BAB IV: KRITERIA PERANCANGAN
Transcript of BAB IV: KRITERIA PERANCANGAN
52
BAB IV: KRITERIA PERANCANGAN
4.1 Gambaran Umum
Penelitian dilakukan dengan melakukan pengumpulan data primer dan
sekunder melalui teknik pengumpulan data yang sudah dijelaskan pada bab
sebelumnya. Sumber tersebut dipilih untuk memenuhi data mengenai keadaan
faktual yang terjadi terkait dengan permasalahan dari tugas akhir ini. Semua data
tersebut kemudian diolah secara kualitatif untuk menghasilkan kriteria desain
perancangan bangunan pusat kegiatan anak melalui Pendekatan Crime Prevention
Through Environmental Design (CPTED).
4.2 Analisis Preseden
Sebagai salah satu bentuk teknik pengumpulan data, penulis melakukan
analisis terhadap studi preseden untuk mengetahui pengaruh strategi desain yang
diterapkan dalam bangunan terpilih terhadap ruang arsitektural terkontrol yang
diciptakan. Analisis preseden dilakukan dengan cara menjabarkan proyek dan
kemudian menganalisis menggunakan prinsip penerapan CPTED.
4.2.1 Econef Children’s Centre
Tabel 9: Analisis Econef Children’s Centre
Strategi Desain Pengaruh
Adanya kolaborasi dengan tenaga kerja
lokal.
Bangunan lebih dihargai dan dijaga
keadaannya. Otomatis secara tidak
langsung akan meningkatkan fungsi
pengawasan dalam prinsip CPTED.
Gambar 15: Econef Children's Centre
53
Anak-anak yang akan menetap pada
bangunan diajak untuk berkolaborasi
sejak masa pembangunan.
Menumbuhkan rasa kepemilikan anak
terhadap bangunan.
Pemilihan material yang mudah
dirawat.
Image baik dari bangunan tersebut
akan mudah terjaga.
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa bangunan tersebut
menggunakan material dan teknik konstruksi lokal, sehingga dapat
mengurangi biaya transport dan perawatan bangunan di masa depan. Material
bata yang digunakan berasal dari hasil pengrajin bata di sekitar lokasi. Bentuk
dari bangunannya sendiri terinspirasi dari arsitektur vernakular di sekitarnya.
Berdasarkan gambar denah di atas, dapat dilihat bahwa ruang outdoor
menjadi pengikat program ruang lainnya. Dalam hal ini program ruang
outdoor yang digunakan sebagai pengikat berfungsi sebagai courtyard yang
dapat menjadi tempat berkumpul maupun bermain anak-anak. Susunan
organisasi ruang dalam bangunan ini dibelah dengan jalur sirkulasi utama di
Gambar 17: Material lokal
Gambar 16: Denah bangunan Econef Children's Centre
54
tengah, akibatnya setiap ruangan dapat menerima pencahayaan dan
pengudaraan alami.
4.2.2 Ecokid Kindergarten
Tabel 10: Analisis Ecokid Kindergarten
Strategi Desain Pengaruh
Penentuan program ruang yang
beragam.
Menciptakan suasana bimbingan
belajar yang aktif dan kaya akan
stimulasi untuk anak.
Pembagian ruang dengan bentuk
geometris maupun warna sebagai
bahasa yang dipahami anak.
Anak-anak memiliki orientasi yang
jelas terhadap bangunan.
Injeksi elemen natural pada bangunan
dalam bentuk taman.
Meningkatkan stimulasi lingkungan
fisik terhadap anak dan dapat menjadi
salah satu metode pembelajaran yang
aktif.
Berdasarkan gambar site plan di bawah, dapat dilihat bahwa massa
bangunan dipecah menjadi 3 bagian, yaitu 2 massa untuk ruang kelas, dan 1
massa yang berfungsi sebagai ruang komunal dan fasilitas bersama. Area
pintu masuk dari bangunan dibagi menjadi 2, yaitu area yang dapat dilalui
oleh kendaraan bermotor sehingga langsung terhubung dengan lapangan
parkir, dan area pintu masuk yang dikhususkan untuk pejalan kaki. Dari
gambar tersebut juga dapat disimpulkan bahwa bangunan ini menggunakan
Gambar 18: Ecokid Kindergarten
55
bentuk kelas yang open plan, sehingga penggunaan dari kelasnya lebih
fleksibel.
Diantara 36 kelas yang terdapat di bangunan, terdapat beberapa area
outdoor yang menjadi ruang transisi. Pada bagian lantai dasar, area outdoor
dimanfaatkan menjadi taman bermain. Sedangkan pada lantai satu dan dua,
area outdoor dimanfaatkan menjadi balkon untuk menunjang aktivitas ruang
luar dari kelas dan sebagai ruang komunal untuk anak-anak. Sehingga rasio
program ruang kelas dan ruang komunal ditambah dengan fasilitas
pendukung lainnya adalah 2:1.
Gambar 20: Site Plan Ecokid Kindergarten
Gambar 19: Ruang luar Ecokid Kindergarten
56
4.2.3 YueCheng Courtyard Kindergarten
Tabel 11: Analisis YueCheng Courtyard Kindergarten
Strategi Desain Pengaruh
Perbedaan bentuk yang kontras
terhadap bangunan sekitarnya.
Membentuk batasan teritorial
bangunan yang jelas.
Adanya void pada lantai dasar dalam
bentuk courtyard.
Menyebabkan terjadinya pencahayaan
alami pada bagian dalam bangunan.
Perbedaan material bagian dalam dan
luar bangunan.
Adanya batasan ruang privat dan
publik yang jelas dalam bangunan.
Konsep bentuk yang organik. Membentuk pola ruang yang lebih
bebas untuk anak dan memberi kesan
borderless karena tidak adanya sudut.
Gambar 21: YueCheng Courtyard Kindergarten
57
Jika dilihat melalui gambar denah lantai dasar, maka mayoritas dari
luasan bangunan diisi dengan ruang kelas. Namun ruang kelas yang
digunakan pada bangunan ini bersifat borderless. Sehingga proses
pembelajaran mixed age dapat terjadi. Proses pembelajaran yang seperti ini
mengijinkan terjadinya proses interaksi sosial yang tinggi diantara anak-anak
dan juga fasilitator. Karena bentuk kelas yang dibuat menyatu antar kelompok
umur yang satu dengan yang lainnya, maka fasilitas seperti toilet dibuat
menyebar. Sedangkan fasilitas lain yang dapat digunakan bersama seperti
ruang tidur, dapur, dan ruang seni dibuat terpisah dari ruang kelas utama.
Ruang tidur untuk anak diletakan di posisi yang jauh dari aktivitas yang
memiliki tingkat kebisingan tinggi.
Dari gambar denah dapat dilihat bahwa luas ruang kelas adalah 1,2 kali
lebih besar dari ruang komunal. Perbandingan antara luas fasilitas pendukung
dengan ruang kelas adalah 8,6:1. Sedangkan perbandingan antara ruang kelas
dan program ruang privat dalam bangunan adalah 8,1:1. Perbandingan ruang
kelas dan lounge untuk fasilitator adalah 56:1 Dengan kapasitas 390 anak,
bangunan ini memiliki 1 ruang pertemuan dengan kapasitas 12 orang, 3
kantor admin dengan kapasitas masing-masing 3 hingga 6 (total 13) orang
dengan ukuran ruang masing-masing sebesar 3,6x5,4 m.
Gambar 22: Denah YueCheng Courtyard Kindergarten
58
4.3 Analisis Teori
4.3.1 Kaitan Kriminalitas dan Pendidikan Usia Emas
Usia emas atau periode usia 0 hingga 6 tahun merupakan periode
terpenting dalam kehidupan seseorang. Pada periode ini seorang anak akan
sangat mendapat pengaruh dari lingkungan sekitarnya. Sehingga bagaimana
perilaku dan kehidupannya bermasyarakat di masa depan akan bergantung
pada pengalaman yang didapatkan oleh seseorang pada masa kanak-kanak
khususnya dalam periode usia 0-6 tahun.
Gambar 23: Pembagian ruang YueCheng Courtyard
Kindergarten
59
Pengalaman pada periode usia 0 hingga 6 tahun paling banyak
mendapat pengaruh dari lingkungan keluarga dimana anak tersebut akan
mendapat pendidikan informal untuk membentuk kemampuan dasar anak.
Tetapi tingginya angka kemiskinan di Indonesia menyebabkan banyaknya
keluarga yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar yang
berbentuk pendidikan informal kepada anak. Sehingga dalam pemenuhannya
dibutuhkan intervensi dari pihak lain salah satunya seperti penyediaan
perawatan anak seperti bangunan pusat kegiatan anak. Untuk itu dapat
disimpulkan bahwa pendidikan pada masa usia emas memiliki pengaruh
jangka pendek dan panjang terhadap kehidupan seseorang.
Setelah memahami pentingnya pengalaman yang diterima oleh
seseorang selama periode usia 0 hingga 6 tahun, maka muncul kebutuhan
akan strategi untuk mengelola lingkungan fisik di sekitar anak. Strategi
pengelolaan lingkungan fisik ini dapat mendukung proses tumbuh dan
kembang anak akibat dari stimulasi yang diberikan sekaligus sebagai alat
untuk membentuk lingkungan yang terkontrol. Untuk itu pendekatan teori
arsitektur Crime Prevention Through Environmental Design (CPTED) dapat
diinjeksikan ke dalam perancangan bangunan pusat kegiatan anak.
4.3.2 Bentuk Penerapan CPTED dalam Lingkungan Fisik
Seperti yang sudah diketahui, CPTED atau Crime Prevention Through
Environmental Design menggunakan pengolahan lingkungan untuk menjadi
alat pencegah terjadinya tindakan kriminalitas di wilayah tersebut. Untuk itu
Gambar 24: Kaitan kriminalitas dan pendidikan usia dini
60
penulis dapat mengabstraksikan beberapa elemen lingkungan fisik dalam
bangunan pusat kegiatan anak yang dapat diolah untuk menjadi alat pencegah
terjadinya tindakan kriminalitas melalui CPTED. Elemen-elemen tersebut
antara lain adalah:
1. Kemampuan visual terhadap batasan ruang
2. Pencahyaaan bangunan yang baik
3. Penempatan program ruang pada bangunan
4. Adanya fungsi bangunan yang sesuai dan beragam
5. Pemilihan material
6. Orientasi bangunan yang mudah dipahami
4.3.3 Kaitan Antara Tipologi Bangunan, Faktor Lingkungan Fisik,
Stimulasi Anak, dan CPTED
Dari data-data yang sudah diperoleh, penulis dapat menyusun diagram
irisan antara faktor lingkungan fisik, kondisi lapangan dari studi kasus,
standar tipologi bangunan, dan prinsip dari CPTED untuk menyusun
implementasi CPTED yang sesuai dengan anak usia emas kepada wadah
edukasi informal yang terkontrol.
61
Dari hasil diagram irisan diatas, maka implementasi CPTED untuk
menciptakan ruang terkontrol bagi anak dapat diimplementasikan pada beberapa
aspek di bawah yaitu:
1. Desain: fungsi terlihat jelas dengan perawatan yang baik untuk
menjaga “image” dari bangunan.
2. Ruang: membentuk lingkungan yang aman dengan batasan area
publik dan privat yang jelas.
3. Warna & pencahayaan: pemilihan material dengan perbedaan warna
& tekstur sebagai elemen spasial. Adanya pencahayaan yang cukup
dengan peletakan yang tepat.
4. Lokasi tapak: pemilihan lokasi tapak yang aman untuk anak-anak
dengan adanya pengawasan natural baik dari dalam maupun luar
tapak.
5. Kualitas lingkungan: menggunakan material finishing yang aman
untuk anak serta berada di lokasi yang aman untuk kenyamanan orang
tua.
Gambar 25: Diagram irisan
62
6. Kesehatan dan keselamatan: lokasi menjamin keselamatan dan
kesehatan anak dengan membentuk lingkungan fisik yang higenis dan
ramah anak tanpa ada elemen ruang yang membahayakan anak.
7. Keamanan: mudah diidentifikasikan dengan adanya penanda yang
jelas.
8. Pencapaian dan akses: adanya akses ke bangunan yang terkontrol dan
aman.
4.4 Temuan Lapangan
Penulis melakukan pencarian data primer untuk membentuk temuan
lapangan melalui kegiatan wawancara dan observasi lapangan untuk menggali
fenomena faktual terkait dengan topik penelitian. Pencarian data primer dilakukan
dengan melakukan analisis dan observasi terhadap studi kasus kegiatan bimbingan
yang dilakukan oleh Anak Mentari Indonesia di kolong Jembatan Tomang, Jakarta
Barat.
4.4.1 Hasil Wawancara
Setelah melakukan wawancara dengan Yuliana Simbolon sebagai
narasumber yang merupakan pendiri sekaligus fasilitator Anak Mentari
Indonesia, penulis mendapatkan hasil bahwa kegiatan pembelajaran sudah
pernah melakukan relokasi akibat adanya gangguan yang terima pada saat
proses pembelajaran. Namun dengan relokasi ke kolong jembatan ini tidak
berhasil mengeliminasi gangguan yang diterima. Anak-anak terkadang
mendapat terror untuk tidak menghadiri kegiatan pembelajaran dari pihak lain
yang tidak dikenal oleh anak maupun orang tua. Tetapi karena kegiatan ini
sudah berjalan cukup lama yaitu sejak tahun 2003 maka rasa saling percaya
dan kekeluargaan diantara fasilitator dan anak serta orang tuanya sudah
menjadi sangat kuat.
Anak Mentari Indonesia memiliki visi dan misi untuk menghasilkan
anak hasil bimbingan yang tidak hanya cerdas untuk dirinya sendiri,
melainkan juga dapat memberi manfaat bagi keluarga dan komunitas di
sekitarnya. Dalam konteks ini manfaat yang dimaksud adalah ketika anak
63
tersebut dapat menyebarkan ilmu yang sudah didapatkan selama mengikuti
kegiatan bimbingan Anak Mentari Indonesia khususnya adalah kemampuan
membaca.
Seluruh anak-anak yang mengikuti kegiatan bimbingan ini berasal dari
golongan keluarga tidak mampu dan tinggal menetap di bantaran kali.
Akibatnya, dalam kesehariannya anak-anak banyak terpapar stimulasi negatif
dari lingkungan fisik maupun perilaku menyimpang dari orang dewasa di
sekitarnya. Tetapi sejauh ini tidak ada laporan terjadinya kekerasan terhadap
anak. Hal ini diperkirakan karena komunitas tempat tinggal yang sangat rapat
sehingga calon pelaku tindakan kekerasan menjadi segan untuk melakukan
aksinya.
Hingga saat ini didapati bahwa total anak yang aktif adalah 60 anak.
Dari hasil wawancara juga didapat bahwa anak-anak yang rutin menghadiri
kegiatan pembelajaran tidak cocok dengan lingkungan sekolah formal. Anak-
anak tersebut lebih cocok dengan lingkungan fisik pembelajaran yang aktif
sehingga mereka bisa melaksanakan kegiatan belajar sambil bermain. Proses
pembelajaran hanya berlangsung selama dua jam pada hari Minggu dengan.
Walaupun berada di ruang luar dan berdampingan dengan lalu lintas
kendaraan bermotor, kegiatan bisa berjalan cukup kondusif karena adanya
disiplin dan strategi yang diterapkan oleh fasilitator. Alur kegiatan dimulai
dengan kegiatan bermain selama 30 menit untuk menstimulasi otak kanan
dari anak baru kemudian dilanjutkan dengan materi pembelajaran yang sudah
dijadwalkan, dan ditutup dengan istirahat dan bernyanyi bersama.
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, bangunan pusat
kegiatan anak perlu memiliki beberapa elemen kunci untuk menjadi
bangunan yang berhasil dan dapat memberi dampak jangka pendek dan
panjang terhadap kehidupan anak-anak. Elemen tersebut antara lain:
• Adanya ruang kelas yang aktif dan tidak berbentuk formal.
• Memiliki kapasitas untuk melakukan beragam kegiatan yang dapat
menstimulasi anak.
• Dapat melibatkan anak dalam operasional kesehariannya.
64
• Dapat memunculkan rasa komunitas yang erat antar anak.
4.4.2 Hasil Observasi Lapangan
Akibat dari pada pandemik dan proses pembelajaran sedang diberhentikan
sementara, maka hasil observasi yang dimiliki oleh penulis berasal dari tahun
2019. Dari observasi lapangan tersebut didapatkan beberapa gangguan yang
berasal dari lingkungan fisik yang diterima oleh anak adalah:
Tabel 12: Observasi lapangan
Ruang
Desain
Desain ruang cukup aktif dengan adanya alat
bermain permanen serta peralatan bermain
maupun belajar tambahan yang disediakan
oleh fasilitator.
Batasan
Batasan dengan area luar hanya berupa pagar
besi yang masih sering diakses oleh pihak lain
ketika proses pembelajaran berlangsung.
Ruang gerak
Ruang gerak terbatas sehingga kapasitas dari
setiap sesi pembelajaran juga dibatasi oleh
pihak fasilitator.
Kebisingan
Suara latar
Kondisi suara latar tidak sesuai dengan
lingkungan fisik wadah edukasi yang
seharusnya. Gangguan suara latar yang
dirasakan berasal dari kendaraan bermotor.
Lokasi
Area pembelajaran berlokasi di bawah kolong
jembatan dan berbatasan langsung dengan
jalan raya sehingga dapat mengganggu proses
pembelajaran anak.
Kondisi
Udara
Suhu Tidak ada elemen untuk mengontrol suhu
ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.
Polutan
Anak-anak terpapar dengan polutan yang
berasal dari emisi kendaraan serta saluran air
yang terbuka di lokasi lapangan.
65
Warna &
pencahayaan
Warna dan
tekstur
Penggunaan elemen warna masih terbatas,
yaitu hanya ada di alat bermain anak dan
Sebagian kecil dari tembok. Sedangkan
perbedaan tekstur kurang dapat memberikan
stimulasi kepada anak.
Pencahayaan
Kegiatan pembelajaran hanya memanfaatkan
cahaya alami dari matahari. Sehingga ketika
suasana langit mendung maka pencahayaan
menjadi sangat minim di lokasi tersebut.
4.4.3 Hasil Kuesioner Anak
Untuk mendapatkan pandangan anak mengenai lingkungan fisik yang
terkontrol dengan menggunakan implementasi prinsip CPTED, maka penulis
menyusun sebuah angket dengan pilihan gambar yang mudah dipahami oleh
anak. Hasil dari angket tersebut akan diabstraksikan untuk membentuk
pandangan CPTED yang sesuai untuk diimplementasikan kepada anak dalam
usia 0 hingga 6 tahun.
Tabel 13: Implementasi anak terhadap CPTED
Dari kedua kegiatan di bawah ini, manakah kegiatan yang lebih menarik untuk
dilakukan?
15 0
Dari kedua gambar di bawah ini, manakah bentuk pembatas ruang yang lebih
terasa nyaman untuk area belajar?
66
9 6
Manakah ruang yang terlihat lebih aman?
13 2
Kegiatan outdoor mana yang lebih ingin dilakukan?
3 12
Manakah labirin yang lebih mudah diselesaikan?
0 15
Manakah penanda arah yang lebih mudah dimengerti?
67
15 0
Manakah area masuk bangunan yang lebih terasa aman untuk diakses?
12 3
Dari hasil angket tertutup ini didapatkan bahwa anak-anak lebih
menyukai identitas bangunan yang berada di elemen dinding dibandingkan
dengan elemen lantai. Secara visual anak-anak lebih menyukai bentuk yang
organik dan tidak memiliki sudut yang menghalangi pandangan visual. Hal
juga ini berkaitan dengan organisasi ruang aktivitas anak yang dirancang
untuk memberikan ruang gerak bebas. Sehingga wadah aktivitas anak perlu
dibuat agar anak dapat melakukan sirkulasi secara bebas untuk mendukung
kegiatan eksplorasi anak. Tetapi berdasarkan pemahaman anak akan orientasi
labirin, anak-anak lebih dapat memahami organisasi ruang yang memiliki
sudut atau berbentuk grid. Untuk itu akan diperlukan strategi khusus dalam
membentuk ruang yang secara visual terlihat organik, namun sirkulasinya
dapat dipahami oleh anak dengan mudah. Dari angket ini didapati bahwa anak
lebih memilih pembatas ruang yang tidak menghalangi pandangan visual
anak dan memperhatikan skala antropometri anak. Penggunaan warna yang
lembut dan dipadukan dengan tekstur yang halus dapat menciptakan rasa
aman terhadap diri anak. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman anak
terhadap orientasi bangunan, anak-anak lebih memilih penggunaan penanda
68
yang berada di lantai. Hal ini dikarenakan penanda lantai lebih sesuai dengan
skala tinggi badan anak dalam usia 0 hingga 6 tahun. Sedangkan untuk bentuk
aksesibilitas pencapaian ke dalam bangunan, anak-anak merasa akses masuk
yang bentuknya lebih privat dan tidak dapat langsung diakses dari jalan
menjadi pilihan yang lebih aman.
4.4.4 Hasil Kuesioner Fasilitator
Sebuah bangunan pusat kegiatan akan membutuhkan pihak orang
dewasa agar kegiatan operasional hariannya dapat berjalan dengan baik dan
anak mendapat manfaat yang maksimal. Untuk itu penulis juga melakukan
penelitian terhadap fasilitator dari kegiatan bimbingan Anak Mentari
Indonesia untuk mendapatkan pandangan orang dewasa terhadap kebutuhan
anak di wadah kegiatan anak yang memiliki fokus ke arah pendidikan
informal. Data dari fasilitator dianggap penting karena fasilitator merupakan
pihak yang memiliki interaksi berintensitas tinggi dengan anak-anak maupun
bidang pendidikan dan perawatan anak. Pencarian data dilakukan dengan
menggunakan angket yang dikirimkan secara daring kepada fasilitator.
Berikut adalah data dari fasilitator kegiatan beserta alasan menjadi fasilitator
dan deskripsi singkat mengenai kondisi kegiatan bimbingan Anak Mentari
Indonesia yang dilakukan di kolong Jembatan Tomang, Jakarta Barat.
Tabel 14: Fasilitator 1
Nama Yuliana Simbolon
Pendidikan terakhir Sarjana Pendidikan S1
Pengalaman selama ikut
melakukan bimbingan kepada
anak-anak di kolong Jembatan
Tomang:
Sangat menyenangkan bisa berbagi dengan
mereka yg kurang beruntung.
Alasan ikut mengambil bagian
dalam kegiatan Anak Mentari
Indonesia
Ingin berbagi dengan mereka yg kurang
beruntung agar kelak menjadi anak berguna
bagi keluarga, dan Bangsa.
Deskripsi singkat mengenai
kondisi kegiatan bimbingan di
kolong Jembatan Tomang
Kelas belajar di bawah kolong fly over
Tomang Jakarta Barat, ketika belajar masih
69
berisik karena di pinggir jalan, namun cukup
menyenangkan.
Tabel 15: Fasilitator 2
Nama Frans Hairul Khan
Pendidikan terakhir S1 Ekonomi Akuntansi
Pengalaman selama ikut
melakukan bimbingan kepada
anak-anak di kolong Jembatan
Tomang:
Luar biasa yang saya rasakan, enak dan
senang bisa menjadi bagian dari mereka yang
mengenalkan angka, huruf dan pengalaman
lainnya.
Alasan ikut mengambil bagian
dalam kegiatan Anak Mentari
Indonesia
Karena saya rasa, banyak potensi luar biasa
yang bisa dikembangkan dari anak anak
mentari, dan Allah menganugerahkan waktu
dan rezeki kepada saya, jadi tidak ada
salahnya saya salurkan.
Deskripsi singkat mengenai
kondisi kegiatan bimbingan di
kolong Jembatan Tomang
Kami biasa melakukan pertemuan siang di
setiap hari minggu siang, di jam sekitar 14.00-
16.00. Kegiatan belajar mengajar kami awali
dengan membaca doa, menyanyikan lagu
wajib nasional, dan memulai belajar
mengajar.
Tabel 16: Fasilitator 3
Nama Jarwati
Pendidikan terakhir S1, Sastra Indonesia (FIB)
Pengalaman selama ikut
melakukan bimbingan kepada
anak-anak di kolong Jembatan
Tomang:
Seru dan terharu. Banyak belajar juga pada
anak-anak kolong untuk tetap sederhana dan
semangat.
Alasan ikut mengambil bagian
dalam kegiatan Anak Mentari
Indonesia
Suka dengan anak-anak dan ingin
memberikan sesuatu untuk anak-anak. Jika
belum bisa berupa materi, paling tidak ada
70
waktu dan sedikit ilmu yg dapat bermanfaat
bagi mereka. (Ahh aku merindukan mereka,
semoga pandemi lekas membaik supaya
kami bisa kumpul-kumpul bareng lagi)
Deskripsi singkat mengenai
kondisi kegiatan bimbingan di
kolong Jembatan Tomang
Kegiatan terjadwal dan cukup kondusif.
Untuk saat ini masih kurang tenaga pengajar.
Kondisi tempat belajar yang dekat dengan
kali akan banjir jika hujan deras. Sering bau
juga saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Semoga ke depannya ada
bantuan dari pemerintah daerah untuk tempat
belajar kami.
Tabel 17: Fasilitator 4
Nama Sienny Kong
Pendidikan terakhir S1, Komunikasi
Pengalaman selama ikut
melakukan bimbingan kepada
anak-anak di kolong Jembatan
Tomang:
Cukup menyenangkan dan membawa
pengalaman baru.
Alasan ikut mengambil bagian
dalam kegiatan Anak Mentari
Indonesia
Melayani anak-anak sesuai talenta saya.
Deskripsi singkat mengenai
kondisi kegiatan bimbingan di
kolong Jembatan Tomang
Fasilitas cukup terbatas.
Dari angket terbuka mengenai data fasilitator yang ikut mengambil
bagian dalam melakukan bimbingan di kolong Jembatan Tomang didapati
bahwa seluruh fasilitator memiliki gelar sarjana. Dengan demikian seluruh
71
fasilitator dianggap memiliki kapasitas yang cukup untuk menjadi fasilitator
pada wadah pendidikan formal. Berdasarkan data angket di atas, dapat
disimpulkan bahwa kondisi kegiatan bimbingan yang dilaksanakan memiliki
beberapa hambatan mulai dari kurangnya tenaga fasilitator, kondisi yang
bising akibat berada di dekat jalan raya, dan juga bau tidak sedap yang timbul
dari kali.
Setelah membahas kondisi lapangan secara umum, penulis ingin
membahas kondisi lapangan dengan lebih detail dengan menggunakan
beberapa poin yang dapat menggambarkan kondisi dan gangguan yang
berasal dari elemen lingkungan fisik di kolong Jembatan Tomang.
Tabel 18: Sumber gangguan yang paling sering dirasakan
Kondisi
ruang
terlalu
terbuka
Kebisin
gan
Cuaca
maupun
suhu udara
Pencaha
yaan
Kurangnya
stimulasi untuk
perkembangan
anak
Bau tidak
sedap dan
polusi
Fasilitator
1
•
Fasilitator
2
•
Fasilitator
3
•
Fasilitator
4
•
Berdasarkan data dari empat fasilitator, maka gangguan yang sering
dirasakan selama kegiatan bimbingan berlangsung adalah berasal dari kebisingan
di sekitar lokasi. Dari tabel ini dapat disimpulkan bahwa walaupun aspek
lingkungan fisik lain tetap belum sempurna dan masih menjadi sumber gangguan,
tetapi kebisingan menjadi aspek yang paling berpengaruh terhadap proses
pembelajaran seorang anak. Hal ini sesuai dengan teori lingkungan fisik yang sudah
72
dijabarkan sebelumnya dimana kebisingan dapat mempengaruhi suasana belajar
dan bahkan kesehatan mental seorang anak.
Tabel 19: Kondisi ruang
Dapat
menciptakan
suasana
belajar yang
aktif
Pembatas
jalan aman
dan ramah
anak
Anak
memiliki
ruang gerak
yang baik dan
sesuai
kapasitas
Tidak ada yang
menggambarkan
kondisi ruang
Fasilitator
1
• • •
Fasilitator
2
• •
Fasilitator
3
• •
Fasilitator
4
•
Sedangkan untuk kondisi ruang belajar terdapat hasil yang sedikit tidak
seimbang antara fasilitator 1,2,3 dan fasilitator 4. Namun dari tabel ini penulis dapat
menganalisis bahwa suasana belajar yang aktif timbul dari usaha para fasilitator
untuk membawa alat bantu pengajaran ke lokasi tapak seperti alat musik maupun
perpustakaan mini. Hal ini sempat diutarakan oleh narasumber saat dilakukan
proses wawancara. Permasalahan ruang gerak anak di kolong Jembatan Tomang
dapat diatasi dengan adanya penerapan batas maksimal kapasitas anak dalam satu
sesi kegiatan bimbingan yaitu sebanyak 60 orang anak.
Tabel 20: Kebisingan
Kebisingan
sangat
mengganggu
Kebisingan tidak
mengganggu
Fasilitator 1 •
Fasilitator 2 •
Fasilitator 3 •
73
Fasilitator 4 •
Seperti yang sudah dijabarkan pada angket terbuka dan tabel sumber
gangguan sebelumnya, kebisingan merupakan masalah utama yang dihadapi anak-
anak selama proses bimbingan berlangsung. Untuk itu, tabel kebisingan di atas
dapat menjadi validasi terhadap pernyataan tersebut.
Tabel 21: Suhu udara
Suhu udara
sangat nyaman
Suhu udara cukup
nyaman
Suhu udara tidak
nyaman
Fasilitator 1 •
Fasilitator 2 •
Fasilitator 3 •
Fasilitator 4 •
Faktor lingkungan fisik berikutnya yang dapat mempengaruhi perilaku dan
perkembangan anak selama proses edukasi adalah suhu udara. Disini penulis
mendapatkan hasil yang seimbang antara suhu udara cukup nyaman dan kondisi
suhu udara yang tidak nyaman. Penulis menganalisis hal ini dapat terjadi karena
anak-anak dan beberapa fasilitator sudah lama melakukan kegiatan di lokasi
tersebut, akibatnya mereka sudah mulai terbiasa dan merasa sudah cukup nyaman
dengan suhu udara di lokasi. Selain hal tersebut setelah melakukan observasi
langsung di lokasi, penulis juga melihat bahwa lokasi cukup teduh akibat dinaungi
oleh jembatan di atasnya.
Tabel 22: Polusi dan bau tidak sedap
Lokasi dilakukannya kegiatan bimbingan memang berada dekat dengan
jalur air yang terbuka (kali) akibatnya sering timbul bau tidak sedap yang dapat
Terdapat polusi maupun
bau tidak sedap yang
mengganggu
Polusi maupun bau
tidak sedap di lokasi
rendah
Kondisi udara sehat dan
bebas dari polusi
maupun bau tidak sedap
Fasilitator 1 •
Fasilitator 2 •
Fasilitator 3 •
Fasilitator 4 •
74
mengganggu produktivitas penggunaan ruang khususnya sebagai fungsi edukasi
kepada anak. Selain bau tidak sedap, akibat lokasi yang berbatasan langsung dengan
jalan raya, maka tingkat polusi yang bersumber dari asap kendaraan juga cukup
tinggi. Polusi tersebut dapat mengancam kesehatan dari paru-paru anak.
Tabel 23: Warna
Mayoritas dari fasilitator merasa bahwa lingkungan fisik di area belajar
anak-anak saat ini masih tidak dapat memberikan stimulasi yang baik kepada anak
walaupun sudah terdapat elemen warna dan perbedaan tekstur di lokasi. Sehingga
dapat disimpulkan untuk memberikan stimulasi yang baik kepada anak, warna dan
tekstur memerlukan pertimbangan yang matang.
Setelah membahas mengenai lingkungan fisik di kolong Jembatan Tomang,
angket bagian berikutnya akan lebih fokus dalam membahas kenyamanan dan
keamanan dari lokasi kegiatan Anak Mentari Indonesia yang dikaitkan dengan
penerapan dari prinsip CPTED, faktor lingkungan fisik, dan standar bangunan pusat
kegiatan anak.
Tabel 24: Desain-identitas ruang
Apakah area dilakukannya kegiatan bimbingan memiliki identitas yang jelas
sehingga akan terlihat jelas jika ada pihak tidak berkepentingan memasuki area
saat kegiatan bimbingan dilakukan?
Ya Tidak
Fasilitator 1 •
Warna-warna yang ada
membuat anak tertarik
untuk melakukan kegiatan
di kolong jembatan
Tomang
Terdapat beragam
tekstur yang dapat
berinteraksi dengan
anak selama proses
belajar
Lingkungan sekitar
tidak dapat
memberikan stimulasi
yang baik kepada anak
Fasilitator 1 •
Fasilitator 2 • •
Fasilitator 3 • •
Fasilitator 4 •
75
Fasilitator 2 •
Fasilitator 3 •
Fasilitator 4 •
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa walaupun kegiatan
bimbingan dilakukan di ruang terbuka tetapi tetap dapat memiliki identitas ruang
yang jelas. Sejatinya terdapat banyak strategi untuk membentuk identitas ruang.
Namun pada studi kasus kali ini, identitas ruang dibentuk dengan penggunaan pagar
eksisting di lokasi.
Tabel 25: Ruang-rasa kepemilikan
Apakah anak-anak dan fasilitator merasa bertanggung jawab terhadap lokasi?
Ya Tidak
Fasilitator 1 •
Fasilitator 2 •
Fasilitator 3 •
Fasilitator 4 •
Dengan adanya definisi batasan ruang yang sudah cukup jelas, maka baik
anak dan fasilitator memiliki rasa kepemilikan terhadap lingkungannya. Adanya
rasa kepemilikan menimbulkan rasa tanggung jawab, akhirnya dapat muncul rasa
saling mengawasi dari masing-masing pengguna ruang tersebut.
Tabel 26: Kesehatan dan keselamatan dan keamanan-akses pertolongan
Apakah lokasi kolong jembatan Tomang memiliki akses yang mudah untuk
mendapat pertolongan?
Ya Tidak
Fasilitator 1 •
Fasilitator 2 •
Fasilitator 3 •
Fasilitator 4 •
Lokasi kegiatan mudah mendapatkan pertolongan karena lokasi sangat
dengan dengan jalan raya yang intensitas aktivitasnya tinggi. Sehingga lokasi
sendiri sudah memiliki fungsi pengawasan dari pejalan kaki maupun pengguna
kendaraan bermotor di sekitar. Selain itu lokasi kegiatan juga berada cukup dekat
76
dengan pos polisi, sehingga anak-anak dan fasilitator cukup mudah untuk mencapai
akses pertolongan tanggap darurat.
Tabel 27: Kesehatan dan keselamatan-elemen ramah anak
Apakah ada elemen ruang yang membahayakan keselamatan anak?
Ya Tidak
Fasilitator 1 •
Fasilitator 2 •
Fasilitator 3 •
Fasilitator 4 •
Berdasarkan angket dan observasi langsung, penulis menemukan lokasi
kegiatan bimbingan masih memiliki elemen ruang yang membahayakan
keselamatan anak. Salah satunya adalah saluran air yang tidak tertutup sehingga
dapat menimbulkan resiko anak terjatuh maupun resiko paparan bakteri jahat.
Selain elemen tersebut, penulis juga menemukan lantai dari lokasi alat bermain
anak masih menggunakan material yang dapat membahayakan anak jika anak
terjatuh di lokasi tersebut.
Tabel 28: Pencapaian dan akses-akses ramah anak
Apakah keselamatan anak saat memasuki lokasi terjamin?
Ya Tidak
Fasilitator 1 •
Fasilitator 2 •
Fasilitator 3 •
Fasilitator 4 •
Setelah mengetahui kondisi lapangan secara faktual, penulis ingin menggali
elemen apa yang paling dibutuhkan seorang anak dalam melakukan kegiatan
pembelajaran. Penulis akan mengabstraksikan kebutuhan tersebut berdasarkan dari
pandangan fasilitator yang sudah terbiasa memberikan bimbingan edukasi kepada
anak.
Tabel 29: Elemen terpenting dalam kegiatan pembelajaran anak usia 0-6 tahun
Dari beberapa pilihan di bawah ini, manakah yang menjadi paling penting untuk
menciptakan suasana pembelajaran yang baik bagi seorang anak usia 0-6 tahun?
77
Privasi Kenyaman
visual
Suasana ruang
yang hening /
tenang
Suhu udara
yang nyaman
Fasilitator 1 •
Fasilitator 2 •
Fasilitator 3 •
Fasilitator 4 •
Berdasarkan tabel diatas didapati bahwa kenyamanan visual anak dan
suasana ruang yang hening atau tenang memegang peranan terpenting dalam
membentuk suasana pembelajaran yang baik bagi anak. Untuk itu, kedua elemen
ini perlu mendapat perhatian khusus ketika melakukan perancangan.
Tabel 30: Ruang gerak anak
Ruang gerak seperti apakah yang dibutuhkan seorang anak saat melakukan
pembelajaran?
Bebas untuk melakukan
pergerakan
Dibatasi secara jelas
Fasilitator 1 •
Fasilitator 2 •
Fasilitator 3 •
Fasilitator 4 •
Saat melakukan pembelajaran, anak usia 0 hingga 6 tahun memerlukan
ruang gerak yang lebih bebas. Hal ini disebabkan karena pada usia 0 hingga 6 tahun
seorang anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Untuk itu mereka memerlukan
ruang gerak yang bebas untuk bereksplorasi dan bermain dengan imajinasi mereka.
Tabel 31: Ragam jenis aktivitas
Berapa kira-kira jumlah ragam aktivitas yang dapat dilakukan oleh seorang anak?
1-2 3-4 Lebih dari 5
Fasilitator 1 •
Fasilitator 2 •
Fasilitator 3 •
Fasilitator 4 •
78
Berdasarkan tabel di atas, mayoritas dari fasilitator merasa bahwa ragam
jumlah aktivitas yang dapat dilakukan oleh anak-anak dalam wadah pembelajaran
adalah lebih dari lima jenis aktivitas. Jumlah ragam aktivitas dalam suatu bangunan
dapat menentukan tingkat keaktifan dari pengguna bangunan tersebut yang
kemudian dapat mempengaruhi rasa aman bagi pengguna bangunan.
Bagian terakhir dari angket yang ditujukan kepada para fasilitator adalah
untuk menggali bagaimana pandangan mereka terhadap implementasi prinsip
CPTED yang disesuaikan penggunaannya untuk anak dalam periode usia 0 hingga
6 tahun. Angket ini menggunakan pilihan dan pertanyaan yang sama seperti yang
disajikan dalam angket untuk anak. Sehingga penulis nantinya dapat mengambil
kesimpulan yang terbaik untuk membentuk kriteria desain bangunan pusat kegiatan
anak.
Tabel 32: Implementasi CPTED untuk anak menurut pandangan fasilitator
Dari kedua kegiatan di bawah ini, manakah kegiatan yang lebih menarik untuk
dilakukan oleh anak?
3 1
Dari kedua gambar di bawah ini, manakah bentuk pembatas ruang yang lebih
terasa nyaman untuk area belajar anak?
4 0
Manakah ruang yang terlihat lebih aman untuk seorang anak?
79
2 2
Kegiatan outdoor mana yang lebih ingin dilakukan?
1 3
Manakah labirin yang lebih mudah diselesaikan?
0 4
Manakah penanda arah yang lebih mudah dimengerti?
4 0
Manakah area masuk bangunan yang lebih terasa aman untuk diakses?
80
3 1
Dari hasil angket di atas, didapati hasil yang sama dengan hasil angket
implementasi CPTED untuk anak menurut pandangan anak-anak dalam usia 0-6
tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa para fasilitator sangat mengerti
kebutuhan dan pandangan dari anak-anak bimbingannya. Maka seluruh data yang
diberikan oleh fasilitator menjadi valid untuk dituangkan ke dalam kriteria desain
bangunan.
4.4.5 Kesimpulan Data Lapangan
Berdasarkan dari analisis terhadap data lapangan yang sudah
dikumpulkan, maka penulis dapat menghasilkan kesimpulan dalam poin-poin
berikut:
• Wawancara dan observasi:
Berdasarkan dari hasil temuan wawancara dan observasi,
dapat disimpulkan bahwa yang paling perlu diperhatikan dalam
kegiatan pembelajaran dan perkembangan anak untuk
meminimalisir gangguan yang diterima adalah ruang dengan
batasan yang jelas antara area publik dan privat serta lingkungan
fisik yang aktif untuk meningkatkan minat belajar anak-anak.
• Kuesioner Anak:
Kuesioner anak ini ditujukan untuk menggali pandangan
anak mengenai implementasi CPTED pada lingkungan fisik
wadah edukasi. Secara visual, anak-anak lebih merasa nyaman
dengan bentuk yang tidak bersudut. Tetapi anak-anak akan
merasa lebih mudah untuk memahami orientasi ruang yang
sirkulasinya berbentuk grid dibanding sirkular. Untuk
81
membantu pemahaman anak akan orientasi sebuah bangunan,
maka diperlukan sebuah penanda yang terletak di lantai. Anak-
anak lebih memilih penanda arah yang berada di lantai karena
ukuran skalanya yang lebih sesuai dengan proporsi tubuh anak
pada usia 0 hingga 6 tahun. Menurut pandangan anak, identitas
bangunan terletak pada elemen tembok dari sebuah ruang atau
bangunan. Dari angket tertutup tersebut juga didapati bahwa
anak-anak lebih menyukai ruang yang mendukung pergerakan
bebas. Sehingga akan lebih baik jika pembatas ruang yang
digunakan tidak boleh membatasi pandangan visual anak dan
adanya strategi dalam penyusunan organisasi ruang. Hal lain
yang dapat menimbulkan perasaan aman dari seorang anak
adalah penggunaan warna yang tidak terlalu cerah dan beragam
serta adanya pencahayaan pada ruang tersebut. Penggunaan
akses yang lebih privat juga dapat memberikan perasaan aman
kepada anak ketika akan memasuki sebuah ruang arsitektual.
• Kuesioner Fasilitator:
Menurut pandangan fasilitator, elemen lingkungan fisik
yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran anak dalam usia
0 hingga 6 tahun adalah kenyamanan visual dan adanya
kebisingan yang terkontrol. Kemudian fasilitator juga merasa
adanya ruang gerak yang bebas untuk anak selama proses
pembelajaran dilakukan ditambah dengan jumlah jenis aktivitas
anak yang beragam. Sedangkan untuk implementasi CPTED,
fasilitator menghasilkan hasil keluaran yang sama dengan
implementasi CPTED dari pandangan anak usia 0 hingga 6
tahun di atas.
4.5 Kesimpulan Analisis Preseden, Teori, dan Temuan Lapangan
Berdasarkan pencarian data dan penjabarannya di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa setiap data yang ditemukan memiliki hubungan dan
menghasilkan yang dapat divalidasi. Dari hasil analisis ditemukan bahwa
pengalaman yang diterima anak dalam periode usia emas atau usia 0 hingga 6 tahun
82
dapat memberi efek jangka panjang yang baik dalam kehidupan bermasyarakat
khususnya dalam permasalahan kriminalitas. Masa kecil anak yang hidup di
lingkungan terkontrol dan memiliki perasaan aman tanpa membatasi eksplorasi dan
imajinasi anak dapat meningkatkan kualitas hidup anak tersebut di masa depan.
Untuk itu diperlukan adanya wadah untuk anak yang dapat memenuhi hak dasar
anak khususnya pendidikan sebagai bekal masa depan yang didukung dengan
desain lingkungan fisik yang baik dengan pendekatan arsitektur CPTED.
4.6 Kriteria Desain
Setelah melakukan observasi dan analisis, maka tahapan berikutnya adalah
penyusunan kriteria desain bangunan pusat kegiatan anak dengan pendekatan
CPTED. Kriteria desain akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu berdasarkan standar
dari tipologi bangunan yang dilengkapi dengan data yang didapatkan dari lapangan
dan kriteria desain berdasarkan pendekatan CPTED yang diimplementasikan untuk
anak anak usia 0 hingga 6 tahun.
4.6.1 Kriteria Kapasitas Bangunan
Menurut pedoman bangunan pusat kegiatan anak (GSA-U.S. General
Services Administration, 2003), jika kapasitas bangunan melebihi dari 148
anak, maka sebaiknya dilakukan pertimbangan untuk dilakukan perancangan
multi-massing pada bangunan agar skala bangunan tetap sesuai untuk anak-
anak. Untuk memenuhi luasan GFA minimal bangunan dalam proyek tugas
akhir sebesar 8.000 m², maka bangunan pusat kegiatan anak perlu memiliki
kapasitas minimal sebesar:
83
Tabel 33: Kapasitas minimal bangunan pusat kegiatan anak
No Nama Ruang Jumlah
Ruang
Kapasitas
Satu
Ruang
(anak)
Kapasitas
Satu
Ruang
(fasilitator)
Kapasitas
Satu
Ruang
(orang tua)
Kapasitas
Satu
Ruang
(staff)
Total
Kapasitas
Anak
Total
Kapasitas
Fasilitator
Total
Kapasitas
Orang
Tua
Total
Kapasitas
Staff
Luas satu
Ruang
(m²)
Total
Luas
(m²)
RUANG KELAS
1 Ruang kelas 0-12 bulan 11 8 2 8 0 88 22 88 0 75,6 831,6
2 Ruang kelas 12-24 bulan 7 12 2 0 0 84 14 0 0 87,6 613,2
3 Ruang kelas 24-36 bulan 6 14 2 0 0 84 12 0 0 99,4 596,4
4 Ruang kelas >3 tahun 5 20 2 0 0 100 10 0 0 145,5 727,5
SUBTOTAL 29 356 58 88 0 2768,7
RUANG KOMUNAL
5 Ruang stimulasi motorik
kasar dan halus 1 40 3 0 0 40 3 0 0 200 200
6 Ruang serba guna 1 300 5 0 0 300 5 0 0 1500 1500
7 Ruang pertemuan/
konseling 4 0 1 2 0 0 4 8 0 8 32
8 Resepsionis dan lobby 1 20 0 30 2 20 0 30 2 100 100
SUBTOTAL 7 360 12 38 2 1832
FASILITAS PENDUKUNG
9 Toilet orang dewasa
(orang tua) 2 0 0 2 0 0 0 4 0 5,4 10,8
10 Toilet orang dewasa
(fasilitator & staff) 2 0 2 0 2 0 4 0 4 10,8 21,6
84
11 Toilet anak 6 3 0 0 0 18 0 0 0 8,6 51,6
12 Pos Jaga 3 0 0 0 2 0 0 0 6 4 12
13 Drop-off Shuttle 1 5 5 5 5 5 5 5 5 22,8 22,8
14 Unit Kesehatan 1 3 3 0 0 3 3 0 0 44,2 44,2
SUBTOTAL 15 26 12 9 15 163
AREA PRIVAT
15 Kantor Pengelola 1 0 13 0 0 0 13 0 0 58,3 58,3
16 Lounge untuk Fasilitator 1 0 18 0 0 0 18 0 0 49 49
17 Ruang Staff 2 0 0 0 5 0 0 0 10 12 24
18 Gudang Penyimpanan 1 0 3 0 0 0 3 0 0 15 15
SUBTOTAL 5 0 34 0 10 146,3
AREA SERVIS
19 Laundry 1 0 0 0 1 0 0 0 1 6 6
20 Janitor 2 0 0 0 1 0 0 0 2 3 6
21 Dapur 1 0 0 0 3 0 0 0 3 25 25
SUBTOTAL 4 0 0 0 6 37
RUANG TERBUKA
22 Balkon 1 50 3 0 0 50 3 0 0 250 250
23 Taman Bermain 1 100 10 20 0 100 10 20 0 700 700
24 Lapangan Serba Guna 1 52 5 0 0 52 5 0 0 364 364
25 Area Parkir Motor 70 0 0 0 2 0 0 0 2 1,5 105
26 Area Parkir Mobil 20 0 0 0 1 0 0 0 1 12,5 250
27 Area Parkir shuttle 2 0 0 0 1 0 0 0 1 20 40
28 Loading Dock 1 0 0 0 1 0 0 0 1 22,4 22,4
29 Parkir Sepeda 30 0 0 0 0 0 0 0 0 1,5 45
SUBTOTAL 126 202 18 20 5 1776,4
TOTAL 186 356 24 88 13
TOTAL LUAS TANPA SIRKULASI 6723,4
TOTAL LUAS DENGAN SIRKULASI 20% 8068,08
Catatan:
• Warna kuning adalah jumlah fasilitator pokok, dan warna hijau adalah jumlah fasilitator tambahan untuk mendukung fungsi program ruang lain.
• Total kapasitas anak dalam bangunan adalah 356 anak.
• Setiap ruang kelas memiliki fasilitas toilet untuk anak.
85
4.6.2 Kriteria Berdasarkan Tipologi Bangunan
Berikut adalah tabel mengenai kriteria dari tiap program
ruang yang terdapat di dalam bangunan pusat kegiatan anak dengan
kapasitas 356 anak.
Tabel 34: Kriteria desain program ruang bangunan pusat kegiatan anak
NO Nama ruang Kriteria desain Kapasitas
Luas
(m²)
RUANG KELAS
1
Ruang kelas
usia
0-12 bulan
Alat permainan maupun
stimulasi
diletakan di area yang dapat
dilihat
oleh anak (30-45 cm di atas
lantai)
8 anak,
8 orang tua,
2 fasilitator
75,6
Menggunakan material yang
ramah anak(padded), terdapat
pencahayaan alami, tanaman
indoor.
Terdapat fasilitas untuk orang
tua seperti ruang menyusui dan
toilet
Tinggi anak: 75 cm
Tinggi pandangan mata: 64 cm
Jangkauan anak: 30 cm
sumber: Neufert
86
Keperluan perabotan:
- Box bayi (sejumlah anak)
100x65 cm
- Kursi goyang ( 1 untuk setiap
4 anak)
- Cadangan box bayi (1 untuk
setiap 4 anak)
- Air purifier
- Pagar pembatas anak
- Tempat sampah khusus
popok
- Rak penyimpanan di atas
meja ganti popok
- Meja ganti popok
- Bantal lantai (sejumlah anak)
- Matras lantai vinyl
- Rak dinding untuk orang
dewasa
- Kursi anak ukuran tinggi 127-
152 mm (sejumlah anak)
- Meja anak ukuran tinggi 304-
355 mm ( 1 untuk setiap 4
anak)
- Penghangat makanan
- Peralatan sanitasi
(desinfektan mainan)
- Kulkas dengan pengaman
anak
- Meja untuk permainan air
- Alat permainan motorik kasar
- Tempat penyimpanan diaper
bag
Area yang perlu ada dalam
ruang kelas:
- Area aktivitas
- Area penyimpanan pada pintu
masuk
- Area tidur
- Area istirahat / kegiatan
santai
- Area pantry dan makan
- Area ganti popok
Catatan: Ukuran ruang gerak tiap anak usia 0-12 bulan adalah 9,45 m²
sudah
termasuk dengan orang tua dan fasilitator.
87
2
Ruang kelas
usia
12-24 bulan
Anak mendapat kesempatan
untuk belajar mandiri dalam
melakukan kegiatan sehari-
hari.
12 anak,
2 fasilitator,
orang tua
tidak
menetap
87,6
Area makan sudah
menggunakan meja dan kursi
biasa dengan skala anak-anak.
Tinggi anak: 75-85 cm
Tinggi pandangan mata: 64-74
cm
Jangkauan anak: 30-36 cm
sumber: Neufert
Menggunakan pencahayaan
alami, terdapat tanaman
indoor.
Terdapat fasilitas untuk orang
dewasa yaitu toilet.
Keperluan perabotan:
- Bantal lantai (sejumlah anak)
- matras tidur beserta tempat
penyimpanannya
- Toilet anak (2)
- Wastafel anak (2)
- Pagar pembatas anak
- Tempat sampah khusus
popok
- Rak penyimpanan di atas
meja ganti popok
- Meja ganti popok
- Air Purifier
- Rak buku
- Kursi anak ukuran tinggi 152-
165 mm
- Meja anak ukuran tinggi 335
mm
- Kulkas dengan pengaman
anak
- Penghangat makanan
- Peralatan sanitasi
- Meja untuk bermain pasir dan
air
- Alat permainan motorik kasar - Papan tulis
- Tempat penyimpanan khusus
88
orang dewasa
- Loker anak
Area yang perlu ada dalam
ruang kelas:
- Area aktivitas
- Area penyimpanan pada pintu
masuk
- Area tidur
- Area istirahat / kegiatan
santai
- Area pantry dan makan
- Area ganti popok
- fasilitas sanitair untuk anak
Catatan: Ukuran ruang gerak tiap anak usia 12-24 bulan adalah 7,3 m²
sudah termasuk dengan fasilitator dan sirkulasi anak.
3
Ruang kelas
usia
24-36 bulan
Dapat mendukung tahapan
dimana seorang anak sangat
aktif dalam mengeksplorasi
lingkungannya
14 anak,
2 fasilitator 99,4
Susunan organisasi ruang dapat
mendukung pergerakan yang
bebas pada anak.
Tinggi anak: 85-94 cm
Tinggi pandangan mata: 74-83
cm
Jangkauan anak: 36-42 cm
sumber: Neufert
Menggunakan pencahayaan
alami, terdapat tanaman
indoor.
89
Keperluan perabotan:
- Rak buku
- matras tidur beserta tempat
penyimpanannya
- Toilet anak (2)
- Wastafel anak (3, satu khusus
untuk kegiatan prakarya)
- Pagar pembatas anak
- Tempat sampah khusus
popok
- Rak penyimpanan di atas
meja ganti popok
- Meja ganti popok
- Aquarium
- Kursi anak ukuran tinggi 254-
355 mm (sesuai jumlah anak)
- Meja anak ukuran tinggi 406-
457 mm (1 untuk setiap 6
anak)
- Kulkas dengan pengaman
anak
- Meja untuk bermain pasir dan
air
- Alat permainan motorik kasar
- Cermin vertikal dengan frame
- play-set seperti dapur, dll
- Papan tulis
- Tempat penyimpanan khusus
orang dewasa
- Loker anak
- Matras tidur beserta tempat
penyimpanan
Area yang perlu ada dalam
ruang kelas:
- Area aktivitas
- Area penyimpanan pada pintu
masuk
- Area toilet/ganti popok
- Area membaca
- Area makan
- Area prakarya
- Area permainan stimulasi
Catatan: Ukuran ruang gerak tiap anak usia 24-36 bulan adalah 7,1 m²
sudah
termasuk dengan fasilitator dan sirkulasi anak.
90
4
Ruang kelas
usia
3 tahun ke
atas
Kelas mampu mendukung
perkembangan
bahasa, motorik, dan kognitif
yang lebih kompleks
20 anak,
3 fasilitator 145,5
Menggunakan material yang
memiliki
ketahanan yang baik namun
tetap ramah anak (tidak
beracun dan tidak mudah
melukai anak), terdapat
tanaman indoor.
Membutuhkan ruang gerak
bebas yang
lebih besar, dan memiliki akses
ke ruang outdoor
Menggunakan pencahayaan
alami
Tinggi anak: 94-115 cm
Tinggi pandangan mata: 83-
103 cm
Jangkauan anak: 42-57 cm
sumber: Neufert
91
Keperluan perabotan:
- Wastafel anak (3, satu khusus
untuk kegiatan prakarya)
- Toilet anak (2)
- Rak buku
- Kursi bean bag (2)
- Aquarium
- Papan flanel
- Rak pengeringan (2)
- Kulkas dengan pengaman
anak
- Meja untuk bermain air dan
pasir
- Kursi anak dengan ukuran
tinggi 304-406 mm (sejumlah
anak)
- Meja anak dengan ukuran
tinggi 457-558 mm (1 untuk
setiap 6 anak)
- Papan kapur
- Penyimpanan rak tembok
untuk orang dewasa dan anak
- Alat permainan motorik kasar
dan halus
- Cermin vertikal
- Play-set anak
- Papan tulis
- Tempat penyimpanan yang
dapat dikunci
- Loker anak
Area yang perlu ada dalam
ruang kelas:
- Area aktivitas
- Area penyimpanan pada pintu
masuk
- Area toilet
- Area membaca
- Area makan
- Area prakarya
- Area permainan stimulasi
Catatan: Ukuran ruang gerak tiap anak usia 3 tahun ke atas adalah 7,28
m²
sudah termasuk dengan fasilitator dan sirkulasi anak.
RUANG KOMUNAL
92
5
Ruang
stimulasi
motorik
kasar dan
halus
Berbentuk ruang yang
dilengkapi dengan permainan
yang dapat melatih pergerakan
motorik kasar anak seperti:
• Balance ball
• Block foam set
• Papan titian
• Loft dengan area memanjat
dan seluncuran
• Kuda goyang serta
permainan lainnya yang
dapat bergerak
• Permainan yang dapat
ditunggangi
• Bean bag dan mainan lunak
lainnya
• Bola lunak
• Tangga pada dinding
• Cermin akrilik
40 anak 200
Dapat menjadi ruang untuk
aktivitas
menari maupun olah raga
ringan anak, dan workshop
untuk anak
Pada area workshop kerajinan
kayu memerlukan:
• Meja kerja dengan ragum
dan penyimpanan.
• Peralatan asli dengan skala
anak-anak beserta toolbox.
• Kacamata pelindung
• Kayu dan perlengkapan
lainnya.
(Pardee, 2005)
Pada area workshop seni rupa
memerlukan:
• Berada dekat dengan
wastafel
• Pencahyaan alami
• Tersedia beragam media
seni
• Meja dan kursi
93
• Penyimpanan yang hanya
dapat diakses oleh orang
dewasa
• Easel / penyangga kanvas
• Rak pengering
• Gantungan untuk celemek
• Area display
(Pardee, 2005)
Pada area workshop seni musik
dan pergerakan memerlukan:
• Cermin dinding berukuran
besar
• Alat pemutar musik
• Penyimpanan instrumen m-
usik
Tinggi anak: 75-115 cm
Tinggi pandangan mata: 64-
103 cm
Jangkauan anak: 30-57 cm
sumber: Neufert Architects’
Data
Menggunakan pencahayaan
alami, jika memungkinkan
memiliki akses ke ruang
outdoor
Penggunaan warna yang dapat
meningkatkan energi dalam
ruangan seperti warna kuning
dan merah
Untuk anak bayi dapat
menggunakan warna merah,
biru, maupun hijau.
(Pardee, 2005)
Catatan: Ukuran ruang gerak anak adalah sebesar 5m² mengikuti besaran
ruang gerak
anak untuk ruang aktivitas di luar kelas berdasarkan pedoman GSA.
6 Ruang serba
guna
Area berkumpul untuk
kegiatan bersama
(perlombaan, makan bersama,
dll) 300 anak 1.500
Penggunaannya dapat
disesuaikan secara
fleksibel (penyusunan kursi,
dll)
94
Tinggi anak: 75-115 cm
Tinggi pandangan mata: 64-
103 cm
Jangkauan anak: 30-57 cm
sumber: Neufert Architects’
Data
Menggunakan warna netral
agar tidak
menstimulasi anak secara
berlebihan di ruang yang
berukuran besar
Catatan: Ukuran ruang gerak anak adalah sebesar 5m² mengikuti
besaran ruang gerak anak untuk ruang aktivitas di luar kelas berdasarkan
pedoman GSA.
7
Ruang
pertemuan/
konseling
Memiliki meja dan kursi
12 orang
dewasa 32
Ruang yang memiliki privasi
jika sedang disekat, namun
dapat menjadi area pertemuan
beberapa orang tua jika sekat
dibuka.
Tidak diwajibkan untuk
menggunakan pencahayaan
alami
Ruangan dapat diberi sekat
pemisah untuk menjadi 5 ruang
kecil bila dibutuhkan
Dibuat dengan konsep seperti
"ruang
tamu" pada rumah agar orang
tua tidak terintimidasi
Catatan: Kebutuhan kapasitas berdasarkan studi preseden Yuecheng
Courtyard
dimana dengan kapasitas 390 anak bangunan tersebut memiliki
kapasitas ruang pertemuan sebanyak 12 orang.
8
Resepsionis
dan
lobby
Terdapat meja resepsionis dan
pusat
informasi
30 anak,
30 orang tua,
2 fasilitator
150
Tinggi anak: 75-115 cm
Tinggi pandangan mata: 64-
103 cm
Jangkauan anak: 30-57 cm
sumber: Neufert Architects’
Data
Menjadi ruang penerima
95
Catatan: Ukuran ruang gerak anak adalah sebesar 5m² mengikuti
besaran ruang
gerak anak untuk ruang aktivitas di luar kelas berdasarkan pedoman
GSA.
FASILITAS PENDUKUNG
9
Toilet orang
dewasa
(orang tua)
Toilet khusus orang tua
sehingga lokasinya diletakan
pada batas akses sirkulasi
orang tua pada bangunan. 4 orang
dewasa
dibagi dalam
2 ruang
10,8 Besaran kubikel toilet adalah
sebesar 85 x 150 cm dengan
bukaan pintu ke dalam dan
jalur sirkulasi di luar kubikel
adalah sebesar 165 cm.
Sumber: Neufert Architects’
Data
10
Toilet orang
dewasa
(fasilitator &
staff)
Toilet khusus fasilitator & staff
sehingga lokasinya diletakan
dekat dengan fungsi ruang
privat pada bangunan seperti
kantor admin. 8 orang
dewasa
dibagi dalam
2 ruang
21,6 Besaran kubikel toilet adalah
sebesar 85 x 150 cm dengan
bukaan pintu ke dalam dan
jalur sirkulasi di luar kubikel
adalah sebesar 165 cm.
Sumber: Neufert Architects’
Data
11
Toilet anak
dan ruang
ganti popok
Toilet tambahan untuk anak
diluar ruang kelas. Berada di
area komunal sehingga harus
dapat digunakan oleh semua
kelompok umur dalam
bangunan.
8 anak dibagi
dalam 3
ruang
24,96
Besaran kubikel toilet adalah
sebesar 85 x 150 cm dengan
bukaan pintu ke dalam dan
jalur sirkulasi di luar kubikel
adalah sebesar 165 cm.
Sumber: Neufert Architects’
Data
Tinggi anak: 75-115 cm
Tinggi pandangan mata: 64-
103 cm
Jangkauan anak: 30-57 cm
96
sumber: Neufert Architects’
Data
12 Pos jaga Berada di setiap akses masuk
dalam bangunan. 2 staff 4
13 Drop-off
shuttle
Berada dekat dengan akses
masuk pejalan kaki ke dalam
bangunan. Memiliki area
duduk sebagai tempat
menunggu dan terdapat atap
penutup untuk kenyamanan.
Ukuran dimensi 8 x 2,85 m.
20 orang 22,8
14 Unit
kesehatan
Terdapat fasilitas tempat tidur
3 anak,
3 fasilitator 44,2
Ruangan diposisikan di area
yang tenang dan jauh dari
aktivitas anak-anak sehat
Besaran ruang mengikuti
standar neufert
mengenai unit kesehatan
dengan kapasitas 3 pasien yaitu
berukuran 6,51 x 6,80 lengkap
dengan kamar mandi
Terdapat perlengkapan untuk
pertolongan pertama
AREA PRIVAT
15 Kantor
pengelola
Terdapat keperluan
administrasi pengelola
13 orang 58,3 Luasan ruang mengikuti ruang
admin pada preseden, yaitu
masing-masing 3,6 x 5,4
dengan total 3 ruang
16
Lounge
untuk
fasilitator
Menjadi area makan untuk staff
12 orang 28,8
Luasan ruang mengikuti
perbandingan dari preseden
yaitu kelas : lounge = 56 : 1
Masing-masing pengguna
ruang memiliki ruang gerak
sebesar 2 m² ditambah 20%
sirkulasi
Terdapat sofa untuk
beristirahat
17 Ruang staff
Terdapat loker dan tempat
duduk. Masing-masing
pengguna ruang memiliki
10 orang
dibagi dalam
2 ruang
24
97
ruang gerak sebesar 2 m² ditambah 20% sirkulasi
18 Gudang
penyimpanan
Memiliki rak untuk
menyimpan barang
3 orang 15
Beberapa klasifikasi gudang
penyimpanan:
• Penyimpanan keperluan
kelas yang mudah diakses
• Gudang utama untuk
menyimpan barang dalam
kuantitas besar maupun
keperluan musiman seperti
dekorasi
• Penyimpanan keperluan
dapur
• Penyimpanan resepsionis
sebagai area penitipan
barang orang tua
• Penyimpanan dengan
pengaman untuk
menyimpan barang-barang
yang berbahaya untuk anak
seperti cairan pembersih
kimia
Diletakan di area yang jauh
dari pencapaian anak
AREA SERVIS
19 Laundry
Tersedia mesin cuci, pengering
dan perlengkapan lainnya
untuk keperluan mencuci
seperti meja untuk melipat
1 orang 6
Ruangan menggunakan
insulasi akustik untuk
mengontrol kebisingan yang
bersumber dari mesin cuci dan
pengering
Diletakan di area yang jauh
dari pencapaian anak
20 Janitor
Berada dalam jangkauan toilet
untuk mempermudah staff.
Pintu perlu memiliki kunci
untuk menjaga keamanan anak
dalam bangunan.
1 Orang 3
98
21 Dapur
Terdapat perlengkapan untuk
menyiapkan makanan 3 orang 25
Diposisikan dekat dengan
ruang serba guna dan lounge
RUANG TERBUKA
22
Balkon
Menghubungkan ruang interior
dengan ruang luar 50 anak,
3 fasilitator 250
Menghadap ke area taman
bermain
Catatan: Ukuran ruang gerak anak adalah sebesar 5m² mengikuti
besaran ruang
gerak anak untuk ruang aktivitas di luar kelas berdasarkan pedoman
GSA.
23 Taman
bermain
Memiliki ukuran ruang gerak
tiap anak yang lebih besar
dibanding dengan ruang gerak
anak pada bagian dalam
bangunan, yaitu 7 m² untuk
setiap anak
100 anak 700
50 % dari areanya harus
terkena sinar matahari
langsung
Mendapat pengawasan dari
orang tua
Mampu menjadi wadah
eksplorasi anak
Menyediakan beragam bentuk
permainan stimulasi indera
pada anak
Peralatan bermain yang
melibatkan aktivitas memanjat
harus memiliki alternatif akses
turun lain agar anak dapat
turun dengan aman
Melibatkan kegiatan
imaginative play dimana anak
dapat bermain bebas tanpa
memerlukan aturan yang pasti
Peletakan ayunan harus
memiliki area tersendiri
dengan perimeter yang aman
Ada baiknya jika taman
bermain dibuat sesuai dengan
target umur untuk menjamin
99
proses perkembangan anak
yang baik
Memiliki dry zone dan wet
zone untuk membagi aktivitas
kegiatan. Wet zone dapat
dimanfaatkan sekaligus sebagai
area seni.
Area bermain pasir hanya
eksklusif digunakan untuk
permainan pasir dan memiliki
penutup agar pasir tidak
tercemar dengan kotoran
binatang
Menggunakan material
permukaan lantai yang dapat
melindungi anak pada saat
jatuh dan aman dari bahan
beracun seperti rubber
mats/tiles
Memiliki elemen natural
seperti vegetasi maupun area
dimana anak dapat melakukan
aktivitas berkebun
Kenaikan ketinggian platform /
panggung maksimal 60 cm
untuk usia 0-3 tahun dan 91-
121 cm untuk anak usia di atas
3 tahun
Alat permainan dan
perlengkapan yang berada di
taman bermain berupa:
• Seluncuran
• Ayunan
• Permainan yang dapat
dikendarai
• Permainan melompat dan
keseimbangan (trampolin,
papan keseimbangan)
• Permainan untuk
mendukung kegiatan
dramatic play atau simulasi
• Seni
• Pasir dan air
• Area memanjat
• Area duduk dan bersantai
100
• Peralatan interaktif seperti
teleskop dan talk tubes
24
Lapangan
serba
guna
Mampu mewadahi olahraga
fisik anak
52 anak 364
Dimensi lapangan mengikuti
ukuran lapangan basket standar
menurut neufert, yaitu 28x15
m
Memiliki gawang dan ring
basket anak
25 Area Parkir
20 Mobil (2,5 x 5)
92
Kendaraan 395
Perlu adanya area parkir
sementara di dekat area drop
off
70 motor (0,75 x 2)
2 minibus (2,85 x 8)
26 Loading
Dock
Diletakan dekat dengan akses
servis yang terpisah dengan
akses anak-anak
1 kendaraan,
1 staff 22,4
27 Parkir sepeda 30 sepeda, terdapat rak sepeda 30 sepeda 45
4.6.3 Kriteria Berdasarkan Pendekatan Arsitektur
Tabel 35: Kriteria implementasi CPTED
Point Implementasi CPTED
Desain • Menciptakan identitas desain bangunan anak yang
jelas.
• Adanya campur tangan anak untuk memberikan
sentuhan khusus (mural anak).
• Orientasi desain yang mudah dipahami oleh anak.
• Memiliki beragam aktivitas.
Output: Identitas interaktif kinetik dan sentuhan untuk anak yang
berada pada elemen dinding ruang arsitektural, organisasi ruang yang
berbentuk grid, memiliki lebih dari 5 jenis ragam aktivitas yang dapat
dilakukan oleh anak.
Ruang • Memiliki definisi batasan ruang yang jelas (pembatas
fisik, rambu, perbedaan tekstur, landskap).
• Menimbulkan rasa kepemilikan dengan menyediakan
ruang publik, komunal, semi-privat, dan privat.
• Mengajak anak untuk bertanggung jawab terhadap
lingkungannya.
101
Output: Batasan ruang yang secara visual terlihat organik, memberikan
anak pilihan untuk melakukan aktivitas mandiri maupun kelompok,
melibatkan anak dalam kegiatan merawat lingkungan. Menyediakan
area pribadi setiap anak, contoh kecil yang dilakukan adalah dengan
ketersediaan loker untuk masing-masing anak. Terdapat ruang transisi
di setiap perbedaan program ruang.
Warna &
pencahayaan
• Pemilihan material dan jenis warna yang mudah
perawatannya untuk menjaga image bangunan
• Menggunakan pencahayaan yang sesuai standar.
• Adanya pencahayaan alami pada bagian dalam
bangunan.
Output: Pemilihan tema warna yang lembut yaitu warna warna pastel
seperti warna biru muda dan cream. Penggunaan warna dapat
dipadukan dengan tekstur lain seperti kayu. Tidak terlalu banyak
menggunakan campuran warna untuk ruang interior, adanya
pencahayaan alami dalam ruang interior khususnya pada ruang kelas.
Lokasi
Tapak
• Tidak terisolasi.
• Lokasi tapak yang aktif sehingga adanya pengawasan
secara natural
• Tapak dapat “melihat dan dilihat”.
• Tapak tidak mengintimidasi pengguna bangunan dan
terlihat ramah anak.
Output: Bangunan tidak dikelilingi dengan pagar yang solid secara
visual sehingga tetap mendapat pengawasan dari luar bangunan.
Vegetasi dapat menjadi salah satu bentuk pembatas bangunan untuk
menciptakan kesan yang aman namun tidak mengintimidasi seperti
penggunaan tembok tinggi. Adanya aktivitas luar ruangan sebelum
memasuki bagian dalam bangunan.
Kualitas
lingkungan
• Menggunakan finishing yang aman serta ramah anak
dan tidak mudah dirusak oleh vandalism.
• Lingkungan yang dikelola dengan baik untuk
menjaga image bangunan.
• Menimbulkan rasa aman bagi pengguna bangunan.
Output: Pemilihan material yang ramah anak yaitu material yang tidak
beracun dan tidak memiliki permukaan yang kasar sehingga tidak
melukai anak namun memiliki daya tahan yang baik, lingkungan yang
selalu terlihat terawat dan ramah anak.
102
4.6.4 Kriteria Pemilihan Tapak
Dalam melakukan penentuan tapak untuk bangunan pusat
kegiatan anak terdapat beberapa poin penting yang perlu
diperhatikan, yaitu:
Kesehatan
dan
keselamatan
• Memiliki akses untuk menuju pertolongan.
• Orientasi evakuasi yang mudah dipahami oleh anak.
• Tidak menggunakan elemen arsitektur yang dapat
membahayakan kesehatan dan keselamatan anak
sehingga dapat membentuk lingkungan yang ramah
anak.
Output: Menggunakan strategi desain yang ramah anak, contohnya
adalah penggunaan jala pada area kolam terbuka. Orientasi jalur
evakuasi yang terus terang sehingga mudah dipahami oleh anak.
Adanya penanda akses menuju pertolongan yang jelas dengan bentuk
yang konsisten di seluruh bagian bangunan. Pemilihan vegetasi yang
tidak beracun dan aman untuk disentuh oleh anak.
Keamanan • Memiliki penanda yang jelas.
• Dapat diidentifikasi oleh personil tanggap darurat.
• Mobilitas dapat berjalan dengan baik sehingga dapat
menimbulkan rasa aman bagi pengguna bangunan.
Output: Terdapat penanda arah yang jelas bagi pengguna bangunan
khususnya di bagian lantai untuk anak dan terdapat penanda bangunan
yang dapat dilihat dari arah luar bangunan agar dapat diidetifikasikan
oleh personil tanggap darurat.
Pencapaian
dan akses
• Memiliki jalur sirkulasi yang aman dan tidak
terisolasi dari pandangan
• Adanya penanda akses atau peta untuk anak
berorientasi di dalam bangunan.
• Memiliki akses drop-off atau lobby yang aman untuk
anak.
Output: Area masuk bangunan tidak langsung diletakan berbatasan
dengan jalan, melainkan perlu disediakan area transisi yang aktif.
Penanda akses perlu diletakan di area lantai dengan skala yang sesuai
dengan tubuh anak. Jalur sirkulasi anak mampu mendapat pengawasan
dari orang tua maupun fasilitator dari bangunan pusat kegiatan anak.
103
Tabel 36: Kriteria pemilihan tapak
Selanjutnya, untuk menentukan kebutuhan luas minimal tapak
untuk bangunan pusat kegiatan anak, maka dilakukan sebuah
perhitungan kasar sebagai acuan dalam pertimbangan pemilihan
tapak seperti sebagai berikut:
Tabel 37: Luasan Bangunan
Ruang luar 1.836,5
Elemen Kriteria Desain
Kebutuhan dasar
• Berlokasi dekat dengan target anak yang
akan menjadi calon pengguna bangunan.
• Memiliki luas yang mampu menampung
kapasitas dan program ruang bangunan.
• Mampu dicapai anak dengan aman.
• Sebisa mungkin berada dekat dengan
transportasi publik.
• Tapak tidak terisolasi dan dapat dengan
mudah mendapat pengawasan dari luar
tapak.
• Sebisa mungkin tapak memiliki 2 muka
agar dapat dengan mudah memisahkan
akses pejalan kaki dan kendaraan.
Kebisingan
• Tidak berada di dekat persimpangan jalan
utama.
• Pemilihan material pembatas yang dapat
menyaring kebisingan.
Pencapaian dan
keamanan
• Tapak memiliki fasilitas pedestrian yang
ramah anak.
• Terdapat pembatas dengan sirkulasi
kendaraan bermotor.