BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.ub.ac.id/3329/5/BAB IV.pdf ·...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.ub.ac.id/3329/5/BAB IV.pdf ·...
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Indonesia yang dikenal sebagai Bursa Efek Jakarta
merupakan salah satu bursa saham dimana memberikan peluang investasi
dan sumber pembiayaan dalam mendukung pembangunan ekonomi
nasional. Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal, definisi Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan
menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran
jual-beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di
antara mereka.Bursa Efek Indonesia sebagai Self Regulatory Organization
atau SRO menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 mempunyai
kewenangan untuk membuat aturan main dan berhak memberlakukan
tindakan penghentian perdagangan saham perusahaan tertentu.
Bursa Efek pertama kali didirikan Desember 1912 di Batavia oleh
Pemerintahan Hindia Belanda. Perkembangan dan pertumbuhan pasar
modal pada awal didirikan tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan
kegiatan pasar modal pernah divakumkan pada tahun 1956-1977. Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II,
perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah
Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi
bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Pemerintah Republik
54
Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tanggal 10 Agustus
1977. Bursa Efek dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar
Modal). Beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan
seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Salah satunya pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES
88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public.
Sistem perdagangan Bursa Efek Jakarta selalu berkembang tiap
tahunnya. Bermula dari sistem manual kemudian berkembang
menggunakan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading
Systems) pada 22 Mei 1995. Sistem ini dapat memfasilitasi perdagangan
saham dengan frekuensi yang lebih besar dan menjamin kegiatan pasar
yang fair dan transparan dibandingkan dengan sistem perdagangan
manual. Pada tahun 2000, Bursa Efek Jakarta menerapkan sistem
perdagangan tanpa warkat (scripless trading) yaitu tata cara perdagangan
efek tanpa adanya fisik efek berupa sertifikat saham, obligasi, dan lainnya
dengan tujuan meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan keamanan
khususnya perlindungan terhadap investor dalam transaksi efek.
Pada tahun 2002, Bursa Efek Jakarta mengaplikasikan sistem
perdagangan jarak jauh (remote trading) sebagai upaya meningkatkan
akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan pasar dan frekuensi perdagangan.
Pada 2 Maret 2009, Bursa Efek meluncurkan sistem perdagangan baru
yaitu JATS-NextG. Sistem ini mampu menangani seluruh produk finansial
(saham, obligasi dan derivatif) dalam satu platform dengan
55
mengimplementasikan secara bertahap sehingga akan memberikan
kemudahan dan efisiensi perdagangan. Sistem perdagangan JATS-NextG
merupakan sistem perdagangan yang masih dipergunakan sampai saat ini.
Bursa Efek Indonesia berupaya mengembangkan pemodal lokal
yang besar dan solid untuk mencapai pasar modal Indonesia yang stabil.
Pasar modal yang stabil dapat memberikan keuntungan bagi pembangunan
perekonomian bangsa ataupun pembangunan nasional. Pasar modal akan
mempermudah perusahaan dalam memperoleh dana, sehingga akan
mendorong perekonomian nasional menjadi lebih maju dan menciptakan
kesempatan kerja yang luas serta meningkatkan pendapatan pajak bagi
pemerintah.
2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia
a. Visi Perusahaan
Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia
b. Misi Perusahaan
Menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten,
melalui pemberdayaan Anggota Bursa dan Partisipan, penciptaan
nilai tambah, efisiensi biaya serta penerapan good governance.
B. Gambaran Umum Perusahaan Sampel Penelitian
1. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA)
PT Tiga Pilar Sejahtera berdiri tahun 1992 oleh Bapak Joko
Mogoginta, Bapak Budhi Istanto dan Bapak Priyo Hadisutant.
Kegiatan usaha Perseroan ini yaitu perdagangan, perindustrian dan
56
perkebunan yang bergerak dibidang usaha industri makanan, meliputi
mie kering, mie instan, mie snack, bihun, snack, biskuit, permen;
pengolahan dan distribusi beras serta perkebunan kelapa sawit. Tahun
2003 Perseroan terdaftar menjadi perusahaan publik dan berubah nama
menjadi PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dengan kode emiten AISA melalui proses backdoor listing
dengan mengakuisisi PT Asia Inti Selera yang merupakan produsen
mie telor dengan merek dagang Ayam 2 Telor. Sejalan dengan proses
transformasi bisnis yang dimulai pada 2009, TPSF telah menjadi salah
satu perusahaan yang termasuk dalam Indeks Kompas 100. Pada 2011,
TPSF menjadi salah satu perusahaan yang termasuk dalam daftar “A
List of the Top 40 Best Performing Listed Company” dari Majalah
Forbes Indonesia dan pada 2012, TPSF mendapatkan penghargaan
Indonesia Best Corporate Transformation dari Majalah SWA. Selain
itu, TPSF juga dianugerahi penghargaan Asia’s Best Companies 2014
kategori Best Small Cap dari Finance Asia dan termasuk dalam daftar
20 Rising Global Stars dari Forbes Indonesia pada 2014.
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk hadir dalam industri makanan
dengan kesadaran bahwa industri ini harus dihadapi dengan inovasi
dan penciptaan produk yang berkualitas serta berdaya saing tinggi.
Dalam upaya mengukuhkan keberadaan Perusahaan, memposisikan
diri untuk menjadi Perusahaan pengolahan pangan dengan teknologi
modern. Diiringi dengan komitmen yang kuat dan inovasi yang
57
dijalankan secara berkelanjutan, kontribusi Perusahaan terhadap
perolehan industri akan semakin meningkat. PT Tiga Pilar Sejahtera
Food Tbk fokus pada pertumbuhan bisnis dan meningkatkan corporate
image yang lebih baik di mata seluruh pemangku kepentingan, juga
mengarahkan agar Perusahaan selalu berupaya memperkuat
positioning setiap produk dan melakukan diferensiasi melalui strategy
quality dan strategy value.Dengan terus membangun kapabilitas
sumber daya manusia, inovasi dan efisiensi di setiap lini kerja dan
kepemimpinan yang mempunyai visi kuat, TPSF yakin akan dapat
memenuhi komitmen untuk memberikan kepuasan bagi pelanggan,
keuntungan bagi investor, dan memberikan manfaat bagi semua pihak
yang terlibat dan kepada bangsa dan negara.
2. PT Tri Banyan Tirta Tbk (ALTO)
Tri Banyan Tirta Tbk (ALTO) didirikan tanggal 03 Juni 1997
dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1997. Tujuan
Perusahaan adalah untuk menghasilkan ALTO Natural Spring Water
sebagai merek lokal yang kuat dengan standar kualitas internasional
untuk menangkap pasar potensial di Indonesia. Ambisi Perusahaan
adalah menjadi kelompok minuman berenergi terdiversifikasi terbesar
di Indonesia. Perusahaan berkomitmen untuk mendirikan dan
membangun merek-merek utama yang sukses, peningkatan kualitas
dan inovasi produk secara terus-menerus dan melebihi harapan
pelanggan dalam hal pelayanan.
58
Pabrik ini terletak di Babakan Pari, Sukabumi, Jawa Barat yang
dikenal karena kemurnian dan mata air terlindungnya selama berabad-
abad. Kantor pusat ALTO terletak di Kp. Pasir Dalem RT.02 RW.09
Desa Babakan pari, Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi, Jawa
Barat 43158 – Indonesia. Pemegang saham yang memiliki 5% atau
lebih saham Tri Banyan Tirta Tbk, yaitu: PT Fikasa Bintang
Cemerlang (pengendali) (42,31%), PT Tirtamas Anggada (pengendali)
(23,97%) dan Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM) (14,06%).
3. PT Delta Djakarta Tbk (DLTA)
PT Delta Djakarta Tbk. (“PT Delta” atau “Perusahaan”) pertama
kali didirikan di Indonesia pada tahun 1932 sebagaiperusahaan bir
Jerman yang bernama “Archipel Brouwerij,NV.” Perusahaan
kemudian dibeli oleh kelompok usahaBelanda dan berganti nama
menjadi NV De Oranje Brouwerij.Perusahaan menggunakan nama PT
Delta Djakarta Tbk.sejak tahun 1970.Pada tahun 1984, PT Delta
menjadi salah satu perusahaanIndonesia pertama yang mencatatkan
sahamnya di BursaEfek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia),
mengokohkan statusnya sebagai pemain utama di industri bir dalam
negeri. Pemerintah daerah DKI Jakarta pun menjadi pemegang saham
utama di Perusahaan.
Pada tahun 1997, Perusahaan memulai rencana
ekspansiagresifnya dengan memindahkan fasilitas produksi birnyadari
Jakarta Utara ke Bekasi, Jawa Barat dengan fasilitasyang lebih modern
59
dan lebih luas.PT Jangkar Delta Indonesia, didirikan pada tahun 1998,
adalahanak perusahaan PT Delta yang bertindak sebagai
distributortunggal, dengan jaringan distribusi yang terbentang
dariMedan di Sumatera Utara sampai Jayapura di Papua.PT Delta
memproduksi bir Pilsner dan Stout berkualitasterbaik yang dijual di
pasar domestik Indonesia, denganmerek dagang Anker Beer, Anker
Stout, Carlsberg, San MiguelPale Pilsen, San Mig Light dan Kuda
Putih. Sodaku, produkminuman non-alkohol juga diproduksi dan
didistribusikan didalam negeri.PT Delta juga memproduksi dan
mengekspor bir Pilsnerdengan merek dagang “Batavia.”
4. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)
ICBP merupakan produsen makanan dalam kemasan yang
mapan dan terkemuka dengan berbagai pilihan produk makanansehari-
hari bagi konsumen di segala usia. Banyak di antara merekproduknya
merupakan merek terkemuka yang telah melekat dihati masyarakat
Indonesia, serta memperoleh kepercayaan danloyalitas jutaan
konsumen di Indonesia selama bertahun-tahun.ICBP berdiri sebagai
entitas terpisah di bulan September 2009 serta tercatat di BEI pada
tanggal 7 Oktober 2010. ICBPdidirikan melalui restrukturisasi internal
dari Grup ProdukKonsumen Bermerek (“CBP”) PT Indofood Sukses
Makmur Tbk(“Indofood”), perusahaan induk ICBP yang sahamnya
tercatatdi BEI sejak tahun 1994. Melalui proses restrukturisasi
internal,seluruh kegiatan usaha Grup CBP dari Indofood, yang
60
meliputimi instan, dairy, makanan ringan, penyedap makanan, nutrisi
danmakanan khusus, serta biskuit (sebelumnya tergabung dalamGrup
Bogasari), dialihkan ke ICBP.Pada saat ini Indofood tetap menjadi
pemegang saham mayoritas ICBP dengan kepemilikan saham sekitar
80%. Olehkarenanya, ICBP tetap memiliki sinergi dengan beberapa
Perusahaan Grup Indofood lainnya dalam menjaga
keunggulankompetitifnya.
Pada tahun 2012 ICBP mulai melaksanakan inisiatif untuk
meraih peluang usaha baru dengan mendirikan perusahaan patungan
(joint venture atau “JV”) dengan Asahi Group Holdings SoutheastAsia
Pte. Ltd. (“Asahi”) untuk memasuki pasar minumannon-alkohol di
Indonesia. Selanjutnya perusahaan JV tersebutmengakuisisi 100%
saham di PT Prima Cahaya Indobeverages(“PCIB”) (yang sebelumnya
dikenal sebagai PT Pepsi-ColaIndobeverages) yang mana perusahaan
JV yang bergerakdi bidang pemasaran minuman non-alkohol beserta
denganafiliasinya, telah ditunjuk oleh PepsiCo untuk
memproduksi,memasarkan dan mendistribusikan minuman non-
alkohol dengan menggunakan merek-merek PepsiCo secara eksklusif
diIndonesia; dan mengakuisisi aset yang terkait dengan kegiatanusaha
air minum dalam kemasan dengan merek dagang Club.
5. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
Pada tahun 1990 didirikan dengan nama PT Panganjaya
Intikusuma. Membentuk perusahaan patungan 51:49 dengan Seven-
61
UpNetherlands B.V., perusahaan afiliasi PepsiCo Inc. Untukmemasuki
industri makanan ringan (Usaha patungantersebut telah ditransfer ke
ICBP pada tahun 2010 sebagaibagian dari restrukturisasi Grup
CBP).Tahun 1994 Berganti nama menjadi PT Indofood Sukses
Makmur. IPO sebanyak 763 juta saham dengan harga nominal
Rp1.000 per saham, tercatat di BEI. Di tahun 1995 Mengakuisisi
pabrik penggilingan gandum Bogasari dan mengakuisisi 80% saham
grup perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan, agribisnis dan
distribusi di tahun 1997. Lalu mengakuisisi 60% saham Perusahaan
keemasan karton pada tahun 2004.
Tahun 2005 PT Indofood Sukses Makmur membentuk
perusahaan patungan dengan Nestlé SA untuk pemasaran produk-
produk kuliner, mengakuisisi perusahaan perkebunan di Kalimantan
Barat, mengakuisisi Convertible Bonds yang diterbitkan oleh
Perusahaan perkapalan, setara dengan 90,9% kepemilikansaham. Juga
Mengakuisisi 55,0% saham perusahaan perkapalan, Pacsari Pte. Ltd.
(”Pacsari”).Mengakuisisi beberapa perusahaan perkebunan di
Kalimantan Barat di 2006. Dan tahun 2007 Mencatatkan saham Grup
Agribisnis di SGX dan menempatkan saham baru.Menambah sebesar
35% kepemilikan saham di perusahaanperkapalan Pacsari, menjadi
90% kepemilikan.Mengakuisisi 60% kepemilikan saham di
perusahaanperkebunan yang dimiliki oleh Rascal Holding
Limited.Partisipasi dalam pengeluaran saham baru PT Mitra Inti
62
SejatiPlantation dan memiliki 70% kepemilikan.Mengakuisisi 64,4%
kepemilikan saham Lonsum.
6. PT Mayora Indah Tbk (MYOR)
PT. Mayora Indah Tbk. (Perseroan) didirikan pada tahun 1977
dengan pabrik pertama berlokasi di Tangerang dengan target market
wilayah Jakarta dan sekitarnya. Setelah mampu memenuhi pasar
Indonesia, Perseroan melakukan Penawaran Umum Perdana dan
menjadi perusahaan publik pada tahun 1990 dengan target market;
konsumen Asean kemudian melebarkan pangsa pasarnya ke Negara
negara di Asia. Saat ini produk Perseroan telah tersebar di 5 benua di
dunia.Kegiatan usaha Perseroan diantaranya adalah dalam bidang
industri. Saat ini, PT. Mayora Indah Tbk. dan entitas anak
memproduksi dan secara umum mengklasifikasikan produk yang
dihasilkannya kedalam 6 (enam) divisi yang masing masing
menghasilkan produk berbeda namun terintegrasi, meliputi biskuit,
kembang gula, wafer, coklat, kopi dan makanan kesehatan. Alamat
perusahaan di Gedgung Mayora, Jl.Tomang Raya 21-23, Jakarta Barat.
7. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI)
PT Nippon Indosari Corporindo berdiri pada tahun 1995 sebagai
sebuah perusahaan Penanaman Modal Asing. Setahun kemudian
Perseroan beroperaasi secara komersial dengan memproduksi roti “Sari
Roti”. Saat ini Perseroan memiliki 8 pabrik yang terletak di Cikarang,
Pasuruan, Semarang, Medan, Palembang, Makassar, Purwakarta, dan
63
Cikande. Aneka ragam produk yang diproduksi oleh Perseroan
diantaranya white bread, sweet bread, sandwich, cake, dan bread
crumb. Kantor pusat terletak di kawasan industri MM 2100 Jl.Selayar
blok A9 Desa Mekarwangi, Cikarang Barat, Bekasi 17530 –Jakarta
Barat.
8. PT Sekar Bumi Tbk (SKBM)
Sekar Bumi pertama kali didirikan pada bulan April 1973 dengan
keyakinan bahwa sumber daya Indonesia memiliki potensi yang sangat
besar untuk ditawarkan kepada dunia. Slogan 'Quality Food, Quality
Life’ mewakili usaha gigih Sekar Bumi untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas dalam setiap produk yang ditawarkannya. Saat
ini Sekar Bumi memiliki 2 divisi usaha yaitu hasil laut beku nilai
tambah dan makanan olahan beku. Hasil Laut Beku Nilai Tambah
meliputi berbagai jenis produk makanan laut nilai tambah, seperti
udang, ikan, cumi-cumi, dan banyak lainnya . Makanan Olahan Beku
meliputi berbagai macam produk dim sum, udang berlapis tepung roti,
bakso seafood, sosis, dan banyak lainnya. Selain itu, melalui anak
perusahaannya, Sekar Bumi juga memproduksi pakan ikan, pakan
udang, mete dan produk kacang lainnya. Kantor perusahaan terletak di
Plaza Asia FL 2 Jl.Jend Sudirman Kav.59 South Jakarta – 12190 DKI
Jakarta, Indonesia, sedangkan pabrik terletak di Jl.Jenggolo 2 No.17
Sidoarjo-61219 East Java, Indonesia.
64
9. PT Sekar Laut Tbk (SKLT)
PT Sekar Laut Tbk. adalah Perusahaan yang bergerak dibidang
industri, pertanian, perdagangan, dan pembangunan, khususnya dalam
industri krupuk, saos dan bumbu masak. Proses krupuk telah dilakukan
oleh pendiri sejak tahun 1966, dimulai dari industri rumah tangga.
Tahun 1976 PT Sekar Laut Tbk. didirikan dan produksinya mulai
dikembangkan dalam skala industri besar. Tahun 1966 proses
pembuatan krupuk telah dikembangkan dengan teknologi modern,
yang mengutamakan kebersihan, kwalitas dan nutrisi. Kapasitas
produksi krupuk juga meningkat. Produk krupuk dipasarkan didalam
dan diluar negeri.
Perusahaan juga telah berkembang dan memproduksi saus tomat,
sambal, bumbu masak dan makanan ringan. Produk-produknya
dipasarkan dengan merek “FINNA”. Pada tanggal 8 September 1993
sahamnya didaftarkan untuk diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta dan
Surabaya. PT Pangan Lestari adalah anak perusahaan yang bergerak
dibidang distribusi untuk produk-produk PT Sekar Laut Tbk. dan
Sekar Group pada umumnya, serta produk makanan lainnya.
10. PT Utrajaya Milk Industry And Trading Company Tbk (ULTJ)
Ultrajaya Milk merupakan perusahaan multinasional yang
memproduksi minuman yang bermarkas di Padalarang, Kab. Bandung
Barat, Jawa Barat. Beralamat di Jl. Raya Cimareme 131, Padalarang,
Kab. Bandung. Perusahaan ini awalnya merupakan industri rumah
65
tangga yang didirikan pada tahun 1958, kemudian menjadi suatu
entitas perseroan terbatas pada tahun 1971. Perusahaan ini merupakan
pionir di bidang industri minuman dalam kemasan di Indonesia, dan
sekarang memiliki mesin pemroses minuman tercanggih se-Asia
Tenggara.
Pada awalnya perusahaan yang berawal dari sebuah rumah di Jl.
Tamblong Dalam, Bandung ini hanya memproduksi susu. Namun
seiring perkembangannya, Ultrajaya juga memproduksi jus dalam
kemasan bermerek Buavita dan Gogo serta memproduksi Teh Kotak,
Sari Asem Asli dan Sari Kacang Ijo. Sejak tahun 2008 merek Buavita
dan Gogo dibeli oleh Unilever Indonesia sehingga Ultrajaya bisa
kembali ke bisnis utamanya, yaitu produksi susu.
Perusahaan yang didirikan oleh Ahmad Prawirawidjaja ini,
seorang pengusaha Tionghoa yang sudah bermukim di Bandung,
sekarang dikomandani oleh generasi kedua, yaitu Sabana
Prawirawidjaja, dan siap-siap diteruskan kepada generasi ketiga,
Samudera Prawirawidjaja. Ultrajaya menggunakan sistem
komputerisasi yang sudah terintegrasi, yaitu SAP, sejak tahun 2002.
Bahkan perusahaan ini merupakan salah satu rujukan implementor
SAP yang dinilai cukup sukses di dalam mengadopsi hampir semua
modul SAP. Akan tetapi karena berbagai pertimbangan dan bisnis
proses yang semakin kompleks, akhirnya pada tahun 2012 mengganti
system mereka ke Oracle EBS R.12 yang bisa membuat system
66
terintegrasi dengan Robot ASRS, suatu pencapaian yang sangat
membanggakan bagi Ultrajaya. Sampai sekarang Project Oracle
menjadi acuan untuk implementasi di anak-anak perusahaan Ultrajaya
yang lain.
11. Darya Varia Laboratoria Tbk (DVLA)
PT Darya-Varia Laboratoria Tbk ("Darya-Varia atau Perseroan")
adalah perusahaan farmasi yang telah lama berdiri di Indonesia,
beroperasi sejak tahun 1976. Setelah menjadi perusahaan terbuka pada
tahun 1994, Perseroan mengakuisisi PT Pradja Pharin (Prafa) di tahun
1995, dan terus mengembangkan berbagai produk Obat Resep dan
Consumer Health. Pada Juli 2014, Darya-Varia bergabung (merger)
dengan Prafa.
Darya-Varia mengoperasikan dua fasilitas manufaktur kelas
dunia di Gunung Putri dan Citeureup, Bogor, keduanya memiliki
sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ASEAN. Kedua
pabrik tersebut fokus memproduksi produk-produk Perseroan serta
memberikan jasa toll manufacturing untuk pelaku nasional dan
multinasional baik untuk pasar lokal maupun ekspor. Pabrik Darya-
Varia di Gunung Putri, Bogor, memiliki spesialisasi dalam produksi
kapsul gelatin lunak dan produk-produk cair, sementara Pabrik Darya-
Varia di Citeureup, Bogor, memiliki spesialisasi dalam produksi
injeksi steril dan produk padat. Perseroan juga melakukan toll
manufacturing dengan perusahaan afiliasinya PT Medifarma
67
Laboratories, di Pabrik Cimanggis, Depok. Pada 2013, Perseroan
memperoleh sertifikat halal untuk kapsul NATUR-E dan HOBAT,
produk gelatin yang mengandung unsur hewani, merupakan sertifikasi
halal produk suplemen yang pertama untuk perusahaan farmasi di
Indonesia.
12. Indofarma (Persero) Tbk (INAF)
Sejarah panjang PT Indofarma (Persero) Tbk atau “Perseroan”
berawal dari tahun 1918 di sebuah pabrik skala kecil di lingkungan
Rumah Sakit Pusat Pemerintah Kolonial Belanda yang pada saat itu
hanya memproduksi beberapa jenis salep dan kasa. Pada tanggal 11
Juli 1981 status Perseroan berubah menjadi badan hukum berbentuk
Perusahaan Umum Indonesia Farma (Perum Indofarma). Status
Perseroan kembali berubah pada tahun 1996 menjadi PT Indofarma
(Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP)
No. 34 tahun 1995. Pada tanggal 17 April 2001 Perseroan melakukan
penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode
saham “INAF” yang kemudian merubah status Perseroan menjadi PT
Indofarma (Persero) Tbk. Saat ini, Perseroan telah memproduksi
sebanyak hampir 200 jenis obat yang terdiri dari beberapa kategori
produk, yaitu Obat Generik Berlogo (OGB), Over The Counter (OTC),
obat generik bermerek, dan lain-lain.
68
13. Kalbe Farma Tbk (KLBF)
Kalbe berdiri pada tahun 1966, melalui proses pertumbuhan
organik dan penggabungan usaha & akuisisi, Kalbe telah tumbuh dan
bertransformasi menjadi penyedia solusi kesehatan terintegrasi melalui
4 kelompok divisi usahanya: Divisi Obat Resep (kontribusi 25%),
Divisi Produk Kesehatan (kontribusi 17%), Divisi Nutrisi (kontribusi
26%), serta Divisi Distribusi and Logistik (kontribusi 32%). Keempat
divisi usaha ini mengelola portofolio obat resep dan obat bebas yang
komprehensif, produk-produk minuman energi dan nutrisi, serta usaha
distribusi yang menjangkau lebih dari satu juta outlet di seluruh
kepulauan Indonesia. Di pasar internasional, Perseroan telah hadir di
negara-negara ASEAN, Nigeria, dan Afrika Selatan, dan menjadi
perusahaan produk kesehatan nasional yang dapat bersaing di pasar
ekspor. Kantor pusat Kalbe terletak di Gedung Kalbe
Jl.Let.Jend.Suprapto Kav 4 Cempaka Putih, Jakarta 10510, Indonesia
dan pabrik Kalbe terletak di Kawasan Industri Delta Silikon
Jl.M.H.Thamrin Blok A3-1 Lippo Cikarang, Bekasi 17550.
14. Merck Indonesia Tbk (MERK)
PT Merck Tbk (“Perseroan”) adalah sebuah perusahaan
manufaktur farmasi multinasional di Indonesia. Perseroan memiliki
peran strategis bagi Grup Merck, yakni sebagai hub produksi untuk
kawasan Asia Tenggara. Perusahaan induk kami, Merck KGaA, yang
berkantor pusat di Darmstadt, Jerman, adalah sebuah perusahaan milik
69
keluarga yang memiliki jaringan operasi di 66 negara serta didukung
oleh 39.000 karyawan. Sebagai afiliasi dari Merck KGaA di
Darmstadt,
Jerman, Perseroan berkedudukan di Indonesia dan berlokasi di Jl.
TB Simatupang No. 8, Pasar Rebo, Jakarta Timur, didirikan sebagai
perusahaan penanaman modal asing (PMA) berdasarkan Undang-
Undang No. 1 tahun 1967 jo. Pada tahun 1981, Perseroan terdaftar di
Bursa Efek Jakarta dan mengumumkan statusnya sebagai perusahaan
terbuka.
15. Pyridam Farma Tbk (PYFA)
PT Pyridam Farma Tbk didirikan pada tanggal 27 November
1976 dibentuk oleh Ir.Sarkri Kosasih dengan kegiatan awal untuk
memproduksi dan memasarkan obat-obatan untuk hewan. Pada tahun
1985, Perseroan mulai memproduksi produk farmasi yaitu obat-obatan
untuk manusia dan pada tanggal 1 Februari 1993 PT Pyridam
Veteriner didirikan untuk memisahkan kegiatan produksi farmassi dari
kegiatan produksi veteriner. Kantor pusat perseroan terletak di Jalan
Kemandoran VIII No.16, Jakarta 12210, sedangkan fasilitas produksi
berlokasi di Jl. Hanjawar, Pacet, Cianjur, Jawa Barat.
16. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)
Awal usaha industri jamu Perseroan bermula dari industri rumah
tangga yang dikelola oleh Ibu Rahmat Sulistio pada tahun 1940 di
Yogyakarta dengan dibantu oleh tiga orang karyawan. Pada tahun
70
1951 berdirilah perusahaan sederhana dengan nama Sido Muncul yang
berarti “Impian yang Terwujud” dengan pabrik pertamanya berlokasi
di Jl.Mlaten Trenggulun, Semarang. Pada tahun 1975, bentuk usaha
industri jamu berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT
Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul. Sido Muncul bergerak
dibidang perinsudtrian Jamu dan Farmasi, Perdagangan, Pengangkutan
Darat, Jasa dan Pertanian. Kantor pusat terletak di Gedung Menara
Suara Merdeka 16th Floor, Jl. Pandanaran No.30, Semarang 50134,
Indonesia.
17. Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC)
PT Tempo Scan Pacific Tbk dan entitas anaknya merupakan
bagian dari kelompok usaha swasta nasional Grup Tempo yang telah
memulai usaha perdagangan produk farmasi sejak tahun 1953. PT
Tempo Scan Pacific Tbk. dibentuk melalui proses restrukturisasi pada
tahun 1991 dan semula bernama PT Scanchemie yang pada tahun 1970
memulai kegiatan produksi komersial produk farmasi dalam skala
besar. Seiring perjalanann waktu, Perseroan melalui entitas anaknya
memproduksi produk kosmetika dan produk konsumen sejak tahun
1977 dan tahun 1995 Perseroan menjadi perusahaan publik. Kantor
pusat berlokasi diTempo Scan Tower, lantai 16, Jl.H.R.Rasuna Said
Kav.3-4, Jakarta 12950, Indonesia.
71
18. Martina Berto Tbk (MBTO)
Dr.HC.Martha Tilaar mengawali usaha dengan membuka salon
kecantikan pada tahun 1970 dan sukses dengan beberapa salon di
Jakarta kemudian mendirikan sekolah kecantikan Puspita Martha
dibawah bendera PT Martha Beauty Gallery. Kesuksesan tersebut
mendorong Ibu Martha Tilaar memulai untuk memproduksi kosmetika
dan jamu dan mendirikan PT Martha Berto pada tanggal 1 Juni 1977
dengan merk pertama bernama “Sari Ayu Martha Tilaar” sebagai
kosmetika alami yang berkonsep holistik. Adapun saat ini Perseroan
dan anak perusahaan memilikifasilitas produksi yang terbagi ke dalam
empat kategori yaitu kosmetika cair, kosmetika kering, kosmetika semi
padat, dan obat tradisional. Kantor pusat terletak di Jl.Pulo Kambing II
No.1, Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur 13930, Indonesia.
19. Mustika Ratu Tbk (MRAT)
PT Mustika Ratu Tbk bermula dari home industry yang didirikan
oleh Ibu BRA Mooryati Soedibyo pada tahun 1975. Usaha tersebut
semakin lama semakin berkembang menjadi sebuah Perseroan yang
didirikan di Jakarta berdomisili di Jalan Gatot Subroto Kav 74-75
dengan nama PT Mustika Ratu. Kegiatan usaha Persroan yaitu
meliputi memproses pabrikasi, perdagangan dan distribusi jamu, dan
memproduksi barang-barang kosmetik, Obat tradisional serta minuman
sehat dan perawatan kecantikan. Berdiri pada tanggal 14 Maret 1978,
PT Mustika Ratu Tbk merupakan perusahaan kosmetik dan Jamu
72
Modern tradisional ternama diIndonesia. Kegiatan usaha Perseroan
dimulai pada tahun 1978 dan telah tercatat di Bursa Efek Indonesia
sejak tahun 1995. Kantor pusat terletak di Mustika Centre Building
Lt.PH, Jl.Jend Gatot Subroto Kav 74-75 Jakarta 12780, Indonesia.
20. Mandom Indonesia Tbk (TCID)
PT Mandom Indonesia Tbk berdiri sebagai perusahaan joint
venture antara Mandom Corporation, Jepang dan PT The City Factory.
Perseroan berdiri dengan nama PT Tancho Indonesia dan pada tahun
2001 berganti menjadi PT Mandom Indonesia Tbk.Pada tahun 1993,
Perseroan menjadi perusahaan ke-167 dan perusahaan joint venture
Jepang ke-11 yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.
Saat ini jumlah saham Perseroan adalah 201.066.667 lembar saham
dengan nilai nominal Rp 500/saham.Kegiatan produksi komersial
Perseroan dimulai pada tahun 1971 dimana pada awalnya Perseroan
menghasilkan produk perawatan rambut, kemudian berkembang
dengan memproduksi produk wangi-wangian dan kosmetik. Perseroan
mempunyai dua lokasi pabrik yaitu pabrik Sunter yang khusus
memproduksi seluruh produk kosmetik Perseroan sementara pabrik
Cibitung berfungsi untuk memproduksi kemasan plastik dan juga
sebagai pusat logistik. Kemasan plastik dikirim dari Cibitung ke Sunter
untuk diisi kemudian barang jadi dikirim kembali ke Cibitung dan
didistribusikan melalui pusat logistik.
73
Merek utama Perseroan antara lain Gatsby, Pixy, dan Pucelle.
Selain itu, Perseroan juga memproduksi berbagai macam produk lain
dengan merek Tancho, Mandom, Spalding, Lovillea, Miratone, dan
juga beberapa merek yang khusus diproduksi untuk ekspor. Selain
pasar domestik, Perseroan juga mengekspor produk-produknya ke
beberapa negara antara lain Uni Emirat Arab (UEA), Jepang, India,
Malaysia, Thailand, dan lain-lain. Melalui UEA, produk-produk
Perseroan di re-ekspor ke berbagai negara di Afrika, Timur Tengah,
Eropa Timur, dan lain-lain.
21. Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
PT Unilever Indonesia Tbk telah beroperasi sejak tahun 1993
dan menjadi salah satu perusahaan Fast Moving Consumer Goods
(FMCG) terkemuka di Indiensia. Rangkaian produk Perseroan
mencakup produk Home and Personal Care serta Foods and
Refreshment ditandai dengan brand-brand terpercaya danternama di
dunia, antara lain Wall’s, Lifeboy, Vaseline, Pepsodent, Lux, Pond’s,
Sunlight, Rinso, Blue Band, Royco, Dove, Rexona, Clear, dan lain-
lain. Unilever Indonesia go public pada tahun 1982 dan hingga kini
sahamnya terus aktifdiperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Kantor
pusat terletak di Graha Unilever, Jl.Jend Gatot Subroto Kav.15, Jakarta
12930, Indonesia, sedangkan pabrik terletak di Bekasi dan Surabaya.
74
22. PT Langgeng Makmur Industri Tbk (LMPI)
PT Langgeng Makmur Industri Tbk memulai usaha
komersialnya pada tahun 1976 dengan memproduksi peralatan rumah
tangga dari plastik. Perusahaan memperluas usahanya dengan
memproduksi peralatan dapur dari aluminium pada tahun 1980,
kemudian pipa PVC pada tahun 1987 dan karung plastik pada tahun
berikutnya. Pada tahun 1996, Perseroan mulai mengembangkan
usahanya dengan memproduksi alat masak aluminium dengan lapisan
anti lengket yang menawarkan produk dengan kualitas tinggi. Adapun
barang yang diproduksi antara lain peralatan dapur dari aluminium
dengan merk “Global Eagle”; peralatan rumah tangga dari plastik
dengan merk “Global Eagle”; peralatan masak aluminium dengan
lapisan anti lengket dengan merk dagang “Mak Cook”; pipa, fitting
dan profil dengan merk dagang “Langgeng”; karung plastik dengan
merk “Global Eagle”.
23. Gudang Garam Tbk (GGRM)
Gudang Garam adalah produsen rokok kretek terkemuka yang
identik dengan Indonesia yang merupakan salah satu sentra utama
perdagangan rempah di dunia. Didirikan oleh almarhum Surya
Wonowodjojo di Kediri, Jawa Timur pada tahun 1958. Gudang Garam
memproduksi berbagai jenis rokok kretek, termasuk jenis rendah tar
dan nikotin serta produk tradisional sigaret kretek tangan dengan lokasi
pabrik di Kediri dan Gempol. Adapun produk-produk Gudang Garam
75
antara lain Klobot, Sriwedari, Djaja, Gudang Garam Series, Surya Pro
Mild. Kantor pusat terletak di Jl.Semampir II/1 Kediri 64121,
Indonesia.
24. Handjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP)
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. adalah salah satu
pemimpin produsen rokok di Indonesia. PT Hanjaya Mandala
Sampoerna Tbk.memproduksi sejumlah merek rokok kretek yang
dikenalluas, seperti A Mild, Sampoerna Kretek serta “Raja
Kretek”yang legendaris Dji Sam Soe. PT Hanjaya Mandala Sampoerna
Tbk. adalah afiliasi PT PhilipMorris Indonesia (PMID) dan bagian dari
Philip MorrisInternational Inc. (PMI), perusahaan tembakau
terkemukadi dunia. Misi Perusahaan ini adalah menawarkan
pengalaman merokok terbaikkepada perokok dewasa di Indonesia. Hal
ini dilakukandengan senantiasa mencari tahu preferensi
perokokdewasa dan memberikan produk yang dapat memenuhiharapan
mereka. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. bangga atas reputasi
yang di raih dalam hal kualitas dan inovasi, serta standar tata kelola
Perusahaan yang tinggi.
Tahun 2013 merupakan tahun yang istimewa bagi Sampoerna,
ditandai dengan peringatan HUT Perusahaan yangkesatu abad, serta
sejumlah tonggak penting sepertiekspansi kapasitas produksi di Jawa
Barat serta naiknyapangsa pasar kami di Indonesia.Menantikan hasil
kinerja di tahun 2014, kepemimpinanSampoerna terus dijalankan oleh
76
Direksi dan timmanajemen yang menggabungkan bakat-bakat
terbaikdari Sampoerna yang memimpin sekitar 33.500
karyawanSampoerna dan anak-anak perusahaan. PT Hanjaya
Sampoerna Tbk. berkomitmenuntuk mendayagunakan praktik terbaik
secara efektifsekaligus mengembangkan warisan sejarah
Sampoernaselama 100 tahun di Indonesia.
C. Hasil Analisis Data
1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dapat memberikan pada suatu data yang dilihat
dari nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar
deviasi. Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yaitu DKI
(X1), KAI (X2), dan KI (X3) serta ROA (Y) sebagai variabel dependen.
Berikut merupakan hasil analisis penelitian statistik deskriptif pada 24
perusahaan sektor industri barang konsumsi dalam periode 2013-2015:
Tabel 5. Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROA 72 -0.04179 1.09791 0.12358 0.17781
DKI 72 0.20000 0.66670 0.41234 0.10115
KAI 72 0.25000 0.50000 0.33793 0.04399
KI 72 0.00000 0.99400 0.69670 0.23872
Sumber: Data diolah, 2017
Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa variabel DKI (X1)
memiliki nilai terkecil sebesar 0.2 dan nilai tertinggi sebesar 0.6667.
Variabel tersebut memiliki nilai rata – rata (mean) sebesar 0.41234
dengan besar standar deviasi adalah 0.10115. Variabel Komite Audit
Independen (KAI) adalah hasil dari jumlah seluruh Komite Audit
77
Independen dibagi dengan jumlah seluruh Komite Audit yang setelah
itu dikali dengan 100% (Martsila dan Meiranto, 2013:7). Nilai terkecil
KAI (X2) sebesar 0.25 dan nilai tertinggi sebesar 0.5. Variabel tersebut
memiliki nilai rata – rata (mean) sebesar 0.33793 dengan besar standar
deviasi adalah 0.04399.
KI (X3) memiliki nilai terkecil sebesar 0.000 dan tertinggi sebesar
0.997. Variabel tersebut memiliki nilai rata – rata (mean) sebesar
0.6967 dengan besar standar deviasi adalah 0.23872. Semakin besar
kepemilikan institusional, maka semakin efisien pemanfaatan aktiva
perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan
terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen (Faisal, 2004
dalam Hisamuddin dan Tirta 2012:120). ROA (Y) memiliki nilai
terkecil sebesar -0.04179 dan nilai tertinggi sebesar 1.09791. Variabel
tersebut memiliki nilai rata – rata (mean) sebesar 0.1235 dengan besar
standar deviasi adalah 0.1778. Menurut Hanafi (2010:42), menyatakan
bahwa Return On Assets yang tinggi menunjukkan efisiensi dan
efektivitas pengelolaan asset, yang berarti semakin baik keadaan
perusahaan.
2. Hasil Analisis Statistik Inferensial
a. Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk memenuhi penggunaan
regresi linier berganda. Pengujian asumsi klasik meliputi uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji
78
heteroskedastisitas. Berikut merupakan hasil dari pengujian asumsi
klasik:
1) Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam metode
regresi, variabel dependen dan independen mempunyai distribusi
normal atau tidak (Ghazali, 2014:171). Dalam penelitan ini
pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan one
sample kolmogorov-smirnov test, dengan tingkat signifikansi 5%.
Uji normalitas dilakukan dengan membandingkan asymptotic
significance dengan α = 0,05. Jika asymptotic > 0,05 maka data
dinyatakan lulus uji normalitas (Santoso, 2012:212). Hasil uji
normalitas dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data diolah, 2017
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 6, diperoleh nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.058. Nilai tersebut lebih besar dari
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
72
.0000000
.10269952
.157
.157
-.092
1.330
.058
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parametersa,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Dif f erences
Kolmogorov -Smirnov Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz
ed Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated f rom data.b.
79
nilai signifikan (0.058 > 0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa
data distribusi normal dan memenuhi uji normalitas.
2) Hasil Uji Multikolinieritas
Pengujian Multikolinieritas bertujuan untuk menguji adakah
hubungan antara beberapa atau semua variabel independen didalam
model regresi. Model regresi yang baik mestinya tidak terjadi
kolerasi diantara variabel independen (Ghazali, 2014:92). Untuk
melakukan uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan
menganalisis korelasi antar variabel dengan perhitungan nilai
tolerance dan variance inflation factor (VIF). Multikolinearitas
terjadi jika angka tolerance ≤ 0,1 artinya tidak ada kolerasi antar
variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Dan hasil nilai
VIF ≥ 10, jika VIF ≤ 10 maka dapat diartikan bahwa variabel
independen yang digunakan dalam model merupakan data yang
akurat dan obyektif.
Tabel 7. Hasil Uji Multikolinieritas
Sumber: Data diolah, 2017
Berdasarkan Tabel 7, berikut hasil pengujian dari masing-
masing variabel bebas, tolerance untuk DKI adalah 0.836,
sedangkan tolerance untuk KAI adalah 0,934 dan 0.890 untuk
Coefficientsa
.836 1.196
.934 1.070
.890 1.123
DKI
KAI
KI
Model
1
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: ROAa.
80
tolerance KI. Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai tolerance masing-
masing variabel independen yaitu DKI, KAI, dan KI > 0,1. Hasil
pengujian juga menunjukkan nilai VIF ketiga variabel independen
yaitu DKI, KAI, dan KI < 10. Berdasarkan hasil pengujian ini
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar
variabel independen, dengan demikian uji asumsi tidak adanya
multikolinearitas telah terpenuhi.
3) Hasil Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah
didalam suatu model regresi linear memiliki korelasi antara
kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan problem autokorelasi. Hal tersebut
berarti bahwa hasil pada periode tertentu dipengaruhi oleh periode
sebelumnya. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat
dilakukan dengan pengujian Durbin-Watson (DW test). Dasar
pengambilan keputusan menurut (Ghazali, 2014: 102) sebagai
berikut:
Tabel 4. Durbin Watson d test: Pengambilan Keputusan
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi positif
dan negatif
Tolak
No decison
Tolak
No decision
Tidak ditolak
0 < d < dL
dL ≤ d ≤ dU
4 - dL < d< 4
4 - dU ≤ d ≤ 4 - dL
DU < d < 4 - dU
81
Ket : dU durbin waston upper, dL : durbin waster lower
Bila nilai DW terletak antara batas atau upper bound (du) dan
(4-du), maka koefesien autokorelasi sama dengan nol, berarti
tidak ada autokorelasi.
Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower
bound (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar darpada nol,
berarti ada autokorelasi positif.
Bila nilai DW lebih besar darpada (4-dl), maka koefisien
autokorelasi lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi
negatif.
Bila nilai DW terletak diantara batas (du) dan batas bawah
(dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilya tidak
dapat disimpulkan. Hasil pengujian autokorelasi dapat dilihat
melalui model summary yang disajikan pada Tabel 8 berikut:
Tabel 8. Hasil Uji Autokorelasi
Sumber: Data diolah, 2017
Berdasarkan Tabel 8 dan jumlah unit analisis sebanyak 72
(n=72) dan jumlah variabel independen sebanyak tiga (k=3)
diperoleh nilai du sebesar 1.7054 dan 4-du sebesar 2.295.
Berdasarkan hasil Tabel 8, nilai Durbin-Watson diperoleh sebesar
Model Summaryb
.633a .401 .374 .10494050 2.085
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), KI, KAI, DKIa.
Dependent Variable: ROAb.
82
2.085. Hasil pengolahan data ini menunjukkan telah terjadi
autokorelasi, karena 2.085 > 1.7054. Nilai tersebut terletak diantara
du < d < 4 – du, yaitu 1.7054 < 2.085 < 2.295. Maka uji
Autokorelasi tidak ada autokorelasi positif dan negatif terpenuhi.
4) Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji heterokodastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terdapat tidaksamaaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dari residual
dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika terjadi perbedaan maka disebut
heterokodastisitas. Model regresi dikatakan baik jika terjadi
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk
melakukan pengujian ini menggunakan grafik scatterplot. Jika
membentuk pola yang beraturan (gelombang, melebar, kemudian
menyempit), artinya mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas.
Sebaliknya jika titik-titik tidak membetuk pola yang beraturan
menyebar ke atas dan ke bawah artinya terjadi homoskedastisitas.
83
Gambar 3. Hasil Uji Heteroskedastisistas
Sumber: Data diolah, 2017
Gambar 3 menunjukkan bahwa titik-titik yang tersebar tidak
membentuk sebuah pola yang teratur. Model regresi yang baik adalah
yang homoskedastisitas, yaitu varians yang ditunjukkan dalam grafik
dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tidak ada pola yang
jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y. Berdasarkan hasil pengujian tersebut diperoleh bahwa
diagram tampilan scatterplot menyebar dan tidak membentuk pola
tertentu maka tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga dapat
disimpulkan bahwa sisaan mempunyai ragam homogen (konstan) atau
dengan kata lain tidak terdapat gejala heterokedastisitas.
Dengan terpenuhi seluruh asumsi klasik regresi di atas maka
dapat dikatakan model regresi linear berganda yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sudah layak atau tepat. Sehingga dapat diambil
interpretasi dari hasil analisis regresi berganda yang telah dilakukan.
84
b. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda berfungsi untuk menganalisis
hubungan dan pengaruh antara satu variabel terikat terhadap dua/lebih
variabel bebas. Maka dilakukan analisis regresi linier berganda antara
variabel-variabel berikut ini : variabel bebas yang terdiri dari DKI
(X1), KAI (X2), KI (X3) terhadap variabel terikat yaitu ROA (Y).
Persamaan regresi digunakan mengetahui bentuk hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan menggunakan
bantuan SPSS for Windows ver 21.00. Hasil yang diperoleh dari
perhitungan analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 9. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel
Bebas
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -0.140 0.147
X1 -0.843 0.194 -0.445
X2 1.236 0.406 0.296
X3 0.342 0.081 0.418
Sumber: Data diolah, 2017
Berdasarkan pada Tabel 9 diperoleh persamaan regresi sebagai
berikut :
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3X3
ROA = -0.140 – 0.843 DKI + 1.236 KAI + 0.342 KI
Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah ROA
yang nilainya akan diprediksi oleh variabel DKI (X1), KAI (X2), dan
KI (X3). Dari persamaan di atas dapat diinterpretasikan sebagai
85
berikut:
a) β1 = -0.843
ROA akan menurun sebesar 0.843 satuan untuk setiap tambahan
satu satuan DKI (X1). Jadi apabila DKI mengalami peningkatan 1
satuan, maka ROA akan menurun sebesar 0.843 satuan dengan
asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan.
b) β2 = 1.236
ROA akan meningkat sebesar 1.236 satuan untuk setiap tambahan
satu satuan KAI (X2). Jadi apabila KAI mengalami peningkatan 1
satuan, maka ROA akan meningkat sebesar 1.236 satuan dengan
asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan.
c) β3 = 0.342
ROA akan meningkat sebesar 0.342 satuan untuk setiap tambahan
satu satuan X3 (KI), Jadi apabila KI mengalami peningkatan 1
satuan, maka ROA akan meningkat sebesar 0.342 satuan dengan
asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan.
c. Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Tingkat ketepatan suatu garis dapat diketahui dari besar kecilnya
koefisien determinasi atau koefisien R2 (R Square). Nilai koefisien R
2
dalam analisis regresi dapat digunakan sebagai ukuran untuk
menyatakan kecocokan garis regresi yang diperoleh. Semakin besar
nilai R2 maka semakin kuat kemampuan model regresi yang diperoleh
untuk menerangkan kondisi yang sebenarnya. Kemampuan garis
86
regresi untuk menjelaskan variasi yang terjadi pada Y ditunjukkan
pada besarnya koefisien determinasi atau koefisien R2. Untuk
mengetahui besar kontribusi variabel bebas (DKI (X1), KAI (X2), dan
KI (X3)) terhadap variabel terikat (ROA) digunakan nilai R2, nilai R
2
seperti dalam Tabel 10 dibawah ini:
Tabel 10. Hasil Koefisien Korelasi dan Determinasi (R2)
Sumber : Data diolah, 2017
Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung besarnya
pengaruh atau kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari
analisis pada Tabel 10. diperoleh hasil adjusted R 2 (koefisien
determinasi) sebesar 0.374. Artinya bahwa 37,4% variabel ROA akan
dipengaruhi oleh variabel bebasnya, yaitu DKI (X1), KAI (X2), dan KI
(X3). Sedangkan sisanya 62,6% variabel ROA akan dipengaruhi oleh
variabel-variabel yang lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
Selain koefisien determinasi juga didapat koefisien korelasi yang
menunjukkan besarnya hubungan antara variabel bebas yaitu DKI, KAI,
dan KI dengan variabel ROA, nilai R (koefisien korelasi) sebesar 0.633,
nilai korelasi ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel bebas
Model Summaryb
.633a .401 .374 .10494050 2.085
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), KI, KAI, DKIa.
Dependent Variable: ROAb.
87
yaitu DKI (X1), KAI (X2), dan KI (X3) dengan ROA termasuk dalam
kategori kuat karena berada pada selang 0,6 – 0,8.
d. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan bagian penting dalam penelitian,
setelah data terkumpul dan diolah. Kegunaan utamanya adalah untuk
menjawab hipotesis yang dibuat oleh peneliti. Pengujian model regresi
secara parsial digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing
variabel independen pembentuk model regresi secara individu memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y atau tidak.
1) Hasil Uji F (F test / Simultan)
Pengujian F atau pengujian model digunakan untuk
mengetahui apakah hasil dari analisis regresi signifikan atau tidak,
dengan kata lain model yang diduga tepat/sesuai atau tidak. Jika
hasilnya signfikan, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sedangkan
jika hasilnya tidak signifikan, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal
ini dapat juga dikatakan sebagai berikut :
H0 ditolak jika Fhitung > Ftabel
H0 diterima jika Fhitung < Ftabel
Tabel 11. Hasil Uji F (Simultan)
Sumber: Data diolah, 2017
ANOVAb
.501 3 .167 15.162 .000a
.749 68 .011
1.250 71
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), KI, KAI, DKIa.
Dependent Variable: ROAb.
88
Berdasarkan Tabel 11, nilai Fhitung sebesar 15.162. Artinya
bahwa 15,16% variabel ROA akan dipengaruhi oleh variabel
bebasnya, yaitu DKI (X1), KAI (X2), dan KI (X3). Sedangkan
sisanya 84,83% variabel ROA akan dipengaruhi oleh variabel-
variabel yang lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Ftabel (α =
0.05 ; db regresi = 3 : db residual = 68) adalah sebesar 2.740.
Karena Fhitung > Ftabel yaitu 15.162 > 2.740 atau nilai sig t (0,000) <
α = 0.05 maka model analisis regresi adalah signifikan. Hal ini
berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel terikat (ROA) dapat dipengaruhi secara signifikan
oleh variabel bebas (DKI (X1), KAI (X2), dan KI (X3)).
2) Hasil Uji t (t test / Parsial)
t test digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing
variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat. Dapat juga dikatakan jika thitung > ttabel atau
-thitung < -ttabel maka hasilnya signifikan dan berarti H0 ditolak dan H1
diterima. Sedangkan jika thitung < ttabel atau -thitung > -ttabel maka
hasilnya tidak signifikan dan berarti H0 diteima dan H1 ditolak.
Hasil dari uji t dapat dilihat pada Tabel 12:
89
Tabel 12. Hasil Uji t (Parsial)
Sumber: Data diolah, 2017
Pada penelitian ini jumlah sampel sebesar (n) = 72, jumlah
variabel (k) = 4, taraf signifikansi α = 5%, dengan degree of
freedom (df) = n - k = 72 - 4 = 68, sehingga diperoleh nilai ttabel
sebesar ± 1.99547. Uji signifikansi dari masing-masing variabel
dapat diuraikan sebagai berikut:
Berdasarkan Tabel 12, diperoleh hasil t test antara DKI (X1)
dengan ROA (Y) menunjukkan thitung = 4.339. Sedangkan ttabel (α =
0.05 ; db residual = 68) adalah sebesar 1.995. Karena thitung > ttabel
yaitu 4.339 > 1.995 atau nilai sig t (0.000) < α = 0.05 maka
pengaruh DKI (X1) terhadap ROA adalah signifikan. Nilai thitung
yang diperoleh DKI (X1) menunjukkan nilai yang paling tinggi
diantara dua variabel lainnya. Dapat diartikan bahwa DKI (X1)
memiliki pengaruh yang besar terhadap ROA (Y).
t test antara KAI (X2) dengan ROA (Y) menunjukkan thitung =
3.046. Sedangkan ttabel (α = 0.05 ; db residual = 68) adalah sebesar
1.995. Karena thitung > ttabel yaitu 3.046 > 1.995 atau nilai sig t
(0.003) < α = 0.05 maka pengaruh KAI (X2) terhadap ROA adalah
signifikan pada alpha 5%. Nilai thitung yang diperoleh KAI (X2)
Coefficientsa
-.140 .147 -.949 .346
-.843 .194 -.445 -4.339 .000
1.236 .406 .296 3.046 .003
.342 .081 .418 4.204 .000
(Constant)
DKI
KAI
KI
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff icients
Beta
Standardized
Coeff icients
t Sig.
Dependent Variable: ROAa.
90
menunjukkan nilai yang paling rendah diantara dua variabel
lainnya. Dapat diartikan bahwa, KAI (X2) memiliki pengaruh yang
kecil terhadap ROA (Y).
t test antara KI (X3) dengan ROA (Y) menunjukkan thitung =
4.204. Sedangkan ttabel (α = 0.05 ; db residual = 68) adalah sebesar
1.995. Karena thitung > ttabel yaitu 4.204 > 1,995 atau nilai sig t
(0.011) < α = 0.05, maka pengaruh KI (X3) terhadap ROA adalah
signifikan pada α (5%).
E. Interpretasi Hasil Penelitian
Berikut merupakan analisis lebih lanjut mengenai hasil estimasi regresi
sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya:
1. Pengaruh DKI (X1), KAI (X2). dan KI (X3) secara Simultan terhadap
ROA (Y)
Berdasarkan Tabel 11, nilai Fhitung sebesar 15.162, sedangkan Ftabel
(α = 0.05 ; db regresi = 3 : db residual = 68) adalah sebesar 2.740. Karena
Fhitung > Ftabel yaitu 15.162 > 2.740 atau nilai sig t (0,000) < α = 0.05
maka model analisis regresi adalah signifikan. Hal ini berarti hipotesis
pertama diterima bahwa variabel DKI (X1), KAI (X2), dan KI (X3) secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap ROA (Y). Variabel-variabel
tersebut dapat digunakan sebagai informasi penting pengambilan
keputusan bagi para investor yang akan menanamkan sahamnya pada
perusahaan-perusahaan dalam sektor industri barang konsumsi dimasa
yang akan datang.
91
Variabel independen yang berpengaruh secara simultan terhadap
variabel dependen menunjukan bahwa persamaan model regresi dalam
kriteria cocok. Dalam hal ini berarti, jika terjadi perubahan nilai satuan
pada variabel Dewan Komisaris Independen (DKI), Komite Audit
Independen (KAI), dan Kepemilikan Institusional (KI) akan
mempengaruhi nilai satuan Return On Assets (ROA). Return On
Assets (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap
total assets. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan
semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar.
2. Pengaruh DKI (X1) terhadap ROA (Y)
Berdasarkan Tabel 12, nilai DKI (X1) antara ROA (Y)
menunjukkan thitung = 4.339. Sedangkan ttabel (α = 0.05 ; db residual = 68)
adalah sebesar 1.995. Karena thitung < ttabel yaitu 4.339 > 1.995 atau nilai
sig t (0.471) > α = 0.05 maka pengaruh DKI (X1) terhadap ROA adalah
signifikan. Hal ini berarti H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
ROA dapat dipengaruhi secara signifikan oleh DKI atau dengan
meningkatkan DKI maka ROA akan mengalami peningkatan secara
nyata. Nilai koefisien beta dan thitung DKI lebih besar di antara variabel
KAI (X2) dan KI (X3), sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel DKI
(X1) adalah variabel yang paling dominan dalam penelitian ini.
92
Dewan Komisaris Independen bertanggungjawab secara kolektif
untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi
serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan Good Corporate
Governance (GCG). Dengan adanya tanggungjawab yang dimiliki
Dewan Komisaris Independen dan nilai thitung yang diperoleh paling
tinggi diantara variabel Komite Audit Independen dan Kepemilikan
Institusional, maka Dewan Komisaris Independen memiliki pengaruh
yang sangat besar bagi pendapatan yang akan diperoleh perusahaan.
3. Pengaruh KAI (X2) terhadap ROA (Y)
Berdasarkan Tabel 12, nilai yang dihasilkan antara KAI (X2)
dengan ROA (Y) menunjukkan thitung = 3.046. Sedangkan ttabel (α = 0.05 ;
db residual = 68) adalah sebesar 1.995. Karena thitung < ttabel yaitu 3.046 >
1.995 atau nilai sig t (0.012) < α = 0.05 maka pengaruh KAI (X2)
terhadap ROA adalah signifikan pada alpha 5%. Hal ini berarti H0 ditolak
dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ROA dapat
dipengaruhi secara signifikan oleh KAI atau dengan meningkatkan KAI
maka ROA akan mengalami peningkatan secara nyata.
4. Pengaruh KI (X3) terhadap ROA (Y)
Berdasarkan Tabel 12, nilai antara KI (X3) dengan ROA (Y)
menunjukkan thitung = 4.204. Sedangkan ttabel (α = 0.05 ; db residual = 68)
adalah sebesar 1.995. Karena thitung < ttabel yaitu 4.204 > 1,995 atau nilai
sig t (0.011) < α = 0.05 maka pengaruh KI (X3) terhadap ROA adalah
signifikan pada α (5%). Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima
93
sehingga dapat disimpulkan bahwa ROA dapat dipengaruhi secara
signifikan oleh KI atau dengan meningkatkan KI maka ROA akan
mengalami peningkatan secara nyata.