BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tindakan ......belajarsiswa mata pelajaran Matematika materi...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tindakan ......belajarsiswa mata pelajaran Matematika materi...
-
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SD Kanisius Cungkup Salatiga.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi
pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division (STAD). Tindakan penelitian ini dilaksanakan dalam (2) siklus. Pada
setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan, setiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran.
Adapun hasil penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut.
4.1.1 Pra Tindakan (Pra Siklus)
Apalagi, guru Pra tindakan dilaksanakan tanggal 10 Maret 2016 yang di ikuti oleh 26
siswa. Tahap pra tindakan dilakukan untuk memperoleh data awal mengenai hasil
belajarsiswa mata pelajaran Matematika materi pecahan sebelum dilakukan tindakan. Data
yang diperoleh pada tahap pra tindakan ini didapat melalui observasi dan pre test.
Sebelum pelaksanaan siklus I dan Siklus II, terlebih dahulu penulis melakukan
observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui karateristik siswa serta hambatan-hambatan
yang dialami siswa pada proses belajar mengajar terutama pada matapelajaran Matematika.
Berdasarkan hasil refleksi peneliti, dari hasil uji kompetensi yang dilakukan pada mata
pelajaran Matematika materi Pecahan ternyata hasilnya belum memuaskan. Dugaan
sementara guru kurang memamfaatkan media yang tersedia dan selalu menggunakan model
pembelajaran yang konvensional, sehingga berdampak pada hasil belajar siswa.
belum menggunakan model pembelajaran yang menarik untuk membantu
menyampaikan materi pecahan. Adanya perbedaan kemampuan dan daya tangkap siswa
juga terlihat saat mengerjakan soal tes pra tindakan. Mereka ada yang contek-contekan,
bahkan ada beberapa siswa yang malah berbuat gaduh di kelas sehingga menggangu teman-
temannya, beberapa siswa juga beberapa kali menanyakan soal tersebut kepada guru karena
siswa merasa bingung. Beberapa juga mengerjakan soal dengan serius. Setelah waktu yang
ditentukan oleh guru habis untuk menyelesaikan soal pra tindakan semua jawaban siswa
dikumpulkan
-
Peneliti mengoreksi hasil pekerjaan siswa. Dari hasil tes didapat data yang berupa
angka-angka mengenai nilai yang diperoleh masing
kuantitatif menunjukan bahwa nilai ketuntasan 42% d dengan nilai
63%. Nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 10
tindakan dapat dilihat dalam bentuk Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Siswa
Tidak Tuntas
Tuntas
Jumlah
NILAI RATA
Hasil belajar siswa
untuk melihat perbedaan
Ketuntasan hasil belajar siswa
Diagram 4.1
4.1.2 Siklus I
Data yang diperoleh pada tahap pra tindakan dijadikan sebagai acuan dalam
melaksanakan tindakan pada siklus pertama
58%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Tidak Tuntas
Peneliti mengoreksi hasil pekerjaan siswa. Dari hasil tes didapat data yang berupa
angka mengenai nilai yang diperoleh masing-masing siswa. Hasil analisis deskriptif
njukan bahwa nilai ketuntasan 42% d dengan nilai rata-rata kelas adalah
ilai tertinggi 90 dan nilai terendah 10. Adapun nilai yang diperoleh sis
tindakan dapat dilihat dalam bentuk Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Nilai Ketuntasan Hasil Tes Pra Siklus
Nilai Jumlah Siswa Persentase
Tuntas ≥ 65 15 58 %
< 65 11 42 %
Jumlah 26 100%
NILAI RATA-RATA 63%
Hasil belajar siswa pada tahap pra siklus juga dapat di lihat dalam bentuk diagram
untuk melihat perbedaan presentase siswa yang tuntas dan siswa yang tidak tuntas.
hasil belajar siswa pada tahap pra siklus terlihat terlihat pada Diagram 4.1.
Diagram 4.1. Nilai Ketuntasan Hasil Tes Pra Siklus
Data yang diperoleh pada tahap pra tindakan dijadikan sebagai acuan dalam
an tindakan pada siklus pertama, dengan tujuan agar diperoleh suatu
58%
42%
63%
Tidak Tuntas Tuntas Nilai Rata-rata
Tidak Tuntas
Tuntas
Nilai Rata-rata
38
Peneliti mengoreksi hasil pekerjaan siswa. Dari hasil tes didapat data yang berupa
masing siswa. Hasil analisis deskriptif
rata kelas adalah
Adapun nilai yang diperoleh siswa pada pra
pada tahap pra siklus juga dapat di lihat dalam bentuk diagram
s dan siswa yang tidak tuntas.
pada tahap pra siklus terlihat terlihat pada Diagram 4.1.
Data yang diperoleh pada tahap pra tindakan dijadikan sebagai acuan dalam
, dengan tujuan agar diperoleh suatu
-
39
peningkatan hasil belajar matematika tentang pecahan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
pada siklus I adalah sebagai berikut.
a. Perencanaan
Setelah diperoleh gambaran jelas tentang keadaan kelas, maka peneliti
merancang tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar
matematika pada materi pecahan siswa kelas IV SD Kanisius Cungkup Salatiga,
persiapannya meliputi hal-hal berikut:
1) Menentukan dan mempersiapkan materi atau bahan ajar Matematika yang
akan dipelajari.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) padamata pelajaran Matematika.
3) Menyiapkan media pembelajaran.
4) Membuat daftar pengelompokkan siswa dengan cara merangking nilai pre
test siswa kemudian membaginya menjadi 5 kelompok dengan anggota yang
heterogen. Setiap kelompok memiliki siswa berkemampuan akademik rendah,
sedang dan tinggi.
5) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS).
6) Membuat lembar pengamatan untuk memantau aktivitas guru dan siswa
ketika proses pembelajaran berlangsung.
7) Menysun dan menyiapkan soal tes untuk siswa. Tes ini akan diberikan pada
akhir siklus.
8) Menyiapkan kamera untuk mendokumentasikan aktivitas guru dan siswa pada
sat proses pembelajaran berlangsung.
9) Melakukan simulasi/latihan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
student teams achievement division (STAD) bersama teman sejawat. Hal ini
dilakukan agar peneliti benar-benar terampil dan mahir dengan model
pembelajaran tersebut.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan rancangan tindakan yang telah
disusun, berupa pembelajaran matematika dengan menggunakan model
-
40
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sebelumnya telah
disiapkan oleh peneliti. Tindakan siklus I ini dilaksanakan pada minggu keempat
Maret. Siklus I dilakukan 2 kali pertemuan yang disesuaikan dengan materi dan
silabus.
1) Pertemuan ke I Siklus I
Pertemuan ke I siklus I pada hari Senin, 21 Maret 2016 pukul 09.00-
10.45. Setelah segala persiapan dilakukan, guru memulai melaksanakan
penelitian terlebih dahulumembuka pelajaran, mempersiapkan materi yang
akan dipelajari, kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran beserta prosedur
pelaksanaan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD yang akan
dilakukan. Tahap-tahap pembelajaran melalui model kooperatif tipe STAD
yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.
Guru membuka pelajaran dengan salam. Guru melakukan apersepsi
dengan bertanya “Pernah atau tidak kalian (siswa) makan atau melihat
Pizza?”. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada
pertemuan I ini, guru memperkenalkan apa itu pembelajaran model kooperatif
tipe STAD. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru. Mulai dari
pembentukan kelompok, kerjasama antar kelompok, penilaian kelompok
sampai penilaian individu.
Siswa dibagi menjadi 5 kelompok dengan anggota kelompok 5 orang,
tetapi ada 1 kelompok yang terdiri dari 6 orang. Pembagian kelompok
memperhatikan heterogenitas di dalam kelas, yaitu jenis kelamin dan tingkat
kemampuan anak. Selanjutnya guru meminta siswa untuk bergabung dengan
kelompoknya masing-masing. Siswa ada yang antuasias langsung
menghampiri temannya, tetapi ada juga yang kecewa karena tidak satu
kelompok dengan teman dekatnya. Selain itu, ada siswa yang tidak tahu akan
bergabung dengan kelompok yang mana karena siswa sibuk bercanda
sehingga tidak mendengarkan perintah guru. Kemudian guru membagikan
LKS untuk tiap-tiap kelompok.
-
Memasuki kegia
yang sudah di potong berbentuk persegi untuk lembar jawaban setiap
kelompok. Mereka bersama peneliti akan menyelesaikan soal penjumlahan
bilangan pecahan berpenyebut sama dan berbeda penyebut. Soal yang
pertama adalah penjumlahan bilangan pecahan berpenyebut sama
Siswa dibimbing untuk menentukan hasil penjumlahan pecahan
tersebut. Langkah pertama adalah mengambil 3 kertas lipat. Masing
kertas lipat tersebut dibagi menjadi 8 bagian, kemudi
lipatannya menggunakan pensil atau bolpoin. Setelah itu, ambil satu dari
ketiga kertas lipat tersebut. Arsirlah 4 bagian dari 8 bagian tersebut (siswa
diberikan kebebasan untuk mengasir bagian mana yang ingin mereka arsir).
Siswa juga dib
dengan sebelumnya yaitu arsirlah 1 bagian dari 8 bagian tersebut. Langkah
menjumlahkan pecahan
Gambar 4.1. Siswa
�
����
�
�.
Kemudian untuk menjumlahkan kedua pecahan tersebut siswa diberikan
kata kunci “penggabungan” yaitu dengan memotong bagian yang diarsir pada
salah satu kertas tersebut dengan menggambungkan pada
sehingga menghasilkan pecahan
Memasuki kegiatan inti, peneliti membagikan 1 lembar kertas karton
yang sudah di potong berbentuk persegi untuk lembar jawaban setiap
kelompok. Mereka bersama peneliti akan menyelesaikan soal penjumlahan
bilangan pecahan berpenyebut sama dan berbeda penyebut. Soal yang
pertama adalah penjumlahan bilangan pecahan berpenyebut sama
Siswa dibimbing untuk menentukan hasil penjumlahan pecahan
tersebut. Langkah pertama adalah mengambil 3 kertas lipat. Masing
kertas lipat tersebut dibagi menjadi 8 bagian, kemudian tebalkan garis
lipatannya menggunakan pensil atau bolpoin. Setelah itu, ambil satu dari
ketiga kertas lipat tersebut. Arsirlah 4 bagian dari 8 bagian tersebut (siswa
diberikan kebebasan untuk mengasir bagian mana yang ingin mereka arsir).
Siswa juga dibimbing untuk membuat pecahan �
� . langkah pertama juga sama
dengan sebelumnya yaitu arsirlah 1 bagian dari 8 bagian tersebut. Langkah
menjumlahkan pecahan �
�dan
�
� dapat dilihat pada Gambar 4.2
Siswa Mengukuti Petunjuk Guru untuk Membuat P
Kemudian untuk menjumlahkan kedua pecahan tersebut siswa diberikan
kata kunci “penggabungan” yaitu dengan memotong bagian yang diarsir pada
salah satu kertas tersebut dengan menggambungkan pada bagian yang lain
sehingga menghasilkan pecahan �
�.
41
membagikan 1 lembar kertas karton
yang sudah di potong berbentuk persegi untuk lembar jawaban setiap
kelompok. Mereka bersama peneliti akan menyelesaikan soal penjumlahan
bilangan pecahan berpenyebut sama dan berbeda penyebut. Soal yang
pertama adalah penjumlahan bilangan pecahan berpenyebut sama �
�+
�
�= ⋯.
Siswa dibimbing untuk menentukan hasil penjumlahan pecahan
tersebut. Langkah pertama adalah mengambil 3 kertas lipat. Masing-masing
an tebalkan garis
lipatannya menggunakan pensil atau bolpoin. Setelah itu, ambil satu dari
ketiga kertas lipat tersebut. Arsirlah 4 bagian dari 8 bagian tersebut (siswa
diberikan kebebasan untuk mengasir bagian mana yang ingin mereka arsir).
. langkah pertama juga sama
dengan sebelumnya yaitu arsirlah 1 bagian dari 8 bagian tersebut. Langkah
dilihat pada Gambar 4.2.
Mengukuti Petunjuk Guru untuk Membuat Pecahan
Kemudian untuk menjumlahkan kedua pecahan tersebut siswa diberikan
kata kunci “penggabungan” yaitu dengan memotong bagian yang diarsir pada
bagian yang lain
-
Hasil penjumlahan pecahan
Gambar 4.3. Kertas Lipat yang Menunjukan Hasil P
Sampai dengan kegiatan ini, terlihat
mengikuti pembelajaran dengan baik. Namun demikian, ada juga siswa yang
malas untuk memperhatikan temannya mengerjakan tugas dari
cenderung asyik sibuk sendiri
adanya anak yang asyik sibuk sendiri
Gambar 4.4.
Gambar 4.4 a). Siswa yang Asyik Sibuk Main S
Setelah setiap kelompok sudah selesai, menjumlahkan pecahan tersebut
dengan alat peraga kertas lipat, peneliti merangsang keaktifan siswa dengan
menanyakan siapa yang berani ke depan kelas untuk menuliskan jawabannya
didepan kelas. Kemudian ada beberapa siswa yang
Hasil penjumlahan pecahan �
�dan
�
� dapat dilihat pada Gambar 4.3
Kertas Lipat yang Menunjukan Hasil Penjumlahan
Sampai dengan kegiatan ini, terlihat beberapa siswa antusias dan dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik. Namun demikian, ada juga siswa yang
malas untuk memperhatikan temannya mengerjakan tugas dari
cenderung asyik sibuk sendiri dan menggangu teman teman yang lain
anak yang asyik sibuk sendiri dan mengganggu teman da
a) b)
. Siswa yang Asyik Sibuk Main Sendiri, b). Siswa yang Asyik
Mengganggu Temannya Saat Diskusi.
setiap kelompok sudah selesai, menjumlahkan pecahan tersebut
dengan alat peraga kertas lipat, peneliti merangsang keaktifan siswa dengan
siapa yang berani ke depan kelas untuk menuliskan jawabannya
didepan kelas. Kemudian ada beberapa siswa yang menuliskan jawaban
42
ilihat pada Gambar 4.3.
enjumlahan �
����
�
�.
beberapa siswa antusias dan dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik. Namun demikian, ada juga siswa yang
malas untuk memperhatikan temannya mengerjakan tugas dari guru dan
teman yang lain. Peristiwa
dapat terlihat pada
. Siswa yang Asyik
setiap kelompok sudah selesai, menjumlahkan pecahan tersebut
dengan alat peraga kertas lipat, peneliti merangsang keaktifan siswa dengan
siapa yang berani ke depan kelas untuk menuliskan jawabannya
menuliskan jawaban
-
pekerjaannya didepan kelas dengan cukup jelas dan benar. Dalam menjumlahkan
pecahan berpenyebut sama, mereka hanya cukup menjumlahkan pembilangnya
saja, sedangkan penyebutnya tidak dijumlahkan. Jadi dapat di tulis
Tetapi, jika penyebutnya berbeda hal pertama yang harus mereka lakukan adalah
menyamakan penyebutnya terdahulu dengan cara menentukan KPK dari kedua
penyebut pecahan tersebut.
papan tulis dapat di
Gambar 4.5. Siswa Mengerjakan Penjumlahan Berpenyebut S
di Papan T
Setelah semua paham, siswa kemudian mengerjakan soal tes individual
untuk menilai kemajuan siswa dalam belajar. Guru menghitung
kelompok setelah siswa mengerjakan. Ketika penghitungan selesai guru
mengetahui kelompok yang mendapatkan skor perkembangan tertinggi. Guru
kemudian memberikan penghargaan tim dengan meminta kelompok ke depan
kelas. Guru mengucapkan sela
memberikan tepuk tangan.
Pada kegiatan akhir, peneliti mengajukan berbagai pertanyaan kepada
siswa. Pertanyaan tersebut diajukan untuk menyimpulkan bersama
hari ini. Kemudian peneliti menutup pelajaran
berpesan agar anak
dan Pecahan Desimal.
pekerjaannya didepan kelas dengan cukup jelas dan benar. Dalam menjumlahkan
pecahan berpenyebut sama, mereka hanya cukup menjumlahkan pembilangnya
saja, sedangkan penyebutnya tidak dijumlahkan. Jadi dapat di tulis
Tetapi, jika penyebutnya berbeda hal pertama yang harus mereka lakukan adalah
menyamakan penyebutnya terdahulu dengan cara menentukan KPK dari kedua
penyebut pecahan tersebut. Siswa yang berani menuliskan hasil peker
papan tulis dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Siswa Mengerjakan Penjumlahan Berpenyebut Sama dan
di Papan Tulis.
Setelah semua paham, siswa kemudian mengerjakan soal tes individual
untuk menilai kemajuan siswa dalam belajar. Guru menghitung skor individu dan
kelompok setelah siswa mengerjakan. Ketika penghitungan selesai guru
mengetahui kelompok yang mendapatkan skor perkembangan tertinggi. Guru
kemudian memberikan penghargaan tim dengan meminta kelompok ke depan
kelas. Guru mengucapkan selamat sedangkan kelompok yang lain untuk
memberikan tepuk tangan.
Pada kegiatan akhir, peneliti mengajukan berbagai pertanyaan kepada
siswa. Pertanyaan tersebut diajukan untuk menyimpulkan bersama
hari ini. Kemudian peneliti menutup pelajaran dengan memberikan PR dan
berpesan agar anak-anak belajar lagi di rumah tentang Penjumlahan Tiga Pecahan
dan Pecahan Desimal.
43
pekerjaannya didepan kelas dengan cukup jelas dan benar. Dalam menjumlahkan
pecahan berpenyebut sama, mereka hanya cukup menjumlahkan pembilangnya
saja, sedangkan penyebutnya tidak dijumlahkan. Jadi dapat di tulis �
�+
�
�=
�
�.
Tetapi, jika penyebutnya berbeda hal pertama yang harus mereka lakukan adalah
menyamakan penyebutnya terdahulu dengan cara menentukan KPK dari kedua
Siswa yang berani menuliskan hasil pekerjaannya di
ama dan Tidak Sama
Setelah semua paham, siswa kemudian mengerjakan soal tes individual
skor individu dan
kelompok setelah siswa mengerjakan. Ketika penghitungan selesai guru
mengetahui kelompok yang mendapatkan skor perkembangan tertinggi. Guru
kemudian memberikan penghargaan tim dengan meminta kelompok ke depan
mat sedangkan kelompok yang lain untuk
Pada kegiatan akhir, peneliti mengajukan berbagai pertanyaan kepada
siswa. Pertanyaan tersebut diajukan untuk menyimpulkan bersama-sama pelajaran
dengan memberikan PR dan
anak belajar lagi di rumah tentang Penjumlahan Tiga Pecahan
-
2) Pertemuan ke 2 siklus I
Pertemuan ke 2 siklus I pada h
07.00-08.45
hanya saja guru melakukan modifikasi terhadap model pembelajaran
kooperatif tipe STAD ini. Pada pertemuan kali ini materi materi yang
dibahas adalah Penjumlahan Tiga Pecahan dan Penjumlahan pecahan
Desimal. Tanpa men
Pelajaran dimulai dengan mengucapkan salam dan mengkoordinir
siswa untuk menyiapkan buku Matematika. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Tidak lupa guru kembali
menjelaskan model pembelajaran kooperatif tipe
berhasil sukses. Sebagai apersepsi, guru mencoba mengulas pertanyaan pada
pertemuan I yaitu membahas PR, “ Siapa yang mau menuliskan jawaban PR
didepan kelas?”
menghenyakkan suasana
sendiri saat pembelajaran berlangsung. Aktivitas RU saat menjawab
pertanyaan g
Gambar 4.6
Dari tanya
tidak perlu menggunakan kertas lipat karena itu memakan waktu yang
cukup lama. Untuk mengerjakan soal pecahan ada cara lain yang hasilnya
2) Pertemuan ke 2 siklus I
Pertemuan ke 2 siklus I pada hari Selasa, 22 Maret 2016 pukul
08.45. Pertemuan ke 2 tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama,
hanya saja guru melakukan modifikasi terhadap model pembelajaran
kooperatif tipe STAD ini. Pada pertemuan kali ini materi materi yang
dibahas adalah Penjumlahan Tiga Pecahan dan Penjumlahan pecahan
Tanpa menggunakan alat peraga.
Pelajaran dimulai dengan mengucapkan salam dan mengkoordinir
siswa untuk menyiapkan buku Matematika. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Tidak lupa guru kembali
menjelaskan model pembelajaran kooperatif tipe STAD agar pembelajaran
berhasil sukses. Sebagai apersepsi, guru mencoba mengulas pertanyaan pada
pertemuan I yaitu membahas PR, “ Siapa yang mau menuliskan jawaban PR
didepan kelas?”, Saya . . . Bu! Jawab RU dengan suara yang lumayan
menghenyakkan suasana kelas. Anak tersebut biasanya asyik bermain
sendiri saat pembelajaran berlangsung. Aktivitas RU saat menjawab
pertanyaan guru dapat dilihat Gambar 4.6.
Gambar 4.6. Siswa Menuliskan Jawaban PR di Papan T
Dari tanya jawab tersebut, peneliti menjelaskan bahwa mereka
tidak perlu menggunakan kertas lipat karena itu memakan waktu yang
cukup lama. Untuk mengerjakan soal pecahan ada cara lain yang hasilnya
44
ari Selasa, 22 Maret 2016 pukul
jauh berbeda dengan pertemuan pertama,
hanya saja guru melakukan modifikasi terhadap model pembelajaran
kooperatif tipe STAD ini. Pada pertemuan kali ini materi materi yang
dibahas adalah Penjumlahan Tiga Pecahan dan Penjumlahan pecahan
Pelajaran dimulai dengan mengucapkan salam dan mengkoordinir
siswa untuk menyiapkan buku Matematika. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Tidak lupa guru kembali
STAD agar pembelajaran
berhasil sukses. Sebagai apersepsi, guru mencoba mengulas pertanyaan pada
pertemuan I yaitu membahas PR, “ Siapa yang mau menuliskan jawaban PR
, Saya . . . Bu! Jawab RU dengan suara yang lumayan
kelas. Anak tersebut biasanya asyik bermain
sendiri saat pembelajaran berlangsung. Aktivitas RU saat menjawab
Siswa Menuliskan Jawaban PR di Papan Tulis.
jawab tersebut, peneliti menjelaskan bahwa mereka
tidak perlu menggunakan kertas lipat karena itu memakan waktu yang
cukup lama. Untuk mengerjakan soal pecahan ada cara lain yang hasilnya
-
akan sama apabila ki
menunjuk dua siswa untuk menyelesaikan soal latihan lagi di depan kelas.
Beberapa siswa dalam mencari hasil penjumlahan dari
⋯dapat terlihat pada Gambar 4.7
Gambar
Dengan Bimbingan G
Setelah jawaban
sebagai berikut:
tersebut dibuku tulis mereka.
Selanjutnya siswa diminta berkumpul menuju kelompok masing
masing secara acak yaitu
Siswa sangat antusias menunggu kelompok mereka mendapatkan nama
apa. Semua menerima dengan senang hati. Masing
menerima LKS tentang penjumlahan bilangan pecahan tanpa
menggunakan
decimal. Tetapi kali ini peneliti menggunakan game “Bola Ajaib” dimana
setiap kelompok akan mendapatkan soal ketika ia menyentuh bola pada
saat lagu bola ajaib yang dinyanyikan berhenti. Setelah seti
kelompok mendapatkan soal, ketua kelompok memastikan anggota
akan sama apabila kita menghitung dengan alat peraga. Peneliti menc
menunjuk dua siswa untuk menyelesaikan soal latihan lagi di depan kelas.
Beberapa siswa dalam mencari hasil penjumlahan dari
dapat terlihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7. Siswa Menyelesaikan Soal Latihan di Papan Tulis
Bimbingan Guru.
Setelah jawaban dari pertanyaan ditemukan dan hasil penjumlahan
sebagai berikut: �
�+
�
�+
�
�=
��
�� Kemudian siswa mencatat contoh soal
tersebut dibuku tulis mereka.
Selanjutnya siswa diminta berkumpul menuju kelompok masing
secara acak yaitu apel, semangka, anggur, jeruk, dan strawberry.
Siswa sangat antusias menunggu kelompok mereka mendapatkan nama
apa. Semua menerima dengan senang hati. Masing
menerima LKS tentang penjumlahan bilangan pecahan tanpa
menggunakan alat peraga, yaitu penjumlahan tiga pecahan dan pecahan
decimal. Tetapi kali ini peneliti menggunakan game “Bola Ajaib” dimana
setiap kelompok akan mendapatkan soal ketika ia menyentuh bola pada
saat lagu bola ajaib yang dinyanyikan berhenti. Setelah seti
kelompok mendapatkan soal, ketua kelompok memastikan anggota
45
alat peraga. Peneliti mencoba
menunjuk dua siswa untuk menyelesaikan soal latihan lagi di depan kelas.
Beberapa siswa dalam mencari hasil penjumlahan dari �
�+
�
�+
�
�=
Siswa Menyelesaikan Soal Latihan di Papan Tulis
dari pertanyaan ditemukan dan hasil penjumlahan
Kemudian siswa mencatat contoh soal
Selanjutnya siswa diminta berkumpul menuju kelompok masing-
apel, semangka, anggur, jeruk, dan strawberry.
Siswa sangat antusias menunggu kelompok mereka mendapatkan nama
apa. Semua menerima dengan senang hati. Masing-masing siswa
menerima LKS tentang penjumlahan bilangan pecahan tanpa
alat peraga, yaitu penjumlahan tiga pecahan dan pecahan
decimal. Tetapi kali ini peneliti menggunakan game “Bola Ajaib” dimana
setiap kelompok akan mendapatkan soal ketika ia menyentuh bola pada
saat lagu bola ajaib yang dinyanyikan berhenti. Setelah setiap siswa dalam
kelompok mendapatkan soal, ketua kelompok memastikan anggota
-
kelompoknya memahami cara mengerjakan soal. Ketua kelompok
membimbing anggota kelompok
Peneliti memantau diskusi setiap kelompok
menjawab
mengerjakan LKS dapat te
Gambar 4.8
Peneliti selalu mengingatkan siswa agar mereka harus saling
menjelaskan cara pemecahan soal satu sama lain, saling menyimak
penjelasan masing
bekerja keras.
dirasakan bersama.
Setelah siswa selesai diskusi, peneliti memanggil salah satu siswa
secara acak untuk memberikan jawaban secara individu. Dalam pertemuan
kedua ini, setiap siswa diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan
secara bergiliran.
kelompok menuliskan poin kemajuan poin perkembangan belajar
kelompok sehingga diketahui kelompok mana yang yang mendapatkan
skor tertinggi. Guru memberikan penghargaan kelompok dengan
mengucapkan selamat dan t
kelompoknya memahami cara mengerjakan soal. Ketua kelompok
membimbing anggota kelompok dalam mengerjakan soal LKS tersebut.
Peneliti memantau diskusi setiap kelompok secar
menjawab pertanyaan dari siswa yang mengalami kesulitan dalam
mengerjakan LKS dapat terlihat pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8. Guru Membimbing Siswa yang Mengalami
Kesulitan Pada Saat Diskusi Mengerjakan LKS.
Peneliti selalu mengingatkan siswa agar mereka harus saling
menjelaskan cara pemecahan soal satu sama lain, saling menyimak
penjelasan masing-masing anggota kelompok dan saling mendorong untuk
keras. Diakhir pembelajaran nanti, keberhasilan kelompo
dirasakan bersama.
Setelah siswa selesai diskusi, peneliti memanggil salah satu siswa
secara acak untuk memberikan jawaban secara individu. Dalam pertemuan
kedua ini, setiap siswa diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan
secara bergiliran. Siswa dan guru mencocokkan bersama
kelompok menuliskan poin kemajuan poin perkembangan belajar
kelompok sehingga diketahui kelompok mana yang yang mendapatkan
skor tertinggi. Guru memberikan penghargaan kelompok dengan
mengucapkan selamat dan teman yang lain memberikan bertepuk tangan.
46
kelompoknya memahami cara mengerjakan soal. Ketua kelompok (leader)
mengerjakan soal LKS tersebut.
secara bergantian dan
pertanyaan dari siswa yang mengalami kesulitan dalam
engalami
engerjakan LKS.
Peneliti selalu mengingatkan siswa agar mereka harus saling
menjelaskan cara pemecahan soal satu sama lain, saling menyimak
masing anggota kelompok dan saling mendorong untuk
akhir pembelajaran nanti, keberhasilan kelompok dapat
Setelah siswa selesai diskusi, peneliti memanggil salah satu siswa
secara acak untuk memberikan jawaban secara individu. Dalam pertemuan
kedua ini, setiap siswa diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan
Siswa dan guru mencocokkan bersama-sama. Ketua
kelompok menuliskan poin kemajuan poin perkembangan belajar
kelompok sehingga diketahui kelompok mana yang yang mendapatkan
skor tertinggi. Guru memberikan penghargaan kelompok dengan
eman yang lain memberikan bertepuk tangan.
-
47
Pada akhir kegiatan, siswa melakukan tanya jawab dengan peneliti
untuk menyimpulkan materi yang telah di pelajari. Setelah selesai, siswa
diberikan soal evaluasi atau tes akhir dari siklus I. sebelum tes diberikan
peneliti mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya. Selanjutnya peneliti membagikan lembar soal tes.
Soal tes yang diberikan sebanyak 5 butir soal uraian. Siswa diingatkan
agar mereka mengerjakan soal secara individu. pelaksanaan tes berjalan
dengan tenang. peristiwa tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.9.
.
a) b)
Gambar 4.8. a) Peneliti Membagikan Soal Tes Akhir Siklus I. b) Guru
Mengawasi Jalannya Tes Akhir Siklus I.
c. Hasil Observasi
Guru melakukan observasi dari awal kegiatan pembelajaran sampai akhir
pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa dalam
pembelajaran penjumlahan pecahan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berikut uraian
hasil pengamatan saatberlangsungnya kegiatan belajar mengajar siklus I:
1) Ketika dibentuk kelompok pada pertemuan I siklus I, kondisi belajar
menjadi kurang tenang. Ada siswa yang memprotes pembagian kelompok
yang dilakukan oleh peneliti. Siswa tersebut merasa tidak cocok dengan
anggota kelompoknya. Anggota kelompoknya bukan anggota kelompok
bermain sehari-hari. Selain itu, pada saat pembagian kelompok dibacakan,
siswa sangat gaduh sehingga mmbutukkan waktu lama karena ada
beberapa siswa yang tidak memperhatikan pembagian kelompok.
-
2) Pada pertemuan pertama, beberapa siswa asik bermain sendiri, bahkan ada
yang mengganggu temannya yang lain. Sehingga mengganggu saat
kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal itu berlan
kedua.
3) Pada pertemuan kedua, sebagian besar sudah cukup antusias peneliti
memberikan nama kelompoknya pada pertemuan kedua. Nama
kelompok tersebut nama buah sehingga mereka sangat antusias saat
peneliti meletakkan nama kelompok d
4) Diketahui selama pembelajaran berlangsung, ada siswa yang belum
paham, ada beberapa anggota kelompok yang sudah mau membantu
temannya.
4.1.2.1 Analisis Ketuntasan
Adapun persentase jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM pada
siklus I sebagai berikut
Nilai
No. Nilai 1. ≥ 65 2. < 65 JUMLAH
NILAI RATA
Hasil belajar siswa pada
diagram untuk melihat perbedaan persentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas.
Ketuntasan hasil belajar siswa pada tahap si
Diagram 4.10
23%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tidak Tuntas
Pada pertemuan pertama, beberapa siswa asik bermain sendiri, bahkan ada
yang mengganggu temannya yang lain. Sehingga mengganggu saat
kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal itu berlanjut sampai pertemuan
Pada pertemuan kedua, sebagian besar sudah cukup antusias peneliti
memberikan nama kelompoknya pada pertemuan kedua. Nama
kelompok tersebut nama buah sehingga mereka sangat antusias saat
peneliti meletakkan nama kelompok di atas meja mereka.
Diketahui selama pembelajaran berlangsung, ada siswa yang belum
paham, ada beberapa anggota kelompok yang sudah mau membantu
Analisis Ketuntasan
Adapun persentase jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM pada
I sebagai berikut dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Nilai Ketuntasan Hasil Tes Siklus I
Banyak Siswa Persentase Keterangan20 77% TUNTAS6 23% TIDAK TUNTAS26 100%
NILAI RATA-RATA 77
Hasil belajar siswa pada tahap siklus I juga dapat dilihat dalam bentuk
diagram untuk melihat perbedaan persentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas.
Ketuntasan hasil belajar siswa pada tahap siklus I terlihat pada Diagram 4.10
4.10. Nilai Ketuntasan Hasil Tes Siklus I
23%
77% 77
Tidak Tuntas
Tuntas Nilai Rata-rata
Tidak Tuntas
Tuntas
Nilai Rata-rata
48
Pada pertemuan pertama, beberapa siswa asik bermain sendiri, bahkan ada
yang mengganggu temannya yang lain. Sehingga mengganggu saat
jut sampai pertemuan
Pada pertemuan kedua, sebagian besar sudah cukup antusias peneliti
memberikan nama kelompoknya pada pertemuan kedua. Nama-nama
kelompok tersebut nama buah sehingga mereka sangat antusias saat
Diketahui selama pembelajaran berlangsung, ada siswa yang belum
paham, ada beberapa anggota kelompok yang sudah mau membantu
Adapun persentase jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM pada
Keterangan TUNTAS
TIDAK TUNTAS
tahap siklus I juga dapat dilihat dalam bentuk
diagram untuk melihat perbedaan persentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas.
klus I terlihat pada Diagram 4.10.
-
49
Berdasarkan hasil tersebut, maka siklus I dapat dikatakan sudah
berhasil, sehingga dilaksanakan siklus II sebagai siklus pemantapan. Hal ini
membuktikan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
d. Refleksi siklus I
Tahap selanjutnya dalam penelitian tindakan kelas ini adalah refleksi.
Refleksi dilakukan pada akhir siklus untuk membahas hal-hal yang sudah
dilakukan dan hal-hal yang perlu diperbaiki dari suklus pertama sebagai
rencana tindakan yang baru untuk diterapkan pada siklus berikutnya. Hasil
refleksi yang dilakukan peneliti terhadap penerapan model kooperatif tipe
STAD pada mata pelajaran Matematika siswa kelas IV SD Kanisius Cungkup
Salatiga menunjukan hasil belajar Matematika materi Penjumlahan Pecahan
sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 75% dari jumlah siswa yang
mendapatkan nilai ≥ 65. Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe
STAD pada siklus I ini adalah adanya kerjasama dengan anggota kelompok,
berlatih tanggung jawab siswa dalam mengerjakan soal, dan memberikan
kesempatan siswa untuk mengeluarkan pendapatnya di depan orang lain.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I
didapatkan peningkatan hasil belajar dari pada saat pra tindakan. Siswa yang
telah mencapai nilai ≥ 65 pada siklus I ada 20 siswa atau 77% dari jumlah
siswa. Rekomendasi perlu dilanjutkan pada siklus II, dengan komposisi soal
dan materi selanjutnya.
Faktor penyebab kurang tercapainya hasil belajar yang di harapkan adalah
sebagai berikut.
1) Pada pertemuan pertama, saat pembagian kelompok ada siswa yang ingin
bergabung dengan teman bermain dalam kesehariannya. Padahal
pembagian kelompok sudah ditentukan oleh peneliti. Selain itu banyak
anak yang tidak mendengarkan saat pembagian kelompok yang
menyebabkan terjadinya kegaduhan sehingga waktu menjadi lama hanya
untuk membagi kelompok.
-
50
2) Apalagi ada siswa yang belum paham, sebagian kelompok sudah mau
membantu temannya.kelompok yang memiliki kerjasama baik, dapat
menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan baik. Akan tetapi kelompok
dengan anggota yangtidak mau membantu temannya, menjadi lambat
menyelesaikan tugas tersebut.
3) Siswa dalam berdiskusi kelompok lambat karena tidak ada kompetisi antar
kelompok untuk segera menyelesaikan LKS nya sehingga banyak waktu
yang terbuang.
4) Ada siswa yang mempercayai temannya yang paling pandai
menyelesaikan LKS.
5) Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibagikan guru tidak untuk setiap siswa
namun hanya berkelompok sehingga banyak siswa yang menganggur dan
lebih banyak bercanca.
6) Guru memberikan motivasi kepada siswa yang akan maju membacakan
diskusinya sehingga siswa tidak berani dan pembelajaran semakin lambat.
Dari refleksi ini ditemukan beberapa masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan
tindakan, sehingga peneliti berdiskusi dengan kolaborator perlu melakukan perbaikan
pada tindakan berikutnya.
Hal-hal yang perlu dilakukan pada tindakan selanjutnya yaitu:
1) Peneliti mencoba melatih dan menekankan kepada siswa bahwa mereka
bergantung pada anggota lain. Mereka tidak bisa sukses tanpa usaha dan
dukungan orang lain. Merekapun perlu melakukan usaha-usaha aktif untuk
bekerjasama satu sama lain agar tujuan mereka tercapai bersama.
2) Diadakan perubahan kelompok belajar untuk siklus II. Siswa yang mengalami
kesulitan memahami dapat bertanya kepada siswa yang lebih pandai dalam
kelompoknya. Pembentukan ulang kelompok belajar bertujuan agar siswa tidak
merasa jenuh.
3) Menambah peraturan dalam pembelajaran berupa aturan bahwa jika ada anggota
kelompok yang berbicara sendiri maka poin kelompok akan dikurangi 5.
4) Perlu adanya kompetisi antar kelompok yang diselipkan untuk meningkatkan rasa
kekompakan kelompok dan antusiasme dalam pembelajaran.
-
51
5) Pemanggilan siswa yang akan dilakukan oleh guru harus dibarengi dengan
pemberian motivasi sehingga siswa yang dipanggil bersedia mau mengerjakan di
papan tulis.
6) LKS diberikan untuk setiap anak bukan setiap kelompok sehingga anak punya
tanggung jawab masing-masing terhadap kelompok serta tidak ada waktu untuk
bermain.
7) Guru tetap menggunakan penamaan kelompok nama-nama buah, namun ketua
kelompok ditambahkan topi yang diatasnya bergambar buah sesuai nama
kelompok.
4.1.3 Siklus II
Siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I. Tujuan diadakannya siklus II ini agar
hasil yang diperoleh siswa lebih meningkatkan lagi dari kriteria keberhasilan yang di
tetapkan yaitu 75% dari jumlah siswa yang mendapatkan ≥ 65 seperti halnya siklus I,
siklus II juga dilaksanakan berdasarkan prosedur penelitian, yaitu perencanaan siklus II
diuraikan sebagai berikut.
a. Tahap Perencanaan Siklus II
1) Menysun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pokok bahasan selanjutnya,
yaitu mengurangkan pecahanan berpenyebut sama, mengurangkan pecahan yang
penyebutnya tidak sama, pengurangan pecahan dari bilangan asli, pengurangan
tiga pecahan, dan pengurangan pecahan desimal dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). RPP
yang disusun oleh peneliti pada siklus II ini juga dengan pertimbangan dari
kolaborator yang di gunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan proses
pembelajaran Matematika di kelas.
2) Menyusun pedoman observasi guru dan siswa untuk mempermudah peneliti untuk
mengetahui keefektifan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
yang dilakukan oleh guru.
3) Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang digunakan dalam setiap
pembelajaran, seperti Lembar Kerja Siswa (LKS).
-
52
4) Mempersiapkan reward atau hadiah yang akan diberikan kepada kelompok yang
memperoleh skor tertinggi dan cepat dalam menyelesaikan LKS.
5) Mempersiapkan soal tes evaluasi untuk siswa yang akan digunakan pada akhir
siklus II.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu tanggal 28 dan 29 Maret
2016. Pembelajaran dilaksanakanmenggunakan model kooperatif tipe STAD untuk
peningkatkan hasil belajar Matematika pada materi pecahan kelas IV SD Kanisius
Cungkup Salatiga.
1) Pertemuan ke 1 Siklus II
Pertemuan I pada siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 28 Maret 2016
pukul 09.00-10.45. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sesuai perencanaan
siklus II sebagai perbaikan dan kekurangan proses pembelajaran yang terjadi pada
siklus I. materi yang dibahas adalah mengurangkan pecahan yang berpenyebut
sama, pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama, dan pengurangan pecahan
dari bilangan asli. Latihan tersebut akan disajikan dalam bentuk permainan
puzzle. Permainan ini dilakukan dengan cara menempelkan potongan karton
sesuai dengan jawaban yang diperoleh kelompok. Selain itu, untuk mengantisipasi
kegaduhan pada siklus II pertemuan pertama, guru tetap menggunakan aturan
permainan kelompok.
Pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam dan mengkoordinir
siswa untuk menyiapkan buku Matematika. Setelah itu, guru menjelaskan tujuan
pembelajaran hari ini serta penjelasan tentang model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Saat guru menjelaskan, siswa menjadi semangkin paham dengan odel
pembelajaran tipe STAD ini. Guru lalu memberikan motivasi kepada siswa agar
lebih semangat lagi belajar.
Sebagai apersepsi, guru memberikan beberapa pertanyaan untuk
mengingat materi pembelajaran pada siklus I “Apakah anak-anak masih ingat cara
menjumlahkan bilangan pecahan dengan alat peraga atau tidak?” Selanjutnya
peneliti menuliskan sebuah soal penjumlahan dan meminta seorang siswa yang
-
hasil tesnya belum tuntas pada siklus I untuk mengerjakan di papan tulis. Siswa
yang di tunjuk nampak sungguh mengerjakan soal di papan tulis.
Guru membacak
dengan anggota kelompoknya masing
kelompok mendapat topi bergambar buah sesuai dengan kelompok yang
didapatkan. Sebelum permainan dimulai, siswa memperhatikan simulasi
permainan yang dijelaskan oleh peneliti. Setelah semua siswa merasa jelas, guru
membagikan LKS dan alat peraga permainan pada setiap kelompok. LKS tersebut
berisi soal soal dalam kelompok yang harus dijawab oleh siswa. Masing
kelompok berkewajiban un
diberikan. Permainan ini dipimpin oleh ketua kelompok. Ia juga diberi
bertanggung jawab untuk menjaga ketertiban jalannya permainan. Seluruh
kelompok tampak antusias mengikuti jalannya pembelajaran.
Peneliti mema
pertanyaan dari siswa yang mengalami kesulitan. Peneliti mengitkan ketua
kelompok memastikan anggota kelompoknya paham dalam menyelesaikan soal
tersebut. Selain mempercayakan pada ketua kelompok, pe
mengingatkan untuk tetap bekerjasama, saling membantu satu sama lain dan
menghitung dengan teliti. Kekompakkan dalam disku
Gambar 4.11.
Gambar 4.11
hasil tesnya belum tuntas pada siklus I untuk mengerjakan di papan tulis. Siswa
yang di tunjuk nampak sungguh mengerjakan soal di papan tulis.
Guru membacakan kembali pembagian kelompok. Siswa bergabung
dengan anggota kelompoknya masing-masing dengan senang hati. Setiap ketua
kelompok mendapat topi bergambar buah sesuai dengan kelompok yang
didapatkan. Sebelum permainan dimulai, siswa memperhatikan simulasi
ermainan yang dijelaskan oleh peneliti. Setelah semua siswa merasa jelas, guru
membagikan LKS dan alat peraga permainan pada setiap kelompok. LKS tersebut
berisi soal soal dalam kelompok yang harus dijawab oleh siswa. Masing
kelompok berkewajiban untuk menemukan jawaban dari soal yang sudah
diberikan. Permainan ini dipimpin oleh ketua kelompok. Ia juga diberi
bertanggung jawab untuk menjaga ketertiban jalannya permainan. Seluruh
kelompok tampak antusias mengikuti jalannya pembelajaran.
Peneliti memantau diskusi tiap kelompok secara bergantian dan menjawab
pertanyaan dari siswa yang mengalami kesulitan. Peneliti mengitkan ketua
kelompok memastikan anggota kelompoknya paham dalam menyelesaikan soal
tersebut. Selain mempercayakan pada ketua kelompok, pe
mengingatkan untuk tetap bekerjasama, saling membantu satu sama lain dan
menghitung dengan teliti. Kekompakkan dalam diskusi kelompok dapat pada
Gambar 4.11. Kekompakan Siswa Mengerjakan Soal Secara B
53
hasil tesnya belum tuntas pada siklus I untuk mengerjakan di papan tulis. Siswa
an kembali pembagian kelompok. Siswa bergabung
masing dengan senang hati. Setiap ketua
kelompok mendapat topi bergambar buah sesuai dengan kelompok yang
didapatkan. Sebelum permainan dimulai, siswa memperhatikan simulasi
ermainan yang dijelaskan oleh peneliti. Setelah semua siswa merasa jelas, guru
membagikan LKS dan alat peraga permainan pada setiap kelompok. LKS tersebut
berisi soal soal dalam kelompok yang harus dijawab oleh siswa. Masing-masing
tuk menemukan jawaban dari soal yang sudah
diberikan. Permainan ini dipimpin oleh ketua kelompok. Ia juga diberi
bertanggung jawab untuk menjaga ketertiban jalannya permainan. Seluruh
ntau diskusi tiap kelompok secara bergantian dan menjawab
pertanyaan dari siswa yang mengalami kesulitan. Peneliti mengitkan ketua
kelompok memastikan anggota kelompoknya paham dalam menyelesaikan soal
tersebut. Selain mempercayakan pada ketua kelompok, peneliti juga
mengingatkan untuk tetap bekerjasama, saling membantu satu sama lain dan
kelompok dapat pada
Secara Berdiskusi.
-
Setiap siswa menyelesaikan soal dengan batas waktu lima menit.
Kemudian siswa memotong karton yang sudah disediakan sesuai dengan jawaban
soal yang sudah ditemukan.
mendiskusikan jawaban yang benar untuk ditem
sudah disediakan. Setelah selesai menempelkan jawaban, setiap ketua kelompok
menunjukan hasil pekerjaan mereka di depan kelas. Siswa dan guru mencocokkan
hasil pekerjaan masing
kelompok yang keliru saat menyelesaikan soal tersebut. Namun guru selalu
memberikan motivasi dan semangat karena masih ada sekal
memperbaiki. Siswa menunjukkan hasil pekerjaan kelompok
LKS dapat dilihat pada G
Gambar 4.12. Siswa
Siswa kemudian mengerjakan soal individu secara mandiri. Siswa
bersama guru membahasnya yang pada ahkirnya ketua kelompok menghitung dan
menuliskan skor individu
yang memiliki skor tertinggi dan tercepat diberi
anak dalam menerima penghargaan dari guru dapat
Setiap siswa menyelesaikan soal dengan batas waktu lima menit.
Kemudian siswa memotong karton yang sudah disediakan sesuai dengan jawaban
soal yang sudah ditemukan. Setelah itu dilanjutkan semua anggota kelompok
mendiskusikan jawaban yang benar untuk ditempelkan di papan tempel yang
sudah disediakan. Setelah selesai menempelkan jawaban, setiap ketua kelompok
menunjukan hasil pekerjaan mereka di depan kelas. Siswa dan guru mencocokkan
hasil pekerjaan masing-masing kelompok. Setelah dilihat, ternyata terlihat
kelompok yang keliru saat menyelesaikan soal tersebut. Namun guru selalu
memberikan motivasi dan semangat karena masih ada sekali pertemuan untuk
memperbaiki. Siswa menunjukkan hasil pekerjaan kelompok dalam mengerjakan
S dapat dilihat pada Gambar 4.12.
Siswa Menunjukan Hasil Tempelan Puzzle di Depan K
Siswa kemudian mengerjakan soal individu secara mandiri. Siswa
bersama guru membahasnya yang pada ahkirnya ketua kelompok menghitung dan
menuliskan skor individu untuk mengetahui perkembangan kelompok. Kelompok
yang memiliki skor tertinggi dan tercepat diberi reward oleh peneliti. Antusias
anak dalam menerima penghargaan dari guru dapat terlihat pada Gambar 4.13
54
Setiap siswa menyelesaikan soal dengan batas waktu lima menit.
Kemudian siswa memotong karton yang sudah disediakan sesuai dengan jawaban
Setelah itu dilanjutkan semua anggota kelompok
pelkan di papan tempel yang
sudah disediakan. Setelah selesai menempelkan jawaban, setiap ketua kelompok
menunjukan hasil pekerjaan mereka di depan kelas. Siswa dan guru mencocokkan
masing kelompok. Setelah dilihat, ternyata terlihat 1
kelompok yang keliru saat menyelesaikan soal tersebut. Namun guru selalu
i pertemuan untuk
dalam mengerjakan
di Depan Kelas
Siswa kemudian mengerjakan soal individu secara mandiri. Siswa
bersama guru membahasnya yang pada ahkirnya ketua kelompok menghitung dan
untuk mengetahui perkembangan kelompok. Kelompok
oleh peneliti. Antusias
terlihat pada Gambar 4.13.
-
Gambar 4.13
Stelah siswa kembali ke tempat duduk masing
tanya jawab dan refleksi pembelajaran pada hari ini. Pembelajaran ditutup dengan doa
dan salam.
2) Pertemuan ke 2 Siklus II
Pertemuan ke 2 Siklus II dilaksanakan pada hari
pukul 09.00-10.45
pertama siklus II. Materi yang dibahas adalah pengurangan tiga pecahan d
pengurangan pecahan desimal.
melakukan aperse
ini? Jika ya persiapkan tenaga d
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai di pertemuan terakhir ini. Guru
menyampaikan penjelasan tentang model pembelajaran
Guru menjelaskan kembali langkah
STAD agar semua siswa terampil dalam menyelesaikan soal berhitung pecahan.
Siswa berkumpul dengan kelompok masing
pertemuan sebelumnya. G
itu, ketua kelompok mendapatkan sebuah puzzle permainan dengan warna dan
gambar yang berbeda
permainan sehingga menjadi gambar yang utuh. Setelah seles
Gambar 4.13. Siswa Mendapatkan Reward dari G
Stelah siswa kembali ke tempat duduk masing-masing, peneliti melakukan
tanya jawab dan refleksi pembelajaran pada hari ini. Pembelajaran ditutup dengan doa
Pertemuan ke 2 Siklus II
Pertemuan ke 2 Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 29 Maret 2016
10.45. Kegiatan ini merupakan penyempurnaan dari pertemuan
pertama siklus II. Materi yang dibahas adalah pengurangan tiga pecahan d
pengurangan pecahan desimal. Kegiatan pembelajaran diawali guru dengan
melakukan apersepsi “Apakah anak-anak sudah siap mengikuti pembelajaran hari
ini? Jika ya persiapkan tenaga dan konsentrasi kalian.” Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai di pertemuan terakhir ini. Guru
menyampaikan penjelasan tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Guru menjelaskan kembali langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe
agar semua siswa terampil dalam menyelesaikan soal berhitung pecahan.
Siswa berkumpul dengan kelompok masing-masing seperti pada
pertemuan sebelumnya. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok. Setelah
itu, ketua kelompok mendapatkan sebuah puzzle permainan dengan warna dan
gambar yang berbeda-beda. Ketua kelompok berdiskusi untuk menyusun pazzle
permainan sehingga menjadi gambar yang utuh. Setelah selesai menyusun puzzle
55
dari Guru.
masing, peneliti melakukan
tanya jawab dan refleksi pembelajaran pada hari ini. Pembelajaran ditutup dengan doa
Selasa, 29 Maret 2016
egiatan ini merupakan penyempurnaan dari pertemuan
pertama siklus II. Materi yang dibahas adalah pengurangan tiga pecahan dan
Kegiatan pembelajaran diawali guru dengan
anak sudah siap mengikuti pembelajaran hari
Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai di pertemuan terakhir ini. Guru
kooperatif tipe STAD.
langkah model pembelajaran kooperatif tipe
agar semua siswa terampil dalam menyelesaikan soal berhitung pecahan.
masing seperti pada
uru membagikan LKS kepada setiap kelompok. Setelah
itu, ketua kelompok mendapatkan sebuah puzzle permainan dengan warna dan
beda. Ketua kelompok berdiskusi untuk menyusun pazzle
ai menyusun puzzle
-
setiap kelompok berhak mendapatkan soal untuk menambah jumlah skor
perkembangan kelompok. Mereka menyelesaikan soal latihan tersebut selama
sepuluh menit. Setelah itu dilanjutkan semua anggota kelompok mendiskusikan
jawaban yang paling b
dengan tujuan siswa lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dan benar
benar sungguh-sungguh dalam menjawab soal. Sehingga dari hal tersebut, siswa
mendapatkan kesempatan untuk berpikir bersama
tentang jawaban mana yang paling tepat dalam menyelesaikan soal LKS secara
berkelompok.
Selanjutnya, guru membimbing siswa dalam diskusi. Pada saat siswa
sedang diskusi, guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lainnya
untuk memantau apakah siswa mendapat kesulitan dalam mengerjakan LKS atau
tidak. Ada juga kelompok yang bertanya kepada guru tentang kesulitan terhadap
salah satu soal yang mereka anggap sulit.
untuk mengarahkan siswa menca
berdiskusi dengan kelompoknya.
Selesai siswa berdiskusi, guru mempersilahkan siswa ke depan kelas
menuliskan jawabannya sesuai nomor yang ia kerjakan sampai selesai baru boleh
dilanjutkan teman yang lain. Jawaban
siswa yang maju sebelum teman yang sedang menuliskan jawaban selesai, maka
nilai kelompok dikurangi 5. Keseruan siswa dalam menuliskan jawaban di papan
tulis terlihat pada Gambar 4.14
Gambar 4.14. Keseruan
setiap kelompok berhak mendapatkan soal untuk menambah jumlah skor
perkembangan kelompok. Mereka menyelesaikan soal latihan tersebut selama
sepuluh menit. Setelah itu dilanjutkan semua anggota kelompok mendiskusikan
jawaban yang paling benar selama 5 menit. Pembagian waktu dilakukan oleh guru
dengan tujuan siswa lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dan benar
sungguh dalam menjawab soal. Sehingga dari hal tersebut, siswa
mendapatkan kesempatan untuk berpikir bersama menyatukan pendapatnya
tentang jawaban mana yang paling tepat dalam menyelesaikan soal LKS secara
Selanjutnya, guru membimbing siswa dalam diskusi. Pada saat siswa
sedang diskusi, guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lainnya
tuk memantau apakah siswa mendapat kesulitan dalam mengerjakan LKS atau
tidak. Ada juga kelompok yang bertanya kepada guru tentang kesulitan terhadap
salah satu soal yang mereka anggap sulit. Kemudian guru memberikan bimbingan
untuk mengarahkan siswa mencari jawabannya denga sungguh
berdiskusi dengan kelompoknya.
Selesai siswa berdiskusi, guru mempersilahkan siswa ke depan kelas
menuliskan jawabannya sesuai nomor yang ia kerjakan sampai selesai baru boleh
dilanjutkan teman yang lain. Jawaban yang benar mendapatkan skor 10. Jika ada
siswa yang maju sebelum teman yang sedang menuliskan jawaban selesai, maka
nilai kelompok dikurangi 5. Keseruan siswa dalam menuliskan jawaban di papan
pada Gambar 4.14.
. Keseruan Anak-anak Menuliskan Jawabannya di Papan T
56
setiap kelompok berhak mendapatkan soal untuk menambah jumlah skor
perkembangan kelompok. Mereka menyelesaikan soal latihan tersebut selama
sepuluh menit. Setelah itu dilanjutkan semua anggota kelompok mendiskusikan
enar selama 5 menit. Pembagian waktu dilakukan oleh guru
dengan tujuan siswa lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dan benar-
sungguh dalam menjawab soal. Sehingga dari hal tersebut, siswa
menyatukan pendapatnya
tentang jawaban mana yang paling tepat dalam menyelesaikan soal LKS secara
Selanjutnya, guru membimbing siswa dalam diskusi. Pada saat siswa
sedang diskusi, guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lainnya
tuk memantau apakah siswa mendapat kesulitan dalam mengerjakan LKS atau
tidak. Ada juga kelompok yang bertanya kepada guru tentang kesulitan terhadap
Kemudian guru memberikan bimbingan
ri jawabannya denga sungguh-sungguh
Selesai siswa berdiskusi, guru mempersilahkan siswa ke depan kelas
menuliskan jawabannya sesuai nomor yang ia kerjakan sampai selesai baru boleh
yang benar mendapatkan skor 10. Jika ada
siswa yang maju sebelum teman yang sedang menuliskan jawaban selesai, maka
nilai kelompok dikurangi 5. Keseruan siswa dalam menuliskan jawaban di papan
anak Menuliskan Jawabannya di Papan Tulis
-
57
Pada saat teman mereka menuliskan jawaban di papan tulis, anggota
kelompoknya yang masih duduk, memberikan semangat supaya cepat dalam
menuliskan jawaban. Setelah semua siswa selesai mengerjakan di papan tulis, peneliti
membahas satu persatu. Kelompok yang benar mendapatkan skor 10, sedangkan
kelompok yang kurang tepat tidak mendapatkan skor. Setelah semua selesai, siswa
kembali ke tempat duduk masing-masing dan membereskan buku-buku mereka.
Peneliti melakukan refleksi dan tanya jawab bersama siswa untuk menyimpulkan
pembelajaran yang sudah dilakukan. Kemudian peneliti membagikan lembar soal tes.
Soal tes uraian yang diberikan sebanyak 5 buti soal. Siswa juga diingatkan agar
mereka mengerjakan soal secara individu. Pelaksanaan tes berjalan dengan lancar dan
tenang.
c. Hasil Observasi Siklus II
Tahapan selanjutnya dari penelitian tindakan kelas ini adalah observasi atau
pengamatan. Observasi dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya tindakan.
Observasi dilakukan terhadap kegiatan guru dan siswa saat pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD).
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD pada pertemuan pertama dan kedua siklus II secara keseluruhan mengalami
peningkatan dari siklus I. Guru juga membuat pembelajaran yang menyenangkan
yaitu dengan permainan puzzle karton yang digunting dan permainan puzzle gambar
agar siswa antusias dalam pembelajaran. Selain itu, pemberian aturan kelompok
sangat terbukti dapat mengontrol kondisi kelas saat pembelajaran berlangsung.
Pada saat guru membagikan kelompok, semua siswa tidak merasa keberatan,
menerima dengan senang hati. Siswa dapat menerima pembagian kelompok dengan
tertib dan tidak iri satu sama lain. Saat proses diskusi berlangsung, setiap siswa dan
kelompok aktif berdiskusi mengeluarkan ide-ide dan pendapat mereka. Ada satu
kelompok yang terlihat berdebat dan beradu mulut, akan tetapi guru dengan cepat
menasehatidan membimbing mereka agar saling menghargai pendapat temannya.
Siswa berusaha sungguh-sungguh menetapkan jawaban saat didkusi kelompok.
-
58
Adanya pembagian waktu pengerjaan soal LKS menjadikan proses pengerjaan LKS
lebih terencana, siswa menjadi fokus dan bertanggung jawab dalam kelompoknya.
Pada pertemuan ke 1 siklus II, setelah diskusi kelompok selesai, setiap siswa
menempelkan potongan puzzle karton sesuai dengan jawaban dari soal kelompok
masing-masing sedangkan pada pertemuan ke 2 siklus II setiap kelompok
menyelesaikan permainan puzzle gambar dan mendapatkan soal untuk
mengumpulkan skor. Setelah selesai, guru memberikan reward kepada setiap
kelompok yang sudah mengumpulkan poin terbanyak. Pemberian reward kepada
siswa ternyata sangat berpengaruh terhadap kinerja mereka, baik secara individu
maupun kelompok. Mereka merasa sedang berkompetisi untuk menjadi yang terbaik.
Kegiatan di siklus II diakhiri dengan pengambilan nilai tes akhir siklus.
4.1.3.1 Analisis Ketuntasan
Dari pengambilan nilai tes yang telah dilakukan oleh peneliti kepada siswa,
maka menghasilkan data peningkatan hasil belajar matematika pada materi pecahan.
Data ini berupa peningkatan nilai siswa setelah di berikan tindakan siklus II, berupa
pembelajaran Matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Division (STAD). Hasil peningkatan hasil belajar Matematika
pada materi pecahan kelas IV di SD Kanisius Cungkup Salatiga pada siklus II dapat
di lihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3.
Nilai Ketuntasan Hasil Tes Siklus II
No. Nilai Banyak Siswa
Persentase Keterangan
1. ≥ 65 23 88% TUNTAS 2. < 65 3 12% TIDAK TUNTAS
JUMLAH 26 100 %
NILAI RATA-RATA 87 %
Hasil belajar siswa pada tahap siklus II juga dapat dilihat dalam bentuk
diagram untuk melihat perbedaan persentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas.
Ketuntasan hasil belajar siswa pada tahap siklus II terlihat pada Diagram 4.15.
-
Diagram 4.15
Berdasarkan
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus II sudah mencapai batas
ketuntasan yang sudah ditetapkan. Hal ini membuktikan bahwa dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe
d. Refleksi Siklus II
Tindakan siklus I yang belum berhasil telahdi perbaiki di siklus II. Perbaikan
ini sudah berjalan dengan efektif dan sesuai rencana, sebab guru bersama dengan
siswa sudah melakukan pembelajaran sesuai dengan langkah
pembelajaran kooperatif tipe
siklus II didapatkan hasil sebagai berikut.
1) Antusiasme siswa dalam melakukan diskusi kelompok meningkat.
2) Diskusi dapat berjalan lebih efektif, karena semua siswa dalam tiap kelompok ikut
terlibat aktif mendiskusikan LKS.
3) Siswa yang sedang maju ke depan, di beri kesempatan untuk mengerjakan sampai
selesai, kemudian baru disusul oleh anggota kelompok yang lain.
4) Kekompakan antar anggota kelompok semakin solid saat sedang berkompetisi.
5) Bila ada siswa yang melakukan kesalahan atau berbicara sendiri, anggota
kelompok yang lain mengingatkan.
12%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Tidak Tuntas
15. Nilai Ketuntasan Hasil Tes Siklus II
Berdasarkan dari Tabel 4.3 dan Diagram 4.3 tersebut
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus II sudah mencapai batas
ketuntasan yang sudah ditetapkan. Hal ini membuktikan bahwa dengan penerapan
elajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Tindakan siklus I yang belum berhasil telahdi perbaiki di siklus II. Perbaikan
ini sudah berjalan dengan efektif dan sesuai rencana, sebab guru bersama dengan
sudah melakukan pembelajaran sesuai dengan langkah
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
siklus II didapatkan hasil sebagai berikut.
Antusiasme siswa dalam melakukan diskusi kelompok meningkat.
dapat berjalan lebih efektif, karena semua siswa dalam tiap kelompok ikut
terlibat aktif mendiskusikan LKS.
Siswa yang sedang maju ke depan, di beri kesempatan untuk mengerjakan sampai
selesai, kemudian baru disusul oleh anggota kelompok yang lain.
akan antar anggota kelompok semakin solid saat sedang berkompetisi.
Bila ada siswa yang melakukan kesalahan atau berbicara sendiri, anggota
kelompok yang lain mengingatkan.
88% 87%
Tidak Tuntas
Tuntas Nilai Rata-rata
Tidak Tuntas
Tuntas
Nilai Rata-rata
59
dari Tabel 4.3 dan Diagram 4.3 tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus II sudah mencapai batas
ketuntasan yang sudah ditetapkan. Hal ini membuktikan bahwa dengan penerapan
STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Tindakan siklus I yang belum berhasil telahdi perbaiki di siklus II. Perbaikan
ini sudah berjalan dengan efektif dan sesuai rencana, sebab guru bersama dengan
sudah melakukan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model
Student Teams Achievement Division (STAD). Pada
Antusiasme siswa dalam melakukan diskusi kelompok meningkat.
dapat berjalan lebih efektif, karena semua siswa dalam tiap kelompok ikut
Siswa yang sedang maju ke depan, di beri kesempatan untuk mengerjakan sampai
akan antar anggota kelompok semakin solid saat sedang berkompetisi.
Bila ada siswa yang melakukan kesalahan atau berbicara sendiri, anggota
-
60
6) Siswa lebih serius dalam belajar karena takut mendapatkan sanksi pengurangan
poin kelompok jika berbicara, bermain sendiri ataupun tidak menaati aturan
permainan.
7) Dari hasil tes pada siklus II, seluruh siswa yang berjumlah 26 siswa sudah ada 23
atau 88% siswa yang bisa mencapai kriteria keberhasilan yang di tentukan yaitu
≥ 65atau75%.
Dari pelaksanaan siklus II maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada peningkatan
hasil belajar Matematika pada materi pecahan siswa kelas IV SD Kanisius Cungkup
Salatiga. Pada siklus II ini persentase siswa yang sudah mendapatkan nilai ≥ 65
mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata yaitu mencapai 87% dari jumlah seluruh
siswa. Hal ini sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian, sehingga tidak
dilanjutkan pada siklus berikutnya.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus dan Siklus I
Berdasarkan hasil tes pra siklus dan tes siklus I dengan menggunakan 5 soal
berbentuk uraian yang dikerjakan secara individu oleh siswa, masih banyak siswa yang
hasilnya masih rendah dan tidak tuntas dalam tes tersebut. Hasil tes yang didapatkan
pada pra siklus masih rendah atau belum memenuhi indikator kinerja dalam penelitian
ini yaitu 75% dengan KKM 65. Nilai ketuntasan yang diperoleh dari tes pra siklus
adalah 42% sedangkan pada siklus I yaitu 77%. Dilihat dari nilai ketuntasan tersebut,
menunjukkan bahwa nilai yang didapat pada siklus I mengalami peningkatan.
Perbandingan ketuntasan pra siklus dengan siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Nilai Perbandingan Pra Siklus dan Siklus I
No. Keterangan Pra Siklus Siklus I 1. TUNTAS 42% 69% 2. TIDAK TUNTAS 58% 30% JUMLAH 100% 100 %
Berdasarkan hasil diatas, maka dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang tuntas pada
tes siklus I lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah siswa yang tuntas pada tes pra
-
61
siklus. Hal ini menunjukkan bahwa siklus I sudah berhasil sehingga dilanjutkan siklus II
sebagai pemantapan.
4.2.2 Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan dari hasil refleksi siklus I, maka dapat dikatakan penelitian sudah
berhasil karena hasil tes pada siklus I sudah memenuhi indikator kinerja penelitian yaitu
75% dari 26 siswa sudah mendapatkan hasil tes diatas KKM 65, sehingga dilakukan
pemantapan pada siklus II. Rata-rata kelas pada tes siklus I adalah 77 dan rata-rata kelas
pada tes siklus II adalah 87. Dilihat dari rata-rata kelas tersebut, menunjukkan bahwa
nilai yang didapat pada siklus II mengalami peningkatan. Perbandingan ketuntasan
siklus I dengan siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Nilai Perbandingan Siklus I dan Siklus II
No. Keterangan Siklus I Siklus II 1. TUNTAS 69% 77 % 2. TIDAK TUNTAS 31 % 23 % JUMLAH 100% 100 %
Berdasarkan hasil diatas, maka dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang tuntas pada
siklus II lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah siswa yang tuntas pada siklus I.
Hal ini menandakan bahwa siklus II atau pemantapan sudah berhasil.
4.2.3 Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap pra siklus, siklus I dan
siklus II. Ketiga tahap tersebut merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan,
artinya pelaksanaan tahap siklus I merupakan lanjutan dan perbaikan berdasarkan dari
hasil evaluasi dan refleksi pada tahap pra siklus. Sedangkan pelaksanaan tahap siklus II
merupakan lanjutan dan pemantapan berdasarkan dari hasil evaluasi dan refleksi para
tahap siklus I.
Berdasarkan dari hasil tes pada tahap pra siklus, siklus I dan siklus II, menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus. Rata-rata nilai
ketuntasan pada tes pra siklus adalah 63 pada tes siklus I adalah 77 dan pada tes siklus II
adalah 87. Tingkat ketuntasan pada siklus II dapat dijadikan kesimpulan bahwa penelitan
-
tindakan kelas yang dilakukan peneliti berhasil. Perbandingan ketuntasan pra siklus,
siklus I, dan siklus II dapat dil
Nilai Perbandingan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No. Keterangan1. TUNTAS 2. TIDAK TUNTAS
JUMLAH NILAI RATA-RATA
Perbandingan hasil belajar siswa pada tahap pra siklus, siklus I dan siklus II juga
dapat dilihat dalam bentuk diagram untuk melihat perbedaan persentase siswa yang
tuntas dan tidak tuntas dari setiap siklusnya.
pra siklus, siklus I dan siklus II terlihat pada
Nilai Perbandingan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan Tabel
tahap pra siklus, siklus I dan siklus II tersebut
yang tuntas pada siklus II mengalami peningkatan dari hasil tindakan yang dilakukan di
siklus I. Hal ini menandakan bahwa penggunaan m
STAD yang diterapkan pada siklus I dan siklus II dapat meningkatkan hasil belajar
Matematika siswa.
58%
42%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
PRA SIKLUS
tindakan kelas yang dilakukan peneliti berhasil. Perbandingan ketuntasan pra siklus,
I, dan siklus II dapat dilihat dari Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Perbandingan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Keterangan Pra Siklus Siklus I Siklus II42% 77% 88%
TIDAK TUNTAS 58% 23% 12%100% 100% 100%
RATA 63 77 87
Perbandingan hasil belajar siswa pada tahap pra siklus, siklus I dan siklus II juga
dapat dilihat dalam bentuk diagram untuk melihat perbedaan persentase siswa yang
tuntas dan tidak tuntas dari setiap siklusnya. Ketuntasan hasil belajar siswa pada tahap
pra siklus, siklus I dan siklus II terlihat pada Diagram 4.16.
Diagram 4.16
Perbandingan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
abel 4.6 dan Diagram 4.4 tentang perbandingan hasil belajar siswa
siklus I dan siklus II tersebut, dapat dilihat bahwa
yang tuntas pada siklus II mengalami peningkatan dari hasil tindakan yang dilakukan di
siklus I. Hal ini menandakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
yang diterapkan pada siklus I dan siklus II dapat meningkatkan hasil belajar
23%
12%
77%
88%
63
77
87
PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II
Tidak Tuntas
Tuntas
Nilai Rata
62
tindakan kelas yang dilakukan peneliti berhasil. Perbandingan ketuntasan pra siklus,
Siklus II % % %
Perbandingan hasil belajar siswa pada tahap pra siklus, siklus I dan siklus II juga
dapat dilihat dalam bentuk diagram untuk melihat perbedaan persentase siswa yang
Ketuntasan hasil belajar siswa pada tahap
perbandingan hasil belajar siswa
, dapat dilihat bahwa persentase siswa
yang tuntas pada siklus II mengalami peningkatan dari hasil tindakan yang dilakukan di
embelajaran kooperatif tipe
yang diterapkan pada siklus I dan siklus II dapat meningkatkan hasil belajar
Tidak Tuntas
Nilai Rata-Rata