BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN A. Hasil ... · Kontruksi Atap Rumah Joglo Ciri khas dari...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN A. Hasil ... · Kontruksi Atap Rumah Joglo Ciri khas dari...
92
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
A. Hasil Pengembangan Produk Awal
Proses pengembangan perangkat pembelajaran matematika SMP dengan
metode guided inquiry berbasis budaya lokal berorientasi pada kemampuan
penalaran, koneksi dan apresiasi terhadap metematika menggunakan model
pengembangan ADDIE. Model pengembangan ADDIE yang digunakan dalam
pengembangan ini memiliki lima tahap. Kelima tahap tersebut meliputi Analysis,
Design, Development, Implementation dan Evaluation. Berikut deskripsi dari
tahapan-tahap pengembangan dalam penelitian ini.
1. Analysis (Analisis)
Tahap ini meliputi kegiatan analisis kebutuhan, analisis karakteristik siswa
dan analisis materi. Berikut akan dideskripsikan mengenai tiga kegiatan tersebut.
a. Analisis Kebutuhan
Peneliti melakukan pengamatan proses pembelajaran dan wawancara terkait
dengan pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan guru.
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran, guru masih sering
menggunakan metode ceramah dan diskusi. Dalam proses pembelajaran guru
masih sebagai pusat pembelajaran yang mentransfer pengetahuan kepada siswa.
Guru lebih sering menyampaikan materi kemudian contoh soal dan memberikan
latihan soal kepada siswa yang dikerjakan secara berkelompok. Siswa lebih sering
hanya menerima informasi tanpa mengetahui proses menemukan informasi
93
tersebut, sehingga informasi yang didapat oleh siswa akan kurang bermakna dan
mudah dilupakan siswa. Hal itu kemungkinan yang menyebabkan siswa kesulitan
untuk memecahakan masalah kontekstual yang membutuhkan proses bernalar dan
menghubungkan berbagai macam informasi yang dimiliki untuk
menyelesaikannya. Selain itu, dalam proses pembelajaran siswa cenderung
bermalas-malasan dan mengantuk saat guru menerangkan materi. Siswa menjadi
bersemangat ketika guru menceritakan hal di luar pembelajaran matematika
ataupun ketika jam pelajaran matematika akan segera berakhir.
Metode pembelajaran yang digunakan guru memang menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran. Faktor lain yang juga
mempengaruhi proses pembelajaran adalah sumber belajar. Berdasarkan
pengamatan dan wawancara sumber belajar yang digunakan adalah buku siswa
kurikulum 2013 dan LKS yang dibeli dari penerbit buku. LKS tersebut berisi
rangkuman materi, contoh soal dan latihan soal. Selain itu beberapa siswa
mengeluhkan jika LKS menggunakan kertas buram dan gambarnya tidak
berwarna sehingga membosankan untuk dibaca. Dalam proses pembelajaran
belum menggunakan LKS yang dapat membantu siswa mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri.
Berdasarkan uraian hasil wawancara dan pengamatan, maka perlu
dikembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang dapat
memfasilitasi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. RPP yang
dikembangkan seharusnya lebih sistematis dan terstruktur sesuai dengan
karakteristik siswa. Kemudian, RPP tersebut dilengkapi dengan LKS yang dapat
94
membantu siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dari masalah-masalah
dalam keseharian siswa. Hal itu akan membuat pengetahuan yang didapat menjadi
lebih bermakna. Metode guided inquiry berbasis budaya lokal dapat dijadikan
alternatif pembelajaran dalam mengembangkan RPP dan LKS.
b. Analisis Karakteristik Siswa
Siswa SMP berada pada kisaran usia 11 – 15 tahun. Menurut Piaget (Slavin:
30) kisaran usia tersebut berada pada periode formal operational. Karakteristik
anak pada periode formal operational adalah anak mulai memiliki kemampuan
untuk berpikir abstrak, menalar dengan logis, dan menarik sebuah kesimpulan
berdasarkan informasi yang diberikan. Selain itu menurut Slavin (2006: 84) pada
anak usia sekitar 12 tahun mulai menunjukkan pola pikir hypothetical-deductive.
Siswa SMP sebenarnya berada pada masa transisi dari periode concrete
operational menuju formal operational,hal itu mengakibatkan tidak semua siswa
SMP dapat dengan sempurna berpikir pada tahap formal operational. Oleh karena
itu akan lebih baik jika dalam belajar siswa belajar melalui objek konkret untuk
dapat memahami sesuatu yang abstrak.
Karakteristik siswa khususnya siswa kelas VII SMP N 1 Pakem berdasarkan
wawancara terhadap guru pembimbing dan observasi kegiatan pembelajaran
adalah sebagai berikut :
1. Siswa kurang responsif dalam proses pembelajaran, misalkan saat guru
bertanya siswa yang menanggapi hanya beberapa siswa saja.
2. Siswa banyak yang terlihat kurang bersemangat saat guru menjelaskan
mengenai materi matematika. Namun ketika guru bercerita mengenai hal di
95
luar pelajaran siswa kembali bersemangat dalam memperhatikan penjelasan
guru.
3. Siswa masih mengenal permainan tradisional dan kebudayaan setempat. Hal
itu, kemungkinan karena daerah tempat tinggalnya masih berada di lingkungan
pedesaan.
Berdasarkan pemaparan mengenai karakteristik anak SMP yang berada pada
masa transisi dari concret operational menuju formal operational maka
pembelajaran dengan metode guided inquiry dapat diterapkan untuk anak SMP
kelas VII. Dalam metode guided inquiry siswa ditantang untuk dapat menemukan
konsep baru dari masalah yang diberikan, hal itu akan dapat memacu siswa untuk
mengasah kemampuannya dalam menalar dan menarik sebuah kesimpulan.
Kemudian masalah yang digunakan adalah masalah yang dekat dengan keseharian
siswa seperti budaya lokal agar siswa lebih mudah untuk memahami
permasalahan yang diberikan.
c. Analisis Materi
Analisis materi yang dilakukan dalam penelitian ini disesuaikan dengan
kurikulum yang dipakai oleh SMP N 1 Pakem. Kurikulum yang dipakai adalah
kurikulum 2013. Berdasarkan kurikulum 2013, salah satu materi yang dipelajari
siswa kelas VII semester II adalah bangun datar segitiga dan segiempat. Bangun
datar bukanlah hal yang asing bagi siswa, karena pernah mempelajarinya pada
saat sekolah dasar. Namun, kebanyakan siswa hanya menghafal rumus-rumus
pada bangun datar tanpa tahu bagaimana cara mendapatkan rumus tesebut. Hal itu
menyebabkan siswa kesulitan untuk mengaplikasikan rumus tersebut dalam
96
menyelesaikan masalah. Adapun kompetensi dasar yang digunakan dalam acuan
pengembangan perangkat pembelajaran ini dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. KI dan KD Matematika Kelas VII Materi Bangun Datar Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar (KD)
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
3.11 Mengaitkan rumus keliling dan luas untuk berbagai jenis segiempat (persegi, persegipanjang, belah ketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang) dan segitiga.
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
4.11 Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan luas dan keliling segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajar genjang, trapesium, dan layang-layang) dan segitiga
Materi geometri yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah materi
bangun datar segitiga dan segiempat. Materi bangun datar segitiga dan segiempat
akan dikaitkan dengan konteks budaya lokal Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pemilihan konteks budaya lokal DIY sebagai konteks masalah yang digunakan
untuk mempelajari materi segitiga dan segiempat salah satunya untuk mendukung
visi pembangunan pendidikan DIY yaitu menjadikan DIY sebagai pusat
pendidikan berbasis budaya terkemuka di Asia Tenggara pada tahun 2025. Selain
itu, penggunaan konteks budaya dapat menjadikan siswa lebih memahami
pentingnya serta peran matematika dalam masyarakat. Untuk itu dalam tabel 23,
97
diuraikan beberapa konteks budaya lokal yang digunakan dalam materi bangun
datar segitiga dan segiempat.
Tabel 23. Identifikasi Budaya Lokal dan Aspek Matematika
KD Budaya Lokal Aspek Materi Segitiga Segiempat
3.11 Atap Bangunan di sekitar Keraton Bentuk atap bangunan di sekitar Keraton Yogyakarta memiliki berbagai bentuk. Salah satunya berbentuk segitiga. Bangunan di sekitar Keraton yang atapnya berbentuk segitiga diantaranya masjid Kauman, gapura pintu masuk museum benteng Vredebug, bangunan pojok benteng dan beberapa bangunan di dalam kompleks Keraton Yogyakarta.
Gambar 6. Atap Bangunan Keraton
Mengamati atap-atap bangunan disekitar keraton untuk mengidentifikasi sifat-sifat segitiga
3.11 Motif Batik Tambal Motif batik tambal memiliki makna menambal atau memperbaiki hal-hal yang rusak. Dahulu, batik bermotif ini sering digunakan untuk menyelimuti orang sakit. Hal itu dilakukan, karena kain dengan motif batik tambal dipercaya dapat menyembuhkan orang sakit. Motif batik tambal memiliki motif batik geometri, di mana motifnya tersusun oleh beberapa bentuk bangun datar seperti segitiga dan segiempat.
Gambar 7. Motif Batik Tambal
Mengamati berbagai macam motif batik tambal untuk mengidentifikasi sifat-sifat segitiga dan segiempat
98
KD Budaya Lokal Aspek Materi Segitiga Segiempat
3.11 & 4.11
Kontruksi Atap Rumah Joglo Ciri khas dari rumah Joglo yaitu memiliki susunan struktur rangka atap brunjung dan uleng. Rangka atap brunjung yaitu rangka berbentuk piramida terbalik yang makin ke atas makin melebar dan terletak di atas empat tiang utama (soko guru) serta disusun secara bertingkat. Rangka uleng yaitu susunan rangka atap berbentuk piramida yang disusun di atas empat tiang utama (soko guru) kearah bagian dalam. Kedua struktur rangka atap tersebut disebut sebagai tumpang sari bagian dalam dan bagian luar.
Gambar 7. Konstruksi Struktur Rangka Atap
Tumpangsari
Gambar 8. Atap Rumah Joglo
a. Mengamati struktur rangka atap tumpang sari untuk mengestimasi keliling bangun datar, khususnya persegi panjang.
b. Mengidentifikasi macam-macam bentuk trapesium
c. Mengestimasi luas trapesium melalui bentuk atap rumah Joglo
4.11 Besek dalam Tradisi Kenduri Kenduri merupakan tradisi di mana laki-laki berkumpul dengan tujuan untuk meminta kelancaran atas segala sesuatu yang dihajatkan oleh penyelenggara kenduri. Dalam acara kenduri disajikan sebuah nasi yang dikemas dalam besek. Besek tempat makanan yang terbuat dari anyaman bambu yang permukaannya berbentuk persegi. Sebelum menaruh makanan dalam sebuah besek, maka besek harus diberi sebuah alas biasanya menggunakan daun pisang. Alas
Mengestimasi luas permukaan bangun datar segiempat khususnya luas persegi
99
KD Budaya Lokal Aspek Materi Segitiga Segiempat
daun pisang tersebut dipotong menyesuaikan bentuk alas dari besek yaitu persegi.
Gambar 9. Besek dalam Tradisi Kenduri
3.11 & 4.11
Papan Permain Bas-basan Permainan tradisional bas-basan merupakan permainan tradisional yang dimainkan oleh 2 orang. Permainan ini menggunakan bidang petak-petak seperti papan catur sebagai papan permainan. Papan tersebut, biasnya digambar di atas tanah ataupun di atas papan triplek. Setiap pemain memiliki 16 buah pion, biasnnya pionnya berupa kerikil, kecik sawo ataupun biji-bijian lainnya. Namun, permainan ini sudah jarang dimainkan karena tergantikan oleh permaian modern. Berikut ini adalah gambar papan yang digunakan dalam permainan bas-basan
Gambar 10. Papan Permainan Bas-basan
a. Mengamati papan bas-basan dapat digunakan untuk mengidentifikasi unsur-unsur dan sifat-sifat dari bangun datar
b. Ilustrasi untuk menurunkan rumus luas segitiga dari luas persegi panjang
4.11 Lapangan Permainan Gobak Sodor Permainan ini dilakukan di tanah lapang. Sebuah tanah lapang dibuat garis berbentuk persegi panjang. Permukaan persegi panjang tersebut dibagi menjadi delapan persegi yang sama besar. Kemudian terdapat dua tim yang bermain yaitu ada tim lawan dan tim jaga. Tim jaga bertugas agar tim lawan tidak dapat
Mengamati bentuk lapangan gobak sodor untuk menemukan luas persegipanjang, dengan menggunakan banyaknya persegi satuan yang menutupi permukaan persegi panjang.
100
KD Budaya Lokal Aspek Materi Segitiga Segiempat
mencapai garis finis. Sedangkan tim lawan berusaha untuk mencapai garis finis dengan syarat tidak tersentuh oleh tim jaga. Permainan ini dapat melatih gerak motorik dan strategi pemain untuk mencapai garis finis.
Gambar 11. Lapangan Gobak Sodor
4.11 Memotong Wajik Wajik atau wajik ketan merupakan makanan tradisional yang terbuat dari ketan. Wajik ini biasanya dipotong untuk disajikan dalam berbagai bentuk. Makanan ini, biasanya disajikan sebagai salah satu seserahan dalam pernikahan adat Jawa. Filosofi yang terkandung dalam makanan ini adalah sifat beras ketan yang lengket menjadi simbol dari harapan bahwa silaturahmi antar kedua keluarga selalu terjalin erat dan susah untuk dipisahkan.
Gambar 12. Makanan Tradisional Wajik
Mengamati berbagai bentuk potongan wajik untuk mengestimasi luas bangun datar
3.11 & 4.11
Permainan Layang-layang Layang-layang atau lebih dikenal dengan layangan merupakan lembaran bahan tipis atau kertas berkerangka yang diterbangkan keudara dan terhubung dengan tali atau benang di daratan. Layangan memanfaatkan kekuatan dimaikan anak-anak di lapangan, lahan terbuka ataupun sawah.
a. Mengidentifikasi sifat bangun layang-layang
b. Mengamati bentuk dan kerangka layangan untuk mengestimasi luas layang-layang dan keliling layang-layang.
101
KD Budaya Lokal Aspek Materi Segitiga Segiempat
Gambar 13. Layang-layang
2. Design
Tahap kedua dalam model pengembangan ADDIE yaitu tahap design.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu menyusun perangkat pembelajaran
berupa RPP dan LKS beserta instrumen penilaian. Perangkat pembelajaran
disusun dengan menggunakan metode guided inquiry berbasis budaya lokal.
Instrumen penilaian yang dirancang meliputi instrumen tes kemampuan
penalaran, tes kemampuan koneksi dan angket apresiasi terhadap matematika.
Adapaun secara umum rancangan metode guided inquiry berbasis budaya lokal
yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran tersaji pada tabel 24.
Tabel 24. Rancangan Metode Guided Inquiry Berbasis Budaya Lokal dalam Kegiatan Pembelajaran
Tahap Guided Inquiry Rancangan
Mengamati Masalah
Siswa diminta untuk mengamati masalah yang diberikan. Mengamati masalah di sini dimaksudkan siswa dapat mencermati masalah sehingga mampu merumuskan masalah. Masalah dalam tahap ini diberikan oleh guru karena dalam guided inqury masalah diberikan oleh guru. Di sinilah peran guru dalam memberi bantuan dan bimbingan pada siswa. Kemudian masalah yang diberikan adalah masalah yang memiliki konteks budaya lokal.
Merumuskan Hipotesis
Menindaklanjuti masalah dan rumusan masalah yang telah dibuat, siswa diminta untuk mengajukan dugaan kira-kira bagaimana penyelesaian dari masalah yang diberikan. Peran guru di sini, memberikan pertanyaan
102
Tahap Guided Inquiry Rancangan
bila siswa mengalami kebuntuan dalam merumuskan hipotesis.
Mengumpulkan Data
Siswa diminta untuk melakukan aktivitas untuk menemukan konsep baru, aktivitas disediakan dalam LKS. Aktivitas tersebut membantu siswa untuk menemukan data yang diperlukan dalam menguji hipotesis yang telah mereka buat.
Menguji Hipotesis
Siswa diminta untuk menyelesaikan masalah yang diberikan di awal pembelajaran, dengan memanfaatkan informasi yang telah didapat dari aktivitas yang dilakukan siswa pada LKS
Menarik Kesimpulan
Siswa diminta untuk menarik kesimpulan mengenai konsep baru yang mereka dapat setelah melakukan aktivitas pada LKS dan menyelesaikan masalah yang diberikan
Aplikasi dan Tindak Lanjut
Kegiatan ini dilakukan dengan meminta siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya. Selain itu, siswa diberikan soal untuk mengaplikasikan konsep yang telah mereka dapat.
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Penyusunan rancangan RPP mengacu pada format komponen RPP yang
disusun dengan mengacu pada Permendikbud No. 22 Tahun 2016. Berdasarkan
peraturan tersebut, dalam pengembangan RPP harus terdapat beberapa komponen
yaitu identitas mata pelajaran, KI, KD, indikator, tujuan pembelajaran, materi,
metode pembelajaran, rancangan kegiatan pembelajaran, sumber belajar dan
penilaian.
Adapun perancangan draft 1 RPP yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Memilih Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sesuai dengan analisis materi
yang telah dilakukan. KI dan KD yang dikembangkan difokuskan pada mata
pelajaran matematika kelas VII semester genap tepatnya pada materi bangun
datar.
103
2) Merumuskan Indikator pencapaian dan tujuan pembelajaran sesuai dengan KI
dan KD yang telah ditentukan. Adapun Indikator yang telah dirumuskan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 25.
Tabel 25. Indikator Pencapaian Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian
3.11 Mengaitkan rumus luas untuk berbagai jenis segiempat (persegi, persegipanjang, belah ketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang) dan segitiga.
3.11.1 Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga 3.11.2 Mengelompokkan segitiga berdasarkan besar sudut 3.11.3 Mengelompokkan segitiga berdasarkan panjang sisi 3.11.4 Menentukan besar sudut dalam segitiga 3.11.5 Menentukan besar sudut luar segitiga 3.11.6 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi 3.11.7 Mengidentifikasi sifat-sifat persegipanjang 3.11.8 Mengidentifikasi sifat-sifat belah ketupat 3.11.9 Mengidentifikasi sifat-sifat jajargenjang 3.11.10Mengidentifikasi sifat-sifat trapesium 3.11.11Mengidentifikasi sifat-sifat layang-layang 3.11.12Menurunkan rumus untuk menentukan keliling
segitiga berdasarkan pola yang terbentuk 3.11.13Menurunkan rumus untuk menentukan keliling
segiempat (persegi, persegipanjang, belah ketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang) berdasarkan pola yang terbentuk
3.11.14Menemukan luas persegipanjang dan persegi berdasarkan pola yang terbentuk
3.11.15Menurunkan rumus luas persegipanjang untuk menemukan luas segitiga
3.11.16Menurunkan rumus luas persegipanjang untuk menemukan luas trapesium
3.11.17Menurunkan rumus luas persegipanjang untuk menemukan luas jajargenjang
3.11.18Menurunkan rumus luas segitiga untuk menemukan luas layang-layang
3.11.19Menurunkan rumus luas segitiga untuk menemukan luas belah ketupat
4.11 Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan luas dan keliling segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajar
4.11.1 Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan keliling segitiga
4.11.2 Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan keliling segiempat (persegi, persegipanjang, belah ketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang)
4.11.3 Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan
104
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian genjang, trapesium, dan layang-layang) dan segitiga
dengan luas segitiga 4.11.4 Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan
dengan luas segiempat (persegi, persegipanjang, belah ketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang)
3) Menentukan materi pembelajaran yang akan disampaikan sesuai dengan KI,
KD, indikator dan tujuan pembelajaran yang telah disusun.
4) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan untuk dapat
memfasilitasi kemampuan penalaran, koneksi dan apresiasi terhadap
matematika. Untuk itu metode pembelajaran yang dipilih berdasarkan kajian
teoritis yang telah dilakukan yaitu metode guided inquiry berbasis budaya
lokal. Langkah metode pembelajaran guided inquiry yang digunakan meliputi
mengamati masalah, mengajukan hipotesis, mencari informasi, menguji
hipotesis, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan. Masalah yang akan
diselidiki dalam metode ini adalah masalah dengan konteks budaya lokal
Yogyakarta yang berhubungan dengan materi matematika. Langkah-langkah
pembelajaran tersebut diuraikan dalam kegiatan guru dan kegiatan siswa.
5) Menentukan instrumen penilaian yang sesuai untuk mengukur indikator
pencapaian kompetensi. Instrumen yang dipilih berupa soal tes uraian sebanyak
2 sampai 3 butir soal untuk setiap pertemuan.
6) Menentukan sumber belajar yang mendukung proses pembelajaran.
b. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Penyusunan draft 1 LKS disusun berdasarkan Kompetensi Dasar yang telah
ditentukan dan tahapan dalam metode guided inquiry berbasis budaya lokal.
Adapaun tahapan penyusunan LKS yang dilakukan adalah sebagai berikut :
105
1) Mengumpulkan berbagai sumber referensi yang akan digunakan dalam
penyusunan LKS.
2) Menyusun peta konsep. Peta konsep yang dibuat di LKS ini berupa alur materi
bangun datar yang akan dipelajari.
3) Menyusun Judul LKS dan pembagian materi untuk setiap LKS. Pembagian
materi disesuaikan dengan KD dan indikator pencapaian kompetensi yang telah
dirumuskan. Daftar Judul LKS dapat dilihat pada tabel 26.
Tabel 26. Judul LKS No. Produk Judul 1. LKS 1 Sifat-Sifat Segitiga 2. LKS 2 Sifat-Sifat Segiempat 3. LKS 3 Keliling Segitiga dan
Segiempat 4. LKS 4 Luas Segitiga dan
Segiempat 4) Menyusun konten LKS. konten LKS dibuat untuk memberikan gambaran
umum mengenai isi dalam LKS.
5) Menyusun kegiatan dalam LKS. Kegiatan dalam LKS ini disusun berdasarkan
langkah-langkah metode guided inquiry. Masalah yang diselidiki dalam LKS
merupakan masalah yang memiliki konteks budaya lokal Yogayakarta. Adapun
kegiatan dalam LKS disesuaikan pulan dengan konten dalam LKS,
rancangannya seperti pada tabel 27.
Tabel 27. Rancangan metode guided inquiry berbasis budaya lokal pada LKS Langkah
Guided Inquiry Konten
LKS Kemampuan Rancangan
Mengamati Masalah Sekilas Info
Apresiasi terhadap
matematika
Berisi info mengenai budaya lokal yang berkaitan dengan matematika, sehingga diharapkan siswa dapat tertarik untuk belajar matematika. Konten ini akan membuat siswa
106
Langkah Guided Inquiry
Konten LKS Kemampuan Rancangan
merasa bahwa matematika merupakan bagian dari aktivitas keseharian siswa. Hal itu menjadikan siswa lebih menghargai matematika.
Masalah
Apresiasi terhadap
matematika dan koneksi matematika
Berisi masalah yang harus diselesaikan siswa, masalah yang diberikan memiliki konteks budaya lokal. Mengamati masalah kontekstual sehingga mampu merumuskan masalah, akan melatih siswa untuk mengkoneksikan antara konsep matematika dengan masalah kehidupan sehari-hari.
Merumuskan Hipotesis
Kolom Perkiraan Jawaban
Kemampuan penalaran
dan kemampuan
koneksi matematika
Siswa diminta memperkirakan jawaban yang benar dari masalah yang diberikan. Saat siswa mengajukan hipotesis akan melatih kemampuan siswa untuk mengajukan dugaan dari sebuah pernyataan. Selain itu, dalam merumuskan hipotesis siswa dilatih untuk menghubungkan pengetahuan awal yang telah dimiliki dengan masalah yang akan diselesaikan sehingga mampu merumuskan sebuah hipotesis.
Mengumpulkan Data
Ingat Kembali
Kemampuan penalaran
dan kemampuan
koneksi matematika
Berisi materi yang dulu pernah dipelajari siswa dan dapat mendukung untuk menyelesaikan masalah
Aktivitas Menyelesaikan aktivitas, sehingga dapat menemukan konsep yang dibutuhkan
107
Langkah Guided Inquiry
Konten LKS Kemampuan Rancangan
untuk menyelesaikan masalah. Dalam melakukan aktivitas, siswa dilatih untuk menghubungkan berbagai konsep matematika yang telah dimiliki. Selain itu, siswa juga dilatih untuk menemukan pola dan hubungan sehingga dapat menemukan konsep baru yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan.
Menguji Hipotesis
Kolom Penyelesaian
Kemampuan Penalaran
Berupa kolom yang dapat digunakan siswa untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan informasi yang telah dikumpulkan sehingga mengetahui nilai kebenaran dari perkiraan jawaban yang dibuat. Dalam menguji hipotesis, siswa dilatih untuk menevaluasi dugaan yang telah dibuat pada awal proses pembelajaran.
Menarik Kesimpulan
Kolom Kesimpulan
Kemampuan Penalaran
Berupa kolom yang digunakan siswa untuk menuliskan hasil kesimpulan dari aktivitas yang telah dilakukan. Dalam konten ini, siswa dilatih untuk menarik kesimpulan dari sebuah masalah yang diberikan.
Aplikasi & Tindak Lanjut
Tantangan
Kemampuan koneksi
matematika
Berupa soal untuk mengaplikasikan konsep yang telah didapat. Dalam konten ini, siswa dilatih untuk menghubungkan konsep matematikan yang telah dimaliki dengan
Ayo Mengasah Otak!
108
Langkah Guided Inquiry
Konten LKS Kemampuan Rancangan
konsep lain diluar matematika untuk menyelesaikan masalah.
c. Instrumen penilaian
Instrumen penilaian yang dikembangkan berupa instrumen soal uraian
kemampuan penalaran dan koneksi matematika serta angket apresiasi siswa
terhadap matematika. Adapun tahapan penyusunan instrumen penilaian adalah
sebagai berikut :
1) Merumuskan definisi operasional kemampuan penalaran, koneksi dan apresiasi
siswa terhadap matematika. Berdasarkan definisi operasional tersebut,
diturunkan indikator untuk setiap variabel yang akan diukur. Terdapat 4
indikator untuk kemampuan penalaran, 3 indikator kemampuan koneksi dan 4
aspek apresiasi terhadap matematika.
2) Menyusun soal uraian untuk kemampuan penalaran dan koneksi matematika
berdasarkan indikator yang telah dirumuskan. Terdapat 4 soal uraian untuk
mengukur kemampuan penalaran dan 3 soal uraian untuk mengukur koneksi
matematika. Selain itu, untuk apresiasi siswa terhadap matematika terdapat 22
butir pernyataan angket dengan menggunakan skala linkert. Angket tersebut
disusun berdasarkan aspek apresiasi yang telah dirumuskan.
3) Melakukan validasi isi dari hasil draft 1. Validasi isi dilakukan kepada 2 expert
judgement.
3. Development
109
Tahap development dilakukan untuk menindaklanjuti hasil dari draft 1
perangkat pembelajaran dan instrumen penilaian yang telah disusun pada tahap
design. Dalam tahap ini dilakukan validasi ahli dan revisi produk hasil validasi.
Hasil dari tahap development adalah draft 2 perangkat pembelajaran dan
instrumen penilaian yang valid dan siap untuk diujicobakan.
a. Prototipe Pengembangan RPP
Format pengembangan RPP memuat beberapa komponen, berikut adalah
deskripsi untuk setiap komponen yang terdapat dalam RPP:
1) Identitas
Identitas RPP memuat beberapa keterangan mengenai satuan pendidikan,
mata pelajaran, kelas/semester, materi pelajaran dan alokasi waktu. Adapun
contoh identitas RPP seperti pada Gambar 14.
Gambar 14. Contoh Identitas RPP
2) Kompetensi Inti
Kompetensi inti yang digunakan sesuai dengan yang disusun dalam
kurikulum 2013 yaitu terdapat 4 Kompetensi Inti seperti pada Gambar 15.
110
Gambar 15. Contoh Kompetensi Inti
3) Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian
Kompetensi Dasar yang digunakan dalam RPP berdasarkan pada
Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan pemerintah dalam kurikulum 2013.
Kemudian, kompetensi dasar dijadikan dasar dalam menyusun indikator
pencapaian kompetensi. Adapun contoh Kompetensi Dasar dan Indikator
Pencapaian seperti pada Gambar 16.
Gambar 16. Contoh KD dan Indikator
4) Tujuan
Tujuan pembelajaran disusun berdasarkan pada indikator pencapaian
kompetensi. Tujuan pembelajaran ini merupakan hasil penguasaan kompetensi
yang diharpkan dicapai oleh siswa setelah dari proses pembelajaran. Adapun
contoh tujuan pembelajaran seperti pada Gambar 17.
111
Gambar 17. Contoh Tujuan Pembelajaran
5) Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang dicantumkan dalam RPP merupakan materi yang
sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator pencapaian dalam setiap
pertemuan. Materi ini diambil dari beberapa sumber yang sesuai dengan
kebutuhan. Adapun contoh dari materi pembelajaran seperti pada Gambar 18.
Gambar 18. Contoh Materi Pembelajaran
6) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan dalam RPP ini adalah metode guided
inquiry berbasis budaya lokal. Adapun contoh dari metode pembelajaran seperti
pada Gambar 19.
Gambar 19. Contoh Metode Pembelajaran
7) Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam RPP dijabarkan untuk setiap kegiatan guru
dan siswa. Secara umum kegiatan pembelajaran pada RPP memuat tiga bagian
yaitu kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Kegiatan pendahuluan memuat
112
beberapa kegiatan yaitu pembukaan, motivasi dan apersepsi. Adapun contoh
kegiatan pendahuluan seperti pada Gambar 20.
Gambar 20. Contoh Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan inti merupakan kegiatan yang disesuaikan dengan langkah-langkah
metode guided inquiry. Hal itu diawalai dengan mengamati masalah dengan
konteks budaya lokal Yogyakarta yang berkaitan dengan materi. Dalam proses
mengamati masalah diharapkan siswa telah mampu merumuskan masalah
sehingga dapat masuk tahap selanjutnya yaitu merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menguji hipotesis sehingga dapat menarik kesimpulan.
Kesimpulan yang didapat dapat diaplikasikan dalam kegiatan Aplikasi dan tindak
lanjut. Adapun contoh kegiatan inti seperti pada gambar 21.
113
Gambar 21. Contoh Kegiatan Inti
Kegiatan Penutup memuat kegiatan refleksi dan penekanan kembali
terhadap materi yang telak dipelajari selama proses pembelajaran. Kegiatan ini
dilakukan untuk meyakinkan kembali bahwa pembelajaran berjalan sesuai dengan
rencana dan tepat waktu. Adapun contoh kegiatan penutupan seperti pada gambar
22.
Gambar 22. Contoh Kegiatan Penutup
114
b. Prototipe Pengembangan LKS
Format pengembangan LKS memuat beberapa bagian, berikut adalah
deskripsi beberapa fitur yang terdapat pada LKS :
1) Peta Konsep
Peta konsep dalam LKS ini merupakan gambaran alur materi yang akan
dipelajari dalam proses pembelajaran. Contoh peta konsep seperti pada gambar
23.
Gambar 23. Contoh Peta Konsep
2) Identitas LKS
Identitas LKS ini berisi beberapa konten diantaranya judul LKS,
Kompetensi Dasar, dan Tujuan Pembelajaran. LKS yang dikembangkan dibagi
menjadi 4 judul LKS sesuai dengan KD dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Contoh identitas LKS seperti pada gambar 24.
115
Gambar 24. Contoh Judul LKS
3) Petunjuk Penggunaan LKS
LKS ini dikembangkan secara khusus dengan menggunakan metode guided
inquiry berbasis budaya lokal untuk memfasilitasi kemampuan penalaran, koneksi
dan apresiasi siswa terhadap matematika. Oleh karena itu, diperlukan petunjuk
penggunaan LKS agar lebih mudah digunakan dan dipahami. Contoh petunjuk
penggunaan LKS seperti pada gambar 25.
Gambar 25. Contoh Petunjuk Penggunaan LKS
4) Identitas Siswa
Identitas siswa berisi nama, kelas dan kelompok siswa yang menggunakan
LKS. Contoh identitas siswa seperti pada gambar 26.
Gambar 26. Contoh Identitas Siswa
116
5) Sekilas Info
Sekilas info berisi mengenai budaya lokal Daerah Istimewa Yogyakarta
yang berkaitan dengan materi matematika. Tujuan dari adanya konten sekilas info
adalah untuk mengenalkan budaya lokal dan memberi motivasi pada siswa bahwa
terdapat budaya lokal yang berkaitan dengan matematika. Selain itu, dengan
adanya konten sekilas info ini diharpkan dapat menambah apresiasi siswa
terhadap matematika. Contoh sekilas info seperti pada gambar 27.
Gambar 27. Contoh Sekilas Info
6) Kegiatan Siswa
Kegiatan siswa dalam LKS ini memuat beberapa konten yaitu mengamati
masalah, meemperkirakan jawaban, mengingat kemabali, melakukan aktivitas dan
menarik kesimpulan. Konten kegiatan tersebut disesuaikan dengan langkah-
langkah metode guided inquiry. Dalam mengamati masalah siswa diminta untuk
mengamati masalah dengan konteks budaya lokal Daerah Istimewa Yogyakarta
yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Dalam mengamati masalah siswa
117
diharapkan mampu mengidentifikasi permasalahan tersebut sehingga mampu
merumuskan masalah yang diamati. Contoh masalah yang terdapat pada LKS
seperti pada gambar 28.
Gambar 28. Contoh Masalah
Konten selanjutnya yaitu siswa diminta untuk memperkiran jawaban
sementara dari masalah yang diberikan. Untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan di LKS diberikan aktivitas yang dapat dilakukan siswa sehingga siswa
dapat menemukan konsep matematika yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah. Contoh aktivitas seperti pada gambar 29.
Gambar 29. Contoh Aktivitas
118
7) Mengasah Otak
Konten ini berisi soal akan dikerjakan secara individu oleh setiap siswa.
Konten ini bertujuan untuk mealatih kemampuan penalaran dan koneksi
matematika siswa. Contoh mengasah otak seperti pada gambar 30.
Gambar 30. Contoh Mengasah Otak
c. Validasi Ahli
Tujuan dilakukannya validasi ahli adalah untuk menilai kevalidan dari
perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Validasi ahli dalam penelitian ini
dilakukan oleh dosen ahli. Kedua dosen ahli tersebut memberikan penilaian
mengenai kevaldan produk yang dikembangkan, serta memberikan masukan dan
saran untuk perbaikan produk perangkat pembelajaran.
Penilaian serta masukan dan saran yang diberikan oleh ahli dituliskan dalam
lembar validasi yang telah disiapkan. Selain dituliskan pada lembar validasi,
peneliti juga berdiskusi dengan ahli untuk mendapatkan masukan dan saran yang
lebih mendalam. Pada akhir lembar validasi terdapat kesimpulan yang diberikan
oleh ahli mengenai kevalidan produk perangkat pembelajaran yang
dikembangkan. Terdapat tiga pilihan kesimpulan dari kelayakan penggunaan
119
perangkat pembelajaran yaitu Layak Digunakan, Layak Digunakan dengan Revisi
dan Tidak Layak Digunakan.
Kesimpulan akhir penilaian yang dilakukan oleh dua validator adalah
perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS layak digunakan dengan revisi.
Selain itu, rata-rata skor penilaian yang diberikan oleh kedua ahli untuk RPP dan
LKS masing-masing adalah 103,5 dan 89 dengan kategori secara kualitatif sangat
baik. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas perangkat
pembelajaran matematika SMP dengan menggunakan metode guided inquiry
berbasis budaya lokal memenuhi kriteria valid. Untuk rincian hasil penilaian
perangkat pembelajaran pada setiap aspek penilaian dapat dilihat pada tabel 28
dan tabel 29.
Tabel 28. Hasil Penilaian Kevalidan RPP untuk Setiap Aspek
No. Aspek Skor Penilaian Rata-rata Validator 1 Validator 2 1. Identitas 10 10 10
2. Rumusan tujuan dan indikator pembelajara 15 12 13,5
3. Pemilihan materi 12 13 12,5
4. Pemilihan metode pembelajaran 8 8 8
5. Perencanaan kegiatan pembelajaran 29 29 29
6. Pemilihan sumber belajar 8 10 9 7. Menyusun penilaian 8 8 8 8. Penggunaan bahasa 12 15 13,5
Total 102 105 103,5 Kategori Penilaian Sangat Baik
120
Tabel 29. Hasil Penilaian Kevalidan LKS untuk setiap aspek
No. Aspek Skor Penilaian Rata-rata Validator 1 Validator 2 1. Kelayakan Materi/Isi 44 45 44,5 2. Tampilan 29 26 27,5 3. Kesesuaian Bahasa 16 18 17
Total 89 89 89 Kategori Penilaian Sangat Baik
d. Revisi Produk
Masukan dan saran dari vaidator menjadi acuan dalam melakukan revisi
Draft 1. Hasil revisi dari draft 1 disebut sebagai draft 2. Draft 2 merupakan
perangkat pembelajaran yang telah direvisi dan valid, sehingga siap diujicobakan
ke lapangan.
4. Implementation
Perangkat pembelajaran dengan metode guided inquiry berbasis budaya
lokal yang telah valid diterapkan pada subjek penelitian yaitu kelas VII C SMP
Negeri 1 Pakem. Uji coba ini dilakukan untuk menghasilkan data berupa data
hasil penilaian guru, data hasil observasi, data hasil penilaian siswa serta hasil tes
siswa untuk kemampuan penalaran koneksi dan apresiasi siswa terhadap
matematika. Data tersebut akan digunakan untuk menilai perangkat pembelajaran
ditinjau dari kepraktisan dan keefektifan penggunaan perangkat pembelajaran.
Uji coba lapangan ini dilakukan sebanyakan 7 kali pertemuan. Enam
pertemuan untuk mengimplementasikan perangkat pembelajaran, sedangankan
satu pertemuan untuk tes kemampuan siswa. Jadwal implementasi perangkat
pembelajaran dapat dilihat pada tabel 30.
121
Tabel 30. Jadwal Implementasi Perangkat Pembelajaran Pertemuan Ke- Hari, Tanggal Materi
1 Jumat, 29 maret 2019 Macam-macam Segitiga 2 Jumat, 5 april 2019 Macam-macam Segiempat 3 Sabtu, 6 april 2019 Keliling Segitiga Segiempat 4 Jumat, 12 april 2019 Luas Segitiga Segiempat 5 Sabtu, 13 april 2019 Luas Segitiga Segiempat 6 Jumat, 10 mei 2019 Luas Segitiga Segiempat 7 Sabtu, 11 mei 2019 Postest
5. Evaluation
Tahap evaluation dilakukan untuk menilai kelayakan produk yang
dikembangkan. Kelayakan produk perangkat pembelajaran dengan metode guided
inquiry berbasis budaya lokal ini dilihat dari tiga aspek yaitu kevalidan,
kepraktisan dan keefektifan. Uji kevalidan produk telah dilakukan pada tahap
development. Pada tahap evaluation ini akan dilakukan analis kepraktisan dan
keefektifan.
Analisis kepraktisan didapatkan dari data hasil penilaian guru dan siswa
terhadap perangkat pembelajaran, serta presentase keterlaksanaan kegiatan
pembelajaran di kelas. Sedangkan, untuk analisis keefektifan didapatkan dari data
hasil tes kemampuan penalaran, koneksi serta hasil angket apresiasi siswa
terhadap matematika. Hasil analisis kepraktisan dan keefektifan akan diuraikan
pada bagian hasil uji coba produk.
B. Hasil Uji Coba Produk
Uji coba produk dilakukan untuk mengetahui kualitas perangkat
pembelajaran berdasarkan aspek kepraktisan dan keefektifan. Analisis aspek
kepraktisan perangkat pembelajaran didapatkan dari data penilian guru, penilaian
siswa dan data hasil observasi keterlaksaan pembelajaran. Sedangkan, untuk
122
analisis aspek keefektifan perangkat pembelajaran didapatkan dari data hasil tes
kemampuan penalaran, koneksi dan data angket apresiasi siswa terhadap
matematika.
1. Analisis Data Aspek Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
a. Analisis Data Hasil Penilaian Guru
Guru memberikan penilaian pada perangkat pembelajaran matematika
dengan metode guided inquiry berbasis budaya lokal yang telah divalidasi.
Penilaian tersebut dilakukan oleh satu guru yang telah menggunakan perangkat
pembelajaran dalam proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dinilai
guru berupa RPP dan LKS. Hasil rekapitulasi penilaian guru dapat dilihat pada
tabel 31.
Tabel 31. Hasil Analisis Data Penilaian Guru No. Perangkat Skor Kategori 1. RPP 30 Sangat Baik 2. LKS 35 Baik
Berdasarkan tabel 31, maka secara umum perangkat pembelajaran berupa
RPP dan LKS memiliki klasifikasi baik. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
perangkat pembelajaran matematika dengan metode guided inquiry berbasis
budaya lokal berorientasi pada kemampuan penalaran, koneksi dan apresiasi siswa
terhadap matematika memenuhi kriteria praktis. Hasil penilaian guru secara
lengkap dapat dilihat pada lampiran.
b. Analisis Data Hasil Penilaian Siswa
Siswa memberikan penilaian pada perangkat pembelajaran matematika
dengan metode guided inquiry berbasis budaya lokal yang telah divalidasi.
Penilaian tersebut dilakukan oleh 31 siswa yang telah menggunakan perangkat
123
pembelajaran dalam proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dinilai
siswa adalah LKS. Hasil rekapitulasi penilaian siswa dapat dilihat pada tabel 32.
Tabel 32. Hasil Analisis Data Penilaian Siswa Interval Skor Klasifikasi Frekuensi Persentase Sangat Baik 7 23%
Baik 23 74% Cukup Baik 1 3% Kurang Baik 0 0% Sangat Kurang Baik 0 0%
Berdasarkan tabel 32, diketahui bahwa modus data hasil penilaian siswa
sebesar 23 siswa menilai LKS dengan kriteria baik. Hal itu berarti penilaian siswa
terhadap LKS secara umum memiliki kriteria baik. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa LKS dengan metode guided inquiry berbasis budaya lokal
berorientasi pada kemampuan penalaran, koneksi dan apresiasi siswa terhadap
matematika memenuhi kriteria praktis. Hasil penilaian siswa secara lengkap dapat
dilihat pada lampiran.
c. Analisis Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Data keterlaksanaan pembelajaran diperoleh dari lembar observasi yang di
isi oleh observer. Observasi kegiatan pembelajaran ini dilakukan selama enam
kali pertemuan. Keenam pertemuan tersebut proses pembelajarannya
menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini.
Hasil rekapitulasi data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat
pada tebel 33.
Berdasarkan tabel 33 diketahui persentase bahwa rata-rata keterlaksanaan
pembelajaran di tinjau dari kegiatan guru dan kegiatan siswa masing-masing
adalah 92,53% dan 90,80%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perangkat
pembelajaran matematika dengan metode guided inquiry berbasis budaya lokal
124
berorientasi pada kemampuan penalaran, koneksi dan apresiasi siswa terhadap
matematika memenuhi kriteria praktis (persentase keterlaksanaan pembelajaran ≥
80%). Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran secara lengkap dapat dilihat
pada lampiran.
Tabel 33. Hasil Analisis Data Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Pertemuan Ke- Persentase Keterlaksanaan (%) Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
I 83% 83% II 86% 83% III 93% 93% IV 97% 97% V 93% 93% VI 96% 96%
Rata-rata 92,53% 90,80% 2. Analisis Aspek Keefektifan Perangkat Pembelajaran
a. Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Penalaran
Perangkat pembelajaran dikatakan efektif ditinjau dari kemampuan
penalaran, jika rata-rata hasil tes kemampuan penalaran siswa lebih besar atau
sama dengan 75. Hasil rekapitulasi hasil tes kemampuan penalaran dilihat pada
tabel 34.
Tabel 34. Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Penalaran Deskripsi Angka
Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah 42,86 Nilai Rata-rata 83,18
Berdasarkan tabel 34, dapat dilihat bahwa secara deskriptif rata-rata hasil tes
kemampuan penalaran adalah 83,28 sehingga memenuhi kriteria rata-rata lebih
besar atau samadengan 75. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perangakat
pembelajaran memenuhi kriteria efektif ditinjau dari kemampuan penalaran.
Selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis untuk mengetahui bahwa
nilai rata-rata tes kemampuan penalaran secara signifikan lebih besar dari 74,9.
125
Namun sebelumnya dilakukan uji asumsi terlebih dahulu, yaitu uji normalitas tes
kemampuan penalaran. Uji ini dilakukan dengan menggunakan SPSS Statistic
15.0 dengan statistik uji one-sample Kolmogorov-smirnov test.
Tabel 35. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Penalaran Aspek Penalaran
Kolmogorov-Smirnov Z 0,802 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,541
Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 35. Hasil uji one-sample
kologorov-smirnov test untuk hasil tes kemampuan penalaran diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,541 > 0,05. Hasil tersebut berarti bahwa H0 diterima.
Artinya data yang digunakan berasal dari populasi yang berdistribusi normal
sehingga dapat dilakutkan uji hipotesis.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan bantuan SPSS Statistic 15.0 dengan
statistik uji one sample T-Test. Hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel 36.
Tabel 36. Hasil Uji One Sample T-Test untuk Tes Kemampuan Penalaran Aspek Penalaran
Nilai t hitung 5,331 Sig. (1-tailed) 0,001
Hasil uji one-sample T-Test untuk hasil tes kemampuan penalaran diperoleh
nilai signifikansi sebesar 0,001 < 0,05. Hasil tersebut berarti bahwa H0 ditolak.
Artinya nilai rata-rata tes kemampuan penalaran lebih besar dari 74,9.
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka perangkat pembelajaran efektif
digunakan ditinjau dari kemampuan penalaran matematika.
b. Analisis Data Hasil Tes Koneksi Matematika
126
Perangkat pembelajaran dikatakan efektif ditinjau dari kemampuan koneksi,
jika rata-rata hasil tes kemampuan koneksi siswa lebih besar atau sama dengan 75.
Hasil rekapitulasi hasil tes kemampuan koneksi dilihat pada tabel 37.
Tabel 37. Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Koneksi Deskripsi Angka
Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah 41,67 Nilai Rata-rata 85,22
Berdasarkan tabel 37, dapat dilihat bahwa secara deskriptif rata-rata hasil tes
kemampuan koneksi adalah 85,22 sehingga memenuhi kriteria rata-rata lebih
besar atau samadengan 75. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perangakat
pembelajaran memenuhi kriteria efektif ditinjau dari kemampuan koneksi
matematika.
Selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis untuk mengetahui bahwa
nilai rata-rata tes kemampuan koneksi secara signifikan lebih besar dari 74,9.
Namun sebelumnya, dilakukan uji asumsi terlebih dahulu, yaitu uji normalitas tes
kemampuan koneksi. Uji ini dilakukan dengan menggunakan SPSS Statistic 15.0
dengan statistik uji one-sample Kolmogorov-smirnov test. Hasil uji normalitas
dapat dilihat pada tabel 38.
Tabel 38. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Koneksi Aspek Koneksi
Kolmogorov-Smirnov Z 1,253 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,087
Hasil uji one-sample kologorov-smirnov test untuk hasil tes kemampuan
konekai diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,087 > 0,05. Hasil tersebut berarti
bahwa H0 diterima. Artinya data yang digunakan berasal dari populasi yang
berdistribusi normal sehingga dapat dilakutkan uji hipotesis.
127
Pengujian hipotesis dilakukan dengan bantuan SPSS Statistic 15.0 dengan
statistik uji one sample T-Test. Hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel 39.
Tabel 39. Hasil Uji One Sample T-Test untuk Tes Kemampuan Koneksi Aspek Koneksi
Nilai t hitung 4,889 Sig. (1-tailed) 0,0015
Hasil uji one-sample T-Test untuk hasil tes kemampuan koneksi diperoleh
nilai signifikansi sebesar 0,0015 < 0,05. Hasil tersebut berarti bahwa H0 ditolak.
Artinya nilai rata-rata tes kemampuan koneksi lebih besar dari 74,9. Berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan maka perangkat pembelajaran efektif digunakan
ditinjau dari kemampuan koneksi matematika.
c. Analis Data Hasil Angket Apresiasi terhadap Matematika
Perangkat pembelajaran dikatakan efektif ditinjau dari apresiasi siswa
terhadap matematika, jika rata-rata skor hasil tes angket apresiasi siswa lebih
besar atau sama dengan 74,8 (tinggi). Hasil rekapitulasi hasil tes kemampuan
koneksi dilihat pada tabel 40.
Tabel 40. Rekapitulasi Hasil Angket Apresiasi Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase Sangat Tinggi 3 10%
Tinggi 25 80% Sedang 3 10% Rendah 0 0%
Sangat Rendah 0 0% Rata-rata Skor 81,03
Kesimpulan Tinggi Berdasarkan tabel 40, dapat dilihat bahwa secara deskriptif rata-rata hasil
angket apresiasi siswa adalah 81,03 sehingga memenuhi kriteria rata-rata lebih
besar atau samadengan 74,8. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perangakat
pembelajaran memenuhi kriteria efektif ditinjau dari apresiasi siswa terhadap
matematika.
128
Selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis untuk mengetahui bahwa
skor rata-rata angket apresiasi siswa secara signifikan lebih besar dari 74,8.
Namun sebelumnya dilakukan uji asumsi terlebih dahulu, yaitu uji normalitas tes
angket apresiasi. Uji ini dilakukan dengan menggunakan SPSS Statistic 15.0
dengan statistik uji one-sample Kolmogorov-smirnov test. Hasil uji normalitas
dapat dilihat pada tabel 41.
Tabel 41. Hasil Uji Normalitas Apresiasi Siswa terhadap Matematika Aspek Apresiasi
Kolmogorov-Smirnov Z 0,903 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,388
Hasil uji one-sample kologorov-smirnov test untuk hasil angket apresiasi
nilai signifikansi sebesar 0,388 > 0,05. Hasil tersebut berarti bahwa H0 diterima.
Artinya data yang digunakan berasal dari distribusi normal sehingga dapat
dilakukan uji hipotesis.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan bantuan SPSS Statistic 15.0 dengan
statistik uji one sample T-Test. Hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel 42.
Tabel 42. Hasil Uji One Sample T-Test untuk Hasil Angket Apresiasi Aspek Apresiasi
Nilai t hitung 3,718 Sig. (1-tailed) 0,0005
Hasil uji one-sample T-Test untuk hasil angket apresiasi diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,0005 < 0,05. Hasil tersebut berarti bahwa H0 ditolak.
Artinya skor rata-rata hasil angket apresiasi lebih besar dari 74,8. Berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan maka perangkat pembelajaran efektif digunakan
ditinjau dari apresiasi siswa terhadap matematika.
C. Revisi Produk
129
Revisi produk perangkat pembelajaran dilakukan untuk menghasilkan
produk yang layak untuk digunakan dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini
revisi produk perangkat pembelajaran matematika dengan metode guided inquiry
berbasis budaya lokal berorientasi pada kemampuan penalaran, koneksi dan
apresiasi siswa terhadap matematika dilakukan sebanyak dua kali. Revisi tersebut
dilakukan setelah validasi ahli dan revisi setelah uji coba lapangan. Untuk revisi
produk setelah validasi ahli dilakukan berdasarkan pada masukan dan saran dari
ahli. Sementara itu, revisi produk setelah uji coba lapangan dilakukan
berdasarkan pada saran guru dan siswa yang menggunakan perangkat
pembelajaran. Berikut diuraikan revisi produk perangkat pembelajaran.
1. Revisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
a. Memperinci indikator pencapaian agar lebih sesuai dengan Kompetensi Dasar.
b. Memperbaiki pengantar sebelum menyebutkan tujuan pembelajaran
c. Menjelaskan secara rinci tujuan pembelajaran untuk setiap pertemuan
d. Memperbaiki pengertian segiempat terutama belah ketupat dan jajargenjang
2. Revisi Lembar Kerja Siswa
a. Mengurangi gambar yang fungsinya untuk menjelaskan sesuatu yang sama
b. Mengubah konten pada kesimpulan LKS 1, di mana siswa seharusnya cukup
untuk sebatas menyimpulkan sifat-sifat segiempat tanpa harus merumuskan
pengetiannya
c. Memperbaiki kuci jawaban pada LKS guru
d. Membedakan warna sketsa antara yang diketahui dengan kunci jawaban pada
LKS guru
130
e. Menyesuaikan halaman LKS guru dengan LKS siswa sehingga guru lebih
mudah dalam memberikan instruksi
Rincian lebih lanjut mengenai revisi produk dapat dilihat pada lampiran.
D. Kajian Produk Akhir
Proses pengembangan perangkat pembelajaran pada penelitian ini telah
dilakukan dengan menggunakan model ADDIE. Seperti yang telah dipaparkan
pada bagian sebelumnya bahwa melalui tahap ADDIE dihasilkan produk
perangkat pembelajaran matematika SMP dengan menggunakan metode guided
inquiry berbasis budaya lokal berorientasi pada kemampuan penalaran, koneksi
dan apresiasi siswa terhadap matematika. Adapun produk yang dihasilkan berupa
RPP, LKS, instrumen tes kemampuan penalaran dan koneksi serta instrumen
angket apresiasi terhadap matematika.
Kualitas produk hasil pengembangan dikatakan layak digunakan jika
memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan dan keefektifan (Nieveen, 1999: 126).
Berdasarkan hasil dari validasi ahli dan uji coba lapangan yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa produk perankat pembelajaran yang dikembangkan
dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif. Lebih
lanjut, akan dijelaskan mengenai kajian kelayakan produk akhir berdasarkan
ketiga kriteria kelayakan produk.
1. Kevalidan Perangkat Pembelajaran
Kevalidan perangkat pembelajaran didapatkan dari hasil validasi isi oleh
ahli. Hasil dari validasi isi oleh ahli menunjukkan bahwa penilaian RPP berada
131
pada kategori sangat baik dan LKS memiliki kategori baik. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran matematika SMP dengan
menggunakan metode guided inquiry berbasis budaya lokal yang berorientasikan
kemampuan penalaran, koneksi dan apresiasi terhadap matematika telah
memenuhi kriteria valid. Namun demikian, terdapat beberapa saran dan masukan
untuk perangkat pembelajaran sehingga perlu dilakukan revisi agar perangkat
pembelajaran layak untuk digunakan.
Produk perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah memenuhi
kriteria valid sehingga layak digunakan. Kriteria itu dapat terpenuhi karena teori-
teori yang relevan digunakan sebagai pedoman dalam menyususn perangkat
pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nieveen (1999: 127) yang
mengungkapkan bahwa suatu produk pengembangan dapat dinyatakan sebagai
produk yang valid jika dalam mengembangkannya berpedoman pada rasional
teoritik yang kuat serta terdapat konsistensi internal antara komponen-
komponenya.
2. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
Produk perangkat pembelajaran matematika SMP dengan menggunakan
metode guided inquiry berbasis budaya lokal berorientasikan pada kemampuan
penalaran, koneksi dan apresiasi terhadap matematika telah memenuhi kriteria
praktis. Hasil tersebut berdasarkan pada :
a. Penilaian guru terhadap perangkat pembelajaran yang mana guru menilai RPP
dengan kategori sangat baik dan LKS dengan kategori baik. Adapun komponen
yang dinilai dalam RPP meliputi delapan aspek yaitu :
132
1) Kesesuaian identitas RPP
2) Kesesuaian rumusan dan tujuan pembelajaran
3) Pemilihan materi
4) Pemilihan metode pembelajaran
5) Perencanaan kegiatan pembelajaran
6) Pemilihan sumber belajar
7) Menyusun penilaian
8) Pemilihan bahasa yang digunakan.
Komponen yang dinilai dalam LKS meliputi tiga aspek yaitu :
1) Kelayakan materi atau isi
2) Tampilan LKS
3) Kesesuaian bahasa yang digunakan
b. Penilaian siswa terhadap LKS dengan sebagian besar siswa menilai LKS
dengan kategori baik
c. Observasi keterlaksanaan pembelajaran yang menunjukkan bahwa disetiap
pertemuan keterlaksanaan pembelajaran selalu ≥ 80%.
Produk perangkat pembelajaran yang telah memenuhi kriteria praktis,
artinya produk tersebut dapat digunakan dan dimanfaatkan dengan mudah oleh
guru maupun siswa. Hal itu sesuai dengan pendapat Nieveen (1999: 127) yang
mengungkapkan bahwa produk dapat dikatakan praktis jika guru dan ahli
menganggap produk tersebut mudah dan dapat digunakan oleh guru dan siswa
sesuai dengan tujuan pengembangan.
3. Keefektifan Perangkat Pembelajaran
133
Produk perangkat pembelajaran matematika SMP dengan menggunakan
metode guided inquiry berbasis budaya lokal berorientasikan pada kemampuan
penalaran, koneksi dan apresiasi terhadap matematika telah memenuhi kriteria
efektif. Hal tersebut berdasarkan pada rata-rata hasil tes kemampuan penalaran
dan koneksi matematika lebih dari 75, serta rata-rata skor hasil angket lebih dari
74,8. Selain itu berdasrkan uji hipotesis rata-rata hasil tes kemampuan penalaran
dan koneksi matematika secara signifikan lebih dari 75, serta rata-rata skor hasil
angket secara signifikan lebih dari 74,8.
Perangkat pembelajaran yang dikembangan efektif ditinjau dari kemampuan
penalaran salah satunya dikarenakan tahapan dalam metode guided inquiry sesuai
untuk mengembangkan indikator pada kemampuan penalaran. Hal itu sesuai
dengan hasil penelitian Purboningsih (2017) yang mengungkapkan bahwa
pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis metode Gardner efektif ditinjau dari
kemampuan penalaran. Selain itu dalam tahap guided inquiry siswa dilatih untuk
membuat dugaan jawaban (hipotesis), kemudian mengumpulkan informasi untuk
dapat membuktikan dugaan yang telah dibuat sehingga dapat menarik kesimpulan.
Hal itu juga dapat melatih kemampuan penalaran, karena menurut Goos, Stillman
& Vale (2007: 35) penalaran matematika itu mencakup pada kegiatan membuat,
menginvestigasi dan mengevaluasi sebuah dugaan, serta membuat argumen
matematis yang dapat menemukan nilai kebenaran dari dugaan yang diajukan.
Perangkat pembelajaran yang dikembangan efektif ditinjau dari kemampuan
koneksi salah satu faktornya adalah karena metode guided inquiry merupakan
salah satu pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme, sehingga
134
dalam proses belajarnya siswa dilatih untuk menghubungkan pengetahuan dan
infomasi yang telah dimiliki untuk menemukan dan memahami konsep baru. Hal
itu sesuai dengan pendapat Coffman (2009:1) yang menyatakan bahwa
pembelajaran inkuiri menggunakan pendekatan konstruktivisme sehingga siswa
berinteraksi secara langsung dengan konten melalui pertanyaan-pertanyaan yang
dapat meningkatkan pemahaman didwa dan dalam waktu yang sama dapat
mengkonstrak pengetahuannya sendiri. Selain dikarenakan penggunaan metode
guided inquiry, konteks budaya lokal yang digunakan juga melatih siswa untuk
mengkoneksikan matematika dengan konteks kehidupan nyata. Hal itu didukung
oleh Rosa & Orey (2011: 33) yang mengungkapkan bahwa masalah dengan basis
budaya yang mencerminkan keseharian siswa sesuai bila diterapkan dalam
matematika praktis.
Perangkat pembelajaran yang dikembangan efektif ditinjau dari apresiasi
siswa terhadap matematika salah satunya dikarenakan pengalam belajar siswa
dengan terlibat langsung dalam membangun pengetahuannya. Selain itu
penggunaan konteks budaya memberikan gambaran pada siswa bahwa
matematika dapat dikaitkan dengan lingkungan sekitarnya sehingga siswa lebih
mengapresiasi matematika. Hal itu sesuai dengan pendapat Brophy (2008: 132)
yang mengungkapkan bahwa pembelajaran yang dapat meningkatkan apresiasi
siswa yaitu dengan menanamkan manfaat dari pembelajaran, memaparkan nilai
dan aplikasi dari apa yang dipelajari, dan melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran sehingga memberikan siswa pengalam belajar yang berarti.
E. Keterbatasan Penelitian
135
Keterbatasan penelitian dalam pengembangan produk perangkat
pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Produk hanya diujicobakan pada satu sekolah dan subjek penelitiannya hanya
satu kelas yang terdiri dari 31 siswa.
2. Uji coba produk dilakukan mendekati semester genap akhir, sehingga waktu
banyak terpotong untuk persiapan ujian nasional. Hal itu membuat peneliti
kesulitan dalam mengatur waktu penelitian sehingga rencana awal pertemuan
yang harusnya 15 Jam Pelajaran dipersingkat menjadi 14 Jam Pelajaran.