BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pada tahapan ini peneliti akan menyajikan data-data hasil penelitian
tindakan kelas pada masing-masing siklus yang dimulai dari prasiklus,
siklus 1 sampai pada siklus 2. Adapun pelaksanaan penelitian ini dilakukan
pada siswa kelas V SDN Kecis Kecamatan Selomerto Kabupaten
Wonosobo. Secara sistematis data yang diperoleh dalam hasil penelitian ini
disajikan sebagai berikut :
4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal (Pra siklus)
Tahapan prasiklus ini dilakukan untuk memperoleh data awal
mengenai keadaan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA
sebelum diberikannya tindakan.
Hasil Tes Pra siklus
Data-data yang diperoleh pada tahapan pra siklus ini
didapatkan melalui nilai test yang diberikan oleh guru bidang studi
pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Kecis
Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo sebelum diadakan
tindakan 7 siswa yang hasil belajarnya belum tuntas sedangkan
yang tuntas 9 siswa. Ketuntasan hasil belajar siswa kelas V pada
mata pelajaran IPA dengan nilai rata-rata 63,4. Berdasarkan data
hasil tes menunjukkan sebagian besar siswa belum mencapai
ketuntasan belajar. Data ketuntasan belajar kondisi awal dapat
dilihat pada tabel 4.1. Data prasiklus berupa data hasil belajar IPA
pada siswa kelas V SDN Kecis Kecamatan Selomerto Kabupaten
Wonosobo Semester 2/2014-2015. Hasil nilai tes pada prasiklus
dapat dilihat pada tabel 4.1.
45
Tabel 4.1. Hasil Nilai Tes Pra-siklus
Interval Nilai Banyaknya Siswa Prosentase
41-50 2 12.5 %
51-60 5 31.25 %
61-70 7 43.75 %
71-80 2 12.5 %
81-90 0 0 %
91-100 0 0 %%
Tabel 4.2.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA SiswaKelas V SD
Negeri Kecis Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo Pra-siklus
No Ketuntasan Frekuensi Persentase
1 Tuntas 9 56,2 %
2 Tidak Tuntas 7 43,8 %
Jumlah 16 100%
Nilai Minimum 50
Nilai Maksimum 75
Nilai rata-rata 63.4
Berdasarkan tabel 4.1 tampak bahwa ketuntasan belajar siswa
sebelum diadakan tindakan ada 9 siswa yang tuntas dan yang tidak
tuntas belajar ada 7 siswa. Terlihat pula ada ketimpangan yang
besar antara nilai tertinggi yaitu 75 dan nilai terendah yaitu 50.
Rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas V disebabkan oleh guru
kelas V SD Negeri Kecis Kecamatan Selomerto Kabupaten
Wonosobo kurang kreatif dalam kegiatan mengajar hanya
berceramah saja tanpa disertai media apapun, metode kurang
bervariasi, serta kurang melibatkan siswa, membatasi kreativitas
siswa, konsentrasi siswa dalam pembelajaran lemah.
Dari hasil analisis data hasil belajar pra siklus ini dijadikan
sebagai sampel penelitian.Penelitian dilaksanakan selama 2 siklus
dan setiap siklus dilakukan 2 kali pertemuan dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Hasil nilai tes prasiklus
dapat dilihat pada diagram batang berikut ini :
46
Gambar 4.1. Diagram Batang Hasil Nilai Tes Pra-siklus
Hasil data pra-siklus apabila dianalisis berdasarkan
ketuntasan belajar dapat dilihat dalam bentuk diagram batang
dibawah ini:
Gambar 4.2. Diagram Batang Ketuntasan Belajar Pra-
siklus
47
4.1.2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan siklus I dengan KD 6.1 Mendeskripsikan sifat – sifat cahaya
dilakukan dalam dua kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut:
4.1.3 Perencanaan Tindakan Penelitian Siklus I
Siklus 1 terdiri dari 4 tahapan sesuai dengan tahapan penelitian
Paizaluddin dan Ermalinda (2012:34) yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Pembelajaran pertama dilaksanakan dengan
Standar kompetensi : Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan
membuat suatu karya/model. Kompetensi dasar: Mendeskripsikan sifat-
sifat cahaya. Tahap awal dimulai dengan perencanaan tindakan mengenai
apa saja yang akan dilaksanakan dan diperlukan dalam pelaksanaan
pembelajaran, kemudian diuraikan pelaksanaan tindakan. Saat proses
pelaksanaan tindakan itu dilakukan pengamatan/observasi, dan hasil
pengamatan/observasi itu dijadikan bahan refleksi. Adapun langkah-
langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
4.1.4 Pelaksanaan Siklus 1
a) Perencanaan
Siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan pada
tanggal 1 s.d 2 April 2015. Sebelum proses pembelajaran siklus 1
dilaksanakan, peneliti telah melakukan kerja kelompok dengan
teman sejawatnya untuk menentukan model yang sesuai dengan
materi yang diajarkan, sehingga proses pembelajaran berlangsung
kondusif. Peneliti mempersiapkan rencana pembelajaran siklus 1
untuk mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya.Dalam
melaksanakan perbaikan pembelajaran, peneliti menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, adapun langkah-langkah
pembelajaran terlampir.
Kemudian peneliti menyiapkan lembar observasi kinerja
guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang diamati oleh
observer.Peneliti merancang alat evaluasi berupa soal tes tertulis
48
yang akan menguji siswa berkaitan dengan materi tersebut untuk
mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang diajarkan.
Perencanaan yang dilakukan diatas dijadikan sebagai pedoman
yang sistematis dalam proses pembelajaran, artinya susunan
program tersebut terstruktur dan merupakan suatu urutan tahapan
yang mempermudah pembelajaran suatu materi, sehingga
pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar.
b) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 ini telah sesuai
dengan yang direncanakan. Langkah-langkah pembelajaran
terlaksana dengan cukup baik. Pada kegiatan awal, peneliti telah
mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Selama
pembelajaran berlangsung, semua kegiatan berjalan cukup lancar.
Pada kegiatan inti, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dengan jelas, mengatur tempat duduk siswa dan
dilanjutkan pemebelajaran kooperatif dengan tipe jigsaw.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diawali dengan guru
menjelaskan materi secara singkat, guru membagi siswa dalam
beberapa kelompok, guru membagi materi pelajaran dalam bentuk
teks yang sudah dibagi menjadi beberapa sub-bab pokok bahasan,
guru menyuruh setiap anggota kelompok membaca sub bab yang
ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya, siswa
melakukan percobaan tentang sifat-sifat cahaya, guru membantu
siswa memberi informasi jika diperlukan siswa, guru menyuruh
tiap anggota kelompok yang lain yang telah mempelajari sub bab
yang berbeda agar bertemu dalam kelompok ahli untuk melakukan
diskusi/percobaannya, guru mengarahkan agar setiap kelompok
ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas untuk mengajari
temannya, guru memberi kesempatan pada siswa untuk melaporkan
hasil diskusi, guru memberi kesempatan kelompok lain untuk
49
menanggapi diskusi. Sedangkan kegiatan akhir diisi dengan
membuat kesimpulan, tanya jawab, tes evaluasi dan tindak lanjut.
c) Pengamatan/Observasi
Pada siklus I pertemuan pertama dan kedua yang diamati
adalah keseluruhan aktivitas guru atau proses pembelajaran yang
berlangsung di dalam kelas. Fokus amatannya adalah bagaimana
penggunaan model pembelajaran jigsaw dalam pembelajaran IPA,
serta implikasi dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
pada hasil belajar IPA. Berkenaan dengan penelitian ini, maka hal-
hal yang menjadi pengamatan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung yaitu: Mengamati aktivitas guru, maka instrumen
pengamatan yang digunakan adalah lembar observasi dalam
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada
pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya.
d) Refleksi
Berdasarkan observasi siklus I dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maka dilakukan refleksi yaitu
berdiskusi dengan guru kelas, observer, atas segala kegiatan dalam
proses pembelajaran hasil refleksi diambil dari lembar observasi
dan tes.
Berdasarkan hasil lembar observasi guru pada siklus I, guru
sudah melaksanakan proses pembelajaran tetapi masih kurang
sesuai dengan langkah–langkah jigsaw. Hal ini terlihat dari setiap
tahapan sintaks pembelajaran kooperatif tipe jigsaw belum semua
sudah guru lakukan. Namun masih ada kekurangan guru yang harus
diperbaiki pada siklus berikutnya.
Hasil Tes Siklus I
Dari pelaksanaan penelitian, diperoleh hasil perbaikan
pembelajaran yang telah dilaksanakan pada pembelajaran siklus I.
Hasil tes siklus I mengalami peningkatan dari hasil tes pada data
50
awal prasiklus. Berdasarkan hasil tes siswa data awal prasiklus,
diketahui nilai rata-rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan
sebesar 63,4 meningkat menjadi 70,3 pada siklus I. Hasil analisis
pengamatan tes pelaksanaan pembelajaran pada siklus I yang telah
dilakukan diperoleh hasil yang tersaji pada tabel 4.3 di bawah ini:
Tabel 4.3. Hasil Nilai Tes Siklus 1
Interval Nilai Banyaknya Siswa Prosentase
41-50 0 0 %
51-60 3 18.75 %
61-70 4 25 %
71-80 8 50 %
81-90 1 6.25 %
91-100 0 0 %
Hasil data prasiklus apabila dianalisis berdasarkan
ketuntasan belajar dapat dilihat dalam bentuk diagram batang
dibawah ini:
Tabel 4.4.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA
SiswaKelas VSD NegeriKecis
Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo
Siklus 1
No Ketuntasan Frekuensi Persentase
1 Tuntas 13 81,3 %
2 TidakTuntas 3 18,7 %
Jumlah 16 100%
Nilai Minimum 55
Nilai Maksimum 85
Nilai rata-rata 70,3
Hasil tes siklus I mengalami peningkatan dari hasil tes pada
data awal pra siklus. Berdasarkan hasil tes siswa data awal,
diketahui nilai rata-rata yang diperoleh 63,4 meningkat menjadi
70,3 pada siklus I. Jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus I
51
meningkat menjadi 13 siswa, sementara pada prasiklus 9 siswa
yang tuntas. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada siklus I
mencapai nilai maksimum yaitu 85 dengan nilai terendah pun
meningkat dari prasiklus 50 menjadi 55 pada siklus I. Hasil nilai tes
siklus 1 dapat dilihat pada diagram batang berikut ini :
Gambar 4.3. Hasil Nilai Tes Siklus 1
Hasil data pra siklus apabila dianalisis berdasarkan
ketuntasan belajar dapat dilihat dalam bentuk diagram batang
dibawah ini:
Gambar 4.4. Diagram Batang Ketuntasan Belajar
Siklus 1
52
Hubungannya dengan ketuntasan belajar pada prasiklus dan
siklus 1 dapat ditunjukkan perbandingannya pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa
Kelas V SDN Kecis Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo
Pra siklus dan Siklus 1
No Ketuntasan JumlahSiswa
PraSiklus Siklus I
Frekuensi Persentase
(%)
Frekuensi Persentase
(%)
1 Tuntas 9 56,2 % 13 81,3 %
2 Belum
Tuntas 7 43,8 % 3 18,7 %
Jumlah 16 100 % 16 100 %
Data perbandingan ketuntasan belajar pada tabel 4.5 dapat
diperjelas pada diagram batang seperti tampak pada gambar 4.5.
Gambar 4.5. Diagram Batang Perbandingan Prosentase
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra siklus dan Siklus I
Hasil Pengamatan/Observasi
Pada pertemuan pertama dan kedua siklus I kegiatan guru dalam
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
53
tipe jigsaw diamati oleh observer. Pengamatan yang dilakukan
dengan lembar observasi kegiatan guru dalam proses belajar
mengajar. Adapun pengamatan yang difokuskan pada kegiatan guru
dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
pada mata pelajaran IPA dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Hasil observasi guru 1 = Jumlah skor pada pertemuan 1
Hasil observasi guru 2 = Jumlah skor padapertemuan 2
Maka perolehan hasil pengamatan pada kinerja guru dalam
melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat
dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :
Tabel 4.6. Hasil Penilaian Kinerja Guru dalam Menggunakan
model Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Siklus 1
Materi
Siklus I
Pertemuan I Pertemuan II
Skor Skor
Sifat-sifat cahaya 64 72
Tabel 4.6 menunjukan bahwa hasil penilaian kinerja guru
dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran IPA siklus I pertemuan I
hasil penilaian yang dilakukan oleh seorang observer yaitu dengan
total skor 64, hal ini dikarenakan guru belum terbiasa menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pada pertemuan 2 hasil
penilaian yang dilakukan oleh seorang observer mengalami
peningkatan yaitu dengan total skor 72, hal ini dikarenakan guru
mulai memahami langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw.
54
Hasil Refleksi Siklus I
Dalam pelaksanaan siklus I peneliti mengalami beberapa
kendala atau hambatan yang sekiranya perlu dilakukan tindakan
dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran tersebut. Ada pun
hambatan atau kendala yang dialami peneliti diantaranya ialah :
1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat
cahaya ada yang belum mencapai KKM.
2. Pada saat memulai pembelajaran guru kurang mempersiapkan
mental siswa.
3. Guru kurang memotivasi siswa serta menggali pengetahuan
siswa tentang materi sifat-sifat cahaya.
4. Guru belum terlalu biasa membuat siswa paham dalam
menerima pertanyaan.
5. Guru jarang melakukan bimbingan kepada siswa untuk
memecahkan masalah.
6. Pada sebelum dan saat memulai pelajaran guru belum begitu
memahami dan menguasai langkah-langkah pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
7. Pada saat pembelajaran berlangsung guru kurang melibatkan
siswa sehingga pada saat pembelajaran guru yang banyak
bicara siswa terkesan pasif.
8. Tanya jawab siswa dan guru belum biasa berjalan dengan aktif.
9. Guru belum biasa melaksanakan tindak lanjut terhadap
pembelajaran yang sudah dilakukannya.
Berdasarkan hasil tes yang diberikan kepada siswa pada akhir
siklus I, diketahui bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa sudah
menunjukan adanya peningkatan bila dibandingkan dengan data awal
prasiklus sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas. Nilai terendah
maupun nilai rata-rata siswa kelas V SD Negeri Kecis Kecamatan
Selomerto Kabupaten Wonosobo juga sudah mencapai indicator
55
keberhasilan berdasarkan kriteria ketuntasan belajar (KKM) yaitu 65
pada mata pelajaran IPA. Walaupun demikian peneliti dan guru kelas
sepakat untuk melakukan tindakan siklus berikutnya (siklus 2) untuk
meyakinkan dan menguatkan hasil yang diperoleh pada siklus I,
seperti yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas penelitian guru kelas yang
bersangkutan menyimpulkan bahwa proses kegiatan pembelajaran
IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw yang dilaksanakan pada siklus I masih belum optimal,
walaupunhasilbelajarIPA siswakelasV SD Negeri Kecis Kecamatan
Selomerto Kabupaten Wonosobo setelahdilaksanakansiklus I
mengalamipeningkatandarihasilbelajarsebelumdilakukanpenelitiantin
dakankelas (data awal). Bedasarkan hasil refleksi pada siklus ini,
maka peneliti dan guru kelas yang bersangkutan sepakat untu
kmelakukan perbaikan pada siklus 2 sebagai berikut :
4.1.5 Pelaksanaan Siklus 2
Siklus 2 terdiri dari 4 tahapan sesuai dengan tahapan
penelitian Paizaluddin dan Ermalinda (2012: 34) yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, danrefleksi. Pembelajaran
dilaksanakan dengan Standar kompetensi: Menerapkan sifat-sifat
cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model. Kompetensi
dasar: Membuat suatu karya/model misal periskop atau lensa dari
bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifatcahaya. Dimulai
dengan perencanaan tindakan mengenai apa saja yang akan
dilaksanakan dan diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran,
kemudian diuraikan pelaksanaan tindakan. Saat proses pelaksanaan
tindakan itu dilakukan pengamatan/observasi, dan hasil
pengamatan/observasi itu dijadikan bahan refleksi. Adapun
langkah-langkah pembelajaran terlampir.
56
a) Perencanaan
Siklus 2 terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan pada
tanggal 21 dan 23 april 2015. Sebelum proses pembelajaran
siklus 2 dilaksanakan, peneliti melakukan diskusi dengan
observer, sehingga proses pembelajaran berlangsung kondusif.
Peneliti mempersiapkan rencana pembelajaran siklus 2 untuk
mata pelajaran IPA materi pemanfaatan sifat-sifat cahaya.
Perencanaan awal yang dilakukan hampir sama dengan siklus
1. Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran, peneliti
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Adapun langkah-langkah pembelajaran terlampir. Perencanaan
yang dilakukan tersebut telah mampu menjadi pedoman yang
sistematis dalam proses pembelajaran, artinya susunan program
tersebut terstruktur dan merupakan suatu urutan tahapan yang
mempermudah pembelajaran sehingga pelaksanaan dapat
berjalan dengan lancar.
b) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2 ini telah sesuai
dengan yang direncanakan. Langkah-langkah pembelajaran
terlaksana dengan sangat baik, pada kegiatan awal peneliti
telah mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran
sehingga kegiatan proses pembelajaran berjalan dengan baik.
Pada kegiatan inti guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dengan jelas, guru mengatur tempat duduk siswa, guru
membagi siswa dalam beberapa kelompok, guru membagi
materi pelajaran dalam bentuk lembar kerja siswa yang sudah
yang dibagi menjadi per sub pokok bahasan, guru menyuruh
setiap anggota kelompok membaca lembar kerja siswa yang
ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya, guru
membantu siswa saat diskusi kelompok, guru menyuruh tiap
anggota kelompok lain yang telah mempelajari lembar kerja
57
siswa yang berbeda agar bertemu dalam kelompok ahli setelah
kembali ke kelompoknya bertugas untuk mengajari temannya,
guru membimbing kegiatan siswa, guru memberi kesempatan
pada siswa untuk melaporkan hasil diskusi, guru memberi
kesempatan kelompok lain untuk menanggapi. Guru telah
membuat siswa paham dalam menerima pertanyaan dan
membimbing siswa untuk memecahkan masalah. Sedangkan
kegiatan akhir diisi dengan membuat kesimpulan, tanya jawab,
dan tes evaluasi.
c) Pengamatan/Observasi
Dari hasil observasi pada siklus 2 antara siswa dan guru
sudah melakukan atau melaksanakan kegiatan pembelajaran
yang sesuai dengan yang diharapkan. Siswa sudah antusias
mengikuti pembelajaran, tidak ada siswa yang ribut, semua
siswa aktif dalam kerja kelompok dan siswa mulai berani
mengungkapkan pendapatnya.
d) Refleksi
Berdasarkan observasi siklus 2 dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, maka dilakukan
refleksi dengan guru kelas, observer, atas segala kegiatan
dalam proses pembelajaran hasil refleksi diambil dari hasil
lembar observasi dan tes yang dilaksanakan pada siklus 2.
Pelaksanaan langkah-langkah kooperatif tipe jigsaw sudah
dilaksanakan dengan baik mulai dari tahapan pendahuluan
sampai kegiatan penutup.
Kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus 1 sudah
diperbaiki pada siklus 2. Setelah diadakannya sebuah kegiatan
kerja kelompok guru juga sudah memberikan kesempatan
mempresentasikan, menanggapi hasil presentasinya. Kegiatan
pembelajaran lebih menarik dan tidak ada lagi siswa yang
pasif. Guru juga memberikan umpan balik terhadap kinerja
58
mereka.Hasil karya siswa sangat berguna terhadap
pembelajaran.
Hasil Tes Siklus 2
Pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua siklus 2
diakhir pembelajaran diadakan tes/evaluasi untuk mengukur
ketuntasan belajar siswa. Hasil belajar siswa pada siklus 2 dapat
dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini:
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas
V SDN Kecis Kecamatan Solomerto Kabupaten Wonosobo
Siklus 2
No Ketuntasan Frekuensi Persentase
1 Tuntas 16 100 %
2 Tidak Tuntas 0 0 %
Jumlah 16 100%
Nilai Minimum 70
Nilai Maksimum 90
Nilai rata-rata 81,3
Hasil tes siklus 2 mengalami peningkatan dari hasil tes pada
tahap prasiklus dan siklus 1. Berdasarkan hasil tes siswa data awal,
diketahui nilai rata-rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan
sebesar 63,4 % meningkat menjadi 70,3 % padasiklus I dan
meningkat lagi menjadi 81,3 % pada siklus 2. Peningkatan yang
terjadi sangat signifikan dan hasil belajar yang diperoleh siswa
secara keseluruhan sudah mencapai KKM yang telah ditetapkan,
khusus untu kmata pelajaran IPA yaitu 65. Hasil analisis
pengamatan tes pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2 yang telah
dilakukan diperoleh hasil yang tersaji pada tabel 4.8 di bawah ini:
59
Tabel 4.8. Hasil Nilai Tes Siklus 2
Interval Nilai Banyaknya Siswa Prosentase
41-50 0 0 %
51-60 0 0 %
61-70 1 6,3 %
71-80 7 43,8 %
81-90 8 50,0 %
91-100 0 0 %
Hasil nilai tes siklus 2 dapat dilihat pada diagram batang berikut
ini:
Gambar 4.6. Diagram Batang Hasil Nilai Tes Siklus 2
Hasil data siklus 2 apabila dianalisis berdasarkan ketuntasan
belajar dapat dilihat dalam bentuk diagram batang dibawah ini:
60
Gambar 4.7. Diagram Batang Ketuntasan Belajar Siklus 2
Hasil perbandingan pada prasiklus, siklus 1 dan 2 dapat
diliha tpada tabel 4.9 di bawah ini:
Tabel 4.9. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa
Kelas V SDN Kecis Pra siklus, Siklus 1 dan Siklus 2
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diuraikan dalam pra siklus yang
mengalami ketuntasan hanya 9 siswa atau 56,2 % dan yang
belum tuntas 7 siswa atau 43.8 % kemudian pada siklus 1 yang
tuntas 13 siswa atau 81,3 % dan yang belum tuntas 3 siswa atau
18.7 %. Pada siklus 2 yang tuntas 16 siswa atau 100 % mencapai
KKM. Jadi dari prasiklus menuju siklus 1 ke siklus 2 siswa yang
Ketuntasan Pra siklus Siklus 1 Siklus 2
f (%) f (%) f (%)
Tuntas
9 56,2 % 13 81,3 % 16 100 %
Belum Tuntas 7 43,8 % 3 18,7 % 0 0 %
Jumlah 16 100 % 16 100 % 16 100 %
61
tuntas mengalami kenaikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar 4.8.
Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Persentase Ketuntasan
Hasil Belajar IPAPra siklus, Siklus I dan siklus 2
Dari tabel 4.8 rekapitulasi pengelompokkan nilai pada
gambar 4.8 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang
tuntas dalam mata pelajaran Ilmu Pengatahuan Alam terbukti untuk
klasifikasi tuntas, sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 9
siswa atau 56,2 % karena ke- 9 siswa ini sudah dapat memahami
materi walaupun dengan ceramah saja karena daya tangkap ke-9
siswa ini lebih baik dibandingkan ke-7 siswa lainnya. Sedangkan
setelah siklus 1 siswa yang tuntas menjadi 13 siswa atau 81,3 %
dan siklus 2 jumlah siswa yang tuntas 16 siswa atau 100 %. Ini
membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat
meningkatkan pemahaman belajar siswa.
1. Hasil Pengamatan/Observasi
Kegiatan observasi terhadap kegiatan pembelajaran guru
dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
pada siklus 2, baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan
kedua yang dinilai observer sudah menunjukan hasil yang
62
sangat baik dari siklus I. Adapun pengamatan yang difokuskan
pada kegiatan guru dalam menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran IPA. Adapun
pengamatan yang difokuskan pada kegiatan guru dalam
melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada
mata pelajaran IPA dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Hasil observasi guru 1 = Jumlah skor pada pertemuan 1
Hasil observasi guru 2 = Jumlah skor pada pertemuan 2
Maka perolehan hasil pengamatan pada kinerja guru dalam
melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat
dilihat pada tabel 4.10 berikut ini :
Tabel 4.10. Hasil Penilaian Kinerja Guru dalam Menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus 2
Materi
Siklus 1
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Skor Skor
Membuat LUP sederhana 77 84
Tabel 4.10 menunjukan bahwa hasil penilaian kinerja guru
dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran IPA siklus 2 pertemuan
1 hasil penilaian yang dilakukan oleh seorang observer yaitu
dengan total skor 77 hal ini menunjukkan bahwa guru dalam
melaksanakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dilakukan secara maksimal dikarenakan guru mulai terbiasa
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pada
pertemuan 2 hasil penilaian yang dilakukan oleh seorang observer
mengalami peningkatan yaitu dengan total skor 84. Hal ini
membuktikan bahwa guru dalam melaksanakan langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terlaksana dengan tepat dan
baik.
63
2. Hasil Refleksi Siklus 2
Pada akhir kegiatan siklus 2 diadakan refleksi proses
pembelajaran yang telah dilakukan. Kegiatan refleksi bertujuan
untuk mendapatkan kritik dan saran dari observer.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
terhadap tindakan yang dilakukan guru dalam pembelajaran
IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada sebelum dan saat memulai pembelajaran guru
sudah memahami dan menguasai langkah–langkah
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
2. Pada saat melakukan percobaan tentang sifat – sifat
cahaya guru sudah sering melakukan bimbingan kepada
siswa untuk memecahkan masalah.
3. Penggunaan media pembelajaran dalam siklus 2 sudah
dilakukan secara optimal oleh guru.
4. Siswa sudah antusias untuk terlibat dalam penggunaan
media pembelajaran pada saat pembelajaran
berlangsung.
Hasil refleksi tersebut adalah pembelajaran dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada
siklus 2 pertemuan pertama sudah baik, untuk pertemuan
berikutnya guru harus mengoptimalkan seluruh kegiatan yang
direncanakan agar hasilnya lebih baik lagi. Pada pertemuan
pertama siklus 2, siswa sudah terbiasa terhadap pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
sehingga pembelajaran dilakukan dengan aktif dan siswa tidak
ramai sendiri.
64
Pada pertemuan kedua yang dilakukan guru sudah bisa
dikatakan berhasil, yang dapat ditunjukan dari meningktanya
hasil ketuntasan belajar siswa yaitu 16 siswa atau 100 % siswa
tuntas. Dapat disimpulkan pembelajaran yang dilakukan dalam
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada
siklus 2 berhasil karena memperoleh penilaian pada pertemuan
pertama adalah 77 meningkat menjadi 84.
Dari uraian diatas peneliti dan guru kelas V SDN Kecis
Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo menyimpulkan
hasil refleksi pada siklus 2, bahwa pembelajaran IPA dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada
siklus 2 sudah terlaksana secara optimal. Penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat menigkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
Berdasarkan hasil dari refleksi siklus 2 ini, maka peneliti dan
guru yang bersangkutan membuat kesepakatan untuk
menghentikan tindakan pada siklus 2.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi, yang dilakukan sebelum tindakan
(kondisi awal) diperoleh hasil belajar IPA siswa rendah. Hal ini
disebabkan karena pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru masih
menggunakan pembelajaran konvensional sehingga siswa jenuh untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran. Kondisi seperti ini menyebabkan siswa
mengalami kesulitan belajar. Dampak dari kondisi tersebut yaitu hasil
belajar IPA siswa rendah KKM belum tercapai.
Berdasarkan perolehan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri
Kecis masih ada siswa yang hasil belajarnya belum mencapai KKM 65.
Dari hasil tes sebelum tindakan (kondisi awal) yang tuntas sebanyak 9
siswa (56,2 %), dan yang tidak tuntas 7 siswa (43,8 %).
65
Oleh karena itu, diperlukan tindakan yang sesuai bagaimana
meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran yang menarik. Siswa akan lebih tertarik mengikuti pelajaran
dan pemahaman materi apabila siswa dapat melihat sesuatu yang nyata
dan dapat terlibat dalam pembelajaran dalam kondisi yang menyenangkan.
Sehingga siswa tidak merasa kesulitan dan bosan dalam mengikuti
pelajaran IPA.
Dalam kegiatan pembelajaran siklus 1 guru menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Guru mengaitkan pelajaran sekarang
dengan pelajaran sebelumnya. Siswa mulai aktif dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan tunjuk jari. Dalam kegiatan
pembelajaran guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa. Saat
kegiatan pembelajaran guru menggunakan contoh benda nyata serta siswa
melakukan percobaan secara langsung media alat peraga tentang sifat-sifat
cahaya. Berdasarkan proses pembelajaran yang telah dilakukan terlihat
adanya peningkatan hasil belajar IPA. Hasil belajar IPA siswa meningkat
dengan adanya proses belajar yang bermakna serta melibatkan
kemampuan yang dimiliki siswa.
Pada siklus 1 guru menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw hasil belajar siswa yang mencapai KKM 65 sebanyak 13 siswa
atau 81,3 % masih ada siswa yang tidak tuntas sebanyak 3 siswa atau 18.7
% serta indikator kinerja yang ditetapkan 85% dan yang tercapai hanya
81,3%. Oleh karena itu, perlu diadakan perbaikan pada siklus 2.
Pada siklus 2 guru menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw hasil belajar siswa lebih meningkat sudah mencapai indikator
kinerja yaitu 100%, semua siswa hasil belajarnya mencapai KKM yang
telah ditetapkan khusus mata pelajaran IPA adalah 65 ketuntasannya
menjadi 100%. Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah
model pembelajaran yang tepat digunakan karena dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Peningkatan kemampuan guru dalam menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di lihat dari lembar observasi
66
sudah terlihat baik, langkah-langkah pembelajaran terlaksana dengan baik
dan guru juga sudah menguasai metode dengan baik. Menurut Sugiyanto
(2010: 46) keunggulan model Jigsaw dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Dapat digunakan secara efektif di tiap level, siswa telah mendapatkan
keterampilan akademis mulai dari pemahaman, membaca maupun
keterampilan kelompok untuk belajar bersama.
2. Pada kegiatan ini guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan
dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri
3. Menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa, serta akan merasa senang
berdiskusi dalam kelompoknya.
Berdasarkan pengamatan terhadap hasil belajar, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw adalah model pembelajaran yang tepat digunakan oleh guru
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu seyogyanya guru dapat
menggunakan model pembelajaran ini terutama untuk meningkatkan hasil
belajar siswa. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, juga
dapat diterapkan pada mata pelajaran yang lain, tentu dengan harapan yang
sama bahwa demi menigkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
yang diajarkan.