BAB IV KURVA KELARUTAN

29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelarut Aquadest 4.1.1 Data Percobaan untuk Sampel Natrium Fosfat (Na 3 PO 4 ) dengan pelarut Aquadest (H 2 O) Tabel 4.1 Data Percobaan Natrium Fosfat (Na 3 PO 4 ) dengan pelarut Aquadest Sampel Run Berat Zat terlaru t (gr) Volume pelaru t (ml) Temperatur % Berat Zat Terlaru t Jernih (⁰C) Keruh (⁰C) Natriu m Fosfat (Na 3 PO 4 ) I 0,2 6 6,5 7 69 63 51 46 42 34 3,2258 2,9851 2,7778 II 0,4 6 6,5 7 71 65 53 51 47 33 6,2500 5,7971 5,4054 III 0,6 6 6,5 7 78 71 55 51 48 34 9,0909 8,4507 7,8947 4.2 Pelarut Ades 4.2.1 Data Percobaan untuk Sampel Natrium Fosfat (Na 3 PO 4 ) dengan pelarut Ades Tabel 4.2 Data Percobaan Natrium Fosfat (Na 3 PO 4 ) dengan pelarut Ades Sampel Run Berat Zat terlar Volume pelarut (ml) Temperatur % Berat Zat Jernih Keruh

description

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible

Transcript of BAB IV KURVA KELARUTAN

Page 1: BAB IV KURVA KELARUTAN

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelarut Aquadest

4.1.1 Data Percobaan untuk Sampel Natrium Fosfat (Na3PO4) dengan

pelarut Aquadest (H2O)

Tabel 4.1 Data Percobaan Natrium Fosfat (Na3PO4) dengan pelarut Aquadest

Sampel RunBerat Zat terlarut

(gr)

Volume pelarut

(ml)

Temperatur % Berat Zat

TerlarutJernih (⁰C)

Keruh (⁰C)

Natrium Fosfat

(Na3PO4)

I 0,26

6,57

696351

464234

3,22582,98512,7778

II 0,46

6,57

716553

514733

6,25005,79715,4054

III 0,66

6,57

787155

514834

9,09098,45077,8947

4.2 Pelarut Ades

4.2.1 Data Percobaan untuk Sampel Natrium Fosfat (Na3PO4) dengan

pelarut Ades

Tabel 4.2 Data Percobaan Natrium Fosfat (Na3PO4) dengan pelarut Ades

Sampel Run

Berat Zat

terlarut (gr)

Volume pelarut

(ml)

Temperatur % Berat Zat

TerlarutJernih (⁰C)

Keruh (⁰C)

Natrium Fosfat

(Na3PO4)IV 0,4

66,57

716754

474233

6,28155,82655,7450

Page 2: BAB IV KURVA KELARUTAN

4.2 Pembahasan untuk Garam dalam Pelarut Aquadest

4.2.1 Hubungan Temperatur Jernih Terhadap Volume Larutan

Gambar 4.1 Hubungan Temperatur Jernih terhadap Volume Larutan

Gambar 4.1 menunjukkan hubungan temperatur jernih terhadap volume

larutan yang diperoleh dari hasil percobaan. Pada percobaan ini digunakan

pelarut aquadest dimana pada saat pencampuran kalium klorida dan aquadest,

yang terjadi adalah keduanya saling melarut setelah pemanasan.

Pada percobaan ini kita dituntut untuk memamahi titik jenuh dari suatu

larutan. Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur

tertentu disebut larutan jenuh (Azizah, 2004). Pada grafik hubungan temperatur

jernih terhadap volume larutan untuk pelarut aquadest belum terjadi larutan

jenuh dikarenakan zat terlarut yaitu kalium klorida dapat larut dalam zat pelarut

aquadest. Hal ini terjadi kerena proses pemanasan yang dilakukan dimana

menurut teori naiknya temperatur berbanding lurus dengan kelarutan

(Octavianus, 2013).

Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu kalium

klorida pada run I,II, dan III dengan massa 2 gram, 4 gram, dan 2 gram. Regresi

adalah pengukur hubungan dua variabel atau lebih yang dinyatakan dengan

bentuk hubungan atau fungsi. Untuk menentukan bentuk hubungan (regresi)

diperlukan pemisahan yang tegas antara variabel bebas yang sering diberi

simbul X dan variabel tak bebas dengan simbul Y. Pada regresi harus ada

Page 3: BAB IV KURVA KELARUTAN

variable yang ditentukan dan variabel yang menentukan atau dengan kata lain

adanya ketergantungan variabel yang satu dengan variabel yang lainnya dan

sebaliknya. Tujuan mempelajari regresi adalah untuk menemukan atau mencari

hubungan antarvariabel, sebagai dasar untuk dapat dipakai melakukan

penaksiran atau peramalan atau estimasi dari hubungan antarvariabel tersebut

(Tenaya, 2009). Jadi dalam grafik percobaan kurva kelarutan ini fungsi dari

grafik regresi dibuat untuk memprediksi kurva percobaan. Dan dapat kita lihat

pada grafik bahwa kurva regresi untuk kalium klorida mendekati hasil kurva

kalium klorida pada percobaan dan sesuai dengan teori.

Menurut teori, volume berbanding terbalik dengan tekanan, sehingga

volume yang besar menyebabkan kelarutannya semakin rendah, hal ini

disebabkan apabila volume tinggi, maka tumbukannya antara partikel yang satu

dengan yang lain akan semakin jarang terjadi dan reaksi akan berjalan lambat

sehingga zat terlarut akan sulit larut dalam zat (Sitorus, 2013). Kombinasi dalam

satu pernyataan hokum Boyle, Charles, Gay Lussac dan Avogadro diperoleh

suatu persamaan yaitu :

PV = nRT...........................................(4.1)

Dimana:

P = tekanan gas (atm)

V= volume gas (L)

n = banyaknya mol, banyaknya mol didefinisikan sebagai perbandingan massa

(w) gas dengan berat molekulnya (M), yaitu (mol)

R= tetapan gas (0,082 L/mol.K)

T = suhu (K)

(Yazid, 2005)

Berdasarkan teori tersebut maka dapat disimpulkan bahwa temperatur

berbanding terbalik dengan penambahan volume larutan.

Untuk kalium klorida pada run I, II dan III dengan massa 2 gram, 4 gram, dan

2 gram grafik mengalami penurunan pada setiap penambahan volume pelarut

berikutnya. Dapat disimpulkan bahwa semakin banyak volume pelarut yang

ditambahkan pada sampel, maka temperatur jernih akan menurun.

Page 4: BAB IV KURVA KELARUTAN

Adapun data percobaannya pada run I diperoleh data temperatur jernih

untuk volume larutan 4,930 ml, 6,930 ml, 8,930 ml, 10,930 ml, dan 12,930 ml

sebesar 78°C, 70°C, 68°C, 65°C, dan 60°C dengan regresi sebesar 78,069 °C,

70,903 °C, 66,603 °C, 63,736 °C, dan 61,689 °C. Pada run II diperoleh data

temperatur jernih untuk volume 5,860 ml, 7,860 ml, 9,860 ml, 11,860 ml,

13,860 ml, dan 15,860 ml sebesar 82 °C, 87 °C, 85 °C, 74 °C, 65 °C, dan 70 °C

dengan regresi sebesar 87,867 °C, 81,502 °C, 77,259 °C, 74,228 °C, 71,955 °C,

dan 70,187 °C. Pada run III diperoleh data temperatur jernih untuk volume

larutan 4,930 ml, 6,930 ml, 8,930, 10,930 dan 12,930 ml sebesar 75 °C, 68

°C,72°C, 69°C dan 72 °C dengan regresi sebesar 73,073 °C, 71,713 °C, 70,897

°C, 70,353 °C, dan 69,964 °C.

Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai

dengan teori di mana semakin besar suatu volume larutan, semakin rendah

temperaturnya.

4.2.1 Hubungan Temperatur Keruh Terhadap Volume Larutan

Gambar 4.2 Hubungan Temperatur Keruh terhadap Volume Larutan

Gambar 4.2 menunjukkan hubungan temperatur keruh terhadap volume

larutan yang diperoleh dari hasil percobaan. Pada percobaan ini digunakan pelarut

aquadest dimana pada saat pencampuran kalium klorida dan aquadest, yang terjadi

adalah keduanya saling melarut setelah pemanasan.

Page 5: BAB IV KURVA KELARUTAN

Pada percobaan ini kita dituntut untuk memamahi titik jenuh dari suatu

larutan. Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur

tertentu disebut larutan jenuh (Azizah, 2004). Dan pada grafik diatas

ditunjukkan bahwa titik jenuh larutan kalium klorida pada run I pada suhu 36 oC, 32 oC, 31 oC dan 30 oC, dan mulai tidak jenuh setelah penambahan volume 2

ml aquadest yaitu pada suhu 30 oC. Pada run II pada suhu 32 oC, 38 oC, 36 oC

dan 35 oC, dan mulai tidak jenuh setelah penambahan volume 2 ml aquadest

yaitu pada suhu 35 oC. Pada run III pada suhu 40 oC, 34 oC, 34 oC dan 36 oC, dan

mulai tidak jenuh setelah penambahan volume 2 ml aquadest yaitu pada suhu 30 oC.

Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu kalium

klorida pada run I,II, dan III dengan massa 2 gram, 4 gram, dan 2 gram. Regresi

adalah pengukur hubungan dua variabel atau lebih yang dinyatakan dengan

bentuk hubungan atau fungsi. Untuk menentukan bentuk hubungan (regresi)

diperlukan pemisahan yang tegas antara variabel bebas yang sering diberi

simbul X dan variabel tak bebas dengan simbul Y. Pada regresi harus ada

variable yang ditentukan dan variabel yang menentukan atau dengan kata lain

adanya ketergantungan variabel yang satu dengan variabel yang lainnya dan

sebaliknya. Tujuan mempelajari regresi adalah untuk menemukan atau mencari

hubungan antarvariabel, sebagai dasar untuk dapat dipakai melakukan

penaksiran atau peramalan atau estimasi dari hubungan antarvariabel tersebut

(Tenaya, 2009). Jadi dalam grafik percobaan kurva kelarutan ini fungsi dari

grafik regresi dibuat untuk memprediksi kurva percobaan. Dan dapat kita lihat

pada grafik bahwa kurva regresi untuk kalium klorida mendekati hasil kurva

kalium klorida pada percobaan dan sesuai dengan teori.

Menurut teori, volume berbanding terbalik dengan tekanan, sehingga

volume yang besar menyebabkan kelarutannya semakin rendah, hal ini

disebabkan apabila volume tinggi, maka tumbukannya antara partikel yang satu

dengan yang lain akan semakin jarang terjadi dan reaksi akan berjalan lambat

sehingga zat terlarut akan sulit larut dalam zat (Sitorus, 2013). Kombinasi dalam

satu pernyataan hokum Boyle, Charles, Gay Lussac dan Avogadro diperoleh

suatu persamaan yaitu :

Page 6: BAB IV KURVA KELARUTAN

PV = nRT...........................................(4.2)

Dimana:

P = tekanan gas (atm)

V= volume gas (L)

n = banyaknya mol, banyaknya mol didefinisikan sebagai perbandingan massa

(w) gas dengan berat molekulnya (M), yaitu (mol)

R= tetapan gas (0,082 L/mol.K)

T = suhu (K)

(Yazid, 2005)

Untuk kalium klorida run I 2 gram, run II 4 gram, dan run III 2 gram grafik

mengalami penurunan. Dapat disimpulkan bahwa semakin banyak volume

pelarut yang ditambahkan pada sampel, maka temperatur keruh akan menurun.

Adapun data hasil percobaannya pada run I diperoleh data temperatur

keruh untuk volume larutan 4,930 ml, 6,930 ml, 8,930 ml, 10,930 ml, dan

12,930 ml sebesar 36°C, 32°C, 31°C, 30°C, dan 30°C dengan regresi sebesar

35,468 °C, 32,804 °C, 31,206 °C, 30,141 °C, dan 29,380 °C. Pada run II

diperoleh data temperatur keruh untuk volume 5,860 ml, 7,860 ml, 9,860 ml,

11,860 ml, 13,860 ml, dan 15,860 ml sebesar 32 °C, 38 °C, 36 °C, 35 °C, 35 °C,

dan 35 °C dengan regresi sebesar 34,233 °C, 34,788 °C, 35,159 °C, 35,423 °C,

35,621 °C dan 35,766 °C. Pada run III diperoleh data temperatur keruh untuk

volume larutan 4,930 ml, 6,930 ml, 8,930 ml, 10,930 ml, dan 12,930 ml sebesar

40°C, 34°C, 34°C, 36°C, dan 30°C dengan regresi sebesar 39,242 °C, 36,017 °C,

34,081 °C, 32,791 °C, dan 31,869 °C.

Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai

dengan teori di mana semakin besar suatu volume larutan, semakin rendah

temperaturnya.

Page 7: BAB IV KURVA KELARUTAN

4.2.2 Hubungan Temperatur Jernih Terhadap Persen Massa Sampel

Gambar 4.3 Hubungan Temperatur Jernih terhadap Persen Massa Sampel

Gambar 4.3 menunjukkan hubungan temperatur jernih terhadap berat

sampel (%), yang diperoleh dari hasil percobaan. Pada percobaan ini digunakan

pelarut aquadest dimana pada saat pencampuran kalium klorida dan aquadest,

yang terjadi adalah keduanya saling melarut setelah pemanasan.

Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu kalium

klorida pada run I,II, dan III dengan massa 2 gram, 4 gram, dan 2 gram. Regresi

adalah pengukur hubungan dua variabel atau lebih yang dinyatakan dengan

bentuk hubungan atau fungsi. Untuk menentukan bentuk hubungan (regresi)

diperlukan pemisahan yang tegas antara variabel bebas yang sering diberi

simbul X dan variabel tak bebas dengan simbul Y. Pada regresi harus ada

variable yang ditentukan dan variabel yang menentukan atau dengan kata lain

adanya ketergantungan variabel yang satu dengan variabel yang lainnya dan

sebaliknya. Tujuan mempelajari regresi adalah untuk menemukan atau mencari

hubungan antarvariabel, sebagai dasar untuk dapat dipakai melakukan

penaksiran atau peramalan atau estimasi dari hubungan antarvariabel tersebut

(Tenaya, 2009). Jadi dalam grafik percobaan kurva kelarutan ini fungsi dari

grafik regresi dibuat untuk memprediksi kurva percobaan. Dan dapat kita lihat

Page 8: BAB IV KURVA KELARUTAN

pada grafik bahwa kurva regresi untuk kalium klorida mendekati hasil kurva

kalium klorida pada percobaan dan sesuai dengan teori.

Data dari percobaan ini adalah pada run I diperoleh data temperatur jernih

untuk persen berat zat terlarut 33,333%, 25,000%, 20,000%, 16,667%, dan

14,286% sebesar 78 °C, 70 °C, 68 °C, 65 °C dan 60 °C dengan regresi sebesar

78,069 °C, 70,903 °C, 66,603 °C, 63,736 °C dan 61,689 °C. Pada run II

diperoleh data temperatur jernih untuk persen berat zat terlarut 50,000%,

40,000%, 33,333%, 28,571%, 25,000% dan 22,222% sebesar 82 °C, 87 °C, 85

°C, 74 °C, 65 °C dan 70 °C dengan regresi sebesar 87,867 °C, 81,502 °C, 77,259

°C, 74,228 °C, 71,955 °C dan 70,187 °C. Pada run III diperoleh data temperatur

jernih untuk persen berat zat terlarut 33,333%, 25,000%, 20,000%, 16,667%,

dan 14,286% sebesar 75 °C, 68 °C, 72 °C, 69 °C dan 72 °C dengan regresi

sebesar 73,073 °C, 71,713 °C, 70,897 °C, 70,353 °C dan 69,964 °C. Pada grafik

4.3 dapat disimpulkan bahwa semua grafik, baik pada sampel maupun regresi

kalium klorida 2 gram, 4 gram, dan 2 gram mengalami peningkatan.

Menurut teori, kelarutan biasanya dinyatakan dalam konsentrasi baik itu

massa zat pelarut, molaritas, molalitas, fraksi mol, atau istilah lain yang sama

dengan konsentrasi. Kelarutan zat terlarut dalam zat pelarut tergantung pada

temperatur atau suhu. Pada banyak padatan yang terlarut dalam cairan, kelarutan

meningkat dengan temperatur (Sisodiya, dkk., 2012). Semakin tinggi temperatur

semakin besar % massa sampel, dan sebaliknya semakin rendah temperatur

semakin kecil % massa sampel. Dan dari hubungan tersebut dapat disimpulkan

bahwa naiknya temperatur berbanding lurus dengan % massa sampel, karena

naiknya temperatur berbanding lurus dengan kelarutan (Krisnariansyah, 2012).

Dari hubungan tersebut dapat disimpulkan bahwa naiknya temperatur

sebanding dengan jumlah massa zat, karena naiknya temperatur berbanding

lurus dengan kelarutan. Maka didapatkan hasil percobaan sesuai dengan teori

dimana semakin besar berat sampelnya (%), semakin besar pula temperaturnya.

Page 9: BAB IV KURVA KELARUTAN

4.2.3 Hubungan Temperatur Keruh Terhadap Persen Massa Sampel

Gambar 4.4 Hubungan Temperatur keruh terhadap Persen Massa Sampel

Gambar 4.4 menunjukkan hubungan temperatur keruh terhadap berat

sampel (%) yang diperoleh dari hasil percobaan. Dari gambar 4.4 dapat dilihat

grafik mengalami peningkatan. Pada percobaan ini digunakan pelarut aquadest

dimana pada saat pencampuran fruktosa dan aquadest, yang terjadi adalah

keduanya saling melarut setelah pemanasan.

Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu kalium

klorida pada run I,II, dan III dengan massa 2 gram, 4 gram, dan 2 gram. Regresi

adalah pengukur hubungan dua variabel atau lebih yang dinyatakan dengan

bentuk hubungan atau fungsi. Untuk menentukan bentuk hubungan (regresi)

diperlukan pemisahan yang tegas antara variabel bebas yang sering diberi

simbul X dan variabel tak bebas dengan simbul Y. Pada regresi harus ada

variable yang ditentukan dan variabel yang menentukan atau dengan kata lain

adanya ketergantungan variabel yang satu dengan variabel yang lainnya dan

sebaliknya. Tujuan mempelajari regresi adalah untuk menemukan atau mencari

hubungan antarvariabel, sebagai dasar untuk dapat dipakai melakukan

penaksiran atau peramalan atau estimasi dari hubungan antarvariabel tersebut

(Tenaya, 2009). Jadi dalam grafik percobaan kurva kelarutan ini fungsi dari

grafik regresi dibuat untuk memprediksi kurva percobaan. Dan dapat kita lihat

Page 10: BAB IV KURVA KELARUTAN

pada grafik bahwa kurva regresi untuk kalium klorida mendekati hasil kurva

kalium klorida pada percobaan dan sesuai dengan teori.

Pada run I diperoleh data temperatur keruh untuk persen berat zat terlarut

33,333%, 25,000%, 20,000%, 16,667%, dan 14,286% sebesar 36 °C, 32 °C, 31

°C, 30 °C dan 30 °C dengan regresi sebesar 35,468 °C, 32,804 °C, 31,206 °C,

30,141 °C dan 29,380 °C. Pada run II diperoleh data temperatur keruh untuk

persen berat zat terlarut 50,000%, 40,000%, 33,333%, 28,571%, 25,000% dan

22,222% sebesar 32 °C, 38 °C, 36 °C, 35 °C, 35 °C dan 35 °C dengan regresi

sebesar 34,233 °C, 34,788 °C, 35,159 °C, 25,423 °C, 35,621 °C dan 35,776 °C.

Pada run III diperoleh data temperatur keruh untuk persen berat zat terlarut

33,333%, 25,000%, 20,000%, 16,667%, dan 14,286% sebesar 40 °C, 34 °C, 34

°C, 36 °C dan 30 °C dengan regresi sebesar 39,242 °C, 36,017 °C, 34,081 °C,

32,791 °C dan 31,869 °C.

Menurut teori, kelarutan biasanya dinyatakan dalam konsentrasi baik itu

massa zat pelarut, molaritas, molalitas, fraksi mol, atau istilah lain yang sama

dengan konsentrasi. Kelarutan zat terlarut dalam zat pelarut tergantung pada

temperatur atau suhu. Pada banyak padatan yang terlarut dalam cairan, kelarutan

meningkat dengan temperatur (Sisodiya, dkk., 2012). Semakin tinggi temperatur

semakin besar % massa sampel, dan sebaliknya semakin rendah temperatur

semakin kecil % massa sampel. Dan dari hubungan tersebut dapat disimpulkan

bahwa naiknya temperatur berbanding lurus dengan % massa sampel, karena

naiknya temperatur berbanding lurus dengan kelarutan (Krisnariansyah, 2012).

Dari hubungan tersebut dapat disimpulkan bahwa naiknya temperatur

sebanding dengan jumlah massa zat, karena naiknya temperatur berbanding

lurus dengan kelarutan. Maka didapatkan hasil percobaan sesuai dengan teori

dimana semakin besar berat sampelnya (%), semakin besar pula temperaturnya.

Page 11: BAB IV KURVA KELARUTAN

4.2.4 Hubungan Temperatur Jernih Terhadap Kelarutan

Gambar 4.5 Hubungan Temperatur Jernih terhadap Kelarutan

Gambar 4.5 menunjukkan hubungan temperatur jernih terhadap kelarutan,

yang diperoleh dari hasil percobaan. Grafik 4.5 memperlihatkan bahwa grafik

mengalami peningkatan pada semua sampel, baik pada kalium klorida run I, run

II, dan run III, dan regresi kalium klorida run I, run II, dan run III.

Pada percobaan ini digunakan pelarut aquadest dimana pada saat

pencampuran kalium klorida dan aquadest, yang terjadi adalah keduanya saling

melarut meskipun tanpa pemanasan. Hal ini dikarenakan, kedua senyawa

tersebut bersifat polar sehingga lebih mudah untuk melarut.

Pada percobaan ini kita dituntut untuk memamahi titik jenuh dari suatu

larutan. Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur

tertentu disebut larutan jenuh (Azizah, 2004). Pada grafik hubungan temperatur

jernih terhadap kelarutan untuk pelarut Aquadest belum terjadi larutan jenuh

dikarenakan zat terlarut yaitu fruktosa dapat larut dalam zat pelarut aquadest.

Hal ini terjadi karena proses pemanasan yang dilakukan dimana menurut teori

naiknya temperatur berbanding lurus dengan kelarutan (Octavianus, 2013).

Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu kalium

klorida pada run I,II, dan III dengan massa 2 gram, 4 gram, dan 2 gram. Regresi

adalah pengukur hubungan dua variabel atau lebih yang dinyatakan dengan

Page 12: BAB IV KURVA KELARUTAN

bentuk hubungan atau fungsi. Untuk menentukan bentuk hubungan (regresi)

diperlukan pemisahan yang tegas antara variabel bebas yang sering diberi

simbul X dan variabel tak bebas dengan simbul Y. Pada regresi harus ada

variable yang ditentukan dan variabel yang menentukan atau dengan kata lain

adanya ketergantungan variabel yang satu dengan variabel yang lainnya dan

sebaliknya. Tujuan mempelajari regresi adalah untuk menemukan atau mencari

hubungan antarvariabel, sebagai dasar untuk dapat dipakai melakukan

penaksiran atau peramalan atau estimasi dari hubungan antarvariabel tersebut

(Tenaya, 2009). Jadi dalam grafik percobaan kurva kelarutan ini fungsi dari

grafik regresi dibuat untuk memprediksi kurva percobaan. Dan dapat kita lihat

pada grafik bahwa kurva regresi untuk kalium klorida mendekati hasil kurva

kalium klorida pada percobaan dan sesuai dengan teori.

Pada run I diperoleh data temperatur jernih untuk nilai kelarutan 3,655 M,

2,600 M, 2,018 M, 1,649 M dan 1,394 M sebesar 78 °C, 70 °C, 68 °C, 65 °C dan

60 °C dengan regresi sebesar 78,069 °C, 70,903 °C, 66,603 °C, 63,736 °C dan

61,689 °C. Pada run II diperoleh data temperatur untuk nilai kelarutan 6,150 M,

4,585 M, 3,655 M, 3,039 M, 2,600 M dan 2,272 M sebesar 82 °C, 87 °C, 85 °C,

74 °C, 65 °C dan 70 °C dengan regresi sebesar 87,867 °C, 81,502 °C, 77,259 °C,

74,228 °C, 71,995 °C dan 70,187 °C. Pada run III diperoleh data temperatur

jernih untuk nilai kelarutan 3,655 M, 2,600 M, 2,018 M, 1,649 M dan 1,394 M

sebesar 75 °C, 68 °C, 72 °C, 69 °C dan 72 °C dengan regresi sebesar 73,073 °C,

71,713 °C, 70,897 °C, 70,353 °C dan 69,694 °C.

Menurut teori, kelarutan umumnya berkurang pada temperatur yang lebih

tinggi. Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas

yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi

berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang

lebih tinggi (Octavianus, 2013).

Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai

dengan teori di mana terjadi kenaikan kelarutan ketika temperatur semakin

besar.

Page 13: BAB IV KURVA KELARUTAN

4.2.5 Hubungan Temperatur Keruh Terhadap Kelarutan

Gambar 4.6 Hubungan Temperatur Keruh terhadap Kelarutan

Gambar 4.6 menunjukkan hubungan temperatur keruh terhadap kelarutan

zat yang diperoleh dari hasil percobaan. Pada percobaan ini digunakan pelarut

aquadest dimana pada saat pencampuran kalium klorida dan aquadest, yang

terjadi adalah keduanya saling melarut setelah pemanasan.

Pada percobaan ini kita dituntut untuk memamahi titik jenuh dari suatu

larutan. Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur

tertentu disebut larutan jenuh (Azizah, 2004). Dan pada grafik diatas

ditunjukkan bahwa titik jenuh larutan kalium klorida pada run I 36 oC, 32 oC, 31 oC, 30 oC dan mulai tidak jenuh setelah penambahan volume 2 ml aquadest yaitu

30 oC. Pada run II pada suhu 32 oC, 38 oC, 36 oC, 35 oC dan 35 oC dan mulai

tidak jenuh setelah penambahan volume 2 ml aquadest yaitu pada suhu 35 oC.

Pada run III 40 oC, 36 oC, 34 oC, 34 oC dan mulai tidak jenuh setelah penambahan

volume 2 ml aquadest yaitu 30 oC

Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu kalium

klorida pada run I, II dan III dengan massa 2 gram, 4 gram dan 2 gram. Regresi

adalah pengukur hubungan dua variabel atau lebih yang dinyatakan dengan

bentuk hubungan atau fungsi. Untuk menentukan bentuk hubungan (regresi)

diperlukan pemisahan yang tegas antara variabel bebas yang sering diberi

simbul X dan variabel tak bebas dengan simbul Y. Pada regresi harus ada

variable yang ditentukan dan variabel yang menentukan atau dengan kata lain

Page 14: BAB IV KURVA KELARUTAN

adanya ketergantungan variabel yang satu dengan variabel yang lainnya dan

sebaliknya. Tujuan mempelajari regresi adalah untuk menemukan atau mencari

hubungan antarvariabel, sebagai dasar untuk dapat dipakai melakukan

penaksiran atau peramalan atau estimasi dari hubungan antarvariabel tersebut

(Tenaya, 2009). Jadi dalam grafik percobaan kurva kelarutan ini fungsi dari

grafik regresi dibuat untuk memprediksi kurva percobaan. Dan dapat kita lihat

pada grafik bahwa kurva regresi untuk kalium klorida mendekati hasil kurva

kalium klorida pada percobaan dan sesuai dengan teori.

Dari gambar 4.6 dapat dilihat untuk kalium klorida pada percobaan I, II,

III, IV, V dan VI mengalami peningkatan. Secara keseluruhan, dapat

disimpulkan bahwa semakin besar kelarutan suatu zat, maka temperatur keruh

cenderung naik.

Pada percobaan I diperoleh data temperatur keruh untuk nilai kelarutan

3,655 M, 2,600 M, 2,018 M, 1,649 M dan 1,394 M sebesar sebesar 36 °C, 32

°C, 31 °C, 30 °C dan 30 °C dengan regresi sebesar 35,468 °C, 32,804 °C,

31,206 °C, 30,141 °C dan 29,380 °C. Pada run II diperoleh data temperatur

keruh untuk nilai kelarutan 6,150 M, 4,589 M, 3,655 M, 3,039 M, 2,600 M dan

2,272 M sebesar 32 °C, 38 °C, 36 °C, 35 °C, 35 °C dan 35 °C dengan regresi

sebesar 34,233 °C, 34,788 °C, 35,159 °C, 35,423 °C, 35,621°C dan 35,776 °C.

Pada run III diperoleh data temperatur keruh untuk nilai kelarutan 3,655 M,

2,600 M, 2,018 M, 1,649 M dan 1,394 M sebesar sebesar 40 °C, 34 °C, 34 °C,

36 °C dan 30 °C dengan regresi sebesar 39,242 °C, 36,017 °C, 34,081 °C,

32,791 °C dan 31,869 °C.

Menurut teori, kelarutan umumnya berkurang pada temperatur yang lebih

tinggi. Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas

yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi

berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang

lebih tinggi (Octavianus, 2013).

Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai

dengan teori di mana terjadi kenaikan kelarutan ketika temperatur semakin

besar.

Page 15: BAB IV KURVA KELARUTAN

4.3 Pembahasan untuk Kalium Klorida dalam Pelarut Ades

4.3.1 Hubungan Temperatur Jernih Terhadap Volume Larutan

Gambar 4.7 Hubungan Temperatur Jernih terhadap Volume Larutan

Gambar 4.7 menunjukkan hubungan temperatur jernih terhadap volume

larutan yang diperoleh dari hasil percobaan. Untuk kalium klorida pada run III

dengan massa 2 gram, grafik mengalami penurunan pada setiap penambahan

volume pelarut berikutnya.

Pada percobaan ini digunakan pelarut ades dimana pada saat pencampuran

kalium klorida dan ades, yang terjadi adalah keduanya saling melarut meskipun

tanpa pemanasan. Hal ini dikarenakan, kedua senyawa tersebut bersifat polar

sehingga lebih mudah untuk melarut. Dan pelarut ades lebih baik dalam

melarutkan sampel kalium klorida dibandingkan dengan pelarut aquadest. Hal

ini dikarenakan kandungan oksigen dalam pelarut ades lebih banyak.

Pada percobaan ini kita dituntut untuk memamahi titik jenuh dari suatu

larutan. Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur

tertentu disebut larutan jenuh (Azizah, 2004). Pada grafik hubungan

temperatur jernih terhadap volume larutan untuk pelarut ades belum terjadi

larutan jenuh dikarenakan zat terlarut yaitu kalium klorida dapat larut dalam zat

pelarut ades. Hal ini terjadi kerena proses pemanasan yang dilakukan dimana

menurut teori naiknya temperatur berbanding lurus dengan kelarutan

(Octavianus, 2013).

Page 16: BAB IV KURVA KELARUTAN

Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu kalium

klorida pada run III. Regresi adalah pengukur hubungan dua variabel atau lebih

yang dinyatakan dengan bentuk hubungan atau fungsi. Untuk menentukan

bentuk hubungan (regresi) diperlukan pemisahan yang tegas antara variabel

bebas yang sering diberi simbul X dan variabel tak bebas dengan simbul Y.

Pada regresi harus ada variable yang ditentukan dan variabel yang menentukan

atau dengan kata lain adanya ketergantungan variabel yang satu dengan variabel

yang lainnya dan sebaliknya. Tujuan mempelajari regresi adalah untuk

menemukan atau mencari hubungan antarvariabel, sebagai dasar untuk dapat

dipakai melakukan penaksiran atau peramalan atau estimasi dari hubungan

antarvariabel tersebut (Tenaya, 2009). Jadi dalam grafik percobaan kurva

kelarutan ini fungsi dari grafik regresi dibuat untuk memprediksi kurva

percobaan. Dan dapat kita lihat pada grafik bahwa kurva regresi untuk kalium

klorida mendekati hasil kurva kalium klorida pada percobaan dan sesuai dengan

teori.

Pada run III diperoleh data temperatur jernih untuk volume larutan 4,930

ml, 6,930 ml, 8,930 ml, 10,930 ml dan 12,930 ml sebesar 75 oC, 68 oC, 72 oC, 69 oC dan 72 °C dengan regresi sebesar 73,073 °C, 71,713 °C, 70,897 oC, 70,535 oC

dan 69,964 °C.

Menurut teori, semakin tinggi temperatur semakin cepat kelarutannya, dan

sebaliknya semakin rendah tempetur semakin kecil kelarutannya. Dan dari

hubungan tersebut dapat disimpulkan bahwa naiknya temperatur berbanding

terbalik dengan volume larutan, karena naiknya temperatur berbanding lurus

dengan kelarutan (Krisnariansyah, 2012). Dari hubungan tersebut dapat

disimpulkan bahwa naiknya temperatur berbanding terbalik dengan volume

larutan.

Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai

dengan teori di mana semakin besar suatu volume larutan, semakin rendah

temperaturnya.

Page 17: BAB IV KURVA KELARUTAN

4.3.2 Hubungan Temperatur Keruh Terhadap Volume Larutan

Gambar 4.8 Hubungan Temperatur Keruh terhadap Volume Larutan

Pada gambar 4.8 menunjukkan hubungan temperatur keruh terhadap

volume larutan yang diperoleh dari hasil percobaan. Untuk kalium klorida pada

run III dengan massa 2 gram grafik mengalami penurunan pada setiap

penambahan volume pelarut berikutnya.

Pada percobaan ini digunakan pelarut ades dimana pada saat pencampuran

kalium klorida dan ades, yang terjadi adalah keduanya saling melarut meskipun

tanpa pemanasan. Hal ini dikarenakan, kedua senyawa tersebut bersifat polar

sehingga lebih mudah untuk melarut. Dan pelarut ades lebih baik dalam

melarutkan sampel kalium klorida dibandingkan dengan pelarut aquadest. Hal

ini dikarenakan kandungan oksigen dalam pelarut ades lebih banyak.

Pada percobaan ini kita dituntut untuk memamahi titik jenuh dari suatu

larutan. Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur

tertentu disebut larutan jenuh (Azizah, 2004). Dan pada grafik diatas

ditunjukkan bahwa titik jenuh larutan kalium klorida pada run III pada suhu 40 oC, 34 oC, 34 oC dan 36 oC, dan mulai tidak jenuh setelah penambahan volume 2

ml ades yaitu pada suhu 30 oC.

Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu kalium

klorida pada run III. Regresi adalah pengukur hubungan dua variabel atau lebih

Page 18: BAB IV KURVA KELARUTAN

yang dinyatakan dengan bentuk hubungan atau fungsi. Untuk menentukan

bentuk hubungan (regresi) diperlukan pemisahan yang tegas antara variabel

bebas yang sering diberi simbul X dan variabel tak bebas dengan simbul Y.

Pada regresi harus ada variable yang ditentukan dan variabel yang menentukan

atau dengan kata lain adanya ketergantungan variabel yang satu dengan variabel

yang lainnya dan sebaliknya. Tujuan mempelajari regresi adalah untuk

menemukan atau mencari hubungan antarvariabel, sebagai dasar untuk dapat

dipakai melakukan penaksiran atau peramalan atau estimasi dari hubungan

antarvariabel tersebut (Tenaya, 2009). Jadi dalam grafik percobaan kurva

kelarutan ini fungsi dari grafik regresi dibuat untuk memprediksi kurva

percobaan. Dan dapat kita lihat pada grafik bahwa kurva regresi untuk kalium

klorida mendekati hasil kurva kalium klorida pada percobaan dan sesuai dengan

teori.

Pada run III diperoleh data temperatur keruh untuk volume larutan 4,930

ml, 6,930 ml, 8,930 ml, 10,930 ml dan 12,930 ml dengan regresi sebesar 39,242

°C, 36,017 °C, 34,081 °C, 32,791 °C dan 31,869 °C.

Menurut teori, semakin tinggi temperatur semakin cepat kelarutannya, dan

sebaliknya semakin rendah tempetur semakin kecil kelarutannya. Dan dari

hubungan tersebut dapat disimpulkan bahwa naiknya temperatur berbanding

terbalik dengan volume larutan, karena naiknya temperatur berbanding lurus

dengan kelarutan (Krisnariansyah, 2012). Dari hubungan tersebut dapat

disimpulkan bahwa naiknya temperatur berbanding terbalik dengan volume

larutan.

Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai

dengan teori di mana semakin besar suatu volume larutan, semakin rendah

temperaturnya.