BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16358/4/T1...Badan...

31
1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran umum Kelurahan Matani II Kelurahan Matani II adalah salah satu dari 9 kelurahan di kecamatan Tomohon Tengah, dan terletak di ketinggian 772 dpl. Kelurahan ini memiliki luas wilayah 4.26 Km persegi. Data Badan Pusat Statistik Kecamatan Tomohon Tengah tahun 2016 melaporkan jumlah penduduk kelurahan Matani II sebanyak2.786 jiwa dengan 812 KK (Kepala Keluarga), yang terdiri atas 1.437 laki- laki dan1.349 perempuan.Jumlah orang per keluarga rata-rata 3 orang (BPS Kota Tomohon, 2016) Sebagian besar penduduk Matani II pekerjaannya adalah bertani dan buruh tani (350 KK; 43%), PNS dan pegawai swasta (180 KK; 22.2%) dan sisanya adalah sebagai wiraswasta/pedagang, tukang bangunan dan lainnya. Dari segi jumlah absolut, petani sebanyak 253 orang (31%), buruh tani 97 orang (12%), PNS 113 orang (14%, karyawan swasta 67 orang (8%), tukang bangunan 16 orang (2%), wiraswasta 81 orang (10%) dan lain-lain (185 orang, 23%) Di Matani II terdapat Puskesmas yang memiliki 213 tenaga kesehatan yang terdiri dari 37 dokter, 120 perawat, 25 bidan dan 31

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16358/4/T1...Badan...

1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran umum Kelurahan Matani II

Kelurahan Matani II adalah salah satu dari 9 kelurahan di

kecamatan Tomohon Tengah, dan terletak di ketinggian 772 dpl.

Kelurahan ini memiliki luas wilayah 4.26 Km persegi. Data Badan

Pusat Statistik Kecamatan Tomohon Tengah tahun 2016

melaporkan jumlah penduduk kelurahan Matani II sebanyak2.786

jiwa dengan 812 KK (Kepala Keluarga), yang terdiri atas 1.437 laki-

laki dan1.349 perempuan.Jumlah orang per keluarga rata-rata 3

orang (BPS Kota Tomohon, 2016)

Sebagian besar penduduk Matani II pekerjaannya adalah

bertani dan buruh tani (350 KK; 43%), PNS dan pegawai swasta

(180 KK; 22.2%) dan sisanya adalah sebagai

wiraswasta/pedagang, tukang bangunan dan lainnya. Dari segi

jumlah absolut, petani sebanyak 253 orang (31%), buruh tani 97

orang (12%), PNS 113 orang (14%, karyawan swasta 67 orang

(8%), tukang bangunan 16 orang (2%), wiraswasta 81 orang (10%)

dan lain-lain (185 orang, 23%)

Di Matani II terdapat Puskesmas yang memiliki 213 tenaga

kesehatan yang terdiri dari 37 dokter, 120 perawat, 25 bidan dan 31

2

mantri. Puskesmas ini melayani warga kelurahan Matani I, II, III,

Talete I dan II.

Badan Pusat Statistik (BPS) kota Tomohon, mencatat

tingkat pendidikan terakhir kepala keluarga dirinci sebagai

berikut:tidak tamat SD 20% (163 orang), SD 16% (128 orang), SMP

33% (267 orang), SMA 25% (203 orang), D1-D3 3 % (31 orang),

D4-S1 2% (18 orang) dan S2/S3 (2 orang) total 812 orang.

4.2 Karakteristik Responden

Responden penelitian ini adalah warga Matani II yang

berjumlah 27 orang dan merupakan penderita GA dan/atau

diabetes mellitus tipe 2. Mereka berasal dari dua kelompok

sampling berbeda yaitu : kelompok Puskesmas yang merupakan

penderita yang tercatat di Puskesmas Matani sebanyak 16 orang

dan kelompok Kolom 10 (satuan kelompok jemaat gereja GMIM-

Nazaret berdasarkan lingkungan tempat tinggal) yang merupakan

penderita terseleksi berdasarkan hasil pemeriksaan klinis warga

kolom 10 sebanyak 11 orang. Berdasarkan jenis kelamin,

responden penelitian ini terdiri dari pria sebanyak 9 orang dan

wanita sebanyak 18 orang. Semua responden tersebut adalah

warga suku Minahasa yang berumur antara 39 tahun dan 86 tahun

dengan rata-rata 60,9 tahun. Responden kelompok Puskesmas

yang berusia produktif (15-64 tahun) hanya (6) orang sedangkan

sebagian besar 10 responden pada kelompok Kolom 10 justru

3

berusia produktif. Dari segi jenis pekerjaan sebagian besar adalah

ibu rumah tangga (16 orang), pensiunan (4 orang), karyawan

swasta (3 orang), PNS (2 orang) dan buruh/ojek sebanyak (2

orang).

Berdasarkan klasifikasi penyakit yang diderita, terdapat 10

penderita GA masing-masing (5) orang pada kelompok Puskesmas

dan Kolom 10, 7 penderita DM tipe 2 dengan rincian (2 orang) pada

kelompok Puskesmas dan (5 orang) pada kolom 10 dan 10

penderita DM dan GA (10 orang) berasal dari kelompok

Puskesmas.

Responden yang menderita GA (hiperurisemia) memiliki

rata-rata kadar asam urat sebesar 8,85 mg/dl. Responden yang

menderita DM tipe 2 memiliki rata-rata kadar gula darah puasa

(GDP) dan kadar gula darah sesaat (GDS) masing-masing sebesar

119 mg/dl dan 146,43 mg/dl. Sedangkan 10 orang responden yang

menderita DM yang disertai AU berturut-turut memiliki rata-rata

GDP, GDS, dan AU masing-masing-masing sebesar 135.25 mg/dl,

204.60 mg/dl dan 9,5 mg/dl.

4.3.Profil Antropometri

Untuk mendapatkan gambaran profil antropometrik masing-

masing responden maka telah dilakukan pengukuran antropometri

yang meliputi pengukuran Lingkar Pinggang, Lingkar Panggul,

Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB) yang selanjutnya diketahui

4

Indeks Masa Tubuh (IMT) dan kategori obesitas sebagaimana

terlihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1Hasil Pengukuran Antropometri Kelompok Puskesmas dan Kolom 10

Kelompok Kode L/P Usia Lingkar

Pinggang

Lingkar

Panggul BB TB IMT Obesitas

Puskesmas MT01 P 63 112 114 78 157 31.7 Obesitas II

MT02 P 60 87 99 56 150 24.8 beresiko

MT03 L 80 82 87 50 157,5 20.3 Normal

MT04 L 72 107 110 86 165 31.6 Obesitas II

MT05 P 72 94 98 65 150 28.9 Obesitas I

MT06 P 72 98 107 60.5 147 28.0 Obesitas I

MT07 L 77 98 102 65 166 23.6 beresiko

MT08 P 60 89 98 63 146 29.6 obesitas I

MT09 P 76 81 96 45 145 21.4 Normal

MT10 P 70 89 100 59 150.5 26.2 obesitas I

MT11 P 78 87 98 40 140 20.4 Normal

MT15 P 46 91 102 55 140 28.0 obesitas I

MT16 L 75 103 104 78 170 24.2 Beresiko

MT17 L 45 103 104 84 175 27.4 Obesitas I

MT18 P 84 71 88 35 140 17.8 Kurang

MT19 P 40 101 104 76.5 155 31.9 obesitas II

Kolom 10

MT20 P 39 93 108 75 166 27.3 obesitas I

MT21 P 44 91 93 67 155 27.9 obesitas I

MT22 P 72 103 104 64 151 28.0 obesitas I

MT23 P 46 85 105 66 164 24.6 Obesitas I

MT24 L 45 96 98 65 165 23.9 Beresiko

MT25 L 40 101 103 75 172 25.4 obesitas I

MT27 L 55 91 94 60 158 24.1 Beresiko

MT28 P 64 101 113 68 145 32.4 Obesitas II

MT29 P 51 83 94 58 155 24.2 Obesitas I

MT30 P 41 86 96 71 174 23.5 Beresiko

MT31 L 48 98 101 75 162 28.0 Obesitas I

Keterangan: BB, Berat Badan; TB, Tinggi Badan; IMT: Indeks Masa Tubuh

Klasifikasi obesitas berdasarkan IMT menurut kriteria Asia Pasifik: Berat badan kurang <18,5; Kisaran normal, 18,5-22,9; berat badan lebih, >23,0; beresiko 23,0-24,9; Obesitas 1, 25,0-29,0; Obesitas II, >30,0

5

Tabel 4.2

Nilai Terendah, Tertinggi, Rata-rata dan Standar Deviasi

Antropometri Responden Kelompok Puskesmas dan Kolom 10

Kelompok Kategori Terendah Tertinggi Rata-rata S.D

Puskesmas

Lingkar Pinggang 71 112 93.31 10.73

lingkar Panggul 87 114 100.69 7

BB 35 86 62.25 15.36

TB 140 175 153.38 10.96

Kolom 10

Lingkar Pinggang 83 103 93.45 6.93

Lingkar Panggul 93 113 100.82 6.46

BB 58 75 67.64 5.9

TB 145 174 160.64 8.81

IMT 23.5 32.38 26.30 2.7

Keterangan: BB, Berat Badan; TB, Tinggi Badan; IMT: Indeks Masa Tubuh; S.D, Standar Deviasi

Tabel 4.1. menunjukkan bahwa pada kelompok Puskesmas

terdapat 12 responden yang mengalami berisiko dan obesitas

dengan rincian berisiko sebanyak 3 orang; obesitas I sebanyak 6

orang; obesitas II sebanyak 3 orang; dan 4 lainnya kurang dan

normal. Pada kelompok Kolom 10 semuanya mengalami obesitas

dengan rincian 3 orang mengalami berisiko; 7 orang mengalami

obesitas I dan 1 orang mengalami obesitas II.

4.4. Riwayat Penyakit Keluarga

Untuk mengetahui keterkaitan hubungan riwayat penyakit

keluarga terhadap para responden dan/atau keterkaitan antara

penyakit DM, AU dengan penyakit yang lainnya maka dilakukan

wawancara mendalam terhadap masing-masing responden.

6

Masing-masing responden menceritakan tentang riwayat penyakit

yang dimiliki oleh keluarga inti, sanak saudara (extended family)

dan gabungan dari keduanya (keluarga inti dan sanak saudara).

Ringkasan temuan wawancara tersebut baik dari kelompok

Puskesmas maupun kelompok Kolom 10 disajikan pada Tabel 4.3.

Temuan pada kelompok Puskesmas, riwayat penyakit

keluargadari keluarga inti dialami oleh 7 responden, sedangkan dari

keluarga sanak saudara dialami oleh 2 responden, dan dari

gabungan keduanya dialami oleh 5 responden dan hanya 2

responden yang tidak memiliki riwayat penyakit keluarga. Contoh

kasus sebagai berikut : pada responden MT 05 yang menderita AU

ternyata saudara kandung nya mengalami DM, responden MT 10

yang menderita AU ibunya memiliki riwayat penyakit hipertensi;

responden MT 15 yang menderita DM pamannya menderita

penyakit jantung koroner dan hipertensi, sementara itu responden

MT 18 yang menderita DM, bibinya juga menderita penyakit DM.

Dari gabungan keluarga inti dan sanak saudara dialami oleh

responden MT 02, MT 03, MT 09, MT 16, MT 19. Contoh kasus:

responden MT 02 yang menderita AU ternyata saudara kandung

dan pamannya menderita penyakit AU, hipertensi dan jantung,

responden MT 03 yang menderita AU dan DM, saudara kandung

dan kakeknya menderita penyakit yang sama yaitu DM dan AU;

7

responden MT 19 yang menderita AU dan DM orang tua dan

seorang sepupunya juga menderita penyakit AU dan hipertensi.

Hanya 2 responden yaitu MT 04 dan MT 07 keluarga inti, sanak

saudara dan gabungan keduanya, tidak memilki riwayat penyakit

apapun. Orangtua dan sanak saudara mereka meninggal karena

sudah lanjut usia bukan karena menderita suatu penyakit.

8

Tabel 4.3

Deskripsi Riwayat Penyakit Keluarga dari Responden Puskesmas

dan Kolom 10

Kelompok Kode Jenis Penyakit

Deskripsi Riwayat Penyakit Keluarga

Status dalam Keluarga

Puskesmas MT01 AU dan DM

Hipertensi saudara kandung

MT02 AU AU, Hipertensi, Jantung

saudara kandung dan paman.

MT03 AU dan DM

DM dan AU saudara kandung kakek.

MT04 AU - -

MT05 AU DM saudara kandung

MT06 AU dan DM

AU, Hipertensi orang tua

MT07 AU dan DM

AU -

MT08 AU Hipertensi saudara kandung

MT09 AU dan DM

DM dan Hipertensi saudara kandung dan kakek

MT10 AU dan DM

Hipertensi orang tua

MT11 AU dan DM

DM dan Hipertensi Anak

MT15 DM Jantung dan Hipertensi

Paman

MT16 AU dan DM

DM dan Jantung saudara kandung dan bibi

MT17 AU DM, AU dan Hipertensi

saudara kandung

MT18 DM DM Bibi

MT19 AU dan DM

AU, Hipertensi Orang tua dan sepupu

Kolom 10 MT20 DM - -

MT21 DM Hipertensi dan stroke

saudara kandung

MT22 DM DM, AU dan Hipertensi

Orang tua

MT23 AU Hipertensi dan stroke

Orang tua dan paman

MT24 AU DM, AU, Jantung Paman

MT25 AU dan DM

AU ibu dan saudara kandung

MT27 DM DM dan Hipertensi saudara kandung

9

MT28 AU Hipertensi saudara kandung dan paman.

MT29 AU DM, AU dan Hipertensi

saudara kandung dan nenek

MT30 DM DM dan Hipertensi orang tua dan bibi

MT31 AU DM, Hipertensi, jantung

orang tua dan paman

Keterangan: DM, Diabetes Melitus; AU, Asam Urat

Temuan riwayat penyakit keluarga responden dari kelompok

Kolom 10 menunjukkan hanya 1 responden yang tidak memiliki

riwayat penyakit keluarga. Sedangkan 10 responden lainnya

memiliki riwayat penyakit keluarga dengan rincian sebagai berikut:

4 responden yang memiliki riwayat penyakit dari keluarga inti, 1

responden dari sanak saudara dan 5 responden dari gabungan

keluarga inti dan sanak saudara. Dari 4 responden yang memiliki

riwayat penyakit dari keluarga inti, ada 3 responden diantaranya

merupakan responden penderita DM ataupun DM disertai AU yang

memiliki saudara kandung dan orang tua dengan riwayat penyakit

yang sama yaitu DM dan AU sedangkan responden MT 21 yang

merupakan penderita DM memiliki saudara kandung dengan

riwayat penyakit hipertensi dan stroke; responden MT24 yang

merupakan penderita DM disertai AU memiliki paman dengan

riwayat penyakit yang sama. Sedangkan dari 5 responden sisanya

rinciannya sebagai berikut: 1 responden yaitu MT 20 menjelaskan

bahwa baik keluarga inti, sanak saudara tidak memiliki riwayat

penyakit DM, AU maupun DM disertai AU. Sedangkan lainnya

10

memiliki riwayat penyakit keluarga yang sama dengan

respondennya yaitu responden MT 29 yang menderita penyakit AU

ternyata saudara kandung dan neneknya menderita penyakit DM,

AU dan hipertensi. Hal yang sama juga terjadi pada responden MT

30 yang menderita DM, ternyata orang tua dan bibinya juga

menderita DM disertai hipertensi.

Fakta tersebut diatas menunjukan adanya kecenderungan

hubungan antara riwayat penyakit keluarga dengan kejadian

penyakit AU, DM tipe 2 dan AU yang disertai DM terhadap

responden penelitian ini.

4.5. Profil Kimia Darah Responden

Untuk mengetahui profil kimia darah responden dilakukan

pengukuran klinis terhadap semua responden yang meliputi kadar

GDP, GDS, AU, sistolik, diastolik dan kolesterol baik pada

kelompok Puskesmas maupun pada kelompok Kolom 10. Pada

tabel 4.4 disajikan profil kimia darah responden kelompok

Puskesmas baik berdasarkan data sekunder (catatan hasil

pengukuran oleh Puskesmas) maupun hasil pemeriksaan klinis oleh

peneliti.Sedangkan profil kimia darah pada responden kelompok

Kolom 10 hanya memiliki data primer disajikan pada tabel 4.5.

Ringkasan rentang nilai terendah, tertinggi, rata-rata dan standar

11

deviasi hasil pemeriksaan kimia darah pada kelompok Puskesmas

dan Kolom 10 dapat dilihat pada tabel 4.6.

12

Tabel 4.4 Kondisi Klinis dan Kimia Darah Responden Penderita DM dan GA dari Puskesmas Matani II Tahun 2016

Kode L/P Usia

(tahun) Diagnosa

Awal Sistolik Diastolik

GDP GDS AU Kolesterol

Obat yang di konsumsi Puskesmas Langsung Puskesmas Langsung Puskesmas Langsung

MT01 P 63 DM &

AU 130 100 170 174 NA 233 7,0 7.8 211 -

MT02 P 60 AU 90 80 NA 110 125 145 8,0 8.6 173 -

MT03 L 80 DM 110 90 130 161 NA 302 7,0 11.7 121 Metformin

MT04 L 72 DM 140 100 144 83 NA 128 NA 9.9 217 allopurinol dan glucopack

MT05 P 72 DM &

AU 120 100 127 92 NA 125 7,6 8.0 189

allopurinol & metformin

MT06 P 72 AU 120 100 NA 120 NA 160 6,4 10.3 202 -

MT07 L 77 AU 130 100 NA 115 NA 170 7,5 8.9 110 -

MT08 P 60 AU 130 110 NA 107 NA 107 8,6 9.6 134 -

MT09 P 76 DM 130 90 130 131 NA 164 NA 6.5 199 Metformin

MT10 P 70 AU 140 90 NA 117 NA 170 14,0 14.5 245 -

MT11 P 78 AU 130 100 NA 116 300 338 13,0 13.1 175 -

MT15 P 46 DM &

AU 150 100 NA 114 150 148 6,5 5.3 199

Ramipril dan Allopurinol

MT16 L 75 DM 110 90 180 191 NA 194 NA 7.5 110 Metformin

MT17 L 45 AU 130 110 NA 85 NA 108 8,0 10.0 195 -

MT18 P 84 DM 110 70 149 115 NA 150 NA 3.8 145 Metformin

MT19 P 40 AU 120 110 NA 115 NA 170 6,7 7.6 104 -

Keterangan: DM, Diabetes Melitus ; AU, Asam Urat; GDP, Gula darah puasa; GDS, Gula darah sesaat; Metformin dan Glucopac : obat penurun kadar Gula darah; Allopurinol, obat penurun kadar asam urat dalam darah; Ramipril, Obat penurun tekanan darah; NA, not available; -, Tidak minum obat.

13

Tabel 4.5 Karakteristik Umum, Kondisi Klinis dan Kimia Darah Responden Penderita DM dan GA dari Kolom 10 Matani II Tahun

2016

Kode L/P Usia Diagnosa

Awal Sistolik Diastolik GDP GDS AU Kolestrol

Obat yang dikonsumsi

MT20 P 39 DM 120 100 111 147 5.1 157 -

MT21 P 44 DM 140 110 113 150 4.6 182 Metformin

MT22 P 72 DM 120 70 115 94 3.9 204 Glucopak

MT23 P 46 AU 130 80 82 87 7.0 282 -

MT24 L 45 AU 120 90 97 110 10.7 209 -

MT25 L 40 AU 110 90 110 145 7.3 207 Alopurinol dan glocopak

MT27 L 55 DM 180 100 153 150 6.2 111 -

MT28 P 64 AU 160 90 98 106 6.5 207 -

MT29 P 51 AU 150 90 92 106 6.8 180 -

MT30 P 41 DM 120 70 112 149 4.2 146 Metformin

MT31 L 48 Au 120 100 98 109 9.4 274 -

`Keterangan: Kandungan obat :metformin, metformin hidroklorida.; glucopack,Metformin; Alopurinol, urikostatik (xantin oksidase inhibitor) Sumber: Depkes, 2006

14

Tabel 4.6 Nilai Terendah, Tertinggi, Rata-Rata dan Standar Deviasi

Responden Kelompok Puskesmas dan Kolom 10

Kelompok Kategori N Terendah Tertinggi Rata-rata

S.D

Puskesmas

Sistolik 16 90 150 125 15

Diastolik 16 70 110 96 11

GDP 16 83 191 122 30

GDS 16 107 338 176 65

AU 16 3 14 8 3

Kolesterol 16 104 245 171 44

Kolom 10

Sistolik 11 110 180 134 22

Diastolik 11 70 110 90 13

GDP 11 82 153 107 18

GDS 11 87 150 123 25

AU 11 3 10 6 2

Kolesterol 11 111 282 196 51

Keterangan: AU, Asam Urat; GDP, Gula darah puasa; GDS, Gula darah sesaat; S.D, Standar Deviasi

4.5.1. Tekanan DarahSistolik

Mengacu pada klasifikasi tekanan darah orang dewasa

menurut JNC 7th (Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure) pada

responden kelompok Puskesmas terdapat 4 responden yang

memiliki tekanan darah sistolik normal yaitu responden MT 02, MT

03, MT 16 dan MT 18. Sedangkan pada kelompok kolom 10

terdapat 1 responden yang memiliki tekanan darah sistolik normal

yaitu pada MT 25.

15

Kategori prehipertensi pada kelompok Puskesmas terdapat

9 responden yaitu pada MT 01, MT 05, MT 06, MT 07, MT 08, MT

09, MT 11, MT 17 dan MT 19. Sementara itu kelompok kolom 10

terdapat 6 responden yaitu MT 20, MT 22, MT 23, MT 24, MT 30,

MT 31. Kategori Hipertensi tingkat 1 pada kelompok Puskesmas

terdapat 3 responden yaitu responden MT 04, MT 10 dan MT

15.Pada kolom 10 terdapat 2 orang responden yang menderita

hipertensi tingkat 1 yaitu MT 21 dan MT 29. Untuk Kategori

hipertensi tingkat 2 pada kelompok Puskesmas tidak ada satupun.

Berbeda halnya pada kelompok kolom 10, terdapat 2 orang yang

termasuk dalam kategori hipertensi tingkat 2 yaitu pada responden

MT 27 dan MT 28.

4.5.2.Tekanan Darah Diastolik

Mengacu pada klasifikasi tekanan darah orang dewasa

menurut JNC 7th pada kelompok Puskesmas terdapat (1) orang

yang memiliki tekanan diastolik normal yaitu MT 18, sementara

pada kelompok kolom 10 terdapat 2 orang responden yang

tekanan darah diastoliknya normal yaitu MT 22 dan MT 30.

Pada kategori prehipertensi baik pada kelompok Puskesmas

dan kolom 10 sama sama terdapat (1) orang responden yaitu, MT

02 pada kelompok Puskesmas dan MT 23 pada kelompok kolom

10. Pada kategori Hipertensi tingkat 1 baik kelompok Puskesmas

dan kolom 10 sama-sama terdapat 4 responden yang memiliki

16

tekanan darah diastolik berkisar antara 90-99 mmHg yaitu, MT 03,

MT 09, MT 10, MT 16 pada kelompok Puskesmas dan MT 24, MT

25, MT 28, MT 29 pada kelompok kolom 10.

Kategori hipertensi tingkat 2 pada kelompok Puskesmas

terdapat 10 responden yang memiliki tekanan diastolik ≥100 mmHg

yaitu responden MT 01, MT 04, MT 05, MT 06, MT 07, MT 08, MT

11, MT 15, MT 17 dan MT 19. Sementara itu pada kelompok kolom

10 terdapat 4 responden yang memiliki tekanan diastolik ≥100

mmHg yaitu responden, MT 20, MT 21, MT 27 dan MT 31.

4.5.3. Gula Darah Puasa (GDP)

Pada kelompok Puskesmas terdapat 7responden yang

kadar GDP diatas batas normal, yaitu responden MT 01, MT03, MT

04, MT05, MT09, MT16 dan MT18.Kelompok Kolom10 terdapat 5

responden yang memiliki kadar GDP diatas normal yaitu MT20,

MT21, MT22, MT27 dan MT30.

4.5.4. Gula Darah Sesaat (GDS)

Kelompok Puskesmas terdapat 4 responden yang kadar

GDS diatas batas normal yaitu MT 01, MT 03, MT 11 dan MT 15.

Kelompok kolom 10 terdapat 5 responden yang GDS nya diatas

batas normal yaitu, MT 20, MT 21, MT 25 MT 27 dan MT 30.

17

4.5.5. Asam Urat (AU)

Berdasarkan batasan normal kadar asam urat kelompok

Puskesmas terdapat 9 responden yang memilki kadar asam urat

diatas batas normal, yaitu MT 01, MT 02, MT 05, MT 06, MT 08, MT

09, MT 10, MT 11 dan MT 19. Sementara itu pada responden

kolom 10 terdapat 4 responden yang memiliki kadar asam urat

diatas batas normal yaitu MT 06, MT 08, MT 23 dan MT 28.

4.5.6. Kolesterol

Batas normal untuk kadar kolesterol pada usia dewasa

adalah <200 mg/dl. Kelompok Puskesmas terdapat 4 responden

yang memiliki kadar kolesterol >200 mg/dl yaitu MT 01, MT 04, MT

06 dan MT 10. Pada kelompok kolom 10 terdapat 6 responden

yang kadar kolesterol >200 mg/dl yaitu MT 22, MT 23, MT 24, MT

28 dan MT 31.

4.6. Asupan Makan

Untuk mengetahui asupan karbohidrat, protein, lemak dan

kalori masing-masing responden dilakukan food recall 24h yang

hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.7. Nilai statistik terendah,

tertinggi, rata-rata dan standar deviasi (SD) asupan makan

responden kelompok Puskesmas dan Kolom 10 dapat dilihat pada

Tabel 4.8.

18

Tabel 4.7

Profil Asupan Karbohidrat, Protein, Lemak dan Kalori RespondenKelompok Puskesmas dan Kolom 10

Kelompok Kode L/P Usia

Rata-rata

Karbohidrat Protein Lemak Energi

(g) (g) (g) (kkal)

Puskesmas MT01 P 63 207 56 70 1.925

MT02 P 60 342 156 73 2.689

MT03 L 80 294 133 64 2.394

MT04 L 72 481 129 53 2.863

MT05 P 72 485 122 62 2.968

MT06 P 72 512 114 60 2.304

MT07 L 77 565 79 64 2.557

MT08 P 60 380 186 82 3.155

MT09 P 76 337 100 100 2.747

MT10 P 70 549 240 69 3.656

MT11 P 78 345 124 60 2.517

MT15 P 46 487 104 58 2.727

MT16 L 75 630 67 65 2.843

MT17 L 45 467 101 91 3.252

MT18 P 84 257 58 72 1.987

MT19 P 40 479 151 84 3.204

Kolom 10 MT20 P 39 539 157 85 3.256

MT21 P 44 476 133 91 3.197

MT22 P 72 257 93 73 2.298

MT23 P 46 403 151 66 2.519

MT24 L 45 389 105 89 2.806

MT25 L 40 376 111 83 2.722

MT27 L 55 315 92 106 2.871

MT28 P 64 395 113 91 2880

MT29 P 51 416 163 75 3040

MT30 P 41 275 69 54 1.793

MT31 L 48 413 162 72 3.019

Keterangan: Angka Kecukupan Karbohidrat, Protein, Lemak dan Energi Responden berdasarkan recall 24h selama 3 hari berturut-turut.

23

Tabel 4.8

Nilai Terendah, teringgi, Rata-rata dan Standar Deviasi Asupan Karbohidrat, Protein, Lemak dan Kalori Kelompok Puskesmas dan

Kolom 10

Keterangan:

S.D, Standar Deviasi

4.6.1. Tingkat Asupan Karbohidrat

Dengan membandingkan antara data pada Tabel 4.7

dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 75 tahun 2013 tentang

Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia,

maka dapat disimpulkan bahwa hampir semua responden

kelompok Puskesmas memiliki asupan karbohidrat melebihi standar

kecukupan gizi yang dianjurkan kecuali responden MT 01 yang

berusia 63 tahun dengan asupan karbodhidrat hanya (207g). Pada

responden kelompok kolom 10, sebagian besar juga memiliki

asupan karbohidrat melebihi standar kecukupan gizi yang

dianjurkan kecuali 3 responden yaitu 2 responden pria (MT 24 dan

MT 25) dengan rentang usia 30-49 tahun memiliki asupan

karbohidrat masing-masing (389,06 g) dan (375,96 g) dan 1

Kelompok Kategori Terendah

(g) Tertinggi

(g) Rata-rata

(g) S.D

Puskesmas Karbohidrat 207 630 426 120

Protein 56 240 120 48

Lemak 53 100 70 13

Kalori 1.925 3.656 2.737 461

Kolom 10 Karbohidrat 257 539 387 82

Protein 69 163 123 32

Lemak 54 106 80 14

Kalori 1.793 3.256 2.764 427

24

responden perempuan berusia 41 tahun yaitu MT 30 dengan

asupan karbohidrat (274,53 g).

4.6.2. Tingkat Asupan Protein

Berbeda dengan tingkat asupan karbohidrat para

responden diatas, ternyata tingkat asupan protein semua

responden penelitian ini berada diatas angka kecukupan gizi yang

dianjurkan baik pada responden kelompok Puskesmas maupun

responden kelompok kolom 10 berdasarkan jenis kelamin maupun

umur.

4.6.3. Tingkat Asupan Lemak

Hal yang sama dengan tingkat asupan protein diatas,

dalam hal tingkat asupan lemak para responden penelitian ini juga

berada diatas angka kecukupan lemak yang dianjurkan

berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin baik pada

responden kelompok Puskesmas maupun kolom 10.

4.6.4. Tingkat Asupan Energi

Hal yang sama pula berlaku pada tingkat asupan energi,

hampir semua responden penelitian ini memiliki asupan lemak

melebihi standar angka kecukupan gizi yang dianjurkan kecuali

hanya (1) responden yaitu MT 30 dari kelompok Kolom 10 yang

memiliki tingkat asupan kalori dibawah standar angka kecukupan

25

gizi yg dianjurkan oleh kementerian kesehatan RI yaitu hanya

memiliki asupan (1792.8 kkal).

4.7. Aktivitas Fisik

Untuk mengetahui profil aktivitas fisikmasing-masing

responden baik kelompok Puskesmas maupun Kolom 10maka

dilakukan wawancara mendalam dengan menggunakan Global

Physical Activity Questionnaire (GPAQ). Rangkuman hasil

pengukuran aktivitas fisik kelompok Puskesmas dan kolom 10

dipaparkan pada Tabel 4.10. dengan membandingkan data pada

Tabel 4.10 dengan standar kategori aktivitas fisik maka para

responden kelompok Puskesmas tidak didapati responden yang

termasuk dalam kategori aktivitas fisik berat sementara responden

pada kelompok Kolom 10 terdapat (2) responden yang memiliki

kategori aktivitas fisik berat dengan (MET ≥3000) yaitu responden

MT 24 (12.960 MET) dan MT 25 (7.920 MET). Responden pada

kelompok Puskesmas terdapat 7 responden yang termasuk dalam

kategori aktivitas sedang yaitu responden MT 01 (2.400 MET), MT

02 (660 MET), MT 10 (2.080 MET), MT 11 (660 MET), MT 15 (640

MET), MT 17 (600 MET) dan MT 19 (1.800 MET) sedangkan

responden Kelompok kolom 10 hanya terdapat 3 responden yang

termasuk dalam kategori aktivitas sedang yaitu MT 20 (2.400 MET),

MT 21 (1.000 MET), MT 31 (720 MET). Sebagian besar responden

dalam penelitian baik kelompok Puskesmas maupun kelompok

26

Kolom 10 umumnya beraktivitas ringan dengan rincian sebagai

berikut : pada responden kelompok Puskesmas terdapat 9

responden yaitu MT 03 (540 MET), MT 04 (80 MET), MT 05 (120

MET), MT 06 (360 MET), MT 07 (465 MET), MT 08 (450 MET), MT

09 (540 MET), MT 16 (240 MET) dan MT 18 (540 MET) sedangkan

pada responden kelompok kolom 10 terdapat 6 responden yang

termasuk dalam kategori ringan yaitu, MT 22 (540 MET), MT 23

(480 MET), MT 27 (540 MET), MT 28 (570 MET). MT 29 (260

MET), MT 30 (360 MET)

27

Tabel 4.9 Profil Aktivitas Fisik Responden kelompok Puskesmas dan Kolom

10

Kelompok Kode L/P Usia KATEGORI AKTIVITAS FISIK

Pekerjaan Berat

Pekerjaan sedang

Traveling Olahraga

berat Olahraga Sedang

Statis METs

Puskesmas

MT01 P 63 - ya ya - - ya 2400

MT02 P 60 - ya ya - - ya 660

MT03 L 80 - - - - - ya 540

MT04 L 72 - - - - - ya 80

MT05 P 72 - - ya - - ya 120

MT06 P 72 - - - - - ya 360

MT07 L 77 - - - - - ya 465

MT08 P 60 - - - - - ya 450

MT09 P 76 - ya - - - ya 540

MT10 P 70 - ya ya - ya ya 2080

MT11 P 78 - - - - - ya 660

MT15 P 46 - ya ya - ya ya 640

MT16 L 75 - - - - - ya 240

MT17 L 45 - - ya - ya ya 600

MT18 P 84 - - ya - - ya 540

MT19 P 40 - ya - - - ya 1800

Kolom 10

MT20 P 39 - ya - - - ya 2400

MT21 P 44 - ya - - - ya 1000

MT22 P 72 - - - - - ya 540

MT23 P 46 - ya - - ya ya 480

MT24 L 45 ya - - - - ya 12960

MT25 L 40 ya - - - ya ya 7920

MT27 L 55 - - - - - ya 540

MT28 P 64 - - - - - ya 570

MT29 P 51 - ya ya - - ya 260

MT30 P 41 - - - - ya ya 360

MT31 L 48 - - - - ya ya 720

Keterangan: METs, Metabolic Equivalents; - : tidak melakukan aktivitas Kagori Aktivitas fisik : Berat : MET ≥3000; Sedang: (3000 > MET ≥ 600); Ringan : MET ( 600 > MET) Sumber: Global Physical Activity Questionnaire

28

Adapun nilai terendah, tertinggi, rata-rata dan standar

deviasi aktivitas fisik para responden penelitian ini dirinci sebagai

berikut : responden kelompok Puskesmas berturut-turut adalah 80

MET, 2400 MET, 761 MET dan 693, sedangkan pada kelompok

Kolom 10 berturut-turut adalah 260 MET, 12.960 MET, 2.523 MET

dan 4.115

4.8.Hubungan Antara Pola Makan dengan Insiden DM dan AU

Untuk memastikan adanya hubungan berbagai faktor

resiko dengan insiden penyakit DM tipe 2 dan Asam Urat telah

dilakukan analisis bivariat dengan uji korelasi Spearman

menggunakan SPSS 16.0 dan hasilnya disajikan pada tabel 4.11.

Tabel 4.11 menunjukan bahwa pola makan tinggi karbohidrat,

protein dan energi secara signifikan berpengaruh terhadap insiden

penyakit DM dan GA.

29

Tabel 4.10 Hubungan Uji Korelasi Antara Pemeriksaan klinis, antropometri,

Asupan Makan dan Aktivitas FisikKelompok Puskesmas dan Kolom 10

Variabel r p

Asupan Karbohidrat Diastolik 0.42 0.02

Asupan Kalori Diastolik 0.54 0.04

Asupan Lemak A.Fisik 0.44 0.01

Asupan Kalori IMT 0.37 0.05

IMT Diastolik 0.48 0.01 keterangan: AU: Asam Urat ; GDP: Gula Darah Puasa; GDS: Gula Darah Sesaat, A.Fisik, Aktivitas Fisik. Nilai Signifikan Spearman p (0.05)

Pemeriksaan Klinis dengan aktivitas fisik menggunakan uji Pearsonp <0.005 tidak ditemukan adanya hubungan yang saling berkaitan.

4.9. Pembahasan

Penderita penyakit GA, DM dan komorbiditas (penyakit GA

disertai DM) di Kelurahan Matani II cenderung dialami oleh

kelompok usia produktif (usia 39-64 tahun) sebesar 59.25%. Hal ini

sejalan dengan berbagai hasil penelitian terbaru yang menunjukkan

prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia

dibawah 34 tahun sebesar 34 % dan kejadian tertinggi dialami oleh

penduduk suku Minahasa yaitu sebesar 29,2% (Sholihah, 2014).

Angka kejadian hiperurisemia di Minahasa pada tahun 1999

sebesar 34,30% pada pria dan 23,31% pada wanita usia dewasa

muda. Studi epidemiologis di Kota Tomohon menunjukkan

prevalensi hiperurisemia pada remaja obes pada tahun 2011

adalah sebesar 25% (Manampiring,2011). Demikian halnya jumlah

penderita DM di Indonesia kian meningkat dari tahun ketahun

30

bahkan semakin banyak menyerang kalangan muda (Suyono,

2009).

Temuan yang menarik dalam studi ini menunjukkan

penderita kedua penyakit ini cenderung wanita lebih banyak (67 %)

dibanding dengan pria (33%). Hampir semua responden wanita

bekerja sebagai ibu rumah tangga kecuali (1 orang) yaitu MT 15

bekerja sebagai PNS. Temuan ini mengindikasikan bahwa ibu

rumah tangga yang lebih beresiko mengalami kejadian penyakit

asam urat dan DM karena kebiasaan memasak sendiri dan

cenderung tidak melakukan aktivitas fisik yang berat. Temuan ini

berbeda dengan hasil penelitian didaerah pantai Manado ditemukan

angka kejadian hiperurisemia di Minahasa pada tahun 1999

sebesar 34,30% pada pria dan 23,31% pada wanita usia dewasa

muda. Hasil antropometri lingkar pinggang responden menunjukkan

70.3% atau sebanyak 19 orang melebihi standar normal dan

cenderung mengalami kadar asam urat dalam darah yang juga

tinggi. Sedangkan hasil pemeriksaan klinis menunjukkan 9

reponden atau 33% mempunyai kadar kolesterol yang tinggi dan

sekaligus memiliki kadar asam urat yang tinggi

Temuan lain dalam penelitian ini menunjukkan adanya

hubungan saling mempengaruhi antara kedua penyakit DM dan

GA. Kormobiditas penderita GA yang disertai penyakit DM

mencapai 37% sama dengan jumlah penderita GA saja, sementara

31

penderita DM saja sebesar 26%. Hal ini sejalan dengan penelitian

(Choi, et al, 2008) di Taiwan yang menyimpulkan ketika kadar GA

dalam darah tidak terkontrol, maka muncul peluang resiko sebesar

20% untuk terjadinya penyakit DM. Penelitian lain yang dilakukan

oleh Yoo et al (2011), melaporkan bahwa insiden resistensi insulin

pada pasien asam urat meningkat 35% dibandingkan dengan

individu tanpa asam urat. Hasil penelitian Suppiah et al (2008) juga

menunjukkan angka prevalensi asam urat yang tinggi pada pasien

dengan DM tipe 2. Studi tentang hubungan antara asam urat dan

DM tipe 2 di Taiwan, menunjukkan bahwa kedua penyakit tersebut

sama-sama saling mempengaruhi bagi terjadinya komorbiditas

kedua penyakit tersebut. (Lai, 2012).

Pola makan yang tinggi karbohidrat, protein, lemak dan

kalori pada hampir semua responden suku Minahasa ini merupakan

gaya hidup turun temurun. Keseringan makan protein hewani dan

nabati (kacang-kacangan, sup brenebon dengan daging babi), dan

kebiasaan semua sayur-sayuran yang dikonsumsi setiap hari selalu

menggunakan minyak goreng, bahkan juga hampir setiap hari

makan goreng-gorengan merupakan pola makan suku Minahasa.

Meskipun suku Minahasa mengkonsumsi makanan yang

tinggi kalori, protein, lemak dan karbohidrat akan tetapi hasil Uji

Bivariat penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara

asupan karbohidrat dengan kadar AU (p= 0.19, r = 0.04), protein

32

dengan AU (p= 0.06, r = 0.36), lemak dengan AU (p = 0.18, r =0.26)

dan kalori dengan AU (p = 0.45, r = 0.14). Hasil Uji Bivariat ini juga

tidak ditemukan adanya hubungan antara asupan karbohidrat

dengan GDP (p= 0.43, r=-0.158), lemak (p=0.73, r=-0.06), kalori

(p=0.08, r=-0.33). Hanya terdapat 1 hubungan yaitu antara asupan

protein dengan GDP (p=0.03, r=0.41). Sementara itu GDS pun tidak

ada hubungannya dengan asupan karbohidrat (p= 0.81, r= -0.04),

protein (p= 0.61, r=-0.27), lemak (p=0.20, r=-0.25), kalori (p=0.25,

r= -0.22).

Temuan ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Himma (2008), bahwa tidak terdapat hubungan

antara asupan karbohidrat, protein, lemak, kalori serta asupan purin

pada Vegetarian. Selain tidak terdapatnya hubungan antara asupan

makanan dengan kadar AU. Pada penelitian ini juga tidak terdapat

hubungan antara asupan makanan dengan kadar GDP ataupun

GDS. Hal ini didukung hasil penelitian Della (2014) dengan

p=0.133. Tidak adanya hubungan antara asupan makanan dengan

kadar asam urat dan juga kadar gula darah dapat disebabkan

karena ada 11 dari 27 responden mengkonsumsi obat-obatan

seperti allopurinol, glukopak, metformin dan sebagainya untuk

menurunkan kadar gula darah danasam urat. Beberapa responden

juga sangat menjaga/membatasi makanan yang bisa menyebabkan

meningkatnya kadar AU dan/atau Gula Darah. Temuan ini juga

33

sejalan dengan temuan penelitian yang dilakukan Sugiyarti dkk

(2011) responden sudah menjaga pola makannya karena kemauan

psikologis mereka yang berkeinginan untuk menurunkan kadar gula

darah secepat mungkin, karena kadar gula darah mereka akan

diukur kembali sehingga mereka merasa takut jika kadar gula

darahnya tidak menurun.

Temuan lain dalam penelitian ini mengkonfirmasi bahwa ada

85% responden mengalami obesitas dan beresiko mempengaruhi

timbulnya kejadian penyakit asam urat, DM dan komorbiditasnya.

Hal ini didukung dengan hasil uji korelasi yang telah dilakukan yaitu

terdapat hubungan antara asupan kalori dengan IMT (p=0.05,

r=0.37). Berbagai hasil penelitian telah membuktikan hal ini antara

lain penelitian yang dilakukan oleh Prior,et al (1964) terhadap suku

Maori di New Zealand yang menemukan faktor resiko kelebihan

berat badan adalah salah satu penyebab tingginya prevalensi

penyakit jantung koroner, hiperurisemia, asam urat dan DM.

Hasil analisis yang diperoleh menggunakan uji Spearman

menunjukkan adanya hubungan antara hasil pemeriksaan klinis

yaitu diastolik dengan asupan karbohidrat (p 0.02 ;r 0.0423 < p0.05)

dan diastolik dengan asupan kalori (p 0.04; r 0.541 <p 0.05).

Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siji

et al (2013) yang menunjukkan adanya hubungan positiif antara

penderita hipertensi dengan asupan yang tinggi kalori.

34

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa 90.4% responden

adalah berprofesi bukan sebagai petani melainkan ibu rumah

tangga, pensiunan, karyawan (pegawai swasta dan PNS) yang

melakukan aktivitas fisik ringan. Hanya 2 responden (9.6%) yang

berprofesi sebagai buruh/tukang ojek dengan aktivitas fisik kategori

berat. Hal ini dibuktikan dengan adanya hubungan antara kadar AU

dengan aktivitas fisik (p=0.05, r =0.74). Hasil penelitian lain yang

mendukung adanya hubungan antara keduanya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Hariadi (2016)dengan pria (p= 0.000,r =0.54)

dan wanita (p= 0.005, r= 0.454). Selain kadar AU terdapat juga

hubungan antara kadar GDP dengan aktivitas fisik (p=0.01 r =

0.62). Hal ini disebabkan karena aktivitas fisik dapat mengontrol

gula darah, glukosa akan diubah menjadi energi saat melakukan

aktivitas. Aktivitas fisik mengakibatkan kadar insulin semakin tinggi

sehingga kadar gula dalam darah menurun. Pada orang yang

jarang berolahraga maka zat makanan yang masuk kedalam tubuh

tidak dibakar akan tetapi di timbun didalam tubuh dan menjadi

lemak serta gula dalam darah. Jika kadar insulin tidak mencukupi

untuk mengubah glukosa menjadi energi, maka akan terjadi

penyakit DM (Kemenkes,2010). Fakta ini membuktikan bahwa

aktivitas fisik yang ringan dan jarang berolah raga merupakan faktor

resiko bagi kejadian penyakit asam urat dan DM dengan

komorbiditasnya.

35

Kecenderungan adanya hubungan riwayat penyakit

keluarga baik keluarga inti maupun extended family menunjukkan

bahwa variabel ini merupakan faktor resiko terhadap kejadian

penyakit asam urat, DM dan komorbiditasnya. Kecenderungan ini

diperkuat oleh penelitian yang dilakukan di Inggris,risiko untuk

penderita DM sebesar 15% terjadi ketika salah satu orang tua

memiliki penyakit DM, akan tetapi jika kedua orang tua nya memiliki

penyakit DM, maka peluang menderita DM sebesar 75%. Risiko

untuk terkena penyakit DM dari ibu sebesar 10-15% lebih tinggi

dibandingkan dengan ayah. hal ini disebabkan karena penurunan

gen sewaktu dalam kandungan lebih besar. Jika ada saudara

kandung yang memiliki penyakit DM, kemungkinan besar 10% dan

90% bagi saudara kembar identik (Diabetes UK, 2010).