BAB IV. Rancangan dan Penataan Bantaran Sungai

download BAB IV. Rancangan dan Penataan Bantaran Sungai

of 33

description

usulan terhadap penataan DPS kali Ngrowo

Transcript of BAB IV. Rancangan dan Penataan Bantaran Sungai

BAB I

Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai

BAB IV

RANCANGAN PENATAAN BANTARAN dan SEMPADAN SUNGAI

1. Konsep Penataan

Dalam rangka penataan bantaran dan sempadan sungai di suatu DPS, harus diingat bahwa Daerah Pengaliran Sungai (DPS) sebagai suatu kesatuan wilayah tata air merupakan ekosistem alam, dimana keadaan, tindakan dan pengaruh yang berlaku pada satu unsur akan mempengaruhi unsur yang lain. Oleh karena itu pengembangan DPS dengan mengubah komponen tertentu yang ada di DPS tersebut haruslah menyimak secara cermat semua aspek DPS sebagai suatu kesatuan dengan tidak mengabaikan akibat kerusakan atau penyalahgunaan yang mungkin akan ditimbulkan di masa yang akan datang.

Bantaran sungai merupakan salah satu komponen DPS yang berupa hamparan sebelah kiri dan kanan badan air sungai, mempunyai peran yang penting terhadap karakteristik perilaku sungai dalam mempertahankan bentuk dan fungsinya. Kawasan ini sangat rentan terhadap aktivitas manusia, baik yang berupa tindakan individu maupun kelompok. Gangguan pada bantaran sungai berupa tindakan pemanfaatan lahan di bantaran yang tidak memperhatikan aspek kesesuaian dan peruntukannya, akan menimbulkan beberapa permasalahan, di antaranya :

a. Menurunkan nilai estetika.

b. Menimbulkan kerawanan longsoran tebing sungai,

c. Menurunkan kualitas air sungai,

d. Mengganggu kelancaran pengaliran air sungai,

e. Menganggu fungsi drainase daratan,

Demikan juga dengan sempadan sungai, di kanan dan kiri sungai juga memiliki peran yang penting karena sempadan merupakan kawasan lindung dari sungai tersebut. Gangguan di sempadan seperti pemanfaatan lahan untuk permukiman dan juga tempat membuang sampah, akan menimbulkan permasalahan seperti hilangnya kawasan lindung sabuk hijau.

Oleh karenanya, rancangan penataan bantaran dan sempadan sungai harus memperhatikan 3 aspek utama yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu pendekatan teknis, pendekatan sosialekonomi, dan pendekatan hukum dan kelembagaan.

4.2. Pendekatan Teknis

4.2.1. Hidrologis

Parameter hidrologi yang utama perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan penataan bantaran sungai adalah besarnya debit aliran banjir. Limpasan permukaan (run off) merupakan respon DPS terhadap curah hujan yang jatuh di permukaan tanah. Oleh karenanya, karakteristik curah hujan daerah dan karakteristik DPS perlu dikenali dengan seksama agar diketahui perkiraan yang signifikan tentang sifat banjirnya. Penetapan besarnya nilai banjir dapat didekati dengan cara statistik, yaitu bila seri data debit dalam kurun waktu yang cukup panjang tersedia dilakukan dengan analisa frekuensi, dan bila tidak tersedia data tersebut yang representatif dapat dilakukan dengan pendekatan Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) dengan menetapkan kala ulang (return period) tertentu. Besarnya nilai banjir dari hasil hitungan tersebut selanjutnya dipilih sesuai dengan kriteria besarkecilnya sungai dan tingkat kepentingannya. Cara ini sering menimbulkan pertentangan pendapat yang cenderung mengarah pada unsur subyektivitas, dan tidak jarang ditemui beberapa kasus prediksi hasilnya menyimpang dari kenyataan (under estimate/lover estimated). Bila hal ini terjadi, akan menimbulkan ketidakmantapan penataan bantaran sungai dikarenakan selain tidak efisien juga sangat potensial menumbuhkan persepsi negatif masyarakat terhadap institusi pengelola dan peraturan yang diberlakukan.

Cara penetapan besarnya nilai banjir yang dipandang akurat dan akan memperkecil resiko kejadian tersebut di atas, adalah dengan cara statistik yang diperbandingkan dengan beberapa atau salah satu dari:

a. Seri pencatatan data banjir historik

b. Bankfull Capacity Method (BCM)

c. Peak Over Threshold (POT)

Berdasarkan hitungan dan membandingkan dengan banjir historik yang pernah terjadi, banjir rancangan yang memadai untuk menata bantaran dan sempadan sungai setara dengan debit banjir kala ulang 100 tahun sampai 200 tahun.

4.2.2. Geoteknik

Dalam penataan bantaran dan sempadan sungai, aspek geoteknik juga memegang peranan penting. Aspek geoteknik tersebut adalah kondisi kelerengan tebing sungai dan sifat struktur batuan penyusunnya. Studi geologi regional yang dipadukan dengan analisa kondisi geomorfologi merupakan cara yang dapat digunakan untuk penentukan tingkat kelongsoran tebing sungai.

Daerah hulu DPS K. Ngrowo, jenis batuannya didominasi o!eh batuan keras yang tidak mudah lapuk, tetapi karena penggundulan hutan menyebabkan laju erosi permukaan (stream erosion), erosi parit (gully erosion) dan limpasan permukaan (runoff) sangat tinggi.

Daerah hilir DPS K. Ngrowo, merupakan muara kali Ngrowo ke Kali Brantas.

4.2.3. Tata ruang

Kebijaksanaan perwilayahan pembangunan pada hakekatnya adalah merupakan strategi perangkaan kewilayahan dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan daerah jangka paniang.

Kebijaksanaan ini sangat penting dalam memadukan kebijaksanaan berbagai sektor pembangunan ke dalam lingkungan kehidupan dan penghidupan wilayah (baik ditinjau dari segi keterkaitan fungsional, homogenitas, ekologi, administrasi pemerintahan, dan aspek perencanaan) yang beraneka ragam baik potensi maupun permasalahannya.

Pendekatan secara ekologi (lingkungan hidup), mendasarkan pada tatanan lingkungan alam termasuk peran manusia di dalamnya. Kebijaksanaan ini diwujudkan dalam bentuk pola terpadu Perencanaan Sumber Air Wilayah Sungai (PS AWS), dimana DPS K. Ngrowo masuk Balai PS AWS Bango Gedangan.

Keterkaitan bantaran sungai dengan kebijaksanaan penataan ruang tercermin pada penetapan kawasan lindung sektor kawasan perlindungan setempat pada komponen sempadan sungai ditetapkan sebagai berikut :

a. Sungaisungai besar di luar kawasan pemukiman selebar minimum 100 m.

b. Pada anakanak sungai di luar kawasan pemukiman minimum selebar 50 m.

c. Pada anakanak sungai di kawasan pemukiman selebar 15 m.

4.3.Pendekatan Hukum dan Kelembagaan

4.3.1.Aspek hukum

Penataan bantaran dan sempadan sungai haruslah mengacu pada hukum dan perundang-undangan yang berlaku saat ini. Bila peraturan perundang-undangan yang terbaru telah terbit, maka produk tersebut harus dipakai karena peraturan tersebut relevan dengan kondisi dimasa sekarang. Produk hukum baik di tingkat Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten haruslah senantiasa merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan terkait dengan kebijakan otonomi daerah. Lebihlebih terhadap pengelolaan sumberdaya air yang sama sekali tidak mengenal batas politik dan tidak dibatasi oleh wilayah, administrasi, segala kewenangan yang ada di dalamnya harus terintegrasi secara proporsional.

Kewenangan yang dimaksud di dalamnya bukan hanya hak terhadap kepemilikannya, tetapi harus mencerminkan esensi sebagaimana yang dimaksud dalam UUD 1945 pasal 33.

Berkaitan dengan penataan bantaran sungai, beberapa acuan hukum yang berupa undangundang dan peraturan sebagai dasar pengaturannya adalah :

1. UndangUndang No. 11 tahun 1974 tentang Pengairan dan dalam Rangka Pemanfaatan dan Pelestarian Sungai.

2. UndangUndang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

3. Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung.

4. Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air.

5. Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.

6. Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 1991 tentang Sungai.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai.

1. Undangundang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

Bab dan pasal dari UndangUndang ini yang selaras dengan tujuan studi ini adalah:

A.Bab IV mengenai Perencanaan, Pemanfaatan, dan Pengendalian, pada Pasal 7, menyebutkan:

(1) Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya.

(2) Penataan ruang berdasarkan aspek administratif meliputi ruang wilayah Nasional, Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I, dan Wilayah Kabupaten/Kotamadaya Daerah Tingkat II.

(3) Penataan ruang berdasarkan fungsi kawasan dan aspek kegiatan meliputi kawasan pedesaan, kawasan perkotaan, dan kawasan tertentu.

8. Pasal 10:

(1) Penataan ruang kawasan pedesaan, penataan ruang kawasan perkotaan, dan penataan ruang kawasan tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (3) diselenggarakan sebagai bagian dan penataan ruang wilayah Nasional atau wilayah Propinsi Daerah Tingkat 1 atau wilayah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II.

(2) Penataan ruang kawasan tertentu diselenggarakan untuk:

a. mengembangkan tata ruang kawasan yang strategis diprioritaskan dalam rangka penataan ruang wilayah Nasional atau wilayah Propinsi Daerah. Tingkat 1 atau wilayah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II.

b. meningkatkan fungsi kawasan lindung dan fungsi kawasan budidaya,

c. mengatur pemanfaatan ruang guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan.

2. Keputusan Presiden No. 32 Tahubn 1990 tentang Pengelolaan Kawasan LindungA. Bab 1 mengenai Ketentuan Umum, pada Pasal 1 menyebutkan:

Dalam Keputusan Presiden ini dimaksud dengan:

1. Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencangkup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.

B. Bab 11 mengenai Tujuan dan Sasaran, pada Pasal 2 menyebutkan:

1) Pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup.

2) Sasaran pengelolaan kawasan lindung adalah:

a. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan, satwa serta nilai sejarah dan budaya bangsa.

b. Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem, dan keunikan alam.

C.Bab Ill mengenai Ruang Lingkup, pada Pasal 3 menyebutkan:

Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 meliputi:

(1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya;

(2) Kawasan perlindungan setempat,

(3) Kawasan suaka alam dan cagar budaya,

(4) Kawasan rawan bencana alam

D.Pasal 5:

Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 terdiri dari:

(1) Sempadan Pantai;

(2) Sempadan Sungai;

(3) Kawasan Sekitar Danau / waduk;

(4) Kawasan Sekitar Mata Air.

E. Bab V mengenai PokokPokok Kebijaksanaan Kawasan Lindung, pada Bagian Kedua: Kawasan Perlindungan Setempat.

(1) Pasal 15 menyebutkan:

Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sugnai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

(2) Pasal 17 menyebutkan:

Perlindungan terhadap kawasan sekitar danau/waduk untuk melindungi danau/waduk dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian danau/waduk.

3. Peraturan Menteri Pekerjaaaan Umum No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai.

Pasal dan ayat dari peraturan ini yang selaras dengan penyusunan pola umum adalah:

A.Bagian Keempat, yaitu tentang Pemanfaatan Daerah Sempadan. Pada Pasal 11 disebutkan:

(1) Pemanfaatan tanah di daerah sempadan dapat dilakukan oleh masyarakat untuk kegiatankegiatan tertentu sebagai berikut:

a. Untuk budidaya pertanian, dengan jenis tanaman yang diijinkan;

b. Untuk kegiatan niaga, penggalian dan penimbunan;

c. Untuk pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan peringatan, serta ramburambu pekerjaan.

d. Untuk pemasangan rentangan kabel listrik, kabel telepon, dan pipa air minum;

e. Untuk pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan/jembatan baik, umum maupun kereta api;

f. Untuk penyelenggaraan kegiatankegiatan yang bersifat sosial dan kemasyarakatan yang tidak menimbulkan dampak merugikan bagi kelestarian dan keamanan fungsi serta fisik sungai

g. Untuk pembangunan prasarana lalulintas air dan bangunan pengambilan dan pembuangan air.

(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memperoieh ijin terlebih dahulu dari pejabat yang berwenang atau pejabat yang ditunjuk olehnya, serta memenuhi syaratsyarat yang ditentukan.

(3)Pejabat yang berwenang dapat menetapkan suatu ruas di daerah sempadan untuk membangun jalan inspeksi dan atau bangunan sungai yang diperlukan, dengan ketentuan tanah milik perorangan yang diperlukan diselesaikan melalui pembebasan tanah.

B. Pasal 12, menyebutkan:

Pada daerah sempadan dilarang:

a. membuang sampah, limbah padat dan atau cair;

b. mendirikan bangunan permanen untuk hunian dan tempat usaha.

4. Peraturan Daerah Propinsi Tingkat 1 Jawa Timur No. 11 Tahun 1991 tentang Penetapan Kawasan Lindung di Propinsi Daerah Tingkat 1 Jawa Timur.

Bagian Kedua, yaitu tentang Kawasan Hutan Lindung Setempat disebutkan:

A. Pasal 13:

Perlindungan sempadan sungai sebagaimana dimaksudkan Peraturan Daerah ini:

1. Untuk sungai bertanggul diukur dari kiri dan kanan kaki tanggul bagian luar sepanjang tanggul sungai.

2. Untuk sungai yang tidak bertanggul diukur dari titik banjir tertinggi ke arah daratan. Sebaiknya kawasan sekitar sungai dibatasi penggunaannya untuk kegiatan budidaya, dan sejauh memungkinkan dialihkan pada pengembangan fungsi lindung.

B. Pasal 14:

Kawasan sekitar dnau atu waduk sebagaimana dimaksudkan Peraturan daerah ini ditetapkan dengan kriteria daratan sepanjang tepi danau atau waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk antara 50 sampai 100 m diukur dari titik pasang tertinggi kearah darat.

5. RTRW Kabupaten Tulungagung 1999/2000 2009/2010

Pelindungan terhadap sempadan sungai adalah untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir sungai serta mengamankan aliran sungai.

Pelindungan pada sungai besar minimum 100 meter di kiri kanan sungai besar berada di luar kawasan permukiman. Yang termasuk sungai besar di kabupaten Tulungagung adalah sungai Brantas dan sungai Parit Agung.

Perlindungan pada anakanak sungal minimum 50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada diluar kawasan permukiman, termasuk anakanak sungai Brantas.

Untuk sungai di kawasan permukiman sempadan sungai minimum 15 m.

Sempadan sungai ini adalah fungsi lindung yang diperuntukkan untuk kawasan hijau non budidaya (fungsi perlindungan setempat). Dengan kenyataan Daerah Aliran Sungai yang ada di Kabupaten Daerah Tingkat II Tulungagung membutuhkan penangananpenanganan agar terbentuk suatu tatanan optimal dan memperhatikan kesejahteraan dan keamanan masyarakat luas. Mengingat fungsinya yang vital, maka peran serta semua pihak (pemerintah, swasta, dan seluruh anggota masyarakat) mutlak diperlukan untuk menjaga kelestarian sungai dan fungsinya.

4.3.2.Aspek kelembagaan

Unsur kelembagaan akan melibatkan beberapa instansi terkait sesuai dengan cakupan tugas dan kewenangannya yang diatur di dalam undangundang dan legal aspek lainnya. Keterlibatan masyarakat sebagai salah satu unsur mutlak diberdayakan melalui suatu komunitas kelembagaan yang mempunyai peran aktif dalam proses pelaksanaannya.

Keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) memberikan sumbangan yang sangat penting terhadap pemanfaatan bantaran sungai bilamana ditunjang dengan fokus pemahaman yang dilandasi oleh nilai kebersamaan dalam mewujudkan keseimbangan ekonomi dan lingkungan, dan bukan sematamata hanya bertumpu pada kepentingan praktis.

4.4. Pedoman Penyusunan Pola Umum Peruntukan Tanah pada Daerah Sempadan Sungai dan Waduk, serta Alur Sungai dan Waduk.

Di dalam UndangUndang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa penataan ruang mencangkup kawasan pedesaan, perkotaan, dan kawasan tertentu, yang di dalamnya mencangkup kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung mempunyai fungsi untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencangkup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.

Selanjutnya Keppres No. 32 Tahun 1990 menyebutkan bahwa lingkup kawasan lindung diantaranya meliputi kawasan perlindungan setempat, yang antara lain mencangkup daerah sempadan sungai dan waduk. Esensi peraturan tersebut menunjukkan bahwa daerah sempadan sebagai kawasan lindung perlu dilindungi dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai,

Rencana tata ruang mengarah peruntukan tanah sepanjang tepi sungai di DPS Kali Ngrowo sebagai kawasan perlindungan setempat. Namun didalamnya belum disebutkan secara definitif jenisjenis peruntukan tanah di dalam daerah sempadan sungai.

Peraturan Menteri PU No. 63 /PRT/1993, menyebutkan bahwa di dalam tanah sempadan dimungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai lokasi bagi kegiatan niaga, penggalian, penimbunan, serta kegiatankegiatan yang bersifat sosial dan kemasyarakatan yang tidak menimbulkan dampak merugikan bagi kelestarian dan keamanan fungsi dan fisik sungai. Selanjutnya di dalam daerah sempadan dilarang mendirikan bangunan permanen untuk hunian dan tempat usaha. Ketentuan di dalam peraturan ini dapat digunakan sebagai arahan untuk menentukan jenis peruntukan yang lebih detail di sepanjang daerah sempadan sungai.

Meskipun menurut peraturan tersebut daerah sempadan sungai memungkinkan untuk digunakan sebagai lokasi bangunan fasilitas umum, namun sebaiknya dibebaskan dan berbagai jenis peruntukan bangunan terutama bangunan permanen, kecuali digunakan untuk keperluan utilitas.

Ditinjau dari kondisi eksistingnya, Kali Ngrowo, kali Babaan, dan kali Bajal Picisan yang berada kab. Tulungagung sebagian besar peruntukan daerah sempadan sungai digunakan untuk lahan pertanian di luar kota dan permukiman pada daerah kota Tulungagung. Dari pertimbanganpertimbangan di atas, maka kemungkinan jenis peruntukan tanah sempadan sungai DPS K. Ngrowo:

1.Peruntukan tanah untuk sungai tidak bertanggul di kawasan luar kota (lebar daerah sempadan sungai minimal 50 m untuk sungai kecil, dan minimal 100 m untuk sungai besar):

A. Kemungkinan peruntukan bagi daerah sempadan sungai yang berada di daerah permukiman. Diarahkan pada jenisjenis peruntukan yang mendukung dan melengkapi kegiatan daerah permukiman. Kemungkinan jenis peruntukannya adalah:

Tanaman pasif (tanpa kegiatan) yang mempunyai fungsi untuk menciptakan keindahan dan keasrian lingkungan sekitarnya. Di dalam tanaman pasif tidak terdapat kegiatan apapun, kecuali hanya berfungsi sebagi taman hias yang bisa dilengkapi dengan potpot bunga, lampu taman, dan tanaman hias.

Di sepanjang daerah sempadan dapat dikembangkan sebagai sabuk hijau yang ditanami pohon pelindung yang mempunyai fungsi ekologi sebagai pengendali tata air, pencegah erosi, dan untuk keindahan lingkungan.

Dimanfaatkan untuk tegalan dan kebun yang memberikan manfaat ekonomi bagi warga di sekitarnya.

Dimanfaatkan sebagai lapangan olahraga seperti bola voli, sepak bola dan lainnya.

Untuk jalan inspeksi.

Untuk tempat penimbunan hasil pengerukan sungai.

Untuk penempatan utilitas lingkungan, antara lain rentangan kabel listrik, telepon, pipa air bersih, tiang atau pondasi jembatan umum dan bangunan sungai.

B. Kemungkinan peruntukan bagi daerah sempadan sungai yang berwujud sawah, tegalan, kebun, dan tanah kosong.

Untuk daerah sempadan yang berwujud sawah, tegalan, dan kebun, atau kegiatan pertanian lainnya, seyogyanya peruntukannya tetap dipertahankan seperti apa yang ada. Agar tetap membawa manfaat bagi warga setempat ditinjau dari segi ekonomi, disamping itu jenis peruntukan tersebut tidak menimbulkan gangguan terhadap kondisi fisik maupun aliran sungai.

Daerah sempadan yang berwujud tanah kosong, diupayakan agar dihijaukan dengan tanamantanaman yang mudah hidup di daerah tersebut, dan dipilih jenis tanaman yang perakarannya tidak merusak tebing sungai. Keberadaan sabuk hijau di sepanjang sungai, selain membawa manfaat bagi, ekologi lingkungan, juga menimbulkan suasana yang teduh dan nyaman.

C. Kemungkinan peruntukan bagi daerah sempadan yang melewati daerah industri clan pergudangan.

Peruntukan bagi daerah sempadan yang melewati daerah industri diarahkan pada fungsi jalur hijau sebagai pengendali ekosistim lingkungan dan menambah keindahan lingkungan. Jenis peruntukan yang memungkinkan adalah:

Sebagai sabuk hijau yang ditanami dengan tanaman peiindung dan tanamantanarnan yang daunnya banyak menghasilkan oksigen yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Selain itu mempunyai fungsi ekologi sebagai tempat peresapan air dan mencegah erosi.

Sebagai tarnan pasif, dalam bentuk taman hias tanpa aktifitas di dalamnya.

Untuk menempatkan reklame dan rambu petunjuk.

Untuk jalan inspeksi.

Untuk penempatan sarana, penunjang transportasi air (tambatan perahu tambangan).

Untuk tempat timbunan hasi) pengerukan sungai.

Untuk penempatan utilitas lingkungan, antara, lain rentangan kabei iistrik, telepon, pipa air bersih, tiang atau pondasi jembatan umum dan kereta api, dan bangunan sungai.

D. Kemungkinan. peruntukan bagi daerah sempadan sungai yang berada di daerah fasifitas umum.

Peruntukan daerah sempadan, sungai yang berada di daerah fasilitas umurn, seyogyanya bisa melengkapi atau menjadi komplemen bagi kegiatan di atas, sebagai fasilitas yang melayani kegiatan warga di sekitamya. Jenis peruntukan yang memungkinkan adalah:

Sebagai taman pasif, dalam bentuk taman hias untuk menciptakan keindahan lingkungan.

Taman aktif, selain sebagai taman hias juga bisa digunakan untuk jalanjalan, dudukduduk, olahraga ringan dan sejenisnya.

Dimanfaatkan sebagai tempat bermain anakanak yang dilengkapi dengan perlengkapan permainan anakanak, seperti ayunan, papan luncur, papan jungkit dan sebagainya. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari kegiatan sosial kemasyarakatan.

Untuk menempatkan reklame dan rambu petunjuk.

Untuk jalan inspeksi.

Untuk tempat timbunan hasil pengerukan sungai.

Untuk penempatan utilitas lingkungan, antara lain rentangan kabel listrik, telepon,pipa air bersih, tiang atau pondasi jembatan umum, dan bangunan sungai.

2. Penggunaan pada alur sungai

Di atas permukaan air

Di atas permukaan air diperkenankan untuk pelintasan jembatan, pipa air minum, pipa gas, dan sebagainya dengan ruang bebas 4 m di atas muka air tinggi

Di bawah dasar sungai

Di bawah dasar sungai diperkenankan untuk pelintasan syphon, kabel tanah, pipa gas dan lainlain, dengan ruang bebas 6 m di bawah dasar sungai yang direncanakan di tempat pelintasan.

Di udara

Diperkenankan untuk pelintasan kabel listrik atau telepon, dengan ruang bebas 11 m di atas muka air tinggi yang direncanakan di tempat pelintasan.

Kegiatan di permukaan air

Kegiatan di permukaan air seperti rekreasi air, olahraga air, lalulintas air dimungkinkan jika permukaan air sudah stabil dan mutu air telah terjamin baik

3. Pengendalian Bangunan di Daerah Sempadan Sungai

Bangunanbangunan yang berada di dalam daerah sempadan sungai, dalam kenyataannya sulit untuk dipindahkan begitu saja, karena bangunanbangunan tersebut kemungkinan sudah lama ada sebelum peraturannya dibuat, dan mengingat pula besamya biaya yang diperlukan untuk pembebasan tanahnya.

Untuk pengendaliannya, bangunanbangunan tersebut tetap diijinkan berdiri, namun dilarang melakukan pengembangan (perluasan ke arah vertikal maupun horisontal), dan tidak boleh dilakukan pemeliharaan bangunan. Bila akan melakukan pengembangan, harus mengikuti ketentuan garis sempadan sungai.

Demikian pula dengan bangunanbangunan yang telah habis masa berlaku hak atas tanahnya, dalam pengajuan baru agar dikaitkan dengan ketentuan untuk mengikuti garis sempadan sungai yang ditetapkan. Pada tanahtanah yang belum terbangun agar sedini mungkin diberlakukan ketentuan garis sempadan sungai.

4.5.Deskripsi Jenis Peruntukan Tanah

Adapun Deskripsi Jenis Peruntukan Tanah yang mungkin dipakai untuk penataan daerah sempadan sungai adalah sebagai berikut :

a. Taman Aktif

Adalah taman yang ditanami dengan pepohonan, tanaman hias dan rumput, yang dilengkapi dengan pot bunga, tempat duduk, jalur pejalan kaki, lampu taman. Di dalam taman aktif terdapat aktifitas atau kegiatan untuk dudukduduk, berjalanjalan, olahraga ringan, jogging. Ketentuan pada taman aktif yang terletak di daerah sempadan sungai adalah:

Diperbolehkan membuat perabot taman (bangku taman, pot taman, jalur pejalan kaki) yang bersifat permanen maupun yang non permanen (bisa dipindah-pindahkan).

Diperbolehkan membuat lampu taman dan penerangan umum untuk keindahan dan keamanan taman.

Pepohonan dipilih dari jenis pohon pelindung yang berbunga, tidak mudah roboh, umur panjang, dan perakarannya tidak merusak tepi sungai; serta tanaman hias.

Tidak diperbolehkan ada bangunan (gedung) permanen dan semi permanen.

Tidak mengganggu kelestarian sungai.

Bebas dari permukiman liar.

Dapat digunakan untuk tempat pemasangan reklame tetap (reklame tiang, reklame tempel) maupun reklame sementara (spanduk, baliho).

b. Taman Pasif

Adalah taman yang ditanani dengan pepohonan, tanaman hias dan rumput, yang dilengkapi dengan pot bunga, lampu taman. Taman pasif hanya untuk dilihat dan dinikmati keindahan dan keasriannya. Di dalamnya tidak ada aktifitas kegiatan. Untuk taman pasif yang berada di daerah sempadan sungai, persyaratannya, adalah:

Diperbolehkan membuat perabot taman (pot taman, patung, lampu taman, pagar) yang bersifat permanen.

Dapat digunakan untuk tempat pemasangan reklame tetap maupun reklame sementara.

Tidak diperbolehkan ada bangunan gedung permanen dan semi permanen.

Tidak mengganggu kelestarian sungai.

Bebas dari permukiman liar.

Pepohonan dipilih dari jenis pohon pelindung yang berbunga yang tidak mudah roboh, umur panjang, dan perakarannya tidak merusak tepi sungai. Selain itu juga bisa ditanami dengan tanaman hias.

c. Sabuk Hijau

Merupakan penghijauan yang ditanami pepohonan yang ditata dan dirancang sesuai fungsi ekologinya sebagai pengendali tata air, pencegah erosi, sebagai paruparu lingkungan, fungsi fisiknya sebagai peneduh untuk menciptakan kesejukan lingkungan, serta fungsi estetisnya untuk menciptakan keindahan dan keasrian lingkungan.

Pada sabuk hijau yang terletak di daerah sempadan sungai disyaratkan:

Tidak diperbolehkan ada bangunan (gedung) permanen, semi permanen, dan non permanen.

Pepohonan terutama dipilih dari jenis pohon pelindung atau pohon produktif yang tidak mudah roboh, umur panjang, dan perakarannya tidak merusak tepi sungai. Selain itu dapat juga ditanami dengan tanaman hias.

Tidak mengganggu kelestarian sungai,

Dapat digunakan untuk menempatkan reklame tetap (reklame tiang, reklame tempel) maupun reklame sementara (baliho, spanduk).

Diperbolehkan ada kegiatan yang bersifat rekreasi dan pendidikan (misaInya untuk berkemah, latihan pramuka) dengan syarat tidak mengganggu kelestarian sungai maupun sabuk hijau.

Sabuk hijau ini, yang memungkinkan dipakai untuk penataan sempadan sungai, karena dari segi ekonomis lebih hemat dan bertahan lama. Juga, karena mempertimbangkan kondisi eksisting yang telah ada di DPS K. Ngrowo.

d. Tanaman Rumput

Adalah tanah di kanan kiri sungai yang ditanami rumput dengan maksud untuk memperkuat tepi sungai dan tanggul sungai agar tidak mudah longsor. Pada daerah sempadan sungai disyaratkan:

Selain tanaman rumput boleh ditanami dengan tanaman perdu, semak dan deretan pepohonan.

Bisa digunakan untuk menempatkan reklame tetap, reklame sementara papan penyuluhan, ramburambu pekerjaan.

Tidak diperbolehkan membuat bangunan permanen, semi permanen dan non permanen.

e. Bangunan Pengelola Sungai/Waduk:

Bangunan/gedung untuk kepentingan pemeliharaan dan pengelolaan sungai/waduk. Bangunan di sempadan tersebut disyaratkan:

Bisa berupa gedung atau bangunan sungai yang khusus digunakan untuk kepentingan pengelolaan, pemeliharaan, perlindungan, pengembangan, pengawasan, penggunaan dan pengendalian sungai/waduk.

Tidak mengganggu kelestarian sungai/waduk.

Luasnya mencukupi untuk keperluan bangunan/gedung bersangkutan.

Mengikuti ketentuan RTRW, RUTRD, RUTRK, RDTRK RTRK, dan peraturan setempat.

e. Reklame/Rambu:

Terdiri dari reklame tetap, reklame sementara, dan rambu. Reklame tetap meliputi reklame icon, tiang, dan reklame tempel. Reklame sementara meliputi spanduk, baliho, selebaran, reklame peragaan, reklame balon. Reklame tetap yang meliputi rambu lalulintas, rambu kerja, petunjuk lokasi, papan penyuluhan. Persyaratannya adalah sebagai berikut:

Tidak diperkenankan memasang reklame atau rambu pada tebing sungai.

Pemasangan reklame/rambu tidak menghalangi bangunan, tidak menghalangi pandangan bebas pengemudi kendaraan bermotor, dan tidak mengganggu kelestarian sungai.

Lokasinya mencukupi untuk keperluan pemasangan tersebut.

Pemasangan reklame/rambu tidak diperbolehkan menjorok melampaui batas berm jalan dan perkerasan jalan.

f. Jalan Inspeksi

Jalan sepanjang sisi sungai yang dibutuhkan untuk keperluan pemeliharaan sungai. Jalan tersebut harus bisa dilewati oleh kendaraan roda empat dan bersih dari tanaman semusim. Jalan inspeksi sangat diperlukan untuk pemeliharaan dan pengawasan sungai, oleh karena itu jalan inspeksi yang saat ini sulit dilalui khususnya di kali Ngrowo harus dioptimalkan penggunaannya.

g. Jalur Pejalan Kaki

Adalah jalan di sepanjang sisi sempadan sungai yang lebamya antara 2,5 3 m. Disediakan bagi para pejalan kaki di kawasan perkampungan. Jalur pejalan kaki bisa juga dimanfaatkan sebagai jalan inspeksi.

h. Utilitas

Bangunan untuk kepentingan utilitas lingkungan, yang meliputi jaringan kabel listrik, telepon, pipa air minum, tiang atau pondasi jalan/jembatan umum, bangunan sungai, saluran irigasi dan industri. Persyaratannya adalah sebagai berikut:

Tidak mengganggu kelestarian sungai.

Lokasinya mencukupi untuk keperluan tersebut.

Penempatannya sesuai dengan rencana kota/wilayah dan peraturan daerah setempat.

i. Penimbunan Sementara Hasil Pengerukan Sungai

Tanah di sepanjang kiri kanan sungai yang digunakan sebagai tempat penimbunan sementara hasil pengerukan sungai, untuk kepentingan pemeliharaan.sungai.

j. Tanah yang dipertahankan pada Kondisi Alamiah yang ada

Tanah di kiri kanan sungai maupun pada alur sungai yang dipertahankan sebagaimana kondisi alamiahnya yang ada. Antara lain berupa beting pasir, areal genangan air.

k.Makam

Tanah di sempadan yang digunakan untuk areal pemakaman, dengan

syarat sebagai berikut:

Makam yang berada di daerah sempadan sungai tetap diperkenankan tetapi tidak boleh diperluas dan namun tidak diperbolehkan membuat bangunan makam yang dilengkapi atap, utamanya yang permanen

Makam yang ada kaitannya dengan kehidupan sosial budaya setempat dan sangat dihormati masyarakat, tetap dipertahankan sebagaimana yang ada.

l. Tegalan/ladang

Adalah tanah yang digunakan untuk budidaya tanaman palawija atau tanaman semusim.

4.6. Usulan peruntukan Tanah Sempadan DPS Kali Ngrowo

Rencana peruntukan tanah sempadan di sepanjang kiri kanan sungai Ngrowo dimulai dari hilir pada km 0+000 sampai km 15+000, meliputi peruntukan tanah pada daerah sempadan sungai dan alur sungai. Penggunaan alur, sungai meliputi penggunaan di atas permukaan sungai, di bawah dasar sungai, melintas di udara, dan di atas permukaan air. Demikian juga dengan kali Babaan sepanjang 10 km dan kali Bajal Picisan sepanjang 5 km.

Adapun usulan rencana pemanfaatan bantaran dan sempadan DPS K. Ngrowo, adalah sebagai berikut:

4.6.1. Usulan Peruntukan Tanah Sempadan Kali Ngrowo sisi Kiri sungai

Secara umum penentuan garis sempadan sungai Ngrowo sisi kiri dengan berbagai dasar ditampilkan pada Tabel di bawah.

Tabel 4.2. Penentuan Garis Sempadan sungai sisi kiri Kali Ngrowo

(**) Aspek hidrolis diambil berdasarkan debit banjir historis di DPS K. Ngrowo.

Sumber : Hasil Survey Inventory

1. Km 0+000 0+900 di Desa Boro, Kec. Kedungwaru, Kab. Tulungagung

a. Pada daerah sempadan sungai (pertanian) dengan garis sempadan 100 m

Ditanami pohon berkayu keras dan rumput, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai jarak 15 m, untuk memperkuat tebing sungai.

Dipertahankan untuk tegalan dan kebun, yaitu pada jarak 15 100 m dari tepi sungai.

b. Pada tebing sungai

Kondisi lereng sungai yang longsor, diusulkan pemberian tanggul untuk memperkuat tebing sungai, yaitu sisi kiri dari muara kali Ngrowo sepanjang + 500m. Demikian juga pada pertemuan dengan anak sungai, yaitu Kali Bajal Picisan, perlu tanggul.

c. Jalan Inspeksi

Jalan inspeksi yang saat ini tidak bisa dilewati, karena lebatnya tanaman rumput gajah, harus dibersihkan dari tanaman tersebut, untuk mempermudah inpeksi dan pengawasan sungai.

2. Km 0+900 1+000 di Desa Boro, Kec. Kedungwaru, Kab. Tulungagunga. Pada daerah sempadan sungai (permukiman) dengan garis sempadan 15 m.

Sabuk hijau, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai 15 m.

b. Pada tebing sungai

Daerah permukiman diusulkan pemberian tanggul untuk memperkuat tebing sungai.

c. Melintas di atas permukaan sungai jembatan Karangrejo, di km 0+900.

3. Km 1+000 5+200 di Desa Boro Desa Ketanon, Kec. Kedungwaru, Kab. Tulungagung

a. Pada daerah sempadan sungai (pertanian) dengan garis sempadan 100 m

Ditanami pohon berkayu keras dan rumput, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai jarak 15 m, untuk memperkuat tebing sungai.

Dipertahankan untuk tegalan dan kebun (pertanian), pada jarak 15 100 m dari tepi sungai.

b. Jalan Inspeksi

Jalan inspeksi yang ada harus dioptimalkan penggunaannya, tidak boleh di tanami tanaman semusim.

c. Pada tebing sungai

Kondisi lereng sungai yang longsor, diusulkan pemberian tanggul untuk memperkuat tebing sungai. Demikian juga pada pertemuan dengan anak sungai, yaitu Kali Babaan dan kali Klantur, perlu tanggul.

4. Km 5+200 5+400 di Desa Ketanon, Kec. Kedungwaru, Kab. Tulungagung

a. Pada daerah sempadan sungai (permukiman) dengan garis sempadan 15 m

Ditanami pohon berkayu keras dan rumput, yaitu mulai dari tepi sungai sampai jarak 15 m atau sampai pekarangan rumah.

b. Diusulkan tanggul untuk kawasan permukiman.

5. Km 5+500 6+900 di Desa Ketanon, Kec. Kedungwaru, Kab. Tulungagung

a. Pada daerah sempadan sungai dengan garis sempadan 100 m

Ditanami pohon berkayu keras dan rumput, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai jarak 15 m, untuk memperkuat tebing sungai.

Dipertahankan untuk tegalan dan kebun (pertanian), pada jarak 15 100 m dari tepi sungai.

b. Jalan Inspeksi

Jalan inspeksi yang ada harus dioptimalkan penggunaannya dan dipelihara agar tetap berfungsi sebagamana mestinya.

6. Km 6+900 7+200 di Desa Ketanon, Kec. Kedungwaru, Kab. Tulungagunga. Pada daerah sempadan sungai (permukiman) dengan garis sempadan 15 m.

Sabuk hijau, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai 15 m atau sampai pekarangan rumah.

b. Pada tebing sungai

Daerah permukiman diusulkan pemberian tanggul untuk memperkuat tebing sungai.

c. Pada alur sungai

Di atas permukaan sungai melintas jembatan Plandaan pada km 7+200.

7. Km 7+300 8+900 di Desa Ketanon, Kec. Kedungwaru, sampai Kelurahan Tertek, Kec. Tulungagung, Kab. Tulungagunga. Pada daerah sempadan sungai (permukiman di perkotaan) dengan garis sempadan 15 m.

Sabuk hijau, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai 15 m atau sampai pekarangan rumah.

b. Pada tebing sungai

Daerah permukiman diusulkan pemberian tanggul untuk memperkuat lereng sungai.

c. Penempatan papan reklame dan rambu lalulintas, pada daerah sempadan yang lokasinya berada pada tepi jalan Arteri, dalam kota Tulungagung .

d. Pada alur sungai

Di atas permukaan sungai melintas jembatan Mangunsari pada km 7+700, jembatan pada km 8+000, jembatan Istana pada km 8+500, bangunan Talang pada km 7+700.

8. Km 9+100 12+900 di Kelurahan Kutoanyar, Kec. Tulungagung, sampai Desa Moyoketen, Kec. Boyolangu, Kab. Tulungagunga. Pada daerah sempadan sungai (permukiman) dengan garis sempadan 15 m.

Sabuk hijau, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai 15 m atau sampai pekarangan rumah.

Mempertahankan peruntukan sebagai kebun dan tegalan.

Pengupayakan pengalihan fungsi dari tanah kosong menjadi lahan untuk tanaman produktif.

b. Pada bantaran sungai

Bantaran sungai yang saat ini ditanami tanaman semusim, seperti tembakau, cabe, mentimun, dan rumput gajah, diusahakan tidak boleh ditanami tanaman sejenis untuk masa yang mendatang.

d. Pada tebing sungai

Kondisi lereng sungai yang longsor, diusulkan pemberian tanggul untuk memperkuat tebing sungai. Demikian juga pada pertemuan dengan anak sungai, yaitu Kali Song, perlu tanggul.

c. Pada alur sungai

Di atas permukaan sungai melintas jembatan pada km 9+900, Jembatan Lembu Peteng 10+400, dan jembatan gantung di 12+500.

9. Km 13+000 15+000 di Desa Moyoketen Desa Bono, Kec. Boyolangu, Kab. Tulungagunga. Pada daerah sempadan sungai (permukiman) dengan garis sempadan 15 m.

Sabuk hijau, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai 15 m atau sampai pekarangan rumah.

Diusulkan tanggul untuk memperkuat tebing sungai.

c. Pada daerah sempadan sungai ( pertanian ) dengan garis sempadan 100 m

Ditanami pohon berkayu keras dan rumput, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai jarak 15 m, untuk memperkuat tebing sungai.

Sabuk hijau, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai 15 m.

Dipertahankan untuk sawah, tegalan, dan kebun (pertanian), pada jarak + 15 100 m dari tepi sungai.

Pengupayakan pengalihan fungsi dari tanah kosong menjadi lahan untuk tanaman produktif.

d. Pada bantaran sungai

Bantaran sungai yang saat ini ditanami tanaman semusim, seperti tembakau, cabe, mentimun, diusahakan tidak boleh ditanami tanaman sejenis untuk masa yang mendatang. Karena hal tersebut bertentangan dengan peraturan yang berlaku.

e. Pada tebing sungai

Kondisi lereng sungai yang longsor, diusulkan pemberian tanggul untuk memperkuat tebing sungai, yaitu sisi kiri dari muara kali Ngrowo sepanjang + 200 m, yaitu pada pertemuan dengan anak sungai, yaitu Kali Gondang.

e. Pada alur sungai

Di atas permukaan sungai melintas jembatan pada km 13+900, jembatan pada km 14+500

4.6.2. Usulan Peruntukan Tanah Sempadan Kali Ngrowo sisi Kanan sungai

Tabel 4.3. Penentuan Garis Sempadan sungai sisi kanan Kali Ngrowo

(**) Aspek hidrolis diambil berdasarkan debit banjir historis di DPS K. Ngrowo.

Sumber : Hasil Survey Inventory

1. Km 0+000 0+300 di Desa Karangrejo, Kec. Karangrejo, Kab. Tulungagung

a. Pada daerah sempadan sungai (permukiman di luar kota) dengan garis sempadan 15 m

Ditanami pohon berkayu keras dan rumput, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai 15 m atau sampai pekarangan rumah.

b. Diusulkan tanggul untuk pelindungan permukiman.

2. Km 0+300 1+100 di Desa Karangrejo, Kec. Karangrejo, Kab. Tulungagungb. Pada daerah sempadan sungai (permukiman) dengan garis sempadan 15 m.

Sabuk hijau, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai 15 m atau sampai pekarangan rumah.

Diusulkan tanggul.

c. Batas sempadan untuk pertanian 100 m.

Sabuk hijau, yaitu mulai dari tepi sungai sampai 15 m atau sampai pekarangan lahan pertanian.

Dipertahankan untuk tegalan dan kebun (pertanian), pada jarak 15 100 m dari tepi sungai.

d. Melintas di atas permukaan sungai jembatan yang menghubungkan desa Boro dan desa Karangrejo, di km 0+900.

3. Km 1+100 2+100 di Desa Karangrejo Desa Sembon, Kec. Karangrejo, Kab. Tulungagung

a. Pada daerah sempadan sungai (pertanian) dengan batas garis sempadan 100 m

Ditanami pohon berkayu keras dan rumput, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai jarak 15 m, untuk memperkuat tebing sungai.

Dipertahankan untuk tegalan dan kebun (pertanian), pada jarak 15 100 m dari tepi sungai.

4. Km 2+300 3+900 di Desa Sembon Desa Sukowiyono, Kec. Karangrejo, Kab. Tulungagung

a. Pada daerah sempadan sungai (pertanian) dengan batas garis sempadan 100 m

Ditanami pohon berkayu keras dan rumput, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai jarak 15 m, untuk memperkuat tebing sungai.

Dipertahankan untuk tegalan dan kebun (pertanian), pada jarak 15 100 m dari tepi sungai.

Sabuk hijau, yaitu mulai dari tepi sungai sampai 15 m atau sampai lahan pertanian.

b. Pada tebing sungai

Kondisi lereng sungai yang longsor, diusulkan pemberian tanggul untuk memperkuat tebing sungai, yaitu sisi kanan dari kali Ngrowo sepanjang + 400 m, sebelum pertemuan dengan kali Babaan.

5. Km 5+100 6+100 di Desa Simo Desa Tawangsari, Kec. Kedungwaru, Kab. Tulungagung

a. Pada daerah sempadan sungai dengan garis sempadan 100 m

Sabuk hijau / ditanami pohon berkayu keras dan rumput yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai 15 m, untuk memperkuat tebing sungai.

Dipertahankan untuk tegalan dan kebun (pertanian), pada jarak 15 100 m dari tepi sungai.

6. Km 6+600 9+000 di Desa Mangunsari, Kec. Kedungwaru, sampai Kelurahan Sembung, Kab. Tulungagunga. Pada daerah sempadan sungai (permukiman) dengan garis sempadan 15 m.

Sabuk hijau, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai 15 m atau sampai pekarangan rumah.

b. Pada tebing sungai

Daerah permukiman diusulkan pemberian tanggul untuk memperkuat tebing sungai.

c. Pada alur sungai

Di atas permukaan sungai melintas jembatan pada km 7+200.

7. Km 9+000 9+800 di Kelurahan Kutoanyar, Kec. Tulungagung, Kab. Tulungagunga. Pada daerah sempadan sungai (permukiman di perkotaan) dengan garis sempadan 15 m.

Sabuk hijau, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai 15 m atau sampai pekarangan rumah.

b. Pada tebing sungai

Daerah permukiman diusulkan pemberian tanggul untuk memperkuat lereng sungai.

8. Km 9+800 12+500 di Kelurahan Sembung Kelurahan Kedungsoko, Kec. Tulungagung, Kab. Tulungagunga. Pada daerah sempadan sungai (permukiman) dengan garis sempadan 15 m.

Sabuk hijau, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai 15 m atau sampai lahan pertanian, dengan mempertahankan pepohonan yang ada.

Mempertahankan peruntukan sebagai kebun dan tegalan.

Pengupayakan pengalihan fungsi dari tanah kosong menjadi lahan untuk tanaman produktif.

b. Pada alur sungai

Di atas permukaan sungai melintas jembatan pada km 9+900, Jembatan Lembu Peteng 10+400, dan jembatan gantung di 12+500.

9. Km 12+500 15+000 di Kelurahan Kedungsoko, Kec. Tulungagung - Desa Bono, Kec. Boyolangu, Kab. Tulungagunga. Pada daerah sempadan sungai ( pertanian ) dengan garis sempadan 100 m

Ditanami pohon berkayu keras dan rumput, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai jarak 15 m, untuk memperkuat tebing sungai.

Sabuk hijau, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai 15 m, dengan mempertahankan pepohonan yang ada.

Dipertahankan untuk sawah, tegalan, dan kebun (pertanian), pada jarak 15 100 m dari tepi sungai.

Pengupayakan pengalihan fungsi dari tanah kosong menjadi lahan untuk tanaman produktif.

d. Pada alur sungai

Di atas permukaan sungai melintas jembatan pada km 13+900, dan jembatan pada km 14+500.

4.6.3. Usulan Peruntukan Tanah Sempadan Kali Babaan

Tabel 4.4. Penentuan Garis Sempadan sungai sisi kiri Kali Babaan

(**) Aspek hidrolis diambil berdasarkan debit banjir historis di DPS K. Ngrowo.

Sumber : Hasil Survey Inventory

Tabel 4.5. Penentuan Garis Sempadan sungai sisi kanan Kali Babaan

LanjutanTabel 4.5. Penentuan Garis Sempadan sungai sisi kanan Kali Babaan

(**) Aspek hidrolis diambil berdasarkan debit banjir historis di DPS K. Ngrowo

Sumber : Hasil Survey Inventory

1.Kali Babaan kanan dan kiri, km 0+000 5+500 di Desa Sembon, Kec. Karangrejo, sampai Desa Tanjungsari, Kec. Karangrejo, Kab. Tulungagunga. Pada daerah sempadan sungai (pertanian) dengan garis sempadan 50 m

Ditanami pohon berkayu keras dan rumput, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai jarak 50 m, untuk memperkuat tebing sungai.

Sabuk hijau, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai 15 m.

Dipertahankan untuk tegalan dan kebun (pertanian), pada jarak 15 50 m dari tepi sungai.

Pengupayakan pengalihan fungsi dari tanah kosong menjadi lahan untuk tanaman produktif.

b. Pada makam, garis sempadan 50 m.

Karena makam terdapat di tepi kali bahkan < 5 m dari tepi sungai, diusulkan tanggul, agar tidak terjadi longsoran.

c. Pada alur sungai

Di atas permukaan sungai melintas jembatan pada km 0+075, pada km 0+800, pada km 1+700, pada km 2+100, pada km 2+900, pada km 3+300, pada km 3+600, dan pada km 4+600.

Di bawah sungai terdapat dam Klagen pada km 3+500, dam Pakisaji II pada km 4+800.

d. Pada daerah sempadan sungai (permukiman) dengan garis sempadan 15 m.

Sabuk hijau, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai jarak 15 m, dengan mempertahankan kondisi yang eksis, yaitu rumpun bambu dan tanaman keras berkayu lainnya.

Tanaman pasif, yaitu jarak > 5 m dari kaki tanggul sebelah luar atau sampai pekarangan rumah.

2.Km 5+500 10+000 di Desa Tanjungsari, Kec. Karangrejo, sampai Desa Tugui, Kec. Sendang, Kab. Tulungagunga. Pada daerah sempadan sungai ( pertanian ) dengan garis sempadan 50 m

Ditanami pohon berkayu keras, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai jarak 15 m, untuk memperkuat tebing sungai.

Sabuk hijau, yaitu jarak 0 15 m dari tepi sungai.

Dipertahankan untuk sawah, tegalan dan kebun (pertanian), pada jarak 10 50 m dari tepi sungai.

Pengupayakan pengalihan fungsi dari tanah kosong menjadi lahan untuk tanaman produktif.

b. Pada alur sungai

Di atas permukaan sungai melintas jembatan pada km 6+700, pada km 7+300, pada km 8+000 jembatan bambu, pada km 8+500, pada km 9+000, dan pada km 9+900.

Di bawah sungai terdapat dam Pakisaji I pada km 5+400, dam Dawung 6+700, cek dam Dono pada km 7+200, dan dam Ngledok pada km 7+800.

c. Pada daerah sempadan sungai (permukiman) dengan garis sempadan 15 m.

Sabuk hijau, yaitu jarak 0 15 m dari tepi sungai, dengan mempertahankan kondisi yang eksis, yaitu rumpun bambu dan tanaman keras berkayu lainnya.

Tanaman pasif, yaitu jarak < 5 m dari kaki tanggul sebelah luar atau sampai pekarangan rumah.

d. Usulan tanggul, karena lereng sungai di orde 3 banyak yang rusak, terutama di belokan-belokan sungai.

4.6.4. Usulan Peruntukan Tanah Sempadan Kali Bajal PicisanTabel 4.6. Penentuan Garis Sempadan sungai sisi kanan Kali Bajal Picisan

(**) Aspek hidrolis diambil berdasarkan debit banjir historis di DPS K. Ngrowo

Sumber : Hasil Survey Inventory

Tabel 4.7. Penentuan Garis Sempadan sungai sisi kiri Kali Bajal Picisan

(**) Aspek hidrolis diambil berdasarkan debit banjir historis di DPS K. Ngrowo

Sumber : Hasil Survey Inventory

1.Kali Bajal Picisan kanan dan kiri, km 0+000 1+800 di Desa Karangrejo, Kec. Karangrejo, Kab. Tulungagunga. Pada daerah sempadan sungai ( pertanian ) dengan garis sempadan 50 m

Ditanami pohon berkayu keras, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai jarak 15 m, untuk memperkuat tebing sungai.

Sabuk hijau, yaitu jarak 0 15 m dari tepi sungai.

Dipertahankan untuk sawah, tegalan dan kebun (pertanian), pada jarak 15 50 m dari tepi sungai.

e. Pengupayakan pengalihan fungsi dari tanah/lahan kosong menjadi lahan untuk tanaman produktif.

b. Pada alur sungai

Di atas permukaan sungai melintas jembatan pada km 0+100, pada km 0+400 (jembatan baja tak terpakai), pada km 1+700.

Di bawah sungai terdapat bronjong di sisi kanan sungai pada km 0+600.

c. Pada daerah sempadan sungai (permukiman) dengan garis sempadan 15 m.

Sabuk hijau, yaitu jarak 0 15 m dari tepi sungai, dengan mempertahankan kondisi yang eksis, yaitu rumpun bambu dan tanaman keras berkayu lainnya.

Tanaman pasif, yaitu jarak < 5 m dari kaki tanggul sebelah luar atau sampai pekarangan rumah.

2.Kali Bajal kanan dan kiri, km 1+800 3+000 di Desa Sukodono dan Desa Sukorejo, Kec. Karangrejo, Kab. Tulungagunga. Pada daerah sempadan sungai ( pertanian ) dengan garis sempadan 50 m

Ditanami pohon berkayu keras, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai jarak 15 m, untuk memperkuat tebing sungai.

Sabuk hijau, yaitu jarak 0 15 m dari tepi sungai.

Dipertahankan untuk sawah, tegalan dan kebun (pertanian), pada jarak 15 50 m dari tepi sungai.

f. Pengupayakan pengalihan fungsi dari tanah kosong menjadi lahan untuk tanaman produktif.

g. Usulan tanggul, karena lereng sungai di orde 3 banyak yang rusak, terutama di belokan-belokan sungai.

3.Kali Picisan kanan dan kiri, km 3+000 5+000 di Desa Sukorejo, Kec. Karangrejo, sampai Desa Punjul, Kec. Karangrejo, Kab. Tulungagunga. Pada daerah sempadan sungai ( pertanian ) dengan garis sempadan 50 m

Ditanami pohon berkayu keras, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai jarak 15 m, untuk memperkuat tebing sungai.

Sabuk hijau, yaitu jarak 0 15 m dari tepi sungai.

Dipertahankan untuk sawah, tegalan dan kebun (pertanian), pada jarak 15 50 m dari tepi sungai.

h. Pengupayakan pengalihan fungsi dari tanah kosong menjadi lahan untuk tanaman produktif.

b. Pada alur sungai

Di atas permukaan sungai melintas jembatan pada km 3+400.

c. Pada daerah sempadan sungai (permukiman) dengan garis sempadan 15 m.

Sabuk hijau, yaitu jarak 0 15 m dari tepi sungai, dengan mempertahankan kondisi yang eksis, yaitu rumpun bambu dan tanaman keras berkayu lainnya.

Tanaman pasif, yaitu jarak < 5 m dari kaki tanggul sebelah luar atau sampai pekarangan rumah.

PAGE IV-8pt. bantardawa konsult.

_1130832311.xlsSheet1

Km jjjjjjjjjjjPeruntukan jjjjjjjjjjjjjjjjjKeterangan jjjjjjjjjjjjbatas Sempadangaris sempadan terpilih

RTRWPermen PU 63/1993Aspek Hidrolis (**)

0+0 - 0+9pertaniantakbertanggul100 m100 m100 m100 m

0+9 - 1+0permukimantakbertanggul15 m100 m100 m100 m

1+0 - 5+2pertanianbertanggul100 m100 m100 m100 m

5+2 - 5+3permukimanbertanggul15 m100 m100 m100 m

5+5 - 5+6pertanianbertanggul100 m100 m100 m100 m

5+6 - 5+8permukimantakbertanggul15 m100 m100 m100 m

5+8 - 6+7pertanianbertanggul100 m100 m100 m100 m

6+7 - 6+9makambertanggul100 m100 m100 m100 m

6+9 - 8+9permukimantakbertanggul15 m15 m100 m15 m

8+9 - 9+1makamtakbertanggul100 m100 m100 m100 m

9+1 - 9+8pertaniantakbertanggul100 m100 m100 m100 m

9+8 - 9+9lahan kosongtakbertanggul100 m100 m100 m100 m

10+0 - 13+9permukimanbertanggul15 m100 m100 m100 m

13+9 - 15sawahbertanggul100 m100 m100 m100 m

_1130832431.xlsSheet1

Km jjjjjjjjjjjjjjjPeruntukan jjjjjjjjjjjjjjKeterangan jjjjjjjjjjjjbatas Sempadangaris sempadan terpilih

RTRWPermen PU 63/1993Aspek Hidrolis (**)

0+0 - 0+3permukimantakbertanggul15 m100 m100 m100 m

0+3 - 0+8pertaniantakbertanggul100 m100 m100 m100 m

0+8 - 1+1permukimantakbertanggul15 m100 m100 m100 m

1+1 - 2+1pertaniantakbertanggul100 m100 m100 m100 m

2+1 - 2+3permukimantakbertanggul15 m100 m100 m100 m

2+3 - 3+9pertaniantakbertanggul100 m100 m100 m100 m

4+1 - 4+3permukimantakbertanggul15 m100 m100 m100 m

4+3 - 5+1pertaniantakbertanggul100 m100 m100 m100 m

5+1 - 6+0permukimantakbertanggul15 m100 m100 m100 m

6+0 - 6+1tanah kosongtakbertanggul100 m100 m100 m100 m

6+1 - 6+4permukimantakbertanggul15 m100 m100 m100 m

6+4 - 6+5lahan kosongtakbertanggul15 m100 m100 m100 m

6+6 - 9+0permukimantakbertanggul15 m15 m100 m15 m

9+0 - 9+1makamtakbertanggul100 m100 m100 m100 m

9+1 -9+8pertaniantakbertanggul100 m100 m100 m100 m

9+8 - 12+5permukimantakbertanggul15 m15 m100 m15 m

12+5 - 15+0pertanianbertanggul100 m100 m100 m100 m

_1132565543.xlsSheet1

KmPeruntukanKeteranganbatas Sempadangaris sempadan terpilih

RTRWPermen PU 63/1993Aspek Hidrolis (**)

0+0 - 0+1pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

0+1-0+2makamtakbertanggul50 m50 m50 m50 m

0+2 + 0+3pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

0+3 - 0+55permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

0+55-0+85lahan kosongtakbertanggul50 m50 m50 m50 m

0+85 - 1+1permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

1+1-1+2makamtakbertanggul50 m50 m50 m50 m

1+2 - 1+6pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

1+55 - 1+9permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

2+15 - 2+6pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

2+6 - 3+4permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

3+4 - 4+4pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

4+4 - 4+65permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

4+65 - 4+8pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

4+8-5+05lahan kosongtakbertanggul50 m50 m50 m50 m

5+1 - 5+25permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

5+25 - 7+8pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

7+8 - 8+05permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

8+05 - 10+0pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

_1130744229.xlsSheet1

KmPeruntukanKeteranganbatas Sempadangaris sempadan terpilih

RTRWPermen PU 63/1993Aspek Hidrolis (**)

0+0 - 0+1pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

0+1-0+2makamtakbertanggul50 m50 m50 m50 m

0+2 + 0+3pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

0+3 - 0+55permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

0+55-0+85lahan kosongtakbertanggul50 m50 m50 m50 m

0+85 - 1+1permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

1+1-1+2makamtakbertanggul50 m50 m50 m50 m

1+2 - 1+6pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

1+55 - 1+9permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

2+15 - 2+6pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

2+6 - 3+4permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

3+4 - 4+4pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

4+4 - 4+65permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

4+65 - 4+8pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

4+8-5+05lahan kosongtakbertanggul50 m50 m50 m50 m

5+1 - 5+25permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

5+25 - 7+8pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

7+8 - 8+05permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

8+05 - 10+0pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

_1130745509.xlsSheet1

KmPeruntukanKeteranganbatas Sempadangaris sempadan terpilih

RTRWPermen PU 63/1993Aspek Hidrolis (**)

0+0 - 0+1pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

0+1 - 0+3permukimantakbertanggul15 m15 m50 m50 m

0+3 - 1+4pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

1+4 - 1+8permukimantakbertanggul15 m15 m50 m50 m

1+8 - 3+0pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

3+0 - 3+5permukimantakbertanggul15 m15 m50 m50 m

3+5 - 5+0pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

_1130745591.xlsSheet1

KmPeruntukanKeteranganbatas Sempadangaris sempadan terpilih

RTRWPermen PU 63/1993Aspek Hidrolis (**)

0+0 - 0+1pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

0+1 - 0+25permukimantakbertanggul15 m15 m50 m15 m

0+25 - 1+0pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

1+0 - 1+7pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

1+7 - 1+9permukimantakbertanggul15 m15 m50 m15 m

1+9 - 2+6pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

2+6 - 3+0pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

3+0 - 4+0pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

4+0 -4+1permukimantakbertanggul15 m15 m50 m15 m

4+1 - 4+3pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

4+3 - 4+5permukimantakbertanggul15 m15 m50 m15 m

4+5 - 5+0pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

15 m

_1130744409.xlsSheet1

KmPeruntukanKeteranganbatas Sempadangaris sempadan terpilih

RTRWPermen PU 63/1993Aspek Hidrolis (**)

0+0 - 0+05permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

0+05-0+2makamtakbertanggul50 m50 m50 m50 m

0+2 - 0+7pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

0+7 - 0+9permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

0+9-1+0lahan kosongtakbertanggul50 m50 m50 m50 m

1+0 - 2+7pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

2+7 - 3+0permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

3+0 - 3+25pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

3+3 - 3+6permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

3+6 - 3+8pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

3+8 - 3+9permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

4+0 - 4+15pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

4-15-4+4lahan kosongtakbertanggul50 m50 m50 m50 m

4+4 - 4+7pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

4+7-5+0lahan kosongtakbertanggul50 m50 m50 m50 m

5+0 - 6+3pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

6+3-6+6lahan kosongtakbertanggul50 m50 m50 m50 m

6+6 - 8+4pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

8+4 - 8+6permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

8+6 - 10+0pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

takbertanggul

takbertanggul

_1130744203.xlsSheet1

KmPeruntukanKeteranganbatas Sempadangaris sempadan terpilih

RTRWPermen PU 63/1993Aspek Hidrolis (**)

0+0 - 0+1pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

0+1-0+2makamtakbertanggul50 m50 m50 m50 m

0+2 + 0+3pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

0+3 - 0+55permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

0+55-0+85lahan kosongtakbertanggul50 m50 m50 m50 m

0+85 - 1+1permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

1+1-1+2makamtakbertanggul50 m50 m50 m50 m

1+2 - 1+6pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

1+55 - 1+9permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

2+15 - 2+6pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

2+6 - 3+4permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

3+4 - 4+4pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

4+4 - 4+65permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

4+65 - 4+8pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

4+8-5+05lahan kosongtakbertanggul50 m50 m50 m50 m

5+1 - 5+25permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

5+25 - 7+8pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m

7+8 - 8+05permukimantakbertanggul15 m50 m50 m50 m

8+05 - 10+0pertaniantakbertanggul50 m50 m50 m50 m