BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …
Transcript of BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL …
33
BAB IV
PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum RSU ‘Aisyiyah Ponorogo
1. Sejarah Berdiri
Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Ponorogo pada tahun 1972 memiliki asset
sebidang tanah yang terletak di Jl. Dr. Sutomo No 18 Ponorogo seluas 872 M2.
Pada saat itu dikalangan perkumpulan ibu-ibu ‘Aisyiyah yang mayoritas
tinggal di bagian timur kota memiliki kendala jarak tempuh dalam periksa
kesehatan yang harus menuju RB ‘Aisyiyah Jl. Diponegoro yang sekarang
berubah nama menjadi RSU Muhammadiyah, maka munculah gagasan untuk
menjadikan tanah yang ada di Jl. Dr Sutomo menjadi Rumah Bersalin,
sekaligus menjadi amal usaha bidang kesehatan milik ‘Aisyiyah.
Konferensi Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Ponorogo pada tahun 1972
mengangkat topik tentang gagasan pendirian ramah bersalin kedalam bahasan
permusyawaratan, dan ternyata mendapat restu dan dukungan dari Pimpinan
Cabang dan Ranting ‘Aisyiyah yang ada di Ponorogo karena dinilai lokasinya
yang strategis dan dekat dengan tempat pelayanan umum lainnya, maka selama
kurang lebih 2 tahun dilakukan persiapan untuk pendirian rumah bersalin
tersebut, hingga pada tahun 1974 setelah dianggap cukup persiapannya
kemudian PD ‘Aisyiyah Ponorogo mengajukan ijin dan beraudiensi dengan
Bupati Ponorogo saat itu. Setelah memperoleh Ijin dari Bupati Ponorogo, pada
tahun 1975 tepatnya tanggal 1 Maret, diresmikanlah Rumah Bersalin milik
34
PDA Ponorogo oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat I Ponorogo (Bapak R.
Soemadi).
Seiring berjalannya waktu dari tahun ke tahun, Rumah bersalin ‘Aisyiyah
mendapatkan ijin penyelenggaraan, mulai dari tingkat Provinsi hingga tingkat
Kemenkes RI, mulai dari Rumah Bersalin, BKIA hingga menjadi Rumah Sakit
Umum ‘Aisyiyah Ponorogo.42
2. Visi
Terwujudnya Rumah Sakit yang Islami, bermutu, terpercaya dan menjadi
rujukan bagi masyarakat Ponorogo dan sekitarnya.43
3. Misi
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang islami sebagai sarana dakwah
2. Mewujudkan sumberdaya insani yang loyal dan profesional
3. Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan
memuaskan serta terjangkau oleh bseluruh lapisan masyarakat
4. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terpusat pada pasien dengan
mengutamakan keselmatan pasien44
4. Tujuan
Meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi semua lapisan masyarakat
dalam rangka terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya melalui
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.45
42
https://rsuaisyiyahponorogo.com/profil (diakses tanggal 15 Januari 2021) 43
Ibid 44
Ibid 45
Ibid
35
5. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi
Sub Bagian Binroh
Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo
Gambar 3.2 : Struktur Organisasi Sub Bagian Bina Rohani
Sumber : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo
Nomor : RSUA/0410.1/KEP/III.6.AU/D/V/2019
6. Profil Bina Rohani RSU ‘Aisyiyah Ponorogo
Bina Rohani adalah sebuah program dari Sub Bagian Bina Rohani yang
ada di RSU ‘Aisyiyah Ponorogo dengan mengunjungi pasien yang sedang
melakukan perawatan inap di rumah sakit tersebut, kemudian diberikan
motivasi dan siraman rohani, agar pasein tetap ikhlas dalam menghadapi ujian
berupa sakit, dan dalam sakitnya tetap menjalankan ibadah sesuai dengan
WAKIL DIREKTUR ADMINISTRASI & KEUANGAN
KEPALA BAGIAN SDI DAN DIKLAT
KEPALA SUB BAGIAN BINROH
TIM D IKLAT
T IM REKRUTMEN
STAF BINA ROHANI
36
kemampuannya. Selain itu juga sebagai upaya untuk memberikan dorongan
kepada pasien agar tumbuh motivasi yang kuat untuk sembuh dari sakitnya.
Hal ini dilakukan sebagai wujud implementasi dakwah kepada orang yang
sedang sakit di RSU ‘Aisyiyah Ponorogo.
Bina Rohani RSU ‘Aisyiyah Ponorogo berdiri pada tahun 1425 H
bertepatan dengan tahun 2004 M, berawal dari kegiatan yang dilakukan oleh
Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Ponorogo selaku pendiri dari Rumah Sakit Umum
‘Aisyiyah Ponorogo melalui program kerja Majelis Tabligh yaitu kunjungan
rohani pasien. Dalam perkembangannya Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah
Ponorogo mengusulkan agar program kunjungan rohani tersebut masuk
kedalam program dan struktur kerja dari Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah
Ponorogo, maka dibentuklah unit kerja Sub Bagian Bina Rohani yang
memiliki job disk memberikan Bina Rohani kepada pasien yang melakukan
perawatan inap di Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo. Sebagaimana
yang di utarakan oleh Kepala Sub Bagian Bina Rohani RSU ‘Aisyiyah
Ponorogo berikut ini :
Berawal dari ibu-bu Aisyiyah sebagai pendiri, secara rutin kunjungan
atau mendakwahi terhadap pasien, kemudian dari tahun ke tahun
berkembang dan kemudian ada kebijakan bahwa binroh harus secara
formal masuk ke struktur RSU ‘Aisyiyah Ponorogo, walaupun
kegiatan ibu ibu masih tetap berjalan terus kunjungan ke pasien.46
Terbentuknya sebuah program dalam organisasi atau unit kerja
biasanya disertai dengan tujuan yang ingin dicapai, begitupun dalam bina
rohani juga memiliki tujuan dalam pelaksanaan programnya, yaitu supaya
pasien mendapatkan ketenangan batin sehingga bisa mempercepat proses
46
Transkrip Wawancara Kode 01/W/20-VI/2021
37
kesembuhan dan agar pasien lebih siap dalam menghadapi sakit yang sedang
diderita. Sebagaimana yang di utarakan oleh Kepala Sub Bagian Bina Rohani
RSU ‘Aisyiyah Ponorogo berikut ini :
Tujuan dan fungsi dari program bina rohani telah tercantum dalam
panudan kerohanian yang ada di Rumah Saikt Umum ‘Aisyiyah
Ponorogo diantaranya sebagai berikut:
1. Agar seluruh pasien yang rawat inap di Rumah Sakit Umum
Aisyiyah Ponorogo memperoleh ketenangan batin sehingga dapat
proses kesembuhan dapat lebih cepat.
2. Agar semua pasien siap lahir bathin dalam menghadapi sakit yang
sedang diderita
3. Agar semua pasien terpenuhi kebutuhan rohaninya sehingga
tercapai pelayanan tuntunan rohani pasien
4. Agar petugas bisa memberikan pelayanan kerohanian kepada pasien
dengan lebih maksimal dan terarah
5. Agar petugas bina rohani bisa memberikan motivasi-motivasi
keagamaan kepada pasien dan keluarga pasien47
Sebuah organisasi atau unit kerja tidak lepas dari adanya struktur
kepengurusan, hal tersebut supaya program kerja dapat berjalan dengan baik
sesuai dengan tujuan dan visi misinya. Program Bina Rohani Rumah Sakit
Umum ‘Aisyiyah Ponorogo tentunya telah memiliki struktur organisasi yang
sudah rapi dan sesuai dengan tugas masing-masing, Sebagaimana yang di
utarakan oleh Kepala Sub Bagian Bina Rohani RSU ‘Aisyiyah Ponorogo
berikut ini :
Struktur Bina Rohani terdapat dalam struktur Rumah Sakit Umum
‘Aisyiyah Ponorogo dibawah Kepala bagian Sumber Daya Insani
(SDI)48
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasubbag Bina Rohani diatas
dapat disimpulkan bahwa struktur organisasi dari Bina Rohani secara sah
terdapat dalam struktur organisasi dari Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah
47
Transkrip Wawancara Kode 01/W/20-VI/2021 48
Ibid
38
Ponorogo, sehingga memiliki dasar yang legal dalam menjalankan peran dan
fungsinya.
Bina Rohani Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo memiliki 5
orang petugas dengan latar belakang sarjana agama islam, hal itu agar selaras
dan linear dengan tugas yang diembankan di lapangan, mengingat Rumah
Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo milik salah satu ormas Islam. Sebagaimana
yang di sampaikan oleh Kepala Sub Bagian Bina Rohani RSU ‘Aisyiyah
Ponorogo berikut ini :
Jumlah petugas bina rohani di Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah
Ponorogo adalah 5 orang dengan latar belakang pendidikan sarjana
agama islam, karena memang rumah sakit ini adalam milik
persyarikatan Muhammadiyah yang berasaskan Islam49
Perencanaan dalam sebuah kegiatan atau program merupakan suatu
hal yang sangat penting adanya, sebuah organisasi atau unit kerja yang gagal
merencanakan program sama dengan merencanakan sebuah kegagalan, pada
unit Bina Rohani sendiri telah memiliki perencanaan yang tertata dan rapi,
bahkan ada pengkasifikasian pasien yang akan diberi bimbingan rohani,
Sebagaimana yang di utarakan oleh Kepala Sub Bagian Bina Rohani RSU
‘Aisyiyah Ponorogo berikut ini :
Yang pertama dilakukan petugas adalah Pengambilan data pasien yang
sedang rawat inap dari Sistem SIMRS melalui komputer, kemudian
petugas menuju Nurse Station untuk croscek data dalam memilah
kategori sakit seperti pasien pre op atau akan menjalani operasi, pasien
post op atau telah menjalani operasi, pasien mau melahirkan, pasien
terminal atau pasien kritis, dan pasien psicomatis atau pasien yang
mengalami gangguan psikologi, setelah itu baru proses pemberian
bina rohani kepada pasien rawat inap.50
49
Transkrip Wawancara Kode 01/W/20-VI/2021 50
Ibid
39
Sebuah kegiatan tidak lupa dengan jadwal dimana jadwal tersebut
merupakan waktu yang menentukan berlangsungnya dari kegiatan yang ada,
Bina Rohani Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo, untuk bisa
mewujudkan tujuan dan visi misinya dengan baik maka membentuk jadwal
agar kegiatan dapat berlangsung dengan baik dan berkesinambungan, jadwal
yang terbentuk dalam program Bina Rohani sudah tertata dengan baik dan
rapi sehingga mampu untuk dilaksanakan setiap hari pada jam kerja.
Sebagaimana yang di utarakan oleh Kepala Sub Bagian Bina Rohani RSU
‘Aisyiyah Ponorogo berikut ini :
Untuk jadwal alhamdulillah semua sudah berjalan sesuai dengan apa
yang sudah di jadwalkan, pelaksanaan Bina Rohani terbagi dalam 2
shift yaitu : jam tujuh pagi sampai dengan jam dua siang dan jam dua
siang sampai dengan jam sembilan malam51
Dalam melaksanakan program bina rohani, petugas berpedoman pada
SPO atau Standart Operasional Prosedur yang ada di Rumah Sakit Umum
‘Aisyiyah Ponorogo yang secara rinci memberikan prosedurnya seperti
mengucapkan salam, memperkenalkan diri, memberikan materi kerohanian
dan mendoakan pasien tersebut. Sebagaimana yang di sampaikan oleh Kepala
Sub Bagian Bina Rohani RSU ‘Aisyiyah Ponorogo berikut ini :
Proses pelaksanaan Bina Rohani pasien mengacu pada Standart
Operasional Prosedur di Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo
seperti: salam, Memperkenalkan diri, memeberi materi kerohanian
(menyesuaikan kondisi/kategori sakit pasien), mengajari tayyamum,
sholat, do'a bagi yg mau operasi, dan Doa bersama untuk kesembuhan
pasien52
51
Ibid 52
Transkrip Wawancara Kode 01/W/20-VI/2021
40
Dalam kegiatan bina rohani materi yang diberikan lebih banyak
mengangkat materi yang berkaitan dengan keikhlasan, tawakal, sabar, dan
motivasi untuk sembuh. Sebagaimana pernyataan di bawah ini :
Materi yang disampikan berkaitan dengan pentingnya motivasi pada
pasien untuk optimis dapat sembuh melalui ikhtiar berobat, dan juga
materi tentang sabar menerima ujian sakit, Tawakal dan ikhlas dalam
menjalani sakit dan terus berdoa meminta kesembuhan kepada Allah
SWT53
.
Ustadz Sunaryo, S,Pd.I juga menyampaikan tentang materi yang
diberikan saat melakukan bina rohani kepada pasien yaitu tentang
pemahaman akan keihlasan pasien menerima ketetapan yang Allah
berikan berupa ujian sakit. Selain itu terdapat klasifikasi pasien yang dapat
mengakibatkan perbedaan materi yang dibawakan oleh petugas bina
rohani, sebagaimana penuturannya sebagai berikut :
Materi yang diberikan berkenaan dengan keikhlasan pasien dalam
menjalani ujian sakit dan materi-materi yang dapat mengangkat
motivasi pasien untuk sembuh seperti setiap penyakit ada obatnya
dan kesembuhan akan datang dari Allah SWT. Selain itu juga
diberikan materi ibadah praktis yang sesuai dengan kondisi atau
keadaan pasien.
Ada klasifikasi pasien untuk menentukan metode dan materi bina
rohani yang akan dibawakan, klasifikasi pasien tersebut adalah :
1. pasien terminal atau pasien yang sedang dalam kondisi kritis,
2. pasien melahirkan,
3. pasien psicomatis atau pasien yang mengalami ganguan
psikologi,
4. pasien anak,
5. pasien pre op atau pasien yang akan menjalani operasi,
6. Pasien post op atau telah menjalani operasi,
7. pasien non muslim54
Ustadzah Enik Titin Rahayu, S.Ag juga menambahkan bahwa
materi yang dibawakan kepada pasien disesuaikan dengan kondisi pasien
53
Ibid 54
Transkrip Wawancara Kode 03/W/20-VI/2021
41
itu sendiri, pasien yang akan melahirkan akan diberi materi tentang
kelahiran adalah sebuah anugrah yang harus disyukuri, dan buah hati
adalah amanah besar dari Allah SWT yang dititipkan kepada manusia.
Sedangkan pasien yang sedang dalam kondisi kritis yang diberikan bina
rohani adalah keluarga yang menunggunya. sebagaimana penuturannya
sebagai berikut :
Materi bina rohani disesuaikan dengan kondisi pasien yang sedang
sakit, karena ada orang yang sakit dalam kondisi bisa menerima
nasihat bina rohani dan ada pasien yang tidak bisa menerima
nasehat melalui bina rohani seperti pasien yang sedang kritis maka
yang diberi materi bina rohani adalah keluarganya. Dan materi
yang dibawakanpun menyesuiakan dengan kondisi pasien,
misalnya pasien yang melahirkan maka diberikan edukasi tentang
anak adalah anugerah dari Allah SWT yang dititipkan kepada
manusia, dengan kehadiran buah hati harus lebih bersyukur karena
telah dipercaya dan diberi amanah oleh Allah SWT.55
Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa materi
bina rohani menyesuaikan dengan keadaan pasien yang akan diberi bina
rohani, ada pengklasifikasian pasien dalam menentukan materi bina rohani
dan tidak hanya pasien yang diberi materi bina rohani melainkan juga
keluarga yang menunggu pasien yang sedang sakit.
Motivasi dapat muncul dari diri seseorang itu sendiri dan juga bisa
datang dari orang lain, tidak semua orang yang diberi motivasi dapat
dengan antusias menerima motivasi tersebut, apalagi pada pasien yang
dalam kondisi putus asa dan tidak memiliki motivasi untuk sembuh, maka
perlu usaha khusus oleh petugas bina rohani untuk memberikan solusi dan
membesarkan hatinya supaya dapat termotivasi. Sebagaimana pernyataan
dari Ustadzah Sri Yuni Maharini, S.Pd.I :
55
Transkrip Wawancara Kode 04/W/20-VI/2021
42
Dalam menghadapi pasien yg kondisi putus asa harus dengan
pelan - pelan untuk menyadarkannya dan membesarkan hatinya
agar mendapat atensi dari pasien, kemudian diberi motivasi agar
tumbuh semangat hidup, dan dibimbing untuk mendekatkan diri
sama Allah, serta butuh beberapa kali kunjungan sampai
dengan pasien kembali normal.
Faktor pendukung dan faktor penghambat berlangsungnya sebuah
progam biasanya menjadi sebuah bumbu dan dinamika dalam sebuah
organisasi atau unit kerja. Pada program bina rohani, petugas yg
komunikatif dan perhatian terhadap terhadap pasien dan keluarga menjadi
faktor penting yang dapat mendukung keberlangsungan program tersebut
serta peran pasif dari pasien beserta keluarga dalam menyambut adanya
program bina rohani bisa menjadi penghambat, sebagaimana penyampaian
dari Ustadz Rohimin, S.Ag sebagai berikut :
Petugas yg komunikatif dan perhatian terhadap terhadap pasien dan
keluarga menjadi faktor penting dalam menunjang kesuksesan
program bina rohani di Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo.
Pasien dan penunggu pasien yg kurang aktif atau tidak merasa
butuh akan bimbingan rohani menjadi penghambat kesuksesan dari
program bina rohani56
Ketenangan adalah sebagian dari kesembuhan dan kepanikan
adalah permulaan dari penyakit, sebagaimana yang dikemukakan oleh
Ibnu Sina “Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh
obat, dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan”. Di RSU ‘Aisyiyah
Ponorogo upaya untuk memberikan kunjungan pasien dengan sebaik
mungkin menjadi kunci keberhasilan dari program bina rohani, kunjungan
yang tepat dengan mengetahui kondisi pasien, dan mengetahui tingkat
sakit yang diderita serta jam kunjung yang tepat sangat penting terhadap
56
Transkrip Wawancara Kode 01/W/20-VI/2021
43
kesuksesan dari program bina rohani, sebagaimana yang disampaikan oleh
Ustadz Sunaryo, S.Pd.I :
Ketenangan jiwa dan kesadaran pasien akan pentingnya kesabaran
dalam menjalani pengobatan akan bisa dicapai bila petugas bina rohani
mampu memaksimalkan kunjungan rohani dengan tepat, artinya petugas
bina rohani mengetahui kondisi dari pasien, tingkat sakit yang diderita,
bahkan bila perlu latar belakang dari pasien, selain itu kecakapan dalam
pembawaan meliputi komunikasi dan sikap sangat penting juga dalam
meraih kesuksesan program tersebut serta waktu kunjung yang tepat
pula.57
Ustadzah Sri Yuni Maharini, S.Pd.I juga menambahkan bahwa
dengan terus melakukan kunjungan bina rohani secara kontinyu dan tepat
akan menimbulkan kenyamanan pada diri pasien yang menjadi kunci
kesuksesan program bina rohani di Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah
Ponorogo, sebagaimana pernyataanya sebagai berikut :
Kunci nya sukses program bina rohani yaitu dengan terus
memberikan bimbingan yg terbaik secara kontinyu agar pasien
itu merasa nyaman di rawat di RSU ‘Aisyiyah Ponorogo untuk
mecapai kesembuhan58
Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa petugas
bina rohani yang mengetahui kondisi pasien dan tingkat sakit yang diderita
oleh pasien serta waktu yang tepat dalam melakukan kunjungan menjadi
kunci sukses keberhasilan program bina rohani di Rumah Sakit Umum
‘Aisyiyah Ponorogo.
57
Transkrip Wawancara Kode 03/W/20-VI/2021 58
Transkrip Wawancara Kode 02/W/20-VI/2021
44
B. Paparan Data Hasil Penelitian
1. Teknis Bina Rohani kepada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum
‘Aisyiyah Ponorogo
Pelaksanaan Bina Rohani di RSU ‘Aisyiyah Ponorogo ditujukan kepada
seluruh pasien yang sedang menjalani rawat inap di rumah sakit tersebut,
sehingga pasien lebih komplek dan memiliki beragam keluhan dan kondisi
yang berbeda-beda yang mengakibatkan beda perlakuan terkait teknis bina
rohani yang dilakukan oleh petugas bina rohani di rumah sakit. Sebagaimana
yang di utarakan oleh Kepala Sub Bagian Bina Rohani RSU ‘Aisyiyah
Ponorogo terkait alur perencanaan dan teknis bina rohani berikut ini :
Yang pertama dilakukan petugas adalah Pengambilan data pasien yang
sedang rawat inap dari Sistem SIMRS melalui komputer, kemudian petugas
menuju Nurse Station untuk croscek data dalam memilah kategori sakit seperti
pasien pre op atau akan menjalani operasi, pasien post op atau telah menjalani
operasi, pasien mau melahirkan, pasien terminal atau pasien kritis, dan pasien
psicomatis atau pasien yang mengalami gangguan psikologi, setelah itu baru
proses pemberian bina rohani kepada pasien rawat inap
Perbedaan kondisi pasien yang beragam tersebut menjadikan bina rohani
menklasifikasikan kondisi pasien kedalam beberapa jenis sebagaimana yang
disampaikan oleh Ustadz Sunaryo, S.Pd.I selaku Anggota Sub Bagian Bina
Rohani RSU ‘Aisyiyah Ponorogo sebagai berikut :
Ada klasifikasi pasien untuk menentukan metode dan materi bina rohani
yang akan dibawakan, klasifikasi pasien tersebut adalah :
1. pasien terminal atau pasien yang sedang dalam kondisi kritis,
2. pasien melahirkan,
3. pasien psicomatis atau pasien yang mengalami ganguan psikologi,
4. pasien anak,
5. pasien pre op atau pasien yang akan menjalani operasi,
6. Pasien post op atau telah menjalani operasi,
7. pasien non muslim.
45
Dalam ilmu manajemen, perencanaan menjadi faktor penting keberhasilan
dari pelaksanaan suatu kegiatan, hal itu juga yang menjadikan bina rohani
menyusun teknis pemberian materi binroh kepada setiap pasien yang beragam
kondisinya, sebagaimana terdapat dalam dokumen Standart Prosedur
Operasional (SPO) sebagai berikut :
A. Bina Rohani kepada Pasien Melahirkan
1. Lakukan identifikasi rekam medis pasien melahirkan di ruang jaga kebidanan 2. Ketok pintu 3. Ucapkan salam 4. Kenalkan diri 5. Tanyakan identitas dan keadaan pasien 6. Berikan materi Binroh bahwa:
Kelahiran itu adalah sebuah anugrah yang harus disyukuri.
Alloh memberikan rizki kepada hambanya yang selalu bersyukur
Kewajiban kita berdo’a dan berusaha dan semoga Allah meridhoi. 7. Lakukan do’a bersama sebagai tanda syukur. 8. Jika membutuhkan Bina Rohani bisa menghubungi perawat di ruang jaga dan
atau menghubungi petugas Bina Rohani lewat pesawat telepon. 9. Ucapkan mohon maaf dan terima kasih semoga cepat sembuh. 10. Ucapkan salam.
B. Bina Rohani kepada Pasien Anak
1. Lakukan identifikasi rekam medis pasien anak di ruang jaga perawatan 2. Ketok pintu 3. Ucapkan salam 4. Kenalkan diri 5. Tanyakan identitas dan keadaan pasien 6. Berikan materi Binroh bahwa:
Hidup itu adalah ujian, dalam menghadapi ujian harus tetap sabar dan ikhlas
Alloh tak akan menguji umat-Nya diluar batas kemampuan umat
Kewajiban kita berdo’a dan berusaha
Mengajak bermain dan tindakan lain bila diperlukan. 7. Berdo’a bersama dengan telapak tangan ditempelkan pada yang dirasa sakit
sambil membaca do’a:“ Allahumma Robbannaasi Adzhibil Ba’sa Isfi Antasyafi La Syifa’a illaasyifaauka Syifaa an Laayughodiru Saqoman “ dan do’a lainnya. “ dan do’a lainnya.
8. Jika membutuhkan Bina Rohani bisa menghubungi perawat di ruang jaga dan atau menghubungi petugas Bina Rohani lewat pesawat telepon.
9. Ucapkan mohon maaf dan terima kasih semoga cepat sembuh. 10. Ucapkan salam
46
C. Bina Rohani kepada Pasien Psycosomatis / pasien dalam kondisi jiwa yang
labil.
1. Lakukan identifikasi rekam medis pasien Psycosomatis di ruang jaga
perawatan
2. Ketok pintu
3. Ucapkan salam
4. Kenalkan diri
5. Tanyakan identitas dan keadaan pasien
6. Lakukan identifikasi permasalahan pasien dan keluarga.
7. Berikan pemecahan masalah
8. Berikan materi Binroh kepada pasien dan keluarga pasien bahwa:
Hidup itu adalah ujian, dalam menghadapi ujian harus tetap sabar dan
ikhlas
Allah tak akan menguji umat-Nya diluar batas kemampuan umat
Kewajiban kita berdo’a dan berusaha
9. Berdo’a bersama dengan pasien dan keluarga dengan membaca do’a:
“Allahumma Robbannaasi Adzhibil Ba’sa Isfi Antasyafi La Syifa’a illaasyifaauka
Syifaa an Laayughodiru Saqoman “ dan do’a lainnya. “ dan do’a lainnya.
10. Ucapkan salam.
D. Bina Rohani kepada Pasien Terminal / Kondisi Kritis
1. Identifikasi rekam medis pasien terminal di ruang jaga perawatan
2. Ketok pintu
3. Ucapkan salam
4. Kenalkan diri
5. Tanyakan identitas dan keadaan pasien
6. Berikan materi Binroh kepada keluarga pasien bahwa:
• Hidup itu adalah ujian, dalam menghadapi ujian harus tetap sabar dan
ikhlas
• Allah tidak akan menguji umat-Nya diluar batas kemampuan umat
• Kewajiban kita berdo’a dan berusaha
7. Berdo’a bersama dengan telapak tangan ditempelkan pada yang dirasa sakit
sambil membaca do’a:“ Allahumma Robbannaasi Adzhibil Ba’sa Isfi Antasyafi
Illaasyifaauka Syifaa an Laayughodiru Saqoman “ dan do’a lainnya
8. Menalqin pasien
a. Apabila pasien meninggal, bimbing melakukan talqin “Laa ilaaha
illallaah”, kemudian menginformasikan apakah pemulasaraan di RS
atau di rumah duka.
b. Apabila pasien sehat, memimpin do’a bersama dengan keluarga
pasien.
9. Mengucapkan salam.
47
E. Bina Rohani kepada pasien tindakan amputasi Pre dan post
1. Lakukan identifikasi rekam medis pasien terminal di ruang jaga perawatan
2. Ketok pintu
3. Ucapkan salam
4. Kenalkan diri
5. Tanyakan identitas dan keadaan pasien
6. Berikan materi Bina Rohani kepada keluarga pasien bahwa:
• Hidup itu adalah ujian, dalam menghadapi ujian harus tetap sabar dan ikhlas
• Allah tak akan menguji umat-Nya diluar batas kemampuan umat
• Kewajiban kita berdo’a dan berusaha
7. Berdo’a bersama sebelum tindakan amputasi dengan telapak tangan
ditempelkan pada sebagian bagian yang akan diamputasi sambil membaca
do’a : “ Hasbiyallah Wa Ni’amal Wakil ‘Alallah Tawakkaltu “, do’a minta
kesembuhan “Allahumma Robbannaasi Adzhibil Ba’sa Isfi Antasyafi La Syifa’a
illaasyifaauka Syifaa an Laayughodiru Saqoman “ dan do’a lainnya.
8. Setelah tindakan amputasi selesai pasien dituntun untuk berdo’a dengan
ucapan “AlHamdulillaahirabbil’aalamiin“
9. Ucapkan salam.
F. Bina Rohani kepada Pasien Mendadak Meninggal di IGD
1. Lakukan identifikasi rekam medis pasien di ruang jaga perawatan
2. Ucapkan salam
3. Kenalkan diri
4. Berikan materi Bina Rohani bahwa:
• Hidup itu adalah ujian, dalam menghadapi ujian harus tetap sabar dan ikhlas
• Allah tak akan menguji umat-Nya diluar batas kemampuan umat
• Kewajiban kita berdo’a dan berusaha
5. Lakukan do’a bersama dengan keluarga pasien.
6. Berikan informasi pelayanan pemulasaraan di rumah sakit.
a. Apabila pemulasaraan di rumah sakit, petugas binroh
mengkoordinasikan untuk pelaksanaan pemulasaraan dengan Tim
Pemulasaraan.
b. Apabila tidak, jenazah diserah terimakan kepada keluarga pasien
untuk diantar kerumah duka.
7. Ucapkan mohon maaf dan terimakasih.
8. Ucapkan salam.
G. Bina Rohani kepada Pasien Non Muslim
1. Lakukan identifikasi rekam medis pasien Non Muslim di ruang jaga perawatan
2. Ketok pintu
3. Ucapkan sapa
48
4. Kenalkan diri
5. Tanyakan identitas dan keadaan pasien
6. Lakukan identifikasi pasien
7. Persiapkan bimbingan kepada pasien dengan tenaga rohani agama terkait.
H. Bina Rohani kepada Pasien Umum
1. Datangi semua unit untuk mencari pasien baru .
2. Ketok pintu
3. Ucapkan salam
4. Kenalkan diri
5. Tanyakan identitas dan keadaan pasien
6. Berikan materi Bina Rohani kepada keluarga pasien bahwa:
• Hidup itu adalah ujian, dalam menghadapi ujian harus tetap sabar dan ikhlas
• Allah tak akan menguji umat-Nya diluar batas kemampuan umat
• Kewajiban kita berdo’a dan berusaha
7. Berdo’a bersama dengan pasien dan keluarga dengan membaca do’a : “
Allahumma Robbannaasi Adzhibil Ba’sa Isfi Antasyafi La Syifa’a illaasyifaauka
Syifaa an Laayughodiru Saqoman “ dan do’a lainnya.
8. Berikan informasi pelayanan rohani di rumah sakit
9. Ucapkan mohon maaf dan terimakasih
10. Ucapkan salam.
2. Peran bina rohani dalam menjaga motivasi pasien untuk sembuh di
Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo
Peran Bina Rohani dalam menjaga motivasi pasien untuk sembuh
sangat penting, karena setelah adanya ikhtiar medis melalui obat dan
pemeriksaan dokter, program bina rohani dapat menjadi pelengkap untuk
menumbuhkan dorongan rohani berupa semangat dan kemauan untuk sembuh
pada diri pasien. Hal itu senada dengan yang disampaikan oleh Ust. Rohimin,
S.Ag selaku Kepala Sub Bagian Bina Rohani sebagai berikut :
Peran binroh sangat dibutuhkan karena kecemasan pasien dalam
mengahadapi sakit sangat dominan maka motivasi rohani sangat perlu
untuk lebih memberikan ketenangan pasien dalam proses pengobatan
secara medis di RSU ‘Aisyiyah Ponorogo59
59
Ibid
49
Hal ini juga di dukung pernyataan dari Bapak Suyadi salah satu pasien
yang menjalani perawatan inap di Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo
dari Desa Ngampel, Balong, Ponorogo bahwa peran Bina Rohani sangat
penting dan dibutuhkan oleh pasien dalam menumbuhkan motivasi untuk
sembuh. Dengan adanya bina rohani dapat menj adikan pasien lebih tenang
dan tidak berfikir macam-macam yang dapat menghambat proses kesembuhan
pasien. Seperti yang dituturkannya sebagai berikut :
Program Bina Rohani Sangatlah penting, program ini dapat
meningkatkan semangat pasien untuk sembuh dan tetap menjalankan
perintah agama meskipun dalam kondisi sakit, karena orang yang sakit
terkadang banyak pikiran macam-macam, yang dengan adanya
program bina rohani tersebut dapat menyadarkan dan memberikan
suntikan semangat baru60
Ustadz Dalhar Ashari, S.Pd.I menabahkan bahwa banyak pasien yang
senang dengan adanya bina rohani, kemudian rasa senang itu berdampak pada
motivasi yang kuat untuk sembuh dan berdampak pada hormon untuk sembuh
pada diri pasien, sebagaimana penuturannya sebagai berikut :
Ada, banyak pasien di RSU ‘Aisyiyah Ponorogo yang merasa senang
mendapatkan bimbingan rohani sehingga hormon untuk sembuh
meningkat, pasien menjadi termotivasi untuk segera sembuh serta
ingin segera bisa pulang ke rumah dan melakukan aktifitas seperti
sedia kala.61
Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Saiman warga Dkh. Ngragi,
Desa Singgahan, Pulung, Ponorogo yang mengungkapkan bahwa peran bina
rohani sangatlah vital dan sangat mendukung hak pasien untuk mendapatkan
pelayanan yang penuh hormat dan kasih sayang. Petugas bina rohani mampu
60
Transkrip Wawancara Kode 11/W/20-VI/2021 61
Transkrip Wawancara Kode 05/W/20-VI/2021
50
menata hati pasien untuk bisa ikhlas menjalani ketetapan yang datang dari
Allah SWT. Sebagaimana pernyataanya sebagai berikut :
Peran bina rohani sangatlah vital, program ini dapat menumbuhkan
motivasi untuk sembuh dalam hati pasien, saya selaku pasien merasa
trenyuh dan senang bisa dikunjungi dan diberi nasehat kebaikan oleh
petugas bina rohani, pelayanan yang diberikan seperti kepedulian
seseorang kepada keluarganya sendiri62
Ibu Sikem warga Dkh. Temon, Desa Biting, Badegan, Ponorogo juga
mengungkapkan bahwa secara psikologi peran bina rohani dapat
meningkatkan motivasi pasien untuk sembuh, sebagaimana penuturanya
sebagai berikut :
Dampak bina rohani secara pskologi dapat meningkatkan motivasi
pasien untuk sembuh dari sakit yang di derita pasien.
Kegiatan Bina Rohani RSU ‘Aisyiyah Ponorogo sangat berdampak
positif bagi pasien. Tidak hanya menambah wawasan agama pasien, bina
rohani juga memberikan dampak ketenangan kepada pasien yang sedang
menjalani rawat inap, apalagi pasien yang akan menjalani operasi biasanya
gelisah dan dengan adanya bina rohani dapat menenangkan pasien dan lebih
siap menjalani operasi. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ust. Rohimin,
S.Ag selaku Kepala Sub Bagian Bina Rohani sebagai berikut :
Pasien lebih tenang dan meminimalkan kecemasan pasien dalam
mengahadapi sakit, sehingga proses pengobatan secara medis sangat
terbantu. contohnya dengan ketenangan pasien maka pasien bisa lebih
mudah tidur sehingga bisa istirahat, mau makan sehingga bisa
memberikan kebugaran terhadap fisik pasien.63
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ust. Rohimin di atas
menunjukan bahwa peran Bina Rohani terhadap pasien itu sangat penting,
62
Transkrip Wawancara Kode 07/W/20-VI/2021 63
Transkrip Wawancara Kode 01/W/20-VI/2021
51
karena setelah adanya bina rohani pasien menjadi lebih tenang, dan lebih siap
menjalani proses pengobatan.
Ustadzah Sri Yuni Maharini, S.Pd.I selaku petugas bina rohani
menyatakan bahwa dampak dari pelaksanaan kegiatan bina rohani ini sangat
bagus dan berdapak pada tingkat kesebuhan yang tinggi. Seperti tuturnya
sebagai berikut:
Bina rohani berdampak pada tingkat harapan sembuh tinggi dan pasien
lebih termotivasi untuk dapat sembuh, Alhamdulillah dengan adanya
program bina rohani, pasien ada yg merasa senang ketika kami
berkunjung, dan menjalankan arahan bimbingan yang diberikan.64
Ustadz Sunaryo, S,Pd.I juga menambahkan bahwa dengan adanya
program bina rohani banyak pasien yang merasa senang dan terkesan karena
merasa lebih diperhatikan oleh pihak Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah
Ponorogo, sebagaimana pernyataannya sebagai berikut :
Ada, banyak pasien yang senang dan terkesan dengan adanya bina
rohani, pasien merasa mendapat perhatian khusus sehingga rasa senang
pada pasien dapat membantu proses kesembuhan pasien
Hal itu juga didukung oleh Bapak Hadi Sihono warga Dkh. Gading,
Desa Campursari, Sambit, Ponorogo yang menjalani perawatan inap di Ruang
Shafa Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo bahwa adanya bina rohani
dapat mendukung proses kesembuhan pasien, bahkan seharusnya seluruh
rumah sakit memiliki petugas kerohanian untuk seluruh pasienya,
sebagaimana pernyataannya sebagai berikut :
Program bina rohani sangat bagus dan sangat mendukung proses
kesembuhan pasien, Seharusnya seluruh rumah sakit memiliki
program seperti ini untuk mendorong motivasi pasien agar cepat
sembuh.65
64
Transkrip Wawancara Kode 03/W/20-VI/2021 65
Transkrip Wawancara Kode 10/W/20-VI/2021
52
Ibu Mahayu Lestari selaku keluarga dari pasien a.n Bapak Sujono
warga Dkh. Petung, Desa Binade, Ngrayun, Ponorogo juga menyampaikan
bahwa dengan adanya program bina rohani tidak hanya pasien menjadi tenang,
tetapi keluarga yang menunggu juga ikut menjadi tenang dan senang, merasa
lebih diperhatikan dan diingatkan untuk senantiasa menjalankan perintah
agama sesuai dengan kemampuanya meskipun dalam keadaan sakit.
Sebagaimana penuturannya :
Bina rohani menjadikan pasien lebih tenang dan keluarga juga ikut
tenang karena diberikan nasihat-nasihat yang sejuk dan mententramkan hati,
program ini sangat bermanfaat dan bagus untuk terus dilakukan.66
Ibu Umi Roziqoh warga Dkh. Pacar, Desa Besuki, Sambit, Ponorogo
selaku pasien yang menjalani persalinan di Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah
Ponorogo menyatakan bahwa adanya program bina rohani dapat menjadikan
kecemasan yang ada pada diri pasien menjadi berkurang, dengan risalah
nasehat agama yang diberikan menjadikan pasien lebih siap menjalani
persalinan, sebagaimana yang penyampaianya sebagai berikut :
Program bina rohani dapat mengurangi kecemasan yang ada pada diri
pasien, apalagi untuk ibu yang akan menjalani persalinan, terkadang
banyak kecemasan yang muncul dan sangat membutuhkan dorongan
motivasi agar tumbuh optimisme dalam menjalani proses persalinan67
Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukan bahwa dampak Bina
Rohani terhadap pasien itu sangat bagus, dengan adanya bina rohani pasien
merasa senang, merasa lebih diperhatikan dan merasa lebih tenang, dengan
ketenangan dan rasa senang tersebut maka pasien bisa lebih mudah tidur
66
Transkrip Wawancara Kode 12/W/20-VI/2021 67
Transkrip Wawancara Kode 09/W/20-VI/2021
53
sehingga bisa istirahat, menjadi mau untuk makan sehingga bisa memberikan
kebugaran terhadap fisik pasien.
3. Faktor pendukung dan penghambat Bina Rohani di Rumah Sakit Umum
‘Aisyiyah Ponorogo
Dalam pelaksanaan sebuah program atau kegiatan apapun, tentunya
terdapat faktor pendukung yang dapat memperlancar tujuan dari kegiatan
tersebut serta penghambat yang menjadi kendala dari pelaksanaan program
yang telah dicanangkan, tak terkecuali dalam pelaksanaan Bina Rohani kepada
pasien juga memiliki faktor pendukung dan penghambat, sebagaimana yang
disampaikan oleh Ust. Rohimin S, Ag selaku Kepala Sub Bagian Bina Rohani
di RSU ‘Aisyiyah Ponorogo sebagai berikut :
“Dalam pelaksanaan Bina Rohani peran Petugas yg komunikatif serta
perhatian terhadap pasien dan keluarga menjadi faktor pendukung yang sangat
penting dalam menunjang kesuksesan program bina rohani di Rumah Sakit
Umum ‘Aisyiyah Ponorogo, sedangkan Pasien dan penunggu pasien yg
kurang aktif atau tidak merasa butuh akan bimbingan rohani menjadi
penghambat kesuksesan dari program bina rohani”
Selaras dengan apa yang disampaikan diatas, Ustadzah Sri Yuni
Maharini, S.Pd.I mengatakan bahwa petugas bina rohani harus memiliki
kecakapan dalam komunikasi dan mampu memahami kondisi yang sedang
dialami oleh pasien, komunikasi yang efektif dan perhatian khusus yang
diberikan kepada pasien menjadi faktor pendukung keberhasilan program bina
rohani, sebagaimana pernyataannya sebagai berikut :
Kecakapan komunikasi yang efektif pada diri petugas bina rohani dan
kedalaman empati yang diberikan kepada pasien menjadi faktor penting dalam
keberhasilan proses bina rohani, dengan komunikasi yang efektif pesan ruhani
akan dapat tersampaikan dan dengan empati yang tinggi petugas bina rohani
dengan pasien akan berbicara dari hati ke hati, sehingga pasien merasa lebih
diperhatikan, merasa ada yang peduli, sehingga pasien akan mendengarkan
54
arahan dan siraman rohani yang diberikan oleh petugas bina rohani yang
berpengaruh terhadap keberhasilan dari tujuan bina rohani.68
Ustadz Dalhar Ashari memiliki pandangan lain dengan persoalan yang
menjadi kendala dalam proses keberhasilan bina rohani, menurut beliau
keterbatasan petugas bina rohani yang ada dibandingkan dengan banyaknya
jumlah pasien yang harus dikunjungi membuat kurang maksimal, sebagaimana
pernyataannya sebagai berikut :
Jumlah petugas bina rohani dibandingkan dengan banyaknya pasien
yang harus dikunjungi tidak seimbang, belum lagi petugas harus
memperhatikan jam-jam tertentu atau waktu dimana pasien nyaman untuk
dikunjungi dan diberikan bina rohani, terkadang kalau waktunya tidak tepat
pasien sedang tidur, atau pasien sedang makan, sehingga jumlah sdm yang ada
masih disesuaikan dengan jam yang efektif dalam berkunjung sehingga
menghambat proses dari bina rohani itu sendiri69
Ustadzah Enik Titin Rahayu, S.Ag menyatakan bahwa penyegaran
pengetahuan dan ketrampilan pada petugas bina rohani dengan adanya in
house training yang diberikan oleh Rumah Sakit sangat penting untuk
meningkatkan kecakapan komunikasi dan update pengetahuan dari petugas
bina rohani, sebagaimana yang disampaikan sebagai berikut :
Penyelenggaraan In House Training menjadi faktor pendukung proses
keberhasilan bina rohani, karena dengan adanya In House Training petugas
bina rohani menjadi mendapat ilmu baru, ketramilan baru dan lebih segar
pengetahuannya, adapun yang menjadi kendala dalam proses bina rohani
adalah banyaknya pasien yang harus dikunjungi dengan beragam klasifikasi
kondisi yang menjadikan perbedaan sikap atau materi yang diberikan dengan
pendekatan emosional yang berbeda sesuai dengan kondisi pasien masing-
masing.70
68
Transkrip Wawancara Kode 02/W/20-VI/2021 69
Transkrip Wawancara Kode 05/W/20-VI/2021 70
Transkrip Wawancara Kode 04/W/20-VI/2021
55
C. Analisis Data Hasil Penelitian
1. Teknis Bina Rohani kepada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum
‘Aisyiyah Ponorogo
Pelaksanaan Bina Rohani di RSU ‘Aisyiyah Ponorogo ditujukan
kepada seluruh pasien yang sedang menjalani rawat inap di rumah sakit
tersebut, sehingga pasien lebih komplek dan memiliki beragam keluhan dan
kondisi yang berbeda-beda yang mengakibatkan beda perlakuan terkait teknis
bina rohani yang dilakukan oleh petugas bina rohani di rumah sakit.
Perbedaan kondisi pasien yang beragam tersebut menjadikan bina rohani
menklasifikasikan kondisi pasien kedalam beberapa jenis yaitu sebagai
berikut :
1. pasien melahirkan,
2. pasien anak,
3. pasien psicomatis atau pasien yang mengalami ganguan psikologi,
4. pasien terminal atau pasien yang sedang dalam kondisi kritis,
5. pasien pre op atau pasien yang akan menjalani operasi,
6. Pasien post op atau telah menjalani operasi,
7. pasien non muslim.
Pemberian bina rohani kepada pasien yang telah diklasifikasikan
diatas memiliki standart prosedur operasional (SPO) yang berbeda-beda,
Pemberian bina rohani terhadap pasien yang akan melahirkan berbeda dengan
pasien yang akan menjalai operasi. Hal itu dilakukan agar tujuan dari bina
rohani dapat tercapai dengan baik.
2. Peran bina rohani dalam menjaga motivasi pasien untuk sembuh di
Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo
56
Fungsi motivasi adalah untuk mendorong manusia untuk berbuat,
menentukan arah perbuatan, untuk mencapai tujuan. Motivasi intrinsik adalah
motivasi yang berasal dari diri sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah
motivasi yang berasal dari luar diri sendiri.71
Peran Bina Rohani dalam
menjaga motivasi pasien untuk sembuh sangat penting, karena setelah adanya
ikhtiar medis melalui obat dan pemeriksaan dokter, program bina rohani
dapat menjadi pelengkap untuk menumbuhkan dorongan rohani berupa
semangat dan kemauan untuk sembuh pada diri pasien. Dengan adanya bina
rohani juga dapat memberikan ketenangan jiwa pada pasien karena diberikan
materi-materi keagamaan sehingga pasien merasa lebih dekat dengan Allah
SWT.
Kegiatan Bina Rohani RSU ‘Aisyiyah Ponorogo sangat berdampak
positif bagi pasien, Tidak hanya menambah wawasan agama pasien, bina
rohani juga memberikan dampak ketenangan kepada pasien yang sedang
menjalani rawat inap, apalagi pasien yang akan menjalani operasi biasanya
gelisah. Dengan adanya bina rohani dapat menjadikan pasien lebih tenang dan
tidak cemas serta tidak berfikiran negatif yang dapat menghambat proses
kesembuhan pasien. Dengan adanya bina rohani, pasien merasa senang,
merasa lebih diperhatikan dan merasa lebih tenang, dengan ketenangan dan
rasa senang tersebut maka pasien bisa lebih mudah tidur sehingga bisa
istirahat, mau untuk makan sehingga bisa memberikan kebugaran terhadap
fisik pasien.
71
Syarifan Nurjan, Psikologi Belajar, …. Hal. 160.
57
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi pasien untuk sembuh di
Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo
Peran Petugas yg komunikatif serta perhatian terhadap pasien dan
keluarga menjadi faktor pendukung yang sangat penting dalam menunjang
kesuksesan program bina rohani di Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo.
Kecakapan komunikasi yang efektif pada diri petugas bina rohani dan
kedalaman empati yang diberikan kepada pasien sangat penting dalam
keberhasilan proses bina rohani, dengan komunikasi yang efektif pesan akan
dapat tersampaikan dan dengan empati yang tinggi petugas bina rohani
dengan pasien akan berbicara dari hati ke hati, sehingga pasien merasa lebih
diperhatikan, merasa ada yang peduli, sehingga pasien akan mendengarkan
arahan dan siraman rohani yang diberikan oleh petugas bina rohani yang
berpengaruh terhadap keberhasilan dari tujuan bina rohani.
Faktor penting lain yang dapat mendukung pelaksanaan bina rohani
adalah penyegaran pengetahuan dan ketrampilan pada petugas bina rohani
melalui in house training yang untuk meningkatkan kecakapan komunikasi
dan update pengetahuan dari petugas bina rohani itu sendiri.
Pasien dan penunggu pasien yg kurang aktif atau tidak merasa butuh
akan bimbingan rohani menjadi penghambat kesuksesan dari program bina
rohani, selain itu jumlah petugas bina rohani dibandingkan dengan banyaknya
pasien yang harus dikunjungi tidak seimbang, belum lagi petugas harus
memperhatikan jam-jam tertentu atau waktu dimana pasien nyaman untuk
dikunjungi dan diberikan bina rohani, kalau waktunya tidak tepat seperti
58
pasien sedang tidur, atau pasien sedang makan dapat menghambat proses dari
bina rohani itu sendiri
Banyaknya pasien yang harus dikunjungi dengan beragam klasifikasi
kondisi yang menjadikan perbedaan sikap atau materi yang diberikan dengan
pendekatan emosional yang berbeda sesuai dengan kondisi pasien masing-
masing menjadi kendala atau tantangan tersendiri bagi petugas Bina Rohani
Di Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah Ponorogo