BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak...

20
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Salatiga Secara Geografis wilayah Salatiga berada pada daerah vulkanisme Merapi- Merbabu. Kegiatan vulkan Gunung Merbabu pada masa lalu dan Erupsi Gunung Merapi yang bersifat periodik itu jelas berpengaruh terhadap daerah sekitarnya baik yang bersifat negatif maupun positif. Sebaran abu gunung-gunung tadi secara positif adalah bagaikan pemupukan bagi tanah di sekitar gunung tersebut. Ditambah dengan faktor curah hujan yang cukup, akan menyebabkan makin tingginya tingkat kesuburan tanah daerah tersebut. Sedangkan kesuburan tanah akan mengundang kelompok-kelompok manusia untuk bermukim di situ, yang kemudian menyatu menjadi kelompok besar masyarakat yang mampu menciptakan karya budaya. Karya budaya manusia akan tercipta apabila masyarakat pendukungnya terjamin kesejahteraan hidupnya (Sukarto Karto Atmodjo,dkk, 1995: 17). Karena banyak orang kulit putih yang tinggal, maka Salatiga mendapat perhatian banyak dari pemerintah Hindia Belanda. Puncaknya terjadi pada tanggal 25 Juni tahun 1917 Gubernur Jendral Hindia Belanda mengeluarkan Staatsblad No. 266 Tahun 1917 yang menjadikan Salatiga sebagai sebuah Gemeente (Kotapraja) dan dipimpin oleh seorang Burgemeester (Walikota). Status Gemente menjadikan Salatiga cepat berkembang sampai akhirnya mendapat predikat sebagai de Schoonste Stad van Midden Java yang berarti kota terindah di Jawa

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2541/5/T1_152008017_BAB IV.pdfBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Salatiga

���

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Letak Geografis Salatiga

Secara Geografis wilayah Salatiga berada pada daerah vulkanisme Merapi-

Merbabu. Kegiatan vulkan Gunung Merbabu pada masa lalu dan Erupsi Gunung

Merapi yang bersifat periodik itu jelas berpengaruh terhadap daerah sekitarnya

baik yang bersifat negatif maupun positif. Sebaran abu gunung-gunung tadi secara

positif adalah bagaikan pemupukan bagi tanah di sekitar gunung tersebut.

Ditambah dengan faktor curah hujan yang cukup, akan menyebabkan makin

tingginya tingkat kesuburan tanah daerah tersebut. Sedangkan kesuburan tanah

akan mengundang kelompok-kelompok manusia untuk bermukim di situ, yang

kemudian menyatu menjadi kelompok besar masyarakat yang mampu

menciptakan karya budaya. Karya budaya manusia akan tercipta apabila

masyarakat pendukungnya terjamin kesejahteraan hidupnya (Sukarto Karto

Atmodjo,dkk, 1995: 17).

Karena banyak orang kulit putih yang tinggal, maka Salatiga mendapat

perhatian banyak dari pemerintah Hindia Belanda. Puncaknya terjadi pada tanggal

25 Juni tahun 1917 Gubernur Jendral Hindia Belanda mengeluarkan Staatsblad

No. 266 Tahun 1917 yang menjadikan Salatiga sebagai sebuah Gemeente

(Kotapraja) dan dipimpin oleh seorang Burgemeester (Walikota). Status Gemente

menjadikan Salatiga cepat berkembang sampai akhirnya mendapat predikat

sebagai de Schoonste Stad van Midden Java yang berarti kota terindah di Jawa

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2541/5/T1_152008017_BAB IV.pdfBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Salatiga

���

Tengah. Salatiga dijadikan sebuah Gemeente karena memenuhi syarat. Ada tiga

macam faktor yang menjadi pertimbangan bagi Pemerintah Hindia Belanda untuk

menentukan berdirinya sebuah Gemeente, yaitu dengan melihat faktor penduduk,

faktor keadaan setempat, dan faktor keuangan (Emy Wuryani, 2006: 57).

Menurut Kuntowidjojo, kota yang ideal mempunyai ciri: sektor pedagang

asing terutama pedagang Cina yang mewarnai kehidupan kota dengan gaya

bangunan, kegiatan ekonomi, dan kehidupan sosial budaya, sektor kolonial

dengan benteng, perkantoran, rumah-rumah, rumah ibadah, sektor kelas

menengah pribumi yang kadan-kadang mengelompok dalam kampung-kampung

tertentu dan imigran yang menampung para pendatang baru di kota yang berasal

dari pedesaan sekitar. Di sela-sela tempat ini terdapat gedung-gedung sekolah,

pasar, stasiun, dan tempat-tempat umum lainnya (Kuntowidjojo, 1994:54).

Dari kondisi geografis yang demikian maka jelas bahwa daerah Salatiga

dan sekitarnya sudah sejak jaman dahulu merupakan daerah yang tanahnya subur,

sehingga menjadi tempat konsentrasi masyarakat manusia dari abad ke abad yang

ternyata juga menghasilkan karya budaya yang tinggi. Sehingga letak Salatiga

yang strategis menyebabkan banyaknya orang-orang kulit putih menetap dan

tinggal di Salatiga bahkan lebih dari itu, Salatiga dijadikan sebagai kota transit

bagi orang-orang Belanda yang baru datang dari Eropa dan hendak tinggal di

Hindia Belanda.

Keberadaan tentara Hindia Belanda dengan tangsi-tangsinya membawa

citra dan identitas Salatiga sebagai basis militer yang tetap melekat samapai abad

20. Kemajuan Salatiga dimulai dari terbentuknya Stadsgemeente Salatiga

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2541/5/T1_152008017_BAB IV.pdfBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Salatiga

���

ditambah dengan mulai banyaknya warga kulit putih yang tinggal di Salatiga

maka tatanan kota Salatiga diperindah dengan diperbaikinya jalan-jalan besar

diaspal, trotoar dan jalan kampung diperkeras dengan beton, tidak ketinggalan

pula di kanan kiri jalan raya ditanami pohon-pohon yang rindang seperti mahoni

dan kenari (Handjojo, 1979: 14).

B. Kedatangan Bangsa Belanda Di Salatiga

Ketika Vereenigde Oost Inddische Compagnie (VOC) berkuasa di Jawa,

Salatiga berada di bawah kekuasaan dagang Belanda itu. Oleh VOC Salatiga

dipandang sangat strategis, karena berada di jalur utama persimpangan Semarang,

Surakarta, dan Magelang. Salatiga juga strategis dalam kegiatan lalu lintas

perdagangan dari pedalaman Jawa Tengah ke Pantai Utara Jawa sehingga

dijadikan sebagai tempat persinggahan para pedagang. Karena letak Salatiga yang

strategis, VOC menjadikan Salatiga sebagai kota Militer atau kota Garnisium.

Salatiga menjadi markas besar pasukan kaveleri artileri dari tentara kerajaan

Hindia Belanda KNIL yang membangun komplek militer disisi Selatan Salatiga.

Pemerintah Hindia Belanda menjadikan Salatiga sebagai kota militer dan pada

tahun 1746 VOC membangun sebuah benteng yang diberi nama benteng De

Hersteller. Pembangunan benteng De Hersteller di Salatiga dimaksudkan untuk

memberi jaminan keamanan di sepanjang jalur Semarang-Surakarta dan sebagai

tempat persinggahan para pegawai VOC yang akan berkunjung ke Surakarta.

VOC kemudian menjadikan Salatiga sebagai wilayah militernya. Hal ini

dapat kita lihat dan kita temukan dari bangunan dan tangsi militer di bagian

Selatan kota Salatiga. Tangsi-tangsi militer dan juga benteng yang dibangun oleh

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2541/5/T1_152008017_BAB IV.pdfBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Salatiga

���

VOC tersebut bertujuan untuk memantau kegiatan Mataram. Salatiga dianggap

penting oleh VOC karena wilayahnya yang strategis yang berada di jalur

Semarang-Surakarta-Magelang. Semua yang dilakukan VOC tersebut bertujuan

untuk kepentingan VOC sendiri yakni sebagai pertahanan dan juga untuk

melindungi kepentingan politik dan ekonominya di Jawa.

Ketika sistem tanam paksa diperkenalkan pada tahun 1830, Salatiga

dijadikan sebagai salah satu pusat kegiatan penanaman kopi. Waktu itu Salatiga

bisa dikatakan sebagai lumbung kopinya VOC. Pada tahun 1900 di wilayah

Afdeeling Salatiga terdapat 32 perkebunan swasta dan 20 tahun kemudian

meningkat menjadi 81 perkebunan swasta. Yang meliputi kopi, karet, cokelat,

kapas, kina, rempah-rempah, tembakau, gandum, dan sayuran (Burger, 1962: 17).

Selain adanya kebijakan mengenai Cultuurstelsel adanya UU Agraria 1870

juga mengakibatkan meningkatnya perekonomian Jawa. Semenjak adanya UU

Agraria tersebut membuka Jawa bagi perusahaan-perusahaan swasta, pemilik

modal yang menanamkan modalnya di Jawa terutama dalam usaha membuka

perkebunan. Dibukanya terusan Suez pada tahun 1869 menjadikan jalur pelayaran

sistem perhubungan untuk ekspor dan impor ke Eropa semakin membaik. Hal ini

pula yang mendorong semakin meningkatnya orang sipil Eropa berbondong-

bondong datang ke Jawa pada awal abad ke-20.

Pembangunan Fasilitas Dan Tata Kota Yang Berarsitektur Eropa

Belanda di Salatiga membangun berbagai fasilitas umum yang belum ada

dan belum pernah dikenal sebelumnya oleh penduduk pribumi. Meski

pembangunan kota Salatiga pada waktu itu lebih dimaksudkan untuk

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2541/5/T1_152008017_BAB IV.pdfBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Salatiga

���

meningkatkan kenyamanan orang-orang kulit putih, namun orang pribumi pun

ikut merasakan manfaatnya baik secara langsung maupun tidak.

Listrik juga sudah masuk ke Salatiga dan warganya sudah bisa menikmati

penerangan jalan meski masih terbatas di jalan protokol. Dan warga Salatiga juga

bisa menikmati ssegarnya air leideng yang diambil dari mata air Senjoyo. Fasilitas

air leideng ini bisa didapatkan orang pribumi hanya di kran-kran umum saja.

Dibangun juga sarana olahraga berupa lapangan tennis dan kolam renang yang

pada saat itu terkenal dengan sebutan Badplats Kalitaman. Dan orang pribumi

hanya memanfaatkan mata air di kanan kiri bangunan Badplats tersebut. Di

sebelah barat lapangan tennis, masih dalam kompleks Tamansari, terdapat gudang

mesiu. Untuk menunjang penampilan pusat kota maka Pemerintah Hindia

Belanda, gudang mesiu tersebut diubah menjadi Indische Kerk. Yang sampai saat

ini masih berdiri tegak dan dikenal dengan Gereja Protestan di Indonesia bagian

Barat (GPIB).

Belanda juga membangun fasilitas seperti hotel yang mewah pada masa

itu, yaitu Hotel Kalitaman dan Hotel Berg en dal. Pada saat hotel ini dibangun,

dunia arsitektur sedang dikuasai oleh gaya Indische Empire dengan pilar-pilar

besar seperti gaya Romawi atau Yunani. Dan Hotel Kalitaman merupakan hotel

berbintang pada jaman Belanda yang hanya diperuntukkan bagi orang kulit putih

saja. Hotel Kalitaman ini sudah beberapa kali mengalami pergantian nama dan

fungsi. Ketika masih berfungsi sebagai hotel, namanya pernah berganti menjadi

Grand Hotel Kalitaman dan berganti lagi menjadi Hotel Kaloka. Sesudah tidak

berfungsi lagi menjadi hotel, namanya diganti menjadi Sasana Widya Praja dan

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2541/5/T1_152008017_BAB IV.pdfBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Salatiga

���

menjadi Bang Jateng sekarang ini. Sedangkan Hotel Berg en Dal di

bumihanguskan oleh para pejuang Salatiga pada tahun 1947 untuk mencegah

tentara Belanda agar tidak menempati gedung-gedung penting di Salatiga. Ketika

Hotel ini dibangun, dunia arsitektur berada dalam masa transisi dari gaya Indische

Empire ke gaya Kolonial Modern. Gaya ini ditandai dengan adanya pilar-pilar

yang lebih ramping dibanding pilar bangunan Hotel Kalitaman. Dan ketika tentara

Jepang masuk ke Salatiga, banyak gedung-gedung yang diduduki dan dirampas

Jepang. Bangunan tersebut dijadikan sebagai tempat interniran atau tempat

tawanan perang sementara waktu.

Selain kedua Hotel tersebut masih ada hotel lagi di Salatiga, yaitu Hotel

Blommestein yang berada di Semarangscheweg. Hotel ini berarsitektur sama

dengan Hotel Berg en Dal dimana bergaya arsitektur transisi. Sebagai kotanya

orang-orang Belanda maka di Salatiga dibangun sekolah-sekolah dan perkantoran.

Sekolah yang didirikan antara lain Eerste Europeesche Lagere School yang

berlokasi di Toentangscheweg dan Tweede Europeesche Lagere School. Dan

khusus orang-orang Cina dibangunkan Hollandsche Chinese School (HCS).

Selain itu juga dibangun Normaalschool dan Kweeksschool dan lima buah

Sekolah Desa dengan satu gedung Vervolgshool (lanjutan Sekolah Desa) di

Sinoman Tempel. Fasilitas perkantoran yang dibangun antara lain Algemeene

Volksch Bank, Post Telefoon Telegram Kantoor, dan kantor Planologi (Eddy

Supangkat, 2012: 33).

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2541/5/T1_152008017_BAB IV.pdfBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Salatiga

���

C. Kedatangan Etnis Tionghoa Di Salatiga

Tidak dapat disangkal bahwa golongan etnis Tionghoa di Indonesia

merupakan suatu golongan yang berarti. Tercermin dalam reaksi dan respon dari

masyarakat di mana mereka bermukim. Tidak ada yang besikap acuh tak acuh

terhadap mereka, tetapi sikap itu bersifat ekstrim, membenci atau sebaliknya

menyenangi mereka. Sikap ekstrim ini tidak konstan pada orang atau kelompok-

kelompok tertentu. Hal ini tercermin dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan yang

tidak menentu dari suatu pemerintahan ke pemerintahan yang lain, sejak jaman

kolonial sampai sekarang. Boleh dikatakan semua orang Tionghoa di Indonesia

merupakan imigran kelahiran Tiongkok atau keturunan imigran menurut garis

laki-laki. Namun sebagai akibat dari perkawinan campuran dan asimilasi di

banyak bagian Indonesia. Kita tidak bisa memastikan yang mana tergolong orang

Tionghoa dan mana yang bukan orang Tionghoa, berdasarkan kriteria ras yang

paling sederhana pun. Migrasi yang mendorong adanya pemukiman orang

Tionghoa di Indonesia dimulai sejak adanya perdagangan oleh pedagang-

pedagang Tionghoa yang menggunakan perahu-perahu jungnya dari bagian

Tenggara daratan Tiongkok, sedangkan pertumbuhan penduduk Tionghoa di

Indonesia selanjutnya sangat erat hubungannya dengan perannanya dalam bidang

ekonomi. Bebas dari akibat-akibat birokrasi kerajaan Tiongkok yang membuat

mereka terkekang, orang Tionghoa perantauan ini membuktikan bahwa mereka

paling cocok untuk perkembangan ekonomi. Mereka menekan sistem nilai yang

mementingkan kerajinan, kehematan, pengandalan pada diri sendiri, semangat

berusaha dan keterampilan. Hal tersebut menyebabkan merteka berhasil dalam

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2541/5/T1_152008017_BAB IV.pdfBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Salatiga

��

bidang ekonomi di suatu negara yang kaya alamnya dan penduduk aslinya sama

sekali berlainan orientasinya.

Kedatangan etnis Tionghoa telah berlayar dari Tiongkok Selatan ke Pulau

Jawa jauh sebelum orang Eropa berlayar ke Timur, sebelum kedatangan orang

Portugis di Kepulauan Nusantara pada tahun 1511. Awal abad ke-14 telah ada

pemukiman orang Tionghoa di Pulau Jawa yang membentuk koloni kecil di

pinggir pantai (Peter Carey, 1986:8).

Mereka datang ke Pulau Jawa sebagai pedagang yang membawa porselen

dan sutera untuk ditukar dengan beras dan hasil pertanian yang lain. Mereka

datang ke Pulau Jawa dengan perahu kecil yang tergantung oleh angin musim,

mereka harus menunggu angin utara agar dapat pulang ke kampung halaman.

Selama waktu menunggu di Pulau Jawa inilah mereka sering terpikat oleh

perempuan setempat dan membangun keluarga. Dan terbentuklah pemukiman

orang Tionghoa dan disebut pecinan yang berdampingan dengan rumah atau

keraton penguasa Pribumi. Pada abad ke-14 para Pribumi masih beragama Hindu

dan beribadah di candi. Sementara itu para pendatang dari Tiongkok menganut

Konfusius, Budha, dan Tao dengan kelentengnya. Dua etnis ini hidup

berdampingan dengan damai (Pratiwo,2010:11).

Di abad ke-15 agama Islam mulai tersebar di Pulau Jawa dan kebudayaan

Hindu mulai mengalami kemunduran. Bersamaan dengan itu muncul pedagang

pribumi yang hidup di daerah yang disebut dengan kauman dan terletak dengan

pecinan. Di timur laut Jawa Tengah, Raden Patah mendirikan kesultanannya dan

diikuti dengan semakin banyaknya pengikut agama Islam. Tetapi orang Tionghoa

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2541/5/T1_152008017_BAB IV.pdfBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Salatiga

��

tetap bertahan pada kebudayaannya dan memeluk agama yang berbeda. Dari

catatan seorang musafir Cina, Fa-Hien, diperoleh keterangan bahwa pada tahun

414, terdapat kerajaan bernama To-lo-mo (Taruma) atau Kerajaan Tarumanegara

yang merupakan kerajaan tertua di Jawa. Fa-Hien yang sedang melakukan

perjalanan menuju India dan singgah di Ye-po-ti (Jawa). Tidak semua orang Cina

ikut melanjutkan berdagangan ke India. Sebagian orang Cina melakukan kontak

hubungan dengan orang Jawa yang pada akhirnya menetap di Jawa dan

melakukan perkawinan dengan orang Jawa, sehingga terjadi akulturasi budaya

dengan masyarakat setempat. Seperti halnya Sunan Bonang dan Sunan Ampel

beliau adalah keturunan Cina. Sepanjang abad-abad berikutnya, kelompok-

kelompok masyarakat Cina terus memainkan peranan yang sangat penting di

dalam kehidupan ekonomi dan sosial Jawa yang terletak di daerah pedalaman

(Peter Carey,1986:16).

Orang Tionghoa di Jawa sebagian besar tinggal di kota-kota, suatu

pencerminan tidak hanya dari asal-usul pemukiman pedagang dan kesukaan

mereka untuk mencari nafkah di kota, tetapi juga pencerminan dari kebijaksanaan

yang tidak menentu dari pemerintah. Selama sebagian besar abad ke-19, oleh

penguasa Belanda, orang-orang Tionghoa diharuskan tinggal di bagian kota yang

sudah ditentukan dan hanya boleh keluar dari daerah itu jika mendapat ijin dari

pemerintah Belanda.

Dari abad ke-17 sampai abad ke-20, yaitu pada waktu orang-orang

Belanda maju pesat dengan eksploitasi ekonomi Hindia Belanda yang semakin

sistematis itu, orang-orang Tionghoa makin banyak memperoleh peranan yang

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2541/5/T1_152008017_BAB IV.pdfBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Salatiga

���

orang Belanda sendiri tidak mampu melaksanakan. Mereka diperkenankan untuk

mengikuti selera mereka terhadap pekerjaan sebagai usahawan dan membina

jaringan perdagangan dan finansial yang menyeluruh yang membentang dari

pelabuhan-pelabuhan besar sampai ke pasar-pasar desa. Orang Belanda mengusai

bidang perkapalan dan usaha ekspor impor yang menghidupi dan dihidupi oleh

jaringan ini, dan memungut pajak dan bea pada beberapa tempat di dalam sistem

tersebut. Kecuali orang-orang Tionghoa mendapat dorongan untuk menduduki

posisi perdagangan diantara orang Belanda dan penduduk asli. Orang-orang

Tionghoa juga dipekerjakan sejak tahun 1860 sampai 1930 sebagai buruh di

perkebunan dan pertambangan yang menghasilkan komoditi untuk pasaran Eropa.

Pada tahap perkembangan kolonial, orang Tionghoa perantauan makin banyak

dipekerjakan sebagai mandor atau pegawai kantor di dalam perusahaan orang

Eropa (Mely G. Tan, 1979:2).

Orang-orang Cina masuk ke Salatiga sekitar abad ke-18, ini dibuktikan

dengan adanya klenteng Amurvabhumi atau biasa disebut Klenteng Hok Tiek Bio

yang berada di Jalan Letjen Sukowati merupakan saksi sejarah masuknya ajaran

agama Budha di Kota Salatiga. Dalam perjalanannya, Klenteng Hok Tiek Bio ini

pun menjadi simbol dari keberadaan penganut Tri Dharma, yaitu kombinasi antara

agama Budha, Khong Hu Cu dan Taoisme. Berdirinya klenteng ini sekaligus

menandakan masuknya pengaruh Tionghoa ke Kota Hati Beriman ini. Tak

diketahui secara persis kapan pengaruh kaum warga keturunan ini masuk ke

Salatiga yang dulunya merupakan tanah perdikan ini. Namun dari hasil

identifikasi sejumlah ahli sejarah, masuknya pengaruh Tionghoa ke Kota Salatiga

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2541/5/T1_152008017_BAB IV.pdfBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Salatiga

���

diprediksi terjadi seiring dengan pergerakan Tionghoa ke Surakarta (Solo) pada

tahun 1740-1741 (http://kaledhasby.multiply.com/journal).

Orang Cina di Salatiga pada saat itu dianggap setara dengan orang Eropa,

karena orang Cina sangat berperan penting dalam kegiatan ekonomi orang Eropa.

Dan sejak kedatangan orang-orang Belanda dan berkuasanya mereka, orang-orang

Cina digunakan sebagai perantara dalam hubungan dagang mereka dengan

penduduk pribumi yang merupakan produsen hasil bumi, serta sebagai tukang-

tukang untuk pembuatan dan pemeliharaan rumah-rumah dan kota-kota yang

didirikan. Maka orang-orang Cina mendapat kawasan pemukiman di ruas

Soloshceweg, Kawasan ini terkenal dengan sebutan Chinese Wijk. Seperti halnya

dengan orang-orang Eropa, orang-orang Cina membangun rumah mereka dengan

gedung-gedung permanen. Hanya saja rumah mereka tidak terlalu besar dan

halamannya tidak terlalu luas seperti milik orang Eropa. Mereka memang tidak

memerlukan bangunan yang luas seperti bangunan milik ortang Eropa.

Kebanyakan rumah tinggal mereka sekaligus menjadi tempat usaha. Rumah-

rumah di kawasan ini berarsitektur Cina dengan bangunan berderet memanjang

seperti rumah kopel.

Kawasan Chinese Wijk merupakan kawasan perdagangan maka rumah-

rumah yang berarsitektur Cina yang dibangun menyesuaikan fungsinya, bagian

depan untuk berjualan dan yang belakang sebagai rumah tinggal. Dan di kawasan

ini dari dulu sampai sekarang selalu menjadi pusat perekonomian dan kawasan ini

selalu menjadi kawasan paling sibuk. Mata uang yang digunakan pada saat itu,

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2541/5/T1_152008017_BAB IV.pdfBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Salatiga

���

baik untuk jual beli maupun untuk membayar jasa transportasi dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Tabel Mata Uang yang digunakan di Salatiga

pada masa Raja Wihelmmina

No Nama Nilai Senilai Mata Uang Mata Uang dengan

1 Bil 1 Bil 1/2 Sen 2 Benggol 1 Benggol 2 Sen 1/2 3 Kelip 1 Kelip 5 Sen 4 Kethip 1 Kethip 25 Sen 5 Setali 1 Setali 50 Sen 6 Suku 1 Suku 50 Sen 7 Gulden 1 Gulden 5 Sen

Sumber: (Mia Nuraini,2012: 35)

Pusat-pusat kegiatan ekonomi di Salatiga tidak hanya di pasar-pasar saja

terdapat pula warung-warung milik pribumi yang menjual makanan gudeg dan

tumpang, serta ikan asin dan toko-toko yang dimiliki oleh orang Cina dan Arab.

Orang-orang asing Asia yaitu orang Cina dan Arab mendominasi perdagangan

pada masa itu. Sehingga orang-orang Cina banyak yang mendominasi

perekonomian di Salatiga. Hal ini dapat kita lihat pula sampai saat ini di

sepanjang jalan Jenderal Sudirman terdapat banyak sekali toko-toko yang dimiliki

oleh orang Cina dan beberapa orang Arab.

Menurut Yapin dalam Mia Nuraini (2012: 35), Pasar di Salatiga yang ramai

dahulunya ada 2 yaitu yang saat ini menjadi Pasar Raya I yang dulunya adalah

Pasar kalicacing yang yang telah direnovasi pada tahun 1928 dan Pasar Rejosari

atau sering disebut dengan Pasar Sapi. Pedagang yang datang dari berbagai

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2541/5/T1_152008017_BAB IV.pdfBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Salatiga

���

wilayah di sekitar Salatiga mereka berkumpul dan menjual hewan ternak mereka

di pasar tersebut.

Peningkatan kegiatan ekonomi di Salatiga yang juga di pengaruhi oleh

kegiatan ekspor impor pemerintah Belanda di Salatiga membuat 2 pasar lagi

untuk menampung para pedagang dari luar Salatiga dan memisahkan jenis

dagangannya. Dua pasar yang didirikan oleh Belanda ialah :

1. Pasar hewan (Veerpaser) dikhususkan untuk menampung

perdagangan ternak yang dilengkapi dengan tempat pemotongan

hewan.

2. Pasar Rejosari untuk menampung berbagai hasil bumi dan sayuran

terutama dari Magelang, Getasan dan Ambarawa (Emy Wuryani,

2006 : 40).

Banyaknya orang Cina yang tinggal menetap di Salatiga dan menguasai

perekonomian di Salatiga, mengalami persaingan dengan orang Eropa. Orang

Cina memiliki kelebihan yang tidak dimiliki orang Eropa, seperti hubungan yang

intensif antara pedagang Cina dengan konsumen-konsumen pribumi, membuat

mereka lebih mengenal kebutuhan dan selera golongan orang pribumi. Mereka

bertahan menetap sampai sekarang dan masih meninggalkan sisa bangunan yang

berarsitektur Cina.

D. Kedatangan Djoen Eng Di Salatiga

Perkembangan perdagangan di Jawa menarik para saudagar Cina untuk

datang ke Jawa dan melakukan beberapa kegiatan ekonomi. Kwik bersaudara,

Kwik Hong Biauw, Kwik Ing Djie, Kwik Djoen Eng, Kwik Ing Sien dan Kwik Ing

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2541/5/T1_152008017_BAB IV.pdfBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Salatiga

���

Hi, datang ke Jawa sebagai importir teh dari tanah kelahirannya Taiwan. Kwik

bersaudara memilih tempat untuk menetap adalah tidak pada satu tempat, mereka

memilih tempat awal adalah terpisah di Yogyakarta, Solo dan Surabaya, yang

dalam perkembangannya juga di Salatiga dan Semarang. Usaha yang dijalankan

adalah export-import dengan barang yang lebih variatif tidak hanya teh namun

juga telah berkembang ke hasil bumi Jawa, yang salah satunya adalah gula.

Meskipun demikian Kwik bersaudara tetap mempertahankan bisnis tehnya,

namun sebagian bahan bakunya telah banyak mengambil dari tanah Jawa. Kwik

bersaudara memberi merek teh nya adalah “Teh Tjap Semar”, dan mestinya

bukan tanpa alasan mereka memberi nama dari icon budaya local, dan sangat

melekat dengan orang-orang Jawa (blogspot.com/2010/11/tko-01-teko-thee-tjap-

semar-nv-nv-kwik.html).

Kwik Djoen Eng adalah seorang businessman yang unggul. Perusahaan

yang didirikannya pada tahun 1877 di Semarang, yaitu N.V Kwik Hoo Tong

Handel Maatshappij, bergerak dibidang eksport dan import hasil bumi. Sekitar

tahun 1920 telah berkembang menjadi salah satu firma Hindia Belanda yang

terbesar, dengan cabang di seluruh Indonesia dan luar negeri (Cina, Taiwan,

Eropa dan Amerika). Kwik Djoen Eng bisa dikatakan orang terkaya kedua setelah

Oe Tiong Ham, saudagar gula dari Semarang yang lebih dikenal secara pribadi,

sepak terjang dan bahkan imperium bisnisnya sampai sekarang masih exist (Teguh

Santosa, 05 Agustus 2012).

Etnis Tionghoa dianggap setara dengan orang Eropa yang tinggal di

Salatiga dan pada saat itu Salatiga mendapat julukan kota terindah di Jawa Tengah

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2541/5/T1_152008017_BAB IV.pdfBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Salatiga

���

oleh orang kulit putih, Djoen Eng membangun tempat tinggal di kawasan

Europeesche Wijk. Kompleks ini dibangun pada tahun 1921 dan baru selesai

empat tahun kemudian dan diresmikan dengan pesta yang sangat meriah. Menurut

cerita, biaya total pembangunan gedung itu sekitar 3 juta gulden Belanda, suatu

jumlah yang sangat fantastis. Lamanya waktu pembangunan ini karena besarnya

ukuran rumah dan Djoen Eng selaku pemilik sering melakukan perubahan dan

penambahan dari desain awalnya, dimaksudkan agar bangunan tersebut benar-

benar sempurna. Ketika Istana itu dibangun, hanya bangunan Istana Djoen Eng

satu-satunya bangunan yang berarsitektur Cina yang berada di kawasan

Europeesche Wijk.

Riwayat bangunan Istana antara 1925- 1940 kurang ada informasi yang

pasti. Yang diketahui bahwa akibat krisis ekonomi yang melanda dunia pada

tahun tiga puluhan, perusahaan Kwik Djoen Eng jatuh bangkrut, sehingga untuk

melunasi hutangnya, seluruh kompleks di Salatiga yang berharga itu disita oleh

Javaache Bank. Sejak itu gedung itu kosong, tanpa penghuni. Nasib Kwik Djoeng

Eng ada yang mengatakan bahwa beliau meninggal dalam perjalanan pulang ke

tanah leluhur di Taiwan.

E. Gedung/ Bangunan Istana Djoen Eng

Tahun 1921 Kwik Djoen Eng mulai membangun Istananya untuk

keluarganya di Salatiga. Kompleks ini dahulu Istana pribadi seorang Tionghoa

kaya yang bernama Kwik Djoeng Eng. Hal itu masih dapat dilihat dari

bangunannya sendiri. Ciri khas dan suasana Tionghoa masih ada beberapa yang

tetap dilestarikan sampai sekarang. Khususnya ruang makan dan ruang rekreasi:

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2541/5/T1_152008017_BAB IV.pdfBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Salatiga

���

lantai ubin yang bermacam- macam motif, batu marmer, lukisan-lukisan kaca

yang masih menghias sebagian besar kedua ruangan itu. Semuanya itu merupakan

warisan dari zaman dahulu. Tiang pergola di taman dan semacam gardu yang

sungguh bercorak Tionghoa dengan warna merah menyala dan kuning

(wawancara dengan Lany 15 Februari 2012).

Kompleks Istana Djoen Eng terdiri dari bangunan gedung, kebun tanaman

hias, kolam, kebun binatang mini, lapangan tennis, kebun kopi dan tanah di luar

pagar meliputi kurang lebih 12ha (6 ha di dalam, 6 ha di luar pagar) atau 1% dari

total wilayah Gemeente Salatiga pada waktu itu. Bangunan induk gedung

dilengkapi dengan 5 kubah yang menyerupai pagoda. Kubah yang besar dan

berada di tengah-tengah melambangkan Djoen Eng selaku sang pemilik istana,

sedangkan 4 kubah lain yang mengelilinginya melambangkan keempat putra

kesayangannya. Ornamen kubah yang dibangun Djoen Eng juga melambangkan

sebagai rahim, karena sosok Djoen Eng sangat menghargai sosok seorang Ibu.

Gedung ini sangat artistik dengan interior yang cantik, dinding- dinding

bangunan megah tersebut dilapisi marmer, lantainya berwarna-warni dengan

motif yang beraneka ragam pula, dan lukisan-lukisan kaca yang terhampar di

sana-sini. Semuanya menjanjikan pesona tersendiri bagi orang yang melihatnya.

Belum lagi dengan taman di sekililing bangunan yang ditata sedemikian bagus

berikut tempat rekreasi dengan corak khas Cina (Eddy Supangkat,2010:146).

F. Perkembangan Fungsi Bangunan Istana Djoen Eng

Dalam bulan April 1940 pimpinan Fratres Immaculatae Conceptionis

(FIC) di Indonesia sangat didesak Uskup Semarang untuk membeli gedung Djoen

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2541/5/T1_152008017_BAB IV.pdfBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Salatiga

���

Eng yang ditawarkan oleh Javache Bank dengan harga yang rendah. Waktu itu

gedung itu sudah beberapa tahun kosong dan tidak terawat. Waktu membeli,

pimpinan FIC belum ada gambaran jelas kompleks yang amat luas itu akan

dipakai untuk tujuan apa: panti asuhan anak-anak piatu, sekolah dan asrama,

sekaligus tempat istirahat bagi para bruder.

Dalam bulan Mei tahun 1940 itu juga, sebelum FIC sempat menempati

Istana Djoen Eng itu, seluruh kompleks dipinjam oleh Gubernemen Hindia

Belanda untuk dijadikan kamp tawanan. Kemudian, dengan kedatangan tentara

Jepang tahun 1942, menjadi kamp interniran bangsa Belanda, kira-kira 170 orang

banyaknya, diantaranya beberapa pastor dan bruder. Tahun 1945, waktu revolusi,

gedungnya untuk beberapa bulan menjadi markas polisi dan tentara Indonesia.

Kemudian, dari tahun 1946 sampai 1949 dijadikan tangsi tentara Belanda.

Baru dalam tahun 1949 bulan Mei bruder- bruder FIC mulai menetap di

dalam gedung. Bagian belakang gedung dipakai untuk Sekolah Menengah

Pertama (SMP) sampai tahun 1974. Gedung utama untuk Bruderan dan asrama

untuk anak-anak SMP, sampai tahun 1966. Waktu itu kompleks gedung yang luas

dalam keadaan menyedihkan, lagi pula dalam bentuk aslinya kurang cocok untuk

sekolah atau asrama. Di sana-sini yang seperlunya diperbaiki atau dirubah, namun

renovasi besar-besaran selalu ditunda- tunda karena lama sekali ada keraguan

dalam kalangan FIC tentang tujuan definitif rumah istimewa itu.

Baru ketika Institut Roncalli lahir pada tahun 1968 dan ternyata mendapat

tanggapan positif dari kalangan para religius, maka pimpinan FIC menyediakan

kompleks Djoen Eng untuk karya baru itu. Pada tahun 1969-1970 gedung utama

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2541/5/T1_152008017_BAB IV.pdfBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Salatiga

��

direnovasi secara menyeluruh agar lebih sesuai dengan tuntutan karya Institut

Roncalli. Seluruh atap dengan menara- menara dan kubahnya dibongkar, lantai

dua dirubah radikal menjadi kamar untuk peserta kursus. Sangat disayangkan

pemotongan kubah tersebut karena unsur arsitektur Cina tidak kelihatan lagi.

Pemotongan kubah bisa dikatakan karena pada waktu itu terdapat anti Cina,

sehingga memotong kubah dan menghilangkan kesan Cinanya (Eddy Supangkat

20 Juli 2012). Hasilnya kompleks itu menjadi perumahan yang lebih praktis, lebih

sesuai, tidak begitu mewah lahirnya, namun dapat dikatakan bahwa bentuk dasar

bangunan masih asli seperti dulu. Sejak itu kompleks Djoen Eng mulai dikenal

sebagai Institut Roncalli.

Dari tanah yang semula 12 ha luasnya, kini hanya tinggal 3,5 ha. Pada

tahun 1975 sebuah gedung sekolah baru SMP Pangudi Luhur dibangun di kebun

bagian selatan. Pada tahun 1976 seluruh tanah di luar pagar yang 6 ha luasnya,

diambil alih oleh pemerintah. Tahun 1992 sebagian dari kebun kopi dibeli

kongregasi Missionariorum a Sacra Familia (MSF) untuk mendirikan gedung

postulat, novisiat mereka dan gedung Grave, tahun 1995 dibangun gedung baru

Bruderan FIC (wawancara dengan Lany tanggal 15 Juli 2012).

Apa yang sekarang kita kenal dengan nama Institut Roncalli mulai

menghadirkan dirinya pada tanggal 12 Mei 1968. Pada saat itu atas inisiatif

Bruder- bruder FIC untuk pertama kalinya di Indonesia sejumlah biarawan dan

biarawati berbagai macam tarekat dikumpulkan selama lima minggu disuatu

gedung kuno milik FIC di Salatiga. Tujuannya untuk bersama-sama menggali

akar-akar kehidupan religius sesuai dengan semangat Konsili Vatikan II (1962-

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2541/5/T1_152008017_BAB IV.pdfBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Salatiga

��

1965), yang mendorong adanya usaha serius membina hidup religius di jaman

sekarang. Baru beberapa bulan kemudian dipilih suatu nama yang sampai

sekarang disandang oleh Istitut Roncalli itu.

Menurut Lany, seorang pengurus Institut Roncalli, nama Roncalli diambil

dari nama keluarga almarhum Paus Yohanes XXIII (1958- 1965), yang nama

aslinya Angelo Guiseppe Roncalli. Paus tersebut seorang tokoh besar gerakan

Konsili Vatikan II yang antara lain mengajak untuk mengadakan pembahuruan

dalam kehidupan religius. Nama Roncalli dirasakan nama tepat untuk institut baru

itu yang tujuan utama adalah melayani kebutuhan spiritual para rohaniawan-

rohaniawan dari seluruh tanah air.

Gagasan dasar istitut Roncalli serupa biji kecil ditanam oleh Br. Joachim

v.d Linden dan Br. Carlo Hillenaar FIC pada tahun 1968. Berkat dukungan dan

bantuan dari banyak pihak, dalam perkembangan selanjutnya kentara bahwa

inspirasi dasar tersebut membawa banyak manfaat bagi Gereja Indonesia. Institut

Roncalli memberikan kesempatan kepada para religius Indonesia untuk menerima

pembinaan lanjutan (‘ongoing formation) dalam jangka waktu yang cukup

panjang dan dalam suasana hening dan refleksif. Kursus- kursus yang diadakan

antara lain: Kursus Persiapan Profesi Kekal, Kursus Medior, Kursus Kaderisasi,

Kursus Pembina Rohani dan lain-lain dan pelbagai macam Workshop. Yang

semuanya pada intinya bertujuan membantu para religius untuk menimba atau

mencari kesegaran hidup rohaninya.

Istana Djoen Eng yang masih tegak berdiri saat ini memang bukan Istana

Djoen Eng yang dulu. Sudah banyak perubahan pada gedung ini, namun demikian

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2541/5/T1_152008017_BAB IV.pdfBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Salatiga

���

oleh pemiliknya sekarang beberapa bagian tertentu masih tetap dibiarkan seperti

aslinya. Ruang makan, ruang rekreasi, interior gedung, tiang pergola di taman,

serta gardu bercorak Tionghoa dengan warna merahnya yang menyala, semua

masih seperti wujud aslinya. Kondisinya masih terawat baik seperti ketika

pertama kali dibangun, sembilan puluhan tahun yang lalu.