BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam...

143
BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Konstruksi Musha>rakah Mutana>qis}ah Dalam Pemilikan Aset Dalam pembahasan sub bab ini mengemukakan hasil penelitian pustaka yang telah dihimpun oleh peneliti terkait dengan konstruk transaksi pembiayaan, aspek hukum musha>rakah mutana>qis}ah dalam tinjauan bisnis Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan suatu aset melalui perbankan syariah. 1. Konstruk Transaksi Pembiayaan Musha>rakah Mutana>qis}ah Sebagaimana ditemukan dalam pembahasan pada bab sebelumnya yaitu pada bab 2. Konstruk adalah suatu konsep pemikiran yang secara khusus diciptakan bagi suatu penelitian dan / atau untuk tujuan membangun teori. Konstruk dibangun dengan mengkombinasikan konsep sederhana, khususnya bilamana pemikiran atau bayangan yang ingin dikomunikasikan tidak secara langsung dapat diamati 1 . Implementasi dalam operasional pembiayaan musha>rakah mutana>qis}ah perbankan syariah adalah merupakan kerjasama antara bank syariah dengan nasabah untuk pengadaan atau pembelian suatu barang (benda), yaitu aset barang tersebut jadi milik bersama. Besaran kepemilikan 1 Ismail Nawawi, Metoda Penelitian Paradigma Positifistik Ekonomi Islam dan Konvensional , (Jakarta : VIV Press, 2010 ), 175.

Transcript of BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam...

Page 1: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

BAB IV

PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Konstruksi Musha>rakah Mutana>qis}ah Dalam Pemilikan Aset

Dalam pembahasan sub bab ini mengemukakan hasil penelitian

pustaka yang telah dihimpun oleh peneliti terkait dengan konstruk transaksi

pembiayaan, aspek hukum musha>rakah mutana>qis}ah dalam tinjauan bisnis

Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah

dalam pemilikan suatu aset melalui perbankan syariah.

1. Konstruk Transaksi Pembiayaan Musha>rakah Mutana>qis}ah

Sebagaimana ditemukan dalam pembahasan pada bab sebelumnya

yaitu pada bab 2. Konstruk adalah suatu konsep pemikiran yang secara

khusus diciptakan bagi suatu penelitian dan / atau untuk tujuan

membangun teori. Konstruk dibangun dengan mengkombinasikan

konsep sederhana, khususnya bilamana pemikiran atau bayangan

yang ingin dikomunikasikan tidak secara langsung dapat diamati1.

Implementasi dalam operasional pembiayaan musha>rakah

mutana>qis}ah perbankan syariah adalah merupakan kerjasama antara bank

syariah dengan nasabah untuk pengadaan atau pembelian suatu barang

(benda), yaitu aset barang tersebut jadi milik bersama. Besaran kepemilikan

1 Ismail Nawawi, Metoda Penelitian Paradigma Positifistik Ekonomi Islam dan Konvensional,

(Jakarta : VIV Press, 2010 ), 175.

Page 2: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

108

dapat ditentukan sesuai dengan sejumlah modal atau dana yang disertakan

dalam kontrak kerjasama tersebut. Selanjutnya nasabah akan membayar

(mengangsur) sejumlah modal / dana yang dimiliki oleh bank syariah.

Perpindahan kepemilikan dari porsi bank syariah kepada nasabah seiring

dengan bertambahnya jumlah modal nasabah dari pertambahan angsuran

yang dilakukan nasabah sampai batas akhir waktu angsuran hingga

angsurannya berakhir, berarti kepemilikan suatu barang atau benda tersebut

sepenuhnya menjadi milik nasabah. Penurunan porsi kepemilikan bank

syariah terhadap barang atau benda berkurang secara proporsional sesuai

dengan besarnya angsuran.2

Selain sejumlah angsuran yang harus dilakukan nasabah untuk

mengambil alih kepemilikan, nasabah harus membayar sejumlah sewa

kepada bank syariah hingga berakhirnya batas kepemilikan bank syariah.

Pembayaran sewa dilakukan bersamaan dengan pembayaran angsuran.

Pembayaran angsuran merupakan bentuk pengambilalihan porsi

kepemilikan bank syariah. Sedangkan pembayaran sewa adalah bentuk

keuntungan (fee) bagi bank syariah atas kepemilikannya terhadap aset

tersebut. Pembayaran sewa merupakan bentuk kompensasi kepemilikan dan

kompensasi jasa bank syariah.

Transaksi atau akad produk bank syariah yang diadopsi suatu

negara dipengaruhi oleh berbagai hal, di antaranya sistem ekonomi yang

2 Muhamad Ayub, Understanding Islamic Finance A-Z Keuangan Syariah (Jakarta: Gramedia

Pustaka, 2009), 516-520.

Page 3: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

109

dianut, madhhab ekonomi yang dianut, kedudukan bank syariah dalam

undang-undang, dan strategi pengembangan yang diambil. Akad yang

digunakan oleh suatu negara bisa saja tidak diterapkan atau tidak diterima di

negara lain karena hal-hal di atas. Akad yang digunakan di Indonesia cukup

banyak dan beragam yang kadang-kadang tidak dapat diterima secara

shari >’ah oleh negara lain.

Sementara itu, Indonesia dan negara-negara Timur Tengah,

seperti Sudan, menggunakan transaksi (akad) dengan lebih berhati-hati

dalam ketentuan shari >’ah. Pengembangan produk dan akad perbankan

syariah seharusnya selalu memperhatikan dan mengaitkannya dengan

kebutuhan untuk pengembangan kegiatan produktif di sektor riil dengan

tetap mengacu pada ketentuan shari >’ah yang disepakati oleh sebagian besar

(jumhu>r) fuqaha>’.

Syarat utama pengembangan sistem keuangan / perbankan syariah

dan produk-produknya yang terarah sesuai visi dan misinya adalah dengan

mempersiapkan sumber daya insani (SDI) yang cukup dan berkualitas

dalam pemahaman esensi ekonomi dan keuangan Islam sebagai praktisi,

regulator, dan akademisi.

Skim musha>rakah mutana>qis}ah cocok untuk waktu yang panjang

melebihi 10 tahun pelunasan. Bagi bank, keuntungan didapat bukan dari

nilai cicilan tapi nilai sewa. Dengan waktu yang panjang nilai cicilan akan

rendah sedangkan sewa bisa disesuaikan untuk kurun waktu tertentu. Salah

Page 4: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

110

satu perkembangan baru dalam dunia ekonomi di Indonesia adalah tumbuh

dan berkembangnya lembaga-lembaga ekonomi Islam. Satu di antaranya

adalah perbankan islam atau perbankan syariah. Berdasarkan huruf a

Penjelasan Pasal 49 huruf i Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang

Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama3

(UU No. 3 Tahun 2006), perkara bank syari‟ah termasuk

kewenangan Pengadilan Agama.

Secara akademik, istilah Islam dengan shari>’ah mempunyai

pengertian yang berbeda. Namun secara teknis untuk penyebutan bank Islam

dan bank syariah mempunyai pengertian yang sama”. Bank Islam adalah

lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit atau

pembiayaan dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran

uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip shari>’ah

Islam.4

Dari rumusan tersebut dapat dipahami bahwa usaha pokok bank

syariah adalah mengadakan transaksi-transaksi dan produk-produk bank

yang islami, yakni yang terhindar dari riba>, terhindar dari transaksi-transaksi

ba>t}il, juga terhindar dari prinsip-prinsip yang z}a>lim. Oleh karena itu, yang

dimaksud bukan sekadar mengarabkan istilah-istilah perbankan, tetapi lebih

dari itu harus sejalan dengan prinsip-prinsip shari>’ah dimaksud.

3 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama

4 Ismail Nawawi, Perbankan Syariah Issu-issu Manajemen Fiqh Muamalah Pengkayaan Teori

Menuju Praktek (Jakarta: Dwi Putra Pustaka Jaya, 2012), 93-94.

Page 5: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

111

Di antara bentuk-bentuk transaksi usaha dalam Islam adalah

musha>rakah dan mud}a>rabah. Kedua bentuk transaksi ini lazim dipraktikkan

dalam bank syariah. Oleh sebab itu, perlu dilihat bagaimana produk-produk

tersebut berlaku dalam bank syariah, yakni untuk memudahkan analisis

apabila terjadi sengketa para pihak.

2. Proses dan Penetapan Aspek Hukum Pembiayaan Musha>rakah

Mutana>qis}ah

Musha>rakah mutana>qis}ah secara hukum dalam praktik perbankan

syariah diperbolehkan dengan ketetapan atau fatwa oleh Majelis Ulama‟

Indonesia dengan Nomor 73/DSN/MUI/XI/2008. Fatwa tersebut

menggunakan analisis, menetapkan dan memutuskan dengan berbagai

pertimbangan di bawah ini.

Sebelum memutuskan pembiayaan musha>rakah mutana>qis}ah

dalam fatwa ini Majelis Ulama‟ Indonesia mengemukakan berbagai

peristilahan yang berkaitan pembiayaan musha>rakah mutana>qis}ah sebagai

berikut: 5

a. Musha>rakah mutana>qis}ah adalah musha>rakah atau shirkah yang

kepemilikan aset (barang) atau modal salah satu pihak (shari>k)

berkurang disebabkan pembelian secara bertahap oleh pihak lainnya.

5 Ichwan Sam dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI (Jakarta: Gaung Persada

Press, 2010), 209-219.

Page 6: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

112

b. Shari>k adalah mitra, yakni pihak yang melakukan akad shirkah

(musha>rakah).

c. H}is}s}ah adalah porsi atau bagian shari>k dalam kekayaan musha>rakah yang

bersifat musha‟.

d. Musha‟ adalah porsi atau bagian shari>k dalam kekayaan musha>rakah

(milik bersama) secara nilai dan tidak dapat ditentukan batas-batasnya

secara fisik.

Dalam pembiayaan musha>rakah mutana>qis}ah, Majelis Ulama‟

Indonesia mengemukan determinan ketentuan secara umum pembiayaan

sebagai berikut:6

a. Akad musha>rakah mutana>qis}ah terdiri dari akad musha>rakah / shirkah

dan bay‟ (jual-beli).

b. Musha>rakah mutana>qis}ah berlaku hukum sebagaimana yang diatur dalam

Fatwa DSN Nomor. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan

musha>rakah, yang para mitranya memiliki hak dan kewajiban, di

antaranya:

1) Memberikan modal dan kerja berdasarkan kesepakatan pada saat akad.

2) Memperoleh keuntungan berdasarkan nis}bah yang disepakati pada

saat akad.

3) Menanggung kerugian sesuai proporsi modal.

6 Ibid, 216-217.

Page 7: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

113

4) Dalam akad musha>rakah mutana>qis}ah, pihak pertama (shari>k) wajib

berjanji untuk menjual seluruh h}is}s}ahnya secara bertahap dan pihak

kedua (shari>k) wajib membelinya.

c. Jual-beli sebagaimana dimaksud dalam angka 3 dilaksanakan sesuai

kesepakatan.

d. Setelah selesai pelunasan penjualan, seluruh h}is}s}ah lembaga keuangan

syari‟ah (LKS) beralih kepada shari>k lainnya (nasabah).

Di samping determinan ketentuan secara umum, Majelis Ulama‟

Indonesia mengemukakan determinan ketentuan secara khusus, yaitu:

a. Aset musha>rakah mutana>qis}ah dapat diija>rahkan kepada shari>k atau

pihak lain.

b. Apabila aset musha>rakah menjadi objek ija>rah, maka shari>k (nasabah)

dapat menyewa aset tersebut dengan nilai ujrah yang disepakati.

c. Keuntungan yang diperoleh dari ujrah tersebut dibagi sesuai dengan

nis}bah yang telah disepakati dalam akad, sedangkan kerugian harus

berdasarkan proporsi kepemilikan. Nis}bah keuntungan dapat mengikuti

perubahan proporsi kepemilikan sesuai kesepakatan para shari>k.

d. Kadar / ukuran bagian / porsi kepemilikan aset musha>rakah shari>k (LKS)

yang berkurang akibat pembayaran oleh shari>k (nasabah), harus jelas dan

disepakati dalam akad;

Page 8: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

114

e. Biaya perolehan aset musha>rakah menjadi beban bersama sedangkan

biaya peralihan kepemilikan menjadi beban pembeli;7

Disamping fatwa Majelis Ulama‟ Indonesia, Majelis Penasihat

Syariah Bank Negara Malaysia nomor 53 tertanggal 29 September 2005

telah memutuskan bahwa produk pembiayaan berasaskan kontrak

musha>rakah mutana>qis}ah adalah dibenarkan selagi tidak ada elemen

jaminan modal dan / atau keuntungan oleh rekan kongsi ke atas rekan

kongsi yang lain.

Dari kedua fatwa tersebut, membolehkan pembiayaan dengan

transaksi musha>rakah mutana>qis}ah dengan alasan berbagai pertimbangan,

baik dari sumber al-Qur’a>n, H}adi>th, ijma‘ dan lainnya diperbolehkan.

Peneliti meninjau kedua fatwa tersebut menggunakan pertimbangan yang

sama, dan pertimbangan tersebut sebagai berikut:

Dewan Syari‟ah Nasional setelah melakukan pertimbangan

berkaitan dengan;

1) Pembiayaan musha>rakah memiliki keunggulan dalam kebersamaan dan

keadilan, baik dalam berbagi keuntungan maupun risiko kerugian,

sehingga dapat menjadi alternatif dalam proses kepemilikan aset

(barang) atau modal.

7 Ibid, 217-219.

Page 9: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

115

2) Kepemilikan aset (barang) atau modal sebagaimana dimaksud dalam

butir (a) dapat dilakukan dengan cara menggunakan akad musha>rakah

mutana>qis}ah.

3) bahwa agar cara tersebut dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip shari>ah.

Dewan Syariah Nasional MUI dan Majelis Penasihat Syariah

Bank Negara Malaysia memandang perlu menetapkan fatwa tentang

musha>rakah mutana>qis}ah untuk dijadikan pedoman dalam usaha atau bisnis

perbankan yang berbasis shari>ah dengan menggunakan sumber al-Qur’a>n

dan al-H}adi>th, kaidah fiqih dan pendapat berbagai ulama‟ di bawah ini.8

a. Sumber dari al-Qur’a>n

Pertimbangan tersebut dengan mendasarkan pada firman

Allah SWT dalam surat S }a>d (38), ayat : 24:

“Daud berkata: "Sesungguhnya Dia telah berbuat z}a>lim kepadamu

dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya.

dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu

sebahagian mereka berbuat z}a>lim kepada sebagian yang lain, kecuali

orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan Amat

sedikitlah mereka ini". dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya;

8 Fatwa MUI - DSN Nomor. 73/DSN/MUI/XI/2008, jo Nomor 08/DSN-MUI/IV/2000.

Page 10: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

116

Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan

bertaubat”.9

Dan firman Allah SWT yang lain, dalam surat al-Ma>idah (5) ayat: 1:

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu.10

Dihalalkan

bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu, (yang

demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang

mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum

menurut yang dikehendaki-Nya”.11

b. H}adi>th Nabi

1) H}adi>th riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah, Rasu>l SAW bersabda:

“Dari Abu Hurairah RA, Rasu>l SAW bersabda: Sesungguhnya Allah

SWT berfirman: „Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang

berserikat selama salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang

lain. Jika salah satu pihak telah berkhianat, Aku keluar dari mereka”.

(HR. Abu Daud).

9 Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Indah Press, 2002), 363.

10 Maksud dari akad disini adalah Akad (perjanjian) mencakup: janji prasetia hamba kepada Allah

dan Perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya. 11

Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Indah Press, 2002), 160. 12

Ima>m Abu> Dawu>d, Sunan Abu> Dawu>d, (Beirut: Dar al-Fikr, tt), 176.

Page 11: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

117

2) H}adi>th Nabi Riwayat Tirmidhi> dari ‘Amr bin ‘Auf:

“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali

perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang

haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali

syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram”

.

c. Kaidah fiqh:

“Pada dasarnya, semua bentuk mu’a>malat boleh dilakukan kecuali ada

dalil yang mengharamkannya”.

d. Ibnu Quda>mah15

, al-Mughni> juz V, halaman 173:

“Apabila salah satu dari dua yang bermitra (shari>k) membeli porsi

(bagian, h}is}s}ah) dari shari>k lainnya, maka hukumnya boleh, karena

(sebenarnya) ia membeli milik pihak lain”.

e. Wahbah Zuh}aily dalam kitab al-Mu‘a>malah al-Ma>liyah al-

Mu‘a>sirah, halaman 436-437:16

13

Muhammad bin Isma>i>l al-Kah}lany, Subul al-Sala>m, Juz III, (Semarang: Thoha Putra, t.th), 59. 14

Ibnu Qudamah, Syamsuddi>n Abdul Rahma>n Muhammad Ibnu Ahmad, al-Mughni>, (Bairu>t: Da>r

al-Fikr, t.th),173. 15

Ibnu Qudamah, al-Mughni>,173.

16 Wahbah al-Zuh}aily, al-Mu’a>mala>t al-Ma>liyah al-Mu’a>s}irah, (Damaskus: Da>r al-Fikr al-Mu’a>s}ir,

2002), 235.

Page 12: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

118

‚Musha>rakah mutana>qis}ah ini dibenarkan dalam shari>ah, karena

sebagaimana ija>rah muntahiyah bi-al-tamli>k - bersandar pada janji dari

bank kepada mitra (nasabah)-nya bahwa bank akan menjual kepada mitra

porsi kepemilikannya dalam shirkah apabila mitra telah membayar

kepada bank harga porsi bank tersebut. Di saat berlangsung, musha>rakah mutana>qis}ah tersebut dipandang sebagai shirkat al-‘inan, karena kedua

belah pihak menyerahkan kontribusi ra’su al-ma>l, dan bank

mendelegasikan kepada nasabah-mitranya untuk mengelola kegiatan

usaha. Setelah selesai shirkah bank menjual seluruh atau sebagian

porsinya kepada mitra, dengan ketentuan akad penjualan ini dilakukan

secara terpisah yang tidak terkait dengan akad shirkah‛.

f. Nu>ruddin Abdul Kari>m al-Kawa>milah, dalam kitab al-Musha>rakah al-

Mutana>qis}ah Wa Tat}bi>qatuha> al-Mu‘a>sirah, menyebutkan bahwa: 17

“Studi ini sampai pada kesimpulan bahwa musha>rakah mutana>qis}ah

dipandang sebagai salah satu macam pembiayaan musha>rakah dengan

17

Nu>ruddin Abdul Kari>m al-Kawa>milah, al- Musha>rakah al-Mutana>qis}ah wa Tat}bi>qatuha al-Mu’a>shirah, (Yordan: Da>r al-Nafa>’is, 2008), hal. 133.

Page 13: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

119

bentuknya yang umum; hal itu mengingat bahwa pembiayaan musha>rakah

dengan bentuknya yang umum terdiri atas beberapa ragam dan macam

yang berbeda-beda. Dilihat dari sudut “kesinambungan pembiayaan”

(istimra>riyyah al-tamwi>l), musha>rakah terbagi menjadi tiga macam:

pembiayaan untuk satu kali transaksi, pembiayaan musha>rakah permanen,

dan pembiayaan musha>rakah mutana>qis}ah‛.

3. Determinan Sistem Transaksi Musha>rakah Mutana>qis}ah Pada Bisnis Bank

Syariah

Berbagai determinan sistem transaksi musha>rakah mutana>qis}ah pada

bisnis bank syariah secara operasional dalam pembiayaan ditemukan oleh

peneliti dari berbagai literatur dan pendapat para pakar dan ahli. Dalam aspek

hukum operasional musha>rakah mutana>qis}ah ada berbagai ketentuan, baik

ketentuan sebelum melakukan akad atau ketentuan dalam pelaksanaan yang

keduanya disebut dengan syarat dan rukun.

Dalam akad musha>rakah mutana>qis}ah terdapat adanya akad shirkah

dan ija>rah. Ketentuan sebelum melakukan transaksi (akad) yang disebut

dengan syarat shirkah dan ija>rah, menurut Wahbah Zuh}aily>18

mengungkapkan

pendapat madhhab H}anafi> bahwa syarat yang ada dalam akad dapat

dikategorikan menjadi syarat sah (s}ahih), rusak (fa>sid) dan batal (ba>t}il) dengan

penjelasan sebagai:

a. Ketentuan pembentukan prasyarat yang benar (s}ahih) merupakan ketentuan

dalam bisnis yang sesuai dengan substansi atau tujuan akad, yang

mendukung dan memperkuat substansi akad bisnis dan dibenarkan oleh

shari>ah, sesuai dengan kebiasaan masyarakat („urf). Sebuah ilustrasi dalam

18

Wahbah Zuh}aily, al-Fiqh al-Islami Wa Adillatuhu, (Bairu>t: Da>r al-Fikr, t.th), 515.

Page 14: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

120

bisnis sistem perbankan syariah atau jual beli pada umumnya, harga barang

yang diajukan oleh penjual, adanya hak pilih (khiya>r) dan syarat sesuai

dengan kebiasaan („urf ) dan adanya garansi.

b. Ketentuan bisnis yang cacat (syarat fa>sid) adalah ketentuan yang tidak

sesuai dengan salah satu kriteria yang ada dalam ketentuan pembentukan

prasyarat yang benar. Misalnya membeli mobil dengan uji coba dulu selama

satu tahun.

c. Ketentuan pembentukan prasyarat yang tidak sesuai dengan ketentuan

(syarat ba>t}il) merupakan ketentuan yang tidak mempunyai kriteria syarat

s}ahi>h dan tidak memberi nilai manfaat bagi salah satu pihak atau lainnya,

akan tetapi malah menimbulkan dampak negatif. Misalnya penjual mobil

mensyaratkan pembeli tidak boleh mengendarai mobil yang telah dibelinya.

Ketentuan atau syarat pembentukan akad di bedakan menjadi syarat

terjadinya akad, syarat sahnya akad, syarat pelaksanaan akad dan syarat

kepastian hukum. Masing-masing dijelaskan sebagai berikut:

1. Syarat terjadinya akad, merupakan segala sesuatu yang dipersyaratkan

untuk terjadinya akad secara shari>‘ah, jika tidak memenuhi syarat

tersebut maka akadnya menjadi batal. Syarat ini dibagi menjadi dua,

yaitu:

a. Umum adalah syarat yang harus ada pada setiap akad. Maksudnya

kedua orang yang melakukan akad antara nasabah atau konsumen

dengan pihak bank harus cakap bertindak (ahliyyah) yakni tidak sah

Page 15: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

121

orang yang berakad tidak cakap bertindak, seperti orang gila, orang

dibawah pengampuan karena boros dan lainnya, yang dijadikan obyek

akad menerima sesuai dengan ketentuan hukum shari>‘ah, akad itu

diijinkan oleh shari>‘ah, dilakukan oleh orang yang mempunyai hak

melakukan (nasabah dan pihak bank) atau walaupun dia bukan ‘a>qid

yang memiliki barang atau atas dasar perwakilan (waka>lah).

b. Syarat khusus adalah akad yang harus ada pada sebagian akad yang

dilakukan oleh nasabah dan pihak bank dan tidak dishari’>atkan pada

bagian lain. Syarat khusus ini bisa disebut syarat tambahan yang harus

ada disambung syarat-syarat umum, seperti adanya saksi dalam

pernikahan.

2. Syarat sahnya akad dalam bisnis adalah segala sesuatu yang disyaratkan

shari >’ah untuk menjamin dampak keabsahan akad. Jika tidak terpenuhi

maka rusaklah akadnya. Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu

Abidin19

mengemukakan adanya kekhususan syarat akad setiap

terjadinya akad. Ulama>’ H}anafiyah mensyaratkan terhindarnya seorang

dari enam kecacatan dalam jual-beli, yaitu: kabodohan, kepaksaan,

pembatasan waktu, perkiraan, ada unsur kemadharatan dan syarat-syarat

jual beli yang rusak (fa>sid).

3. Syarat pelaksanaan akad bisnis perbankan syariah. Pelaksanaan akad

dalam bisnis ada dua syarat, yaitu pemilikan dan kekuasaan. Pemilikan

19

Ibnu Abidin, Rad al-Mukhta>r ‘Ala al-Dur al-Mukhta>r, Jilid IV, (Bairu>t: Da>r al-Fikr, t.th), 6.

Page 16: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

122

adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang / nasabah, sehingga ia bebas

dengan apa yang ia miliki, sesuai dengan aturan shari >’ah. Sedangkan

kekuasaan adalah kemampuan seseorang/nasabah dalam bertas}arruf,

sesuai dengan ketetapan shari>’ah, baik dengan ketetapan asli banyak

dilakukan oleh dirinya, maupun sebagai pengganti (mewakili seseorang).

Dalam hal ini disyaratkan antara lain,

a. Barang yang dijadikan obyek akad itu harus miliknya orang yang

berakad, jika a>qid tidak memilikinya maka tergantung dari izin

pemiliknya yang asli,

b. Barang yang dijadikan obyek akad tidak berkaitan dengan pemilikan

orang lain.

4. Syarat kepastian hukum. Dalam pembentukan akad adalah kepastian. Di

antara syarat luzu>m dalam jual beli adalah terhindarnya dari beberapa

khiya>r dalam jual beli, seperti khiya>r shart}, khiya>r ’ayb. Jika luzu>m

tampak, maka akad batal atau dikembalikan.

Pada dasarnya rukun akad secara umum adalah i>ja>b dan qabu>l.20

Sedangkan ketentuan dalam pelaksanaan akad (rukun), secara umum dan

secara khusus dalam praktik khiya>r, menurut madhhab H}anafi> rukun yang

terdapat dalam akad hanya satu, yaitu serah terima (i>ja>b qabu>l), yang lainnya

merupakan derivasi dari pengucapan (khiya>r), berarti s}i>ghat tidak akan ada jika

tidak terdapat dua pihak yang bertransaksi (’a>qid) dan obyek yang

20

Ka>mil Mu>sa, Ahka>m al-Mu’a>mala>t, (Beiru >t: Mu’assasat al-Risa>lah,1994), 60.

Page 17: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

123

ditransaksikan (ma’qu>d alaih). Sedangkan menurut madhhab Ma>liki dan

Sha>fi’i bahwa rukun dalam akad ada tiga: ’a>qid, ma’qu>d alaih dan s}i>ghat.21

Menurut Shalah Ash-Sha>wi dan Abdullah Muslih bahwa rukun musha>rakah

mutana>qis}ah; 1). Pihak-pihak transaksitor, 2). Obyek transaksi, yang meliputi

modal, usaha, keuntungan, dan 3). Pernyataan akad perjanjian.22

Pendapat lain dikemukan oleh Ismail Nawawi, rukun musha>rakah

mutana>qis}ah, (1). Aktor transaksi, (2). Obyek transaksi (matrial dan manfaat),

(3). Administrasi, (4). Serah-terima. Sedangkan unsur ija>rah - sewa harus

jelas, tertentu dan sesuatu yang bernilai.

Dari pendapat-pendapat tersebut hampir sama ketiga ketentuan

tersebut, akan tetapi Ismail Nawawi menambahkan ketentuan kepastian hukum

dan administrasi. Dari ketentuan tersebut dapat diuraikan dengan berbagai

penjelasan dibawah ini.

Subyek atau aktor akad adalah penjual dan pembeli atau pihak-

pihak (pihak bank dan nasabah) yang bertransaksi (’a>qid). Pengertian ’aqid

ialah orang yang berakad, terkadang masing-masing pihak terdiri dari satu

orang, terkadang terdiri dari beberapa orang, misalnya penjual dan pembeli

beras di pasar biasanya masing-masing pihak satu orang, ahli waris sepakat

untuk memberikan sesuatu kepada pihak yang lain yang terdiri dari beberapa

orang. Seseorang yang berakad terkadang orang yang memiliki hak (’a>qid as}li)

dan terkadang merupakan wakil dari yang memiliki hak.

21

Ibid, 60-61. 22

Shalah Ash-Shawi, Ma>la> Yasa’u al-Ta>jiru Jahlahu, (Riyad KSA, Da>r al-Muslim, 2001), 26.

Page 18: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

124

Menurut Ismail Nawawi23

pelaku transaksi dua orang atau lebih yang

secara langsung terlibat dalam transaksi atau akad. Kedua belah pihak

dipersyaratkan harus memiliki kelayakan untuk melakukan akad sehingga

perjanjian atau akad tersebut dianggap sah. Kelayakan terwujud dengan

beberapa hal berikut:

a. Kemampuan membedakan yang baik dan yang buruk. Yakni apabila pihak-

pihak tersebut sudah berakal lagi ba>ligh dan tidak dalam keadaan tercekal.

Orang yang tercekal karena dianggap idiot atau bangkrut total, tidak sah

melakukan perjanjian.

b. Bebas memilih. Tidak sah akad yang dilakukan orang di bawah paksaan,

kalau paksaan itu terbukti. Misalnya orang yang berhutang dan butuh

pengalihan hutangnya, atau orang yang bangkrut, lalu dipaksa untuk

menjual barangnya untuk menutupi hutangnya.

c. Akad itu dapat dianggap berlaku (jadi total) bila tidak memiliki

pengandaian yang disebut khiya>r (hak pilih). Seperti khiya>r shart} (hak

pilih menetapkan persyaratan), dan sejenisnya.

Keberhasilan dalam bisnis banyak ditentukan oleh kompetensi dan

profesionalisme bisnis. Menurut Shalah al-Sha>wi dan Abdullah al-Muslih,

kompetensi (ahliyyah) dari segi bahasa adalah kelayakan (s}ah}iyyah). Dalam

istilah shar'i ialah: kelayakan seseorang (individu) untuk mewajibkan dan

melaksanakan kewajiban. Atau (dengan bahasa lain): kapabilitas individu

23

Ismail Nawawi, Isu-isu Ekonomi Islam Nalar Bisnis, (Jakarta; VIV Press, 2012), 154.

Page 19: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

125

yang menjadi sandaran tegaknya hak-hak yang dishari>atkan yang wajib dia

dapatkan (hak) atau yang menjadi tanggung jawab wajib atasnya

(kewajiban).24

Kompetensi atau kelayakan terbagi menjadi dua, yaitu;

a. Kompetensi (kelayakan) yang wajib didapatkan seseorang, dan

b. Kompetensi dalam melaksanakan tanggung jawab.

Masing-masing dari kedua ini mungkin sempurna dan mungkin

kurang, maka berdasarkan kemungkinan ini, kompetensi menjadi empat

kategori, yaitu:25

1) Kompetensi (kelayakan) wajib yang penuh adalah kelayakan seseorang

untuk mendapatkan hak wajib untuk dirinya, dan tetapnya kewajiban-

kewajiban atasnya. Kelayakan ini telah ada dan tetap pada diri seseorang

sejak ia lahir sampai meninggal dunia, dan setiap manusia memikul

kewajiban-kewajiban sesuai dengan kompetensi umur dan daya akalnya.

Maka yang wajib dia lakukan adalah hak-hak Allah dan hak-hak hamba

Allah SWT, yang sesuai dengan tabiatnya, kesanggupannya,

pemahamannya, akalnya dan karakter dari hak-hak itu sendiri, sehingga

apabila dia telah mencapai umur ba>ligh dan berakal, telah sempurna

24

Abdullah Mushlih, Fikih Ekonomi Islam (Jakarta: Darul Haq, 2001), 37-38. 25

Ash-Shawi, Ma>la> Yasa’u, 29-30. Akan tetapi Kamil Musa dalam buku: Ahka>m al-Mu’a>mala>t hal 62-64 membagi kempetensi (kelayakan) menjadi dua: 1). Kompetensi (kelayakan) wajib

didapatkan seseorang terdiri dari dua: kompetensi (kelayakan) wajib yang kurang sempurna dan

kompetensi (kelayakan) wajib yang sempurna. 2). Kompetensi (kelayakan) melaksanakan

tanggung jawab terdiri dari dua: kompetensi (kelayakan) melaksanakan tanggung jawab yang

kurang sempurna dan kompetensi (kelayakan) melaksanakan tanggung jawab yang sempurna.

Page 20: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

126

kompetensinya untuk menerima hak-hak dan melaksanakan kewajiban-

kewajiban.

2) Kompetensi (kelayakan) wajib yang tidak penuh adalah kelayakan

seseorang untuk mendapatkan hak wajib saja. Artinya, tanpa harus

mengemban suatu kewajiban apa pun, dan kelayakan ini tha>bit (tetap) bagi

janin (dalam perut ibunya), di mana dimulai sejak dia masih berupa

segumpal darah sampai dia lahir. Janin dalam tahapan ini memiliki

perjanjian yang membenarkan bahwa dia berhak mendapatkan hak-hak,

seperti: memerdekakan, mendapat warisan, mendapat wasiat, dan nasab,

akan tetapi dia sama sekali tidak menanggung kewajiban apa pun. „Illat

(sandaran) kelayakan yang wajib, yang penuh dan kurang (yang

didapatkannya), adalah perjanjian(nya) dengan Allah SWT ketika masih

menjadi janin.

3) Kompetensi (kelayakan) pelaksanaan penuh adalah kompetensi dalam

berinteraksi dan bertindak. Ini adalah kelayakan seseorang karena lahirnya

tindakan-tindakan pekerjaan sebagaimana bentuk yang dituntut darinya

secara shar‟i, yang bersandarkan kepada daya akal dan jasmaniah, dan itu

bisa terwujud dengan kesadaran yang baik; yaitu ba>ligh, berakal sehat, dan

tidak ada penghalang. Kompetensi inilah yang merupakan sandaran

dibebankannya hukum shari'ah pada seseorang .

4) Kompetensi (kelayakan) pelaksanaan tidak penuh adalah kelayakan

seseorang untuk melakukan sebagian perbuatan dan tindakan, dan

Page 21: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

127

meninggalkan sebagian yang lain. Sandaran kompetensi ini adalah (berumur

cukup tetapi belum mencapai ba>ligh) dan itu berlangsung sampai umur

ba>ligh; dan mayoritas ulama berpendapat bahwa umur anak yang

mumayyiz adalah sekitar tujuh tahun. Ini berdasarkan sabda Nabi yang

berbunyi:

Dari „Amr bin Shu‟aib dari ayahnya dari kakeknya berkata, Rasu>l

SAW bersabda:”Perintahkanlah anak-anakmu untuk shalat bila

mencapai umur tujuh tahun, dan pukullah mereka (jika tidak sholat)

bila mencapai umur sepuluh tahun, serta pisahkanlah kamar tidur

mereka” (HR Abu> Dawu>d).

Kalau seandainya mereka belum mumayyiz dalam umur tujuh

tahun ini, niscaya tidak akan ada faedah memerintahkannya. Anak-anak

(seumur itu) boleh melakukan ibadah-ibadah secara langsung dan itu sah

bagi mereka, akan tetapi tidak wajib atas mereka, sebagaimana sah juga

baginya untuk secara langsung bertindak, seperti bertransaksi jual beli,

tetapi dalam pengawasan walinya. Setiap anak yang sudah berakal sehat

26

Sulaima>n bin Ash’ath al- Sajista>ny, Sunan Abu> Da>wu>d, Juz II (Bairu>t: Da>r al-Fikr, t.th), 167.

Page 22: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

128

memiliki kompetensi melakukan kewajiban, karena barometer dari

kompetensi ini adalah daya nalar. Kompetensi ini bisa kurang dan bisa

optimal, sesuai dengan kadar kemampuan akal seseorang.

Kompetensi optimal itu baru bisa dimiliki oleh orang yang sudah

a>qil ba>ligh dan sehat mental, yang juga tidak tercekal (terhalang) karena

satu sebab. Sementara kompetensi non optimal dalam melaksanakan

kewajiban bisa dimiliki anak yang sudah berakal sehat, meski daya nalarnya

belum sempurna. Termasuk anak kecil yang sudah berakal sehat, atau orang

bodoh yang masih berakal. Orang yang bodoh sekali yang tidak mampu

mengoperasikan harta mereka dengan baik, ditambah lagi dengan orang

yang linglung misalnya, semuanya adalah orang-orang yang berkompetensi

tidak optimal. Meskipun mereka memiliki dasar kemampuan nalar, mereka

tidak memiliki daya nalar yang normal dan tidak memiliki kemampuan

mengatur segala sesuatu.

Dalam kompetensi berbisnis, ada berbagai peristilahan yang harus

diketahui dan dipahami oleh pebisnis, sebagai berikut:

a. Kehormatan dasar (dhimmah), dimana dalam bahasa Arab artinya al-

„ahdu (perjanjian). Secara terminologis artinya satu karakter pada diri

seseorang yang menyebabkan dirinya berkemampuan untuk membebani

atau terbenani hukum yang dibangun berdasarkan perjanjian yang terjadi

antara Allah SWT dengan para hamba-Nya ketika masih berada dalam

perut ibunya. Kehormatan asasi ini juga yang menjadi barometer

Page 23: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

129

tanggung jawab melaksanakan kewajiban sebagaimana telah dijelaskan

sebelumnya. Hak ini sudah ada pada diri manusia semenjak ia masih

berupa janin di perut ibunya hingga ia berjumpa dengan Allah SWT.

b. Pemikiran (akal) adalah sifat yang membuat seseorang layak (mampu)

memahami pembicaraan. Ada perbedaan antara akal dengan kehormatan

dasar, dimana kehormatan dasar manusia hanya menjadikan dirinya

berkemampuan membebani dan dibebani hukum. Sementara akal

membuat manusia mampu memahami ucapan. Kalau kehormatan dasar

manusia saja sudah menciptakan kelayakan bagi dirinya untuk

melaksanakan kewajiban, akal menjadi barometer kelayakan

dalam menyempurnakan pelaksanaan kewajiban. Kompetensi ini

memungkinkan dirinya untuk memahami ucapan. Itulah arti bahwa

akal menjadi syarat dari kelayakan melaksanakan kewajiban

sehingga terlaksananya kewajiban itu amat tergantung kemampuan

akal.

c. Pembebanan hukum (takli>f), di mana takli>f secara bahasa adalah

perintah melakukan hal yang berat. Secara terminologis dalam

ilmu fikih adalah pembebanan hal yang merupakan tugas. Bisa

juga dikatakan, ucapan yang mengandung perintah dan larangan.

Barometer dari munculnya takli>f adalah kondisi akal sehat dan

ba>ligh. Kalau seseorang sudah berakal sehat dan ba>ligh, ia sudah

berhak mendapatkan beban takli>f. Tidak disyaratkan ia harus

Page 24: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

130

mencapai masa ba>ligh sempurna seperti halnya persyaratan

kelayakan penuh dalam melaksanakan kewajiban. Barangsiapa

yang sudah mimpi basah dan ia sudah memiliki dasar kemampuan

nalar yang bisa digunakan memahami ucapan, berarti ia sudah

mencapai batas mendapatkan pembebanan hukum meskipun ia

memiliki semacam kebodohan atau kurang cakap menggunakan

uang.

d. Kekuasaan shar‟i (al-wila>yah), dimana al-wila>yah adalah kekuasaan

secara shar‟i terhadap diri sendiri atau terhadap harta yang

membawa konsekuensi terlaksananya tindakan sesuai ketentuan

shari>ah pula. Syarat adanya kekuasaan ini tidak diragukan lagi

adalah kelayakan (kompetensi) menjalankan kewajiban. Perbedaan

antara kelayakan sendiri dengan kekuasaan shar‟i atas diri sendiri

adalah kompetensi tersebut lebih terorientasikan kepada kelayakan

secara khusus, yang dengan kelayakan itu segala perjanjian dan

aktivitas bisa dilaksanakan. Sementara al-wila>yah atau kekuasaan

shar‟i itu sendiri yang memungkinkan orang yang berakad

menjalankan perjanjiannya, serta menetapkan segala konsekuensi

dari perjanjian tersebut.27

Faktor munculnya kekuasaan shar‟i itu sendiri ada tiga

hal sebagai berikut:

27

Wahbah al-Zuh}aily, al-Fiqh al-Isla>mi Wa Adillatuhu, (Bairu>t: Da>r al-Fikr, t.th), 400.

Page 25: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

131

a. Dasar landasan, yakni secara mendasar ia memang orang yang berhak

melakukan perjanjian tersebut, ia adalah pemilik perjanjian. Itu terjadi

karena adanya kompetensi optimal dalam menjalankan kewajiban

sehingga ia bisa mengikatkan diri pada perjanjian tersebut.

b. Kekuasaan shar‟i terhadap orang lain. Seperti kekuasaan seorang ayah

atau kakek terhadap anak atau cucunya yang masih kecil atau kurang

nalarnya. Atau kekuasaan orang yang diwasiati oleh bapak atau kakek

terhadap anak asuhannya, atau kekuasaan seorang hakim terhadap

mereka semua.

c. Surat kuasa dari pihak yang berhak. Kalau ketiga hal ini tidak ada,

maka hilanglah kekuasaan shar‟i tersebut, sehingga yang kita hadapi

adalah sebuah aktivitas fud}u>li (tak berarti). Aktivitas fud}u>li adalah

segala aktivitas yang sebenarnya shar‟i, akan tetapi tidak memiliki

landasan kekuasaan shar‟i yang mendukungnya. Seperti orang yang

menjual barang yang bukan miliknya, tanpa ada surat kuasa atau izin

resmi dari pemiliknya. Asal hukum dari aktivitas fud}u>li semacam itu

adalah tergantung pada izin resmi dari orang yang memiliki

kekuasaan.

Penghalang kompetensi (kelayakan), telah disinggung bahwa

kelayakan menunaikan kewajiban, maka hukumnya adalah pada predikat:

ba>ligh dan akal sehat yang dimiliki seseorang. Maka bila seseorang telah

baligh dan berakal sehat, maka kelayakan dirinya (untuk memikul

Page 26: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

132

kewajiban dan mendapatkan hak) telah sempurna sehingga dia memikul

tanggung jawab atas semua tindakan dan apa yang dilakukannya. Akan

tetapi, kelayakan ini kadang terhalang oleh apa-apa yang dapat

mempengaruhinya sehingga menghalangi segala hukum-hukum yang

berkaitan dengannya. Apa saja penghalang-penghalang tersebut ?, dan

apa pengaruhnya terhadap hukum ?.

Penghalang di sini, dalam bahasa arabnya adalah atau yang

bentuk jamaknya adalah ‘a>ridun. Dari segi bahasa, apabila dari benda-

benda, maka maknanya adalah lawan dari yang bentuk asli, sedangkan

apabila dari kejadian, maka dia adalah lawan dari yang tetap. Dikatakan,

Fulan terhalang oleh suatu masalah, maknanya adalah muncul masalah

tersebut yang mencegahnya meneruskan apa yang dia lakukan. Sedangkan

secara terminologi adalah apa yang muncul pada seseorang yang dapat

menghilangkan predikat kelayakan yang ditambahkannya, atau

menguranginya, atau mengubah sebagian hukum yang berkaitan

dengannya.28

Dalam bisnis perbankan syariah penghalang-penghalang

kelayakan itu terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Penghalang-penghalang samawi (berasal dari Sang pencipta, yaitu Allah

SWT), penghalang yang tidak ada campur tangan manusia untuk

28

Ibid, 404.

Page 27: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

133

mengadakannya, seperti kondisi gila, pingsan, linglung, tidur, sakit dan

mati.

b. Kendala-kendala yang diusahakan manusia, artinya, usia memiliki

campur tangan manusia dapat menghilangkan kompetensi melaksanakan

kewajiban dengan sempurna.

Karena kompetensi adalah akal, sementara tidur menghilangkan

akal dan mencegah kemampuan memilih. Akan tetapi pingsan dan tidur

tidak menghilangkan tanggung jawab merusak barang, karena

sebagaimana telah dijelaskan, itu tidak termasuk dalam persoalan

takli>f, namun berkaitan dengan hubungan sebab akibat yang

konsekuensinya harus ditanggung.

Adapun ketidakmampuan adalah yang menyebabkan

seseorang membelanjakan harta dan menghamburkannya tanpa

aturan. Segala aktivitas orang yang semacam itu disamakan

hukumnya dengan perbuatan anak kecil yang mumayyiz. Bila

memiliki kemungkinan bermanfaat dan berbahaya, dikembalikan

kepada pendapat walinya. Kalau ia mengizinkan, hukumnya sah dan

berlaku.

Sedangkan objek akad (ma’qu>d ‘alaih) dalam bisnis adalah

benda-benda atau komoditas sebagai objek akad, seperti benda-benda yang

dijual dalam akad jual beli, benda-benda yang ada dalam akad hibbah

(pemberian), gadai dan lain-lain. Dalam hal ini, ada beberapa persyaratan

Page 28: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

134

sehingga akad tersebut dianggap sah, menurut Shalah Ash-Sha>wi dan

Abdullah Muslih sebagai berikut:29

a. Barang tersebut harus suci atau meskipun terkena najis, bisa dibersihkan.

Oleh sebab itu, akad usaha ini tidak bisa diberlakukan pada benda najis

secara dzati, seperti bangkai. Atau benda yang terkena najis namun tidak

mungkin dihilangkan najisnya, seperti cuka, susu, dan benda cair sejenis

yang terkena najis. Namun kalau mungkin dibersihkan, boleh-boleh saja.

b. Barang tersebut harus bisa digunakan dengan cara yang disyariatkan.

Karena fungsi legal dari satu komoditas menjadi dasar nilai dan harga

komoditas tersebut. Segala komoditi yang tidak berguna seperti barang-

barang rongsokan yang tidak dapat dimanfaatkan, atau bermanfaat tetapi

untuk hal-hal yang diharamkan, seperti minuman keras dan sejenisnya,

semuanya itu tidak dapat diperjualbelikan.

c. Komoditas harus bisa diserahterimakan, karena tidak sah menjual barang

yang tidak ada, atau ada tapi tidak bisa diserahterimakan. Karena yang

demikian itu, termasuk gharar, dan itu dilarang.

d. Barang yang dijual harus merupakan milik sempurna dari orang yang

melakukan penjualan. Barang yang tidak bisa dimiliki tidak sah

diperjualbelikan.

e. Harus diketahui wujudnya oleh orang yang melakukan akad jual beli bila

merupakan barang-barang yang dijual langsung. Dan harus diketahui

29

Ash-Shawi, Ma>la> Yasa’u, 27- 28.

Page 29: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

135

ukuran, jenis, dan kriterianya apabila barang-barang itu berada dalam

kepemilikan, namun tidak berada di lokasi transaksi.

Bila barang-barang itu dijual langsung, harus diketahui wujudnya,

seperti mobil tertentu atau rumah tertentu dan sejenisnya. Namun, kalau

barang-barang itu hanya dalam kepemilikan seperti jual beli sekarang ini

dalam akad jual beli al-sala>m, di mana seorang pelanggan membeli barang

yang diberi gambaran dan dalam kepemilikan penjual, maka disyaratkan

harus diketahui ukuran jenis, dan kriterianya, berdasarkan sabda Nabi SAW

yang artinya: barangsiapa yang melakukan jual beli al-sala>m hendaknya ia

memesannya dalam satu takaran atau timbangan serta dalam batas waktu

yang jelas.30

Menurut pendapat Wahbah Zuh}aily,31

obyek transaksi harus

memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Obyek transaksi harus ada ketika akad atau transaksi sedang dilakukan,

tidak diperbolehkan melakukan transaksi terhadap objek yang belum

jelas dan tidak ada waktu akad, karena hal ini akan menimbulkan

masalah saat serah terima.

b. Obyek transaksi merupakan barang yang diperbolehkan shari’>ah untuk

ditransaksikan dan dimiliki penuh oleh pemiliknya. Tidak boleh

bertransaksi atas bangkai, darah babi dan lainnya. Begitu pula barang

30

Mushlih, Fikih Ekonomi, 27-29. 31

Wahbah al-Zuh}aily, al-Fiqh al-Isla>mi Wa Adilatuhu, (Bairu>t: Da>r al-Fikr, t.th),315.

Page 30: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

136

yang belum berada dalam genggaman pemiliknya, seperti ikan masih

dalam laut dan burung di angkasa.

c. Obyek akad transaksi bisa diserahterimakan saat terjadinya akad atau

dimungkinkan dikemudian hari. Walaupun barang itu ada dan dimiliki

a>qid, namun tidak bisa diserahterimakan, maka akad itu akan batal.

d. Adanya kejelasan tentang objek transaksi. Dalam arti barang tersebut

diketahui secara detail oleh kedua belah pihak, hal ini untuk menghindari

terjadinya perselisihan dikemudian hari. Objek transaksi tidak bersifat

tidak diketahui (majhu>l) dan mengandung unsur gharar.

e. Obyek transaksi harus suci, tidak terkena najis dan bukan barang najis,

syarat ini diajukan oleh ulama‟ selain madhhab H}anafi>.

Menurut pendapat Wahbah Zuh}aily,32

substansi akad adalah

maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam akad yang dilakukan. Hal

tersebut menjadi penting karena berpengaruh terhadap implikasi tertentu.

Berbeda akad, maka berbedalah tujuan pokok akad. Dalam akad jual beli,

tujuan pokoknya ialah memindahkan barang dari penjual kepada pembeli

dengan diberi ganti. Tujuan akad hibah ialah memindahkan barang dari

pemberi kepada yang diberi untuk dimilikinya tanpa ada pengganti (‘iwad }).

Tujuan pokok sewa (ija>rah) adalah memberikan manfaat dari seseorang

kepada yang lain dengan adanya daya pengganti. Dalam kondisi yang lain,

terdapat akad secara z}ahirnya itu sah. Menurut madhhab Safi‟iyah, itu

32

Ibid, 320-324.

Page 31: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

137

haram dan menurut madhhab Hanafiyah akad tersebut makruh tahri>m, yaitu

tentang akad rekayasa transaksi dalam penjualan (bay al-‟inah), yakni

rekayasa transaksi jula-beli yang dilakukan untuk membenarkan

pengambilan riba. Misalnya seorang menjual sepeda motor kepada pembeli

dengan harga 12 Juta rupiah secara tempo 5 bulan mendatang, kemudian ia

langsung memberinya kembali 10 Juta rupiah secara kontan. Motif yang

ada adalah meminjamkan uang dengan adanya tambahan, namun direkayasa

dengan jual beli untuk mengabsahkannya. Motif-motif ini dapat dijelaskan

di bawah ini.

a. Menjual anggur kepada penjual minuman keras, penjual anggur memiliki

keyakinan kuat bahwa anggur itu akan dibuat minuman keras. Jika ia

tidak begitu yakin maka makruh adanya.

b. Menjual sarana suatu benda yang dapat melalaikan, menjual dan

menyewakan peralatan judi dan lainnya.33

Adapun yang berkaitan dengan administrasi pembiayaan

berkaitan dengan berbagai ketentuan yang bersifat dokumen dan yang

bersifat administratif perjanjian dalam pembiayaan musha>rakah

mutana>qis}ah, misalnya kopi identitas diri (KTP, SIM atau paspor), foto kopi

akte nikah (bagi yang sudah menikah). Foto kopi rekening koran / rekening

giro atau buku tabungan di bank mana pun antara 3 bulan terakhir. Kopi slip

33

Ibid, 325-332.

Page 32: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

138

gaji atau surat keterangan penghasilan dari perusahaan tempat bekerja calon

debitur.

Kalau untuk kelembagaan misalnya debitur yang berbentuk

perusahaan meliputi bentuk badan usaha seperti CV, PT, firma, dan lain-

lain. Persyaratan yang diminta antara lain:

1) Kopi identitas diri dari para pengurus perusahaan (direktur & komisaris),

2) Kopi NPWP (Nomor Pokok wajib pajak),

3) Kopi SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan),

4) Kopi Akte Pendirian dan Anggaran Dasar Perusahaan beserta

perubahannya dari Notaris,

5) Kopi TDP (Tanda Daftar Perusahaan),

6) Dokumen di atas akan digunakan oleh bank untuk memeriksa keabsahan

/ legalisasi antara apa yang tercantum di akte pendirian dengan bidang

usahanya, segala surat perizinannya dan kewajiban pajaknya terhadap

negara,

7) Kopi rekening koran / giro atau buku tabungan di bank manapun selama

3 bulan terakhir,

8) Data keuangan lainnya, seperti neraca keuangan, laporan rugi laba,

catatan penjualan & pembelian harian dan data pembukuan lainnya.

Adapun hal-hal yang diperjanjikan dalam perjanjian pembiayaan

dengan materi, (1). Jangka waktu kredit, (2). Porsi bagi hasil, (3). Cara

Page 33: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

139

pembayaran, (4). Agunan / jaminan kredit, (5). Biaya administrasi, (6).

Asuransi jiwa dan tagihan.

Sewa menurut Wahbah Zuh}aily,34

ija>rah muntahiyah bi al-

tamli>k yang sepadan dengan pengembangan akad musha>rakah mutana>qis}ah

merupakan instrumen pembayaran yang diperbolehkan oleh shari’>ah dengan

alasan sebagai berikut:

a. Kontrak merupakan penggabungan dua akad, yakni sewa dengan jual beli

dalam satu akad, dalam hal ini dilarang oleh shari>’ah’, namun ia terdiri

dari dua akad yang pisah dan independen, pertama adalah akad sewa dan

diakhir masa sewa dibentuk akad baru independen, yakni akad jual beli

atau hibah / penyerahan aset.

b. Menurut ulama>’ H}ana>bilah, pihak yang melakukan transaksi memiliki

kebebasan penuh dalam menentukan kesepakatan dan syarat dalam

sebuah akad, dan hukum asal dalam hal ini adalah diperbolehkan

(mubah). Sepanjang kesepakatan atau syarat tersebut tidak bertentangan

dengan nash yang bisa merusak kaidah shari’>ah.

c. Adapun janji pihak yang menyewakan barang / aset untuk melakukan

transaksi pindahan pemilikan barang komoditas diakhir sewa bukanlah

suatu hal yang dapat merusak akad dalam pandangan shari>’ah karena

janji bukanlah bentuk akad dan tidak dapat merusak segala konsekuensi

yang ada dalam akad. Atau dapat menjerumuskan pada pihak yang

34

Ibid, 410.

Page 34: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

140

bertransaksi pada sesuatu yang dilarang oleh shari>’ah, seperti riba> atau

gharar. Menurut Ma>likiyah dan H}anafiyah janji tersebut bersifat

mengikat.

d. Ulama>’ Ma >likiyah menyatakan, akad sewa (ija>rah) bisa digabungkan

dengan akad jual beli dalam sebuah transaksi, karena tidak ada hal yang

menafikan substansi keduanya. Begitu juga dengan Sha>fi’iyah dan

H}ana>bilah yang mengakui keabsahan penggabungan dalam akad ini

dalam suatu transaksi, karena tidak ada pertentangan substansi akad

diantara keduanya.

e. Selain itu juga terdapat fatwa dari konferensi fikih internasional pertama

di Bayt al-Tamwi>l al-Kuwaiti, pada tanggal 7-11 Maret 1987 yang

mengakui keabsahan akad ija>rah muntahiyah bi al-tamli>k (yang

dikembangkan dengan akad) yang diakhiri dengan akad hibah atau

penyerahan aset. Atau juga ketetapan ulama>’ fikih dunia nomor 44

dalam sebuah konferensi di Kuwait (10-11 Desember 1988) yang

menghadirkan alternatif solusi, yakni akad ini diganti dengan jual beli

kredit, atau akad ija>rah, di mana di akhir penjanjian penyewa diberi

beberapa opsi, yaitu perpanjangan masa kontrak sewa, menyelesaikan

akad dengan mengembalikan objek sewa, atau membeli objek sewa

dengan harga yang berlaku dipasar.

Di dalam pengembangan akad musha>rakah mutana>qis}ah ada

serah-terima (i>ja>b qabu>l) dalam bisnis. I>ja>b adalah permulaan penjelasan

Page 35: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

141

yang keluar dari salah seorang yang berakad sebagai gambaran

kehendaknya dalam mengadakan akad, sedangkan qabu>l adalah perkataan

yang keluar dari pihak berakad pula, yang diucapkan setelah adanya i>ja>b.

Pengertian i>ja>b qabu>l dalam pengamalan dewasa ini adalah bertukarnya

sesuatu dengan yang lain sehingga penjual dan pembeli dalam membeli

sesuatu terkadang tidak berhadapan, misalnya seseorang yang membeli tiket

pesawat terbang dengan pemilik pesawat tersebut tapi hanya membeli tiket

melalui travel.

Menurut pendapat Shalah Ash-Sha>wi dan Abdullah Muslih,35

yang dimaksud dengan pengucapan akad itu adalah ungkapan yang

dilontarkan oleh orang yang melakukan akad untuk menunjukkan

keinginannya yang mengesankan bahwa akad itu sudah berlangsung. Tentu

saja ungkapan itu harus mengandung serah-terima (i>ja>b qabu>l).

I>ja>b (ungkapan penyerahan barang) adalah yang diungkapkan

lebih dahulu, dan qabu>l (penerimaan) diungkapkan kemudian. Ini adalah

madhhab H}anafiyah. Di mana menurut mereka, ija>b adalah yang diucapkan

sebelum qabu>l, baik itu dari pihak pemilik barang atau pihak yang akan

menjadi pemilik berikutnya. Ija>b menunjukkan penyerahan kepemilikan,

sementara qabu>l menunjukkan penerimaan kepemilikan. Ini adalah

madhhab mayoritas ulama >’. Maka yang benar menurut mereka bahwa ija>b

itu harus diungkapkan oleh pemilik barang pertama, seperti penjual,

35

Ash-Shawi, Ma>la> Yasa’u, 28-29.

Page 36: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

142

pemberi sewaan, wali calon isteri, dan lain sebagainya. Perkataan yang

benar menurut mereka bahwa, qabu>l itu berasal dari orang yang akan men-

jadi pemilik kedua dari barang tersebut, seperti pembeli, penyewa, calon

suami dan lain sebagainya. Jadi, pemilik pertama yang mengucapkan ija>b

sementara calon pemilik kedua yang mengucapkan qabu>l. Tidak ada

perbedaan bagi mereka, siapa pun yang mengucapkan pertama kali dan

siapa yang belakangan.36

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam s}i>ghat al-‘aqd,

menurut al-Kasani dan Suhendi37

adalah sebagai berikut:

a. S}i>ghat al-‘aqd harus jelas pengertiannya (jala>’ al-makna). Kata-kata

dalam i>ja>b qabu>l harus jelas dan tidak memiliki banyak pengertian,

misalnya seseorang berkata “aku serahkan barang ini”, kalimat tersebut

masih kurang jelas sehingga masih menimbulkan pertanyaan; apakah

benda tersebut diserahkan sebagai pemberian, penjualan, atau titipan.

Kalimat yang lengkapnya ialah “aku serahkan benda ini kepadamu

sebagai hadiah atau sebagai pemberian”.

b. Harus bersesuaian antara ija>b dan qabu>l. Tidak boleh antara yang beri>ja>b

dan yang menerima berbeda lafaz}, misalnya seseorang berkata,“aku

serahkan benda ini kepadamu sebagai titipan”, tetapi yang

mengungkapkan qabu>l berkata, “aku terima benda ini sebagai

pemberian”. Adanya kesimpangsiuran dalam i>ja>b dan qabu>l akan

36

Mushlih, Fikih Ekonomi, 29. 37

Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), 47- 48.

Page 37: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

143

menimbulkan persengketaan yang dilarang oleh agama Islam karena

bertentangan dengan is}lah di antara manusia.

c. Menggambarkan kesungguhan kemauan dari pihak-pihak yang

bersangkutan (jazam> al-ira>dataini), tidak terpaksa dan tidak karena

diancam atau ditakut-takuti oleh orang lain karena dalam tija>rah harus

saling ridha.

d. Satu majelis akad (majlis al-‘aqd) bisa dikatakan merupakan suatu

kondisi yang memungkinkan kedua belah pihak untuk membuat

kesepakatan atau pertemuan untuk membicarakan dalam satu objek

transaksi. Dalam hal ini disyaratkan adanya kesepakatan antara kedua

belah pihak, tidak menunjukkan adanya penolakan atau pembatalan dari

keduanya.

Selanjutnya Suhendi mengungkapkan bahwa mengucapkan

dengan lidah (lisan) merupakan salah satu cara yang ditempuh dalam

mengadakan akad, tetapi ada juga cara lain yang dapat menggambarkan

kehendak untuk berakad. Para ulama menerangkan beberapa cara yang

ditempuh dalam akad;38

1) Tulisan (kita>bah), misalnya dua aqid berjauhan tempatnya, maka i>ja>b

qabu>l boleh dengan cara kita>bah. Atas dasar inilah para fuqaha>’

membentuk kaidah, ”tulisan itu sama dengan ucapan”. Dengan ketentuan

kita>bah tersebut, kedua belah pihak dapat memahami dengan jelas.

38

Ibid, 48-51.

Page 38: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

144

2) Dengan isyarat, bagi orang-orang tertentu akad atau i>ja>b dan qabu>l tidak

dapat dilaksanakan dengan ucapan dan tulisan, misalnya seseorang yang

bisa tidak dapat mengadakan i>ja>b qabu>l dengan bahasa, orang yang tidak

pandai tulis baca tidak mampu mengadakan i>ja>b dan qabu>l dengan

tulisan, maka orang yang bisu dan tidak pandai tulis baca tidak mampu

mengadakan ija>b dan qabu>l dengan tulisan, maka orang yang bisu dan

tidak pandai tulis baca tidak dapat melakukan ija>b qabu>l dengan ucapan

dan dengan tulisan. Dengan demikian, qabu>l atau akad dilakukan dengan

isyarat. Maka dibuatlah kaidah berikut. “isyarat bagi orang bisu sama

dengan ucapan lidah.”

3) Saling memberi (ta’a>t}i), seperti seseorang yang melakukan pemberian

kepada seseorang dan orang tersebut memberikan imbalan kepada yang

memberi tanpa ditentukan besar imbalan. Berdasarkan contoh yang jelas

dapat diuraikan sebagai berikut “seorang pengail ikan sering memberikan

ikan hasil pancingannya kepada seorang petani, petani tersebut

memberikan beberapa liter beras kepada pengail yang memberikan ikan,

tanpa disebutkan besar imbalan yang dikehendaki oleh pemberi ikan”.

Proses di atas itu dinamakan ta’a>t}i, tetapi menurut sebagian ulama jual

beli seperti itu tidak dibenarkan.

4) Lisa>n al-h}a>l, menurut sebagian ulama>’, apabila seseorang meninggalkan

barang-barang di hadapan orang lain, kemudian dia pergi dan orang yang

ditinggali barang-barang itu berdiam diri saja, hal itu dipandang telah ada

Page 39: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

145

akad wadi>’ah (titipan) antara orang yang meletakkan barang dengan yang

menghadapi letakan barang titipan dengan jalan dala>lat al-ha>l.

Menurut pendapat Wahbah Zuh}aily, 39

i>ja>b dan qabu>l dinyatakan

batal karena hal-hal sebagai berikut:

1) Penjual menarik kembali ungkapannya sebelum terjadi qabu>l dari

pembeli.

2) Adanya penolakan i>ja>b dari pembeli. Dalam arti apa yang diungkapkan

oleh penjual tidak disetujui atau ditolak oleh pembeli.

3) Berakhirnya majelis akad, jika kedua belah pihak belum mendapatkan

kesepakatan, namun keduanya berpisah dalam majlis akad, maka i>ja>b

qabu>l dinyatakan batal.

4) Kedua belah pihak atau salah satu, hilangnya syarat kecakapan (ahliyyah)

dalam transaksi sebelum terjadinya kesepakatan.

5) Rusaknya objek transaksi sebelum terjadinya qabu>l atau kesepakatan.

Sekarang timbul pentanyaan apakah akad sudah dianggap sah

dengan adanya serah terima barang? Para ulama>’ telah sepakat bahwa akad

itu sudah dianggap sah dengan adanya pengucapan lafaz} perjanjian tersebut.

Namun mereka berbeda pendapat apakah perjanjian itu sah dengan sekedar

adanya serah terima barang, yakni seorang penjual menyerahkan barang dan

pembeli menyerahkan uang bayarannya tanpa adanya ucapan dari salah

seorang diantara mereka berdua. Kenyataannya, pada zaman modern

39

Zuh}aily, al-Mu’a>mala>t, 114.

Page 40: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

146

sekarang ini, perangkat komputer bisa dijadikan etalase barang-barang

jualan dengan urutan tertentu, lalu datang pembeli dan memilih barang

mana yang disukainya, kemudian ia menyerahkan uang bayarannya di

tempat yang sudah ditentukan. Si komputer akan menyerahkan kepadanya

barang yang diinginkan dengan cara yang canggih pula. Pendapat yang

benar menurut mayoritas ulama adalah bahwa jual beli semacam itu sah

berdasarkan hal-hal berikut:

a. Hakikat dari jual beli yang disyariatkan adalah menukar harta dengan

harta dengan dasar kerelaan hati dari kedua belah pihak, tidak ada

ketentuan shari>’ah tentang harusnya lafaz} tertentu. sehingga semuanya

dikembalikan kepada adat kebiasaan.

b. Tidak terbukti adanya syarat ija>b qabu>l secara lisan dalam nash-nash

shari >’ah. Kalau itu merupakan syarat, pasti sudah ada nash yang

mcnjelaskannya.

c. Umat manusia telah terbiasa melakukan jual beli di pasar-pasar mereka

dengan melakukan serah terima barang saja (tanpa pengucapan lafaz}

akad) di berbagai negeri dan tempat, tanpa pernah diingkari ajaran syariat

sehingga itu sudah menjadi ijma>' (konsensus umat).

Syarat-syarat s}ighat akad, menurut Shalah Ash-Sha>wi dan

Abdullah Mus}lih40

yaitu:

40

Mushlih, Fikih Ekonomi, 30-32.

Page 41: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

147

a. Harus berada dalam satu majelis, karena i>ja>b itu hanya bisa menjadi

bagian dari akad bila ia bertemu langsung dengan qabu>l. Perlu dicatat,

bahwa kesamaan lokasi tersebut disesuaikan dengan kondisi zaman

sehingga akad itu bisa berlangsung melalui pesawat telepon. Dalam

kondisi demikian, lokasi tersebut adalah masa berlangsungnya

percakapan telepon. Selama percakapan itu masih berlangsung, dan line

telepon masih tersambung, berarti kedua belah pihak masih berada dalam

majlis akad. Majma' al-Fiqhi pernah mendiskusikan persoalan

melangsungkan akad usaha melalui media komunikasi modern.

Akhirnya, mereka menetapkan satu keputusan yang kami nukilkan

teksnya sebagai berikut:

Surat Keputusan No. (45/3/6) Melakukan Akad Usaha Melalui

Media Komunikasi Modern;

1) Kalau akad usaha antara kedua belah pihak berlangsung,

sementara keduanya tidak berada dalam lokasi akad, masing-

masing tidak melihat pihak lain dengan mata kepala sendiri,

juga tidak mendengar suaranya, sementara media komunikasi

yang menghubungkan antara keduanya adalah tulisan, surat,

kedutaan atau delegasi, via telegram, surat kilat, faksimili, layar

monitor komputer, dalam semua kondisi tersebut akad dianggap

sah, kalau i>ja>b bisa sampai kepada pihak yang dituju, demikian

juga qabu>l dari pihak yang lain.

Page 42: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

148

2) Kalau akad antara kedua belah pihak sudah berlangsung pada

satu waktu sementara keduanya berada di dua lokasi yang

berjauhan, akad itu dilakukan dengan telepon dan faksimili,

maka akad antara dua pihak tersebut dianggap sah karena

kondisi demikian bisa diterapkan hukum asal yang telah

ditetapkan oleh para ulama fikih.

3) Kalau pihak yang menawarkan akad dengan media-media

tersebut memberikan ija>b dengan waktu tertentu, maka harus

dijaga konsekuensi pada masa tertentu tersebut, tidak boleh

diralat kembali.

4) Semua kaidah-kaidah tersebut di atas tidak berlaku bagi akad

nikah karena nikah mengharuskan adanya saksi .

5) Berkaitan dengan kemungkinan terjadinya pemalsuan dan

penggelapan atau kekeliruan, hal-hal tersebut harus

dikembalikan kepada kaidah-kaidah umum untuk menetapkan

perkara.

b. Hal yang menjadi penyebab terjadinya i>ja>b harus tetap ada hingga

terjadinya qabu>l dari pihak kedua yang ikut dalam akad. Kalau ija>b itu

ditarik oleh pihak pertama, lalu datang qabu>l, itu dianggap qabu>l tanpa

i>ja>b, dan itu tidak ada nilainya sama sekali.

c. Tidak adanya hal yang menunjukkan penolakan atau pemunduran diri

dari pihak kedua, karena adanya hal itu membatalkan i>ja>b. Kalau datang

Page 43: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

149

lagi penerimaan sesudah itu, sudah tidak ada gunanya lagi, karena tidak

terkait lagi dengan i>ja>b sebelumnya secara tegas sehingga akad bisa

dilangsungkan.41

Dalam transaksi pembiayaan musha>rakah mutana>qis}ah

tujuannya merupakan ruh dari suatu sistem bisnis. Hal ini dikemukakan

oleh Ibnul Qayyim "sesungguhnya tujuan adalah ruh dari sebuah transaksi,

yang dapat menyebabkan sah tidaknya transaksi tersebut. Sorotan terhadap

tujuan dalam transaksi itu lebih tepat dari pada orientasi terhadap lafaz}

transaksi saja, karena ungkapan atau lafaz} itu diucapkan untuk mewakili hal

lain. Tujuan dari transaksi itulah yang menjadi sasaran dari lafaz} tersebut.

Dengan demikian, dapat dimaklumi bahwa transaksi adalah hakikat

tujuannya bukan sekadar z}ahir ucapan atau lafaz} yang diucapkan, atau

aktivitas yang dilakukan dalam bisnis "

Dari uraian di atas dapat dikemukakan sebuah proposisi sebagai

berikut: “transaksi musha>rakah mutana>qis}ah terkonstruksi jika terpenuhi

syarat sah dan rukunya, yaitu: syarat (adanya kesesuaian dengan substansi

akad, dibenarkan oleh shari>ah dan sesuai dengan kebiasaan masyarakat /urf)

dan rukunnya (adanya aktor transaksional, objek aset yang ditransaksikan,

substantif pembiayaan, ketentuan administratif, kepastian hukum,

pembayaran sewa secara angsuran dan serah terima aset dari pihak bank ke

nasabah sebagai mitranya”.

41

Ibid, 32.

Page 44: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

150

Pelaksanaan akad masha>rakah mutana>qis}ah berakhir dengan

pembatalan atau meninggal dunia atau tanpa adanya izin ditangguhkan

(mauqu>f). Akad dengan pembatalan terkadang dihilangkan dari asalnya.

Seperti pada masa khiya>r, terkadang dikaitkan dengan masa yang akan

datang, seperti pembatalan dalam sewa-menyewa, pinjam-meminjam yang

telah disepakati selama lima bulan, tetapi sebelum lima bulan dibatalkan.

Pada akad ghairu la>zim yang kedua belah pihak (nasabah dan

pihak bank) dapat membatalkan akad, pembatalan ini sangat jelas seperti

penitipan barang, perwakilan dan lain-lain ghairu la>zim pada satu pihak dan

lazim pada pihak lain, seperti gadai. Orang yang menerima gadai dibolehkan

membatalkan akad, walaupun tanpa sepengetahuan orang yang

menggadaikan barang.42

Adapun pembatalan pada akad lazim terdapat

dalam beberapa hal: (1). Ketika akad rusak, (2). Adanya khiya>r, (3).

Pembatalan akad, (4). Tidak mungkin melaksanakan akad, dan (5). Masa

akad berakhir.43

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konstruk transaksi

pembiayaan musha>rakah mutana>qis}ah dilakukan melalui; (1). Analisis

transaksi pembiayaan musha>rakah mutana>qis}ah, (2). Melalui proses dan

penetapan hukum musha>rakah mutana>qis}ah, (3). Aspek hukum

operasionalisasi musha>rakah mutana>qis}ah. Dengan demikian dapat

42

Ismail Nawawi, Fiqh Mu‟amalah, Hukum Ekonomi, Bisnis dan Sosial, (Surabaya: PMN,

2010), 113.

43 Ibid, 113-115.

Page 45: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

151

dirumuskan dengan proposisi sebagai berikut: “terbentuknya hukum

pembiayaan musha>rakah mutana>qis}ah, jika dilakukan analisis transaksi

pembiayaan musha>rakah mutana>qis}ah, menganalisis aspek-aspek hukum

operasionalisasi musha>rakah mutana>qis}ah dalam bisnis kemitraan

kepemilikan aset dari pihak bank dan nasabah dan penetapan hukum

musha>rakah mutana>qis}ah dalam sistem pembiayaan di perbankan syariah”.

B. Model Pembiayaan Konsumtif Pemilikan Aset Melalui Transaksi

Musha>rakah Mutana>qis}ah

Bank syariah sebagai korporasi mengemban misi organisasi bisnis

Islam untuk memberikan pelayanan pada masyarakat atau nasabah. Perbankan

syariah sebagai korporasi merupakan intensitas yang memungkinkan

masyarakat mencapai hasil dalam pengembangan bisnis, yang tidak mungkin

dilaksanakan oleh individu-individu yang bertindak secara sendiri. Oleh karena

itu, struktur dan proses individu-individu beriteraksi secara objektif,

berlandaskan sejumlah fakta yang merupakan ciri umum semua organisasi.

1. Bank Syariah sebagai Korporasi Bisnis

Perbankan syariah sebagai korporasi bisnis memberikan

informasi bahwa korporasi atau organisasi itu terdiri atas bagian-bagian

besar44

, yaitu:

44

Ismail Nawawi, Perilaku Organisasi (Jakarta: VIV Pres, 2011), 71.

Page 46: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

152

a. Bank syariah sebagai sistem mekanikel koordinasi kerja bukan hanya

dalam pikiran manusia saja dan dinamika lingkungan korporasi.

b. Bank syariah merupakan aktivitas yang akan, sedang, atau telah

dilaksanakan oleh manusia yang bergabung dalam sebuah organisasi

yang bersifat sosial.

c. Bank syariah merupakan kelompok orang yang memegang posisi yang

mengkoordinasikan aktivitas bisnis perbankan.

Bank syariah dalam mengemban misi organisasi atau korporasi

mempunyai berbagai produk yang dapat mewujudkan pelayanan pada

masyarakat. Bank mempunyai kegiatan utama berkaitan dengan

pengumpulan dan penyaluran dana yang harus dilakukan dengan baik dan

benar. Manajemen sangat perperan penting dalam mengumpulkan dan

penyaluran dana dengan sistem bagi hasil. Dalam kaitan dengan hal tersebut

manajemen pengelolaan dana bank meliputi manajemen dana dan

manajemen pendistribusian dana yang menganalisis aktiva dan pasiva

neraca bank syari‟ah yang bersangkutan. Secara konseptual dana bank

(loanable fund) adalah sejumlah uang yang dimiliki atau dikuasai suatu

bank dalam kegiatan operasionalnya.45

Bank Syariah sebagai korporasi bisnis menerapkan manajemen

dana. Di mana manajemen dana bank atau bank fund management secara

konseptual adalah ilmu, seni, dan proses penarikan dan pengumpulan dana

45

Nawawi, Perbankan Syariah, 459-460.

Page 47: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

153

yang optimal dan dengan cost of money yang wajar. Konsep wajar adalah

cost of money, cost of funds dan overhead cost dapat bersaing dengan bank-

bank lain. Permasalahan yang dihadapi oleh manajemen bank adalah;

1) Berapa dan bagaimana menetapkan jumlah dana yang dibutuhkan untuk

mendukung kegiatan operasi bank,

2) Bagaimana kebijakan penarikan dan pengumpulan dana yang

dibutuhkan,

3) Bagaimana menetapkan macam-macam sarana pengumpulan dana,

4) Bagaimana sistem pengawasan penarikan dan pengumpulan dana

dilakukan.46

Pendapat lain manajemen dana bank menurut Afif suatu proses

pengelolaan penghimpunan dana masyarakat ke dalam bank dan

pengelolaan dana tersebut bagi kepentingan bank dan masyarakat pada

umumnya, serta pemupukan secara optimal melalui penggerakan semua

sumber daya yang tersedia demi mencapai tingkat rentabilitas yang

memadai, sesuai dengan batas ketentuan peraturan yang berlaku.

Adapun dana bank terdiri dari dana sendiri dan dana asing,

masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut;

1) Dana sendiri atau dana intern yaitu dana yang bersumber dari dalam

bank, seperti setoran modal/penjualan saham, pemupukan cadangan, laba

yang ditahan dan lain-lain, dana ini bersifat tetap.

46

Ibid, 460.

Page 48: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

154

2) Dana asing (ekstern) yaitu dana yang bersumber dari pihak ketiga, seperti

deposito, giro dan lain-lain.

Di samping pembagian tersebut dana bank dibedakan sebagai

berikut di bawah ini:

1) Loanable funds, yaitu dana-dana yang selain digunakan untuk kerjasama

bagi hasil, juga digunakan sebagai secondary service dan surat-surat

berharga.

2) Unloanable funds, yaitu dana yang semata-mata dapat digunakan sebagai

primary service.

3) Equite funds, yaitu dana yang dapat dialokasikan pada aktiva tetap,

inventaris dan penyertaan.

Dalam mengelola dana bank syari‟ah aktivitas manajemen

pendanaan meliputi kegiatan sebagai berikut:47

1) Mengatur penarikan dan pengumpulan dana yang optimal dengan cost

of money yang minimal.

2) Merencanakan sarana penabungan dan kerjasama bagi hasil.

3) Menetapkan kebijakan-kebijakan penarikan penabungan dan

penyaluran melalui bagi hasil yang efektif dan aman.

4) Memperhatikan keseimbangan antara dana bank, investasi primer dan

skunder sesuai ketentuan dan surat edaran Bank Indonesia.

5) Mengatur keseimbangan dana sendiri dan dana asing.

47

Ibid, 461-462.

Page 49: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

155

6) Pengatur penyaluran sistem kerjasama yang optimal likuiditas dan

aman.

7) Melaksanakan sistem kontrol yang efektif dan represif yang efektif

terhadap pengumpulan dana penyalurannya.

8) Mengevaluasi seberapa jauh tujuan bank tercapai.

9) Memonitoring informasi perkembangan perbankan dan kebijakan-

kebijakan pemerintah.

Industri jasa finansial Islam membutuhkan suatu

pengembangan institusi. Pengembangan insitusi yang mendukung

pendanaan bergaya ekuitas dan investasi jauh lebih penting. Berkaitan

dengan karakteristik alamiah pendanaan yang terkait dengan aset bank

syari‟ah cenderung bertindak lebih dari sekadar penyandang dana, tapi

mempunyai berbagai fungsi yang lain. Bank syari‟ah merupakan salah satu

lembaga keuangan yang berfungsi mengumpulkan dana (funding) dan

menyalurkan dana kepada masyarakat (financing). Dengan kata lain dua

fungsi tersebut, merupakan kegiatan mengumpulkan dana disebut dengan

kegiatan funding, dan kegiatan menyalurkan dana kepada masyarakat

disebut dengan kegiatan financing. Bank Syari‟ah dalam menjalankan

kedua aktivitas tersebut, harus mencerminkan perilaku atau kegiatan yang

tidak menyimpang dari kaidah-kaidah perbankan secara islami dan

Page 50: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

156

mengikuti kaidah hukum perbankan yang berlaku dan telah diatur oleh

bank sentral.48

Fungsi bank syari‟ah dalam mengumpulkan dana dan

menyalurkan dana dalam upaya melayani musyarakat, sebagai perantara

keuangan (financial intermediary) antara pihak pemilik dana kepada pihak

yang membutukan dana. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4.1 Siklus dana di bank syari‟ah

Ruang lingkup manajemen dana bank adalah sebagai berikut;

a. Segala aktivitas bank dalam menghimpun dana-dana masyarakat.

b. Aktivitas bank untuk mengatur kepercayaan masyarakat dengan

menyediakan uang tunai bagi kepentingannya masyarakat penyimpan.

c. Penempatan dana sebagai bentuk penyaluran, sebagai usaha pelayanan

kebutuhan masyarakat dan penempatan dana dalam bentuk-bentuk lain,

baik bersifat jangka pendek dan jangka panjang demi kepentingan

rentabilitas atau profitabilitas.

d. Pengelolaan modal bank agar dapat berfungsi secara lancar dan wajar

sesuai dengan peranannya sebagai penggerak aktivitas sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

48

Ibid, 462-463.

S}a>hib al-

Ma>l

Mud}a>rib / S}a>hib al-

Ma>l

Mud}a>rib Financing Funding

Page 51: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

157

Dalam pengelolaan aktivitas bank, penggunaan dana bank

harus memperhatikan tiga sasaran yaitu, (1). Likuiditas, (2). Keamanan

dan (3). Pendapatan.

Faktor yang mempengaruhi manajemen dana bank terdiri dari

empat kelompok:

a. Kebijakan pemerintah dibidang moneter.

b. Lingkungan perbankan, lingkungan eksternal baik sangat

mempengaruhi nama bank baik lembaga keuangan atau lembaga lain.

c. Mobilisasi dana. Semakin banyak bank semakin ketat persaingan, maka

akan berlaku hukum permintaan dan penawaran, faktor yang

mampengaruhi adalah:

1) Ketentuan-ketentuan pemeliharaan likuidinal minimal,

2) Selera masyarakat untuk memilih bentuk simpanan yang diinginkan.

3) Setingkat pendapatan masyarakat,

4) Peraturan yang terkait dengan bentuk dana.

d. Pasar modal, merupakan alternatif lain bagi masyarakat untuk

kemanfaatan dana selain di bank. Dengan demikian, pasar modal

merupakan bentuk lain bagi perusahaan untuk memperoleh dana selain

meminjamnya dari bank. Pasar modal dapat dilihat sebagai saingan dari

perbankan dalam rangka pengerahan dana maupun penanaman dana.49

49

Ibid, 463-464.

Page 52: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

158

Untuk mempermudah pemahaman arus sumber dana,

penggunaan dana dapat diilustrasikan dalam gambar 4.2

Gambar 4.2 Arus sumber dana dan Penggunaan dana

Perbankan Syariah selain melakukan manajemen dana juga

melakukan manajemen produksi perbankan. Istilah produksi bank

mengacu pada fungsi bank, sebab bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

penyaluran kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan tarap hidup rakyat banyak. Dari

ketentuan tersebut, maka berbagai batasan produk bank adalah seluruh

usaha bank dalam menerima simpanan dan penyaluran kembali pada

masyarakat (nasabah), jasa-jasa lain sebagaimana di atas dalam perundang-

undangan yang berlaku dalam bidang perbankan. Dengan kata lain produk

bank adalah seluruh fasilitas layanan dan jasa yang ditawarkan oleh bank

kepada masyarakat baik pada sisi aset misalnya kredit termasuk kredit

yang ada pada of balance shet (letter of credit / bank garansi) dan sisi

liabilities berupa simpanan masyarakat dan jasa-jasa lainnya.

Suorce of Funds

funds

Bank Use of Funds

Sumber

Sistim bagi hasil

Penarikan dana Pengembalian dana

Page 53: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

159

Secara garis besar, produk bank syariah dikelompokkan

menjadi tiga kelompok yaitu: (1). Produk penghimpunan dana, (2).

Produk penyaluran dana, (3) Produk jasa. Hal ini dapat dilihat pada tabel

4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3

Jenis usaha, model produk dan prinsip bank syari‟ah

No Jenis Usaha Produk / Jasa Prinsip Syari‟ah

1. Penghimpun

an dana

Giro

Tabungan

Deposito

Simpanan khusus

Wadi>’ah yad al-dama>nah

Wadi>’ah yad al-dama>nah

wa mud}a>rabah

Mud}a>rabah

Mud}a>rabah muqayyadah

2. Penyaluran

dana

Dana talangan

Penyertaan

Sewa beli

Pembiayaan modal

kerja

Pembiayaan proyek

Pembiayaan sektor

pertanian

Qard}

Musha>rakah

Ija>rah muntahiya bi al-

tamli>k (ija>rah wa iqtina>’)

Mud}a>rabah, musha>rakah

atau mura>bah}ah

Mud}a>rabah atau

musha>rakah

Bay’ al-sala>m

Page 54: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

160

Pembiayaan untuk

akuisisi aset

Pembiayaan ekspor

Anjang piutang

Letter of credit (L/C)

Garansi bank

Inkasso, transfer

Pinjaman sosial

Surat berharga

Safe deposit box

Gadai

Ija>rah muntahiya bi al-

tamlik / musha>rakah

mutana>qis}ah

Mud}a>rabah, musha>rakah

atau mura>bah}ah

H}iwa>lah

Waka>lah

Kafa>lah

Waka>lah dan h}iwa>lah

Qard} al-h}asan

Mud}a>rabah, qard}, bay’ al-

dayn

Wadi>’ah yad al-ama>nah,

ujrah

Rahn

Dari tabel di atas, dapat diambil sebuah proposisi bahwa

musha>rakah mutana>qis}ah sebagai produk perbankan yaitu jenis penyaluran

atau pembiayaan pemilikan aset perbankan.

Page 55: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

161

2. Analisis Pembiayaan Musha>rakah Mutana>qis}ah

Pembiayaan bank syariah khususnya pada produk pertama

ditujukan untuk menyalurkan investasi dan simpanan masyarakat di sektor

riil dengan tujuan produktif dalam bentuk investasi bersama (invesment

financing) yang dilakukan pada mitra usaha (kreditor) menggunakan pola

bagi hasil (mud}a>rabah dan musha>rakah) dalam bentuk investasi sendiri

(trade financing) kepada yang membutuhkan pembiayaan menggunakan

pola jual-beli (mura>bah}}ah, sala>m dan istis}na>’) dan pola sewa (ija>rah dan

ija>rah muntahiya bi al-tamli>k) dan pembiayaan musha>rakah mutana>qis}ah.

Pembiayaan cukup penting adalah pembiayaan untuk kegiatan

ekspor, pembiayaan pertanian dan pembiayaan manufaktur dan konstruksi.

Akad yang digunakan lebih spesifik sesuai dengan karakteristiknya.

Pembiayaan proyek menggunakan pola bagi hasil mud}a>rabah dan

musha>rakah, pembiayaan pertanian dengan pola jual beli pesanan salam dan

salam paralel, pembiayaan manufaktur dan konstruksi menggunakan pola

jual-beli dengan memproduksi atau pembangunan (ist}is}na>’ dan ist}is}na>’

paralel), sedangkan ekspor dengan pola bagi hasil (mud}a>rabah dan

musha>rakah, atau jual-beli (mura>bah}ah).

Secara umum, jenis-jenis pembiayaan dapat diilustrasikan pada

gambar 4.4 sebagai berikut:50

Gambar 4.4 Pembiayaan dalam bank syariah

50

Ismail Nawawi, Isu-isu Ekonomi Islam Nalar Bisnis, (Jakarta: VIV Press, 2012),165.

Page 56: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

162

Dari gambar tersebut di atas, pembiayaan musha>rakah

mutana>qis}ah termasuk pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna

dana untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai untuk

memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan konsumsi dapat dibedakan atas

kebutuhan primer (pokok atau dasar) dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan

primer adalah kebutuhan pokok, baik berupa barang / aset, seperti makanan,

minuman, pakaian, dan tempat tinggal, maupun berupa jasa, seperti

pendidikan dasar dan pengobatan. Adapun kebutuhan sekunder adalah

kebutuhan tambahan, yang secara kuantitatif maupun kualitatif lebih tinggi

atau lebih mewah dari kebutuhan primer, baik berupa barang, seperti

makanan dan minuman, pakaian/ perhiasan, bangunan rumah, kendaraan,

dan sebagainya, maupun berupa jasa, seperti pendidikan, pelayanan

kesehatan, pariwisata, hiburan dan sebagainya.

Pada umumnya, bank konvensional membatasi pemberian kredit

untuk pemenuhan barang tertentu yang dapat disertai dengan bukti

kepemilikan yang sah, seperti rumah dan kendaraan bermotor, yang

kemudian menjadi barang jaminan utama (main collateral). Adapun untuk

PEMBIAYAAN

Konsumtif Produktif

Modal kerja Investasi

Page 57: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

163

pemenuhan kebutuhan jasa, bank meminta jaminan berupa barang lain yang

dapat diikat sebagai collateral. Sumber pembayaran kembali atas

pembiayaan tersebut berasal dari sumber pendapatan lain dan bukan dari

eksploitasi barang yang dibiayai dari fasilitas ini.

Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersial untuk

pemenuhan kebutuhan barang konsumsi menurut Hamoun51

dengan

menggunakan ketentuan sebagai berikut:

a. Bay’ bi thaman al-a>jil (salah satu bentuk mura>bah}ah) atau jual-beli

dengan angsuran.

b. Ija>rah muntahiya bi al-tamli>k atau sewa beli.

c. Musha>rakah mutanaqis{ah atau decreasing participation, yaitu secara

bertahap bank menurunkan jumlah partisipasinya.

Pembiayaan konsumsi tersebut di atas lazim digunakan untuk

pemenuhan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer pada umumnya tidak

dapat dipenuhi dengan pembiayaan komersial. Seseorang yang belum

mampu memenuhi kebutuhan pokoknya tergolong fakir atau miskin. Oleh

karena itu, ia wajib diberi zakat atau sedekah, atau maksimal diberikan

pinjaman kebajikan (al-qard{ al-h}asan), yaitu pinjaman dengan kewajiban

pengembalian pinjaman pokoknya saja, tanpa imbalan apapun.

51

Ismail Nawawi, Kewirausahaan Bisnis, (Surabaya:VIVpress,2011),39.

Page 58: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

164

Di samping itu bank syariah juga memberikan pembiayaan

aneka barang, perumahan dan properti dengan berbagai cara, yaitu,

1) Bagi hasil (musha>rakah mutana>qis}ah), misalnya kebutuhan pembelian

mobil, sepeda motor, perumahan, dan aset yang lain,

2) Jual-beli (mura>bahah), misalnya perumahan, properti apa yang secara

umum dapat dipenuhi dengan pola jual-beli ini, dan

3) Sewa beli (ija>rah muntahiya bi al-tamli>k), perumahan, properti, dan

lainnya.

Pembiayaan yang ada dalam perbankan syariah menurut al-

Harran sebagaimana dikutip oleh Nurul Huda dan Mohamad Heykal dalam

bukunya yang berjudul: ”Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan

Praktis” dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:52

a. Return bearing financing, yaitu bentuk pembiayaan yang secara

komersial bersifat menguntungkan yaitu ketika pemilik modal mau

menanggung risiko kerugian dan nasabah juga mau memberikan

keuntungan.

b. Return fee financing, yaitu bentuk pembiayaan yang ditujukan tidak

hanya mencari keuntungan, akan tetapi lebih ditujukan kepada orang-

orang yang membutuhkan.

c. Charity financing, yaitu bentuk pembiayaan yang memang diberikan

kepada orang miskin dan membutuhkannya, sehingga dalam pembiayaan

52

Saad Abdul Sattar al-Harran, Islamic Finance Partnership Financing (Selangor: Pelanduk

Publications, 1993), 98.

Page 59: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

165

model ini sama sekali tidak ada pokok pembiayaan dan juga keuntungan

yang diambil.53

Bentuk pembiayaan bank syariah terutama dan khususnya

pada bentuk pertama ditujukan untuk menyalurkan investasi dan

simpanan masyarakat ke sektor riil dengan tujuan produktif dalam bentuk

investasi bersama (invesment financing) yang dilakukan bersama mitra

usaha (kreditor) menggunakan pola bagi hasil (mud}a>rabah, musha>rakah)

dalam bentuk investasi sendiri (trade financing) kepada yang

membutuhkan pembiayaan menggunakan pola jual beli (mud}a>rabah,

salam istis}na>’) dan pola sewa (ija>rah dan ija>rah muntahiya bi al -

tamli>k).

Pembiayaan bank syariah menggunakan empat pola yang

berbeda, yaitu:

1) Pola bagi hasil untuk investasi financing dengan mengunakan akad

musha>rakah dan mud}a>rabah.

2) Pola jual-beli untuk trade financing dengan menggunakan pola akad

mura>bah}ah, sala>m, dan istis}na>’.

3) Pola sewa untuk trade financing dengan pola akad ija>rah dan ija>rah

muntahiya bi al-tamli>k

4) Pola pinjaman untuk dana talangan dengan akad qirad}.

53

Nurul Huda, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2010), 40.

Page 60: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

166

Dari sekian banyak produk pembiayaan bank syariah, tiga

produk pembiayaan utama yang mendominasi portofolio pembiayaan

bank syariah adalah pembiayaan modal kerja, pembiayaan investasi, dan

pembiayaan aneka barang dan properti. Akad-akad yang digunakan

dalam aplikasi pembiayaan tersebut sangat bervariasi dari pola bagi hasil

(mud}a>rabah, musha>rakah, musha>rakah mutana>qis}ah), pola jual-beli

(mura>bah}ah, sala>m dan istis}na >’) ataupun pola sewa (ija>rah dan ija>rah

muntahiya bi al-tamli>k). Bentuk pembiayaannya adalah pembiayaan

modal kerja, pembiayaan investasi dan pembiayaan aneka barang,

perumahan dan properti, seperti telah dijelaskan di atas. Khusus

pembiayaan aneka barang, perumahan dan properti, sama dengan

perdagangan berdasarkan pesanan.

3. Model Analisis Kapasitas Produk Pembiayaan Bank Syariah

Pembiayaan musha>rakah mutana>qis}ah (perkongsian yang

semakin berkurang) juga dikenal sebagai musha>rakah muntahiya bi al-

tamli>k (perkongsian yang diakhiri dengan pemilikan). Melalui konsep ini,

bank dan pelanggannya berkongsi modal untuk mendapatkan sesuatu aset.

Pemilikan aset tersebut adalah bagi kedua belah pihak. Aset tersebut akan

menjadi milik penuh pelanggan apabila dia telah membayar kembali ke

Page 61: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

167

semua pembiayaan yang diketengahkan bank dalam tempo masa yang

ditetapkan secara berkala54

.

Sebagai contoh, Muh Muflih telah memohon pembiayaan atas

kontrak musha>rakah mutana>qis}ah untuk membeli sebuah rumah. Setelah

mengenal pasti rumah yang ingin dibelinya, Muh Muflih membayar 10 %

dari harga rumah tersebut sebagai deposit. Jadi sebanyak 90 % dibayar oleh

bank. Muh Muflih berkongsi atau bermitra milik dengan pihak bank atas

rumah tersebut sebanyak 1 : 9 (satu nisbah sembilan).

Muh Muflih telah bersepakat untuk membayar kembali kepada

pihak bank sebanyak 1 % setiap bulan secara berkala untuk mendapatkan

pemilikan penuh (kadar bergantung kepada kontrak yang disetujui di awal

perjanjian). Maka, dalam tempo itu pemilikan bank atas rumah tersebut akan

berkurang, manakala pemilikan Muh Muflih akan bertambah. Di akhir

kontrak, pemilikan rumah tersebut telah berpindah sepenuhnya ke atas Muh

Muflih, menjadikan nisbah pemilikan 100 : 0.

Musha>rakah mutana>qis}ah dapat dengan mudah digunakan untuk

tujuan pembiayaan aset tetap oleh bank syariah. Aset tersebut melibatkan

pembiayaan rumah, pembiayaan otomotif, pembiayaan pabrik dan mesin,

pembiayaan gedung atau bangunan pabrik, dan pembiayaan aset lain.

Dalam kasus pembiayaan rumah, kepemilikan bersama diciptakan untuk

54

Nawawi, Fiqh Mu‟amalah, 128.

Page 62: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

168

tujuan pembiayaan musha>rakah mutana>qis}ah. Pihak penyedia pembiayaan

memberikan bagian yang tidak terbagi untuk disewakan pada rekanan yang

menggunakan rumah tersebut, nasabah memberikan uang sewa atas bagian

dari pihak penyedia pembiayaan dan secara periodik membeli unit dari

kepemilikan rekanannya. Modus operandi yang di setujui para ulama

bahwa, ketiga kontrak (akad) tersebut dimasuki secara terpisah, guna

memastikan setiap kontrak (akad) bersifat independen terhadap kedua

kontrak (akad) lain. Urutan kontrak-kontrak (akad) tersebut seharusnya

sebagai berikut :

1) Kontrak (akad) di antara rekanan untuk menciptakan kepemilikan

bersama. Nasabah membuat janji, sebelum atau sesudah perjanjian

penyewaan diselesaikan, untuk membeli bagian dari pihak penyedia

pembiayaan.

2) Rekanan yang menyediakan pembiayaan memberikan unit dari

bagiannya ke nasabah untuk disewakan.

3) Nasabah terus membeli unit kepemilikan dari pihak penyedia

pembiayaan sesuai janjinya. Dengan demikian, uang sewa lama-

kelamaan menurun.55

Pembiayaan oleh bank yang membasiskan musha>rakah

mutana>qis}ah dapat terjadi dalam beragam bentuk berbeda, tergantung aset

yang terlibat. Beberapa aset dapat disewakan, misalnya dalam kasus

55

Ayub, Understanding, 519-520.

Page 63: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

169

pembiayaan rumah dan pembiayaan untuk pembelian pabrik serta mesin.

Aset yang memiliki sifat komersial tidak akan melibatkan penyewaan.

Jika tidak melibatkan penyewaan dan ada kemitraan sederhana yang di

dalamnya dua rekanan memulai satu bisnis, misalnya dengan berbasiskan 40

: 60, mereka dapat menyetujui bahwa bagian unit salah seorang rekanan

akan di jual secara periodik ke rekan lain yang akan terus membelinya

secara bertahap hingga pihak kedua sudah tidak menjalankan bisnis. Karena

kontrak (akad) ini dimaksud untuk penciptaan keuntungan oleh rekanan

yang ada dan tidak melibatkan penyewaan, seperti rumah atau kendaraan

bermotor, harga unit baginya tidak dapat di tetapkan dalam janji untuk

menjual. Seorang rekanan dapat menyetujui menjual unit–unit tersebut

dengan berbasiskan penilaian bisnis pada saat pembelian, setiap unit,

penilaian yang demikian dapat dilaksanakan asalkan sesuai dengan prinsip-

prinsip yang di ketahui oleh para ahlinya yang karakteristiknya disetujui

rekan–rekan ketika janjinya ditandatangani. Pada saat pembelian, penjualan

haruslah di laksanakan lewat penawaran dan penerimaan. Walaupun

rekanan wirausaha dalam musha>rakah mutanaqis{ah untuk perdagangan

memiliki motivasi yang melekat untuk memperoleh kepemilikan penuh

dengan membeli saham pihak penyedia pembiayaan, para ulama tidak

cenderung membuat janjinya bersikap memikat.

Setelah menciptakan kepemilikan bersama, bank-bank dapat

menanda-tangani janji sepihak untuk menjual unit bagian kepemilikannya

Page 64: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

170

yang berbeda secara periodik dan ketika nasabah membeli unit dari bagian,

uang sewa dari unit-unit yang tersisa akan terus berkurang. Oleh sebab itu,

bank Islam akan membuat janji yang mengingat untuk menawarkan bagian

spesifik dari kepemilikan atas proyek untuk penjualan pada tanggal tertentu

pada saat penjualan aktual. Rekanan wirausaha dapat secara suka rela

membeli bagian dari pihak penyedia pembiayaan pada harga yang berlaku

pada saat penjualan pasar saham atau pada harga yang di tentukan dengan

kesepakatan bebas bersama dari semua pihak.

Berikut urutan dokumentasi dalam kesepakatan musha>rakah

mutana>qis}ah pada umumnya, seperti yang digunakan oleh Institusi Finansial

Islami (IFI) untuk bisnis pembiayaan perumahan dengan berbasiskan

kemitraan berdasarkan kepemilikan:

a. Penciptaan kepemilikan bersama melalui kesepakatan musha>rakah

nasabah dan institusional keuangan islami menjadi sesama pemilik dalam

properti bersama. Jika hak legal atas properti tersebut telah ada pada sisi

nasabah, dapat dibuat perjanjian yaitu IFI akan mendapatkan bagian pasti

dalam properti musha>rakah dan hal ini akan melibatkan kesepakatan

penjual dan penyewaan kembali.

b. Perjanjian penyewaan. Kedua belah pihak menyetujui bahwa IFI akan

menyewakan bagian yang penuh kepada rekanan nasabahnya untuk satu

uang sewa yang akan diatur di bawah peraturan perjanjian

ditandatanganinya perjanjian ini. Perjanjian ini mengandung perincian

Page 65: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

171

mengenai uang sewa, formula perhitungan, dan jadwal untuk periode

penyewaan.

c. Melakukan pembelian unit dari bagian bank dalam properti bersama. Hal

ini merupakan janji sepihak yang hanya mengingat pembuat janji. Baik

nasabah maupun bank dapat membuat janji ini jika kesepakatannya

dibuat berdasarkan aturan, ia dapat mengandung daftar harga yaitu

nasabah harus membeli unitnya dari waktu ke waktu. Ia juga memberikan

perincian mengenai situasi jika kapan pun nasabah ingin melakukan

pembelian bagian lebih banyak dibandingkan apa yang telah di tetapkan

dalam jadwal yang telah disetujui bersama. Pada umumnya ia merupakan

hipotek56

yang adil untuk properti yang dibiayai. Bank akan

membutuhkan tambahan jaminan untuk melindungi kepentingannya,

khususnya dari sisi posisi finansial nasabah yang bersangkutan.57

Oleh sebab itu, nasabah membayar uang sewa pada pihak bank

dalam properti, kemudian melakukan pembelian properti pada bank secara

periodik hingga kepemilikan asetnya dialihkan kepadanya. Fasilitas ini

dapat disediakan untuk pembelian rumah, pembangunan rumah, renovasi

rumah, dan lain-lain yang berupa aset tetap.58

Upaya lainnya dari bank syariah untuk menjaga agar usaha yang

dijalankan tetap sesuai dengan ketentuan shari>’ah adalah melalui bisnis

56

Kredit yg diberikan atas dasar jaminan berupa benda tidak bergerak; 2). Surat pernyataan

berutang untuk jangka panjang yg berisi ketentuan bahwa kreditor dapat memindahkan sebagian

atau seluruh hak tagihannya kepada pihak ketiga; 57

Ayub, Understanding, 520-521. 58

Ibid, 521-522.

Page 66: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

172

usaha yang dibiayai. Sebelum menyetujui usul pembiayaan oleh bank

syari‟ah, hal-hal yang berhubungan dengan usaha pembiayaan lebih dahulu

diseleksi. Ini dilakukan agar jangan sampai usaha yang dibiayai

bertentangan dengan prinsip-prinsip shari>’ah. Hal-hal yang diperhatikan

sebelum menyetujui usul pembiayaan tersebut antara lain:59

1). Apakah

obyek pembiayaan halal atau haram, 2). Apakah obyek pembiayaan

menimbulkan kemudaratan bagi masyarakat, 3). Apakah berkaitan dengan

perbuatan mesum / asusila, 4). Apakah obyek berkaitan dengan perjudian,

5). Apakah usaha itu berkaitan dengan industri senjata illegal atau

berorientasi pada pembangunan senjata pemusnah massal, dan 6). Apakah

proyek dapat merugikan syiar Islam, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Usaha patungan atau perkongsian adalah suatu usaha bisnis yang

dilakukan oleh dua atau lebih entitas (pribadi atau perusahaan) untuk

berbagi pengeluaran dan laba dari satu proyek bisnis tertentu. Ini adalah

bentuk kemitraan yang terbatas untuk satu tujuan tertentu. Di antara manfaat

utama usaha patungan adalah para mitra menghemat uang dan mengurangi

risiko mereka lewat berbagi modal dan sumber daya. Musha>rakah merujuk

pada kemitraan usaha patungan syariah adalah bank dan nasabah sepakat

untuk menggabungkan sumber daya keuangan demi menjalankan dan

mengelola suatu usaha bisnis sesuai dengan nis}bah, sementara kerugian

59

Ismail Nawawi, Transaksi Bisnis Kontemporer Perbankan Syari‟ah Konstruk Menuju Praktik,

(Jakarta, VIV Press, 2012), 64.

Page 67: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

173

dibagi secara proporsional sesuai dengan jumlah modal yang disumbangkan

masing-masing mitra.

Pembiayaan atau kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang

memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk

membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang

ditentukan. Dalam Undang-Undang Nomor. 10 tahun 1998 menyebutkan

bahwa kredit atau pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang

dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian nis}bah.

Perkataan “kredit” (taqs}i>d) telah lazim digunakan pada praktik

perbankan dalam pemberian berbagai fasilitas yang berkaitan dengan

pinjaman. Karena kredit sebagaimana dijelaskan dalam kamus besar bahasa

Indonesia adalah merupakan 1). Cara menjual barang dengan pembayaran

secara tidak tunai (pembayaran ditangguhkan atau diangsur); 2). Pinjaman

uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur; 3).

Penambahan saldo rekening, sisa utang, modal dan pendataan bagi

penabung; 4). Pinjaman sampai batas jumlah tertentu yg diizinkan oleh bank

atau badan lain; 5). Sisi kanan neraca (di Indonesia).60

Dengan demikian,

pengertian “kredit” dalam penggunaannya yang semakin meluas, sejauh

60

Lebih jelasnya bisa ditelaah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Page 68: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

174

mana relevansi penggunaannya dalam praktik bisnis umumnya dan

perbankan khususnya. Kata “kredit” berasal dari bahasa Romawi “credere”

yang berarti percaya atau “credo” atau “creditum” yang berarti saya

percaya. Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit,

bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian,

sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayaan sehingga

mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai

dengan jangka waktunya.

Oleh karena itu, untuk meyakinkan bank bahwa si nasabah benar-

benar dapat dipercaya, maka sebelum pembiayaan diberikan terlebih dahulu

bank mengadakan analisis pembiayaan. Analisis pembiayaan meliputi latar

belakang nasabah atau perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang

diberikan serta faktor-faktor lainnya. Tujuan analisis ini adalah agar bank

yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar aman.

Sedangkan pengertian pembiayaan atau kredit menurut Undang-

Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998: pembiayaan adalah penyediaan

uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak

lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah

jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dalam kata kredit

terkandung unsur-unsur yang direkatkan menjadi satu, sehingga jika kita

Page 69: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

175

melakukan pembiayaan kredit maka termasuk membicarakan unsur-unsur

yang terkandung di dalamnya61

, yaitu:

a. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi pemberi kredit

bahwa kredit yang diberikan benar-benar diterima kembali di masa yang

akan datang sesuai jangka waktu kredit. Kepercayaan diberikan oleh

bank sebagai dasar utama yang melandasi mengapa suatu kredit berani

dikucurkan.

b. Kesepakatan

Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian yaitu

masing-masing pihak (si pemberi kredit dengan si penerima kredit)

menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan ini

kemudian dituangkan dalam suatu akad kredit dan ditandatangani kedua

belah pihak sebelum kredit dikucurkan.

c. Jangka waktu

Jangka waktu mencakup masa pengembalian kredit yang telah

disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek (di

bawah 1 tahun), jangka menengah (1 sampai 3 tahun) atau jangka

panjang (di atas 3 tahun). Jangka waktu merupakan batas waktu

pengembalian angsuran kredit yang sudah disepakati kedua belah pihak.

61

Nawawi, Transaksi Bisnis, 130.

Page 70: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

176

Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini dapat diperpanjang sesuai

kebutuhan.

d. Risiko

Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit

akan memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet pemberian

suatu kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin

besar risikonya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang

disengaja oleh nasabah maupun risiko yang tidak disengaja, misalnya

karena bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur

kesengajaan lainnya, sehingga nasabah tidak mampu lagi melunasi kredit

yang diperolehnya.

e. Balas Jasa

Balas jasa bagi bank merupakan keuntungan atau pendapatan

atas pemberian kredit. Dalam bank konvensional balas jasa dikenal

dengan nama bunga. Selain balas jasa dalam bentuk bunga, bank juga

membebankan kepada nasabah biaya administrasi kredit yang juga

merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berprinsip syariah, balas

jasa ditentukan dengan prinsip bagi hasil.62

62

Ibid, 131.

Page 71: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

177

4. Model Alur Proses Pembiayaan Musha>rakah Mutana>qis}ah

Persyaratan pengajuan pembiayaan di bank syariah tidaklah

serumit yang diperkirakan orang. Bahkan syaratnya sebetulnya cukup

mudah. Bagi Bank hal ini dilakukan untuk mengetahui lebih jauh tentang

data-data calon debiturnya sekaligus untuk mendapatkan informasi tentang

karakter calon debitur, dana yang dimiliki saat ini, pengaruh kondisi

ekonomi saat ini terhadap penghasilan debitur, jaminan yang diajukan, dan

masih banyak lagi.

Dalam memberikan pembiayaan kepada debiturnya tentu bank

akan melaksanakan prinsip kehatian-hatian. Hal ini memang disyaratkan

oleh undang-undang yang mengatur mengenai perbankan di Indonesia,

bahkan di seluruh dunia. Perlu diketahui bahwa setiap rupiah dana yang

disalurkan ke masyarakat oleh bank adalah milik masyarakat juga, tentunya

bank akan mengembalikannya kepada nasabah setiap saat berikut nisbah

(bagi hasilnya). Karena itu, bank selalu melakukan analisis pembiayaan

untuk menilai kelayakan calon debiturnya. Pada umumnya, bank membagi

debiturnya ke dalam dua golongan besar,yaitu debitur perorangan dan

debitur perusahaan (sekali lagi, debitur adalah pihak yang meminjam uang

dari bank). Berikut ini adalah persyaratan yang diminta bank sesuai

golongan debiturnya.

Debitur perorangan terdiri dari berbagai macam latar belakang

profesi, misalnya pegawai negeri, karyawan swasta, pedagang, dan lain

Page 72: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

178

sebagainya. Tiap-tiap profesi mempunyai ciri khasnya sendiri yang oleh

bank dibedakan lagi menjadi tiga golongan, yaitu wirausahawan, karyawan,

dan profesional.

Persyaratan yang diminta untuk masing-masing debitur

perorangan tersebut pada umumnya adalah :

1) Copy identitas diri (KTP , SIM, atau paspor)

2) Copy akte nikah (bagi yang sudah menikah). Bank akan meminta salinan

akte nikah bagi debitur yang sudah menikah adalah untuk mengetahui

apakah harta yang dijaminkan merupakan harta bersama suami-istri

(harta gono-gini) atau bukan sehingga baik istri atau suami debitur dapat

dimintai persetujuannya dan turut bertanggung jawab terhadap harta yang

dijaminkan ke bank berikut sejumlah hutangnya. Jika calon debitur

memiliki perjanjian pisah harta, yaitu perjanjian nota riil antara suami-

isteri yang isinya adalah harta yang diperoleh selama perkawinan

merupakan harta masing-masing pribadi, maka bank juga akan meminta

foto kopi perjanjiannya.

3) Kopi kartu keluarga. Sama seperti nomor 2 di atas dan juga untuk

mengetahui apakah calon debitur juga menanggung biaya hidup oang lain

selain dirinya sendiri.

4) Copy rekening koran/rekening giro atau buku tabungan di bank manapun

antara 3 bulan terakhir. Data ini diperlukan Bank untuk melakukan

analisis keuangan calon debiturnya sehingga dapat diukur seberapa besar

Page 73: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

179

penghasilan debitur yang dapat disisihkan untuk membayar angsuran

pinjaman tiap bulannya.

5) Copy slip gaji atau surat keterangan penghasilan dari perusahaan / tempat

bekerja calon debitur. Syarat ini hanya diberlakukan untuk calon debitur

yang bekerja di suatu perusahaan, pemerintah maupun swasta. Tujuannya

untuk memastikan bahwa calon debitur memang bekerja dan memiliki

penghasilan tetap setiap bulannya.

Debitur yang berbentuk perusahaan meliputi bentuk badan usaha

seperti CV, PT, firma dan lain-lain. Persyaratan yang diminta antara lain:

1) Copy identitas diri dari para pengurus perusahaan (direktur & komisaris).

2) Copy NPWP (Nomor Pokok wajib pajak)

3) Copy SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan )

4) Copy Akte Pendirian dan Anggaran Dasar Perusahaan beserta

perubahannya dari Notaris

5) Copy TDP (Tanda Daftar Perusahaan).

6) Kopi rekening koran/giro atau buku tabungan di bank manapun selama 3

bulan terakhir.

7) Data keuangan lainnya, seperti neraca keuangan, laporan rugi laba,

catatan penjualan & pembelian harian, dan data pembukuan lainnya.

Dokumen-dokumen tersebut digunakan bank untuk melakukan

berbagai analisis keuangan terhadap calon debiturnya. Kesanggupan debitur

dalam membayar kembali hutangnya akan dianalisis dari berbagai sisi,

Page 74: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

180

seperti: kesanggupan dalam membayar kembali hutang jangka pendeknya,

kemampuan dan efektivitas manajemen dalam mengelola sumber-sumber

yang dimilikinya, kemampuan dalam mencetak laba dan sebagainya.

Ketika bank memberikan pembiayaan uang kepada nasabah, bank

tentu saja mengharapkan uangnya kembali. Karenanya, untuk memperkecil

risiko (uangnya tidak kembali, sebagai contoh), dalam memberikan kredit,

bank harus mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan iktikad

baik membayar (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to

pay) nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta nis}bahnya. Hal-hal

tersebut terdiri dari character (kepribadian), capacity (kapasitas), capital

(modal), colateral (jaminan), dan condition of economy (keadaan

perekonomian) atau sering disebut sebagai 5C (panca C)63

.

a. Karakter.

Karakter, watak, sifat, kebiasaan debitur (pihak yang berutang) sangat

berpengaruh pada pemberian kredit. Kreditur (pihak pemberi utang)

dapat meneliti apakah calon debitur masuk ke dalam daftar orang tercela

(DOT) atau tidak. Untuk itu kreditur juga dapat meneliti biodatanya dan

informasi dari lingkungan usahanya. Informasi dari lingkungan usahanya

dapat diperoleh dari supplier dan customer dari debitur. Selain itu dapat

pula diperoleh dari informasi bank sentral, namun tidak dapat diperoleh

dengan mudah oleh masyarakat umum karena informasi tersebut hanya

63

Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003),

144-147.

Page 75: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

181

dapat di akses oleh pegawai bank bidang perkreditan dengan

menggunakan password dan komputer yang terhubung secara on line

dengan bank sentral.

b. Kapasitas.

Kapasitas adalah berhubungan dengan kemampuan seorang debitur untuk

mengembalikan pinjaman. Untuk mengukurnya, kreditur dapat meneliti

kemampuan debitur dalam bidang manajemen, keuangan, pemasaran,

dan lain-lain.

c. Modal.

Dengan melihat banyaknya modal yang dimiliki debitur atau melihat

berapa banyak modal yang ditanamkan debitur dalam usahanya, kreditur

dapat menilai modal debitur. Semakin banyak modal yang ditanamkan,

debitur akan dipandang semakin serius dalam menjalankan usahanya.

d. Jaminan.

Jaminan dibutuhkan untuk berjaga-jaga seandainya debitur tidak dapat

mengembalikan pinjamannya. Biasanya nilai jaminan lebih tinggi dari

jumlah pinjaman.

e. Kondisi ekonomi.

Keadaan perekonomian di sekitar tempat tinggal calon debitur juga harus

diperhatikan untuk memperhitungkan kondisi ekonomi yang akan terjadi

di masa datang. Kondisi ekonomi yang perlu diperhatikan antara lain

Page 76: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

182

masalah daya beli masyarakat, luas pasar, persaingan, perkembangan

teknologi, bahan baku, pasar modal, dan lain sebagainya.64

Beberapa hal yang diperjanjikan dalam perjanjian di perbankan

syariah adalah: (1) jangka waktu pembiayaan (2) nis}bah bagi hasil (3) cara

pembayaran (4) agunan / jaminan pembiayaan (5) biaya administrasi (6)

asuransi jiwa dan tagihan.

Saat mengajukan pembiayaan ke bank, sudah menjadi kelaziman

bank akan meminta agunan atau jaminan sehingga apabila anda tidak

mampu mengembalikan pinjaman tersebut, maka bank akan menyita harta

yang anda jaminkan. Biasanya nilai jaminan harus lebih besar atau minimal

sama dengan nilai uang yang anda pinjam.

Jaminan yang diminta oleh bank untuk kredit pemilikan rumah

biasanya adalah rumah yang akan dibeli. Pada kredit pemilikan mobil, maka

mobil yang akan dibeli itulah yang biasa dijadikan jaminannya. Sedangkan

untuk kredit modal kerja atau usaha dan kredit multi guna, jaminan yang

diminta biasanya lebih bervariasi seperti tanah, rumah tinggal, ruko,

apartemen, kendaraan, pabrik, mesin-mesin dan lain-lain.

Selanjutnya jaminan tersebut akan dinilai oleh pihak bank

mengenai kelayakan, nilai dan marketabilitynya. Hasil penilaian ini adalah

nilai pasar wajar dimana biasanya bank akan memberikan pinjaman sekitar

70% - 80% dari nilai pasar wajar jaminan. Petugas penilai bisa karyawan

64

Ibid, 146-147.

Page 77: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

183

bank itu sendiri atau petugas penilai independen yang diorder oleh bank.

Jika seseorang sudah mengetahui persyaratan yang diperlukan untuk

pengajuan kredit di bank, maka sekarang tinggal seseorang tersebut harus

mempertimbangkan masak-masak mengenai perlu tidaknya mengambil

kredit di bank.

5. Model Alur Tahapan Dalam Pembiayaan Musha>rakah Mutana>qis}ah

Model alur pembiayaan musha>rakah mutana>qis}ah dengan

tahapan dalam pembiayaan65

untuk pengadaan suatu barang, melalui alur

sebagai berikut:

a. Nasabah mengajukan permohonan kepada bank untuk menjadi mitra

dalam pembiayaan / pembelian suatu barang yang dibutuhkan nasabah

dengan menjelaskan data nasabah, diantaranya berkaitan dengan

pendapatan perbulan nasabah, sumber pengembalian dana untuk

pelunasan kewajiban nasabah, serta manfaat dan tingkat kebutuhan

nasabah atas barang tersebut. Pengajuan permohonan dilengkapi dengan

persyaratan administratif pengajuan pembiayaan yang berlaku pada

masing-masing bank dan yang telah ditentukan dalam pembiayaan

syariah.

65

Ismail Nawawi, Perbankan Syariah Issu-Issu Manajemen Fiqh Muamalah Pengkayaan Teori

Menuju Praktik, Buku Satu, (Jakarta: VIV Press, 2010), 27.

Page 78: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

184

b. Petugas bank akan menganalisis kelayakan nasabah untuk mendapatkan

barang tersebut secara kualitatif maupun kuantitatif.

c. Apabila permohonan nasabah layak disetujui oleh komite pembiayaan,

maka bank menerbitkan surat persetujuan pembiayaan (offering letter)

yang didalamnya antara lain: 1). Spesifikasi barang yang disepakati, 2).

Harga barang, 3). Jumlah dana bank dan dana nasabah yang disertakan,

4). Jangka waktu pelunasan pembiayaan, 5). Cara pelunasan (model

angsuran), 6). Besarnya angsuran dan biaya sewa yang dibebankan

nasabah, 7). Apabila nasabah menyetujui persyaratan yang dicantumkan

dalam offering letter tersebut, maka pihak bank atau nasabah dapat

menghubungi distributor / agen untuk ketersediaan barang tersebut sesuai

dengan spesifikasinya.

d. Dilakukan akad musha>rakah mutana>qis}ah antara bank dan nasabah yang

memuat persyaratan penyertaan modal (kemitraan), persyaratan sewa

menyewa dan sekaligus pengikatan jaminan berupa barang yang

diperjualbelikan tersebut serta jaminan tambahan lainnya.

e. Penyerahan barang dilakukan oleh distributor / agen kepada bank dan

nasabah, setelah bank dan nasabah melunasi harga pembelian barang

kepada distributor / agen. Setelah barang diterima bank dan nasabah,

pihak bank akan melanjutkan menyerahkan barang tersebut kepada pihak

nasabah dengan menerbitkan surat tanda terima barang dengan

penjelasan spesifikasi barang yang telah disepakati66

.

66

Ibid, 67.

Page 79: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

185

Gambar: 4.5

Alur Pembiayaan Musha>rakah Mutana>qis}ah

Pada gambar 4.5. menunjukkan struktur musha>rakah dasar yaitu

nasabah Muh Kamil dan bank menyetorkan modal setara masing-masing

Rp. 500.000.000 ke dalam satu proyek. Menurut ketentuan akad

(kesepakatan), laba akan dibagi 60-40 yaitu Muh Kamil mendapatkan 60

karena dialah pihak utama yang akan mengelola proyek.

Kerugian, di sisi lain, akan dibagi secara sama. Bank pada

umumnya menyerahkan tanggung jawab manajemen kepada mitra-nasabah

dan mempertahankan hak supervisi dan tindak lanjut. Atau, bank bisa

menjadi mitra aktif dalam berbagai kegiatan untuk menjamin tujuan-tujuan

NASABAH BANK

SYARIAH

DEVELOPER

1

3 3

2

6

5

4 4

Page 80: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

186

Bank Nasabah

Proyek

investasi

(-)

Rugi

1 $50.000

2

3

$50.000

$10.000

4 -$5000

(+)

$6.000

Laba

$4.000

perusahaan terpenuhi. Ismail Nawawi67

memberikan ilustrasi proses aplikasi

pembiayaan pemilikan aset rumah seperti pada gambar 4.6

Gambar 4.6 Menunjukkan Struktur Musha>rakah Dasar Dimana Nasabah

Nasrullah Dan Bank Menyetorkan Modal Setara Masing-masing

Dari gambar 4.6 tersebut dapat dijelaskan alur pembiayaan

musha>rakah mutana>qis}ah di bawah ini.

1) Bank dan Nasrullah sepakat untuk masing-masing menyumbangkan Rp.

500.000. 000,00 kepada satu proyek usaha patungan.

2) Nasrullah adalah pihak utama untuk mengelola proyek.

3) Andaikan laba berjumlah 10.000, maka 6.000 atau 60% akan dibagikan

kepada Nasrullah dan $4.000 atau 40% kepada bank.

4) jika ada kerugian, katakanlah $5.000, kerugian dibagi secara 50-50 atau

masing $2.500. kerugian ini secara langsung menurunkan nilai dari aset

proyek.

67

Ibid, 77.

Page 81: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

187

Bank Nasaba

h

Proyek

investas

i

(-)

Rugi

1

2

3 4 (+)

laba

100%

Kasus lain:68

transaksi pembiayaan yang didasarkan pada

musha>rakah yang menurun (mengecil) bersifat langsung. Pada awal

transaksi, bank memiliki sebagian besar aset. Saat nasabah membayar

angsuran, saham nasabah meningkat sementara saham bank menurun atau

mengecil. Kepemilikan bank berakhir saat semua pembayaran dilakukan

dan nasabah pun secara penuh memiliki aset.

Ilustrasi contoh musha>rakah menurun (mengecil) sederhana

diilustratasikan pada Gambar 4.7 menunjukkan struktur pembiayaan

musha>rakah menurun (mengecil) dasar antara sebuah bank dan seorang

nasabah bernama Hikmatus Syarifah, yang ingin membeli sebuah toko

untuk menjalankan bisnis percetakan. Kami akan menindak lanjutinya

dengan contoh yang lebih mendetail. Hal ini adil karena bank tidak ambil

bagian dalam manajemen bisnis dan tidak bisa dimintai pertanggung

jawaban atas risiko yang dibuat Hikmatus Syarifah sang pengusaha.

Ini memberikan likuiditas kepada para mitra, akan tetapi

penarikan diri tiba-tiba oleh seorang mitra bisa menyebabkan

ketidakstabilan dan kerusakan materi. Yang dianjurkan adalah likuidasi

konstruktif, di mana evaluasi dilakukan terhadap bisnis dan satu mitra bisa

menarik diri sesuai dengan jangka waktu tertentu.

68

Ibid, 77-78.

Page 82: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

188

Gambar 4.7 Contoh dari struktur pembiayaan musha>rakah menurun69

1) Hikmatus Syarifah pergi ke bank untuk mencari kredit bagi bisnisnya.

Dia dan bank menyepakati satu rencana bisnis dan secara patungan

menyetorkan modal pada bisnis itu berdasarkan musha>rakah menurun.

2) Toko pun dibeli dan Hikmatus Syarifah mengelola operasionalnya

sementara bank mengawasi sistem pembukuan. Mereka berbagi tanggung

jawab spesifik sebagaimana dinyatakan dalam kontrak.

3) Laba dibagi berdasarkan nis{bah. Hikmatus Syarifah telah sepakat

mentransfer bagian labanya kepada bank dan dengan demikian secara

bertahap mengurangi kepemilikan bank atas toko.

4) Kerugian dibagi secara proporsional sesuai dengan sumbangan modal

masing-masing. Ini menurunkan nilai aset seraya menjaga saham masing-

masing di toko itu tidak berubah.

5) Ketika saham kepemilikian bank telah ditebus, kepemilikan properti

ditransfer kepada Hikmatus Syarifah.

Pembiayaan kredit rumah secara alamiah sangat cocok bagi

musha>rakah menurun (mengecil). Laba berasal dari pembayaran sewa yang

secara umum bisa diramalkan, yang bagian darinya disisihkan untuk

mengurangi saham kepemilikan bank.

Struktur musha>rakah menurun (mengecil) memiliki dua kontrak utama:

a. Satu untuk kesepakatan musha>rakah; dan

b. Satu perjanjian penjualan dan pembelian terpisah, yang tak terkait

dengan perjanjian musha>rakah, untuk penjualan aset.

Kasus lain contoh musha>rakah menurun (mengecil) lainnya

dilustrasikan oleh Ismail Nawawi70

Gambar 4.8 menunjukkan contoh lebih

69

M. Ma‟ruf Abdullah, Manajemen Bisnis Syari‟ah, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014), 188-

189. 70

Ibid,98.

Page 83: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

189

Bank Nasabah

Rumah

(+)

laba (-)

Rugi

1

2

3

4

6

4

3

5

5

80%

20%

mendetail tentang struktur musha>rakah menurun (mengecil) yang

menggambarkan poin ini.

Gambar 4.8 Contoh dari stuktur pembiayaan

musha>rakah menurun (mengecil)

1) Fadil menentukan rumah yang ingin ia beli dan mendapatkan harga dan

detail-detail relevan lainya.

2) Fadil mendatangi bank sambil membawa detail-detail itu. Pembiayaan

pun dilakukan dengan menggunakan musha>rakah menurun (mengecil).

Fadil juga sepakat untuk membeli rumah dengan sewa guna usaha dan

melakukan pembayaran sewa dan modal rutin pada bank.

3) Fadil menyumbangkan 20% dan bank 80% untuk memiliki rumah. Bank

kemudian pada awalnya memiliki 80% rumah.

4) Fadil membayar cicilan atau angsuran bulanan terdiri dari jumlah uang

sewa plus jumlah uang tambahan untuk menebus porsi saham bank atas

rumah itu. (Catatan: kami menggambar ini sebagai laba yang datang dari

rumah supaya sesuai dengan gambar sebelumnya (Gambar 4.8). untuk

Page 84: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

190

alasan yang sama, kami tetap mempertahankan percabangan kerugian di

dalam gambar meskipun kerugian tidaklah mungkin karena sudah ada

angsuran bulanan sesuai kontrak.)

5) Jumlah uang sewa berkala dibagi antara Fadil dan bank (sesuai salah satu

pemilik) sesuai dengan prosentase kepemilikan saham, yaitu 80-20 pada

awalnya. Saat kepemilikan Fadil meningkat seiring waktu, yaitu tatkala

semakin banyak porsi modal bank ditebus oleh Fadil, prosentase sewa

lebih besar menjadi milik Fadil.

6) Kepemilikan atas rumah dialihkan kepada Fadil saat pembayaran penuh

segala sewa dan penebusan modal telah dilakukan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembiayaan musha>rakah mutana>qis}ah, terbangun melalui analisis

pembiayaan musha>rakah mutana>qis}ah, melalui peningkatan kapasitas

produk pembiayaan bank syariah dan menggunakan alur pembiayaan

musha>rakah mutana>qis}ah. Dengan demikiann, proposisinya dapat di

rumuskan sebagai berikut:“Terbangunnya model pembiayaan musha>rakah

mutana>qis}ah, jika dilaksanakan melalui proses model analisis pembiayaan

musha>rakah mutana>qis}ah, peningkatan kapasitas poroduk pembiayaan

bank syariah dan aplikasi alur tahapan pembiayaan musha>rakah

mutana>qis}ah untuk pelimpahan pemilikan aset dari pihak bank ke nasabah”.

C. Pendekatan Manajemen Risiko dalam Mengatasi Pembiayaan Perbankan

Syariah

Page 85: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

191

Dalam bisnis perbankan syariah tidak dapat lepas dari berbagai

risiko yang dihadapi, antara lain risiko pembiayaan, risiko bisnis, risiko pasar,

risiko reputasi dan lainnya. Untuk mengatasi berbagai risiko diperlukan

manajemem risiko, dan di korporasi bisnis ada unit manajemen risiko yang

merupakan unit atau bagian organisasi yang berdiri sendiri. Unit ini berupaya

untuk melakukan analisis bisnis dalam mengatasi berbagai risiko yang

dihadapi oleh korporasi bisnis yang bersangkutan.

Risiko adalah bahaya yang dapat terjadi akibat dari sebuah proses

yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Dalam bidang

asuransi, risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, dimana

jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan

kerugian.71

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Adiwarman A. Karim,

risiko merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan

(anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang

berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank.72

Istilah risiko memiliki beberapa arti dan definisi. Risiko dikaitkan

dengan kemungkinan kejadian, atau keadaan yang dapat mengancam

pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Menurut Vaughan

mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut:

71

Ismail Nawawi, Manajemen risiko Teori dan Pengantar praktik Bisnis Perbankan Islam dan konvensional (Jakarta, VIV Press, 2011) 171.

72 Adiwarman A. Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2004), 255.

Page 86: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

192

1) Risiko adalah kasus kerugian (risk is the chance of loss). Chance of loss

berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap kemungkinan

kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk menunjukkan

tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Dalam hal chance of

loss 100%, berarti kerugian adalah pasti sehingga risiko tidak ada.

2) Risiko adalah kemungkinan kerugian (Risk is the possibility of loss).

Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu, peristiwa berada di

antara nol dan satu. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam

analisis secara kuantitatif.

3) Risiko adalah ketidakpastian (Risk is uncertainty). Uncertainty dapat

bersifat subjective dan objective. Subjective uncertainty merupakan

penilaian individu terhadap situasi risiko yang didasarkan pada

pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan. Objective uncertainty

akan dijelaskan pada dua definisi risiko berikut.

4) Risiko merupakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan (risk

is the dispersion of actual from expected results). Ahli statistik

mendefinisikan risiko sebagai derajat penyimpangan sesuatu nilai di

sekitar suatu posisi sentral atau di sekitar titik rata-rata.

5) Risiko adalah probabilitas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang

diharapkan (risk is the probability of any outcome different from the one

expected).

Page 87: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

193

Menurut definisi di atas, risiko bukan probabilitas dari suatu

kejadian tunggal, tetapi probabilitas dari beberapa outcome yang berbeda dari

yang diharapkan. Dari berbagai definisi di atas, risiko dihubungkan dengan

kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau

tidak terduga. Dengan kata lain, kemungkinan itu sudah menunjukkan

adanya ketidakpastian.

1. Manajemen Risiko: Diskursus dan Realitas Bisnis Perbankan Syariah.

Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur atau

metodologi dalam mengelola ketidakpastian atau risiko yang berkaitan

dengan ancaman; rangkaian aktivitas manusia, penilaian risiko,

pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan

menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumber daya.

Pendekatan dan analisis manajemen risiko terfokus pada

risiko-risiko yang timbul, disebabkan oleh penyebab fisik atau legal

(seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, dan tuntutan hukum).

Manajemen risiko adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko,

serta membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang

tersedia. Strategi yang dapat digunakan antara lain mentransfer risiko pada

pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek buruk dari risiko dan

menerima sebagian maupun seluruh konsekuensi dari risiko tertentu.

Page 88: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

194

Menurut William,73

manajemen risiko merupakan suatu

aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi,

mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada

sebuah organisasi. Manajemen risiko (risk management) di atas dapat

dijabarkan lebih lanjut berdasarkan kata kunci sebagai berikut:

1) On going process.

Manajemen risiko dilaksanakan secara terus menerus dan dimonitor

secara berkala. Manajemen risiko bukanlah suatu kegiatan yang

dilakukan sesekali (one time event).

2) Effected by people.

Manajemen risiko ditentukan oleh pihak-pihak yang berada di

lingkungan organisasi. Untuk lingkungan instansi pemerintah,

manajemen risiko dirumuskan oleh pimpinan dan pegawai institusi /

departemen yang bersangkutan.

3) Applied in strategy setting

Applied in strategy setting organisasi oleh manajemen puncak

organisasi. Dengan penggunaan manajemen risiko, strategi yang

disiapkan disesuaikan dengan risiko yang dihadapi oleh masing-masing

bagian / unit dari organisasi.

4) Applied a cross the enterprised.

73

Machmud Amir, Bank Syari‟ah Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia (Jakarta:

Erlangga, 2010), 27.

Page 89: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

195

Strategi yang telah dipilih berdasarkan manajemen risiko diaplikasikan

dalam kegiatan operasional, dan mencakup seluruh bagian / unit pada

organisasi. Mengingat risiko masing-masing bagian berbeda, maka

penerapan manajemen risiko berdasarkan penentuan risiko oleh masing-

masing bagian.

5) Designed to identify potential events.

Manajemen risiko dirancang untuk mengidentifikasi kejadian atau

keadaan yang secara potensial menyebabkan terganggunya pencapaian

tujuan organisasi.

6) Provide reasonable assurance.

Risiko yang dikelola dengan tepat dan wajar akan menyediakan jaminan

bahwa kegiatan dan pelayanan oleh organisasi dapat berlangsung secara

optimal.

7) Geared to achieve objectives.

Manajemen risiko diharapkan dapat menjadi pedoman bagi organisasi

dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Manajemen risiko secara operasional adalah sebuah cara yang

sistematis dalam memandang sebuah risiko dan menentukan dengan tepat

penanganan risiko tersebut. Ini merupakan sebuah sarana untuk

mengidentifikasi sumber dari risiko dan ketidakpastian, memperkirakan

Page 90: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

196

dampak yang ditimbulkan dan mengembangkan respon yang harus

dilakukan untuk menanggapi risiko.74

Tindakan manajemen risiko diambil oleh para praktisi untuk

merespons bermacam-macam risiko. Responden manajemen risiko

melakukan dua macam tindakan manajemen risiko yaitu mencegah dan

memperbaiki. Tindakan mencegah digunakan untuk mengurangi,

menghindari, atau mentransfer risiko pada tahap awal proyek konstruksi.

Sedangkan tindakan memperbaiki adalah untuk mengurangi efek-efek

ketika risiko terjadi atau ketika risiko harus diambil. Sedangkan pendekatan

sistematis mengenai manajemen risiko dibagi menjadi 3 strategi utama,

yaitu75

: 1). Identifikasi risiko, 2). Analisis dan evaluasi risiko, 3). Respon

atau reaksi untuk menanggulangi risiko tersebut.

Sasarannya untuk menambah nilai maksimum

berkesinambungan (sustainable) organisasi. Tujuan utama untuk memahami

potensi upside dan downside dari semua faktor yang dapat memberikan

dampak bagi organisasi.

Risiko yang di hadapi perbankan syariah dalam berbagai bentuk

dan sumbernya merupakan komponen yang tak terpisahkan dari setiap

aktivitas. Hal ini dikarenakan masa depan merupakan sesuatu yang sangat

sulit diprediksi. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tahu dengan pasti

apa yang akan terjadi dimasa depan, bahkan mungkin satu detik kedepan.

74

Ibid, 47. 75

Ismail Nawawi, Manajemen Risiko (Sidoarjo: Dwi Putra Pustaka Jaya, 2012), 422-426.

Page 91: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

197

Selalu ada elemen ketidakpastian yang menimbulkan risiko. Ada dua istilah

yang sering dicampuradukkan yaitu ketidakpastian dan risiko. Sebagian

orang menganggapnya sama. Sebagian lagi menganggapnya berbeda. Di sini

yang membedakan kedua istilah tersebut karena pengelolaannya berbeda.

Ketidakpastian mengacu pada pengertian risiko yang tidak diperkirakan

(unexpected risk).

Menurut kamus ekonomi, risiko adalah kemungkinan

mengalami kerugian atau kegagalan karena tindakan (peristiwa) tertentu.

Dengan kata lain risiko adalah peluang dimana hasil yang sesungguhnya

bisa berbeda dengan hasil yang diharapkan atau kemungkinan nilai yang

hilang atau diperoleh yang dapat diukur.76

Sedangkan menurut Herman

Darmawan, risiko senantiasa ada karena mengenanya kemungkinan akan

terjadi akibat buruk atau akibat yang merugi, seperti kemungkinan

kehilangan, cidera, kebakaran, dan lain sebagainya.

Dari berbagai pendapat di atas manajemen risiko yang tepat

dilihat dari sudut pandang bank adalah exposure terhadap ketidakpastian

pendapatan. Sedangkan Philip Best sebagimana dikutip oleh Ismail Nawawi,

menyatakan bahwa risiko adalah kerugian secara finansial, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Risiko bank adalah keterbukaan terhadap

kemungkinan rugi (exposure to the change of loss).77

Dalam konteks

76

Sumadji P, Kamus Ekonomi Lengkap (t.t: WI Press, 2006), 578. 77

Nawawi, Manajemen Risiko, 425-427.

Page 92: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

198

perbankan risiko merupakan potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang

dapat menimbulkan kerugian bank.

2. Manajemen Risiko dan Tatakerja Bisnis Perbankan Syariah

Dalam pengelolaan risiko di korporasi bank syariah dewan direksi

bank memiliki kewajiban untuk menciptakan struktur organisasi guna

mengelola risiko bank, yang meliputi komite manajemen risiko dan unit

manajemen risiko. Keanggotaan dari komite manajemen risiko harus terdiri

atas mayoritas dewan direksi bersama dengan executive officers yang sesuai.

Komite manajemen risiko harus memberikan rekomendasi kepada direktur

utama terhadap isu-isu berikut78

:

1) Kebijakan, strategi dan penerapan manajemen risiko.

2) Setiap proses perubahan yang diakibatkan oleh rekomendasi audit

internal atau evaluasi lainnya dari proses manajemen risiko;

3) Menjelaskan kepada Bank Indonesia dan dewan direksi, setiap keputusan

yang dibuat oleh bank yang tidak sesuai dengan kebijakan manajemen

risiko yang telah dibuat.

Oleh karena itu, dalam ruang lingkup manajemen perbankan, agar

dewan direksi dari tiap bank mempunyai tugas untuk menetapkan bahwa

risiko perbankan dalam menjalankan bisnis diatur dalam suatu tata cara

yang efektif. Dalam pelaksanaan tugas tersebut membutuhkan:

78

Ibid, 427-428.

Page 93: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

199

1). Pengawasan aktif dari dewan komisaris, dewan direksi dan oleh personil

manajemen risiko yang terkait dan dipilih oleh bank;

2). Penetapan kebijakan dan prosedur untuk menentukan batas bagi risiko

yang dilaksanakan oleh bank;

3). Penetapan prosedur untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan

mengendalikan risiko;

4). Penetapan dari struktur informasi manajemen yang serasi dalam

mendukung manajemen terhadap risiko; serta

5). Penetapan dari struktur pengawasan intern untuk mengatur risiko.79

Dalam korporasi perbankan syariah persyaratan yang harus

dipenuhi untuk struktur unit manajemen risiko adalah:

1) Harus cukup untuk mengontrol ukuran kompleksitas dari risiko yang

akan diambil bank;

2) Memiliki independensi operasional dan pelaporan dari unit bisnis,

3) Melapor ke anggota dewan direksi (chief risk officer).

Operasionalisasi tata kerja unit manajemen risiko harus

bertanggung jawab untuk hal-hal sebagai berikut:

1) Memonitor penerapan strategi manajemen risiko yang telah disetujui oleh

dewan direksi bank dan Bank Indonesia;

79

Sugiarto dkk, Manajemen Risiko Perbankan Dalam Konteks Kesepakatan Basel dan Peraturan

Bank Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), 65-66.

Page 94: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

200

2) Memonitor semua tingkatan risiko yang akan diambil oleh bank dan

membandingkan dengan risk appetite bank keseluruhan (seperti yang

disetujui oleh dewan direksi dan Bank Indonesia).

3) Memonitor tingkat risiko yang diambil bank dibandingkan dengan limit

risiko yang telah diterapkan untuk setiap jenis risiko;

4) Melaksanakan stress test (pengujian);

5) Melakukan review secara berkala terhadap prosedur dan proses

manajemen risiko bank (misalnya proses pemberian kredit, dan lain-lain);

6) Menguji proposal produk dan layanan baru;

7) Melakukan pengujian secara berkala terhadap kemampuan prediktif

model risiko (misalnya, realisasi kredit macet dibandingkan prediksi

yang dihasilkan oleh model).

8) Membuat rekomendasi kepada komite manajemen risiko terhadap

seluruh aspek proses manajemen risiko.

9) Melaporkan secara berkala risk profile bank kepada pimpinan unit

manajemen risiko dan komite manajemen risiko.80

Dalam pelaksaaan kerja pengelolaan risiko perbankan syariah

unit operasional bank harus memberikan laporan exposure risiko yang

lengkap kepada unit manajemen risiko secara berkala. Pengenalan produk

dan layanan baru. Bank harus mendokumentasikan proses dan prosedur

pengenalan produk dan layanan baru, termasuk wewenang yang

80

Ibid, 67-68.

Page 95: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

201

berhubungan dengan manajemen terkait. Dokumentasi tersebut harus

meliputi:

1) Sistem dan prosedur (berikut perubahannya) untuk penerapan produk dan

layanan baru;

2) Pemberian wewenang untuk mengenalkan produk dan layanan baru;

3) Laporan lengkap mengenai risiko yang berhubungan dengan produk dan

layanan baru;

4) Metode untuk mengukur dan memonitor risiko yang berhubungan

dengan produk dan layanan baru;

5) Penilaian risiko hukum yang berhubungan dengan pengenalan produk

dan layanan baru;

6) Pernyataan terbuka untuk nasabah terhadap risiko yang melekat dengan

produk dan layanan baru.81

Laporan bank syariah kepada Bank Indonesia berkaitan dengan

profil risiko. Laporan tersebut harus sama dengan laporan yang dihasilkan

oleh unit manajemen risiko untuk pimpinan unit (chief risk officer) dan

untuk komite manajemen risiko. Laporan profil risiko harus dibuat setiap

tiga bulan yaitu Maret, Juni, September, dan Desember, serta disampaikan

kepada Bank Indonesia dalam tujuh hari setiap akhir triwulan. Laporan

produk dan layanan baru, bank harus melaporkan kepada Bank Indonesia

produk dan layanan baru untuk nasabah. Laporan tersebut harus

81

Ibid, 69-70.

Page 96: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

202

disampaikan kepada Bank Indonesia tujuh hari kerja setelah produk dan

layanan baru tersebut efektif dilaksanakan. Laporan kerugian finansial yang

signifikan setiap bank yang menderita kerugian yang signifikan, harus

segera melaporkan ke Bank Indonesia. Setiap laporan keuangan, bank harus

mempublikasikan informasi tentang kebijakan dan strategi manajemen

risiko, dan ketaatan mereka terhadap limit risiko. Seluruh publikasi harus

mendapat persetujuan dari Bank Indonesia.

Sanksi untuk ketidakpatuhan, Bank Indonesia memiliki

wewenang untuk memberikan sanksi kepada bank yang tidak mematuhi

peraturan perbankan. Sanksi tersebut dapat berupa pengenaan denda, sampai

yang terberat adalah pencabutan izin. Risiko-risiko tersebut juga dihadapi

oleh sektor perbankan syariah. Bank syariah sebagai lembaga intermediary

dan seiring dengan situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan yang

mengalami perkembangan pesat, perbankan pada umumnya dan perbankan

syariah pada khususnya akan selalu berhadapan dengan berbagai jenis risiko

dengan tingkat kompleksitas yang beragam dan melekat pada kegiatan

usahanya.82

Peran lain yang dimainkan oleh para akuntan dalam proses

manajemen risiko meliputi proses kuantifikasi penyeimbangan yang

berkaitan dengan alternatif strategi respon risiko. Risiko kurs valuta asing

adalah salah satu bentuk risiko yang paling umum dan akan dihadapi oleh

82

Nawawi, Manajemen Risiko, 430-431.

Page 97: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

203

perusahaan multi nasional. Di dalam dunia kurs mengambang, manajemen

risiko mencakup:83

a). Antisipasi pergerakan kurs, b). Pengukuran risiko

kurs valuta asing yang dihadapi perusahaan, c). Perancangan strategi

perlindungan yang memadai dan d). Pembuatan pengendalian manajemen

risiko internal.

Untuk meminimalkan atau menghilangkan potensi risiko

tersebut, dibutuhkan strategi yang mencakup lindung nilai neraca,

operasional dan kontraktual. Lindung nilai neraca dapat mengurangi potensi

risiko yang dihadapi perusahaan dengan menyesuaikan tingkatan dan nilai

denominasi moneter aktiva dan kewajiban perusahaan yang terpapar.

Lindung nilai operasional berfokus pada variabel-variabel yang

mempengaruhi pendapatan dan beban dalam mata uang asing. Lindung nilai

struktural mencakup relokasi tempat manufaktur untuk mengurangi potensi

risiko yang dihadapi perusahaan atau mengubah Negara yang menjadi

sumber bahan mentah dan komponen manufaktur. Lindung nilai kontraktual

dikembangkan untuk memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada para

manajer dalam mengelola potensi risiko valas yang dihadapi.

3. Tahapan dan sistem kerja manajemen risiko Perbankan Syariah

Proses menerapkan pelaksanaan manajemen risiko terintegrasi

dalam korporasi (enterprise risk management). Di mana tahapan

83

Ibid, 432-433.

Page 98: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

204

penerapannya dimulai dari proses identifikasi risiko, penilaian risiko,

mitigasi, monitoring, dan evaluasi. Proses ini meliputi identifikasi risiko

yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha. Identifikasi risiko secara

akurat dan kompleks sangatlah vital dalam manajemen risiko. Salah satu

aspek penting dalam identifikasi risiko adalah mendaftar risiko yang

mungkin terjadi sebanyak mungkin. Teknik-teknik yang dapat digunakan

dalam identifikasi risiko antara lain: (a) Brainstorming, (b)Survey, (c)

Wawancara, (d) Informasi historis, (e) Kelompok kerja.84

Setelah melakukan identifikasi risiko, tahap berikutnya adalah

pengukuran risiko dengan cara melihat seberapa besar potensi terjadinya

kerusakan (severity) dan probabilitas terjadinya risiko tersebut. Penentuan

probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subjektif dan lebih

berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa risiko memang mudah untuk

diukur, namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu

kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangatlah

penting untuk menentukan dugaan yang terbaik supaya nantinya kita dapat

memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan

manajemen risiko.

Kesulitan dalam pengukuran risiko adalah menentukan

kemungkinan terjadi suatu risiko karena informasi statistik tidak selalu

84

Ibid, 387-382.

Page 99: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

205

tersedia untuk beberapa risiko tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak

kerusakan (severity) sering kali cukup sulit untuk aset imaterial.

Mengidentifikasi, menganalisis, dan merencanakan suatu risiko

merupakan bagian penting dalam perencanaan suatu proyek. Namun,

manajemen risiko tidaklah berhenti sampai di sini saja. Praktik,

pengalaman, dan terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu perubahan

dalam rencana dan keputusan mengenai penanganan suatu risiko.

Sangatlah penting untuk selalu memonitor proses dari awal mulai dari

identifikasi risiko dan pengukuran risiko untuk mengetahui keefektifan

respon yang telah dipilih dan untuk mengidentifikasi adanya risiko yang

baru maupun berubah, sehingga, ketika suatu risiko terjadi, maka respon

yang dipilih akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif.

Risiko dapat dikategorikan ke dalam dua bentuk:85

1). Risiko

spekulatif dan 2). Risiko murni. Adapun risiko spekulatif adalah suatu

keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan keuntungan

dan juga dapat memberikan kerugian. Risiko spekulatif kadang-kadang

dikenal dengan istilah risiko bisnis (business risk). Seseorang yang

menginvestasikan dananya di suatu tempat menghadapi dua

kemungkinan. Kemungkinan pertama investasinya menguntungkan atau

malah investasinya merugikan. Risiko yang dihadapi seperti ini adalah

risiko spekulatif. Sedangkan risiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang

85

Ibid, 390-393.

Page 100: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

206

hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak

mungkin menguntungkan. Salah satu contoh adalah kebakaran, apabila

perusahaan menderita kebakaran, maka perusahaan tersebut akan

menderita kerugian. Kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi

kebakaran.

Dengan demikian, kebakaran hanya menimbulkan kerugian

bukan menimbulkan keuntungan kecuali ada kesengajaan untuk membakar

dengan maksud-maksud tertentu. Risiko murni adalah sesuatu yang hanya

dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin

menguntungkan. Salah satu cara menghindarkan risiko murni adalah

dengan asuransi. Dengan demikian besarnya kerugian dapat diminimalkan,

sebab risiko murni kadang dikenal dengan istilah risiko yang dapat

diasuransikan (insurable risk). Perbedaan utama antara risiko spekulatif

dengan risiko murni adalah kemungkinan untung ada atau tidak, untuk

risiko spekulatif masih terdapat kemungkinan untung sedangkan untuk

risiko murni tidak dapat kemungkinan untung.86

Kejadian sesungguhnya terkadang menyimpang dari

perkiraan, artinya ada kemungkinan penyimpangan yang menguntungkan

maupun merugikan. Jika kedua kemungkinan itu ada, maka dikatakan

risiko itu bersifat spekulatif. Sebaliknya, lawan dari risiko spekulatif

adalah risiko murni, yaitu hanya ada kemungkinan kerugian dan tidak

86

Ibid, 394-395.

Page 101: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

207

mempunyai kemungkinan keuntungan. Manajer risiko tugas utamanya

menangani risiko murni dan tidak menangani risiko spekulatif, kecuali jika

adanya risiko spekulatif memaksanya untuk menghadapi risiko murni

tersebut.

Menentukan sumber risiko adalah penting karena mempengaruhi

cara penanganannya. Sumber risiko dapat diklasifikasikan sebagai risiko

sosial, risiko fisik, dan risiko ekonomi. Biaya-biaya yang ditimbulkan

karena menanggung risiko atau ketidakpastian dapat dibagi sebagai

berikut:87

1) Biaya-biaya dari kerugian yang tidak diharapkan,

2) Biaya-biaya dari ketidakpastian itu sendiri.

Dalam mengidentifikasi risiko, menentukan tipologi dan

pengembangannya dikemukakan sebagai berikut: pengidentifikasian risiko

merupakan proses analisis untuk menemukan secara sistematis dan

berkesinambungan atas risiko (kerugian yang potensial) yang dihadapi

perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan checklist untuk pendekatan yang

sistematis dalam menentukan kerugian potensial. Salah satu alternatif

sistem pengklasifikasian kerugian dalam suatu check list adalah; kerugian

hak milik (property losses), kewajiban mengganti kerugian orang lain

(liability losses) dan kerugian personalia (personnel losses). Check list

87

Ibid, 309.

Page 102: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

208

yang dibangun sebelumnya untuk menemukan risiko dan menjelaskan

jenis-jenis kerugian yang dihadapi oleh suatu perusahaan.

Perusahaan yang sifat operasionalnya kompleks,

berdiversifikasi dan dinamis, maka diperlukan metode yang lebih

sistematis untuk mengeksplorasi semua segi. Metode yang dianjurkan

adalah sebagai berikut88

:

a) Questioner analisis risiko (risk analysis questionnaire)

b) Metode laporan keuangan (financial statement method)

c) Metode peta aliran (flow-chart)

d) Inspeksi langsung pada objek.

e) Interaksi yang terencana dengan bagian-bagian perusahaan.

f) Catatan statistik dari kerugian masa lalu.

g) Analisis lingkungan

Dengan mengamati langsung jalannya operasional, bekerjanya

mesin, peralatan, lingkungan kerja, kebiasaan pegawai dan seterusnya,

manajer risiko dapat mempelajari kemungkinan tentang hazard. Oleh

karena itu, keberhasilannya dalam mengidentifikasi risiko tergantung pada

kerja sama yang erat dengan bagian-bagian lain yang terkait dalam

perusahaan.

Manajer risiko dapat menggunakan tenaga pihak luar untuk

proses mengidentifikasikan risiko, yaitu agen asuransi, broker, atau

88

Ibid, 320.

Page 103: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

209

konsultan manajemen risiko. Hal ini tentunya memiliki kelemahan, yaitu

mereka membatasi proses hanya pada risiko yang diasuransikan

saja. Dalam hal ini diperlukan strategi manajemen untuk menentukan

metode atau kombinasi metode yang cocok dengan situasi yang dihadapi.

Dalam mengelola unit bisnis dan perbankan selalu dihadapkan

dengan risiko. Ada beberapa risiko dalam bisnis dan perbankan

dikriteriakan ke dalam beberapa jenis yakni risiko kredit (credit risk),

risiko likuiditas (liquidity risk) dan risiko tingkat bunga (interest rate risk).

Di samping itu ada juga risiko tukar valuta asing (foreign exchange rate

risk), dan risiko operasional (operational risk).

Beberapa risiko dapat dibedakan dua kelompok besar yaitu:

1) Risiko yang sistematis (systematic risk), yaitu risiko yang diakibatkan

adanya kondisi atau situasi tertentu yang bersifat makro, seperti

kebijakan situasi politik atau kebijakan ekonomi pemerintah, perubahan

situasi pasar, perubahan situasi krisis atau resesi dan sebagainya yang

berdampak kondisi ekonomi secara umum, dan

2) Risiko yang tidak sistematik (unsystematic risk) yaitu risiko yang unik

yang melekat pada bisnis tertentu saja.89

Mengacu pada ketentuan Bank Indonesia PBI No

5/8/PBI/2003 dan perubahannya Nomor 11/25/PBI/2009 tentang

Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, terdapat 8 (delapan)

89

Iban Sofyan, Manajemen Risiko (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), 5-6.

Page 104: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

210

risiko yang harus dikelola bank. Kedelapan jenis risiko tersebut adalah; 1).

Risiko kredit, 2). Risiko pasar, 3). Risiko operasional, 4). Risiko likuiditas,

5). Risiko kepatuhan, 6). Risiko hukum, 7). Risiko reputasi dan 8). Risiko

strategik.

Perbankan syariah juga berpotensi menghadapi risiko tersebut,

kecuali risiko tingkat bunga, karena perbankan syariah tidak akan

berurusan dengan bunga.

4. Implementasi dan Kendala Analisis Pembiayaan Musha>rakah

Mutana>qis}ah di Perbankan Syariah

Berbagai risiko dalam perbankan syariah tidak dapat dihindari,

tetapi dapat dikelola dan dikendalikan. Oleh karena itu, perbankan dan

bank syariah khusus dapat membentuk satuan tim yang mampu mengelola

dan merupakan cakupan dari manajemen risiko itu sendiri yaitu :

a. Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi.

b. Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit.

c. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan

pengendalian. risiko serta sistem informasi manajemen risiko.

d. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh.

Berkaitan dengan hal tersebut, autoritas pengawas perbankan

(supervisor) menetapkan:

Page 105: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

211

1) Struktur modal.

Struktur modal adalah cara bank untuk mendanai bisnisnya, biasanya

melalui kombinasi pemberian saham, obligasi, dan penerimaan

pinjaman.

2) Persyaratan modal minimum.

Sebuah bank dikatakan memiliki modal yang cukup jika bank tersebut

memiliki sumber daya finansial yang memadai untuk mengantisipasi

potensi kerugiana.

3) Tingkat likuiditas minimum.

Bank dikatakan memiliki likuiditas yang cukup jika bank tersebut

memiliki sumber daya finansial yang memadai untuk mendanai

aktivanya (asetnya) dan memenuhi kewajibannya saat jatuh tempo.

4) Jenis dan struktur pemberian kredit bank, risiko sistematik dan

Perekonomian

5) Risiko sistemik adalah risiko kegagalan sebuah bank tidak hanya

berdampak langsung terhadap karyawan, nasabah dan pemegang

saham, tetapi bahkan dapat menghancurkan perekonomian. Hal ini lebih

dikenal dengan sebutan “run on a bank” atau “bank rush”, yaitu

penarikan dana besar-besaran dari bank. “run on a bank” terjadi ketika

bank tidak mampu memenuhi kewajibannya, atau dengan kata lain bank

tidak memiliki dana kas yang cukup untuk membayar kembali nasabah

yang ingin menarik dananya (ada masalah solvabilitas).

Page 106: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

212

a. Penerapan Analisis Risiko

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009

tentang perubahan atas PBI No.5/8/2003 tentang penerapan manajemen

risiko bagi bank umum. Dalam pelaksanaannya, proses identifikasi,

pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko memperhatikan hal-

hal sebagai berikut :

1) Identifikasi risiko dilaksanakan dengan melakukan analisis pada:

a) Karakteristik risiko yang melekat pada aktivitas fungsional.

b) Risiko dari produk dan kegiatan usaha.

2) Pengukuran risiko dilaksanakan dengan melakukan :

a) Evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber data,

dan prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko.

b) Penyempurnaan terhadap sistem pengukuran risiko apabila

terdapat perubahan kegiatan usaha, produk, transaksi, dan faktor

risiko yang bersifat material.

3) Pemantauan risiko dilaksanakan dengan melakukan:

a) Evaluasi terhadap exposure risiko.

b) Penyempurnaan proses pelaporan apabila terdapat perubahan

kegiatan usaha, produk transaksi, faktor risiko, teknologi

informasi dan sistem informasi manajemen risiko yang bersifat

material.

Page 107: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

213

4) Pelaksanaan pengendalian risiko, digunakan untuk mengelola risiko-

risiko tertentu yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank.

Beberapa hal yang dapat dilakukan bank untuk mengurangi

dampak tersebut adalah:

1) Mematuhi peraturan;

2) Membuat skenario atas economic shocks;

3) Memiliki tingkat modal yang cukup untuk menjaga dari dampak

economic shocks;

4) Memperkirakan tingkat kredit macet dan memastikan bahwa tersedia

modal yang mencukupi.

Menurut Peraturan Bank Indonesia No.11/25/2009 tentang

penerapan manajemen risiko bagi bank umum bahwa:

1) Bank umum konvensional wajib menerapkan manajemen risiko

untuk seluruh risiko sebagaimana yang dimaksud.

2) Bank umum syariah wajib menerapkan manajemen risiko paling

kurang untuk 4 (empat) jenis risiko sebagaimana dimaksud

penerapan manajemen risiko yang dimaksud menurut Peraturan

Bank Indonesia diidentifikasikan sebagai berikut:90

1) Risiko Kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan atau

pihak lain dalam memenuhi kewajiban pada bank.

90

Ferry N Idroes, Manajemen Risiko Perbankan Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakatan

Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2008), 54-55.

Page 108: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

214

2) Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening

administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara

keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga

option.

3) Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk

memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan

arus kas dan atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat

diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan

bank.

4) Risiko operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan atau

tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan

sistem, dan atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang

mempengaruhi operasional bank.

5) Risiko kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan

atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan

ketentuan yang berlaku.

6) Risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan atau

kelemahan aspek yuridis.

7) Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat

kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif

terhadap bank.

Page 109: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

215

8) Risiko strategis adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam

pengambilan dan atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta

kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

Menurut Tariqullah Khan dan Habib Ahmed dalam buku

Ismail Nawawi,91

proses penerapan manajemen risiko bank syariah;

dewan direksi harus menguraikan keseluruhan strategi manajemen

risiko kredit dengan menunjukan kemauan bank untuk menyalurkan

pembiayaan di berbagai sektor usaha, lokasi geografis, jangka waktu

dan tingkat profitabilitas tertentu. Sejalan dengan hal tersebut, juga

harus memahami tujuan dari kualitas kredit, pendapatan, pertumbuhan,

dan hubungan timbal balik antara risiko dengan tingkat return dari

aktivitas yang dijalankan.

Hal terpenting dalam strategi manajemen risiko kredit

tersebut harus dikomunikasikan pada seluruh bagian perusahaan.

Karena risiko kredit sebagaimana dikatakan oleh Masyhud Ali bahwa,

risiko kredit merupakan risiko kerugian bagi bank karena debitur tidak

melunasi kembali pokok pinjamannya (plus bunga).92

Oleh karena itu,

senior manajemen bank bertanggung jawab untuk melaksanakan

strategi manajemen risiko kredit yang telah ditetapkan oleh dewan

91

Nawawi, Manajemen Risiko, 222. 92

Masyhud Ali, Manajemen Risiko Strategi Perbankan Dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan

Globalisasi Bisnis (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 199.

Page 110: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

216

direksi, yaitu dengan mengembangkan prosedur-prosedur tertulis yang

merefleksikan keseluruhan strategi serta meyakinkan pelaksanaannya.

Prosedur yang dibuat harus memuat kebijakan-kebijakan

untuk mengidentifikasi, mengukur, memonitor, dan mengontrol risiko

kredit. Perhatian juga perlu diberikan kepada aspek diversifikasi

portofolio dengan menetapkan batas minimum pemberian kredit pada

satu nasabah, grup usaha dari nasabah terkait, industri, sektor ekonomi,

suatu kawasan dan produk-produk individu. Bank dapat menggunakan

pengujian (stress testing) dalam menetapkan limit dan monitoring

dengan mempertimbangkan siklus usaha, suku bunga yang berlaku dan

perubahan-perubahan yang terjadi di pasar.

Bagi bank yang menyalurkan kredit berskala internasional,

juga perlu menilai risiko negara (country risk). Bank harus memiliki

sistem untuk pengadministrasian berbagai jenis risiko kredit dalam

portofolio. Administrasi kredit yang tepat oleh bank setidaknya harus

mencakup operasional yang efektif dan efisien dalam rangka

dokumentasi proses monitoring, ketentuan-ketentuan dalam kontrak,

ketentuan legalitas, jaminan, dan lain-lain, membuat laporan kepada

manajemen secara akurat dan berkala, mematuhi kebijakan dan

prosedur manajemen, serta aturan dan regulasi yang berlaku.

Dewan direksi harus menetapkan keseluruhan tujuan,

strategi dan kebijakan yang mengatur risiko suku bunga bank. Di

Page 111: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

217

samping menetapkan risiko suku bunga, dewan direksi juga harus

memastikan bahwa pihak manajemen telah mengambil langkah-langkah

yang tepat untuk, mengukur, memonitor dan mengontrol risiko-risiko

ini.

Dewan direksi harus diberikan informasi secara periodik

dan mereview status risiko suku bunga bank ini melalui laporan. Senior

manajemen harus memastikan bahwa bank telah mematuhi kebijakan

dan prosedur yang memungkinkan risiko suku bunga dapat dikelola.

Kebijakan dan prosedur ini meliputi pemeliharaan proses review

manajemen risiko suku bunga, limit risiko yang tepat, sistem

pengukuran risiko yang memadai, sistem pelaporan risiko suku bunga

yang komprehensif dan kontrol internal yang efektif.

Bank harus menetapkan siapa saja individu atau komite

yang harus bertanggung jawab terhadap manajemen risiko suku bunga

dan mendefenisikan garis wewenang dan tanggung jawab masing-

masing. Bank harus memiliki kebijakan dan prosedur yang terdefinisi

dengan jelas untuk membatasi dan mengontrol risiko suku bunga, yaitu

dengan menjelaskan tanggung jawab dan akuntalibilitas terhadap

keputusan manajemen risiko suku bunga dan mendefinisikan instrumen

yang telah diautorisasi, strategi hedging dan profit taking. Risiko suku

bunga pada produk-produk baru harus dijelaskan melalui analisis waktu

jatuh tempo, masa repricing dan pengambilan suatu instrumen. Dewan

Page 112: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

218

direksi harus menetapkan hedging atau strategi manajemen risiko yang

baru sebelum semua ini diimplementasikan.

Bisnis perbankan berhubungan dengan dana seseorang yang

sewaktu-waktu dapat ditarik sehingga manajemen likuiditas merupakan

yang sangat penting bagi bank. Oleh karena itu, senior manajemen dan

dewan direksi harus meyakinkan bahwa prioritas dan tujuan bank untuk

keperluan manajemen likuiditas telah jelas. Senior manajemen harus

memastikan bahwa risiko likuiditas telah terkelola secara efektif dengan

menentukan serangkaian prosedur dan kebijakan. Bank harus memiliki

sistem informasi yang berfungsi untuk mengukur, memonitor,

mengontrol dan melaporkan risiko likuiditas.

Laporan berkala mengenal likuiditas harus disediakan bagi

dewan direksi dan senior manajemen. Laporan ini, diantaranya harus

mencakup posisi likuiditas dalam rentang waktu tertentu. Esensi dari

masalah manajemen likuiditas muncul dari adanya kenyataan bahwa

terdapat hubungan timbal balik antara likuiditas dan profitabilitas, dan

adanya mismatch antara permintaan dan penawaran aset-aset yang

likuid. Sementara bank tidak mampu mengontrol sumber-sumber dana

(dana pihak ketiga), ia dapat mengontrol penggunaan dari dana-dana

tersebut. Misalnya, posisi likuiditas bank memberikan prioritas pada

pengalokasian dana.

Page 113: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

219

Dengan asumsi bahwa opportunity cost dari dana-

dana yang likuid adalah tetap, maka setelah memiliki likuiditas yang

cukup, bank harus melakukan investasi yang dapat mendatangkan

keuntungan. Sebagian besar bank yang ada sekarang ini telah membuat

cadangan pelindung (protective reserve) di atas cadangan yang telah

direncanakan. Sementara cadangan yang direncanakan merupakan

verifikasi dari ketentuan regulator dan hasil perkiraan, jumlah dari

cadangan pelindung tergantung pada sikap pihak manajemen terhadap

risiko likuiditas.

Dewan direksi dan senior manajemen harus

mengembangkan keseluruhan kebijakan dan strategi untuk mengelola

risiko operasional. Sementara risiko operasional bisa muncul akibat

kegagalan faktor manusia, proses dan teknologi, manajemen atas risiko

ini lebih kompleks lagi. Senior manajemen perlu menetapkan standar

manajemen risiko dan pedoman pelaksanaan yang jelas, yang dapat

mereduksi risiko operasional ini.

Dengan demikian, perhatian juga perlu ditekankan pada

risiko aspek manusia, proses dan teknologi yang bisa muncul dalam

lembaga. Dengan tetap memperhatikan sumber-sumber munculnya

risiko operasional, standar identifikasi dan manajemen yang dibutuhkan

juga perlu dikembangkan. Ketelitian juga perlu ditekankan untuk

mengatasi risiko operasional yang muncul dari departemen atau unit

Page 114: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

220

organisasi akibat faktor manusia, proses dan teknologi. Pedoman dan

aturan juga harus dirinci dengan jelas.

Di samping itu, pihak manajemen juga perlu

mengembangkan “katalog risiko operasional” dimana peta dari proses

bisnis dari tiap departemen dalam lembaga terinci dengan jelas.

Misalnya, proses bisnis yang berhubungan dengan nasabah dan investor

perlu disusun. Katalog ini tidak saja dapat mengidentifikasi dan menilai

risiko operasional, tetapi juga dapat dipakai sebagai bukti transparansi

oleh pihak manajemen dan auditor. Risiko operasional memang cukup

kompleks sehingga sangat sulit untuk mengukurnya. Sebagian besar

teknik pengukuran risiko operasional yang ada masih sangat sederhana

dan bersifat eksperimental.

Namun demikian, bank dapat mengumpulkan informasi

tentang berbagai jenis dari laporan dan rencana yang dipublikasikan

dalam lembaga (seperti laporan audit, laporan pengawasan, laporan

manajemen, rencana bisnis, rencana operasional, tingkat error, dan lain-

lain). Review secara cermat dan hati-hati atas dokumen-dokumen ini

dapat menutup gap (pemisah) yang merepresentasikan potensi risiko.

Data dari laporan-laporan tersebut lebih lanjut dapat dikategorikan

menjadi faktor internal dan faktor eksternal dan dikonversi ke dalam

kemungkinan kerugian lembaga. Sebagian dari risiko operasional juga

dapat terlindungi. Alat untuk menilai, memonitor dan mengelola risiko

Page 115: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

221

di antaranya meliputi review secara berkala, pengujian (stress testing),

dan alokasi modal ekonomi dalam jumlah yang tepat.

Para pengawas atau manajer risiko mengkoordinasikan

fungsi tersebut melalui apa yang disebut asets liabilities management

committee atau disingkat ALCO. Tugas utama manajemen aset /

liabilitas adalah memaksimalkan laba, meminimalkan risiko dan

menjamin tersedianya likuiditas yang cukup. Potensi risiko yang

dihadapi oleh bank konvensional juga dihadapi oleh bank syariah,

kecuali risiko tingkat bunga karena prinsip profit and loss sharing yang

menjadi landasan sistem operasionalnya.

Risiko pembiayaan perbankan syariah dilihat dari perolehan

hasil, dikelompokkan menjadi dua yaitu;93

(1) Pembiayaan yang

memberikan perolehan (hasil) tetap dan (2) Pembiayaan yang

memberikan perolehan (hasil) tidak tetap.

Pembiayaan yang memberikan hasil tetap didapatkan dari

pembiayaan yang berakad jual-beli (tija>rah) dan sewa menyewa

(ija>rah). Sementara pembiayaan yang memberikan hasil tidak tetap

didapatkan dari pembiayaan yang berakad bagi hasil (shirkah).

Berdasarkan dua hal tersebut, maka produk pembiayaan di bank syariah

akan memberikan risiko yang berbeda antara akad yang satu dengan

yang lainnya.

93

Nawawi, Manajemen Risiko, 198.

Page 116: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

222

Investasi atau bisnis yang dijalankan melalui aktivitas

pembiayaan adalah, aktivitas yang selalu berkaitan dengan risiko.

Persoalannya adalah bagaimana investasi atau bisnis dalam pembiayaan

tersebut mengandung risiko yang minimal. Risiko pembiayaan tersebut

dapat diminimalkan dengan melakukan manajemen risiko secara baik.

Manajemen risiko ini dapat diawali dengan melakukan penyaringan

(screening) terhadap calon nasabah dan proyek yang akan dibiayai. Jika

pembiayaan telah direalisasikan, pengendalian risiko pembiayaan dapat

dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) yang sesuai dengan

karakter nasabah maupun proyek.

b. Tantangan Manajemen Manajerial Yang Dihadapi

Implementasi kerangka manajemen risiko membentuk

kolaborasi yang erat dengan manajemen institusi finansial.

Implementasi manajemen risiko pada level institusional merupakan

tanggung jawab yang dapat melakukan identifikasi dengan jelas tujuan

dan strategi institusi dan dengan membangun sistem internal yang dapat

mengindentifikasi, mengukur, memonitor dan mengelola berbagai

potensi risiko. Walaupun prinsip manajemen risiko adalah sama antara

institusi finansial Islam dengan yang konvensional.

Beberapa tantangan khusus dalam manajemen risiko institusi

finansial Islam adalah:

Page 117: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

223

1) Pembentukan institusi pendukung seperti sistem asuransi simpanan,

sistem manajemen likuiditas, pasar skunder dan infrastruktur legal

yang berpijak pada instrumen Islam dan untuk menyelesaikan

perselisihan yang efektif.

2) Pencapaian penyatuan dan harmonisasi standar shari>ah yang

melintasi pasar serta batasan geografi. Praktik saat ini yang

mempertahankan dewan syariah individual oleh institusi individual

merupakan hal yang tidak efisien yang harus digantikan dengan

dewan syariah tersentralisasi untuk kepentingan yuridiksi.

3) Pengembangan sistem manajemem risiko adalah amat mahal yang

tidak dapat dilakukan oleh perbankan syariah karena kecil ukuran

mereka, harus dilakukan upaya kolaborasi dengan institusi lain guna

mengembangkan sistem yang sesuai dengan kebutuhan perbankan

syariah dan sesuai dengan kebutuhan instrumen dengan pemodelan

khusus.

4) Manajemen risiko yang efektif akan dapat membantu perbankan

syariah untuk berintegrasi dengan pasar finansial global. Harus

dilakukan dengan usaha transparansi dalam pelaporan perbankan dan

upaya pengembangan standar akuntansi dan pelaksanaan lintas

pasar.

5) Manajemen risiko membutuhkan sumber daya manusia

berkecakapan tinggi yang pada saat ini masih jarang. Harus

Page 118: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

224

dilakukan untuk pengembangan riset dan program latihan untuk

menyebarkan pengetahuan dan penyadaran akan nilai penting

manajemen risiko. Program pelatihan itu harus memberikan

sertifikasi pada para pesertanya setelah menyelesaikan program

tersebut secara sukses.

Sasaran kebijakan manajemen risiko adalah

mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan jalannya

kegiatan usaha bank maupun non bank dengan tingkat risiko yang

wajar secara terarah, terintegrasi dan berkesinambungan. Dengan

demikian, manajemen risiko berfungsi sebagai filter dan peringatan dini

terhadap kegiatan usaha.

Pada umumnya, usaha di perbankan mengkoordinasikan

fungsi tersebut melalui apa yang disebut asets liabilities management

committee atau disingkat ALCO. Tugas utama manajemen aset /

liabilitas adalah memaksimalkan laba, meminimalkan risiko, dan

menjamin tersedianya likuiditas yang cukup. Potensi risiko yang

dihadapi oleh bank konvensional juga dihadapi oleh bank Syariah,

kecuali risiko tingkat bunga, karena prinsip profit and loss sharing yang

menjadi landasan sistem operasionalnya.

Tetapi jika distribusi probabilitas tidak stabil dari waktu ke

waktu, distribusi probabilitas historis dari rate of return tidak akan

banyak membantu dalam melakukan peramalan distribusi probabilitas

Page 119: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

225

yang akan datang, yang merupakan dasar dari keputusan investasi.

Distribusi probabilitas dari return sangat penting untuk memperoleh

atau mengukur risiko finansial. Total risk suatu aset sama dengan total

variability dari risk of return dengan menggunakan variasi standar dari

suatu periode rate of return.

Dengan adanya perubahan yang signifikan bisnis perbankan

dua dekade terakhir, karakteristik alamiah risiko yang dihadapi oleh

institusi finansial juga berubah. Dua dekade yang lalu, sebuah institusi

finansial pada dasarnya hanya dihadapkan pada risiko kredit dan pasar,

namun institusi finansial pada saat ini terbuka terhadap berbagai bentuk

risiko yang baru.

Beberapa faktor yang bertanggung jawab atas perubahan

skenario ini menurut Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor 94

faktor tersebut

adalah:

1) Peningkatan kapasitas pasar.

Institusi finansial pertama kali menyadari nilai penting manajemen

risiko setelah kehancuran sistem nilai tukar tetap yang

mengakibatkan ketidakpastian signifikan dalam perdagangan mata

uang dan pasar tingkat suku bunga.

2) Inovasi finansial, perkembangan pesat pasar derivatif telah

meningkatkan kompleksitas pengaturan institusi finansial produk

94

Zamir Iqbal, Pengantar Keuangan Islam Teori & Praktik (Jakarta: Kencana, 2008), 203-206.

Page 120: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

226

inovatif telah muncul pada setiap sisi neraca dan proyek baru

membawa profil risiko / keuntungan sendiri yang pada akhirnya

mempengaruhi profil risiko institusi tersebut.

3) Pergeseran dalam bisnis perbankan. Ada pergerseran bisnis

perbankan tradisional, sebagai akibat pergeseran bisnis tradisional

peminjam ke aktivitas bisnis lain. Perluasan pasar uang dan pasar

modal telah mengubah karakteristik intermediasi dengan

menjauhkan dengan institusi formal ke akses langsung pasar.

4) Peningkatan kompetensi. Kompetensi dalam perbankan telah

meningkat dan menyulitkan bank kecil untuk dapat bertahan. Bank

kecil tidak dapat berkompetisi karena peningkatan melakukan bisnis

dan tingginya biaya yang diasosiasikan dengan pengaturan risiko.

5) Lingkungan regulator. Sebagai akibat dari serangkaian kritis

finansial dan krisis finansial dunia ketiga tahun 1980-an sampai

krisis Asia Timur pada tahun 1990-an ada kesadaran yang lebih

besar kebutuhan regulasi dan supervisi institusi finansial yang

terkoordinasi pada fokus utama pada pengukuran risiko dan

manajemen serta persyaratan modal.

Sehubungan dengan risiko dan faktor-faktor sebagaimana di

atas, menurut De Nicolo dari sudut pandang regulator umumnya yang

berkaitan dengan konsultasi yaitu; 95

95

Ibid, 203-205.

Page 121: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

227

a) Kemungkinan peningkatan moral hazard dapat mengarah institusi

finansial besar menjadi bubar,

b) Penurunan kompetensi yang mungkin menurunkan insentif bagi

entitas yang dikonsultasikan untuk meningkatkan efisiensi,

c) Peningkatan risiko sistematis karena industri yang terkonsentrasi

tinggi.

Ketika pembuatan regulasi keputusannya mendukung

konsolidasi Institusi Finansial Islam (IFI) untuk mendapatkan manfaat

dari skala cakupan ekonomi dan diversifikasi, mereka seharusnya

mempertimbangkan berbagai isu yang dapat menerpa Institusi Finansial

Islami (IFI) yaitu:

1) Risiko sistematis, yaitu kemungkinan problem kredit atau likuiditas

dari salah satu atau lebih partisipan pasar finansial dapat

menciptakan masalah kredit atau likuiditas yang substansial bagi

partisipan lain dalam sistem finansial tersebut.

2) Rendahnya tingkat keterbukaan dan transparansi industri jasa

finansial Islam dapat menjadi supervisi kurang efektif.

3) Inovasi finansial dalam memperluas cakupan layanan bisa

menimbulkan tantangan tambahan bagi regulator. Seperti

transparansi proses memperkenalkan produk baru dan prosedur

sesuai dengan prinsip shari>ah.

Page 122: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

228

4) Pembuatan kebijakan dalam pasar baru muncul harus

memperhatikan pembiayaan perusahaan kecil yang kerap diabaikan

ketika institusi finansial menjadi besar.

5) Sebagai upaya agar pasar dan konsumen mendapatkan manfaat dari

diversifikasi, regulator harus mempertimbangkan untuk mengurangi

hambatan dalam mobilitas pelanggan melintas daerah geografis dan

melintas berbagai penyedia layanan finansial.

6) Sebagai upaya menghindari konsentrasi risiko yang berlebihan

dalam Institusi Finansial Islami, pengawasan pada risiko identitas

yang dimerger tidak lebih dari risiko ketika kedua entitas tersebut

berdiri sendiri-sendiri dan harus berhati-hati dalam membuat

penilaian kredit dan operasional entitas yang dimerger.

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan analisis risiko

pembiayaan musha>rakah mutana>qis}ah untuk pemilikan kemitraan aset

sebagai berikut: a). Melalui deskripsi on going process, b). Identifikasi

risiko melalui implementasi dan, c). Analisis manajemen risiko

pembiayaan.

Dengan demikian dapat dirumuskan proposisi dari risiko

manajemen pembiayaan musha>rakah mutana>qis}ah yaitu: “terwujudnya

analisis risiko pembiayaan musha>rakah mutana>qis}ah di bank syariah,

jika dibangun on going process, dengan melalui proses pentahapan

langkah, penentuan identifikasi risiko yang di hadapi dalam

Page 123: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

229

pembiayaan musha>rakah mutana>qis}ah, menentukan jenis dan kategori

risiko, menetapkan mekanisme analisis dan menggunakan pendekatan

dan alat yang sesuai dengan jenis dan kategori risiko yang diselesaikan

dan selanjutnya melakukan evaluasi dalam pemilikan aset dari pihak

bank ke nasabah”.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian ini terkait konstruk bisnis, model

pembiayaan dan pendekatan analisis manajemen risiko musha>rakah

mutanaqis{ah bank syariah di Indonesia.

1. Konstruk Bisnis Korporasi Perbankan Syariah

Organisasi korporasi dalam bisnis mempunyai fungsi yang

esensial, berkaitan dengan aktivitas produksi, distribusi dan konsumsi. Di

samping itu, juga berkaitan dengan bidang pemasaran, keuangan, dan

sumber daya manusia. Sumber daya yang dikelola melalui berbagai

kegiatan bisnis tersebut ditunjukkan untuk berbagai aktivitas. Aktivitas

tersebut berkaitan dengan aktivitas-aktivitas yaitu96

:

1) Menciptakan dan pengadaan barang atau jasa yang dibutuhkan oleh

manusia,

96

Ismail Nawawi, Manajemen, 205-206.

Page 124: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

230

2) Mendapatkan pendapatan yang diinginkan lebih besar daripada biaya

atau ongkos yang telah dikeluarkan pengelola bisnis,

3) Menciptakan nilai tambah bagi pengelola bisnis dan masyarakat,

4) Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat,

5) Meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh pihak yang terlibat.

Organisasi korporasi bisnis profesional dilakukan secara

individual dan secara korporasi bisnis. Manusia secara individual maupun

secara korporasi sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain untuk

saling tukar menukar dalam proses bisnis barang dan jasa baik dengan

cara jual beli, sewa menyewa, bekerja di bidang industri, pertanian dan

lain-lain. Semuanya itu membuat manusia berinteraksi, bersatu dan

berkolaborasi dan tidak berpisah-pisah, secara individul maupun secara

kelembagaan antara korporasi yang satu dengan yang lain untuk memenuhi

kebutuhan manusia.

Akan tetapi, manusia hidup di dunia memiliki nafsu yang selalu

mengarah kepada kejelekan atau hal negatif dan kerakusan, bersifat tamak

yang menjadi tabiat asli dari nafsunya. Hal ini sebagaimana firman Allah

SWT dalam surat al-Taka>thur (102) ayat 1-2 yang berbunyi:

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke

dalam kubur” 97

97

Departemen Agama RI, al- Qur’a<n dan Terjemahnya, 102.

Page 125: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

231

Dari ayat tersebut yang dimaksud dengan bermegah-megahan

dalam soal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan dan seumpamanya

telah melalaikan kamu dari ketaatan. Maka dari itu Allah SWT meletakkan

undang-undang (shari>ah) dalam hal bisnis (mua>mala>t) agar seseorang

tidak mengambil hak orang lain yang bukan haknya dan menyimpang dari

ketentuan shari>ah. Keadaan manusia akan lurus dan hak-haknya tidak

hilang, serta terjadi saling mengambil manfaat antara mereka melalui jalan

yang terbaik dan mas}lah}ah. Kebanyakan problem sosial yang

mengakibatkan perselisihan atau konflik adalah disebabkan tidak

dijalankannya undang-undang (shari>at) Islam yang telah ditetapkan oleh

Allah SWTdalam hal bisnis.

Masalah bisnis ini dianjurkan oleh Allah SWT dalam firmannya

surat al-Baqarah (2) ayat 275 yang berbunyi:

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba> 98 tidak dapat berdiri

melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran

98

Riba> ada dua macam: nasi>ah dan fad}l. Riba> nasi>ah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh

orang yang meminjamkan. Riba> fad}l ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis,

tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti

penukaran emas dengan emas, padi dengan padi dan sebagainya. Riba> yang dimaksud dalam ayat

ini riba> nasi>ah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman ja>hiliyah.

Page 126: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

232

(tekanan) penyakit gila.99

Keadaan mereka yang demikian itu, adalah

disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama

dengan riba>, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba>. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan

dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba>), Maka baginya

apa yang telah diambilnya dahulu100

(sebelum datang larangan); dan

urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba>),

Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di

dalamnya”101

Padahal undang-undang tersebut berfungsi sebagai pengemban

bagi kebaikan mua>mala>t. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam

surat (al-Ja>thiyyat, 18) yang berbunyi:

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu shari’>ah (peraturan)

dari urusan (agama itu), Maka ikutilah shari’>ah itu dan janganlah kamu

ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”.102

Dalam berbisnis di sektor riel maupun di sektor keuangan pada

lembaga keuangan bank dan non bank terdapat konstruk transaksi bisnis

yang di bangun melalui komponen transaksi bisnis yang terdiri dari syarat

dan rukunnya, yang terdiri dari :

1) Aktor transaksional (a>qid yang membuat perjanjian), yaitu penjual dan

pembeli, dengan syarat keduanya harus sudah ba>ligh dan berakal

sehingga mengerti benar tentang hakikat barang yang dijual. Keduanya

99

Maksudnya: orang yang mengambil riba> tidak tenteram jiwanya seperti orang kemasukan setan 100

Riba> yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan. 101

Ibid,1019.

102 Ibid,1019.

Page 127: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

233

harus mempunyai kompetensi yang mendapat izin dari pihak lain bila

mewakilinya,

2) Objek traksaksi (ma'qu>d ‘alaih), yaitu barang yang dijualbelikan.

Syaratnya harus barang yang jelas dan tidak semu. Barang itu harus ada

manfaatnya, karena Allah SWT mengharamkan jual beli khamer

(minuman memabukkan), babi dan lain-lain.

3) Substansi transaksi, yaitu berbagai yang berkaitan dengan tujuan

transaksi yang dilakukan oleh aktor transaksional.

4) S}ighat (pernyataan), yaitu i>ja>b dan qabu>l (serah-terima) antara penjual

dan pembeli dengan lafaz} yang jelas (s}ari>h) bukan secara sindiran

(kina>yah) yang harus membutuhkan tafsiran sehingga akan

menimbulkan pertengkaran.

5) Kepastian hukum, berkaitan dengan transaksi yang dilakukan oleh aktor

transaksional sudah tidak ada waktu khiya>r lagi.

6) Pemenuhan ketentuan administrasi merupakan model pelayanan dan

pencatatan dalam bertransaksi sebagai dukumen yang dapat

memperingankan kedua aktor transaksional juga menjaga adanya

perselisihan dalam bisnis.

Pebisnis dalam menjalankan kegiatan bisnis harus amanah

memenuhi perjanjian dan memenuhi ketentuan bisnis. Hal ini sesuai

dengan firman Allah SWT surat al- Ma>idah ayat 1 dan surat Ali Imra>n ayat

76 dan h}adi>th Nabi Muhammad SAW

Page 128: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

234

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu.103

Dihalalkan

bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu, (yang

demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang

mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum

menurut yang dikehendaki-Nya”.104

‚(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji dan bertakwa,

Maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.105

H}adi>th Nabi Riwayat al-Tirmidhi> dari ‘Amr bin ‘Auf yaitu:

“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali

perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang

haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali

syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram”.

Dengan demikian dalam berbisnis harus menenuhi ketentuan

bisnis karena kaum muslimin dalam berbisnis terikat dengan berbagai

103

Maksud dari akad disini adalah Akad (perjanjian) mencakup: janji prasetia hamba kepada Allah

SWT dan Perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya. 104

Departemen Agama RI, al-Qur’a>n dan Terjemahnya, 453. 105

Ibid,88. 106

Muhammad bin Isma>i>l al-Kah}lany>, Subul al-Sala>m, Juz III (Semarang: Thoha Putra, t.th), 59,

atau lihat Syamsuddi>n Abdul Rahma>n Muhammad bin Ahmad, 1995, al-Mughni>, (Bairu>t: Da>r

al-Fikr, t.th),173.

Page 129: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

235

ketentuan (syarat dan rukun) bisnis mereka kecuali syarat yang

mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.

2. Model Pembiayaan Musha>rakah Mutana>qis}ah

Dalam pelaksanaan pembiayaan kemitraan menurun

(musha>rakah mutana>qis}ah) untuk memudahkan pelayanan pada nasabah,

bank syariah harus menetapkan sistem dan prosedur pelayanan

pembiayaan yang dibutuhkan oleh calon nasabah atau oleh nasabah.

Dengan sistem dan prosedur, informasi yang dapat

mempermudah pada nasabah dalam pengajuan dan mendapatkan

pelayanan dari pihak bank dan ditunjang dengan sistem pelayanan yang

dilaksanakan dengan baik dan dibutuhkan. Masalah informasi ini di

sampaikan dalam firman Allah SWT dalam surat al-Ma>idah ayat 67 yaitu:

“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.

dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu

tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari

(gangguan) manusia.107

Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk

kepada orang-orang yang kafir”. 108

107

Maksudnya: tak seorangpun yang dapat membunuh Nabi Muhammad SAW. 108

Departemen Agama RI, Al- Qur‟an dan Terjemahnya, 765.

Page 130: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

236

Dari ayat di atas dengan kata َ dan kata ُ ini

menunjukan pengertian informasi, oleh karena itu bank syariah dalam

memberikan pelayanan pada nasabah pun diperlukan informasi yang

akurat sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan nasabah. Di samping

informasi dalam pelayanan pada pembiayaan nasabah diperlukan interaksi

yang baik dalam pelayanan.

Dan dalam surat al-H}ujura>t ayat 10 Allah SWT berfirman:

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara, sebab itu

damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan

takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.109

Disamping itu, Allah SWT menginformasikan agar kita saling

menghormati sesuai dengan perannya masing-masing sebagaimana

dijelaskan dalam firman-Nya surat al-Nisa>’ 86 sebagai berikut:

”Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah

penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang

serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu”.110

109

Ibid, 385. 110

Ibid,715.

Page 131: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

237

Allah SWT juga menginformasikan kepada kita agar

memberikan pelayanan yang sopan dan ramah sebagaimana dijelaskan

dalam surat A>li Imra>n ayat 159 yang berbunyi:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut

terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,

tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah

mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan

mereka dalam urusan itu.111

kemudian apabila kamu telah membulatkan

tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai

orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.112

Di samping itu, Allah SWT juga menginformasikan kepada kita

agar kita berbicara dengan baik sebagaimana dijelaskan dalam al-Fus}ilat

ayat 33 dan al-Anfa>l ayat 63 yang berbunyi:

“Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru

kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya

aku termasuk orang-orang yang berserah diri ?” (al-Fus}ilat: 33) 113

111

Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik,

ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya. 112

Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahnya, 156. 113

Ibid, 534.

Page 132: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

238

”Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman).114

walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi,

niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah

telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha gagah lagi

Maha Bijaksana” (al-Anfa>l: 63).115

Oleh karena itu, dalam pembiayaan musha>rakah mutana>qis}ah

berfungsi sebagai berikut;

1) Menjadi motivator dan dinamisator peningkatan kegiatan perdagangan

dan perekonomian

2) Memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat

3) Memperlancar arus barang dan arus uang

4) Meningkatkan hubungan internasional, letter of credit dan lain-lain

5) Meningkatkan produktivitas dana yang ada

6) Meningkatkan daya guna (utility) barang

7) Meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat

8) Memperbesar modal kerja perusahaan

9) Meningkatkan incame per capita (IPC) masyarakat,

10) Mengubah cara berpikir / bertindak masyarakat untuk lebih ekonomis.

114

Penduduk Madinah yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj selalu bermusuhan sebelum Nabi

Muhammad SAW hijrah ke Medinah dan mereka masuk Islam, permusuhan itu hilang. 115

Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahnya, 652.

Page 133: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

239

Sedangkan tujuan penyaluran dana atau pembiayaan bank

kepada masyarakat adalah untuk memperoleh, yaitu:

1) Pendapatan bank dari kerjasama bagi hasil

2) Memanfaatkan dan memproduktifkan dana-dana yang ada

3) Melaksanakan kegiatan operasional bank

4) Memenuhi permintaan dana dari masyarakat

5) Memperlancar lalulintas pembayaran

6) Menambah modal kerja perusahaan

7) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam berbisnis kaum muslimin secara praktis, harus berpegang

dan melaksanakan aturan main (normatif) kelembagaan dalam kegiatan

perbankan dan menentukan seberapa efisien hasil bank yang didapatkan

sekaligus akan menentukan seberapa besar distribusi bank yang akan

diperoleh oleh masing-masing partisipan. Sementara itu dalam jangka

waktu tertentu, pencapaian bank yang diperoleh partisipannya akan

menentukan pandangan terhadap aturan main yang digunakan saat ini.

Meminjam dari kerangka pemikiran tersebut, aturan main berinteraksi

dalam perbankan yang mendasari dari ekonomi moneter (bank)

kelembagaan syariah adalah bersumber dari al-Qur’a>n, al-hadi>th dan ijma>’

para ulama.

Istilah shari’>ah disebutkan dalam al-Qur'a>n surat al-Ja>thiyah ayat 18

yaitu:

Page 134: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

240

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu shari>at (peraturan)

dari urusan (agama itu), Maka ikutilah shari>at itu dan janganlah kamu

ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”.116

“Apa saja harta rampasan (fa‟i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya

(dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota, maka adalah

untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang

miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan

beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu, apa yang diberikan

Rasul kepadamu, maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu, maka

tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat

keras hukumannya” (al-H{ashr: 7).117

Dan cara melaksanakan dari shari’>ah adalah mencontoh pada

Rasu>l SAW sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasu>l itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah” (al-Ah{za>b :

21).118

116

Ibid, 333. 117

Ibid, 438. 118

Ibid, 343.

Page 135: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

241

3. Risiko Manajemen Pembiayaan Musha>rakah Mutana>qis}ah

Dalam kehidupan korporasi atau perusahaan industri perbankan

syariah, kita tidak dapat terlepas dari “risiko”. Risiko merupakan bagian

dari kehidupan kerja individual maupun kelompok di korporasi bisnis

maupun organisasi sosial. Berbagai macam risiko, seperti risiko

kebakaran, kecelakaan kerja, tertabrak kendaraan lain di jalan, risiko

terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan kita

menanggung kerugian jika risiko-risiko tersebut tidak kita antisipasi dari

awal.

Dalam al-Qur’a>n risiko diungkapkan dalam firman Allah dalam

surat al-Ti>n ayat 4-5, yang dikaitkan pada orang yang tidak berpegang

teguh dengan iman dan tidak beramal shaleh.

”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang

sebaik-baiknya kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-

rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan

amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”.119

Ayat di atas menunjukan bahwa Allah menjadikan manusia yang

sebaik-baiknya kejadian, dan adanya risiko bagi orang yang tidak

berpegang teguh pada keimanan dan tidak beramal shaleh ia akan

119

Ibid, 1093.

Page 136: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

242

dikembalikan pada derajat yang serendah-rendahnya di sisi Allah

sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’a>n surat al-Qa>ri’ah: 8-11 yang

berbunyi:

“Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka

tempat kembalinya adalah neraka hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka

hawiyah itu (yaitu) api yang sangat panas”.120

Ayat ini menunjukan bagi orang yang amalnya di dunia ini

ringan mempunyai risiko dikembalikan oleh Allah pada neraka hawiyah

yang apinya sangat panas. Di samping itu, masih ada firman yang lain

yang tidak kami sebutkan satu persatu.

Dalam manajemem risiko analisis risiko mempunyai tujuan

utama untuk meminimalkan potensi kerugian yang timbul dari perubahan

tak terduga dalam harga mata uang, kredit, komoditas, dan ekuitas dan

lainnya yang berhubungan dengan bank syariah. Risiko volatilitas

(perubahan) harga yang dihadapi ini disebut dengan risiko pasar. Risiko

pasar terdapat dalam berbagai bentuk, maka akuntan manajemen perlu

mempertimbangkan risiko lainnya:

(1) Risiko likuiditas, timbul karena tidak semua produk manajemen dapat

diperdagangkan secara bebas diskontinuitas pasar, mengacu pada

120

Ibid, 1032.

Page 137: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

243

risiko bahwa pasar tidak selalu menimbulkan perubahan harga secara

bertahap.

(2) Risiko kredit, merupakan kemungkinan bahwa pihak lawan dalam

kontrak manajemen risiko tidak dapat memenuhi kewajibannya.

(3) Risiko regulasi, merupakan risiko yang timbul karena pihak autoritas

publik melarang penggunaan suatu produk keuangan untuk tujuan

tertentu.

(4) Risiko pajak, merupakan risiko bahwa transaksi lindung nilai tertentu

tidak dapat memperoleh perlakuan pajak yang diinginkan.

(5) Risiko akuntansi, adalah peluang bahwa suatu transaksi lindung nilai

tidak dapat dicatat selain bagian dari transaksi yang hendak dilindung

nilai.

Dalam perbankan syariah, akuntansi manajemen memainkan

peran yang penting dalam proses risiko manajemen. Mereka membantu

dalam mengidentifikasikan exposure pasar, mengkuantifikasi

keseimbangan yang terkait dengan strategi respons risiko alternatif,

mengukur potensi yang dihadapi perusahaan terhadap risiko tertentu,

mencatat produk lindung nilai tertentu dan mengevaluasi program lindung

nilai.

Kerangka dasar yang bermanfaat untuk mengidentifikasi

berbagai jenis risiko pasar berpotensi dapat disebut sebagai pemetaan

risiko. Kerangka ini diawali dengan pengamatan atas hubungan berbagai

Page 138: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

244

risiko pasar terhadap pemicu nilai suatu perusahaan dan pesaingnya.

Pemicu nilai mengacu pada kondisi keuangan dan pos-pos kinerja operasi

keuangan utama yang mempengaruhi nilai suatu perusahaan.

Risiko pasar mencakup risiko kurs valuta asing dan suku bunga,

serta risiko harga komoditas dan ekuitas. Mata uang negara sumber

pembelian mengalami penurunan nilai relatif terhadap mata uang negara

domestik, maka perubahan ini dapat menyebabkan pesaing domestik

mampu menjual dengan harga yang lebih rendah, ini disebut sebagai risiko

kompetitif mata uang yang dihadapi. Akuntan manajemen harus

memasukkan suatu fungsi demikian probabilitas yang terkait dengan

serangkaian hasil keluaran masing-masing pemicu nilai.

Potensi terhadap risiko valas timbul apabila perubahan kurs

valas juga mengubah nilai aktiva bersih, laba, dan arus kas suatu

perusahaan. Pengukuran akuntansi tradisional terhadap potensi risiko valas

ini berpusat pada dua jenis potensi risiko: translasi dan transaksi. Potensi

risiko translasi mengukur pengaruh perubahan kurs valas terhadap nilai

ekuivalen mata uang domestik atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang

asing yang dimiliki oleh perusahaan. Karena jumlah dalam mata uang

asing umumnya ditranslasikan ke dalam nilai ekuivalen mata uang

domestik untuk tujuan pengawasan manajemen atau pelaporan keuangan

eksternal, pengaruh translasi itu menimbulkan dampak langsung terhadap

laba yang diinginkan. Kelebihan antara aktiva terpapar risiko dengan

Page 139: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

245

kewajiban terpapar (yaitu pos-pos dalam mata uang asing yang

ditranslasikan berdasarkan kurs kini) menyebabkan timbulnya posisi

aktiva terpapar bersih. Posisi ini sering disebut potensi risiko positif.

Devaluasi (penurunan nilai) mata uang asing relatif terhadap mata uang

pelaporan menimbulkan kerugian translasi. Revaluasi (penilaian kembali)

mata uang asing menghasilkan keuntungan translasi. Sebaliknya, jika

perusahaan memiliki posisi kewajiban terpapar bersih atau potensi risiko

negatif apabila kewajiban terpapar melebihi aktiva terpapar.

Dalam kasus ini, devaluasi mata uang asing menyebabkan

timbulnya keuntungan translasi. Revaluasi mata uang asing menyebabkan

kerugian translasi. Potensi risiko transaksi, berkaitan dengan keuntungan

dan kerugian nilai tukar valuta asing yang timbul dari penyelesaian

transaksi yang berdenominasi dalam mata uang asing. Keuntungan dan

kerugian transaksi memiliki dampak langsung terhadap arus kas. Laporan

potensi risiko transaksi berisi pos-pos yang umumnya tidak muncul dalam

laporan keuangan konvensional, tetapi menimbulkan keuntungan dan

kerugian transaksi seperti kontrak forward mata uang asing, komitmen

pembelian dan penjualan masa depan dan sewa guna usaha jangka

panjang.

Page 140: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

246

Beberapa faktor yang bertanggung jawab atas perubahan

skenario ini menurut Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor 121

faktor tersebut

adalah:

1) Peningkatan kapasitas pasar.

Institusi finansial pertama kali menyadari nilai penting manajemen

risiko setelah kehancuran sistem nilai tukar tetap yang mengakibatkan

ketidakpastian signifikan dalam perdagangan mata uang dan pasar

tingkat suku bunga.

2) Inovasi finansial.

Perkembangan pasar derivatif telah meningkatkan kompleksitas

pengaturan institusi finansial produk inovatif telah muncul pada setiap

sisi neraca dan proyek baru membawa profil risiko / keuntungan

sendiri yang pada akhirnya mempengaruhi profil risiko institusi

tersebut.

3) Pergeseran dalam bisnis perbankan.

Ada pergerseran bisnis perbankan tradisional, sebagai akibat pergeseran

bisnis tradisional peminjam ke aktivitas bisnis lain. Perluasan pasar

uang dan pasar modal telah mengubah karakteristik intermediasi

dengan menjauhkan dengan institusi formal ke akses langsung pasar.

4) Peningkatan kompetensi.

121

Iqbal, Pengantar Keuangan, 205.

Page 141: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

247

Kompetensi dalam perbankan telah meningkat dan menyulitkan bank

kecil untuk dapat bertahan. Bank kecil tidak dapat berkompetisi karena

peningkatan melakukan bisnis dan tingginya biaya yang diasosiasikan

dengan pengaturan risiko.

Tabel 4.9

Identifikasi Variabel Kostruk dan variabel Model Pembiayaan

Musha>rakah Mutana>qis}ah

No Variabel Indikator

1 Konstruk 1. Transaksitor (pihak melakukan transaksi dari bank

syariah dan nasabah).

2. Objek transaksi (aset bersifat konsumtif yang halal

zatnya, halal cara memperolehnya dan halal

penggunannya).

3. Substantif transaksi (sesuai dengan maqa>s}id al-

shari’ah).

4. Kepastian hukum (sudah tidak diberlakukan lagi

masalah hak khiya>r).

5. Administratif (terpenuhinya dokumentasi

pembiayaan dan perjanjian pembiayaan musha>rakah

mutana>qis}ah.

6. Serah terima dengan perkataan, saling menerima dan

denga cara isyarat (i>ja>b qabu>l bi al-qauli, bi al- t}a>’ah

dan bi al-isha>ri) disertai dengan bukti pemilikan.

2 Model 1. Kesepakatan transaksitor untuk melakukan kemitraan

pemilikan aset.

Page 142: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

248

2. Adanya unsur jual-beli secara cicilan (bay’ bi thaman

al-a>jil / BBA).

3. Adanya unsur persewaan (al-ija>rah)

4. Adanya penurunan dan peningkatan pemilihan dari

pihak bank ke nasabah.

5. Terjadinya pemilikan secara penuh oleh nasabah.

Variabel konstruk dan variabel model merupakan hasil

analisis manajemen risiko dengan tahapan sebagai berikut, yaitu melalui

proses pentahapan langkah pertama; menentukan identifikasi risiko yang

di hadapi dalam pembiayaan musha>rakah mutana>qis}ah, langkah kedua;

menentukan jenis dan kategori risiko, langkah ketiga; menetapkan

mekanisme analisis, dan langkah keempat; menggunakan pendekatan dan

alat yang sesuai dengan jenis dan kategori risiko yang diselesaikan dan

selanjutnya melakukan evaluasi.

Hasil analisis dapat dikemukakan sebagai berikut:

penerapan akad musha>rakah mutana>qis}ah memiliki beberapa keunggulan

sebagai pembiayaan syariah diantaranya:

(1) Bank Syariah dan nasabah sama-sama memiliki atas suatu aset yang

menjadi objek perjanjian. Karena merupakan aset bersama maka

antara bank syariah dan nasabah akan saling menjaga atas aset

tersebut.

(2) Adanya bagi hasil yang diterima antara kedua belah pihak atas margin

sewa yang telah ditetapkan atas aset tersebut.

Page 143: BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...digilib.uinsby.ac.id/720/7/Bab 4.pdf · Islam (perbankan syariah) dan ketentuan operasional musha>rakah mutana>qis}ah dalam pemilikan

249

(3) Kedua belah pihak dapat menyepakati adanya perubahan harga sewa

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan mengikuti harga

pasar.

(4) Dapat meminimalisasi risiko financial cost jika terjadi inflasi dan

kenaikan suku bunga pasar pada perbankan konvensional.

(5) Tidak terpengaruh oleh terjadinya fluktuasi bunga pasar pada bank

konvensional dan / atau fluktuasi harga saat terjadinya inflasi.

Adapun kelemahan yang muncul dalam akad musha>rakah

mutana>qis}ah ketika diterapkan sebagai bentuk pembiayaan syariah adalah:

(1) Risiko terjadinya pelimpahan atas beban biaya transaksi dan

pembayaran pajak, baik pajak atas hak tanggungan atau pajak atas

bangunan, serta biaya-biaya lain yang mungkin dapat menjadi beban

atas aset tersebut.

(2) Berkurangnya pendapatan bank syariah atas margin sewa yang

dibebankan pada aset yang menjadi objek akad.

(3) Cicilan atas beban angsuran di tahun-tahun pertama akan terasa

memberatkan bagi nasabah, dan menjadi ringan tahun-tahun

berikutnya.