BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Yayasan...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Yayasan...
16
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Yayasan Kanisius
Yayasan Kanisius berdiri sebagai akibat dari adanya politik etis yang
diterapkan oleh pemerintah Belanda sebagai bentuk balas budi terhadap
Indonesia (wawancara Romo Sigit Widisona, Sj, 06/03/2014). Kekayaan alam
yang dimiliki Indonesia membuat beberapa negara tertarik untuk
mengelolanya. Salah satu negara yang dapat mengelolanya adalah Belanda.
Belanda menjajah Indonesia hampir 3,5 abad dan membuat Belanda merasa
berhutang kepada Indonesia sehingga memunculkan politik etis. Belanda
membayar jasa dengan melakukan berbagai usaha diantaranya membangun
irigasi didaerah-daerah pertanian/perkebunan, menyelenggarakan emigrasi di
daerah yang sudah dirasa padat dan juga membalas jasa tersebut dengan
memberikan pendidikan (Muhammad Rifa’i, 2011:73).
Usaha pemerintah Belanda melakukan balas jasa dalam membangun
pendidikan berpengaruh kepada orang-orang Belanda yang berada di luar
pemerintahan. Orang-orang Belanda yang peduli mendirikan lembaga-
lembaga sosial yang bergerak dalam bidang pendidikan. Pada masa penjajahan
Belanda pendidikan di bawah asuhan Katolik mulai diperbolehkan. Hal
tersebut mengakibatkan yayasan yang mulai muncul berani untuk mendirikan
sekolah-sekolah yang berada di bawah asuhannya. Pemerintah Belanda
17
memperbolehkan yayasan-yayasan untuk mendirikan sekolah dengan tujuan
mendidik masyarakat yang diatur dengan kebijakan yang ada.
Salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Belanda adalah
mengenai kebijakan pendidikan yang dikeluarkan sekitar tahun 1930-an antara
lain sebagai berikut (Muhammad Rifa’i, 2011:81) :
1. Seluruh sekolah swasta yang tidak dibiayai oleh pemerintah (Belanda)
harus meminta izin.
2. Guru-guru yang mengajar di sekolah di swasta juga harus mendapat
izin dari pemerintah terlebih dahulu.
3. Materi pelajaran yang hendak disampaikan kepada siswa sekolah
swasta tidak boleh melanggar peraturan negeri dan harus sesuai
dengan sekolah pemerintah
Yayasan Kanisius didirikan dalam rangka untuk mewujudkan
keinginan atau tujuan dari Romo F. Van Lith Sj. Hal tersebut diwujudkan
dalam bentuk mendirikan sekolah-sekolah Katolik Romo F. Van Lith Sj
dengan rmaksud:
1. Menabur Sabda Kristus di dalam masyarakat Jawa melalui guru-guru
yang dididik dengan sungguh-sungguh oleh Romo F. Van Lith Sj.
Romo F. Van Lith Sj memiliki keyakinan bahwa melalui pendidikan
di sekolah Katolik pengembangan iman Katolik akan berjalan lebih
efektif dan lebih berhasil, terutama dalam hati anak didik. Tetapi unit
sekolah juga bisa memberikan pengaruh kepada orang tua. Dan itu
berarti adalah masyarakat sendiri.
18
2. Memberikan kesempatan belajar kepada anak-anak tidak mampu di
pedesaan dan perkotaan, yang tidak mendapatkan kesempatan belajar.
Romo F. Van Lith Sj merasa perihatin melihat keterbelakangan
pendidikan masyarakat Jawa, yang pada waktu itu masih kurang
mendapat perhatian dari Pemerintah Hindia Belanda. Sementara
dalam diri anak sendiri terdapat hasrat untuk mendapat kesempatan
menimba ilmu dan pengetahuan, yang bisa melepaskan diri dari
belenggu keterbelakangan.
Yayasan Kanisius didirikan di Muntilan pada tahun 1918 sebagai
“CANISIUS VERENIGING” (bahasa Belanda) yang dalam bahasa Indonesia
berarti Perkumpulan Kanisius. Selanjutnya pada tahun 1927 karena alasan-
alasan praktis diubah statusnya menjadi “CANISIUS STICHTING” atau dalam
bahasa Indonesia yang berarti YAYASAN KANISIUS, nama tersebut dipakai
hingga sekarang.
Yayasan didirikan untuk lebih mengedepankan kemajuan pendidikan
yang ingin dicapai. Yayasan mendirikan sekolah-sekolah yang dimulai dari
tingkat pendidikan dasar seperti sekolah dasar hingga pendidikan sekolah
menengah atas. Sekolah-sekolah tersebut tersebar di Keuskupan Agung
Semarang yang mencangkup wilayah Semarang, Kabupaten Semarang,
Ambarawa, Magelang dan Yoygakarta. Sebagian besar sekolah yang berdiri
berada di daerah pedesaan dengan setingkat sekolah dasar. Yayasan Kanisius
merupakan yayasan yang berdiri dengan salah satu misi yang dilaksanakan
19
untuk memberikan pendidikan dan juga mengenalkan agama kepada
masyarakat (http://yayasan-kanisius.blogspot.com)
1. Logo Yayasan Kanisisus
2. Arti simbol-simbol:
Lingkaran kuning ( Vatikan = Kemuliaan )
Lambang Matahari Terbit, Yesus Bangkit
Kehidupan / Kemuliaan Baru
Perahu Biru ( Biru Donker = Harapan )
Lambang Perjalanan / Peziarahan Insan Kanisius
2 Gelombang Ombak = Lambang 2 buku di buka :
Kitab Suci - Dasar Iman
Ilmu Pengetahuan – Ilmu
Secara lengkap logo dirumuskan :Iman dan Ilmu Mendasari
perjalanan / peziarahan insan Kanisius menyongsong Kehidupan /
Kemuliaan Baru
20
B. Sejarah Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari
Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari merupakan sekolah pertama yang
memberikan pendidikan kepada masyarakat sekitar kelurahan Harjosari.
Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari didirikan oleh sebuah yayasan Katolik
yaitu Yayasan Kanisius. Keputusan-keputusan yang berhubungan dengan
Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari berada dibawah wewenang yayasan.
Dalam sebuah profil sekolah yang ditulis oleh salah satu guru yang mengajar
yakni Ibu Sri Haryanti dijelaskan bahwa Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari
didirikan pada tahun 1925. Hal tersebut diperkuat melalui akte Yayasan
Kanisius No. 1 tanggal 5 Oktober 2005 SK Operasional Gub. Jendral Negara
Indonesia No. 11 tanggal 21 Oktober 1918 Kelurahan Tanjung Mas Semarang
Utara dijelaskan Yayasan Kanisius dijelaskan bahwa Yayasan Kanisius sudah
mulai beroperasi sejak tahun 1918 (wawancara Sungadi, 27/02/2014).
Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari memiliki berbagai kendala untuk
memberikan pendidikan kepada masyarakat. Berbagai kendala tersebut
misalnya saja sekitar tahun 1942 gedung semi permanen yang digunakan
untuk ruang kelas satu dan kelas dua dibakar oleh tentara Jepang di masa
kependudukannya. Akibat dari kejadian tersebut kegiatan belajar mengajar
harus berpindah tempat dan memanfaatkan banguan-bangunan lainnya yang
tidak terpakai. Dengan tidak tersedianya bangunan sekolah yang memadai
untuk kegiatan belajar mengajar mengakibatkan ketidaknyamanan siswa yang
belajar dan juga kurang efektifnya kegiatan belajar mengajar. Bahkan keadaan
sekolah yang belum stabil (ketidakpastian melanjutkan sekolah) mampu
21
membuat para pengajar / guru meninggalkan sekolah-sekolah swasta tersebut
(wawancara Ngabedan, 22/12/2013).
Yayasan Kanisius berusaha untuk mewujudkan pendidikan yang layak
bagi siswa-siswa yang bersekolah disalah satu sekolah yang mereka bangun
yakni Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari. Berbagai usaha dilakukan oleh
yayasan seperti mengganti nama yayasan yang masih menggunakan bahasa
Belanda ke dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut untuk mengurangi
ketegangan antara pihak yayasan dengan pemerintah Indonesia. Sehingga
memberikan peluang untuk mengajukan bantuan kepada pemerintah. Usaha-
usaha yang dilakukan akhirnya membuahkan hasil sehingga bangunan sekolah
dapat dibangun dan mampu menampung seluruh kelas satu sampai kelas enam
sekitar tahun 1962 (wawancara Sutami, 05/11/2013).
Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari mampu memberikan pendidikan
yang layak bagi para peserta didiknya setelah tersedianya gedung sekolah.
Pendidikan yang layak adalah dengan adanya alat pendidikan yang salah
satunya merupakan gedung/ bangunan sekolah, sehingga mampu menciptakan
kegiatan belajar mengajar yang efektif dan kondusif. Sekolah Rakyat Kanisius
Harjosari mampu melakukan renovasi gedung sekolah dengan bantuan dari
pemerintah. Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari ini yang sekarang telah
berganti nama menjadi Sekolah Dasar Kanisius Harjosari ini bertempat di desa
Glodogan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Jawa Tengah.
22
C. Sistem Pendidikan Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari
Sistem pendidikan memiliki aspek-aspek atau komponen yang
terkandung di dalamnya. Sistem tersebut dimiliki untuk membantu lembaga
pendidikan dalam mencapai cita-citanya. Salah satu yang dipersiapkan adalah
sebuah sistem yang saling berkaitan dalam sebuah lembaga pendidikan.
Sistem tersebut memiliki komponen antara lain:
1. Tujuan
Setiap sekolah yang berdiri memiliki tujuan yang ingin
diwujudkan atau dicapai termasuk Sekolah Rakyat Kanisisus
Harjosari. Sekolah yang dibangun oleh pihak yayasan Katolik
memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Tujuan sekolah pada
umumnya adalah untuk mencerdaskan dan mengenalkan ilmu
pengetahuan kepada masyarakat, di samping itu juga memperkenalkan
agama Katolik kepada masyarakat. Hal tersebut dikarenakan Yayasan
Kanisius memiliki pedoman ajaran Katolik. Dalam memperkenalkan
ajaran tersebut melalui salah satu kegiatan sekolah dan juga pelajaran
agama. Romo dan Frater didatangkan untuk mengajarkan agama
kepada murid yang bersekolah di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari
sehingga kepercayaan Katolik mulai di kenal (wawancara Jumilah,
21/12/2013)
Keseriusan sekolah dalam hal ingin mencerdaskan masyarakat
sekitar dapat dilihat dengan tidak mempersulit calon peserta didik
yang ingin masuk. Sekolah juga menyediakan alat tulis untuk
23
dipinjamkan supaya tidak membebani para siswa-siswanya. Alat tulis
yang dipinjamkan tersebut seperti sabak, grip untuk kelas 1 (satu)
sampai kelas 3 (tiga). Sedangkan untuk kelas 4 (empat) sampai kelas 6
(enam) menggunakan buku tulis cap banteng dan pen tutul (pena yang
ada tangkainya dan dicelupkan pada tinta yang berada di tengah-
tengah meja tulis). Alat tulis yang dipinjamkan tersebut hanya
dipergunakan pada saat kegiatan mengajar di sekolah dan tidak dapat
di bawa pulang oleh peserta didik (wawancara Sutami, 05/11/2013).
Sehingga peserta didik harus benar-benar memperhatikan dan
menguasai setiap pelajaran yang dipelajarai. Mereka juga harus
menghapal dengan cepat cara menulis huruf latin yang diajarkan
karena keterbatasan ruang menulis yang harus segera dihapus dan
digantikan dengan tulisan yang baru. Berbeda dengan halnya murid
pada jaman sekarang mampu menggunakan buku tulis (wawancara
Jumilah, 21/12/2013)
Selain alat tulis buku bacaan juga disediakan oleh pihak
sekolah. Buku bacaan tersebut seperti halnya pada jaman sekarang
adalah buku paket yang harus dibeli oleh para murid. Buku bacaan
yang digunakan oleh murid Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari sekitar
tahun 1942 masih menggunakan ratu Belanda (Ratu Wilhemina)
sebagai sampul /cover buku bacaan tersebut. Setelah Indonesia
merdeka buku bacaan yang digunakan para murid berjudul “Kuncung
Bawuk” (wawancara Ngabedan, 22/12/2013)
24
2. Peserta Didik
Peserta didik merupakan salah satu bagian penting komponen
sebuah sekolah. Dalam sebuah sekolah tidak dapat melakukan
kegiatan pembelajaran jika tidak terdapat peserta didik di dalamnya.
Sekolah yang baru merintis untuk memperkenalkan ilmu pengetahuan
serta agama kepada masyarakat desa tidak mempersulit dalam hal
pendaftarannya. Pihak sekolah tidak memberikan syarat-syarat khusus
yang harus dilakukan atau dimiliki oleh calon peserta didik untuk
menjadi siswa dari sekolah tersebut. Pada saat / sebelum pendaftaran
calon peserta didik dari Sekolah Rakyat Kanisius tersebut
diperbolehkan untuk melihat dan mengamati di dalam ruangan yang
akan digunakan selama proses pembelajaran untuk menarik minat
peserta didik (wawancara Jumilah, 21/12/2013)
Sekolah Rakyat Kanisius berada di Kelurahan Harjosari. Para
peserta didik berasal dari berbagai desa seperti Glodogan, Kadipaten,
Kerban, Sekuro, Gentan, Doplang Kutan. Beberapa desa tersebut
membuat Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari memiliki banyak calon
peserta didik, karena tidak ada sekolah lainnya selain Sekolah Rakyat
Kanisius Harjosari (wawancara Rikami, 28/12/2013).
Antusiasme calon peserta didik yang ingin menuntut ilmu di
Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari diperoleh salah satunya dari
ketertarikannya setelah melihat anggota keluarga, saudara ataupun
tetangganya yang terlebih dahulu menjadi murid di sekolah tersebut.
25
Selain itu antusiasme calon peserta didik didapat juga dari informasi
yang diberikan oleh para murid Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari.
Informasi tersebut memberitahukan bahwa jika menjadi murid sekolah
akan mendapatkan banyak teman. Dan juga berbagai permainan yang
dapat dimainkan bersama teman-temannya yang baru.
Calon peserta didik juga diarahkan untuk memasuki Sekolah
Rakyat Kanisius Harjosari dengan nasehat atau perintah dari orang
tuanya yang ingin anaknya memiliki pengalaman bersekolah. Orang
tua mengharapkan anaknya tidak seperti mereka yang hanya tahu
mencari uang untuk bertahan hidup. Calon peserta didik yang ingin
mendaftarkan diri sebagai murid SR Kanisius Harjosari adalah dengan
memenuhi syarat sebagai berikut (wawancara Jumilah, 21/12/2013):
a) Datang ke sekolah bersama orang tua sehingga sekolah
mengetahui nama orang tua dari calon siswanya.
b) Menunjukan tangan yang dilingkarkan di kepala yang mampu
menyentuh telinga (nyandak kuping).
Siswa yang bersekolah di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari
tidak semuanya menyelesaikan pendidikannya di sekolah tersebut. Hal
itu dikarenakan mereka berhenti sekolah sebelum melaksanakan ujian
di kelas enam. Kondisi keluarga yang sulit membuat mereka harus
berhenti sekolah dan membantu orang tua. Mereka ikut mencari
kebutuhan untuk menyokong kehidupan keluarga. Murid-murid yang
masih bertahan untuk melanjutkan pendidikannya juga tak luput
26
dalam membantu orang tua mereka. Saat musim derep (musim panen
padi) tiba banyak murid yang memilih untuk tidak masuk sekolah
karena membantu orang tua yang bekerja sebagai buruh tani
(wawancara Nasirun, 26/05/2014)
Beberapa hal yang menyebabkan para murid Sekolah Rakyat
Kanisius Harjosari pada tahun 1947-1957 untuk mengundurkan diri
dari kegiatan belajar mengajar, diantaranya:
a) Malas untuk berangkat sekolah
b) Menolong orang tua
c) Tidak lagi mengikuti pelajaran disekolah tanpa alasan yang
jelas
d) Pindah sekolah untuk mengikuti orang tua
e) Malu karena tidak berpakaian diakibatkan faktor kemiskinan
orang tua.
Alasan utama yang sering diutarakan adalah membantu orang
tua misalnya saja angon bebek (mengurusi bebek), ikut orang tua
bekerja di sawah, mengembalakan kerbau milik tetangga dan
pekerjaan lain sebagainnya. Kegiatan tersebut dilakukan oleh murid-
murid yang keluar dari sekolah untuk membantu meringankan beban
hidup yang harus ditanggung oleh orang tua mereka (Stamboek S. R.
Kanisius di Harjosari 1947-1957, 1947)
Para murid yang mengundurkan diri atau keluar dari sekolah
membuat guru-guru yang mendidiknya di sekolah tersebut begitu
27
menyayangkan dengan tindakan tersebut. Hal tersebut membuat guru-
guru mendatangi tempat tinggal muridnya yang sebagian besar berada
di sekitar Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari. Para guru berusaha
untuk membujuk mereka kembali bersekolah lagi. Hal yang dilakukan
para guru tersebut menunjukkan kepedulian kepada para muridnya
walaupun tidak jarang hal yang dilakukan kurang membuahkan hasil
(wawancara Nasirun, 13/05/2014)
Disamping para mereka yang mengundurkan diri sebelum
mencapai kelulusan, terdapat juga murid-murid Sekolah Rakyat
Kanisius Harjosari yang memperjuangkan kelulusannya dengan susah
payah. Mereka mempersiapkan untuk menghadapi ujian dengan
belajar secara berkelompok bersama-sama. Di samping itu mereka
juga mempersiapkan diri untuk menuju tempat diselenggarakannya
ujian.
Keterbatasan yang dimiliki oleh Sekolah Rakyat Kanisius
Harjosari mengakibatkan para peserta didik yang sudah mencapai
kelas tertinggi (kelas enam) mendapat kesulitan dalam menghadapi
ujian. Mereka melaksanakan ujian dengan menumpang disekolah lain
yang masih berada di bawah naungan Yayasan Kanisisus. Sekolah
tersebut terletak di wilayah Kecamatan Ambarawa (wawancara
Rikami, 28/12/2013)
Di jaman yang sudah maju jarak jauh bukanlah masalah untuk
ditempuh, banyak alat transportasi yang tersedia. Namun hal tersebut
28
tidak dialami oleh murid-murid dari Sekolah Rakyat Kanisius
Harjosari yang harus menempuh jarak ± 6 km untuk mencapai tempat
diselenggarakannya ujian kelulusan sekolah. Keberangkatan dari
rumah ke tempat yang akan diujikan melalui jalan setapak di tengah
ladang atau masyarakat sekitar menyebutnya tegal. Para murid
melakukan perjalanan menuju tempat ujian dengan berjalan bersama-
sama secara berkelompok. Hal tersebut dikarenakan rumah mereka
yang saling berdekatan / bertetangga. Tempat ujian tersebut harus
ditempuh dengan berjalan kaki dan tanpa alas kaki (wawancara
Sutami, 05/11/2013).
Murid-murid yang mengikuti ujian harus menginap di sekolah
maupun rumah warga sekitar yang mau menampung mereka. Tempat
tinggal para murid yang jauh dari tempat berlangsungnya ujian yang
mengharuskan mereka untuk menginap. Adanya jarak sekitar ± 6 km
tidak memungkinkan mereka untuk berangkat dari rumah ke tempat
ujian setiap hari.
Murid kelas enam yang menjadi peserta ujian menginap di
rumah dengan membawa beberapa bekal seperti ketela dan beras
untuk dimasak dan untuk dimakan pagi, siang dan malam. Ujian
berlangsung selama 3 (tiga) hari dengan mata pelajaran yang diujikan
yakni Bahasa Indonesia, berhitung, dan pengetahuan umum. Para
murid yang berhasil lulus disarankan untuk melanjutkan pendidikan
ke tingkat yang lebih tinggi dengan memberikan surat keterangan nilai
29
ujian karena ijasah yang belum diberikan atau belum jadi (wawancara
Sutami, 05/11/2013)
3. Pendidik
Pendidik yang mengajar di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari
adalah orang yang mengajarkan serta mentransormasikan ilmu yang
mereka punya kepada anak didiknya. Para pendidik juga sebagai
orang tua pengganti disaat para muridnya masih berada di lingkungan
sekolah. Seorang guru memiliki tanggung jawab yang besar dengan
banyaknya anak didiknya dalam satu kelas. Dengan tanggung jawab
yang besar itulah para pendidik seharusnya memliki kualitas yang
memadai sebagai seorang guru. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya
beberapa sekolah yang dikhususkan untuk mendidik calon guru atau
dengan kata lain sekolah guru. Yayasan Kanisius pun mendirikan
sekolah guru untuk mempersiapkan guru-guru yang akan mengajar di
sekolah-sekolah yang didirikan oleh yayasan.
Para guru yang mengajar di Sekolah Rakyat Kanisius berasal
dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Guru-guru tersebut diantaranya
Bapak Slamet dan Bapak Tomo dari Yogyakarta, Bapak Joyo dari
Tuntang, Bapak Muhdi dari Berokan, Bapak Nasirun dari Langensari
dan Ibu Narsih dari Karangjati (wawancara Sutami, 05/11/2013)
Salah satu guru yang pernah mengajar di Sekolah Rakyat
Kanisius Harjosari memiliki berbagai pengalaman yang dialami.
Sebagai seorang pengajar beliau harus rela berjalan jauh untuk menuju
30
tempatnya mendidik para muridnya. Kurang lebih ± 7 km dari desa
Langensari ke Desa Glodogan yang merupakan tempat berlangsunnya
kegiatan belajar Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari. Jarak tersebut
ditempuhnya setiap hari dengan berjalan kaki tanpa menggunakan
tanpa alas kaki. Pakaian yang dikenakan untuk melindungi tubuh
beliau dari terik matahari saat perjalanan pulang dari mengajar adalah
kaos dan celana pendek. Pakaian tersebut juga digunakannya untuk
mengajar di dalam kelas (wawancara Nasirun, 13/05/2014)
Pendidikan yang dimiliki oleh salah satu guru yang pernah
mengajar di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari adalah menempuh
pendidikan Sekolah Rakyat di Bergaslor selama 6 tahun. Setelah lulus
di sekolah rakyat beliau melanjutkan di OVVO (Opleidingshool Voor
Volksonder Onderwyzers) Kanisius di Ambarawa selama 2 tahun.
Dan yang terakhir mengikuti UPSGB (Ujian Persamaan Sekolah Guru
Bantu) di Ambarawa. Berawal dari lulusan OVVO inilah disalurkan
untuk menjadi pengajar di Sekolah Rakyat yang berada di bawah
naungan Yayasan Kanisius (wawancara Nasirun, 13/05/2014)
Perjalanan panjang yang harus ditempuh dalam menjadi guru
tetap di sekolah-sekolah Kanisius dirasakan oleh salah satu guru yang
pernah mengajar di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari. Hampir tiap
tahun harus dipindahtugaskan dari satu sekolah ke sekolah lain yang
masih di bawah naungan yayasan. Salah satu pengalaman mengajar
yang dipindahtugaskan adalah dari Sekolah Rakyat Jimbaran ke
31
Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari. Bahkan pernah juga beliau
merasakan dipindahtugaskan hingga mengajar di salah satu sekolah
rakyat di Muntilan. Perpindahan tempat mengajar yang berubah-uabh
hampir setiap tahun dikarenakan kepercayaannya yang belum sama
dengan pihak yayasan. Namun akhirnya selama hampir 10 tahun
ditempatkan di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari setelah beliau
dibaptis (wawancara Nasirun, 13/05/2014)
Guru tetap di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari digaji dengan
uang sebesar Rp 106,50. Gaji tersebut diambil secara pribadi langsung
di kantor yayasan yang berada di sekitar wilayah Girisonta. Gaji tidak
diberikan kepada kepala sekolah yang kemudian diberikan kepada
guru lainnya. Bahkan yang menjabat sebagai kepala sekolah ikut
ambil bagian dalam kegiatan pembelajaran dan mengampu salah satu
kelas di sekolah tersebut (wawancara Nasirun, 26/05/2014).
4. Alat pendidikan
Alat pendidikan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dan
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan
tersebut berfungsi untuk mempermudah / mempercepat tercapainya
tujuan pendidikan (Hasbulah, 2009:123-124). Salah satu alat
pendidikan yang dibutuhkan adalah
a) Bangunan Sekolah
Salah satu alat pendidikan yang diperlukan oleh sebuah
sekolah adalah gedung sekolah yang digunakan untuk tempat
32
berlangsungnya proses belajar mengajar. Cukup pentingnya
bangunan sekolah untuk kegiatan pembelajaran membuat
pemerintah melakukan berbagai usaha mengatasi kekurangan
gedung-gedung sekolah. Salah satu usaha yang dilakukan
pemerintah adalah menyewa rumah-rumah rakyat. Usaha
tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan gedung
dalam kegiatan belajar mengajar sehingga pemerintah mencari
usaha yang lain. Usaha lainnya adalah mengadakan sistem dua
kali mengajar dalam sehari. Dengan demikian sebuah
bangunan dapat dipakai oleh dua sekolah, yakni sekolah pagi
dan sekolah siang (Djumuhur, 1974:209)
Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari dalam perjalanan
sejarahnya sempat tidak memiliki gedung sekolah sehingga
kegiatan pembelajaran dilakukan secara berpindah-pindah
tempat. Sekitar tahun 1942 Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari
melakukan proses belajar mengajar disebuah bangunan semi
permanen yang berada di tengah sawah. Bangunan semi
permanen tersebut terdiri dari 2 kelas yakni kelas 1 (satu) dan
kelas 2 (dua) dengan satu staf pengajar. Proses belajar
mengajar tersebut dilakukan secara bergantian dalam
menggunakan ruang kelas (wawancara Ngabedan, 22/12/2013)
Kelas 1 (satu) sampai kelas 6 (enam) melaksanakan
proses kegiatan belajar mengajar ditempat yang berbeda.
33
Sehingga para murid Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari tidak
berada dalam lingkup satu sekolah. Seperti digambarkan saat
kelas 1 (satu) dan kelas 2 (dua) melaksanakan proses belajar
mengajar di rumah-rumah warga. Maka kelas 3 (tiga) dan kelas
4 (empat) melaksanakan proses belajar mengajar di tempat lain
seperti di Gedung Mayer. Dan kelas 5 (lima) dan kelas 6
(enam) melaksanakan pembelajaran di rumah warga lainnya.
Rumah warga memiliki jarak ± 2 km dengan gedung Mayer
tersebut. (wawancara Jumilah, 21/12/2013)
Ruang kelas yang digunakan untuk kegiatan belajar
mengajar tidak berada di satu lingkup sekolah atau berpencar-
pencar. Guru harus memberikan informasi mengenai hal
tersebut kepada para muridnya. Dan juga guru memberikan
informasi lainnya mengenai ruang kelas selanjutnya saat
penerimaan rapor. Guru akan memberitahukan kepada para
murid dimana tempat mereka akan menerima pelajaran
selanjutnya, apakah masih ditempat yang sama atau sudah
berpindah tempat (wawancara Sutami, 05/11/2013)
Guru akan mengadakan kegiatan refresing (jalan-jalan)
untuk menunjukan letak tempat-tempat yang dijadikan sebagai
ruang kelas untuk kegiatan pembelajaran. Kegiatan jalan-jalan
tersebut dilakukan dengan berjalan kaki bersama-sama satu
kelas. Kegiatan refresing dilaksanakan oleh sekolah dengan
34
berjalan-jalan mengelilingi desa-desa sekitar bahkan tanpa alas
kaki sekalipun yang jaraknya mampu mencapai ± 2 km
(wawancara Jumilah, 21/12/2013)
Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari tidak memiliki
lahan untuk mendirikan bangunan. Sehingga membuat pihak
sekolah pernah memanfaatkan bangunan-bangunan semi
permanen yang berada di tengah sawah. Bangunan semi
permanen tersebut terbuat dari anyaman bambu sehingga
membuatnya tidak bertahan lama. Sekolah Rakyat Kanisius
Harjosari tidak melakukan perbaikan atau perawatan karena
bangunan tersebut berdiri bukan di lahan milik sekolah. Hal
tersebut membuat bangunan yang tidak terawat itu akhirnya
rubuh. Dari bangunan semi permanen di tengah sawah
kegiatan belajar mengajar beralih tempat ke rumah milik Pak
Bekel yang bernama Durman (wawancara Ngabedan,
22/12/2013)
Setelah itupun kegiatan belajar mengajar harus
beberapa kali berpindah tempat. Tempat-tempat yang
digunakan untuk kegiatan belajar mengajar seperti bangunan
Belanda atau sering disebut oleh masyarakat setempat dengan
Gedung Mayer. Selain memanfaatkan gedung yang ada, rumah
warga juga digunakan oleh pihak sekolah seperti rumah Ibu
Suliah, rumah Bapak Wari, rumah Ibu Juri, rumah Ibu
35
Marsipan yang merupakan warga dari desa Glodogan
(wawancara Sutami, 05/11/2013)
Rumah-rumah warga yang digunakan untuk proses
belajar mengajar tersebut memiliki lahan yang luas. Di lahan
yang luas terdapat bangunan rumah yang luas pula sehingga
memungkinkan untuk kegiatan belajar mengajar dengan
banyaknya murid di dalamnya. Rumah warga yang digunakan
mampu untuk menampung ± 30 siswa dengan luas bangunan ±
12x11 meter. Rumah-rumah yang digunakan untuk dijadikan
tempat pembelajaran memiliki dua bangunan utama atau biasa
disebut omah gandok (wawancara Jumilah, 26/05/2014)
Proses belajar mengajar ditempatkan di bagian pendopo
dari rumah tersebut. Hal tersebut dikarenakan jarang
digunakan oleh pemilik rumah sehingga dapat dijadikan
tempat untuk kegiatan pembelajaran. Bagian pendopo tersebut
biasanya hanya dipakai untuk menerima tamu sehingga jarang
digunakan. Selain banguan yang cukup luas terdapat pula
pekarangan / teras depan yang tidak kalah luasnya ± 3x7
meter. Hal tersebut dimanfaatkan oleh para murid untuk
melakukan berbagai permainan di saat jam istirahat
berlangsung (wawancara Jumilah, 26/05/2014)
Pada akhirnya pihak yayasan dapat membeli tanah
yang dimiliki oleh salah satu warga di desa Glodogan yang
36
bersedia dibeli. Hal tersebut memberikan kesempatan pihak
yayasan untuk mendirikan bangunan sekolah dan membuat
kegiatan belajar mengajar tidak berpindah-pindah lagi. Di
lahan hasil pembeliannya dengan warga desa setempat mampu
dibangun kelas-kelas yang berukuran ± 4x6 meter. Kelas-kelas
tersebut dibangun secara berderet hingga mencapai 6 (enam)
kelas atau 6 (enam) ruangan. Kelas-kelas tersebut mampu
menampung semua murid yang bersekolah di Sekolah Rakyat
Kanisus Harjosari dari kelas satu hingga kelas enam
(wawancara Nasirun, 26/05/2014)
Pada awalnya bangunan yang didirikan masih terbuat
dari anyaman-anyaman bambu atau orang desa setempat
menyebutnya dengan gedek. Hal tersebut dikarenakan yayasan
belum mampu memberikan dana untuk membeli material
bangunan. Proses pembangunan dilakukan secara bertahap
dimulai dari membeli lahan terlebih dahulu hingga membeli
bahan material untuk mendirikan bangunan. Namun dengan
keuangan yang semakin meningkat maka bangunan tersebut
mulai diperkokoh.
Murid-murid yang bersekolah di Sekolah Rakyat
Kanisius Harjosari juga ikut ambil bagian dalam mendirikan
bangunan sekolah mereka. Hal tersebut terlihat dari adanya
kegiatan gotong royong membawa batu yang akan digunakan
37
dalam membangun sekolah. Batu-batu tersebut diambil dari
kali atau sungai-sungai kecil yang berada disekitar desa
Glodogan yakni desa Kerban. Kegiatan gotong royong tersebut
dilakukan saat jam istirahat berlangsung sehingga tidak
mengganggu kegiatan belajar mengajar (wawancara Jumilah,
21/12/2013)
b) Materi pembelajaran
Pelajaran yang diajarkan pada awalnya hanya sebatas
menghitung, menulis huruf latin dan huruf jawa serta
menggambar. Seiring dengan tahun-tahun yang telah dilewati
sekolah tersebut memberikan tambahan ilmu-ilmu yang
diajarakan kepada siswanya hingga mencapai 8 (delapan) mata
pelajaran pada tahun 1957 yaitu:
1. Budi pekerti
Para peserta didik diajarkan mengenai kebaikan yang
harus dilakukan oleh seorang manusia selama hidup
dalam masyarakat, seperti keTuhanan itu sepeti apa?
Berperikemanusiaan itu yang bagaimana, itulah yang
diajarkan dalam pelajaran budi pekerti.
2. Bahasa Indonesia
Dalam pelajaran bahasa Indonesia peserta didik
diajarkan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar seperti halnya menggunakan awalan,
38
sisipan, akhiran dan berbagai pribahasa yang digunakan
oleh masyarakat.
3. Berhitung
Mata pelajaran berhitung ini sebagai mata pelajaran
yang sederhana seperti pipolondo atau ping, poro lan
sudo (perkalian, pengurangan dan pengurangan)
4. Menggambar
Pelajaran menggambar ini sebelum menggunakan buku
kertas gambar masih menggunakan sabak. Sehingga
saat murid selesai menggambar langsung dinilai oleh
guru.Para murid yang mendapatkan nilai bagus (10)
akan sangat gembira sehingga nilai yang tertera di
sabak tersebut ditempelkan di pipi. Hal tersebut
dilakukan untuk mengecap atau mencetak angka 10
tersebut beralih ke pipi mereka. Sehingga memapu
membanggakan hasil nilainya kepada teman-temannya.
5. Ilmu bumi
Mata pelajaran ilmu bumi mengajarkan para muridnya
tentang berbagai macam isi dari bumi dan berbagai
letak-letak tempat seperti kota maupun negara.
6. Bahasa Jawa
Mata pelajaran bahasa jawa mengajarkan bahasa daerah
yang digunakan oleh masyarakat sehari-hari. Diajarkan
39
juga bahasa krama untuk digunakan dalam kehidupan
sehari-hari dalam bermasyarakat. Disamping bahasa
krama juga diajarkan tulisan-tulisan jawa atau aksara
jowo. Tembang dolanan juga di ajarakan di mata
pelajaran ini.
7. Agama
Agama katolik merupakan pelajaran agama yang
diajarkan di Sekolah Rakyat Kanisius karena yayasan
itu merupakan yayasan katolik. Pelajaran agama ini
diberikan kepada semua murid tanpa memandang
kepercayaan apa yang mereka anut. Dalam pelajaran
agama ini yang bertugas mengajar adalah bruder
ataupun romo. Maka saat pelajaran berlangsung guru
yang mengampu kelas tersebut berada di luar ruang
kelas atau ikut di dalam kelas untuk menemani para
muridnya.
8. Ilmu Hayat
Dalam ilmu hayat mengajarkan kehidupan yang terjadi
di bumi seperti kehidupan tumbuhan, kehidupan hewan
dan kehidupan manusia.
5. Lingkungan
Lingkungan sekolah yang mendukung terciptanya kegiatan
belajar mengajar juga merupakan salah satu komponen dari sistem
40
pendidikan. Lingkungan sekolah tersebut tediri dari masyarakat yang
berada di sekiar tempat diadakannya kegiatan belajar. Dukungan
diberikan oleh masyarakat sekitar. Hal tersebut dapat dilihat dari
dipinjamkannya rumah-rumah warga untuk dijadikan tempat kegiatan
pembelajaran. Warga tidak meminta / memungut bayaran dalam
meminjamkan sebagian tempat tinggal mereka atau dengan kata lain
dipinjamkan secara gratis (wawancara Nasirun, 26/05/2014)
Berbagai hal yang dilakukan pihak sekolah guna menarik minat
masyarakat sekitar untuk memasukkan putra-putri mereka kedalam
dunia pendidikan. Pihak sekolah menarik hati masyarakat misalnya
saja dengan tidak memungut biaya dari para murid yang belajar di
sekolah tersebut. Pada awalnya pihak sekolah membebaskan biaya
atau gartis secara keseluruhan.Namun dengan semakin banyaknya
murid yang masuk ke Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari akhirnya
menerima sumbangan dari para murid. Sumbangan biasanya diberikan
dari orang tua murid yang dirasa mampu untuk menyumbangkan
beberapa sen kepada sekolah. Walaupun hal tersebut tidak diharuskan
oleh pihak sekolah. Beberapa orang tua murid yang dirasa mampu
memberikan sumbangan ± 5 sen setiap bulannya. Dan dicatat oleh
guru dalam setiap kelas namun tidak ada kartu-kartu khusus
pembayaran (wawancara Jumilah, 21/12/2013)
Disamping dengan pembebasan biaya-biaya sekolah, ada pula
kepedulian akan kesehatan yang diperhatikan oleh Sekolah Rakyat
41
Kanisius Harjosari. Kesehatan merupakan sesuatu hal yang penting
untuk murid sekolah rakyat yang masih dalam masa pertumbuhan.
Pihak sekolah bekerja sama dengan pihak pemerintah untuk
memberikan suntikan guna menanggulangi penyakit cacar air karena
memperhatikan pentingnya kesehatan. Kegiatan tersebut oleh pihak
sekolah rutin diselenggarakan atau dilaksanakan di setiap kelas tiga.
Suntik cacar tersebut yang dilakukan oleh pak mantri keliling dari
puskesmas terdekat (wawancara Jumilah, 21/12/2013).
D. Proses pembelajaran
Persiapan dimulainya kegiatan belajar mengajar diawali dengan
datangnya guru / pengajar. Guru-guru datang langsung ke tempat yang
digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Sekolah Rakyat Kanisius
Harjosari yang belum memiliki bangunan sekolah membuat tidak adanya
kantor guru untuk dijadikan tempat berkumpulnya para guru. Hal tersebut
membuat guru-guru yang bertugas mengajar untuk langsung menuju ke kelas
mereka masing-masing (wawancara Nasirun, 26/05/2014)
Guru / pengajar akan menujuk salah satu murid guna mempersiapkan
teman-teman yang lain untuk berbaris di depan kelas. Guru akan memilih
barisan yang paling rapi dan teratur untuk memasuki kelas terlebih dahulu
karena guru ingin mengajarkan kepada muridnya tentang ketertiban dan
kedisiplinan. Sehingga barisan yang tidak rapi dengan muridnya yang
bergerak-gerak (tidak tenang) akan memasuki kelas diurutan paling akhir
(wawancara Nasirun, 26/05/2014)
42
Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pada pukul 7 (tujuh) pagi dan
berakhir pukul 12 (dua belas) siang. Setelah para murid masuk ke dalam kelas
maka guru akan memulainya dengan berdoa menurut ajaran katolik karena
sekolah ini berada di bawah naungan yayasan katolik. Setelah berdoa bersama
untuk mengawali kegiatan belajar mengajar guru akan melakukan absensi
kelas. Anak-anak yang bukan merupakan murid resmi sekolah tersebut
diijinkan untuk melihat kegiatan pembelajaran secara langsung, mereka
datang karena mengikuti saudara atau tetangganya. Pintu kelas sudah ditutup
oleh pengajara saat absensi berlangsung sehingga mereka yang berada di
dalam kelas berani untuk keluar kelas. Hal tersebut juga berpengaruh untuk
anak-anak yang bukan merupakan murid resmi (wawancara Jumilah,
21/12/2013)
Para murid mendapatkan hukuman dari guru karena datang terlambat
untuk masuk ke dalam kelas. Hukuman tersebut adalah murid harus berdiri di
depan kelas (setrap) sampai guru menyuruhnya duduk dan mengikuti
pelajaran (wawancara Jumilah, 26/05/2014).
Istirahat dimulai pukul 9 (sembilan) untuk kelas 1 (satu) dan kelas 2
(dua) sedangkan kelas 3 (tiga) sampai kelas 6 (enam) istirahat di mulai pukul
10 (sepuluh). Setelah kegiatan belajar mengajar selesai guru yang bertugas
langsung pulang bersama anak didiknya tanpa harus berkumpul bersama guru-
guru yang lainnya.
43
E. Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari setelah tahun 1962
Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari sebelum setelah tahun 1962
melakukan kegiatan pembelajaran di gedung baru yang telah dibangun oleh
pihak yayasan. Berbeda dengan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
sebelum tahun 1962 masih menggunakan rumah-rumah warga. Kegiatan
pembelajaran tidak lagi berpindah-pindah tempat. Berbagai fasilitas sekolah
mulai diberikan kepada para murid yang bersekolah di Sekolah Rakyat
Kanisius Harjosari. Setalah tahun 1962 dengan menggunakan gedung baru
milik Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari fasilitas-fasilitas diberikan secara
bertahap kepada anak didiknya oleh pihak sekolah, seperti misalnya ruang
kelas yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, toilet untuk guru dan juga
toilet untuk murid. Ada pula fasilitas lainnya yakni kantor guru untuk para
pendidik beristirahat sejenak setelah menjalankan tugasnya mengajar di dalam
kelas. Koperasi sekolah juga dibangun untuk tempat para murid membeli
makanan dan juga minuman saat jam istirahat berlangsung. Sebelum adanya
koperasi para murid membeli makanan dan minuman di luar lingkungan
sekolah. Makanan dan minuman tersebut biasanya dijajakan oleh masyarakat
sekitar yang membuka kedai atau toko kecil di sekitar sekolah. Sehingga pihak
sekolah mampu memantau makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh anak
didiknya agar tidak jajan sembarangan (wawancara Rini, 17/06/2014).
Fasilitas lainnya yang mendukung terlaksanakannya kegiatan
pembelajaran adalah perpustakaan. Perpustakaan untuk menyimpan buku-
buku yang dimiliki sekolah, misalnya saja buku paket, buku cerita-cerita
44
daerah dan buku bacaan lainnya. Buku-buku tersebut dapat dibaca oleh para
murid dengan duduk di bangku-bangku serta meja yang disediakan di
perpustakaan. Ada pula ruang UKS (Unit Kesehatan Sekolah) yang dilengkapi
dengan obat-obat sederhana misalnya obat sakit kepala, obat merah atau
betadine, dan minyak kayu putih. Alat pengukur tinggi badan dan juga berat
badan juga terdapat di ruang UKS tersebut. Fasilitas lainnya yang diberikan
oleh pihak sekolah adalah adanya dua ruang kelas yang mampu dijadikan satu.
Dua ruang kelas tersebut dipisahkan oleh batas yang mampu dibuka maupun
ditutup. Sehingga memungkinkan diselenggarakan pentas seni di dalam
ruangan tersebut.
Selain fasilitas-fasilitas yang diberikan pihak sekolah juga memberikan
ilmu-ilmu pengetahuan lainnya di luar mata pelajaran. Ekstrakulikuler
diberikan kepada para siswa, diantaranya adalah pramuka dan memainkan alat
musik tradisional Jawa yakni gamelan. Gamelan yang dimiliki seperti gong,
kendang, kenong dan saron. Ada pula ekstrakulikuler tari tradisional yang
diajarkan kepada para murid melalui salah satu guru yang mengajar di sekolah
tersebut.