BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

26
33 BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum RSU ‘Aisyiyah Ponorogo 1. Sejarah Berdiri Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Ponorogo pada tahun 1972 memiliki asset sebidang tanah yang terletak di Jl. Dr. Sutomo No 18 Ponorogo seluas 872 M2. Pada saat itu dikalangan perkumpulan ibu-ibu ‘Aisyiyah yang mayoritas tinggal di bagian timur kota memiliki kendala jarak tempuh dalam periksa kesehatan yang harus menuju RB ‘Aisyiyah Jl. Diponegoro yang sekarang berubah nama menjadi RSU Muhammadiyah, maka munculah gagasan untuk menjadikan tanah yang ada di Jl. Dr Sutomo menjadi Rumah Bersalin, sekaligus menjadi amal usaha bidang kesehatan milik ‘Aisyiyah. Konferensi Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Ponorogo pada tahun 1972 mengangkat topik tentang gagasan pendirian ramah bersalin kedalam bahasan permusyawaratan, dan ternyata mendapat restu dan dukungan dari Pimpinan Cabang dan Ranting ‘Aisyiyah yang ada di Ponorogo karena dinilai lokasinya yang strategis dan dekat dengan tempat pelayanan umum lainnya, maka selama kurang lebih 2 tahun dilakukan persiapan untuk pendirian rumah bersalin tersebut, hingga pada tahun 1974 setelah dianggap cukup persiapannya kemudian PD ‘Aisyiyah Ponorogo mengajukan ijin dan beraudiensi dengan Bupati Ponorogo saat itu. Setelah memperoleh Ijin dari Bupati Ponorogo, pada tahun 1975 tepatnya tanggal 1 Maret, diresmikanlah Rumah Bersalin milik

Transcript of BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

Page 1: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

33

BAB IV

PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum RSU ‘Aisyiyah Ponorogo

1. Sejarah Berdiri

Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Ponorogo pada tahun 1972 memiliki asset

sebidang tanah yang terletak di Jl. Dr. Sutomo No 18 Ponorogo seluas 872 M2.

Pada saat itu dikalangan perkumpulan ibu-ibu ‘Aisyiyah yang mayoritas

tinggal di bagian timur kota memiliki kendala jarak tempuh dalam periksa

kesehatan yang harus menuju RB ‘Aisyiyah Jl. Diponegoro yang sekarang

berubah nama menjadi RSU Muhammadiyah, maka munculah gagasan untuk

menjadikan tanah yang ada di Jl. Dr Sutomo menjadi Rumah Bersalin,

sekaligus menjadi amal usaha bidang kesehatan milik ‘Aisyiyah.

Konferensi Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Ponorogo pada tahun 1972

mengangkat topik tentang gagasan pendirian ramah bersalin kedalam bahasan

permusyawaratan, dan ternyata mendapat restu dan dukungan dari Pimpinan

Cabang dan Ranting ‘Aisyiyah yang ada di Ponorogo karena dinilai lokasinya

yang strategis dan dekat dengan tempat pelayanan umum lainnya, maka selama

kurang lebih 2 tahun dilakukan persiapan untuk pendirian rumah bersalin

tersebut, hingga pada tahun 1974 setelah dianggap cukup persiapannya

kemudian PD ‘Aisyiyah Ponorogo mengajukan ijin dan beraudiensi dengan

Bupati Ponorogo saat itu. Setelah memperoleh Ijin dari Bupati Ponorogo, pada

tahun 1975 tepatnya tanggal 1 Maret, diresmikanlah Rumah Bersalin milik

Page 2: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

34

PDA Ponorogo oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat I Ponorogo (Bapak R.

Soemadi).

Seiring berjalannya waktu dari tahun ke tahun, Rumah bersalin ‘Aisyiyah

mendapatkan ijin penyelenggaraan, mulai dari tingkat Provinsi hingga tingkat

Kemenkes RI, mulai dari Rumah Bersalin, BKIA hingga menjadi Rumah Sakit

Umum ‘Aisyiyah Ponorogo.42

2. Visi

Terwujudnya Rumah Sakit yang Islami, bermutu, terpercaya dan menjadi

rujukan bagi masyarakat Ponorogo dan sekitarnya.43

3. Misi

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang islami sebagai sarana dakwah

2. Mewujudkan sumberdaya insani yang loyal dan profesional

3. Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan

memuaskan serta terjangkau oleh bseluruh lapisan masyarakat

4. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terpusat pada pasien dengan

mengutamakan keselmatan pasien44

4. Tujuan

Meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi semua lapisan masyarakat

dalam rangka terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya melalui

upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.45

42

https://rsuaisyiyahponorogo.com/profil (diakses tanggal 15 Januari 2021) 43

Ibid 44

Ibid 45

Ibid

Page 3: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

35

5. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi

Sub Bagian Binroh

Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo

Gambar 3.2 : Struktur Organisasi Sub Bagian Bina Rohani

Sumber : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo

Nomor : RSUA/0410.1/KEP/III.6.AU/D/V/2019

6. Profil Bina Rohani RSU ‘Aisyiyah Ponorogo

Bina Rohani adalah sebuah program dari Sub Bagian Bina Rohani yang

ada di RSU ‘Aisyiyah Ponorogo dengan mengunjungi pasien yang sedang

melakukan perawatan inap di rumah sakit tersebut, kemudian diberikan

motivasi dan siraman rohani, agar pasein tetap ikhlas dalam menghadapi ujian

berupa sakit, dan dalam sakitnya tetap menjalankan ibadah sesuai dengan

WAKIL DIREKTUR ADMINISTRASI & KEUANGAN

KEPALA BAGIAN SDI DAN DIKLAT

KEPALA SUB BAGIAN BINROH

TIM D IKLAT

T IM REKRUTMEN

STAF BINA ROHANI

Page 4: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

36

kemampuannya. Selain itu juga sebagai upaya untuk memberikan dorongan

kepada pasien agar tumbuh motivasi yang kuat untuk sembuh dari sakitnya.

Hal ini dilakukan sebagai wujud implementasi dakwah kepada orang yang

sedang sakit di RSU ‘Aisyiyah Ponorogo.

Bina Rohani RSU ‘Aisyiyah Ponorogo berdiri pada tahun 1425 H

bertepatan dengan tahun 2004 M, berawal dari kegiatan yang dilakukan oleh

Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Ponorogo selaku pendiri dari Rumah Sakit Umum

‘Aisyiyah Ponorogo melalui program kerja Majelis Tabligh yaitu kunjungan

rohani pasien. Dalam perkembangannya Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah

Ponorogo mengusulkan agar program kunjungan rohani tersebut masuk

kedalam program dan struktur kerja dari Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah

Ponorogo, maka dibentuklah unit kerja Sub Bagian Bina Rohani yang

memiliki job disk memberikan Bina Rohani kepada pasien yang melakukan

perawatan inap di Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo. Sebagaimana

yang di utarakan oleh Kepala Sub Bagian Bina Rohani RSU ‘Aisyiyah

Ponorogo berikut ini :

Berawal dari ibu-bu Aisyiyah sebagai pendiri, secara rutin kunjungan

atau mendakwahi terhadap pasien, kemudian dari tahun ke tahun

berkembang dan kemudian ada kebijakan bahwa binroh harus secara

formal masuk ke struktur RSU ‘Aisyiyah Ponorogo, walaupun

kegiatan ibu ibu masih tetap berjalan terus kunjungan ke pasien.46

Terbentuknya sebuah program dalam organisasi atau unit kerja

biasanya disertai dengan tujuan yang ingin dicapai, begitupun dalam bina

rohani juga memiliki tujuan dalam pelaksanaan programnya, yaitu supaya

pasien mendapatkan ketenangan batin sehingga bisa mempercepat proses

46

Transkrip Wawancara Kode 01/W/20-VI/2021

Page 5: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

37

kesembuhan dan agar pasien lebih siap dalam menghadapi sakit yang sedang

diderita. Sebagaimana yang di utarakan oleh Kepala Sub Bagian Bina Rohani

RSU ‘Aisyiyah Ponorogo berikut ini :

Tujuan dan fungsi dari program bina rohani telah tercantum dalam

panudan kerohanian yang ada di Rumah Saikt Umum ‘Aisyiyah

Ponorogo diantaranya sebagai berikut:

1. Agar seluruh pasien yang rawat inap di Rumah Sakit Umum

Aisyiyah Ponorogo memperoleh ketenangan batin sehingga dapat

proses kesembuhan dapat lebih cepat.

2. Agar semua pasien siap lahir bathin dalam menghadapi sakit yang

sedang diderita

3. Agar semua pasien terpenuhi kebutuhan rohaninya sehingga

tercapai pelayanan tuntunan rohani pasien

4. Agar petugas bisa memberikan pelayanan kerohanian kepada pasien

dengan lebih maksimal dan terarah

5. Agar petugas bina rohani bisa memberikan motivasi-motivasi

keagamaan kepada pasien dan keluarga pasien47

Sebuah organisasi atau unit kerja tidak lepas dari adanya struktur

kepengurusan, hal tersebut supaya program kerja dapat berjalan dengan baik

sesuai dengan tujuan dan visi misinya. Program Bina Rohani Rumah Sakit

Umum ‘Aisyiyah Ponorogo tentunya telah memiliki struktur organisasi yang

sudah rapi dan sesuai dengan tugas masing-masing, Sebagaimana yang di

utarakan oleh Kepala Sub Bagian Bina Rohani RSU ‘Aisyiyah Ponorogo

berikut ini :

Struktur Bina Rohani terdapat dalam struktur Rumah Sakit Umum

‘Aisyiyah Ponorogo dibawah Kepala bagian Sumber Daya Insani

(SDI)48

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasubbag Bina Rohani diatas

dapat disimpulkan bahwa struktur organisasi dari Bina Rohani secara sah

terdapat dalam struktur organisasi dari Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah

47

Transkrip Wawancara Kode 01/W/20-VI/2021 48

Ibid

Page 6: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

38

Ponorogo, sehingga memiliki dasar yang legal dalam menjalankan peran dan

fungsinya.

Bina Rohani Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo memiliki 5

orang petugas dengan latar belakang sarjana agama islam, hal itu agar selaras

dan linear dengan tugas yang diembankan di lapangan, mengingat Rumah

Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo milik salah satu ormas Islam. Sebagaimana

yang di sampaikan oleh Kepala Sub Bagian Bina Rohani RSU ‘Aisyiyah

Ponorogo berikut ini :

Jumlah petugas bina rohani di Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah

Ponorogo adalah 5 orang dengan latar belakang pendidikan sarjana

agama islam, karena memang rumah sakit ini adalam milik

persyarikatan Muhammadiyah yang berasaskan Islam49

Perencanaan dalam sebuah kegiatan atau program merupakan suatu

hal yang sangat penting adanya, sebuah organisasi atau unit kerja yang gagal

merencanakan program sama dengan merencanakan sebuah kegagalan, pada

unit Bina Rohani sendiri telah memiliki perencanaan yang tertata dan rapi,

bahkan ada pengkasifikasian pasien yang akan diberi bimbingan rohani,

Sebagaimana yang di utarakan oleh Kepala Sub Bagian Bina Rohani RSU

‘Aisyiyah Ponorogo berikut ini :

Yang pertama dilakukan petugas adalah Pengambilan data pasien yang

sedang rawat inap dari Sistem SIMRS melalui komputer, kemudian

petugas menuju Nurse Station untuk croscek data dalam memilah

kategori sakit seperti pasien pre op atau akan menjalani operasi, pasien

post op atau telah menjalani operasi, pasien mau melahirkan, pasien

terminal atau pasien kritis, dan pasien psicomatis atau pasien yang

mengalami gangguan psikologi, setelah itu baru proses pemberian

bina rohani kepada pasien rawat inap.50

49

Transkrip Wawancara Kode 01/W/20-VI/2021 50

Ibid

Page 7: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

39

Sebuah kegiatan tidak lupa dengan jadwal dimana jadwal tersebut

merupakan waktu yang menentukan berlangsungnya dari kegiatan yang ada,

Bina Rohani Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo, untuk bisa

mewujudkan tujuan dan visi misinya dengan baik maka membentuk jadwal

agar kegiatan dapat berlangsung dengan baik dan berkesinambungan, jadwal

yang terbentuk dalam program Bina Rohani sudah tertata dengan baik dan

rapi sehingga mampu untuk dilaksanakan setiap hari pada jam kerja.

Sebagaimana yang di utarakan oleh Kepala Sub Bagian Bina Rohani RSU

‘Aisyiyah Ponorogo berikut ini :

Untuk jadwal alhamdulillah semua sudah berjalan sesuai dengan apa

yang sudah di jadwalkan, pelaksanaan Bina Rohani terbagi dalam 2

shift yaitu : jam tujuh pagi sampai dengan jam dua siang dan jam dua

siang sampai dengan jam sembilan malam51

Dalam melaksanakan program bina rohani, petugas berpedoman pada

SPO atau Standart Operasional Prosedur yang ada di Rumah Sakit Umum

‘Aisyiyah Ponorogo yang secara rinci memberikan prosedurnya seperti

mengucapkan salam, memperkenalkan diri, memberikan materi kerohanian

dan mendoakan pasien tersebut. Sebagaimana yang di sampaikan oleh Kepala

Sub Bagian Bina Rohani RSU ‘Aisyiyah Ponorogo berikut ini :

Proses pelaksanaan Bina Rohani pasien mengacu pada Standart

Operasional Prosedur di Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo

seperti: salam, Memperkenalkan diri, memeberi materi kerohanian

(menyesuaikan kondisi/kategori sakit pasien), mengajari tayyamum,

sholat, do'a bagi yg mau operasi, dan Doa bersama untuk kesembuhan

pasien52

51

Ibid 52

Transkrip Wawancara Kode 01/W/20-VI/2021

Page 8: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

40

Dalam kegiatan bina rohani materi yang diberikan lebih banyak

mengangkat materi yang berkaitan dengan keikhlasan, tawakal, sabar, dan

motivasi untuk sembuh. Sebagaimana pernyataan di bawah ini :

Materi yang disampikan berkaitan dengan pentingnya motivasi pada

pasien untuk optimis dapat sembuh melalui ikhtiar berobat, dan juga

materi tentang sabar menerima ujian sakit, Tawakal dan ikhlas dalam

menjalani sakit dan terus berdoa meminta kesembuhan kepada Allah

SWT53

.

Ustadz Sunaryo, S,Pd.I juga menyampaikan tentang materi yang

diberikan saat melakukan bina rohani kepada pasien yaitu tentang

pemahaman akan keihlasan pasien menerima ketetapan yang Allah

berikan berupa ujian sakit. Selain itu terdapat klasifikasi pasien yang dapat

mengakibatkan perbedaan materi yang dibawakan oleh petugas bina

rohani, sebagaimana penuturannya sebagai berikut :

Materi yang diberikan berkenaan dengan keikhlasan pasien dalam

menjalani ujian sakit dan materi-materi yang dapat mengangkat

motivasi pasien untuk sembuh seperti setiap penyakit ada obatnya

dan kesembuhan akan datang dari Allah SWT. Selain itu juga

diberikan materi ibadah praktis yang sesuai dengan kondisi atau

keadaan pasien.

Ada klasifikasi pasien untuk menentukan metode dan materi bina

rohani yang akan dibawakan, klasifikasi pasien tersebut adalah :

1. pasien terminal atau pasien yang sedang dalam kondisi kritis,

2. pasien melahirkan,

3. pasien psicomatis atau pasien yang mengalami ganguan

psikologi,

4. pasien anak,

5. pasien pre op atau pasien yang akan menjalani operasi,

6. Pasien post op atau telah menjalani operasi,

7. pasien non muslim54

Ustadzah Enik Titin Rahayu, S.Ag juga menambahkan bahwa

materi yang dibawakan kepada pasien disesuaikan dengan kondisi pasien

53

Ibid 54

Transkrip Wawancara Kode 03/W/20-VI/2021

Page 9: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

41

itu sendiri, pasien yang akan melahirkan akan diberi materi tentang

kelahiran adalah sebuah anugrah yang harus disyukuri, dan buah hati

adalah amanah besar dari Allah SWT yang dititipkan kepada manusia.

Sedangkan pasien yang sedang dalam kondisi kritis yang diberikan bina

rohani adalah keluarga yang menunggunya. sebagaimana penuturannya

sebagai berikut :

Materi bina rohani disesuaikan dengan kondisi pasien yang sedang

sakit, karena ada orang yang sakit dalam kondisi bisa menerima

nasihat bina rohani dan ada pasien yang tidak bisa menerima

nasehat melalui bina rohani seperti pasien yang sedang kritis maka

yang diberi materi bina rohani adalah keluarganya. Dan materi

yang dibawakanpun menyesuiakan dengan kondisi pasien,

misalnya pasien yang melahirkan maka diberikan edukasi tentang

anak adalah anugerah dari Allah SWT yang dititipkan kepada

manusia, dengan kehadiran buah hati harus lebih bersyukur karena

telah dipercaya dan diberi amanah oleh Allah SWT.55

Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa materi

bina rohani menyesuaikan dengan keadaan pasien yang akan diberi bina

rohani, ada pengklasifikasian pasien dalam menentukan materi bina rohani

dan tidak hanya pasien yang diberi materi bina rohani melainkan juga

keluarga yang menunggu pasien yang sedang sakit.

Motivasi dapat muncul dari diri seseorang itu sendiri dan juga bisa

datang dari orang lain, tidak semua orang yang diberi motivasi dapat

dengan antusias menerima motivasi tersebut, apalagi pada pasien yang

dalam kondisi putus asa dan tidak memiliki motivasi untuk sembuh, maka

perlu usaha khusus oleh petugas bina rohani untuk memberikan solusi dan

membesarkan hatinya supaya dapat termotivasi. Sebagaimana pernyataan

dari Ustadzah Sri Yuni Maharini, S.Pd.I :

55

Transkrip Wawancara Kode 04/W/20-VI/2021

Page 10: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

42

Dalam menghadapi pasien yg kondisi putus asa harus dengan

pelan - pelan untuk menyadarkannya dan membesarkan hatinya

agar mendapat atensi dari pasien, kemudian diberi motivasi agar

tumbuh semangat hidup, dan dibimbing untuk mendekatkan diri

sama Allah, serta butuh beberapa kali kunjungan sampai

dengan pasien kembali normal.

Faktor pendukung dan faktor penghambat berlangsungnya sebuah

progam biasanya menjadi sebuah bumbu dan dinamika dalam sebuah

organisasi atau unit kerja. Pada program bina rohani, petugas yg

komunikatif dan perhatian terhadap terhadap pasien dan keluarga menjadi

faktor penting yang dapat mendukung keberlangsungan program tersebut

serta peran pasif dari pasien beserta keluarga dalam menyambut adanya

program bina rohani bisa menjadi penghambat, sebagaimana penyampaian

dari Ustadz Rohimin, S.Ag sebagai berikut :

Petugas yg komunikatif dan perhatian terhadap terhadap pasien dan

keluarga menjadi faktor penting dalam menunjang kesuksesan

program bina rohani di Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo.

Pasien dan penunggu pasien yg kurang aktif atau tidak merasa

butuh akan bimbingan rohani menjadi penghambat kesuksesan dari

program bina rohani56

Ketenangan adalah sebagian dari kesembuhan dan kepanikan

adalah permulaan dari penyakit, sebagaimana yang dikemukakan oleh

Ibnu Sina “Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh

obat, dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan”. Di RSU ‘Aisyiyah

Ponorogo upaya untuk memberikan kunjungan pasien dengan sebaik

mungkin menjadi kunci keberhasilan dari program bina rohani, kunjungan

yang tepat dengan mengetahui kondisi pasien, dan mengetahui tingkat

sakit yang diderita serta jam kunjung yang tepat sangat penting terhadap

56

Transkrip Wawancara Kode 01/W/20-VI/2021

Page 11: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

43

kesuksesan dari program bina rohani, sebagaimana yang disampaikan oleh

Ustadz Sunaryo, S.Pd.I :

Ketenangan jiwa dan kesadaran pasien akan pentingnya kesabaran

dalam menjalani pengobatan akan bisa dicapai bila petugas bina rohani

mampu memaksimalkan kunjungan rohani dengan tepat, artinya petugas

bina rohani mengetahui kondisi dari pasien, tingkat sakit yang diderita,

bahkan bila perlu latar belakang dari pasien, selain itu kecakapan dalam

pembawaan meliputi komunikasi dan sikap sangat penting juga dalam

meraih kesuksesan program tersebut serta waktu kunjung yang tepat

pula.57

Ustadzah Sri Yuni Maharini, S.Pd.I juga menambahkan bahwa

dengan terus melakukan kunjungan bina rohani secara kontinyu dan tepat

akan menimbulkan kenyamanan pada diri pasien yang menjadi kunci

kesuksesan program bina rohani di Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah

Ponorogo, sebagaimana pernyataanya sebagai berikut :

Kunci nya sukses program bina rohani yaitu dengan terus

memberikan bimbingan yg terbaik secara kontinyu agar pasien

itu merasa nyaman di rawat di RSU ‘Aisyiyah Ponorogo untuk

mecapai kesembuhan58

Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa petugas

bina rohani yang mengetahui kondisi pasien dan tingkat sakit yang diderita

oleh pasien serta waktu yang tepat dalam melakukan kunjungan menjadi

kunci sukses keberhasilan program bina rohani di Rumah Sakit Umum

‘Aisyiyah Ponorogo.

57

Transkrip Wawancara Kode 03/W/20-VI/2021 58

Transkrip Wawancara Kode 02/W/20-VI/2021

Page 12: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

44

B. Paparan Data Hasil Penelitian

1. Teknis Bina Rohani kepada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum

‘Aisyiyah Ponorogo

Pelaksanaan Bina Rohani di RSU ‘Aisyiyah Ponorogo ditujukan kepada

seluruh pasien yang sedang menjalani rawat inap di rumah sakit tersebut,

sehingga pasien lebih komplek dan memiliki beragam keluhan dan kondisi

yang berbeda-beda yang mengakibatkan beda perlakuan terkait teknis bina

rohani yang dilakukan oleh petugas bina rohani di rumah sakit. Sebagaimana

yang di utarakan oleh Kepala Sub Bagian Bina Rohani RSU ‘Aisyiyah

Ponorogo terkait alur perencanaan dan teknis bina rohani berikut ini :

Yang pertama dilakukan petugas adalah Pengambilan data pasien yang

sedang rawat inap dari Sistem SIMRS melalui komputer, kemudian petugas

menuju Nurse Station untuk croscek data dalam memilah kategori sakit seperti

pasien pre op atau akan menjalani operasi, pasien post op atau telah menjalani

operasi, pasien mau melahirkan, pasien terminal atau pasien kritis, dan pasien

psicomatis atau pasien yang mengalami gangguan psikologi, setelah itu baru

proses pemberian bina rohani kepada pasien rawat inap

Perbedaan kondisi pasien yang beragam tersebut menjadikan bina rohani

menklasifikasikan kondisi pasien kedalam beberapa jenis sebagaimana yang

disampaikan oleh Ustadz Sunaryo, S.Pd.I selaku Anggota Sub Bagian Bina

Rohani RSU ‘Aisyiyah Ponorogo sebagai berikut :

Ada klasifikasi pasien untuk menentukan metode dan materi bina rohani

yang akan dibawakan, klasifikasi pasien tersebut adalah :

1. pasien terminal atau pasien yang sedang dalam kondisi kritis,

2. pasien melahirkan,

3. pasien psicomatis atau pasien yang mengalami ganguan psikologi,

4. pasien anak,

5. pasien pre op atau pasien yang akan menjalani operasi,

6. Pasien post op atau telah menjalani operasi,

7. pasien non muslim.

Page 13: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

45

Dalam ilmu manajemen, perencanaan menjadi faktor penting keberhasilan

dari pelaksanaan suatu kegiatan, hal itu juga yang menjadikan bina rohani

menyusun teknis pemberian materi binroh kepada setiap pasien yang beragam

kondisinya, sebagaimana terdapat dalam dokumen Standart Prosedur

Operasional (SPO) sebagai berikut :

A. Bina Rohani kepada Pasien Melahirkan

1. Lakukan identifikasi rekam medis pasien melahirkan di ruang jaga kebidanan 2. Ketok pintu 3. Ucapkan salam 4. Kenalkan diri 5. Tanyakan identitas dan keadaan pasien 6. Berikan materi Binroh bahwa:

Kelahiran itu adalah sebuah anugrah yang harus disyukuri.

Alloh memberikan rizki kepada hambanya yang selalu bersyukur

Kewajiban kita berdo’a dan berusaha dan semoga Allah meridhoi. 7. Lakukan do’a bersama sebagai tanda syukur. 8. Jika membutuhkan Bina Rohani bisa menghubungi perawat di ruang jaga dan

atau menghubungi petugas Bina Rohani lewat pesawat telepon. 9. Ucapkan mohon maaf dan terima kasih semoga cepat sembuh. 10. Ucapkan salam.

B. Bina Rohani kepada Pasien Anak

1. Lakukan identifikasi rekam medis pasien anak di ruang jaga perawatan 2. Ketok pintu 3. Ucapkan salam 4. Kenalkan diri 5. Tanyakan identitas dan keadaan pasien 6. Berikan materi Binroh bahwa:

Hidup itu adalah ujian, dalam menghadapi ujian harus tetap sabar dan ikhlas

Alloh tak akan menguji umat-Nya diluar batas kemampuan umat

Kewajiban kita berdo’a dan berusaha

Mengajak bermain dan tindakan lain bila diperlukan. 7. Berdo’a bersama dengan telapak tangan ditempelkan pada yang dirasa sakit

sambil membaca do’a:“ Allahumma Robbannaasi Adzhibil Ba’sa Isfi Antasyafi La Syifa’a illaasyifaauka Syifaa an Laayughodiru Saqoman “ dan do’a lainnya. “ dan do’a lainnya.

8. Jika membutuhkan Bina Rohani bisa menghubungi perawat di ruang jaga dan atau menghubungi petugas Bina Rohani lewat pesawat telepon.

9. Ucapkan mohon maaf dan terima kasih semoga cepat sembuh. 10. Ucapkan salam

Page 14: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

46

C. Bina Rohani kepada Pasien Psycosomatis / pasien dalam kondisi jiwa yang

labil.

1. Lakukan identifikasi rekam medis pasien Psycosomatis di ruang jaga

perawatan

2. Ketok pintu

3. Ucapkan salam

4. Kenalkan diri

5. Tanyakan identitas dan keadaan pasien

6. Lakukan identifikasi permasalahan pasien dan keluarga.

7. Berikan pemecahan masalah

8. Berikan materi Binroh kepada pasien dan keluarga pasien bahwa:

Hidup itu adalah ujian, dalam menghadapi ujian harus tetap sabar dan

ikhlas

Allah tak akan menguji umat-Nya diluar batas kemampuan umat

Kewajiban kita berdo’a dan berusaha

9. Berdo’a bersama dengan pasien dan keluarga dengan membaca do’a:

“Allahumma Robbannaasi Adzhibil Ba’sa Isfi Antasyafi La Syifa’a illaasyifaauka

Syifaa an Laayughodiru Saqoman “ dan do’a lainnya. “ dan do’a lainnya.

10. Ucapkan salam.

D. Bina Rohani kepada Pasien Terminal / Kondisi Kritis

1. Identifikasi rekam medis pasien terminal di ruang jaga perawatan

2. Ketok pintu

3. Ucapkan salam

4. Kenalkan diri

5. Tanyakan identitas dan keadaan pasien

6. Berikan materi Binroh kepada keluarga pasien bahwa:

• Hidup itu adalah ujian, dalam menghadapi ujian harus tetap sabar dan

ikhlas

• Allah tidak akan menguji umat-Nya diluar batas kemampuan umat

• Kewajiban kita berdo’a dan berusaha

7. Berdo’a bersama dengan telapak tangan ditempelkan pada yang dirasa sakit

sambil membaca do’a:“ Allahumma Robbannaasi Adzhibil Ba’sa Isfi Antasyafi

Illaasyifaauka Syifaa an Laayughodiru Saqoman “ dan do’a lainnya

8. Menalqin pasien

a. Apabila pasien meninggal, bimbing melakukan talqin “Laa ilaaha

illallaah”, kemudian menginformasikan apakah pemulasaraan di RS

atau di rumah duka.

b. Apabila pasien sehat, memimpin do’a bersama dengan keluarga

pasien.

9. Mengucapkan salam.

Page 15: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

47

E. Bina Rohani kepada pasien tindakan amputasi Pre dan post

1. Lakukan identifikasi rekam medis pasien terminal di ruang jaga perawatan

2. Ketok pintu

3. Ucapkan salam

4. Kenalkan diri

5. Tanyakan identitas dan keadaan pasien

6. Berikan materi Bina Rohani kepada keluarga pasien bahwa:

• Hidup itu adalah ujian, dalam menghadapi ujian harus tetap sabar dan ikhlas

• Allah tak akan menguji umat-Nya diluar batas kemampuan umat

• Kewajiban kita berdo’a dan berusaha

7. Berdo’a bersama sebelum tindakan amputasi dengan telapak tangan

ditempelkan pada sebagian bagian yang akan diamputasi sambil membaca

do’a : “ Hasbiyallah Wa Ni’amal Wakil ‘Alallah Tawakkaltu “, do’a minta

kesembuhan “Allahumma Robbannaasi Adzhibil Ba’sa Isfi Antasyafi La Syifa’a

illaasyifaauka Syifaa an Laayughodiru Saqoman “ dan do’a lainnya.

8. Setelah tindakan amputasi selesai pasien dituntun untuk berdo’a dengan

ucapan “AlHamdulillaahirabbil’aalamiin“

9. Ucapkan salam.

F. Bina Rohani kepada Pasien Mendadak Meninggal di IGD

1. Lakukan identifikasi rekam medis pasien di ruang jaga perawatan

2. Ucapkan salam

3. Kenalkan diri

4. Berikan materi Bina Rohani bahwa:

• Hidup itu adalah ujian, dalam menghadapi ujian harus tetap sabar dan ikhlas

• Allah tak akan menguji umat-Nya diluar batas kemampuan umat

• Kewajiban kita berdo’a dan berusaha

5. Lakukan do’a bersama dengan keluarga pasien.

6. Berikan informasi pelayanan pemulasaraan di rumah sakit.

a. Apabila pemulasaraan di rumah sakit, petugas binroh

mengkoordinasikan untuk pelaksanaan pemulasaraan dengan Tim

Pemulasaraan.

b. Apabila tidak, jenazah diserah terimakan kepada keluarga pasien

untuk diantar kerumah duka.

7. Ucapkan mohon maaf dan terimakasih.

8. Ucapkan salam.

G. Bina Rohani kepada Pasien Non Muslim

1. Lakukan identifikasi rekam medis pasien Non Muslim di ruang jaga perawatan

2. Ketok pintu

3. Ucapkan sapa

Page 16: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

48

4. Kenalkan diri

5. Tanyakan identitas dan keadaan pasien

6. Lakukan identifikasi pasien

7. Persiapkan bimbingan kepada pasien dengan tenaga rohani agama terkait.

H. Bina Rohani kepada Pasien Umum

1. Datangi semua unit untuk mencari pasien baru .

2. Ketok pintu

3. Ucapkan salam

4. Kenalkan diri

5. Tanyakan identitas dan keadaan pasien

6. Berikan materi Bina Rohani kepada keluarga pasien bahwa:

• Hidup itu adalah ujian, dalam menghadapi ujian harus tetap sabar dan ikhlas

• Allah tak akan menguji umat-Nya diluar batas kemampuan umat

• Kewajiban kita berdo’a dan berusaha

7. Berdo’a bersama dengan pasien dan keluarga dengan membaca do’a : “

Allahumma Robbannaasi Adzhibil Ba’sa Isfi Antasyafi La Syifa’a illaasyifaauka

Syifaa an Laayughodiru Saqoman “ dan do’a lainnya.

8. Berikan informasi pelayanan rohani di rumah sakit

9. Ucapkan mohon maaf dan terimakasih

10. Ucapkan salam.

2. Peran bina rohani dalam menjaga motivasi pasien untuk sembuh di

Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo

Peran Bina Rohani dalam menjaga motivasi pasien untuk sembuh

sangat penting, karena setelah adanya ikhtiar medis melalui obat dan

pemeriksaan dokter, program bina rohani dapat menjadi pelengkap untuk

menumbuhkan dorongan rohani berupa semangat dan kemauan untuk sembuh

pada diri pasien. Hal itu senada dengan yang disampaikan oleh Ust. Rohimin,

S.Ag selaku Kepala Sub Bagian Bina Rohani sebagai berikut :

Peran binroh sangat dibutuhkan karena kecemasan pasien dalam

mengahadapi sakit sangat dominan maka motivasi rohani sangat perlu

untuk lebih memberikan ketenangan pasien dalam proses pengobatan

secara medis di RSU ‘Aisyiyah Ponorogo59

59

Ibid

Page 17: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

49

Hal ini juga di dukung pernyataan dari Bapak Suyadi salah satu pasien

yang menjalani perawatan inap di Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo

dari Desa Ngampel, Balong, Ponorogo bahwa peran Bina Rohani sangat

penting dan dibutuhkan oleh pasien dalam menumbuhkan motivasi untuk

sembuh. Dengan adanya bina rohani dapat menj adikan pasien lebih tenang

dan tidak berfikir macam-macam yang dapat menghambat proses kesembuhan

pasien. Seperti yang dituturkannya sebagai berikut :

Program Bina Rohani Sangatlah penting, program ini dapat

meningkatkan semangat pasien untuk sembuh dan tetap menjalankan

perintah agama meskipun dalam kondisi sakit, karena orang yang sakit

terkadang banyak pikiran macam-macam, yang dengan adanya

program bina rohani tersebut dapat menyadarkan dan memberikan

suntikan semangat baru60

Ustadz Dalhar Ashari, S.Pd.I menabahkan bahwa banyak pasien yang

senang dengan adanya bina rohani, kemudian rasa senang itu berdampak pada

motivasi yang kuat untuk sembuh dan berdampak pada hormon untuk sembuh

pada diri pasien, sebagaimana penuturannya sebagai berikut :

Ada, banyak pasien di RSU ‘Aisyiyah Ponorogo yang merasa senang

mendapatkan bimbingan rohani sehingga hormon untuk sembuh

meningkat, pasien menjadi termotivasi untuk segera sembuh serta

ingin segera bisa pulang ke rumah dan melakukan aktifitas seperti

sedia kala.61

Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Saiman warga Dkh. Ngragi,

Desa Singgahan, Pulung, Ponorogo yang mengungkapkan bahwa peran bina

rohani sangatlah vital dan sangat mendukung hak pasien untuk mendapatkan

pelayanan yang penuh hormat dan kasih sayang. Petugas bina rohani mampu

60

Transkrip Wawancara Kode 11/W/20-VI/2021 61

Transkrip Wawancara Kode 05/W/20-VI/2021

Page 18: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

50

menata hati pasien untuk bisa ikhlas menjalani ketetapan yang datang dari

Allah SWT. Sebagaimana pernyataanya sebagai berikut :

Peran bina rohani sangatlah vital, program ini dapat menumbuhkan

motivasi untuk sembuh dalam hati pasien, saya selaku pasien merasa

trenyuh dan senang bisa dikunjungi dan diberi nasehat kebaikan oleh

petugas bina rohani, pelayanan yang diberikan seperti kepedulian

seseorang kepada keluarganya sendiri62

Ibu Sikem warga Dkh. Temon, Desa Biting, Badegan, Ponorogo juga

mengungkapkan bahwa secara psikologi peran bina rohani dapat

meningkatkan motivasi pasien untuk sembuh, sebagaimana penuturanya

sebagai berikut :

Dampak bina rohani secara pskologi dapat meningkatkan motivasi

pasien untuk sembuh dari sakit yang di derita pasien.

Kegiatan Bina Rohani RSU ‘Aisyiyah Ponorogo sangat berdampak

positif bagi pasien. Tidak hanya menambah wawasan agama pasien, bina

rohani juga memberikan dampak ketenangan kepada pasien yang sedang

menjalani rawat inap, apalagi pasien yang akan menjalani operasi biasanya

gelisah dan dengan adanya bina rohani dapat menenangkan pasien dan lebih

siap menjalani operasi. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ust. Rohimin,

S.Ag selaku Kepala Sub Bagian Bina Rohani sebagai berikut :

Pasien lebih tenang dan meminimalkan kecemasan pasien dalam

mengahadapi sakit, sehingga proses pengobatan secara medis sangat

terbantu. contohnya dengan ketenangan pasien maka pasien bisa lebih

mudah tidur sehingga bisa istirahat, mau makan sehingga bisa

memberikan kebugaran terhadap fisik pasien.63

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ust. Rohimin di atas

menunjukan bahwa peran Bina Rohani terhadap pasien itu sangat penting,

62

Transkrip Wawancara Kode 07/W/20-VI/2021 63

Transkrip Wawancara Kode 01/W/20-VI/2021

Page 19: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

51

karena setelah adanya bina rohani pasien menjadi lebih tenang, dan lebih siap

menjalani proses pengobatan.

Ustadzah Sri Yuni Maharini, S.Pd.I selaku petugas bina rohani

menyatakan bahwa dampak dari pelaksanaan kegiatan bina rohani ini sangat

bagus dan berdapak pada tingkat kesebuhan yang tinggi. Seperti tuturnya

sebagai berikut:

Bina rohani berdampak pada tingkat harapan sembuh tinggi dan pasien

lebih termotivasi untuk dapat sembuh, Alhamdulillah dengan adanya

program bina rohani, pasien ada yg merasa senang ketika kami

berkunjung, dan menjalankan arahan bimbingan yang diberikan.64

Ustadz Sunaryo, S,Pd.I juga menambahkan bahwa dengan adanya

program bina rohani banyak pasien yang merasa senang dan terkesan karena

merasa lebih diperhatikan oleh pihak Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah

Ponorogo, sebagaimana pernyataannya sebagai berikut :

Ada, banyak pasien yang senang dan terkesan dengan adanya bina

rohani, pasien merasa mendapat perhatian khusus sehingga rasa senang

pada pasien dapat membantu proses kesembuhan pasien

Hal itu juga didukung oleh Bapak Hadi Sihono warga Dkh. Gading,

Desa Campursari, Sambit, Ponorogo yang menjalani perawatan inap di Ruang

Shafa Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo bahwa adanya bina rohani

dapat mendukung proses kesembuhan pasien, bahkan seharusnya seluruh

rumah sakit memiliki petugas kerohanian untuk seluruh pasienya,

sebagaimana pernyataannya sebagai berikut :

Program bina rohani sangat bagus dan sangat mendukung proses

kesembuhan pasien, Seharusnya seluruh rumah sakit memiliki

program seperti ini untuk mendorong motivasi pasien agar cepat

sembuh.65

64

Transkrip Wawancara Kode 03/W/20-VI/2021 65

Transkrip Wawancara Kode 10/W/20-VI/2021

Page 20: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

52

Ibu Mahayu Lestari selaku keluarga dari pasien a.n Bapak Sujono

warga Dkh. Petung, Desa Binade, Ngrayun, Ponorogo juga menyampaikan

bahwa dengan adanya program bina rohani tidak hanya pasien menjadi tenang,

tetapi keluarga yang menunggu juga ikut menjadi tenang dan senang, merasa

lebih diperhatikan dan diingatkan untuk senantiasa menjalankan perintah

agama sesuai dengan kemampuanya meskipun dalam keadaan sakit.

Sebagaimana penuturannya :

Bina rohani menjadikan pasien lebih tenang dan keluarga juga ikut

tenang karena diberikan nasihat-nasihat yang sejuk dan mententramkan hati,

program ini sangat bermanfaat dan bagus untuk terus dilakukan.66

Ibu Umi Roziqoh warga Dkh. Pacar, Desa Besuki, Sambit, Ponorogo

selaku pasien yang menjalani persalinan di Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah

Ponorogo menyatakan bahwa adanya program bina rohani dapat menjadikan

kecemasan yang ada pada diri pasien menjadi berkurang, dengan risalah

nasehat agama yang diberikan menjadikan pasien lebih siap menjalani

persalinan, sebagaimana yang penyampaianya sebagai berikut :

Program bina rohani dapat mengurangi kecemasan yang ada pada diri

pasien, apalagi untuk ibu yang akan menjalani persalinan, terkadang

banyak kecemasan yang muncul dan sangat membutuhkan dorongan

motivasi agar tumbuh optimisme dalam menjalani proses persalinan67

Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukan bahwa dampak Bina

Rohani terhadap pasien itu sangat bagus, dengan adanya bina rohani pasien

merasa senang, merasa lebih diperhatikan dan merasa lebih tenang, dengan

ketenangan dan rasa senang tersebut maka pasien bisa lebih mudah tidur

66

Transkrip Wawancara Kode 12/W/20-VI/2021 67

Transkrip Wawancara Kode 09/W/20-VI/2021

Page 21: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

53

sehingga bisa istirahat, menjadi mau untuk makan sehingga bisa memberikan

kebugaran terhadap fisik pasien.

3. Faktor pendukung dan penghambat Bina Rohani di Rumah Sakit Umum

‘Aisyiyah Ponorogo

Dalam pelaksanaan sebuah program atau kegiatan apapun, tentunya

terdapat faktor pendukung yang dapat memperlancar tujuan dari kegiatan

tersebut serta penghambat yang menjadi kendala dari pelaksanaan program

yang telah dicanangkan, tak terkecuali dalam pelaksanaan Bina Rohani kepada

pasien juga memiliki faktor pendukung dan penghambat, sebagaimana yang

disampaikan oleh Ust. Rohimin S, Ag selaku Kepala Sub Bagian Bina Rohani

di RSU ‘Aisyiyah Ponorogo sebagai berikut :

“Dalam pelaksanaan Bina Rohani peran Petugas yg komunikatif serta

perhatian terhadap pasien dan keluarga menjadi faktor pendukung yang sangat

penting dalam menunjang kesuksesan program bina rohani di Rumah Sakit

Umum ‘Aisyiyah Ponorogo, sedangkan Pasien dan penunggu pasien yg

kurang aktif atau tidak merasa butuh akan bimbingan rohani menjadi

penghambat kesuksesan dari program bina rohani”

Selaras dengan apa yang disampaikan diatas, Ustadzah Sri Yuni

Maharini, S.Pd.I mengatakan bahwa petugas bina rohani harus memiliki

kecakapan dalam komunikasi dan mampu memahami kondisi yang sedang

dialami oleh pasien, komunikasi yang efektif dan perhatian khusus yang

diberikan kepada pasien menjadi faktor pendukung keberhasilan program bina

rohani, sebagaimana pernyataannya sebagai berikut :

Kecakapan komunikasi yang efektif pada diri petugas bina rohani dan

kedalaman empati yang diberikan kepada pasien menjadi faktor penting dalam

keberhasilan proses bina rohani, dengan komunikasi yang efektif pesan ruhani

akan dapat tersampaikan dan dengan empati yang tinggi petugas bina rohani

dengan pasien akan berbicara dari hati ke hati, sehingga pasien merasa lebih

diperhatikan, merasa ada yang peduli, sehingga pasien akan mendengarkan

Page 22: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

54

arahan dan siraman rohani yang diberikan oleh petugas bina rohani yang

berpengaruh terhadap keberhasilan dari tujuan bina rohani.68

Ustadz Dalhar Ashari memiliki pandangan lain dengan persoalan yang

menjadi kendala dalam proses keberhasilan bina rohani, menurut beliau

keterbatasan petugas bina rohani yang ada dibandingkan dengan banyaknya

jumlah pasien yang harus dikunjungi membuat kurang maksimal, sebagaimana

pernyataannya sebagai berikut :

Jumlah petugas bina rohani dibandingkan dengan banyaknya pasien

yang harus dikunjungi tidak seimbang, belum lagi petugas harus

memperhatikan jam-jam tertentu atau waktu dimana pasien nyaman untuk

dikunjungi dan diberikan bina rohani, terkadang kalau waktunya tidak tepat

pasien sedang tidur, atau pasien sedang makan, sehingga jumlah sdm yang ada

masih disesuaikan dengan jam yang efektif dalam berkunjung sehingga

menghambat proses dari bina rohani itu sendiri69

Ustadzah Enik Titin Rahayu, S.Ag menyatakan bahwa penyegaran

pengetahuan dan ketrampilan pada petugas bina rohani dengan adanya in

house training yang diberikan oleh Rumah Sakit sangat penting untuk

meningkatkan kecakapan komunikasi dan update pengetahuan dari petugas

bina rohani, sebagaimana yang disampaikan sebagai berikut :

Penyelenggaraan In House Training menjadi faktor pendukung proses

keberhasilan bina rohani, karena dengan adanya In House Training petugas

bina rohani menjadi mendapat ilmu baru, ketramilan baru dan lebih segar

pengetahuannya, adapun yang menjadi kendala dalam proses bina rohani

adalah banyaknya pasien yang harus dikunjungi dengan beragam klasifikasi

kondisi yang menjadikan perbedaan sikap atau materi yang diberikan dengan

pendekatan emosional yang berbeda sesuai dengan kondisi pasien masing-

masing.70

68

Transkrip Wawancara Kode 02/W/20-VI/2021 69

Transkrip Wawancara Kode 05/W/20-VI/2021 70

Transkrip Wawancara Kode 04/W/20-VI/2021

Page 23: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

55

C. Analisis Data Hasil Penelitian

1. Teknis Bina Rohani kepada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum

‘Aisyiyah Ponorogo

Pelaksanaan Bina Rohani di RSU ‘Aisyiyah Ponorogo ditujukan

kepada seluruh pasien yang sedang menjalani rawat inap di rumah sakit

tersebut, sehingga pasien lebih komplek dan memiliki beragam keluhan dan

kondisi yang berbeda-beda yang mengakibatkan beda perlakuan terkait teknis

bina rohani yang dilakukan oleh petugas bina rohani di rumah sakit.

Perbedaan kondisi pasien yang beragam tersebut menjadikan bina rohani

menklasifikasikan kondisi pasien kedalam beberapa jenis yaitu sebagai

berikut :

1. pasien melahirkan,

2. pasien anak,

3. pasien psicomatis atau pasien yang mengalami ganguan psikologi,

4. pasien terminal atau pasien yang sedang dalam kondisi kritis,

5. pasien pre op atau pasien yang akan menjalani operasi,

6. Pasien post op atau telah menjalani operasi,

7. pasien non muslim.

Pemberian bina rohani kepada pasien yang telah diklasifikasikan

diatas memiliki standart prosedur operasional (SPO) yang berbeda-beda,

Pemberian bina rohani terhadap pasien yang akan melahirkan berbeda dengan

pasien yang akan menjalai operasi. Hal itu dilakukan agar tujuan dari bina

rohani dapat tercapai dengan baik.

2. Peran bina rohani dalam menjaga motivasi pasien untuk sembuh di

Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo

Page 24: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

56

Fungsi motivasi adalah untuk mendorong manusia untuk berbuat,

menentukan arah perbuatan, untuk mencapai tujuan. Motivasi intrinsik adalah

motivasi yang berasal dari diri sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah

motivasi yang berasal dari luar diri sendiri.71

Peran Bina Rohani dalam

menjaga motivasi pasien untuk sembuh sangat penting, karena setelah adanya

ikhtiar medis melalui obat dan pemeriksaan dokter, program bina rohani

dapat menjadi pelengkap untuk menumbuhkan dorongan rohani berupa

semangat dan kemauan untuk sembuh pada diri pasien. Dengan adanya bina

rohani juga dapat memberikan ketenangan jiwa pada pasien karena diberikan

materi-materi keagamaan sehingga pasien merasa lebih dekat dengan Allah

SWT.

Kegiatan Bina Rohani RSU ‘Aisyiyah Ponorogo sangat berdampak

positif bagi pasien, Tidak hanya menambah wawasan agama pasien, bina

rohani juga memberikan dampak ketenangan kepada pasien yang sedang

menjalani rawat inap, apalagi pasien yang akan menjalani operasi biasanya

gelisah. Dengan adanya bina rohani dapat menjadikan pasien lebih tenang dan

tidak cemas serta tidak berfikiran negatif yang dapat menghambat proses

kesembuhan pasien. Dengan adanya bina rohani, pasien merasa senang,

merasa lebih diperhatikan dan merasa lebih tenang, dengan ketenangan dan

rasa senang tersebut maka pasien bisa lebih mudah tidur sehingga bisa

istirahat, mau untuk makan sehingga bisa memberikan kebugaran terhadap

fisik pasien.

71

Syarifan Nurjan, Psikologi Belajar, …. Hal. 160.

Page 25: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

57

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi pasien untuk sembuh di

Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo

Peran Petugas yg komunikatif serta perhatian terhadap pasien dan

keluarga menjadi faktor pendukung yang sangat penting dalam menunjang

kesuksesan program bina rohani di Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo.

Kecakapan komunikasi yang efektif pada diri petugas bina rohani dan

kedalaman empati yang diberikan kepada pasien sangat penting dalam

keberhasilan proses bina rohani, dengan komunikasi yang efektif pesan akan

dapat tersampaikan dan dengan empati yang tinggi petugas bina rohani

dengan pasien akan berbicara dari hati ke hati, sehingga pasien merasa lebih

diperhatikan, merasa ada yang peduli, sehingga pasien akan mendengarkan

arahan dan siraman rohani yang diberikan oleh petugas bina rohani yang

berpengaruh terhadap keberhasilan dari tujuan bina rohani.

Faktor penting lain yang dapat mendukung pelaksanaan bina rohani

adalah penyegaran pengetahuan dan ketrampilan pada petugas bina rohani

melalui in house training yang untuk meningkatkan kecakapan komunikasi

dan update pengetahuan dari petugas bina rohani itu sendiri.

Pasien dan penunggu pasien yg kurang aktif atau tidak merasa butuh

akan bimbingan rohani menjadi penghambat kesuksesan dari program bina

rohani, selain itu jumlah petugas bina rohani dibandingkan dengan banyaknya

pasien yang harus dikunjungi tidak seimbang, belum lagi petugas harus

memperhatikan jam-jam tertentu atau waktu dimana pasien nyaman untuk

dikunjungi dan diberikan bina rohani, kalau waktunya tidak tepat seperti

Page 26: BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …

58

pasien sedang tidur, atau pasien sedang makan dapat menghambat proses dari

bina rohani itu sendiri

Banyaknya pasien yang harus dikunjungi dengan beragam klasifikasi

kondisi yang menjadikan perbedaan sikap atau materi yang diberikan dengan

pendekatan emosional yang berbeda sesuai dengan kondisi pasien masing-

masing menjadi kendala atau tantangan tersendiri bagi petugas Bina Rohani

Di Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo