Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud...

37
62 Bab IV Peran Politik Saintis Terkait berlangsungnya perdebatan saintifik di kalangan saintis selama ini, dalam hal apa sajakah para saintis berbeda? Dan apakah berbedaan statement di kalangan saintis adalah karena dipengaruhi oleh cara pandang, pendekatan dan metode yang digunakan? Pertanyaan-pertanyaan ini coba dijawab dengan memperhatikan atau memahami bagaimana saintis mengusung fakta saintifik peristiwa semburan lumpur panas. Tidak hanya itu, dengan memahami proses konstruksi fakta saintifik ini, ada atau tidak adanya pengaruh politik pihak-pihak di luar saintis terhadap perbedaan statement para saintis juga dapat ditelusuri, baik dari aliansi- aliansi yang dibangun, dari situasi-situasi yang melingkupinya, atau dari yang tersirat dalam simbol-simbol. Situasi di mana saintis menggunakan kaidah-kaidah disiplin keilmuannya 1 , atau membangun aliansi-aliansi dengan saintis lain maupun dengan pihak-pihak di luar saintis (politisi, korban, tokoh masyarakat, birokrat, penegak hukum) ketika mengusung fakta saintifik menjadi bahasan sentral dalam bagian ini. Selain itu, bagian ini juga akan membahas peran saintis dalam konstruksi fakta hukum. Sebelum membahas hal-hal tersebut, politik dalam hal ini didefinisikan sebagai aksi-aksi aktor atas dasar kepentingan, di mana kepentingan tersebut kemudian dinegosiasikan (ditranslasikan) dengan kepentingan aktor-aktor lain. Kemudian ‘politik tentang alam’ sendiri dimaknai bahwa aksi-aksi aktor-aktor ini adalah berkenaan dengan (perilaku) alam sebagai objek yang direpresentasikannya. IV.1 Konstruksi Fakta Saintifik Berdasarkan penelusuran, setidaknya terdapat empat fakta saintifik yang diusung saintis, yaitu fakta underground blowout (UGBO) di Sumur Banjarpanji-1 diusung oleh kelompok Saintis A; fakta mud volcano karena gempa Yogyakarta 1 yang didukung penggunaan artefakartefak teknis, semacam alat ukur, dll

Transcript of Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud...

Page 1: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

62  

Bab IV

Peran Politik Saintis

Terkait berlangsungnya perdebatan saintifik di kalangan saintis selama ini, dalam

hal apa sajakah para saintis berbeda? Dan apakah berbedaan statement di kalangan

saintis adalah karena dipengaruhi oleh cara pandang, pendekatan dan metode yang

digunakan? Pertanyaan-pertanyaan ini coba dijawab dengan memperhatikan atau

memahami bagaimana saintis mengusung fakta saintifik peristiwa semburan

lumpur panas. Tidak hanya itu, dengan memahami proses konstruksi fakta

saintifik ini, ada atau tidak adanya pengaruh politik pihak-pihak di luar saintis

terhadap perbedaan statement para saintis juga dapat ditelusuri, baik dari aliansi-

aliansi yang dibangun, dari situasi-situasi yang melingkupinya, atau dari yang

tersirat dalam simbol-simbol.

Situasi di mana saintis menggunakan kaidah-kaidah disiplin keilmuannya1, atau

membangun aliansi-aliansi dengan saintis lain maupun dengan pihak-pihak di luar

saintis (politisi, korban, tokoh masyarakat, birokrat, penegak hukum) ketika

mengusung fakta saintifik menjadi bahasan sentral dalam bagian ini. Selain itu,

bagian ini juga akan membahas peran saintis dalam konstruksi fakta hukum.

Sebelum membahas hal-hal tersebut, politik dalam hal ini didefinisikan sebagai

aksi-aksi aktor atas dasar kepentingan, di mana kepentingan tersebut kemudian

dinegosiasikan (ditranslasikan) dengan kepentingan aktor-aktor lain. Kemudian

‘politik tentang alam’ sendiri dimaknai bahwa aksi-aksi aktor-aktor ini adalah

berkenaan dengan (perilaku) alam sebagai objek yang direpresentasikannya.

IV.1 Konstruksi Fakta Saintifik

Berdasarkan penelusuran, setidaknya terdapat empat fakta saintifik yang diusung

saintis, yaitu fakta underground blowout (UGBO) di Sumur Banjarpanji-1

diusung oleh kelompok Saintis A; fakta mud volcano karena gempa Yogyakarta

                                                            1 yang didukung penggunaan artefak‐artefak teknis, semacam alat ukur, dll 

Page 2: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

63  

(natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung

kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok Saintis D.

IV.1.1 Konstruksi Fakta Underground Blowout (UGBO)

Beberapa saintis meyakini bahwa semburan lumpur panas yang mereka sebut

sebagai Lumpur Lapindo (Lula), atau Lumpur Panas Lapindo ini sebagai

fenomena UGBO2 dengan merujuk pada apa yang dinamakan sebagai daily

drilling report3, yaitu catatan kegiatan sepanjang drilling, terutama paremater-

parameter pemboran, seperti tekanan, volume lumpur, dan pompa. Data daily

drilling report inilah yang kemudian diklaim atau diumpamakan beberapa saintis

ini sebagai black box, sebagaimana mesin pencatat atau perekam situasi di dalam

kockpit pesawat terbang4.

“…Mengapa  saya  tidak  pertentangkan  antara  investigasi  dengan  hipotesa?  Karena investigasi  ini ada dasarnya dari fakta, dari hasil daily drilling report, yang kemudian kita kenal, atau diistilahkan seperti black box‐nya itu. Sedangkan teman‐teman kita yang lain yang berhipotesa melihat kejadian  itu sebagai sebuah similarities dengan kejadian di tempat lain. Jadi, oleh karena itu bagi saya ini bukan pertandingan antara dua ilmu. Yang satu adalah hipotesa, yang satu adalah fakta!5 Itu tidak neben, tidak seim.., tidak sesuatu yang pantas untuk dipertandingkan! Tadi  introduction  dikatakan  kalau  ada  sebuah  pesawat  jatuh,  orang  boleh  berbicara karena  angin,  karena  halilintar  dan  sebagainya,  boleh  saja,  tapi  ketika  diketemukan black  box‐nya  mengatakan  bahwa  itu  karena  pilot,  apakah  itu  tetap  kita  mau pertandingkan?!”6 

                                                            2 Kejadian mengalirnya fluida formasi dalam jumlah/volume yang tidak terkendali ke dalam sumur di mana fluida formasi mengalir/masuk dari satu zona lainnya yang lebih lemah. Zona lemah dapat berupah zona dengan permeabilitas dan porositas yang tinggi, formasi yang retak (fractured zone) atau zona lemah di sekitar casing shoe (file dari Dr. ADB, salah satu saintis pro UGBO). Menurut saintis pro UGBO lain (Ir. HE) UGBO memiliki dua jenis, surface blowout (fluida sampai ke permukaan tanah lewat lubang sumur) dan subsurface blowout (fluida sampai ke permukaan tanah tidak lewat lubang sumur tetapi melalui rekahan‐rekahan pada lapisan bumi di sekitar lubang sumur). Untuk kasus semburan lumpur panas ini Ir. HE mengkategorikannya sebagai subsurface blowout. 3 ANT mengistilahkan objek‐objek perekam yang kemudian mentranslasikan alam secara khusus dalam suatu representasi visual atau instrumen yang membuat alam dapat diakses melalui inskripsi pengukuran, seperti grafik, ilustrasi, atau peta sebagai devais inskripsi (inscription devices). Salah satu saintis proponen UGBO menyebutnya sebagai real time drilling report. 4 Dalam dunia penerbangan, mesin black box yang berwarna orange ini merupakan perangkat perekam yang dipasang  di  pesawat  untuk  merekam  situasi  di  cockpit  yang  dijadikan  sumber  data  investigator  ketika menganalisis penyebab kecelakaan atau problem‐problem lainnya di pesawat. 5 Kalimat ini sebagai salah satu contoh (juga perhatikan kalimat‐kalimat selanjutnya) yang menunjukkan cara saintis beretorika dalam mengkonstruksi fakta saintifik (dengan mengkomparasi dan kemudian menyematkan atas sesuatu yang lain sebagai hipotesa, dan klaimnya atas fakta (saintis memposisikan diri)). 6 Transkrip presentasi Dr. RR pada seminar “Diskusi Pakar Bersama Publik; Mengurai Lumpur Lapindo dan Solusinya”.  Diselenggarakan Walhi,  Jatam,  ICEL,  YLBHI,  dan  Elsam  di  Hotel  Bumi  Karsa,  Jakarta,  tanggal 29/01/2008. 

Page 3: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

64  

Dari statement Saintis A7 di atas, nampak jelas bahwa Saintis A memiliki

(memberikan) suatu definisi atas fakta dan hipotesa secara khusus. Baginya, daily

drilling report itulah fakta, sementara statement lain yang didasarkan bukan dari

daily drilling report didefinisikan sebagai hipotesa. Dan atas pembedaan itu,

terlihat bahwa fakta, bagi saintis ini, mengandung (kevalidan) kebenaran,

sedangkan hipotesa didefinisikan sebagai dugaan-dugaan yang kebenarannya

masih diragukan (tidak terverifikasi oleh daily drilling report). Saintis A juga

kemudian memposisikan suatu disiplin ilmu pada posisi yang asimetri. Suatu

disiplin ilmu yang merujuk pada fakta (daily drilling report) baginya tidak

sepantasnya dipertandingkan dengan disiplin ilmu yang berdasarkan hipotesa.

Dari data daily drilling report tersebut, oleh Saintis A kemudian diilustrasikan

menjadi sebuah kronologi kejadian semburan di mana dalam buku yang ditulisnya

digunakan kalimat “FAKTA KEJADIAN LUAPAN LUMPUR; Kronologis

pemboran Sumur Banjarpanji-1”8. Berikut disertakan sebagian dari ilustrasi atas

daily drilling report oleh Saintis A.

Setelah mengkonstruksi sebuah definisi khusus bahwa apa-apa yang terekam

dalam daily drilling report sebagai fakta (kebenaran), Saintis A kemudian

membuat ilustrasi (visualisasi) terhadap formasi tanah, praktek pemboran dan

perilaku alam dalam interaksinya dengan praktek pemboran, baik yang terekam

dalam daily drilling report maupun yang tidak. Pada aksi ini sebenarnya Saintis A

sedang melakukan interpretasi atas data yang ter-record dalam daily drilling

report dan sekaligus meng-introduce realitas kejadian pemboran dan alam dalam

sebuah visualisasi gambar (realitas di lapangan dibingkai/dihadirkan dalam

realitas gambar).

                                                            7 Dr. RR, salah satu saintis pengusung fakta UGBO, dosen Teknik Perminyakan 8 buku putih “Kejadian dan Penanggulangan Semburan Lumpur di Sekitar Sumur Banjarpanji‐1 Lapindo Brantas Inc.”, 2007. Gambar tersebut dicopi sesuai aslinya. Selain di bahan presentasi, dapat juga disimak di buku “Mem(bunuh) Lumpur Lapindo” yang diterbitkan Gempur (Gerakan Menutup Lumpur) Lapindo, 2008 dan di buku putih. Isi dari buku putih tersebut menurut Saintis A disarikan dari laporan hasil investigasi Tim Investigasi Independen bentukan Departemen ESDM, di mana Saintis A menjabat sebagai ketua tim. 

Page 4: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

65  

Gambar IV.1 Kronologi Semburan Lumpur panas (Rubiandini, 2006)

Berbekal data daily drilling report, kelompok saintis ini9 meyakini bahwa

semburan lumpur panas terjadi akibat penanganan kick10 menyebabkan batuan

                                                            9 Saintis lain di antaranya: Dr. ADB, Ir. KS, Ir. RL, Ir. MS, Ir. HE, RDP 10 Masuknya fluida formasi ke dalam lubang sumur akibat tekanan fluida formasi lebih besar dari pada tekanan lumpur pemboran yang disirkulasikan dalam lubang sumur (beda tekanan hidrostatis). Untuk 

Page 5: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

66  

formasi (di bawah casing shoe) pecah, sehingga fluida bertekanan tinggi ini

menerobos ke permukaan bumi (surface). Penjelasan Saintis A dengan berbagai

formula matematis dan grafisnya dapat disimak pada beberapa slide-nya berikut:

Gambar IV.2 Perhitungan Kick Tolerance Factor (Rubiandini, 2006)

 “Nah,  fenomena  ini kemudian kita yakini, …setelah kita  lihat bahwa tekanan yang ada yang dimiliki antara grafik tekanan kekuatan batu dengan lumpur yang kita miliki aman, ketika pemboran normal. Memang  tidak akan ada masalah,  tetapi  ia memiliki…ruang gerak yang kecil, setelah kita hitung ternyata ia memiliki kira‐kira 0,5 ppg, namanya kick tolerance. Artinya kita bermain di sebuah kegiatan yang memang cukup riskan… 

Gambar IV.3 Formula MASP dan Tekanan Rekah Batuan (Rubiandini, 2006)

 Nah mari kita lihat, selama tekanan di permukaan tidak naik melebihi 316. Apa itu 316? Maximum  Allowable  Surface  Pressure  atau  maksimum  tekanan  di  permukaan  yang diperbolehkan  yang  diekivalen  di  bawah  ada  perbedaan  kira‐kira  316,  kalau  di kedalaman ini. Kalau di kedalaman yang lain, karena di sini ada fish, maka tekanannya 330. Artinya, temen‐teman di  lapangan tidak boleh membuat atau meng‐hendle sumur ini apabila tekanan di permukaan melebihi tekanan ini. 

                                                                                                                                                                   menangani kick, tekanan hidrostatis permukaan dan bawah permukaan ini diseimbangkan, salah satunya dengan meningkatkan densitas lumpur pemboran. 

Page 6: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

67  

Gambar IV.4 Profil Tekanan Saat CP = 1054 psi (Rubiandini, 2006)

 Apa  yang  terjadi?  Di  dalam  investigasi  yang  saya miliki  ternyata  tekanannya  cukup tinggi.  Ini saya peroleh dari polisi datanya! Kemudian data  itu kita test, di sini adalah 620,  di  sini  1.054.  Kalau  saya  gambarkan,  saya  hitungkan  bahwa  tadi  tekanan  yang diperbolehkan 316‐330,  ternyata  kedalaman 3.584 di atas 330. Berarti apalagi 1.054, berarti bahwa rekahan terjadi! Apa tidak cukup sederhana kita melihat bahwa ini terjadi di lubang yang sedang dibor?! Sangat sederhana! 11  

Penggunaan formula matematis MASP dan grafis untuk membuktikan terjadi

rekah batuan saat penanganan kick menunjukkan bahwa formula matematis,

sebagai sebuah perhitungan yang baku, dalam hal ini diyakini oleh Saintis A rigit

terhadap kekeliruan. Artinya, angka-angka atau hasil perhitungan tersebut adalah

sebuah fakta (kebenaran). Jika sebelumnya realitas formasi batuan, relasi antara

praktek pemboran dan semburan lumpur (perilaku alam) di-introduce Saintis A

melalui visualisasi gambar (realitas gambar), terhadap pecahnya formasi batuan

(perilaku alam), saintis ini merepresentasikannya melalui angka atau persamaan

matematika (realitas angka). Jadi, angka ini merepresentasikan kekuatan formasi

batuan di bawah kedalaman tertentu.

Kemudian penggunaan kalimat “ini saya peroleh dari polisi datanya”,

menyiratkan bahwa data tersebut ibarat bukti forensik dari suatu kejadian. Atau

data itu harus diamankan karena sebagai bukti kunci. Atau setidaknya Saintis A

                                                            11 Transkrip presentasi Dr. RR pada seminar “Diskusi Pakar Bersama Publik; Mengurai Lumpur Lapindo dan Solusinya”.  Diselenggarakan Walhi,  Jatam,  ICEL,  YLBHI,  dan  Elsam  di  Hotel  Bumi  Karsa,  Jakarta,  tanggal 29/01/2008. 

Page 7: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

68  

hendak mengatakan bahwa dirinya berkolaborasi dengan polisi dalam investigasi.

Jadi, ada upaya legitimasi atas data yang diacu Saintis A.

Tidak berhenti di situ, untuk memperkuat bahwa telah terjadi UGBO di Sumur

Banjarpanji-1, Saintis A merujuk hasil pengujian asal lumpur dan air. Ini

menyiratkan bahwa apa-apa yang dilakukan Saintis A memenuhi kaidah-kaidah

ilmiah, di mana ada uji laboratorium terhadap objek yang diteliti.

Struktur Batuan (ukuran) Struktur Lumpur dan Air

Gambar IV.5 Sampel Lumpur Panas dalam Penelitian (Rubiandini, 2006)

“…apa fakta yang saya peroleh selama saya menjadi ketua tim  investigasi  (bentukan Departemen  ESDM:pen)?...dari  hasil  investigasi,  baik  karena  temperature,  karena kualitas  air,  karena  kandungan  hidrokarbon  yang  terkandung  dari  lapisan  bawah,  ini sumber dari air itu datang dari sini (sambil menunjuk slide:pen)! Datang dari sini naik ke atas menggerus  tanah  liat  yang warna  hijau  ke  permukaan  jadi  lumpur…Ini  air  asin panas! Kalau saudara coel di lapangan, saudara jilat, itu asin! Karena tidak pernah ada air yang tawar di bawah tanah sana! Yang tawar hanya ada di  lapisan atas!  Ini airnya asin, dari kedalaman ini, dari temperatur tinggi, sumbernya dari sini!  Dan kemudian clay, dari mana saya tahu? Dari umur batuan, dari formanifera yang ada, semua  dites  ketemu  bahwa  product  solidnya  dari  sini!  Product  fluidnya  dari  sini! Menggerus naik ke atas, karena  ia tergerus,  ia berlubang dan  ia akan  jatuh turun yang namanya subsiden!  Itu sudah  saya katakan  sejak awal akan  terjadi! Tapi  jika  ini mud vulcano,  itu sebuah bisul yang bertekanan  tinggi yang kalau ditusuk  ia keluar,  tidak akan  pernah  turun! Wong  tekanannya masih  tinggi;  akan  keluar,  tidak  akan  pernah turun! Data sekarang menunjukkan sudah turun beberapa meter di bagian tengahnya. 

Fakta apalagi yang harus kita cari?!” 12 

Pada kalimat yang dicetak tebal pertama, tampak ada penekanan terhadap status

yang disandang saintis ini ketika melakukan investigasi, yakni sebagai ketua tim

dari lembaga pemerintah yang memiliki otoritas dalam urusan energi dan sumber

                                                            12 Transkrip presentasi Dr. RR pada seminar “Diskusi Pakar Bersama Publik; Mengurai Lumpur Lapindo dan Solusinya” 

Page 8: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

69  

daya mineral di Indonesia13. Ini menyiratkan bahwa ada kepakaran pada diri

Saintis A dalam membuat statement UGBO. Sementara pada kalimat cetak tebal

berikutnya, terlihat bahwa Saintis A melakukan dekonstruksi14 fakta saintifik yang

diusung saintis lain. Dan secara keseluruhan, dari statement ini terlihat jelas

bahwa Saintis A memosisikan diri sebagai ‘juru bicara’ alam.

Memperhatikan apa-apa yang sudah dikemukakan sebelumnya, jelas bahwa fakta

UGBO ini dikonstruksi Saintis A dengan mengacu pada apa-apa yang terjadi di

Sumur Banjarpanji-1, yakni melalui data daily drilling report dan hasil uji

laboratorium atas asal air dan lumpur. Kemudian menggunakan formula

matematis MASP, kekuatan formasi batuan direpresentasikan dalam angka, dan

jika angka tersebut dilalui, berarti telah terjadi rekah pada formasi batuan tersebut.

Keterkaitan antara praktek pemboran dan perilaku alam, serta formasi batuan

kemudian divisualkan dalam gambar yang dengan itu alam di bawah lapisan bumi

di Sumur Banjarpanji-1 sana seolah tampak.

Selain aksi-aksi di atas, dalam proses konstruksi fakta UGBO, Saintis A juga

membangun dan mengembangkan aliansi-aliansi strategis. Berdasarkan penelusu-

ran, aliansi yang dijalin dan dikembangkan Saintis A dapat diceritakan sebagai

berikut.

Pada awalnya, karena bertindak sebagai Ketua Tim Investigasi Independen

Masalah Semburan Lumpur di Sekitar Sumur Banjarpanji-1, aliansi yang dijalin

dan dikembangkan Saintis A adalah dengan pihak Departemen ESDM (selaku

pemberi otoritas/pembentuk tim) atau bisa dikatakan dengan pemerintah pusat.

Tim ini sendiri tersusun atas: ahli geologi dan geofisika dari ITB dan UGM serta

ahli pemboran dari ITB dan UPN Yogyakarta. Mengingat posisinya ini, Saintis A,

                                                            13 Pada lembar awal slide, Saintis A juga menuliskan beberapa jabatan yang disandangnya. Seperti dosen TM‐ITB, Ketua Laboratorium Teknik Pemboran Migas‐ITB, sekretaris pakar bidang teknologi ICMI‐Jabar, anggota dewan pakar PII, ketua majelis ahli IATMI (mantan), ketua tim investigasi independen luapan lumpur Sidoarjo (mantan), sekjen Masyarakat Minyak dan Gas Bumi Indonesia (MMGI), anggota Tim Investigasi Kecelakaan Migas (TIKM). 14 Dalam aksi ini saintis juga merujuk hasil kajian saintis lain yang menjelaskan bahwa gempa bukan penyebab semburan, seperti hasil kajian Richard davies, Manga dan Broadsky, Okamoto, J Mori, serta Sri Widiyantoro 

Page 9: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

70  

sejak awal terjadinya semburan kemudian sering muncul di muka publik, baik di

media (cetak dan elektronik), maupun di seminar-seminar sebagai narasumber.

Gambar IV.6 Saintis A dalam Suatu Wawancara dengan Media (pen, 2008)

Selepas dua minggu tim ini bertugas (yang menyimpulkan terjadi UGBO), Saintis

A kemudian dilibatkan di Satkorlak BP. Ketika pemerintah pusat (lewat Presiden)

mengeluarkan Keppres No.13 Tahun 2006 tentang Timnas PSLS, Saintis A

kemudian diperbantukan sebagai Tim Pakar bidang mematikan semburan. Setelah

sekitar enam bulan tergabung di Timnas, Saintis A mengundurkan diri pada 18

Desember 2006 dengan alasan kegiatan mematikan semburan kurang serius dan

tidak sesuai kaidah keilmuan yang diyakininya15.

Setelah itu, selain membuat buku putih yang disarikan dari laporan tim bentukan

Departemen ESDM, Saintis A mengembangkan aliansi dengan perwakilan korban

dan beberapa LSM, seperti Walhi, Jatam, ICEL, YLBHI, dan Elsam16. Selanjut-

nya, pada 21 Februari 2008, bertempat di Gedung Nusantara V DPR-MPR, Saintis

A, beberapa saintis pro-UGBO, warga korban, LSM, dan beberapa tokoh

masyarakat, mendeklarasikan diri dalam Gerakan Menutup Lumpur (Gempur)

Lapindo dan me-launching buku “Mem(bunuh) Lumpur Lapindo”.

                                                            15 Buku Putih “Kejadian dan Penanggulangan Semburan Lumpur di Sekitar Sumur Banjarpanji‐1 Lapindo Brantas Inc.” 2007 16 Nampak dari diselenggarakannya seminar “Diskusi Pakar Bersama Publik” di Jakarta tanggal 29 Januari 2008 (penulis juga hadir). 

Page 10: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

71  

Aliansi dengan LSM Keterangan Pers ttg Deklarasi Gempur Lapindo

Aliansi dengan Masyarakat (Korban) Aliansi dengan Tokoh Masyarakat (SM)

Gambar IV.7 Aliansi yang Dikembangkan Kelompok Saintis A (pen, 2008)

Statement Saintis A saat seminar “Diskusi Pakar Bersama Publik” dapat disimak

sebagai berikut.

“…saya akan berbicara…yang warna merah …solusi! Kebetulan solusi yang harus saya lakukan harus based on the truth. Nah, truth  ini membuat  inconvenion sebagian orang atau sekelompok orang! Ini yang menjadi susah bagi saya. Hehe..karena itu selama ini saya menjadi sulit…menyampaikannya pun sulit… …Urusan  saya…apakah  kita  punya  chance  untuk…mematikan  ini?  Karena  tanpa mematikan  kita  mau  berapa  tahun?  Kita  menunggu  air  panas  Ciater  mati  sampai kapan? Sama  saja  ini menunggu mau 10  th, 20  th, 100  th? Apa kita mau berpangku tangan sebagai bangsa ini?! …Mari  kita  lihat!  Solusinya  apa?...Sudah  selesai  kok!  Di  pengadilan  mereka  sudah menang,  sudah! Kita  sudah  salaman, aman dech…Kalau dari  sisi  saya  sudah ok! Saya hanya berpikir, saya punya rakyat di sana yg tidak bisa pulang! Saya punya rakyat di sana yang menangis tidak pernah bisa ketemu lagi tanah, rumah, dan kamarnya! Apa kita hanya berdiri di sini dengan keilmuwan yang ada kita miliki kita diam?! Tidaklah! Biarlah  orang  akan mencaci maki  sebagai  orang  seperti  apa  saya,  tapi  saya  tetap beristiqomah! Ini harus diselesaikan! …kesimpulan  saya…  Jangan  sekali‐kali membiarkan  semburan mengalir  beratus‐ratus tahun!  Setuju  ini?! Dan berharap berhenti  sendiri?  Tentunya  tidak! Wajib mematikan semburan! Saya kasih warna merah, wajib! Siapakah yang diwajibkan? Kita semua! Ini bisa jadi fardhu kifayah ini! Kalau semua orang diam, berdosalah kita! Tapi salah satu di  antara  kita melakukan  kegiatan  ini, maka  dosa  tidak  akan  pernah  diberikan  bagi bangsa  ini!  Bisa  fardhu  kifayah  ini  kalau  semua  berpangku  tangan!  Kalau  saya  pergi 

tunggang langgang gimana?!” 17

                                                            17 Transkrip presentasi Dr. RR pada seminar “Diskusi Pakar Bersama Publik; Mengurai Lumpur Lapindo dan Solusinya” 

Page 11: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

72  

Dari rangkaian kondisi dan statement tersebut terlihat bahwa terjadi perubahan

aliansi yang dibangun Saintis A. Ketika fakta saintifik UGBO yang diusung

Saintis A tidak berkembang di Timnas, Saintis A memutuskan keluar18 dan

kemudian menjalin aliansi dengan aktor-aktor lain19. Keluarnya Saintis A dari

Timnas waktu itu bukan berarti relasinya dengan Timnas terputus. Karena dengan

memutuskan lebih membangun aliansi dengan aktor-aktor lain adalah bagian dari

wujud translasi Saintis A terhadap Timnas. Relasi Saintis A dengan Timnas

kemudian terputus karena secara institusi masa tugas Timnas berakhir, tetapi

dengan adanya BPLS sebagai pengganti Timnas, Saintis A tetap dalam jaringan

aktor yang sama, tetapi aktor-aktor dalam jaringan tersebut berbeda; sebagai

akibat translasi-translasi. Karena itu, aliansi-aliansi baru ini lebih pada pengem-

bangan jaringan aktor di mana Saintis A merupakan bagian dalam jaringan20—

sekaligus pengembangan atau penyusutan bagi jaringan aktor lain. Berelasinya

aktor-aktor baru dalam aliansi-aliansi strategis ini juga karena adanya translasi-

translasi aktor-aktor tersebut; bukan dirajut satu aktor (Saintis A) yang powerfull.

Gambar IV.8 Perubahan Aliansi Saintis A dalam Konstruksi Fakta UGBO

Berdasarkan gagasan Callon (dalam Yuliar, 2007) tentang empat momen translasi

(lihat Bab II), statement Saintis A sebelumnya dan rangkaian kejadian setelahnya

dapat ditelaah sebagai berikut:

                                                            18 Ini mengindikasikan bahwa jaringan aktor Timnas saat itu belum konvergen dan stabil (anti program/resistensi belum teratasi). Kondisi itu juga mengisaratkan adanya tarik ulur kepentingan politik terhadap Timnas. 19 Ini juga menunjukkan (pilihan) aksi strategis Saintis A dalam mengkonstruksi fakta UGBO 20 Perhatikan jaringan aktor pada Gambar III.12; III.13; dan III.14 

Literatur Seminar 

Saintis A 

Media 

Satkorlak BP

DESDM 

Timnas 

Saintis A’  Saintis A  Tokoh MasyarakatSaintis A’

Buku 

Literatur Seminar 

Saintis A 

Media  Korban

LSM 

Saintis A 

Saintis A’: Beberapa saintis pro UGBO 

Page 12: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

73  

Kalimat “saya akan berbicara …solusi” dengan penekanan pada kata

“solusi“, merupakan perwujudan translasi pada momen problematisasi

(moment of problematization)—momen ketika suatu isyu atau masalah

tertentu dihadirkan oleh aktor (inisiator aksi). Dalam hal ini, isyu yang

diusung adalah ‘solusi’.

Pada kalimat “apa kita mau berpangku tangan sebagai bangsa ini?” dan

rangkaian kalimat “…saya punya rakyat di sana yang tidak bisa pulang…”

‘wajib mematikan semburan…ini bisa jadi fardhu kifayah! Kalau semua

orang diam berdosalah kita”, di mana Saintis A memberi penekanan pada

kata “wajib” dan frase “fardhu kifazah”, merupakan perwujudan translasi

pada momen penarikan (moment of interessement), yakni upaya

meyakinkan aktor-aktor lain bahwa apa yang diinisiasi adalah penting bagi

aktor-aktor yang lain (dalam hal ini penting bagi korban dan umumnya

warga Sidoarjo dan Jatim).

Adanya rentang waktu sampai dideklarasikannya Gerakan Menutup

Lumpur (Gempur) Lapindo, aksi (translasi) dengan demikian sudah

sampai pada momen pelibatan (moment of enrollment) serta momen

mobilisasi (moment of mobilization). Dan untuk sementara waktu, aliansi

ini terlihat konvergen dan stabil, karena aktor-aktor dalam aliansi strategis

ini saling menjadi ‘juru bicara’ satu bagi yang lainnya. Dengan aliansi

yang konvergen dan stabil, aktor-aktor pembangun aliansi ini seolah-olah

hilang, karena mewujud dalam satu aktor “Gempur Lapindo”. Meski

demikian, dalam kaca mata ANT, semua ini mungkin terbongkar kembali,

konvergensi terpecah, dan kestabilan mengalami de-stabilisasi (Yuliar,

2007).

IV.1.2 Konstruksi Fakta Mud Volcano

Meski sama-sama mengusung fakta saintifik mud volcano, namun dalam aspek

apa yang menjadi sebabnya, beberapa saintis ini bersilang pendapat. Sebagian

mempercayai disebabkan oleh aktivitas pemboran Sumur Banjarpanji-1, sebagian

yang lain mempercayai sebagai sesuatu yang alamiah, yaitu dipicu gempa

Yogyakarta, 27 Mei 2006.

Page 13: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

74  

IV.1.2.1 Mud Volcano yang Dipicu Gempa Yogyakarta Tanggal 27 Mei 2006

Jika proponen fakta UGBO mengkonstruksi definisi fakta dan hipotesa merujuk

pada daily drilling report, saintis proponen mud volcano karena gempa juga

beraksi serupa, hanya saja, saintis ini mengkonstruksi definisi fakta dan teori yang

merujuk pada perspektif geologi. Sebagaimana statement Saintis B21 berikut.

“Memahami  semburan  lumpur  Sidoarjo  tidaklah  lebih  mudah  seperti  apa  yang  kita 

pikirkan.  Karena  kita  berhadapan  antara  fakta  dan  teori.  Selain  itu  juga,  bahwa 

pendekatan  ini harus bersifat multiprespektif. Namun satu hal yang harus kita pahami 

adalah bahwa perspektif geologi adalah sebuah perspektif yang paling awal yang kita 

harus pahami. Jika pemahaman kita pada teori yang benar, akan membawa kita pada 

penanganan  yang  benar.  Saya  pernah  terlibat  dalam  tim  investigasi  dari  IAGI  dari 

bulan Juni‐September 2006. Karena itu data‐data ini saya dapatkan ketika saya pernah 

di dalam tim.”22 

“Memahami  fenomena  yang  berasal  dari  bawah  permukaan  bumi  memang 

merupakan bagian dari pekerjaan geologis. Oleh karena itu semburan lumpur sidoarjo 

hanya dapat dipahami, setidaknya, oleh para ahli geologi…”23 

Statement Saintis B ini mengindikasikan bahwa saat mengkonstruksi definisi fakta

dan teori, Saintis B merujuk perpsektif geologi sebagai sebuah teori yang benar.

Artinya, Saintis B hendak mengatakan bahwa fakta yang dilihat dari perspektif

geologi adalah fakta yang benar, bukan dari perspektif keilmuan lain. Selanjutnya,

dengan merujuk teori yang benar dengan penangan yang benar, Saintis B

menyiratkan sebuah pandangan bahwa penanganan yang benar adalah penanganan

dengan perspektif geologi; bukan dengan perspektif yang lain. Selain itu, dengan

memberi penekanan atas keterlibatannya dalam tim investigasi IAGI, kemudian

Saintis B merujuk data-data yang diperolehnya, ini menyiratkan bahwa data-data

yang dikemukakan adalah data-data dari perspektif geologi, karenanya data-data

                                                            21 Dr. AG, proponen mud volcano karena gempa Yogyakarta, dosen geologi 22 Transkrip presentasi Dr. AG pada  seminar “Mencari Solusi Dampak Lumpur Sidoarjo; Perspektif Teknik, Sosial dan Ekonomi” (Seraton Hotel Surabaya, 28/02/08) 23 Dr. AG, Media Center Lusi, Edisi V, November 2006. Penulis mendapati bahwa dalam beretorika, selain mengerahkan disiplin keilmuannya, para saintis juga mengerahkan beragam jabatan strukturalnya, institusinya, serta pengalaman‐pengalaman risetnya. Ini utamanya ditampilkan pada bagian awal slide 

Page 14: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

75  

tersebut mengandung kebenaran (atau data yang benar). Perujukan pada lembaga

IAGI sendiri dapat dipahami sebagai upaya saintis membangun legitimasi24.

Kelompok saintis ini25 meyakini bahwa semburan lumpur panas di Sidoarjo, yang

mereka namakan sebagai Lumpur Sidoarjo (Lusi), Lumpur Siring atau Lumpur

Porong, sebagai fenomena mud volcano yang dipicu oleh gempa Yogyakarta

tanggal 27 Mei 2006 karena merujuk adanya kelurusan beberapa mud volcano

yang sebelumnya sudah ada di Jawa Timur (di Karang Anyar, Pulungan, Gunung

Anyar, Bujel Tasik) dengan semburan lumpur panas ini dan sesar Watu Kosek,

yang diyakini ter-reaktivasi goncangan gempa tersebut. Kelurusan tersebut

dimaknai bahwa semburan berada dalam satu sesar regional, dan semburan

sampai ke permukaan karena adanya tekanan hidrostatik serta adanya sesar-sesar

kecil yang memotong sesar regional tersebut yang berfungsi sebagai vent.

LUSI and faulting

Gambar IV.9 Lusi dan Sesar (Mazzini, 2007)

Sebagaimana statement saintis proponen mud volcano karena gempa berikut.

“…Sesar  regional  di  wilayah  ini  adalah  strike‐slip  berarah  BD‐TL  yang  memotong sampai  ujung  barat Madura  dan  ke  selatan  sampai  ke  Pegunungan  selatan…Yang tengah  terjadi  di  Banjarpanji  adalah  ekstrusi  liquefied  clay  yang  berasal  dari Upper Kalibeng  clay  di  kedalalaman  4000‐6000  ft  yang  terlikuifikasi  akibat  clay  tersebut mengalami  sediment  failures,  kehilangan  shear  strength‐nya,  kehilangan  bearing capacity‐nya. Semburan  terjadi karena  liquefied clay  ini punya  tekanan hidrostatik dan 

                                                            24 Tapi legitimasi ini (ANT mengistilahkannya sebagai kompetensi) pada prakteknya tidak dibangun atas dasar adanya potensi power dari IAGI, power hadir sebagai in actu bukan potencea. Pada Saintis A, perujukan dilakukan pada Departemen ESDM. 25 Dr. AG, Prof. AM, Ir. ES, Dr. AR, Ir. BI, DS, Dr. AK, Dr. DK, Dr. FA, Dr. E, AB, Dr. DW, prof. HK, DH, WT, LH, AH, SH, HP, BH, Prof. AS 

Page 15: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

76  

pore pressure, lapisan liquefied clay ini terpotong‐potong sesar‐sesar kecil (fissures) yang sampai ke permukaan. Sesar‐sesar ini adalah vents, sekali menemukan vents maka akan terjadi release pressure agar terjadi equilibrium. Suatu liquefaction akan mengalami tiga macam failures :  lateral spreads, flow failures,  loss of bearing strength. Ini semua telah terjadi di Banjarpanji…Semua  kasus  liquefaction  yang pernah dilaporkan  terjadi dan pernah  ditulis  di  paper‐paper  atau  textbook  adalah  karena  adanya  sudden  cyclic shocks/sudden cyclic loads.  Gempa adalah penyebab utama. Penyebab lain bisa storm waves,  rock  slides,  influx  ground  water  yang  tiba‐tiba…  saya  percaya  gempa  Yogya mereaktivasi  sesar‐sesar  di  atas  Prupuh  di  sekuen  Mio‐Pliosen  sampai  Plistosen…di Yogyakarta, dilaporkan  juga di  rekahan‐rekahan baru yang merentang di  jalan‐jalan raya  dan wilayah  perumahan  penduduk,  terjadi  ekstrusi  lumpur.  Liquefaction  adalah 

gejala biasa suatu gempa…,”26

Beberapa hal yang dapat dicatat dari statement saintis ini adalah:

1. Saintis ini meng-introduce suatu sesar yang dijelaskannya strike-slip

berarah BD-TL (Barat Daya-Timur Laut) yang memotong sampai ujung

barat Madura dan ke selatan sampai ke pegunungan selatan. Saat meng-

introduce sesar ini, saintis membuat suatu garis imajiner pada foto

penampakan muka bumi sekitar Sidoarjo. Yang dilakukan saintis ini

terhadap alam adalah menambahkan suatu realitas baru berupa garis.

2. Kemudian atas semburan lumpur, saintis ini memberi istilah ekstrusi

liquefied clay, yakni dari Upper Kalibeng di kedalaman 4.000-6.000 kaki.

3. Kemudian menurutnya clay terlikuifikasi karena sediment failures,

kehilangan shear strength, kehilangan bearing capacity,

4. Liquefied clay punya tekanan hidrostatik dan pore pressure

5. Lapisan liquefied clay terpotong sesar-sesar kecil sampai ke permukaan, di

mana sesar ini sebagai vent. Poin kedua sampai kelima ini memperlihatkan

bahwa saintis beraksi sebagai ‘juru bicara’ alam,

6. Selanjutnya, menurut saintis ini, dengan merujuk pada paper dan textbook

liquefaction terjadi karena sudden cyclic shock, di mana gempa sebagai

penyebab utama. Ini menunjukkan bahwa saintis juga merujuk suatu

literatur dalam aksinya.

7. Saintis kemudian merujuk rekahan-rekahan baru di Yogyakarta yang

terjadi ekstrusi lumpur. Dengan demikian, selain merujuk pada literatur,

dalam aksinya saintis ini juga merujuk pada suatu fenomena pada tempat

                                                            26 Tulisan AH dimuat di situs www.WordPress.com 

Page 16: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

77  

lain. Selain itu, aksi ini juga menyiratkan bahwa realitas di Yogyakarta,

oleh saintis ini, coba dihadirkan sebagai realitas di Sidoarjo,

8. Dan menurutnya liquefaction sebagai gejala biasa suatu gempa. Ini

bermakna bahwa liquefaction selalu terjadi karena gempa.

Distribution of Mud Volcanoes Distribution ofMud Volcano in East Java

Sangiran

Purwodadi Tuban Bangkalan

G.AnyarK.Anyar

Porong

Probolinggo

S U

Seismic Sectionof Sidoarjo Shale Diapir

ACTIVE MUD VOLCANO (PURWODADI)

BANGKALAN

KALANG ANYAR (<1936)SANGIRAN

Kontrol dari distribusi seeps/flowage di Jawa Tengah dan Jawa Timur oleh setting geologi/geodinamik/sedimentasi

PORONG (29 Mei 2006),

Indonesia: Geological Setting

Source: geosci.usyd

50 km

Volcanic arc

Backarc basin

• Convergence of plate boundaries and the subduction of the oceanic plate

• Northern part of Java: backarc basin

- extensional regime - high sed. Rate - organic-rich sed. - production of HC

• ideal setting for MV

Source: Wikipedia

Geological setting and Tectonic activity•Anticlines and faults are preferential settings for MVs

•Tectonic events make hazardous setting unstable

•Generate or reactivate fractures and faults

•Fluidize sediments

•Cause pressure release

•Cause high amount of overpressured fluids release

•Enhance volcanic activities

Therefore are considered as triggering mechanisms

Gambar IV.10 Kondisi Geologi Regional Lusi (Mazzini, Sukarna, 2007)

Kemudian, dengan memperhatikan sebaran mud volcano di Indonesia, khususnya

di Jawa Timur serta kondisi geologi regional Jawa Timur (Gambar IV.10),

kelompok saintis ini berkesimpulan bahwa mud volcano yang terjadi di Sidoarjo

saat ini secara alami dibentuk oleh mekanisme alam. Adanya sebaran mud

volcano tersebut mengindikasikan bahwa di daerah-daerah tertentu memang

berpotensi terjadi mud volcano. Ini dibuktikan kelompok saintis ini dengan

merujuk pada data seismic di kawasan Sidoarjo yang menunjukkan adanya

diapiric shale (lapisan lempung yang overpressure). Dan diapiric shale ini,

Page 17: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

78  

menurut kelompok ini terbentuk karena kondisi setting geologi. Setting geologi

sendiri dibentuk oleh gerak tektonik. Jadi, bagi kelompok saintis ini, kondisi-

kondisi geologi merupakan produk dari gerak tektonik.

Kemudian, dengan merujuk data record gempa Yogyakarta (baik yang terekam

oleh BMG Yogyakarta, BMG Tretes, BMG Malang dan USGS), serta merujuk

pada adanya rekahan (crack) di lokasi Sumur Banjarpanji-1 (Gambar IV.11),

kelompok saintis ini meyakini bahwa gempa telah mereaktivasi patahan/sesar dan

memicu semburan.

Seismicity

• 27-05 earthquake• Earthquakes recorded

within 300km radius from LUSI site

• Filtered earthquakes M>3.5

• 27-05 to 31-12: 41 earthquakes

Source USGS

LUSI prograding cracks

Rekaman Data Seismik Gempa Yogya Crack di Lokasi Pemboran

Gambar IV.11 Data Seismik Gempa Yogyakarta dan Rekahan Tanah di Lokasi Pemboran (Mazzini, 2007)

Bukti bahwa sesar regional tereaktivasi juga ditunjukkan oleh kelompok saintis ini

dengan merujuk pergerakan rel kereta api pada 27 September 2006 dan 15

Oktober 2006 (Gambar IV.12).

LUSI railroad movements

Gambar IV.12 Pergerakan Rel Kereta Api (Mazzini, 2007)

 

Page 18: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

79  

“Bumi itu tak pernah berhenti bergerak. Setiap hari selalu ada gempa…gerakan tektonik dapat membentuk  lipatan‐lipatan.  Saat  lipatan  itu  tak bisa  bergerak  lagi, maka  akan terjadi  patahan.  Jenis  gerakan  inilah  yang  terjadi  di  Porong…bengkoknya  rel 

membuktikan masih aktifnya gerak tektonik. Ada patahan bergeser.”27

Mud volcano yang dipicu patahan yang tereaktivasi gempa Yogyakarta kemudian

digambarkan oleh Saintis B sebagaimana tampak pada Gambar IV.13.

Overpressure

t

Mild surface upwelling

MODEL MUD EXTRUSION

Paleo-Mud volcano

? ?

Diapirism Doming

Earth-quake

t

BP-1PORONG-1

Td 9227 F

Gambar IV.13 Model Mud Extrusion (Guntoro, 2008)

Gambar IV.14 Aliansi Strategis dalam Konstruksi Fakta Mud Volcano karena Gempa Yogyakarta

Jika dalam mengkonstruksi fakta UGBO Saintis A melakukan perubahan aliansi,

kelompok fakta mud volcano dipicu gempa justru lebih pada konsolidasi/

penguatan dan pengembangan aliansi internalnya. Ini terlihat dari berelasinya

aktor-aktor baru dalam aliansi strategis yang sebelumnya hanya ada Lapindo dan

                                                            27 Dr. Ir. YSD, Media Center Lusi, Edisi V, November 2006 

Saintis B

BPPT

LIPI 

Saintis B’ 

LapindoIAGI 

Aspermigas 

MaterialArtefak teknis

TP2LS‐DPR 

Media Center Lusi 

Literatur

Page 19: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

80  

IAGI. Aktor-aktor baru tersebut adalah BPPT, LIPI, dan Aspermigas. Bahkan tim

P2LS-DPR sebagai lembaga politik praktis kemudian turut beraliansi membentuk

kelompok besar aliansi strategis. Perlu diingat bahwa aliansi-aliansi strategis ini

bersifat internal dalam jaringan aktor semburan lumpur yang lebih luas. Jadi,

aliansi-aliansi ini bukan jaringan baru dalam jaringan aktor semburan lumpur

tersebut.

IV.1.2.2 Mud Volcano yang Dipicu Aktivitas Pemboran Sumur Banjarpanji-1

Beberapa saintis28 mempercayai bahwa semburan lumpur panas29 ini merupakan

fenomena mud volcano yang dipicu kegiatan drilling karena merujuk pada daily

drilling report dan juga merujuk pada sebaran fenomena mud volcano di Jawa

Timur (kondisi geologi regional). Sebut saja saintis ini sebagai Saintis C30, yang

dengan memperhatikan dua hal tersebut, kemudian menggolongkan semburan

lumpur panas ini sebagai hot mud-spring atau mud-geyser.

Seperti yang dilakukan Saintis A dan Saintis B sebelumnya, Saintis C juga

menyoroti data dan hipotesa31, sebagaimana statement Saintis C berikut:

“…banyak  orang  mengemukakan  pendapat,  tapi  yang  harus  dipersoalkan  itu  apa mereka punya data atau  tidak?...Orang boleh  saja berpendapat,  tapi kalau  tidak ada dasar  datanya,  gimana  ya..? Kita  bisa  katakan  itu  hipotesa  barang  kali?...ya..paling‐paling bisa disebut hipotesa. …data  sendiri  itu  apa?  Data  itu  ada  yang  bisa  kita  amati  sendiri,  ada  juga  data berdasarkan pengamatan orang lain (kesaksian). Kalau kesaksian itu akan ditulis dalam laporan...bisa  juga  orang  berdasarkan  pengamatan  sepintas;  ke  sana  melihat;  bisa dilihatnya  seketika;, mungkin  ada  orang melihatnya  beberapa  kali  ke  sana.  Sehingga bisa  disimpulkan  urutan‐urutan  kejadian  yang  disebut  narasi.  Kemudian  bisa  juga mengamati gejala di permukaan,  tidak pernah melihat data di bawah permukaannya; merujuk  kepada  pekerjaan  orang‐orang  lain mempunyai  kesimpulan  dari  gejala  yang sama dengan asumsi. Harus dipertanyakan apakah asumsi itu benar? “…kita lihat fakta‐fakta. Faktanya:  

1. pada tanggal 27 Mei 2006 pagi ada gempa (di Yogyakarta:pen) 2. faktanya  dari  kesaksian  BMG  dengan  pengukuran  peralatan  skala  richternya 

adalah 6,3 3. terjadi semburan lumpur dengan jarak sekitar 270 km dari Yogya  4. di dekat semburan ada pengeboran Lapindo 

                                                            28 Prof. RPK, Dr. AW, Prof. RD 29 Kelompok saintis ini menyebutnya “Lumpur Sidoarjo:LUSI” atau “Lumpur Lapindo:LULA” 30 Prof. RPK, Saintis (geolog senior) ITB 31 Dalam proses konstruksi fakta saintifik, klaim‐klaim atas fakta adalah bagian dari aksi retorik saintis. Dalam beberapa kesempatan, penulis mendapati bahwa aksi ini dilakukan pada awal aksi 

Page 20: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

81  

5. diakui ada permasalahan‐permasalahan pemboran di BP‐1 (Banjarpanji‐1:pen) 6. data  kondisi  geologi  berdasarkan  kajian  sebelumnya,  seperti  data  Sumur 

Porong‐1 ( sekitar 5 km dari Banjarpanji‐1:pen) 7. data drilling journal (daily drilling report) 

8. data geologi permukaan32 

Dari statement ini, Saintis C meng-introduce definisi hipotesa sebagai statement

yang tanpa dasar data. Data sendiri dalam definisi Saintis C adalah sesuatu yang

diamati, baik oleh diri sendiri maupun orang lain (diistilahkan sebagai kesaksian).

Dalam terminologi Saintis C, nampak bahwa jika data-data yang ada tidak

semuanya dirujuk (dirujuk sebagian), maka Saintis C memberi istilah orang

tersebut ber-asumsi (seseorang yang merujuk kesimpulan orang lain karena gejala

yang diamati orang lain tersebut sama dengan gejala yang diamatinya). Atas

praktek asumsi ini, Saintis C melihatnya secara kritis (mempertanyakan kebenaran

dari asumsi).

Jika dibandingkan dengan definisi hipotesa yang diberikan Saintis A, definisi

hipotesa Saintis C ini lebih longgar. Karena hipotesa dalam definisi Saintis A

adalah semua statement yang tidak didasarkan pada data daily drilling report.

Sedangkan definisi yang diberikan Saintis C, hipotesa adalah statement yang tidak

didasarkan pada data, tapi data itu sendiri beragam (tidak hanya mengacu pada

daily drilling report), bahkan Saintis C juga mengakomodasi statement atas dasar

asumsi; meski secara kritis melihat asumsi tersebut.

Dari statement ini, Saintis C juga menyandingkan kata fakta dengan data. Artinya,

bagi Saintis C fakta-fakta yang teramati itu adalah data. Dan untuk itu Saintis C

meng-introduce (delapan) fakta-fakta sebagai data. Fakta-fakta yang disebutkan

Saintis C ini sendiri beragam, dalam artian mencakup apa-apa yang terjadi di

Sumur Banjarpanji-1 (daily drilling report) dan fakta-fakta regional; permukaan

dan bawah permukaan (data geologi Sumur Porong-1). Jika dibandingkan dengan

data yang dirujuk Saintis A sebagai proponen UGBO (lokal atau spesifik Sumur

Banjarpanji-1/daily drilling report) maupun Saintis B sebagai proponen mud

                                                            32 Wawancara dengan Prof. RPK (14/02/08;10.00‐) 

Page 21: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

82  

volcano karena gempa (merujuk geologi regional), data yang dirujuk Saintis C

merupakan kombinasi kedua data tersebut (lokal dan regional).

Semburan lumpur panas ini kemudian diyakini Saintis C sebagai fenomena mud

volcano dengan penjelasan sebagai berikut.

“…Dalam ilmu geologi, mud volcano itu sangat jarang sekali dibahas. Tidak ada buku, teks book, yang membahas secara khusus... Ahli‐ahlinya sangat  jarang sekali…Di pulau Key  itu dihebohkan ada pulau yang muncul ke permukaan  laut, saya datangi, memang lumpur hitam dengan berbagai bongkah muncul ke permukaan  laut,  tapi  tidak  sejenis Lusi…ini menyemburkan air, panas, ada uap. Di situ lumpurnya saja keluar membentuk pulau,  lama‐lama pulaunya  juga kena air  itu hilang.  Ini sebenarnya gunung api  lumpur jenis yang disebabkan…mud extrusion, atau shale extrusion atau mud diapir... …Tetapi saya dalam buku saya … membahas di situ bahwa gunung api  lumpur  itu ada macam‐macam…Paling tidak ada dua  jenis… Jenis pertama adalah karena disebabkan kebocoran… suatu lapisan yang mengandung air atau gas, bahkan minyak. Itu bocor ke permukaan.  Kalau  bocor  maka  lapisan  air,  minyak  bertekanan  tinggi…keluar menyembur,  dan  sepanjang  jalan,  karena merupakan  rekahan mereka  itu membawa dari samping lapisan batuan bahan‐bahan dari dinding dari sampingnya itu keluar. Jadi waktu  ia keluar  itu  sudah bercampur dengan bahan‐bahan padat atau  solit, maka  itu disebut lumpur…Yang berbentuk kerucut ini yang disebut gunung api lumpur. Kalau dia itu  lebih  banyak  airnya  yang  keluar  dari  pada  zat  padatnya,  maka  lereng…gunung lumpur  itu sangat  landai...jenis  ini, disebabkan kebocoran  reservoar secara alami,  itu biasanya  berada  di  kedalaman  dangkal,  kurang  dari  1.000 meter.  Tetapi  di  dalam kasus lapindo brantas itu, kelihatannya itu bukan dari lapisan dangkal, tapi dari lapisan dalam…Karena…banyak  sekali…keluar  uap.  Artinya  uap  itu  berasal  dari  air  yang mendidih… …Sedangkan kurang dari 6.000 kaki maka temperaturnya juga sangat kurang dari…100 derajat…laporan  ilmiah  geologi  di mana  pun  di  dunia  bahwa  temperature  dari  kerak bumi atau lapisan itu makin ke bawah makin tinggi, yang disebut geothermal gradient. Tidak  semua  daerah  mempunyai  geothermal  gradient  sama…nah,…kita  mengetahui, daerah  di  mana  terjadi  sirkulasi  yang  hilang  itu,  pada  kedalaman  pemboran  itu temperaturnya  sekitar 156 derajat.  Jadi  jelas kalau air  itu datang dari  sana dia akan mendidih keluarnya, karena pada waktu 156 itu pada tekanan yang begitu tinggi sekitar 7.000  psi,  titik  didih  itu  belum  tercapai.  Tetapi  begitu  lepas,  maka  menguaplah  air menjadi  uap. Maka…itu  lebih  saya  sebutkan  sebagai  jenis mata  air  panas  seperti  di Ciater,  tapi  membawa  lumpur…hot  mud‐spring;  …jenis  mud  volcano,  tapi  jenis 

yang…permukaannnya paling landai.33 

Saat menjelaskan mud volcano, nuansa retorik Saintis C tertangkap pada saat

Saintis C menjelaskan bahwa mud volcano jarang sekali dibahas oleh ilmu

geologi, kemudian tidak adanya textbook khusus membahas hal ini, serta jarang

sekali ahli-ahlinya, sementara pada kalimat berikutnya Saintis C justru

mengatakan bahwa dalam buku yang ditulisnya dijelaskan ada dua jenis mud

                                                            33 ibid; mud volcano juga disebutnya sebagai gunung api lumpur 

Page 22: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

83  

volcano. Dengan kata lain, kalimat ini dimaksudkan bahwa di antara ahli-ahli

yang jarang tersebut, Saintis C adalah salah satunya. Jadi, seperti apa yang

dilakukan Saintis A dan Saintis B, membangun legitimasi statement juga

dilakukan Saintis C dalam konstruksi fakta saintifik yang diusungnya. Kalau

Saintis A dan Saintis B merujuk pada jabatan strukturalnya (tim investigasi

ESDM, dan IAGI) dalam aksinya, Saintis C lebih pada menunjukkan

kepakarannya dengan buku yang ditulis, di mana jarang sekali ada buku yang

mengkaji mud volcano secara khusus.

Selain itu, dari statement ini, nampak bahwa analisa yang dilakukan Saintis C

dalam mengkonstruksi fakta mud volcano mengkombinasikan data-data yang ada

pada daily drilling report maupun merujuk pada pengamatan yang Saintis C temui

di Kepulauan Key dan Ciater. Kemudian dalam pembacaan data daily drilling

report sendiri, Saintis C juga menggunakan rujukan teori gradient geothermal.

Artinya, Saintis C mengkombinasikan drilling dan geology perspective.

Dari statement ini, Saintis C juga meng-introduce jenis-jenis mud volcano, di

mana definisi mud volcano diberikan pada penampakan permukaan dari lumpur

yang menyembur, bukan atas suatu penampakan bawah permukaan. Atas suatu

lapisan lempung bawah permukaan Saintis C memberi istilah mud diapir. Dengan

kata lain, atas apa yang ada di bawah permukaan (subsurface) dan atas apa yang

ada di permukaan (surface), Saintis C tidak mengkorelasikannya secara langsung.

Artinya, munculnya sesuatu di bawah permukaan ke permukaan itu bagi Saintis C

harus dikaji lagi mekanismenya. Sebagaimana statement Saintis C berikut.

…Orang…selalu mengatakan di  sana mud diapir,  itu bukan! Airnya  saja 70%, mengalir menyebabkan banjir, airnya panas…itu suatu kesalahan…karena mud volcano  itu suatu gejala geologi alam yang  jarang orang pelajari, hanya baca‐baca, denger‐denger. Ach itu semua mud volcano…adalah disebabkan shale diapir, ben (hanya:pen) itu saja, tidak melihat  data  lainnya.  Kemudian  tidak melihat  juga  bahwa  jenisnya  juga  lain…banyak yang…mengemukakan  demikian.  Tapi…kalau  ditanya  mempelajari  data  pemboran 

tidak? Saya sangsi apa dia mempelajarinya?! 34 

                                                            34 Wawancara dengan Prof. RPK (14/02/08) 

Page 23: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

84  

Pengertian ini berbeda dengan pengertian mud volcano yang bersirkular pada

kelompok Saintis B, di mana gejala permukaan dan bawah permukaan terkait

secara langsung, sehingga mekanisme terjadinya mud volcano lebih alami. Ini

dapat dilihat ketika kelompok Saintis B mengusung penampakan shale diapiric

hasil run seismic ketika menjelaskan mekanisme semburan lumpur.

Terjadinya mud volcano ini sendiri oleh Saintis C kemudian diyakini karena

hydrofracturing yang dipicu oleh aktivitas pemboran di Sumur Banjarpanji-1.

Sebagaimana statement-nya berikut:

“…Kita lihat, BP‐1 itu sudah masuk ke dalam suatu reservoir…bertekanan tinggi, ada lost dan  kick.  Itu  biasa  terjadi  di  formasi  Kujung…Di  Porong  (Sumur  Porong  yang  juga  di operatori  Lapindo:pen)  juga  kejadian  itu.  Hanya  saja  di  Porong  itu  antisipasi  sudah sesuai sehingga casing sudah dipasang… Nah, bahwasanya di situ ada lapisan bertekanan tinggi, yang sering menghasilkan shale extrusion,  itu betul! Betul  sekali!  Itu…diketahui…pada  kedalaman antara 4000  sampai 6000 kaki. Itu ada! Kelihatan!..Apakah airnya juga dari overpressure shale itu? Gak bisa begitu!  …ini dari pak Bambang  Istadi. Saya bukan ngarang‐ngarang. Dari  Lapindo  juga…(lihat slide source of mud:pen) Jadi airnya mungkin dari formasi Kujung di bawah, naik ke atas membawa  lempung  yang…dikasih warna  coklat…,  yang  dikasih warna  kuning…Itu  air …yang   membawa ke atas, mengerosi  lempung‐lempung yang ada di atasnya, dan  itu terbukti  semua,  itu  diakui  sendiri…dikatakan  pak  Bambang  Istadi  bukan  oleh saya!...Dengan  demikian  sebetulnya…yang  terjadi  adalah  kebocoran  reservoar.  Air membawah  lumpur  nyembur  ke  atas  kemudian  karena  hydrofract  dia memecahkan lapisan‐lapisan yang ada di atasnya dan keluarlah apa yang disebut mud vulcano ini.  …rekan‐rekan  geologi  kita…jarang  yang  mengetahui,  mengkaji  teori  hydrofracturing, bahwa air bertekanan tinggi dari suatu reservoar, jika dia bocor ke permukaan, itu bisa  meretakkan  batuan. …dikalangan  teknik  pemboran  itu  biasa  dilakukan;  bahwa  orang 

memasukkan air dengan memompa ini bisa meretakkan batuan.35 

Dengan mengkombinasikan data daily drilling report dan kondisi geologi

regional, bagi Saintis C semburan lumpur bukan karena adanya overpressure

shale dan pengaruh gempa. Dengan menggunakan geothermal gradient (merujuk

data saintis lain, Bambang Istadi), Saintis C lebih melihat bahwa semburan terkait

pemboran, karena kejadiannya menurutnya sama dengan yang pernah dialami di

Sumur Porong-1 (juga milik Lapindo) ketika penetrasi formasi Kujung.

Selanjutnya dengan merujuk pada teori hydrofraction, Saintis C lebih

                                                            35 Transkrip presentasi Prof. RPK pada seminar “Mencari Solusi Dampak Lumpur Sidoarjo; Perspektif Teknik, Sosial dan Ekonomi” 

Page 24: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

85  

mempercayai air dari formasi Kujung itulah yang menyebabkan formasi batuan

pada lubang sumur yang tidak ber-casing pecah.

Gambar IV.15 Sumber Lumpur (Koesumadinata, 2008)

Gambar IV.16 Formula Matematis Hydrofraction (Koesumadinata, 2008)

Meski sama-sama merujuk daily drilling report, apa yang digagas Saintis C ini

berbeda dengan apa yang diajukan Saintis A dalam menjelaskan mekanisme

semburan lumpur. Karena Saintis A dengan metode MASP mempercayai

semburan terjadi karena saat proses killing terjadinya kick melebihi MASP,

Page 25: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

86  

sehingga meretakkan batuan formasi di lubang sumur yang tidak ber-casing,

khususnya di bagian bawah casing shoe; sebagai titik terlemah.

Sementara itu, jika pada kelompok UGBO terjadi pergeseran aliansi-aliansi, pada

kelompok mud volcano karena gempa terjadi penguatan dan pengembangan

aliansi-aliansi, aliansi-aliansi strategis yang dibangun Saintis C relatif terbatas,

tetapi unik. Terbatas, karena Saintis C tidak seaktif dua kelompok tersebut dalam

membangun aliansi. Unik, karena dalam beberapa kesempatan kelompok yang

tergabung dalam aliansi fakta UGBO justru menjalin aliansi dengan Saintis C—

seperti saat Walhi mengajukan Saintis C sebagai saksi ahli dipersidangan

(menyangkut apa penyebab semburan). Jadi, terkait fakta mud volcano (persoalan

‘apa’), aliansi-aliansi yang dikembangkan Saintis C relatif terbatas, tetapi

menyangkut semburan lumpur dikarenakan drilling (‘apa penyebabnya’), dengan

beraliansinya kelompok fakta UGBO, aliansi-aliansi Saintis C berkembang

(perhatikan Gambar IV.23).

IV.1.3 Konstruksi Fakta Geothermal

Untuk konstruksi fakta geothermal, penulis tidak bisa banyak mendeskripsikannya

mengingat aksi-aksi kelompok saintis ini tidak seperti aksi-aksi kelompok saintis

lainnya yang aktif. Kelompok saintis ini mengusung fakta geothermal didasarkan

pada pengamatan semburan yang berfluktuasi kadangkadang besar, kecil dan

tidak jarang mati sementara, mirip dengan ”Gayser” pada lapangan panas bumi.

Hal ini diperkuat oleh adanya panas yang menjadi sumber dan adanya reservoar

yang mengandung air. Diperkirakan reservoar ini terkoneksi dengan daerah di

permukaan yang merupakan daerah imbuhan (recharge) dari air permukaan

sehingga air selalu tersuplai secara menerus ke dalam reservoar yang terpanaskan.

Secara geologi, di selatan dari sumur Banjarpanji-1 ini merupakan daerah

komplek vulkanik (Gunung Penanggungan, Welirang, Arjuno), yang diperkirakan

merupakan sumber magma aktif (utamanya Gunung Welirang). Diperkirakan

komplek vulkanik ini merupakan daerah imbuhan yang menjadi suplai dari air

permukaan (Gambar IV.17).

Page 26: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

87  

Gambar IV.17 Mekanisme Geothermal (Rovicky, 2007)

Argumentasi Saintis D36 atas adanya pengaruh komplek vulcanik juga merujuk

pada sebaran hot spring di sekitar komplek vulcanik tersebut (Gambar IV.18).

Observation point

Spring

Hot Spring

Bubble

Outcrop

Ancient Mud Volcano

LUSI

Sampling locationCS-1

CS-2

CS-3

CS-4

CS-5

CS-6

HS-1

HS-2

HS-3

HS-4

O-1

O-2

MV-1

MV-2

MV-3

Welirang Mt.

Penanggungan Mt.

LUSI

Geologic maps:Santosa, Suwarti (1992)Sukardi (1992)

Gambar IV.18 Komplek Vulcanik dan Posisi Lusi (Hutasoit, 2007)

Selain itu, salah satu fenomena yang dirujuk oleh kelompok saintis ini dalam

konstruksi fakta geothermal adalah bahwa kondisi geologi di sekitar semburan

lumpur panas di Sidoarjo menyerupai kondisi geologi sistem panas bumi Cisolok,

Cisukarame dan Salak yang searah garis dengan Gunung Halimun; semburan

lumpur panas di Sidoarjo searah garis dengan Gunung Penanggungan (komplek

vulkanik sebelah selatan), sesar Watu Kosek, sebaran mud volcano di sekitar

semburan (di Gunung Anyar, Kalang Anyar, Pulungan, Bujel Tasek).

                                                            36 Dr. LH, geologis 

Page 27: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

88  

Gambar IV.19 Sistem Panas Bumi Cisolok, Cisukarame dan Salak

(Guntoro, 2008)

Berbeda dengan aliansi-aliansi yang dikembangkan saintis lainnya, Saintis D lebih

membangun aliansi dengan kelompok Saintis B, sehingga terkesan kelompok

Saintis D ini ada dalam bagian kelompok Saintis B (perhatikan Gambar IV.23).

Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa fakta saintifik dikonstruksi oleh

para saintis, selain dengan aksi retorik juga dengan mengembangkan aliansi-

aliansi strategis. Aksi retorik di sini merujuk pada definisi pada buku Science in

Action yang ditulis Latour, yakni “rhetoric is the name of the discipline that has,

for millennia, studied how people are made to believe and behave and taught

people how to persuade others” (Latour, 1987). Dalam aksi retorika tersebut

saintis melakukan perujukan pada literatur, hasil kajian saintis lain, penggunaan

formula matematis, menghadirkan realitas alam dalam realitas gambar atau angka-

angka, penggunaan jabatan struktural sebagai legitimasi kepakaran, dan aksi

dekonstruksi statement saintis lain. Situasi ini juga telah dijelaskan Latour (1987)

bahwa people start using texts, files, documents, articles to force others to

transform what was at first an opinion into a fact.

Dalam kasus ini, aksi-aksi dari masing-masing kelompok saintis berkarakter

translasi, yakni aksi satu kelompok saintis diterjemahkan oleh kelompok lainnya

dalam satu konfigurasi jaringan aktor heterogen (Gambar IV.23). Ini tampak dari

statement-statement para saintis pada seminar tandingan yang diadakan. Bisa jadi,

Page 28: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

89  

karena berada dalam satu jaringan aktor dengan aktor-aktor yang beragam inilah

yang menyebabkan semakin sulitnya membuat satu fakta final di kalangan saintis.

IV.2 Pembahasan

IV.2.1 Beberapa Perbedaan Mendasar

Berdasarkan pengkajian sebelumnya, perbedaan-perbedaan mendasar yang ada

pada kelompok saintis dapat diidentifikasi dalam: penggunaan istilah, pemberian

definisi fakta dan hipotesa, objek yang diteliti (cara pandang), pendekatan dan

metoda yang digunakan saintis, aliansi-aliansi yang dibangun saintis ketika

mengkonstruksi fakta saintifik, fakta saintifik yang disematkan untuk peristiwa

semburan lumpur, dan mekanisme dari terjadinya semburan lumpur. Perbedaan-

perbedaan ini secara lengkap dapat disimak pada Tabel IV.1.

Page 29: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

90  

Tabel IV.1 Perbedaan-perbedaan di antara Kelompok Saintis

No Uraian Saintis A Saintis B Saintis C Saintis D 1 Penggunaan

istilah Lula (Lumpur Lapindo), Lumpur Panas Lapindo, Lumpur Panas Asin

Lusi (Lumpur Sidoarjo), Lumpur Siring,

Lusi (Lumpur Sidoarjo), Lula (Lumpur Lapindo)

Lusi (Lumpur Lapindo)

2 Pemberian definisi fakta dan hipotesa

Daily drilling report sebagai acuan tunggal bagi fakta, di luar itu berarti hipotesa

Kondisi regional sebagai acuan dominan fakta

Mengacu pada daily drilling report dan kondisi regional, serta mengakomodasi asumsi

Kondisi regional sebagai acuan

3 Objek yang diteliti (cara pandang)

Terpusat/spesifik pada Sumur Banjarpanji-1 (daily drilling report dan uji laboratorium sumber air dan lumpur)

Dominan memperhatikan kondisi geologi regional dan kejadian geologi masa lalu (sejarah mud volcano di Sidoarjo)

Kombinasi; memperhatikan kondisi di Sumur Banjarpanji-1 (daily drilling report dan uji laboratorium sumber air dan lumpur) dan kondisi geologi regional

Dominan memperhatikan kondisi geologi regional (komplek vulkanik di sebelah selatan Lusi, dan fenomena mata air panas di sekitarnya)

4 Pendekatan (approach)

Drilling approach (kronologi pemboran/daily drilling report)

Geology approach Drilling and geology approach Hydrogeology and geothermal approach

5 Metode MASP, KTF, tekanan hidrostatis, geoyhermal gradient (formula matematis), uji laboratorium asal air dan lumpur

Perujukan atas fakta-fakta permukaan (surface) dan bawah permukaan (subsurface ); sesar Watu Kosek, diapiric shale/overpressure shale, sebaran mud volcano di sekitar Lusi, geology setting, run seismic, rambatan energi dan gelombang gempa; sejarah mud volcano di Sidoarjo

Hydrofraction, geothermal gradient, geology setting, diapiric shale/ overpressure shale, tekanan hidrostatis, uji laboratorium sumber air dan lumpur

Perujukan atas fakta-fakta regional permukaan (komplek vulcanik; Gunung Penanggungan, Welirang dan Arjuno), dan adanya sumber mata air panas di sekitarnya.

6 Aliansi-aliansi

Warga korban, LSM, tokoh masyarakat, (Gempur Lapindo)

IAGI, BPPT, LIPI, Aspermigas, Lapindo, TP2LS

Dengan kelompok UGBO secara temporer

Dalam jaringan kelompok MV karena gempa

7 Fakta saintifik

UGBO di Sumur Banjarpanji-1 MV krn Gempa MV krn Drilling Geothermal

8 Mekanisme semburan

Proses killing atas terjadinya kick yang menyebabkan terjadi rekah batuan formasi yang tidak dipasang casing (titik lemah formasi pada casing shoe)

Liquefaction karena gempa mereaktivasi sesar regional (Watu Kosek) serta adanya overpressure shale/mud diapiric

Hidrofacturing karena pemboran penetrasi formasi Kujung sementara terdapat lubang sumur tak ber-casing

Karena gempa mereaktivasi sesar regional (Watu Kosek) yang berhubungan dengan outcrop komplek vulcanik di sebelah selatan semburan

Sumber: data penelitian

Page 30: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

91  

IV.2.2 Perbedaan Sistem Kerja Saintifik

Mengacu perbedaan-perbedaan sebagaimana dimuat pada Tabel IV.1, terlihat

bahwa ada perbedaan sistem kerja saintifik—menyangkut cara pandang,

pendekatan dan metode—pada masing-masing kelompok saintis. Pada aspek cara

pandang, misalnya, antara Saintis A dengan Saintis B dan Saintis C sangat

berbeda (perbedaan yang sangat mendasar bagi kerja saintifik berikutnya;

pendekatan dan metode), di mana Saintis A lebih pada melihat local (specific)

view; dalam artian apa-apa yang terjadi secara spesifik di Sumur Banjarpanji-1

(merujuk pada daily drilling report), sementara Saintis B dan Saintis D lebih pada

memperhatikan kondisi geologi regional di sekitar Lusi (regional view). Adapun

Saintis C menggunakan cara pandang kombinasi; local and regional view.

Pada aspek pendekatan juga berbeda, Saintis A menggunakan drilling approach,

Saintis B menggunakan geology approach, Saintis C menggunakan kombinasi

drilling and geology approach, sedangkan Saintis D menggunakan hydrogeology and

geothermal approach. Kemudian pada aspek metode, Saintis A menggunakan metode

MASP, KTF dan tekanan hidrostatis, Saintis B menggunakan perujukan atas fakta-fakta

geologi permukaan (surface) dan bawah permukaan (subsurface), serta sejarah mud

volcano di Sidoarjo, Saintis C menggunakan metoda hydrofraction, geological setting,

geothermal gradient, dan overpressure shale, sementara Saintis D menggunakan metode

perujukan adanya komplek vulcanik.

IV.2.3 Pengaruh Politik Pihak-pihak di Luar Saintis

Adanya pengaruh politik dari pihak-pihak di luar saintis terhadap perbedaan

statement para saintis dapat ditangkap dari beberapa hal berikut. Pertama, dari

diselenggarakannya seminar-seminar oleh kelompok-kelompok saintis tersebut

yang didanai oleh pihak-pihak di luar saintis di mana pembicara yang hadir adalah

dari kelompoknya masing-masing37. Dalam artian bahwa penyelenggaraan

seminar itu lebih bernuansa seminar tandingan, bukan seminar atas pencarian

                                                            37 Di antaranya, seminar di Hotel Bumi Karsa diselenggarakan Walhi, ICEL, Jatam, YLBHI, dan Elsam; deklarasi Gerakan Menutup Lumpur (Gempur) Lapindo di Gd. Nusantara V DPR‐RI oleh Gempur Lapindo (aliansi LSM, tokoh masyarakat, saintis proponen UGBO, korban) untuk kelompok Saintis A. International Workshop di Auditorium BPPT, diselenggarakan IAGI, LIPI, BPPT dan seminar oleh Aspermigas untuk kelompok Saintis B dan Saintis D. 

Page 31: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

92  

suatu kebenaran atau statement final38; yang lebih mengharuskan diakomodasinya

kelompok-kelompok saintis lain untuk terlibat saling memverifikasi statement-

nya.

Adanya kepentingan politik dalam seminar-seminar tersebut dapat sangat mudah

diketahui dari penggunaan istilah yang disematkan terhadap peristiwa semburan

lumpur. Seperti penggunaan istilah Lula (Lumpur Lapindo) atau Lumpur Panas

Lapindo untuk seminar kelompok Saintis A dan Saintis C, atau penggunaan istilah

Lusi (Lumpur Sidoarjo) untuk seminar kelompok Saintis B dan Saintis D39.

Kedua, dibentuknya divisi khusus yang menangani semua informasi terkait

semburan dalam tubuh Timnas PSLS, yang diberi nama Media Center Lusi, di

mana divisi ini juga mengelola bulletin ‘Media Center Lusi’ yang terbit setiap

minggu dengan pemberitaan yang mengakomodasi statement-statement kelompok

saintis tertentu saja (Saintis B)40. Pemberian nama dan susunan keanggotaan

dalam diri Timnas Penanggulangan Lumpur Sidoarjo dan Badan Penanggulangan

Lumpur Sidoarjo (BPLS) juga dapat diindikasikan adanya kepentingan politik

yang disematkan dalam penggunaan nama dan orang-orang (saintis-saintis)

tersebut.

Ketiga, dari aliansi-aliansi yang dibangun oleh masing-masing kelompok saintis

selama ini. Aliansi-aliansi yang dibangun kelompok Saintis A dan Saintis C

adalah dengan warga korban, beberapa LSM, dan tokoh masyarakat. Sementara

                                                            38 ANT memberi istilah praktek‐praktek semacam ini sebagai pengakhiran (punctualization) atau peng‐kotak hitam‐an. Dengan kata lain, kotak hitam mengandung jaringan‐aktor yang telah ‘tertutup’ (Yuliar, 2007). Kondisi ini menyebabkan semakin sulitnya masing‐masing kelompok untuk membuka diri bagi yang lain. 39 Nuansa adanya kepentingan politik pihak‐pihak di luar saintis juga dapat dilihat dari penggunaan istilah ini pada beberapa stasiun TV. Bahkan liputan atas kasus ini oleh beberapa stasiun TV tersebut terlihat sangat hati‐hati, dalam artian ada pemilihan materi tertentu untuk disajikan atau tidak, serta kelompok saintis mana yang diundang sebagai narasumber. Ini juga nampak dari sangat hati‐hatinya para pemandu acara dalam menyebutkan istilah yang digunakan. Adanya kepentingan politik pihak‐pihak di luar saintis meski tidak mempengaruhi sistem kerja saintifik juga terlihat dari tidak dimuatnya artikel yang membahas jurnal yang ditulis oleh Richard Davies tentang keterkaitan pemboran dengan semburan pada National Geographic edisi Indonesia; hanya dimuat pada edisi bahasa Inggris.  40 Tidak hanya menggunakan Media Center Lusi, pihak‐pihak di luar saintis juga mewadahi (memanfaatkan) statement kelompok saintis tertentu dalam sebuah iklan di sejumlah media masa. 

Page 32: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

93  

aliansi yang dikembangkan kelompok Saintis B dan Saintis D adalah dengan

Lapindo, BPPT, Aspermigas, LIPI, IAGI dan TP2LS-DPR41.

Jelas bahwa kepentingan-kepentingan kelompok tersebutlah yang diusung. Tetapi

ini bukan berarti para saintis ini terkooptasi oleh kepentingan pihak-pihak di luar

dirinya, sehingga menyebabkan sistem kerja saintifik menjadi tidak ilmiah lagi.

Relasi saintis dengan pihak-pihak tersebut justru juga bagian dari aksi politik

saintis, yakni dalam membangun dan menguatkan statement saintifiknya.

IV.2.4 Implikasi bagi Konstruksi Fakta Hukum

Yang menarik dari kasus semburan lumpur ini adalah bahwa proses konstruksi

fakta saintifik dan fakta hukum tidaklah terpisahkan. Keduanya berjalan serempak

dan saling memberi implikasi. Artinya, dalam fakta hukum terkandung fakta

saintifik, demikian sebaliknya, dalam fakta saintifik terkandung fakta hukum.

Gambar IV.20 Relasi Aktor dalam Konstruksi Fakta Hukum (Perdata)

Dalam kasus ini, setidaknya terdapat dua gugatan hukum perdata, yaitu dari Walhi

dan YLBHI. Walhi menggugat beberapa pihak yang ditengarahi bertanggung

                                                            41 Penggunaan nama Tim Pemantau Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (TP2LS) ini juga mengindikasikan adanya kepentingan politik pihak‐pihak di luar saintis. Bahkan gagalnya interpelasi tentang semburan lumpur dan hasil kesimpulan TP2LS bahwa semburan lumpur sebagai fenomena alam, lebih jelas lagi menampakkan nuansa politik pihak‐pihak di luar saintis. Apalagi saat melakukan pemantauan, TP2LS lebih dominan mengundang saintis dari salah satu kelompok (Topik Minggu Ini, Liputan 6 SCTV; ). 

Pengacara Penggugat 

Pengacara Tergugat 

Bukti2 

Saintis/saksi ahli

Hakim

Penggugat/LSM 

Tergugat 

Berkas gugatan

Page 33: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

94  

jawab atas kerusakan lingkungan akibat semburan lumpur panas, sedangkan

YLBHI melakukan gugatan atas pelanggaran Hak Asasi Manusia (korban). Pihak

yang digugat oleh kedua institusi ini adalah pihak-pihak yang terkait kegiatan

pemboran Sumur Banjarpanji-1, mulai dari pelaksana pemboran (PT MCN)

sampai operator sumur (Lapindo dan holding-nya, Bakrie Group), dan juga

pemerintah (BP Migas dan Presiden).

Sedangkan gugatan pidana sampai sekarang masih dalam tahap pengajuan berkas

dakwaan (pembuatan P21) dari penyidik, Polda Jatim, ke Kejati Jatim. Molornya

proses peradilan pidana ini karena antara penyidik dan kejaksaan masih beda

pendapat tentang penyebab semburan. Penyidik, dari hasil pemeriksaan saksi ahli,

menyimpulkan ada dugaan kesalahan dalam praktek pemboran sedangkan pihak

kejaksaan menengarahi semburan lumpur karena gempa Yogyakarta. Pada situasi

semacam inilah penting artinya sebuah statement final dari para saintis. Dengan

demikian keterlibatan sains dan saintis itu sendiri tidak bisa dinafikan

Gambar IV.21 Relasi Aktor dalam Konstruksi Fakta Hukum (Pidana)

Meski perdebatan tentang penyebab semburan masih terus berlangsung di

kalangan saintis (juga sebagai saksi ahli), dalam kasus perdata, gugatan Walhi dan

YLBHI sudah “dikalahkan” hakim (tergugat memenangkan perkara). Artinya,

meski saksi ahli masih berbeda pendapat, tetapi sebagai pengambil keputusan

hukum, hakim telah menetapkan fakta hukum bahwa semburan lumpur bukan

Pengacara Terdakwa 

Bukti2 

Saintis/saksi ahli

Hakim 

Jaksa

Penyidik/polisi 

Terdakwa  

Berkas dakwaan 

Page 34: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

95  

terkait pemboran. Proses hukum semacam ini akan rentan dikemudian hari, karena

persoalan mendasarnya, yakni belum adanya statement final, belum diselesaikan.

Fakta hukum itu sendiri kemudian menjadi kurang akuntabel.

Dengan demikian, jelas bahwa peran saintis dalam konstruksi fakta hukum sangat

sensitif dan mendasar. Jika statement final belum diwujudkan, maka fakta hukum

yang didasarkan pada proses yang belum final tersebut menjadi kurang akuntabel

dan rentan untuk digugat.

IV.2.5 Fakta Saintifik dalam Jaringan Aktor Semburan Lumpur

Menyimak situasi proses konstruksi fakta saintifik pada bagian sebelumnya,

menjadi jelas bahwa fakta saintifik lahir dari proses pergulatan politik saintis di

mana aliansi-aliansi strategis beragam aktor (aktor human dan non-human)

dibangun dan dikembangkan lewat aksi-aksi yang berkarakter translasi dalam satu

jaringan aktor semburan lumpur. Aksi yang berkarakter translasi dapat disimak

dari aksi retorik para saintis dalam mengkonstruksi fakta saintifik tersebut.

Masih berlangsungnya perdebatan di kalangan saintis, sehingga sampai

melahirkan kelompok-kelompok saintis, bukan berarti menunjukkan bahwa

masing-masing kelompok saintis tersebut eksis dalam jaringan yang berbeda atau

eksis dalam jaringannya masing-masing. Justru perdebatan yang ada tersebut

mengindikasikan berlangsungnya translasi-translasi pada kelompok-kelompok

saintis tersebut. Namun, karena kelompok-kelompok saintis ini tidak murni terdiri

atas para saintis, melainkan beragam aktor, maka translasi-translasi tersebut

berlangsung pada aktor-aktor dalam jaringan besar, jaringan aktor semburan

lumpur.

Selain itu, masih berlarut-larutnya perdebatan atau perbedaan paham tersebut juga

mengindikasikan bahwa fakta saintifik yang diusung para saintis ini baru

akuntabel dalam kelompoknya masing-masing. Kemudian, karena translasi-

translasi tersebut berlangsung pada keseluruhan aktor, mungkin bisa diduga

bahwa inilah yang menyebabkan sulitnya mengambil satu statement saintifik final

Page 35: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

96  

atau tunggal. Karena di dalam jaringan tersebut tidak hanya eksis aktor-aktor

sosial, tetapi juga artefak-artefak teknis dan material-material alam yang juga

mempengaruhi sistem kerja saintifik para saintis. Translasi-translasi yang

melibatkan beragam aktor inilah yang kemudian menggambarkan kompleksitas

masalah dalam persoalan ini. Jaringan aktor semburan lumpur secara sederhana

nampak pada Gambar IV.23 Di mana fakta saintifik yang diusung masing-

masing kelompok saintis masih eksis dalam kelompoknya masing-masing.

Pengelompokan saintis karena bersikukuh pada kebenarannya masing-masing

Selain itu, meskipun berselisih paham karena perbedaan fakta saintifik yang

diusung, yang menarik dalam proses konstruksi keempat fakta saintifik ini adalah

adanya irisan-irisan perujukan argumentasi di antara keempatnya (perhatikan

Gambar IV.22). Fakta UGBO dan mud volcano karena drilling sama-sama

merujuk drilling sebagai penyebab semburan; fakta geothermal dan mud volcano

sama-sama merujuk bahwa semburan terjadi secara alami (karena gempa Yogya).

Fakta mud volcano karena drilling dan fakta mud volcano karena gempa sama-

sama-sama mengusung fakta mud volcano; fakta geothermal dan UGBO sama-

sama merujuk fluida overpressure yang menyembur ke permukaan menggerus

lapisan/formasi tanah di atasnya sehingga membentuk lumpur; fakta mud volcano

karena drilling dan geothermal sama-sama merujuk semburan sebagai Geyser.

Selain adanya irisan-irisan di antara dua fakta saintifik, ada juga irisan-irisan di

antara tiga fakta saintifik sekaligus, yakni: irisan antara fakta UGBO, mud

volcano karena drilling dan fakta geothermal yang sama-sama merujuk bahwa

semburan lumpur sebagai fluida overpressure yang menyembur ke permukaan

menggerus lapisan/formasi tanah di atasnya; irisan antara fakta mud volcano

karena drilling, mud volcano karena gempa dan fakta geothermal yang sama-sama

merujuk bahwa terjadinya semburan lumpur juga dipengaruhi kondisi geologi

Jawa Timur yang spesifik.

Page 36: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

97  

Gambar IV.22 Irisan-irisan Perujukan Argumentasi Saintis

Meskipun demikian, karena dalam peristiwa semburan lumpur ini berimplikasi

pada fakta hukum, di mana faktor penyebab semburan sebagai persoalan yang

paling sensitif dan harus diputuskan dalam pengadilan, maka perdebatan pada

persoalan ‘apa penyebab’ semburan menjadi dominan. Irisan antara fakta UGBO

dan mud volcano karena drilling kemudian berhadapan dengan irisan antara fakta

geothermal dan mud volcano karena gempa (atau tanpa irisan di antara keduanya).

MV krn Drilling 

UGBO 

   Geothermal 

 MV krn Gempa Yogya 

Fluida/air yg mengalir 

Drilling sbg penyebab 

Gempa sbg penyebab

Sbg mud volcano Sbg Geyser 

Ada pengaruh geologi 

Fluida/air yg mengalir 

Page 37: Bab IV Peran Politik Saintis - · PDF file63 (natural) diusung kelompok Saintis B; fakta mud volcano karena drilling diusung kelompok Saintis C; dan fakta geothermal yag diusung kelompok

98  

Gambar IV.23 Jaringan Aktor Semburan Lumpur

Saintis C’ 

Saintis B

BPPT 

LIPI 

Saintis B’ 

Lapindo 

IAGI 

Aspermigas 

Litera tur 

Material 

Artefak teknis 

TP2LS‐DPR 

Media B 

Sains C

Tokoh Masyarakat 

Korban

LSM 

Sains D

Saintis A

Material 

Artefak teknis

Buku 

Literatur 

Gempur Lapindo

Saintis C

Saintis A’ 

Saintis D

Saintis D’

Literatur

Artefak teknis

Material

Material

Sains A 

Sains B 

Pemerintah  

Perpres No.14/2007 

Aparat Hukum  

DPR  BPLS