BAB IV METODE PENELITIANeprints.umm.ac.id/42582/5/BAB IV.pdf · 2018-12-26 · yang telah...
Transcript of BAB IV METODE PENELITIANeprints.umm.ac.id/42582/5/BAB IV.pdf · 2018-12-26 · yang telah...
33
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Sintesis, dan Laboratorium
Biomedik Universitas Muhammadiyah Malang.
4.2. Alat Penelitian
4.2.1. Pembuatan Serbuk Simplisia
1. Mesin penggiling (Blender)
2. Pengayak mesh 20 dan 40
3. Timbangan analitik balance Scout Pro 400 g
4. Oven BINDER
4.2.2. Proses Fraksinasi
1. Timbangan analytical balance Scout Pro 400 g
2. Timbangan analytical balance Mettler Toledo
3. Penyaring Buchner
4. Oven BINDER
5. Toples
6. Pipet tetes
7. Batang pengaduk
8. Sudip
9. Beaker glass
10. Cawan Porselen
11. Rotary evaporator vacuum Buchi R-215
4.2.3. Identifikasi Senyawa dengan KLT
1. Analytical balance
2. Chamber
3. Vial
4. Lempeng KLT (Silika gel TLC 60 F254)
5. Vortex
34
6. Pipa kapiler 5µl
7. Hot plate
8. Pinset
9. Sinar UV 254 nm dan 365 nm
4.2.4. Pengujian Difusi Cakram
1. Autoklaf
2. Inkubator
3. Laminar Air Flow
4. Hot plate
5. Vortex
6. Timbangan analitik
7. Mikropipet
8. Tabung reaksi
9. Bunsen
10. Erlenmeyer
11. Beaker glass
12. Penjepit
13. Jangka sorong
14. Cawan petri
15. Kawat ose
16. Eppendorf
17. Yellow tip
18. Blue tip
19. Blank discs
20. Cotton swab
4.2.5. Identifikasi Jamur Candida albicans
1. Mikroskop cahaya
2. Bunsen
3. Kawat ose
4. Object glass
5. Cover glass
35
4.3. Bahan Penelitian
4.3.1. Bahan Uji
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging buah
Limonia acidissima L. yang didapatkan dari Rasanae Barat, Bima, NTB (Nusa
Tenggara Barat) dan telah diidentifikasi oleh UPT. Balai Materia Medika, Dinas
Kesehatan, Jawa Timur. Mikroba uji yang digunakan adalah Candida albicans
yang diperoleh dari laboratorium biomedik Universitas Muhammadiyah Malang.
4.3.2. Proses Fraksinasi
1. Pelarut etanol teknis
2. Serbuk daging buah Kinca
4.3.3. Identifikasi Senyawa dengan KLT
1. N-Heksana pro analisis
2. Etil asetat pro analisis
3. Etanol pro analisis
4. Asam sulfat 10%
5. Larutan KOH 10%
6. FeCl3 1%
7. Pereaksi Dragendorff
8. Pereaksi Anisaldehida-Asam sulfat
4.3.4. Pengujian Difusi Cakram
1. Fraksi etanol daging buah Limonia acidissima L.
2. Sabouraud Dextrose Agar (SDA)
3. Aqudest steril
4. Nistatin
5. Hasil peremajaan jamur Candida albicans
6. DMSO 1%
4.3.5. Identifikasi Jamur Candida albicans
1. Hasil peremajaan jamur Candida albicans
2. Lactophenol cotton blue (LPCB)
3. Alkohol 70%
36
4.4. Variabel Penelitian
4.4.1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah golongan senyawa yang terdapat
pada fraksi etanol daging buah Limonia acidissima dengan konsentrasi fraksi
sebesar 25%; 30%; dan 35%.
4.4.2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu diameter zona hambat yang
dihasilkan oleh senyawa uji. Senyawa uji pada penelitian ini merupakan senyawa
yang terdapat dalam fraksi etanol daging buah Limonia acidissima yang dapat
menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans yang ditandai dengan adanya
daerah bening disekitar senyawa uji yang ada pada media.
4.5. Penyiapan Sterilisasi Alat dan Bahan
Semua alat yang akan digunakan untuk pengujian antijamur perlu disterilkan
terlebih dahulu, yaitu dengan cara sterilisasi kering dan sterilisasi basah.
4.5.1. Sterilisasi Kering
Sterilisasi kering meliputi cara sterilisasi dengan api langsung dan cara
sterilisasi dengan oven pemanas.
1. Sterilisasi dengan api langsung
Sterilisasi ini dilakukan terhadap peralatan seperti jarum ose dan pinset.
2. Sterilisasi dengan oven pemanas
Oven pemanas digunakan untuk sterilisasi peralatan gelas yang tidak
berskala, seperti cawan petri, tabung reaksi dan pipet. Alat-alat yang
disterilkan dimasukkan ke dalam oven setelah mencapai suhu 160°C
selama 1-2 jam.
4.5.2. Sterilisasi Basah
Sterilisasi basah dilakukan dengan menggunakan autoklaf. Peralatan yang
disterilkan dengan sterilisasi basah diantaranya gelas ukur, Erlenmeyer, pipet tetes,
dan media pertumbuhan Candida albicans (Sabouraud Dextrose Agar). Proses
sterilisasi ini dilakukan pada suhu 121°C selama 15 – 20 menit.
37
4.6. Metode Penelitian
4.6.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui
aktivitas antijamur senyawa dalam fraksi etanol daging buah Limonia acidissima
terhadap Candida albicans yang ditunjukkan dengan zona hambat serta mengetahui
golongan senyawa yang terdapat pada fraksi etanol daging buah Limonia
acidissima secara in vitro dengan metode difusi cakram.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua perlakuan yakni
kelompok uji yaitu fraksi etanol dengan berbagai konsentrasi (12,5 mg/disk; 15
mg/disk; dan 17,5 mg/disk) dan kelompok kontrol yang terdiri dari kontrol positif
yaitu nistatin dan kontrol negatif yaitu aquadest dan DMSO 1%. Penelitian ini
melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Penyiapan simplisia
2. Penarikan komponen senyawa dengan metode fraksinasi bertingkat
3. Pemisahan komponen senyawa dengan metode KLT
4. Pengujian antijamur dengan metode difusi cakram
4.6.2. Kerangka Operasional
Gambar 4.1.Skema kerangka operasional
Analisis Data
Sterilisasi alat dan bahan untuk pengujian antijamur
Preparasi media dan jamur Candida albicans
Pengujian antijamur dengan metode
difusi cakram
Penyiapan simplisia
Pembuatan fraksi etanol
Identifikasi senyawa
dengan KLT
Kelompok Kontrol:
Kontrol positif (Nistatin)
Kontrol negatif (Aquades +
DMSO 1%)
Kelompok Uji:
Fraksi etanol daging buah Limonia
acidissima dengan konsentrasi 25%;
30%; dan 35%
38
4.7. Prosedur Kerja
4.7.1. Preparasi Simplisia
Sampel yang diteliti adalah daging buah Limonia acidissima. Daging buah
dicuci dengan air hingga bersih dan dilakukan pengeringan pada suhu 40°C. Setelah
kering kemudian dihaluskan dengan mesin penggilingan, sehingga diperoleh
serbuk halus. Serbuk halus tersebut kemudian diayak menggunakan Shieve Shaker
dengan derajat kehalusan tertentu.
4.7.2. Proses Fraksinasi Bahan Uji
Pada proses fraksinasi yang dilakukan, digunakan tiga macam pelarut yaitu,
n-heksana, etil asetat, dan etanol. Fraksinasi dimulai dari pelarut non polar yaitu n-
heksana, kemudian dilanjutkan dengan pelarut semi polar yaitu etil asetat, dan
selanjutnya dengan pelarut polar yaitu etanol.
Dalam proses pembuatan fraksi etanol, digunakan serbuk daging buah buah
Limonia acidissima yang telah diekstraksi dengan n-heksana dan etil asetat
sebanyak 1300 gram dan kemudian diekstraksi dengan pelarut etanol menggunakan
metode maserasi (perendaman) selama 24 jam. Proses yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Serbuk halus daging buah Limonia acidissima yang telah diekstraksi dengan
n-heksana dan etil asetat sebanyak 1300 gram dimasukkan ke dalam sebuah
bejana bermulut besar;
2. Tambahkan etanol sebanyak 13000 mL (perbandingan 1:10), rendam selama
24 jam, kemudian saring dengan corong Buchner dan didapatkan filtrat 1 dan
residu 1;
3. Residu 1 dimaserasi kembali dengan etanol sebanyak 6500 mL (perbandingan
1:5), direndam selama 24 jam. Kemudian saring dan didapat filtrat 2 dan
residu 2;
4. Residu 2 dimaserasi kembali dengan etanol sebanyak 6500 mL (perbandingan
1:5), direndam selama 24 jam. Kemudian saring dan didapat filtrat 3 dan
residu 3;
5. Proses maserasi ini dilakukan dengan cara yang sama dan berulang sampai
filtrat tidak lagi menunjukkan adanya komponen yang tertarik dengan pelarut
39
etanol yang ditandai dengan tidak adanya noda pada plat KLT. Filtrat yang
ditotolkan masing-masing sebanyak 5 μL untuk melihat kepekatannya;
6. Proses maserasi ini, dilakukan sebanyak lima kali, dengan proses maserasi
ketiga dan kelima sama dengan proses yang dilakukan pada maserasi kedua
dan ketiga;
7. Filtrat yang telah didapat tersebut dikumpulkan, lalu dipisahkan dengan
pelarutnya (etanol) dan dipekatkan dengan rotary evaporator vacuum dengan
suhu ± 40⁰C sampai didapat larutan yang kental.
8. Pindahkan larutan kental tersebut ke dalam cawan porselen yang telah
ditimbang sebelumnya dan keringkan di oven pada suhu 40⁰C;
9. Setelah fraksi cukup kental, timbang fraksi dan cawan hingga konstan dan
simpan fraksi pada lemari pendingin.
Gambar 4.2. Bagan alur proses pembuatan fraksi etanol daging buah Limonia
acidissima L.
Serbuk halus daging buah Limonia acidissima sebanyak 1300 g
Tambahkan etanol sebanyak 13000 mL, rendam selama 24 jam, saring
dengan corong Buchner, dan tampung filtrat
Residu 1 Dimaserasi kembali dengan etanol
sebanyak 6500 mL, direndam selama
24 jam, saring dan tampung filtrat
Residu 2
Filtrat 1
Dimaserasi kembali dengan etanol
sebanyak 6500 mL, direndam selama
24 jam, saring dan tampung filtrat
Residu 3 Proses ini dilakukan dengan cara yang
sama dan berulang sampai filtrat tidak
lagi menunjukkan adanya komponen
yang tertarik dengan pelarut
Filtrat 2
Filtrat 3
Pekatkan seluruh filtrat dengan rotary
evaporator vacuum sampai diperoleh
larutan kental
Dikeringkan di oven
pada suhu 40⁰C
40
4.7.3. Pemisahan Senyawa dengan KLT
Fraksi etanol daging buah Limonia acidissima sebanyak 0,5 gram dihidrolisis
dengan 5 mL HCl 2N, didihkan lalu tutup dengan corong berisi kapas basah selama
50 menit. Setelah dingin, tambahkan ammonia (NH4OH) sampai basa, kemudian
ekstraksi dengan 4-5 mL n-heksana sebanyak dua kali, lalu uapkan hingga tersisa
0,5 mL, totolkan pada plat KLT sebanyak 10 µL. Kemudian eluasi dengan berbagai
macam fase gerak. Eluen yang memiliki kemampuan terbaik dalam memisahkan
komponen senyawa, akan digunakan pada pengujian aktivitas antijamur dengan
metode difusi cakram.
a. Fase diam : Silika Gel TLC 60 F254
b. Optimasi fase gerak:
1. N-Heksana : Etil Asetat (7 : 3)
2. N-Heksana : Etil Asetat (5 : 5)
3. N-Heksana : Etil Asetat (2 : 8)
4. N-Heksana : Etil Asetat (3 : 7)
4.7.4. Identifikasi Golongan Senyawa
Untuk identifikasi golongan senyawa pada fraksi etanol daging buah
Limonia acidissima dilakukan dengan metode KLT, dengan penampak noda:
a. Alkaloid : Pereaksi Dragendorff (menghasilkan noda warna jingga);
b. Terpenoid : Pereaksi anisaldehida-asam sulfat. Plat dipanaskan dengan
suhu 100°C (menghasilkan noda warna ungu);
c. Flavonoid : Pereaksi H2SO4 10% (menghasilkan noda warna kuning);
d. Polifenol dan tanin : Pereaksi FeCl3 10% (menghasilkan noda warna hitam);
e. Antrakuinon : Pereaksi KOH 10% dalam metanol (menghasilkan noda
warna kuning atau kuning kecoklatan).
4.7.5. Pembuatan Konsetrasi Larutan Uji
Pembuatan variasi konsentrasi larutan uji dibuat sebagai berikut:
a. Timbang fraksi etanol daging buah Limonia acidissima sebanyak 250 mg,
larutkan dalam 0,1 mL DMSO 1%, ditambahkan aquadest steril sampai 1
mL, sehingga didapatkan larutan uji dengan konsentrasi 25% (b/v);
41
b. Timbang fraksi etanol daging buah Limonia acidissima sebanyak 300 mg,
larutkan dalam 0,1 mL DMSO 1%, ditambahkan aquadest steril sampai 1
mL, sehingga didapatkan larutan uji dengan konsentrasi 30% (b/v);
c. Timbang fraksi etanol daging buah Limonia acidissima sebanyak 350 mg,
larutkan dalam 0,1 mL DMSO 1%, ditambahkan aquadest steril sampai 1
mL, sehingga didapatkan larutan uji dengan konsentrasi 35% (b/v).
4.7.6. Preparasi Media
Dalam penelitian ini digunakan satu media yakni Sabouraud Dextrose Agar
(SDA) dan dalam pembuatan suspensi mikroba menggunakan aquades steril dengan
meremajakan jamur sehari sebelum penggunaan.
Menurut Bridson, (2006), media Sabouraud Dextrose Agar dibuat dengan
formula seperti yang terdapat pada tabel IV.1. Bahan SDA sebanyak 65 g dilarutkan
dalam 1 liter air suling. Didihkan campuran tersebut sampai larut. Sterilkan dengan
sterilisasi basah (autoklaf) pada suhu 121°C selama 15 menit. Aduk rata dan
tuangkan ke dalam cawan Petri steril.
Tabel IV.1. Formula Sabouraud Dextrose Agar (Bridson, 2006).
Formula Gram/liter
Mycological peptone 10.0
Glucose 40.0
Agar 15.0
pH 5.6 ± 0.2
Pada penelitian kali ini, dibuat SDA sebanyak 250 mL, sehingga digunakan
bahan SDA sebanyak 16,25 g (Mycological peptone sebanyak 2,5 g, glukosa
sebanyak 10 g, dan agar sebanyak 3,75 g).
4.7.7. Identifikasi Jamur Candida albicans
Dari hasil peremajaan jamur Candida albicans yang dibuat untuk pengujian
aktivitas antijamur, dilakukan identifikasi dengan metode makroskopis dan
mikroskopis. Untuk uji makroskopis dilakukan dengan pengamatan secara visual
pada media agar (Mutiawati, 2016).
Untuk uji mikroskopis dilakukan dengan pewarnaan dengan pewarna
lactophenol cotton blue (LPCB). Pewarnaan ini dilakukan dengan meneteskan
42
setetes alkohol 70% pada object glass. Kemudian sterilkan jarum inokulasi diatas
api bunsen, ambil biakan jamur dengan jarum inokulasi tersebut, dan letakkan
diatas object glass yang telah ditetesi alkohol 70%. Lalu tambahkan satu atau dua
tetes pewarna LPCB sebelum alkohol mongering, dan tutup dengan cover glass.
Lakukan pengamatan dengan mikroskop (Leck, 1999).
4.7.8. Preparasi Jamur
Pada proses peremajaan, jamur Candida albicans yang berasal dari biakan
murni diambil satu ose kemudian ditanamkan pada cawan petri yang berisi media
Sabouraud Dextrose Agar. Kemudian diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37oC
(WHO, 2009).
Dalam pembuatan suspensi jamur Candida albicans, jamur dari hasil
peremajaan diambil sebanyak 1 ose. Siapkan tabung reaksi yang berisikan ±4 mL
aquadest steril. Untuk mendapatkan tingkat kekeruhan jamur 1.5 × 108 CFU/mL
(sesuai standar McFarland 0,5), masukkan jamur yang telah diambil sebanyak 1 ose
tersebut ke dalam tabung reaksi yang berisikan 4 mL aquadest steril (Gholampour-
Azizi, Samaneh, dan Fahimeh, 2015). Kemudian vortex suspensi jamur tersebut
hingga homogen. Setelah itu suspensi jamur dilihat kekeruhannya dibandingkan
dengan standar McFarland, dengan dilihat secara visual. Sebelumnya, dibuat
terlebih dahulu standar McFarland 0,5 dengan menggunakan 0,05 mL BaCl2 1%
dan 9,95 mL H2SO4 1% (Sutton, 2011).
Tabel IV.2. Standar kekeruhan McFarland (Matnani, et al., 2012; Zamora & Perez-
Gracia, 2012)
McFarland
Standard No.
1% BaCl2
(mL)
1% H2SO4 (mL) Kepadatan mikroba
(×108 CFU/mL)
0,5 0,05 9,95 1,5
1 0,10 9,90 3,0
2 0,20 9,80 6,0
3 0,30 9,70 9,0
Dari tabung reaksi yang berisi suspensi jamur, ambil suspensi dengan cotton
swab steril, untuk menghilangkan kelebihan cairan pada cotton swab, putar
beberapa kali dan tekan dengan kuat ke dinding dalam tabung, kemudian inokulum
dioles keseluruh permukaan media sebanyak 3 kali dengan memutar cawan dengan
sudut 60° untuk setiap pengolesan. Lalu oleskan cotton swab steril ke sekeliling
43
pinggiran permukaan agar. Biarkan inokulum mengering selama beberapa menit
pada suhu ruang dengan cawan tertutup (WHO, 2009).
4.7.9. Pengujian Metode Difusi Cakram
Proses pengujian antijamur untuk metode difusi cakram, antara lain sebagai
berikut :
1. Siapkan blank disc untuk konsentrasi uji, sebanyak 3 buah. Totolkan
sebanyak 10 µL untuk setiap larutan uji 25%; 30%; dan 35%. Keringkan
dalam oven dengan suhu 37°C selama 20 menit. Ulangi proses tersebut
hingga larutan yang ditotolkan dalam disk sebanyak 50 µL. Konsentrasi
pada disk untuk larutan uji 25% yaitu 12,5 mg/disk; pada konsentrasi 30%
yaitu 15 mg/disk; dan pada konsentrasi 35% yaitu 17,5 mg/disk. Untuk
sterilisasi disk dilakukan dengan pemancaran sinar UV selama 1 jam.
2. Siapkan juga 1 blank disc untuk penotolan kontrol positif (nistatin).
Totolkan sebanyak 20 µL, keringkan dalam oven dengan suhu 37°C selama
20 menit. Kemudian totolkan sebanyak 10 µL, keringkan dalam oven pada
suhu dan waktu yang sama. Ulangi penotolan 10 µL tersebut hingga
didapatkan jumlah totolan sebanyak 60 µL/disk. Untuk sterilisasi disk
dilakukan dengan pemancaran sinar UV selama 1 jam.
3. Olesi media Sabouraud Dextrose Agar dengan suspensi jamur Candida
albicans dengan tingkat kekeruhan 108 CFU/mL, yang telah dibandingkan
dengan standar McFarland 0,5.
4. Letakkan disk kontrol positif dan disk dengan sampel uji pada media SDA
yang telah diberi jamur Candida albicans dengan jarak tiap cakram 3 cm
dan dari tepi lempeng sebesar 2 cm. Tekan lembut disk pada permukaan
agar dengan menggunakan pinset sehingga terdapat kontak yang baik antara
disk dengan agar.
5. Kemudian letakkan disk untuk kontrol negatif (Aquades + DMSO 1%)
diatas permukaan agar. Kontrol negatif dibuat dengan mencampurkan
DMSO 1% sebanyak 100 µL dengan aquadest steril sebanyak 900 µL.
6. Selanjutnya media Sabouraud Dextrose Agar yang telah diberikan disk
larutan uji, kontrol positif, dan kontrol negatif diinkubasi pada suhu 37°C
selama 24 jam.
44
7. Hasil dari pengujian antijamur diamati dengan melihat adanya area yang
jernih disekitar disk.
8. Diameter zona hambatan yang terbentuk tersebut, diukur dengan
menggunakan jangka sorong, dan ditulis dalam satuan millimeter (mm).
9. Lakukan replikasi sebanyak tiga kali.
Gambar 4.3. Bagan prosedur pengujian antijamur dengan metode difusi cakram
Media uji ini diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam
Dilakukan replikasi tiga kali untuk tiap konsentrasi uji
Analisis data
2
K- 1 3
K+
3 cm
2 cm
2 cm
2 cm
2 cm
1 (25%) 2 (30%) 3 (35%) K - (Aquadest +
DMSO 1%)
K +
(Nistatin)
45
4.7.10. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan melakukan pengamatan
terhadap pengukuran diameter zona hambat dari daerah yang berwarna bening pada
masing-masing perlakuan baik kelompok kontrol maupun kelompok uji fraksi
etanol daging buah Limonia acidissima L.