BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. 1. Gambaran...
Transcript of BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. 1. Gambaran...
113
BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Penyajian Data
1. Gambaran Umum Pasar Modal Syariah
a. Pengertian
Pasar Modal Syariah merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan
jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang maupun
modal sendiri1. Pada pasar modal diperjualbelikana instrumen keuangan seperti
saham, obligasi, waran, right, obligasi konvertibel, dan berbagai produk turunan
seperti opsi (put atau call).
b. Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal
Prinsip-prinsip syariah di bidang pasar modal berdasar Fatwa Dewan
Nasional Nomor 40/DSN-MUI/X/2003 adalah sebagai berikut2 :
1) Pasar Modal seluruh mekanisme kegiatan nya terutama mengenai emiten,
jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya dipandang
telah sesuai dengan Syariah apabila telah memenuhi prinsip-prinsip Syariah.
2) Suatu Efek dipandang telah memenuhi Prinsip-prinsip syariah apabila telah
memperoleh Pernyataan Kesesuaian Syariah.
Jenis usaha yang bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah menurut
1 Heri Sudarsono. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskriptif dan Ilustrasi. Edisi 3,
(Ekonisia: Yogyakarta,2008), h. 191 2 www. Dsnmui.or.id. diunduh pada 7 Juli 2015.
114
fatwa MUI No. 40 tahun 2003 adalah3 :
1) Perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang.
2) Lembaga keuangan Konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi
konvensional.
3) Produsen, distributor serta pedagang makanan dan minuman yang haram.
4) Produsen, distributor dan/ atau penyedia barang-barang ataupun jasa yang
merusak moral dan bersifat mudarat.
5) Melakukan investasi pada Emiten (perusahaan) yang pada saat transaksi
tingkat (nisbah) utang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih
dominan dari modalnya.
Tabel 5
Prinsip Pasar Modal Syariah
Penyebab Haramnya
Transaksi
Implikasi di Pasar Modal
Li Dzatihi
Efek yang diperjualbelikan harus merupakan representasi dari
barang dan jasa yang halal.
Li Ghairihi
(Selain zatnya)
Tadlis 1. Keterbukaan/ transparansi informasi.
2. Larangan terhadap informai yang menyesatkan.
Taqrir Larangan terhadap transaksi yang mengandung ketidakjelasan
objek yang ditransaksikan, baik daari sisi pembelian maupun
dari sisi penjual.
Riba Fadhl Larangan atas pertukaran efek sejenis dengan nilai nominal
yang berbeda.
Riba Nasiah Larangan atas perdagangan efek fiscal incomem yang bukan
merupakan representasi „ayn.
Riba
Jahiliyah
Larangan atas short selling yang menetapkan bunga atas
pinjaman.
Bai’ Najasy Larangan melakukan rekayasa permintaan untuk mendapatkan
keuntungan di atas laba normal, dengan cara menciptakan
false demand.
Ikhtikar Larangan melakukan rekayasa penawaran untuk mendapatkan
keuntungan di atas laba normal, dengan cara mengurangi
supply agar harga jual naik.
Tidak Sah Akad Rukun &
Syarat
Larangan atas semua investasi yang tidak dilakukan secara
spot.
T’alluq Transaksi yang settlement-nya dikaitkan dengan transaksi
lainnya (menjual saham dengan syarat)
2 in 1 Dua transaksi dalam satu akad, dengan syarat: Objek sama,
Pelaku sama, dan Periode sama.
Sumber: Karim Busines Consulting, 20034
3 Ahmad Ifham Sholihin. Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah. (Gramedia.Jakarta,
2010), h.336
115
c. Sejarah Pasar Modal
Keuangan syariah saat ini sedang menjalani sejarah untuk berkembang
meraih identitas global.5 Perkembangan di Indonesia sudah masuk pada sektor
keuangan non bank, yaitu dengan berkembangnya produk syariah di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Kegiatan pasar modal di Indonesia diatur dalam UU No. 8 tahun 1995
tentang pasar modal (UUPM), dimana dalam undang-undang ini tidak
dibedakan apakah dijalankan dengan prinsip-prinsip syariah atau tidak.6 Atas
dasar inilah bahwa pasar modal di Indonesia dapat diterapkan prinsip-prinsip
syariah dalam mekanisme perdagangannya agar berinvestasi di pasar modal
selain mendapatkan keuntungan materi, juga keuntungan yang berorientasi
akhirat (fallah). Hal ini dikarenakan investasi dalam Islam merupakan bagian
dari muamalah dimana segala sesuatu itu diperbolehkan dilakukan selama tidak
ada dalil yang melarang.
Tonggak perkembangan pasar modal syariah di Indonesia di awali dengan
dikeluarkannya JII pada tanggal 3 Juli 2000. Meskipun sebelumnya PT
Danareksa Investment Management telah meluncurkan Danareksa Syariah pada
tanggal 3 Juli 1997, tetapi karena pihak Self Regulatory Organisation (SRO)
belum menerbitkan yang mengeluarkan secara resmi instrumen yang
4 Heri Sudarsono, Op.cit., h. 194
5 Andri Sumitro, Masa Depan Pasar Modal Syariah di Indonesia, (Kencana : Jakarta, 2014),
h.39 6 Andrian Sutedi, Pasar Modal Syariah : Sarana Investasi Keuangan Berdasarkan Prinsip
Syariah (Sinar Grafika : Jakarta, 2011), h. 3
116
berhubungan dengan efek syariah, maka perkembangan pasar modal syariah di
hitung sejak penerbitan JII. Adapun milestones perkembangan pasar syariah di
Indonesia sampai saat ini adalah sebagai berikut:
Tabel 6
Perekembangan Pasar Syariah
2000 Jakarta Islamic Index (JII)
2001 Fatwa No. 20/DSN-MUI/IX/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk
Reksadana Syariah
2002 Fatwa No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah
Fatwa No. 33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah
2003 Fatwa No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan
Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal
MOU Bapepam & LK dengan DSN-MUI
2004 Fatwa No. 41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah
2006 Fatwa No. 41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah
2007 Fatwa No. 59/DSN-MUI/V/2007 tentang Obligasi Syariah Mudharabah Konversi
Peraturan Bapepam & LK No II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah
2008 Fatwa No. 65/DSN-MUI/III/2008 tentang HMETD Syariah
Fatwa No. 66/DSN-MUI/III/2008 tentang Waran Syariah
Fatwa No. 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang SBSN
Fatwa No. 70/DSN-MUI/VI/2008 tentang Metode Penerbitan SBSN
Fatwa No. 71/DSN-MUI/VI/2008 tentang Sale and Lease Back
Fatwa No. 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang SBSN Ijarah Sale and Lease Back
UU No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
2011 Fatwa No. 80/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme
Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek
Indeks Saham Syariah Indonesia
Sistem Online Trading Syariah
2012 Exchange Traded Fund (ETF) Syariah
Rekening Dana Nasabah (RDN) Syariah
Pasar modal syariah di Indonesia secara resmi diluncurkan pada tanggal 14
Maret 2003 bersamaan dengan penandatanganan MOU antara Bapepam LK
dengan DSN-MUI.7
7 Ibid., h. 4
117
d. Peran dan Fungsi Pasar Modal Syariah
Peran pasar modal secara umum bagi perekonomian antara lain 8:
1) Memberikan kesempatan bagi penabung untuk berpatisipasi secara penuh
dalam usaha bisnis.
2) Memungkinkan pemegang sham dan obligasi memperoleh likuiditas dengan
menjual saham dan obligasi mereka di pasar sekunder.
3) Memberikan kesempatan bagi pengusaha untuk menghimpun dana eksternal
untuk kebutuhan ekspansi aktivitas ekonomi dan perusahaan mereka.
4) Memberikan kesempatan bagi pengusaha memisahkan operasi bisnis dan
ekonomi dengan aktivitas keuangan.
Fungsi Pasar Modal Syariah menurut MM.Metwally, adalah sebagai
berikut9 :
1) Memungkinkan bagi masyarakat berpatisipasi dalam kegiatan bisnis dengan
memperoleh bagian dari keuntungan dan risikonya.
2) Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna
mendapatkan likuiditas.
3) Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk
membangun dan mengembangkan lini produksinya.
4) Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada harga
saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal konvensional.
8 Andri Soemitra, Op.cit., h. 88
9 Heri Sudarsono, Op.cit., h. 193
118
5) Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja kegiatan
bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham.
Pasar modal yang efisien memiliki fungsi sebagai berikut 10
:
1) Menyajikan mekanisme mobilisasi sumber daya yang mengarah padaalokasi
sumber daya keuangan yang efisien dalam ekonomi.
2) Menyediakan likuiditas dalam pasar dengan harga paling murah, yaitu
berbiaya transaksi paling rendah atau penawaran rendah menyebar pada
sekuritas yang diperdagangkan di pasar.
3) Untuk memastikan transparansi dalam penentuan harga sekuritas dengan
menentukan harga premi risiko yang merefleksikan tingkat risiko sekuritas
tersebut.
4) Menyediakan peluang menyusun portofolio yang terdiversivikasi dengan
baik dan untuk mengurangi level risiko melalui diversifikasi lintas batas
geografis dan kurun waktu.
2. Gambaran Umum Indonesia Sharia Stock Index (ISSI)
ISSI merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan saham
syariah yang tercatat di BEI. Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah
tercatat di BEI dan terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES). Konstituen ISSI
direview setiap 6 bulan sekali (Mei dan November) dan dipublikasikan pada awal
bulan berikutnya. Konstituen ISSI juga dilakukan penyesuaian apabila ada saham
10
Andri Soemitra, Op.cit., h. 89
119
syariahyang baru tercatat atau dihapuskan dari DES. Metode perhitungan indeks
ISSI menggunakan rata-rata tertimbang dari kapitalisasi pasar. Tahun dasar yang
digunakan dalam perhitungan ISSI adalah awal penerbitan DES yaitu Desember
2007. Indeks ISSI diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2011.11
Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) selalu mengadakan penyelesian terhadap
emiten yang listing di Bursa Efek Indonesia secara periodik 2 (dua) kali dalam
setahun.12
Penyeleksiannya dilakukan untuk periode sebelum berakhirnya bulan
Mei dan November yang berlaku efektif setiap tanggal 1 Juli dan 1 Desember.
Oleh karena itu, jumlah setiap periode tidak sama dikarenakan harus memenuhi
kriteria-kriterian syariah yang ditetapkan. Dan jika tidak memenuhi kriteria
tersebut, maka bukan lagi daftar efek syariah.
Mengenai kriteria yang ditetapkan sebagaimana Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal Nomor : KEP-208/BL/2012, yaitu :
a. Total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total asset tidak lebih
dari 45% (empat puluh lima per seratus); atau
b. Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan
dengan total pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan lain-lain tidak lebih
dari 10% (sepuluh per seratus).
3. Gambaran Umum Jakarta Islamix Index (JII)
JII pertama kali diluncurkan oleh BEI (pada saat itu masih bernama Bursa
Efek Jakarta) bekerjasama dengan PT Danareksa Investment Management pada
11
http://www.idx.co.id. 12
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No : KEP-208/BL/2012 tentang Kriteria
dan Penerbitan Daftar Efek Syariah, h. 4.
120
tanggal 3 Juli 2000. Meskipun demikian, agar dapat menghasilkan data historikal
yang lebih panjang, hari dasar yang digunakan untuk menghitung JII adalah
tanggal 2 Januari 1995 dengan angka indeks dasar sebesar 100. Metodologi
perhitungan JII sama dengan yang digunakan untuk menghitung IHSG yaitu
berdasarkan Market Value Weigthed Average Index dengan menggunakan formula
Laspeyres.
Saham syariah yang menjadi konstituen JII terdiri dari 30 saham yang
merupakan saham-saham syariah paling likuid dan memiliki kapitalisasi pasar
yang besar. BEI melakukan review JII setiap 6 bulan, yang disesuaikan dengan
periode penerbitan DES oleh OJK. Setelah dilakukan penyeleksian saham syariah
oleh OJK yang dituangkan ke dalam DES, BEI melakukan proses seleksi lanjutan
yang didasarkan kepada kinerja perdagangannya.
Adapun proses seleksi JII berdasarkan kinerja perdagangan saham syariah
yang dilakukan oleh BEI adalah sebagai berikut13
:
a. Saham-saham yang dipilih adalah saham-saham syariah yang termasuk ke
dalam DES yang diterbitkan oleh OJK
b. Dari saham-saham syariah tersebut kemudian dipilih 60 saham berdasarkan
urutan kapitalisasi terbesar selama 1 tahun terakhir
c. Dari 60 saham yang mempunyai kapitalisasi terbesar tersebut, kemudian
dipilih 30 saham berdasarkan tingkat likuiditas yaitu urutan nilai transaksi
terbesar di pasar reguler selama 1 tahun terakhir.)
13
http://www.idx.co.id/id-id/beranda/informasipasar/daftarefek/indekskonstituen.aspx
121
Jakarta Islamic Index (JII) merupakan tolak ukur (banckmark) untuk
mengukur kinerja investasi saham berbasis syariah.14
Pola ini akan memberikan
efek positif terhadap kepercayaan dalam berinvestasi pada instrumen investasi
yang berbasis syariah sehingga akan meningkatkan anemo masyarakat memilih
daftar efek syariah sebagai portofolio dengan memberikan harapan keuntungan
lebih baik di masa mendatang.
Bursa Efek Indonesia dalam hal ini hanya memilih 30 perusahaan dengan
mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan para investor dalam berinvestasi pada
saham syariah. Adapun kriteria yang ditetapkan adalah sebagai berikut :
a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari tiga bulan (kecuali
termasuk dalam 10 kapitalisasi besar).
b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau laporan tengah
tahun terakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimum
sebesar 90 %.
c. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.
d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai
perdagangan regular selama satu tahun terakhir. Selanjutnya pengkajian ulang
akan dilakukan enam bulan sekali dengan penentuan komponen indeks pada
awal januari dan juli setiap tahunnya. Sementara itu, perubahan jenis usaha
emiten akan dimonitoring terus menerus berdasarkan data-data publik yang
tersedia.15
14
Iswi Hariyani dan Serfianto D.P, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal : Strategi Tepat
Investasi Saham, Obligasi, Waran, Right, Opsi, Iswi Hariyani dan R. Serfianto D.P., “ Buku Pintar
Hukum Bisnis Pasar Modal : Strategi Tepat Investasi Saham, Obligasi, Waran, Right, Opsi,
Reksadana, & Produk Pasar Modal Syariah(Jakarta: Visimedia, 2010), h. 353. 15
Ibid., h. 351.
122
B. Analisis Data
1. Data Perusahaan Di Jakarta Islamic Index (JII)
Jakarta Islamic Indeks (JII) pada Tahun 2008 - 2014 memiliki jumlah
perusahaan yang terdaftar sebanyak 75 perusahaan yang dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 7
Daftar EMITEN yang Masuk Jakarta Islamic Index Tahun 2008 - 2014
No. Kode NAMA EMITEN
1 AALI Astra Agro Lestari Tbk
2 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk.
3 ADRO Adaro Energy Tbk.
4 AKRA AKR Corporindo Tbk.
5 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk
6 APEX Apexindo Pratama Duta Tbk
7 ASII Astra International Tbk
8 ASRI Alam Sutera Realty Tbk
9 BISI Bisi International Tbk
10 BKSL Sentul City Tbk
11 BMTR Global Mediacom Tbk
12 BNBR Bakrie & Brothers Tbk
13 BORN Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk
14 BRPT Barito Pacific Tbk
15 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk
16 BTEL Bakrie Telecom Tbk
17 BUMI Bumi Recources Tbk
18 BWPT BW Plantation Tbk
19 CMNP Citra Marga Nusaphala Persada Tbk
20 CPIN Charoen Pokhand indonesia Tbk
21 CTRA Ciputra Development Tbk
22 CTRP Ciputra Property Tbk
23 DEWA Darma Henwa Tbk
24 ELSA Elnusa Tbk
25 ELTY Bakrieland Development Tbk
26 ENRG Energi Mega Persada Tbk
123
No KODE EMITEN
27 EXCL XL Axiata Tbk.
28 FREN Mobile-S Telecom Tbk
29 HEXA Hexindo Adiperkasa Tbk
30 HITS Humpuss Intermoda Transportasi Tbk
31 HRUM Harum Energy Tbk.
32 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
33 IIKP Inti Kapuas Arowana Tbk
34 INCO International NickellndonesiaTbk
35 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
36 INDY Indika Energy Tbk
37 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
38 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk
39 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
40 JRPT Jaya Real Property Tbk
41 JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk.
42 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk
43 KLBF Kalbe Farma Tbk
44 KRAS Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
45 LPKR Lippo Karawaci Tbk
46 LSIP PP London Sumatera Tbk
47 MAPI Mitra Adiperkasa Tbk
48 MIRA Mitra Rajasa Tbk
49 MNCN Media Nusantara Citra Tbk
50 MPPA Matahari Putra Prima Tbk
51 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
52 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
53 PUN Plaza Indonesia Realty Tbk
54 PWON Pt Pakuwon Jati Tbk
55 RALS Ramayana Lestari Sentosa Tbk
56 SGRO Sampoerna Agro Tbk
57 SILO Siloam International Hospitals Tbk.
58 SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk.
59 SMAR SMARTTbk
60 SMCB Hokim Indonesia Tbk
61 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk
62 SMRA Summarecon Agung Tbk
63 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk
124
No KODE EMITEN
64 TINS Timah Tbk
65 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk
66 TNTP Indocement Tunggal Prakasa
67 TOTL Total Bangun Persada Tbk
68 TRAM Trada Maritiem Tbk
69 TRUB Truba Alam Manunggal Engineering Tbk
70 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk
71 TURI Tunas Ridean Tbk
72 UNSP Bakrie Sumatra Plantations Tbk
73 UNTR United Tractors Tbk
74 UNVR Unilever Indonesia Tbk
75 WIKA Wijaya Karya (Persero) Tbk
Sumber: Data IDX JII tahun 2008-2014
Sedangkan perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks (JII)
dari tahun 2008 sampai tahun 2014 berjumlah tujuh (7) perusahaan. Perincian
perusahaan tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 8
Daftar Saham yang Masuk dalam Penghitungan Jakarta Islamic
Index (JII) Tahun 2008 sampai tahun 2014
NO.
KODE
PERUSAHAAN NAMA PERUSAHAAN
1 AALI Astra Agro Lestari Tbk
2 INTP Indocemen Tunggal Prakarsa Tbk
3 KLBF Kalbe Farma Tbk
4 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
5 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk
6 TLKM Telekomunikasi Indonesia Persero Tbk
7 UNVR Unilever Tbk
125
2.Deskripsi Data
Tabel 9
Deskripsi Data Kualitas Audit (Y), Masa Penugasan Audit (X1),
Pendidikan Auditor (X2), dan Pengalaman Auditor (X3)
Statistics
kualitas_audit X1 X2 X3
N Valid 49 49 49 49
Missing 0 0 0 0
Mean 19.33 8.29 18.04 19.53
Median 20.00 8.00 19.00 16.00
Mode 20 8 19 25
Std. Deviation 3.902 2.000 3.360 5.665
Minimum 10 2 10 10
Maximum 22 11 20 25
a. Kualitas Audit
Kualitas audit adalah audit yang sesuai dengan standar audit, dimana
standar auditing merupakan standar dan memberikan pedoman mengenai tujuan
dan prinsip umum pelaksanaan audit atas laporan keuangan yang disajikan
lembaga keuangan Islam yang beroperasi sesuai dengan prinsip dan aturan
syari‟ah.16
Kualitas audit dilihat dari jumlah rekanan yang berada di Kantor
Akuntan Publik. Semakin banyak jumlah orang yang bekerja dalam Kantor
Akuntan Publik (KAP) maka KAP akan semakin efektif dan efisien karena
adanya pembagian tugas yang rinci.
16
Harahap. Sofyan Syahri, Auditing Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Pustaka Quantum,
2002), h. 160.
126
Dilihat dari Tabel 9, mean atau nilai rata-rata dari kualitas audit
adalah 19 orang. Nilai tengah atau median dari kualitas audit sebesar 20 orang.
Sedangkan nilai mode (modus) atau yang merupakan nilai yang sering muncul
adalah 20 orang. Nilai standar deviasi adalah simpangan baku. Semakin besar
standar deviasi maka semakin besar penyimpangan data, nilai standar deviasi
dari kualitas audit adalah 3.902. Mean , median, dan modus merupakan nilai
yang sering muncul. Nilai minimun dari kualitas audit adalah 10 orang dan nilai
maksimumnya adalah 22 orang.
b. Masa penugasan auditor
Variabel masa penugasan auditor (tenure) (X1) merupakan variabel
yang berpengaruh terhadap kualitas audit dari seberapa lama auditor mengaudit
klien, yang merupakan salah satu nilai independensi yang mesti dimiliki oleh
auditor. Masa penugasan diambil dari lamanya auditor secara terus menerus
mengaudit di perusahaan yang sama ditambah lamanya Kantor Akuntan Publik
(KAP) mengaudit di perusahaan yang sama. Walaupun auditor dan KAP
berbeda namun bila dibawah KAP dengan afiliasi internasional yang sama
maka dihitung sama.
Dilihat dari Tabel 9 mean atau nilai rata-rata dari masa penugasan
auditor adalah 8.29 tahun. Nilai tengah atau median dari masa penugasan audit
sebesar 8 tahun. Sedangkan nilai mode (modus) atau yang merupakan nilai
yang sering munculadalah 8tahun. Nilai standar deviasi adalah simpangan
baku. Semakin besar standar deviasi maka semakin besar penyimpangan data,
127
nilai standar deviasi dari kualitas audit adalah 2.000. Mean , median, dan
modus merupakan nilai yang sering muncul. Nilai minimun dari masa
penugasan audit adalah 2 tahun dan nilai maksimumnya adalah 11tahun.
c. Pendidikan auditor
Variabel pendidikan auditor (X2) merupakan variabel yang
berpengaruh terhadap kualitas audit dari segi pendidikan serta pelatihan yang
berkelanjutan, yang merupakan salah satu kompetensi yang mesti dimiliki oleh
auditor. Dalam penelitian ini variabel pendidikan auditor yang dilihat adalah
jumlah auditor yang memiliki Certified Publik Accountan (CPA) di Kantor
Akuntan Publik (KAP). Semakin banyak auditor yang memiliki CPA maka
semakin banyak auditor yang kompeten dan semakin baik KAP tersebut .
Dilihat dari Tabel 9 mean atau nilai rata-rata dari pendidikan auditor
adalah 18 orang. Nilai tengah atau median dari kualitas audit sebesar 19 orang.
Sedangkan nilai mode (modus) atau yang merupakan nilai yang sering
munculadalah 19 orang. Nilai standar deviasi adalah simpangan baku.
Semakin besar standar deviasi maka semakin besar penyimpangan data, nilai
standar deviasi dari pendidikan audit adalah 3.360. Mean , median, dan modus
merupakan nilai yang sering muncul. Nilai minimun dari pendidikan audit
adalah 10 orang dan nilai maksimumnya adalah 20 orang.
128
d. Pengalaman auditor
Variabel pengalaman auditor (X3) merupakan variabel yang berpengaruh
terhadap kualitas audit dari seberapa lama auditor bekerja sebagai auditor, yang
merupakan salah satu nilai kompetensi yang mesti dimiliki oleh auditor.
Pengalaman auditor diukur dari lamanya Kantor Akuntan Publik (KAP) telah
berdiri, karena semakin lamanya KAP berdiri maka KAP dapat menyelesaikan
audit berdasarkan pengalaman audit yang telah lalu.
Tabel 9 mean atau nilai rata-rata dari pengalaman auditor adalah
19.53 tahun. Nilai tengah atau median dari kualitas audit sebesar 16 tahun.
Sedangkan nilai mode (modus) atau yang merupakan nilai yang sering muncul
adalah nilai 25 tahun. Nilai standar deviasi adalah simpangan baku. Semakin
besar standar deviasi maka semakin besar penyimpangan data, nilai standar
deviasi dari pengalaman adalah 5.665. Mean , median, dan modus merupakan
nilai yang sering muncul. Nilai minimun dari pengalaman auditor adalah 10
tahun dan nilai maksimumnya adalah 25 tahun.
C. ANALISIS HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN
1. Pengaruh Masa Penugasan Audit Terhadap Kualitas Audit
a. Uji Asumsi Klasik
Pengujian normalitas data dalam penelitian menggunakan uji
Kolmogorov – Smirnov. Pada tabel Uji Normalitas disajikan hasil uji
normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov.
129
Rumusan hipotesis :
H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal.
H1 : Data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.
Kriteria pengujian :
1) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak.
2) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka H0 diterima.
Tabel 10
Uji Asumsi Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Y X1
N 49 49
Normal Parametersa,,b
Mean 19.33 8.29
Std. Deviation 3.902 2.000
Most Extreme Differences Absolute .426 .198
Positive .247 .149
Negative -.426- -.198-
Kolmogorov-Smirnov Z 2.980 1.388
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .052
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data sekunder yang diolah.
Berdasarkan hasil output uji Kolmogorov- Smirnov yang disajikan
pada tabel 10 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi Unstandardized
Residual masa penugasan terhadap Kualitas Audit sebesar 0,052 lebih
dari nilai alpha ( sehingga dapat disimpulkan bahwa data
130
terdistribusi normal dan layak atau memenuhi syarat uji regresi linier
sederhana.
b. Analisis Uji Hipotesis (Uji t)
Hipotesis masa penugasan audit (X1) terhadap kualitas audit (Y).
H0 : Masa penugasan audit tidak berpengaruh terhadap kualitas audit
H1 : Masa penugasan audit berpengaruh terhadap kualitas audit
Secara parsial menggunakan kriteria pengujian:
1) Jika thitung > ttabel dengan dk = n-2 dan α 0,05 maka Ho ditolak.
Sebaliknya H1 diterima.
2) Jika probabilitas (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak. Sebaliknya H1 diterima.
Tabel 11
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 16.417 2.385 6.884 .000
X1 .351 .280 .180 1.255 .216 1.000 1.000
a. Dependent Variable: kualitas_audit
Dilihat dari tabel 11 pada pengujian hipotesis diatas didapatkan persamaan
garis linier berganda didapatkan:
Y= 16,417 + 0,351 +e
131
Berdasarkan tabel 11 terdapat hubungan antara variabel masa penugasan
audit (X1) terhadap kualitas audit (Y), yaitu :
a) Konstanta a = 16,417 dan koefisien b1 = 0,351. Konstanta a sebesar 16,417
menyatakan bahwa jika tidak ada nilai , masa penugasan audit (X1), X=0,
maka nilai kualitas audit sebesar 16,417.
b) Koefisien b1 bernilai 0,351menyatakan bahwa setiap penambahan satu
satuan X variabel masa penugasan audit akan meningkatan kualitas audit
sebesar 0,351. Koefisien bernilai positif berarti terjadi hubungan positif
antara masa penugasan audit dengan kualitas audit. Semakin lama masa
penugasan audit maka akan meningkatkan kualitas audit.
Hasil analisis data tabel 11 menggunakan SPSS 17 diperoleh thitung
variabel masa penugasan sebesar 1.255 < ttabel 2,012 dan probabilitas (sig.)
ternyata 0,216>0,05. Hal ini berarti Ho diterima dan H1 ditolak atau
dengan kata lain masa penugasan audit tidak berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit.
Hasil pengujian hipotesis (H1) terlihat masa penugasan dalam
meningkatkan kualitas audit, thitung variabel masa penugasan sebesar -
5.120 < ttabel 2,012 dan nilai signifikan sebesa r 0 ,000 < 0,05 sehingga
H2 tidak ada berpengaruh yang berarti.
Hasil pengujian H1 konsisten dengan penelitian yang menunjukkan
bahwa masa penugasan tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Memang
132
beberapa studi empiris telah menemukan bahwa di mana rotasi perusahaan
audit tidak wajib, tenor pemeriksaan jangka pendek yang terkait dengan
pelaporan keuangan berkualitas rendah sedangkan perikatan audit jangka
panjang tidak muncul untuk menghasilkan penurunan kualitas pelaporan
keuangan atau tayangan yang merugikan dari perusahaan audit independen
kalangan non investor -Profesional, dan benar-benar memfasilitasi auditor
yang lebih baik membatasi manajemen ekstrim keputusan pelaporan
keuangan.
Auditor diharapkan agar tetap menjaga independensinya. Tidak
mudah menjaga tingkat independensi seorang auditor agar tetap sesuai
dengan SOP, apalagi bila auditor menjalin kerjasama dengan waktu yang
terlalu lama dan berhubungan sangat baik dengan klien tersebut. Hal
tersebut jelas akan menyebabkan kerawanan atas independensi yang dimiliki
oleh auditor. Selain itu, pemberian fasilitas atau hadiah dari klien kepada
auditor selama proses audit akan mempengaruhi independensi auditor.
Dengan hadiah-hadiah tersebut, tidak akan menutup kemungkinan bahwa
sedikit demi sedikit, keputusan auditor berkaitan dengan tugas auditnya
akan dikendalikan oleh klien. Selain itu, sangat sulit auditor akan bersikap
independensi, apalagi jika selain memberikan jasa audit laporan keuangan
klien, auditor itu juga memberikan jasa non audit lainnya. Sehingga
pemberian jasa non audit kepada klien, hubungan yang baik dengan klien,
133
atau lamanya hubungan kerjasama dengan klien akan membuat auditor sulit
menjaga sikap independensinya. Kurangnya independensi akan
mempengaruhi kualitas audit.
Uji hipotesis ini untuk menjawab rumusan masalah yang ke pertama.
Dengan demikian, hasil penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Espahbodi17
, Dopuch et al., Bazerman et al., yang
menyatakan bahwa masa penugasan audit tidak berpengaruh terhadap kualitas
audit.
Masa penugasan auditor di Jakarta Islamic Index (JII) baik rotasi auditor dan
rotasi Kantor Akuntan Publik (KAP) masih banyak yang dibawah KAP yang
memiliki afiliasi internasional yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam
penerapan masa penugasan audit masih kurang indepensi. Apabila KAP masih
berada di afiliasi internasional yang sama, maka masih ada hubungan keakraban
antara perusahaan dan auditor. Maka sudah dianggap perlu dibuat aturan oleh
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai masa penugasan audit oleh auditor
selama 5 tahun dan auditor selanjutnya tidak boleh auditor yang bekerja di KAP
yang berafiliasi internasional yang sama. Dalam Islam independensi mutlak
diperlukan karena hal tersebut akan membawa pada keadilan.
Supaya menjaga agar kebenaran tetap terjaga maka diperlukan pembuktian
yang benar. Lamanya masa penugasan auditor haruslah berdasarkan aturan yang
17 Indira., Op.cit., h. 13
134
telah ditetapkan dengan tidak melebihi masa penugasan karena akan merusak
idenpendensi dan janganlah membuat rekayasa masa penugasan sesuai dengan Al-
Qur‟an surat An-Nisaa‟ ayat 135 sebagai berikut :
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang
benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap
dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun
miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika
kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan”.18
Allah SWT memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman agar
mereka senantiasa menegakkan keadilan, tidak condong kekanan dan ke
kiri, tidak lemah karena celaan orang yang mencela, dan tidak dipalingkan
oleh siapa pun. Dan mereka diperintahkan agar tolong-menolong, bantu-
membantu, dan bahu-membahu dalam menegakkan keadilan tersebut.
Kesaksian terhadap Allah yaitu hendaknya kalian menunaikannya semata-
mata karena mengharap wajah Allah. Maka ketika itulah kesaksian itu
menjadi benar, adil, dan hak, serta tidak mengandung perubahan,
penggantian ataupun persembunyian. Persaksikanlah kebenaran walaupun
18
Departemen Agama, Op.cit., h. 79
135
itu membahayakan dirimu. Dan apabila engkau ditanya tentang suatu
perkara, maka katakanlah yang sebenarnya meskipun hal itu bisa merugikan
dirimu. Karena Allah akan menjadikan kelapangan dan jalan keluar dari
setiap kesempitan bagi orang-orang yang taat kepada-Nya.
Apabila persaksian itu berkaitan dengan kedua orang tua dan
kerabatmu, maka janganlah kamu membela mereka. Tapi berikanlah
persaksian secara benar meskipun hal itu akan membahayakan mereka.
Karena kebenaran adalah hakim bagi setiap orang (dan hukum harus
didahulukan atas siapa pun). Janganlah engkau membelanya karena ia kaya
dan jangan pula engkau merasa kasihan kepadanyakarena ia fakir. Allah
adalah pelindung mereka. Bahkan Dia lebih memperhatikan bagi keduanya
daripada dirimu dan lebih mengetahui perkara yang membawa maslahat
bagi keduanya. Janganlah hawa nafsu, fanatik golongan, dan rasa benci
kepada seseorang menyebabkan kalian meninggalkan sikap adil dalam
perkara dan urusan kalian. Tetapi hendaklah kalian senantiasa bersikap adil
dalam setiap keadaan.19
Abdullah bin Rawahah ketika diutus oleh Rasulullah saw kepada
penduduk Khaibar untuk memungut jizyah dari buah-buahan dan tanaman
mereka. Lalu mereka berusaha menyuapnya agar ia mau mengasihani
mereka (dengan mengurangi kadar kewajibannya). Maka Abdullah bin
19
Tim Ahli Tafsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2, (Jakarta: Pustaka Ibnu katsir, 2006), h.
690
136
Rawahah ra. Berkata: “Demi Allah, sungguh aku datang kepada kalian dari
sisi mahluk yang paling aku cintai. Dan sungguh kalian lebih aku benci
daripada monyet dan babi. Dan tidaklah kecintaanku kepada beliau dan
kebencianku kepada kalian menyebabkan aku berlaku tidak adil kepada
kalian. “Lalu mereka berkata : “ Dengan inilah akan tegak langit dan bumi.”
Hadits ini akan disebutkan secara musnad (menyantumkan sanadnya) dalam
tafsir surat al-Maa-idah.
Orang yang tidak mau menjadi saksi atau menyembunyikannya, maka
sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya. Rasulullah saw
bersabda : “Sebaik-baiknya saksi adalah yang memberikan kesaksian
sebelum ia ditanya.”(HR. Muslim)
Auditor harus berlaku adil dan memberikan persaksian karena Allah.
Auditor dalam bekerja harus sesuai standar audit syariah, harus lurus dan
adil baik apabila bekerja pada masa penugasan sebentar atau lama. Jangan
karena sudah lama bekerja pada suatu perusahaan (masa penugasan lama)
dan merasa sudah kenal dekat maka akan menggoyahkan kewajiban sebagai
auditor sehingga laporan auditor dibuat wajar walaupun ada yang tidak
sesuai standar. Padahal walaupun itu orang tua atau pun kerabat, maka
auditor harus tetap adil agar membawa maslahat. Sebagai auditor juga harus
memberikan persaksian karena Allah dengan memberikan laporan auditor
berdasarkan hasil audit yang telah dilakukannya.
137
Independensi audit syariah bisa diterapkan dengan auditor menerapkan
kode etik audit syariah. Auditor bila dalam bekerja menerapkan kode etik
akuntan muslim seperti ketakwaan, keikhlasan, integritas audit, bekerja
dengan baik sesuai tugas dan kompetensinya. Kode etik akan membangun
sikap kehati-hatian akuntan sehingga berperilaku etis sesuai ketentuan
syariah. Pelaksanaan kode etik dapat meyakinkan keakuratan dan keyakinan
pada informasi yang disajikan dalam laporan keuangan sehingga makin
kredibilitas dan memperluas perlindungan pada kepentingan kepada pihak
yang terlibat. Apabila auditor bekerja sesuai syariah maka akan mendapat
ridha Allah dan akan mendapat pahala dan akan dipermudah
pemeriksaannya. Auditor juga harus memiliki pola hidup bersahaja sehingga
auditor merasa cukup dengan fee audit sesuai perjanjian sudah dapat
memenuhi kebutuhannya agar tidak mudah disuap oleh orang yang memiliki
berbagai kepentingan.
2. Pengaruh Pendidikan Auditor dan Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas
Audit
a. Uji Asumsi Klasik
Responden uji coba dalam penelitian ini sebanyak 7 perusahaan di Jakarta
Islamic Index (JII ) yang masuk selama 7 tahun berturut-turut, sampel yang
diambil sebanyak 49 data, sehingga diketahui harga df pada taraf 5% yaitu df=
N-2= 49-2=47, yaitu 1.667 Berikut hasil uji validitas instrumen penelitian
138
pengaruh pendidikan auditor (X2), dan pengalaman audit (X3) terhadap kualitas
audit (Y) melalui aplikasi program SPSS.
Analisis data dimulai dengan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik terdiri
dari 5 (lima) pengujian yaitu normalitas, homogenitas, multikolinieritas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
1) Uji Normalitas Data.
Pengujian normalitas data dalam penelitian menggunakan uji
Kolmogorov – Smirnov. Pada tabel Uji Normalitas disajikan hasil uji
normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov.
Rumusan hipotesis :
H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal.
H1 : Data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.
Kriteria pengujian :
a). Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak.
b). Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka H0 diterima.
Tabel 12
Hasil Uji Normalitas
139
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
Unstandardized
Residual
Unstandardized
Residual
N 49 49 49
Normal Parametersa,,b
Mean .0000000 .0000000 .0000000
Std. Deviation .42822663 .26715303 3.30058470
Most Extreme Differences Absolute .221 .421 .169
Positive .221 .421 .128
Negative -.219 -.246 -.169
Kolmogorov-Smirnov Z 1.548 2.946 1.184
Asymp. Sig. (2-tailed) .017 .000 .121
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data Sekunder yang diolah Tahun 2015
Berdasarkan hasil output uji Kolmogorov- Smirnov yang disajikan
pada tabel 12 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi Unstandardized
Residual pendidikan, dan pengalaman terhadap Kualitas Audit sebesar
0,121 lebih dari nilai alpha ( sehingga dapat disimpulkan bahwa
data terdistribusi normal dan layak atau memenuhi syarat uji regresi linier
berganda.
2) Uji Homogenitas
140
Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya
variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Membandingkan F hitung
dengan F tabel pada tabel distribusi F, dengan:
a) Untuk varians dari kelompok dengan variance terbesar adalah dk
pembilang n-1
b) Untuk varians dari kelompok dengan variance terkecil adalah dk
penyebut n-1
c) Jika F hitung < F tabel, berarti homogen
d) Jika F hitung > F tabel, berarti tidak homogen
Tabel 13
Hasil Uji Homogenitas
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 727.350 2 363.675 4883.258 .000a
Residual 3.426 46 .074
Total 730.776 48
a. Predictors: (Constant), X3, X2
b. Dependent Variable: kualitas_audit
Berdasarkan pengujian dengan SPSS didapatkan output uji Anova pada
tabel Uji Anova dalam tabel 13 berdasarkan hasil uji Anova atau F test
antara variabel pendidikan auditor, masa penugasan audit, dan pengalaman
auditor terhadap Kualitas Audit nilai F hitung sebesar 4883,258
dengan tingkat probabilitas signifikansi sebesar 0,000 sehingga dapat
disimpulkan bahwa model penelitian t idak homogenitas.
141
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat
dilihat pada output tabel ANOVA diatas. Jika F hitung > F tabel dengan dk
pembilang k dan dk penyebut n-k-1 serta menggunakan α tertentu maka H0
ditolak atau jika sebaliknya F hitung > F tabel maka H0 diterima. Dari hasil
analisis data dengan SPSS diperoleh F hitung = 4883,258 dengan signifikansi
(sig.) sebesar 0,000 sedangkan f tabel dengan derajat kebebasan (dk/df) untuk
pembilang = 3 dan penyebut = 45 dan α = 0,05 dari daftar tabel diperoleh =
1.667 dengan demikian F hitung > F tabel atau 4883,258 > 1.667 maka tidak ada
homogenitas.
3) Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Uji multikolinieritas
dilakukan dengan melihat tolerance value atau dengan menggunakan
Variance Inflation Factors (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan
SPSS.
Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat tolerance value dan
variance inflation factor (VIF). Multikolinearitas terjadi bila nilai VIF diatas
nilai 10 atau tolerance value dibawah 0,10. Multikolinearitas tidak terjadi
bila nilai VIF dibawah nilai 10.20
Hasil perhitungan uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel
20
Santoso. Op.cit., h. 206
142
14 Uji Multikolinearitas sebagai berikut :
Tabel 14
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -1.325 .216 -6.135 .000
X1 1.225 .014 1.055 85.997 .000 .677 1.476
X3 -.074 .008 -.108 -8.772 .000 .677 1.476
a. Dependent Variable: kualitas_audit
Sumber : Data sekunder diolah 2015
Berdasarkan tabel 14 dapat di ketahui Nilai Variance Inflation Factor
(VIF) menunjukkan semua variabel bebas memiliki nilai VIF < 10 maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas
dalam model atau tidak ada korelasi antar variabel bebas.
4) Uji Heteroskedasitisitas
Heteroskedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari residual
untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji ini agar mengetahui
adanya penyimpangan dari syarat-syarat asumsi klasik pada model regresi.
Untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas maka dalam penelitian
ini dipergunakan grafik scatterplot. Pada lampiran gambar Scatterplot
Dependent Variabel Y terlihat variabel terikatnya adalah kualitas audit yang
143
diperlihatkan oleh titik-titik menyebar di bawah dan di atas nol serta
tidak membentuk pola tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
tidak terjadi heteroskedasitisitas pada model regresi, sehingga layak
dipakai untuk memprediksi Kualitas Audit berdasarkan variabel bebas
pendidikan auditor dan pengalaman auditor.
Grafik 1
Grafik Scatterplot
Uji Autokorelasi
5) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan
linier antara error serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu
(data time series). Uji autokorelasi perlu dilakukan apabila data yang
dianalisis merupakan data time series. Uji autokorelasi dilakukan dengan
menggunakan rumus uji Durbin-Watson.
144
Rumusan hipotesis :
H0 : Tidak terjadi autokorelasi di antara data pengamatan.
H1 : Terjadi adanya autokorelasi di antara data pengamatan.
Kriteria pengujian :
a) Jika nilai statistik Durbin-Watson mendekati angka 2, maka tidak
memiliki autokorelasi.
b) Jika nilai statistik Durbin-Watson menjauhi angka 2, maka tidak
memiliki autokorelasi.
Tabel 15
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .998a .995 .995 .273 .995 4883.258 2 46 .000 1.719
a. Predictors: (Constant), X3, X1
b. Dependent Variable: kualitas_audit
Pada uji autokorelasi dengan membandingkan nilai DW statistik
dengan DW tabel 15 dengan formula DW. Hasil analisis diperoleh DW
hitung sebesar 1.712 yang kemudian dibandingkan dengan DW tabel.
Adapun untuk mencari DW tabel adalah dengan mencari nilai d1 dan du
dengan kriteria sebagai berikut :
a) Jumlah variabel independent = 3
b) Jumlah sampel = 49
c) Tingkat keyakinan 95% dan α = 5%
145
d1 =1.42
du = 1.67
Hasil pengujian tersebut nilai DW test sebesar 1.719 lebih besar dari
du(1.67) dan lebih kecil dari 4- du (2.33) atau (1.67<1.719<2.33) dengan
demikian dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi pada penelitian ini.
b. Analisis Uji Hipotesis (Uji t)
Tabel 16
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -1.325 .216 -6.135 .000
X2 1.225 .014 1.055 85.997 .000
X3 -.074 .008 -.108 -8.772 .000
a. Dependent Variable: kualitas_audit
Dilihat dari tabel 16 pada pengujian hipotesis diatas didapatkan persamaan
garis linier berganda didapatkan:
Y= -1,325 + 1.225 - 0.074 +e
Berdasarkan tabel 16 terdapat hubungan antara variabel pendidikan auditor
(X2) dan pengalaman auditor (X3) terhadap kualitas audit (Y), yaitu :
b) Konstanta a = - 1,325 dan koefisien b2 = 1,225, dan koefisien b3 = -0,074.
146
Konstanta a sebesar - 1,325 menyatakan bahwa jika tidak ada nilai ,
pendidikan auditor (X2) dan pengalaman auditor (X3) , X=0, maka nilai
kualitas audit sebesar - 1,325.
c) Koefisien b2 bernilai 1,225 menyatakan bahwa setiap penambahan satu
satuan X variabel pendidikan auditor akan meningkatan kualitas audit
sebesar 1,225 jika variabel lainnya tetap. Koefisien bernilai positif berarti
terjadi hubungan positif antara pendidikan auditor dengan kualitas audit.
Semakin tinggi pendidikan auditor maka akan meningkatkan kualitas audit.
d) Koefisien b3 bernilai -0,074menyatakan bahwa setiap penambahan satu
satuan X variabel pengalaman auditor akan meningkatan kualitas audit
sebesar -0,074 jika variabel lainnya tetap. Koefisien bernilai negatif berarti
terjadi hubungan negatif antara pengalaman auditor dengan kualitas audit.
Semakin lama pengalaman auditor maka akan menurunkan kualitas audit.
Uji T digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen
terhadap kualitas audit secara parsial.
1) Hipotesis pendidikan auditor (X2) terhadap kualitas audit (Y).
H0 : Pendidikan auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit
H1 : Pendidikan auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
Secara parsial menggunakan kriteria pengujian:
a) Jika thitung > ttabel dengan dk = n-2 dan α 0,05 maka Ho ditolak.
Sebaliknya H1 diterima.
147
b) Jika probabilitas (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak. Sebaliknya H1 diterima.
Hasil analisis data menggunakan SPSS 17 diperoleh thitung variabel
pendidikan sebesar 85.997 > ttabel 2,012 dan probabilitas (sig.) ternyata
0,000<0,05. Hal ini berarti Ho ditolak dan H1 diterima atau dengan kata
lain pendidikan auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Hasil pengujian uji t terlihat pendidikan auditor, diperoleh thitung
variabel pendidikan sebesar -5.120 < ttabel 2,012 dan nilai signifikansi
0.000 berada di bawah alpha 0,05. Hal ini mengindikasikan H0 ditolak dan
H1 diterima atau dengan kata lain secara parsial pendidikan auditor memiliki
pengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Hasil pengujian konsisten dengan penelitian DeAngelo; Carcello
et.al., ; Porter; Sutton; Beattie et.al., Othman et.al21
, Djaddang , Agung dan
Winarna22
yang menunjukkan bahwa pendidikan berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit. Kualitas audit yang baik dapat dihasilkan dari
seorang auditor yang memiliki pendidikan yang memadai. Pengetahuan atau
pendidikan yang terus diperbaharui dan ditambah, dapat membantu auditor
untuk melaksanakan tugasnya dalam memeriksa laporan keuangan
perusahaan sehingga menghasilkan kualitas audit yang baik dan dapat
diandalkan pengguna laporan keuangan.
21
Othman et.all. Op.cit., h. 1 22
Martini, “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit.” Jurnal & Prosiding
Simposium Nasional Akuntansi, Vol. X, (UNHAS Makasar 26-28 Juli 2007), Fakultas Ekonomi
Universitas Budi Luhur, h. 9
148
Implikasi dari penelitian ini adalah pendidikan auditor yang semakin
tinggi akan berdampak pada kualitas audit yang semakin baik. Pendidikan
auditor bisa berasal dari pendidikan formal ataupun informal, dimana
informal berupa pelatihan serta adanya pendidikan untuk memperoleh
Certified Publik Accountan (CPA). Sebuah studi oleh perusahaan akuntansi
menurut Palmer, Ziegenfuss dan Pinsker, delapan Besar di Amerika Serikat
menentukan bahwa lembaga pendidikan tinggi harus mengubah secara
berkala atau merevisi kurikulum akuntansi untuk memenuhi kebutuhan
klien mereka. Paisey dalam mendukung upaya untuk mendorong pendidik
akuntansi dan pembuat kebijakan pendidikan untuk menggali potensi
menggabungkan ide-ide dari sistem pendidikan profesional lainnya23
.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh DeAngelo; Carcello et.al., ; Porter; Sutton; Beattie et.al., Othman
et.al24
, Djaddang , Agung dan Winarna25
yang menyatakan bahwa pendidikan
auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.
Auditor yang memiliki pendidikan audit maka informasi yang didapat lebih
valid karena pekerjaan yang berdasar pendidikan auditor mendekatkan pada hal yang
bertanggungjawab sebagaimana dalam Al-Qur‟an Surat Israa‟ (17) ayat 36 :
23 Zurida dkk., Op.cit. h.1
24 Othman et.all. Op.cit., h.1
25 Martini, “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit.” Jurnal & Prosiding
Simposium Nasional Akuntansi, Vol. X, (UNHAS Makasar 26-28 Juli 2007), Fakultas Ekonomi
Universitas Budi Luhur, h. 9
149
Artinya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”.26
Allah melarang mengatakan sesuatu hanya berdasarkan prasangka perkiraan
atau ilusi dan khayalan. Al-„Aufi berkata, “Dan janganlah kamu menuduh seseorang
yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Setiap hamba akan ditanya
pada hari kiamat tentang nikmat pendengaran, penglihatan dan hati untuk apa semua
dipergunakan.27
Pelaksanaan audit, auditor melakukannya berdasar pendidikan audit yang
diperoleh sehingga berdasar teoritis dan tidak berdasarkan prasangkaan yang tidak
berfaedah bagi kebenaran. Auditor harus menyadari bahwa apa yang dimiliki oleh
auditor harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah.
Persangkaan juga dibahas dalam Al-Qur‟an Surat An Najm (54) ayat 28
sebagaimana berikut :
Artinya : “Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun
tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang
sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap
kebenaran”.28
Pengetahuan shahih yang membenarkan apa yang mereka katakan
merupakan kedustaan, kebohongan, kepalsuan, dan kekufuran. Mereka hanya
26
Departemen Agama, Op.cit., h. 228 27
Tim Ahli Tafsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5, (Jakarta: Pustaka Ibnu katsir, 2006), h.
372 28
Ibid., h. 421
150
mengikuti perasangkaan (saja), sedang sesungguhnya persangkaan tidak
berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran.maksudnya, tidak berguna sama
sekali, dan tidak cocok dengan kebenaran selama-lamanya. Diriwayatkan
dalam ash-Shahiih bahwa Rasulullah saw. Bersabda : “ Jauhilah praduga
karena praduga adalah perkataan yang paling dusta.(HR. Bukhari dan
Muslim)29
”
Auditor harus dapat menerapkan pengetahuan audit yang mereka
miliki. Dengan adanya pengetahuan, auditor memiliki standar audit dalam
bekerjanya sehingga menguraangi tingkat kesalahan. Pemeriksaan terhadap
laporan keuangan dilakukan berdasarkan ilmu akuntansi dan auditing yang
berlaku secara nasional dan internasional asal tidak melanggar syariah.
Begitupun pemeriksaan terhadap sistem organisasi yang berlaku diperusahaan
yang terkait dengan keuangan dilakukan berdasarkan pengetahuan sistem
informasi akuntansi, sistem pengendalian manajemen, dan ilmu-ilmu lain
yang mendukung. Dengan pengetahuannya dan penelusuran dari bukti-bukti
transaksi sampai laporan keuangan, auditor dapat mengemukakan pendapat
wajar atau tidak wajar dari laporan keuangan berdasarkan realita, bukan dari
perasangka atau dugaan. Laporan auditor independen lebih dipercaya oleh
masyarakat dan pihak pengguna laporan keuangan.
29
Tim Ahli Tafsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8, (Jakarta: Pustaka Ibnu katsir, 2006), h.
607
151
Besarnya pengaruh hasil pengauditan, maka auditor bila melakukan
pengauditan tidak berdasar pengetahuan dan pembuktian maka akan menjadi
fitnah di masyarakat. Suatu hal yang penting bagi auditor pengetahuan yang
dimilikinya dibarengi dengan kode etik auditor yang berdasar syariah.
Auditor dalam melakukan auditnya berniat karena ingin mendapat ridha
Allah dan merasa selalu diawasi oleh Allah SWT, sehingga dalam
pengauditan selalu menerapkan adil, jujur, serta jauh dari kecurangan dan
manipulasi.
Pertumbuhan lembaga keuangan syariah khususnya pasar modal
syariah tidak diiringi dengan peningkatan auditor syariah. Peningkatan
auditor syariah sudah menjadi suatu kewajiban untuk perkembangan lembaga
keuangan syariah kedepan. Pendidikan auditor harus diiringi dengan
kemampuan syariah agar auditor tidak tergantung pada Dewan Pengawas
Syariah (DPS) dalam mengaudit. Kesalahan pengauditan bisa juga terjadi bila
auditor tidak memahami syariah.
Perlunya dilakukan pendidikan auditor syariah secara formal dan
informal yang berkelanjutan. Pendidikan formal akuntansi dan audit syariah
bisa dimasukan dalam silabus jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA),
diploma, strata satu, strata dua, dan strata tiga. Di negara-negara Islam seperti
Indonesia, Malaysia, Brunai, Bangladesh, Pakistan, Iran,dan lain-lain masih
terbatas sarjana akuntansi syariah dan terbatas universitas yang menyediakan
152
prodi akuntansi syariah baik dari jenjang strata satu, strata dua, apalagi di
strata tiga. Pendidikan informal bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan
audit syariah yang berkala. Perlunya kewajiban auditor yang mengaudit
lembaga keuangan syariah memiliki sertifikat internal auditor syariah dan
publik auditor syariah agar pengauditan tidak menyalahi hal-hal yang
dilarang dalam syariah.
Peningkatan pendidikan auditor syariah juga bisa dilakukan melalui
pengadaan buku-buku, majalah, jurnal-jurnal, blogspot , dan website yang
membahas audit syariah mengingat sangat minimnya hal tersebut. Di
Indonesia buku mengenai audit syariah baru ada tiga buku, hal ini sangat
ironi mengingat kebutuhan untuk mencari ilmu sangatlah terbatas.
Pengembangan audit syariah juga bisa ditempuh melalui perlombaan karya
ilmiah dan beasiswa untuk audit syariah.
Pemerintah harus menerapkan peraturan yang ketat dengan kewajiban
auditor syariah yang mengaudit lembaga keuangan syariah. Kewajiban
auditor mengikuti pelatihan perbankan syariah dalam mengaudit perbankan
syariah sudah dilakukan. Namun idealnya auditor menempuh sarjana
akuntansi syariah. Di pasar modal syariah pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
belum ada aturan yang mengaudit harus paham audit syariah. Lebih
memprihatinkan lagi laporan keuangan pada perusahaan yang tergabung
Jakarta Islamic Index (JII) merupakan laporan keuangan akuntansi
153
konvensional. Pada pasar modal syariah di Indonesia harus dilakukan
perubahan segera, karena esensi penerapan syariah sangat kurang bila laporan
keuangan yang dipakai adalah mengacu standar Ikatan Akuntansi Indonesia
yang tidak menerapkan syariah. Namun, walau tidak menerapkan akuntansi
syariah pada awalnya tetaplah sebuah kemajuan bagi telah dibuat pasar modal
syariah. Perbaikan-perbaikan pada pasar modal syariah harus terus dilakukan
agar pasar modal syariah bisa menerapkan syariah secara utuh. Hal tersebut
akan mendukung perekonomian Indonesia yang berbasis syariah.
2) Hipotesis pengalaman auditor (X3) terhadap kualitas audit (Y).
H0 : Pengalaman auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit
H1 : Pengalaman auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
Secara parsial menggunakan kriteria pengujian:
a) Jika thitung > ttabel dengan dk = n-2 dan α 0,05 maka Ho ditolak.
Sebaliknya H1 diterima.
b) Jika probabilitas (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak. Sebaliknya H1 diterima.
Hasil analisis data menggunakan SPSS 17 diperoleh thitung variabel
pengalaman sebesar -8.772 < ttabel 2,012 dan probabilitas (sig.) ternyata
0,000<0,05. Hal ini berarti Ho diterima dan H1 ditolak atau dengan kata lain
pengalaman auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Hasil pengujian terlihat pengalaman aud i to r t i dak berpengaruh
154
t e rhadap kua l i t a s aud i t thitung variabel pengalaman sebesar -11.747 <
ttabel 2,012 dan probabilitas (sig.) ternyata n i l a i signifikan 0 ,000 berada di
bawah alpha 0,05. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Aji 30
, Trotman dan
Wright31
, Colbert32
, Cheng et.all 33
, Bouwman dan Bradley34
yang
menunjukkan bahwa pengalaman tidak berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit. Hal ini sejalan dengan teori dan hipotesis penelitian.
Pengalaman yang merupakan salah satu unsur kompetensi dan
merupakan hal yang penting untuk dimiliki auditor. Idealnya semakin banyak
pengalaman mengaudit akan membantu auditor dalam memeriksa laporan
keuangan perusahaan klien dikarenakan banyaknya jenis industri, jenis
perusahaan, dan berbagai kasus serta penyelesaiannya yang dihadapi auditor
tersebut. Dalam melaksanakan pengauditan, auditor harus memperhatikan
SOP yang berlaku, bahkan bersikap hati-hati, sehingga akhirnya kualitas
audit yang dihasilkan baik.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Aji 35
, Trotman dan Wright36
, Colbert37
, Cheng et.all 38
, Bouwman dan
30
Martini, “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit.” Jurnal & Prosiding
SNA- Simposium Nasional Akuntansi, Vol. X; UNHAS Makasar, (26-28 Juli 2007), Fakultas
Ekonomi Universitas Budi Luhur, h. 6 31
Abdul. Halim, Op.cit., h. 17
32
Abdul H, Op.cit., h. 5 33
Setyaningrum dkk, Op.cit., h. 6 34
Abdul. H, Op.cit., h. 15 35
Martini, “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit.” Jurnal & Prosiding
SNA- Simposium Nasional Akuntansi, Vol. X; UNHAS Makasar, (26-28 Juli 2007), Fakultas
Ekonomi Universitas Budi Luhur, h. 6 36
Abdul. Halim, Op.cit., h. 17
37
Abdul H, Op.cit., h. 5
155
Bradley39
yang menunjukkan bahwa pengalaman auditor tidak berpengaruh
terhadap kualitas audit.
Pengalaman penting dalam mengaudit karena akan memperdalam ilmu
yang diperoleh dari pendidikan. Dengan pengalaman maka akan dapat menguji
kebenaran dengan lebih baik dan teliti sesuai prosedur sesuai dengan Al-
Qur‟an surat Al Hujurat (49) ayat 6 yang berbunyi:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.40
Allah SWT memerintahkan kaum mukminin untuk memeriksa secara
teliti berita yang dibawa oleh orang fasik, dan hendaklah mereka berhati-hati
dalam menerima berita tersebut, supaya seseorang tidak memberikan
hukuman atau keputusan berdasarkan informasi yang diberikan oleh orang
fasik. Hal ini karena disaat yang sama orang fasik mudah berdusta atau
berbuat kesalahan. Padahal Allah SWT telah melarang kita untuk mengikuti
jejak orang-orang yang berbuat kerusakan. Kebanyakan ulama menolak untuk
menerima riwayat dari seseorang (rawi) yang tidak dikenal keadaannya,
kareana mungkin saja pembawa berita yang tidak dikenal tersebut adalah
38
Setyaningrum dkk, Op.cit., h. 6 39
Abdul. H, Op.cit., h. 15 40
Departemen Agama, Op.cit, h. 412
156
orang fasik.41
Sebab turun surat Al-Hujurat ayat 6 karena utusan Rasulullah saw, yaitu
al-Walid bin „Uqbah mengaku akan dibunuh oleh al-Harits karena tidak mau
membayar zakat. Padahal al-Walid bin „Uqbah takut ditengah perjalanan
untuk mengambil zakat yang telah dikumpulkan al-Harits . Kemudian
Rasulullah saw marah dan mengutus pasukan untuk menemui al-Harits.
Pasukan tersebut ketemu al-Harits di dekat kota Madinah dan membawa al-
Harits menemui Rasul, al-Harits pun mengatakan kebenaran.
Auditor harus memeriksa dengan teliti laporan keuangan yang telah
dibuat oleh perusahaan. Auditor tidak mudah percaya dengan pihak
perusahaan. Auditor dengan pengalamannya harus meneliti dari bukti-bukti
fisik transaksi sehingga menjadi laporan keuangan dan sistem pengendalian
internal di dalam perusahaan sesuai atau belum dengan standar audit syariah.
Pengalaman auditor sangat membantu dalam pengauditan. Karena
dengan pengalamannya maka auditor dapat menggunakan pemecahan
masalah dalam pengauditan yang sebelumnya apabila terdapat permasalahan
yang sama. Dengan pengalamannya, auditor dapat menerapkan langkah-
langkah yang lebih baik dalam mengaudit. Auditor yang lebih berpengalaman
dapat memandu auditor junior dalam bekerja. Pengalaman auditor sangat
membantu auditor untuk menghasilkan laporan audit yang berkualitas.
41
Tim Ahli Tafsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8, (Jakarta: Pustaka Ibnu katsir, 2006), h.
464
157
Kedustaan dalam laporan keuangan juga bisa diatasi oleh auditor yang
berpengalaman. Sehingga informasi laporan keuangan yang diberikan kepada
pihak lain bisa mencerminkan kenyataan yang terjadi di perusahaan.
Pengalaman dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap kualitas
audit. Hal ini mungkin saja bisa terjadi karena auditor merasa sudah
berpengalaman dalam melakukan audit menjadi kurang berhati-hati dan
egonya tinggi. Auditor merasa selalu benar sehingga kurang seksama. Dalam
Islam sikap mawas diri harus diterapkan karena hal yang dilakukannya harus
dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Maka dalam Islam bila
mengerjakan harus menggunakan kode etik akuntan Islam.
Auditor selaku pekerja profesional harus mengandalkan etika jika
pekerjaannya dianggap bernilai dan dihargai masyarakat. Ukuran bahwa
auditor melakukan fungsi professi dengan beretika adalah sejauhmana ia
mengikuti kebenaran, kejujuran, bertingkah laku yang baik, menjaga
integritas, independensi, bekerja hati-hati dan selalu menyadari pentingnya
nilai-nilai professional dalam setiap proses pelaksanaan fungsinya.
c. Analisis Uji Hipotesis (Uji F)
Tabel 17
Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 727.350 2 363.675 4883.258 .000a
Residual 3.426 46 .074
158
Total 730.776 48
a. Predictors: (Constant), X3, X1
b. Dependent Variable: kualitas_audit
Berdasarkan pengujian dengan SPSS didapatkan output uji Anova pada
tabel Uji Anova dalam tabel 17.Berdasarkan hasil uji Anova atau F test
antara variabel pendidikan auditor, masa penugasan audit, dan pengalaman
auditor terhadap Kualitas Audit nilai F hitung sebesar 4883.258
dengan tingkat probabilitas signifikansi sebesar 0,000 sehingga dapat
disimpulkan bahwa model penelitian layak atau fit.
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat
dilihat pada output tabel ANOVA diatas. Jika F hitung > F tabel dengan dk
pembilang k dan dk penyebut n-k-1 serta menggunakan α tertentu maka H0
ditolak atau jika sebaliknya F hitung > F tabel maka H0 diterima. Dari hasil
analisis data dengan SPSS diperoleh F hitung = 4883.258 dengan signifikansi
(sig.) sebesar 0,000 sedangkan f tabel dengan derajat kebebasan (dk/df) untuk
pembilang = 3 dan penyebut = 45 dan α = 0,05 dari daftar tabel diperoleh =
1.667 dengan demikian F hitung > F tabel atau 4883.258 > 1.667 maka H0 ditolak
dan menerima H1 yang menyatakan bahwa ada pengaruh pendidikan auditor,
dan pengalaman auditor terhadap Kualitas Audit.
Hasil analisis data hipotesa 3 (H3) dengan SPSS diperoleh F hitung =
159
4883.258 dengan signifikansi (sig.) sebesar 0,000 sedangkan f tabel dengan
derajat kebebasan (dk/df) untuk pembilang = 3 dan penyebut = 45 dan α =
0,05 dari daftar tabel diperoleh = 1.667 dengan demikian F hitung > F tabel atau
4883.258 > 1.667 maka H0 ditolak dan menerima H1 yang menyatakan bahwa
ada pengaruh pendidikan auditor, dan pengalaman auditor terhadap Kualitas
Audit.
Pengujian menunjukkan adanya pengaruh pendidikan auditor dan
pengalaman auditor terhadap Kualitas Audit para auditor di perusahaan
yang listing di Jakarta Islamic Index (JII). Hal ini sesuai dengan
pendapat Othman dkk., Helal dkk., Yacob dan Donglah, Dyah dkk.,
Fitriany dan Setiawan., Hussain dkk., serta Kasim dkk. Dengan adanya
pendidikan dan pengalaman maka akan meningkatkan kompetensi dari
auditor. Kompetensi yang semakin baik akan meningkatkan kualitas
auditor karena auditor lebih memahami pekerjaannya.
Latar belakang pendidikan akuntansi menjadi sebuah keharusan bagi
auditor dan semakin tinggi jenjang pendidikan maka pengetahuan
akuntansi akan semakin komprehensif. Keahlian dalam bidang akuntansi
sangat diperlukan bagi seorang auditor dalam melakukan audit terhadap
laporan keuangan agar informasi yang dihasilkan akurat dan tepat serta
mengurangi terjadinya kecurangan yang mungkin terjadi dalam proses
pelaporan keuangan. Pendidikan merupakan salah satu penentu dari
kompetensi teknis dan sangat bermanfaat pada tugas-tugas terstruktur
160
auditor. Perlunya peningkatan pendidikan auditor melalui pelatihan,
seminar, publikasi newsletter berkala, melaksanakan penelitian. Melalui
pendidikan berkelanjutan akan diperoleh pemahaman akuntansi yang
lebih mendalam dan meningkatkan motivasi dalam melakukan audit
sehingga meningkatkan kualitas dari hasil pemeriksaan. Serti fikasi
keahlian akuntan mengindikasikan kompetensi yang menyatakan secara
tidak langsung pengetahuan akuntansi yang diperlukan atau pengetahuan
khusus ditambah kepatuhan terhadap standar profesional.berbagai
sertifikais keahlian yang tersedia bagi akuntan /auditor diantaranya
Certified Fraud Examiner (CFE), Certified Government Auditing
Professional (CGAP), Certified Information systems Auditor (CISA),
Certified Internal Auditing (CIA), Certified Public Auditing (CPA) dan
lain- lain.
Pengalaman kerja dapat memperdalam dan meningkatkan
kompetensi kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang
sama maka akan semakin terampil dan semakin cepat auditor
menyelesaikan pekerjaannya. Semakin banyak macam pekerjaan yang
dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya semakin banyak dan luas
serta memungkinnkan kinerjanya meningkat. Auditor yang
berpengalaman akan melakukan judgement dengan tingkat kekeliruan
yang lebih rendah dibanding yang tidak berpengalaman.
Uji hipotesis ini untuk menjawab rumusan masalah yang ke dua. Dimana
161
hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu Othman dkk., Helal
dkk., Yacob dan Donglah, Dyah dkk., Fitriany dan Setiawan., Hussain
dkk., serta Kasim dkk yang menyatakan bahwa kualitas audit dipengaruhi
kompetensi misalnya pendidikan auditor dan pengalaman auditor.
Auditor di JII yang memiliki kompetensi dan paham syariah masih
terbatas. Di Indonesia belum tercukupinya auditor syari‟ah, dimana auditor
harus memahami akuntansi dan syari‟ah sekaligus. Sistem pendidikan untuk
menghasilkan auditor syari‟ah kurang memadai. Kurangnya pendidikan dari
tingkat universitas tentang akuntansi dan audit syari‟ah di Indonesia. Lembaga
pelatihan akuntansi dan audit syari‟ah di Indonesia terbatas.
Penerapan audit syari‟ah di Indonesia belum diterapkan oleh auditor
yang mengaudit di perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks (JII).
Sehingga laporan keuangan diaudit berdasarkan standar audit yang berlaku
sesuai standar di Indonesia, yaitu standar auditing yang dibuat oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Hal ini disebabkan belum siapnya sistem
untuk pemakaian auditor syariah. Laporan keuangan yang dipakai di
perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) merupakan laporan
keuangan konvensional yang tidak berdasar akuntansi syari‟ah.
Pendidikan yang diperkaya dengan pengalaman maka akan
menjadikan auditor lebih memahami tugasnya. Hal ini kan menjauhkan nya
dari sifat kecurangan karena kecurangan akan menghancurkan auditor yang
162
besar dan berpengaruh sekalipun. Hal ini sebagaimana Al-Qur‟an Surat Al
Muthaffifiin (82) ayat 1- 6 :
Artinya : “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu)
orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta
dipenuhi dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain,
mereka mengurangi. Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa
sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang besar, (yaitu)
hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam”.42
An-Nasa-i dan Ibnu majah meriwayatkan dari Ibnu „Abbas ra., ia
berkata, “Ketika Nabi saw. Tiba di kota Madinah, penduduk Madinah
termasuk orang yang paling curang dalam menakar. Sehingga Allah
menurunkan ayat ini. Dan setelah ayat ini turun, maka mereka menekar
dengan baik tanpa berlaku curang.
Maksud dari berlaku curang disini adalah bertindak sewenang-wenang
dalam takaran dan timbangan, baik dengan menambahnya jika diterima dari
orang lain, maupun dengan menguranginya jika dilakukan untuk orang lain.
Setelah Allah SWT menjanjikan kerugian dan kehancuran atas mereka, yaitu
dengan kata wail (celaka). Apabila mereka menerima takaran dari orang lain,
maka mereka mengambil dan menuntut hak mereka dengan sempurna, bahkan
berlebih. Sebaliknya apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang
42
Departemen Agama, Op.cit., h. 470
163
lain), mereka mengurangi dengan tidak memenuhi hak orang lain dengan
sempurna.43
Apabila adil dalam menakar dan menimbang maka lebih utama
dan lebih baik akibatnya. Allah tidak membebani seseorang melainkan
menurut kesanggupannya dalam berlaku adil. Allah telah membinasakan dan
menghancurkan kaum Syu‟aib dikarenakan mereka mengurangi timbangan
dan takaran.
Manusia akan dibangkitkan pada suatu hari yang besar. Yakni, apakah
mereka tidak takut kepada kebangkitan di hadapan Dzat Yang maha
Mengetahui segala rahasia dan semua tersimpan di hati, pada hari yang
ketakutannya sangat besar, kengeriannya tak terperikan, juga perkaranya amat
dahsyat. Siapa yang rugi pada hari itu, maka ia akan masuk ke dalam api
neraka yang menyala-nyala.
Pada hari (ketika) semua orang bangkit menghadap Rabb seluruh alam
. mereka dibangkitkan tanpa alas kaki, dalam keadaan telanjang dan belum
dikhitan. Keadaan saat itu serba sulit, susah, sempit, dan sengsara, bagi orang
durjana. Mereka diliputi ketetapan Allah Ta‟ala, dimana kekuatan dan indera
manusia tidak akan mampu memikulnya44
.
Imam Malik meriwayatkan dari nafi‟ dari Ibnu „Umar bahwa Nabi
Muhammad saw. bersabda : “ Pada hari (ketika) semua orang bangkit
43
Tim Ahli Tafsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9, (Jakarta: Pustaka Ibnu katsir, 2006), h.
504 44
Ibid.
164
menghadap Rabb seluruh alam, hingga salah seorang mereka tenggelam
dalam keringatnya sendiri sampai batas kedua telinganya.”
Auditor membutuhkan pendidikan dan pengalaman dalam mengaudit
karena dengan kedua kompetensi tersebut auditor dapat berlaku adil. Adil
dalam artian disini tidak berat sebelah, tidak merugikan pihak manapun. Baik
terhadap pihak didalam perusahanaan maupun terhadap pihak yang diluar
perusahaan. Pihak perusahaan tidak boleh melebihkan ataupun mengurangi
apa yang ada di dalam laporan keuangan. Auditor pun harus teliti dalam
pemeriksaan dan harus menegur dengan tegas pihak perusahaan yang
melebihkan atau mengurangi apa yang ada di laporan keuangan. Apabila
auditor dengan pendidikan dan pengalamannya menemukan kesalahan
perusahaan dan membiarkan kesalahan yang dilakukan perusahaannya karena
pihak perusahaan yang membayar fee audit, maka auditor mendapat ancaman
dari Allah mengenai pembalasannya. Auditor harus dapat mengarahkan
perusahaan kliennya agar mengikuti standar audit sehingga tidak merugikan
pihak lain.
Penerapan ketat oleh pemerintah terhadap batas maksimal masa
penugasan auditor selama 5 tahun harus selalu diterapkan agar menjaga
independensi auditor. Namun jika dikaji dalam Islam independensi berasal
dari ketakwaan. Takwa adalah sikap menjaga dan memelihara diri untuk tidak
melaksanakan larangan Allah baik dalam keadaan tersembunyi maupun
terang-terangan sebagai salah satu cara untuk melindungi seseorang dari
165
perilaku negatif yang tidak sesuai syari‟ah, khususnya penggunaan kekayaan
atau transaksi yang cenderung pada kezaliman. Sehingga bagi auditor baik
bagi auditor yang masa penugasannya sudah lama atau masa penugasan yang
pendek untuk bekerja mengaudit pada suatu perusahaan tetaplah bisa
independensi karena auditor dalam bekerja diiringi dengan ketakwaan.
Ikatan Akuntan Publik saat beberapa Kantor Akuntan Publik (KAP)
dulu bisa berada dibawah afiliasi internasional yang sama, hal ini digunakan
oleh perusahaan untuk mengakali aturan masa penugasan. Masa penugasan
setelah lima tahun, perusahaan mengganti KAP nya namun masih berada di
bawah afiliasi internasional yang sama. Sekarang satu afiliasi Internasional
hanya boleh memiliki satu KAP. Sehingga bisa menjadi lebih independensi.
Pemenuhan pendidikan dan pengalaman audit mutlak diperlukan
dalam audit syariah dalam memenuhi integritas auditor yang diatur dalam
kode etik akuntan muslim. Islam menempatkan integritas sebagai nilai
tertinggi yang memadu seluruh perilakunya. Islam juga menilai perlunya
kemampuan dan kompetensi audit serta kualifikasi tertentu untuk
melaksanakan audit. Auditor yang memiliki pendidikan audit dan memiliki
kompetensi syariah masih kurang di Indonesia sehingga perlu adanya
peningkatan sehingga audit syariah bisa diterapkan secara utuh agar tujuan
syariah bisa tercapai.
3. Pengaruh Masa Penugasan Audit, Pendidikan Auditor dan Pengalaman
Auditor Terhadap Kualitas Audit
166
a. Hasil Uji Asumsi Klasik
Responden uji coba dalam penelitian ini sebanyak 7 perusahaan di Jakarta
Islamic Index (JII ) yang masuk selama 7 tahun berturut-turut, sampel yang
diambil sebanyak 49 data, sehingga diketahui harga df pada taraf 5% yaitu df=
N-2= 49-2=47, yaitu 1.667 Berikut hasil uji validitas instrumen penelitian
pengaruh masa penugasan audit (X1), pendidikan auditor (X2) dan pengalaman
auditor (X3) terhadap kualitas audit (Y) melalui aplikasi program SPSS.
Analisis data dimulai dengan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik terdiri
dari 5 (lima) pengujian yaitu normalitas, homogenitas, multikolinieritas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
1) Uji Normalitas Data.
Pengujian normalitas data dalam penelitian menggunakan uji
Kolmogorov – Smirnov. Pada tabel Uji Normalitas disajikan hasil uji
normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov.
Rumusan hipotesis :
H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal.
H1 : Data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.
Kriteria pengujian :
a). Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak.
b). Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka H0 diterima.
Tabel 18
Hasil Uji Normalitas
167
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 49
Normal Parametersa,,b
Mean .0000000
Std. Deviation .21236018
Most Extreme
Differences
Absolute .175
Positive .175
Negative -.121
Kolmogorov-Smirnov Z 1.222
Asymp. Sig. (2-tailed) .101
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data Sekunder yang diolah tahun 2015
Berdasarkan hasil output uji Kolmogorov- Smirnov yang disajikan
pada tabel 18 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi Unstandardized
Residual pendidikan, masa penugasan, dan pengalaman terhadap Kualitas
Audit sebesar 0,101 lebih dari nilai alpha ( sehingga dapat
disimpulkan bahwa data terdistribusi normal dan layak atau memenuhi
syarat uji regresi linier berganda.
2) Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya
variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Membandingkan F hitung
dengan F tabel pada tabel distribusi F, dengan:
168
a) Untuk varians dari kelompok dengan variance terbesar adalah dk
pembilang n-1
b) Untuk varians dari kelompok dengan variance terkecil adalah dk
penyebut n-1
c) Jika F hitung < F tabel, berarti homogen
d) Jika F hitung > F tabel, berarti tidak homogen
Tabel 19
Hasil Uji Homogenitas
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2 Sig. F Change
1 .999a .997 .997 .219 .997 5048.932 3 45 .000
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1
b. Dependent Variable: kualitas_audit
Sumber : data sekunder diolah 2015
Berdasarkan pengujian dengan SPSS didapatkan output uji Anova pada
tabel Uji Anova dalam tabel 19 berdasarkan hasil uji Anova atau F test
antara variabel pendidikan auditor, masa penugasan audit, dan pengalaman
auditor terhadap Kualitas Audit nilai F hitung sebesar 5048.932 dengan
tingkat probabilitas signifikansi sebesar 0,000 sehingga dapat
disimpulkan bahwa model penelitian t idak homogenitas.
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat
dilihat pada output tabel ANOVA diatas. Jika F hitung > F tabel dengan dk
pembilang k dan dk penyebut n-k-1 serta menggunakan α tertentu maka H0
ditolak atau jika sebaliknya F hitung > F tabel maka H0 diterima. Dari hasil
169
analisis data dengan SPSS diperoleh F hitung = 5048.932 dengan signifikansi
(sig.) sebesar 0,000 sedangkan f tabel dengan derajat kebebasan (dk/df) untuk
pembilang = 3 dan penyebut = 45 dan α = 0,05 dari daftar tabel diperoleh =
1.667 dengan demikian F hitung > F tabel atau 5048.932 > 1.667 maka tidak ada
homogenitas.
3) Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Uji multikolinieritas
dilakukan dengan melihat tolerance value atau dengan menggunakan
Variance Inflation Factors (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan
SPSS.
Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat tolerance value dan
variance inflation factor (VIF). Multikolinearitas terjadi bila nilai VIF diatas
nilai 10 atau tolerance value dibawah 0,10. Multikolinearitas tidak terjadi
bila nilai VIF dibawah nilai 10. 45
Hasil perhitungan uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel
20 Uji Multikolinearitas sebagai berikut :
Tabel 20
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
45
Santoso. Op.cit., h. 206
170
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.791 .202 -3.906 .000
X1 1.242 .012 1.070 104.045 .000 .623 1.606
X2 -.085 .017 -.043 -5.120 .000 .917 1.091
X3 -.082 .007 -.118 -11.747 .000 .647 1.545
a. Dependent Variable: kualitas_audit
Berdasarkan tabel 20 dapat di ketahui Nilai Variance Inflation Factor
(VIF) menunjukkan semua variabel bebas memiliki nilai VIF < 10 maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas
dalam model atau tidak ada korelasi antar variabel bebas.
4) Uji Heteroskedasitisitas
Heteroskedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari residual
untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji ini agar mengetahui
adanya penyimpangan dari syarat-syarat asumsi klasik pada model regresi.
Untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas maka dalam penelitian
ini dipergunakan grafik scatterplot. Pada lampiran gambar Scatterplot
Dependent Variabel Y terlihat variabel terikatnya adalah kualitas audit yang
diperlihatkan oleh titik-titik menyebar di bawah dan di atas nol serta
tidak membentuk pola tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
tidak terjadi heteroskedasitisitas pada model regresi, sehingga layak
171
dipakai untuk memprediksi Kualitas Audit berdasarkan variabel bebas
pendidikan auditor, masa penugasan audit, dan pengalaman auditor.
Grafik 2
Grafik Scatterplot
Uji Autokorelasi
5) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan
linier antara error serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu
(data time series). Uji autokorelasi perlu dilakukan apabila data yang
dianalisis merupakan data time series. Uji autokorelasi dilakukan dengan
menggunakan rumus uji Durbin-Watson.
Rumusan hipotesis :
H0 : Tidak terjadi autokorelasi di antara data pengamatan.
H1 : Terjadi adanya autokorelasi di antara data pengamatan.
Kriteria pengujian :
172
a) Jika nilai statistik Durbin-Watson mendekati angka 2, maka tidak
memiliki autokorelasi.
b) Jika nilai statistik Durbin-Watson menjauhi angka 2, maka tidak
memiliki autokorelasi.
Tabel 21
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .999a .997 .997 .219 .997 5048.932 3 45 .000 1.734
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1
b. Dependent Variable: kualitas_audit
Sumber : Data sekunder diolah tahun 2015
Pada uji autokorelasi dengan membandingkan nilai DW statistik
dengan DW tabel dengan formula DW. Hasil analisis diperoleh DW hitung
sebesar 1.734 yang kemudian dibandingkan dengan DW tabel. Adapun
untuk mencari DW tabel adalah dengan mencari nilai d1 dan du dengan
kriteria sebagai berikut :
a) Jumlah variabel independent = 3
b) Jumlah sampel = 49
c) Tingkat keyakinan 95% dan α = 5%
d1 =1.42
du = 1.67
173
Hasil pengujian tersebut nilai DW test sebesar 1.734 lebih besar dari
du(1.67) dan lebih kecil dari 4- du (2.33) atau (1.67<1.734<2.33) dengan
demikian dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi pada penelitian ini.
b. Analisis Uji Hipotesis
1) Uji Regresi Linier Berganda
Alat statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah regresi
linier berganda. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk
menggambarkan nilai dari variabel dependen yang dapat mengalami kenaikan
atau penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel
independen dan dependen. Untuk melihat pengaruh, masa penugasan audit
(X1), pendidikan auditor (X2), dan pengalaman auditor (X3) terhadap kualitas
audit (Y) dilakukan dengan melihat tabel koefisien dan membandingkan
besarnya p-value pada kolom sig < level of significant (α) sebesar 0.05.
Dilihat dari tabel 22 pada pengujian hipotesis diatas didapatkan persamaan
garis linier berganda didapatkan:
Y= -0.791 + 1.242 - 0, 085 - 0.082 +e
Tabel 22
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.791 .202 -3.906 .000
.000 X1 -.085 .017 -.043 -5.120
174
X2 1.242 .012 1.070 104.045 .000
.000 X3 -.082 .007 -.118 -11.747
a. Dependent Variable: kualitas_audit
Sumber : Data sekunder yang diolah tahun 2015
Berdasarkan tabel 22 terdapat hubungan antara variabel, masa penugasan
audit (X1), pendidikan auditor (X2) dan pengalaman auditor (X3) terhadap
kualitas audit (Y), yaitu :
a) Konstanta a = - 0,791 dan koefisien b1 = -0,85, koefisien b2 = 1,241, dan
koefisien b3 = -0,082. Konstanta a sebesar - 0,791 menyatakan bahwa jika
tidak ada nilai , masa penugasan audit (X1), pendidikan auditor (X2)dan
pengalaman auditor (X3) , X=0, maka nilai kualitas audit sebesar - 0,791.
b) Koefisien b1 bernilai -0,085 menyatakan bahwa setiap penambahan satu
satuan X variabel masa penugasan audit akan meningkatan kualitas audit
sebesar -0,085 jika variabel lainnya tetap. Koefisien bernilai negatif berarti
terjadi hubungan negatif antara masa penugasan audit dengan kualitas audit.
Semakin lama masa penugasan audit maka akan menurunkan kualitas audit.
c) Koefisien b2 bernilai 1,241menyatakan bahwa setiap penambahan satu
satuan X variabel pendidikan auditor akan meningkatan kualitas audit
sebesar 1,241 jika variabel lainnya tetap. Koefisien bernilai positif berarti
terjadi hubungan positif antara pendidikan auditor dengan kualitas audit.
Semakin tinggi pendidikan auditor maka akan meningkatkan kualitas audit.
d) Koefisien b3 bernilai -0,082menyatakan bahwa setiap penambahan satu
175
satuan X variabel pengalaman auditor akan meningkatan kualitas audit
sebesar -0,082 jika variabel lainnya tetap. Koefisien bernilai negatif berarti
terjadi hubungan negatif antara pengalaman auditor dengan kualitas audit.
Semakin lama pengalaman auditor maka akan menurunkan kualitas audit.
2) Koefisien Determinasi (R2)
Uji determinasi dipergunakan untuk mengetahui prosentase
sumbangan pengaruh variabel, masa penugasan audit (X1), pendidikan auditor
(X2) dan pengalaman auditor (X3) secara bersama-sama terhadap variabel
kualitas audit (Y).
Uji R2
dilakukan dengan bantuan SPSS 17 yang hasilnya di
Tabel 23 sebagai berikut :
Tabel 23
Koefisien Determinasi Adjusted R Square
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .999a .997 .997 .219
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1
b. Dependent Variable: kualitas_audit
Sumber : Data sekunder yang diolah tahun 2015
Berdasarkan hasil perhitungan model summary pada tabel 23
Koefisien Determinasi diperoleh besarnya adjusted R2
adalah 0,997 hal ini
berarti 99,7% variasi Kualitas Audit dapat dijelas kan oleh variasi dari ketiga
variabel independen yaitu masa penugasan audit, pendidikan auditor, dan
pengalaman audi tor. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat hubungan
176
masa penugasan audit, pendidikan auditor,dan pengalaman audi tor dengan
kualitas audit termasuk pada kategori kuat sebesar 99,7%. Kualitas audit 99,7%
dipengaruhi masa penugasan audit, pendidikan auditor, dan pengalaman
auditor , sedangkan sisanya s e b e s a r 0 , 3 % dijelaskan oleh sebab-sebab
yang lain diluar model.
c. Analisis Uji Hipotesis (Uji t)
Tabel 24
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.791 .202 -3.906 .000
X1 -.085 .017 -.043 -5.120 .000 .917 1.091
X2 1.242 .012 1.070 104.045 .000 .623 1.606
X3 -.082 .007 -.118 -11.747 .000 .647 1.545
a. Dependent Variable: kualitas_audit
Uji T digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen
terhadap kualitas audit secara parsial.
1) Hipotesis masa penugasan audit (X1) terhadap kualitas audit (Y).
H0 : Masa penugasan audit tidak berpengaruh terhadap kualitas audit
H1 : Masa penugasan audit berpengaruh terhadap kualitas audit
Secara parsial menggunakan kriteria pengujian:
177
a) Jika thitung > ttabel dengan dk = n-2 dan α 0,05 maka Ho ditolak.
Sebaliknya H1 diterima.
b) Jika probabilitas (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak. Sebaliknya H1 diterima.
Dari hasil analisis data menggunakan SPSS 17 diperoleh thitung variabel
masa penugasan sebesar -5.120 < ttabel 2,012 dan probabilitas (sig.) ternyata
0,000<0,05. Hal ini berarti Ho diterima dan H1 ditolak atau dengan kata
lain masa penugasan audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas
audit.
2) Hipotesis pendidikan auditor (X2) terhadap kualitas audit (Y).
H0 : Pendidikan auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit
H1 : Pendidikan auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
Secara parsial menggunakan kriteria pengujian:
a) Jika thitung > ttabel dengan dk = n-2 dan α 0,05 maka Ho ditolak.
Sebaliknya H1 diterima.
b) Jika probabilitas (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak. Sebaliknya H1 diterima.
Hasil analisis data menggunakan SPSS 17 diperoleh thitung variabel
pengalaman sebesar 104.045> ttabel 2,012 dan probabilitas (sig.) ternyata
0,000<0,05. Hal ini berarti Ho ditolak dan H1 diterima atau dengan kata
lain pendidikan auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
3) Hipotesis pengalaman auditor (X3) terhadap kualitas audit (Y).
H0 : Pengalaman auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit
178
H1 : Pengalaman auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
Secara parsial menggunakan kriteria pengujian:
a) Jika thitung > ttabel dengan dk = n-2 dan α 0,05 maka Ho ditolak.
Sebaliknya H1 diterima.
b) Jika probabilitas (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak. Sebaliknya H1 diterima.
Hasil analisis data menggunakan SPSS 17 diperoleh thitung variabel
pengalaman sebesar -11.747 < ttabel 2,012 dan probabilitas (sig.) ternyata
0,000<0,05. Hal ini berarti Ho diterima dan H1 ditolak atau dengan kata lain
pengalaman auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
d. Analisis Uji Hipotesis (Uji F)
Tabel 25
Hasil Uji Simultan (F)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 728.611 3 242.870 5048.932 .000a
Residual 2.165 45 .048
Total 730.776 48
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1
b. Dependent Variable: kualitas_audit
Berdasarkan pengujian dengan SPSS didapatkan output uji Anova pada
tabel Uji Anova dalam tabel 25.Berdasarkan hasil uji Anova atau F test
antara variabel pendidikan auditor, masa penugasan audit, dan pengalaman
auditor terhadap Kualitas Audit nilai F hitung sebesar 5048.938
179
dengan tingkat probabilitas signifikansi sebesar 0,000 sehingga dapat
disimpulkan bahwa model penelitian layak atau fit.
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat
dilihat pada output tabel ANOVA diatas. Jika F hitung > F tabel dengan dk
pembilang k dan dk penyebut n-k-1 serta menggunakan α tertentu maka H0
ditolak atau jika sebaliknya F hitung > F tabel maka H0 diterima. Dari hasil
analisis data dengan SPSS diperoleh F hitung = 5048.932 dengan signifikansi
(sig.) sebesar 0,000 sedangkan f tabel dengan derajat kebebasan (dk/df) untuk
pembilang = 3 dan penyebut = 45 dan α = 0,05 dari daftar tabel diperoleh =
1.667 dengan demikian F hitung > F tabel atau 5048.932 > 1.667 maka H0 ditolak
dan menerima H3 yang menyatakan bahwa ada pengaruh pendidikan auditor,
masa penugasan audit, dan pengalaman auditor terhadap Kualitas Audit.
Pengaruh variabel pendidikan auditor, masa penugasan audit, dan
pengalaman auditor terhadap Kualitas Audit secara simultan dapat dilihat
dari uji F yang menghasilkan nilai F F hitung > F tabel atau 5048.932 > 1.667
maka H0 ditolak dan menerima H1 yang menyatakan bahwa ada pengaruh
pendidikan auditor, masa penugasan audit, dan pengalaman auditor
terhadap Kualitas Audit.
Keeratan pengaruh pendidikan auditor, masa penugasan audit, dan
pengalaman auditor terhadap kualitas audit ditunjukkan oleh hasil koefisien
determinasi pada Adjusted R-Square sebesar 0,997 atau 99,7%. Hal ini
180
menunjukkan bahwa tingkat keeratan pendidikan auditor, masa
penugasan audit, dan pengalaman auditor terhadap kualitas audit termasuk
pada kategori kuat yaitu sebesar 99,7%. Sehingga 99,7% kualitas audit
dipengaruhi pendidikan auditor, masa penugasan audit, dan pengalaman
auditor serta sisanya sebesar 3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
terdapat dalam penelitian ini.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kasim & Sanusi; Kasim Nawal,
Shahul Hameed Mohamad Ibrahim & Maliah Sulaiman yang menyatakan
bahwa kualitas audit dipengaruhi kompetensi yang terdiri dari pendidikan
(pengetahuan) dan pengalaman serta kualitas audit juga dipengaruhi
kompetensi, salah satunya adalah masa penugasan audit.
Komponen kualitas audit terdiri dari Cara untuk mengukur kualitas
hasil pekerjaan auditor adalah melalui independensi dan kompetensi.
Independen berarti bahwa auditor tidak memihak dan tidak bias terhadap
informasi keuangan yang diauditnya maupun terhadap penyusun dan
pemakai laporan keuangan46
. Salah satau komponen independensi adalah
masa penugasan yang ideal harus dilakukan. Pada masa awal penugasan,
auditor akan bias terhadap informasi dari perusahaan klien karena laporan
keuangan yang diperiksa pertamakalinya, belum memahami perusahaan
klien. Namun indepensi bisa terkikis juga bila auditor telah lama mengaudit
suatu perusahaan maka tercipta ikatan relasi yang terlalu dekat terhadap
46
Henry.Simamora, Op.cit., h. 29
181
klien.
Kompetensi merupakan kemampuan auditor dalam melaksanakan dan
menyelesaikan tugasnya47
. Kompetensi auditor dapat diukur dari pendidikan
dan pengalaman Akuntan Publik. Pendidikan dari akuntansi membuktikan
bahwa auditor memiliki kredibilitas yang baik. Kantor Akuntan Publik
memiliki pendidikan akuntansi banyak bekerja sesuai standar audit sehingga
berpengalaman dan kualitas auditnya baik.
Pada uji hipotesis ini untuk menjawab rumusan masalah yang ke tiga.
Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu Kasim
& Sanusi; Kasim Nawal, Shahul Hameed Mohamad Ibrahim & Maliah
Sulaiman yang menyatakan bahwa kualitas audit dipengaruhi kompetensi
misalnya pendidikan auditor dan pengalaman auditor serta independensi
berupa masa penugasan audit.
Auditor syari'ah di JII harus dilatih akuntansi dengan sertifikasi
khusus dalam syari'ah sebagai auditor. Hal ini untuk meningkatkan
kompetensi dari auditor. Audit syariah juga hendaknya dijalankan sesuai
standar audit AAOFI. Sedangkan tata kelola perusahaan di JII hendaklah
dimaksimalkan agar memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan.
Masa penugasan audit, pendidikan audit dan pengalaman audit
merupakan hal yang penting dalam mengaudit. Hal ini dilakukan agar auditor
47
Abdul Halim, Auditing 1: Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan. (Yogyakarta: UPP AMP
YKPN, 2004), h. 21.
182
dapat melakukan audit yang benar sesuai aturan dan prosedur agar mencapai
pengukuran secara adil , jangan dilebihkan dan jangan dikurangi agar tidak
merugikan orang lain sesuai Al-Qur‟an Surat Asy Syuara (26) ayat 181-184 :
Artinya: Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang merugikan dan timbanglah dengan timbangan yang lurus.
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah
kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan dan bertakwalah
kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu".48
Allah memerintahkan agar penduduk al-Aikah menyempurnakan
takaran dan timbangan seraya melarang mereka untuk berlaku curang. Dalam
firman Allah : “Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-
orang yang merugikan dan timbanglah dengan timbangan yang lurus”.
Maksudnya, apabila kamu sekalian memberikan barang yang dijual kepada
orang lain, maka sempurnakanlah ukuran takarannya.
Janganlah sekali-kali kalian mengurangi takaran hingga memberikan
kepada mereka takaran yang menyusut49
. Hendaklah kalian mengambil sesuai
dengan ukuran yang kalian ambil. Hendaklah kalian mengambil sesuai dengan
48
Departemen Agama, Op.cit., h. 374 49
Tim Ahli Tafsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6, (Jakarta: Pustaka Ibnu katsir, 2006), h.
617
183
ukuran yang kalian terima dan memberi sesuai dengan ukuran yang kalian
ambil. Jangan pula membuat kerusakan di bumi dengan menjadi pembegal.
Firman Allah : “Dan bertakwalah kepada Allah yang telah
menciptakan kamu dan umat-umat yang terdahulu”. Pada ayat ini Nabi
Syu‟aib menakut-nakuti mereka dengan siksa Allaha, Rabb yang menciptakan
mereka dan menciptakan nenek moyang mereka terdahulu.
Auditor bekerja dengan semakin lama masa penugasan, semakin tinggi
pendidikan dan semakin lama pengalamannya akan mempengaruhi kualitas
audit semakin baik. Dengan kualitas audit yang baik maka auditor berlaku
adil tanpa berat sebelah. Laporan keuangan yang memiliki kualitas audit yang
baik akan bermanfaat bagi pihak perusahaan dan pihak di luar perusahaan.
Pihak luar yang berkepentingan dengan laporan keuangan akan sangat
mempercayai laporan keuangan yang disertai laporan auditor yang wajar.
Sehingga pihak luar akan berdampak merugi apabila auditor menutupi
kecurangan perusahaan. Sehingga menjadi suatu kewajiban agar auditor
bekerja mengharap ridha Allah, bersikap jujur, dan adil agar menguntungkan
pihak perusahaan dan pihak pengguna laporan keuangan.
D. Prespektif Audit syari’ah
1. Hisbah & Akuntabilitas
Pertanggungjawaban atas pengelolaan suatu institusi diwujudkan dalam
bentuk akuntabilitas, dan disampaikan dengan pengungkapan (disclosure),
sehingga akan terlihat apakah institusi tersebut dikelola sesuai dengan aturan
184
yang mengikatnya atau tidak, baik aturan dari pemerintah maupun aturan yang
berasal dari syariah Islam. Haniffa dan Hudaib serta Kasri berpendapat bagi
muslim, makna akuntabilitas tidak hanya sekedar memenuhi kontrak dengan
pihak terkait, namun terdapat hubungan kontrak dengan Tuhan, sehingga
pelaporan harus memenuhi aturan syariah Islam. Oleh karena itu, pelaporan juga
harus disesuaikan dengan tujuan dan kewajiban institusi Islam. Menurut
Chapra sesuai dengan tujuan syariah (Maqasid al-syariah), institusi Islam
(termasuk bank Islam) tidak hanya merupakan institusi yang mengejar
keuntungan semata, tetapi harus memperhatikan sosial ekonomi, lingkungan
alam, dan nilai-nilai Islam lainnya.50
Pembahasan mengenai muhasabah terdapat pada Al Qur‟an surat Al Baqarah
ayat 202 :
Artinya: Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang
mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.51
Kata ( ) yaitu orang- orang yang berdoa dan kemudian berusaha untuk
meraih apa yang didoakannya. Nashib52
yang mereka dapatkan setelah berdoa dan
berusaha baik berupa niat, ucapan, ataupun perbuatan. Dan Allah sangat cepat
perhitungannya maksudnya kemudian Allah akan perhitungan terhadap apa yang
telah mereka usahakan. Perhitungan Allah sangat cepat namun tidak keliru, tidak
mengurangi kebaikan, dan tidak melebihkan kesalahan mereka, serta adil dan
50
Evony Silvino Violita, Fungsi Mediasi Institutional Budaya Terhadap Hubungan Nilai-
Nilai Budaya dan tingkat Pengungkapan Nilai-Nilai islam Pada Laporan Yahunan Bank Islam : Studi
Lintas Negara, Jurnal & Prosiding Simposium Nasional Akuntansi, Vol.17, 2014, h. 1 51
Departement Agama, Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung: CV Diponegoro, 2004), h.25 52
Kata Nashib dari kata nashaba yang pada mulanya berarti menegakkan sesuatu sehingga
nyata dan nampak. Nashib memiliki arti bagian tertentu yang telah ditegakkan sehingga menjadi nyata
dan jelas dan tidak dapat dielakkan.
185
bijaksana. Allah SWT menghitung seluruh amal perbuatan manusia hanya dalam
tempo setengah hari didunia. Bahkan ada yang meriwayatkan hal itu diselesaikan
Allah dengan sekejap mata.
Para ahli fiqh menganggap bahwa istilah muhasabah sama artinya dengan
catatan keuangan53
. Al Qalqasyandi sebagaimana dikutip oleh Muhammad al-
Musahamah dan Nur Ghofar Isma‟il mengatakan dalam buku Shubhu al-A‟sya
bahwa lafal kitabul insya‟ (penulis keuangan) dan kitabul amwal (menulis atau
mencatat keuangan. Pengertian pertama adalah menyusun kalimat dan urutan-
urutan makna, yang dimaksud pengertian kedua adalah penulisan pemasukan uang
dan mengeluarkan serta semua proses lain yang semakna. Menurut Imam Al-
Ghazali yang dimaksud dengan muhasabah adalah intropeksi individual atau
perhitungan berikut balasannya. Lebih lanjut al-Ghazali mengatakan muhasabah
berarti evaluasi modal pokok, merinci serta mengukur laba dan rugi54
.
2. Akuntansi syariah & Auditing syariah
Akuntansi syariah erat kaitannya dengan audit syariah. Concern akuntansi
syariah mendorong manusia untuk kembali ke Tuhan55
. Akuntansi syariah adalah
stimulan yang digunakan untuk menggiring manusia pada ketundukan,
kepasrahan, dan penyatuan pada Tuhan. Hasil dari akuntansi syariah berupa
laporan keuangan di periksa oleh auditor yang kemudian dilaporkan melalui
53
Muhammad al-Musahamah dan Nur Ghofar Isma‟il, Akuntansi Syari’ah: Analisis Pendapat
Muhammad al-Musahamah tentang Ayat-ayat Akuntansi dalam Al-Qur’an, (Yogyakarta, al-
Musahamah:2005), h.79. 54
Ibid. 55
Iwan Triwuyono, Akuntansi Syariah: Prespektif Metodologi, dan Teori, ( Jakarta, Raja
Grafindo Persada: 2006), h. 12
186
laporan auditor apakah laporan keuangan bersifat Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP), sehingga diperlukan proses audit syariah setelah akuntansi syariah agar
laporan keuangan perusahaan dapat dipercaya dan dipergunakan oleh pemakai
laporan keuangan. Dimana dalam syariah terdapat value-added statement
(Laporan Nilai Tambah), dimana laporan ini dipergunakan oleh pihak yang berhak
menerima pendistribusian nilai tambah menurut Slamet yaitu 56
:
a. Pihak yang terkait langsung dengan bisnis perusahaan (Direct stakeholders)
yang terdiri dari: pemegang saham, manajemen, karyawan, kreditur,
pemasok, pemerintah, dan lain-lainnya.
b. Pihak yang tidak terkait langsung dengan bisnis perusahaan (Indirect
stakeholders) yang terdiri dari: masyarakat mustahiq (penerima zakat, infaq,
dan shadaqah) dan lingkungan alam.
Pada prinsipnya keuangan syariah didasarkan pada prinsip haramnya riba
dan bunga. Hal ini berdasar dari Al- Qur‟an seperti dalam Surah Al-Baqarah
ayat 275 :
Artinya : Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
56
Triwuyono, h. 354
187
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya57
.”
Ulama masa kini berpendapat bunga hanyalah salah satu dari bentuk riba
nasiah yang dilarang. Sehingga perlu dipikirkan bagaimana mendirikan lembaga
keuangan yang dioperasikan bukan pada bunga. Keuangan syariah beroperasi
dengan menggunakan akad-akad muamalah yang menjadi bab utama dalam fikih
Islam58
.
Pentingnya pengaturan dan pengawasan yang bersifat dinamis seiring
dengan kompleksitas transaksi,operasional, dan penggunaan teknologi yang selalu
menyertai kinerja lembaga keuangan syariah. Prinsip-prinsip dasar tersebut dapat
mendorong para pengawas dan auditor agar lebih memperhatikan persoalan-
persoalan yang berhubungan dengan upaya peningkatan tata kelola Lembaga
Keuangan Syariah (LKS), sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan stabilitas
sistem keuangan. Sehingga diperlukan kontrol internal dan audit eksternal yang
diperlukan untuk memastikan kejujuran dan akurasi laporan.
Pakar ekonomi, perbankan, dan manajemen syariah untuk memberikan
kontribusi ilmiah dalam menyisiati bagaimana lembaga keuangan syariah tidak
hanya bersyariah dalam produk dan jasa serta pelayanan, tetapi bersyariah pula
57
Departement Agama, Op.cit., h. 36 58
M. Umer Chapra & Tariqullah Khan, Regulasi & Pengawasan Bank Syariah, (Jakarta,
Bumu Aksara: 2008), h. ix
188
dalam kepemimpinan, keteladanan, dan spiritualisme Islam yang lebih baik.
Lembaga keuangan syariah dituntut untuk mendatangkan keuntungan bagi
nasabah, pemegang saham, dan lain-lainnya. Hal uyang penting juga Lembaga
keuangan syariah harus mencerminkan kepemimpinan Islam yang adil,
transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan (accountable).
Bidang akuntansi melahirkan profesi akuntan. Akuntan lahir karena
anggapan bahwa penyajian laporan keuangan yaitu manajemen dianggap tidak
akan berlaku adil dan objektif dalam melaporkan hasil prestasinya. Sehingga
diperlukan pihak penyaksi independen yang menilai seberapa jauh laporan yang
disusun manajemen sesuai dengan standar keuangan yang ada59
.
3. Audit Syariah
Kegagalan dari manajemen risiko dan sistem pengawasan internal sebagai
pemicu utama terjadinya krisis keuangan . Sistem audit eksternal dan pengawasan
internal harus saling menguatkan untuk mendukung ketangguhan operasional60
.
Audit eksternal dapat membantu menjadikan sistem kontrol internal lebih
dinamis, efektif, dan dapat dipercaya dengan cara sebagai berikut 61
:
a. Audit internal memberikan penilaian dan verifikasi terhadap integritas sistem
kontrol internal.
59
Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta, Bumi Aksara: 2004), h. 146 60
M. Umer Chapra & Tariqullah Khan, Ibid., h. 73 61
Ibid. h. 75
189
b. Audit eksternal bertindak lebih obyektif karena berada di luar dan relatif lebih
independen terhadap manajemen organisasi.
c. Audit eksternal memeriksa ulang semua informasi penting dari manajemen
yang ditunjukan kepada pihak luar, baik individu, organisasi maupun
masyarakat umum.
d. Audit ekternal memastikan kepatuhan terhadap standar internasional, yang
merupakan faktor yang sangat penting dalam persaingan dan mekanisme pasar.
Upaya memenuhi standar good corporate governance pasar modal dalam
aspek akuntabilitas dan transparansi62
, sehingga diperlukan pedoman audit
syariah mengacu pada aturan sebagai berikut:
a. Undang Undang Pasar Modal Syariah
b. Fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).
c. Pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia
d. Prinsip-prinsip syariah dalam Syari’a Standars (Ma‟ayir Syar‟iyah) yang
diterbitkan oleh Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Intitutions (AAOIFI).
e. Pedoman Umum dalam Accounting, Auditing and Governance Standar for
Islamic Financial Institutions yang diterbitkan oleh Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Intitutions (AAOIFI).
62
Muhamad, Audit & Pengawasan Syariah Pada Bank Syariah, (Yogyakarta, UII Press:
2011), h.3
190
f. Pedoman Standar Akuntansi Keuangan dan Pedoman Akuntansi yang berlaku
secara umum.
g. Ketentuan umun yang dikeluarkan instansi terkait dan Undang-undang yang
berlaku secara umum.
h. Berbagai buku literatur yang terkait dengan pengawasan syariah pada lembaga
keuangan khususnya pasar modal syariah.
Kewajiban tabayyun dalam audit syari‟ah itu mutlak diperlukan. Dalam
syar i‟ah yang diinginkan adalah kebenaran pencatatan, kejujuran, kebenaran
informasi, dan keadilan63
. Fungsi auditing sebenarnya sama dengan fungsi
persaksian. Seorang auditor adalah seorang saksi yang menyaksikan apakah
informasi yang disajikan oleh pelaku muamalah itu disajikan dengan benar atau
tidak, seperti yang terkandung dalam surat Al Baqarah ayat 282.
Professi auditor adalah menegakkan kebenaran dan keadilan termasuk
menyediakan informasi yang benar dan adil sehingga tidak ada satu pihak pun
yang merasa dizalimi64
. Auditor merupakan pihak ketiga antara pemberi amanah
(principal) dan penerima amanah (agent).”Allah bersama orang yang berserikat
sepanjang mereka tidak melakukan kecurangan” (Al hadis). Pertanggungjawaban
auditor adalah terhadap pemberi amanah, masyarakat, professi, dan juga kepada
Allah SWT.
4. Perbedaan Audit Syariah dan Audit Konvensional
63
Sofyan. Op.cit., h. 24. 64
Ibid., h. 28
191
Audit syariah dan audit konvensional dalam melakukan pemeriksaan atas
kebenaran dan kewajaran investasi perusahaan mempunyai dasar-dasar
dokumentasi notarial yang sesuai dasar hukum yang disepakati. Namun dalam
auditor syariah seperti yang ditegaskan dalam Al Baqarah ayat 282
menekankana ke hal-hal yang bersifat mu‟amalah. Mu‟amalah yang dimaksud
adalah yang memperhatikan halalan dan thayyiban secara syari‟ah yang diatur
dalam ayat-ayat surat-surat lainnya. Sehingga audit syariah cangkupannya lebih
luas dari audit konvensional yang lebih banyak menilai kebenaran dan
kewajaran berdasar dokumentasi notarial dengan dasar hukum setempat.
Sementara audit syari‟ah menilai keabsahan legal suatu aktivitas dan atau target
investasi berdasar dokumentasi notarial dengan dasar hukum universal Al-
Qur‟an, Hadis Rasulullah Muhammad SAW dan Fiqh Islam yang disesuaikan
dasar hukum setempat yang tidak bertentangan dengan dasar hukum universal
Islam.
Tabel 26
Perbandingan audit konvensional dan audit Syari’ah65
Topik Audit Konvensional Audit Islam Pengertian Pemeriksaan kritis yang dilakukan
oleh auditor dalam hal laporan
keuangan yang disiapkan oleh
pihak ketiga.
Perhitungan, pemeriksaan dan
pemantauan pekerjaan dan praktek
individu baik sehubungan dengan
pekerjaannya untuk memastikan bahwa
itu adalah baik lengkap dan benar dan
selanjutnya untuk dipertanggung
jawabkan kepada Allah SWT.
65
Helal dkk. An Overview on the Basics of Islamic Audit. European Journal of Business and
Management, Vol.5, No.28, International Islamic University Chittagong. Bangladesh. 2013, h. 3
192
Kualifikasi
Auditor
Eksternal
Auditor Eksternal memahami akuntansi dan moral.
Muhtasib (auditor) memahami akuntansi dan Syari‟ah.
Tanggung jawab Auditor
Auditor bertanggung jawab pada pemilik organisasi. Dia tidak memiliki kewajiban terhadap kreditur atau pemodal bisnis. Tidak ada kewajiban untuk melihat apakah uang peminjam aman dan dimanfaatkan hati-hati.
Auditor harus bertanggung jawab untuk pemodal, menilai praktek manajemen, dan kepatuhan syariah.
Peraturan Hal ini diatur oleh Auditing dan konsep dan prinsip akuntansi.
Berpedoman Al-Qur'an, Sunnah dan syari‟ah. Orientasi Perusahaan atau individu Masyarakat atau komunitas
Dasar Ekonomi rasional Allah Penyediaan pengungkapan informasi terbatas tunduk pada kepentingan umum.
Pelaporan Pengungkapan informasi terbatas pada kepentingan umum dan kewajaran laporan.
Pengungkapan memenuhi permintaan
informasi sesuai dengan shari‟ah
Periode Akuntansi
Pengukuran kinerja berkala atau per periode.
Satu tahun untuk perhitungan Zakat.
Akuntabili tas
Akuntabilitas pribadi berfokus pada individu yang mengontrol sumber daya.
Akuntabilitas publik berfokus pada masyarakat dan meningkatkan iman bagi yang berkepentingan di perusahaan
Laporan Laporan hanya transaksi ekonomi dan peristiwa.
Laporan sosial-ekonomi, agama , peristiwa dan transaksi.
Sumber : Helal dkk. International Islamic University Chittagong.Bangladesh.Th. 2013
Dari keterangan tabel 26 menjelaskan bahwa ruang lingkup audit syari'at
lebih luas dibandingkan audit konvensional. Hal ini sejalan dengan penelitian
Yacoob di Brunei66
dan penelitian Khan67
serta Yahya dan Mahzan68
. Sehingga
Auditor harus memiliki pengetahuan audit dan syari‟ah.69
Auditor syari'ah bertanggung jawab untuk memastikan bahwa LKS
mengikuti semua pedoman dan prinsip-prinsip syari'ah, jika tidak, mereka telah
66
Yaacob & Donglah, Op.cit., h. 19 67
Kasim & Sanusi, “Emerging issues for auditing in Islamic Financial Institutions: Empirical
evidence from Malaysia.” IOSR Journal of Business and Management. Universiti Teknologi MARA,
Malaysia.Volume 8, Issue 5 (Mar. - Apr. 2013), h. 1
68
Othman dkk, “Shariah Audit: Evidence & Methodology in Islamic Finance.” This paper is
funded by the BNP Paribas INCEIF Centre for Islamic Wealth Management (CIWM), (2014), h. 5 69
Helal dkk, Op.cit., h.2
193
melakukan Zulm (Ketidakadilan) untuk ummat yang telah mempercayakan mereka
untuk mengaudit dan memastikan LKS mematuhi syari‟ah .70
Auditor syariah
harus memiliki pengetahuan dan independen untuk melaksanakan audit.71
5. Tanggungjawab Akuntan di Pasar Modal
Peran akuntan yang terdaftar di Bapepam-LK diharapkan menjadi gate
keeper atau guardian angel dalam melindungi kepentingan publik dengan
menghasilkan opini yang berkualitas atas laporan keuangan. Akuntan yang
terdaftar di Bapepam-LK mempunyai tanggungjawab untuk turut menjaga kualitas
informasi di Pasar Modal melalui pemberian opini yang berkualitas dan
independen atas laporan keuangan. Bidang jasa Akuntan di Pasar Modal adalah:
perikatan atestasi; dan perikatan non-atestasi.
Setiap Kantor Akuntan Publik memiliki Pengendalian Mutu dimana
Akuntan wajib mengikuti dan menerapkan Pengendalian Mutu dimaksud pada
setiap penerimaan penugasan. Pengendalian mutu merupakan cerminan KAP yang
berkualitas yang menghasilkan informasi yang berkualitas.
Pedoman Pengendalian Mutu dari KAP tersebut sekurang-kurangnya
mencakup72
:
a. Pedoman penerimaan dan penolakan klien
b. Kepastian mutu dan kebijakan etika
c. Pedoman manajemen risiko
d. Pengendalian mutu penugasan
70
Helal. Op.cit., h.5 71
Nawal & Zulaida. Op.cit ., h. 7 72
http://www.bapepam.go.id/webakuntan/index.htm 13 januari 2014 jam 9.58
194
e. Pedoman independensi
f. Prosedur penugasan dan
g. Penelaahan mutu
6. Masa Penugasan Auditor
Muhtasib bekerja di lembaga hisbah yang memiliki pengetahuan dalam
syari'at dan juga di bidang akuntansi, keuangan dan bisnis yang dibayar oleh
negara dan ini benar-benar meningkatkan kemandirian mereka. Mereka tidak
hanya Independen dalam penampilan tetapi juga independen sebenarnya73
.
Perlunya independensi bagi auditor74
.
Rotasi auditor diperlukan unt uk mengatasi keakraban dengan klien
sehingga tidak independen. Tentu saja rotasi auditor juga dapat membawa
kerugian seperti kehilangan keakraban auditor dan keahlian dalam industri klien
dan bisnis, dampak negatif biaya dan kualitas audit, dan pembatasan rotasi
disebabkan oleh sejumlah mitra perusahaan audit dengan tertentu pengetahuan
industri spesialis75
.
Ada beberapa studi empiris telah menemukan bahwa di mana rotasi
perusahaan audit tidak wajib, tenor pemeriksaan jangka pendek yang terkait
dengan pelaporan keuangan berkualitas rendah sedangkan perikatan audit jangka
panjang tidak muncul untuk menghasilkan penurunan kualitas pelaporan keuangan
atau tayangan yang merugikan dari perusahaan audit independen kalangan non
73
Helal dkk. Op.cit., h.1 74
Kasim, Ibrahim, Sulaiman, Op.cit., h. 1 75
Hussain, Op.cit., h. 15
195
investor -Profesional, dan benar-benar memfasilitasi auditor yang lebih baik
membatasi manajemen ekstrim keputusan pelaporan keuangan76
.
7. Pendidikan Auditor
Auditor syariah harus memiliki kedua kualifikasi di bidang akuntansi dan
syariah77
, dimana hasil ini konsisten dengan temuan oleh Yaacob dan Donglah.78
Kenyatannya auditor dengan pengetahuan akuntansi cenderung tidak memiliki
pengetahuan syari'ah dan sebaliknya. Masalah ini telah diperdebatkan sejak awal
pembentukan keuangan Islam modern di tahun 1970-an. Rahman dan Sulaiman
sebagaimana yang dikutip oleh Helal dkk. mengungkapkan idealnya auditor
syariah harus memiliki pengetahuan yang baik di bidang akuntansi dan juga dalam
syari'ah untuk dapat memahami dan mengaudit Lembaga Keuangan Syari‟ah.79
.
Praktisi audit syariah kurang memahami akuntansi dan syariah sekaligus,
secara tidak langsung dapat merusak pertumbuhan audit syariah80
. Hal ini
merupakan kegagalan dalam menentukan visi dan misi Islam di LKS. Hasil ini
konsisten dengan Kasim et.al., karena auditor syariah kekurangan orang-orang
yang memiliki kualifikasi syariah dan akuntansi secara bersamaan. Yaacob
sepakat bahwa kurangnya syariah dan akuntansi dari auditor syariah. Menurut
PwC , fungsi audit syariah yang akan dilakukan oleh auditor internal yang
memiliki pengetahuan syariah. Menurut Khan sebagaimana dikutip oleh Helal
76
Ibid. 77
Zurida. Op.cit., h. 15 78
Yaacob dan Donglah, Op.cit., 2012 79
Helal dkk.. Op.cit., h.5 80
Nawal& Zuraidah. Op.cit., h. 8
196
dkk., pemahaman yang baik dalam syari'ah, Islam fiqh, akuntansi, keuangan, audit
dan bisnis harus memungkinkan auditor syari'at untuk melakukan lebih baik dan
bisa membantu LKS meningkatkan dan mematuhi shari ' ah81
.
Berkaitan dengan kualifikasi auditor syariah, temuan menunjukkan bahwa
ada perbedaan antara yang diinginkan dan kualifikasi yang sebenarnya auditor
syariah sebagai proporsi responden yang memenuhi syarat baik syariah dan
akuntansi hanya 5,9% dibandingkan dengan responden yang berlatih syariah audit
di LKS di Malaysia (69%). Ini merupakan indikasi bahwa auditor kurang
keahliannya di bidang akuntansi dan syari‟ah secara bersamaan, padahal mereka
menentukan visi dan misi Islam dalam LKS.82
Beckford sebagaimana dikutip oleh Hussain dkk. mengungkapkan lebih
dari 55 perguruan tinggi dan lembaga profesional yang menawarkan pendidikan di
bidang keuangan Islam di Inggris tetapi hanya sedikit lembaga tersebut di
Pakistan83
.
Kasim et.al., menyatakan bahwa, "kurangnya keahlian, spesifikasi dan
definisi tentang ruang lingkup praktek audit syari'at menimbulkan masalah yang
menyebabkan kesenjangan yang ada antara 'diinginkan' dan 'yang sebenarnya'".
Auditor syariah harus memiliki pengetahuan yang memadai, kompetensi dan
independen untuk melaksanakan audit. Mereka harus telah dilatih di bidang
81
Helal dkk.. Op.cit., h.5 82
Nawal dkk.. Op.cit. , h. 1 83
Hussain dkk., h. 10
197
akuntansi dan keuangan dan audit serta syari'ah dan fiqh.84
Pentingnya
pengembangan sumber daya manusia dari perspektif pendidikan untuk memenuhi
kebutuhan auditor syariah di Bank Islam di Malaysia.85
Menurut Standar Auditing AAOIFI tahun 2010, auditor harus memiliki
pengetahuan tentang aturan syariat Islam dan prinsip-prinsip. Namun, auditor
tingkat pengetahuan syari‟ahnya dibawah anggota dewan pengawas syari‟ah.
Fatwa, putusan dan bimbingan yang dikeluarkan oleh Dewan Pengawas Syari‟ah
(DPS) merupakan dasar auditor mempertimbangkan apakah LKS telah memenuhi
aturan syari‟ah dan prinsip-prinsip. Auditor juga harus menggunakan ini sebagai
dasar untuk menyimpulkan apakah laporan keuangan LKS telah disusun sesuai
dengan aturan syariat Islam dan prinsip-prinsip ".
Kasim et.al., dalam Yacob dan Donglah menyebutkan bahwa masih
kurangnya orang-orang yang memiliki kedua kualifikasi syari'ah dan akuntansi.
Hal ini disetujui oleh Rammal dan Parker (2010) yang berpendapat bahwa "dalam
rangka untuk memenuhi persyaratan dari Bank Negara Pakistan, auditor harus
dilatih dalam pendidikan agama (Dars-e Nizami kurikulum yang ditawarkan oleh
madrasah). Hal ini karena mereka yang belajar di pendidikan agama, mungkin
tidak berpengalaman di bidang perbankan dan pengetahuan keuangan, sehingga
mereka membutuhkan waktu pelatihan tambahan".86
84
Yacob & Donglah.Op.cit., h 6 85
Zurida dkk..Op.cit., h.2. 86
Yacoob dan Donglah.Op.cit., h. 4
198
Auditor syari'ah harus dilatih dalam akuntansi dengan sertifikasi khusus
dalam syari'ah sebagai auditor tidak memerlukan tingkat tinggi pengetahuan dalam
syari'at sebagai pengawas syari'ah miliki.87
Pemahaman mendalam tentang
bagaimana audit syari'at sangat penting. Hal ini untuk memastikan keberlanjutan
lembaga keuangan syariah dalam jangka panjang, berjalan dalam kerangka syari'at
dan mencapai maqasid al syari'ah.88
Pihak Universitas harus terus meningkatkan kesiapan dan kemampuan
sistem pendidikan untuk mempersiapkan sumber daya manusia terhadap
pelaksanaan audit syariah di Bank Syari‟ah di Malaysia.89
Hood dan Bucheery
menunjukkan bahwa auditor eksternal enggan untuk melakukan tanggung jawab
untuk memastikan kepatuhan syariah terutama karena kurangnya keahlian.90
8. Pengalaman audit
Kualifikasi dan pengalaman persyaratan minimum menyatakan bahwa
pengawas syari‟ah harus memiliki minimal lima tahun pengalaman dalam
memberikan fatwa, dan harus memiliki pengetahuan atau 'at-setidaknya akrab
dengan' industri perbankan. Kualifikasi pendidikan minimum yang ditentukan oleh
Bank Negara Pakistan adalah Dars-e-Nizami (silabus dasar yang diikuti oleh
87
Ibid., h 19 88
Yacob & Donglah. Op.cit., h. 7 89
Zurida dkk. Op.cit. h. 3 90
Nawal Kasim, Zuraidah Mohd Sanusi .Emerging issues for auditing in Islamic Financial
Institutions: Empirical evidence from Malaysia. IOSR Journal of Business and Management (IOSR-
JBM), e-ISSN: 2278-487X.Volume 8, Issue 5 (Mar. - Apr. 2013), PP 10-17. H. 10.
199
mayoritas sekolah-sekolah agama Islam di Asia Selatan). Kualifikasi pendidikan
lainnya seperti Master of Arts dalam Islam studi, perbankan, ekonomi dan
keuangan yang merupakan kualifikasi tambahan tetapi tidak wajib untuk
penunjukan pengawas syariah (State Bank of Pakistan, 2004).91
Adanya keterbatasan penasihat syariah sehingga penasihat bekerja lebih
dari satu organisasi, sehingga tidak independensi.Masalah ini terkait langsung
dengan jumlah waktu yang diperlukan untuk melatih syariah penasihat dan
indikasi bahwa kekurangan ini akan dirasakan selama beberapa tahun yang akan
datang92
.
Prespektif audit syariah pada penerapan audit di Jakarta Islamic Index
(JII) untuk menjawab rumusan masalah yang keempat. Kesimpulan yang
diperoleh bahwa pada audit syariah belum diterapkan secara optimal di
Jakarta Islamic Index (JII). Hal ini disebabkan oleh kurangnya kerangka
konseptual audit syariah di Indonesia, khususnya di JII. Pada perusahaan yang
terdaftar di JII masih menerapkan laporan auditor berdasarkan standar
auditing yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
Standar Auditing berdasarkan AOIFI belum diterapkan di JII.
Kendala yang terjadi pada auditor di JII masih kurangnya auditor yang
memahami audit sekaligus paham syariah. Dan belum adanya aturan bahwa
auditor mesti mengikuti pelatihan pasar modal syariah, aturan yang ada baru
91
Hussain dkk. Op.cit., h. 9 92
Ibid., h. 18
200
pada auditor yang mengaudit perbankan syariah wajib mengikuti pelatihan
perbankan syariah.