BAB IV KITA
-
Upload
aufa-rahmatika-muswar -
Category
Documents
-
view
214 -
download
2
description
Transcript of BAB IV KITA
BAB IV
RANCANGAN UMUM
4.1 Sumber Air Baku dan Bangunan Penangkap Air
Kota Padang dengan elevasi 75-300 m direncanakan akan menggunakan sumber
air baku yang berasal dari air permukaan yaitu Sungai Banda Bakali dan Danau
Cimpago. Kondisi eksisting Sungai Banda Bakali adalah memiliki aliran yang
tenang, kedalaman airnya ± 8 meter, dan permukaan sungainya curam. Oleh
karena itu jenis bangunan penangkap air yang digunakan adalah intake crib.
4.2 Pengolahan Air Minum
Kualitas air baku dari hasil analisis di laboratorium, dibandingkan dengan PP RI
No. 82 tahun 2001 untuk baku mutu air baku dan PerMenKes RI No.
492/MenKes/Per/IV/2010 untuk baku mutu air minum, hasil analisis air baku
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Perbandingan Karakteristik Air Baku dengan Standar Baku Mutu Air Baku Berdasarkan PP RI No. 82 tahun 2001
ParameterSungai Banda Bakali Danau Cimpago
Hasil Analisis
PP RI N. 82/2001 Kelas 1
Keterangan Hasil AnalisisPP RI N. 82/2001
Kelas 1Keterangan
FISIKABau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Melewati Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak MelewatiTDS 1100 mg/L 1000 mg/L Melewati 1500 mg/L 1000 mg/L MelewatiTSS 45 mg/L 50 mg/L Tidak Melewati 65 mg/L 50 mg/L MelewatiKekeruhan 52 NTU 5 NTU Melewati 60 NTU 5 NTU MelewatiWarna 20 CTU 15 TCU Melewati 10 CTU 15 TCU MelewatiSuhu 25°C - Tidak Melewati 20°C - Tidak Melewati
KIMIApH 8 6 – 9 Tidak Melewati 7,4 6 - 9 Tidak MelewatiDO 5 mg/L 6 mg/L Tidak Melewati 4 mg/L 6 mg/L Tidak MelewatiBOD 5 mg/L 2 mg/L Melewati 4 mg/L 2 mg/L MelewatiCOD 50 mg/L 10 mg/L Melewati 60 mg/L 10 mg/L MelewatiKesadahan (CaCO3) 388 mg/L 500 mg/L Tidak Melewati 510 mg/L 500 mg/L MelewatiMangan 0,15 mg/L 0,1 mg/L Melewati 0,18 mg/L 0,1 mg/L MelewatiSeng 0,49 mg/L 0,05 mg/L Melewati 0,49 mg/L 0,05 mg/L MelewatiBesi 0,46 mg/L 0,3 mg/L Melewati 0,34 mg/L 0,3 mg/L MelewatiNitrit 1,04 mg/L 0,06 mg/L Melewati 2 mg/L 0,06 mg/L MelewatiSulfat 147 mg/L 400 mg/L Tidak Melewati 100 mg/L 400 mg/L Tidak MelewatiNitrat 7,87 mg/L 10 mg/L Tidak Melewati 10 mg/L 10 mg/L Tidak MelewatiZat Organik 16,8 mg/L - Melewati 17,4 mg/L - Melewati
BIOLOGIColiorm 100 mg/L/100 100 mg/100 Tidak Melewati 400 mg/L/100 100 mg/100 MelewatiE-Coli 160 mg/L/100 - Melewati 1000 mg/L/100 - Tidak Melewati
Sumber : Data dan analisa TB PBPAM 2015
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa masih banyak parameter yang melewati
baku mutu yang tercantum dalam PP RI No. 82 tahun 2001 untuk air pada kelas I.
Oleh karena itu, dibutuhkan pengolahan terlebih dahulu untuk menurunkan dan
menghilangkan parameter-parameter pencemar tersebut. Selanjutnya, hasil
Analisis mengenai kualitas sumber air baku ini juga dibandingkan dengan
PerMenKes RI No. 492/MenKes/Per/IV/2010 untuk mengetahui pengolahan apa
yang tepat dalam proses pengolahan air minum di BPAM.
Tabel 4.2 Perbandingan Karakteristik Air Baku dengan Standar Baku Mutu
Air Minum Berdasarkan PerMenKes RI No. 492/MenKes/Per/IV/2010
Parameter Hasil AnalisisPerMenKes RI No. 492/2010
Keterangan Unit Pengolahan
FisikaBau Tidak berbau Tidak berbau Tidak Melewati -
TDS 1100 mg/L 500 mg/l MelewatiKoagulasi-flokulasi, sedimentasi, filtrasi
TSS 48 - MelewatiKoagulasi-flokulasi, sedimentasi, filtrasi
Kekeruhan 52 NTU 5 NTU MelewatiKoagulasi-flokulasi, sedimentasi, Filtrasi
(SPC)
Warna 20 TCU 15 TCU MelewatiKoagulasi-flokulasi, sedimentasi, Filtrasi
(SPC)
Suhu 25oC suhu udara ± 3 Tidak Melewati -
KimiapH 8 6,5 – 8,5 Tidak Melewati -
DO 5 mg/l - MelewatiAerasi, koagulasi-
flok
BOD 5 mg/L - MelewatiAerasi, koagulasi-
flok
COD 50 mg/L - MelewatiAerasi, koagulasi-
flok
Kesadahan (CaCO3)
388 mg/L 500 Tidak Melewati
Mangan 0,15 mg/L 0,4 Tidak MelewatiSeng 0,49 mg/L 3 Tidak Melewati
Besi 0,46 mg/L 0,3 MelewatiAerasi, koagulasi-
flok
Nitrit 1,04 mg/L 3 mg/l Tidak Melewati -Sulfat 147 mg/L 250 Tidak MelewatiNitrat 7,87 mg/L 50 mg/l Tidak Melewati
Zat Organik 16,8 mg/L 10 mg/l MelewatiAerasi. koagulasi-
flok
IV-3
Parameter Hasil AnalisisPerMenKes RI No. 492/2010
Keterangan Unit Pengolahan
Biologi
Coliorm 100 mg/L/100 0 Melewati Desinfeksi
E-Coli 160 mg/L/100 0 Melewati DesinfeksiSumber : Data dan analisa TB PBPAM 2015
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa masih banyak parameter yang
melewati baku mutu air minum yang tercantum pada PerMenKes RI No.
492/MenKes/Per/IV/2010. Kualitas Air Sungai Banda Bakali berdasarkan standar
baku mutu air minum belum memenuhi standar yang telah ditetapkan, jadi
diperlukan pengolahan lebih lanjut agar dapat dimanfaatkan sebagai air minum
yang layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat dan baik untuk kesehatan.
Sebelum diterapkan di lapangan, dilakukan pengolahan di laboratorium untuk
menentukan langkah pengolahan yang tepat nantinya. Setelah dilakukan
pengolahan di laboratorium menggunakan aerasi, filtrasi dan desinfeksi maka
didapatkan kualitas air hasil olahan telah memenuhi baku mutu air minum
sehingga unit pengolahan yang digunakan adalah aerasi, filtrasi dan desinfeksi.
Berdasarkan hasil percobaan laboratorium, pengolahan yang tepat untuk air baku
ini adalah unit aerasi yaitu unit operasi untuk memasukan udara kedalam air,
dimana air diberi waktu untuk berkontak dengan udara seluas-luasnya dengan
tujuan untuk menaikkan kadar oksigen terlarut dan menurunkan kandungan CO2
(agresif), menghilangkan H2S dan CH4 dan berbagai zat/ senyawa organik yang
mudah mengendap. Pengolahan selanjutnya dilakukan dengan unit filtrasi yaitu
Saringan Pasir Cepat (SPC) sebagai penyempurna penyisihan koloidal, bakteri
yang terkandung serta untuk kekeruhan < 50 mg/l untuk mengurangi kadar TDS,
besi dan mangan yang melewati baku mutu. Pengolahan terakhir yaitu Desinfeksi
dengan pembubuhan chlor untuk membantu menghilangkan mikroorganisme
pathogen seperti E.coli terkandung pada air baku agar tidak melewati standar baku
mutu.
Untuk itu dalam pemilihan alternatif pengolahan lebih ditekankan kepada unit
filtrasi (SPC) yaitu merupakan salah satu unit pengolahan lengkap. Berikut ini
merupakan beberapa alternatif pengolahan yang bisa diterapkan:
IV-4
1. Alternatif I
Alternatif pertama yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan intake,
aerasi hidrolis, koagulasi dan flokulasi, sedimentasi, filtrasi (saringan pasir cepat/
SPC) dan desinfeksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut.
Gambar 4.1 Alternatif I Pengolahan Air Minum Kota Padang
Keuntungan:
a. Pengadukan secara hidrolis yaitu dilakukan dengan memanfaatkan pengaliran
air, seperti terjunan, saluran pipa dan baffle channel. Proses aerasi hidrolis
tersebut lebih sesuai dengan keadaan mata air yang berada di tebing dengan
menggunakan terjunan. Dengan metode terjunan proses menjadi lebih
sederhana dan ekonomis dan tidak memerlukan operator khusus dalam operasi
dan perawatan;
b. Penggunaan metode terjunan air dalam proses aerasi dapat menghasilkan
energi hidrolis yang besar akibat besarnya kehilangan energi (headloss) atau
perbedaan muka air sehingga memperbesar turbulensi pada aliran air;
Intake Crib
Aerasi Hidrolis
Koagulasi Flokulasi
Sedimentasi
Filtrasi (SPC)
Reservoar
Desinfeksi
IV-5
c. Untuk mengurangi beban kerja dan menghindari cloging atau penyumbatan
pada unit pengolahan selanjutnya;
d. Partikel halus disaring dan untuk mengurangi kekeruhan diolah di unit filtrasi
yaitu SPC sehingga dapat mengurangi kadar TDS dan besi yang berlebih;
e. Penambahan klorin pada air hasil filtrasi yang dibubuhkan pada saluran
outletnya (postklorinasi) dapat mengurangi kadar mangan dan besi yang
berlebih serta dapat memusnahkan dan menghilangkan mikroorganisme
patogen yang terdapat di dalam air sehingga air hasil akhir dari pengolahan
lebih terjamin kualitasnya.
Kekurangan:
Penggunaan terjunan air dalam proses aerasi memerlukan lahan yang luas untuk
mencapai pengadukan yang sempurna dan sesuai dengan peruntukannya.
2. Alternatif II
Alternatif II yang bisa digunakan dalam pengolahan air minum untuk mengolah
air minum Kota Padang adalah dengan menggunakan intake, aerasi mekanis,
koagulasi dan flokulasi, sedimentasi, saringan pasir cepat (SPC) dan desinfeksi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut.
Gambar 4.2 Alternatif II Pengolahan Air Minum Kota Padang
Intake Crib
Aerasi Mekanis
Koagulasi Flokulasi
Sedimentasi
Filtrasi (SPL)
Reservoar
Desinfeksi
IV-6
Keuntungan:
a. Pengadukan secara mekanis dalam proses aerasi ini dapat dilakukan
dengan menggunakan paddle, turbin atau propeller. Penggunan impeller jenis
propeller dalam proses aerasi lebih efektif dan fleksibel dalam operasi;
b. Untuk mengurangi beban kerja dan menghindari cloging atau
penyumbatan pada unit pengolahan selanjutnya;
c. Partikel halus disaring dan untuk mengurangi kekeruhan diolah di unit
filtrasi yaitu SPL sehingga dapat mengurangi kadar TDS dan besi yang
berlebih;
d. Penambahan klorin pada air hasil filtrasi yang dibubuhkan pada saluran
outletnya (postklorinasi) dapat mengurangi kadar mangan dan besi yang
berlebih serta dapat memusnahkan dan menghilangkan mikroorganisme
patogen yang terdapat di dalam air sehingga air hasil akhir dari pengolahan
lebih terjamin kualitasnya.
Kekurangan:
Penggunaan impeller jenis propeller dalam proses aerasi memerlukan operator
khusus dalam operasi dan perawatan.
3. Alternatif III
Alternatif ketiga yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan intake, aerasi
hidrolis, SPC dan desinfeksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.3
berikut.
Intake Crib
Aerasi Hidrolis
Koagulasi FLokulasi
Sedimentasi
Filtrasi(SPC)
Reservoar
Desinfeksi
IV-7
Gambar 4.3 Alternatif III Pengolahan Air Minum Kota Padang
Keuntungan:
a. Pengadukan secara mekanis dalam proses aerasi ini dapat dilakukan dengan
menggunakan paddle, turbin atau propeller. Penggunan impeller jenis
propeller dalam proses aerasi lebih efektif dan fleksibel dalam operasi
b. Penggunaan metode terjunan air dalam proses aerasi dapat menghasilkan
energi hidrolis yang besar akibat besarnya kehilangan energi (headloss) atau
perbedaan muka air sehingga memperbesar turbulensi pada aliran air;
c. Untuk mengurangi beban kerja dan menghindari cloging atau penyumbatan
pada unit pengolahan selanjutnya;
d. Partikel halus disaring dan untuk mengurangi kekeruhan diolah di unit filtrasi
yaitu SPC sehingga dapat mengurangi kadar TDS dan besi yang berlebih;
e. Penambahan klorin pada air hasil filtrasi yang dibubuhkan pada saluran
outletnya (postklorinasi) dapat mengurangi kadar mangan dan besi yang
berlebih serta dapat memusnahkan dan menghilangkan mikroorganisme
patogen yang terdapat di dalam air sehingga air hasil akhir dari pengolahan
lebih terjamin kualitasnya.
Kekurangan:
Pengoperasian SPL memerlukan lahan yang sangat luas, kurang efektif untuk
mengatasi bau dan rasa yang ada pada air yang disaring
4.3 Sistem Pengolahan Terpilih
Sistem yang digunakan pada pengolahan air minum Kota Padang adalah sistem
pengolahan lengkap yaitu alternatif III. Alternatif III dipilih karena dari efisiensi
pengolahan serta biaya yang sebanding dengan kualitas air setelah pengolahan,
sehingga alternatif III lebih baik dari pada alternatif pengolahan yang lainnya.
Sistem terpilih ini terdiri dari intake crib, aerasi hidrolis secara terjunan,
koagulasi-flokulasi hidrolis dengan baffle, sedimentasi, filtrsi SPC, dan reservoar
yang dilengkapi dengan desinfeksi.
IV-8