BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G...

29
23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kondisi Desa Hilir Tengah 1. Letak Geografis Desa Hilir Tengah adalah merupakan satu desa yang termasuk dalam bagian wilayah Kecamatan Ngabang. Desa Hilir Tengah merupakan gabungan dari dua Desa yaitu Desa Hilir Tengah dan Desa Pulau Bendu, kemudian kedua Desa tersebut digabung menjadi satu dan diberi nama Desa Hilir Tengah. Desa Hilir Tengah Kecamatan Ngabang merupakan salah satu Desa yang berada di wilayah Kabupaten Landak Propinsi Kalimantan Barat yang mempunyai perbatasan wilayah dengan desa adalah sebagai berikut: Sebelah Utara Desa Ambarang dan Desa Raja Sebelah Timur Desa Tebedak Sebelah Selatan Desa Hilir Kantor Sebelah Barat Desa Amboyo Utara Desa Hilir Tengah merupakan Desa yang terletak di dalam ibukota Kecamatan, jarak antara ibu kota Kecamatan dengan Desa Hilir Tengah ± 1 KM. Desa Hilir Tengah mempunyai luas wilayah Desa : 98,9 km², terdiri atas 3 Dusun, 27 RT dan 8 RW. Setelah mengalami penggabungan Desa, Desa Hilir Tengah kemudian terbagi menjadi 3 (tiga) Dusun yaitu: a) Dusun Hilir Tengah 1 b) Dusun Hilir Tengah II c) Dusun Pulau Bendu

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

23

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kondisi Desa Hilir Tengah

1. Letak Geografis

Desa Hilir Tengah adalah merupakan satu desa yang termasuk dalam bagian

wilayah Kecamatan Ngabang. Desa Hilir Tengah merupakan gabungan dari dua

Desa yaitu Desa Hilir Tengah dan Desa Pulau Bendu, kemudian kedua Desa

tersebut digabung menjadi satu dan diberi nama Desa Hilir Tengah. Desa Hilir

Tengah Kecamatan Ngabang merupakan salah satu Desa yang berada di wilayah

Kabupaten Landak Propinsi Kalimantan Barat yang mempunyai perbatasan

wilayah dengan desa adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara Desa Ambarang dan Desa Raja

Sebelah Timur Desa Tebedak

Sebelah Selatan Desa Hilir Kantor

Sebelah Barat Desa Amboyo Utara

Desa Hilir Tengah merupakan Desa yang terletak di dalam ibukota

Kecamatan, jarak antara ibu kota Kecamatan dengan Desa Hilir Tengah ± 1 KM.

Desa Hilir Tengah mempunyai luas wilayah Desa : 98,9 km², terdiri atas 3 Dusun,

27 RT dan 8 RW. Setelah mengalami penggabungan Desa, Desa Hilir Tengah

kemudian terbagi menjadi 3 (tiga) Dusun yaitu:

a) Dusun Hilir Tengah 1

b) Dusun Hilir Tengah II

c) Dusun Pulau Bendu

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

24

Desa Hilir Tengah yang berada di Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak

Propinsi Kalimantan Barat, dan berdasarkan hasil pemetaan terletak pada

koordinasi 109º55’37 ” BT sampai 109º58’51” BT dan antara 00º21’35 ” LU

sampai 00º23’49” LU. Pada umumnya keadaan alam Desa Hilir Tengah sama

dengan keadaan alam yang terjadi di Kecamatan Ngabang, yaitu keadaan beriklim

tropis. Curah hujan yang sedang, tetapi pada saat bulan-bulan tertentu curah hujan

yang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

membelah daratan Desa Hilir Tengah yang sewaktu musim hujan sehingga

mengakibatkan ada sebagian dusun yang mengalami banjir. Meskipun

keadaannya tidak terlalu parah, tetapi keadaan ini sangat menggangu aktivitas

masyarakat.

2. Kependudukan

Desa Hilir Tengah adalah salah satu desa yang terletak tepat di ibukota

Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak. Dari letak geografis inilah yang

membuat jumlah penduduk Desa Hilir Tengah cukup padat dibandingkan dari

desa lainnya dan juga sarana prasarana yang cukup memadai di desa tersebut.

Berikut adalah uraian kependudukan Desa Hilir Tengah berdasarkan sumber daya

manusia meliputi: struktur jumlah penduduk, sarana prasarana keagamaan, dan

struktur penduduk berdasarkan pendidikan.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

25

a. Data jumlah penduduk Desa Hilir Tengah pada tahun 2012 adalah 5742 jiwa

yang terdiri dari 1627 Kepala Keluarga.

Tabel 1

Jumlah Penduduk Desa Hilir Tengah

Dusun Hilir

Tengah 1

Dusun Hilir Tengah

II

Dusun Pulau

Bendu

Jumlah Penduduk

Desa Hilir Tengah

Laki – laki 137 Laki – laki 876 Laki – laki 1731 Laki – laki = 3565

Perempuan = 2177

Perempuan 185 Perempuan 985 Perempuan 1855 Jumlah total

penduduk = 5742

jiwa.

Jumlah KK 165 Jumlah KK 519 Jumlah KK 943 Jumlah total KK =

1627 KK

(Sumber Arsip Desa Hilir Tengah)

Dapat disimpulkan dari data di atas bahwa penduduk Desa Hilir Tengah

yang terdiri dari tiga dusun yaitu Dusun Hilir Tengah 1, Dusun Hilir Tengah 2

dan Dusun Pulau Bendu yang terdiri laki-laki dengan jumlah 3565dan

penduduk perempuan dengan jumlah 2177. Jadi penduduk di Desa Hilir

Tengah lebih didominasi oleh banyaknya jumlah penduduk laki-laki

dibandingkan dengan perempuan di desa tersebut yang terdiri dari 1627

Kepala Keluarga dengan jumlah total penduduk 5742 jiwa.

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

26

b. Sarana dan prasarana keagamaan di Desa Hilir Tengah dibawah ini:

Tabel 2

Sarana Prasarana Keagamaan

NO Nama Bangunan Jumlah

1 Masjid 3

2 Mushola 6

3 Gereja Protestan 3

4 Klenteng 1

(Sumber Arsip Desa Hilir Tengah)

Dari data di atas bahwa jumlah penduduk Desa Hilir Tengah mayoritas

memeluk agama Islam. Hal ini dikarenakan penduduk Desa Hilir Tengah

mayoritas suku Melayu, dan ditambah lagi letak Desa Hilir Tengah yang tidak

jauh dengan wilayah keraton Landak. Desa Hilir Tengah juga terdapat

beberapa Gereja tempat peribadatan orang Kristiani dan juga di Desa Hilir

Tengah terdapat satu buah Klenteng tempat persembayangan etnis Tionghoa.

c. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Hilir Tengah.

Tabel 3

Presentase kependudukan berdasarkan Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Sekolah Dasar 15%

2 SMP 30%

3 SMA 55%

4 Perguruan Tinggi 10%

(Sumber Arsip Desa Hilir Tengah)

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang ada di desa

Hilir Tengah dari tingkat Sekolah Dasar sampai tingkat Perguruan Tinggi.

Untuk tamatan Sekolah Dasar yang cukup kecil dengan presentase hanya 15%,

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

27

tingkat SMP 30%, tingkat SMA 55% dan tingkat perguruan tinggi 10%. Jadi

untuk tingkat pendidikan di Desa Hilir Tengah untuk tingkat pendidikan

Sekolah Menegah Atas cukup tinggi dengan presentase 55%, sedangkan untuk

lulusan Sarjana masih sangat minim dengan 10%.

3. Sistem Kepercayaan atau Religi

Sikap religius orang Dayak bukan pengabdian kepada Tuhan Yang Esa,

melainkan pengabdian kepada suatu pantak yang terdiri dari banyak sekali roh

nenek moyang yang ajaib. Penggunan istilah animisme bagi orang Dayak sungguh

merupakan suatu diskriminasi yang tidak diperbolehkan ada dalam negara yang

berasaskan Pancasila. Namun dalam banyak statistik dan karangan kita banyak

menemukan istilah yang diskriminatif itu. Masyarakat Dayak di Kalimantan

Tengah dengan penggunaan istilah agama Khariangan, supaya mereka dihormati

sebagai keyakinan mereka sebagai agama (Mikhail Coomans, 1987 : 85-87).

Masyarakat Dayak mempunyai pengertian tersendiri tentang ketuhanan

yaitu Jubata, namun bukan dalam arti agama Yahudi, Kristen dan Islam. Orang

Dayak sungguh beragama, namun kepercayaannya terbatas pada lingkungan

sukunya sendiri, berhubung dengan ikatan esensial terhadap nenek moyangnya.

Menurut Koentjaraningrat agama adalah semua sistem religi yang secara resmi

diakui oleh negara kita. Sedangkan religi merupakan bagian dari kebudayaan

(Koentjaraningrat, 1974;144).

Bagi orang Dayak, makna hidup tidak terletak dalam kesejahteraan,

realistis, atau objektivitas seperti yang dipahami oleh manusia modern, tetapi

dalam keseimbangan kosmos. Kehidupan itu baik apabila kosmos tetap berada

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

28

dalam keseimbangan dan keserasian. Setiap bagian dari kosmos itu, termasuk

manusia dan makhluk lainnya, mempunyai kewajiban memelihara keseimbangan

semesta (Paulus Florus,1994:15).

Pada jaman dahulu masyarakat Dayak percaya kepada makhluk halus,

seperti orang gaib, orang limonan atau hantu-hantu penunggu kampung. Mereka

tinggal di tempat yang dianggap keramat seperti, panyugu, lembah-lembah yang

dalam batu besar serta pohon-pohon besar. Sistem kepercayaan atau agama bagi

kelompok etnik Dayak hampir tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya

itu dengan etnisitas dalam masyarakat Dayak. Kompleksnya sistem kepercayaan

orang Dayak ditandai juga oleh kemampuan mereka menyerap beberapa unsur

keagamaan atau kepercayaan dari luar, seperti pengaruh Cina dalam penggunaan

barang-barang seperti keramik, mangkok dan tempayan yang dianggap memiliki

kekuatan magis dan dapat mendatangkan keberuntungan, maupun penggunaan

berbagai macam dekorasi naga yang melambangkan secara mitologis Tuhan

tertinggi yang satu sebagai penguasa dunia (Paulus Florus, 1994:22-23).

Dalam pengertian ketuhanan, penilaian yang salah terhadap keyakinan

orang Dayak bukan saja berdasarkan pada prasangka, tetapi sering juga pada

observasi atau survai yang kurang teliti dan kurang dalam. Hal itu terjadi juga

dalam penilaian ketuhanan. Sumber pengetahuan adalah mitos-mitos dan doa-doa

dari upacara ibadat. Orang Bahu dan orang Kayan sendiri mengatakan bahwa

Tamai Tingai adalah Dewa yang tertinggi, tetapi karena tidak ada ibadah khusus

kepada Tamai Tingai, timbul tanggapan bahwa karena pengaruh dari gagasan

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

29

ketuhanan dalam agama Islam mereka menekankan peran dan kekuasaan satu

Dewa tertentu (Mikhail Coomans, 1987 : 87).

4. Asal Usul Suku Dayak

Mengenai asal mula suku Dayak terdapat beberapa pendapat simpang-

siur, yang sulit dibuktikan. Namun yang pasti adalah bahwa semua suku bangsa

Dayak termasuk pada kelompok-kelompok yang berimigrasi secara besar-

besaran dari daratan Asia. Suku bangsa Dayak merupakan keturunan dari para

imigran yang berasal dari wilayah yang kini disebut Yunnan di Cina Selatan.

Dari tempat itulah kelompok-kelompok kecil mengembara dan sebagian masuk

ke pulau Kalimantan.

Perpindahan ini agaknya tidak begitu sulit, karena pada zaman glasial

(zaman es) permukaan sangat turun atau susut, sehingga dengan perahu-perahu

kecil sekalipun mereka dapat menyeberangi perairan yang memisahkan pulau-

pulau ini. Kelompok-kelompok yang pertama masuk wilayah Kalimantan ialah

kelompok Negrid dan Weddid, yang sekarang sudah tidak ada lagi. Kemudian

disusul kelompok yang lebih besar yang disebut proto-Melayu. Perpindahan

mereka ini mungkin berlangsung selama seribu tahun dan terjadi antara tahun

3000 SM-1500 SM. Kelompok-kelompok yang pindah dari daratan Asia ke

Kalimantan memilih waktu dan jalan yang berbeda-beda (Mikhail Coomans,

1987 : 3).

Kata Dayak berasal dari kata Daya yang artinya hulu, untuk menyebutkan

masyarakat yang tinggal di pedalaman atau perhuluan Kalimantan umumnya dan

Kalimantan Barat. Ada berbagai pendapat tentang asal-usul orang Dayak, tetapi

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

30

saat ini belum ada yang betul-betul memuaskan. Namun, pendapat yang diterima

umum menyatakan bahawa orang Dayak ialah salah satu kelompok asli terbesar

dan tertua yang mendiami pulau Kalimantan (Stepanus Djuweng, 2010: 4).

Orang Dayak berdasarkan tradisi lisan yang dituturkan secara turun-

temurun oleh mereka memiliki teori sendiri tentang asal-usul mereka, yang

bervariasi dari sub suku satu dengan sub suku lainnya. Menurut sub suku Dayak

simpang di kabupaten Ketapang, manusia pertama diciptakan oleh Nek Duwata

(Jubata dalam bahasa kanayatn yang berarti Tuhan) bersamaan dengan

terciptanya dunia dulu mereka sudah mendiami pulau Borneo sejak dunia

diciptakan. Mengenai asal-usul kata Dayak, juga sama kaburnya. Orang Dayak

pada mulanya tidak mengidentifikasi diri mereka sebagai Dayak, seperti halnya

orang Indian di Amerika yang memiliki nama masing-masing (Stepanus

Djuweng, 2010: 5)

5. Pelayanan Medis dan Cara Pengobatan Tradisional Suku Dayak

a) Pelayanan Medis

Pada dasawarsa yang terakhir ini pelayanaan medis di pedalaman juga

maju, walaupun masih jauh dari cukup. Pelayanan medis dan pengobatan

modern juga mempengaruhi kehidupan tradisional. Dalam masa lampau orang

Dayak sesuai dengan kepercayaannya mengalami bahwa hidupnya tergantung

dari sesuatu yang lain. Ia yakin bahwa dirinya dapat hidup dalam

hubungannya dengan dunia ilahi. Oleh karena itu ia berdoa membawa

persembahaan, menyelenggarakan upacara lain, dan memperhatikan serta

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

31

mantaati tabu-tabu, agar dengan jalan demikian itu ia akan memperoleh

keselamatannya, termasuk hidup yang sehat (Mikhail Coomans, 1987 : 145).

b) Cara Pengobatan Tradisional

Orang Dayak mengenal obat tradisional yang kadang-kadang sangat

efektif. Obat itu dibuat dari daun dan akar pohon tertentu. Tetapi kalau obat

itu tidak membawa efek yang diharapkan, maka tinggal saja mengadakan

upacara Belian (upacara pengobatan tradisional). Dalam pengobatan

tradisional mengenal tiga cara, yaitu:

1. Cara rasional : obat yang dibuat dari daun dan akar yang efeknya diketahui

dari pengalaman berabad-abad lamanya.

2. Cara irasional : usaha penyembuhan lewat upacara Belian untuk

menetralisir intensitas tertentu dari dunia ilahi.

3. Cara campuran : cara rasional dicampur dengan cara irasional.

Karena adanya pengobatan rasional dalam tradisi adat, maka orang

Dayak mudah saja menerima pengobatan irasional modern dari ilmu

kedokteran. Tetapi terkaitnya pemikiran kritis pada pemikiran mitologis,

menyebabkan bahwa sampai sekarang ini, keadaan sakit dialami sebagai

gangguan atau hukuman dari dunia ilahi. Sampai sekarang ini masih terdapat

jurang pemisah antara pengetahuan modern dan pengobatan tradisional

(Mikhail Coomans, 1987 :147).

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

32

B. Sejarah Pengobatan Adat Babore Dayak Kanayatn

Bagi suku Dayak yang berada di pedalaman Kalimantan, penyakit beserta

pengobatannya, sangat erat kaitannya dengan alam religius mereka tentang ajaran

Kaharingan. Masyarakat Dayak cenderung melihat penyebab dari suatu penyakit

dengan cara metafisik. Suku Dayak mempercayai dengan menggunakan adat

seperti adat Babore bisa menyembuhkan mereka dari sakitnya. Masyarakat Dayak

biasanya menggunakan ritual tertentu yang dipimpin oleh seorang Balian

(pemimpin upacara adat atau dukun) dalam pengobatan suatu penyakit. Bagi

orang Dayak keberadaan adat Babore sebagai sarana pengobatan tradisional. Adat

Babore ini mereka kenal sudah turun-temurun atau warisan yang ada sejak zaman

nenek moyang mereka. Seorang pelaksana adat Babore adalah seorang yang

bertugas sebagai mediator dan komunikator antara manusia dengan makhluk lain

yang keberadaannya tidak terlihat secara kasat mata (Wawancara dengan Bapak

Sugio : 26 Agustus 2013).

Upacara adat Babore menduduki tempat yang penting dalam kebudayaan

Dayak khususnya dalam pengobatan tradisional. Masyarakat Dayak percaya

bahwa orang yang memimpin upacara adat Babore memiliki kemampuan yang

tidak dimiliki oleh setiap orang, karena adat Babore mampu mengobati penyakit

terutama penyakit-penyakit yang mereka percaya disebabkan oleh mahluk halus.

Dalam pengobatan adat Babore terbagi menjadi 2 macam, yaitu Babore Masak

dan Babore Manta. Hal yang membedakan dalam pengobatan tersebut tampak

dari penggunaan manok (ayam). Kalau Babore Masak yaitu ayam yang digunakan

sudah direbus setengah matang terlebih dahulu sebelum dimulai prosesi adat.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

33

Sedangkan Babore Manta ayam yang digunakan masih dalam keadaan hidup

untuk prosesi adat. Dalam penggunaan adat Babore, baik itu Babore Masak dan

Babore Manta biasanya digabung menjadi satu prosesi dalam pengobatan. Hal ini

tergantung juga dengan Dukun yang memimpin adat, karena setiap Dukun

memiliki ciri khas masing-masing dalam melakukan pengobatan (Wawancara

kepada Bapak Ambay : 20 Agustus 2013).

C. Upacara Adat Suku Dayak Kanayatn

Upacara dalam masyarakat Dayak Kanayatn tidak dapat dipisahkan dari

sistem kepercayaan dan religi. Perwujudannya direalisasikan melalui berbagai

ritus atau upacara ritual, agar mereka memperoleh pertolongan roh gaib, roh para

leluhur, dan Jubata (Tuhan). Upacara dalam konsep kepercayaan seperti itu

dimaksudkan sebagai pembuktian keyakinan terhadap Jubata sekaligus

pemantapannya. Berikut upacara yang berkaitan dengan keselamatan:

1) Upacara Adat Nyangahatn

Upacara Nyangahatn adalah upacara sembayang atau berdoa menurut agama

asli orang Dayak Kanayatn. Tujuannya untuk mengucapkan syukur, memohon

bimbingan dan perlindungan atau pemberitahuan kepada Jubata terhadap suatu

kegiatan dalam bekerja. Upacara ini dipimpin oleh seorang Imam Panyangahatn

atau seorang tokoh adat. Nyangahatn biasanya dilakukan sebelum melakukan

sesuatu atau pada awal melakukan suatu upacara agar selamat dan terhindar dari

gangguan makhluk halus. Nyangahatn juga digunakan untuk memanggil makhluk

halus yang akan dimintai bantuannya dalam ritual pengobatan tradisional, seperti

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

34

pengobatan dalam upacara adat Babore (Wawancara dengan Bapak Ambay: 20

Agustus 2013).

Nyangahatn juga merupakan inti kegiatan ritual dalam masyarakat Dayak

Kanayatn. Pada intinya isi doa tergantung pada wujudnya, di lain waktu tata

kelakuan dan tata krama masyarakat menjadi acuan dalam susunan nyangahatn

(doa). Misalnya pernyataan tobat (mohon pengampunan Jubata), muang sangar

dosa (membuang dosa), berbeda dengan doa nyaru Jubata ngaranto (memanggil

Jubata) atau doa-doa lainnya. Jubata merupakan sebutan Tuhan untuk orang

Dayak Kanayatn (Mikhail Coomans, 1987 : 147).

2) Upacara Adat Totokng

Upacara Totokng, yaitu upacara penghormatan kepada kepala kayau (kepala

hasil mengayau) agar jangan sampai terkena kutuk kepala tersebut. Upacara ini

dapat pula dikatakan untuk membuang sangar (dosa) atas kesalahan yang

dilakukan saat mengayau (memotong kepala) zaman dahulu. Adat Totokng ini

biasanya dilakukan oleh keluarga yang masih mempunyai turunan untuk menjaga

kepala hasil kayau, dan keluarga pun harus melaksanakan adat Totokng tersebut

supaya terhindar dari kesialan dan malapetaka. Upacara adat Totokng untuk

penerimaan dan pemeliharaan kepala manusia hasil ngayau, dan upacara ini

sekarang sebagai peringatan seperti Gawai (pesta adat) yang biasanya

berlangsung selama 7 hari 7 malam. Upacara ini biasanya dipimpin oleh seorang

yang sangat mengetahui mengenai adat Totokng (Wawancara kepada Bapak

Petrus : 28 Agustus 2013).

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

35

D. Pengobatan Tradisional Suku Dayak Kanayatn

Tradisi adat pengobatan dimasyarakat Dayak Kanayatn ini sudah lama

dilakukan dan sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Dayak, didalam upacara adat

pengobatan tradisional suku Dayak memiliki beberapa macam atau cara

pengobatan, yaitu:

1. Adat Babore

Adat Babore adalah sebagai sarana dalam pengobatan tradisional, dan

sebagai upacara penyembuhan dari keluarga atau kampokng (kampung) yang

mengalami sakit. Pengobatan adat Babore ini menggunakan beberapa ekor ayam

untuk keperluan dukun dalam mengobati pasien. Berikut adalah alat dan bahan

yang biasanya digunakan dalam adat Babore: manok (ayam) sesuai dengan

keperluan dukun, darah ayam, tumpi (cucur),pigo (perlengkapan Dukun), poe

(terbuat dari beras ketan) yang keduanya merupakan makanan khas suku Dayak,

pabayo (tempat penyembahan), mata palantaratn (seperti koin/uang, telur,

jarum), lilin merah, batu Dukun, tujuh macam bunga, mayang pinang (pucuk

pinang muda), ai katongkor (air dalam tempayan), ai tujuh sunge (air yang berasal

dari tujuh sungai yang berbeda), nasi tujuh macam tumpang (nasi yang diberi

warna), lato barateh (padi yang di goreng tanpa menggunakan minyak), lilin

merah, ai untuk ba jampi (air jampian), karimabo dan rinyuakng (bahan

penjampian), baliungk (terbuat dari besi), ceper (tempat sesajian) pambaraan

(bara api), parapuh topokng (terdiri dari daun sirih, kapur sirih dan pinang) dan

tumpang (terbuat dari daun kelapa). Di dalam adat Babore juga dikenal dengan

mengambil sumangat (semangat).

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

36

Kalau sumangatnya lalakng (hilang) maka diperlukan alat dan bahan dalam

pengobatan seperti: ceper (tempat menaruh perlengkapan adat), tumpi (cucur), poe

(terbuat dari beras ketan), manok (ayam), baliungk (besi), mangkok (mangkuk),

lilin merah, semua itu diletakan di dalam ceper (tempat perlengkapan adat

(Wawancara dengan Bapak Ambay: 20 Agustus 2013).

2. Adat Balenggang

Balenggang atau Lenggang adalah suatu upacara atau usaha penyembuhan

seseorang atau keluarga dari penyakit. Adat Balenggang merupakan ritual

perdukunan tradisi Dayak Kanayatn yang bersifat magis dan mendapat pengaruh

budaya Melayu dan Cina. Tujuan upacara ini biasanya menyesuaikan niat orang

atau keluarga yang melaksanakan upacara tersebut. Dalam pelaksanaan adat

Balenggang biasanya dilakukan selama dua hari satu malam dan biasanya

penyakit yang sudah parah menggunakan adat ini. Berikut bahan dan alat peraga

yang digunakan dalam adat Balenggang: poe (dari beras ketan) cucur (tumpi),

nanas, rangakang (tempat sesajian), Kaikng putih, itapm (kain puti dan hitam),

mayang pinang (pucuk pinang muda), akar kulit pisang. Manok (ayam) (sesuai

dengan keperluan ), pambaraan (bara), tujuh macam nasi, lilin merah, talo (telur),

lato barateh (padi yang digoreng tanpa menggunakan minyak), parapuh topokng

(terdiri dari daun sirih, kapur sirih dan pinang), caramin (cermin kaca), sisir, poe

tujuh roas batakng taman (beras ketan yang dimasak di dalam bambu dengan

jumlah 7 buah), iso (pisau), 12 nasi, semua bahan tersebut diletakan di depan

rumah (Wawancara kepada Bapak Agustinus : 26 Agustus 2013).

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

37

3. Adat Badendo

Badendo adalah suatu upacara penyembuhan penyakit yang tidak terlalu

parah yang dilakukan berdasarkan kesepakatan keluarga. Berikut adalah bahan

dan alat yang digunakan dalam pengobatan adat Badendo: Gong, manok (ayam)

jumlahnya tergantung dukun yang memimpin adat, darah ayam, tankin (senjata

dukun yang biasa digunakan dalam pengobatan), Penyampang (orang yang

membantu dukun), tumpi (cucur), poe (terbuat dari beras ketan), lilin merah,

cermin, lato barateh (padi yang digoreng tanpa menggunakan minyak), ceper

(tempat menaruh perlengkapan adat), talo (telur), koin atau uang, beras pulut, dan

mayang pinang (kelopak pinang muda) (Wawancara kepada Bapak Suro 28

Agustus 2013).

4. Adat Babuis

Babuis adalah suatu upacara adat menyembuhkan orang dari penyaki, dimana

dalam pengobatan adat Babuis dilakukan ditempat dimana seseorang tersebut

mendapatkan penyakitnya. Tujuannya adalah supaya ditempat tersebut tidak lagi

memakan korban yang lain dan untuk mohon pengampunan kepada setan yang

dianggap menggangu korban dengan membawa persembahan dengan harapan

agar penyakit yang diderita dapat diberi kesembuhan oleh setan tersebut atau oleh

penunggu tempat tersebut. Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam

adat Babuis: Satu ekor ayam jantan merah kurang lebih 1 kg, tumpi (cucur), poe

(terbuat dari beras ketan), bontokng (makanan yang dibungkus dari daun), botol,

paku, telur 1 buah, timpurukng (tempurung), kapur sirih, karake (daun sirih), labu,

altar, (tempat sesajian). Dalam pengobatan adat Babuis biasanya menggunakan

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

38

tempayan dan jika tidak ada tempayan biasanya menggunakan labu. Pada

dasarnya barang-barang tersebut diatas diadakan sebagai pembayar atau penukar

kesalahan. Babuis setelah diadakan di luar rumah dan tidak jarang pula diadakan

ditempat dimana dia mendapat awal penyakitnya yang disesuaikan dengan

tanungan. Selesai Babuis, segala sesuatu perlengkapan dan sajian tidak dibawa

pulang kecuali sirih masak yang ada di atas buis. Sebelum naik ke rumah pasien,

dukun harus menyampaikan ucapan ringakng (mantra). Setelah itu, sirih yang

sudah masak dikunyah oleh dukun tersebut dan diludahkan kebelakang tangkok,

kemudian dioleskan oleh dukun dibagian yang sakit (Wawancara kepada Bapak

Hero : 28 Agustus 2013)

5. Adat Batitik

Batitik adalah suatu upacara pengobatan tradisional oleh suku Dayak

Kanayatn untuk mencari suatu titik penyakit. Dalam pengobatan adat Batitik

biasanya seorang dukun menggunakan media batu dalam penyembuhan penyakit.

Biasaya batu ditempelkan pada bagian yang sakit, dan dukun akan melihat

penyakitnya dengan melihat ke cahaya lilin. Berikut adalah alat dan bahan yang

digunakan dalam adat Batitik: 1 ekor manok (ayam), poe (terbuat dari beras

ketan), tumpi (cucur), talo (telur), batu dukun dan bahan penjampian. Dalam

pengobatan adat Batitik tidak menggunakan tankin, dan tidak memakai rangkang

(tempat persembahan) (Wawancara kepada Bapak Agustinus : 26 Agustus 2013).

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

39

6. Adat Baliatn

Baliatn adalah suatu upacara adat yang diyakini masyarakat Dayak secara

turun-temurun yang dipakai atau digunakan untuk menyembuhkan orang sakit.

Untuk perobatan biasanya satu malam atau dua malam sedangkan untuk bayar

niat perobatannya selama tiga hari tiga malam. Alat yang dipergunakan: Gong,

mayang pinang (pinang muda), uwa (dari tali tarap atau tali tingkalakng), ranjak

(tampat alat-alat baliatn), tumpi (cucur), poe (terbuat dari beras ketan), babotn

(babi), manok (ayam) sesuai permintaan dukun, talo (telur), bahan penjampian,

palantaratn talu tingkat (tempat sesajian 3 tingkat) melihat waktunya atau pada

keperluan). Dalam proses pelaksanaan adatnya setelah tiga hari tiga malam ada

yang dinamakan basaru sumangat (ambil semangat). Basaru sumangat ini

menggunakan manok seko (satu ekor ayam) dan parapuh topokng (terdiri dari

daun sirih, kapur sirih dan pinang) (Wawancara kepada Bapak Sugio : 26 Agustus

2013).

7. Adat Batajok

Sebelum makan atau minum tajok kalau patah tulang terlebih dulu diobati

yang bagian luar. Pamabat patah tulang membuat bentuk dari pamali untuk

membalut bagian yang patah seperti paha atau tangan. Jenis ramuan yang

disediakan daukng tarok mamah dan daukng tarok budin, buah sare (serai),

daukng tarok korongan merah, buah lahia merah (liak merah), daun tarok abuatn

semua bahan tersebut harus ditumbuk halus sampai lumat atau hancur. Kemudian

dicampur seko rega (anak ayam ) ditetek (dicincang) halus-halus di tuup di atas

api dicampur semua ramuan diatas di bungkus dengan daun abuatn tiga lapis,

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

40

apabila sudah di dicampur arak dan babatan di bagian patah tulang. Babatan

harus diganti satu kali sehari,tiga hari kemudian dilihat hasilnya memuaskan atau

tidak. Selama masih diobati ada pantangannya tidak boleh makan: rebung, cabe

dan keladi. Tajok yang diminum tergantung keahlian Tukang Tajok masing-

masing dan tergantung jenis penyakit yang mau di Tajok (Wawancara kepada

Bapak Suro : 26 Agustus 2013).

8. Adat Nyampunt Sukat

Suatu upacara adat Nyampunt ukuran kemudian menurut paneleannan

urakng pane (menurut orang pintar) penyakit yang biasanya disembukan adalah

seperti: Pancah dongo (sering demam), tubuh kurus, bai aya aya (badan tidak

mau besar), makatn sabul (tidak nafsu makan), hal ini diderita anak tanpa sebab

yang jelas. Sebagai tenaga pelaksana, urakng pane atau dukun dengan alat dan

bahan yang digunakan dalam perobatan: lato barateh (padi yang digoreng tanpa

menggunakan minyak), manok seko (ayam satu ekor), bunga salaseh, sare (serai),

dan parapuh topokng (terdiri dari daun sirih, kapur sirih dan pinang) (Wawancara

dengan Bapak Agustinus : 26 Agustus 2013)

9.Adat Balilik

Balilik adalah suatu upacara pengobatan tradisional yang bertujuan untuk

menyembuhkan suatu penyakit yang telah dibuat orang. Dalam pengobtan adat

Balilik menggunakan tujuh ekor ayam yang telah direbus, fungsinya untuk

mengembalikan penyakit dari orang yang membuat sakit tersebut. Pengobatan

adat Balilik dilakukan dengan sederhana, dikarnakan dalam adat Balilik tidak

menggunakan alat seperti gong dan rangkang (tempat persembahan). Cara dalam

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

41

penyembuhan adat Balilik hanya menggunakan batu-batu dari dukun dan juga

cara pengelihatan penyakitnya melalui batu dukun tersebut. Berikut alat dan

bahan yang digunakan dalam adat Balilik seperti: 1 ekor manok (ayam), poe

(terbuat dari beras ketan), tumpi (cucur), talo (telur), batu dukun dan bahan

penjampian (Wawancara kepada Bapak Agustinus : 26 Agustus 2013).

E. Prosesi Tradisi Upacara Adat Babore

1. Tahap pertama dalam upacara pengobatan Babore di teras rumah.

Bahan-bahan seperti daun porang, daun mentawak, telur, beras, tumpang

(terbuat dari daun kelapa), tempayan ditutup mangkuk, besi sebagai pangkaras

dan tempurung kelapa yang berisi bara api yang fungsinya untuk membakar

kemenyan. Semua bahan-bahan tersebut diletakan di atas tiga kayu yang disebut

pabayo (tempat persembahan). Bilal (teman Dukun) membacakan mantra-mantra

untuk memanggil roh-roh yang nantinya untuk mengetahui penyakit dan

mengobati penyakit. Orang yang akan diobati duduk di sebelah Bilal dan Dukun

yang memimpin adat. Sedangkan untuk warga dan tamu yang datang bisa berada

di dalam rumah dan diteras rumah untuk duduk bersama melihat prosesi

pengobatan adat Babore yang dilakukan oleh Dukun dan Bilal (orang yang

membantu Dukun). Dalam prosesi ini di lakukan di teras rumah dan sang Dukun

berteriak untuk memanggil Epe (kawan Dukun dari alam lain). Pada sesi ini

menggunakan ayam yang masih hidup dan diakhiri dengan mengipaskan sayap

ayam dengan tujuan membuang penyakit untuk penyembuhan. Selanjutnya dalam

melakukan pengobatan, Dukun dan Bilal (teman Dukun) menaburkan beras

kuning yang fungsinya untuk meminta keselamatan kepada sang Jubata (sebutan

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

42

Tuhan untuk orang Dayak). Setelah melakukan pembacaan mantra dan

menaburkan beras kuning, ayam yang sudah disiapkan dipotong sebagai syarat

pengobatan. Dari ayam tersebut, secara khusus dengan pembacaan mantra darah

ayam lalu diambil dan kemudian Dukun mengolesi dahi orang yang akan diobati

dengan darah ayam tersebut, dan juga orang-orang atau masyarakat setempat yang

ikut hadir dalam pengobatan. Hal ini bertujuan untuk keselamatan semua orang

yang ikut dalam acara pengobatan dan ayam yang sudah dipotong dibersihkan lalu

direbus dengan setengah matang.

2. Tahap kedua dengan melihat rasi (pertanda) untuk pengobatan

Dalam tahap kedua ini Dukun dan Bilal melakukan pengobatan dan

selanjutnya Dukun memeriksa tumpang yang digantung di atas pintu rumah, yang

bertujuan untuk melihat rasi (pertanda) baik atau buruknya dalam pengobatan

yang dilakukan serta hal yang akan terjadi kepada yang akan diobati. Ayam yang

sudah direbus setengah matang, lalu ditaruh di atas piring dan kemudian di dada

ayam tersebut diletakan satu ruas lemang dan tumpi. Peralatan dan bahan yang

digunakn sebelumnya untuk pengobatan dimasukan di dalam rumah, selanjutnya

Dukun dan Bilal memulai proses pengobatan. Tahap ini Bilal mulai membacakan

mantra–mantra sambil membunyikan besi dengan cara memukulkan besi. Setelah

Bilal selesai membacakan mantra-mantra, giliran sang Dukun yang melanjutkan

membaca mantra-mantra dan Dukun tersebut memberikan makanan dan minuman

kepada Epe (teman Dukun dari alam lain) yang akan dipanggil. Sambil

membacakan mantra Bilal membakar kemenyan untuk memanggil Epe (teman

Dukun).

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

43

3. Tahap ketiga dengan pemanggilan Epe dalam pengobatan Babore.

Dalam pembacaan mantra-mantra dengan menggunakan bahasa Dayak kuno

dan pembakaran kemenyan yang dilakukan untuk pemanggilan Epe oleh Dukun

dan Bilal (teman Dukun). Setelah Epe (teman Dukun dari alam lain) dipanggil,

sang Dukun menggangkat Tankin (senjata Dukun) untuk proses pengobatan,dan

Dukun menumpangkan tangannya kepada yang akan diobati dan Dukun tersebut

menari dengan mengitari sambil mengibaskan daun-daun yang telah di ikat

menjadi satu dengan membacakan mantra-mantra untuk pengobatan. Setelah itu

Dukun mengambil mayang pinang (pucuk pinang muda) yang telah dibungkus

dengan kain putih, serta memukulkan mayang pinang tersebut ke segujur tubuh

mulai dari kepala sampai kaki orang yang diobati. Proses selanjutnya mayang

pinang dibuka oleh Dukun di atas kepala orang yang diobati dan mengambil

penyakit yang telah masuk ke dalam tubuh.

4. Proses pengambilan penyakit

Dalam tahap terakhir ini Dukun dan orang yang diobati berdiri di depan pintu

sambil membelakangi dan Dukun menolak semua penyakit sambil membaca

mantra-mantra dengan menggunakan bahasa Dayak kuno. Selanjutnya untuk

orang yang diobati masuk ke dalam rumah dengan syarat tidak boleh menoleh ke

belakang, sambil membawa satu ruas poe (lemang) dan Dukun melemparkan

semua penyakitnya ke tanah, setelah orang yang diobati berada di dalam rumah.

Alat dan bahan-bahan dalam perobatan dimasukan ke dalam rumah, kecuali alat

dan bahan yang ada diatas pabayo. Setelah itu Bilal (teman Dukun) pun

bapamang dan Dukun mulai masuk ke alam bawah sadarnya sambil memegang

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

44

tankin (senjata Dukun), Bilal menjelaskan maksud mereka memanggil Epe (teman

Dukun dari alam lain) yang telah masuk ke dalam raga Dukun. Dari pemanggilan

Epe tersebur sang Dukun yang telah masuk kealam bawah sadarnya mulai

bertingkah yang aneh-aneh, dan setelah dijelaskan oleh Bilal maksud dan

tujuannya, Dukun pun mulai mengambil batu peruam yang ada di dalam piring,

dan Dukun mulai meminta bantuan dengan roh-roh yang lain untuk melakukan

pengobatan. Dalam prosesi pengobatan, Dukun mulai mengigit bagian tubuh

orang yang diobati dan Dukun mulai meminum darah ayam yang tersedia di

dalam mangkuk tersebut. Selanjutnya bagian yang terakhir Dukun mulai

mengambil baskom yang berisi air dan daun-daunan yang telah di ikat menjadi

satu, serta mengibaskan keseluruh tubuh orang yang akan diobati untuk kedua

kalinya.

5. Prosesi akhir dalam pengobatan Babore.

Setelah pengobatan selesai Dukun melepaskan Epe (teman Dukun dari alam

lain), setelah itu Dukun istirahat dan memberi tahu kepada keluarga yang diobati

tentang pantangan yang tidak boleh dilakukan. Setelah tiga hari berlangsungnya

pengobatan, pabayo dan alatnya serta tumpang dibuang ke sungai, kecuali

tempayan, mangkuk dan besi yang tidak dibuang ke sungai (Wawancara kepada

Bapak Ambay : 20 Agustus 2013).

F. Persyaratan dan MaknaTradisi Adat Babore.

Sebelum melaksanakan tradisi adat Babore pemimpin adat dan Bilal

memberitahukan kepada keluarga untuk mempersiapkan persyaratan yang harus

dilengkapi dalam prosesi acara adat Babore yaitu sebagai berikut ini : Beras ketan,

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

45

beras biasa, 1 buah telur ayam, mata uang logam, pangkaras jarum, 1 daun

tengkawang, kapur dan daun sirih, 1 batang rokok, pigo, kerum Dukun, topokng

pangpinang, beras banyu, piring putih, tumpi, 3 macam air (air putih, kopi pahit,

dan arak) masing-masing 1 cawan, air biasa yang terdiri dari 7 sungai, daun

kalimabo, daun mentawak, daun porang, beras kuning, tankin, ayam tempayan,

mangkuk, darah ayam, daun keladi hutan, daun renjuang merah, pinang,

tempurung kelapa dan mayang pinang. Dari semua persyaratan tersebut

merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi dalam upacara pengobatan adat

Babore.

Tradisi adat Babore memiliki makna sebagai pengobatan dimasyarakat

Dayak untuk penyembuhan penyakit. Adapun makna dari semua persyaratan yang

telah dilengkapi tersebut seperti yang telah dijelaskan diatas dapat dilihat dalam

tabel berikut ini (Wawancara kepada Bapak Ambay : 20 Agustus 2013).

Berikut makna bahan dan alat dalam adat Babore:

Persyaratan Makna

Tankin Merupakan senjata Dukun untuk

melawan Setan

Darah Ayam Untuk Keselamatan

Tempurung berisi arang Untuk membakar kemenyan,

supaya Dukun bisa masuk ke alam

lain

Rokok, kopi, dan arak Minuman untuk saudara Epe

(teman Dukun dari alam lain

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

46

lato barateh Untuk memanggil setan dan

mengusir setan

Nyiru Merupakan suatu wadah atau

tempat yang berfungsi untuk

menyimpan semua sesaji yang telah

dilengkapi yang biasanya terbuat

dari rotan atau bambu.

Baras atau Beras

Melambangkan suatu hubungan

yang terikat antara masyarakat

Bontok Merupakan makanan tradisional

yang dibungkus dari daun yang

telah dimasak. Bontok

melambangkan perdamaian antar

suku bangsa

Pigo Merupakan perhiasan yang biasa

digunakan dalam upacara adat.

Tumpi Merupakan makanan tradisional

suku dayak yang biasa disebut

cucur.

Telur Telur yang berbentuk bulat

melambangkan suatu kebulatan

tekat yang telah disepakati.

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

47

Uang Uang untuk melambangkan suatu

penghormatan dan penghargaan

terhadap sesorang karena uang

merupakan suatu ungkapan

pembayaran adat yang berarti

bahwa semuanya telah terbayar.

Batu Dukun Untuk melihat penyakit

Nasi campur darah ayam Untuk makanan setan

Mayang Pinang Untuk mengambil penyakit

Daun Penyuak, Daun Sembalit,

Daun Peringan, Daun Kenyake.

Daun karimabo danDaun

rinyuakng

Sebagai pembersihan diri terhadap

segala macam kesialan, sakit

penyakit dan malapetaka dan juga

sebagai penjampian

Tempayan Pelengkap adat yang di isi air

penjampian

Ayam Lambang kehidupan

Air dari tujuh sungai Air dari tujuh sungai memilik

kekuatan yang berbeda-beda

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

48

Pabayo Melambangkan suatu permohonan

ijin akan diadakannya pesta adat

yang besar. Permohonan tersebut

ditujukan kepada para penguasa

dunia roh yang berdiam di air,

tanah, bukit, kayu yang besar, batu

dan api.

Tumpang

Terbuat dari daun kelapa muda,

yang fungsinya Untuk memberi

makan roh yang terdiri dari sesajian

Beras Kuning Merupakan lambang untuk meminta

ijin kepada penguasa tertinggi yaitu

Jubata yang merupakan sumber

kehidupan.

Topokng pangpinang Pembuka bahasa oleh dukun

Ceper Tempat perlengkapan adat

Lilin merah sebagai penerangan dan untuk

melihat penyakit

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

49

G. Pantangan Adat Babore Setelah Pengobatan

1. Pantangan utama dalam adat Babore

a) Waktu makan harus tutup pintu : Ini dianggap supaya sewaktu kita makan

tidak ada orang masuk yang membawa penyakit.

b) Setelah makan harus buka pintu : Ini dimaksudkan pintu dibuka untuk

membuka rejeki karena pintu adalah badan kita.

c) Jangan kelai : supaya tidak merusak atau mencederai bagian tubuh yang telah

diobati.

d) Jangan makan sisa kita sendiri : Karena makanan yang sudah kita tinggal atau

makanan sisa kita, dianggap sudah dimakan oleh makhluk yang tidak kita

lihat dan tidak baik untuk tubuh yang telah diobati.

e) Tidak boleh menebang pohon atau kayu : Ini dimaksudkan bisa memotong

semangat (jiwa) orang yangdiobati.

f) Jangan masuk rumah kosong : Supaya semangatnya (jiwanya) tidak tinggal

atau hilang.

g) Jangan lewat simpang kuburan : Supaya semangatnya (jiwanya) tidak hilang,

karena teguran makhluk yang tidak kita lihat.

2. Pantangan Makanan

a) Barang sial, seperti : anjing, rusa, kera, dan kijang. Ini merupakan hewan yang

dianggap bisa menjangkitkan atau mendatangkan penyakit itu kembali.

b) Pantangan makan ikan, yaitu ikan yang bersifat berduri atau yang mempunyai

duri, Seperti : ikan lele, ikan betok, baung dan lainnya.

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

50

Jika pantangan dilanggar maka penyakit yang sudah disembuhkan akan

terulang lagi, bahkan lebih parah dari sebelumnya. Jadi setelah melakukan

pengobatan harus mentaati pantangan atau larangan yang sudah diberi tahu oleh

dukun atau pemimpin adat (Wawancara kepada Bapak Ambay : 20 Agustus 2013)

Salah satu kasus melanggar pantangan adat yang pernah terjadi disalah

satu desa di Kabupaten Landak, dimana dalam kasus ini, orang tersebut setelah

melakukan pengobatan adat Balenggang. Setelah selesai dalam pengobatan sudah

ada larangan atau pantangan yaitu tidak boleh dilakukan seperti yang sudah

diberitahukan oleh dukun atau pemimpinan adat. Akhirnya setelah orang itu

melanggar pantangan, beberapa hari kemudian dia mengalami sakit yang lebih

parah lagi dari sebelumnya dan orang tersebut pun akhirnya meninggal dunia

(Wawancara kepada Bapak Sugio : 26 Agustus 2013).

H. Nilai-Nilai Budaya Dalam Upacara Adat Babore

Nilai-nilai yang terkandung dalam upacara tradisi adat Babore diantaranya sebagai

berkut :

a) Sikap gotong royong dapat dilihat dari kebersamaan masyarakat yaitu pemuda

sampai orang tua yang secara bersama-sama membantu dalam menyiapkan

perlengkapan adat Babore.Kepedulian masyarakat setempat muncul dari

inisiatif sendiri tanpa adanya panggilan dari penyelanggara adat. Gotong

royong ini dilakukan sampai upacara adat selesai.

b) Toleransi beragama terlihat dari jalannya upacara adat Babore yang selalu

diikuti oleh masyarakat tanpa melihat perbedaan agama yang ada. Jadi baik

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN G Krepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4896/5/T1_152010601_BAB IV.pdfyang terjadi cukup tinggi dan ditambah lagi terdapat sungai Landak yang

51

yang beragama Kristen atau yang lainnya berkumpul menjadi satu untuk

mempersiapkan segala perlengkapan adat dan mengikuti upacara tersebut.

c) Nilai kebersamaan nampak pada persiapan dan pelaksanaan upacara adat

Babore, masyarakat bersama-sama dan bersatu untuk dapat mewujudkan

supaya upacara tersebut dapat berjalan lancar seperti yang diharapkan.

d) Nilai kesetiaan nampak pada kecintaan masyarakat Desa Hilir Tengah untuk

tetap melestarikan budaya daerah setempat yang sudah ada sejak dahulu dan

dapat dilihat di masa sekarang.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tradisi

upacara adat Babore mengandung nilai-nilai budaya yang sangat tinggi,

dimana membawa dampak kerukunan bagi masyarakat Desa Hilir Tengah.