Bab IV Pedoman Depkes

6
Program penanggulangan DBD berdasarkan pedoman Departemen Kesehatan terdiri dari kegiatan penyelidikan epidemiologi (PE) dan penanggulangan fokus A. Penyelidikan Epidemiologi (PE) Penyelidikan Epidemiologi (PE) adalah kegiatan pencarian kasus infeksi dengue atau kasus suspek infeksi dengue lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di tempat tinggal penderita dan rumah/bangunan sekitar, termasuk tempat-tempat umum dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter. Tujuan dilakukan PE adalah untuk mengetahui potensi penularan dan penyebaran DBD lebih lanjut serta tindakan penanggulangan yang perlu dilakukan di wilayah sekitar tempat tinggal penderita. a. Langkah-langkah kegiatan PE 1. Petugas puskesmas/koordinator DBD menemukan/menerima laporan adanya penderita DBD kemudian dilakukan pencatatan dalam Buku Catatan Harian Penderita DBD. 2. Persiapan peralatan survei, seperti: tensimeter, termometer, senter, formulir PE dan surat tugas 3. Memberitahukan kepada Kades/Lurah dan ketua RW/RT setempat bahwa akan dilaksanakan PE. Pemberitahuan juga diteruskan kepada masyarakat di lokasi setempat agar masyarakat membantu kelancaran pelaksanaan PE 4. Pada saat pelaksanaan PE: a. Petugas Puskesmas melakukan wawancara dengan keluarga penderita dengue yang sudah dikonfirmasi dari rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan lainnya untuk mengetahui ada tidaknya penderita lainnya. Bila ditemukan penderita demam tanpa sebab yang jelas, maka

description

rfgh

Transcript of Bab IV Pedoman Depkes

Page 1: Bab IV Pedoman Depkes

Program penanggulangan DBD berdasarkan pedoman Departemen Kesehatan terdiri dari

kegiatan penyelidikan epidemiologi (PE) dan penanggulangan fokus

A. Penyelidikan Epidemiologi (PE)

Penyelidikan Epidemiologi (PE) adalah kegiatan pencarian kasus infeksi dengue atau

kasus suspek infeksi dengue lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di tempat

tinggal penderita dan rumah/bangunan sekitar, termasuk tempat-tempat umum dalam radius

sekurang-kurangnya 100 meter. Tujuan dilakukan PE adalah untuk mengetahui potensi

penularan dan penyebaran DBD lebih lanjut serta tindakan penanggulangan yang perlu

dilakukan di wilayah sekitar tempat tinggal penderita.

a. Langkah-langkah kegiatan PE

1. Petugas puskesmas/koordinator DBD menemukan/menerima laporan adanya

penderita DBD kemudian dilakukan pencatatan dalam Buku Catatan Harian

Penderita DBD.

2. Persiapan peralatan survei, seperti: tensimeter, termometer, senter, formulir PE dan

surat tugas

3. Memberitahukan kepada Kades/Lurah dan ketua RW/RT setempat bahwa akan

dilaksanakan PE. Pemberitahuan juga diteruskan kepada masyarakat di lokasi

setempat agar masyarakat membantu kelancaran pelaksanaan PE

4. Pada saat pelaksanaan PE:

a. Petugas Puskesmas melakukan wawancara dengan keluarga penderita dengue

yang sudah dikonfirmasi dari rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan lainnya

untuk mengetahui ada tidaknya penderita lainnya. Bila ditemukan penderita

demam tanpa sebab yang jelas, maka dilakukan pemeriksaan kulit (petekie) dan

uji torniquet untuk mencari kemungkinan adanya kasus suspek infeksi dengue

b. Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat penampungan air dan tempat-tempat

lain yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti baik di

dalam maupun di luar rumah/bangunan.

c. Hasil pemeriksaan adanya penderita dengue lainnya dan pemeriksaan jentik

dicatat dalam formulir PE. Hasil PE segera dilaporkan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota untuk tindak lanjut lapangan dikoordinasikan dengan

Kades/Lurah setempat

d. Bila hasil PE positif (ditemukan 1 atau lebih penderita infeksi dengue lainnya

dan/atau 3 penderita suspek infeksi dengue, dan ditemukan jentik 5%, maka

Page 2: Bab IV Pedoman Depkes

dilakukan penanggulangan fokus. Bila hasil PE negatif dilakukan penyuluhan,

PSN 3M plus dan larvasidasi selektif.

B. Penanggulangan fokus

Penanggulangan fokus adalah kegiatan tindak lanjut dari PE, bertujuan untuk

memberantas nyamuk penular DBD. Bila hasil PE memenuhi 2 kriteria PE positif, maka

dilakukan penanggulangan fokus yang dilaksanakan mencakup radius minimal 200 meter,

terdiri dari pemberantasan sarang nyamuk (PSN 3M plus), larvasidasi, penyuluhan dan/atau

pengabutan panas (fogging) dan/atau pengabutan dingin (ULV). Pengasapan dilakukan

sebanyak 2 siklus dengan interval 1 minggu. Bila tidak ditemukan penderita lainnya tetapi

ditemukan jentik, maka dilakukan penggerakan masyarakat dalam PSN 3M plus, larvasidasi

dan penyuluhan. Sedangkan bila tidak ditemukan penderita lainnya dan tidak ditemukan

jentik, maka dilakukan penyuluhan kepada masyarakat.

Kegiatan PSN DBD dan larvasidasi ini merupakan kegiatan berbasis masyarakat yang

dipimpin oleh ketua RW/RT, tokoh masyarakat dan kader-kader. Penyuluhan akan

dilaksanakan oleh petugas kesehatan/kader atau kelompok kerja (Pokja) DBD desa/kelurahan

berkoordinasi dengan petugas puskesmas dengan materi antara lain situasi DBD di

wilayahnya dan cara-cara pencegahan DBD yang dapat dilaksanakan oleh individu, keluarga

dan masyarakat yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Kegiatan penyuluhan dan

penggerakan masyarakat ini dilaksanakan sebelum dilakukan pengabutan dengan insektisida.

Pengabutan dilakukan oleh petugas puskesmas atau bekerjasama dengan dinas kesehatan

kabupaten/kota didampingi oleh ketua RT, tokoh masyarakat atau kader yang juga sekaligus

memberikan penyuluhan.

Hasil pelaksanaan penanggulangan fokus dilaporkan oleh puskesmas kepada dinas

kesehatan kabupaten/kota dengan tembusan kepada camat dan kepala desa/lurah setempat

dengan menggunakan formulir K-DBD

Gerakan PSN DBD

Gerakan PSN DBD adalah kegiatan terencana yang dilakukan oleh seluruh masyarakat

bersama pemerintah dan pemerintah daerah, bersifat terus menerus dan berkesinambungan

untuk mencegah penyakit DBD. Tujuannya adalah memberantas tempat-tempat

perkembangbiakan nyamuk Aedes melalui peran serta seluruh masyarakat. Selain itu, melalui

gerakan PSN ini diharapkan semua keluarga mengenali gejala DBD sehingga segera

memeriksakan kepada petugas kesehatan bila ada anggota keluarganya yang diduga

menderita DBD, kemudian melaporkan kepada RT, Kepala Desa/Kelurahan jika ada kasus

Page 3: Bab IV Pedoman Depkes

DBD agar dapat ditindak lanjuti, dan pada akhirnya membantu kelancaran mendukung

kegiatan pengendalian vektor DBD.

Gerakan PSN DBD di desa/kelurahan dikoordinasikan oleh kelompok kerja DBD atau

disingkat Pokjanal DBD, yang merupakan forum koordinasi kegiatan pengendalian penyakit

DBD dalam wadah LKMD. Pembinaan pelaksanaan gerakan PSN DBD dilakukan oleh

Pokjanal DBD tingkat Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi dan tingkat Pusat secara

berjenjang. Kegiatan PSN DBD antara lain:

A. Penggerakan PSN DBD di rumah (tempat pemukiman)

a. Kegiatan Pokjanal oleh masyarakat

- Setiap minggu: pemeriksaan jentik dan penyuluhan oleh pada jumantik/kader, kerja

bakti membersihkan lingkungan oleh masyarakat

- Setiap bulan: pertemuan ketua RT/RW dengan PKK dan tokoh masyarakat untuk

membahas hasil pemeriksaan jentik oleh jumantik. Hasilnya kemudian dilaporkan ke

Kepala Desa/Lurah. Selanjutnya Kepala Desa/Lurah membahas laporan ketua RW

dan tindak lanjut umpan balik pemeriksaan jentik berkala (PJB) dari Puskesmas.

b. Peran Puskesmas

Petugas Puskesmas melakukan PJB setiap 3 bulan dengan cara memeriksa 100 rumah

yang dipilih secara acak untuk mengetahui hasil penggerakan PSN DBD oleh

jumantik. Hasil PJB dianalisis dengan menggunakan indikator ABJ, lalu hasil PJB ini

dilaporkan kepada Camat dan diumpanbalikkan kepada Lurah untuk ditindak lanjut.

B. Penggerakan PSN DBD di tempat-tempat umum

a. Kegiatan di sekolah dan tempat-tempat umum

Kegiatan PSN DBD di sekolah dikoordinasikan oleh kepala sekolah melalui

pengawasan terhadap kegiatan kebersihan sekolah dan PSN 3M yang dilakukan oleh

petugas kebersihan sekolah. PSN 3 M dilakukan sekurang-kurangnya seminggu

sekali dan pembinaan PSN DBD diintegrasikan dalam proses belajar mengajar, baik

intra maupun ekstrakurikuler seperti program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

Penggerakan PSN DBD di tempat-tempat umum lainnya dilaksanakan dan

dikoordinasi oleh penanggung jawab tempat-tempat umum yang bersangkutan

dengan melakukan kegiatan kebersihan lingkungan dan PSN 3M sekurang-kurangnya

seminggu sekali.

b. Peran Puskesmas

Petugas Puskesmas memberikan bimbingan teknis kepada sekolah melalui kegiatan

UKS dan kepada TTU melalui kegiatan rutin pengawasan lingkungan TTU. Selain

Page 4: Bab IV Pedoman Depkes

itu dilakukan pula pemantauan jentik berkala (PJB) pada semua sekolah dan tempat

tempat umum yang ada di wilayah kerja puskesmas setiap 3 bulan dengan cara

memeriksa setiap tempat-tempat yang potensial untuk perkembangan nyamuk Aedes.

Hasil dari PJB dilaporkan ke camat dan diumpanbalikkan kepada Kepala Sekolah

dan penanggung jawab TTU.

Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi kegiatan PSN dilakukan melalui kegiatan PJB setiap 3 bulan pada

sejumlah sampel rumah, sekolah dan tempat umum lainnya. Indikator keberhasilannya PSN

DBD di pemukiman digunakan ABJ 95%, sedangkan di TTU ABJ sebesar 100%. ABJ dari

PJB di setiap tingkat wilayah kerja kemudian dibandingkan dengan ABJ pada kuartal

sebelumnya. Diharapkan ada peningkatan, jika tidak kepala pemerintahan daerah setempat

diminta meningkatkan upayanya dalam menggerakan PSN DBD.