BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Singkat … IV.pdf2 orang berpendidikan SMA/MA....

46
51 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Singkat Lokasi Penelitian 1. Riwayat Singkat Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam KM. 5 Banjarmasin adalah sebuah lembaga pendidikan formal tingkat dasar yang bercirikan agama Islam dan berstatus swasta di bawah naungan Organisasi Al-Ma’arif NU dan Kementrian Agama yang beralamat di jalan A. Yani Km. 5 RT.01 No. 32 Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin. Didirikan pada 1 Januari 1963. Sejak tahun 2001 Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam secara resmi sudah dibawah naungan Akte Notaris Yayasan Al-Ma’arif NU yang diketuai oleh Ir. H. Muhammad Said mantan Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan. Berikut ini adalah urutan Kepala Madrasah Nurul Islam Banjarmasin: a. Halimah, Ama, menjabat sebagai kepala madrasah sejak Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam Banjarmasin didirikan yaitu pada tahun 1963 s.d 1980. b. Hj. Fatimah, menjabat sebagai kepala madrsah sejak tahun 1980 s.d 1990. c. H. Achmad Syairaji Ama menjabat sebagai kepala madrasah sejak tahun 1990 s.d 2000. d. Husna Mai Sa’adah, S.Ag menjabat sebagai kepala madrasah sejak tahun 2001 s.d 2012.

Transcript of BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Singkat … IV.pdf2 orang berpendidikan SMA/MA....

51

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Singkat Lokasi Penelitian

1. Riwayat Singkat Sekolah

Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam KM. 5 Banjarmasin adalah sebuah

lembaga pendidikan formal tingkat dasar yang bercirikan agama Islam dan

berstatus swasta di bawah naungan Organisasi Al-Ma’arif NU dan Kementrian

Agama yang beralamat di jalan A. Yani Km. 5 RT.01 No. 32 Kecamatan

Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin. Didirikan pada 1 Januari 1963. Sejak

tahun 2001 Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam secara resmi sudah dibawah

naungan Akte Notaris Yayasan Al-Ma’arif NU yang diketuai oleh Ir. H.

Muhammad Said mantan Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan. Berikut ini

adalah urutan Kepala Madrasah Nurul Islam Banjarmasin:

a. Halimah, Ama, menjabat sebagai kepala madrasah sejak Madrasah

Ibtidaiyah Nurul Islam Banjarmasin didirikan yaitu pada tahun 1963 s.d

1980.

b. Hj. Fatimah, menjabat sebagai kepala madrsah sejak tahun 1980 s.d

1990.

c. H. Achmad Syairaji Ama menjabat sebagai kepala madrasah sejak

tahun 1990 s.d 2000.

d. Husna Mai Sa’adah, S.Ag menjabat sebagai kepala madrasah sejak

tahun 2001 s.d 2012.

52

e. Irma Sari yulianti, S.Ag menjabat sebagai kepala madrasah sejak tahun

2012 s.d sekarang.

2. Identitas Sekolah

a. Nama Sekolah :Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam

Banjarmasin

b. Terakreditasi : A

c. No. Statistik Madrasah : 112506001012

d. NPWP Madrasah : 00-042-133-6-731.000

e. Alamat Madrasah : Jalan A. Yani Km. 5 RT.01 No.32

Kecamatan : Banjarmasin Selatan

Kota : Banjarmasin

Provinsi : Kalimantan Selatan

f. Telepon Madrasah : 0511-3252179

3. Akreditasi

Berdasarkan Keputusan Tim Penilai Sekolah Badan Akreditasi Sekolah

Kota Banjarmasin Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam mendapatkan akreditasi

kualifikasi A “Amat Baik”.

4. Visi, Misi dan Tujuan

a. Visi

Terwujudnya pendidikan dan pengajaran yang Islami, berkualitas,

berdaya saing, populer dan berakar di masyarakat.

b. Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan melalui bimbingan, pengajaran,

dan pelatihan yang terpadu antara dunia dan akhirat.

53

2. Menyelenggarakan pendidikan yang bermutu, berilmu, cerdas, dan

mandiri.

3. Menyelenggarakan pendidikan yang menekankan kepada ibadah,

akhlakul karimah dan ilmu pengetahuan teknologi.

4. Menyelenggarakan pendidikan yang hasilnya memberikan

kepuasan kepada masyarakat.

5. Menyelenggarakan pendidikan dengan manajemen modern dan

dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.

c. Tujuan

Membentuk manusia yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Beriman dan bertaqwa

2. Berakhlakul karimaah

3. Sehat jasmani dan rohani

4. Cerdas, berpengetahuan dan terampil

5. Berkepribadian dan mandiri.

6. Kurikulum yang Digunakan

Kurikulum yang digunakan dalam proses belajar mengajar di MI

Nurul Islam adalah menggunakan Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran

agama dan umum.

7. Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler di MI Nurul Islam adalah :

a. Pramuka

b. Tartil

54

c. Puisi

d. Pidato

e. Habsyi

f. Praktek sholat.

8. Struktur Organisasi

Struktur organisasi di MI Nurul Islam adalah sebagai berikut :

Tabel II Struktur Organisasi di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam

Banjarmasin

No Jabatan Nama

1. Kepala Madrasah Irma Sari Yulianti, S. Ag

2 Wakil Kepala Madrasah Kurikulum

dan Wali Kelas II

Haji Abdul Halim, S.Ag ., S. Pd. I

3 Wakil Kepala Madrasah Kesiswaan

dan Wali Kelas III

Nur Ikhsani, S. Pd. I

4 Wali kelas I Mimi Haryanti, S. Pd. SD

5 Wali Kelas IV Rahmaniah, S.Pd. I

6. Wali Kelas V Hj. Bardatun Thaibah, S. Pd. I

4 Wali Kelas VI Tafsirah, S. Pd

55

9. Keadaan Dewan Guru

Dewan guru atau tenaga pengajar di MI Nurul Islam berjumlah 11 orang.

1 orang berpendidikan Strata-2 (S2), 8 orang berpendidikan Strata-1 (S1), dan

2 orang berpendidikan SMA/MA. Nama-nama Guru dan mata pelajaran yang

dipegang adalah sebagai berikut :

Tabel III Keadaan Dewan Guru di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam

Banjarmasin

No. Nama L/

P Status

Pendidikan

Tertinggi NUPTK

1. Irma Sari

Yulianti, S. Ag P PNS

S1 IAIN

ANTASARI 4059749651300073

2. Mimi Haryanti,

S.Pd.SD P

GTY

S1 UT

BANJARMAS

IN

1952753665300002

3. Rahmaniah,S.Pd.I P GTY S1 STAI

AL-JAMI 4642760662300082

4. Hj. Norjannah,

M.Pd. I P GTY

S2 IAIN

ANTASARI 1544765666210083

5. Nur Ikhsani,S.

Pd. I L GTY

S1 STAI

AL-JAMI 6545756657200003

6. Ipto, S. Pd. I L GTY S1 IAIN

ANTASARI 5539755658200002

7.

Hj. Bardatun

Thaibah, S. Ag.,

S. Pd. I

P PNS

S1 IAIN

ANTASARI 4144750652300053

8. Kodar Buldani,

UST L GTY

MA DARUL

HIJRAH 2347751656200003

9. Haji Abdul

Halim, S. Pd. I L GTY

S1 IAIN

ANTASARI 2847758661202212

10. Tafsirah, S. Pd P GTY S1 UNISKA 8535760662210093

11. Abdurrahman L

56

10. Data Keadaan Siswa

Jumlah siswa di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam Banjarmasin

tahun ajaran 2017/2018 adalah sebanyak 749 orang yang menempati kelas

I, II, III, IV, V, dan VI dengan rincian sebagai berikut :

Tabel IV Keadaan Siswa Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam

Banjarmasin

Kelas

Jumlah Siswa Total

Lk Pr

I 18 5 23

II 18 8 26

III 12 10 22

IV 14 14 28

V 13 7 20

VI 13 15 28

Total Seluruh Siswa 749

57

11. Keadaan Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana yang dimiliki sekolah ini, adalah sebagai

berikut:

Tabel V Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah Nurul

Islam

No. Jenis Sumber Belajar Jumlah

Ruangan

Luas

Ruangan

Tidak

Ada

1. Ruang Perpustakaan 1 50 m2 ....

2. Ruang Laboratorium

a. IPA

b. IPS

c. Bahasa

d. Komputer

1 36 m2

3. Ruang Media/Pusat Sumber

Belajar/Ruang Audio Visual √

4. Ruang Kaca/Green House √

5. Ruang Olahraga (Indoor) √

6. Lapangan Olahraga (Outdoor) √

12. Peraturan Sekolah

a. Tata tertib Kelas Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam Banjarmasin

1) Kelas harus dibersihkan setiap hari sesuai dengan jadwal

kebersihan kelas

2) Perlengkapan belajar mengajar (kapur, penggaris, dll) disiapkan

oleh petugas kebersihan kelas pada hari tersebut.

3) Bila bel masuk kelas berbunyi, semua murid harus masuk kelas dan

tidak ada lagi yang berkeliaran diluar.

58

4) Setiap murid waktu masuk kelas dan pulang sekolah harus dengan

tertib dan teratur

5) Semua murid membaca BISMILLAH setiap memulai pelajaran

dan mengucapkan ALHAMDULILLAH setiap pelajaran berakhir.

6) Pada hari jum’at diadakan pemeriksaan rambut, kuku dan lain-lain.

7) Tanaman/bunga di dalam dan di muka kelas, setiap hari harus

disiram dan yang layu segera diganti.

8) Sepatu/sandal harus dilepas dan diletakkan dengan rapi pada rak

yang telah disediakan.

9) Semua murid harus menjaga dan memelihara perlengkapan belajar

(meja, kursi, lemari, gambar-gambar, dll).

10) Ketua kelas, wakil ketua, sekretaris, bendahara harus memberikan

contoh teladan kepada teman-temannya.

11) Bila guru tidak memberikan pelajaran, ketua kelas harus melapor

pada guru piket.

12) Dalam melaksanakan tugas-sehari-hari, Ketua dibantu oleh Wakil

Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Ketua Seksi serta anggotanya

13) Murid yang melanggar tata tertib kelas akan diberikan sanksi.

b. Tata Tertib Murid MI Nurul Islam Banjarmasin

1) Setiap murid sudah berada disekolah 5 menit sebelum bel masuk

berbunyi pada pukul 07.30 wita dan murid langsung berbaris di

depan kelas masing-masing.

59

2) Setelah masuk kelas murid membaca do’a belajar, khusus kelas III

– VI dilanjutkan dengan tadarus al-quran.

3) Murid yang terlambat datang harus melapor kepada guru piket.

4) Setiap murid harus mengikuti upacara bendera setipa hari senin.

5) Selama pelajaran berlangsung setiap murid harus menjaga

ketenangan dan ketertiban serta tidak diperkenankan meninggalkan

kelas, kecuali yang berkepentingan.

6) Murid yang mau meninggalkan kelas harus minta izin kepada guru

yang sedang mengajar.

7) Murid yang mau meninggalkan sekolah harus melapor kepada guru

piket.

8) Setiap murid harus menjaga kebersihan dan keindahan kelasnya

masing-masing.

9) Setiap masuk kelas haruus mengucapkan salam

10) Murid tidak diperkenankan di dalam kelas waktu jam istirahar.

11) Setiap murid harus mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

mata pelajaran masing-masing.

12) Setiap murid dilarang berkelahi, membawa senjata tajam, memakai

perhiasan yang berlebihan, memainkan hp pada waktu

pembelajaran, merokok dan minum minuman keras.

13) Setiap murid harus megikuti setiap kegiatan Ekstrakurikuler

(pramuka, dll)

14) Setiap murid harus menjaga kebersihan badan dan pakaian.

60

15) Setiap murid harus berpakaian bersih dan rapi serta dilegkapi

dengan identitas madrasah.

16) Ketentuan seragam sekolah :

a) Senin : purtih-putih, dasi hijau, kaos kaki putih,

sepatu hitam.

b) Selasa-Kamis : putih-hijau, dasi hijau, kaos kaki putih,

sepatu hitam.

c) Jum’at : sasirangan-hijau, dasi hijau, kaos kaki

putih, sepatu hitam.

d) Sabtu : seragam pramuka, (dasi kacu merah-

putih), kaos kaki hitam, sepatu hitam

17) Setiap murid harus berlaku jujur, taat dna hormat serta sopan

terhadap Bapak/Ibu Guru dan teman

18) Pembayaran uang SPP paling lambat tanggal 10 setipa bulan.

19) Khusus murid kelas III, IV, V dan VI mengikuti sholat Zhuhur

berjama’ah.

20) Murid yang tidak masuk sekolah supaya memberi tahu sekolah

melalui surat yang diketahui/ditanda tangani oleh orang tua/wali

murid.

21) Murid yang tidak masuk sekolah karena :

a. Sakit lebih dari 5 hari, harus disertai denga Surat Keterangan

Dokter.

61

b. Izin lebih dari 3 hari, orang tua/wali murid harus menghadap

kepala sekolah.

c. ALPA :

- Selama 10 hari diberikan peringatan tertulis.

- Selama 20 hari orang tua/wali murid menghadap Kepala

Sekolah.

- Selama 30 hari murid dikeluarkan dari madrasah ini.

22) Bagi murid yang melanggar tata tertib di atas akan diberikan sanksi

sebagai berikut :

a. Peringatan secara lisan

b. Peringatan secara tertulis

c. Skorsing

d. Dikeluarkan dari Madrasah ini.

B. Penyajian Data

Penyajian data tentang perilaku tidak sopan peserta didik, faktor penyebab

peserta didik berperilaku tidak sopan dan upaya bimbingan yang dilakukan di MI

Nurul Islam Banjarmasin akan disajikan dalam uraian berdasarkan data-data yang

digali dalam penelitian ini, baik melalui wawancara, observasi dan dokumentasi

yang akan disusun sesuai dengan rumusan masalah, yaitu: (1) bentuk perilaku tidak

sopan yang dilakukan peserta didik di MI Nurul Islam Banjarmasin, (2) faktor

penyebab peserta didik berperilaku tidak sopan di MI Nurul Islam Banjarmasin, dan

62

(3) upaya sekolah dalam membimbing peserta didik di MI Nurul Islam

Banjarmasin.

Seluruh data yang terkumpul yang penulis dapatkan akan disajikan dalam

bentuk deskriptif yaitu dengan mengemukakan data yang diperoleh kedalam bentuk

penjelasan melalui uraian kata sehingga menjadi kalimat yang padu dan mudah

dipahami.

1. Data tentang Bentuk Perilaku Tidak Sopan yang dilakukan Peserta

Didik di MI Nurul Islam Banjarmasin.

Salah satu ciri manusia adalah selalu melakukan kegiatan atau

perilaku selain itu mnusia merupakan makhluk sosial karena itulah manusia

tidak bisa hidup sendiri. Mereka memerlukan orang lain dalam hidupnya,

manusia juga selalu berinteraksi dengan lingkunganya. demikian pula

dengan peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah tentu selalu berinteraksi

dengan lingkungannya yaitu sekolah. Sekolah merupakan salah satu

institusi atau lembaga pendidikan formal yang secara khusus didirikan

untuk memberikan pelayanan dan menyelenggarakan proses sosialisasi atau

pendidikan dalam rangka menyiapkan manusia menjadi individu, warga

masyarakat, Negara dan dunia masa depan.1

Penulis terlebih dahulu melaksanakan wawancara dengan pihak

sekolah sekolah yakni kepala madrasah dan wakil kepala madrasah bidang

kesiswaan untuk mendapatkan informasi mengenai bentuk perilaku tidak

sopan peserta didik di MI Nurul Islam Banjarmasin. Selain itu, penulis juga

1 Nanang Purwanto, Pengantar Pedidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h. 78

63

melakukan wawancara dengan 6 wali kelas, guru mata pelajaran dan

beberapa peserta didik di MI Nurul Islam Banjarmasin untuk menggali data

tentang bentuk perilaku tidak sopan peserta didik lebih mendalam.

Ibu Irma Sari Yulianti, S. Ag selaku Kepala Madrasah Nurul Islam

menceritakan bahwa: Memang ada peserta didik yang sering berperilaku

tidak sopan tetapi hanya beberapa saja, beliau menambahkan bentuk

perilaku tidak sopan yang dilakukan seperti: lewat di depan guru tidak

membungkukkan badan, berkata-kata yang tidak senonoh terhadap teman,

keluar masuk kelas tanpa meminta izin kepada guru, ribut di kelas saat

belajar.

Untuk melengkapi penjelasan Kepala MI Nurul Islam Banjarmasin

tersebut dan untuk memperoleh gambaran lebih jelas mengenai bentuk

perilaku tidk sopan peserta didik diperoleh penjelasan dari hasil wawancara

dengan Bapak Nur Ikhsani, S. Pd. I selaku Wakamad Kesiswaan sekaligus

wali kelas III MI Nurul Islam Banjarmasin sebagai berikut : beliau

menceritakan mengenai bentuk perilaku tidak sopan peserta didik

diantaranya berbicara ketika guru menjelaskan, mengganggu teman,

berkelahi, mengejek teman.

Menurut ibu Mimi Haryanti, S, Pd.SD selaku wali kelas 1 mengatakan

di kelas I perilaku tidak sopan yang sering dilakukan peserta didik yaitu

kentut sembarangan, berbicara saat belajar, mengganggu teman, berjalan-

jalan di kelas.

64

Bapak H. Abdul Halim, S, Pd.I selaku wali kelas II mengatakan bahwa

bentuk perilaku tidak sopan peserta didik di kelas II seperti berbicara di

kelas, mengganggu teman, memotong penjelasan guru untuk bertanya,

sering lupa menyapa dan bersalaman dengan guru jika bertemu.

Menurut Ibu Rahmaniah, S,Pd.I, selaku wali kelas IV di MI Nurul

Islam Banjarmasin menjelaskan, Bentuk-bentuk perilaku tidak sopan yang

sering dilakukan peserta didik di MI Nurul Islam Banjarmasin diantaranya:

mengejek ketika guru memberikan penjelasan, berteriak dan ribut di dalam

kelas.

Menurut ibu Hj. Bardatun Thaibah, S,Pd.I juga mengatakan bentuk

perilaku tidak sopan peserta didik yang pernah dilakukannya antara lain:

berbicara dengan teman ketika belajar, mengganggu teman dan bercanda

yang akhirnya sampai menyebabkan pertengakaran.

Begitu juga menurut ibu Tafsirah, S,Pd selaku wali kelas VI

mengatakan: bentuk perilaku tidak sopan yang dilakukan peserta didik di

kelas VI yaitu: berbicara selama pembelajaran berlangsung, bercanda,

mengganggu teman dan mengejek teman.

Menurut ibu Hj. Norjannah, M, Pd.I, selaku guru mata pelajaran di MI

Nurul Islam Banjarmasin mengenai bentuk perilaku tidak sopan di MI Nurul

Islam Banjarmasin mengatakan: ketika masuk kelas sering lupa

mengucapkan salam, ketika berpapasan dengan guru tidak membungkukkan

badan, ketika guru sedang menjelaskan dia sering kali bertutur kata lebih

65

keras daripada gurunya, beliau juga menambahkan ada peserta didik yang

tidak menghiraukan ketika gurunya memberikan penjelasan di depan kelas.

Selanjutnya diperoleh gambaran mengenai bentuk perilaku tidak

sopan peserta didik dari hasil wawancara dengan Ilham Ramadhan, Saidatul

Karimah dan Muhammad Reza Febrian selaku peserta didik di MI Nurul

Islam Banjarmasin, Ilham menceritakan masalahnya yang sering

membuatnya dihukum guru adalah: berteriak dan berbicara di kelas ketika

proses pembelajaran berlangsung, mengejek saat guru memberikan

penjelasan dan suka keluar masuk kelas tanpa meminta izin kepada guru.

Reza menceritakan sering dihukum guru karena berbicara di kelas,

mengganggu teman saat belajar, berbicara kasar dan bercanda untuk

mengejek teman. Saidatul juga mengatakan pernah dihukum guru karena

pernah berbicara dan mengganggu teman saat belajar

Berdasarkan hasil wawancara kepada wali kelas I - VI tentang bentuk

perilaku tidak sopan yang dilakukan peserta didik di MI Nurul Islam

Banjarmasin sebagaimana di paparkan berikut ini:

Tabel VI Bentuk Perilaku Tidak Sopan Peserta Didik di Madrasah

Ibtidaiyah Nurul Banjarmasin.

No Perilaku I II III IV V VI

B S T B S T B S T B S T B S T B S T

1. berbicara saat

proses

pembelajaran

berlangsung

x x x x x x

2. mengganggu

teman saat

proses

pembelajaran

berlangsung

x

x x x x x

66

Lanjutan…

3. berbicara tidak

sopan kepada

temannya

x x x x x x

4. berkelahi

dengan

temannya

x x x x x x

5. pernah keluar

kelas tanpa

meminta izin

kepada guru

x x x x x x

6. Tidak

mengetuk

pintu dan

mengucapkan

salam ketika

masuk kelas.

x x x x x x

7. membully

temannya

x x x x x x

8. Tidak

membungkukk

an badan

ketika lewat

didepan guru

x x x x x x

9. Peserta didik

memotong

penjelasan

guru untuk

bertanya

x x x x x x

10. Peserta didik

tidak

berpakaian

dengan rapi

x x x x x x

11. Peserta didik

berbohong

kepada guru

x x x x x x

12. Peserta didik

tidak sopan

kepada guru

x x x x x x

Keterangan :B = Banyak

:S = Sedikit

:T = Tidak Ada

67

Menurut tabel dan hasil wawancara kepada kepala sekolah, wakmad

kesiswaan, wali kelas I-VI guru mata pelajaran dan peserta didik diatas dapat

disimpulkan bahwa bentuk- bentuk perilaku tidak sopan yang sering dilakukan

peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam Banjarmasin adalah:

Tabel VII Kesimpulan Bentuk Perilaku Tidak Sopan Peserta Didik di

Madrasah Ibtidaiyah Nurul Banjarmasin.

No Perilaku

1. Peserta didik berbicara saat proses pembelajaran berlangsung.

2. Peserta didik mengganggu teman saat proses pembelajaran

berlangsung.

3. Peserta didik berbicara tidak sopan kepada temannya.

4. Peserta didik berkelahi dengan temannya.

5. Peserta didik keluar kelas tanpa meinta izin kepada guru.

6. Peserta didik tidak mengetuk pintu dan mengucapkan salam ketika

masuk kelas.

7. Peserta didik memotong penjelasan guru untuk bertanya

8. Peserta didik tidak berpakaian rapi

9. Peserta didik tidak sopan kepada guru

10. Peserta didik membully temannya

11. Peserta didik tidak membungkukkan badan ketika lewat didepan guru

12. Peserta didik mengejek ketika guru memberikan penjelasan

2. Faktor penyebab Peserta Didik Berperilaku Tidak Sopan di MI Nurul

Islam Banjarmasin.

Penulis sudah melakukan wawancara kepada kepala Madrasah,

Wakamad Kesiswaan, Wali Kelas I-VI, guru mata pelajaran dan peserta didik

di MI Nurul Islam Banjarmasin. Secara umum faktor-faktor yang

menyebabkan peserta didik berperilaku tidak sopan tanda fisik dijelaskan

oleh Ibu Irma Sari Yulianti, S, Ag selaku kepala MI Nurul Islam Banjarmasin

tanda fisik bersumber dari rumah, media massa berupa sinetron dan pergaulan

dengan lingkungan tempat tinggalnya.

68

Sehubungan dengan penjelasan kepala Madrasah Ibtidaiyah Nurul

Islam Banjarmasin tersebut ditegaskan lagi oleh Bapak Nur Ikhsani, S. Pd. I

selaku Wakamad Kesiswaan dan wali kelas III MI Nurul Islam Banjarmasin.

Beliau menceritakan: Faktor penyebab peserta didik berperilaku tidak sopan,

kebanyakan adalah faktor keluarga dan lingkungan, perilaku tersebut terbawa

ke sekolah dan yang paling berpengaruh adalah keadaan keluarga, jika

keluarganya bermasalah dia meluapkan rasa kesalnya di sekolah. Beliau juga

menambahkan berbicara di kelas saat pembelajaran karena memang anak-

anak ini suka bermain dan mengganggu temannya karena ada anak yang suka

usil, Untuk perilaku berbicara tidak sopan kepada temannya biasanya itu

disebabkan kebiasaan bergaul di lingkungan keluarga dan rumah sehingga

terbawa ke sekolah, berkelahi dengan teman karena saling mengejek juga

karena kelas III ini dominan anak laki-laki hanya satu orang anak perempuan.

keluar kelas tanpa meminta izin kepada guru sering karena memang kurang

tegur dirumah dan juga bawaan lingkungan, sama penyebabnya dengan

masuk kelas tanpa mengetuk pintu dan mengucapkan salam, membully

temannya karena ikut-kutan teman biasanya mereka tidak suka dengan yang

dilakukan temannya sehingga mengejek temannya.

Menurut ibu Mimi Haryanti, S.Pd. SD selaku wali kelas I di MI Nurul

Islam Banjarmasin mengatakan: Banyak perilaku tidak sopan yang dilakukan

peserta didik hal itu juga karena beberapa faktor diantaranya ikut-ikutan

teman, anak-anak juga mudah meniru sehingga perilaku keluarga dan

tetangga pun diikuti. Anak-anak kelas 1 ini sebenarnya melakukan hal itu

69

karena mereka belum tahu bahwa yang dilakukannya merupakan perilaku

yang tidak sopan. Faktor penyebab peserta didik berbicara ketika

pembelajaran karena ada teman yang mengajaknya bicara atau karena ada hal

yang ingin mereka tanyakan, kalau mengganggu teman itu karena merasa

bosan dan memang anak itu hiperaktif jadi masih belum bisa mengatur

dirinya, untuk berjalan biasanya karena ada yang mereka tanyakan atau

sedang meminta perhatian dari guru, berkelahi dengan temannya karena

bercanda yang kelewatan, masuk kelas lupa mengetuk pintu dan

mengucapkan salam kerena faktor keluarga biasanya anak seperti itu tidak

ditegur orang tuanya sehingga menjadi kebiasaan, tidak berpakaian rapi

karena biasanya memang anak-anak kelas I ini masih tidak terlalu tahu tetang

peraturan sekolah

Menurut bapak H. Abdul Halim, S.Pd.I selaku wali kelas II

mengatakan: Faktor penyebabnya antara lain: keluarga dan lingkungan

tempat tinggal. Kedua hal ini berpengaruh karena teman sepermainan anak di

lingkungan tetangga tersebut sehingga mereka cenderung mengikuti

temannya teman, Berbicara di kelas saat pembelajaran karena memang anak-

anak kelas I dan II 50% masih suka bermain beliau juga menambahkan

mengganggu temannya karena ketika ada tugas biasanya selesai lebih dulu

sehingga dia bosan, faktor penyebab peserta didik berbicara tidak sopan

kepada temannya karena kebiasaan di lingkungan tempat tinggal, bisa

keluarga atau pun tetangga dan teman. Memang anak kecil itu suka meniru

jadi biasanya mereka mengikuti perkataan yang sering mereka dengar, keluar

70

kelas tanpa meminta izin karena kebelet untuk buang air atau ingin membeli

alat tulis yang tertinggal mereka langsung lari ke koperasi sekolah, tidak

mengetuk pintu dan mengucapkan salamketika masuk karena kebiasaan di

lingkungan dan memang di MI ini ada beberapa anak yang tinggal di panti

asuhan juga orang tuanya bercerai sehingga kurang diperhatikan.

Menurut Ibu Rahmaniah, S,Pd.I selaku wali kelas IV di MI Nurul

Islam Banjarmasin mengatakan : Faktor penyebabnya adalah dari rumah yaitu

keluarga, teman dan media massa seperti televisi dan HP. Peserta didik

biasanya berbicara karena ada yang ingin mereka tanyakan kepada guru,

mengganggu teman karena mereka merasa bosan atau karena ikut-ikutan

teman, berbicara kasar kepada teman karena pengaruh keluarga, selain itu

beliau juga menambahkan faktor teman dirumah dan televisi juga

berpengaruh, berkelahi dengan teman karena bercanda yang kelewatan.

Menurut ibu Hj, Bardatun Thaibah, S,Pd.I selaku wali kelas V di MI

Nurul Islam Banjarmasin mengatakan: Faktor penyebab peserta didik

berperilaku tidak sopan disebabkan dari luar seperti keluarga, lingkungan

teman, tetapi pengetahuan agama peserta didik juga mempengaruhi. Peserta

didik yang bericara di kelas biasanya disebabkan ada anak yang cepat

memahami pelajaran sehingga malas memperhatikan dan mengajak

temannya berbicara. Mengganggu teman juga disebabkan hal demikian juga,

untuk berbicara kasar karena kurangnya pegetahuan agama peserta didik dan

kebiasaan yang ia dengar di lingkungan tempat tinggal, berkelahi dengan

teman karena mengganggu teman sehingga membuat temannya marah seperti

71

mengolok-olok teman, membully teman karena bercanda dan mereka kadang

lupa kalau itu menyakiti temannya.

Menurut ibu Tafsirah, S,Pd selaku wali kelas VI di MI Nurul Islam

Banjarmasin mengatakan: Penyebab perilaku tidak sopan peserta didik karena

faktor media sosial anak-anak kelas VI memang rata-rata sudah memiliki HP.

Selain itu keluarga, lingkungan rumah dan teman sekolahnya juga

mempengaruhi. Beliau juga menambahkan penyebab peserta didik berbicara

kasar kepada temannya karena sering mendengar perkataan itu sehingga

menjadi ikut-ikutan bisa terbiasa mendengar di rumah, di televisi ataupun di

lingkungan teman sepermainan. biasanya kelas VI ini sering pilih-pilih dalam

berteman sehingga jika mereka tidak suka dengan temannya sering mengejek,

membully atau tidak mau berteman dengan anak itu. Di kelas beliau juga ada

beberapa peserta didik anak panti asuhan dan korban keluarga broken home

sehingga tidak ada orang tua yang menegur jika mereka melakukan perilaku

tidak sopan.

Penulis juga melakukan wawancara kepada beberapa orang peserta

didik M. Reza Febrian, Dea Al Fitri, dan M. Agil Pratama. Mereka

menceritakan penyebab mereka melakukan perilaku tidak sopan itu karena

ikut-ikutan teman, di keluarga tidak dibiasakan berlaku sopan dan juga orang

tua tidak menegur jika mereka melakukan kesalahan, juga melihat di TV dan

mengikutinya.

72

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pada

dasarnya perilaku tidak sopan peserta didik itu muncul karena ada beberapa

faktor yaitu:

Tabel VIII Faktor penyebab peserta didik berperilaku tidak sopan di

MI Nurul Banjarmasin.

No Faktor Penyebab

1. Keluarga

2. Teman Sebaya di Sekolah

3. Lingkungan sosial

4. Media Massa seperti Televisi dan HP

5. Spiritual (Agama)

3. Upaya Sekolah Membimbing Peserta Didik yang Berperilaku Tidak

Sopan di MI Nurul Islam Banjarmasin.

Kaitannya dengan upaya sekolah dalam membimbing peserta didik

yang berperilaku tidak sopan di MI Nurul Islam Banjarmasin, maka dapat

diketahui bahwa pada kenyataanya peraturan sekolah yang telah dibuat

merupakan salah satu upaya sekolah dalam membimbing perilaku peserta

didik. Bimbingan yang dilakukan sekolah adalah bimbingan preventif dan

bimbingan kuratif. Upaya yang dilakukan Guru untuk membimbing perilaku

peserta didik yaitu:

Berbicara ketika pembelajaran berlangsung maka bimbingan yang

dilakukan sekolah adalah memberikan teguran dan nasehat kepada peserta

didik yang bersangkutan, kemudian guru melakukan pengawasan selama

pembelajaran berlangsung. Jika peserta didik masih berbicara maka guru

memberikan punishment seperti memberikan pertanyaan mengenai materi

73

yang diajarkan dan peserta didik diminta untuk mengambil 5 sampah yang

ada di sekitar sekolah.

Peserta didik mengganggu teman saat belajar, maka guru memberikan

teguran dan nasehat kepada peserta didik yang bersangkutan, kemudian guru

melakukan pengawasan selama pembelajaran berlangsung. jika peserta didik

masih mengganggu teman maka guru memberikan punishment, seperti

peserta didik diminta untuk mengambil 5 sampah yang ada di sekitar sekolah.

Peserta didik berbicara kurang sopan kepada temannya maka guru

memberikan teguran dan nasehat kepada peserta didik yang bersangkutan

juga memberikan tauladan, peserta didik diminta untuk meminta maaf kepada

temannya. Jika peserta didik masih berbicara kurang sopan maka guru

memberikan punishment peserta didik diminta untuk membersihkan ruang

guru.

Peserta didik bertengkar dengan temannya maka dipanggil ke ruang

guru, guru mendengarkan penyebab pertengkaran, kemudian guru

memberikan teguran dan nasehat kepada peserta didik yang bersangkutan.

Setelah itu peserta didik diminta saling memaafkan. Selain itu peserta didik

juga diminta untuk membersihkan ruang guru dan toilet guru.

Keluar kelas tanpa meminta izin guru, perilaku ini dilakukan oleh

anak kelas I, guru memberikan teguran dan nasehat kepada peserta didik yang

bersangkutan juga meminta orang tuanya untuk menegur jika peserta didik

melakukannya lagi.

74

Tidak mengetuk pintu ketika masuk kelas, guru memberikan teguran

dan nasehat kepada peserta didik yang bersangkutan dan peserta didik diminta

untuk mengambil 5 sampah yang ada di sekitar sekolah.

Membully teman, guru memberikan teguran dan nasehat kepada

peserta didik yang bersangkutan dan diminta untuk meminta maaf kepada

temannya, peserta didik juga diminta mengambil 15 sampah yang ada di

sekitar sekolah.

Peserta didik berpakaian tidak rapi, guru memberikan teguran dan

nasehat kepada peserta didik yang bersangkutan. Selain itu guru juga

memberikan keteladanan. Peserta didik juga diminta untuk mengambil 15

sampah yang ada di sekitar sekolah.

Berperilaku tidak sopan kepada guru untuk kelas guru memberikan

teguran dan nasehat kepada peserta didik yang bersangkutan.

Tabel IX Upaya Bimbingan yang Dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah

Nurul Banjarmasin.

No Upaya yang dilakukan Sekolah

1. Melaksanakan sosialisasi tentang tata tertib sekolah

2. Mencatat perilaku tidak sopan yang dilakukan peserta didik

3. Menegur secara langsung peserta didik yang bermasalah

4. Memberikan nasehat dan keteladanan kepada peserta didik

5. Melakukan pengawasan agar peserta didik tidak melanggar

tata tertib sekolah

6. Memanggil peserta didik yang bermasalah

7. Memberikan punishment jika peserta didik yang berperilaku

tidak sopan

8. Memberikan motivasi kepada peserta didik agar selalu

berusaha berperilaku sopan disekolah

9. Memberi pelajaran peserta didik untuk menyelesaikan

masalah secara damai

10. Menginformasikan permasalahan peserta didik kepada

orang tua/wali.

75

Menurut tabel diatas ada bimbingan preventif dan bimbingan kuratif yang

dilakukan sekolah untuk membimbing peserta didik yang berperilaku tidak sopan

yaitu:

Tabel X Kesimpulan Upaya Bimbingan yang Dilakukan di Madrasah

Ibtidaiyah Nurul Banjarmasin.

Bimbingan No Upaya yang dilakukan

Preventif

1. Melaksanakan sosialisasi tentang tata tertib sekolah

2. Memberikan nasehat dan keteladanan kepada peserta didik

3. Melakukan pengawasan agar peserta didik tidak

melanggar tata tertib sekolah

4. Memberikan motivasi kepada peserta didik agar selalu

berusaha berperilaku sopan di sekolah

Kuratif

1. Menegur secara langsung peserta didik yang bermasalah

2. Mencatat perilaku tidak sopan peserta didik

3. Memanggil peserta didik yang bermasalah

4. Memberikan punishment jika peserta didik berperilaku

tidak sopan

5. Menginformasikan permasalahan peserta didik kepada

orang tua/wali

C. Analisis Data

Berdasarkan data yang telah disajikan, maka dapat digambarkan

dengan jelas tentang perilaku tidak sopan peserta didik dan upaya

bimbingan yang dilakukan di MI Nurul Islam Banjarmasin dengan berbagai

bentuk, faktor dan upaya yang telah disebutkan, maka diperlukan analisis

untuk mempermudah dalam pengembalian kesimpulan.

Menurut data tentang perilaku tidak sopan peserta didik dan upaya

bimbingan yang telah diuraikan secara sederhana dibahas sebagai berikut

76

1. Analisis tentang bentuk perilaku tidak sopan yang sering

dilakukan peserta didik di MI Nurul Islam Banjarmasin.

Salah satu ciri individu atau manusia adalah selalu

melakukan kegiatan atau berperilaku, Kegiatan individu tersebut

merupakan manifestasi dari hidupnya, baik sebagai individu maupun

sebagai makhluk sosial. Individu selalu dalam interaksi dengan

lingkungannya. Demikian pula halnya dengan peserta didik di

Madrasah Ibtidaiyah tentu selalu berinteraksi dengan lingkungannya

yaitu sekolah. Sekolah merupakan lingkungan yang sengaja

diciptakan untuk membimbing peserta didik kearah tujuan tertentu

sesuai dengan jenjang satuan pendidikan.

Jika dilihat dari segi usia, peserta didik MI termasuk kedalam

kategori kanak-kanak akhir dimana dalam perkembangan kognitifnya

menurut Piaget termasuk tahap operasional konkrit yaitu usia : 7 – 11

tahun2 dalam menjalani proses perkembangan tidak semua peserta

didik dapat melaksanakan tugasnya dengan mulus dan baik.

Sehingga sekolah perlu membantu dengan melakukan bimbingan.

Menurut temuan penelitian menunjukkan bahwa secara faktual ada

perilaku tidak sopan yang sering dilakukan peserta didik di MI Nurul

2 Winamp, Psikologi Perkembangan Anak, (Jakarta: Platinum, 2012), cet ke-1, h. 49

77

Islam Banjarmasin ini. Bentuk perilaku tidak sopan peserta

didik ada bermacam-macam, adapun bentuk perilaku tidak sopan yang

terjadi di sekolah yang dimaksud adalah:

a. Peserta didik berbicara saat proses pembelajaran berlangsung

Sebagai peserta didik kita seharusnya menghargai guru,

karena guru adalah orang tua kita disekolah, menghargai guru, salah

satu caranya yaitu memperhatikan ketika guru sedang memberikan

penjelasan. Ketika kegiatan pembelajaran berlangsung sangat sulit

dihindari agar tidak timbul percakapan antara peserta didik dengan

teman duduknya. Ketika guru menjelaskan peserta didik sebaiknya

tetap diam dan mendengarkan penjelasan guru tersebut. Sesuai dengan

kitab karangan Imam Ghazali bahwa “Jangan bebisik dengan orang

yang duduk disampingnya ketika gurunya memberikan pelajaran”.3

Ketika guru memberikan penjelasan peneliti melihat bahwa

peserta didik sering berbicara dan tidak mendengarkan penjelasan

guru. Selain tidak menghargai guru berbicara di kelas juga merugikan

untuk peserta didik sendiri karena pembelajaran yang diajarkan juga

tidak terserap, sehingga peseta didik jadi tidak memahami

pembelajaran yang diajarkan.

3Al Imam Abu Ahmad Al Ghazali, Bidayatul Hidayah, Terjemahan Ahmad Fahmi

Zamzam, (Banjarbaru: Darussalam Yasin, 2017), h. 173

78

b. Peserta didik mengganggu teman saat proses pembelajaran

berlangsung.

Sama halnya dengan berbicara, mengganggu teman saat proses

pembelajaran berlangsung juga salah satu perilaku yang tidak sopan,

dampaknya juga merugikan orang lain, teman yang diganggu jadi

tidak dapat memperhatikan pelajaran dengan baik yang menyebabkan

dia dan temannya tidak memahami pelajaran yang dijelaskan guru.

“dalam adab murid kepada gurunya janganlah ia berpaling kekiri dan

kanan dihadapan gurunya tetapi hendaklah ia menundukkan

kepalanya dengan penuh tenang lagi beradab seolah-olah ia sedang

sembahyang.”4 Berpaling kekiri dan kekanan saja tidak dianjurkan

apalagi mengganggu teman tidak hanya ia yang berpaling saat

mengganggu, teman yang terganggu pun juga ikut berpaling.

c. Peserta didik berbicara yang tidak sopan kepada temannya.

Sesuai dengan kitab imam Ghazali salah satu perilaku yang

sopan dalam berteman adalah menjaga perkataan,5 dalam keseharian

biasanya peserta didik bercanda yang berlebihan walaupun bercanda

tetap harus menjaga perkataan dan perilaku dengan baik dan sopan,

walaupun untuk bercanda mesti harus dipikirkan berkali-kali agar

perkataannya tersebut tidak membuat temannya menjauh.

4 Ibid, h.179

5 Ibid, h.193

79

d. Peserta didik berkelahi dengan temannya.

Berkelahi dengan sesama teman merupakan perilaku yang

bukan hanya tidak sopan tetapi juga tidak baik dan melanggar

peraturan. Biasanya di MI Nurul Islam sendiri berkelahi ini dipicu

karena peserta didik bercanda melewati batas misalnya bercanda

sambil memukul teman atau mengejek kelewatan sehingga memicu

amarah temannya dan akhirnya terjadi perkelahian. Tetapi

perkelahian disini masih sebatas adu mulut atau memukul ringan.

Lain halnya dalam kitab Bidayatul Hidayah, ada syarat-syarat

yang harus dipenuhi ketika memilih teman. Salah satunya berteman

dengan orang yang berakal “maka tidak ada kebaikan berteman

dengan orang yang bodoh, karena akibatnya akan membawa kepada

permusuhan dan menyakitkan hati” dalam kitab ini disebutkan bahwa

salah satu penyebab permusuhan atau perkelahian adalah berteman

dengan orang bodoh, maksud bodoh disini adalah orang yang jahil.

e. Peserta didik keluar kelas tanpa meminta izin kepada guru.

Jika peserta didik ingin keluar kelas seperti izin untuk buang

air maupun urusan lain sebaiknya meminta izin dan mengucapkan

salam ketika ingin keluar kelas juga berhati-hati memilh waktu untuk

meminta izin jangan meminta izin ketika guru sedang bericara,

perilaku itu termasuk tidak sopan karena memotong pembicaraan

guru. dalam peraturan sekolah peserta didik tidak diperkenankan

80

meninggalkan kelas kecuali berkepentingan jadi jika ada hal penting

maka peserta didik boleh meninggalkan kelas dengan izin dar guru.

Kitab Bidayatul Hidayah menyebutkan “jangan ia bertanya

kepada gurunya sebelum ia memina izin daripadanya”6

f. Peserta didik tidak mengetuk pintu dan mengucapkan salam ketika

masuk kelas.

Salah satu bentuk hormat pada guru adalah dengan

mengucapkan salam terlebih dahulu hal ini sesuai dengan kitab

Bidayatul Hidayah karangan Imam Ghazali7 kemudian mengetuk pintu

dan meminta izin ketika hendak masuk kedalam kelas, karena jika guru

merasa peserta didik menghormati dan menghargainya maka guru

tersebut akan merasa senang. Menyampaikan salam akan berbuah

ganjaran pahala yang dapat memperbanyak amal perbuatan baik

seseorang. Mengucapkan salam juga sarana untuk menyebarkan rasa

sayang diantara setiap individu terlebih antara pendidik dan peserta

didik.

g. Peserta didik tidak berpakaian rapi

Berpakaian rapi selain untuk mengikuti peraturan sekolah juga

nyaman untuk dilihat. Biasanya peserta didik berpakaian tidak rapi

karena sudah kebiasaannya seperti itu, jika peserta didik itu suka

6 Ibid, h. 173 7 Ibid, h. 174

81

berpakaian rapi maka mereka akan merasa tidak nyaman jika memakai

pakaian yang tidak rapi saat belajar ke sekolah.

h. Peserta didik tidak sopan kepada guru

Ada 13 adab seorang murid kepada guru yang dikemukakan

oleh imam ghazali yang sudah penulis sebutkan di landasan teori dan

diantara perilaku tidak sopan yang dilakukan peserta didik di MI

Nurul Islam seperti memotong penjelasan guru karena ada materi

yang tidak difahami oleh peserta didik, ketika berpapasan dengan guru

lupa mengucapkan salam dan bersalaman, perilaku seperti ini perlu

ada nasehat dan pembiasaan dari sekolah.

i. Peserta didik tidak membungkukkan badan ketika lewat didepan

guru

Membungkukkan badan ketika lewat didepan guru

merupakan salah satu sikap yang dianjurkan tidak hanya

membungkukkan badan ketika lewat didepan guru sebaiknya peserta

didik juga bertegur sapa dan bersalaman, dalam islam saja

membungkukkan badan tidak hanya dianjurkan kepada guru, tetapi

kepada semua orang yang lebih tua karena perilaku itu termasuk

bentuk penghormatan dan penghargaan kepada guru.

Jika bertemu dengan gurunya, lalu ia tidak memberi salam

terhadapnya, maka itu dikatakan tidak memiliki adab, bahkan jika ia

menyejari gurunya dan bersegera ingin menyusulnya, itu juga

82

dikatakan tidak beradab.8 Dianjurkan membungkukkan badan dan

bersalaman ketika di jalan bertemu dengan guru merupakan sebuah

penghormatan kepada guru.

j. Peserta didik mengejek ketika guru memberikan penjelasan

Ketika proses pembelajaran berlangsung, peserta didik harus

mendengarkan penjelasan dari guru, karena mengejek guru termasuk

perilaku yang tidak menyenangkan dan membuat guru tersinggung

dan bahkan marah, bila guru menjadi marah maka keberkahan ilmu

yang beliau berikan akan hilang. Bentuk-bentuk perilaku tidak sopan

yang dilakukan peserta didik di MI Nurul Islam Banjarmasin.

Kitab Bidayatul Hidayah menyebutkan “jangan ia

menyangkal (menunjukkan rasa tidak puas hati) terhadap perkataan

gurunya” untuk menyanggah atau menyangkal perkataan guru saja

sudah termasuk perilaku tidak sopan, apalagi jika peserta didik dengan

sengaja mengejek ketika guru menjelaskan selain tidak sopan itu juga

akan menyakiti hati gurunya.

Jadi bentuk perilaku tidak sopan yang sering dilakukan

peserta didik di MI Nurul Banjarmasin adalah berbicara saat proses

pembelajaran berlangsung, berbicara tidak sopan kepada temannya,

mengganggu teman saat proses pembelajaran berlangsung, tidak

membungkukkan badan ketika lewat didepan guru. Perilaku tidak

8 Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Syarah Adab dan Manfaat Menuntut Ilmu,

Terjemahan Ahmad Sabiq, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2005), h. 108

83

sopan yang kadang dilakukan peserta didik antara lain, tidak

mengetuk pintu dan mengucapkan salam ketika masuk kelas berkelahi

dengan temannya, tidak berpakaian rapi, keluar kelas tanpa meminta

izin kepada guru, peserta didik memotong penjelasan guru untuk

bertanya, membully temannya, mengejek ketika guru memberikan

penjelasan sedangkan perilaku tidak sopan yang tidak pernah

dilakukan peserta didik di MI Nurul Islam Banjarmasin antara lain:

memakai perhiasan dan make up berlebihan ke sekolah, merokok dan

minum-minuman keras, mencuri, membawa senjata tajam, bebohong

kepada guru, tidak taat dan hormat kepada guru, menjawab ketika

guru memberikan nasehat.

Perilaku tersebut diatas masih tergolong ringan karena

perilaku yang dilakukan peserta didik belum termasuk tindakan

kriminal, namun demikian, sekecil apapun bentuk perilaku tidak

sopan itu perlu ada upaya bimbingan dan pencegahan sedini mungkin

dari pihak sekolah, karena kebiasaan melakukan perbuatan atau

tindakan yang kurang baik jika dibiarkan akan menjadi suatu karakter

atau kebiasaan yang kurang baik bagi peserta didik nantinya.

2. Faktor-faktor penyebab peserta didik berperilaku tidak sopan

di MI Nurul Islam Banjarmasin.

Munculnya berbagai bentuk perilaku tidak sopan yang

dilakukan peserta didik di MI Nurul Islam Banjarmasin tersebut tentu

ada faktor penyebabnya. Faktor penyebab ini perlu diungkap sehingga

memudahkan sekolah untuk melakukan bimbingan dan mencegahnya.

84

Secara umum faktor penyebab perilaku tidak sopan yang

dilakukan peserta didik di MI Nurul Islam ini yaitu:

a. Keluarga

Lingkungan keluarga dipandang sebagai faktor penentu

utama terhadap perkembangan anak, alasan tentang pentingnya

peranan keluarga bagi perkembangan anak adalah keluarga

merupakan lingkungan pertama yang memeberikan pengaruh

terhadap berbaga aspek perkembangan anak, termasuk

perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga

merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak.9

Keluarga yang harmonis, rukun dan damai akan memengaruhi

kondisi psikologis dan karakter seorang anak. Begitupun

sebaliknya, anak yang kurang berbakti bahkan melakukan tindakan

tindakan di luar moral kemanusiaan, disebabkan oleh ketidak

harmonisan dalam lingkungan keluarga.

Karena itulah kelurga memegang peranan penting dalam

pembentukan perilaku anak dan setiap pola asuh dan digunakan

orang tua memberikan dampak pada bentuk perilaku anak

nantinya. Karena karakteristik anak adalah meniru apa yang dilihat,

didengar, dirasa dan dialami, karakter anak akan terbentuk sesuai

dengan pola asuh orang tua tersebut. Dengan kata lain, anak akan

9 Sunarto, Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2002)

h. 141

85

belajar apa saja termasuk karakter, melalui pola asuh yang

ditetapkan oleh orang tua mereka. Pola asuh yang permissif dan

otoriter sangat tidak efektif. Pola asuh permissif sangat

memberikan kebebasan kepada konrtol dan perhatian orang tua

kepada anak sangat kurang bahkan tidak ada.10 Selain itu pola asuh

otoriter juga tidak baik karena tidak memberikan kesempatan pada

anak untuk berubuat dan mengembagkan potensinya. Di MI Nurul

Islam juga terdapat anak-anak yang tinggal di panti asuhan dan

anak broken home, anak-anak seperti itu biasanya sering

melakukan perilaku yang bisa menarik perhatian guru karena

kurang kontrol dan teguran perilaku yang tidak sopan dan tidak

baik menjadi kebiasaan.

b. Teman sebaya di sekolah

Karakteristik teman sebaya akan berpengaruh pada karakter

siswa. Beberapa penelitian menunjukkan pengaruh teman sebaya.

Misalnya, teman sebaya yang selalu memberikan dukungan sosial

akan berpengaruh terhadap rasa percaya diri peserta didik.

Dukungan emosional dan persetujuan sosial dalam bentuk

konfirmasi dari orang lain merupakan pengaruh yang penting bagi

rasa percaya diri siswa.11

10 Santrock, Adolescence, Terjemahan: Adelar, S.B., Saragih, S, (Jakarta: Erlangga, 2003),

h. 167

11 Ibid, h. 339

86

Pengaruh teman sebaya terhadap peserta didik bisa positif

atau negatif. Berpegaruh positif, apabila para anggota kelompok itu

memiliki perilakun positif atau berakhlak mulia. Sementara yang

negatif, apabila para anggota kelompoknya berprilaku

menyimpang, kurang memiliki tata karma, atau berakhlak buruk.

Kelompok ini terbentuk karena adanya kesamaan nasib diantara

mereka, seperti sama-sama mengalami masalah dalam keluarga,

minat atau keinginan untuk tampil sama.

Anak yang bergaul dengan anak yang kurang baik

perilakunya akan berpengaruh terhadap anak yang diajaknya

berinteraksi.12 Karena itulah selain keluarga teman sebaya juga

sangat mempengaruhi perilaku peserta didik.

c. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial seperti tempat tinggal dapat

menentukan peilaku yang akan dilakukan oleh seeorang. Jika

lingkungan tempat tinggalnya baik maka kemungkinan perilaku

seseorang juga baik begitupun sebaliknya jika lingkungan

tempat tinggalnya buruk maka kemungkinan perilaku yang

terbentuk akan buruk juga.

d. Media Massa seperti televisi dan HP

12 Sri Minarti, Manajemen Sekolah, (Jogakarta: Ar-ruzz Media, 2016), h. 199

87

Media massa merupakan sarana komunikasi dan rekreasi

yang menjangkau masyarakat secara luas sehingga pesan informasi

yang sama dapat diterima secara serentak. Media massa hendaknya

dapat menyajikan materi-materi yang bukan sekedar hiburan bagi

masyarakat atau sekedar meraup keuntungan melainkan juga

mempertimbangkan aspek pendidikan bagi masyarakat.13

Tayangan-tayangan televisi itu disamping memeberikan

dampak positif juga memberikan dampak negatif terhadap gaya

hidup masyarakat, terutama siswa-siswa. Tayangan televisi yang

berupa hiburan, baik film maupun musik banyak yang tidak cocok

ditonton oleh peserta didik. Pengaruh televisi yang negatif dari

hasil penelitian adalah siswa-siswa yang menonton tayangan

kekerasan dalam televisi prilakunya cenderung lebih agresif. 14

Jika anak ingin menonton televisi sebaiknya orang tua

memberikan batasan waktu dalam menonton televisi dan ketika

anak menonton televisi orangtua juga harus mendampinginya.

e. Spiritual Keagamaan

Kebutuhan Spiritual merupakan fitrah dan kebutuhan dasar

manusia. Agama mengandung nilai-nilai moral, etika, dan hukum

yang harus dipatuhi setiap manusia. Tiap orang membutuhkan

agama sebagai spiritual needs untuk dijadikan pedoman dan

13 Ibid, h. 202

14 Syamsu Yusuf, Nani Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rajagraffindo

persada, 2011) cet. Ke-1, h. 21

88

tuntutan dalam kehidupannya.15 Dengan mengikuti dan mematuhi

nilai-nilai agama, sseorang bisa dikatakan memiliki moral, etika,

aturan dam akhlak agama yang kuat. Spiritual needs tidak hanya

dibutuhkan oleh orang dewasa tetapi juga dibutuhkan oleh anak-

anak. Setiap anak memiliki kebutuhan spiritual yang harus

dipenuhi dalam hidupnya.

3. Upaya Sekolah dalam membimbing peserta didik yang suka

berperilaku tidak sopan di MI Nurul Islam Banjarmasin.

Berdasarkan temuan penelitian sebagaimana telah diuraikan

sebelumnya menunjukkan bahwa kenyataanya peraturan sekolah yang

telah dibuat merupakan salah satu upaya sekolah dalam membimbing

perilaku peserta didik. Sekolah mengadakan pemimbingan dan

pencegahan terhadap perilaku peserta didik.

Sekolah sebagai lembaga yang mengembangkan proses

pembelajaran dengan tujuan mengembangkan pengetahuan siswa,

kepribadian, aspek sosial emosional, keterampilan-keterampilan juga

bertanggung jawab memberikan bimbingan dan bantuan terhadap

peserta didik yang bermasalah, baik dalam belajar, emosional maupun

sosial sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai

dengan potensi masing-masing.16

15 M. Anis Matta, “Membentuk karakter”…, h. 20 16 Sri Minarti, Manajemen Sekolah, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 192

89

Bimbingan mental dan sikap ini dapat dilakukan melalui

sanksi yang berjenjang. Dengan demikian, bekal pendikan yang berisi

penambahan pegetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai serta sikap-

sikap harus diarahkan untuk mengembangkan sikap yang cocok untuk

tuntutan hidup dan kehidupan kini, disini, dan akan datang.17

Seperti telah diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa

perilaku tidak sopan peserta didik tidak dapat diselesaikan hanya

melalui nasihat, ceramah dan hanya pembelajaran di kelas saja, akan

tetapi lebih realistis dengan tindakan atau perbuatan yang nyata

(action). Orang yang paling bertanggung jawab melaksanakan

pembinaan perilaku tidak sopan peserta didik adalah guru. Selain

mengajar dan mendidik, guru berperan dalam mengembangkan

karakter dan kepribadian peserta didik, disamping tugas dan tanggung

jawab orang tua di rumah. Biasanya di sekolah guru dipandang serba

tahu dan serba mampu dalam memberikan bimbingan.

Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pembelajaran di

sekolah, dimana pendidikan karakter tidak hanya melalui mata

pelajaran khusus, misal Pkn dan Aqidah Akhlak dengan alokasi jam

pelajaran tertentu, akan tetapi perlu ditanamkan ke dalam setiap mata

pelajaran dengan lebih menekankan pada penerapan dalam kehidupan

sehari-hari di sekolah. Hal ini disadari dengan terbentuknya karakter

dan kepribadian yang baik melalui proses pembiasaan diharapkan

17 Ibid, h. 194

90

dapat meningkatkan nilai moral dan karakter peserta didik. Untuk itu

pihak sekolah perlu meningkatkan ketersediaan fasilitas untuk

kegiatan kesiswaan seperti ekstrakurikuler sehingga dapat

menampung dan menyalurkan bakat serta minat peserta didik sesuai

dengan tugas perkembangan serta kebutuhannya. Pada permulaan

pelajaran juga guru sudah mensosialisasikan peraturan sekolah ke

kelas masing-masing dan hukuman yang akan diterima jika melanggar

peraturan tersebut, selain itu sekolah juga melakukan pengawasan dan

pencatatan mengenai perilaku-perilaku tidak sopan yang sering

dilakukan peserta. Bentuk pemberian hukuman yang diberikan sesuai

dengan kesalahan yang dilakukan peserta didik tersebut seperti

memungut sampah dengan jumlah tertentu semakin tinggi tingkat

kelasahannya maka jumlah sampah yang di ambil semakin banyak,

membersihkan toilet dan sebagainya, bentuk pemberian hukuman ini

diharapkan memberikan efek jera pada peserta didik agar berusaha

berperilaku sopan dilingkungan sekolah.

Upaya yang dilakukan di MI Nurul Islam itu berupa

bimbingan, ada bimbingan preventif dan bimbinga kuratif. Bimbingan

preventif yang diberikan antara lain:

a. Melaksanakan sosialisasi tentang tata tertib sekolah

Melakukan sosialisasi tata tertib merupakan bimbingan

preventif yaiu bimbingan yang dilakukan sebagai upaya pencegahan.

Menurut Wakamad Kesiswaan di MI Nurul Islam sendiri sosialisasi

91

tata tertib dilakukan ketika hari pertama masuk sekolah. Setiap wali

kelas menjelaskan mengenai peraturan tata tertib sekolah. Dalam

peraturan disebutkan tata tertib peserta didik selama berada di

sekolah meliputi waktu datang dan pulang, tata tertb berpakaian tata

tertib upacara bendera, tata tertib kelas serta perinta dan larangan

lainnya yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran disekolah

dalam peraturan tersebut juga disebutkan tentang hukuman dan

sanksi terhadap peserta didik yang melakukan pelanggaran.

b. Memberikan nasehat dan keteladanan kepada peserta didik

Memberikan nasehat dan keteladanan merupakan bimbingan

preventif atau pencegahan. Sudiyono mengatakan bahwa dalam jiwa

terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata yang

didengar. Pembawaan itu biasanya tidak tetap dan karena itu harus

diulang-ulang. Nasehat yang berpengaruh membuka jalannya

kedalam perasaan.18

Nasehat adalah salah satu cara guru dalam membina perilaku

peseta didik. Nasehat yang disampaikan dengan lemah lembut juga

akan membekas pada ingatan peserta didik. Ketika peserta didik

melakukan kesalahan sebaiknya tidak langsung diberikan hukuman

tetapi diberikan peringatan dan nasehat agar peserta didik menadari

akibat dari kesalahannya.

18 Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam Jilid 1, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 191

92

Guru yang baik juga harus memberikan teladan kepada

peserta didik karena keteladanan guru sangat penting dalam

pendidikan. Perilaku tidak hanya dibentuk dengan pelajaran nasehat

dan larangan sebab bagi peserta didik tidak cukup hanya diberi

larangan melakukan ini dan itu. Menanamkan sopan santun

memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan

yang sesuai, pendekatan itu akan lebih baik jika disertai dengan

keteladanan.

Ketika ada peserta didik yang berpakaian tidak rapi atau

melakukan perilaku tidak sopan lainnya selain memberikan nasehat

guru juga harus memberikan keteladanan, seperti berpakaian dengan

rapi dan masuk kelas dengan mengucapkan salam.

c. Melakukan pengawasan agar peserta didik tidak melanggar tata

tertib sekolah

Melakukan pengawasan merupakan upaya preventif atau

pencegahan. Pengawasan sangatlah penting dan harus dilakukan

sebab bila peserta didik tidak diawasi besar kemungkinan

kepribadiannya akan berkembang secara luas dan keluar dari kendali

yang seharusnya. peserta didik tidak bisa dibiarkan sekehendaknya

karena mereka belum bisa membedakan mana yang baik dan buruk,

belum mengetahui mana yang seharusnya dihindari dan mana yang

seharusnya dilaksanakan, mana yang membahayakan dan mana yang

tidak. Jika peserta didik dibiarkan terus menerus akan menjadi

93

manusia yang hidup dengan menuruti nafsunya. Sehingga peserta

didik itu akan menjadi tidak patuh. Pengawasan disini harus dilakukan

terus menerus karena sifatnya mengendalikan agar peserta didik selalu

berperilaku baik dan sopan.

d. Memberikan motivasi kepada peserta didik agar selalu berusaha

berperilaku sopan di sekolah

Motivasi adalah suatu perubahan energi didalam pribadi

seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan

reaksi untuk mencapai tujuan.19

Motivasi adalah “pendorongan” suatu usaha yang disadari

untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya

untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau

tujuan tertentu.20

Ketika peserta didik berperilaku sopan kepada guru di MI

Nurul Islam ini akan diberikan penghargaan seperti tambahan nilai

hal itu dilakukan tidak hanya untuk memberikan penghargaan

kepada peserta didik yang berperilaku sopan tetapi juga memotivasi

peserta didik yang lain agar bisa meneladani perilaku temannya.

Sedangkan bimbingan kuratif yang dilakukan antara lain:

a. Menegur secara langsung peserta didik yang bermasalah

19 Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 114

20 Muhammad Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2014), h. 70

94

Ketika penulis melakukan observasi ada peserta didik kelas

6 yang berbicara ketika pembelajaran ibu tafsirah berlangsung, nama

peserta didik itu di panggil dan diberikan pertanyaan mengenai

pelajaran yang dijelaskan beliau sebelumnya. Ketika dia tidak bisa

menjawab ibu tafsirah menegur dan meminta peserta didik untuk

memperhatikan pembelajaran. Jika guru menemukan peserta didik

yang berperilaku tidak sopan sebaiknya jika ingin menegur tegurlah

dengan lembut. Karena jika guru menegur peserta didik dengan

kasar didepan teman-teman sekelasnya maka peserta didik akan

merasa malu dan akan membantah jika guru menegurnya.

b. Mencatat perilaku tidak sopan peserta didik.

Pelaksanaan sebuah peraturan perlu ketegasan dan

kebijaksanaan. Bersikap tegas, mencatat perilaku tidak sopan peserta

didik merupakan sebuah peringatan. Jika peserta didik diketahui

melanggar peraturan sekolah atau berperilaku tidak sopan lagi maka

diberikan sanksi atau hukuman sesuai dengan perbuatanya. Pemberian

sanksi diharapkan bisa memberikan efek jera sehingga peserta didik

tidak mengulang perbuatan itu lagi.

c. Memanggil peserta didik yang bermasalah

Jika pendidik menemukan peserta didik melakukan

kesalahan, akan lebih baik jika guru mengajak peserta didik berdialog

sehingga mengetahui apa alasan mereka melakukan kesalahan

tersebut. Guru juga harus memerhatikan keadaan psikologi peserta

95

didik dan perkembangan pola pikirnya sebelum berdialog sehingga

apa yang dikatakan oleh guru bisa dipahami dan dilaksanakan peserta

didik.

d. Memberikan punishment jika peserta didik yang berperilaku tidak

sopan

Hukuman adalah salah satu cara memperbaiki perilaku

peserta didik yang banyak menyalahi peraturan dan perintah.

Hukuman adalah alat atau metode pendidikan yang digunakan

seseorang untuk memotivasi anak agar memperbaiki kesalahan yang

telah dilakukannya. dengan hukuman, anak diharapkan mampu

merenungkan kesalahnnya itu, sehingga ia bisa berbuat yang terbaik

bagi dirinya sendiri maupun orang lain dikemudian hari.21 Ketika ada

peserta didik yang berkelahi di kelas 4, guru memanggil mereka ke

kantor dan menanyakan penyebab perkelahian, setelah mengetahui

permasalahan guru pun meminta mereka saling bermaafan dan

dihukum membersihkan toilet guru.

e. Menginformasikan permasalahan peserta didik kepada orang

tua/wali yang

Kerjasama antara pihak sekolah dengan pihak keluarga

sangat diperlukan. Bimbingan tidak bisa di bebankan kepada pihak

sekolah saja, tetapi perlu kerjasama dengan pihak keluarga dirumah.

21 Yanuar, Jenis-jenis Hukuman Edukatif untuk Anak SD, (Jogjakarta: Diva Press, 2012),

h.18

96

Karena waktu disekolah hanya kurang lebih delapan jam saja,

selebihnya waktu yang lama berada dirumah dengan terjalin

kerjasama antara sekolah dan orangtua/wali diharapkan bisa lebih

maksimal dalam membina perilaku peserta didik.