsistenan. Perbaikan-perbaikan yang dilakukan peneliti tersebut

berdasarkan kaidah-kaidah filologis. Oleh karena teks “MAI” berbahasa Arab

dengan terjemahan dalam bahasa Melayu, maka peneliti menyediakan tiga

macam suntingan, yaitu suntingan lengkap, suntingan dalam bahasa Arab, dan

suntingan dalam bahasa Melayu.

2. Struktur teks “MAI” merupakan bentuk struktur sastra kitab. Struktur sastra

kitab terdiri dari empat hal, yaitu struktur penyajian teks, gaya penyajian, pusat

penyajian, dan gaya bahasa.

a. Sastra kitab pada dasarnya memiliki struktur yang tetap. Struktur

penyajian sastra kitab terdiri dari tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan

penutup.

Page 274: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

b. Gaya penyajian teks, yaitu teks “MAI” merupakan teks yang ditulis dalam

bahasa Arab dan disertai dengan tafsir dalam bahasa Melayu berbentuk

jenggot atau gantung. Tulisan Arab berbahasa Arab ditulis di atas

kemudian bahasa Melayu dengan tulisan Arab Melayu sebagai tafsir

ditulis di bawah tulisan Arab. Bentuk tulisan atau kalimat bahasa Arab

ditulis lurus dari kanan ke kiri, tetapi tafsir dalam bahasa Melayu

berbentuk miring tepat di bawah tulisan berbahasa Arab dari atas ke

bawah. Bentuk isi teks “MAI” ialah tanya jawab, ditunjukkan dengan

adanya kata tanya tiap memulai sebuah pembahasan. Awal kalimat tanya

dalam teks “MAI” diawali dengan kata Mas`alatun idzaa yang berarti

“inilah masalah jika” yang berwarna merah. Kalimat tanya di akhiri

dengan pernyataan fal jawabu sekaligus berfungsi sebagai permulaan

jawaban.

c. Pusat penyajian teks berkenaan dengan penyalin naskah “MAI” seperti

yang tertera dalam metadata adalah Duljabar dan sebagai pengarang yang

dituliskan buah pikirnya oleh penyalin adalah Abu Laits As-Samarqandi.

Pembedaan tersebut dilakukan agar pembaca tidak mendapatkan informasi

yang tumpang tindih berkaitan dengan pengarang naskah “MAI” sehingga

isi yang terkandung dalam teks pun dapat dipahami secara komprehensif.

Dalam “MAI” penyalin naskah memulai menuliskan pendahuluan, yaitu

berupa bacaan basmalah, hamdalah, dan salawat atas nabi. Kemudian

dilanjutkan dengan pernyataan penyalin bahwa kitab “MAI” adalah buah

pikir dari Abu Laits As-Samarqandi. Secara umum pusat penyajian teks

“MAI” menggunakan penyajian orang ketiga. Akan tetapi, terdapat

Page 275: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

konteks baru setelah penyalin menulis “Kata syekh imam yang besar yang

pertapah Abu Laits namanya Muhammad anak Abi Nasr anak Ibrahim

yang bangsa Samarqandi yang diberi rahmat Allah atasnya” yaitu

pembaca seakan membaca karangan pengarang sendiri, tidak melalui

penyalin lagi. Hal tersebut yang didefiniskan pembaca masuk ke dalam

dunia pengarang melalui penyalin. Adanya dua konteks yang berbeda juga

dapat dilihat bahwa pada konteks pertama, yaitu pada pembukaan,

penyalin hanya bercerita dengan model narasi, tetapi pada konteks kedua

pusat penyajian menjadi milik pengarang dengan model percakapan.

Secara khusus pusat penyajian teks “MAI” menggunakan orang pertama.

Meskipun tidak tertera kata ganti orang pertama dalam konteks ini, tetapi

hadir orang kedua sebagai pasangan dari orang pertama dalam percakapan.

Kata ganti orang kedua dalam teks “MAI” adalah kamu dan engkau.

Percakapan yang dimaksud dalam teks bukan berarti terdapat proses saling

bertukar pikiran antara orang pertama dan kedua, tetapi seperti yang

dijelaskan di atas, pembaca layaknya masuk ke dalam dunia pengarang

sehingga pembaca merasa sedang bercakap dengan pengarang.

d. Gaya bahasa sastra kitab bersifat khusus, terlihat dalam kosa kata, istilah,

dan kalimat, yang mempergunakan istilah-istilah Islam dan bahasa Arab.

Istilah yang digunakan dalam teks “MAI” sesuai dengan bahasannya, yaitu

tentang akidah. Sastra kitab berisi tentang hal-hal yang rasional‚ maka

bahasa yang digunakan bercirikan bahasa ilmiah‚ yaitu objektif‚ denotatif‚

dan rasional. Diksi yang digunakan tidak menyebabkan adanya

keambiguan‚ seperti karya sastra pada umumnya. Gaya bahasa dalam teks

Page 276: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

“MAI” berkaitan dengan kosa kata, peristilahan, sintaksis atau tata

kalimat, dan sarana retorika.

3. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi untuk mengungkapkan pesan-

pesan yang terkandung dalam teks “MAI”. Analisis isi pada penelitian ini

terbagi menjadi tiga proses, yaitu pengelompokan atau pengkodean, deskripsi

tiap-tiap kode, dan pengambilan pesan serta manfaat adanya teks “MAI”. Teks

“MAI” dikodekan menjadi dua permasalahan, yaitu pertama mengenai definisi

dan pertanyaan-pertanyaan mengenai keimanan dan kedua mengenai enam

elemen rukun iman. Tiap-tiap permasalahan dideskripsikan dan dijelaskan

secara runtut sehingga dapat diketahui mengenai pesan dalam teks secara

sekilas. Setelah itu, dilakukan proses pengambilan pesan dan manfaat adanya

pesan tersebut, baik tiap-tiap kode maupun secara keseluruhan. Teks “MAI”

mengandung ajaran akidah Islam dan sesuai dengan iktikad kaum Ahlu `s-

Sunnah wa `l-Jamaa‟ah. Permasalahan dalam teks meliputi pengertian iman

dan permasalahan-permasalahan terkait keimanan. Kemudian dilanjutkan

dengan pembahasan mengenai enam elemen. Dengan mempelajari dan

memahami akidah Islam dengan baik dan benar sesuai dengan akal atau

rasional dan dengan sikap ilmiah, maka diharapkan seorang muslim tidak dapat

dikelabuhi doktrin-doktrin yang menyesatkan. Diharapkan pula umat di luar

akidah Islam dapat memahami akidah-akidah Islam dengan lebih baik dan

mendalam karena telah dikaji secara ilmiah, tidak hanya sekadar bersifat

irrasional. Sebuah contoh bahwa akidah Islam dan ajarannya dapat menjadikan

suatu keburukan menjadi sebuah kebaikan, yaitu sebelum kedatangan Islam di

Arab. Budaya Arab sebelum datangnya Islam, seperti banyak peperangan,

Page 277: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

pembunuhan pada anak wanitanya sendiri, perjudian dan lain-lain, merupakan

hal yang wajar. Hadirnya Islam yang dibawa rasul Muhammad menjadikan

budaya-budaya tersebut hilang dan digantikan dengan budaya-budaya yang

sesuai dengan ajaran-ajaran Islam sehingga Timur Tengah (Arab Saudi: kota

Makkah dan Madinah) menjadi pusat Islam sampai sekarang. Permasalahan

Islam sekarang, seperti banyak peperangan di negara Islam menandakan

adanya penyelewengan dalam akidah dan ajaran Islam sehingga perlu adanya

pelurusan akidah Islam dan ajaran-ajarannya sesuai dengan Alquran dan hadis

nabi saw. Teks ini menjadi sangat penting karena berisi mengenai akidah yang

notabene merupakan suatu hal yang fundamental dalam menjalankan syariat

keagamaan. Adanya teks ini dapat membantu pembaca memperkenalkan dan

mempelajari akidah Islam secara lebih dalam dengan lebih mudah karena

didasari dengan sikap keilmiahan, kerasionalan, dan bersifat dialektis.

Page 278: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

B. Saran

Penelitian terhadap teks “MAI” ini merupakan tahapan awal dalam

penelitian filologi. Peneliti menyadari adanya kekurangan dalam mengkaji teks

“MAI”, baik dari suntingan maupun pengkajian isi. Oleh karena itu, peneliti

berharap adanya saran dan kritik dari pembaca maupun peneliti lain. Diharapkan

penelitian ini menjadi sebuah pengenalan atas naskah-naskah klasik dan

pengetahuan baru bagi pembaca sehingga dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Hal

ini merupakan usaha peneliti untuk tetap melestarikan warisan budaya leluhur

nenek moyang, yaitu berupa naskah klasik.

Peneliti berharap penelitian terhadap teks “MAI” ini dapat mendorong bagi

pembaca dan peneliti-peneliti lain untuk mempelajari naskah-naskah warisan

leluhur yang kaya akan pengetahuan. Selain itu, peneliti berharap agar penelitian

terhadap teks “MAI” ini dapat dijadikan pertimbangan oleh peneliti lain untuk

mengkaji teks “MAI” lebih lanjut.

Page 279: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

DAFTAR PUSTAKA

Abbas‚ Sirajuddin. 1994. I‟tiqad Ahlussunnah Wal-Jama‟ah. Jakarta: Pustaka

Tarbiyah.

Abdul-Baqi, Muhammad Fuad. 2003. Al-Lu‟lu, Wal Marjan (edisi 1). Surabaya:

PT Bina Ilmu.

Abdul-Baqi, Muhammad Fuad. 2003. Al-Lu‟lu, Wal Marjan (edisi 2). Surabaya:

PT Bina Ilmu.

Abu-Daud, Anas Ismail. 2005. Ensiklopedi Dakwah: Daliilu As-Saailiin. Malang:

Al-Qayyim.

Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung

Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada.

Al-‟Asy‟ari, Abul Hasan. 1993. Pokok-Pokok Ajaran Dien. Jakarta: Gema Insani

Press.

Amir Sutarga, M. et.al. 1972. Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat

Dep. P&K. Jakarta: Team Pelaksana Proyek Inventarisasi dan

Dokumentasi Kebudayaan Nasional Bidang Permuseuman Direktorat

Jendral Kebudayaan.

Badudu, J.S. 1983. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.

Bakar-Al-Jazairi, Abu dan Sahid HM (Penerjemah). 2001. Pemurnian Akidah.

Jakarta: Pustaka Amani.

Baried, Siti Baroroh dkk. 1994. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan.

Behrend, T.E dan Titik Pudjiastuti. 1997. Katalog Induk Naskah-Naskah

Nusantara Jilid 3-A Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia Ecole Francaise D‟Extreme Orient.

Behrend, T.E dan Titik Pudjiastuti. 1997. Katalog Induk Naskah-Naskah

Nusantara Jilid 3-B Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia Ecole Francaise D‟Extreme Orient.

Behrend, T.E. 1990. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 1 Museum

Sonobudoyo Yogyakarta. Jakarta: Djambatan Anggota IKAPI.

Page 280: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Behrend, T.E. 1998. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara jilid 4

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia Ecole Francaise D‟Extreme Orient.

Dasuki, Hafizh dkk. 1993. Ensiklopedi Islam 1: Aba-Far. Jakarta: PT Ichtiar Baru

van Hoeve.

Dasuki, Sholeh. 1996. “Metode Penyuntingan Teks dalam Filologi” (Haluan

Sastra Budaya No. 27 Th. XV Maret 1996 ISSN 0852-0933). Solo:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Sebelas Maret.

Dhafir, Zamakhsyari. 2000. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan:

Sumbangan Visi Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta:

Kanisius

Djamaris, Edwar. 2002. Metode Penelitian Filologi. Jakarta: Manasco.

Ekajaya, Yuceu. 2007. Di Bawah Naungan Cahaya Ilahi. Surakarta: Nurul Huda

Press.

Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu

Sosial (Ed III). Jakarta: Salemba Humanika.

Howard, Joseph. 1966. Malay Manuscripts: a bibliographical guide. Kuala

Lumpur: Univesity of Malaya Library.

http://ad-dloifyal-malikie.blogspot.com/p/cahaya-iman.html diunduh pada 12 Mei

2016 23.09 wib.

http://britishlibrary.typepad.co.uk/asian-and-african/2016/01/from-samarkand-to-

batavia-a-popular-islamic-catechism-in-malay.html diunduh pada 8 Juni

2016 pukul 10.30 wib.

http://download1408.mediafire.com/pjlcdmgncahg/o2zzzlgjjrj/Keistimewaan+Aqi

dah+Islam.chm diunduh pada 12 Mei 2016 pukul 23.45 wib.

http://jeromeonline.co.uk/drawings/index.cfm?display_scheme=532 diunduh pada

8 Juni 2016 pukul 12.05 wib.

http://jurnallektur.kemenag.go.id/index.php/lektur/article/view/51/167 pada 21

Oktober 2015 pukul 20.33 wib.

http://m.pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/hikmah/allsub/1230/hikmah-

beriman-kepada-hari-akhir.html diunduh pada 3 Juni 2016 pukul 00.45

wib.

http://prpm.dbp.gov.my/ pada 23 Februari 2015 pukul 11.35 wib.

Page 281: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

http://quran-nusantara.blogspot.co.uk/2014/11/cap-kertas.html#more diunduh

pada 8 Juni 2016 pukul 11.25 wib.

http://www.bl.uk/manuscripts/FullDisplay.aspx?ref=IO_Islamic_2906 pada 21-25

Mei 2015 pukul 09.00 wib.

https//:nahwusharaf.wordpress.com diunduh pada 3 Juni 2016 pukul 00.30 wib.

https://bambangbelajar.wordpress.com/2014/02/25/terjemah-kitab-qotrul-ghoits-

cahaya-iman-syaikh-an-nawawi-al-jawwi/ diunduh pada 14 April 2016

pukul 12.30 wib.

https://muslimah.or.id/756-iman-kepada-takdir-baik-dan-takdir-buruk.html

diunduh pada 19 Juni 2016 pukul 22.15 wib.

Ikram, Achdiati, Tjiptaningrum F. Hassan, Dewaki Kramadibrat. 2011. Katalog

Naskah Buton Koleksi Abdul Mulku Zahari. Jakarta: Manassa (Masyarakat

Pernaskahan Nusantara) The Toyota Foundation dan Yayasan Obor

Indonesia.

Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kripendorff, Klauss, Wajdi, Farid (Penerjemah). 1991. Analisis isi, Pengantar

Teori dan Metodologi, Content Analysis Introduction to Theory and

Metdhology. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kuntowijoyo. 2001. Muslim Tanpa Masjid: Esai‟Esai Agama, Budaya, dan

Politik dalam Bingkai Strukturalisme Transendental. Bandung: Mizan

Lubis, Nabilah. 1996. Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi. Jakarta:

Forum Kajian Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Syarif

Hidayatullah.

Mu‟min, Saiful. 2011. “Pembelajaran Tauhid dalam Kitab Bayan „Aqidah Al-

Usul Karya Abu Laits As-Samarqandi”. Terbitan Jurnal Pendidikan Islam

El-Hayah Volume I No.2 Desember 2011. Surakarta: Program

Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Surakarta.

Mukhlis, Siti Maryam R. Salahuddin. 2007. Katalog Naskah Bima Koleksi

Museum Kebudayaan Samparaja. Bima: Museum Kebudayaan Samparaja

Bima.

Mulyadi, S.W.R. dan Maryam R. Salahuddin. 1992. Katalogus Naskah Melayu

Bima II. Bima: Yayasan Museum Kebudayaan “Samparaja” Bima.

Munawwir, Ahmad Warson. 1984. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia

Terlengkap (Edisi Lux). Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-Buku Ilmiah

Keagamaan Pondok Pesantren Al-Munawwir.

Page 282: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Naquib-Al-Attas, Syed Muhammad. 1990. Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan

Melayu. Bandung: Mizan.

Nurdin, Muslim dkk. 1995. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.

Nurhayati. 2013. “Luqthata `l-„Ajlani Fi Bayani Haidlin wa Istihadlatin wa Nifasi

`n-Niswan: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Isi Berdasarkan Fikih

Wanita Mazhab Syafi‟i.” Skripsi. Surakarta: Jurusan Sastra Indonesia.

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

Ophuijsen, Ch. A., van. 1983. Tata Bahasa Melayu. Jakarta: Djambatan.

Ratna, Nyoman Kutha. 2015. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra: dari

Strukturalisme hingga Poststrukturalisme Perspektif Wacana Naratif.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Shobron, Sudarno. 2006. Studi Islam 1. Surakarta: Lembaga Pengembangan Ilmu-

Ilmu Dasar (LPID) Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sudardi, Bani. 2003. Penggarapan Naskah. Surakarta: Badan Penerbit Sastra

Indonesia.

Sudjiman, Panuti. 1995. Filologi Melayu: Kumpulan Karangan. Jakarta: Pustaka

Jaya.

Sudrajat, Ajat dkk. 2008. Din Al-Islam: Pendidikan Agama Islam di Perguruan

Tinggi Umum. Yogyakarta: UNY Press.

Sugono, Dendy. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Edisi

Keempat). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Susilo, Pipit Niken. 2014. “Kitab Hifzhu `l-Iman: Suntingan Teks, Analisis

Struktur, dan Analisis Isi Berdasarkan Ajaran Teologi Islam.” Skripsi.

Surakarta: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret.

Taufiq, Ahmad. 2007. Sastra Kitab. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Voorhoeve, P in co-operation with T. Iskandar translated and edited by M. Durie.

1994. Biblitheca Universitatis Leidensis Codices Manuscripti XXIV:

Catalouge of Acehnese Manuscripts In The Library of Leiden University

and Other Collections Outside Aceh. Leiden University Library (Legatum

Warnerianum) in co-operation with Indonesian Linguistics Development

Project (ILDEP).

Wahid, Abdurrahman. 2006. Islamku Islam Anda Islam Kita. Jakarta: The Wahid

Institute.

Page 283: BAB IV SUNTINGAN TEKS - abstrak.uns.ac.id · tetapi menggunakan bahasa Arab atau bahasa Melayu‚ seperti Kitab Mir‟atu `l-muhaqqiqin karya Syamsuddin Sumatrani‚ Hujjatu `sh-shiddiq

Walizer, Michael H. dan Paul L. Wienir. 1991. Metode Analisis Penelitian

Mencari Hubungan (Jilid II). Jakarta: Erlangga.

Yanuar Rulis, Muhammad. 2009. “‟Aqidatun Fii Maa Laa Budda Li `l-Mukallafin

Suntingan Teks, Analisis Struktur Teks, dan Tinjauan Ajaran Tauhid”

Skripsi. Surakarta: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret.

Zuhdi‚ Masjfuk. 1988. Studi Islam Jilid 1: Akidah. Jakarta Utara: CV Rajawali.