Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

66
67 BAB IV HASIL DAN ANALISIS A. Hasil 1. Subjek a. Identitas Subjek Nama : I Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 13 Tahun Agama : Islam Pendidikan : Pelajar Jumlah Saudara : anak ke 3 dari 3 bersaudara b. Identitas Significant Other Satu Nama : TH Jenis Kelamin : Pria Usia : 51 tahun Agama : Islam Pendidikan : S2 Jumlah Saudara : anak ke 5 dari 6 bersaudara c. Identitas Significant Other Dua Nama : E Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 28 tahun Agama : Islam Pendidikan : S1

description

 

Transcript of Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

Page 1: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

67

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

A. Hasil

1. Subjek

a. Identitas Subjek

Nama : I

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 13 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : Pelajar

Jumlah Saudara : anak ke 3 dari 3 bersaudara

b. Identitas Significant Other Satu

Nama : TH

Jenis Kelamin : Pria

Usia : 51 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : S2

Jumlah Saudara : anak ke 5 dari 6 bersaudara

c. Identitas Significant Other Dua

Nama : E

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 28 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : S1

Page 2: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

68

Jumlah Saudara : anak 3 dari 3 bersaudara

d. Gambaran Umum Subjek

1) Pelaksanaan Observasi

Observasi pertama

Hari / Tanggal : Minggu, 28 Maret 2010

Waktu : 9.00-15.00 WIB

Tempat : Rumah subjek

Observasi kedua

Hari / Tanggal : Selasa, 13 April 2010

Waktu : 15.00-19.00 WIB

Tempat : Rumah subjek

2) Hasil Observasi

a) Seting

Peneliti melakukan observasi terhadap subjek sebanyak dua

kali, pada hari Minggu tanggal 28 Maret 2010 pukul 9.00-15.00 WIB

dan pada hari Selasa tanggal 13 April 2010 pukul 15.00-19.00 WIB.

Observasi pertama dan kedua dilakukan di rumah subjek.

Rumah subjek terletak di daerah Cibubur. Di halaman rumah subjek

terdapat dua buah pohon mangga. Kamar subjek terletak di sebelah

kanan rumah, yang di tempati oleh subjek dan kakaknya yang kedua.

Dinding kamar subjek berwarna putih, di kamar subjek terdapat dua

kasur, di dekat jendela terdapat meja belajar yang terlihat rapi.

Pada saat observasi kedua, subjek baru pulang dari sekolah

dengan mengenakan baju seragam putih, biru, dengan dasi yang

Page 3: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

69

menempel pada kerahnya, sampai di kamar, subjek mengganti bajunya

dengan kaos putih dan celana merah.

b) Subjek

Subjek adalah seorang remaja berkulit putih, dengan rambut

lurus, dan hitam yang cukup lebat.

Ketika wawancara pertama berlangsung, subjek memakai kaos

berwarna merah jambu dan celana pendek berwarna hijau.

Hasil observasi hari pertama terlihat bahwa: subjek mampu

menyadari emosinya, hal ini terlihat saat subjek mengatakan ke

temannya melalui telepon bahwa ia sedang marah, peneliti melihat

subjek dengan intonasi suara yang tinggi, mata melotot, alis mata

meninggi, sambil mengatur napasnya supaya tenang.

Subjek dapat mengelola emosinya, hal ini terlihat ketika subjek

menerima telepon yang mengatakan untuk tidak menggoda cowok

yang sudah menjadi mantan pacarnya itu, subjek terlihat seperti

sedang mengendalikan dirinya untuk tidak tersinggung karena

perkataan orang tersebut dengan mencoba memberikan penjelasan.

Subjek bisa memotivasi dirinya, hal ini terlihat saat setelah

pulang sekolah, subjek langsung belajar dan mengerjakan pekerjaan

rumahnya dengan giat.

Subjek dapat mengenali emosi orang lain, hal ini terlihat ketika

peneliti melihat saat ada temannya yang mengatakan di sms bahwa ia

sedang sedih, subjek langsung menghibur temannya dengan

mengirimkan sms yang berisi motivasi yang diperlihatkan kepada

peneliti.

Subjek mampu membina hubungan dengan orang lain, hal ini

dapat terlihat saat teman sekolahnya ada yang datang membawa teman

yang tidak dikenalnya, subjek langsung mengajaknya berbicara.

Page 4: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

70

Tabel 1

Hasil Observasi Pertama Subjek

No Ciri/Komponen Penilaian Keterangan

Ada Tidak

1 Mengenali emosi diri √ Subjek mengatakan ke temannya

melalui telepon bahwa ia sedang

marah, dengan intonasi suara yang

tinggi, mata melotot, alis mata

meninggi, sambil mengatur

napasnya supaya tenang.

2 Mengelola emosi √ Ketika subjek menerima telepon

yang mengatakan untuk tidak

menggoda cowok yang sudah

menjadi mantan pacarnya itu,

subjek terlihat seperti sedang

mengendalikan dirinya untuk tidak

tersinggung.

3 Memotivasi diri √ Subjek terlihat giat dalam belajar.

4 Mengenali emosi orang

lain

√ Ketika ada temannya mengatakan

di sms bahwa ia sedang sedih,

subjek langsung menghibur

temannya dengan mengirimkan

sms yang menyemangati.

5 Membina hubungan

dengan orang lain

√ Saat teman sekolahnya ada yang

datang membawa teman yang

tidak dikenalnya, subjek langsung

mengajaknya berbicara.

Page 5: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

71

Wawancara kedua, subjek mengenakan kaos putih lengan pendek dan celana

pendek berwarna merah.

Hasil observasi kedua subjek menunjukkan bahwa ia dapat mengenali emosi

diri dengan menyadari saat sedang bingung, peneliti melihat subjek terlihat gelisah,

mombolak-balik halaman buku sains, berjalan mondar-mandir, lalu ia mengatakan

kepada ayahnya bahwa ia bingung dalam menyelesaikan tugas sains dan bertanya

pada ayahnya apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan itu.

Subjek bisa mengelola emosi hal ini terlihat saat peneliti melihat ia sedang

mencoba untuk menahan amarahnya dengan menekan intonasi suaranya, dan

mencoba untuk diam saat kakaknya yang sedang marah berbicara mengenai dirinya

yang suka seenaknya saja.

Subjek dapat memotivasi dirinya, ia tetap mengerjakan sendiri pekerjaan

rumahnya yang banyak, walaupun ia harus belajar untuk try out, dan saat ada soal

yang tidak dimengertinya, ia mencoba mencarinya di internet.

Subjek mampu mengenali emosi orang lain, hal ini terlihat ketika subjek

melihat bahwa kakaknya sedang marah, bertanya apa yang terjadi pada kakaknya,

dan mendiamkannya.

Subjek dapat membina hubungan dengan orang lain, hal ini terlihat ketika

peneliti melihat kakaknya masuk kamar dan bercerita mengenai masalahnya, subjek

menyambutnya dengan baik, mendatanginya, memeluknya sambil tersenyum,

mendengarkannya, mencoba untuk memberikan masukan.

Page 6: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

72

Tabel 2

Hasil Observasi Kedua Subjek

No Ciri/Komponen Penilaian Keterangan

Ada Tidak

1 Mengenali emosi diri √ Subjek mampu menyadari

emosinya hal ini terlihat ketika ia

sedang bingung, ia mengatakan

dan bertanya pada ayahnya apa

yang harus dilakukan.

2 Mengelola emosi √ Subjek menahan amarahnya dan

mencoba untuk diam saat

kakaknya yang sedang marah

berbicara.

3 Memotivasi diri √ Subjek tetap mengerjakan

pekerjaan rumahnya, walaupun ia

harus belajar untuk try out, dan

ada soal yang tidak dimengertinya.

4 Mengenali emosi orang

lain

√ Subjek mengetahui kakaknya

sedang marah dan mendiamkannya

5 Membina hubungan

dengan orang lain

√ Ketika kakak subjek masuk kamar

dan bercerita mengenai masalah-

nya, subjek menyambutnya

dengan baik.

Page 7: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

73

e. Wawancara

1) Pelaksanaan wawancara

a) Wawancara hari pertama

Hari / Tanggal : Minggu, 18 Oktober 2010.

Waktu : 11.27-12.30 WIB.

Tempat : Rumah subjek.

b) Wawancara hari kedua

Hari / Tanggal : Selasa, 13 April 2010.

Waktu : 19.00-20.00 WIB.

Tempat : Rumah subjek.

2) Hasil wawancara subjek

a). Latar belakang subjek

a. Keluarga

Subjek tinggal di daerah Cibubur, anak ketiga dari

tiga bersaudara.

“Saya tinggal di Cibubur” (baris 2).

“Saya anak ketiga dari tiga bersaudara” (baris 4).

b. Pendidikan

Subjek bersekolah TK di TK Istiqomah, SD di SD

Sudirman, SMP di SMPN 103. Subjek cukup dikenal di

sekolahnya.

“E....saat TK saya bersekolah di TK Istiqomah, SD saya di

Sudirman, saat SMP saya di SMP 103” (baris 8-10).

Page 8: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

74

c. Status sosial

Di rumah subjek sebagai anak, dan disekolah subjek

cukup dikenal.

“Ya sebagai anak” (baris 13).

“O....ya....mungkin agak sedikit dikenal lah” (baris 16-17).

d. Kondisi ekonomi

Subjek berasal dari keluarga yang kondisi ekonominya

cukup.

“Ya....Alhamdulillah cukup” (baris 20).

e. Agama

Subjek beragama islam.

“Islam” (baris 22).

b). Ciri-ciri dan komponen-komponen kecerdasan emosi remaja yang

mengikuti kelas unggulan di SMPN 103 Jakarta

a. Mengenali Emosi Diri

Subjek dapat menyadari perasaannya, memberitahukan

orang lain akan perasaan yang sedang ia hadapi.

“Ya saya bisa sih menyadari perasaan, dan memberitahukan

orang lain akan perasaan yang sedang dihadapi” (baris 25).

Subjek dapat mengenali emosinya saat sedih dengan

menyadari dan merasakannya.

Page 9: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

75

“Karena saya dapat menyadari dan merasakan saat saya

sedih” (baris 30-31).

Subjek akan menyukuri saat mengetahui bahwa ia sedang

merasakan bahwa perasaannya sedang senang.

”Ya kalau perasaan bahagia atau senang ya…disyukuri”

(baris 34-35).

Saat subjek mengetahui bahwa ia sedang marah, maka ia

akan memarahi orang yang menyebabkannya marah dan

menjelaskan alasannya.

”Marah ya….em….Memarahi orang yang menyebabkan saya

marah dan menjelaskan kenapa saya marah” (baris 42-44).

Subjek memberitahukan orang-orang terdekatnya tentang

perasaan yang sedang ia rasakan.

”Ya, saya memberitahukan orang terdekat tentang apa yang

saya rasakan” (baris 48-49).

Cara subjek memberitahukan perasaannya saat ia sedang

sedih.

“Ya kalau misalnya lagi sedih, eh gue lagi sedih nih...bantuin

dong, gitu” (baris 53-54).

Subjek bisa mengenali perasaannya yang sedang sedih

karena temannya harus tersisih dari kelas unggulan,

mengatakannya.

”Saya merasa sedih, dan mengatakan bahwa saya ikut prihatin

saat teman dekat saya harus tersisih dari kelas unggulan”

(baris 457-459).

Subjek dapat mengenali emosinya saat ia mengetahui

sedang kesal karena guru-gurunya memberikan tugas yang

Page 10: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

76

sangat banyak, bahkan ketika harus belajar untuk penyeleksian

kelas unggulan.

”Saya merasa kesal dan mengatakan perasaan saya dengan

guru-guru yang memberikan tugas yang sangat banyak,

apalagi saat penyeleksian kelas unggulan tiap 2 minggu

sekali” (baris 461-465).

b. Mengelola Emosi

Subjek dapat mengelola dan mengatasi perasaannya saat

marah, mencoba untuk menghibur diri dan berusaha untuk

tidak tersingung.

“Mencoba menghibur diri dan berusaha untuk tidak

tersinggung” (baris 57-58).

Subjek dapat menangani perasaan sehingga dapat

mengungkapkannya dengan tepat

”Ya saya bisa menangani perasaan saya sehingga perasaan

saya dapat terungkap dengan tepat.” (baris 62-64).

”Ya...bercerita ke orang lain, menceritakan masalahnya,

biasanya yang diceritain itu ya menghibur” (baris 68-72).

Subjek dapat meredam perasaan marahnya dengan

berdiam diri.

”Saya meredam perasaan saya ketika marah dengan berdiam

diri” (baris 75-76).

Subjek mencoba mencari pemecahan masalah yang

membingungkan dan mencoba untuk menyelesaikannya.

”Mencari tahu permasalahannya dan mencoba

menyelesaikannya” (baris 86-87).

Page 11: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

77

Subjek mengelola perasaannya yang tiba-tiba dongkol

saat sedang mengerjakan ujian karena mendengar perkataan

guru pengawas ujian.

”Waktu itu Ujian Tengah Semester. Guru Pengawas ujian

bilang ”kalian kelas unggulan koq lebih lambat selesai

dibanding kelas biasa?!”. Memang kelas lain udah banyak

yang keluar. Saya dongkol, tapi lalu coba cuek, lalu

konsentrasi lagi, periksa lagi jawaban, biar yakin aja” (baris

509-515).

c. Memotivasi Diri

Subjek dapat memotivasi dirinya saat belajar dengan cara

mencoba untuk menyenangi pelajaran dan berkeinginan untuk

membahagiakan orang tuanya.

“E...dalam belajar ya...saya coba menyenangi pelajaran itu

dan ingin membahagiakan orang tua, jadi termotivasi dalam

belajar” (baris 90-93).

Saat subjek mengalami kecewa, ia mengatasi

perasaannya dengan mencari kesibukan yang lain

“Saat saya mengalami kekecewaan, ya...mencari kesibukan

lain” (baris 96-97).

Subjek bukan termasuk orang yang bersikap pasrah

dalam menghadapi masalah, dan ia beranggapan bahwa setiap

masalah itu ada jalan keluarnya.

”Tidak, saya tidak bersikap pasrah dalam menghadapi

masalah” (baris 103-104).

”Karena tiap masalah ada pemecahannya” (baris 106-107).

Page 12: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

78

Subjek menghadapi kegagalannya dengan mencoba untuk

memperbaikinya dan mengulangi yang ia lakukan.

”Ya berusaha memperbaiki kegagalan, dan mengulanginya

lagi” (baris 122-123).

Subjek tetap dapat memandang optimis ketika sedang

sedih.

”Tentu saya merasa optimis terhadap hidup dan masa depan

saya, walaupun saya sedang sedih.” (baris 127-129).

Saat mengatasi masalah yang dihadapinya, subjek

mencoba mencari jalan keluarnya, salah satunya yakni dengan

berdiskusi.

”Untuk mengatasi berbagai hambatan yang saya hadapi, saya

mencoba untuk mencari jalan keluarnya.” (baris 136-138).

”Saya mencoba melakukan diskusi dengan teman-teman

mengenai PR yang sangat banyak, terutama saat tes, dan saya

berinisiatif untuk melaporkannya kepada kepala sekolah,

tetapi tidak ada hasilnya..” (baris 468-472).

Motivasi subjek menjadi bangkit setelah mendapatkan

tanggapan dari orang-orang terdekatnya terhadap nilai yang

diperoleh subjek.

”Mome (sebutan Wali Kelas karena mengjar bahasa Inggris)

ketika menyerahkan daftar hasil, bilang kalo harusnya nilai

saya lebih baik. Harusnya ada yang 10. Ketika saya cerita ke

Papa, Papa bilang memang begitu harusnya, sambil

mengingatkan hasil psikotes di GO (maksudnya bimbingan

belajar Ganesha Operation). Yang saya heran Guru BP koq

manggil saya menanyakan nilai saya agak menurun. Bu Guru

Page 13: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

79

bilang kalau saya lebih konsentrasi dan tenang pasti hasilnya

lebih bagus ” (baris 484-496).

”Saya jadi belajar lebih konsentrasi dan ketika kerjakan test

juga lebih tenang dan konsentrasi. Hasilnya bagus,

matematikanya jadi 9.50 saat ulangan harian dan test

periodik” (baris 498-502).

d. Mengenali Emosi Orang Lain

Subjek dapat mengenali emosi orang lain, karena ketika

ada temannya yang sedih subjek mencoba untuk membatu

temannya untuk melupakan masalahnya, membantu untuk

menyelesaikan masalahnya, dan menceritakan hal-hal yang

lucu,

” Saya dapat mengenali emosi orang lain” (baris 167-147).

”Ketika ada teman saya yang sedang sedih, ya saya mencoba

untuk membantu dia melupakan masalahnya, membantu

menyelesaikan masalahnya, menceritakan hal-hal yang lucu,

atau apa gitu...” (baris 150-154).

”Tentu saya menyadari bila ada teman saya yang sedang

sedih” (baris 157-158).

Apabila ada pendapat yang berbeda dengan subjek, maka

ia akan memusyawarahkannya.

”Ya mencoba mengemukakan pendapat saya sendiri juga, jadi

ya..saling musyawarah” (baris 169-171).

Subjek bisa mengerti perasaan orang lain dengan melihat

ekspresi mukanya saja.

”Sejauh ini saya bisa mengerti perasaan orang lain hanya

berdasarkan ekspresi mukanya saja.” (baris 175-177).

Page 14: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

80

”Biasanya kalo teman sekelas sedang marah saat suaranya

lebih ketus, matanya melotot, ada yang menghindari saat

disamperin..” (baris 563-566).

”Kalau teman sekelas sedih, ada yang menyendiri saat

istirahat, ada yang bengong aja di kelas” (baris 569-571).

“Kalau senang yah...em....Ada yang bersorak, ada yang

ketawa, ada yang senyum” (baris 574-575).

Subjek mengenali teman sekelompoknya sedang marah

saat di kelas karena pendapatnya tidak didengarkan, subjek lalu

mencoba untuk menenangkan dan meredakan emosinya.

”Apa ya? Oh iya, waktu itu ada tugas kelompok di kelas. Ada

teman di kelompok saya yang marah gara-gara pendapatnya

tidak didengar oleh yang lain” (baris 519-522).

”Saya coba nenangin dia, sambil ngomongin teman-teman

lain. Alhamdulillah bisa reda marahnya” (baris 524-526).

”Ya suruh dengerin pendapat dia” (baris 529).

Saat subjek melihat ada temannya di kelas yang terlihat

lesu, subjek menghampirinya, menanyakannya, dan

menghiburnya.

”Pernah teman sekelas saya lesu, ketika saya samper dan

ditanyakan kenapa, rupanya ia kehilangan semangat karena

kakaknya kecelakaan” (baris 531-534).

”Kamu jangan kebanyakan mikir kakak sampai males belajar,

semoga kakakmu cepet sembuh yaaa” (baris 536-538).

Page 15: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

81

e. Membina Hubungan dengan Orang Lain

Pada saat ada orang baru, subjek mengajaknya

berkenalan dengan saling bertanya identitasnya.

”Bila saya harus bertemu dengan orang-orang baru, ya

mengajak kenalan” (baris 180-181).

”Saya memulai pembicaraan dengan orang baru, ya....saling

bertanya identitas” (baris 184-185).

Subjek memiliki banyak teman, bahkan subjek masih

berhubungan dan berteman dengan teman-temannya yang

sudah tersisihkan dari kelas unggulan dan berkenalan dengan

teman-teman mereka.

”Teman-teman saya…Ya…banyak sih dari D, A, T, N, banyak

deh..” (baris 195-196).

”Saya masih berhubungan dengan teman-teman yang tersisih

dari kelas unggulan dan berkenalan dengan teman-teman

mereka..” (baris 542-545).

Subjek merasa senang apabila berada satu kelompok

dengan orang yang usianya lebih tua dari subjek, karena ia jadi

bisa bertanya.

”Ketika saya harus satu kelompok dengan orang yang berbeda

usia cukup jauh dengan saya..Ya senang karena bisa bertanya-

tanya kepada dia yang jauh lebih berpengalaman” (baris 200-

204).

”Saat di ekskul drama, saya lebih sering berkelompok dengan

kakak kelas” (baris 578-579).

Hubungan subjek dengan gurunya baik, subjek sering

berbicara dan meminta pendapat dengan semua guru bila ada

masalah menyangkut pelajaran, tugas.

Page 16: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

82

”Hubungan saya dengan guru saya...Ya...baik” (baris 217-

218).

”Saya sering mengajak ngobrol semua guru, kalau ada

masalah pelajaran, tugas, mereka ngasi saran. Kalau masalah

mengenai guru, saya ngomong ke kepala sekolah, beliau janji

akan ngomong saat rapat dengan guru” (baris

Hubungan subjek dengan orang tua dan saudaranya juga

baik.

”Hubungan saya dengan orang tua..Ya...harmonis juga”

(baris 221-222).

”Hubungan saya dengan saudara...Ya sama baik-baik juga”

(baris 225-226).

”Ya....., kami sering diskusi. Papa sering kasih motivasi kalau

saya lagi malas” (baris 582-583).

”Baiknya ya.....sering saling curhat tentang sekolah, pacar,

keluarga..” (baris 595-596).

Page 17: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

83

c). Faktor-faktor yang menyebabkan kecerdasan emosi pada remaja

yang mengikuti kelas unggulan di SMPN 103 Jakarta

a. Guru

Pada saat mengajar, E melakukannya dengan edukatif,

membina hubungan dengan murid-muridnya dengan baik.

“Guru saya mengajar pelajaran dengan asiik, ya edukatif”

(baris 229-230).

“Hubungan antara guru dan murid di sekolah saya ya baik-

baik saja” (baris 233-234).

”Edukatifnya....emm...ngajari bersikap baik, semangat,

kompak sama teman. Ngasih tahunya kadang-kadang pakai

cerita” (baris 599-561).

Hampir semua guru subjek menerapkan kedisiplinan.

“Ya....hampir semua guru saya disiplin” (baris 236-237).

”Kalo ada temen-temen yang telat masuk, ga boleh ikut

ulangan harian. Kalo ada yang ga ngerjain PR, disetrap”

(baris 569-571).

E mengajak melakukan kegiatan yang lebih seru ketika

muridnya bosan.

“Saat murid-muridnya bosan, guru saya.. Ya mengajak biar

lebih seru... gitu aja” (baris 240-241).

”Main tebak kata, yang kalah di suruh joget sambil nyanyi di

kelas” (baris 566-567).

E menghargai pendapat murid-muridnya, membebaskan

untuk membuat, mengambil, atau memilih sesuai dengan

keputusan yang diinginkan.

Page 18: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

84

”Ya tentu guru saya menghargai muridnya dalam

menyampai-kan pendapat atau pertanyaan, itu juga kalau

misalkan pendapatnya layak, pantas, baguslah, masuk akal,

ya gurunya pasti nerima” (baris 246-250).

”Kalau keputusannya yang baik, ya tentunya saya dibebaskan

untuk membuat, mengambil, atau memilih sesuai dengan

keputusan yang diinginkan” (baris 255-258).

Karena menjadikan gurunya sebagai model, subjek

menjadi lebih mudah dalam membina hubungan dengan orang

lain dan menghargai pendapat orang lain di sekolahnya.

"Karena mengikuti beliau, saya jadi bisa membina hubungan

dengan orang lain dan menghargai pendapat orang lain di

sekolah" (baris 429-431).

Subjek merasa tidak diperhatikan oleh E, ternyata E

memperhatikan subjek. Hal itu diketahui setelah E memanggil

subjek dan menanyakan nilainya.

"Tidak, saya tidak diperhatikan olehnya" (baris 425-426).

“Yang saya heran Guru BP koq manggil saya menanyakan

nilai saya agak menurun. Bu Guru bilang kalau saya lebih

konsentrasi dan tenang pasti hasilnya lebih bagus” (baris 492-

496).

Pengaruh E terhadap motivasi belajar subjek, sehingga

nilainya menjadi lebih bagus daripada sebelumnya.

”Saya jadi belajar lebih konsentrasi dan ketika kerjakan test

juga lebih tenang dan konsentrasi. Hasilnya bagus,

matematikanya jadi 9.50 saat ulangan harian dan test

periodik” (baris 498-502).

Page 19: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

85

b. Keluarga

Pada saat subjek ada masalah, orang tua dan saudara

subjek mencoba untuk membantu menyelesaikannya.

“Ya orang tua maupun saudara saya membantu saya

menyelesaikan masalah yang saya hadapi” (baris 262-264).

Subjek dibimbing dalam mengenali emosi dan cara

mengendalikannya.

”Ya, orang tua atau saudara saya membimbing dalam

mengenali emosi dan cara mengendalikannya” (baris 268-

270).

TH membimbing subjek saat ia bingung karena harus

mengerjakan PR dan belajar untuk ujian dengan meminta

subjek untuk duduk, merasakan, membayangkan dan

mengikhlaskannya.

“Saat itu, saya kebingungan, papa meminta saya untuk

duduk, merasakan dan membayangkan perasaan bingung,

lalu mengikhlaskannya, kemudian, setelah itu, saya diminta

untuk pelan-pelan mengerjakan PR dan belajar untuk ujian,

walaupun harus belajar sampai pagi” (baris 577-583).

Orang tua dan saudara subjek dapat mengenali emosi

dengan cara menghibur dan mencoba menyemangati subjek,

terutama saat tidak ingin belajar.

”Menghibur dan mencoba menyemangati saya saat males

belajar” (baris 273-274).

”Cara Papa nyemangati saat sedang cape belajar,”Ayo dong,

emangnya kamu mau gak berada di kelas unggulan lagi, ya

udah, kamu istirahat dulu, tapi nanti jangan lupa belajar

lagi”.” (baris 617-621).

Page 20: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

86

Gambaran keluarganya subjek pada saat emosi, orang tua

atau saudara subjek berusaha untuk menjaga sikapnya,

menahan emosi dan berusaha untuk menahan diri,

”Orang tua atau saudara saya mengendalikan emosi saat

sedih, marah dengan...Ya...Berusaha jaga sikap,

ya...me..menahan emosi, dan berusaha menahan diri” (baris

278-282).

Subjek dibebaskan untuk membuat, mengambil, atau

memilih sesuai dengan keputusan yang diinginkan.

”Ya biasanya orang tua mengambil jalan terbaik untuk saya,

tidak dibebaskan, tergantung, mereka tau yang mana yang

terbaik untuk saya” (baris 287-290).

"Ya, orang tua saya mempengaruhi saya" (baris 434-435).

Hal ini membuat subjek dapat mengenali emosi dirinya

dan orang lain, serta cara untuk mengendalikan emosinya.

"Saya jadi dapat mengenali emosi saya dan orang disekitar

serta menahan dan mengendalikan emosi dengan berusaha

untuk mengendalikan diri saya, ketika saya menangani

masalah yang saya hadapi " (baris 439-443).

Pengaruh TH terhadap subjek dalam mengenali emosi

dirinya dengan memintanya untuk duduk, merasakan dan

membayangkan perasaannya yang sedang bingung, lalu

mengikhlaskannya..

“Iya, ketika papa meminta saya untuk duduk, merasakan dan

membayangkan perasaan bingung, lalu mengikhlaskannya,

saya menyadari ada emosi yang ga disadari” (baris 586-

589).

Page 21: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

87

Subjek dapat mengenali emosi orang lain, karena TH

memintanya untuk membaca buku dan mengajaknya untuk

memperhatikan tv.

“Yaaaah...papa minta baca buku, disitu ada gambarnya, jadi

tau deh...Juga pernah diajak perhatikan film di tv, lihat orang

sedang sedih atau marah” (baris 593-596).

Pengaruh TH terhadap pengendalian emosi subjek,

membuat subjek menyadari emosi, menenangkan diri dan

bersyukur dahulu.

“Iya, soalnya papa pernah bilang, kalau sedang ada masalah,

terus emosi, saya harus nenangin diri dulu, sadari emosi.

Lalu disuruh bersyukur ke Allah karena diberi emosi, udah

gitu jadi bisa menerima keadaan dan tenang” (baris 601-

606).

“Saya pernah ngerasa sangat marah sama kakak saya,

kemudian keinget papa, terus nyoba untuk dim, nenangin diri.

Habis gitu tanya ke kakak tentang yang buat saya marah.

Rupanya salah faham aja..” (baris 609-613).

Pendapat TH mengenai nilai yang diperoleh Subjek,

bagaimana pengaruhnya terhadap motivasi belajar subjek dan

hasilnya.

“Mome (sebutan Wali Kelas karena mengajar bahasa Inggris)

ketika menyerahkan daftar hasil, bilang kalo harusnya nilai

saya lebih baik. Harusnya ada yang 10. Ketika saya cerita ke

Papa, Papa bilang memang begitu harusnya, sambil

mengingatkan hasil psikotes di GO (maksudnya bimbingan

belajar Ganesha Operation). Yang saya heran Guru BP koq

manggil saya menanyakan nilai saya agak menurun. Bu Guru

Page 22: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

88

bilang kalau saya lebih konsentrasi dan tenang pasti hasilnya

lebih bagus” (baris 484-496).

“Saya jadi belajar lebih konsentrasi dan ketika kerjakan test

juga lebih tenang dan konsentrasi. Hasilnya bagus,

matematikanya jadi 9.50 saat ulangan harian dan test

periodik” (baris 498-502).

c. Pengalaman

Ketika masalah datang ke subjek, maka subjek akan

mencoba mencari solusi dengan belajar dari pengalaman yang

pernah dihadapi oleh dirinya dan orang sekitarnya dimasa

lalu, hal ini membuat subjek berusaha untuk melakukan yang

lebih baik daripada sebelumnya.

”Ya..berusaha untuk melakukan yang lebih baik daripada

sebelumnya” (baris 295-296).

d. Perlakuan yang tidak baik

Subjek tidak pernah diperlakukan tidak baik di

lingkungan rumah dan sekolahnya.

”Sejauh ini sih, kayaknya belum pernah diperlakukan tidak

baik di lingkungan sekolah” (baris 303-305).

”Saya tidak pernah diperlakukan tidak baik di lingkungan

rumah” (baris 308-309).

Page 23: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

89

e. Budaya

Dalam budaya yang subjek anut, pria dan wanita

dipandang sama untuk mendapatkan kesempatan belajar dan

mengambil keputusan, serta tidak boleh menampakkan

kemarahan. Hal ini membuat subjek memandang sama antara

pria dan wanita serta tidak menampakkan kemarahannya.

“Dalam budaya yang saya anut, pria dan wanita dipandang

sama untuk mendapatkan kesempatan belajar dan mengambil

keputusan” (baris 168).

”Dalam budaya yang saya anut, kemarahan tidak boleh

ditampakkan dan menutupi kemarahan dengan tersenyum”

(baris 170).

Page 24: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

90

2. SO 1

a. Identitas SO 1

Nama :TH

Jenis Kelamin : laki-laki

Usia : 51 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : S2

Jumlah Saudara : anak ke 5 dari 6 bersaudara

Hubungan dengan subjek : Orang tua subjek

b. Pelaksanaan dan hasil wawancara

1). Pelaksanaan wawancara

a). Wawancara hari pertama

Hari/Tanggal : Minggu, 28 Maret 2010.

Waktu : 18.45-19.45 WIB.

Tempat : Rumah subjek.

b). Wawancara hari kedua

Hari/Tanggal : Selasa, 13 April 2010.

Waktu : 18.00 WIB.

Tempat : Rumah subjek.

2). Hasil wawancara

a). Latar belakang subjek

a. Keluarga

Subjek adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, dan sering

berkomunikasi dengan Significant other satu.

“Subjek anak ke tiga dari tiga bersaudara” (baris 3-4).

Page 25: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

91

”Ya saya sering berkomunikasi dengan subjek, setiap hari.” (baris 7-

8).

b. Pendidikan

Subjek bersekolah di TK Istiqomah, SD Sudirman, SLTP 103

Jakarta.

“TK Istiqomah, SD Sudirman, SMPN 103” (baris 275-276).

c. Status sosial

Di rumah, subjek mempunyai status sosial sebagai anak.

“Stutus sosial subjek di lingkungan rumah, subjek berperan sebagai

anak” (baris 11-12).

d. Kondisi ekonomi

Subjek berasal dari keluarga yang kondisi ekonominya cukup.

“Kondisi keuangan keluarga subjek bercukupan” (baris 15-16).

e. Agama

Subjek beragama islam.

“Islam” (baris 18).

Page 26: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

92

b). Ciri-ciri dan komponen-komponen kecerdasan emosi remaja yang

mengikuti kelas unggulan di SMPN 103 Jakarta

a. Mengenali Emosi Diri

Subjek dapat menyadari perasaannya, memberitahukan orang lain

akan perasaan yang sedang ia hadapi, meminta pendapat orang lain.

“Saya tidak tau persis, tapi menurut pengamatan saya kalau dia sedih

kelihatan dan ia menyatakan kesedihannya ke orang lain, jadi dia tau

kalau sedang sedih dan perlu..perlu saran, perlu...disampaikan

kepada orang lain” (baris 22-27).

“Dia menceritakannya pada orang lain, walaupun bisa saja tidak

serta merta, begitu, bisa beda beberapa jam, bisa satu dua hari, tapi

dia cukup terbuka untuk menceritakan ke orang lain, minta pendapat

atau sekedar cerita saja” (baris 30-35).

Peristiwa yang menurut TH membuat subjek dapat mengenali

emosi dan mengekspresikannya dengan menangis.

“Saat itu saya dan subjek sedang berada di dalam mobil, di tengah

jalan, kami melihat ada kecelakaan, subjek lalu mengatakan sambil

menangis bahwa ia sedih melihat anak kecil yang menjadi korban

kecelakaan” (baris 312-317).

Peristiwa yang membuat subjek marah dan mengekspresikan

kemarahannya kepada ibunya karena memintanya untuk belajar walau

sedang libur.

“Subjek pernah marah kepada ibunya karena memintanya untuk terus

belajar, walaupun sedang libur. Ia mengatakan kepada ibunya dengan

nada suara yang agak tinggi kalau ia sedang marah karena ibunya

memintanya belajar saat libur” (baris 319-324).

Page 27: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

93

Cara yang TH lakukan untuk membantu subjek dalam mengenali

emosinya.

“Saya memintanya untuk duduk, mendengarkan musik meditasi,

merasakan perasaannya dan membayangkannya menjadi sebuah

bentuk, dan mengikhlaskannya dengan memberikan kasih sayang

kepada perasaan itu” (baris 327-332).

b. Mengelola Emosi

Subjek dapat mengelola dan mengatasi perasaan yang dirasakan,

dapat menangani perasaan sehingga dapat mengungkapkannya dengan

tepat.

“E...dari dia menceritakannya si, subjek bisa ya untuk menangani

perasaannya sehingga dapat terungkap dengan tepat” (baris 39-41).

Menurut TH, subjek dapat meredam perasaan marah dengan

berdiam diri.

”Dia, ya dia, kalau marah menunjukkan kemarahannya, bagian dari

bad mood yah, kemudian ya dia menunjukkan wajah dan sikap yang

sesuai dengan bad moodnya tadilah, sehingga bisa terlihat, sehingga

saya bisa tanyakan kenapa, dia biasanya akan mau menceritakan”

(baris 45-51).

”Setau saya ketika dia marah bilang marah dan e…menceritakan, gitu

yah” (baris 54-55).

”E…tidak walaupun ia tidak suka maka ia tidak akan langsung

memarahi orang yang membuatnya tidak suka” (baris 59-61).

Menurut TH, subjek akan mencoba mencari pemecahan masalah

yang membingungkannya dengan mendiskusikannya sampai tuntas.

”Dia bertanya, kalau berkaitan dengan pelajaran juga bertanya,

kalau dia belum tau persis jawabannya dia akan ngomong belum

Page 28: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

94

mengerti atau bingung sehingga dia sampai tau persis baru diskusinya

bisa dianggap selesai” (baris 72-77).

c. Memotivasi Diri

Menurut TH, Subjek dapat memotivasi dirinya dengan

mempunyai cita-cita.

“Dia punya cita-cita, dia sebutkan keinginannya dengan cukup jelas

bahwa dia ingin kuliah di ITB, nah itu membuat motivasi jangka

panjang secara garis besar, kemudian ketika dia merasa kehilangan

motivasi, dia berkata “saya sedang tidak motivasi belajar”, nah

kemudian kami berdiskusi, setelah diskusi, motivasinya naik” (baris

80-87).

Pada saat mengalami perasaan kecewa subjek hanya

mengatakannya kepada TH.

“Kekecewaan dia juga bilang saja” (baris 90).

Menurut TH, subjek bukanlah orang yang bersikap pasrah dalam

menghadapi masalah.

”Oh nggak, dia cukup gigih, dia akan berusaha sampai masalahnya

selesai, jadi dia akan bertanya, kalau dia ingin akan mencoba untuk

minta, bahkan berusaha memenuhi syarat dalam menggapai

keinginannya” (baris 93-98).

Menurut TH, saat subjek menghadapi kegagalan, subjek bersikap

santai saja.

”Kegagalannya sama seperti kekecewaannya, santai saja” (baris 105-

106).

Menurut TH, subjek mencoba mencari jalan keluar dalam

mengatasi masalah yang dihadapi oleh subjek dengan berkonsultasi

dengan orang tua, guru, buku dan internet.

Page 29: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

95

”Setelah diajak bicara sih, iya, akan cari jalan” (baris 110-111).

”Konsultasi dengan saya, teman, guru, buku, internet” (baris 114-

115).

d. Mengenali Emosi Orang Lain

Subjek dapat mengenali emosi orang lain, walaupun subjek

pernah salah dalam menafsirkan diam yang dilakukan oleh TH.

”Bisa, kadang terlalu hati-hati, sehingga kalau misalkan papanya

tiba-tiba diem, subjek akan bertanya kenapa, padahal kan diam bisa

cuma diam saja” (baris 118-121).

Apabila ada pendapat yang berbeda dengan subjek, maka subjek

akan mengajaknya berdiskusi.

“Saling diskusi, untuk orang-orang tertentu yang dikira tidak dapat

diberikan masukan maka ia tidak akan berpendapat dan berdebat”

(baris 125-128).

Subjek mampu mengerti perasaan orang lain hanya berdasarkan

ekspresi mukanya saja.

”Subjek bisa mengerti perasaan orang lain hanya berdasarkan

ekspresi mukanya saja” (baris 132-134).

e. Membina Hubungan dengan Orang Lain

Pada saat ada orang baru, terutama pada orang-orang yang lebih

tua, subjek bersikap diam dan menjawab bila ditanya.

”Dia akan diam saja, setelah di tanya baru dijawab” (baris 136-138).

”Selain di lingkungan kelas, ada kakak kelas, diskusi, chating, bergaul

dengan seumuran dan lebih tua tapi tidak beda jauh” (baris 141-143).

”Dia akan diem aja, setelah ditanya baru menjawab” (baris 147-148).

Page 30: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

96

Hubungan subjek dengan gurunya baik, karena menurut TH,

subjek tidak pernah berperilaku tidak baik.

”Hubungan subjek dengan gurunya, cukup baik, tidak pernah

berperilaku yang tidak bagus, mau bertanya ke gurunya” (baris 151-

153).

Menurut TH, hubungan subjek dengan baik, bahkan subjek sering

main ke rumahnya.

”Hubungan subjek dengan saudaranya juga baik, bahkan sering main

ke rumahnya” (baris 156-157).

c). Faktor-faktor yang menyebabkan kecerdasan emosi pada remaja

yang mengikuti kelas unggulan di SMPN 103 Jakarta

a. Guru

Menurut TH, subjek tidak diperhatikan oleh gurunya dan tidak

mempengaruhi subjek, walaupun subjek diberikan kebebasan oleh

gurunya dalam mengambil keputusan.

“Subjek tidak diperhatikan oleh E dan E tidak sedikitpun ada

pengaruh pada subjek terutama dalam pengambilan keputusan,

walaupun subjek diberikan kebebasan dalam membuat keputusan”

(baris 273-277).

Menurut cerita yang TH dengar dari subjek, tiba-tiba guru BPnya

memperhatikannya saat subjek mendapatkan nilai yang sangat rendah.

”Subjek menceritakan kepada saya saat wali kelasnya membagikan

nilai ujian, ia diberitahu bahwa sebenarnya nilainya harusnya ada

yang mendapatkan 10. Kemudian, tak lama setelah itu, guru BP

subjek memanggilnya, bertanya kenapa nilainya menurun dengan

drastis dan diminta untuk belajar dengan berkonsentrasi dan tenang.

Lalu, setelah subjek selesai bercerita, saya langsung meresponnya

Page 31: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

97

dengan mengatakan bahwa perkataan beliau itu benar dan semestinya

nilai subjek 10 semua, saya langsung mengambil hasil psikotes di

tempat bimbelnya yang memperlihatkan bahwa subjek kurang

motivasi dirinya” (baris 344-353).

Menurut TH, pembicaraan subjek dengan guru BPnya, membuat

subjek belajar lebih semangat.

“Yang saya liat sih......Subjek jadi lebih semangat belajar, bahkan

saat ia di dedera rasa kantuk, ia tetap memaksakan diri untuk

belajar” (baris 361-364).

b. Keluarga

Subjek dipengaruhi oleh orang tuanya dalam mengatasi

masalahnya, karena subjek menerima masukan dan menjadikannya

sebagai wawasannya.

“Ya, saya mempengaruhi subjek, karena sering diskusi, bila diterima

masukan dan wawasan berarti mempengaruhi. Kalau dia tidak terima

akan bertanya, kenapa harus dilakukan, dan mengapa itu penting”

(baris 159-163).

Tanggapan TH saat mendengarkan cerita subjek mengenai nilai

ujiannya dan respon yang subjek terima dari wali kelas dan E, hal ini

membuat subjek dapat memotivasi dirinya.

”Subjek menceritakan kepada saya saat wali kelasnya membagikan

nilai ujian, ia diberitahu bahwa sebenarnya nilainya harusnya ada

yang mendapatkan 10. Kemudian, tak lama setelah itu, guru BP

subjek memanggilnya, bertanya kenapa nilainya menurun dengan

drastis dan diminta untuk belajar dengan berkonsentrasi dan tenang.

Lalu, setelah subjek selesai bercerita, saya langsung meresponnya

dengan mengatakan bahwa perkataan beliau itu benar dan semestinya

Page 32: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

98

nilai subjek 10 semua, saya langsung mengambil hasil psikotes di

tempat bimbelnya yang memperlihatkan bahwa subjek kurang

motivasi dirinya” (baris 344-353).

“Yang saya liat sih......Subjek jadi lebih semangat belajar, bahkan

saat ia di dedera rasa kantuk, ia tetap memaksakan diri untuk

belajar” (baris 361-364).

Wawasan yang diberikan oleh TH dengan duduk, mendengarkan

musik meditasi, mencoba untuk merasakan dan membayangkan

perasaannya dan mengikhlaskannya, bila subjek merasakan emosi.

“Saya memintanya untuk duduk, mendengarkan musik meditasi,

merasakan perasaannya dan membayangkannya menjadi sebuah

bentuk, dan mengikhlaskannya dengan memberikan kasih sayang

kepada perasaan itu” (baris 312-317).

Orang tua subjek dalam menghadapi masalah dan menangani

masalah yakni dengan memikirkannya, menelaah, menanyakan ke

orang lain, sholat istikharah dan pasrah.

”Saya berpikir sendiri, kalau boleh tidak diselesaikan segera, akan

ditelaah, bertanya ke orang lain, istiharah dan pasrah” (baris 167-

169).

Pada saat subjek bosan, orang tuanya mengajaknya berbicara atau

menonton tv.

“Saat subjek bosan, ya diajak ngobrol, nonton tv” (baris 172-173).

Pada saat subjek menghadapi masalah, orang tuanya mengajaknya

berdiskusi.

“Pada saat subjek menghadapi masalah langsung diajak diskusi”

(baris 176-177).

Subjek diperhatikan oleh orang tuanya, dan hal itu mempengaruhi

subjek.

Page 33: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

99

”Ya, subjek saya perhatikan” (baris 180).

”Ya, karena diperhatikan, subjek jadi bisa mengendalikan emosinya”

(baris 183-184).

Subjek dapat mengekspresikan emosi secara bebas dalam keluarga

dan di dalam masyarakat, hal ini membuat subjek dapat berekspresi.

”Ya, subjek dapat mengekspresikan emosi secara bebas dalam

keluarga dan di dalam masyarakat” (baris 188-190).

”Jadi dapat berekspresi” (baris 193).

Subjek dilibatkan untuk ikut serta mengambil keputusan dalam

keluarga dan lingkungan sosial, dan pengaruhnya tergantung pada

kecerdasan emosi subjek.

”Tergantung, bila akan melakukan sesuatu yang dia ikut terlibat,

maka akan ditanya akan apa dan keputusan apa yang diambil” (baris

197-200).

”Tergantung kecerdasan emosi subjek” (baris 203-204).

Pola komunikasi yang di terapkan dalam keluarga subjek yaitu

adanya keterbukaan dan kepercayaan, hal ini dapat membuat subjek

jujur dan mau mengakui kesalahannya.

”Adanya keterbukaan juga kepercayaan” (baris 207-208).

”Bagus, membuat subjek jujur, dan mengakui kesalahannya” (baris

211-212).

Orang tua subjek mendukung keputusan subjek bila dibicarakan

terlebih dahulu, hal ini membuat subjek lebih percaya diri.

”Kalau dibicarakan dengan saya, ya, saya dukung keputusan

subjek” (baris 215-216).

“Ya, membuat dia lebih confidence lah” (baris 219-220).

Subjek diberikan kebebasan terbatas kepada untuk menentukan

keputusannya sendiri baik dalam lingkungan keluarga, sekolah

Page 34: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

100

maupun dalam lingkungan sosialnya sesuai kemampuannya, hal ini

membuat subjek dapat lebih enak dalam mengambil keputusan

mengenai dirinya dan hidupnya.

“Kebebasan terbatas, sesuai kemampuannya, kalau belum mampu

ya..tidak memberikan subjek kesempatan untuk mengambil

keputusan” (baris 226-229).

“Ya, dia jadi lebih enaklah dengan keputusannya, dirinya, dengan

hidupnya” (baris 232-233).

Subjek dipercaya oleh orang tuanya, hal itu membuat subjek jadi

percaya diri dan mempercayai orang lain.

“Ya, saya mempercayai subjek” (baris 235).

“Ya, dia jadi percaya diri, dan dia juga mempercayai saya gitu,

mempercayai...kami orang tuanya” (baris 238-240).

c. Pengalaman

Menurut TH, subjek akan memperbaiki kesalahannya yang

telah dia lakukan ataupun orang lain lakukan dan tidak akan

mengulanginya kembali.

“Subjek berusaha memperbaiki dan mencoba untuk tidak mengulangi

kesalahan yang telah dia dan orang perbuat” (baris 263-265).

d. Perlakuan tidak baik

Subjek selalu mendapatkan perlakuan yang baik di lingkungan

sekolah dan di rumah.

”Sejauh ini sih, kayaknya selalu diperlakukan baik di sekolah dan di

rumah” (baris 272-273).

Page 35: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

101

e. Budaya

Menurut TH, budaya subjek merupakan lingkungan yang

memberi kesempatan untuk memperoleh pengetahuan tanpa

memandang jenis kelamin serta strata sosial. Dan dalam budaya subjek

menurut TH, kemarahan harus disembunyikan, akan tetapi keluarga

subjek yang demokratis memberikan kesempatan untuk subjek marah,

dimana subjek diharuskan untuk menyampaikan marahnya dengan

cara yang santun dan sopan.

”Budaya subjek memandang setiap manusia selalu mempunyai

kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dengan cara belajar dan

tidak memandang jenis kelamin dan strata sosial” (baris 243-247).

“Jika subjek marah, kalau di keluarga subjek, agak berbeda dengan

lingkungan keluarga yang lain, lebih demokratis, sehingga kalau

marah, disampaikan saja dengan santun dan sopan, walaupun hal

demikian bertentangan dengan kebudayaan yang subjek anut, dimana

jika sedang marah sebisa mungkin ditutupi dengan senyum” (baris

251-258).

Page 36: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

102

3. SO 2

a. Identitas SO 2

Nama : E

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 28 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : S1

Jumlah Saudara : anak ke 3 dari 3 bersaudara

Hubungan dengan subjek : Guru BP subjek

b. Pelaksanaan dan hasil wawancara

1). Pelaksanaan wawancara

a). Wawancara hari pertama

Hari/Tanggal : Senin, 05 April 2010.

Waktu : 09.20-09.48 WIB.

Tempat : Sekolah subjek.

b). Wawancara hari kedua

Hari/Tanggal : Rabu, 14 April 2010.

Waktu : 09.20 WIB.

Tempat : Sekolah subjek.

2). Hasil wawancara

a). Latar belakang subjek

a. Keluarga

Subjek adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, dan significant

other dua tidak begitu sering berkomunikasi dengan subjek.

“Subjek anak ketiga dari tiga bersaudara” (baris 3-4).

Page 37: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

103

”Ga begitu sering ya berkomunikasi dengan subjek, karena saya,

megang enam kelas” (baris 7-9).

b. Pendidikan

Subjek bersekolah di TK Istiqomah, SD di Sudirman, dan SMP

di SMPN 103 Jakarta.

”Subjek bersekolah di TK Istiqomah, SD di Sudirman, dan SMP di

SMPN 103 Jakarta” (baris 12-14).

c. Status sosial

Di sekolah, subjek cukup dikenal.

“Subjek cukup dikenal di sekolah” (baris 17).

d. Kondisi ekonomi

Subjek berasal dari keluarga yang kondisi ekonominya cukup.

“Kondisi ekonomi keluarga subjek bercukupan” (baris 20-21).

e. Agama

Subjek beragama islam.

“ Islam” (baris 23).

Page 38: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

104

b).Ciri-ciri dan komponen-komponen kecerdasan emosi remaja yang

mengikuti kelas unggulan di SMPN 103 Jakarta

a. Mengenali Emosi Diri

Menurut E, subjek dapat menyadari perasaannya,

memberitahukan orang lain akan perasaan yang sedang ia hadapi.

“Subjek mampu menyadari perasaan yang sedang terjadi, ketika

subjek sedih dia akan terdiam sejenak lalu menceritakannya dan

meminta saran pada orang lain.” (baris 27-30).

“Saat perasaan subjek muncul, ya kalau ada tempat buat curhat ya

dia curhat ke orang lain, gitu” (baris 33-35).

b. Mengelola Emosi

Menurut E, subjek dapat mengelola perasaan yang ia rasakan

dengan bercerita.

“Cara subjek mengelola perasaan yang ia rasakan dengan bercerita

saja” (baris 42-43).

Menurut E, subjek bisa mengatasi perasaan yang dirasakan, dapat

menangani perasaan sehingga dapat mengungkapkannya dengan tepat

”Kayaknya ya, subjek dapat menangani perasaan subjek sehingga

perasaan subjek dapat terungkap dengan tepat” (baris 47-50).

Subjek dapat meredam perasaan marah dengan berdiam diri.

”Ketika dia marah, kita kasih masukan supaya marahnya gak

mengebu-gebu, sehingga amarahnya dapat diredam dan diam.” (baris

57-60).

”Paling ya marah-marah, kalau ada orang yang membuat subjek

kesal” (baris 64-65).

Page 39: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

105

Menurut E, subjek akan mencoba mencari pemecahan masalah

yang membingungkan.

”Subjek memecahkan masalah yang membingungkan dan menyulit-

kan dengan bertanya pada guru” (baris 72-74).

c. Memotivasi Diri

Subjek dapat memotivasi dirinya dengan belajar dari pengalaman-

pengalaman.

“Subjek memotivasi dirinya.. Ya belajar dari pengalaman-

pengalaman” (baris 77-78).

Pada saat mengalami perasaan kecewa subjek bersikap diam saja.

“Subjek akan diam saja saat mengalami kekecewaan” (baris 81-82).

Subjek tidak bersikap pasrah dalam menghadapi masalah.

”Gak, subjek gak bersikap pasrah dalam menghadapi masalah”

(baris 85-86).

Subjek menghadapi kegagalannya dengan menceritakan dan

bertanya kepada gurunya.

”Subjek menghadapi kegagalannya, ya dia cerita, tanya ke gurunya”

(baris 96-97).

Menurut E, subjek dapat memandang optimis terhadap hidup dan

masa depannya, ketika sedang sedih.

”Iya, subjek masih merasa optimis terhadap hidup dan masa

depannya” (baris 101-102).

Menurut E, subjek akan mencoba mencari jalan keluar dalam

mengatasi masalah yang dihadapi oleh subjek dengan mencari

informasi melalui guru-guru yang membuat subjek merasa dekat.

Page 40: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

106

”Subjek mengatasi berbagai hambatan yang dihadapinya dengan

mencari informasi dengan bertanya dengan guru-gurunya yang

merasa dekat ya tentunya” (baris 109-113).

d. Mengenali Emosi Orang Lain

Subjek dapat mengenali emosi orang lain. Subjek menyadari bila

ada temannya yang sedang sedih, mengahmpirinya dan mengajaknya

berbicara.

”Subjek dapat mengenali emosi orang lain” (baris 116-117).

”Ya, subjek menyadari bila ada temannya yang sedang sedih (baris

123-124).

”Yang saya lihat sih...Subjek akan menghampirinya, berbicara

dengan temannya” (baris 335-336).

Apabila ada pendapat yang berbeda dengan subjek, maka subjek

akan mengajak untuk bertukar pikiran

”Bertukar pikiran, kamu maunya apa, aku maunya apa, ya begitulah”

(baris 132-133).

e. Membina Hubungan dengan Orang Lain

Pada saat ada orang baru, terutama pada orang-orang yang lebih

tua, subjek akan berusaha berkenalan dengan bertanya siapa namanya,

”Ketika subjek harus bertemu dengan orng-orang baru, maka dia

berusaha kenal” (baris 140-141).

”Subjek memulai pembicaraan dengan orang baru dengan

menanyakan siapa namanya” (baris 144-146).

Subjek mempunyai banyak teman, E bahkan tidak dapat

menyebutkannya, saking banyaknya temannya subjek.

Page 41: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

107

”Teman-teman subjek ada banyak, tidak bisa disebutkan satu

persatu” (baris 149-150).

”Ya, teman-teman subjek sering bercerita padanya” (baris 159-160).

Menurut E, hubungan subjek dengan gurunya baik. Hal ini

terlihat saat subjek bertanya kepada guru-gurunya.

”Hubungan subjek dengan gurunya, baik” (baris 163-164).

”Subjek mengatasi berbagai hambatan yang dihadapinya dengan

mencari informasi dengan bertanya dengan guru-gurunya yang

merasa dekat ya tentunya” (baris 109-113).

Menurut E, hubungan subjek dengan orang tuanya baik. Dan dari

cerita yang E dengar dari subjek, subjek sering berdiskusi sama TH.

”Hubungan subjek dengan orang tuanya, baik” (baris 167-168).

”Subjek pernah bercerita mengenai ayahnya, ia selalu bercerita dan

berdiskusi dengan ayahnya saat ada masalah di rumah dan di

sekolah” (baris 340-343).

c). Faktor-faktor yang menyebabkan kecerdasan emosi pada remaja

yang mengikuti kelas unggulan di SMPN 103 Jakarta

a. Guru

Subjek tidak dipengaruhi oleh guru BPnya. Pada saat subjek

bosan, guru BPnya mengajaknya berbicara. Pada saat subjek

menghadapi masalah, guru BPnya mengajaknya berdiskusi.

“Nggak, saya nggak mempengaruhi subjek” (baris 170-171).

“Ditanya aja, ada apa, ngajak ngorbol” (baris 179-180).

“Saat subjek menghadapi masalah, saya akan membantunya dengan

diskusi” (baris 183-184).

Page 42: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

108

Subjek tidak terlalu diperhatikan oleh guru BPnya, dan hal itu

tidak mempengaruhi subjek.

”Saya tidak terlalu memperhatikan subjek” (baris 187-188).

”Tidak mempengaruhi subjek” (baris 191).

Setelah mendapatkan laporan dari wali kelasnya subjek, saya

memanggilnya ke ruangan saya untuk mengajaknya berdiskusi

mengenai nilainya.

”Saya mendapatkan laporan dari wali kelasnya bahwa nilainya

menurun, jadi saya memanggilnya dan memintanya untuk belajar

lebih tenang dan konsentrasi” (baris 329-332).

Subjek dapat mengekspresikan emosi secara bebas di sekolah,

hal ini membuat subjek dapat berekspresi.

”Ya, subjek dapat mengekspresikan emosi secara bebas dalam

lingkungan sekolahnya” (baris 195-197).

Subjek dilibatkan untuk ikut serta mengambil keputusan dalam

sekolah, dan berpengaruh pada subjek.

”Ya, subjek dilibatkan untuk ikut serta mengambil keputusan dalam

lingkungan sekolah” (baris 204-206).

”Pengaruhnya, subjek jadi merasa dihargai saja” (baris 209-210).

Pola komunikasi yang di terapkan oleh guru BP subjek yaitu

adanya kesetaraan antara guru dan murid, hal ini dapat membuat

subjek merasa diperhatikan saja.

”Menjadikan saya bukan hanya sebagai guru saja tapi juga merasa

sebagai teman” (baris 213-215).

”Pengaruhnya, subjek jadi merasa diperhatikan aja” (baris 218-

219).

Page 43: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

109

Guru BP subjek mendukung keputusan subjek bila keputusannya

itu baik, hal ini membuat subjek lebih percaya diri.

”Kalau keputusannya baik ya kita dukung, kalau nggak ya nggak.”

(baris 222-223).

“Ya, kadang ia mau terima kadang juga tidak, ya tergantung

anaknya.” (baris 226-227).

Subjek diberikan kebebasan terbatas kepada untuk menentukan

keputusannya sendiri baik dalam lingkungan keluarga, sekolah

maupun dalam lingkungan sosialnya sesuai kemampuannya, hal ini

membuat subjek dapat lebih enak dalam mengambil keputusan

mengenai dirinya dan hidupnya.

“Ya, saya memberikan kebebasan kepada subjek untuk menentukan

keputusannya sendiri” (baris 233-235).

“Dengan saya memberikan kebebasan kepada subjek membuat

subjek merasa tidak terlalu terkekang, dapat menemukan jati

dirinya.” (baris 238-241).

b. Keluarga

Menurut E, subjek diperhatikan dan dipercaya oleh TH,

dipengaruhi oleh keluarganya dalam mengekspresikan dan menangani

emosi serta menyelesaikan masalah-masalahnya sesuai dengan

kemampuannya.

”Dari cerita subjek mengenai keluarganya, subjek dipengaruhi oleh

keluarganya, ia diperhatikan dan dipercaya oleh ayahnya, diajarkan

untuk mengendalikan amarah dan memberikan solusi dalam

menangani masalah yang ia hadapi sesuai kemampuan usia subjek”

(baris 290-296).

Page 44: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

110

c. Pengalaman

Menurut E, saat subjek dihadapkan oleh suatu masalah yang

pernah dihadapi subjek atau orang di sekitarnya, subjek akan mencoba

untuk mencari informasi dari guru terdekatnya, baru mengatasi

masalahnya.

“Subjek termasuk orang yang benar-benar mempertimbangkan segala

hal, oleh karena itu, jika ia melakukan kesalahan, maka ia tidak cukup

mengetahui dari pengalaman diri dan orang lain, tapi juga

membutuhkan informasi dari guru yang dekat sama subjek, baru

berusaha untuk merubah keadaan” (baris 266-273).

d. Perlakuan tidak baik

Subjek menaati peraturan di sekolahnya, sehingga tidak pernah

mendapatkan perlakuan tidak baik baik di lingkungan sekolah. Subjek

tidak pernah bercerita kepada E mengenai perlakuan yang tidak baik di

lingkungan rumahnya.

“Menurut saya, subjek sama seperti siswa lain di sekolah, menaati

peraturan, sehingga tidak pernah diperlakukan tidak baik di sekolah”

(baris 271-272).

“Selama ini subjek tidak pernah memberikan keluhan jika ia

diperlakukan tidak baik di lingkungan rumah”(baris 275-276).

e. Budaya

Menurut E, kebudayaan yang subjek anut, memandang persamaan

antara pria dan wanita dalam memperoleh kesempatan belajar dan

pengambilan keputusan, serta amarah tidak boleh ditampakkan dan

ditutupi dengan tersenyum.

Page 45: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

111

”Dalam kebudayaan yang dianut oleh subjek, ada kesamaan dalam

memperoleh kesempatan belajar, untuk pengambilan keputusan itu

tidak ada bedanya antara pria dan wanita” (baris 251-255).

“Dalam budaya yang subjek anut, kemarahan tidak boleh

ditampakkan dan menutupi kemarahan dengan tersenyum” (baris

259-261).

Page 46: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

112

B. Analisis

1. Analisis Biografi Subjek

Tabel 3

Rangkuman biografi subjek

Tahun Peristiwa Penghayatan

2000 Subjek diberi boneka

oleh kakaknya, sepeda

roda empat oleh

ayahnya, serta mainan

yang banyak yang

diberi oleh ibu dan

neneknya, saat subjek

berulang tahun yang

ketiga.

Subjek merasa sangat

senang karena hadiah

yang begitu banyak

2001 Masuk TK. Subjek merasa pe-

nasaran sekaligus

senang.

2002 Merayakan ulang

tahun yang ke empat.

Subjek merasa senang.

2002 Mengikuti lomba

menari dan

menggambar di Ancol,

walaupun tidak

menang lomba.

Subjek merasa senang

bisa mewakili

sekolahnya dalam

perlombaan

2002 Subjek sering disuruh-

suruh ama teman-

temannya saat

bermain.

Subjek merasa senang

disuruh oleh teman-

temannya.

2002 Lulus TK. Subjek merasa sedih

karena harus berpisah

dengan teman-

temannya.

2003 Masuk SD. Subjek merasa senang.

2003 Ikut jemputan untuk

pertama kalinya.

Subjek merasa kesal.

Page 47: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

113

Tahun Peristiwa Penghayatan

2006 Ditawari masuk kelas

askselerasi.

Subjek merasa ragu

untuk mengikuti kelas

akselerasi.

2007 Waktu kelas 5 SD,

mendapat peringkat

dan masuk ke dalam

rangking tiga besar.

Subjek merasa bahagia

karena mendapat tiga

besar.

2008 Lulus SD. Subjek merasa senang

dan bersyukur.

2010 Diterima di kelas

unggulan utama di

SMPN 103.

Subjek merasa bahagia

karena diterima di

kelas unggulan utama,

tetapi subjek merasa

harus berusaha lebih

giat lagi dalam belajar,

karena subjek harus

mempertahankan

prestasinya di kelas,

menghadapi

persaingan dengan

teman-temannya, serta

menyelesaikan

masalah-masalah yang

dihadapinya.

2010 Juara Story telling se-

Kecamatan.

Subjek merasa bahagia

dan bangga karena

dapat membanggakan

sekolah dan

keluarganya.

Page 48: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

2. Analisis Kasus

a). Ciri-ciri dan Komponen-komponen Kecerdasan Emosi

Tabel 4

Ciri-Ciri dan Komponen-Komponen Kecerdasan Emosi

Ciri Subjek Significant Other

1

Significat Other

2

Kesimpulan

Mengenali

Emosi Diri

Subjek menyadari,

merasakan saat sedang

sedih, memberitahukan

orang terdekat tentang apa

yang dirasakan dan

meminta bantuan bila

perlu.

Subjek memper-

lihatkan perasaan-

nya, menyatakan

perasaanya dan me-

minta saran bila

merasa perlu.

Subjek mampu

menyadari

perasaan yang

sedang terjadi,

ketika subjek

sedih dia akan

terdiam sejenak

lalu men-

ceritakannya dan

meminta saran

pada orang lain

setelah ada kesempatan.

Terdapat

kesesuaian

pernyataan antara

subjek, significant

other satu dan dua

bahwa :

Subjek dapat

menyadari

perasaannya,

memberitahu-

kan orang lain

akan perasaan yang sedang ia

hadapi.

Subjek akan

meminta

nasihat bila

perlu.

114

Page 49: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

Ciri Subjek Significant Other

1

Significat Other

2

Kesimpulan

Mengelola

Emosi Subjek mencoba untuk

meredam amarahnya

dengan berdiam diri.

Subjek dapat mengungkapkan

perasaannya.

Subjek berusaha untuk

tidak tersinggung dengan

perkataan orang lain

Apabila ada masalah

yang membingungkan,

maka subjek akan

mencoba untuk mencari

tahu permasalahannya

dan mencoba untuk me-nyelesaikannya.

Subjek akan

menunjukkan

wajah dan

sikapnya ketika sedang marah.

Subjek

mengatakan

amarahnya dan

menceritakan

alasannya,

Subjek akan

bertanya bila ada

masalah yang

membuatnya

bingung.

Subjek

mengelola

perasaannya

dengan meng- ekspresikan

amarahnya,

bercerita,

sehingga dapat

terungkap

dengan tepat.

Subjek

diberikan

masukan untuk

meredam

amarahnya.

Subjek akan

bertanya

kepada guru

yang dekat

dengannya bila

ada masalah

yang

membuatnya

bingung

Terdapat

ketidaksesuaian

pernyataan antara

subjek, significant other satu dan dua

tentang mengelola

perasaan marah

yang dirasakan.

Terdapat

kesesuaian

pernyataan antara

subjek, significant

other satu dan dua

tentang :

Subjek dapat menangani

perasaan

sehingga dapat

meng-

ungkapkannya

dengan tepat.

Subjek mencoba

mencari

pemecahan

masalah yang

membingungkan.

115

Page 50: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

Ciri Subjek Significant Other

1

Significat Other

2

Kesimpulan

Memotivasi

Diri

Subjek memotivasi

dirinya dengan

berkeinginan untuk

membahagiakan orang

tuanya.

Saat kecewa subjek akan mencari kesibukan lain

Subjek akan berusaha

memperbaiki kegagalan.

Walau sedang sedih,

subjek tetap optimis

terhadap hidup dan masa

depan.

Subjek mengatasi

hambatan yang dihadapi

dengan mencoba untuk

mencari jalan keluarnya dari orang tua, guru,

teman, buku dan internet.

Subjek

mempunyai cita

cita berkuliah di

ITB.

Subjek bersikap

santai dalam menghadapi

kekecewaan,

kegagalan.

Subjek tidak

pasrah dengan

masalah yang

dihadapi dan

berusaha

menyelesaikan

masalahnya dan

bertanya kepada orang tua, guru,

teman.

Subjek

memotivasi

dirinya dengan

belajar dari

pengalaman.

Saat mengalami

kekecewaan

subjek akan

diam.

Subjek tidak

pasrah dalam

menghadapi

masalah.

Subjek

menghadapi

kegagalannya dengan

bercerita dan

bertanya pada

gurunya.

Terdapat

kesesuaian

pernyataan antara

subjek, significant

other satu dan dua

bahwa :

Subjek dapat

memotivasi

dirinya dengan

berkeinginan dan

bercita cita, serta

belajar dari

pengalamannya.

Subjek dapat

memandang

optimis ketika

sedang sedih.

116

Page 51: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

Ciri Subjek Significant Other

1

Significat Other

2

Kesimpulan

Memotivasi

Diri

Subjek

merasa

optimis

terhadap

hidup dan

masa

depannya.

Subjek

mengatasi

hambatan

dengan

mencari

informasi ke

guru-gurunya

yang merasa

dekat.

Mencoba

mencari jalan

keluar dalam

mengatasi

masalah yang

dihadapi oleh

subjek dengan mencari

informasi dari

orang tua,

guru, buku

dan internet.

Mengenali

emosi orang

lain

Subjek mencoba untuk

membantu temannya yang sedang bersedih

dengan membantunya

menyelesaikan

masalahnya,

menceritakan hal yang

lucu,

Apabila ada pendapat

yang berbeda, subjek

akan mengemukakan

Subjek hati-hati

dalam mengenali

emosi orang

lain dan

menanyakan

orang tersebut

tentang

emosinya bila

perlu.

Subjek dapat

mengenali dan

menyadari

emosi orang

lain.

Apabila ada

yang berbeda

pendapat,

subjek akan

bertukar

Terdapat

kesesuaian pernyataan antara

subjek, significant

other satu dan dua

bahwa :

Subjek dapat

mengenali

emosi orang

lain

.

117

Page 52: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

Ciri Subjek Significant Other

1

Significat Other

2

Kesimpulan

Mengenali

emosi orang

lain

pendapatnya dan

memusyawarahkannya

Subjek dapat mengerti

perasaan orang lain hanya berdasarkan

ekspresi mukanya saja.

Subjek akan

berdiskusi pada

orang yang

berbeda pendapat bila

orang tersebut

mau

mendengarkan-

nya.

Subjek bisa

mengerti

perasaan orang

lain hanya

berdasarkan

ekspresi muka.

pikiran dan

mencari jalan

tengah.

Apabila ada

pendapat yang

berbeda

dengan subjek, subjek

akan bertukar

pikiran,

tergantung

dari

individunya

apakah dapat

diajak diskusi

Membina

hubungan

dengan orang

lain

Subjek mengajak

berkenalan dengan

menanyakan identitas

pada orang yang baru

ditemuinya

.

Subjek

bersikap lebih

pendiam dan

menjawab bila

bertemu dengan

orang baru,

Subjek akan

berusaha

mengenal

orang baru

dengan

menanyakan

namanya.

Terdapat

ketidaksesuaian

pernyataan antara

subjek, significant

other satu dan dua,

dimana subjek

akan mengajak

berkenalan bila

bertemu dengan

oran baru,

118

Page 53: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

Ciri Subjek Significant Other

1

Significat Other

2

Kesimpulan

Membina

hubungan

dengan orang

lain

Subjek memiliki

banyak teman.

Ketika harus berada dalam kelompok

dengan usia yang lebih

tua membuat subjek

senang dan mau

bertanya.

Hubungan dengan

gurunya, saudaranya

dan orang tuanya baik

Subjek

berteman

dengan kakak

kelas, teman seumuran dan

lebih tua yang

tidak jauh dari

usianya.

Hubungan

subjek dengan

gurunya cukup

baik dan tidak

pernah

berperilaku

tidak baik.

Hubungan

dengan

saudaranya

baik.

Subjek

mempunyai

banyak teman.

Hubungan subjek dengan

gurunya dan

orang tuanya

baik.

sedangkan

menurut

significant other

satu,subjek akan bersikap diam saat

bertemu dengan

orang baru, dan

menurut

significant other

dua, subjek akan

berusaha untuk

mengenal orang

yang baru di

kenalnya.

Terdapat

kesesuaian

pernyataan antara

subjek, significant

other satu dan dua

bahwa :

Subjek

mempunyai

banyak teman.

Hubungan

subjek dengan gurunya,

saudaranya dan

orang tuanya

baik.

11

9

Page 54: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

120

Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek dan significant

other satu dan dua, dapat diketahui bahwa subjek memiliki ciri-ciri

dan komponen-komponen yang termasuk dalam kategori cerdas

secara emosi, yakni

1. Subjek dapat mengenali emosi diri dengan menyadari

perasaannya, memberitahukan orang lain akan perasaan yang

sedang ia hadapi, serta meminta nasihat bila perlu.

2. Subjek dapat mengelola emosi, karena subjek dapat menangani

perasaan sehingga dapat mengungkapkannya dengan tepat.

3. Subjek dapat memotivasi dirinya dengan berkeinginan dan bercita

cita, serta belajar dari pengalamannya, memandang optimis ketika

sedang sedih, mencoba mencari jalan keluar dalam mengatasi

masalah yang dihadapi oleh subjek dengan mencari informasi dari

orang tua, guru, buku dan internet.

4. Subjek dapat mengenali emosi orang lain dan menghargai

pendapat orang lain yang berbeda dengan subjek, dengan cara

bertukar pikiran, tergantung dari individunya apakah dapat diajak

diskusi.

5. Subjek dapat membina hubungan dengan orang lain yakni dengan

cara berusaha mengajak berkenalan pada saat ada orang baru,

mempunyai banyak teman, serta memiliki hubungan yang baik

dengan gurunya, saudaranya dan orang tuanya.

Page 55: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

b). Faktor-faktor yang Menyebabkan Kecerdasan Emosi

Tabel 5

Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi

Faktor Subjek Significant Other

1

Significat Other

2

Kesimpulan

Guru Subjek

dipengaruhi oleh

guru BPnya

dalam membina

hubungan dengan

orang lain.

Subjek

dibebaskan dalam

membuat, mengambil atau

memilih sesuai

keputusan yang

diinginkan.

Subjek

diperhatikan oleh

guru BPnya

setelah mendapat

nilai rendah.

Subjek tidak terlalu

diperhatikan oleh

guru BPnya.

Subjek diberikan

kebebasan oleh

gurunya dalam

mengambil

keputusan.

Subjek diperhatikan so2 saat nilainya

turun, dan hal ini

membuat subjek

jadi termotivasi

untuk belajar.

Subjek tidak diperhatikan,

namun setelah mendapatkan

informasi dari wali kelasnya

subjek, subjek jadi

diperhatikan.

Subjek dibebaskan untuk

membuat, mengambil atau

memilih sesuai dengan

keputusan yang baik.

Terdapat kesesuaian peryataan antara subjek, significant

other dua bahwa :

Subjek dipengaruhi oleh guru BPnya.

Subjek dibebaskan dalam membuat, mengambil atau

memilih sesuai keputusan yang diinginkan.

12

1

Page 56: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

Faktor Subjek Significant Other

1

Significat Other

2

Kesimpulan

Keluarga

Subjek

dipengaruhi

orang tunya

dalam

menangani

masalah.

Subjek dibantu oleh orang tua

dan saudaranya

dalam

menyelesai-

kan masalah,

Subjek

dibimbing oleh

orang tua dan

saudaranya

dalam

mengenali emosi dan cara

mengendalikan

nya.

Subjek dipengaruhi

oleh orang tuanya.

Dimana orang tua

subjek dalam

menghadapi masalah

dan menangani

masalah yakni dengan memikirkannya, me-

nelaah, menanyakan

ke orang lain,

istiharah dan pasrah.

Subjek diperhatikan

oleh orang tuanya dan

menyebabkan subjek

dapat mengendalikan

emosinya.

Subjek dapat

mengekspresikan emosinya di

lingkungan keluarga

dan sekitar.

Subjek dilibatkan

mengambil keputusan

dalam keluarga dan

keputusannya

didukung,

Subjek diperhatikan dan

dipercaya oleh TH.

Subjek dipengaruhi oleh

keluarganya dalam

mengekspresikan dan

menangani emosi.

Subjek dipengaruhi oleh keluarganya dalam

menyelesaikan masalah-

masalahnya sesuai dengan

kemampuannya.

Terdapat kesesuaian pernyataan antara subjek, significant

other satu dan dua bahwa :

Subjek dipengaruhi orang tuanya dalam menangani

masalah.

Subjek diperhatikan oleh orang tuanya.

Subjek dapat mengekspresikan emosi secara bebas

dalam keluarga dan masyarakat.

Subjek dilibatkan untuk ikut serta mengambil keputusan

dalam keluarga dan lingkungan sosial.

Pola komunikasi yang di terapkan dalam keluarga

subjek yaitu adanya keterbukaan dan kepercayaan, hal

ini dapat membuat subjek jujur dan mau mengakui

kesalahannya.

Orang tua Subjek mendukung keputusan subjek bila

dibicarakan terlebih dahulu.

Subjek diberikan kebebasan terbatas kepada untuk

menentukan keputusannya sendiri baik dalam

lingkungan keluarga, sekolah maupun dalam lingkungan sosialnya sesuai kemampuannya.

12

2

Page 57: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

Faktor Subjek Significant Other

1

Significat Other

2

Kesimpulan

Keluarga

Subjek dibantu

oleh orang

tuanya untuk

memilih solusi

yang terbaik

dari masalah yang dihadapi

Pola komunikasi

yang diterapkan

yakni adanya

keterbukaan dan

kepercayaan yang

membuat subjek jujur dan mengakui

kesalahannya,

Subjek diberikan

kebebasan yang

terbatas dalam

mengambil

keputusan sesuai

dengan

kemampuannya,

Subjek dipercaya

dan membuatnya dapat mempercayai

orang lain.

12

3

Page 58: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

Faktor Subjek Significant Other

1

Significat Other

2

Kesimpulan

Pengalaman

Subjek berusaha

melakukan

yang lebih baik

daripada

sebelumnya.

Subjek akan mencoba untuk

melakukan yang

lebih baik daripada

sebelumnya.

Subjek tidak akan mengulang kesalahan yang

sama dan melakukan yang

terbaik.

Terdapat kesesuaian pernyataan antara subjek, significant other satu dan dua bahwa pada saat subjek mengalami

masalah yang pernah dihadapinya dahulu atau yang pernah

dihadapi oleh orang disekitarnya, subjek berusaha untuk

melakukan yang lebih baik daripada sebelumnya.

Perlakuan

yang tidak

baik

Subjek tidak

pernah

diperlakukan

tidak baik di

lingkungan rumah dan

sekolahnya.

Subjek tidak pernah

diperlakukan tidak

baik di lingkungan

rumah dan

sekolahnya.

Subjek tidak pernah

diperlakukan tidak baik di

lingkungan rumah dan

sekolahnya.

Terdapat kesesuaian pernyataan antara subjek, significant

other satu dan dua bahwa Subjek tidak pernah diperlakukan

tidak baik di lingkungan rumah dan sekolahnya.

Budaya

Subjek

memandang

sama pria dan

wanita

Persamaan dalam

memperoleh

kesempatan belajar

dan mengambil

keputusan antara

pria dan wanita.

Ada kesamaan dalam

memperoleh kesempatan

belajar dan mengambil

keputusan.

Terdapat kesesuaian pernyataan antara subjek, significant

other satu dan dua bahwa dalam budaya subjek, pria dan

wanita dipandang sama untuk mendapatkan kesempatan

belajar dan mengambil keputusan.

12

4

Page 59: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

Faktor Subjek Significant Other

1

Significat Other

2

Kesimpulan

Budaya

Tidak

diperbolehkan

menampak-kan

kalau sedang

marah.

Menutupi amarah

dengan tersenyum,

walau penerapan

dalam keluarga

amarah

disampaikan dengan

santun.

Menutupi kemarahan

dengan tersenyum.

Terdapat kesesuaian pernyataan antara subjek, significant

other satu dan dua bahwa dalam budayanya subjek,

kemarahan tidak boleh ditampakkan dan menutupi

kemarahan dengan tersenyum.

12

5

Page 60: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

126

Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek dan significant other, dapat

diketahui bahwa perkembangan kecerdasan emosi subjek dipengaruhi oleh faktor :

1). Keluarga

Kecerdasan emosi subjek dipengaruhi orang tuanya dalam menangani

masalah karena subjek diperhatikan dan dibimbing oleh orang tuanya saat

menghadapi masalah.

Subjek dapat mengekspresikan emosi secara bebas dalam keluarga dan

masyarakat, sehingga subjek dapat mengungkapkan emosinya secara tepat.

Subjek dilibatkan untuk ikut serta mengambil keputusan dalam keluarga dan

lingkungan sosial tergantung sejauh mana subjek dapat mengatasinya.

Pola komunikasi yang di terapkan dalam keluarga subjek yaitu adanya

keterbukaan dan kepercayaan, hal ini dapat membuat subjek jujur dan mau

mengakui kesalahannya.

Orang tua Subjek mendukung keputusan subjek bila dibicarakan terlebih

dahulu, hal ini membuat subjek nyaman berada di lingkungan keluarganya.

2). Guru

Kecerdasan emosi subjek dipengaruhi oleh guru BPnya, karena

perkataannya kepada subjek membuat subjek jadi termotivasi dalam belajar.

Guru BP subjek mendukung keputusan subjek bila keputusan itu baik, hal

ini membuat subjek jadi lebih percaya diri.

Guru BPnya subjek memberikan kebebasan kepada subjek untuk mengambil

keputusan.

Page 61: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

127

C. Pembahasan

1. Ciri-ciri dan Komponen-komponen Kecerdasan Emosi

Berdasarkan data dari subjek dan significant other, subjek memiliki

kecerdasan emosi yang cukup baik, karena pada subjek ditemukan beberapa

ciri-ciri dan komponen-komponen kecerdasan emosi, yaitu mengenali emosi

diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan dapat

membina hubungan dengan orang lain.

Ciri-ciri dan komponen-komponen kecerdasan emosi tersebut sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh Goleman (2004) yaitu

a. Mengenali emosi diri atau kesadaran diri (self-awareness)

Kesadaran diri adalah kemampuan seseorang untuk mengenali

perasaan diri sendiri sewaktu perasaan itu timbul. Hal ini menyebabkan

individu menyadari emosi yang sedang dialami serta mengetahui

penyebab emosi tersebut terjadi serta memahami kualitas, intensitas, dan

durasi emosi yang sedang berlangsung. Kesadaran akan intensitas emosi

memberi informasi mengenai besarnya pengaruh kejadian tersebut pada

individu. Intensitas yang tinggi cenderung memotivasi individu untuk

bereaksi sedangkan intensitas emosi yang rendah tidak banyak

mempengaruhi individu secara sadar. Kesadaran akan durasi emosi yang

berlangsung membuat individu dapat berpikir dan mengambil keputusan

yang selaras dalam mengungkapkan emosinya.

Subjek dapat mengenali emosinya dan mengungkapkannya dengan

memberitahukan kepada orang lain akan perasaan yang sedang dihadapi.

b. Mengelola emosi atau pengendalian diri (self-control)

Mengelola emosi atau pengendalian diri berarti menangani perasaan

agar dapat terungkap dengan tepat, sehingga terjadi keselarasan antara

emosi dan lingkungan. Dengan kata lain, individu dapat mengungkapkan

Page 62: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

128

emosinya dengan kadar yang tepat pada waktu yang tepat dengan cara

yang tepat (Aristoteles dalam Goleman, 2004). Tujuan pengendalian diri

adalah keseimbangan emosi bukan menekan emosi, karena setiap perasaan

memiliki nilai dan makna tersendiri.

Subjek dapat mengatasi perasaannya, menanganinya, mengungkap-

kannya kepada orang lain, dapat meredam perasaan marahnya, mencoba

untuk mencari pemecahan dari masalah yang membuat subjek bingung.

c. Memotivasi diri (self-motivation)

Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui :

1). Cara mengendalikan dorongan hati

Semua emosi, sesuai dengan sifatnya membawa pada salah satu

dorongan untuk bertindak. Setelah individu dapat menguasai dorongan

hati tersebut, mereka mampu membaca situasi sosial dimana

penundaan akan memberi manfaat lebih, mereka juga mampu

mengacak perhatian agar tidak selalu berpusat pada godaan yang

dihadapi, dan mampu menghibur diri selama mempertahankan

kegigihan yang diperlukan untuk meraih sasaran.

2). Derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang

Orang yang pintar mengatur emosi dapat memanfaatkan kecemasan

antisipasi, misalnya bila akan berpidato atau mau ujian, untuk

memotivasi diri guna mempersiapkan diri baik-baik, sehingga dapat

melakukannya dengan sempurna.

3). Harapan

Harapan adalah lebih dari pandangan yang optimis bahwa segala

sesuatunya akan menjadi beres, mempunyai harapan berarti seseorang

tidak akan terjebak dalam kecemasan, bersikap pasrah, atau depresi

dalam menghadapi sulitnya tantangan atau kemunduran.

Page 63: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

129

4). Optimisme

Seligman (dalam Goleman, 2004) orang yang optimis menganggap

kegagalan disebabkan oleh sesuatu yang dapat diubah sehingga

mereka dapat berhasil pada masa-masa mendatang.

5). Keadaan flow (mengikuti aliran)

Keadaan flow yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya

tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya

terfokus pada satu objek. Dalam flow, emosi tidak hanya ditampung

dan disalurkan tetapi juga bersifat mendukung, memberi tenaga, dan

selaras dengan tugas yang sedang dihadapi.

Subjek memotivasi dirinya dengan mencoba memperbaiki kegagalan

dan mengulang kembali, tidak bersikap pasrah, memandang optimis

terhadap hidup dan masa depan.

d. Mengenali emosi orang lain (empati)

Mengenali emosi berarti kemampuan untuk menangkap sinyal-sinyal

sosial secara tersembunyi yang mengisyaratkan hal-hal yang dibutuhkan

atau dikehendaki orang lain atau lebih dikenal dengan empati. Empati

dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada

emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca

perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan

diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu

menghormati perasaan orang lain.

Subjek dapat mengenali emosi orang lain, membantu temannya yang

sedih dengan membantunya melupakan masalahnya, menyelesaikan

masalahnya, serta menceritakan hal-hal lucu, bermusyawarah apabila ada

yang berbeda pendapat dengan subjek.

Page 64: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

130

e. Membina hubungan dengan orang lain atau keterampilan sosial (social

skill)

Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan

keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan

dengan orang lain. Untuk menangani emosi orang lain dibutuhkan dua

keterampilan emosi yaitu pengendalian diri dan empati. Dengan landasan

ini keterampilan berhubungan dengan orang lain akan menjadi matang

atau tidak akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. Kemampuan

ini memungkinkan seseorang membentuk suatu hubungan untuk

menggerakkan dan mengilhami orang lain, membina kedekatan hubungan,

meyakinkan, mempengaruhi dan membuat orang lain merasa nyaman.

Apabila individu tidak memiliki keterampilan-keterampilan semacam ini

dapat menyebabkan seseorang seringkali dianggap angkuh, mengganggu

atau tidak berperasaan.

Subjek memiliki banyak teman dan mempunyai hubungan yang baik

dengan orang tua, saudara, guru, dan teman-temannya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosi

Berdasarkan data dari subjek dan significant other satu dan dua,

ditemukan bahwa keluarga dan guru yang mempengaruhi kecerdasan emosi

subjek.

Faktor-faktor tersebut tidak sesuai dengan faktor-faktor yang

dikemukakan Goleman (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan

emosional adalah

a. Keluarga

Kehidupan keluarga merupakan hal yang paling berpengaruh dalam

membangun kecerdasan emosi. Keluarga merupakan sekolah pertama

untuk mempelajari emosi. Orang tua yang kecerdasan emosinya tinggi

Page 65: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

131

akan menguntungkan anak, karena orang tua dapat memilih tindakan-

tindakan dan pola asuh yang sesuai bagi anak untuk meningkatkan

kecerdasan emosi anak.

Subjek dibantu oleh keluarganya untuk menyelesaikan masalahnya,

dibimbing dalam mengenali emosi dan cara mengendalikannya.

b. Pengalaman

Semakin anak bertambah dewasa, semakin sedikit waktu yang

dihabiskan dalam keluarga. Pengalaman-pengalaman di luar rumah akan

memperkaya kecerdasan emosi anak. Hal-hal yang ditemui di luar rumah

ada yang dapat meningkatkan atau justru mengurangi kecerdasan emosi.

Teori Bandura mengenai belajar sosial mengatakan seseorang akan

mempelajari perannya dalam kontak sosial (dalam Sarwono, 2004).

Subjek berusaha menyelesaikan masalahnya dengan lebih baik

berdasarkan pengalaman diri dan orang disekitarnya.

c. Budaya

Sarwono (2004) dalam artikelnya menyebutkan bahwa budaya dapat

mempengaruhi kecerdasan emosional :

Sebuah penelitian di Jepang membuktikan bahwa laki-laki Jepang

cerewet soal nilai-nilai pelajaran, tetapi cuek dalam membantu Ibu di

rumah dan pengendalian emosi (misalnya menahan emosi), sedangkan

perempuan Jepang sebaliknya, rewel dalam pekerjaan rumah tangga,

namun tetap peduli soal pelajaran sekolah dan dapat melakukan

pengendalian amarah; walaupun menurut antropolog Benedict, orang

Jepang berbudaya malu dan orang tua tidak memberi pelatihan khusus

tentang pengendalian emosi (Sogon dalam Sarwono, 2004). Penelitian pada

72 anak prasekolah membuktikan bahwa mereka mampu mengerti emosi

Page 66: Bab IV Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

132

orang lain. Kemampuan ini berkembang sejalan dengan pertambahan usia.

Individu yang sudah lebih besar mampu memahami emosi dalam hubungan

antar tiga orang, dan dapat menyesuaikan diri dengan baik kepada emosi

itu (Hayasi dalam Sarwono, 2004).

Subjek memandang sama gender karena dalam budayanya, pria dan

wanita dipandang sama untuk mendapatkan kesempatan belajar dan

mengambil keputusan, serta tidak menampakkan amarahnya.

Faktor-faktor tersebut sesuai dengan faktor-faktor yang dikemukakan oleh

DePorter, B., Mark, R., dan Mourie, S.S. (2002) menyatakan guru adalah

salah satu faktor yang berperan dalam pembentukan kecerdasan emosi

siswanya. Subjek dipengaruhi oleh guru BPnya, karena dengan

menjadikannya sebagai contoh, subjek menjadi lebih mudah dalam membina

hubungan dengan orang lain dan bisa menghargai pendapat orang lain di

sekolahnya. Selain itu, perkataannya kepada subjek membuat subjek jadi

termotivasi dalam belajar.