Bab IV Hasil Pengamatan & Pembahasan - Revisi Sidang

27
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Pengambilan data dilakukan pada PT PAMA yang merupakan salah satu kontraktor PT AI. PT PAMA dipercayakan PT AI untuk pembersihan lahan, pengupasan dan pengangkutan over burden ke disposal dengan cara peledakan dan penggalian, pengalian batubara dan pengangkutan sampai ke crushng plant. Data yang kami ambil yaitu pada proses pemboran yang bertujuan untuk penyediaan lubang ledak pada kegiatan pembongkaran over burden. 4.1.1 Kegiatan Pengamatan a. Kegiatan Pengamatan Highwall PT PAMA memiliki beberapa lokasi kerja yang dian taranya dibagi atas bagian highwall dan lowwall. Pada kegiatan pengamatan pemboran lubang ledak kali ini salah satunya berada di area highwall. Adapun bagian highwall yang diamati adalah highwall barat yang diberi nama Lotus dan higwall timur yang diberi nama Mini Cooper. Pada kegiatan land preparation seperti gambar 4.1 wilayah high wall barat atau Lotus tergenangi oleh air, hal ini disebabkan oleh curah hujan yang mulai meningkat, kemudian dari IV-1

description

3333

Transcript of Bab IV Hasil Pengamatan & Pembahasan - Revisi Sidang

Page 1: Bab IV Hasil Pengamatan & Pembahasan - Revisi Sidang

BAB IVHASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Pengambilan data dilakukan pada PT PAMA yang merupakan salah satu

kontraktor PT AI. PT PAMA dipercayakan PT AI untuk pembersihan lahan,

pengupasan dan pengangkutan over burden ke disposal dengan cara peledakan dan

penggalian, pengalian batubara dan pengangkutan sampai ke crushng plant. Data

yang kami ambil yaitu pada proses pemboran yang bertujuan untuk penyediaan

lubang ledak pada kegiatan pembongkaran over burden.

4.1.1 Kegiatan Pengamatan

a. Kegiatan Pengamatan Highwall

PT PAMA memiliki beberapa lokasi kerja yang dian

taranya dibagi atas bagian highwall dan lowwall. Pada kegiatan pengamatan

pemboran lubang ledak kali ini salah satunya berada di area highwall. Adapun bagian

highwall yang diamati adalah highwall barat yang diberi nama Lotus dan higwall

timur yang diberi nama Mini Cooper. Pada kegiatan land preparation seperti gambar

4.1 wilayah high wall barat atau Lotus tergenangi oleh air, hal ini disebabkan oleh

curah hujan yang mulai meningkat, kemudian dari gambar tersebut terlihat sebuah

dozer sedang membuat paritan untuk mengalirkan air ke luar area pengeboran.

Sumber: Dokumen Pribadi, 2015Gambar 4.1

Land PreparationIV-1

Page 2: Bab IV Hasil Pengamatan & Pembahasan - Revisi Sidang

Secara umum material yang terdapat pada kedua area high wall tersebut

sama, yaitu berupa batulempung (claystone). Claystone disini digolongkan ke jenis

material dengan kekerasan sedang, sehingga pada kegiatan pemboran ledak oleh PT

PAMA dipilih bit atau mata bor dengan jenis tricone. Jenis bit ini biasanya dipakai

untuk jenis material dengan kekerasan lunak hingga sedang. Pada gambar 4.2

merupakan gambar dari tricone bit milik PT PAMA.

Sumber: Dokumen Pribadi, 2015

Gambar 4.2Tricone Bit

Pada kegiatan pengeboran khususnya area high wall, baik area high wall barat

maupun timur cukup memakan waktu yang lama karena keadaan material yang dibor

basah karena air hujan. Hal ini menyebabkan claystone menjadi lebih padat daripada

dalam keadaan kering, sehingga akan lebih sulit dalam proses pengeborannya.

b. Kegiatan Pengamatan Lowwall

Lokasi lowwall pada kegiatan pengamatan di PT PAMA terbagi menjadi dua,

yaitu wilayah timur dan barat. Pada wilayah lowwall barat dinamakan dengan “Jawa”

dan lowwall timur yang diberi nama dengan “Sump Merry”. Adapun kedua wilayah

yang telah disebutkan sebelumnya mempunyai material yang sama yaitu berupa

sandstone. Dibandingkan wilayah highwall produktifitas pada wilayah lowwall

mempunyai persentase yang lebih tinggi, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor.

Adapun faktor yang paling berpengaruh terhadap produktifitas ini adalah jenis

material, dibandingkan dengan material clay yang banyak terdapat di highwall,

IV-2

Page 3: Bab IV Hasil Pengamatan & Pembahasan - Revisi Sidang

material sandstone lebih mudah untuk dilakukan pengeboran. Gambar 4.3

menggambarkan situasi pengeboran di wilayah lowwall dengan material sandstone.

Sumber: Dokumen Pribadi, 2015

Gambar 4.3Proses Pengeboran Lubang Ledak

4.1.2 Kegiatan Pemboran Penyediaan Lubang Ledak

Kegiatan pemboran lubang ledak merupakan salah satu bagian dalam proses

peledakan. Pada pemboran lubang ledak terdapat beberapa tahapan pemboran sesuai

dengan prosedur. Tahapan kegiatan pada PT PAMAyaitu : Perencanaan (planning),

Persiapan lahan (bench preparation), Persiapan Pemboran (drilling preparation), dan

Pemboran (drilling).

a. Perencanaan

Kegiatan perencanaan ini mengacu dengan produksi yang ingin dicapai

perusahaan ada tahun 2015. Target produksi pembongkaran overburden pada bulan

November tahun 2015 yang ditargetkan oleh PT AI kepada PT PAMA adalah

8.298.930 BCM, yang mana target tersebut dibongkar dengan peledakan. Penetapan

geometri peledakan dan lokasi peledakan akan disesuaikan dengan target tersebut.

Pada tahap perencanaan ini akan dibuat drill plan sequence yaitu perencanaan

pemboran disertai dengan jadwal dan lokasi pemboran. Drill plan equence dibuat

oleh bagian engineering drill & blasting PT PAMA yang kemudian diajukan ke

section yang terkait dengan kegiatan peledakan di wilayah PT AI. Hal tersebut

dilakukan agar PT AI dapat mengetahui dan menyetujui kegiatan pemboran

penyediaan lubang ledak yang dilakukan oleh PT PAMA selaku kontraktor. Pada

IV-3

Page 4: Bab IV Hasil Pengamatan & Pembahasan - Revisi Sidang

Gambar 4.4 dapat terlihat seorang group leader (GL) dan dua orang kru sedang

melakukan pemasangan patok survey sebagai bagian dari kegiatan perencanaan.

Sumber: Dokumen Pribadi, 2015

Gambar 4.4 Perencanaan (Pemasangan Patok Survey)

b. Persiapan lahan (Bench Preparation)

Kegiatan persiapan lahan ini dilakukan dengan meratakan permukaan lahan

dari gundukan material dan bebatuan. Adapun kriteria lokasi pemboran yang baik

harus memenuhi beberapa aspek, diantaranya adalah parkir untuk sarana, akses jalan

masuk lokasi, tanggul pembatas, lantai kerja yang rata dan drainase untuk air

seadainya ada genangan air dilokasi pemboran. Persiapan ini bertujuan untuk

memaksimalkan kerja unit bor yaitu berkaitan dengan cycle time dan keamanan

pemboran. Jika permukaan lahan sudah rata maka selanjutnya dikerjakan pembuatan

tanggul (bermwall) di sekitar area pengeboran (Gambar 4.5). Tinggi tanggul sekitar

2/3 dari tinggi ban unit terbesar disekitar lokasi pemboran. Unit yang ada disekitar

lokasi yaitu Dump Truck Komatsu HD1500 dengan tinggi ban 3,06 m, yang

tujuannya untuk menghindari alat tersebut masuk dalam kawasan pemboran.

Pembersihan lahan ini dilakukan dengan bulldozer Komatsu DZ1098, DZ1104 dan

DZ1167.

IV-4

Page 5: Bab IV Hasil Pengamatan & Pembahasan - Revisi Sidang

Sumber: Dokumen Pribadi, 2015

Gambar. 4.5Persiapan Lahan Pemboran

c. Persiapan Pemboran (Drilling Preparation)

Kegiatan persiapan pemboran ini mencakup beberapa kegiatan yaitu:

pemasangan mark-up (titik pemboran) dan pembatasan area pemboran. Tabel 4.1

menjelaskan pemilihan warna sesuai kedalaman.

Tabel 4.1 Pita Survey Penanda Kedalaman Lubang Bor

Warna Pita Pada Patok Kedalaman

Kuning Putih 5,5 meter

Kuning Orange 6,5 meter

Kuning Merah 7,5 meter

Kuning Kuning 8,5 meter

Kuning Hijau 9,5 meter

Kuning Biru 10,5 meter

Kuning Merah Muda 11,5 meter

Sumber: Dokumen Pribadi, 2015

1) Pemasangan mark-up adalah kegiatan pemberian tanda pada area pemboran yang

bertujuan untuk memudahkan operator melakukan pemboran ditempat yang

sudah ditentukan. Pemasangan ini sudah disesuaikan dengan geometri yang

ditetapkan oleh engineering drill &blasting, perubahan geometri yang sudah

IV-5

Page 6: Bab IV Hasil Pengamatan & Pembahasan - Revisi Sidang

direncanakan dapat dilakukan oleh GL apabila terdapat beberapa kendala atau

pertimbangan (Gambar.4.6). Pemberian tanda ini memakai alat bantu berupa tali

segitiga yang berdimensi sesuai dengan burden dan spasi yang digunakan. Dan

untuk memberikan informasi kedalaman lubang yang diinginkan para group

leader memberikan kode berupa pita yang di pasang pada area tertentu, sesuai

kedalaman yang telah direncanakan.

Sumber: Dokumen Pribadi, 2015

Gambar.4.6Pemasangan Mark-up

2) Pembatasan area dilakukan dengan pemasangan rambu peringatan dan pita yang

dibentangkan sesuai luas area pemboran (Gambar.4.7). Hal ini bertujuan agar

proses pemboran tidak terganggu oleh kegiatan penambangan lainnya.

IV-6

Page 7: Bab IV Hasil Pengamatan & Pembahasan - Revisi Sidang

Sumber: Dokumen Pribadi, 2015

Gambar.4.7 Rambu Pembatas

d. Sistem Pemboran

Sistem pemboran yang digunakan pada pemboran di PT PAMAdalahsistem

rotari. Dengan mata bor yang digunakan berdiameter 77/8 inci = 200 mm. Sistem ini

dipilih karena cocok dengan jenis material di area ini yang tergolong lunak. Jenis

material yang dominan di daerah ini adalah tanah pasiran dan lempungan.

Metode sistem rotari ini bekerja akibat adanya putaran dan tekanan yang

diterima oleh mata bor melalui drill string (rangkaian pipa bor), yang terdiri dari pipa

atau batang pipa yang dihubungkan dengan tuas.Tekanan pada mata bor diterima

bukan hanya dari berat drill string dan dari drill collars (pipa pemberat) yang

ditambahkan atau dari penerimaan berat tambahan pada lapisan tanah seperti halnya

tekanan mekanis atau tekanan hidrolis. Udarayang disirkulasikan melalui drill

stringyang kemudian keluar mealui nozle utamanya untuk mendinginkan mata bor

dan mengangkat cutting (serbuk hasil bor).

Pilihan metode pengeboran sangat bergantung pada sifat – sifat fisik dan

geologi batuan yang akan di bor. Jenis batuan yang terdapat di daerah PT PAMA

yaitu jenis batuan sedimen dengan material yang dominan adalah jenis claystone dan

batupasir (sandstone). Kedua material tersebut merupakan material yang tergolong

memiliki kekerasan yang lunak sehingga cocok untuk memakai sistem rotariini.

Berdasarkan sifat fisik dan mekaniknya batulempung dan batupasir ini tergolong

cocok untuk metode pemboran sistem rotari.

e. Pola Pemboran

Pola pemboran yang digunakan pada PT PAMA adalah pola Rectangular

Staggerd Pattern. Pola pemboran Rectangular Staggered Pattern yaitu pola

pemboran dengan posisi lubang tembak baris berikutnya berada di tengah spasi baris

di depannya dengan perbandingan burden lebih kecil daripada spasi (B<S). Pola IV-7

Page 8: Bab IV Hasil Pengamatan & Pembahasan - Revisi Sidang

pemboran staggered pattern digunakan karena secara teoritis energi yang dihasilkan

akan terkontraksi secara maksimal, sehingga fragmentasi batuan hasil peledakanya

akan lebih seragam dan baik dibandingkan dengan pola pemboran sejajar (parallel

pattern).

f. Geometri Pemboran

Geometri pemboran meliputi diameter lubang (Ø), spasi (S), burden (B),

kedalaman lubang (H), dan kemiringan (/). Geometri yang digunakan PT PAMA ada

dua rencana, seperti pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

Geometri pemboran pada PT PAMA

No Geometri Peledakan Rencana Geometri

(1)

Rencana Geometri

(2)

1 Diameter Lubang 77/8 inch 77/8 inch

2 Spasi 9 10

3 Burden 8 9

4 Kedalaman lubang ledak 5,5 – 11,5 5,5 – 11,5

Sumber: PT PAMA

g. Peralatan Pemboran

Peralatan pemboran yang digunakan dalam proses pemboran pada PT PAMA

jobsite PT AI dijelaskan menggunakan tabel dan gambar, yang mana tabel 4.3

menampilkan spesifikasi umum alat, tabel 4.4 menampilkan spesifikasi mesin bor,

gambar 4.8 menggambarkan bagian-bagian unit bor.

Tabel 4.3 Spesifikasi Umum

Merk TerexTipe Reedrill SKF 50 I

Berat 52500 kg

Diameter bit 7,875 inchiIV-8

Page 9: Bab IV Hasil Pengamatan & Pembahasan - Revisi Sidang

Tipe bit Tricone bit

Panjang pipa 11 m

Sumber: PT Pamapersada Nusantara

Tabel 4.4

Spesifikasi Mesin Bor

Merk Caterpillar C15

Max engine rotation 2100 rpm

Min engine rotation 1300 rpm

Panjang 14,93 m

Lebar 2,134 m

Berat 18641 kg

Fuel tank 365 gal (1383 L)

Oil engine 34 L

Max cooling 1250 F

Sumber: PT PAMA

Sumber: PT PAMA

Gambar 4.8 Alat Pemboran

h. Produktifitas Penyediaan Lubang Ledak

IV-9

Page 10: Bab IV Hasil Pengamatan & Pembahasan - Revisi Sidang

Hasil disajikan bedasarkan masing-masing unit. Produktifitas menyangkut

dengan effisiensi kerja, volume setara, kecepatan pemboran, siklus pemboran, dan

produktifitas masing-masing unit.

1) Siklus Pemboran

Siklus pemboran yang diamati untuk alat bor ini memiliki ruang lingkup

antara lain:

(a) Waktu pengeboran dengan kedalaman tertentu disertai peniupan cutting.

(b) Perpindahan posisi titik pemboran, termasuk didalamnya adalah pencabutan

lubang bor, perebahan serta penegakkan mash (menara batang bor), penurunan

dan penganngkatan jack (kaki mesin untuk levelnya alat), dan perpindahan

posisi alat bor dari satu titik pemboran ke titik lainnya.

(c) Kedalaman lubang yang dibor.

(d) Siklus pemboran ini diambil dengan melihat dari kondisi mesin dan kondisi

operator.

2) Kecepatan Pemboran

Kecepatan pemboran didapat dari perbandingan antara kedalaman lubang

ledak (H) dengan siklus pemboran (CT).

3) Volume setara

Volume setara didapatkan dari perbandingan pengalian dari burden, spasi,

dan tinggi jenjang dengan kedalaman lubang bor.

4) Effisiensi kerja

Effisiensi kerja didapatkan dari perbandingan waktu kerja efektif dengan

waktu kerja tersedia dinyatakan dalam persen.

5) Produktifitas Pemboran Lubang Ledak

Produktifitas pemboran lubang ledak diperoleh dari kecepatan pemboran,

volume setara, dan effisiensi kerja.

IV-10

Page 11: Bab IV Hasil Pengamatan & Pembahasan - Revisi Sidang

4.2 Produktifitas Alat Bor pada Lokasi Pengamatan Kerja Praktek di PT

Pamapersada Nusantara

4.2.1 Lokasi Pengamatan Produktifitas Alat Bor Material Clay Wilayah High

Wall “Mini Cooper”

a. Siklus pemboran

Siklus pemboran pengamatan ini adalah sebesar 7,56 menit = 0,126jam

b. Kecepatan pemboran

Kecepatan pemboranlokasi pengamatan ini adalah sebesar 67,46 m/jam.

c. Volume setara

Volume setara untuk lokasi pengamatan ini adalah 67,76 m3/m

d. Effisiensi

Effisiensi kerja kegiatan pemboran pada lokasi ini adalah sebesar 49 %

e. Produktifitas pemboran lubang ledak

Produktifitas pemboran penyediaan lubang ledak sebesar 223983,39 m/jam

(Perhitungan pada lampiran)

4.2.2 Lokasi Pengamatan Produktifitas Alat Bor Material Clay Wilayah High

Wall “Lotus”

a. Siklus Pemboran

Siklus pemboran pengamatan ini adalah sebesar 5,35 menit = 0,095 jam

b. Kecepatan pemboran

Kecepatan pemboranlokasi pengamatan ini adalah sebesar 78,95 m/jam

c. Volume setara

Volume setara untuk lokasi pengamatan ini adalah sebesar 96 m3/m

d. Effisiensi kerja

Efesiensi kerja kegiatan pemboran lokasi pengamatan ini adalah 44,75 %

e. Produktifitas pemboran lubang ledak

Produktifitas pemboran penyediaan lubang ledaksebesar 339169,2 m3/jam

(Perhitungan pada lampiran)

4.2.3 Lokasi Pengamatan Produktifitas Alat Bor Material Clay Wilayah Low

Wall “Jawa”

a. Siklus pemboran

Siklus pemboran untuk pengamatan ini adalah sebesar 4,97 menit = 0,08 jam

IV-11

Page 12: Bab IV Hasil Pengamatan & Pembahasan - Revisi Sidang

b. Kecepatan pemboran

Kecepatan pemboran lokasi pengamatan ini adalah sebesar 93,75 m/jam

c. Volume setara

Volume setara untuk lokasi pengamatan ini adalah sebesar 76,8 m3/m

d. Effisiensi kerja

Efesiensi kerja kegiatan pemboran pada lokasi pengamatan ini 73,25 %

e. Produktifitas pemboran lubang ledak

Produktifitas pemboran penyediaan lubang ledak adalah 527400 m3/jam

(Perhitungan pada lampiran)

4.2.4 Lokasi Pengamatan Produktifitas Alat Bor Material Clay Wilayah Low

Wall“Sump Merry”

a. Siklus pemboran

Siklus pemboran pengamatan ini adalah sebesar 3,92 menit = 0,065 jam

b. Kecepatan pemboran

Kecepatan pemboran lokasi pengamatan ini adalah sebesar 131,94m/jam

c. Volume setara

Volume setara untuk lokasi pengamatan ini adalah sebesar 60,63 m3/m

d. Effisiensi kerja

Efesiensi kerja kegiatan pemboran lokasi pengamatan ini adalah 68,12 %

e. Produktifitas pemboran lubang ledak

Produktifitas pemboran penyediaan lubang ledaksebesar 544945,80 m3/jam

(Perhitungan pada lampiran).

4.3 Efesiensi Kerja Optimum Alat Bor pada Lokasi Pengamatan Kerja Praktek

di PT Pamapersada Nusantara

4.3.1 Lokasi Pengamatan Efesiensi Kerja Optimum Alat Bor Material Clay

Wilayah High Wall“Mini Cooper”

a. Efektifitas untuk pengamatan di daerah ini adalah sebesar 62,02 %

b. Ketersediaan fisikuntuk pengamatan di daerah ini adalah sebesar 100%

c. Utilitas untuk pengamatan di daerah ini adalah sebesar 79,00 %

d. Efisiensi kerja optimum untuk pengamatan di daerah ini sebesar 48,98 %

IV-12

Page 13: Bab IV Hasil Pengamatan & Pembahasan - Revisi Sidang

4.3.2 Lokasi Pengamatan Efesiensi Kerja Optimum Alat Bor Material Clay

Wilayah High Wall“Lotus”

a. Efektifitas untuk pengamatan di daerah ini adalah sebesar 48,24 %

b. Ketersediaan fisikuntuk pengamatan di daerah ini adalah sebesar 100 %

c. Utilitas untuk pengamatan di daerah ini adalah sebesar 92,75 %

d. Efisiensi kerja optimum untuk pengamatan di daerah ini sebesar 44,52%

4.3.3 Lokasi Pengamatan Efesiensi Kerja Optimum Alat Bor Material Clay

Wilayah Low Wall“Jawa”

a. Efektifitas untuk pengamatan di daerah ini adalah sebesar 81,39 %

b. Ketersediaan fisikuntuk pengamatan di daerah ini adalah sebesar 100 %

c. Utilitas untuk pengamatandi daerah ini adalah sebesar 90 %

d. Efisiensi kerja optimum untuk pengamatan di daerah ini sebesar 73,17 %

4.3.4 Lokasi Pengamatan Efesiensi Kerja Optimum Alat Bor Material Clay

Wilayah Low Wall“Sump Merry”

a. Efektifitas untuk pengamatan di daerah ini adalah sebesar72,67 %

b. Ketersediaan fisikuntuk pengamatan di daerah ini adalah sebesar100 %

c. Utilitas untuk pengamatan di daerah ini adalah sebesar93,75 %

d. Efisiensi kerja optimum untuk pengamatan di daerah ini sebesar68,44 %

4.4 Perbandingan Produktifitas dan Efisiensi Kerja Optimum Setiap Lokasi

Pengamatan

Pada table 4.6 memperlihatkan perbandingan antara produktifitas alat bor

dengan efisiensi kerja yang ada pada setiap wilayah.. Adapun pada wilayah highwall

didominasi oleh material claystone, sedangkan pada wilayah lowwall banyak terdapat

material sandstone yang cenderung lebih mudah dilakukan pengeboran karena sifat

material yang memiliki kekerasan lebih lunak dibandingkan claystone. Gambar 4.9

menunjukan hasil grafik produktivitas alat bor, yang terlihat wilayah low wall timur

“Sump Merry” menunjukan produktivitas paling tinggi dan wilayah high wall Timur

“Mini Cooper” yang terendah. Pada gambar 4.10 yang berupa grafik menunjukan

wilayah highwall terlihat efisiensi kerja optimum lebih rendah persentasenya

dibandingkan dengan efisiensi kerja optimum pada wilayah lowwall, adapun salah

satu faktor yang menyebabkan hal ini adalah perbedaan material yang terdapat pada

masing-masing wilayah berbeda

IV-13

Page 14: Bab IV Hasil Pengamatan & Pembahasan - Revisi Sidang

Tabel 4.6

Perbandingan Produktifitas dan Efisiensi

No LokasiPengamatan

Produktifitas (m3/jam)

Efisiensi Kerja Optimum (%)

1 Wilayah Highwall Highwall Timur “Mini

Cooper”

223.983,39 48,98

2 Wilayah Highwall Barat “Lotus”

319.020,96 44,52

3 Wilayah Lowwall Barat “Jawa”

527.400 73,17

4 Wilayah Lowwall Timur “Sump Merry”

544.945,80 68,44

Sumber: Dokumen Pribadi, 2015

Gambar 4.9Grafik Produktivitas Alat Bor

IV-14

Page 15: Bab IV Hasil Pengamatan & Pembahasan - Revisi Sidang

Sumber: Dokumen Pribadi, 2015

Gambar 4.10Grafik Efisiensi Kerja Optimum Alat Bor

4.5 Pembahasan

4.5.1 Sistem Pemboran

Sistem pemboran yang dipakai oleh PT PAMA yaitu sistem rotari sudah tepat

dengan kondisi litologi pit PT PAMA di Tutupan. Sistem ini cocok dan efisien

dengan material yang ada pada pit lokasi kerja. Yang mana material berupa batuan

sedimen yaitu claystone dan sandstone, yang tergolong material yang lunak.

4.5.2 Geometri Pemboran

Geometri pemboran yang dipakai oleh PT PAMA sudah cukup tepat untuk

membongkar overburden secara maksimal. Adapun geometri pemboran penyediaan

lubang ledak yang dipakai saat ini di PT PAMA adalah :

Tabel 4.7

Geometri Pemboran

No Geometri Peledakan Rencana Geometri (1)

Rencana Geometri (2)

1 Diameter Lubang 77/8 inch 77/8 inch2 Spasi 9 103 Burden 8 94 Kedalaman lubang ledak 5,5 – 11,5 5,5 – 11,55 Arah Pemboran Vertikal Vertikal

Sumber: PT Pamapersada Nusantara

IV-15

Page 16: Bab IV Hasil Pengamatan & Pembahasan - Revisi Sidang

Berdasarkan data geometri pemboran di atas maka dapat diketahui volume

setara rata-rata yang didapat adalah 76 m3/m. Pola yang digunakan yaitu pola

rectangular staggered pattern menurut teori merupakan salah satu metode yang

digunakan untuk menghindari banyaknya boulder pada hasil peledakan. Dalam

kenyataannya dilapangan metode ini terbukti dapat memperoleh hasil yang cukup

maksimal dan mengurangi adanya boulder. Pemberian tanda lubang bor berdasarkan

pola ini sudah cukup bagus dan sesuai perencanaan dengan adanya bantuan tali

segitiga yang dimensinya sudah cukup sesuai dengan burden dan spasi yang

diinginkan. Pada perubahan kedalaman pemboran dikarenakan pada kedalaman

tertentu bor bertemu dengan lapisan batubara dan harus segera di cabut.

4.5.3 Produktifitas Pemboran Lokasi Pengamatan

Dari pengamatan dilapangan dapat dibandingkan produktifitas masing-masing

lokasi yang kami amati di PT Pamapersada Nusantara, yaitu:

Tabel 4.8

Perbandingan Produktifitas Lokasi Pengamatan

No Lokasi Pengamatan Produktifitas (m3/ jam ¿

1 Wilayah High Wall Timur “Mini Cooper”

223.983

2 Wilayah High Wall Barat “Lotus”

319.021

3 Wilayah Low Wall Barat “Jawa” 527.400

4 Wilayah Low Wall Timur “Sump Merry”

544.946

Dari perbandingan pada tabel 4.8 maka dapat diketahui bahwa selama

pengamatan ini masing-masing lokasi memiliki produktifitas yang berbeda.

Perbedaan produktifitas ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diataranya adalah

metode pemboran yang digunakan, peralatan pemboran, geometri pemboran, keadaan

IV-16

Page 17: Bab IV Hasil Pengamatan & Pembahasan - Revisi Sidang

lokasi pemboran, keterampilan operator dalam pengoprasian alat, material pada

lokasi pemboran, dan luas area pemboran. Faktor yang dominan mempengaruhi

produktifitas pemboran sesuai hasil pengamatan dilapangan adalah keadaaan lokasi

pemboran. Keadaan lokasi yang tidak rata dan bersih dari bongkahan material akan

sangat mengganggu saat pengoprasian alat. Terutama saat alat akan berpindah dari

titik bor satu ke titik bor yang lain. Hal ini akan memakan waktu siklus pemboran

yang banyak sehingga dampaknya akan menurunkan produktifitas dari kegiatan

pemboran itu sendiri.

Salah satu faktor penentu lainnya dalam produktifitas suatu pemboran ialah

waktu edar alat pemboran atau siklus dalam suatu pemboran, yang biasa kita sebut

dengan cycle time. Cycle time akan dianggap baik ketika seorang operator dapat

menjalankan suatu siklus pemboran dengan waktu yang relatif singkat dengan tetap

mempertimbangkan keselamatan dan keamanan dirinya beserta alat yang digunakan.

Tabel 4.9Perbandingan Cycle Time

No Lokasi Pengamatan Cycle Time(jam)

1 Wilayah High Wall Timur “Mini Cooper”

0,126

2 Wilayah High Wall Barat “Lotus”

0,101

3 Wilayah Low Wall Barat “Jawa” 0,090

4 Wilayah Low Wall Timur “Sump Merry”

0,065

Pada kecepatan pengeboran hal yang mempengaruhinya adalah jenis material

dan kondisi material itu sendiri. Pada material clay waktu yang diperlukan relatif

lebih banyak dibandingkan dengan lokasi dengan material sand, hal ini dikarenakan

cutting yang dihasilkan selama pemboran akan susah untuk naik ke atas. Terlebih IV-17

Page 18: Bab IV Hasil Pengamatan & Pembahasan - Revisi Sidang

jika kondisi cutting dalam kondisi basah akan menambah keras material tersebut.

Pada waktu pemboran dengan material pasir, waktu yang diperlukan lebih cepat

dibandingkan dengan material lempung, hal ini dikarenakan cutting akan lebih

mudah terangkat ke atas sehingga kemajuan penembusan bor akan lebih cepat.

Untuk waktu pindah posisi unit yang mencakup penurunan dan perebahan

mash, pindah ke lubang berikutnya, dan yang terakhir menurunkan dan menaikkan

jack akan sangat dipengaruhi oleh kondisi permukaan lokasi pemboran. Apabila area

pemboran kerja tidak rata (miring dan banyak gundukan) maka akan menambah

waktu pada saat pindah posisinya. Pada penurunan jack yang bertujuan untuk

melevelkan unit, waktu yang diperlukan akan bertambah lebih lama apabila area

kerjanya tidak rata. Untuk mengatasi permasalahan ini dilakukan persiapan area yang

lebih rapi dengan bantuan alat berat yaitu dozer.

4.5.4 Efisiensi Kerja Optimum Lokasi Pengamatan

Dari pengamatan dilapangan dapat dibandingkan efisiensi kerja optimum

masing-masing lokasi yang kami amati di PT PAMA, yaitu:

Tabel 4.9Efisiensi Kerja Optimum

No Lokasi Pengamatan Efisiensi Kerja Optimum(%)

1 Wilayah High Wall Timur “Mini Cooper”

48,98

2 Wilayah High Wall Barat “Lotus”

44,52

3 Wilayah Low Wall Barat “Jawa” 73,17

4 Wilayah Low Wall Timur “Sump Merry”

68,44

Dari tabel 4.9 diatas dapat kita lihat dari setiap lokasi memiliki efisiensi kerja

optimum yang beragam. Sesuai dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

efisiensi kerja optimum pada saat aktual dilapangan. Setiap lokasi dan alat bor yang

digunakan memiliki kendala atau hambatannnya masing-masing baik pada sisi high

IV-18

Page 19: Bab IV Hasil Pengamatan & Pembahasan - Revisi Sidang

wall maupun pada lokasi kerja sisi low wall. Karakter ataupun kemampuan setiap

operator juga dapat mempengaruhi nilai dari efisiensi kerja optimum, walaupun

pengaruhnya tidak terlalu siknifikan. Faktor yang memiliki pengaruh besar dalam

efisiensi kerja optimum pada lokasi-lokasi pengamatan di PT PAMA adalah pada

proses persiapan lokasi. Persiapan lokasi pada suatu lokasi pemboran memang

sangatlah penting. Yang mana lokasi yang baik dapat meningkatkan kualitas lubang

pemboran dan hasil peledakan nantinya. Dengan lokasi yang baik pula pemboran

tidak akan memakan waktu yang terlalu lama serta dapat dilakukan dengam

maksimal.

Adapun syarat lokasi pemboran yang baik dan ideal harus memenuhi aspek-

aspek, diantaranya memiliki akses jalan masuk yang baik, lantai kerja yang rata

(flat), memiliki tanggul yang sudah disesuaikan dengan alat berat disekitar lokasi

pemboran, adanya area parkir bagi sarana untuk para GL yang bertugas mengawasi

proses pengerjaan dilapangan dan yang terakhir adanya drainase atau paritan untuk

membuang atau mengalirkan air yang menggenangi lokasi pemboran, namun jika

lokasi dalam kondisi kering drainase tidak perlu dibuat.

IV-19