BAB IV Musik gamelan sebagai bagian dari Liturgi ibadah ...€¦ · liturgi ibadah. Dalam membahas...

17
68 BAB IV Musik gamelan sebagai bagian dari Liturgi ibadah Pemahaman Warga Jemaat terhadap musik gamelan dalam liturgi ibadah Liturgi ibadah sesungguhnya memerlukan kehadiran musik untuk mengiringi ibadah, sehingga suasana dalam ibadah semakin semangat dan bergairah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menganalisa pemahaman warga jemaat mengenai musik gamelan secara khusus, kemudian menganalisa pemahaman warga jemaat terhadap musik gamelan dalam liturgi. Pada bagian ini penulis membagi antara pemahaman musik gamelan secara khusus dan pemahaman musik gamelan dalam liturgi ibadah. Dalam membahas pertanyaan, penulis memulai dengan menganalisa musik gamelan secara khusus. Menurut penulis setiap orang Kristen memahami liturgi ibadah berbeda-beda, tetapi dari perbedaan tersebut menghasilkan sebuah kemiripan dan tujuan yang sama, yaitu perjumpaan umat dengan Allah, sehingga penulis tidak menganalisa teori liturgi secara khusus melainkan membahas musik gamelan. Musik gamelan Jawa merupakan musik yang diteruskan secara generasi ke generasi, sehingga generasi sekarang melanjutkan budaya yang sudah ada, contohnya: musik gamelan/karawitan. Selanjutnya kehadiran musik gamelan di Indonesia sudah cukup lama, terutama dalam upacara tradisi di Keraton. Pada upacara tradisi tersebut, peran karawitan atau musik gamelan menjadi penting, sehingga upacara tersebut memerlukan kehadiran musik gamelan. Berdasarkan hal tersebut penulis menganalisa pemahaman jemaat mengenai musik gamelan.

Transcript of BAB IV Musik gamelan sebagai bagian dari Liturgi ibadah ...€¦ · liturgi ibadah. Dalam membahas...

  • 68

    BAB IV

    Musik gamelan sebagai bagian dari Liturgi ibadah

    Pemahaman Warga Jemaat terhadap musik gamelan dalam liturgi ibadah

    Liturgi ibadah sesungguhnya memerlukan kehadiran musik untuk mengiringi

    ibadah, sehingga suasana dalam ibadah semakin semangat dan bergairah. Berdasarkan

    hasil penelitian yang dilakukan, penulis menganalisa pemahaman warga jemaat

    mengenai musik gamelan secara khusus, kemudian menganalisa pemahaman warga

    jemaat terhadap musik gamelan dalam liturgi. Pada bagian ini penulis membagi antara

    pemahaman musik gamelan secara khusus dan pemahaman musik gamelan dalam

    liturgi ibadah. Dalam membahas pertanyaan, penulis memulai dengan menganalisa

    musik gamelan secara khusus. Menurut penulis setiap orang Kristen memahami

    liturgi ibadah berbeda-beda, tetapi dari perbedaan tersebut menghasilkan sebuah

    kemiripan dan tujuan yang sama, yaitu perjumpaan umat dengan Allah, sehingga

    penulis tidak menganalisa teori liturgi secara khusus melainkan membahas musik

    gamelan.

    Musik gamelan Jawa merupakan musik yang diteruskan secara generasi ke

    generasi, sehingga generasi sekarang melanjutkan budaya yang sudah ada, contohnya:

    musik gamelan/karawitan. Selanjutnya kehadiran musik gamelan di Indonesia sudah

    cukup lama, terutama dalam upacara tradisi di Keraton. Pada upacara tradisi tersebut,

    peran karawitan atau musik gamelan menjadi penting, sehingga upacara tersebut

    memerlukan kehadiran musik gamelan. Berdasarkan hal tersebut penulis menganalisa

    pemahaman jemaat mengenai musik gamelan.

  • 69

    Pada bagian ini, penulis menganalisa pemahaman jemaat mengenai musik

    gamelan. Penulis membagi pemahaman warga jemaat menjadi dua yaitu pemahaman

    warga muda dewasa dan pemahaman Adiyuswa (lanjut usia).

    Awalnya penulis menganalisa bahwa pemahaman antara warga muda dan Adiyuswa

    mengenai musik gamelan berbeda-beda sehingga dalam menganalisa pemahaman

    tersebut dibagi menjadi dua kategori pemahaman mengenai musik gamelan.

    Berdasarkan hasil penelitian penulis dengan beberapa warga muda dan pemuda di

    GKJ Salatiga selatan, mereka berpendapat bahwa hampir semua warga muda tidak

    mendalami pengertian, maupun sejarah dari musik gamelan tersebut. Dalam

    wawancara tersebut, mereka berpendapat bahwa musik gamelan adalah musik

    tradisional yang berasal Jawa. Penggunaan gamelan untuk mengiringi upacara dan

    acara-acara penting di Keraton.

    Menurut penulis dalam memahami musik gamelan dalam Liturgi ibadah, yang

    menjadi salah satu ukuran memahami musik gamelan berawal dari pemahaman warga

    jemaat mengenai sejarah maupun alat-alat dari musik gamelan, sehingga warga

    jemaat benar-benar paham mengenai musik gamelan dalam liturgi. Terutama warga

    jemaat yang asli dari daerah Jawa memahami musik gamelan secara mendalam,

    walaupun tidak memainkan. Jikalau wamuda mempunyai bakat bermain musik

    gamelan, maka orang tersebut akan mencari dengan pasti mengenai musik gamelan,

    alat-alat yang digunakan. Dikarenakan musik gamelan Jawa merupakan alat musik

    tradisional yang secara turun-temurun dan berasal dari daerah Jawa, penulis

    berpendapat bahwa warga muda dapat mempelajari serta memahami dengan baik

    mengenai musik gamelan. Dalam memahami musik gamelan dengan tepat dan baik,

  • 70

    membutuhkan proses yang lama dan mendalam, sehingga dalam hal ini warga muda

    maupun pemuda membutuhkan proses yang lama dalam memahami musik gamelan.

    Penulis beranggapan bahwa pemahaman warga muda dan pemuda terhadap

    musik gamelan memasuki kategori pendengar maupun penikmat musik gamelan

    sehingga dalam wawancara tersebut, hampir semua warga muda dan pemuda tidak

    memahami sejarah maupun pengertian musik gamelan, tetapi mereka menikmati

    musik gamelan. Hal tersebut terlihat ketika dari sekolah dasar, mereka mengikuti

    pertunjukan wayang sehingga mereka menikmati wayang serta permainan musik

    gamelan. Jika penulis menggali lebih jauh, hampir semua warga muda mengenal dan

    mendengar musik gamelan sejak SD maupun SMP. Dalam hal ini warga muda tidak

    menggali atau mendalami musik gamelan, tetapi menikmati permainan musik

    gamelan. Sejak pihak GKJ Salatiga Selatan membeli musik gamelan tersebut, anggota

    pemuda dan wamuda kembali berlatih bermain gamelan. Beberapa dari mereka

    belajar dari awal untuk bermain gamelan, sehingga dapat penulis simpulkan bahwa

    wamuda dan pemuda bermain secara otodidak atau berlatih sendiri tanpa mengadakan

    kursus bermain musik gamelan. Berdasarkan hal tersebut wajar saja jikalau wamuda

    tidak mendalami musik gamelan tersebut. Sangat disayangkan jikalau diantara

    wamuda tidak mendalami musik gamelan secara penuh.

    Lalu dalam penelitian, beberapa warga wamuda mengatakan bahwa GKJ Salatiga

    Selatan masih merintis terhadap kehadiran musik gamelan dalam mengiringi ibadah,

    karena sebelumnya hanya menggunakan keyboard dalam mengiringi ibadah. Sampai

    saat inipun GKJ Salatiga Selatan masih menggunakan keyboard dalam mengiringi

  • 71

    ibadah. Akan tetapi pada minggu I, ibadah diiringi oleh musik gamelan atau

    karawitan, sedangkan minggu IV menggunakan formasi band.

    Dengan informasi yang diperoleh, penulis menyadari bahwa GKJ Salatiga

    Selatan membutuhkan proses yang lama dan mendalam mengenai musik gamelan

    dikarenakan masih tergolong muda dalam memainkan musik gamelan dalam ibadah.

    Menurut penulis dalam memainkan musik gamelan maupun musik yang lain, kita

    harus memahami serta mendalami permainan yang akan kita mainkan. Saat ini zaman

    sudah semakin modern, sehingga memudahkan setiap orang untuk menggali lebih

    jauh bahkan mendalami alat musik yang dimainkan. Dalam hal ini warga muda

    maupun pemuda dapat mendalami dan memahami musik gamelan melalui internet,

    sehingga pemahaman wamuda dan pemuda dapat diperlengkapi melalui

    informasi-informasi yang didapatkan.

    Menurut penulis salah satu cara bisa dilakukan ialah mendatangkan seseorang

    yang mendalami musik gamelan, sehingga jemaat dapat mendengarkan dan

    memperoleh informasi mengenai musik gamelan. Ketika wawancara dengan warga

    muda dan pemuda, diantaranya merupakan pemain musik gamelan wamuda. Dalam

    wawancara tersebut mengatakan bahwa ia hanya bisa bermain musik gamelan secara

    sendiri tetapi tidak mendalami musik gamelan secara teori. Ia sangat tertarik dengan

    musik gamelan sehingga ia bermain musik gamelan. Dalam hal sejarah musik

    gamelan ia tidak mengetahui dengan benar. Berdasarkan hal tersebut, penulis

    beranggapan bahwa hampir semua warga muda yang bermain musik gamelan

    merupakan praktisi lapangan (bermain otodidak), sehingga mereka hanya mengetahui

    bermain musik gamelan. Penulis sangat menyayangkan hal tersebut, karena wamuda

    adalah penerus gereja sehingga mereka akan meneruskan budaya ini dan mendalami

  • 72

    musik gamelan. Jikalau mereka tidak mendalami musik gamelan secara tepat, maka

    generasi selanjutnya akan menghadapi hal yang sama tanpa mengetahui dengan pasti

    sejarah masa lalu maupun alat musik gamelan secara utuh. Dalam hal ini dibutuhkan

    proses yang panjang dan mendalam sehingga wamuda tersebut dapat mengetahui

    dengan pasti mengenai musik gamelan.

    Selanjutnya pemahaman Adiyuswa mengenai musik gamelan berbeda dengan

    pemahaman wamuda. Pemahaman Adiyuswa mengenai musik gamelan memberikan

    informasi kepada penulis. Pemahaman Adiyuswa antara satu dengan yang lain saling

    melengkapi mengenai musik gamelan, sehingga penulis dapat memahami musik

    gamelan. Pemahaman Adiyuswa akan terus berkembang jikalau diantara mereka

    memperdalam informasi dari berbagi sumber terpercaya, sehingga pengetahuan

    tersebut dapat dibagikan kepada wamuda maupun pemuda di GKJ Salatiga Selatan.

    Pada dasarnya musik gamelan dapat dilepajari melalui teori dan belajar bermain

    musik, sehingga keduanya dapat berjalan seiring berjalannya waktu.

    Melihat sejarah mula adanya musik gamelan di GKJ Salatiga Selatan berawal

    dari kumpulan Adiyuswa yang ingin melestarikan budaya Jawa melalui adanya musik

    gamelan dalam ibadah. Pada saat itu beberapa Adiyuswa dan jemaat yang lain

    mencari dana untuk membeli musik gamelan. Harus diakui bahwa Adiyuswa

    membawa peran yang besar terhadap musik gamelan di GKJ Salatiga Selatan.

    Kelompok Adiyuswa ingin melestarikan budaya Jawa dan ingin adanya re-generasi

    sehingga anak-anak muda dapat melanjutkan yang telah ada dan yang diusahakan

    oleh kaum Adiyuswa. Penulis berpikir bahwa ide tersebut merupakan ide yang baik

    dan tepat dalam mempertahankan dan melestarikan budaya Jawa. Semua harus

    bermula dari mimpi, kemudian diusahakan dan dipertahankan dengan adanya

    re-generasi tersebut.

  • 73

    Setiap kebudayaan akan tetap eksis dan bertahan jikalau adanya re-generasi yang

    akan meneruskannya. Sebagai kaum Adiyuswa berharap dan berusaha agar warga

    muda dapat melestarikan dan mempertahankan identitas Jawa dalam liturgi ibadah.

    Selain itu dalam penelitian tersebut, kaum Adiyuswa berharap warga muda dapat

    menggunakan bahasa Jawa yang seharusnya, karena antara musik gamelan dan bahasa

    Jawa merupakan satu kesatuan, sehingga dalam memainkan musik gamelan,

    seseorang harus bisa berbahasa Jawa sehingga dapat menghayati permainan musik

    gamelan. Dengan melestarikan dan mempertahankan musik gamelan, secara otomatis

    warga muda juga dapat berbahasa Jawa dengan baik dan benar, sehingga identitas

    Jawa dapat dipertahankan dan tetap eksis, meskipun zaman sudah semakin modern.

    Berdasarkan pengamatan penulis pada minggu pertama menggunakan

    gamelan, permainan kelompok Adiyuswa menyatu dibandingkan permainan wamuda.

    Dalam hal ini penulis tidak menghakimi melainkan mencoba merasakan permainan

    dari keduanya. Itu artinya kelompok Adiyuswa sudah lama berlatih bermain gamelan

    dan mempunyai spirit dalam bermain musik gamelan, sehingga menyatu dengan alat

    musiknya. Berdasarkan hasil wawancara beberapa wamuda menyadari bahwa dengan

    adanya keterbatasan waktu dalam berlatih sehingga wamuda tidak sering berlatih

    dibandingkan Adiyuswa. Lalu beberapa wamuda juga menyadari bahwa mereka harus

    tetap berlatih sehingga dapat bermain dengan maksimal. Jika penulis melihat satu sisi

    lain yaitu wamuda ingin melestarikan dan mempertahankan identitas Jawa dengan

    mengiringi musik gamelan. Walaupun ada keterbatasan waktu hal tersebut tidak

    menjadi hambatan dan tantangan bagi wamuda, melainkan menjadi motivasi menjadi

    lebih baik.

    Selanjutnya pemahaman warga jemaat terhadap musik gamelan sebagai

    bagian dari Liturgi ibadah dijadikan satu, karena dari pemahaman jemaat berkaitan

  • 74

    dengan hal tersebut saling melengkapi dan menguatkan sehingga penulis tidak

    membagi kategori melainkan menjadikan satu kesatuan yang menguatkan. Warga

    jemaat mengatakan bahwa pada dasarnya liturgi ibadah dan musik ibadah tidak bisa

    dilepaskan dan saling berkaitan sehingga menghasilkan liturgi yang indah, khusuk

    dan menyentuh, karena sebagaian besar unsur Liturgi ibadah berasal dari musik dan

    nyanyian. Jikalau dalam liturgi ibadah tidak ada musik, maka suasana ibadah akan

    berbeda dan tidak khusuk.

    Musik gamelan dalam liturgi ibadah merupakan saling berkaitan antara satu

    dengan yang lain, khususnya dalam Liturgi GKJ sehingga keduanya tidak dapat

    dipisahkan melainkan berjalan bersamaan. Sebagai contoh, ketika ibadah belum

    dimulai, musik gamelan mengalunkan lagu-lagu rohani Jawa untuk mengantarkan

    jemaat dapat beribadah dengan khusuk dan tenang, karena bagi orang Jawa beribadah

    merupakan bertemunya dengan sang Ilahi sehingga keadaan harus tenang dan khusuk.

    Melihat sejarah dari gamelan atau karawitan, karawitan berasal dari kata rawit yang

    berarti halus.1 Jikalau musik gamelan dalam liturgi ibadah akan menghasilkan liturgi

    yang mengalun halus seperti musik gamelan. Pada dasarnya musik gamelan

    mempunyai musik yang halus, akan tetapi jikalau suatu lagu itu gembira maka musik

    gamelan dapat menyesuaikan dengan lagu tersebut. Dalam karawitan atau Musik

    gamelan dapat menghasilkan beberapa suasana musik diantaranya musik senang,

    musik sedih, musik sukacita dan musik yang lain. Sama halnya dengan liturgi, ada

    saatnya mengaku dosa, menyambut Firman, merespon Firman, memberikan

    persembahan serta ibadah penutup. Semua hal tersebut dapat dimainkan dan

    dilatunkan melalui kehadiran musik gamelan dalam liturgi.

    1 Purwadi dan Afendy Widayat Seni Karawitan Jawa Ungkapan keindahan dalam Musik

    Gamelan, ( Yogyakarta: Hanan Pustaka, 2006), hal 1.

  • 75

    Berdasarkan penelitian tersebut warga jemaat mengatakan bahwa dikarenakan

    lagu-lagu Jawa mempunyai nada pentatonik sehingga diperlukan orang yang dapat

    meraransemen nada pentatonik menjadi diatonik. Musik gamelan mempunyai nada

    diatonik. Sampai saat ini lagu-lagu yang bernada diatonik masih sedikit sehingga

    diperlukan orang yang dapat meransemen dari pentatonik menjadi diatonik. GKJ

    Salatiga Selatan mempunyai orang yang dapat meransemen nada tersebut, tetapi

    masih banyak nada-nada yang belum semua dipindahkan menjadi nada diatonik.

    Dalam hal ini penulis mengatakan bahwa setiap minggu pertama menggunakan

    gamelan, lagu-lagu yang sudah menjadi nada diatonik dimasukkan dalam liturgi

    ibadah sehingga lagu-lagu tersebut dapat diiringi dengan musik gamelan. Penulis

    berpendapat bahwa GKJ Salatiga Selatan masih berproses dan berkembang menjadi

    lebih baik dalam bemain musik gamelan. Oleh karena itu, penulis menyarankan

    diperlukan studi banding ke GKJ yang sudah lebih dahulu menggunakan musik

    gamelan dan sudah banyak mengaransemen ke nada diatonik sehingga lagu-lagu yang

    ada semakin banyak dan berkembang.

    Berdasarkan hal tersebut, dalam buku E.Martasudjita yang berjudul Pengantar

    Liturgi: Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi mengatakan bahwa ‘salah satu bentuk

    dari liturgi adalah musik. Manusia tidak bisa melepaskan diri dari musik. Musik selalu

    menjadi bagian ungkapan dan media komunikasi manusia. Apa yang terkadang tidak

    dapat disampaikan melalui kata-kata, dapat diungkapkan melalui musik oleh karena

    itu liturgi gereja menggunakan musik sebagai salah satu bentuk ungkapan perayaan

    iman. Musik memiliki peranan yang penting dalam liturgi’2.

    2 E. Martasudjta, Pr, Pengantar Liturgi: Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi, ( JogjaL: Kanisius,

    1999), 134-135.

  • 76

    Adapun peranan musik dalam liturgi menurut paham Konsili Vatikan II yaitu

    ‘musik sebagai bagian dari liturgi, musik menggungkapkan partisipasi aktif umat dan

    musik memperjelas misteri Kristus’.3 Menurut Penulis, berdasarkan peranan musik

    dalam liturgi tersebut merupakan penjelasan bahwa musik tidak bisa dilepaskan dari

    Liturgi ibadah begitupun sebaliknya Liturgi tidak bisa dilepaskan dari Musik. Sebagai

    contoh yang nyata, bahwa sebelum ibadah maupun sesudah ibadah, musik gamelan

    mengambil peranan yang penting dalam sebuah liturgi ibadah yaitu memainkan

    melodi yang lembut sesuai dengan khas Jawa yang membuat hati seseorang tersentuh,

    mengena dengan irama atau melodi yang dimainkan sehingga jemaat dapat

    merasakan ibadah yang khusuk maupun ibadah yang mengena melalui alunan musik

    gamelan. Tanpa sadar atau sadar musik gamelan memainkan peranan yang penting

    dalam Liturgi ibadah. Seandainya dalam Liturgi tidak ada musik, maka ibadah

    tersebut akan terasa hampa dan tidak bermakna.

    Musik mempunyai sesuatu yang tidak bisa digantikan apapun sehingga

    kehadiran musik dalam Liturgi merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

    Peranan pertama menurut paham Konsili Vatikan II yaitu musik sebagai bagian dari

    liturgi itu sendiri. Menurut penulis, peranan tersebut menjadi penting bagi pelayanan

    dalam ibadah, bahwa musik bukan hanya menjadi tempelan dalam ibadah melainkan

    musik benar-benar menjadi bagian dari liturgi itu sendiri. Musik gamelan

    mendapatkan tempat yang indah dihati setiap jemaat. Musik gamelan melihat suatu

    nyanyian yang tepat, sehingga penghayatan terhadap lagu tersebut menyentuh dan

    bermanfaat bagi jemaat yang hadir. Sebagai contoh, jika dalam pengakuan dosa,

    musik gamelan tersebut harus dimainkan secara lembut dan indah, sehingga jemaat

    dapat menghayati bagian dari Liturgi yaitu pengakuan dosa. Selain itu dalam

    3 E. Martasudjta, Pr, Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi, 190-196.

  • 77

    memberikan persembahan, musik gamelan dimainkan dengan irama bergembira atau

    dengan ungkapan syukur, sehingga dalam memberikan persembahan jemaat dapat

    memberikan dengan hati yang tulus dan berkenan kepada Tuhan.

    Peranan kedua dalam paham Konsili Vatikan II yaitu musik mengungkapkan

    pastisipasi aktif umat. Dalam hal ini beberapa lagu dan musik menyesuaikan tema

    liturgi dan akan membantu jemaat dalam beribadah. Artinya berdasarkan tema yang

    ada disusun sebuah lagu-lagu yang berdasarkan tema sehingga jemaat dapat

    menyanyikan dan menghayati nyanyian tersebut berdasarkan tema yang ada dalam

    ibadah. Musik gamelan mengambil peranan yang penting dalam hal ini sehingga

    jemaat dapat merasakan perasaan yang menyentuh dan mengena dalam mengikuti

    ibadah.

    Sesuai dengan peranan yang ketiga yaitu musik memperjelas misteri Kristus.

    Dalam hal ini, melalui isi syair lagu Jawa dapat memperjelas misteri Kristus, sehingga

    jemaat merenungkan dan merefleksikan sesuai dengan melodi maupun syair yang

    dilatunkan melalui perjumpaan dengan Allah. Dengan menyanyikan lagu tersebut

    maka jemaat akan merasakan perjumpaan yang indah bersama dengan Allah dan

    dihayati dengan sungguh-sungguh kehadiran Tuhan dalam ibadah tersebut. Sebagai

    contoh, syair Kidung Pasamuwan Kristen 249:1,2,3

    Gusti Yesus Sinalib

    Gusti Yesus sinalib, sinrahken Allah priyangga, karsa nyangga paukuman myang

    laknat, dados lintuning jagad.

    Gusti Yesus sinalib,sinami lan tiang dosa, nging yektine dosa duraka kita sinanggi ng

    sriranya.

    Gusti Yesus sinalib, ngurbanken srira pribadya, mrih manungsa rukun klayan Sang

    Rama temah gesang raharja.

  • 78

    Terjemahan lagu tersebut sebagai berikut

    Tuhan Yesus disalib, serahkan diri pribadi, mau menyangga hukuman dan laknat jadi

    ganti dunia.

    Tuhan Yesus disalib, disamakan orang berdosa, sesungguhnya dosa kita ditanggumg

    olehNya.

    Tuhan Yesus disalib, korbankan diri pribadi agar insan rukun dengan Bapa sehingga

    hidup sejahtera.

    Pada dasarnya setiap lagu Kidung Pasamuwan Kristen dapat memperjelas misteri

    Yesus yang dirayakan dalam liturgi. Melalui syair tersebut umat dapat merenungkan

    dan menghayati sesuai dengan tema liturgi. Dalam syair lagu dapat merasakan dan

    mengalami perjumpaan dengan Allah.

    Seorang warga jemaat mengatakan bahwa ‘pada awalnya musik gamelan tidak

    difungsikan dalam mengiringi ibadah. Musik gamelan difungsikan untuk mengiringi

    upacara di Keraton. Namun dalam perkembangannya gereja menggunakan musik

    gamelan sebenarnya memberikan warna sentuhan Jawa. Lalu seniman-seniman yang

    bergereja menambah permusikan dengan nuansa Jawa yaitu musik gamelan dalam

    mengiringi ibadah. Musik gamelan dalam liturgi merupakan adanya dukungan gereja

    kepada kearifan lokal. Ia berpendapat bahwa musik gereja tidak hanya menggunakan

    musik dari Barat, yaitu Piano/organ melainkan dapat menggunakan musik gamelan

    sebagai pengiring ibadah.4 Dalam hal ini penulis sangat setuju dengan pendapat

    tersebut bahwa musik gamelan merupakan sebuah dukungan yang dilakukan GKJ

    untuk mendukung kearifan lokal dan mempertahankan identitas sebagai orang Jawa.

    GKJ bukan hanya bertempat di wilayah Jawa melainkan sebuah entitas Jawa yang

    4 “AG”, Wawancara Jemaat, Salatiga, 24 Agustus 2017.

  • 79

    harus dilestarikan dan dipertahankan oleh umat. Karena itu musik gamelan dalam

    Liturgi ibadah merupakan sebuah dukungan terhadap kearifan lokal sehingga dalam

    hal ini GKJ mempertahankan identitas Jawa melalui penggunaan musik gamelan

    dalam ibadah.

    Dalam penelitian, pemahaman beberapa jemaat mengatakan bahwa musik

    gamelan merupakan identitas Jawa yang harus dipertahankan dan dimiliki oleh setiap

    orang Jawa khususnya. Musik gamelan merupakan sebuah kesenian yang berasal dari

    Jawa, sehingga sebagai orang Jawa menjadi sebuah identitas Jawa yang harus

    dipertahankan. Sama halnya dengan kesenian yang lain seperti wayang kulit, dan

    tarian. Musik gamelan juga merupakan bagian dari wayang kulit dan tarian yang

    berasal dari Jawa. Dalam buku Liliweri yang berjudul Makna Budaya dalam

    Komunikasi Antarbudaya, identitas budaya merupakan rincian karakteristik atau

    ciri-ciri sebuah kebudayaan yang dimiliki oleh sekelompok orang yang diketahui

    batas-batasnya dibandingkan kebudayaan yang lain.5 Menurut Koentjaraningrat,

    masyarakat adalah semua kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu

    sistem adat istiadat tertentu yang bersiat kontiniu dan yang terikat oleh suatu rasa

    identitas bersama.6

    Identitas Jawa menurut penulis ialah sebuah jati diri atau ciri dari budaya Jawa

    yang membedakan budaya yang satu dengan yang lain, sehingga melalui jati diri Jawa

    tersebut daerah yang lain dapat melihat perbedaan yang membedakan Jawa

    dibandingkan budaya yang lain. Setiap budaya memiliki ciri khas masing-masing dan

    itulah yang memperkaya setiap budaya dengan adanya perbedaan. Dalam hal ini

    5 Aldo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.

    2002), 72.

    6 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antrologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 115-118.

  • 80

    identitas budaya Jawa mempunyai ciri khas yang berbeda dengan budaya yang lain,

    sehingga dinamakan identitas.

    Berdasarkan hal tersebut, musik gamelan merupakan sebuah identitas budaya

    Jawa dan harus dilestarikan dan dipertahankan sehingga identitas tersebut menjadi

    kekuatan bagi budaya Jawa dalam mempertahankan musik gamelan, terutama dalam

    mengiringi ibadah Minggu. Menurut penulis, hal tersebut menjadi kekuatan GKJ

    Salatiga dalam membangun dan mempertahankan budaya Jawa dalam era sekarang ini.

    Tidak bisa dipungkiri bahwa dunia semakin modern sehingga alat musik juga

    mengikuti zaman yang modern. Oleh karena itu penulis mengambil judul tesis:

    Penggunaan Musik Gamelan sebagai identitas Jawa dalam Liturgi ibadah. Menurut

    penulis, GKJ Salatiga Selatan mengambil langkah yang baik dan tepat dalam hal

    menjaga dan mempertahankan identitas Jawa. Musik gamelan tidak bisa terlepas

    dengan bahasa Jawa didalamnya. Bahasa Jawa dan musik gamelan merupakan satu

    kesatuan yang tidak bisa dipisahkan melainkan keduanya saling berkaitan. Dalam hal

    ini, bahasa Jawa merupakan bagian dari identitas Jawa. Dengan mengambil langkah

    yang tepat, GKJ Salatiga Selatan dapat mempertahankan dan menjaga identitas Jawa

    yang sudah ada tersebut. Menurut penulis dalam menjaga dan mempertahankan

    tersebut dibutuhkan tekad dan niat yang kuat, karena tidaklah mudah

    mempertahankan identitas tersebut. Banyak gereja-gereja lain ingin mempertahankan

    dan menjaga identitas Jawa yang mungkin selama ini tidak kelihatan oleh orang. Hal

    tersebut mungkin tidak didukung oleh berbagai hal sehingga membutuhkan proses

    yang panjang, artinya GKJ Salatiga Selatan memilih jalan yang tepat sehingga

    kedepannya harus tetap dijaga dan dipertahankan identitas Jawa yang suda ada

    sekarang, bahkan harus berkembang dari sebelumnya.

  • 81

    ‘Dalam melaksanakan liturgi ibadah selalu menggunakan musik. Jika

    memperhatikan GKJ, kata Jawa bukan hanya tempat tetapi budaya. Memasukkan

    budaya Jawa berupa musik gamelan dalam liturgi artinya ‘menjawakan’ ibadah

    sehingga identitas Jawa tetap ada dan tidak hilang. Bukan hanya musik gamelan tetapi

    bahasa Jawa. Identitas yang dimaksudkan berupa bahasa Jawa dan musik gamelan.

    Musik Gamelan masuk dalam Liturgi ibadah Minggu bertujuan untuk menjaga

    kekhusukan dalam ibadah sehingga jemaat dapat beribadah dengan baik’.7 Penulis

    bependapat bahwa dengan kehadiran musik gamelan dalam liturgi, dapat dikatakan

    bahwa liturgi ‘menjawakan’ ibadah, artinya dari setiap sisi bahasa Jawa dan musik

    Jawa mewarnai ibadah tersebut. Dalam liturgi terdapat lagu-lagu Jawa, berkotbah

    menggunakan bahasa Jawa, menggunakan iringan musik gamelan, serta diharapkan

    jemaat menggunakan batik pada ibadah minggu pertama. Menurut penulis hal tersebut

    menunjukan identitas Jawa dalam liturgi ibadah. Jikalau penulis beribadah di GKJ

    Salatiga Selatan, penulis merasakan suasana Jawa di dalam liturgi. Liturgi tersebut

    dapat dikatakan kontekstual sebab menggunakan ornamen maupun bahasa Jawa

    didalamnya. Dalam hal ini GKJ Salatiga Selatan menunjukkan identitas Jawa dalam

    hal liturgi ibadah.

    ‘Kehadiran musik gamelan dalam Liturgi membuat liturgi semakin

    kontekstual dan variatif. Ia mengatakan bahwa musik gamelan Jawa memiliki ciri

    yang berbeda dengan musik gamelan sunda maupun Bali, sehingga ketika musik

    gamelan Jawa mengiringi liturgi maka liturgi semakin hidup, mengena serta

    bervariatif’.8 Berdasarkan kalimat tersebut, dapat dikatakan adanya liturgi variatif

    dan liturgi kontekstual yang dilakukan GKJ Salatiga Selatan. Liturgi variatif berarti

    setiap minggu gereja tersebut memiliki susunan liturgi yang berbeda-beda, tetapi tidak

    7 “ SP”, Wawancara Jemaat, Salatiga, 13 Juni 2017.

    8 “AG, Wawancara Jemaat, Salatiga, 24 Agustus 2017.

  • 82

    merubah aspek penting yaitu Votum, Pengakuan dosa, Firman Tuhan, dan Berkat.

    Selain dari hal tersebut menjadi variatif dari setiap minggunya sehingga ibadah

    semakin menjadi berbeda setiap minggunya. Liturgi kontekstual berarti liturgi yang

    menggunakan bahasa dan aturan dari daerah tertentu, dalam hal ini menggunakan

    bahasa Jawa dan musik gamelan dalam ibadah.

    Jikalau dilihat dari sejarah karawitan, dimana hubungan antara raja, karawitan

    dan upacara tradisi memiliki hubungan yang saling berkaitan sehingga menghasilkan

    sebuah system.9 Dalam hal ini penulis berhipotesa melihat dari kacamata Kristen,

    dimana gereja menggunakan musik gamelan sebagai pengiringi dalam ibadah. Penulis

    mengaitkan antara Ilahi, musik gamelan dan liturgi.

    Dalam hal ini antara Tuhan, musik gamelan dan liturgi merupakan sebuah sistem

    yang tidak bisa dipisahkan, dalam hal ini menggunakan kebudayaan. Jikalau ditarik

    secara umum, musik gamelan merupakan sebuah instrumen musik sehingga penulis

    dapat mengaplikasikan buku Joko Daryanto mengenai hubungan Tuhan, musik

    gamelan dan liturgi.

    Alasan GKJ Salatiga Selatan menggunakan musik gamelan dalam ibadah

    Minggu

    Berdasarkan hasil penelitian, alasan GKJ Salatiga Selatan menggunakan

    musik gamelan dalam Liturgi ibadah adalah yang pertama, gereja ini adalah Gereja

    Kristen Jawa yang mempertahankan budaya Jawa. Dan hal tersebut diakui oleh

    pemerintah, bahwa satu-satunya yang masih mempertahankan budaya Jawa adalah

    GKJ. Berdasarkan pemikiran tersebut, sebagai orang Jawa berusaha nguri-uri (

    memelihara) budaya Jawa mulai dari penggunaan alat musik Jawa, terutama musik

    9 Joko Daryanto, Karawitan Karaton Surakarta, (Surakarta:ISI Press Surakarta, 2016), 45-46.

  • 83

    Gamelan. Itu sebabnya pada awalnya, kita ingin ibadah diiringi dengan budaya

    Jawa. Persoalannya adalah tidak semua orang Jawa menguasai budaya Jawa, bahkan

    berbahasa Jawa tidak semua tahu”.10

    Berdasarkan alasan tersebut terlihat bahwa pada awalnya jemaat GKJ Salatiga

    Selatan berpikir bahwa alat musik gamelan merupakan hasil budaya Jawa yang harus

    dilestarikan dan dipelihara. Sesuai dengan namanya ‘GKJ’ dimana gereja yang harus

    mempertahankan kesukuannya dengan cara melestarikan musik gamelan. Dan hal

    tersebut juga diakui oleh pemerintah bahwa satu-satunya yang masih

    mempertahankan budaya Jawa adalah GKJ. Menurut penulis, hampir semua

    gereja-gereja bernunsa etnis menghilangkan atau tidak menggunakan alat musik

    tradisionalnya dalam mengiringi ibadah. Selain terbatasnya sumber daya manusia,

    dikarenakan rasa cinta terhadap budaya tersebut belum terpikir untuk memasukkan

    unsur budaya dalam mengiringi ibadah. Dalam hal ini memerlukan penelitian yang

    mendalam. Akan tetapi berdasarkan pemikiran penulis bahwa musik gamelan harus

    dilestarikan dan dipelihara maka kesadaran dan kecintaan jemaat GKJ Salatiga selatan

    harus diikuti dan tertanam oleh gereja-gereja lain dalam menerapkan alat musik

    gamelan maupun musik dari daerah masing-masing dalam mengiringi ibadah minggu.

    Dengan kata lain bahwa warga jemaat GKJ Salatiga Selatan berusaha

    nguri-uri ( memelihara) budaya Jawa dimulai dari penggunaan musik gamelan dalam

    mengiringi ibadah. Alasan tersebut penulis dapatkan kepada beberapa orang, sehingga

    alasan utama mengapa GKJ Salatiga Selatan menggunakan musik gamelan dalam

    ibadah dikarenakan nguri-uri ( memelihara) budaya Jawa agar tidak hilang dan punah.

    Lalu persoalan selanjutnya berkaitan dengan bahasa Jawa, sehingga dalam

    menggunakan musik gamelan harus menggunakan bahasa Jawa. Menurut penelitian,

    10

    “SP”, Wawancara Jemaat, Salatiga, 21 Juni 2017.

  • 84

    tidak semua orang Jawa menguasai budaya Jawa bahkan tidak tahu berbahasa Jawa.

    Dengan kehadiran musik gamelan, maka jemaat diajak untuk berbahasa Jawa dengan

    baik. Hal tersebut yang dibangun warga jemaat GKJ Salatiga Selatan, sehingga bukan

    hanya kesenian tetapi bahasa Jawa juga dipelihara.

    Alasan yang lainnya adalah adanya re-generasi dengan cara menyiapkan

    anak-anak muda bahkan anak-anak sekolah minggu agar bermain musik gamelan

    bahkan berbahasa Jawa dengan baik. Berkaitan dengan bahasa Jawa, kaum wamuda

    menyelenggarakan kursus bahasa Jawa sehingga minat wamuda dalam mempelajari

    bahasa Jawa tetap ada dan menjadi lancar berbasaha Jawa. Jadi yang penting bagi

    orangtua yaitu mendorong anak-anak muda agar supaya mempelajari, melestarikan

    budaya dan bahasa Jawa”11

    Dalam hal ini jika dari generasi muda tidak diajarkan

    dan dikenalkan dengan budaya Jawa lambat laun bahasa maupun kesenian akan terus

    pudar dan menghilang. Kebudayaan akan tetap eksis dan berkembang jikalau

    pengelolaan re-generasi tetap terjadi dalam sebuah organisasi, dalam hal ini GKJ

    Salatiga Selatan. Penulis setuju dengan pernyataan tersebut bahwa generasi muda

    yang akan mengganti peran Adiyuswa dalam menjaga dan melestarikan budaya Jawa

    yang ada dan sudah baik sampai sekarang, khususnya penggunaan musik gamelan dan

    bahasa Jawa. Jikalau generasi muda tidak dilibatkan bahkan tidak dikenalkan dengan

    budaya Jawa, maka nguri-uri budaya dalam memperjuangkan mengadakan musik

    gamelan tersebut menjadi pudar. Dalam hal ini gereja juga ikut berperan dalam

    membantu anak-anak muda dalam mempertahankan identitas Jawa di GKJ Salatiga

    Selatan.

    11

    Wawancara “SP”, Wawancara Jemaat, Salatiga, 21 Juni 2017.