Bab IV Pedoman Depkes
-
Upload
mandeep-dhillon -
Category
Documents
-
view
10 -
download
3
description
Transcript of Bab IV Pedoman Depkes
Program penanggulangan DBD berdasarkan pedoman Departemen Kesehatan terdiri dari
kegiatan penyelidikan epidemiologi (PE) dan penanggulangan fokus
A. Penyelidikan Epidemiologi (PE)
Penyelidikan Epidemiologi (PE) adalah kegiatan pencarian kasus infeksi dengue atau
kasus suspek infeksi dengue lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di tempat
tinggal penderita dan rumah/bangunan sekitar, termasuk tempat-tempat umum dalam radius
sekurang-kurangnya 100 meter. Tujuan dilakukan PE adalah untuk mengetahui potensi
penularan dan penyebaran DBD lebih lanjut serta tindakan penanggulangan yang perlu
dilakukan di wilayah sekitar tempat tinggal penderita.
a. Langkah-langkah kegiatan PE
1. Petugas puskesmas/koordinator DBD menemukan/menerima laporan adanya
penderita DBD kemudian dilakukan pencatatan dalam Buku Catatan Harian
Penderita DBD.
2. Persiapan peralatan survei, seperti: tensimeter, termometer, senter, formulir PE dan
surat tugas
3. Memberitahukan kepada Kades/Lurah dan ketua RW/RT setempat bahwa akan
dilaksanakan PE. Pemberitahuan juga diteruskan kepada masyarakat di lokasi
setempat agar masyarakat membantu kelancaran pelaksanaan PE
4. Pada saat pelaksanaan PE:
a. Petugas Puskesmas melakukan wawancara dengan keluarga penderita dengue
yang sudah dikonfirmasi dari rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan lainnya
untuk mengetahui ada tidaknya penderita lainnya. Bila ditemukan penderita
demam tanpa sebab yang jelas, maka dilakukan pemeriksaan kulit (petekie) dan
uji torniquet untuk mencari kemungkinan adanya kasus suspek infeksi dengue
b. Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat penampungan air dan tempat-tempat
lain yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti baik di
dalam maupun di luar rumah/bangunan.
c. Hasil pemeriksaan adanya penderita dengue lainnya dan pemeriksaan jentik
dicatat dalam formulir PE. Hasil PE segera dilaporkan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota untuk tindak lanjut lapangan dikoordinasikan dengan
Kades/Lurah setempat
d. Bila hasil PE positif (ditemukan 1 atau lebih penderita infeksi dengue lainnya
dan/atau 3 penderita suspek infeksi dengue, dan ditemukan jentik 5%, maka
dilakukan penanggulangan fokus. Bila hasil PE negatif dilakukan penyuluhan,
PSN 3M plus dan larvasidasi selektif.
B. Penanggulangan fokus
Penanggulangan fokus adalah kegiatan tindak lanjut dari PE, bertujuan untuk
memberantas nyamuk penular DBD. Bila hasil PE memenuhi 2 kriteria PE positif, maka
dilakukan penanggulangan fokus yang dilaksanakan mencakup radius minimal 200 meter,
terdiri dari pemberantasan sarang nyamuk (PSN 3M plus), larvasidasi, penyuluhan dan/atau
pengabutan panas (fogging) dan/atau pengabutan dingin (ULV). Pengasapan dilakukan
sebanyak 2 siklus dengan interval 1 minggu. Bila tidak ditemukan penderita lainnya tetapi
ditemukan jentik, maka dilakukan penggerakan masyarakat dalam PSN 3M plus, larvasidasi
dan penyuluhan. Sedangkan bila tidak ditemukan penderita lainnya dan tidak ditemukan
jentik, maka dilakukan penyuluhan kepada masyarakat.
Kegiatan PSN DBD dan larvasidasi ini merupakan kegiatan berbasis masyarakat yang
dipimpin oleh ketua RW/RT, tokoh masyarakat dan kader-kader. Penyuluhan akan
dilaksanakan oleh petugas kesehatan/kader atau kelompok kerja (Pokja) DBD desa/kelurahan
berkoordinasi dengan petugas puskesmas dengan materi antara lain situasi DBD di
wilayahnya dan cara-cara pencegahan DBD yang dapat dilaksanakan oleh individu, keluarga
dan masyarakat yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Kegiatan penyuluhan dan
penggerakan masyarakat ini dilaksanakan sebelum dilakukan pengabutan dengan insektisida.
Pengabutan dilakukan oleh petugas puskesmas atau bekerjasama dengan dinas kesehatan
kabupaten/kota didampingi oleh ketua RT, tokoh masyarakat atau kader yang juga sekaligus
memberikan penyuluhan.
Hasil pelaksanaan penanggulangan fokus dilaporkan oleh puskesmas kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota dengan tembusan kepada camat dan kepala desa/lurah setempat
dengan menggunakan formulir K-DBD
Gerakan PSN DBD
Gerakan PSN DBD adalah kegiatan terencana yang dilakukan oleh seluruh masyarakat
bersama pemerintah dan pemerintah daerah, bersifat terus menerus dan berkesinambungan
untuk mencegah penyakit DBD. Tujuannya adalah memberantas tempat-tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes melalui peran serta seluruh masyarakat. Selain itu, melalui
gerakan PSN ini diharapkan semua keluarga mengenali gejala DBD sehingga segera
memeriksakan kepada petugas kesehatan bila ada anggota keluarganya yang diduga
menderita DBD, kemudian melaporkan kepada RT, Kepala Desa/Kelurahan jika ada kasus
DBD agar dapat ditindak lanjuti, dan pada akhirnya membantu kelancaran mendukung
kegiatan pengendalian vektor DBD.
Gerakan PSN DBD di desa/kelurahan dikoordinasikan oleh kelompok kerja DBD atau
disingkat Pokjanal DBD, yang merupakan forum koordinasi kegiatan pengendalian penyakit
DBD dalam wadah LKMD. Pembinaan pelaksanaan gerakan PSN DBD dilakukan oleh
Pokjanal DBD tingkat Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi dan tingkat Pusat secara
berjenjang. Kegiatan PSN DBD antara lain:
A. Penggerakan PSN DBD di rumah (tempat pemukiman)
a. Kegiatan Pokjanal oleh masyarakat
- Setiap minggu: pemeriksaan jentik dan penyuluhan oleh pada jumantik/kader, kerja
bakti membersihkan lingkungan oleh masyarakat
- Setiap bulan: pertemuan ketua RT/RW dengan PKK dan tokoh masyarakat untuk
membahas hasil pemeriksaan jentik oleh jumantik. Hasilnya kemudian dilaporkan ke
Kepala Desa/Lurah. Selanjutnya Kepala Desa/Lurah membahas laporan ketua RW
dan tindak lanjut umpan balik pemeriksaan jentik berkala (PJB) dari Puskesmas.
b. Peran Puskesmas
Petugas Puskesmas melakukan PJB setiap 3 bulan dengan cara memeriksa 100 rumah
yang dipilih secara acak untuk mengetahui hasil penggerakan PSN DBD oleh
jumantik. Hasil PJB dianalisis dengan menggunakan indikator ABJ, lalu hasil PJB ini
dilaporkan kepada Camat dan diumpanbalikkan kepada Lurah untuk ditindak lanjut.
B. Penggerakan PSN DBD di tempat-tempat umum
a. Kegiatan di sekolah dan tempat-tempat umum
Kegiatan PSN DBD di sekolah dikoordinasikan oleh kepala sekolah melalui
pengawasan terhadap kegiatan kebersihan sekolah dan PSN 3M yang dilakukan oleh
petugas kebersihan sekolah. PSN 3 M dilakukan sekurang-kurangnya seminggu
sekali dan pembinaan PSN DBD diintegrasikan dalam proses belajar mengajar, baik
intra maupun ekstrakurikuler seperti program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Penggerakan PSN DBD di tempat-tempat umum lainnya dilaksanakan dan
dikoordinasi oleh penanggung jawab tempat-tempat umum yang bersangkutan
dengan melakukan kegiatan kebersihan lingkungan dan PSN 3M sekurang-kurangnya
seminggu sekali.
b. Peran Puskesmas
Petugas Puskesmas memberikan bimbingan teknis kepada sekolah melalui kegiatan
UKS dan kepada TTU melalui kegiatan rutin pengawasan lingkungan TTU. Selain
itu dilakukan pula pemantauan jentik berkala (PJB) pada semua sekolah dan tempat
tempat umum yang ada di wilayah kerja puskesmas setiap 3 bulan dengan cara
memeriksa setiap tempat-tempat yang potensial untuk perkembangan nyamuk Aedes.
Hasil dari PJB dilaporkan ke camat dan diumpanbalikkan kepada Kepala Sekolah
dan penanggung jawab TTU.
Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi kegiatan PSN dilakukan melalui kegiatan PJB setiap 3 bulan pada
sejumlah sampel rumah, sekolah dan tempat umum lainnya. Indikator keberhasilannya PSN
DBD di pemukiman digunakan ABJ 95%, sedangkan di TTU ABJ sebesar 100%. ABJ dari
PJB di setiap tingkat wilayah kerja kemudian dibandingkan dengan ABJ pada kuartal
sebelumnya. Diharapkan ada peningkatan, jika tidak kepala pemerintahan daerah setempat
diminta meningkatkan upayanya dalam menggerakan PSN DBD.