BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK...

108
1 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, tingkat kesadaran sejarah masyarakat Painan Selatan berdasarkan angket yang telah peneliti sebar pada tanggal 17 desember 2017 yang telah diisi oleh 98 responden, tingkat kesadaran sejarah masyarakat Painan Selatan adalah Baik dengan rata-rata skor jawaban 72% sadar dengan keberadaan situs Benteng Portugis dan 28% tidak tahu mengenai situs Benteng Portugis, untuk lebih jelasnya berikut skor jawaban berdasarkan masing-masing indikator. Indikator menghargai makna dan hakikat sejarah memiliki rata-rata skor jawaban Ya sebanyak 69,9% dan rata-rata skor jawaban Tidak sebanyak 29,9%, indikator mengenal diri sendiri dan bangsanya memiliki rata-rata skor jawaban Ya sebanyak 66,8% dan rata-rata skor jawaban Tidak 33,4%, indikator membudayakan sejarah bagi pembinaan bangsa memilki rata-rata skor jawaban Ya sebanyak 72,8% dan rata-rata skor jawaban Tidak 27%, indikator menjaga peninggalan sejarah memilki rata-rata skor jawaban Ya sebanyak 78,9% dan rata-rata skor jawaban tidak 21%. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan beberapa

Transcript of BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK...

Page 1: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

1

65

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, tingkat kesadaran

sejarah masyarakat Painan Selatan berdasarkan angket yang telah peneliti

sebar pada tanggal 17 desember 2017 yang telah diisi oleh 98 responden,

tingkat kesadaran sejarah masyarakat Painan Selatan adalah Baik dengan

rata-rata skor jawaban 72% sadar dengan keberadaan situs Benteng Portugis

dan 28% tidak tahu mengenai situs Benteng Portugis, untuk lebih jelasnya

berikut skor jawaban berdasarkan masing-masing indikator.

Indikator menghargai makna dan hakikat sejarah memiliki rata-rata

skor jawaban Ya sebanyak 69,9% dan rata-rata skor jawaban Tidak sebanyak

29,9%, indikator mengenal diri sendiri dan bangsanya memiliki rata-rata skor

jawaban Ya sebanyak 66,8% dan rata-rata skor jawaban Tidak 33,4%,

indikator membudayakan sejarah bagi pembinaan bangsa memilki rata-rata

skor jawaban Ya sebanyak 72,8% dan rata-rata skor jawaban Tidak 27%,

indikator menjaga peninggalan sejarah memilki rata-rata skor jawaban Ya

sebanyak 78,9% dan rata-rata skor jawaban tidak 21%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan beberapa

Page 2: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

hal, yaitu;

1. Pemerintah

Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan agar meningkatkan

pengembangan objek wisata benteng Portugis agar mempunyai daya tarik

bagi pengunjung, seperti menetapkan pemandu wisata, sehingga

masyarakat serta pengunjung mengetahui sejarah dari keberadaan Benteng

Portugis di Pulau Cingkuak, serta masyarakat agar menjaga peninggalan

situs purbakala di Benteng Portugis di Pulau Cingkuak.

2. Pengunjung

Untuk pengunjung sendiri supaya menjaga kebersihan dari Benteng

Portugis dengan tidak membuang sampah sembarangan tapi membuang

pada tempatnya dan dari segi berpakaian supaya lebih sopan.

3. Pengelola

Untuk pengelola sendiri supaya menempatkan pemandu wisata untuk

menjelaskan sejarah Benteng Portugis kepada pengunjung supaya

pengunjung tahu mengenai keberadaan Benteng Portugis dan sejarah

Benteng Portugis

Page 3: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

2

Page 4: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

3

Page 5: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

4

Page 6: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

5

Page 7: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

ABSTRAK

Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan

Terhadap Objek Wisata Benteng Portugis Di Pulau Cingkuak Kabupaten

Pesisir Selatan” Skripsi Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI

Sumatera Barat, Padang, 2018.

Skripsi ini mengkaji tentang seberapa besar tingkat kesadaran sejarah

masyarakat Painan Selatan terhadap objek wisata Benteng Portugis di Pulau

Cingkuak sehingga masyarakat memahami makna dan hikmah mempelajari

sejarah, dengan cara tersebut muncul kesadaran sejarah. Masyarakat yang memilki

kesadaran sejarah akan menghargai peninggalan sejarah serta mengetahui nilai-

nilai yang terkandung didalamnya. Berdasarkan observasi yang telah peneliti

lakukan ditemukan bahwa tingkat kesadaran sejarah masyarakat Painan Selatan

rendah ini terlihat dari situs Benteng Portugis yang kurang begitu terawat dengan

banyaknya sampah dari bekas-bekas orang yang berjualan di sekitar Benteng

Portugis. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan seberapa besar tingkat kesadaran sejarah masyarakat Painan Selatan terhadap objek wisata Benteng

Portugis di Pulau Cingkuak.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Painan Selatan pada

tahun 2016 sebanyak 4.582 orang. Sampel yang diambil adalah 98 orang dengan

teknik pengambilan sampel menggunakan proportional stratified random

sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

dokumentasi dan kuisioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah

presentase.

Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kesadaran sejarah masyarakat Painan Selatan terhadap objek wisata Benteng Portugis adalah dikategorikan baik,

yang ditunjukan dari jawaban ya 72% dan jawaban tidak 28% , berarti jawaban ya

> tidak yaitu; 72% > 28%. Kesimpulan penelitian ini adalah tingkat kesadaran

sejarah masyarakat Painan Selatan terhadap objek wisata Benteng Portugis di Pulau Cingkuak di kategorikan baik berdasarkan rata-rata skor yang peneliti

peroleh dari angket yang telah disebarkan. Saran bagi dinas pariwisata dan dinas

kebudayaan diharapkan untuk menjaga keberadaan situs Benteng Portugis dengan

tetap memeliharanya dan merawat sebagaimana mestinya.

i

Page 8: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa diucapkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan

Selatan Terhadap Objek Wisata Benteng Portugis Di Pulau Cingkuak

Kabupaten Pesisir Selatan.

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Sejarah

STKIP PGRI Sumatera Barat. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak. Sepenuh hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada

yang terhormat:

1. Ibu Dr. Hj. Zusmelia, M.Si, Ketua STKIP PGRI Sumatera Barat, Ibu Sri

Imelwaty, M.Pd, Ph.D selaku Wakil Ketua Bidang Akademik dan

Adminitrasi Umum, Bapak Jarudin, MA, Ph.D selaku Wakil Ketua Bidang

Kemahasiswaan Alumni dan Kerjasama.

2. Bapak AKBP (Purn.) H. Hendrajoni, SH,M.H selaku Bupati Pesisir

Selatan yang telah memberikan izin penelitian, dan bapak Martodi. S.sos

selaku wali nagari Painan Selatan yang telah memberikan bantuan selama

penelitian ini berlangsung.

3. Ibu Liza Huznita, M.Pd selaku pembimbing I yang telah banyak

memberikan masukan terhadap skripsi peneliti, sehingga menjadi skripsi

yang utuh dan Ibu Zulfa, M.Pd, M.Hum selaku pembimbing II sekaligus

ii

Page 9: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

orang tua kedua bagi peneliti yang membimbing dengan penuh kesabaran

dan perhatian dalam memberikan bimbingan dan arahan.

4. Ibu Ranti Nazmi, M.Pd, selaku penguji I, Ibu Meldawati, M.Pd selaku

penguji II, Bapak Juliandry Kurniawan Junaidi, M.Pd selaku penguji III,

tim penguji yang telah banyak memberikan saran dan kritikan demi

kesempurnaan skripsi ini.

5. Pimpinan dan seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah, yang

telah memberikan bekal ilmu selama proses perkuliahan di Program Studi

Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat.

6. Pegawai perpustakaan STKIP PGRI Sumatera Barat.

7. Ayahanda Adisman (Alm) yang telah mendidik penulis dari kecil sampai

kuliah walaupun tidak sampai umurnya untuk mendampingi penulis

sampai wisuda, ini adalah hadiah dari penulis untuk ayahanda kami

tercinta yaitu berupa gelar sarjana yang merupakan cita-cita ayahanda dan

Ibunda Nurlis, yang merupakan sosok ayah sekaligus ibu dan alasan

penulis untuk melanjutkan studi penulis, penulis ucapan banyak terima

kasih yang tentunya penulis belum mampu membalas pengorbanan ayah

dan ibu yang telah membesarkan, mendidik, dan selalu mendoakan yang

terbaik bagi penulis.

8. Kakak pertama penulis Febriandi yang telah bersusah payah mencari uang

untuk kuliah penulis dan kakak kedua penulis yang telah mengurangi

beban biaya hidup penulis beserta adik bungsu tercinta Nanda Mardiani

yang tetap semangat melanjutkan sekolahnya.

Page 10: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

9. Rizo mota yang merupakan suami dari kakak perempuan penulis yang

telah mengirimi banyak uang untuk memenuhi biaya hidup penulis selama

menyelesaikan studi penulis, serta tetap menyemangati penulis untuk

melanjutkan kuliah pasca di tinggalkan ayahanda kami tercinta untuk

selama-lamanya.

10. Sikampret Mutia yang telah menyisihkan sedikit uang sakunya untuk

mentraktir penulis di warung pak uban, berkat lapek peneliti bisa wisuda.

11. Buya yang sering hibur peneliti dengan gurauannya sehingga peneliti

merasa terhibur, dan traktiran mok-moknya.

12. Itumb yang rela berbagi kertasnya untuk memprint out skripsi penulis.

13. Seluruh sahabat dan rekan-rekan seperjuangan, kawan-kawan IMAPESS

Tidak ada kata yang mampu melukiskan kebersamaan, canda tawa, dan

perselisihan, yang akan menjadi kenangan selama kita bersama sebagai

mahasiswa.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengharapkan

semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca serta dijadikan sebagai sumbangan

khazanah ilmu pengetahuan.

Padang, Februari 2018

Penulis

Page 11: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ...............................................................................ii

DAFTAR ISI… .......................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv

DAFTAR ISTILAH. .................................................................................. v

DAFTAR SINGKATAN… ....................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Batasan Masalah .............................................................................. 6

C. Rumusan Masalah ............................................................................ 6

D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6 E. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 8

A. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 8

B. Studi Relevan................................................................................... 21

C. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 26

A. Jenis Penelitian ................................................................................ 26

B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 26 C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 27

D. Instrunen Penelitian .......................................................................... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 30

1. Kuisioner ................................................................................... 30

2. Observasi… ............................................................................... 32 3. Wawancara ................................................................................ 32

4. Dokumentasi .............................................................................. 32

F. Pengolahan dan Analisis Data ........................................................... 33

BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 35

A. Temuan Umum ................................................................................. 35

1. Gambaran umum daerah penelitian .............................................. 36 a). Kondisi Geografis Nagari Painan Selatan ................................ 36

b). Kondisi Demografi Nagari ...................................................... 37

c). Bentuk Topografi.................................................................... 38

2. Penduduk .................................................................................... 37

3. Pendidikan .................................................................................. 40

4. Sejarah Benteng Portugis ............................................................. 41

iii

Page 12: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

a). Sisa tembok ............................................................................ 44

b). Sumur .................................................................................... 48

c). Prasasti ................................................................................... 49

d). Makam ................................................................................... 50

e). dermaga ................................................................................. 50

B. Temuan Khusus ................................................................................ 51 1. Data hasil penelitian .................................................................... 51

2. Pembahasan hasil penelitian......................................................... 53

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 65

A. Simpulan .......................................................................................... 65 B. Saran ................................................................................................ 66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

DAFTAR TABEL

1. Rekapitulasi laporan kependudukan wilayah painan selatan. .................... 3

2. Daftar kunjungan ke Pulau Cingkuak… .................................................. 5

3. Kegiatan wisata alam yang dikembangkan… ........................................ 21

4. Skala Guttman….................................................................................. 32

5. Ukuran penafsiran data menurut arikunto… .......................................... 34

6. Banyak penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Painan selatan…..39

7. Jumlah penduduk usia sekolah… .......................................................... 40

8. Tabel jawaban responden ..................................................................... 51

9. Data frekuensi indikator menghayati makna dan hakikat sejarah… ........ 53

10. Data frekuensi indikator mengenal diri dan bangsanya .......................... 56

11. Data frekuensi indikator membudayakan sejarah bagi pembinaan bangsa59

12. Data frekuensi indikator menjaga peninggalan sejarah bangsa ............. 62

iv

Page 14: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

DAFTAR ISTILAH

1. Syaraka = Ikut serta

2. Society = Masyarakat

3. Community = Masyarakat setempat

4. Territorial = Lebih terikat oleh tempat

5. Social relationship = Hubungan social

6. Difision of labor = Pembagian kerja

7. Heterogen = Banyak macamnya

8. Spesialisasi = Keahlian

9. Snorkeling = Menyelam

10. Resort = Peristirahatan

11. Independen = Bebas

12. Insidential = Kebetulan

13. Library research = Penelitian kepustakaan

14. Field research = Penelitian lapangan

15. ± = Lebih kurang

16. Sex ratio = Perbandingan jumlah penduduk

17. Kluwih = Timbul

18. Cocus nucifera = Pisang

19. Myristica fragrans = Pala

20. Eugenia aromatic = Cengkeh

21. Rizopora mucronota = Tanaman bakau

22. Pandanus tectorius = Pandan

v

Page 15: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

23. Pengintai = Lubang mengintip

24. Boulder = Batu alam berukuran besar

25. Talud = Tempat pertahanan

26. View = Pemandangan

Page 16: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

DAFTAR SINGKATAN

1. UU = Undang-Undang

2. Pessel = Pesisir Selatan

3. STKIP = Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

4. Sumbar = Sumatera barat

5. PBB = Perserikatan Bangsa-Bangsa

6. Km = Kilometer

7. km² = Kilometer Persegi

8. cm = Centimeter

9. m = Meter

10. LKPj = Laporan Keterangan Petanggungjawaban

11. VOC = Vereenigde Oostindische Compagnie

12. Ha = Hektar

13. ºC = Celcius

14. BT = Bujur Timur

15. LS = Lintang Selatan

16. KK = Kartu Keluarga

17. SDM : Sumber Daya Manusia

18. SD = Sekolah Dasar

19. SLTP = Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

20. SLTA = Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

vi

Page 17: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

21. MTS = Madrasah Tsanawiyah

22. MA = Madrasah Aliyah

23. Dispendikbud = Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Page 18: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1… .................................................................................. 81

2. Gambar 2… .................................................................................. 82

3. Gambar 3… .................................................................................. 82

4. Gambar 4… .................................................................................. 83

5. Gambar 5… .................................................................................. 83

6. Gambar 6… .................................................................................. 84

7. Gambar 7… .................................................................................. 84

8. Gambar 8… .................................................................................. 85

9. Gambar 9… .................................................................................. 85

vii

Page 19: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Kesadaran Sejarah… ........................................................ 67

Lampiran 2 Tabulasi Angket Kesadaran Sejarah ............................................. 71

Lampiran 3 Dokumentasi ............................................................................... 75

viii

Page 20: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu peninggalan kebudayaan yang patut mendapatkan perhatian

ekstra adalah peninggalan kebudayaan yang bersifat konkret yang disebut

dengan cagar budaya. Keberadaan cagar budaya harus benar-benar dirawat

dan dijaga karena sifatnya yang rapuh yang disebabkan oleh berbagai faktor

baik faktor manusia maupun faktor alam, memiliki usia panjang, dan tidak

bisa diperbaharui, urgensi perlindungan cagar budaya.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 pasal 105 tentang Cagar

Budaya tercantum bahwa;

“Setiap orang yang sengaja merusak cagar budaya sebagaimana

yang dimaksud pada pasal 66 ayat (1) di pidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun paling lama 15 (lima belas)

tahun atau denda paling sedikit Rp.500.000.000,- (lima ratus juta

rupiah) dan paling banyak Rp.5.000.000.000,- (lima milyar

rupiah)”

Adanya Undang-undang tersebut, keberadaan situs budaya harus

dilestarikan, bahwasanya cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa

sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting bagi

pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu

dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan,

pengembangan dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan

nasional untuk kemakmuran rakyat. Kemudian didalam Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2010 pengertian cagar budaya adalah warisan budaya yang

1

Page 21: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

2

bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya,

struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat

dan atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai

penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan atau

kebudayaan melalui proses penetapan, cagar budaya merupakan bagian dari

kebudayaan. Selain itu, cagar budaya adalah kekayaan bangsa yang

diwariskan oleh manusia pada zaman dahulu yang dapat bermanfaat untuk

memupuk jati diri bangsa baik untuk generasi sekarang maupun generasi

yang akan datang. Dari beberapa peninggalan situs peninggalan cagar budaya

di Sumatera Barat tepatnya di wilayah Pesisir Selatan khususnya Painan salah

satu di antaranya Benteng Portugis.

Benteng Portugis menjadi salah satu warisan budaya yang ada di

Sumatera Barat tepatnya di kawasan wisata Pantai Carocok Painan Selatan

Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan, benteng Portugis merupakan

warisan cagar budaya yang ada di Pesisir Selatan, selain Benteng Portugis

warisan cagar budaya juga terdapat di daerah Lunang Silaut yakni rumah

Mande Rubiah, keberadaannya menjadi salah daya tarik objek wisata ke

Pesisir Selatan.

Objek wisata Benteng Portugis di Pulau Cingkuak ramai di kunjungi

wisatawan selain itu dikawasan Benteng Portugis juga terdapat makam

Madame Van Kempen, disamping para pelajar atau mahasiswa yang

melakukan kegiatan alam seperti kemping, hiking seringkali dijadikan objek

penelitian setiap tahunnya oleh Balai Arkeologi yang melakukan penelitian.

Page 22: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

3

Benteng yang masih berdiri dengan kokoh itu berada di sebuah pulau

yang disebut Pulau Cingkuak. Pulau ini sangat kecil dengan luas sekitar 2,5

hektar yang terletak di sisi Barat kota Painan Selatan. Jarak dari dermaga ke

Pulau Cingkuak sekitar 200 meter. Selat antara Pulau Cingkuak dan

dermaga biasanya menjadi jalur kapal nelayan.

Kecamatan IV Jurai terdiri dari 16 nagari seperti: Painan, Painan

Selatan, Painan Timur, Salido, Bungo Pasang Salido, Sago, Lumpo dan

daerah-daerah disekitarnya, sedangkan yang menjadi daerah yang menjadi

objek utama penelitian yaitu di daerah Painan Selatan. Berikut daftar jumlah

penduduk yang menetap di daerah Painan Selatan adalah sebagai berikut:

Tabel 1: Rekapitulasi Laporan Kependudukan Wilayah Painan Selatan

Kecamatan IV Jurai Tahun 2013 Sampai dengan 2016

No Nagari Jumlah penduduk Tahun

1. Painan Selatan 5.160 orang 2013

2. Painan Selatan 4.170 orang 2014

3. Painan Selatan 5.641 orang 2015

4. Painan Selatan 4.582 orang 2016

Sumber data : Kantor Kecamatan IV Jurai Painan, Kabupaten Pesisir Selatan,

Salido, 28 September 2017

Berdasarkan observasi yang dilakukan disana tepatnya pada tanggal 18

November 2017 ditemukan bahwa keberadaan benteng Portugis di Pulau

Cingkuak tidak begitu terawat, hal ini terlihat dari banyaknya sampah yang

berserakan, bekas bangunan baru yang sebelumnya di manfaatkan warga

untuk berjualan kemudian ditinggal, sebagai gantinya puing-puing yang

dijadikan tempat bangunan tersebut tidak dibersihkan sama sekali, di tinggal

begitu saja disana, dan juga makam Madam Van Kempen yang berada di

sebelah kanan situs cagar budaya Benteng Portugis tidak terawat, ini terlihat

Page 23: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

4

dari kondisi makam yang sudah retak-retak sehingga tulisan yang ada di

makam Madame Van Kempen tidak begitu terlihat, dan sudah ditutupi oleh

lumut.

Beberapa masyarakat yang sudah diwawancarai mengatakan,

keberadaan situs Benteng Portugis ini kurang begitu di rawat karena hanya

segelintir masyarakat yang mau menjaga keberadaanya, seperti Pak Iwan

misalnya, yang merupakan petugas pantai yang biasanya mengantar

pengunjung dengan perahu boatnya, menurutnya keberadaan situs cagar

budaya Benteng Portugis memberi rezki kepada keluarganya, dulunya Pak

Iwan merupakan seorang nelayan kemudian beralih profesi menjadi

pengantar pengunjung ke objek wisata Benteng Portugis di Pulau Cingkuak.

Masyarakat sekitar yang ditemui secara acak, walaupun belum secara

keseluruhan di wawancara, ditemukan masih banyak masyarakat yang tidak

secara keseluruhan mengetahui peristiwa Sejarah apa yang ada disana,

mereka hanya mengetahui kalau Pulau ini sebagai objek wisata, tempat

berfoto foto dan sebagainya, hasil tersebut diperoleh dari hasil awal observasi

yang lakukan pada hari Minggu tanggal 7 Agustus 2017.

Banyaknya jumlah kunjungan wisata ke Pesisir Selatan khususnya

Painan, menjadikan Pesisir Selatan salah satu destinasi wisata wajib bagi

setiap pengunjung, contohnya pengunjung yang ingin pergi liburan pada saat

liburan sekolah maupun akhir pekan yang menjadi primadona pengunjung

adalah pulau, jumlah daftar kunjungan dalam satu hari bisa mencapai ribuan,

Page 24: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

5

dan mencapai puncaknya pada saat liburan sekolah, akhir pekan dan pada

saat lebaran.

Berikut ini adalah data jumlah kunjungan ke Pulau Cingkuak yang

peneliti peroleh dari Dinas Perhubungan Kabupaten Pesisir Selatan adalah

sebagai berikut:

Tabel 2 : Daftar Kunjungan Ke Pulau Cingkuak Tahun 2017

No Tahun 2017 Jumlah

Penumpang

Unit Kapal Bulan

1. Januari 2017 3.200 200 unit

2. Februari 2017 2.630 200 unit

3. Maret 2017 1.600 200 unit

4. April 2017 2.250 200 unit

5. Mei 2017 1.800 200 unit

6. Juni 2017 50.000 200 unit

7. Juli 2017 1.570 200 unit

8. Agustus 2017 2.005 200 unit

9. September 2017 2.703 200 unit

Jumlah 66.188 200 unit

Sumber : Kantor Dinas Perhubungan Kabupaten Pesisir Selatan, 28

September 2017

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dan dari kenyataan

diatas timbul sebuah pertanyaan seberapa besarkah tingkat kesadaran sejarah

masyarakat Painan Selatan terhadap objek wisata Benteng Portugis, untuk

mengetahuinya harus dilakukan penelitian yang mendalam, yang hasilnya

akan ditulis dalam bentuk skripsi dengan judul “Kesadaran Sejarah

Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata Benteng Portugis

Di Pulau Cingkuak Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan”

Page 25: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

6

B. Batasan Masalah

Mengingat banyak dan luasnya permasalahan yang dikemukakan,

maka penelitian ini hanya mengambil satu permasalahan yaitu mengenai

kesadaran sejarah masyarakat Painan Selatan terhadap objek wisata Benteng

Portugis di Pulau Cingkuak, pembatasan masalah ini dilakukan dengan tujuan

agar penelitian lebih terarah dan mendalam.

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut;

Seberapa besar tingkat Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan

terhadap Objek Wisata Benteng Portugis di Pulau Cingkuak.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang di ambil adalah sebagai berikut: Untuk

menggambarkan seberapa besar tingkat Kesadaran Sejarah Masyarakat

Painan Selatan terhadap Objek Wisata Benteng Portugis di Pulau Cingkuak?

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi beberapa manfaat

sebagai berikut :

1. Manfaat akademik

a. Bagi penulis, dapat menambah ilmu pengetahuan dan menerapkan

ilmu yang diperoleh selama kuliah di STKIP PGRI Sumatera Barat.

b. Untuk menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan bagi penulis

dan peneliti selanjutnya.

Page 26: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

7

2. Manfaat praktis

a. Sebagai sumbangan khazanah ilmu pengetahuan.

b. Sebagai masukan bagi Dinas Pendidikan dan Pariwisata (Instansi di

bidang pendidikan)

c. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa untuk pengembangan

pengetahuan yang menyangkut masalah penelitian yang terkait.

Page 27: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Kesadaran Sejarah

Kesadaran sejarah merupakan kesadaran akan adanya sejarah dan

peristiwa. Kesadaran sejarah tidak lain daripada kondisi kejiwaan yang

menunjukkan tingkat penghayatan pada makna dan hakekat sejarah bagi

masa kini dan bagi masa yang akan datang. Menyadari dasar pokok bagi

berfungsinya makna sejarah dalam proses pendidikan. Hal ini masih

merupakan hal yang asing bagi siswa, kesadaran sejarah lebih banyak

dimiliki oleh kalangan seperti ilmuwan sejarah, pemerhati sejarah dan

pendidik sejarah dalam hal ini adalah guru mata pelajaran sejarah (Aman,

2011:33).

Kesadaran sejarah adalah lebih dari sekadar mengetahui fakta-fakta

sejarah. Kesadaran sejarah memang harus dimulai dengan mengetahui fakta-

fakta sejarah. Pengetahuan tentang fakta-fakta sejarah saja dan ingatan akan

adanya fakta-fakta itu saja, belum menjamin tertanamnya kesadaran sejarah.

Kesadaran sejarah lebih dari itu, diantaranya mencakup segala cipta, rasa dan

karsa yang bersemayam dalam hati nurani, selanjutnya kesadaran sejarah

meningkatkan alam pikiran ke arah pengetahuan adanya hukum-hukum

tertentu dalam perkembangan sejarah, dengan segala logika dan

konsekuensinya. Akhirnya kesadaran sejarah juga harus pandai mengisi hati

nurani bersama dengan hikmah kearifan dan kebijaksanaan yang terkandung

8

Page 28: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

9

dalam segala perkembangan sejarah itu, dengan segala cermin dan pelajaran

untuk masa sekarang dan masa mendatang (Aman, 2011:33).

Kartodirjo (dalam Aman, 2011:34) berpendapat bahwa kesadaran

sejarah pada manusia sangat penting artinya bagi pembinaan budaya bangsa.

Kesadaran sejarah tidak hanya pada menambah pengetahuan, namun juga

menyadari bahwa perlu juga menghayati nilai-nilai budaya bangsa.

Kesadaran Sejarah memerlukan pembinaan, melalui ilmu sejarah bisa

menggunakan pikiran sehat, logika dan imajinasi. Disamping buku-buku

sejarah dan kronologi sejarah, maka diperlukan pula sumber-sumbernya.

Salah satu sumber bahan yang sangat penting adalah peninggalan sejarah.

Bertolak dari peninggalan sejarah tersebut, maka dapat digali kekuatan dari

zaman lampau untuk butuhkan membina bangsa. Peninggalan sejarah

melahirkan nilai atau kesadaran sejarah yang akan menjadi guru bangsa yang

melanjutkan budaya positif pendahulunya. Dengan demikian nilai dari

sejarah adalah bahwa sejarah telah mengajarkan tentang apa yang telah

manusia kerjakan, dan selanjutnya apa sebenarnya manusia itu (Aman,

2011:34).

Kesadaran sejarah merujuk kepada pembinaan budaya bangsa,

kesadaran sejarah bukan hanya sekedar memperluas pengetahuan, melainkan

harus diarahkan pula kepada kesadaran penghayatan nilai-nilai budaya yang

relevan dengan usaha pengembangan kebudayaan itu sendiri. Kartodirjo

(dalam Aman, 2011:34) Maka dari itu, kesadaran sejarah dapat dilihat dari

beberapa indikator-indikator yang dirumuskan mencakup; menghayati makna

Page 29: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

10

dan hakikat sejarah bagi masa kini dan masa mendatang; mengenal diri

sendiri dan bangsanya; membudayakan sejarah bagi pembinaan budaya

bangsa; dan menjaga peninggalan sejarah bangsa (Aman, 2011:140).

Disimpulkan bahwa kesadaran sejarah merupakan kesadaran yang

diperlukan agar masyarakat dapat menemukan makna pentingnya sejarah

bangsanya bagi pengembangan kehidupannya di masa mendatang. Kesadaran

sejarah tidak lain daripada kondisi kejiwaan yang menunjukkan tingkat

penghayatan pada makna dan hakekat sejarah bagi masa kini dan bagi masa

yang akan datang, menyadari dasar pokok bagi berfungsinya makna sejarah

dalam proses pendidikan.

2. Konsep Masyarakat

Koenjaranigrat (2009:116) Secara etimologis, pengertian masyarakat

dalam bahasa Inggris masyarakat di sebut society asal kata socius yang

berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab

“syaraka” yang berarti “ikut serta, berpartisipasi”. Saling bergaul ini tentu

ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia

sebagai perseorangan, melainkan unsur-unsur kekuatan kaidah dalam

lingkungan sosial yang merupakan suatu kesatuan. Masyarakat adalah

sekumpulan manusia yang saling “bergaul” atau dengan istilah ilmiah, saling

“berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai perasaan agar

warganya dapat saling berinteraksi. Negara modern misalnya, merupakan

kesatuan manusia dengan berbagai macam prasarana, yang memungkinkan

Page 30: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

11

para warganya untuk berinteraksi secara intensif, dan dengan frekuensi yang

tinggi.

Masyarakat atau society adalah sekumpulan manusia yang secara

relatif mandiri, hidup bersama-sama cukup lama, mendiami suatu wilayah

tertentu, memeliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar

kegiatanya dalam kelompok tersebut.

Menurut Waren (dalam Lusdio Slamet Santosa 2007 : 144).

berpendapat bahwa “ masyarakat adalah sekelompok manusia yang memiliki

rasa kesadaran bersama, mereka berdiam (bertempat tinggal) dalam daerah

yang sama, sebagian besar atau seluruh warganya memperliahatkan adanya

adat kebiasaaan serta aktifitas yang sama pula.

Menurut Linton (dalam Atik Catur Budiati :2009: 13). Mengatakan

“masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan

bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan

menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas- batas

yang dirumuskan dengan jelas”.

Menurut Page (dalam Atik Catur Budiati : 2009 : 13). Mendefenisikan

bahwa “masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasan dan tata cara, dari

wewenang kerja sama antara berbagai kelompok dan pengolangan, dan

pengawasan tingkah laku serta kebebasan- kebebasan manusia”. Dan Gillin

(dalam Atik Catur Budiati : 2009 : 13). Berpendapat bahwa “masyarakat

adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat

istiadat yang bersifat kontiniu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Page 31: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

12

a. Pengertian Masyarakat Setempat (Community)

Pengertian community (masyarakat setempat) atau komunitas

merupakan bagian kelompok dari masyarakat (society) dalam lingkup yang

lebih kecil, serta mereka lebih terikat oleh tempat (teritorial). Menurut

Soekanto, istilah community dapat diterjemahkan sebagai “ masyarakat

setempat”, istilah mana menunjuk pada warga-warga sebuah desa, sebuah

kota, suku atau suatu bangsa.

Apabila anggota anggota suatu kelompok, baik kelompok itu besar atau

kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa

kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang

utama, maka kelompok tadi dapat disebut masyarakat setempat. Intinya

mereka menjalin hubungan sosial (social relationship).

Disimpulkan bahwa masyarakat setempat (community) adalah suatu

wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial

yang tertentu. Dasar-dasar dari masyarakat setempat adalah lokalitas dan

perasaan masyarakat setempat. Unsur pertama dari komunitas adalah adanya

wilayah atau lokalitas, suatu komunitas dipastikan mempunyai lokalitas atau

mempunyai tempat tinggal tertentu, meskipun suatu kelompok manusia

pengembara, namun pada suatu saat tertentu mereka menempati wilayah

tertentu.

Unsur yang kedua dari komunitas adalah perasaan saling

ketergantungan atau saling membutuhkan. Perasaan anggota masyarkat

setempat dengan anggota lainnya didasari adanya persamaan tempat tinggal.

Page 32: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

13

Perasaan bersama anggota masyarakat setempat disebut community sentiment.

Setiap community sentiment memiliki unsur;

1). Seperasaan

2). Sepenanggungan

3). Saling memerlukan

Unsur seperasaan muncul karena anggota komunitas memposisikan

dirinya sebagai bagian dari kelompok lain yang lebih besar. Mereka

menganggap dirinya sebagai ”kami” dibandingkan dengan “saya” umpanya

“tujuan kami”, “kelompok lain”, atau “perasaan kami”. Pengertian masyarakat

(society) jelas berbeda dengan penegrtian masyarakat setempat (community)

atau komunitas. Pengertian masyarakat sifatnya lebih umum dan lebih luas,

sedangkan pengertian masyarakat setempat lebih terbatas dan juga dibatasi

oleh area kawasannya serta jumlah warganya, jika ditinjau dari aktifitas

hubungannya, lebih erat pada masyarakat setempat daripada masyarakat dan

persatuannya lebih kuat.

b. Masyarakat Desa dan Kota

Sebuah desa sering kali ditandai dengan kehidupan yang tenang, jauh

dari hiruk pikuk keramaian penduduknya ramah tamah, saling mengenal satu

sama lain, mata pencaharian penduduknya kebanyakan sebagai petani, atau

nelayan. Orang desa mempunyai hubungan yang lebih erat dan mendalam

antar sesama warganya, system kehidupan masyarakat biasanya berkelompok

atas dasar kekeluargaan.

Page 33: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

14

Usia dan kekokohan sangat berperan dalam kehidupan orang desa,

golongan orang tua pada masyarakat pedesaan pada umumnya memegang

peranan penting, orang-orang akan selalu meminta nasihat-nasihat kepada

mereka, apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapai. Kesukarannya adalah

orang-orang tua mempunyai pandangan-pandangan yang didasarkan pada

tradisi-tradisi yang kuat, sehingga perubahan sulit terjadi.

Sebuah kota sering ditandai dengan kehidupan yang ramai, wilayahnya

yang luas, banyak penduduknya, hubungan yang tidak erat satu sama lain, dan

mata pencaharian penduduknya yang bermacam-macam.

Menurut Soekanto,(dalam koenjaraningrat 2009 : 118)

“Masyarakat kota dan desa memiliki perhatian yang berbeda, khususnya

perhatian terhadap kebutuhan hidup, di desa yang diutamakan adalah perhatian khusus terhadap keperluan pokok, dan fungsi-fungsi lainnya di

abaikan. Lain pandangan orang kota, mereka melihat selain kebutuhan

pokok, pandangan masyarakat sekitarnya sangat mereka perhatikan”

Pembagian kerja (difision of labor) pada masyarakat kota sudah

terspelialisasi, begitu juga jenis profesi pekerjaan sudah banyak macamnya

(Heterogen) dari sudut keahlian (spesialisasi), seseorang mendalami

pekerjaan pada satu jenis keahlian yang semakin spesifik. Antara satu jenis

pekerjaan sangat erat kaitannya, ada saling ketergantungan di antara mereka.

3. Objek Wisata Benteng Portugis

Menurut koreksi PBB tahun 2008, Indonesia merupakan negara

berpantai terpanjang keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Kanada,

Rusia, dengan panjang garis pantainya 95.181 kilometer. Dua pertiga dari

luas wilayah Indonesia adalah lautan dengan 17.504 pulau. Oleh karena itu

Page 34: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

15

tidak mengherankan jika Indonesia dikenal sebagai negara maritim yang

kaya dengan wisata baharinya dan banyak dikunjungi oleh wisatawan

mancanegara. Diantara wisata-wisata bahari yang menarik untuk dikunjungi

wisatawan adalah pantai.

Salah satu pantai yang memiliki keunikan dan keindahan tersendiri

ada di Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten

Pesisir Selatan adalah salah satu dari 19 Kabupaten/Kota di Provinsi

Sumatera Barat, dengan luas wilayah 5.749,89 kilometer persegi.

Wilayahnya terletak di bagian selatan Provinsi Sumatera Barat, memanjang

dari utara ke selatan dengan panjang garis pantai 234 kilometer.

Kabupaten Pesisir Selatan, sebelah utara berbatasan dengan Kota

Padang, sebelah timur dengan Kabupaten Solok dan Provinsi Jambi, sebelah

selatan dengan Provinsi Bengkulu dan sebelah barat dengan Samudera

Indonesia. Ibukota Kabupaten Pesisir Selatan adalah Kota Painan yang

mempunyai jarak kurang lebih 75 kilometer dari Kota Padang. Topografi

kotanya seperti kue mangkuk, kotanya berada di sekeliling bukit-bukit hijau

dan di sebelah baratnya terbentang lautan samudera yang jernih.

Kawasan Kabupaten Pesisir Selatan terdapat sebuah objek wisata

pantai yang sangat indah yakni objek wisata Pantai Carocok. Pantai ini

memiliki pasir putih serta air jernih, memiliki tepi pantai yang landai,

sehingga bisa untuk berenang bagi anak-anak dan orang dewasa. Pantai ini

berhadapan dengan dua buah pulau yaitu Pulau Kereta dan Pulau

Page 35: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

16

Cingkuak dan di antara Pantai Carocok dengan Pulau Kereta terdapat

jembatan yang menghubungkan antara keduanya.

Pulau Cingkuak merupakan saksi sejarah kolonial di Kabupaten

Pesisir Selatan, yang pada masa itu merupakan pusat perekonomian dan

pelabuhan pantai barat Sumatera. Pada objek wisata Pulau Cingkuak yang

mempunyai luas 4,5 hektar ini, terdapat sebuah Benteng Portugis dan

Prasasti Madame Van Kempen. Pulau Cingkuak ramai dikunjungi wisatawan

di samping para pelajar yang melakukan kegiatan alam seperti camping,

hiking. Balai Arkeologi yang berkedudukan di Medan biasanya juga

mengadakan penelitian setiap tahunnya. Selain indah, Pantai Carocok juga

sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti toilet umum, musholla dan

lokasi parkir yang cukup memadai, warung-warung makan, penjual

makanan kecil dan penjual aksesoris.

Objek wisata Pantai Carocok Painan ini selain dapat memberikan

hiburan dan kepuasan bagi pengunjungnya juga dapat meningkatkan

pendapatan daerah dari retribusi objek wisatanya. Oleh karena Pantai

Carocok Painan merupakan sebuah aset yang bisa meningkatkan

pendapatan daerah Kabupaten Pesisir Selatan, maka pemerintah perlu

mengoptimalkan penggunaan maupun pemanfaatan aset daerah ini melalui

manajemen aset yang baik.

Page 36: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

17

a. Pengembangan Wisata Bahari

Pembangunan pariwisata menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun

1990 tentang Kepariwisataan yang dikutip oleh Musanef (1995:44), pada Bab

III Pasal 6 poin (a) disebutkan sebagai berikut;

“Pembangunan objek dan daya tarik wisata dilakukan dengan

memperhatikan (a) kemampuan untuk mendorong peningkatan pengembangan kehidupan ekonomi dan social budaya, (b) Nilai-

nilai agama, adat istiadat serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup

dalam masyarakat, (c) Kelestarian mutu lingkungan hidup, (d)

Kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri”.

Soemarjan (dalam Spillane 1987:133) menyatakan pengembangan

pariwisata harus merupakan pengembangan yang berencana secara

menyeluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat,

baik dari segi ekonomi, sosial dan cultural. Perencanaan tersebut harus

mengintegrasikan pengembangan pariwisata kedalam suatu program

pembangunan ekonomi, fisik, dan sosial dari suatu Negara.

Wisata bahari adalah seluruh kegiatan yang dilakukan untuk

menciptakan kesenangan, tantangan, pengalaman baru, kesehatan yang hanya

dapat dilakukan didaerah perairan. Wisata bahari dengan kesan penuh makna

bukan semata-mata memperoleh hiburan dari berbagai suguhan atraksi dan

suguhan alami lingkungan pesisir dan lautan, tetapi wisatawan dapat

berpartisipasi langsung untuk mengembangkan konservasi lingkungan

sekaligus pemahaman yang mendalam tentang seluk beluk ekosistem pesisir,

sehingga membentuk kesadaran bagaimana harus bersikap untuk melestarikan

wilayah pesisir di masa kini dan di masa yang akan datang.

Page 37: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

18

Jenis wisata yang memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan secara

langsung maupun tidak langsung, kegiatan langsung di antaranya, berperahu,

berenang dan memancing. Kegiatan tidak langsung seperti olah raga pantai,

piknik, menikmati atmosfer laut (Nurisyah : 1998).

Konsep wisata bahari didasarkan pada view, keunikan alam,

karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya, dan karakeristik masyarakat

sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Wheat

(1994) berpendapat bahwa wisata bahari adalah pasar khusus untuk yang

sadar akan lingkungan dan tertarik untuk mengamati alam. Steele (1993)

mengambarkan kegiatan ekosistem bahari sebagai proses ekonomi yang

memasarkan ekosistem yang menarik dan langka.

Berdasarkan hal itu Gunn dalam Yoeti (1996:52) menetapkan sasaran

pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata sebagai berikut;

Pertama, mempersiapkan eksebilitas, fasilitas dan daya tarik wisata

sedemikian rupa, sehingga apabila wisatawan berkunjung ke daerah tempat

wisata merasa puas, senang, sesuai dengan harapannya, Kedua, supaya

perusahaan-perusahaan yang termasuk kelompok industri pariwisata

memperoleh hasil keuntungan yang berimbang atau proporsional dengan

volume kunjungan wisatawan ke daerah itu. Ketiga, pengembangan yang

dilakukan hendaknya sekaligus dapat memberikan perlindungan terhadap

kerusakan lingkungan, pencemaran dan seni budaya.

Menurut Undang-undang No.9 Tahun 2009, menyebutkan bahwa

pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk

Page 38: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

19

perusahaan objek wisata dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait

di bidang tersebut (Pasal 1 ayat (4) UU No.10/2009). Adapun wisata adalah

kegiatan perjalanan atau sebagian dan kegiatan tersebut yang dilakukan secara

sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata

(Djafar : 2015:42).

Menurut pandangan Kodhyat, ( dalam Djafar 1994 : 21), pariwisata

adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara,

dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan

atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan hidup dalam dimensi

sosial budaya, alam dan ilmu.

Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009

tentang Kepariwisataan dan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011

tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Pariwisata

digolongkan ke dalam;

“Pertama, usaha jasa pariwisata yang terdiri dari (1) jasa biro

perjalanan wisata; (2) jasa agen perjalanan wisata; (3) jasa

pramuwisata; (4) jas konvensi, perjalanan intensif dan pameran;

(5) jasa impresariat; (6) jasa konsultan pariwisata; dan (7) jasa

informasi pariwisata. Kedua, pengusahaan objek dan daya tarik wisata yang dikelompokan dalam; (1) pengusahaan objek wisata

dan daya tarik wisata alam; (2) pengusahaan daya tarik objek

wisata budaya; (3) pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat

khusus. Ketiga, usaha sarana dan prasarana pariwisata yang terdiri

dari; (1) penyediaan akomodasi; (2) penyediaan makan dan

minum; (3) penyediaan angkutan wisata; (4) penyediaan sarana

wisata tirta; (5) kawasan wisata”.

Page 39: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

20

b. Konsep Wisata Pesisir

Pariwisata pesisir termasuk pengembangan seperti akomodasi, restoran,

industri makanan, penginapan dan infrastruktur pendukung pembangunan

pesisir (misalnya bisnis ritel, marina, dan aktifitas pemasok ) termasuk

kegiatan pariwisata seperti rekreasi berperahu, pantai dan laut berbasis

ekowisata, kapal pesiar, berenang, rekreasi memancing, snorkeling dan

menyelam, selanjutnya konsep pariwisata pesisir berkelanjutan adalah

pariwisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan maupun daerah tujuan

wisata masa kini, sekaligus melindungi dan mendorong kesempatan serupa di

masa yang akan datang. Perkembangan pariwisata telah mampu memberikan

keuntungan sosial, ekonomi dan ekologi/lingkungan pada berbagai wilayah

pesisir. Kecendrungan wisatawan untuk menikmati wisata di wilayah pesisir

telah mendorong pertumbuhan wilayah tersebut, mengakibatkan pula semakin

banyaknya masyarakat terlibat dalam kegiatan pariwisata seperti peningkatan

fasilitas dan aksebilitas (Zia : 2006).

Pariwisata alam adalah seluruh bentuk pariwisata yang secara

lanngsung tergantung pada sumber daya alam yang ada dan yang belum

dikembangkan, termasuk pemandangan, topografi, perairan tumbuhan dan

hewan liar. Lingkungan peraiaran yang dapat di pergunakan untuk wisata

alam yang terdiri dari wisata pantai dan wisata bahari sangat beraneka ragam,

biasanya terbentuk oleh proses alam dan buatan (Yulianda, 2007) seperti yang

tersaji dalam tabel berikut.

Page 40: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

21

Tabel 3: Kegiatan Wisata Alam Yang Dapat Dikembangkan

Wisata Pantai Wisata Bahari

Rekreasi pantai Rekreasi pantai laut

Panorama Resort/peristirahatan

Resort/ peristirahatan Wisata selam (diving), wisata snorkeling

Berenang, berjemur Selancar, jet ski, banana boat, perahu kaca, kapal selam

Olahraga pantai (Voli pantai, jalan pantai, lempar cakram)

Wisata ekosistem laut, wisata nelayan, wisata pulau

Berperahu Pendidikan, wisata mincing

Memancing

Sumber: Yulianda (2007:45)

B. Studi Relevan

Penelitian ini menggunakan studi relevan yang berkaitan dengan judul

peneliti, Diantaranya adalah Skripsi Winda Nur Hasana (2011) Mahasiswa

Sejarah Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Sumatera

Barat dengan judul penelitian ”Perkembangan Objek Wisata Bukit Langkisau

di Kenagarian Painan Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan 1995-

2010” dengan hasil penelitian berkembangnya objek wisata di Bukit

Langkisau pada tahun 1995 sampai 2010 dibawah pemerintahan Darizal

Basir, menjadikan Kenagarian Painan lebih dikenal oleh masyarakat luas

bahkan sampai keluar negeri.

Skripsi Vandrio Alasca (2012) Mahasiswa Sejarah Sekolah Tinggi

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Sumatera Barat dengan judul

penelitian ”Pengaruh Objek Wisata Jembatan Akar Terhadap Perubahan

Sosial Ekonomi Masyarakat Puluik-Puluik Kecamatan Bayang Utara

Kabupaten Pesisir Selatan” dengan hasil penelitian perkembangan objek

wisata jembatan akar berpengaruh terhadap perubahan sosial ekonomi

Page 41: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

22

masyarakat Puluik-Puluik. Masyarakat Puluik-Puluik mendapatkan

keuntungan dengan adanya objek wisata jembatan akar, yang dari awalnya

hanya berprofesi sebagai petani, selanjutnya bisa menjadi pedagang yang

dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat.

Skripsi Mega Novita Putri (2011) Mahasiswa Sejarah Sekolah Tinggi

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Sumatera Barat dengan judul

penelitian “Pelestarian Rumah Gadang Sebagai Potensi Pariwisata Budaya

di Perkampungan Adat Jorong Padang Ranah Kecamatan Sijunjung

Kabupaten Sijunjung” dengan hasil penelitian rumah gadang memang

berpotensi menunjang pengembangan pariwisata di Kabupaten Sijunjung dari

pelestarian rumah gadang memang belum ada upaya yang dilakukan secara

fisik, baru dalam bentuk program, program tersebut baru akan digerakkan

tahun 2012.

Skripsi Ismi Andriyani (2012) Mahasiswa Sejarah Sekolah Tinggi

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Sumatera Barat dengan judul

penelitian “Perkembangan Wisata Bahari Di Kepulauan Sikakap Kabupaten

Mentawai : Studi Perubahan Sosial–Ekonomi (2003-2009)” dengan hasil

penelitian memperlihatkan bahwa wisata bahari yang dikembangkan di

Kepulauan Sikakap memberikan dampak positif terhadap perkembangan

sosial-ekonomi masyarakat di daerah Kepulauan Sikakap.

Dari beberapa penelitian di atas ternyata belum ada yang mengkaji

tentang kesadaran sejarah masyarakat sekitar objek wisata benteng Portugis

di Pulau Cingkuak Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan, objek

Page 42: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

23

utama penelitian ini yaitu masyarakat sekitar objek wisata benteng Portugis,

sedangkan skripsi diatas membahas masalah ,sosial ekonomi, dampak objek

wisata sejarah, serta peranan objek wisata sejarah.

C. Kerangka Pemikiran

Salah satu peninggalan kebudayaan yang patut mendapatkan perhatian

ekstra adalah peninggalan kebudayaan yang bersifat konkret yang disebut

dengan cagar budaya. Keberadaan cagar budaya harus benar-benar dirawat

dan dijaga karena sifatnya yang rapuh yang disebabkan oleh berbagai faktor

baik faktor manusia maupun faktor alam, memiliki usia panjang, dan tidak

bisa diperbaharui, urgensi perlindungan cagar budaya.

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011 pasal 105 tentang

Cagar Budaya tercantum bahwa;

“Setiap orang yang sengaja merusak cagar budaya sebagaimana

yang dimaksud pada pasal 66 ayat (1) di pidana dengan pidana

penjara paling singkat 1 (satu) tahun paling lama 15 (lima belas)

tahun atau denda paling sedikit Rp.500.000.000,- (lima ratus juta

rupiah) dan paling banyak Rp.5.000.000.000,- (lima milyar

rupiah)”

Adanya Undang-undang tersebut, keberadaan situs budaya harus

dilestarikan, bahwasanya cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa

sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting bagi

pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu

dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan,

pengembangan, dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan

nasional untuk kemakmuran rakyat.

Page 43: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

24

Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum

dikembangkan secara maksimal, termasuk pariwisata. Pembangunan bidang

wisata diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, karena sektor

pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan dibidang ekonomi

Daerah sumatera barat terletak di daerah pesisir selatan terdapat objek wisata

yang bernama Pulau Cingkuak, dengan luas 4,5 hektar berhadapan dengan

Pulau Batu Kereta, terletak di kawasan pantai corocok painan selatan. Pulau

ini merupakan saksi bisu terhadap peninggalan sejarah kolonial, yang pada

masa itu merupakan pusat perekonomian dan Pelabuhan Pantai Barat

Sumatera.

Pada objek wisata Pulau Cingkuak dapat dilihat Benteng Portugis dan

Prasasti Madam Van Kempen. Pulau cingkuak ramai dikunjungi wisatawaan

disamping para pelajar/mahasiswa yang melakukan kegiatan alam seperti

kemping, hiking seringkali dijadikan objek penelitian setiap tahunnya oleh

Balai Arkeologi yang berkedudukan di Medan. Benteng yang masih berdiri

dengan kokoh itu berada di sebuah pulau yang disebut Cingkuak. Pulau ini

sangat kecil dengan luas sekitar 2,5 hektare yang terletak di sisi Barat kota

Painan Selatan. Jarak dari Pulau Sumatera ke Pulau Cingkuak sekitar 200

meter saja. Selat antara Pulau Cingkuk dan Pulau Sumatera biasanya

menjadi jalur kapal nelayan.

Tingkat kesadaran Sejarah masyarakat Painan Selatan sekitar objek

wisata dipulau Cingkuak masih dikatakan rendah, ini terlihat dari observasi

yang telah dilakukan, dikatakan rendah karena pada objek yang akan di teliti,

Page 44: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

25

BAB III

ditemukan bahwa masyarakat masih mengiraukan atau mengacuhkan

keberadaan Benteng Portugis di pulau Cingkuak, di Benteng Portugis peneliti

temukan bahwa keberadaan benteng yang tidak terawat, sampah yang

berserakan dari sisa pala yang mereka ambil, situs makam Madame Van

Kempen yang sudah tidak begitu terawat seperti retak-retak, dan bekas-bekas

orang yang dulunya yang memanfaatkan tempat tersebut untuk berjualan.

Selain itu ditandai dengan kurangnya mengetahui sejarah apa yang ada

dibalik pulau Cingkuak, mereka hanya mengetahui kalau Pulau Cingkuak

hanya sebatas objek wisata, tempat berfoto foto dan sebagainya.

Kerangka Pemikiran

Sumber: Aman ( 2011:140 )

Membudayakan

Sejarah

Kesadaran Sejarah

Menjaga Peninggalan

Sejarah

Mengenal Diri Sendiri

Dan Bangsanya

Menghayati Makna

Dan Hakekat Sejarah

Page 45: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian tentang kesadaran sejarah masyarakat sekitar objek wisata

Benteng Portugis di Pulau Cingkuak Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir

Selatan, penelitian ini menggunakan metode penelitian Deskriptif Kuantitatif,

sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2012: 8) yaitu :

“Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,

digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data

bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis

yang telah ditetapkan”.

Menurut Sugiyono (2012: 13) penelitian deskriptif yaitu, penelitian

yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel

atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan

dengan variabel yang lain.

Berdasarkan teori tersebut, jenis penelitian ini adalah deskriptif

kuantitatif, merupakan data yang diperoleh dari sampel populasi penelitian

dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan. Penelitian

deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran

dan keterangan-keterangan mengenai kesadaran sejarah masyarakat sekitar

objek wisata benteng Portugis di pulau Cingkuak kabupaten Pesisir Selatan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2017 di Nagari Painan

Selatan Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan

26

Page 46: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

27

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian. Jadi yang

dimaksud populasi adalah individu yang memiliki sifat yang sama walaupun

presentase kesamaan itu sedikit, atau dengan kata lain seluruh individu yang

akan dijadikan sebagai obyek penelitian (Arikunto 2013: 173.

Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2013: 117).

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah masyarakat Painan Selatan yang

berada sekitar objek wisata pulau Cingkuak yaitu sebanyak 4.582.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2010:81) sampel merupakan bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Arikunto

(2010: 174) sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dalam

penelitian ini adalah penduduk di sekitar objek wisata pulau cingkuak.

Untuk menentukan jumlah sampel, maka penulis menggunakan rumus

yang dikemukan kembali oleh Burhan Bungin ( 2011: 115)

n N

N .d 2 1

Keterangan : n = Jumlah sampel

N = jumlah populasi

d2 = Presisi yang ditetapkan (10%)

Page 47: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

28

= 98 responden

Jadi jumlah sampel sebesar 98 responden. Setelah sampel diketahui,

maka langkah selanjutnya adalah menentukan teknik pengambilan sampel

dari populasi. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah

metode pengambilan sampel dengan teknik sampling insidential, teknik

sampling insidential sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidential bertemu dengan

peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang

kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2012:85).

D. Instrumen Penelitian

Indikator kesadaran sejarah dapat membantu dalam pengukuran

tingkat kesadaran masyarakat. Indikator atau unsur-unsur yang terkandung

dalam kesadaran sejarah ada empat.

Pertama, menghayati makna dan hakekat sejarah. Disekitar objek

wisata Pulau Cingkuak, masyarakat kurang mengetahui makna yang terdapat

pada Benteng Portugis.

4.582 𝑛 =

46,82

4.582 𝑛 =

(4.582). (0,01) + 1

4.582 𝑛 =

4.582.0,12 + 1

Page 48: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

29

Kedua, mengenal diri sendiri dan bangsanya. Ketika seseorang mulai

mengabaikan masa lalu, pada saat itulah akan mulai kehilangan jejak yang

akan digunakan untuk merekonstruksi jati dirinya (Mustapa, 2015).

Ketiga, membudayakan sejarah bagi pembinaan budaya bangsa. Pada

konteks ini masyarakat dan pengunjung membutuhkan informasi tentang

masa lalu yang jujur, transparan, dan disampaikan dengan kearifan.

Keempat, menjaga peninggalan sejarah bangsa. Banyak peninggalan

sejarah bangsa Indonesia yang seharusnya dilestarikan. Salah satu contoh

Benteng Portugis yang berada di Pulau Cingkuak, upaya menjaga dan

melestarikan peninggalan sejarah bangsa berupa peninggalan Sejarah seperti

Benteng Portugis para Instansi Pemerintahan dapat menempatkan para

pemandu wisata Sejarah di Pulau Cingkuak, dengan adanya pemandu wisata

Sejarah, masyarakat beserta pengunjung bisa mengetahui Sejarah dari Pulau

Cingkuak dan Benteng Portugis, mereka bisa belajar sambil berwisata.

Berdasarkan keempat indikator kesadaran sejarah tersebut tampak

bahwa masih banyak masyarakat yang kurang memiliki kesadaran sejarah.

Kondisi yang demikian juga mengakibatkan kesadaran sejarah yang dimiliki

masyarakat cenderung rendah. Ketika masyarakat kurang memiliki kesadaran

sejarah, maka tidak akan peduli dengan apapun yang berhubungan dengan

sejarah.

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2002:197) yang dimaksud dengan teknik

pengumpulan data adalah “cara yang digunakan oleh peneliti dalam

Page 49: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

30

pengumpulan data penelitiannya”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat

dikatakan bahwa metode penelitian adalah cara yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data yang di perlukan dalam penelitian.

Dalam penelitian ini memerlukan data dan berbagai informasi yang

dapat diuji keabsahannya untuk itu dibutuhkan teknik pengumpulan data agar

dapat membantu pencapaian hasil penelitian yang baik. Adapun teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder

atau bahan yang bersifat teoritis dan relevan melalui buku-buku, majalah,

internet, dan media lainnya.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan yang bertujun untuk memperoleh data secara

langsung baik dari instansi pemerintahan maupun responden yang menjadi

objek penelitian Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini yaitu:

a. Kuisioner

Pengertian metode angket atau kuesioner menurut Arikunto (2010:

200) “Angket atau kuesioner adalah pernyataan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadi atau hal-hal yang ia ketahui”. Dalam penelitian ini kuisioner

merupakan alat utama untuk memperoleh data dari variabel penelitian.

Kuisioner ini digunakan untuk memperoleh data tentang kesadaran sejarah

Page 50: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

31

masyarakat sekitar objek wisata benteng Portugis di Pulau Cingkuak

kecamatan IV Jurai kabupaten Pesisir Selatan. Sesuai dengan yang tertulis

dalam buku Sugiyono (2012:97), jenis angket yang peneliti gunakan adalah

rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pernyaataan diikuti oleh kolom-

kolom seperti iya atau tidak, setuju atau tidak setuju.

Pengukuran skor untuk pernyataan-pernyataan yang di ajukan

dilakukan dengan menggunakan skala Guttman. Skala Guttman yaitu skala

pengukuran yang di dapat dengan jawaban yang tegas, yaitu ”ya-tidak”;

“benar-salah”; “pernah-tidak pernah” dan lain-lain. Data yang diperoleh

dapat berupa data interval atau rasio dikotomi (dua alternatif). Jika kalau

pada skala likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai

“sangat tidak setuju “, maka pada skala Guttman hanya ada dua interval yaitu

“setuju atau “tidak setuju”. Penelitian dengan menggunakan skala Guttman

dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban tegas terhadap sesuatu

permasalahan yang ditanyakan.

Skala Guttman merupakan metode untuk mengukur tingkat Kesadaran

Sejarah Masyarakat sekitar objek Wisata Benteng Portugis dipulau Cingkuak

kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan (Sugiyono, 2012; 96). Skala

Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat

dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu atau

terendah nol. Misalnya untuk jawaban setuju diberi 1 dan tidak setuju diberi

skor 0.

Page 51: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

32

Tabel 5 : Skala Guttman

Interval Nilai

Ya 1

Tidak 0

Sumber : Arikunto (2010:283)

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik

fenomena-fenomena yang diteliti (Mantra, 2004:62) dari berbagai metode

observasi yang digunakan dalam penelitian ini peneliti mengungkap

observasi langsung artinya, observasi yang dilakukan dengan mengamati

langsung sekitar objek penelitian, dalam hal ini peneliti terjun langsung ke

lapangan yaitunya pergi langsung ke Benteng Portugis.

c. Wawancara

Wawancara merupakan proses memperoleh kegiatan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka di antara penanya

atau si pewawancara dengan dengan si penjawab atau responden dengan

diutamakan dengan alat yang dinamakan panduan (Sugiono, 2008:194).

Wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara

tidak terstruktur yaitu; wawancara yang bebas dimana peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang digunakan adalah hanyalah garis-

garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono,2008:197).

Dalam hal ini peneliti mewawancarai masyarakat Painan Selatan langsung

mengenai keberadaan situs cagar budaya Benteng Portugis

d. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2006: 206) “Dokumentasi adalah mencari dan

mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku,

Page 52: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

33

surat kabar, majalah, notulen, rapot, agenda dan sebagainya.” Dalam

penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk melengkapi data yang

tidak diperoleh sebelumnya, yaitu dengan mencatat atau menyalin bahan-

bahan berupa gambaran umum, jumlah penduduk data pengunjung serta data

lain yang berhubungan dengan masalah penelitian ini. Dalam hal ini untuk

menguatkan penelitian maka diperlukan dokumentasi untuk keabsahan

penelitian.

F. Pengolahan dan Analisis Data

Tindak lanjut dari pengumpulan data adalah menganalisis data, untuk

menganalisis dua jenis data kuantitatif dan kualitatif maka digunakan analisis

data campuran kuantitatif-kualitatif maksudnya analisis data kuantiatif

dijadikan sebagai metode utama sedangkan analisis data kualitatif

menjelaskan lebih dalam tentang data kuantitatif.

Analisis data Kuantitatif pada penelitian ini digunakan untuk

menghitung jumlah ceklis yang terdapat pada lembar observasi dan

menggunakan persentase untuk menghitung item kesadaran sejarah berbasis

pendekatan ilmiah dalam lembar observasi. Sedangkan analisis data kualitatif

digunakan untuk melengkapi gambaran yang diperoleh dari analisis data

kuantitatif yaitu dengan menguraikan kata-kata dalam kalimat secara

sistematis. Data yang diperoleh peyusun bersifat kuantitatif dengan skala

Guttman sehingga perlu diolah untuk proses menarik kesimpulan.

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik hitung analisis

deskriptif untuk mendeskripsikan variabel penelitian dalam pengukuran dan

Page 53: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

34

tidak mnggunakan statistik inferensial karena tidak ada hipotesis dalam

penelitian ini. Adapun teknik statistik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah presentase. Presentase untuk setiap kemungkinan jawaban diperoleh

dari membagi frekuensi yang diperoleh dengan jumlah sampel, kemudian

dikalikan 100%, adapun rumusnya sebagai berikut:

𝑓 𝑝 =

𝑛 𝑥 100%

Keterangan: 𝑃 = 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒

𝑓 = Frekuensi dari setiap jawaban yang dipilih

𝑛 = Jumlah responden

100% = Konstanta

Penghitungan deskriptif persentase ini mempunyai langkah langkah

sebagai berikut:

a. Mengkoreksi jawaban kuesioner dari responden

b. Menghitung frekuensi jawaban responden

c. Jumlah responden keseluruhan adalah 98 orang

d. Masukkan ke dalam rumus.

Selanjutnya presentase diperoleh diterjemahkan didalam kategori

sebagai berikut:

Tabel 6 : Ukuran Penafsiran data menurut Arikunto Kategori

Presentase

No Persentase Kategori

1 81% - 100% Sangat Baik

2 61% - 80% Baik

3 41% - 60% Cukup Baik

4 21% - 40% Kurang Baik

5 0 – 20% Tidak baik

Sumber : Arikunto ( 2010:54)

Page 54: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Temuan Umum

1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kenagarian Painan Selatan secara yuridis formal dibentuk dengan

Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan

peraturan daerah Sumatera Barat nomor 09 tahun 2000 tentang pokok pokok

pemerintahan nagari. Wilayah administrasi kenagarian Painan Selatan terdiri

dari 3 kampung, yaitu kampung Sungai Nipah, Kampung Painan Selatan, dan

Kampung Cerocok, dan untuk meningkatkan pelayanan yang optimal kepada

masyarakat serta adanya usulan-usulan atau saran-saran dari beberapa tokoh

masyarakat maka wali nagari Painan Selatan memiliki keinginan untuk

melakukan pemekaran di dua kampung menjadi tiga kampung yang

direncanakan diberi nama kampung (Koto Laporan keterangan

pertanggungjawaban (LKPj) 2015:3).

Sebelah Utara kenagarian Painan berbatasan dengan kenagarian Salido

(Ibukota kecamatan IV Jurai). Daerah yang memiliki kandungan emas.

Masyarakatnya rata-rata hidup dengan hasil pendulangan emas. Abad ke 17,

ketika VOC berkuasa tambang emas Salido digali secara profesional, karena

berbagai sebab beberapa tahun kemudian terhenti untuk selanjutnya di buka

kembali, dalam rangka penggalian tambang-tambang emas ini tahun 1911

Verbeek seorang insinyur pertambangan Belanda mempelopori terbentuknya

Salido Mijnbouw Maatschappij yang kemudian diganti namanya menjadi

35

Page 55: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

36

Kinandan Sumatera Mijnbouw. Sebelah selatan Kenagarian Painan Selatan

dibatasi oleh kenagarian IV Koto Hilir yang termasuk dalam kecamatan

Batang Kapas. Samudera Indonesia merupakan batas barat kenagarian

Painan. Tak berapa jauh dari daratan menuju laut lepas terdapat dua buah

pulau, dalam buku Rusli Amran masing-masing disebutkan sebagai Pulau

Cingkuak kecil dan Pulau Cingkuak besar, dipulau ini terdapat reruntuhan

sebuah benteng. Cerita rakyat menyebutkan sebagai peninggalan Portugis

sementara sumber tertulis yang berbeda mengklaim sebagai benteng

peninggalan Belanda. Benteng ini digunakan untuk mengontrol perdagangan

Belanda di wilayah Sumatera. Sedangkan sebelah timur berbatasan dengan

bukit barisan dan kenagarian Koto Mudik Kecamatan Batang Kapas, daerah

ini dikenal dengan penghasil kapas (Amran 1984 : 228) .

Kelurahan Painan Selatan dan Kelurahan Sungai Nipah terletak di

daerah Pantai sehingga daerah ini digolongkan menjadi desa pantai.

Sementara kelurahan Painan Timur jauh dari pantai. Nelayan pada umumnya

berdomisili di kelurahan Painan Selatan dan kelurahan Sungai Nipah,

walaupun diantaranya masih ada yang menetap di Kelurahan Painan Timur

dan Kelurahan Painan Utara.

a. Kondisi Geografis Nagari Painan Selatan

Kenagarian Painan Selatan mempunyai Luas ±700 ha dengan

ketinggian 5 km diatas permukaan laut, suhu rata-rata 20-30 ºC, dengan

batas-batas wilayah Sebelah utara berbatasan dengan kenagarian Painan

Induk kecamatan IV Jurai, sebelah selatan berbatasan dengan Kenagarian IV

Page 56: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

37

Koto Hilir kecamatan Batang Kapas, sebelah barat berbatasan dengan

Samudera Indonesia, sebelah timur berbatasan dengan Kenagarian Painan

Timur dan pebukitan/Rimbo Nagari kecamatan IV Jurai.

Secara umum Nagari Painan Selatan beriklim Tropis, dengan

temperatur 21-30 ºC, curah hujan di Kenagarian Painan Selatan 2.000-3.000

Mm/tahun. Letak kenagarian Painan dari utara sampai selatan berjarak ±12

km, secara geografis nagari Painan Selatan berada pada posisi 100º 32’-100º

47’ BT dan 1º 09,70’- 1º 22,70’LS.

b. Kondisi Demografi Nagari

Penduduk Kenagarian Painan Selatan pada tahun 2016 tercatat

berjumlah = 4.582 jiwa, berdasarkan data tersebut jumlah penduduk laki-laki

di painan selatan berjumlah 2.244 jiwa, jumlah penduduk perempuan yang

mendiami wilayah Painan Selatan berjumlah 2.338 jiwa dengan jumlah

kepala keluarga sebanyak 1.055 KK (kartu keluarga).

c. Bentuk Topografi

Bentuk wilayah Nagari Painan Selatan beragam yaitu datar, perbukitan

dan mempunyai aliran sungai, pantai/laut, dan pulau-pulau yang tidak

berjauhan dari dataran.

B. Penduduk

Kenagarian Painan Selatan masih bagian dari wilayah IV Jurai

Kabupaten Pesisir selatan yang penduduknya tinggal di daerah pesisir pantai ,

dengan lahan sebagian besar dimanfaatkan masyarakat untuk membuka lahan

Page 57: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

38

untuk berjaulan seperti warung serta menjual pernak pernik yang berciri khas

dari Pesisir Selatan atau lebih tepatnya berasal dari Nagari Painan Selatan.

Penduduk asli Painan Selatan sebagaimana diyakini dan dipercayai

oleh masyarakat nagari Painan Selatan Diyakini oleh masyarakat Nagari

Painan Selatan berasal dari Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan

seperti Muaro labuah, Muaro Panah, Supayang, Sungai Pago, karena secara

teritorial antara Kabupaten Pesisir Selatan dengan Kabupaten Solok dan

Solok Selatan merupakan daerah yang berdekatan hanya dibatasi oleh

perbukitan yaitu: Bukit barisan.

Jumlah penduduk di Kecamatan IV Jurai Tahun 2016 tercatat sekitar

46.105 jiwa, terdiri dari 22.826 jiwa Laki-laki dan 23.280 jiwa Perempuan

serta 10.615 kepala rumah tangga. Dengan kepadatan penduduk sekitar 37.38

jiwa per km². Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kenagarian Salido

dengan kepadatan 842.95 jiwa per km², sedangkan yang terendah terdapat di

kenagarian Balai Sinayan Lumpo 69.30 per km².

Dilihat jumlah penduduk per Nagari, maka yang terbanyak adalah

penduduk Nagari Salido yaitu tercatat 7.536 jiwa, dan yang terkecil adalah

penduduk Nagari Balai Sinayan Lumpo yaitu : hanya 620 jiwa.

Perkembangan sex ratio yaitu perbandingan jumlah penduduk Laki-laki

dibandingkan dengan Perempuan dikalikan seratus ternyata sex ratio pada

tahun 2016 menjadi 98.00. Angka ini menunnjukan bahwa terdapat lebih

banyak jenis kelamin Perempuan daripada jenis kelamin Laki-laki, dimana

setiap 100 orang Perempuan terdapat sekitar 98 orang Laki-laki.

Page 58: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

39

Tabel 7 : Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis

Kelamin Dan Jenis Kelamin Di Nagari Painan Selatan

Kelompok umur Jenis kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

0-4 tahun 236 224 460

5-9 tahun 201 203 404

10-14 tahun 211 242 453

15-19 tahun 191 267 458

20-24 tahun 187 198 385

25-29 tahun 191 176 367

30-34 tahun 176 174 350

35- 39 tahun 189 188 377

40-44 tahun 149 162 311

45-49 tahun 134 108 242

50-54 tahun 127 128 255

55-59 tahun 85 100 185

60-64 tahun 77 71 148

65-69 tahun 48 38 86

70-74 tahun 23 39 62

75 + 19 30 49

Jumlah 2.244 2.338 4.582

Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan

Dependency ratio juga dapat disebut dengan angka ketergantungan

atau beban ketergantungan (dependency ratio) adalah angka yang

menunjukkan besarnya penduduk golongan umur produktif yang dapat

menghasilkan barang dan jasa ekonomi bagi golongan umur muda dan umur

tua (golongan umur tidak produktif). Mereka yang digolongkan dalam

kelompok umur bekerja adalah berumur 15 tahun ke atas sampai dengan

umur 64 tahun. Sedangkan yang berumur 14 tahun ke bawah dan umur 65

tahun keatas digolongkan dalam usia beban ketergantungan. Dependency

ratio nagari painan selatan tahun 2016 adalah 49%, jadi dalam 100 orang usia

produktif sekitar 49 orang usia tidak produktif.

Page 59: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

40

c. Pendidikan

Pada era modernisasi dan globalisasi sekarang ini, faktor pendidikan

memegang peranan penting untuk menghasilkan manusia yang berkualitas

agar bisa berkompetensi dengan bangsa lainnya di berbagai bidang. Untuk

itu penduduk perlu dibekali dengan modal pendidikan yang memadai,

sehingga menghasilkan kualitas SDM yang dapat diandalkan dan diharapkan

nantinya mampu mempercepat proses laju pembangunan, khususnya daerah

Kecamatan IV Jurai.

Salah satu faktor utama dalam peningkatan pendidikan penduduk

adalah tersedianya pengelola dan sarana pendidikan yang memadai. Dengan

tersedianya kedua faktor tersebuut, diharapkan program pemerintah tentang

wajib belajar akan dapat di realisasikan. Bila diperhatikan dari sarana

pendidikan yang ada tahun 2016 ini, taman kanak-kanak tercatat 13 unit,

Sekolah Dasar 33 unit, SLTP 7 unit dan SLTA 3 unit dan SMK 2 unit dan 1

perguruan tinggi. Sedangkan sekolah di bawah Departemen Agama tercatat

MI 2 unit dan MTS 3 unit dan Madrasah Aliyah 2 unit serta Perguruan

Tinggi 1 unit. Berikut adalah data jumlah penduduk usia sekolah 7 – 19

tahun Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan.

Tabel 8 : Jumlah Penduduk Usia Sekolah Kecamatan IV Jurai

No Jenjang pendidikan Kelompok umur

Jumlah

1 Sekolah Dasar 7 - 12 5.568

2 Sekolah Menengah Pertama 13 – 15 2,802

3 Sekolah Menengah Atas 16 – 18 3,100

Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan

Page 60: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

41

d. Sejarah Benteng Portugis

Benteng Portugis menjadi salah satu warisan budaya yang ada di

Sumatera Barat tepatnya di kawasan wisata Pantai Carocok Painan Selatan

Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan, selain Benteng Portugis

warisan cagar budaya yang ada di Pesisir Selatan juga terdapat di daerah

Lunang Silaut yakni rumah Mande Rubiah, keberadaannya menjadi salah

daya tarik objek wisata ke Pesisir Selatan.

Sejak dahulu Pesisir Barat Sumatera telah menjadi tempat yang penuh

pergolakan alam lingkungannya yang menghasilkan komoditas barang

dagangan utama saat itu telah menjadikannya sebuah kawasan yang banyak

dituju. Geografis yang cukup strategis sebagai salah satu jalur perdagangan

Internasional pada zamannya menyebabkan lokasi-lokasi tertentu di

sepanjang pesisir itu menjadi ajang perebutan kekuasaan. Melalui berbagai

sumber diketahui bahwa sejak abad ke 14 pada masa kerajaan Minangkabau,

pihak kerajaan Aceh telah memilki pengaruh atas tempat-tempat seperti Tiku,

Pariaman, Inderapura.

Hegemoni Aceh atas wilayah di sepanjang pantai barat Sumatera yang

dikenal sebagai penghasil rempah-rempah itu berlangsung selama awal abad

ke 17, selanjutnya para pedagang Eropa masuk pula ke daerah tersebut,

kelompok pedagang Belanda yang bergabung dalam VOC masuk Padang

setelah terlebih dahulu menjadikan Pulau Cingkuak di daerah Painan sebagai

pangkalannya (Kartodirjo : 2017 : 135).

Page 61: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

42

Perjanjian Painan yang ditanda tangani pada tahun 1663 mengawali

pendirian loji-loji Belanda di Padang, Pariaman, dan Tiku, Indragiri, Siak,

Painan dan Bengkulu Adanya perlawanan oleh penguasa tempatan telah

menyebabkan pihak Belanda meninggalkan Padang dan memanfaatkan

kembali Pulau Cingkuak untuk kemudian kembali ke Padang pada tahun

1667 (Loeb 2013 :116).

Selain lada, komoditas lain adalah emas, kapur barus, dan kapas.

Kerajaan Inderapura dikenal sebagai penghasil emas, kerajaan Painan atau

Salido merupakan penghasil kapas, Padang sejak kuno menjadi pusat

perdagangan, VOC mendirikan loji-loji disana 1665. Kemudian terdapat Tiku

sebagai penghasil lada setiap tahunnya antara 600 sampai 800 bahar.

Pariaman selama satu abad menjadi pelabuhan yang sangat ramai, banyak

pengekspor belerang dan tawas, kemudian mundur setelah pedagang Aceh

meninggalkannya. Koto Tangah adalah pusat gerakan menentang Aceh, barus

adalah penghasil kapur barus (Kartodirjo: 2017:136). Sebaliknya kedatangan

bangsa Portugis tidak disukai oleh Sinaro Sutan, penguasa Bandar Sepuluh

atau Batang Kapas yang berada di bagian sebelah selatan Salido, yang

dikenal pula sebagai Sutan Painan. Bentuk ketidaksenangannya itu

dinyatakan dengan menganggu aktivitas dagang bangsa Portugis melalui

perampokan terhadap perahu-perahu Portugis.

Perlawanan oleh pihak penguasa Painan menyebabkan bangsa Portugis

memilih cara terbaik untuk menghindari kerugian dengan memanfaatkan

Page 62: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

43

Pulau Cingkuak sebagai basis kegiatannya, pangkalan pertahanan sekaligus

gudang barang.

Perjalanan sejarah di kawasan ini yang dipenuhi dengan berbagai

bentuk okupasi dalam kehidupan keseharian masyarakatnya tentu

meninggalkan sisa benda budaya yang dihasilkan, walaupun kajian atasnya

amat menarik untuk dilakukan, namun kenyataanya penelitian Arkeologi

Nasional maupun maupun Balai Arkeologi Medan. Adapun kegiatan yang

pernah dilaksanakan adalah pendataan terhadap beberapa benda vagar

budaya, seperti Benteng Portugis di Pulau Cingkuak, Mesjid Al Imam Koto

Baru di Kambang, Rumah gadang Mande Rubiah dan Kompleks makam

Bundo Kanduang di Lunang, serta makam-makam Raja Inderapura di

Inderapura. Kegiatan yang berkaitan dengan upaya perlindungan dan

pelestarian benda sisa budaya itu dilaksanakan oleh Suaka Peninggalan

Sejarah dan Purbakala Batusangkar (Dispendikbud Kabupaten Pesisir

Selatan).

Sumber lain menyebutkan bahwa selanjutnya Pulau Cingkuak

dimanfaatkan oleh Belanda sejak tahun 1663, mengikut pada kesepakatan

yang tertera dalam Traktat Painan. Pemanfaatan berlangsung hingga

Pelabuhan Padang dibangun kelak. Pulau cingkuak begitu lama dimanfaatkan

sebagai pangkalan, justru pada daerah yang geografis Pulau Cingkuak

memang sangat strategis, disamping karena terletak di pintu ditembus musuh

dan sebaliknya mudah diawasi dan dipertahankan.

Rincian sisa peninggalannya adalah sebagai berikut.

Page 63: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

44

a. Sisa Tembok

Sekilas dapat diduga bahwa penyebutan benteng terhadap situs ini

lebih didasari oleh keberadaan sisa tembok di beberapa bagian pada dataran

disebelah utara pulau. Sisa tembok dimaksud dapat dibedakan menjadi dua

jenis, yakni tembok berupa struktur/susunan batu alam yang hanya ditumpuk

serta tembok yang merupakan susunan batu bercampur bata yang di spesi.

Tebalnya masing-masing tembok itulah yang tampaknya diindikasikan

sebagai sarana untuk memperkuat atau mempertahankan kedudukan dalam

menangkis serangan yang dating. Keterangan setempat menyebutkan pula

bahwa dahulu masih dijumpai beberapa buah meriam disitus Benteng

Portugis, sejak tahhun 1970-an, benda-benda tersebut tidak ada lagi disana.

Bagian pertama dari sisa Benteng berada di bagian timur laut Pulau,

berupa tembok campuran bata dan batu berspesi yang membentang utara-

selatan sepanjang 37,5 meter dengan sebuah ambang pintu sebesar 2,9 meter

(pada jarak 9,5 meter dari ujung selatan tembok tersebut, dan selanjutnya

disebut (gerbang I) Tebal tembok itu adalah 0,9 meter dengan tinggi sekitar

3,6 meter. Pada jarak 7,3 meter dari ujung utara tembok itu membentang

tembok lain ke arah barat sepanjang 6,5 meter termasuk ambang pintu

sebesar 1,5 meter (selanjutnya disebut gerbang II). Seluruh bagian tembok itu

telah di pugar oleh suaka Peninggalan Sejarah dan Provinsi Sumatera Barat

dan Riau (Dispendikbud Kabupaten Pesisir Selatan).

Permukaan tanah di bagian barat (dalam) tembok itu lebih tinggi

sekitar 35 cm bila dibandingkan dengan permukaan tanah di bagian timur

Page 64: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

45

(luar) tembok batu yang pada beberapa bagiannya menggunakan bata

bersepsi ini dilengkapi dengan semacam lubang pengintai berbentuk setengah

lingkaran pada bagian bawah tembok di kedua sisi Gerbang I. Panjang lubang

itu 75 cm dengan tinggi 65 cm, berbeda dengan Gerbang II dibagian tembok

yang membentang utara-selatan itu di lengkapi dengan elemen hiasan berupa

pelipit sehingga jelas memunculkan keberadaanya sebagai sebuah gerbang.

Struktur bangunan yang berada dibagian utara pulau, berjarak sekitar

35 meter di sebelah barat Gerbang I adalah Gerbang II yang merupakan pintu

masuk ke areal lain di pulau ini yang menyimpan komponen lain dari

Benteng Portugis atau Benteng Pulau Cingkuak, menarik untuk diketahui,

bagian ini berada pada lereng timur bukit yang memanjang di bagian barat

pulau tersebut, permukaan tanahnya lebih tinggi di bandinngkan dengan

permukaan tanah dari struktur bangunan di sebelah timurnya (Dispendikbud

Kabupaten Pesisir Selatan).

Penampilan gerbang III jauh lebih raya dan dua gerbang lain

sebelumnya, gerbang ini merupakan susunan bata berspesi, jenis bata yang

digunakan adalah bata yang bewarna putih kecoklatan dan merah. Warna

putih banyak digunakan pada bagian kaki sampai badang gerbang, sedangkan

bata merah digunakan pada bagian kaki, kepala dan bagian lain pelipit,

gerbang setinggi 345 cm yang bagian puncaknya berupa undakan persegi

panjang persegi panjang ini memilki ambang melengkung setinggi 275 cm.

Pada bagian akhir lengkungan itu, dikedua sisi dalam pintu masuk ke dalam

Page 65: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

46

bagian lahan yang mengandung reruntuhan bangunan yang dibatasi oleh

tembok keliling dan talud/dinding penahan panah.

Pada sisi selatan Gerbang III adalah tembok sepanjang 23,5 meter

yang membentang barat-timur.tembok ini merupakan susunan campuran batu

dan bata bersepsi. Pada bagian ujung barat tembok ini membentang talud

setinggi antara 2,5 hingga 3,3 meter sepanjang 30 meter kearah utara Talud

tersebut berupa susunan/tumpukan batu alam berukuran besar (boulder) yang

berbelok kearah timur sepanjang 18 meter untuknya kembali membentang

kea rah utara sepanjang 15 meter.

Ketinggian pada bagian ini tidak kurang dari 2,7 meter. Secara

keseluruhan talud dan tembok yang berawal pada Gerbang III itu lebih

berperan sebagai sarana untuk memperoleh lahan yang rata permukaanya

namun berada di tempat yang lebih tinggi dari daerah sekitarnya, khususnya

bila dibandingkan dengan daerah di sebelah utara dan timurnya, lahan yang

relatif rata permukaanya itu membentuk denah dari dua empat persegi

panjang yang digabungkan, denah empat persegi panjang pertama yang

berada di sebelah selatan berukuran 30 m x 23,5 m dan denah empat persegi

panjang kedua yang berada di sebelah utara berukuran 15 m x 12,5 m

(Dispendikbud Kabupaten Pesisir Selatan).

Pada bagian lahan yang berbenah empat persegi panjang di bagian

utara terdapat dua lapis talud lagi. Masing-masing talud itu lebih rendah

daripada talud utama namun berada pada bagian permukaan tanah yang lebih

tinggi. Adanya talud-talud rendah itu membentuk semacam punden berundak

Page 66: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

47

yang keseluruhannya menjadikan bagian lahan itu lebih tinggi daripada lahan

empat persegi panjang yang lebih luas disebelah selatannya, dari denah

selatan ke denah utara itu terdapat anak tangga yang dipahatkan langsung

pada batuan dasar (karang) pembentuk gunungan itu.

Talud yang disebutkan pertama, sekilas terlihat dari arah pantai barat

dan utara Pulau cingkuak sangat mengesankan sebagai sebuah tembok tinggi

yang tebal. Hal ini yang tentunya menyebabkan orang cenderung

memandangnya sebagai sebuah benteng , mungkin ada benarnya bahwa

tempat tersebut pernah berfungsi sebagai tempat pertahanan, namun dalam

perkembangan selanjutnya ada perubahan fungsi, dari areal dimana gerbang

III berada, orang dapat melayangkan penglihatan dan menikmati

pemandangan ke sekelilingnya, dahulu tempat ini berfungsi sebagai tempat

pengintaian/pengamatan atas gerak-gerik pendatang yang dianggap

membahayakan, orang memanfaatkannya sebagai lokasi untuk melihat-lihat

dan menikmati pemandangan.

Pada ruang antara sisa bangunan di bagian barat dan timur dari dataran

di utara pulau ini dijumpai banyak puing-puing bangunan, selain yang berupa

sisa struktur tembok juga bekas lantai. Selain itu, sekitar 10 meter di sebelah

timur gerbang III dijumpai lubang bekas penggalian batu karang. Melihat

dinding lubang penggalian itu, tampaknya pengambilan batu dilakukan

dengan penggergajian/pemahatn sehingga menghasilkan dinding tambang

yang tegak lurus.

Page 67: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

48

b. Sumur

Di Pulau Cingkuak terdapat dua buah sumur, sumur pertama terdapat

di bagian tengah pulau ini, berada sekitar 30 meter di sebelah selatan

Gerbang III. Diameter lubang itu empat meter, dari dinding sumur sebagian

masih utuh diketahui bahwa (dari atas kebawah) hingga kedalaman 40 cm

dinding itu berupa lapisan campuran batu bata, gerabah dan kerikil,

selanjutnya sedalam 35 cm berupa lapisan tanah dengan tekstur kasar, dan

kemudian 25 cm dibawahnya lagi berupa lapisan batu besar,selanjutnya

adalah tanah biasa yang merupakan material pokok pembentuk lokasi itu, saat

ini bekas sumur itu digunakan sebagai tempat pembuangan sampah

(Dispendikbud Kabupaten Pesisir Selatan).

Sumur kedua terdapat di bagian tepi pantai timur, ukurannya jauh lebih

kecil daripada sumur pertama. Bibir sumur yang berdenah persegi, berukuran

90 cm x 90 cm dan berketinggian sekitar 40 cm dari permukaan tanah dibuat

dari bata yang di semen, sumur tersebut tampat mengecil hingga kedalaman

sekitar 80 cm. pada bagian ini dindingnya berupa pot bunga segi empat yang

diletakkan terbalik, selebihnya hingga kedalaman sekitar 120 cm kembali

dinding sumur itu membesar (kurang lebih berukuran 50 cm x 50 cm).

selanjunya dinding sumur adalah tanah pasir hingga kedalman sekitar 2

meter, sumur ini berair payau sepanjang tahun, dan oleh penghuni pulau

maupun nelayan yang mendarat di sana hanya digunakan untuk mencuci dan

tidak untuk diminum.

Page 68: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

49

c. Prasasti

Sebuah prasasti terdapat sekitar 25 meter di selatan Gerbang III, prasasti

berbahasa Prancis dengan menggunakan huruf latin itu dituliskan pada

sebingkai marmer empat persegi panjang berukuran panjang 167 cm, lebar

sekitar 3 cm, bingkai marmer itu ditempatkan pada semacam jirat yang

membujur utara-selatan. Tinggi bagian utara jirat itu adalah 53 cm sedangkan

bagian selatannya hanya setinggi 35 cm, oleh suaka peninggalan sejarah dan

purbakala provinsi sumatera barat dan riau, prasasti tersebut dinaungi cungkub

sederhana berpagar terai besi.

Keempat tepi bidang permukaan prasasti marmer itu dibingkai dengan

garis lurus yang pada keempat sudutnya dihiasi dengan bentuk tembereng,

pada bagian atas bidang prasati itu terdapat gambar berbentuk bulat lonjong

dengan ukuran timur-barat (panjang) 21,5 cm dan utara-selatan (lebar) 26,5

cm. jarak lambing ke tulisan dibawahnya adalah 5,5 cm. tulisan hamper

memenuhi permukaan bidang perukuran panjang 109 cm dan lebar 68 cm

(Dispendikbud Kabupaten Pesisir Selatan).

Patut dicatat bahwa kondisi marmer berinkrinkripsi itu tidak utuh lagi,

akibat tertimpa pohon kelapa, prasasti marmer itu pecah menjadi beberapa

bagian. Belahan memanjang atas bawah tampak nyata sehingga memutuskan

beberapa huruf, begitupun dengan pecahan-pecahan yang lebih kecil terutama

di bagian kanan prasati, upaya menyatukannya kembali telah dilakukan

dengan menggunakan semen pada beberapa bagian prasasti tersebut.

Page 69: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

50

d. Makam

Pada jarak sekitar 25 meter di sebelah seltan prasati, atau 20 meter

disebelah barat daya sumur, terdapat sebuah makam yang tidak diketahui

siapa orangnya yang bagian ujung baratnya menempel masuk ke lereng bukit.

Panjang keseluruhan peninggalan yang masih tampak adalah 171 cm dengan

lebar 70 cm. Peninggalan ini terbuat dari bata berspesi dan berlepa, yang

bagian tengahnya berbentuk setengah lingkaran sepanjang 140 cm. Pada

bagian ujung timur laut struktur-yang dipercaya sebagai jirat-tersebut terdapat

nisan dengan bentuk persegi di bagian bawah dan membuat di bagian atas

nisan yang telah di pugar dengan bahan bata berspesi dan berlepa ini

berukuran panjang 53 cm, lebar 53 dan tinggi 48 cm (Dispendikbud

Kabupaten Pesisir Selatan).

e. Dermaga

Pada bagian ujung timur pulau ini tercatat sisa dermaga (anggar),

tumpukan/sususnan batu-batu berukuran besar (sekitar 70 cm x 50 cm) yang

menjadi fondasi bangunan itu masih terlihat jelas dan membentuk denah

empat persegi panjang yang membujur barat-timur. Pada ujung bagian

timurnya, batu-batu fondasi itu membentuk denah empat persegi panjang pula

tetapi membujur utara-selatan. Ukuran bagian dermaga yang pertama

berdenah empat persegi panjang – yakni bagian yang menempel langsung ke

daratan adalah 27,5 m x 6 m. bagian kedua, yang juga berdenah empat persegi

panjang berukuran 10 x 9 meter, jadi panjang keseluruhan dermaga itu adalah

36,5 meter (Dispendikbud Kabupaten Pesisir Selatan).

Page 70: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

51

B. Temuan Khusus

1. Data Hasil Penelitian

Data hasil penelitian diperoleh melalui angket yang penulis sebar pada

masyarakat Painan Selatan pada bulan Desember 2017. Angket disebar pada

98 responden, angket terdiri dari satu variabel, penulis melakukan pengolahan

data secara manual, maka pada bagian ini disajikan data masing-masing

variabel berdasarkan data yang diperoleh dilapangan. Variabel kesadaran

sejarah memiliki kisi-kisi intrumen penelitian yang terdiri dari empat indikator

dan penulis menyajikan masing-masing indikator tersebut dalam tabel seperti

dibawah ini.

Tabel 9: Tabel Jawaban Responden

No

Pernyataan Alternatif Jawaban

N Persentase

(%) Ya Tidak Ya Tidak

Menghayati Makna Dan Hakikat Sejarah (No. Butir 1-5)

1 Apakah saudara tahu tentang sejarah Benteng

Portugis. 50 48 98 51 48,9

2 Apa saudara pernah ke Benteng Portugis. 88 10 98 89,7 10,2

3 Saudara mengetahui Benteng Portugis apa di ceritakan oleh orang tua saudara

59 39 98 60,2 39,7

4 Apakah saudara akan lebih memahami sejarah

Benteng Portugis setelah melihat langsung

bentengnya

68 30 98 69,3 30,6

5 Saudara merasakan banyak manfaat jika mempelajari sejarah Benteng Portugis, seperti

lebih mengenal Sejarah daerahnya.

78 20 98 79,5 20,4

Mengenal Diri Sendiri Dan Bangsanya (No. Butir 6-10)

6 Dengan mempelajari Sejarah lokal akan

menumbuhkan rasa cinta terhadap daerahnya. 75 23 98 76,5 23,4

7 Merasa kecewa terhadap pemerintah karena kurang adanya kepedulian terhadap benda-

benda peninggalan Sejarah

56 42 98 57,1 44,8

Page 71: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

52

8 Setujukah saudara jika di benteng ada pemandu wisata yang menceritakan sejarah

Benteng Portugis.

82 16 98 83,6 16,3

9 Apakah saat ini benteng Portugis sudah di

manfaaatkan dengan baik.

33 65 98 33,6 66,3

10 Apakah bagi anda penting memahami Sejarah Benteng Portugis

82 16 98 83,6 16,3

Membudayakan Sejarah Bagi Pembinaan Bangsa (No.Butir 11-15)

11 Kita tidak boleh melupakan Sejarah Benteng Portugis

77 21 98 78,5 21,4

12 Benteng Portugis merupakan warisan budaya

bangsa Indonesia.

79 19 98 80,6 19,3

13 Sejarah harus diajarkan sejak dini kepada

anak-anak bangsa.

90 8 98 91,8 8,1

14 Apakah saudara tahu nilai-nilai budaya yang ada di objek wisata benteng Portugis di pulau

Cingkuak

50 48 98 51 48,9

15 Apabila ada acara – acara yang bernuansa sejarah di Benteng Portugis, saya ikut

berpartisipasi.

61 37 98 62,2 37,7

Menjaga Peninggalan Sejarah Bangsa (No.Butir 16-20)

16 Benteng Portugis merupakan peninggalan yang harus kita jaga bersama.

87 11 98 88,7 11,2

17 Peninggalan Sejarah cukup dilestarikan oleh Dinas Kebudayaan.

44 54 98 44,8 55,1

18 Ketika saya menemukan benda-benda

bersejarah saya akan memberikan kepada

Dinas Kebudayaan

78 20 98 79,5 20,4

19 Saya menyesal mencoret dan merusak benda benda bersejarah.

88 10 98 89,7 10,2

20 Peninggalan sejarah dapat dijadikan referensi kesejarahan.

90 8 98 91,8 8,1

Rata-rata 70,8 27,5 72 28

Sumber : Olahan Data Pribadi

Berdasarkan tabel diatas, diketahui variabel kesadaran sejarah memiliki

kisi-kisi intrumen penelitian yang terdiri dari empat indikator dan penulis

menyajikan masing-masing indikator tersebut seperti dibawah ini:

Page 72: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

53

a. Mengahayati Makna Dan Hakikat Sejarah

Menghayati makna dan hakikat sejarah yaitu mengkaji sejauh mana

masyarakat Painan Selatan mengetahui kejadian yang terjadi dimasa lampau

dan makna yang terkandung di Benteng Portugis, untuk mengkaji hal tersebut

peneliti mengukurnya dengan menyebarkan angket di daerah Painan Selatan.

Indikator menghayati makna dan hakikat sejarah terdiri dari lima item,

penulis melakukan pengolahan data secara manual. Untuk lebih jelasnya

seperti tabel di bawah ini.

Tabel 10: Data Frekuensi Indikator Menghayati Makna dan Hakikat Sejarah

No Pernyataan Alternatif

Jawaban

N

Persentase

(%)

Ya Tidak Ya Tidak

Menghayati Makna Dan Hakikat Sejarah (No. Butir 1-5)

1 Apakah saudara tahu tentang sejarah

Benteng Portugis. 50 48 98 51 48,9

2 Apa saudara pernah ke Benteng Portugis. 88 10 98 89,7 10,2

3 Saudara mengetahui Benteng Portugis apa di ceritakan oleh orang tua saudara

59 39 98 60,2 39,7

4 Apakah saudara akan lebih memahami

sejarah Benteng Portugis setelah melihat

langsung bentengnya

68 30 98 69,3 30,6

5 Saudara merasakan banyak manfaat jika mempelajari sejarah Benteng Portugis,

seperti lebih mengenal Sejarah daerahnya.

78 20 98 79,5 20,4

Rata-rata skor 68,6 7,4 69,9 29,9

Sumber : Olahan Data Pibadi

Dari indikator yang penulis gunakan terdapat dari menghayati makna

dan hakikat sejarah ada 5 item poin , dari tabel diatas diketahui makna dan

hakikat sejarah tersebut disini penulis memberikan pertanyaan kepada yang

mengisi kuisioner apakah responden mengetahui sejarah Benteng Portugis

,dari item satu ternyata dari 98 responden yg penulis tanyakan, penulis

Page 73: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

54

melihat bahwa 51% responden mengetahui sejarah Benteng Portugis,

kemudian 48,9% tidak mengetahui, artinya disini yaitu separuh dari

responden mengetahui sejarah Benteng Portugis.

Pada item dua pada makna dan hakikat sejarah penulis menanyakan

tentang apakah responden pernah ke Benteng Portugis ternyata dari 98

responden, 89,7% pernah ke Benteng Portugis dan 10,2% menyatakan tidak

pernah ke Benteng Portugis di Pulau Cingkuak ini artinya pada item dua

responden mengetahui tentang Benteng Portugis.

Pada item tiga pada indikator menghayati makna dan hakikat sejarah

penulis menanyakan tentang apakah responden mengetahui Benteng Portugis

dari cerita orang tua, ternyata dari 98 responden yang penulis tanyakan,

penulis melihat bahwa, 60,2% responden mengetahui sejarah Benteng

Portugis dari cerita orang tua mereka dan 39,7% menyatakan tidak dari orang

tua mereka, artinya pada item tiga responden lebih banyak mengetahui

sejarah Benteng Portugis dari orang tua.

Item empat penulis menanyakan tentang apakah responden akan lebih

memahami sejarah Benteng Portugis setelah melihat langsung bentengnya,

ternyata dari 98 responden yang penulis tanyakan penulis melihat bahwa,

69,3% responden lebih memahami sejarah Benteng Portugis setelah melihat

langsung bentengnya dan 30,6% tidak harus langsung melihat bentengnya,

artinya pada item empat responden lebih memahami sejarah Benteng Portugis

setelaah langsung melihat bentengnya.

Page 74: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

55

Pada item lima penulis menanyakan tentang responden merasakan

banyak manfaat jika mempelajari sejarah Benteng Portugis, seperti lebih

mengenal sejarah daerahnya, ternyata dari 98 responden yang penulis

tanyakan, penulis melihat bahwa 79,5% responden lebih merasakan banyak

manfaat mempelajari sejarah benteng portugis dan 20,4% responden tidak

merasakan banyak manfaat mempelajari Benteng Portugis, artinya pada item

lima responden merasakan banyak manfaat setelah mempelajari Benteng

Portugis.

Dapat disimpulkan bahwa untuk poin A yaitu menghayati makna dan

hakikat sejarah responden lebih banyak memilih jawaban “ya” daripada

pilihan jawaban “tidak” adalah pada item nomor dua yaitu mengenai

responden pernah ke Benteng Portugis, dengan presentase 89,7%, sementara

yang terendah pada item satu yaitu mengenai responden tahu tentang sejarah

Benteng Portugis dengan presentase 51%.

b. Mengenal Diri Sendiri Dan Bangsanya

Mengenal diri sendiri dan bangsanya artinya disini yaitu apakah

masyarakat Painan Selatan tahu mengenai Benteng Portugis dan seberapa

besar tingkat kesadaran masyarakat Painan Selatan mengenai Benteng

Portugis di Pulau Cingkuak. Untuk lebih jelasnya pada indikator kedua ini

peneliti memberikan 5 pertanyaan kepada responden.

Indikator mengenal diri sendiri dan bangsanya terdiri dari lima item,

penulis melakukan pengolahan data secara manual, untuk lebih jelasnya

seperti tabel di bawah ini.

Page 75: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

56

Tabel 11: Data Frekuensi Indikator Mengenal Diri Sendiri Dan Bangsanya

No

Pernyataan Alternatif Jawaban

N Persentase

(%) Ya Tidak Ya Tidak

Mengenal Diri Sendiri Dan Bangsanya (No. Butir 6-10)

1 Dengan mempelajari Sejarah lokal akan

menumbuhkan rasa cinta terhadap daerahnya. 75 23 98 76,5 23,4

2 Merasa kecewa terhadap pemerintah karena

kurang adanya kepedulian terhadap benda- benda peninggalan Sejarah

56 42 98 57,1 44,8

3 Setujukah saudara jika di benteng ada pemandu wisata yang menceritakan sejarah

Benteng Portugis.

82 16 98 83,6 16,3

4 Apakah saat ini benteng Portugis sudah di

manfaaatkan dengan baik.

33 65 98 33,6 66,3

5 Apakah bagi anda penting memahami Sejarah Benteng Portugis

82 16 98 83,6 16,3

Rata-rata skor 65,6 33,4 66,8 33,4

Sumber : Olahan Data Pribadi

Dari tabel di atas diketahui Indikator mengenal diri sendiri dan

bangsanya terdiri dari lima item, data diperoleh dari 98 responden, disini

penulis memberikan pertanyaan kepada yang mengisi kuisioner apakah

resopnden mempelajari sejarah lokal akan menumbuhkan rasa cinta terhadap

daerahnya, dari item enam ternyata dari 98 responden yang penulis tanyakan,

penulis melihat bahwa 76,5% responden menjawab iya, dengan mempelajari

sejarah lokal akan menumbuhkan rasa cinta terhadap daerahnya, kemudian

23,4% responden menjawab dengan mempelajari sejarah lokal akan

menumbuhkan rasa cinta terhadap daerahnya dengan menjawab tidak artinya,

pada item enam lebih dari separuh responden setuju dengan mempelajari

sejarah lokal menumbuhkan rasa cinta terhadap daerahnya.

Page 76: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

57

Pada item tujuh penulis menanyakan apakah responden merasa kecewa

terhadap pemerintah karena kurang adanya kepedulian terhadap benda-benda

peninggalan sejarah, ternyata dari 98 responden yang penulis tanyakan,

penulis melihat bahwa 57,1% responden merasa kecewa terhadap pemerintah

karena kurang adanya kepedulian terhadap benda-benda peninggalan sejarah

dan 44,8% responden tidak merasa kecewa terhadap pemerintah karena

kurangnya kepedulian terhadap benda-benda peninggalan sejarah, artinya

pada item tujuh lebih dari separuh responden kecewa terhadap pemerintah.

Pada item delapan penulis menanyakan setujukah responden jika di

benteng portugis ada pemandu wisata yang menceritakan sejarah benteng

portugis, ternyata dari dari 98 responden yang penulis tanyakan, penulis

melihat bahwa 83,6% responden setuju jika di Benteng Portugis ada pemandu

wisata yang menceritakan sejarah benteng portugis dan 16,3% responden

tidak setuju jika di Benteng Portugis ada pemandu wisata yang menceritakan

sejarah benteng tersebut, artinya pada item delapan lebih dari separuh

responden setuju jika di Benteng Portugis ada pemandu wisatanya.

Pada item sembilan penulis menanyakan kepada responden apakah

saat ini Benteng Portugis sudah di manfaatkan dengan baik, ternyata dari 98

responden yang penulis tanyakan, penulis melihat bahwa 33,6% responden

menjawab kalau Benteng Portugis sudah dimanfaatkan dengan baik dan

66,3% responden menjawab kalau benteng portugis tidak dimanfaatkan

dengan baik, artinya pada item sembilan hampir separuh responden

menyatakan kalau Benteng Portugis tidak dimanfaatkan dengan baik.

Page 77: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

58

Pada item sepuluh penulis menanyakan kepada responden apakah

penting memahami sejarah Benteng Portugis ternyata dari 98 responden yang

penulis tanyakan, penulis melihat bahwa 83,6% responden menjawab kalau

penting memahami sejarah Benteng Portugis dan 16,3% responden menjawab

kalau tidak penting memahami Benteng Portugis, artinya pada item sepuluh

lebih dari separuh responden menjawab kalau sangat penting memahami

sejarah benteng portugis.

Dapat disimpulkan bahwa untuk poin B yaitu mengenal diri sendiri

dan bangsanya responden lebih banyak memilih jawaban “ya” daripada

pilihan jawaban “tidak” adalah pada item nomor delapan dan item nomor

sepuluh yaitu mengenai setujukah responden jika di benteng portugis ada

pemandu wisata yang menceritakan sejarah benteng portugis dan pada item

sepuluh mengenai pentingkah bagi responden memahami sejarah benteng

portugis, dari kedua item tersebut diketahui dengan presentase yang sama

yaitu 83,6%, sementara yang terendah pada item sembilan yaitu mengenai

apakah Benteng Portugis sudah dimanfaatkan dengan baik, dengan presentase

33,6%.

c. Membudayakan Sejarah Bagi Pembinaan Bangsa

Membudayakan sejarah bagi pembinaan bangsa maksudnya yaitu

apakah masyarakat Painan Selatan mengetahu nilai-nilai kebudayaan yang

ada pada Benteng Portugis. Indikator membudayakan sejarah bagi pembinaan

bangsa terdiri dari lima item, penulis melakukan pengolahan data secara

manual, untuk lebih jelasnya seperti tabel di bawah ini.

Page 78: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

59

Tabel 12: Data Frekuensi Indikator Membudayakan Sejarah Bagi Pembinaan

Bangsa

No

Pernyataan Alternatif Jawaban

N Persentase

(%)

Ya Tidak Ya Tidak

Membudayakan Sejarah Bagi Pembinaan Bangsa (No.Butir 11-15)

1 Kita tidak boleh melupakan Sejarah Benteng

Portugis

77

21

98

78,5

21,4

2 Benteng Portugis merupakan warisan budaya

bangsa Indonesia. 79 19 98 80,6 19,3

3 Sejarah harus diajarkan sejak dini kepada anak-anak bangsa.

90

8

98

91,8

8,1

4 Apakah saudara tahu nilai-nilai budaya yang ada di objek wisata benteng Portugis di pulau

Cingkuak

50

48

98

51

48,9

5 Apabila ada acara – acara yang bernuansa

sejarah di Benteng Portugis, saya ikut

berpartisipasi.

61 37 98 62,2 37,7

Rata-rata skor 71,4 26,6 72,8 27

Sumber : Olahan Data Pribadi

Dari tabel di atas diketahui Indikator menghayati makna dan hakikat

sejarah terdiri dari lima item, data diperoleh dari 98 responden. Dari indikator

yang penulis gunakan, penulis memberikan pertanyaan kepada yang mengisi

kuisioner apakah kita tidak boleh melupakan sejarah Benteng Portugis, dari

item sebelas ternyata dari 98 responden yang penulis tanyakan, penulis

melihat bahwa 78,5% responden menjawab kita tidak boleh melupakan

sejarah benteng portugis, kemudian 21,4% responden menjawab pertanyaan

kita tidak boleh melupakan sejarah Benteng Portugis dengan jawaban tidak,

artinya pada item sebelas lebih dari separuh responden menyatakan tidak

boleh melupakan sejarah benteng portugis.

Page 79: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

60

Pada item dua belas penulis menanyakan kepada responden apakah

Benteng Portugis merupakan warisan budaya Indonesia ternyata dari 98

responden yang penulis tanyakan, penulis melihat bahwa 80,6% responden

menjawab kalau Benteng Portugis merupakan warisan budaya bangsa

Indonesia dan 19,3% responden menjawab kalau Benteng Portugis bukan

merupakan warisan budaya Indonesia, artinya pada item dua belas lebih atau

hampir keseluruhan responden setuju kalau Benteng Portugis merupakan

warisan budaya Indonesia.

Pada item tiga belas penulis menanyakan kepada responden mengenai

sejarah harus diajarkan sejak dini kepada anak-anak bangsa, ternyata dari 98

responden yang penulis tanyakan, penulis melihat bahwa 91,8% responden

setuju kalau sejarah harus diajarkan sejak dini kepada anak-anak bangsa, dan

8,1% responden menjawab tidak perlu sejarah diajarkan sejak dini kepada

anak-anak bangsa, artinya pada item tiga belas hampir seluruh responden

setuju kalau sejarah harus diajarkan sejak dini kepada anak-anak bangsa.

Pada item empat belas penulis menanyakan apakah responden tahu nilai-nilai

budaya yang ada pada objek wisata Benteng Portugis di Pulau Cingkuak,

ternyata dari 98 responden yang penulis tanyakan, penulis melihat 51%

responden mengetahui nilai-nilai budaya yang ada pada objek wisata Benteng

Portugis di Pulau Cingkuak, dan 48,9% menjawab tidak mengetahui nilai-

nilai budaya yang ada pada objek wisata Benteng Portugis di Pulau

Cingkuak, artinya pada item empat belas separuh dari responden mengetahui

Page 80: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

61

nilai-nilai budaya yang ada pada objek wisata benteng portugis di pulau

cingkuak.

Pada item lima belas penulis menanyakan apabila ada acara-acara

bernuansa sejarah di Benteng Portugis, responden akan ikut berpartisipasi,

ternyata dari 98 responden yang penulis tanyakan, penulis melihat 62,2%

responden akan ikut berpartisipasi apabila ada acara yang bernuansa sejarah

di Benteng Portugis, dan 37,7% responden tidak ikut berpartisipasi apabila

ada acara bernuansa sejarah di Pulau Cingkuak, artinya pada item lima belas,

lebih dari separuh responden akan ikut berpastisipasi apabila ada acara

bernuansa sejarah di Pulau Cingkuak.

Dapat disimpulkan bahwa untuk poin C yaitu membudayakan sejarah

bagi pembinaan bangsa, responden lebih banyak memilih jawaban “ya”

daripada pilihan jawaban “tidak” adalah pada item nomor tiga belas yaitu

mengenai sejarah harus di ajarkan sejak dini kepada anak-anak bangsa,

dengan presentase 91,8%, sementara yang terendah pada item empat belas

yaitu mengenai apakah responden mengetahui nilai-nilai budaya yang ada di

objek wisata Benteng Portugis, dengan presentase 51%.

d. Menjaga Peninggalan Sejarah Bangsa

Menjaga peninggalan sejarah bangsa maksudnya yaitu bagaiman cara

masyarakat painan selatan menjaga keberadaan benteng portugis di pulau

cingkuak. Indikator menjaga peninggalan sejarah bangsa terdiri dari lima

item, penulis melakukan pengolahan data secara manual, untuk lebih jelasnya

seperti tabel di bawah ini.

Page 81: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

62

Tabel 13: Data Frekuensi Indikator Menjaga Peninggalan Sejarah Bangsa

No

Pernyataan Alternatif Jawaban

N Persentase

(%)

Ya Tidak Ya Tidak

Menjaga Peninggalan Sejarah Bangsa (No.Butir 16-20)

1 Benteng Portugis merupakan peninggalan yang harus kita jaga bersama.

87

11

98

88,7

11,2

2 Peninggalan Sejarah cukup dilestarikan oleh

Dinas Kebudayaan.

44

54

98

44,8

55,1

3 Ketika saya menemukan benda-benda bersejarah saya akan memberikan kepada

Dinas Kebudayaan

78

20

98

79,5

20,4

4 Saya menyesal mencoret dan merusak benda benda bersejarah.

88 10 98 89,7 10,2

5 Peninggalan sejarah dapat dijadikan referensi

kesejarahan.

90 8 98 91,8 8,1

Rata-rata skor 77,4 20,6 78,9 21

Sumber : Olahan Data Pribadi

Dari tabel di atas diketahui Indikator menjaga peninggalan sejarah

bangsa terdiri dari lima item, data diperoleh dari 98 responden. Disini penulis

memberikan pertanyaan kepada yang mengisi kuisioner apakah Benteng

Portugis merupakan peninggalan kita bersama, dari item enam belas ternyata

dari 98 responden yang penulis tanyakan penulis melihat bahwa 88,7%

responden menjawab bahwa Benteng Portugis merupakan peninggalan yang

harus kita jaga bersama kemudian, 11,2% responden menjawab pertanyaan

bahwa Benteng Portugis tidak harus kita jaga bersama, artinya pada item

enam belas hampir keseluruhan responden setuju kalau benteng portugis

harus kita jaga bersama.

Pada item tujuh belas penulis menanyakan apakah peninggalan sejarah

cukup dilestarikan oleh dinas kebudayaan ternyata dari 98 responden yang

penulis tanyakan, penulis melihat 44,8% responden setuju jika peninggalan

sejarah hanya dilestarikan oleh dinas kebudayaan kemudian 55,1% responden

Page 82: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

63

menjawab tidak setuju kalau peninggalan sejarah hanya dilestarikan oleh

dinas kebudayaan, artinya pada item tujuh belas lebih dari separuh responden

tidak setuju kalau peninggalan sejarah hanya dilestarikan oleh dinas

kebudayaan.

Pada item delapan belas penulis menanyakan kepada responden ketika

menemukan benda-benda bersejarah responden akan memberikan kepada

dinas kebudayaan ternyata dari 98 responden yang penulis tanyakan 79,5%

responden menjawab kalau responden menemukan benda-benda berserajarah

responden akan memberikan kepada dinas kebudayaan kemudian, 20,4%

responden jika menemukan benda-benda bersejarah responden tidak akan

memberikan kepada dinas kebudayaan, artinya pada item delapan belas lebih

dari separuh responden jika menemukan benda-benda bersejarah, responden

akan memberikannya kepada Dinas Kebudayaan.

Pada item sembilan belas penulis menanyakan kepada responden kalau

seandainya responden menyesal apabila merusak dan mencoret benda-benda

bersejarah ternyata dari 98 responden yang penulis tanyakan 89,7%

responden merasa menyesal apabila responden merusak dan mencoret benda-

benda bersejarah kemudian, 10,2% responden merasa tidak menyesal apabila

merusak dan mencoret benda-benda bersejarah, artinya pada item sembilan

belas hampir keseluruhan responden merasa menyesal apabila mencoret

benda-benda bersejarah.

Pada item dua puluh penulis menanyakan kepada responden kalau

peninggalan sejarah dapat dijadikan referensi kesejarahan ternyata dari 98

Page 83: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

64

responden yang penulis tanyakan 91,8% responden setuju jika peninggalan

sejarah dijadikan referensi kesejarahan kemudian, 8,1% responden

menyatakan kalau peninggalan sejarah tidak dapat dijadikan refernsi

kesejarahan, artinya pada item dua puluh hamir keseluruhan responden setuju

kalau peninggalan sejarah dapat dijadikan referensi kesejarahan.

Dapat disimpulkan bahwa untuk poin D yaitu menjaga peninggalan

sejarah responden lebih banyak memilih jawaban “ya” daripada pilihan

jawaban “tidak” adalah pada item nomor dua puluh yaitu mengenai sejarah

dapat dijadikan referensi kesejarahan, dengan presentase 91,8%, sementara

yang terendah pada item tujuh belas yaitu mengenai peninggalan sejarah

cukup dilestarikan oleh Dinas Kebudayaan, dengan presentase 51%.

Berdasarkan penjelasan deskriptif tabel diatas jika dijumlah presentase

dari tabel keempat indikator kesadaran diketahui jawaban ya 72% dan

jawaban tidak 28%, berarti jawaban ya>tidak yaitu 72% > 28%. Tingkat

kesadaran sejarah masyarakat Painan Selatan terhadap objek wisata Benteng

Portugis di Pulau Cingkuak dikategorikan Baik.

Page 84: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

65

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, tingkat kesadaran

sejarah masyarakat Painan Selatan berdasarkan angket yang telah peneliti

sebar pada tanggal 17 desember 2017 yang telah diisi oleh 98 responden,

tingkat kesadaran sejarah masyarakat Painan Selatan adalah Baik dengan

rata-rata skor jawaban 72% sadar dengan keberadaan situs Benteng Portugis

dan 28% tidak tahu mengenai situs Benteng Portugis, untuk lebih jelasnya

berikut skor jawaban berdasarkan masing-masing indikator.

Indikator menghargai makna dan hakikat sejarah memiliki rata-rata

skor jawaban Ya sebanyak 69,9% dan rata-rata skor jawaban Tidak sebanyak

29,9%, indikator mengenal diri sendiri dan bangsanya memiliki rata-rata skor

jawaban Ya sebanyak 66,8% dan rata-rata skor jawaban Tidak 33,4%,

indikator membudayakan sejarah bagi pembinaan bangsa memilki rata-rata

skor jawaban Ya sebanyak 72,8% dan rata-rata skor jawaban Tidak 27%,

indikator menjaga peninggalan sejarah memilki rata-rata skor jawaban Ya

sebanyak 78,9% dan rata-rata skor jawaban tidak 21%.

65

Page 85: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

66

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan beberapa

hal, yaitu;

1. Pemerintah

Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan agar meningkatkan

pengembangan objek wisata benteng Portugis agar mempunyai daya tarik

bagi pengunjung, seperti menetapkan pemandu wisata, sehingga

masyarakat serta pengunjung mengetahui sejarah dari keberadaan Benteng

Portugis di Pulau Cingkuak, serta masyarakat agar menjaga peninggalan

situs purbakala di Benteng Portugis di Pulau Cingkuak.

2. Pengunjung

Untuk pengunjung sendiri supaya menjaga kebersihan dari Benteng

Portugis dengan tidak membuang sampah sembarangan tapi membuang

pada tempatnya dan dari segi berpakaian supaya lebih sopan.

3. Pengelola

Untuk pengelola sendiri supaya menempatkan pemandu wisata untuk

menjelaskan sejarah Benteng Portugis kepada pengunjung supaya

pengunjung tahu mengenai keberadaan Benteng Portugis dan sejarah

Benteng Portugis

Page 86: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Aman. (2011). Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Arikunto. (2013). Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Ali Akbar. (2011). Objek Wisata Alam Didermaga Singkarak Kabupaten

Solok. Laporan Penelitian. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri

Padang (UNP).

Bakarudin, (2009). Perkembangan dan Permasalahan Kepariwisataan

Padang: UNP Press

Burhan Bungin (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi,

Dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Dwialdo, (2009). Analisa Pengembangan Objek Wisata Mandeh Tarusan

Kabupaten Pesisir Selatan. Laporan Penelitian Jurusan. Falkultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang (UNP).

Edwin M.Loeb, (2013). Sumatera Sejarah dan Masyarakatnya Yogyakarta:

Ombak.

Mulyadi, (2009). Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada.

Sartono kartodirjo (2017). Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 Dari Emporium Sampai Imperium Yogyakarta: Ombak.

Suaib Djafar, (2015). Evaluasi Kebijakan Pariwisata. Yogyakarta: Ombak.

Koentjaraningrat, (2009). Pengantar Ilmu Antropologi Edisi Revisi. Jakarta:

Rineka Cipta.

Rusli Amran (1984), Sumatera Barat Plakat Panjang Jakarta: Sinar Harapan

Sugiono.(2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta, CV.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010. Cagar Budaya

Page 87: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

B. Skripsi

Skripsi Winda Nur Hasana (2011) Mahasiswa Sejarah Sekolah Tinggi

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Sumatera Barat dengan judul

penelitian ”Perkembangan Objek Wisata Bukit Langkisau di

Kenagarian Painan Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan 1995-2010”.

Skripsi Vandrio Alasca (2012) Mahasiswa Sejarah Sekolah Tinggi

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Sumatera Barat dengan judul

penelitian ”Pengaruh Objek Wisata Jembatan Akar Terhadap

Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Puluik-Puluik Kecamatan

Bayang Utara Kabupaten Pesisir Selatan”.

Skripsi Mega Novita Putri (2011) Mahasiswa Sejarah Sekolah Tinggi

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Sumatera Barat dengan judul

penelitian “Pelestarian Rumah Gadang Sebagai Potensi Pariwisata

Budaya di Perkampungan Adat Jorong Padang Ranah Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung”.

Skripsi Ismi Andriyani (2012) Mahasiswa Sejarah Sekolah Tinggi

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Sumatera Barat dengan judul

penelitian “Perkembangan Wisata Bahari Di Kepulauan Sikakap

Kabupaten Mentawai : Studi Perubahan Sosial–Ekonomi (2003-

2009)”

C. Jurnal

Nami Yulandari, Yeni Erita, Erna Juita, Daya Tarik Objek Wisata Benteng Portugis Di Pulau Cingkuak Nagari Painan Selatan

Kecamatan Iv Jurai Kabupaten Pesisir Selatan, STKIP PGRI

Sumatera Barat jurnal Spasial Prodi Geografi

Agustin, Sri Ulva Sentosa, Hasdi Aimon, Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Permintaan Wisatawan Domestik Terhadap Objek

Wisata Bahari Pulau Cingkuak Kabupaten Pesisir-Selatan, jurnal

kajian ekonomi, Juli, Vol III, No 5, 2014

Page 88: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

67

LAMPIRAN 1

ANGKET PERNYATAAN KESADARAN SEJARAH MASYARAKAT

PAINAN SELATAN TERHADAP KEBERADAAN BENTENG PORTUGIS

DI PULAU CINGKUAK KABUPATEN PESISIR SELATAN

Assalamualikum. Wr. Wb.

Terlebih dahulu peneliti mendoakan semoga saudara/saudari semua

berada dalam keadaan sehat wal’afiat dan selalu sukses dalam menjalankan

aktifitas sehari-hari. Pada kesempatan ini, peneliti memohon bantuan dari

saudara/saudari semua untuk mengisi angket ini dalam rangka penyelesaian

skripsi yang berjudul “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap

Keberadaan Objek Wisata Benteng Portugis Di Pulau Cingkuak Kabupaten

Pesisir Selatan”.

Angket ini tidak akan mengintimidasi saudara/saudari. Oleh karena

itu peneliti sangat mengharapkan agar saudara/saudari memberikan jawaban yang

sejujurnya, dan jawaban yang diberikan di jamin kerahasiannya. Kesungguhan

dan kejujuran saudara/saudari dalam mengisi angket ini merupakan sumbangan

yang besar bagi dunia pendidikan dan pariwisata kabupaten pesisir selatan

khususnya. Atas partisipasi dan bantuan saudara/saudari, penenliti ucapkan terima

kasih.

Wassalam

NOFRIADI

Page 89: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

68

Nama :

Pekerjaan :

Jenis Kelamin :

Usia :

Daerah Asal : Petunjuk Pengisian

Jawablah pernyataan-pernyataan berikut ini dengan cara member check list ( √ )

pada salah satu jawaban yang sesuai dengan kenyataan anda pada lembar jawaban

yang telah tersedia.

Contoh:

Sejarah adalah ilmu yang membahas masa lalu.

Iy a Tidak

Atau

Iya Tidak

Jika anda telah selesai mengerjakan, periksa kembali pekerjaan anda. Jika ada

kesalahan pada jawaban anda, maka anda boleh mengoreksi dengan cara memberi

tanda garis dua ( ≠ ) pada jawaban yang anda batalkan, kemudian pilih jawaban

yang sesuai keadaan yang sebenarnya.

Contoh:

Sejarah adalah ilmu yang membahas masa lalu.

Ya Tidak

Page 90: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

69

≠ √

Angket Kesadaran Sejarah

No Pernyataan Alternatif Jawaban

Ya Tidak

1 Saya tahu tentang sejarah Benteng Portugis.

2 Saya pernah ke Benteng Portugis.

3 Saya mengetahui Benteng Portugis ceritakan

oleh orang tua saudara

4 Saya akan lebih memahami sejarah Benteng

Portugis setelah melihat langsung bentengnya

5 Saya merasakan banyak manfaat jika

mempelajari sejarah Benteng Portugis, seperti

lebih mengenal Sejarah daerahnya.

6 Dengan mempelajari Sejarah lokal akan menumbuhkan rasa cinta terhadap daerahnya.

7 Merasa kecewa terhadap pemerintah karena

kurang adanya kepedulian terhadap benda- benda peninggalan Sejarah

8 Saya setuju saudara jika di benteng ada

pemandu wisata yang menceritakan sejarah Benteng Portugis.

9 Saat ini benteng Portugis sudah di

manfaaatkan dengan baik.

10 Bagi saya penting memahami Sejarah Benteng Portugis

11 Kita tidak boleh melupakan Sejarah Benteng Portugis

12 Benteng Portugis merupakan warisan budaya bangsa Indonesia.

13 Sejarah harus diajarkan sejak dini kepada anak-anak bangsa.

14 saya tahu nilai-nilai budaya yang ada di objek wisata benteng Portugis di pulau Cingkuak

15 Apabila ada acara – acara yang bernuansa

sejarah di Benteng Portugis, saya ikut

berpartisipasi.

16 Benteng Portugis merupakan peninggalan

yang harus kita jaga bersama.

17 Peninggalan Sejarah cukup dilestarikan oleh Dinas Kebudayaan.

18 Ketika saya menemukan benda-benda bersejarah saya akan memberikan kepada

Page 91: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

70

Dinas Kebudayaan

19 Saya menyesal mencoret dan merusak benda benda bersejarah.

20 Peninggalan sejarah dapat dijadikan referensi

kesejarahan.

Page 92: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

71

LAMPIRAN 2

Lampiran Tabulasi Angket Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan

No Item _1

Item _2

Item _3

Item _4

Item _5

Item _6

Item _7

Item _8

Item _9

Item _10

Item _11

Item _12

Item _13

Item _14

item _15

Item _16

Item _17

Item _18

Item _19

Item _20

ya

tidak

1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 13 7

2 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 14 6

3 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 7

4 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 15 5

5 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 16 4

6 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 16 4

7 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 1

8 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 16 4

9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 0

10 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 3

11 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 12 8

12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 0

13 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 15 5

14 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 17 3

15 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 15 5

16 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 17 3

17 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 13 7

18 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 14 6

19 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17 3

20 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 14 6

21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 0

22 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 15 5

23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 0

24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 0

Page 93: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

72

25 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 14 6

26 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 18 2

27 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17 3

28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 18 2

29 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 15 5

30 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 14 6

31 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 14 6

32 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 14 6

33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 0

34 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 9 11

35 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 15 5

36 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17 3

37 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 15 5

38 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17 3

39 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 16 4

40 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 2

41 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 15 5

42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 0

43 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 4

44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 1

45 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17 3

46 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 11 9

47 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 8 12

48 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 12 8

49 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 11 9

50 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 0

51 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 11 9

52 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 15 5

53 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 15 5

Page 94: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

73

54 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 14 6

55 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 2

56 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 15 5

57 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 12 8

58 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17 3

59 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 7

60 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 13 7

61 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 15 5

62 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 15 5

63 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 14 6

64 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 13 7

65 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17 3

66 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17 3

67 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 15 5

68 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 3

69 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 16 4

70 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 15 5

71 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 18 2

72 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 2

73 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 15 5

74 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 15 5

75 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 14 6

76 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 15 5

77 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 14 6

78 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 14 6

79 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 14 6

80 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 15 5

81 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 11 9

82 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 13 7

Page 95: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

74

83 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 9 11

84 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 15 5

85 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 12 8

86 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 16 4

87 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 16 4

88 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 9 11

89 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 9 11

90 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 9 11

91 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 9 11

92 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 8 12

93 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 7 13

94 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 8 12

95 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 7 13

96 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 5 15

97 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 6 14

98 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 9 11

ya 50 88 59 68 78 75 56 82 33 82 77 79 90 50 61 87 44 78 88 90

tidak 48 10 39 30 20 28 42 16 65 16 21 19 8 48 37 11 54 20 10 8

Page 96: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

75

LAMPIRAN 3

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1 : Plang Situs Cagar Budaya Benteng Portugis

18 november 2017 (Sumber : Dokumentasi Nofriadi)

Page 97: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

76

Gambar 2 : Pemberitahuan Larangan Yang Ada Di Benteng Portugis 18

November 2017 (Sumber : Dokumentasi Nofriadi)

Gambar 3 : Foto Peneliti Di Depan Gerbang Benteng Portugis 18

November 2017 (Sumber : Dokumentasi Nofriadi)

Page 98: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

77

Gambar 4 : Foto Tampak Depan Benteng Portugis 18 November 2017

(Sumber :Dokumentasi Nofriadi)

Gambar 5 : Foto Peneliti Di Depan Pintu Gerbang Benteng Portugis 18

November 2017 (Dokumentasi Nofriadi)

Page 99: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

78

Gambar 6 : Foto Benteng Portugis Penampakan Dari Dalam 18

November 2017 (Sumber : Dokumentasi Nofriadi)

Gambar 7 : Foto Peneliti Di Makam Van Kempene 18 November 2017

(Sumber : Dokumentasi Nofriadi)

Page 100: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

79

Gambar 8 : Foto Peneliti Menjelaskan Cara Pengisian Angket Kepada

Responden tanggal 8 desember 2017

(Sumber : Dokumentasi Nofriadi)

Gambar 9 : Foto Responden Mengisi Angket tanggal 8 desember 2017

(Sumber : Dokumentasi Nofriadi)

Page 101: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

80

Page 102: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

81

Page 103: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

82

Page 104: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

83

Page 105: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

84

Page 106: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

85

Page 107: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

86

Page 108: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/Kesimpulan.pdfABSTRAK Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata

87