BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak...
21
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Letak geografis Salatiga
Salatiga terletak di daerah sebelah pedalaman Jawa Tengah, berada di
kaki Gunung Merbabu dan gunung-gunung kecil lainnya. Di sebelah selatan
terdapat Gunung Merbabu yang kakinya langsung berpadu dengan pegunungan
Telomoyo dan pegunungan Gajah Mungkur. Perpaduan kaki kedua gunung
tersebut membentuk batas Barat Daya Salatiga. Di sebelah utara terdapat
pegunungan Payung dan Rong dan di sebelah barat berbatasan dengan Rawa
Pening sehingga dapat dikatakan bahwa Salatiga merupakan dataran sekaligus
lereng dari gunung dan pegunungan yang mengelilingi Salatiga (Pemerintahan
Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga,1995:13-14).
Kotamadya Salatiga dibatasi oleh desa-desa di wilayah kecamatan yang
termasuk Kabupaten Dati II Semarang sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Pabelan dan
Kecamatan Tuntang, Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang.
b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Getasan dan
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang
c. Sebalah Timur : Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Pabelan dan
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang.
d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Getasan dan
Kecamatan Tuntang, Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang.
22
B. Salatiga pada masa Pemerintahan Kolonial
Perkembangan pemerintahan di Salatiga tidak lepas dari tuntutan orang-
orang Eropa yang semakin banyak tinggal di Salatiga untuk dapat memperoleh
fasilitas yang lebih baik dan mendapat kewenangan yang lebih luas dalam
mengelola daerahnya. Mereka menuntut pada pemerintah Belanda agar
Salatiga diberi status gementee (Emy Wuryani, 2006:56). Gementee
didefinisikan sebagai daerah kota otonom yang merupakan kota besar dengan
sifat kebaratan. Sifat kebaratan yang dimaksud adalah banyaknya penduduk
bangsa Eropa yang tinggal di kota tersebut dan di sekitar kota terdapat
onderneming-ondermening (perkebunan) gula, kopi atau yang lainya, sehingga
otonomi yang diberikan terutama hanya dapat dinikmati golongan masyarakat
Eropa. Di dalam perkembangannya, gementee menunjukan kehidupan yang
lebih baik dan subur daripada Daerah Otonom Karesidenan (Proyek dan
Dokumentasi Kebudayaan Daerah, 1983:8).
Usulan ditetapkannya Salatiga sebagai gementee disampaikan berhubung
dengan adanya kebijakan pemerintah Belanda dalam upaya memperluas
desentralisasi di Hindia Belanda ( Emy Wuryani, 2006:57). Alasannya sebagai
berikut:
1. Orang-orang Eropa yang tinggal di Hindia Belanda menuntut agar
pemerintahannya memberikan otonomi yang luas kepada daerah untuk
menyelenggarakan pemerintahannya karena bantuan dari pusat hanyalah
sedikit.
23
2. Pengaruh Perang Dunia I yang membawa kesulitan bagi pemerintahan
Belanda.
Salatiga ditetapkan sebagai gementee oleh Kerajaan Belanda pada
tanggal 25 Juni 1917 dalam bentuk Surat Keputusan Staatblod tahun 1917 No.
266 yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Gemetee
Salatiga dipimpin oleh seorang Burgemeester atau walikota yang ditunjuk
langsung oleh pemerintah pusat atau Gubernur Jenderal. Berdirinya gemetee di
Salatiga ini mendorong pemerintah melakukan perbaikan dalam berbagai
bidang terutama untuk meningkatkan sumber-sumber ekonominya guna
membiayai operasional pemerintahannya dan memenuhi kebutuhan warganya.
Beberapa sarana, prasarana dan fasilitas yang segera diperbaiki dan dibangun
antara lain berupa:
a. Gedung pemerintahan
b. Kantor pos dan telegraf
c. Lembaga pendidikan
d. Kantor kas negara
e. Rumah sakit pemerintah dan swasta
f. Tangsi militer
g. Gudang kopi
h. Pasar
i. Tempat-tempat hiburan dan taman rekreasi
j. Menambah jumlah dokter umum, dokter hewan, tenaga kesehatan dan
notaris
24
k. Sarana air bersih dan penerangan jalan
l. Penataan wilayah untuk perumahan (Emy Wuryani, 2006:61).
Mulai abad XIX Salatiga muncul sebagai salah satu tempat basis militer
tentara Hindia Belanda untuk keamanan jalur utama Semarang-Surakarta dan
salah satu pusat Zending di Pulau Jawa. Keberadaan tentara Hindia Belanda
dengan tangsi-tangsinya ini membawa citra dan identitas Salatiga sebagai
basis militer yang cukup melekat sampai periode pertengahan abad XX. Pada
awal abad XX Salatiga tidak hanya sebagai pusat militer dan agama saja
tetapi bertambah menjadi tempat peristirahatan, tempat rekreaksi, dan pusat
pendidikan. Banyaknya orang Eropa dan Cina yang berada di Salatiga
mendorong munculnya sekolah-sekolah. Sekolah- sekolah yang dibangun
sebagai berikut:
1. Sekolah Eropa
1.1. Eerste Europeesche Lagere School (ELS): Sekolah Dasar Eropa
Pertama dan Tweede Europeesche Lagere School ( ELS): Sekolah
Dasar kedua. Sekolah ini khusus untuk anak-anak Eropa.
1.2. Meisjes Europeesche Lagere School merupakan ELS putri satu-
satunya di Hindia Belanda.
1.3. Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO): Sekolah Menegah
Pertama. Pendidikan Dasar yang diperluas.
1.4. Hollandsch-Inlandsche School (HIS): Sekolah Belanda- Indonesia.
1.5. Hollandsch Chinese School (HCS): Sekolah Belanda-Cina, Sekolah
ini dikhususkan untuk anak-anak Cina
25
2. Sekolah Pribumi; 2de Klasse School (Sekolah Kelas Dua)
Sekolah Kelas Dua merupakan sekolah umum bagi seluruh rakyat
yang mempunyai kurikulum sederhana meliputi pelajaran membaca,
menulis dan berhitung. Namun, dengan didirikannya Sekolah Desa maka
Sekolah Kelas Dua hanya menjadi lembaga pendidikan untuk minoritas
rakyat saja. Sekolah ini mempersiapkan berbagai pegawai rendah untuk
kantor pemerintahan dan perusahaan swasta. Akhirnya sekolah ini
berfungsi untuk mempersiapkan guru bagi Sekolah Desa
(Nasution,2008:61-62).
3. Sekolah Desa
Sekolah Desa didirikan tanpa biaya pendidikan dari pemerintah dan
menjadi bagian integral dari masyarakat desa sehingga selain diberikan
pelajaran membaca, menulis dan berhitung dalam bahasa Jawa, juga
diajarkan pekerjaan tangan membuat keranjang, pot, genteng dan
sebagainya. Lama pendidikan Sekolah Desa adalah 3 tahun (Nasution,
2008:77-81).
4. Sekolah Kejuruan:
1.1 Normaal School dan Kweekschool (Sekolah Calon Guru
Perempuan). Lama pendidikan Normaal School selama 4 tahun dan
menerima murid dari lulusan Sekolah Kelas Dua. Sedangkan
Kweekschool menerima murid dari lulusan HIS (Hollandsch-
Inlandsche School). Lama belajarnya selama 6 tahun tetapi
26
kemudian berubah menjadi 5 tahun dan akhirnya menjadi 4 tahun
(I.Djumhur dan H.Danasuparta, 1976:140).
1.2 Kursus Guru Sekolah Desa. Cursus Volks-Onderwijzer (CVO)
merupakan kursus untuk memehuni kebutuhan guru diSekolah
Desa. Lama pendidikannya selama 2 tahun dan menerima murid
dari lulusan sekolah Vervolg atau Sekolah Kelas Dua(I.Djumhur
dan H.Danasuparta, 1976:139).
Selain itu masih ada sekolah-sekolah yang dibangun oleh para Zending
atau Missi berupa Inlandsche school, dan Sekolah Guru Pribumi, HCS, HIS
Katolik dan 1 sekolah Cina yang diusahkan oleh Tiong Hoa Hwee Kwan.
Penduduk pribumi hanya diijinkan masuk sekolah yang dikhusukan untuk
pribumi dan melanjutkan di HIS, Sekolah Guru maupun sekolah-sekolah yang
didirikan oleh para Zending atau Missi. Kesempatan mengenyam pendidikan
ini dimanfaatkana penduduk pribumi untuk menyekolahkan anak-anaknya
(Emy Wuryani, 2006:91-92).
27
C. Sejarah Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina Salatiga
Banyaknya orang-orang Eropa yang ada di Salatiga mendorong para
biarawan dan biarawati untuk berkarya atau menjalankan missi mereka di
Salatiga dan orang-orang Eropa ini membutuhkan pelayanan rohani baik
Kristen maupun Katolik. Maka dari itu di Salatiga tumbuh komunitas-
komunitas gereja. Karena banyaknya orang-orang Eropa yang tinggal bersama
keluarganya di Salatiga mendorong para biarawan dan biarawati untuk
mendirikan sekolah dan sekaligus menyebarkan agama Katolik.
Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina didirikan pada tanggal 1 Juli
1953 adalah sekolah yang didirikan oleh para suster. Sebelumnya bernama
Sekolah Menengah Pertama Kanisius. Sejak berdirinya sekolah ini dikelola
oleh para suster-suster OSF, namun masih bergabung dengan Sekolah
Menengah Pertama Pangudi Luhur. Sehingga masyarakat lebih mengenal
Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina ini dengan sebutan Sekolah
Menengah Pertama Pangudi Luhur putri (Media Informasi Sekolah Menengah
Pertama Stella Matutina, 2012: 2).
Sekolah Menengah Pertama ini adalah Sekolah Menengah Pertama
bersubsidi. Dimana dari segi keuangan masih mendapat bantuan dari
pemerintah, selain itu guru-gurunya kebanyakan guru yang diperbantukan dan
kepala sekolah adalah seorang Suster atau Bruder Missi dari Eropa. Pada waktu
itu kondisi masyarakat sangat sulit. Sebagai pegawai saja hanya mengandalkan
gaji Rp. 1200 tetapi dari pihak Yayasan memberikan subsidi bagi para
pegawainya (Wawancara dengan Slamet pada tanggal 31 Mei 2012).
28
Pada saat itu Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur putri ini
merupakan sekolah favorit. Dengan murid yang rata-rata paling banyak dan
beragama campuran. Para murid Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur
putri ini berasal dari etnis Jawa dan etnis Cina.
Pada tahun 1985 tepatnya tanggal 31 Desember, pada saat pelaksanaan
Akreditasi sekolah, sekolah Menengah Pertama Stella Matutina memperoleh
status “ Diakui”. Pada Akreditasi berikutnya pad tanggal 31 Desember 1990
status sekolah meningkat menjadi “Disamakan” dan Terakreditasi A. Bahkan
mulai tahun pelajaran 2007/2008 berhasil dipercaya oleh Pemerintah sebagai
Sekolah Standar Nasional (SSN) dan masih Terakreditasi A hingga sekarang
(Media Informasi Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina, 2012: 2).
1. Visi dan Misi
Visi Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina Salatiga pada tahun
1970 yaitu, mewujudkan manusia berkualitas dan berkepribadian untuh
yang mencintai alam ciptaan Allah, sesama dan bangsa. Pada tahun 2006
terjadi perkembangan yaitu, keunggulan dalam:
a. Hidup rohani
b. Prestasi akademik
c. Moral emosional/sikap dan perilaku
d. Kegiatan keolahragaan
e. Kegiatan kesenian
f. Kenyamanan lingkungan sekolah yang kondusif
g. Kepercayaan terhadap masyarakat.
29
Misi Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina Salatiga, yaitu:
a. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut
dan mencintai Tuhan serta sesama ciptaanNya.
b. Menyelenggarakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif
untuk mengoptimalkan potensi akademik siswa (Media Informasi
Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina, 2012: 3).
2. Arti dan Lambang Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina
Simbol-simbol:
a. Bintang melambangkan Maria bintang fajar
b. Bunga Lily melambangkan kemurnian dan kesucian
c. Merpati dalam kelopak bunga melambangkan Roh Kudus yang
memberikan semangat sebagai sumber daya dan inspirasi bagi
seluruh perangkat sekolah.
d. Warna hijau pada tangkai dan daun melambangkan para siswa
sebagai tunas-tunas muda yang penuh harapan masa depan.
e. Tulisan Marsudirini melambangkan sekolah ini bernaung di bawah
Yayasan Marsudirini.
30
f. Bagan luar melambangkan dasar Pendidikan Pancasila.
g. Warna dasar biru melambangkan damai dan kesederhanaan.
Nama Stella Matutina sendiri memiliki arti Bintang Fajar.
3. Kegiatan Belajar-Mengajar
Pada tahun 1971 kegiatan belajar- mengajar di Sekolah Menengah
Pertama “Pangudi Luhur Putri” dimulai dari pukul 07.00 hingga pukul
13.00, tetapi setelah itu para siswa mengikuti kegiatan pengembangan
diri yang diadakan oleh sekolah yaitu kegiatan ekstrakurikuler atau
program pengembangan minat dan bakat siswa. Kegiatan tersebut
antara lain kegiatan kulintang, karawitan dan pramuka (wawancara
dengan Sumarni pada tanggal 30 Mei 2012). Selain kegiatan
ekstrakurikuler, kulintang dan karawitan juga ada kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah ini yakni tari kreasi yang diajarkan oleh
Didik dari sanggar Purbasari. Pada saat itu ekstrakurikuler drumband
belum ada (wawancara dengan Adi Astuti pada tanggal 22 Juni 2012).
Seiring kemajuan jaman dan tuntutan jaman, maka pada tahun
2005 pendidikan untuk progam pengembangan diri bagi siswa-siswi
yang ada di Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina Salatiga ini
mengalami perkembang dengan tujuan untuk membentuk karakter
kepribadian siswa. Kegiatan pengembang diri di Sekolah Menengah
Pertama Stella Matutina ini dibagi menjadi dua yaitu:
1. Character Building di bawah bimbingan guru Bimbingan
Konseling. Kegiatan Character Building diisi dengan kegiatan
31
untuk mengenali diri sendiri, orang lain dan lingkungan melalui
dinamika kelompok dan pelajaran Kemarsudirinian, yaitu:
a. Merupakan pelajaran wajib bagi sekolah-sekolah Yayasan
Marsudirini.
b. Memberikan bekal budi pekerti, pengenalaan lingkungan dan
pemahaman diri yang berorientasi pada teladan Santo Fransiskus
Assisi dan Ibu Magdalena Daemen yang memiliki nilai-nilai,
antara lain: cinta kasih, rendah hati, pertobatan, hidup
sederhana, pelayanan, kepedulian, bersyukur, peduli dan
menghargai sesama.
2. Ekstrakurikuler yaitu program pengembangan minat dan bakat
siswa, kegiatan tersebut antara lain: drumband, Paskibar, basket,
voli, band, bina vokal, bulu tangis, barongsai, kir mipa, kir sosial,
pramuka, KKR, speaking english, teather dan seni lukis. Para siswa
hanya boleh mengikuti satu atau dua jenis kegiatan ekstrakurikuler
(Media Informasi Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina,
2012: 29-30).
Kegiatan belajar mengajar Sekolah Menengah Pertama Stella
Matutina Salatiga pada tahun 2005 hingga sekarang ini dimulai pada pukul
07.00 sampai 13.30 hari Senin dan Selasa. Hari Rabu dan Kamis dimulai
pukul 07.00 sampai 12.50, sedangkan hari Jumat pukul 07.00 sampai
11.55 dan hari Sabtu dimulai pukul 07.00 sampai 10.35. Khusus hari Sabtu
32
kegiatan diawali dengan senam bersama (Media Informasi Sekolah
Menengah Pertama Stella Matutina, 2012: 10).
Sumarni menuturkan bahwa pada tahun 1971 tidak hanya siswanya
yang putri saja tetapi gurunya pun juga putri dan uniknya ada salah satu
guru yang masih memakai jarik dan berkonde yaitu guru mata pelajaran
bahasa daerah. Tidak hanya kegiatan belajar mengajar di Sekolah
Menengah Pertama Pangudi Luhur Putri ini juga diadakan acara gereja
seperti misa untuk memperingati pesta santo pelindung. Misa dilakukan
setiap Minggu pertama dan biasanya misa diadakan di Gereja Paulus Miki
atau di Kapel (wawancara dengan Adi Astuti pada tanggal 22 Juni 2012).
Pada tahun 1970 misa diadakan setiap Minngu petama, masih
dilakukan hingga saat ini. Selain itu juga diadakan ibadah kelas setiap
Senin kelima, Pendalaman Iman Remaja (PIR) setiap Sabtu keempat, Doa
Malaikat Tuhan setiap hari pukul 12.00 dan doa pagi dengan
menggunakan Bahasa Indonesia (Senin, Rabu, Sabtu), Bahasa Inggris
(Kamis), Bahasa Jawa (Jumat), selain itu juga diadakannya Rekoleksi
setaip tahun atau sesuai kebutuhan (Media Informasi Sekolah Menengah
Pertama Stella Matutina, 2012: 30).
Pada tahun 2008 di Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina para
siswa-siswinya dibiasakan untuk doa pagi dan siang dengan menggunakan
bahasa yang sudah diatur jadwalnya, doa Malaikat Tuhan pada pukul
12.00, piket halaman tiap minggu sesuai jadwal, berbaris dengan
33
tertib/disiplin sebelum masuk kelas dan memberikan salam (sambil
bersalaman) kepada guru pengampu jam pelajaran pertama.
Pada tahun 1970 kegiatan ujian atau test biasanya Pangudi Luhur
Putri bercampur dengan Pangudi Luhur Putra dan pada saat itu tidak
pernah diadakan kelas meeting seperti sekarang ini (wawancara dengan
Sumarni pada tanggal 30 Mei 2012). Hal tersebut disebabkan karena
keterbatasan tempat. Selain kegiatan ujian atau test biasanya Pangudi
Luhur putri dan putra tidak bercampur karena pada jaman dulu di Pangudi
Luhur putri para siswinya sangat dijaga dengan baik (wawancara denga
Endang pada tanggal 28 Juni 2012). Alasan jarang ada kegiatan campur
adalah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Endang menuturkan bahwa pada tahun 1970 di Sekolah Menengah
Pertama Pangudi Luhur Putri ini, para siswinya dituntut untuk datang lebih
awal karena mereka harus melakukan piket perkelas terlebih dahulu, piket
perkelas tersebut sebagai berikut: menyapu halaman, membersihkan
kamar mandi, membersihkan kandang ayam dan kandang kelinci.
Kegiatan piket halaman ini masih berlangsung hingga sekarang. Tapi
bedanya, para siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina
tidak piket membersihkan kandang ayam dan kandang kelinci lagi, karena
tempat yang dulunya dibuat kandang tersebut kini sudah menjadi lab
bahasa dan ruang membatik.
34
4. Kurikulum Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina
4.1 Mata pelajaran
Mata pelajaran yang diajarkan di Pangudi Luhur putri pada
tahun 1970 dikelompokkan menjadi 3 yaitu kelompok dasar,
kelompok cipta, kelompok rasa/ karya yang meliputi (lihat lampiran
1, hal 54):
a. Kelompok Dasar
1. Kewargaan Negara
Mata Pelajaran Kewargaan Negara mengajarkan tentang
rasa nasionalisme warga negara Indonesia terhadap
bangsanya.
2. Bahasa Indonesia
Mata Pejalaran Bahasa Indonesia mengajarkan tentang
tata bahasa, kesusastraan, pantun, mengarang cerita dan lain
sebagainya.
3. Sejarah Kebangsaan
Mata pelajaran Sedjarah Kebangsaan mengajarkan
tentang sejarah Bangsa Indonesia dan guru sejarahnya
mengajar menggunakan metode bercerita.
35
4. Ilmu Bumi Indonesia
Mata pelajaran Ilmu Bumi Indonesia mengajarkan
tentang kejadian alam sekitar terutama di Indonesia
(wawancara dengan Dyah Tri pada tanggal 11 Juli 2012).
5. Pendidikan Agama/ Budi pekerti
Mata pelajaran agama diajarkan kepda seluruh siswa
yang beragama Katolik ataupun non Katolik. Agar para
siswa memiliki budi pekerti yang luhur dan santun
(wawancara dengan Dyah Tri pada tanggal 11 Juli 2012 ).
6. Pendidikan Djasmani/ Kesehatan
b. Kelompok Cipta
7. Bahasa Daerah
Mata pelajaran Bahasa Daerah, tembang jawa
mengajarkan struktur (unggah-ungguh) bahasa Jawa, tulisan
bahasa Jawa, nembang jawa dan lain-lain (wawancara
dengan Dyah Tri pada tanggal 11 Juli 2012).
8. Bahasa Inggris
Mata pelajaran Bahasa Inggris mengajarkan struktur
Bahasa.
9. Aljabar
Mata pelajatan Aljabar ini sama seperti dengan mata
pelajaran matematika di jaman sekarang. (wawancara
dengan Sumarni pada tanggal 30 Mei 2012).
36
10. Ilmu ukur
Mempelajari masalah geologi yang sekarang disebut
sebagai mata pelajaran geografi.
11. Ilmu Alam
Endang menuturkan bahwa materi pelajaran ilmu Alam
tentang gaya, rotasi, revolusi dan lain-lain. Saat ini ilmu ini
dinamakan sebagai mata pelajaran IPA atau Ilmu
Pengetahuan Alam.
12. Ilmu Hayat
Ilmu hayat mengajarkan tentang tumbuh-tumbuhan,
hewan, manusia, dan ilmu Kimia. Dalam perkembangan
pendidikan sekarang disebut sebagai mata pelajaran
Biologi.
13. Ilmu Bumi
Ilmu Bumi mengajarakan tentang kejadian alam sekitar.
Kejadaian alam sekitar dapat berupa bencana alam seperti
tanah longsong, gempa bumi dan lain sebagainya.
(wawancara dengan Adi Astuti pada tangggal 22 Juni 2012)
14. Sejarah Umum
Mata pelajaran sejarah Umum mempelajari tentang
sejarah Umum di seluruh dunia dan mengenal tokoh-tokoh
sejarah terkenal di dunia.
37
15. Administrasi
Mata pelajaran Administrasi ini mempelajari tentang
surat menyurat.
c. Kelompok karsa atau karya
16. Menggambar
Siswa dalam pelajaran ini diberi tugas untuk menulis
latin dan tulisan itu harus rapi, memperhatikan tebal
tipisnya huruf, bentuk huruf dan sebagainya. (wawancara
dengan Ani pada tanggal 25 Juli 2012). Dalam
perkembangan pendidikan menulis yang memperhatikan
tebal dan tipisnya diajarkan ketika sekolah dasar pada
sebuah buku halus. Sedangkan pada mata pelajaran
menggambar termasuk dalam seni rupa.
17. Kesenian
Siswa pada mata pelajaran ini diajarkan untuk dapat
menyanyikan lagu perjuangan dan lagu rohani
18. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Ani menuturkan pada mata pelajaran ini siswa
diajarkan untuk menyulam, menjahit, dan memotong-
motong bahan untuk pakaian santai. Dalam perkembangan
jaman, pendidikan PKK tidak diajarkan lagi tetapi para
38
wanita bisa mengikuti kegiatan tersebut setelah mereka
menikah.
Hasil nilai tersebut semua ditulis di buku induk, tapi sayangnya buku
induk tersebut tidak dapat diperoleh karena sekarang ini pemerintah
menyusun kebijakan jika dokumen lebih dari 25 tahun dihanguskan.
Namun sistem pendidikan mengalami perkembangan dari tahun ke
tahun, terutama mata pelajaran lebih disederhanakan dan ada juga mata
pelajaran yang dihapuskan. Mata pelajaran yang disederhanakan antra lain:
Ilmu Bumi, Sejarah dan Administrasi disederhanakan menjadi Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), Ilmu Hayat, Ilmu Alam, Ilmu Ukur
disederhanakan menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Menggambar,
Kesenian dan Prakarya disederhanakan menjadi Seni Budaya dan masuk
dalam pelajaran Mulok atau Muatan Lokal termasuk didalamnya Bahasa
Daerah atau Bahasa Jawa. Ada juga yang mengalami berubahan nama,
yaitu Ilmu Aljabar menjadi Matematika.
Pada tahun 2008 sampai sekarang mata pelajaran yang diajarkan di
Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina, meliputi:
1. Religiusitas
Mata pelajaran ini mempelajari tentang agama terutama
agama Katolik.
2. Pendidikan Kewarganegaraan
Mata pelajaran ini mempelajari tentang rasa
Nasionalisme terhadap Bangsa dan Negara.
39
3. Bahasa Indonesia
Mata pelajaran ini mempelajari tentang pantun, puisi
dan tata bahasa.
4. Bahasa Inggris
Mata pelajaran ini mempelajari tentang vokep dan tata
bahasa.
5. Matematika
Mata pelajaran ini mempelajari tentang aljabar,
pecahan, tambahan-tambahan, perkalian, pembagian, akar
dan bangun ruang.
6. IPA (Fisika, Biologi, Kimia)
Mata pelajaran ini terdiri dari tiga mata pejaran yaitu,
Kimia mempelajari tentang molekul, Fisika mempelajari
tentang mass benda, berat benda, Biologi mempelajari
tentang mahluk-mahluk hidup.
7. IPS (Geografi, Ekonomi, Sejarah, Sosiologi)
Mata pelajaran ini terdiri dari empat mata pelajaran
yaitu, Geografi mempelajari tentang tanah dan bumi,
Ekonomi mempelajari tentang sistem-sistem perekonomian,
Sejarah mempelajari tentang sejarah-sejarah dunia,
Sosiologi mempelajari tentang hubungan sosial masyarakat.
40
8. Seni budaya ( Seni rupa, Seni musik)
Mata pelajaran ini terbagi menjadi dua yaitu, Seni Rupa
mempelajari tentang teknik menggambar, Seni Musik
mempelajari tentang teknik bermain alat musik dan
bernyanyi.
9. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, Kesehatan
Mata pelajaran ini mempelajari tentang teknik dasar
bermain basket, senam, teknik dasar bermain voli.
10. Teknik Informatika dan Komunikasi (TIK)
Mata pelajaran ini mempelajari tentang teknik-teknik
mengetik, menggunakan rumus dengan ms office excel dan
pengenalan internet.
11. Bahasa Jawa Muatan Lokal (Mulok)
Mata pelajaran ini mempelajari tentang aksara jawa,
unggah-ungguh bahasa dan tembang jawa.
12. Elektronika Muatan Lokal (Mulok)
Mata pelajaran ini mempelajari tentang teknik
menyolder, teknik membuat rangkaian radio.
13. Membatik Muatan Lokal (Mulok)
14. Seni tari Muatan Lokal (Mulok)
41
15. Kemarsudirinian
Mata pelajaran ini mempelajari tentang Santo
Fransiskus Asisi dan Ibu Magdalena Daemen (lihat
lampiran 2, hal 55).
Di Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Putri pada tahun 1970
mata pelajaran yang diujikan meliputi semua mata pelajaran yaitu :
Pendidikan Agama, Pendidikan Kewargaan Negara, Bahasa Indonesia,
Olah raga, Bahasa Daerah, Bahasa Inggris, Ilmu Aljabar, Ilmu Ukur, Ilmu
Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah, Mengambar, Administrasi,
Kesenian, Prakarya, Pendidikan Kesejahteraan Keluaraga (PKK) (lihat
lampiran 3, hal 56). PPK ini dipergunakan jika para siswa tidak
meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Namun Mata Pelajaran
yang diujikan sekarang ini meliputi 4 Mata Pelajaran, yaitu: Matematika,
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan IPA (lihat lampiran4, hal 57).
Pada tahun 2000 ujian hanya dilaksanakan ujian nasional saja. Tetapi,
sekarang ini ujian dilakukan dua kali yaitu Ujian Sekolah dan Ujian
Nasional, ujian Sekolah dibagi menjadi dua yaitu ujian tertulis dan ujian
praktik. Mata pelajaran yang termasuk dalam ujian sekolah tertulis
meliputi: Religiusitas, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKN), IPS, Seni Budaya, Bahasa Jawa, Elektronika. Sedangkan ujian
sekolah praktik meliputi: Religiusitas, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
IPA, Pendidikan Jasmani, Seni Budaya, TIK, Bahasa Jawa, Elektronika
(Media Informasi Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina, 2012: 15).
42
Pada tahun 1970 di Pangudi Luhur putri ini selain diajarkan tentang
pelajaran para siswa juga diajarkan tentang budi pekerti, dan biasanya
para siswa juga diajarkan untuk merawat kebun, teknik cara membuat
telur ayam menjadi besar dengan memberikan makanan pada ayam
menggunakan cangkang telur yang dihaluskan, memelihara ayam dan
kelinci yang merupakan milik susteran, Ani mengatakan bahwa para
siswi-siswi juga diajarkan untuk mengisi jimpitan kelas dengan beras
supaya para siswi memahami arti kata prihatin. Selain itu para siswa juga
diajarkan kursus bahasa Belanda dan belajar mengenal kehidupan para
suster di susteran, selain itu murid-muridnya diajarkan untuk menyulam
dan memasak dalam hal ini termasuk di pelajaran PKK (wawancara
dengan Ani pada tanggal 25 Juli 2012).
5. Fasilitas
Pertama kali sekolah ini didirikan kelas untuk etnis Jawa dan etnis
Cina dipisahkan. Dengan jumlah kelas yang terdiri dari 6 kelas yang
terdiri dari kelas 1 A-B, kelas 2 A-B, kelas 3 A-B. Pada waktu itu kelas
satu masih bergabung dengan SD Marsudirini 77 dan satu kelasnya berisi
30 orang (wawancara dengan Endang pada tanggal 28 Juni 2012). Pada
saat itu kelas untuk etnis Jawa dan etnis Cina di pisah dengan porsi di
kelas A untuk etnis Jawa dan kelas B untuk etnis Cina (wawancara
dengan Suster Yuanita pada tanggal 4 Juli 2012).
Gedung kelasnya hanya di bagian atas saja dan yang bagian bawah
menuju jalan Seruni dulunya adalah kebun, selain itu yang sekarang yang
43
menjadi kantin dulunya ada tempat parkir sepeda. Secara fisik bangunan
mengalami renovasi dan penambahan gedung tanpa merubah struktur
bangunan.
Pada tahun 1973 kelas yang semula hanya 6 menjadi 9 kelas.
Bahkan semakin tingginya kepercayaan masyarakat terhadap Sekolah
Menengah Pertama Stella maka pada tahun 1993 jumlah kelasnya
bertambah menjadi 12 ruangan dan pada tahun 1996 sampai sekarang
jumlah kelas meningkat menjadi 15 ruangan (Media Informasi Sekolah
Menengah Pertama Stella Matutina, 2012: 2).
Adi Astuti menuturkan bahwa seragam yang dipakai oleh para
siswi di Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur putri ini kotak-kotak
merah dengan atasan putih.
Perabot, buku dan alat pengajaran belum lengkap, tetapi pada tahun
1977 perabot, buku dan alat pengajaran sudah dilengkapi perpustakaan.
Sekarang ini selain perpustakaan juga ada lab bahasa, lab komputer, dan
ruang membatik.
Bangunan terbuat dari batu bata dan atap genteng. Lokasi tenang
dekat dengan jalan raya, Gereja dan Biara atau Susteran. Pekarangan luas
dan ditanami pohon-pohan yang rindang.
6. Peserta didik
6.1 Murid
Peserta didik terdiri dari Etnis Pribumi dari golongan menengah
ke atas dan Etnis Cina dari golongan rendah baik kristiani maupun
44
non kristiani. Pada tahun 1975 Sekolah Menengah Pertama Stella
Matutina ini dibuks untuk umum baik dari segi Etnis maupun Jenis
Kelamin. Para siswa yang akan masuk di Sekolah Menengah Pertama
ini harus memiliki Nem yang baik dan harus lulus SD, pada saat itu
siswa dibartasi karena jumlah kelasnya terbatas.
Sekarng ini para siswa-siswi yang akan mendaftar di Sekolah
Menengah Pertama Stella Matutina selain lulus Sd dan memiliki Nem
yang baik, juga harusmengikuti tes akademik dan tes wawancara
dengan orang tuanya. Waktu pendaftaranya pun dibagi menjadi empat
gelombang yang terdiri dari gelombang pertama, gelombang kedua,
gelombang ketiga dan reguler. Tetapi sekarang-sekarang ini jumlah
siswa yang mendaftar di Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina
ini meningkat dilihat dari jumlah siswa tiap kelasnya.
7. Pengajar
Guru di Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina terdiri dari
guru-guru putri. Guru-guru yang mrngajar di Sekolah Menengah
Pertama Stella Matutina ini harus lulus dari pendidikan SGB, satu guru
mengampu satu mata pelajaran.
Pada tahun 1975 di Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina
ini menerima guru laki-laki, dan guru laki-laki tersebut mengajar mata
pelajaran olahraga, dan guru harus memiliki syarat sebagai berikut
pengetahuan, kepribadian baik, sikap baik dan cara berpikir baik.
45
D. Faktor-faktor penyebab Pangudi Luhur Putri Memisahkan diri dari
Pangudi Luhur Putra
1. Faktor Psikologi
Pada dasarnya manusia itu makhluk sosial, oleh karena itu maka
manusia membutuhkan orang lain. Dalam dunia pendidikanpun demikian
bahwa para siswapun juga membutuhkan orang lain untuk bersosialisasi
terhadap lingkungannya.
Sosialisasi tersebut terjadi tidak hanya dengan sesama jenis, bahkan
juga terjadi dengan lawan jenis. Oleh karena itu sebenarnya tidak begitu
baik bila dalam proses pendidikan laki-laki dan perempuan terpisah.
Bila dalam proses pendidikan laki-laki dan perempuan terpisah maka
yang akan timbul adalah rasa tidak percaya diri dan kurangnya rasa
solidaritas. Dilihat secara psikologi laki-laki lebih bisa bersikap dewasa
dibandingkan perempuan (wawancara dengan Suster Angelita pada
tanggal 7 Juni 2012).
Faktor yang lebih utama adalah terjalinnya interaksi dan sikap
gotong-royong antara laki-laki dan perempuan. Namun dalam sekolah
misi yang dikembangkan oleh para suster dan bruder sangat berbeda
dengan hal-hal tersebut. Para suster dan bruder tersebut memilih untuk
memisahkan diri dengan alasan faktor psikologis mereka karena pada
dasarnya antara bruder dengan suster secara psikologis mereka harus
mematikan perasaannya pada lawan jenisnya. Secara tidak langsung
mereka wajib menjaga kesuciannya masing-masing. Oleh karena itu
46
mereka tidak mau menjadi satu untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan.
2. Secara kebijakan
Secara kebijakan para suster dengan burder diberikan wewenang
masing-masing. Para suster diberi wewenang untuk mengelola yayasan
Marsudirini, sedangkan para bruder diberi wewenang untuk membawahi
yayasan Pangudi Luhur sampai sekarangpun hal tersebut masih
diberlakukan. Para suster dengan bruder pada masa hindia Belanda
sendiri hanya mengikuti perintah dari pemerintah Hindia Belanda.
Mereka menuruti semua prosedur yang ada.
3. Secara politik
Dalam sekolah misi yang didirikan tersebut diajarkan sesuai
dengan kepemimpinan mereka seperti para suster yang memimpin
berdasarkan kesusteran mereka begitu juga para bruder. Mereka
berharap dari siswa yang diajarkan ada yang tertarik atau terpanggil
untuk menjadi suster atau bruder. Hal tersebut terlihat salah satu murid
marsudirini yang terpanggil menjadi seorang suster yaitu Suster Yuanita
yang akhirnya bekerja di SMP Matutina itu sendiri sebagai administrasi.