BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tindakan ......belajarsiswa mata pelajaran Matematika materi...

26
37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SD Kanisius Cungkup Salatiga. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Tindakan penelitian ini dilaksanakan dalam (2) siklus. Pada setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan, setiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran. Adapun hasil penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut. 4.1.1 Pra Tindakan (Pra Siklus) Apalagi, guru Pra tindakan dilaksanakan tanggal 10 Maret 2016 yang di ikuti oleh 26 siswa. Tahap pra tindakan dilakukan untuk memperoleh data awal mengenai hasil belajarsiswa mata pelajaran Matematika materi pecahan sebelum dilakukan tindakan. Data yang diperoleh pada tahap pra tindakan ini didapat melalui observasi dan pre test. Sebelum pelaksanaan siklus I dan Siklus II, terlebih dahulu penulis melakukan observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui karateristik siswa serta hambatan-hambatan yang dialami siswa pada proses belajar mengajar terutama pada matapelajaran Matematika. Berdasarkan hasil refleksi peneliti, dari hasil uji kompetensi yang dilakukan pada mata pelajaran Matematika materi Pecahan ternyata hasilnya belum memuaskan. Dugaan sementara guru kurang memamfaatkan media yang tersedia dan selalu menggunakan model pembelajaran yang konvensional, sehingga berdampak pada hasil belajar siswa. belum menggunakan model pembelajaran yang menarik untuk membantu menyampaikan materi pecahan. Adanya perbedaan kemampuan dan daya tangkap siswa juga terlihat saat mengerjakan soal tes pra tindakan. Mereka ada yang contek-contekan, bahkan ada beberapa siswa yang malah berbuat gaduh di kelas sehingga menggangu teman- temannya, beberapa siswa juga beberapa kali menanyakan soal tersebut kepada guru karena siswa merasa bingung. Beberapa juga mengerjakan soal dengan serius. Setelah waktu yang ditentukan oleh guru habis untuk menyelesaikan soal pra tindakan semua jawaban siswa dikumpulkan

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tindakan ......belajarsiswa mata pelajaran Matematika materi...

  • 37

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian

    Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SD Kanisius Cungkup Salatiga.

    Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi

    pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

    Achievement Division (STAD). Tindakan penelitian ini dilaksanakan dalam (2) siklus. Pada

    setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan, setiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran.

    Adapun hasil penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut.

    4.1.1 Pra Tindakan (Pra Siklus)

    Apalagi, guru Pra tindakan dilaksanakan tanggal 10 Maret 2016 yang di ikuti oleh 26

    siswa. Tahap pra tindakan dilakukan untuk memperoleh data awal mengenai hasil

    belajarsiswa mata pelajaran Matematika materi pecahan sebelum dilakukan tindakan. Data

    yang diperoleh pada tahap pra tindakan ini didapat melalui observasi dan pre test.

    Sebelum pelaksanaan siklus I dan Siklus II, terlebih dahulu penulis melakukan

    observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui karateristik siswa serta hambatan-hambatan

    yang dialami siswa pada proses belajar mengajar terutama pada matapelajaran Matematika.

    Berdasarkan hasil refleksi peneliti, dari hasil uji kompetensi yang dilakukan pada mata

    pelajaran Matematika materi Pecahan ternyata hasilnya belum memuaskan. Dugaan

    sementara guru kurang memamfaatkan media yang tersedia dan selalu menggunakan model

    pembelajaran yang konvensional, sehingga berdampak pada hasil belajar siswa.

    belum menggunakan model pembelajaran yang menarik untuk membantu

    menyampaikan materi pecahan. Adanya perbedaan kemampuan dan daya tangkap siswa

    juga terlihat saat mengerjakan soal tes pra tindakan. Mereka ada yang contek-contekan,

    bahkan ada beberapa siswa yang malah berbuat gaduh di kelas sehingga menggangu teman-

    temannya, beberapa siswa juga beberapa kali menanyakan soal tersebut kepada guru karena

    siswa merasa bingung. Beberapa juga mengerjakan soal dengan serius. Setelah waktu yang

    ditentukan oleh guru habis untuk menyelesaikan soal pra tindakan semua jawaban siswa

    dikumpulkan

  • Peneliti mengoreksi hasil pekerjaan siswa. Dari hasil tes didapat data yang berupa

    angka-angka mengenai nilai yang diperoleh masing

    kuantitatif menunjukan bahwa nilai ketuntasan 42% d dengan nilai

    63%. Nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 10

    tindakan dapat dilihat dalam bentuk Tabel 4.1.

    Tabel 4.1

    Siswa

    Tidak Tuntas

    Tuntas

    Jumlah

    NILAI RATA

    Hasil belajar siswa

    untuk melihat perbedaan

    Ketuntasan hasil belajar siswa

    Diagram 4.1

    4.1.2 Siklus I

    Data yang diperoleh pada tahap pra tindakan dijadikan sebagai acuan dalam

    melaksanakan tindakan pada siklus pertama

    58%

    0%

    10%

    20%

    30%

    40%

    50%

    60%

    70%

    Tidak Tuntas

    Peneliti mengoreksi hasil pekerjaan siswa. Dari hasil tes didapat data yang berupa

    angka mengenai nilai yang diperoleh masing-masing siswa. Hasil analisis deskriptif

    njukan bahwa nilai ketuntasan 42% d dengan nilai rata-rata kelas adalah

    ilai tertinggi 90 dan nilai terendah 10. Adapun nilai yang diperoleh sis

    tindakan dapat dilihat dalam bentuk Tabel 4.1.

    Tabel 4.1. Nilai Ketuntasan Hasil Tes Pra Siklus

    Nilai Jumlah Siswa Persentase

    Tuntas ≥ 65 15 58 %

    < 65 11 42 %

    Jumlah 26 100%

    NILAI RATA-RATA 63%

    Hasil belajar siswa pada tahap pra siklus juga dapat di lihat dalam bentuk diagram

    untuk melihat perbedaan presentase siswa yang tuntas dan siswa yang tidak tuntas.

    hasil belajar siswa pada tahap pra siklus terlihat terlihat pada Diagram 4.1.

    Diagram 4.1. Nilai Ketuntasan Hasil Tes Pra Siklus

    Data yang diperoleh pada tahap pra tindakan dijadikan sebagai acuan dalam

    an tindakan pada siklus pertama, dengan tujuan agar diperoleh suatu

    58%

    42%

    63%

    Tidak Tuntas Tuntas Nilai Rata-rata

    Tidak Tuntas

    Tuntas

    Nilai Rata-rata

    38

    Peneliti mengoreksi hasil pekerjaan siswa. Dari hasil tes didapat data yang berupa

    masing siswa. Hasil analisis deskriptif

    rata kelas adalah

    Adapun nilai yang diperoleh siswa pada pra

    pada tahap pra siklus juga dapat di lihat dalam bentuk diagram

    s dan siswa yang tidak tuntas.

    pada tahap pra siklus terlihat terlihat pada Diagram 4.1.

    Data yang diperoleh pada tahap pra tindakan dijadikan sebagai acuan dalam

    , dengan tujuan agar diperoleh suatu

  • 39

    peningkatan hasil belajar matematika tentang pecahan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan

    pada siklus I adalah sebagai berikut.

    a. Perencanaan

    Setelah diperoleh gambaran jelas tentang keadaan kelas, maka peneliti

    merancang tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar

    matematika pada materi pecahan siswa kelas IV SD Kanisius Cungkup Salatiga,

    persiapannya meliputi hal-hal berikut:

    1) Menentukan dan mempersiapkan materi atau bahan ajar Matematika yang

    akan dipelajari.

    2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan

    model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division

    (STAD) padamata pelajaran Matematika.

    3) Menyiapkan media pembelajaran.

    4) Membuat daftar pengelompokkan siswa dengan cara merangking nilai pre

    test siswa kemudian membaginya menjadi 5 kelompok dengan anggota yang

    heterogen. Setiap kelompok memiliki siswa berkemampuan akademik rendah,

    sedang dan tinggi.

    5) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS).

    6) Membuat lembar pengamatan untuk memantau aktivitas guru dan siswa

    ketika proses pembelajaran berlangsung.

    7) Menysun dan menyiapkan soal tes untuk siswa. Tes ini akan diberikan pada

    akhir siklus.

    8) Menyiapkan kamera untuk mendokumentasikan aktivitas guru dan siswa pada

    sat proses pembelajaran berlangsung.

    9) Melakukan simulasi/latihan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

    student teams achievement division (STAD) bersama teman sejawat. Hal ini

    dilakukan agar peneliti benar-benar terampil dan mahir dengan model

    pembelajaran tersebut.

    b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

    Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan rancangan tindakan yang telah

    disusun, berupa pembelajaran matematika dengan menggunakan model

  • 40

    pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan

    berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sebelumnya telah

    disiapkan oleh peneliti. Tindakan siklus I ini dilaksanakan pada minggu keempat

    Maret. Siklus I dilakukan 2 kali pertemuan yang disesuaikan dengan materi dan

    silabus.

    1) Pertemuan ke I Siklus I

    Pertemuan ke I siklus I pada hari Senin, 21 Maret 2016 pukul 09.00-

    10.45. Setelah segala persiapan dilakukan, guru memulai melaksanakan

    penelitian terlebih dahulumembuka pelajaran, mempersiapkan materi yang

    akan dipelajari, kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran beserta prosedur

    pelaksanaan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD yang akan

    dilakukan. Tahap-tahap pembelajaran melalui model kooperatif tipe STAD

    yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.

    Guru membuka pelajaran dengan salam. Guru melakukan apersepsi

    dengan bertanya “Pernah atau tidak kalian (siswa) makan atau melihat

    Pizza?”. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada

    pertemuan I ini, guru memperkenalkan apa itu pembelajaran model kooperatif

    tipe STAD. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru. Mulai dari

    pembentukan kelompok, kerjasama antar kelompok, penilaian kelompok

    sampai penilaian individu.

    Siswa dibagi menjadi 5 kelompok dengan anggota kelompok 5 orang,

    tetapi ada 1 kelompok yang terdiri dari 6 orang. Pembagian kelompok

    memperhatikan heterogenitas di dalam kelas, yaitu jenis kelamin dan tingkat

    kemampuan anak. Selanjutnya guru meminta siswa untuk bergabung dengan

    kelompoknya masing-masing. Siswa ada yang antuasias langsung

    menghampiri temannya, tetapi ada juga yang kecewa karena tidak satu

    kelompok dengan teman dekatnya. Selain itu, ada siswa yang tidak tahu akan

    bergabung dengan kelompok yang mana karena siswa sibuk bercanda

    sehingga tidak mendengarkan perintah guru. Kemudian guru membagikan

    LKS untuk tiap-tiap kelompok.

  • Memasuki kegia

    yang sudah di potong berbentuk persegi untuk lembar jawaban setiap

    kelompok. Mereka bersama peneliti akan menyelesaikan soal penjumlahan

    bilangan pecahan berpenyebut sama dan berbeda penyebut. Soal yang

    pertama adalah penjumlahan bilangan pecahan berpenyebut sama

    Siswa dibimbing untuk menentukan hasil penjumlahan pecahan

    tersebut. Langkah pertama adalah mengambil 3 kertas lipat. Masing

    kertas lipat tersebut dibagi menjadi 8 bagian, kemudi

    lipatannya menggunakan pensil atau bolpoin. Setelah itu, ambil satu dari

    ketiga kertas lipat tersebut. Arsirlah 4 bagian dari 8 bagian tersebut (siswa

    diberikan kebebasan untuk mengasir bagian mana yang ingin mereka arsir).

    Siswa juga dib

    dengan sebelumnya yaitu arsirlah 1 bagian dari 8 bagian tersebut. Langkah

    menjumlahkan pecahan

    Gambar 4.1. Siswa

    ����

    �.

    Kemudian untuk menjumlahkan kedua pecahan tersebut siswa diberikan

    kata kunci “penggabungan” yaitu dengan memotong bagian yang diarsir pada

    salah satu kertas tersebut dengan menggambungkan pada

    sehingga menghasilkan pecahan

    Memasuki kegiatan inti, peneliti membagikan 1 lembar kertas karton

    yang sudah di potong berbentuk persegi untuk lembar jawaban setiap

    kelompok. Mereka bersama peneliti akan menyelesaikan soal penjumlahan

    bilangan pecahan berpenyebut sama dan berbeda penyebut. Soal yang

    pertama adalah penjumlahan bilangan pecahan berpenyebut sama

    Siswa dibimbing untuk menentukan hasil penjumlahan pecahan

    tersebut. Langkah pertama adalah mengambil 3 kertas lipat. Masing

    kertas lipat tersebut dibagi menjadi 8 bagian, kemudian tebalkan garis

    lipatannya menggunakan pensil atau bolpoin. Setelah itu, ambil satu dari

    ketiga kertas lipat tersebut. Arsirlah 4 bagian dari 8 bagian tersebut (siswa

    diberikan kebebasan untuk mengasir bagian mana yang ingin mereka arsir).

    Siswa juga dibimbing untuk membuat pecahan �

    � . langkah pertama juga sama

    dengan sebelumnya yaitu arsirlah 1 bagian dari 8 bagian tersebut. Langkah

    menjumlahkan pecahan �

    �dan

    � dapat dilihat pada Gambar 4.2

    Siswa Mengukuti Petunjuk Guru untuk Membuat P

    Kemudian untuk menjumlahkan kedua pecahan tersebut siswa diberikan

    kata kunci “penggabungan” yaitu dengan memotong bagian yang diarsir pada

    salah satu kertas tersebut dengan menggambungkan pada bagian yang lain

    sehingga menghasilkan pecahan �

    �.

    41

    membagikan 1 lembar kertas karton

    yang sudah di potong berbentuk persegi untuk lembar jawaban setiap

    kelompok. Mereka bersama peneliti akan menyelesaikan soal penjumlahan

    bilangan pecahan berpenyebut sama dan berbeda penyebut. Soal yang

    pertama adalah penjumlahan bilangan pecahan berpenyebut sama �

    �+

    �= ⋯.

    Siswa dibimbing untuk menentukan hasil penjumlahan pecahan

    tersebut. Langkah pertama adalah mengambil 3 kertas lipat. Masing-masing

    an tebalkan garis

    lipatannya menggunakan pensil atau bolpoin. Setelah itu, ambil satu dari

    ketiga kertas lipat tersebut. Arsirlah 4 bagian dari 8 bagian tersebut (siswa

    diberikan kebebasan untuk mengasir bagian mana yang ingin mereka arsir).

    . langkah pertama juga sama

    dengan sebelumnya yaitu arsirlah 1 bagian dari 8 bagian tersebut. Langkah

    dilihat pada Gambar 4.2.

    Mengukuti Petunjuk Guru untuk Membuat Pecahan

    Kemudian untuk menjumlahkan kedua pecahan tersebut siswa diberikan

    kata kunci “penggabungan” yaitu dengan memotong bagian yang diarsir pada

    bagian yang lain

  • Hasil penjumlahan pecahan

    Gambar 4.3. Kertas Lipat yang Menunjukan Hasil P

    Sampai dengan kegiatan ini, terlihat

    mengikuti pembelajaran dengan baik. Namun demikian, ada juga siswa yang

    malas untuk memperhatikan temannya mengerjakan tugas dari

    cenderung asyik sibuk sendiri

    adanya anak yang asyik sibuk sendiri

    Gambar 4.4.

    Gambar 4.4 a). Siswa yang Asyik Sibuk Main S

    Setelah setiap kelompok sudah selesai, menjumlahkan pecahan tersebut

    dengan alat peraga kertas lipat, peneliti merangsang keaktifan siswa dengan

    menanyakan siapa yang berani ke depan kelas untuk menuliskan jawabannya

    didepan kelas. Kemudian ada beberapa siswa yang

    Hasil penjumlahan pecahan �

    �dan

    � dapat dilihat pada Gambar 4.3

    Kertas Lipat yang Menunjukan Hasil Penjumlahan

    Sampai dengan kegiatan ini, terlihat beberapa siswa antusias dan dapat

    mengikuti pembelajaran dengan baik. Namun demikian, ada juga siswa yang

    malas untuk memperhatikan temannya mengerjakan tugas dari

    cenderung asyik sibuk sendiri dan menggangu teman teman yang lain

    anak yang asyik sibuk sendiri dan mengganggu teman da

    a) b)

    . Siswa yang Asyik Sibuk Main Sendiri, b). Siswa yang Asyik

    Mengganggu Temannya Saat Diskusi.

    setiap kelompok sudah selesai, menjumlahkan pecahan tersebut

    dengan alat peraga kertas lipat, peneliti merangsang keaktifan siswa dengan

    siapa yang berani ke depan kelas untuk menuliskan jawabannya

    didepan kelas. Kemudian ada beberapa siswa yang menuliskan jawaban

    42

    ilihat pada Gambar 4.3.

    enjumlahan �

    ����

    �.

    beberapa siswa antusias dan dapat

    mengikuti pembelajaran dengan baik. Namun demikian, ada juga siswa yang

    malas untuk memperhatikan temannya mengerjakan tugas dari guru dan

    teman yang lain. Peristiwa

    dapat terlihat pada

    . Siswa yang Asyik

    setiap kelompok sudah selesai, menjumlahkan pecahan tersebut

    dengan alat peraga kertas lipat, peneliti merangsang keaktifan siswa dengan

    siapa yang berani ke depan kelas untuk menuliskan jawabannya

    menuliskan jawaban

  • pekerjaannya didepan kelas dengan cukup jelas dan benar. Dalam menjumlahkan

    pecahan berpenyebut sama, mereka hanya cukup menjumlahkan pembilangnya

    saja, sedangkan penyebutnya tidak dijumlahkan. Jadi dapat di tulis

    Tetapi, jika penyebutnya berbeda hal pertama yang harus mereka lakukan adalah

    menyamakan penyebutnya terdahulu dengan cara menentukan KPK dari kedua

    penyebut pecahan tersebut.

    papan tulis dapat di

    Gambar 4.5. Siswa Mengerjakan Penjumlahan Berpenyebut S

    di Papan T

    Setelah semua paham, siswa kemudian mengerjakan soal tes individual

    untuk menilai kemajuan siswa dalam belajar. Guru menghitung

    kelompok setelah siswa mengerjakan. Ketika penghitungan selesai guru

    mengetahui kelompok yang mendapatkan skor perkembangan tertinggi. Guru

    kemudian memberikan penghargaan tim dengan meminta kelompok ke depan

    kelas. Guru mengucapkan sela

    memberikan tepuk tangan.

    Pada kegiatan akhir, peneliti mengajukan berbagai pertanyaan kepada

    siswa. Pertanyaan tersebut diajukan untuk menyimpulkan bersama

    hari ini. Kemudian peneliti menutup pelajaran

    berpesan agar anak

    dan Pecahan Desimal.

    pekerjaannya didepan kelas dengan cukup jelas dan benar. Dalam menjumlahkan

    pecahan berpenyebut sama, mereka hanya cukup menjumlahkan pembilangnya

    saja, sedangkan penyebutnya tidak dijumlahkan. Jadi dapat di tulis

    Tetapi, jika penyebutnya berbeda hal pertama yang harus mereka lakukan adalah

    menyamakan penyebutnya terdahulu dengan cara menentukan KPK dari kedua

    penyebut pecahan tersebut. Siswa yang berani menuliskan hasil peker

    papan tulis dapat dilihat pada Gambar 4.5.

    Siswa Mengerjakan Penjumlahan Berpenyebut Sama dan

    di Papan Tulis.

    Setelah semua paham, siswa kemudian mengerjakan soal tes individual

    untuk menilai kemajuan siswa dalam belajar. Guru menghitung skor individu dan

    kelompok setelah siswa mengerjakan. Ketika penghitungan selesai guru

    mengetahui kelompok yang mendapatkan skor perkembangan tertinggi. Guru

    kemudian memberikan penghargaan tim dengan meminta kelompok ke depan

    kelas. Guru mengucapkan selamat sedangkan kelompok yang lain untuk

    memberikan tepuk tangan.

    Pada kegiatan akhir, peneliti mengajukan berbagai pertanyaan kepada

    siswa. Pertanyaan tersebut diajukan untuk menyimpulkan bersama

    hari ini. Kemudian peneliti menutup pelajaran dengan memberikan PR dan

    berpesan agar anak-anak belajar lagi di rumah tentang Penjumlahan Tiga Pecahan

    dan Pecahan Desimal.

    43

    pekerjaannya didepan kelas dengan cukup jelas dan benar. Dalam menjumlahkan

    pecahan berpenyebut sama, mereka hanya cukup menjumlahkan pembilangnya

    saja, sedangkan penyebutnya tidak dijumlahkan. Jadi dapat di tulis �

    �+

    �=

    �.

    Tetapi, jika penyebutnya berbeda hal pertama yang harus mereka lakukan adalah

    menyamakan penyebutnya terdahulu dengan cara menentukan KPK dari kedua

    Siswa yang berani menuliskan hasil pekerjaannya di

    ama dan Tidak Sama

    Setelah semua paham, siswa kemudian mengerjakan soal tes individual

    skor individu dan

    kelompok setelah siswa mengerjakan. Ketika penghitungan selesai guru

    mengetahui kelompok yang mendapatkan skor perkembangan tertinggi. Guru

    kemudian memberikan penghargaan tim dengan meminta kelompok ke depan

    mat sedangkan kelompok yang lain untuk

    Pada kegiatan akhir, peneliti mengajukan berbagai pertanyaan kepada

    siswa. Pertanyaan tersebut diajukan untuk menyimpulkan bersama-sama pelajaran

    dengan memberikan PR dan

    anak belajar lagi di rumah tentang Penjumlahan Tiga Pecahan

  • 2) Pertemuan ke 2 siklus I

    Pertemuan ke 2 siklus I pada h

    07.00-08.45

    hanya saja guru melakukan modifikasi terhadap model pembelajaran

    kooperatif tipe STAD ini. Pada pertemuan kali ini materi materi yang

    dibahas adalah Penjumlahan Tiga Pecahan dan Penjumlahan pecahan

    Desimal. Tanpa men

    Pelajaran dimulai dengan mengucapkan salam dan mengkoordinir

    siswa untuk menyiapkan buku Matematika. Guru menjelaskan tujuan

    pembelajaran yang akan dilaksanakan. Tidak lupa guru kembali

    menjelaskan model pembelajaran kooperatif tipe

    berhasil sukses. Sebagai apersepsi, guru mencoba mengulas pertanyaan pada

    pertemuan I yaitu membahas PR, “ Siapa yang mau menuliskan jawaban PR

    didepan kelas?”

    menghenyakkan suasana

    sendiri saat pembelajaran berlangsung. Aktivitas RU saat menjawab

    pertanyaan g

    Gambar 4.6

    Dari tanya

    tidak perlu menggunakan kertas lipat karena itu memakan waktu yang

    cukup lama. Untuk mengerjakan soal pecahan ada cara lain yang hasilnya

    2) Pertemuan ke 2 siklus I

    Pertemuan ke 2 siklus I pada hari Selasa, 22 Maret 2016 pukul

    08.45. Pertemuan ke 2 tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama,

    hanya saja guru melakukan modifikasi terhadap model pembelajaran

    kooperatif tipe STAD ini. Pada pertemuan kali ini materi materi yang

    dibahas adalah Penjumlahan Tiga Pecahan dan Penjumlahan pecahan

    Tanpa menggunakan alat peraga.

    Pelajaran dimulai dengan mengucapkan salam dan mengkoordinir

    siswa untuk menyiapkan buku Matematika. Guru menjelaskan tujuan

    pembelajaran yang akan dilaksanakan. Tidak lupa guru kembali

    menjelaskan model pembelajaran kooperatif tipe STAD agar pembelajaran

    berhasil sukses. Sebagai apersepsi, guru mencoba mengulas pertanyaan pada

    pertemuan I yaitu membahas PR, “ Siapa yang mau menuliskan jawaban PR

    didepan kelas?”, Saya . . . Bu! Jawab RU dengan suara yang lumayan

    menghenyakkan suasana kelas. Anak tersebut biasanya asyik bermain

    sendiri saat pembelajaran berlangsung. Aktivitas RU saat menjawab

    pertanyaan guru dapat dilihat Gambar 4.6.

    Gambar 4.6. Siswa Menuliskan Jawaban PR di Papan T

    Dari tanya jawab tersebut, peneliti menjelaskan bahwa mereka

    tidak perlu menggunakan kertas lipat karena itu memakan waktu yang

    cukup lama. Untuk mengerjakan soal pecahan ada cara lain yang hasilnya

    44

    ari Selasa, 22 Maret 2016 pukul

    jauh berbeda dengan pertemuan pertama,

    hanya saja guru melakukan modifikasi terhadap model pembelajaran

    kooperatif tipe STAD ini. Pada pertemuan kali ini materi materi yang

    dibahas adalah Penjumlahan Tiga Pecahan dan Penjumlahan pecahan

    Pelajaran dimulai dengan mengucapkan salam dan mengkoordinir

    siswa untuk menyiapkan buku Matematika. Guru menjelaskan tujuan

    pembelajaran yang akan dilaksanakan. Tidak lupa guru kembali

    STAD agar pembelajaran

    berhasil sukses. Sebagai apersepsi, guru mencoba mengulas pertanyaan pada

    pertemuan I yaitu membahas PR, “ Siapa yang mau menuliskan jawaban PR

    , Saya . . . Bu! Jawab RU dengan suara yang lumayan

    kelas. Anak tersebut biasanya asyik bermain

    sendiri saat pembelajaran berlangsung. Aktivitas RU saat menjawab

    Siswa Menuliskan Jawaban PR di Papan Tulis.

    jawab tersebut, peneliti menjelaskan bahwa mereka

    tidak perlu menggunakan kertas lipat karena itu memakan waktu yang

    cukup lama. Untuk mengerjakan soal pecahan ada cara lain yang hasilnya

  • akan sama apabila ki

    menunjuk dua siswa untuk menyelesaikan soal latihan lagi di depan kelas.

    Beberapa siswa dalam mencari hasil penjumlahan dari

    ⋯dapat terlihat pada Gambar 4.7

    Gambar

    Dengan Bimbingan G

    Setelah jawaban

    sebagai berikut:

    tersebut dibuku tulis mereka.

    Selanjutnya siswa diminta berkumpul menuju kelompok masing

    masing secara acak yaitu

    Siswa sangat antusias menunggu kelompok mereka mendapatkan nama

    apa. Semua menerima dengan senang hati. Masing

    menerima LKS tentang penjumlahan bilangan pecahan tanpa

    menggunakan

    decimal. Tetapi kali ini peneliti menggunakan game “Bola Ajaib” dimana

    setiap kelompok akan mendapatkan soal ketika ia menyentuh bola pada

    saat lagu bola ajaib yang dinyanyikan berhenti. Setelah seti

    kelompok mendapatkan soal, ketua kelompok memastikan anggota

    akan sama apabila kita menghitung dengan alat peraga. Peneliti menc

    menunjuk dua siswa untuk menyelesaikan soal latihan lagi di depan kelas.

    Beberapa siswa dalam mencari hasil penjumlahan dari

    dapat terlihat pada Gambar 4.7.

    Gambar 4.7. Siswa Menyelesaikan Soal Latihan di Papan Tulis

    Bimbingan Guru.

    Setelah jawaban dari pertanyaan ditemukan dan hasil penjumlahan

    sebagai berikut: �

    �+

    �+

    �=

    ��

    �� Kemudian siswa mencatat contoh soal

    tersebut dibuku tulis mereka.

    Selanjutnya siswa diminta berkumpul menuju kelompok masing

    secara acak yaitu apel, semangka, anggur, jeruk, dan strawberry.

    Siswa sangat antusias menunggu kelompok mereka mendapatkan nama

    apa. Semua menerima dengan senang hati. Masing

    menerima LKS tentang penjumlahan bilangan pecahan tanpa

    menggunakan alat peraga, yaitu penjumlahan tiga pecahan dan pecahan

    decimal. Tetapi kali ini peneliti menggunakan game “Bola Ajaib” dimana

    setiap kelompok akan mendapatkan soal ketika ia menyentuh bola pada

    saat lagu bola ajaib yang dinyanyikan berhenti. Setelah seti

    kelompok mendapatkan soal, ketua kelompok memastikan anggota

    45

    alat peraga. Peneliti mencoba

    menunjuk dua siswa untuk menyelesaikan soal latihan lagi di depan kelas.

    Beberapa siswa dalam mencari hasil penjumlahan dari �

    �+

    �+

    �=

    Siswa Menyelesaikan Soal Latihan di Papan Tulis

    dari pertanyaan ditemukan dan hasil penjumlahan

    Kemudian siswa mencatat contoh soal

    Selanjutnya siswa diminta berkumpul menuju kelompok masing-

    apel, semangka, anggur, jeruk, dan strawberry.

    Siswa sangat antusias menunggu kelompok mereka mendapatkan nama

    apa. Semua menerima dengan senang hati. Masing-masing siswa

    menerima LKS tentang penjumlahan bilangan pecahan tanpa

    alat peraga, yaitu penjumlahan tiga pecahan dan pecahan

    decimal. Tetapi kali ini peneliti menggunakan game “Bola Ajaib” dimana

    setiap kelompok akan mendapatkan soal ketika ia menyentuh bola pada

    saat lagu bola ajaib yang dinyanyikan berhenti. Setelah setiap siswa dalam

    kelompok mendapatkan soal, ketua kelompok memastikan anggota

  • kelompoknya memahami cara mengerjakan soal. Ketua kelompok

    membimbing anggota kelompok

    Peneliti memantau diskusi setiap kelompok

    menjawab

    mengerjakan LKS dapat te

    Gambar 4.8

    Peneliti selalu mengingatkan siswa agar mereka harus saling

    menjelaskan cara pemecahan soal satu sama lain, saling menyimak

    penjelasan masing

    bekerja keras.

    dirasakan bersama.

    Setelah siswa selesai diskusi, peneliti memanggil salah satu siswa

    secara acak untuk memberikan jawaban secara individu. Dalam pertemuan

    kedua ini, setiap siswa diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan

    secara bergiliran.

    kelompok menuliskan poin kemajuan poin perkembangan belajar

    kelompok sehingga diketahui kelompok mana yang yang mendapatkan

    skor tertinggi. Guru memberikan penghargaan kelompok dengan

    mengucapkan selamat dan t

    kelompoknya memahami cara mengerjakan soal. Ketua kelompok

    membimbing anggota kelompok dalam mengerjakan soal LKS tersebut.

    Peneliti memantau diskusi setiap kelompok secar

    menjawab pertanyaan dari siswa yang mengalami kesulitan dalam

    mengerjakan LKS dapat terlihat pada Gambar 4.8.

    Gambar 4.8. Guru Membimbing Siswa yang Mengalami

    Kesulitan Pada Saat Diskusi Mengerjakan LKS.

    Peneliti selalu mengingatkan siswa agar mereka harus saling

    menjelaskan cara pemecahan soal satu sama lain, saling menyimak

    penjelasan masing-masing anggota kelompok dan saling mendorong untuk

    keras. Diakhir pembelajaran nanti, keberhasilan kelompo

    dirasakan bersama.

    Setelah siswa selesai diskusi, peneliti memanggil salah satu siswa

    secara acak untuk memberikan jawaban secara individu. Dalam pertemuan

    kedua ini, setiap siswa diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan

    secara bergiliran. Siswa dan guru mencocokkan bersama

    kelompok menuliskan poin kemajuan poin perkembangan belajar

    kelompok sehingga diketahui kelompok mana yang yang mendapatkan

    skor tertinggi. Guru memberikan penghargaan kelompok dengan

    mengucapkan selamat dan teman yang lain memberikan bertepuk tangan.

    46

    kelompoknya memahami cara mengerjakan soal. Ketua kelompok (leader)

    mengerjakan soal LKS tersebut.

    secara bergantian dan

    pertanyaan dari siswa yang mengalami kesulitan dalam

    engalami

    engerjakan LKS.

    Peneliti selalu mengingatkan siswa agar mereka harus saling

    menjelaskan cara pemecahan soal satu sama lain, saling menyimak

    masing anggota kelompok dan saling mendorong untuk

    akhir pembelajaran nanti, keberhasilan kelompok dapat

    Setelah siswa selesai diskusi, peneliti memanggil salah satu siswa

    secara acak untuk memberikan jawaban secara individu. Dalam pertemuan

    kedua ini, setiap siswa diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan

    Siswa dan guru mencocokkan bersama-sama. Ketua

    kelompok menuliskan poin kemajuan poin perkembangan belajar

    kelompok sehingga diketahui kelompok mana yang yang mendapatkan

    skor tertinggi. Guru memberikan penghargaan kelompok dengan

    eman yang lain memberikan bertepuk tangan.

  • 47

    Pada akhir kegiatan, siswa melakukan tanya jawab dengan peneliti

    untuk menyimpulkan materi yang telah di pelajari. Setelah selesai, siswa

    diberikan soal evaluasi atau tes akhir dari siklus I. sebelum tes diberikan

    peneliti mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada

    pertemuan sebelumnya. Selanjutnya peneliti membagikan lembar soal tes.

    Soal tes yang diberikan sebanyak 5 butir soal uraian. Siswa diingatkan

    agar mereka mengerjakan soal secara individu. pelaksanaan tes berjalan

    dengan tenang. peristiwa tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.9.

    .

    a) b)

    Gambar 4.8. a) Peneliti Membagikan Soal Tes Akhir Siklus I. b) Guru

    Mengawasi Jalannya Tes Akhir Siklus I.

    c. Hasil Observasi

    Guru melakukan observasi dari awal kegiatan pembelajaran sampai akhir

    pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa dalam

    pembelajaran penjumlahan pecahan menggunakan model pembelajaran

    kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berikut uraian

    hasil pengamatan saatberlangsungnya kegiatan belajar mengajar siklus I:

    1) Ketika dibentuk kelompok pada pertemuan I siklus I, kondisi belajar

    menjadi kurang tenang. Ada siswa yang memprotes pembagian kelompok

    yang dilakukan oleh peneliti. Siswa tersebut merasa tidak cocok dengan

    anggota kelompoknya. Anggota kelompoknya bukan anggota kelompok

    bermain sehari-hari. Selain itu, pada saat pembagian kelompok dibacakan,

    siswa sangat gaduh sehingga mmbutukkan waktu lama karena ada

    beberapa siswa yang tidak memperhatikan pembagian kelompok.

  • 2) Pada pertemuan pertama, beberapa siswa asik bermain sendiri, bahkan ada

    yang mengganggu temannya yang lain. Sehingga mengganggu saat

    kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal itu berlan

    kedua.

    3) Pada pertemuan kedua, sebagian besar sudah cukup antusias peneliti

    memberikan nama kelompoknya pada pertemuan kedua. Nama

    kelompok tersebut nama buah sehingga mereka sangat antusias saat

    peneliti meletakkan nama kelompok d

    4) Diketahui selama pembelajaran berlangsung, ada siswa yang belum

    paham, ada beberapa anggota kelompok yang sudah mau membantu

    temannya.

    4.1.2.1 Analisis Ketuntasan

    Adapun persentase jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM pada

    siklus I sebagai berikut

    Nilai

    No. Nilai 1. ≥ 65 2. < 65 JUMLAH

    NILAI RATA

    Hasil belajar siswa pada

    diagram untuk melihat perbedaan persentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas.

    Ketuntasan hasil belajar siswa pada tahap si

    Diagram 4.10

    23%

    0%

    20%

    40%

    60%

    80%

    100%

    Tidak Tuntas

    Pada pertemuan pertama, beberapa siswa asik bermain sendiri, bahkan ada

    yang mengganggu temannya yang lain. Sehingga mengganggu saat

    kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal itu berlanjut sampai pertemuan

    Pada pertemuan kedua, sebagian besar sudah cukup antusias peneliti

    memberikan nama kelompoknya pada pertemuan kedua. Nama

    kelompok tersebut nama buah sehingga mereka sangat antusias saat

    peneliti meletakkan nama kelompok di atas meja mereka.

    Diketahui selama pembelajaran berlangsung, ada siswa yang belum

    paham, ada beberapa anggota kelompok yang sudah mau membantu

    Analisis Ketuntasan

    Adapun persentase jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM pada

    I sebagai berikut dapat dilihat pada Tabel 4.2.

    Tabel 4.2 Nilai Ketuntasan Hasil Tes Siklus I

    Banyak Siswa Persentase Keterangan20 77% TUNTAS6 23% TIDAK TUNTAS26 100%

    NILAI RATA-RATA 77

    Hasil belajar siswa pada tahap siklus I juga dapat dilihat dalam bentuk

    diagram untuk melihat perbedaan persentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas.

    Ketuntasan hasil belajar siswa pada tahap siklus I terlihat pada Diagram 4.10

    4.10. Nilai Ketuntasan Hasil Tes Siklus I

    23%

    77% 77

    Tidak Tuntas

    Tuntas Nilai Rata-rata

    Tidak Tuntas

    Tuntas

    Nilai Rata-rata

    48

    Pada pertemuan pertama, beberapa siswa asik bermain sendiri, bahkan ada

    yang mengganggu temannya yang lain. Sehingga mengganggu saat

    jut sampai pertemuan

    Pada pertemuan kedua, sebagian besar sudah cukup antusias peneliti

    memberikan nama kelompoknya pada pertemuan kedua. Nama-nama

    kelompok tersebut nama buah sehingga mereka sangat antusias saat

    Diketahui selama pembelajaran berlangsung, ada siswa yang belum

    paham, ada beberapa anggota kelompok yang sudah mau membantu

    Adapun persentase jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM pada

    Keterangan TUNTAS

    TIDAK TUNTAS

    tahap siklus I juga dapat dilihat dalam bentuk

    diagram untuk melihat perbedaan persentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas.

    klus I terlihat pada Diagram 4.10.

  • 49

    Berdasarkan hasil tersebut, maka siklus I dapat dikatakan sudah

    berhasil, sehingga dilaksanakan siklus II sebagai siklus pemantapan. Hal ini

    membuktikan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

    STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

    d. Refleksi siklus I

    Tahap selanjutnya dalam penelitian tindakan kelas ini adalah refleksi.

    Refleksi dilakukan pada akhir siklus untuk membahas hal-hal yang sudah

    dilakukan dan hal-hal yang perlu diperbaiki dari suklus pertama sebagai

    rencana tindakan yang baru untuk diterapkan pada siklus berikutnya. Hasil

    refleksi yang dilakukan peneliti terhadap penerapan model kooperatif tipe

    STAD pada mata pelajaran Matematika siswa kelas IV SD Kanisius Cungkup

    Salatiga menunjukan hasil belajar Matematika materi Penjumlahan Pecahan

    sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 75% dari jumlah siswa yang

    mendapatkan nilai ≥ 65. Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe

    STAD pada siklus I ini adalah adanya kerjasama dengan anggota kelompok,

    berlatih tanggung jawab siswa dalam mengerjakan soal, dan memberikan

    kesempatan siswa untuk mengeluarkan pendapatnya di depan orang lain.

    Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I

    didapatkan peningkatan hasil belajar dari pada saat pra tindakan. Siswa yang

    telah mencapai nilai ≥ 65 pada siklus I ada 20 siswa atau 77% dari jumlah

    siswa. Rekomendasi perlu dilanjutkan pada siklus II, dengan komposisi soal

    dan materi selanjutnya.

    Faktor penyebab kurang tercapainya hasil belajar yang di harapkan adalah

    sebagai berikut.

    1) Pada pertemuan pertama, saat pembagian kelompok ada siswa yang ingin

    bergabung dengan teman bermain dalam kesehariannya. Padahal

    pembagian kelompok sudah ditentukan oleh peneliti. Selain itu banyak

    anak yang tidak mendengarkan saat pembagian kelompok yang

    menyebabkan terjadinya kegaduhan sehingga waktu menjadi lama hanya

    untuk membagi kelompok.

  • 50

    2) Apalagi ada siswa yang belum paham, sebagian kelompok sudah mau

    membantu temannya.kelompok yang memiliki kerjasama baik, dapat

    menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan baik. Akan tetapi kelompok

    dengan anggota yangtidak mau membantu temannya, menjadi lambat

    menyelesaikan tugas tersebut.

    3) Siswa dalam berdiskusi kelompok lambat karena tidak ada kompetisi antar

    kelompok untuk segera menyelesaikan LKS nya sehingga banyak waktu

    yang terbuang.

    4) Ada siswa yang mempercayai temannya yang paling pandai

    menyelesaikan LKS.

    5) Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibagikan guru tidak untuk setiap siswa

    namun hanya berkelompok sehingga banyak siswa yang menganggur dan

    lebih banyak bercanca.

    6) Guru memberikan motivasi kepada siswa yang akan maju membacakan

    diskusinya sehingga siswa tidak berani dan pembelajaran semakin lambat.

    Dari refleksi ini ditemukan beberapa masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan

    tindakan, sehingga peneliti berdiskusi dengan kolaborator perlu melakukan perbaikan

    pada tindakan berikutnya.

    Hal-hal yang perlu dilakukan pada tindakan selanjutnya yaitu:

    1) Peneliti mencoba melatih dan menekankan kepada siswa bahwa mereka

    bergantung pada anggota lain. Mereka tidak bisa sukses tanpa usaha dan

    dukungan orang lain. Merekapun perlu melakukan usaha-usaha aktif untuk

    bekerjasama satu sama lain agar tujuan mereka tercapai bersama.

    2) Diadakan perubahan kelompok belajar untuk siklus II. Siswa yang mengalami

    kesulitan memahami dapat bertanya kepada siswa yang lebih pandai dalam

    kelompoknya. Pembentukan ulang kelompok belajar bertujuan agar siswa tidak

    merasa jenuh.

    3) Menambah peraturan dalam pembelajaran berupa aturan bahwa jika ada anggota

    kelompok yang berbicara sendiri maka poin kelompok akan dikurangi 5.

    4) Perlu adanya kompetisi antar kelompok yang diselipkan untuk meningkatkan rasa

    kekompakan kelompok dan antusiasme dalam pembelajaran.

  • 51

    5) Pemanggilan siswa yang akan dilakukan oleh guru harus dibarengi dengan

    pemberian motivasi sehingga siswa yang dipanggil bersedia mau mengerjakan di

    papan tulis.

    6) LKS diberikan untuk setiap anak bukan setiap kelompok sehingga anak punya

    tanggung jawab masing-masing terhadap kelompok serta tidak ada waktu untuk

    bermain.

    7) Guru tetap menggunakan penamaan kelompok nama-nama buah, namun ketua

    kelompok ditambahkan topi yang diatasnya bergambar buah sesuai nama

    kelompok.

    4.1.3 Siklus II

    Siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I. Tujuan diadakannya siklus II ini agar

    hasil yang diperoleh siswa lebih meningkatkan lagi dari kriteria keberhasilan yang di

    tetapkan yaitu 75% dari jumlah siswa yang mendapatkan ≥ 65 seperti halnya siklus I,

    siklus II juga dilaksanakan berdasarkan prosedur penelitian, yaitu perencanaan siklus II

    diuraikan sebagai berikut.

    a. Tahap Perencanaan Siklus II

    1) Menysun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pokok bahasan selanjutnya,

    yaitu mengurangkan pecahanan berpenyebut sama, mengurangkan pecahan yang

    penyebutnya tidak sama, pengurangan pecahan dari bilangan asli, pengurangan

    tiga pecahan, dan pengurangan pecahan desimal dengan menggunakan model

    pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). RPP

    yang disusun oleh peneliti pada siklus II ini juga dengan pertimbangan dari

    kolaborator yang di gunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan proses

    pembelajaran Matematika di kelas.

    2) Menyusun pedoman observasi guru dan siswa untuk mempermudah peneliti untuk

    mengetahui keefektifan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

    yang dilakukan oleh guru.

    3) Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang digunakan dalam setiap

    pembelajaran, seperti Lembar Kerja Siswa (LKS).

  • 52

    4) Mempersiapkan reward atau hadiah yang akan diberikan kepada kelompok yang

    memperoleh skor tertinggi dan cepat dalam menyelesaikan LKS.

    5) Mempersiapkan soal tes evaluasi untuk siswa yang akan digunakan pada akhir

    siklus II.

    b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

    Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu tanggal 28 dan 29 Maret

    2016. Pembelajaran dilaksanakanmenggunakan model kooperatif tipe STAD untuk

    peningkatkan hasil belajar Matematika pada materi pecahan kelas IV SD Kanisius

    Cungkup Salatiga.

    1) Pertemuan ke 1 Siklus II

    Pertemuan I pada siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 28 Maret 2016

    pukul 09.00-10.45. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sesuai perencanaan

    siklus II sebagai perbaikan dan kekurangan proses pembelajaran yang terjadi pada

    siklus I. materi yang dibahas adalah mengurangkan pecahan yang berpenyebut

    sama, pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama, dan pengurangan pecahan

    dari bilangan asli. Latihan tersebut akan disajikan dalam bentuk permainan

    puzzle. Permainan ini dilakukan dengan cara menempelkan potongan karton

    sesuai dengan jawaban yang diperoleh kelompok. Selain itu, untuk mengantisipasi

    kegaduhan pada siklus II pertemuan pertama, guru tetap menggunakan aturan

    permainan kelompok.

    Pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam dan mengkoordinir

    siswa untuk menyiapkan buku Matematika. Setelah itu, guru menjelaskan tujuan

    pembelajaran hari ini serta penjelasan tentang model pembelajaran kooperatif tipe

    STAD. Saat guru menjelaskan, siswa menjadi semangkin paham dengan odel

    pembelajaran tipe STAD ini. Guru lalu memberikan motivasi kepada siswa agar

    lebih semangat lagi belajar.

    Sebagai apersepsi, guru memberikan beberapa pertanyaan untuk

    mengingat materi pembelajaran pada siklus I “Apakah anak-anak masih ingat cara

    menjumlahkan bilangan pecahan dengan alat peraga atau tidak?” Selanjutnya

    peneliti menuliskan sebuah soal penjumlahan dan meminta seorang siswa yang

  • hasil tesnya belum tuntas pada siklus I untuk mengerjakan di papan tulis. Siswa

    yang di tunjuk nampak sungguh mengerjakan soal di papan tulis.

    Guru membacak

    dengan anggota kelompoknya masing

    kelompok mendapat topi bergambar buah sesuai dengan kelompok yang

    didapatkan. Sebelum permainan dimulai, siswa memperhatikan simulasi

    permainan yang dijelaskan oleh peneliti. Setelah semua siswa merasa jelas, guru

    membagikan LKS dan alat peraga permainan pada setiap kelompok. LKS tersebut

    berisi soal soal dalam kelompok yang harus dijawab oleh siswa. Masing

    kelompok berkewajiban un

    diberikan. Permainan ini dipimpin oleh ketua kelompok. Ia juga diberi

    bertanggung jawab untuk menjaga ketertiban jalannya permainan. Seluruh

    kelompok tampak antusias mengikuti jalannya pembelajaran.

    Peneliti mema

    pertanyaan dari siswa yang mengalami kesulitan. Peneliti mengitkan ketua

    kelompok memastikan anggota kelompoknya paham dalam menyelesaikan soal

    tersebut. Selain mempercayakan pada ketua kelompok, pe

    mengingatkan untuk tetap bekerjasama, saling membantu satu sama lain dan

    menghitung dengan teliti. Kekompakkan dalam disku

    Gambar 4.11.

    Gambar 4.11

    hasil tesnya belum tuntas pada siklus I untuk mengerjakan di papan tulis. Siswa

    yang di tunjuk nampak sungguh mengerjakan soal di papan tulis.

    Guru membacakan kembali pembagian kelompok. Siswa bergabung

    dengan anggota kelompoknya masing-masing dengan senang hati. Setiap ketua

    kelompok mendapat topi bergambar buah sesuai dengan kelompok yang

    didapatkan. Sebelum permainan dimulai, siswa memperhatikan simulasi

    ermainan yang dijelaskan oleh peneliti. Setelah semua siswa merasa jelas, guru

    membagikan LKS dan alat peraga permainan pada setiap kelompok. LKS tersebut

    berisi soal soal dalam kelompok yang harus dijawab oleh siswa. Masing

    kelompok berkewajiban untuk menemukan jawaban dari soal yang sudah

    diberikan. Permainan ini dipimpin oleh ketua kelompok. Ia juga diberi

    bertanggung jawab untuk menjaga ketertiban jalannya permainan. Seluruh

    kelompok tampak antusias mengikuti jalannya pembelajaran.

    Peneliti memantau diskusi tiap kelompok secara bergantian dan menjawab

    pertanyaan dari siswa yang mengalami kesulitan. Peneliti mengitkan ketua

    kelompok memastikan anggota kelompoknya paham dalam menyelesaikan soal

    tersebut. Selain mempercayakan pada ketua kelompok, pe

    mengingatkan untuk tetap bekerjasama, saling membantu satu sama lain dan

    menghitung dengan teliti. Kekompakkan dalam diskusi kelompok dapat pada

    Gambar 4.11. Kekompakan Siswa Mengerjakan Soal Secara B

    53

    hasil tesnya belum tuntas pada siklus I untuk mengerjakan di papan tulis. Siswa

    an kembali pembagian kelompok. Siswa bergabung

    masing dengan senang hati. Setiap ketua

    kelompok mendapat topi bergambar buah sesuai dengan kelompok yang

    didapatkan. Sebelum permainan dimulai, siswa memperhatikan simulasi

    ermainan yang dijelaskan oleh peneliti. Setelah semua siswa merasa jelas, guru

    membagikan LKS dan alat peraga permainan pada setiap kelompok. LKS tersebut

    berisi soal soal dalam kelompok yang harus dijawab oleh siswa. Masing-masing

    tuk menemukan jawaban dari soal yang sudah

    diberikan. Permainan ini dipimpin oleh ketua kelompok. Ia juga diberi

    bertanggung jawab untuk menjaga ketertiban jalannya permainan. Seluruh

    ntau diskusi tiap kelompok secara bergantian dan menjawab

    pertanyaan dari siswa yang mengalami kesulitan. Peneliti mengitkan ketua

    kelompok memastikan anggota kelompoknya paham dalam menyelesaikan soal

    tersebut. Selain mempercayakan pada ketua kelompok, peneliti juga

    mengingatkan untuk tetap bekerjasama, saling membantu satu sama lain dan

    kelompok dapat pada

    Secara Berdiskusi.

  • Setiap siswa menyelesaikan soal dengan batas waktu lima menit.

    Kemudian siswa memotong karton yang sudah disediakan sesuai dengan jawaban

    soal yang sudah ditemukan.

    mendiskusikan jawaban yang benar untuk ditem

    sudah disediakan. Setelah selesai menempelkan jawaban, setiap ketua kelompok

    menunjukan hasil pekerjaan mereka di depan kelas. Siswa dan guru mencocokkan

    hasil pekerjaan masing

    kelompok yang keliru saat menyelesaikan soal tersebut. Namun guru selalu

    memberikan motivasi dan semangat karena masih ada sekal

    memperbaiki. Siswa menunjukkan hasil pekerjaan kelompok

    LKS dapat dilihat pada G

    Gambar 4.12. Siswa

    Siswa kemudian mengerjakan soal individu secara mandiri. Siswa

    bersama guru membahasnya yang pada ahkirnya ketua kelompok menghitung dan

    menuliskan skor individu

    yang memiliki skor tertinggi dan tercepat diberi

    anak dalam menerima penghargaan dari guru dapat

    Setiap siswa menyelesaikan soal dengan batas waktu lima menit.

    Kemudian siswa memotong karton yang sudah disediakan sesuai dengan jawaban

    soal yang sudah ditemukan. Setelah itu dilanjutkan semua anggota kelompok

    mendiskusikan jawaban yang benar untuk ditempelkan di papan tempel yang

    sudah disediakan. Setelah selesai menempelkan jawaban, setiap ketua kelompok

    menunjukan hasil pekerjaan mereka di depan kelas. Siswa dan guru mencocokkan

    hasil pekerjaan masing-masing kelompok. Setelah dilihat, ternyata terlihat

    kelompok yang keliru saat menyelesaikan soal tersebut. Namun guru selalu

    memberikan motivasi dan semangat karena masih ada sekali pertemuan untuk

    memperbaiki. Siswa menunjukkan hasil pekerjaan kelompok dalam mengerjakan

    S dapat dilihat pada Gambar 4.12.

    Siswa Menunjukan Hasil Tempelan Puzzle di Depan K

    Siswa kemudian mengerjakan soal individu secara mandiri. Siswa

    bersama guru membahasnya yang pada ahkirnya ketua kelompok menghitung dan

    menuliskan skor individu untuk mengetahui perkembangan kelompok. Kelompok

    yang memiliki skor tertinggi dan tercepat diberi reward oleh peneliti. Antusias

    anak dalam menerima penghargaan dari guru dapat terlihat pada Gambar 4.13

    54

    Setiap siswa menyelesaikan soal dengan batas waktu lima menit.

    Kemudian siswa memotong karton yang sudah disediakan sesuai dengan jawaban

    Setelah itu dilanjutkan semua anggota kelompok

    pelkan di papan tempel yang

    sudah disediakan. Setelah selesai menempelkan jawaban, setiap ketua kelompok

    menunjukan hasil pekerjaan mereka di depan kelas. Siswa dan guru mencocokkan

    masing kelompok. Setelah dilihat, ternyata terlihat 1

    kelompok yang keliru saat menyelesaikan soal tersebut. Namun guru selalu

    i pertemuan untuk

    dalam mengerjakan

    di Depan Kelas

    Siswa kemudian mengerjakan soal individu secara mandiri. Siswa

    bersama guru membahasnya yang pada ahkirnya ketua kelompok menghitung dan

    untuk mengetahui perkembangan kelompok. Kelompok

    oleh peneliti. Antusias

    terlihat pada Gambar 4.13.

  • Gambar 4.13

    Stelah siswa kembali ke tempat duduk masing

    tanya jawab dan refleksi pembelajaran pada hari ini. Pembelajaran ditutup dengan doa

    dan salam.

    2) Pertemuan ke 2 Siklus II

    Pertemuan ke 2 Siklus II dilaksanakan pada hari

    pukul 09.00-10.45

    pertama siklus II. Materi yang dibahas adalah pengurangan tiga pecahan d

    pengurangan pecahan desimal.

    melakukan aperse

    ini? Jika ya persiapkan tenaga d

    tujuan pembelajaran yang ingin dicapai di pertemuan terakhir ini. Guru

    menyampaikan penjelasan tentang model pembelajaran

    Guru menjelaskan kembali langkah

    STAD agar semua siswa terampil dalam menyelesaikan soal berhitung pecahan.

    Siswa berkumpul dengan kelompok masing

    pertemuan sebelumnya. G

    itu, ketua kelompok mendapatkan sebuah puzzle permainan dengan warna dan

    gambar yang berbeda

    permainan sehingga menjadi gambar yang utuh. Setelah seles

    Gambar 4.13. Siswa Mendapatkan Reward dari G

    Stelah siswa kembali ke tempat duduk masing-masing, peneliti melakukan

    tanya jawab dan refleksi pembelajaran pada hari ini. Pembelajaran ditutup dengan doa

    Pertemuan ke 2 Siklus II

    Pertemuan ke 2 Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 29 Maret 2016

    10.45. Kegiatan ini merupakan penyempurnaan dari pertemuan

    pertama siklus II. Materi yang dibahas adalah pengurangan tiga pecahan d

    pengurangan pecahan desimal. Kegiatan pembelajaran diawali guru dengan

    melakukan apersepsi “Apakah anak-anak sudah siap mengikuti pembelajaran hari

    ini? Jika ya persiapkan tenaga dan konsentrasi kalian.” Guru menyampaikan

    tujuan pembelajaran yang ingin dicapai di pertemuan terakhir ini. Guru

    menyampaikan penjelasan tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

    Guru menjelaskan kembali langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe

    agar semua siswa terampil dalam menyelesaikan soal berhitung pecahan.

    Siswa berkumpul dengan kelompok masing-masing seperti pada

    pertemuan sebelumnya. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok. Setelah

    itu, ketua kelompok mendapatkan sebuah puzzle permainan dengan warna dan

    gambar yang berbeda-beda. Ketua kelompok berdiskusi untuk menyusun pazzle

    permainan sehingga menjadi gambar yang utuh. Setelah selesai menyusun puzzle

    55

    dari Guru.

    masing, peneliti melakukan

    tanya jawab dan refleksi pembelajaran pada hari ini. Pembelajaran ditutup dengan doa

    Selasa, 29 Maret 2016

    egiatan ini merupakan penyempurnaan dari pertemuan

    pertama siklus II. Materi yang dibahas adalah pengurangan tiga pecahan dan

    Kegiatan pembelajaran diawali guru dengan

    anak sudah siap mengikuti pembelajaran hari

    Guru menyampaikan

    tujuan pembelajaran yang ingin dicapai di pertemuan terakhir ini. Guru

    kooperatif tipe STAD.

    langkah model pembelajaran kooperatif tipe

    agar semua siswa terampil dalam menyelesaikan soal berhitung pecahan.

    masing seperti pada

    uru membagikan LKS kepada setiap kelompok. Setelah

    itu, ketua kelompok mendapatkan sebuah puzzle permainan dengan warna dan

    beda. Ketua kelompok berdiskusi untuk menyusun pazzle

    ai menyusun puzzle

  • setiap kelompok berhak mendapatkan soal untuk menambah jumlah skor

    perkembangan kelompok. Mereka menyelesaikan soal latihan tersebut selama

    sepuluh menit. Setelah itu dilanjutkan semua anggota kelompok mendiskusikan

    jawaban yang paling b

    dengan tujuan siswa lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dan benar

    benar sungguh-sungguh dalam menjawab soal. Sehingga dari hal tersebut, siswa

    mendapatkan kesempatan untuk berpikir bersama

    tentang jawaban mana yang paling tepat dalam menyelesaikan soal LKS secara

    berkelompok.

    Selanjutnya, guru membimbing siswa dalam diskusi. Pada saat siswa

    sedang diskusi, guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lainnya

    untuk memantau apakah siswa mendapat kesulitan dalam mengerjakan LKS atau

    tidak. Ada juga kelompok yang bertanya kepada guru tentang kesulitan terhadap

    salah satu soal yang mereka anggap sulit.

    untuk mengarahkan siswa menca

    berdiskusi dengan kelompoknya.

    Selesai siswa berdiskusi, guru mempersilahkan siswa ke depan kelas

    menuliskan jawabannya sesuai nomor yang ia kerjakan sampai selesai baru boleh

    dilanjutkan teman yang lain. Jawaban

    siswa yang maju sebelum teman yang sedang menuliskan jawaban selesai, maka

    nilai kelompok dikurangi 5. Keseruan siswa dalam menuliskan jawaban di papan

    tulis terlihat pada Gambar 4.14

    Gambar 4.14. Keseruan

    setiap kelompok berhak mendapatkan soal untuk menambah jumlah skor

    perkembangan kelompok. Mereka menyelesaikan soal latihan tersebut selama

    sepuluh menit. Setelah itu dilanjutkan semua anggota kelompok mendiskusikan

    jawaban yang paling benar selama 5 menit. Pembagian waktu dilakukan oleh guru

    dengan tujuan siswa lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dan benar

    sungguh dalam menjawab soal. Sehingga dari hal tersebut, siswa

    mendapatkan kesempatan untuk berpikir bersama menyatukan pendapatnya

    tentang jawaban mana yang paling tepat dalam menyelesaikan soal LKS secara

    Selanjutnya, guru membimbing siswa dalam diskusi. Pada saat siswa

    sedang diskusi, guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lainnya

    tuk memantau apakah siswa mendapat kesulitan dalam mengerjakan LKS atau

    tidak. Ada juga kelompok yang bertanya kepada guru tentang kesulitan terhadap

    salah satu soal yang mereka anggap sulit. Kemudian guru memberikan bimbingan

    untuk mengarahkan siswa mencari jawabannya denga sungguh

    berdiskusi dengan kelompoknya.

    Selesai siswa berdiskusi, guru mempersilahkan siswa ke depan kelas

    menuliskan jawabannya sesuai nomor yang ia kerjakan sampai selesai baru boleh

    dilanjutkan teman yang lain. Jawaban yang benar mendapatkan skor 10. Jika ada

    siswa yang maju sebelum teman yang sedang menuliskan jawaban selesai, maka

    nilai kelompok dikurangi 5. Keseruan siswa dalam menuliskan jawaban di papan

    pada Gambar 4.14.

    . Keseruan Anak-anak Menuliskan Jawabannya di Papan T

    56

    setiap kelompok berhak mendapatkan soal untuk menambah jumlah skor

    perkembangan kelompok. Mereka menyelesaikan soal latihan tersebut selama

    sepuluh menit. Setelah itu dilanjutkan semua anggota kelompok mendiskusikan

    enar selama 5 menit. Pembagian waktu dilakukan oleh guru

    dengan tujuan siswa lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dan benar-

    sungguh dalam menjawab soal. Sehingga dari hal tersebut, siswa

    menyatukan pendapatnya

    tentang jawaban mana yang paling tepat dalam menyelesaikan soal LKS secara

    Selanjutnya, guru membimbing siswa dalam diskusi. Pada saat siswa

    sedang diskusi, guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lainnya

    tuk memantau apakah siswa mendapat kesulitan dalam mengerjakan LKS atau

    tidak. Ada juga kelompok yang bertanya kepada guru tentang kesulitan terhadap

    Kemudian guru memberikan bimbingan

    ri jawabannya denga sungguh-sungguh

    Selesai siswa berdiskusi, guru mempersilahkan siswa ke depan kelas

    menuliskan jawabannya sesuai nomor yang ia kerjakan sampai selesai baru boleh

    yang benar mendapatkan skor 10. Jika ada

    siswa yang maju sebelum teman yang sedang menuliskan jawaban selesai, maka

    nilai kelompok dikurangi 5. Keseruan siswa dalam menuliskan jawaban di papan

    anak Menuliskan Jawabannya di Papan Tulis

  • 57

    Pada saat teman mereka menuliskan jawaban di papan tulis, anggota

    kelompoknya yang masih duduk, memberikan semangat supaya cepat dalam

    menuliskan jawaban. Setelah semua siswa selesai mengerjakan di papan tulis, peneliti

    membahas satu persatu. Kelompok yang benar mendapatkan skor 10, sedangkan

    kelompok yang kurang tepat tidak mendapatkan skor. Setelah semua selesai, siswa

    kembali ke tempat duduk masing-masing dan membereskan buku-buku mereka.

    Peneliti melakukan refleksi dan tanya jawab bersama siswa untuk menyimpulkan

    pembelajaran yang sudah dilakukan. Kemudian peneliti membagikan lembar soal tes.

    Soal tes uraian yang diberikan sebanyak 5 buti soal. Siswa juga diingatkan agar

    mereka mengerjakan soal secara individu. Pelaksanaan tes berjalan dengan lancar dan

    tenang.

    c. Hasil Observasi Siklus II

    Tahapan selanjutnya dari penelitian tindakan kelas ini adalah observasi atau

    pengamatan. Observasi dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya tindakan.

    Observasi dilakukan terhadap kegiatan guru dan siswa saat pembelajaran

    menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement

    Division (STAD).

    Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

    STAD pada pertemuan pertama dan kedua siklus II secara keseluruhan mengalami

    peningkatan dari siklus I. Guru juga membuat pembelajaran yang menyenangkan

    yaitu dengan permainan puzzle karton yang digunting dan permainan puzzle gambar

    agar siswa antusias dalam pembelajaran. Selain itu, pemberian aturan kelompok

    sangat terbukti dapat mengontrol kondisi kelas saat pembelajaran berlangsung.

    Pada saat guru membagikan kelompok, semua siswa tidak merasa keberatan,

    menerima dengan senang hati. Siswa dapat menerima pembagian kelompok dengan

    tertib dan tidak iri satu sama lain. Saat proses diskusi berlangsung, setiap siswa dan

    kelompok aktif berdiskusi mengeluarkan ide-ide dan pendapat mereka. Ada satu

    kelompok yang terlihat berdebat dan beradu mulut, akan tetapi guru dengan cepat

    menasehatidan membimbing mereka agar saling menghargai pendapat temannya.

    Siswa berusaha sungguh-sungguh menetapkan jawaban saat didkusi kelompok.

  • 58

    Adanya pembagian waktu pengerjaan soal LKS menjadikan proses pengerjaan LKS

    lebih terencana, siswa menjadi fokus dan bertanggung jawab dalam kelompoknya.

    Pada pertemuan ke 1 siklus II, setelah diskusi kelompok selesai, setiap siswa

    menempelkan potongan puzzle karton sesuai dengan jawaban dari soal kelompok

    masing-masing sedangkan pada pertemuan ke 2 siklus II setiap kelompok

    menyelesaikan permainan puzzle gambar dan mendapatkan soal untuk

    mengumpulkan skor. Setelah selesai, guru memberikan reward kepada setiap

    kelompok yang sudah mengumpulkan poin terbanyak. Pemberian reward kepada

    siswa ternyata sangat berpengaruh terhadap kinerja mereka, baik secara individu

    maupun kelompok. Mereka merasa sedang berkompetisi untuk menjadi yang terbaik.

    Kegiatan di siklus II diakhiri dengan pengambilan nilai tes akhir siklus.

    4.1.3.1 Analisis Ketuntasan

    Dari pengambilan nilai tes yang telah dilakukan oleh peneliti kepada siswa,

    maka menghasilkan data peningkatan hasil belajar matematika pada materi pecahan.

    Data ini berupa peningkatan nilai siswa setelah di berikan tindakan siklus II, berupa

    pembelajaran Matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student

    Teams Achievement Division (STAD). Hasil peningkatan hasil belajar Matematika

    pada materi pecahan kelas IV di SD Kanisius Cungkup Salatiga pada siklus II dapat

    di lihat pada Tabel 4.3.

    Tabel 4.3.

    Nilai Ketuntasan Hasil Tes Siklus II

    No. Nilai Banyak Siswa

    Persentase Keterangan

    1. ≥ 65 23 88% TUNTAS 2. < 65 3 12% TIDAK TUNTAS

    JUMLAH 26 100 %

    NILAI RATA-RATA 87 %

    Hasil belajar siswa pada tahap siklus II juga dapat dilihat dalam bentuk

    diagram untuk melihat perbedaan persentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas.

    Ketuntasan hasil belajar siswa pada tahap siklus II terlihat pada Diagram 4.15.

  • Diagram 4.15

    Berdasarkan

    disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus II sudah mencapai batas

    ketuntasan yang sudah ditetapkan. Hal ini membuktikan bahwa dengan penerapan

    model pembelajaran kooperatif tipe

    d. Refleksi Siklus II

    Tindakan siklus I yang belum berhasil telahdi perbaiki di siklus II. Perbaikan

    ini sudah berjalan dengan efektif dan sesuai rencana, sebab guru bersama dengan

    siswa sudah melakukan pembelajaran sesuai dengan langkah

    pembelajaran kooperatif tipe

    siklus II didapatkan hasil sebagai berikut.

    1) Antusiasme siswa dalam melakukan diskusi kelompok meningkat.

    2) Diskusi dapat berjalan lebih efektif, karena semua siswa dalam tiap kelompok ikut

    terlibat aktif mendiskusikan LKS.

    3) Siswa yang sedang maju ke depan, di beri kesempatan untuk mengerjakan sampai

    selesai, kemudian baru disusul oleh anggota kelompok yang lain.

    4) Kekompakan antar anggota kelompok semakin solid saat sedang berkompetisi.

    5) Bila ada siswa yang melakukan kesalahan atau berbicara sendiri, anggota

    kelompok yang lain mengingatkan.

    12%

    0%

    10%

    20%

    30%

    40%

    50%

    60%

    70%

    80%

    90%

    100%

    Tidak Tuntas

    15. Nilai Ketuntasan Hasil Tes Siklus II

    Berdasarkan dari Tabel 4.3 dan Diagram 4.3 tersebut

    disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus II sudah mencapai batas

    ketuntasan yang sudah ditetapkan. Hal ini membuktikan bahwa dengan penerapan

    elajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

    Tindakan siklus I yang belum berhasil telahdi perbaiki di siklus II. Perbaikan

    ini sudah berjalan dengan efektif dan sesuai rencana, sebab guru bersama dengan

    sudah melakukan pembelajaran sesuai dengan langkah

    pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

    siklus II didapatkan hasil sebagai berikut.

    Antusiasme siswa dalam melakukan diskusi kelompok meningkat.

    dapat berjalan lebih efektif, karena semua siswa dalam tiap kelompok ikut

    terlibat aktif mendiskusikan LKS.

    Siswa yang sedang maju ke depan, di beri kesempatan untuk mengerjakan sampai

    selesai, kemudian baru disusul oleh anggota kelompok yang lain.

    akan antar anggota kelompok semakin solid saat sedang berkompetisi.

    Bila ada siswa yang melakukan kesalahan atau berbicara sendiri, anggota

    kelompok yang lain mengingatkan.

    88% 87%

    Tidak Tuntas

    Tuntas Nilai Rata-rata

    Tidak Tuntas

    Tuntas

    Nilai Rata-rata

    59

    dari Tabel 4.3 dan Diagram 4.3 tersebut, maka dapat

    disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus II sudah mencapai batas

    ketuntasan yang sudah ditetapkan. Hal ini membuktikan bahwa dengan penerapan

    STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

    Tindakan siklus I yang belum berhasil telahdi perbaiki di siklus II. Perbaikan

    ini sudah berjalan dengan efektif dan sesuai rencana, sebab guru bersama dengan

    sudah melakukan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model

    Student Teams Achievement Division (STAD). Pada

    Antusiasme siswa dalam melakukan diskusi kelompok meningkat.

    dapat berjalan lebih efektif, karena semua siswa dalam tiap kelompok ikut

    Siswa yang sedang maju ke depan, di beri kesempatan untuk mengerjakan sampai

    akan antar anggota kelompok semakin solid saat sedang berkompetisi.

    Bila ada siswa yang melakukan kesalahan atau berbicara sendiri, anggota

  • 60

    6) Siswa lebih serius dalam belajar karena takut mendapatkan sanksi pengurangan

    poin kelompok jika berbicara, bermain sendiri ataupun tidak menaati aturan

    permainan.

    7) Dari hasil tes pada siklus II, seluruh siswa yang berjumlah 26 siswa sudah ada 23

    atau 88% siswa yang bisa mencapai kriteria keberhasilan yang di tentukan yaitu

    ≥ 65atau75%.

    Dari pelaksanaan siklus II maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada peningkatan

    hasil belajar Matematika pada materi pecahan siswa kelas IV SD Kanisius Cungkup

    Salatiga. Pada siklus II ini persentase siswa yang sudah mendapatkan nilai ≥ 65

    mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata yaitu mencapai 87% dari jumlah seluruh

    siswa. Hal ini sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian, sehingga tidak

    dilanjutkan pada siklus berikutnya.

    4.2. Pembahasan

    4.2.1. Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus dan Siklus I

    Berdasarkan hasil tes pra siklus dan tes siklus I dengan menggunakan 5 soal

    berbentuk uraian yang dikerjakan secara individu oleh siswa, masih banyak siswa yang

    hasilnya masih rendah dan tidak tuntas dalam tes tersebut. Hasil tes yang didapatkan

    pada pra siklus masih rendah atau belum memenuhi indikator kinerja dalam penelitian

    ini yaitu 75% dengan KKM 65. Nilai ketuntasan yang diperoleh dari tes pra siklus

    adalah 42% sedangkan pada siklus I yaitu 77%. Dilihat dari nilai ketuntasan tersebut,

    menunjukkan bahwa nilai yang didapat pada siklus I mengalami peningkatan.

    Perbandingan ketuntasan pra siklus dengan siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.4.

    Tabel 4.4. Nilai Perbandingan Pra Siklus dan Siklus I

    No. Keterangan Pra Siklus Siklus I 1. TUNTAS 42% 69% 2. TIDAK TUNTAS 58% 30% JUMLAH 100% 100 %

    Berdasarkan hasil diatas, maka dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang tuntas pada

    tes siklus I lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah siswa yang tuntas pada tes pra

  • 61

    siklus. Hal ini menunjukkan bahwa siklus I sudah berhasil sehingga dilanjutkan siklus II

    sebagai pemantapan.

    4.2.2 Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II

    Berdasarkan dari hasil refleksi siklus I, maka dapat dikatakan penelitian sudah

    berhasil karena hasil tes pada siklus I sudah memenuhi indikator kinerja penelitian yaitu

    75% dari 26 siswa sudah mendapatkan hasil tes diatas KKM 65, sehingga dilakukan

    pemantapan pada siklus II. Rata-rata kelas pada tes siklus I adalah 77 dan rata-rata kelas

    pada tes siklus II adalah 87. Dilihat dari rata-rata kelas tersebut, menunjukkan bahwa

    nilai yang didapat pada siklus II mengalami peningkatan. Perbandingan ketuntasan

    siklus I dengan siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.5.

    Tabel 4.5 Nilai Perbandingan Siklus I dan Siklus II

    No. Keterangan Siklus I Siklus II 1. TUNTAS 69% 77 % 2. TIDAK TUNTAS 31 % 23 % JUMLAH 100% 100 %

    Berdasarkan hasil diatas, maka dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang tuntas pada

    siklus II lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah siswa yang tuntas pada siklus I.

    Hal ini menandakan bahwa siklus II atau pemantapan sudah berhasil.

    4.2.3 Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

    Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap pra siklus, siklus I dan

    siklus II. Ketiga tahap tersebut merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan,

    artinya pelaksanaan tahap siklus I merupakan lanjutan dan perbaikan berdasarkan dari

    hasil evaluasi dan refleksi pada tahap pra siklus. Sedangkan pelaksanaan tahap siklus II

    merupakan lanjutan dan pemantapan berdasarkan dari hasil evaluasi dan refleksi para

    tahap siklus I.

    Berdasarkan dari hasil tes pada tahap pra siklus, siklus I dan siklus II, menunjukkan

    bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus. Rata-rata nilai

    ketuntasan pada tes pra siklus adalah 63 pada tes siklus I adalah 77 dan pada tes siklus II

    adalah 87. Tingkat ketuntasan pada siklus II dapat dijadikan kesimpulan bahwa penelitan

  • tindakan kelas yang dilakukan peneliti berhasil. Perbandingan ketuntasan pra siklus,

    siklus I, dan siklus II dapat dil

    Nilai Perbandingan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

    No. Keterangan1. TUNTAS 2. TIDAK TUNTAS

    JUMLAH NILAI RATA-RATA

    Perbandingan hasil belajar siswa pada tahap pra siklus, siklus I dan siklus II juga

    dapat dilihat dalam bentuk diagram untuk melihat perbedaan persentase siswa yang

    tuntas dan tidak tuntas dari setiap siklusnya.

    pra siklus, siklus I dan siklus II terlihat pada

    Nilai Perbandingan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

    Berdasarkan Tabel

    tahap pra siklus, siklus I dan siklus II tersebut

    yang tuntas pada siklus II mengalami peningkatan dari hasil tindakan yang dilakukan di

    siklus I. Hal ini menandakan bahwa penggunaan m

    STAD yang diterapkan pada siklus I dan siklus II dapat meningkatkan hasil belajar

    Matematika siswa.

    58%

    42%

    0%

    10%

    20%

    30%

    40%

    50%

    60%

    70%

    80%

    90%

    100%

    PRA SIKLUS

    tindakan kelas yang dilakukan peneliti berhasil. Perbandingan ketuntasan pra siklus,

    I, dan siklus II dapat dilihat dari Tabel 4.6.

    Tabel 4.6 Perbandingan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

    Keterangan Pra Siklus Siklus I Siklus II42% 77% 88%

    TIDAK TUNTAS 58% 23% 12%100% 100% 100%

    RATA 63 77 87

    Perbandingan hasil belajar siswa pada tahap pra siklus, siklus I dan siklus II juga

    dapat dilihat dalam bentuk diagram untuk melihat perbedaan persentase siswa yang

    tuntas dan tidak tuntas dari setiap siklusnya. Ketuntasan hasil belajar siswa pada tahap

    pra siklus, siklus I dan siklus II terlihat pada Diagram 4.16.

    Diagram 4.16

    Perbandingan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

    abel 4.6 dan Diagram 4.4 tentang perbandingan hasil belajar siswa

    siklus I dan siklus II tersebut, dapat dilihat bahwa

    yang tuntas pada siklus II mengalami peningkatan dari hasil tindakan yang dilakukan di

    siklus I. Hal ini menandakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

    yang diterapkan pada siklus I dan siklus II dapat meningkatkan hasil belajar

    23%

    12%

    77%

    88%

    63

    77

    87

    PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II

    Tidak Tuntas

    Tuntas

    Nilai Rata

    62

    tindakan kelas yang dilakukan peneliti berhasil. Perbandingan ketuntasan pra siklus,

    Siklus II % % %

    Perbandingan hasil belajar siswa pada tahap pra siklus, siklus I dan siklus II juga

    dapat dilihat dalam bentuk diagram untuk melihat perbedaan persentase siswa yang

    Ketuntasan hasil belajar siswa pada tahap

    perbandingan hasil belajar siswa

    , dapat dilihat bahwa persentase siswa

    yang tuntas pada siklus II mengalami peningkatan dari hasil tindakan yang dilakukan di

    embelajaran kooperatif tipe

    yang diterapkan pada siklus I dan siklus II dapat meningkatkan hasil belajar

    Tidak Tuntas

    Nilai Rata-Rata