BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

23
44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada tahapan ini peneliti akan menyajikan data-data hasil penelitian tindakan kelas pada masing-masing siklus yang dimulai dari prasiklus, siklus 1 sampai pada siklus 2. Adapun pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V SDN Kecis Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo. Secara sistematis data yang diperoleh dalam hasil penelitian ini disajikan sebagai berikut : 4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal (Pra siklus) Tahapan prasiklus ini dilakukan untuk memperoleh data awal mengenai keadaan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA sebelum diberikannya tindakan. Hasil Tes Pra siklus Data-data yang diperoleh pada tahapan pra siklus ini didapatkan melalui nilai test yang diberikan oleh guru bidang studi pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Kecis Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo sebelum diadakan tindakan 7 siswa yang hasil belajarnya belum tuntas sedangkan yang tuntas 9 siswa. Ketuntasan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA dengan nilai rata-rata 63,4. Berdasarkan data hasil tes menunjukkan sebagian besar siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Data ketuntasan belajar kondisi awal dapat dilihat pada tabel 4.1. Data prasiklus berupa data hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDN Kecis Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo Semester 2/2014-2015. Hasil nilai tes pada prasiklus dapat dilihat pada tabel 4.1.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada tahapan ini peneliti akan menyajikan data-data hasil penelitian

tindakan kelas pada masing-masing siklus yang dimulai dari prasiklus,

siklus 1 sampai pada siklus 2. Adapun pelaksanaan penelitian ini dilakukan

pada siswa kelas V SDN Kecis Kecamatan Selomerto Kabupaten

Wonosobo. Secara sistematis data yang diperoleh dalam hasil penelitian ini

disajikan sebagai berikut :

4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal (Pra siklus)

Tahapan prasiklus ini dilakukan untuk memperoleh data awal

mengenai keadaan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA

sebelum diberikannya tindakan.

Hasil Tes Pra siklus

Data-data yang diperoleh pada tahapan pra siklus ini

didapatkan melalui nilai test yang diberikan oleh guru bidang studi

pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Kecis

Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo sebelum diadakan

tindakan 7 siswa yang hasil belajarnya belum tuntas sedangkan

yang tuntas 9 siswa. Ketuntasan hasil belajar siswa kelas V pada

mata pelajaran IPA dengan nilai rata-rata 63,4. Berdasarkan data

hasil tes menunjukkan sebagian besar siswa belum mencapai

ketuntasan belajar. Data ketuntasan belajar kondisi awal dapat

dilihat pada tabel 4.1. Data prasiklus berupa data hasil belajar IPA

pada siswa kelas V SDN Kecis Kecamatan Selomerto Kabupaten

Wonosobo Semester 2/2014-2015. Hasil nilai tes pada prasiklus

dapat dilihat pada tabel 4.1.

45

Tabel 4.1. Hasil Nilai Tes Pra-siklus

Interval Nilai Banyaknya Siswa Prosentase

41-50 2 12.5 %

51-60 5 31.25 %

61-70 7 43.75 %

71-80 2 12.5 %

81-90 0 0 %

91-100 0 0 %%

Tabel 4.2.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA SiswaKelas V SD

Negeri Kecis Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo Pra-siklus

No Ketuntasan Frekuensi Persentase

1 Tuntas 9 56,2 %

2 Tidak Tuntas 7 43,8 %

Jumlah 16 100%

Nilai Minimum 50

Nilai Maksimum 75

Nilai rata-rata 63.4

Berdasarkan tabel 4.1 tampak bahwa ketuntasan belajar siswa

sebelum diadakan tindakan ada 9 siswa yang tuntas dan yang tidak

tuntas belajar ada 7 siswa. Terlihat pula ada ketimpangan yang

besar antara nilai tertinggi yaitu 75 dan nilai terendah yaitu 50.

Rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas V disebabkan oleh guru

kelas V SD Negeri Kecis Kecamatan Selomerto Kabupaten

Wonosobo kurang kreatif dalam kegiatan mengajar hanya

berceramah saja tanpa disertai media apapun, metode kurang

bervariasi, serta kurang melibatkan siswa, membatasi kreativitas

siswa, konsentrasi siswa dalam pembelajaran lemah.

Dari hasil analisis data hasil belajar pra siklus ini dijadikan

sebagai sampel penelitian.Penelitian dilaksanakan selama 2 siklus

dan setiap siklus dilakukan 2 kali pertemuan dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Hasil nilai tes prasiklus

dapat dilihat pada diagram batang berikut ini :

46

Gambar 4.1. Diagram Batang Hasil Nilai Tes Pra-siklus

Hasil data pra-siklus apabila dianalisis berdasarkan

ketuntasan belajar dapat dilihat dalam bentuk diagram batang

dibawah ini:

Gambar 4.2. Diagram Batang Ketuntasan Belajar Pra-

siklus

47

4.1.2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Pelaksanaan siklus I dengan KD 6.1 Mendeskripsikan sifat – sifat cahaya

dilakukan dalam dua kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut:

4.1.3 Perencanaan Tindakan Penelitian Siklus I

Siklus 1 terdiri dari 4 tahapan sesuai dengan tahapan penelitian

Paizaluddin dan Ermalinda (2012:34) yaitu perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan, dan refleksi. Pembelajaran pertama dilaksanakan dengan

Standar kompetensi : Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan

membuat suatu karya/model. Kompetensi dasar: Mendeskripsikan sifat-

sifat cahaya. Tahap awal dimulai dengan perencanaan tindakan mengenai

apa saja yang akan dilaksanakan dan diperlukan dalam pelaksanaan

pembelajaran, kemudian diuraikan pelaksanaan tindakan. Saat proses

pelaksanaan tindakan itu dilakukan pengamatan/observasi, dan hasil

pengamatan/observasi itu dijadikan bahan refleksi. Adapun langkah-

langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

4.1.4 Pelaksanaan Siklus 1

a) Perencanaan

Siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan pada

tanggal 1 s.d 2 April 2015. Sebelum proses pembelajaran siklus 1

dilaksanakan, peneliti telah melakukan kerja kelompok dengan

teman sejawatnya untuk menentukan model yang sesuai dengan

materi yang diajarkan, sehingga proses pembelajaran berlangsung

kondusif. Peneliti mempersiapkan rencana pembelajaran siklus 1

untuk mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya.Dalam

melaksanakan perbaikan pembelajaran, peneliti menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, adapun langkah-langkah

pembelajaran terlampir.

Kemudian peneliti menyiapkan lembar observasi kinerja

guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang diamati oleh

observer.Peneliti merancang alat evaluasi berupa soal tes tertulis

48

yang akan menguji siswa berkaitan dengan materi tersebut untuk

mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang diajarkan.

Perencanaan yang dilakukan diatas dijadikan sebagai pedoman

yang sistematis dalam proses pembelajaran, artinya susunan

program tersebut terstruktur dan merupakan suatu urutan tahapan

yang mempermudah pembelajaran suatu materi, sehingga

pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar.

b) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 ini telah sesuai

dengan yang direncanakan. Langkah-langkah pembelajaran

terlaksana dengan cukup baik. Pada kegiatan awal, peneliti telah

mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Selama

pembelajaran berlangsung, semua kegiatan berjalan cukup lancar.

Pada kegiatan inti, guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dengan jelas, mengatur tempat duduk siswa dan

dilanjutkan pemebelajaran kooperatif dengan tipe jigsaw.

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diawali dengan guru

menjelaskan materi secara singkat, guru membagi siswa dalam

beberapa kelompok, guru membagi materi pelajaran dalam bentuk

teks yang sudah dibagi menjadi beberapa sub-bab pokok bahasan,

guru menyuruh setiap anggota kelompok membaca sub bab yang

ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya, siswa

melakukan percobaan tentang sifat-sifat cahaya, guru membantu

siswa memberi informasi jika diperlukan siswa, guru menyuruh

tiap anggota kelompok yang lain yang telah mempelajari sub bab

yang berbeda agar bertemu dalam kelompok ahli untuk melakukan

diskusi/percobaannya, guru mengarahkan agar setiap kelompok

ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas untuk mengajari

temannya, guru memberi kesempatan pada siswa untuk melaporkan

hasil diskusi, guru memberi kesempatan kelompok lain untuk

49

menanggapi diskusi. Sedangkan kegiatan akhir diisi dengan

membuat kesimpulan, tanya jawab, tes evaluasi dan tindak lanjut.

c) Pengamatan/Observasi

Pada siklus I pertemuan pertama dan kedua yang diamati

adalah keseluruhan aktivitas guru atau proses pembelajaran yang

berlangsung di dalam kelas. Fokus amatannya adalah bagaimana

penggunaan model pembelajaran jigsaw dalam pembelajaran IPA,

serta implikasi dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

pada hasil belajar IPA. Berkenaan dengan penelitian ini, maka hal-

hal yang menjadi pengamatan selama kegiatan pembelajaran

berlangsung yaitu: Mengamati aktivitas guru, maka instrumen

pengamatan yang digunakan adalah lembar observasi dalam

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada

pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya.

d) Refleksi

Berdasarkan observasi siklus I dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maka dilakukan refleksi yaitu

berdiskusi dengan guru kelas, observer, atas segala kegiatan dalam

proses pembelajaran hasil refleksi diambil dari lembar observasi

dan tes.

Berdasarkan hasil lembar observasi guru pada siklus I, guru

sudah melaksanakan proses pembelajaran tetapi masih kurang

sesuai dengan langkah–langkah jigsaw. Hal ini terlihat dari setiap

tahapan sintaks pembelajaran kooperatif tipe jigsaw belum semua

sudah guru lakukan. Namun masih ada kekurangan guru yang harus

diperbaiki pada siklus berikutnya.

Hasil Tes Siklus I

Dari pelaksanaan penelitian, diperoleh hasil perbaikan

pembelajaran yang telah dilaksanakan pada pembelajaran siklus I.

Hasil tes siklus I mengalami peningkatan dari hasil tes pada data

50

awal prasiklus. Berdasarkan hasil tes siswa data awal prasiklus,

diketahui nilai rata-rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan

sebesar 63,4 meningkat menjadi 70,3 pada siklus I. Hasil analisis

pengamatan tes pelaksanaan pembelajaran pada siklus I yang telah

dilakukan diperoleh hasil yang tersaji pada tabel 4.3 di bawah ini:

Tabel 4.3. Hasil Nilai Tes Siklus 1

Interval Nilai Banyaknya Siswa Prosentase

41-50 0 0 %

51-60 3 18.75 %

61-70 4 25 %

71-80 8 50 %

81-90 1 6.25 %

91-100 0 0 %

Hasil data prasiklus apabila dianalisis berdasarkan

ketuntasan belajar dapat dilihat dalam bentuk diagram batang

dibawah ini:

Tabel 4.4.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA

SiswaKelas VSD NegeriKecis

Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo

Siklus 1

No Ketuntasan Frekuensi Persentase

1 Tuntas 13 81,3 %

2 TidakTuntas 3 18,7 %

Jumlah 16 100%

Nilai Minimum 55

Nilai Maksimum 85

Nilai rata-rata 70,3

Hasil tes siklus I mengalami peningkatan dari hasil tes pada

data awal pra siklus. Berdasarkan hasil tes siswa data awal,

diketahui nilai rata-rata yang diperoleh 63,4 meningkat menjadi

70,3 pada siklus I. Jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus I

51

meningkat menjadi 13 siswa, sementara pada prasiklus 9 siswa

yang tuntas. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada siklus I

mencapai nilai maksimum yaitu 85 dengan nilai terendah pun

meningkat dari prasiklus 50 menjadi 55 pada siklus I. Hasil nilai tes

siklus 1 dapat dilihat pada diagram batang berikut ini :

Gambar 4.3. Hasil Nilai Tes Siklus 1

Hasil data pra siklus apabila dianalisis berdasarkan

ketuntasan belajar dapat dilihat dalam bentuk diagram batang

dibawah ini:

Gambar 4.4. Diagram Batang Ketuntasan Belajar

Siklus 1

52

Hubungannya dengan ketuntasan belajar pada prasiklus dan

siklus 1 dapat ditunjukkan perbandingannya pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa

Kelas V SDN Kecis Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo

Pra siklus dan Siklus 1

No Ketuntasan JumlahSiswa

PraSiklus Siklus I

Frekuensi Persentase

(%)

Frekuensi Persentase

(%)

1 Tuntas 9 56,2 % 13 81,3 %

2 Belum

Tuntas 7 43,8 % 3 18,7 %

Jumlah 16 100 % 16 100 %

Data perbandingan ketuntasan belajar pada tabel 4.5 dapat

diperjelas pada diagram batang seperti tampak pada gambar 4.5.

Gambar 4.5. Diagram Batang Perbandingan Prosentase

Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra siklus dan Siklus I

Hasil Pengamatan/Observasi

Pada pertemuan pertama dan kedua siklus I kegiatan guru dalam

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif

53

tipe jigsaw diamati oleh observer. Pengamatan yang dilakukan

dengan lembar observasi kegiatan guru dalam proses belajar

mengajar. Adapun pengamatan yang difokuskan pada kegiatan guru

dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

pada mata pelajaran IPA dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

Hasil observasi guru 1 = Jumlah skor pada pertemuan 1

Hasil observasi guru 2 = Jumlah skor padapertemuan 2

Maka perolehan hasil pengamatan pada kinerja guru dalam

melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat

dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.6. Hasil Penilaian Kinerja Guru dalam Menggunakan

model Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Siklus 1

Materi

Siklus I

Pertemuan I Pertemuan II

Skor Skor

Sifat-sifat cahaya 64 72

Tabel 4.6 menunjukan bahwa hasil penilaian kinerja guru

dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran IPA siklus I pertemuan I

hasil penilaian yang dilakukan oleh seorang observer yaitu dengan

total skor 64, hal ini dikarenakan guru belum terbiasa menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pada pertemuan 2 hasil

penilaian yang dilakukan oleh seorang observer mengalami

peningkatan yaitu dengan total skor 72, hal ini dikarenakan guru

mulai memahami langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw.

54

Hasil Refleksi Siklus I

Dalam pelaksanaan siklus I peneliti mengalami beberapa

kendala atau hambatan yang sekiranya perlu dilakukan tindakan

dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran tersebut. Ada pun

hambatan atau kendala yang dialami peneliti diantaranya ialah :

1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat

cahaya ada yang belum mencapai KKM.

2. Pada saat memulai pembelajaran guru kurang mempersiapkan

mental siswa.

3. Guru kurang memotivasi siswa serta menggali pengetahuan

siswa tentang materi sifat-sifat cahaya.

4. Guru belum terlalu biasa membuat siswa paham dalam

menerima pertanyaan.

5. Guru jarang melakukan bimbingan kepada siswa untuk

memecahkan masalah.

6. Pada sebelum dan saat memulai pelajaran guru belum begitu

memahami dan menguasai langkah-langkah pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw.

7. Pada saat pembelajaran berlangsung guru kurang melibatkan

siswa sehingga pada saat pembelajaran guru yang banyak

bicara siswa terkesan pasif.

8. Tanya jawab siswa dan guru belum biasa berjalan dengan aktif.

9. Guru belum biasa melaksanakan tindak lanjut terhadap

pembelajaran yang sudah dilakukannya.

Berdasarkan hasil tes yang diberikan kepada siswa pada akhir

siklus I, diketahui bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa sudah

menunjukan adanya peningkatan bila dibandingkan dengan data awal

prasiklus sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas. Nilai terendah

maupun nilai rata-rata siswa kelas V SD Negeri Kecis Kecamatan

Selomerto Kabupaten Wonosobo juga sudah mencapai indicator

55

keberhasilan berdasarkan kriteria ketuntasan belajar (KKM) yaitu 65

pada mata pelajaran IPA. Walaupun demikian peneliti dan guru kelas

sepakat untuk melakukan tindakan siklus berikutnya (siklus 2) untuk

meyakinkan dan menguatkan hasil yang diperoleh pada siklus I,

seperti yang telah dilaksanakan sebelumnya.

Berdasarkan uraian di atas penelitian guru kelas yang

bersangkutan menyimpulkan bahwa proses kegiatan pembelajaran

IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw yang dilaksanakan pada siklus I masih belum optimal,

walaupunhasilbelajarIPA siswakelasV SD Negeri Kecis Kecamatan

Selomerto Kabupaten Wonosobo setelahdilaksanakansiklus I

mengalamipeningkatandarihasilbelajarsebelumdilakukanpenelitiantin

dakankelas (data awal). Bedasarkan hasil refleksi pada siklus ini,

maka peneliti dan guru kelas yang bersangkutan sepakat untu

kmelakukan perbaikan pada siklus 2 sebagai berikut :

4.1.5 Pelaksanaan Siklus 2

Siklus 2 terdiri dari 4 tahapan sesuai dengan tahapan

penelitian Paizaluddin dan Ermalinda (2012: 34) yaitu

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, danrefleksi. Pembelajaran

dilaksanakan dengan Standar kompetensi: Menerapkan sifat-sifat

cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model. Kompetensi

dasar: Membuat suatu karya/model misal periskop atau lensa dari

bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifatcahaya. Dimulai

dengan perencanaan tindakan mengenai apa saja yang akan

dilaksanakan dan diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran,

kemudian diuraikan pelaksanaan tindakan. Saat proses pelaksanaan

tindakan itu dilakukan pengamatan/observasi, dan hasil

pengamatan/observasi itu dijadikan bahan refleksi. Adapun

langkah-langkah pembelajaran terlampir.

56

a) Perencanaan

Siklus 2 terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan pada

tanggal 21 dan 23 april 2015. Sebelum proses pembelajaran

siklus 2 dilaksanakan, peneliti melakukan diskusi dengan

observer, sehingga proses pembelajaran berlangsung kondusif.

Peneliti mempersiapkan rencana pembelajaran siklus 2 untuk

mata pelajaran IPA materi pemanfaatan sifat-sifat cahaya.

Perencanaan awal yang dilakukan hampir sama dengan siklus

1. Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran, peneliti

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Adapun langkah-langkah pembelajaran terlampir. Perencanaan

yang dilakukan tersebut telah mampu menjadi pedoman yang

sistematis dalam proses pembelajaran, artinya susunan program

tersebut terstruktur dan merupakan suatu urutan tahapan yang

mempermudah pembelajaran sehingga pelaksanaan dapat

berjalan dengan lancar.

b) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2 ini telah sesuai

dengan yang direncanakan. Langkah-langkah pembelajaran

terlaksana dengan sangat baik, pada kegiatan awal peneliti

telah mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran

sehingga kegiatan proses pembelajaran berjalan dengan baik.

Pada kegiatan inti guru menyampaikan tujuan pembelajaran

dengan jelas, guru mengatur tempat duduk siswa, guru

membagi siswa dalam beberapa kelompok, guru membagi

materi pelajaran dalam bentuk lembar kerja siswa yang sudah

yang dibagi menjadi per sub pokok bahasan, guru menyuruh

setiap anggota kelompok membaca lembar kerja siswa yang

ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya, guru

membantu siswa saat diskusi kelompok, guru menyuruh tiap

anggota kelompok lain yang telah mempelajari lembar kerja

57

siswa yang berbeda agar bertemu dalam kelompok ahli setelah

kembali ke kelompoknya bertugas untuk mengajari temannya,

guru membimbing kegiatan siswa, guru memberi kesempatan

pada siswa untuk melaporkan hasil diskusi, guru memberi

kesempatan kelompok lain untuk menanggapi. Guru telah

membuat siswa paham dalam menerima pertanyaan dan

membimbing siswa untuk memecahkan masalah. Sedangkan

kegiatan akhir diisi dengan membuat kesimpulan, tanya jawab,

dan tes evaluasi.

c) Pengamatan/Observasi

Dari hasil observasi pada siklus 2 antara siswa dan guru

sudah melakukan atau melaksanakan kegiatan pembelajaran

yang sesuai dengan yang diharapkan. Siswa sudah antusias

mengikuti pembelajaran, tidak ada siswa yang ribut, semua

siswa aktif dalam kerja kelompok dan siswa mulai berani

mengungkapkan pendapatnya.

d) Refleksi

Berdasarkan observasi siklus 2 dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, maka dilakukan

refleksi dengan guru kelas, observer, atas segala kegiatan

dalam proses pembelajaran hasil refleksi diambil dari hasil

lembar observasi dan tes yang dilaksanakan pada siklus 2.

Pelaksanaan langkah-langkah kooperatif tipe jigsaw sudah

dilaksanakan dengan baik mulai dari tahapan pendahuluan

sampai kegiatan penutup.

Kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus 1 sudah

diperbaiki pada siklus 2. Setelah diadakannya sebuah kegiatan

kerja kelompok guru juga sudah memberikan kesempatan

mempresentasikan, menanggapi hasil presentasinya. Kegiatan

pembelajaran lebih menarik dan tidak ada lagi siswa yang

pasif. Guru juga memberikan umpan balik terhadap kinerja

58

mereka.Hasil karya siswa sangat berguna terhadap

pembelajaran.

Hasil Tes Siklus 2

Pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua siklus 2

diakhir pembelajaran diadakan tes/evaluasi untuk mengukur

ketuntasan belajar siswa. Hasil belajar siswa pada siklus 2 dapat

dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini:

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas

V SDN Kecis Kecamatan Solomerto Kabupaten Wonosobo

Siklus 2

No Ketuntasan Frekuensi Persentase

1 Tuntas 16 100 %

2 Tidak Tuntas 0 0 %

Jumlah 16 100%

Nilai Minimum 70

Nilai Maksimum 90

Nilai rata-rata 81,3

Hasil tes siklus 2 mengalami peningkatan dari hasil tes pada

tahap prasiklus dan siklus 1. Berdasarkan hasil tes siswa data awal,

diketahui nilai rata-rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan

sebesar 63,4 % meningkat menjadi 70,3 % padasiklus I dan

meningkat lagi menjadi 81,3 % pada siklus 2. Peningkatan yang

terjadi sangat signifikan dan hasil belajar yang diperoleh siswa

secara keseluruhan sudah mencapai KKM yang telah ditetapkan,

khusus untu kmata pelajaran IPA yaitu 65. Hasil analisis

pengamatan tes pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2 yang telah

dilakukan diperoleh hasil yang tersaji pada tabel 4.8 di bawah ini:

59

Tabel 4.8. Hasil Nilai Tes Siklus 2

Interval Nilai Banyaknya Siswa Prosentase

41-50 0 0 %

51-60 0 0 %

61-70 1 6,3 %

71-80 7 43,8 %

81-90 8 50,0 %

91-100 0 0 %

Hasil nilai tes siklus 2 dapat dilihat pada diagram batang berikut

ini:

Gambar 4.6. Diagram Batang Hasil Nilai Tes Siklus 2

Hasil data siklus 2 apabila dianalisis berdasarkan ketuntasan

belajar dapat dilihat dalam bentuk diagram batang dibawah ini:

60

Gambar 4.7. Diagram Batang Ketuntasan Belajar Siklus 2

Hasil perbandingan pada prasiklus, siklus 1 dan 2 dapat

diliha tpada tabel 4.9 di bawah ini:

Tabel 4.9. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa

Kelas V SDN Kecis Pra siklus, Siklus 1 dan Siklus 2

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diuraikan dalam pra siklus yang

mengalami ketuntasan hanya 9 siswa atau 56,2 % dan yang

belum tuntas 7 siswa atau 43.8 % kemudian pada siklus 1 yang

tuntas 13 siswa atau 81,3 % dan yang belum tuntas 3 siswa atau

18.7 %. Pada siklus 2 yang tuntas 16 siswa atau 100 % mencapai

KKM. Jadi dari prasiklus menuju siklus 1 ke siklus 2 siswa yang

Ketuntasan Pra siklus Siklus 1 Siklus 2

f (%) f (%) f (%)

Tuntas

9 56,2 % 13 81,3 % 16 100 %

Belum Tuntas 7 43,8 % 3 18,7 % 0 0 %

Jumlah 16 100 % 16 100 % 16 100 %

61

tuntas mengalami kenaikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada gambar 4.8.

Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Persentase Ketuntasan

Hasil Belajar IPAPra siklus, Siklus I dan siklus 2

Dari tabel 4.8 rekapitulasi pengelompokkan nilai pada

gambar 4.8 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang

tuntas dalam mata pelajaran Ilmu Pengatahuan Alam terbukti untuk

klasifikasi tuntas, sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 9

siswa atau 56,2 % karena ke- 9 siswa ini sudah dapat memahami

materi walaupun dengan ceramah saja karena daya tangkap ke-9

siswa ini lebih baik dibandingkan ke-7 siswa lainnya. Sedangkan

setelah siklus 1 siswa yang tuntas menjadi 13 siswa atau 81,3 %

dan siklus 2 jumlah siswa yang tuntas 16 siswa atau 100 %. Ini

membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat

meningkatkan pemahaman belajar siswa.

1. Hasil Pengamatan/Observasi

Kegiatan observasi terhadap kegiatan pembelajaran guru

dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

pada siklus 2, baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan

kedua yang dinilai observer sudah menunjukan hasil yang

62

sangat baik dari siklus I. Adapun pengamatan yang difokuskan

pada kegiatan guru dalam menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran IPA. Adapun

pengamatan yang difokuskan pada kegiatan guru dalam

melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada

mata pelajaran IPA dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

Hasil observasi guru 1 = Jumlah skor pada pertemuan 1

Hasil observasi guru 2 = Jumlah skor pada pertemuan 2

Maka perolehan hasil pengamatan pada kinerja guru dalam

melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat

dilihat pada tabel 4.10 berikut ini :

Tabel 4.10. Hasil Penilaian Kinerja Guru dalam Menggunakan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus 2

Materi

Siklus 1

Pertemuan 1 Pertemuan 2

Skor Skor

Membuat LUP sederhana 77 84

Tabel 4.10 menunjukan bahwa hasil penilaian kinerja guru

dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran IPA siklus 2 pertemuan

1 hasil penilaian yang dilakukan oleh seorang observer yaitu

dengan total skor 77 hal ini menunjukkan bahwa guru dalam

melaksanakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw dilakukan secara maksimal dikarenakan guru mulai terbiasa

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pada

pertemuan 2 hasil penilaian yang dilakukan oleh seorang observer

mengalami peningkatan yaitu dengan total skor 84. Hal ini

membuktikan bahwa guru dalam melaksanakan langkah-langkah

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terlaksana dengan tepat dan

baik.

63

2. Hasil Refleksi Siklus 2

Pada akhir kegiatan siklus 2 diadakan refleksi proses

pembelajaran yang telah dilakukan. Kegiatan refleksi bertujuan

untuk mendapatkan kritik dan saran dari observer.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti

terhadap tindakan yang dilakukan guru dalam pembelajaran

IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pada sebelum dan saat memulai pembelajaran guru

sudah memahami dan menguasai langkah–langkah

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

2. Pada saat melakukan percobaan tentang sifat – sifat

cahaya guru sudah sering melakukan bimbingan kepada

siswa untuk memecahkan masalah.

3. Penggunaan media pembelajaran dalam siklus 2 sudah

dilakukan secara optimal oleh guru.

4. Siswa sudah antusias untuk terlibat dalam penggunaan

media pembelajaran pada saat pembelajaran

berlangsung.

Hasil refleksi tersebut adalah pembelajaran dalam

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada

siklus 2 pertemuan pertama sudah baik, untuk pertemuan

berikutnya guru harus mengoptimalkan seluruh kegiatan yang

direncanakan agar hasilnya lebih baik lagi. Pada pertemuan

pertama siklus 2, siswa sudah terbiasa terhadap pembelajaran

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

sehingga pembelajaran dilakukan dengan aktif dan siswa tidak

ramai sendiri.

64

Pada pertemuan kedua yang dilakukan guru sudah bisa

dikatakan berhasil, yang dapat ditunjukan dari meningktanya

hasil ketuntasan belajar siswa yaitu 16 siswa atau 100 % siswa

tuntas. Dapat disimpulkan pembelajaran yang dilakukan dalam

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada

siklus 2 berhasil karena memperoleh penilaian pada pertemuan

pertama adalah 77 meningkat menjadi 84.

Dari uraian diatas peneliti dan guru kelas V SDN Kecis

Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo menyimpulkan

hasil refleksi pada siklus 2, bahwa pembelajaran IPA dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada

siklus 2 sudah terlaksana secara optimal. Penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat menigkatkan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

Berdasarkan hasil dari refleksi siklus 2 ini, maka peneliti dan

guru yang bersangkutan membuat kesepakatan untuk

menghentikan tindakan pada siklus 2.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi, yang dilakukan sebelum tindakan

(kondisi awal) diperoleh hasil belajar IPA siswa rendah. Hal ini

disebabkan karena pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru masih

menggunakan pembelajaran konvensional sehingga siswa jenuh untuk

mengikuti kegiatan pembelajaran. Kondisi seperti ini menyebabkan siswa

mengalami kesulitan belajar. Dampak dari kondisi tersebut yaitu hasil

belajar IPA siswa rendah KKM belum tercapai.

Berdasarkan perolehan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri

Kecis masih ada siswa yang hasil belajarnya belum mencapai KKM 65.

Dari hasil tes sebelum tindakan (kondisi awal) yang tuntas sebanyak 9

siswa (56,2 %), dan yang tidak tuntas 7 siswa (43,8 %).

65

Oleh karena itu, diperlukan tindakan yang sesuai bagaimana

meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model

pembelajaran yang menarik. Siswa akan lebih tertarik mengikuti pelajaran

dan pemahaman materi apabila siswa dapat melihat sesuatu yang nyata

dan dapat terlibat dalam pembelajaran dalam kondisi yang menyenangkan.

Sehingga siswa tidak merasa kesulitan dan bosan dalam mengikuti

pelajaran IPA.

Dalam kegiatan pembelajaran siklus 1 guru menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Guru mengaitkan pelajaran sekarang

dengan pelajaran sebelumnya. Siswa mulai aktif dalam menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan tunjuk jari. Dalam kegiatan

pembelajaran guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa. Saat

kegiatan pembelajaran guru menggunakan contoh benda nyata serta siswa

melakukan percobaan secara langsung media alat peraga tentang sifat-sifat

cahaya. Berdasarkan proses pembelajaran yang telah dilakukan terlihat

adanya peningkatan hasil belajar IPA. Hasil belajar IPA siswa meningkat

dengan adanya proses belajar yang bermakna serta melibatkan

kemampuan yang dimiliki siswa.

Pada siklus 1 guru menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw hasil belajar siswa yang mencapai KKM 65 sebanyak 13 siswa

atau 81,3 % masih ada siswa yang tidak tuntas sebanyak 3 siswa atau 18.7

% serta indikator kinerja yang ditetapkan 85% dan yang tercapai hanya

81,3%. Oleh karena itu, perlu diadakan perbaikan pada siklus 2.

Pada siklus 2 guru menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw hasil belajar siswa lebih meningkat sudah mencapai indikator

kinerja yaitu 100%, semua siswa hasil belajarnya mencapai KKM yang

telah ditetapkan khusus mata pelajaran IPA adalah 65 ketuntasannya

menjadi 100%. Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah

model pembelajaran yang tepat digunakan karena dapat meningkatkan

hasil belajar siswa. Peningkatan kemampuan guru dalam menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di lihat dari lembar observasi

66

sudah terlihat baik, langkah-langkah pembelajaran terlaksana dengan baik

dan guru juga sudah menguasai metode dengan baik. Menurut Sugiyanto

(2010: 46) keunggulan model Jigsaw dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Dapat digunakan secara efektif di tiap level, siswa telah mendapatkan

keterampilan akademis mulai dari pemahaman, membaca maupun

keterampilan kelompok untuk belajar bersama.

2. Pada kegiatan ini guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan

dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri

3. Menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa, serta akan merasa senang

berdiskusi dalam kelompoknya.

Berdasarkan pengamatan terhadap hasil belajar, dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw adalah model pembelajaran yang tepat digunakan oleh guru

untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu seyogyanya guru dapat

menggunakan model pembelajaran ini terutama untuk meningkatkan hasil

belajar siswa. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, juga

dapat diterapkan pada mata pelajaran yang lain, tentu dengan harapan yang

sama bahwa demi menigkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

yang diajarkan.